PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP PERAN KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Syarif Mufdholi R.
NIM : 105082002641
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PERAN
KOMITE AUDIT DALM MEWUJUDKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Syarif Mufdholi R
NIM: 1050 8200 2641
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr. Abdul Hamid, MS Rini, SE.,Ak.,MSi
NIP:195706171985031002 NIP:197603152005012002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
Zari Rabu Tanggal Delapan Belas Bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan
telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Syarif Mufdholi R NIM:
105082002641 dengan judul skripsi “PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN
MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PERAN KOMITE AUDIT DALAM
MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE”. Memerhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Januari 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rini, SE.,Ak.,Msi Rahmawati, SE.,MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji Ahli
Hari ini Rabu Tanggal 17 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Syarif Mufdholi R NIM: 105082002641 dengan judul
Skripsi “Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Peran
Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance”. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi
Prof. Dr.Abdul Hamid, MS Rini, SE., Ak., M.Si.
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Syarif Mufdholi R
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta / 26 Juni 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Manunggal Jaya No.15 Rt.008 Rw.04
Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan 12440.
Telepon : (021) 83233823 / 085714848674
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. MI Al-Hidayah Jakarta Selatan Tahun 1991-1997.
2. SLTP Negeri 37 Jakarta Selatan Tahun 1997-2000.
3. SMU Negeri 66 Jakarta Selatan Tahun 2000-2003.
4. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2005- 2010
PERCEPTION OF EDUCATIONAL ACCOUNTANTS AND ACCOUNTING
STUDENTS TO THE ROLES OF AUDIT COMMITTEE IN RENDERS
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
By:
Syarif Mufdholi R.
Abstact
This research intents to analyze the differences of perception between
educational accountants and accounting students to the roles of audit committee in
renders good corporate governance. Sampling method was used judgement
sampling. the sample used in this research consists of 23 of educational accountants
and 75 accounting students.
The hypothesis of this research are: (1) there is no difference of perception
between educational accountants and accounting students to the roles of audit
committee in renders good corporate governance, (2) there is difference of
perception between educational accountants and accounting students to the roles of
audit committee in renders good corporate governance.
The method of data analysis used in this research is independent sample T-
test. The result of this research showed that there is no difference of perception
between educational accountants and accounting students to the roles of audit
committee in renders good corporate governance.
Keywords: Perception, Audit Committee, Good Corporate Governance
PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP PERAN KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Oleh:
Syarif Mufdholi R
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti ada atau tidaknya perbedaan persepsi
antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi mengenai peran Komite Audit
dalam mewujudkan Good Corporate Governance. Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah judgement sampling. responden dalam penelitian ini terdiri dari 23
responden akuntan pendidik dan 75 responden mahasiswa akuntansi.
Hipotesis dari penelitian ini adalah: (1) tidak terdapat perbedaan persepsi yang
signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite
Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance, (2) terdapat perbedaan
persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap
peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakam uji Independent Sample
T-test. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan persepsi antara
akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam
mewujudkan Good Corporate Governance.
Kata kunci: Persepsi, Komite Audit, Good Corporate Governance.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillahirobbil’alamin.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan segala kenikmatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Baginda
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan tauladan kepada seluruh umat
manusia menuju jalan kebenaran.
Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua Orang Tuaku tercinta, kakak-kakakku serta adikku yang selalu
memberikan semangat serta do’a yang tak ternilai agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Serta keponakanku yang selalu mengganggu dan
sekaligus penghibur disaat pengerjaan skripsi menemui titik jenuh.. “I Love U
All”.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekalugus selaku
dosen pembimbing I yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
pengarahan kepada mahasiswa bimbingannya.
3. Ibu Rini, SE., Ak., M.Si, selaku dosen pembimbing II yang bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan masukan demi terselesaikannya skripsi
ini.
4. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis beserta karyawan-karyawan.
Terimakasih atas semua ilmu yang diberikan. Semoga ilmu yang diberikan
akan selalu bermanfaat dimasa depan.
7. Ade Istianah, yang selalu banyak memberikan inspirasi, masukan dan
motifasi, serta waktu yang tak terbatas demi terselesaikannya skripsi ini.
“Terimakasih atas pembelajaran dan pengalaman hidup yang terukir abadi”.
8. Sahabat yang terus mendukung dan menyemangati (Eka Andra Pratiwi),
sahabat-sahabat tim Hura-Hura, teman seperjuangan sekaligus sebagai tim
pembimbing skripsi yang kesekian (Dina, Rika, Sofie, Gina, Erawan, Riza,
Ican), “next Journey mau kemana kita???”
9. Teman-teman belajar kompre, Dinda, Dea, Nissa, , Ryan (guru yang siap
dihubungi setiap ada pertanyaan yang ga dimengerti), Erna, Samsul, Herri,
dan teman-teman belajar lainnya.
10. Sahabat-sahabat akuntansi B (Fifi, Iam, Badru, Ade, Ita, Urfy, Upi, Dinda,
dan teman-teman akun B lainnya) “kapan kita bersama kembali”.
11. Teman-teman DAKOSTA, Afik, Amung, Buchenk, Fandy, Irfan, dan
dakosters lainnya. “Senang menjadi bagian dari kalian….”
12. Teman-teman angkatan 2005 kelas A, B, C, D dan E terima kasih. Dan semua
pihak-pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
dalam menyelesaikan penyelesaian skripsi ini saya ucapkan banyak terima
kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, Januari 2010
Wassalam
Penulis,
Syarif Mufdholi R
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................. iv
ABSTRACT........................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xv
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 10
A. Persepsi ..................................................................................................... 10
B. Komite Audit ............................................................................................. 14
1. Pengertian Komite Audit ....................................................................... 14
2. Tugas dan Wewenang Komite Audit ..................................................... 16
3. Peranan dan Tanggungjawab Komite Audit ........................................... 17
4. Lingkup Kerja Komite Audit ................................................................. 21
5. Hubungan Kerja .................................................................................... 23
C. Good Corporate Governance ..................................................................... 26
1. Pengertian Good Corporate Governance ............................................... 26
2. Asas Good Corporate Governance ........................................................ 28
D. Peran Komite Audit dalam Mewujudkan GCG .......................................... 32
F. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 35
G. Kerangka Teoritis ...................................................................................... 37
H. Hipitesis .................................................................................................... 38
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 39
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 39
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 39
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 40
D. Metode Analisis ......................................................................................... 41
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 45
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 48
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................ 48
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 48
2. Karakteristik Responden ......................................................................... 48
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .................................................................... 52
1. Uji Validitas ............................................................................................ 52
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 56
3. Uji Normalitas ........................................................................................ 57
C. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................................... 60
D. Analisis Deskriptif ...................................................................................... 62
1. Risiko Usaha dan Keuangan .................................................................... 63
2. Sistem dan Pengendalian Internal ............................................................ 66
3. Hubungan dengan Auditor Eksternal ....................................................... 69
4. Hubungan dengan Auditor Internal ......................................................... 73
5. Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi .......................................... 77
6.Penegakan Asas GCG .............................................................................. 80
BAB V : PENUTUP .................................................................................................. 86
A. Kesimpulan ................................................................................................ 86
B. Implikasi .................................................................................................... 87
C. Saran .......................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89
LAMPIRAN ....................................................................................................... 92
DAFTAR TABEL
No Keterangan
Halaman
3.1 Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen.
43
3.2 Operasional Variabel. 46
4.1 Data Sampel Penelitian 49
4.2 Karakteristik Responden Akuntan Pendidik 50
4.3 Karakteristik Responden Mahasiswa Akuntansi 51
4.4 Hasil Try out Kuesioner 53
4.5 Hasil Kuesioner Instrumen Penelitian 55
4.6 Uji Reliabilitas 56
4.7 Uji Normalitas 57
4.8 Hasil SPSS (1) 60
4.9 Hasil SPSS (2) 61
4.10 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (1) 63
4.11 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (2) 64
4.12 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (3) 65
4.13 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (4) 66
4.14 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (5) 67
4.15 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (6) 68
4.16 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (7) 69
4.17 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (8) 69
4.18 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (9) 70
4.19 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (10) 71
4.20 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (11) 72
4.21 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (12) 73
4.22 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (13) 74
4.23 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (14) 75
No Keterangan
Halaman
4.24 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (15) 76
4.25 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (16) 77
4.26 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (17) 78
4.27 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (18) 79
4.28 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (19) 80
4.29 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (20) 81
4.30 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (21) 82
4.31 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (22) 83
4.32 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (23) 84
4.33 Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (24) 85
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan
Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran
38
4.1 Chart Data Sampel Penelitian
49
4.2 Chart Karakteristik Responden Akuntan Pendidik
50
4.3 Chart Karakteristik Responden Mahasiswa Akuntansi
51
4.4 Normal Probability Plot Group Akuntan Pendidik
58
4.5 Normal Probability Plot Group Mahasiswa Akuntansi
59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi sekarang ini banyak sekali kasus-kasus hukum dalam bidang
ekonomi yang melibatkan manipulasi akuntansi. Terlihat hampir setiap hari media
surat kabar maupun media elektronik memberitakan kejadian tersebut. Skandal
manipulasi akuntansi ini tidak hanya terjadi di Amerika saja yang melibatkan
sejumlah perusahaan besar seperti Enron, Tyco, Global Crossing, dan Worldcom,
tetapi manipulasi akuntansi juga terjadi di Indonesia yang juga melibatkan
beberapa perusahaan besar seperti Kimia Farma, Bank Lippo, dan kasus yang
sedang hangat-hangatnya yaitu kasus Bank Century.
Kasus enron mulai terungkap pada awal tahun 2002. Enron adalah sebuah
perusahaan yang established dengan pertumbuhan finansial yang pesat sehingga
Enron menjadi salah satu dari 10 perusahaan terbesar di AS. Skandal mulai
terungkap ketika awal tahun 2002, perhitungan atas total revenue Enron di tahun
2000 yang dinyatakan berjumlah 100,8 miliar US dolar (USD), dihitung kembali
oleh Petroleum Finance Company (PFC) menjadi hanya 9 miliar USD. Ketika
kebangkrutan mulai terjadi, harga saham Enron dengan cepat turun dari sekitar 80
USD menjadi kurang dari satu dolar. Skandal finansial "megadolar" yang
disebabkan adanya misleading financial statement membawa dampak yang luar
biasa antara lain: Enron pailit, kurangnya kepercayaan atas informasi keuangan,
rusaknya citra profesi akuntan di Amerika, dan hilangnya ratusan juta dolar uang
yang diinvestasikan di Enron serta hilangnya pekerjaan atas ribuan karyawan
Enron (Arifin, 2005).
Contoh lainnya adalah terungkapnya kasus mark-up laporan keuangan
PT. Kimia Farma yang overstated, yaitu adanya penggelembungan laba bersih
tahunan senilai Rp 32,668 miliar (karena laporan keuangan yang seharusnya Rp
99,594 miliar ditulis Rp 132 miliar). Kasus ini melibatkan sebuah Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang menjadi auditor perusahaan tersebut ke pengadilan,
meskipun KAP tersebut yang berinisiatif memberikan laporan adanya overstated.
Dalam kasus ini terjadi pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat
(accurate disclosure) dan transparansi (transparency) yang akibatnya sangat
merugikan para investor, karena laba yang overstated ini telah dijadikan dasar
transaksi oleh para investor untuk berbisnis (Arifin, 2005).
Timbulnya kasus-kasus serupa menimbulkan banyak pertanyaan bagi
banyak pihak. Terutama terhadap tata kelola perusahaan dan pola kepemilikan
yang terdistribusi luas atau yang lebih dikenal dengan Corporate Governance
yang sekali lagi mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme Good
Corporate Governance yang baik belum diterapkan (Herawati dan Susiana,
2007).
Krisis yang melanda Indonesia juga tidak terlepas dari pengaruh lemahnya
penerapan Good Corporate Governance. Hal ini ditandai dengan kurang
transparannya pengelolaan perusahaan sehingga kontrol publik menjadi sangat
lemah. Minimnya perlindungan kepada pemegang saham minoritas menyebabkan
hilangnya kepercayaan investor, terutama investor asing untuk memegang saham-
saham perusahaan publik di Indonesia.
Menurut Asian Development Bank (ADB) dalam UNDP (2007), ada
beberapa penyebab krisis moneter di Asia, yakni (a) Dewan komisaris dan dewan
direktur yang tidak efektif; (b) adanya kebocoran dalam pengendalian internal
perusahaan; (c) tidak menyajikan pengungkapan memadai dalam laporan
keuangan perusahaan; (d) laporan keuangan perusahaan disajikan secara tidak
wajar (creative accounting); dan (e) kurang patuh terhadap kebijakan organisasi
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
UNDP (2007) menegaskan kembali bahwa kondisi yang dialami oleh
perekonomian Indonesia lebih kompleks lagi, yakni disamping lima hal yang
telah disebutkan di atas, penyebab krisis di Indonesia juga ditambah lagi dengan
munculnya dualisme dalam praktik usaha. Dualisme tersebut mencakup adanya
kebijakan pemerintah yang positif, antara lain semangat deregulasi dalam arus
pasar bebas, disisi lainnya adalah orientasi yang negatif berupa indikasi tingkat
korupsi yang tinggi. Orientasi positif dan negatif ini mencerminkan kondisi
pengelolaan perusahaan yang tidak baik
Hadirnya Good Corporate Governance dalam pemulihan krisis di Indonesia
menjadi mutlak diperlukan, mengingat Good Corporate Governance
mensyaratkan suatu pengelolaan yang baik dalam sebuah organisasi. GCG
merupakan sistem yang mampu memberikan perlindungan dan jaminan hak
kepada stakeholders, termasuk di dalamnya adalah shareholders, lenders,
employees, executives, government, customers dan stakeholders yang lain.
