1
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM JUAL BELI
BARANG BEKAS DITINJAU DARI HUKUM ISLAM
DAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(Studi Kasus di Pasar Loak Shopping Centre Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy)
Oleh:
KHUSNUL KHOTIMAH
NIM 21411009
FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
2
3
4
5
MOTTO
Setiap Nafas, Setiap Langkah adalah Ilmu,, maka Niatkanlah
segalanya untuk Tholabul Ilmi (Khusnul Khotimah)
NO PAIN, NO GAIN
and
Do the best, Don’t feel the Best, always
be the best, yes we can….!!!!!
6
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, Skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Kemudian skripsi ini penulis persembahkan kepada orang-orang yang selalu
membantu dalam mewujudkan segala harapan dan cita-cita penulis.
1. Bapak dan Ibu, Umi dan Abi yang tidak pernah letih untuk selalu
mendo‟akan dan memberikan semangat serta motivasi kepada putrinya
selama masih menempuh studi, beliau-beliaulah motivasi penulis hingga
skripsi ini di munaqosahkan.
2. Abah KH. Mahfudz Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah, serta Gus
Muhammad Hanif, M.Hum dan Ibu Rosyidah Lc. Dan keluarga besar PP.
Edi Mancoro.
3. Mas Maksum, Mbak Ika, Dek Lisin, Dek Zizah, Dek Umam, Dek Taufiq,
dan Dek Diqi yang selalu memberi keceriaan kepada penulis.
4. Keluarga Besar Ya Bismillah (Youth Association of Bidik Misi
Limardhotillah) IAIN Salatiga.
5. Teman-teman Fakultas Syariah wa bil khusus Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah.
6. Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan di PP. Edi Mancoro.
7. Komunitas putri sholihah kamar 10 PP Edi Mancoro yang selalu memberi
warna kehidupan bagi penulis.
7
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menyinari dunia dan menunjukkan kepada kita jalan
yang benar dan agama yang dirindhoi Allah SWT.
Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Syari‟ah (S.Sy) dalam ilmu syari‟ah, Fakultas
Syariah, Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul: “Perlindungan
Konsumen dalam Jual Beli Barang Bekas Ditinjau dari Hukum Islam dan UU
No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di Pasar Loak
Shopping Centre Salatiga)”. Penulis mengakui bahwa dalam menyusun
Penulisan Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya,
ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah di IAIN
Salatiga.
3. Bapak Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syariah
Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama.
4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah
di IAIN Salatiga.
8
5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H. selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi
sehingga dapat selesai dengan maksimal dan sesuai yang diharapkan.
6. Bapak dan Ibu, Umi dan Abi dan semua Keluarga Besar Bani Fadhil dan
Bani Bukhori yang tidak pernah letih untuk selalu mendo‟akan dan
memberikan semangat serta motivasi kepada penulis selama masih
menempuh studi di IAIN Salatiga.
7. Pengelola BIDIKMISI IAIN Salatiga yang telah membimbing kami serta
memberikan kesempatan mendapatkan beasiswa Bidikmisi.
8. Keluarga Besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, khususnya Abah K.H
Mahfud Ridwan Lc, yang selalu mendoakan santrinya untuk meraih
keberhasilan dalam menuntut ilmu,dalam keadaan apapun dan di manapun.
9. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi
Fakultas Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang selalu
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa halangan apapun.
10. Paguyuban Pasar loak Shopping Centre yang telah berkenan memberikan
izin penelitian di Pasar loak Shopping Centre Salatiga serta memberikan
informasi berkaitan penulisan skripsi.
11. Keluarga Besar Ya Bismillah IAIN Salatiga sebagai sahabat senasib
seperjuangan dalam mengarungi bahtera tholabul ilmi, kebersamaan kita
akan menjadi sebuah cerita yang indah kelak.
9
12. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2011 di
IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh
pendidikan di IAIN Salatiga.
13. Sahabat-sahabat pemberi warna sepanjang penulis menempuh studi: Pipit,
Ririf, Fajar, Dek Tika, Dek Hiday, Ratih, Serr, Meyda, Dek Alfi, Dek
Nisa, Dek Iva dan adek-adek kamar 11 serta kakak-kakak angkatan di PP
Edi Mancoro yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam
menyusun skripsi.
14. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun
memberikan konstribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini,
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa
mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cinta-Nya. Amiin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun
analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan
demi lebih baiknya penulisan skripsi ini dibaca dan dipahami.
Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, 8 Juli 2015
Penulis
10
ABSTRAK
Khotimah, Khusnul. 2015. Perlindungan Konsumen Dalam Jual Beli Barang
Bekas Ditinjau dari Hukum Islam dan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di Pasar Loak Shopping Centre
Salatiga). Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi
Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing:
Luthfiana Zahriani, S.H., M.H.
Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Barang Bekas, Hukum Islam, UUPK.
Pasar loak Shopping Centre adalah pasar yang menjual barang-barang bekas
di kota Salatiga. Dalam hal ini konsumen berhak mendapatkan kejelasan
mengenai spesifikasi tentang barang-barang yang akan mereka beli baik dari segi
kualitas, kuantitas maupun harga yang sewajarnya untuk barang tersebut. adapun
fokus penelitian dalam skripsi ini adalah (1). Bagaimana praktek jual beli barang
bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga?, (2). Apakah perlindungan
konsumen dalam jual beli barang bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga
sesuai dengan hukum Islam?, (3). Apakah perlindungan konsumen dalam jual
beli barang bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga sesuai dengan UU No.
8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen?.
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui praktek perlindungan
konsumen di Pasar loak Shopping Centre. Penelitian menggunakan pendekatan
yuridis sosiologis dengan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat
deskriptif analitik. yaitu penelitian dengan mengumpulkan data mengenai
persoalan perlindungan konsumen kemudian memaparkan dan menganalisa
dengan Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktek jual beli barang bekas
menggunakan sistem tawar-menawar, tidak ada garansi barang,dan jika barang
tersebut ditukarkan dengan barang lain pada besok harinya maka, harga jual
barang tersebut turun dari harga sebelumnya. Adapaun mengenai upaya-upaya
perlindungan konsumen, dalam hal ini Pasar loak Shopping Centre Salatiga
belum memenuhi unsur-unsur perlindungan konsumen dalam transaksi jual beli
barang bekas, secara hukum Islam seperti: tidak terpenuhinya hak-hak khiyar
bagi pembeli yaitu khiyar syarath (Hak pilih dalam persyaratan) dan khiyar „aib
(Hak pilih karena cacat dan rusak barang) serta tidak dijelaskannya mengenai
kualitas barang saat melakukan transaksi jual beli. Sedangkan secara UU No.8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, upaya perlindungan konsumen di
Pasar loak Shopping Centre melanggar pasal 4 ayat 3, 7 dan 8 yaitu hak untuk
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa (ayat 3), hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif (ayat 7) dan Hak untuk mendapat kompensasi ganti
rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya (ayat 8).
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…….……………………………….……...………...
NOTA PEMBIMBING….………………….……………..........................
PENGESAHAN……….………………………..………………………....
PERNYATAAN KEASLIAN ..................………..……………………….
MOTTO……………….…………………………………………………..
PERSEMBAHAN…….…………………………………………………...
KATA PENGANTAR.……………………………………………………
ABSTRAK………….…………………………………………………......
DAFTAR ISI……….………………………………………………….......
DAFTAR TABEL…..……………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...
I
ii
iii
iv
v
vi
vii
x
xi
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………..............
B. Fokus Penelitian……………………………………………..
C. Tujuan Penelitian……………………………………………
D. Kegunaan Penelitian………………………………………...
E. Penegasan Istilah…………………………………………….
F. Tinjauan Pustaka…………………………………………….
G. Metode Penelitian…………………………………………...
H. Sistematika Penulisan……………………………………….
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN DAN JUAL BELI BARANG BEKAS
A. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen………………….
1. Perlindungan Konsumen Menurut Hukum Islam………..
2. Perlindungan Konsumen Menurut UU No. 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen………………………..
B. Tinjauan Umum Jual Beli Barang Bekas menurut Hukum
Islam ……………...................................................................
1
5
6
6
7
8
12
20
22
23
30
38
12
1. Transaksi yang dibenarkan………….………………........
2. Transaksi yang tidak dibenarkan………….……………...
C. Tinjauan Umum Jual Beli Barang Bekas Menurut
Perundang-Undangan di Indonesia………………………….
42
44
48
BAB III GAMBARAN UMUM TERHADAP PRAKTEK JUAL
BELI BARANG BEKAS DI PASAR LOAK SHOPPING
CENTRE SALATIGA
A. Gambaran Umum Pasar Tradisional Salatiga……….…….
B. Gambaran Umum Pasar Loak Shopping Centre
Salatiga………………………........……………………….
1. Sejarah Pasar Loak Shopping Centre………………….
2. Jumlah Pedagang Pasar Loak Shopping Centre ………
3. Struktur Organisasi …………………………………...
C. Praktek Jual Beli Barang Bekas di Pasar Loak Shopping
Centre Salatiga…………………………………………….
51
54
56
62
65
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP
PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM JUAL BELI
BARANG BEKAS
A. Analisis Hukum Islam terhadap Perlindungan
Konsumen dalam Jual Beli Barang Bekas di Pasar loak
Shopping Centre…………………………………………
B. Analisis Undang-Undang Perlindungan Konsumen
dalam Jual Beli Barang Bekas di Pasar Loak Shopping
Centre……………………………………………………
68
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….....
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
88
90
92
13
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pembagian UPTD menurut pengelolaanya.
Tabel 3.2 Daftar nama pedagang Pasar loak Shopping Centre
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur organisasi Pasar loak Shopping Centre Salatiga.
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain
dengan cara yang tertentu. Pengertian jual beli dalam KUH Perdata pasal
1457 adalah suatu perjanjian di mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan sesuatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang dijanjikan. Jual beli dapat juga disebut sebagai
tranksasi antara penjual dan pembeli dalam satu majelis di mana keduanya
melakukan akad dan menimbulkan rasa suka sama suka atau saling rela
sehingga terjadi kesepakatan antara keduanya.
Praktek jual beli pada zaman Rasulullah sudah ada. Rasulullah juga
mengajarkan dan memberi petunjuk serta tata cara mengenai etika
bermuamalah dan berbisnis yang benar di antaranya. Pertama, bersikap
jujur, kejujuran merupakan syarat penting dalam berbisnis. Kedua, tidak
melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad Saw sangat intens melarang
para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi.
Ketiga, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal,
bukan barang haram, seperti: babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan
lain sebagainya. Keempat, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar.
16
Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-benar
diutamakan (Hidayat, 2010:51-54).
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia dituntut untuk
bekerja keras dalam memenuhi segala kebutuhan yang mereka butuhkan.
Banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk dapat memenuhi segala
kebutuhannya salah satunya dengan berdagang.
Namun begitu banyaknya para pedagang sekarang membuat
seseorang saling berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Walaupun janji
Allah untuk memberikan rizki telah tencatat di Lauhil Mahfud. Hal
tersebut tidak bisa membuat manusia hanya berpangku tangan saja.
Banyak cara yang harus dilakukan manusia untuk memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan apa yang mereka usahakan halal
ataupun haram.
Allah berfirman dalam Surah An-Nisa‟ ayat 29
Hai orang-orang yang berian, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
Mendengar istilah jual beli tentu tidak dapat dipisahkan dari kata
pasar. Berdagang adalah aktifitas paling umum yang dilakukan di pasar.
Pasar sebagai alat seseorang untuk berinteraksi menjual dan membeli suatu
17
barang atau jasa tertentu kepada seorang lainnya. Pasar loak Shopping
Centre merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di kota
Salatiga. Pasar yang terkenal dengan sebutan pasar yang menjual barang
dengan harga murah sehingga menarik bagi sebagian warga kota Salatiga
dan sekitarnya untuk memperoleh barang-barang dari pasar tersebut.
Di Pasar loak Shopping Centre setiap barang yang dibawa
pengepul atau disebut sebagai pedagang kranjangan tidak langsung dapat
dibeli oleh para konsumen. Ada semacam pedagang besar yang memiliki
dana lebih untuk memborong barang-barang bekas tersebut. Setelah jatuh
ke pedagang besar, baru pada pedagang kecil memilih barang-barang
tersebut untuk dijual kembali. Barang bekas yang dijual di lokasi tersebut
tergolong murah. Misalnya helm INK dengan kualitas barang yang masih
cukup lumayan baik dijual dengan harga 150 - 170 IDR (Indonesian
Rupiah) padahal harga asli helm INK diatas 260 IDR, kemudian harga
barang-barang elektronik lain yang dijual dengan harga semurah-
murahnya bisa turun 50 persen dari harga asli. Jika pembeli beruntung
dapat juga menemukan barang dengan kualitas yang masih baik karena
dalam transaksi jual beli di sana ada juga yang masih menggunakan sistem
tawar-menawar, dan sebagian penjual berlagak agak keras sehingga ketika
pembeli menawar dengan harga rendah maka penjual dengan enaknya
membiarkan pembeli tetap berdiri kemudian sebagian penjual di sana
mengatakan bahwa barangnya masih bagus terkadang barang bekas juga
dianggap barang baru karena barang tersebut sudah dimodifikasi pedagang
18
menjadi seperti barang yang masih baru. Jika pembeli tidak pandai maka
pembeli akan mendapatkan kualitas barang tidak sesuai dengan harga yang
sudah dibayarkan.
Dalam hal ini konsumen berhak mendapatkan kejelasan mengenai
spesifikasi tentang barang-barang yang akan mereka beli baik dari segi
kualitas, kuantitas maupun harga yang sewajarnya untuk barang tersebut.
Sehingga kondisi ini mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan
konsumen menjadi tidak seimbang dan konsumen berada dalam posisi
yang lemah.
Banyak faktor yang membuat konsumen tidak sadar jika banyak
hal yang dirugikan ketika bertransaksi dalam jual beli di antaranya:
1. Konsumen menjadi objek aktifitas bisnis yang dapat diraup
keuntungan sebesear-besarnya.
2. Rendahnya kesadaran konsumen disebabkan oleh rendahnya
pendidikan konsumen (UUPK, 2008:32).
Oleh karena itu, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen di maksud menjadi landasan hukum yang kuat
bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen sebagai upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan melindungi segala
aktifitas muamalah yang merugikan pihak konsumen.
Islam Juga mengajarkan umatnya agar tidak melakukan jual beli
barang yang tidak jelas (gharar) yang berakibat salah satu pihak merasa
terdzalimi. Dan jual beli gharar dapat memberikan dampak negatif bagi
19
tatanan kehidupan sosial maupun ekonomi baik bagi individu maupun
masyarakat.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji masalah
tersebut dengan cara melihat bagaimana praktek jual beli barang bekas di
Pasar loak Shopping Centre Salatiga dan bagaimana perlindungan
terhadap konsumen yang melakukan transaksi jual beli di sana. Maka
penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai perlindungan
konsumen dengan mengangkat Judul “Perlindungan Konsumen dalam
Jual Beli Barang Bekas Ditinjau dari Hukum Islam dan UU No. 8
tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus di Pasar
Loak Shopping Centre Salatiga)”.
B. FOKUS PENELITIAN
Adapun fokus penelitian yang penulis kemukakan dari penjelasan
latar belakang masalah adalah:
1. Bagaimana Praktek jual beli barang bekas di Pasar loak Shopping
Centre Salatiga?
2. Apakah perlindungan konsumen dalam jual beli barang bekas di Pasar
loak Shopping Centre Salatiga sesuai dengan hukum Islam?
3. Apakah perlindungan konsumen dalam jual beli barang bekas di Pasar
loak Shopping Centre Salatiga sesuai dengan UU No.8 Tahun 1999
tentang Perlindungan konsumen?
C. TUJUAN PENELITIAN
20
Berdasarkan fokus penelitian yang telah penulis uraikan, maka
tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui Praktek jual beli barang bekas di Pasar loak
Shopping Centre Salatiga
2. Untuk mengetahui apakah perlindungan konsumen dalam jual beli
barang bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga sesuai hukum
Islam.
3. Untuk mengetahui apakah perlindungan konsumen dalam jual beli
barang bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga sesuai dengan
UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan
sumbangan pemikiran yang bernilai ilmiah bagi pengembangan
khasanah dan ilmu pengetahuan di bidang muamalah khususnya
tentang perlindungan konsumen dalam jual beli barang bekas.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai masukan
kepada kebijakan pemerintah kota Salatiga terkait perlindungan
konsumen dalam praktek jual beli barang bekas di Pasar loak
21
Shopping Centre dan Paguyuban Pasar loak Shopping Centre dalam
hal mengkoordinasi para pedagangnya.
E. PENEGASAN ISTILAH
Peneliti sampaikan bahwa judul penelitian “Perlindungan
Konsumen Dalam Jual Beli Barang Bekas Ditinjau dari Hukum Islam
dan UU No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi
Kasus di Pasar Loak Shopping Centre Salatiga)”. Untuk menghindari
terjadinya silang pengertian dalam memahami judul yang telah penulis
sebutkan diatas, maka penulis menegaskan beberapa istilah pokok yang
terdapat dalam rumusan judul:
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen (UUPK).
