i
PERBANDINGAN DENYUT NADI, FREKUENSI NAFAS DAN SUHU
REKTAL ANAK KAMBING LOKAL PRA-SAPIH PADA
TIPE KELAHIRAN TUNGGAL DAN KEMBAR
SKRIPSI
Oleh
RILO AJI PAMBUDI
PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
S E M A R A N G
2 0 1 7
ii
PERBANDINGAN DENYUT NADI, FREKUENSI NAFAS DAN SUHU
REKTAL ANAK KAMBING LOKAL PRA-SAPIH PADA
TIPE KELAHIRAN TUNGGAL DAN KEMBAR
Oleh
RILO AJI PAMBUDI
NIM : 23010113120018
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi S1 Peternakan
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
S E M A R A N G
2 0 1 7
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Rilo Aji Pambudi
NIM : 23010113120018
Program Studi : S1 Peternakan
Dengan ini menyatakan sebagai berikut :
1. Karya ilmiah yang berjudul :
Perbandingan Denyut Nadi, Frekuensi Nafas dan Suhu Rektal
Anak Kambing Lokal Pra-sapih pada Tipe Kelahiran Tunggal dan
Kembar, dan penelitian yang terkait dengan karya ilmiah ini adalah
hasil karya saya sendiri.
2. Setiap ide atau kutipan dari karya orang lain berupa publikasi atau
bentuk lainya dalam karya ilmiah ini, telah diakui sesuai dengan
standar prosedur disiplin ilmu.
3. Saya juga mengakui karya ilmiah ini dapat dihasilkan berkat
bimbingan dan dukungan penuh pembimbing saya, yaitu : Prof. Ir.
Agung Purnomoadi, M.Sc., Ph.D dan Prof. Ir. Edy Rianto M.Sc.,
Ph.D.
Apabila dikemudian hari dalam skripsi ini ditemukan hal-hal yang menunjukan
telah dilakukannya kecurangan akademik oleh saya, maka saya bersedia gelar
akademik saya yang telah saya dapatkan ditarik sesuai dengan ketentuan dari
Program Studi S1 Peternakan, Fakulltas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro.
Semarang, Oktober 2017
Penulis,
Rilo Aji Pambudi
Mengetahui :
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Prof. Ir. Agung Purnomoadi, M.Sc., Ph.D Prof. Ir. Edy Rianto M.Sc., Ph.D
iv
v
RINGKASAN
RILO AJI PAMBUDI. 23010113120018. 2017. Perbandingan Denyut Nadi,
Frekuensi Nafas dan Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih pada Tipe
Kelahiran Tunggal dan Kembar. (Pembimbing : AGUNG PURNOMOADI dan
EDY RIANTO).
Tujuan penelitian adalah membandingkan kondisi fisiologis, denyut nadi,
frekuensi nafas, dan suhu rektal pada anak kambing lokal pra-sapih berdasarkan
tipe kelahiran tunggal dan kembar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan April 2016. Pemeliharaan anak kambing dilakukan selama 8
minggu di kandang kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah,
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 13 ekor anak kambing
umur 1 minggu yang dipelihara dengan 9 ekor induk. Anak kambing
dikelompokkan berdasarkan tipe kelahiran, yaitu kelahiran kembar dua sebanyak
8 ekor bersama 4 ekor induk dan kelahiran tunggal sebanyak 5 ekor dipelihara
bersama dengan 5 ekor induk. Kandang yang digunakan adalah tipe kandang
panggung. Peralatan yang digunakan antara lain stetoscope, stopwatch/ timer dan
thermometer digital. Pengambilan data fisiologis (denyut nadi, fekuensi nafas dan
suhu rektal) anak kambing dilakukan pada jam 06.00;12.00;18.00 dan 00.00 sekali
seminggu. Data yang terkumpul selanjutkan diolah secara statistik menggunakan
uji t (t-test) dengan program IBM SPSS versi 20.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan denyut nadi dan
suhu rektal anak kambing kelahiran tunggal dan kembar (P>0,05). Rataan denyut
nadi anak kambing kelahiran tunggal jam 06.00 (122 kali/menit), jam 12.00 (122
kali/menit), jam 18.00 (120 kali/menit) dan jam 00.00 (124 kali/menit), rataan
denyut nadi anak kambing kelahiran kembar jam 06.00 (114 kali/menit), jam
12.00 (121 kali/menit), jam 18.00 (119 kali/menit) dan jam 00.0 (116 kali/menit).
Rataan suhu rektal anak kambing kelahiran tunggal jam 06.00 (39,08 oC), jam
12.00 (39,30 oC), jam 18.00 (39,35
oC), dan jam 00.00 (39,07
oC), rataan suhu
rektal anak kambing kelahiran kembar jam 06.00 (38,81 oC), jam 12.00 (39,11
oC), jam 18.00 (39,18
oC) dan jam 00.00 (39,08
oC). Pada frekuensi nafas di jam
06.00 terdapat perbedaan (P<0,05) antar tipe kelahiran. Anak kambing kelahiran
tunggal memiliki frekuensi nafas lebih tinggi (37 kali/ menit) dibandingkan
dengan anak kambing kelahiran kembar (30 kali/menit). Frekuensi nafas anak
kambing kelahiran tunggal dan kembar jam 12.00;18.00;00.00 tidak berbeda nyata
(P>0,05), rataan frekuensi nafas anak kambing kelahiran tunggal jam 12.00 (42
kali/menit), jam 18.00 (39 kali/menit), dan jam 00.00 (37 kali/menit), rataan
frekuensi nafas anak kambing kelahiran kembar jam 12.00 (40 kali/menit), jam
18.00 (34 kali/menit), dan jam 00.00 (33 kali/menit).
Simpulan penelitian ini adalah bahwa tidak terdapat perbedaan antara
denyut nadi dan suhu rektal, namum terdapat perbedaan pada frekuensi nafas di
jam 06.00 pada anak kambing kelahiran tunggal lebih tinggi dibandingkan
kelahiran kembar.
vi
KATA PENGANTAR
Kambing lokal merupakan salah satu jenis kambing dengan populasi yang
cukup tinggi dan tersebar luas di wilayah Indonesia. Produktivitas kambing lokal
dipengaruhi oleh tipe kelahiran tunggal dan kembar. Perbedaan produktivitas
kambing menyebabkan kebutuhan hidup pokok anak kambing kelahiran tunggal
dan kembar berbeda, sehingga berpengaruh terhadap asupan nutrisi ternak.
Asupan nutrisi ternak erat kaitanya dengan laju metabolisme tubuh yang
kemudian mempengaruhi panas tubuh. Kondisi fisiologis anak kambing meliputi
denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu tubuh. Fisiologis anak kambing (denyut
nadi, frekuensi nafas, dan suhu rektal) kelahiran tunggal dan kembar belum
banyak dikaji mendalam, sehingga dilakukanlah penelitian ini untuk mengetahui
perbandingan kondisi fisiologis anak kambing lokal pra sapih kelahiran tunggal
dan kembar.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehaidat Allah SWT atas nikmat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Perbandingan Denyut Nadi, Frekuensi Nafas dan Suhu Rektal Anak Kambing
Lokal Pra-sapih Pada Tipe Kelahiran Tunggal dan Kembar”. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan ini banyak pihak yang memberikan doa dan dorongan
semangat, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang memberi ridho-Nya sehingga penulis dapat menuntaskan
studi di Program Studi S1 Peternakan.
2. Prof. Ir. Agung Purnomoadi, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing utama, Prof.
Ir. Edy Rianto M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing anggota, dan Ir. Sularno
vii
Dartosukarno selaku pembimbing awal (sebelum pergantian pembimbing)
yang telah ikhlas dalam membimbing, memberi nasihat dan mengajarkan
pendidikan karakter dengan berbudi pekerti yang baik.
3. Dr. drh. Sri Mawati M.Si dan Prof. Ir. Mukh Arifin, M.Sc., Ph.D selaku
dosen penguji skripsi yang telah memberi masukan dalam skripsi saya.
4. Prof. Ir. Mukh Arifin, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Peternakan dan
Pertanian dan Dosen Wali.
5. Dr. Ir. Bambang Waluyo H. E. P., M.S., M.Agr. selaku Ketua Departemen
Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian.
6. Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1
Peternakan, Departemen Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian.
7. Prof. Ir. Agung Purnomoadi, M.Sc. Ph.D selaku Koordinator Laboratorium
Produksi Ternak Potong dan Perah beserta para dosen dan staff
laboratorium tersebut atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
8. Keluarga penulis, diantaranya : kedua orang tua tercinta Bapak Surono dan
Ibu Suwarni, adik kandung penulis Vinolia N. Kartika, Kakek dan Nenek,
Tn. Hartino C. Suwarno dan Ny. Wagiyem C. Suwarno, yang senantiasa
memberikan semangat, dukungan dan doa.
9. Rekan tim penelitian “Cempe Kampus”, Chairul Muttaqin, Aris B.
Aryanto, Skolastika P. Dyah, Lujeng P. Lestari, dan para senior
pembimbing penelitian, Mas Randika, Mas Ari, Mbak Vita dan Mbak
Lutfi, yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penelitian
maupun penyusunan skripsi.
viii
10. Tim Asisten Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah “Potong
Mania”, Tim PKL “Rumpinary Squad”, Tim KKN “Sendang Sikucing”,
dan Tim Magang Maju Makmur “mBla’em”, yang telah memberikan
masukan, pembelajaran dan berkontribusi bersama dalam tim selama masa
perkuliahan.
