i
PERSEPSI CALON WAJIB PAJAK DAN WAJIB PAJAK
TERHADAP ETIKA PENGGELAPAN PAJAK
Oleh :
NELPHY BRYAN ABRAHAMS
NIM: 232009149
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi sebagian dari
Persyaratan – persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
vi
MOTO
Banyaklah rancangan dihati manusia, tapi keputusan Tuhanlah yang
terlakasana
(Amsal 19 ayat 21).
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari
(Matius 6 ayat 34).
Saya pernah menangis karena tidak mempunyai sepatu sepakbola untuk
bermain bola bersama teman-teman. Tapi suatu hari saya melihat seseorang
tidak mempunyai kaki, lalu saya menyadari betapa kayanya saya
(Zinedine Zidane).
Selalu mengucap syukur dalam segala hal bagaimanapun keadaanmu,
apapun hasil yang kamu terima tetaplah mengucap syukur.
Apapun yang kamu lakukan hari ini, yakin dan percayalah akan berdampak
pada masa yang akan datang.
Use everything as an opportunity to understand, grow and expand.
(Hitam Putih)
Alon-alon waton kelakon.
(Sesepuh Jawa)
vii
ABSTRACT
Tax is source of state income, so the tax evasion is very detrimental for the country.
There are many reasons that cause tax evasion starting from the bad or good of taxation system,
the absence of fairness in taxation, even discrimination in taxation. This study aims to determine
the perception of potential taxpayers and taxpayers itself against the tax evasion. By looking at
the point of views of respondents about tax evasion action was based on the grounds that the tax
system is bad, there is no fairness in taxation, and there is discrimination in taxation. This
research used survey method, and the validity was examined from the data found and the
reability was tested using SPSS 20.0 software, while the data found was analyzed by descriptive
analysis techniques. The finding of this study is, the respondents did not agree that the actions of
tax evasion is an ethical thing though tax system is not going well or badly. Respondents also
disagreed that tax evasion is ethical even there is no fairness in taxation. Although there is
discrimination in taxation, the respondents did not agree that the action of tax evasion is an
ethical thing.
Keywords: tax evasion, Perception Candidate taxpayer and the taxpayer, tax evasion ethics
viii
SARIPATI
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara, maka adanya penggelapan pajak
sangat merugikan bagi negara. Banyak alasan yang menyebabkan timbulnya penggelapan pajak
mulai dari sistem perpajakan yang tidak baik atau buruk, tidak adanya keadilan dalam
perpajakan, bahkan adanya diskriminasi dalam perpajakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persepsi calon wajib pajak dan wajib pajak terhadap penggelapan pajak. Dengan
melihat pandangan responden mengenai tindakan penggelapan pajak didasari dengan alasan
bahwa sistem perpajakan yang buruk, tidak terdapat keadilan dalam perpajakan, serta terdapat
diskriminasi dalam perpajakan. Penelitian ini menggunakan metode survei, dan data yang
ditemukan diuji validitas dan realiabilitasnya menggunakan software SPSS 20.0, sementara data
yang ditemukan dianalisis mennggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini,
para responden tidak setuju bahwa tindakan penggelapan pajak hal yang etis walaupun sistem
peprajakan tidak berjalan dengan baik atau buruk. Responden juga tidak setuju bahwa
penggelapan pajak adalah hal yang etis walaupun tidak terdapat keadilan dalam perpajakan.
Meskipun terdapat diskriminasi dalam perpajakan, para responden tidak setuju bahwa tindakan
penggelapan pajak adalah hal yang etis.
Kata Kunci: Penggelapan pajak, Persepsi Calon Wajib Pajak dan Wajib Pajak, Etika
Penggelapan Pajak
ix
Kata Pengantar
Pertama-tama pastilah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Yang
Maha Pengasih karena berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik yang
harus dipenuhi oleh penulis untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi strata satu dari Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Pada penelitian ini berjudul Persepsi Calon Wajib Pajak dan Wajib Pajak Terhadap
Etika Penggelapan Pajak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pembaca yang tertarik untuk mengadakan penelitian sejenis.
Penulis menyadari bahwa kertas kerja ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak
membutuhkan penyempurnaan. Jika dilihat sebagai suatu hasil karya ilmiah yang wajar, masih
banyak kekurangan maupun pelanggaran ilmiah yang sengaja maupun tidak disengaja. Oleh
sebab itu saran dan masukan pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan di lain waktu.
Penulis merasa perlu untuk meminta maaf kepada segenap pihak yang turut berperan dalam
penulisan skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
x
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah
dan rahmat-Nya yang sungguh luar biasa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
kertas kerja ini dengan baik. Penyusunan kertas kerja ini digunakan sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis dihadapkan pada berbagai hambatan ataupun
kendala. Namun penulis memperoleh dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Yang Maha Esa, karena berkat karunia, rahmat, kekuatan, ketenangan yang
diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan kertas kerja ini.
2. Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja SE., ME., Ph.D. selaku dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis UKSW.
3. Dr. Usil Sis Sucahyo, SE., MBA selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan sekaligus
Wali Studi yang telah memberikan dukungan sampai akhir masa studi penulis.
4. Dr. Usil Sis Sucahyo, SE., MBA dan Bapak Ari Budi Kristanto SE., MM selaku
pembimbing yang selalu bersedia membantu selama ada kesulitan dalam penulisan kertas
kerja ini, dan dengan memberikan arahan, motivasi, serta nasihat kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.
5. Seluruh dosen dan staff pengajar di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama masa studi di FEB UKSW.
6. S.P Abarahams dan Ferly Koloba, selaku kedua orang tua yang selalu memberikan segala
dukungan untuk dapat berhasil dalam setiap studi yang saya tempuh, karena keberhasilan
saya adalah doa kalian.
7. Adelheid Abrahams dan Patrick Andrew Abrahams selaku kakak saya, Stewart Carl
Abrahams dan Gadiel Dirk Abrahams selaku adik saya yang selalu memberikan
dukungan, doa dan semangat untuk saya agar dapat mencapai apa yang menjadi cita-cita.
8. Seluruh keluarga besar dan saudara-saudara saya yang selalu memberikan dukungan doa
dan semangat dalam menyelesaikan studi di FEB UKSW.
9. Serly Vionita Santoso yang telah membantu, memberikan semangat selama masa kuliah
hingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.
10. Keluarga kecil yang ada di Salatiga, Serly, Endhyka Paps, Linea, Recko, Edo, Giras,
Fuad, Brian, Dede, Erwan yang selalu memberikan bantuan, semangat dan dukungan
selama melakukan penelitian ini.
11. Teman-teman angkatan 2009, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
12. Irene Silooy S.Si. Teol., MM yang selalu membantu dan memberikan motivasi dalam
melakukan penelitian.
13. Nabiila A Rahma yang telah membantu dan memberikan semangat.
xi
14. Tim Futsal dan sepakbola EFC, terima kasih atas semangat dan dukungannya.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati, memberikan rahmat dan anugerah-Nya kepada
semua pihak dan keluarganya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas
kerja ini.
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................................. i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................................ ii
Halaman Persetujuan / Pengesahan .............................................................................. iii
Halaman Moto .............................................................................................................. iv
Abstract ......................................................................................................................... v
Saripati .......................................................................................................................... vi
Kata Pengantar .............................................................................................................. vii
Ucapan Terima Kasih .................................................................................................... viii
Daftar Isi ........................................................................................................................ x
Daftar Tabel .................................................................................................................. xii
Daftar Gambar ............................................................................................................... xiii
Daftar Grafik .................................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................................ xv
Pendahuluan .................................................................................................................. 1
Telaah Pustaka ............................................................................................................... 4
Theory of Reasoned Action ............................................................................................ 4
Penggelapan Pajak ......................................................................................................... 5
Etika ............................................................................................................................... 6
Persepsi .......................................................................................................................... 7
Etika Pengelapan Pajak Terkait Sistem Pajak ............................................................... 7
Etika Penggelapan Pajak Terkait Keadilan Pajak .......................................................... 8
Etika Penggelapan Pajak Terkait Diskriminasi .............................................................. 9
Penelitian Terdahulu ...................................................................................................... 9
Kerangka Pemikiran....................................................................................................... 10
Metode Penelitian .......................................................................................................... 11
Jenis Penelitian............................................................................................................... 11
Populasi .......................................................................................................................... 11
Sampel............................................................................................................................ 11
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 12
xiii
Gambaran Umum Responden ........................................................................................ 15
Hasil dan Pembahasan ................................................................................................... 16
Persepsi Etika Penggelapan Pajak Pada Variabel Sistem Pajak ................................... 18
Persepsi Etika Penggelapan Pajak Pada Variabel Keadilan Pajak ................................. 19
Persepsi Etika Penggelapan Pajak Pada Variabel Diskriminasi .................................... 20
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran ........................................................... 21
Kesimpulan dan Implikasi ............................................................................................. 21
Keterbatasan dan Saran ................................................................................................. 22
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 23
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Target dan Realisasi Penerimaan Pajak ......................................................... 1
Tabel 2 : Operasionalisasi Variabel ............................................................................... 13
Tabel 3 : Statistik Dekriptif Gambaran Responden ....................................................... 15
Tabel 4 : Hasil Uji Validitas & Reliabilitas ................................................................... 16
Tabel 5 : Tabel Rata-rata Skor Jawaban Responden ..................................................... 17
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 11
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Sistem Perpajakan ................ 19
Grafik 2 : Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Keadilan Perpajakan ................. 20
Grafik 3 : Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Diskriminasi ............................. 21
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Uji Variabel
Lampiran 2 : Distribusi Jawaban Responden
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian untuk Calon Wajib Pajak
Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian untuk Wajib Pajak
Lampiran 5 : Rekapan Data Hasil Kuesioner
1
PENDAHULUAN
Penerimaan pajak adalah komponen penting dalam anggaran negara. Menurut Direktorat
Jendral Pajak (2014), Pendapatan negara berdasarkan APBN tahun 2013 terdiri dari pajak dalam
negeri Rp 1.099,94 Triliun ( 73,23%), sumber daya alam (SDA) Rp. 203,73 Triliun (13,56%)
dan pajak perdagangan internasional Rp. 48,42 Triliun ( 3,22%). Sedangkan penerimaan bukan
pajak (selain SDA) sebesar Rp. 149,92 Triliun (9,98%). Dari data tersebut, tampak bahwa
pendapatan negara terbesar berasal dari pajak dalam negeri (pajak.go.id, 2014). Melihat fakta
mengenai struktur penerimaan negara tersebut, maka penerimaan pajak perlu dijaga
keberlanjutannya bahkan ditingkatkan.