Pada negara maju, Good Corporate Governance sudah lama menjadi
masalah yang populer dibicarakan orang. GCG meskipun bukanlah konsep baru
tetapi pemahaman atas GCG masih banyak yang keliru. Hal ini dikarenakan
mereka menafsirkan sesuai kepentingannya. Kalangan bisnis umumnya
menafsirkan GCG sebatas bagaimana perusahaan menaikan laba, menempatkan
manajer dan karyawannya, serta mencapai target yang telah ditetapkan bahkan
yang lebih sempit lagi sebagai masalah pembagian kekuasaan. Sementara para
pejabat dan wakil rakyat, umumnya menafsirkan GCG sebagai keharusan
perusahaan agar bermanfaat bagi pemerintah dan lingkungan sosialnya.
Salah satu prasyarat implementasi Good Corporate Governance (GCG) di
BUMN dan Perusahaan Publik Indonesia adalah keberadaan Komite Audit di
dalam organisasi perusahaan. Bagi BUMN, telah dikeluarkan Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara nomor: Kep-117/M-MBU/2002 (selanjutnya disingkat
Kep.Men 117/2002) tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance
pada BUMN/BUMD. Bagi perusahaan publik, Bapepam telah mengeluarkan
Surat Edaran Nomor: SE-03/PM/2000 (Selanjutnya disingkat Bapepam SE-03)
dan Direksi BEJ (sekarang menjadi BEI) telah mengeluarkan Surat Direksi no:
Kep. 339/BEJ/07-2001 (selanjutnya disingkat BEJ Kep 339, yang kemudian
dituangkan lebih rinci dalam Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: tentang
Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa). Ketiga rujukan
tersebut, mengharuskan hal yang sama bagi BUMN dan Perusahaan Publik bahwa
dalam rangka penyelenggaraan GCG, mereka wajib memiliki Komite Audit
sebagai sub-komite dari fungsi Dewan Komisaris yang diharapkan berfungsi
efektif dalam hal-hal yang terkait dengan proses dan peran audit bagi perusahaan
terutama dalam pelaporan hasil audit keuangan perusahaan yang dipaparkan
untuk publik.
Komite Audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan
internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and
balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang
lebih maksimal kepada nilai pemegang saham. Tugas dari Komite Audit pada
prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam melakukan fungsi
pengawasan atas kinerja perusahaan terutama berkaitan dengan review sistem
pengendalian internal perusahan, memastikan kualitas laporan keuangan, dan
meningkatkan kualitas fungsi audit.
Beberapa penelitian telah melaporkan hasil penelitian tentang hubungan
komite audit dan kualitas pelaporan keuangan. Klien (2001) dalam Suryana
(2005) menyebutkan bahwa beberapa penelitian cenderung untuk mendukung
keberadaan Komite Audit, karena meningkatkan kualitas pelaporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryana (2005) tentang pengaruh Komite Audit
terhadap kualitas laba. Hasil pengujian menunjukan adanya perbedaan koefisien
respon laba perusahaan yang membentuk Komite Audit dan perusahaan yang
tidak membentuk Komite Audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasar
menilai laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk Komite Audit
memiliki kualitas yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan
yang tidak membentuk komite audit. Koefisien respon laba yang lebih tinggi
untuk perusahaan yang membentuk komite audit menunjukan bahwa pasar
menilai komite telah melaksanakan perannya dengan baik, terutama dalam
memonitor proses pelaporan keuangan.
Disisi lain, mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan dimasa depan yang
sedang disiapkan melalui proses belajar dalam perkuliahan dinilai harus dapat
menghadapi tantangan dan peluang dalam dunia kerja. mahasiswa dituntut dapat
mempersiapkan diri sedini mungkin untuk menghadapi isu dan masalah yang
berkembang dalam profesinya. Karena itu mahasiswa akuntansi seharusnya
memiliki persepsi yang positif terhadap profesi dan lingkungan kerja mereka di
masa yang akan datang.
Persepsi mahasiswa akuntansi sebagian besar dipengaruhi oleh
lingkungannya, yaitu dunia perkuliahan. Untuk itu peranan akuntan pendidik
dalam mendidik mahasiswa akuntansi memegang andil yang sangat penting
dalam memberikan pemahamannya, agar persepsi mahasiswa tidak menyimpang
dari koridor pengertian yang sesungguhnya. Karena itu para akuntan pendidik
seharusnya memberikan persepsi yang positif tentang lingkungan kerja selama
proses kuliah.
Seperti yang dikutip dari Syukri Abdullah dan Syukur Selamat (2002)
dalam penelitian tentang persepsi mahasiswa akuntansi tehadap profesi akuntan
publik yang menuliskan:
“Pendidikan akuntansi selayaknya diarahkan untuk memberi pemahaman
konseptual yang didasarkan pada konsep penalaran sehingga akhirnya ketika
masuk ke dalam dunia praktik dapat beradaptasi dengan keadaan sebenarnya
dan memiliki resistance to change yang rendah terhadap gagasan perubahan
atau pembaruan yang menyangkut profesinya (Suwardjono, 1992:167)”.
Martadi dan Sri (2006) meneliti tentang persepsi akuntan, mahasiswa
akutansi, dan karyawan bagian akutansi dipandang dari segi gender terhadap etika
bisnis dan etika profesi (studi di wilayah Surakarta). Berdasarkan hasil uji
Independent-Samples t-test dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
persepsi yang signifikan antara akuntan pria, mahasiswa akuntansi, dan karyawan
bagian akuntansi dengan akuntan wanita, mahasiswi akuntansi, dan karyawan
bagian akuntansi terhadap etika bisnis.
Dengan melihat gambaran tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian bagaimana pandangan akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi
tentang peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
Untuk itu peneliti mencoba melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi
yang berjudul ”Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi
Terhadap Peran Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate
Governance”.
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang ingin diteliti adalah:
1. Apakah tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan
pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam
mewujudkan Good Corporate Governance.
2. Apakah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik
dan mahasiswa akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan
Good Corporate Governance.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan persepsi antara
akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap Peran Komite Audit
dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
2. Manfaat Penelitian
1) Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya, serta dapat memberikan wacana bagi
perkembangan studi akuntansi.
2) Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan serta
memunculkan kesadaran akan pentingnya tatakelola perusahaan yang
baik.
3) Peneliti
Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat sebagai wahana
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh diperguruan tinggi serta
menanamkan wawasan dan pengalaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
Pengertian persepsi merupakan proses untuk memahami lingkungannya
meliputi objek, orang, dan simbol atau tanda yang melibatkan proses kognitif
(pengenalan). Proses kognitif adalah proses dimana individu memberikan arti
melalui penafsirannya terhadap rangsangan (stimulus) yang muncul dari objek,
orang, dan simbol tertentu. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan,
pengorganisasian, dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara
yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Hal ini terjadi karena
persepsi melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu, maka masing-masing
objek akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama
(Gibson, 1996: 134, dalam Martadi dan Sri, 2006).
Menurut Ikhsan (2008:57) pengertian persepsi bagaimana orang-orang
melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek serta manusia. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), persepsi didefinisikan sebagai
tanggapan (penerimaaan) langsung dari sesuatu; serapan atau proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”.
Sedangkan dalam Wikipedia (2009) persepsi diartikan sebagai proses
pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus.
Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Dan
menurut Zamroni (2006), persepsi adalah proses kognitif yang alami bagi setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik melalui penglihatan,
pendengaran, penerimaan dan penghayatan perasaan.
Menurut Walgito (1997: 53) dalam Martadi dan Sri (2006) agar individu
dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, maka ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi, yaitu:
1) Adanya objek yang dipersepsikan (fisik).
2) Adanya alat indera atau reseptor untuk menerima stimulus (fisiologis).
3) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan
persepsi (Psikologis).
Persepsi (perception) merupakan konsep yang sangat penting dalam
psikologi. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia
terlihat “berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia
yang bersangkutan. Persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari manusia
dalam memilah, mengelompokkan, serta memberikan makna pada informasi yang
diterimanya. Misalnya, benda berwarna merah akan memberikan sensasi warna
merah, tapi orang tertentu akan merasa bersemangat ketika melihat warna merah
itu.
Dalam Wikipedia (2009) proses pemahaman terhadap rangsang atau
stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi
beberapa jenis, antara lain:
1) Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah
persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi
bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan
topik utama dari bahasan persepsi secara umum.
2) Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3) Persepsi perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4) Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman
yaitu hidung.
5) Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu
lidah.
Persepsi bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Rakhmat (57:2008),
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:
1) Faktor fungsional, berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu,
motivasi, harapan dan keinginan, perhatian, emosi dan suasana hati dan
hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal.
2) Faktor struktural, berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang
ditimbulkannya pada sistem syaraf individu.
3) Faktor kebudayaan, kultur atau kebudayaan dimana individu tumbuh
dan berkembang, akan turut pula menentukan proses persepsi seseorang.
Persepsi dapat dipengaruhi pula oleh faktor pengalaman, proses belajar,
cakrawala dan pengetahuan seseorang. Faktor pengalaman dan proses belajar atau
sosialisasi memberikan struktur terhadap apa yang dilihat, sedangkan
pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek yang diamati.
Persepsi dapat dikatakan rumit karena walaupun persepsi merupakan
pertemuan antara proses kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak
melibatkan kegiatan kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran,
ingatan, pikiran, dan bahasa, maka dengan demikian persepsi bukanlah cerminan
yang tepat dari realitas.
Dari definisi di atas maka pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah
merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dalam
perkataan lain, persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli). Karena persepsi merupakan pandangan seseorang dan dapat
berbeda antara satu dengan yang lainnya, maka persepsi bersifat subjektif.
B. Komite Audit
1. Pengertian Komite Audit
Pengertian Komite Audit menurut Arens (2008), komite audit adalah:
“An audit committee is a selected number of members of company’s board of
directors whose responsibilities include helping auditors remain independent
of management. Most of audit committees are made up of three to five or
sometimes are many as seven directors who are not a part of company
management”.
Menurut Amin Widjaya Tunggal (2009), mendefinisikan komite audit
sebagai berikut:
“Komite Audit adalah sub panitia dari board of directors yang terdiri dari
direksi independen dari luar perusahaan; panitia audit mempunyai tanggung
jawab pengawasan untuk pelaporan luar perusahaan, pemonitoran risiko dan
proses pengendalian serta internal audit dan eksternal audit”.
Dalam peraturan Nomor IX.1.5 Keputusan ketua Bapepam Nomor : Kep-
29/PM/2004, komite audit didefinisikan sebagai berikut:
“Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam
rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya”.
Sedangkan menurut keputusan direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor:
Kep/315/BEJ/06/2000 tanggal 30 juni 2000 yang dikutip dari Amin Widjaya
Tunggal (2003), pengertian Komite Audit adalah sebagai berikut:
“Komite Audit adalah Komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris
perusahaan yang tercatat, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh
Dewan Komisaris perusahaan tercatat untuk membantu Dewan Komisaris
tercatat melakukan pemeriksaan suatu penelitian yang dianggap perlu
terhadap pelaksanaan dalam pengelolahan perusahaan tercatat”.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002)
mengemukakan Komite Audit sebagai berikut:
“Komite Audit sebagai Komite yang beranggotakan Komisaris Independen,
dan terlepas dari kegiatan manajemen sehari-hari dan mempunyai tanggung
jawab utama untuk membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan
tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan dengan
kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal dan sistem pelaporan
keuangan”.
Dari definisi-definisi tentang Komite Audit diatas dapat disimpulkan
peneliti sebagai berikut:
1) Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris.
2) Komite Audit diangkat dan diberhantikan oleh Dewan Komisaris.
3) Komite Audit menerima pendelegasian wewenang dari Dewan
Komisaris untuk mengawasi pelaksanaan tugas direksi dalam
mengoperasionalkan perusahaan.
4) Komite Audit bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.
Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance), BEI mewajibkan perusahaaan tercatat wajib memiliki
komisaris independen dan Komite Audit. Keanggotaan Komite Audit sekurang-
kurangnya 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen perusahaan
tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan pihak lain adalah pihak
ekstern yang independen dan sekurang-kurangnya salah seorang memiliki
kemampuan dibidang akuntansi dan keuangan (Sanjaya, 2005).
2. Tugas dan Wewenang Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor:
PER-05/MBU/2006, Komite Audit harus bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan
tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggung jawab langsung kepada
Dewan Komisaris. Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada
Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi
kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas
Dewan Komisaris.
Sesuai dengan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: KEP-29/PM/2004,
tugas dari Komite Audit antara lain meliputi:
1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan
lainnya;
2) Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal dan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan;
3) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal;
4) Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi
perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi;
5) Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atau Perusahaan Publik; dan
6) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan.