2. Barang bekas terdiri dari dua kata barang dan bekas. Barang adalah
Semua perkakas rumah tangga (KBI, 2008:137). Pengertian Barang
dalam UUPK adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan
maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Bekas adalah
setengah pakai atau barang yang sudah pernah dipakai.
3. Hukum Islam adalah ketetapan-ketetapan Allah sebagaimana yang
tercantum di dalam Al-Qur‟an dan as-Sunnah, untuk dipatuhi oleh
setiap muslim dan haram. Barang siapa yang tidak berhukum dengan
22
apa yang diturunkan oleh Allah, mereka termasuk golongan orang-
orang kafir, kejam dan fasik (Mujieb, 1994:156)
4. Undang-Undang adalah Peraturan atau ketentuan-ketentuan yang
dibuat oleh badan legislatif (Presiden dan DPR) yang mempunyai
kekuatan hukum (Simongkir, 2002: 172). Dalam hal ini undang-
undang yang di maksud adalah UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
5. Pasar adalah tempat orang berjual beli atau tempat penjual yang ingin
menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin
menukar uang dengan barang atau jasa (KBI, 2008:1129). Dalam
penelitian ini peneliti merujuk pada salah satu pasar di kota Salatiga
yaitu Pasar loak Shopping Centre sebagai tempat yang menjadi objek
penelitian.
F. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam melakukan penelitian skripsi ini, peneliti bukanlah yang
pertama membahas tentang perlindungan konsumen dalam jual beli barang
bekas. Namun, penelitian ini juga bukan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian-penelitian terdahulu.
Adapun beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dapat
penulis pakai sebagai rujukan serta ada kaitannya dengan pokok
permasalahan yang penulis kemukakan di antaranya:
23
1. Skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Perlindungan
Konsumen dalam Jual beli HP Second di Desa Segoroyoso
Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. oleh Jauhar Arifin (2008)
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta. Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan jual beli handphone
second di Desa Segoroyoso Kecamatan Pleret kabupaten Bantul telah
memenuhi syarat dan rukun dalam jual beli serta tidak bertentangan
dengan hukum Islam dan perlindungan terhadap hak konsumen juga
dilaksanakan dengan pemberian hak khiyar dan garansi dalam jual
beli tersebut.
2. Skripsi berjudul “Perlindungan Hak-Hak Konsumen Transaksi Jual
Beli Online Prespektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia”.
oleh Solikhin (2014) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogjakarta. Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan
library research (Penelitian kepustakaan). Penelitian dengan
mengutamakan bahan perpustakaan sebagai sumber utamanya.
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan:
Pertama, bahwa konsep perlindungan hak-hak konsumen transaksi e-
commerce dalam hukum Islam berdasarkan asas keseimbangan,
keadilan dan juga prinsip-prinsip muamalah, yaitu hak tanpa paksaan,
kehalalan produk, kejelasan informasi dan harga serta menghindari
kemudaratan. Perlindungan hak-hak konsumen e-commerce dalam
hukum positif mempunyai tujuan yang sama dengan apa yang
24
ditawarkan dalam Islam, yaitu menciptakan keseimbangan di antara
pelaku usaha dan konsumen serta untuk memberikan perlindungan
terhadap hak-hak konsumen. Kedua, perbedaan dalam aturan hukum
terletak pada pengertian konsumen dan pelaku usaha, dalam Islam
tidak dikenal dengan konsumen akhir dan perantara, Islam juga tidak
membedakan konsumen perorangan atau berbadan hukum seperti
halnya dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK).
Informasi mengenai objek dalam Islam merupakan syarat, sedangkan
UUPK ketentuan dalam bab perbuatan yang dilarang bagi pelaku
usaha. Islam tidak membatasi waktu pertangungan jawaban yang
merugikan konsumen, dalam UU ITE tidak menyatakan batasan itu
namun, dalam UUPK dibatasi pertanggungjawabannya dalam jangka
waktu 4 tahun setelah pembelian.
3. Skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen terhadap Iklan Provider Seluler di Televisi
(Studi Kasus Iklan Provider XL)” Oleh Siti Hoiriya (2010) UIN Sunan
Ampel Surabaya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa iklan XL
yang selama ini diiklankan di televisi termasuk transaksi yang
dilarang oleh agama Islam karena telah melanggar prinsip An taradin-
minkum. Dalam Islam yang mana harus di dasari pada prinsip kerelaan
antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus
mempunyai informasi yang sama sehingga tidak ada pihak yang
merasa dicurangi atau ditipu karena ada sesuatu keadaan dimana salah
25
satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain.
Melalui pembahasan dan analisis, akhirnya dapat disimpulkan bahwa
hukum Islam tidak memperbolehkan transaksi yang merugikan
masyarakat seperti tadlis dalam iklan karena hal ini bertentangan
dalam etika bisnis Islam dan prinsip „An-taradin-minkum. Sedangkan
menurut ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen
(UUPK). Hal ini bertentangan dengan pasal 17 ayat 1 mengenai
larangan periklanan yang memuat informasi yang tidak benar dan
tidak transparan karena ini merugikan orang lain. Sejalan dengan
kesimpulan tersebut, maka kepada pelaku usaha periklanan lebih
memperhatikan etika periklanan dan para konsumen lebih selektif lagi
dalam memilih produk yang diiklankan di televisi dan agar bagi
pemerintah selaku pengawas berjalannya aturan main yang baik dan
jelas dalam bisnis periklanan lebih menindaklanjuti pelanggaran yang
dilakukan oleh pelaku usaha periklanan.
Dari sekian penelitian yang telah dilakukan penelitian lain,
bahwa penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian-
penelitian yang sudah dijelaskan di atas. Hal tersebut terletak pada
fokus penelitian. Dalam skripsi ini penulis lebih menekankan pada
perlindungan konsumen dalam jual beli barang bekas ditinjau dari
hukum Islam dan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen di Pasar loak Shopping Centre Salatiga.
26
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a) Pendekatan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
yuridis sosiologis yaitu Pedekatan penelitian yang mengkaji
persepsi dan perilaku hukum orang (masyarakat dan badan
hukum) dan masyarakat serta efektivitas berlakunya hukum
positif di Indonesia (Utsman, 2014:66). Dan bersifat deskriptif
analitis yaitu pendekatan yang mentelaah tentang kehidupan
masyarakat (Moleong, 2004:6). Dalam penelitian ini meng-
gambarkan praktek perlindungan konsumen dalam jual beli
barang bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga.
b) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
lapangan (field research) yang bersifat deskriptif, analitis. yaitu
mengumpulkan data mengenai persoalan perlindungan konsumen
kemudian memaparkan dan menjelaskan bagaimana
sesungguhnya upaya perlindungan konsumen menurut hukum
Islam dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen di Indonesia, khususnya memberikan data yang detail
tentang objek yang diteliti yaitu perlindungan konsumen dalam
jual beli barang bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga.
27
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul
data di lapangan dengan menggunakan alat peneliti aktif dalam
menggunakan data-data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan
untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumen yang
menunjang keabsahan hasil penelitian nanti serta alat-alat bantu lain
yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti: kamera dan
alat perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana lokasi penelitian
tersebut akan dilakukan, Adapun lokasi penelitian adalah Pasar loak
Shopping Centre di Jalan Jendral Sudirman Salatiga.
4. Sumber Data
a) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber
data (Suwarno, 2006:209). Sedangkan secara operasional yang
di maksud data primer dari penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari:
1) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah UPTD
II sebagai pengelola pasar tradisional kota Salatiga,
28
Paguyuban Pasar loak Shopping Centre, para pedagang,
dan sebagian pembeli di Pasar loak Shopping Centre
Salatiga.
2) Dokumen
Dalam hal dokumen, penelitian ini menggunakan
data-data yang berhubungan dengan perlindungan
konsumen.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang berasal dari
sumber kedua yang dapat diperoleh melalui buku-buku, skripsi,
dan artikel dari website atau diperoleh dari catatan pihak lain
yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan yang
dimaksud data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi
atau data laporan yang tersedia.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah proses untuk menghimpun
data yang diperhatikan, relevan serta akan memberikan gambaran dari
aspek yang akan diteliti, baik penelitian kepustakaan maupun
lapangan.
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai
berikut:
29
a) Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis
terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139). Dalam
observasi nanti, data yang peneliti peroleh secara langsung dari
praktek transaksi jual beli barang bekas serta perlindungan
konsumen yang terjadi di Pasar loak Shopping Centre Salatiga.
b) Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan orang
yang diwawancarai atau dapat juga diberikan daftar pertanyaan
dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara
merupakan alat Rechecking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Metode ini peneliti
gunakan dengan cara mengadakan wawancara dengan UPTD II
sebagai pengelola pasar tradisional kota Salatiga, Paguyuban Pasar
loak Shopping Centre, para pedagang dan sebagian pembeli yang
bertransaksi serta melakukan aktifitas di Pasar loak Shopping
Centre Salatiga.
c) Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah sejumlah fakta dan data
tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian
besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian,
30
cendera mata, laporan, artefak, dan foto. Sifat utama data ini tak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu
silam.
6. Analisis Data
Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun
diperoleh, akan dianalisa secara kualitatif dengan cara mengambarkan
masalah secara jelas dan mendalam.
Jenis analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian adalah
metode bersifat deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis dalam
penelitian ini yaitu penelitian yang mengambarkan keadaan yang
sebenarnya terjadi di lapangan mengenai perlindungan konsumen
dalam jual beli barang bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga
yang akan peneliti analisis dengan hukum Islam dan UU No. 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen sehingga diperoleh analisis
data dan kesimpulan yang jelas.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, validalitas data mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian
sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik
pemeriksaan keabsahan data.
Menurut Sugiyono (2010:270-277) kriteria keabsahan data
dalam penelitian kualitatif ada tiga macam yaitu:
31
a) Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data
hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan
beberapa cara yaitu:
1) Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang
baru.
2) Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara
tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa dapat
direkam secara pasti dan sistematis.
3) Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbaga waktu.
4) Analisis kasus negatif, kasus negatif adalah kasus yang
tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga
pada saat tertentu.
5) Menggunakan bahan referensi yaitu adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti.
6) Mengadakan memberchek adalah proses pengecekan data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data.
32
7) Transferability merupakan validitas eksternal yang mana
seorang peneliti dalam menyusun laporannya harus
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya.
b) Pengujian Depenability
Kriteria ini dilakukan untuk menjaga kehati-hatian
dalam mengumpulkan dan mengambarkan data sehingga bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dan dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.
Untuk menghindari hal itu bisa dilakukan pengecekan oleh
pembimbing.
c) Pengujian Confirmability
Pengujian ini hampir sama dengan dependability,
sehingga pengujian dapat dilakukan secara bersamaan. Kriteria
ini digunakan untuk mengecek data dan informasi serta
gambaran hasil penelitian. Setelah dilakukan pengecekan
sebelumnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan keabsahan
data dengan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek
penelitian (Moleong, 2004:330).
33
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
1) Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
2) Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda.
3) Triangulasi waktu yaitu pengecekan keabsahan data
dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda (Sugiyono, 2010:274).
8. Tahap-tahap Penelitian
Adapun prosedur atau tahap penelitian yang peneliti lakukan
dalam penelitian ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian seperti peneliti menentukan topik
peneliti, mencari informasi tentang praktek jual beli barang
bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga, pembuatan
proposal, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya, yang
harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu peneliti terjuan langsung ke
lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti
34
wawancara kepada informan, melakukan observasi dan
dokumentasi.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan
dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-
data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga
bisa memberi arti pada objek yang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah
terkumpul dan dianalisis serta dikonsultasikan kepada
pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah
menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman
penulisan yang telah ditentukan.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN meliputi: Latar belakang masalah, Fokus
penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI meliputi: Tinjauan umum Perlindungan
konsumen dalam prespektif hukum Islam dan Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Jual Beli dalam
Prespektif hukum Islam dan Perundang-Undangan di Indonesia.
BAB III HASIL PENELITIAN meliputi: Gambaran umum pasar
tradisional kota Salatiga, Gambaran umum Pasar loak Shopping Centre
Salatiga, dan Praktek jual beli barang bekas di Pasar loak Shopping Centre
Salatiga.
35
BAB IV ANALISIS DATA meliputi: Analisis tentang perlindungan
konsumen dalam jual beli barang bekas di Pasar loak Shopping Centre
Salatiga menurut hukum Islam dan Analisis tentang perlindungan
konsumen dalam jual beli barang bekas di Pasar loak Shopping Centre
Salatiga menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
BAB V PENUTUP meliputi: Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
36
BAB II
TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
DAN JUAL BELI BARANG BEKAS
A. Tinjauan Umum Perlindungan Konsumen
Hukum Islam melihat perlindungan konsumen bukan semata-mata
sebagai hubungan keperdataan (Ahwal al-Syakhsiyah) melainkan sebagai
kepentingan publik, maka sedari dini hukum Islam sudah membahas
konsep-konsep seperti pengertian akad, rukun akad, tujuan dan sebab
akad, syarat-syarat akad, asas kebebasan berkontrak, hal-hal yang merusak
(fasakh), keadaan suka sama suka („an-taradhin minkum) dalam akad,
kebolehan pembatalan akad, jual beli gharar, hak khiyar, dan sebagainya
(Ihsan, 2011:51).
Konsep hukum Islam bersumber pada ajaran Islam secara
keseluruhan, bahwa melindungi manusia dan juga masyarakat sudah
merupakan kewajiban negara, sehingga perlindungan terhadap konsumen
menjadi kajian yang intensif dan strategis dalam rangka penataan menuju
masyarakat yang ideal (Khoiru ummah) (Ihsan, 2011:52).
Istilah “Perlindungan konsumen” berkaitan dengan perlindungan
hukum. Oleh karena itu perlindungan mengandung aspek hukum. Adapun
yang berhak mendapat perlindungan bukan hanya sekedar fisik, melainkan
terlebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan
37
konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan
hukum tentang hak-hak konsumen (Kristiyanti, 2009:30).
1. Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Islam
a. Pengertian konsumen
Dalam hukum Islam penggunaan istilah konsumen lebih
tepat dinamakan dengan pembeli. Pembeli dalam bahasa arab
adalah اشتشي (Musytary) yang fi‟ilnya berasal dari kata isytara –
yasytari – isytira‟an.
b. Hak pembeli dan kewajiban penjual
Hak dan kewajiban adalah dua sisi yang saling bertimbal
balik dalam suatu transaksi. Hak bagi salah satu pihak merupakan
kewajiban bagi pihak lain, begitu pula sebaliknya kewajiban salah
satu pihak menjadi hak bagi pihak yang lain. Dalam hukum Islam,
hak adalah kepentingan yang ada pada perorangan atau masyarakat
atau pada keduanya yang diakui oleh syara‟. Namun demikian,
secara umum pengertian hak adalah sesuatu yang kita terima,
sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus kita laksanakan
(Dewi, 2005:65).
Hukum Islam, jual beli yang baik adalah jual beli di mana
hak-hak penjual dan pembeli terpenuhi, penjual memperhatikan
hak pembeli dan sebaliknya, karena dengan itu akad jual beli akan
terwujud dengan kerelaan sempurna dari kedua pihak. Maka dalam
38
hukum Islam memberikan hak-hak istimewa kepada pembeli,
yaitu: Khiyar
Dalam bahasa perlindungan konsumen, khiyar merupakan
salah satu metode hukum dalam naungan hukum bisnis Islam yang
bertujuan untuk menjaga masyarakat dari munculnya masalah
bisnis seperti produk-produk cacat (Defect) (Ihsan, 2011:138).
Secara etimologi, khiyar artinya memilih, menyaring.
Sedangkan secara terminologis, khiyar dalam Ilmu fiqh artinya hak
yang dimiliki orang yang membatalkan perjanjian untuk memilih
untuk meneruskan perjanjian atau membatalkannya (Ihsan,
2011:137-138).
Ada empat macam khiyar yaitu:
1) Hak pilih di lokasi (Khiyar majlis)
Khiyar majlis menurut Sayid Sabiq seperti yang
dikutip oleh Muslich (2010:223) adalah suatu khiyar yang
diberikan kepada kedua belah pihak yang melakukan akad
untuk meneruskan atau membatalkan jual beli selama masih
berada di majelis akad.
Dasar hukum diperbolehkannya khiyar majlis
: ع عثذهللا ت احاسث لاي سعت حى ت حضا
ص هللا عه وس لاي : سض هللا عه ع اث
ا تىسن صذلا وت لا، فإ تفش ا تاخاس اثعا
ا عه حمت تشوة ت ا وزتا ووت ا وا عه ت ا ف ه
39
Dari Abdullah bin Al-Harits ia berkata: saya mendengar
Hakim bin Hizam ra dari Nabi Muhammad SAW beliau
bersabda: penjual dan pembeli boleh melakukan khiyar
selama mereka belum berpisah. Apabila mereka berdua benar
dan jelas, mereka berdua diberi keberkahan di dalam jual beli
mereka, dan apabila mereka berdua berbohong dan
merahasiakannya, maka dihapuslah keberkahan jual beli
mereka berdua. (HR. Bukhari).
2) Hak pilih dalam persyaratan (Khiyar syarath)
Khiyar syarat adalah khiyar yang disepakati dan
ditetapkan waktu melangsungkan transaksi yang jangka
waktunya berdasarkan kesepakatan bersama (Syarifuddin,
2010:213).