Sektor pajak yang merupakan komponen utama penerimaan negara ternyata belum
mencapai target. Beberapa tahun belakangan ini penerimaan pajak oleh Direktorat Jendral Pajak
(DJP) tidak sesuai target yang ditetapkan. Data target dan realisasi penerimaan pajak dari tahun
2011 hingga 2013 ditampikan dalam tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak
Tahun Target dari DJP Yang Terealisasi
2011 878 triliun 872 triliun
2012 900 triliun 835 triliun
2013 1.148,4 triliun 1.071,1 triliun
Sumber: Gera, 2014
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya capaian penerimaan pajak tersebut
adalah adanya penghindaran dan penggelapan pajak oleh wajib pajak orang pribadi maupun
badan (Maftuchan, 2014). Penggelapan pajak di Indonesia merupakan persoalan nyata dengan
modus yang semakin canggih, namun belum terantisipasi dengan efektif (kompas.com, 2013).
Penggelapan pajak (tax evasion) adalah usaha yang dilakukan oleh wajib pajak,
apakah berhasil atau tidak, dengan mengatur suatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimkan
atau menghilangkan beban pajak, mengurangi atau sama sekali menghapus dengan
memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkan berdasarkan ketentuan
dan perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Prasetyo, 2010). Penggelapan pajak ini bisa
dilakukan oleh wajib pajak dengan sengaja untuk mengurangi hutang pajak. Menurut Direktur
2
Intelijen dan Penyelidikan Direktorat Jenderal Pajak, beberapa modus yang sering dipakai dalam
penggelapan pajak adalah tidak melaporkan penjualan dalam SPT (Surat Pemberitahuan),
menambahkan biaya-biaya fiktif, menggunakan faktur pajak palsu, tidak menyetorkan pajak
yang dipotong atau dipungut dan rakayasa ekspor untuk mendapatkan restitusi PPN (Pajak
Pertmbahan Nilai) (hukumonline.com, 2013). Menurut Rahman (2013), tindakan penggelapan
pajak (tax evasion) tersebut dilakukan oleh wajib pajak karena dipengaruhi berbagai hal
seperti pemahaman perpajakan yang minim, pelayanan aparat pajak yang tidak optimal
dan sanksi yang tidak menimbulkan efek jera sehingga timbul peluang melakukan
penggelapan pajak.
Latar belakang tindakan penggelapan pajak (tax evasion) biasanya disebabkan oleh
persepsi bahwa pajak adalah suatu beban yang akan mengurangi kemampuan ekonomis
seseorang (Reskino et al, 2013). Wajib pajak harus menyisihkan sebagian penghasilannya
untuk membayar pajak. Padahal apabila tidak ada kewajiban pajak tersebut, uang yang
dibayarkan untuk pajak bisa dipergunakan untuk menambah pemenuhan kebutuhan lainnya.
Tidak hanya perusahaan (wajib pajak badan) saja yang melakukan penggelapan pajak (tax
evasion), bahkan rata-rata tingkat penggelapan wajib pajak perorangan lebih tinggi
dibandingkan dengan wajib pajak perusahaan (Ika, 2012)
Masih banyaknya kasus penggelapan pajak menyebabkan hilangnya potensi sumber
penerimaan negara, sehingga perlu adanya langkah antisipatif dari berbagai pihak. Untuk
mendasari langkah antisipatif tersebut perlu didasarkan pada studi terkait penggelapan pajak,
secara khusus studi pada persepsi wajib pajak terhadap etika peggelapan pajak dan juga studi
secara dini terhadap calon-calon wajib pajak. Penelitian ini akan meneliti tentang persepsi wajib
pajak dan calon wajib pajak terhadap etika penggelapan pajak. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat mengevaluasi persepsi wajib pajak dan calon wajib pajak terhadap etika penggelapan
pajak sehingga dapat menjadi bahan masukan untuk langkah antisipatif dalam menanggulangi
penggelapan pajak. Calon wajib pajak merupakan salah satu kelompok masyarakat yang juga
perlu diperhatikan. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak no SE - 98/PJ/2011 tahun 2011 juga
merepresentasikan perhatian fiskus kepada calon wajib pajak sebagai pembayar pajak di masa
depan. Hal ini merupakan kepedulian pemerintah terhadap kesadaran calon wajib pajak, yang
3
diwujudkan melalui penyuluhan dalam rangka membangun kesadaran (awareness) tentang
perpajakan kepada para calon wajib pajak (Dirktur Jendral Pajak, 2011).
Berbagai penelitian sebelumnya pernah dilakukan dalam rangka mengevaluasi persepsi
mengenai etika penggelapan pajak. Prasetyo (2010) melakukan penelitian di wilayah Surakarta
mengenai persepsi etis penggelapan pajak bagi wajib pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa mayoritas dari pegawai swasta, wiraswasta dan juga pegawai negeri sipil tidak setuju
dengan adanya berbagai bentuk praktik penggelapan pajak. Penelitian lain juga pernah dilakukan
oleh Reskino et al (2013) yang menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara persepsi
mahasiswa akuntansi program S1 dan mahasiswa akuntansi program S2 mengenai etika
penggelapan pajak. Penelitian lain oleh Wicaksono (2014) menemukan adanya perbedaan
persepsi yang signifikan antara mahasiswa ekonomi, hukum, dan psikologi mengenai etika
penggelapan pajak. Mahasiswa ekonomi lebih menentang (tidak setuju) penggelapan pajak
dibandingkan dengan dua kelompok lainnya, dan mahasiswa hukum paling tidak menentang
penggelapan pajak diantara kelompok lainnya.
Penelitian kali ini akan mengembangkan penelitian Prasetyo (2010), dengan meneliti
persepsi etika penggelapan wajib pajak dan calon wajib pajak. Wajib pajak yang akan diteliti
adalah wajib pajak orang pribadi di Salatiga. Adapun calon wajib pajak yang diteliti adalah
mahasiswa, khususnya mahasiswa program akuntansi dan manajemen. Pengembangan dari
penelitian Prasetyo (2010) adalah adanya penambahan kelompok calon wajib pajak (khususnya
mahasiswa program akuntansi dan manajemen) sebagai objek penelitian. Prasetyo (2010) hanya
meneliti persepsi etika penggelapan pajak pada wajib pajak orang pribadi. Namun studi secara
dini pada calon wajib pajak juga dirasa perlu sebagai bahan masukan atas upaya antisipatif yang
dapat dilakukan sejak dini untuk menekan penggelapan pajak, yang juga sesuai dengan semangat
pemerintah untuk membina calon wajib pajak seperti tertuang dalam Surat Edaran Direktorat
Jenderal Pajak no. SE - 98/PJ/2011 tahun 2011. Calon wajib pajak yang diteliti adalah
mahasiswa program akuntansi dan manajemen. Salah satu nilai yang dipromosikan oleh ilmu
akuntansi adalah akuntabilitas, yaitu suatu kewajiban pemegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut
4
(Mardiasmo, 2004). Dalam pemenuhan kewajiban pajak, akuntabilitas dapat dipahami sebagai
kewajiban seorang wajib pajak untuk mempertanggungjawabakan kewajibannya dalam hal ini
menyajikan dan melaporkan pajak terutang kepada fiskus atau aparat pajak sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Sementara penambahan mahasiswa program studi manajemen sebagai
objek penelitian didasari dengan pemikiran bahwa mahasiswa manajemen di kemudian hari akan
menjadi pelaku usaha atau manajemen dalam suatu perusahan yang memegang peranan penting
termasuk peran dalam pengambilan keputusan terkait pajak. Berdasarkan pemaparan diatas,
maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi calon wajib pajak (mahasiswa) dan
wajib pajak terhadap etika penggelapan pajak.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak untuk Menambah
wawasan bagi para akademisi maupun masyarakat luas, menjadi bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya, dan menjadi bahan masukan untuk sosialisasi/edukasi anti penggelapan pajak
TELAAH PUSTAKA
Theory of Reasoned Action
Ajzen & Fishbein (1980) dalam Azwar (2002) merumuskan theory of reasoned action
yang menjelaskan bahwa perilaku manusia pada dasarnya dilakukan atas kemauan sendiri. Teori
ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia umumnya melakukan sesuatu dengan cara-cara yang
masuk akal, mempertimbangkan semua informasi yang ada dan memperhitungkan implikasi
tindakan mereka. Teori ini mempertimbangkan aspek sikap, norma subjektif, niat dan perilaku
manusia. Teori ini mengungkapkan bahwa niat merupakan fungsi dari dua faktor dasar, yaitu
sikap individu terhadap perilaku dan adalah persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk
melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang bersangkutan (norma subjektif). Secara
sederhana teori ini menjelaskan bahwa apabila seseorang memandang suatu perbuatan itu
sebagai hal yang positif (sikap) dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya
(norma subjektif) maka akan timbul niat dari dirinya untuk melakukan suatu perbuatan, sehingga
akhirnya dapat terjadi keputusan berperilaku tertentu. Terkait dengan perilaku penggelapan
pajak, dapat dijelaskan dengan teori ini bahwa jika wajib pajak menilai bahwa penggelapan pajak
adalah hal yang tidak baik (sikap negatif) dan orang-orang sekitar yang dianggap penting atau
dijadikan panutan menganggap bahwa perilaku penggelapan pajak sudah seharusnya tidak
5
dilakukan, maka akan timbul niat berperilaku tidak menggelapkan pajak dan selanjutnya dapat
menjadi perilaku.
