- 1 -
SALINAN
MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2016
TENTANG
STATUTA UNIVERSITAS TEUKU UMAR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan acuan pengelolaan
dan penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di
lingkungan Universitas Teuku Umar, perlu disusun
Statuta Universitas Teuku Umar;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 66
ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi dan Pasal 29 ayat (10) Peraturan
Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi, perlu menetapkan Statuta Universitas
Teuku Umar;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi tentang Statuta Universitas Teuku Umar;
- 2 -
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5336);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan
Perguruan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5500);
3. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2014 tentang
Pendirian Universitas Teuku Umar (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 65);
4. Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2015 tentang
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 14);
5 Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014
mengenai Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan
Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
133 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Universitas Teuku Umar (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1664);
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
139 Tahun 2014 tentang Pedoman Statuta dan
Organisasi Perguruan Tinggi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1670);
8. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur pada Perguruan
Tinggi Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengangkatan Dan
Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur Pada Perguruan
- 3 -
Tinggi Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 3);
9. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Nomor 15 tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 889);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN
PENDIDIKAN TINGGI TENTANG STATUTA UNIVERSITAS
TEUKU UMAR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Universitas Teuku Umar, yang selanjutnya disingkat
UTU adalah perguruan tinggi negeri yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat
menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai
rumpun ilmu pengetahuan dan/atau teknologi serta jika
memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan
profesi.
2. Pendidikan Akademik adalah pendidikan tinggi program
sarjana dan/atau program pascasarjana yang diarahkan
pada penguasaan dan pengembangan cabang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Pendidikan Vokasi adalah pendidikan tinggi program
diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan
dengan keahlian terapan tertentu sampai program
sarjana terapan.
4. Pendidikan Profesi adalah pendidikan tinggi setelah
program sarjana yang menyiapkan mahasiswa dalam
pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian
khusus.
- 4 -
5. Senat UTU, yang selanjutnya disebut Senat adalah
organ yang menjalankan fungsi penetapan, pengawasan,
dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan di bidang
akademik.
6. Rektor adalah Rektor UTU.
7. Sivitas Akademika adalah masyarakat akademik yang
terdiri atas dosen dan mahasiswa.
8. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni budaya melalui pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
9. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan tinggi di UTU.
10. Mahasiswa adalah peserta didik yang memenuhi syarat
dan terdaftar secara sah sebagai Mahasiswa serta
belajar pada program studi di lingkungan UTU.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan tinggi.
BAB II
IDENTITAS
Pasal 2
(1) UTU merupakan perguruan tinggi negeri di lingkungan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
yang berkedudukan di Meulaboh, Aceh.
(2) UTU didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Pendirian
Universitas Teuku Umar tanggal 1 April 2014 dan
diresmikan pada tanggal 2 April 2014 di Jakarta.
(3) UTU berasal dari perguruan tinggi swasta bernama
Universitas Teuku Umar yang diselenggarakan oleh
Yayasan Pendidikan Teungku Dirundeng Meulaboh yang
didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
- 5 -
Nasional Republik Indonesia Nomor 200/D/O/2009
tanggal 31 Desember 2009.
(4) UTU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berasal dari
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Meulaboh berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 262/D/O/2006 tanggal 10
November 2006.
(5) Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Meulaboh sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) merupakan perubahan bentuk
dari Akademi Pertanian yang didirikan berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor
635/Dikti/Kep/1993 tanggal 23 November 1993.
(6) Tanggal 2 April ditetapkan sebagai hari jadi (dies natalis)
UTU.
Pasal 3
(1) UTU mempunyai lambang berbentuk segi delapan
berwarna dasar biru melambangkan bingkai islami yang
di dalamnya terdapat kupiah meukeutop berwarna
merah, kuning emas, dan hijau muda, buku terbuka
dan pena berwarna putih, padi berwarna kuning, kapas
berwarna hijau muda dan putih, dan pita yang di
dalamnya terdapat tulisan UNIVERSITAS TEUKU UMAR
berwarna putih.
(2) Lambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki
makna:
a. kupiah meukeutop melambangkan jiwa
kepahlawanan Teuku Umar Johan Pahlawan;
b. buku terbuka dan pena menggambarkan UTU
sebagai sumber ilmu pengetahuan dan
mengamalkan tridharma perguruan tinggi dengan
berlandaskan Pancasila; dan
c. padi dan kapas melambangkan keadilan,
kesejahteraan, dan kemakmuran.
- 6 -
(3) Warna pada lambang memiliki makna:
a. warna biru dalam bingkai segi delapan
melambangkan sumber inspirasi, referensi,
keharmonisan, dan kedamaian;
b. warna merah pada kupiah meukeutop
melambangkan semangat perjuangan dan
pengabdian yang tak kunjung padam;
c. warna kuning emas pada kupiah meukeutop
melambangkan keagungan cita-cita bangsa
Indonesia;
d. warna hijau muda pada kupiah meukeutop dan
pada kapas melambangkan kematangan
kepemimpinan dan kekuatan tempat berpijak; dan
e. warna putih pada pita melambangkan keikhlasan
cita-cita.
(4) Lambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebagai
berikut:
(5) Warna pada lambang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memiliki kode sebagai berikut:
Lambang Nama Warna Kode Warna
(RGB)
segi delapan biru 0-0-128
kupiah meukeutop
merah 255-0-0
kuning emas 255-192-0
hijau muda 25-255-129
buku terbuka dan pena putih 255-255-255
- 7 -
padi kuning emas 255-192-0
kapas
hijau muda 25-255-129
putih 255-255-255
tulisan UNIVERSITAS
TEUKU UMAR putih 255-255-255
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai ukuran dan tata cara
penggunaan lambang UTU diatur dalam Peraturan
Rektor.
Pasal 4
(1) UTU memiliki bendera dan panji.
(2) Bendera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk
empat persegi panjang dengan ukuran panjang
berbanding lebar 3:2 (tiga banding dua), berwarna
kuning dengan kode warna RGB-255-255-0 yang
ditengahnya terdapat lambang UTU.
(3) Bendera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
(4) Panji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk
segi lima dengan ukuran tinggi 145 cm dan lebar 86 cm
berwarna kuning dengan kode warna RGB-255-255-0
yang di tengahnya terdapat lambang UTU dan di bawah
lambang terdapat tulisan UTU.
(5) Panji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
- 8 -
UTU
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai bendera dan panji
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Rektor.
Pasal 5
(1) Fakultas di lingkungan UTU memiliki bendera dan panji.
(2) Bendera fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memiliki ukuran panjang berbanding lebar 3:2 (tiga
banding dua) dengan warna berbeda dan di tengahnya
terdapat lambang UTU.
(3) Panji fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berbentuk segi lima dengan ukuran tinggi 145 cm dan
lebar 86 cm dengan warna berbeda, di tengahnya
terdapat lambang UTU, dan di bawah lambang terdapat
tulisan singkatan nama fakultas.
(4) Bendera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
a. bendera dan panji Fakultas Pertanian berwarna
hijau tua dengan kode warna RGB-10-70-10,
sebagai berikut:
FP
- 9 -
b. bendera dan panji Fakultas Kesehatan Masyarakat
berwarna ungu dengan kode warna RGB-204-0-
255, sebagai berikut:
c. bendera dan panji Fakultas Ekonomi berwarna
kuning emas dengan kode warna RGB-255-192-0,
sebagai berikut:
d. bendera dan panji Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan berwarna biru muda dengan kode warna
RGB-0-176-240, sebagai berikut:
FKM
FE
FPIK
- 10 -
e. bendera dan panji Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik berwarna putih dengan kode warna RGB-
255-255-255, sebagai berikut:
f. bendera dan panji Fakultas Teknik berwarna abu-
abu dengan kode warna RGB-165-165-165, sebagai
berikut:
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan
bendera dan panji fakultas diatur dalam Peraturan
Rektor.
FISIP
FT
- 11 -
Pasal 6
(1) UTU mempunyai himne dan mars.
(2) Himne UTU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
(3)
- 12 -
(3) Mars UTU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan
himne dan mars diatur dalam Peraturan Rektor.
Pasal 7
(1) UTU memiliki busana akademik dan busana almamater.
(2) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas busana pimpinan, busana Senat, busana
profesor, dan busana wisudawan.
(3) Busana akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa toga, topi, kalung, dan atribut lainnya.
- 13 -
(4) Busana almamater sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa jaket berwarna kuning dengan kode warna RGB-
255-255-0 dan pada bagian dada kiri terdapat lambang
UTU.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai busana akademik dan
busana almamater diatur dalam Peraturan Rektor.
BAB III
PENYELENGGARAAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI
Bagian Kesatu
Pendidikan
Pasal 8
(1) UTU menyelenggarakan program Pendidikan Akademik
dan apabila memenuhi syarat dapat menyelenggarakan
Pendidikan Vokasi dan Pendidikan Profesi.
(2) Pendidikan Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi program sarjana dan apabila memenuhi
syarat dapat menyelenggarakan program magister dan
doktor.
(3) Pendidikan Vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi program diploma dan apabila memenuhi syarat
dapat menyelenggarakan program sarjana terapan,
magister terapan, dan doktor terapan.
