PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI UNIT GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN (DA) CI MANDIRI, SUKABUMI TAHUN 1989 – 2014
Amalia Fathiningrum1, Supriatna2 dan Hari Kartono3
123Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus Universitas Indonesia, Depok 16424
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian mengenai perubahan penggunaan tanah di unit geomorfologi DA Ci Mandiri ini membahas pengelompokkan bentuk permukaan bumi berdasarkan ketinggian, lereng, pola aliran sungai dan aspek geologi yang kemudian dikaitkan dengan aspek penggunaan tanah tahun 1989 – 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unit-unit geomorfologi yang berada di DA Ci Mandiri dan perubahan penggunaan tanah serta faktor penyebab perubahan penggunaan tanah tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode ideografik yaitu mendeskripsikan dan menganalisis hasil interpretasi berdasarkan peta hasil olah dan data survey lapang, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi berupa kebun campuran dan mengalami perubahan penggunaan tanah yang terus meningkat dari tahun 1989 – 2014 menjadi pemukiman dan sawah.
Abstract
This research of land use changes in Ci Mandiri Watershed’s geomorphological units discuss about the classification of earth surface forms based on elevation, slope, river flow pattern, and geological aspect that later are ossociated with land use aspect from 1989 to 2014. The objective of this research is to identify geomorphological units that construct Ci Mandiri watershed as well as its land use changes and contributing factor. This research is descriptive using ideographic method to describe and analyse the interpretation results from processed maps and field survey’s data. It can be concluded from the research that the major land use changes in every unit of geomorphology is the form of mixed farms where its land use changes keep increasing in to settlement and field within 1989 to 2014.
Keywords: Ci Mandiri Watershed; Geology Aspect; Geomorphological Units; Geomorphology; Land Use
Change
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dapat hidup dan menetap dengan kondisi lingkungan yang beragam seperti,
di pegunungan, perbukitan, pesisir, dataran rendah maupun lembah sungai. Hal ini
menunjukkan bahwa permukaan bumi memliki bentuk lahan yang bervariasi. Dalam geografi,
bentuk-bentuk permukaan bumi dibahas dalam geomorfologi yang merupakan ilmu mengenai
bentuk permukaan bumi dan proses-proses perubahan permukaan bumi (Thornbury, 1969).[6]
Akibat keragaman bentuk permukaan bumi, maka diklasifikasikan atau dikelompokkan atas
dasar persamaan dan perbedaan karakteristiknya menjadi satu kesatuan geomorfologi atau
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
unit-unit geomorfologi menurut Sunardi (1985).[8] Hal ini dilakukan agar lebih mudah
memahami bentuk permukaan bumi yang heterogen.
Keterkaitan bentuk permukaan bumi dengan aktivitas manusia akan terus berlangsung,
seiring bertambahnya jumlah penduduk yang berakibat pada meningkatnya kebutuhan dalam
pemanfaatan muka bumi, sehingga diperlukan faktor pembatas dalam pemanfaatan muka
bumi. Dalam pengwilayahan fisiografi, dikaitkan dengan pemanfaatan muka bumi, sebaiknya
dibuat atas dasar ketinggian dan kelerengan. Faktor lereng dan ketinggian sebagai pembatas
dalam penggunaan tanah dan faktor lainnya yaitu batuan induk tanah dan genangan air.[3]
Dalam penelitian ini, akan membahas mengenai unit geomorfologi berdasarkan aspek
topografi dan aspek geologi yang kemudian dikaitkan dengan penggunaan tanah selama 4
periode dari tahun 1989 - 2014. Oleh sebab itu, akan terlihat dinamika penggunaan tanah di
setiap unit-unit geomorfologi DA Ci Mandiri.
Rumusan Masalah
Pemanfaatan muka bumi oleh manusia yang semakin meningkat demi memenuhi
kebutuhan hidup menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan tanah.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja unit-unit geomorfologi di DA Ci Mandiri ?