Sedangkan wewenang yang dimiliki oleh Komite Audit adalah sebagai
berikut:
1) Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya;
2) Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan;
3) Mengusahaakan saran hukum dan saran professional lainnya yang
independen apabila dipandang perlu;
4) Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman yang sesuai,
apabila dianggap perlu.
3. Peran dan Tanggung Jawab Komite Audit
Peran dan tanggung jawab Komite Audit harus dengan jelas tercantum
dalam ketentuan-ketentuan Audit Committee Charter. Peran dan tanggung jawab
Komite Audit akan berlainan tergantung kondisi suatu perusahaan tertentu,
namun, pada dasarnya akan mengarah pada pemberian bantuan kepada Dewan
Komisaris dalam melaksanakan tugasnya tentang pengendalian intern dan
pelaporan keuangan dan manajemen.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2002),
Komite Audit mempunyai peran dan tanggung jawab atas tiga bidang berikut:
1) Laporan Keuangan (financial reporting)
Tanggung jawab Komite Audit dibidang laporan keuangan adalah
untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang:
a. Kondisi keuangan;
b. Hasil usahanya;
c. Rencana dan komitmen jangka panjang.
Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah:
a. Merekomendasikan auditor eksternal;
b. Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu:
1. Surat penunjukan auditor.
2. Perkiraan biaya audit.
3. Jadwal kunjungan auditor.
4. Koordinasi dengan internal audit.
5. Pengawasan terhadap hasil audit.
6. Menilai pelaksanaan pekerjaan auditor.
c. Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang
menyangkut kebijaksanaan.
d. Meneliti laporan keuangan (financial statement) yang meliputi:
1. Laporan paruh tahun (interim financial statement).
2. Laporan tahunan (financial statement).
3. Opini auditor dan management letters.
Khusus tentang penilaian atas kebijakan akuntansi dan keputussan
suatu kebijaksanaan, dapat dilakukan secara efektif dengan
memperoleh suatu rangkuman yang singkat tentang semua kebijakan
akuntansi yang mendasari laporan keuangan yang diperoleh dari
pejabat dalam bidang akuntansi.
2) Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Tanggung jawab Komite Audit dalam Corporate Governance adalah
untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya
dengan beretika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap
benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakuan oleh karyawan
perusahaan.
Ruang lingkup dalam pelaksanaan bidang ini adalah:
a. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan
dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan
dan kecurangan.
b. Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang
ditunda serta yang menyangkut masalah Corporate Governance
dalam hal mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait
didalamnya.
c. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan
kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan dan
kecurangan.
d. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan
Corporate Governance dan temuan-temuan penting lainnya.
3) Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)
Tanggung jawab Komite Audit untuk pengawasan perusahaan termasuk
di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi
mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor
proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang
lingkup auditor internal harus meliputi pemeriksaan dan penilaian
tentang kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan intern.
Pengawasan perusahaan dalam hal ini menyangkut manajemen risiko
dan kontrol. Dalam hal ini peran dan tanggung jawab Komite Audit
adalah:
a. Mengawasi proses manajemen risiko dan kontrol, termasuk
identifikasi risiko dan evaluasi dan kontrol untuk mengecilkan
risiko tersebut.
b. Mengawasi laporan auditor internal dan auditor eksternal untuk
memastikan bahwa setiap bidang kunci risiko dan kontrol
diperhatikan.
c. Menjamin bahwa pihak manajemen melaksanakan semua
rekomendasi yang terkait dengan risiko dan kontrol, yang dibuat
oleh auditor internal dan auditor eksternal.
4. Lingkup Kerja Komite Audit
Komite Nasional Good Corporate Governance (2002) menjelaskan bahwa
kerangka fungsional Komite Audit harus terdiri dari:
1) Piagam Komite Audit (Audit Committee Charter)
Komite Audit harus mempunyai suatu Audit Committee Charter (atau
ketentuan tertulis) yang menetapkan secara jelas peran dan tanggung
jawab Komite Audit dan lingkup kerjanya.
Audit Committee Charter tersebut termasuk di dalamnya:
a. Sasaran dan kekuatan menyeluruh;
b. Peran dan tanggung jawab;
c. Struktur;
d. Syarat-syarat keanggotaan;
e. Rapat dan pertemuan;
f. Pelaporan; dan
g. Kinerja.
Audit Committee Charter disiapkan oleh Komite Audit dan disetujui
oleh Dewan Komisaris. Serta Audit Committee Charter harus dikaji
ulang setiap tahun oleh Komite Audit dan Dewan Komisaris.
2) Struktur
Komite Audit harus terdiri dari individu-individu yang mandiri dan
tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dalam manajemen yang
mengelola perusahaan, dan yang memiliki pengalaman untuk
melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif.
Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris. Anggota Komite Audit
diangkat oleh Dewan Komisaris atau setidaknya oleh Komite
Nominasi. Anggota Komite Audit terdiri dari orang-orang yang
independen, seperti Komisaris yang tidak terlibat dalam pengurusan
perusahaan dan pihak-pihak yang terafiliasi. Komite audit paling
sedikit terdiri atas 3 orang anggota. Perlu dicatat, berdasarkan praktek
dan pengalaman dalam lingkup internasional, kebanyakan dari komite
audit yang efektif terdiri dari 3 sampai 5 anggota.
3) Rapat dan Pertemuan
Penting artinya, bahwa rapat dan pertemuan Komite Audit
direncanakan dan dipersiapkan dengan cukup baik. Ketua Komite harus
bertanggung jawab atas agenda dengan bahan-bahan pendukung yang
diperlukan.
a. Komite Audit harus mengadakan rapat paling sedikit setiap tiga
bulan.
b. Anggota Komite Audit harus menghadiri rapat-rapat ini, termasuk
rapat dengan pihak luar yang diundang sesuai keperluan. Pihak-
pihak luar tersebut antara lain komisaris, manajemen senior, kepala
auditor internal dan audit eksternal.
c. Rapat harus diadakan sesuai agenda yang telah disepakati.
d. Hasil rapat-rapat harus direkam dalam notulen, dan dibagi-bagikan
kepada para peserta rapat semuanya.
5. Hubungan Kerja
Hubungan kerja Komite Audit termasuk antara lain dengan:
1) Auditor eksternal
Auditor eksternal biasanya akan melapor kepada direktur yang
bertanggung jawab atas aktivitas keuangan perusahaan. Namun
sehubungan dengan perannya untuk mengadakan pengawasan eksternal
audit, maka Komite Audit harus:
a. Memberikan rekomendasi tentang pengangkatan dan/atau
penggantian auditor eksternal,
b. Meninjau surat pengangkatan auditor eksternal,
c. Meninjau biaya untuk eksternal audit,
d. Meninjau lingkup dan perencanaan audit eksternal,
e. Meninjau laporan audit eksternal,
f. Meninjau management letters audit eksternal,
g. Memonitor kinerja auditor eksternal,
h. Memastikan, bahwa auditor eksternal bekerja sesuai dengan standar
profesional yang bersangkutan, khususnya dalam hubungan dengan
independensi.
2) Auditor internal
Institute Internal Auditors (IIA) menganggap bahwa Komite Audit dan
auditor internal mempunyai tujuan yang sama. Suatu hubungan kerja
yang baik dengan auditor internal dapat membantu Komite Audit dalam
pelaksanaan tanggung jawabnya kepada Dewan Komisaris, para
pemegang saham dan pihak luar lainnya. Walau kepala auditor internal
adalah bagian dari manajemen dan harus melapor kepada Direktur
Utama, namun kepala auditor internal harus juga dapat melapor (“garis
putus-putus”) kepada Komite Audit. Oleh karena itu, sehubungan
dengan perannya untuk mengawasi fungsi auditor internal, Komite
Audit dapat:
a. Memberikan rekomendasi terhadap pengangkatan dan/atau
penggantian kepala auditor internal yang ditunjuk oleh Direktur
Utama;
b. Meninjau Internal Audit Charter;
c. Meninjau struktur fungsi audit internal,
d. Meninjau rencana tahunan audit internal,
e. Memastikan bahwa fungsi audit internal mempunyai metodologi,
alat dan sumber yang memadai untuk memenuhi internal audit
charter dan mengerjakan rencana tahunan audit intern,
f. Meninjau semua laporan audit internal,
g. Memonitor kinerja fungsi audit internal, dan
h. Memastikan bahwa fungsi audit internal memenuhi standar
profesional yang bersangkutan.
3) Manajemen.
Disamping bidang khusus keuangan, risiko dan kontrol, dan Corporate
Governance, Komite Audit dapat mempertimbangkan suatu rangkaian
pokok persoalan yang lebih luas, dan ini dapat diserahkan secara khusus
oleh Dewan Komisaris, yaitu:
a. Manajemen harus mempergunakan Komite Audit untuk membantu
mereka dalam pelaksanaan peran dan tanggung jawab sebagaimana
ketentuan yang berlaku.
b. Karenanya, sehubungan dengan perannya untuk mengawasi
Corporate Governance, Komite Audit harus mengadakan
pertemuan dengan manajemen secara berkala untuk membicarakan
‘secara terbuka’ semua pokok-pokok persoalan, yang dapat
mempengaruhi kinerja finansial atau non-finansial organisasi.
C. Good Corporate Governance
1. Pengertian Good Corporate Governance
Sebagai sebuah konsep, Good Corporate Governance (GCG) tidak memiliki
definisi tunggal. Menurut Organization For Economic Corporation And
Development (OCED dalam Pratolo, 2007), mendefinisikan sebagai berikut:
” Corporate governance is the system by which business corporations are
directed and controlled. The corporate governance structure specifies the
distribution of rights and responsibilities among different participants in the
corporate, such as the board, the managers, shareholders and other
stekeholders, and spells out the rules and procedure for making decisions on
corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the
company objectives are set, and the means of ataining those objectives and
monioring performance”.
Sedangkan menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
adalah:
“Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan”.
Adapun definisi Good Corporate Governance dari Cadbury Committee
(Arifin, 2008) adalah:
“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers,
creditors, the government, employees and internal and external stakeholders
in respect to their rights and responsibilities”.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006, mendefinisikan Good
Corporate Governance sebagai berikut:
“Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi
(independency), dan kewajaran (fairness)”.
Pengertian lain GCG menurut Surat Keputusan Menteri Negara/Kepala
Badan Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. 23/M PM/BUMN/2000
tentang Pengembangan Praktik GCG dalam Perusahaan Perseroan (PERSERO),
“Good Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang
perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-
mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud
dan tujuan perusahaan”.
Definisi GCG di Indonesia secara harfiah, governance kerap diterjemahkan
dengan “pengaturan”. Adapun dalam konteks GCG, governance sering juga
disebut tata pamong. Namun tampaknya secara umum dikalangan pebisnis, istilah
GCG diartikan tata kelola perusahaan. Kemudian, GCG didefinisikan sebagai
suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan
guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara
berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan
dan norma yang belaku.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, nampak dengan jelas bahwa GCG
merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan
kewajibannya masing-masing.
2. Asas Good Corporate Governance
Dalam pedoman umum Good Corporate Governance Indonesia yang
dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006), ada 5
asas yang harus diterapkan pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran
perusahaan, yaitu:
1) Transparansi (Transparency)
Informasi keuangan harus disajikan secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan haknya. Untuk menjaga objektivitas dalam
menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditor dan pemangku kepentingan
lainnya.
2) Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu suatu entitas harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3) Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4) Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5) Kesteraraan dan Kewajaran (Fairness)
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-
hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta
menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
Menurut Amin Wijaya Tunggal (2003), pada dasarnya GCG tidak dapat
berdiri begitu saja tanpa ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Adapun pihak-
pihak yang terlibat dalam penerapan GCG yaitu:
1) Pemegang Saham
Pemegang Saham adalah orang atau individu-individu atau suatu
institusi yang mempunyai hak dan kewajiban akan suatu perusahaan
sesuai dengan saham yang disetornya.
2) Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme
untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan.
Oleh karena itu maka peran Dewan Komisaris adalah menilai sistem
penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci, memonitor dan
mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen,
anggota dewan komisaris dan direksi, memonitor pelaksanaan
governance, dan mengadakan perubahan jika perlu, dan memantau
proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi perusahaan.
3) Direksi
Direksi bertugas untuk mengelola perseroan agar dapat mencapai tujuan
perusahaan, dan direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS.
4) Komite Audit
Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang
independen kepada Dewan Komisaris serta mengidentifikasikan hal-hal
yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris mengenai pelaksanaan
audit internal di perseroan.
5) Sekretaris Perusahaan
Fungsi sekretaris perusahaan harus dilaksanakan oleh salah seorang
direktur perusahaan tercatatat atau pejabat perusahaan tercatat yang
khusus ditunjuk untuk menjalankan fungsi tersebut. Sekretaris
perusahaan harus memiliki akses terhadap informasi material dan
relevan berkaitan dengan perusahaan tersebut dan menguasai peraturan
perundang-undangan pasar modal khususnya yang berkaitan dengan
masalah keterbukaan.