Sedangkan menurut Muslich (2010:226) Khiyar syarat
adalah suatu bentuk khiyar di mana para pihak yang
melakukan akad jual beli memberikan persyaratan bahwa
dalam waktu tertentu berdua atau salah satunya boleh memilih
antara meneruskan jual beli atau membatalkan.
Dasar hukum khiyar syarat adalah:
: ع سس هللا ص هللا عه وس لاي ع ات عش سض هللا عها
عا أو لا وواا ج تفش ا خاس ا تا ه واحذ فى جال ارا تثا ع اش
ا اخش ا اخش فتثا عا ع ره فمذ , خش أحذه خش أحذه فإ
ع فمذ ث ا ا ه تشن وا حذ تثاعا و لا تعذ ا تفش ع ، وإ ث وجة ا
ع ث . وجة ا
Dari Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah SAW beliau bersabda:
“Apabila dua orang melakukan jual beli, maka masing-
masing pihak berhak melakukan khiyar, baik kedua-duanya
maupun salah satunya. Apabila salah satu dari keduanya
melakukan khiyar terhadap yang lainnya, kemudian mereka
berdua melakukan jual beli atas dasar kesepakatan
mereka”.(HR. Bukhori Muslim).
40
3) Hak pilih karena cacat barang (Khiyar „aib)
Khiyar „aib adalah suatu bentuk khiyar untuk
meneruskan atau membatalkan jual beli karena adanya cacat
pada barang yang dibeli (Muslich, 2010:232).
Dasar hukum untuk khiyar „aib ini adalah Hadits Nabi:
سعت سسىي هللا ص عه وس : ع عمثة ت عاش اجه لاي
ه ه : مىي عا إ ت ه ت اخ تاا ا ح اخى ا . ا
Dari „Uqbah ibnu „Amir Al-Juhani ia berkata: Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda: Seorang muslim
adalah saudaranya muslim lainnya, tidak halal bagi seorang
muslim apabila menjual barang jualan kepada saudaranya
yang di dalamnya ada cacatnya melainkan ia harus
menjelaskan kepadanya. (HR.Hakim)
4) Hak pilih melihat (Khiyar ru‟yah)
Khiyar ru‟yah adalah khiyar atau pilihan untuk
meneruskan akad atau membatalkannya, setelah barang yang
menjadi objek akad dilihat oleh pembeli. Hal ini terjadi dalam
kondisi di mana barang yang menjadi objek akad tidak ada di
majelis akad, kalaupun ada hanya contohnya saja, sehingga
pembeli tidak tahu apakah barang yang dibelinya itu baik apa
tidak. Setelah pembeli melihat langsung kondisi barang yang
dibelinya, apabila setuju ia bisa meneruskan jual belinya dan
apabila setuju ia boleh mengembalikannya kepada penjual dan
jual beli dibatalkan, sedangkan harga dikembalikan seluruhnya
kepada pembeli (Muslich, 2010:236).
41
Hikmah (fungsi) ditetapkannya Khiyar sebagaimana
dijelaskan Ali Ahmad al-Jurjani yang dikutip oleh Ihsan
(2011:139) adalah dalam rangka menjaga agar hubungan jual
beli tidak terjadi adanya penipuan atau perilaku negatif antara
pembeli dan pedagang. Manusia dalam melakukan transaksi
jual beli sering lupa atau silap mata dari adanya cacat atau
kerusakan barang yang tersembunyi dalam sebuah barang
kecuali benar-benar memperhatikan kualitas yang hendak
dibeli sehingga akan terbongkar akan adanya barang yang
cacat dan rusak.
c. Prinsip-prinsip perlindungan konsumen
Prinsip adalah asas atau fondasi kebenaran yang menjadi
pola dasar (pijakan) orang berfikir atau bertindak. Dalam hukum
Islam, prinsip berarti kebenaran universal yang inheren dan
menjadi titik tolak pembinaanya: prinsip yang membentuk hukum
Islam dan setiap cabang-cabangnya (Ihsan, 2011:78).
Prinsip-prinsip hukum Islam dalam perlindungan konsumen
dan tanggung jawab pelaku usaha menurut Ihsan (2011:79-89)
dalam bukunya fikih perlindungan konsumen, dapat disebutkan
sebagai berikut:
1) Tauhid
Dengan tauhid, aktivitas ekonomi seperti jual beli
merupakan bentuk ibadah dan syukur serta bertujuan
42
mencari ridho-Nya. Prinsip tauhid yang menghasilkan
pandangan tentang kesatuan umat manusia menghantar
seorang pengusaha muslim untuk menghindari segala bentuk
eksploitasi terhadap sesama manusia. Islam bukan saja
melarang praktik riba dan pencurian, tetapi juga penipuan
yang terselubung, bahkan sampai kepada larangan
menawarkan barang pada saat konsumen menerima tawaran
yang sama pada orang lain.
2) Keadilan
Dalam bidang ekonomi, keadilan merupakan
“nafas” dalam menciptakan pemerataan dan kesejahteraan,
karena itu harta jangan hanya beredar pada segelintir orang
kaya. Dalam mencegah kerusakan prinsip tersebut,
diperlukan:
a) Langkah positif yang digunakan untuk mencegah
monopoli kekayaan dan mewakili dalam penyebaran
kekayaan dalam masyarakat.
b) Berbagai larangan digunakan untuk menghindari
bertumbuhnya kejahatan praktek bisnis yang tidak sehat
seperti jual beli dengan penipuan.
3) Amar Ma‟ruf Nahi Mungkar
Berkaitan dengan perlindungan konsumen, undang-
undang perlindungan konsumen merupakan salah satu
43
kontrol sosial untuk mengatur hubungan pelaku usaha dan
konsumen. Dilihat dari hukum Islam, aturan dan
pemberlakuan hak khiyar merupakan salah satu amar ma‟ruf
nahi mungkar di mana dalam pelaksanaan amar ma‟ruf bagi
pelaku usaha adalah memberikan ganti rugi kepada
konsumen bila pelaku usaha melakukan kesalahan atas
produk yang dijualnya. Sedangkan nahi mungkar dengan
memperhatikan dan melaksanakan aturan-aturan hukum
Islam tentang jual beli.
4) Kemerdekaan atau Kebebasan (al-huriyyah)
Dalam perlindungan konsumen, prinsip kebebasan
sangat penting karena terkait dengan kebebasan seseorang
untuk melakukan hak pilihnya dalam suatu transaksi. Maksud
kebebasan konsumen adalah kebebasan yang merupakan
karakteristik penting bagi organisasi konsumen maupun
kelompok konsumen menyangkut hak mereka dalam
meningkatkan martabat dan kepentingan konsumen.
5) Prinsip Persamaan
Dalam tanggungjawab pelaku usaha, pedagang harus
menghargai hak-hak konsumen dengan berlaku jujur dan adil.
tidak boleh ada perbedaan yang berlebihan antara konsumen
satu dengan konsumen lainnya.
44
6) Prinsip tolong-menolong
Setiap transaksi ekonomi harus dilakukan secara halal
serta diarahkan terhadap kebajikan dan tolong menolong.
Islam tidak hanya membenarkan kerjasama melalui pelbagai
bentuknya yang dinamis dan halal, melainkan juga
membekali etos kerjasama yang jujur, adil dan
bertanggungjawab. Untuk itu, dalam hubungan transaksi
antara konsumen dan produsen prinsip ini harus dijiwai oleh
kedua belah pihak.
7) Prinsip toleransi
Prinsip ini sebagai kelanjutan dari prinsip-prinsip
yang telah diuraikan di atas. Toleransi yang di maksudkan
dalam agama Islam ialah toleransi yang menjamin tidak
terlanggarnya hak-hak Islam dan umatnya. Suatu produk
akan mudah diterima masyarakat, apabila seorang pelaku
usaha mengetahui produk yang dibutuhkan masyarakat
tersebut.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan prasyarat bagi
pertumbuhan ekonomi. Sebab kegiatan ekonomi Islam
memerlukan ketertiban dan kepercayaan.
45
2. Perlindungan Konsumen Dalam UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
a. Pengertian
Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Amerika
Inggris) atau consument (Belanda). Pengertian konsumen dalam
Pasal 1 ayat 2 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak
diperdagangkan.
a. Hak-hak konsumen
Kata “hak” menurut bahasa dalam kamus umum bahasa
Indonesia adalah kekuasaan yang benar atau sesuatu untuk
menuntut sesuatu (Poerwadarminto, 2006:397).
Hak-hak konsumen sebagaimana tertuang dalam pasal 4
UU No. 8 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan
barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.
46
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
b. Kewajiban pelaku usaha
Kata kewajiban berasal dari kata “wajib” yang kemudian
diberi imbuhan ke-an. Dalam pengertian bahasa kata wajib berarti
sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan
(Poerwadarminto, 2006: 1359).
Adapun kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang
tertuang dalam Pasal 7 UUPK adalah sebagai berikut:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi
47
penjelasaan mengenai penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/atau jasa yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,
dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi
jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau
yang diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan
barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak
sesuai dengan perjanjian.
c. Perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh pelaku usaha
Pengertian pelaku pada pasal 1 ayat 3 dalam Undang-
Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) adalah setiap orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan
atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
48
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Dalam pasal 8 UUPK juga menjelaskan tentang perbuatan-
perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha di antaranya:
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan
jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan
dalam label atau etiket barang tersebut.
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan
jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau
kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket
atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, barang
pengolaan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu
sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan
barang dan/atau jasa tersebut.
49
f. Tidak sesuai janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau
jasa tersebut.
g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang baik atas barang tertentu.
h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal,
sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam
lebel.
i. Tidak memasang lebel atau membuat penjelasan barang
yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau
netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan
lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus
dipasang/dibuat.
j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk
penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak,
cacat, atau bekas yang tercemar tanpa memberikan informasi
secara lengkap dan benar atas barang tersebut.
3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan
pangan yang rusak, cacat, atau bekas dan tercemar, dengan atau
tanpa memberikan informasi lengkap dan benar.
50
4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan
ayat (2) dilarang memperdagangkan barang atau jasa tersebut
serta wajib menariknya dari peredaran.
d. Prinsip-prinsip perlindungan konsumen
Menurut Shidarta seperti yang dikutip oleh Kristiyanti
(2008:92) Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang
sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam
kasus-kasus pelanggaran hak konsumen diperlukan kehati-hatian
dalam menganalisis siapa saja yang harus bertanggung jawab dan
seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-
pihak terkait.
Beberapa sumber formal hukum seperti peraturan
perundang-undangan dan perjanjian standar di lapangan hukum
keperdataan juga memberikan pembatasan-pembatasan terhadap
tanggung jawab yang dibebankan kepada pelanggar hak konsumen.
Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam
hukum dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan
adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana
dan perdata. Prinsip ini menyatakan seseorang yang dapat
dimintakan pertanggungjawaban secara umum jika ada unsur
kesalahan yang dilakukannya. Dalam KUH Perdata pasal 135
51
menjelaskan tentang perbuatan melawan hukum harus
terpenuhi empat unsur pokok yaitu:
a) Adanya perbuatan.
b) Adanya unsur kesalahan.
c) Adanya kerugian yang diderita.
d) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian
(Kristiyanti, 2009:92-93)
2) Prinsip Praduga untuk selalu bertanggung jawab
Prinsip ini menyatakan tergugat selalu dianggap
bertanggung jawab sampai dapat membuktikan bahwa tergugat
tidak bersalah sehingga beban pembuktian ada pada tergugat
(Kristiyanti, 2009:94).
3) Prinsip Praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip
praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal
dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, dan
pembatasan demikian biasanya secara common sense dapat
dibenarkan (Kristiyanti, 2009:95-96).
4) Prinsip Tanggung Jawab Mutlak
Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum
perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk
“menjerat” pelaku usaha, khususnya produsen barang yang
memasarkan produknya yang merugikan konsumen. Menurut
52
asas ini, produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang
di derita konsumen atas penggunaan produk yang di pasarkan
(Kristiyanti, 2009:97).
5) Prinsip Tanggung Jawab dengan pembatasan
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat
disenangi oleh pelaku usaha untuk mencantumkan sebagai
klausula ekonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya.
Semisal dalam perjanjian cuci cetak film ternyata film yang
ingin dicuci/ cetak tersebut hilang atau rusak (termasuk akibat
kesalahan petugas), maka konsumen hanya dibatasi ganti
kerugian sebesar sepuluh kali harga rol satu film baru.
Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen
bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam UU
N0. 8 Tahun 1999 seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara
sepihak menentukan klausula yang merugikan konsumen
termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya (Kristiyanti,
2009:97-98).
B. Tinjauan Umum Jual Beli Barang Bekas Dalam Hukum Islam
Jual beli merupakan dua kata yang tidak dapat terpisahkan, dalam
bahasa arab kata jual adalah ( ,.(اششاء ) sedangkan kata beli adalah ( اثع
walaupun dua kata berlawanan artinya namun orang-orang arab biasa
menggunakan ungkapan jual beli dengan satu kata yaitu ( Jual .( اثع
53
diartikan beli dan beli diartikan jual, misalnya dalam firman Allah SWT
Surah Yusuf (12) ayat 20 :
Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga rendah, yaitu beberapa
dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya.
Dalam pengertian syara‟ terdapat beberapa definisi yang
dikemukakan oleh ulama madzhab.
Hanafiah, Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang
(emas atau perak) dan semacamnya atau tukar menukar barang dengan
uang atau semacam menurut cara yang khusus.
Malikiyah, Jual beli adalah akad mu‟awadhah (timbal balik) atas
selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan.
Syafi‟iyah, Jual beli adalah suatu akad yang mengandung tukar
menukar harta dengan harta dengan syarat untuk memperoleh kepemilikan
atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya. (Muslich, 2010:175-177).
Allah memang menyukai hambanya yang memanfaatkan barang-
barang yang sudah dipakai namun masih dapat dimanfaatkan lagi. Hal itu
menjadikan kita agar tidak menjadi konsumen yang konsumtif, namun
dalam transaksi jual beli barang bekas haruslah menjelaskan kualitas,
kuantitas, serta keadaan barang tersebut. Apabila terhadap hal-hal
mengenai kondisi barang yang sudah cacat atau rusak maka penjual tidak
menyembunyikan mengenai kondisi serta kualitas barang tersebut hingga
masih terlihat baru.
54
Al-Qur‟an juga menjelaskan bahwa kita sebagai umat muslim
dalam berniaga harus berlaku jujur, seperti dalam firman Allah dalam
Surat An-Nisa ayat 29.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah maha penyayang
kepadamu.
Rasulullah sendiri juga memberikan apresiasi kepada para
pedagang yang jujur yang dijelaskan dalam hadits:
ص هللا عه وس لاي ذوق : ع ات سعذ سض هللا عه ع اث اتاجش اص
هذاء واشش م ذ واص ع اث ا
Dari Abu Said ra dari nabi Muhammad SAW bersabda: pedagang yang
jujur dan dapat dipercaya, ia beserta para nabi, orang-orang yang jujur
dan orang-orang yang mati syahid. (HR. Tirmidzi)
Dalam kaidah Ushul fiqh juga menjelaskan:
ها تحش ع ذ ي د ة اإلتاحة ا أ عا ف ا األص
Pada asalnya semua mu‟amalah boleh kecuali ada dalil yang
menunjukkan keharamannya.
55
Berdasarkan kaidah Ushul fiqh yang dijelaskan di atas, maka
menjual barang bekas pada asalnya boleh selagi barang yang dijual itu
mengandung manfaat dan termasuk barang-barang halal.
Kemudian dalam transaksi jual beli, penjual harus berlaku jujur,
serta menjelaskan bagaimana kualitas dan kuantitas barang tersebut,
apabila terdapat kerusakan maka penjual wajib menjelaskan kepada
pembeli, sehingga pembeli menyadari bahwa barang yang dibeli bukanlah
barang baru melainkan barang bekas dan pembeli tidak akan merasa
kecewa serta tertipu dan dirugikan oleh pihak penjual.
Jual beli yang merugikan jelas dilarang dalam Islam karena di
dalamnya mengandung unsur penipuan serta kedzaliman. Menurut
Muslich (2010:190) agar jual beli tersebut dianggap sah menurut syara‟
maka, secara global akad jual beli harus terhindar dari enam macam „aib di
antaranya:
1. Ketidaktahuan (Jahalah)
2. Pemaksaan ( al-ikrah)
3. Pembatasan dengan waktu (at-tauqit)
4. Ketidakjelasan (gharar)
5. Kemudharatan (dharar), dan
6. Syarat-syarat yang merusak.
Untuk menghindari adanya spekulasi, dalam hal ini penulis
menyimpulkan bahwa transaksi jual beli dalam hukum Islam dibagi
menjadi dua, yaitu:
56
1. Transaksi yang dibenarkan
Agar jual beli berlangsung secara sah, transaksi jual beli harus
dilakukan sesuai dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan,
adapun rukun dan syarat dalan jual beli adalah:
a) Penjual (Ba‟i)
b) Pembeli (Musytary)
c) Ijab Qabul (Shighat)
d) Barang atau jasa (Ma‟qud alaih)
Sedangkan syarat-syarat bagi rukun jual beli tersebut harus
dipenuhi karena jual beli dinyatakan sah apabila telah memenuhi
syarat-syarat atas pelaku akad, barang yang diakadkan, atau tempat
berakad.