(4) Pendidikan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana
yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
(5) Program studi dalam Pendidikan Akademik, Vokasi, dan
Profesi ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Rektor sesuai Standar Nasional
Pendidikan Tinggi setelah mendapat pertimbangan
Senat.
- 14 -
Pasal 9
(1) Tahun akademik di UTU ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan waktu penerimaan Mahasiswa baru.
(2) Tahun akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibagi dalam 2 (dua) semester yaitu semester gasal dan
semester genap.
(3) Penyelenggaraan semester sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas paling sedikit 16 (enam belas)
minggu tatap muka perkuliahan termasuk ujian.
Pasal 10
(1) Penyelenggaraan pendidikan di UTU dilaksanakan
dengan sistem kredit semester (SKS).
(2) Beban studi Mahasiswa, beban kerja Dosen,
pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan
program dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks).
(3) Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk kuliah,
praktikum, seminar, simposium, diskusi, lokakarya, dan
kegiatan ilmiah lainnya.
Pasal 11
(1) Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan,
bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan program studi.
(2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan dan dilaksanakan berbasis kompetensi
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kurikulum diatur
dalam Peraturan Rektor setelah mendapatkan
pertimbangan Senat.
- 15 -
Pasal 12
(1) Penilaian hasil belajar merupakan proses evaluasi
terhadap kemajuan belajar Mahasiswa.
(2) Penilaian hasil belajar dilakukan secara berkala
sepanjang proses pembelajaran.
(3) Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk ujian,
tugas terstruktur, pengamatan, dan bentuk lain.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil belajar
diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapatkan
pertimbangan Senat.
Pasal 13
(1) Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar
dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat di UTU
(2) Bahasa daerah dan bahasa asing dapat digunakan
sebagai bahasa pengantar dalam penyelenggaraan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat maupun dalam penyampaian pengetahuan
dan/atau keterampilan tertentu untuk lebih
meningkatkan daya guna dan hasil guna proses
pembelajaran serta daya saing lulusan.
Pasal 14
(1) Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh proses
pembelajaran dan dinyatakan lulus wajib mengikuti
yudisium untuk memperoleh gelar.
(2) Mahasiswa yang telah mengikuti yudisium sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berhak mengikuti wisuda.
(3) Wisuda sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan proses pengukuhan kelulusan Mahasiswa
yang telah menyelesaikan masa belajar di UTU.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai wisuda sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Rektor.
- 16 -
Pasal 15
(1) UTU menyelenggarakan penerimaan Mahasiswa baru
melalui jalur seleksi penerimaan Mahasiswa baru sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Persyaratan untuk menjadi Mahasiswa UTU:
a. memiliki ijazah sesuai dengan jenis dan jenjang
program pendidikan yang akan diikuti;
b. telah lulus seleksi; dan
c. melakukan registrasi di UTU.
(3) UTU dapat menerima Mahasiswa pindahan yang berasal
dari perguruan tinggi lain dan Mahasiswa tugas belajar
atau izin belajar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa UTU
apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) UTU dapat mengalokasikan tempat bagi calon
Mahasiswa berkewarganegaraan Indonesia yang
memiliki potensi akademik tinggi dan kurang mampu
secara ekonomi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan Mahasiswa
baru diatur dalam Peraturan Rektor.
Bagian Kedua
Penelitian
Pasal 16
(1) UTU melaksanakan kegiatan penelitian dalam bentuk
penelitian dasar, penelitian terapan, penelitian inovasi,
dan/atau penelitian industri.
(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan untuk:
a. mencari dan/atau menemukan kebaharuan
kandungan ilmu pengetahuan, teknologi, seni
dan/atau olah raga; dan
- 17 -
b. menguji ulang teori, konsep, prinsip, prosedur,
metode, dan/atau model yang sudah menjadi
kandungan ilmu pengetahuan, teknologi, seni
dan/atau olah raga.
(3) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilaksanakan oleh Sivitas Akademika baik
kelompok maupun perorangan yang dilakukan dengan
mematuhi kaidah dan etika keilmuan pada bidang-
bidang yang ditekuni.
(4) Hasil penelitian wajib disebarluaskan dengan cara
diseminarkan, dipublikasikan, dan/atau dipatenkan.
(5) Publikasi hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilakukan dalam terbitan berkala ilmiah dalam
negeri atau terbitan berkala ilmiah internasional dan
bentuk publikasi ilmiah lainnya yang diakui
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
(6) Hasil penelitian merupakan hak kekayaan intelektual
(HKI) wajib dilindungi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
kegiatan penelitian diatur dalam Peraturan Rektor
setelah mendapat pertimbangan Senat.
Bagian Ketiga
Pengabdian Kepada Masyarakat
Pasal 17
(1) Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan
Sivitas Akademika dalam mengamalkan dan
membudayakan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan/atau olah raga untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
(2) Pengabdian kepada masyarakat bertujuan untuk
menerapkan hasil pendidikan dan/atau hasil penelitian
dalam upaya pemberdayaan masyarakat, pengembangan
industri, jasa, dan wilayah serta untuk pengayaan
pembelajaran dan penelitian.
- 18 -
(3) Pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara
melembaga dalam berbagai bentuk kegiatan sesuai
dengan keahlian dan kondisi sosial masyarakat.
(4) Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Sivitas Akademika dan dapat melibatkan tenaga
fungsional lain baik kelompok maupun perorangan.
(5) Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dipublikasikan dalam media yang mudah diakses oleh
masyarakat.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
pengabdian kepada masyarakat diatur dalam Peraturan
Rektor setelah mendapat pertimbangan Senat.
Bagian Keempat
Kode Etik dan Etika Akademik
Pasal 18
(1) Warga UTU menjunjung tinggi kode etik yang memuat
nilai-nilai moral, kesusilaan, kejujuran, kaidah
keilmuan, dan profesi serta memiliki disiplin dan
integritas kepribadian.
(2) Sivitas Akademika UTU wajib menjunjung tinggi etika
akademik.
(3) Warga UTU yang melakukan kegiatan atas nama pribadi
atau kelompok bertanggung jawab atas kegiatan
tersebut secara pribadi atau kelompok.
(4) Warga UTU yang melakukan kegiatan
mengatasnamakan UTU di luar kampus harus
mendapatkan izin dari Rektor.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kode etik dan etika
akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapat
pertimbangan Senat.
- 19 -
Bagian Kelima
Kebebasan Akademik, Kebebasan Mimbar Akademik, dan
Otonomi Keilmuan
Pasal 19
(1) UTU menjunjung tinggi kebebasan akademik, kebebasan
mimbar akademik, dan otonomi keilmuan secara
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan dilandasi oleh etika dan
norma/kaidah keilmuan.
(2) Dalam melaksanakan kebebasan akademik dan
kebebasan mimbar akademik, setiap anggota Sivitas
Akademika:
a. mengupayakan agar kegiatan dan hasilnya dapat
meningkatkan mutu akademik UTU;
b. mengupayakan agar kegiatan dan hasilnya
bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, negara, dan
kemanusiaan;
c. bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan
dan hasilnya serta akibatnya pada diri sendiri atau
orang lain;
d. melakukan dengan cara yang tidak bertentangan
dengan norma agama, nilai etika, dan kaidah
akademik; dan
e. tidak melanggar hukum serta tidak mengganggu
kepentingan umum.
(3) Kebebasan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan dalam upaya mendalami, menerapkan,
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan budaya melalui kegiatan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat secara berkualitas dan
bertanggung jawab.
(4) Kebebasan mimbar akademik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kebebasan setiap anggota
Sivitas Akademika dalam menyebarluaskan hasil
penelitian dan menyampaikan pandangan akademik
melalui kegiatan perkuliahan, ujian sidang, seminar,
- 20 -
diskusi, simposium, ceramah, publikasi ilmiah, dan
pertemuan ilmiah lain yang sesuai dengan kaidah
keilmuan.
(5) Pelaksanaan kebebasan mimbar akademik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (4):
a. merupakan tanggung jawab setiap anggota Sivitas
Akademika yang terlibat;
b. menjadi tanggung jawab UTU apabila UTU atau
unit organisasi di lingkungan UTU secara resmi
terlibat dalam pelaksanaannya;
c. dilandasi etika serta norma/kaidah keilmuan; dan
d. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik
dimanfaatkan oleh UTU untuk:
a. melindungi dan mempertahankan hak kekayaan
intelektual;
b. melindungi dan mempertahankan kekayaan dan
keragaman hayati, sosial, dan budaya bangsa dan
negara Indonesia;
c. menambah kekayaan intelektual bangsa dan negara
Indonesia; dan
d. memperkuat daya saing bangsa dan negara
Indonesia.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan
otonomi keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapat
pertimbangan Senat.
Bagian Keenam
Gelar dan Penghargaan
Pasal 20
(1) UTU memberikan gelar, ijazah, surat keterangan
pendamping ijazah, dan/atau sertifikat kompetensi
kepada Mahasiswa UTU yang telah dinyatakan lulus.
