Download - PKL pkl fix
1
I
KEADAAN UMUM BBPTU-HPT BATURRADEN
1.1 Sejarah Pendirian BBPTU-HPT Baturraden
Pada tahun 1950 pemerintah daerah RI membangun peternakan di
Baturraden dan di resmikan oleh P.J.M. Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta
pada tanggal 22 Juli 1953 dengan nama Induk Taman Ternak Baturraden.
Pada tanggal 25 Mei 1978, terbit SK Mentan RI No.313/Kpts/Org/5/78,
tentang susunan organisasi dan tata kerja Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak Baturraden (BPTHMT), sebagai Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Peternakan.
Pada tanggal 24 Juli 2002, sesuai keputusan Menteri Pertanian RI Nomor
290 Tahun 2002, BPT-HMT berubah menjadi Bali Pembibitan Ternak Unggul
Sapi Perah (BPTU Sapi Perah) dan sampai diresmikan menjadi Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU Sapi Perah) tanggal 30 Desember
2003 sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian RI No.
68/KPTS/OT.140/12/2003.
Pada tanggal 24 Mei 2013 BBPTU Sapi Perah Baturraden berubah nama
menjadi Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
Baturraden (BBPTU HPT Baturraden) sesuai dengan permentan No.
55/Permentan/OT.140/5/2013.
1.2 Lokasi BBPTU-HPT Baturraden
Lokasi BBPTU-HPT Baturraden berada pada wilayah yang meliputi empat
area, yaitu: (a) area farm Tegalsari; (b) area farm Lipakuwus; (c) area farm
Munggangsari; (d) area farm Manggala. Keempat area tersebut berada di lereng
kaki gunung slamet sisi arah selatan. Area farm Tegalsari, Munggangsari dan
limpakuwus berada di dalam kawasan wisata Baturraden yang berjarak ± 15 km
ke arah utara dari Purwokerto, sedangkan area farm Manggala berjarak ± 30 km
ke arah barat dari kota Purwokerto.
2
Secara administratif area farm Tegalsari berada di wilayah desa Kemutug
Lor kecamatan Baturraden; area Munggangsari berada di wilayah desa
Karangsalam kecamatan Baturraden; area Limpakuwus berada di wilayah desa
Limpakuwus kecamatan Sumbang serta area Manggala berada di wilayah desa
Karangtengah kecamatan Cilongok dan desa Tumiyang kecamatan Pekuncen.
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden
memiliki keadaan iklim dengan temperatur berkisar 18-28°C, curah hujan berkisar
6000-9000 mm/tahun, serta kelembaban udara 70-80 % habitat yang cocok untuk
pengembangan sapi perah. BBPTU HPT Baturraden juga memiliki ketinggian
tempat: (a) farm Tegalsari sekitar 675 mdpl; (b) farm Limpakuwus sekitar 725
mdpl; (c) farm Munggangsari sekitar 700 mdpl; (d) farm Manggala sekitar 700
mdpl. Sedangkan jenis tanah yaitu andosol coklat kekuningan serta asosiasi
latosol dan regosol coklat dengan tekstur tanah lempung berpasir.
1.3 Sarana Fisik BBPTU-HPT Baturraden
Bangunan
Bangunan permanen yang meliputi :
1. Perkantoran dan fasilitasnya (mushola, ruang rapat, mass)
2. Ruang pengolahan susu UHT
3. Kamar susu
4. Laboratorium
Bangunan semi permanen yang meliputi:
1. Perkandangan ( laktasi freestall, laktasi individu, jantan freestall, jantan
individu, pedet, kering kandang, dan karantina)
2. Gudang peralatan
3. Gudang pakan (penyimpanan bahan pakan, penyimpanan silase)
4. Pengolahan limbah
5. Milking parlour
3
Sarana Gedung
BBPTU HPT Baturraden memiliki sarana dan prasarana yang penunjang
diantaranya:
Tabel 1 Sarana Gedung di BBPTU HPT Baturraden
No Jenis/kelompok Jumlah Lokasi
1. Gedung kantor 8
-Kemutug Lor
-Limpakuwus
-Manggala
2. Kandang 23
-Kemutug Lor
-Limpakuwus
-Manggala
Kapasitas kandang
1500 ekor
-Kemutug Lor
-Limpakuwus
-Manggala
4. Rumah dinas 61
-Kemutug Lor
-Limpakuwus
-Manggala-Karang Salam
Sumber : Data BBPTU-HPT Baturraden.
1.4 Tenaga Kerja
BBPTU HPT Baturraden memiliki pegawai berjumlah 169 orang dan
dibagi menurut jabatan fungsional sebagai berikut :
4
Tabel 2. Tenaga Kerja di BBPTU HPT Baturraden
No Jabatan Fungsional Orang
1 Wasbitnak Ahli 102 Wasbitnak Terampil 83 Medik Veteriner 84 Paramedik Veteriner 135 Wastukan Ahli 6
6 Analisis Kepegawaian 1
7 Fungsional Umum 112
Total 158Sumber : Data BBPTU HPT Baturraden
1.5 Keadaan Lingkungan
BBPTU HPT Baturraden memiliki tiga farm yang terletak di:
1. Farm Tegalsari
Farm ini terletak di kaki gunung Slamet, daerah dengan suasana yang
masih sangat asri dengan pepohonan yang rindang, suasana alam yang masih
segar dan bersih serta jauh dari keramaian. Terletak berdekatan dengan lokasi
wisata Baturraden.
Farm ini memiliki luas lahan sekitar 34,802 ha untuk perkantoran,
perumahan, kandang ternak, lapangan penggembalaan dan kebun rumput.
Lokasi Tegalsari merupakan pusat administrasi dan farm produksi.
2. Farm Limpakuwus
Farm ini tidak jauh dengan farm Tegalsari, terletak di kaki gunung Slamet
dengan suasana yang masih sangat asri dekat dengan perhutanan pinus,
suasana alam yang yang masih segar dan bersih serta jauh dari pemukiman
dan keramaian.
5
Farm ini mmiliki lahan seluas 96,787 ha untuk kandang ternak, kebun
rumput dan perumahan. Lokasi Limpakuwus merupakan main farm untuk
bibit sapi perah.
3. Farm Manggala
Farm ini terletak di daerah pegunungan dengan suasana yang masih sangat
asri, dikelilingi oleh perkebunan rumput suasana alam yang masih segar dan
bersih serta jauh dari keramaian.
Farm ini memiliki lahan seluas 100 ha untuk pengembangan pemeliharaan
ternak dengan Rearing System yang merupakan konsep dari animal wealfare.
4. Farm Munggangsari
Farm ini memiliki luas lahan 10,098 ha untuk perumahan dinas, taurus
home stay, dan pusat pelatihan.
1.6 Visi dan Misi BBPTU-HPT Baturraden
Visi
“Mewujudkan institusi yang profesional dalam menghasilkan bibit sapi
perah,kambing perah dan hijauan pakan ternak yang berkualitas, berdaya saing,
berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak.”
Misi
a. Mengembangkan pembibitan sapi perah, kambing perah nasional dan
hijauan pakan ternak, dengan melaksanakan kebijakan di bidang
pemeliharaan, produksi, pemuliaan, pengembangan, penyebaran, dan
pemasaran komoditas sapi perah, kambing perah dan hijauan pakan ternak.
b. Mengembangkan sumber daya manusia aparatur pelaku usaha, sarana dan
prasarana, Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan pelayanan prima serta
meningkatkan kesejahteraan peternak.
