LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
TAHUN : 2004 NOMOR : 17
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU
NOMOR 6 TAHUN 2004
TENTANG
POLA RETRIBUSI BADAN PENGELOLA
RSUD Dr. ABDUL RIVAI KABUPATEN BERAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BERAU,
Menimbang : a. bahwa dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang membutuhkan pengobatan,
perlu ditetapkan pola retribusi sebagai imbalan
atas penyediaan sarana yang digunakan ;
b. bahwa untuk maksud tersebut diatas, perlu ditetapkan
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Berau.
- 2 -
Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 27 Tahun 1959 ( Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 72 ) tentang Penetapan
Undang - Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
( Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9 ) Sebagai
Undang – Undang ( Memori Penjelasan dalam
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820 ) ;
2. Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang
Pokok - Pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun
1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2068 ) ;
3. Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1963 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576) ;
4. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara Nomor3495) ;
5. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2002 (Lembaran
Negara Tahun 2002 No. 249, Tambahan Lembaran
Negara No. 4048);
- 3 -
6. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839) ;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun
2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4139 ) ;
9. Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968
tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri
Sipil, Penerima Pensiun serta Anggota Keluarganya ;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II
Berau Nomor 08 Tahun 1991 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Berau ;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor
24 Tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah
Kabupaten Berau ;
- 4 -
12. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 27 Tahun
2002 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Berau.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BERAU
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG POLA RETRIBUSI BADAN PENGELOLA RSUD Dr. ABDUL RIVAI KABUPATEN BERAU
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau ;
- 5 -
b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta
Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan
Eksekutif Daerah ;
c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau ;
d. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Berau ;
e. Kas Daerah adalah Kantor Kas Daerah Kabupaten
Berau ;
f. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,
perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Daerah dengan nama dan bentuk apapun, Persekutuan,
Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau
organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun,
bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha
lainnya ;
g. Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah,
yang selanjutnya disingkat Badan Pengelola RSUD
adalah Badan Pengelola Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau ;
h. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengelaola
RSUD Dr. Adul Rivai Kabupaten Berau ;
- 6 -
i. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seseorang dalam rangka observasi, diagnosis,
pengobatan serta pelayanan kesehatan lainnya
oleh institusi kesehatan ;
j. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kepada
pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya
tanpa tinggal di ruang rawat inap ;
k. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada
pasien untuk obeservasi, diagnosis, pengobatan,
perawatan, rehabilitasi medik serta pelayanan
kesehatan lainnya dengan menempati tempat
tidur ;
l. Pelayan Rawat Darurat adalah pelayanan
kesehatan yang harus diberikan secapatnya
untuk mencegah / menanggulangi resiko kematian
atau cacat ;
m. Pola Retribusi adalah pedoman dasar peraturan
retribusi yang ditetapkan dengan indeks biaya
yang berlaku di Kabupaten Berau ;
- 7 -
n. Retribusi adalah sebagian atau keseluruhan
biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan medik,
penunjang medik dan non medik yang dibebankan
kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa
sarana dan jasa pelayanan yang diterimanya ;
o. Jasa Sarana Rumah Sakit (Jasa Sarana) adalah
imbalan kepada penyedia / pemilik sarana
atas kemudahan yang diberikan kepada seseorang
dalam rangka diagnosis, pengobatan, perawatan,
rehabilitasi medik dan pencegahan akibat
penyakit ;
p. Jasa Pelayanan Kesehatan (Jasa Pelayanan)
adalah imbalan kepada pemberi / petugas pelayanan
atas pelayanan yang diberikan kepada seseorang
dalam rangka diagnosis, pengobatan, perawatan,
rehabilitasi medik dan pencegahan akibat
penyakit ;
q. Indeks Biaya Pelayanan Kesehatan (Indeks
Biaya) adalah sistem indeks untuk menentukan
retribusi pelayanan rumah sakit milik Pemerintah
Kabupaten Berau berdasarkan pemakaian bahan
dan alat habis pakai, bahan makanan serta bahan
bakar ;
- 8 -
r. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa
yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau Badan ;
s. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang
menurut peraturan perundang - undangan diwajibkan
untuk melakukan pembayaran retribusi ;
t. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah,
yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD, adalah
surat yang digunakan oleh wajib Retribusi untuk
melaporkan data obyek retribusi dan Wajib
Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran
retribusi yang terutang menurut peraturan
perundang-undangan ;
u. Retribusi adalah surat oleh wajib Retribusi
digunakan untuk pembayaran atau penyetoran Retribusi
yang terhutang ke Kas Daerah atau pembayaran
lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah ;
v. Surat Setoran Rertibusi Daerah adalah surat yang
oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan
pembayaran ;
- 9 -
w. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selajutnya
disebut SKRD, adalah surat ketetapan yang
menentukan besarnya pokok retribusi ;
x. Surat Ketetapan Retribusi Kurang Bayar, yang
selanjutnya dapat disingkat SKRKBT, adalah
surat ketetapan yang menentukan tambahan atas
jumlah retribusi yang telah ditetapkan ;
y. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar,
yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB, adalah
surat ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran retribusi, karena jumlah kredit
retribusi lebih besar daripada retribusi yang
terutang atau tidak seharusnya terutang ;
z. Surat Tagihan Retribusi Daerah, selanjutnya
dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan / atau sanksi administrasi
berupa bunga dan /atau denda ;
aa. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan
atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB
yang diajukan oleh Wajib Pajak ;
- 10 -
bb. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk
mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan /
atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan
peraturan perundang - undangan ;
cc. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Retribusi
Daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di Bidang
Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1) Obyek retribusi pelayanan kesehatan dipungut
retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah ;
- 11 -
(2) Obyek retribusi adalah setiap orang yang
mendapat pelayanan pada Rumah Sakit Umum
Daerah.
