PERAN PUSAT PENGEMBANGAN PENDAMPING USAHA
KECIL DAN MENENGAH (P3UKM) DALAM
PENGEMBANGAN UKM DI KOTA SUKABUMI
Oleh:
RIDWAN FACHRUDDIN
NIM: 104046101660
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt,
karena dengan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sehingga dapat menyelesaikan Program Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga Allah swt senantiasa curahkan
kepada teladan kita sepanjang hidup Nabi Muhammad saw, semoga dengan membaca
shalawat beliau kita memperoleh syafaatnya di hari kiamat nanti.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu, membimbing dan memotivasi penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan
kepada:
1. Orang tua tercinta, ayahanda Drs. H. Jazuli Azhari dan ibunda Hj. Didah
Farida, S.Pd.I karena merekalah penulis dapat seperti sekarang. Adik- adikku
tersayang Fajar Fitriadi, Fahmi Arvanriyadi, Fahri Ali Azhari dan Faiza Alisa
Zulfa yang senantiasa menjadi motivasi hidup.
2. Prof. Dr. H. Amin Suma, S.H., M.A., M.M. selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam), Mu’min Rouf, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam), beserta staf-staf di Program Studi Muamalat.
4. Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktunya bagi penulis.
5. Riki Koswara, S.IP. selaku pendamping individu UKM di Kota Sukabumi dan
staf P3UKM Jawa Barat.
6. Pengurus Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Citra Insania Nurkamila, S.Ds yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi
untuk senantiasa berbuat yang terbaik.
8. Bapak Marzuki Usman sebagai motivator hidup dan kehidupan. Teman-teman
yang selalu mendukung dan membantu penulis baik moril maupun materiil
seperti Koni Rumaini Aziz, Roni Hamdani, Sriliana, Darul Qatni, Cecep
Suyudi, Hamba Fauzi dan Najibulmillah. Teman-teman di Ikatan Abituren
Darul Arqam Muhammadiyah (IKADAM) Jakarta dan PP IPM.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal baik mereka diterima Allah swt dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1432 H
25 Mei 2011 M
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
iii
iv
vi
ix
x
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
D. Revieu Studi Terdahulu ............................................................
E. Metode Penelitian .....................................................................
F. Pedoman Penulisan ...................................................................
G. Sistematika Penulisan ...............................................................
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN UMKM
A. Pemberdayaan dan Pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah ................................................................................
B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ........................................
PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM OLEH P3UKM DI
1
8
9
9
13
16
16
19
22
BAB IV
BAB IV
KOTA SUKABUMI
A. Profil P3UKM Jawa Barat .........................................................
B. Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan ........................................
C. Mitra Kerja .................................................................................
D. Daftar Pendamping UKM ..........................................................
E. Analisis SWOT ..........................................................................
POLA DAN PERAN PENDAMPING INDIVIDU P3UKM
DALAM PENGEMBANGAN UKM BINAAN DI KOTA
SUKABUMI
A. Pola Pemberdayaan dan Pembinaan UKM oleh Pendamping
Individu .....................................................................................
B. Pengaruh dan Peranan dalam Perkembangan UKM Binaan ....
C. Potensi dan Masalah dalam Pelaksanaan Pendampingan UKM
Binaan .......................................................................................
D. Alternatif Solusi Pengembangan Potensi dan Pemecahan
Masalah .....................................................................................
PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran .........................................................................................
37
43
48
51
60
63
80
85
88
90
91
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 92
LAMPIRAN ...................................................................................................... 95
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi P3UKM ………………………………….……. 42
Gambar 3.2 Proses seleksi, pelatihan dan sertifikasi Jasa PUKM Mitra ………... 50
Gambar 4.1 Skema Pola Pendampingan UMKM …………………………….…. 65
Gambar 4.2 Jumlah Tenaga Kerja UKM Binaan ……………………………….. 80
Gambar 4.3 Omzet UKM Pertahun ………………………………………...…… 82
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Jumlah unit usaha UMKM dan usaha besar Tahun 2008-2009 ….
Kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap tenaga kerja Tahun
2008-2009 ………………………………………………………..
Kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap PDB Menurut
harga berlaku tahun 2008-2009 ………………………………….
Kontribusi UMKM dan usaha besar terhadap PDB menurut
harga konstan tahun 2008-2009 ………………………………….
Kontribusi UKM dan usaha besar terhadap total ekspor non
migas tahun 2008-2009 …………………………………………..
Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank yang telah Bekerjasama
dengan PUKM Mitra P3UKM Tahun 2004-2010 ……………….
Daftar Nama PUKM Mitra P3UKM Periode 2003-2010 ………..
Data UMKM Binaan PUKM Kota Sukabumi …………………...
Realisasi Pembiayaan/Kredit Perbankan Kepada UMKM Binaan
Kota Sukabumi …………………………………………………...
Partisipasi UKM Binaan Dalam Pelatihan UKM …………..……
Partisipasi UKM Binaan Dalam Pameran UKM ………………
Pelaksanaan Program Pendampingan Koperasi dan UKM Kota
Sukabumi ………………………………………………………...
27
28
29
30
30
49
51
66
69
70
72
76
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Perkembangan UKM Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ……….
Perkembangan UKM Berdasarkan Omzet Usaha ………………..
80
82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perjalanan bangsa ini dalam membangun perekonomian nasional memang
sangat panjang, dari mulai Orde Lama, Orde Baru hingga Orde Reformasi dan
pascareformasi. Dari perjalanan yang amat panjang tersebut, lahirlah konsep
ekonomi yang berlandaskan pada nilai-nilai pemberdayaan dan pembangunan
masyarakat khususnya kelas menengah dan bawah yaitu Konsep Ekonomi
Kerakyatan.
Konsep Ekonomi Kerakyatan adalah gagasan tentang cara, sifat, dan tujuan
pembangunan dengan sasaran utama perbaikan nasib rakyat pada umumnya
bermukim di pedesaan. Konsep ini mengadakan perubahan penting ke arah
kemajuan, khususnya ke arah pendobrakan ikatan serta halangan yang
membelenggu sebagian besar rakyat Indonesia dalam keadaan serba kekurangan
dan keterbelakangan.1
Salah satu implikasi dari Konsep Ekonomi Kerakyatan adalah munculnya
unit-unit usaha kecil yang bernama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang
selanjutnya disebut UMKM. Di negara-negara berkembang pada umumnya, dan
1 Sarbini Sumawinata, Politik Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2004), h. 161.
Indonesia pada khususnya, UMKM merupakan salah satu pemain ekonomi yang
mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan meningkatkan distribusi
pendapatan secara merata. Selain itu, UMKM juga memiliki peranan yang cukup
strategis dalam memberdayakan ekonomi masyarakat di akar rumput yang sulit
untuk masuk ke sektor-sektor formal.
Dalam kenyataannya, kontribusi UMKM yang cukup strategis dalam
bidang penyerapan tenaga kerja dan peningkatan distribusi pendapatan belum
mampu mendorong Pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih besar
kepada sektor ini. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan industrialisasi di Indonesia
yang mengakibatkan UMKM kurang dianggap dan belum mendapatkan
perhatian serta kebijakan yang optimal, sehingga industrialisasi sangat nyata
dirasakan oleh usaha skala besar.
Menurut Didin Hafidhuddin (2002), kebijakan yang mengandung bias ini
memberi dampak yang tidak terlalu favourable terhadap perkembangan serta
pertumbuhan output di industri kecil dan rumah tangga. Padahal, kelompok ini
sangat penting terutama karena menyerap jauh lebih banyak jumlah tenaga kerja
dan secara potensial sangat berguna untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan
fleksibilitas industri nasional melalui fungsinya sebagai subkontraktor dari
kelompok industri yang lebih besar.2
2 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002) h. 85.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Koperasi dan
UMKM Republik Indonesia pada tahun 2009 dalam lingkup perekonomian
nasional, usaha mikro menguasai pangsa pasar 98,88% dari jumlah pelaku
ekonomi di Indonesia atau berjumlah 52.176.795 unit usaha. Usaha kecil
berjumlah 546.675 unit usaha atau 1,04%, usaha menengah sekitar 41.133 unit
atau 0,08% dan usaha besar berjumlah 4.677 usaha atau sekitar 0,01%. Namun
dalam hal kontribusi terhadap total ekspor nonmigas sektor UMKM hanya
menguasai 17,02% atau sebesar Rp. 162.254,5 milyar, sedangkan usaha besar
menguasai 82,98% atau sebesar Rp. 790.835,3 milyar3
Di Kota Sukabumi, jumlah UKM yang tercatat sesuai dengan data yang
dikeluarkan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota
Sukabumi Tahun 2009 berjumlah 15.441 unit. Namun sangat disayangkan bahwa
pengembangan UKM di Kota Sukabumi masih belum optimal karena dari jumlah
UKM yang ada, hanya sekitar 100 UKM yang telah mendapatkan pendampingan
secara komprehensif.4
3 Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UMKM, “Microfinance in National
Government Projects.” Pada Indonesia Microfinance Conference II, 2 Desember 2009 (Jakarta:
Indonesia Microfinance Association, 2009), h.21.
4 Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Sukabumi, Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Sukabumi: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota
Sukabumi, 2010), h. 26.
Hal inilah yang harus terus diperhatikan dan dikembangkan khususnya oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah berupa berbagai kebijakan yang
mendukung pengembangan UMKM karena UMKM memiliki potensi dan
peluang untuk terus berkembang bahkan mampu bersaing di tingkat regional dan
internasional. Beberapa potensi dan peluang tersebut adalah :
1. UMKM merupakan mayoritas pelaku usaha di Indonesia.
2. Masih besarnya pangsa pasar dalam negeri bagi pelaku UMKM.
3. UMKM lebih banyak menggunakan bahan baku lokal dengan dukungan
sumber daya alam Indonesia.
4. Komposisi modal sendiri lebih besar dari modal luar.
5. Kebutuhan pembiayaan tidak terlalu besar.
6. NPL/NPF kredit perbankan masih di bawah 5%.
7. Lebih fleksibel terhadap krisis ekonomi global.5
Beberapa kelemahan internal juga masih menjadi permasalahan mendasar
yang harus segera diselesaikan sehingga terbentuk UMKM yang profesional dan
berdaya saing internasional. Beberapa kelemahan tersebut adalah :6
1. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen.
5 Presentasi Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UMKM pada Indonesia
Microfinance Conference II, Jakarta, 2 Desember 2009.
6 Presentasi Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan pada
Indonesia Microfinance Conference II, Jakarta, 2 Desember 2009.
2. Kelemahan struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur
akses terhadap sumber-sumber permodalan.
3. Kelemahan memperoleh peluang (akses pasar) dan memperbesar pangsa
pasar.
4. Keterbatasan pemanfaatan akses dan dan penguasaan teknologi terapan.
5. Rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan, etos
kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsistensi mutu dan standarisasi
mutu dan jasa, serta wawasan kewirausahaan.
6. Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang dapat dibeli,
standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan
baku.
7. Efisiensi kerja rendah atau pengelolaan usaha berbiaya tinggi sehingga kurang
bisa diperhitungkan secara ekonomis7.
Pemerintah sebagai salah satu stakeholder pengembangan UMKM
seharusnya tidak hanya fokus pada sektor pembiayaan atau permodalan sebagai
salah satu komponen pengembangan UMKM, tetapi juga harus fokus pada
berbagai sektor yang mendukung pengembangan tersebut, sektor tersebut antara
lain administrasi, produksi, manajemen, pemasaran dan teknologi. Selain itu,
pemerintah juga harus bersinergi dengan pihak swasta dalam proses
7 Tulus Tambunan dalam bukunya Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia; Beberapa Isu
Penting, mengelompokkan masalah atau kelemahan UMKM ini kepada 5 (lima) bagian, yaitu kesulitan
pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM, masalah bahan baku dan keterbatasan teknologi.
pendampingan dan pengembangan ini sehingga sesuai dengan amanat Undang-
undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kecil.
Dalam rangka mengimplementasikan undang-undang dan peraturan
pemerintah di atas, Bank Indonesia Wilayah Jawa Barat bekerjasama dengan
Pemerintah Propinsi Jawa Barat bersinergi melakukan pembinaan dan
pendampingan UMKM di Jawa Barat dengan membentuk lembaga bernama
Pusat Pengembangan Pendamping UKM atau disingkat P3UKM yang bertugas
mengembangkan dan memberdayakan pendamping UKM di kota dan kabupaten
di Jawa Barat. P3UKM menaungi 112 pendamping dengan rincian 75
pendamping individu dan 37 pendamping lembaga di seluruh Jawa Barat.8
Penulis tertarik untuk meneliti mengenai pola dan peran pendampingan
yang dilakukan oleh pendamping individu, karena selama ini penelitian lebih
banyak dilakukan kepada pendamping UKM yang berbentuk lembaga. Dalam
penelitian ini, penulis fokus membahas Program Pendamping UMKM yang
dilakukan oleh pendamping individu/perorangan. Para pendamping yang menjadi
mitra dari P3UMKM harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh
P3UMKM yaitu :
8 Pusat Pengembangan Pendamping UKM, Buku Panduan P3UKM (Bandung: Pusat
Pengembangan Pendamping UKM, 2010), h. 14.
a. Berpengalaman dalam pemberdayaan UMKM (minimal 3 UMKM).
b. Memiliki komitmen yang jelas dalam pembinaan UMKM.
c. Menguasai teknis pendampingan terhadap UMKM.
d. Mempunyai jaringan kerja yang luas.
e. Memiliki sumber pendanaan untuk pembiayaan operasional.9
Adapun layanan yang diberikan oleh Pendamping UMKM meliputi
kegiatan antara lain :
1. Penyusunan rencana usaha
2. Penyusunan proposal kredit/pembiayaan
3. Penyusunan administrasi keuangan
4. Promosi dan pemasaran melalui pameran-pameran
5. Temu usaha10
Mengingat begitu pentingnya pertumbuhan dan perkembangan UMKM,
maka semua faktor yang dapat memperngaruhinya harus terus diupayakan dan
dibantu dengan serius dan konsisten dari semua pihak. Baik itu pemerintah, para
pelaku UMKM, lembaga keuangan, swasta maupun masyarakat itu sendiri.
Atas latar belakang permasalahan mengenai pentingnya keberadaan UKM
dan pengembangannya yang selama ini belum komprehensif serta faktor
pendamping individu sebagai salah satu stakeholder yang sangat krusial, maka
9 Ibid, h.9.
10 Ibid, h.10.
penulis melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pendampingan UMKM di
Jawa Barat dengan mengambil lokasi di Kota Sukabumi dalam sebuah skripsi
dengan judul ”Peran Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan
Menengah (P3UKM) Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) di Kota Sukabumi”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, sangat diperlukan pembatasan beberapa
pembatasan dalam penelitiannya. Untuk itu penelitian ini dibatasi pada pola dan
peran pendamping individu dalam hal ini Saudara Riki Koswara S.IP sebagai
pendamping UKM yang bekerja untuk Pusat Pengembangan Pendamping UKM
(P3UKM) Jawa Barat dan pengaruhnya terhadap perkembangan UKM binaan
yang ada di Kota Sukabumi. Pemilihan penelitian terhadap pendamping individu
dilakukan karena belum banyak penelitian sebelumnya yang dilakukan.
Dari uraian pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dapat
dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana pola pendampingan pendamping UKM yang dilakukan khususnya
oleh pendamping individu terhadap UKM di Kota Sukabumi?
2. Bagaimana perannya dalam pengembangan UKM?
3. Bagaimana pengaruh pendampingan tersebut terhadap perkembangan UKM di
Kota Sukabumi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pola pendampingan dan peran pendamping individu
dalam pengembangan UKM di Kota Sukabumi.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari pendampingan tersebut.
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
1. Adanya analisis dan pembuktian terhadap pola pendampingan dan
pengembangan Pendamping Individu terhadap perkembangan UMKM
Binaan di Kota Sukabumi.
2. Ditemukannya pengaruh-pengaruh positif terhadap pengelolaan UMKM
Binaan di Kota Sukabumi.
3. Memperkaya literatur dan khasanah keilmuan terutama terkait dengan
permsalahan Program Pendamping Individu UMKM dan Kinerja Pengelola
UMKM Binaan di Kota Sukabumi serta sebagai bahan rujukan bagi peneliti
sesudah penelitian ini yang mengambil tema dan permasalahan yang serupa.
D. Revieu Studi Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang
membahas topik sejenis yang berkaitan dengan pengembangan UKM,
diantaranya:
Pertama, dalam skripsi yang berjudul Peranan Perbankan Syariah
Dalam Membangun Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Industri
Kecil Di Daerah Duri Kosambi) yang ditulis oleh Herni Murniasih (FSH UIN
Syarif Hidayatullah/Muamalat/Perbankan Syariah, 2003) meneliti tentang pola
dan peran perbankan syariah dalam menyalurkan pembiayaan kepada UKM.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada pihak perbankan syariah
dan para pengusaha UKM di Daerah Duri Kosambi, Tangerang. Penelitian ini
memaparkan bahwa pola penyaluran pembiayaan secara syari’ah kepada
pengusaha kecil dan menengah memiliki kekhususan, mengingat setiap jenis
bidang usaha atau proyek yang akan dibiayai memerlukan skema fiqih yang
spesifik. Pola penyaluran dana syari’ah memiliki keunggulan komperatif
dibandingkan pola konvensional, karena pembiayaan berkaitan langsung dengan
sektor riil dan ditujukan kepada usaha yang halal, tidak ada peluang
melipatgandakan (compounding), serta lebih adil dalam mendapatkan
keuntungan dan menanggung risiko, sesuai dengan prinsip bagi hasil. Hasil
temuan penelitian ini menyatakan bahwa peranan perbankan syari’ah dalam
membangun usaha kecil dan menengah di daerah Duri Kosambi belum optimal.
Selama ini bank kurang memberikan informasi mengenai pola pembiayaan usaha
kecil dan menengah. Permasalahan mendasar dalam penyaluran pembiayaan
kepada pengusaha kecil dan menengah selain aspek permodalan, yakni
kurangnya jiwa kewirausahaan, terbelakangnya teknis produksi serta lemahnya
kemampuan dan pemasaran. Oleh karenanya, pola pembinaan, pengawasan dan
pendampingan secara teknis harus selalu dilaksanakan dalam setiap aktivitas
penyaluran pembiayaan. Di samping itu, hal-hal yang menyulitkan pengusaha
kecil untuk mengakses kredit usaha kecil disebabkan karena adanya aturan atau
tata cara permohonan kredit yang menurut kebanyakan pengusaha kecil
dirasakan terlalu panjang dan berbelit-belit. Kesulitan untuk mengakses fasilitas
kredit semacam itu terutama sangat dirasakan oleh pengusaha kecil yang berada
di sektor informal.
