i
PERBEDAAN ASUPAN ENERGI, KONSUMSI MINUMAN
MANIS, AKTIVITAS FISIK DAN TINGKAT
PENDIDIKAN PADA KEJADIAN OBESITAS WANITA
WARGA BINAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN
ANAK WANITA KLAS II B TANGERANG TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
AQMARINA MAHADIBYA
1111101000110
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M / 1437 H
i
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, November 2015
Aqmarina Mahadibya, NIM: 1111101000110
Perbedaan Asupan Energi, Konsumsi Minuman Manis, Aktivitas Fisik dan
Tingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas Wanita Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015
xxix + 61 halaman, 13 tabel, 2 bagan
ABSTRAK
Obesitas diartikan sebagai kelebihan lemak di jaringan adiposa pada
tingkat yang sudah mengganggu kesehatan, seperti menyebabkan penyakit
jantung, gangguan psikologis bahkan kematian. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan asupan energi, konsumsi minuman manis, aktivitas fisik
dan tingkat pendidikan pada kejadian obesitas wanita warga binaan Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015. Penelitian ini
dilakukan karena tingginya prevalensi obesitas di lokasi tersebut, dan masih
terbatasnya penelitian terkait obesitas di lembaga pemasyarakatan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari hingga Agustus 2015 dan
berlokasi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang.Penelitian ini menggunakan studi cross sectional pada sampel
sebanyak 52 orang, yang terdiri dari wanita berusia 18 tahun ke atas.Penelitian ini
menggunakan uji statistik chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita warga binaan yang
mengalami obesitas sebanyak 59,6%. Sebagian besar dari mereka memiliki
tingkat asupan energi cukup, tidak mengonsumsi minuman manis sampai tingkat
berisiko dan cukup aktif dalam beraktifitas fisik, namun hanya sebagian kecil dari
mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Tidak ada perbedaan asupan
energi, konsumsi minuman manis, tingkat aktivitas fisik dan tingkat pendidikan
pada kelompok wanita warga binaan yang obesitas dan tidak obesitas.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada
peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel-variabel yang belum diteliti pada
penelitian ini, seperti hubungan riwayat kebiasaan merokok dan tingkat stres
warga binaan lembaga pemasyarakatan dengan kejadian obesitas.
Daftar Bacaan: 47 (1995 – 2015)
Kata Kunci: Obesitas, Lembaga Pemasyarakatan, Lingkar Pinggang
iii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
SPECIALIZATION OF NUTRITION
Undergraduate Thesis, November 2015
Aqmarina Mahadibya, NIM: 1111101000110
Energy Intake, Sweetened Beverages Consumption, Physical Activity and
Educational Level Differences in Women Prisoner Obesity of Girl Correctional
Facility of Class II B Tangerang 2015
xxix + 61 pages, 13 tables, 2 charts
ABSTRACT
Obesity is defined as excess body fat in adipose tissue that can interfere
our health, such as causes cardiovascular disease, psychological disorders and
mortality. The aim of this study is to perceive energy intake,sweetened beverages
consumption, physical activity and educational level differences in women
prisoner obesity ofGirl Correctional Facility of Class II B Tangerang 2015. It is
held because of high prevalence of obesity in that location, and there is only few
studies about nutritional status, especially for obesity in Correctional Facility.
The study is held on January to August 2015 and located in Girl
Correctional Facility of Class II B Tangerang. It usedcross sectional study with
52 samples, consist of more than 18 year old women. The study used chi square
test.
Results of this study show that 59,6% women prisoners are obese. Most of
them having enough energy intake, they are not at risk sweetened beverage
consumption and active in physical activity, but only few of them who have high
educational level. There are differences between energy intake, sweetened
beverages consumption, physical activity and educational levelof women prisoner
who obese and non obese.
According to results of study, researcher suggests to the next researcher to
examine other variables, such as association between smoking history and stress
level of women prisoner with obesity
References:47 (1995 – 2015)
Keywords: Obesity, Girl Correction Facility, Waist Circumference
iii
iv
v
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman:14)
Alhamdulillahirrabil ‘alamiin.Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
Alam.Rasa syukur yang tiada hentinya senantiasa kupanjatkan kepada
Allah Swt atas kekuatan, kemudahan dan segala nikmat yang diberikan,
sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta
salam juga tak lupa tercurahkan kepada Rasulullah, Sayyidina
Muhammad Saw.
Karya ini kupersembahkan untuk:
Mama dan Papa Tercinta,
My two priceless diamonds, the best Allah’s gift in my lifetime. Karya yang
jauh dari sempurna ini merupakan tanda terima kasih untuk semua
dukungan yang tiada henti mama dan papa berikan, serta untuk setiap
lahfadz doa yang mama dan papa hanturkan.
Jakarta, Desember 2015
Aqmarina Mahadibya
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi / Personal Details
Nama / Name : Aqmarina Mahadibya
Tempat, Tanggal Lahir / Place, Date of Birth : Jakarta, 30 September 1993
Jenis Kelamin / Sex : Perempuan / Female
Status Perkawinan / Marital Status : Belum Menikah / Single
Kewarganegaraan / Nationality : Indonesia
Agama / Religion : Islam
No. HP / Mobile Phone Number : 082225613647
E-mail : [email protected]
Jenjang Pendidikan / Education Information
1. 1998 – 1999 TK Islam Hubaya II, Jakarta
2. 1999 – 2005 SD Negeri 01 Kelapa Dua Wetan, Jakarta
3. 2005 – 2008 SMP Negeri 9 Jakarta
4. 2008 – 2011 SMA Negeri 58 Jakarta
5. 2011 – 2015 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(Strata 1 Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang senantiasa
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi
yang berjudul “Perbedaan Asupan Energi, Konsumsi Minuman Manis, Aktivitas
Fisik dan Tingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas Wanita Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas Ii B Tangerang Tahun 2015” ini.
Shalawat serta salam tak lupa dihanturkan kepada Nabi besar, Muhammad
Salallahi „alaihi wassalam.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tidak
terhingga, kepada:
1. Bapak Dr. Siswanto, M.Si, Ibu Etna Yuniza, S.Pd dan Ibnu Wicaksono, selaku
kedua orang tua dan kakak yang senantiasa memberikan doa serta dukungan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si, selaku pembimbing akademik.
4. Ibu Ir. Febrianti, M.Si dan Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D, selaku dosen
pembimbing skripsi, yang sudah banyak sekali memberikan waktu dan
tenaganya untuk membimbing penulis dalam menyusunan skripsi ini.
5. Ibu Minsarnawati, M.Kes, Ibu Yuli Amran, MKM dan Bapak dr. H. E.
Kusdinar Achmad, MPH, selaku penguji sidang skripsi, terima kasih atas
segala kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan lebih baik.
6. Ibu Herti Hartati, Amd.IP.SH. M.Si, selaku Kepala Bagian Pembinaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang, dan para
karyawan, yang sudah menerima penulis di lembaga pemasyarakatan setempat
dengan penerimaan yang amat baik.
7. Andam Ar-Rahmi, Nurlina Bintan, Ainil Fitri, Nurlidyawati, Dwi Ramadhani,
Kartika Anisa, Anisa Ajeng, Efri Malisa dan Latanza Shima, selaku sahabat-
sahabat terhebat, serta keluarga “de‟ Tekwan”, selaku orang tua di kampus,
viii
terima kasih untuk segala penerimaan, ketulusan dan kebaikannya. Terima
kasih untuk semua momen yang telah dilewati bersama, untuk semua
pelajaran hidup menuju kedewasaan.
8. (Almh.) Hasanah Putri, sahabat terbaik yang telah mengajarkan bagaimana
menggabungkan kekuatan, semangat dan keceriaan dalam satu raga.
9. Teman-teman Kesmas C, Peminatan Gizi 2011, BEM Kesehatan Masyarakat
UIN Jakarta, Saman FKIK dan seluruh keluarga Kesehatan Masyarakat UIN
Jakarta 2011 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk
seluruh ilmu, canda, tawa dan pengalaman yang telah diberikan.
10. Semua pihak lainnya yang senantiasan memberikan bantuan dan dukungan
dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun skripsi ini,
namun berbagai macam kekurangan pasti akan ditemukan di dalamnya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca sekalian, agar dapat dihasilkan skripsi yang lebih baik lagi.Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Aamiin.
Jakarta, 4 Desember 2015
Aqmarina Mahadibya
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. i
ABSTRAK ......................................................................................................................... ii
ABSTRACT……………………………………………………………...………………iii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................ iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI……...………………………………………………………………………x
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………xii
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………………..xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….……..xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7
F. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 8
A. Obesitas .................................................................................................................. 8
1.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas 8
B. Karakteristik Lembaga Pemasyarakatan 19
C. Kerangka Teori 22
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS . 23
A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 23
B. Definisi Operasional ............................................................................................ 26
C. Hipotesis ............................................................................................................... 28
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 29
A. Desain Penelitian ................................................................................................. 29
x
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 29
C. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 29
D. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 30
E. Pengumpulan Data .............................................................................................. 31
F. Pengolahan Data ................................................................................................. 32
G. Analisis Data ........................................................................................................ 33
BAB V HASIL ................................................................................................................. 36
A. Obesitas Wanita Warga Binaan ........................................................................ 37
B. Tingkat Asupan Energi ...................................................................................... 38
C. Konsumsi Minuman Manis ................................................................................ 39
D. Aktivitas Fisik ...................................................................................................... 40
E. Tingkat Pendidikan ............................................................................................ 41
F. Perbedaan Tingkat Asupan Energi pada Kejadian Obesitas ......................... 41
G. Perbedaan Konsumsi Minuman Manis pada Kejadian Obesitas ................... 43
H. Perbedaan Tingkat Aktivitas Fisik pada Kejadian Obesitas .......................... 44
I. Perbedaan Tingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas ............................... 45
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 46
A. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 46
B. Gambaran Obesitas pada Wanita Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan
Klas II B Tangerang Tahun 2015 .............................................................................. 46
C. Perbedaan Faktor-Faktor Independen pada Kejadian Obesitas Wanita
Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
Tahun 2015 .................................................................................................................. 47
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 56
A. Simpulan .............................................................................................................. 56
B. Saran .................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 58
LAMPIRAN..................................................................................................................... xii
xi
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel
Judul Tabel Hal.
2.1 Tabel Batas Ambang IMT 12
2.2 Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB 25
2.3 Cara Menaksir Kebutuhan Energi Menurut Aktivitas dengan
Menggunakan Kelipatan AMB 25
3.1 Tabel Definisi Operasional 41
5.1
Analisis Hubungan antara Tingkat Asupan Energi dengan
Kejadian Obesitas Menurut IMT pada Wanita Warga Binaan
LPAW Klas II B Tangerang Tahun 2015
58
5.2
Analisis Hubungan antara Konsumsi Minuman Manis dengan
Kejadian Obesitas Menurut IMT pada Wanita Warga Binaan
LPAW Klas II B Tangerang Tahun 2015
59
5.3
Analisis Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Obesitas Menurut IMT pada Wanita Warga Binaan LPAW Klas
II B Tangerang Tahun 2015
60
5.4
Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian
Obesitas Menurut IMT pada Wanita Warga Binaan LPAW Klas
II B Tangerang Tahun 2015
60
5.5
Analisis Hubungan antara Tingkat Asupan Energi dengan
Kejadian Obesitas Menurut LP pada Wanita Warga Binaan
LPAW Klas II B Tangerang Tahun 2015
61
5.6
Analisis Hubungan antara Konsumsi Minuman Manis dengan
Kejadian Obesitas Menurut LP pada Wanita Warga Binaan
LPAW Klas II B Tangerang Tahun 2015
62
5.7
Analisis Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian
Obesitas Menurut LP pada Wanita Warga Binaan LPAW Klas II
B Tangerang Tahun 2015
63
5.8
Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian
Obesitas Menurut LP pada Wanita Warga Binaan LPAW Klas II
B Tangerang Tahun 2015
64
xii
DAFTAR BAGAN
Nomor
Bagan Judul Bagan Hal.
2.1 Kerangka Teori 36
3.1 Kerangka Konsep 39
DAFTAR GRAFIK
Nomor
Grafik Judul Grafik Hal.
5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Obesitas Menurut IMT
Wanita Warga Binaan LPAW Tahun 2015
52
5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Obesitas Menurut LP Wanita
Warga Binaan LPAW Tahun 2015
53
5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Asupan Energi
Wanita Warga Binaan LPAW Tahun 2015
54
5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Konsumsi Minuman Manis
Wanita Warga Binaan LPAW Tahun 2015
55
5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Aktivitas Fisik Wanita Warga
Binaan LPAW Tahun 2015
56
5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pendidikan Wanita
Warga Binaan LPAW Tahun 2015
57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Judul Lampiran Hal.