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi berkenaan
dengan objek transaksi adalah:
1) Suci, bukan barang yang mengandung unsur najis
2) Bermanfaat
3) Milik orang yang melakukan akad
4) Barang yang dijual harus diketahui secara jelas kualitas dan
kuantitasnya.
Adapun jual beli berdasarkan pertukarannya secara umum
seperti yang dikutip oleh Syafe‟i ( 2001:101) dibagi empat macam
di antaranya:
57
a) Jual beli Salam (Pesanan)
Adalah jual beli suatu barang yang penyerahannya
ditunda, atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas
dengan pembayaran diawal, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian.
b) Jual beli Muqayadhah (barter)
Adalah jual beli dengan cara menukar barang dengan
barang, seperti menukar baju dengan sepatu.
c) Jual beli Mutlaq
Adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah
disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang.
d) Jual beli alat penukar dengan alat penukar
Adalah jual beli barang yang biasa dipakai sebagai
alat penukar dengan alat penukar lainnya, seperti uang
perak dengan uang emas.
Jual beli berdasarkan dari segi harga dibagi menjadi empat
macam:
a) Jual beli yang menguntungkan (al-Murabahah).
b) Jual beli yang tidak menguntungkan, yaitu menjual dengan
harga aslinya (at-Tauliyah).
At-Tauliyah adalah menjual dengan harga beli tanpa
mengambil keuntungan sedikitpun seolah-olah penjual
58
menjadi pembeli dalam walinya atas barang tersebut
(Muhammad, 2000:22)
c) Jual beli rugi (al-Khasarah).
d) Jual beli Musawamah yaitu penjual menyembunyikan
harga aslinya tetapi kedua orang yang melakukan akad
saling merindhoi (Syafe‟i, 2000:101-102).
Jual beli musawamah adalah jual beli biasa di mana
penjual memasang harga tanpa memberi tahu pembeli
berapa keuntungan yang diambilnya (Muhammad,
2000:22).
2. Transaksi yang tidak dibenarkan
Islam juga mengatur agar persaingan di pasar dilakukan
dengan adil dengan tujuan agar tidak menimbulkan ketidakadilan yang
dilarang di antaranya:
a) Jual beli Gharar
Adalah jual beli yang mengandung unsur-unsur penipuan,
baik karena ketidakjelasan dalam objek jual beli atau tidak
kepastian dalam cara pelaksanaanya (Syarifudin, 2010:206).
Hadits yang menyatakan larangan jual beli gharar:
ثا أسىد لا حذ ثش ع ا عظ عثذ ا عثاط ت ة وا ثا أتى وش حذ
عطاء أت وثش ع ح ت عتثة ع ثا أىب ت ش حذ عا ت
ع ت ع ه وس ع ص هللا عثاط لاي ه سسىي هللا ات ع
شس ا
59
Diceritakan dari Abu Khuraib dan Abbas bin Abdul Adzim
melarang jual beli gharar (menimbulkan kerugian bagi orang
lain). (HR. Ibnu Majah).
Jual beli yang disertai tipuan, berati dalam urusan jual beli
terdapat unsur penipuan, baik dari pihak pembeli maupun dari
penjual, pada barang ataupun ukuran dan timbangannya (Rasjid,
2013:285).
Jual beli gharar termasuk juga transaksi jual beli yang
melanggar prinsip An taradin-minkum yaitu prinsip kerelaan antara
kedua belah pihak. Di mana keduanya harus mempunyai informasi
terhadap barang yang akan dibeli sehingga, tidak ada pihak yang
merasa dicurangi (ditipu) karena keadaan barang yang cacat atau
barang yang rusak di mana pihak konsumen tidak mengetahui
informasi sebelum terhadap barang tersebut (Karim, 2010:30).
Gharar dalam objek akad menurut Ihsan (2011:157).
Dalam hukum perjanjian Islam, kedudukan objek akad sangatlah
penting karena termasuk bagian yang harus ada (rukun). Oleh
karena keberadaanya sangat menentukan sah tidaknya perjanjian
yang akan dilakukan, maka objek akad harus memenuhi syarat-
syarat sahnya seperti terbebas dari unsure-unsur gharar
(ketidakjelasan). Ada beberapa gharar yang dapat terjadi dalam
objek akad yang akan mempengaruhi sah tidaknya suatu transaksi,
yaitu:
60
1) Ketidakjelasan dalam jenis objek akad
Mengenai jenis objek akad secara jelas adalah syarat
sahnya jual beli. Maka jual beli objeknya tidak diketahui
tidak hukumnya karena terdapat gharar yang banyak di
dalamnya, seperti menjual sesuatu dalam karung yang mana
pembeli tidak mengetahui dengan jelas barang apa yang akan
dibeli.
2) Ketidakjelasan dalam sifat dan karakter objek transaksi
Menurut ulama madzhab Syafi‟i yang dikutip Ihsan
(2011:159), mensyaratkan sifat dan karakter kualitas
barangnya dan menjelaskan bahwa jual beli yang tidak jelas
sifat dan karakter kualitas barangnya hukumnya tidak sah
kecuali jika pembeli diberi hak untuk melakukan khiyar
ru‟yah (Hak untuk melihat barang).
3) Ketidaktahuan dalam dzat objek transaksi
Ketidaktahuan dalam zat objek transaksi adalah
bentuk dari gharar yang terlarang. Hal ini karena dzat dari
barangnya tidak diketahui, sehingga berpotensi untuk
menimbulkan perselisihan (Ihsan, 2011:160)
b) Jual beli Talqi Rukban
Adalah jual beli setelah pembeli datang menyongsong
penjual sebelum penjual sampai di pasar dan mengetahui harga
pasaran (Syarifudin, 2010:206).
61
Cara jual beli ini dilarang berdasarkan hadits Nabi:
ا لاي ه ه هللا ع ش سض ع سسىي هللا ص هللا عه ع عثذ هللا ات
ع ث حاضش ثاد وس ا
Dari Abdullah bin Umar r.a. katanya: Rasulullah SAW bersabda:
“melarang orang kota berjualan kepada orang pendesaan”. (HR.
Bukhori Muslim)
c) Jual beli „Urban
Dalam satu ta‟rif jual beli „urban diartikan dengan jual beli
suatu barang dengan harga tertentu, di mana pembeli memberikan
uang muka dengan catatan bahwa bila jual beli jadi dilangsungkan
akan membayar dengan harga yang telah disepakati, namun kalau
tidak jadi, uang muka untuk penjual yang telah menerimanya lebih
dahulu (Syarifuddin, 2010:206).
Jual beli dalam bentuk ini hukumnya haram. Dasar
hukumnya adalah hadits Nabi dari Amru bin Syu‟eb r.a.
mengatakan :
ع اعشتا ه سسىي هللا ص هللا عه وس ع ت
Sesungguhnya Rasulullah Allah SAW, melarang jual beli „urban
(HR. Malik).
d) Transaksi Najasy
Adalah jual beli yang bersifat pura-pura di mana pembeli
menaikkan harga barang, bukan karena untuk membelinya tetapi
62
hanya untuk menipu pembeli lainnya dengan harga yang lebih
tinggi (Syarifuddin, 2010:209).
Larangan terhadap jual beli ini terdapat dalam hadits Nabi
dari Ibnu „Umar menurut riwayat muttafaq „alaih.
ه سسىي هلل ص هللا عه وس ع اجش
Rasulullah SAW melarang jual beli Najasy.
Hukum jual beli yang dilarang ini adalah haram; sedangkan
alasan keharamannya yaitu adanya unsur penipuan. Bila jual beli
berlangsung dengan cara ini, tetap sah karena unsur jual beli ini
terpenuhi. Namun pihak pembeli berhak memilih (khiyar) antara
melanjutkan jual beli atau membatalkan setelah pengetahui bahwa
dalam jual beli tersebut pihak pembeli merasa tertipu (Syarifuddin,
2010:209)
e) Jual beli shubrah
Adalah jual beli di mana barang yang ditumpuk di luar
bersifat lebih baik dari pada barang yang di dalamnya.
Hukum dari perbuatan tersebut adalah haram, alasan
haramnya adalah penipuan. Jual beli itu sendiri tetap sah karena
telah memenuhi syarat jual beli namun pembeli berhak khiyar
antara melanjutkan jual beli atau membatalkannya (Syarifuddin,
2010:208).
63
C. Jual Beli Barang Bekas Dalam Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia
Dalam KUH Perdata menjelaskan dalam Bab V pasal 1457, Jual beli
adalah suatu persetujuan dengan mana mengikatkan dirinya untuk
menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga
yang dijanjikan.
Adapun kewajiban-kewajiban penjual dinyatakan dalam pasal 1474
dimana pasal tersebut menjelaskan “Penjual mempunyai dua kewajiban
utama, yaitu menyerahkan barangnya dan menanggungnya”.
Kemudian dalam pasal 1483 menjelaskan bahwa “Penjual wajib
menyerahkan barang yang dijual dalam keadaan utuh, sebagaimana
dinyatakan dalam persetujuan”.
Kewajiban utama pembeli dalam pasal 1513 KUH Perdata adalah
membayar harga pembelian pada waktu dan di tempat yang ditetapkan
dalam persetujuan. Kemudian dalam pasal 1504 KUHPerdata
menambahkan “Jika pada waktu membuat persetujuan tidak ditetapkan
hal-hal itu, pembeli harus membayar di tempat dan pada waktu
penyerahan.
Dalam KUH Perdata juga menjelaskan mengenai hak pembeli dan
kewajiban penjual. Namun tidak menyinggung sedikitpun pada jual beli
barang bekas sehingga penjelasan transaksi jual beli barang bekas di
jelaskan dalam UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
64
Kemudian dalam KUH Perdata juga menjelaskan mengenai
jaminan terhadap barang cacat yang tersembunyi. Hal ini biasanya banyak
kita kita temukan pada barang-barang bekas.
Dalam Pasal 1504 menjelaskan bahwa penjual harus menanggung
barang cacat tersembunyi, yang demikian rupa sehingga barang dapat
digunakan untuk tujuan yang dimaksud, atau yang demikian mengurangi
pemakaian, sehingga pembeli mengetahui cacat. Namun penjual tidak
wajib menjamin barang yang kelihatan dan dapat diketahui sendiri oleh
pembeli (Pasal 1505 KUHPer) sedangkan penjual harus menjamin barang
terhadap cacat yang tersembunyi, meskipun ia sendiri tidak mengetahui
adanya cacat itu, kecuali jika dalam hal demikian ia telah meminta
perjanjian bahwa ia tidak wajib menanggung sesuatu apapun (Pasal 1506
KUHPer).
65
BAB III
PRAKTEK JUAL BELI BARANG BEKAS DI PASAR LOAK
SHOPPING CENTRE SALATIGA
A. Gambaran Umum Pasar Tradisional Salatiga
Kota Salatiga merupakan salah satu kota madya di Provinsi Jawa
tengah, Kota dengan Luas 56.781 km2, dan terletak pada astronomi antara
1100.27‟. 56,81” – 1100.32‟ 4.64” BT 0070.17‟ – 17‟.23” LS. Pada
awalnya kota madya Salatiga hanya terdiri dari satu kecamatan yaitu
kecamatan Salatiga. Namun, seiring dengan adanya pemekaran wilayah,
kota Salatiga mendapatkan beberapa tambahan daerah yang berasal dari
kabupaten Semarang. Hingga sekarang secara administratif kota Salatiga
terdiri dari 4 Kecamatan dan 22 Kelurahan.
Batas wilayah kota Salatiga berbatasan dengan kabupaten
Semarang. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
UTARA:
Kecamatan Pabelan : Desa Pabelan, Desa Pejaten
Kecamatan Tuntang : Desa Kesongo, Desa Watu Agung
TIMUR:
Kecamatan Pabelan :Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa Glawan
Kecamatan Tengaran :Desa Bener, Desa Tegalwaton, Desa Nyamat
66
SELATAN:
Kecamatan Getasan : Desa Sumogawe, Desa Sa-mirono, Desa Jetak
Keamatan Tengaran : Desa Patemon, Desa Karang Duren
BARAT:
Kecamatan Tuntang : Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten, Desa
Gedangan.
Kecamatan Getasan : Desa Polobogo
Adapun kecamatan dan kelurahan kota Salatiga meliputi :
1. Kecamatan Sidorejo, terdiri dari 6 kelurahan:
Blotongan, Sidorejo lor, Salatiga, Bugel, Kauman Kidul, dan
Pulutan.
2. Kecamatan Tingkir, terdiri dari 6 kelurahan:
Kutowinangu, Gendongan, Sidorejo Kidul, Kalibening, Tingkir Lor,
dan Tingkir Tengah.
3. Kecamatan Argomulyo, terdiri dari 6 kelurahan:
Noborejo, Ledok, Tegalrejo, Kumpulrejo, Randuacir, dan Cebongan.
4. Kecamatan Sidomukti, terdiri dari 4 kelurahan:
Kecandran, Dukuh, Mangunsari, dan Kalicacing.
Salatiga sebagai kota memiliki 12 Pasar Tradisional diantaranya:
1. Pasar Banyuputih
2. Pasar Jetis
3. Pasar Andong
4. Pasar Rejosari
67
5. Pasar Blauran 1
6. Pasar Blauran 2
7. Pasar Raya I
8. Pasar Raya II
9. Pasar loak shopping centre.
10. Pasar Sayangan
11. Pasar Eks. Hasil Bumi
12. Pasar Cengek
Secara keseluruhan pasar tradisional di kota Salatiga pernah
mengalami beberapa kali regulasi. Sekitar tahun 1980 – 1998 di mana
dari kantor pasar menjadi kantor yang berbentuk UPTD (Unit
Pengelolaan Tingkat Daerah) yang menginduk di bawah naungan
DIPENDA (Dinas Pendapatan Daerah). Yang kemudian terjadi
regulasi lagi pada tahun 2011 menjadi Kantor Pasar dan kembali
menjadi Dinas Pasar yang kemudian menginduk ke
DISPERINDAGKOP (Dinas Perindustrian, Pedagangan, Koperasi)
dan UMKM. Kemudian pada februari 2012, DISPERINDAKOP
khususnya pada bidang Pasar dihapuskan atau ditiadakan dan kembali
lagi menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas). Karena banyaknya
jumlah pasar tradisional di kota Salatiga akhirnya terbagi menjadi 4
UPTD, Adapun sistem pengelolaanya meliputi;
68
Tabel 3.1
Pembagian UPTD menurut pengelolaannya.
UPTD I Pasar Raya 1, Pasar Ayam, dan eks. Bagi Hasil.
UPTD II Pasar Buah, Pasar Raya 2, Pasar Shopping dan Pasar
Loak Shopping
UPTD III Pasar Blauran 1, Pasar Blauran 2 dan Pasar Sayangan
UPTD IV Pasar Rejosari, Pasar Andong, Pasar Banyu Putih, Pasar
Cengek, dan Pasar Jetis
(wawancara dengan pengelola pasar (UPTD II) Kota Salatiga).
B. Gambaran Umum Pasar Loak Shopping Centre Kota Salatiga
1. Sejarah Pasar loak Shopping Centre
Pasar loak Shopping Centre kota Salatiga didirikan pada tahun
1983 yang terletak di jalan Progo Salatiga. Awalnya namanya bukan
Pasar loak Shopping Centre melainkan Pasar loak atau pasar barang
bekas.
Pada tahun 1987-1988, seiring bertambahnya jumlah
pedagang kaki lima, maka pasar tersebut di pindah ke Pasar Shopping
bawah yang sekarang menjadi toko kitab, sepeda, dan alat-alat lain
yang sifat barangnya masih baru, dan terdiri dari dua lantai yang
awalnya pasar tersebut adalah terminal bus Tamansari.
Kemudian pada tahun 2003-2004, Pasar loak Shopping Centre
di pindah di Pasar Shopping bagian atas yang awal bangunan tersebut
adalah bekas gedung bioskop (Hasil wawancara dengan Pak Banon
sekretaris Paguyuban Pasar loak Shopping Centre Salatiga)
69
Awalnya penjual Pasar loak Shopping Centre adalah Pedagang
Kaki Lima (PKL) atau dikenal Mbalangan yang kemudian di
relokasikan ke Pasar Shopping. Adapun luas Pasar loak Shopping
Centre sekitar panjang: 50 m2
dan lebar: 20 m2.
Untuk menjadi pedagang di Pasar loak Shopping Centre, calon
pedagang dapat menghubungi pedagang yang sebelumnya telah
menggunakan los-los yang berada di pasar tersebut. Apakah untuk
dibeli ataupun hanya meyewa saja segalanya tergantung kesepakatan
antara keduannya. Adapun untuk biaya retribusinya Rp. 1.000/ los
perhari untuk keamanan dan kebersihan.
