1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM
NOMOR 13 TAHUN 2007
T E N T A N G
PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN WALINAGARI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI AGAM,
Menimbang : a.
b.
c.
bahwa sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan nagari yang diikuti dengan perkembangan sosial masyarakat nagari yang semakin kritis, terbuka dan demokratis dapat membawa dampak pada tuntutan masyarakat terhadap berbagai perubahan pada semua aspek penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan termasuk juga pemilihan Walinagari; bahwa penyelenggaraan pemilihan Walinagari yang merupakan wahana demokrasi untuk menuju kesinambungan dan peningkatan kualitas pemerintahan nagari perlu diatur tersendiri; bahwa untuk memenuhi maksud sebagaimana tersebut pada huruf a dan b perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Agam.
Mengingat : 1.
2.
3.
4.
5.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
2
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4594); Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah Propinsi Sumatera Barat Tahun 2007 Nomor 2).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN AGAM
dan
BUPATI AGAM
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN
PEMBERHENTIAN WALINAGARI
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan ;
1. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Bupati adalah Bupati Agam.
5. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Agam.
6. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan filosofi adat minangkabau (adat basandi syara, syara basandi kitabullah)
dan atau berdasarkan asal usul adat setempat.
7. Badan Permusyawaratan Nagari selanjutnya disebut BAMUS NAGARI adalah lembaga
yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Nagari
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Nagari.
8. Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah
Nagari dan Badan Permusyawaratan Nagari dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Pemerintah Nagari adalah Walinagari dan Perangkat Nagari sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Nagari.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari selanjutnya disebut APB Nagari adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah nagari yang dibahas dan disetujui bersama
oleh Pemerintah Nagari dan BAMUS NAGARI, yang ditetapkan dengan Peraturan
Nagari.
11. Panitia Pemilihan adalah lembaga yang dibentuk oleh BAMUS NAGARI, bersifat netral
untuk menyelenggarakan pemilihan Walinagari.
4
12. Panitia pengawas adalah pengawas pemilihan walinagari yang dibentuk oleh BAMUS
NAGARI yang melakukan pengawasan terhadap seluruh tahapan pelaksanaan
pemilihan.
13. Penjaringan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk
mendapatkan calon walinagari dari anak nagari.
14. Penyaringan adalah seleksi yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan baik dari segi
administrasi maupun kemampuan dan kepemimpinan calon guna ditetapkan sebagai
calon tetap walinagari yang berhak dipilih.
15. Calon yang berhak dipilih adalah calon walinagari yang telah memenuhi persyaratan
untuk mengikuti pemilihan dan ditetapkan oleh panitia pemilihan.
16. Calon terpilih adalah calon walinagari yang memperoleh suara terbanyak dalam
pemilihan walinagari.
17. Penduduk nagari adalah warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di nagari
yang bersangkutan, yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga atau KTP
18. Anak nagari adalah putra-putri yang dilahirkan menurut garis keturunan ibu
(matrilineal) dalam adat Minangkabau, dan orang yang diakui dan diterima sepanjang
adat dalam suatu nagari.
19. Pemilih adalah penduduk nagari yang bersangkutan yang telah memenuhi persyaratan
untuk menggunakan hak pilihnya.
20. Hak pilih adalah hak yang dimiliki pemilih untuk menentukan sikap pilihannya.
21. Kampanye adalah kegiatan calon walinagari untuk meyakinkan para pemilih dengan
menawarkan visi, misi dan program-programnya.
22. Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara selanjut disingkat KPPS adalah yang
melaksanakan pemungutan suara di TPS, yang dibentuk oleh panitia pemilihan
walinagari.
23. Tempat pemungutan suara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat pemilih
memberikan suara pada hari pemungutan suara pemilihan.
BAB II
PEMILIHAN
Bagian Pertama
Persiapan Pemilihan
Pasal 2
BAMUS NAGARI memberitahukan kepada Walinagari mengenai akan berakhirnya masa
jabatan Walinagari secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan.
5
Pasal 3
(1) BAMUS NAGARI memproses pemilihan Walinagari paling lambat 4 (empat) bulan
sebelum berakhirnya masa jabatan Walinagari.
(2) Dalam memproses pemilihan Walinagari sebagaimana dimaksud ayat (1), BAMUS
NAGARI membentuk Panitia Pemilihan dan Panitia Pengawas.
Bagian Kedua
Panitia Pemilihan
Pasal 4
(1) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2) terdiri dari unsur Perangkat
Nagari, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan tokoh masyarakat yang berjumlah 5
(lima) orang, dengan memperhatikan keterwakilan jorong.
(2) Susunan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggota;
b. Wakil Ketua merangkap anggota;
c. Anggota.
(3) Ketua dan Wakil Ketua Panitia Pemilihan dipilih dari dan oleh Anggota Panitia
Pemilihan.
(4) Dalam melaksanan tugasnya panitia pemilihan dibantu oleh sekretariat yang dipimpin
oleh seorang sekretaris yang berasal dari salah seorang perangkat nagari.
(5) Sekretariat Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (4) bertanggungjawab
kepada Panitia Pemilihan.
