Download - Pertamina UP IV
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karunia dan rahmat-
Nya lah ,kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ UNIT PENGOLAHAN IV PERTAMINA”.
Makalah ini kami buat berdasarkan tinjauan pustaka di berbagai referensi /Literatur ,dan makalah
ini sendiri dibuat untuk proses pembelajaran mata kuliah Teknologi minyak bumi,dimana disini akan
dibahas tentang sejarah,Diagram proses serta produk dari unit pengolahan 1 .
Dalam Pembuatan Makalah ini Kami menyadari bahwa dalam penulisannya mungkin ada
kesalahan dalam teknik penulisan.Oleh karena itu, Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diperlukan guna menyempurnakan makalah ini
Palembang, 24 September 2013
Pemakalah
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR.................................................................................. (i)
2. DAFTAR ISI.................................................................................................(ii)
3. PENDAHULUAN.........................................................................................(1)
4. PENBAHASAN............................................................................................(5)
- URAIAN PROSES.................................................................................(5)
- FASILITAS PENUNJANG.................................................................(10)
- PRODUK YANG DIHASILKAN OLEH UP-IV PERTAMINA.....(14)
5. PENUTUP....................................................................................................(17)
6. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................(18)
7. LAMPIRAN……………………………………………………………….(19)
I. Pendahuluan
A. Sejarah Singkat Pertamina UP IV CilacapPenggunaan minyak bumi saat ini terus berkembang dan semakin meningkat. Minyak
bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang masih digunakan, terutama untuk
pembangkit tenaga listrik dan sebagai bahan bakar untuk berbagai jenis mesin. Konsumsi
minyak bumi terus meningkat terutama untuk keperluan dalam negeri, diantaranya mencapai
34% sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kebutuhan pulau Jawa. Berdasarkan UU
No.19/1960 tentang pendirian Perusahaan Negara dan UU No.44/1960 tentang Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi, maka pada tahun 1961 dibentuk perusahaan negara sektor minyak
dan gas bumi, yaitu PN Pertamina dan PN Permina, yang bergerak dalam usaha eksplorasi,
eksploitasi, pengolahan dan pemasaran/distribusi.
Pada tahun 1971, terbit UU No.8/1971 yang menetapkan penggabungan kedua
perusahaan tersebut menjadi PN Pertamina, sebagai pengelola tunggal dalam pemenuhan
kebutuhan minyak dan gas bumi negara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 31 th.2003
sebagai amanat dari pasal 60 UU no. 22 th 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta akta
pendirian PT (PERSERO) PERTAMINA yang dilakukan oleh Menteri Keuangan
dilaksanakan pengalihan Badan Hukum serta pengalihan Direksi dan Komisaris. Untuk itu,
perlu dibangun unit pengolahan minyak bumi guna memenuhi kebutuhan yang meningkat
tersebut. Dalam usaha tersebut, maka pada tahun 1974 dibangunlah kilang minyak yang
dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud
selain untuk mendapatkan produk BBM, juga untuk mendapatkan bahan dasar minyak
pelumas dan aspal.
Pembangunan kilang minyak di Cilacap merupakan salah satu dari unit-unit pengolahan
yang ada di Indonesia. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berada di bawah tanggung jawab
Direktorat Pengolahan Pertamina. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan
terbesar dan terlengkap hasil produksinya. Pembangunan kilang minyak di Cilacap
dilaksanakan dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene,
Debottlenecking Project, dan Kilang SRU.
