-
iJURNAL ILMIAH
PERLINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL TERHADAP
TINDAKAN PASSING OFF BERDASARKAN HUKUM POSITIF
DI INDONESIA
Untuk Memenuhi sebagian persyaratanUntuk mencapai derajat S-1
Pada Program Studi Ilmu Hukum
OLEH:
FIRMANSYAHD1A. 007. 090
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS MATARAM
2014
-
ii
PERLINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL TERHADAP
TINDAKAN PASSING OFF BERDASARKAN HUKUM POSITIF
DI INDONESIA
OLEH:
FIRMANSYAHD1A. 007. 090
Menyetujui :
Pembimbing Pertama,
DR. Kurniawan,SH.M.Hum.NIP.19770303 2003121 1 001
-
iii
PERLINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL TERHADAPTINDAKAN PASSING OFF BERDASARKAN HUKUM POSITIF
DI INDONESIA
FIRMANSYAHD1A. 007. 090
FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Merek terkenal sering menjadi obyek pelanggaran terkait dengan reputasi,sehingga seringkali menggoda pihak lain yang beritikad buruk melakukanpemboncengan reputasi (passing off). Hal ini menimbulkan permasalahan dalamperlindungan merek terkenal terhadap tindakan passing off. Sehingga perlu ditelitidalam penulisan ini, tentang eksistensi merek terkenal dalam perkembangan bisnisserta perlindungannya berdasarkan hukum positif di Indonesia.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian hukum normatifdengan menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer,sekunder, dan tersier. Dengan teknik penelitian kepustakaan (library research)
Passing off dalam sistem hukum merek Indonesia memang tidak diatursecara khusus dan tegas, dalam hukum positif Indonesia yang mengatur secaraumum hanya dalam KUHP, KUHPerdata, UU No. 5 Tahun 1999 tentang AntiMonopoli, sampai dengan UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Kata Kunci: Merek Terkenal, Passing Off, Hukum PositifLEGAL PROTECTION OF WELL-KNOW BRANDS AGAINST PASSING
OFF BY POSITIVE LAW IN INDONESIA
ABSTRAC
Famous brand often becomes the object of a violation related toreputation, so often tease others who act in bad faith conduct pemboncenganreputation (passing off). This raises problems in well-known brand protectionagainst passing off. So that needs to be examined in this paper, about theexistence of well-known brands in the business development and the protection ofpositive law in Indonesia.
The research method used is a normative legal research methods usingsecondary data consisting of primary legal materials, secondary, and tertiary.With the techniques of library research (library research).
Passing off in the Indonesian legal system brand is not specifically andexplicitly, in the Indonesian positive law governing general only in the CriminalCode, Civil Code, Law No. 5 Year 1999 on Antitrust, up to Act No. 15 of 2001regarding Mark.
Keywords: Famous Brand, Passing Off, Positive Law.
-
iI PENDAHULUAN
Merek terkenal sering menjadi obyek pelanggaran karena terkait dengan
reputasi yang dimiliki oleh merek terkenal tersebut sehingga seringkali menggoda
pihak-pihak lain yang beritikad buruk untuk melakukan perdagangan dengan jalan
pintas dengan cara membonceng merek terkenal atau passing off dengan cara-cara
yang melanggar etika bisnis, norma kesusilaan maupun hukum. Melalui merek
sebuah perusahaan telah membangun suatu karakter terhadap produk-produknya
yang diharapkan akan dapat membentuk reputasi bisnis atas penggunaan merek
tersebut. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa merek terkenal perlu
mendapat perlindungan hukum. Perlindungan hukum di bidang merek di
Indonesia sudah ada sejak 1961 melalui Undang-Undang Nomor 21 tentang
Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan. Kemudian Undang-Undang tersebut
diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek. Seiring
dengan perkembangan perdagangan dunia, maka ketentuan mengenai merek
diperbaharui terus hingga melahirkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek.
Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana eksistensi merek
terkenal dalam perkembangan bisnis di Indonesia dan bagaimana bentuk
perlindungan hukum atas merek terkenal terhadap tindakan passing off
berdasarkan Hukum Positif di Indonesia. Dalam penelitian ini terdapat dua
tujuan, yakni tujuan umum adalah untuk mengetahui tentang eksistensi merek
terkenal dan adakah bentuk perlindungan hukum terhadap tindakan passing off
berdasarkan Hukum Positif di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk
-
ii
mengetahui eksistensi suatu merek terkenal berdasarkan hukum positif di
Indonesia serta menganalisis tentang bagaimanakah upaya pemberian
perlindungan hukum terhadap pemilik merek terkenal yang dalam hal ini
mereknya digunakan sebagai merek dagang oleh pihak lain.
Manfaat dari penelitian ini, secara teoritis adalah sebagai kontribusi di
dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan ilmu hukum perdata bisnis
khususnya. Sedangkan secara praktis adalah untuk menambah wacana dan
pengetahuan di bidang hukum privat terutama hukum perdata bisnis, sebagai
sarana pembelajaran selama menyelesaikan studi, manambah wawasan dan
pengetahuan dalam aplikasi ilmu yang diperoleh serta mengetahui gambaran
umum dan aktifitas di dalamnya serta meningkatkan tingkat kepekaan terhadap
problematika yang terjadi di bidang hukum.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penetlitian hukum
normatif dengan metode pendekatan perundang-undangan konseptual. Bahan
hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer (semua peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum atas merek dan hak cipta),
bahan hukum sekunder (buku-buku referensi yang berupa karya ilmiah, makalah,
majalah, hasil penelitian dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti), dan bahan hukum tersier (Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus
Hukum). Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan study
dokumentasi, menginventarisir, menyusun berdasarkan subyek. Selanjutnya dikaji
atau dipelajari kemudian diklasifikasi sesuai dengan pokok masalah yang dibahas
dalam penelitian ini. Analisis bahan hukum setelah terkumpul selanjutnya
-
iii
diklasifikasikan sedemikian rupa selanjutnya dianalisis secara normatif untuk
mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian, bahan yang berhasil
dikumpulkan dari penelitian dipilih berdasarkan mutu atau kualitas dan ada
kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Bahan hukum dianalisis dengan
penjelasan secara sistematis terhadap aturan-aturan yang tidak jelas, guna
menjawab permasalahan yang sudah dirumuskan.
-
iv
II PEMBAHASAN
A. Eksistensi Merek Terkenal dalam Perkembangan Bisnis di Indonesia
1. Kriteria Merek Terkenal Menurut Hukum Indonesia
Suatu merek dinyatakan terkenal adalah apabila telah didaftarkan
di dalam dan luar negeri, digunakan di negara yang bersangkutan, serta
dikenal luas oleh anggota masyarakat. Barang bermerek adalah barang
yang bermutu tinggi sehingga mencerminkan mutu barang yang tinggi dan
dikenal masyarakat melalui promosi yang gencar dan terus-menerus
seperti melalui iklan yang menarik.1 Merek terkenal adalah merek dagang
yang secara umum telah dikenal dan dipakai pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau badan, baik di wilayah Indonesia
maupun di luar negeri.2
2. Urgensi Pendaftaran Merek
Pendaftaran merek bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum
dan perlindungan hukum terhadap hak atas merek. Hal ini berarti bahwa
hak atas merek baru lahir jika telah didaftarkan oleh pemiliknya ke kantor
merek dalam hal ini Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Dengan
demikian sifat pendaftaran hak atas merek merupakan suatu kewajiban
yang harus dilakukan oleh pemiliknya. Tanpa didaftarkan hak itu tidak
1 Abdulkadir Muhammad, ibid, hlm. 230.2 ibid, hlm. 231.
-
vakan timbul, karena hak itu pada dasarnya diberikan oleh Negara atas
dasar pendaftaran. Selain itu pendaftaran merek juga mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. sebagai alat bukti sebagai pemilik yang berhak atas merek yang
didaftarkan; 2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama
keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaran
oleh orang lain untuk barang/jasa sejenisnya; 3. Sebagai dasar untuk
mencegah orang lain memakai merek yang sama keseluruhan atau sama
pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/jasa sejenisnya.3
Di Indonesia merek sekarang ini diatur dalam Pasal 5 Undang-
Undang No 15 tahun 2001 tentang merek menegaskan bahwa apabila
merek yang hendak didaftarkan mengandung unsur-unsur tertentu tidak
dapat didaftarkan oleh kantor merek.