Dalam penelitian ini, peneliti masih berfokus pada lembaga keuangan saja,
padahal pihak swasta yang telah melakukan pendampingan kepada UKM baik
yang bersinergi dengan pemerintah maupun tidak harus diteliti juga sejauh mana
peranan dan dampaknya. Penulis mencoba untuk meneliti lembaga atau individu
yang memiliki kompetensi untuk mendampingi UKM tersebut.
Kedua, dalam skripsi yang berjudul Peranan BMT Dalam Memajukan
Usaha Pedagang Kecil Di Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah (Studi
Kasus. BMT Cita Sejahtera Ciputat Tangerang). Yang ditulis oleh Maria
Ulfah (FSH UIN Syarif Hidayatullah/Muamalat/Perbankan Syariah, 2005)
meneliti mengenai pola dan peran BMT dalam mengembangkan usaha kecil.
Peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada pihak BMT Cita Sejahtera
dan para pengusaha kecil di Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini menjelaskan bahwa prinsip operasional BMT Cita Sejahtrera
sebagai sebuah lembaga keuangan mikro syariah adalah menghimpun dana dari
pihak ketiga (deposan) dan memberikan atau menyalurkan pembiayaan-
pembiayaan kepada usaha-usaha produktif atau pedagang kecil dengan
memadukan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Operasional tersebut
dibarengi dengan prinsip-prinsip yang dipahami, seperti prinsip bagi hasil,
prinsip jual beli dan prinsip nonprofit. Temuan dari penelitian ini menyatakan
bahwa kontribusi yang diberikan BMT Cita Sejahtera dalam bentuk pemberian
dana pembiayaan sejumlah Rp 73.356.000,- (sampai akhir Desember 2005) dan
disalurkan kepada para nasabah yang membutuhkan modal untuk meningkatkan
kualitas usahanya. Dana ini sebagian besar (75%) ditujukan kepada para
pedagang kecil yang menjalankan kegiatan usahanya di sekitar lokasi kampus
UIN Jakarta. BMT Cita Sejahtera memberikan peran aktifnya kepada pedagang
kecil tidak hanya dengan menyalurkan dana pembiayaan saja, tetapi juga
kegiatan lain yakni memberikan bimbingan atau konsultasi usaha kepada para
nasabah pembiayaan. Hal ini diharapkan bisa membantu mereka untuk terus
meningkatkan dan memajukan usaha yang dijalankannya.
Penelitian ini juga membahas mengenai peran lembaga keuangan dalam
pengembangan UKM khususnya pedagang kecil. Perbedaan dengan penelitian
yang saya lakukan terletak pada fokus lembaga atau individu yang diteliti,
dimana saya meneliti mengenai lembaga atau individu non keuangan.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi lapangan (field research).
Studi lapangan dilakukan untuk melihat dan mengamati program, pola, dan
pengaruh pendampingan yang dilakukan oleh pendamping individu yaitu
Saudara Riki Koswara, S.IP serta mengumpulkan data-data yang diperlukan
sebagai bahan analisis.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif dengan
jenis deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam menganalisis,
orang, objek dan kondisi yang bertujuan untuk menggambarkan deskripsi
yang sistematis dari kondisi tersebut.
2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah usaha-usaha mikro dan kecil binaan
pendamping individu yang berlokasi di Kota Sukabumi yang berjumlah 25
unit. Dengan demikian, penulis melakukan teknik sensus karena populasi
kurang dari 100.
3. Jenis data
a. Data primer
Yaitu data yang bersumber dari data-data dan informasi-informasi yang
diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang berkecimpung di
lapangan.
b. Data sekunder
Data yang bersumber dari penelitian kepustakaan, berupa buku-buku,
jurnal maupun data-data elektronik yang diambil dari internet yang
membahas mengenai program dan pola pendampingan UKM.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi (pengamatan)
Pengamatan secara langsung kepada UKM mitra binaan Saudara Riki
Koswara, S.IP yang berjumlah 25 unit untuk memperoleh data-data yang
valid. Pengamatan ini dilakukan selama dua bulan mulai bulan November
sampai Desember 2010 dengan melibatkan para pemilik UKM dan
pendamping individu.
b. Wawancara (Interview)
Mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara
lisan dan dijawab dengan lisan juga. Teknik yang digunakan berupa
wawancara terbuka dimana jawaban yang diberikan oleh responden tidak
terikat. Pertanyaan yang diajukan meliputi masalah pola pembinaan yang
dilakukan Pendamping Individu serta pengaruh dan perkembangan yang
dialami oleh mitra binaan sejak menjadi binaan Pendamping Individu
yang meliputi permodalan, jumlah tenaga kerja, dan omset penjualan.
Adapun yang menjadi responden dalam wawancara ini adalah Riki
Koswara, S.IP selaku pendamping Individu.
c. Studi dokumentasi
Mengumpulkan data-data dari laporan dan dokumen-dokumen umum
yang didapat dari pendamping individu atau dokumen-dokumen lainnya
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
5. Analisis Data
Dalam analisis data, ada beberapa tahapan yang akan dilakukan oleh
penulis antara lain:
a. Reduksi Data
Proses reduksi data adalah proses katagorisasi data. Data yang didapat
dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara akan diklasifikasikan
mana data yang lebih penting untuk dianalisis. Data-data yang diperoleh
tentang pola, peran dan pengaruh pendamping individu UKM akan
dipilah dan dipilih untuk mana data yang benar-benar signifikan
terhadap pengembangan UKM binaan.
b. Penyajian Data
Proses penyajian data adalah proses menyajikan data yang sudah
tersusun sebagai hasil dari reduksi data sehingga mendapatkan data yang
lebih terfokus. Data yang sudah spesifik tersebut akan disajikan oleh
penulis untuk melihat bagaimana signifikansi peran dan pengaruhnya
terhadap UKM binaan.
c. Analisis dan penarikan kesimpulan
Tahapan dari analisis data adalah menganalisis data-data yang sudah
spesifik tentang pola, peran dan pengaruh pendamping individu dalam
pengembangan UKM binaan. Dari hasil analisis terhadap data tersebut
maka akan ditarik kesimpulan tentang penelitian ini.
d. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan skripsi ini merujuk pada buku ”Pedoman Penulisan
Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
e. Sistematika Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, revieu studi
terdahulu, objek penelitian, metode penelitian, pedoman penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN UMKM
Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teoritis tentang
pemberdayaan dan pembinaan mulai dari pengertian, prinsip, tujuan,
fungsi dan peran serta aspek-aspek pemberdayaan UMKM. Kemudian
landasan teoritis tentang usaha mikro, kecil dan menengah mulai dari
pengertian, peranan dan masalah-masalah yang dihadapi serta upaya
pengembangannya.
BAB III PROFIL P3UKM DAN PROGRAM PENGEMBANGAN UMKM
DI KOTA SUKABUMI
Bab ini menjelaskan mengenai program pengembangan UMKM di
Kota Sukabumi yang meliputi:
a. Sejarah berdirinya
b. Latar belakang, visi dan misi
c. Struktur organisasi dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
d. Pola pemberdayaan dan pembinaan
BAB IV POLA DAN PERAN PENDAMPING INDIVIDU P3UKM
DALAM PENGEMBANGAN UMKM BINAAN DI KOTA
SUKABUMI
Pada bab ini diuraikan mengenai pola dan peran pendamping individu
dalam pengembangan UKM serta pengaruh positif terhadap
perkembangan UKM binaan di Kota Sukabumi.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir dari laporan penelitian ini berisi kesimpulan dari
pembahasan bab-bab sebelumnya. Penulis akan memberikan saran dan
rekomendasi dengan harapan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
terkait.
BAB II
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN UMKM
A. Lembaga Pembinaan dan Pemberdayaan UMKM
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian lembaga adalah
badan atau organisasi yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan
atau melakukan suatu usaha.11
Sedangkan individu adalah orang seorang atau
pribadi orang (terpisah dari yang lain). Kata membina berarti membangun,
mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna dan
sebagainya). Kata berdaya memiliki arti berkekuatan, berkemampuan atau
mempunyai akal (cara, muslihat) untuk menguasai sesuatu. Sedangkan
pembinaan berarti proses, cara perbuatan membina atau usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang baik.12
Pemberdayaan masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau
meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan
nasional, upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi. Pertama,
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), h. 512.
12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 189.
berkembang. Kedua, meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
membangun melalui berbagai bantuan, pelatihan, pembangunan prasarana dan
sarana baik fisik maupun sosial serta pengembangan kelembagaan. Ketiga,
melindungi atau memihak yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak
seimbang dan menciptakan kemitraan saing menguntungkan.13
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Pasal 1
Ayat 8 dijelaskan bahwa pemberdayaan adalah upaya
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam
bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha
terhadap usaha mikro, kecil dan menengah sehingga
mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri.
Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia No. 02 Tahun 2008
tentang Pedoman Pemberdayaan Business Development
Services-Provider (BDS-P) Pasal 1 Ayat 8 dijelaskan
bahwa untuk Pengembangan Koperasi dan UMKM
(KUMKM), pembinaan dan pengembangan adalah
upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan
perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi
usaha menengah, sebagaimana diatur menurut Undang-
Undang tentang Usaha Kecil.
2. Prinsip
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 4 menjelaskan bahwa prinsip
pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah adalah
Pertama, Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan
13
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial; Kajian Ringkas Tentang Pembangunan
Manusia Indonesia. (Jakarta: Kompas, 2007), h. 107.
kewirausahaan usaha mikro, kecil dan menengah untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri. Kedua, Perwujudan
kebijakan yang transparan, akuntabel dan berkeadilan.
Ketiga, Pengembangan usaha berbasis potensi daerah
dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi usaha
mikro, kecil dan menengah. Keempat, Peningkatan daya
saing usaha mikro, kecil dan menengah, dan Kelima,
Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian secara terpadu.
3. Tujuan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 5 menjelaskan bahwa tujuan
pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah yang
dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta adalah
Pertama, Mewujudkan struktur perekonomian nasional
yang seimbang, berkembang dan berkeadilan. Kedua,
Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha
mikro, kecil dan menengah menjadi usaha yang tangguh
dan mandiri. Ketiga, Meningkatkan peran usaha mikro,
kecil dan menengah dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
4. Fungsi dan Peran
Lembaga pembinaan dan pengembangan memegang peranan yang sangat
strategis dalam upaya pengembangan UMKM, yaitu sebagai salah satu
lembaga pendukung dalam program pemberdayaan dan pengembangan
UMKM di Indonesia.
5. Aspek Aspek Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Pasal 7 Ayat 1 menjelaskan bahwa
pemberdayaan UMKM yang dilakukan baik oleh
pemerintah maupun pihak swasta harus mencakup
berbagai aspek, yaitu: pendanaan, sarana dan prasarana,
informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha,
kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan
kelembagaan. Sedangkan Pasal 16 Ayat 1 menjelaskan
bahwa pengembangan usaha meliputi aspek: produksi
dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, serta
desain dan teknologi.
B. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Mobilitas dalam ekonomi sangat diperlukan bukan semata agar manusia
tetap survival bahkan juga untuk mengembangkan dan meraih hidup yang lebih
baik. Mobilitas semacam ini memperoleh ruang dalam al-Quran setidaknya
dengan dua ungkapan utama, yaitu intishar fi al-ard dan hijrah.14
Allah SWT
berfirman:
Artinya:
”Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (QS. Al-Jumuah: 10)
Inilah letak keseimbangan yang diajarkan secara mendalam oleh Al-Quran.
Keseimbangan hidup yang harus senantiasa diaplikasikan oleh seluruh umat
Islam di muka bumi sepanjang hidupnya. Keseimbangan hidup antara kebutuhan
jasmani dan ruhani, dimana kedua hal itu akan saling menunjang dalam proses
mencapai keridhoan Allah SWT dan peran serta fungsi manusia sebagai khalifah-
14
Zakiyuddin Baidhawy, Islam Melawan Kapitalisme; Konsep-Konsep Keadilan dalam
Islam. (Yogyakarta: Resist Book, 2007), h. 100.
Nya di muka bumi yang harus menjaga dan merawat bumi dalam proses
pemenuhan kebutuhan jasmani.
Artinya:
”Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka
bumi Ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. barangsiapa keluar
dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya,
Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka
sungguh Telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nisa: 100)
Dalam ayat lain, Allah SWT menjelaskan secara detil bahwa penciptaaan
bumi beserta isinya ditujukan untuk kemashlahatan manusia dan Allah SWT
menganugerahkan manusia sumber daya untuk mengelolanya dengan baik.
Artinya:
”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-
Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. al-Mulk: 15)
Ayat di atas merupakan ajakan bahkan dorongan kepada umat manusia
secara umum dan kaum muslimin khususnya agar memanfaatkan bumi sebaik
mungkin dan menggunakannya untuk kenyamanan hidup mereka tanpa
melupakan generasi sesudahnya. Dalam konteks ini, Imam Nahrowi dalam
mukaddimah kitabnya Al-Majmu menyatakan bahwa umat Islam hendaknya
mampu memenuhi dan memproduksi semua kebutuhan – walaupun jarum – agar
mereka tidak mengandalkan pihak lain.15
Allah SWT menganugerahkan nikmat yang tak terhingga kepada seluruh
umat manusia. Dia menciptakan bumi ini bulat, terapung-apung di angkasa luas,
tetapi manusia tinggal di atasnya seperti berada di tempat yang datar terhampar,
tenang dan tidak bergoyang. Dengan perputaran bumi terjadilah siang dan
malam, sehingga manusia dapat bekerja di siang hari dan beristirahat di malam
hari.
Dengan memahami ayat ini, ada beberapa hal yang dapat ditetapkan :
1. Allah SWT memerintahkan agar manusia berusaha dan mengolah alam
untuk kepentingan mereka guna mendapatkan rezeki yang halal. Hal ini
berarti bahwa manusia yang tidak mau berusaha bertentangan dengan
perintah Allah SWT.
2. Karena berusaha dan mencari rezeki merupakan perintah Allah SWT. Maka
orang yang berusaha dan mencari rezeki itu adalah orang yang menaati Allah
SWT.
15
Ibid, h. 357.
Yang dimaksud dengan bekerja adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang, baik sendiri atau bersama orang lain, untuk memproduksi suatu
komoditas atau memberikan jasa.16
Sebagai landasan teoritis mengenai UMKM, penulis akan membahas
secara lebih mendalam mengenai pengertian usaha mikro, kecil dan menengah,
peranan dan kontribusinya, permasalahan serta upaya-upaya pengembangannya.
1. Pengertian
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008
tentang usaha mikro, kecil dan menengah Pasal 1 Ayat
1 yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perseorangan dan/atau badan
usaha perseorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro. Pasal 6 Ayat 1 menjelaskan bahwa kriterianya
adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
Sedangkan usaha kecil menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 1 ayat 2
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan atau badan usaha yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan tertentu. Pasal 6 Ayat 2
menjelaskan bahwa kriteria usaha kecil ini adalah
sebagai berikut :
16
Yusuf Qardhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), h. 51.
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) tdak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
Dengan menggunakan kriteria entrepreneurship, maka kita dapat
membagi UMKM ke dalam empat bagian:
a. Livelihood Activities, UMKM yang masuk kategori ini pada umumnya
bertujuan mencari kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku di
kelompok ini tidak memiliki jiwa entrepreneurship. Kelompok ini disebut
sebagai sektor informal. Di Indonesia jumlah UMKM kategori ini sangat
besar.
b. Micro Enterprise, UMKM ini bersifat pengrajin dan tidak memiliki jiwa
entrepreneurship. Jumlah UMKM ini di Indonesia juga cukup besar.
c. Small Dynamic Entreprise, UMKM ini cukup memiliki jiwa
kewirausahaan. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang
masuk kategori ini. Jika dididik dan dilatih dengan baik maka sebagian
dari UMKM kategori ini akan masuk ke kategori keempat. Jumlah
UMKM ini jauh lebih kecil dari jumlah UMKM yang masuk kategori satu
dan dua. Kelompok ini sudah mampu menerima pekerjaan subkontrak
dan ekspor.
d. Fast Moving Entreprise, UMKM asli yang mempunyai jiwa
kewirausahaan. Kelompok ini akan menghasilkan pengusaha skala
menengah dan besar. Kelompok ini jumlahnya jauh lebih sedikit dari
UMKM kategori satu dan dua.17
2. Kontribusi dan Peranan UMKM terhadap Perekonomian Nasional
UMKM memiliki peran dan kontribusi yang cukup besar dalam
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa indikator, antara lain : jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja,
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan total ekspor non migas.
Berikut ini akan digambarkan perkembangan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) dan usaha besar dalam perekonomian Indonesia tahun
2008-2009
Tabel 2.1
Jumlah Unit Usaha UMKM dan Usaha Besar
Tahun 2008-2009
No. Indikator Satuan 2008 2009 Perkembangan
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Unit Usaha
- Mikro
- Kecil
- Menengah
- Besar
(unit)
51.414.262
50.847.771
522.124
39.717
4.650
98,90
1,02
0,08
0,01
52.769.280
52.176.795
546.675
41.133
4.677
98,88
1,04
0,08
0,01
1.355.018
1.329.024
24.551
1.416
27
2,64
2,61
4,70
3,57
0,58
Sumber:
www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf
17
Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah
dan Koperasi. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 25-26.
Pertumbuhan unit usaha UMKM lebih tinggi dibandingkan dengan
usaha besar. Dalam tabel ini dapat dilihat bahwa pertumbuhan UMKM dalam
unit usaha mencapai 2,64% dari 51.409.612 unit pada 2008 menjadi
52.764.603 unit pada 2009, sedangkan usaha besar hanya 0,58 dari 4.650
menjadi 4.677. UMKM masih mendominasi pelaku usaha nasional dengan
pangsa 99,99% sedangkan usaha besar hanya sebesar 0,01%.
Tabel 2.2
Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap Tenaga Kerja
Tahun 2008-2009
No. Indikator Satuan 2008 2009 Perkembangan
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Tenaga Kerja
- Mikro
- Kecil
- Menengah
- Besar
(orang)
96.780.483
87.810.366
3.519.843
2.694.069
2.756.205
90,73
3,64
2,78
2,85
98.886.003
90.012.694
3.521.073
2.677.565
2.674.671
91,03
3,56
2,71
2,70
2.105.520
2.202.328
1.230
(16.504)
(81.534)
2,18
1,51
0,03
(0,61)
(2,96)
Sumber:
www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf
Usaha mikro masih mendominasi unit usaha yang mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu sebesar 91,03% atau sebanyak
87.810.366 pekerja pada 2008 menjadi 90.012.694 pekerja pada 2009, hal ini
semakin menguatkan bahwa UMKM merupakan unit usaha yang bersifat
padat karya dan mampu mengurangi pengangguran. Sedangkan usaha besar
hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 2,70% atau sebanyak 2.756.205
pekerja pada 2008 menjadi 2.674.671 pada 2009.
