Download - Perkembangan ilmu zaman kontemporer 2
Matakuliah : Dosen Pembimbing :
Teori Komunikasi Toni Hartono, M.Si
TEORI BUDAYA ORGANISASI
Disusun Oleh Kelompok IV :
ANDI HAMZAH
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam fikiran manusia bersifat sinambung. Fikiran yang baru mempunyai ciri
tersendiri untuk membedakannya dengan yang lama. Ilmu yang berkembang pada
abad kedua puluh adalah jawaban dari persoalan yang dibuat sendiri oleh manusia di
akhir abad sebelumnya.
Di zaman kontemporer ini manusia tidak perlu pusing memikirkan bagaimana
cara mendapatkan alat-alat untuk memenuhi kebutuhan kehidupan. Semua telah
tersedia, hampir semua kegiatan bersentuhan dengan teknologi canggih dan hal ini
sudah menjadi kewajaran. Mereka tinggal menjadi konsumen teknologi yang siap
pakai. Mereka tidak pernah ambil pusing tentang bagaimana teknologi itu dibuat.
Generasi saat ini tinggal mengembangkan. Dan seperti yang telah disebutkan di atas
bahwa perkembangan yang ada saat ini tidak akan luput dari jasa pemikiran masa
lampau.
Untuk itu alangkah lebih baiknya kita mengetahui dan memahami sejarah
perkembangan ilmu(dalam hal ini adalah sejarah ilmu zaman kontemporer), terkait
dengan tokoh-tokoh kontemporer beserta pemikirannya dan juga isu yang
berkembang di zaman kontemporer.
Dari sini diharapkan para pembaca mampu memahami akar perkembangan
ilmu dan dapat memahami juga karakteristiknya.
2
B. Abstrak
Bila di zaman purba, manusia prasejarah tercatat mempunyai benih ilmu di bidang
astronomi, kemudian mulai mengenal tulisan dan hitungan yang mengawali zaman
sejarah, lalu zaman modern dihentikan dengan masa Renaissance sebagai masa
bangkitnya kembali Eropa dari kegelapan, maka zaman kontemporer sangat kental
dengan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.(Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu,
2011:71)
Dan seperti yang kita ketahui bersama bahwa sejak zaman modern sampai saat ini
hampir semua sisi kehidupan manusia baik dari sektor ekonomi, politik, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan, transportasi, pendidikan, seni, kesehatan dan lain-
lain semuanya membutuhkan sentuhan teknologi. Yang selanjutnya selalu mengalami
perkembangan dan semakin mengarah pada kehidupan praktis.
Percepatan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi sangat di luar
dugaan, begitu cepat. Dampak positifnya sudah jelas bahwa hidup semakin terasa
praktis namun dampak negatifnya pun mengkhawatirkan, mencakup kehidupan
materil maupun spirituil.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Ilmu Zaman Kontemporer
“There is no perfect in the World”, barang kali ungkapan ini tepat dan perlu
dihadirkan dan direfleksikan disini. Sebab, bila kita menelusuri jejak pemikiran
filsafat mulai abad klasik, pertengahan, dan modern, ternyata ada kelemahan dan
kekurangan di satu sisi serta kelebihan dan kesempurnaan di lain sisi. Proses
dialektika, meminjam istilahnya Hegel, antara tesis-antitesis dan sintesis acap kita
jumpai dalam khazanah pemikiran filsafat. Filsafat modern yang konon katanya,
sudah lebih sempurna ternyata masih ada sisi kurangnya hingga akhirnya muncul
pemikiran baru dalam aras pemikiran baru dalam aras pemikiran yang disebut
pemikiran filsafat kontemporer. (Ali Maksum, Pengantar Filsafat, 2011:195)
Suatu warisan kultural renaisans yang mencerminkan kelemahan manusia
modern adalah sikap mendewakan rasio manusia secara berlebihan. Pendewaan ini
mengakibatkan adanya kecenderungan untuk menyisihkan seluruh nilai dan norma
dalam menyandang kenyataan kehidupan.