3. Merek Yang Tidak Dapat Didaftarkan dan Yang Ditolak
Permohonan merek atas dasar pengajuan pemohon yang beritikad
tidak baik dapat menyebabkan merek tidak dapat didaftar4. Adapun
kriteria merek yang tidak dapat didaftar apabila :
1. Merek yang permohonannya diajukan atas dasar itikad tidak baik
(Pasal4); 2. Merek yang bertentangan dengan moral, perundang-
undangan dan ketertiban umum (Pasal 5 (a)); 3. Merek yang tidak
memiliki daya pembeda ( Pasal 5 (b));4. Tanda-tanda yang telah
3http://www.dgip.go.id/fungsi-pendaftara-merek, diunduh 3 Januari 2014.4Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek Pasal 4
-
vi
menjadi milik umum (Pasal 5 (c)), contohnya tengkorak atau tulang
bersilang sebagai tanda bahaya
Sedangkan permohonan pendaftaran merek yang tidak dapat
didaftarkan dan juga harus ditolak oleh Ditjen HKI apabila:
1. Mempunyai persamaaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan
merek yang sudah terdaftar milik orang lain dan digunakan dalam
perdagangan barang atau jasa yang sama ( Pasal 6 (1.a)); 2. Mempunyai
persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal
milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis ( Pasal 6 (1.b)); 3.
Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan
indikasi geografis yang sudah dikenal ( Pasal 6 (1.c)); 4. Nama dan foto
dari orang terkenal, tanpa izin darinya (Pasal 6 (3.a)); 5. Lambang-
lambang negara, bendera tanpa izin dari pemerintah (Pasal 6 (3.b))
B. Bentuk Perlindungan Hukum Merek Terkenal Terhadap Tindakan
Passing Off Berdasarkan Hukum Positif di Indonesia
1. Passing Off dalam KUHPerdata
Dalam sistem hukum Indonesia pada umumnya perbuatan
persaingan curang ini dapat tercakup oleh ketentuan dalam Pasal 1365
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) tentang perbuatan
melanggar hukum (onrechtmatigedaad) yang berbunyi tiap perbuatan
melanggar hukum, yangmembawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karenasalahnya menerbitkan kerugian itu,
-
vii
mengganti kerugian tersebut. Dalam konsepsi yang yang luas perbuatan
ini dapat mencakup, apabila merugikan pihak lain,segala perbuatan yang
melanggar undang-undang atau apa yang patut dan wajar dalam pergaulan
masyarakat seperti apa yang layak dan patut dalam pergaulan masyarakat
terhadap orang lain atau bendanya.
2. Passing Off dalam Undang-Undang Merek
Di dalam UU Merek 2001 tetapi tidak dinamakan passing off,
akan tetapi dapat ditindaklanjuti sebagai pelanggaran merek. Berbicara
mengenai merek yang merugikan pihak lain, UU Merek 2001 mempunyai
aturan tentang gugatan pembatalan terhadap merek terdaftar yang
didaftarkan dengan itikad tidak baik dan memiliki persamaan pada
pokoknya atau keseluruhan dengan merek terkenal milik orang lain baik
untuk barang/jasa sejenis maupun tidak sejenis sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 68 ayat 1. Undang-Undang Merek 2001 menetapkan
ketentuan pidana dalam Pasal 90 bagi pemilik merek yang melakukan
passing off merek tekenal terdaftar sama keseluruhannya untuk barang
dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Sedangkan bagi pemilik
merek yang melakukan passing off merek tekenal terdaftar sama pada
pokoknya untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
-
viii
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) sebagaimana dinyatakan dalam pasal 91 UU Merek 2001.