Motto
“ BIBIT BERKUALITAS SOLUSI CERDAS
6
1.7 Struktur Organisasi BBPTU-HPT Baturraden
Bagan 1. Struktur Organisasi BBPTU-HPT Baturraden
Sumber. BBPTU-HPT Baturraden
Kepala bagian umum
Kepala sub bagian kepegawaian dan tata usaha
Kepala sub bagian program dan keuangan
Kepala sub bagian rumah tangga dan perlengkapan
Kepala Balai Besar
Kepala seksi pelayanan
teknis
Kepala seksi prasarana dan sarana teknis
Kepala bagian pemasaran dan informasi
Kepala seksi pemasaran
Kepala seksi informasi
Koordinator pengawas bibit ternak
Koordinator medik/paramedik
veteriner
Koordinator pengawas mutu pakan
Kepala bidang pelayanan pembibitan dan hijauan pakan ternak
7
Keterangan :
Kepala balai : Ir. Ali Rahman, M.Si
Kabag Umum : Ir. Siti Bukaida
Kasubag program keuangan : Akhmad Marsudi, S.Pt
Kasubag kepeg dan TU : Untung Rohadi, B.Sc
Kasubag RT dan perlengkapan : Prawoko, SE
Kabid pembibitan dan HPT : Drh. Gigih Tri Pambudi, MM
Kasi pelayanan teknis : Sujatmiko, S.Pt
Kasi sarana dan prasarana teknis : Bagong Kusminandar, S.pt
Kabid pemasaran dan informasi : Ir. Basuki
Kasi pemasaran : Rudy Trianto, S.Pt
Kasi informasi : Hery Supriadi, S.Pt
Koor pengawas bibit ternak : Eko Siswanto, S.Pt
Koor medik/paramedik veteriner : Drh. Yulianti Wahyu Setyorini
Koor pengawas mutu pakan : Adi Suryanto, S.Pt
1.8 Bidang Usaha BBPTU-HPT Baturraden
1. Produksi dan pemasaran bibit sapi perah unggul
2. Pusat database sapi perah nasional
3. Pemuliaan bibit sapi perah unggul
4. Budidaya bibit sapi perah unggul Pusat informasi dan konsultasi usaha
sapi perah
8
IIMANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI DARA DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN
TERNAK (SAPI PERAH) BATURRADENOleh:
MOHAMAD FADILA
200110120052
2.1 AbstrakPraktek Kerja Lapangan dilaksanakan di BBPTU-HPT (Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Pakan Ternak) sapi perah Baturraden, Purwokerto mulai dari tanggal 12 Januari sampai 6 Februari 2015. Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk mengetahui tatalaksana pemberian pakan pada sapi perah fase dara, dan kandungan nutrisi hijauan dan evaluasi kebutuhan nutrisi pada sapi dara. Pengumpulan data ini menggunakan metode observasi langsung ke lapangan yaitu dengan mengikuti segala kegiatan rutin yang dilaksanakan di Peternakan tersebut, melakukan pengamatan, wawancara dengan pekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut, mengikuti semua kegiatan dengan ikut bekerja didalamnya serta melakukan pencatatan. Berdasarkan hasil pengamatan pemberian pakan pada sapi dara di BBPTU-HPT baturraden menggunakan sistem flat atau dengan cara diberikan secara merata kepada setiap sapi, serta pakan yang diberikan memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sapi dara.
Kata kunci : Sapi Dara, tatalaksana pemberian pakan, Kandungan Nutrisi, Hijauan dan Konsentrat.
2.2 Pendahuluan
Manajemen merupakan salah satu faktor dari tiga komponen utama
peternakan selain bibit dan pakan. Manajemen mencakup beberapa bagian dan
salah satu bagian dari manajemen adalah manajemen pakan. Manajemen pakan
merupakan salah satu usaha pengaturan dan pengelolaan pakan yang diberikan
pada ternak agar efektif dan efisien sehingga ternak bisa memiliki produksi yang
optimum.
Sapi perah berdasarkan tingkat umur dibedakan menjadi beberapa
tingkatan yaitu salah satunya sapi dara. Sapi dara merupakan sapi yang berumur
antara lepas sapih sampai dengan bunting. Manajemen pakan pada sapi dara
sangatlah penting karena jika tidak sesuai maka akan berakibat sapi telat untuk
9
mencapai dewasa tubuh sehingga proses IB untuk mendapat kebuntingan bisa
memakan waktu yang lama. Berdasarkan hal tersebut makan pembahasan
mengenai manajemen pakan akan dibahas lebih mendalam terhadap upaya-upaya
yang dilakukan dalam manajemen pakan untuk mendapatkan tingkat dewasa
tubuh yang sesuai.
2.3 Tujuan
1. Mengetahui Kandungan protein ransum yang diberikan pada sapi dara di
BBPTU-HPT (SP)
2. Mengetahui tatalaksana pemberian pakan yang dilaksanakan di BBPTU-
HPT (SP) Baturraden
3. Mengetahui apakah nutrisi pakan sapi dara yang diberikan di BBPTU-HPT
sudah sesuai dengan kebutuhan sapi dara yang ada disana.
2.4 Metode Pengamatan
Metode pengamatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan di
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Dan Hijauan Pakan Ternak (BBTU-HPT),
Baturraden adalah :
1. Partisipasi (Participant Observation), yaitu pengamatan yang dilakukan di
lapangan (Farm).
2. Pengambilan data (Collecting Data) , yaitu pengambilan data yang sesuai
dengan objek yang diamati sesuai dengan ijin dari pengawas dan kepala
yang ada di BBPTU-HPT Baturraden
3. Wawancara mendalam (Indepth Interview) yaitu diskusi yang dilakukan
dengan pihak-pihak terkait meliput Kepala Unit, pengawas lapangan, dan
anak kandang yang ada di BBPTU-HPT Baturraden.
10
2.5 Hasil Pengamatan dan Pembahasan
2.5.1 Sapi Dara yang Diamati
Tabel 3. Daftar Sapi yang Diamati
No
Nomor
SapiTgl Lahir
BBL
(kg)
berat badan (kg) PBB(kg) sex
25-Des-14 25-Jan-15
1 5260 03/06/2014 37 163 179 0,53
3Betin
a
2 2262 20/06/2014 39 168 177 0,3 Betin
a
3 2249 15/05/2014 30 158 174 0,53
3Betin
a
4 2255 31/05/2014 39 164 172 0,26
7Betin
a
5 2252 27/05/2014 28 157 171 0,46
7Betin
a
6 2247 15/05/2014 41 161 176 0,5 Betin
a
7 2260 12/06/2014 51 164 174 0,33
3Betin
a
8 2264 22/06/2014 43 170 180 0,33
3Betin
arata-rata 38,5 163 175,4 0,41
Sumber: Database BBPTU 2015
Keterangan : BBL= Berat Badan LahirPBB= Pertambahan Bobot Badan
Populasi sapi dara yang ada di BBPTU-HPT farm Manggala pada awal
Januari ada 254 ekor. Sapi tersebut terdiri dari berbagai tingkatan umur dari umur
sapi 6 bulan sampai sapi 15 bulan.
Pengamatan dilakukan terhadap 8 ekor sapi seperti yang tertera dalam
Tabel 3 yang berumur antara 6 dan 8 bulan. Bobot rata-rata keseluruhan pada
saat diamati yaitu 169 kg dengan PBB harian 0,41 kg.
2.5.2 Pakan Hijauan
11
Hijauan yang digunakan sebagai pakan di BBPTU-HPT Baturraden adalah
Rumput Raja atau king grass. Rumput raja merupakan jenis rumput yang berdiri
tegak berumpun-rumpun ketinggian dapat mencapai lebih kurang 4m , batang
tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada helaian
daun dekat ligula (Rukmana, 2005). Produksi hijauan di farm manggala adalah 6
kg per meter persegi atau 60 ton per hektar dan untuk pemngkasan rumputnya
sendiri di lakukan pada umur 60 hari.
Pemberian pakan hijauan di farm Manggala diberikan dengan cara sistem
flat atau dengan kata lain hijauan ditaburkan secara merata pada tiap-tiap pinggir
kandang. Hijauan diberikan sebanyak 7 ton atau 7000 kg.
Pembagian konsentrat per ekor = jumlahhijauan keseluruhan
jumlah populasi yangada di kandang
= 7000 kg254 ekor
= 27 kg/ekor
Berdasarkan perhitungan diatas bahwa rata-rata individu di kandang
freestall sapi dara farm Manggala mendapat 27 kg hijauan.
Setelah dilakuakan pengamatan selama tujuh hari terhadap 8 ekor sapi
diatas ternyata di temukan bahwa dari rata-rata 27 kg hijauan yang diberikan
hanya sekitar 15 kg saja yang dimakan oleh setiap ternaknya dan untuk lebihnya
diberikan pada sapi yang bobot badannya lebih besar.
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Rumput Raja (king grass)
Jenis Rumput Kandungan zat makanan (%)
Pk Lemak NDF Abu Ca P
Rumput Raja 13,5 3,5 59,7 18,6 0,37 0,35
(Agus, 2008)
12
2.5.3 Pakan Konsentrat
Konsentrat yang digunakan di BBPTU-HPT Baturraden adalah konsentrat
hasil produksi sendiri, sedangkan untuk bahan baku pakan BBPTU-HPT
melakukan lelang tender sebagai penyedia bahan baku pakan selama satu tahun.
Pengiriman bahan baku pakan oleh pemenang tender dilakukan 3 bulan sekali.
Produksi Konsentrat berpusat di farm Tegalsari yang hasil produksinya dikirim ke
farm Manggala dan farm Limpakuwus. Produksi konsentrat dilakukan setiap hari
dimulai dari pukul 04.00 – 12.00 wib dengan total produksi sekitar 4-6 ton perhari
tergantung dengan keperluan konsumsi sapi yang ada di farm. Mesin yang
digunakan untuk membuat konsentrat adalah mesin mixer dengan kapasitas 500
kg/produksi. Bahan baku pakan yang digunakan di BBPTU-HPT ada 8 macam
yaitu bungkil kelapa, bungkil kedelai, pollard, mineral, CGF (Corn Gluten Feed),
onggok ,dolomit, dan CGM (Corn Gluten Meal). Produksi konsentrat BBPTU-
HPT memiliki 4 formulasi konsentrat yang terdiri dari F1, F2, pedet, dan calf
starter (CS).