- 21 -
(2) Pemberian gelar, ijazah surat keterangan pendamping
ijazah, dan/atau sertifikat kompetensi diatur dalam
Peraturan Rektor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 21
(1) UTU dapat memberikan gelar doktor kehormatan atau
Doktor Honoris Causa (HC) kepada seseorang atas
prestasi, dedikasi, dan kontribusi yang luar biasa dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau
olahraga atau atas pengabdian dan jasanya yang luar
biasa bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan,
ilmu pengetahuan, teknologi, lingkungan, kebudayaan,
kemasyarakatan, atau kemanusiaan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian gelar doktor
kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Rektor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan setelah mendapatkan
pertimbangan Senat.
Pasal 22
(1) UTU dapat memberikan penghargaan kepada seseorang,
kelompok, atau lembaga yang mempunyai prestasi di
bidang keilmuan dan/atau yang berjasa terhadap
penyelenggaraan dan pengembangan UTU.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Rektor setelah mendapat
pertimbangan Senat.
- 22 -
BAB IV
SISTEM PENGELOLAAN
Bagian Kesatu
Visi, Misi, Tujuan, dan Rencana Arah Pengembangan
Pasal 23
Visi UTU: menjadi sumber inspirasi dan referensi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan bisnis di sektor
industri berbasis agro dan marine (agro and marine industry)
di peringkat Regional (2025), Nasional (2040) dan
Internasional (2060) melalui riset yang inovatif, kreatif, dan
berdaya saing tinggi.
Pasal 24
Misi UTU:
a. menyelenggarakan program pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, informasi dan seni budaya yang
relevan dengan kebutuhan pembangunan baik regional,
nasional dan internasional;
b. menyelenggarakan riset yang inovatif dan berdaya saing
tinggi untuk menunjang pembangunan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. menghasilkan dan menyebarkan hasil-hasil riset yang
dapat menjadi referensi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, bisnis, dan industri berbasis agro dan
marine (agro and marine industry);
d. menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
relevan dengan kebutuhan pasar di industri berbasis
agro dan marine (agro and marine industry); dan
e. menghasilkan lulusan yang memiliki semangat tinggi
dalam berwirausaha (entrepreneurship spirit).
- 23 -
Pasal 25
UTU memiliki tujuan umum dan tujuan khusus sebagai
berikut:
a. tujuan umum:
1. menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang inspiratif, memiliki kemampuan
akademik, akhlakul karimah dan profesional
melalui penerapan, pemeliharaan, pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
industri berbasis agro dan marine (agro and marine
industry);
2. mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf dan
mutu kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional; dan
3. menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bidang industri berbasis agro dan marine
(agro and marine industry) untuk dikembangkan
dan diabdikan kepada masyarakat Indonesia.
b. tujuan khusus:
1. mengembangkan Universitas sebagai Perguruan
Tinggi yang berada di Kawasan Barat Selatan Aceh
(Barsela), terkemuka yang bertaraf regional,
nasional dan internasional dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri
berbasis agro dan marine (agro and marine industry)
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
serta relevan dengan kebutuhan dan tuntutan
zaman;
2. menyelenggarakan pendidikan untuk membentuk
dan menghasilkan lulusan yang berkarakter
kepemimpinan yang bijaksana, berwawasan
persatuan dan kesatuan bangsa serta
kemanusiaan, inovatif, mandiri, berjiwa wirausaha,
mampu berperan di forum regional, nasional dan
- 24 -
internasional, serta unggul dalam kemampuan
akademik dan profesional dalam disiplin ilmunya;
3. menyelenggarakan proses pembelajaran yang
produktif, kreatif, inovatif, efektif, dan efisien,
dengan memberikan pendidikan yang optimal dan
merata serta mewujudkan iklim dan budaya
akademik yang kondusif sesuai dengan pedoman
tata nilai kejuangan Teuku Umar;
4. melaksanakan pembinaan Mahasiswa dan alumni
secara terpadu dan berkelanjutan untuk
menumbuhkan budaya kebanggaan dan cinta
almamater serta kerjasama antara Sivitas
Akademika dan alumni;
5. membina universitas yang berorientasi pada
penelitian dengan mengembangkan sumberdaya
manusia mandiri;
6. mengembangkan kerjasama dan kemitraan
institusional yang saling memberi nilai tambah
dalam bidang pendidikan tinggi dengan lembaga
pendidikan tinggi, dunia usaha dan lembaga
masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri;
7. menjaga keberlangsungan (sustainability)
Universitas dengan meningkatkan kemampuan
manajemen dan kualitas sumberdaya pendidikan
agar produktif, profesional, efektif, dan efisien,
memenuhi persyaratan regional, nasional dan
internasional serta meningkatkan terwujudnya
otonomi yang bertanggung jawab untuk
keberhasilan pencapaian tujuan universitas secara
optimal.
8. mengembangkan sumberdaya tenaga edukatif,
Tenaga Kependidikan baik dalam maupun luar
negeri yang lebih profesional untuk meningkatkan
kapasitas pelayanan dan daya saing dalam bidang
industri berbasis agro dan marine (agro and marine
industry).
- 25 -
Pasal 26
(1) Untuk mencapai visi, misi, dan tujuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25, UTU
menyusun Rencana Pengembangan Jangka Panjang,
Rencana Strategis, dan Rencana Operasional.
(2) Rencana Pengembangan Jangka Panjang memuat
rencana dan program pengembangan 25 (dua puluh
lima) tahun.
(3) Rencana Strategis UTU memuat rencana dan program
pengembangan 5 (lima) tahun.
(4) Rencana Operasional UTU merupakan penjabaran dari
Rencana Strategis yang memuat program dan kegiatan
selama 1 (satu) tahun.
(5) Rencana Pengembangan Jangka Panjang, Rencana
Strategis, dan Rencana Operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
dalam Peraturan Rektor setelah mendapat pertimbangan
Senat.
Bagian Kedua
Organisasi UTU
Paragraf 1
Umum
Pasal 27
(1) Organ UTU terdiri atas:
a. Senat;
b. Rektor;
c. Satuan Pengawas Internal; dan
d. Dewan Penyantun.
- 26 -
Paragraf 2
Senat
Pasal 28
(1) Senat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a
merupakan organ yang menjalankan fungsi penetapan
dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan akademik.
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Senat mempunyai tugas dan wewenang sebagai
berikut:
a. penetapan kebijakan, norma/etika akademik dan
kode etik akademik;
b. pengawasan terhadap:
1. penerapan norma/etika akademik dan kode
etik Sivitas Akademika;
2. penerapan ketentuan akademik;
3. pelaksanaan penjaminan mutu perguruan
tinggi paling sedikit mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan Tinggi;
4. pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan
mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;
5. pelaksanaan tata tertib akademik;
6. pelaksanaan kebijakan penilaian kinerja
Dosen; dan
7. pelaksanaan proses pembelajaran, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat.
c. pemberian pertimbangan dan usul perbaikan
proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat kepada Rektor;
d. pemberian pertimbangan kepada Rektor dalam
pembukaan dan penutupan program studi;
e. pemberian pertimbangan terhadap pemberian atau
pencabutan gelar dan penghargaan akademik;
f. pemberian pertimbangan kepada Rektor dalam
pengusulan profesor; dan
- 27 -
g. pemberian rekomendasi penjatuhan sanksi
terhadap pelanggaran norma, etika, dan peraturan
akademik oleh Sivitas Akademika kepada Rektor.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Senat menyusun laporan hasil
pengawasan dan menyampaikan kepada Rektor untuk
ditindaklanjuti.
Pasal 29
(1) Anggota Senat terdiri atas:
a. 1 (satu) orang wakil Dosen dari setiap fakultas;
b. Rektor;
c. wakil rektor;
d. dekan; dan
e. ketua lembaga.
(2) Anggota Senat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a merupakan anggota Senat dari hasil pemilihan
oleh Senat fakultas dan diusulkan oleh dekan kepada
Rektor.
(3) Anggota Senat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Rektor.
(4) Senat terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota;
b. sekretaris merangkap anggota; dan
c. anggota.
(5) Ketua dan sekretaris Senat sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf a dijabat oleh anggota Senat yang bukan
Rektor.
(6) Sekretaris Senat sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b dipilih dari anggota Senat yang berasal dari
wakil Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a.
(7) Senat dalam melaksanakan tugasnya dapat membentuk
Komisi/Badan Pekerja sesuai dengan kebutuhan dan
ditetapkan oleh ketua Senat.
(8) Masa jabatan anggota Senat selama 4 (empat) tahun dan
dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
- 28 -
Pasal 30
(1) Senat fakultas merupakan unsur pengawasan akademik
di lingkungan fakultas.
(2) Senat fakultas terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota;
b. sekretaris merangkap anggota; dan
c. anggota.
(3) Masa jabatan anggota Senat fakultas selama 4 (empat)
tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali
masa jabatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Senat fakultas diatur
dalam Peraturan Rektor.
Paragraf 3
Rektor
Pasal 31
(1) Rektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b
merupakan organ yang menjalankan fungsi penetapan
kebijakan non-akademik dan pengelolaan UTU untuk
dan atas nama Menteri.