11. Teman-teman mahasiswa Peternakan Angkatan 2013, terkhusus kelas A
2013 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, sukses dan selalu terjaga
silaturahmi kita.
12. Keluarga besar BEM FPP Undip periode 2016/2017 dan pengurus harian
BEM FPP periode 2016/2017 “Sedulur Kenthel”, serta Keluarga
Mahasiswa Klaten (KMK) Undip yang telah memberikan support dan
sharing dalam penyusunan skripsi, serta memberi banyak pengalaman
berorganisasi.
13. Sahabat penulis, diantaranya : Aska W. Putra, Bagus P. Wicaksono, Yebe
Kallis, Yunita B. Claudianawati dan CV. RnB yang memberi penulis
semangat motivasi dalam berkuliah.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pada bidang peternakan.
Semarang, Oktober 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
2.1. Kambing Lokal ............................................................... 4
2.2. Kondisi Fisiologis Kambing ........................................... 5
2.3. Tipe Kelahiran ................................................................ 8
BAB III. MATERI DAN METODE ....................................................... 10
3.1. Materi .............................................................................. 10
3.2. Metode ............................................................................ 11
BAB IV. PEMBAHASAN ...................................................................... 13
4.1. Frekuensi Nafas .............................................................. 13
4.2. Denyut Nadi .................................................................... 14
4.3. Suhu Rektal ..................................................................... 16
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 18
5.1. Simpulan ......................................................................... 18
5.2. Saran ............................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19
LAMPIRAN ................................................................................................ 23
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 65
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Rataan Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal
dan Kelahiran Kembar ................................................................................ 13
Rataan Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran
Tunggal dan Kelahiran Kembar .................................................................. 15
Rataan Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal
dan Kelahiran Kembar ............................................................................... 17
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal ............. 23
Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran
Kembar ........................................................................................................ 27
Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal........ 31
Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Kembar ........ 35
Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal .............. 39
Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran
Kembar ........................................................................................................ 43
Perhitungan Statistik Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih
Kelahiran Tunggal dan Kelahiran Kembar ................................................. 47
Perhitungan Statistik Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih
Kelahiran Tunggal dan Kelahiran Kembar ................................................. 53
Perhitungan Statistik Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih
Kelahiran Tunggal dan Kelahiran Kembar ................................................. 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kambing lokal merupakan salah satu jenis kambing dengan populasi yang cukup
tinggi dan tersebar luas di wilayah Indonesia. Widiyono dkk. (2003) menjelaskan
bahwa populasi kambing lokal di Indonesia sangat besar yaitu 14,4 juta ekor atau
sekitar 38% total ruminansia di Indonesia. Dijelaskan oleh Batubara dkk. (2006),
bahwa kambing lokal adalah kambing hasil persilangan yang telah lama
beradaptasi terhadap agroekosistem yang spesifik dengan lingkungan dan sistem
pemeliharaan di suatu wilayah. Kambing lokal memiliki beberapa keunggulan,
antara lain adalah tahan hidup di daerah tandus, mudah disilangkan dan bersifat
prolific. Sifat prolific kambing merupakan keunggulan ternak ruminansia ini
untuk melahirkan anak tunggal, kembar dua ataupun kembar tiga (Andoko dan
Warsito, 2013).
Produktivitas pada anak kambing kelahiran tunggal dan kelahiran kembar
berbeda. Mahmilia dan Doloksaribu (2010), menyatakan bahwa adanya
persaingan mendapatkan air susu selama laktasi pada anak kelahiran kembar
menyebabkan produktivitasnya berbeda dengan anak kambing kelahiran tunggal.
Faktor yang mempengaruhi produktivitas anak kambing adalah tipe kelahiran,
genetik, dan bobot lahir (Faozi dkk., 2013). Bobot lahir anak kambing kelahiran
tunggal umumnya lebih besar dari pada anak kambing kelahiran kembar. Sesuai
dengan penelitian Hamdani (2015) bahwa anak kambing yang dilahirkan kembar
memiliki bobot lahir yang lebih rendah daripada anak kambing kelahiran tunggal.
2
Kondisi ini menyebabkan adanya perbedaan kebutuhan hidup pokok ternak.
Kebutuhan hidup pokok erat kaitannya dengan bobot badan ternak. Kebutuhan
hidup pokok yaitu kebutuhan nutrisi yang digunakan dalam proses
penyeimbangan suhu tubuh (termoregulasi) dan aktivitas ternak.
Perbedaan konsumsi nutrisi anak kambing kelahiran tunggal dan kembar
berpengaruh terhadap asupan nutrisi ternak. Jumlah nutrisi yang dikonsumsi
berakibat pada laju metabolisme tubuh ternak yang kemudian mempengaruhi
panas tubuh. Dijelaskan oleh Purwanto dkk. (1993) yang disitasi oleh Suherman
(2014) bahwa faktor yang mempengaruhi kondisi fisiologis yaitu proses
metabolisme nutrien dalam tubuh ternak. Kondisi fisiologis pada anak kambing
meliputi suhu tubuh, frekuensi nafas dan denyut nadi. Laju metabolisme
menyebabkan panas tubuh meningkat dan mencapai titik tertinggi yang dapat
memicu berlangsungnya proses termoregulasi. Proses termoregulasi ditandai
dengan meningkatnya frekuensi nafas dan denyut nadi. Peningkatan frekuensi
nafas merupakan salah satu upaya dalam membuang panas melalui udara,
semakin cepat frekuensi nafas yang dilakukan maka semakin cepat panas tubuh
berkurang (Wuryanto dkk., 2010). Denyut nadi yang meningkat merupakan upaya
dalam menjaga keseimbangan panas dengan cara mengalirkan darah ke tepi kulit
(Isroli dkk., 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi fisiologis (denyut nadi, frekuensi
nafas, dan suhu rektal) anak kambing lokal berdasarkan tipe kelahiran tunggal dan
kembar. Manfaat penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang kondisi
fisiologis, meliputi denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu rektal pada anak
3
kambing lokal prasapih berdasarkan tipe kelahiran tunggal dan kembar dua.
Hipotesis penelitian adalah terdapat perbedaan kondisi fisiologis (frekuensi nafas,
denyut nadi, dan suhu rektal) anak kambing lokal prasapih antara kelahiran
tunggal dan kelahiran kembar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kambing Lokal
Kambing lokal Indonesia merupakan jenis kambing tropis yang telah
didomestikasi menjadi plasma nutfah di Indonesia (Subandriyo, 2004). Ilham
(2014) menyebutkan bahwa bangsa-bangsa kambing lokal yang ada di Indonesia
antara lain kambing Peranakan Etawah (Etawah x Kacang), Boerka (Boer x
Kacang), Jawarandu (PE x Kacang), Gembrong (Bali), Samosir (Pulau Samosr),
Benggala (NTT), Muara (Tapanuli) Kosta (Banten) dan Kacang (Indonesia,
Malaysia dan Filipina). Dijelaskan lebih lanjut oleh Ilham (2014) bahwa yang
tergolong pada jenis ternak lokal adalah ternak hasil persilangan yang telah
dikembangbiakan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang
beradaptasi pada lingkungan dan manajemen setempat. Kambing lokal memiliki
kemampuan beradaptasi yang sangat baik terhadap iklim di Indonesia. Dijelaskan
oleh Syukur dan Suharno (2014) bahwa kambing lokal tumbuh pada iklim tropis
dengan ukuran tubuh sedang dan pertumbuhanya cepat. Jumlah populasi kambing
lokal di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, jumlah tersebut
sebesar 18.879.600 ekor pada tahun 2015 atau mengalami pertumbuhan sebesar
1,29% dari tahun sebelumnya (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2015).
Kambing dianggap lebih unggul dibandingkan sapi dan domba, karena lebih tahan
hidup di daerah yang keadaannya tandus dan gersang (Mulyono dan Sarwono,
5
2008), cepat dewasa kelamin, mudah disilangkan dengan bangsa kambing lain dan
mampu bertahan dengan pakan kualitas rendah (Doloksaribu dkk., 2005). Setiadi
dkk. (1997) dan Sitepu (1985) yang disitasi Doloksakaribu dkk. (2006)
menjelaskan bahwa secara umum kambing lokal memiliki keberagaman warna
tubuhnya yaitu putih, coklat, hitam dan perpaduan ketiganya. Dijelaskan oleh
Tambing dkk. (2001) produktivitas kambing kambing lokal relatif masih rendah
dibandingkan bangsa kambing yang berasal dari daerah sub-tropis. Peningkatan
produktivitas ternak dapat dilakukan melalui perbaikan pemeliharaan dan program
pemuliaan (Kostaman dan Sutama, 2005). Mahmilia dan Doloksaribu (2010),
menyatakan bahwa adanya persaingan mendapatkan air susu selama masa laktasi
pada anak kambing menyebabkan variasi produktivitasnya. Faktor yang
mempengaruhi produktivitas kambing adalah tipe kelahiran, genetik, dan bobot
lahir (Faozi dkk., 2013).