Tabel 2.3
Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap PDB
Menurut Harga Berlaku
Tahun 2008-2009
No. Indikator Satuan 2008 2009 Perkembangan
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Unit Usaha
- Mikro
- Kecil
- Menengah
- Besar
(Milyar)
4.693.809,0
1.510.055,8
472,830,3
630.339,9
2.080.582,9
32,17
10,07
13,43
44,33
5.294.860,9
1.751.644,6
528.244,2
713.262,9
2.301.709,2
33,08
9,98
13,47
43,37
601.051,9
241.588,8
55.413,9
82.923,0
221.126,2
12,81
16,00
11,72
13,16
10,63
Sumber:
www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf
Pada tahun 2008, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional
menurut harga berlaku sebesar Rp. 2.613 triliun atau sekitar 55,67%.
Kontribusi usaha mikro sebesar Rp. 1.510 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 472
triliun dan usaha menengah sebesar Rp. 630 triliun. Sedangkan usaha besar
berkontribusi sebesar Rp. 2.080 triliun atau sekitar 44,33%.
Sedangkan pada tahun 2009, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp.
2.993 triliun atau naik 14,54% dari tahun sebelumnya dengan rincian usaha
mikro sebesar Rp. 1.751 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 528 triliun dan usaha
besar Rp. 713 triliun. Sedangkan usaha besar berkontribusi sebanyak 43,47%
atau Rp. 2.301 triliun.
Tabel 2.4
Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap PDB
Menurut Harga Konstan
Tahun 2008-2009
No. Indikator Satuan 2008 2009 Perkembangan
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Unit Usaha
- Mikro
- Kecil
- Menengah
- Besar
(Milyar)
1.997.938,0
655.703,8
217.130,2
292.919,1
832.184,8
32,82
10,87
14,66
41,65
2.088.292,3
682.462,4
225.478,3
306.784,6
873.567,0
32,68
10,80
14,69
41,83
90.354,3
26.758,6
8.348,1
13.865,5
41.382,2
4,52
4,08
3,84
4,73
4,97
Sumber:
www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf
Pada tahun 2008, peran UMKM terhadap penciptaan PDB nasional
menurut harga konstan sebesar Rp. 1.165 triliun atau sekitar 58,35%.
Kontribusi usaha mikro sebesar Rp. 655 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 217
triliun dan usaha menengah sebesar Rp. 292 triliun. Sedangkan usaha besar
berkontribusi sebesar Rp. 832 triliun atau sekitar 41,65%.
Sedangkan pada tahun 2009, kontribusi UMKM tercatat sebesar Rp.
1.214 triliun atau naik 4,20% dari tahun sebelumnya dengan rincian usaha
mikro sebesar Rp. 682 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 225 triliun dan usaha
besar Rp. 306 triliun. Sedangkan usaha besar berkontribusi sebanyak 41,83%
atau Rp. 873 triliun.
Tabel 2.5
Kontribusi UMKM dan Usaha Besar Terhadap Total Ekspor
Non Migas
Tahun 2008-2009
No. Indikator Satuan 2008 2009 Perkembangan
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Unit Usaha
- Mikro
- Kecil
- Menengah
- Besar
(Milyar)
983.540,4
16.464,8
40.062,5
121.481,0
805.532,1
1,67
4,07
12,35
81,90
953.089,9
14.375,3
36.839,7
111.039,6
790.835,3
1,51
3,87
11,65
82,98
(30.450,5)
(2.089,5)
(3.222,8)
(10.441,4)
(14.696,8)
(3,10)
(12,69)
(8,04)
(8,60)
(1,82)
Sumber:
www.depdop.go.id/phocadownload/sandingan_data_umkm_2008-2009.pdf
Kontribusi UMKM terhadap total ekspor non migas pada tahun 2008
sebesar Rp. 178 triliun atau 18,10% dengan rincian usaha mikro sebesar Rp.
16 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 40 triliun dan usaha menengah sebesar Rp.
121 triliun, sedangkan usaha besar mendominasi dengan kontribusi sebesar
Rp. 805 triliun atau 81,90%.
Sedangkan pada tahun 2009, kontribusi UMKM sebesar Rp. 162
triliun atau 17,02% turun sebesar 8,85% dari tahun sebelumnya dengan
rincian usaha mikro sebesar Rp. 14 triliun, usaha kecil sebesar Rp. 36 triliun
dan usaha menengah sebesar Rp. 111 triliun. Adapun usaha besar
berkontribusi sebesar Rp. 790 triliun atau 82,98%.
3. Masalah-Masalah yang Dihadapi
Permasalahan internal usaha mikro, kecil dan menengah meliputi:
a. Rendahnya profesionalisme tenaga pengelola usaha UMKM.
b. Keterbatasan permodalan dan kurangnya akses terhadap perbankan dan
pasar.
c. Kemampuan penguasaan teknologi yang masih kurang.
Sedangkan permasalahan eksternal meliputi:
a. Iklim usaha yang kurang menguntungkan bagi pengembangan usaha
kecil.
b. Kebijakan pemerintah yang belum berjalan seperti yang diharapkan
c. Kurangnya dukungan.
d. Masih kurangnya pembinaan, bimbingan manajemen dan peningkatan
sumber daya manusia.18
Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan bahwa faktor kegagalan
sektor usaha kecil untuk berkembang antara lain; Pertama, Lemahnya
kemampuan di dalam pengambilan keputusan. Kedua, Ketidakmampuan
dalam manajemen. Ketiga, Kurang berpengalaman. Keempat, Lemahnya
pengawasan keuangan.19
Sedangkan kelemahan usaha kecil dapat dikategorikan ke dalam 2
aspek yaitu kelemahan stuktural dan kelemahan kultural.
1. Kelemahan Struktural
Merupakan kelemahan dalam struktur perusahaan, misalnya dalam bidang
manajemen dan organisasi, pengendalian mutu, pengadopsian dan
penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih
lokal dan terbatasnya akses pasar.
2. Kelemahan Kultural
18
Ahmad Erani Yustika, Perekonomian Indonesia; Deskripsi, Preskripsi dan Kebijakan.
(Malang: Bayu Media Publishing, 2006), h. 41.
19 Ibid, h.42.
Kelemahan ini berdampak terhadap terjadinya kelemahan struktural.
Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan
lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan,
pemasaran dan bahan baku, seperti:
a. Informasi peluang dan cara memasarkan produk.
b. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah dan
mudah didapat.
c. Informasi untuk mendapatkan fasilitas dan bantuan pengusaha besar
dalam menjalin hubungan kemitraan.
d. Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain,
kualitas maupun kemasannya.
e. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan
yang terjangkau.20
4. Upaya-upaya Pembinaan dan Pengembangan
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta
dalam upaya membina dan mengembangankan UMKM menjadi pelaku usaha
yang tidak hanya tahan banting, juga menjadi pelaku yang profesional dan
berdaya saing tinggi.
20
Suryana, Kewirausahaan; Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. (Jakarta:
Salemba Empat, 2009), h. 121-122.
Sejarah mencatat, berbagai program pengembangan UMKM seperti
Bimas (Bimbingan Masyarakat) tahun 1967, Kredit Investasi Kecil (KIK)
tahun 1975, Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil (P4K) tahun 1982,
Kredit Kelayakan Usaha (KKU) tahun 199021
sampai program yang paling
baru yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program-program tersebut hanya
bersifat ad hoc dan tidak menggandeng stakeholder lain yang juga dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan UMKM secara maksimal.
Permasalahan UMKM tidak hanya terletak pada kesulitas
permodalan22
semata, tetapi juga berbagai faktor teknis dan non teknis lainnya
seperti administrasi, produksi, pemasaran, SDM, perizinan, dan teknologi.
Sehingga, upaya-upaya pengembangannya pun harus meliputi berbagai faktor
yaitu :
1. Permodalan
Faktor ini sudah menjadi perhatian serius khususnya oleh
pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai program yang dikeluarkan
mayoritas didominasi oleh program-program permodalan baik tanpa
agunan maupun dengan agunan.
21
Krisna Wijaya, Analisis Pemberdayaan Usaha Kecil. (Bogor: Wirausaha Muda, 2002), h.
39-94.
22 Endah Widayati dan Pupu Marfuah dalam bukunya Are You An Entrepreneur? lebih luas
menjelaskan permodalan bahwa permasalahan ini tidak hanya menyangkut finansial/keuangan, tetapi
juga SDM, sarana/prasarana, sosial dan alam.
2. Administrasi
Membantu pelaku usaha kecil mengatur pembukuan dan
memisahkan antara keuangan perusahaan dengan keuangan keluarga.
3. Produksi
Menggunaan teknologi tepat guna, sehingga lebih efisien dalam
memproduksi barang/jasa yang dihasilkan.
4. Sumber Daya Manusia
Melakukan pendampingan berupa pelatihan dan pendidikan secara
berkesinambungan mengenai konsep kewirausahaan dan faktor-faktor
lainnya.
5. Pemasaran
Membantu pelaku usaha untuk lebih giat memasarkan produknya
baik melalui media massa khusus UMKM maupun pameran dan temu
usaha.
6. Perizinan
Menyederhanakan sistem perizinan dan mengurangi – bahkan
menghilangkan – pungutan-pungutan liar yang masih sering terjadi.
7. Teknologi
Peran teknologi khususnya teknologi informasi sangat besar bagi
perkembangan UMKM. Teknologi ini tidak hanya dimanfaatkan dalam
hal produksi tapi juga untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan.
Menurut Khusnul Ashar (2006)23
Pada konteks pelaku usaha kecil, peran
teknologi informasi sangat penting mengingat kompetitor atau pesaing
UMKM tidak hanya dari bisnis lokal atau regional tetapi telah melibatkan
pelaku usaha bisnis berskala internasional.
23
Khusnul Ashar et al, Analisis Makro dan Mikro; Jembatan Kebijakan Ekonomi Indonesia.
(Malang: BPFE Unibraw, 2006), h. 156.
BAB III
GAMBARAN UMUM
LEMBAGA P3UKM DAN PENDAMPING INDIVIDU
A. Profil Pusat Pengembangan Pendamping UKM (P3UKM) Jawa Barat
1. Sejarah Singkat
Ide awal pembentukan P3UKM terinspirasi oleh Kesepakatan Bersama
antara Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia dengan
Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan Kemiskinan melalui
Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
dimana Surat Kesepakatan Bersama tersebut ditandatangani 22 April 2002.
Dalam rangka implementasi Kesepakatan Bersama, maka pada tanggal 3
Oktober 2002 bertempat di kantor Bank Indonesia Bandung dilakukan diskusi
mengenai pengembangan Service Provider Management Unit (SPMU) yang
dikenal juga dengan sebutan Business Development Service Provider (BDSP),
Inkubator Bisnis dan Pendamping UKM, dalam rangka meningkatkan akses
UKM terhadap layanan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan
lainnya.24
Dalam diskusi yang melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Bank
Indonesia, Perbankan, Perguruan Tinggi, Inkubator Bisnis serta UKM terpilih,
24
Pusat Pengembangan Pendamping UKM, Buku Panduan P3UKM (Bandung: Pusat
Pengembangan Pendamping UKM, 2010), h.1.
disepakati bahwa Service Provider Management Unit (SPMU) sebagai
lembaga penyedia jasa yang bergerak di bidang pengembangan UKM perlu
diberikan penguatan kompetensi, khususnya di bidang keuangan. Sedangkan
untuk pengembangan SPMU perlu dibentuk Service Provider Management
Center (SPMC)
Pengembangan Service Provider Management Unit (SPMU) diharapkan
dapat mendekatkan hubungan UKM dengan perbankan yang terkendala,
karena :
a. Adanya kesenjangan komunikasi antara UKM dengan perbankan.
b. Perbankan memiliki keterbatasan informasi dan sumber daya dalam
melayani UKM.
c. Potensi jumlah BDSP atau Pendamping UKM cukup besar, namun jasa
yang ditawarkan kurang relevan dengan kebutuhan UKM dan perbankan.25
Dalam diskusi tanggal 5 November 2002 di Kantor Bank Indonesia
Bandung disepakati SPMC akan segera dibentuk dan pada tanggal 13-15
Desember 2002 diselenggarakan lokakarya penyusunan rencana operasional
SPMC.
Pada tanggal 13 Februari 2003 bertempat di Gedung Bank Indonesia
Bandung dilaksanakanlah penandatanganan Kesepakatan Bersama antara
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Bapak Maulana Ibrahim dengan Gubernur
Jawa Barat, Bapak H. Nuriana tentang pembentukan Pusat Pengembangan
25
Ibid, h.1.
Lembaga Jasa Pengembangan Usaha (PPLJPU). Nama tersebut dipilih sebagai
terjemahan dari SPMC. Pengkajian ulang terhadap nama PPLJPU pada
akhirnya diganti menjadi Pusat Pengembangan dan Pendamping Usaha Kecil
Menengah (P3UKM). Selanjutnya pada tanggal 31 Juli 2008 MoU
diperbaharui oleh Gubernur Jawa Barat dan Deputi Gubernur Bank Indonesia.
Pada tanggal 11 Juli 2003, Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan dan
Deputi Gubernur Bank Indonesia Maulana Ibrahim meresmikan pendirian
P3UKM dan dalam kesempatan ini diresmikan pula Anggota Dewan P3UKM
Jawa Barat untuk pertama kalinya sebagai berikut :
Ketua : Dr. Sjoko Sarwono, SH, MA. (PBI Bandung)
Wk. Ketua : H. Remi Tjahari, SE (Ka. Dinas KUKM Prop. Jawa Barat)
Anggota : Tb. Hisni (Ka. Biro Sarana Perekonomian Jawa Barat)
: Drs. Asmawi Syam, MM (Pinwil BRI)
: Ir. Hariharmono Busiri (PC Bandung Bank Bukopin)
: Abas S. Somantri, S.Pd, M.Pd (Direktur Bank Jabar)
: Albert A. A. Orah (Pinwil Bank Niaga)
: M. Budi Utomo (Pinwil Bank Danamon)
: Drs. Darwin Suzandi, MBA (Pinwil BNI)
: Ir. Kemal Ranadireksa, MBA (Pinwil Bank Mandiri)
: Hardi Juganda (Direktur Bank NISP)
: Drs. Yoyo Kartoyo, MM (Ketua Kadin Jawa Barat)
: Herman Muhtar (Ketua Kadin Bandung)
: Dr. Rina Indiastuti (Ketua LP3E Unpad)
: Dr. ABM Witono Philosopy (Kepala UPTPB Unpar)
: Ir. Tika Noorjaya (Wakil dari BDS Baden Wurttenberg)
: Ir. H. Iwan Sofwan (Wakil dari Pusat Inkubator IKOPIN)
: Ir. HR. Adang Akhdiyat, MM (Ketua Forum BDS)
: Ir. Yuliarso (Pincab Perum Sarana Pengembangan Usaha)
: IGM Mardika, S.Sos (Pincab PT. Askrindo)
2. Visi dan Misi
Visi P3UKM adalah menjadi lembaga yang dapat mempererat hubungan
antara PUKM dan UMKM dengan lembaga keuangan/perbankan. Sedangkan
misinya menjadikan PUKM sebagai lembaga yang profesional dalam
mengembangkan UMKM.26
3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan P3UKM adalah meningkatkan produktivitas dan kualitas PUKM
sehingga dapat meningkatkan kemampuan akses UMKM terhadap layanan
keuangan dari lembaga keuangan/perbankan.27
Adapun manfaat lembaga ini, sebagai berikut :
26
Ibid, h.8.
27 Ibid, h.8.
a. Bagi perbankan, dapat dijadikan sumber informasi mengenai PUKM untuk
diajak bermitra dalam penyaluran kredit kepada UMKM sehingga dapat
mengeliminasi risiko kredit/pembiayaan.
b. Bagi PUKM, dapat menjadi tempat konsultasi mengenai prosedur
perkreditan perbankan dan pola pengembangan koperasi dan UMKM.
c. Bagi UMKM, dapat menjadi sumber informasi mengenai PUKM yang
dapat membantu akses UMKM kepada perbankan.28
4. Struktur Organisasi
Penasehat : Gubernur Jabar dan Deputi Gubernur Bank Indonesia
Dewan
Ketua Dewan : Pemimpin Bank Indonesia Bandung
Wakil Ketua : Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Barat
Anggota :
Pemerintah Propinsi Jawa Barat (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat,
Biro Sarana Perekonomian Jawa Barat, Dinas Indag Agro). Lembaga
keuangan/Perbankan di wilayah Jawa Barat (pemimpin Bank Indonesia
Tasikmalaya, pemimpin Bank Indonesia Cirebon, Bank Jabar, Bank NISP,
Bank Mandiri, Bank BNI, Ban BRI, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon, PT.
Sarana Jabar Ventura, PNM). Asosiasi (Kadin Propinsi Jawa Barat, Kadin
Kota Bandung). Perguruan Tinggi (PIBI IKOPIN). Lembaga Penjamin Kredit
(Perum SPU dan PT. Askrindo)
28
Ibid, h.8.
Badan Pelaksana :
Orang-orang profesional dan berpengalaman dalam pengembangan UMKM.29
Gambar 3.1
Struktur Organisasi P3UKM
Sumber :
Buku Panduan P3UKM
Pusat Pengembangan Pendamping UKM Tahun 2010
Hal. 10
5. Profil PUKM Mitra P3UKM
Untuk menjadi pendamping mitra P3UKM , ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, yaitu :
a. Berpengalaman dalam pemberdayaan UMKM.
29
Ibid, h. 8-9.
Tim Penasehat Dewan P3UKM
Sekretaris Dewan
Badan Pelaksana
Manajer
Sekretaris
Divisi Administrasi
dan keuangan
Koordinator Wilayah Kerja
KBI Cirebon dan
Tasikmalaya
Divisi Pengembangan
PUKM
b. Memiliki komitmen yang jelas dalam pembinaan UMKM.
c. Menguasai teknis pendampingan terhadap UMKM.
d. Mempunyai jaringan kerja yang luas.
e. Memiliki sumber pendanaan untuk pembiayaan operasional.30
6. Jasa-jasa yang diberikan oleh PUKM Mitra P3UKM
Adapun jasa yang diberikan oleh pendamping adalah:
a. Penyusunan rencana usaha UMKM.
b. Penyusunan proposal kredit.
c. Penyusunan laporan keuangan.
d. Monitoring dan supervisi kredit/pembiayaan.
e. Pengembangan bisnis UMKM.31
7. Kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan
Tahun 2003
Fokus kegiatan P3UKM pada tahun 2003 adalah rekrutmen pegawai,
membangun sistem dan perangkat operasi organisasi, sosialisasi lembaga
P3UKM pada pihak perbankan, UKM dan PUKM. Dilanjutkan dengan
penyusunan modul-modul pelatihan, pendataan terhadap PUKM yang
tersebar di seluruh Jawa Barat dan pelatihan PUKM. Pada tahun 2003,
30
Ibid, h.9.