Tabel 5. Formulasi Pakan Sapi Perah BBPTU-HPT Baturraden
No Jenis Bahan F1 F2 Pedet Calf Starter% Kg % kg % kg % kg
1 Bkl Kelapa 21 105 19 95 23 115 10 552 Bkl Kedelai 4 20 0 0 5 25 20 1053 Pollard 30 150 29 145 30 150 35 1504 Mineral 2 10 2 10 2 10 2 105 CGF 26 130 22 110 25 125 20 1056 Onggok 15 75 28 140 10 50 0 757 CGM 2 10 0 0 5 25 10 08 Dolomit 0,25 1,25 0,25 1,25 0,25 1,25 0,25 1,25
JUMLAH 100 500 100 500 100 500 97 486,25Sumber: BBPTU-HPT Baturraden, 2015
Pembuatan konsentrat mengacu kepada jumlah total ransum 500 kg
sehingga bisa dihitung jumlah kg per bahan konsentrat, hal ini karena disebabkan
13
oleh kapasitas mixernya. Konsentrat yang digunakan sebagai pakan sapi dara
adalah
konsentrat F2.
Tabel 6. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan BBPTU-HPT Baturraden
Sumber: BBPTU-HPT Baturraden, 2015
Tabel 7. Kandungan Nutrisi Konsentrat F2
Konsentrat PK(%) SK(%) LK(%) TDN(%) Ca(%) P(%)----------------------------- (%) ---------------------------------
F2 14,61 9,67 5,5 56,79 0,62 0,86
Pembagian konsentrat per ekor = jumlahkonsentrat keseluruhan
jumlah populasi yangada di kandang
No Bahan PakanJumlah Nutrisi Bahan Pakan dalam Ransum
BK PK SK LK TDN Ca P
----------------------------- (%) -------------------------
1 Bkl. Kelapa 87,5 21,10 15,95 2,67 69,48 0,11 0,482 Bkl. Kedelai 89,09 53,06 3,06 1,02 95,92 0,0 1,023 Pollard 89 18,54 11,52 3,09 85,95 0,0 1,124 Mineral 100 0,0 0,0 0,0 0,0 30 45 CGF 95,02 20,68 12,62 7,29 83,56 0,0 1,376 Onggok 79,8 2,4 1,87 8,9 1 78,3 0,227 CGM 92,16 30,03 3,41 10,43 90 0,0 0,0
14
= 700 kg
254 ekor
= 2,7 kg/ekor
Sapi dara yang berada di farm Manggala setiap harinya diberi konsentrat
sebanyak 700 kg. Hasil dari perhitungan diatas maka didapat bahwa konsentrat
untuk setiap sapinya mendapat 2,7 kg. Tetapi setelah diamati untuk 8 ekor sapi
yang ada pada Tabel 3 diatas feed intake konsentrat tidak sampai 2,7 kg hanya
sekitar 2,2 kg dan untuk sisanya diberikan pada sapi yang lebih besar bobot
badannya.
2.5.4 Tatalaksana Pemberian Pakan
Pemberian pakan sapi dara di BBPTU-HPT farm Manggala tidak
dibedakan berdasarkan tingkat umur. Semua sapi dara diberi pakan yang sama
secara merata. Di BBPTU-HPT farm Manggala sapi dara dipelihara di kandang
freestall dan ada juga yang digembalakan di lahan penggembalaan. Tahapan
pemberian pakan yang di kangdang freestall adalah sebagai berikut; pertama,
rumput segar dipangkas dari lahan kemudian rumput hasil pangkas disimpan
selama satu hari agar kandungan air dalam rumput berkurang sehingga dapat
memperkecil terjadinya bloat pada sapi. Kedua, rumput yang telah dipangkas
pada hari sebelumnya dicacah menggunakan mesin chopper menjadi ukuran yang
lebih kecil. Ketiga, rumput hasil penchopperan diberikan pada ternak secara
merata dengan sistem flat atau dengan kata lain semua ternak mendapat bagian
yang rata. Untuk konsentrat sendiri setelah hijauan disebar secara merata
konsentrat ditaburkan secara merata diatas hijauan. Karena menggunakan sistem
flat maka sapi yang berumur muda akan menyisakan pakan yang banyak, oleh
sebab itu maka sisa pakan dari sapi muda di sebar kembali pada dapi dara yang
15
lebih dewasa agar tidak adak pakan yang terbuang dan sapi bisa makan sesuai
dengan kebutuhannya.
Selain dengan pemberian pakan di kandang sapi dara di farm Manggala ini
setiap
dua
hari
sekali
dilepaskan secara bergiliran ke lahan penggembalaan. Untuk sapi dara yang
berumur sekitar 12-15 bulan atau sapi bunting dilepaskan selama 2 hari di ladang
penggembalaan.
Pemberian pakan konsentrat dilakukan 2 kali yaitu sekitar pukul 07.00 wib
sebelum diberi hijauan dan pukul 14.00 wib, sedangkan hijauan diberikan sehari
satu kali, untuk waktu pemberiannya bergantung pada selesainya proses
penchopperan.
2.5.5 Evaluasi Kecukupan Nutrisi
Di BBPTU-HPT perbandingan hijauan dan konsentrat yang diberikan
yaitu 60 % hijauan dan 40% konsentrat. Sapi dara yang diamati ada 8 ekor
dengan berat badan rata-rata pada pertengahan Januari seberat 169 kg dan
pertambahan bobot badan harian 0,41 kg per hari. Kebutuhan nutrisi untuk ternak
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Kebutuhan Nutrien Sapi Dara
Sumber: Kearl, 1982
BB Pbb (kg) bk (kg) Potein (g) TDN (kg) Ca (g) P (g)
1500,25 4 414 1,9 13 110,5 4,2 513 2,3 14 12
0,41 4 447,4 2 14,7 9,6
2000,25 4,9 492 2,3 10 100,5 5,6 577 2,8 14 13
0,41 4,9 523,7 2,6 14,2 10,9169 0,41 4,4 476,4 2,3 14,4 10,1
16
Tabel kebutuhan nutrisi diatas didasarkan pada tabel kebutuhan Nutrisi
yang dikeluarkan oleh Kearl 1982. Selanjutnya data dari tabel kearl diinterpolasi
untuk mendapatkan kebutuhan bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
Berdasarkan hasil interpolasi didapatkan bahwa kebutuhan pakan untuk
sapi dengan rata-rata bobot 169 dan pbb 0,41kg/hari adalah sebagai berikut:
TDN = 2,34,4 x 100% = 52,27%
Protein = 0,4764
4,4 x 100% = 10,82%
Ca = 0,0144
4,4 x 100% = 0,327%
P = 0,0101
4,4 x 100% = 0,23 %
Tabel 9. Evaluasi Kebutuhan Nutrisi Pakan
BK Protein TDN Ca P------------------------%---------------------
Nutrien dalam Ransum 5 13,94 58,54 0,47 0,55Kebutuhan nutrien ternak 4,4 10,82 52,27 0,327 0,23Kecukupan Nutrien +0,6 +3,12 +6,27 +0,153 +32
Berdasarkan Tabel 9 maka dapat disimpulkan bahwa pakan yang diberikan
di BBPTU-HPT sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ternak walaupun dari
segi protein masih kurang 0,28% tetapi untuk keperluan nutrisi yang lain sudah
mencukupi bahkan melebihi dari kebutuhan ternak.
2.6 Kesimpulan dan Saran
2.6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahansan diatas maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kandungan protein ransum yang diberikan pada dara di BBPTU HPT
Baturraden adalah 13,94%.
17
2. Tatalaksana pemberian pakan di BBPTU-HPT adalah peratama rumput di
pangkas dan didiamkan selama 1 hari kemudian dicacah menggunakan
mesin chopper yang selanjutnya diberikan pada ternak secara merata
dengan sistem flat dalam keadaan segar dan untuk konsentrat
pemberiannya ditaburkan diatas hijauan secara merata.
3. Berdasarkan hasil evaluasi ransum maka pakan yang diberikan di BBPTU-
HPT sudah sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh sapi
dara hal ini di tunjukan dengan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak
terpenuhi semuanya bahkan lebih.
2.6.2 Saran
1. Waktu pemberian pakan hijauan diusahakan sama setiap harinya agar
terjadi keteraturan dalam memberi pakan.
2. Sebaiknya dilakukan penghitungan sisa pakan pada kandang free stall
setiap hari guna mengetahui jumlah konsumsi pakan sapi perah.
2.7 Daftar Pustaka
Agus, A., 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Balain Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa. 2012. King Grass (Rumput Raja). www.bptu-sembawa.net/data/download//20130826143454.pdf (diakses pada tanggal 19 februari 20015)
Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Kearl, C Leonard. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants In Develoving Countries. Utah Agricultural Experiment Station Utah State University, Logan Utah
18
Khalil dan Suryahadi.1997. Pengawasan mutu dalam industri pakan ternak. Poultry Indonesia no. 213 Jakarta.