2. Bagaimana arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi
DA Ci Mandiri dari tahun 1989-2014 ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unit-unit geomorfologi yang berada di DA
Ci Mandiri dan mengetahui arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di setiap unit
geomorfologi DA Ci Mandiri tahun 1989-2014.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Geografi merupakan ilmu kebumian yang mengkaji fenomena-fenomena yang ada di
permukaan bumi dan hubungan saling tindak dengan kehidupan manusia melalui tiga
pendekatan yaitu, keruangan (spasial), temporal dan kompleks wilayah.[4] Fenomena yang
berhubungan erat dengan adanya kehidupan manusia salah satunya yaitu penggunaan tanah
yang seiring berjalannya waktu akan terus mengalami perubahan untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
Penggunaan tanah juga berkaitan erat dengan kondisi geomorfologi suatu wilayah.
Menurut Van Zuidam (1979), geomorfologi merupakan kajian yang menguraikan bentuk
lahan dan proses-proses yang menyebabkan pembentukannya dan menyelidiki hubungan
antara bentuk lahan dengan proses pembentukannya dalam tatanan keruangan.[2] Suatu
bentukan asal memiliki kenampakakkan yang beragam. Oleh sebab itu, dilakukan
pengelompokkan bentukan asal menjadi satu kesatuan geomorfologi atau unit geomorfologi.
Unit geomorfologi merupakan wilayah muka bumi yang mempunyai kesamaan bentuk
dan proses yang berperan sehingga bentukan yang bersangkutan terbentuk.[1] Menurut
Verstappen (1983), unit geomorfologi dilihat berdasarkan aspek morfologi (bentuk), aspek
morfogenesa (asal mula), aspek morfokronologi (proses) dan aspek morfo-asosiasi
(keterkaitan bentuk lahan).[2]
Unit geomorfologi dalam penelitian ini merupakan unit geomorfologi yang berada di
daerah aliran sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalihkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami. Dimana batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan).[7] Oleh sebab itu,
akan dikaji perubahan penggunaan tanah di unit geomorfologi DA Ci Mandiri, Sukabumi
tahun 1989-2014.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer berupa wawancara penduduk setempat terkait dengan perubahan penggunaan tanah
dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder berupa data batas DA Ci Mandiri bersumber dari
Dinas PU tahun 1999 untuk megetahui wilayah penelitian, data ketinggian dan kelerengan,
data administrasi, data sungai, data jalan dan data geologi Provinsi Jawa Barat yang
bersumber dari BIG tahun 2013 untuk mengetahui bentukan asal dan unit geomorfologi, serta
citra landsat Jawa Barat dengan path 122 dan row 65 bagian Kabupaten Sukabumi yang
terdiri dari Landsat 1-3 MSS untuk tahun 1989, citra Landsat 4-5 TM untuk tahun 1997 dan
2006, citra Landsat 8 OLI untuk tahun 2014 untuk mengetahui perubahan penggunaan tanah
DA Ci Mandiri.
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
Variabel penelitian
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan terdapat wilayah ketinggian, wilayah
kelerengan, jenis batuan, struktur geologi dan pola aliran sungai.
Pengolahan Data
Pengolahan data untuk mengetahui bentukan asal dan unit geomorfologi di DA Ci
Mandiri dilakukan interpretasi peta yang diolah berdasarkan data seknunder yaitu wilayah
kelerengan, wilayah ketinggian dan jens batuan. Sedangkan pengolahan data untuk
mengetahui perubahan penggunaan tanah dilakukan pengolahan citra. Dalam pengolahan citra
tersebut untuk memperoleh informasi penggunaan tanah yang terdapat dalam citra, dilakukan
klasifikasi terhadap citra landsat tahun 1989, 1997, 2006 dan 2014. Metode untuk klasifikasi
citra yang digunakan yaitu klasifikasi kemiripan maksimum terbimbing (maximum likelihood
supervised classification) yang mengidentifikasi objek atas dasar nilai spektral yang sama
atau objek-objek yang kenampakannya hampir mirip (Lihat Gambar 1). Kemudian dilakukan
analisis menggunakan metode ideografik dengan mendeskripsikan hasil interpretasi dari peta
unit geomorfologi dan interpretasi citra yang menghasilkan peta perubahan penggunaan tanah
dan dilihat arah kecenderungan (trend) perubahan penggunaan tanah di setiap unit
geomorfologi DA Ci Mandiri.