2.2 Kondisi Fisiologis Kambing
Fisiologi ternak secara umum merupakan suatu hal yang mempelajari tentang
fungsi tubuh yang terjadi pada ternak (Frandson, 1992). Fisiologi ternak kambing
merupakan peristiwa naik turunnya kondisi fisiologis ternak yang meliputi
frekuensi nafas, denyut nadi dan suhu rektal. Data fisiologis yang biasanya diukur
adalah suhu rektal, frekuensi nafas dan denyut nadi. Data tentang kondisi
fisiologis (frekuensi nafas, denyut nadi dan suhu rektal) dapat digunakan sebagai
pedoman untuk menilai apakah organ tubuh ternak dalam keadaan baik dan
berjalan normal (Soerono dkk., 1975).
6
Denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu rektal merupakan cerminan/ indikator
fisiologis ternak. Faktor eksternal yang mempengaruhi fisiologis ternak adalah
suhu, kelembapan, dan radiasi matahari (Purwanto dkk., 1993) yang disitasi
Suherman, (2014).
2.2.1. Denyut nadi
Jantung merupakan organ vital dalam tubuh yang berfungsi untuk
memompa darah ke seluruh tubuh, dan darah sendiri berfungsi sebagai jalur
transportasi dalam mengedarkan nutrien dan oksigen (Adriani dkk., 2010). Hafez
(1968) yang disitasi oleh (Karstan, 2006) menyatakan bahwa kecepatan denyut
jantung bereaksi pada pembongkaran panas tubuh, bila mana panas hilang dalam
waktu pendek, maka kecepatan jantung akan tinggi. Ternak kambing mempunyai
frekuensi denyut nadi yang lebih tinggi dari ternak ruminansia lainya. Bayer
(1970) yang disitasi oleh Karstan (2006) menyatakan bahwa denyut nadi pada
kambing dewasa antara 70-80 kali per menit dan pada anak kambing antara 100-
122 kali per menit. Kondisi hewan muda memiliki denyut nadi yang lebih tinggi
(Duke’s), 1995). Wuryanto dkk. (2010) menyatakan bahwa meningkatnya denyut
nadi ternak dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi pakan, dampak dari konsumsi
pakan yang meningkat menyebabkan metabolisme tubuh juga meningkat dan pada
akhirnya terjadi kenaikan denyut nadi. Kecepatan denyut nadi dikendalikan oleh
saraf dan perubahan kadar O2 atau CO2 ataupun rangsangan panas (Isnaeni,
2006). Kenaikan denyut nadi berfungsi untuk mengalirkan darah ke tepi kulit
agar keseimbangan panas tubuh dapat terjaga (Isroli dkk., 2004).
7
2.2.2. Frekuensi nafas
Bernafas merupakan aktivitas fisik dimana adanya proses pertukaran gas
antara karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan dari dalam tubuh dengan oksigen
(O2). McDowel (1972) yang disitasi Karstan (2006) menyatakan bahwa aktivitas
bernafas penting untuk meningkatkan pengeluaran panas pada temperatur yang
tinggi. Frekuensi nafas merupakan salah satu upaya ternak dalam
menyeimbangkan panas tubuhnya. Wuryanto dkk. (2010) menyampaikan bahwa
perubahan frekuensi nafas dapat terjadi saat ternak mengkonsumsi nutrisi
sehingga mengakibatkan proses metabolisme tubuh meningkat dan pada akhirnya
panas tubuh yang dihasilkan juga lebih banyak. Sehingga untuk mengurangi panas
tubuh yang diterima, ternak akan meningkatkan frekuensi nafas.
Menurut Naiddin dkk. (2010) ternak mengeluarkan panas tubuh dengan
meningkatkan penguapan melalui saluran pernafasan. Sobekti (1980) yang disitasi
oleh Karstan (2006) menyebutkan bahwa dalam kenaikan frekuensi pernafasan
disebabkan oleh aktivitas otot yang bertambah. Peningkatan frekuensi nafas
merupakan salah satu upaya pembuangan panas melalui udara, upaya ini
digunakan agar ternak dapat hidup nyaman atau homeostasis. Semakin cepat
frekuensi nafas yang dilakukan maka panas tubuh akan semakin cepat terbuang
(Wuryanto dkk., 2010). Penelitian Bayer (1970) yang disitasi oleh Karstan (2006)
menunjukkan bahwa frekuensi nafas normal pada kambing dewasa berkisar 12-15
kali per menit dan 12-20 kali per menit pada anak kambing. McDowel (1972)
yang disitasi oleh Karstan (2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
frekuensi nafas antara lain adalah ukuran tubuh ternak, umur dan aktifitas. Ternak
8
kambing memiliki frekuensi nafas yang lebih tinggi daripada ternak ruminansia
lainnya.
2.2.3. Suhu rektal
Suhu rektal adalah suatu indikator yang baik untuk menggambarkan suhu
dalam tubuh dan merupakan salah satu indikator dalam mengetahui hasil
keseimbangan ternak dalam melepas panas. Soebakti (1980) yang disitasi oleh
Karstan (2006) menyatakan bahwa aktivitas ternak dapat mempengaruhi suhu
tubuh pada kambing. Menurut Bayer (1970) yang disitasi oleh Karstan (2006)
panas tubuh yang diukur melalui suhu rektal secara langsung tergantung oleh sifat
khusus ternak maupun lingkungan. Suhu rektal anak kambing berkisar antara 38,5
– 41,5oC. Dijelaskan oleh Isroli dkk. (2004) bahwa perubahan suhu rektal ternak
dipengaruhi oleh panas yang dihasilkan dari nutrisi yang dikonsumsi. Sismono
(1983) yang disitasi oleh Kartsan (2006) menyatakan bahwa panas tubuh secara
langsung dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi dan banyaknya persediaan
makanan dalam saluran pencernaan.
2.3 Tipe Kelahiran
Tipe kelahiran merupakan jenis kelahiran tunggal, kembar dua atau
kembar tiga pada setiap kelahiran (Sudewo dkk. 2012). Kambing merupakan salah
satu ternak yang bersifat prolific yaitu keunggulan ternak ruminansia untuk
melahirkan anak kembar dua ataupun kembar tiga (Andoko dan Warsito, 2013).
Faktor yang mempengaruhi tingkat prolific tersebut adalah genetik induk.
9
Elieser (2012) menjelaskan jumlah anak per kelahiran merupakan salah
satu faktor penting dalam menentukan produktivitas ternak. Mahmilia dan
Doloksaribu (2010), menyatakan bahwa perbedaan produktivitas anak kambing
kelahiran tunggal dan kembar disebabkan adanya persaingan dalam memperoleh
nutrien berupa air susu dari induk selama laktasi. Hal ini menyebabkan anak
kambing yang lahir tunggal lebih cepat laju pertumbuhannya dibandingkan anak
kambing yang lahir dengan tipe kelahiran kembar (Chaniago dan Hastono, 2001).
Penelitian Nasich (2011) menjelaskan bahwa rata-rata PBB anak kambing
kelahiran tunggal adalah 141,2 g/ekor/hari, sedangkan PBB anak kambing
kelahiran kembar dua adalah 105,93 g/ekor/hari. Hardjosubroto (1994)
menyatakan bahwa kambing kelahiran kembar merupakan sifat dengan
heritabilitas tinggi dan menghasilkan nilai indeks produktivitas induk yang lebih
tinggi.
10
BAB III
MATERI DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada 6 Maret – 4 Mei 2016 di kandang kambing
Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.
3.1. Materi
Materi yang diamati dalam penelitian ini adalah 13 ekor anak kambing lokal umur
1 minggu dan 9 ekor induk. Anak kambing dikelompokkan berdasarkan tipe
kelahiran, yaitu sebanyak 8 ekor kelahiran kembar yang dipelihara bersama
dengan 4 ekor induk, dan 5 ekor anak kambing kelahiran tunggal dipelihara
bersama dengan 5 ekor induk.
Kandang yang digunakan adalah tipe kandang panggung. Kambing ditempatkan
pada kandang individu yang dilengkapi dengan palung pakan dan ember sebagai
tempat minum, dengan ukuran kandang 120 x 90 cm. Penempatan anak kambing
disesuaikan dengan tipe kelahiran tunggal dan tipe kelhiran kembar, yaitu dengan
menempatkan induk dengan anak kambing di setiap petak.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah stetoscope untuk mengukur
denyut nadi ternak, stopwatch/ timer sebagai acuan waktu dalam mengambil
parameter dan thermometer digital untuk mengukur suhu rektal anak kambing.
Alat tulis dan tabel pendataan parameter untuk mencatat hasil pengukuran.
11
3.2. Metode
Penelitian menggunakan metode independent sample comparison, yaitu
membandingkan kondisi fisiologis anak kambing kelahiran tunggal dan kelahiran
kembar.
3.2.1 Prosedur penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode observasi, yaitu dengan mengamati
dan mengukur secara langsung kondisi fisiologis (frekuensi nafas, denyut nadi
dan suhu rektal) pada anak kambing lokal. Pengamatan dilakukan pada anak
kambing umur 7 hari setelah kelahiran sampai dengan 60 hari. Anak kambing
tidak dipisahkan dari induk selama pengamatan. Induk diberi air minum dan
makanan hijauan secara ad libitum serta pakan tambahan berupa konsentrat
sebanyak 350 g/hari, sedangkan anak kambing mendapatkan asupan nutrisi makan
dan minum dari induk secara langsung.