3. Passing Off dalam Peraturan Perundang-Undangan Lainnya
Persaingan curang ini juga dapat dikenakan ketentuan pidana
meskipun dirasakan hukumannya sekarang ini kurang memberikan efek
jera. Adapun Pasal 382 bis Bab XXV KUHP tentang Perbuatan Curang
yang berbunyi:
Barangsiapa untuk mendapatkan, melangsungkan ataumemperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiri atauorang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkankhalayak umum atau seorang tertentu, diancam, jika perbuatan itudapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkurennya ataukonkuren-konkuren orang lain karena persaingan curang, denganpidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidanadenda paling banyak tiga belas ribu lima ratus rupiah.
Di samping itu, meskipun Indonesia memiliki Undang-Undang
No. 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat (UU Anti Monopoli), namun persaingan curang yang terkait dengan
passing off ini tidak menggunakan undang-undang ini sebagai dasar
hukum dari persaingan curang. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 6
UU Anti Monopoli. Pasal 1 angka 6 menetapkan bahwa persaingan usaha
tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan
usaha. Dari ketentuan Pasal 1angka 6 tersebut dapat disimpulkan, bahwa
persaingan usaha tidak sehat adalah hubungan antara pelaku usaha yang
-
ix
satu dengan yang lain, yang dilakukan secaratidak jujur, melawan hukum
atau dengan menghambat persaingan usaha. Hanya saja definisi ketentuan
Pasal 1 angka 6 mencampur adukkan persaingan yang tidak sehat yang
dilakukan secara tidak jujur dengan melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha, sementara ketentuan persaingan usaha yang dilakukan
dengan cara tidak jujur tidak diatur di dalam UU Anti monopoli.
Perbuatan tidak jujur adalah suatu tindakan penipuan yang
subjektif, yang dapat dilakukan oleh suatu pelaku usaha dalam bentuk apa
saja, mungkin dalam proses produksi suatu barang atau dalam
memasarkan barang tertentu, misalnya kualitas barang dan mereknya tidak
sesuai dengan harganya, kualitas barang tidak sesuai dengan yang
diiklankan, atau harga barang yang dibayar tidak sesuai dengan harga yang
tertera pada barang tersebut. Suatu tindakan penipuan yang dilakukan
secara tidak jujur yang pembuktiannya mensyaratkan pembuktian yang
subjektif dan akibat dari perbuatan tersebut dirasakan langsung oleh
konsumen serta secara tidak langsung oleh pesaingnya, diatur di dalam
Pasal 382 KUHP, Pasal 1365 KUHPerdata dan UUPK sehingga hal ini
tidak berhubungan dengan persaingan usaha antara pelaku usaha yang satu
dengan pelaku usaha pesaingnya, dengan demikian definisi persaingan
usaha tidak sehat yang dilakukan dengan tidak jujur sebaiknya dihilangkan
saja5.
5Purwahid Patrick, Ibid, Hal.15-16.
-
x4. Pengaturan Undang-Undang dalam Perlindungan Merek Terkenal
UU Merek mengatur cara perlindungan hukum terhadap
pelanggaran atau sengketa yang terjadi terhadap suatu merek, antara lain:
1. Instrumen Perlindungan Hukum Preventif : Instrumen hukum yang
bersifat Preventif dapat dilakukan dengan cara pendaftaran merek ke
Direktorat Jendaral HAKI dengan prosedur yang ditentukan dalam UU
Merek; 2. Instrumen Perlindungan Represif : Pada instrumen ini dapat
dilihat bahwa perlindungan yang dapat diberikan bagi pemegang merek
tidak hanya berdasarkan pada pendaftaran saja melainkan perlindungan
dalam wujud gugatan ganti rugi (dan gugatan pembatalan pendaftaran
merek) maupun dalam bentuk pidana melalui aparat penegak hukumya.
5. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Kasus Passing Off
Dalam kasus merek NIKE, meskipun Nike International Ltd
belum mendaftarkan mereknya di direktorat jenderal, akan tetapi merek
NIKE sudah dianggap terkenal dan beredar di beberapa negara di dunia.