31 Ibid, h.10.
P3UKM berhasil mendata 125 PUKM, pelatihan dasar bagi 28 PUKM
dan pelatihan jasa laporan keuangan bagi 21 PUKM.32
Tahun 2004
Pelatihan dan Akreditasi PUKM Mitra
Pelatihan PUKM pada tahun 2004 berupa pelatihan dasar untuk 22
PUKM pelatihan laporan keuangan untuk 22 PUKM, 10 PUKM
memperoleh pelatihan jasa proposal kredit dan 18 PUKM mendapatkan
pelatihan monitoring kredit.
Dari serangkaian pelatihan dan pembinaan yang telah dilakukan,
ditetapkan sebanyak 21 PUKM mendapatkan akreditasi sebagai
pendamping UKM dalam meningkatkan akses terhadap layanan
pembiayaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Pengembangan Sistem Data dan Informasi (SIDAIN)
Mengingat pentingnya peranan teknologi informasi (TI) dalam sistem
informasi organisasi, maka P3UKM berinisiatif mengembangkan Sistem
Data dan Informasi (SIDAIN) yang diharapkan mampu menjadi pusat
data dan informasi yang dapat diakses oleh pihak-pihak yang
membutuhkan.33
Tahun 2005
32
Ibid, h.3.
33 Ibid, h.3.
Pelatihan dan Akreditasi PUKM Mitra
Pada tahun 2005 P3UKM menyelenggarakan pelatihan dasar bagi 13
PUKM dan pelatihan jasa lainnya bagi 26 PUKM Mitra. Selain itu,
dilakukan pula proses akreditasi bagi 13 PUKM Mitra yang telah
memenuhi persyaratan, sehingga secara keseluruhan P3UKM telah
mengakreditasi 34 PUKM.
Sasaran Kinerja PUKM
Sebelumnya dalam visi, misi, tujuan dan manfaat P3UKM tidak
dicantumkan usaha mikro sebagai sasaran kinerja PUKM, tetapi dalam
Rapat Dewan P3UKM tanggal 1 Februari 2005 diamanatkan bahwa usaha
mikro harus menjadi sasaran kinerja dari PUKM, sehingga sebutan bagi
UKM berubah menjadi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
Program Kasku
Program Kasku (Kupon Akses Keuangan) diluncurkan dengan maksud
untuk meningkatkan akses UMKM terhadap lembaga keuangan melalui
pemanfaatan teknologi informasi. Pihak yang terlibat adalah tujuh bank
sponsor (Bank Syarah Mandiri, Bank Mandiri, Bank BRI, Bank Bukopin,
Bank Niaga, Bank Commonwealth dan Bank Jabar), Swisscontact, HU
Pikiran Rakyat dan Radio Mara.34
Tahun 2006
34
Ibid, h.4.
Organisasi Pusat Pendampingan Pengembangan Pendamping Usaha
Kecil dan Menengah
Pada tahun 2006 terjadi perubahan organisasi yang cukup besar, yaitu
pergantian manajer, bergabungnya PT. Sarana Jabar Ventura, Dinas Indag
Agro Jawa Barat, PNM, Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat
sebagai anggota Dewan P3UKM, peleburan Divisi seleksi dan pelatihan,
Divisi sertifikasi dan penelitian, serta Divisi supervisi ke dalam Divisi
Pengembangan PUKM, serta pendirian Divisi Bisnis sebagai upaya
mengantisipasi isu kemandirian P3UKM.
Pelatihan dan akreditasi PUKM Mitra
Pada tahun 2006 P3UKM menyelenggarakan pelatihan dasar bagi 105
PUKM dari KADIN dan sarjana pendamping. Selain itu, 2 PUKM Mitra
telah memenuhi persyaratan diakreditasi.35
Tahun 2007
Organisasi Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan
Menengah.
Bertambahnya anggota dewan P3UKM yaiu Pemimpin Bank
Indonesia Cirebon dan Pemimpin Bank Indonesia Tasikmalaya.
Strategi Rekruitas PUKM Mitra
Strategi Rekruitasi PUKM Mitra P3UKM awalnya hanya ditujukan
untuk PUKM lembaga yang dalam prosesnya melalui pelatihan dasar dan
35
Ibid, h.4-5.
proses akreditasi (single entry strategy), namun melihat perkembangan
yang terjadi dibutuhkan strategi lain untuk meningatkan kualitas dan
kuantitas PUKM. Pada tahun 2007 P3UKM memutuskan double entry
strategy sebagai strategi rekruitasi selain dilakukan kepada PUKM
lembaga juga perlu PUKM individu yang kemudian akan diwadahi dalam
Associate Consultant P3UKM.
Pelatihan dan Akreditasi PUKM Mitra
Pada tahun 2007 P3UKM mengakreditasi 9 PUKM individu.36
Tahun 2008
Pendirian Kantor Cabang P3UKM
Untuk meningktakan produktivitas dan memperluas jangkauan
P3UKM, maka didirikan kantor cabang P3UKM di Cirebon dan
Tasikmalaya, kedua cabang tersebut berkantor di kantor Bank Indonesia
Cirebon dan Tasikmalaya.
Pelatihan dan akreditas PUKM Mitra
Pada tahun 2008 P3UKM memberikan pelatihan dasar kepada 29
PUKM Mitra P3UKM dan mengakreditasi 3 PUKM individu.37
Tahun 2009
Fokus dalam meningatkan peran dan jumlah pendamping UMKM.
36
Ibid, h. 5.
37 Ibid, h. 6.
Dalam usia yang ke-6 Pusat Pengembangan Pendamping UKM berupaya
untuk meningkatkan pendampingan kepada UMKM untuk akses ke
perbankan, melalui fasilitasi pendampingan PUKM target kredit pada
tahun 2009 sebesar Rp. 250 milyar dan 6.000 debitur serta penambahan
jumlah Pendamping UKM sebanyak 100% atau menjadi 90 PUKM
(Pendamping UKM)
Koordinasi dengan dinas terkait di lingkungan pemerintah provinsi
yang membina UMKM melalui sinergitas program kegiatan pembinaan
dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Jawa Barat.
Pelatiah dan akreditasi PUKM Mitra
Pada tahun 2009 Pusat Pengembangan Pendamping UKM
memberikan pelatihan dasar kepada 100 orang dalam 4 paket pelatiahan
dan mengakreditasi 2 PUKM lembaga dan 38 PUKM individu.38
Kerjasama Lembaga
12 Agustus 2009 dilakukan penandatangan MoU antara Yayasan Batik
Jawa Barat dengan Pusat Pengembangan Pendamping UKM dalam
rangka pengembangan UKM Batik di Jawa Barat.
Kerjasama Kelembagaan
a. Lembaga keuangan : Allianz Life Indonesia
38
Ibid, h. 7.
b. Pemerintah : Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota dan
Kabupaten Bandung, Kementerian Perindustrian, BPPT, B2TTG
LIPI, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
c. BUMN : Bio Farma, Pertamina, PTPN VIII
d. Perguruan tinggi : IKOPIN, Unpad, Unpar, ITB, Unisba, STT Tekstil
e. Asosiasi : Kadin Provinsi Jawa Barat, Kadin Kota/Kab se-Jawa
Barat, LPNU Kota/Kab se-Jawa Barat, Perbarindo Jawa Barat.
f. Lembaga internasional: Swisscontact, IFC Pensa, GTZ, USAID, In
Went
g. Swasta : HM Sampoerna, Bogasari Flour Mills
h. Media Massa : Tempo Inti Media, Radio Mara, Pikiran Rakyat39
Tabel 3.1
Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank
Yang Telah Bekerjasama Dengan PUKM Mitra P3UKM
(Periode 2004-2010)
No. Nama lembaga No. Nama Lembaga
1 Bank Mandiri 19 Bank Ekspor Indonesia
2 Bank Syariah Mandiri 20 BCA
3 Bank Negara Indonesia 21 PT. SJV
4 Bank Rakyat Indonesia 22 Bank Saudara
5 Bank Jabar 23 Bank Artha Graha
6 Bank Jabar Syariah 24 Bank Bumiputera
7 BTPN 25 BTN
8 Bank Permata 26 Bank Commonwealth
9 Bank Bukopin 27 BNP
39
Ibid, h. 7.
10 Bank Bukopin Syariah 28 Bank Danamon
11 Bank Muamalat 29 Bank Haga
12 Bank Niaga UKM Center 30 Bank Jasa Artha
13 Bank Niaga Syariah 31 BPR KS
14 Bank Mega 32 BPR Niaga Mitra
15 Bank NISP 33 BPR Swamitra
16 Bank Panin 34 BPR Kota Bandung
17 Bank Artos Indonesia 35 BPR Sadayana Artha
18 Bank Buana
Sumber :
Buku Panduan P3UKM
Pusat Pengembangan Pendamping UKM Tahun 2010
Hal. 12
Gambar 3.2
Proses Seleksi, Pelatihan dan Sertifikasi Jasa PUKM Mitra
Laporan Bank Laporan PUKM
Gagal
Sumber :
Buku Panduan P3UKM
Pusat Pengembangan Pendamping UKM Tahun 2010
Hal. 13
Publikas
i
Sosialisasi
dan Seminar
Informasi
Registrasi
Calon PUKM
Mitra
Seleksi
Penilaian
Pelatihan
Dasar Ujian Akreditas
i
Pelatihan
Jasa*) Ujian
MoU
(Bank + PUKM)
Data dari
Instansi
Aplikasi
Langsung
Pengalaman
pendamping
UKM > 1
Thn
Komitmen
dalam
pembinaan
umum
Basis
Data
Sertifikas
i**)
Monitoring dan
Evaluasi
Kemampuan
membantu
laporan keuangan
UMKM
Jumlah proposal
kredit UMKM
yang disetujui
Bank
Networking
(lokal, nasional,
internasional)
Kemampuan
membantu
pengembangan
bisnis UMKM
Kualitas kredit
UMKM binaan
Standar Kinerja
Pencabutan
sertifikat
Tabel. 3.2
Daftra Nama PUKM Mitra P3UKM
Periode 2003-2010
Wilayah Bandung, Tasikmalaya dan Cirebon
No Nama Bentuk Kota Alamat
1 Ahmad Radea Individu Kab. Sumedang Dsn. Sirnagalih RT.
02/X Ds. Mekargalih
Kec. Jatinangor
2 Enung Supartini Individu Kab. Sumedang Dsn. Sirnagalih RT.
02/X Ds. Mekargalih
Kec. Jatinangor
3 Sopari Individu Kota Bandung Komp. Surapati Core
blok AB-31
4 Cecep Parhanudin Individu Kab. Sukabumi Jl. Mawar No. 15 Perum
Gunung Jaya Permai
5 Herry Marthadjaya Individu Kota Bandung Jl. Jupiter Utama II E2-
13 Ciateul No. 60
6 Agus Suhardi Individu Kab. Subang Komp. BTN Griya
Pesona Praja E5 No. 19
7 Dewi Reni Individu Kota Bandung Jl. Cikutra Baru Raya 1
8 Dedi Hidayat Individu Kab. Bandung Jl. Awibitung Gg.
Jembar III No. 26A
9 Taufik Suhadani Individu Kota Bandung Jl. Marga Indah I No. 7
10 George Zainal Haddy Individu Kota Bandung Jl. Ligarsari III No. 3
11 Cep Anton Firtana Individu Kota Bandung Jl. Cibiru Tonggoh 1
12 Umar Kusumah Individu Kota Bandung Jl. Kasuari I RT. 4/9
Kel. Maleber
13 Budi Arisandie Individu Kota Bandung Jl. Asia Afrika No. 158-
160
14 Ahmad Soemariana Individu Kota Bandung Komp. Bumi
Panyawangan, Jl.
Meranti Timur II No. 16
15 Rima H. Soemariana Individu Kota Bandung Komp. Bumi
Panyawangan, Jl.
Meranti Timur II No. 16
16 Iskandar Riza Individu Kota Bandung Komp. Cibolerang Blok
K 48 RT. 7/7
Margahayu Utara
17 Moh. Zoemadi Individu Kota Bandung Jl. Pasundan Gg.
Cakradiredja 177/18B
18 Tatang Tisnasenjaya Individu Kab. Bogor Jl. Pangeran Sogiri 19
19 Popo Wahyudi Individu Kota Bandung Jl. Kawaluyaan Indah I
No. 10B
20 Asep Sudirman Individu Kota Bandung Jl. Marga Indah I No. 7
21 R. Harry Mulyawan Individu Kota Bandung Jl. Nilem B 10
Rancaekek Wetan
22 Dyan Gunawan Individu Kab. Bogor Jl. Gagak No. 12 RT.
1/9 Ds./Kel. Gunung
Putri
23 M. Hasanudin S.PdI Individu Kab. Sukabumi Cibolang Kaler Tipar
Cisaat RT. 1/5 Ds/Kel.
Sawah Gede
24 Riki Koswara Individu Kota
Sukabumi
Jl. Lettu Bakri Gg.
Berikari III
Nyomplong
25 Didin N Individu Kab. Depok Jl. Raya Mukhtar No.
02 RT. 1/1 Sawangan
26 M. Ridwan, SE Individu Kab. Depok Jl. Masjid Nurul Fatah
No. 31 RT. 1/3 Ds/Kel.
Bojongsari
27 Edi Gunawan Individu Kota Bandung Jl. Kb. Sirih No 108
28 Subhan Hasanudin,
S.Hut
Individu Kab. Cianjur Jl. Sindanglaya No. 29
Kp. Pasir Cina RT. 1/5
29 BIMMA Lembaga Kota Bandung Jl. Suryalaya Barat I
No. 7
30 Al-Amwal Institute Lembaga Kota Bandung Jl. Cibaduyut Gg. Ibu
Ipong No. 57
31 Aspek DKM Lembaga Kota Bandung Jl. Raya Cipadung No.
105 Cibiru
32 Bina Insan Mandiri Lembaga Kota Bandung Jl. AH Nasution Sukup
Raya No. 1
33 Profex Lembaga Kota Bandung Jl. Wijaya Kusuma III
No. 34 Cijambe Indah
34 PUPUK Lembaga Kota Bandung Jl. H. Wasid No. 29
35 Pusat Layanan
Agribisnis dan
Pengembangan
(PLAP)
Lembaga Kota Bandung Jl. Permata Bumi Raya
Kav. 6 Arcamanik
36 Swadayamas Jayagiri Lembaga Kota Bandung Jl. Asia Afrika No. 141-
149 Lt. 6
37 Pinbuk Bekasi Lembaga Kota Bekasi Jl. Jayagiri No. 66
38 Riyadhul Amanah Lembaga Kab. Cianjur Jl. Hasanudin No. 5 Gg.
Juang Tambun
39 Bina Mitra Usaha Lembaga Kota Cirebon Jl. Taifur Yusuf No. 29
40 Koperasi Mitra
Usaha Mandiri
Lembaga Kota Sukabumi Komp. Duta Regency
Kav. 1 A/6
41 Yayasan Tarbiyah
Islamiyah
Lembaga Kota Sukabumi Kp. Lunjuk Hilir RT.
5/13 Jl. Suryalaya Ds.
Talagasari
42 LPPU Sumedang Lembaga Kab. Sumedang Jl. RA Kosasih No. 246
43 Pinbuk Sumedang Lembaga Kab. Sumedang Jl. Veteran No 66 Cisaat
44 CV. Artha Multi
Bisnis Consulting
(AMC)
Lembaga Kota Bandung Komp. Islmic Center Jl.
Kutamaya No. 25
45 Koperasi Agribisnis
dan Agroindustri
(KOPAGRO)
Lembaga Kota Bandung Jl. Suryalaya Barat I
No. 7
46 Koperasi Pertanian
Mitra Sukamaju
Lembaga Kab. Bandung
Barat
Jl. Pasirlangu RT. 3/3
Pasirlangu Cisarua
47 Kop. Wirausaha
Nasional Jabar
Lembaga Kota Bandung Jl. Talaga Bodas No. 31
48 Lembaga Bantuan
Manajemen (LBM)
Lembaga Kota Bandung Jl. RE Martadinata No.
119
49 LPK & UKM Lembaga Kota Bandung Jl. Venus Barat Kav. 9-
11 Komp. Margahayu
Raya
50 LPWIBI Bandung Lembaga Kota Bandung Jl. Jakarta No. 28
51 Prokonsul Lembaga Kota Bandung Jl. Gunung Rahayu I
No. A17
52 PUKM IKOPIN Lembaga Kab. Bandung Kaw. Perguruan Tinggi
IKOPIN KM. 20,5
53 PB UNPAD Lembaga Kota Bandung Jl. Dipati Ukur No. 36
54 BDS HIKAM Lembaga Kota Bandung Jl. Srimahi Baru No. 7
55 BPPKU Kadin Lembaga Kota Bandung Jl. Talaga Bodas No. 31
56 STIE Pasim Lembaga Kota Sukabumi Jl. Letda T. Asmita 5
Tasikmalaya
57 Drs. Apendi Sohib Individu Kota
Tasikmalaya
Perum Balokang Blok
D 238-240
58 H. Kinding Hidayat
Maja
Individu Kota Banjar Jl. Pesantren Cibeunteur
No. 8 Banjar Kolot
59 Iwan Setiawan, SE Individu Kab. Ciamis Dsn. Pabrik RT. 14/7
Desa Cihalarang
60 Elis Hoerur
Rahmawati
Individu Kab. Ciamis Jl. Yos Sudarso No. 59
61 Syamsiar H. Sandiah Individu Kota Banjar Jl. Siluman RT. 24/11
Desa Cihalarang
62 Jojo Sutarjo Individu Kota
Tasikmalaya
Jl. Peta No. 37
63 Ade Mohamad NZ Individu Kab.
Tasikmalaya
Gn Sumur RT. 1/8
Cikadongdong
64 Arif Hidayatullah,
SH
Individu Kota Banjar Dsn Sindangdalih RT.
5/3 Ds. Neglasari
65 Eko Yulianto Individu Kota Banjar Dsn. Sindanggalih RT.
1/6 Ds. Rejasari Kec.
Langensari
66 Ade Haditna Individu Kota Banjar Jl. Letjen Suwanto No.
52 Parungsari
67 Juni Harto Individu Kota Banjar Dusun Cijurey Desa
Kujangsari
68 Ahmad Ibrahim
Badri
Individu Kab.
Tasikmalaya
Jl. Raya Cintaraja No.
