Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 3 No.1 (2015) 098–103
http://www perpustakaan politeknikpyk.ac.id
TARIAN TRADISIONAL
Perkembangan Tarian Anak Nagari Lurah Kincia Kabupaten 50 Kota .
DAMELA TUDELIO1
Mahasiswi Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Jl. Raya Negara Km 7 TanjungPati 26271
Diterima setelah revisi : Desember 2015 / Diterbitkan April 2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan bagaimana ekstensi Tari Lurah Kincia di Nagari Situjuah Batua Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten 50 Kota. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,dibantu alat tulis,camera foto. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah studi pustaka,observasi ,wawancara terarah dan wawancara tidak terarah. Data yang di dapat kemudian di olah dan dianalisa. Hasil penelitian yang di temukan pada tanggal 4-11 Oktober 2015 bahwa tari lurah kincia merupakan tari tradisi yang di angkat dari cerita peristiwa Situjuah yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1949,dimana terjadi tumpah darah para pejuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tarian ini sudah ada sejak tahun 1970an,namun pada saat itu tari ini hanya tampil alam bentuk kesenian ada drama,tari, dan randai namun pada tahun 2007 kesenian ini dipisah dan diberi nama Tari Lurah Kincia oleh sanggar Elyenis.Tari Lurah Kincia mendapat perhatian besar dimata masyarakat karena dilihat dari masyarakat yang berbondong-bondong untuk menyaksikannya. Tari ini ditampilkan pada acara alek Nagari Situjuah Batua yaitu pada tanggal 15 Januari. Selain di acara alek Nagari tari ini juga sudah tampil di kantor Bupati sebagai acara hiburan dan juga sudah mengikuti perlombaan.Kata kunci tarian ini sudah menjadi tradisi yang menarik dan mempunyai makna yang mendalam.(Elyenis, 2015)
Singkatan :
TGPT Tari Gelombang Penyambut Tamu
TH Tari Hiburan
TAN Tari Alek Nagari
TMHP Tari Memperingati Hari Pahlawan
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mempunyai ragam suku dan ragam kebudayaan yang berbeda di setiap daerah dari beragam bahasa ,pakaian daerah, rumah adat, suku ,dan termasuk keseniannya, seperti tari daerah yang berbeda dari sabang sampai maroeke yang unik-unik. Dan setiap tariannya mempunyai makna yang mendalam. (pers,2015)
Kesenian tarian indonesia telah Go Internasional, seperti tarian Saman dari Aceh yang telah dikenal lama oleh masyarakat luar. Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam diri manusia itu. Melibatkan proses imajinasi dan kreatif manusia itu sendiri. Dan budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena seni adalah identitas yang sempurna dan nyata. Budaya itu sendiri pada hakikatnya unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum /suku / bangsa tertentu.
Tradisional adalah aksi yang keluar dari alamiah karena kebudayaan turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional , namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.Di Sumatera Barat kab 50 Kota yang terdapat di daerah Situjuah Batua.
Ada sebuh kesenin tari tradisional yang mungkin tidak diketahui semua orang Sumatera Barat juga termasuk Payakumbuh, tentang tarian yang sudah turun temurun dari para leluhur-leluhur orang Minang Kabau, yaitu tarian Bambu Runcing / dalam bahasa minangnya ( bambu runciang). Tarian ini diciptakan oleh anak-anak Nagari. Kemudian tarian tersebut diiringi dari berbagai alat musik tradisional Minang Kabau. Tarian ini diciptakan untuk mengenang,melihat kembali bagaimana perjuangan para pahlawan pada zaman dahulu,memperjuangkan, merebut Indonesia dari para penjajah. ( pers, 2015)
Hanya dengan menggunakan bambu ,dan dituangkanlah rasa kekaguman masyarakat ini dalam bentuk seni tari, yaitu tari bambu runcing, tarian ini benar-benar menggunakan bambu runcing dan diiringi dengan alat musik Tradisional minang kabau seperti talempong,bansi,saluang,dan lain-lain.