6) Manajer dan Karyawan
Manajer menempati posisi yang strategik karena pengetahuan mereka
dan pengambilan keputusan dari hari ke hari. Manajer profesional
biasanya mengambil peran penting dalam organisasi besar, sumber
kekuasaan manajer dari kombinasi manajerial dan tanggung jawab
organisasional yang diberikan untuk melaksanakan pekerjaan yang
diperlukan. Karyawan khususnya yang diwakili serikat pekerja atau
mereka memiliki saham dalam perusahaan dapat mempengaruhi
kebijakan tata kelola perusahaan tertentu.
7) Auditor Internal
Auditor Internal bertanggung jawab kepada direktur utama dan memiliki
akses langsung ke Komite Audit. Hal ini memberikan ruang gerak yang
lebih fleksibel kepada auditor internal dalam melaksanakan tugasnya.
Auditor internal membantu manajemen senior dalam menilai risiko-
risiko utama yang dihadapi perusahaan dan mengevaluasi struktur
pengendalian.
8) Auditor Eksternal
Auditor Eksternal bertanggung jawab memberikan opini atau pendapat
terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan auditor independen
adalah ekspresi dari opini profesional mereka mengenai laporan
keuangan. Meskipun laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen, auditor eksternal bertanggung jawab untuk menilai
kewajaran pernyataan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan.
9) Stakeholders lainnya
Pemerintah terlibat dalam corporate governance melalui hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama mengenai
kewajiban perusahaan dalam hal perpajakan. Kreditor yang memberikan
pinjaman memungkinkan juga mempengaruhi kebijakan perusahaan.
D. Peran Komite Audit dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Upaya mewujudkan Good Corporate Governance salah satunya antara lain
dilakukan melalui pembentukan Komite Audit yang tugasnya adalah membantu
Dewan Komisaris dalam mengawasi manajemen perusahaan (Utama, 2004).
Dewan Komisaris harus menganggap dirinya sebagai Wakil Pemegang Saham di
perusahaan sehingga kepentingan utama mereka adalah kepentingan Pemegang
Saham secara keseluruhan bukan kepentingan individu. Tugas Dewan Komisaris
adalah mengawasi jalannya perusahaan secara keseluruhan, selanjutnya kendala
daya serap Dewan Komisaris terhadap informasi teknis pengendalian manajemen,
laporan keuangan, serta auditing, dapat diatasi dengan kehadiran Komite Audit.
Kompetensi yang dimiliki anggota Komite Audit dapat menjembatani
kebutuhan Dewan Komisaris akan peran auditing dan pengendalian internal yang
efektif dengan kendala daya serap terhadap masalah-masalah yang unik dan
teknis dalam akuntansi, auditing dan pengendalian intern. Komite Audit secara
khusus juga mengawasi mutu dan hasil audit, baik yang dilakukan oleh auditor
eksternal maupun auditor internal. Disamping itu Komite Audit juga mencermati
dan membahas isu-isu atau temuan yang signifikan oleh auditor.
Karena Komite Audit adalah satuan yang membantu Dewan Komisaris yang
independen dari perusahaaan, maka selain kompetensi, prasyarat lain yang
dimiliki adalah independensi. Independensi diperlukan agar Komite Audit tidak
dapat diganggu gugat oleh manajemen dan tidak mengurangi kemandiriannya
dalam menyatakan sikap dan pendapat.
Menurut Sanjaya (2005), untuk menjaga agar Komite Audit diakui sebagai
pihak independen, maka anggota Komite Audit harus bebas dari setiap kewajiban
kepada perusahaan tercatat dan tidak memiliki suatu kepentingan tertentu
terhadap perusahaan tercatat atau direksi atau komisaris perusahaan tercatat dan
bebas dari keadaan yang dapat menyebabkan pihak lain meragukan
independensinya.
Maka dari itu, untuk mewujudkan sebuah perusahaan yang memiliki budaya
Good Corporate Governance, unsur Komite Audit sangat diperlukan untuk
menjalankan fungsinya agar pengawasan terhadap manajemen dapat lebih efektif.
Komite Audit sebagai salah satu organ yang diharapkan menjadi pilar penegakan
GCG di perusahaan yang mempunyai kecakupan tugas yang sangat strategis yaitu
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi Direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan dan
melaksanakan tugas penting pada sistem pelaporan keuangan melalui pengawasan
terhadap proses pelaporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen dan auditor
independen.
Dalam praktiknya, Komite Audit dapat melakukan hal-hal yang sesuai
dengan wewenangnya, seperti:
1) Menyusun kerangka kerja untuk manajemen risiko (Risk Management
Framework).
2) Mengembangkan Internal Audit Charter.
3) Memantapkan pengendalian intern.
4) Meningkatkan kesadaran akan tata kelola perusahaan yang baik dan
penerapannya.
5) Meminta Dewan Komisaris untuk mengadopsi Audit Committee Charter.
6) Meminta Dewan Komisaris untuk mengadakan pertemuan rutin dengan
Komite Audit untuk memastikan pendekatan yang sama dalam
menangani permasalahan yang ada dalam proses penelaahan.
E. Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti tentang persepsi. Martadi dan Sri
(2006) meneliti tentang persepsi akuntan, mahasiswa akutansi, dan karyawan
bagian akutansi dipandang dari segi gender terhadap etika bisnis dan etika profesi
(studi di wilayah surakarta). Berdasarkan hasil uji Independent-Samples t-test
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara
akuntan pria, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi dengan
akuntan wanita, mahasiswi akuntansi, dan karyawan bagian akuntansi terhadap
etika bisnis.
Nurlita dan Radianto (2008) menguji tentang persepsi mahasiswa akuntansi
terhadap etika penyusunan laporan keuangan. Dimana penelitianya merupakan
replikasi dari penelitian yang dilakukan Yulianti dan Fitriani (2005), namun
obyek penelitiannya diambil dari mahasiswa sebuah perguruan tinggi di
Yogyakarta. Hasil penelitian hipotesis pertama menunjukkan bahwa ada
perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa yang sudah mengambil
pendidikan etika dengan mahasiswa yang belum mengambil pendidikan etika.
Sedangkan hasil hipotesis kedua menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan
persepsi yang signifikan mengenai tanggung jawab terhadap pengguna dalam
laporan keuangan antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah
pendidikan etika dengan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah
pendidikan etika.
Selain penelitian tentang persepsi tidak sedikit pula penelitian yang dilakukan
tentang Komite Audit dan GCG. Herawati dan Susana (2007) meneliti tentang
analisis pengaruh independensi, mekanisme corporate governance, dan kualitas
audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasilnya menujukan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari independensi, mekanisme corporate governance,
dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2005), yang meneliti hubungan
antara Good Corporate Governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja
keuangan. Penelitiannya dilakukan pada perusahaan yang listing di Bursa Efek
Jakarta pada tahun 2001 dan 2002. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara kelengkapan disclosure dengan kinerja perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suryana (2005) tentang pengaruh Komite
Audit terhadap kualitas laba. Hasil pengujian menunjukan adanya perbedaan
koefisien respon laba perusahaan yang membentuk komite audit dan perusahaan
yang tidak membentuk komite audit. Pengujian dengan menggunakan metode
FSCM dan CRSM menunjukan hasil yang sama bahwa koefisien respon laba
perusahaan yang membentuk komite audit secara statistis lebih besar daripada
perusahaan yang tidak membentuk komite audit. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pasar menilai laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk
komite audit memiliki kualitas yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan
oleh perusahaan yang tidak membentuk komite audit. Koefisien respon laba yang
lebih tinggi untuk perusahaan yang membentuk komite audit menunjukan bahwa
pasar menilai komite telah melaksanakan perannya dengan baik, terutama dalam
memonitor proses pelaporan keuangan.
F. Kerangka Teoritis
Meskipun bukan hal yang baru, Komite Audit merupakan hal yang perlu
diketahui mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan dimasa depan, dan dosen
yang merupakan salah satu sumber informasi utama bagi mahasiswa tentang
dunia kerjanya, maka peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi
antara mahasiswa akuntansi dan akuntan pendidik terhadap peran Komite Audit
dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
Maka berdasarkan landasan teori di atas dapat dibuat suatu kerangka model
penelitian sebagai berikut:
Persepsi
Mahasiswa
Akuntansi
Akuntan
Pendidik Peran Komite Audit
dalam mewujudkan
Good Corporate
Governance
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
G. Hipotesis
Dari kerangka pemikiran diatas, maka dapat dibuat hipotesis, yaitu:
- Ho (Hipotesis Nol):
Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate
Governance.
- Ha (Hipotesis Alternatif)
Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi
terhadap peran Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate
Governance.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti dan Sekolah
Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI). Yang menjadi
objek dari penelitian ini adalah akuntan pendidik dan mahasiswa jurusan
akuntansi tingkat menengah maupun akhir. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dimana peneliti bertujuan menguji perbedaan persepsi antara akuntan
pendidik dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap peran Komite Audit dalam
mewujudkan GCG. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian yang digunakan
bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara jelas dari penelitian ini.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas
Trisakti dan Sekolah Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia
(STEKPI). Populasi ini dipilih karena diharapkan dapat memberikan informasi
yang relevan disamping itu untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitinya berdasarkan kondisi masa kini.
Sampel pada penelitian ini adalah dosen akuntansi dan mahasiswa jurusan
akuntansi. Mahasiswa jurusan akuntansi dalam sampel hanyalah mahasiswa yang
telah mengambil mata kuliah auditing karena diasumsikan mahasiswa telah
memiliki pemahaman, dasar konseptual auditing , dan isu yang berkembang
tentang auditing lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum
mengambil mata kuliah auditing. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan judgement sampling, artinya pengumpulan data atas dasar strategi
kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (Hamid, 2007:29).
C. Metode Pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dengan mendatangi
langsung responden mahasiswa akuntansi dan dosen-dosen untuk diberikan
kuesioner. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna
mendukung penelitian ini, maka teknik pengumpulan data adalah:
1) Riset Lapangan
Adalah metode pengumpulan data dengan metodologi langsung pada objek
penelitian dengan menggunakan kuesioner.
2) Riset Kepustakaan
Riset ini dilakukan dengan mengutip dari literatur-literatur yang berkaitan
dengan permasalahan dengan penelitian ini.
Untuk jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data Primer
Menurut Indriantoro dan Supomo (2005 : 147) data primer adalah sumber
data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara). Adapun data tersebut diperoleh dengan cara
mengumpulkan data melalui sejumlah pernyataan, yang diajukan
kepada responden yaitu akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi
dengan cara memberikan kuesioner.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan
Supomo, 2005 : 147). Data sekunder yang digunakan merupakan telaah
literatur yang menunjukan landasan teoritis yang diperoleh penulis
dengan cara studi pustaka yaitu membaca buku referensi, majalah,
skripsi yang tidak dipublikasikan, dan jurnal-jurnal penelitian.
D. Metode Analisis
Dalam penelitian ini terdapat dua pengujian, yaitu:
1) Uji instrumen penelitian
Sebelum data diolah untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
pengujian instrumen dengan uji validitas dan reliabilitas untuk melihat
apakah data yang diperoleh dari responden dapat menggambarkan
secara tepat konsep yang diuji.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner. Dengan kata lain validitas ingin mengukur apakah
pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat
mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, 2006).
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Pearson Correlation.
Pengujian validitas dapat diperoleh dengan cara mengkorelasikan
skor yang diperoleh pada setiap item pernyataan dengan skor total
dari masing-masing pernyataan. Apabila Pearson Correlation yang
diperoleh memiliki nilai signifikan dibawah level 0.05 berarti data
yang diperoleh adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah
valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok yang
sama dengan alat ukur yang sama (Martadi dan Sri, 2006). Uji
reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul
data pada dasarnya menunjukan tingkat ketetapan, keakuratan,
kestabilan atau konsistensi instrumen tersebut dalam
mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu.
Untuk menguji reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan digunakan
teknik uji Cronbach’s alpha.
Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable), jika memberikan nilai
cronbach alpha diatas 0,6 (Ghozali, 2006). Sebagai pedoman
didasarkan pada ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.1:
Kategori Penilaian Tinggi Rendahnya Reliabilitas Instrumen.
Interval Koefisien Tingkat Reabilitas
0.200 Sangat rendah
0.200 – 0.399 Rendah
0.400 – 0.599 Cukup
0.600 – 0.799 Tinggi
0.800 – 1.00 Sangat tinggi
Sumber: Wahyono (2009)
2) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali:110, 2006). Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram
dari residualnya (Ghozali:110, 2006). Dasar pengambilan keputusan:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau arah grafik histogramnya menunjukan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau arah grafik histogram tidak
menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
3) Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini penulis menggunakan uji
statistik parametriks dengan menggunakan Independent Sample T-test
untuk mengetahui perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan
mahasiswa akuntansi. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho
ditolak, dan jika angka t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho tidak
dapat ditolak dan menolak Ha. (Abdullah & Selamat, 2002:76)
Menurut Santoso (1999) dalam Abdullah dan Selamat (2002), untuk
menentukan nilai t tabel ada beberapa langkah yang harus ditempuh:
a. Tentukan tingkat signifikansi (α).
b. Tentukan degree of freedom (df), atau derajat kebebasan yaitu: n-2.
c. Uji dilakukan dua sisi (two tailed test).