Rukmana, H Rahmat. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius , Yogyakarta.
19
III
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI PERAH PERIODE LAKTASI PADA KANDANG A DAN B DI BBPTU-HPT BATURRADEN
FARM TEGALSARIOleh:
NUGHRAHA FIRDINANSYAH
200110120060
3.1. Abstrak
Praktek Kerja lapangan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Pakan Ternak Baturraden pada tanggal 12 Januari – 6 Februari 2015 ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemberian pakan ternak sapi perah dengan melihat ketercukupan nutrisi pada ternak. Pengamatan dilakukan pada sapi-sapi laktasi yang ada di kandang A dan B. Manajemen pemberian pakan dimulai dari pendistribusian pakan ke seluruh kandang sekali dalam sehari. Dilanjutkan dengan pemberian pakan menggunakan metode Plating dan diberikan kepada ternak 3 kali pada jam 8 pagi, jam 1 siang dan jam 8.30 malam.
Kata kunci: pendistribusian pakan, pemberian pakan, nutrisi, metode platting.
3.2. Pendahuluan
Ternak sapi perah terutama pembibitan memerlukan asupan nutrisi yang
cukup untuk menghasilkan produksi susu yang tinggi. Kebutuhan nutrisi tersebut
berasal dari pakan yang berkualitas, bila tidak mendapat pakan yang cukup, baik
kualitas maupun jumlah, tidak akan dapat menghasilkan air susu sesuai
kemampuannya. Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan peternakan sapi perah dengan memperehatikan manajemen
pemberian pakan.
Seorang peternak sapi perah, perlu mengetahui tentang nilai gizi bahan
pakan yang biasa digunakan sapi perah, penyusunan ransum yang disesuaikan
dengan kebutuhan zat makanan sapi perah, harga dan tersedianya bahan pakan
yang terdapat dilokasi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.
Cara pemberian pakan yang salah, mengakibatkan penurunan produksi,
gangguan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Untuk mencegah
20
timbul kerugian, pemberian pakan harus diperhitungkan dengan cermat.
Pemberian pakan harus dilakukan secara efisien.
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-
HPT) yang fokus dalam pembibitan komoditas sapi perah menerapkan
manajemen pemberian pakan yang terkontrol dalam menghasilkan bibit-bibit yang
unggul. Bedasarkan dengan pentingnya manajemen pemberian pakan yang
menunjang lahirnya bibit sapi perah di BBPTU – HPT yang unggul maka
pengamatan dilakukan terhadap manajemen pemberian pakan pada sapi perah
periode laktasi di BBPTU - HPT Baturraden Farm Tegalsari.
3.3. Maksud dan Tujuan
Mengetahui manajemen pemberian pakan pada sapi perah periode laktasi di
BBPTU – HPT Baturraden Farm Tegalsari.
3.4. Metode Pengamatan
Metode pengamatan yang dilakukan dalam pengamatan ini melalui:
1) Pengamatan Langsung yang dilakukan dari tanggal 12 Januari – 6
Februari 2015 dengan mencatat data yang diperlukan dilapangan.
2) Wawancara dan diskusi dengan narasumber terkait baik pengawas
ternak maupun pekerja lapangan harian.
3) Studi literatur sebagai bahan perbandingan antara teori dengan fakta di
lapangan.
21
3.5. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Manajemen pemberian pakan yang diterapkan di BBPTU – HPT Baturraden
Farm Tegalsari disesuaikan dengan umur ternak yang di bagi ke dalam berbagai
kandang dari mulai pedet baru lahir sampai dengan kandang sapi dewasa tua.
Sedangkan untuk sapi periode laktasi ditempatkan di kandang-kandang yang
berdekatan sebagai upaya mempermudah dalam menejemen pemerahan.
Zat makanan pada sapi perah digunakan untuk hidup pokok, pertumbuhan
janin di dalam kandungan dan produksi air susu. Jika ingin mendapat bibit yang
baik dan produksi air susu yang tinggi, baik jumlah dan mutunya, maka pakan
diberikan dalam jumlah yang cukup dan bermutu. Parakkasi (1999) menyatakan
bahwa, salah satu yang mempengaruhi konsumsi adalah kualitas pakan, pakan
yang berkualitas baik mempunyai tingkat konsumsi relatif tinggi dibanding pakan
yang berkualitas rendah.
Miller (1979) menjelaskan bahwa, nutrien dibutuhkan ternak untuk: 1)
Pemenuhan kebutuhan hidup pokok (maintenance), 2) Pertumbuhan atau
penggemukan badan, 3) Sintesis dan sekresi susu, dan 4) Bekerja atau
mengerjakan sesuatu yang melebihi normal. Kebutuhan energi pada sapi perah
laktasi ditentukan oleh kebutuhan untuk hidup pokok yang dipengaruhi oleh berat
badan, sedangkan kebutuhan untuk produksi susu dipengaruhi oleh banyaknya
susu yang disekresikan dan kadar lemak yang terkandung di dalam susu (Bath et
al., 1985).
3.5.1 Hijauan
Pakan hijauan yang diberikan pada ternak diberikan berupa rumput-
rumputan sebagai bahan pakan utama ternak dan leguminosa sebagai hijauan
pakan ternak tambahan yang memiliki kandungan protein lebih tinggi.
Rumput yang digunakan di BBPTU – HPT Farm Tegalsari adalah rumput
raja. Meskipun ada pasokan rumput lainnya yaitu rumput gajah yang datang dari
Farm Limpakuwus, akan tetapi rumput raja merupakan hijauan pakan utama yang
diberikan dan dibudidayakan di Farm Tegalsari.
22
Tabel 10. Hijauan Pakan Ternak Koleksi BBPTU – HPT Baturraden Farm
Tegalsari
Jenis Nama LatinRumput Setaria Setaria ancepsRumput Gajah Kerdil Pennisetum purpureum mot.Rumput Green Panix Green PanixRumput Mexico Euchalena MexicanaRumput Signal Brachiaria decumbensRumput Benggala Panicum maximumRumput Raja Pennisetum purpuroidesRumput Gajah Pennisetum purpureumTuri Sesbania grandifloraGamal Gliricidia maculataKaliandra Calliandra calothyrsusKacang Pintoe Arachis pintoi
Data Primer hasil pengamatan di BBPTU – HPT Baturraden Farm Tegalsari
3.5.2 Konsentrat
Bahan pakan konsentrat merupakan pakan mengandung serat kasar rendah
dan bersifat mudah dicerna, misalnya dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang
tanah, jagung, kedelai. Zat-zat makan yang tidak dapat dipenuhi oleh rumput dan
hijauan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sapi perah, dilengkapi oleh zat-
zat makanan yang berasal dari pakan konsentrat (Eriawan, 2010).
Konsentrat yang menjadi pakan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi ternak dalam pembuatannya, BBPTU - HPT melakukan secara mandiri
dengan mencampur semua bahan pakan sesuai dengan formulasi yang sudah
ditetapkan. Formulasi tersebut memiliki perbedaan berdasarkan umur. Formulasi
dibagi menjadi calfstarter untuk sapi awal laktasi, Pedet unutk sapi pedet, F1
untuk sapi laktasi produksi tinggi dan F2 untuk sapi sapi laktasi produksi rendah.
23
Tabel 11. Formulasi Konsentrat Pakan Sapi Perah BBPTU – HPT Baturraden Farm Tegalsari
No. JenisBahan
FormulaF1 F2 PEDET Calf Starter
% Kg % Kg % Kg % Kg1 Bungkil
kelapa25 125 26 130 23 115 10 50
2 Bungkil kedelai
5 25 0 0 8 40 20 100
3 Pollard 30 150 33 165 30 150 35 1754 Mineral 2 10 2 10 2 10 2 105 Corn
Gluten Feed
22 110 19 95 22 110 20 100
6 Corn Gluten Meal
3 15 0 0 5 25 13 65
7 Onggok 13 65 20 100 10 50 0 0Jumlah 100 500 100 500 100 500 100 500
Sumber: Data base BBPTU – HPT Baturraden bulan januari
Tabel 12. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Konsentrat
No
.
Bahan Pakan BK PK SK LK TDN Ca P
(%)
1 Bungkil Kelapa 87,5 21,10 15,95 2,67 69,48 0,11 0,482 Bungkil Kedelai 89,09 53,06 3,06 1,02 95,92 0,0 1,023 Pollard 89 18,54 11,52 3,09 85,95 0,0 1,124 Mineral 100 0,0 0,0 0,0 0,0 30 45 Corn Gluten Feed 95,02 20,68 12,62 7,29 83,56 0,0 1,376 Onggok 79,8 2,4 1,87 8,9 1 78,3 0,227 Corn Gluten Meal 92,16 30,03 3,41 10,43 90 0,0 0,0
Sumber: BBPTU – HPT Baturraden, 2015
24
3.5.3 Penyusunan Pakan
Penyusunan atau pembuatan pakan dilakukan secara automatis dengan
wagoon mixer atau Total Mixed Ratio sebuah kendaraan yang fungsinya
mencampur antara hiajauan dengan konsentrat dengan prinsip mengaduk rata
antara hiajauan rumput dan konsentrat dengan perbandingan teretentu.