I
II
III
IV
VI
VVII
Unit-unit pengolahan minyak dan gas bumi yang dikelola oleh Pertamina terbagi atas 7
lokasi yaitu :
1. RU I Pangkalan Brandan (Sumatra Utara), sudah tidak beroperasi sejak tahun 2006.
2. RU II Dumai dan Sungai Pakning (Riau), kapasitas 170.000 barrel/hari
3. RU III Plaju dan Sungai Gerong (Sumatra Selatan ), kapasitas 135.000 barrel/hari.
4. RU IV Cilacap (Jawa Tengah), kapasitas 348.000 barrel/hari.
5. RU V Balikpapan (Kalimantan Timur), kapasitas 270.000 barrel/hari.
6. RU VI Balongan (jawa Barat), kapasitas 125.000 barrel/hari.
7. RU VII Kasim (Papua Barat), kapasitas 10.000 barrel/hari
Gambar 1.1 Lokasi Refinerry Unit Pertamina Seluruh Indonesia
Kilang Minyak Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan produk BBM
dan non-BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat dan
mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri. Pembangunan kilang
minyak di RU IV Cilacap dilaksanakan dalam dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak I,
Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking Project, dan Kilang SRU. Secara
umum diagram proses di PT. Pertamina RU – IV ditunjukkan oleh gambar 1.2
Mixed Crude(domestic&
import)230 MBSD
Middle East Crude 118 MBSD
FOC II
FOC I Paraxylene
LOC I/II/III
LPGGasolineKeroseneAvturADO/IDOIFOLSWR
LPGParaxyleneBenzeneRaffinateHeavy-AromateToluene
Base OilParafinicMinarexAspalSlack WaxIFO
Long residue
Naphta
Gambar 1.2 Diagram Proses Sederhana PT. Pertamina RU – IV
II. Pembahasan
A. Deskripsi Proses
Unit – unit yang terdapat di PT. Pertamina RU – IV secara garis besar dapat dibagi menjadi
5 bagian yakni kilang FOC, kilang LOC, kilang Paraxylene, kilang LPG, dan unit utilitas.
1. Kilang FOC
Kilang ini berfungsi sebagai penghasil produk bahan bakar minyak seperti gasoline,
diesel oil, avtur, kerosene, dan LPG. Unit ini dibagi menjadi 2 unit utama yakni kilang
FOC I dan FOC II. Kilang FOC I mengolah Arabian crude oil sementara kilang FOC II
mengolah campuran minyak domestic dan minyak impor. Unit – unit utama dalam kilang
ini ditunjukkan oleh tabel 1.1
Tabel 1.1 Unit – Unit Utama di Kilang FOC
Unit Terkait Fungsi
Unit 1100 dan 011 Crude
Distillating unit (CDU)
Memisahkan crude oil menjadi
fraksi – fraksinya (bahan bakar
minyak) didasarkan pada
“Boiling Range”
Unit 1200 dan 012Naphtha
Hydrotreater (NHT)
Menghilangkan kontaminan
dalam Naphtha (S,N,O, metal)
yang bersifat racun pada
katalis, unsur halide serta
menjenuhkan senyawa olefin
Unit 1300 Hydrodesulphurizer
(HDS)
Mengurangi senyawa sulfur
yang masih terdapat pada Light
Gas Oil (LGO) dan Heavy Gas
Oil (HGO) dari CDU
Unit 1400 dan 014 Platformer
Unit
Menaikkan angka oktan
menjadi lebih tinggi, untuk
capuran blending gasoline atau
premium.
Unit 1500 Propane
Manufacturing Facilities (PMF)
Memisahkan unsur C1 dan C2
dari gas hasil sampingan
produk Platformer dan
digunakan sebagai bahan baku
LPG
Unit 1600 dan unit 016 Merox
Treater unit
Sebagai pemurni kerosene
sehingga mencapai smoke point
dengan cara menginjeksikan
Anti Static Additive
Unit 013 AH Unibon Unit Memerbaiki Smoke Point
kerosene agar tercapai smoke
point minimal 17 mm
Unit 15 LPG Recovery Unit Memisahkan LPG propane dan
LPG butane yang berasal dari
unit platformer
Unit 018 Thermal Distillate
Hydrotreating Unit
Mengolah LGO dan HGO dari
Visbreaker agar diperoleh
diesel oil dengan indeks sekitar
45 dan flash point tidak kurang
dari 1450F
Unit 018 Visbreaker Mengolah minyak fraksi berat
menjadi fraksi ringan dengan
cara cracking menggunakan
media pemanas.