Konsep sikap terhadap perilaku menjadi elemen penting dalam penelitian ini. Menurut
Thurstone et al dalam Azwar (2002), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
Sikap itu sendiri timbul karena adanya kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara-cara tertentu (Chave et al dalam Azwar 2002). Terbentuknya sikap menurut Katz et al
dalam Azwar (2002), merupakan respon kognitif yaitu respon dari persepsi dan pernyataan
manusia mengenai apa yang diyakini. Terkait dengan sikap atas penggelapan pajak, keyakinan
bahwa penggelapan pajak adalah hal yang tidak etis (persepsi etika) dapat direspon menjadi
sikap bahwa penggelapan pajak adalah perilaku yang negatif.
Penggelapan Pajak
Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dibebankan oleh pemerintah
atas pendapatan, kekayaan dan keuntungan modal orang pribadi dan perusahaan, serta hak milik
yang tidak bergerak. Mardiasmo (2009) mendefinisikan penggelapan pajak (tax evasion) sebagai
usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang. Penggelapan pajak ini dilakukan dengan menggunakan cara yang tidak legal.
Para wajib pajak mengabaikan ketentuan formal perpajakan yang menjadi kewajibannya,
memalsukan dokumen atau mengisi data dengan tidak lengkap dan tidak benar.
Pembangunan dapat terhambat oleh penggelapan pajak karena dana dari pembayaran
pajak tidak masuk keuangan negara. Pemahaman ini juga kemudian dikuatkan oleh Rahayu
(2010) yang mendefinisikan penggelapan pajak (tax evasion) sebagai usaha untuk membayar
pajak terhutang dengan sekecil mungkin dan cenderung melakukan penyelundupan pajak,
yang tentunya melanggar peraturan perundang undangan perpajakan. Kondisi ini merupakan
tindakan minimalisasi pajak atau tindakan illegal yang dilakukan oleh wajib pajak.
Menurut Murni et al (2013) dalam Rahmadi (2014) kecenderungan wajib pajak
melakukan kecurangan dikarenakan beberapa hal antara lain: pertama, tingginya pajak yang
harus dibayar. Semakin tinggi jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, semakin
tinggi kemungkinan wajib pajak berperilaku curang. Kedua, makin tinggi uang suap yang harus
dikeluarkan oleh wajib pajak, maka makin kecil kemungkinan wajib pajak melakukan
6
kecurangan. Ketiga, makin tinggi kemungkinan terungkap apabila melakukan kecurangan, maka
makin rendah kecenderungan wajib pajak berlaku curang. Keempat, makin besar ancaman
hukuman dan sanksi yang diterapkan kepada pelaku kecurangan, maka semakin kecil
kecenderungan wajib pajak melakukan kecurangan.
Dengan demikian penggelapan pajak dapat didefinisikan sebagai suatu upaya atau
tindakan yang merupakan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan seperti berikut (Brotoharjo (2007) dalam Prasetyo, 2010)) :
1. Tidak dapat memenuhi pengisian Surat Pemberitahuan tepat waktu.
2. Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat waktu.
3. Tidak dapat memenuhi pelaporan dan pengurangannya secara lengkap dan benar.
4. Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan.
5. Tidak dapat memenuhi kewajiban menyetorkan pajak penghasilan para karyawan
yang dipotong dan pajak-pajak lainnya yang telah dipungut.
6. Tidak dapat memenuhi kewajiban membayar taksiran pajak terutang.
7. Tidak dapat memenuhi permintaan fiskus akan informasi pihak ketiga.
8. Pembayaran dengan cek kosong bagi negara yang dapat melakukan pembayaran
pajaknya dengan cek.
9. Melakukan penyuapan terhadap aparat perpajakan dan atau tindakan intimidasi
lainnya
Etika
Etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari Yunani, yang diartikan identik dengan
moral atau moralitas dan dijadikan sebagai pedoman atau ukuran bagi tindakan manusia dengan
penilaian baik atau buruk dan benar atau salah (Untung, 2012). Dalam pengertian ini etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri sendiri maupun pada suatu
masyarakat atau kelompok masyarakat. Istilah etika sangat berhubungan dengan tata krama,
sopan santun, pedoman moral, norma susila, dan lain-lain yang mana hal-hal ini berhubungan
juga dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Keraf (1998) dalam Prasetyo (2010),
menyatakan bahwa etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup
7
yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan satu orang ke orang yang lain atau
dari satu generasi ke generasi yang lain.
Etika merupakan pernyataan benar atau salah yang menetukan perilaku seseorang
tergolong bermoral atau tidak bermoral, baik atau buruk. Pernyataan etika ini kemudian
dituangkan dalam bentuk prinsip-prinsip etika yang secara normatif dipergunakan untuk
membimbing tindakan seseorang menjadi perilaku yang bermoral (Sigit, 2012).
Persepsi
Dalam psikologi, persepsi dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran,
pemilihan dan pencarian informasi untuk dipahami dengan menggunakan pengindraan
(penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya) (Surwono, 1999).
Menurut Prasetyo (2010), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Presepsi adalah suatu proses petunjuk petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau
yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan
bermakna pada suatu situasi tertentu.
Etika Pengelapan Pajak Terkait Sistem Pajak
Menurut Rahman (2013), sistem perpajakan Indonesia memberikan kebebasan yang
bertanggungjawab kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak. Disisi lain,
aparat perpajakan juga berperan aktif dalam melaksanakan pengendalian administrasi
pemungutan pajak yang meliputi tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan dan
penerapan sanksi perpajakan. Pembinaan terhadap masyarakat yang merupakan bagian dari
wajib pajak dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain memberikan penyuluhan
pengetahuan perpajakan, baik melalui media massa maupun pembinaan secara langsung
kepada masyarakat (Siahaan, 2010). Sistem perpajakan yang baik menurut Suminarsasi (2012)
adalah pengelolaan uang pajak yang dapat dipertanggungjawabkan, petugas pajak yang
kompeten dan tidak korup serta prosedur perpajakan yang tidak berbelit-belit. Semakin baik
suatu sistem perpajakan, maka perilaku penggelapan pajak dianggap sebagai perilaku yang
tidak etis. Akan tetapi apabila sistem perpajakan berjalan dengan tidak baik, maka perilaku
8
penggelapan pajak dianggap sebagai perilaku yang cenderung etis. Dalam sebuah situasi
dimana dana pajak dikelolah dengan prosedur yang tidak transparan dan dikelolah dengan
moralitas yang buruk maka wajib pajak akan menjadi enggan untuk berperilaku patuh sebab
mereka ragu apakah dana pajak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya atau tidak. Kondisi
tersebut juga dapat membuat para wajib pajak menganggap bahwa tindakan tidak patuh pajak
(menggelapkan pajak) menjadi wajar.
Etika Penggelapan Pajak Terkait Keadilan Pajak
Aspek keadilan pajak menurut Musgrave dalam Waluyo (2013) dibagi dua yaitu:
pertama, benefit principle dimana setiap wajib pajak harus membayar pajak sejalan dengan
manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah. Kedua adalah ability principle, yang berarti setiap
wajib pajak membayar kewajiban pajaknya sesuai dengan dasar kemampuan membayar.
Waluyo (2013) juga menambahkan bahwa aspek keadilan dalam pemungutan pajak, dibedakan
menjadi dua bagian: pertama, keadilan horizontal yaitu beban pajak dikenakan dengan besaran
sama atas semua wajib pajak yang memperoleh penghasilan yang sama dengan jumlah
tanggungan yang sama, tanpa membedakan jenis penghasilan atau sumber penghasilan. Kedua
adalah keadilan vertikal, dimana keadilan dapat dirumuskan bahwa pemungutan pajak dikatakan
adil jikalau orang dalam kondisi ekonomis yang sama dikenakan pajak yang sama, demikian juga
sebaliknya. Aspek adil juga terkait dengan penegakan aturan main dalam pelaksanaan hak dan
kewajiban pajak.
Menurut Suminarsasi (2012) setiap masyarakat mempunyai kewajiban kepada negaranya
untuk membayar pajak, dan negara mempunyai tanggungjawab mensejahterakan rakyatnya
secara adil. Kondisi pelaksanaan perpajakan yang dinilai tidak adil antara lain tampak dari tidak
ditegakkannya aturan hukum pajak secara baik, wajib pajak tidak mampu secara ekonomi dan
dana pajak digunakan untuk hal yang tidak adil (misalnya perang). Dalam situasi keadilan yang
dijunjung tersebut, wajib pajak dapat menjadi enggan untuk memenuhi kewajiban pajaknya.
Wajib pajak akan menganggap perilaku tidak patuh pajak sebagai hal yang wajar. Hal ini berarti
para wajib pajak menganggap bahwa semakin tinggi keadilan perpajakannya maka perilaku
penggelapan pajak dianggap sebagai perilaku yang tidak etis namun apabila keadilan
perpajakannya semakin rendah, maka perilaku penggelapan pajak dianggap sebagai perilaku
yang etis (Suminarsasi, 2012).