Pasal 5
Panitia Pemilihan mempunyai tugas:
a. Merencanakan penyelenggaraan pemilihan Walinagari;
b. Menetapkan tata cara pelaksanaan pemilihan Walinagari ;
c. Mengesahkan daftar pemilih ;
d. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan dan mengendalikan semua tahapan
pelaksanaan pemilihan Walinagari;
e. Menetapkan tanggal dan tata cara pelaksanaan kampanye, serta pemungutan suara
pemilihan Walinagari;
f. Melaksanakan penjaringan dan penyaringan bakal calon walinagari sesuai persyaratan;
g. Meneliti persyaratan calon Walinagari;
6
h. Menetapkan Calon Tetap yang telah memenuhi persyaratan;
i. Mengumumkan calon tetap yang berhak dipilih kepada masyarakat ditempat yang
terbuka ;
j. Melaksanakan pemungutan suara;
k. Menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan
Walinagari;
l. Mengusulkan calon Walinagari terpilih dengan berita acara;
m. Melaporkan pelaksanaan pemilihan Walinagari dan penggunaan dana pemilihan
Walinagari kepada BAMUS NAGARI dengan melampirkan seluruh dokumen yang
berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan;
n. Mengajukan rencana biaya kepada BAMUS NAGARI;
o. Mengambil keputusan bila timbul permasalahan dalam proses pemilihan Walinagari;
p. Membentuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di setiap TPS, dengan
jumlah sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota serta petugas keamanan.
Pasal 6
Panitia Pemilihan berkewajiban :
a. memperlakukan Calon secara adil dan setara;
b. menyampaikan laporan kepada BAMUS NAGARI untuk setiap tahap pelaksanaan
pemilihan dan menyampaikan informasi kegiatannya kepada masyarakat;
c. memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris pemilihan;
d. melaksanakan semua tahapan pemilihan Walinagari secara tepat waktu
Pasal 7
Tugas Sekretariat Panitia Pemilihan adalah membantu pendaftaran pemilih dan tugas-
tugas administrasi Panitia Pemilihan.
Pasal 8
Panitia dan Sekretariat Pemilihan berhak:
a. mendapatkan perlindungan keamanan dalam pelaksanaan tugas
b. mendapatkan uang lelah sesuai kemampuan keuangan nagari
7
Bagian Ketiga
Panitia Pengawas
Pasal 9
(1) Untuk mengawasi jalannya pemilihan Walinagari dibentuk Panitia Pengawas dengan
Keputusan BAMUS NAGARI.
(2) Keanggotaan Panitia Pengawas sebagaimana dimaksud ayat (1) berjumlah 5 (lima)
orang yang terdiri dari unsur ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang
dan generasi muda.
(3) Susunan panitia pengawas sebagaimana dimaksud ayat (2) terdiri dari :
a. Ketua merangkap anggota;
b. Sekretaris merangkap anggota;
c. Anggota
(4) Ketua dan Sekretaris Panitia Pengawas dipilih dari dan oleh Anggota Panitia Pengawas.
Pasal 10
(1) Panitia Pengawas mempunyai tugas:
a. mengawasi semua tahapan penyelenggaraan pemilihan;
b. menerima laporan pelanggaran ketentuan peraturan pemilihan;
c. menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelenggaraan pemilihan;
d. meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yang
berwenang;
(2) Panitia Pengawas berkewajiban:
a. memperlakukan calon secara adil dan setara;
b. melakukan pengawasan pelaksanaan pemilihan secara aktif;
c. meneruskan temuan dan laporan yang merupakan pelanggaran kepada pihak yang
berwenang;
d. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada BAMUS NAGARI .
(3) Pihak-pihak terkait wajib memberikan kemudahan kepada panitia pengawas pemilihan
untuk memperoleh informasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
(1) Laporan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) huruf b,
disampaikan secara lisan/tertulis yang berisi:
a. nama dan alamat pelapor;
b. waktu dan tempat kejadian perkara;
8
c. nama dan alamat pelanggar;
d. nama dan alamat saksi-saksi; dan
e. uraian kejadian.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada panitia pengawas
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sejak terjadinya pelanggaran.
(3) Tata cara pelaporan diatur lebih lanjut oleh panitia pengawas.
Pasal 12
(1) Panitia pengawas mengkaji setiap laporan pelanggaran yang diterima.
(2) Panitia pengawas memutuskan untuk menindaklanjuti atau tidak menindaklanjuti
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah
laporan diterima.
(3) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa dan tidak mengandung unsur pidana,
diselesaikan oleh panitia pengawas.
(4) Dalam hal laporan yang bersifat sengketa mengandung unsur tindak pidana,
penyelesaiannya diteruskan kepada aparat penyidik.
(5) Laporan yang mengandung unsur tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
yang telah memperoleh putusan pengadilan dan telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, yang berakibat calon terpilih tidak memenuhi persyaratan, ditindaklanjuti dengan
pembatalan calon.
Pasal 13
(1) Panitia pengawas dalam menyelesaikan sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 Ayat (3), dilakukan melalui tahapan:
a. mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa melakukan musyawarah untuk
mencapai kesepakatan;
b. dalam hal tidak tercapai kesepakatan sebagaimana tersebut pada huruf a, pengawas
pemilihan membuat keputusan;
c. keputusan sebagaimana dimaksud pada huruf b, bersifat final dan mengikat.
(2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lambat 14 (empat
belas) hari sejak pihak-pihak yang bersengketa dipertemukan.
9
Pasal 14
Panitia Pengawas berhak:
a. mendapatkan perlindungan keamanan dalam pelaksanaan tugas
b. mendapatkan uang lelah sesuai kemampuan keuangan nagari
Bagian Keempat
Larangan Panitia
Pasal 15
Panitia Pemilihan dan Panitia Pengawas dilarang menjadi Calon Walinagari
Pasal 16
(1) Apabila Panitia Pemilihan menjadi Calon Walinagari, maka kedudukannya digantikan
dari unsur yang sama.
(2) Apabila Panitia Pengawas menjadi calon Walinagari, maka kedudukannya diganti dari
unsur yang sama.
BAB III
HAK MEMILIH DAN DIPILIH
Bagian Pertama
Hak Memilih
Pasal 17
Penduduk nagari yang pada hari pemungutan suara pemilihan walinagari sudah berumur
17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah mempunyai hak memilih
Pasal 18
(1) Penduduk nagari yang berhak memilih harus terdaftar sebagai pemilih.