Soedjatmoko (1984:202) mengatakan bahwa ilmu dan teknologi sekarang ini
berhadapan dengn pertanyaan pokok tentang jalan yang haru ditempuh selanjutnya;
pertaan itu sebenarnya berkisar pada masalah ketidakmampuan manusia
mengendalikan ilmu dan teknologinya itu, jalannya ilmu dan teklogi tidak dapat lagi
dikendalikan manusia. Pertanyaan-pertanyaan mengenai dirinya sendiri, mengenai
tujuannya dan mengenai cara-cara pengembangannya, tidak akan dapat dijawab oleh
ilmu dan teknologi tanpa menoleh kepada patokan-patokan mengenai moralitas,
makna dan tujua hidup manusia modern. Patokan-patokan tentang moralitas, makna
4
dan tujuan hidup ternyata berakar pada Agama. (Ahmad Tafsir, Fillsafat Umum,
2008:258)
Tiga dasa warsa terakhir menjelang berakhirnya abad ke 20, terjadi
perkembangan baru yang mulai menyadari bahwa manusia selama ini telah salah
dalam menjalani kehidupannya. Manusia mulai merindukan dimensi spiritual yang
telah hilang dari kehidupannya. Di dunia ilmu muncul pandangan yang menggugat
paradigma positivistik. Tokoh seperti Kuhn (1970) telah mengisyaratkan adanya
upaya pendobrakan tatkala ia mengatakan bahwa kebenaran ilmu bukanlah suatu
kebenaran sui generis (objektif). (Ahmad Tafsir, Fillsafat Umum, 2008:259)
Capra mengatakan bahwa budaya dunia (dalam hal ini terutama Barat) telah
terpuruk di lembah kehancuran, penuh kontradiksi, kacau. Penyebab pertamanya
ialah tidak tepatnya paradigma yang digunakan dalam penyusunan kebudayaan
Barat itu. Inilah kekeliruan pemikiran yang dimaksud. (Ahmad Tafsir, Fillsafat
Umum, 2008:263)
Sebenarnya untuk pengembangan budaya sains, paradigma sains (Secientivic
Paradigma) sungguh sesuai dan amat memadai, tetapi untuk mengembangkan Budaya
dalam bidang seni dan etika paradigma itu tidak memadai. Yang dilakukan di Barat
selama ini ialah paradigma sains itu digunakan dalam pengembangan budaya sains,
dan dipaksakan digunakan juga dalam pengembangan budaya seni dan etika.
Capra melihat bahwa penyebab kekacauan itu karena tidak didunakannya
paradigma utuh dalam merekayasa budaya. Dan Capra menuding bahwa Cartesian
dan Newtonian-lah yang bertanggung jawab memunculkan paradigma tunggal itu.
Selanjutnya penggunaan paradigma tunggal itulah sebagai penyebab kekacauan
budaya. Proses kehancura budaya Barat yang dijelaskan Capra itu dapat digambarkan
dalam skema berikut.
5
capra mengusulkan harus ada paradigma tunggal (yang mampu melihat alam sebagi
sesuatu yang wholeness) untuk digunakan dalam mendesains kembali budaya dunia.
Dia menghendaki agar filsafat China yaitu I Ching digunakan dalam
memformulasikan paradigma baru tersebut. Menurutnya filsafat China tersebut
mampu melihat dunia sebagai suatu sistem. (Ahmad Tafsir, Fillsafat Umum,
2008:263)
a. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya
1) William James dan Perkembangan pragmatisme
William James dilahirkan di New York pada tahun 1842. Setelah belajar
ilmu kedokteran di Universitas Hadvard, kemudian pada tahun 1855-1860
William James belajar di Inggris, Prancis, Swiss, dan Jerman. Ia kembali ke
amerika dan memberi kuliah di Hardvrat dalam bidang anatomi, fisiologi,
psikologi, dan filsafat hingga tahun 1907. Pada tahun 1910 ia meninggal dunia.
William James selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatism” yang
juga di sebut dengan istilah “Radical Emperisme”. Pragmatisme adalah suatu
aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya
sebagai yang benar dengan perantaraan yang akibat-akibatnya bermanfaat secara
praktis. (Ali Maksum, Pengantar Filsafat, 2011:197). Patokan Pragmatisme
adalah manfaat bagi hidup praktis.
Sedangkan “Emperisme Radikal” adalah suatu empirisme harus tidak
menerima suatu unsur alam bentuk apa pun yang tidak di alami secara
langsung,atau mengeluarkan dari bentuknya unsur yang di alami secara langsung.
(Ali Maksum, Pengantar Filsafat, 2011:197).