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah construct yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk
memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena
(Indriantoro dan Supomo, 2005). Varibel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun
dalam tinjauan pustaka maka operasional variabel penelitian dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1) Variabel Dependen
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa indonesia disebut sebagai variabel terikat
(endogen). Variabel endogen merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variabel independen (eksogen)
(Indriantoro dan Supomo, 65:2005). Penelitian ini menggunakan satu
variabel dependen, yaitu peran Komite Audit dalam mewujudkan Good
Corporate Governance.
2) Variabel independen
Menurut Indriantoro dan Supomo (2005), variabel independen adalah
tipe variabel yang menjelaskan atau memengaruhi variabel yang lain.
Dalam penelitian ini variabel independennya adalah persepsi akuntan
pendidik dan mahasiswa akuntansi.
Tabel 3.2:
Operasional Variabel Penelitian.
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
pengukuran
- Komite Audit Memahami aktivitas
Risiko Usaha dan
Keuangan
(Muhammad,
2007)
bisnis perusahaan.
- Memahami konsep hukum dan
ketentuan-ketentuan yang ada.
- Melakukan penelaahan tehadap
investasi perusahaan.
Skala Ordinal
Sistem dan
Pengendalian
Internal
(Muhammad,
2007)
- Memahami konsep akuntansi dan
audit perusahaan.
- Memahami sistem informasi
perusahaan.
- Memahami keuangan dan
pembelanjaan perusahaan.
- Memahami sistem pengendalian
perusahaan.
Skala
Ordinal
Hubungan dengan
Auditor
Eksternal
- Mengusulkan auditor eksternal.
- Mereview audit plan.
- Berkonsultasi dan membahas hasil
audit.
- Melakukan penelaahan auditor
eksternal.
Skala
Ordinal
Peran Komite
Audit Dalam
Mewujudkan
Good Corporate
Governance
Hubungan dengan
Auditor
Internal
- Melakukan penelaahan program
kerja dan fungsi internal audit.
- Melakukan penelaahan pelaksanaan
audit.
- Berkonsultasi dan
meriviewrekomendasi dari auditor
internal.
- Melakukan investigasi yang
diperlukan.
Skala
Ordinal
Laporan Keuangan
dan Kebijakan
Akuntansi
(Muhammad,
2007)
- Memahami analisis laporan
keuangan.
- Melakukan penelaahan informasi
keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan.
- Melakukan penelaahan terhadap
kebijakan akuntansi perusahaan dan
keputusan yang menyangkut
kebijaksanaan.
Skala
Ordinal
Penegakan asas
GCG
- Transparansi (transparency)
- Akuntabilitas (Accountability)
- Responsibilitas (Responsibility)
- Independensi (Independency)
- Kesteraraan dan Kewajaran
Skala
Ordinal
(Fairness)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti dan Sekolah Tinggi
Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI). Dan pada dasarnya
penelitian ini menganalisis persepsi atau pendapat dari dua kelompok, yaitu
akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner penelitian
secara langsung kepada responden, dan untuk akuntan pendidik beberapa
kuesioner dikirim melalui e-mail atau mail survey. Waktu penyebaran
kuesioner dilakukan pada awal bulan Januari sampai dengan pertengahan bulan
Februari 2010. Penyebaran kuesioner penelitian ini dilakukan secara rutin.
2. Karakteristik Responden
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 120 buah dengan tingkat proporsi
pembagian sebagai berikut:
a. Akuntan Pendidik (Dosen Akuntansi): jumlah kuesioner yang disebarkan
adalah sebanyak 35 buah kuesioner. Jumlah yang kembali adalah sebanyak
23 buah kuesioner atau 65.71%, dan jumlah kuesioner yang tidak kembali
adalah sebanyak 12 kuesioner atau 34.29%, (lihat tabel 4.1).
b. Mahasiswa akuntansi: jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak
85 buah kuesioner. Jumlah yang kembali adalah sebanyak 82 buah
kuesioner atau 96.47%, dan jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah
sebanyak 3 buah kuesioner atau 3.53%. Dari data yang kembali, sebanyak
7 buah kuesioner tidak dapat diolah karena mengisi kurang lengkap, (lihat
tabel 4.1).
Tabel 4.1:
Data Sampel Penelitian
No Keterangan
Akuntan
Pendidik % Mahasiswa %
1 Kuesioner yang disebar 35 100 85 100
2 Kuesioner yang tidak kembali 12 34.29 3 3.53
3 Kuesioner yang tidak dapat diolah 0 0 7 8.24
4 Kuesioner yang dapat diolah 23 65.71 75 88.23
Sumber: data primer yang telah diolah.
Gambar 4.1:
Chart Data Sampel Penelitian
Tabel 4.2 merangkum karakteristik responden yang merupakan akuntan
pendidik, terlihat dari jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 23 buah,
terdiri dari 9 responden laki-laki atau sebanyak 39.13% dan responden
perempuan sebanyak 14 orang atau 60.87%. Terdapat perbedaan yang tidak
terlalu signifikan terhadap jumlah responden laki-laki dan responden
perempuan.
Tabel 4.2:
Karakteristik Responden Akuntan Pendidik
No Keterangan Jumlah %
1 Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
9
14
39.13
60.87
Sumber: data primer yang telah diolah.
Gambar 4.2:
Chart Karakteristik Responden Akuntan Pendidik
Selanjutnya pada tabel 4.3 menggambarkan karakteristik responden yang
berasal dari mahasiswa akuntansi. Dari kuesioner yang dapat diolah didalamnya
terdiri dari 27 responden Laki-laki atau sebanyak 36% dan 48 responden
perempuan atau sebanyak 64%. Jika dilihat dari tingkat studi yang ditempuh
maka terdiri dari 24 responden berasal dari mahasiswa akuntansi tingkat
menengah atau sebanyak 32% dan 51 responden berasal dari mahasiswa
akuntansi tingkat akhir atau sebanyak 68%.
Tabel 4.3:
Karakteristik Responden Mahasiswa Akuntansi
No Keterangan Jumlah %
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
27
48
36
64
Semester/ tingkat
a. Menengah
24
32
b. Akhir 51 68
Sumber: data primer yang telah diolah.
Gambar 4.3:
Chart Karakteristik Responden Mahasiswa Akuntansi
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, penulis melakukan uji coba
(try out) atau pra-survey kepada 30 responden yang diberikan 23 butir
pernyataan untuk menguji validitas dan reabilitas dari seluruh pernyataan
tersebut. Setelah melihat hasil try out, penulis melakukan modifikasi terhadap
beberapa pernyataan sehingga pernyataan tersebut menjadi berjumlah 24 butir
pernyataan.
Kuesioner tentang peran Komite Audit terdiri dari enam sub variabel, yaitu
risiko usaha dan keuangan, sistem dan pengendalian internal, hubungan dengan
auditor eksternal, hubungan dengan auditor internal, laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi, dan penegakan asas Good Corporate Governance.
Kemudian dari enam sub variable terdiri dari 24 pernyataan.
Tabel 4.4:
Hasil Try out Kuesioner Instrumen Penelitian Persepsi Akuntan
Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Peran Komite Audit
Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Pernyataan Sig-2 Tailed Pearson Corelation Keterangan
Soal 1 0.000 0.708 Valid
Soal 2 0.000 0.618 Valid
Soal 3 0.093 0.313 Tidak Valid
Soal 4 0.000 0.607 Valid
Soal 5 0.000 0.683 Valid
Soal 6 0.000 0.619 Valid
Soal 7 0.015 0.440 Valid
Soal 8 0.268 0.152 Tidak Valid
Soal 9 0.002 0.551 Valid
Soal 10 0.506 0.126 Tidak Valid
Soal 11 0.000 0.685 Valid
Soal 12 0.002 0.541 Valid
Soal 13 0.004 0.513 Valid
Soal 14 0.058 0.350 Tidak Valid
Soal 15 0.532 - 0.119 Tidak Valid
Soal 16 0.000 0.615 Valid
Soal 17 0.000 0.658 Valid
Soal 18 0.000 0.738 Valid
Soal 19 0.023 0.415 Valid
Soal 20 0.003 0.524 Valid
Soal 21 0.000 0.664 Valid
Soal 22 0.030 0.396 Valid
Soal 23 0.001 0.589 Valid
Sumber: data primer yang telah diolah.
Dari hasil try out pada 30 sampel pada tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa dari
23 pernyataan terdapat 5 pernyataan yang tidak valid, yaitu butir pernyataan 3,
8, 10, 14 dan 15. Pearson Correlation kelima pernyataan tersebut memiliki
nilai signifikan (Sig) diatas level 0.05 berarti data yang diperoleh adalah tidak
valid (Ghozali, 2006).
Setelah memodifikasi kuesioner dan menyebarkan kembali kepada
responden maka dihasilkan validitas seperti digambarkan pada tabel 4.5.
Berdasarkan hasil uji validitas yang ditunjukan oleh tabel 4.5 diperoleh
kesimpulan bahwa dari 24 item pernyataan seluruhnya dinyatakan valid. Dari
tabel 4.5 Pearson Correlation yang ditunjukan memiliki nilai signifikan (Sig)
dibawah level 0.05 yang berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali,
2006).
Berdasarkan tabel r, dengan taraf signifikansi 95% dan N=98 maka
diperoleh derajat kebebasan/dk (degree of freedom / df) sebesar 96 (98-2).
Dengan kondisi tersebut maka r tabel diperoleh sebesar 0.197. karena semua
pernyataan dalam penelitian ini memiliki r hitung diatas 0.197 maka dapat
disimpulkan seluruh pernyataan dalam penelitian ini adalah valid (Wahyono :
248, 2009).
Tabel 4.5:
Hasil Kuesioner Instrumen Penelitian
Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Peran
Komite Audit Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance
Pernyataan Sig-2 Tailed Pearson Corelation Keterangan
Soal 1 0.000 0.622 Valid
Soal 2 0.000 0.503 Valid
Soal 3 0.000 0.412 Valid
Soal 4 0.000 0.519 Valid
Soal 5 0.000 0.613 Valid
Soal 6 0.000 0.702 Valid
Soal 7 0.000 0.533 Valid
Soal 8 0.001 0.331 Valid
Soal 9 0.000 0.451 Valid
Soal 10 0.000 0.501 Valid
Soal 11 0.000 0.647 Valid
Soal 12 0.000 0.470 Valid
Soal 13 0.000 0.449 Valid
Soal 14 0.000 0.488 Valid
Soal 15 0.000 0.405 Valid
Soal 16 0.000 0.656 Valid
Soal 17 0.000 0.686 Valid
Soal 18 0.000 0.666 Valid
Soal 19 0.000 0.445 Valid
Soal 20 0.000 0.350 Valid
Soal 21 0.000 0.524 Valid
Soal 22 0.000 0.602 Valid
Soal 23 0.000 0.484 Valid
Soal 24 0.000 0.497 Valid
Sumber: data primer yang telah diolah.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (kendalan)
alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan, dengan kata lain untuk
mengetahui konsistensi alat ukur (kuesioner). Pengujian reliabilitas dilakukan
dengan menghitung besarnya Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan
reliable jika nilai Cronbach Alpha > 0.60, sebaliknya jika nilai Cronbach
Alpha < 0.60 maka data dikatakan tidak reliable (Nunnally, 1967 dalam
Ghozali 2006).
Tabel 4.6:
Uji Reliabilitas
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.882 .885 24
Berdasarkan hasil analisis uji reabilitas tabel 4.6 diperoleh nilai Cronbach
Alpha sebesar 0.882, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran
konsistensi jawaban dari setiap responden untuk setiap pernyataan yang
digunakan terbukti reliable.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas ini brtujuan untuk menguji apakah dalam model penelitian
terdistribusi secara normal serta sebagai salah satu syarat agar uji Independent
Sample T-test dapat dilakukan. Dari tabel 4.7 terlihat bahwa group akuntan
pendidik memiliki P-value=0.200 untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorof-
Smirnov) dan P-value 0.633 untuk uji normalitas Shapiro-Wilk. Kedua P-value
lebih besar dari α=0.05 sehingga data yang berasal dari populasi yang
terdistribusi normal tidak dapat ditolak (Uyanto, 2009).
Demikian pula untuk group mahasiswa akuntansi memiliki P-value = 0.200
untuk uji normalitas Lilliefors (Kolmogorof-Smirnov) dan P-value 0.082 untuk
uji normalitas Shapiro-Wilk. Kedua P-value lebih besar dari α=0.05 sehingga
data yang berasal dari populasi yang terdistribusi normal tidak dapat ditolak
(Uyanto, 2009).
Tabel 4.7:
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
GROUP Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AKUNTAN
PENDIDIK
.094 23 .200* .968 23 .633 PERANAN KOMITE
AUDIT DALAM
MEWUJUDKAN GCG MAHASISWA
AKUNTANSI
.080 75 .200* .971 75 .082
Sumber: data primer yang telah diolah.