(2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Rektor mempunyai tugas dan wewenang
sebagai berikut:
a. menyusun statuta beserta perubahannya untuk
diusulkan kepada Menteri setelah mendapat
persetujuan organ UTU;
b. menyusun dan/atau mengubah rencana
pengembangan jangka panjang 25 (dua lima) tahun;
c. menyusun dan/atau mengubah rencana strategis 5
(lima) tahun;
d. menyusun dan/atau mengubah rencana kerja dan
anggaran tahunan (rencana operasional);
e. mengelola pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat sesuai dengan rencana kerja
dan anggaran tahunan;
- 29 -
f. mengangkat dan/atau memberhentikan wakil
rektor dan pimpinan unit dibawah Rektor
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
g. menjatuhkan sanksi kepada Sivitas Akademika
yang melakukan pelanggaran norma, etika,
dan/atau peraturan akademik berdasarkan
rekomendasi Senat dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
h. menjatuhkan sanksi kepada Dosen dan Tenaga
Kependidikan yang melakukan pelanggaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. membina dan mengembangkan Dosen dan Tenaga
Kependidikan;
j. menerima, membina, mengembangkan, dan dapat
memberhentikan peserta didik yang melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan;
k. mengelola anggaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan;
l. menyelenggarakan sistem informasi manajemen
berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang
handal untuk mendukung pengelolaan tridharma
perguruan tinggi, akuntansi dan keuangan,
kepersonaliaan, kemahasiswaan, dan kealumnian;
m. menyusun dan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penyelenggaraan tridharma
perguruan tinggi kepada Menteri;
n. mengusulkan pengangkatan profesor kepada
Menteri;
o. membina dan mengembangkan hubungan dengan
alumni, Pemerintah, pemerintah daerah, pengguna
hasil kegiatan tridharma perguruan tinggi, dan
masyarakat; dan
p. memelihara keamanan, keselamatan, kesehatan,
dan ketertiban kampus serta kenyamanan kerja
untuk menjamin kelancaran kegiatan tridharma
perguruan tinggi.
- 30 -
Pasal 32
Rektor sebagai organ pengelola terdiri atas:
a. Rektor dan wakil rektor;
b. biro;
c. fakultas;
d. lembaga penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan
penjaminan mutu pendidikan; dan
e. unit pelaksana teknis.
Pasal 33
(1) Susunan organisasi dan tata kerja UTU mengacu pada
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
133 tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Universitas Teuku Umar.
(2) UTU dapat mengusulkan perubahan unit organisasi di
bawah organ Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan kebutuhan kepada Menteri.
(3) Perubahan unit organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat
persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan
aparatur negara.
Paragraf 4
Satuan Pengawas Internal
Pasal 34
(1) Satuan Pengawas Internal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 huruf c merupakan organ UTU yang
menjalankan fungsi pengawasan internal bidang non-
akademik untuk dan atas nama Rektor.
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Satuan Pengawas Internal mempunyai tugas
dan wewenang:
a. penetapan kebijakan program pengawasan internal
bidang non-akademik;
- 31 -
b. pengawasan internal terhadap pengelolaan bidang
non-akademik;
c. penyusunan laporan hasil pengawasan internal;
dan
d. pemberian saran dan/atau pertimbangan mengenai
perbaikan pengelolaan kegiatan non-akademik
kepada Rektor atas dasar hasil pengawasan
internal.
(3) Anggota Satuan Pengawas Internal berjumlah 5 (lima)
orang dengan komposisi keahlian di bidang:
a. akuntansi atau keuangan;
b. manajemen sumber daya manusia;
c. manajemen aset;
d. hukum; dan
e. ketatalaksanaan atau administrasi.
(4) Persyaratan anggota Satuan Pengawas Internal:
a. mempunyai kompetensi dalam bidang audit;
b. mempunyai pengalaman sesuai dengan bidang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3);
c. memiliki integritas dan komitmen; dan
d. sehat jasmani dan rohani.
(5) Satuan Pengawas Internal terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota;
b. sekretaris merangkap anggota; dan
c. anggota.
(6) Anggota Satuan Pengawas Internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Rektor.
(7) Masa jabatan anggota Satuan Pengawas Internal selama
4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Satuan Pengawas
Internal diatur dalam Peraturan Rektor sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 32 -
Paragraf 5
Dewan Penyantun
Pasal 35
(1) Dewan Penyantun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 huruf d merupakan organ UTU yang menjalankan
fungsi pertimbangan non-akademik dan membantu
pengembangan UTU.
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Dewan Penyantun mempunyai tugas dan
kewenangan:
a. memberikan pertimbangan terhadap kebijakan
Rektor di bidang non-akademik;
b. merumuskan saran/pendapat terhadap kebijakan
Rektor di bidang non-akademik;
c. memberikan pertimbangan kepada Rektor dalam
mengelola UTU; dan
d. menggalang dana untuk membantu pembangunan
UTU.
(3) Dewan Penyantun terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota;
b. sekretaris merangkap anggota; dan
c. anggota.
(4) Dewan Penyantun beranggotakan:
a. Gubernur Aceh;
b. Bupati dan Walikota di Kawasan Barsela;
c. ketua Yayasan Pendidikan Teuku Umar Johan
Pahlawan;
d. 1 (satu) orang dari unsur purnabakti Rektor UTU;
e. 2 (dua) orang dari unsur alumni UTU; dan
f. 2 (dua) orang dari unsur dunia usaha/industri.
(5) Anggota Dewan Penyantun sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf d, huruf e, dan huruf f dipilih oleh Rektor.
- 33 -
Bagian Ketiga
Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Pimpinan Senat,
Organ Pengelola, Satuan Pengawas Internal, dan
Dewan Penyantun
Paragraf 1
Senat
Pasal 36
(1) Ketua Senat dipilih dari dan oleh anggota.
(2) Pemilihan ketua Senat dilakukan dalam rapat Senat
yang diselenggarakan khusus untuk maksud tersebut.
(3) Rapat Senat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3
(dua per tiga) dari seluruh anggota Senat.
(4) Pimpinan rapat menjaring paling sedikit 2 (dua) nama
calon ketua Senat dari anggota Senat yang hadir.
(5) Pemilihan ketua Senat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan melalui musyawarah untuk mufakat.
(6) Apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) tidak dicapai, dilakukan
pemungutan suara.
(7) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilakukan dengan ketentuan setiap anggota Senat yang
hadir memiliki 1 (satu) hak suara.
(8) Ketua Senat terpilih menunjuk salah satu anggota Senat
sebagai sekretaris Senat.
(9) Ketua Senat terpilih dan sekretaris Senat ditetapkan
oleh Rektor.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata
cara pemilihan ketua Senat diatur dalam Peraturan
Senat.
- 34 -
Paragraf 2
Pimpinan Organ Pengelola
Pasal 37
(1) Dosen UTU dapat diberi tugas tambahan sebagai Rektor,
wakil rektor, dekan, wakil dekan, ketua jurusan,
sekretaris jurusan, ketua lembaga, sekretaris lembaga,
kepala unit pelaksana teknis (UPT), dan kepala
laboratorium/bengkel/studio.
(2) Kepala UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
UPT yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang
akademik.
(3) Pengangkatan Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan apabila terdapat lowongan jabatan.
(4) Lowongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disebabkan karena:
a. masa jabatan berakhir; dan/atau
b. perubahan organisasi.
(5) Masa jabatan berakhir sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf a meliputi:
a. berhalangan tetap;
b. permohonan sendiri;
c. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;
d. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum yang tetap karena
melakukan perbuatan yang diancam pidana
kurungan;
e. diberhentikan sementara dari jabatan negeri;
f. menjalani tugas belajar atau izin belajar lebih dari 6
(enam) bulan dalam rangka studi lanjut yang
meninggalkan tugas tridharma perguruan tinggi;
g. dibebaskan dari tugas jabatan Dosen; dan/atau
h. cuti di luar tanggungan negara.
- 35 -
(6) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf a meliputi:
a. meninggal dunia;
b. sakit yang tidak dapat disembuhkan yang
menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugas dan
kewajibannya, dibuktikan dengan Berita Acara
Majelis Pemeriksa Kesehatan Pegawai Negeri Sipil
atau surat keterangan dari pejabat yang
berwenang; dan/atau
c. berhenti dari aparatur sipil negara atas
permohonan sendiri.
(7) Perubahan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat
4 (empat) huruf b meliputi:
a. penambahan unit baru; atau
b. perubahan bentuk UTU.