Penyusunan pakan sapi laktasi menurut Bekti (2010) terdiri atas berbagai
tahapan yaitu:
1. Menghitung kebutuhan seekor sapi terhadap bahan kering (BK), energi
(TDN=Total Digestible Nutrition), dan protein kasar (PK).
2. Menghitung ketersediaan BK, TDN dan PK dari hijauan (rumput dan
daun-daunan) yang akan diberikan pada ternak.
3. Menghitung kecukupan nutrisi dengan membandingkan kebutuhan ternak
dengan ketersediaan nutrisi yang ada pada hijauan. Sedangkan kekurangan
nutrisi akan diperoleh dari konsentrat.
4. Akhirnya dapat dihitung berapa kilogram hijauan konsentrat yang harus
diberikan kepada sapi perah.
3.5.4 Distribusi Pakan dan Pemberian Pakan
Pendistribusian pakan dilakukan sehari sekali pada pagi hari tepatnya pada
jam 8 pagi. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pagi
jam 8, siang hari jam 1 dan malam hari jam 8.30 WIB. Pemberian pakan dimulai
setelah pendistribusian pakan pada pagi hari sebanyak total jumlah pakan yang
diperlukan untuk satu hari.
25
Tabel 13. Kebutuhan pakan setiap kandang di Farm Tegalsari BBPTU – HPT
12 – 18 februari 2015
Kandang Jumlah sapi
Konsentrat HPT Legume *)(Kg/
Kandang/hari)
Jenis (Kg/kandang/
hari)
(Kg/kandang/hari)
A 33 8 F1 1980 125B 41 3 F2 2460 117
Sumber: data primer, *) data sekunder BBPTU - HPT
Pakan yang datang saat pertama kali pendistribusian langsung disimpan
pada bak pakan yang berbentuk memanjang (kandang individu tanpa sekat) pada
kandang sapi laktasi. Dimana pakan yang datang disimpan dilantai dekat dengan
dinding bak kandang.
Pada lokasi pengamatan di kandang A dan B pendistribusian dilakukan
dengan menggunakan kandi (keranjang). Kandi-kandi ini digunakan untuk
mengangkut pakan hasil olahan menggunakan mesin Total Mixed Ratio (TMR).
Mesin Total Mixed Ratio (TMR) berfungsi sebagai alat pencampur antara hijauan
dengan konsentrat dan mendistribusikan pakan ke berbagai kandang. Satu kandi
yang digunakan dalam pendistribusian pakan dapat menampung sekitar 20 kg
pakan.
Ketikan waktu pemberian pakan datang, bak pakan yang kosong kembali
diisi dengan pakan yang ada di bawah (luar kandang) bak pakan. Pakan tersebut
adalah jatah pakan untuk siang dan malam hari.
Sedangkan pakan kosentrat tidak diberi perlakuan khusus. Pemberiannya
langsung dicampur/ditabur di atas pakan hijauan. Kecuali pakan yang dibuat
dengan mesin Total Mixed Ratio (TMR) dimana hijauan telah tercampur merata
dengan konsentrat.
Metode pemberian pakan yang digunakan BBPTU – HPT Baturraden adalah
pemberian pakan secara Plating. Metode Plating merupakan metode dimana
26
pakan yang diberikan dihamparkan secara rata dilantai yang nantinya sapi bebas
memakan bagian mana saja.
Keuntungan dari metode Plating adalah mudahnya pemberian pakan saat
pendistribusian pakan tanpa harus membagi kesetiap individu ternak dengan porsi
dari masing-masing ternak mungkin berbeda. Akan tetapi ada kerugian yang
sangat terlihat yaitu saat sapi yang lebih agresif dari sapi lainnya akan memiliki
kesempatan makan lebih banyak. Tidak hanya itu metode Plating ini seringkali
menyisakan banyak pakan yang tersisa dari yang tidak termakan oleh ternak
maupun yang tercecer dilantai dan bak pakan.
Tabel 14. Data individu sapi laktasi dikandang A dan B bulan Januari 2015
No. Ear tag Penilaian Body Condition Score (BCS) Keterangan
Ke 1 Ke 2 Ke 3 Rata-rata BCS
Kandang A0693 3,50 3,50 3,49 3,50 0277 3,38 3,38 3,38 3,38 0644 3,50 3,50 3,50 3,50 0275 3,67 3,67 3,67 3,67 1892 3,63 3,63 3,63 3,63
Kandang B0611 3,50 3,50 3,50 3,50 0561 3,96 3,96 3,96 3,96 0326 2,88 2,88 2,88 2,88 1886 3,79 3,79 3,79 3,79 1912 3,75 3,75 3,75 3,75
Sumber: Database BBPTU – HPT Baturraden
Sapi-sapi periode laktasi di BBPTU – HPT dikandangkan tidak berdasarkan
umur atau periode laktasinya, melainkan berdasarkan produksi susu yang
dihasilkan. Sapi-sapi dengan produksi tinggi yang menghasilkan susu > 10
kg/hari ditempatkan pada kandang A dan kandang B dengan sapi-sapi yang
produksi susunya < 10 kg/hari, sedangkan sisanya sapi-sapi produksi rendah
ditempatkan di kandang Freestall.
27
Jika dilihat dari tabel diatas dapat terlihat hubungan antara nilai dari BCS
(Body Condition System) dengan manajemen pemberian pakan. Karena nilai BSC
yang tinggi menunjukan bahwa ternak tersebut mendapat asupan pakan yang baik.
Data menjelaskan rata-rata BCS pada kandang A memiliki nilai lebih besar yaitu
3,62 dari nilai BCS dari kandang B yaitu 3,58. Ini sejalan dengan produksi susu
yang ada dikandang A lebih besar dibanding dengan kandang B dimana adanya
hubungan antara bobot badan ternak dengan produksi susu ternak tersebut.
Meskipun terlihat baik pada penilaian BCS, manajemen pemberian pakan
yang dilakukan di BBPTU – HPT secara Platting menyebabkan pakan mengalami
pelayuan pada saat disimpan di luar dinding bak pakan (jatah pakan siang dan
malam) karena mengalami/tersinari matahari secara langsung yang membuat
pakan dapat menjadi lebih kering karena sebelumnya pakan sudah mendapatkan
perlakuan pelayuan satu hari sebelum diberikan pada ternak. Hal tersebut
seharusnya dapat dihindari karena dapat merusak atau mengurangi kandungan
nilai nutrisi yang ada pada pakan tersebut. Sehingga nantinya pertumbuhan bobot
badan akan lebih meningkat dan hasilnya adalah peningkatan mutu bibit dan
produksi susu.
3.5.5 Evaluasi Kecukupan Nutrisi
Evaluasi kecukupan nutrisi sapi perah BBPTU – HPT Baturraden dapat kita
lakukan dengan membandingkan antara nutrisi yang dibutuhkan dengan nutrisi
yang tersedia dalam pakan sehari-hari.
Pakan yang dignakan di BBPTU – HPT Baturraden adalah hijauan berupa
rumput raja dan konsentrat dengan jenis F1 dan F2 yang diperuntukan untuk sapi
laktasi.
Tabel 15. Kandungan Ketersediaan Nutrisi dalam PakanUraian BK
(Kg)PK (gr) Ca (gr) P (gr)
Kebutuhan *) 9.6 793 26 26Ketersediaan BK (%) PK (%) Ca (%) P (%)Rumput Raja **) 22.4 13.5 0.37 0.35
28
KonsentratF1 89.15 16.66 1.55 0.86F2 87.68 13.15 2.36 0.78
Sumber: BBPTU-HPT baturraden, 2015. *) Kearl, 1982. **) Siregar, 1994.
Pada kandungan kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan perkiraan data rataan
BCS ternak yang ada. Melihat data tersebut disertai pengamatan langsung, maka
diasumsikanlah bobot badan rata-rata sapi laktasi pada kandang A dan B berada
pada kisaran 500 kg. Selanjutnya dengan melihat data kebutuhan dan
ketersediaan nutrisi di atas, dilakukanlah perhitungan kecukupan nutrisi dengan
asumsi perbandingan antara hijauan dan kosentrat adalah 70% : 30%. Setelah
dilakukan perhitungan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 16. Kecukupan Nutrisi pada Pakan Kandang A
Uraian BK PK Ca P
(Kg)
Ketersediaan
Rumput raja 7.21 0.973 0.026 0.025
Konsentrat F1 3.96 0.574 0.053 0.029
Total 11.17 1.547 0.079 0.054
Kebutuhan 10.3 0.821 0.027 0.027
Kecukupan + + + +
Keterangan: (+) tercukupi (-) tidak tercukupi
Tabel 17. Kecukupan Nutrisi pada Pakan Kandang B
Uraian BK PK Ca P
(Kg)
Ketersediaan
Rumput raja 7.21 0.973 0.026 0.025
Konsentrat F2 2.7 0.355 0.063 0.021
29
Total 9.91 1.328 0.089 0.046
Kebutuhan 10.3 0.821 0.027 0.027
Kecukupan - + + +
Keterangan: (+) tercukupi (-) tidak tercukupi
Data tersebut menunjukan bahwa terdapat nutrisi yang tidak tercukupi.