Pasal 3
(1) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau Badan
yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari
Rumah Sakit Umum Daerah ;
(2) Tidak termasuk obyek retribusi adalah pelayanan
pendaftaran dan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Propinsi
dan Pihak Swasta.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 4
Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai
Retribusi Jasa Umum.
- 12 -
BAB I V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 5
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi
pelayanan kesehatan.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI
Pasal 6
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur
dan besarnya retribusi dimaksudkan untuk menutup
biaya penyelenggaraan pelayan kesehatan
dengan mempertimbangkan biaya penyediaan
jasa, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan ;
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk biaya investasi prasarana dan sarana,
biaya opersional dan pemeliharaan ;
- 13 -
(3) Penetapan retribusi pelayanan kesehatan seperti
dimaksud ayat (1) diperhitungkan berdasarkan
Indeks Biaya untuk masing - masing jenis pelayanan
kesehatan ;
(4) Besarnya Indeks Biaya Pelayanan Kesehatan
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Berau ;
BAB VI
PELAYANAN YANG DIKENAKAN RETRIBUSI
Pasal 7
(1) Pelayanan yang dikenakan retribusi terdiri atas :
a. Rawat jalan (Poliklinik Spesialis, Umum, Gigi dan
Mulut, Gizi, Rehabilitasi Medik) ;
b. Rawat Darurat ;
c. Perawatan Intermediate (Observasi) ;
d. Rawat Inap ;
e. Perawatan Perinatal ;
f. Perawatan Intensif (ICU, ICCU, NICU dan PICU) ;
- 14 -
f. Tindakan Medik Operatif dan Terapi : Sederhana, Kecil,
Sedang, Besar dan Khusus (terencana / elektif
dan tidak terencana/akut) ;
g. Tindakan Anestesi Umum/Regional ;
h. Pelayan Kebidanan dan Penyakit Kandungan ;
i. Tindakan Medik Non Operatif dan Terapi (Visite &
Konsultasi Medik);
j. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik :
- Laboratorium Klinik, Sederhana, Sedang dan
Canggih ;
- Diagnostik Elektromedik : Sederhana, Sedang dan
Canggih ;
- Radio-diagnostik : Sederhana, Sedang dan
Canggih ;
k. Rehabilitasi Medik : Sederhana, Sedang dan Canggih ;
l. Pemeriksaan Kesdehatan ;
m. Perawatan Jenazah : Penyimpanan, Perawatan,
Pemeriksaan Luar, Otopsi dan Konservasi/Pengawetan
Jenazah ;
n. Pelayanan Mobil Ambulance dan Mobil Jenazah ;
o. Pemakaian Oksigen (O2).
(2) Komponen retribusi untuk setiap jenis pelayanan
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri atas :
- 15 -
a. Komponen biaya Jasa Sarana ;
b. Komponen biaya Jasa Pelayanan ;
c. Komponen biaya Bahan/Alat Kesehatan Habis Pakai.
Pasal 8
Kelas Perawatan rumah Sakit Umum Daerah terdiri dari
Kelas III, Kelas II, Kelas I, Kelas Utama dan VIP serta
Perawatan Intensif (ICU, ICCU. NICU dan PICU).