Gambar 4.4:
Normal Probability Plot Group Akuntan Pendidik
Dari gambar 4.1 Normal Probability Plot atau Normal Q-Q Plot untuk
group akuntan pendidik menunjukan bahwa titik-titik nilai data kurang lebih
dalam suatu garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa group akuntan
pendidik berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Gambar 4.5:
Normal Probability Plot Group Mahasiswa Akuntansi
Begitu pula pada gambar 4.2 Normal Probability Plot atau Normal Q-Q
Plot untuk group mahasiswa akuntansi menunjukan bahwa titik-titik nilai data
kurang lebih dalam suatu garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa group
akuntan pendidik berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
C. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji parametriks, yaitu
Independent Sample T-Test dengan menggunakan program SPSS 17.00 dengan
asumsi data terdistribusi secara normal. Dari hasil SPSS untuk pengujian
Independent Sample T-test maka didapatkan out put sebagai berikut:
Tabel 4.8:
Hasil SPSS (1)
Group Statistics
GROUP N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
AKUNTAN
PENDIDIK
23 96.61 7.953 1.658 PERAN KOMITE
AUDIT DALAM
MEWUJUDKAN
GCG MAHASISWA
AKUNTANSI
75 96.89 8.764 1.012
Sumber: data yang diolah
Dari hasi output SPSS yang pertama ini kita dapat melihat bahwa rata-rata
(mean) untuk akuntan pendidik adalah 96.91 dengan jumlah 23 orang dan
untuk mahasiswa akuntansi adalah 96.89 dengan jumlah 75 orang. Maka
dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan
pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan komite audit dalam
mewujudkan Good Corporate Governance. Untuk melihat apakah benar tidak
ada perbedaan secara nyata dalam statistik maka kita harus melihat out put
bagian kedua.
Tabel 4.9:
Hasil SPSS (2)
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of the
Difference
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Differenc
e Lower Upper
Equal
varianc
es
assume
d
.575 .450 -.139 96 .890 -.285 2.046 -4.346 3.777 PERAN
KOMITE
AUDIT
DALAM
MEWUJUDKA
N GCG Equal
varianc
es not
assume
d
-.147 39.794 .884 -.285 1.943 -4.212 3.642
Sumber: data Primer yang telah diolah
Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, pertama kita akan menguji
dahulu asumsi apakah variance kedua sampel tersebut sama (equal variances
assumed) atau memiliki variance yang tidak sama (equal variance not
assumed) dengan melihat Levene’s Test. Jika probabilitas > 0.05 maka Ho
tidak dapat ditolak jadi varians sama, namun jika probabilitas < 0.05 maka Ho
ditolak jadi varians berbeda atau Ha diterima (Ghozali : 58, 2006).
Terlihat dari hasil out put SPSS pada tabel 4.9 diatas bahwa F hitung
Levene’s Test sebesar 0.575 dengan probabilitas 0.450. karena probabilitas
lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan Ho diterima atau dapat
disimpulkan bahwa varians sampel populasi adalah sama.
Langkah kedua, melihat t-test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan
secara signifikan. Dari hasil out put SPSS pada tabel 4.9 diatas kita melihat
nilai pada equal variances assumed karena dari hasil Levene’s test populasi
memiliki varians yang sama, maka didapatkan nilai degree of freedom (df)
sebesar 96 dengan probabilitas signifikan sebesar 0.890 (two tailed), karena
probabilitas 0.890 > 0.05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi adalah sama secara signifikan atau dengan kata lain tidak terdapat
perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap
peranan Komite Audit dalam mewujudkan GCG.
D. Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan untuk memperkuat hipotesa yang telah didapatkan
dengan cara menguraikan jawaban setiap item pernyataan dari masing-masing
kelompok responden yaitu akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi mengenai
peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance yang
terbagi dalam empat aspek: risiko usaha dan keuangan, sistem dan pengendalian
internal, hubungan dengan auditor eksternal, hubungan dengan auditor internal,
laporan keuangan dan kebijakan akuntansi, dan penegakan asas Good Corporate
Governance.
1. Risiko Usaha dan Keuangan
a) Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang aktivitas bisnis
perusahaan.
Tabel 4.10:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (1)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi Skala
Penilaian
Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 2 2.67%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 2.67%
N 3 4 17.39% 4 5.33%
S 4 13 56.52% 42 56%
SS 5 6 26.09% 82.61% 27 36% 92%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Sebanyak 82.61% dari akuntan pendidik setuju bahwa Komite Audit harus
memiliki pemahaman tentang aktivitas bisnis perusahaan, sedangkan sebanyak
92% mahasiswa akuntansi setuju bahwa Komite Audit harus memiliki
pemahaman tentang aktivitas bisnis perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik
dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan Komite Audit
harus memiliki pemahaman tentang aktivitas bisnis perusahaan.
b) Komite Audit menelaah ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan dibidang pasar modal dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.
Tabel 4.11:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (2)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responde
n % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 2 2.67% 2.67%
N 3 4 17.39% 9 12.00%
S 4 14 60.87% 39 52.00%
SS 5 5 21.74% 82.61% 25 33.33% 85.33%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.11 menunjukan, Sebanyak 82.61% dari akuntan pendidik memiliki
persepsi positif, sedangkan mahasiswa akuntansi terdapat 85.33% yang
memiliki persepsi positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan Komite Audit menelaah ketaatan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.
c) Komite audit melakukan penilaian kembali terhadap investasi
perusahaan.
Tabel 4.12:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (3)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 1 4.35% 4.35% 2 2.67% 2.67%
N 3 3 13.04% 13 17.33%
S 4 18 78.26% 46 61.33%
SS 5 1 4.35% 82.61% 14 18.67% 80%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Sebanyak 82.61% akuntan pendidik dan 80% mahasiswa akuntansi
memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit
untuk melakukan penilaian kembali terhadap investasi perusahaan. Sedangkan
sebanyak 4.35% akuntan pendidik dan 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki
persepsi yang negative. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
memiliki persepsi yang positif.
2. Sistem dan pengendalian internal
a) Komite Audit harus melakukan penilaian atas kebijakan akuntansi
dan keputusan-keputusan yang menyangkut kebijaksanaan.
Tabel 4.13:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (4)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 0.00%
N 3 1 4.35% 8 10.67%
S 4 16 69.56% 48 64.00%
SS 5 6 26.09% 95.65% 19 25.33% 89.33%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.13 menunjukan, Sebanyak 95.65% dari akuntan pendidik memiliki
persepsi positif, sedangkan mahasiswa akuntansi terdapat 89.33% yang
memiliki persepsi positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
b) Komite Audit dapat menciptakan iklim disiplin dan kontrol yang akan
mengurangi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan.
Peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam kaitannya dengan sistem
dan pengendalian internal, Komite Audit dapat menciptakan iklim disiplin dan
kontrol yang akan mengurangi kemungkinan penyelewengan-penyelewengan.
Sebanyak 78.26% akuntan pendidik dan 74.67% mahasiswa akuntansi
memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
Tabel 4.14:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (5)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 0.00%
N 3 5 21.74% 19 25.33%
S 4 11 47.83% 43 57.33%
SS 5 7 30.43% 78.26% 13 17.34% 74.67%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
c) Pemahaman tentang keuangan dan pembelanjaan perusahaan harus
dimiliki Komite Audit.
Tabel 4.15 menunjukan, Sebanyak 82.61% dari akuntan pendidik memiliki
persepsi positif, sedangkan mahasiswa akuntansi terdapat 76% yang memiliki
persepsi positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam
mempersepsikan pernyataan bahwa Pemahaman tentang keuangan dan
pembelanjaan perusahaan harus dimiliki Komite Audit.
Tabel 4.15:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (6)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 2 2.67%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 2.67%
N 3 4 17.39% 16 21.33%
S 4 11 47.83% 38 50.67%
SS 5 8 34.78% 82.61% 19 25.33% 76.00%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
d) Komite Audit memiliki pemahaman tentang sistem pengendalian
perusahaan dengan baik dan cermat.
Sebanyak 100% akuntan pendidik dan 97.33% mahasiswa akuntansi
memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit
bahwa Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang sistem pengendalian
perusahaan dengan baik dan cermat. Sedangkan tidak ada akuntan pendidik
memiliki persepsi negatif dan 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi
yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
persepsi yang positif.
Tabel 4.16:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (7)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 2 2.67%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 2.67%
N 3 0 0.00% 0 0.00%
S 4 15 65.22% 55 73.33%
SS 5 8 34.78% 100% 18 24.00% 97.33%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
3. Hubungan Dengan Auditor Eksternal
a) Komite Audit memberikan rekomendasi tentang pengangkatan
dan/atau penggantian auditor eksternal.
Tabel 4.17:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (8)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 1 4.35% 0 0.00%
TS 2 2 8,70% 13.05% 1 1.33% 1.33%
N 3 3 13.04% 17 22.67%
S 4 14 60.87% 37 49.33%
SS 5 3 13.04% 73.91% 20 26.67% 76.00%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.17 menunjukan sebanyak 73.91% akuntan pendidik dan 76%
mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap wewenang Komite
Audit dalam memberikan rekomendasi tentang pengangkatan dan/atau
penggantian auditor eksternal. Sedangkan 13.05% akuntan pendidik memiliki
persepsi negatif dan 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang
negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
persepsi yang positif.
b) Komite Audit meninjau lingkup dan perencanaan audit eksternal.
Tabel 4.18:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (9)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 2 8,70% 8,70% 0 0.00% 0.00%
N 3 6 26.08% 28 37.33%
S 4 14 60.87% 32 42.67%
SS 5 1 4.35% 65.22% 15 20.00% 62.67%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.18 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam
mempersepsikan pernyataan wewenang komite audit dalam meninjau lingkup
dan pelaksanaan audit eksternal.
c) Komite Audit berkonsultasi serta membahas hasil audit laporan
keuangan dengan auditor eksternal.
Tabel 4.19:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (10)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 1 1.33%
TS 2 1 4.35% 4.35% 3 4.00% 5.33%
N 3 4 17.39% 15 20.00%
S 4 15 65.22% 40 53.33%
SS 5 3 13.04% 78.26% 16 21.33% 74.66%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Pernyataan yang menyatakan bahwa Komite Audit berkonsultasi serta
membahas hasil audit laporan keuangan dengan auditor eksternal ditanggapi
positif oleh akuntan pendidik sebanyak 78.26% dan mahasiswa akuntansi
sebanyak 74.66%. dengan kata lain bahwa tidak ada perbedaan persepsi yang
signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi.
d) Komite Audit memastikan bahwa auditor eksternal bekerja sesuai
standar profesional yang bersangkutan, khususnya dalam hubungan
independensi.
Tabel 4.20:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (11)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 3 4.00% 4.00%
N 3 6 26,09% 8 10.67%
S 4 12 52.17% 42 56.00%
SS 5 5 21.74% 73.91% 22 29.33% 85.33%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.20 dapat terlihat bahwa sebanyak 73.91% akuntan pendidik dan
85.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan
Komite Audit dalam memastikan auditor eksternal bekerja sesuai standar
profesional yang bersangkutan, khususnya dalam hubungan independensi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan
pernyataan tersebut.
4. Hubungan dengan Auditor Internal
a) Komite Audit melakukan penelaahan program kerja dan fungsi dari
internal audit perusahaan.
Tabel 4.21:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (12)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 1 4.35% 4.35% 1 1.33% 1.33%
N 3 5 21.74% 13 17.33%
S 4 12 52.17% 44 58.67%
SS 5 5 21.74% 73.91% 17 22.67% 81.34%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Sebanyak 73.91% akuntan pendidik dan 81.34% mahasiswa akuntansi
memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit
dalam melakukan penelaahan program kerja dan fungsi dari internal audit
perusahaan. Sedangkan sebanyak 4.35% akuntan pendidik dan 1.33%
mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang positif, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi
akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan
tersebut.
b) Komite Audit melakukan penelaahan terhadap pelaksanaan kerja
audit internal.
Tabel 4.22:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (13)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 0.00%
N 3 7 30.44% 25 33.33%
S 4 13 56.52% 42 56.00%
SS 5 3 13.04% 69.56% 8 10.67% 66.67%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam kaitannya dengan
hubungan dengan auditor internal, Komite Audit harus melakukan penelaahan
terhadap pelaksanaan kerja audit internal. Sebanyak 69.56% akuntan pendidik
dan 66.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang positif. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi
akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan
tersebut.
c) Komite Audit berkonsultasi serta melakukan review atas segala
rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal.
Tabel 4.23:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (14)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 1 4.35% 4.35% 1 1.33% 1.33%
N 3 3 13.04% 12 16.00%
S 4 15 65.22% 47 62.67%
SS 5 4 17.39% 82.61% 15 20.00% 82.67%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.23 terlihat bahwa sebanyak 82.61% akuntan pendidik dan 82.67%
mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan Komite
Audit berkonsultasi serta melakukan review atas segala rekomendasi yang
diberikan oleh auditor internal. Sedangkan sebanyak 4.35% akuntan pendidik
dan 1.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi
akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan
tersebut.
d) Komite Audit melakukan investigasi yang diperlukan terhadap
kinerja auditor internal.
Tabel 4.24:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (15)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 1 1.33%
TS 2 0 0.00% 0.00% 1 1.33% 2.66%
N 3 4 17.39% 18 24.00%
S 4 10 43.48% 38 50.67%
SS 5 9 39.13% 82.61% 17 22.67% 73.34%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Sebanyak 82.61% akuntan pendidik dan 73.34% mahasiswa akuntansi
memiliki persepsi positif terhadap wewenang Komite Audit dalam melakukan
investigasi yang diperlukan terhadap kinerja auditor internal. Sedangkan tidak
ada akuntan pendidik memiliki persepsi negatif dan 2.66% mahasiswa
akuntansi memiliki persepsi yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar responden memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik
dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
5. Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi
a) Komite Audit memiliki pemahaman tentang analisis laporan
keuangan.
