Transcript
Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor
05/K/I-XIII.2/5/2008
No. 100.700 / 2008
2008
2008
E. Sistematika Penulisan .............................................................................................................2
BAB III TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS..................................................5
A. Umum.....................................................................................................................................5
E. Penetapan Tingkat Kesalahan yang Dapat Ditoleransi...........................................................7
F. Pertimbangan atas PM, TE, Bukti, dan Opini ........................................................................8
G. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas ..............................................................................9
H. Dokumentasi.........................................................................................................................10
B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas .......................................................11
C. Pemantauan Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas ..........................................................11
Referensi ………………………………………………………………………………..............12
BAB I
pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas seluruh transaksi dalam suatu entitas yang diperiksa. Keterbatasan-keterbatasan tersebut menimbulkan
kebutuhan bagi pemeriksa untuk mempertimbangkan “materialitas” dalam
pemeriksaan.
memperoleh bukti kompeten yang cukup. Untuk melaksanakan SPKN
tersebut dan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan di atas,
pemeriksaan dilakukan dengan mempertimbangkan konsep materialitas.
Perencanaan & bukti terkait dengan
03 Konsep materialitas secara praktik telah banyak dilakukan dalam pemeriksaan
keuangan. Hasil pemeriksaan keuangan mengungkapkan opini kewajaran suatu
laporan keuangan terhadap standar akuntansi yang berlaku dalam segala hal yang material. Hasil pemeriksaan berupa opini tersebut diperoleh dari suatu
‘reasonable assurance’ (keyakinan yang memadai) bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji yang material.
Konsep materialitas dalam pemeriksaan
04 Dengan demikian, materialitas merupakan salah satu konsep penting dan mendasar di dalam pemeriksaan keuangan. Hal ini disebabkan penetapan
materialitas mempengaruhi pemberian opini atas kewajaran suatu laporan
keuangan.
(SPAP) mengatur perencanaan pemeriksaan dengan mempertimbangkan
materialitas.
07 Berdasarkan hal-hal di atas, penetapan materialitas dalam pemeriksaan perlu
diatur dalam suatu petunjuk teknis sebagai penjabaran dari SPKN, SPAP, dan petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis terkait lainnya sehingga pemeriksa
memiliki dasar atau justifikasi serta keseragaman dan konsistensi dalam menetapkan materialitas.
Perlunya pedoman penetapan materialitas
08 Tujuan petunjuk teknis penetapan batas materialitas adalah untuk memberikan
pedoman secara teknis tentang cara penetapan batas materialitas dalam
pemeriksaan.
09 Petunjuk teknis ini hanya mengatur penetapan batas materialitas dalam
pemeriksaan keuangan dhi pemeriksaan laporan keuangan.
Lingkup juknis
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 2 dari 12
10 Petunjuk teknis ini merupakan penjabaran dari petunjuk pelaksanaan pemeriksaan keuangan terutama langkah ke-7 tahap perencanaan pemeriksaan
keuangan, yaitu penetapan materialitas awal (PM) dan kesalahan tertoleransi
(TE). Selain itu, juknis ini terkait dengan juknis pemahaman dan penilaian
risiko, juknis uji petik dalam pemeriksaan keuangan, juknis pemeriksaan LKPP/LKKL, serta juknis pemeriksaan LKPD.
Keterkaitan dengan perangkat lunak lainnya
D. Dasar Hukum Penyusunan Juknis
11 Dasar hukum penyusunan juknis penetapan batas materialitas adalah sebagai
berikut:
a. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
b. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
d. Keputusan BPK RI Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan
34/K/I-VIII.3/6/2007 Tentang Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/K/I- VIII.3/7/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab III : Teknik Penetapan Batas Materialitas
Bab IV : Penutup
BAB II
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut1.
Pengertian materialitas
baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
03 Keadaan yang melingkupi yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam
menetapkan materialitas di antaranya adalah sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diperiksa. Sebagai contoh, suatu jumlah yang material
bagi laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak material bagi laporan
keuangan entitas lain dengan ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu juga,
jumlah yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.
Keadaan yang melingkupi
Angka tersebut menjadi pedoman untuk menetapkan apakah suatu salah saji
yang ditemukan dalam pemeriksaan merupakan salah saji yang material.
Jumlah salah saji di bawah angka tersebut tanpa dilakukannya pengamatan lebih lanjut dapat dinyatakan tidak material.
Pertimbangan kuantitatif dalam
tanggapan pemeriksa terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya,
kekeliruan pada suatu akun yang tidak mempengaruhi akun-akun lainnya
dalam laporan keuangan (kekeliruan yang terisolasi), yang tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan prinsip akuntansi dianggap
tidak signifikan terhadap pemeriksaan. Sebaliknya, bila pemeriksa mendeteksi adanya kecurangan, pemeriksa harus mempertimbangkan pengaruh
(implikasi) integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan
dampaknya terhadap aspek pemeriksaan. Misalnya, suatu pembayaran yang
melanggar hukum yang jumlahnya tidak material dapat menjadi material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan kewajiban bersyarat yang
material atau hilangnya pendapatan yang material.
Pertimbangan kualitatif dalam penetapan
bersifat profesional dan dipengaruhi oleh persepsi yang wajar tentang keandalan dan kepercayaan atas laporan keuangan yang diperiksa.
Materialitas mengandung unsur subjektivitas tergantung pada sudut pandang,
waktu, dan kondisi pihak yang berkepentingan. Namun, penilaian subjektivitas yang sama dari banyak pihak dapat mengarah pada suatu
objektivitas.
1 Pernyataan Standar Auditing No. 25, “Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit”, Standar Audit
Seksi 312 paragraf 10.
07 Konsep materialitas dapat dikelompokkan menjadi :
a. Materialitas Kuantitatif; materialitas yang menggunakan ukuran
kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah unit.
b. Materialitas Kualitatif; materialitas yang menggunakan ukuran kualitatif
yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional. Pertimbangan profesional tersebut didasarkan pada cara pandang, pengetahuan, dan
pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.
08 Dalam menentukan materialitas, tidak terdapat kriteria yang baku, tetapi ada
faktor yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam menentukan materialitas,
yaitu :
a. tingkat kepentingan para pihak terkait terhadap objek yang diperiksa, misalnya pada objek laporan keuangan pemerintah, pengguna laporan
keuangan memiliki kepentingan yang tinggi terhadap masalah legalitas
dan ketaatan pada ketentuan yang berlaku.
b. batasan materialitas untuk penugasan pemeriksaan, misalnya batasan
materialitas pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat cenderung
konservatif karena sektor publik lebih mementingkan pengujian terhadap legalitas, ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku.