9
Etika Penggelapan Pajak Terkait Diskriminasi
Menurut Danandjaja (2003), diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang
terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal,
atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan
kelas-kelas sosial. Diskriminasi dalam bidang perpajakan menunjuk pada kondisi dimana
pemerintah memberikan pelayanan perpajakan dengan tidak seimbang terhadap masyarakat
maupun wajib pajak. Semakin kecil diskriminasi maka perilaku penggelapan pajak dianggap
sebagai perilaku yang tidak etis, namun jika diskriminasi semakin besar maka perilaku
penggelapan pajak dapat dianggap sebagai perilaku yang etis.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu pernah dibuat untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
penggelapan pajak, yang antara lain menemukan bahwa keadilan, sistem perpajakan berpengaruh
positif terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak, namun kualitas pelayanan,
sanksi perpajakan dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan tidak terbukti berpengaruh
terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak (Yetmi et al, 2014). Adapun
Rahman (2013) yang juga melakukan penelitian serupa namun menemukan hasil yang sedikit
berbeda, dimana dibuktikan keadilan dan adanya diskriminasi berpengaruh positif terhadap
penggelapan pajak. Adapun sistem perpajakan dan kemungkinan terdeteksi kecurangan
berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak.
Prasetyo (2010) meneliti mengenai persepsi etis penggelapan pajak bagi wajib pajak di
wilayah Surakarta, dilatar belakangi karena ada permasalahan baru bagi pemerintah Indonesia
yaitu kasus penggelapan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi etis
penggelapan pajak bagi wajib pajak, dengan menggunakan metode survey. Penelitian ini
menemukan mayoritas pegawai swasta, wiraswasta dan juga pegawai negeri sipil tidak setuju
dengan adanya berbagai bentuk praktik penggelapan pajak.
Penelitian sebelumnya mengenai persepsi mahasiswa terhadap etika penggelapan pajak
pernah dilakukan oleh Wicaksono (2014) dan Reskino et al (2013). Penelitian Wicaksono (2014)
dilatar belakangi dengan adanya perbedaan persepsi antar kelompok menurut disiplin ilmu,
karena penggelapan pajak dapat dikatakan etis jika dikaitkan dalam kodisi tertentu. Penelitian
10
Wicaksono (2014) bertujuan untuk menganilisis apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan
antara mahasiswa ekonomi, hukum, dan psikologi mengenai etika penggelapan pajak, serta
mengidentifikasi kelompok mana yang lebih menentang dan tidak menentang penggelapan
pajak. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara
mahasiswa ekonomi, hukum, dan psikologi mengenai etika penggelapan pajak. Mahasiswa
ekonomi lebih menentang (tidak setuju) penggelapan pajak dibandingkan dengan dua
kelompok lainnya dan mahasiswa hukum paling tidak menentang penggelapan pajak diantara
kelompok lainnya. Penelitian lain oleh Reskino et al (2013) dilatar belakangi oleh adanya
perbedaan perspektif mengenai penggelapan pajak (tax evasion). Penelitian yang bersifat
kualitatif ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara
mahasiswa akuntansi Program S1 dan mahasiswa akuntansi Program S2 mengenai penggelapan
pajak (tax evasion). Sampel penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode judgement
sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara persepsi
mahasiswa akuntansi program S1 dan mahasiswa akuntansi program S2 mengenai
penggelapan pajak. Namun mahasiswa akuntansi program S1 lebih menganggap penggelapan
pajak adalah tidak etis dibandingkan dengan mahasiswa akuntansi Program S2, walaupun
perbedaan tersebut tidak signifikan.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menginvestigasi persepsi calon wajib pajak (mahasiswa S1 & S2
program akuntansi dan manajemen) dan wajib pajak orang pribadi mengenai etika penggelapan
pajak (tax evasion). Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.
11
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei, yaitu penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pertanyaan terstruktur (kuisioner) yang sama pada setiap orang, kemudian semua
jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis (Sugiyono, 2014). Penelitian ini
termasuk dalam penelitian deskriptif tidak membuat perbandingan atau hubungan antar variabel,
namun hanya ingin mengetahui nilai variabel mandiri.
Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi di
Salatiga dan mahasiswa (akuntansi dan manajemen) yang berada di Universitas Kristen Satya
Wacana.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2013). Penentuan jumlah sampel penelitian mengacu pada Roscoe (1975) dalam
Sekaran (2006), yang menyatakan ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian dan jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita,
junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.
Adapun teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan metode quota sampling,
yaitu teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciiri-ciri tertentu sampai jumlah
(kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2013). Dengan menetapkan jumlah responden sebanyak 30
Penerimaan pajak
tidak mencapai
target (Gera, 2014)
Perlu adanya
langkah antisipatif
Disebabkan oleh
penghidaran dan
penggelapan pajak
(Maftuchan, 2014)
Dirumuskan dengan berdasarkan
studi terkait penggelapan pajak
pada wajib pajak dan calon wajib
pajak.
Tujuan penelitian : mengetahui
persepsi calon wajib pajak dan
wajib pajak terhadap etika
penggelapan pajak.
12
orang untuk tiap-tiap kategori, yaitu wajib pajak orang pribadi dengan penghasilan besumber
pekerjaan dan usaha, serta calon wajib pajak dari mahasiswa program studi akuntansi dan
manajemen.
Responden wajib pajak dibagi dari kelompok mereka yang berpenghasilan dari pekerjaan
dan usaha kerena kedua kategori ini memiliki karakteristik kewajiban pajak yang berbeda.
Adapun untuk sampel mahasiswa, dipilih mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah Hukum
Pajak, karena peneliti berasumsi bahwa mereka memiliki pengetahuan dasar tentang pajak.
Pengetahuan dasar tentang pajak diperlukan bagi responden dalam penelitian ini, supaya
responden calon wajib pajak dapat menjawab pertanyaan dengan logis dan sadar, karena sudah
mengetahui tentang sistem perpajakan di Indonesia.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan sumber data primer, berupa persepsi calon wajib pajak
(mahasiswa FEB UKSW) dan wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak, yang dikumpulkan
menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari
penelitian Reskino et al (2013). Kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan akan diberikan
secara langsung dan akan diisi responden secara langsung dengan mengisi alternatif jawaban
yang sudah tersedia. Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis dengan metode deskriptif
kuantitatif.
Adapun seluruh variabel penelitian akan diukur dengan menggunakan skala likert diberi
skor sebagai berikut:
Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1
Tidak Setuju (TS) Skor 2
Ragu-ragu (RR) Skor 3
Setuju (S) Skor 4
Sangat Setuju (SS) Skor 5
Skala likert dikatakan interval karena pernyataan sangat setuju mempunyai tingkat atau
prefensi yang “lebih tinggi” dari setuju dan setuju “lebih tinggi” dari ragu-ragu. Pemberian
skor ini mengikuti penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian Prasetyo (2010) dan
Rahmadi (2014). Tabel 2 berikut ini merupakan indikator dari variabel-variabel penelitian yang
didasarkan dari penelitian Reskino et al, (2013).
13
Tabel 2
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Persepsi calon wajib pajak
dan wajib pajak mengenai
penggelapan pajak (tax
evasion) dari sudut pandang
sistem pajak.
1. Penggelapan pajak adalah etis, jika tarif pajak yang
dikenakan terlalu tinggi.
2. Penggelapan pajak adalah etis, jika pemerintah tidak
memberitahukan jenis dari pajak yang dikenakan
(pajak atas apa).
3. Penggelapan pajak adalah etis, jika sistem pajak
berjalan dengan tidak adil.
4. Penggelapan pajak adalah etis, jika sistem pajak
berjalan dengan tidak efesien.
5. Penggelapan pajak adalah etis, jika sebagian besar
porsi dari pajak yang dikumpulkan dipergunakan
secara tidak merata, misalnya masih banyak daerah-
daerah yang tidak merasakan dampak pembangunan
akan adanya pajak.
6. Penggelapan pajak adalah etis, jika petugas pajak
tidak memiliki moralitas pajak yang baik.
7. Penggelapan pajak adalah etis, jika saya tidak
memiliki kemampuan untuk menghitung jumlah
pajak yang disetorkan.
Persepsi calon wajib pajak
dan wajib pajak mengenai
penggelapan pajak (tax
evasion) dari sudut pandang
keadilan pajak.
8. Penggelapan pajak adalah etis, jika sebagian besar
pajak digunakan untuk proyek yang tidak
memberikan keuntungan bagi saya.
9. Penggelapan pajak adalah etis, jika penegak hukum
yang ada belum memadai dalam menangani kasus
pajak yang terjadi.
10. Penggelapan pajak adalah etis, jika orang lain juga
melakukannya.
11. Penggelapan pajak adalah etis, jika secara signifikan
14
sebagian besar pajak yang disetorkan dikorupsi oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
12. Penggelapan pajak adalah etis, jika kemungkinan
resiko untuk ditangkap/dipenjarakan atas tindakan
penggelapan tersebut kecil.
13. Penggelapan pajak adalah etis, jika pajak digunakan
untuk mendukung sebuah perang yang pada
akhirnya menimbulkan ketidakadilan.
14. Penggelapan pajak adalah etis, jika saya tidak
mampu untuk membayar pajak.
15. Penggelapan pajak adalah etis, jika otoritas pajak
yang ada kurang memadai.
Persepsi calon wajib pajak
dan wajib pajak mengenai
penggelapan pajak (tax
evasion) dari sudut pandang
diskriminasi
16. Penggelapan pajak adalah etis, jika pemerintah
mendiskriminasi saya karena agama, ras, dan latar
belakang etnis/budaya.