Secara umum, diagram proses di kilang FOC I dan II dapat dilihat pada lampiran
2. Kilang LOC
Kilang ini berfungsi untuk memproduksi Lube base oil yang akan digunakan sebagai
bahan baku minyak pelumas. Kilang ini dibagi menjadi 3 unit utama yakni kilang LOC I,
LOC II, LOC III. Unit – unit utama dalam kilang ini dapat dilihat pada table 1.2
Tabel 1.2 Unit Terkait di Kilang LOC
Unit – unit terkait Fungsi
High Vacuum Unit Memisahkan fraksi Distillate dengan
Short Residue. Proses dengan
menggunakan Distilasi vakum untuk
menghindari terjadinya cracking
Propane Deasphalting Unit Memisahkan fraksi aspal dengan
DAO menggunakan prinsip ekstraksi
dengan pelarut propane
Furfural Extraction Unit Memisahkan komponen aromatic
pada dasar base oil sehingga memiliki
VI dan kestabilan tinggi
MEK Dewaxing Unit Memisahkan komponen wax pada
bahan dasar base oil sehingga
memiliki pour point yang rendah
dengan prinsip ekstraksi
menggunakan pelarut MEK dan
Toluen
HTU (Hydrotreating Unit) Menghilangkan komponen impuritis
dan juga untuk menaikkan bilangan
VI
Secara umum blok diagram kilang LOC dapat dilihat pada lampiran.
3. Kilang Paraxylene
Kilang ini berfungsi untuk memproduksi Paraxylene yang merupakan bahan baku pabrik
Purified Terepthalic Acid di Pertamina RU-III yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuat tekstil. Unit – unit utama pada kilang ini dapat dilihat pada tabel 1.3
Tabel 1.3 Unit Terkait di Kilang Paraxylene
Unit – unit terkait Fungsi
Unit R2 Naphtha Hydrotreater Memersiapkan heavy naphtha yang
terbatas dari kontaminasi berbagai
impurities
Platformer dan CCR Mengolah senyawa paraffinic dan
naphthenic yang terdapat pada
treated naphtha menjadi senyawa
aromatic
Sulfolane Unit Memisahkan gugus aromat dari
gugus non aromatic
Tatoray Process Unit Menkonversi Toluene menjadi
Benzene dan campuran Xylene
Xylene Fractionation Unit Memisahkan capuran antara xylene
dengan C9 aromat dan lainnya
Paraxylene Extraction Process Unit Proses pemisahan kontinyu untuk
adsorbsi selektif dari campuran
isomernya.
Isomar Process Unit Proses isomerisasi katalis mengubah
C8 aromat menjadi campuran yang
seimbang dengan menggunakan
noble metal catalyst
Secara umum blok diagram kilang Paraxylene dapat dilihat pada lampiran
4. Kilang LPG
Kilang ini berfungsi memproduksi LPG untuk kebutuhan masyarakat Indonesia,
khususnya yang tinggal di pulau Jawa. Unit – unit utama yang ada di kilang ini adalah :
1. Utility
2. Gas treating Unit
3. LPG Recovery
4. Sulfur Recovery
5. Tail Gas Unit
6. Refrigerant
Secara umum proses di kilang LPG dapat dilihat pada lampiran
5. Unit Utilitas
Unit ini berfungsi sebagai penyedia energi listrik, pengelolaan air untuk seluruh sarana
dan prasarana pabrik, pengolahan udara untuk pabrik dan pusat pengolahan limbah
pabrik. Unit utilitas terdiri dari 4 unit utama yaitu:
1. Pembangkit Tenaga Listrik
2. Steam Generator Unit
3. Cooling Water System
4. Unit Sistem Udara Tekan
B. UNIT PENUNJANG PRODUKSI
Unit penunjang produksi didirikan bertujuan untuk melengkapi unit utama, membantu
kemudahan penanganan unit utama ataupun untuk mengelola produk samping sehingga
menghasilkan bahan yang berguna.
