Download - PILPRES 2014
2 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
KATA PENGANTAR
Tanpa terasa Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019
akan segera dilaksanakan dalam bulan Juli 2014, sekitar 1-bulan lagi.
Sebagai sebuah Negara demokrasi, maka Rakyat Indonesia akan segera
diminta untuk menetapkan pilihan pasangan Presiden -Wakil Presiden
perode tersebut diatas, melalui sebuah Pemilihan Umum (Pemilu) yang
bebas dan rahasia, dan dilakukan secara langsung, tanpa perwakilan.
Terlepas dari hal tersebut diatas, maka sesuai amanat Undang-Undang,
Pemilu 2009 tetap harus dilaksanakan dengan menampilkan muka-muka
baru, selain dari Bapak Presiden dan Wakil Presiden .
Masyarakat telah mengenal dan mengetahui kebijakan, pemikiran, strategi
dan langkah-langkah kedua pasangan Presiden /Wakil Presiden , oleh karena
itu buku ini hanya akan membahas para calon pasangan baru Presiden
/Wakil Presiden yang baru, agar masyarakat tidak salah pilih, sebab tidak
mengenal mereka.
Presiden kita ini dikhususkan untuk menginformasikan berbagai pandangan,
pemikiran, strategi dan langkah-langkah bilamana mereka ditunjuk sebagai
Pimpinan Nasional, selain apa saja yang mereka lakukan selama ini,
kontribusi mereka bagi kemjuan bangsa dan negara Indonesia.
Dilarang menghina, memfitnah atau merendahkan harkat dan martabat para
calon Pimpinan Nasional tersebut, sebab bilamana tidak terbukti, dapat
menyebabkan tuntutan hukum.
Kudus 31 Mei 2014
Penulis
Ahmad kadafi
3 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
Daftar Isi 3
BAB I PEMILU 5
A. Mengapa Ada Pemilu 5
B. Plus-Minus “ Pengantin” Pemilu Presiden 2014 7
a. Plus-Minus Capres 8
b. Koalisi Parpol 10
C. Pilpres 2014: Pilih Yang Mampu Lindungi Bangsa dan
Tumpah Darah 11
BAB II MENGGALANG DUKUNGAN 14
A. Perang Lewat Wacana 14
B. Perang Lewat Lembaga Survai 15
a. Motode Raraban 15
b. Kemiskinan 17
c. Kemiskinan Statistik 17
d. Belajar Dari Pengalaman 17
C. Keris Jokowi Vs Meriam Prabawo 18
a. Saling Serang 18
b. Capres berebut mendinifisikan Indonesia Ke Depan 19
D. Dukungan Luar Negeri 20
a. Apakah Peran Asing Di pemilu dan pilpres Indonesia 20
b. Seberapa Besar Peran Uwak Sam dalam Pilpres 2014 24
c. 2014,. Perang Ideologi Atau Perang Intelejen 24
d. Perang Intelejen Dalam Pilpres 30
e. Intelijen Asing Prediksi Jokowi-JK Akan Menang 33
f. Mewaspadai Pemenang Pilpres 2014, Hasil Produk
Perang Asimetris 34
g. Ada Restu Grand Design Untuk Presiden RI 37
E. Pilpres 2014, dalam tarian Isu Sara 39
a. Buruk kah apabila benar Pilpres 2014 diwarnai isu SARA? 40
b. Kenapa Bisa Demikian? 43
4 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
c. Pilih Mana 47
F. Rahasia: mengapa Jokowi Dipaksakan Nyapres Pada 2014??? 48
a. Karakter Harimau 48
b. Oh ya, apa rahasia di balik pencapresan Jokowi ini?
Masih ada rahasia lain yang lebih “menggiurkan”? 49
c. Lucunya Kambing 50
d. Tokoh - Tokoh Utama Di Balik Kemenangan Jokowi
Untuk Preview 52
e. Kuda Hitam 54
G. Akhirnya, Demokrta mendukung Prabaowo-Hatta 58
a. Keputusan Rapimnas Demokrat Dianulir Sendiri 59
b. Sandiwara Politik SBY 60
c. SBY Ingin Rujuk dengan Megawati 61
d. Capres Paling Berbahaya 62
e. Idealisme Berumur 10 Hari 63
H. Antara Jokowi dan Prabowo 63
1. Personal 64
2. Kepemimpinan 64
3. Visi 65
4. Track Record 65
5. Resistensi 65
BAB III KAMPANYE 67
A. Manfaat Social Media untuk Kampanye Politik 67
B. Kampanye Penentu Kemenangan Apa itu? 69
a. Filter Informasi yang Datang 70
b. Libatkan Orang Berpengaruh Pada Masyarakat 70
b. Kampanye Hitam Penentu Kemenangan kandidat 78
C. Pilpres 2014, Ujung Tombak Intervensi Asing? 80
BAB IV MEWASPADAI KECURANGAN HASIL SUARA 89
5 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
BAB I
PEMILU
A. Mengapa Ada Pemilu
MENGAPA kita perlu Pemilihan Umum (Pemilu)? Meski tampak sederhana,
tetapi pertanyaan tersebut sepertinya menjadi pertanyaan umum, terlebih
menjelang pelaksanaan pesta demokrasi tersebut. Banyak warga
masyarakat yang belum tahu untuk apa Pemilu tersebut? Untuk apa
pemerintah repot-repot menyelenggarakan perhelatan akbar yang menelan
banyak tenaga, waktu, dan dana. Apa manfaatnya untuk rakyat?
Secara normatif Pemilu itu diadakan untuk Indonesia lima tahun sekali
adalah karena amanat Undang-Undang Dasar 1945. Selain Pemilu diadakan
untuk memilih wakil-wakil rakyat, seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD); juga digunakan untuk memilih secara langsung Presiden dan Wakil
Presiden (Wapres).
Tujuan dari pemilihan wakil-wakil rakyat dan juga Presiden maupun Wapres
adalah untuk menunjukkan bahwa Indonesia menganut paham kedaulatan.
Artinya, kedaulatan negara berada di tangan rakyat. Karena itu, rakyatlah
yang menentukan wakil mereka. Juga para calon pemimpinnya secara
langsung, sekaligus sebagai perwujudan demokratisasi di Indonesia.
Dengan adanya pemilihan secara langsung, kita berharap akan terpilih
wakil-wakil rakyat yang dapat dipertanggungjawabkan, secara kualitas
maupun kuantitas. Untuk menjamin terselenggaranya Pemilu yang bersih,
jujur, adil, dan bebas dari berbagai macam bentuk campur tangan
(intervensi); maka dibentuklah lembaga-lembaga, di antaranya Komisi
Pemilihan Umum (KPU).
Keberadaan KPU adalah berdasarkan Undang Undang (UU) No 22 tahun
2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Dalam UU
tersebut, dinyatakan KPU memiliki tugas menyelenggarakan Pemilu untuk
6 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Selain bertanggungjawab menyelenggarakan pemilihan para wakil rakyat,
KPU memiliki tugas menyelenggarakan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan
Wakil Presiden secara langsung. Juga penyelenggaraan Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada), yang pelaksanaannya diserahkan kepada Komisi Pemilihan
Umum Daerah (KPUD).
Lebih legitimate
APA sebenarnya manfaat Pemilu untuk rakyat? Manfaat yang paling nyata
dan dapat kita rasakan secara langsung adalah terpilihnya para wakil rakyat,
Presiden , dan Wapres yang lebih legitimate. Karena mereka dipilih secara
langsung oleh rakyat dan sebelum memilih tentu konstituen telah
mempertimbangkan, melakukan penilaian, pertimbangan, dan sebagainya
terhadap para kandidat tersebut.
Tidak hanya itu, untuk menjamin Pemilu berkualitas, maka dibentuklah
lembaga pengawasan yang disebut Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di
tingkat Pusat. Sedangkan untuk provinsi, kota/kabupaten, pengawasan
diserahkan kepada Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi,
Kota/Kabupaten. Lembaga ini tidak hanya berhenti di tingkat
kota/kabupaten, tetapi juga sampai ke kecamatan dan desa.
Bahkan UU memungkinkan semua warga masyarakat untuk melakukan
pemantauan jalannya pesta demokrasi. Agar memudahkan kita dalam
melakukan pemantauan atau pengamatan, ada beberapa pedoman dasar
yang perlu kita ketahui.
Berdasarkan aturan di Bab II Pasal 2 UU No 22 tahun 2007 mengenai Asas
Penyelenggaraan Pemilu, disebutkan Penyelenggara Pemilu berpedoman
kepada asas, mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggara
Pemilu, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,
akuntabilitas, efisiensi, dan efektifitas.
7 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Untuk mewujudkan asas tersebut, maka KPU sesuai dengan bunyi Bab III
Pasal 3 ayat (3) UU No 22 tahun 2007, KPU harus bebas dari segala macam
pengaruh atau pun berbagai macam bentuk intervensi. Dengan begitu
semua pihak, tidak akan dapat menghalang-halangi kinerja KPU.
Agar kinerja KPU lebih berdaya guna, maka kedudukan KPU (Pusat) harus
berada di Ibukota negara (dalam hal ini Jakarta). Untuk KPU Provinsi tempat
kedudukan di Ibukota provinsi. Demikian halnya untuk KPU Kota/Kabupaten
berkedudukan di Ibukota kota/kabupaten bersangkutan.
KPU (Pusat) beranggotakan tujuh orang, dengan susunan kepengurusan,
satu orang ketua merangkap anggota dan enam orang anggota. KPU
Provinsi, Kota/Kabupaten beranggotakan lima orang dengan susunan
kepengurusan, satu orang ketua merangkap anggota dan empat anggota.
Mereka bertugas selama lima tahun sejak disumpah.
B. Plus-minus “Pengantin” Pemilu Presiden 2014
DISKURSUS nama kandidat Presiden dan Wakil Presiden yang akan berlaga
dalam Pemilu Presiden 9 Juli 2014 nanti terjawab sudah. Hanya ada dua
pasangan pengantin pemilu Presiden yang akan diuji kelayakannya
(elektabilitas) oleh jutaan pemilih rakyat Indonesia.
Batas pendaftaran Capres dan Cawapres (18 s/d 20 Mei) ke Komisi
Pemilihan umum (KPU) hingga diterima dan selanjutnya akan diverifikasi.
Tersebutlah nama pasangan pengantin Pilpres; Jokowi-JK dan Prabowo-
Hatta.
Sebelum dua pasangan pengantin itu berlaga dalam kontestasi Pemilu
Presiden nanti. Tentu pekerjaan yang paling sering dilakukan oleh para
pengamat, akademisi, praktisi, bahkan masyarakat yang awam politik pun,
pasti selalu “berandai-andai” menerka siapa sesungguhnya calon terkuat?
Apakah ada di tangan Jokowi-JK ataukah ada di tangan Prabowo-Hatta?
Pasti sulit mengukurnya, walau kadang bisa dimatematikan elektabilitas
mereka, namun hasilnya kadang tidak tepat sasaran.
Dari pada tidak ada “pedoman awal” untuk mengukur elektabiltas kedua
pasangan penganti pemilu tersebut. Maka jalan untuk mencoba “netral”
adalah dengan mengetahui plus minus mereka.
8 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
a. Plus-minus Capres
Dalam kalkulasi “matematika politik” hukum yang berlaku adalah siapa yang
paling banyak nilai plusnya, otomatis peluang untuk menjadi pemenang
pasti besar. Dan siapa paling banyak nilai minusnya, kemungkinan besar
akan kalah dalam pertarungan. Di luar itu “hukum” tersebut masih ada
faktor lain yang membantahnya. Faktor paling signifikan, yakni adanya
“rekayasa” pemilu dalam ruang-ruang demokrasi yang kasat mata. Berbagai
kecurangan pemilu seperti black campaign, negative campaign, jual beli
suara hingga money politic sudah menjadi bukti dalam pemilihan anggota
legislatif (Pileg) kemarin. Disaat banyaknya calon anggota legislatif
berintegritas dan kredibel, namun kalah oleh calon-calon lainnya yang
bermain “curang” dalam bertarung. Semoga dalam Pilpres nanti, kecurangan
tersebut tidak terjadi, kalau belum dapat dihilangkan setidaknya dapat
diminimalisir oleh para penyelenggara dan peserta pemilu.
Di atas kertas, terutama dari sisi elektabilitas, pengantin Jokowi-JK telah
diketahui bersama nilai plusnya jauh di atas Prabowo-Hatta. Bahkan dari
dua Capres tersebut (Jokowi dan Prabowo). Saat Jokowi belum saja di
dorong oleh PDIP sebagai Capres, elektabiltasnya kian hari kian menguat.
Nama Prabowo di urutan atas memang pernah “bertahta” sebagai calon
yang tertinggi elektabilitasnya, tetapi seiring berhasillnya Jokowi dalam
pertarungan Pilgub DKI Jakarta, publik kemudian melirik Jokowi agar
dijadikan sebagai Capres 2014, dan Megawati sebagai ketua umum PDIP
pada akhirnya memberi “mandat” ke Jokowi sebagai Capres tunggal PDIP.
Tingkat kedipilihan Jokowi dan Prabowo dapat diamati berdasarkan Survei
Indikator Politik Indonesia (20-26 April 2014) yang dimotori oleh
Burhanuddin Muhtadi. Dari segi pemimpin paling jujur, amanah, dapat
dipercaya Jokowi meraup angka (84%), disusul Prabowo Subianto (68%).
Aspek bersih dari korupsi, Jokowi juga unggul dengan 73%, sementara
Prabowo (60%). Dalam aspek kemampuan memimpin pemerintahan, Jokowi
tetap unggul meski tipis (81%) di atas Prabowo (80%). Dari aspek empati
atau perhatian terhadap rakyat lagi-lagi dominasi dan keunggulan Jokowi
(91%) sulit digeser oleh Prabowo (71%). Kepemimpinan Prabowo hanya
unggul dalam aspek ketegasan, yakni 86%, mengalahkan Jokowi (74%),
serta unggul dalam hal pengalaman internasional, yakni 73%, disusul Jokowi
(57%).
9 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Berdasarkan alat ukur Indikator Politik Indonesia di atas. Bukan berarti
Jokowi yang sudah didampingi JK saat ini berada di atas angin. Karena
Jokowi bukan tanpa “cacat” masih menyimpan sejumlah kekurangan
terutama pada aspek ketegasan yang kalah dari Prabowo.
Aspek ketegasan yang seirama dengan “gaya komunikasi politik” terutama
dari dua kandidat dan masing-masing pasangannya. Tanpa alat ukur survei
harus diakui baik Prabowo maupun Hatta Rajasa jelas dalam kemampuan
untuk bertahan berbicara di depan media (dan publik), terutama; jelas dan
mudahnya dimengeri isi pembicaraan mereka (visi dan misinya) Jokowi dan
JK (Jusuf Kalla) tidak dapat disejajarkan dengan Prabowo dan Hatta Rajasa.
Di layar kaca misalnya ketika Jokowi dan JK diwawancara sebagai
narasumber media, kemampuan bertahan bicara mereka, durasinya amat
pendek. Bahkan kalau menjawab sejumlah pertanyaan wartawan,
jawabannya tidak panjang-panjang, (maaf) dan kadang jawaban yang
diberikan tidak jelas.
Masih banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur plus-minus
kedua pasangan pengantin itu. Namun ruang untuk mengungkapnya dalam
buku ini yang terbatas. Maka satu lagi, minimal bisa menakar kelebihan dan
kekurangan mereka. Yaitu pada rekam jejak masa lalunya. Prabowo
Subianto sudah sangat kental dengan keterlibatannya dalam isu penculikan
aktivis HAM (1998), meski isu yang menohok menantu mantan Presiden
Soeharto era orde baru itu tidak pernah “terbukti” dalam ruang sidang
pengadilan, hanya data dari hasil penyelidikan Komnas HAM yang pernah
mengungkap keterlibatannya. Tetapi yang namanya “isu” dalam politik
tidak dapat dinafikan, setelah dikemas dalam memori kolektif publik juga
sulit menghilangkaannya. Pada saat yang sama Jokowi-pun tidak bisa
dilepaskan dari rekam jejak masa lalunya. Selain dianggap melanggar
sumpah jabatan, belum selesai memimpin DKI Jakarta lagi-lagi ikut pula
dalam Pilpres 2014, juga dihantam kasak-kusuk korupsi dalam pengadaan
bus Trans-Jakarta.
Dua isu (dalam kategori minus) yang melibatkan Jokowi dan Prabowo
Subianto tersebut, sulit untuk mengatakan bahwa kasus korupsi dan
pelanggaran HAM yang melibatkan masing-masing namanya. Dapat
mengganjal mereka hingga tidak dipilih oleh ceruk pasar pemilih. Hanya
pemilih sendiri yang bisa menetukannya, kalau rekam jejak masa lalunya,
secara mutatis mutandis turut berpengaruh dalam memlih Capres nanti.
10 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
b. Koalisi Parpol
Terakhir, faktor partai pengusung dari dua pasangan pengantin pemilu itu.
Sulit pula dilepaskan dari peluang mereka untuk terpilih. Dari segi
probabilitas kerja mesin koalisi ataupun dukungan politik di parlemen, dua
poros Prabowo-Hatta Rajasa mengungguli poros Jokowi-JK. Koalisi PDIP-
NasDem-PKB-Hanura menghasilkan 39,97% perolehan suara dan 207
dukungan kursi di parlemen, sedangkan koalisi Gerindra-Golkar-PAN-PKS-
PPP menghasilkan 47,47% suara dan 292 dukungan kursi di parlemen.
Keunggulan Prabowo-Hatta dari segi koalisi partai bisa saja menjadi “kartu
truf” untuk mengalahkan Jokowi-JK. Tapi itupun kalau mesin partai berjalan
dari semua partai pengusung Prabowo-Hatta.
Pertanyaannya, kira-kira berjalankah nanti mesin dari semua koalisi partai
pengusung Prabowo-Hatta? Jawabannya; sulit akan terjadi hal itu. Oleh
karena “sulitnya” semua partai politik mendisiplinkan kader dan semua
konstituennya untuk memilih Capres yang mereka usung. Ini disebabkan
karena lemahnya party id, yang saat ini beregeser menjadi figur id.
Disamping terjadinya gejala “the split ticket voting” (tidak linearnya pilihan
partai dengan konstituen), pun rata-rata pemilih tidak lagi melihat siapa
partai pengusungnya, namun lebih “terkesima” pada figur yang hadir di
hadapan mereka.
Kini, sembari menanti Hari “H” Pilpres nanti, semuanya kembali pada
“penetrasi” partai pengusung, simpatisan, dan terlebih kepada pasangan
pengantinnya. Siapa sesungguhnya yang akan mendapat restu dari rakyat
indonesia dari dua pasangan pengantin pemilu itu? Mari kita tunggu
11 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Jokowi-JK
Didukung 4 parpol (PDIP, PKB, NasDem, Hanura)
JK pernah jadi wapres bersama SBY (2004-2009)
Jokowi berpengalaman menjadi pemimpin daerah (walikota Solo dan
Gubernur DKI)
Kekayaan Jokowi tahun 2012: Rp 27,2 miliar dan US$ 9.876.
Kekayaan JK tahun 2009: Rp 314,5 miliar dan US$ 25.718
Prabowo-Hatta
Didukung koalisi besar 6 parpol (Gerindra, PPP, PBB, Partai Golkar,
PKS, PAN).
Hatta berpengalaman jadi menteri di pemerintahan.
Prabowo berlatar belakang militer.
Kekayaan Prabowo tahun 2009: Rp 1,6 T dan US$ 7.572.916.
Kekayaan Hatta tahun 2012: Rp 16,9 miliar dan US$ 56.936.
C. Pilpres 2014: Pilih Yang Mampu Lindungi Bangsa dan Tumpah
Darah
Dunia politik nasional mulai sedikit memanas setelah Sugeng Saryadi
Syndicate (SSS) merilis hasil surveinya yang menempatkan Prabowo
Subianto dalam daftar calon Presiden (capres) 2014 urutan teratas
(okezone.com, 27/10). Bagi Partai Gerindra, memposisikan Prabowo
Subianto di urutan pertama untuk capres 2014 tentu sebuah keuntungan
politis yang diyakini bakal mendongkrak perolehan suaranya di Pemilu yang
akan datang.
Hiruk pikuk menyongsong Pemilu 2014 maupun Pilpres 2014 sudah mulai
terasa. Begitu banyak tokoh-tokoh nasional yang melakukan manuver politik
melalui kata dan fakta, meski menurut mereka bukan untuk tujuan Pilpres
2014. Ujung-ujungnya, mereka masuk dalam tokoh yang terjaring oleh
lembaga survei sebagai capres 2014.
Sejumlah lembaga survei ikut ambil bagian dengan menambah sejumlah
“amunisi” daftar capres 2014. Hasil survei itu dijadikan justifikasi oleh partai
politik untuk menetapkan ketuanya atau tokohnya sebagai orang yang
diusung dalam Pilpres 2014. Namun, belum ada yang dapat memastikan,
12 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
siapa nantinya yang memenangkan “suara rakyat” untuk duduk di kursi RI-
1. Semuanya masih dalam batas menjagokan, belum memastikan.
Kursi RI-1 atau tepatnya Presiden RI merupakan sebuah jabatan politik
tertinggi yang diimpikan oleh banyak orang, baik politisi, akademisi, jurnalis,
birokrasi, bahkan wong cilik sekalipun. Padahal, kursi RI-1 adalah amanah
terberat yang harus diemban oleh seseorang yang nantinya terpilih, bukan
sekedar menikmati fasilitas dan kemegahannya.
Amanah apa saja yang harus dijalankan oleh mereka yang nantinya terpilih
sebagai RI-1? Membacanya sangat mudah, tetapi sulit
mengimplementasikannya. Ingatkah kita terhadap alinea keempat
Pembukaan UUD 1945? Itulah amanah yang harus dijalankan seorang
pemimpin (dilevel apapun) di Indonesia.
Disana tertulis tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia: melindungi
segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia; memajukan
kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Sayangnya, amanah itu harus dihadapkan kepada sejumlah isu yang akhir-
akhir ini hangat dibicarakan orang. Isu itu antara lain terkait dengan nasib
TKI/TKW yang disiksa dan terancam hukuman mati di luar negeri. Mereka
yang digelar sebagai pahlawan “devisa” itu harus bekerja di luar negeri
tanpa perlindungan maksimal.
Demikian pula kita yang tinggal didalam negeri harus melindungi diri sendiri
dari ancaman lingkungan sekitar, termasuk melindungi diri dan keluarga dari
makanan yang mengandung zat berbahaya (zat pewarna, formalin, boraks,
narkoba dll). Sejatinya, sebagai rakyat pembayar pajak, negara
berkewajiban melindungi rakyatnya sampai “selembar rambutpun” kalau
bisa tidak rontok.
Ditambah lagi dengan isu perbatasan antara Indonesia vs Malaysia, isu
pelintas batas, dan isu lemahnya pengawasan perairan kita. Semua isu ini
memberi kesan kepada seluruh rakyat bahwa bangsa dan tumpah darah
Indonesia belum maksimal mendapat perlindungan. Penulis yakin, seluruh
rakyat Indonesia menyadari bahwa keterbatasan biaya, personil
13 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
dibandingkan luas wilayah dan jumlah penduduk yang begitu besar, tentu
belum sepenuhnya dapat dijangkau.
Terlepas dari berbagai isu dan argumentasi di atas, sebagai seorang rakyat
yang memiliki 1 suara dalam Pemilu mendatang, tentu akan berpikir jauh,
kepada siapa amanah itu akan diberikan? Barangkali sudah sangat banyak
nama-nama yang bermunculan untuk capres 2014, baik dari kalangan
politisi, birokrasi maupun akademisi. Namun, apakah nama-nama itu
mampu nantinya melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia?
Tentu saja kemampuan seseorang dapat dilihat dari track record, komitmen
dan langkah strategis yang pernah dilakukannya selama bertugas di tempat
sebelumnya. Oleh karena itu, media massa wajib mempublikasikan capaian
kinerja masing-masing capres tersebut supaya seluruh rakyat tidak salah
pilih nantinya. Mengapa? Disatu sisi rakyat membutuhkan pemimpin yang
mampu melindungi mereka, tetapi disisi lain rakyat juga sangat mudah
diiming-imingi. Mereka saling kecele, lalu menyesal kemudian.
Bila rakyat sudah terlindungi, kesejahteraan maupun mencerdaskan
kehidupan bangsa akan mengikut dengan sendirinya. Oleh karenanya, 2014
merupakan momentum untuk memilih pemimpin yang memiliki kapasitas
dan kapabilitas untuk: melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah
darah Indonesia. Siapakah mereka, hanya orang-orang yang cerdas yang
bisa memberikan jawabannya.
14 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
BAB II
MENGGALANG DUKUNGAN
A. Perang Lewat Wacana
Pertarungan jelang Pemilihan Presiden di antara poros Jokowi-Jusuf Kalla
dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa makin panas.
Tidak hanya saling 'serang' melempar wacana dan isu, tapi kedua kubu
juga terus bergerilya menggalang dukungan dari berbagai kalangan untuk
mendulang kemenangan.
Sejak kedua pasangan dideklarasikan sebagai duet capres-cawapres yang
akan bertarung di pilpres, masing-masing pihak bergerilya menggalang tim
pemenangan dan dukungan. Pada tahap pertama, penggalangan koalisi
telah selesai. Baik Jokowi maupun Prabowo berhasil membangun koalisi.
Namun gerilya menggalang dukungan tidak berhenti di partai politik. Kedua
kubu langsung giat mendekati berbagai tokoh, komunitas, organisasi hingga
artis. Dukungan beragam kalangan itu diyakini akan mampu mendongkrak
perolehan suara bagi masing-masing kandidat.
Terhitung sejak deklarasi dilakukan, Jokowi-JK yang didukung PDIP,
NasDem, PKB, Hanura, dan PKPI tak berhenti mendekati kalangan
cendekiawan, purnawirawan TNI-Polri, tokoh agama, akademisi, hingga
artis. Langkah yang sama juga dilakukan Prabowo-Hatta yang didukung
Gerindra, PAN, PKS, PPP, Golkar, dan PBB.
Tak dipungkiri, pertarungan kedua capres-cawapres akan berlangsung seru.
Masing-masing memiliki peta dan sumber kekuatan yang tidak bisa
diremehkan. Meski dalam sejumlah survei sebelumnya Jokowi selalu
menempati posisi terpopuler, bukan tidak mungkin hasil pilpres berbicara
lain. Agak sulit melihat kubu mana yang diperkirakan akan memenangkan
pertarungan. Karena dalam gerbong mereka terdiri dari 'bintang-bintang'
terkenal yang memiliki potensi kekuatan masing-masing.