(2) Untuk dapat didaftar sebagai pemilih, penduduk nagari sebagaimana dimaksud ayat (1)
harus memenuhi syarat :
a. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya;
b. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
(3) Seorang penduduk nagari yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat menggunakan hak
pilih.
(4) Seorang pemilih hanya terdaftar 1 (satu) kali dalam daftar pemilih.
10
Pasal 19
(1) Pemilih sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1) diberi tanda bukti pendaftaran.
(2) Tanda bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditukarkan dengan kartu
suara pada hari pemilihan.
Pasal 20
(1) Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4), Panitia
Pemilihan menyusun dan menetapkan daftar pemilih sementara.
(2) Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan untuk
mendapat tanggapan masyarakat.
(3) Pemilih yang belum terdaftar dalam daftar pemilih sementara dapat mendaftarkan diri
ke Panitia Pemilihan Walinagari dan dicatat dalam daftar pemilih tambahan.
(4) Daftar pemilih sementara dan daftar pemilih tambahan ditetapkan sebagai daftar
pemilih tetap.
(5) Daftar pemilih tetap disahkan dan diumumkan oleh Panitia Pemilihan Walinagari.
Bagian Kedua
Hak Untuk Dipilih
Pasal 21
Calon Walinagari adalah penduduk dan anak nagari yang memenuhi persyaratan :
a. bertaqwa kepada Allah SWT dengan menjalankan syariat Islam secara kaffah,
berakhlakul karimah dan pandai membaca Al Quran;
b. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-undang Dasar negara republik
Indonesia tahun 1945, dan kepada negara Kesatuan Republik Indonesia, serta
pemerintahan;
c. berpendidikan sekurang-kurangnya tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau
pendidikan sederajat;
d. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun;
e. bersedia menjadi calon walinagari dan tidak akan mengundurkan diri sebagai Calon
Walinagari;
f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman
hukuman 5 (lima) tahun atau lebih;
g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
h. berkelakuan baik, jujur dan adil;
11
i. belum pernah menjabat sebagai Walinagari selama 2 (dua) kali masa jabatan terhitung
semenjak dibelakukannya Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2001;
j. belum pernah mengundurkan diri sebagai walinagari dalam masa jabatan;
k. sehat jasmani dan rohani;
l. mengenal nagarinya dan dikenal oleh masyarakat nagari setempat;
m. memahami, menghayati dan mengamalkan adat yang berlaku dalam nagari;
n. tidak dalam status sebagai Penjabat Walinagari;
o. tidak sebagai pengurus partai politik;
p. tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Walinagari atau Pegawai
Negeri, atau pejabat/pegawai pada lembaga/Badan;
q. bertempat tinggal di nagari yang bersangkutan dan atau mudah dijangkau setelah
terpilih menjadi walinagari;
Pasal 22
(1) Pegawai Negeri Sipil, POLRI dan TNI yang mencalonkan diri sebagai Walinagari harus
memiliki surat keterangan persetujuan dari pejabat yang berwenang;
(2) Pegawai Negeri Sipil, POLRI dan TNI yang terpilih menjadi Walinagari dibebaskan
sementara dari jabatan organiknya selama menjadi Walinagari tanpa kehilangan hak
dan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil, POLRI dan TNI.
(3) Penghasilan tetap Walinagari yang berasal dari PNS, Polri, dan TNI hanya setengah
dari penghasilan tetap Walinagari yang bukan berasal dari PNS, Polri dan TNI.
Pasal 23
(1) Walinagari yang akan berakhir masa jabatannya pada periode pertama dapat
mencalonkan diri kembali dengan ketentuan sebagai berikut :
a. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan nagari kepada Bupati
melalui Camat paling lama 5 (lima) bulan sebelum berakhir masa jabatan.
b. Menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban akhir masa jabatan kepada
BAMUS NAGARI paling lama 5 (lima) bulan sebelum berakhir masa jabatan.
c. Menyampaikan surat permohonan cuti kepada Bupati saat ditetapkan sebagai calon
Walinagari.
(2) Bagi Walinagari yang melaksanakan cuti sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c,
Bupati mengangkat Sekretaris Nagari atau Perangkat Nagari lainnya sebagai Pelaksana
Tugas Walinagari atas usul BAMUS NAGARI kepada Bupati melalui Camat.
12
Pasal 24
Perangkat Nagari yang mencalonkan diri sebagai Walinagari, harus mengajukan
permohonan cuti kepada Walinagari sejak ditetapkan sebagai calon Walinagari.
Pasal 25
Anggota BAMUS NAGARI yang mencalonkan diri sebagai Walinagari harus mengajukan cuti
kepada Bupati melalui Camat yang diketahui oleh Pimpinan BAMUS NAGARI.
BAB IV
PENCALONAN, PENJARINGAN DAN PENYARINGAN
Bagian Pertama
Pencalonan
Pasal 26
(1) Pantia Pemilihan mengumumkan pelaksanaan, tata cara dan persyaratan pemilihan
Walinagari.
(2) Bakal calon walinagari dapat diajukan oleh lembaga - lembaga nagari, jorong, dan
lembaga lainnya.
(3) Tatacara pencalonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
panitia pemilihan.
(4) Permohonan menjadi Bakal Calon Walinagari diajukan secara tertulis kepada Panitia
Pemilihan dengan dilengkapi persyaratan-persyaratan dalam rangkap 3 (tiga).
Bagian Kedua
Penjaringan
Pasal 27
(1) Panitia Pemilihan menerima permohonan Bakal Calon.
(2) Waktu penerimaan ditetapkan selama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang apabila
Bakal Calon belum memenuhi jumlah minimal.