Pada kandang A kebutuhan nutrisi telah terpenuhi. Sedangkan pada kandang B
terdapat 0,39 kg BK yang belum terpenuhi.
3.6. Kesimpulan dan saran
3.6.1 KesimpulanManajemen pemberian pakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul –
Hijauan Pakan Ternak Baturraden menggunakan metode plating dengan waktu
pemberian sebanyak tiga kali sehari pada jam 8 paagi, jam 1 siang dan jam 8.30
malam.
3.6.2 Saran
Manajemen pemberian pakan masih harus diperbaiki dalam hal
penerapannya masih ditemukan ketidak telitian baik seperti dalam pembuatan
pakan (berat, takaran, kebersihan), waktu pemberian yang harus diperbaiki dan
metode platting yang masih harus dievaluasi serta harus diperhatikan lagi
ketercukupan nutrisi pada pakan ternak.
Adapun untuk penyusunan laporan ini masih terdapat kelemahan yang perlu
diperbaiki baik dari data yang didapatkan maupun teori yang akan digunakan
sebagai pembanding.
3.8 Daftar Pustaka
Bath, D, L., F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. App;emen 1985. DairyCattle: Principles, Practices, Problems, Profits. 3rd edition. Lea andFebiger, Philadelphia. Pada Astuti, Andriyani. 2009. Pengaruh Penggunaan high Quality Feed Supplement Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Nutrien Sapi Perah Awal Laktasi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
30
Bekti, Eriawan. 2010. Pemberian Pakan Pada Sapi Perah. BPTP, Jawa Barat.
Miller, W. J. 1979. Dairy Cattle Feeding and Nutrition. Academic Press, New York, San Fransisco, London. Pada Astuti, Andriyani. 2009. Pengaruh Penggunaan high Quality Feed Supplement Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Nutrien Sapi Perah Awal Laktasi. UniversitasGajah Mada, Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. University Indonesia Press, Bogor.Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
31
IV
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEDET UMUR 0-2 BULAN
DI BBPTU-HPT (SP) BATURRADEN PURWOKERTO FARM
TEGALSARI KANDANG E2
Oleh :
INTAN MAULIDINA
200110120178
4.1 Abstrak
Laporan praktek kerja lapangan ini disusun berdasarkan rangkaian kegiatan serta pengamatan yang dilaksanakan pada tanggal 12 Januari – 06 Ferbuari 2015 di BBPTU-HPT (SP) Purwokerto Jawa Tengah. Kegiatan PKL ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengalaman, serta membandingkan hasil belajar atau teori dengan praktek langsung ke lapangan. Objek pengamatan yang dilakukan adalah pencacahan hijauan, tatalaksana pemeliharaan, pemberian pakan, manajemen kesehatan, serta sanitasi perkandangan. Berbagai macam kegiatan yang dilakukan di BBPTU-HPT purwokerto seperti pemberian pakan pada pedet yang baru lahir yaitu dengan diberi kolostrum langsung dari indukya 4 kali sehari sebanyak 2,5 liter/pemberian, setelah 7 hari pedet hanya diberikan susu 3 kali saja sebanyak 2 liter/pemberian, sedangkan pada umur >7 hari pedet hanya diberi susu 2 kali sehari sebanyak 2 liter/pemberian, dan selebihnya di beri hijauan berjenis King grass dan konsentrat.Kata Kunci : Pedet, Manajemen Pemberian Pakan
4.2 Pendahuluan
Sapi perah adalah sapi yang menghasilkan susu dalam jumlah besar,
biasanya sapi perah adalah subsektor utama dari peternakan. Tetapi bisa juga
diambil dagingnya hanya saja untuk jantan, betina dimanfaatkan diambil susunya
saja. Sapi perah yang ada di BBPTU-HPT Purwokerto adalah jenis FH (Friesian
Holstein). Sapi jenis FH ini banyak dipelihara karena dapat memproduksi susu
dalah jumlah besar dibandingkan jenis sapi yang lainnya.
Ciri-ciri dari sapi FH ini yaitu berwarna hitam dengan bercak putih, bulu
ekor dibagian ujungnya berwarna putih, jinak, serta mempunyai ambing yang
besar. Ada segitiga putih dikepalanya itu salah satu ciri dari sapi perah jenis FH.
32
Pada umumnya hampir tidak ada perbedaan dari segi kasat mata sapi FH jantan
dan betina, hanya saja perbedaan dari alat reproduksi dan betina mempunyai
ambing.
Untuk menjaga kualitas sapi perah yang baik, perlu di awal pemeliharaan
dengan pemberian pakan sesuai prosedur dan teratur agar menghasilkan kualitas
bibit sapi perah yang baik khususnya untuk berjenis kelamin betina. Selain
menghasilkan bibit yang baik, juga agar dapat memproduksi banyak susu dengan
kualitas yang baik. Agar menghasilkan pedet yang unggul dan berkualitas pertu
perawatan khusus, teliti, dan kecermatan. Pemeliharaan pedet hingga lepas sapih
adalah bagian yang sangat penting dilakukan. Kesalahan pemelihaaran pedet pada
umur hingga lepas sapih dapat menyebabkan pedet mati, sehingga perlu asupan
nutrisi yang baik.
BBPTU-HPT (SP) Purwokerto merupakan balai besar pembibitan yang
dikelola oleh pemerintah di bagian sapi perah, maka dari itu sangat diperhatikan
dalam pemeliharaan, pemberian pakan, serta kebersihan yang dilakukan di
peternakan tersebut. Pemeliharaan di BBPTU-HPT ini meliputi dari pedet baru
lahir hingga sapi dewasa. BBPTU-HPT dibagi menjadi 3 tempat yaitu Farm
Manggala (Rearing Unit), Farm Tegalsari, dan Farm Limpakuwus. Farm
Limpakuwus sangat steril sehingga hanya petugasnya saja yang ada di Farm
tersebut jarang sekali kunjungan ke Farm Limpakuwus karena sudah steril. Farm
Limpakuwus bertujuan untuk pembibitan yang lebih intens sehingga ternak
tersebut jarang terkena penyakit karena pemeliharaan yang sangat serius dan
peralatannya pun sudah canggih. Pengawasannya pun lebih baik dan tebih
terkendali karena untuk mendapatkan bibit yang unggul perlu pengawasan yang
lebih serius. Adapun pembibitan kambing perah yang baru di rintis di BBPTU-
HPT Baturraden ini tetapi masih tahap awal pemeliharaan, pembibitan tersebut
dilakukan di Farm limpakuwus.
4.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan ini yaitu :
33
- Mengetahui asupan nutrisi pemberian kolostrum dan susu untuk pedet
- Mengetahui asupan nutrisi pakan hijauan dan konsentrat
- Mengetahui perbandingan pakan dan susu untuk pedet apakah terpenuhi
atau tidak
4.4 Metode Pengamatan
Metode pengamatan yang dilakukan selama kegiatan praktek kerja
lapangan tersebut meliputi :
1. Mengikuti seluruh rancangan kegiatan yang ada di BBPTU-HPT (SP)
Purwokerto
2. Wawancara, yaitu dengan cara bertanya-tanya dengan petugas yang berada
di kandang, dan pengawas yang berada di setiap kegiatan.
3. Pengambilan data, yaitu pencatatan data tertentu sesuai dengan penelitian
yang dilakukan atas persetujuan pengawas, operator, dan kepala balai.
4.5 Hasil dan Pembahasan
4.5.1 Hasil
Pedet yang dipelihara di Farm Tegalsari kandang E2 berjumlah 33 ekor
dengan jantan 12 ekor dan betina 21 ekor. Tetapi pedet yang di jadikan sample
penelitian saya hanya 10 ekor, yaitu 4 ekor jantan, 5 ekor betina dan 1 ekor yang
baru lahir. Pedet yang dijadikan sample hanya 10 ekor agar penelitian lebih
terfokus dan lebih intens lagi. Berikut adalah pemberian pakan yang diberikan
pada pedet berupa kolostrum, susu, konsenstrat, dan hijauan.
34
Tabel 14. Kebutuhan hijauan, kolostrum, susu, dan konsentrat untuk pedet umur
0-2 bulan
Kel. UmurPopulasi pedet Kebutuhan Pakan
Jtn Btn Jml Susu Calfs Kons hijauan Clstrm
Ltr/h Kg/h Kg/h Kg/h Ltr/h
1-7 hari 1 - 1 - - 5
8-30 hari 3 7 10 50 2,5 20 25 -
31-60 hari 8 14 22 132 11 44 165 -
Jumlah 12 21 33 182 13,5 64 190 5
Sumber : BBPTU-HPT Baturraden
Populasi pedet kandang E2 berjumlah 33 ekor, kode warna untuk umur 1-7
hari belum dipasangkan eartag, untuk kelompok umur 8-30 hari menggunakan
eartag berwarna hijau, dan untuk kelompok umur 31-60 hari memakai eartag
berwarna kuning.