Pengambilan data fisiologis anak kambing (denyut nadi, frekuensi nafas
dan suhu rektal) dilakukan pada pukul 06.00, 12.00, 18,00 dan 00.00 sekali
seminggu setiap hari Kamis. Data diperoleh dengan cara mengukur kondisi
fisiologis anak kambing. Pengukuran frekuensi nafas dihitung dengan cara
mendekatkan telapak tangan pada hidung anak kambing selama 1 menit
menggunakan stopwatch/ timer. Denyut nadi dihitung selama 1 menit secara terus
menerus dengan alat bantu stetoscope yang ditempelkan pada dada kiri bagian
bawah. Suhu rektal diukur dengan memasukan thermometer digital ke dalam
rektum.
12
3.2.2 Parameter
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah frekuensi nafas, denyut
nadi dan suhu rektal. Pengukuran kondisi fisiologis diawali dengan pengukuran
frekuensi nafas, frekuensi nadi dan suhu rektal (Widiyono dkk. 2003).
3.2.3 Uji Statistik
Data yang diperoleh dalam penelitian di uji secara statistik dengan
menggunakan uji t independen (Student’s t-test). Analisis uji t menggunakan
program IBM SPSS (Statistical Package Social Science) versi 20. Menurut
Sastrosupadi (2000) rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut :
√( ) ( )
Keterangan :
= Rata-rata kondisi fisiologis (frekuensi nafas, denyut nadi dan
suhu rektal) anak kambing kelahiran tunggal
= Rata-rata kondisi fisiologis (frekuensi nafas, denyut nadi
dan suhu rektal) anak kambing kelahiran kembar
= Banyaknya sampel anak kambing kelahiran tunggal
= Banyaknya sampel anak kambing kelahiran kembar
= Varians kondisi fisiologis (frekuensi nafas, denyut nadi dan suhu
rektal) anak kambing kelahiran tunggal
= Varians kondisi fisiologis (frekuensi nafas, denyut nadi dan suhu
rektal) anak kambing kelahiran kembar
Kaidah pengambilan keputusan :
Ho = tidak ada perbedaan kondisi fisiologis (frekuensi nafas, denyut nadi
dan suhu rektal) antara anak kambing kelahiran tunggal dan kembar
Ha = terdapat perbedaan kondisi fisiologis (frekuensi nafas, denyut nadi dan
suhu rektal) antara anak kambing kelahiran tunggal dan kembar
Ho diterima jika t hitung < t tabel atau Sig. (2-tailed) > 0,05
Ha diterima jika t hitung > t tabel atau Sig. (2-tailed) < 0,05
13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Denyut Nadi
Denyut nadi anak kambing lokal pra sapih kelahiran tunggal (Lampiran 1)
dan kelahiran kembar (Lampiran 2), perbandingan denyut nadi anak kambing
kelahiran tunggal dan kembar ditampilkan pada Tabel 1. Data yang diperoleh
menunjukkan bahwa rata-rata denyut nadi anak kambing sangat beragam (data
selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 7). Analisis statistik uji t menunjukkan
bahwa denyut nadi anak kambing kelahiran tunggal dan kelahiran kembar dua
pada jam 06.00;12.00;18.00; dan 00.00 tidak berbeda nyata (P>0,05 ; Lihat
Lampiran 7).
Tabel 1. Rataan Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal
dan Kelahiran Kembar
Jam Tipe Kelahiran
Tunggal Kembar
----------------------- (kali/ menit) -------------------
06.00 122 114
tn
12.00 122 121 tn
18.00 120 119 tn
00.00 124 116 tn
Rata-rata 122 118 tn Keterangan : tn = tidak nyata
Rataan kondisi fisiologis denyut nadi anak kambing kelahiran tunggal dan
kembar adalah 122 kali/ menit dan 118 kali/ menit. Kondisi tersebut masih dalam
Perbedaan
14
kategori normal denyut nadi anak kambing, dimana denyut nadi anak kambing
secara umum berkisar 100-122 kali/menit (Bayer) yang disitasi oleh Karstan,
2006).
Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan denyut nadi anak kambing
kelahiran tunggal dan kembar. Tidak adanya perbedaan denyut nadi antara anak
kambing kelahiran tunggal dan kembar mengindikasikan karena proses
metabolisme anak kambing berjalan baik. Metabolisme tubuh ternak erat kaitanya
dengan kondisi fisiologis, sehingga saat metabolisme berjalan baik maka panas
yang dihasilkan tubuh tidak begitu tinggi yang menyebabkan denyut nadi ternak
berjalan normal. Denyut nadi pada ternak menunjukkan adanya aktivitas jantung
sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh untuk mendistribusikan nutrisi
keseluruh tubuh. Kenaikan denyut nadi ternak dipengaruhi oleh meningkatnya
konsumsi pakan sehingga proses metabolisme tubuh juga ikut meningkat yang
menghasilkan panas, proses metabolisme merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kondisi fisiologis ternak (Wuryanto dkk., 2010; Purwanto dkk.,
1993).
4.2 Frekuensi Nafas
Frekuensi nafas anak kambing lokal pra sapih kelahiran tunggal (Lampiran
3) dan kelahiran kembar (Lampiran 4) perbandingan frekuensi nafas anak
kambing kelahiran tunggal dan kembar ditampilkan pada Tabel 2. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi nafas anak kambing sangat beragam (data
selengkapnya dicantumkan pada Lampiran 8). Analisis uji-t menunjukkan
15
frekuensi nafas anak kambing kelahiran tunggal dan kembar pada jam 12.00;
18.00; dan 00.00 tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05). Namun, frekuensi
nafas anak kambing kelahiran tunggal pada jam 06.00 menunjukkan hasil yang
lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan frekuensi nafas anak kambing
kelahiran kembar.
Tabel 2. Rataan Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran
Tunggal dan Kelahiran Kembar
Jam Tipe Kelahiran
Tunggal Kembar
----------------------- (kali/menit) ----------------
06.00 37 30
n
12.00 42 40 tn
18.00 39 34 tn
00.00 37 33 tn
Rata-rata 37 33 tn Keterangan : n = nyata; tn = tidak nyata
Frekuensi nafas anak kambing pada penelitian ini lebih tinggi daripada
hasil penelitian Bayer (1970) yang disitasi oleh Karstan (2006) bahwa frekuensi
nafas pada anak kambing berkisar 12-20 kali/ menit. Frekuensi nafas anak
kambing kelahiran tunggal di jam 06.00 menunjukkan hasil yang lebih tinggi
yaitu 37 kali/ menit (P<0,05) daripada anak kambing kelahiran kembar sebesar 30
kali/ menit. Hal ini mengindikasikan banyaknya pembuangan sisa metabolisme
ternak di pagi hari atau jam 06.00 sehingga menyebabkan produksi panas tubuh
anak kambing kelahiran tunggal lebih tinggi, sebab tingkat kebutuhan hidup
pokok anak kambing kelahiran tunggal lebih besar dari pada kelahiran kembar,
kebutuhan hidup pokok merupakan kebutuhan nutrisi yang digunakan dalam
Perbedaan
16
proses penyeimbangan suhu tubuh (termoregulasi). Hal tersebut menyebabkan
laju metabolisme anak kambing kelahiran tunggal lebih cepat dibandingkan laju
metabolisme anak kambing kelahiran kembar. Purwanto dkk. (1993) yang disitasi
oleh Suherman (2004) menjelaskan bahwa laju metabolisme nutrien dalam tubuh
mampu menghasilkan panas yang dapat berpengaruh pada kondisi fisiologis
frekuensi nafas ternak.
Peningkatan frekuensi nafas ternak merupakan upaya untuk mengeluarkan
panas tubuh/ karobondioksida melalui pernafasan. Frekuensi nafas anak kambing
kelahiran kembar di pagi hari atau jam 06.00 lebih rendah tidak dapat di
definisikan secara jelas, hal ini dimungkinkan karena anak kambing kelahiran
kembar mengurangi frekuensi nafas untuk menjaga kondisi panas tubuh agar tetap
stabil. Dijelaskan oleh Naiddin dkk. (2010) bahwa ternak mengeluarkan panas
tubuh dengan meningkatkan penguapan melalui saluran pernafasan. Isnaeni
(2006) menjelaskan bahwa sistem pernafasan memiliki fungsi utama untuk
memasok oksigen (O2) ke dalam tubuh serta membuang karbondioksida (CO2)
dari dalam tubuh.
4.3 Suhu Rektal
Suhu rektal antara anak kambing lokal pra sapih kelahiran tunggal
(Lampiran 5) dan kelahiran kembar (Lampiran 6) perbandingan suhu rektal anak
kambing kelahiran tunggal dan kembar ditampilkan pada Tabel 3, yang
menunjukkan bahwa rata-rata suhu rektal anak kambing sangat beragam (data
selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 9). Analisis statistik uji t menunjukkan
17
suhu rektal anak kambing kelahiran tunggal dan kelahiran kembar pada jam
06.00;12.00;18.00; dan 00.00 tidak berbeda nyata (P>0,05).