Bagian Ketiga
Penyaringan
Pasal 28
(1) Panitia Pemilihan meneliti persyaratan administrasi bakal calon walinagari dengan
melakukan klarifikasi kepada instansi/lembaga yang berwenang dan dapat mendengar
pendapat masyarakat.
13
(2) Panitia Pemilihan menyampaikan hasil penelitian sebagaimana dimaksud ayat (1)
kepada bakal calon.
(3) Kepada Bakal Calon yang belum lengkap persyaratannya diberikan kesempatan untuk
melengkapi kembali persyaratan dalam waktu 3 (tiga) hari.
Pasal 29
(1) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Panitia Pemilihan
menetapkan Calon Walinagari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang yang dituangkan dalam Berita Acara Penetapan Calon.
(2) Calon sebagaimana dimaksud ayat (1) diumumkan secara luas selama 7 (tujuh) hari
berturut-turut.
(3) Penetapan dan pengumuman Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat final
dan mengikat.
Pasal 30
(1) Apabila Calon mengundurkan diri secara administrasi dianggap tidak mengundurkan
diri.
(2) Apabila Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pemilihan ternyata
memperoleh suara terbanyak, perolehan suara tersebut dinyatakan batal.
(3) Atas pembatalan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka Calon yang
mendapatkan dukungan suara terbanyak kedua dinyatakan sebagai Calon Terpilih.
BAB V
KAMPANYE
Pasal 31
(1) Calon walinagari dapat melakukan kampanye.
(2) Kampanye sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selama 7 (tujuh) hari dan
berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.
(3) Jadwal dan lokasi kampanye ditetapkan oleh Panitia Pemilihan dengan memperhatikan
usul Calon Walinagari.
Pasal 32
(1) Kampanye dapat dilaksanakan melalui :
a. pertemuan terbatas;
b. tatap muka dan dialog;
14
c. media cetak dan media elektronik;
d. penyebaran bahan kampanye kepada umum;
e. pemasangan alat peraga ditempat umum;
f. rapat umum;
g. tanda gambar calon walinagari; dan/atau
h. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan.
(2) Calon walinagari diharuskan menyampaikan visi, misi dan program secara lisan dan
tertulis melalui BAMUS NAGARI kepada masyarakat.
(3) Visi, misi dan program sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disosialisasikan pada
masa kampanye yang difasilitasi oleh panitia pemilihan.
(4) Penyampaian materi kampanye dilakukan dengan cara yang sopan, tertib dan bersifat
edukatif.
Pasal 33
Dalam kampanye dilarang :
a. mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, dan calon walinagari;
c. menghasut atau mengadu domba perseorangan dan/atau kelompok masyarakat;
d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan
kekerasan kepada perseorangan, kelompok masyarakat;
e. mengganggu keamanan, ketentraman dan ketertiban umum;
f. mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk mengambil alih
kekuasaan dari pemerintahan yang sah;
g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye calon lain;
h. menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah
nagari;
i. menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan; dan
j. melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan dengan berjalan kaki dan/atau
dengan kendaraan di jalan raya.
15
Pasal 34
(1) Dalam kampanye dilarang melibatkan :
a. Walinagari dan Perangkat Nagari;
b. Ketua dan anggota BAMUS NAGARI.
(2) Calon Walinagari dilarang melibatkan Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, dan anggota
POLRI sebagai peserta kampanye dan juru kampanye.
Pasal 35
(1) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g merupakan
tindak pidana dan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 huruf h, huruf i dan huruf j, dan Pasal 34 merupakan pelanggaran tata
cara kampanye dikenai sanksi:
a. peringatan tertulis apabila penyelenggara kampanye melanggar larangan walaupun
belum terjadi gangguan;
b. penghentian kegiatan kampanye di tempat terjadinya pelanggaran.
Pasal 36
(1) Calon Walinagari dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya
untuk mempengaruhi pemilih.
(2) Calon yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenai
sanksi pembatalan sebagai Calon Walinagari oleh Panitia Pemilihan.
BAB VI
PEMUNGUTAN SUARA
Pasal 37
(1) Pemungutan suara pemilihan Walinagari diselenggarakan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sebelum masa jabatan Walinagari berakhir.
(2) Pemberian suara untuk pemilihan dilakukan dengan mencoblos photo calon walinagari
pada surat suara.
(3) Jumlah, jenis, bentuk, ukuran dan warna surat suara sebagaimana dimaksud ayat (2)
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
16
Pasal 38
(1) Jumlah surat suara dicetak sama dengan jumlah pemilih tetap dan ditambah paling
banyak 2,5% (dua setengah per seratus) dari jumlah pemilih tersebut.
(2) Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
cadangan di setiap TPS untuk mengganti surat suara yang rusak.
(3) Penggunaan tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuatkan
berita acara.
(4) Format Berita Acara dan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah
sebagaimana tercantum pada Lampiran I Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 39
(1) Pemilih tuna netra atau yang mempunyai halangan fisik lain saat memberikan suaranya
di TPS dapat dibantu oleh Panitia Pemilihan atau orang lain atas permintaan pemilih.
(2) Panitia pemilihan atau orang lain yang membantu pemilih sebagaimana dimaksud ayat
(1) wajib merahasiakan pilihan pemilih.
Pasal 40
(1) Jumlah, lokasi, bentuk dan tata letak TPS serta jumlah pemilih disetiap TPS ditetapkan
oleh Panitia Pemilihan.
(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan lokasinya di tempat yang mudah
dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat, serta menjamin setiap pemilih dapat
memberikan suaranya secara langsung, bebas dan rahasia.
Pasal 41
(1) Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan Walinagari disediakan kotak, bilik
suara, dan kelengkapan lainnya.