Tabel 15. Jadwal pemberian kolostrum
UmurJam Pemberian Kolostrum
06.00 10.00 15.00 20.00
1-3 hari I I I I
4-6 hari I I I
7 hari 1 1
CATATAN KASUS :
29 Januari-4 februari 2015
Jatah susu = 182 Liter/hari, Pagi = 91 Liter/hari, Sore = 91 Liter/hari
Pemberian kolostrum untuk pedet dilaksanakan 4 kali untuk umur 1-3 hari,
untuk 4-6 hari 3 kali pemberian, dan untuk umur 7 hari hanyak 2 kali pemberian.
35
Tabel 16. Formulasi konsentrat untuk pedet calf starter
No. Nama Bahan (%) Kg
1. Bu.ngkil kelapa 10% 50
2. Bungkil kedelai 20% 100
3. Pollard 35% 175
4. Mineral 2% 10
5. CGF 20% 100
6. CGM 13% 65
7. Onggok 0% 0
8. Dolomit 0,25% 1,25
jml 100% 501,25
Sumber : BBPTU-HPT Baturraden
Konsentrat diberikan dengan formulasi CS setiap hari untuk pedet umur 8-
60 hari. Pemberian konsentrat bertujuan untuk memenuhi nutrisi pedet tersebut
dan juga agar pedet tersebut bisa mengunyah makanan.
Tabel 17. Kandungan Rumput Raja
Jenis Rumput Kandungan zat makanan (%)
Pk Lemak NDF Abu Ca P
Rumput Raja 13,5 3,5 59,7 18,6 0,37 0,35
(Agus, 2008)
Hijauan yang diberikan untuk pedet kandang E2 sama dengan sapi dewasa
dan dara yaitu berjenis King grass. Hijauan diberikan hanya untuk kelompok
umur 8-60 hari. Untuk kelompok umur 1-7 hari hanya diberikan colostrum saja
karena dengan pemberian kolostrum banyak terkandung nutrien yang bisa
memenuhi kebutuhan pedet tersebut. Sehingga pemberian hijauan hanya
diberikan untuk kelompok umur 8-60 hari.
36
Tabel 18. Data Populasi Pedet Farm Tegalsari Kandang E2 yang dijadikan Sample
Penelitian
No
.
No. Tag Tgl. Lahir BBL BBA SEX KET
1. Jt.700 04-12-14 38 81 Jantan Kd.E2
2. Jt.701 12-12-14 39 75 Jantan Kd.E2
3. Jt.702 13-12-14 47 69 Jantan Kd.E2
4. Jt.703 16-12-14 46 73 Jantan Kd.E2
5 2316 04-12-14 42 85 Betina Kd.E2
6. 2317 05-12-14 47 79 Betina Kd.E2
7. 2318 06-12-14 47 79 Betina Kd.E2
8. 2319 06-12-14 48 73 Betina Kd.E2
9. 2320 20-12-14 43 75 Betina Kd.E2
10. Barulahir 05-02-15 45 45 Jantan Kd.E2
Sumber : BBPTU-HPT Barurraden Purwokerto
Keterangan :
BBA : Bobot badan saat lahir
BBA : Bobot badan saat akhir penelitian selama 2 minggu terakhir
4.5.2 Pembahasan
4.5.2.1 Sanitasi Perkandangan
Sebelum dilaksanakannya pemberian pakan pada pedet ini, kandang pedet
dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa pakan dan kotoran agar tidak
tercemarnya sumber penyakit dari kotoran pedet tersebut. Kandang pedet diberi
desinfektan agar terhindar dari bakteri pathogen. Setelah pembersihan dilakukan
maka pemberian pakan berupa kolostrum terlebih dahulu untuk pedet yang baru
lahir, selanjutnya untuk pedet umur >7 hari-2 bulan.
37
4.5.2.2 Tatalaksana pemeliharaan
Tatalaksana pemeliharaan pedet seperti mendata populasi pedet tersebut
setiap minggunya untuk dijadikan data dan laporan. Selain pendataan populasi
pedet adapun pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dengan memberikan
vitamin untuk pedet dan juga pemotongan kuku serta tanduk untuk pedet.
Populasi pedet yang di jadikan sample penelitian ada di Tabel 18.
4.5.2.3 Penyediaan Hijauan Pakan Ternak
Penyediaaan hijauan untuk pedet sama saja dengan sapi lainnya yaitu
berjenis King grass. Pencacahan dilakukan pukul 04.00 pagi, ukuran partikel
hijauan tersebut yaitu sekitar 3-5 cm dengan menggunakan mesin Chopper.
4.5.2.4 Manajemen Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan untuk pedet yaitu dengan memberikan obat cacing
pada pedet. Dan juga banyak pedet yang terkena penyakit diare, penyakit tersebut
diakibatkan pemberian susu yang kurang steril dan juga kandang yang kotor
sehingga bakteri cepat berkembang dan pedet tersebut terkena diare. Pemeriksaan
kesehatan tidak setiap hari dilakukan biasanya seminggu hanya 2 kali
pemeriksaan.
4.5.2.5 Pemberian Pakan Pedet
a. Pemberian kolostrum
Pemberian kolostrum sangat penting untuk pedet yang baru lahir, di BBPTU-
HPT Purwokerto pemberian kolostrum untuk pertama kali sekitar 2 jam setelah
pedet dilahirkan. Cara pemberian kolostrum menggunakan ambing buatan yang
terbuat dari karet, tetapi jika pedet belum bisa menghisap bisa dengan cara
menggunakan tangan kita sendiri dengan dimasukan kedalam mulut pedet.
Kolostrum diberikan sekitar 2,5 liter dan sebaiknya kolostrum yang diberikan
harus habis. Pemberian kolostrum untuk pedet yang baru lahir yaitu 4x, pedet
yang baru lahir membutuhkan asupan nutrisi yang banyak karena terdapat nilai-
nilai gizi yang baik di dalam kolostrum. Menurut Williamson dan Payne(1993)
Kolostrum banyak mengandung vitamin dan mineral dan agak lebih bersifat
pencahar dan membantu membersihkan intestinum pedet dari kotoran yang
38
bergumpalan. Juga mengandung antibiotic yang dibutuhkann oleh pedet yang baru
lahir. Kolostrum merupakan cairan kuning yang dikeluarkan oleh induk laktasi
yang mengandung zat-zat immunoglobin dan zat antimikrobial.
Kolostrum sangat penting bagi pedet yang baru saja lahir,karena:
• Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6 kali lebih banyak kandungan
proteinnya, 100 kali untuk vitamin A dan 3 kali lebih kaya akan mineral
dibanding air susu normal.
• Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan
pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
• Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare.
• Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk
protein.
• Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru
lahir dari penyakit infeksi.
• Kolostrum dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus
pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Pedet yang berumur 9-60 hari pun masih diberikan susu agar memenuhi
kebutuhan nutrisi pedet tersebut, hanya saja pemberian susu tidak sebanyak yang
diberikan pada pedet yang baru lahir, sekitar 5 liter/hari untuk 2 kali pemberian
pagi dan siang hari. Pemberian susu pada pagi hari sekitar pukul 06.00 dan siang
hari pukul 14.00.
b. CMR (Calving milk replacer) pengganti air susu
Di BBPTU-HPT tidak ada pengganti air susu untuk pedet, sehingga pedet
yang baru lahir maupun yang sudah usia 1-2 bulan pedet hanya minum susu sapi
tidak ada pengganti yang lain selain diberi vitamin. Maka asupan nutrisi pedet
hanya dari susu saja.
c. Pemberian Konsentrat dan Hijauan pedet
Pemberian konsentrat di BBPTU-HPT, konsentrat pedet diberikan sekitar 0,25
kg/ekor untuk umur 1 bulan dan umur 2 bulan diberikan 0,5 kg/ekor setiap
39
harinya karena penggunan konsentrat hanya untuk melatih mengunyah agar bisa
mencerna serat kasar. Formulasi konsentrat pedet berbeda dengan sapi dewasa
sehingga protein yang terdapat pada konsentrat pedet lebih banyak. Konsentrat
diberikan saat setelah pemberian susu selesai sekitar pukul 07.00. kadangkala
konsentrat yang diberikan tidak selalu habis. Formulasi konsentrat yang diberikan
yaitu terdapat pada Tabel 16. Menurut Jasper dan Weary (2002) kualitas yang
baik untuk calf starter dengan palatabilitas yang tinggi harus diberikan selama
minggu pertama pada awal pedet dilahirkan. Calf starter terbaik yaitu yang
mengandung energi tinggi dan mengandung 18 persen protein kasar. Untuk
mendorong asupan nutrisi, calf starter atau konsentrat pedet harus berbentuk
gilingan kasar, retak, atau gulungan butiran-butiran. Pemberian molases (sampai
5 persen dari campuran) dapat meningkatkan palatabilitas pedet tersebut. Serta
tidak adanya kontaminasi di dalam pakan. Seluruh biji-bijian, khususnya
gandum, bisa diberikan sebagai pakan sampai umur 3 bulan. Calf starter harus
diberikan sebagai makanan pedet sampai sekitar umur 12 minggu. Pengambilan
harus dibatasi untuk 3 sampai 5 pon tiap pedet untuk setiap harinya. Selain
pemberian konsentrat pedet, di BBPTU-HPT diberikan juga hijauan yang telah di
cacah sebelumnya agar ketika pedet tersebut lepas sapih tidak begitu kaget.