Pasal 9
Retribusi Rawat Jalan (Poliklinik)
(1) Untuk menentukan besarnya Retribusi Rawat Jalan
diperhitungkan Komponen Biaya Jasa Sarana,
Komponen Biaya Jasa Pelayanan dan Komponen
Biaya Bahan / Alat Kesehatan Habis Pakai ;
(2) Retribusi Kunjungan Rawat Jalan adalah 1 (satu)
kali kunjungan untuk 1 (satu) jenis pelayanan
spesialistik atau pelayanan non spesialistik ;
(3) Untuk rujukan intern (antar pelayanan spesialistik
atau non spesialistik ) dikenakan tarif yang sesuai ;
- 16 -
(4) Yang termasuk pelayanan Rawat Jalan adalah
sebagai berikut :
a. Poliknik Spesialis ;
b. Poliknik Umum, Gigi dan Mulut, Gizi dan rehabilitasi
Medik ;
(5) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
40% dari Indeks Biaya, Besarnya Komponen Biaya
jasa Pelayanan ditetapkan 60% dari Indeks Biaya
dan Besarnya Kompunen Biaya Bahan / Alat
Kesehatan Habis Pakai ditetapkan 15% dari Indeks
Biaya;
(6) Besarnya Kompunen Biaya Jasa Sarana dan Jasa
Pelayanan untuk pelayanan imunisasi ditetapkan
seperti pada ayat ( 5 ) Pasal ini dan besarnya
Komponen Biaya Bahan / Alat Kesehatan Habis
Pakai ditetapkan 50% dari Indeks Biaya untuk 2 (dua)
jenis suntikan imunisasi dan 75% dari Indeks
Biaya untuk lebih dari 2 (dua) jenis suntikan imunisasi ;
(7) Biaya Pelayanan Penunjang Diagnotis, Tindakan
Medik Operatif dan Terapi dan penggunaan obat /
bahan Farmasi dibayar tersendiri sesuai dengan
tarif yang ditetapkan untuk jenis pemerikasaan,
tindakan dan atau pelayanan tersebut ;
- 17 -
Pasal 10
Retribusi Rawat Darurat
(1) Untuk menentukan besarnya Retribusi Rawat
Darurat diperhitungkan Kompunen Biaya Jasa Sarana,
Komponen Biaya Jasa Pelayanan dan Komponen
Biaya Bahan / Alat Kesehatan Habis Pakai ;
(2) Retribusi Kunjungan Rawat Darurat adalah untuk
1 (satu) kali Kunjungan di Instalasi Rawat Darurat
(IRD);
(3) Besarnya Kompunen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebesar 70% dari Indeks Biaya, besarnya Kompunen
Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan sebesar 105 %
dari Indeks Biaya dan besarnya Kompunen Biaya
Bahan / Alat Kesehatan Habis Pakai ditetapkan
sebesar 20% dari Indeks Biaya ;
(4) Retribusi sebagaimana tersebut pada ayat 3 Pasal
ini tidak termasuk biaya Tindakan Medik Operatif
dan Terapi, Pemriksaan Penunjang Diagnostik dan
pemakaian obat / bahan farmasi dibayar sendiri
sesuai dengan biaya yang ditetapkan untuk
masing - masing pelayanan tersebut ;
- 18 -
Pasal 11
Retribusi Rawat Inap
(1) Untuk menentukan besarnya tarif Rawat Inap
diperhitungkan Komponen Biaya Jasa Sarana,
Kompunen Biaya Jasa Pelayanan dan Komponen Biaya
Jasa Bahan Makanan berdasarkan kelas Perawatan ;
(1) Jumlah hari perawatan dihitung mulai penderita
masuk rumah sakit sampai penderita keluar,
dengan ketentuan apabila hari masuk dihitung,
maka hari keluar tidak dihitung ;
(2) Biaya pelayanan Penunjang Diagnostik, Tindakan
Medik Operatif dan Terapi, Tindakan Medik Non
Operatif dan Terapi (Visite dan Konsultasi Medik ),
Pelayanan Rehabilitasi Medik, pemakaian obat /
bahan farmasi dibayar sendiri sesuai dengan
retribusi yang ditetapkan untuk masing - masing
pelayanan tersebut ;
Pasal 12
(1) Indek Biaya Bahan Makanan pada Rawat Inap
dijadikan dasar perhitungan untuk menetapkan tarif
Kelas Perawatan ;
- 19 -
(2) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebagai berikut ;
a. Kelas III 60% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 70% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 80% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 120% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 140% dari Indeks Biaya.
(3) Besarnya Komponen Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan
sebagai berikut;
a. Kelas III 90% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 105% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 120% dari indeks biaya ;
d. Kelas Utama 180% dari indeks biaya ;
e. VIP 210% dari indeks biaya.
(4) Besarnya Komponen Biaya Makanan ditetapkan sebagai
berikut;
a. Kelas III 25% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 35% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 50% dari indeks biaya ;
d. Kelas Utama 70% dari indeks biaya ;
e. VIP 100% dari indeks biaya.
- 20 -
(5) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana dan
Komponen Biaya Jasa Pelayanan yang berasal dari
bahan makanan ditetapkan masing - masing 50%
dari indeks biaya.
Pasal 13
Perawatan Intermediate (Observasi) :
(1) Untuk menentukan besarnya tarif Perawatan
Intermediate (Observasi) diperhitungkan Komponen
Biaya Jasa Sarana, Komponen Biaya Jasa
Pelayanan dan Komponen Biaya Bahan
Makanan;
(2) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana, Komponen
Biaya Jasa Pelayanan dan Komponen Biaya
Bahan Makanan ditetapkan sama dengan pasien
Kelas II.
(3) Retribusi Tindakan Medik Non Operatif dan Terapi
(Visite dan Konsultasi Medik) ditetapkan 2 (dua) kali
Kelas II;
(4) Retribusi Tindakan Medik Operatif dan Terapi ditetapkan
sama dengan Kelas II;
- 21 -
(5) Jumlah hari perawatan dihitung mulai penderita
masuk Ruang Intermediate (Observasi) sampai
penderita keluar Ruang Intermediate;
(6) Biaya pelayanan Penunjang Diagnostik, Tindakan
Medik Operatif dan Terapi, pelayanan Rehabilitasi
Medik, pemakaian obat / bahan farmasi dibayar
tersendiri sesuai dengan tarif yang ditetaapkan
untuk masing - masing pelayanan tersebut.