6
a) Kebenaran Pragmatis
Dalam bukunya The meaning of The Truth (1909), James
mengemukakan bahwa tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, dan berdiri sendiri yang terlepas dari segala akal yang
mengenal. Yang ada adalah kebenaran-kebenaran “Plural”, yuaitu apa yang
benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali dapat di ubah
oleh pengalaman berikutnya. (Ali Maksum, Pengantar Filsafat, 2011:198).
b) Pragmatisme dan Etika
Menurut James,terdapat hubungan yang erat antara konsep
pragmatisme mengenai kebenaran dan sumber kebaikan. Suatu bentuk teori
Etika dapat di bangun demi teori pragmatisme ini,metode Pragmatisme dalam
memberikan batasan antara yang baik atau jelek,adalah sama seperti
membatasi apakah suatu itu benar atau salah.
c) Kepercayaan Religius menurut James
Menurut James dalam bermacam macam pengalaman kehidupan,
manusia mempunyai hubungan dengan suatu Zat yang lebih (a more). Ia
menunjukan sikap bersandarnya kepada Zat tersebut dalam sembahyang dan
do’a. dalam arti Keagamaan,Tuhan adalah kecondongan ideal atau pendukung
yang murah hati dalam pengalaman manusia.( Harold H. Titus, Persoalan-
Persoalan Filsafat.hlm 346.)
Dalam bukunya The Varietes of Religious Experience
(Keanekaragaman Pengalaman Keagamaan). James mengemukakan bahwa
gejala-gejala keagamaan itu berasal dari kebutuhan-kebutuhan perorangan
yang tidak di sadari. Keagamaan mempunyai nilai yang saman-sama memberi
kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.(William S. Sahakian History of
Phylosophy,hlm 262-263; Juhana S.Praja,Aliran-Aliran Filsafat dan Etika,
Bandung: Yayasan Piara, 1993, hlm 116)
7
2) John Dewey
Dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan
studinya di Baltimore menjadi guru besar di bidang filsafat kemudian juga
bidang pendidikan pada universitas-universitas di Mionnesata, Michigan,
Chicago ( 1894-1904 ), dan akhirnya di universitas Colombia ( 1904-1929 ).
(Harun Hadiwijono, sari sejarah filsafat barat..hlm. 133 ; Juhaya S. Praja,
aliran-aliran filsafat )
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut
sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Intrumentalisme adalah suatu
usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep,
pertimbangan-pertimbangan penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya
yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana
pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan
pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
( Willliam S. Sahakian, History of phyplosophy, hlm. 269; Juhaya S, praja,
aliran-aliran filsafat, hlm. 116 ). Sikap dewey yang dapat kita teliti mengenai
intrumentalisme ada 3 aspek. Pertama kata temporalisme yang berarti ada
gerak dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua, kata futurism, mendorong
kita untuk melihat hari esok dan tidak pula pada hari kemarin. Ketiga,
milionarisme, berarti bahwa dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga kita.
Pandangan ini juga dianut oleh William James. ( Juhaya S. Praja, aliran-aliran
filsafat hlm. 117; Harold H. Titus, persoalan-persoalan filsafat hlm. 349 ).
a) Konsep Dewey tentang pengalaman
Menurut Dewey pengalaman bukanya suatu tabir yang menutupi
manusia sehingga tidak melihat alam; pengalaman adalah satu-satunya jalan
8
bagi manusia untuk memasuki rahasi-rahasia alam ( Harold H. Titus,
persoalan-persoalan filsafat hlm. 347 )
b) Dewey dan Pendidikan progresif
Dewey berpandangan bahwa pragmatisme merupakan sesuatu yang
mempunyai jangkauan aplikasi dalam masyarakat. Pendidikan dipandang
sebagai wahana yang strategis dan sentral dalam upaya kelangsungan hidup di
masa depan. Menurutnya pendidikan itu harus mampu membekali anak didik
sesuai dengan kebutuhan yang ada pada lingkungan sosialnya. Sehingga,
apabila anak didik tersebut telah lulus dari lembaga sekolah, ia bisa
beradaptasi dengan masyarakatnya.
Untuk merealisasikan konsep tersebut, Dewey menawarkan dua
metode pendekatan dalam pengajaran, yaitu problem solving method dan
learning by doing.
c) Analisis kritis atas kekuatan dan kelemahan pragmatism
1) Kekuatan pragmatism
1. Pragmatisme mampu mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya
sekedar memercayai pada hal yang sifatnya riil, inderawi, dan yang
manfaatnya bias dinikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Pragmatisme telah berhasil mendorong berpikir yang liberal, bebas,
dan selalu menyangsikan segala yang ada. Berangkat dari sikap
skeptis, akan memberikan dorongan semangat pada seseorang untuk
berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat penelitian-
penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen
sehingga muncullah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi
9
2) Kelemahan pragmatism
1. Tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran
absolut, hanya mengakui kebenaran apabila terbukti secara alamiah
dan percaya bahwa dunia ini mampu “dibuat” manusia itu sendiri,
secara tidak langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang
trasendental.
2. Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme
adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat dinikmati
hasinya oleh manusia, maka pragmatisme menciptakan pola pikir
masyarakat yang materialis.
3. Untuk mencapai tujuan materialismenya, manusia mengejarnya
dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi bahwa dirinya
merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa
mengenal batas waktu hanya sekedar memenuhi kebutuhan materinya,
maka dalam struktur masyarakatnya manusia hidup semakin egois
individualis.
3) Michel Foucault (1926-1984)
Nema lengkapnya yaitu Paul-Michel Foucault. Ia lahir di Poiters, 15
oktober 1926 di Paris, dan wafat orang filsuf yang sangat berpengaruh di Prancis,
utamanya pada zaman pasca Perang Dunia II. Foulcault di kenal akan
penelaahannya yang kritis terhadap berbagaiinstitusi sosial, terutama psikiatri,
kedokteran, dan sistem penjara serta akan karya-karyanyatentang riwayat
seksualitas. Karyanya yang terkait kekuasaan dan hubungan antara kekuasaan
dengan pengetahuan telah banyak didiskusikan dan diterapkan, selain pula
10
pemikirannya yang terkait dengan “diskursus” dalam konteks sejarah filsafat
barat.(Listiyono Santoso dkk. Epistermologi Kiri…hlm 163-164)
Paul Raymond Harrison, dalam artikelnya mengenai Foucault, menengarai
kontribusi besarnya bagi khazanah pemikiran filsafat dan ilmu-ilmu sosial. Karya
Foucult tentang teori kebenaran (the teory of truth, 1926-1984) merupakan suatu
kontribusi filosofis yang amat menakjubkan. Namun demikian, dalam upayanya
untuk melancarkan serangkaian decentring radical, karya Foucault menempati
satu sudut yang tidak searah dengan arus utama dalam dunia filsafat. Dari pada
menyusun teori tentang subjektifitas konstitutif, Foucault pertama-tama justru
mengeksplorasi praktik-praktik diskursif serta wujud-wujud kekuasaan yang
membentuk subjek.(Michel Fousault, Power/Knowledge: Selected Interviews and
Other Writing New York: Pantheon Book, 1980)
Karya Foucault itu dapat pula dipandang sebagai kontributor terhadap
teori kebudayaan dalam teori sosial, yakni:
1. Obyek studinya seperti rumah sakit jiwa, klinik, penjara, telah menggeser
fokus studi mengenai domonasi, sehingga terjauhkan dari analisis kelas dan
basis ekonomi.
2. Kebudayaan tidaklah ditematisasikan sebagai suatu yang tercakup dalam
bidang yang sekadar representasional sebagaimana terdapat pada pandangan
Marxismeyang sederhana.
3. Kebudayaan tidak dipandang sebagai totalitas spiritual seperti dalam
historisisme.
4. Meskipun Foucault sama sekali bukan seorang fungsionalis, ia beroperasi
dengan suatu konsep tentang masyarakat dan kebudayaan yang secara implisit
mengakui perbedaannya karakter masyarakat dan kebudayaan dalam
modernitas.
11
Dengan demikian, dari berbagai segi, karya Foucault tersebut merupakan
sebuah kontribusi terhadap pembacaan kulturalis atas modernitas. Gagasan
mengenai kekuasaan dalam karya Faucault adalah jawaban atas persoalan
bagaimana dan mengapa formasi-formasi diskursif berubah. Dalam karya
Foucault periode terakhir terdapat pengakuan tentang keterbatasan kerangka
teoretis kekuasaan dan ia berupaya menyempurnakan dengan jenis arkeologi
lainnya.
a) Arkeologi Foucalut
Karya awalnya berkaitan dengan kebudayaan modernitas. Jika kita
pandang pada abad ke-16 dan ke-17, maka karya Foucault bisa di lihat sebagai
refleksi kritis atas perbedaan antara bentuk-bentuk kebudayaan pra-modern
dan modern. Dalam The Order of Things: An Archaeology of The Human
Science (1966) terdapat tiga domain pembatasan baru yang menarik minat
Foucault: kehidupan, kerja dan bahasa.