Lampiran 1 Data Antropometri Responden 93
Lampiran 2 Formulir FoodWeighing 24 Jam 94
Lampiran 3 Formulir FoodRecall 24 Jam 95
Lampiran 4 Kuesioner Aktivitas Fisik 96
Lampiran 5 Kategori Aktivitas Fisik 98
Lampiran 6 Hasil Analisis Data 99
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit kardiovaskular
yang menyebabkan kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2001 terdapat
7,3 juta kematian di dunia dikarenakan oleh penyakit jantung koroner
(Gaziano, 2010). Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koronermencapai
0,5% (Kemenkes, 2013).
Penyakit jantung koroner diawali dengan kondisi tubuh yang banyak
mengandung lemak atau biasa disebut dengan obesitas.Lemak-lemak tersebut
dapat tertimbun dimana saja, salah satunya di pembuluh darah arteri jantung.
Timbunan lemak ini akan menyempitkan aliran darah dalam arteri tersebut.
Apabila arteri semakin tipis maka timbunan akan pecah ke dalam aliran darah
dan menyumbat seluruh aliran darah disana dengan tiba-tiba (Cahyono, 2008).
Obesitas merupakan kondisi abnormal pada tubuh seseorang yang
dapat memengaruhi kesehatan (Adriani, 2012).Keadaan gizi lebih tingkat
berat ini sudah banyak ditemukan di berbagai belahan dunia dan didominasi
oleh wanita.Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa
prevalensi obesitas disana mencapai 61,5% pada wanita. Sedangkan penelitian
di Iran memaparkan prevalensi obesitas disana sebesar 54,5% (Janghorbani,
2007). Penelitian lainnya di Inggris menyebutkan bahwa prevalensi obesitas
wanita disana tidak kalah besar, yakni 43,9% (Howel, 2012), sama banyak
2
dengan prevalensi di China (Wang, 2012). Tidak kalah banyak dengan negara-
negara lainnya, prevalensi obesitas pada wanita di Indonesia menurut hasil
riset kesehatan dasar mencapai 42,1% (Kemenkes, 2013).Obesitas tidak hanya
terjadi di masyarakat umum, namun juga terjadi pada masyarakat di lembaga
pemasyarakatan. Berdasarkan penelitian Hasanah (2010) prevalensi obesitas
di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Tangerang tahun 2010 sebesar
26,7%.
Obesitas merupakan status gizi yang multifaktor, salah satu faktornya
adalah asupan energi (Stern, 2009).Sebuah penelitian di Belgia mendukung
pernyataan tersebut dimana penelitian tersebut menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara asupan energi dengan kejadian obesitas (Duvigneaud,
2007).Begitu pula pada hasil penelitian di Kecamatan Lubuk Sikaping
Sumatera Barat,ditemukan adanya hubungan yang positif antara asupan energi
dengan kejadian obesitas disana (Trisna, 2009).
Faktor risiko obesitas lainnya setelah asupan energi adalah konsumsi
minuman manis (Stern, 2009). Sebuah penelitian di Texas membuktikan
bahwa mengonsumsi minuman manis berhubungan dengan peningkatan
lingkar pinggang, yang merupakan salah satu standar dalam memprediksi
obesitas (Fowler, 2015).
Faktor pencetus obesitas selanjutnya adalah aktivitas fisik (Smith,
2009).Sesuai dengan pernyataan di atas, penelitian Ladabaum (2014) juga
menemukan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas di Amerika Serikat. Selain itu, sebuah penelitian di Depok
3
menemukan bahwa individu dengan aktivitas fisik ringan memiliki risiko
terhadap obesitas 10,41 kali lebih besar dibandingkan dengan individu yang
memiliki aktivitas fisik berat (Nisa‟, 2013).
Selain aktivitas fisik, Smith (2009) juga menemukan adanya hubungan
antara tingkat pendidikan dengan kejadian obesitas pada penelitiannya di
Australia. Tingkat pendidikan memengaruhi konsumsi pangan melalui cara
pemilihan bahan makanan. Orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan
cenderung memilih bahan makanan yang baik untuk tubuhnya dibanding
dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah (Wahyuningrum,
2000).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang, ditemukan
prevalensi obesitas mencapai 50%. Prevalensi ini melebihi prevalensi obesitas
pada warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Tangerang,
bahkan melebihi prevalensi obesitas di Tangerang, yakni sebesar 34,1%.
Cukup tingginya prevalensi obesitas di lembaga pemasyarakatan tersebut serta
lokasi yang masih terjangkau oleh peneliti merupakan dua alasan utama
dilakukannya penelitian terkait obesitas ini di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang, di samping beberapa alasan lainnya, seperti
kondisi serta lingkungan yang berbeda antara warga binaan dengan
masyarakat pada umumnya. Penelitian ini juga penting dilakukan karena tidak
terdeteksinya obesitas pada warga binaan akan menambah persentase masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya ketika mereka sudah bebas dari
lembaga pemasyarakatan tersebut.
4
B. Rumusan Masalah
Prevalensi obesitas wanita di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 29%
dan meningkat menjadi 42,1% pada tahun 2013. Berdasarkan studi
pendahuluan yang telah dilakukan pada wanita warga binaan Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang ditemukan sebanyak50%
warga binaan yang telah mengalami obesitas. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian berjudul “Perbedaan asupan energi, konsumsi
minuman manis, aktivitas fisik dan tingkat pendidikan pada kejadian obesitas
wanita warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang tahun 2015”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kejadian obesitaspada wanita warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
2. Bagaimana tingkatasupan energi wanita warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
3. Bagaimana tingkat konsumsi minuman maniswanita warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
4. Bagaimana tingkataktivitas fisik wanita warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
5. Bagaimana tingkat pendidikanwanita warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
5
6. Apakah ada perbedaantingkatasupan energiantara kelompok wanita warga
binaan obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
7. Apakah ada perbedaan konsumsi minuman manis antara kelompok wanita
warga binaan obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
8. Apakah ada perbedaan tingkataktivitas fisik antara kelompok wanita
warga binaan obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
9. Apakah ada perbedaan tingkat pendidikanantara kelompok wanita warga
binaan obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran obesitas dan perbedaan asupan energi,
konsumsi minuman manis, aktivitas fisik dan tingkat pendidikan pada
kejadian obesitas wanita warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kejadian obesitas pada wanita warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun
2015.
6
b. Diketahuinya tingkatasupan energi pada wanita warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun
2015.
c. Diketahuinya gambaran konsumsi minuman manispada wanita warga
binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
tahun 2015.
d. Diketahuinya tingkataktivitas fisik pada wanita warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun
2015.
e. Diketahuinyatingkat pendidikan pada wanita warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015.
f. Dibuktikannyaperbedaantingkatasupan energi antara kelompok wanita
warga binaan obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015.
g. Dibuktikannyaperbedaankonsumsiminumanmanisantara kelompok
wanita warga binaan obesitas dan non obesitas di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015.
h. Dibuktikannyaperbedaantingkataktivitas fisik antara kelompok wanita
warga binaan obesitas dan non obesitasdi Lembaga Pemasyarakatan
Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015.
i. Dibuktikannyaperbedaantingkat pendidikan antara kelompok wanita
warga binaan obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan
Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015.
E. Manfaat Penelitian
7
1. Bagi Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
a. Sebagai landasan untukmenyusun kegiatan dalam rangka pencegahan
obesitas warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas
II B Tangerang.
2. Bagi Peneliti Lain
a. Sebagai referensi tambahan untuk penelitian lain terkait obesitas di
Lembaga Pemasyarakatan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
Cross Sectional mengenai perbedaan asupan energi, konsumsi minuman
manis, aktivitas fisik dan tingkat pendidikan pada kejadian obesitas wanita
warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
tahun 2015.Penelitian dilakukan terhadap warga binaan dewasa di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang pada bulan Januari sampai
Agustus 2015.
Penelitian terkait obesitas ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi
program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan masukan untuk pencarian solusi permasalahan
obesitas di lembaga pemasyarakatan yang bersangkutan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Obesitas
Obesitas merupakan kondisiberlebihnya lemak di jaringan adiposapada
tingkat yangdapat mengganggu kesehatan (Adriani, 2012).Banyak penyakit
yang diawali oleh kondisi ini, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,
dislipidemia, diabetes mellitus tipe 2, berbagai macam kanker, bahkan
gangguan psikologi (Barasi, 2009).
Terdapat banyak teknik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
obesitas seperti underwater weighing (densitometry), dual-energy X-ray
absorptiometry (DXA), dilution, computed tomography (CT), magnetic
resonance imaging (MRI), Bio-impedance analysisserta pengukuran
antropometri(Visscher, 2010).
Pengukuran antropometri merupakan teknik yang paling sering
digunakan pada penelitian karena merupakan metode yang paling ekonomis,
mudah dilakukan dan representatif. Pengukuran antropometri dalam
mendeteksi obesitas juga terdiri dari bermacam-macaam cara, seperti
pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau dengan melakukan pengukuran pada lingkar pinggang.
Namun, penilaian obesitas dengan indikator lingkar pinggang dinilai
lebih unggul dibandingkan dengan indikator IMT dalam memprediksi risiko
penyakit kardiovaskular, karena peningkatan pada jaringan adiposa
berhubungan langsung dengan berbagai kelainan metabolik, seperti penurunan
9
toleransi glukosa, pengurangan sensitifitas insulin dan lemak jahat (WHO,
2008).
Pola distribusi lemak dan karakteristik sel lemak juga dapat
menggambarkan obesitas.Simpanan lemak dapat disitribusikan di dalam tubuh
maupun di bawah kulit.Simpanan lemak yang berada di dalam terdiri dari
lemak viseraldan lemak non-viseral. Internal abdominal visceral fat, adalah
simpanan lemak pada daerah abdominopelvicyang berkaitan dengan
obesitas.Simpanan lemak tersebut dapat diukur melalui pengukuran lingkar
pinggang (Summerfield, 2012).
Menurut Kemenkes (2013), seseorang dikatakan obesitas apabila
memiliki ukuran lingkar pinggang > 80 cm (bagi wanita) dan > 90 cm (bagi
pria).Pengukuran ini merupakan pengukuran yang mudah, hanya
membutuhkan satu alat yakni pita pengukur dan tidak membutuhkan
perhitungan lebih lanjut seperti pengukuran lainnya (Visscher, 2010).Namun
metode pengukuran ini juga memiliki beberapa kelemahan seperti kurang
akurat apabila dilakukan pada remaja (Summerfield, 2012).
1. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas
Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi padakejadian
obesitas.Berikut adalah faktor-faktor tersebut:
a. Genetik
Genom pada tubuh kita tidak dapat berubah hanya dalam
beberapa dekade. Gen bukanlah hal yang dapat membuat seseorang
mengalami obesitas maupun tidak obesitas. Cara gen memberikan
10
pengaruh pada individu akan kecenderungan mengalami obesitas
diperoleh melalui pengaturanappetite (hasrat ingin mengonsumsi
makanan) yang kurang baik atau melalui keinginan untuk makan terus-
menerus, ketidak-aktifan dalam beraktivitas fisik, kurangnya
kemampuan metabolik menggunakan lemak sebagai bahan bakar di
dalam tubuh dan kapasitas dalam menyimpan lemak tubuh (Stern,
2009).
b. Ketersediaan Makanan Cepat Saji
Makanan cepat saji adalah makanan yang diproses secara
standar, dalam jumlah besar dan biasanya disajikan dalam hitungan
detik, serta diolah dengan cara digoreng atau dioven. Jenis makanan ini
identik dengan sebutanjunk foodatau makanan sampah. Disebut
demikian karena makanan ini mengandung banyak lemak dan
karbohidrat, namun rendah serat (Farida, 2009).
Menurut Stern (2009), beberapa bukti telah menunjukkan
bahwa makanan yang dimakan di luar rumah, seperti dari restoran
cepat saji menghasilkan lebih banyak kalori dibanding dengan
makanan yang disiapkan di rumah (Stern, 2009). Oleh karena itu,
makanan sejenis ini disebut sebagai salah satu pemicu berbagai
masalah kesehatan, seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus dan obesitas (Muaris, 2009).
Meningkatnya taraf hidup masyarakat turut berpengaruh pada
pola makan mereka.Dengan alasan lebih praktis dan cepat, makanan
11
cepat saji yang tinggi kandungan garam kini lebih sering dijadikan
pilihan.Terlebih lagi, di zaman sekarang semakin banyaknya kedai
atau restoran makanan cepat saji yang berlokasi di lingkungan sekitar
pemukiman.Hal inisemakin memicu masyarakat untuk lebih sering
mengonsumsi makanan cepat saji (Muaris, 2009).
Sebuah penelitian membuktikan bahwa ketersediaan makanan
cepat saji dapat mengakibatkan peningkatan IMT pada wanita (Dunn,
2010).Selain peningkatan IMT, penelitian Li (2008) juga membuktikan
bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan makanan cepat saji
dengan peningkatan ukuran lingkar pinggang seseorang.
c. Asupan Energi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,
menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik.Energi
diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan
makanan.Sehingga kandungan dari zat-zat gizi makro tersebut yang
menentukan nilai energi dari suatu bahan makanan (Almatsier, 2009).