(2) Jumlah, bahan, bentuk dan ukuran kotak suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 42
(1) Pemberitahuan pemungutan suara kepada Pemilih disampaikan melalui pengumumam
resmi dan surat panggilan.
(2) Pemungutan suara dilakukan mulai pukul 08.00 s/d 14.00 WIB dibuka oleh Ketua TPS.
(3) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, Panitia Pemilihan melakukan :
17
a. pembukaan kotak suara;
b. pengeluaran seluruh isi kotak suara;
c. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan; serta
d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan.
(4) Kegiatan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri oleh
saksi dari Calon, pemantau dan warga masyarakat.
(5) Kegiatan Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuatkan berita
acara yang ditandatangani oleh anggota Panitia Pemilihan dan dapat ditandatangani
oleh saksi dari Calon.
Pasal 43
(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), Panitia
Pemilihan memberikan penjelasan mengenai tata cara pemungutan suara.
(2) Dalam memberikan suara, pemilih diberi kesempatan oleh Panitia Pemilihan
berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih.
(3) Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak, pemilih dapat meminta surat suara
pengganti kepada Panitia Pemilihan, kemudian Panitia Pemilihan memberikan surat
suara pengganti hanya satu kali.
Pasal 44
(1) Pemilih hanya dapat menggunakan hak pilihnya satu kali.
(2) Pemilih yang telah memberikan suara di TPS diberi tanda khusus oleh Panitia
Pemilihan.
(3) Tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
Pasal 45
Surat suara dianggap sah apabila:
a. surat suara ditandatangani oleh Ketua KPPS;
b. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kolom segi empat yang memuat nomor, foto
dan nama calon yang telah ditentukan; atau
c. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam salah satu kolom segi empat yang
memuat nomor, foto dan nama calon; atau
d. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kolom segi empat yang memuat nomor,
foto dan nama calon.
18
Pasal 46
(1) Calon Walinagari yang dinyatakan terpilih adalah calon yang mendapatkan dukungan
suara terbanyak.
(2) Dalam hal 2 (dua) orang atau lebih calon walinagari memperoleh suara terbanyak yang
sama, harus diadakan pemilihan ulang.
(3) Pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lama 21 (dua
puluh satu) hari terhitung sejak tanggal penandatanganan berita acara penghitungan
suara.
(4) Apabila dalam pemilihan ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) masih terdapat
jumlah suara yang sama, penentuan calon terpilih ditetapkan oleh Panitia Pemilihan.
(5) Tata cara penentuan calon terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
PENGHITUNGAN SUARA
Pasal 47
(1) Penghitungan suara dilakukan di TPS, setelah selesai pemungutan suara.
(2) Hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
Berita Acara Hasil Penghitungan Suara dan Laporan pelaksanaan pemungutan suara
yang ditandatangani oleh Ketua, Wakil Ketua dan Anggota KPPS.
(3) Format berita acara dan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
sebagaimana tercantum pada Lampiran II Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4) Berita acara dan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat dalam rangkap 2
(dua) dan diserahkan kepada Panitia Pemilihan paling lambat 1 (satu) hari setelah
penghitungan suara.
Pasal 48
(1) Berita Acara Hasil penghitungan suara dan laporan Pelaksanaan Pemilihan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 ayat (2), direkapitulasi oleh Panitia Pemilihan.
(2) Rekapitulasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Hasil
Pemilihan dan Laporan Pelaksanaan Pemillihan yang ditandatangani oleh Ketua, Wakil
Ketua dan Anggota Panitia Pemilihan.
(3) Berita acara dan laporan sebagaimana dimaksud ayat (2) disampaikan kepada BAMUS
NAGARI paling lambat 2 (dua) hari.
19
(4) Format Berita acara dan laporan sebagaimana dimaksud ayat (3) adalah sebagaimana
tercantum pada Lampiran III Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VIII
PENGESAHAN DAN PELANTIKAN
Pasal 49
(1) Calon Walinagari terpilih ditetapkan dengan Keputusan BAMUS NAGARI.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan oleh BAMUS NAGARI kepada
Bupati melalui Camat untuk pengesahan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 50
(1) Walinagari dilantik oleh Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk paling lama 15 (lima
belas) hari terhitung tanggal penerbitan Keputusan Bupati tentang pengesahan
penetapan Walinagari definitif.
(2) Pelantikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rapat paripurna
BAMUS NAGARI
(3) Sebelum memangku jabatannya, Walinagari mengucap sumpah.
(4) Susunan kata-kata sumpah Walinagari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah
sebagai berikut :
Demi Allah, saya bersumpah bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku
Walinagari dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya;
Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan syariat Islam dan norma adat serta
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara;
Dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar
1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
lurusnya yang berlaku bagi nagari, daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 51
Masa jabatan walinagari adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak pelantikan dan dapat
dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
20
BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 52
Biaya penyelenggaraan pemilihan dan pelantikan Walinagari dibebankan kepada APB
Nagari dan APBD serta sumber – sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.
BAB X
PEMBERHENTIAN WALINAGARI DAN PENGANGKATAN PENJABAT WALINAGARI
Bagian Pertama
Pemberhentian Walinagari
Pasal 53
(1) Walinagari berhenti, karena :
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri;
c. diberhentikan.
(2) Walinagari diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. dinyatakan melanggar sumpah jabatan;
d. tidak melaksanakan kewajiban Walinagari;
e. melanggar larangan bagi Walinagari.
(3) Usul pemberhentian Walinagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diusulkan
oleh BAMUS NAGARI kepada Bupati melalui Camat.
(4) Usul pemberhentian Walinagari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c
dan ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e disampaikan oleh BAMUS NAGARI
kepada Bupati melalui Camat berdasarkan keputusan BAMUS NAGARI yang dihadiri oleh
2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BAMUS NAGARI.