Pasal 38
(1) Untuk dapat diangkat sebagai Rektor, seorang Dosen
harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Untuk dapat diangkat sebagai wakil rektor, dekan, wakil
dekan, ketua jurusan, sekretaris jurusan, ketua
lembaga, sekretaris lembaga, kepala UPT, dan kepala
laboratorium/bengkel/studio, seorang Dosen harus
memenuhi persyaratan:
a. berstatus pegawai negeri sipil bagi jabatan wakil
rektor yang membidangi pengelolaan keuangan,
kepegawaian, dan barang milik negara dan
berstatus aparatur sipil negara bagi jabatan
lainnya;
b. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa;
c. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada
saat diangkat sebagai wakil rektor, dekan, wakil
dekan, ketua jurusan, sekretaris jurusan, ketua
lembaga, sekretaris lembaga, kepala UPT dan
kepala laboratorium/bengkel/studio;
- 36 -
d. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan
surat keterangan dokter pemerintah yang
berwenang;
e. bersedia dicalonkan menjadi calon wakil rektor,
dekan, wakil dekan, ketua jurusan, sekretaris
jurusan, ketua lembaga, sekretaris lembaga, kepala
UPT, dan kepala laboratorium/bengkel/studio yang
dinyatakan secara tertulis;
f. menduduki jabatan akademik paling rendah lektor
kepala bagi jabatan wakil rektor, dekan, dan ketua
lembaga;
g. menduduki jabatan akademik paling rendah lektor
bagi jabatan wakil dekan, ketua jurusan, sekretaris
jurusan, sekretaris lembaga, kepala UPT, dan
kepala laboratorium/bengkel/studio;
h. setiap unsur penilaian prestasi kerja pegawai paling
rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
i. tidak sedang menjalani tugas belajar atau izin
belajar lebih dari 6 (enam) bulan dalam rangka
studi lanjut yang meninggalkan tugas tridharma
perguruan tinggi;
j. tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat
sedang atau berat;
k. tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan
pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan perbuatan yang diancam pidana
paling rendah pidana kurungan; dan
l. tidak pernah melakukan plagiat sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 39
(1) Tenaga Kependidikan di lingkungan UTU dapat diangkat
sebagai pejabat struktural yaitu kepala biro/jabatan
tinggi pratama, kepala bagian/administrator dan kepala
subbagian/pengawas atau pimpinan unit pelaksana
teknis.
- 37 -
(2) Pengangkatan pejabat struktural yaitu kepala
biro/jabatan tinggi pratama, kepala
bagian/administrator dan kepala subbagian/pengawas
atau pimpinan unit pelaksana teknis dilakukan apabila
terdapat lowongan jabatan.
(3) Lowongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disebabkan karena:
a. masa jabatan berakhir; dan/atau
b. perubahan organisasi UTU.
(4) Masa jabatan berakhir sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a meliputi:
a. berhalangan tetap;
b. permohonan sendiri;
c. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;
d. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum yang tetap karena
melakukan perbuatan yang diancam pidana
kurungan;
e. diberhentikan sementara dari jabatan negeri;
f. menjalani tugas belajar atau izin belajar lebih dari 6
(enam) bulan dalam rangka studi lanjut; dan/atau
g. cuti di luar tanggungan negara.
(5) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a meliputi:
a. meninggal dunia;
b. sakit yang tidak dapat disembuhkan yang
menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajibannya, dibuktikan dengan Berita Acara
Majelis Pemeriksa Kesehatan Pegawai Negeri Sipil
atau surat keterangan dari pejabat yang
berwenang; dan/atau
c. berhenti dari aparatur sipil negara atas
permohonan sendiri.
(6) Perubahan organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf b, meliputi:
a. penambahan unit baru; atau
b. perubahan bentuk UTU.
- 38 -
(7) Untuk dapat diangkat dalam kepala biro/jabatan tinggi
pratama, kepala bagian/administrator dan kepala
subbagian/pengawas atau pimpinan unit pelaksana
teknis, seorang Tenaga Kependidikan harus memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 40
(1) Rektor merupakan Dosen pegawai negeri sipil yang
diberi tugas tambahan sebagai pemimpin UTU.
(2) Masa jabatan Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(3) Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat
dan diberhentikan oleh Menteri.
Pasal 41
(1) Pengangkatan Rektor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 dilakukan melalui tahap:
a. penjaringan bakal calon;
b. penyaringan calon;
c. pemilihan calon; dan
d. pengangkatan.
(2) Tahap penjaringan bakal calon Rektor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara:
a. Senat membentuk panitia pemilihan Rektor paling
lambat 5 (lima) bulan sebelum berakhirnya masa
jabatan Rektor yang sedang menjabat;
b. panitia pemilihan Rektor mengumumkan
pendaftaran dan persyaratan bakal calon Rektor;
c. Dosen yang memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam huruf b dapat mendaftarkan diri
ke panitia pemilihan Rektor;
d. masa pendaftaran bakal calon Rektor selama 10
(sepuluh) hari kerja sejak pengumuman
pendaftaran;
- 39 -
e. panitia pemilihan Rektor melakukan seleksi
administrasi dan menyampaikan nama bakal calon
Rektor kepada Senat paling sedikit 3 (tiga) orang
bakal calon Rektor;
f. apabila bakal calon Rektor yang mendaftar
sebagaimana dimaksud dalam huruf e kurang dari
3 (tiga) orang, panitia pemilihan Rektor
memperpanjang masa pendaftaran bakal calon
Rektor;
g. apabila dalam masa perpanjangan pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam huruf f bakal calon
Rektor kurang dari 3 (tiga), ketua Senat dengan
persetujuan anggota Senat menunjuk Dosen yang
memenuhi syarat untuk ikut didaftarkan sebagai
bakal calon Rektor; dan
h. panitia pemilihan Rektor mengumumkan nama-
bakal calon Rektor yang memenuhi persyaratan.
(3) Tahap penyaringan calon Rektor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara:
a. penyaringan calon Rektor dilakukan dalam rapat
Senat yang diselenggarakan khusus untuk
penyaringan calon Rektor;
b. rapat Senat sebagaimana dimaksud pada huruf a
dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit
2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota Senat;
c. bakal calon Rektor menyampaikan visi, misi,
program kerja, dan pengembangan UTU di hadapan
Senat;
d. Senat melakukan penilaian dan pemilihan untuk
menentukan 3 (tiga) orang calon Rektor melalui
musyawarah untuk mufakat;
e. apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksud pada huruf d tidak dicapai, dilakukan
pemungutan suara dengan ketentuan setiap
anggota Senat memiliki 1 (satu) hak suara;
- 40 -
f. apabila terdapat jumlah suara yang sama untuk
peringkat kedua ke bawah sehingga belum
didapatkan 3 (tiga) orang calon Rektor, dilakukan
pemungutan suara pada hari yang sama bagi calon
yang memperoleh suara sama; dan
g. Senat menyampaikan 3 (tiga) orang calon Rektor
beserta daftar riwayat hidup dan program kerja
para calon Rektor kepada Menteri paling lambat 3
(tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan
Rektor yang sedang menjabat.
Pasal 42
Tahap pemilihan dan pengangkatan Rektor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf c dan huruf d
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 43
(1) Wakil rektor merupakan Dosen yang diberi tugas
tambahan sebagai pimpinan UTU.
(2) Wakil rektor diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.
(3) Rektor memilih Dosen yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) untuk
ditetapkan sebagai wakil rektor.
(4) Masa jabatan wakil rektor selama 4 (empat) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan.
Pasal 44
(1) Dekan merupakan Dosen yang diberi tugas tambahan
sebagai pemimpin fakultas.
(2) Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.
(3) Masa jabatan dekan selama 4 (empat) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
- 41 -
Pasal 45
Pengangkatan dekan fakultas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (2) dilakukan melalui tahap:
a. penjaringan bakal calon dekan;
b. penyaringan calon dekan;
c. pemilihan calon dekan; dan
d. pengangkatan.
Pasal 46
(1) Rektor membentuk panitia pemilihan dekan berjumlah 3
(tiga) orang yang berasal dari anggota Senat fakultas.
(2) Panitia pemilihan dekan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak dapat mencalonkan diri sebagai dekan.
(3) Panitia pemilihan dekan dibantu oleh sekretariat yang
berasal dari Tenaga Kependidikan yang ditetapkan oleh
Rektor.
(4) Panitia pemilihan dekan bertugas untuk mempersiapkan
dan melaksanakan proses pemilihan.
Pasal 47
Tahap penjaringan bakal calon dekan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 45 huruf a, dilakukan dengan cara:
a. panitia pemilihan dekan mengumumkan pendaftaran
dan persyaratan bakal calon dekan;
b. panitia pemilihan dekan mengumumkan nama-nama
Dosen yang memenuhi persyaratan untuk menjadi
dekan;
c. Dosen yang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam huruf b dapat mendaftarkan diri ke
panitia pemilihan;
d. panitia pemilihan dekan melakukan seleksi administratif
untuk mendapatkan nama-nama Dosen yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
(2);
e. panitia pemilihan dekan menyampaikan nama bakal
calon dekan yang telah memenuhi persyaratan kepada
Rektor paling sedikit 2 (dua) bakal calon dekan;
- 42 -
f. apabila bakal calon dekan sebagaimana dimaksud pada
huruf e kurang dari 2 (dua) orang, Rektor menunjuk
Dosen yang memenuhi syarat untuk ikut didaftarkan
sebagai bakal calon dekan; dan
g. panitia pemilihan dekan mengumumkan nama bakal
calon dekan setelah mendapatkan persetujuan Rektor.