44 RT. 13/3 Cintaraja
69 Enin Tursini, S.P Individu Kab. Ciamis Jl. Ir. H. Juanda Komp.
Pemkot
70 Andi Rustandi Individu Kab. Ciamis FE Universitas
Siliwangi Jl. Siliwangi
No. 24
71 Yuyun H. Rosyid Individu Kab.
Tasikmalaya
Kamp. Rancamaya
Cipasung Ds. Cipakat
72 Deti Kania Sari Individu Kab.
Tasikmalaya
Jl. Raya Rajapolah 293
73 Iwan Sugianto, SE Individu Kota Banjar Blkg SDN Sukahening
No. 19
74 Eli Jaliliah, SE Individu Kab.
Tasikmalaya
Kp. Babakan Muncang
RT. 2/4 Cisaruni
Padakembang
75 Nurcholis, SE Individu Kab.
Tasikmalaya
Kp. Cipicung Koneng
RT. 20/5 Ds/Kel.
Singasari
76 Raisa Pebrianie,
SKM
Individu Kab.
Tasikmalaya
Jl. Bojong Kaum No. 49
RT. 7/11 Ds./Kel.
Cipedes
77 Yanti Sartika Individu Kab.
Tasikmalaya
Jl. Seladarma No. 12A
Blkg 6 Kel. Yudanegara
78 Wawa Wardil Hasan Individu Kab.
Tasikmalaya
Kp. Nangerang Desa
Salawu Kec. Salawu
79 Deden Supartama Individu Kota
Tasikmalaya
Kp. Legok Randu Ds.
Burujul Jaya Cibolang
80 Andi Suwandi, SE Individu Kab.
Tasikmalaya
Kp. Cireungit RT. 5/1
Ds. Kersamenak
81 Abdul Wahid Hakim Individu Kab.
Tasikmalaya
Jl. Guntur BBK
Pajagalan RT. 1/6
82 KP2UKM Lembaga Kab. Garut Jl. Sunan Drajat No. 14
Komp. Perkantoran
Sumber
83 INPROBIS Lembaga Kab. Garut Jl. Otista No. 6 Lt. 2
84 Solusi Mitra
Konsultan
Lembaga Kota
Tasikmalaya
Komp. Permata
Regency Jl. Pertama
Raya Blok H Kav. 4
85 ISEC Lembaga Kota
Tasikmalaya
Jl. Kenanga No. 5
Tanjungsari
86 Pinbuk Tasikmalaya Lembaga Kota
Tasikmalaya
Komp. PT. INTI Gd. O
Jl. Moh Toha No. 77
87 LPPM Unigal Lembaga Kab. Ciamis Jl. RE Martadinata 150
88 Koperasi Bina Tani
Sukakerta
Lembaga Kab. Ciamis Jl. Raya Sukakerta No.
422 Panumbangan
89 Tasikmalaya Trade
and Industry Guide
(TTIG)
Lembaga Kota
Tasikmalaya
FE Universitas
Siliwangi Jl. Siliwangi
No. 24
90 CV. Trikarya Lembaga Kab. Ciamis Blkg. Pasar
Panumbangan Jl.
Landeuh No. 100
Cirebon
91 Taufik Anggara Individu Kab.
Cirebon
Ds. Babakan Gebang
No. 14 RT. 1/5
92 Heria Nugraha Individu Kab. Komp. Stadion Bima Jl.
Kuningan S. Rokan No. K-8
93 Teguh Priyono Individu Kab.
Kuningan
Bumi Caracar Permai
Blok 2 No. 2 Cilimus
94 Romi A. Hidayat Individu Kota
Cirebon
Jl. Rajawali Timur II/10
Cirebon
95 Nana Nurjanah Individu Kab.
Cirebon
Desa Balad RT. 3/3 No.
22 Kec. Dukupuntang
96 Ety Suryati Individu Kab.
Cirebon
Taman Kemantren Blok
Kecubung II/9 RT. 2/5
97 Adhie Kurniawan Individu Kab.
Cirebon
Ds. Karangmekar Kec.
Karangsembung
98 Jejen Individu Kab.
Majalengka
Perum BCA Desa
Tenjolayar
99 R. Hasan Diki R Individu Kab.
Cirebon
Jl. Kudus C 21/5 RT.
4/15 Nuansa MJS
Kesambi
100 Cucu Sumarsana Individu Kab.
Majalengka
Blok Wage RT. 2/5
Randegan Kulon
Jatitujuh
101 Ahmad Fatoni Individu Kab.
Indramayu
Jl. Paoman Utara No.
183 RT. 4/1
102 Arie Hariyadi Individu Kab.
Majalengka
Desa Jatipamor RT. 8/4
Panyingkiran
103 Nunung Nurlaelah Individu Kota
Cirebon
Jl. Raya Angkasa No.
28B Katiasa Baru
104 Asep Kurniawan Individu Kab.
Majalengka
Jl. Dawuan No. 9 Kec.
Dawuan
105 Yodi Rudiantono Individu Kab. Jl. Gn. Tangkuban
Kuningan Perahu I No. 194
106 Ka Asep Suarna Individu Kab.
Majalengka
Jl. Raya Pasirhanja 51
107 Hendri Siswoyo, SST Individu Kab.
Majalengka
RT. 4/2 Ds. Babakan
Sari Kec. Bantarujeg
108 Sukarna Individu Kab.
Kuningan
Jl. Tomik Dusun III RT.
15/3 Kel. Jalaksana
109 Lili Nur Chamelia Individu Kab.
Cirebon
Jl. Gunung Galunggung
III DXV No. 171
110 Dewi Yuniarti, SP Individu Kota
Cirebon
Jl. Dr. Cipto
Mangunkusumo RT. 3/8
111 Nanang Suryaman,
SE
Individu Kota
Cirebon
Jl. Suradinaya No. 208
Gunung Sari
112 Nana Suryana Individu Kab.
Kuningan
Desa Manis Kidul RT.
11/3 Kec. Jalaksana
Sumber :
Buku Panduan P3UKM
Pusat Pengembangan Pendamping UKM Tahun 2010
Hal. 15-19
Dari 112 pendamping yang dinaungi oleh Pusat Pengembangan Pendamping
UKM, Riki Koswara, S.IP menjadi satu-satunya pendamping individu yang
bertugas di Kota Sukabumi. Sehingga, beliau menjadi sumber wawancara utama
penelitian ini.
Riki Koswara telah menjadi pendamping individu P3UKM sejak tanggal 16
November 2008. Dalam kurun waktu tahun 2009 , beliau telah mendampingi 25
UKM secara komprehensif. Beliau merupakan Sarjana Ilmu Pemerintahan
lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sukabumi.
B. Analisis SWOT
Analisis SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan startegis
yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan
(Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities) dan ancaman
(Threats) yang mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan atau
lembaga dalam skala yang lebih luas.
P3UKM dan mitra pendampingnya merupakan lembaga yang dapat dianalisis
dengan metode ini untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, sehingga dapat menjadi pijakan untuk lebih berkembang dan efektif
dalam membantu pengembangan UMKM binaan. Berikut analisis SWOT
terhadap PUKM:
1. Strengths (kekuatan), antara lain:
a. Didukung dan dilindungi oleh lembaga pemerintah yang kredibel, yaitu
Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
b. Memiliki sumber daya manusia yang potensial dan profesional, yaitu para
pendamping berpengalaman. Hal ini dapat dilihat dari persyaratan yang
harus dipenuhi untuk menjadi pendamping UKM P3UKM yaitu harus
menjadi pendamping minimal 3 UKM.
c. Program pelatihan dan pendidikan yang diterima pendamping UKM oleh
para ahli yang diundang oleh P3UKM.
d. Memiliki jaringan yang luas di daerah-daerah Jawa Barat.
e. Para pendamping UKM mendapatkan insentif, baik dari P3UKM sebagai
induk maupun UMKM binaan.
2. Weaknesses (kelemahan), antara lain:
a. Kurang banyaknya sumber daya manusia di tiap daerah. Seperti
contohnya di Kota dan Kab. Sukabumi yang hanya memiliki satu
pendamping individu.
b. Sebagian pendamping UKM memiliki pekerjaan inti, sehingga fokus
dalam pendampingan UMKM menjadi pecah.
c. Sebagaimana program-program pemerintah yang lain, program ini juga
tidak konsisten dan tergantung pada kucuran APBD.
d. Tidak ada kepastian dari dinas-dinas terkait di daerah untuk mengangkat
pendamping ini menjadi pegawai tetap.
3. Opportunities (peluang), antara lain:
a. Perhatian dan dukungan yang baik dari pemerintah, baik pusat maupun
daerah terhadap pengembangan UMKM.
b. Pertumbuhan UMKM yang cukup cepat dan menjadi pilihan masyarakat
untuk bekerja.
c. Ketahanan UMKM terhadap krisis ekonomi. Banyak contoh UKM yang
layak dijadikan UKM yang tahan krisis ekonomi.
4. Treaths (ancaman), antara lain:
a. Masih tidak bersahabatnya peraturan perbankan maupun lembaga
keuangan lainnya dalam memberikan permodalan bagi UMKM.
b. Kurang optimalnya dukungan dan perlindungan dari pemerintah, baik
pusat maupun daerah terhadap produk-produk UMKM.
c. Pemahaman pelaku usaha kecil yang masih menganggap bahwa
permodalan yang diberikan oleh pemerintah sebagai bantuan yang tidak
wajib dikembalikan.
BAB IV
PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN TERHADAP
USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
DI KOTA SUKABUMI
A. Pola Pemberdayaan dan Pembinaan UMKM Oleh Pendamping Individu
Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sistem, cara kerja,
bentuk (struktur) yang tetap.40
Sedangkan menurut Kamus Ilmiah Populer, kata
pola memiliki arti model, contoh atau pedoman (rancangan).41
Dalam penelitian
ini makna pola yang lebih tepat adalah sistem atau cara kerja. Sehingga, pola
pemberdayaan dan pembinaan berarti sistem atau cara pemberdayaan dan
pembinaan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 tahun 1998
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, pembinaan dan
pengembangan adalah upaya yang dilakukan pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk
40
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), h. 692.
41 Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya; Artaloka,
1994), h. 605.
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah,42
dilakukan secara terarah dan terpadu serta berkesinambungan.43
Adapun faktor-
faktor yang harus dibina dan dikembangkan meliputi produksi dan pengolahan,
pemasaran, sumber daya manusia, dan teknologi.
Pembinaan dan pengembangan UMKM dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi usaha UMKM.
2. Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi dan
masalah yang dihadapi.
3. Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan.
4. Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan progran pembinaan dan
pengembangan bagi UMKM. 44
Sedangkan pembinaan dan pengembangan UMKM yang dilakukan oleh
dunia usaha dan masyarakat, meliputi:
1. Penyediaan tenaga konsultan profesional, sarana, prasarana, dana, teknologi
dan informasi.
2. Bimbingan dan konsultasi.
42
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kecil, Pasal 1.
43 Ibid, Pasal 2.
44 Ibid, Pasal 5.
3. Pendidikan dan pelatihan.
4. Advokasi
5. Pendirian klinik konsultasi bisnis untuk UMKM. 45
Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah (P3UMKM)
melalui mitra pendamping UMKM di berbagai daerah baik individu maupun
lembaga memiliki berbagai program pembinaan dan pengembangan yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 di atas. Program
pembinaan dan pengembangan UMKM yang dilakukan oleh PUMKM meliputi
sistem, metode dan teknik pendampingan.
Gambar 4.1
Skema Pola Pendampingan UMKM
Sumber :
Buku Panduan P3UKM
Pusat Pengembangan Pendamping UKM Tahun 2010
Hal. 7
Gambar di atas menunjukan pola pendampingan UMKM yang dilakukan
oleh PUMKM individu, sampai saat ini PUMKM telah mendampingi 25 UMKM
45
Ibid, Pasal 12.
PUKM
- Pengumpulan data
- Verifikasi data
- Analisa data
- Rekomendasi
- Bimbingan
- Penyuluhan
- Pelatihan
- Magang
- Temu Usaha
UMKM
di Kota Sukabumi. Kegiatan pendampingan ini bekerjasama dengan Dinas
Koperasi, UMKM dan Perindag Kota Sukabumi serta Dewan Koperasi Daerah
Kota Sukabumi.
Tabel 4.1
Data UMKM Binaan Pendamping Individu
Kota Sukabumi
No. Nama Alamat Mulai Komoditi 1 Jujun Junaedi Jl. Otista Gg. Karya Bakti
RT. 2/9 Kel. Nanggeleng
Kec. Citamiang
1979 Tahu
2 Adim
Samsudin
Jl. Otista Gg. Karya Bakti
RT. 4/9 Kel. Nanggeleng
Kec. Citamiang
2000 Tahu
3 Aep Rohman Jl. Otista Gg. Karya Bakti
RT. 5/9 Kel. Nanggeleng
Kec. Citamiang
1970 Tahu
4 Dedi Suryana Jl. Otista Gg. Karya Bakti
RT. 5/2 Kel. Nanggeleng
Kec. Citamiang
1980 Tahu
5 Aep Saepudin Gg. Masjid Kota Paris 1996 Tahu
6 Daman Jl. Pelabuhan II Tegallega
RT. 2/17 Kel/Kec.
Lembursitu
1980 Tahu
7 Adjo Jl. Pelabuhan II Tegallega
Kel/Kec. Lembursitu
2006 Tahu
8 Sahru Ramadan Jl. Dwikora RT. 5/1 No. 24
Kel. Nyomplong Kec.
Warudoyong
1995 Tahu
9 Sutoyo Jl. Otista Gg. Karya Bakti
RT. 5/9 Kel. Nanggeleng
Kec. Citamiang
2002 Tempe
10 Warnaji Jl. Pemuda Gg. Sumber Jaya
RT. 5/9 Kel/Kec. Citamiang
1998 Tempe
11 Mustadi Jl. Pemuda Gg. Sumber Jaya
RT. 5/9 Kel/Kec. Citamiang
2001 Tempe
12 Kosar Jl. Kota Paris Gg. Mesjid
RT. 6/1 Kel. Kebon Jati
Kec. Cikole
2000 Bika Ambon
13 Eli Kartina Jl. Bhayangkara Ponpes
Syamsul Ulum RT. 3/5 No.
1998 Bika Ambon
8 Kel/Kec. Gunung Puyuh
14 Ridwan Raliby Jl. RS Syamsuddin No. 1B
Kel/Kec. Cikole
2003 Brownies
15 Evi Hevidiani Jl. Subang Jaya BCI RT.
3/11 Kel. Subang Jaya Kec.
Cikole
2005 Brownies
16 Nona Nursetyo Jl. Pasir Bahagia I No. 57
RT. 4/7 Kel. Nanggeleng
Kec. Citamiang
2008 Kue
17 Rully Monica Jl. Pabuaran Gg. Taruna III
RT. 2/5 Kel. Dayeuh Luhur
Kec. Warudoyong
1998 Kue
18 Siulie Meylana Perum Tanjung Sari Jl.
Wijaya Kusuma No. 49 Kel.
Karang Tengah Kec.
Gunung Puyuh
1997 Kue
19 Deden Azis Jl. Siliwangi Gg. Maksudi
RT. 3/6 Kel. Kebon Jati
Kec. Cikole
2003 Kue
20 Medi Supriadi Jl. RA Kosasih Gg. Uben
RT. 3/16 Kel. Cisarua Kec.
Cikole
1990 Kue SUS
21 Nona Nursetyo Jl. Siliwangi No. 7 Gg.
Mansyur RT. 3/7 Kel.
Kebon Jati Kec. Cikole
1959 Banket Jahe
22 Ismail Jl. Otista Gg. Karya Bakti
RT. 4/9 Kel. Nanggeleng
Kec. Citamiang
2003 Kripik Pisang
23 Ida Farida Jl. Siliwangi Gg. Pelita RT.
4/5 Kel/Kec. Cikole
1999 Kripik Pisang
24 Irwan Sopian Jl. Selaerih RT. 4/7 Kel.
Dayeuh Luhur Kec.
Warudoyong
2008 Kripik
Sngkong
25 Indra
Tanubakti`
Jl. Dwikora RT. 6/3
Kel/Kec. Warudoyong
2005 Kripik
Singkong
Sumber:
Laporan Kegiatan Pendampingan
Pendamping Individu P3UKM Tahun 2009
Hal. 35-36
Dari tabel di atas, dapat dilihat berbagai jenis usaha yang menjadi binaan
PUMKM. UMKM binaan bergerak di bidang kuliner baik makanan maupun
minuman. UMKM binaan mendapatkan berbagai pelatihan, asistensi, bimbingan
dan kegiatan pengembangan baik dilakukan oleh pemerintah maupun pihak
swasta yang menjadi mitra pemerintah.
Sistem pendampingan yang dilakukan oleh pendamping individu UMKM
di Kota Sukabumi meliputi :
a. Pengumpulan data
Dalam tahap ini, pendamping UMKM mengumpulkan data mengenai
UMKM-UMKM yang berlokasi di wilayah Kota Sukabumi. Kegiatan ini
bekerjasama dengan Dinas Koperasi, UMKM dan Perindag Kota Sukabumi
serta Dewan Koperasi Indonesia Wilayah Kota Sukabumi.
b. Verifikasi data
Setelah mengumpulkan data, maka pendamping memverifikasi potensi dan
masalah yang dihadapi oleh UMKM tersebut.
c. Analisa data
Setelah diverifikasi, maka data tersebut dianalisis untuk lebih menguatkan
hasil verifikasi dan kemungkinan akan ditemukan potensi dan masalah baru.
d. Rekomendasi
Setelah dianalisis, maka pendamping UMKM merekomendasikan berbagai
temuan mengenai potensi dan masalah serta prioritas faktor yang harus
dibina dan dikembangkan.46
Adapun metode pendampingan yang dilakukan oleh PUMKM terhadap
UMKM binaan di Kota Sukabumi meliputi :
a. Bimbingan
Dalam hal ini, pendamping UMKM membantu pelaku usaha membuat
proposal kelayakan usaha, sehingga usaha tersebut layak untuk dibiayai oleh
lembaga pembiayaan baik bank maupun non bank.
Tabel 4.2
Realisasi Pembiayaan/Kredit Perbankan Kepada UMKM Binaan
Kota Sukabumi
No. Nama Komoditi Bank
Pelaksana
Realisasi
Dana Ket
1 Jujun Junaedi Tahu KUR BRI 20.000.000,-
2 Adim
Samsudin
Tahu Bank Jabar 25.000.000,-
3 Aep Rohman Tahu Bank Jabar 25.000.000,-
4 Dedi Suryana Tahu KUR BRI 10.000.000,-
5 Aep Saepudin Tahu KUR BRI 10.000.000,-
6 Daman Tahu Mandiri 100.000.000,-
7 Adjo Tahu KUR BRI 10.000.000,-
8 Sahru
Ramadan
Tahu BRI 15.000.000,-
9 Sutoyo Tempe Danamon SP 40.000.000,-
46
Wawancara Pribadi dengan Riki Koswara (Pendamping Individu UKM). Sukabumi, 21
November 2010.