Kedua kubu telah merampungkan formasi susunan tim pemenangan masing-
masing. Dengan komposisi susunan pemenangan yang terdiri dari beragam
15 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
kalangan, dipastikan pertarungan kompetisi Jokowi-JK dengan Prabowo-
Hatta akan menarik. Pertarungan Jokowi-JK versus Prabowo-Hatta menjadi
ibarat 'perang bintang'.
B. Perang Lewat Lembaga Survai
Kini Indonesia telah menorehkan prestasi yang menggembirakan dalam
konstelasi demokasi tanah air. Hal ini dikarenakan para politisi kita
semakin sadar dan berjiwa ksatria dalam menyikapi hasil Pemilu Legislatif.
Tentunya sesuai judul tulisan, saya tidak akan membahas berkepanjangan
tentang hal itu, namun lebih fokus bagaimana menimbang kekuatan dua
kubu capres yang sudah pasti maju dalam kompetisi nasional yang
bernama Pilpres 2014.
a. Metode Raraban
Dari semua metode dalam menganalisi kekuatan politik Pilpres, maka
metode raraban (tidak direkomendasikan dalam ilmu statistik) adalah yang
paling mudah dan paling praktis. Tidak perlu membayar konsultan politik
ataupun lembaga survey dan hal ini dapat mengurangi biaya politik
masing-masing kubu. adapun langkah-langkah dalam Metode Raraban
adalah :
Mengumpulkan hasil quick count (hitung cepat) beberapa lembaga survey
yang ada misalkan saja hasil survey LSI atau lembaga survey apa saja
yang hasilnya bisa dipertanggung jawabkan dan merepresentasikan
perolehan suara masing-masing partai. Namun akan lebih valid lagi jika
data dimaksud merupakan hasil rekapitulasi KPU. Berikut adalah data
hasil Pemilu Legislatif yang dikutip dari kompas.com
Berikut hasil perolehan suara setiap partai.
1. Partai Nasdem 8.402.812 (6,72 persen)
2. Partai Kebangkitan Bangsa 11.298.957 (9,04 persen)
3. Partai Keadilan Sejahtera 8.480.204 (6,79 persen)
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 23.681.471 (18,95 persen)
5. Partai Golkar 18.432.312 (14,75 persen)
6. Partai Gerindra 14.760.371 (11,81 persen)
7. Partai Demokrat 12.728.913 (10,19 persen)
16 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
8. Partai Amanat Nasional 9.481.621 (7,59 persen)
9. Partai Persatuan Pembangunan 8.157.488 (6,53 persen)
10. Partai Hanura 6.579.498 (5,26 persen)
14. Partai Bulan Bintang 1.825.750 (1,46 persen)*
15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1.143.094 (0,91 persen)*
* PBB dan PKPI tidak lolos ke DPR karena perolehan suara kurang dari 3,50
persen. kemudian mengelompokan koalisi partai secara dan menjumlahkan
prosentase perolehan suara dari koalisi pendukung masing-masing capres.
Prabowo - Hatta Rajasa
Gerindra = 11,81 %
Golkar = 14, 75%
PPP = 6,53 %
PKS = 6,79 %
PBB = 1,46 %
Jumlah keseluruhan adalah 41,34 % artinya untuk memperoleh
kemenangan maka Capres Prabowo - Hatta masih membutuhkan sekitar
8,66% + 1 orang. Jika PD dengan perolehan suara 10,19% menyatakan
mendukung pasangan Prabowo - Hatta maka akan memenangi Pilpres
2014.
Jokowi - JK
PDIP = 18,95 %
Nasdem = 6,72 %
PKB = 9,04 %
Hanura = 5, 26 %
PKPI = 0, 91 %
Jumlah keseluruhan adalah 39,89 %. Artinya untuk memperoleh
kemenangan maka capres Jokowi - JK masih harus mengantongi suara
10,02 % + 1 orang. Jika PD dengan perolehan suara 10,19% menyatakan
mendukung pasangan Jokowi - JK maka akan memenangi Pilpres 2014.
17 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Mudah bukan dalam meprediksi kekuatan dua kubu capres 2014 dengan
metode raraban . Semuanya adalah hitungan di atas kertas, sayangnya
manusia adalah makhluk dinamis dan selalu berfikir sehingga tidak jarang
lebih mengikuti fikiran daripada nurani, menjatuhkan pilihan yang tidak
sesuai nurani.
b. Kemiskinan
Kemiskinan adalah musuh demokrasi, semakin sedikit jumlah rakyat
msikin maka demokrasi akan semakin baik. Kemiskinan sering mengajak
masyarakat penderita untuk berfikir pragmatis daripada rasional. Hal inilah
yang menyebabkan berbagai analisis politik sering mengalami distorsi atau
melenceng jauh dari analisis pakar-pakar politik terutama yang hobby
nampil di TV. Di Indonesia dalam memprediksi kemenangan salah satu
kubu, maka yang utama adalah harus berani mengkaitkan dengan
perilaku orang miskin di Indonesia. Pengamat ataupun analis hendaknya
bisa melihat apa yang menjadi harapan orang miskin di Indonesia. Dengan
demikian yang berpeluang memenangi Pilpres 2014 adalah pasangan
yang bisa memberikan harapan pada orang-orang miskin di Indonesia.
c. Kemiskinan Statistik
Kemiskinan di Indonesia (kompas.com) menurut proyeksi terakhir
mengarah 10,54-10,75 % . Pada kisaran prosentase kemiskinan tersebut,
orang miskin di Indonesia bisa menjadi faktor penentu kemenangan dari
masing-masing kubu. Sejauhmana kedua kubu akan mengangkat isu
yang terkait dengan orang-orang miskin. Semakin bertambah keyakinan
bahwa orang miskin adalah faktor penentu kemenangan jika para
pengamat ataupun analis politik juga meragukan kevalidan data proyeksi
kemiskinan tersebut atau adanya praduga bahwa kemiskinan secara real di
Indonesia lebih dari angka statistik.
d. Belajar dari pengalaman
Tim sukses biasanya lebih mengandalkan isu pada tataran elite, yang
terlupakan dari tim sukses adalah kecerdasan dari orang miskin dalam
menyaring berbagai informasi karena media TV yang sudah bukan
18 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
menjadi barang mewah lagi (artinya orang miskin di Indonesia senang
menonton TV). Satu contoh adalah ketika Pilpres 2009 lalu. Bagaimana
gencarnya salah satu kandidat mengkritisi masalah BLT dengan harapan
menggugah orang miskin agar berpihak kepadanya, namun justru
sebaliknya yang terjadi adalah antipati kalangan miskin terhadap kandidat
tersebut hingga pada akhirnya jeblog (kalah) dalam perolehan suara
melawan incumben.
Sehubungan panas sudah mendera karena rakyat jelata dalam menulis di
ruangan atap asbes , sehingga untuk pencerahan tentang metode raraban
ini cukup sekian dulu, semoga bermanfaat bagi saya pribadi yaitu
menghilangkan dahaga mengangkat derajat rakyat jelata.
C. `Keris` Jokowi Vs `Meriam` Prabowo
a. Saling serang.
Juga mengeksploitasi titik kelemahan satu sama lain. Atmosfer jelang Pemilu
2014 bak perang seru antara ‘banteng moncong putih’ dan ‘burung garuda
sayap kuning’. Kedua kubu tak mau kalah.
Perseteruan 2 bakal capres, Joko Widodo dari PDIP dan Prabowo Subianto
dari Partai Gerindra semakin panas sejak ‘dimentalkannya’ perjanjian Batu
Tulis yang telah disepakati kedua parpol pada Pilpres 2009 lalu. Ketua
Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memilih mengangkat kadernya yang
karib disapa Jokowi untuk menjadi bakal capres daripada menyepakati
perjanjian untuk mendukung pencapresan Prabowo.
Dalam perjanjian di Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat itu, PDIP-Gerindra sepakat
untuk menggilir posisi capres. Mega sebagai capres pada Pilpres 2009 dan
seharusnya Prabowo pada pilpres tahun ini.
Kini, baik Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra dan Jokowi sudah tak malu-
malu lagi menabuh genderang perang. Namun masing-masing memiliki gaya
perang berbeda. Gaya perang Jokowi lebih cenderung dengan gaya 'keris'.
Karena Jokowi lebih tenang dan tidak terlalu frontal.
"Gaya keris Jawa itu tidak main-main, kena goresannya dikit saja bisa
berujung maut. Serangannya kadang tak terduga, diam-diam," kata
pengamat politik Andar Nubowo kepada Liputan6.com, Kamis (3/4/2014).
19 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Sementara, serangan ala Prabowo lebih mirip gaya 'meriam'. "Serangan
meriam, meski dentuman dan daya rusaknya mengerikan, masih bisa
diantisipasi oleh lawan."
b. Capres Berebut Mendefinisikan Indonesia ke Depan
Jika benar deklarasi koalisi antara Partai Amanat Nasional (PAN) dan
Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dilakukan pekan depan, maka duet
Prabowo-Hatta sudah bisa dipastikan. Duet Prabowo-Hatta ini diprediksi
akan jadi lawan berat kubu Jokowi.
Ketua DPP PAN Tjatur Sapto Edy memastikan, partainya akan berkoalisi
dengan Partai Gerindra pada pemilu Presiden . Menurut Tjatur, deklarasi
PAN-Gerindra bakal dilakukan 14 Mei 2014, pekan depan.
Yang menarik, PAN tidak mendasarkan koalisi dengan mengedepankan
power sharing bagi-bagi kursi. Dukungan kepada Prabowo Subianto sebagai
Presiden , bagi PAN justru menginginkan ''responsibility sharing'' dalam
rangka membentuk pemerintahan efektif, bersih dan berwibawa, yang
mampu melindungi segenap bangsa.
“Berbagai kalangan menilai, inilah koalisi ideologi kebangsaan dan
kerakyatan yang bersumber dari nilai-nilai nasionalisme dan keagamaan
serta kebudayaan. Kubu Jokowi kini dibayangi kubu Prabowo-Hatta,” kata
pengamat politik Nehemia Lawalata, tokoh Persatuan Alumni GMNI
mengomentari terwujudkan koalisi Gerindra-PAN tersebut.
Koalisi ini akan mendapat dukungan kalangan Nahdliyin (NU) melalui
jaringan keluarga besar Gus Dur, pesantren NU dan sayap-sayap santri
Muhammadiyah di Tanah Air. Bagaimanapun, sikap dan pilihan keluarga
besar NU dan Muhammadiyah untuk mendukung Prabowo secara kultural,
jauh lebih substansial ketimbang koalisi kepartaian semata yang bersifat
struktural. Sebab basis sosial NU dan Muhammadiyah, akan menjadi sinergi
ketika bersatu dengan basis nasionalis Gerindra dalam suatu gerak maju
Koalisi Kerakyatan Prabowo-Hatta.
Partai Gerindra sendiri kembali melemparkan wacana duet Prabowo Subianto
dan Hatta Rajasa sebagai pasangan bakal calon Presiden dan wakil Presiden
pada Pemilihan Presiden 2014. Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra
20 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Martin Hutabarat mengatakan, partainya menilai, Prabowo-Hatta merupakan
kombinasi ideal dengan latar belakang militer dan sipil.
Dengan demikian, klop sudah kesepakatan Gerindra-PAN untuk mengusung
Prabowo-Hatta, berhadapan dengan kubu Jokowi PDIP. Pada titik klimaks
laga pilpres nanti, perang gagasan, visi-misi dan agenda masa depan antara
kedua kubu itu yakni Kubu Jokowi vs Kubu Prabowo, diharapkan bakal
menyajikan kompetisi yang bermutu. Bukan lagi kampanye hitam, namun
seyogianya kampanye konstruktif yang mampu mencerdaskan rakyat
dengan pilihan-pilihan rasional.
Sebagian masyarakat menilai kubu Jokowi akan menjadikan kubu
Prabowo-Hatta sebagai lawan bebuyutan. Sehingga kompetisi ini
diprediksi bakal tidak cukup kalau hanya diwarnai perang wacana dan
pencitraan serta perang logistik. Sebab yang paling substansial adalah
perang gagasan, visi-misi ke depan: bagaimana membangun daulat
ekonomi, politik dan berkarakter/berkepribadian dalam kebudayaan.
Adapun tentang serangan pihak ketiga yang ingin mengacaukan situasi,
semestinya kedua kubu itu saling waspada dan tak perlu menangkis
berbagai tudingan dengan ‘’serangan balasan’’ yang serupa.
Justru lebih mulia dan dahsyat, kalau kontestasi nanti kubu Jokowi dan
Prabowo-Hatta mengedepankan gagasan, visi-misi dan agenda masing-
masing. Kedua kubu itu jelas berebut mendefinisikan ''Indonesia masa
depan'' ala mereka.
Bagaimanapun, Pilpres mendatang harus lebih mencerdaskan dan
mencerahkan kita guna memperbaiki kekurangan-kekurangan pemerintah
sekarang, yang sudah diakui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Itulah harapan rakyat kita yang sedang belajar berdemokrasi dengan segala
kelemahannya.
D. Dukungan Luar negeri
a. Apakah Peran Asing Di Pemilu Dan Pilpres Indonesia ?
Negara adidaya, seperti Amerika Serikat (AS) maupun China diperkirakan
akan ikut bermain dalam pemilu maupun pemilihan Presiden RI
mendatang. Jangankan pemilu atau pun pemilihan Presiden , untuk pilkada
21 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
saja mereka punya kepentingan. Pasalnya Amerika Serikat maupun China
memiliki kepentingan di Indonesia yang dianggap strategis.
Adanya campur tangan asing dalam Pemilu maupun PilPres telah disinyalir
baik itu oleh para pengamat, baik pengamat ekonomi maupun pengamat
intelijen. Amien Rais pernah mengatakan bahwa ada enam syarat utama
untuk memenangkan Pilpres, enam syarat tersebut yaitu uang, massa,
dukungan militer, dukungan media massa, restu Amerika Serikat (AS), serta
restu Illahi. Amin Rais tak segan – segan menyebut restu Amerika Serikat
(AS) di sana.
Sebenarnya masyarakat Indonesia juga tidak bodoh – bodoh amat,
masyarakat kita sudah mengetahui indikasi ini. Hal ini terlihat dalam polling
yang dilakukan tempointeractif.com pada Juli 2004, mayoritas (55.54% )
sepakat bahwa ada campur tangan asing dalam pemilihan Presiden .
Bukan hanya campur tangan dalam masalah pemikiran/opini saja, tetapi
juga campur tangan dalam aliran dana. Mereka menurunkan tim dengan
dukungan dana yang tidak terbatas. Aliran dana dari AS tersebut kadang
melalui mata rantai perusahaan yang kemudian masuk ke salah satu
pasangan tertentu. Selain itu ada juga aliran dana untuk lembaga – lembaga
yang terkait pemilu seperti KPU, Panwas, LSM Pemantau dan sebagainya.
Kenyataan yang ada di dunia saat ini, kita bisa lihat dan rasakan campur
tangan Amerika dan Barat pada urusan dalam negeri orang lain, pun pasti
tidak terkecuali di Indonesia. AS telah banyak mempengaruhi naik -
turunnya berbagai rezim penguasa di berbagai belahan dunia, khususnya
Dunia Islam. CIA berperan dalam suksesi kepemimpinan nasional di
beberapa negara di dunia. Telah banyak fakta-fakta yang diungkap bahwa di
Dunia Islam, AS berperan besar dalam memunculkan kepemimpinan di Arab
Saudi, Mesir, Yordania, Kuwait, Aljazair, dan lain – lain, termasuk yang
paling terakhir adalah rezim Afganistan dan Irak.
Amerika Serikat sangat menginginkan Presiden terpilih dipegang oleh orang
yang bisa dikendalikan, yakni yang paling lemah di antara para calon
Presiden (Capres) yang ada saat ini. Sebagian kelompok tentara dan
mantan tentara memiliki hubungan yang baik dengan Amerika.
Ikut campurnya Amerika ini karena mereka berkepentingan untuk
mengendalikan kekuatan Asia, yaitu Tiongkok (China). Indonesia memiliki
22 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
posisi yang menguntungkan bagi Amerika, terutama geo politik dan geo
startegisnya. Indonesia sendiri saat ini belum bisa melepaskan pengaruh
Amerika tersebut, apalagi Amerika posisinya sebagai negara adidaya.
Celakanya lagi Indonesia sudah masuk ke wilayah pengaruh Amerika.
Secara geopolitik seperti telah diungkapkan di atas, posisi Indonesia sangat
strategis di kawasan Asia Pasifik dan Selat Malaka. Secara ekonomi,
Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alam dan
mineral, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam Indonesia yang sangat
luar biasa ini jelas sangat menggoda negara-negara imperialis seperti AS
untuk menguasainya, langsung ataupun tidak langsung. Di samping itu,
dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia adalah pasar
potensial bagi produk-produk negara-negara industri seperti AS. Secara
ideologi-politik, mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim.
Sebagaimana dipahami, ideologi Islam sudah lama dipandang sebagai
ancaman paling potensial oleh Barat setelah runtuhnya ideologi komunis.
Karena itu, Barat sangat tidak menginginkan jika ideologi Islam bangkit di
Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim, sebagaimana hal itu juga
tidak dikehendaki oleh AS terjadi di belahan Dunia Islam yang lain.
Keterlibatan negara asing dalam proses pemilu di Indonesia semakin terlihat
dengan banyaknya intelijen asing yang masuk ke RI. Diperkirakan jumlah
intelijen tersebut semakin meningkat ketika mendekati pemilu.
Kerja AS sangat profesional, untuk menjalankan misinya di Indonesia,
menurut AC Manulang (mantan Direktur Bakin) CIA bisa menyusupkan 60
ribu intelijennya di Indonesia sejak sebelum pemilu legislative berlangsung.
Mereka adalah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan
intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. Mantan
KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu pernah berkata bahwa ada sekitar 60
ribu intelijen asing di Indonesia. Lain halnya dengan pengamat intelijen
Juanda yang memperkirakan jumlah intelijen asing yang ada di Indonesia
saat ini lebih banyak dari angka yang disebut mantan KSAD itu, jumlahnya
mencapai 200 ribu lebih. Mereka sangat berkepentingan dalam pemilu di
Indonesia. Karena kepemimpinan nasional di Indonesia akan mempengaruhi
gaya politik, di mana gaya tersebut mempengaruhi hubungan internasional.
Dukungan CIA itu tidak harus diketahui oleh calon pasangan Presiden
maupun wakil Presiden yang didukungnya, CIA tidak perlu komunikasi
langsung dengan orang yang didukungnya. Siapapun yang dinilai mampu
23 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
memahami apa yang diinginkan AS dalam menjalankan misinya, pasti
didukung. Kerja mereka sangat rapi dan sangat rahasia.
Namanya agen, ada agen langsung ada agen tidak langsung, ada agen tidur
ada agent of influenz ada agent of penetration dan sebagainya dengan
segala kriteria itu. Dan mereka itu masuk di lembaga-lembaga pendidikan,
di partai-partai politik, LSM-LSM, wartawan, kemudian juga diangkatan
bersenjata dan lain sebagainya.
Mereka bekerja jauh – jauh hari sebelum pelaksanaan pemilu, mereka selalu
mengamati perkembangan berita perkembangan pemilu, jika ada yang
sesuai mereka bersuara mendukungnya jika ada yang tidak sesuai mereka
mencounternya. Banyak kalangan juga mengkaitkan keterlibatan lembaga-
lembaga seperti Carter Centre (milik mantan Presiden AS Jimmy Carter)
dan NDI/ National Democratic Institute (milik Partai Demokrat AS) dalam
mempengaruhi hasil Pemilu.
Namun intel asing tersebut, tidak hanya orang bule saja, tetapi juga banyak
yang inlander (pribumi). Mayoritas adalah intel dari negara adidaya, selain
itu negara sekeliling atau negara tetangga juga memiliki intel di Indonesia
yang jumlahnya cukup banyak. Karena mereka pada posisi dalam kontek
hubungan internasional terancam dan mengancam. Kemudian, ada lagi
negara-negara yang hidup matinya, ekonominya tergantung pada Indonesia,
misalnya Jepang dan China, karena Indonesia merupakan wilayah
perempatan yang sangat strategis. Presiden terpilih yang didukung CIA
tersebut, nantinya akan dikendalikan oleh AS. Dan jika sesudah terpilih
mengkhianati AS, mereka tak segan-segan “melenyapkannya” bahkan
menghancurkan negaranya. Lihat Osama bin Laden atau Saddam Hussein.
Sebelum berkuasa, mereka kan didukung Amerika. Saat melawan Rusia,
Afghanistan mendapat suplai senjata dari Amerika. Perusahaan Osama kerja
sama dengan Amerika. Karier politik Saddam hingga dia terpilih jadi
Presiden , juga karena dukungan Amerika.
Oleh karena itu ke depannya bersikap hati-hatilah dalam pemilu mendatang
yang merupakan keharusan bagi setiap pemilih (warga negara). Rakyat
harus bersatu mendukungnya, dengan persatuan dan kesatuan rakyat maka
kita akan mampu membendung misi asing di Indonesia. Sebab, jika tidak,
Indonesia akan menjadi bagian dari hegemoni Amerika yang nyata-nyata
ingin mencengkram bumi pertiwi dalam genggamannya. Sudah saatnya
24 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Indonesia bangkit merdeka dalam arti sebenarnya, merdeka dari dikte
negara – negara Barat, merdeka dalam segala lini kehidupan ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam.
b. Seberapa Besar Peran Uwak Sam dalam Pilpres 2014?
Menjelang Pileg & Pilpres tahun depan, sikon politik sudah membara? Tapi
membara dalam konteks apa? Penulis kok lebih sreg, melihat, peserta
parpol, capres & cawapres, saat ini, secara hakikat, membara dalam
kebingungan…ehe..ehe..ehe..
Para kontestan sedulur kita ini, secara garis besar terbagi dalam dua
kelompok.
Kelompok pertama, adalah kelompok mayoritas tunggal yaitu, akar rumput
yang haus posisi di DPR & DPRD. Jujur – jujur saja deh, niatnya jelas yaitu
posisi politik untuk jaminan hidup 5 tahun kedepan yang terdiri dari gaji plus
fasilitas, dan…bisnis sampingan dong. “ Trade Off ” dari Eksekutif dan fee
dari pengusaha dalam berbagai aspek kepentingan.
Kehidupan pelaku politik dijaman digital ini sudah berubah 180 derajat.
Banyak hal penting yang tidak dimanfaatkan lagi. Contohnya dapur
dirumah.
Kalau dulu, kita kerja agar dapur mengasap, sekarang tidak lagi. Kenapa?
Sang wakil rakyat, setelah rutin membeli safari, setelan jas, sepatu &
pakaian di “ branded boutique “ Plaza Indonesia, langsung makan minum
di hotel bintang lima. Sedangkan sang nyonya, rutin tawaf di berbagai mall
dan salon kecantikan kulit. Anaknya, otomatis mirip-mirip lah dengan sang
ortu, jadi jarang di dirumah.
Lalu dapur untuk siapa? Untuk pembantu ? Enggak juga deh! Pembantu dan
sang “ baby sister “ …………selalu salah mengucapkan kata “ baby sitter “
karena minimnya ilmu, ehe..ehe..ehe.. ya pesen “ home delivery “…duit
toh sudah disiapkan.
Perilaku OKB (Orang Kaya Baru) macam ini, bukan aneh lagi. Media dan
fakta sehari-hari sudah mengungkap secara sangat transparan.
Kelompok kedua, hanya terdiri dari segelintir politikus papan atas, yang
memang sudah tajir, mengaku tajir dan pengin sekali tajir. Saat ini, mereka
25 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
dalam kondisi bingung, belum pasti dan berusaha mati-matian mencari
cantolan atau dukungan asing. Dukungan asing dari mana? Ya inilah yang
membuat mereka bingung. Bisa dari beberapa sumber seperti USA, Uni
Eropa, Jepang, Rusia, Cina, Australia & Arab Saudi. Tapi secara konsensus,
mereka setuju, peran Uwak Sam yang paling dominan.
Diantara segelintir elit papan atas ini, banyak yang sudah sadar tentang
betapa strategisnya peran USA. Banyak contoh mengenai ini. Sejak tak lagi
menjabat Presiden , Bu Mega ibaratnya anti menjejakan kaki di istana.
Tetapi waktu Obama hadir, beliau datang tuh. Demikian pula, Ical dan
beberapa kandidat capres / cawapres lain seringkali berkunjung ke Amerika.
Yang miris, seringkali kawan-kawan kita ini, kurang paham sandi politik. Di
USA, sandi politik seringkali meniru istilah-istilah pasukan khusus, seperti
yang dipakai Navy Seal, Delta Force atau Ranger. Ada dua istilah, yaitu “
Prep “ yaitu masa persiapan dan “ Execute “ yaitu maju dan sikat habis.
Masa persiapan tidak identik dengan lampu hijau untuk maju, karena
rencana bisa berubah setiap detik, tergantung sikon berjalan.
Ada beberapa capres / cawapres yang merasa sangat yakin karena diminta
bersiap diri, setelah mendengar kata: “ well if you really serious to run,
you need to prepare your self “, padahal sang uwak hanya sekedar
melakukan tata krama politik…alhasil setelah kembali ke tanah
air………………sang capres / cawapres langsung mengadakan syukuran
…ehe..ehe…ehe…
Di USA, meskipun policy kebjakan luar ditentukan oleh Kemlu, dibawah “
Secretary of State “ yaitu John Kerry, tetapi realita di lapangan, CIA bermain
agresif, dan seringkali mengabaikan Kemlu. Contoh kasus terbaru adalah
saat pesawat tanpa awak CIA menghajar tokoh Taliban, padahal Pakistan
sedang proses berunding (yang disetujui Kemlu Amerika) dengan Taliban.
Kebijakan politik luar negeri USA 100% ditentukan Kemlu AS, tetapi harus
di-ingat, operator dan infrastruktur intelijen dilapangan (sebagai pemasok
informasi dan pelaku aksi) 100% dibawah kendali CIA. Jadi harap maklum,
bila Direktur CIA seringkali lebih ditakuti ketimbang John Kerry.
Jadi sah-sah asaja andai satu peleton capres / cawapres begitu yakin ingin
maju karena merasa sudah mendengar kata “ prep “ dari jaringan Kemlu
Amerika, tetapi kata “ execute “ biasanya baru akan dikeluarkan beberapa
26 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
bulan menjelang Pilpres 2014, ya mestinya berasal dari rekomendasi CIA.