A. Oil Movement
Unit ini bertanggung jawab dalam menangani pergerakan minyak baik dalam maupun
ke luar kilang terlebih dengan kondisi kilang yang memiliki kapasitas pengolahan
348.000 barel/hari.
Tugas dan tanggung jawab bagian ini antara lain :
Menerima crude oil dan menyalurkannya ke unit FOC I dan FOC II
Menerima stream dari unit FOC I dan FOC II
Menyiapkan feed untuk secondary processing
Menyalurkan produksi dari secondary/tertiary processing
Menyalurkan produksi dari kilang ke tangki penampungan
Melaksanakan blending produk menjadi finishing produk
Pemompaan hasil-hasil minyak ke kapal, Perbekalan Dalam Negeri (PDN), dan
Own Use
Melakukan slpos/ballast recovery
Untuk menunjang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut, tersedia fasilitas
dan peralatan operasi antara lain :
Dermaga, untuk bongkar muat crude oil, BBM, dan NBM
Tangki-tangki, untuk penampungan crude, produk dan slpos
Pipa-pipa, untuk pemompaan feed ke kilang, blending, produk dll
Oil Catcher (CPI), untuk menampung minyak yang tercecer dari bocoran pipa-
pipa, pengedrainan tangki, dari parit dan holding basin
Holding basin yang berhubungan dengan CPI berfungsi untuk mengembalikan
atau memperbaiki kualitas air buangan, terutama mengembalikan kandungan
oksigen
Silencer untuk mengurangi kebisingan
Groyne sebagai sarana pelindung pantai dari kikisan gelombang laut
B. Laboratorium
Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena dari laboratorium
ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh. Dengan data-data yang
diberikan maka proses produksi akan selalu dapat dikontrol dan dijaga standar mutu
sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Bagian laboratorium berada di bawah Manajer Kilang yang mempunyai tugas pokok :
Sebagai pengontrol kualitas bahan baku, apakah sudah memenuhi persyaratan
yang diperkenankan atau tidak.
Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sudah memenuhi standar yang
berlaku atau belum.
Bahan-bahan yang diperiksa di laboratorium ini adalah :
• Crude Oil
• Stream product FOCI/II, LOCI/II/III, dan paraxylene
• Utilities : water, steam, fuel oil, fuel gas, chemical agent, dan katalis
• Intermediate product dan finishing product.
Dalam pelaksanaan tugas, bagian laboratorium dibagi menjadi Laboratorium
Pengamatan, Laboratorium Analitik dan Gas, Laboratorium Litbang, dan Ren. ADM/
Gudang/ Statistik.
C. Unit Nitrogen Plant
Nitrogen pada kilang ini diperlukan untuk CCR sistem dan tangki tailing. Kapasitas
Nitrogen plant ini adalah:
N2 gas : 800 Nm3/jam
N2 liquid : 130 Nm3/jam
Udara dilewatkan melalui suction filter untuk menghilangkan debu-debu, selanjutnya
ditekan dan dimasukkan ke dalam absorber, kemudian didinginkan sampai kira-kira
5oC pada ciller unit.
D. Hot Oil System Unit
Walaupun tidak langsung dengan proses, unit ini sangat penting keberadaannya
karena merupakan sumber panas bagi unit-unit lain, antara lain untuk menguapkan
pelarut pada pelarut recovery. Prinsip operasinya adalah secara kontinyu dalam
sirkulasi tertutup.