C. Materialitas dan TE
tingkat keseluruhan laporan keuangan.
materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
10 Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji
agregat minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapat menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan dengan wajar.
11 Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum pada saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap mengandung
salah saji material.
BAB III
1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas;
2. Penentuan tingkat materialitas;
4. Penetapan Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi;
5. Pertimbangan atas Penetapan Materialitas Awal
1. Penentuan Dasar
02 Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemeriksa adalah menentukan
dasar penetapan materialitas. Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa di antaranya adalah nilai laba bersih sebelum pajak,
total aset, ekuitas, total penerimaan, atau total belanja/biaya.
03 Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan:
a. karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang diperiksa;
b. area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh pengguna
laporan keuangan;
1. Penentuan Dasar
04 Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa adalah sebagai berikut:
a. total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba;
b. laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan mencari laba; dan
c. nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.
05 Mengenai angka mana yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, tahun
berjalan, atau angka ekspektasi, tergantung pertimbangan reliabilitas atau
keakuratan data. Praktik yang umum adalah dengan mengambil angka tahun
lalu, kemudian disesuaikan dengan inflasi atau perkiraan anggaran. Cara lain adalah dengan mengambil angka aktual pada saat perencanaan, kemudian
diiekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.
pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan dan mendirikan fasilitas-
fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya
yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana dari
pemerintah tersebut. Oleh karena itu, dasar penetapan materialitas yang paling sesuai untuk pemeriksaan laporan keuangan departemen ini adalah total
belanja.
08 Tingkat materialitas dapat ditetapkan sebagai berikut:
a. untuk entitas nirlaba: 0,5% sampai dengan 5% dari total penerimaan atau total belanja;
b. untuk entitas yang bertujuan mencari laba: 5% sampai dengan 10% dari
laba sebelum pajak atau 0,5% sampai dengan 1% dari total
penjualan/pendapatan; dan
c. untuk entitas yang berbasis aset: 1% dari ekuitas atau 0,5% sampai 1%
dari total aktiva.
1. Penentuan Dasar
5. Pertimbangan atas PM,
09 Pedoman umum penerapan tingkat materialitas adalah sebagai berikut:
a. 0,5% dari belanja atau pendapatan digunakan pada entitas nirlaba pada
saat pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau pada kondisi Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas yang belum memadai. Pemeriksa
dapat berangsur-angsur meningkatkan tingkat materialitas yang akan digunakannya pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya sampai dengan
tingkat meaterialitas 5% dari total belanja atau pendapatan.
b. 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat materialitas 10% digunakan pada perusahaan nonpublik dan anak perusahaannya dan 5%
digunakan pada perusahaan publik.
c. 0,5% sampai 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan telah
beroperasi pada atau mendekati titik impas dan keuntungan atau kerugian bersih berfluktuasi dari tahun ke tahun.
d. 1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah yang
menyebabkan likuiditas sebagai perhatian utama, atau pada saat pengguna
laporan keuangan lebih memfokuskan perhatian pada ekuitas dari pada hasil dari operasi..
e. 0,5% sampai 1% dari total aktiva pada saat ekuitas mengalami penurunan pada titik paling rendah.
10 Kepada pemeriksa dianjurkan untuk menggunakan tingkat materialitas yang
paling rendah (paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan
entitas yang baru kali pertama diperiksa. Selain itu, tingkat materialitas yang
konservatif juga harus digunakan pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas-entitas yang mempunyai risiko pemeriksaan tinggi atau belum
mempunyai sistem pengendalian intern yang memadai.
Konservatisme dalam penerapan tingkat
D. Penetapan Nilai Materialitas Awal ( Planning Materiality /PM)
11 Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialitas awal untuk tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang diperoleh merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan pengguna
Laporan Keuangan.
Dasar penetapan
1. Penentuan Dasar
5. Pertimbangan atas PM,
13 Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE) merupakan alokasi materialitas
awal (PM) pada setiap akun atau kelompok akun. Alokasi materialitas pada setiap akun dilakukan dengan tujuan untuk menentukan akun/kelompok akun
dalam laporan keuangan yang memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan,
memastikan adanya kemungkinan salah saji yang material yang berasal dari
penggabungan salah saji yang jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal, dan mempertimbangkan risiko deteksi.
14 TE dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai setiap akun, atau pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai
apakah ia perlu mengalokasikan TE yang lebih ketat atau cukup longgar untuk
akun tertentu berdasarkan pengalamannya terutama mengenai kecenderungan terjadinya salah saji pada akun-akun tertentu tersebut. Aturan umum yang
sering digunakan adalah bahwa alokasi pada satu akun tertentu tidak lebih dari 60% dari PM, dan jumlah dari seluruh TE tidak lebih dari dua kali nilai PM.
1. Penentuan Dasar
15 Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TE pada akun-akun laporan keuangan adalah sebagai berikut:
- tentukan nilai PM
- hitung total nilai seluruh akun pada laporan keuangan yang akan
diperiksa, kecuali akun-akun yang bersifat residual, seperti
SILPA/SIKPA, ekuitas dana, dan sebagainya.
- alokasikan nilai PM pada akun-akun utama dengan menggunakan rumus
T
PM = Materialitas awal
N = Nilai akun
- alokasikan kembali dengan menggunakan pertimbangan pemeriksa, di
antaranya dengan mempertimbangkan risiko inheren, risiko pengendalian masing-masing akun, jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi
pengguna laporan keuangan, serta biaya pemeriksaan yang mungkin
diperlukan untuk memverifikasi akun tersebut.
F. Pertimbangan atas PM, TE, Bukti, dan Opini
16 Penetapan materialitas awal (PM) pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat
dipengaruhi oleh tingkat risiko pemeriksaan. Besarnya batas materialitas berbanding terbalik dangan risiko pemeriksaan yang ditetapkan oleh
pemeriksa. Pada entitas yang menurut pertimbangan pemeriksa memiliki risiko
pemeriksaan lebih tinggi, pemeriksa dapat menetapkan batasan materialitas
yang lebih rendah daripada batasan materialitas untuk entitas yang menurut
pemeriksa memiliki risiko pemeriksaan lebih rendah. Langkah-langkah untuk melakukan analisis risiko pemeriksaan dapat dilihat pada juknis tentang
analisis risiko.
17 Selain itu, PM dan TE pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat
berpengaruh terhadap banyaknya bukti pemeriksaan yang harus diperoleh atau ukuran sampel yang akan diuji. Tingkat materialitas berhubungan terbalik
dengan banyak bukti/ukuran sampel. Semakin tinggi tingkat materialitas, semakin sedikit bahan bukti yang harus diperoleh sehingga semakin sedikit
sampel yang harus diambil jika pemeriksa memutuskan untuk melakukan uji
petik.