Terdapat beberapa cara untuk menilai asupan energi seseorang,
food recall merupakan salah satunya. Food recall dilakukan dengan
mewawancarai responden tentang makanan dan minuman yang mereka
konsumsi 24 jam sebelumnya. Metode ini sering digunakan pada
penelitian-penelitian gizi karena beberapa hal, seperti mudah
dilakukan, biaya yang dikeluarkan relatif murah, tidak membutuhkan
waktu yang lama, dan dapat dilakukan pada responden yang buta
12
huruf.Namun demikian, metode ini juga memiliki kekurangan yakni
tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari apabila hanya
dilakukan pada satu hari serta ketepatannya sangat bergantung pada
daya ingat responden (Supariasa, 2012).
Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO adalah
konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk
menutupi pengeluaran energi seseorang bila dia mempunyai ukuran
dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan
kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan
aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Almatsier,
2009).
Angka Kebutuhan Energi (AKE) berbeda-beda pada setiap
individu. Angka tersebut dapat diperoleh melalui perhitungan Bassal
Metabolic Rate, yang memiliki beberapa cara perhitungan, namun
tetap menghasilkan angka yang sama. Salah satu perhitungannya
adalah dengan menggunakan rumus Harris-Benedict (Lampiran 5).
Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar dari tubuh seseorang,
atau dengan kata lain karena adanya ketidakseimbangan antara angka
kecukupan energi dengan angka kebutuhan energi. Sebuah penelitian
di Wonosobo membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat
kecukupan energi dengan obesitas (p = 0,000) (Salim, 2014). Sebuah
penelitian di Amerika Serikat juga membuktikan adanya hubungan
13
antara asupan energi dengan ukuran lingkar pinggang seseorang
(Duvigneaud, 2007).
d. Konsumsi Minuman Manis
Minuman manis, termasuk minuman manis rasa buah maupun
minuman berkarbonasi (soft drink) merupakan minuman yang sudah
merajalela di masyarakat dan mudah untuk ditemui dimana-mana.
Bahkan pada tahun 1997, 2,8 juta mesin penghasil minuman
menghasilkan lebih dari 27 milyar minuman (Stern, 2009).
Minuman manismengandung energi ekstra yang dapat
mengakibatkan kegemukan dan obesitas. Selain itu, kalori pada
minuman mungkin tidak dikenali oleh mekanisme appetite (hasrat
untuk mengonsumsi makanan/minuman), sehingga banyak orang yang
tetap mengonsumsi banyak makanan, meskipun mereka telah
mengonsumsi banyak minuman manis. Pada saat itulah asupan kalori
mereka meningkat (Stern, 2009).
Pada sebuah penelitian di komunitas rural di Amerika Serikat,
Liebman dkk menemukan bahwa subjek yang meminum 1 atau lebih
minuman soda per minggu akan lebih berpotensi mengalami obesitas
dibanding subjek yang meminumnya kurang dari ukuran tersebut
(Gibson, 2008).Fowler (2015) juga membuktikan bahwa mengonsumsi
minuman soda berhubungan dengan peningkatan ukuran lingkar
pinggang seseorang.
14
Di Indonesia, minuman manis juga tidak kalah digemari.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 Kemenkes RI, proporsi
penduduk di Indonesia berusia ≥ 10 tahun yang mengonsumsi
makanan/minuman manis ≥ 1 kali dalam sehari adalah 53,1%. Padahal,
minuman manis, terutama yang sudah berada di dalam kemasan
biasanya mengandung kadar gula yang tinggi. Menurut Ridwan, dkk
dalam buku Studi Diet Total (2014), konsumsi gula lebih dari 50 gram
(4 sendok makan) per orang per hari akan mengakibatkan peningkatan
berat badan, bahkan apabila dilakukan dalam jangka waktu yang lama
akan meningkatkan kadar gula darah dan berdampak pada terjadinya
diabetes mellitus tipe 2. Selain itu, konsumsi gula yang berlebih ini
juga akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, dan serangan
jantung.
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik memiliki efek yang menguntungkan bagi sistem
metabolik tubuh karena menghasilkan banyak keuntungan bagi
kesehatan.Keuntungan tersebut salah satunya adalah penurunan berat
badan.Beraktivitas fisik seperti latihan olah raga bukan merupakan
sebuah pekerjaan yang sia-sia, dimana diketahui bahwa 15 menit
berjalan cepat dapat mengeluarkan 100 Kkal. Berjalan 15 menit selama
seminggu secara teori dapat menurunkan berat badan sebanyak 0,2
pound, namun penurunan berat badan sebanyak 10 pound selama
setahun hanya dapat dicapai apabila kegiatan berjalan tersebut
15
dilakukan secara rutin setiap hari dan diiringi dengan asupan energi
yang konstan (Stern, 2009).
Aktivitas fisik mengakibatkan perubahan fisiologis di dalam
tubuh. Perubahan ini mengakibatkan peningkatan pada kesehatan
jantung, yang dengan kata lain juga mengakibatkan keadaan yang baik
bagi tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas fisik
menyebabkan perubahan fisiologis yang spesifik yang dapat
menghasilkan sistem resisten penyakit lebih banyak (Kokkinos, 2010).
Sebuah penelitian yang menganalisa hasil Riskesdas 2007
membuktikan bahwa risiko obesitas pada wanita dewasa yang
memiliki aktivitas fisik yang kurang adalah 1,29 kali lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang aktivitas fisiknya cukup (Sudikno,
2010).Smith (2009) juga membuktikan bahwa terdapat hubungan
antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas menurut lingkar
pinggang.
Tingkat aktivitas fisik seseorang dapat dinilai melalui berbagai
metode, salah satunya dengan pengisian kuesioner yang berpedoman
pada International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).Kuesioner
tersebut menyimpulkan jenis aktivitas fisik yang dilakukan responden
pada seminggu terakhir.Capaian aktivitas fisik yang dilakukan
respoden ditulis dalam satuan MET-menit/minggu:
Hasil perhitungan MET-menit/minggu dikategorikan kedalam
MET-menit/minggu = MET level x durasi aktivitas per hari
(menit) x hari per minggu
Persamaan 2.1
Rumus Pengukuran Aktivitas Fisik
16
Menurut WHO (2005), aktivitas fisik dikasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Klasifikasi Aktivitas Fisik
Klasifikasi Aktivitas Fisik Ketentuan
Berat
Beraktivitas berat ≥ 3 hari dan
akumulasi perhitungan aktivitas
fisiknya ≥ 1500 MET-menit/minggu
ATAU
Beraktivitas fisik ≥ 7 hari
danakumulasi perhitungan aktivitas
fisiknya ≥ 3000MET-menit/minggu.
Sedang
Beraktivitas berat ≥ 3 hari dengan
durasi ≥ 20 menit per hari ATAU
Beraktivitassedang ≥ 5 hari dan/atau
berjalan kaki ≥ 30 menit per
hariATAU
Beraktivitas fisik ≥ 5 hari
danakumulasi perhitungan aktivitas
fisiknya ≥ 600 MET-menit/minggu
Ringan
Tidak ada aktivitas yang dilaporkan
ATAU
Apabila tidak mencapai salah satu
dari kriteria tinggi atau sedang.
f. Durasi Tidur
Survei nasional yang dilakukan di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa durasi tidur yang pendek berhubungan dengan
perubahan gaya hidup. Beberapa penelitian lain juga telah melaporkan
hubungan antara durasi tidur dengan penyakit, seperti diabetes mellitus
tipe 2, penyakit pernapasan, hipertensi dan obesitas. Hubungan durasi
tidur yang pendek dengan obesitas menstimulasi perdebatan pada
dampak yang mungkin timbul pada anak-anak dan orang dewasa.
Sebagian besar penelitian yang dianalisis pada sebuah jurnal, Meta-
Analysis of Short Sleep Duration and Obesity in Children and
Adultsmenggunakan batas 5 jam sebagai durasi tidur orang dewasa,
17
dimana durasi > 5 jam dikategorikan sebagai cukup tidur dan durasi ≤
5 jam dikategorikan sebagai kurang tidur.(Cappuccio, 2008).
Berdasarkan hasil dari analisis jurnal yang sama, diketahui
bahwa 17 dari 22 sampel populasi menunjukkan sebuah hubungan
yang signifikan antara durasi tidur yang pendek dengan obesitas.
Penelitian-penelitian tersebut memiliki OR rata-rata 1.55 (mulai 1.43
sampai 1.68).Selain itu, penelitian lainnya telah membuktikan adanya
hubungan yang negatif antara durasi tidur dengan ukuran lingkar
pinggang seseorang, yang artinya semakin pendek durasi tidur seorang
individu, maka kemungkinan mengalami obesitasindividu tersebut
semakin besar (Ford, 2014).
g. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses belajar yang kompleks,
komprehensif dan berjangka panjang untuk memperoleh pengetahuan
dan kecakapan yang diperlukan dan dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan (UPI, 2007).
Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi makanan.Hal inidapat
terjadi karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan ataupun informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya
konsumsi makanan menjadi lebih baik.Ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan gizi lebih, seringkali permasalahan gizi timbul
disebabkan karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang
18
cukup tentang gizi (Asmayuni, 2007).Tingkat pendidikan
memengaruhi konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan
makanan. Orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan
cenderung memilih bahan makanan yang baik untuk tubuhnya
dibanding dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih
rendah (Wahyuningrum, 2000).
Sebuah penelitian pada negara berkembang dengan metode
systematic reviewmenuliskan bahwa dari 26 studi yang meneliti
hubungan antara tingkat pendidikan dengan obesitas, ditemukan 13
studi yang berhubungan positif dan 13 studi yang berhubungan negatif
(Dinsa, 2012).Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Smith (2009)
menemukan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan
obesitas menurut pengukuran lingkar pinggang, dimana masyarakat
dengan pendidikan yang rendah cenderung mengalami obesitas.
h. Tingkat Pendapatan
Pendapatan adalah hasil atau upah yang didapatkan setelah
melakukan suatu pekerjaan.Setiap pekerja berhak menerima
pendapatan, baik di awal bulan, di akhir bulan, maupun langsung
setelah menyelesaikan pekerjaannya.Adapun menurut Wahyu (2009)
pendapatan berpengaruh terhadap daya beli dan perilaku manusia
dalam mengonsumsi pangan (Octaviana, 2013).
Octaviana(2013) menjelaskan bahwa pendapatan seseorang
akan menentukan kemampuan orang tersebut dalam memenuhi
19
kebutuhan makanan sesuai dengan jumlah yang diperlukan oleh tubuh.
Apabila makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh, maka hal ini akan berpengaruhpada status gizi
orang tersebut.
Sebuah penelitian pada negara berkembang dengan metode
systematic review menuliskan bahwa dari 17 studi yang meneliti
hubungan antara tingkat pendapatan dengan obesitas menurut IMT,
ditemukan 11 studi berhubungan positif, 4 studi yang berhubungan
negatif, dan 2 studi tidak memiliki hubungan (Dinsa, 2012).Tidak jauh
berbeda dengan hal tersebut, penelitian terhadap obesitas menurut LP
yang dilakukan oleh Rosdiana (2014) juga menemukan adanya
hubungan antara tingkat pendapatan dengan ukuran lingkar pinggang
seseorang.
B. Karakteristik Lembaga Pemasyarakatan
Eksistensi Lembaga Pemasyarakatan diatur oleh Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.Menurut
ketentuan Pasal 1 butir 3 UU 12/1995, Lembaga Pemasyarakatan (lapas)
merupakan tempat untuk melaksanaan pembinaan pada narapidana dan anak
didik pemasyarakatan.Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana
hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan, sedangkan anak didik
pemasyarakatan terdiri dari anak pidana, anak negara dan anak sipil.
Berdasarkan definisi di atas, diketahui bahwa narapidana memiliki
kewajiban untuk mendiami lembaga pemasyarakatan, tanpa diizinkan untuk
20
meninggalkan lembaga pemasyarakatan tersebut, terkecuali dengan alasan
tertentu (penyerahan berkas perkara, rekonstruksi atau pemeriksaan di sidang
pengadilan) sampai masa penahanannya berakhir.
Undang-undang No. 12 Tahun 1995 juga menjelaskan bahwa warga
binaan (narapidana) memiliki beberapa hak.Hak-hak tersebut diantaranya
adalah hak untuk mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun
jasmani; serta hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang
layak.
Warga binaan mendapatkan makanan secara cuma-cuma dari
pengelola lapas.Makanan ini dibuat oleh beberapa tamping dapur, yaitu warga
binaan yang membantu pegawai dalam beberapa pekerjaan di dapur dan
bertugas memasak setiap hari.Setiap hari warga binaan mendapatkan makanan
yang sudah diporsikan oleh tamping berdasarkan aturan yang telah ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, sehingga tidak ada perbedaan
makanan, baik dari segi jenis maupun porsiantara warga binaan yang satu
dengan yang lainnya. Selain dari pengelola lapas, sumber makanan para warga
binaan lainnya adalah makanan-makanan yang dibawa oleh para pengunjung
lapas.Sanak saudara ataupun teman warga binaan yang berkunjung diizinkan
membawa makanan tambahan, seperti sayur, buah, bahkan lauk-pauk.