Sumber : Reskino et al (2013)
Adapun langkah-langkah analisis adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengujian validitas dan reabilitas
2. Perhitungan skor persepsi masing-masing kelompok responden
3. Mengklasifikasi skor persepsi dalam kategori jawaban dengan rumus
Keterangan:
I : Interval
Max : Nilai jawaban tertinggi, yaitu 5
Min : Nilai jawaban terendah, yaitu 1
K : Klasifikasi yang hendak dibuat atau ditetapkan sebanyak 5 klasifikasi
Dimana:
I= 𝐌𝐚𝐱−𝐌𝐢𝐧
𝐊
15
1,0 – 1,80 : Sangat Tidak Setuju
1,81 – 2,60 : Tidak Setuju
2,61 – 3,40 : Ragu-ragu
3,41 – 4,20 : Setuju
4,21 – 5,00 : Sangat Setuju
4. Melakukan analisis deskriptif pada masing-masing variabel.
Gambaran Umum Responden
Penelitian ini dilakukan terhadap calon wajib pajak dan wajib pajak di wilayah
Salatiga. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada
responden. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 60 calon wajib pajak dan 60
wajib pajak di wilayah Salatiga. Adapun penyebaran kuesioner yang disebar sebanyak 120
dan yang kembali pun demikian yaitu 120 kuesioner. Peneliti mengolah data kuesioner secara
penuh 100% atau 120 eksemplar kuesioner.
Statistik diskriptif karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3
Statistik Dekriptif Gambaran Responden
Jenis Kelamin Jumlah Presentase
Laki-laki 72 60%
Perempuan 48 40%
Jumlah 120 100%
Pekerjaan
Pegawai 30 25%
Wirausaha 30 25%
Mahasiswa Akuntansi 30 25%
Mahasiswa Manajemen 30 25%
Jumlah 120 100%
Sumber: Data primer diolah, 2015
Dari 120 responden penelitian ini, 72 orang diantaranya adalah laki-laki dan 48
diantaranya adalah perempuan. Apabila dilihat dari latar belakang pekerjaannya, maka
16
diketahui bahwa responden memiliki ragam bidang pekerjaan yang dibagi dalam tiga
kelompok besar antara lain pegawai, wirausaha dan mahasiswa. Kelompok pegawai dan
wirausaha mewakili responden kategori wajib pajak. Adapun kelompok mahasiswa
mewakili responden kategori calon wajib pajak. Responden yang memiliki pekerjaan
sebagai pegawai berjumlah 30 orang atau 25%, yang terdiri dari PNS, Karyawan BUMN,
guru dan karyawan swasta. Selanjutnya responden berlatar belakang pekerjaan wirausaha
sebanyak 30 orang atau 25%, yang terdiri dari pedagang, pemilik persewaan mobil dan
motor, pemilik rumah kos dan pemilik restoran. Kategori terakhir merupakan mahasiswa
yang terdiri dari mahasiswa/i program studi S1 Akuntansi, S1 Manajemen, S2 Akuntansi
dan S2 Manajemen. Mahasiswa program Akuntansi serta Manajemen (baik S1 maupun S2),
masing-masing berjumlah 30 orang atau 25 %.
Hasil dan Pembahasan
Berikut ini adalah ringkasan hasil pengujian validitas dan reliabilitas:
Tabel 4
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pertanyaan Sig. Keterangan
Pertanyaan 1 0.000 Valid
Pertanyaan 2 0.000 Valid
Pertanyaan 3 0.000 Valid
Pertanyaan 4 0.000 Valid
Pertanyaan 5 0.000 Valid
Pertanyaan 6 0.000 Valid
Pertanyaan 7 0.000 Valid
Pertanyaan 8 0.000 Valid
Pertanyaan 9 0.000 Valid
Pertanyaan 10 0.000 Valid
Pertanyaan 11 0.000 Valid
Pertanyaan 12 0.000 Valid
Pertanyaan 13 0.000 Valid
17
Pertanyaan 14 0.000 Valid
Pertanyaan 15 0.000 Valid
Pertanyaan 16 0.000 Valid
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
Sistem Pajak 0,889 Reliable
Keadilan Pajak 0,871 Reliable
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrumen survei, maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen yang dipakai valid dan reliable, sehingga seluruh data dapat
dipakai dalam analisis hasil penelitian. Seluruh pengukuran uji validitas menunjukan tingkat sig.
000, yang berarti data tersebut valid. Sementara data dikatakan reliable karena nilai Cronbach
Alpha > 0,6 (Gozhali, 2005). Hasil olahan data, menemukan bawha nilai Cronbach Alpha dari
variabel sistem pajak adalah 0,889 dan variabel keadilan pajak 0,871 > dari 0,6 maka dapat
disimpulkan data tersebut reliable.
Tabel 5
Tabel Rata-Rata Skor Jawaban Responden
No Pertanyaan
Rata-rata Total
Responden Wajib Pajak Calon Wajib Pajak
1. 2,28 2,08 2,18
2. 2,78 2,63 2,70
3. 2,72 2,67 2,69
4. 2,70 2,65 2,68
5. 2,62 2,63 2,63
6. 2,88 2,98 2,93
7. 2,22 2,22 2,22
8. 2,32 2,02 2,17
9. 2,27 2,53 2,63
10. 1,95 1,82 1,88
11. 2,73 2,92 2,83
12. 2,45 2,07 2,26
13. 2,85 2,52 2,68
14 2,72 2,40 2,56
15 2,53 2,25 2,39
16. 2,43 2,30 2,37
18
Rata-rata 2,42 2,56 2,49
Sistem Pajak 2,60 2,55 2,58
Keadilan Pajak 2,53 2,31 2,42
Diskriminasi 2,43 2,30 2,37
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel 5 diatas, diperoleh informasi bahwa kelompok responden wajib pajak
memiliki nilai skor rata-rata 2,42, yang berarti kelompok responden wajib pajak tidak setuju
bahwa penggelapan pajak adalah hal yang etis dengan berbagai alasan. Skor terendah adalah
1,95 pada pertanyaan nomor 10, yang artinya mereka tidak setuju bahwa penggelapan pajak
merupakan hal yang etis meskipun orang lain juga melakukannya. Skor tertinggi dari responden
pegawai adalah 2,88 pada pertanyaan nomor 6, yang artinya mereka masih ragu apakah
penggelapan pajak adalah etis, jika petugas pajak tidak memiliki moralitas pajak yang
baik.
Kelompok responden calon wajib pajak memiliki nilai skor rata-rata 2,56, yang berarti
kelompok responden calon wajib pajak tidak setuju bahwa penggelapan adalah hal yang etis.
Skor terendah adalah sebesar 1,82 pada pertanyaan nomor 10, yang artinya mereka tidak setuju
bahwa penggelapan pajak adalah hal yang etis meskipun orang lain juga melakukannya. Skor
tertinggi dari kelompok responden calon wajib pajak adalah sebesar 2,98 pada pertanyaan nomor
6, yang berarti mereka masih ragu apakah penggelapan pajak merupakan hal yang etis atau tidak
jika petugas pajak tidak memiliki moralitas pajak yang baik.
Semua responden memiliki nilai skor rata-rata 2,49, yang berarti semua kelompok
responden tidak setuju bahwa penggelapan adalah hal yang etis. Skor terendah adalah 1,88 pada
pertanyaan nomor 10, yang artinya mereka tidak setuju bahwa penggelapan pajak adalah hal
yang etis meskipun orang lain juga melakukannya. Skor tertinggi dari semua responden adalah
2,93 pada pertanyaan nomor 6, yang berarti semua responden masih ragu apakah penggelapan
pajak merupakan hal yang etis atau tidak jika petugas pajak tidak memiliki moralitas pajak
yang baik.
Persepsi Etika Penggelapan Pajak Pada Variabel Sistem Pajak
Kelompok responden wajib pajak maupun calon wajib pajak memiliki kecenderungan
distribusi jawaban yang serupa. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini, jawaban keempat
19
kelompok responden sebagian besar ada pada kategori tidak setuju, dan paling sedikit ada pada
kategori sangat setuju.
Grafik 1
Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Sistem Perpajakan (%)
Persepsi seluruh responden pada variabel sistem perpajakan memiliki nilai skor rata-rata
adalah 2,58, yang artinya rata-rata responden tidak setuju dengan tindakan penggelapan pajak
walaupun sistem perpajakan tidak berjalan dengan baik. Sistem perpajakan yang dikatakan tidak
baik ketika pengelolaan uang pajak yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, petugas pajak
yang tidak kompeten dan korup, dan juga prosedur perpajakan yang berbelit-belit (Suminarsasi,
2012).
Dari grafik diatas memang tampak bahwa sebagian besar dari kelompok responden
menjawab tidak setuju dengan tindakan penggelapan pajak. Kelompok responden wajib pajak
dan calon wajib pajak, maka masing-masing memiliki rata-rata skor 2,60 dan 2,55. Hal ini berarti
bahwa wajib pajak maupun calon wajib pajak sama-sama tidak setuju dengan adanya tindakan
penggelapan pajak walaupun negara tidak memiliki sistem perpajakan yang baik.
Persepsi Etika Penggelapan Pajak Pada Variabel Keadilan Pajak
Kelompok responden wajib pajak maupun calon wajib pajak memiliki kecenderungan
distribusi jawaban yang serupa. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini, bahwa jawaban keempat
kelompok responden sebagian besar ada pada kategori tidak setuju, dan paling sedikit ada pada
kategori sangat setuju.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
WajibPajak Calon Wajib Pajak
STS
TS
R
S
SS
20
Grafik 2
Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Keadilan Perpajakan (%)
Persepsi seluruh responden pada variabel keadilan perpajakan memiliki nilai skor
rata-rata adalah 2,42, yang artinya rata-rata responden tidak setuju dengan tindakan
penggelapan pajak walaupun keadilan dalam perpajakan tidak berjalan dengan baik.