10 Warnaji Tempe BRI 75.000.000,-
11 Mustadi Tempe Bank Jabar 150.000.000,-
12 Kosar Bika Ambon - - Macet
13 Eli Kartina Bika Ambon Bank Jabar 15.000.000,-
14 Ridwan Raliby Brownies Bank Jabar 30.000.000,-
15 Evi Hevidiani Brownies KUR BRI 5.000.000,-
16 Nona Nursetyo Kue - - Macet
17 Rully Monica Kue KUR BRI 10.000.000,-
18 Siulie Meylana Kue KUR BRI 10.000.000,-
19 Deden Azis Kue Bank Jabar 40.000.000,-
20 Medi Supriadi Kue SUS KUR BRI 10.000.000,-
21 Nona Nursetyo Banket Jahe KUR BRI 5.000.000,-
22 Ismail Kripik Pisang - - Macet
23 Ida Farida Kripik Pisang KUR BRI 10.000.000,-
24 Irwan Sopian Kripik
Sngkong
KUR BRI 5.000.000,-
25 Indra Tanu Kripik
Singkong
BRI 30.000.000,-
b. Pelatihan
Pelatihan ini lebih menekankan pada peningkatan kemampuan manajerial
dan administrasi para pelaku UMKM.
Tabel 4.3
Partisipasi UKM Binaan Dalam Pelatihan UKM
No. Nama
Perencanaan
Partisipatif &
Capacity Building
(Dalaga Biru,
Cianjur)
Pengembangan
Kemitraan
UMKM
(Pangrango,
Sukabumi)
Intermediasi
UMKM Dengan
Sumber
Pembiayan
(Edelweis,
Sukabumi)
1 Jujun Junaedi V V -
2 Adim
Samsudin
V V V
3 Aep Rohman V V V
4 Dedi Suryana V V V
5 Aep Saepudin V V V
6 Daman V V V
7 Adjo V V V
8 Sahru
Ramadan
V V V
9 Sutoyo V V -
10 Warnaji - V V
11 Mustadi - V V
12 Kosar V V V
13 Eli Kartina V V V
14 Ridwan Raliby V V V
15 Evi Hevidiani V V V
16 Nona Nursetyo V V V
17 Rully Monica V V V
18 Siulie Meylana V - V
19 Deden Azis V V V
20 Medi Supriadi V V V
21 Nona Nursetyo V V V
22 Ismail V V V
23 Ida Farida - V V
24 Irwan Sopian V V V
25 Indra Tanu V V V
c. Penyuluhan
Pendamping UMKM mengundang ahli yang kompeten untuk membagi ilmu
kepada pelaku UMKM berupa teknik-teknik pengembangan UMKM
khususnya di bidang pemasaran dan teknologi. Kegiatan ini diadakan
sebanyak tiga kali yaitu pada 25-27 Juni 2009 di Koperasi Ath-Tho’at,
Kowani dan Kencana Kota Sukabumi yang membahas mengenai penguatan
kelembagaan dan pemasaran UMKM dengan narasumber Kepala Bidang
Koperasi dan UKM Kota Sukabumi dan Sekretaris Dekopinda, Bimbingan
Usaha Desa Pertumbuhan yang dilaksanakan pada 29 Oktober 2009 di
PAUD BAI Anugerah yang membahas mengenai teknologi kemasan dengan
narasumber Kepala Bidang Koperasi dan UKM Kota Sukabumi dan Bapak
Thomas Gazali, dan Workshop Desa Pertumbuhan yang dilaksanakan pada
16 November 2009 yang membahas mengenai penguatan kelembagaan dan
manajemen dengan narasumber Kepala Bidang Koperasi dan UKM Kota
Sukabumi.
d. Magang
UMKM binaan diundang untuk mengikuti pameran-pameran baik yang
dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta, sampai saat ini pameran
yang diikuti lebih banyak dilaksanakan di Jawa Barat.
Tabel 4.4
Partisipasi UKM Binaan Dalam Pameran UKM
No. Nama
Pameran Expose
28-01/05/09
(Dmetro Mall
Bandung)
Cooperatif Fair
23-27/07/09
(Saparua)
Pesta Rakyat
Simpedes
15-16/08/09
(Lap. Merdeka)
1 Jujun Junaedi V V V
2 Adim Samsudin V V V
3 Aep Rohman - V V
4 Dedi Suryana V V V
5 Aep Saepudin V - V
6 Daman V - V
7 Adjo V V V
8 Sahru Ramadan V V V
9 Sutoyo V V V
10 Warnaji - V V
11 Mustadi V - V
12 Kosar V V V
13 Eli Kartina V V V
14 Ridwan Raliby V - V
15 Evi Hevidiani V V V
16 Nona Nursetyo V V V
17 Rully Monica - V V
18 Siulie Meylana V - V
19 Deden Azis - V V
20 Medi Supriadi V V V
21 Nona Nursetyo V V V
22 Ismail V V V
23 Ida Farida V - V
24 Irwan Sopian V V V
25 Indra Tanu - V V
e. Temu Usaha : dipertemukan dengan para usaha lain
Para pelaku UMKM diundang untuk saling bertemu, sehingga dapat
meningatkan peluang UMKM untuk berkembang dan memiliki jaringan
bisnis yang luas. Kegiatan ini diadakan sebanyak empat kali yaitu pada
kegiatan Sosialisasi Bersama Ketentuan Penjaminan Kredit (UU No. 20
Tahun 2008) & Workshop Konsolidasi Pengembangan UMKM yang
diadakan pada 26 Februari 2009 di Gedung BI Bandung, Seminar
Pengembangan Usaha Koperasi Desa Pertumbuhan yang dilaksanakan pada
17 Juni 2009 di Gedung Islamic Center Sukabumi, Acara Intermediasi
UMKM dengan Sumber Pembiayaan yang dilaksanakan pada 04 Juni 2009
di Hotel Edelweis Sukabumi dan Hari Jadi Koperasi yang diadakan pada 10
Agustus 2009 di Gedung Juang 45 Sukabumi.
Metode pendampingan yang dilakukan oleh PUKM sejalan dengan strategi
pengembangan UMKM yang meliputi beberapa faktor, yaitu:
1. Kualitas produk dan pelayanan
Kualitas produk dan pelayanan merupakan hal yang mutlak harus dilakukan
dan dimiliki perusahaan, sehingga bukan semata-mata alat untuk
memenangkan persaingan.
2. Komitmen pelayanan
Komitmen pelayanan yang komprehensif mulai pada saat sebelum
jasa/produk diberikan, pada saat jasa/produk diberikan dan setelah jasa/produk
diberikan. Usaha yang menerapkan komitmen pelayanan yang komprehensif
akan menjadikan perusahaan tersebut unggul disamping mendapat kesan dan
nama baik di mata konsumen.
3. Wawasan luas dan terbuka
Tuntutan konsumen berubah dengan cepat seiring dengan perubahan ekonomi
dan tuntutan gaya hidup, memacu pengusaha untuk mengembangkan diri
untuk memanfaatkan perubahan tersebut menjadi sebuah kesempatan baru
untuk mengembangkan usaha. Untuk dapat memanfaatkan kesempatan
tersebut dibutuhkan wawasan dan kemauan yang kuat untuk melakukan
inovasi.
4. Promosi
Promosi dilakukan untuk memperkenalkan produk dengan merk tertentu atau
untuk memperkuat ingatan konsumen akan merk tertentu. Pemilihan sarana
promosi haruslah dilakukan secara selektif dengan memperhatikan target
konsumen yang sasaran promosi.
5. Pengelolaan keuangan
Pengelolaan keuangan seringkali menjadi masalah yang serius pada usaha
kecil dan menengah, terutama yang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan pengelolaan keuangan dan pemisahan yang tidak jelas antara
keuangan perusahaan dan keuangan keluarga/pribadi.
6. Jaringan usaha
Dengan memiliki jaringan usaha yang kuat, kekuatan dan kelemahan dapat
didayagunakan untuk mengembangkan usaha menjadi lebih maju dan kuat. 47
Dalam menjalankan tugasnya mendampingi UMKM, para pendamping
memiliki teknik pendampingan yang secara langsung menyentuh pokok
permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh UMKM binaan. Teknik
pendampingan yang dilakukan meliputi:
a. Kunjungan lapangan
Dilakukan untuk melihat secara langsung perkembangan usaha UMKM
binaan serta kendala yang dihadapi.
b. Verifikasi data
Verifikasi data ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana implikasi
pendampingan yang dilakukan terhadap perkembangan UMKM binaan.
c. Diskusi
Dilakukan di sela-sela kunjungan lapangan, baik informal maupun formal.
47
Sedia Willing Barus, Strategi Memajukan Usaha Kecil dan Menengah. (Jakarta: Pustaka
Sora Mido, 2002), h. 8-14.
d. Promosi
Membantu UMKM binaan untuk mempromosikan produknya, baik melalui
media massa maupun pameran.
Tabel. 4.5
Pelaksanaan Program Pendampingan Koperasi dan UMKM
Kota Sukabumi
No. Tanggal Bidang Kegiatan Sasaran
1 03-02-09 Organisasi Koordinasi Disperindagkop
2 04-02-09 Organisasi Koordinasi TIM Kecamatan
3 09-02-09 Pendampingan Pengajuan KUR UKM
4 10-02-09 Pendampingan Bersama pihak BRI
survei kelayakan usaha
UKM
5 16-02-09 Pelaporan Laporan kegiatan survei Dekopinda/dinas
6 23-02-09 Organisasi Sosialisasi dan
identifikasi data
KUMKM 2009
Pendataan 3.600
UMKM Jawa Barat
7 26-02-09 Organisasi Sosialisasi bersama
ketentuan penjaminan
kredit/UU No. 20 Tahun
2008 serta workshop
konsolidasi
pengembangan UMKM
UMKM bisa
mengajukan
kredit/pembiayaan
ke perbankan (KUR
dll)
8 24-02-09 Organisasi Koordinasi dan laporan
kegiatan survei
PMKB Kec/Kel.
Lembur Situ
9 04-03-09 Pelaporan Penyerahan laporan
bulanan
10 05 s.d. 15-03-09 Pendampingan Pendataan KUMKM
Kota Sukabumi
34 Koperasi dan 66
UMKM
11 16-03-09 Pelaporan Laporan kegiatan survei Dekopinda/dinas
12 20-03-09 Pendampingan Advokasi koperasi Koperasi desa
pertumbuhan
13 23-03-09 Pendampingan Advokasi koperasi Koperasi desa
pertumbuhan
14 24-03-09 Pendampingan Advokasi koperasi Koperasi desa
pertumbuhan
15 15-04-09 Pendampingan Advokasi koperasi Koperasi desa
pertumbuhan
16 17-04-09 Pendampingan Advokasi koperasi Koperasi desa
pertumbuhan
17 26 s.d. 29-04-09 Organisasi Perencanaan partisipatif Perencanaan potensi
dan capacity building sentra Kota
Sukabumi
18 19-04-09 Pendampingan Advokasi koperasi Koperasi desa
pertumbuhan
19 20-04-09 Pendampingan Advokasi koperasi Koperasi desa
pertumbuhan
20 22-04-09 Pendampingan Advokasi koperasi Koperasi desa
pertumbuhan
21 25-04-09 Pendampingan Pelaksanaan
pengembangan kemitraan
KUMKM
Adanya kemudahan
pengajuan
persyaratan ke
perbankan untuk 50
KUMKM Kota
Sukabumi
22 28 s.d. 1-05-09 Pendampingan Pameran zender dan
potensi ekspor
Ekspos KUMKM
23 04-06-09 Pendampingan Intermediasi UMKM
dengan perbankan dan
sumber pembiayaan
lainnya
Terpenuhinya
kebutuhan
pengajuan
pembiayaan UMKM
Kota Sukabumi
24 17-06-09 Pendampingan Seminar pengembangan
usaha koperasi desa
pertumbuhan
Pengembangan
usaha koperasi dan
UMKM dengan
berbagai aspek
(modal, manajemen,
peralatan, dan
pemasaran).
25 18-06-09 Organisasi Rapat koordinasi lintas
pelaku dana bergulir
Monitoring dan
evaluasi
perkembangan
KUMKM penerima
dana bergulir
26 22 s.d. 25-06-09 Pendampingan Studi banding koperasi Peserta bisa
mendapatkan ilmu
tentang keberhasilan
koperasi lain
27 3,10,17-07-09 Organisasi Rapat panitia hari
koperasi Kota Sukabumi
Persiapan kegiatan
hari koperasi
28 20-07-09 Organisasi Gerak jalan sehat
bersama koperasi
29 21 s.d. 22-07-09 Pendampingan Pendataan sentra
unggulan Kota Sukabumi
Data perkembangan
sentra
30 23 s.d. 27-07-09 Pendampingan Pameran Cooperatif Fair Pemasaran produk
potensi ekspor dan
perempuan Jawa
Barat
31 04 s.d. 08-08-09 Organisasi Sosialisasi
pemeringkatan koperasi
85 Koperasi di Kota
Sukabumi
32 10-08-09 Organisasi Hari jadi koperasi Kota
Sukabumi
33 15 & 16-08-09 Pemasaran Pameran pesta rakyat
simpedes
Promosi produk
Kota Sukabumi
34 11 s.d. 30-08-09 Organisasi Pendataan koperasi Pemeringkatan
koperasi Kota
Sukabumi
35 04 s.d. 08-09-09 Organisasi Sosialisasi
pemeringkatan koperasi
85 koperasi Kota
Sukabumi
36 06-10-09 Organisasi Evaluasi pendampingan
dan halal bi halal
Kegiatan
pendampingan
September
37 08-10-09 Organisasi Konsolidasi
pengembangan sentra
UMKM
Strategi
pemberdayaan
sentra UMKM
Pemetaan sentra per
kab/kota
Monitoring dan
evaluasi
38 13-10-09 Organisasi Konsolidasi
pendampingan 2010
Pengembangan
profesionalitas
pendamping
39 29-10-09 Organisasi Bimbingan usaha
KUMKM
Pengembangan
produk bakso
40 09 s.d. 11-11-09 Organisasi Pelatihan perkoperasian
bagi pengurus dan
anggota KUMKM
Sukabumi
Bertambahnya
wawasan mengenai
undang-undang
perkoperasian dan
pengembangan
UMKM
41 15 s.d. 17-11-09 Organisasi Advokasi koperasi desa
pertumbuhan
Bertambahnya
wawasan mengenai
struktur organisasi
dan fungsinya
Sumber:
Laporan Pendampingan
Pendamping Individu P3UKM Tahun 2009
Hal. 16-18
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa program pendampingan yang
dilakukan oleh PUKM bersifat komprehensif tetapi didominasi oleh asistensi
kelayakan usaha, manajemen produksi berupa penguasaan alat-alat baru dan
promosi berupa pengikutsertakan mitra binaan pada acara-acara pameran dan
temu usaha baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
Pembinaan yang dilakukan oleh pendamping individu dilakukan selama
pengusaha masih menjadi binaan. Pelatihan rutin dilakukan 1 bulan sekali, yang
meliputi materi peningkatan kompetensi pengusaha, seperti pembukuan,
akuntans dasar, pemasaran, hak kekayaan intelektual dan materi-materi lain yang
disesuaikan dengan kebutuhan binaan.
Pada tahap pengembangan usaha, pendamping individu menyediakan
informasi dan data yang diperlukan oleh binaan, seperti informasi mengenai
pameran-pameran yang diselenggarakan baik di tingkat kota, propinsi maupun
nasional. Pengawasan dan evaluasi dilakukan untuk menemukan berbagai
kendala dan potensi yang harus segera ditangani.
Tahapan-tahapan pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh
pendamping individu merupakan tahapan yang telah sesuai dengan pedoman
pemerintah, yaitu penumbuhan iklim usaha dalan aspek pendanaan, informasi
usaha, kemitraan dan promosi dagang, serta pengembangan pemasaran dan
sumber daya manusia.
B. Pengaruh dan Peranannya dalam Perkembangan UKM
Pendamping individu melakukan berbagai program pembinaan dan
pemberdayaan kepada UKM binaan melalui berbagai pelatihan dan kegiatan
yang diadakan baik yang bersifat rutin maupun aksidental. Pengaruh dan peranan
pendamping individu dapat dilihat dan dianalisa dari perkembangan mitra binaan
yang berjumlah 25 pengusaha.
Perkembangan mitra binaan dapat dilihat dari penambahan tenaga kerja,
omzet perusahaan dan penambahan modal kerja. Perkembangan ini dapat diukur
dari jumlah tenaga kerja dan omzet perusahaan sebelum dan setelah menjadi
binaan pendamping individu.
Gambar 4.2
Jumlah Tenaga Kerja UKM Binaan
0
2
4
6
8
10
Sebelum 6 4 7 5 3 7 3 5 6 2 3 6 7 3 2 4 5 6 6 3 5 3 2 3 5
Sesudah 9 7 10 6 5 8 5 5 7 3 4 6 9 5 4 4 6 8 7 4 6 3 4 4 6
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w q y
Tabel 4.6
Perkembangan UKM Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
No. Nama Komoditi Tenaga Kerja
Kenaikan Sebelum Sesudah
1 Jujun Junaedi Tahu 6 9 3
2 Adim Samsudin Tahu 4 7 3
3 Aep Rohman Tahu 7 10 3
4 Dedi Suryana Tahu 5 6 1
5 Aep Saepudin Tahu 3 5 2
6 Daman Tahu 7 8 1
7 Adjo Tahu 3 5 2
8 Sahru Ramadan Tahu 5 5 2
9 Sutoyo Tempe 6 7 1
10 Warnaji Tempe 2 3 1
11 Mustadi Tempe 3 4 1
12 Kosar Bika Ambon 6 6 0
13 Eli Kartina Bika Ambon 7 9 2
14 Ridwan Raliby Brownies 3 5 2
15 Evi Hevidiani Brownies 2 4 2
16 Nona Nursetyo Kue 4 4 0
17 Rully Monica Kue 5 6 1
18 Siulie Meylana Kue 6 8 2
19 Deden Azis Kue 6 7 1
20 Medi Supriadi Kue SUS 3 4 1
21 Nona Nursetyo Banket Jahe 5 6 1
22 Ismail Kripik Pisang 3 3 0
23 Ida Farida Kripik Pisang 2 4 2
24 Irwan Sopian Kripik Sngkong 3 4 1
25 Indra Tanu Kripik Singkong 5 6 1
Jumlah 111 145 34
Terjadi peningkatan pada jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh UKM
antara sebelum dan sesudah menjadi binaan pendamping individu dengan kisaran
antara 1 sampai 3 orang. Peningkatan tertinggi dialami oleh Bapak Jujun, Bapak
Adim dan Bapak Aep Rohman yang memiliki usaha di bidang pabrik tahu.