Yang repot kalau Kemlu AS nekad dengan kandidat lain, CIA punya seribu
cara buat menjatuhkan. Apalagi peleton capres / cawapres kita ini, memiliki
berbagai kerawanan, dan CIA paham sekali tentang ini (biasanya sih data
& infonya sudah ditangan mereka). Kita tunggu saja yuk…faktanya akan
sangat menarik.
c. 2014, Perang Ideologi Atau Perang Intelejen
Para pejudi politik yang berani gambling untuk pertaruhanya kadang
lupa mempertimbangkan harapan dan mimpi rakyat, ternyata para
pejudi tersebut masih belum sepakat bahwa pemilihan Presiden berikutnya
adalah melalui pemilihan umum 2014 sesuai amanat konstitusi,masih ada
yang mewacakan pemilu dipercepat dengan jalan menurunkan pemerintahan
yang sah sebelum 2014 baik melalui rental Kudeta atau nyanyian
Revolusi.
Tulisan kecil ini tanpa bermaskud merendahkan wacana di luar pemilihan
umum yang terus di kumandangkan, tapi mencoba melihat Harapan besar
mulusanya jalan Demokrasi konstitusional perubahan kepemimpinan
nasional melalui jalan pemilihan umum artinya pemilu 2014, tentu saja
dasarnya Indonesia harus di selamatkan dari huru hara politik seandainya
tidak tepat melangkah.
Pasca Reformasi 98 atau istilahnya masa transisi Bangsa ini masih sepakat
walaupun tidak tertulis bahwa pemilihan kepemimpinan nasional yang
dilakukan melalui jalan Demokratis, sehingga proses transisi politik berjalan
mulus,tidak terbukti secuilpun bahwa Bangsa ini akan larut dalam pusaran
konflik seperti yang diramalkan para anslis dunia yang memang akan di
untungkan dari runtuhnya NKRI.
Satu kali pemilihan kepala negara melalui anggota DPR RI yang terdiri dari
macam-macam partai setelah sekian lama di tentukan oleh ratusan
‘penentu’ dari tiga partai, lalu ini yang sangat menentukan sebuah negara
besar, baik dalam jumlah Rakyatnya,besar dengan keberagamanya,juga
negara muslim terbesar di dunia,melakukan pemilihan pemimpinya secara
langsung dan berhasil,sebuah mahakarya anak bangsa atas karunia Allah
SWT yang terus di tulis dengan tinta emas dalam peradaban dunia, Proses
transisi itu berhasil di lalui dengan gemilang.
27 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Kembali ketulisan awal bisa di katakan bahwa pemilihan umum 2014 yang di
agendakan sesuai konstitusional adalah pintu utama berakhirnya transisi
politik nasional, di 2014 ini juga akan berlangsung ‘liga’ Demokrasi terbesar
akan berlangung, dan tentu saja suasaana kebathinanya akan sangat
berbeda dengan 2009 walaupun sama-sama di bawah landasan pemilihan
umum secara langsung.
Apa yang membedakan? Intinya di pemilu 2014 mendatang masyarakat
semakin matang dalan politik, pendidikan politik yang selama ini
berlangsung menjadikanya matang sehingga harapan Indpnesia kedepan
sudah terbentuk, yang kedua Demokrasi memberikan peluang besar pada
Ideologi apapun untuk berkiprah dalam perhelatan tersebut, ideologi yang
selama ini tiarap karena psikologis sejarah akan menunjukan taringnya
secara jantan baik Islam, Kapitalis, Komunis,termasuk sosialis dll dalam arti
para ideolog berhasil melakukan konsolidasi, ketiga pergantian era, era SBY
akan memasuki massa istirahat diganti oleh era baru, maka tidaklah heran
kalau buka-bungan pertarungan 2014 sudah tumbuh dan mekar sejak hari
ini,termasuk isui-isu penggulingan kekuasaan adalah bunga-bungan 2014.
Naiknya Sri Moelyani ke peta politik nasional belakangan ini dengan
kendaraan politik sendiri walaupun pada saatnya nanti bisa ‘merental’
partai yang sudah ada semakin meramaikan bursa pemilu 2014 apalagi
pencalonan Presiden Sri moelyani di dukung oleh partai dengan tokoh-tokoh
senior yang berhaluan sosialis seperti Goenawan Muhamad, Rahman tolleng,
Arbi sanit dll membawa pesan tegas bahwa perang terhadap penganut
Neoliberalism akan terbuka.
Kemunculan Sri tentu saja akan mengkonsolidasi diri para penganut paham
tersebut di partai manapun mereka berada,baik di PKS, Golkar,PDIP,
Demokrat dll,artinya bahwa Sri Bukan saja membawa agenda kepentingan
besar kaum pemodal asing seperti yang dituduhkan pihak-pihak lawan
politiknya tapi juga yang lebih utama Sri menjadi wadah bersatunya kaum
sosialis dalam peta politik nasional yang selama ini berserakan.
Di sisi lain, kelompok yang berhaluan Neoliberalism tidak kalah solidnya,
kelompok yang selama ini membawa kepentingan pasar terbuka juga
semakin kuat,berbagai amandemen yang menjadikan Indonesia pasar bebas
adalah bukti begitu kuatnya kelompok ini menguasai jagat politik, kelompok
ini juga ada dimana –mana tapi mungkin tidak kemana-mana.
28 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Kelompok yang ketiga adalah penganut ideologi islam / syariat, kelompok ini
juga berhasil melakukan konsolidasi dengan agenda yang sama menjadikan
Indonesia negara Islam (merubah Ideologi Negara Pancasila), sebuah
wacana yang tidak pernah berakhir dan berlindung di balik Demokratisasi
dengan rapih,dan kelompok ini sama seperti Ideologi yang lain menyebar di
berbagi Partai tapi lebih subur di Ormas dan kemasyarakan lainya. Dan Yang
juga jangan di pungkiri memiliki kekutan adalah kelompok Komunis dan
Islam moderat,kelompok ini tetap semarak dalam tidurnya, dan berjalan-
jalan di antara partai-partai yang semakin terbuka.
2014 adalah pertarungan yang sarat dengan benturan Ideologi,konsep
membawa Indonesia lebih baik akan di dasarkan pada Ideologi tersebut
bukan lagi kehendak pasar atau rakyat,tapi rakyat diajak bernostalgia
dengan biusan ideologi, kondisi tersebut juga berbarengan dengan
menurunya keyakinan perubahan bangsa melalui jalur politik,dalam arti
kepercayaan rakyat terhadap parpol yang turun drastis selama ini akibat
prilaku elite akan terobati oleh biusan tersebut.
Perang Ideologi tersebut akan sangat terasa karena memang dunia juga
sedang mengalami hal yang sama, perang Dagang yang berlatar belakang
Ideologi, AS , CINA , Uni Eropa dan Islam bertarung pengaruh di
segala lini,di lembaga Dunia seperti Word Bank , IMF , Vatikan ,
kursi AS 1, PBB dll, semua bermuara pada perang tersebut, dan tentu saja
mereka juga akan ikut memainkan perang tersebut sesuai dengan
kepentingnya,baik kepentingan kelompoknya atau kepentingan nasionalnya
dan kita bisa merasakanya bagaimana konflik-konflik antar bangsa saat ini
di belahan dunia sangat di tentukan oleh pertarungan kepentingan negara-
negara besar tersebut dengan ideologinya.
Lalu apa hubunganya dengan Inteljen,apa kaitanya dengan Perang Inteljen,
ini bisa dimaknai sebagai perang peran dan kelompok yang selama ini
berjalan di dunai ini,baik militer,polisi maupun sipil.Proses Demokratisasi
yang luar biasa ini memang membuka kran selebar-lebarnya terhadap partai
untuk menampung siapapun berkiprah termasuk para purnawirawan untuk
berkiprah.
Kita juga bisa merasakan kehadiran para purnawirawan tersebut begitu luar
biasa sehingga hampir semua partai yang dimaskuinya membawa nuansa
‘gerakan tertutupnya’. Kalau dulu hanya Golkar sebagai wadah purnakarya
29 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
maka saat ini tidak ada satupun partai yang tidak menampung para petinggi
yang pernah berkiprah dalam kelompok strategis tersebut, PDIP, Golkar,
Demokrat, PKS , Hanura dan Gerindra ,PPP , PKB semuanya hadir dan sah
sesuai UU.
Perang inteljen tersebut bisa di pahami dalam konteks rival dan persaingan
politik yang tentu saja akan berbicara kekuasaan dan uang walaupun
dalihnya berbagai ragam baik NKRI,Indonesia lebih baik,dsb rival tersebut
selama ini tertera pada Jenderal merah, Jenderal ijo, Jenderal Orde Baru,
jenderal Orde Reformasi, jenderal sakit hati,walaupun bisa saja itu Cuma
kecamata yang rabun.
Namun demikian diera ini sesuai dengan konstitusi siapapun dan kelompok
manapun berhak untuk ikut mewarnai jagat politik,tranisisi telah banyak
melahirkan tokoh politik nasional yang pada awalnya justru ditelan jaman
karena pandangan politiknya keluar mainstream dan kepatutan.
Jadi pada 2014 bukan saja pertarungan ideologi, tapi juga pertarungan
inteljen yang tumbuh dan subur di berbagai partai,sebuah pertarungan yang
tentunya sangat menarik,karena ini bukan saja pelajaran berharga bagi
rakyat tapi juga pilar penting supaya bisa melokalisir pertarungan tetap
dalam koridor NKRI,walapun seperti pohon bambu tidak semua bambu sama
lurusnya.
Catatan Akhir
Perang Ideologi yang sesunguhnya harus di maknai sebagai Perang antara
Pancasila dan perongrongnya, harus di pahami sebagai perang antara NKRI
yang tetap utuh dengan yang mengharapkanya Runtuh. NKRI dan Pancasila
adalah harga mati sesuai dengan kesepakatan nasional,artinya Ideologi
apapun silahkan bertarung di Republik Ini tentunya untuk membawa
Indonesia lebih baik,tapi kalau yang lahir adalah Ideologi yang membawa
pesan perpecahan,perubahan Ideologi negara maka tentu saja harus di
anggap musuh bersama,karena ideologi tersebut adalah penumpang gelap
Reformasi, Inteljen yang bertarung dan mewarnai berbagai Ideologi
konstestan pada pemilu 2014 semoga tetap pada peran politik
kebangsaanya,tidak hanyut pada sejarah masa lalu yang
tergelincir,sedangkan berbicara donatur asing yang sudah geer melihaat
Indonesia diambang perpecahan dan melihatnya sebagai keuntungan yang
30 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
di depan mata sehingga mau menjadikan Indonesia sebagai medan konflik
dan pertarunganya biarlah itu tumbuh dalam angan-anganya.kini yang perlu
segeral dilakukan adalah konsolidasi nasional dalam rangka melawan
berbagai ancaman desintegrasi nasional yang mulai ada riaknya, konsolidasi
nasional sebagai wujud ‘jiwa negarawan’ para politisi kita, sekaligus
memberikan ketauladanan pada rakyat untuk selalu waspada,tetap bersatu,
tidak mudah di pecah belah,dan terus berkarya dan mandiri sehingga
agenda besar perubahan kepemimpinan nasional sesuai amanat Rakyat
yang tertuang dalam konstitusi yaitu melalui pemilu 2014.
d. Perang Intelijen Dalam Pilpres
Pada saat kampanye pilpres berjalan, banyak pendapat yang mengatakan
akan terjadi perang intelijen dalam kegiatan pemilihan pemilu Presiden dan
wakil Presiden . Beberapa pendapat bahkan menyampaikan kekhawatiran
keterlibatan badan-badan intelijen didalam negeri seperti Badan Intelijen
Negara (BIN) dan badan intelijen TNI. Mungkin masyarakat terinspirasi
dengan pernah diadilinya mantan Deputi BIN Muchdi PR yang menjadi
tersangka terlibat dalam kasus terbunuhnya tokoh Kontras Munir. Walaupun
kemudian Muchdi akhirnya divonis bebas. Yang lebih menggetarkan lagi kata
beberapa pengamat, ada Intelijen asing yang turun tangan ke Indonesia,
konon berusaha menarik BIN dan TNI untuk mendukung pasangan tertentu.
Setelah mencermati dan memerhatikan beberapa informasi yang
berkembang, penulis mencoba memberikan sedikit pandangan tentang
masalah tersebut.
Pemilihan umum Presiden -wakil Presiden adalah sebuah kegiatan
terpenting di Indonesia setelah pemilihan umum legislatif. Keduanya adalah
bagian dari penerapan sistem demokrasi yang dianut negara kita. Setelah
pileg yang entah kok tidak diributkan tentang keterlibatan intelijen, kini
dalam pilpres justru intelijen disebut-sebut lebih ramai terlibat. Banyak
yang kemudian demikian menyederhanakan keterlibatan intelijen baik
sebagai organisasi maupun personal. Sangat disayangkan sebenarnya
menyebut intelijen demikian ringannya. Oleh karena itu mari kita melihat
ada apa sebenarnya dibalik intelijen itu sendiri.
Intelijen bisa dilihat sebagai sebuah organisasi, sebuah kegiatan dan ilmu
pengetahuan. Apabila dilihat dari fungsinya maka intelijen melakukan
kegiatan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan. Baik sebagai
31 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
organisasi, kegiatan maupun fungsinya maka semuanya itu harus dimulai
dengan recruitment, seleksi, pendidikan dan penugasan. Dari sederet
panjang tuntutan mutlak yang ada pada tiap calon rekrut ialah integritas
pribadi, loyalitas dan kemampuan profesional. Integritas pribadi
merefleksikan sosok seorang yang jujur, dapat dihandalkan, satu kata
dengan perbuatan, memiliki keberanian moral, adil dan bijaksana.
Loyalitas, atau kesetiaan, mengandung keteguhan akan komitmen
seseorang kepada misi yang diembannya, kepada etika profesinya, kepada
organisasinya, dan terutama kepada bangsa dan negaranya, diatas segala-
galanya tanpa pamrih. Sosok dan lembaga intelijen tidak boleh
menyimpangkan kesetiaannya kepada kelompok atau golongan, atau
kepentingan-kepentingan sempit di luar kepentingan nasional. Memang
dalam “pakem” intelijen, kesetiaan intelijen hanyalah kepada “user”
atau pengguna, disebut sebagai single client. Dalam kedudukan BIN,
organisasi akan setia penuh kepada Presiden sebagai user, bukan kepada
pribadi.
Untuk mendapatkan personil yang tangguh dan profesional, anggota
intelijen harus melalui pendidikan. Pendidikan intelijen tidak semudah yang
kita bayangkan, dimulai dengan beberapa tes berupa tingkat kecerdasan,
loyalitas, integritas, daya tahan dan beberapa tes kejiwaaan lainnya.
Personil intelijen harus melalui pendidikan dasar, pendidikan kejuruan,
spesialisasi, sandi dan beberapa keahlian khusus yang memang dibutuhkan
organisasinya sesuai dengan rentang penugasan. Tanpa melalui pendidikan
jenjang dan variasi tour of duty maka seorang intelijen jelas tidak akan
memiliki “sense of intelligence.” Dia bisa berbicara intelijen, tetapi tidak
memahami makna intelijen itu sendiri. Seorang intelijen harus jelas
loyalitasnya, bisa dibayangkan apa yang bisa diperbuat oleh seseorang
yang menguasai ilmu insurgency, teror, sabotase, riot, perang urat
syaraf, propaganda dan banyak lainnya. Karier personil berangkat
sebagai agent action, handler, middle analyst hingga senior analyst, dengan
kemampuan dan keahlian tertingginya maka seseorang baru akan menjadi
master spy.
Pengalaman keterlibatan badan-badan intelijen di masa silam dalam konflik-
konflik yang bernuansa kepentingan kelompok dan politik aliran dari sejak
awal sejarah republik cukup menjadi pelajaran yang telah menjadikan
badan-badan intelijen kita tidak terlepas dari trauma masa lalu. Sosok
32 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
intelijen kerap cenderung memperlihatkan subjektifitas politik aliran,
primordialisme yang kental, sehingga tidak dapat menghindari diri dari
perlibatan dengan kegiatan politicking dalam politik praktis.
Bagaimana masa kini?. Dengan adanya reformasi dan penerapan demokrasi
yang mengedepankan kebebasan dan hak asasi manusia, kegiatan intelijen
juga akan dikontrol oleh publik. Memang masih memungkinkan adanya
loyalitas pribadi kepada seseorang capres, tetapi sulit bagi sebuah organisasi
yang demikian besar dan kompleks untuk menjadi gerbong dalam
pemenangan pilpres. Seperti diuraikan diatas, organisasi intelijen mayoritas
diawaki oleh personil terdidik yang loyalitasnya kepada negara tidak
diragukan. Dalam pilpres kini yang memiliki organisasi intelijen hanyalah
SBY dalam kedudukan resminya sebagai Presiden Republik Indonesia, bagi
kedua capres lainnya baik Mega-Prabowo maupun JK-Wiranto jelas tidak
memilikinya.
Jadi mungkin kurang tepat apabila disebutkan terjadi perang intelijen dalam
pilpres. Penggunaan ilmu intelijen seperti pembentukan opini, negative
campaign, black campaign memang nampak telah digunakan. Tetapi dinilai
bukan sebagai sebuah hasil dari operasi intelijen lingkup besar yang
terencana dengan matang. Contoh operasi intelijen yang sukses adalah
serangan teroris Bom dari Bali hingga ke Jakarta beberapa tahun lalu, yang
demikian sulit dibongkar. Hingga kini sulit dibuktikan siapa “the principle
agent” dibelakangnya, kita hanya tahu DR Azhahari dan Noordin M Top
hanyalah handler kelas bawah. Demikian juga AS sebagai negara adi daya-
pun juga mengalami korban dalam serangan teroris berkemampuan
intelijen 911 yang meruntuhkan menara kembar WTC. Pembunuhan
Presiden JF Keneddy adalah sebuah operasi clandestine dari konspirasi
intelijen yang hingga kini juga tidak jelas.
Dengan demikian, kecil kemungkinan dimainkannya badan-badan intelijen
yang ada seperti BIN dan Bais TNI untuk mendukung salah satu pasangan
capres. Memainkan organisasi dan personil intelijen jelas akan membawa
resiko tersendiri di era keterbukaan ini. Lagipula mantan “benggolan-
benggolan” tersebut juga tersebar ditiga kubu. Intelijen berkemampuan
merusak dan menghancurkan dengan halus dan sistematis tanpa disadari
apabila digunakan. Bisa dimainkan dengan ritme dan gaya halus, tetapi bisa
juga dengan gaya keras. Hal ini penulis kira sangat difahami oleh beliau-
beliau itu. Kemungkinan adanya monitoring dan upaya mempengaruhi dari
33 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
intelijen asing sangat memungkinkan terjadi. Ini yang perlu diwaspadai agar
agen dan elit politik kita tidak terbina dan membocorkan rahasia negara.
Semuanya upaya infiltrasi intelijen asing jelas terkait dengan kepentingan
nasional negaranya masing-masing. Pada dasarnya kegiatan sebuah Kantor
perwakilan selain mewakili sebuah negara adalah juga melakukan kegiatan
Pulbaket.
Yang penting kini bagi para calon Presiden dan wakil Presiden sebaiknya
lebih hati-hati dengan masukan yang nampaknya baik tetapi kemudian
justru menimbulkan polemik yang merugikan citranya. Ada kok ilmunya,
awalnya baik-baik tapi justru mengarahkan seseorang agar tercebur
kedalam lubang got. Waspada saja pak, mendatang utamakan pengamanan
pribadi, informasi dan kegiatan agar terhindar dari unsur pendadakan.
e. Intelijen Asing Prediksi Jokowi-JK Akan Menang
Ternyata tidak cuma lembaga survei yang memprediksikan Joko Widodo
(Jokowi) ) akan menang telak pada Pilpres 2014 kalau disandingkan dengan
Jusuf Kalla (JK).
Intelijen asing pun ternyata sudah memprediksi bahwa PDI-P akan meraih
keuntungan luar biasa di pemilu legislatif dan pilpres kalau mengusung
Jokowi-JK.
“Suara PDI-P pada pemilu legislatif akan terdongkrak hingga 24 persen
kalau mencalonkan Jokowi-JK,” kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti dalam diskusi empat pilar
di Senayan, Jakarta, Senin (2/9).
Diskusi yang mengangkat tema “Geliat Capres Menjelang Pemilu 2014”
menghadirkan pembicara lain yakni bersama Wakil Ketua MPR RI, Hajriyanto
Y Thohari dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon.
Menurut Ikrar, kedua figur tersebut sama-sama mendapat respons positif
dan tinggi dalam banyak survei dibandingkan capres yang lain.
Karena itu, PDI-P jangan sampai mengambil tindakan bodoh dan salah
strategi dalam Pilpres 2014 nanti.
“Meski politik itu cair, tapi Jokowi-JK sebagai pasangan yang bisa
memenangkan Pilpres 2014. Itu terbukti dalam banyak survei. Bahkan
34 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
intelijen asing sudah memprediksi Jokowi-JK akan menang. PDI-P pun akan
terdongkrak suaranya pada pemilu legislatif menjadi 24 persen,” kata Ikrar.
Ikrar lebih jauh mengatakan, mengusung Jokowi-JK adalah keputusan yang
sangat tepat dan PDI-P akan mengulang kembali fenomena Pemilu 1999
lalu, dimana semua massa merindukan figur Megawati Soekarnoputri.
Tetapi kalau PDI-P ngotot mencapreskan Megawati Soekarnoputri, maka
yang akan terjadi adalah kekalahan untuk kesekian kalinya.
“Resistensi terhadap Megawati masih tinggi jika tetap dipaksakan maju
capres,” katanya.
f. Mewaspadai pemenang Pilpres 2014, hasil produk perang
asimetris
Makin pentingnya posisi Indonesia tidak bisa dipungkiri, meskipun kerap
muncul sikap nyinyir yang muncul dari dalam negeri sendiri. Akan tetapi jika
mengacu pada persepsi internasional terhadap Indonesia saat ini, kita patut
berbangga karena Indonesia semakin dianggap penting. Kunjungan dari
berbagai delegasi pemerintahan, bahkan kepala pemerintahan tidak henti-
hentinya berdatangan ke negeri ini menawarkan berbagai kerjasama dalam
berbagai bidang, baik ekonomi, pendidikan, dan pertahanan.
Bahkan Australia negara yang sangat tidak menginginkan, munculnya
Indonesia sebagai kekuatan militer. Memilih ikut membantu dengan
menghibahkan hercules. Amerika Serikat, yang pernah mengkebiri kekuatan
militer Indonesia bertahun-tahun, datang dengan penawaran yang sangat
sulit ditolak pemerintah Indonesia, dalam membangun pertahanan.
Pada 2014 SBY mengakhiri 2 periode pemerintahannya, yang sesuai
konstitusi tidak dimungkinkan siapapun menjabat lebih dari 2 periode.
Pemerintahan SBY memang belum sempurna, dan tidak mampu
mensejahterakan semua lapisan masyarakat. Akan tetapi pencapaian
gemilang dibidang pertahanan, meningkatnya jumlah kaum menengah, dan
gemuknya cadangan devisa, mampu menegakan kepala republik ini untuk
disejajarkan dan masuk ke dalam 20 negara dengan perekonomian terbesar
didunia.
Tidak dipungkiri, pengegakan hukum dan kasus korupsi masih belum
memenuhi rasa keadilan masyarakat. Meskipun banyak koruptor yang diadili
35 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
dan ditahan, akan tetapi tetap tidak mampu merubah hakikat koruptor itu
sendiri. Sampai detik ini, para koruptor seolah tidak mempunyai beban
muncul dimedia, seolah tiada malu telah merampas uang rakyat, untuk
kesenangan pribadinya. Diperlukan Presiden yang revolusioner, untuk
merubah karakter korup dari para pejabat dan para wakil rakyat di
Indonesia. Sehingga benar-benar menekan populasi dari penghianat bangsa
yang bernama koruptor ini.
Pada tahun 2014, bangsa Indonesia akan memilih sosok baru yang akan
dipercaya memimpin republik ini. Disamping sosok yang bersih dan mampu
membersihkan republik ini, tentunya sangat diharapkan sosok yang cerdas
agar dapat mengimbangi permainan licik konspirasi. Dalam pilpres 2014,
sudah pasti banyak intelijen asing yang bermain, mereka memang tidak
memiliki hak pilih akan tetapi mereka bisa menggiring pemilih untuk memilih
sosok yang menurut mereka, akan mengakomodir keuntungan buat mereka
dan melemahkan posisi Indonesia.
Hendaknya memilih Presiden , bukan didasarkan pada tren popularitas saja,
akan tetapi juga dipelajari rekam jejak dan kemampuannya. Praktek perang
asimetris sangat mungkin telah dilancarkan intelijen asing, agar rakyat
Indonesia memilih Presiden yang mereka inginkan. Menggiring opini,
membentuk persepsi, lalu terus menerus gencar mempopulerkan seseorang
yang menurut mereka akan gampang untuk dibodohi atau seorang Presiden
lemah, sehingga mudah ditekan untuk menyerahkan kedaulatan wilayah-
wilayah tertentu, atau melakukan kebijakan-kebijakan konyol lainnya ketika
menjadi Presiden . Praktek perang asimetris dalam Pilpres 2014, dapat pula
melakukan hal sebaliknya yaitu dengan gencar melemahkan sosok yang
seharusnya dibutuhkan untuk kemajuan bangsa, malah harus terkapar dan
popularitasnya tenggelam. Ingatlah intelijen asing dapat mempengaruhi
media dan sosial media, tidak hanya media internasional akan tetapi juga
media nasional.
"Dalam ekonomi dikenal asimetri informasi yang terjadi jika salah satu pihak
dalam transaksi memiliki informasi lebih baik atau banyak dibandingkan
pihak lain. Dibanding pembeli, penjual lazim memiliki informasi lebih banyak
atas produk meski kondisi sebaliknya mungkin terjadi. Kondisi ini pertama
kali dijelaskan oleh Kenneth J. Arrow dalam buku 1963 berjudul "Uncertainty
and the Welfare Economics of Medical Care" di jurnal American Economic
Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris
36 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
dalam The Market for Lemons - Pasar Barang Kacangan (1970). Yang
menyebutkan nilai rata-rata komoditi dalam pasar asimetris cenderung
turun, bahkan untuk barang berkualitas bagus. Penjual yang tidak berniat
baik bisa menipu pembeli dengan mengesankan seolah barang yang
dijualnya bagus. Sehingga banyak pembeli yang menghindari penipuan, lalu
menolak bertransaksi atau enggan mengeluarkan uang besar. Akibatnya,
penjual yang benar-benar menjual barang bagus tidak laku karena hanya
dinilai murah oleh pembeli, Alhasil pasar akan dipenuhi barang bermutu
buruk
Konsep asimetri informasi ini kemudian berkembang dan dimanfaatkan di
ranah militer. Sehingga strategi perang kemudian berevolusi dari yang
semula konvensional menjadi non-konvensional (asimetris). Seperti perang
Psy War dengan menebar isu yang bersifat mengganggu stabilitas negara
sasaran. Strategi ini murah meriah karena perang Asimetris tidak
menggunakan banyak alutsista. Cukup melempar isu provokatif maka
stabilitas negara sasaran akan goyah. Tapi ini bukan berarti kekuatan
perang konvensional berupa Alutsista canggih tidak akan dipergunakan lagi.