Tabel 3. Rataan Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal
dan Kelahiran Kembar
Jam Tipe Kelahiran
Tunggal Kembar
---------------------- oC --------------------
06.00 39,08 38,81 tn
12.00 39,30 39,11 tn
18.00 39,35 39,18 tn
00.00 39,07 39,08 tn
Rata-rata 39,24 39,05 tn Keterangan : tn = tidak nyata
Rataan suhu rektal anak kambing kelahiran tunggal pada jam
06.00;12.00;18.00;00.00 adalah 39,24 oC dan kondisi fisiologis suhu rektal anak
kambing kelahiran kembar di jam yang sama adalah 39,05 oC. Kondisi suhu rektal
tersebut relatif normal, menunjukkan bahwa anak kambing berhasil melakukan
proses termoregulasi, dimana kondisi normal suhu rektal anak kambing berkisar
38,05 – 41,05 oC Bayer (1970) yang disitasi oleh Karstan (2006). Dijelaskan oleh
Isroli dkk. (2004) bahwa kenaikan suhu rektal pada ternak dipengaruhi oleh panas
yang dihasilkan dari nutrisi yang dikonsumsi.
Keterangan
18
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan antara denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu rektal pada anak kambing
kelahiran tunggal dan kembar, kecuali pada frekuensi nafas di jam 06.00, anak
kambing kelahiran tunggal memiliki fekuensi nafas lebih tinggi dibandingkan
anak kambing kelahiran kembar.
5.2 Saran
Perlu dikaji lebih lanjut mengenai kebutuhan nutrisi dan kecepatan
metabolisme antara anak kambing kelahiran tunggal dan kembar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, L., E. Hernawan, K. A. Kamil dan A. Mushawwir. 2010. Fisiologi
Ternak Fenomena dan Nomena Dasar dari Fungsi serta Interaksi Organ
pada Hewan. Widya Padjajaran, Bandung.
Andoko, A. dan Warsito. 2013. Beternak Kambing Unggul. Cetakan I.
AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Batubara, A., M. Doloksaribu dan B. Tiesnamurti. 2006. Potensi keragaman
sumberdaya genetik kambing lokal Indonesia. Prosiding Lokakarya
Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia.
Bogor, 20 Desember 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Bogor. hal. 209-214.
Chaniago, T.D. dan Hastono. 2001. Pertumbuhan pra-sapih Kambing Peranakan
Etawah anak yang diberi susu pengganti. Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17-18 September 2001. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hal. 241-246.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan 2015. Direktorat Jenderal Peternakan, Kementerian
Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.
Doloksaribu, M., A. Batubara dan S. Elieser. 2006. Karakteristik morfologik
kambing spesifik lokal di kabupaten Samosir Sumatera Utara. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5-6
September 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.
hal. 544-549.
Doloksaribu, M., S. Elieser, F. Mahmilia dan F.A. Pamungkas. 2005.
Produktivitas kambing Kacang pada kondisi dikandangkan: 1. Bobot lahir,
bobot sapih, jumlah anak sekelahiran dan daya hidup anak prasapih.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor,
12-13 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan,
Bogor. hal. 581-585.
Duke’s, N. H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing.
New York.
Elieser, S. 2012. Performan hasil persilangan antara kambing Boer dan Kacang
sebagai dasar pembentukan kambing komposit. Disertasi Doktor. Program
Pascasarjana Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
20
Faozi, A. N., A. Priyono dan P. Yuwono. 2013. Ukuran vital tubuh cempe
prasapih dan hubungannya dengan bobot tubuh berdasarkan tipe kelahiran
pada kambing Peranakan Etawah. J. Ilmiah Peternakan 1 (1) : 184-194.
Frandson, J. M. 1992. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hamdani, M. D. I. 2015. Perbandingan berat lahir, presentase jenis kelamin anak
dan sifat prolifik induk kambing Peranakan Etawah pada paritas pertama
dan kedua di kota Metro. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 2 (4): hal. 245-
250.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. Gramedia.
Jakarta.
Ilham, F. 2014. Karakteristik fenotip sifat kualitatif dan kuantitatif kambing lokal
Kabupaten Bone Bolango. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi
Sumberdaya Lokal pada Peternakan Lokal Berbasis Teknologi. Makasar, 9
Oktober 2014. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
hal. 41-50.
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.
Isroli, S.A.B. Santoso dan N. Haryati. 2004. Respon Termoregulasi dan kadar
urea darah domba garut betina yang dipelihara di dataran tinggi
terhadap pencukuran wool. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 2 (1):
hal:126-131.
Karstan, A. H. 2006. Respon fisiologis ternak kambing yang dikandangkan dan
ditambatkan terhadap konsumsi pakan dan air minum. J. Agroforestri 1 (1)
: 63-73.
Kostaman, T. dan I. K. Sutama. 2005. Pre-weaning growth of Boer x Peranakan
Etawah goats. JITV 10 (2): 106-112.
Mahmilia, F. dan M. Doloksaribu. 2010. Keunggulan relatif anak hasil
persilangan antara kambing Boer dengan Kacang pada periode prasapih.
JITV 15(2): hal.124-130.
Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Cetakan V. Penggemukan Kambing Potong.
Penebar Swadaya, Depok.
Naiddin, A., M.N. Rokhmat, S. Dartosukarno, M. Arifin dan A. Purnomoadi.
2010. Respon fisiologis dan profil darah sapi Peranakan Ongole (PO)
yang diberi pakan ampas teh dengan level yang berbeda. Dalam: L. H.
Prasetyo, L. Natalia, dan S. Iskandar (Eds). Prosiding Seminar Nasional
21
Teknologi Peternakan dan Veteriner Ramah Lingkungan dalam
Mendukung Program Swasembada Daging dan Peningkatan Ketahanan
Pangan. Bogor 3-4 Agustus 2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian, Bogor. hal. 217-223.
Nasich, M. 2011. Produktivitas kambing hasil persilangan pejantan Boer dengan
induk lokal (PE) periode prasapih. J. Ternak Tropika 12(1): 56-62.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi
Pertama. Kanisius, Yogyakarta.
Soerono, Trihadi, Subronto, G. M. Sudarmadi, dan J. Suprapto. 1975. Data
Fisiologis Hewan Piaraan di Indonesia. Seri Penerbitan Penelitian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Subandriyo. 2004. Strategi pemanfaatan plasma nutfah kambing lokal dan
peningkatan mutu genetik kambing di Indonesia. Prosiding Lokakarya
Nasional Kambing Potong. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Bogor. hal. 39-50.
Sudewo, A. T. A., S. A. Santosa dan A. Susanto. 2012. Produkivitas kambing
peranakan etawah berdasarkan litter size, tipe kelahiran dan mortalitas di
village breeding centre kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Sumberdaya Pedesaan dan Kearrifan Lokal Berkelanjutan
II. Purwokerto 27-28 November 2012. hal. 1-7.
Suherman, D. 2014. Efek waktu pemberian pakan dan level energi terhadap
cekaman panas berdasarkan suhu rektal dan kulit sapi dara Fries Holland.
Jurnal Sains Peternakan Indonesia 9 (2): 117-129.
Syukur, A dan B. Suharno. 2014. Bisnis Pembibitan Kambing. Cetakan I. Penebar
Swadaya, Depok.
Tambing, S.N., M. Gazali dan B. Purantara. 2001. Pemberdayaan Teknologi
Inseminasi Buatan Pada Ternak Kambing. Wartazoa 11(1). hal. 1-9.
Widiyono, I., H. Wuryastuti, S. Indarjulianto, dan H. Purnamaningsih. 2003.
Frekuensi napas, pulsus, dan gerak rumen serta suhu tubuh pada kambing
peranakan ettawa selama 3 bulan pertama kehidupan pasca lahir. J. Sain
Vet. (2) : 39-42.
Wuryanto, I.P.R., L.M.Y.D. Darmoatmodjo, S. Dartosukarno, M. Arifin dan A.
Purnomoadi. 2010. Produktivitas, Respon fisiologis dan perubahan
komposisi tubuh sapi Jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein
berbeda. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
22
Veteriner. Bogor 3-4 Agustus 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian, Bogor. hal. 331-338.