Penjual di Pasar loak Shopping Centre berjumlah 255
pedagang terdiri dari pedagang tetap dan tidak menetap, pedagang
tetap adalah pedagang yang berada di dalam atau yang berada di los-
los, kemudian untuk pedagang tidak menetap adalah pedagang yang
berada di luar bangunan los-los Pasar loak Shopping Centre atau para
pedagang yang tidak mempunyai tempat seperti: pedagang
handphone, pedagang kaset CD, pedagang akik, dan para pedagang
yang membawa mobil. Adapun pedagang yang paling inti adalah
pedagang kranjangan yaitu dari pedagang dari desa Jombor Salatiga,
jika hari jumat, Pasar loak Shopping Centre akan terlihat sepi karena
mayoritas para pedagang kranjangan keliling untuk mencari atau
membeli barang dagangan dari kampung-kampung, baik dari Desa
Jombor, Banyumanik maupun dari tempat-tempat lainnya (wawancara
70
dengan Bapak Sutopo Ketua Paguyuban Pasar loak Shopping Centre ,
Salatiga 4 Mei 2015 Jam 11. 56 WIB).
Batasan wilayah Pasar loak Shopping Centre Salatiga
Timur : Jalan Raya
Selatan : Kampung Pancuran
Barat : Jalan Raya
Utara : Terminal Tamansari
2. Jumlah Pedagang Pasar loak Shopping Centre yang terdaftar dalam
Paguyuban.
Tabel 3.2
Daftar nama pedagang Pasar loak Shopping Centre
No Nama Alamat Jenis Usaha
1 Mohammad Riyadi Gg. Adi Purnama Salatiga Rosok
2 Fauzi Canden, Salatiga Onderdil
3 Amir Darmadi Jl. Kendali Sodo Salatiga Onderdil
4 Slamet Cahyono Rejosari, rt/rw:03/04 Pulutan Onderdil
5 Joko Widodo Nalirojo, rt/rw:05/02 Nganjaran Service
6 Gunadi Desa Plumbon Swasta
7 Hermanto Tanduk Ampel Boyolali Onderdil
8 Ken Aden S. Jl. Pungkur Sari 05/03, Salatiga Kaset
9 Siswanto Ds.Seban Suruh Kab. Semarang Elektro
10 Sri Surati Jl. Pramuka,03/05 Salatiga Elektro
11 Siti Badriyah Canden rt/rw: 02/07 Salatiga Onderdil
12 Sri Surandiyah Jl. Pramuka Salatiga Elektro
13 Sutarman Mbojong, Bringin Rosok
14 Sukimin Senden, Getasan Sepatu
15 Samsudin Melati sari, Butuh, Nganjaran Elektro
16 Sunarti Ngelo Wiru rt/rw: 02/03 Onderdil
17 Siti Tholihah Karang Duwet, 02/11 Salatiga Sepatu
18 Astutik Rowo Polo Pedagang
19 Warsito Jl. Tirtoyoso Salatiga Elektro
20 Nidaus Sholihah Pateran 33/7 Suruh Wiraswasta
21 Ngatiyem Ds.Ngasinan Sumberejo Onderdil
22 M. Wahub E. Canden, Salatiga Onderdil
23 Sri Sukarti Kadiloto 32/08 Tegal Waton Sepatu
24 Muhdi Nasirin Jl. Canden 11, 11/07 Salatiga Onderdil
71
25 Partimah Canden, rt/rw; 04/07 Salatiga Elektro
26 Utami Gendongan, 02/05 Salatiga Sepatu
27 Tumiyem Karang Pete,09/14 Salatiga Latengan
28 Maryadi Ahmad Canden wetan, Salatiga Elektro
29 Nur Wakhidin Ngelo Wiru , rt/rw; 02/03 Kaset
30 Gito Hadi Wiyono Dukuh Ringgit Rosok
31 Suginem Senden, Rt; 04 Sepatu
32 Afiana fatmawati Canden, rt/rw; 04/07 Salatiga Onderdil
33 Soimah Salatiga Onderdil
34 Sopiah Rowo Polo Pedagang
35 Triman Prasetyo Druju rt/rw; 02/03 Salatiga Elektro
36 M. Nasrudin Karang Duwet , 05/11 Salatiga Sepatu
37 Maryati Ds. Ngasinan, Sumberejo Onderdil
38 Budiyono Gedong Helm Bekas
39 Suratemi Salatiga Onderdil
40 Yuswoko Ds. Wates rt/rw; 03/01 Getasan Sepatu
41 Tika Nuryanti Ds. Wates rt/rw; 03/01 Getasan Sepatu
42 Ahmad Rofi‟i Kali Jambu, Bringin Barang Bekas
43 Murni Sraten, 03/04 Tuntang Rosok
44 Eko Sulistyono Plumbon, 33/07 Suruh Jual&Service HP
45 Saifudin Durenan Elektro
46 Suwaji Senden, rt/rw; 04/09 Sepatu
47 Busri Turusan, rt/rw; 07/07 Salatiga Jahit
48 Suratmin Perum Cinde Laras Service Elektro
49 Marpuah Kembang Kuning Cepogo Rosok
50 Jimah Baok rt/rw; 01/04 Ujung-Ujung Pedagang
51 Suminah Jengglong, rt/rw; 01/01 Wiraswasta
52 Darmadi Ngangrong, rt/rw; 01/04 Wiraswasta
53 Andi Risbiarto Jl. Tlogo Tirto 695 Salatiga Rosok&Parkir
54 M. Mualim Cabean Mangun Sari Salatiga Pedagang
55 Margono Jl. Pramuka 07, Salatiga Elektro
56 Sutris Jl. Sono Tirto, 07/04 Salatiga Parkir
57 Chairul Anwar Jl.Chahyo Rejo 2 01/01 Onderdil
58 Suminto Ngasinan, Padaan, Pabelan Service Speaker
59 Sakiman Lemah Ireng Bawen Elektro
60 M. Zaenudin Truko, Krajan Elektro
61 Wanto Pancuran, Salatiga Pembangkel
62 Budi Kristanto Saden, Batur, Getasan Elektro
63 Andi S Perum Salatiga Permai Pedagang
64 Rudi Sutriyanto Tegalrejo rt/rw: 01/05 Salatiga Onderdil
65 Vinantius Purbono Karang Anyar, Tuntang Besi Tua
66 Iwan Sujarwo Sraten, rt/rw: 03/04 Tuntang Rosok
67 Moh. Syamsuri Karang Duwet 02/11 Salatiga Ondedil
68 Wawan Wahyudi Ds. Ngasinan Onderdil
72
69 Moh. Hasan Jl. Tanjung,Kalicacing, Salatiga Sepatu
70 Muhisom Jl. Pattimura 05/08 Salatiga Pedagang
71 Munadi Jl. Eko Tirto 12 Pancuran Service
72 Sarini Beran Pedagang
73 Ripningsih Bugel rt/rw: 01/02 Salatiga Elektro
74 Purwanti Jurang Gunting 02/05 Salatiga Buku
75 M. Maksum Karang Duwet Salatiga Onderdil
76 Sumirah Druju, 02/03 Salatiga Sepatu
77 Sunardi Kembang Arum 05/03 Salatiga Elektro
78 Agus R Pancuran, Salatiga Pedagang
79 Joko Widiantoro Karang Pete 09/14 Salatiga Pedagang
80 Suradi Karang Pete 10/06 Salatiga Pedagang
81 Joko Mulyono Karang Pete Salatiga Onderdil
82 Abdoel Khafif Cabean kulon 02/06 Tenggaran Elektro
83 Endrias Salatiga Onderdil
84 Legimin Jl. Srono Tirto Salatiga Buku
85 Arif Riyanto Cebor, 01/02 Salatiga Komputer
86 Wisnu Adi F Jl. Talang tirto Salatiga Tengkulak
87 Zumri Sraten, 03/04 Salatiga Sepatu
88 Ronny Herry Jurang Gunting 01/05 Salatiga Elektro
89 Abdul Rohman Jl. Pattimura 04/08 Salatiga Jahit
90 M. Nur Chomim M. Nur Chomim Onderdil
91 Suwondo Dlisem 01/03 Salatiga Elektro
92 Joko Banon Kali Sombo 06/ 05 Salatiga Elektro
93 Heru Wahyudi Ngronggo 05/04 Salatiga Tengkulak
94 Wahyu Risdiyanto Pengilon Salatiga Komputer
95 Sriaty Wahjudiana Jl. Canden II 11/07 Salatiga Onderdil
96 Joko Purwanto Salatiga Pedagang
97 Slamet Riyadi Margosari, 02/01 Salatiga Elektro
98 M. Asnawi Jl. Mawar 03/01 Salatiga Service Elektro
99 Sri Sudarni Jl. Talang Tirto 15/04 Salatiga Pedagang
100 Sugiyanto Jl. Siranda No.1 Pedagang
101 Sutrimo Dukuh 10/04 Salatiga Kranjangan
102 Ponijan Jl. Kendali Sodo II Salatiga Onderdil
103 Yumri Rowo Polo 01/03 Sepeda
104 Yusuf Ds. Ploso 01/03 Pabelan Pedagang
105 Dwi Waluyo Jati Jl. Hasanudin 626 Salatiga Elektro
106 Ari Setyo Adji Canden 04/07 Salatiga Onderdil
107 Jumedi Candirejo Tuntang Pedagang
108 Agus Maryono Ujung-Ujung Service Elektro
109 Muji Suripto Jl. Pungkur Sari , Salatiga Sepatu
110 Suparmi Ds. Krajan 09/02 Tenggaran Kranjangan
111 Nur Rokhman Jl. Pattimura 05/08 Salatiga Pedagang
112 Sofiah Pancuran Salatiga Rosok
73
113 Rahayuningsih Pancuran Salatiga Rosok
114 Siti Rodhiyah Jl. Pattimura 103 Salatiga Jahit
115 Masyhudi Jl. Sono Tirto 14/05 Salatiga Sepeda &
Timbangan
116 Sujadi Klaseman 06/02 Salatiga Service TV
117 Slamet Tohari Jl. Tirto 13/04 Salatiga Latengan
118 Sugiyanto Jl. Ngetak 09/05 Salatiga Elektro
119 M. Yusuf Karang Duwet Salatiga Sepatu
120 Slamet Hendi Pancuran Salatiga Kranjangan
121 S. Anwar Murtopo Jl. Dwi Tirto 19, Salatiga Kranjangan
122 Estu Bahono Sraten 03/04 Salatiga Elektro
123 Slamet Bakso Klero, 02/05 Tengaran Kranjangan
124 Winarto Bumi Rejo, 04/06 Banyumanik Kaki Lima
125 Sunardi Duren, 10/02 Tenggaran Elektro
126 Sutopo Canden, 01/07 Salatiga Sepeda
127 Mujahidin Ngelosari, Jombor Elektro
126 Warsini Pancuran Salatiga Latengan
128 Joko Waluyo Jl. Canden 11/07 Salatiga Onderdil
129 Nasimin Tlogo 03/02 Salatiga Pembalang
130 Rohmad Budi S Jl. Kenari 519 Salatiga Elektro
131 Arifin Canden, Salatiga Onderdil
132 Misbah wati Jl. Wuni Benoyo Latengan
133 Bambang Irawan Padean, Suruh Elektro
134 Ribut Wahyudi Kerep Jombor 02/02 Tuntang Kranjangan
135 Kholil Jombor Kranjangan
136 Iwan Pranoto Suruh Rosok
137 Wagiyem Keboan, Suruh Balangan
138 Parino Ngelo Sari 02/01 Tuntang Kranjangan
139 Joko Legowo Kali Beji Rosok
140 Imam Putra Jl. Gowa No. 11 Tegalrejo Elektro
141 M Angsori Watu Agung 06/01 Suruh Pembengkel
142 Ivan Sofyan Ngelo Sari 01/01 Jombor Wiraswasta
143 Ristijanto Jl. Kemiri 11/795 Salatiga Onderdil
144 Koderi Banjaran 01/04 Kesongo Kranjangan
145 Isro‟i Krajan 02/03 Jombor Kranjangan
146 M. Nasiron Kalisari II Jombor Kranjangan
147 M. Khoerun Kalisari II Jombor Kranjangan
148 Syaifudin Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
149 Sarmadi Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
150 Slamet Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
151 Muh. Kabul Kali Sari 1 02/04 Jombor Kranjangan
152 Suyahmi Ngelo Sari 01/01 Jombor Kranjangan
153 Ahmad Rozi Dempel, 04/01 Candi Kranjangan
154 Sukaemi Jombor, 02/04 Jombor Kranjangan
155 Achmadi Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
74
156 M. Sami‟an Canden, 09/07 Salatiga Onderdil
157 Hendrik Susanto Dempel Kranjangan
158 Sholehan Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
159 Slamet Kabul Kali Sari II Jombor Kranjangan
160 Nurul Huda Kali Sari II Jombor Kranjangan
161 Komzani Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
162 Suratman Candi Rejo, Kali Panggang Kranjangan
163 M. Jamil Klego 01/09 Candirejo Tuntang Kranjangan
164 Poniri Dempel 02/01 Kranjangan
165 Misri Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
166 Juma‟in Krajan, 02/03 Jombor Kranjangan
167 Tri Haryanto Dukuh Krajan, 04/01 Salatiga Kranjangan
168 Rofiq Ngelo Sari 05/01 Jombor Kranjangan
169 M. Kholeek Jl. Gunung Sari, Karang Pete Kranjangan
170 Heru Eko P Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
171 Siswanto Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
172 Ashari Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
173 M. Tarom Ngelo Sari 01/01 Jombor Kranjangan
174 Alek Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
175 Hariyanto Dempel, Candi Rejo Kranjangan
176 Kusno Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
177 Rokhimin Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
178 Iskandar Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
179 Kusnin Ngelo Sari 01/01 Jombor Kranjangan
180 Nuryadi Ds. Barukan 08/01 Kranjangan
181 Ponirin Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
182 Jaelani Ngelo Sari 02/02 Jombor Kranjangan
183 Sholimun B Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
184 Sholeh Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
185 Dasuri Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
186 M. Sudadi Ngelo Sari 01/01 Jombor Kranjangan
187 Joko Riyanto Ngaliyan Candran 02/05 Kranjangan
188 Rusmandi Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
189 Suridah Ngelo Sari 01/01 Jombor Kranjangan
190 Rohmat Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
191 M. Ersam Dempel Candi Rejo Kranjangan
192 Muklis Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
193 Sarkoni Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
194 Bastari Ngelo Sari 01/01 Jombor Kranjangan
195 Suyadi Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
196 Sujoko Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
197 Darsono Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
198 Munir Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
199 Rokim Ngelo Sari 01/01 Jombor Kranjangan
75
200 Juma‟in Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
201 Herry Nugroho Jl. Nyai Jinten 19, Pengilon Rosok
202 Muhammad Shodiq Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
203 Muhtaromi Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
204 Adadi Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
205 Slamet Wahyudi Ngelo Sari, Jombor Kranjangan
206 Zaeni Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
207 Dwi Kurniawan Kupang Lor, 07/03 Ambarawa Jual Beli HP
208 Muhajir Ngangrong 03/04 Tuntang Jual Beli HP
209 Helmi Yulianto Jl. Sono Tirto 649, Pancuran Jual Beli HP
210 Irwan Adiyanto Gendongan 03/05 Salatiga Jual Beli HP
211 Hartono Gunung Sari 02/07 Salatiga Elektro
212 Setyo Sutrisno Jl. Kemiri Raya No.43 Jual Beli HP
213 Tony Ferdian Jl. Eko Tirto12/04 Salatiga Jual Beli HP
214 Asnur Widlo Jl. Pemandangan I, 08/06 Jual Beli HP
215 M. Indra R Jl. Kumpul Sari 03/05 Jual Beli HP
216 Ari Setiawan Nanggulan, Salatiga Jual Beli HP
217 Era Fitriyanto Bener, Salatiga Jual Beli HP
218 Sukarwanto Bancak Jual Beli HP
219 Kusmiati Jl. Merak 25, Klaseman salatiga Sepatu
220 Murdiyanto Kali Sari 02/05 Jombor Kranjangan
221 Puryanti Ds Babadan 20/04, Tenggaran Dagang Akik
222 Imam Nur Udin Randu Sari 19/04 Tenggaran Jual Beli HP
223 Alwis Tegal Rejo II 05/01 Salatiga Kranjangan
224 Bejo Amin Jombor 01/01 Jombor Kranjangan
225 Damsuki Iryanto Bugel, 01/02 Salatiga Elektro
226 Sa‟roni Kerep, 01/01 Jombor Kranjangan
227 Wicaksono Pancuran, Salatiga Jual Beli HP
228 Asri Sugiharto Kalitaman 05/04 Salatiga Onderdil
229 Achmat Sadikin Ngelo Sari 02/01 Jombor Kranjangan
230 Kusri Jl. Jawa 01/03 Jombor Kranjangan
231 Jumiati Blotongan 02/08 Salatiga Latengan
232 Juli Sraten, 02/01 Tuntang Kranjangan
233 Edi fahrudin Jombor, 02/01 Jombor Kranjangan
234 Purwati Karang Pete, 15/06 Salatiga Latengan
235 Sulasih Karang Anyar, 12/04 Salatiga Latengan
236 Sri Amaningsih Sraten, 05/07 Tuntang Jam
237 M. Nisfu R Cabean Kulon Jual Beli HP
238 Mudjarobah Pulutan, 03/04 Salatiga Sepatu
239 Nova Olimpia Jl. Merbabu 01/06 Salatiga Rosok
240 Samiyem Candi Tengah 04/07 Tuntang Kranjangan
241 Abdul Rofik Cabean 05/01 Salatiga Service Elektro
242 Sugiyem Jl. Cempaka 10/08 Buku Bekas
243 Kusmiani Pulutan, Salatiga Rosok
76
DISPERINDAGKOP dan UMKM
PAGUYUBAN
PEDAGANG
TETAP TIDAK TETAP
244 Suparmin Suparmin, Salatiga Elektro
245 Megawati Purwosari, 02/ 04 Salatiga Rosok
246 Komari Ngelo Sari 03/01 Jombor Kranjangan
247 Sopiyah Ngablak 02/05 Salatiga Kranjangan
248 Joko Kalisto Perum Tlaga Mukti Salatiga Jual Beli HP
249 Budi Prakoso Aji Pancuran, 07/04 Salatiga Jual Beli HP
250 Imam Efendi Kemiri, Salatiga -
251 Muhammad Yasir Karang Duwet, 05/02 Salatiga Elektro
252 Baid Al Subaet Banaran Elektro
253 Suranto Jl. Melati sari 04/08 Salatiga Elektro
254 Mulyono Pancuran Salatiga -
255 Aspuri Dempel 02/01 Tuntang Kranjangan
Sumber : Dari kartu anggota Paguyuban pedagang Pasar loak Shopping
Centre Salatiga.