Gambar 3.1 Bagan Langkah Kerja Pengolahan Citra
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit-unit Geomorfologi DA Ci Mandiri
Berdasarkan aspek morfologi (relief) dan aspek morfogenesa (asal mula bentuk) DA
Ci Mandiri, maka dapat dikelompokkan menjadi delapan unit geomorfologi yang diantaranya,
yaitu 2 unit geomorfogenesis denudasional terdiri dari pegunungan curam terdenudasi dan
dataran tinggi curam terdenudasi, 1 unit geomorfogenesis fluvial, yaitu dataran tinggi curam
fluvial, 3 unit geomorfogenesis struktural diantaranya pegunungan sesar naik, perbukitan
bergelombang berlipat dan dataran rendah terlipat, dan 2 unit hasil vulkanik, yaitu perbukitan
lereng vulkanik tengah dan perbukitan lereng vulkanik bawah. Berikut ini kenampakan unit
geomorfologi dalam bentuk 3 dimensi.
Gambar 4.1 Kenampakan 3D Unit Geomorfologi DA Ci Mandiri
Perubahan Penggunaan Tanah di DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014
Bentuk atau jenis penggunaan tanah di DA Ci Mandiri meliputi hutan, kebun
campuran, lahan terbuka, pemukiman, perkebunan dan sawah. DA Ci Mandiri memiliki luas
190399.88 Ha. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kurun waktu dua puluh lima tahun
(1989-2014) telah terjadi perubahan luas dari suatu jenis penggunaan tanah satu ke jenis
penggunaan tanah lain. Salah satu penggunaan tanah yang jelas terlihat perubahan luasannya
yaitu pada hutan yang merupakan kawasan konservasi mengalami penurunan luas sebesar
(D1)
(D2)
(F1)
(S1)
(S3)
(S2)
(V1) (V2)
Keterangan: (D1) : Pegunungan Curam Terdenudasi (S2) : Dataran Rendah Terlipat (D2) : Dataran Tinggi Curam Terdenudasi (S3) : Pegunungan Sesar Naik (F1) : Dataran Tinggi Curam Fluvial (V1) : Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah (S1) : Perbukitan Bergelombang Terlipat (V2) : Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
15.915,28 Ha atau 8,36 %, begitu juga dengan kebun campuran yang merupakan penggunaan
tanah dominan di DA Ci Mandiri mengalami penurunan luasan sebesar 17.929,93 Ha atau
9,24 %. Penurunan luasan juga terjadi di perkebunan sebesar 4.732,16 Ha atau 2,49 %.
Seiring penurunan pada hutan, kebun campuran dan perkebunan, penggunaan tanah lain
mengalami peningkatan luasa yang terdiri dari lahan terbuka sebesar 17.713,83 Ha atau 9,30
%, sawah sebesar 11.831,81 atau 6,21 % dan pemukiman sebesar 9.031,72 Ha atau 4,74 %.
Berikut ini data tabel luasan area dan perubahan luasan area pengunaan tanah DA Ci Mandiri
serta peta penggunaan tanah tahun 1989, 1997, 2006 dan 2014 (Lihat Peta 1, Peta 2, Peta 3
dan Peta 4).
Tabel 4.1. Luas dan Persentase Luas Penggunaan Tanah di DA Ci Mandiri
Tahun 1989-2014
Penggunaan Tanah
Tahun 1989 1997 2006 2014
Ha % Ha % Ha % Ha % Hutan 31961.79 16.78 24063.35 12.64 19324.71 10.15 16046.52 8.43 Kebun campuran
105978.24 55.66 97718.92 51.33 77672.74 40.79 88048.31 46.24
Lahan terbuka
16032.18 8.42 32587.07 17.12 12213.46 6.42 33746.02 17.73
Pemukiman 722.72 0.38 1147.93 0.61 2952.29 1.55 9754.44 5.12 Perkebunan 25904.77 13.61 32255.48 16.94 70363.61 36.96 21172.62 11.12 Sawah 9800.18 5.15 2627.14 1.38 7873.06 4.14 21631.99 11.36 Total 190399.88 100 190399.88 100 190399.88 100 190399.88 100
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014
Tabel 4.2. Perubahan Luas Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014
Penggunaan Tanah Perubahan
Tahun 1989-2014*
Ha % Hutan -15.915,28 -8,36 Kebun campuran -17.929,93 -9,24 Lahan Terbuka 17.713,83 9,30 Pemukiman 9.031,72 4,74 Perkebunan -4.732,16 -2,49 Sawah 11.831,81 6,21 Total 0,00 0,00
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: *Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
0
50000
100000
150000
200000
1989 1997 2006 2014
Luas (H
a)
Tahun
Pemukiman Sawah Hutan
Lahan terbuka Perkebunan Kebun Campuran
Grafik 4.1 Trend Perubahan Penggunan Tanah di DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1, kebun campuran memiliki luasan yang terbesar
dibandingkan penggunaan tanah lain. Namun, diantara penggunaan tanah lainnya, kebun
campuran merupakan penggunaan tanah yang mengalami alih fungsi terbanyak hingga tahun
2014. Sebagai salah satu contoh pada penggunaan tanah yang mengalami peningkatan secara
terus-menerus, yaitu pemukiman. Selain itu, seiring bertambahya pemukiman, penggunaan
tanah lain yang berkaitan dengan pemukiman disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup
yaitu sawah. Sawah merupakan penggunaan tanah yang cenderung mengalami peningkatan
luasan tahun 2014 seiring peningkatan luas pemukiman.