Pasal 14
Retribusi Perawatan Perinatal
(1) Untuk menentukan besarnya tarif Perawatan
Perinatal diperhitungkan Komponen Biaya Jasa
Sarana, Komponen Biaya Jasa Pelayanan dan
Kompenen biaya Bahan / Alat Kesehatan Habis
Pakai ;
(2) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana dan Komponen
Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan mengikuti kelas
perawatan orang tuanya dan menyesuaikan dengan
Indeks Biaya Perawatan Perinatal ;
- 22 -
(3) Jumlah hari perawatan dihitung mulai penderta masuk
Ruang Perawatan Perinatal sampai penderita keluar
Ruang Perawatan Perinatal, dengan ketentuan apabila
hari masuk dihitung, maka hari keluar tidak dihitung ;
(4) Biaya pelayanan Penunjang Diagnostik, Tindakan
Medik Operatif dan Terapi, Tindakan Medik Non
Operatif dan Terapi (Visite dan Konsultasi Medik),
pemakaian obat / bahan farmasi dibayar tersendiri
sesuai dengan tarif yang ditetapkan untuk masing -
masing pelayanan tersebut.
Pasal 15
(1) Indeks Biaya Bahan / Alat Kesehatan Habis Pakai
pada Perawatan Perinatal dijadikan dasar perhitungan
untuk menetapkan tarif Kelas Perawatan.
(2) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III 60% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 70% dsri Indeks Biaya ;
c. Kelas I 80% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 120% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 140% dari Indeks Biaya.
- 23 -
(3) Besarnya Komponen Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III 90% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 105% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 120% dari Indeks biaya ;
d. Kelas Utama 180% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 210% dari Indeks Biaya.
(4) Besarnya Komponen Biaya Bahan /Alat Kesehatan Habis
Pakai ditetapkan sebesar 25% dari Indeks Biaya .
a. Kelas III 5% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 15% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 20% dari indeks biaya ;
d. Kelas Utama 25% dari indeks biaya ;
e. VIP 25% dari indeks biaya
Pasal 16
Retribusi Perawatan Insentif (ICU, ICCU, NICU dan PICU )
(1) Indeks Biaya Bahan Makanan pada Perawatan Insentif
dijadikan dasar perhitungan untuk menetapkan
besarnya tarif perawatan intensif ;
- 24 -
(2) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana, Komponen
Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan sebesar 3 (tiga)
pasien Kelas II, dan Basarnya Komponen Biaya
Bahan Makanan ditetapkan sebesar Komponen
Biaya Bahan Makanan pasien Kelas II ;
(3) Biaya Pelayanan Penunjang Diagnostik, Tindakan
Medik Operatif dan Terapi, Tindakan Medik Non
Operaif dan Terapi (Visite dan Konsultasi
Medik), pelayanan Rehabilitasi Medik, pemakian obat /
bahan farmasi dibayar tersendiri sesuai dengan
tarif yang ditetapkan untuk masing - masing pelayanan
tersebut ;
Pasal 17
Retribusi Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
(1) Besarnya Indeks Biaya pelayanan Penunjang
Diagnostik diperhitungkan sebesar rata - rata biaya
penggunaan Bahan / Alat Kesehatan Habis Pakai
untuk masing-masing tingkat kecanggihan Pemeriksaan
Penunjang Diagnostik ;
(2) Retribusi Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
pasien Rawat Jalan disamakan dengan retribusi
pemeriksaan sejenis pasien Rawat Inap Kelas III ;
- 25 -
(3) Retribusi Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
pasien Rawat Jalan berasal dari Rujukan Swasta,
besarnya disamakan dengan retribusi pemeriksaan
sejenis pasien Rawat Inap Kelas II.
Pasal 18
Retribusi Pemeriksaan penunjang Diagnostik
(1) Komponen retribusi Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik sebagaimana dimaksud pada Pasal 17
ayat (2) dan (3), terdiri atas :
a. Komponen Biaya Jasa Sarana ;
b. Komponen Biaya Pelayanan ;
c. Komponen Biaya Bahan/Alat Kesehatan Habis Pakai ;
(2) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana dietapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III/ RJ 50% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II/Ruj. Swasta 75% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 100% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 140% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 160% dari Indeks Biaya ;
f. ICU/ICCU/NICU dan PICU 110% dari Indeks Biaya ;
- 26 -
(3) Besarnya Komponen Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III/RJ 50% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II/Ruj. Swasta 75% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 100% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 140% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 160% dari Indeks Biaya ;
f. ICU/ICCU/NICU dan PICU 110% dari Indeks Biaya;
(4) Besarnya Komponen Biaya Bahan / Alat Kesehatan
Habis Pakai ditetapkan sebesar 15% dari Indeks
Biaya ;
(5) Untuk pemeriksaan penunjang diagnostik yang
sifatnya segera (cito) besarnya biaya pemeriksaan
ditetapkan sebesar 125% dari biaya biasa (non cito).
Pasal 19
Retribusi Tindakan Medik Operatif dan Terapi
(1) Indeks Biaya Bahan/Alat Kesehatan Habis Pakai
dijadikan dasar perhitungan untuk menetapkan
retribusi Tindakan Medik Operatif dan Terapi
Terencana.