3. Struktur Organisasi
UPTD II
Gambar 3.1
Struktur organisasi Pasar loak Shopping Centre Salatiga.
Pasar loak Shopping Centre kota Salatiga mempunyai dua paguyuban.
77
a. Paguyuban Pasar Loak Shopping Centre kota Salatiga.
Penasehat : Muhammad Nasirin
Ketua : Sutopo
Wakil : Bahono
Sekretaris I : Joko Banon Sunarso
Sekretaris II : Asnawi
Bendahara I : Rismanto
Bendahara II : Warsini
Seksi Sosial : Sunardi dan Wahib
Seksi Keamanan : Sutrisno, Slamet Tohari, Wisnu dan Iwan.
Seksi Listrik : Sugiyanto, Slamet Riyadi, dan Budiyono.
Humas : Muhammad Fauzi dan Slamet Riyanto
Kegiatan-kegiatan :
1) Kerja Bakti di sekitar Pasar loak setiap hari jum‟at minggu
pertama.
2) Kas bulanan
3) Rapat pengurus
4) Rapat pengurus dan anggota dengan tujuan untuk evaluasi
5) Jenguk orang sakit dan takziyah
Keluhan yang dihadapi :
a) Jalan antar los kecil dan sempit.
b) Atap bocor.
c) Ukuran los kecil dan sempit.
78
b. Paguyuban Bara Sakti.
Penasehat : Suratno
Ketua : Lukas Sri Mulyono
Wakil : Suharsono
Sekretaris : Tutik
Bendahara : Lukas
Seksi Sosial : Giyarti
Seksi 17an : Sardi
Seksi Sosial : Sumini dan Juminem
Seksi Listrik : Agus dan Ngatmi
Kegiatan-kegiatan :
1) Sarasehan 1 bulan sekali
2) Kas bulanan
3) Kerja bakti 2 minggu sekali
4) Lomba setiap satu tahun sekali pada bulan agustus
Keluhan-keluhan :
a) Selokan sering macet
b) Tidak ada WC umum
c) Perlu dibuatkan tempat sampah yang ukurannya besar.
4. Praktek Jual Beli Barang Bekas di Pasar Loak Shopping Centre
Salatiga
79
Pasar loak Shopping Centre Salatiga dibuka mulai pukul 09.00
pagi hingga 17.00 sore. Dalam perolehan barang, Pasar loak Shopping
Centre Salatiga mengambil barang dengan cara membeli dari para
pedagang rosok, pedagang kranjangan, dan menerima penjualan
langsung dari pembeli atau konsumennya, contohnya pada jual beli
handphone bekas dan helm bekas. Kemudian untuk barang-barang
elektronik dan onderdil umumnya para pedagang tetap mengambil
barang dari para pedagang kranjangan atau orang-orang yang biasanya
melakukan penjualan di situ namun, sudah mendapatkan izin dari
pihak paguyuban.
Para pedagang kranjangan harus terdaftar dan sudah mendapat
izin dari pihak paguyuban, hal ini meminimalisir terjadinya penjualan-
penjualan barang-barang yang akan bermasalah di kemudian hari,
contoh pernah terjadi kasus kriminal adanya pencurian televisi di
mana barang bukti tersebut ditemukan di Pasar loak Shopping Centre
Salatiga. Mengantisipasi hal tersebut, pihak paguyuban memberikan
keamanan serta waspada terhadap barang-barang yang akan dibeli
oleh para pedagang dan pembeli di Pasar loak Shopping Centre.
Sehingga, tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
(wawancara dengan Bapak Sutopo ketua Paguyuban Pasar loak
Shopping Centre Salatiga, 4 Mei 2015 Jam 10.00 WIB).
Dalam melakukan transaksi para penjual biasanya memberikan
harga dengan cara tawar menawar yang kemudian setelah ada
80
kesepakatan antara kedua belah pihak baru harga disepakati. Namun
sebagian ada penjual yang memberikan harga agak miring.
Untuk membatalkan jual beli ketika masih dalam transaksi Jual
beli. Menurut keterangan para pedagang, hal tersebut diperbolehkan
ketika tidak terjadi kecocokan harga antara penjual dan pembeli.
Sedangkan menurut keterangan salah satu konsumen Bapak
Suyuti untuk barang yang sudah dibeli tidak dapat dibatalkan dan
apabila tukarkan dengan barang lain maka harga barang tersebut turun
dari harga beli sebelumnya. Contoh: apabila kita membeli helm bekas
seharga Rp. 80.000 maka, jika dikembalikan lagi harga helm tersebut
menjadi Rp. 50.000 sampai Rp. 60.000.
Kemudian tidak ada pemberitahuan tentang kualitas barang
tersebut karena rata-rata pedagang membolehkan barang yang mereka
jual untuk dibongkar ataupun dilihat dahulu oleh pembeli. Sehingga
untuk pembeli yang masih awam mengenai barang yang akan dibeli,
mereka sering tertipu karena tidak mengetahui kualitas barang
tersebut sebelumnya (wawancara dengan Bapak Hadi Wijaya pada
tanggal 8 februari 2015 jam 10.00 WIB).
Dan selama transaksi jual beli pembeli dibebaskan untuk
memilih barang yang akan mereka beli, kemudian tidak ada garansi
dikemudian hari, sehingga bagaimanapun kondisi barang yang telah
kita beli tidak dapat ditukarkan kembali. Namun menurut keterangan
Wiwit salah satu pedagang jual beli handphone bahwasanya dalam
81
transaksi jual beli handphone ada garansi satu minggu yaitu garansi
service.
Hal ini berbeda dengan ungkapan salah satu konsumen jual
beli handphone. Menurut Khaerunnisa‟ Aulia Urakhmah ketika
membeli handphone di Pasar loak Shopping Centre, para pedagang
tidak menjelaskan secara spesifik mengenai handphone yang akan
dibeli secara rinci pada saat transaksi jual beli, sehingga setelah
sampai rumah speaker handphone ternyata kurang maksimal.
.
82
BAB IV
ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN
DALAM JUAL BELI BARANG BEKAS
Islam menempatkan aktifitas perdagangan (bisnis) dalam posisi
yang sangat strategis di tengah kegiatan manusia mencari rizki dan
penghidupan. Hal ini dapat dilihat pada sabda Rasulullah SAW
“Sesungguhnya sebaik-baiknya usaha/profesi adalaha usaha perdagangan”
(H.R. Baihaqi).
Menurut Muhammad Rawas Qal‟ahji seperti yang dikutip oleh
Ihsan (2010: 67) Ciri khas bisnis atau ekonomi dalam Islam adalah selalu
terkait dengan akhlak (murtabithun bi al-akhlaq) dan objektif (al-
maudhu‟iyyah). Islam mengajarkan umatnya supaya bertindak objektif
dalam melakukan aktifitas ekonomi. Aktifitas ekonomi pada hakikatnya
adalah pelaksanaan amanat yang harus dipenuhi oleh setiap pelaku
ekonomi tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, warna kulit, ras, agama
atau kepercayaan dan lain-lain.
A. Analisis Hukum Islam Terhadap Perlindungan Konsumen Dalam
Jual Beli Barang Bekas di Pasar Loak Shopping Centre Salatiga
Jual beli menurut Imam Syafi‟i adalah suatu akad yang
mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat untuk
83
memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya
(Muslich, 2010:177).
Fikih melihat bahwa dalam transaksi jual beli terdapat manfaat
yang amat besar bagi pelaku usaha yang menjualnya dan bagi konsumen
yang membelinya, atau bagi semua orang yang terlibat dalam aktifitas jual
beli tersebut. Jual beli yang baik adalah jual beli yang di dalamnya
terdapat:
- Kejujuran,
- Tidak ada keterpaksaan,
- Tidak ada unsur spekulasi,
- Tidak ada kemudharatan untuk kedua belah pihak.
Untuk mencapai jual beli tersebut, terdapat unsur-unsur yang harus
dipenuhi, yaitu berupa syarat-syarat dan rukun jual beli itu sendiri.
Adapun rukun jual beli adalah:
1. Penjual (Ba‟i)
2. Pembeli (Musytary)
3. Ijab Qabul (Shighat)
4. Barang atau jasa (Ma‟qud alaih)
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi berkenaan dengan
objek transaksi adalah:
1. Suci, bukan barang yang mengandung unsur najis
2. Bermanfaat
3. Milik orang yang melakukan akad
84
4. Barang yang dijual harus diketahui secara jelas kualitas dan
kuantitasnya.
Adapun mengenai jual beli barang bekas, apabila orang yang
menjual sesuatu dengan syarat barang tersebut bebas dari segala bentuk
cacat atau kerusakan yang tidak diketahui, maka penjual lepas dari
tanggung jawab. Hal ini berbeda jika penjual tidak menjelaskan mengenai
kerusakan atau kecacatan pada barang tersebut.
Diceritakan oleh Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunnah 12 (1987:97-
98) menurut penuturan Imam Ahmad dan lain-lainnya, bahwa Abdullah
bin Umar menjual seorang budak kepada Zaid bin Tsabit dengan syarat
bebas cacat seharga 300 (tiga ratus) dirham. Kemudian Zaid menemukan
cacat padanya dan ia berkeinginan mengembalikannya kepada Ibnu Umar,
tetapi Ibnu Umar tidak mau menerima. Akhirnya mereka mengangkat
kasus tersebut kepada Khulafaur Rasyidin yaitu Utsman bin Affan.
Selanjutnya Utsman mengatakan kepada Ibnu Umar: “kamu mengatakan
bahwa tidak mengetahui cacat ini?” Ibnu Umar menjawab: “Tidak”.
Kemudian budak tersebut dikembalikannya kepadanya dan Ibnu Umar
menjualnya seharga 1000 (seribu) dirham.
Ibnu al Qayyim juga menambahkan: ini suatu kesepakatan dari
mereka, bahwa jual beli sah dan boleh adanya syarat bebas cacat. Dan
persetujuan dari Utsman dan Zaid bahwa penjual jika telah mengetahui
adanya cela atau cacat, syarat bebas tanggung jawab tidak berlaku
untuknya”.
85
Jual beli di Pasar loak Shopping Centre Salatiga merupakan jual
beli yang umumya menjual barang-barang bekas walaupun ada beberapa
barang yang masih baru. Namun, Pasar loak Shopping Centre Salatiga
dikenal dengan jual beli barang bekas. Bermacam-macam barang yang
dijual diantaranya elektronik, onderdil, handphone bekas, helm bekas,
buku-buku bekas, baju bekas, batu akik, sepeda bekas, dan perlengkapan
rumah tangga bekas seperti: Setrika, magic com, rice cooker, kipas angin,
vcd, dvd, televisi, radio, dan lain-lain.
Jual beli yang dimulai dari jam 09.00 pagi – jam 17.00 sore, diakui
pedagang untuk keuntungan memang tidak pasti namun, cukup untuk
kebutuhan sehari-hari, berbeda dengan pedagang handphone
keuntungannya berkisar antara Rp. 50.000- Rp. 100.000/ hari.
Bagi para konsumen, kehadiran Pasar loak Shopping Centre
Salatiga sangat membantu di samping harga barang yang dijual murah dan
dapat dijangkau oleh kalangan bawah. Contohnya: helm INK untuk harga
asli dapat mencapai Rp. 260.000 per item namun, di Pasar loak Shopping
Centre Salatiga harga bisa turun Rp. 180.000 – Rp. 160.000 per item.
Menurut keterangan pedagang, mereka menjelaskan bahwa helm yang
mereka jual masih baru namun setelah peneliti lihat dan teliti helm
tersebut, bukan barang baru ada sedikit kerusakan dan cacat pada helm
tersebut bahkan ada helm bekas namun dikatakan helm baru. Hal ini
seakan-akan pedagang menyembunyikan keadaan serta kualitas barang
tersebut.
86
Seperti keterangan Khaerunnisa‟, konsumen membeli handphone
merk Sony Ericson tanpa chager seharga tujuh puluh lima ribu. Hal ini
tentu sangat murah dan jauh dari harga counter dan toko-toko handphone
lainnya.
Berbeda dengan keterangan Ida Purwaningsih, dalam hal ini
konsumen berpendapat “barang loak tetapi harganya masih mahal di
karenakan bukunya juga masih bagus. Contohnya: Buku paket SD kelas 1
harga Rp. 30.000, buku LKS bahasa Inggris kelas 1,2, dan 3 dengan harga
Rp. 2.500/ item, dan buku paket bahasa Indonesia harganya Rp. 5.000.,
serta kamus bahasa Indonesia, kamus fisika dan kamus biologi, di mana
harga ketiga buku itu Rp. 50.000. Konsumen juga menjelaskan bahwa
pernah ada buku milik Negara yang tidak boleh diperjualbelikan tetapi di
Pasar loak Shopping Centre justru buku tersebut dijual.
Menurut analisis penulis, jual beli yang baik adalah jual beli yang
memenuhi rukun dan syarat jual beli. Pada prakteknya, transaksi jual beli
di Pasar loak Shopping Centre Salatiga tidak sesuai dengan hukum Islam,
walaupun untuk semua rukun jual beli terpenuhi yaitu adanya penjual,
pembeli, ijab qobul dan barang yang akan dijual namun, berkenaan dengan
syarat objek transaksi ada salah satu unsur yang belum terpenuhi yaitu
barang yang dijual harus diketahui secara jelas kualitasnya.
87
Allah melarang jual beli dengan kebatilan seperti dalam firman
Allah Q.S An-Nisa‟ ayat 29 :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
Adapun mengenai upaya perlindungan konsumen para pedagang
Pasar loak Shopping Centre Salatiga dalam menawarkan barang
dagangannya, mereka tidak menjelaskan spesifikasi tentang kualitas
barang dagangan yang mereka jual. Para pedagang lebih membebaskan
para konsumen untuk membongkar barang yang akan mereka beli,
sehingga hal ini dapat merugikan konsumen-konsumen yang masih awam
akan pengetahuan mengenai barang yang akan mereka beli.
Seperti keterangan Bapak Hadi Wijaya, praktek jual beli barang
bekas di Pasar loak Shopping Salatiga tidak ada garansi barang. Jika di
kemudian hari ditemukan barang yang tidak sesuai keinginan atau terjadi
kerusakan karena tidak adanya pemberitahuan mengenai spesifikasi barang
tersebut.
Padahal jual beli yang merugikan jelas dilarang dalam agama Islam
karena di dalamnya mengandung unsur ketidakjelasan serta kemudharatan.
88
Agar jual beli tersebut bersifat jelas dan dianggap sah menurut syara‟
maka secara global akad jual beli harus terhindar dari enam macam „aib di
antaranya:
1. Ketidaktahuan (Jahalah)
2. Pemaksaan ( al-ikrah)
3. Pembatasan dengan waktu (at-tauqit)
4. Ketidakjelasan (gharar)
5. Kemudharatan (dharar), dan
6. Syarat-syarat yang merusak (Muslich, 2010:190).
Menurut Al Qurtubi sebagaimana yang dikutip oleh Sabiq
(1987:99), Semua yang jelas haram dan merugikan maka harus di fasakh.
Pembeli berkewajiban mengembalikan barang seperti sediakala jika terjadi
kerusakan di tangannya, dan mengembalikan nilai kerusakan untuk
dihitung harga kerusakan, seperti: „iqrar (barang tak bergerak), „urudh
(barang dagangan) dan binatang, Mutsul (barang yang serupa kadarnya)
jika ada, baik berbentuk timbangan atau takaran (yang ditakar dan
ditimbang) untuk jenis pangan dan „urudh.
Padahal dalam hukum Islam terdapat hak khiyar yaitu hak yang
dimiliki orang yang membatalkan perjanjian untuk memilih untuk
meneruskan perjanjian atau membatalkannya. Khiyar merupakan salah
satu metode hukum dalam naungan hukum bisnis Islam yang bertujuan
untuk menjaga masyarakat dari munculnya masalah bisnis seperti produk-
produk cacat.
89
Sehingga penulis menyimpulkan, bahwa pedagang di Pasar loak
Shopping Centre Salatiga belum menerapkan mengenai hak-hak
perlindungan konsumen menurut hukum Islam di karenakan masih ada
unsur ketidakjelasaan dan hak khiyar yang belum diberikan kepada
konsumen yaitu:
1. Khiyar Syarath (Hak pilih dalam persyaratan)
Khiyar yang disepakati dan ditetapkan waktu melangsung-
kan transaksi yang jangka waktunya berdasarkan kesepakatan
bersama.