Menurut Rustiadi (1999), perubahan pengunaan lahan mengikuti posisi geografi. Di
daerah rural perubahan lahan terjadi dari lahan hutan menjadi lahan pertanian dan
pemukiman.[5] Berdasarkan hal tersebut, penggunaan tanah sawah dan pemukiman
digunakan untuk melihat arah kecenderungan perubahan penggunaan tanah di setiap unit
geomorfologi DA Ci Mandiri. Sebab, kondisi geografis yang berbeda menyebabkan
terjadinya pengunaan tanah dengan tingkat luasan yang berbeda-beda.
Perubahan Penggunaan Tanah dan Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan
Penggunaan Tanah di Unit Geomorfologi DA Ci Mandiri Tahun 1989-2014
• Pegunungan Curam Terdenudasi (D1)
Penggunaan tanah di unit geomorfologi pegunungan curam terdenudasi dari tahun
1989-2014 didominasi oleh hutan. Di tahun 2014 penurunan terbesar terjadi pada hutan
sebesar 19,65 % atau 4.441,38 Ha, kemudian perkebunan 1,64 %. Penurunan luasan hutan
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
diakibatkan adanya peningkatan luas kebun campuran sebesar 3.657,16 Ha atau 16,8 % dan
lahan terbuka seluas 868,45 Ha. Hutan menjadi lahan terbuka karena adanya penebangan
pohon untuk dijadikan sebagai bahan baku industri kayu dan pembukaan lahan untuk
pemukiman, perkebunan dan sawah.
Unit geomorfologi pegunungan curam terdenudasi yang berada di ketiggian >1000
mdpl dan kemiringan lereng >40 % ini memiliki ciri mudah terdenudasi atau tererosi. Namun,
pada pemukiman lebih besar luasannya yaitu 238,41 Ha dibandingkan pada sawah dengan
luas 125,38 Ha. Hal ini dikarenakan, pemukiman berada pada wilayah dengan lereng <15 %
dan suhunya yang rendah pada ketinggian >1000 mdpl yang merupakan wilayah datar di
dataran tinggi, sehingga kemungkinan besar menjadi faktor utama terjadinya pembangunan
dan kondisi suhu yang cukup baik untuk pertanian.
Tabel 4.3 Perubahan Luas Pengguaan Tana di Pegunungan Curam Terdenudasi
Penggunaan Tanah Perubahan*
Ha % Hutan -4.441,38 -19,65 Kebun campuran 3.657,16 16,18 Lahan terbuka 868,45 3,84 Pemukiman 237,86 1,05 Perkebunan -370,97 -1,64 Sawah 48,89 0,22 Total 0,00 0,00
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014
Grafik 4.2 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah
di Pegunungan Curam Terdenudasi
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
• Dataran Tinggi Curam Terdenudasi (D2)
Pada unit geomorfologi dataran tinggi curam terdenudasi didominasi oleh kebun
campuran dari tahun 1989-2014. Namun, kebun campuran mengalami penurunan luasan
karena terkonversi menjadi pemukiman, sehingga luas pemukiman meningkat sebesar 57,23
Ha atau 1,23 %, kemudian perkebunan 75,09 Ha atau 1,61 %, lahan terbuka 80,01 Ha dan
sawah 172,34 Ha atau 3,70 %. Berdasarkan peningkatan luasan di tahun 2014, maka arah
kecenderungan perubahan penggunaan tanah di dataran tinggi curam terdenudasi pada sawah
dibandingkan pemukiman. Hal ini dikarenakan wilayah yang datar dengan lereng <15 % sulit
ditemukan, namun untuk pertanian seperti sawah dapat diusahakan oleh petani dengan
menerapkan pola penanaman berupa teras bangku dan teras gulud agar tidak tererosi. Berikut
tabel perubahan penggunaan tanah dan grafik arah kecenderungan perubahan penggunaan
tanah di dataran tinggi curam terdenudasi.