Pasal 48
Tahap penyaringan calon dekan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 huruf b dilakukan dengan cara:
a. penyaringan calon dekan dilakukan oleh Senat fakultas
dalam rapat yang khusus dilakukan untuk maksud
tersebut;
b. rapat Senat fakultas sebagaimana dimaksud pada huruf
a dinyatakan sah apabila dihadiri paling sedikit 2/3
(dua per tiga) jumlah anggota Senat fakultas;
c. bakal calon dekan menyampaikan visi, misi, dan
program kerja fakultas;
d. Senat fakultas melakukan penyaringan bakal calon
dekan melalui pemungutan suara untuk mendapatkan 2
(dua) nama calon dekan;
e. Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada huruf d
dilakukan dengan ketentuan setiap anggota Senat
fakultas yang hadir memiliki hak 1 (satu) suara; dan
f. Senat fakultas menetapkan 2 (dua) orang calon dekan
hasil penyaringan yang mendapatkan suara terbanyak
dan menyampaikan kepada Rektor beserta dokumen
pendukung.
Pasal 49
Tahap pemilihan calon dekan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 huruf c dilakukan dengan cara:
a. pemilihan dekan dilakukan paling lambat 2 (dua) bulan
sebelum berakhirnya masa jabatan dekan yang sedang
menjabat;
- 43 -
b. Rektor dan Senat fakultas melakukan pemilihan dekan
dalam sidang Senat fakultas yang khusus
diselenggarakan untuk maksud tersebut;
c. Rektor dapat memberi kuasa kepada pejabat yang
ditunjuk untuk melakukan pemilihan sebagaimana
dimaksud dalam huruf b;
d. pemilihan dekan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dilakukan melalui pemungutan suara secara tertutup
dengan ketentuan:
1. Rektor memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak
suara dari total pemilih; dan
2. Senat fakultas memiliki 65% (enam puluh lima
persen) hak suara dan masing-masing anggota
Senat fakultas memiliki hak suara yang sama.
e. apabila terdapat 2 (dua) orang calon dekan yang
memperoleh suara dengan jumlah suara yang sama,
dilakukan pemilihan putaran kedua pada hari yang
sama untuk memilih suara terbanyak dari kedua calon
dekan tersebut; dan
f. dekan terpilih merupakan calon dekan yang memperoleh
suara terbanyak.
Pasal 50
Rektor menetapkan pengangkatan Dekan terpilih atas dasar
suara terbanyak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
huruf f.
Pasal 51
(1) Wakil dekan merupakan Dosen yang diberi tugas
tambahan sebagai pimpinan fakultas.
(2) Wakil dekan diangkat oleh Rektor atas usulan dekan.
(3) Dekan menyeleksi Dosen yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) untuk
diusulkan sebagai calon wakil dekan.
(4) Calon wakil dekan disampaikan oleh dekan kepada
Rektor untuk ditetapkan dan diangkat sebagai wakil
dekan.
- 44 -
(5) Masa jabatan wakil dekan selama 4 (empat) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan.
Pasal 52
(1) Ketua jurusan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.
(2) Pengangkatan ketua jurusan dilakukan melalui proses
pemilihan secara tertutup oleh Dosen tetap jurusan.
(3) Pemilihan ketua jurusan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan melalui pemungutan suara untuk
memperoleh suara terbanyak dengan ketentuan 1 (satu)
orang Dosen memiliki 1 (satu) hak suara.
(4) Dekan mengusulkan ketua jurusan terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) kepada Rektor untuk
ditetapkan.
(5) Masa jabatan ketua jurusan selama 4 (empat) tahun dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan.
Pasal 53
(1) Sekretaris jurusan diangkat dan diberhentikan oleh
Rektor.
(2) Ketua jurusan mengusulkan 1 (satu) orang Dosen yang
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (2) untuk menjadi sekretaris jurusan kepada
dekan.
(3) Dekan menyampaikan usul pengangkatan sekretaris
jurusan kepada Rektor untuk ditetapkan.
(4) Masa jabatan sekretaris jurusan selama 4 (empat) tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan.
Pasal 54
(1) Ketua dan sekretaris lembaga diangkat dan
diberhentikan oleh Rektor.
- 45 -
(2) Masa jabatan ketua dan sekretaris lembaga selama 4
(empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan.
Pasal 55
(1) Kepala UPT diangkat dan diberhentikan oleh Rektor.
(2) Rektor memilih 1 (satu) orang dosen atau tenaga
fungsional yang memenuhi persyaratan untuk diangkat
dan ditetapkan sebagai kepala UPT.
(3) Masa jabatan kepala UPT selama 4 (empat) tahun dan
dapat diangkat kembali.
Pasal 56
(1) Kepala laboratorium/bengkel/studio diangkat dan
diberhentikan oleh Rektor.
(2) Ketua jurusan mengusulkan seorang Dosen yang
memenuhi persyaratan untuk menjadi kepala
laboratorium/bengkel/studio kepada dekan.
(3) Dekan menyampaikan usul pengangkatan kepala
laboratorium/bengkel/studio kepada Rektor untuk
ditetapkan.
(4) Masa jabatan kepala laboratorium/bengkel/studio
selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Pasal 57
(1) Pimpinan unit pelaksana administrasi terdiri atas:
a. kepala biro/jabatan tinggi pratama;
b. kepala bagian/administrator pada biro dan
fakultas; dan
c. kepala subbagian/pengawas pada biro, fakultas,
dan lembaga.
(2) Pimpinan unit pelaksana administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan jabatan struktural.
(3) Kepala biro/jabatan tinggi pratama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan
- 46 -
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Kepala bagian/administrator dan kepala
subbagian/pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diangkat dan diberhentikan oleh Rektor sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian kepala
biro/jabatan tinggi pratama, kepala
bagian/administrator dan kepala subbagian/pengawas
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 3
Satuan Pengawas Internal
Pasal 58
(1) Ketua Satuan Pengawas Internal dipilih dari dan oleh
anggota.
(2) Ketua, sekretaris, dan anggota Satuan Pengawas
Internal diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan ketua,
sekretaris, dan anggota Satuan Pengawas Internal diatur
dalam Peraturan Rektor.
Paragraf 4
Dewan Penyantun
Pasal 59
(1) Ketua Dewan Penyantun dipilih dari dan oleh anggota.
(2) Ketua, sekretaris, dan anggota Dewan Penyantun
diangkat dan diberhentikan oleh Direktur.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan ketua,
sekretaris, dan anggota Dewan Penyantun diatur dalam
Peraturan Rektor.
- 47 -
Paragraf 5
Pemberhentian
Pasal 60
(1) Rektor, wakil rektor, dekan, wakil dekan, ketua jurusan,
sekretaris jurusan, ketua lembaga, sekretaris lembaga,
kepala UPT, dan kepala laboratorium/bengkel/studio
diberhentikan dari jabatan karena masa jabatan
berakhir.
(2) Rektor dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya
berakhir sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Wakil rektor, dekan, wakil dekan, ketua jurusan,
sekretaris jurusan, ketua lembaga, sekretaris lembaga,
kepala UPT, dan kepala laboratorium/bengkel/studio
dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir
karena:
a. permohonan sendiri;
b. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;
c. dikenakan hukuman disiplin tingkat sedang dan
berat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d. dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
perbuatan yang diancam pidana kurungan;
e. diberhentikan sementara dari pegawai negeri sipil;
f. diberhentikan dari jabatan Dosen;
g. berhalangan tetap;
h. menjalani tugas belajar atau izin belajar lebih dari 6
(enam) bulan dalam rangka studi lanjut; dan/atau
i. cuti di luar tanggungan negara;
(4) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf g meliputi:
a. meninggal dunia;
b. sakit yang tidak dapat disembuhkan sehingga tidak
dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya,
dibuktikan dengan Berita Acara Majelis Pemeriksa
- 48 -
Kesehatan Pegawai Negeri Sipil atau surat
keterangan dari pejabat yang berwenang; dan
c. berhenti dari aparatur sipil negara atas
permohonan sendiri.
(5) Pemberhentian Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilakukan oleh Menteri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Pemberhentian wakil rektor, dekan, wakil dekan, ketua
jurusan, sekretaris jurusan, ketua lembaga, sekretaris
lembaga, kepala UPT, dan kepala
laboratorium/bengkel/studio sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (3) dilakukan oleh Rektor sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 61
Apabila terjadi pemberhentian Rektor sebelum masa
jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
ayat (2), Menteri menetapkan Rektor sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 62
(1) Apabila terjadi pemberhentian wakil rektor sebelum
masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 ayat (3), Rektor mengangkat dan
menetapkan wakil rektor.
(2) Pengangkatan wakil rektor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43.
(3) Wakil rektor yang meneruskan sisa masa jabatan lebih
dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa
jabatan.
Pasal 63
(1) Apabila terjadi pemberhentian dekan sebelum masa
jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 60 ayat (3), Rektor mengangkat dan menetapkan
salah satu wakil dekan sebagai dekan definitif.
- 49 -
(2) Dekan yang meneruskan sisa masa jabatan lebih dari 2
(dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa jabatan.