Berdasarkan undang-undang pemasyarakatan, selain memiliki hak
mendapatkan makanan, warga binaan juga memiliki kewajiban, yaitu
mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu di lembaga
pemasyarakatan.Setiap lembaga pemasyarakatan biasanya memiliki jadwal
kegiatan harian bagi warga binaannya yang diatur oleh pengelola lapas
21
setempat. Jadwal kegiatan ini dapat berpengaruhdengan kecukupan aktivitas
fisik para warga binaan, karena jadwal tersebut mengatur beberapa hal, seperti
kegiatan apa saja yang harus dilaksanakan oleh warga binaan setiap harinya
sampai waktu kapan warga binaan harus berada di dalam paviliun dan kapan
mereka diizinkan keluar dari paviliun.
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
merupakan sebuah lembaga pemasyarakatan (lapas) yang diperuntukan kepada
para warga binaan yang masih tergolong anak-anak (berusia ≤ 18 tahun).
Namun, karena kapasitas lapas tersebut yang besar dibandingkan dengan
jumlah warga binaan yang tinggal disana, maka sejak beberapa tahun silam
lapas ini juga diperuntukan bagi warga binaan dewasa yang dititipkan oleh
lapas lain karena berbagai alasan. Hingga saat ini jumlah warga binaan yang
tergolong anak-anak hanya 2 orang, maka dari itu penelitian ini hanya
diperuntukan bagi warga binaan dewasa di lapas tersebut.
22
C. Kerangka Teori
3.
4.
Obesitas
Tingkat
Pendidikan
Rendah
Aktivitas Fisik
Kurang
Asupan
Energi
Tinggi
Konsumsi
Minuman Manis
Berlebih
Ketersediaan
Makanan Cepat Saji
Tingkat
Pendapatan
Durasi Tidur
Pendek
Peningkatan frekuensi
konsumsi makanan
cepat saji (tinggi lemak
dan karbohidrat)
Menambah
jumlahenergi di dalam
tubuh
Makan di jam tidur
Sedikitnya energi yang
keluar mengakibatkan
penumpukanenergi di
dalam tubuh
Daya beli tinggi
Kurangnya pengetahuan
terkait obesitas
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber: Adopsi Teori Duvigneaud (2007), Ford (2014), Li (2008),Fowler (2015), Smith (2009)
dan Rosdiana (2014)
G
E
N
E
T
I
K
23
23
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan obesitas, yaitu
genetik, ketersediaan makanan cepat saji, asupan energi, ketersediaan porsi
makanan, konsumsi minuman manis, aktivitas fisik, durasi tidur, tingkat
pendidikan serta tingkat pendapatan. Namun, tidak semua faktor yang
disebutkan di atas dijadikan sebagai variabel independen pada penelitian ini.
Berikut adalah faktor yang tidak dijadikan variabel:
1. Genetik
Genetik merupakan faktor risiko obesitas yang tidak
langsung.Faktor genetik mempengaruhi lingkungan sekitar, termasuk
kebiasaan-kebiasaan seseorang, kemudian lingkungan atau kebiasaan
tersebut yang berperan langsung pada kejadian obesitas.Oleh karena
beberapa kebiasaan yang memicu obesitas sudah diikutsertakan sebagai
variabel pada penelitian ini, maka genetik tidak diikutsertakan lagi.
2. Ketersediaan Makanan Cepat Saji
Ketersediaan makanan cepat saji merupakan salah satu faktor yang
tidak diikutsertakan sebagai variabel independen. Hal ini karenaseluruh
warga binaan di lapas Anak Wanita Klas II B Tangerang tidak memiliki
akses untuk mengosumsi makanan cepat saji, sehingga apabila variabel
diikutsertakan pada penelitian akan menghasilkan data yang homogen.
24
3. Durasi Tidur
Faktor durasi tidur juga tidak digunakan sebagai variabel pada
penelitian ini. Hal ini dikarenakan faktor ini membutuhkan jam, baik jam
tangan atupun jam dinding sebagai alat pengukurnya, sedangkan jam
merupakan salah satu alat yang dilarang untuk dimiliki oleh para warga
binaan di Lembaga PemasyarakatanAnak Wanita Klas II B Tangerang.
4. Tingkat Pendapatan
Seluruh warga binaan pada lapas Anak Wanita Klas II B
Tangerang, selayaknya warga binaan pada umumnya, tidak memiliki
pekerjaan yang dapat memberikannya pendapatan dalam kurun waktu
tertentu seperti masyarakat pada umumnya.Oleh karena itu, faktor tingkat
pendapatan tidak diikutsertakan sebagai variabel independen pada
penelitian ini.
Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan di atas, maka berikut
kerangka konsep dari faktor yang akan diteliti meliputi asupan energi,
konsumsi minuman manis, aktivitas fisik dan tingkat pendidikan:
Rata-Rata Asupan
Energi
Konsumsi
Minuman Manis
Aktivitas Fisik
Tingkat
Pendidikan
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Obesitas
25
Kerangka konsep tersebut dibentuk dari kerangka teori yang tertera
pada bab 2 laporan skripsi ini. Beberapa teori digunakan untuk membentuk
kerangka teori tersebut.Kerangka yang terdiri dari beberapa faktor itu
digunakan pada penelitian ini karena faktor-faktortersebut merupakan faktor
yang dapat diintervensi.Sehingga apabila pada hasil penelitian ini faktor-faktor
tersebut terbukti memiliki perbedaanpada kelompok yang obesitas maupun
tidak obesitas, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi lembaga
pemasyarakatan setempat untuk memperbaiki kebijakan-kebijakan yang sudah
berjalan sebelumnya.
26
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur SkalaUkur
1. Obesitas Keadaan gizi lebih warga
binaan di Lapas Anak
Wanita Klas II B
Tangerang sebagai
gambaran konsumsi gizi
dan penggunaannya oleh
tubuh yang dinilai
dengan hasil ukur lingkar
pinggang.
Pita ukur
lingkar
pinggang.
Pengukuran
Lingkar
Pinggang (LP)
0. Obesitas
(LP > 80 cm)
1. Tidak Obesitas
(LP ≤ 80 cm)
(Kemenkes, 2013)
Ordinal
2. Tingkat Asupan
Energi
Rata-rata kandungan semua
makanan sumber energi
total yang dikonsumsi
tubuh dalam jangka waktu
24 jam dan dibandingkan
dengan AKE.
Formulir Food
recall
Food recall 0. Lebih (> 100%
AKE)
1. Cukup (≤ 100%
AKE)
(Ardila, 2015)
Ordinal
3. Konsumsi
Minuman Manis
Kandungan gula dari
konsumsi minuman
manis responden per hari
dibandingkan dengan
Pedoman Gizi Seimbang
2014.
Formulir Food
recall Food recall 0. Berisiko (> 50
gram gula)
1. Tidak Berisiko
(≤ 50 gram gula)
(Ridwan, 2014)
Ordinal
27
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur SkalaUkur
4. Tingkat
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik warga
binaan di lapas Anak
Wanita Klas II B
Tangerang yang dihitung
berdasarkan rumus IPAQ
dan dikategorikan
berdasarkan Riskesdas
2013.
Kuesioner
aktivitas fisik
yang diadaptasi
dari
International
Physical
Activity
Questionnaire
Pengisian
kuesioner
aktivitas fisik
yang dihitung
dengan cara:
METs Level
(jenis aktivitas) x
Jumlah durasi
Aktivitas
(Menit) x Jumlah
hari/minggu,
oleh petugas.
0. Kurang Aktif
(>Median)
1. Aktif(≤Median)
(Kemenkes, 2013)
Ordinal
5. Tingkat
Pendidikan
Jenjang pendidikan
terakhir yang selesai
dijalani warga binaan di
lapas Anak Wanita Klas
II B Tangerang.
Data dari
Lembaga
Pemasyarakatan
Melihat data dari
Lembaga
Pemasyarakatan
dan
mengklarifikasi
kepada
responden yang
bersangkutan.
0. Rendah (≤ SMA)
1. Tinggi (> SMA)
(Solechach, 2014)
Ordinal
28
C. Hipotesis
1. Ada perbedaantingkatasupan energi antarakelompok wanita warga binaan
obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas
II B Tangerang tahun 2015.
2. Ada perbedaan konsumsi minuman manis antara kelompok wanita warga
binaan obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015.
3. Ada perbedaantingkat aktivitas fisik antara kelompok wanita warga
binaan obesitas dan non obesitasdi Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015.
4. Ada perbedaan tingkat pendidikan antara kelompok wanita warga binaan
obesitas dan non obesitas di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas
II B Tangerang tahun 2015.
29
29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
desain studi Cross Sectional, karena hasil penelitian dapat diketahui langsung
bersamaan dengan waktu saat penelitian dilakukan.Desain ini dipilih karena
mudah untuk dilaksanakan, sederhana, tidak menghabiskan biaya banyak dan
hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita
Klas II B Tangerang pada Januari sampai dengan Agustus 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang yang berusia
≥ 18 tahun berjumlah 62 orang.
2. Sampel
Sampel yang dapat diperoleh pada penelitian ini hanya sebanyak
52 orang.Untuk mengetahui kekuatan dari jumlah sampel tersebut,
dilakukan perhitungan tingkat uji (Z1 – β) menggunakan aplikasi Sample
Size dengan rumus berikut ini:
30
Z1 – β =
Persamaan 4.2
Rumus Kekuatan Uji
Keterangan:
n = Besar sampel minimal
Z1 – α/2 = Derajat kemaknaan
Z1 – β = Tingkat kekuatan uji
P1 = Proporsi 1
P2 = Proporsi 2
P = P1+P2
Tabel 4.1
Tabel Kekuatan Uji
Variabel Kekuatan Uji (%)
Asupan Energi (Trisna, 2009) 96,45
Konsumsi Minuman Manis (Malik, 2006) 41,15
Tingkat Aktivitas Fisik (Trisna, 2009) 91,35
Tingkat Pendidikan (Christina, 2011) 74,95
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini diantaranya:
1. Formulir food recall 3x24 jam.
2. Kuesioneraktivitas fisik (IPAQ)
3. Lembar hasil pengukuran Antropometri yang diisi oleh peneliti.
n(P1 – P2)2 – (Z1 -
√ ( ) )
2}
[P1(1 – P1) + P2 (1 – P2)]
Z1 – β =
31
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan mendatangkan setiap kamar atau
paviliun untuk melakukan pengukuran lingkar pinggang, wawancara aktivitas
fisik, serta melakukan food recall terhadap seluruh responden.
1. Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini seluruhnya didapat
langsung dari responden (data primer). Data-data tersebut adalah data
antropometri responden (lingkar pinggang), rata-rata asupan energi, data
aktivitas fisik, data konsumsi minuman manis dan data pendidikan
terakhir.
2. Alur Pengumpulan Data
Pengumpulan data diawali dengan mengatur jadwal warga binaan
(tanggal dan jam), kemudian mendatangkan paviliun dan kamar responden
satu-persatu.Berikut langkah pengumpulan data pada penelitian ini:
Tabel 4.2
Alur Pengumpulan Data
Langkah Kegiatan
1 Mempersiapkan alat ukur yang akan
digunakan untuk pengukuran.
2 Seluruh responden yang dapat
mengikuti penelitian pada hari
tersebut dikumpulkan pada ruangan
yang telah disiapkan.
3 Menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian.
4 Kemudian responden dibagi ke dalam dua
kelompok, satu kelompok membuat antrian
untuk pengukuran lingkar pinggang,
kelompok lainnya mengikuti wawancara
aktivitas fisik dan food recall dan
pendidikan terakhir.
32
F. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak khusus
untuk mengolah data penelitian. Pengolahan data ini dilakukan melalui
beberapa tahapan, yakni:
1. Pengodean Data (Data Coding)
Pengodean data adalah pemberian kode-kode pada data sehingga
lebih mudah untuk dimasukkan ke komputer.Pengodean dilakukan pada
seluruh variabel pada penelitian ini.Kode pada indikator masing-masing
variabel pada penelitian ini selalu diawali oleh kode 0. Berikut adalah
kode-kode yang digunakan pada masing-masing variabel:
Tabel 4.3
Tabel Kode
Variabel Kode Indikator
Obesitas 0 Obesitas
1 Tidak Obesitas
Asupan Energi 0 Lebih
1 Cukup
Konsumsi Minuman
Manis
0 Berisiko
1 Tidak Berisiko
Aktivitas Fisik 0 Kurang Aktif
1 Aktif
Tingkat Pendidikan 0 Rendah
1 Tinggi
2. Penyuntingan Data (Data Editing)
Penyuntingan data dilakukan sebelum memasukan data ke
komputer.Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan semua data yang sudah
terkumpul untuk memastikan apakah terdapat data yang salah maupun
tertinggal. Proses ini dilakukan oleh peneliti sehingga apabila terdapat data
33
yang tertinggal atau diragukan dapat ditelusuri kembali kepada responden
yang bersangkutan.