18 Hubungan antara materialitas dan risiko pemeriksaan serta banyaknya bukti
yang harus diperoleh disajikan pada tabel berikut:
Materialitas
19 Sepanjang tahap pelaksanaan, pemeriksa perlu terus menilai kesesuaian tingkat
materialitas yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan tersebut dan mengubah/memperbaharuinya jika memang diperlukan.
PM dapat disesuaikan dengan kondisi yang ditemui pada tahap
pelaksanaan
(1) perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan
(2) informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama berlangsungnya
pekerjaan lapangan.
dengan nilai di bawah materialitas awal. Misalnya, pada saat perencanaan pemeriksaan, ditetapkan perencanaan awal materialitas sebesar Rp 8 milyar.
Sejalan dengan pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan adanya kecurangan yang melibatkan manajemen entitas yang diperiksa sebesar Rp 5 milyar, maka
dilakukan penambahan ruang lingkup pemeriksaan (ektensifikasi) dengan
menurunkan batas materialitas menjadi Rp 5 milyar.
22 Pada tahap pelaporan, materialitas baik pada tingkat laporan keuangan maupun
pada tingkat akun individual sangat berpengaruh pada opini yang akan diberikan oleh pemeriksa.
Hubungan antara materialitas dan opini
23 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan lebih kecil daripada PM, salah saji pada tingkat akun masing-
masing tidak lebih besar daripada TE akun tersebut, dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa dapat memberikan
opini wajar tanpa pengecualian, kecuali ada pertimbangan kualitatif yang mengharuskan pemeriksa memberi opini lain.
24 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan lebih besar daripada PM dan pihak terperiksa tidak bersedia
mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa harus memberikan
pendapat tidak wajar.
25 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat akun lebih besar daripada TE
akun tersebut dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya, pemeriksa perlu mempertimbangkan untuk memberi opini wajar
dengan pengecualian atas akun tersebut meskipun salah saji pada tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan masih di bawah PM, atau jika salah saji
pada akun tersebut menurut pertimbangan pemeriksa mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, pemeriksa dapat memberikan opini tidak wajar.
G. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas
26 Selain penetapan batas materialitas secara kuantitatif seperti telah diilustrasikan sebelumnya, pemeriksa juga perlu mempertimbangkan faktor-
faktor kualitatif baik dalam menetapkan materialitas pada tingkat laporan
keuangan maupun pada pada tingkat akun.
27 Faktor kualitatif yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan tingkat
materialitas pada tingkat laporan keuangan di antaranya adalah pengendalian intern dan ketidakwajaran laporan keuangan. Adanya salah saji baik disengaja
atau tidak merupakan dampak dari kelemahan pengendalian intern. Pemeriksa
juga perlu menerapkan sikap skeptis yang profesional dalam menentukan
apakah suatu salah saji yang tidak material sebenarnya merupakan praktik- praktik kecurangan dalam pelaporan keuangan. Pemeriksa harus menetapkan
sikap skeptis yang profesional dalam menentukan apakah manajemen dengan
sengaja menyajikan secara salah beberapa akun tertentu (yang mungkin
dilakukan pada angka di bawah batas materialitas) untuk memanipulasi angka laba. Pemeriksa juga harus menaruh curiga apabila praktik akuntansi yang
dilakukan oleh entitas yang diperiksa tampaknya bertentangan dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Pertimbangan faktor kualitatif pada tingkat
akun
terhadap laporan keuangan (misalnya, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi penyajian banyak hal dalam laporan keuangan), serta dampak dari kesalahan
tersebut terhadap laporan keuangan.
akun
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 10 dari 12
29 Dengan kata lain, pemeriksa perlu waspada terhadap suatu salah saji yang secara kuantitatif mungkin tidak material, tetapi secara kualitatif menjadi
material. Sebagai contoh, tingkat PM untuk pemeriksaan laporan keuangan BUMD adalah Rp15 milyar. Pada saat pemeriksa melakukan pekerjaan
lapangan ditemukan adanya pendapatan yang kurang dicatat sebesar Rp14
milyar; secara kuantitatif hal ini tidak material. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa kekurangcatatan tersebut disebabkan keinginan manajemen menangguhkan pengakuan pendapatan sebesar Rp14 milyar ke
periode mendatang karena telah tercapainya target pendapatan yang telah
ditetapkan pada periode berjalan. Hal tersebut secara kualitatif menjadi material karena manajemen dengan sengaja melakukan suatu manipulasi
terhadap laporan keuangan untuk suatu tujuan tertentu.
H. Dokumentasi
pengendali teknis dan penanggung jawab pemeriksaan. Untuk memudahkan
proses reviu, pemeriksa perlu mendokumentasikan setiap pertimbangan profesional serta cara perhitungan yang dilakukannya dalam rangka
menetapkan tingkat materialitas tersebut.
profesionalnya
31 Contoh dokumentasi atau kertas kerja untuk penetapan materialitas awal
(Planning Materiality), perhitungan alokasi penetapan TE (Tolerable Error ), perubahan atas materialitas awal serta pertimbangan kualitatif atas PM dan TE
masing-masing dapat dilihat pada lampiran 3.1 sampai dengan 3.4.
BAB IV
01 Petunjuk teknis penetapan materialitas ini mulai berlaku untuk setiap pemeriksaan atas Laporan Keuangan (pemeriksaan keuangan) Tahun
2008.
B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas
02 Pemutakhiran petunjuk teknis penetapan materialitas dapat berupa
perubahan petunjuk teknis dimaksud atau penjelasan atas substansi
petunjuk teknis tersebut. Perubahan atas petunjuk teknis ini akan disampaikan secara resmi melalui surat keputusan tentang perubahan
petunjuk teknis tersebut. Penjelasan atas substansi petunjuk teknis ini
disampaikan secara tertulis dari tim pemantauan petunjuk teknis
penetapan materialitas pada Subdirektorat Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Direktorat Penelitian dan
Pengembangan, Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan
Negara Badan Pemeriksa Keuangan.