E. Sour Water Stripper
Unit ini berfungsi untuk membersihkan air buangan dari crude distiling unit,
hydrodesulfurizer unit dan unit lain yang masih banyak mengandung amoniak, sulfida
dan kotoran-kotoran lain berupa sisa-sisa minyak sehingga apabila langsung dibuang
akan memberikan bau dan mengakibatkan terjadinya polusi air. Pada proses
pembersihan air ini digunakan LP steam sebagai separating agent (zat pembersih) di
dalam packed colom. Hasil atas yang berupa uap/gas sebagai bahan bakar pada crude
heater, sedang airnya dikirim ke corrugated plate interceptor (CPI) untuk mengambil
minyak yang masih terikat. Unit ini didesain untuk mengolah 32,3 m3/jam (733
ton/hari) sour water dengan perkiraan kandungan H2S sebesar 29 Kg/jam (0,7
ton/hari) dan kandungan NH3 sebesar 7 Kg/jam (0,16 ton/hari).
F. Sulfur Recovery Unit
Sulphur Recovery Unit (SRU) didirikan untuk memisahkan acid gas dari amine
regeneration di gas treating unit (GTU), dirubah menjadi H2S dalam bentuk gas
menjadi sulfur cair dan dalam bentuk gas sulfur untuk bisa dikirim melalui eksport
G. Tail Gas Unit
` TGU (Tail Gas Unit) dirancang untuk mengolah acid gas dari sulphur recovery unit (SRU).
Semua komponen sulfur diubah menjadi H2S untuk dihilangkan di unit PGU absorber, arus
recycle kembali ke unit SRU dan sebagian dibakar menjadi jenis sulfur yang terdiri dari SOx
kemudian dibuang ke atmosfer.
C. PRODUK
Produk – produk yang dihasilkan Pertamina RU – IV adalah BBM, nonBBM, maupun
petrokimia. FOC I dan II memproduksi BBM maupun Non BBM sedangkan LOC I, II,
III memproduksi minyak dasar pelumas. KPC memproduksi berbagai macam petrokimia
yang komersial. Pada tabel 7.1 dan 7.2 dapat dilihat jenis produk yang diproduksi oleh
FOC I, II dan LOC I, II, III serta KPC.
Tabel 7.1 Produk dari FOC I dan II
Fuel Oil Complex I Fuel Oil Complex II
BBM Non BBM BBM Non BBM
Premium LPG Premium LPG
Kerosene Avtur Kerosene Naphtha
ADO / IDO Naphtha ADO / IDO LSWR
Long Residu IFO
Sumber : PT. Pertamina RU – IV Cilacap
Tabel 7.2 Produk dari LOC I, II, III dan KPC
LOC I LOC II LOC III KPC
Minarex – A
Minarex – B Paraxylene
Slack Wax Slack Wax Benzene
Parafinic – 95 Minarex – H Asphalt LPG
Parafinic – 60 Asphalt Slack Wax Raffinate
Asphalt VGO Heavy Aromate
VGO Toluene
Base Oil Group I
HVI – 60 Base Oil Group II Base Oil Group III
HVI – 95 LMO – 95 LMO – 4
HVI – 160S MMO – 160S MMO – 8
HVI – 650
Sumber : PT. Pertamina RU – IV Cilacap
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai produk – produk yang dihasilkan Kilang
Paraxylene Cilacap (KPC):
Bahan – bahan petrokimia diproduksi oleh KPC menghasilkan 590.000 ton/tahun produk
dengan produk utama paraxylene dan benzene serta produk sampingan raffinate, heavy
aromate, dan toluene.