Koresponden : [email protected]
Hp : 081372112508
98
Damela Tudelio / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol. 3 No.1 (2016) 098-103
53
Tarian bambu runcing ini didominasikan dengan gerakan-gerakan ,seperti gerakan melawan ,menusuk ,memukul,dan menahan serangan dari lawan tarian ini . cukup unik,karena tarian ini juga seperti drama. Tetapi banyak dalm bentuk gerakan-gerakan tarian. Di Nagari Situjuah ini semua masyarakat mengenal tarian ini dan sebagian masyarakat cukup mahir melakukan tarian ini. Bukan itu saja, tarian ini sudah diturunkan kepada anak-anak Nagari Situjuah, sebagian pemuda-pemudi yang memiliki bakat seni ,dapat bergabung disanggar. Nama sanggar tersebut bernama sanggar Lurah Kincia, yaiu sanggar anak Nagari Situjuah Batua. Pusat kesenian Tradisional yang ada di Nagari Situjuah,dapat diikuti oleh anak-anak yang memiliki bakat tari, sekitar berumur 10 tahun-an anak-anak di Nagari Situjuah ini sudah belajar menari tarian Bambu Runcing ,termasuk saya. Saya sudah mempelajari tarian ini semenjak saya di sekolah dasar. Dan sampai sekarang tarian ini tetap dilestarikan. Di teruskan oleh generasi anak-anak muda sekarang. (pers, 2015)
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan Eksistensi Tari Lurah Kincia di Sanggar Lurah Kincia di Nagari Situjuah Batua Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten 50 Kota. ( pers ,2015 )
2. Bahan dan Metode
2.1 Tempat dan waktu pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tarian ini dilaksanakan di Situjuah
Batua pada tanggal 11 Oktober 2015. (pers, 2015)
2.2 Alat dan bahan
Gambar 1. Alat musik talempong (pers, 2015)
Gambar 2. Alat musik Gandang Tabuik (pers, 2015)
Gambar 3. Alat musik Bansi ( pers, 2015)
99
Damela Tudelio / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol. 3 No.1 (2016)098-103
52
Gambar 4. Baju kurung Tari Lurah Kincia (pers, 2015)
Gambar 5. Kain Songket Tari Lurah Kincia (pers, 2015)
Gambar 6. Selendang Untuk Kepala Dalam Tari Lurah Kincia (pers,2015)
Gambar 7. Properti Tari Lurah Kincia (katidiang)
( pers, 2015)
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil
100
Damela Tudelio / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol. 3 No.1 (2016) 098-103
53
Gambar 7. Bajalan Sairiang (pers,2015)
Gambar 8. Manurun Lurah (pers, 2015)
Gambar 9. Maambiak Padi (pers, 2015)
Gambar 10. Menumbuk Padi (pers, 2015)
Gambar 11. Manampih Padi (pers, 2015)
Gambar 12. Manampuang Aia (pers,2015)
101
Damela Tudelio / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol. 3 No.1 (2016)098-103
52
Gambar 13. Bamain basamo (pers, 2015)
Gambar 14. Mandi di Pincuran (pers, 2015)
Gambar 15. Berperang (pers, 2015)
Gambar 16. Bajalan Sairiang Balia (pers, 2015)
3.2 Pembahasan
Menurut Kuntjaraningrat (1985) “Manusia sebagai makhluk sosial hidup dalam lingkungan masyarakat berorientasi antara satu dengan yang lainnya baik antara individu dengan individu,individu dengan kelompok,maupun antar kelompok dalam masyarakat. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa interaksi dengan lingkungan sosialnya yang dapat berbentuk kesatuan-kesatuan atau kelompok-kelompok sosial”. Begitu juga dengan tari Lurah Kincia dengan adanya interaksi dari masyarakat untuk mendukung tari lurah kincia , serta interaksi dengan masyarakat ,maka Tari Lurah Kincia akan eksis dalam masyarakat.
Gambar 17. Masyarakat Situjuah menyaksikan acara peringatan peristiwa Situjuah (pers, 2015)
102
Damela Tudelio / Jurnal Nasional Eco Pedon Vol. 3 No.1 (2016) 098-103
53
Gambar 18. Kunjungan Bupati ke Lurah Kincia dalam memperingati peristiwa Situjuah (pers,2015)
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah peneliti jabarkan di atas sebagai hasil maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Tari Lurah Kincia adalah Tarian Tradisi yang ada di Situjuah Batua yang sudah ada sejak tahun 1970an. Tarian ini dapat diterima an diakui oleh masyarakat sebagai tari Tradisi masyarakat Situjuah Batua masa kini. Selain itu tari Lurah Kincia telah digunakan oleh masyarakat sebagai sarana hiburan di Situjuah Batua. Tari Lurah Kincia saat ini diminati oleh pemudi dan telah menjadi budaya bagi masyarakat Situjuah Batua saat ini. Dan saat ini tari lurah kincia telah dikelola oleh Sanggar Lurah Kincia yang dipimpin oleh
Elyenis sebagai salah satu pewaris Tari Lurah Kincia. (pers,
2015)
4.2 Saran
Dalam pengamatan ini seharunya tarian lurah kincia lebih di detailkan lebih jelas lagi,misalnya dibuat sebuah lirik yang menggambarkan tarian lurah kincia ini.
Ucapan terima kasih
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Aflizar yang telah membimbing saya dalam penulisan jurnal ini dan kepada orang tua yang selalu memotivasi saya dalam perkuliahan, kemudian kepada Ibuk Elyenis yang memberikan ide-ide tentang Tarian Lurah Kincia ini, sehingga Jurnal ini berjalan dengan baik.
Daftar pustaka
[1] reskiandini,2014,paper-kesenian-tradisional,tersedia
Online https://id.wkipedia.org/wiki/Tari Saman
[2] litbang.deptan.go.id 25 Mei 2012
[3] Wahyu askari,2010, perkembangan-tarian
Tersedia online, mengakses di internet pada 21
Mei 2009
[4] Debiora.2013.tarian lurah kincia
[5] Aflizar.204.Kesesuaian Lahan.Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh
103