Sehingga wajar apabila Nike International Ltd mengajukan gugatan atas
pendaftaran merek oleh Lucas Sasmito No. 141589, karena merek yang di
daftarkan tersebut pada keseluruhannya sama persis dengan merek dagang
dari NIKE International Ltd dan dengan itikad tidak baik Lucas Sasmito
hanya ingin membonceng pada ketenaran merek dagang Nike milik Nike
International Ltd. Keputusan Mahkamah Agung dalam peninjauan
Kembali dari permohonan peninjauan kembali Nike International Ltd
-
xi
tanggal 16 Desember 1986 Reg. No. 220 PK/Pdt/1986 yang mengabulkan
gugatan dari NIKE International Ltd, hal ini berarti bahwa passing off dari
merek terkenal oleh pihak pengusaha Indonesia dapat dihindari atau
dibatalkan pendaftarannya dengan dasar adalah pelanggaran prinsip itikad
baik untuk setiap perbuatan di bidang merek.
Di samping itu terdapat pula kasus passing off antara merek
Lombok Hardcore (merek clothingan Mataram) dengan Lombok
Hardscore, di mana Lombok Hardscore tersebut meniru tampilan Lombok
Hardcore. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, terhadap
kasus passing off tersebut, Pemilik Lombok Hardcore belum sampai
melakukan gugatan ke pengadilan terhadap UD. LANCAR yang telah
mengeluarkan merek Lombok Hardscore. Mereka hanya menempuh jalur
damai, yakni dengan melakukan perjanjian bahwa UD. LANCAR
diijinkan untuk memasarkan sebatas hasil produksinya pada saat itu dan
melarang untuk meproduksi lagi.
Secara hukum, pemilik Lombok Hardcore berhak mengajukan
gugatan terhadap UD. LANCAR, mengingat sang pemilik telah
mendaftarkan mereknya. Dapat diajukannya gugatan ini merupakan
konsekuensi adanya perlindungan hukum hak atas merek, yaitu
sebagaimana yang termuat dalam Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pemberian hak kepada
pemegang merek yang dilanggar haknya dapat melakukan gugatan kepada
si pelanggar hak atas merek baik secara pidana maupun perdata.Pasal 76
-
xii
ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menyatakan bahwa
gugatan pelanggaran merek terdaftar dapat diajukan kepada Pengadilan
Niaga. Hal ini berarti kewenangan mengadili sengketa atau perkara
gugatan pelanggaran merek berada di tangan Pengadilan Niaga sebagai
badan peradilan yang khusus.
Dari kedua contoh kasus di atas, maka perlindungan hukum
terhadap merek terkenal sangat dibutuhkan, antara lain untuk:
a. Untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi para penemu
merek, pemilik merek, atau pemegang hak merek; b. Untuk mencegah
terjadinya pelanggaran dan kejahatan atas Hak atas Merek sehingga
keadilan hukum dapat diberikan kepada pihak yang berhak; c. Untuk
memberi manfaat kepada masyarakat agar masyarakat lebih terdorong
untuk membuat dan mengurus pendaftaran merek usaha mereka.
-
xiii
III PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas,maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Eksistensi merek terkenal dalam perkembangan bisnis di Indonesia
sangatlah penting, mengingat merek mempunyai peran penting terkait
dengan reputasi dan image suatu produk, selain itu dalam perdagangan
barang atau jasa dan padanya melekat hak ekonomis,yang dimana
akhirnya banyak terjadi pelanggaran merek terutama pada merek-merek
terkenal,maka dari pada itu eksistensi merek terkenal di Indonesia
memang harus diperhatikan khususnya dalam perkembangan bisnis.
2. Bentuk perlindungan merek terkenal terhadap tindakan Passing Off
berdasarkan Hukum Positif di Indonesia, dapat dilakukan melalui
instrumen hukum yang bersifat Preventif dan Represif, yang dimaksud
dengan bersifat Preventif yaitu dengan melakukan pendaftaran secara
langsung ke Direktorat Jenderal HAKI dengan prosedur yang ditentukan
oleh Undang-Undang Merek. Sedangkan instrumen hukum yang bersifat
Represif diberikan kepada pemegang merek tidak hanya berdasarkan
pendaftaran saja melainkan perlindungan dalam wujud gugatan ganti rugi
maupun dalam bentuk pidana melalui aparat penegak hukumnya.