Justru untuk mengantisipasi kegagalan strategi Asimetris, kekuatan
konvensional mesin perang modern tetap disiagakan guna alat eksekusi
berikut. Inilah yang dimaksud dengan Hard Power dimana sebuah Negara
yang memiliki militer kuat cenderung menggunakan kekuatan militer
sebagai penekan untuk mendukung diplomasinya agar sasaran tunduk dan
patuh
Jadi cukup dengan strategi Asimetris saja yang berbiaya murah dan
sederhana AS sudah mampu menggoncangkan pemerintah indonesia lewat
isu, informasi, kebebasan, budaya, ekonomi, narkoba, korupsi dan lain
sebagainya…
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsoedin bahwa dunia strategi dan
pertahanan sedang memasuki babak baru, perang asimetris. ”Kita harus
menanggalkan cara berpikir perang konvensional. Banyak hal yang terjadi
tanpa disadari adalah dampak perang asimetri. Media digunakan sedemikian
rupa mengumbar sensasi. Perang asimetri itu bukan menghadapkan senjata
dengan senjata atau tentara melawan tentara,” ujarnya.
Wamenhan mengingatkan, negara yang secara ekonomi dan kesenjataan
lemah adalah sasaran utama perang asimetris. Sebagai contoh, media
37 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
internet atau media massa tanpa sadar dipakai untuk memengaruhi cara
berpikir atau melemahkan bangsa. Pemberitaan dua media Australia
mengenai kebijakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan situasi
politik di indonesia beberapa waktu lalu juga termasuk upaya pemerintah
Australia melancarkan strategi Asimetris dengan tujuan menggoyah
stabilitas pemerintah indonesia lewat jaringan informasi.
Apa sih yang susah dilakukan di era teknologi dan informasi sekarang ini
yang segala sesuatunya dapat dengan mudah dan murah di akses lewat
media jaringan seperti Youtube, Tweeter, Facebook, Media Cetak maupun
Elektronik. Tapi yang membuat saya heran, ternyata bangsa lain tidak perlu
dengan susah payah untuk melemahkan Indonesia, cukup lewat tangan
rakyatnya sendiri yang sudah berhasil di otak-atik mereka sudah berhasil
mengacak-acak stabilitas Negara Indonesia dengan sendirinya…"
g. Ada Restu Grand Design untuk Presiden RI
Pada Pilpres 2004 Anda aktif menggerakan Presiden tial Candidate Watcher
(PCW) untuk mengadvokasi masyarakat. Mengapa upaya positif itu tidak
dilakukan kembali pada Pilpres 2009?
Saya apatis dan patah arang melihat kualitas pemilu yang semakin
menurun. Tidak saja dari kapasitas lembaga penyelenggara pemilu yang
tidak berkualitas, tetapi juga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para
calon. Angka golput juga naik cukup signifikan.
Tujuan pendirian PCW adalah untuk advokasi. Jika capres 2004 dan capres
2009 tidak berubah, berarti tidak ada yang perlu diadvokasi. Percuma
memberikan advokasi. Masyarakat sudah tahu kinerja, kapasitas dan
kapabilitas masing-masing capres. Ujung-ujungnya tetap saja politik uang.
Terkait dunia intelijen, mungkinkah Presiden RI terpilih bisa melepaskan diri
dari ketergantungan dengan pihak asing?
Selalu ada intervensi grand design terhadap Presiden RI terpilih. Tanpa
persetujuan dari grand design seseorang tidak akan mungkin menjadi
Presiden di Indonesia. Semua itu terjadi kerena memang kondisi
perpolitikan di Indonesia masih bergantung kepada pihak asing. Pengaruh
asing sudah masuk ke dalam berbagai kekuatan di Indonesia.
38 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Grand design tidak saja dari AS tetapi lintas negara. Di dalamnya ada Yahudi
dan Uni Eropa. Dunia ini dipegang oleh grand designer, yang tidak saja dari
AS. Grand designer itulah yang akan melihat peluang calon Presiden . Jadi
bukan hanya pada persoalan kekuatan politik atau uang, tetapi juga melihat
akseptabilitas di masyarakat.
Jika memang intervensi asing dilihat sebagai operasi intelijen, sejauhmana
upaya konterintelijen dilakukan badan intelijen negara?
Siapa yang akan berupaya melakukan konter jika semua berkepentingan
terhadap kekuasaan. Kondisi Indonesia yang tidak bisa lepas dari pengaruh
grand design memunculkan pesimisme. Semakin hari kekuatan asing itu
semakin mencengkeram. Hasil dari intervensi itu ditunjukkan oleh para elit
yang menjadi sangat hedonis, konsumtif, dan tidak mau memikirkan
Indonesia pada 25 tahun mendatang.
Bagaimana peran Badan Intelijen Negara dalam menghadapi operasi
intelijen asing?
BIN sendiri terlihat masih bingung menempatkan diri. BIN seharusnya
menjadi badan intelijen negara yang mengkoordinir semua komunitas
intelijen di Indonesia. Bagaimana bisa dikatakan BIN sebagai koordinator
jika undang-undang yang mengaturnya belum ada. Akibatnya, BAIS, BIN,
Baintelkam, dan lembaga intel negara lainnya, jalan sendiri-sendiri. Kasus
keterlibatan Antasari Azhar dalam pembunuhan Nasrudin Zulkarnain,
menjadi bukti bahwa intel kejaksaan bersaing dengan kepolisian. Bahkan
publik melihatnya sebagai permainan balas dendam.
BIN memang melayani Presiden , tetapi bukan melayani Presiden secara
pribadi. BIN harus melayani kepentingan publik. Undang Undang Intelijen
masih terpending karena memang masih ada perbedaan pandangan di
masyarakat tentang intelijen.
Anda melihat ada upaya pelemahan sistematis dalam organisasi intelijen di
Indonesia?
Memang terjadi seperti itu. Ada suatu gerakan yang berusaha melemahkan
Indonesia dari segala lini, tidak saja di legislatif tetapi juga eksekutif. Di
dalam BIN sendiri disebut-sebut terdiri dari beberapa kubu. Ada faksi sipil
39 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
dan faksi militer. Selain itu ada orang-orang lama di BIN yang masih
dipegang oleh penguasa lama.
Kondisi itu bisa saja mempengaruhi produk BIN sebagai badan intelijen.
Karena memang pengaruh pimpinan tidak bisa menjangkau semua personal,
sehingga terjadi faksi-faksi. Akibatnya, informasi yang disampaikan
termanipulasi sehingga laporan yang ada tidak akurat.
Sebagai lembaga strategis yang berkonsentrasi dalam dunia intelijen,
sejauhmana peran lembaga Kajian Stratejik Intelijen UI untuk memberikan
satu solusi terkait persoalan bangsa, utamanya masalah intervensi asing?
Dari sisi dana, Kajian Stratejik UI tidak terlalu kuat. Yang dilakukan hanya
sebatas menyadarkan semua pihak untuk bersama-sama membahas
persoalan bangsa dalam satu wacana. Yang paling mudah adalah
menyelenggarakan diskusi atau focus group. Karena untuk melakukan
penilitian dana yang dibutuhkan cukup besar.
Di dalam Kajian Stratejik UI sendiri sejatinya telah terjadi perang intelijen.
Kami selalu berupaya membendung upaya pihak-pihak yang membawa
pesan grand design dalam konsep-konsep perkuliahan intelijen. Sedapat
mungkin hal itu ditahan. Memang, kadang-kadang upaya itu tidak mudah
dilakukan karena orang-orang itu cukup ahli dan berpengalaman. Konter
intelijen yang dilakukan dengan mengajukan konsep pembanding yang
berbeda dengan skenario Barat.
Produk Undang Undang Intelijen bisa menjadi solusi menghadapi intervensi
asing?
Undang Undang Intelijen sendiri belum tuntas karena ada perbedaan
pendapat terkait pasal-pasal yang condong bersifat Barat. Ada usulan agar
harus ada keterbukaan di dalam intelijen. Mereka menuntut intelijen yang
lebih terbuka dan transparan. Pertanyaannya, bagaimana mungkin intelijen
harus dibuka semua.
Di sisi lain, AS sendiri pasca “11 September” menciptakan kembali intelijen
yang lebih tertutup dengan alat-alat yang lebih canggih untuk memata-
matai warga negaranya sendiri. Sementara di Indonesia diminta untuk
dibuka-buka. Tujuannya cukup jelas yakni untuk melemahkan Indonesia.
Salah satunya dengan mengatakan transparansi untuk segala-galanya.
40 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Pembatasan intelijen yang kontra kepada HAM itu mungkin benar, tetapi
membuka semua itu tidak bisa.
E. Pilpres 2014, Dalam Tarian Isu SARA
Saya melihat, ajang pilpres 2014 akan didominasi oleh pertarungan isu yang
berbau dengan SARA. Bukan Jawa versus Non Jawa seperti yang orang duga
sebelumnya, tetapi Islam versus Kristen, Pribumi versus Tionghoa dan
Nasional versus Asing. Sinyal dan indikasinya telah terlihat dalam arus
ombak wacana politik yang bergulir.
a. Buruk kah apabila benar Pilpres 2014 diwarnai isu SARA?
Tidak juga. Negara penegak Demokrasi sekelas Amerika Serikat pun
seringkali menggunakan isu SARA dalam menjatuhkan lawannya. Ada
kalanya SARA digunakan secara terang-terangan, ada kalanya secara
tersirat.
Alam itu terus berubah, semula ia tegak lalu runtuh, berganti dalam wajah
baru yang tegak lalu runtuh lagi. Seperti tertuang dalam Al-Baqarah ayat 28
mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (002. Al
Baqarah:28)
Senada, konsep Reinkarnasi juga memiliki keidentikan mekanisme dengan
Al-Baqarah ayat 28. Didukung juga oleh hukum fisika yang mengatakan,
energi tidak pernah hilang dan terus menerus berubah bentuk. Lalu hukum
evolusi menyebut bahwa setiap organisme berevolusi terus menerus untuk
membentuk komposisi yang lebih tinggi.
Sebagaimana juga hukum dialektika mengatakan tesis akan dihadapkan
pada antitesis lalu pertarungan keduanya menghasilkan sistesis. Dalam
teorema Nietzsche, konsep ini juga berlaku.
41 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Untuk menjadi Manusia Unggul (Ubermensch), seseorang harus mengejar
Kehendak untuk Berkuasa (Der Will Zur Macht), yaitu dengan Membalikkan
Semua Nilai (Umwertung Aller Werten) karena alam itu berada Di Luar Nilai
Baik dan Buruk (Beyond Good and Evil). Demikian saripati dari 4 buku
Nietzsche yang saya tulis di atas dalam tanda kurung.
Apa yang saya coba sampaikan disini adalah tidak ada yang ajeg kecuali
memenangkan apa yang diperjuangkan. Kata siapa sistem Demokrasi-
Kapital-Humanisme-Sekuler yang dianut masyarakat modern adalah yang
terbaik?
Dahulu orang menggunakan sistem barter lalu berganti dengan uang.
Apakah tak ada peluang kita mengganti sistem uang? Sekarang kita
memakai sistem demokrasi, apa tidak mungkin suatu hari akan berganti ke
sistem lain?
Oleh karenanya, cara masing-masing kelompok berjuang untuk
memenangkan apa yang diperjuangkannya adalah sah. Selama tujuan dari
semua itu adalah untuk kebaikan. Kebaikan milik siapa? Tentunya bagi
kelompok yang berjuang itu. Bagi saya, kebaikan bersama adalah sebuah
konsep yang tidak jelas batas ruangnya. Harus ditentukan terlebih dahulu,
kebaikan bagi siapa, suku, kelompok, agama, bangsa, dunia dan
sebagainya. Jika itu belum disepakati, maka penggunaan istilah kebaikan
bersama itu juga akan termasuk kebaikan bagi musuh.
Apakah etis Musa menghina tuhan Mesir lalu menggalang hijrah para
pekerjanya (budak) ke tanah Kanaan? Apa karena batasan SARA lalu Musa
harus kompromi?
Apakah etis Ibrahim menghina tuhan Babilon lalu menggalang hijrah ke
tanah Kanaan? Apa karena batasan SARA lalu Ibrahim harus kompromi?
Apakah etis Isa atau Yesus mengobrak-abrik perdagangan Riba bani Israil di
Kuil Sulaiman (Bait Allah)? Apa karena batasan SARA lalu Isa atau Yesus
harus kompromi?
Apakah etis Muhammad menghancurkan sesembahan berhala orang Arab di
Ka’bah karena memperjuangkan ajarannya? Apa karena batasan SARA lalu
Muhammad harus kompromi?
42 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Apakah etis bangsa Nusantara mengusir Belanda dan Inggris juga kroni-
kroninya pada masa kemerdekaan? Apa karena batasan SARA lalu bangsa
Nusantara harus urungkan kemerdekaan?
Mengutip Leo Tolstoy, semua adil dalam cinta dan perang (All Fair in Love
and War).
Bagi saya, demokrasi dan anak cucunya meliputi batasan SARA tidak lain
upaya sang pemenang menjaga Status Quo. Sang Pemenang tidak ingin ada
kompetisi di bawahnya yang memungkinkan menggantikan dirinya. Batasan
demokrasi, SARA dan sebagainya adalah agar kita tidak bisa memenangkan
kursi panas itu. Sang Pemenang, kaum Bani Israil itu tak ingin digantikan.
Siapapun yang menang dalam kompetisi demokrasi, tak akan menggantikan
mereka, Bani Israil sang Pemenang.
Saya tanya pada anda, Revolusi mana yang tidak mengusung isu SARA?
Perlu dicatat, SARA bukan sekedar kesukuan dan keagamaan, tetapi juga
rasial dan golongan. Saya tanya lagi, perjuangan mana yang tidak
mengandung unsur SARA dalam prosesnya?
Batasan SARA diciptakan oleh Bani Israil agar tak ada pembedaan ekstrem
yang bisa memicu revolusi. Batasan SARA diciptakan oleh Bani Israil agar
tak ada lagi peluang berjuang di luar koridor normal. Batasan SARA
diciptakan oleh Bani Israil agar sistem yang sudah tegak ini tak dapat
diruntuhkan.
Oleh karenanya, saya katakan kembali disini bahwa jangan tabu-kan SARA
apabila ia digunakan untuk tujuan yang baik.
Sesungguhnya, maksud dari tulisan ini bukanlah untuk mengajak
masyarakat ber-SARA ria. Apa yang saya maksud disini adalah apabila kita
melihat seketika marak pertarungan isu SARA, tak perlu kaget. Apalagi
menganggap itu tabu atau haram, karena memang perjuangan mana pun
akan berbau SARA.
Dan apabila melihat seketika wacana Pilpres 2014 akan dipenuhi isu SARA,
memang realitanya demikian.
43 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
b. Kenapa Bisa Demikian?
Karena dalam Pilpres kali ini, terjadi polarisasi kelompok-kelompok yang
saling beroposisi dalam peta dukungan capres.
Secara Parpol, Golkar didukung oleh Demokrat dan Hanura. Gerindra
didukung oleh PAN, PKS, PPP. PDIP didukung Nasdem dan PKB.
Semula, PPP mendukung PDIP, namun mendadak balik arah kembali ke
Prabowo (Gerindra). Djan Faridz, kawan akrab Prabowo melakukan manuver
mengagetkan. Informan saya dalam PDIP menceritakan kalau Djan Faridz
menaruh buku setebal 3 jari berisi daftar dosa Jusuf Kalla ke meja pribadi
Megawati. Keributan terjadi antara Megawati, Djan Faridz dan Jusuf Kalla
yang berujung pada kemungkinan Jusuf Kalla batal jadi cawapres Jokowi.
Perseteruan Djan Faridz dengan Jusuf Kalla memang sudah terjadi sejak
Pilkada DKI. Djan Faridz yang semula hendak maju sebagai Gubernur DKI
dihadang oleh Jusuf Kalla. Jusuf Kalla menyewa konsultan untuk
menghancurkan Djan Faridz dari dalam sehingga gagal maju Gubernur DKI.
Djan Faridz pun mendukung Jokowi – Ahok di Pilkada DKI karena
pertemanannya dengan Prabowo. Rumah timses Jokowi – Ahok di Jalan
Borobudur Nomor 22 dipinjamkan oleh Djan Faridz kepada Gerindra
(Prabowo).
Dukungan Surya Dharma Ali kepada Prabowo yang sempat menggoyang PPP
juga karena kedekatan Djan Faridz dengan Prabowo. Sayangnya, mendadak
muncul penolakan dari 26 DPW PPP terhadap dukungan PPP ke Prabowo.
Penggerak penolakan 26 DPW PPP ini adalah Jusuf Kalla dengan
memanfaatkan jabatannya sebagai Ketua Dewan Mesjid Indonesia.
Buntut dari perpecahan PPP itu adalah dukungan kepada Jokowi dengan
mengajukan Jusuf Kalla sebagai cawapres Jokowi. Nama Jusuf Kalla masuk
ke PDIP melalui Nasdem, PPP, PKB dan Polri. Dengan manuver Djan Faridz
membeberkan dosa Jusuf Kalla ke Megawati, PPP kini hengkang dari PDIP
dan mendukung Prabowo.
Dari sisi Prabowo, kini telah mendapat dukungan dari 3 parpol berideologi
Islam yakni PAN, PKS dan PPP. Ketiga parpol Islam ini juga sudah
menggandeng 2 kelompok Habib besar yakni Majelis Rasulullah dan Nurul
Mustofa ke Prabowo. Arahnya kini pada pembentukan koalisi Islam
44 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
mendukung Prabowo. Hanya tersisa PKB dan PBB dari parpol ideologi Islam
yang belum bergabung ke Prabowo.
PKB masih mempertimbangkan untuk pindah haluan dukungan dari PDIP ke
Prabowo. Perlu diingat, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) adalah politikus
berpandangan bisnis. Artinya, haluan Cak Imin dan PKB akan sangat
bergantung pada siapa yang berpeluang menang dan mendapat dukungan
paling banyak.
Rekan saya di PKB mengatakan, pertimbangan Cak Imin adalah pada
kepastian Rhoma Irama menjadi salah satu Juru Kampanye Prabowo.
Diceraikannya Rhoma Irama oleh PKB pasca Pileg 9 April 2014 membuat
pedangdut gaek itu berpikir masuk ke Prabowo. Alasan Rhoma Irama
sederhana, suara PKB bisa mencapai 9% dipicu oleh Rhoma Irama Effect.
Apabila Rhoma Irama pindah haluan dukung Prabowo, maka PKB bisa
kehilangan sebagian suara. Ini jadi pertimbangan mendalam dari Cak Imin
saat ini.
Pertimbangan lainnya dari Cak Imin adalah terjadinya perjanjian Ical –
Prabowo atau yang disebut Koalisi Helikopter. Informan saya di Golkar
mengatakan Koalisi Helikopter bukanlah untuk memajukan duet Prabowo –
Ical atau Ical – Prabowo. Koalisi Helikopter adalah perjanjian politik untuk
putaran kedua. Apabila Ical kalah di putaran pertama, maka suara gerbong
Golkar akan mendukung gerbong Prabowo di putaran kedua. Sebaliknya,
apabila Prabowo kalah di putaran pertama, suara gerbong Gerindra akan
mendukung Ical di putaran kedua.
Adanya Koalisi Helikopter (Gerindra dan Golkar) ini yang menjadi
pertimbangan Cak Imin dan PKB. Dalam hitungan Cak Imin, adanya Koalisi
Helikopter untuk putaran kedua akan memperbesar peluang Prabowo
menang. Cak Imin kini tengah menghitung faktor Koalisi Helikopter dalam
memutuskan akan pindah haluan ke Prabowo atau tidak.
Dari pemetaan sementara, terlepas dari PKB pindah haluan atau tidak,
Prabowo didukung oleh kelompok Islam. Kemudian dengan adanya Koalisi
Helikopter, ada kemungkinan barisan TNI di belakang Golkar, Demokrat dan
Hanura mendukung Prabowo. Dapat dikatakan, Prabowo juga mendapat
dukungan TNI yang cukup kuat. Sederhananya, pada kelompok Prabowo ada
dukungan kuat dari kelompok Islam dan TNI.
45 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Pada sisi Jokowi, sementara mendapat dukungan dari PDIP, Nasdem dan
PKB serta Polri. Tak hanya itu, dukungan kepada Jokowi juga datang dari
para Naga (etnis Tionghoa) dipimpin James Riady (Lippo Group). Selain
memimpin barisan para Naga, James Riady juga disebut-sebut sebagai
tokoh Kristen aliran Presbyterian di Indonesia. Jadi, James Riady memimpin
dua kelompok Kristen Presbyterian dan para Naga (etnis Tionghoa).
Selain itu, dukungan dari kelompok Katolik kepada Jokowi juga cukup kuat.
Basis utama massa PDIP berada di Jawa Tengah yang juga menjadi basis
utama kelompok Katolik di Indonesia. Majunya Jokowi ke Pilkada DKI juga
mengangkat FX Rudyatmo (Katolik) sebagai Walikota Solo. Naiknya FX
Rudyatmo sebagai Walikota Solo, menambah kedekatan hubungan antara
Jokowi, PDIP dan tokoh-tokoh Katolik Indonesia. Tak heran Megawati
(seperti diakui dalam tweetnya), mendapat tawaran jadi Sekjen PBB dari
Dubes Vatikan untuk RI. Lantas dukungan kuat dari Kompas Group yang
juga berada pada barisan kelompok Katolik Indonesia kepada Jokowi.
Tak hanya itu, AS dan Eropa melalui komisi Trilateral dan Hillary Clinton juga
memberikan dukungan kuat kepada Jokowi. Pertemuan Jokowi dengan 7
dubes asing di rumah Jacob Soetoyo juga upaya pendekatan Komisi
Trilateral kepada Jokowi. Hillary Clinton yang juga teman lama James Riady
di AS, membangun kedekatan hubungan dengan Jokowi dalam agenda
pemberantasan terorisme Solo. Dapat dikatakan memang Jokowi mendapat
dukungan kuat dari pihak asing.
Sederhananya, basis kelompok pendukung Jokowi adalah Kristen
Presbyterian, Katolik, Etnis Tionghoa, Asing dan Polri.
Saya ulang disini, Prabowo mendapat dukungan kuat dari mayoritas parpol
Islam dan TNI. Sebaliknya, Jokowi didukung oleh mayoritas Kristen, Katolik,
Etnis Tionghoa, Asing dan Polri.
Jarang sekali terjadi polarisasi kelompok yang saling beroposisi pada ajang
Pileg dan Pilpres. Biasanya, polarisasi kekuatan yang saling beroposisi
terjadi saat Pilkada. Makanya, sering kita lihat isu SARA berkeliaran pada
tingkat Pilkada, tapi tidak pada tingkat nasional. Namun kali ini, pihak-pihak
yang saling beroposisi menunjukkan keberpihakan dalam polarisasi ekstrem.
Dari segi agama : Islam (Prabowo) versus Kristen dan Katolik (Jokowi).
46 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Dari segi sosial : Pribumi (Prabowo) versus etnis Tionghoa (Jokowi).
Dari segi hankam : TNI (Prabowo) versus Polri (Jokowi).
Berdasarkan polarisasi peta kelompok pendukung ekstrem seperti ini dapat
dipastikan, isu SARA akan bermain. Sebut saja : Islam versus Kristen dan
Katolik, Pribumi versus Tionghoa, TNI versus Polri, Nasional versus Asing,
dan sebagainya.
Tiba-tiba saya teringat ketika Pilkada DKI 2012. Teman saya seorang etnis
Tionghoa dari wilayah Jakarta Barat cerita, seluruh keluarganya
menganjurkan coblos Jokowi – Ahok. Apa alasannya? Tak lain karena ada
faktor Ahok. Dan data pemilih wilayah Jakarta Barat menunjukkan dominan
memilih Jokowi – Ahok.
Lalu teman saya dari area pemukim Betawi menceritakan bagaimana
seluruh keluarga dan kerabat anjurkan coblos Fauzi Bowo. Alasannya tak
lain karena faktor kesamaan agama (Islam). Kerabat saya yang tinggal di
kota Solo juga menceritakan ketika pemilihan Walikota Solo tokoh Katolik
Solo anjurkan coblos Jokowi – FX Rudyatmo. Alasannya tentu saja faktor
kesamaan agama (Katolik).
Memang demikianlah fakta yang terjadi di masyarakat. Ketika Pilkada DKI,
timses Jokowi – Ahok dari kelompok Tionghoa menyerukan coblos Jokowi –
Ahok karena kesamaan etnis. Lalu timses Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli
menyerukan agar etnis betawi mencoblos mereka. Kemudian juga timses
Jokowi – FX Rudyatmo dari kelompok Katolik serukan agar penganut Katolik
coblos mereka.
Semuanya tak lain bagian dari strategi dan taktik pemenangan atas apa
yang diperjuangkan. Apakah ada yang salah ketika Tokoh Betawi serukan
coblos Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli karena kesamaan etnis? Apakah salah
Tokoh Tionghoa serukan coblos Jokowi – Ahok karena kesamaan etnis?
Apakah salah Tokoh Katolik serukan coblos Jokowi – FX Rudyatmo karena
kesamaan agama?
Tidak juga. SARA pada realitanya adalah praktik wajar di kalangan
masyarakat luas. Namun anehnya ditabukan oleh sebagian kecil kelompok.
Atas dasar apa?
47 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Buat saya, berpihak pada A karena kesamaan etnis, agama, suku, golongan
dan pemikiran tertentu adalah hak.
Begitu pula menyerukan keberpihakan pada etnis, agama, suku, golongan
dan pemikiran tertentu, juga hak.
Tak luput, menyerukan penolakan pada etnis, agama, suku, golongan dan
pemikiran tertentu juga sebuah hak.
Kesimpulannya, berpartisipasi dalam perang SARA di ajang Pilpres 2014
adalah hak. Sebagaimana juga menolak partisipasi dalam perang SARA di
ajang Pilpres 2014 juga hak.