Tabel 4.4 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Dataran Tinggi Curam Terdenudasi
Penggunaan Tanah Perubahan*
Ha % Hutan -1.337,28 -28,75 Kebun campuran 952,61 20,48 Lahan terbuka 80,01 1,72 Pemukiman 57,23 1,23 Perkebunan 75,09 1,61 Sawah 172,34 3,70 Total 0,00 0,00
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014
Grafik 4.3 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah
Di Dataran Tinggi Curam Terdenudasi
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
• Dataran Tinggi Curam Fluvial (F1)
Dataran tinggi curam fluvial dapat ditemukan di daerah yang terdapat sungai. Pada
dataran tinggi curam fluvial, kecenderungan perubahan penggunaan tanah mengarah pada
sawah dibandingkan pemukiman. Dataran tinggi curam fluvial dengan luas area 9.032,17 Ha
mengalami perubahan luas area penggunaan tanah. Perubahan luasan sawah dari tahun 1989-
2014 sekitar 8,19 % atau 739,28 Ha, sedangkan pada pemukiman perubahan luasan area dari
tahun 1989-2014 sekitar 234,56 Ha dari luas 4,05 % . Peningkatan luas area sawah di dataran
tinggi curam fluvial tersebut dikarenakan adanya sungai-sungai yang dapat mengairi sawah-
sawah tersebut. Kondisi wilayahnya perbukitan landai hingga curam, sehingga
memungkinkan untuk pertanian pada kondisi lereng curam dan pemukiman pada kondisi
lereng landai.
Tabel 4.5 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Dataran Tinggi Curam Fluvial
Penggunaan Tanah Perubahan*
Ha % Hutan -1.471,28 -16,29 Kebun campuran -496,54 -5,50 Lahan terbuka 1.002,45 11,10 Pemukiman 234,56 2,60 Perkebunan -8,47 -0,09 Sawah 739,28 8,19 Total 0,00 0,00
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014
Grafik 4.4 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah
Di Dataran Tinggi Curam Fluvial
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
• Perbukitan Bergelombang Terlipat (S1)
Perbukitan bergelombang terlipat lebih didominasi oleh kebun campuran. Namun,
kebun campuran semakin berkurang. Terjadi peningkatan luas area penggunaan terbesar dari
tahun 1989-2014 pada sawah sebesar 5.544,61 Ha atau 11,4 %. Namun, sempat terjadi
penurunan pada sawah akibat terkonversi menjadi perkebunan dan lahan terbuka, kemudian
sawah meningkat kembali di kebun campuran, sehingga luas kebun campuran menurun. Hal
itu juga diakibatkan terjadinya peningkatan lahan terbuka akibat banyaknya pembukaan lahan
pemukiman dan pembakaran lahan untuk penananaman kembali (replanting). Oleh sebab itu,
lahan terbuka yang sedang dalam proses untuk membangun pemukiman menyebabkan
peningkatan luas area pemukiman sebesar 5,08 % atau 2.641,33 Ha. Selain itu, kondisi
wilayahnya berbukit landai, sehingga banyak pemukiman dan pembukaan lahan untuk
pemukiman. Berikut perubahan penggunaan dan arah kecenderungan pada tabel dan grafik.