Pemutakhiran dapat berupa perubahan
03 Petunjuk teknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai
dengan perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan,
dan kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas juknis ini akan dilakukan oleh tim pemantauan juknis terkait. Selain itu, masukan atau
pertanyaan terkait dengan petunjuk teknis ini dapat disampaikan kepada:
Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-5704395 pesawat 104, 730 Email: [email protected]
Pemantauan dilakukan oleh tim
Referensi
Arens, A.A., Elder, R.J., dan M.S. Beasley (2006), Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach 11 th
Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall
Boynton, W.C., dan R. N. Johnson (2006), Modern Auditing: Assurance Services and the
Integrity of Financial Reporting 8 th
Edition, Hoboken: John Wiley & Sons Inc
Messier, W.F., Glover, S.M., Prawitt, D.F. (2006), Auditing & Assurance Services: A Systematic
Approach 4 th
Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan Kinerja, Konsep Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Keuangan, Belum dipublikasikan
Wheeler, Stephen (1989), Auditing: of Various Materiality Rules of Thumb, The CPA Journal,
Edisi Juni, 62-63
Zuber, G.R., Elliott, R.K., Kinney, W.R., dan J.J. Leisenring (1983), Using Materiality in Audit
Planning, Journal of Accountancy, Edisi Maret, 42-54
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun [ tahun laporan keuangan]
Perhitungan Materialitas Perencanaan (PM)
Nilai dalam Laporan
Tingkat : [ persentase yang digunakan dalam menghitung PM ]
Materilaitas Perencanaan
1 Ketua Tim Pemeriksaan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Departemen Kesehatan
Tahun 2006
kesehatan sering melakukan proyek penelitian dan
pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya yang
dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada LRA
Departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui
penggunaan dana dari pemerintah tersebut)
Nilai dalam Laporan
KKP Indeks :
Worksheet penetapan Tolerable Error
Tingkat Materialitas: 1%
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
NERACA
ASET
Dalam Negeri
Pembayaran Utang Jangka Pendek
Pembayaran Utang Jangka Panjang
Alo kasi TE Alok asi TE
(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
Nilai dalam Laporan
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
Belanja Aset Tetap Lainnya
*) : Pertimbangan lain diisi sesuai dengan hasil penilaian resiko, pemahaman pengendalian dan catatan lainnya
Kolom Resiko diisi dengan T untuk tinggi, M untuk menengah, dan R untuk rendah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Worksheet penetapan Tolerable Error
Tingkat Materialitas: 1%
Planning Materiality : 7,090
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
NERACA
ASET
Investasi Jangka Pendek - - - -
Persediaan 25,000 25,000 42 M M 50
256,000 - -
179,000 - -
Peralatan dan Mesin 145,000 145,000 244 244
Gedung dan Bangunan 170,000 170,000 286 286
Jalan, Irigasi dan Jaringan 169,000 169,000 284 284
Aset Tetap Lainnya 45,000 45,000 76 76
Konstruksi dalam Pengerjaan 160,000 160,000 269 269
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (34,000) (34,000) (57) (57)
TOTAL 785,000 - -
DANA CADANGAN - -
- -
Tuntutan Perbendaharaan 10,000 10,000 17 17
TOTAL 27,000 - -
Utang Bunga 5,000 5,000 8 8
Utang Pajak 12,000 12,000 20 20
Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang
Dalam Negeri 13,000 13,000 22 22
Pendapatan Diterima di Muka 1,000 1,000 2 2
Utang Jangka Pendek Lainnya 4,000 4,000 7 7
TOTAL 50,000 - -
Utang Jangka Panjang Lainnya 200,000 200,000 337 337
TOTAL 350,000 - -
- -
EKUITAS DANA CADANGAN - -
TOTAL EKUITAS 913,000 - -
Alok asi TE Alo kasi TE
(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
Pertimbangan lain *)
Pendapatan Hasil Pengelolaan
PENDAPATAN TRANSFER - -
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 90,000 90,000 151 160
Dana Alokasi Umum 100,000 100,000 168 170
Dana Alokasi Khusus 60,000 60,000 101 100
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
Pendapatan Dana Darurat - - - -
TOTAL PENDAPATAN 775,000 - -
Bunga 7,000 7,000 12 20
Subsidi 45,000 45,000 76 80
Hibah - - - -
Belanja Peralatan dan Mesin 70,000 70,000 118 150
Belanja Gedung dan Bangunan 90,000 90,000 151 170
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 150,000 150,000 252 250
Belanja Aset Tetap Lainnya 65,000 65,000 109 120
BELANJA TAK TERDUGA - -
TRANSFER - -
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 5,000 5,000 8 10
TOTAL BELANJA + TRANSFER 709,000 - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
Penerimaan Pinjaman Daerah 30,000 30,000 50 50
Penerimaan Kembali Pemberian
Penerimaan Kembali Piutang Daerah 50,000 50,000 84 100
TOTAL 500,000 - -
PENGELUARAN PEMBIAYAAN - -
Penyertaan Modal (Investasi)
Pembayaran Pokok Utang 200,000 200,000 337 350
Pemberian Pinjaman Daerah 150,000 150,000 252 250
TOTAL 516,000
TOTAL 4,213,000 7,090 7,090
1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dialkukan pengujian secara populasi
dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun [ tahun laporan keuangan]
Materilaitas Perencanaan
perencanaan]
Batas Materilaitas yang baru : [nilai materialitas baru yang disesuaikan dengan
kondisi yang ditemukan pada tahap pelaksanaan
pemeriksaan]
pemeriksaan yang mengharuskan perubahan batas
materialitas]
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun xxxx
penetapan PM atau TE secara kuantitatif ]
Jumlah salah saji yang
Pertimbangan-pertimbangan
kualitatif
pertimbangan untuk mengubah batas materialitas pada
LK atau akun sehingga salah saji yang ditemukan
dapat dianggap material]
3 Penanggung Jawab
No. 100.700 / 2008
2008
2008
E. Sistematika Penulisan .............................................................................................................2
BAB III TEKNIK PENETAPAN BATAS MATERIALITAS..................................................5
A. Umum.....................................................................................................................................5
E. Penetapan Tingkat Kesalahan yang Dapat Ditoleransi...........................................................7
F. Pertimbangan atas PM, TE, Bukti, dan Opini ........................................................................8
G. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas ..............................................................................9
H. Dokumentasi.........................................................................................................................10
B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas .......................................................11
C. Pemantauan Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas ..........................................................11
Referensi ………………………………………………………………………………..............12
BAB I
pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas seluruh transaksi dalam suatu entitas yang diperiksa. Keterbatasan-keterbatasan tersebut menimbulkan
kebutuhan bagi pemeriksa untuk mempertimbangkan “materialitas” dalam
pemeriksaan.
memperoleh bukti kompeten yang cukup. Untuk melaksanakan SPKN
tersebut dan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan di atas,
pemeriksaan dilakukan dengan mempertimbangkan konsep materialitas.
Perencanaan & bukti terkait dengan
03 Konsep materialitas secara praktik telah banyak dilakukan dalam pemeriksaan
keuangan. Hasil pemeriksaan keuangan mengungkapkan opini kewajaran suatu
laporan keuangan terhadap standar akuntansi yang berlaku dalam segala hal yang material. Hasil pemeriksaan berupa opini tersebut diperoleh dari suatu
‘reasonable assurance’ (keyakinan yang memadai) bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji yang material.