Jadi, jangan heran, merasa aneh atau menabukan wacana SARA yang saya
prediksi akan kian kencang di ajang Pilpres 2014 ini. Faktanya, memang
terjadi polarisasi kelompok yang saling beroposisi dalam peta dukungan
capres 2014, khususnya Jokowi versus Prabowo.
Apabila anda memihak Jokowi karena faktor kesamaan agama (Kristen dan
Katolik) atau etnis (Tionghoa), itu adalah hak.
Apabila anda memihak Prabowo karena faktor kesamaan agama (Islam)
atau kesamaan anggota TNI, itu juga hak.
c. Pilih mana?
Prabowo mendapat dukungan kuat dari mayoritas parpol Islam dan
TNI?
Jokowi didukung oleh mayoritas Kristen, Katolik, Etnis Tionghoa, Asing
dan Polri?
Pilih mana?
Islam (Prabowo) versus Kristen dan Katolik (Jokowi).
Pribumi (Prabowo) versus etnis Tionghoa (Jokowi).
TNI (Prabowo) versus Polri (Jokowi).
48 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
F. Rahasia: Mengapa Jokowi Dipaksakan Nyapres pada 2014 ???
Sebenarnya, mencalonkan Jokowi sebagai Capres untuk 2014 ini sangatlah
RISKAN dan mengandung bahaya politik besar. Bahaya bukan hanya buat
sosok Jokowi, tapi juga untuk kepentingan warga Jakarta, kepentingan
rakyat Indonesia, dan dunia politik itu sendiri.
Secara itung-itungan politik, mencapreskan Jokowi bagi PDIP adalah
bunuh diri. Mengapa demikian? Karena PDIP akan pecah kongsi dengan
Prabowo-Gerindra. Itu sudah otomatis. Kemudian, PDIP akan dimusuhi oleh
warga DKI Jakarta yang merasa dikhianati oleh Jokowi. Warga Jakarta yang
semula dukung Jokowi (Anti Foke) otomatis akan menjadi lawan PDIP.
Padahal dalam tradisi politik di Indonesia, kemenangan di Jakarta sangat
menentukan, karena ini adalah daerah khusus ibukota.
a. Karakter Harimau
Sangat mungkin, dengan mencapreskan Jokowi, justru suara PDIP akan
mengalami kemerosotan hebat. Mengapa? Karena partai ini dianggap ingin
menang sendiri. Saat Jokowi lagi laku-lakunya di media, karena dukungan
sponsor Mafia China yang intensif untuk membentuk pencitraan; PDIP
mengakuisisi Jokowi. Sebaliknya, di mata semua partai yang punya kandidat
capres masing-masing, mereka merasa marah dengan naiknya Jokowi
melalui dukungan palsu media. Mereka pasti tidak rela kursi RI-1 jatuh ke
tangan capres selain dari kubu mereka sendiri. Nah, di sini PDIP bisa
dikeroyok oleh semua kekuatan politik.
Di sisi lain, pencapresan Jokowi tidak didukung oleh prestasi, kinerja, dan
capaian positif. Di Solo masih meninggalkan seabreg masalah dan kasus
hukum. Di Jakarta, apalagi. Jokowi nyaris baru blusukan kesana
kemari, sambil tidak jelas apa hasilnya. Dalam pertarungan pilpres
nanti, pasti rakyat akan melihat hasil kerja, bukan citraan. Bayangkan, kalau
nanti Jokowi kampanye Pilpres, dia akan membuat janji-janji apalagi, wong
janji-janjinya saat Pilkada DKI tidak ada yang direalisasikan dengan beres?
Nanti dia akan jadi kandidat Presiden yang paling banyak dicaci. “Halah
ngibul, gombal, banyak omong. Janji segunung, hasil nol besar.”
Singkat kata, mencalonkan Jokowi sebagai Capres PDIP adalah blunder
besar yang telah merusak reputasi partai itu selama 10 tahun terakhir. PDIP
yang telah dikesankan oleh rakyat, bukan atas dasar surve dan pooling
49 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
abal-abal ya, sebagai partai oposisi yang konsisten, sekarang harus ketar-
ketir menyelamatkan mukanya. Dan pasti, pencapresan Jokowi itu akan
membelah kekuatan PDIP menjadi dua, barisan pro dan kontra. Itu pasti.
Meskipun PDIP berusaha mati-matian menyembunyikannya.
Mengapa Megawati tega menikam partainya sendiri demi memuluskan jalan
bagi Jokowi untuk nyapres pada 2014?
Kemungkinan itu terjadi karena SANGAT KUATNYA tekanan dari Mafia
China ke kubu Megawati. Ada kabar menyebutkan, sebelum pengumuman
pencapresan dilakukan, sekitar 75 pengusaha besar China, datang ke
Lenteng Agung untuk menekan Mbak Mega. Katanya, mereka sedia siapkan
dana 2 triliun untuk pemenangan Jokowi.
Tapi tekanan ini bisa jadi lebih besar dari itu. Ia menyangkut hajat bisnis
keluarga Megawati sendiri dan keselamatan posisi politiknya. Kami
menduga, jaringan mafia pengusaha China itu menekan Mbak Mega minimal
dalam dua poin:
a) Mereka akan melibas binis CPO/produksi minyak sawit yang selama ini
deras menafkahi keluarga Megawati, sejak era Mega menjadi Presiden
RI 2001-2004 lalu
b) Mereka mengancam akan buka-bukaan soal data korupsi/pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh Mega dan keluarga. Dengan tekanan
begitu, tentu sangat sulit bagi Mega dan kawan-kawan untuk
mendiamkan ajuan mafia China.
b. Oh ya, apa rahasia di balik pencapresan Jokowi ini? Masih ada
rahasia lain yang lebih “menggiurkan”?
Sebenarnya, para mafia China juga tahu bahwa pencalonan Jokowi sangat
berisiko. Risiko terbesar adalah mengundang amarah politik/sosial Umat
Islam yang telah dikalahkan dalam Pilkada Jakarta sehingga terpilih Ahok
sebagai wakil gubernur. Pencapresan Jokowi jelas akan menaikkan Ahok
sebagai Gubernur DKI. Dan kita tahu sendiri, dalam kepemimpinannya Ahok
lebih seperti orang stress daripada seorang Wakil Gubernur. Omongan dia
lebih mirip ucapan preman Cilitan atau Kampung Rambutan, daripada
seorang pejabat birokrasi.
50 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Bagi kalangan mafia China, lebih suka damai-damai saja, ekonomi lancar,
kehidupan normal, daripada situasi konflik sosial membara dimana-mana.
Loyalitas mereka ke uang. Mereka cuma butuh “tempat aman dan
waktu tenang” untuk cari uang. Kalau ada semboyan “dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat”; di mata mafia China semboyan itu diubah jadi:
“Dari duit, oleh duit, dan untuk duit.” Ini benar-benar nyata. Duit telah
menjadi ILAH yang diibadahi dan diberikan loyalitas sempurna.
Mereka dengan sangat terpaksa memilih Jokowi karena mereka SANGAT
KETAKUTAN kepada sosok Prabowo Subianto yang dalam Pilpres 2014 ini
diperkirakan akan merajai arena. Konon, tak ada satu pun sosok lain,
setelah SBY, yang bisa menandingi Prabowo. Para mafia China sangat takut
dengan ide kemandirian, kedaulatan, kerakyatan yang diusung oleh
Prabowo. Bagi mereka, membiayai kemenangan Jokowi meskipun
harus mengeluarkan uang 10 triliun rupiah, tidak masalah. Asalkan
jangan Prabowo yang menang.
Mereka tak peduli Jokowi tak punya prestasi, tak becus ngatur Jakarta,
khianat pada kepercayaan rakyat, melanggar janji-janji, dan seterusnya.
Mereka tak peduli semua itu. “Persetan dengan prestasi Jokowi!” Begitu
kira-kira omongan mereka. Mereka semata-mata hanya TIDAK INGIN
MELIHAT NEGARA INDONESIA DIPIMPIN OLEH PRABOWO. Sekalipun
sebenarnya yang membawa Jokowi ke Jakarta adalah Prabowo sendiri. Maka
itu uang miliaran-triliunan siap dihambur-hamburkan, untuk mengangkat
pamor Jokowi dan hancurkan pamor Prabowo.
Mengapa mereka begitu phobia dengan Prabowo? Mengapa mereka tidak
bisa menerima Prabowo, padahal tokoh itu sudah melakukan “operasi plastik
politik” sangat ekstrem seperti para selebritis Korea?
Prabowo sudah melakukan segala-galanya untuk mengubah citra dirinya.
Dari pro rakyat, jadi pro kapitalis. Dari anti China, jadi shohiban sama China.
Dari dekat ke Islam, jadi membuat marah Umat Islam. Dari konsep
kemandirian, jadi konsep “pasar bebas”. Dari kesan militeristik jadi
pejuang demokrasi sejati. Dan seterusnya. Kalau ada yang belum berganti
dari sosok Prabowo paling dua hal: agama dan jenis kelamin.
51 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
c. Lucunya Kambing
Nah, mengapa kaum mafia China masih belum percaya juga dengan semua
“operasi plastik” Prabowo Subianto itu?
Ya alasannya kembali ke filosofi dasar hidup mereka. Kaum mafia China kan
terkenal dengan slogan: “Dari duit, oleh duit, untuk duit.” Dalam konteks
ini, mereka jadi sangat paranoid terhadap perubahan sistem pemerintahan
yang akan berdampak pada perubahan income dan kekayaan mereka.
Di mata mafia China berlaku prinsip semacam ini: “Jangan pernah
menunggu harimau akan berubah menjadi kambing. Lebih baik
kamu perlakukan semua hewan sebagai harimau.” Ini adalah tingkat
kewaspadaan tertinggi dalam penjagaan aset-aset kekayaan. Mereka tak
mau ambil risiko dengan menerima kemungkinan perubahan ideologi atau
pemikiran seseorang.
Hal yang sama juga berlaku bagi PKS. Meskipun Anis Matta sudah
mendatangkan grup penyanyi gereja dari NTT untuk manggung di tengah
perhelatan massa mereka di Senayan. Tetap saja, semua itu tak akan
mengubah pendirian mafia China terhadap PKS. Sama sekali tak akan
mengubah apapun. Dasarnya ya filosofi tadi: “Jangan pernah menunggu
harimau akan berubah menjadi kambing…“
Filosofi dasar kaum mafia China ini susah berubah, dengan cara apapun,
karena ia merupakan kunci eksistensi mereka di perantauan. Hal itu sudah
berlaku dalam lintasan sejarah selama ribuan tahun. Ini sudah clear dan
sulit berubah. Ia sudah inheren dengan kebudayaan oriental. Kalau berubah,
justru eksistensi jadi taruhan. Meminjam kata Nabi SAW: “Pena-pena
sudah diangkat, lembaran-lembaran sudah ditutup.”
Tak mungkin “operasi kamuflase politik” akan mengelabui mereka. Jangan
meremehkan sejarah mereka, ribuan tahun. Maka itu harusnya kalau
berpolitik yang LURUS-LURUS saja. Satu muka, satu pendirian, satu
integritas. Jangan suka mencla-mencle!
52 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
d. Tokoh - Tokoh Utama Di Balik Kemenangan Jokowi Untuk
Preview
MUNGKIN tidak banyak yang tahu siapa tokoh dibalik kemenengan
Jokowidodo (Jokowi) dan Ahok dalam perebutan kursi DKI I, sehingga
mampu menjungkalkan pesaing terberatnya yang didukung partai besar dan
partai-partai Islam yakni Foke -Nara.
Dalam catatan penulis, ada tiga tokoh utama yang membuat kesuksesan
Jokowi - Ahok yakni:
1. Ibu Megawati Soekarno Putri
Ibu Megawati Soekarno putri Mantan Presiden RI
merupakan orang pertama yang menjadi tokoh utama dibalik
kesuksesan oleh Jokowi, dimana ibu Megawatilah yang
meminta kepada Jokowi untuk datang ke Jakarta dan
bersaing untuk memperebutkan DKI I.
Keputusan ibu Megawati pada saat itu, menjadi blunder
bahkan jadi bahan pembicaraan bagi para kader-kader PDI Perjuangan
terutama para kader-kader PDIP yang sudah lama mengincar kursi DKI I.
Sementara Jokowi ini bukan orang Jakarta, bahkan tidak pernah beraktifitas
di Jakarta. Lantas kenapa malah Ibu Megawati ini, memilih Jokowi yang
merupakan basis PDIP di Kota Solo dan orang Jakarta tak banyak mengenal
Jokowi. Tidak hanya itu, suami dari Megawati, Taufik Kemas juga
menyayangkan keputusan dari Megawati untuk memasangkan Jokowi yang
dianggap masih banyak kader PDIP yang ada di Jakarta lebih layak
dibanding Jokowi.
Sehingga ibu Megawati, sempat ragu untuk memasangkan Jokowi yang
kemudian akhirnya timbul tokoh utama lainnya Jusuf Kalla yang
memberikan support agar Megawati tetap konsisten memasangkan Jokowi.
Hingga akhirnya semua kader PDI Perjuangan bersatu padu untuk
memenangkan Jokowi pada Pilgub DKI ini.
53 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
2. Jusuf Kalla
Keraguan yang dialami oleh Megawati Seokarno Putri untuk
memasangkan Jokowi pada Pilkada DKI ini, membuat Jusuf
Kalla memiliki peran atas majunya Jokowi menuju DKI I ini.
Sebab atas permintaan kader PDIP bahkan suami dari
Megawati sendiri membuat Megawati sempat ragu akan
memasangkan Jokowi, namun dari support JK lah akhirnya
Jokowi dipasangkan untuk Pilgub DKI hasilnya pada putaran pertama
bahkan putaran kedua Jokowi tetap unggul dan bisa memenangkan Pilgub
DKI ini.
Peran JK sangat besar dalam kemenangan Jokowi, tidak hanya strategi yang
diberikan oleh JK kepada Jokowi, bantuan dana, bantuan massa bahkan
bantuan timses juga diberikan JK terhadap Jokowi agar bisa memenangkan
perebutan DKI I. Hasilnya, tidak ragukan lagi JOKOWI mampu menjadi yang
terbaik dan itu sudah diprediksi oleh JK yang memang berkeyakinan bahwa
gaya kepemimpinan Jokowi mampu merubah Jakarta yang merupakan
miniatur kecil untuk Indonesia ini.
3. Prabowo Subiyanto
Nama Prabowo Subiyanto, sempat tampil dibeberapa tayangan media
elektronik yang mengajak kepada seluruh masyarakat Jakarta untuk
memilih Jokowi. Prabowo juga merupakan salah satu pilar
dibalik kemenangan Jokowi, dengan memakai partai
Gerindra yang kemudian dipasangkan dengan Ahok juga
hasil keputusan dari Prabowo yang mengganggap pasangan
yang pantas bagi Jokowi adalah Ahok. Prabowo banyak
memberikan masukan dan stretegi kepada Jokowi -Ahok, tidak hanya
strategi dia juga menginstruksikan agar semua kader Gerindra satu suara
untuk menyukseskan Jokowi -Ahok, bahkan Prabowo juga dengan senang
hati memberikan bantuan berupa dana untuk kemenangan Jokowi. Hasilnya,
kemenangan rakyat, kemenangan Jokowi dapat mengalahkan kemenangan
dari partai-partai besar dan hampir seluruh partai yang mengusung Foke -
Nara.
Tiga tokoh utama ini merupakan salah satu faktor kesuksesan dari Jokowi -
Ahok, sehingga Jakarta Baru bisa dipegang oleh Jokowi -Ahok. Semoga saja,
54 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
visi dan misi yang diusung oleh Jokowi - Ahok bisa tercapai dan menjadi
sejarah bagi Indonesia Jakarta berhasil dibawah kepemimpinan Jokowi –
Ahok.
e. Kuda Hitam
MAJALAH TEMPO edisi Maret ini menampilkan cover dua kali berturut-turut
tentang Jokowi. Di penerbitan pertamanya 10 Maret 2014, TEMPO
mengungkap kelemahan Jokowi dalam menangani proyek-proyek bis Trans
Jakarta. Jokowi dianggap TEMPO gagal mengendalikan orang-orangnya
bermain-main dalam proyek impor bis dari China ini.
Orang mungkin menduga TEMPO telah berubah. Yang dulu mendukung
Jokowi sekarang mengkritisinya. Ternyata tidak. TEMPO tetap mendukung
Jokowi. Karena itu dalam edisi berikutnya 17 Maret 2014, TEMPO berbalik
mengungkap tentang kehebatan Jokowi. TEMPO pun mengungkap tentang
alasan Megawati atau PDIP di balik pencalonan Jokowi. Bahkan puji-puji ke
keluarga Soekarno pun diungkap. Karena Megawati tidak mencalonkan
anaknya Prananda atau Puan Maharani. TEMPO seolah menutup diri bahwa
keluarga Soekarno saat ini sudah tidak laku ‘dijual’ sebagaimana keluarga
mantan Presiden Soeharto.
Selain ramai di majalah –Majalah Info Bank edisi Maret ini juga mengelu-
elukan Jokowi- pencalonan Jokowi juga ramai di media sosial. Beberapa
kalangan mendukung Jokowi dengan alasan profesionalisme semata.
Kalangan yang menolak Jokowi sebagai capres cukup banyak. Terutama
kalangan tokoh Islam dan aktivis-aktivis Islam. Keluhan mereka terutama
dua kali Jokowi menjadi pejabat di Solo dan Jakarta, meninggalkan
pemimpin non Islam.
Hal ini nampaknya juga dirasakan tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Hidayat Nur Wahid. Hidayat yang dulu ikut kampanye menyukseskan
sebagai Wali Kota di Solo sepertinya “bertaubat”. Ketika pemilihan gubernur
di Jakarta, Hidayat tidak lagi menggadang-gadang Jokowi.
Jokowi, lelaki kelahiran Surakarta 21 Juni 1961 ini, memang fenomena.
Sikapnya yang luwes, merakyat dan rendah hati membuat banyak orang
kepincut padanya. Jokowi pun pintar dalam menangani masalah ekonomi di
wilayah yang dipimpinnya. Kekurangan Jokowi adalah keteguhan sikap dan
pemahaman Islamnya yang masih minim.
55 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Kekhawatiran lain terhadap Jokowi mudah dikendalikan. Karena itu
majalah TEMPO pun mengungkapkan kekhawatiran akan dominannya
Megawati bila Jokowi menjadi Presiden . Ketundukannya pada Mega sangat
terlihat selama ini. Seolah-olah apapun yang dikatakan Mega, Jokowi
menurutinya. Beda dengan Tri Rismahariri, Kota Surabaya yang berani
kadang-kadang ‘mbalelo’ pada Mega atau PDIP.
Calon Presiden kedua yang mengemuka adalah Prabowo Subianto. Mantan
Danjen Kopassus ini menurut sejumlah survey lembaga politik, nomor dua
setelah Jokowi.
Dan bila PDIP tidak mencalonkan Jokowi, bukan mustahil Prabowo yang
menduduki peringkat teratas. Karena itu Prabowo tidak bisa
menyembunyikan kemarahannya dengan pencalonan Jokowi oleh PDI-
P.Prabowo sempat menyindir dengan mengatakan pemimpin harus bisa
dipercaya, memegang janji dan seterusnya. Ini adalah kritikan Prabowo
kepada Jokowi, karena Jokowi pernah berjanji di rumah Megawati akan
menjabat gubernur Jakarta selama lima tahun.
Prabowo yang diusung Gerindra memang punya sedikit keunggulan dengan
Jokowi. Berlatar belakang militer, lelaki kelahiran Jakarta 17 Oktober 1951
ini dinilai mempunyai sikap agak tegas dan kemungkinan tidak mudah
dikendalikan.
Tim ekonomi Prabowo pun cukup kuat. Prabowo pernah dikabarkan
mempunyai sejarah yang bagus dengan kalangan Islam di masa awal
reformasi. Saat itu Prabowo sangat dekat dengan tokoh-tokoh Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) bahkan Muhammadiyah. Namun
belakangan, Prabowo mulai berubah.
Bila dulu semasa Danjen Kompassus ia berani menyerukan kata Allahu
Akbar di depan anak buahnya. Kini ia mulai berfikiran liberal sebagaimana
Jokowi. Sebagaimana Golkar dan PDIP, Gerindra pun banyak mengusung
calon-calon non Islam sebagai anggota DPR. Bahkan Basuki Tjah Purnama
(Ahok) yang setuju dengan kolom agama dalam KTP dihapuskan dan
pengadaan lokalisasi pelacuran yang menaikkan menjadi Wakil Gubernur
adalah Prabowo atau Gerindra.
56 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Umat Islam masih punya calon. Ada nama Yusril Ihza Mahendra, Hidayat
Nur Wahid (HNW), Suryadharma Ali atau mungkin “kuda hitam” Didin
Hafidhuddin.
Yusril tokoh PBB ini, mempunyai latar belakang intelektual Islam yang baik.
Kelebihan Yusril juga pada keberaniannya mengungkapkan kebenaran. Sang
professor ini juga berpengalaman sebagai menteri di tiga Presiden . Ide-
idenya pun seringkali brilyan dan mendapat banyak pujian. Ia adalah salah
satu tokoh yang mengegolkan berlakunya syariat Islam di Aceh. Bahkan ia
mengaku dirinyalah yang membuat draft rancangan pemberlakuan syariat
Islam di Aceh Nanggroe Darussalam (NAD).
Kelemahan lelaki kelahiran Belitung 5 Februari 1956 ini adalah egonya.
Yusril kurang luwes dalam bergaul, kurang rendah hati dan sering
emosional. Beberapa tahun lalu, istrinya menjadi sorotan. Suaminya tokoh
partai Islam tapi tidak mengenakan jilbab. Tapi sebagai calon alternative
dari kalangan Islam, Yusril pasti lebih baik dari Prabowo atau (mungkin)
Jokowi.
Selain Yusril, Hidayat Nur Wahid juga banyak mendapat perhatian kalangan
umat Islam. Sikapnya yang rendah hati dan luwes dalam pergaulan
menjadikan dirinya dicalonkan sebagai salah satu calon Presiden PKS. Latar
belakang Islamnya yang kuat juga mendapat perhatian. Yang disayangkan
banyak aktivis Islam, Hidayat masih kurang berani menampilkan syariat
Islam bila berhadapan dengan khalayak umum.
Seperti jawaban Hidayat yang dinilai tidak taktis ketika ia berjanji tidak akan
menerapkan syariat Islam bila menjadi gubernur di Jakarta. Laki-laki
kelahiran Klaten 8 April 1960 ini kini mencalonkan diri sebagai anggota DPR
daerah pemilihan Jakarta.
Suryadharma Ali mestinya juga bisa menjadi pilihan umat. Pengalaman
Suryadharma menjadi menteri dan Ketua Umum PPP dapat dijadikan
pertimbangan untuk dicalonkan menjadi Presiden . Tapi karena PPP mungkin
tidak percaya diri dengan perolehan suaranya di DPR nanti, PPP tidak berani
mencalonkan dirinya menjadi Presiden . Sang Menteri Agama ini
menunjukkan keberaniannya dengan mengeluarkan kebijakan pembatasan
dakwah Ahmadiyah, meskipun wakil-wakil dari negara-negara besar
57 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
menentangnya. Laki-laki kelahiran Jakarta 15 September 1956 ini cukup
bagus menejerialnya.
Bagaimana dengan Bang Haji Rhoma Irama yang dicalonkan PKB?
Nampaknya namanya hanya sebagai calon ‘jadi-jadian’. Karena PKB tidak
serius mencalonkan Rhoma. Bahkan di kalangan mereka sendiri sebagian
mencalonkan Mahfudz MD dan Jusuf Kalla. Selain itu Rhoma juga tidak
mempunyai pengalaman dalam memimpin.
Calon “kuda hitam” yang digadang-gadang kalangan aktivis Islam adalah
Prof Dr Didin Hafidhuddin. Sikapnya yang rendah hati, luwes dalam bergaul
dan mempunyai kepribadian kuat ini bisa menjadi alternatif.
Ketua Baznas ini juga mempunyai latar belakang intelektual Islam yang
kuat. Tahun 1999 ia pernah dicalonkan PKS untuk menjadi kandidat
Presiden . Ia dengan rekan-rekannya kini berhasil menggulirkan pentingnya
mengembangkan ekonomi Islam di negeri ini. Ia juga mempunyai agenda
hebat untuk “Islamisasi Pendidikan”.
Sayang karena kesibukannya di dunia pendidikan, laki-laki kelahiran Bogor
21 Oktober 1951 ini tidak lagi menjadi lirikan Parpol Islam untuk menjadi
calon Presiden . Padahal di antara capres yang ada, ia mungkin yang
terbaik. Ia berhasil membina anak-anaknya sehingga saat ini menjadi
intelektual-intelektual muda ekonomi Islam. Ia pun berhasil
mengembangkan Baznas sebagai organisasi yang disegani dalam
pengembangan zakat nasional. Dan bersama koleganya kini ia juga cukup
berhasil memelopori Islamisasi pendidikan di kampus.
Memang tidak mudah membawa “kuda hitam” ini ke area perpolitikan
nasional. Karena partai-partai Islam masih kuat egonya. Mereka jarang
sekali melirik calon-calon di luar partainya, untuk kepentingan umat yang
lebih besar. Kecuali kepepet!
Dan bila demikian lagi-lagi kita hanya akan memiliki pemimpin yang
‘minimalis Islamnya’. Mengingatkan kita pada perkataan ahli sejarah George
Santayana : “Mereka yang gagal mengambil pelajaran dari sejarah
dipastikan akan mengulangi sejarah itu.”
Rahasianya terletak pada 09 April 2014. Pada saat itu rakyat dipastikan
akan mendatangi bilik suara dan memberikan pilihannya pada caleg dengan
58 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
seperangkat konsekuensi kepada partai yang nantinya akan mengusung
calon Presiden . PDI Perjuangan saat ini memiliki sosok yang sedang dieluk-
elukan dan digadang-gadang menggantikan SBY sebagai pemimpin negara.
Sosok itu memiliki pribadi yang sangat sederhana dan tanpa sempat
diperhitungkan sebagai magnet yang kuat, dengannya popularitas menjadi
semakin melejit terlebih kepada partai yang membesarkannya.
Maka kesia-siaanlah jika PDI Perjuangan tidak memanfaatkan momen ini,
apalagi jika langsung mendukung Prabowo sebagai Calon Presiden , bisa jadi
rakyat akan antipati kepada PDI Perjuangan dan berdampak pada
signifikansi penurunan suara PDI Perjuangan sementara itu menjadi salah
satu modal penting dalam Pilpres. PDI Perjuangan harus mahir melihat
situasi, yang dengannyalah ia menjual Jokowi dan rakyat diharapkan
membelinya dengan memilih PDI Perjuangan pada Pileg ini.