3. Pemasukan Data (Data Entry)
Seluruh data yang telah dikode dan diperiksa selanjutnya
dimasukkan ke program perangkat lunak pengolahan data.Pemasukkan
data dimulai dengan pembuatan template pada perangkat lunak tersebut.
4. Pembersihan Data (Data Cleaning)
Tahap paling akhir adalah pembersihan data yaitu pengoreksian
kembali data yang telah dimasukkan. Hal ini dilakukan untuk lebih
meyakini bahwa data yang akan diolah adalah data yang sudah benar.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis data univariatdilakukan untuk melihat angka kejadian
obesitas, tingkat asupan energi, konsumsi minuman manis, tingkat
aktivitas fisik dan tingkat pendidikan warga binaan wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang.
2. Analisis Bivariat
Analisis data bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis
dalam penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan antara tingkat asupan
energi, konsumsi minuman manis, tingkat aktivitas fisik dan tingkat
pendidikan pada responden yang mengalami obesitasdan responden yang
tidak mengalami obesitas. Adapun rumus uji Chi-square yaitu:
34
dF = (k – 1)(b – 1)
Keterangan:
X2 = Chi Square
O = Nilai observasi
E = Nilai ekspektasi
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Namun penelitian ini menggunakan perangkat lunak khusus untuk
mengolah data penelitian, sehingga tidak dilakukan perhitungan
menggunakan rumus di atas. Analisis tersebut menghasilkan nilai
probabilitas (p value), dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat
kemaknaan(α) = 0,05 yaitu jika didapatkan nilai p≤0,05 artinya ada
perbedaan yang signifikan antara masing-masing variabel independen pada
variabel dependen, dan jika didapatkannilai p>0,05, makan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara masing-masing variabel independen pada
variabel dependen.
Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan
independen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Jika nilai OR<1 berarti variabel independen sebagai faktor protektif
35
terhadap variabel dependen dan jika OR>1 artinya variabel independen
sebagai faktor risiko terhadap variabel dependen.
36
36
BAB V
HASIL
Lembaga Pemasyarakatan (atau yang biasa disingkat menjadi Lapas)
Anak Wanita Klas II B Tangerang berlokasi di Jalan Daan Mogot No. 28 C,
Kelurahan Tanah Tinggi Kota Tangerang, Banten.Lapas ini pada awalnya
didirikan pada tahun 1928 oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk pengasingan
anak-anak Indo Belanda.Bangunan Lapas ini juga pernah digunakan
Pemerintah Jepang sebagai Rumah Tahanan Perang dan Sekolah Akademi
Militer pada tahun 1942. Pada tahun 1964 bangunan ini diganti nama menjadi
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang.
Lapas Anak Wanita Klas II B memiliki luas tanah 66.000 m2
dengan
luas bangunan 3.782 m2. Data ini dapat menunjukkan bahwa hanya sekitar
5,7% lahan di Lapas Kelas II B Anak Wanita yang sudah didirikan bangunan.
Terbukti dari obeservasi yang penulis lakukan bahwa memang masih terdapat
banyak lahan kosong di Lapas ini.
Selain memiliki lahan yang luas, lapas ini juga memiliki berbagai
peralatan untuk berolahraga, seperti net dank ok untuk melakukan olahraga
bulu tangkis, serta lapangan bulu tangkis yang juga biasa digunakan untuk
olahraga lain seperti bola voli. Lapas ini juga memiliki lapangan bola yang
luas di bagian depan lapas yang disertai oleh dua buah gawang.
Dengan jumlah penghuni yang tergolong sedikit yakni 64 orang (data
Agustus 2015) dan cukup lengkapnya sarana dan prasarana untuk berolah raga
37
di lapas ini, memungkinkan para warga binaan melakukan kegiatan seperti
berolah raga secara bersamaan di lahan-lahan kosong lapas.
Lapas menyediakan makanan bagi seluruh warga binaannya.Setiap
warga binaan berhak menerima makanan 3 kali sehari dengan porsi yang
sudah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kemenkumham.Namun selain mendapatkan makanan dari lapas, warga binaan
juga diizinkan untuk menerima makanan dari kerabat dan keluarga yang
datang berkunjung.
Lapas ini memiliki tingkat keamanan dan kedisiplinan yang baik,
dilihat dari peraturan bagi warga binaan yang cukup ketat, seperti pelarangan
memiliki kaca, jam dan telepon seluluar, rokok dan obat-obatan. Pelaksanaan
kedisiplinan tersebut juga ditunjang dengan dilakukannya sidak dan
pergantian (rolling) kamar warga binaan secara berkala.
A. Obesitas Wanita Warga Binaan
Obesitas diperoleh dari hasil pengukuran lingkar pinggang setiap
warga binaan yang dikategorikan berdasarkan ketentuan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, dimana lingkar pinggang > 80 cm termasuk ke
dalam kategori obesitas dan ≤ 80 cm termasuk ke dalam kategori tidak
obesitas. Distribusi frekuensi warga binaan wanita berdasarkan obesitas di
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang dapat dilihat
pada tabel5.1 berikut ini:
38
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Obesitas Wanita Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015
Status Obesitas Jumlah Warga Binaan Persentase
n %
Obesitas 31 59,6
Tidak Obesitas 21 40,4
Jumlah 52 100,0
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 52 warga binaan, lebih
banyak warga binaan yang mengalami obesitas yaitu sebanyak 31 orang
(59,6%), hanya 21 orang warga binaan (40,4%) yang tidak mengalami
obesitas.
B. Tingkat Asupan Energi
Asupan energi siswa diperoleh dari hasil food recall 3x24 jam yang
kemudian dikategorikan menjadi asupan energi lebih dan cukup. Asupan
energi dikatakan lebih apabila asupan melebihi 100% dari angka kecukupan
energi (AKE) setiap individu, sedangkan dikatakan asupan cukup apabila
asupan kurang dari sama dengan 100% AKE. Distribusi frekuensi warga
binaan wanita berdasarkan tingkat asupan energi di lembaga pemasyarakatan
Anak Wanita Klas II B Tangerang dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Asupan Energi Wanita Warga
Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
Tahun 2015
Asupan Energi Jumlah Warga Binaan Persentase
n %
Lebih 12 23,1
Cukup 40 76,9
Jumlah 52 100,0
39
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 52 warga binaan, lebih
banyak warga binaan yang memiliki tingkat asupan energi cukup yaitu
sebanyak 40 orang (76,9%), hanya 12 orang warga binaan (23,1%) yang
memiliki tingkat asupan energi lebih.
C. Konsumsi Minuman Manis
Konsumsi minuman manis warga binaan dinilai dari akumulasi gula
tambahan pada minuman yang dikonsumsi, yang diperoleh dari hasil food
recall. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, konsumsi
minuman manis dinilai berisiko apabila total asupan gula dari minuman dalam
sehari lebih dari 50 gram, sementara konsumsi minuman manis dinilai tidak
berisiko apabila total asupan gula dari minuman dalam sehari kurang dari
sama dengan 50 gram.Distribusi frekuensi warga binaan wanita berdasarkan
konsumsi minuman manis di lembaga pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang dapat dilihat pada tabel5.3 berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Minuman Manis Wanita
Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang Tahun 2015
Konsumsi
Minuman Manis
Jumlah Warga Binaan Persentase
n %
Berisiko 15 28,8
Tidak Berisiko 37 71,2
Jumlah 52 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 52 warga binaan, lebih
banyak warga binaan yang mengonsumsi minuman manis pada tingkat tidak
40
berisiko yaitu sebanyak37 orang (71,2%), hanya 15 orang warga binaan
(28,8%) yang mengonsumsi minuman manis sampai pada tingkat berisiko.
D. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik wanita warga binaan didapatkan dari hasil pengisian
kuesioner IPAQ yang dikeluarkan oleh WHO (2005) dan kemudian
dikategorikan berdasarkan kategori pada Riskesdas (2013).Seseorang
dikategorikan kurang aktif apabila hasil kuesioner IPAQ-nya menunjukan
aktivitas fisik rendah atau tidak melaporkan aktivitas fisik sama sekali.,
sedangkan kategori aktif diberikan apabila hasil IPAQ menunjukkan hasil
aktivitas fisik berat dan sedang. Distribusi frekuensi warga binaan wanita
berdasarkan aktivitas fisik di lembaga pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik Wanita Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015
Aktivitas Fisik Jumlah Warga Binaan Persentase
n %
Kurang Aktif 26 50,0
Aktif 26 50,0
Jumlah 52 100,0
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 52 warga binaan, jumlah
warga binaan yang tergolong aktif sama dengan jumlah warga binaan yang
tergolong kurang aktif yakni sebanyak26 orang (50%).
41
E. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan warga binaan diperoleh dari data lembaga
pemasyarakatan setempat dan diklarifikasi melalui wawancara terhadap setiap
responden.Warga binaan yang menjalani pendidikan sampai tingkat SMA
dikategorikan ke dalam tingkat pendidikan rendah, sementara warga binaan
yang sempat menjalani pendidikan hingga tingkat universitas dikategorikan ke
dalam tingkat pendidikan tinggi. Berikut merupakan distribusi frekuensi
warga binaan wanita berdasarkan tingkat pendidikan di lembaga
pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang dapat dilihat pada tabel
5.5 berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun
2015
Tingkat
Pendidikan
Jumlah Warga Binaan Persentase
n %
Rendah 46 88,5
Tinggi 6 11,5
Jumlah 52 100,0
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 52 wanita warga binaan,
jumlahwarga binaan yang memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak46
orang (88,5%), lebih banyak daripada wanita warga binaan yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi, yakni sebanyak 6 orang (11,5%).
F. Perbedaan Tingkat Asupan Energi padaKejadian Obesitas
Berikut hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square
antara tingkat asupan energi dengan kejadian obesitas pada wanita warga
42
binaan di lembaga pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun
2015:
Tabel 5.6
PerbedaanTingkat Asupan Energi pada Kejadian Obesitas Wanita Warga
Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
Tahun 2015
Tingkat
Asupan
Energi
Obesitas
Total P
value Odds Ratio Obesitas
Tidak
Obesitas
n % n % n %
Lebih 8 66,7 4 33,3 12 100 0,741
1,478 (0,382 – 5,726) Cukup 23 57,5 17 42,5 40 100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa warga binaan yang mengalami
obesitas, lebih banyak berasal dari warga binaan yang memilikitingkat asupan
energi cukup, dengan jumlah warga binaan sebanyak 23 orang (57,5%)
dibandingkan dengan warga binaan yang memiliki tingkat asupan energi lebih.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p sebesar 0,741 yang artinya
pada α = 5%, tidak ditemukan adanya perbedaan tingkat asupan energi yang
bermakna pada kejadian obesitas wanita warga binaan Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015. Sekalipun
nilai p tidak bermakna, namun diperoleh nilai OR sebesar 1,478
(95%CI:0,382–5,726) yang mengandung arti bahwa warga binaan dengan
tingkat asupan energi lebih memiliki risiko sebesar 1,478 kali untuk
mengalami obesitas dibandingkan dengan warga binaan dengan tingkat asupan
energi cukup.
43
G. Perbedaan Konsumsi Minuman Manis padaKejadian Obesitas
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square antara
konsumsi minuman manis dengan kejadian obesitas pada wanita warga binaan
di lembaga pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015
dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini.
Tabel 5.7
PerbedaanKonsumsi Minuman Manispada Kejadian Obesitas Wanita
Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang Tahun 2015
Konsumsi
Minuman
Manis
Obesitas
Total P
value Odds Ratio Obesitas
Tidak
Obesitas
n % n % n %
Berisiko 9 60,0 6 40,0 15 100
1,000 1,023
(0,301 – 3,477) Tidak
Berisiko 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa warga binaan yang mengalami
obesitas, lebih banyak berasal dari warga binaan yang mengonsumsi minuman
manis pada tingkat tidak berisiko dengan jumlah warga binaan sebanyak 22
orang (59,5%) dibandingkan dengan warga binaan yang mengonsumsi
minuman manis pada tingkat berisiko. Berdasarkan hasil uji chi square
diperoleh nilai p sebesar 1,000 artinya pada α = 5%, tidak ditemukan adanya
perbedaankonsumsi minuman manis yang bermakna pada kejadian obesitas
wanita warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang tahun 2015.Sekalipun nilai p tidak bermakna,namun diperoleh nilai
OR sebesar 1,023(95%CI:0,301–3,477) yang mengandung arti bahwa warga
binaan dengan konsumsi minuman manis memiliki risiko sebesar 1,023 kali
untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan warga binaan dengan
konsumsi minuman manis tidak berisiko.