Konsep materialitas dalam pemeriksaan
04 Dengan demikian, materialitas merupakan salah satu konsep penting dan mendasar di dalam pemeriksaan keuangan. Hal ini disebabkan penetapan
materialitas mempengaruhi pemberian opini atas kewajaran suatu laporan
keuangan.
(SPAP) mengatur perencanaan pemeriksaan dengan mempertimbangkan
materialitas.
07 Berdasarkan hal-hal di atas, penetapan materialitas dalam pemeriksaan perlu
diatur dalam suatu petunjuk teknis sebagai penjabaran dari SPKN, SPAP, dan petunjuk pelaksanaan serta petunjuk teknis terkait lainnya sehingga pemeriksa
memiliki dasar atau justifikasi serta keseragaman dan konsistensi dalam menetapkan materialitas.
Perlunya pedoman penetapan materialitas
08 Tujuan petunjuk teknis penetapan batas materialitas adalah untuk memberikan
pedoman secara teknis tentang cara penetapan batas materialitas dalam
pemeriksaan.
09 Petunjuk teknis ini hanya mengatur penetapan batas materialitas dalam
pemeriksaan keuangan dhi pemeriksaan laporan keuangan.
Lingkup juknis
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 2 dari 12
10 Petunjuk teknis ini merupakan penjabaran dari petunjuk pelaksanaan pemeriksaan keuangan terutama langkah ke-7 tahap perencanaan pemeriksaan
keuangan, yaitu penetapan materialitas awal (PM) dan kesalahan tertoleransi
(TE). Selain itu, juknis ini terkait dengan juknis pemahaman dan penilaian
risiko, juknis uji petik dalam pemeriksaan keuangan, juknis pemeriksaan LKPP/LKKL, serta juknis pemeriksaan LKPD.
Keterkaitan dengan perangkat lunak lainnya
D. Dasar Hukum Penyusunan Juknis
11 Dasar hukum penyusunan juknis penetapan batas materialitas adalah sebagai
berikut:
a. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
b. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
c. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
d. Keputusan BPK RI Nomor 1/K/1-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008
tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan
34/K/I-VIII.3/6/2007 Tentang Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
f. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 39/K/I- VIII.3/7/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab III : Teknik Penetapan Batas Materialitas
Bab IV : Penutup
BAB II
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut1.
Pengertian materialitas
baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
03 Keadaan yang melingkupi yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam
menetapkan materialitas di antaranya adalah sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diperiksa. Sebagai contoh, suatu jumlah yang material
bagi laporan keuangan suatu entitas mungkin tidak material bagi laporan
keuangan entitas lain dengan ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu juga,
jumlah yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.
Keadaan yang melingkupi
Angka tersebut menjadi pedoman untuk menetapkan apakah suatu salah saji
yang ditemukan dalam pemeriksaan merupakan salah saji yang material.
Jumlah salah saji di bawah angka tersebut tanpa dilakukannya pengamatan lebih lanjut dapat dinyatakan tidak material.
Pertimbangan kuantitatif dalam
tanggapan pemeriksa terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya,
kekeliruan pada suatu akun yang tidak mempengaruhi akun-akun lainnya
dalam laporan keuangan (kekeliruan yang terisolasi), yang tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau penerapan prinsip akuntansi dianggap
tidak signifikan terhadap pemeriksaan. Sebaliknya, bila pemeriksa mendeteksi adanya kecurangan, pemeriksa harus mempertimbangkan pengaruh
(implikasi) integritas manajemen atau karyawan dan kemungkinan
dampaknya terhadap aspek pemeriksaan. Misalnya, suatu pembayaran yang
melanggar hukum yang jumlahnya tidak material dapat menjadi material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan kewajiban bersyarat yang
material atau hilangnya pendapatan yang material.
Pertimbangan kualitatif dalam penetapan
bersifat profesional dan dipengaruhi oleh persepsi yang wajar tentang keandalan dan kepercayaan atas laporan keuangan yang diperiksa.
Materialitas mengandung unsur subjektivitas tergantung pada sudut pandang,
waktu, dan kondisi pihak yang berkepentingan. Namun, penilaian subjektivitas yang sama dari banyak pihak dapat mengarah pada suatu
objektivitas.
1 Pernyataan Standar Auditing No. 25, “Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit”, Standar Audit
Seksi 312 paragraf 10.
07 Konsep materialitas dapat dikelompokkan menjadi :
a. Materialitas Kuantitatif; materialitas yang menggunakan ukuran
kuantitatif tertentu seperti nilai uang, jumlah waktu, frekuensi maupun jumlah unit.
b. Materialitas Kualitatif; materialitas yang menggunakan ukuran kualitatif
yang lebih ditentukan pada pertimbangan profesional. Pertimbangan profesional tersebut didasarkan pada cara pandang, pengetahuan, dan
pengalaman pada situasi dan kondisi tertentu.
08 Dalam menentukan materialitas, tidak terdapat kriteria yang baku, tetapi ada
faktor yang harus dipertimbangkan pemeriksa dalam menentukan materialitas,
yaitu :
a. tingkat kepentingan para pihak terkait terhadap objek yang diperiksa, misalnya pada objek laporan keuangan pemerintah, pengguna laporan
keuangan memiliki kepentingan yang tinggi terhadap masalah legalitas
dan ketaatan pada ketentuan yang berlaku.
b. batasan materialitas untuk penugasan pemeriksaan, misalnya batasan
materialitas pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat cenderung
konservatif karena sektor publik lebih mementingkan pengujian terhadap legalitas, ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku.
C. Materialitas dan TE
tingkat keseluruhan laporan keuangan.
materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
10 Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji
agregat minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapat menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan dengan wajar.
11 Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum pada saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap mengandung
salah saji material.
BAB III
1. Penentuan Dasar Penetapan Materialitas;
2. Penentuan tingkat materialitas;
4. Penetapan Kesalahan Yang Dapat Ditoleransi;
5. Pertimbangan atas Penetapan Materialitas Awal
1. Penentuan Dasar
02 Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemeriksa adalah menentukan
dasar penetapan materialitas. Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa di antaranya adalah nilai laba bersih sebelum pajak,
total aset, ekuitas, total penerimaan, atau total belanja/biaya.