(5) Pengesahan pemberhentian Walinagari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak usul
diterima.
(6) Setelah pemberhentian sebagaimana dimaksud ayat (5), Bupati mengangkat Sekretaris
Nagari atau Pejabat lain yang ditunjuk sebagai Penjabat Walinagari.
21
Pasal 54
(1) Walinagari diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BAMUS NAGARI
apabila dinyatakan melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh
kekuatan hukum tetap.
(2) Walinagari diberhentikan oleh Bupati tanpa melalui usulan BAMUS NAGARI apabila
terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
Pasal 55
Walinagari diberhentikan sementara oleh Bupati tanpa melalui usulan BAMUS NAGARI
karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindakan pidana korupsi, tindak pidana
terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
Pasal 56
(1) Walinagari yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud Pasal 54 ternyata
terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan
pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan mengaktifkan kembali Walinagari yang
bersangkutan sampai akhir masa jabatan.
(2) Apabila Walinagari yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
telah berakhir masa jabatannya, Bupati hanya merehabilitasi Walinagari yang
bersangkutan.
Pasal 57
Dalam hal Walinagari diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ,
Sekretaris Nagari melaksanakan tugas dan kewajiban Walinagari sampai dengan adanya
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 58
Dalam hal Walinagari diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 , Bupati
mengangkat Penjabat Walinagari dengan tugas pokok menyelenggarakan pemilihan
Walinagari paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
22
Bagian Kedua Pengangkatan Penjabat Walinagari
Pasal 59
(1) Pengangkatan Penjabat Walinagari dilakukan karena :
a. Pembentukan nagari baru;
b. Meninggal dunianya Walinagari;
c. Diberhentikannya Walinagari sebelum masa jabatan berakhir
d. Habisnya masa jabatan walinagari, sedangkan pemilihan belum dilaksanakan
(2) Tugas penjabat walinagari adalah :
a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan nagari sampai terpilihnya walinagarii
hasil pemilihan dan atau selambat-lambatnya 6 (enam) bulan;
b. mengangkat perangkat nagari bagi nagari baru;
c. membentuk BAMUS NAGARI, dan lembaga kemasyarakatan bagi nagari baru.
(3) Pengangkatan Penjabat Walinagari ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(4) Sebelum memangku jabatannya, Penjabat Walinagari diambil sumpah oleh Bupati atau
Pejabat lain yang ditunjuk sesuai dengan Pasal 50 ayat (3).
BAB XI KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 60
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Walinagari yang masa jabatannya masih
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari tetap
menjalankan tugasnya sampai dengan berakhirnya masa jabatan atau dilantiknya
Walinagari yang baru.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 61
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
23
Pasal 62
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Agam.
Ditetapkan di Lubuk Basung pada tanggal 10 Desember 2007
BUPATI AGAM,
ARISTO MUNANDAR Diundangkan di Lubuk Basung pada tanggal 10 Desember 2007 SEKRETARIS DAERAH Drs. H. AZWAR RISMAN THAHER NIP. 410003648 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 2007 NOMOR 13
24
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM
NOMOR 13 TAHUN 2007
T E N T A N G PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN WALINAGARI
I. UMUM Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa sebagai tindak lanjut dari hal yang berkenaan dengan desa (nagari)
akibat ditetapkannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka
Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan
Nagari harus disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
sebagai pengganti dari Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang
Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa.
Disamping adanya perubahan Peraturan perundang-undangan dalam pengaturan
nagari, dan tuntutan perubahan pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan
nagari, juga memperhatikan dinamika yang berkembang ditengah kehidupan
masyarakat dan hal-hal yang timbul dalam implementasi penyelenggaraan
pemerintahan nagari seperti perkembangan penyelenggaraan pemerintahan nagari
yang diikuti dengan perkembangan sosial masyarakat nagari yang semakin kritis,
terbuka dan demokratis dapat membawa dampak pada tuntutan masyarakat terhadap
berbagai perubahan pada semua aspek penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan termasuk juga pemilihan Walinagari
Untuk itu penyelenggaraan pemilihan Walinagari yang merupakan wahana demokrasi
untuk menuju kesinambungan dan peningkatan kualitas pemerintahan nagari perlu
diatur tersendiri dalam perubahan dan penyempurnaan terhadap Peraturan Daerah
Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2 Cukup jelas
Pasal 3 Ayat (1)
Cukup jelas
25
Ayat (2) Yang dimaksud dengan “membentuk” adalah BAMUS NAGARI menetapkan ketua, sekretaris dan anggota Panitia Pemilihan dan Panitia Pengawas dengan keputusan BAMUS NAGARI.
Pasal 4 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat adalah Tokoh Adat, Tokoh Agama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang dan Tokoh Pemuda.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Sekretariat diangkat dan diberhentikan oleh Walinagari, yang terdiri dari Sekretaris Nagari sebagai Sekretaris dibantu oleh Kepala Urusan dan Kepala jorong.
Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 5 Huruf a
Yang dimaksud merencanakan adalah memuat tahapan pemilihan, pembagian tugas dan tanggung jawab panitia, lokasi pemungutan suara, dan lain-lain yang berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan pemilihan.