A. Paraxylene
Produk Paraxylene sebagian diekspor ke luar negeri bersama dengan benzene dan
sebagian lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Pusat Aromatik di
Pertamina RU – III, Plaju. Di kilang tersebut, paraxylene diolah menjadi Purified
Therepthalic Acid (PTA) yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi
industry tekstil. Spesifikasi paraxylene yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 7.3
Tabel 7.3 Spesifikasi Paraxylene Pertamina RU – IV
Karakteristik Metode Spesifikasi
Purity, %wt ASTM – D 3798 Min 99,65
Appeareance at 300C Visual C & B without sediment
Bromine Index ASTM – D 1492 Max 200
Color Saybolt ASTM – D 156 Min +25
Distillation Range 0C ASTM – D 850 20C (include 138,40C)
Doctor Test ASTM – D 235 Negative
Orto – Xylene, %wt ASTM – D 3798 Max 0,1
Meta – Xylene, %wt ASTM – D 3798 Max 0,25
Non – Aromatics, %wt ASTM – D 3798 Max 0,20
Sumber : PT. Pertamina RU – IV Cilacap
B. Benzene
Benzene dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri petrokimia. Produk ini tidak
digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestic, seluruhnya diekspor ke luar negeri
C. Heavy Aromate
Kapasitas produksi Heavy Aromate adalah 11.461 ton/tahun. Produk ini dimanfaatkan
sebagai solvent dan dipasarkan di dalam negeri dalam bentuk cair. Spesifikasi Heavy
Aromate yang diproduksi oleh Pertamina dapat dilihat pada tabel 7.4
Tabel 7.4 Spesifikasi Heavy Aromate Pertamina RU – IV
Sifat Satuan Metode Spesifikasi
Warna ASTM ASTM D – 1500 4 max
Penampakan Visual Bening
Spec Gravity 600/600 F ASTM D – 1298 0,875 – 0,930
Flash point PMcc 0F ASTM D – 93 130 min
Cu Stripp pada 1000C/ 3
jam
ASTM D – 130 No. 1 max
Mixed Aniline Point 0C ASTM D – 611 16 max
Distillation ASTM D – 86
IBP 0C 160 min
FBP 0C 350 max
Aromatic Content %berat UOP 744 97 min
Sumber : PT. Pertamina RU – IV Cilacap
D. Toluene
Produk toluene cair yang diproduksi Pertamina RU – IV dipasarkan di dalam negeri
sebanyak 12.127 ton/tahunnya. Produk ini dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
pembuatan TNT, solvent, pewarna, pembuatan resin, bahan pembuat parfum, pembuatan
plasticizer, dan obat – obatan. Spesifikasi toluene yang diproduksi Pertamina RU – IV
dapat dilihat pada tabel 7.5
Tabel 7.5 Spesifikasi Toluene Pertamina RU – IV
Sifat Satuan Metode Spesifikasi
Penampakan Visual Cairan bening
yang bebas dari
sedimen atau
kabut, diamati
pada 65 – 780C
Real Desity pada
15,556/15,56 0C
Real Density pada 200C
gr/cc ASTM D -4052
ASTM D - 4052
0,869 – 0,873
0,865 – 0,870
Warna Pt.Co ASTM D – 1209 20 max
Acid Wash Color ASTM D – 848 2 max
Keasaman ASTM D – 847 Tidak ada asam
Komponen Sulfur ASTM D – 853 Tidak ada sulfur
Distillation Range
Komposisi Tembaga
Total Non – Aromatik
0C
%vol
ASTM D – 850
ASTM D – 849
ASTM D – 4492
Tidak lebih dari
10C termasuk
110,60C
Passes
1,5% vol max
Sumber: PT. Pertamina RU – IV Cilacap
III. Penutup
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
Pertamina merupakan suatu perusahaan milik negara yang berfungsi sebagai penyedia
dan suplai bahan bakar minyak dan non bahan bakar minyak yang sangat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-sehari
Pembangunan kilang minyak di Cilacap merupakan salah satu dari unit-unit pengolahan
yang ada di Indonesia. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap berada di bawah tanggung jawab
Direktorat Pengolahan Pertamina. Refinery Unit IV Cilacap ini merupakan unit pengolahan
terbesar dan terlengkap hasil produksinya. Pembangunan kilang minyak di Cilacap
dilaksanakan dalam lima tahap yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene,
Debottlenecking Project, dan Kilang SRU.
Produk – produk yang dihasilkan Pertamina RU – IV adalah BBM, nonBBM, maupun
petrokimia. FOC I dan II memproduksi BBM maupun Non BBM sedangkan LOC I, II, III
memproduksi minyak dasar pelumas. KPC memproduksi berbagai macam petrokimia yang
komersial.