03 Dalam memutuskan nilai yang akan dijadikan dasar, pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan:
a. karakteristik (sifat, besar dan tugas pokok) dan lingkungan entitas yang diperiksa;
b. area dalam laporan keuangan yang akan lebih diperhatikan oleh pengguna
laporan keuangan;
1. Penentuan Dasar
04 Dasar penetapan materialitas yang dapat digunakan oleh pemeriksa adalah sebagai berikut:
a. total penerimaan atau total belanja, untuk entitas nirlaba;
b. laba sebelum pajak atau pendapatan, untuk entitas yang bertujuan mencari laba; dan
c. nilai aset bersih atau ekuitas, untuk entitas yang berbasis aset.
05 Mengenai angka mana yang harus diambil, apakah angka tahun lalu, tahun
berjalan, atau angka ekspektasi, tergantung pertimbangan reliabilitas atau
keakuratan data. Praktik yang umum adalah dengan mengambil angka tahun
lalu, kemudian disesuaikan dengan inflasi atau perkiraan anggaran. Cara lain adalah dengan mengambil angka aktual pada saat perencanaan, kemudian
diiekstrapolasi ke dalam sejumlah periode.
pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan dan mendirikan fasilitas-
fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya
yang dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui penggunaan dana dari
pemerintah tersebut. Oleh karena itu, dasar penetapan materialitas yang paling sesuai untuk pemeriksaan laporan keuangan departemen ini adalah total
belanja.
08 Tingkat materialitas dapat ditetapkan sebagai berikut:
a. untuk entitas nirlaba: 0,5% sampai dengan 5% dari total penerimaan atau total belanja;
b. untuk entitas yang bertujuan mencari laba: 5% sampai dengan 10% dari
laba sebelum pajak atau 0,5% sampai dengan 1% dari total
penjualan/pendapatan; dan
c. untuk entitas yang berbasis aset: 1% dari ekuitas atau 0,5% sampai 1%
dari total aktiva.
1. Penentuan Dasar
5. Pertimbangan atas PM,
09 Pedoman umum penerapan tingkat materialitas adalah sebagai berikut:
a. 0,5% dari belanja atau pendapatan digunakan pada entitas nirlaba pada
saat pemeriksaan yang baru pertama kali dilakukan atau pada kondisi Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas yang belum memadai. Pemeriksa
dapat berangsur-angsur meningkatkan tingkat materialitas yang akan digunakannya pada pemeriksaan-pemeriksaan selanjutnya sampai dengan
tingkat meaterialitas 5% dari total belanja atau pendapatan.
b. 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak. Tingkat materialitas 10% digunakan pada perusahaan nonpublik dan anak perusahaannya dan 5%
digunakan pada perusahaan publik.
c. 0,5% sampai 1% dari penjualan, apabila sebuah perusahaan telah
beroperasi pada atau mendekati titik impas dan keuntungan atau kerugian bersih berfluktuasi dari tahun ke tahun.
d. 1% dari ekuitas pada saat hasil dari operasi sangat rendah yang
menyebabkan likuiditas sebagai perhatian utama, atau pada saat pengguna
laporan keuangan lebih memfokuskan perhatian pada ekuitas dari pada hasil dari operasi..
e. 0,5% sampai 1% dari total aktiva pada saat ekuitas mengalami penurunan pada titik paling rendah.
10 Kepada pemeriksa dianjurkan untuk menggunakan tingkat materialitas yang
paling rendah (paling konservatif) pada pemeriksaan atas laporan keuangan
entitas yang baru kali pertama diperiksa. Selain itu, tingkat materialitas yang
konservatif juga harus digunakan pada pemeriksaan atas laporan keuangan entitas-entitas yang mempunyai risiko pemeriksaan tinggi atau belum
mempunyai sistem pengendalian intern yang memadai.
Konservatisme dalam penerapan tingkat
D. Penetapan Nilai Materialitas Awal ( Planning Materiality /PM)
11 Nilai Materialitas Awal (PM) merupakan nilai materialitas awal untuk tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan. Nilai materialitas awal yang diperoleh merupakan besarnya kesalahan yang mempengaruhi pertimbangan pengguna
Laporan Keuangan.
Dasar penetapan
1. Penentuan Dasar
5. Pertimbangan atas PM,
13 Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE) merupakan alokasi materialitas
awal (PM) pada setiap akun atau kelompok akun. Alokasi materialitas pada setiap akun dilakukan dengan tujuan untuk menentukan akun/kelompok akun
dalam laporan keuangan yang memerlukan tambahan prosedur pemeriksaan,
memastikan adanya kemungkinan salah saji yang material yang berasal dari
penggabungan salah saji yang jumlahnya lebih kecil daripada materialitas awal, dan mempertimbangkan risiko deteksi.
14 TE dapat dialokasikan sesuai dengan proporsi besaran nilai setiap akun, atau pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai
apakah ia perlu mengalokasikan TE yang lebih ketat atau cukup longgar untuk
akun tertentu berdasarkan pengalamannya terutama mengenai kecenderungan terjadinya salah saji pada akun-akun tertentu tersebut. Aturan umum yang
sering digunakan adalah bahwa alokasi pada satu akun tertentu tidak lebih dari 60% dari PM, dan jumlah dari seluruh TE tidak lebih dari dua kali nilai PM.
1. Penentuan Dasar
15 Langkah-langkah pengalokasian PM menjadi TE pada akun-akun laporan keuangan adalah sebagai berikut:
- tentukan nilai PM
- hitung total nilai seluruh akun pada laporan keuangan yang akan
diperiksa, kecuali akun-akun yang bersifat residual, seperti
SILPA/SIKPA, ekuitas dana, dan sebagainya.
- alokasikan nilai PM pada akun-akun utama dengan menggunakan rumus
T
PM = Materialitas awal
N = Nilai akun
- alokasikan kembali dengan menggunakan pertimbangan pemeriksa, di
antaranya dengan mempertimbangkan risiko inheren, risiko pengendalian masing-masing akun, jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi
pengguna laporan keuangan, serta biaya pemeriksaan yang mungkin
diperlukan untuk memverifikasi akun tersebut.
F. Pertimbangan atas PM, TE, Bukti, dan Opini
16 Penetapan materialitas awal (PM) pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat
dipengaruhi oleh tingkat risiko pemeriksaan. Besarnya batas materialitas berbanding terbalik dangan risiko pemeriksaan yang ditetapkan oleh
pemeriksa. Pada entitas yang menurut pertimbangan pemeriksa memiliki risiko
pemeriksaan lebih tinggi, pemeriksa dapat menetapkan batasan materialitas
yang lebih rendah daripada batasan materialitas untuk entitas yang menurut
pemeriksa memiliki risiko pemeriksaan lebih rendah. Langkah-langkah untuk melakukan analisis risiko pemeriksaan dapat dilihat pada juknis tentang
analisis risiko.