-
xiv
B. Saran
1. Terkait dengan Eksistensi Merek Terkenal, penyebarluasan pemahaman
tentang pentingnya perlindungan hukum bagi pemegang merek terkenal sangat
diperlukan, guna mengurangi tingkat kerugian yang mungkin di alami oleh
pihak pemilik merek, produsen mupun konsumen,khususnya bagi instansi
yang terkait dengan pendaftaran merek (Dirjen HAKI) agar dapat lebih teliti
dan mampu memilah mana merek yang telah di daftarkan dan mana merek
yang akan didaftarkan.agar eksistensi merek di Indonesia tetap stabil dan
memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan bisnis di Indonesia.
2. Dalam hal perlindungan merek sangat diperlukan adanya Undang-Undang
yang secara khusus mengatur perlindungan merek terkenal terhadap tindakan
passing off. Sehingga tidak hanya berpatokan kepada aturan umum yang ada.
mengenai penerapan sanksi,dirasa sangat perlu kejelasan agar pelaku bisnis
yang memiliki itikad tidak baik dalam mengembangkan bisnisnya, memiliki
keraguan untuk melakukan tindakan melanggar hukum terkait dengan
pelanggaran merek.
-
xv
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku- Buku
Adisumarto, Harsono. 1989, Hak Milik Intelektual Khususnya Paten danMerek Hak Milik Perindustrian (Industrial Property), Jakarta:Akademika Pressindo.
Bryan A. Gamer, 2004, Black Law Dictionary, Eighth Edition, St.Paul,Min:West Publishing Co, Hal.1115.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.Kamus Besar BahasaIndonesia, Balai Pustaka.
Djumhana, Muhamad dan Djubaedillah. 1997. Hak Milik Intelektual Sejarah,Teori dan Prakteknya Di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Djaja, Esmansyah. 2009. Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Sinar Grafika :Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Citra AdityaBakti. Bandung.
Ramli,Ahmad. 1992. Perlindungan Merek Terkenal Dalam Hukum Indonesia.Bandung: Alumni.
Salim, Peter dan Yenny Salim. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.Jakarta: Modern English Press.
Soedewi,Sri. 1981. Hukum Perdata : Hukum Benda. Liberty: Yogyakarta.
Soekanto,Soerjono. 1992. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.Soesilo, R. 1997, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Semarang: Aneka
Ilmu.
Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio. 1992, Kitab Undang-Undang HukumPerdata, Jakarta:Pradnya Paramita.
Suryomurcitro, Gunawan. 1992.Hak Atas Merek dan Perlindungan HukumTerhadap Persaingan Curang, Liberty: Yogyakarta.
Suryoningrat, R.M. 1983. Pengantar Ilmu Hukum Merek. Jakarta: PradnyaParamita.
Yahya, M. Harahap. 1996 Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merekdi Indonesia. Bandung, Citra Aditya Bakti.
-
xvi
Ridwan Khairandy. 2000, Kapita Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: YayasanKlinik HAKI.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan MerekPerniagaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopolidan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1993 tentang Tata Cara PermintaanPendaftaran Merek
C. Internet
NN. Choosing and Protecting Your Brand. http://www.out-law.com/page-5541,diakses pada tanggal 1 Agustus 2013
NN. Passing Off. http://www.dllegal.com/index.php?option=com, diakses padatanggal 1 Agustus 2013
Frans, H. Winata.Pemboncengan Reputasi Merek (Passing Off) sebagaitindakan Persaingan Curang,http://yphindonesia.org/index.php/publikasi/artikel/, diakses pada tanggal 1Agustus 2013.
Susanto, FerryLimbang. 2011, Perlindungan Hukum pada Merek dalamhttp://repository.usu.ac.id/handle/123456789/4855, diunduh 2 Agustus 2013.