44
H. Perbedaan Tingkat Aktivitas Fisik pada Kejadian Obesitas
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square antara
tingkat aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada wanita warga binaan
diLembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015
dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8
Perbedaan TingkatAktivitas Fisik pada Kejadian Obesitas Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun 2015
Aktivitas
Fisik
Obesitas
Total P
value Odds Ratio Obesitas
Tidak
Obesitas
n % n % n %
Kurang
Aktif 17 65,4 9 34,6 26 100
0,572 1,619
(0,530 – 4,946) Aktif 14 53,8 12 46,2 26 100
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui warga binaan yang mengalami
obesitas, lebih banyak berasal dari warga binaan yang tergolong kurang aktif
dengan jumlah warga binaan sebanyak 17 orang (65,4%) dibandingkan
dengan warga binaan yang tergolong kurang aktif. Berdasarkan hasil uji chi
square diperoleh nilai p sebesar 0,572 artinya pada α = 5%,tidak ditemukan
adanya perbedaantingkat aktivitas fisik yang bermakna pada kejadian obesitas
wanita warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang tahun 2015. Sekalipun nilai p tidak bermakna, namun diperoleh
nilai OR sebesar1,619(95%CI:0,530–4,946) yang mengandung arti warga
binaan yang tergolong kurang aktif dalam beraktifitas fisik berisiko 1,619 kali
untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan warga binaan yang tergolong
aktif.
45
I. Perbedaan Tingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square antara
tingkat pendidikan dengan kejadian obesitas pada wanita warga binaan
diLembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015
dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini:
Tabel 5.9
PerbedaanTingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas Warga Binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang Tahun
2015
Tingkat
Pendidikan
Obesitas
Total P
value Odds Ratio Obesitas
Tidak
Obesitas
n % n % n %
Rendah 26 56,5 20 43,5 46 100 0,382
0,260 (0,028 – 2,405) Tinggi 5 83,3 1 16,7 6 100
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa warga binaan yang mengalami
obesitas, lebih banyak berasal dari warga binaan dengan tingkat pendidikan
rendah sebanyak26 orang (56,5%) dibandingkan dengan warga binaan dengan
tingkat pendidikan tinggi. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p
sebesar0,382 artinya pada α = 5%, tidak ditemukan adanya perbedaan tingkat
pendidikan yang bermakna pada kejadian obesitas wanita warga binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015.
Sekalipun nilai p tidak bermakna, namun diperoleh nilai OR sebesar
0,260(95%CI:0,028–2,405) yang mengandung arti warga binaan dengan
tingkat pendidikan rendah memiliki efek proteksi sebesar 0,260 kali terhadap
kejadian obesitas dibandingkan dengan warga binaan dengan tingkat
pendidikan tinggi.
46
46
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode food recall 24 jam untuk
mengukur variabel asupan energi dan konsumsi minuman manis.
Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali di waktu yang berbeda untuk
meningkatkan sensitifitasnya, serta dilakukan pula probingsaat food recall
berlangsung agar responden dapat mengingat lebih baik makanan dan
minuman yang dikonsumsinya selama 24 jam ke belakang.
B. Gambaran Obesitas pada Wanita Warga Binaan Lembaga
Pemasyarakatan Klas II B Tangerang Tahun 2015
Penelitian ini menemukan bahwa prevalensi obesitas pada wanita
warga binaan di lembaga pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
tahun 2015 sebesar 59,6%. Prevalensi obesitas ini lebih tinggi dibandingkan
dengan prevalensi obesitas menurut lingkar pinggang di Kota Tangerang,
yaitu 34,1% dan di seluruh Indonesia sebanyak 42,1%, pada tahun 2013
(Kementerian Kesehatan, 2013).
WHO menyatakan bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan
risiko kesakitan dan kematian.Hal ini dikarenakan obesitas dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berakibat kepada kematian, seperti
penyakit kardiovaskular, yang dinilai sebagai penyebab kematian nomor 1 di
47
dunia (WHO, 2015), diabetes mellitus tipe 2, kanker, bahkan juga berdampak
pada gangguan psikologis (Stern, 2009).
Tidak hanya dampaknya yang beragam, obesitas juga memiliki faktor
pencetus yang beragam.Faktor pencetus dari salah seorang penderita obesitas
mungkin berbeda dengan penderita obesitas lainnya. Menurut buku karya
Stern (2009) yang berjudul Obesity, obesitas dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti asupan energi, konsumsi minuman manis, dan aktivitas fisik.
Beberapa penelitian juga menemukan adanya hubungan antara tingkat
pendidikan serta pendapatan dengan obesitas (Dinsa, 2012).Namun pada
penelitian ini, tidak satupun dari faktor-faktor tersebut yang menunjukkan
hubungan atau perbedaan yang signifikan terhadap obesitas. Hal ini mungkin
terjadi karena obesitas yang dialami oleh warga binaan lembaga
pemasyarakatan ini disebabkan oleh faktor-faktor pencetus lain seperti riwayat
kebiasaan merokok dan tingkat stres.
C. Perbedaan Faktor-Faktor Independen pada Kejadian Obesitas Wanita
Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang Tahun 2015
1. Perbedaan Tingkat Asupan Energi pada Kejadian Obesitas Wanita
Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang Tahun 2015
Asupan energi warga binaan dipengaruhi oleh beberapa sumber
makanan, yakni makanan dari luar lembaga pemasyarakatan (biasanya
didapat dari keluarga yang berkunjung) atau makanan yang disediakan
oleh Lembaga Pemasyarakatan setempat. Lembaga Pemasyarakatan
menyediakan makanan bagi seluruh warga binaan setiap harinya, dengan
48
menu 10 hari-an yang sudah diatur oleh Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Ditjenpas).
Keseimbangan energi dapat dicapai apabila jumlah energi yang
masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan jumlah energi yang
dikeluarkan (Almatsier, 2009). Kelebihan energi yang masuk ke dalam
tubuh akan diubah menjadi lemak tubuh, dimana lemak tubuh pada
umumnya disimpan dengan pembagian 50% di jaringan bawah kulit
(subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut dan 5% di
jaringan intramuskuler. Sehingga orang dengan asupan energi lebih
memiliki potensi lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan
dengan orang dengan tingkat asupan energi cukup. Sebuah penelitian
membuktikan bahwa orang dengan asupan energi lebih berisiko
mengalami obesitas 1,86 kali lebih besar dibandingan dengan mereka yang
mempunyai asupan energi cukup (Christina, 2011).
Hasil survei konsumsi makanan yang dilakukan pada warga binaan
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil warga binaan yang memiliki
tingkat asupan energi lebih.Hal ini mungkin diakibatkan hanya sebagian
kecil warga binaan yang menghabiskan jatah makanannya tanpa sisa.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan pada Januari-Februari 2015
diperoleh data bahwa dari 51 orang warga binaan, hanya 10% diataranya
yang selalu menghabiskan makanan. Sedangkan sisanya, yakni 90%
termasuk ke dalam kelompok yang tidak selalu menghabiskan makanan.
Alasan mereka tidak menghabiskan makanannya juga variatif, yaitu 33,3%
49
karena bosan dengan menu, 21,6% menjawab porsi terlalu banyak, 13,7%
menjawab kenyang, 11,8% menjawab rasa yang kurang enak dan 9,8%
menjawab malas untuk makan (Nurlidyawati, 2015). Penyebab lain yang
mungkin adalah adanya The flat slope syndrome, yakni kecenderungan
untuk melebihkan maupun mengurangi asupan saat diwawancara.
Hasil analisis chi-square antara tingkat asupan energi terhadap
obesitas tidak memperoleh perbedaan yang signifikan.Hasil penelitian ini
tidak mampu membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan tingkat asupan energi pada kejadian obesitas wanita
warga binaan.Walaupun tidak ditemukannya perbedaan yang signifikan,
proporsi warga binaan obesitas yang memiliki asupan energi lebih,
lebihbanyak dibandingkan warga binaan obesitas yang memiliki asupan
energi cukup.Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ardila (2015)
tetapi sejalan dengan penelitian Arabshahi (2014).
Tidak ditemukannya perbedaan tingkat asupan energi pada
kejadian obesitas wanita warga binaan di penelitian ini selain karena hanya
sebagian kecil warga binaan yang memiliki asupan energi lebih, mungkin
juga dikarenakan proporsi yang tidak terlalu jauh berbeda antara warga
binaan obesitas yang memiliki asupan energi lebih dan warga binaan
obesitas yang memiliki asupan energi cukup.
50
2. Perbedaan Konsumsi Minuman Manis pada Kejadian Obesitas
Wanita Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas
II B Tangerang Tahun 2015
Minuman manis didefinisikan sebagai minuman yang mendapat
tambahan gula buatan di dalamnya. Konsumsi minuman manis pada
penelitian ini juga dinilai berdasarkan akumulasi jumlah gula yang
dikonsumsi responden dari minuman manis per harinya. Setiap individu
sehat dianjurkan untuk mengonsumsi gula tambahan paling banyak 50
gram setiap harinya (Ridwan, 2014).
Berdasarkan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita
Klas II B Tangerang tahun 2015 diperoleh bahwa sebagian besar
responden mengonsumsi minuman manispada batas aman, yakni kurang
dari 50 gram gula tambahan.Hal ini mungkin disebabkan karena
terbatasnya sumber minuman manis di lokasi terebut, sehingga minuman
manis disana tidak bervariasi jenisnya.
Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014), konsumsi gula lebih dari
50 gram per orang per hari akan mengakibatkan peningkatan berat badan
yang dapat berujung pada obesitas, bahkan dalam jangka waktu yang lama
akan meningkatkan kadar gula darah dan berdampak pada terjadinya
diabetes mellitus tipe 2. Selain itu, konsumsi gula yang berlebih ini juga
akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, dan serangan jantung. Hal ini
disebabkan minuman manismengandung energi ekstra.Salah satu
contohnya adalah pada gula pasir.Energi yang tersimpan pada 1 sendok teh
gula pasir adalah 16 kalori. Berarti, dalam satu gelas teh manis dengan 2
51
sendok makan (4 sendok teh) gula pasir sudah terkandung energi sebesar
32 kalori.
Selain itu, hal lainnya yang menyebabkan konsumsi minuman
manis berlebih dapat menyebabkan obesitas dan penyakit lainnya adalah
kalori pada minuman mungkin yang tidak dikenali oleh mekanisme
appetite (hasrat untuk mengonsumsi sesuatu), maka banyak orang yang
tetap mengonsumsi banyak makanan, meskipun mereka telah
mengonsumsi banyak minuman manis(Stern, 2009).
Berdasarkan hasil uji chi square terhadap obesitas diketahui bahwa
tidak ada perbedaan konsumsi minuman manis yang signifikan pada
kejadian obesitas wanita warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang. Namun, apabila melihat pada proporsi
responden yang mengalami obesitas di penelitian ini, mayoritas dari
mereka adalah responden yang memiliki perilaku konsumsi minuman
manis berisiko. Penelitian ini juga membuktikan bahwa individu dengan
perilaku konsumsi minuman manis berisiko memiliki kecenderungan
mengalami obesitas lebih besar dibandingkan dengan individu yang
perilaku konsumsi minuman manisnya tidak berisiko.
Tidak ditemukannya perbedaan konsumsi minuman manis yang
signifikan pada kejadian obesitas disini mungkin dikarenakan kecilnya
perbedaan proporsi antara warga binaan obesitas dengan konsumsi
minuman manis berisiko dan warga binaan obesitas dengan konsumsi
minuman manis tidak berisiko. Selain itu, jumlah sampel yang tersedia
menghasilkan kekuatan uji yang masih kurang dari 80 persen, sehingga
52
jumlah sampel dinilai tidak cukup untuk dapat membuktikan perbedaan
yang signifikan pada penelitian ini.
3. Perbedaan Tingkat Aktivitas Fisik pada Kejadian Obesitas Wanita
Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang Tahun 2015
Aktivitas fisik terbagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu aktivitas
fisik yang berhubungan dengan pekerjaan, berhubungan dengan pekerjaan
rumah tanga (seperti kegiatan di halaman, menjaga anak, dan pekerjaan
rumah lainnya), berhubungan dengan transportasi (seperti bersepeda atau
berjalan kaki) dan aktivitas fisik di waktu luang (seperti berolah raga
ataupun mngerjakan hobi).Aktivitas fisik mengacu pada seluruh gerakan
tubuh yang meningkatkan pengeluaran energi, sehingga berkaitan dengan
kejadian obesitas (Warburton, 2010).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada wanita warga
binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
diketahui bahwa responden yang tergolong aktif memiliki persentase yang
sama dengan respoden yang tergolong kurang aktif.Persentaseresponden
yang tergolong kurang aktif ini lebih besar apabila dibandingkan dengan
persentasemasyarakat Kota Tangerang yang tergolong kurang
aktif,berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia tahun
2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pengeluaran energi melalui aktivitas fisik merupakan bagian yang
penting dalam rangka menyeimbangkan energi yang menentukan berat
badan.Penurunan energy expenditure melalui pengurangan aktivitas fisik
53
memicu terjadinya kegemukan dan obesitas (WHO, 2003). Apabila kita
memiliki aktivitas fisik yang cukup besar maka persediaan lemak tubuh
kita akan terpakai. Keadaan ini terbukti dapat mencegah
kegemukan.Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Nisa‟ (2013),
namun sejalan dengan penelitian Wahyuningrum (2000)
Hasil analisis chi squarepada penelitian ini menunjukkan tidak
adanya perbedaantingkat aktivitas fisik yang signifikan pada kejadian
obesitas. lan dengan penelitian Ardila (2015). Menurut Ardila (2015),
tidak terdapatnya perbedaan aktivitas fisik pada kejadian obesitas pada
penelitiannya dikarenakan pengambilan data dilakukan saat musim transisi
dari panen padi ke tanam padi. Hal ini berpengaruh terhadap total nilai
MET responden dari kegiatan selama satu minggu yang hanya diukur
melalui satu kali wawancara saat pengambilan data berlangsung.