Sedangkan 3 binaan yaitu Bapak Kosar, Ibu Nona dan Bapak Ismail tidak
mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja, dikarenakan mengalami kredit
macet perbankan. Terbukanya lapangan pekerjaan merupakan salah satu
indikator kemajuan ekonomi yang harus terus diupayakan, dan UKM dapat
menjadi pelaku penyerap tenaga kerja walaupun masih dalam jumlah yang kecil.
Gambar 4.3
Omzet UKM Pertahun
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Sebelum 100 100 100 100 60 400 50 60 150 300 600 100 90 120 15 15 36 36 220 50 36 300 24 4 100
Sesudah 146 121 134 114 72 520 67 80 178 420 710 125 100 145 32 19 43 40 260 68 45 358 30 10 120
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w q y
Tabel 4.7
Perkembangan UKM Berdasarkan Omzet Usaha
(Dalam Juta Rupiah)
No. Nama Komoditi Omzet
Kenaikan Sebelum Sesudah
1 Jujun Junaedi Tahu 100 146 46
2 Adim Samsudin Tahu 100 121 21
3 Aep Rohman Tahu 100 134 34
4 Dedi Suryana Tahu 100 114 14
5 Aep Saepudin Tahu 60 72 12
6 Daman Tahu 400 520 120
7 Adjo Tahu 50 67 17
8 Sahru Ramadan Tahu 60 80 20
9 Sutoyo Tempe 150 178 28
10 Warnaji Tempe 300 420 120
11 Mustadi Tempe 600 710 110
12 Kosar Bika Ambon 100 125 25
13 Eli Kartina Bika Ambon 90 100 10
14 Ridwan Raliby Brownies 120 145 25
15 Evi Hevidiani Brownies 15 32 17
16 Nona Nursetyo Kue 15 19 4
17 Rully Monica Kue 36 43 7
18 Siulie Meylana Kue 36 40 4
19 Deden Azis Kue 220 260 40
20 Medi Supriadi Kue SUS 50 68 18
21 Nona Nursetyo Banket Jahe 36 45 9
22 Ismail Kripik Pisang 300 358 58
23 Ida Farida Kripik Pisang 24 30 6
24 Irwan Sopian Kripik Sngkong 4 10 6
25 Indra Tanu Kripik Singkong 100 120 20
Pengaruh positif juga terjadi pada besaran omzet yang diperoleh UKM
binaan. Besaran kenaikan omzet ini bervariasi mulai dari jutaan hingga ratusan
juta. Usaha Bapak Daman dan Warnaji mengalami peningkatan yang cukup
signifikan setelah mendapat pendampingan dari pendamping individu. Pengusaha
tahu dan tempe ini mengalami peningkatan Rp 120 juta. Usaha yang mengalami
peningkatan yang paling kecil yaitu usaha kue yang dimiliki oleh Ibu Nona dan
Ibu Siulie yang hanya mengalami peningkatan Rp 4 juta.
Selain memiliki pengaruh positif dan peran yang sangat besar dalam aspek
peningkatan tenaga kerja dan omzet usaha, PUKM juga berperan dalam
pengembangan faktor-faktor lain seperti peningkatan kemampuan pelaku usaha,
pemasaran, produksi dan penguasaan teknologi. Berikut adalah pengaruh positif
yang diberikan oleh PUKM terhadap UMKM binaan:
1. Bertambahnya wawasan higienitas produk makanan olahan serta mengetahui
pengolahan makanan yang sehat dan bersih.
2. Bertambahnya wawasan perbaikan kemasan yaitu mengetahui cara
pengemasan yang baik sesuai standar yang diharapkan pasar baik konsumen
langsung maupun agen.
3. Bertambahnya wawasan usaha yang ramah lingkungan dengan mengetahui
cara pengolahan limbah industri dan tata letak ruang industri yang baik
4. Memperluas pemasaran hasil olahan.
5. Diikutsertakan dalam pameran-pameran dan membantu pemasaran melalui
artikel/tulisan yang dicetak di media BEWARA KUMKM.
6. Bimbingan studi kelayakan usaha atau proposal yakni agar pelaku usaha dapat
membuat studi kelayakan usaha atau proposal sehingga dapat mengukur
kekuatan usaha. Hal ini diakui oleh salah satu mitra binaan yang mendapatkan
modal dari program PKBL, sehingga dapat menambah alat produksi dan
karyawan.48
7. Diarahkan tata cara pengajuan pinjaman modal pada pihak bank yakni agar
pelaku usaha mengetahui persyaratan yang telah ditentukan dalam pengajuan
pinjaman baik pada bank maupun BUMN.
C. Potensi dan Masalah dalam Pelaksanaan Pendampingan UMKM
Temuan potensi dan masalah pada 4 bidang berkaitan dengan pengembangan
48
Wawancara pribadi dengan Indra Tanubakti (Pemilik Keripik Singkong). Sukabumi, 23
November 2010.
internal UMKM di Kota Sukabumi yaitu SDM, teknik, ekonomi dan organisasi.49
Penjelasan mengenai ke empat bidang itu sebagai berikut:
1. Bidang Sumber Daya Manusia
a. Masalah
Kualitas SDM yang masih rendah.
Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan dan kemampuan SDM terhadap
administrasi, manajemen dan penguasaan teknologi.
Konsep kewirausahaan yang masih sederhana.
Mayoritas UMKM yang beroperasi di Kota Sukabumi bermula dari
industri rumahan dan para pelaku belum memiliki pemahaman yang
luas mengenai wirausaha yang baik.
b. Potensi
Adanya keinginan maju dari pelaku usaha cukup tinggi.
Keseriusan dalam mengikuti setiap pendampingan yang diberikan baik
berupa pelatihan maupun temu usaha.
2. Bidang Teknik
a. Masalah
Sarana dan prasarana masih terbatas.
49
Wawancara Pribadi dengan Riki Koswara (Pendamping Individu UKM). Sukabumi, 21
November 2010.
Khususnya infrastruktur menuju DKI Jakarta masih mengalami
kendala macet dan rusaknya jalan, hal ini mengakibatkan pengeluaran
pelaku usaha membesar, karena mayoritas pemasaran dan distribusi
UKM Sukabumi ke wilayah Jabodetabek.
Higienitas pengolahan yang kurang terjaga.
Kurang memikirkan faktor kesehatan dan pelayanan prima terhadap
konsumen.
Keterbatasan teknologi.
Keterbatasan permodalan mengakibatkan keterbatasan dalam
pemanfaatan teknologi yang efisien.
Keterampilan yang masih perlu ditingkatkan.
Khusunya penguasaan teknologi baru dan pemanfaatannya untuk
menghasilkan produk yang berkualitas baik.
b. Potensi
Pengembangan Teknologi Tepat Guna berkenaan dengan letak
geografis Kota Sukabumi sebagai daerah penyangga Ibukota Propinsi.
3. Bidang Ekonomi
a. Masalah
Pemasaran produk yang masih terbatas.
Masih menggunakan metode pemasaran manual dan konvensional.
Keterbatasan modal usaha.
Kurang bersahabatnya perbankan dan lembaga keuangan lain dalam
memberikan permodalan kepada UMKM.
Keterbatasan bahan baku di daerah.
Sebagai daerah yang kurang memiliki sumber daya memadai, para
pelaku UMKM di Kota Sukabumi masih harus membeli bahan baku
dari luar daerah.
Manajemen perusahaan yang tidak teratur.
Kemampuan manajerial pelaku usaha masih kurang baik dalam hal
administrasi maupun pengambilan keputusan.
b. Potensi
Letak strategis Kota Sukabumi sebagai kota transit dan penghubung
antara Ibukota negara memungkinkan hidupnya iklim usaha.
4. Bidang Organisasi
a. Masalah
Sistem pengendalian internal dalam organisasi perusahaan.
Pemisahan antara kepentingan keluarga dan perusahaan masih belum
jelas, sehingga mengakibatkan pengendalian internal perusahaan tidak
optimal.
Umumnya karena level usaha, tingkat mikro, kecil dan menengah
sehingga perusahaan tidak terorganisir dengan baik.
b. Potensi
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan sarana yang efektif
dan berpotensi memecahkan masalah bersama.
D. Alternatif Solusi Pengembangan Potensi dan Pemecahan Masalah
Peran pendamping UKM sangat strategis dalam pengembangan UMKM
binaan di Kota Sukabumi. Berbagai solusi pengembangan potensi dan
pemecahan masalah telah diberikan kepada para pelaku usaha, sehingga UMKM
binaan menjadi unit usaha yang profesional dan berdaya saing tinggi. Beberapa
solusi yang diberikan pendamping UKM diantaranya:
1. Bidang Manusia
Diikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan :
a. Pengembangan pemasaran.
b. Pengelolaan UMKM.
2. Bidang Teknik
Diadakan konsultasi dan advokasi :
a. Perbaikan kemasan.
b. Higienitas produk.
c. Teknologi produktivitas.
3. Bidang Ekonomi
Diadakan konsultasi dan advokasi :
a. Pembuatan studi kelayakan usaha/proposal pembukuan UMKM.
b. Diikutsertakan pameran-pameran dan pembukuan artikel UMKM.
c. Tatacara pengajuan pinjaman.
4. Bidang Organisasi
Diadakan konsultasi dan advokasi :
a. Manajemen pengelolaan UMKM.
b. Sistem berorganisasi.
c. Sistem administrasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan penelitian yang berjudul ”Peran Pusat Pengembangan
Pendamping Usaha Kecil dan Menengah (P3UKM) Dalam Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Sukabumi” dapat ditarik
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Pola pendampingan yang dilakukan oleh pendamping individu sangat
komprehensif. Hal ini bisa dilihat dari beberapa aspek pendampingan yang
meliputi permodalan, manajemen, pemasaran dan teknologi. Namun,
UKM binaan belum proaktif dalam memanfaatkan pendampingan yang
dilakukan.
2. Pendamping individu berperan penting dalam pengembangan UKM
binaan di Kota Sukabumi. Hal ini bisa dilihat pada program bimbingan,
pelatihan, penyuluhan, pelaksanaan pameran dan temu usaha bagi UKM
binaan sangat berkontribusi positif terhadap omzet UKM binaan.
3. Pendamping individu UMKM memiliki kontribusi yang sangat signifikan
dalam pengembangan UMKM Kota Sukabumi khususnya dapat dilihat
dari penerimaan pembiayaan/kredit perbankan yang diterima UMKM
binaan, peningkatan omzet dan jumlah karyawan..
4. Perlu adanya lembaga khusus yang kompeten dan profesional dalam
membidangi percepatan pengembangan koperasi dan UMKM, karena
sampai saat ini khususnya pihak pemerintah, walaupun perhatiannya
sangat serius terhadap pengembangan KUMKM, namun dalam praktiknya
masih setengah-setengah bahkan terkesan membiarkan.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, penulis dapat menyarankan agar:
1. Pendamping individu UMKM lebih meningkatkan profesionalitas dan
pemahaman terhadap seluruh aspek dalam pengembangan UMKM.
P3UKM sebagai induk organisasi harus lebih banyak melaksanakan
pelatihan dan pendidikan baik yang diberikan oleh para pendidik maupun
praktisi
2. UMKM yang menjadi mitra binaan harus memanfaatkan pendampingan
ini secara maksimal, baik di bidang permodalan, manajemen, produksi,
maupun pemasaran. Selain itu juga harus proaktif terhadap berbagai saran
dan masukan yang diberikan oleh pendamping.
3. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus lebih memperhatikan para
pendamping dan UMKM binaannya, tidak hanya fokus pada penyediaan
modal semata tetapi harus lebih komprehensif dan berkesinambungan.
Selain itu, ada kebijakan yang dapat menampung para pendamping ini
sebagai tenaga honorer yang pada akhirnya dapat diangkat menjadi PNS.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Ashar, Khusnul et al. Analisis Makro dan Mikro; Jembatan Kebijakan Ekonomi
Indonesia. Malang: BPFE Unibraw, 2006.
Baidhawy, Zakiyuddin. Islam Melawan Kapitalisme; Konsep-Konsep Keadilan
dalam Islam. Yogyakarta: Resist Book, 2007.
Bank Indonesia Bandung dan Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Buku Panduan
Pendamping P3UKM. Bandung: BI, 2009.
Barus, Sedia Willing (Ed.). Strategi Memajukan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta:
Pustaka Sora Mido, 2002.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:Bahrul Ulum, 1973.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1988.
Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM, Microfinance in
National Government Projects, pada Indonesia Microfinance Conference II, 2
Desember 2009. Jakarta: Indonesia Microfinance Association).
Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2007.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani
Press, 2002.
Kementerian Koperasi dan UMKM RI. Sandingan Data UMKM Tahun 2008-2009.
Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Edisi Ketiga. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Marsuki. Pemikiran dan Strategi Memberdayakan Sektor Ekonomi UMKM di
Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2006.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Partanto, Puis A. dan Al Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Artaloka, 1994.
Partomo, Tiktik Sartika dan Soejordono, Abd. Rahman. Ekonomi Skala
Kecil/Menengah dan Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.
02/Per/M.KUMKM/I/2008 tentang Pedoman Pemberdayaan BDS-P Untuk
Pengembangan KUMKM.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil.
Qardhawi, Yusuf. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema Insani Press,
1995.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.
14. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2007.
Sumawinata, Sarbini. Politik Ekonomi Kerakyatan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004.
Sumodiningrat, Gunawan. Pemberdayaan Sosial; Kajian Ringkas tentang
Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas, 2007.
Suryana. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta:
Salemba Empat, 2009.
Tambunan, Tulus T.H. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia; Beberapa Isu
Penting. Jakarta: Salemba Empat, 2002.
Tambunan, Tulus T.H., Development of Small & Medium Enterprise in Indonesia
from the Asia Pacific Perspective. Jakarta: LPFE Usakti, 2006.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
Widayati, Endah dan Pupu Marfuah (Ed.). Are You An Entrepreneur?. Bekasi:
Pustaka Inti, 2005.
Wijaya, Krisna. Analisis Pemberdayaan Usaha Kecil. Bogor: Wirausaha Muda, 2002.
Wie, Thee Kian. Pembangunan, Kebebasan, dan “Mukjizat” Orde Baru. Jakarta:
Kompas, 2004
Yustika, Ahmad Erani. Perekonomian Indonesia; Deskripsi, Preskripsi dan
Kebijakan. Malang: Bayu Media Publishing, 2006.
PEDOMAN PERTANYAAN WAWANCARA
Kepada Pendamping P3UKM
1. Bagaimana latar belakang pendirian P3UKM ini?
2. Siapa saja yang menjadi penggagas berdirinya P3UKM?
3. Apa tujuan dan manfaat pendirian P3UKM?\
4. Apa visi dan misi didirikannya P3UKM?
5. Bagaimana struktur kepengurusan P3UKM?
6. Bagaimana mekanisme kerja di P3UKM?
7. Apa saja program kerja/kegiatan P3UKM?
8. Berapa jumlah pendamping UKM yang ada di P3UKM?
9. Apa persyaratan menjadi pendamping di P3UKM?
10. Apa keuntungan yang diperoleh dengan menjadi mitra binaan P3UKM?
11. Apa saja program pendampingan yang dilakukan pendamping P3UKM
terhadap UKM binaan?
12. Apa tujuannya?
13. Siapa sasaran program ini?
14. Apakah usaha yang menjadi binaan diberlakukan persyaratan khusus?
15. Masalah apa saja yang dibantu?
16. Selama pendampingan, apakah UKM berperan aktif dalam mengonsultasikan
permasalahan yang dihadapi?
17. Bagaimana pola/strategi pembinaan yang diberikan?
18. Apakah ada tindak lanjut dari pendampingan ini? Bagaimana tindak
lanjutnya?
19. Adakah perkembangan (pada binaan) yang terjadi setelah kegiatan pembinaan
dan konsultasi ini?
20. Apa kekuatan P3UKM dalam melakukan pendampingan terhadap UKM?
21. Apa kelemahan P3UKM dalam melakukan pendampingan terhadap UKM?
22. Apa peluang P3UKM dalam melakukan pendampingan terhadap UKM?
23. Apa hambatan P3UKM dalam melakukan pendampingan terhadap UKM?
Kepada UKM Binaan
1. Usaha apa yang anda geluti?
2. Bagaimana kondisi usaha anda saat ini?
3. Apa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan usaha anda?
4. Apakah usaha anda pernah mendapat pendampingan dari pendamping individu
P3UKM?
5. Kenapa anda memilih pendamping individu?
6. Bagaimana pola pembinaan yang anda dapatkan?
7. Masalah apa yang anda konsultasikan?
8. Apakah anda mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut?
9. Apakah anda mendapat tindak lanjut atau bantuan langsung setelah kegiatan
pembinaan tersebut?
10. Adakah pengaruhnya terhadap perkembangan usaha anda?
11. Apa peran yang diberikan dalam hal manajemen, pemasaran, SDM, modal,
kemitraan dan teknologi?
12. Menurut anda, apakah pembinaan baik oleh lembaga maupun individu untuk
UKM sangat dibutuhkan?
13. Menurut anda, apakah pembinaan yang diberikan oleh pendamping individu
sudah maksimal?
HASIL WAWANCARA
Responden : Riki Koswara, S.IP
Jabatan : Pendamping Individu P3UKM
Hari/tanggal : 27 November 2010
Waktu : 09.00 – 12.30
T : Bagaiamana cara untuk menjadi pendamping UKM di P3UKM dan apa saja
persyaratannya?
J : Berpengalaman dalam pemberdayaan UKM minimal telah melakukan
pendampingan terhadap 3 UKM, memiliki komitmen yang jelas dalam pembinaan
UKM, menguasai teknis pendampingan terhadap UKM, mempunyai jaringan yang
luas dan memiliki sumber pendanaan untuk pembiayaan operasional.
T : Apa keuntungan menjadi mitra binaan?
J : Mitra binaan mendapatkan pendampingan dan bimbingan khususnya dalam
menyusun proposal kelayakan usaha untuk mendapatkan permodalan dari lembaga
keuangan dan BUMN, mendapatkan pelatihan manajemen dan pemasaran serta
diikutsertakan dalam pameran-pameran.
T : Apa saja pembinaan yang dilakukan oleh pendamping P3UKM?
J : Penyusunan proposal kelayaan usaha, penyusunan rencana usaha,
penyusunan laporan keuangan, monitoring dan supervisi pembiayaan/kredit dan
pengembangan bisnis. Untuk pelatihan pemasaran dan teknologi, pendamping
individu mengundangan ahli untuk menjadi narasumber.
T : Apa tujuannya?
J : Untuk lebih mengembangkan UKM menjadi pelaku bisnis yang profesional,
khususnya dalam mendapatkan pinjaman modal dan administrasi manajemen yang
lebih tertata.
T :Siapa sasaran program ini?
J :Masyarakat umum yang menjadi pelaku UKM.
T : Apakah mitra binaan berperan aktif dalam program pendampingan ini?