b) Genealogy of Knowledge
Gagasan ini muncul sejak pidato inaugurasi Foucault yang lantas
diterbitkan dalam bahasa inggris dengan judul “Discourse on Language”
(1971-1972), gagasan tersebut muncul demi melengkapi analisis tentang
aspek diskursus yang mirip system dengan suatu analisis tentang bagaimana
aspek itu terbentuk, akan tetapi genealogi di sini lantas menggantikan
arkeologi.
c) Kilas Balik Filsafat Foucault
Dalam karyanya Use of Pleasure 1984 dan Care of The Self 1984,
Foucault menjelaskan ada beberapa gerak kembali ke arkeologi. Namun yang
12
dibahas Foucault disini adalah kelanjutan dari arkeologi problematisasi, dan
bukan mengenai diskursus lainnya. Dalam dua buku itu Foucault kembali,
meski dalam bentuk yang telah dimodifikasi, pada jenis gaya analisis
komplementer yang pernah ia janjikan dalam pidato inaugurasinya. Baik
arkeologi maupun genealogi itu ia pakai sebagai sarana analisis atas aspek-
aspek doktrinal dan praktis dalam “estetika eksistensi” pada zaman kuno
beserta transformasinya di zaman kuno akhir.
b. Isu-Isu Perkembangan Ilmu Kontemporer
1. Teknologi Rekayasa Genetika
Salah satubentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang sangat
masyhur adalah di budang rekayasa genetikaberupa teknologi kloning. Loning ini
pertama kali dilakukan oleh Dr. Gurdon dari Medical Council Laboratory of
molecular Biology, Universitas Cambridge, Inggris, tahun 1961. Gurdon berhasil
memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong yang
identik(kecebong kloning). Tiga puluh empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal
23 Februari 1997, Dr. Ian Wilmut dari Scotland’s Roslin Institute, berhasil
melakukan kloning mamalia pertama. Di tahun 2000, Prof. Gerald Schatten
darinOregon Health Sciences University, Amerika berhasil membuat kera kloning.
( Amsal Bakhtiar, 2011:77)
Begitulah perkembangan teknik rekayasa genetika dari waktu ke waktu.
Setelah berbagai keberhasilan, para ahli malah berencana melakukan kloning
manusia. Ide ini menjadika kloning sebagai isu yang sangat kontroversial.
2. Teknologi Informasi
Pada tahun1973, seorang insinyur Amerika bernama Howard Aiken
merancang IBM Mark 7 yang merupakan nenek moyangnya komputer mainframe
13
saat ini. Komputer tersebut menggunakan tabung vakum dan elektro mekanikal dan
bukan tombol-tombol belaka.(Amsal Bakhtiar, 2011:78)
Komputer elektronik pertama yang sukses secara komersial adalah UNIVAC
yang dirancang oleh Ekcert dan Mauchly dan diperkenalkan pada tahun 1951. Ide
mengenai komputer pribadi (Personal Computer) muncul pada tahun 1977 oleh Steve
Jobs dan Steve Wozniak. Lalu mereka mendirikan perusahaan computer bernama
Apple Computer Inc. Dan Apple II adalah komputer pribadi pertama yang diciptakan.
(Amsal Bakhtiar, 2011:78)
Demikianlah teknologi terus berkembang dan melahirkan inovasi. Hampir
setiap tahun perusahaan komputer internasional mengeluarkan model komputer
terbaru dengan berbaagai fitur dan keistimewaan serta perbaikan terhadap generasi
sebelumnya. Ukurannya pun dibuat semakin simpel tapi menarik dan daya
memorinya terus diperbesar. Yang selanjutnya komputer tida hanya jadi alat
pengolahan tapi juga memasuki wilayah komunikasi interaktif dalam bentuk internet.
B. Karakteristik Ilmu Kontemporer
Perkembangan ilmu setiap zaman mempunyai karakteristik khusus yang
membedakan dengan zaman-zaman lainnya.