Pasal 64
(1) Apabila terjadi pemberhentian wakil dekan sebelum
masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 ayat (3), Rektor mengangkat dan
menetapkan wakil dekan untuk melanjutkan sisa masa
jabatan wakil dekan sebelumnya.
(2) Pengangkatan dan penetapan wakil dekan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) dan
Pasal 51.
(3) Wakil dekan yang meneruskan sisa masa jabatan lebih
dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa
jabatan.
Pasal 65
(1) Apabila terjadi pemberhentian Ketua Jurusan sebelum
masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 ayat (3), dekan mengusulkan sekretaris
jurusan untuk ditetapkan sebagai ketua jurusan
definitif.
(2) Pengangkatan dan penetapan ketua jurusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Rektor.
(3) Ketua jurusan yang meneruskan sisa masa jabatan lebih
dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa
jabatan.
Pasal 66
(1) Apabila terjadi pemberhentian sekretaris jurusan
sebelum masa jabatannya berakhir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (3), ketua jurusan
mengusulkan seorang Dosen yang memenuhi syarat dari
jurusan untuk diangkat menjadi sekretaris jurusan
definitif.
- 50 -
(2) Pengangkatan sekretaris jurusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Rektor.
(3) Sekretaris jurusan yang meneruskan sisa masa jabatan
lebih dari 2 (dua) tahun dihitung sebagai 1 (satu) masa
jabatan.
Pasal 67
(1) Apabila terjadi pemberhentian ketua dan sekretaris
lembaga sebelum masa jabatannya berakhir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (3), Rektor
mengangkat Dosen sebagai ketua dan sekretaris
lembaga definitif untuk melanjutkan sisa masa jabatan
ketua dan sekretaris lembaga sebelumnya.
(2) Pengangkatan dan penetapan ketua dan sekretaris
lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
38 ayat (2).
(3) Ketua dan sekretaris lembaga yang meneruskan sisa
masa jabatan lebih dari 2 (dua) tahun dihitung sebagai 1
(satu) masa jabatan.
Pasal 68
(1) Apabila terjadi pemberhentian kepala UPT sebelum
masa jabatannya berakhir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 ayat (3), Rektor mengangkat dan
menetapkan kepala UPT definitif untuk melanjutkan
sisa masa jabatan kepala UPT sebelumnya.
(2) Kepala UPT yang meneruskan sisa masa jabatan lebih
dari 2 (dua) tahun, dihitung sebagai 1 (satu) masa
jabatan.
Pasal 69
Apabila terjadi pemberhentian kepala laboratorium/
bengkel/studio, dekan mengusulkan seorang Dosen yang
memenuhi syarat untuk diangkat dan ditetapkan oleh
Rektor.
- 51 -
Pasal 70
(1) Ketua dan sekretaris Senat, Satuan Pengawas Internal
dan Dewan Penyantun diberhentikan dari jabatannya
karena masa jabatan berakhir.
(2) Ketua dan sekretaris Senat dan Satuan Pengawas
Internal diberhentikan sebelum masa jabatannya
berakhir karena:
a. permohonan sendiri;
b. berhalangan tetap;
c. diangkat dalam jabatan negeri yang lain;
d. dikenakan hukuman disiplin tingkat berat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
e. diberhentikan sementara aparatur sipil negara;
f. diberhentikan dari jabatan Dosen;
g. dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
perbuatan yang diancam pidana kurungan;
h. sedang menjalani tugas belajar atau tugas lain lebih
dari 6 (enam) bulan;
i. cuti di luar tanggungan negara; dan
j. hal lain yang ditentukan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Ketua dan sekretaris Dewan Penyantun diberhentikan
sebelum masa jabatannya berakhir karena:
a. permohonan sendiri;
b. berhalangan tetap;
c. dikenakan hukuman disiplin tingkat berat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
perbuatan yang diancam pidana kurungan; dan
e. hal lain yang ditentukan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 52 -
(4) Berhalangan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dan ayat (3) huruf b meliputi:
a. meninggal dunia; dan/atau
b. sakit yang tidak dapat disembuhkan yang
menyebabkan tidak dapat melaksanakan tugas dan
kewajibannya, dibuktikan dengan Berita Acara
Majelis Pemeriksa Kesehatan Pegawai Negeri Sipil
atau surat keterangan dari pejabat yang
berwenang;
Pasal 71
Penetapan pemberhentian ketua dan sekretaris Senat,
Satuan Pengawas Internal, dan Dewan Penyantun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 dilakukan oleh
Rektor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Bagian Keempat
Sistem Pengendalian dan Pengawasan Internal
Pasal 72
(1) Sistem pengendalian internal UTU merupakan proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Sistem pengendalian internal UTU meliputi kegiatan:
a. menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif
dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian
internal;
- 53 -
b. memberikan penilaian atas risiko yang meliputi
identifikasi risiko dan analisis risiko yang dihadapi
UTU;
c. menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai
dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat tugas dan
fungsi UTU;
d. mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan
waktu yang tepat; dan
e. memantau secara berkelanjutan, mengevaluasi
secara terpisah, dan menindaklanjuti rekomendasi
hasil audit dan peninjauan lainnya.
(3) Rektor bertanggung jawab atas keefektifan
penyelenggaraan sistem pengendalian internal UTU.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem pengendalian
internal UTU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) dan mekanisme penerapannya diatur
dalam Peraturan Rektor.
Pasal 73
(1) Sistem pengawasan internal UTU merupakan seluruh
proses kegiatan audit, peninjauan, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi UTU yang bertujuan
mengendalikan kegiatan, mengamankan aset,
terselenggaranya laporan keuangan yang baik,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi, dan mendeteksi
secara dini terjadinya penyimpangan dan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pengawasan internal dilakukan untuk memperkuat dan
menunjang efektivitas sistem pengendalian internal.
(3) Rektor bertanggung jawab atas efektivitas
penyelenggaraan pengawasan internal UTU.
- 54 -
(4) Ketentuan mengenai sistem pengawasan internal UTU
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (3) diatur dalam Peraturan Rektor.
Bagian Kelima
Dosen dan Tenaga Kependidikan
Pasal 74
(1) Dosen UTU terdiri atas:
a. Dosen tetap; dan
b. Dosen tidak tetap.
(2) Dosen tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a merupakan Dosen yang bekerja penuh waktu dan
berstatus sebagai aparatur sipil negara di UTU.
(3) Dosen tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan Dosen yang bekerja paruh waktu di
UTU yang diangkat sesuai dengan kebutuhan.
(4) Jenjang jabatan akademik Dosen terdiri atas:
a. Asisten Ahli;
b. Lektor;
c. Lektor Kepala; dan
d. Profesor.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata
cara pengangkatan dan pemberhentian Dosen diatur
dalam Peraturan Rektor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 75
(1) Pembinaan dan pengembangan profesi Dosen UTU
meliputi pembinaan, pengembangan profesi, dan karir.
(2) Pembinaan dan pengembangan profesi Dosen UTU
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
- 55 -
(3) Pembinaan dan pengembangan profesi Dosen UTU
dilakukan melalui jabatan fungsional.
(4) Pembinaan dan pengembangan profesi Dosen UTU
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 76
Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan
pemberhentian Dosen dilaksanakan oleh Rektor sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 77
(1) Tenaga Kependidikan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi di UTU.
(2) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi teknisi sumber belajar, pranata laboratorium
pendidikan, pustakawan, arsiparis, dan tenaga
fungsional lainnya.
(3) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan
pemberhentian Tenaga Kependidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Mahasiswa dan Alumni
Pasal 78
(1) Mahasiswa UTU merupakan peserta didik yang terdaftar
secara sah pada salah satu program studi yang terdapat
di UTU.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata
cara menjadi Mahasiswa UTU diatur dalam Peraturan
Rektor
- 56 -
Pasal 79
(1) Mahasiswa berhak:
a. memperoleh pembelajaran dan layanan bidang
akademik yang berkualitas sesuai dengan minat,
bakat, kegemaran, dan kemampuannya;
b. memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang tersedia
di UTU dalam rangka kelancaran proses belajar;
c. menggunakan kebebasan akademik secara
bertanggung jawab;
d. menyelesaikan studi lebih awal dari jadwal yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. ikut serta dalam kegiatan organisasi
kemahasiswaan di UTU;
g. pindah ke program studi atau perguruan tinggi lain
bilamana memenuhi persyaratan penerimaan
Mahasiswa pada program studi atau perguruan
tinggi yang hendak dimasuki; dan
h. memperoleh pelayanan khusus bagi Mahasiswa
berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuan
UTU.
(2) Mahasiswa berkewajiban:
a. mengikuti semua tahapan proses pembelajaran
sesuai peraturan di UTU dengan menjunjung tinggi
norma dan etika akademik;
b. menjalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya
dan menghormati pelaksanaan ibadah Mahasiswa
lainnya;
c. menghormati Dosen dan Tenaga Kependidikan, dan
sesama Mahasiswa di lingkungan UTU;
d. memelihara kerukunan dan kedamaian untuk
mewujudkan harmoni sosial;
e. mencintai keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara, serta menghargai sesama peserta didik;
- 57 -
f. mencintai dan melestarikan lingkungan;
g. ikut menjaga dan memelihara sarana dan
prasarana, kebersihan, keamanan, dan ketertiban
umum dan ketertiban di UTU;
h. menanggung biaya pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. menjaga kewibawaan dan nama baik UTU; dan
j. mematuhi semua peraturan yang berlaku di UTU.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban
Mahasiswa UTU diatur dalam Peraturan Rektor setelah
mendapat pertimbangan Senat.