17 Selain itu, PM dan TE pada tahap perencanaan pemeriksaan sangat
berpengaruh terhadap banyaknya bukti pemeriksaan yang harus diperoleh atau ukuran sampel yang akan diuji. Tingkat materialitas berhubungan terbalik
dengan banyak bukti/ukuran sampel. Semakin tinggi tingkat materialitas, semakin sedikit bahan bukti yang harus diperoleh sehingga semakin sedikit
sampel yang harus diambil jika pemeriksa memutuskan untuk melakukan uji
petik.
18 Hubungan antara materialitas dan risiko pemeriksaan serta banyaknya bukti
yang harus diperoleh disajikan pada tabel berikut:
Materialitas
19 Sepanjang tahap pelaksanaan, pemeriksa perlu terus menilai kesesuaian tingkat
materialitas yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan tersebut dan mengubah/memperbaharuinya jika memang diperlukan.
PM dapat disesuaikan dengan kondisi yang ditemui pada tahap
pelaksanaan
(1) perubahan ruang lingkup pemeriksaan; dan
(2) informasi tambahan tentang entitas yang diperiksa selama berlangsungnya
pekerjaan lapangan.
dengan nilai di bawah materialitas awal. Misalnya, pada saat perencanaan pemeriksaan, ditetapkan perencanaan awal materialitas sebesar Rp 8 milyar.
Sejalan dengan pemeriksaan yang dilakukan, ditemukan adanya kecurangan yang melibatkan manajemen entitas yang diperiksa sebesar Rp 5 milyar, maka
dilakukan penambahan ruang lingkup pemeriksaan (ektensifikasi) dengan
menurunkan batas materialitas menjadi Rp 5 milyar.
22 Pada tahap pelaporan, materialitas baik pada tingkat laporan keuangan maupun
pada tingkat akun individual sangat berpengaruh pada opini yang akan diberikan oleh pemeriksa.
Hubungan antara materialitas dan opini
23 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan lebih kecil daripada PM, salah saji pada tingkat akun masing-
masing tidak lebih besar daripada TE akun tersebut, dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa dapat memberikan
opini wajar tanpa pengecualian, kecuali ada pertimbangan kualitatif yang mengharuskan pemeriksa memberi opini lain.
24 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan lebih besar daripada PM dan pihak terperiksa tidak bersedia
mengoreksi laporan keuangannya, maka pemeriksa harus memberikan
pendapat tidak wajar.
25 Jika total salah saji yang ditemukan pada tingkat akun lebih besar daripada TE
akun tersebut dan pihak terperiksa tidak bersedia mengoreksi laporan keuangannya, pemeriksa perlu mempertimbangkan untuk memberi opini wajar
dengan pengecualian atas akun tersebut meskipun salah saji pada tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan masih di bawah PM, atau jika salah saji
pada akun tersebut menurut pertimbangan pemeriksa mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, pemeriksa dapat memberikan opini tidak wajar.
G. Pertimbangan Kualitatif atas Materialitas
26 Selain penetapan batas materialitas secara kuantitatif seperti telah diilustrasikan sebelumnya, pemeriksa juga perlu mempertimbangkan faktor-
faktor kualitatif baik dalam menetapkan materialitas pada tingkat laporan
keuangan maupun pada pada tingkat akun.
27 Faktor kualitatif yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan tingkat
materialitas pada tingkat laporan keuangan di antaranya adalah pengendalian intern dan ketidakwajaran laporan keuangan. Adanya salah saji baik disengaja
atau tidak merupakan dampak dari kelemahan pengendalian intern. Pemeriksa
juga perlu menerapkan sikap skeptis yang profesional dalam menentukan
apakah suatu salah saji yang tidak material sebenarnya merupakan praktik- praktik kecurangan dalam pelaporan keuangan. Pemeriksa harus menetapkan
sikap skeptis yang profesional dalam menentukan apakah manajemen dengan
sengaja menyajikan secara salah beberapa akun tertentu (yang mungkin
dilakukan pada angka di bawah batas materialitas) untuk memanipulasi angka laba. Pemeriksa juga harus menaruh curiga apabila praktik akuntansi yang
dilakukan oleh entitas yang diperiksa tampaknya bertentangan dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Pertimbangan faktor kualitatif pada tingkat
akun
terhadap laporan keuangan (misalnya, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi penyajian banyak hal dalam laporan keuangan), serta dampak dari kesalahan
tersebut terhadap laporan keuangan.
akun
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan hal 10 dari 12
29 Dengan kata lain, pemeriksa perlu waspada terhadap suatu salah saji yang secara kuantitatif mungkin tidak material, tetapi secara kualitatif menjadi
material. Sebagai contoh, tingkat PM untuk pemeriksaan laporan keuangan BUMD adalah Rp15 milyar. Pada saat pemeriksa melakukan pekerjaan
lapangan ditemukan adanya pendapatan yang kurang dicatat sebesar Rp14
milyar; secara kuantitatif hal ini tidak material. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa kekurangcatatan tersebut disebabkan keinginan manajemen menangguhkan pengakuan pendapatan sebesar Rp14 milyar ke
periode mendatang karena telah tercapainya target pendapatan yang telah
ditetapkan pada periode berjalan. Hal tersebut secara kualitatif menjadi material karena manajemen dengan sengaja melakukan suatu manipulasi
terhadap laporan keuangan untuk suatu tujuan tertentu.
H. Dokumentasi
pengendali teknis dan penanggung jawab pemeriksaan. Untuk memudahkan
proses reviu, pemeriksa perlu mendokumentasikan setiap pertimbangan profesional serta cara perhitungan yang dilakukannya dalam rangka
menetapkan tingkat materialitas tersebut.
profesionalnya
31 Contoh dokumentasi atau kertas kerja untuk penetapan materialitas awal
(Planning Materiality), perhitungan alokasi penetapan TE (Tolerable Error ), perubahan atas materialitas awal serta pertimbangan kualitatif atas PM dan TE
masing-masing dapat dilihat pada lampiran 3.1 sampai dengan 3.4.
BAB IV
01 Petunjuk teknis penetapan materialitas ini mulai berlaku untuk setiap pemeriksaan atas Laporan Keuangan (pemeriksaan keuangan) Tahun
2008.
B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Penetapan Materialitas
02 Pemutakhiran petunjuk teknis penetapan materialitas dapat berupa
perubahan petunjuk teknis dimaksud atau penjelasan atas substansi
petunjuk teknis tersebut. Perubahan atas petunjuk teknis ini akan disampaikan secara resmi melalui surat keputusan tentang perubahan
petunjuk teknis tersebut. Penjelasan atas substansi petunjuk teknis ini
disampaikan secara tertulis dari tim pemantauan petunjuk teknis
penetapan materialitas pada Subdirektorat Penelitian dan Pengembangan Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Direktorat Penelitian dan
Pengembangan, Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan
Negara Badan Pemeriksa Keuangan.