J : Mayoritas UKM yang menjadi binaan tidak berperan aktif dalam
pendampingan ini, mereka harus ditanya terlebih dahulu apa permasalahan yang
dihadapi. Tapi ada beberapa UKM khususnya yang dimiliki oleh perempuan yang
sangat aktif mengonsultasikan permasalahannya.
T : Siapa saja mitra kerja pendamping individu?
J : Para ahli yang khusus didatangkan dalam acara-acara pelatihan, Dinas
Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kota Sukabumi dan Dewan Koperasi
Daerah Kota Sukabumi.
T : Apa kekuatan pendamping P3UKM?
J : Memiliki pengalaman yang cukup yaitu telah menjadi pendamping 3 UKM,
didukung oleh Bank Indonesia Bandung dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
memiliki jaringan yang luas.
T : Apa kelemahan pendamping P3UKM?
J : Pendamping tidak merata di tiap daerah, sebagian pendamping memiliki
pekerjaan inti sehingga kurang fokus.
T : Apa peluang pendamping P3UKM?
J : Masih banyak UKM yang belum mendapat pendampingan, perhatian dan
dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah terhadap UKM dewasa ini semakin
baik.
T : Apa hambatan pendamping P3UKM?
J : Para pelaku UKM yang kurang aktif dalam memanfaatkan pendampingan,
kurang optimalnya dukungan pemerintah terhadap produk-produk UKM.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 1998
TENTANG
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional yang mempunyai
kedudukan, potensi
dan peranan yang penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang
kokoh;
b. bahwa untuk mewujudkan perekonomian nasional yang kokoh tersebut, usaha kecil perlu
diberdayakan agar
dapat menjadi usaha kecil yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha
menengah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 9
Tahun 1995
tentang Usaha Kecil, dipandang perlu mengatur pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam
Peraturan
pemerintah;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor
74, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3611);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA
KECIL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil yang memiliki kriteria sebagaimana
dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
2. Pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat
melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
kemampuan usaha
kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah.
3. Pemberdayaan adalah usaha yang dilakukan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk
penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan
dan
memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha
menengah.
4. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil.
5. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab membina dan
mengembangkan usaha kecil
dalam sektor kegiatan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
BAB II
LINGKUP, TATA CARA, DAN PELAKSANAAN
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 2
(1) Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dan dilakukan secara terarah dan terpadu serta
berkesinambungan untuk
mewujudkan usaha kecil yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah.
(2) Pembinaan dan pengembangan usaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
dengan
memperhatikan klasifikasi dan tingkat perkembangan usaha kecil.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh
Menteri berdasarkan
nilai kekayaan bersih dan atau penjualan tahunan dan atau jenis kegiatan usaha kecil, dengan
memperhatikan
pertimbangan Menteri Teknis.
Pasal 3
(1) Berdasarkan klasifikasi dan tingkat perkembangan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (2),
ditetapkan bobot, intensitas, prioritas dan jangka waktu pembinaan dan pengembangan usaha kecil.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bobot, intensitas, prioritas dan jangka waktu pembinaan dan
pengembangan
usaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri, dengan memperhatikan
pertimbangan
Menteri Teknis.
Pasal 4
Ruang lingkup pembinaan dan pengembangan usaha kecil sebagaimana dimaksud Pasal 2, meliputi
bidang produksi
dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia dan teknologi.
Pasal 5
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil;
b. penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi dan masalah yang dihadapi oleh
usaha kecil;
c. pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan;
d. pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan bagi usaha
kecil.
Pasal 6
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil di bidang produksi dan pengolahan, dilaksanakan dengan:
a. meningkatkan kemampuan manajemen serta teknik produksi dan pengolahan;
b. meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan;
c. memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan
baku, bahan
penolong, dan kemasan;
d. menyediakan tenaga konsultan profesional di bidang produksi dan pengolahan.
Pasal 7
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil di bidang pemasaran, dilaksanakan dengan :
a. melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran;
b. meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran;
c. menyediakan sarana serta dukungan promosi dan uji coba pasar;
d. mengembangkan lembaga pemasaran dan jaringan distribusi;
e. memasarkan produk usaha kecil;
f. menyediakan tenaga konsultan profesional di bidang pemasaran;
g. menyediakan rumah dagang dan promosi usaha kecil.
h. memberikan peluang pasar.
Pasal 8
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil di bidang sumber daya manusia, dilaksanakan dengan :
a. memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan;
b. meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial;
c. membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan, pelatihan dan konsultasi usaha kecil;
d. menyediakan tenaga penyuluh dan konsultan usaha kecil;
e. menyediakan modul manajemen usaha kecil;
f. menyediakan tempat magang, studi banding dan konsultasi untuk usaha kecil.
Pasal 9
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil di bidang teknologi, dilaksanakan dengan :
a. meningkatkan kemampuan di bidang teknologi produksi dan pengendalian mutu;
b. meningkatkan kemampuan di bidang penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru;
c. memberikan intensif kepada usaha kecil yang menerapkan teknologi baru dan melestarikan
lingkungan hidup;
d. meningkatkan kerjasama dan alih teknologi;
e. meningkatkan kemampuan dalam memenuhi standardisasi teknologi;
f. menumbuhkan dan mengembangkan lembaga penelitian dan pengembangan di bidang desain dan
teknologi bagi
usaha kecil;
g. menyediakan tenaga konsultan profesional di bidang teknologi;
h. memberikan bimbingan dan konsultasi berkenaan dengan hak atas kekayaan intelektual.
Pasal 10
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh Menteri dan
Menteri Teknis
sesuai dengan bidang tugas masing-masing berupa :
a. pemberian kesempatan dalam pengadaan barang dan jasa yang diperlukan pemerintah;
b. pencadangan usaha bagi usaha kecil;
c. penyederhanaan dan kemudahan perijinan;
d. penyediaan tenaga konsultan profesional;
e. penyediaan dana;
f. penyediaan teknologi dan informasi;
g. penyediaan sarana dan prasarana;
h. pendirian klinik konsultasi bisnis untuk usaha kecil.
Pasal 11
(1) Menteri dan atau Menteri Teknis menyiapkan secara terpadu kebijakan pencadangan usaha bagi
usaha kecil,
yang meliputi :
a. pencadangan bidang usaha dan investasi tertentu di sektor perdagangan, jasa, pertanian, industri,
pertambangan, dan konstruksi;
b. pencadangan tempat dan lokasi usaha;
c. pencadangan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya serta
mempunyai
nilai budaya yang bersifat turun temurun.
(2) Kebijakan pencadangan usaha bagi usaha kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
lebih lanjut
dengan Keputusan Presiden.
Pasal 12
Pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang dilaksanakan oleh dunia usaha dan masyarakat,
berupa :
a. penyediaan tenaga konsultan profesional, sarana, prasarana, dana, teknologi dan informasi;
b. bimbingan dan konsultasi;
c. pendidikan dan pelatihan;
d. advokasi;
e. pendirian klinik konsultasi bisnis untuk usaha kecil.
Pasal 13
Untuk lebih mendorong terwujudnya upaya pembinaan dan pengembangan usaha kecil oleh dunia
usaha dan
masyarakat, kepada dunia usaha dan masyarakat yang melakukan pembinaan dan pengembangan
usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini diberikan perlakuan di bidang perpajakan
berupa
diperhitungkannya pengeluaran dalam rangka pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang
dilakukan sebagai
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam rangka penentuan besarnya Penghasilan
Kena Pajak.
Pasal 14
Usaha kecil yang telah dibina dan berkembang menjadi usaha menengah masih dapat diberikan
pembinaan dan
pengembangan untuk jangka waktu paling lama tiga tahun.
BAB III
LEMBAGA PENDUKUNG
Pasal 15
Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat menyediakan pembiayaan dan penjaminan serta bantuan
perkuatan bagi
usaha kecil untuk kelancaran pelaksanaan pembinaan dan pengembangan usaha kecil, melalui lembaga
pendukung
yang terdiri dari:
a. lembaga pembiayaan;
b. lembaga penjaminan;
c. lembaga pendukung lain.
Pasal 16
Lembaga pembiayaan memberikan prioritas pelayanan, kemudahan dan akses dalam memperoleh
pendanaan bagi
usaha kecil yang dibina dan dikembangkan melalui:
a. penyediaan pendanaan usaha kecil;
b. penyederhanaan tata cara dalam memperoleh pendanaan dengan memberikan kemudahan dalam
pengajuan
permohonan dan kecepatan memperoleh keputusan;
c. pemberian keringanan persyaratan jaminan tambahan;
d. penyebarluasan informasi mengenai kemudahan untuk memperoleh pendanaan untuk usaha kecil
melalui
penyuluhan langsung dan media massa yang ada;
e. penyelenggaraan pelatihan membuat rencana usaha dan manajemen keuangan;
f. pemberian keringanan tingkat bunga kredit usaha kecil;
g. bimbingan dan bantuan usaha kecil;
h. loket khusus untuk pelayanan dan informasi kredit usaha kecil.
Pasal 17
Lembaga penjaminan memberikan prioritas pelayanan dan kemudahan dan akses bagi usaha kecil yang
dibina dan
dikembangkan untuk memperoleh jaminan pendanaan melalui :
a. perluasan fungsi lembaga penjaminan yang sudah ada dan atau pembentukan lembaga penjaminan
baru;
b. pembentukan lembaga penjamin ulang untuk menjamin lembaga-lembaga penjaminan yang ada.
Pasal 18
Lembaga pendukung lain berperan mempersiapkan dan menjembatani pembinaan dan pengembangan
usaha kecil
melalui :
a. penyediaan informasi, bantuan manajemen dan teknologi kepada usaha kecil;
b. pemberian bimbingan dan konsultasi melalui klinik konsultasi bisnis kepada usaha kecil;
c. pelaksanaan advokasi kepada berbagai pihak untuk kepentingan usaha kecil;
d. pelaksanaan magang, studi banding dan praktek kerja bagi usaha kecil.
BAB IV
KOORDINASI
Pasal 19
(1) Menteri mengkoordinasikan pembinaan dan pengembangan usaha kecil, baik yang dilakukan oleh
pemerintah,
dunia usaha maupun masyarakat.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi penyusunan kebijaksanaan dan program
pembinaan dan
pengembangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan
pembinaan dan pengembangan usaha kecil.
Pasal 20
(1) Menteri Teknis bertanggung jawab dalam memantau dan mengevaluasi pembinaan dan
pengembangan usaha
sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
(2) Dalam rangka koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Menteri Teknis menyampaikan
hasil
pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Menteri.
Pasal 21
Untuk menjamin kelancaran program, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembinaan dan
pengembangan usaha
kecil secara terpadu, Menteri dapat membentuk forum koordinasi pembinaan dan pengembangan usaha
kecil baik di
tingkat pusat maupun ditingkat daerah dan anggotanya terdiri dari unsur pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan usaha kecil yang tidak sesuai dengan Peraturan
Pemerintah ini
dinyatakan tidak berlaku.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Pebruari 1998
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Pebruari 1998
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
MOERDIONO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 46
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 1998
TENTANG
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL
UMUM
Upaya penumbuhan kemampuan dan ketangguhan usaha kecil yang memiliki jumlah besar dan
terbesar luas di
seluruh tanah air, merupakan kegiatan yang tak dapat dipisahkan dari upaya menumbuhkan
kemampuan,
ketangguhan dan ketahanan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Kenyataannya menunjukkan, bahwa usaha kecil yang terdiri dari antara lain usaha kecil pemula, usaha
kecil yang
belum layak usaha, usaha kerajinan rumah tangga, nelayan, dan petani tersebut, yang tersebar di
seluruh pelosok
tanah air, belum mampu memupuk modal sendiri atau memanfaatkan sumber permodalan yang ada,
memanfaatkan
peluang pasar, menata organisasi dan manajemen, apalagi menguasai teknologi. Didasari bersama
bahwa usaha kecil
merupakan bagian integral dari usaha nasional sehingga perkembangan usaha kecil mempunyai
pengaruh yang
sangat penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional, oleh karena itu
peranan usaha
kecil dalam kegiatan pembangunan sosial ekonomi bangsa harus terus ditingkatkan.
Di dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, telah ditentukan bahwa usaha
kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memiliki kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.
200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah) atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar
rupiah) serta
kepemilikannyapun telah ditetapkan pula dalam pasal 5 Undang-undang Usaha Kecil, adalah harus
dimiliki oleh
Warga Negara Indonesia.
Kegiatan dan kebijaksanaan pemerintah yang telah dilaksanakan dalam upaya meningkatkan peran
usaha kecil sesuai
dengan kegiatan usahanya yang terdapat diberbagai sektor, misalnya sektor pertanian, peternakan,
pertambangan,
perindustrian, belum terlaksana secara optimal dan terpadu. Dalam pelaksanaan program pembinaan
usaha kecil.
seakan-akan masing-masing pembina sesuai sektornya berjalan sendiri-sendiri, kurang terkoordinasi
sehingga
efektivitas pembinaan masih perlu ditingkatkan.
Tidak adanya perlakuan tambahan di bidang perpajakan atau dalam rangka perolehan perizinan, atau
permodalan
yang tidak mendukung, merupakan kendala bagi usaha kecil, sehingga sulit berkembang. Apabila
dilihat dari
peningkatan produk, pemasaran, sumber daya manusia atau teknologi usaha kecil, kemampuan dan
peran serta usaha
kecil pada kenyataannya masih jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan peningkatan kegiatan usaha
menengah
atau usaha besar. Oleh karena itu, diperlukan satu petunjuk yang disusun secara lengkap dan teratur
dalam satu
peraturan pelaksanaan pembinaan dan pengembangan usaha kecil. Sasaran umum pembinaan dan
pengembangan
tersebut adalah terwujudnya usaha kecil menjadi usaha dan gerakan ekonomi rakyat yang lebih
tangguh dan mandiri
serta memiliki daya saing tinggi serta dapat berkembang menjadi usaha menengah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka materi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini
ditekankan pada tata
cara pembinaannya dan diatur pula mengenai koordinasi dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan yaitu
antara instansi terkait serta pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembinaan dimaksud.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan :
1. Usaha kecil yang tangguh adalah usaha kecil yang memiliki daya tahan dan daya saing tinggi;
2. Usaha kecil yang mandiri adalah usaha kecil yang memiliki kemampuan memecahkan masalah
dengan bertumpu
pada kepercayaan dan kemampuan sendiri tanpa tergantung pada pihak lain.
Ayat (2)
Dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil, perlu memperhatikan klasifikasi dan tingkat
perkembangan usaha
kecil, tetapi dengan tetap menerapkan keluwesan dalam pembinaan sehingga tidak justru menghambat
upaya
pembinaan dan pengembangan dimaksud.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Bobot, intensitas, prioritas dan jangka waktu pembinaan dan pengembangan usaha kecil dimaksud
merupakan satu
kesatuan rangkaian tindak yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mewujudkan usaha kecil
yang tangguh
dan mandiri serta agar dapat berkembang menjadi usaha menengah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Pemberian peluang pasar kepada usaha kecil perlu terus ditingkatkan oleh pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat,
sehingga usaha kecil dapat memanfaatkan pasar dan akses pasar.
Pasal 8
Tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan pengetahuan, profesional,
keterampilan
serta jiwa wirausaha yang mempunyai tanggung jawab tinggi dalam mewujudkan usaha yang mandiri,
produktif,
kreatif dan inovatif. Disamping itu, manajemen usaha kecil dapat dijadikan pedoman dalam
pendidikan dan latihan
usaha kecil serta pemasyarakatan dan pembudayaan kewirausahaan.
Pasal 9
Pengembangan teknologi usaha kecil oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dikembangkan di
sentra-sentra
usaha termasuk didalamnya pengembangan desa cerdas teknologi, pusat desain nasional dan
pemasyarakatan hak
atas kekayaan intelektual seperti hak cipta, paten dan merek.
Pasal 10
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Penyediaan dana dilakukan oleh Departemen teknis, Kantor Menteri Negara, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, melalui anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran
pendapatan dan
belanja daerah, anggaran perusahaan sesuai dengan program pembinaan dan pengembangan usaha
kecil di masingmasing
sektor, sub sektor, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
yang
bersangkutan.
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Pasal 11
Dalam rangka menyiapkan usaha kecil dalam menghadapi persaingan sehat diperlukan langkah-
langkah dan kebijakan
pencadangan usaha bagi usaha kecil secara terpadu, sehingga usaha kecil dapat menjadi usaha yang
tangguh dan
mandiri.
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 menentukan bahwa pengeluaran
berupa biaya yang
berkenaan dengan pekerjaan atau kerugian yang untuk memelihara penghasilan atau untuk
pengembangan
perusahaan, dapat diperhitungkan sebagai pengurangan terhadap penghasilan bruto dalam rangka
penetapan
Penghasilan Kena Pajak.
Pengeluaran tersebut meliputi antara lain biaya pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan
dan latihan
usaha kecil, pemberian modal usaha kecil, biaya survey pasar, seminar dan pameran usaha kecil, biaya
pengembangan
teknologi usaha kecil, depresiasi atas aktiva tetap yang digunakan untuk pembinaan dan
pengembangan usaha kecil
dan biaya untuk magang dan studi banding, konsultasi, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan serta
pembiayaan
lainnya.
Pasal 14
Pembinaan dan pengembangan terhadap usaha kecil yang telah berhasil berkembang menjadi usaha
menengah, masih
dapat dilanjutkan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun lagi untuk lebih memantapkan usahanya setelah
menjadi usaha
menengah, dan selama kurun waktu 3 (tiga) tahun itu usaha menengah tersebut masih dapat
memanfaatkan bantuan
pembinaan dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
Pasal 15
Yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan adalah lembaga yang sudah ada
atau yang
akan dibentuk, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang dimiliki oleh
pemerintah maupun
oleh dunia usaha. Sedangkan lembaga pendukung lainnya antara lain dapat berupa lembaga pendidikan
dan
pelatihan, lembaga pengkajian, lembaga pemasaran dan informasi, klinik konsultasi bisnis, inkubator,
lembaga
bantuan hukum dan pembelaan.
Pasal 16
Lembaga pembiayaan menyediakan dukungan modal untuk pembinaan dan pengembangan usaha kecil
antara lain
meliputi skim modal awal, modal bergulir, kredit usaha kecil, kredit program dan kredit modal kerja
usaha kecil, kredit
kemitraan, modal ventura, dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara, anjak piutang dan kredit
lainnya untuk
peningkatan ekspor dan pengembangan teknologi usaha kecil.
Pasal 17
Dalam pelaksanaan penjaminan usaha kecil, baik lembaga penjaminan yang dimiliki pemerintah
maupun swasta
memberikan bantuan kemudahan berupa penyederhanaan tata cara atau persyaratan yang ringan serta
pendirian
lembaga penjaminan usaha kecil di daerah, baik di Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3743