Tabel 4.25:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (16)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi Skala
Penilaian
Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 0.00%
N 3 2 8.70% 7 9.34%
S 4 14 60.87% 46 61.33%
SS 5 7 30.43% 91.30% 22 29.33% 90.66%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.25 terlihat bahwa sebanyak 91.30% akuntan pendidik dan 90.66%
mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan tentang
Komite Audit memiliki pemahaman tentang analisis laporan keuangan.
Sedangkan tidah ada akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang
memiliki persepsi negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
b) Komite Audit melakukan penelaahan terhadap informasi keuangan
yang akan dikeluarkan oleh perusahaan.
Tabel 4.26:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (17)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 2 2.67% 2.67%
N 3 3 13.04% 8 10.67%
S 4 13 56.52% 43 57.33%
SS 5 7 30.43% 86.95% 22 29.33% 86.66%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Sebanyak 86.95% akuntan pendidik dan 86.66% mahasiswa akuntansi
memiliki persepsi positif terhadap peran dan tanggung jawab Komite Audit
dalam melakukan penelaahan terhadap informasi keuangan yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan. Tidak ada akuntan pendidik yang memiliki
persepsi negatif sedangkan sebanyak 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki
persepsi yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
memiliki persepsi yang positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
c) Komite Audit melakukan penelaahan terhadap kebijakan akuntansi
perusahaan dan keputusan yang menyangkut kebijaksanaan.
Tabel 4.27:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (18)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 0.00%
N 3 6 26.09% 13 17.34%
S 4 12 52.17% 46 61.33%
SS 5 5 21.74% 73.91% 16 21.33% 82.66%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Peran dan tanggung jawab Komite Audit dalam kaitannya dengan laporan
keuangan dan kebijakan akuntansi, Komite Audit harus melakukan penelaahan
terhadap kebijakan akuntansi perusahaan dan keputusan yang menyangkut
kebijaksanaan. Sebanyak 73.91% akuntan pendidik dan 82.66% mahasiswa
akuntansi memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan
mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
6. Penegakan Asas GCG
a) Komite Audit menjaga keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan perusahaan.
Tabel 4.28:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (19)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 2 2.67% 2.67%
N 3 3 13.04% 0 0.00%
S 4 15 65.22% 63 84.00%
SS 5 5 21.74% 86.96% 10 13.33% 97.33%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.28 tmenunjukan bahwa sebanyak 86.96% akuntan pendidik dan
97.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan
Komite Audit menjaga keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan perusahaan. Tidak ada akuntan pendidik yang memiliki persepsi
negatif sedangkan sebanyak 2.67% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi
yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam
mempersepsikan pernyataan tersebut.
b) Komite Audit menjaga keterbukaan dalam mengemukakan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Tabel 4.29:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (20)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 0.00%
N 3 2 8.70% 11 14.67%
S 4 16 69.56% 37 49.33%
SS 5 5 21.74% 91.30% 27 36.00% 85.33%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.29 diatas dapat disimulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam
mempersepsikan pernyataan tersebut. Sebanyak 91.30% akuntan pendidik dan
85.33% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap peran dan
tanggung jawab Komite Audit dalam menjaga keterbukaan dalam
mengemukakan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Tidak
ada akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang memiliki persepsi negatif.
c) Komite Audit memastikan suatu entitas telah dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan, pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain.
Tabel 4.30:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (21)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 1 4.35% 4.35% 3 4.00% 4.00%
N 3 3 13.04% 6 8.00%
S 4 13 56.52% 48 64.00%
SS 5 6 26.09% 82.61% 18 24.00% 88.00%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tidak jauh berbeda dengan tabel-tabel yang lain, bahwa tabel 4.30
menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi
akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan
bahwa Komite Audit memastikan suatu entitas telah dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan, pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain.
d) Komite Audit memastikan perusahaan telah mematuhi peraturan
perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap
masyarakat dan lingkungan bisnis.
Tabel 4.31:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (22)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi Skala
Penilaian
Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 0.00%
N 3 4 17.39% 7 9.34%
S 4 12 52.17% 56 74.66%
SS 5 7 30.43% 82.60% 12 16.00% 90.66%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.31 diatas dapat disimulkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi dalam
mempersepsikan pernyataan tersebut. Sebanyak 82.60% akuntan pendidik dan
90.66% mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap peran dan
tanggung jawab Komite Audit dalam memastikan perusahaan telah mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggungjawab terhadap
masyarakat dan lingkungan bisnis. Tidak ada akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi yang memiliki persepsi negatif.
e) Komite Audit memastikan emiten dikelola secara independen agar
masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
Tabel 4.32:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (23)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 0 0.00% 0.00% 0 0.00% 0.00%
N 3 2 8.70% 13 17.33%
S 4 15 65.22% 46 61.33%
SS 5 6 26.08% 91.30% 16 21.34% 82.67%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Sebanyak 91.30% akuntan pendidik dan 82.67% mahasiswa akuntansi
memiliki persepsi positif terhadap pernyataan bahwa Komite Audit
memastikan emiten dikelola secara independen agar masing-masing organ
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
lain. Sedangkan Tidak ada akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang
memiliki persepsi negatif. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden memiliki persepsi yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan
mahasiswa akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
f) Komite Audit menjamin perlindungan hak-hak para pemegang
saham, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para
investor.
Tabel 4.33:
Persentase Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi (24)
Akuntan Pendidik Mahasiswa Akuntansi
Skala
Penilaian Bobot
Jumlah
Responden % Total %
Jumlah
Responden % Total %
STS 1 0 0.00% 0 0.00%
TS 2 2 8.70% 8.70% 0 0.00% 0.00%
N 3 3 13.04% 18 24.00%
S 4 14 60.87% 44 58.67%
SS 5 4 17.39% 78.26% 13 17.33% 76.00%
Total 23 100% 75 100%
Sumber: data primer yang telah diolah.
Tabel 4.33 terlihat bahwa sebanyak 78.26% akuntan pendidik dan 76%
mahasiswa akuntansi memiliki persepsi positif terhadap pernyataan Komite
Audit menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, serta menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor. Tidak ada mahasiswa akuntansi
yang memiliki persepsi negatif sedangkan sebanyak 8.70% akuntan pendidik
memiliki persepsi yang negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi dalam mempersepsikan pernyataan tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan bagi peneliti untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap
peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji Independent Sample T- test dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan
mahasiswa akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan
Good Corporate Governance. Sehingga Hipotesis nol yang menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good
Corporate Governance tidak dapat ditolak,
2. Pemahaman tentang sistem pengendalian perusahaan merupakan pernyataan
yang paling disetujui oleh akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi.
Seluruh akuntan pendidik menyatakan kesetujuannya, sedangkan mahasiswa
hanya 2.67 % yang menyatakan tidak setuju.
3. Dalam analisis deskriptif, peneliti mencoba menguraikan persepsi dari setiap
kelompok sesuai dengan setiap indikator yang ada dalam instrumen
penelitian, analisis ini dilakukan untuk memperkuat hipotesa yang telah
didapatkan. Berdasarkan analisis deskriptif, tidak terdapat perbedaan persepsi
yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap
peranan Komite Audit dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
B. Implikasi
Berikut ini dikemukakan beberapa implikasi yang relevan dengan penelitian,
implikasi tersebut antara lain:
1. Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa hipotesis nol (Ho) tidak dapat
ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik
dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan Komite Audit dalam mewujudkan
Good Corporate Governance. Hal ini menunjukan bahwa proses kuliah
berjalan dengan baik, dan ilmu yang diberikan oleh dosen dalam hal ini
akuntan pendidik dapat diterima oleh mahasiswa. Dari gambaran ini ternyata
mahasiswa memiliki gambaran yang sama dengan dosen mereka terhadap
profesi mereka dimasa yang akan datang.
2. Persamaan persepsi yang ditunjukan dalam hasil penelitian ini dapat
memberikan gambaran secara umum bahwa ada kesesuaian antara materi
yang diberikan oleh akuntan pendidik dengan apa yang ditangkap atau yang
diterima oleh mahasiswa akuntansi. Akantetapi seiring dengan informasi yang
terus berkembang perbaikan disetiap lini yang masih dinilai kurang dalam
hal pengetahuan tentang Komite Audit dan Good Corporate Governance
masih harus dilakukan.
C. Saran
1. Bagi Akuntan Pendidik
Bagi akuntan pendidik dapat mengevaluasi tentang penyampaian materi akuntansi
dan auditing kepada para mahasiswa dan lebih banyak lagi membahas tentang
Komite Audit dan Good Corporate Governance dalam perkuliahan.
2. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa perlu mengetahui lebih banyak lagi tentang perkembangan
Komite Audit dan isu tentang Good Corporate Governance, serta isu yang
berkembang dalam profesi mereka di masa depan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya tidak hanya mengidetifikasi ada tidaknya
perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi saja,
melainkan juga membandingkan dengan akuntan publik, dan auditor internal,
serta memperluas populasi penelitian, sehingga dapat lebih digeneralisasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy., dan Syukur Selamat., “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap
Profesi Akuntan Publik”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan
Informasi, 2(1), 66-90, 2002.
Alijoyo, F. Antonius., “Keberadaan dan Peran Komite Audit Dalam Rangka
Implementasi GCG”, Seminar Nasional GCG- FKSPI BUMN/BUMD
Wilayah Jawa Timur, Surabaya, 2003, Artikel diperoleh dari
http://www.google .com
Anonim., “Pengertian Persepsi”, Artikel diperoleh dari http://www.wikipedia.com.
Aprilian, Rahil., “Analisis Persepsi Akuntan Pendidik Dan Mahasiswa Akuntansi
Pada Peranan Akuntan Publik Dalam Audit Lingkungan”, Skripsi S1 UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Arens, Alvin A., Mark S Beasley, an Randal J. Elder. “Auditing and Assurance Services,
An Integrated Approach, 12th
Edition”, Pearson Education International, New
Jersey, 2008.
Arifin., “Peranan Akuntan Dalam Menegakan Prinsip Good Corporate Governance
Pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Keagenan)”, Pidato
Pengukuhan Guru Besar. Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional., “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Balai Pustaka,
Jakarta,2008.
FCGI (Forum For Corporate Governance In Indonesia)., “Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance) The Essence Of Good Corporate Governance:
Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia”.
Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication,
2002.
Ghozali, Imam., “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Hamid, Abdul., “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Hastuti, Theresia Dwi., “Hubungan Antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada
Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional
Akuntansi (SNA) VIII, 15-16 September, Solo, 2005.
Herawaty, Arleen, dan Susiana., “Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, 26-28 Juli, Unhas
Makasar, 2007.
Ikhsan, Arfan, dan Muhammad ishak., “Akuntansi Keperilakuan”, Salemba Empat,
Jakarta, 2008.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo., “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2005.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor: KEP-29/PM/2004 Tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Diperoleh
dari http://www.bapepam.go.id.
Komite Nasional Kebijakan Governance, “Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia”, Pedoman diperoleh dari http://www.google.com
Martadi, Indiana Farid., dan Suranta, Sri., “Persepsi Akuntan, Mahasiswa Akutansi,
Dan Karyawan Bagian Akutansi Dipandang Dari Segi Gender Terhadap
Etika Bisnis Dan Etika Profesi (Studi Di Wilayah Surakarta)”,
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, 23-26 Agustus, Padang, 2006.
Muhammad, Den Muqita., “Peranan Komite Audit Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance (Studi Kasus pada PT. Kereta Api Persero)”.
Skripsi S1 Universitas Widyatama, Bandung, 2007.
Nurita, dan Radianto WED., “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan
Laporan Keuangan”, The 2nd National Converences UKWMS, 6 September,
Surabaya, 2008.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bagi Bank Umum, Diperoleh dari http://www.bi.go.id.
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2006
Tentang Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara, Diperoleh dari
http://www.bapepam.go.id.
Pratolo, Suryo., “Good Corporate Governance dan Kinerja BUMN di Indonesia:
Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Intern Sebagai Variabel
Eksogen Serta Tinjauannya Pada Jenis Perusahaan”, Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) X, 26-28 Juli, Unhas Makasar, 2007.
Rakhmat, Jalaludin., “Psikologi Komunikasi”, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2008.
Sanjaya, I Putu Sugiartha., “Peranan Komite Audit Dalam Good Corporate
Governance”, Jurnal Ekonomi Vol. XV No.40 Nop-Des, Yogyakarta,
2005.
Suryana, Agung., “Pengaruh Komite Audit Terhadap Kualitas Laba”, Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) VIII, 15-16 September, Solo, 2005.
Tunggal, Amin Wijaya., “Komite Audit (Audit Committee)”, Harvarindo, Jakarta,
2009.
UNDP., “Peran Auditor dalam perwujudan Good Governance”, diperoleh dari
http://www.google.com.
Utama, Marta., “Komite Audit, Good Corporate Governance dan Pengungkapan
Informasi”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 1
Departemen Akuntansi FEUI, Jakarta, 2004.
Uyanto, Stanislaus S., “Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2009.