Sementara Prabowo dengan momen kampanye dalam kurun waktu tiga
minggu menggunakan “Batu Tulis” sebagai materi kampanye yang ia juga
harapkan akan semakin meningkatkan popularitas partainya dan juga
dirinya sebagai sosok yang terzalimi oleh Sisa Kekuasaan Orde Baru, Mantan
Presiden Habibie, Kasus Penculikan Aktivis 1998, Golkar, dan juga oleh
Megawati sendiri.
Dalam politik semuanya bisa saja terjadi, dan kehati-hatian akan lidah yang
tak bertulang sepatutnya senantiasa dipelihata. Cerita boleh saja berubah
nantinya manakala PDI Perjuangan mampu memberikan alasan yang dapat
diterima oleh rakyat mengapa tiba-tiba beralih tidak jadi melanjutkan
pencalonan Jokowi di Pilpres 2014.
F. Akhirnya, Demokrat Mendukung Prabowo-Hatta?
Sampai di penghujung masa jabatannya sebagai Presiden RI, Soesilo
Bambang Yudhoyono (SBY) masih saja menunjukkan sikapnya yang selalu
penuh dengan keragu-raguan, lamban dalam bertindak, plin-plan, dan tidak
konsisten antara ucapan dan tindakan.
Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, sikap SBY itu kelihatan lagi setelah
hasil Pileg (9 April 2014) tidak memungkinkan Demokrat mengajukan
capres-nya sendiri, sama dengan parpol-parpol lainnya, termasuk PDIP
sebagai pemenang Pileg. Bedanya, sampai dengan terbentuknya poros
koalisi PDIP dan Partai Gerindra, diikuti dengan parpol-parpol lain sudah
59 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
menentukan arah koalisinya masing-masing, SBY dengan Demokrat-nya
belum juga bisa mengambil keputusan itu. SBY pun bimbang dan ragu
dalam kesendiriannya.
Ketidak tegasannya dan kebimbangannya itu pula yang telah membawa
“korban” untuk kesebelas peserta konvensi calon Presiden Partai
Demokrat, yang mubazir setelah berlangsung selama lebih dari delapan
bulan dengan biaya besar, berakhir tanpa membawa hasil apa-apa selain
pengumuman tentang pemenangnya. Kasihan tokoh-tokoh besar yang
berkualitas tinggi di sana, seperti Dahlan Iskan dan Anies Baswedan,
diperlakukan seperti peserta ajang kompetisi “Indonesian Idol” saja.
a. Keputusan Rapimnas Demokrat Dianulir Sendiri
Tiba-tiba pada Rabu, 28 Mei 2014, melalui Wakil Sektretaris Jenderal-nya,
Andi Nurpati, Partai Demokrat mengumumkan, SBY sebagai Ketua Umum
Partai Demokrat akan mengadakan rapat konsolidasi akhir untuk
menentukan arah dukungan Demokrat akan diberikan kepada pasangan
capres yang mana, pada Minggu (1/6/2014). Pada hari tersebut, SBY akan
mengundang seluruh pengurus DPP dan DPD Partai Demokrat di kediaman
SBY di Cikeas, Bogor.
“Di situ akan diputuskan akan diarahkan ke capres mana 10 persen suara
Demokrat ini,” kata Andi di kantor KPU Pusat Jakarta (Kompas.com).
Untuk keperluan tersebut SBY mengharapkan kedatangan masing-masing
pasangan untuk memaparkan visi dan misinya di hadapannya bersama
dengan segenap DPP dan DPD Partai Demokrat. Setelah visi dan misi itu
disampaikan barulah SBY/Demokrat akan memutuskan mereka berpihak
kepada siapa.
Inilah puncak dari ketidakkonsistennya SBY dalam memimpin partainya,
sekaligus ke-ge-er-an-nya ternyata masih benar-benar luar biasa.
Dalam Pileg kali ini bisa dikatakan Partai Demokrat adalah parpol
“pecundang” dibandingkan dengan parpol lainnya, meskipun masih
menduduki urutan keempat dengan perolehan suara 10,19 persen.
Dibandingkan dengan hasil Pileg 2009, Demokrat keluar sebagai pemenang
dengan 20,85 persen, tetapi kini merosot sampai separohnya.
60 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Sudah “ditinggal” dalam kesendiriannya oleh parpol-parpol lain, tetapi, kok,
sekarang masih merasa diri paling penting dan paling dibutuhkan, sampai-
sampai pakai “mengundang” kedua pasangan capres-cawapres untuk
menyampaikan “presentasi” mereka di hadapan SBY/Demokrat, sebagai
prasyarat mendapat dukungan dari mereka.
Padahal, baru sepuluh hari berlalu, tepatnya pada Minggu, 18 Mei 2014,
seusai Rapimnas Partai Demokrat, dengan sangat jelas SBY sendiri yang
mengatakan bahwa berkenan pemilihan Presiden tahun 2014 ini, Partai
Demokrat memutuskan tidak akan berpihak atau bergabung dengan kubu
capres-cawapres mana pun, baik itu kubu Jokowi, maupun Prabowo
Subianto.
SBY dalam pernyataannya yang dibaca itu mengatakan, meski memilih
netral, kader dan simpatisan Demokrat dipersilakan untuk memberikan
suara kepada calon Presiden yang memiliki platform yang segaris dengan
Demokrat
Kata SBY, “Rapimnas berpendapat, lebih mulia dan terhormat bagi partai
untuk mandiri dan tidak meminta-minta untuk sebuah kekuasaan… Partai
Demokrat akan fokus membenahi internal partai lima tahun mendatang
secara serius dan berkelanjutan. … Hal ini untuk menuju partai yang
modern, profesional, dan berdedikasi terhadap rakyat” (Kompas.com).
Ternyata, baru sepuluh hari kemudian SBY sudah berubah pikiran. Dia akan
memutuskan sebaliknya dari apa yang dia sendiri umumkan mengenai hasil
keputusan Rapimnas Demokrat tersebut di atas. Jadi, ternyata, keputusan
Rapimnas itu tidak ada harganya. SBY, sebagai Ketua Umum Partai
Demokrat tidak menghargai keputusan Partainya sendiri. Keputusan
Rapimnas Demokrat pun dianulir sendiri.
Katanya, tidak akan berpihak kepada pasangan capres-cawapres mana pun
juga, katanya lebih mulia dan terhormat jika mandiri, katanya akan fokus
membenahi internal partai demi mendedikasikan diri kepada rakyat.
Ternyata, semua itu hanya retorika murahan belaka.
b. Sandiwara Politik SBY
Saya curiga rapat konsolidasi akhir Partai Demokrat itu dengan agenda
mendengar “presentasi” pasangan capres-cawapres tentang visi dan misi
61 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
mereka itu, sebenarnya hanyalah sebuah sandiwara politik semata. Sebab
sebenarnya SBY sudah memutuskan akan membawa Demokrat bergabung
dengan kubu Prabowo-Hatta
Hal ini bisa dilihat dengan begitu cepatnya respon Prabowo-Hatta terhadap
“undangan” SBY untuk menghadiri rapat konsolidasi akhir dengan agenda
tersebut di atas. Prabowo-Hatta sudah memastikan hadir. Jadi,
kemungkinan besar mereka sudah dihubungi oleh pihak Demokrat untuk
keperluan tersebut. Sebaliknya dengan kubu Jokowi-JK, yang sampai saat ini
menyatakan belum dihubungi oleh Demokrat. Mereka hanya tahu dari
media. Diundang, atau pun tidak, kubu Jokowi-JK / PDIP telah memutuskan
untuk tidak bakal hadir di acara Demokrat tersebut, karena tidak melihat
adanya urgensinya, apalagi bukankah SBY sendiri telah menyatakan hasil
keputusan Rapimnas Demokrat adalah bersikap netral, tidak bakal berpihak
kepada pasangan capres-cawapres manapun juga? Kok, sekarang berubah
180 derajat?
Ketidakhadiran Jokowi-JK nanti, akan semakin memperkuat keputusan SBY
untuk mendukung Prabowo-Hatta. Jika ini sampai benar terjadi, maka, akan
semakin gemuk koalisi poros Gerindra itu, semakin banyak para politikus
oportunis dan pragmatis berkumpul di sana. Semakin banyak dan
semakin beraneka ragam pula kepentingan-kepentingan politik di sana, yang
berpotensi besar melahirkan konflik internal.
SBY dan Demokrat adalah penganut sejati sistem ekonomi liberal, itu pula
sistem ekonomi yang dijalankan di dalam 10 tahun pemerintahannya.
Sedangkan Prabowo dan Gerindra sudah jelas dalam manifesto politiknya
menyatakan dirinya sebagai penganut ekonomi kerakyatan. Bahkan,
di manifestonya itu pula Gerindra mengecam sistem ekonomi liberal yang
dianut pemerintah sekarang ini (SBY). Dapatkah air dan minyak bertemu
dalam satu belanga?
c. SBY Ingin Rujuk dengan Megawati
Bisa jadi, agenda rapat konsolidasi akhir di hari Minggu, 1 Juni 2014 itu juga
sebenarnya merupakan reaksi akhir SBY setelah berkali-kali berusaha
mendekati Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, untuk keperluan
rekonsiliasi di antara mereka, tetapi tidak kunjung disambut Megawati.
62 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Upaya SBY rujuk dengan Megawati itu terakhir kali dinyatakan oleh SBY
melalui akun YouTube resmi miliknya, yang diunggah pada 25 April 2014.
Pada kesempatan itu, SBY mengatakan bahwa sejak lama dirinya ingin
berkomunikasi dengan Megawati Soekarnoputri, sebagai Ketua Umum PDIP.
Dia berharap, komunikasi dengan Megawati itu bisa terjadi seperti halnya
komunikasinya dengan tokoh-tokoh partai politik lain.
“Saya ini ingin berkomunikasi dengan siapa pun, termasuk dengan Ibu
Megawati, sepanjang komunikasi itu berlangsung dengan baik, berangkat
dari niat yang baik pula, dan semuanya tentu untuk kepentingan bangsa dan
negara. Terlebih ketika kita sedang memikirkan siapa pemimpin bangsa
yang akan datang. Komunikasi seperti itu diperlukan,” kata SBY.
Tetapi, ditunggu-tunggu, tidak ada respon dari Megawati. Rupanya,
Megawati sulit untuk memaafkan SBY atas perselisihan mereka dahulu.
Atau, mungkin karena Mega melihat adanya ketidaktulusan SBY dalam
ajakan rujukannya itu.
d. “Capres Paling Berbahaya”
Kemudian di tayangan YouTube-nya yang kini diberi nama “Suara
Demokrat,” diunggah pada 7 Mei 2014, lewat sebuah wawancara, SBY
membuat pernyataannya bahwa dia hanya akan mendukung calon Presiden
yang bisa memberikan perubahan dan janji-janji yang tidak muluk. Menurut
dia, visi misi dan juga janji politik sangat penting dalam mempertimbangkan
pilihan terhadap calon Presiden . Dia melihat, saat ini janji-janji calon
Presiden ada yang sangat berbahaya.
Visi dan misi calon Presiden yang disebut sangat berbahaya itu adalah
keinginannya untuk melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahan asing,
dan tekadnya untuk mengembalikan UUD 1945 kembali seperti sebelum
diamandemenkan.
“Saya tidak akan mendukung, capres mana pun, kubu mana pun yang janji-
janjinya justru membahayakan bangsa kita. Itu maksud saya concern pada
platform dan janji kampanye,” tegas SBY di tayangan YouTube-nya itu..
Meskipun, tidak menyebutkan nama, semua orang tahu bahwa yang
dimaksud SBY adalah capres Prabowo Subianto. Sebab hanya Prabowo
yang pernah mengeluarkan dua pernyataan itu.
63 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Tetapi, kini ternyata, SBY malah mengundang “capres yang sangat
berbahaya” itu untuk diuji visi dan misinya, dengan kemungkinan untuk
mendukungnya. Kelihatannya, uji visi dan misinya itu hanyalah formalitas
belaka.
Maka, patut diduga bahwa pernyataan SBY tentang “capres berbahaya” itu
juga sebenarnya hanyalah bagian dari sandiwara politiknya.
SBY sengaja membuat pernyataan tentang Prabowo sebagai capres
berbahaya itu, dengan harapan akan mampu membuat Megawati tertarik
melakukan rekonsiliasi dengannya demi memperoleh dukungan dari
Demokrat. Untuk dirinya sendiri, Demokrat, mengharapkan mendapat
keuntungan dari PDIP jika Jokowi menang dalam Pilpres nanti. Tetapi
perhitungan dan harapan itu lagi-lagi gagal. Megawati tetap tidak
meresponnya. SBY masih menunggu, …. tetapi tidak juga ada respon.
e. Idealisme Berumur 10 Hari
Sebenarnya, SBY memang tidak begitu senang dengan Prabowo Subianto.
Oleh karena itu, meskipun gagal mengambil hati Megawati, dalam Rapimnas
Demokrat pada 18 Mei itu, diputuskan Demokrat bersikap netral, tidak
berpihak kepada capres mana pun, demi mendedikasikan diri kepada rakyat
banyak. Tetapi, karena dasarnya tidak punya pendirian tetap dan mungkin
ingin tetap merasa nikmatnya kue kekuasan, setelah “kesepian” dalam
kesendiriannya karena semua parpol sudah bergabung dengan dua poros
koalisi itu, SBY tidak tahan lagi. Idealismenya itu hanya bisa bertahan 10
hari. Maka, kemungkinan besar SBY akan membawa Demokrat bergabung
dengan poros Prabowo-Hatta, yang akan diputuskan pada Minggu, 1 Juni
2014 itu. Apalagi, bukankah besannya sendiri menjadi cawapres?
H. Antara Jokowi dan Prabowo
Banyaknya ulasan mengenai kans kedua kandidat capres-cawapres RI 2014
menggelitik kita untuk turut menimbang bobot keduanya. Meski dalam
berbagai polling sebelumnya Jokowi merupakan kandidat paling unggul,
tetapi majunya Prabowo menjadikan persaingan terasa kian berimbang.
Berbagai manuver dan strategi keduanya bahkan sering dipandang sebagai
penentu siapakah capres-cawapres RI yang akan dipilih rakyat.
Bagaimanapun pilpres bukan persoalan siapa yang paling mampu memimpin
64 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
negara, tetapi siapa yang paling mampu mempengaruhi pilihan rakyat
dengan berbagai cara.
Terlepas dari strategi politik mana yang lebih berhasil, masing-masing
capres memiliki keunggulan dan kelemahan potensi elektabilitas , dalam arti
daya tarik maupun daya pelemah pilihan masyarakat. Singkat kata, di negeri
ini berlaku adagium, “disukai lebih baik dibanding kemampuan”. Di antara
potensi dimaksud adalah:
1. Personal
Dari segi postur, Prabowo mungkin lebih menarik dibanding Jokowi.
Penampilan fisiknya yang tegap dengan suara tegas khas pemimpin militer
selama ini menjadi daya tarik yang tak dapat diabaikan. Prabowo memiliki
keuntungan fisik layaknya SBY dalam dua pilpres sebelumnya. Masyarakat
pedesaan umumnya lebih menyukai sosok pemimpin yang penampilannya
meyakinkan.
Meski dari segi postur tidak segagah prabowo, Jokowi memiliki keunggulan
dari segi integritas sosial dan moralnya. Kesan sebagai pribadi yang bersih
dan berintegritas begitu lekat pada mantan wali kota Solo dan gubernur DKI
ini. Hingga saat ini masih sangat sedikit pemimpin negeri ini yang mampu
menunjukkan integritas dengan tingkat keterpercayaan seperti Jokowi.
2. Kepemimpinan
Jokowi dikenal sebagai sosok merakyat yang tidak lazim dijumpai dalam
tradisi kepemimpinan politik di negeri ini. Jokowi telah menunjukkan sebuah
gaya kepemimpinan yang tidak elitis dengan kebiasaannya turun langsung di
tengah masyarakat (blusukan) dan melakukan berbagai gebrakan. Jokowi
dikenal tegas dalam mengambil tindakan, tanpa mempedulikan dampak
politis bagi dirinya.
Prabowo tidak memiliki catatan kinerja seperti itu, mengingat dia tidak
pernah berperan langsung di arena politik dan pemerintahan. Pengalaman
Prabowo memimpin militerlah yang mampu memberi keyakinan bahwa dia
mampu memimpin dengan baik. Kesan tegas yang ditampilkan dalam iklan-
iklan politik di televisi memberi pengaruh signifikan dalam membentuk
pandangan publik, terutama rakyat bahwa mengenai kesan
kepemimpinannya.
65 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
3. Visi
Berdasarkan kiprah politiknya selama ini, Jokowi memperlihatkan visi
kepemimpinan yang jelas dan konkrit mengenai bagaimana melakukan
perubahan sosial. Pola pikir Jokowi sepertinya dekat dengan pemikiran
sosialisme kritis yang melakukan perubahan secara langsung dan dialektis,
sehingga mampu melakukan perubahan konkrit seperti yang dilakukannya di
Solo dan Jakarta.
Prabowo lebih mengesankan visi kepemimpinan kharismatik yang sarat
jargon retorik, seperti ungkapan populernya yang bermimpi membangun
macan Asia mengaum kembali. Sekalipun tindakan konkrit untuk
mewujudkannya tak begitu jelas akan seperti apa, tetapi ungkapan-
ungkapan retorik seperti itu masih mampu menjadi daya tarik bagi
masyarakat bawah.
4. Track Record
Rekam jejak Jokowi boleh dibilang relatif belum ada cela hingga saat ini.
Kalaupun muncul ungkapan-ungkapan ketidakpuasan, lebih banyak
bertendensi politis dibanding faktual. Bahkan rekam jejak itulah yang
membawa Jokowi sampai pada pencapaiannya saat ini. Sekalipun demikian,
bukan berarti Jokowi serta merta disukai semua orang, sebab tak sedikit
orang yang “tersakiti” oleh kebijakan Jokowi.
Praabowo memang memiliki rekam jejak yang tak lebih baik, mulai dari
keluarga yang tidak harmonis dan kasus HAM di masa lalu. Meski demikian,
karakter masyarakat Indonesia yang sangat pemaaf menjadikan rekam jejak
tersebut tak akan berpengaruh signifikan. Bahkan saat ini tidak sedikit
mereka yang pernah menjadi “korban” Prabowo justeru menjadi pendukung
setianya.
5. Resistensi
Resistensi Prabowo yang menonjol terletak pada beberapa isu dan kasus di
masa lalu, yang sebenarnya sudah dilupakan oleh mayoritas masyarakat.
Hanya sebagian kecil kaum pergerakan yang mengeksploitasi kasus-kasus
tersebut, tetapi sepertinya tak berdampak signifikan bagi pemilih di tingkat
bawah. Bagi masyarakat kebanyakan, kasus-kasus tersebut sepertinya tak
lebih penting dibanding sosok sang calon pemimpin.
66 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Resistensi terhadap Jokowi lebih nyata, terutama dari segi pola
kepemimpinan PDIP dan sebagian kaum Islamis. Gaya elitis dan tidak
simpatik Megawati dan Puan Maharani dipandang menyebabkan kurang
antusiasnya masyarakat untuk memilik Jokowi, meski sebenarnya kebijakan
dan kepemimpinan Jokowi selama ini tak tampak terpengaruh atau
intervensi keduanya. Tantangan terberat justeru dari sebagian kaum Islamis
yang berpendangan stereo type, yang suka mengeksploitasi isu SARA.
67 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
BAB III
KAMPANYE
Setiap lima tahun, kita akan “diganggu” berbagai kampanye: Pilpres, Pilkada
Gubernur, Pilkada Walikota, Pemilu Legislatif (pusat, Provinsi, dan kota). Ini
bisnis besar dan makan biaya besar. Kegunaan bagi sang calon jelas: agar
dikenal dan bisa dipilih. Tapi kegunaan bagi masyarakat mungkin rendah.
Tujuan kita: mendapat pemimpin terbaik. Tapi mana bisa memperoleh
pemimpin yang baik dalam waktu satu bulan kampanye. Pemimpin harus
dikembangkan dari bawah. Makan waktu bertahun-tahun, kalau tidak
berpuluh tahun.
Dan, daripada calon menghabiskan dana milyaran, lebih baik ia
menghabiskan waktu mengembangkan diri dan belajar memikul
tanggungjawab dari skala kecil menuju skala besar.
Masyarakat harus me-reward pemimpin seperti ini dengan mencoblos
mereka. Jadi masyarakat harus memilih calon-calon yang terbukti bisa
memimpin, melayani dan menyuarakan hati masyarakat. Jangan asal pilih.
A. Manfaat Social Media untuk Kampanye Politik
Judul tulisan diatas memang saya tujukan kepada seluruh para caleg di
seluruh Indonesia, bahwa Social media, TV, Radio, Koran adalah suatu alat,
hal yang paling penting untuk memenangkan suatu kampanye adalah jelas
sebuah karakter. kita lihat beberapa bulan terakhir ini pemilihan-pemilihan
di di Indonesia pemenangnya karena sebuah karakter yang kuat, mulai dari
Pilkada jakarta, Pilkada Jawa tengah dan Pilwakot Bandung. semua
pemenang disana kuat dalam membangun karakter mereka. meskipun hal
itu semua didukung juga oleh team marketing yang mengintegrasi antara
media online dan konvensional.
Dulu di pilpres 2009 memang digital marketing belum se populer sekarang,
tetapi di tahun 2013 ini Social media di Indonesia tumbuh sangat pesat, ada
55 juta pengguna internet, ada 51 juta pengguna facebook, ada 29 juta
pengguna twitter, ada 5 juta blogger, ada 1 milliar view di video youtube.
68 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
nah kerumunan di online ini apakah sebuah peluang? jelas ini adalah
peluang, banyak pemilih di Indonesia yang berkerumun disini. hanya
bagaimana kita memanfaatkan orang-orang ini membantu anda untuk
menjadi corong yang positif.
Ada 5 hal di digital Marketing yang bisa dimanfaatkan untuk para Caleg
2014 nanti antara lain sbb:
1) Social Media sebagai alat untuk menyampaikan pesan di media online.
Social media jelas membuat kita tidak terbatas ruang dan waktu, kita
bisa berkomunikasi dengan siapapun dibelahan dunia, dan karena
social media bersifat horisontal conversation maka orang-orang yang
ada di online akan membantu anda untuk menyampaikan pesan para
caleg kepada pemilih
2) Media untuk membangun personal branding. Dengan adanya Social
Media dan Blog kita dapat membangun diri kita sesuai dengan apa
yang kita mau, dengan social media kita dapat memperkenalkan diri
kita seperti kita yang sebenarnya. kita bisa menulis tentang visi dan
misi kita, kita dapat menampilkan skill kita tanpa ada batasan-
batasan.
3) Media untuk membangun Network dan Conversation. Dengan tidak
ada batasan-batasan dalam internet, jelas kita dapat berinteraksi,
berdiskusi dan membangun network dengan siapa aja yang dapat
membantu kita untuk memenangkan kampanye kita.
4) Mempercepat Penyebaran informasi tentang anda. Dengan tidak
adanya batasan-batasan dan sifat social media yang horisontal
informasi tentang kita akan mudah tersebar di penjuru dunia,
sehingga kita akan terbantu dengan penyebaran-penyebaran informasi
yang positif tentang kita.
5) Social Media adalah Global Word of mouth. Sekali lagi dengan sifat
social media yang tanpa batasan dan bersifat horisontal jelas sekali
bahwa word of mount akan mudah terjadi di tools ini
Sebenarnya banyak manfaat yang kita dapat dari social media, dan social
media menjadi elemen penting untuk kampanye tetapi hal ini harus
digabungkan dengan beberapa kampanye konvensional karena mengingat
69 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
pemerataan internet di Indonesia yang masih kurang. jadi kita harus dapat
mengintegrasikan antara kampanye yang dilakukan di offline dan di online.
B. Kampanye Penentu Kemenangan Apa itu?
Tahun 2014 bisa dikatakan sebagai tahun yang spesial bagi Indonesia,
bersebab akan dilaksanakannya Pemilu Presiden untuk menentukan
Presiden serta wakil Presiden Indonesia untuk periode lima tahun ke
depan. Seiring kian dekatnya hari H - 9 Juli mendatang - suasana yang
bersifat kampanye dari berbagai pihak yang mendukung kandidatnya pun
kental terasakan.
Diprediksikan kita memiliki dua opsi, yaitu menjatuhkan pilihan kepada
capres dan cawapres; Jokowi-Kalla, atau Prabowo-Hatta. Dukungan kepada
para capres dan cawapres kita pun tidak sekadar berasal dari sejumlah
parpol, tetapi juga masyarakat yang cukup antusias, dibanding dengan
pilpres di masa lalu.
Terlepas dari kegiatan kampanye serta pemberian dukungan yang dilakukan
secara sehat - baik oleh parpol atau masyarakat - ada pula kampanye
maupun dukungan yang dilakukan secara tidak sehat, atau disebut
kampanye hitam (black campaign). Bisa itu melalui mulut ke mulut, opini
dari tokoh yang dianggap populer di masyarakat, dan juga media sosial atau
apa pun itu yang dapat dengan mudahnya disebar melalui jaringan internet
yang dewasa ini cukup akrab digunakan oleh masyarakat kita.
Jadi, apabila pada pilpres masa lalu iklan kampanye cenderung hanya
muncul lewat baliho, iklan televisi atau media cetak, kini kampanye atau apa
saja yang bersifat memberi dukungan kepada kandidat tertentu, mulai
dihadirkan dengan cara yang baru. Terlebih dengan kecanggihan teknologi
software yang berkembang pesat, seorang pendukung cenderung
memanipulasi suatu foto, kemudian menyebarluaskannya dengan tujuan
pencemaran nama baik, fitnah, atau adu domba dengan mengaitkan suatu
nama, atau lembaga. Terkadang, hal itu bahkan sangat kelewatan hingga
berujung penghinaan.
70 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
a. Filter Informasi yang Datang
Dalam pilpres, memilih siapa sebagai Presiden dan wakil Presiden adalah
hak setiap individu, yang tanpa harus terikat pada pemaksaan, hasutan,
atau bahkan sistem pertukaran persyaratan - kendatipun praktik demikian
masih selalu ada. Namun, bukan berarti kita harus menutup diri untuk
hanya tetap yakin kepada pilihan sendiri yang belum tentu baik.