Walaupun tidak ditemukannya perbedaan aktivitas fisik yang
signifikan, proporsi warga binaan obesitas yang tergolong kurang aktif
lebih besar dibandingkan dengan proporsi warga binaan obesitas yang
tergolong aktif. Uji ini juga menunjukkan kecenderungan adanya risiko
yang lebih besar bagi responden dengan tingkat aktivitas fisik kurang
aktif terhadap kejadian obesitas dibandingkan dengan responden yang
tergolong aktif.
Tidak ditemukannya perbedaan yang signifikan mungkin
dikarenakan para responden memiliki aktivitas fisik yang hampir sama
(homogen). Selain itu, pengukuran aktivitas fisik yang dilakukan di
54
minggu yang lebih padat dari biasanya, juga mungkin menjadi salah satu
penyebab tidak ditemukannya perbedaan signifikan pada variabel ini.
4. Perbedaan Tingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas Wanita
Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang Tahun 2015
Salah satu butir nawa cita pendidikan Presiden Joko Widodo
adalah menyelenggarakan Wajib Belajar 12 Tahun. Wajib Belajar 12
Tahun tersebut mencakup 6 tahun Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), 3 tahun Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs) serta 3 tahun Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah
(SMA/MA) (Wurinanda, 2015).
Berdasarkan penelitian pada wanita warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang tahun 2015 diperoleh
hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan rendah.
Apabila dipecah ke dalam spesifikasi yang lebih kecil, maka diketahui
bahwa sebagian besar responden berada pada rentang pendidikantidak
tamatSD sampai dengan tamat SMP.
Tingkat pendidikan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara
pemilihan bahan makanan. Orang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi
akan cenderung memilih bahan makanan yang baik untuk tubuhnya
dibanding dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah
(Wahyuningrum, 2000).
Walaupun mayoritas responden pada penelitian ini memiliki
tingkat asupan rendah, jumlah sampel pada penelitian ini masih kurang
55
untuk membuktikan perbedaan yang signifikan, sehingga analisis chi-
square menunjukkan bahwa pada penelitian ini, tidak ditemukan
perbedaan tingkat pendidikan yang signifikan pada kejadian obesitas.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Ardila (2015) yang juga tidak
menemukan perbedaan yang signifikan tingkat pendidikan pada kejadian
obesitas.
56
56
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Sebagian besar wanita warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang mengalami kejadian obesitas (59,6%).
2. Sebagian besar wanita warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang memiliki asupan energi cukup (76,9%).
3. Sebagian besar wanita warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang memiliki perilaku konsumsi minuman manis
tidak berisiko (71,2%).
4. Jumlah wanita warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita
Klas II B Tangerang yang tergolong aktif sama dengan wanita warga
binaan yang tergolong kurang aktif (50,0%).
5. Sebagian besar wanita warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Wanita Klas II B Tangerang memiliki tingkat pendidikan rendah (88,5%).
6. Asupan energi pada kelompok wanita warga binaan yang obesitas dan
tidak obesitas tidak berbeda secara signifikan.
7. Konsumsi minuman manis pada kelompok wanita warga binaan yang
obesitas dan tidak obesitas tidak berbeda secara signifikan.
8. Tingkat aktivitas fisik pada kelompok wanita warga binaan yang obesitas
dan tidak obesitas tidak berbeda secara signifikan.
9. Tingkat pendidikan pada kelompok wanita warga binaan yang obesitas dan
tidak obesitas tidak berbeda secara signifikan.
57
B. Saran
1. Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang
a. Diharapkan pihak Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang mengadakan pemeriksaan status gizi, salah satunya dengan
melakukan pengukuran lingkar pinggang untuk mendeteksi kejadian
obesitas pada warga binaan
2. Peneliti Lain
a. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menemukan metode yang lebih
sensitif dalam mengukur aktivitas fisik warga binaan di lembaga
pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B Tangerang.
b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menyertakan variabel yang
belum diteliti pada penelitian ini, seperti riwayat kebiasaan merokok
dan tingkat stres warga binaan di lembaga pemasyarakatan.
c. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memiliki jumlah sampel yang
lebih besar sehingga hasil analisisnya dapat bermakna secara statistik.
58
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Arabshahi, Simin. 2014. Predictors of Change in Weight and Waist
Circumference: 15-year Longitudinal Study in Australian Adults. Europan
Journal of Clinical Nutrition (2014), 1 - 7
Ardila, Putri. 2015. Faktor Dominan Obesitas Sentral pada Kelompok Perempuan
Dewasa di Desa Ketug, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo Tahun
2015.Skripsi.Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi.
Universitas Indonesia
Asmayuni. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kegemukan Dilihat
dari Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Perempuan Umur 25-50 Tahun di
Kota Padang Panjang Tahun 2007. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Barasi, Mary E. 2009. At a Glance Ilmu.Gizi. Diterjemahkan oleh: Hermin Salim.
Jakarta: Erlangga
Cahyono, Suharjo. 2008. Gaya Hidup & Penyakit Modern. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Cappuccio, Fransesco P dkk. 2008. Meta Analysis of Short Sleep Duration and
Obesity in Children and Adults. Clinical Sciences Research Institute and
Institute of Education, University of Warwick Medical School, Conventry,
UK
Christina, Dilla dan Ratu Ayu Dewi Sartika. 2011. Obesitas pada Pekerja Minyak
dan Gas. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.6, No. 3, Desember
2011
Dinsa G. D, dkk. 2012. Obesity and Sosioeconomic Status in Developing
Countries: A Systematic Review. Obesity Reviews. doi: 10.111/j.1467-
789X.2012.01017.x
Dunn, Richard A. 2010. The Effect of Fast-food Availability on Obesity: An
Analysis by Gender, Race, and Residential Location. American Journal of
Agricultural Economics. Amer. J. Agr. Econ.1 – 16
Duvigneaud, Natalie, Katrien Wijndaele, Lynn Matton, dkk. 2007. Dietary
Factors Associated with Obesity Indicatord and Level of Sports
Participation in Flemish Adults: A Cross-Sectional Study. Nutrition
Journal 2007, 6:26
59
Farida, Nur. 2009. Bad and Good Habit: Kebiasaan untuk Tetap Sehat. Jakarta:
Grasindo
Ford, Earl S, Chaoyang Li, Anne G. Wheaton, dkk. 2014. Sleep Duration and
Body Mass Index and Waist Circumference Among US Adults. Obesity
(2014) 22, 598-607
Fowler, Sharon PG, Ken Williams dan Helen P Hazuda. 2015. Diet Soda Intake is
Associated with Long-term Increases in Waist Circumference in a Bi-
ethnic Cohort of Older Adults: The San Antonio Longitudinal Study of
Aging. J Am Geriatr Soc: 2015 April ; 63(4): 708-715
Gibson, Sigrid. 2008. Sugar-sweetened Soft Drinks and Obesity: A Systematic
Review of The Evidence from Observational Studies and Interventions.
Nutrition Research Reviews (2008), 21, 134-147
Hasanah, Robiatun. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Lebih Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Klas II A Tangerang 2010. Skripsi. Program
Studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Hofmekler, Ori. 2008. Maximum Muscle, Minimum Fat: The Secret Science
Behind Physical Transformation. California: North Atlantic Books
Howel. 2012. Trends in The Prevalence of Abdominal Obesity and Overweight in
English Adults (1993-2008). PubMed 2012 Aug;20(8):1750-2
Instalasi Gizi Perjen RS.Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien
Indonesia. 2010. Penuntun Diet (Edisi Baru). Editor: Sunita Almatsier.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Janghorbani, Mohsen, Masoud Amini, Walter C Willet, Mohammad Mehdi
Gouya, Alireza Delavari, dkk. 2007. First Nationwide Survey of
Prevalence of Overweight, Underweight, and Abdominal Obesity in
Iranian Adults. Obesity Vol. 15 No. 11 November 2007
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan
Kokkinos, Peter. 2010. Physical Activity and Cardiovascular Disease Prevention.
Amerika Serikat: Jones and Bartlett Publishers
Li, Fuzhong, Peter Harmer, Bradley J Cardinal, dkk. 2008. Built Environment and
1-Year Change in Weight and Weist Circumference in Middle-Aged and
Older Adults. Am J Epidemiol 2009;169:401-408
Muaris, Hindah. 2009. Yummy and Tasty One Dish Meal untuk Sahur Rendah
Garam Low Salt Food. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
60
Nisa‟, Khiyarotun. 2013. Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Obesitas
Sentral pada Kader Kesehatan di Wilayah UPT Puskesmas Kecamatan
Sawangan Kota Depok Tahun 2013.Skripsi. Universitas Indonesia
Nurlidyawati. 2015. Gambaran Realisasi Menu Makanan Sehari-hari Warga
Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II B
Anak Wanita Tangerang Tahun 2015. Laporan Magang. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Octaviana, Sherly Purnama. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Lebih pada Siswa Sekolah Dasar 05 Kuningan Barat di
Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2013. Skripsi. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Jakarta
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2011.Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kehakiman No. M.01-PR.07.03 Tahun 1985 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Pemasyarakatan diakses pada
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/inc/buka.php?czozMToiZD1ibisyMD
ExJmY9Ym43NTEtMjAxMS5odG0manM9MSI7 diakses pada 5 April
2015
Ridwan, Endi., dkk. 2014. Studi Diet Total. Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
Rosdiana, Asri Lestari. 2014. Pengaruh Demografi, Sosial-Ekonomi, Gaya Hidup,
Status Gizi dan Kesehatan terhadap Kejadian Obesitas Sentral pada Ibu
Rumah Tangga.Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi
Manusia. Institut Pertanian Bogor
Salim, Ali Nur. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Obesitas pada Karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
Smith, Kylie J, Sarah A McNaughton. Seana L Gall, Leigh Blizzard, Terence
Dwyer dan Alison J Venn. 2009. Takeaway Food Consumption and Its
Associations with Diet Quality and Abdominal Obesity: A Cross-Sectional
Study of Young Adults. International Journal of Behavioral Nutrition and
Physical Activity 2009, 6:29
Solechah, Siti Aisyah. 2014. Proporsi dan Faktor Risiko Sindrom Metabolik pada
Pekerja Wanita di Pabrik Garmen di Kota Bogor. Program Magister Ilmu
Gizi Masyarakat. Panel Gizi Makan, Juni 2014 Vol. 37 (1): 21 - 32
Stern, Judith dan Alexandra Kazaks. 2009. Obesity. California: ABC-CLIO
61
Sudikno, dkk.2010. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada
Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007). Gizi Indon
2010, 33 (1): 37-49
Summerfield, Liane M. 2012.Nutrition, Exercise and Behavior. Amerika Serikat:
Wadsworth
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk.2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Trisna, Ida dan Sudihati Hamid. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Obesitas Sentral pada Wanita Dewasa (30-50 Tahun) di Kecamatan
Lubuk Sikaping Tahun 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret – September
2009, Vol. 03, No. 2
Universitas Pendidikan Indonesia. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 1
Ilmu Pendidikan Teoretis. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama
Visscher, Tommy L. S, Marieke B. Snijder. dan Jacob C Seidell. 2010.
Epidemiology: Definition and Classification of Obesity. Clinical Obesity
in Adults and Children Third Edition. Editor: Peter G. Kopelman, Ian D.
Caterson, William H. Dietz. Singapore: Blackwell Publishing Limited
https://books.google.co.id/books?id=1W2M1lnHeccC&printsec=frontcove
r#v=onepage&q&f=false
Wang, Hao, Jing Wang, Miao-Miao Liu, Da Wang, Yu-Qin Liu dkk. 2012.
Epidemiology of General Obesity, Abdominal Obesity and Related Risk
Factors in Urban Adults from 33 Communities of Northeast China: The
CHPSNE Study. BMC Public Health 2012 12:967
Warburton, Darren. 2010. Physical Activity and Obesity: The Physical Activity
and Exercise Continuum. (Ed: Claude Bouchard).Amerika Serikat: Human
Kinetics
_______________________. 2003. Diet, Nutrition and Prevention of Chronic
Disease. WHO Technical Report Series No. 916. Geneva
_______________________. 2005. Guidelines for Data Processing and Analysis
of The International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) – Short and
Long Forms.