- 27 -
(2) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III/RJ 40% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II/IRD/IMC/Ruj. Swasta 50% dari Indeks
Biaya ;
c. Kelas I 80% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 100% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 110% dari Indeks Biaya ;
f. ICU/ICCU/NICU dan PICU 85% dari Indeks
Biaya ;
(3) Besarnya Komponen Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III/Rawat Jalan 60% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II/IRD/IMC/Ruj. Swasta 75% dari Indeks
Biaya ;
c. Kelas I 120% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 150% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 165% dari Indeks Biaya ;
f. ICU/ICCU/NICU dan PICU 128% dari Indeks Biaya ;
- 28 -
(4) Besarnya Komponen Biaya Bahan / Alat Kesehatan
habis Pakai Tindakan Medik Operatif dan
Terapi Sederhana dan Kecil ditetapkan sebesar
100% dari Indeks Biaya, sedangkan untuk
Tindakan Medik Operatif dan Terapi Sedang, Besar
dan Khusus besarnya sesuai dengan pemakaian
(Revolving Fund System) ;
(5) Untuk Tindakan Medik Operatif dan Terapi Tidak
Terencana (Akut / Emergency) retribusi tersebut
pada ayat (2) dan (3) pasal ini sebesar 125%
dari Tindakan Medik Operatif dan Terapi Terencana /
Elektif;
(6) Retribusi Tindakan Medik Operatif dan Terapi
Khusus adalah 1,5 kali tarif Tindakan Medik Operatif
dan Terapi Besar Terencana/Elektif;
(7) Biaya pemeriksaan Penunjang Diagnostik,
Rehabilitasi Medik, bahan farmasi / obat dan Alat
Kesehatan Habis Pakai yang dapat diresepkan
dibayar tersendiri sesuai dengan tarif yang berlaku
untuk itu.
- 29 -
Pasal 20
Retribusi Tindakan Anestisi Umum/Regional
(1) Retribusi Tindakan anestisi Umum / Regional pada
Tindakan Medik Operatif dan Terapi diperhitungkan
berdasarkan komponen biaya Jasa sarana, Komponen
Biaya Jasa Pelayanan dan Komponen Biaya Bahan /
Alat Kesehatan Habis Pakai;
(2) Besarnya Komponen biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebesar 0% dari Indeks biaya dan besarnya Komponen
Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan sebesar 35%
(tiga puluh lima persen) dari Besarnya Komponen
Biaya Jasa Pelayanan Tindakan Medik Operatif
dan terapi sesuai Jenis / Klasifikasi Tindakan Medik
Operatif dan terapi, serta Kelas Perawatan yang
diambil;
Pasal 21
Retribusi Pelayanan Kebidanan dan Penyakit Kandungan
(1) Indeks Biaya pertolongan persalinan diperhitungkan
berdasarkan rata - rata penggunaan bahan / alat
kesehatan habis pakai;
- 30 -
(2) Retribusi pelayanan pertolongan persalinan per
vaginam (partus normal dan dengan penyulit)
diperhitungkan berdasarkan Komponen Biaya Jasa
Sarana, Komponen Biaya jasa Pelayanan dan
Komponen Biaya Bahan / Alat Kesehatan Habis
Pakai;
(3) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana persalinan
per vaginam tanpa penyulit (partus normal) ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III 40% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 50% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 80% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 100% dari Indeks biaya ;
e. VIP 110% dari Indeks Biaya ;
(4) Besarnya Komponen Biaya Jasa Pelayanan persalinan
per vaginam tanpa penyulit (partus normal) ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III 60% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 75% dari Indeks biaya ;
c. Kelas I 120% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 150% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 165% dari Indeks Biaya ;
- 31 -
(5) Besarnya Komponen Biaya Bahan / Alat Kesehatan
Habis Pakai ditetapkan sesuai dengan pemakaiaan
(Revolving Fund System) ;
(6) Retribusi persalinan per vaginam disertasi penyulit
(persalinan per vaginam dengan mempergunakan
lat vakum ekstraktor / cunam) ditetapkan sebesar
125% dari partus normal ;
(7) Retribusi persalinan perabdominal (Seksio Sesarea)
sesuai dengan retribusi Tindakan Medik Operatif dan
Terapi Besar sesuai dengan Kelas Perawatan yang
diambil ;
(8) Retribusi tindakan pelayanan kebidanan dan
penyakit kandungan yang lain sesuai dengan
jenis / klasifikasi tindakan medik operatif dan
terapi serta kelas perawatan yang diambil ;
(9) Biaya pemeriksaan Penunjang Diagnostik, bahan
farmasi / obat dibayar tersendiri sesuai dengan
tarif yang berlaku untuk saat itu.