Pasal 80
(1) Organisasi Mahasiswa diselenggarakan berdasarkan
prinsip dari, oleh, dan untuk Mahasiswa.
(2) Organisasi Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibentuk untuk melaksanakan peningkatan
kerohanian, kepemimpinan, penalaran, minat, bakat,
kegemaran, dan/atau kewirausahaan.
(3) Organisasi Mahasiswa dapat dibentuk pada tingkat
universitas, fakultas, jurusan, dan program studi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi Mahasiswa
UTU diatur dalam Peraturan Rektor.
Pasal 81
(1) Pembinaan kemahasiswaan diarahkan pada
pembangunan karakter dan pengembangan jiwa
kewirausahaan berlandaskan paradigma memanusiakan
manusia dalam lingkungan dan budaya akademik yang
kondusif.
(2) Ketentuan mengenai pembinaan kemahasiswaan diatur
dalam Peraturan Rektor sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
- 58 -
Pasal 82
(1) Alumni UTU merupakan seseorang yang telah
meyelesaikan pendidikan pada program Pendidikan
Akademik, Pendidikan Vokasi, dan Pendidikan Profesi di
UTU.
(2) Alumni UTU dapat membentuk organisasi yang
bertujuan untuk membina hubungan antar alumni
dengan UTU.
(3) Hubungan antara organisasi alumni dengan UTU
bersifat kemitraan.
(4) Organisasi alumni UTU diatur dengan anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga.
Bagian Ketujuh
Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pasal 83
(1) Pengelolaan sarana dan prasarana serta kekayaan milik
negara lainnya yang bersumber dari dana Pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat, dan hibah luar negeri
diselenggarakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pendayagunaan sarana dan prasarana di UTU, untuk
memperoleh manfaat guna menunjang pelaksanaan
tugas dan fungsi UTU.
(3) Pengembangan sarana dan prasarana di UTU
disesuaikan dengan rencana strategis UTU.
(4) Pengelolaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana
di UTU dilaporkan sesuai sistem manajemen akuntansi
barang milik negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- 59 -
Bagian Kedelapan
Pengelolaan Anggaran
Pasal 84
(1) Pengelolaan keuangan dilaksanakan berdasarkan
prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabel
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Rencana anggaran UTU diusulkan oleh Rektor kepada
Menteri.
(3) UTU menyusun laporan pertanggungjawaban anggaran
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Laporan pertanggungjawaban anggaran UTU
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diaudit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kesembilan
Kerja Sama
Pasal 85
(1) UTU dapat menjalin kerja sama akademik dan/atau
non-akademik dengan perguruan tinggi lain, dunia
usaha atau pihak lain baik di dalam negeri maupun luar
negeri.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas,
produktivitas, kreativitas, inovasi, mutu, dan relevansi
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi.
Pasal 86
Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85
dilaksanakan dengan prinsip:
a. mengutamakan kepentingan pembangunan nasional;
b. menghargai kesetaraan mutu;
- 60 -
c. saling menghormati;
d. menghasilkan peningkatan mutu pendidikan;
e. keberlanjutan; dan
f. mempertimbangkan keberagaman kultur yang bersifat
lintas daerah, nasional, dan/atau internasional.
Pasal 87
(1) Kerja sama akademik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 85 ayat (1) dapat berbentuk:
a. pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat;
b. program kembaran;
c. pengalihan dan/atau pemerolehan kredit;
d. penugasan Dosen senior sebagai pembina pada
perguruan tinggi yang membutuhkan pembinaan;
e. pertukaran Dosen dan/atau Mahasiswa;
f. pemanfaatan bersama berbagai sumber daya;
g. pemagangan;
h. penerbitan terbitan berkala ilmiah;
i. penyelenggaraan seminar bersama; dan/atau
j. bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu.
(2) Kerja sama non-akademik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 85 ayat (1) dapat berbentuk:
a. pendayagunaan aset;
b. usaha penggalangan dana;
c. jasa keahlian dan royalti hak kekayaan intelektual;
dan/atau
d. bentuk lain yang dianggap perlu.
(3) Kerja sama dengan pihak luar UTU sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara
melembaga dan merupakan tanggung jawab Rektor
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 61 -
BAB V
SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
Pasal 88
(1) Penjaminan mutu menjadi tanggung jawab pimpinan
UTU.
(2) Penjaminan mutu dilaksanakan sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan.
(3) Penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal
UTU.
(4) Penjaminan mutu dilaksanakan oleh unit kerja yang
memiliki fungsi tersebut.
(5) Penjaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dilakukan secara
sistematis, terencana, dan berkelanjutan dalam suatu
program penjaminan mutu yang memiliki target dan
kerangka waktu yang jelas.
(6) Sistem Penjaminan Mutu Internal UTU sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), dikembangkan dengan tujuan
untuk memenuhi Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme
pelaksanaan penjaminan mutu internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur
dalam Peraturan Rektor setelah mendapat persetujuan
Senat.
Pasal 89
(1) Pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal UTU
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 dilakukan
melalui kegiatan evaluasi, monitoring, baku mutu,
akreditasi, dan sertifikasi.
(2) Pelaksanaan penjaminan mutu internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) secara internal dilakukan oleh
unit kerja yang memiliki fungsi penjaminan mutu dan
secara eksternal oleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi atau Lembaga Akreditasi Mandiri.
- 62 -
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme
pelaksanaan penjaminan mutu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Rektor setelah
mendapat pertimbangan Senat.
Pasal 90
(1) pelaksanaan penjaminan mutu internal pada lembaga
dan program studi sekurang-kurangnya sekali dalam 1
(satu) tahun.
(2) Pelaksanaan penjaminan mutu internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Rektor
setelah mendapat pertimbangan Senat.
Pasal 91
(1) Akreditasi merupakan tanggung jawab semua unit
untuk memperoleh kepercayaan masyarakat dan
menunjukkan kemampuan untuk menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
seni.
(2) Akreditasi di UTU meliputi akreditasi program studi
dan/atau institusi.
(3) Penyelenggaraan akreditasi di UTU dikoordinasikan oleh
Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat,
dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan akreditasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Rektor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VI
BENTUK DAN TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN
Pasal 92
(1) Bentuk dan hierarki peraturan di lingkungan UTU
sebagai berikut:
a. peraturan perundang-undangan;
b. peraturan Senat;
- 63 -
c. peraturan Rektor; dan
d. keputusan Rektor.
(2) Tata cara penetapan peraturan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PENDANAAN DAN KEKAYAAN
Pasal 93
(1) Sumber pembiayaan UTU dapat berasal dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan sumber lain
yang sah dan tidak mengikat.
(2) Sumber pembiayaan yang berasal dari selain pemerintah
pusat dan pemerintah daerah terdiri atas:
a. sumbangan penyelenggaraan pendidikan,
sumbangan pengembangan dan biaya pendidikan
lainnya dalam bentuk uang kuliah tunggal;
b. biaya seleksi ujian masuk perguruan tinggi;
c. hasil kerja sama;
d. hasil penjualan produk yang diperoleh dari
penyelenggaraan pendidikan tinggi;
e. sumbangan dan/atau hibah dari perseorangan
dan/atau lembaga yang sah dan tidak mengikat;
dan
f. penerimaan lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN LAIN
Pasal 94
(1) Perubahan statuta UTU dilakukan dalam suatu rapat
yang dihadiri oleh wakil dari seluruh organ UTU.
(2) Wakil dari seluruh organ UTU sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Rektor dan wakil rektor;
b. kepala biro;
- 64 -
c. dekan;
d. 1 (satu) orang dari Lembaga Penelitian, Pengabdian
kepada Masyarakat dan Penjaminan Mutu
Pendidikan;
e. ketua dan sekretaris Senat;
f. 1 (satu) anggota Satuan Pengawas Internal; dan
g. 1 (satu) anggota Dewan Penyantun.
(3) Pengambilan keputusan perubahan statuta UTU
didasarkan atas musyawarah untuk mufakat.
(4) Apabila musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak dicapai, pengambilan
keputusan dilakukan melalui pemungutan suara.
(5) Perubahan statuta UTU yang sudah disetujui dalam
rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Menteri untuk ditetapkan.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 95
(1) Semua penyelenggaraan kegiatan akademik dan non-
akademik masih tetap dilaksanakan sampai dengan
disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini.
(2) Pembentukan Senat, Satuan Pengawas Internal, dan
Dewan Penyantun dilakukan paling lambat 1 (satu)
tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 96
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 65 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Oktober 2016
MENTERI RISET, TEKNOLOGI,
DAN PENDIDIKAN TINGGI
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMAD NASIR
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1622
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi,
TTD.
Ani Nurdiani Azizah NIP. 195812011985032001