Lampiran 1. Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal
jam 06.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
------------------------------- kali/ menit-----------------------------
1 162 137 194 133 146 154 24,79
2 154 170 160 164 139 157 11,82
3 127 134 151 143 129 137 10,06
4 120 112 125 97 121 115 11,11
5 122 104 130 131 98 117 15,17
6 114 85 102 85 96 96 12,20
7 119 87 122 102 90 104 16,11
8 91 86 98 102 80 91 8,88
Rata-rata/ ekor 126 114 135 120 112 X=122 Sd=27,46
23
Lampiran 1. (lanjutan)
jam 12.00
Minggu
No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
--------------------------kali/ menit---------------------------------
1 166 174 182 172 144 168 14,33
2 105 113 151 92 140 120 24,59
3 159 154 158 118 158 149 17,66
4 122 122 122 120 119 121 1,41
5 124 118 129 105 120 119 8,98
6 129 91 120 90 121 110 18,32
7 90 78 120 80 87 91 16,94
8 111 105 101 94 88 100 9,04
Rata-rata/ ekor 126 119 135 109 122 X=122 Sd=27,63
24
Lampiran 1. (lanjutan)
jam 18.00
Minggu
No Ternak Rata-rata/minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
----------------------kali/ menit----------------------
1 180 173 151 172 172 169 10,98
2 175 165 175 165 155 167 8,37
3 140 130 138 147 112 133 13,41
4 115 94 112 91 85 99 13,32
5 113 105 117 109 108 110 4,74
6 96 95 83 97 87 92 6,23
7 88 90 118 105 97 100 12,26
8 102 99 115 75 74 93 17,93
Rata-rata/ ekor 126 119 126 120 111
X=120 Sd=32,33
25
Lampiran 1. (lanjutan)
jam 00.00
Minggu
No Ternak Rata-rata/ minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
-----------------------kali/menit------------------------
1 167 133 192 151 148 158 22,27
2 172 133 175 150 170 160 18,01
3 158 143 148 142 125 143 11,99
4 115 105 98 115 95 106 9,32
5 143 128 138 102 110 124 17,70
6 120 90 115 92 105 104 13,39
7 117 78 120 107 98 104 16,93
8 90 93 114 85 78 92 13,55
Rata-rata/
ekor
135 113 137 118 116 X=124 Sd= 29,04
26
Lampiran 2. Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Kembar
Jam
06.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
-----------------------------------------------------kali/menit---------------------------------------------------------
1 157 139 141 139 135 170 170 164 152 14,93
2 94 101 160 110 141 110 135 145 125 23,80
3 127 153 154 112 114 167 135 112 134 21,61
4 111 95 125 113 117 98 113 103 109 10,06
5 136 105 118 100 98 110 118 95 110 13,62
6 82 78 108 108 89 83 102 104 94 12,65
7 78 79 115 114 95 86 114 90 96 15,85
8 99 75 99 107 89 92 92 91 93 9,37
Rata-
rata/
ekor
110 103 128 113 110 115 122 113 X=114 Sd=25,00
27
Lampiran 2. (lanjutan)
jam 12.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
----------------------------------------------------kali/menit-------------------------------------------
1 161 169 152 152 152 156 181 170 162 10,80
2 147 158 193 193 148 142 145 153 160 21,02
3 104 135 131 131 138 154 111 117 128 16,16
4 130 107 105 105 105 97 105 99 107 10,06
5 97 97 122 122 135 117 122 87 112 16,60
6 90 97 112 112 107 98 100 96 102 8,00
7 96 90 109 118 105 107 108 82 102 11,68
8 106 93 93 115 110 93 95 95 100 8,93
Rata-rata/
ekor 116 118 127 131 125 120 121 112 X=121 Sd=27,50
28
Lampiran 2. (lanjutan)
jam 18.00
Minggu No Ternak
Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
--------------------------------------------kali/menit---------------------------------------------------
1 161 142 176 176 177 186 139 142 162 18,99
2 105 110 150 150 170 155 150 148 142 22,59
3 148 140 128 128 145 158 155 165 146 13,69
4 83 89 107 107 98 104 108 98 99 9,18
5 99 89 108 108 118 103 108 99 104 8,66
6 85 89 104 104 106 97 96 94 97 7,53
7 93 92 119 105 92 93 115 98 101 10,92
8 90 85 89 114 108 92 110 95 98 11,08
Rata-rata/ ekor 108 105 123 124 127 124 123 117 X=119 Sd=28,37
29
Lampiran 2.( lanjutan)
jam 00.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
------------------------------------------kali/menit------------------------------------
1 153 159 182 182 173 159 163 160 166 11,20
2 93 158 165 165 164 165 145 145 150 24,59
3 110 122 125 125 135 121 133 122 124 7,72
4 98 106 118 118 121 98 112 95 108 10,40
5 80 83 93 93 92 81 93 84 87 5,88
6 93 89 114 114 93 93 105 96 100 10,05
7 92 98 118 97 110 98 100 105 102 8,36
8 77 65 75 116 97 100 96 106 92 17,39
Rata-rata/ ekor 99 110 124 126 123 114 118 114 116 29,66
30
Lampiran 3. Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal
jam 06.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
------------------------ kali/ menit--------------------
1 63 61 85 61 39 62 16,29
2 73 50 45 66 35 54 15,51
3 34 36 37 23 21 30 7,60
4 28 25 25 46 23 29 9,45
5 28 30 26 34 29 29 2,97
6 36 40 38 34 41 38 2,86
7 30 23 36 28 22 28 5,67
8 24 19 26 22 30 24 4,15
Rata-rata/ ekor 40 36 40 39 30 x=37 Sd= 36,79
31
Lampiran 3. (lanjutan)
jam 12.00
Minggu No Ternak
Rata-rata/
minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
------------------------------- kali/ menit ----------------------------
1 72 54 60 74 57 63 9,18
2 77 48 44 75 45 58 16,69
3 45 38 46 41 39 42 3,56
4 49 39 33 38 29 38 7,54
5 50 39 45 32 39 41 6,82
6 35 30 43 37 31 35 5,03
7 33 33 30 30 37 33 2,88
8 25 30 38 37 20 30 7,71
Rata-rata/ ekor 48 39 42 46 37 x=42 Sd=13,66
32
Lampiran 3. (lanjutan)
jam 18.00
Minggu No Ternak
Rata-rata/
minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
--------------------------kali/ menit------------------------
1 70 46 54 77 47 59 14,03
2 63 55 62 60 35 55 11,60
3 48 46 38 48 36 43 5,76
4 57 47 31 60 23 44 16,15
5 36 27 38 32 46 36 7,09
6 26 21 25 22 27 24 2,59
7 29 30 29 33 32 31 1,82
8 21 19 20 29 24 23 4,04
Rata-rata/ ekor 44 36 37 45 34 x=39 Sd=15,25
33
Lampiran 3. (lanjutan)
jam 00.00
Minggu No Ternak
Rata-rata/
minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
-----------------------------Kali/ menit---------------------
1 58 73 51 89 52 65 16,07
2 54 39 52 66 33 49 13,03
3 29 31 24 26 20 26 4,30
4 39 27 45 44 30 37 8,15
5 34 33 27 31 23 30 4,56
6 31 26 29 38 27 30 4,76
7 37 24 39 40 40 36 6,82
8 26 20 24 25 22 23 2,41
Rata-rata/ ekor 39 34 36 45 31 X=37 Sd=15,17
34
Lampiran 4. Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Kembar
Jam 06.00
Minggu
No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
-------------------------kali/menit-----------------------------------
1 44 53 44 44 62 60 53 62 53 8,13
2 26 46 35 35 60 38 44 40 41 10,00
3 23 20 30 30 28 21 28 25 26 3,81
4 33 24 25 25 21 18 23 24 24 4,29
5 23 24 23 23 26 27 23 22 24 1,73
6 23 25 26 26 22 23 24 22 24 1,70
7 31 26 30 30 27 29 34 22 29 3,62
8 29 24 21 24 23 25 26 20 24 2,83
Rata-rata/ ekor 29 30 29 30 34 30 32 30 X=30 Sd=11,20
35
Lampiran 4. (lanjutan)
Jam 12.00
Minggu
No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
----------------------------------kali/menit-----------------------------------
1 67 46 52 52 70 46 65 65 58 9,88
2 47 42 62 62 57 34 57 62 53 10,64
3 34 37 44 44 45 49 51 58 45 7,63
4 34 40 33 33 34 30 30 34 33 3,11
5 27 43 48 48 44 29 48 43 41 8,60
6 25 29 31 31 38 30 41 35 32 5,15
7 28 26 32 31 34 37 40 41 34 5,42
8 25 25 23 20 27 29 25 28 25 2,87
Rata-rata/ ekor 36 36 41 40 44 36 45 46 X=40 Sd=12,53
36
Lampiran 4. (lanjutan)
jam 18.00
Minggu
No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
--------------------------------------kali/menit---------------------------
1 43 42 60 60 63 43 60 62 54 9,64
2 48 35 32 32 63 47 60 53 46 12,26
3 33 35 30 30 37 36 35 42 35 3,92
4 19 21 20 20 23 27 47 46 28 11,76
5 33 24 23 23 36 39 23 39 30 7,44
6 21 20 20 20 26 22 22 22 22 2,00
7 27 32 30 50 20 32 30 24 31 8,86
8 28 21 28 23 26 33 27 29 27 3,68
Rata-rata/ ekor 31 29 30 32 37 35 38 40 X=34 Sd=12,86
37
Lampiran 4. (lanjutan)
jam 00.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
-------------------------------kali/menit----------------------------------
1 37 45 44 44 62 33 50 59 47 9,97
2 23 36 48 48 65 45 44 59 46 12,94
3 36 35 36 36 22 24 33 44 33 7,11
4 26 27 38 38 33 24 41 39 33 6,71
5 28 31 22 22 15 20 22 21 23 4,90
6 25 19 34 34 18 20 24 41 27 8,46
7 25 26 31 27 27 28 38 41 30 5,89
8 24 24 18 21 18 23 23 29 22 3,62
Rata-rata/ ekor 28 30 34 34 33 27 34 42 X=33 Sd=11,62
38
Lampiran 5. Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal
Jam 06.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
---------------------------------------(oC)---------------------------------------------------
1 40,30 39,35 39,45 39,40 39,70 39,64 0,39
2 39,60 39,70 39,60 39,50 39,00 39,48 0,28
3 39,40 39,30 39,10 39,20 38,90 39,18 0,19
4 39,35 39,10 39,10 39,00 39,20 39,15 0,13
5 39,30 38,90 38,75 39,30 38,75 39,00 0,28
6 39,45 39,05 39,45 38,70 39,20 39,17 0,31
7 38,50 38,00 38,10 38,20 38,30 38,22 0,19
8 38,45 38,80 38,95 39,05 38,60 38,77 0,25
Rata-rata/ ekor 39,29 39,03 39,06 39,04 38,96 X=39,08 Sd= 0,47
39
Lampiran 5. (lanjutan)
Jam 12.00
Minggu No Ternak
Rata-rata/
minggu stdev
J101 B111 J131 J141 B191
--------------------------------------------(oC)-----------------------------------------------
1 40,30 39,40 39,50 39,35 39,35 39,58 0,41
2 40,60 39,50 39,90 39,20 39,00 39,64 0,63