Masyarakat diharapkan menjadi pemilih yang cerdas, kritis, dan paham akan
perkembangan politik. Jangan hanya melihat dari kulit luar, atau mendengar
apa yang belum tentu benar, lantas terbawa oleh arus begitu saja.
Seyogianya masyarakat juga perlu mencari informasi, memprediksi segala
kemungkinan di masa mendatang, mempelajari karakteristik dari para
kandidat, visi dan misi yang ditawarkan, serta menganalisis latar dari hal-hal
yang berkaitan dengan para kandidat.
Setiap informasi hendaknya difilter, apakah itu benar-benar informasi yang
berdasarkan realita, atau sekadar opini yang bersifat provokatif. Opini
provokatif itu sendiri tak jarang tersebar dengan mudah melalui media. Ada
yang dijabarkan dengan sempurna sehingga terlihat seolah sangat logis,
bahkan ada yang sama sekali tidak logis, lantaran si provokator adalah
seorang pabrik figur yang kerap disoroti media pencari bahan berita.
Ironisnya, terkadang opini itu juga dihubungkan dengan suatu metode
ramalan, di mana disertai pula sejumlah sugesti yang menakuti-nakuti
masyarakat, semisal berdasarkan ramalan negara kita perlu dipimpin si A
agar lebih baik, atau tidak boleh dipimpin oleh si B yang membawa
kehancuran. Padahal, kita tidak membutuhkan dukun untuk menyukseskan
pilpres. Katakanlah, Indonesia bukanlah sebuah negara yang memilih
Presiden berdasarkan ramalan.
b. Libatkan Orang Berpengaruh Pada Masyarakat
1. Penjaga Pintu Masuk
Setiap Kali Ada Kegiatan “Penjaga Pintu Masuk” (Kalau Ada Kegiatan Di
Desa Selalu Kulonuwun Atau Minta Dukungan Dari Yang Bersangkutan),
71 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Apapun Yang Kita Lakukan Yang Menyangkut Orang Banyak, Pastinya
Memerlukan Izin Dari Beberapa Pihak, Agar Apa Yang Kita Lakukan Dapat
Berjalan Dengan Baik. Salah Satu Yang Harus Dilakukan, Yaitu Dengan
Membuat Surat Izin Kegiatan, Yang Ditujukan Kepada Pihak Yang
Bersangkutan Dengan Kegiatan Yang Akan Kita Lakukan. Kegiatan Yang
Menyangkut Orang Banyak, Pastinya Perlu Izin Beberapa Pihak Yang
Berkaitan Dengan Tempat Kegiatan Dilaksakan, Orang-Orang Sekitar Yang
Mungkin Akan Terganggu Ketenangannya Karena Kegiatan Kita. Dan
Tentunya Izin Dari Yang Akan Terlibat Langsung Dengan Kegiatan Yang Akan
Kita Lakukan.
Salah Satu Hal Penting Untuk Mendukung Suatu Kegiatan Adalah Keamanan.
Jika Kegiatan Kita Ingin Berjalan Lancar Hendaknya Memberitahu Dan
Meminta Izin Dengan Aparat Keamanan Terdekat. Untuk Menjaga Hal-Hal
Yang Tidak Diinginkan.
2. “Pengasuh Masyarakat’” (Tokoh Yang Suka Diminta Nasihat)
Tokoh Masyarakat Sebagai Media Untuk Meredam Suasana Maupun Untuk
Menyebar Informasi Serta Untuk Mengajak Kaumnya Yang Simpati Untuk
Memilih Kandidat Pencalonan Tertentu.
Tokoh Masyarakat Merupakan Orang Yang Memiliki Pengaruh Dan Dihormati
Oleh Masyarakat Karena Kekayaan Pengetahuannya Maupun Kesuksesannya
Dalam Menjalani Kehidupan. Ia Menjadi Contoh Atau Teladan Bagi Orang
Lain Karena Pola Pikir Yang Dibangun Melalui Pengetahuan Yang Dimiliki
Sehingga Dipandang Sebagai Seseorang Yang Pandai Dan Bijaksana Juga
Menjadi Panutan Bagi Banyak Orang.
Dengan Kekayaan Intelektual Dan Keberhasilan Yang Dimiliki
Seorang Tokoh Masyarakat, Ia Memiliki Peran Penting Dalam
Pembangunan Nasional Indonesia. Perannya Dalam Pembangunan Tentu
Disesuaikan Dengan Keahliannya. Seorang Tokoh Masyarakat Yang Berfokus
Pada Pendidikan, Perannya Akan Optimal Bagi Dunia Pendidikan, Tapi
Biasanya Ia Berperan Juga Dalam Memberikan Masukan Atau Membantu
Mengambil Putusan Di Tengah Lingkungan Masyarakatnya.
72 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Sebagai Sosok Yang Dianggap Memiliki Kekayaan Intelektual, Kesuksesan,
Dan Kebijaksanaan, Tokoh Masyarakat Menjadi Seseorang Yang Selalu
Ditunggu Peranan Dan Pertimbangan Kebijaksanaannya Terhadap
Suatu Permasalahan Yang Terjadi Di Masyarakat. Misalnya Mengenai
Fenomena Sosial Munculnya Premanisme Dan Kekerasan Yang Akhir-Akhir
Ini Sering Terjadi.
Mengenai Fenomena Sosial Ini, Tentu Seorang Tokoh Masyarakat Akan
Dimintai Pendapat Sekaligus Peranannya Dalam Mengatasi Permasalahan
Yang Terjadi. Dengan Demikian, Peran Seorang Tokoh Masyarakat Penting
Bagi Pelaksanaan Pembangunan Nasional Di Indonesia. Melalui Pola Pikir
Dan Kebijaksanaannya, Ia Akan Menjadi Panutan Banyak Orang Sehingga
Berpengaruh Dalam Menyebarkan Pemikiran Baik Dalam Masyarakat.
Terkait Dengan Pembangunan Nasional, Beberapa Bidang Yang Perlu
Dikedepankan Adalah Bidang Pendidikan Dan Sosial Budaya Di Samping
Bidang Hukum Dan Ekonomi. Bidang Pendidikan Menjadi Wadah Negara
Dalam Membangun Intelektualitas Masyarakat. Melalui Pendidikan,
Masyarakat Diajarkan Untuk Tidak Hanya Pandai Dalam Pengetahuan
Umum, Tapi Ditanamkan Nilai-Nilai Agama Dan Moral Sebagai Bekal
Mengaplikasikan Pengetahuan Yang Dimiliki.
Sementara, Bidang Sosial Dan Budaya Menjadi Bidang Yang Mewadahi
Pembangunan Karakter Masyarakat Melalui Kehidupan Sosial Dan
Kebudayaan Yang Dibangun Dengan Baik. Bagi Kedua Bidang Ini,
Masyarakat Indonesia Memiliki Tokoh Yang Perannya Selalu Dinanti Dalam
Pelaksanaan Pembangunan Indonesia.
3. “Tukang Gosip” (Tokoh Yang Suka Bicara Atau Banyak Bergaul),
Tukang Gossip Dimanfaat Untuk Sebagai Penyebar Informasi , Mengetahui
Informasi Lain Sampai Dimana Informasi Di Itu Serap Oleh Masyarakat Serta
Mendeteksi Isu-Isu Itu Berkembang.
Gosip Adalah Sebuah Istilah Modern Dari Menggunjing Atau Dalam Bahasa
Jawanya "Ngerasani." Gosip Cenderung Sekali Terdapat Pada Diri Seorang
Wanita, Bukan Wanita Namanya Jika Tidak Memiliki Keahlian Dalam
73 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Bergosip, Jika Tidak Memiliki Keahlian Bicara Dan Jika Tidak Memiliki
Kecepatan Dalam Bicara. Disinilah Kita Perlu Bongkar Selebar-
Lebarnya, Mengapa Wanita Suka Bergosip?.
Sebenarnya Lelaki Pun Juga Bergosip, Namun Perbedaannya Adalah Dalam
Tingkat Keseriusan Dan Keabsahan Gosip Itu Sendiri. Cieee.. Perbedaan
Yang Sangat Mendasar Dari Gosip Pria Dan Wanita Adalah, Pria Bergosip
Didasarkan Atas Keinginan Untuk Bercanda Atau Dalam Bahasa Jawanya
"Guyon" Sedangkan Wanita Bergosipnya Adalah Karena Membongkar Tuntas
Kesalahan Orang Lain Atau Lebih-Lebih Yang Ia Benci Dan Tidak Disukai. :)
Ilmu Kegosipan Wanita Inilah Yang Tanpa Diajari Baik Disekolah Maupun
Dalam Perguruan Tinggi, Namun Itu Adalah Memang Salah Satu Fitrahnya
Yang Baik Namun Disalah Gunakan. Sebagai Contoh, Ketika Sudah
Berkumpul Dengan Sesama Wanitanya, Ngobrol Hal Lain Nanti Ujung-
Ujungnya Pasti Memakan Korban, Padahal Sebenarnya Ia Juga Di Gosipi
Oleh Orang Lain, Jadi Semakin Tinggi Ilmu Kegosipan Maka Akan Semakin
Hilang Rasa Persaudaraan.
a) Wanita Suka Berbicara
Jangan Sampai Mengajak Debat Wanita, Wanita Itu Pada Dasarnya Suka
Sekali Dengan Bicara, Walaupun Sebenarnya Wanita Itu Terlihat Malu-
Malu Kucing, Namun Sebenarnya Sekali Berkata, Dua Tiga Pulau
Terlampaui. Ehehehe. Oleh Sebab Itu, Ini Adalah Faktor Penyebab Adanya
Gosip. Terjadi Karena Ketiadaan Rasa Capek Dalam Berbicara, Justru Akan
Semakin Semangat.
b) Hoby
What? Hoby? Iya Benar Sekali, Bergosip Adalah Salah Satu Dari Hob
Wanita. Tidak Akan Mungkin Wanita Yang Tidak Berhoby Gosip Akan
Menggosip, Justru Banyak Sekali Yang Menjadikan Bergosip Ini Sebagai
Bagian Dari Hobinya. Bahkan Gosip Pun Di Anggap Sebuah Sharing Antara
Satu Wanita Dengan Wanita Yang Lain. "Eh, Jeng . Si Anu Lho Gini, Si Itu
Lho Gini, Tau Gak Jeng, Kemarin Itu Bla Bla Bla..."
c) Sulit Menahan Perasaan
74 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Ada Pepatah Buatan Saya Sendiri Mengatakan Sekuat-Kuatnya Rasa
Dipendam Oleh Wanita, Rasa Itu Akan Semakin Muncul Ke Permukaan.
Jadi, Jika Wanita Membenci Sesuatu, Tidak Suka Dengan Si A Atau Pun Si
B, Sekuat-Kuatnya Tidak Membocorkan Aib Si A Dan Si B, Maka Akan
Terbongkar Dengan Ucapannya. Inilah Yang Disebuat Jika Wanita Itu
Sulit Sekali Untuk Bersikap Menahan Diri.
d) Bergosip Mengurangi Stress
Gosip Membantu Untuk Mengurangi Tingkat Stress Wanita Karena Bagi
Wanita Berbicara Dengan Orang Lain Adalah Sesuatu Yang Fun Layaknya
Seperti Pria Yang Suka Bermain Games.
e) Bergosip Merupakan Cara Mereka Untuk Mencari Teman
Gosip Membuat Wanita Mudah Akrab Dengan Temannya. Ketika Mereka
Tidak Memiliki Topik Untuk Dibicarakan, Maka Pilihan Mereka Akan Jatuh
Pada Gosip. Pembicaraan Mengenai Orang Lain Tidak Akan Pernah Habis
Sehingga Gosip Akan Membantu Pembicaraan Untuk Terus Mengalir.
f) Bergosip Merupakan Guilty Pleasure
Wanita Tahu Bahwa Membicarakan Keburukan Orang Lain Merupakan Hal
Yang Tidak Benar. Namun Mereka Tetap Melakukannya Karena Bergosip
Memiliki Sensasi Yang Disebut Perasaan Bersalah Yang Menyenangkan
(Guilty Pleasure). Seperti Kita Makan Fast Food Saat Kita Tahu Bahwa
Kita Sedang Diet.
g) Dengan Bergosip Wanita Ingin Membuat Sebuah Ikatan
Ketika Wanita Menceritakan Suatu Rahasia, Maka Ia Percaya Terhadap
Orang Itu Dan Berharap Temannya Itu Tidak Menceritakannya Pada
Orang Lain. Ia Baru Saja Membuat Ikatan Yang Berlandaskan Atas Rasa
Percaya.
h) Bergosip Untuk Mencurahkan Perasaannya
Dengan Bergosip, Wanita Mencurahkan Segala Sesuatunya Kepada
Temannya. Jika Wanita Sedang Iri, Marah, Bingung Maka Ia Sering
Mencurahkan Perasaan Kepada Temannya Lewat Gosip.
i) Bergosip Membuat Wanita Merasa Lebih Superior
75 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Wanita Yang Bergosip Dengan Membicarakan Keburukan Orang Lain
Adalah Wanita Yang Ingin Merasa Lebih Superior Dan Lebih Hebat
Daripada Orang Yang Dijadikan Bahan Gosip Itu.
j) Bergosip Untuk Mencari Kebenaran
Ketika Wanita Bingung Atau Curiga Terhadap Seseorang, Maka Ia Akan
Bercerita Terhadap Teman-Temannya Untuk Menanyakan Pendapat
Mereka. “Aku Merasa Pacarku Sedang Dekat Dengan Wanita Lain,
Apakah Ia Selingkuh?"
k) Wanita Berbicara Lebih Banyak Daripada Pria
Menurut Penelitian, Wanita 3x Lebih Banyak Berbicara Daripada Pria.
Maka, Mereka Juga Akan Bergosip Lebih Banyak Daripada Pria.
Bahwa Bergosip Juga Terlahir Dari Sebuah Kebiasaan, Dan Sebuah Pengaruh
Dari Wanita Lainnya. Walaupun Enggan Bergosip, Jika Ada Wanita Lain Yang
Ahli Gosip, Maka Akan Terpengaruh Pula.
Dan Ingat, Gosip Itu Sungguh Tidak Baik, Apalagi Jika Gosipnya Itu
Menceritakan Kejelekan Rumah Tangganya, Menceritakan Kejelekan
Suaminya, Dan Menceritakan Aib Keluarganya Dihadapan Publik.
Memang Manusia Itu Sangat Senang Sekali Jika Mengetahui Kesalahan
Orang Lain Dan Bahkan Diolok-Olok. Ingat Pula, Lidah Itu Lebih Tajam Dari
Pedang, Lidah Bisa Membunuh Perasaan Sang Pengucapnya, Oleh Karena
Itu, Hendaknya Lidah Dijaga Dengan Baik, Dengan Membiasakan Mengucap
Yang Baik-Baik, Sehingga Dengan Kebiasaan Itu Akan Terlahir Sebuah
Karakter Atau Sifat Baik.)
4. Warga Aktif (Tokoh Yang Banyak Memikirkan Persoalan Di
Desanya Dan Aktivis Berbagai Kegiatan)
Warga Aktif Bisa Diajak Kerja Dalam Pembangunan Dan Energik Dalam
Aktivitas, Dimanfaat Sebagai Tenaga Kerja Di Lapangan Dalam Berbagai Hal
Yang Potitif Demi Kemakmuran Desanya. Serta Selama Ini Masyarakat Lebih
Percaya Pada Warga Aktif Yang Kedudukan Sosialnya Lebih Tinggi, Baik Dari
76 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Segi Kepangkatan Birokrasi, Pendidikan, Status Sosial, Bahkan Jenis
Kelamin.
Mereka Masih Setia Dengan Pemahaman Yang Selama Ini Terpatri Di Benak,
Yaitu Jika Rakyat Adalah Golongan Sub-Ordinat Yang Hanya Menerima
Dampak Pembangunan. Agar Masyarakat Mau Terlibat Secara Total Dalam
Pembangunan, Perlu Kiranya Ada Kesetaraan Dalam Hubungan Sosial.
Komunikasi Merupakan Bagian Tak Terpisahkan Dari Pendekatan Partisipatif.
Jika Pembangunan Memiliki Relevansi Dengan Masyarakat Yang Paling
Membutuhkan Maka Komunikasi Harus Dapat Dimulai Untuk Menguraikan
Masalah Yang Ada. Bagi Sebagian Besar, Mereka Belum Mampu Melakukan
Komunikasi Antar Partisipan Karena Kurangnya Partisipasi Sejati, Mengingat
Dalam Strategi Pembangunan Hal Tersebut Seolah-Olah Dibentuk Bertujuan
Memperbaiki Permasalahan. Alternatif Strategi Komunikasi Bottom-Up Pun
Ternyata Klise Belaka, Kurang Dalam Substansi.
5. Penggerak (Tokoh Yang Mampu Menggalang Dukungan
Masyarakat)
Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Menggalang Dukungan Masyarakat Agar
Bersedia Dan Turut Mendukung Program/Kandidat Adalah Isu Yang Akan
Digunakan. Oleh Sebab Itu Pemilihan Isu Yang Tepat Akan Berpengaruh
Terhadap Perhatian Dan Dukungan Mereka Terhadap Sekolah. Sekolah Perlu
Memiliki Kepekaan Yang Tajam Dalam Menangkap Isu Yang Ada
Dimasyarakat Untuk Diangkat Menjadi Isu Pendidikan Dalam Rangka
Menggalang Dukungan Masyarakat Terhadap Pendidikan Di Sekolah. Isu
Yang Menarik Untuk Dipakai Sebagai Upaya Menggalang Dukungan Harus
Memenuhi Beberapa Persyaratan Sebagai Berikut:
1. Isu Memang Benar-Benar Penting Dan Berarti Bagi Masyarakat. Isu
Sebaiknya Dalam Lingkup Yang Terbatas Lebih Dahulu Serta Isu
Tersebut Memiliki Kekhasan.
2. Isu Mencerminkan Adanya Tujuan Perubahan Yang Lebih Besar Dalam
Jangka Panjang.
3. Isu Memiliki Landasan Untuk Membangun Kerjasama Lebih Lanjut
Dimasa Depan,
77 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
4. Mengajak Beberapa Tokoh Masyarakat Untuk Merumuskan Isu Penting
Yang Perlu Diangkap Sebagai Dasar Untuk Membangun Kerjasama
Dan Dukungan.
Agar Dukungan Masyarakats Terhadap Lembaga Pendidikan (Sekolah)
Benar-Benar Memiliki Meaning Fullness, Maka Kerjasama Dengan Kelompok
Pendukung Tersebut Harus Benar-Benar Efektif. Ada Beberapa Ciri-Ciri
Kerjasama Dalam Suatu Kelompok Dengan Para Pendukung Yang Efektif,
Yaitu:
1. Terfokus Pada Tujuan Atau Sasaran Yang Disepakati.
2. Tegas Dalam Menetapkan Jenis Isu Yang Akan Digarap/Ditanggulangi
Serta Diantisipasi Bersama.
3. Ada Pembagian Peran Dan Tugas Yang Jelas Diantara Semua
Partisipan
4. Jaga Dinamika Dalam Setiap Proses Kerjasama, Karena Itu Kelenturan
(Fleksibilitas) Harus Benar-Benar Dijaga.
5. Adanya Mekanisme Komunikasi Yang Baik Dan Lancar, Dan Jelas,
Sehingga Semua Tahu Harus Menghubungi Siapa Tentang Apa Dan
Pada Saat Kapan Serta Dimana.
6. Dibentuk Untuk Jangka Waktu Tertentu Yang Jelas
7. Tokoh Antagonis (Tokoh Yang Sering Punya Sikap Negatif Atau
Menentang), Dan Sebagainya.
Sehubungan Dengan Hal Tersebut, Maka Ada Beberapa Saran Yang Perlu
Mendapatkan Perhatian Dan Pertimbangan Untuk Menjaga Tingkat
Efektivitas Kerjasama Tersebut Di Atas:
1. Hindari Membentuk Struktur Organisasi Formal, Kecuali Memang
Benar-Benar Dibutuhkan. Meskipun Demikian Suasana Non Formal
Dalam Struktur Formal Harus Tetap Dijaga Dan Terpelihara.
2. Delegasikan Tanggung Jawab Dan Peran Seluas Mungkin, Kecuali Pada
Hal-Hal Yang Memang Sangat Strategis Dan Hanya Boleh Diketahui
Oleh Orang-Orang Tertentu.
3. Setiap Produk Keputusan Hendaknya Hasil Keputusan Bersama, Bukan
Hasil Pemikiran Seseorang. Berdayakan Semua Orang Yang Memiliki
Kompetensi Untuk Mengambil Keputusan. Dengan Demikian Semua
Orang Akan Memahami Secara Mendasar Kebijakan Atau Keputusan
Yang Akan Diambil.
78 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
4. Pahami Berbagai Kendala, Kekurangan Atau Keterbatasan Yang
Dimiliki Semua Pihak. Dengan Kata Lain Lakukan SWOT Analisis
Terhadap Kelompok Pendukung Dan Pihak Lembaga Pendidikan.
5. Ambil Prakarsa Dan Inisiatif Untuk Selalu Menghidupkan Saluran
Komunikasi Dengan Semua Pihak. Kegagalan Pelaksanaan Kegiatan
Bukan Disebabkan Ketidak Mampuan Kepemimpinan, Tetapi Sebagai
Akibat Buntunya Komunikasi Dengan Semua Orang.
6. ’Tokoh Antagonis’ (Tokoh Yang Sering Punya Sikap Negatif
Atau Menentang), Dan Sebagainya
Tokoh Ini Di Difungsikan Sebagai Penentang Di Masyarakat/Program
Maupun Kandidat Lain.
c. Kampanye Hitam Penentu Kemenangan kandidat
Baru kali ini dalam sejarah Republik Indonesia kampanye hitam akan
menjadi penentu kemenangan capres: Jokowi atau Prabowo. Kampanye
hitam tampaknya sudah tidak bisa dihentikan dan tak akan dihentikan.
Kampanye hitam yang dinilai kotor, tak beradab, menciderai demokrasi,
ternyata justru menjadi penentu kemenangan. Kini, isu-isu kampanye hitam
justru menjadi warna dominan kampanye. Diyakini, kampanye hitam kini
menjadi strategi nyata kedua capres. Artinya publik sudah tak bisa
menempatkan pasanngan mana penyebar kampanye hitam dan peng-
counter balasan. Pertanyaaanya, akankah kampanye hitam ini benar-benar
menjadi penentu kemenangan Jokowi dan Prabowo serta apakah dampak
kampanye hitam bagi demokrasi dan bangsa?
Kampanye hitam tampaknya sudah menjadi trend kampanye saat ini yang
disadari keberadaannya sebagai kebutuhan oleh kedua kubu pasangan
capres.
Timses Prabowo menganggap kampanye hitam efektif - dengan awalan
kampanye boneka - yang kini diikuti oleh Prabowo dan bahkan Mahfud MD
yang terkontaminasi kampanye yang dibangun oleh tim cyber war sejak 4
tahun lalu yang dipimpin oleh Fadli Zon dan Noudhy Valdryno.
Timses dan relawan Jokowi pun menempatkan diri sebagai yang ‘didzolimi'
oleh kubu Prabowo. Harapannya adalah agar rakyat merasa masyghul dan
79 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
kasihan terhadap yang didzolimi. Melihat gelagat adanya kecondongan itu,
maka serangan balik berikutnya adalah upaya meng-counter berita dan isu
kampanye negatif.
Teknik kampanye hitam yang tengah berlangsung rupanya mengalami
kesalahan strategi dasar. Kampanye hitam hanya akan efektif jika (1)
kampanye hitam dilakukan terus-menerus dan konsisten oleh pihak yang
samar - tidak jelas sumbernya atau abu-abu, (2) tidak ada upaya meng-
counter berita dan materi kampanye hitam dari pihak yang diisukan sebagai
hitam, (3) sebagian masyarakat kurang rasional, (4) pihak yang dianggap
penyebar kampanye hitam harus benar-benar steril dari kemungkinan
serangan balik yang menyudutkan, (5) dukungan media mainstream.
Dari semua syarat efektifnya kampanye hitam ternyata hanya faktor ketiga
yakni masyarakat yang kurang rasional dan faktor kelima dukungan media
mainstream yang menjadi pertimbangan dasar teori kampanye hitam bisa
dilakukan. Masyarakat dianggap cenderung tak rasional dalam berpikir - ini
yang dijadikan alasan dasar dilakukannya kampanye hitam oleh satu kubu
inisiator kampanye hitam pasangan capres yakni kubu Prabowo.
Sementara media massa mainstream termasuk televisi telah terbelah
dengan jelas TVOne dan MNC Group mendukung pasangan Prahara,
Prabowo-Hatta, MetroTV mendukung JoJu, Jokowi-Jusuf Kalla. Publik sudah
dengan mudah berpikir bahwa obyektivitas stasiun televisi tidak lagi dapat
dipertanggungjawabkan.
Stasiun televisi TVOne dan puluhan stasiun televisi MNC Group condong
menjadi corong bagi Prabowo-Hatta. Sedangkan MetroTV menjadi corong
bagi Jokowi-Prabowo. Kondisi terpecahnya media massa secara terpolarisasi
seperti ini juga menimbulkan apatisme bagi masyarakat yang mulai cerdas:
berita TVOne dan MNC tak akan berimbang dan membela Prabowo-Hatta,
sementara berita MetroTV dianggap memihak Jokowi-JK. Jadi justru
masyarakat skeptis dan tak acuh dengan berita di televisi. Ini sungguh
merugikan karena media massa justru tak menjadi alat untuk pembelajaran
demokrasi bagi rakyat.
Dalam perkembangan berukutnya, tampaknya timses masing-masing
tampaknya tidak fokus dalam menerapkan ‘aksi dan reaksi' kampanye
hitam. Hal ini terbukti tersebarnya materi kampanye hitam yang terlalu
80 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
banyak. Fokus masyarakat terpecah. Isu-isu hanya menjadi berita sekedar
lewat saja dan tak ubahnya berita biasa. Padahal, kampanye hitam akan
efektif jika dilakukan secara konsisten dan diulang-ulang dengan fokus
materi terbatas. Terlalu banyak materi kampanye hitam justru akan men-
downgraded efektivitas kampanye hitam.
Faktor ketidakcerdasan penerapan strategi kampanye hitam berikutnya
adalah kedua kubu melakukan counter attack alias serangan balik. Dengan
adanya serangan balik atas isu tertentu, maka netralitas isu menjadi
mentah. Isu-isu dan materi kampanye yang dianggap efektif menjadi
kehilangan makna dan hanya menghasilkan kebingungan di masyarakat.
Yang awalnya memercayai kemudian meragukan isi isu-isu kampanye hitam.