Pemutakhiran dapat berupa perubahan
03 Petunjuk teknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai
dengan perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan,
dan kondisi lain. Oleh karena itu, pemantauan atas juknis ini akan dilakukan oleh tim pemantauan juknis terkait. Selain itu, masukan atau
pertanyaan terkait dengan petunjuk teknis ini dapat disampaikan kepada:
Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Telp. (021)-5704395 pesawat 104, 730 Email: [email protected]
Pemantauan dilakukan oleh tim
Referensi
Arens, A.A., Elder, R.J., dan M.S. Beasley (2006), Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach 11 th
Edition, New Jersey: Pearson Prentice Hall
Boynton, W.C., dan R. N. Johnson (2006), Modern Auditing: Assurance Services and the
Integrity of Financial Reporting 8 th
Edition, Hoboken: John Wiley & Sons Inc
Messier, W.F., Glover, S.M., Prawitt, D.F. (2006), Auditing & Assurance Services: A Systematic
Approach 4 th
Subdirektorat Litbang Pemeriksaan Keuangan Kinerja, Konsep Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Keuangan, Belum dipublikasikan
Wheeler, Stephen (1989), Auditing: of Various Materiality Rules of Thumb, The CPA Journal,
Edisi Juni, 62-63
Zuber, G.R., Elliott, R.K., Kinney, W.R., dan J.J. Leisenring (1983), Using Materiality in Audit
Planning, Journal of Accountancy, Edisi Maret, 42-54
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun [ tahun laporan keuangan]
Perhitungan Materialitas Perencanaan (PM)
Nilai dalam Laporan
Tingkat : [ persentase yang digunakan dalam menghitung PM ]
Materilaitas Perencanaan
1 Ketua Tim Pemeriksaan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Departemen Kesehatan
Tahun 2006
kesehatan sering melakukan proyek penelitian dan
pengembangan mengenai masalah-masalah kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya yang
dibiayai oleh pemerintah. Nilai total belanja pada LRA
Departemen tersebut cukup tinggi, dan pengguna laporan
keuangan diperkirakan akan tertarik untuk mengetahui
penggunaan dana dari pemerintah tersebut)
Nilai dalam Laporan
KKP Indeks :
Worksheet penetapan Tolerable Error
Tingkat Materialitas: 1%
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
NERACA
ASET
Dalam Negeri
Pembayaran Utang Jangka Pendek
Pembayaran Utang Jangka Panjang
Alo kasi TE Alok asi TE
(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
Nilai dalam Laporan
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
Belanja Aset Tetap Lainnya
*) : Pertimbangan lain diisi sesuai dengan hasil penilaian resiko, pemahaman pengendalian dan catatan lainnya
Kolom Resiko diisi dengan T untuk tinggi, M untuk menengah, dan R untuk rendah
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Worksheet penetapan Tolerable Error
Tingkat Materialitas: 1%
Planning Materiality : 7,090
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
NERACA
ASET
Investasi Jangka Pendek - - - -
Persediaan 25,000 25,000 42 M M 50
256,000 - -
179,000 - -
Peralatan dan Mesin 145,000 145,000 244 244
Gedung dan Bangunan 170,000 170,000 286 286
Jalan, Irigasi dan Jaringan 169,000 169,000 284 284
Aset Tetap Lainnya 45,000 45,000 76 76
Konstruksi dalam Pengerjaan 160,000 160,000 269 269
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (34,000) (34,000) (57) (57)
TOTAL 785,000 - -
DANA CADANGAN - -
- -
Tuntutan Perbendaharaan 10,000 10,000 17 17
TOTAL 27,000 - -
Utang Bunga 5,000 5,000 8 8
Utang Pajak 12,000 12,000 20 20
Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang
Dalam Negeri 13,000 13,000 22 22
Pendapatan Diterima di Muka 1,000 1,000 2 2
Utang Jangka Pendek Lainnya 4,000 4,000 7 7
TOTAL 50,000 - -
Utang Jangka Panjang Lainnya 200,000 200,000 337 337
TOTAL 350,000 - -
- -
EKUITAS DANA CADANGAN - -
TOTAL EKUITAS 913,000 - -
Alok asi TE Alo kasi TE
(dengan rumus) IR CR Catatan Ukuran
sampel
Berdasarkan
pertimbangan
profesional
pemeriksa
Pertimbangan lain *)
Pendapatan Hasil Pengelolaan
PENDAPATAN TRANSFER - -
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 90,000 90,000 151 160
Dana Alokasi Umum 100,000 100,000 168 170
Dana Alokasi Khusus 60,000 60,000 101 100
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
Pendapatan Dana Darurat - - - -
TOTAL PENDAPATAN 775,000 - -
Bunga 7,000 7,000 12 20
Subsidi 45,000 45,000 76 80
Hibah - - - -
Belanja Peralatan dan Mesin 70,000 70,000 118 150
Belanja Gedung dan Bangunan 90,000 90,000 151 170
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 150,000 150,000 252 250
Belanja Aset Tetap Lainnya 65,000 65,000 109 120
BELANJA TAK TERDUGA - -
TRANSFER - -
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 5,000 5,000 8 10
TOTAL BELANJA + TRANSFER 709,000 - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
Penerimaan Pinjaman Daerah 30,000 30,000 50 50
Penerimaan Kembali Pemberian
Penerimaan Kembali Piutang Daerah 50,000 50,000 84 100
TOTAL 500,000 - -
PENGELUARAN PEMBIAYAAN - -
Penyertaan Modal (Investasi)
Pembayaran Pokok Utang 200,000 200,000 337 350
Pemberian Pinjaman Daerah 150,000 150,000 252 250
TOTAL 516,000
TOTAL 4,213,000 7,090 7,090
1) saldo kas harus benar-benar akurat dan tidak dibenarkan ada salah saji sekecil apapun sehingga dialkukan pengujian secara populasi
dan tidak ada alokasi TE untuk akun ini.
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun [ tahun laporan keuangan]
Materilaitas Perencanaan
perencanaan]
Batas Materilaitas yang baru : [nilai materialitas baru yang disesuaikan dengan
kondisi yang ditemukan pada tahap pelaksanaan
pemeriksaan]
pemeriksaan yang mengharuskan perubahan batas
materialitas]
Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan
KKP Indeks :
Tahun xxxx
penetapan PM atau TE secara kuantitatif ]
Jumlah salah saji yang
Pertimbangan-pertimbangan
kualitatif
pertimbangan untuk mengubah batas materialitas pada
LK atau akun sehingga salah saji yang ditemukan
dapat dianggap material]
3 Penanggung Jawab