3 39,50 39,10 39,50 39,20 39,40 39,34 0,18
4 39,50 39,40 39,15 39,05 39,15 39,25 0,19
5 39,75 39,75 39,00 38,95 38,80 39,25 0,46
6 39,35 38,60 38,95 39,10 39,30 39,06 0,30
7 39,10 39,30 39,50 39,10 39,00 39,20 0,20
8 39,00 39,30 39,10 39,00 38,85 39,05 0,17
Rata-rata/ ekor 39,64 39,29 39,33 39,12 39,11 X=39,30 Sd=0,38
40
Lampiran 5. (lanjutan)
Jam 18.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
--------------------------------------(OC)----------------------------------------------
1 40,75 39,40 40,00 39,65 39,80 39,92 0,51
2 38,90 39,30 39,80 39,30 39,40 39,34 0,32
3 39,40 39,50 38,60 39,10 38,20 38,96 0,55
4 39,75 39,35 39,65 39,35 39,25 39,47 0,22
5 39,10 39,45 39,30 39,35 39,40 39,32 0,14
6 40,10 38,90 40,10 39,15 39,10 39,47 0,58
7 39,40 38,80 39,20 39,35 39,05 39,16 0,24
8 38,90 39,00 40,10 39,30 38,40 39,14 0,63
Rata-rata/ ekor 39,54 39,21 39,59 39,32 39,08 x-39,35 Sd=0,48
41
Lampiran 5. (lanjutan)
Jam 00.00
Minggu No Ternak
Rata-
rata/minggu Sd
J101 B111 J131 J141 B191
------------------------------------------------(oC)--------------------------------------------------
1 39,70 39,60 39,50 39,60 39,65 39,61 0,07
2 39,60 39,30 39,75 39,20 39,20 39,41 0,25
3 39,30 39,20 39,40 39,40 39,00 39,26 0,17
4 39,55 38,90 39,50 39,25 39,20 39,28 0,26
5 39,40 39,00 39,10 39,30 38,80 39,12 0,24
6 39,45 39,10 39,45 39,05 39,00 39,21 0,22
7 37,50 37,40 37,70 37,50 38,40 37,70 0,41
8 38,95 38,8 39,30 39,05 38,55 38,93 0,28
Rata-rata/ ekor 39,18 38,91 39,21 39,04 38,98 X=39,07 Sd=0,60
42
Lampiran 6. Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Kembar
Jam 06.00
Minggu No Ternak
Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
----------------------------------------------------(OC)--------------------------------------------------------
1 38,90 39,10 39,50 39,50 39,15 38,80 39,25 39,00 39,15 0,26
2 38,80 39,00 39,30 39,30 39,00 39,50 39,30 39,10 39,16 0,23
3 39,00 39,00 38,90 38,90 38,80 38,80 38,80 38,90 38,89 0,08
4 38,75 38,60 39,10 39,10 38,80 38,50 39,20 39,00 38,88 0,26
5 38,60 38,65 39,00 39,00 38,75 38,60 39,00 38,75 38,79 0,18
6 38,20 38,20 38,90 38,90 38,65 39,80 38,00 38,65 38,66 0,57
7 37,40 38,30 39,20 38,90 37,60 37,80 39,10 38,80 38,39 0,71
8 38,55 38,35 38,65 38,65 38,50 38,30 38,60 39,10 38,59 0,24
Rata-rata/
ekor 38,53 38,65 39,07 39,03 38,66 38,76 38,91 38,91 X=38,81 Sd=0,43
43
Lampiran 6. (lanjutan)
Jam 12.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
-----------------------------------------------(oC)------------------------------------------------------
1 39,35 39,35 39,60 39,60 39,20 39,30 39,75 39,00
39,39 0,24
2 39,30 39,10 39,40 39,40 39,10 39,80 39,40 39,10
39,33 0,24
3 39,00 39,10 39,00 39,00 39,00 38,80 39,30 38,90
39,01 0,15
4 38,85 39,10 39,30 39,30 38,80 39,10 39,25 38,00
38,96 0,43
5 38,80 39,10 39,10 39,10 39,15 38,60 39,10 38,75
38,96 0,21
6 38,60 38,50 39,10 39,10 38,35 39,40 39,00 38,65
38,84 0,36
7 38,50 39,25 39,45 39,45 39,60 39,00 39,80 38,80
39,23 0,44
8 39,00 38,95 39,05 39,05 39,50 39,10 39,30 39,10
39,13 0,18
Rata-rata/ ekor 38,93 39,06 39,25 39,25 39,09 39,14 39,36 38,79
X=39,11 Sd=0,34
44
Lampiran 6. (lanjutan)
Jam 18.00
Minggu No Ternak
Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
-------------------------------------------------(OC)------------------------------------------------------------
1 39,30 39,50 39,50 39,50 39,80 39,20 39,70 39,60
39,51 0,20
2 38,50 39,10 39,20 39,20 39,30 40,30 39,90 39,60
39,39 0,55
3 39,60 39,90 39,20 39,20 38,90 38,20 40,60 40,70
39,54 0,85
4 38,6 39,00 39,20 39,20 39,00 39,05 39,50 39,55
39,14 0,30
5 38,55 37,60 39,40 39,40 39,30 38,80 39,40 39,35
38,98 0,64
6 39,10 39,05 39,40 39,40 38,80 39,25 39,30 39,15
39,18 0,20
7 38,50 38,50 39,55 39,10 39,75 39,10 39,50 34,60
38,58 1,67
8 38,60 39,10 39,55 39,05 39,20 39,00 39,1 39,60
39,15 0,32
Rata-rata/
ekor 38,84 38,97 39,38 39,26 39,26 39,11 39,63 39,02
X=39,18 Sd=0,77
45
Lampiran 6. (lanjutan)
Jam 00.00
Minggu No Ternak Rata-rata/
minggu Sd
B151 B152 B161 B162 J171 J172 B271 B272
-----------------------------------------------------(oC)-----------------------------------------------------------
1 39,65 39,00 39,40 39,40 38,75 39,00 39,40 39,50
39,26 0,31
2 38,90 38,70 39,40 39,40 39,30 39,80 39,60 39,60
39,34 0,37
3 38,80 39,10 39,00 39,00 38,90 39,20 38,80 39,00
38,98 0,14
4 38,95 38,95 39,10 39,10 38,90 39,05 39,00 39,35
39,05 0,14
5 38,80 38,50 38,90 38,90 38,80 38,70 38,90 39,10
38,83 0,18
6 38,80 38,70 39,30 39,30 39,40 40,30 39,10 39,40
39,29 0,49
7 38,10 38,00 39,35 38,90 39,60 39,00 39,60 39,00
38,94 0,61
8 39,05 38,80 39,00 39,00 38,55 38,60 38,80 39,85
38,96 0,41
Rata-rata/
ekor 38,88 38,72 39,18 39,13 39,03 39,21 39,15 39,35
X=39,08 Sd=0,39
46
47
Lampiran 7. Perhitungan Statistik Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih
Kelahiran Tunggal dan Kelahiran Kembar
Rataan Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 06.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ (kali/menit) ------------------------------------
126 110
114 103
135 128
120 113
112 110
115
122
113
N = 5 N = 8
x = 122 x = 114
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0.185 5 .200* 0.941 5 0.676
Kelahiran Kembar 0.211 8 .200* 0.943 8 0.644
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,676; 0,644 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,393 1 11 0,544
Nilai Sig. 0,544 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
48
Lampiran 7. (lanjutan)
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differ
ence
Std. Error
Difference
Equal
variances
assumed 0,393 0,544 1,502 11 0,161 7,150 4,759
Equal
variances
not
assumed
1.431 7.345 0,194 7,150 4,998
Nilai t. hitung = 1,502; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
Rataan Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 12.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ (kali/menit) ------------------------------------
126 116
119 118
135 127
109 131
122 125
120
121
112
N = 5 N = 8
x = 122 x = 121
49
Lampiran 7. (lanjutan)
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,168 5 0,200* 0,992 5 0,986
Kelahiran Kembar 0,141 8 0,200* 0,988 8 0,992
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,986; 0,992 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,503 1 11 0,493
Nilai Sig. 0,493> 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differenc
e
Equal
variances
assumed 0,503 0,493 0,220 11 0,830 0,950 4,315
Equal
variances
not
assumed
0,198 6.141 0,849 0,950 4,787
Nilai t. hitung = 0,220; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
50
Lampiran 7. (lanjutan)
Rataan Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 18.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ (kali/menit) ------------------------------------
126 108
119 105
126 123
120 124
111 127
124
123
117
N = 5 N = 8
x = 120 x = 121
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,217 5 0,200* 0,887 5 0,344
Kelahiran Kembar 0,318 8 0,017 0,823 8 0,050
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,344; 0,050 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,970 1 11 0,346
Nilai Sig. 0,346 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
51
Lampiran 7. (lanjutan)
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differenc
e
Equal
variances
assumed 0,970 0,346 0,356 11 0,728 1,525 4,280
Equal
variances
not
assumed
0,381 10,40
3 0,711 1,525 4,000
Nilai t. hitung = 0,356; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
Rataan Denyut Nadi Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 00.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ (kali/menit) ------------------------------------
135 99
113 110
137 124
118 126
116 123
114
118
114
N = 5 N = 8
x = 124 x = 116
52
Lampiran 7. (lanjutan)
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,296 5 0,175 0,826 5 0,129
Kelahiran Kembar 0,161 8 0,200* 0,926 8 0,480
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,129; 0,480 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,394 1 11 0,263
Nilai Sig. 0,263 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differe
nce
Equal
variances
assumed
1,394 .0,263 1,393 11 0,191 7,800 5,598
Equal
variances
not
assumed
1,312 7,070 0,231 7,800 5,947
Nilai t. hitung = 1,393; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
53
Lampiran 8. Perhitungan Statistik Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra
sapih Kelahiran Tunggal dan Kelahiran Kembar
Rataan Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 06.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ (kali/menit) ------------------------------------
40 29
36 30
40 29
39 30
30 34
30
32
30
N = 5 N = 8
x = 37 x = 30
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,281 5 0,200* 0,805 5 0,088
Kelahiran Kembar 0,366 8 0,002 0,790 8 0,022
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,088; 0,022 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4,548 1 11 0,56
Nilai Sig. 0,56 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah sama.