Dikatakan tidak adanya keadilan dalam perpajakan ketika wajib pajak harus membayar pajak
tidak sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah, wajib pajak membayar
kewajiban pajaknya tidak sesuai dengan dasar kemampuan membayar, beban pajaknya sama
atas semua wajib pajak yang memperoleh penghasilan yang sama dengan jumlah tanggungan
yang sama namun membedakan jenis penghasilan atau sumber penghasilan.
Dari grafik diatas memang tampak bahwa sebagian besar dari kelompok responden
menjawab tidak setuju dengan tindakan penggelapan pajak. Kelompok responden wajib pajak
dan calon wajib pajak masing-masing memiliki rata-rata skor 2,53 dan 2,31. Hal ini berarti
bahwa wajib pajak maupun calon wajib pajak sama-sama tidak setuju bahwa tindakan
penggelapan pajak adalah hal yang etis walaupun tidak ada keadilan dalam perpajakan.
Persepsi Etika Penggelapan Pajak Pada Variabel Diskriminasi
Kelompok responden wajib pajak maupun calon wajib pajak memiliki kecenderungan
distribusi jawaban yang serupa. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini, bahwa jawaban
keempat kelompok responden sebagian besar ada pada kategori tidak setuju, dan paling
sedikit ada pada kategori sangat setuju.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
WajibPajak Calon Wajib Pajak
STS
TS
R
S
SS
21
Grafik 3
Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Diskriminasi (%)
Persepsi seluruh responden pada variabel keadilan perpajakan memiliki nilai skor
rata-rata 2,37, yang artinya rata-rata responden tidak setuju dengan tindakan penggelapan
pajak walaupun ada diskriminasi dalam perpajakan. Diskriminasi dalam perpajakan adalah
ketika pemerintah memberikan pelayanan perpajakan dengan tidak seimbang antar kelompok
masyarakat (kelompok ras, agama dan lainnya).
Dari grafik diatas memang tampak bahwa sebagian besar dari kelompok responden
menjawab tidak setuju dengan tindakan penggelapan pajak. Apabila dilakukan
pengelompokan berdasarkan kategori wajib pajak dan calon wajib pajak, maka masing-
masing memiliki rata-rata skor 2,43 dan 2,30. Hal ini berarti bahwa wajib pajak maupun
calon wajib pajak sama-sama tidak setuju dengan adanya tindakan penggelapan pajak
walaupun ada diskriminasi dalam perpajakan.
Simpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Simpulan dan Implikasi
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata responden tidak setuju bahwa tindakan penggelapan pajak adalah hal yang etis
walaupun sistem perpajakan berjalan dengan tidak baik.
2. Rata-rata responden juga tidak setuju bahwa tindakan penggelapan pajak adalah hal yang
etis walaupun terdapat ketidakadilan dalam perpajakan
3. Sekalipun terdapat diskriminasi dalam perpajakan, rata-rata responden tetap tidak setuju
bahwa tindakan penggelapan pajak adalah hal yang etis.
0
20
40
60
80
100
Wajib Pajak Calon Wajib Pajak
STS
TS
R
S
SS
22
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa wajib pajak dan calon wajib pajak telah
memberikan respon persepsi yang positif terhadap etika penggelapan pajak di Indonesia. wajib
pajak dan calon wajib pajak menganggap bahwa penggelapan pajak adalah hal yang tidak etis.
Hal ini mengindikasikan adanya persepsi yang baik, bahwa masyarakat memiliki pandangan
positif terhadap pajak. Hal ini dapat menjadi modal bagi pemerintah dalam rangka memperbaiki
atau meningkatkan pendapatan negara melalui penerimaan pajak. Perspesi dari responden ini
dapat dijadikan masukan untuk pemerintah dalam rangka mendesain pembinaan kepada
masyarakat agar masyarakat lebih patuh lagi membayar pajak.
Keterbatasan dan Saran
Hal yang menjadi keterbatasan dalam melakukan penelitian ini pada saat menyebarkan
kuesioner adalah peneliti tidak menemukan kelompok kategori pekerja bebas (dokter, notaris,
dan sebagainya) yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, maka
peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan kategori pekerja bebas
(dokter, notaris dan sebagainya). Karena karakteristik dari kategori pekerja bebas adalah mereka
mempekerjakan diri mereka sendiri dengan menggunakan ilmu yang mereka telah pelajari
sebelumnya, sehingga dapat memperluas cakupan responden. Sebaiknya penelitian selanjutnya
tidak hanya sebatas wilyah Salatiga agar dapat membandingkan persepsi etika penggelapan pajak
lebih dari satu universitas.
23
Daftar Pustaka
Azwar, Saifuddin. 2002. Sikap Manusia: Sikap dan Pengukurannya. Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Danandjaja, James. 2003. Diskriminasi Terhadap Minoritas Masih Merupakan Masalah
Aktual di Indonesia Sehingga Perlu Ditanggulangi Segera.
Direktorat Jendral Pajak. 2011, “Surat Edaran Direktur Jendral Pajak” diakses pada 16
September 2015. http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=14907
________2014, “Peran Pajak Terhadap Pembangunan Nasional dan Daerah”. diakses pada 30
Januari 2015. http://www.pajak.go.id/node/9975?lang=en
Gera, Iris. 2013, “BPK: Penerimaan Pajak Tidak Capai Target dalam 4 Tahun Terakhir”. Diakses
Pada tanggal 10 Desember 2014. http://www.voaindonesia.com/content/bpk-penerimaan-
pajak-tidak-capai-target-dalam-4-tahun-terakhir/1683033.html
Gozhali, Imam. 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS: Edisi 3. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hukumonline.com. 2013 “Lima Modus Kejahatan Perpajakan”. Diakses pada panggal 30 Januari
2015. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51c7fa3cc5d4c/lima-modus-kejahatan-
perpajakan
Ika. 2012 “Kepala KPP Wonosari Raih Doktor Usai Teliti Penggelapan Pajak”. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2014. http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4561
Kompas.com. 2013 “Penggelapan Pajak Masif”. Kompas, 22 November 2013.
Maftuchan, Ah dan Wiko Saputra. 2014. “Evaluasi Realisasi Penerimaan Pajak 2013: Berada
Pada Titik Terendah Sejak 2011”. Diunduh pada tanggal 30 Januari 2015.
http://theprakarsa.org/new/in/papers/detail/9/Evaluasi-Realisasi-Penerimaan-Pajak-2013-
Berada-pada-Titik-Terendah-sejak-2011
Mardiasmo, 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi, Yogyakarta
Mardiasmo, 2009. Perpajakan: Edisi Revisi 2009. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Prasetyo, Sigit, 2010, “Persepsi Etis Penggelapan Pajak Bagi Wajib Pajak Di Wilayah
Surakarta”, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Rahayu, S.K, 2010, Perpajakan Indonesia. Graha Ilmu, Yogyakarta.
24
Rahman, I.Suryani, 2013, “Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Kemungkinan Terdeteksi Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai
Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayahtullah Jakarta, 2013.
Rahmadi, Wahyu, 2014, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Orang
Pribadi Atas Perilaku Penggelapan Pajak” Universitas Diponegoro Semarang, 2014.
Reskino, Rini, dan Dinda Novitasari, 2013, “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai
Penggelapan Pajak”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta, 2013.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Bussiness. Buku 2 edisi 4. Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Siahaan, Marihot P. 2010. Hukum Pajak Material. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sigit, T.H, 2012, Etika Bisnis Modern: Pendekatan Pemangku Kepentingan. UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Manajemen. Penerbit Alfabeta, Bandung.
________ 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Penerbit Alfabeta,
Bandung
Suminarsasi, Wahyu & Supriyadi, 2012, “Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, dan
Diskriminasi Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak
(Tax Evasion)” Universitas Gadjha Mada Yogyakarta, 2012.
Surwono, Sarlito, 1999, Psilologi Sosial: Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Balai
Pustaka, Jakarta.
Untung, H.B, 2012, Hukum dan Etika Binsis. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Waluyo, 2013, Perpajakan Indonesia: Edisi 11. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
25
Wicaksono, K.Adi, 2014, “Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion): Perbedaan Persepsi
Mahasiswa Ekonomi, Hukum, Dan Psikologi”, Universitas Gadjah Mada, 2014.
Yetmi, Yeasy, Resti Yulistia, 2014, “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wajib
Pajak Mengenai Penggelapam Pajak”, Universitas Bung Hatta, 2014.