Dasar hukum Khiyar syarath
: عه رسو هللا صيى هللا عييه وسيم قاه عه ابه عمر رضي هللا عىهما
قا وماوا جميعا أو : جال ن فنو واحد مىهما باىخيار ماىم يتفر اذا تبا يع اىر
فإن خير أحدهما اآلخر فتبا يعا عيى ذىل فقد وجب , يخير أحدهما اآلخر
قا بعد ان تبايعا وىم يترك وا حد مىهما اىبيع فقد وجب اىبيع ، وإن تفر
. اىبيع
Dari Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah SAW beliau
bersabda:”Apabila dua orang melakukan jual beli, maka
masing-masing pihak berhak melakukan khiyar, baik kedua-
duanya maupun salah satunya. Apabila salah satu dari keduanya
melakukan khiyar terhadap yang lainnya, kemudian mereka
berdua melakukan jual beli atas dasar kesepakatan mereka. (HR.
Bukhori Muslim).
Dalam kitab Fatkhul Mu‟in menjelaskan bahwa:
ها صاد ع ؛ فا ثالثة اا ا ى اطك اواوثش تخالف فال ثالثة اا
)صح اعمذ ) خاس )ح ج ه (اششط ف عمذ ا سىاء اششط ف ا
Khiyar syarath itu paling lama 3 hari sejak
dipersyaratkannya, baik dipersyaratkan sewaktu akad ataupun di
90
majelis akad; Lain halnya jika disebutkan secara mutlak tidak
menjelaskan berapa lama atau disebutkan lebih dari tiga hari,
aqadnya tidak sah. (As‟ad, 1979:185).
Menurut Madzhab Ahmad bin Hambal seperti yang
dikutip oleh Sabiq (1987:108) khiyar syarath adalah bahwa salah
satu dari dua pihak yang berakad membeli sesuatu dengan
syarath bahwa seseorang boleh berkhiyar dalam waktu tertentu.
Abu Hanifah dan Asy-Syafi‟i juga berpendapat bahwa
masa khiyar tidak boleh lebih dari tiga hari. Berbeda dengan
menurut Imam Malik bahwa penentuan masa khiyar syarath
sesuai dengan kebutuhan.
Ada hal menarik dalam sistem pengembalian barang, dari
keterangan salah satu konsumen Bapak Suyuti menceritakan,
bahwa adanya potongan harga jika mengembalikan barang yang
sudah kita beli pada besok harinya yaitu, jika kita membeli helm
seharga Rp. 80.000 maka untuk hari besok helm tersebut menjadi
harga Rp. 50.000. Alasannya sama saja penjual membeli barang
bekas dari konsumen tersebut.
Dalam hal ini, praktek perlindungan konsumen di Pasar
loak Shopping Centre Salatiga hanya memberikan hak khiyar
majelis saja, sedangkan hak khiyar syarath tidak ada. praktek di
atas bertentangan dengan hak khiyar syarath karena dalam Islam
91
terdapat waktu tiga hari untuk konsumen mendapat garansi
barang yang telah dibelinya.
2. Khiyar „Aib (Hak pilih karena cacat barang)
Bentuk khiyar untuk meneruskan atau membatalkan jual
beli karena adanya cacat pada barang yang dibeli.
Sayid Sabiq menjelaskan bahwa manusia diharamkan
menjual barang cacat tanpa menjelaskannya kepada pembeli.
Seperti yang dijelaskan dalam hadits Nabi:
سعت سسىي هللا ص هللا عه وس : ع عمثة ت عاش اجه لاي
ه ه : مىي عا إ ت ه ت اخ تاا ا ح اخى ا . ا
Dari „Uqbah ibnu „Amir Al-Juhani ia berkata: Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda: Seorang muslim adalah
saudaranya muslim lainnya, tidak halal bagi seorang muslim
apabila menjual barang jualan kepada saudaranya yang di
dalamnya ada cacatnya melainkan ia harus menjelaskan
kepadanya.
Manakala akad tersebut berlangsung dan konsumen telah
mengetahui adanya cacat atau kerusakan pada barang yang
dibeli, dalam keadaan seperti ini maka tidak ada lagi hak khiyar,
karena konsumen telah rela dengan kerusakan serta cacat pada
barang yang dibeli.
Adapun jika konsumen belum mengetahui hal tersebut
(cacat dan rusak) kemudian setelah akad baru konsumen
mengetahui, dalam keadaan ini akad dinyatakan benar.
Konsumen berhak melakukan khiyar antara mengembalikan
barang atau mengambil kembali pembayaran yang telah
92
diberikan kepada penjual, atau dapat meminta ganti rugi
(pengurangan) sesuai dengan adanya cacat dan kerusakan barang
tersebut, kecuali jika konsumen telah rela dengan hal tersebut.
Menurut pendapat Asy-Syafi‟i seperti yang dikutib oleh
Sabiq (1987:111) Apabila seseorang membeli suatu barang,
kemudian ia menawarkan barang tersebut untuk dijual sesudah
konsumen tahu ada keaibannya, maka khiyar tersebut gugur atau
batal.
Namun, pada prakteknya menurut pengakuan
Khaerunnisa‟, ketika konsumen membeli handphone di Pasar
loak Shopping Centre, para pedagang tidak menjelaskan secara
spesifik mengenai handphone yang akan dibeli secara rinci,
sehingga setelah sampai rumah speaker handphone ternyata
kurang maksimal. Hal tersebut tidak dijelaskan oleh pedagang
saat terjadi transaksi jual beli.
Adapun menurut analisis penulis, untuk prinsip-prinsip
perlindungan konsumen secara hukum Islam menurut Ihsan (2011:79-89)
praktek perlindungan konsumen di Pasar loak Shopping Centre Salatiga
tidak memenuhi prinsip-prinsip perlindungan konsumen secara hukum
Islam di antaranya:
93
1. Amar ma‟ruf nahi mungkar
Dilihat dari hukum Islam, aturan dan pemberlakuan hak khiyar
merupakan salah satu amar ma‟ruf nahi mungkar di mana dalam
pelaksanaan amar ma‟ruf bagi pelaku usaha adalah memberikan ganti
rugi kepada konsumen bila pelaku usaha melakukan kesalahan atas
produk yang dijualnya. Sedangkan nahi mungkar dengan
memperhatikan dan melaksanakan aturan-aturan hukum Islam tentang
jual beli (Ihsan, 2011:83).
Namun secara prakteknya, pedagang di Pasar loak Shopping
Centre menjelaskan tidak ada ganti rugi dan garansi barang, sedangkan
untuk nahi mungkar secara hukum Islam jual beli di Pasar loak
Shopping Centre tidah sah hanya karena kurangnya salah satu syarat
objek transaksi yaitu terdapat satu unsur yang belum terpenuhi bahwa
barang yang dijual harus diketahui secara jelas kualitasnya.
2. Persamaan
Dalam tanggung jawab pelaku usaha, pedagang harus
menghargai hak-hak konsumen dengan berlaku jujur dan adil. Tidak
boleh ada perbedaan yang berlebihan antara konsumen satu dengan
konsumen lainnya (Ihsan, 2011:86).
Dalam hal ini pedagang lebih sering menutup-nutupi barang
yang mereka jual. Sehingga dapat dikatakan para pedagang tidak
berlaku jujur.
94
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk upaya
perlindungan konsumen dalam jual beli barang bekas di Pasar loak
Shopping Centre Salatiga tidak sesuai dengan hukum Islam karena
para pedagang tidak memberikan hak khiyar berupa khiyar syarath dan
khiyar „aib, serta tidak menjelaskan kualitas barang saat melakukan
transaksi jual beli.
B. Analisis Undang-Undang Perlindungan Konsumen Dalam Jual Beli
Barang Bekas di Pasar Loak Shopping Centre Salatiga
Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material
maupun formal makin terasa sangat penting, mengingat makin maju
ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang merupakan penggerak bagi
produktivitas dan efesiensi produser atas barang atau jasa yang
dihasilkan dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka
mengejar dan mencapai kedua hal tersebut. Akhirnya, baik langsung apa
tidak langsung, konsumenlah yang umumnya akan merasakan
dampaknya. Dengan demikian, upaya-upaya memberikan perlindungan
yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal
yang penting dan mendesak untuk segera mendapatkan solusi terutama
di Indonesia (Kristiyanti, 2009:5).
Dilihat dari sejarahnya, gerakan perlindungan konsumen di
Indonesia baru dipopulerkan sekitar tahun 20 tahun yang lalu, yakni
dengan berdirinya suatu lembaga swadaya masyarakat
(Nongovernmental organization) yang bernama Yayasan Lembaga
95
Konsumen Indonesia (YLKI). Setelah YLKI, kemudian muncul
beberapa organisasi serupa, antara lain Lembaga Pembinaan dan
Perlindungan Konsumen (LP2K) di Semarang yang berdiri sejak
Februari 1988. Kemudian bergabung sebagai anggota Consumers
International (CI) pada tahun 1990. Di luar itu, saat ini cukup banyak
lembaga swadaya masyarakat serupa berorientasi pada kepentingan
pelayanan konsumen, seperti Yayasan Lembaga Bina Konsumen
Indonesia (YLBKI) di Bandung dan perwakilan YLKI di berbagai
provinsi di Tanah Air (Kristiyanti, 2008:15).
Gerakan konsumen di Indonesia, termasuk yang diprakasai
YLKI mencatat prestasi besar setelah naskah akademik UUPK berhasil
dibawa ke DPR. Selanjutnya rancangannya disahkan menjadi undang-
undang (Kristiyanti, 2008:16).
Pasar loak Shopping Centre Salatiga merupakan salah satu pasar
tradisional yang dimiliki oleh pemerintahan kota Salatiga. Dalam hal ini,
konsumen berhak mendapatkan kejelasan mengenai spesifikasi tentang
barang-barang yang akan mereka beli baik dari segi kualitas, kuantitas
maupun harga yang sewajarnya untuk barang tersebut. Sehingga kondisi
ini mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak
seimbang dan konsumen berada dalam posisi yang lemah.
Banyak faktor yang membuat konsumen tidak sadar jika banyak
hal yang dirugikan ketika bertransaksi dalam jual beli di antaranya:
96
1. Konsumen menjadi objek aktifitas bisnis yang dapat diraup
keuntungan sebesear-besarnya.
2. Rendahnya kesadaran konsumen disebabkan oleh rendahnya
pendidikan konsumen (UUPK, 2008:32).
Oleh karena itu, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan konsumen dimaksud menjadi landasan hukum yang kuat
bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen sebagai upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan melindungi segala
aktifitas muamalah yang merugikan pihak konsumen.
Dari segi hak-hak konsumen pasal 4 UUPK di antaranya:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa.
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau
jasa yang digunakan.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
97
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Menurut pendapat salah satu konsumen Bapak Hadi Wijaya,
konsumen menjelaskan bahwa kehadiran Pasar loak Shopping Centre
memberikan keuntungan “Kita dapat membeli dengan harga yang kita
diinginkan, kalau kerugian bila kita tidak tahu harga barang yang akan
kita beli maka kita akan rugi”.
Hasil wawancara dengan semua konsumen, mereka menjelaskan
bahwa praktek jual beli di Pasar loak Shopping Centre juga tidak ada
garansi jika dikemudian hari terdapat kerusakan barang. Kemudian
faktor-faktor konsumen mengenai alasan membeli barang di Pasar loak
Shopping Centre karena kehadiran pasar tersebut sangat membantu yaitu
karena harga barang yang dijual murah dan dijangkau oleh kalangan
bawah. Contoh handphone merk Sony Ericson tanpa chager seharga
tujuh puluh lima ribu. Hal ini tentu sangat murah dan jauh berbeda
dengan harga handphone di counter dan toko-toko hp lainnya.
Praktek perlindungan konsumen di Pasar loak Shopping Centre
Salatiga, para pedagang umumnya menawarkan barang dagangannya
98
tetapi tidak menjelaskan mengenai spesifikasi tentang kualitas barang
dagangan yang mereka jual. Para pedagang lebih membebaskan para
konsumen untuk membongkar barang yang akan mereka beli, sehingga
hal ini dapat merugikan konsumen-konsumen yang masih awam akan
pengetahuan mengenai barang yang akan mereka beli.
Hal ini diungkapkan oleh Bapak Dwi, konsumen menjelaskan
bahwa bahwa barang-barang di Pasar loak Shopping Centre dijual murah
dan mempunyai kualitas yang baik namun, juga ada kualitas yang buruk,
konsumen juga pernah tertipu dengan barang yang sudah dibeli ternyata
mempunyai kualitas yang buruk dan pada saat transaksi jual beli
pedagang tidak menjelaskan kualitas barang yang akan konsumen beli
tersebut.
Sehingga jika dianalisis dengan hak-hak konsumen pasal 4
UUPK, ada beberapa ayat yang tidak diterapkan yaitu pada ayat di
antaranya: Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang (ayat 3), Hak untuk diperlakukan dan
dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif (ayat 7) dan Hak
untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya (ayat 8).
Kemudian untuk memenuhi berbagai upaya-upaya perlindungan
konsumen. Maka, UUPK menjelaskan adanya kewajiban-kewajiban
99
yang harus dilakukan untuk pedagang atau pelaku usaha yaitu pada pasal
7 di antaranya:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasaan
mengenai penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif.
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau
jasa yang berlaku.
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau
jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.
Kemudian penulis juga melakukan penelitian dengan menjadi
konsumen helm dan sepatu bekas. Helm INK untuk harga asli dapat
100
mencapai Rp. 260.000 per item. Namun, di Pasar loak Shopping Centre
Salatiga harga bisa turun Rp. 180.000 – Rp. 160.000 per item. Menurut
keterangan pedagang helm, mereka menjelaskan bahwa helm yang
mereka jual masih baru tetapi setelah peneliti lihat helm tersebut bukan
barang baru melainkan terlihat seperti sudah pernah dipakai atau sedikit
ada kerusakan dan cacat pada helm tersebut. Hal ini seakan-akan
pedagang menutup-nutupi informasi mengenai keadaan serta kualitas
barang tersebut.
Kemudian pada sepatu bekas, awalnya peneliti disuruh memilih
sendiri barang yang akan dibeli kemudian peneliti memilih sepatu
berbahan karet berwana crem dijual dengan harga Rp.10.000 dan harga
tersebut masih bisa ditawar, pedagang tidak menjelaskan mengenai
spesifikasi barang tersebut hanya saja peneliti disuruh melihat barang-
barang tersebut sendiri.
Larangan praktek tersebut jelas dapat merugikan pihak-pihak
konsumen, tindakan menyembunyikan informasi dalam jual beli dapat
mengakibatkan konsumen mengalami kerugian. Dalam hal ini, upaya
perlindungan konsumen mengenai kewajiban pelaku usaha di Pasar loak
Shopping Centre tidak memenuhi pada pasal 7: bahwa pelaku usaha
harus beritikad dalam melakukan usahanya (ayat 1), pelaku usaha wajib
memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasaan mengenai
penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan (ayat 2). Kemudian pelaku
101
usaha juga wajib Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar
dan jujur serta tidak diskriminatif (ayat 3), pelaku usaha harus
memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang atau jasa yang
diperdagangkan (ayat 6), serta Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian (ayat 7).
Kemudian pasal 8 menjelaskan perbuatan-perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha di antaranya: Pelaku usaha dilarang
memperdagangkan barang yang rusak, cacat, atau bekas yang tercemar
tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang
tersebut ( ayat 2).
Mengenai upaya perlindungan konsumen dilihat dari praktek jual
beli di Pasar loak Shopping Centra maka jelas bahwa pelaku usaha atau
pedagang Pasar loak Shopping Centre melanggar pasal 8 ayat 2 karena
para pedagang tidak memberikan informasi secara lengkap dan benar
mengenai kualitas barang tersebut.
Dari uraian di atas menurut penulis, upaya perlindungan
konsumen di Pasar loak Shopping Centre Salatiga tidak sesuai dengan
UU No. 8 tahun 1999 secara keseluruhan pada pasal-pasal mengenai
hak-hak dan kewajiban konsumen serta perbuatan-perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha yaitu: Pasal 4 ayat 3, 7 dan 8 mengenai hak-
hak konsumen, pasal 7 ayat 1,2,3,6 dan 7 mengenai kewajiban pelaku
102
usaha pada kemudian untuk pasal 8 ayat 2 mengenai perbuatan-
perbuatan yang dilarang pelaku usaha.
Secara umum mengenai upaya perlindungan konsumen antara
hukum Islam dengan UUPK mempunyai persamaan dan perbedaan,
adapun persamaannya seperti: Hak untuk memilih, Hak untuk mendapat
informasi yang benar dan jelas, hak untuk didengar, serta Hak untuk
diperlakukan dan dilayani dengan benar. Sedangkan mengenai
perbedaan mengenai upaya perlindungan konsumen di antaranya: dalam
undang-undang Perlindungan Konsumen terdapat hak-hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa (ayat 1), hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan
dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
(ayat 5), serta hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
(ayat 6).