Huruf b Cukup jelas
Huruf c Cukup jelas
Huruf d Cukup jelas
Huruf e Cukup jelas
Huruf f Cukup jelas
Huruf g Cukup jelas
Huruf h Cukup jelas
Huruf i Cukup jelas
Huruf j Cukup jelas
Huruf k Cukup jelas
Huruf l Cukup jelas
Huruf m Cukup jelas
Huruf n Cukup jelas
Huruf o Cukup jelas
26
Huruf p Cukup jelas
Pasal 6 Cukup jelas
Pasal 7 Cukup jelas
Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 10 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Pasal 11
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 12 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Pasal 13
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 14 Cukup jelas
Pasal 15 Cukup jelas
27
Pasal 16 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 17
Cukup jelas Pasal 18
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Huruf a
Dinyatakan dengan surat keterangan dari Dokter Pemerintah Huruf b
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Pasal 19
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 20 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Pasal 21
Huruf a Yang dimaksud dengan menjalankan Islam secara kaffah antara lain melaksanakan sholat 5 (lima) waktu, pandai baca Al’Quran, rajin kemesjid, tidak melakukan tindakan-tindakan yang dilarang oleh agama. Pembuktiannya dengan surat pernyataan yang bersangkutan diatas materai dan diketahui oleh pengurus mesjid tempat domisili.
Huruf b Yang dimaksud dengan “setia” adalah tidak pernah terlibat gerakan sparatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah Dasar Negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang dimaksud dengan “setia kepada Pemerintah” adalah yang mengakui pemerintahan yang sah menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dinyatakan dengan surat pernyataan yang bersangkutan di atas meterai.
28
Huruf c Tingkatan pendidikan yang bersangkutan dibuktikan dengan ijazah/surat tanda tamat belajar yang dikeluarkan oleh instansi berwenang, yang dimaksud dengan sederajat adalah Program Paket C.
Huruf d Usia yang bersangkutan dibuktikan dengan foto copy KTP.
Huruf e Kesediaan dibuat dalam surat pernyataan bermeterai
Huruf f Surat keterangan dari pengadilan negeri tempat domisili
Huruf g Surat keterangan dari pengadilan negeri tempat domisili
Huruf h Surat keterangan dari kepolisian
Huruf i Yang dimaksud 2 (dua) kali masa jabatan adalah tidak termasuk jabatan Kepala Desa sebelum kembali ke sistem Pemerintahan Nagari sesuai dengan Perda 31 Tahun 2001.
Huruf j Cukup jelas
Huruf k Surat keterangan dari dokter pemerintah
Huruf l Cukup jelas
Huruf m Surat keterangan dari KAN
Huruf n Cukup jelas
Huruf o Cukup jelas
Huruf p Cukup jelas
Huruf q Cukup jelas
Pasal 22 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Pasal 23
Ayat (1) Huruf a
Cukup jelas Huruf b
Cukup jelas Huruf c
Selama menjalankan cuti, Walinagari berhak memperoleh penghasilan tetap. Ayat (2)
Cukup jelas
29
Pasal 24 Selama menjalankan cuti, Perangkat Nagari berhak memperoleh penghasilan tetap.
Pasal 25 Selama menjalankan cuti, Anggota BAMUS NAGARI berhak memperoleh uang representatif.
Pasal 26 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Pasal 27
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 28 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Pasal 29
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 30 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Pasal 31
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 32 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas
30
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 33 Cukup jelas
Pasal 34 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Yang dimaksud dilarang melibatkan PNS, TNI dan POLRI adalah Pegawai Negeri hanya diperbolehkan menyaksikan kampanye dan tidak aktif dalam kampanye.
Pasal 35 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 36
Ayat (1) Yang dimaksud menjanjikan dan atau memberikan uang atau materi lainnya dengan kompensasi untuk memilih Calon Walinagari tertentu.
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 37 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Pasal 38
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 39 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 40
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
31
Pasal 41 Ayat (1)
Yang dimaksud kelengkapan lainnya adalah seperti paku pencoblos surat suara, bantal, tinta, spidol, kertas dan lain-lain.
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 42 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Pasal 43
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 44 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Pasal 45
Cukup jelas Pasal 46
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Yang dimaksud pemilihan ulang adalah hanya diikuti calon walinagari yang memperoleh suara terbanyak sama.
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 47 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas
32
Ayat (4) Rangkap dua diperuntukan arsip bagi KPPS dan Panitia Pemilihan.
Pasal 48 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Pasal 49
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 50 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Pasal 51
Cukup jelas Pasal 52
Yang dimaksud sumber-sumber sah lainnya adalah iuran, sumbangan perantau yang ditetapkan dalam Peraturan Nagari.
Pasal 53 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Huruf a Cukup jelas
Huruf b Cukup jelas
Huruf c Yang dimaksud “dinyatakan melanggar sumpah” adalah setelah dilakukan pengkajian yang komprehensif oleh BAMUS NAGARI dan dengan memperhatikan rekomendasi lembaga-lembaga terkait BAMUS NAGARI membuat Keputusan yang menyatakan bahwa Walinagari telah melanggar sumpah
Huruf d Cukup jelas
Huruf e Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Ayat (4) Cukup jelas
33
Ayat (5) Yang dimaksud pengesahan pemberhentian adalah setelah Bupati melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap usulan yang disampaikan BAMUS NAGARI, dan untuk melakukan pengkajian dimaksud Bupati dapat membentuk sebuah Tim.
Ayat (6) Cukup jelas
Pasal 54 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 55
Cukup jelas Pasal 56
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 57 Cukup jelas
Pasal 58 Yang dimaksud “Penjabat Walinagari” adalah sekretaris nagari atau pejabat lain yang ditunjuk dan diangkat oleh Bupati
Pasal 59 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Pasal 60
Cukup jelas Pasal 61
Cukup jelas Pasal 62
Cukup jelas
43
LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 10 Desember 2007
BERITA ACARA
Nomor : …./KPPS/….- 2008
TENTANG PENGGUNAAN TAMBAHAN SURAT SUARA
PEMILIHAN WALINAGARI …….................................................. KECAMATAN …….................. KABUPATEN AGAM
PERIODE 2008 S/D 2014
Pada hari ini …… tanggal …... bulan …… tahun 2008, Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Agam Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari dan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Walinagari, dan Keputusan BAMUS NAGARI..............Nomor...............Tahun 200......Tanggal.............Bulan ..........Tahun ...........