Tabel 4.6 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Perbukitan Bergelombang Terlipat
Penggunaan Tanah Perubahan*
Ha % Hutan -5,83 -0,01 Kebun campuran -10.436,56 -21,53 Lahan terbuka 3.464,58 7,15 Pemukiman 2.461,33 5,08 Perkebunan -1.028,12 -2,12 Sawah 5.544,61 11,44 Total 0,00 0,00
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014
Grafik 4.5 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah
Di Dataran Tinggi Curam Fluvial
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
• Dataran Rendah Terlipat
Penggunaan tanah di dataran rendah terlipat juga didominasi oleh kebun campuran,
sedangkan hutan tidak ditemukan pada unit ini karena ketinggianya <100 mdpl dan lereng
<15 % yang merupakan dataran rendah landai. Lahan terbuka cukup luas pada unit ini, sebab
terdapat pembukaan lahan sebagai lahan pemukiman, tambang batu yang mengikis bukit-
bukit dan tambang pasir di sungai, dimana hasil tambangnya disimpan di sepanjang tepian
sungai. dilihat dari arah kecenderungannya, luas pemukiman lebih besar dibandingkan
sawah, maka kecenderungan perubahan penggunaan tanah di dataran rendah terlipat yaitu
terjadi pada pemukiman. Karena pada sawah telah terjadi penurunan. Kondisi wilayah dengan
ketinggian <100 mdpl dan lerengnya <15 % merupakan wilayah yang datar dengan ketinggian
rendah, sebab berada di pesisir dan hilir Ci Mandiri. maka tak heran apabila terjadi pemadatan
pemukiman di dataran rendah terlipat.
Tabel 4.7 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Dataran Rendah Terlipat
Penggunaan Tanah Perubahan*
Ha % Hutan 0,00 0,00 Kebun campuran -231,19 -8,05 Lahan terbuka 400,81 13,95 Pemukiman 217,06 7,56 Perkebunan -424,58 -14,78 Sawah 37,90 1,32 Total 0,00 0,00
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014
Grafik 4.6 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah
Di Perbukitan Bergelombang Terlipat
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
• Pegunungan Sesar Naik
Penggunungan sesar naik yang merupakan salah satu unit geomorfologi dari bentukan
asal struktural ini mengalami perubahan penggunaan tanah terbanyak dari kebun campuran
menjadi lahan terbuka. Sebagian lahan terbuka mengalami penurunan yang beralih fungsi
menjadi pemukiman. Begitu juga dengan sawah yang megalami peningkatan luasan, namun
terjadi penurunan luasan akibat terkonversi menjadi pemukiman. Padatnya pemukiman terjadi
di Kota Sukabumi. Selain itu, peningkatan luas pemukiman juga terjadi di Kecamatan
Ciemas yang merupakan wilayah dengan kandungan emas. Oleh sebab itu, semakin banyak
penduduk pendatang yang menjadi penambang emas disamping sebagai petani. Hal tersebut
menyebabkan kecenderungan perubahan penggunaan tanah di pegunungan sesar naik
mengarah pada pemukiman dibandingkan sawah.
Tabel 4.8 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Pegunungan Sesar Naik
Penggunaan Tanah Perubahan*
Ha % Hutan -770,56 -1,57 Kebun campuran -8.607,63 -17,59 Lahan terbuka 5.696,40 11,64 Pemukiman 3.749,22 7,66 Perkebunan -1.878,85 -3,84 Sawah 1.811,42 3,70 Total 0,00 0,00
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014
Grafik 4.7 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah
Di Pegunungan Sesar Naik
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
• Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah dan Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah
Perbukitan lereng vulkanik tengah dan perbukitan vukanik bawah didominasi oleh
kebun campuran. Kedua unit geomorfogenesis vulkanik tersebut kecenderungan perubahan
penggunaan tanahnya didominasi oleh sawah dibandingkan dengan pemukiman. Alih fungsi
menjadi sawah pada awalnya merupakan kebun campuran yang kemudian terkonversi
menjadi perkebunan, kemudian perkebunan sebagian besar beralih menjadi sawah dan
sebagian lainnya menjadi lahan terbuka. Kondisi ketinggianya berada di 100-500 mdpl hingga
>1000 mdpl dengan kemiringan lereng <15 %, 25-40 % dan >40 % yang menjadikan wilayah
tersebut berada di relief datar hingga sangat curam dan sebagian wilayahnya bergelombang.
Namun, penggunaan tanah sawah semakin luas. Hal ini dikarenakan wilayah ini memiliki
banyak kandungan aluvial pada tanahnya dan materal gunungapi lainnya yang menyebabkan
kesuburan pada tanah dan tanaman yang tumbuh, sehingga tanah tersebut digunakan sebagai
lahan pertanian. Berikut ini data perubahan luas penggunaan tanah dan arah kecenderungan
perubahan penggunaan tanah di kedua unit ini disajikan pada Tabel 4.10 dan Grafik 4.8.