Pasal 22
Retribusi Tindakan Medik Non Operatif dan Terapi
(Visite dan Konsultasi Medik)
- 32 -
(1) Untuk menentukan besarnya retribusi Tindakan
Medik Non Operarif (Visite dan Konsultasi Medik)
diperhitungkan Komponen Biaya Jasa Sarana
dan Komponen Biaya Jasa Pelayanan berdasarkan
Kelas Perawatan ;
(2) Indeks Biaya Bahan Makanan pada Rawat Inap
dijadikan dasar perhitungan untuk menetapkan
retribusi Tindakan Medik Non Operatir dan Terapi ;
(3) Besarnya Indeks Biaya Tindakan Medik Non
Operatif dan Terapi ditetapkan 50% (lima puluh
persen) dari indeks biaya Bahan Makanan
sesuai Kelas Perawatan yang diambil ;
(4) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III 40% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 50% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 80% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 100% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 110% dari Indeks Biaya ;
f. ICU/ICCU/NICU dan PICU 85% dari Indeks Biaya ;
(5) Besarnya Komponen Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan
sebagai berikut :
- 33 -
a. Kelas III 60% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II 75% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 120% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 150% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 165% dari Indeks Biaya ;
f. ICU/ICCU/NICU dan PICU 128% dari Indeks Biaya ;
Pasal 23
Retribusi Pelayanan Rehabilitasi Medik
(1) Untuk menentukan retribusi pelayanan Rehabilitasi
medik ditetapkan berdasarkan tiap - tiap jenis
pelayanan rehabilitasi medik (sederhana, Sedang
dan Canggih ) serta Kelas Perawatan yang
diambil ;
(2) Indeks Biaya pelayanan Rehabilitasi Medik
diperhitungkan sesuai dengan rara-rata bahan / alat
Kesehatan Habis Pakai yang dipergunakan untuk
masing - masing pelayanan Rehabilitasi medik
Sederhana, Sedang dan Canggih ;
- 34 -
(3) Komponen Biaya untuk menentukan retribusi
rehabilitasi Medik terdiri dari Komponen Biaya Jasa
Sarana, Komponen Biaya Jasa Pelayanan serta
Komponen Biaya Bahan / Alat Kesehatan Habis Pakai ;
(4) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III/Rawat Jalan 50% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II/Ruj. Swasta 75% dari Indeks Biaya ;
c. Kelas I 100% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 140% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 160% dari Indeks Biaya ;
f. ICU/ICCU/NICU dan PICU 120% dari Indeks Biaya .
(5) Besarnya Komponen Jasa Pelayanan ditetapkan
sebagai berikut :
a. Kelas III / Rawat Jalan 50% dari Indeks Biaya ;
b. Kelas II / Ruj. Swasta 75% dari Indeks Biaya :
c. Kelas I 100% dari Indeks Biaya ;
d. Kelas Utama 140% dari Indeks Biaya ;
e. VIP 160% dari Indeks Biaya ;
f. ICU/ICCU/NICU dan PICU 120% dari Indeks Biaya.
- 35 -
(6) Besarnya Komponen Biaya Bahan / Alat Kesehatan
Habis Pakai ditetapkan sebesar 15% dari Inseks
Biaya .
Pasal 24
Retribusi Perawatan Jenazah
(1) Retribusi perawatan jenazah diperhitungkan
atas dasar penggunaan bahan dan alat yang
dipergunakan ;
(2) Komponen Biaya Jasa Sarana, Komponen Biaya
Jasa Pelayanan dan Komponen Biaya Bahan /
Alat Kesehatan ditetapkan sebesar retribusi pasien
Rawat Inap Kelas II ;
(3) Penyimpanan jenazah dijinkan paling lama 2 (dua) x
4 jam dan retribusi penyimpanan jenazah per hari
ditetapkan sebesar retribusi Rawat Inap Kelas I
atau di kuburkan oleh pihak rumah sakit ;
(4) Indeks Biaya Tindakan Otopsi / Bedah Jenazah
untuk kepentingan Visum et Repertum diperhitungkan
berdasarkan penggunaan bahan / alat kesehatan
habis pakai yang dipergunakan ;
- 36 -
(5) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
40% dari Indeks Biaya, besarnya Komponen
Biaya Jasa Pelayanan ditetapkan 60% dari
Indeks Biaya, serta Komponen Biaya Bahan /
Alat Kesehatan Habis Pakai ditetapkan 100%
dari Indeks Biaya ;
(6) Retribusi pemeriksaan (jenazah) luar untuk
kepentingan Visum et Repertum ditetapkan
sebesar 50% dari retribusi otopsi jenazah ;
(7) Retribusi pengawetan / konservasi (formalisasi)
jenazah pasca otopsi jenazah / pasca pemeriksaan
luar ditetapkan sebesar 150% dari tarif otopsi
jenazah / pemeriksaan luar ;
(8) Retribusi seperti dimaksud pada ayat (5) dan (6)
Pasal ini, tidak termasuk retribusi pemeriksaan
contoh (sample) bagian tubuh jenazah yang dirujuk /
dikirim ke laboratorium forensik serta biaya
pengirimannya.
Pasal 25
Retribusi Pemeriksaan Kesehatan
- 37 -
(1) Untuk menentukan besarnya retribusi Pemeriksaan
Kesehatan diperhitungkan Komponen Biaya Jasa
Sarana, Komponen Biaya Jasa Pelayanan dan
Komponen Biaya Bahan / Alat Kesehatan Habis
Pakai ;
(2) Yang termasuk Pemeriksaan Kesehatan adalah
pemeriksaan kesehatan untuk memenuhi persyaratan :
a. Melanjutkan sekolah ;
b. Melamar pekerjaan dan penerimaan pegawai ;
c. Mengurus Asuransi ;
d. Dan pelayanan General Check-Up.