_______________________. 2015. Obesity and Overweight. Fact sheets.WHO
:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/
Wurinanda, Iradhatie. 2015. Wajib Belajar 12 Tahun Harus Punya Payung
Hukum.Artikel.
http://news.okezone.com/read/2015/10/29/65/1240325/wajib-belajar-12-
tahun-harus-punya-payung-hukum
xii
LAMPIRAN
xiii
PERBEDAAN ASUPAN ENERGI, KONSUMSI MINUMAN MANIS,
AKTIVITAS FISIK DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA KEJADIAN
OBESITAS WANITA WARGA BINAAN LEMBAGA
PEMASYARAKATAN ANAK WANITA KLAS II B TANGERANG
TAHUN 2015
Assalamualaikum wr.wb, Selamat siang,
Perkenalkan saya adalah mahasiswi Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang sedang melakukan penelitian mengenai “Perbedaan Asupan Energi,
Konsumsi Minuman Manis, Aktivitas Fisik dan Tingkat Pendidikan pada Kejadian
Obesitas Wanita Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Klas II B
Tangerang Tahun 2015”. Penelitian ini saya lakukan sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Oleh sebab itu, saya meminta bantuan Ibu/Sdri untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Semua informasi yang Ibu/Sdri berikan pada penelitian ini
akan dijaga kerahasiaannya. Saya sangat mengharapkan Ibu/Sdri dapat mengisi
beberapa formulir yang saya berikan dan mengikuti pengukuran status gizi yang
akan saya lakukan.
Atas kerjasama dan seluruh bantuannya, saya mengucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr, wb, Selamat siang.
Hormat Saya,
AQMARINA
xiv
Data Lingkar Pinggang Responden
No Nama Tanggal Lahir LP LP LP Rata-rata
Lampiran 1
xv
Langkah Pengukuran Lingkar Pinggang
Langkah 1 : Menjelaskan pada responden tujuan pengukuran lingkar pinggang.
Langkah 2 : Meminta responden untuk berdiri tegak dan bernafas normal.
Langkah 3 : Meminta responden dengan santun untuk membuka pakaian di
bagian pinggang dan raba tulang rusuk terakhir responden untuk
menetapkan titik pengukuran.
Langkah 4 : Beri tanda pada tulang rusuk paling bawah responden.
Langkah 5 : Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul, beri
tanda.
Langkah 6 : Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir dengan
titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul, kemudian tandai
titik tengah tersebut.
Langkah 7 : Kemudian secara horizontal lingkarkan pita pengukur dimulai dari
titik tengah ke sekeliling perut melewati bagian yang paling besar
lalu berakhir pada titik tengah lagi. Setelah hasil pengukuran
diketahui, catat hasil.
Langkah 8 : Ulangi langkah langkah 4 sampai 7 sebanyak 2 kali sehingga
didapat 3 hasil pengukuran.
Lampiran 2
xvi
Formulir Food Recall 24 Jam Nama :
Tanggal Pengambilan Data :
Waktu
Makan
Nama
Makanan/
Minuman
Bahan Makanan/
Minuman
Teknik
Pengolahan
(Digoreng/
Direbus/
Teknik lain)
Berat
(gr)(diisi
petugas)
Lampiran 3
xvii
Langkah-langkah Pelaksanaan Food Recall 24 Jam
Berikut langkah-langkah pelaksanaan food recall 24 jam menurut Supariasa
(2012):
1. Pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT).
2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
3. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan (DKGA)
atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia. Namun penelitian ini
menggunakan Angka Kebutuhan Energi (AKE) masing-masing individu
sebagai standarnya.
Lampiran 4
xviii
Lampiran 5
Penentuan Angka Kebutuhan Energi
Berikut cara menentukan Angka Kebutuhan Energi menggunakan Rumus
Harris-Benedict (1919):
Laki-laki = {66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)} x Koef.
Aktivitas Fisik
Perempuan= {655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)} x
Koef. Aktivitas Fisik
Keterangan : BB = berat badan dalam kg
TB = tinggi badan dalam cm
U = umur dalam tahun
Tabel Lampiran 5
Koefisien Aktivitas Fisik
Aktivitas Gender
Laki-laki Perempuan
Sangat ringan 1,30 1,30
Ringan 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,70
Berat 2,10 2,00
(Instalasi Gizi Perjan RS Dr.Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010).
xix
Kuesioner Aktivitas Fisik Nama :
Asal Paviliun :
Tanggal Pengambilan Data :
Tingkat Pendidikan :
Petunjuk pengisian:
1. Tidak ada jawaban benar atau salah, ini bukan tes
2. Pertanyaan harus dijawab dengan jujur dan akurat
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik selama 7 hari terakhir
1) Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunakan tenaga fisik kuat sehingga
napas jauh lebih cepat dari biasanya. Seperti: jalan cepat, jogging/berlari, menari,
berkebun (dengan menggunakan peralatan berat, memanjat, memotong ranting),
melakukan pekerjaan rumah tangga (memindahkan perabot, membawa belanjaan dan
benda berat sambil menaiki/menuruni tangga, bermain dengan anak-anak (berlari,
bersepeda), senam aerobik yang dilakukan minimal selama 10 menit.
a. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik seperti
yang dijelaskan di atas?
□ _______________________ hari seminggu
b. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk melakukan aktivitas berat tersbeut
dalam sehari?
□ _________jam___________ menit sehari
2) Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas yang menggunakan daya fisik yang sedang
sehingga membuat Anda bernapas agak lebih kuat dari biasanya. Seperti: olahraga
bukan aerobik (golf, tennis, voli, bulu tangkis), sit up, push up, berkebun
(membersihkan rumput dan daun yang berserakan, mencangkul, menanam), pekerjaan
rumah tangga (mengepel lantai dan membersihkan rumah dengan banyak
menggunakan tangan, menjemur pakaian yang dilakukan minimal selama 10
menit.
Lampiran 6
xx
a. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik seperti
yang dijelaskan di atas?
□ _______________________ hari seminggu
b. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk melakukan aktivitas fisik sedang
tersebut dalam sehari?
□ _________jam___________ menit sehari
3) Berjalan kaki termasuk berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain pada waktu
senggang yang dilakukan minimal selama 10 menit.
a. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Anda berjalan kaki seperti yang dijelaskan
di atas?
□ _______________________ hari seminggu
b. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk berjalan kaki tersebut dalam
sehari?
□ _________jam___________ menit sehari
4) Duduk termasuk bagian dari perilaku sedentary. Waktu yang digunakan untuk duduk
pada hari kerja atau dalam rumah termasuk juga waktu duduk yang dihabiskan di
tempat kerja, di rumah, waktu senggang, mengunjungi teman-teman, membaca, atau
duduk berbaring sambil nonton televise yang dilakukan minimal selama 10 menit.
a. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari yang Anda gunakan untuk duduk seperti
yang dijelaskan di atas?
□ _______________________ hari seminggu
b. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk duduk tersebut dalam sehari?
□ _________jam___________ menit sehari
(Sumber: WHO, 2006)
xxi
Kategori Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik Berat Aktivitas Fisik Sedang
Bekerja berat (mengangkat beban berat, memindahkan perabotan)
Menyikat lantai, menyapu area luar, membersihkan jendela, memindahkan perabotan ringan, membawa sampah yang berat, membawa air yang berat
Jogging Menanam pohon, memberikan pupuk
Jalan cepat (2 meter/detik atau lebih) Memotong rumput dengan mesin pemotong
Push up Berjalan selama 1.25 meter/detik
Menari daerah (dengan penuh semangat) Berjalan 1.5 meter/detik
Berolahraga sepak bola Berjalan cepat (1.75 meter/detik)
Menyekop (> 5 kg/menit) Bermain bola voli, badminton, tenis meja
Membawa beban berat, membawa kayu besar
Senam, olahraga ringan
Menggunakan pemotong rumput yang tidak bermesin
Mengajar olahraga
Aerobik
Menari modern, menari daerah (ringan)
Memanjat
Bernyanyi dan aktif bergerak (seperti di gereja)
Menyapu halaman
Memunguti rumput dan dedaunan
Menggali, mencangkul, menyekop (<5 kg/menit), memangkas semak
Lampiran 7
xxii
Hasil Analisis Data
A. Analisis Univariat
1. Obesitas
LP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Obesitas 31 59.6 59.6 59.6
Tidak Obesitas 21 40.4 40.4 100.0
Total 52 100.0 100.0
2. Asupan Energi
Asupan_Energi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lebih 12 23.1 23.1 23.1
Cukup 40 76.9 76.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
3. Konsumsi Minuman Manis
Minuman_Manis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Berisiko 15 28.8 28.8 28.8
Tidak Berisiko 37 71.2 71.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
Lampiran 8
xxiii
4. Aktivitas Fisik
kategori_aktivitas2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang Aktif 26 50.0 50.0 50.0
Aktif 26 50.0 50.0 100.0
Total 52 100.0 100.0
5. Tingkat Pendidikan
Tingkat_Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 46 88.5 88.5 88.5
Tinggi 6 11.5 11.5 100.0
Total 52 100.0 100.0
B. Analisis Bivariat
1. Perbedaan Asupan Energi pada Kejadian Obesitas
Asupan_Energi * LP Crosstabulation
LP
Total Obesitas Tidak Obesitas
Asupan_Energi > 100% Count 8 4 12
Expected Count 7.2 4.8 12.0
% within Asupan_Energi 66.7% 33.3% 100.0%
<= 100% Count 23 17 40
Expected Count 23.8 16.2 40.0
% within Asupan_Energi 57.5% 42.5% 100.0%
Total Count 31 21 52
Expected Count 31.0 21.0 52.0
% within Asupan_Energi 59.6% 40.4% 100.0%
xxiv
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .322a 1 .570
Continuity Correctionb .054 1 .816
Likelihood Ratio .327 1 .567
Fisher's Exact Test .741 .413
N of Valid Casesb 52
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Asupan_Energi (> 100% / <=
100%)
1.478 .382 5.726
For cohort LP = Obesitas 1.159 .717 1.875
For cohort LP = Tidak
Obesitas .784 .326 1.886
N of Valid Cases 52
xxv
2. Perbedaan Konsumsi Minuman Manis pada Kejadian Obesitas
Minuman_Manis * LP Crosstabulation
LP
Total Obesitas Tidak Obesitas
Minuman_Manis Berisiko Count 9 6 15
Expected Count 8.9 6.1 15.0
% within Minuman_Manis 60.0% 40.0% 100.0%
Tidak Berisiko Count 22 15 37
Expected Count 22.1 14.9 37.0
% within Minuman_Manis 59.5% 40.5% 100.0%
Total Count 31 21 52
Expected Count 31.0 21.0 52.0
% within Minuman_Manis 59.6% 40.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .001a 1 .971
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .001 1 .971
Fisher's Exact Test 1.000 .611
N of Valid Casesb 52
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.06.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Minuman_Manis (Berisiko /
Tidak Berisiko)
1.023 .301 3.477
For cohort LP = Obesitas 1.009 .617 1.650
For cohort LP = Tidak
Obesitas .987 .474 2.052
N of Valid Cases 52
xxvi
3. Perbedaan Aktivitas Fisik pada Kejadian Obesitas
kategori_aktivitas2 * LP Crosstabulation
LP
Total Obesitas Tidak Obesitas
kategori_aktivitas2 Kurang Aktif Count 17 9 26
Expected Count 15.5 10.5 26.0
% within kategori_aktivitas2 65.4% 34.6% 100.0%
Aktif Count 14 12 26
Expected Count 15.5 10.5 26.0
% within kategori_aktivitas2 53.8% 46.2% 100.0%
Total Count 31 21 52
Expected Count 31.0 21.0 52.0
% within kategori_aktivitas2 59.6% 40.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .719a 1 .397
Continuity Correctionb .320 1 .572
Likelihood Ratio .721 1 .396
Fisher's Exact Test .572 .286
N of Valid Casesb 52
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
kategori_aktivitas2 (Kurang
Aktif / Aktif)
1.619 .530 4.946
For cohort LP = Obesitas 1.214 .772 1.909
For cohort LP = Tidak
Obesitas .750 .383 1.468
N of Valid Cases 52
xxvii
4. Perbedaan Tingkat Pendidikan pada Kejadian Obesitas
Tingkat_Pendidikan * LP Crosstabulation
LP
Total Obesitas Tidak Obesitas
Tingkat_Pendidikan Rendah Count 26 20 46
Expected Count 27.4 18.6 46.0
% within Tingkat_Pendidikan 56.5% 43.5% 100.0%
Tinggi Count 5 1 6
Expected Count 3.6 2.4 6.0
% within Tingkat_Pendidikan 83.3% 16.7% 100.0%
Total Count 31 21 52
Expected Count 31.0 21.0 52.0
% within Tingkat_Pendidikan 59.6% 40.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.585a 1 .208
Continuity Correctionb .667 1 .414
Likelihood Ratio 1.761 1 .185
Fisher's Exact Test .382 .211
N of Valid Casesb 52
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.42.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Tingkat_Pendidikan (Rendah
/ Tinggi)
.260 .028 2.405
For cohort LP = Obesitas .678 .437 1.052
For cohort LP = Tidak
Obesitas 2.609 .423 16.089
N of Valid Cases 52