Di dalam literature filsafat, biasanya babakan sejarah filsafat dibagi menjadi
tiga: Pertama, Filsafat Yunani Kuno(Ancient Philosophy) yang didominasi
Rasionalisme, kedua, Filsafat Abad Tengah disebut juga The Dark Ages philosophy
(Filsafat Abad Kegelapan), yang didominasi oleh pemikiran tokoh Kristen yang
kontra dengan para filsuf, ketiga Filsafat Modern (Modern Philosophy) yang
didominasi lagi oleh rasionalisme. (Prof. Dr. Ahmad Tafsir, 2006: 78)
14
Walaupun sama-sama didominasi rasionalisme, namun perkembangan ilmu
zaman modern telah melahirkan hal-hal yang radikal yang membedakannya dengan
ilmu zaman klasik. Zaman modern misalnya, dalam banyak hal melakukan
dekonstruksi terhadap teori-teori yang dianggap established (mapan) pada zaman
klasik. Salah satu contohnya adalah teori heliosentrisme ,- bahwa matahari adalah
pusat tata surya dan planet-planet termasuk bumi berputar mengelilinginya- yang
dikemukakan oleh Copernicus, jelas-jelas bertentangan dengan teori geosentrisme
yang diterima secara umum manusia saat itu. (Amsal Bakhtiar, 2011: 69)
Yang dimaksud zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun
terakhir yang kita jalani hingga saat ini. Perbedaannya dengan zaman modern adalah
bahwa zaman modern merupakan perkembangan ilmu di era abad 15, yang mana
ditandai dengan hilangnya otoritas gereja, pembuktian kebenaran dengan teori dan
metode, keyakinan bahwa pengetahuan bukanlah dari wahyu melainkan dari rasional,
adanya antroposentris yang memunculkan berbagai disiplin ilmu. Sedangkan zaman
kontemporer lebih fokus pada perkembangan-perkembangan mutakhir dalam
berbagai sektor disiplin ilmu.
Berikut adalah berbagai hal yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer.
Pertama, aplikasi ilmu dan teknologi dalam berbagai sektor kehidupan manusia yang
tidak hanya terjadi di lapangan ilmu eksakta namun juga ilmu-ilmu sosial dan
keagamaan. Kedua, ilmu kontemporer tidak segan-segan melakukan dekonstruksi dan
peruntuhan terhadap teori yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan
baru dalam rekonstruksi ilmu yang mereka bangun. (Amsal Bakhtiar, 2011: 71)
Pada intinya, Filsafat Kontemporer mengkritik Filsafat Modern. Menurut para
filsuf kontemporer, Rasionalisme yang mendominasi filsafat modern harus
didekonstruksi, karena menurut mereka sumber kebenaran tidak hanya berdasarkan
15
rasio tapi juga intuisi, atau agama, misalnya. Inilah yang kemudian disebut wacana
“postmodernisme”. (Prof. Dr. Ahmad Tafsir, 2006: 80)
Kita biasa meneyebut era sekarang adalah era “postmo”. Postmodernisme ada
di mana-mana, dari seni dan arsitektur ke sastra dan filsafat. Postmodernisme adalah
istilah yang digunakan untuk mengacu pada kritik dan penolakan terhadap proyek
modern pencerahan. Postmodernisme tidak percaya pada kemampuan akal manusia
dan keuniversalannya. Postmodernisme tidak berbicara tentang kategori-kategori
aplikatif manusia sebagi manusia, justru mereka lebih menaruh perhatian kepada
kebiasaan unik, cara hidup dan kebudayaan perorangan. (Ali Maksum, 2011:245)
16
BAB III
PENUTUP
A. Ringkasan
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia sangat terpengaruh dengan
peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu berjalan
seiring dengan sejarah perkembangan ilmu.
Sudah menjadi sifat alami manusia untuk selalu mencari dan menemukan hal
baru, yang lebih praktis, yang lebih canggih. Dan selalu mengoreksi serta menutup
kesalahan dari masa sebelumnya.
Kemajuan ilmu dari masa ke masa ibarat mata rantai yang tidak terputus satu
sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada satu masa menjadi unsur penting bagi
penemuan-pemnemuan lainnya di masa berikutnya. Demikianlah semuanya saling
terkait. Oleh karena itu melihat sejarah perkembangan ilmu zaman kontemporer tidak
lain pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebelum
17
DAFTAR PUSTAKA
Maksum, Ali, 2011, Pengantar Filsafat, Arruz Media, Jogjakarta.
Tafsir, Ahmad, 2008, Filsafat Umum, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Tafsir, Ahmad, 2006, Filsafat Ilmu, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Bakhtiar, Amsal, 2011, Filsafat Ilmu, Rajawali Pers, Jakarta.
Delfgaauw, Bernard, 2001, Filsafat Abad 2o, Tiara Wacana Yogya, Jogjakarta.
18