(3) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana, Jasa
Pelayanan dan Alat Kesehatan Habis Pakai
ditetapkan masing-masing 40%, 60% dan 10%
dari Indeks Biaya untuk keperluan melanjutkan
sekolah ; besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana,
Jasa Pelayanan dan Alat Kesehatan Habis
Pakai ditetapkan masing-masing 50%, 75% dan
10% dari Indeks Biaya untuk melamar pekerjaan,
besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana,
Jasa Pelayanan dan Alat Kesehatan Habis
Pakai ditetapkan masing-masing 70%, 105% dan
25% dari Indeks Biaya untuk pengurusan Asuransi ;
- 38 -
serta besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana,
Jasa Pelayanan dan Alat Kesehatan Habis
Pakai ditetapkan masing-masing 110%, 165% dan
25% dari Indeks Biaya untuk General Check-Up ;
(4) Biaya pemeriksaan penunjang Diagnostik, termasuk
pengiriman contoh (sampel) dan pemeriksaan
penunjang Diagnostik ditempat lain, dibayar
tersendiri sesuai dengan Retribusi yang ditetapkan
untuk jenis pemeriksaan / pelayanan tersebut.
Pasal 26
Retribusi Penggunaan Mobil Ambulance dan
Mobil Jenazah
(1) Indeks Biaya pelayanan mobil ambulance dan
mobil jenazah diperhitungkan berdasarkan rata -
rata penggunaan bahan bakar setiap 5 (lima) km/pp ;
(2) Indeks Biaya pelayanan mobil ambulance dan
mobil jenazah untuk 5 (lima) km/pp kedua
dan seterusnya berlaku kelipatannya ;
(3) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebesar 150% dari Indeks Biaya ;
- 39 -
(4) Besarnya Komponen Biaya Jasa Pelayanan
ditetapkan sebesar 150% dari Indeks Biaya ;
(5) (5) Komponen Biaya Bahan Bakar ditetapkan
sebesar 50% dari Indeks Biaya untuk 5 (lima) km/pp
pertama dan sebesar 100% dari Indeks Biaya
untuk 5 (lima) km/pp kedua dan kelipatannya ;
(6) (6) Biaya tunggu pelayanan mobil ambulance
dan mobil jenazah per jam ditetapkan sebesar
50% dari Komponen Biaya Jasa Sarana dan
Komponen Biaya Jasa Pelayanan .
Pasal 27
Retribusi Pemakaian Oksigen (O2)
(1) Indeks Biaya Bahan Gas Oksigen (O2) diperhitungkan
berdasarkan penggunaan bahan gas oksigen setiap
strip skala luar manometer regulator oksigen ;
(2) Besarnya Komponen Biaya Jasa Sarana ditetapkan
sebesar 50% dari Indeks Biaya ;
(3) Besarnya Komponen Biaya Jasa Pelayanan
ditetapkan sebesar 100% dari Indeks Biaya ;
- 40 -
(4) Besarnya Komponen Biaya Bahan Gas Oksigen
ditetapkan sebesar 50% dari Indeks Biaya .
BAB VII
PENGELOLAAN DAN PENATAUSAHAAN
PENERIMAAN RUMAH SAKIT
Pasal 28
(1) Sebagian penerimaan rumah sakit disetor ke
Kas Daerah Kabupaten Berau melalui Dinas
Pendapatan Daerah ;
(2) Penerimaan rumah sakit yang bersifat medical
service (jasa pelayanan) dapat dipergunakan
secara langsung oleh rumah sakit untuk keperluan
menunjang biaya operasional, pembinaan pegawai
dan pengembangan rumah sakit ;
(3) Selain itu rumah sakit menerima 35% dari
pendapatan jasa sarana (hospital service) untuk
biaya intensifikasi pengelolaan rumah sakit ;
- 41 -
(4) Pengelolaan jasa pelayanan dan sebagian
jasa sarana sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal
ini diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan dan
dilaporkan kepada Kepala Daerah ;
Pasal 29
Keringanan dan pembebasan tarif :
(1) Kepala Badan diberi kewenangan untuk meringankan
sebagian atau seluruhnya biaya pelayanan rumah
sakit atas dasar Surat Keterangan Tidak Mampu
dari pejabat yang berwenang ;
(2) Biaya pelayanan kesehatan terhadap pasien
sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini
dibebankan kepada pasal pengeluaran yang
khusus tersedia dalam APBD Kabupaten Berau;
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 30
Retribusi dipungut di wilayah, daerah tempat pelayanan
Kesehatan diberikan.
- 42 -
BAB IX
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 31
(1) Wajib Retribusi mengisi SPdORD ;
(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap
serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau
kuasanya ;
(3) Bentuk, isi, serta tata cara pengisian dan
penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud
pada ayat 1) ditetapkan oleh Kepala Daerah ;
BAB X
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 32
Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkan
SKRD atau dokumentasi yang dipersamakan.