Wahyono, Teguh., “25 Model Analisis Statistik Dengan SPSS 17”, PT. Elex Media
Komputerindo, Jakarta, 2009.
Zamroni, Oni,. “Persepsi Mahasiswa Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Independensi Penampilan Akuntan Publik”, Skripsi S1 UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2006.
Lampiran:2
KUESIONER
PERSEPSI AKUNTAN PENDIDIK DAN MAHASISWA AKUNTANSI
TERHADAP PERAN KOMITE AUDIT DALAM MEWUJUDKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Oleh:
SYARIF MUFDHOLI R.
(105082002641)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
DAFTAR KUISIONER
Kepada:
Yth. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Akuntansi
Di Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), dengan ini, saya:
Nama : Syarif Mufdholi Ridho
NIM : 105082002641
Jurusan : Akuntansi
Mengharapkan kesedian Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan
lengkap. Kuesioner ini akan dijadikan data dalam penelitian saya. Oleh karena itu,
Bapak/Ibu diminta dan diharapkan membacanya dengan teliti dan menjawabnya
dengan lengkap. Segala informasi yang diperoleh dari kuesioner ini semata-mata
hanya untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Mohon maaf atas waktu Anda yang telah saya gunakan.
Hormat Saya,
Peneliti
Syarif Mufdholi Ridho
DAFTAR KUISIONER
Kepada:
Yth. Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Di Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), dengan ini, saya:
Nama : Syarif Mufdholi Ridho
NIM : 105082002641
Jurusan : Akuntansi
Mengharapkan kesedian kawan-kawan mahasiswa untuk mengisi kuesioner
ini dengan lengkap. Kuesioner ini akan dijadikan data dalam penelitian saya. Oleh
karena itu, kawan-kawan mahasiswa diminta dan diharapkan membacanya dengan
teliti dan menjawabnya dengan lengkap. Segala informasi yang diperoleh dari
kuesioner ini semata-mata hanya untuk tujuan penelitian yang bersifat ilmiah.
Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan banyak terima kasih. Mohon
maaf atas waktu Anda yang telah saya gunakan.
Hormat Saya,
Peneliti
Syarif Mufdholi Ridho
BAGIAN I
LATAR BELAKANG RESPONDEN
1. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan
2. Pekerjaan : Mahasiswa semester (…………………..)
Akuntan Pendidik.
3. Perguruan tinggi : …………………..
BAGIAN II
Pada bagian berkut ini, anda diminta untuk menujukan tingkat kesetujuan anda
dengan tiap pernyataan tentang “Peran Komite Audit dalam Mewujudkan
Good Corporate Governance”, isilah jawaban anda pada kotak pilihan jawaban
dengan memberi tanda ( √ ) pada kolom jawaban yang anda rasa paling
sesuai/tepat. Berikut ini arti dari masing-masing kotak jawaban.
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
N = Netral
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
No Pertanyaan
A. Risiko Usaha dan Keuangan STS TS N S SS
1
Komite Audit harus memiliki pemahaman tentang
aktivitas bisnis perusahaan.
2
Komite Audit menelaah ketaatan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan dibidang
pasar modal dan peraturan perundang-undangan
lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.
3
Komite audit melakukan penilaian kembali
terhadap investasi perusahaan.
B. Sistem dan Pengendalian Internal STS TS N S SS
4
Komite Audit harus melakukan penilaian atas
kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan
yang menyangkut kebijaksanaan.
5
Komite Audit dapat menciptakan iklim disiplin
dan kontrol yang akan mengurangi kemungkinan
penyelewengan-penyelewengan.
6
Pemahaman tentang keuangan dan pembelanjaan
perusahaan harus dimiliki Komite Audit.
7
Komite Audit memiliki pemahaman tentang
sistem pengendalian perusahaan dengan baik dan
cermat.
C. Hubungan dengan Auditor Eksternal STS TS N S SS
8
Komite Audit memberikan rekomendasi tentang
pengangkatan dan/atau penggantian auditor
eksternal.
9
Komite Audit meninjau lingkup dan perencanaan
audit eksternal.
10
Komite Audit berkonsultasi serta membahas hasil
audit laporan keuangan dengan auditor eksternal.
STS TS N S SS
11
Komite Audit memastikan bahwa auditor
eksternal bekerja sesuai standar profesional yang
bersangkutan, khususnya dalam hubungan
independensi.
D. Hubungan dengan Auditor Internal STS TS N S SS
12
Komite Audit melakukan penelaahan program
kerja dan fungsi dari internal audit perusahaan.
13
Komite Audit melakukan penelaahan terhadap
pelaksanaan kerja audit internal.
14
Komite Audit berkonsultasi serta melakukan
review atas segala rekomendasi yang diberikan
oleh auditor internal.
15
Komite Audit melakukan investigasi yang
diperlukan terhadap kinerja auditor internal.
E. Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi STS TS N S SS
16
Komite Audit memiliki pemahaman tentang
analisis laporan keuangan.
17
Komite Audit melakukan penelaahan terhadap
informasi keuangan yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan.
18
Komite Audit melakukan penelaahan terhadap
kebijakan akuntansi perusahaan dan keputusan
yang menyangkut kebijaksanaan.
F. Penegakan Asas GCG STS TS N S SS
19
Komite Audit menjaga keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan
perusahaan
20 Komite Audit menjaga keterbukaan dalam
mengemukakan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan.
21
Komite Audit memastikan suatu entitas telah
dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan, pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain.
STS TS N S SS
22
Komite Audit memastikan perusahaan telah
mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggungjawab terhadap
masyarakat dan lingkungan bisnis.
23
Komite Audit memastikan emiten dikelola secara
independen agar masing-masing organ perusahaan
tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain.
24
Komite Audit menjamin perlindungan hak-hak
para pemegang saham, serta menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor.
Lampiran 3: Hasil Jawaban Akuntan Pendidik
RESPONDEN Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18
1 4 4 4 5 5 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
2 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5
3 4 4 4 3 5 5 4 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4 5
4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 5 5 5 4 4 5 5 4 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5
7 5 5 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5
8 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 5 4 3 3
9 5 5 4 4 4 4 5 2 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4
10 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 4 5 4 4 5 5 5 5 3 5 5 5 4 4 3 4 5 4
12 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5
13 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4
14 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 4 3
15 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 4 3
16 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 3 3 3
17 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 3 3 3
18 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 5 4
19 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4
22 4 4 4 5 3 5 5 1 4 5 3 2 4 2 4 5 4 3
23 4 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4
total 94 93 88 97 94 96 100 85 83 89 91 90 88 91 97 97 96 91
Lampiran 4: Hasil Jawaban Mahasiswa Akuntansi
RESPONDEN Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17
1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
2 5 5 4 4 4 4 5 4 3 4 5 5 4 4 5 4 5
3 4 5 3 4 3 3 4 2 4 4 4 5 3 4 3 4 4
4 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
5 5 5 5 3 4 3 4 5 4 3 4 4 3 4 3 4 4
6 4 4 4 4 5 5 4 5 5 3 5 4 3 4 3 4 4
7 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4
8 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5
9 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5
10 1 2 3 3 3 1 1 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4
11 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
12 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3
13 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5
14 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4
15 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4
16 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
17 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
18 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
19 4 3 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 3 2 4 3
20 5 4 3 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5
21 4 4 4 4 3 3 4 5 3 4 3 4 4 4 3 3 3
22 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
23 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2
24 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 3 4 5 4 4 4
25 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
26 4 4 4 4 3 3 4 5 3 4 3 4 4 4 3 3 3
27 5 5 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4
28 5 5 5 5 4 5 5 3 3 4 4 5 4 5 3 5 5
29 4 3 5 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5
30 5 4 3 5 5 5 4 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5
31 5 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
32 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
33 5 5 4 4 4 4 5 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5
34 4 5 3 4 3 3 4 4 4 2 4 5 3 4 3 4 4
35 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
36 5 5 5 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4
37 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4
38 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4
39 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5
40 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5
41 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2
42 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 3 4 5 3 4 4
43 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5
44 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3
45 5 5 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4
46 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5
47 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5
48 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4
49 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4
50 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 5 3 3
51 3 3 4 4 3 3 4 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5
53 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 5 4 4
54 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
55 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
56 4 4 4 5 3 5 5 5 4 5 3 2 4 2 5 5 4
57 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 3 5 4 5
58 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
59 5 5 4 4 4 4 5 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5
60 4 5 3 4 3 3 4 4 4 3 4 5 3 4 3 4 4
61 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
62 5 5 5 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4
63 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4
64 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4
65 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5
66 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5
67 1 2 3 3 3 1 1 4 5 1 5 5 5 3 1 4 4
68 5 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4
69 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 5 4 3
70 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5
71 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4
72 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4
73 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
74 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4
75 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4
total 317 312 297 311 294 297 312 301 287 292 308 302 283 301 294 315 310
Lampiran 5: Hasil Jawaban Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi
RESPONDEN Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17
1 4 4 4 5 5 4 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4
2 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5
3 4 4 4 3 5 5 4 3 4 4 4 4 3 4 5 4 4
4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 5 5 5 4 4 5 5 4 2 2 5 5 5 5 5 5 5
7 5 5 3 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5
8 5 5 4 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 5 4 3
9 5 5 4 4 4 4 5 2 4 4 3 4 4 4 5 5 4
10 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4
11 4 5 4 4 5 5 5 5 3 5 5 5 4 4 3 4 5
12 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5
13 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4
14 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 4
15 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 4 4
16 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 3 3
17 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 5 3 3
18 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 5
19 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
22 4 4 4 5 3 5 5 1 4 5 3 2 4 2 4 5 4
23 4 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5
24 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
25 5 5 4 4 4 4 5 4 3 4 5 5 4 4 5 4 5
26 4 5 3 4 3 3 4 2 4 4 4 5 3 4 3 4 4
27 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
28 5 5 5 3 4 3 4 5 4 3 4 4 3 4 3 4 4
29 4 4 4 4 5 5 4 5 5 3 5 4 3 4 3 4 4
30 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4
31 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5
32 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5
33 1 2 3 3 3 1 1 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4
34 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
35 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3
36 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 3 4 5
37 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4
38 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4
39 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
40 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
41 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4
42 4 3 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 3 3 2 4 3
43 5 4 3 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5
44 4 4 4 4 3 3 4 5 3 4 3 4 4 4 3 3 3
45 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
46 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2
47 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 3 4 5 4 4 4
48 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
49 4 4 4 4 3 3 4 5 3 4 3 4 4 4 3 3 3
50 5 5 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4
51 5 5 5 5 4 5 5 3 3 4 4 5 4 5 3 5 5
52 4 3 5 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 5
53 5 4 3 5 5 5 4 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5
54 5 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4
55 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
56 5 5 4 4 4 4 5 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5
57 4 5 3 4 3 3 4 4 4 2 4 5 3 4 3 4 4
58 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
59 5 5 5 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4
60 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4
61 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4
62 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5
63 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5
64 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2
65 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 3 4 5 3 4 4
66 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5
67 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3
68 5 5 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4
69 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 4 5 4 5 5 5 5
70 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5
71 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4
72 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4
73 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 5 3 3
74 3 3 4 4 3 3 4 5 3 3 3 3 3 4 3 3 3
75 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5
76 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 5 4 4
77 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
78 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
79 4 4 4 5 3 5 5 5 4 5 3 2 4 2 5 5 4
80 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 3 5 4 5
81 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
82 5 5 4 4 4 4 5 5 3 4 5 5 4 4 4 4 5
83 4 5 3 4 3 3 4 4 4 3 4 5 3 4 3 4 4
84 5 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4
85 5 5 5 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4
86 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 3 4 5 4 4
87 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4
88 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5
89 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5
90 1 2 3 3 3 1 1 4 5 1 5 5 5 3 1 4 4
91 5 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4
92 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 5 4 3
93 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5
94 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4
95 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4
96 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
97 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4
98 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4
411 405 385 408 388 393 412 386 370 381 399 392 371 392 391 412 406
Lampiran 9: Hasil Uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
group N Percent N Percent N Percent
Akuntan Pendidik 23 100.0% 0 .0% 23 100.0%Peran Komite Audit dalam
Mewujudkan GCG Mahasiswa Akuntansi 75 100.0% 0 .0% 75 100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
group Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Akuntan Pendidik .094 23 .200* .968 23 Peran Komite Audit dalam
Mewujudkan GCG Mahasiswa Akuntansi .080 75 .200
* .971 75
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 6: Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Valid 98 100.0
Excludeda 0 .0
Cases
Total 98 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.882 .885 24
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
96.83 72.949 8.541 24
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Q1 4.19 .755 98
Q2 4.13 .713 98
Q3 3.93 .662 98
Q4 4.16 .569 98
Q5 3.96 .672 98
Q6 4.01 .819 98
Q7 4.20 .642 98
Q8 3.94 .810 98
Q9 3.78 .740 98
Q10 3.89 .798 98
Q11 4.07 .736 98
Q12 4.00 .703 98
Q13 3.79 .630 98
Q14 4.00 .658 98
Q15 3.99 .793 98
Q16 4.20 .591 98
Q17 4.14 .689 98
Q18 4.02 .642 98
Q19 4.08 .511 98
Q20 4.19 .653 98
Q21 4.07 .707 98
Q22 4.08 .550 98
Q23 4.07 .613 98
Q24 3.92 .684 98