Tabel 4.10 Perubahan Luas Penggunaan Tanah di Perbukitan Lereng Vulkanik Tenga
dan Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah
Unit Geomorfologi
Penggunaan Tanah
Perubahan* Ha %
Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah (V1)
Hutan -107,48 -0,46 Kebun campuran -3.988,41 -16,98 Lahan terbuka 2.238,10 9,53 Pemukiman 1.127,38 4,80 Perkebunan -564,18 -2,40 Sawah 1.294,59 5,51 Total 0,00 0,00
Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah (V2)
Hutan -7.406,08 --24,41 Kebun campuran 854,38 2,82 Lahan terbuka 3.961,76 13,06 Pemukiman 947,07 3,12 Perkebunan -537,80 -1,77 Sawah 2.180,67 7,19 Total 0,00 0,00
Sumber: Hasil perhitungan data, 2014 Keterangan: * Perubahan dari tahun 1989 ke tahun 2014
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
Grafik 4.8 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah
Di Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah
Grafik 4.9 Arah Kecenderungan (Trend) Perubahan Pengunaan Tanah
Di Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, DA Ci Mandiri dapat dikelompokkan ke
dalam 8 (delapan) unit geomorfologi yaitu Pegunungan Curam Terdenudasi (D1), Dataran
Tinggi Curam Terdenudasi (D2), Dataran Tinggi Curam Fluvial (F1), Perbukitan
Bergelombang Terlipat (S1), Dataran Rendah Terlipat (S2), Pegunungan Sesar Naik (S3),
Perbukitan Lereng Vulkanik Tengah (V1) dan Perbukitan Lereng Vulkanik Bawah (V2).
Mengenai kecenderungan perubahan penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi
DA Ci Mandiri selama 4 periode dari tahun 1989, 1997, 2006 dan 2014, maka dapat
dikemukakan bahwa perubahan penggunaan tanah cenderung beralih fungsi menjadi
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
pemukiman dan sawah. Unit geomorfologi yang perubahan penggunaan tanahnya cenderung
mengalami peningkatan lebih luas pada pemukiman terdiri dari pegunungan curam
terdenudasi, dataran rendah terlipat dan pegunungan sesar naik Sedangkan unit geomorfologi
yang penggunaan tanahnya cenderung mengalami peningkatan area lebih luas pada sawah,
yaitu dataran tinggi curam fluvial, dataran tinggi curam terdenudasi, perbukitan bergelombang
terlipat, perbukitan lereng vulkanik tengah dan perbukitan lereng vulkanik bawah.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Firdauzi, R.J.1998. Unit Geomorfrologi dan Penggunaan Tanah Daerah Aliran Ci
Mandiri Hulu. Depok: Departemen Geografi. FMIPA, Universitas Indonesia.
[2] Lihawa, F. 2009. Pendekatan Geomorfologi Dalam Survei Kejadian Erosi. Jurnal Pelangi
Ilmu Vol. 2 No. 5.
[3] Sandy, I.M., Kartono, H.,Rahardjo, S. 1989. Esensi Pembangunan Wilayah dan
Penggunaan Tanah Berencana. Depok: Demografi, FMIPA, Universitas Indonesia.
[4] Sartohadi, J., Jamulya, dan Dewi, N. I .S. 2012. Cetakan I. Pengantar Geografi Tanah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[5] Suryani, E. dan Agus, F. 2005. Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap
Karakteristik Hidrologi: Suatu Studi Di DAS Cijalupang. Bandung, Jawa Barat. Bogor:
Prosiding Multifungsi Pertanian, Balai Penelitian Tanah.
[6] Suwardji dan Priyono, J. 2005. Geomorfologi dan Analisis Landscape. Cetakan Keempat.
Mataram: Mataram University Press.
[7] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.
[8] Wahyudi, A. 2010. Unit Geomorfologi Pegunungan Sudirman di Papua. Depok:
Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia.
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
Lampiran 1. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 1989
Lampiran 2. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 1997
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015
Lampiran 3. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 2006
Lampiran 3. Peta Penggunaan Tanah DA Ci Mandiri Tahun 2014
"Perubahan penggunaan tanah di..., Amalia Fathiningrum, FMIPA UI, 2015