54
Lampiran 8. (lanjutan)
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differenc
e
Equal
variances
assumed
4,548 0,056 3,943 11 0,002 6,500 1,649
Equal
variances
not
assumed
3,268 4,806 0,024 6,500 1,989
Nilai t. hitung = 3,943; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung > t. tabel, maka dapat disimpulkan berbeda nyata (P<0,05).
Rataan Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembat Jam 12.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ (kali/menit) ------------------------------------
48 36
39 36
42 41
46 40
37 44
36
45
46
N = 5 N = 8
x = 42 x = 40
55
Lampiran 8. (lanjutan)
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,182 5 0,200* 0,951 5 0,743
Kelahiran Kembar 0,233 8 0,200* 0,865 8 0,134
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,743; 0,134 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,25 1 11 0,877
Nilai Sig. 0,877 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
Equal
variances
assumed 0,025 0,877 0,764 11 0,461 1,900 2,486
Equal
variances
not
assumed
0,747 8,003 0,477 1,900 2,544
Nilai t. hitung = 0,764; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
56
Lampiran 8. (lanjutan)
Rataan Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 18.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ (kali/menit) ------------------------------------
44 31
36 29
37 30
45 32
34 37
35
38
40
N = 5 N = 8
x = 39 x = 34
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,271 5 0,200* 0,865 5 0,245
Kelahiran Kembar 0,188 8 0,200* 0,934 8 0,549
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,245; 0,549 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,689 1 11 0,422
Nilai Sig. 0,422 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
57
Lampiran 8. (lanjutan)
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
Equal
variances
assumed
0,689 0,424 2,064 11 0,063 5,200 2,519
Equal
variances
not
assumed
1,964 7,322 0,088 5,200 2,648
Nilai t. hitung = 2,064; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
Rataan Frekuensi Nafas Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 00.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ (kali/menit) ------------------------------------
39 28
34 30
36 34
45 34
31 33
27
34
42
N = 5 N = 8
x = 37 x = 33
58
Lampiran 8. (lanjutan)
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,174 5 0,200* 0,969 5 0,871
Kelahiran Kembar 0,270 8 0,089 0,896 8 0,268
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,871; 0,268 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,160 1 11 0,696
Nilai Sig. 0,696 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
Equal
variances
assumed
0,160 0,696 1,512 11 0,159 4,250 2,811
Equal
variances
not
assumed
1,463 7,748 0,183 4,250 2,905
Nilai t. hitung = 1,512; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
59
Lampiran 9. Perhitungan Statistik Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih
Kelahiran Tunggal dan Kelahiran Kembar
Rataan Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 06.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ ( oC ) ------------------------------------
39,29 38.53
39.03 38.65
39.06 39.07
39.04 39.03
38.96 38.66
38.76
38.91
38.91
N = 5 N = 8
x = 39,08 x = 38,81
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,351 5 0,044 0,816 5 0,108
Kelahiran Kembar 0,187 8 0,200* 0,941 8 0,621
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,108; 0,621 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,912 1 11 0,116
Nilai Sig. 0,116 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
60
Lampiran 9. (lanjutan)
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
Equal
variances
assumed
2,912 0,116 2,052 11 0,022 0,26100 0,09840
Equal
variances
not
assumed
2,141 10,939 0,013 0,26100 0,08874
Nilai t. hitung = 2,052; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
Rataan Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 12.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ ( oC ) ------------------------------------
39,64 38,93
39,29 39,06
39,33 39,25
39,12 39,25
39,11 39,09
39,14
39,36
38,79
N = 5 N = 8
x = 39,30 x = 39,11
61
Lampiran 9. (lanjutan)
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,241 5 0,200* 0,877 5 0,297
Kelahiran Kembar 0,152 8 0,200* 0,968 8 0,879
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,297; 0,0,879 >
0,05 berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,015 1 11 0,904
Nilai Sig. 0,904 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
Equal
variances
assumed 0,015 0,904 1,688 11 0,119 0,18925
0,1121
1
Equal
variances
not
assumed
1,626 7,632 0,144 0,18925 0,1163
8
Nilai t. hitung = 1,688; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
62
Lampiran 9. (lanjutan)
Rataan Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 18.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ ( oC ) ------------------------------------
39,64 38,84
39,29 38,97
39,33 39,38
39,12 39,26
39,11 39,26
39,11
39,63
39,02
N = 5 N = 8
x = 39,30 x = 39,18
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,213 5 0,200* 0,937 5 0,643
Kelahiran Kembar 0,128 8 0,200* 0,975 8 0,937
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,643; 0,937 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,277 1 11 0,609
Nilai Sig. 0,609 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
63
Lampiran 9. (lanjutan)
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
Equal
variances
assumed
0,277 0,609 1,113 11 0,290 0,15425 0,13861
Equal
variances
not
assumed
1,162 9,816 0,273 0,15425 0,13276
Nilai t. hitung = 1,113; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat kesalahan
0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda nyata
(P>0,05).
Rataan Suhu Rektal Anak Kambing Lokal Pra-sapih Kelahiran Tunggal dan
Kelahiran Kembar Jam 00.00
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
------------------------------------ ( oC ) ------------------------------------
39,18 38,88
38,91 38,72
39,21 39,18
39,04 39,13
38,98 39,03
39,21
39,15
39,35
N = 5 N = 8
x = 39,07 x = 39,18
64
Lampiran 9. (lanjutan)
A. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Kelompok Kolmogrov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelahiran Tunggal 0,217 5 0,200* 0,928 5 0,581
Kelahiran Kembar 0,221 8 0,200* 0,942 8 0,632
Nilai Sig. kelompok kelahiran tunggal dan kelahiran kembar 0,581; 0,632 > 0,05
berarti bahwa data berdistribusi normal.
B. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,784 1 11 0,395
Nilai Sig. 0,395 > 0,05 berarti bahwa variansi dari dua kelompok data adalah
sama.
C. Uji t Independen
Levene’s Test
Equality of
Variance
t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
Equal
variances
assumed
0,784 0,395 -0,171 11 0,868 -0,01725 0,10102
Equal
variances
not
assumed
-0,189 10,942 0,853 -0,01725 0,09107
Nilai t. hitung = -0,171; nilai t. tabel = 2,201 pada df 11 memiliki tingkat
kesalahan 0,05 berarti t. hitung < t. tabel, maka dapat disimpulkan tidak berbeda
nyata (P>0,05).
65
RIWAYAT HIDUP
Rilo Aji Pambudi lahir pada tanggal 09 Juni 1995
di Klaten, putra pertama dari pasangan suami istri Bapak
Surono dan Ibu Suwarni. Pendidikan sekolah dasar di
SD Negeri 1 Tanjungan tamat pada tahun 2007, sekolah
pendidikan pertama di SMP Negeri 2 Wedi tamat pada tahun 2010 serta
pendidikan sekolah atas di SMA Padmawijaya Klaten pada jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) tamat pada tahun 2013. Tahun 2013 penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Diponegoro Semarang pada Program Studi
S1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian melalui jalur SNMPTN. Penulis
berhasil menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul
“Tatalaksana Perkandangan dan Ketenagakerjaan di Perusahaan Penggemukan
Sapi PT. Rumpinary Agro Industry Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten
Bogor” pada tanggal 13 September 2016.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan dan Pertanian periode
2015/2016 dan 2016/2017, menjadi anggota aktif Keluarga Mahasiswa Klaten
(KMK) Undip, menjadi tim asisten dosen laboratorium Produksi Ternak Potong
dan Perah (Potong Mania). Penulis juga pernah menjadi pemakalah pada Seminar
Nasional Teknologi dan Agribisnis Peternakan (Seri IV) tahun 2016 yang
diselenggarakan oleh Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dengan judul
makalah “Kajian Frekuensi Nafas, Denyut Nadi dan Suhu Rektal Anak Kambing
Lokal Pra Sapih Berdasarkan Tipe Kelahiran”.