26
LAMPIRAN 1
Hasil Uji Variabel
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 120 100.0
Excludeda 0 .0
Total 120 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.889 .890 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Q1 2.18 1.053 120
Q2 2.70 1.082 120
Q3 2.69 1.083 120
Q4 2.68 1.101 120
Q5 2.63 1.101 120
Q6 2.93 1.165 120
Q7 2.22 .972 120
Inter-Item Correlation Matrix
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7
Q1 1.000 .514 .463 .487 .531 .462 .569
Q2 .514 1.000 .509 .454 .519 .384 .542
Q3 .463 .509 1.000 .845 .551 .603 .535
Q4 .487 .454 .845 1.000 .516 .612 .585
Q5 .531 .519 .551 .516 1.000 .629 .556
Q6 .462 .384 .603 .612 .629 1.000 .369
Q7 .569 .542 .535 .585 .556 .369 1.000
27
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Q1 15.84 26.370 .636 .442 .878
Q2 15.33 26.406 .610 .422 .882
Q3 15.33 24.964 .760 .746 .863
Q4 15.35 24.851 .756 .758 .864
Q5 15.40 25.318 .707 .555 .870
Q6 15.09 25.361 .651 .540 .877
Q7 15.81 26.711 .668 .531 .875
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
18.03 34.361 5.862 7
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 120 100.0
Excludeda 0 .0
Total 120 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items
N of Items
.871 .873 8
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Q8 2.17 1.064 120
Q9 2.63 1.101 120
28
Q10 1.88 1.146 120
Q11 2.83 1.268 120
Q12 2.26 1.177 120
Q13 2.68 1.372 120
Q14 2.56 1.091 120
Q15 2.39 .981 120
Inter-Item Correlation Matrix
Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15
Q8 1.000 .427 .512 .389 .542 .509 .441 .331
Q9 .427 1.000 .458 .470 .646 .511 .351 .565
Q10 .512 .458 1.000 .298 .514 .398 .489 .392
Q11 .389 .470 .298 1.000 .458 .552 .484 .461
Q12 .542 .646 .514 .458 1.000 .415 .436 .574
Q13 .509 .511 .398 .552 .415 1.000 .394 .368
Q14 .441 .351 .489 .484 .436 .394 1.000 .563
Q15 .331 .565 .392 .461 .574 .368 .563 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Q8 17.22 35.857 .617 .451 .856
Q9 16.77 34.886 .673 .546 .850
Q10 17.51 35.513 .587 .419 .859
Q11 16.57 34.231 .607 .441 .857
Q12 17.13 33.881 .699 .571 .846
Q13 16.71 33.250 .614 .455 .858
Q14 16.83 35.720 .609 .477 .857
Q15 17.00 36.420 .630 .512 .855
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
19.39 44.845 6.697 8
29
Correlations Sistem Pajak
Correlations
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Sistem Pajak
Q1
Pearson Correlation 1 .514** .463
** .487
** .531
** .462
** .569
** .737
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
Q2
Pearson Correlation .514** 1 .509
** .454
** .519
** .384
** .542
** .720
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
Q3
Pearson Correlation .463** .509
** 1 .845
** .551
** .603
** .535
** .832
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
Q4
Pearson Correlation .487** .454
** .845
** 1 .516
** .612
** .585
** .830
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
Q5
Pearson Correlation .531** .519
** .551
** .516
** 1 .629
** .556
** .795
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
Q6
Pearson Correlation .462** .384
** .603
** .612
** .629
** 1 .369
** .758
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
Q7
Pearson Correlation .569** .542
** .535
** .585
** .556
** .369
** 1 .754
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
Sistem
Pajak
Pearson Correlation .737** .720
** .832
** .830
** .795
** .758
** .754
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Keadilan Pajak
Correlations
Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Keadilan
Pajak
Q8
Pearson Correlation 1 .427** .512
** .389
** .542
** .509
** .441
** .331
** .710
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Q9 Pearson Correlation .427
** 1 .458
** .470
** .646
** .511
** .351
** .565
** .758
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
30
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Q10
Pearson Correlation .512** .458
** 1 .298
** .514
** .398
** .489
** .392
** .693
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Q11
Pearson Correlation .389** .470
** .298
** 1 .458
** .552
** .484
** .461
** .720
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Q12
Pearson Correlation .542** .646
** .514
** .458
** 1 .415
** .436
** .574
** .783
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Q13
Pearson Correlation .509** .511
** .398
** .552
** .415
** 1 .394
** .368
** .733
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Q14
Pearson Correlation .441** .351
** .489
** .484
** .436
** .394
** 1 .563
** .706
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Q15
Pearson Correlation .331** .565
** .392
** .461
** .574
** .368
** .563
** 1 .714
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Keadian
Pajakl
Pearson Correlation .710** .758
** .693
** .720
** .783
** .733
** .706
** .714
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
31
LAMPIRAN 2
Distribusi Jawaban Responden
Tabel Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Sistem Perpajakan (%)
Indikator Wajib Pajak Calon Wajib Pajak
STS TS R S SS STS TS R S SS
1. 57 77 33 20 13 50 103 30 13 3
2. 27 70 33 60 10 20 83 57 33 7
3. 23 87 23 57 10 23 73 53 47 3
4. 24 88 27 47 14 23 80 47 43 7
5. 27 80 43 43 7 33 70 50 40 7
6. 20 63 47 60 10 27 50 43 60 20
7. 39 100 35 19 6 43 103 23 27 3
Rata-
rata 31 81 35 44 10 31 80 43 38 7
Tabel Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Keadilan Perpajakan (%)
Indikator Wajib Pajak Calon Wajib Pajak
STS TS R S SS STS TS R S SS
1. 47 97 17 27 13 60 97 27 13 3
2. 23 87 30 43 17 27 87 43 40 3
3. 100 57 7 27 10 90 87 3 10 10
4. 43 57 23 63 13 33 47 37 70 13
5. 40 87 33 23 17 73 83 7 30 7
6. 50 53 7 57 33 50 57 47 33 13
7. 30 73 33 50 13 30 93 47 27 3
8. 27 93 27 53 0 33 110 33 20 3
Rata-
rata 45 75 22 43 15 50 83 30 30 7
32
Tabel Distribusi Jawaban Responden Pada Variabel Diskriminasi (%)
Wajib Pajak Calon Wajib Pajak
Rata-
rata
STS 47 47 47
TS 80 90 85
R 37 33 35
S 13 17 15
SS 23 13 18
33
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN UNTUK CALON WAJIB PAJAK
Bapak/Ibu/Saudara/i Yth.,
Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner
ini. Kuisioner ini untuk menunjang penelitian saya yang mengangkat topik perpajakan,
khususnya penggelapan pajak. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam pengisian kuesioner
ini, karena merupakan persepsi masing-masing responden. Terima kasih atas kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu mengisi lembar kuesioner penelitian ini. Semoga
jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya
dalam bidang perpajakan di Indonesia.
Nama : _________________________ ( Boleh Tidak Diisi)
Usia : ___________ Tahun
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Program Studi : S1 Akuntansi S2 Akuntansi
S1 Manajemen S2 Manajemen
Telah Mengambil Mata Kuliah Hukum Pajak: Sudah Belum
Isikan persepsi anda dengan menggunakan centang (√) untuk tiap-tiap pernyataan dibawah ini
dengan jawaban sebagai berikut :
1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
2 : Tidak Setuju (TS)
3 : Ragu-ragu (RR)
4 : Setuju (S)
5 : Sangat Setuju (SS)
1. Penggelapan pajak adalah etis, jika tarif pajak yang dikenakan terlalu tinggi.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
34
2. Penggelapan pajak adalah etis, jika pemerintah tidak memberitahukan jenis dari pajak
yang dikenakan (pajak atas apa).
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
3. Penggelapan pajak adalah etis, jika sistem pajak berjalan dengan tidak adil.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
4. Penggelapan pajak adalah etis, jika sistem pajak berjalan dengan tidak efesien.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
5. Penggelapan pajak adalah etis, jika sebagian besar porsi dari pajak yang
dikumpulkan dipergunakan secara tidak merata, misalnya masih banyak daerah-daerah
yang tidak merasakan dampak pembangunan akan adanya pajak.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
6. Penggelapan pajak adalah etis, jika petugas pajak tidak memiliki moralitas pajak
yang baik.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
7. Penggelapan pajak adalah etis, jika saya tidak memiliki kemampuan untuk
menghitung jumlah pajak yang disetorkan.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
8. Penggelapan pajak adalah etis, jika sebagian besar pajak digunakan untuk proyek yang
tidak memberikan keuntungan bagi saya.
35
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
9. Penggelapan pajak adalah etis, jika penegak hukum yang ada belum memadai
dalam menangani kasus pajak yang terjadi.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
10. Penggelapan pajak adalah etis, jika orang lain juga melakukannya.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
11. Penggelapan pajak adalah etis, jika secara signifikan sebagian besar pajak yang
disetorkan dikorupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
12. Penggelapan pajak adalah etis, jika kemungkinan resiko untuk ditangkap/dipenjarakan
atas tindakan penggelapan tersebut kecil.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
13. Penggelapan pajak adalah etis, jika pajak digunakan untuk mendukung sebuah perang
yang pada akhirnya menimbulkan ketidakadilan.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
14. Penggelapan pajak adalah etis, jika saya tidak mampu untuk membayar pajak.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
15. Penggelapan pajak adalah etis, jika otoritas pajak yang ada kurang memadai.
36
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
16. Penggelapan pajak adalah etis, jika pemerintah mendiskriminasi saya karena agama,
ras, dan latar belakang etnis/budaya.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
Opini Anda Tentang Penggelapan Pajak (JIKA ADA)
37
LAMPIRAN 4
KUESIONER PENELITIAN UNTUK WAJIB PAJAK
Bapak/Ibu/Saudara/i Yth.,
Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner
ini. Kuisioner ini untuk menunjang penelitian saya yang mengangkat topik perpajakan,
khususnya penggelapan pajak. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam pengisian kuesioner
ini, karena merupakan persepsi masing-masing responden. Terima kasih atas kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu mengisi lembar kuesioner penelitian ini. Semoga
jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya
dalam bidang perpajakan di Indonesia.
Nama : _________________________ ( Boleh Tidak Diisi)
Usia : ___________ Tahun
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Pekerjaan : PNS/TNI/Polri Karyawan Swasta
Wira Usaha Pekerjaan Bebas
Lainnya Sebutkan ___________
Isikan persepsi anda dengan menggunakan centang (√) untuk tiap-tiap pernyataan dibawah ini
dengan jawaban sebagai berikut :
1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
2 : Tidak Setuju (TS)
3 : Ragu-ragu (RR)
4 : Setuju (S)
5 : Sangat Setuju (SS)
1. Penggelapan pajak adalah etis, jika tarif pajak yang dikenakan terlalu tinggi.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
38
2. Penggelapan pajak adalah etis, jika pemerintah tidak memberitahukan jenis dari pajak
yang dikenakan (pajak atas apa).