Kesalahan strategi berikutnya adalah penyebar isu kampanye hitam memiliki
catatan hitam dan sepenuhnya tak suci. Ini tentu menjadi dasar serangan
balik yang empuk untuk mementahkan materi kampanye hitam.
Dengan demikian, maka efektivitas dan manfaat kampanye hitam bagi
keberhasilan pemenangan kampanye pilpres 2014 akan sangat perlu
dipertanyakan. Dalam sejarah pemilihan umum, di mana pun, bahkan
menurut teori komunikasi massa, kampanye hitam yang tidak memenuhi
lima faktor efektivitas kampanye hitam justru akan kontra-produktif. Pada
akhirnya, kesalahan pemakaian kampanye hitam hanya akan
mengembalikan pada ‘hati nurani' dan ‘catatan nyata' dan ‘rekam jejak'
sebelumnya yang terkait dengan Jokowi-Prabowo sebelum kampanye hitam
tersebarkan. Kampanye hitam masif dan terlalu banyak justru hanya
merusak fokus kampanye yang sebenarnya dan tak akan efektif. Rakyat
menjadi apatis terhadap semua berita kampanye hitam - hanya menjadi
hiburan asal lewat saja.
C. Pilpres 2014, Ujung Tombak Intervensi Asing?
Di tengah proses perhitungan akhir hasil pileg 9 April masih tersisa banyak
persoalan. Mulai dari kecurangan di seputar penyelenggaraan seperti politik
uang, penggelembungan suara hingga dengan minimnya partisipasi pemilih
alias golput. Namun wajah ada dan tidak adanya persoalan itu akan sangat
ditentukan oleh seberapa jauh opini media terbentuk. Dan sebagaimana
81 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
diketahui bersama bahwa opini masyarakat terbentuk karena peran besar
media mainstream.
Media mainstream yang mempengaruhi pola pikir dan pola perasaan
masyarakat di atas kepentingan politik tertentu. Harus diakui bahwa
sebagian besar media mainstream ikut terlibat memainkan peranan penting
dalam conflict of interest antar berbagai kekuatan politik kontestan pemilu.
Yakni conflict of interest di atas kerangka arahan para pemilik modal media
serta para kapitalis yang membayarnya. Media mainstream bergerak
membuat rekayasa politik secara massif untuk kepentingan politik tertentu.
Sehingga sulit mengurai mana yang fakta dan mana yang interpretasi.
Sebaliknya, di sisi lain media-media Islam bergerak mempertahankan diri
agar survive. Tidak terjebak ke dalam kampanye kepentingan politik
tertentu. Hanya bergerak menawarkan Islam sebagai solusi sistem alternatif
atas problem kompleks yang mendera negeri ini. Atau mengungkap serta
membongkar makar musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya yang hendak
menghancurkan Islam beserta umatnya.
Salah satu contoh rekayasa opini media yang menonjol saat ini adalah
tentang kontestasi capres cawapres menjelang pilpres Juli mendatang. Di
antara pemberitaan yang porsinya paling banyak adalah tentang Jokowi.
Yang paling baru soal Jokowi adalah info diumumkannya siapa calon
pendamping Jokowi sebagai cawapres.
Sebagian media mainstream bahkan menyebutnya seperti Idol. Berkembang
berbagai wacana tentang kualifikasi cawapres Jokowi. Termasuk sudah
muncul beberapa nama. Mulai dari militer hingga sipil. Jawa dan luar Jawa.
Mulai dari birokrat hingga ekonom. Dengan peta perolehan suara yang
berimbang dan merata segala kemungkinan bisa saja terjadi.
Wacana koalisipun bergulir di antara parpol untuk mengusung capres
cawapresnya. Karena memang tidak ada satupun parpol yang bisa
mengusung capres cawapresnya sendirian. PDI-P adalah parpol yang
memperoleh suara paling banyak. Sementara ini PDI-P menjadi poros
kekuatan politik utama. Begitu yakinnya sebagai poros kekuatan politik
utama, Jokowi bahkan sampai berani mengatakan bahwa kabinet yang
82 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
dibangunnya nanti bukanlah kabinet koalisi. Sesuatu yang akan berpotensi
benturan dengan kekuatan parlemen. Kecuali melakukan sesuatu
sebagaimana yang dilakukan oleh Ahok di DKI Jakarta yang diback up oleh
massa melalui jejaring sosial media.
Dengan kata lain menghadapkan kekuatan parlemen dengan masyarakat
melalui media sosial. Statement Jokowi seolah menjawab kejenuhan
psikologi masyarakat yang sudah apatis dengan politik bagi-bagi kekuasaan.
Meski sebenarnya jejak rekam Jokowi sendiri menyisakan banyak persoalan.
Tetapi yang menarik menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana media
mainstream melakukan rekayasa politik sosok Jokowi sehingga menjadi
sosok yang banyak mendapatkan perhatian media? Tidak ada suatu
rekayasa masif dan sistematis opini media pun yang tidak ada
kompensasinya? Apalagi tidak ada maksud terselubung yang lebih besar
sekadar apa yang dilihat di permukaan? Tulisan ini sengaja mencoba
memberikan porsi khusus pada Jokowi di antara capres-capres yang lain
seperti Prabowo dll berdasarkan pertimbangan melihat peta kontelasi opini
media.
Manuver media mainstream menjelang pilpres Juli mendatang membranding
Jokowi di tengah berbagai peristiwa politik di antaranya : konflik internal PPP
di tengah dukungannya terhadap Prabowo, sewotnya PKB melalui ketumnya
Muhaimin yang tidak diajak Jokowi membahas cawapresnya termasuk
ancaman loyalis Rhoma agar menarik dukungannya terhadap PKB,
statement Fahri Hamzah dari PKS yang menyebut Jokowi tidak paham
kabinet koalisi, SBY yang merasa dilecehkan karena diusung menjadi
cawapres, dan berbagai parpol lain yang tengah mengkalkulasi kemungkinan
koalisi.
Sikap dan perilaku politik yang dipertontonkan para elit parpol seolah
memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa tawar menawar
kekuasaan adalah sesuatu yang lumrah. Melenakan masyarakat tentang
begitu pentingnya urgensi kepemimpinan nasional di negeri ini. Dengan
menafikkan kenyataan kebobrokan sistemik akibat penerapan berbagai
kebijakan-kebijakan selama ini dalam bentuk undang-undang produk
legislatif bersama penguasa. Yakni beragam kebijakan ibarat mata uang
83 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
dengan dua sisi. Sisi yang pertama merugikan, menikam dan
menyengsarakan rakyat. Sisi yang lain berpihak pada kepentingan asing.
Selama kurun waktu pemilu yang terjadi di negeri ini menunjukkan bahwa
pergantian rezim kabinet dan parlemen belum cukup menuntaskan berbagai
persoalan yang mendera. Bahkan eskalasi persoalan yang dihadapi negeri ini
semakin menunjukkan tensi sedemikian sistemik dan komprehensif. Persis
seperti yang disampaikan oleh Prabowo dalam pidato kampanyenya. Tetapi
anehnya justru masih banyak kalangan pengambil kebijakan berpikir utopis.
Yang menganggap bahwa ini adalah sebuah keniscayaan proses
pendewasaan sistem demokrasi. Seperti terhipnotis oleh paham
menyesatkan yang namanya demokrasi.
Tanpa upaya kritik sistemik dan mendasar. Dengan selalu mengulang-ulang
statement demokrasi paling cocok dan harga mati. Sesuai dengan
keberagaman dan pluralitas. Bahkan berani melupakan jadi dirinya sebagai
seorang muslim yang mayoritas di negeri ini. Menempatkan islam dalam
bingkai yang disesuaikan dengan demokrasi menggunakan klaim bahwa
hukum islam berubah atas perubahan jaman dan tempat. Melihat demokrasi
dari sisi kesesuaiannya dengan islam dengan mencoba menutupi hal
mendasar perbedaan demokrasi dengan islam.
MEMBOHONGI dirinya sendiri sebagai seorang muslim yang berkeyakinan
bahwa yang berwenang membuat undang-undang hanyalah Musyarri’ –Allah
Azza Wa Jalla- semata. Dan tidak berani mengatakan bahwa demokrasi
adalah sistem thogut karena takut terancam kepentingan, eksistensi
kekuasaan dan jabatannya. Meski kadang-kadang juga diakui
kebobrokannya seperti statement Mahfudz MD : “Malaikat sekalipun jika
masuk pada sistem ini akan menjadi Iblis”.
Dan secara faktual demokrasi adalah sistem yang menjadi payung bagi para
elit penguasa dan elit politik dari berbagai kalangan untuk mengamankan
kepentingan politiknya. Sebuah kepentingan politik hasil elaborasi –
sindikasi antara penguasa dan pengusaha. Baik pengusaha lokal nasional
maupun pengusaha internasional. Dalam konteks pertarungan politik
kekinian, kita bisa melihat begitu kuat tercium aroma intervensi asing dalam
proses suksesi kepemimpinan pilpres mendatang.
84 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Ada masa-masa dimana penguasa dan calon penguasa di negeri ini
bermesraan dengan media mainstream seperti SBY pada menjelang
berkuasa dan awal-awal kekuasaan. Dan pasca reformasi dengan kran
keterbukaan pers begitu terbuka lebar, media memiliki peran strategis untuk
mempengaruhi pusat-pusat kekuasaan sekaligus menentukan pergantian
kekuasaan. Di masa-masa akhir kekuasaan SBY, media begitu efektif
mereduksi kekuatan SBY bersama partai Demokratnya.
Terbukti pileg kemarin perolehan suaranya turun secara drastis. Jika SBY
tidak tumbang secara tragis pada masa akhir jabatannya itu sudah lumayan
dan barangkali karena kondisi bargaining of powernya berimbang. Di antara
elit politik dan elit penguasa saat ini sama-sama memegang kartu turf
masing-masing. Kondisi ini yang menyulitkan satu sama lain untuk saling
menjatuhkan. Selain hal ini menunjukkan SBY sebagai kekuatan politik yang
relatif stabil dari goncangan.
Meski harus dibayar dengan jatuhnya orang-orang yang ada di bawahnya.
Dan sebagaimana sudah menjadi rahasia umum, semua orang tahu bahwa
SBY memiliki guru yang sama dengan Obama. Guru yang memberikan bekal
bagaimana SBY membangun dan mendisain politik pencitraannya.
Kedekatan RI dengan AS melalui SBY meski sedikit dicederai oleh
terbongkarnya kasus penyadapan Australia tidak bisa dipungkiri sangat jelas
terlihat dari garis kebijakannya selama ini. Yang paling menonjol adalah
kebijakan “war on terrorism” yang sangat pro AS.
Berbeda dengan SBY, bagaimana sosok Jokowi sebenarnya di tengah gencar
dan masifnya media memberitakannya menjelang pilpres mendatang.
Benarkah keberpihakan media terhadap Jokowi merepresentasikan
keberpihakan rakyat. Atau keberpihakan rakyat terhadap Jokowi secara
efektif sedang dan akan dibentuk secara sistemik oleh media-media
mainstream. Semuanya ini menjadi jalan yang akan menentukan sukses
atau tidaknya Jokowi menjadi RI 1.
Di tengah dinamika perlawanan rivalitas politiknya seperti dari Gerindra
melalui wakil ketuanya Fadli Zon dengan senjata serangan puisi politiknya.
Dan rivalitas politik dalam konteks politik demokrasi sesungguhnya adalah
rivalitas dalam kerangka bargaining of power (tawar menawar kekuasaan).
85 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Dimana para aktor politik dan aktor penguasa harus memiliki minimal 3
keahlian. Ahli hukum, ahli ekonomi, dan ahli politik.
Ahli hukum diperlukan sebagai modal kemampuan untuk memahami produk
perundang-undangan agar bisa menghindar atau bahkan menggunakannya
sebagai alat legitimasi kekuasaaan. Ahli ekonomi diperlukan sebagai modal
kemampuan untuk mengelabuhi masyarakat dengan angka-angka ekonomi
sekaligus sebagai alat untuk mengeruk kepentingan ekonomi.
Ahli politik diperlukan untuk modal tawar menawar kekuasaan. Dan ketiga
keahlian itu harus ditopang oleh keahlian membangun media mainstream.
Kepemimpinan Jokowi ke depan nampaknya akan dibangun di atas pilar-
pilar keahlian di atas. Karena pilar-pilar di atas sesungguhnya akan
melanggengkan dan menjadi jembatan yang sangat efektif bagi jalannya
penjajahan asing ke depan.
Dengan kata lain, Jokowi hanyalah menjadi sub sistem di antara kerangka
sistem penjajahan asing yang semakin menggurita di negeri ini. Apa
indikatornya ?. Secara kasat mata perilaku politik Jokowi menyisakan
pertanyaan besar. Diantaranya apresiasi terhadap pencapresan Jokowi oleh
pemerintah Israel. Kunjungan beberapa dubes asing kepada Jokowi. Dan
semua perilaku-perilaku Jokowi yang terkesan tidak lepas sedetikpun
dengan publikasi media.
Apa yang dilakukan oleh Jokowi mungkin sebagian orang berpendapat
sebagai keniscayaan dari kesederhanaan dan kebersahajaan perilaku politik
yang dibangunnya selama ini. Tetapi siapa sangka ternyata Jokowi
berdasarkan analisis intelijen tertentu sebagaimana diungkap oleh VOA
Islam diback up oleh konspirasi James Riady cs bersama dengan jaringan
Yahudi internasional di bawah pimpinan Stangreeberg dan Arkansas
Connection, termasuk juga oleh mayoritas konglomerat tionghoa Indonesia,
jaringan etnis China dunia/internasional, segelintir tokoh dan konglomerat
pribumi serta dari berbagai kalangan /lembaga / insititusi non muslim,
gereja, mayoritas komunitas tionghoa Indonesia dan seterusnya. Benar –
benar sebuah konspirasi tingkat tinggi yang dibentuk dan dijalankan dalam
rangka mensukseskan Jokowi sebagai Presiden di Indonesia.
86 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Rekayasa pencitraan Jokowi dilakukan berbagai cara melibatkan ratusan
media nasional dan lokal. Baik media cetak dan media online. Detik online
misalnya, memuat berita tentang Jokowi bisa sampai 50 kali atau 50 judul
per hari dan selalu ditayangkan setiap saat. Hampir tidak ada satupun
aktifitas Jokowi yang terlewatkan.
Selain media, Jokowi juga disokong oleh sejumlah pengamat dan akademisi
kampus yang disewa oleh sutradara di balik pencitraan Jokowi untuk
memberikan pendapat, penilaian dan kesan baik tentang Jokowi. Informasi
ini diterima dari banyak staf pengajar FISIP UI Depok yang dibayar untuk
mendukung pencitraan Jokowi. Dan berikutnya juga diperkuat oleh ratusan
orang baik tenaga honor maupun karyawan organik yang dipekerjakan di
perusahaan – perusahaan Lippo Grup dan perusahaan para konglomerat
tionghoa yang menjadi pendukung pencitraan Jokowi, dikerahkan untuk
membentuk citra palsu Jokowi melalui sosial media (socmed).
Ribuan akun di berbagai socmed (twitter, facebook, dll) dikerahkan untuk
mendongkrak popularitas dan kesan positif tentang sosok Jokowi. Mereka
juga bertugas melindungi Jokowi dari segala bentuk kritik, termasuk
pengungkapan kebenaran tentang siapa sebenarnya Jokowi.
Pencitraan Jokowi yang luar biasa, menghabiskan sumber daya uang, waktu
dan tenaga yang sangat besar itu, juga berhasil menutupi fakta – fakta yang
sebenarnya tentang karakter, kinerja dan track record Jokowi. Masyarakat
tidak lagi berfikir logis dan tidak skeptis dalam menilai sosok Jokowi. Begitu
banyak catatan buruk tentang Jokowi yang diabaikan atau terlindas oleh
tsunami informasi dan opini yang dijejalkan konspirasi tingkat tinggi ini.
Fakta bahwa Jokowi sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) atau penilaian
kinerja Kemendagri yang membuktikan prestasi Jokowi biasa – biasa saja,
malah lebih buruk dibanding kinerja rata – rata kepala daerah se –
Indonesia, tidak menjadi perhatian rakyat. Fakta bahwa Jokowi patut diduga
terlibat korupsi pelepasan aset pemda Solo (Hotel Maliyawan), korupsi dana
KONI Solo sebesar Rp. 5 miliar, korupsi hibah dana rehabilitasi pasar dari
Pemda Jawa Tengah Rp. 1 miliar, korupsi dana bantuan siswa miskin Solo,
korupsi proyek pengadaan videotron Manahan Solo, korupsi renovasi THR
Sriwedari Solo, dan lain – lain, diabaikan begitu saja oleh rakyat Indonesia.
87 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Belum lagi dugaan korupsi Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta pada
Program KJS dan KJP, KKN pada penunjukan pemenang dan pelaksana
proyek MRT/Monorail Jakarta, korupsi pengadaan sumur resapan dan lain –
lain.
Jika benar Jokowi yang menjadi RI 1 maka sesungguhnya Pilpres 2014 Juli
mendatang akan menjadi ujung tombak penjajahan asing. Atau selain
Jokowi yang menjadi RI 1, itu semua pada hakekatnya merupakan
manifestasi dari bargaining of power yang tidak bisa dipisahkan dengan
investasi politik yang telah dikeluarkan oleh kepentingan asing. Kepentingan
asing yang senantiasa mencengkeram dan mengerat-erat negeri ini melalui
rezim penguasa yang dilahirkan dari setiap pesta demokrasi –pemilu.
Karena sesungguhnya pilihan sistem politik demokrasi yang sarat dengan
nuansa tawar menawar kekuasaan menjadi jalan mudah bagi dominasi dan
imperialisasi asing (kafir muharibban fi’lan) di negeri ini. Ingatlah Firman
Allah Subhanahu Wa Taalla :
(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi
pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu
kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah Kami (turut berperang)
beserta kamu ?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan
(kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut
memenangkanmu[363], dan membela kamu dari orang-orang mukmin?"
Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah
sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman. (004. An Nisaa':141)
[363] Yaitu dengan jalan membukakan rahasia-rahasia orang mukmin dan menyampaikan
hal ihwal mereka kepada orang-orang kafir atau kalau mereka berperang di pihak orang
mukmin mereka berperang dengan tidak sepenuh hati.
88 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Jalan yang paling mudah dan penting untuk menguasai kaum Muslim adalah
kepemimpinan dalam urusan negara dan pemerintahan.
89 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
BAB IV
MEWASPADAI KECURANGAN HASIL SUARA
Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) meminta Komisi Pemilihan
Umum (KPU) memastikan seluruh warga negara Indonesia yang memiliki
hak memilih tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu Presiden
(Pilpres) 2014. Dengan begitu, modus manipulasi suara pada pemilu
legislatif lalu tidak terulang.
"DPT sebagai instrumen elementer dalam pemilu harus benar-benar akurat.
Jangan seperti kemarin perbaikan DPT tidak ada habisnya. Akhirnya mentok
dilempar ke Daftar Pemilih Khusus (DPK)," ujar Wakil Sekretaris Jenderal
KIPP Indonesia Girindra Sandino, di Jakarta, Jumat (30/5/2014).
Ia mengatakan, DPK menjadi modus penggelembungan suara dengan
manipulasi daftar hadir saat pendaftaran DPK. Menurutnya, pemilih fiktif
sangat mungkin muncul pada pilpres berdasarkan hasil pemantauan
pihaknya pada pileg 9 April 2014 lalu.
Saat itu, katanya, ditemukan kasus di beberapa tempat pemungutan suara
(TPS) yang bisa mengakomodir 1.000 pemilih hanya dalam kurun waktu
satu jam.
Berdasarkan jadwal Pilpres 2014, pengumuman daftar pemilih sementara
(DPS) hasil pemutakhiran dilakukan hingga 19 Mei 2014. Kemudian pada
20-26 Mei 2014 merupakan kesempatan masyarakat untuk memberikan
masukan.
Jadwal perbaikan DPS hasil pemutakhiran dilakukan mulai 27 Mei hingga 2
Juni 2014, sedangkan penetapan DPT Pilpres dilakukan pada 7 sampai 9 Juni
2014.
90 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
DAFTAR PUSTAKA
Abe, Alexander. 2001, Perencanaan Daerah Memperkuat Prakarsa
Rakyat Dalam Otonomi Daerah, Yogyakarta : Lappera Pustaka Utama
Achmady, et al. 1994. Kebijakan Publik danPembangunan, Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
Afdjani, Hadiono. 2003. Komunikasi Politik dalam Era Keterbukaan,
Suara Merdeka
Arifin, Bustanul dan Didik J. Rachbini. 2001. Ekonomi Politik dan
Kebijakan Publik, Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta : Rineka Cipta
Astrid, Susanto. 1993, Pengantar Studi Komunikasi Politik, Bandung :
Orbit Shakti
Atmaja, Yoga IBK. 2010. Komunikasi Masyarakat: Panduan Dasar untuk
Organisasi Masyarakat Sipil. INSIST Press & Kawanusa, Yogyakarta.
Babbie,R. 1979, The Practice of Social Research, Belmot Wadworth
Bagong Suyanto. 1994, Perangkap Kemiskinan, Surabaya : Airlangga
University Press,.
Berger. L, Peter. 1976.Pyramids of SacrificePolitical Ethics Social
Change, New York: Ancor Books, p. XII , 60,
Bharracharyya,J., 1972, Administrative Organization. IIAS, Brosse,
Boyers, W. 1985. Rural Development Program(Success and Legitimate)
In South Korea, Korea Selatan
Bromley, Daniel.1989, Economic Interest and Institutions, New York;
Brasil Blackwell.
Brooks. 2006. Organisational Behavior; Individuals, Groups and
Organisation. Pearson Education Limited, London.
Bryant, Coralie and Louise White G. Terj. 1989, Manajemen
Pembangunan, Jakarta, LP3ES.
Budiardjo, Miriam. 1982. Partisipasi dan Partai Politik, Bunga Rampai,
Jakarta: Gramedia Pustak Utama
Budiardjo, Miriam. 1985. Demokrasi di Indonesia (Kumpulan Karangan),
Jakarta Gramedia
Bungin, Burhan. 2001.Metodologi Penelitian Sosial, Format-format
Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press,
91 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Capra, Fritjof, 1982.The Turning Point, Science Society and The Rising
Culture., New York : Bantam Book
Chambers, Robert. 1997, Rural Development Putting The Last First.
Chitnis, Ketan S. 2005. Communication for Empowerment and
Participatory Development: A Social Model of Health in Jamkhed, India.
Dissertation. The College of Communication of Ohio University, Ohio.
Clymer Rodee, Carlton .dkk. 1983, Introduction to Political Science. Mc.
GrawHill. Inc,
Cohen, J.M. dan Uphoff, N.T.1997, Rural Development Participation, RD
CCIS, Cornell University Press Dahl, Robert. Modern Political Analysis, New
York Englewood Cliffs. PrenticeHall.
Copublished in The US with John Wiley & on, Inc, New York, p. 112.
Direktur Jenderal Pembangunan Desa 1996. Perencanaan Partisipatif
Pembangunan Masyarakat Desa , Jakarta, Penebar Swadaya
Djarwanto. 1984. Statistik Non Parametrik, Yogyakarta, BPFE,
Friedman, John.. 1992. Empowerment: The Politik
Gany, A Radi. 2001.Demokratisasi Masyarakat Nagari Dinamika Politik
dan Kelembagaan Politik Nagari. Jurnal Pengembangan Partisipasi
Masyarakat Vol. 9 No. 22 Juni
Gudykunts, William & Bella Moody. 2002. Participatory Approaches to
Communication for Development. Handbook of International and
Intercultural Communication. Second Edition. Sage Publications, New Delhi.
Harun, Rochajat & Elvirano Ardianto. 2011. Komunikasi Pembangunan
dan Perubahan Sosial: Perspektif Domunan, Kaji Ulang, dan Teori
Kritis. Rajawali Pers, Jakarta.
Helgesen, Sally. 2008. New Sources of Power; we need a new model of
leadership, Leadership Exellence. ABI/INFORM GLOBAL, Volume 25, No. 5.
Hellriegel, Slocum, Woodman. 2004. Organizational Behavior, 10th
Edition. South- Western Thompson Learning, USA.
Hughes, R. L., Ginnet, R. C., dan Curphy, G. J. 2009. Leadership:
Enhanc- ing the Lessons of Experience, 6th Edition. McGraw-Hill
International Edition, Singapore.
Ife, Jim & Frank Tesoriero. 2008. Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Terjemahan. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Kipnis, D., and S. M. Schmidt. 1982. Profiles of Organizational
Strategies. Form M. San Diego, CA: University Associates.
92 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Melkote, Srinivas R. & H. Leslie Steeves. 2001. Communication for
Development in The Third World. Second Edition. Sage Publications, New
Delhi.
Moody, Bella. 1991. Designing Message for Development
Communication: An Audience Participation-Based Approach. Sage
Publications, New Delhi.
Mubiyarto. 1984. Pembangunan Pedesaan. P3PK UGM, Yogyakarta.
Mubyarto (penyunting). , 1998.Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
(Laporan Kaji Tindak Lanjut Program IDT), Yogyakarta, Aditive Media
Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat
MempersiapkanMasyarakat Tinggal Landas, Jakarta, Rineka Cipta,
Nimmo, Dan. 1993. Polical Communication and Public Opinion in
America , Goodyear Publishing Co,
Nye. Jr, Joseph S. 2008. Soft Power: mix it with Hard Power. Leadership
Exellence, Volume 25, No. 4
Rich, Richard C, 1995. Citizen Participation Empowerment: The Case Of
Local Environmental Hazard, American Journal Of Community Psychology,
Vol. 23. No. 5 Blacksburg, Virginia,
Robbins, S.P. 1986.Organizational Behavior 3 th, ed. Englewood Cliffs,
N.J. Prentice Hall,
Sartono, Kartodirdjo. 1987. Transformasi Struktural di pedesaan.
Beberapa Pokok Permasalahan dalam Buku Prospek Pedesaaan, Yogyakarta
: P3PK-UGM,
Soehardjo, Mutawali dan Soekandar Priyomo. 1987.Pembangunan
Nagari Terpadu, Bandung, Tarsito, Tjokroamidjojo, Bintoro.
1981,Perencanaan Pembangunan, Jakarta, Gunung Agung, Cet4,
Terj. Zulkifly Hamid. Pengantar Ilmu Politik, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2002.
Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996.Pembangunan Dilema dan Tantangan.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Warsito, Tulus. 2000, Pembangunan Politik Refleksi Kritis Atas Krisis.
Bigraf Publishing
93 | H a l Y a y R u m p i n W a n a b a k t i M a n u n g g a l