- 43 -
BAB XI
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 33
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud
pada Pasal 31 ayat (1) ditetapkan retribusi
terhutang dengan menerbitkn SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan ;
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan
ditemukan data baru dan/atau data yang semula
belum terungkap yang menyebabkan penambahan
jumlah retribusi yang terhutang, maka dikeluarkan
SKRDKBT ;
(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala
Daerah ;
BAB XII
TATA CARA PEMUNGUTAN
- 44 -
Pasal 34
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan ;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan;
BAB XIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 35
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada
waktunya, atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XIV
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 36
(1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi
sekaligus ;
- 45 -
(2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat -
lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan,
SKRDBT dan STRD ;
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat
pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan
Kepala Daerah ;
BAB XV
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 37
(1) Retribusi terhutang berdasarkan SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan, SKRDKBT, STRD dan
Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan
jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah,
yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib
Retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) ;
(2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang - undangan yang
berlaku ;
- 46 -
BAB XVI
K E B E R A T A N
Pasal 38
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberetan
hanya Kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB ;
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dengan disertai alasan - alasan yang
jelas ;
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan
atas ketetapan retribusi, Wajib retribusi harus
dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan
retribusi tersebut ;
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT
dan SKRDLB yang diterbitkan , kecuali apabila
Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukan
bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaannya ;
- 47 -
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3)
dalam pasal ini dianggap sebagai bukan Surat
Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan ;
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban
membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan
retribusi .
Pasal 39
(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima harus memberi Keputusan atas keberatan
yang diajukan ;
(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat
berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak
atau menambah besarnya retribusi yang terhutang ;
(3) Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud
ayat (2) pasal ini bersifat final ;
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak
memberikan suatu Keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan ;
- 48 -
BAB XVII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 40
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib
Retribusi dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Kepala Daerah ;
(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat
(1), harus memberikan Keputusan ;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) telah dilampaui dan Kepada Daerah
tidak memberikan suatu Keputusan permohonan
pengembalian kelebihan retribusi dianggap
dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan ;
(4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang
retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung
diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
hutang retribusi tersebut ;
- 49 -
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkan SKRDLB ;
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran
retribusi dilakuikan setelah lewat jangka waktu
2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan
atas keterlambatan pembayaran kelebihan
retribusi ;
Pasal 41
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
retribusi diajukan secara tertulis kepada
Kepala Daerah dengan sekurang - kurangnya
menyebutkan :
a. Nama dan alamat Wajib retribusi ;
b. Masa retribusi ;
c. Besarnya kelebihan pembayaran ;
d. Alasan yang singkat dan jelas ;
- 50 -
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
retribusi disampaikan secara langsung atau
melalui Pos Tercatat ;
(3) Bukti penerimaan oleh Kepala Daerah atau
Pejabat yang ditunjuk atau bukti pengiriman
Pos Tercatat merupakan bukti saat permohonan
diterima ;
Pasal 42
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan
dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar
Kelebihan Retribusi ;
(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi
diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 40 ayat (4),
pembayaran dilakukan dengan cara pemindah
bukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku
sebagai bukti pembayaran.
BAB XVIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
- 51 -
Pasal 43
(1) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk
dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan
pembebasan retribusi ;
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi, antara
lain untuk mengangsur ;
(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) antara lain diberikan kepada
masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau
kerusuhan ;
(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan
Retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah atau
Pejabat yang ditunjuk ;
BAB XIX
KADALUARSA PENAGIHAN
- 52 -
Pasal 44
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi Kadaluarsa
setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun
terhitung sejak saat terhutangnya retribusi,
kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan
tindak pidana di bidang retribusi ;
(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:
a. Diterbitkan Surat Teguran, atau ;
b. Ada pengakuan hutang retribusi dari Wajib
Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung ;
BAB XX
P E N Y I D I K A N
Pasal 45
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil bertugas dan
berwenang untuk melakukn tindak pidana
pelanggaran atas ketentuan - ketentuan dalam
Peraturan Daerah yang berlaku dalam wilayah
hukum di tempat penyidikan ditempatkan ;
- 53 -
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana
dimaksud ayat (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil
mempunyai wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari
seseorang tentang adanya tindak pidana ;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di
tempat kejadian dan melakuan pemeriksaan ;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari
kegiatannya dan memeriksa tanda pengenal dari
tersangka ;
d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat ;
e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka ;
f. Memanggil orang untuk didengar keterangannya
dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara ;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah
mendapat petunjuk dari Kepolisian Republik
Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana
- 54 -
dan selanjutnya melalui Kepolisian Republik
Indonesia memberitahukan hal tersebut kepada
Kejaksaan Negeri, kepada tersangka atau
keluarganya ;
i. Mengadukan tindakan lainnya menurut hukum
yang dapat dipertanggungjawabkan ;
(3) Penyidikan sebagaimana dimaksud ayat (2)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut
umum melalui penyidik polri.
BAB XXI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 46
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan
kewajiban sehingga merugikan Keuangan Daerah
diancam Pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau Denda paling banyak 4 (empat) kali
jumlah Retribusi yang terhutang ;
- 55 -
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal
ini adalah pelanggaran ;
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 47
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini segala ketentuan
yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan
tidak berlaku lagi ;
Pasal 48
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan daerah ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian
dengan Keputusan Kepala Daerah ;
Pasal 49
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan ;
- 56 -
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Berau.
Diundangkan di Tanjung Redeb Pada tanggal 29 Mei 2004
BUPATI BERAU
ttd
Drs. H. MASDJUNI.
Diundangkan di Tanjung Redeb
Pada tanggal 12 Juni 2004
SEKRETARIS DAERAH,
ttd
Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 010055469
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN 2004 NOMOR : 17