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
3. Penggelapan pajak adalah etis, jika sistem pajak berjalan dengan tidak adil.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
4. Penggelapan pajak adalah etis, jika sistem pajak berjalan dengan tidak efesien.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
5. Penggelapan pajak adalah etis, jika sebagian besar porsi dari pajak yang
dikumpulkan dipergunakan secara tidak merata, misalnya masih banyak daerah-daerah
yang tidak merasakan dampak pembangunan akan adanya pajak.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
6. Penggelapan pajak adalah etis, jika petugas pajak tidak memiliki moralitas pajak
yang baik.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
7. Penggelapan pajak adalah etis, jika saya tidak memiliki kemampuan untuk
menghitung jumlah pajak yang disetorkan.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
8. Penggelapan pajak adalah etis, jika sebagian besar pajak digunakan untuk proyek yang
tidak memberikan keuntungan bagi saya.
39
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
9. Penggelapan pajak adalah etis, jika penegak hukum yang ada belum memadai
dalam menangani kasus pajak yang terjadi.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
10. Penggelapan pajak adalah etis, jika orang lain juga melakukannya.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
11. Penggelapan pajak adalah etis, jika secara signifikan sebagian besar pajak yang
disetorkan dikorupsi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
12. Penggelapan pajak adalah etis, jika kemungkinan resiko untuk ditangkap/dipenjarakan
atas tindakan penggelapan tersebut kecil.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
13. Penggelapan pajak adalah etis, jika pajak digunakan untuk mendukung sebuah perang
yang pada akhirnya menimbulkan ketidakadilan.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
14. Penggelapan pajak adalah etis, jika saya tidak mampu untuk membayar pajak.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
15. Penggelapan pajak adalah etis, jika otoritas pajak yang ada kurang memadai.
40
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
16. Penggelapan pajak adalah etis, jika pemerintah mendiskriminasi saya karena agama,
ras, dan latar belakang etnis/budaya.
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
1 2 3 4 5
Opini Anda Tentang Penggelapan Pajak (JIKA ADA)
41
LAMPIRAN 5
Rekapan Data Hasil Kuesioner
Kelompok Responden Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pegawai 1 1 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Pegawai 1 1 1 4 4 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4
Pegawai 1 2 2 3 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2
Pegawai 2 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2
Pegawai 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3
Pegawai 1 2 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 1 2 1
Pegawai 1 2 1 5 1 2 5 5 2 4 2 2 2 2 2 2
Pegawai 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2
Pegawai 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Pegawai 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Pegawai 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
Pegawai 1 2 1 4 1 2 2 4 4 4 4 2 3 2 2 2
Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pegawai 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pegawai 4 5 5 5 5 5 2 4 5 4 3 5 4 3 4 4
Pegawai 5 5 4 3 2 3 2 5 2 4 4 3 5 2 4 5
Pegawai 2 3 3 3 3 2 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4
Pegawai 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2
Pegawai 2 3 3 4 5 2 3 4 5 4 4 4 3 4 4 4
Pegawai 2 3 3 2 5 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3
Pegawai 2 3 2 3 2 2 4 4 2 4 4 4 2 2 2 2
Pegawai 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
42
Pegawai 4 5 5 4 5 4 2 4 5 5 4 4 5 4 5 4
Pegawai 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Pegawai 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Pegawai 5 4 2 2 3 1 2 5 5 1 5 2 1 4 5 5
Pegawai 1 2 2 4 3 2 5 5 2 3 3 3 4 2 3 3
Pegawai 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3
Wirausaha 4 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 4 4 4 4
Wirausaha 4 1 2 2 3 3 1 1 2 1 2 2 4 2 1 2
Wirausaha 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1
Wirausaha 2 3 2 4 2 4 1 4 2 4 4 4 2 2 2 3
Wirausaha 1 2 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1
Wirausaha 1 4 5 4 2 2 5 5 2 2 2 4 2 2 2 2
Wirausaha 2 2 2 2 3 3 1 1 4 4 2 2 4 4 4 2
Wirausaha 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4
Wirausaha 1 1 2 4 2 2 3 4 3 5 5 4 2 3 5 4
Wirausaha 1 1 1 1 4 2 1 1 4 1 1 1 1 4 4 4
Wirausaha 1 2 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2 1 3 2 2
Wirausaha 1 1 1 3 1 1 5 1 3 3 3 3 1 1 3 3
Wirausaha 2 2 2 3 1 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2
Wirausaha 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Wirausaha 1 2 2 4 2 2 2 2 2 4 3 3 3 4 4 3
Wirausaha 2 2 2 4 2 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5
Wirausaha 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Wirausaha 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 2 2
Wirausaha 5 4 2 2 3 1 2 5 5 1 5 2 1 2 2 2
Wirausaha 2 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2
Wirausaha 2 3 3 2 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 2 2
Wirausaha 1 2 2 4 3 3 5 5 2 3 3 3 4 2 3 3
Wirausaha 2 2 4 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 3 4 4
Wirausaha 3 3 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4
43
Wirausaha 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2
Wirausaha 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 3 3 2 2 2
Wirausaha 3 3 3 2 2 2 1 2 1 2 3 3 3 3 3 3
Wirausaha 4 5 5 5 5 5 2 4 4 4 3 5 4 3 4 4
Wirausaha 4 4 4 3 2 3 2 5 2 4 4 3 5 2 4 5
Wirausaha 1 2 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1
Mahasiswa Akuntansi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi 3 3 2 3 3 2 5 5 2 5 4 4 3 3 4 4
Mahasiswa Akuntansi 4 2 4 2 4 4 2 3 4 4 4 4 2 2 4 4
Mahasiswa Akuntansi 2 2 2 4 1 2 2 4 4 2 4 2 4 2 4 4
Mahasiswa Akuntansi 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi 1 3 1 3 4 3 3 2 4 4 4 2 3 2 4 3
Mahasiswa Akuntansi 2 2 2 3 4 4 5 3 4 3 3 2 3 3 4 4
Mahasiswa Akuntansi 1 1 1 3 1 1 5 1 3 3 3 3 1 1 3 3
Mahasiswa Akuntansi 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2
Mahasiswa Akuntansi 2 2 2 3 1 1 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3
Mahasiswa Akuntansi 2 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 2
Mahasiswa Akuntansi 1 3 3 3 1 2 3 1 3 2 3 3 3 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1
Mahasiswa Akuntansi S2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1
Mahasiswa Akuntansi S2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2
Mahasiswa Akuntansi S2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1
Mahasiswa Akuntansi S2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 4 3 2 2 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi S2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2
Mahasiswa Akuntansi S2 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Mahasiswa Akuntansi S2 1 2 1 2 1 2 2 3 1 2 2 2 1 1 2 2
Mahasiswa Akuntansi S2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Mahasiswa Akuntansi S2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44
Mahasiswa Akuntansi S2 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 4 1 1 1 3 3
Mahasiswa Akuntansi S2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 4 2 1 3 1 4 4
Mahasiswa Akuntansi S2 2 2 2 3 1 2 2 5 2 3 2 2 2 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi S2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi S2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2
Mahasiswa Akuntansi S2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
Mahasiswa Manajemen 1 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3
Mahasiswa Manajemen 2 2 2 4 2 4 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4
Mahasiswa Manajemen 1 2 2 3 4 2 3 4 3 4 3 3 2 2 2 2
Mahasiswa Manajemen 1 2 4 5 1 2 4 4 3 4 2 4 3 2 4 2
Mahasiswa Manajemen 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2
Mahasiswa Manajemen 1 1 1 2 1 1 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3
Mahasiswa Manajemen 2 2 3 4 2 3 4 5 4 4 5 3 2 3 4 3
Mahasiswa Manajemen 1 3 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2
Mahasiswa Manajemen 5 3 3 4 3 4 4 2 3 4 2 5 4 3 4 3
Mahasiswa Manajemen 5 4 5 4 5 3 4 3 4 4 5 4 3 2 3 2
Mahasiswa Manajemen 2 3 2 4 4 2 2 2 4 2 4 2 3 2 4 4
Mahasiswa Manajemen 2 2 4 4 4 4 2 4 4 2 2 3 4 4 2 4
Mahasiswa Manajemen 2 2 2 1 2 3 1 3 4 5 5 3 1 2 2 5
Mahasiswa Manajemen 2 4 2 3 2 4 2 4 4 4 4 4 2 3 3 4
Mahasiswa Manajemen 1 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4
Mahasiswa Manajemen S2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Mahasiswa Manajemen S2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
Mahasiswa Manajemen S2 2 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3
Mahasiswa Manajemen S2 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Mahasiswa Manajemen S2 2 2 3 4 2 2 3 2 3 4 4 3 2 4 3 4
Mahasiswa Manajemen S2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2
Mahasiswa Manajemen S2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 4 4 4 2 2 3 2
Mahasiswa Manajemen S2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 4 4 2 2 4 4
Mahasiswa Manajemen S2 1 2 2 1 2 2 1 4 3 3 5 5 2 1 3 3
45
Mahasiswa Manajemen S2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Mahasiswa Manajemen S2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 4 4 3 2 2 3 3
Mahasiswa Manajemen S2 2 1 1 2 2 1 3 1 1 3 3 3 2 2 2 2
Mahasiswa Manajemen S2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 2 2
Mahasiswa Manajemen S2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 4 3 3 2 2 3 3
Mahasiswa Manajemen S2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 2 2