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis pada bab-bab
sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Praktek jual beli barang bekas di Pasar loak Shopping Centre Salatiga
dalam transaksi jual beli, para penjual biasanya memberikan harga
dengan cara tawar menawar, dan untuk membatalkan jual beli ketika
masih dalam transaksi, menurut keterangan penjual hal tersebut
diperbolehkan ketika terjadi ketidakcocokan harga masih dalam satu
majelis. Namun, untuk barang yang sudah dibawa pulang oleh
konsumen tidak dapat dibatalkan alias tidak ada garansi barang.
Apabila barang tersebut akan ditukarkan dengan barang lain maka,
harga jual barang tersebut turun dari harga beli sebelumnya. Kemudian
tidak ada pemberitahuan tentang kualitas barang tersebut karena rata-
rata pedagang memperbolehkan barang yang mereka jual untuk
dibongkar ataupun dilihat terlebih dahulu oleh pembeli. Sehingga
untuk pembeli yang masih awam mengenai barang yang akan dibeli,
mereka sering tertipu karena tidak mengetahui kualitas barang yang
akan dibeli.
2. Mengenai upaya-upaya perlindungan konsumen, Pasar loak Shopping
Centre Salatiga tidak sesuai dengan hukum Islam di karenakan:
104
a. Tidak menjelaskan secara spesifik mengenai kualitas barang
dagangan yang mereka jual kepada para konsumen sehingga,
dapat merugikan konsumen-konsumen yang masih awam
tentang kualitas barang-barang yang akan mereka beli.
b. Tidak terpenuhinya hak khiyar yaitu khiyar syarath (Hak pilih
dalam persyaratan) dan khiyar „aib (Hak pilih karena cacat dan
rusak barang).
3. Adapun mengenai perlindungan di Pasar loak Shopping Centre tidak
sesuai dengan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
secara keseluruhan pada pasal-pasal mengenai hak-hak dan kewajiban
konsumen serta perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
yaitu: Pasal 4 ayat 3, 7 dan 8 mengenai hak-hak konsumen, pasal 7
ayat 1,2,3,6 dan 7 mengenai kewajiban pelaku usaha pada kemudian
untuk pasal 8 ayat 2 mengenai perbuatan-perbuatan yang dilarang
pelaku usaha.
B. Saran
Adapun saran-saran yang yang ingin penulis sampaikan berkaitan
dengan permasalahan telah di bahas tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya para pedagang Pasar loak Shopping Centre kota Salatiga
lebih memperhatikan mengenai upaya-upaya perlindungan konsumen
dalam transaksi jual beli baik dari segi hukum Islam maupun Undang-
Undang perlindungan konsumen khususnya mengenai penjelasan
105
kualitas barang yang akan dijual kepada konsumen agar para
konsumen terhindar dari kerugian-kerugian yang akan ditimbulkan
setelah membeli barang di Pasar loak Shopping Centre.
2. Untuk Pemerintah kota Salatiga
a. Perlu adanya sosialisasi tentang Undang-Undang Perlindungan
Konsumen untuk para pedagang dan masyarakat kota Salatiga.
b. Agar lebih memperhatikan gedung serta fasilitas-fasilitas yang ada
di Pasar loak Shopping Centre supaya para pedagang dan pembeli
merasa aman saat melakukan transaksi, salah satunya dengan
pembenahan gedung, adanya tempat sampah yang besar dan toilet
umum.
106
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan Terjemahannya.
Arifin, Jauhar. 2008. Tinjauan Hukum Islam terhadap Perlindungan
Konsumen Dalam Jual beli HP Second di Desa Segoroyoso
Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogjakarta. Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga.
Arikanto, Suharsimi. Prosedur penelitian dan pendekatan praktek.. Jakarta:
Rineka Cipta. Cet VII.
Aziz, Zainuddin bin Abdul. 1979. Tarjamah Fatkhul Mu‟in Juz II. Yang
dierjemahkan oleh Aliy As‟ad. Kudus: Menara Kudus
Dewi, Gumala, Wirdyaningsih, dan Yani Salma Barlinti. 2005. Hukum
Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
Hadi, Sutrisno. 1994. Metodelogi Research. Yogyakarta: andi offse.
Hidayat, Muhammad. 2010. An Introduction The Sharia Economic
(Pengatar Ekonomi Syariah). Jakarta: IKAPI.
Hoiriya, Siti. 2010. Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen terhadap iklan provider seluler di televisi
(Studi Kasus Iklan Provider XL). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya.
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Ihsan, Soffa. 2011. Fikih Perlindungan Konsumen. Tangerang: Paramuda
Advertising.
Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan.
Jakarta: PT Grafindo Persada
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2009. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta:
Sinar Grafika.
Muhammad. 2000. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah.
Yogjakarta.UII Press.
Muhammad, Al Imam Abu Abdullah bin Ismail. 1991. Tarjamah Shahih
Bukhari Juz III. Yang diterjemahkan oleh Achmad Sunarto.
Semarang: CV Asy Syifa.
107
Albani, Muhammad Nashiruddin. 1992. Tarjamah Sunan At-Tirmidzi Juz II.
Yang diterjemahkan oleh Mohammed Zuhri. Semarang: CV Asy-
Syifa.
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.
Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya
Mujieb, M Abdul. 1994. Kamus Istilah Fiqh. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Poerwadaminta, WJS. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Rasjid, Sulaiman. 2013. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap) cet. 59.
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah 12. Bandung: PT Al Ma‟arif
Syafe‟i, Rachmat. 2000. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka setia.
Syarifuddun, Amir. 2010. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Perdana Media
Grub.
Simongkir Dkk. 2002. Kamus Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Solikhin. 2014. Perlindungan hak-hak konsumen transaksi Jual beli online
prespektif Hukum Islam dan Hukum positif di Indonesia. Skripsi
tidak diterbitkan. Yogjakarta: Fakultas syariah UIN Sunan
Kalijaga.
Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, R&D). Bandung: Alfabeta
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarno, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Utsman, Sabian. 2014. Metodologi Penelitian Hukum Progresif. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar.
108
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
109
Hasil wawancara dengan Konsumen Pasar loak Shopping Centre Salatiga
Konsumen pertama, Bapak Muhammad H.W dan lokasi wawancara
di kabupaten Semarang, Ahad, 8 Februari 2015 Jam 10.00 WIB
1. Apakah Bapak sering belanja di Pasar loak Shopping Centre ?
Alhamdulillah sering
2. Sejak kapan Bapak berlangganan di Pasar loak Shopping Centre ?
Sejak berwiraswasta yaitu tahun 2007
3. Menurut Bapak apa yang diuntungkan dan dirugikan dalam jual beli di
sana?
Kita dapat membeli dengan harga yang kita inginkan, kalau kerugian bila
kita tidak tahu harga barang yang akan kita beli maka kita akan rugi.
4. Apa yang Bapak beli di Pasar loak Shooping centre?
Besi bekas
5. Dalam pemberian harga, apakah tawar menawar, cash atau mungkin ada
juga yang kredit?
Tawar menawar, sehingga untuk orang awam hal ini membuat para
pedagang bisa mendapat banyak keuntungan karena rata-rata pembeli
awam tidak tahu harga barang tersebut.
6. Apakah para konsumen juga diberi kesempatan untuk memilih , menawar,
dan membatalkan jual beli?
Di sana boleh memilih yaitu dengan cara membongkar terlebih dahulu
terhadap barang yang akan kita beli.
7. Apakah ada garansi terhadap barang yang bapak beli?
Tidak ada garansi,
8. Apakah para penjual juga memberitahukan keadaan barang bekas yang
akan kita beli? dari segi kualitas, kuantitas ataupun kecacatan serta
kerusakan terhadap produk yang akan kita beli?
Tidak ada pemberitahuan tentang kualitas barang tersebut, karena rata-rata
pedagang membolehkan barang yang mereka jual untuk dibongkar
ataupun dilihat dulu oleh pembeli.
110
9. Apakah ada unsur pemaksaan dalam jual beli di Pasar Shopping Centre?
Tidak ada.
10. Pernakah Bapak tertipu terhadap barang bekas yang Bapak beli?
Tidak, karena sudah mengetahui spesifikasi barang yang akan saya beli.
11. Pernahkan Bapak complain terhadap barang bekas yang Bapak beli?
Tidak pernah.
12. Apakah penjual di Pasar loak Shopping Centre ramah-ramah?
Sebagian iya sebagian tidak
13. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan konsumen membeli barang-barang
di sana?
Harganya murah.
Konsumen kedua, Bapak S dan lokasi wawancara di Tuntang
kabupaten Semarang, Sabtu, 21 Februari 2015 Jam 13.00 WIB
1. Apakah Bapak sering belanja di Pasar loak Shopping Centre ?
Tidak Juga
2. Sejak kapan Bapak berlangganan di Pasar loak Shopping Centre?
4 Tahun yang lalu
3. Menurut Bapak apa yang diuntungkan dan dirugikan dalam jual beli di
sana?
Banyak diuntungkan karena barang disana murah-murah, kalo dirugikan
selama ini belum pernah.
4. Apa yang Bapak beli di Pasar loak Shooping Centre?
Helm dan setrika bekas
5. Dalam pemberian harga, apakah tawar menawar, cash atau mungkin ada
juga yang kredit?
Tawar menawar
6. Apakah para konsumen juga diberi kesempatan untuk memilih, menawar,
dan membatalkan jual beli?
Tawar menawar iya, memilih iya tapi kalau membatalkan jual beli pada
saat ditempat boleh namun jika dikembalikan pada hari berikutnya maka
111
harga barang tersebut dikurangi, contohnya membeli helm seharga Rp.
80.000 (Delapan ribu rupiah) kemudian dikembalikan maka helm tersebut
menjadi harga Rp. 50.000 (Lima puluh ribu rupiah).
7. Apakah ada garansi terhadap barang yang Bapak beli?
Tidak ada.
8. Apakah para penjual juga memberitahukan keadaan barang bekas yang
akan kita beli? dari segi kualitas, kuantitas ataupun kecacatan serta
kerusakan terhadap produk yang akan kita beli?
Tidak, karena pembeli diberi kesempatan untuk memilih barang sendiri
9. Apakah ada unsur pemaksaan dalam jual beli di Pasar loak Shopping
Centre?
Selama ini belum ada
10. Pernakah Bapak terhadap barang bekas yang bapak beli?
Alhamdulillah sampai sekarang belum pernah tertipu karena saya sudah
mengetahui kualitas barang-barang yang akan saya beli, namun untuk
sebagian orang awam mumgkin ada yang tertipu karena mereka tidak
mengetahui kualitas barang dan penjual juga tidak menjelaskan tentang
spesifikasi barang yang dijual.
11. Pernahkan Bapak complain terhadap barang bekas yang Bapak beli?
Tidak pernah, soalnya kita tahu namanya barang bekas pasti ada cacatnya
juga.
12. Apakah penjual di Pasar loak Shopping Centre ramah-ramah?
Ada yang ramah ada yang tidak
13. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan konsumen membeli barang-barang
di sana?
Karena barang disana murah-murah.
Konsumen ketiga, Ibu IP dan lokasi wawancara di Desa Rogomulyo,
Kec. Kaliwungu Kab. Semarang, Senin, 6 April 2015 Jam 11.45 WIB.
1. Apakah Ibu sering belanja di Pasar loak Shopping Centre ?
Jarang
112
2. Sejak kapan Ibu berlangganan di Pasar loak Shopping Centre?
Tahun 2012
3. Menurut Ibu apa yang diuntungkan dan dirugikan dalam jual beli di sana?
Barang loak tapi harganya masih mahal karena bukunya masih bagus.
4. Apa yang Ibu beli di Pasar loak Shopping Centre?
Buku paket SD kelas 1 Harga Rp. 30.000, Buku LKS bahasa Inggris kelas
1,2, dan 3 dengan harga Rp. 2.500/ item,. Dan Buku paket bahasa
Indonesia harganya Rp. 5.000.
Kamus bahasa Indonesia, kamus fisika dan kamus biologi, di mana harga
ketiga buku itu Rp. 50.000.
5. Dalam pemberian harga , apakah tawar menawar, cash atau mungkin ada
juga yang kredit?
Bayarnya Cash, namun dalam penetapan harga menggunakan tawar
menawar.
6. Apakah para konsumen juga diberi kesempatan untuk memilih, menawar,
dan membatalkan jual beli?
Memilih iya namun, untuk membatalkan tidak ada.
7. Apakah ada garansi terhadap barang yang Ibu beli?
Tidak ada
8. Apakah para penjual juga memberitahukan keadaan barang bekas yang
akan kita beli? dari segi kualitas, kuantitas ataupun kecacatan serta
kerusakan terhadap produk yang akan kita beli?
Tidak, bahkan pernah ada buku milik Negara yang tidak boleh
diperjualbelikan tetapi di Pasar loak Shopping Centre justru buku tersebut
dijual.
9. Apakah ada unsur pemaksaan dalam jual beli di Pasar loak Shopping
Centre?
Tidak ada
10. Pernakah Ibu tertipu terhadap barang bekas yang Ibu beli?
Tidak pernah
11. Pernahkan Ibu complain terhadap barang bekas yang Ibu beli?
113
Tidak pernah
12. Apakah penjual di Pasar loak Shopping Centre ramah-ramah?
Tidak, karena mereka hanya melayani yang kita butuhkan aja
13. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan konsumen membeli barang-barang
di sana?
Murah dan terjangkau.
Konsumen keempat, KA dan lokasi wawancara di Gedangan, Tuntang,
Selasa, 28 April 2015 Jam 21.02 WIB
1. Apakah Ibu sering belanja di Pasar loak Shopping Centre ?
Tidak sering tapi pernah
2. Sejak kapan Ibu berlangganan di Pasar loak Shopping Centre ?
Dulu waktu Kelas XI Madrasah Aliyah
3. Menurut Ibu apa yang diuntungkan dan dirugikan dalam jual beli di sana?
Yang diuntungkan harganya murah yaitu jauh dari harga counter dan toko.
4. Apa yang Ibu beli di Pasar loak Shopping Centre?
Handphone merk sony Ericson harga tujuh puluh lima ribu tanpa charger
5. Dalam pemberian harga , apakah tawar menawar, cash atau mungkin ada
juga yang kredit?
Tawar Menawar
6. Apakah para konsumen juga diberi kesempatan untuk memilih , menawar,
dan membatalkan jual beli?
Memilih iya, menawar iya, membatalkan juga iya
7. Apakah ada garansi terhadap barang yang ibu beli?
Tidak ada garansi
8. Apakah para penjual juga memberitahukan keadaan barang bekas yang
akan kita beli? dari segi kualitas, kuantitas ataupun kecacatan serta
kerusakan terhadap produk yang akan kita beli?
Diberi tahu namun tidak spesifik dan tidak rinci.
114
9. Apakah ada unsur pemaksaan dalam jual beli di Pasar loak Shopping
Centre?
Tidak ada, tergantung pembeli
10. Pernakah Ibu tertipu terhadap barang bekas yang Ibu beli?
Pernah, speakernya kurang maksimal dimana ketika transaksi tidak
dijelaskan bahwa speaker tersebut bermasalah.
11. Pernahkan Ibu complain terhadap barang bekas yang Ibu beli?
Tidak pernah
12. Apakah penjual di Pasar loak Shopping Centre ramah-ramah?
Tergantung penjualnya alias tidak semua
13. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan konsumen membeli barang-barang
disana?
Murah, dan mudah dijangkau harganya serta cocok untuk kalangan ke
bawah.
Konsumen kelima, Bapak D dan lokasi wawancara di Pasar loak
Shopping centre Salatiga, 4 Mei 2015 Jam 11.15 WIB.
1. Apakah Bapak sering belanja di Pasar loak Shopping Centre ?
jarang
2. Sejak kapan Bapak berlangganan di Pasar loak Shopping Centre?
Kalau bayaran
3. Menurut Bapak apa yang diuntungkan dan dirugikan dalam jual beli di
sana?
Barangnya murah kadang dapat kualitas baik ada juga yang buruk
4. Apa yang Bapak beli di Pasar loak Shopping Centre?
elektronik
5. Dalam pemberian harga, apakah tawar menawar, cash atau mungkin ada
juga yang kredit?
Tawar menawar
115
6. Apakah para konsumen juga diberi kesempatan untuk memilih , menawar,
dan membatalkan jual beli?
Ada
7. Apakah ada garansi terhadap barang yang Bapak beli?
Tidak ada
8. Apakah para penjual juga memberitahukan keadaan barang bekas yang
akan kita beli ? dari segi kualitas, kuantitas ataupun kecacatan serta
kerusakan terhadap produk yang akan kita beli?
Kadang iya kadang nggak
9. Apakah ada unsur pemaksaan dalam jual beli di Pasar loak Shopping
Centre?
Tidak ada
10. Pernakah Bapak tertipu terhadap barang bekas yang Bapak beli?
Pernah tertipu karena tidak dijelaskan kualitasnya.
11. Pernahkan Bapak complain terhadap barang bekas yang Bapak beli?
Pernah, karena kata pedagang barang ini bagus namun ternyata kualitasnya
buruk.
12. Apakah penjual di Pasar loak Shopping Centre ramah-ramah?
Kebanyakan ramah-ramah
13. Faktor-faktor apa saja yang menjadikan konsumen membeli barang-barang
di sana?
Barangnya murah-murah.