Kami yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).....
Nagari …… Kecamatan …… Kabupaten Agam tahun 2008, dengan ini melakukan penambahan surat suara sebanyak .......................................................................lembar.
Demikian berita acara ini dibuat dan ditandatangani dengan sesungguhnya,untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
……………………,………………………..2008
KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)
NAMA TANDA TANGAN
KETUA …………………………………… ( …………… )
WAKIL KETUA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
BUPATI AGAM,
dto
ARISTO MUNANDAR
44
LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 10 Desember 2007
BERITA ACARA
Nomor : …./KPPS/….- 2008
TENTANG HASIL PENGHITUNGAN SUARA DAN LAPORAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN SUARA
PEMILIHAN WALINAGARI …….................................................. KECAMATAN …….................. KABUPATEN AGAM
PERIODE 2008 S/D 2014
Pada hari ini …… tanggal …... bulan …… tahun 2008, Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari dan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Walinagari, dan Keputusan BAMUS NAGARI..............Nomor...............Tahun 200......Tanggal.............Bulan ..........Tahun ...........
Kami yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)..... Nagari …… Kecamatan …… Kabupaten Agam tahun 2008, dengan ini telah melakukan penghitungan suara masing-masing Calon Walinagari dengan memperoleh hasil suara sebagai berikut :
NO URAIAN Pemilih/Suara 1 Jumlah pemilih terdaftar .........................Pemilih 2 Jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih .........................Pemilih 3 Jumlah pemilih yang melaksanakan hak pilih .........................Pemilih 4 Perolehan Suara 1....................................... ..........................Suara 2....................................... ..........................Suara 3.Dan seterusnya ..........................Suara 5 Suara Batal ..........................Suara
Berdasarkan hasil penghitungan suara tersebut calon yang memperoleh suara terbanyak adalah Nama ........................................ Nomor Urut ...................................
Demikian berita acara ini dibuat dan ditandatangani dengan sesungguhnya,untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
……………………,………………………..2008
KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)
NAMA TANDA TANGAN
KETUA …………………………………… ( …………… )
WAKIL KETUA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
SAKSI-SAKSI DARI CALON WALINAGARI
NAMA SAKSI NAMA CALON WALINAGARI/NO. URUT TANDA TANGAN
…………………… …………………………………………………. ( …………… )
…………………… …………………………………………………. ( …………… )
Dan seterusnya Dan seterusnya Dan seterusnya
BUPATI AGAM,
dto
ARISTO MUNANDAR
45
LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 10 Desember 2007
BERITA ACARA
NOMOR…………TAHUN………
TENTANG
HASIL PEMILIHAN DAN LAPORAN PELAKSANAAN PEMILIHAN WALINAGARI ……………. TERPILIH
KECAMATAN ………..……..KABUPATEN AGAM PERIODE 2008 S/D 2014
Pada hari ini …… tanggal …... bulan …… tahun 2008, Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Agam Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari dan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Walinagari, dan Keputusan BAMUS NAGARI..............Nomor...............Tahun 200......Tanggal.............Bulan ..........Tahun ..........., Kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pemilihan Walinagari (P2WN) …… Kecamatan …… Kabupaten Agam, dengan ini telah melakukan sidang penetapan hasil pemilihan Calon Walinagari terpilih berdasarkan laporan dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara(KPPS), dengan jumlah hasil suara sebagai berikut :
NO URAIAN Pemilih/Suara 1 Jumlah pemilih terdaftar .........................Pemilih 2 Jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih .........................Pemilih 3 Jumlah pemilih yang melaksanakan hak pilih .........................Pemilih 4 Perolehan Suara 1....................................... ..........................Suara 2....................................... ..........................Suara 3.Dan seterusnya ..........................Suara 5 Suara Batal ..........................Suara
Berdasarkan hasil penghitungan suara tersebut calon maka, Panitia Pemilihan Walinagari (P2WN)………. Memutuskan dan menetapkan yang memperoleh suara terbanyak adalah : Nama ........................................ Nomor Urut ...................................
Demikian berita acara ini dibuat dan ditandatangani dengan sesungguhnya,untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
……………………,………………………..2008 Ketetapan ini selanjutnya diterbitkan melalui Keputusan Bamus Nagari untuk diusulkan kepada Bupati
Agam melalui Camat ………. .
PANITIA PEMILIHAN WALINAGARI (P2WN)
NAMA TANDA TANGAN
KETUA …………………………………… ( …………… )
WAKIL KETUA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
Dan seterusnya Dan seterusnya Dan seterusnya
SAKSI-SAKSI DARI CALON WALINAGARI
NAMA SAKSI NAMA CALON WALINAGARI/NO. URUT TANDA TANGAN
…………………… …………………………………………………. ( …………… )
Dan seterusnya Dan seterusnya Dan seterusnya
BUPATI AGAM,
dto
ARISTO MUNANDAR
46
BERITA ACARA NOMOR TAHUN
TENTANG PENGGUNAAN TAMBAHAN SURAT SUARA
Pada hari ini..................tanggal.....................bulan......................tahun 2008, kami
yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Penyelenggaran Pemungutan Suara (KPPS)
Nagari.................Kecamatan....................Kabupaten Agam tahun 2008, dengan ini telah
melakukan penambahan Surat Suara sebanyak................(lembar surat suara) atau
....................% dari jumlah pemilih.
KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA (KPPS)
NAMA TANDA TANGAN
KETUA …………………………………… ( …………… )
WAKIL KETUA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
ANGGOTA …………………………………… ( …………… )
BUPATI AGAM,
ARISTO MUNANDAR