Pemberian hijauan tidak banyak hanya sekitar 2,5 kg per ekor dan untuk umur
31-60 diberikan lebih banyak yaitu sebanyak 7,5 kg/ekor. Pemberian hijauan
untuk pedet hampir sama dengan pemberian konsentrat yaitu untuk belajar
mengunyah. Tetapi pakan utama pedet yaitu berupa susu dan kolostrum, hanya
saja pemberian konsentrat pedet dan hijauan hanya selingan saja. Begitupun
hijauan, hijauan yang di berikan pada pedet juga tidak selalu habis, mungkin pedet
belum terbiasa diberikan hijauan. Hijauan yang diberikan pada pedet sama
dengan sapi dara dan dewasa yaitu jenis King Grass atau biasa disebut Rumput
Raja.
4.6. Kesimpulan dan Saran
4.6.1. Kesimpulan
40
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitan yang dilakukan selama 25
hari kerja, pemberian pakan di BBPTU-HPT Purwokerto dapat disimpulkan
bahwa manajemen pemberian pakan dapat dikatakan baik, karena pemberian yang
sesuai prosedur tahap demi tahap nya.
- Pemberian kolostrum di kandang E2 dengan perbandingan teori sudah
memenuhi kriteria yaitu pemberian sesuai dengan apa yang telah diajarkan
yaitu pemberian 4 kali sehari, karena dengan pemberian kolostrum 4 kali
sehari dapat memenuhi asupan nutrisi pedet tersebut. Kolostrum
mengandung banyak mengandung vitamin dan mineral dan juga
mengandung energi, protein dan vitamin A sehingga bagus untuk pedet
yang baru lahir karena mengandung zat nutrient yang baik untuk pedet.
- Pemberian Hijauan dan Konsentrat untuk pedet juga sudah memenuhi
asupan nutrisi pedet tersebut karena pemberian konsentrat dan hijauan
diberikan pada seminggu setelah pedet dilahirkan. Penggunaan hijauan
dan konsentratnya pun sudah memenuhi standar yang dianjurkan.
- asupan gizi untuk pedet dengan pemberian kolostrum, susu, hijauan dan
konsentrat sudah memenuhi asupan nutrisi pedet tersebut, sehingga apa
yang ada diperkuliahan dengan kenyataan dilapangan sudah terpenuhi.
Karena pemberian yang sesuai dengan standard yang diberikan untuk
pedet tersebut.
4.6.2. Saran
Saran untuk manajemen pemberian pakan yang ada di BBPTU-HPT Farm
Tegalsari, seperti sebelum kandang beres di bersihkan sebaiknya pakan jangan
dulu diberikan sampai sebelum kandang beres di bersihkan. Agar kotoran dari
pedet tersebut tidak tercampur dengan pakan yang akan diberikan. dan seharusnya
pemberian pakan pada pedet harus intens dan steril agar bibit yang dihasilkan
baik. Namun selebihnya manajemen yang ada di BBPTU-HPT dapatdikatakan
baik.
41
4.7 Daftar Pustaka
Agus, A., 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Bagian Nutrisi danMakanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta
Jasper, J and Weary, D. M. 2002. Effects of Ad Libitum Milk Intake on DairyCalves. Animal Welfare Program, Faculty of Agricultural Sciences,University of British Columbia, Vancouver V6T 1Z4, Canada.
Williamson, G dan W.J.A. Payne., 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
42
V
TATA LAKSANA PEMERAHAN SAPI PERAH PADA KANDANG
FREESTAL DI BBPTU-HPT BATURRADEN PURWOKERTO
Oleh:
ERNA PRAMUDITA
200110120181
5.1 Abstrak Proses pemerahan merupakan hal yang paling penting pada suatu usaha
peernakan sapi perah. Studi mendalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini mengenai tata laksana pemerahan Sapi Perah pada kandang freestal Di Balai besar pembibitan ternak unggul dan hijauan pakan ternak di baturraden purwokerto. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BBPTU-HPT BATURRADEN PURWOKERTO telah dilaksanakan pada tanggal 12 Januari hingga 6 Februari 2012. Untuk mengetahui SOP atau tatacara pemerahan sapi perah pada kandang Freestal di BBPTU-HPT BATURRADEN. Metode yang dilakukan dalam kerja lapangan adalah pengamatan secara langsung (direct observation) ke lapangan terhadap objek, dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan pekerja. Berdasarkan pengamatan dan studi yang dilakukan di Untuk mengetahui SOP atau tatacara pemerahan sapi perah pada kandang Freestal di BBPTU-HPT BATURRADEN bahwa masih ada ketidak disiplinan pada pekerja dalam proses pemerahan sehingga adanya penurunan produksi susu dan populasi.
Kata Kunci: produksi susu , milking, tenaga kerja.
5.2 Pendahuluan
Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai
penghasil susu dan menjadi salah satu sumber protein bagi manusia yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Meningkatnya permintaan susu segar dan berkualitas
membuat peluang di usaha peternakan sapi perah semakin terbuka. Susu sebagai salah
satu hasil dari ternak tersebut merupakan produk yang mempunyai nilai gizi yang
tinggi dan mempunyai peranan penting dalam penyehatan dan pencerdasan
masyarakat.
43
Kesadaraan masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi susu sudah mulai
meningkat, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tersebut harus diimbangi
dengan susu yang berkualitas. Susu yang dihasilkan oleh setiap individu sapi di tentika
oleh beberapa faktor diantaranya tatalaksana pemerahan, asupan pakan, dan tenaga
kerja yang mengelola.
Tenaga kerja erat hubungannya dengan tata laksana pemerahan. Pemerahan
adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk
mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra
pemerahan, pelaksanaan pemerahan, dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprasto,
1985).
5.3 Tujuan
Untuk mengetahui tatacara pemerahan sapi perah dan produksi susu pada
kandang Freestal di BBPTU-HPT BATURRADEN.
5.4 Metode Pengamatan
Metode pengamatan secara langsung (direct observation) ke lapangan terhadap
objek.
Metode wawancara mendalam (indepth interview) dengan pekerjaan.
Mengikuti kegiatan rutin di BBPTU-HPT BATURRADEN.
5.5 Hasil Dan Pembahasan
5.5.1 Tata Laksana Pemerahan
Pemerahan adalah suatu kegiatan yang sangat diperhatikan pada suatu
peternakan sapi perah. Sudoto dkk, (2003) mengatakan bahwa kelangsungan
44
produksi susu, disamping dipengaruhi oleh pemberian pakan yang baik,
pencegahan, dan pemberantasan penyakit yang lainny, juga dipengaruhi oleh
teknik pemerahan yang benar.
Tata laksana pemerahan yang di lakukan di BBPTU-HPT BATURRADEN
PURWOKERTO ini sebagai berikut :
1. Diawali dengan mengiring sapi yang akan di perah dari kandang Freestal
ke tempat pemerahan. Tempat pemerahan yang ada di BBPTU-HPT
BATURRADEN PURWOKERTO menggunakan sistem perah flat barn,
artinya posisi sapi saat diperah berbaris tegak lurus, sedangkan metode
pemerahan yang digunakan adalah menggunakan metode sistem bangsal
pemerahan (milking parlour system) dengan kapasitas sekali pemerahan
adalah 16 ekor.
2. Petugas mencatat eartag sapi yang akan diperah.
3. Selanjutnya, hal yang dilakukan setelah sapi berada di tempat pemerahan
adalah dengan melakukan pembersihan sapi dan lantai pemerahan,
pembersihan dilakukan terutama pada bagiaan puting. Setelah puting di
bersihkan kemudian di keringkan menggunakan tisu. Hal ini dimaksudkan
agar putting dalaam keadaan steril sehingga aman saat dilakukan proses
pemerahan. Sebelum di pasangkannya mesin pemerahan adanya
pemerahan awal secara manual. Hal ini di maksudkan untuk mendeteksi
jika ada bagian putting sapi yang terkena mastitis. Jika diketahui ada sapi
yang mastitis maka dilakukan pengobatan langsung dan sapi tersebut tida
diperah.
4. Setelah puting sapi dinilai bersih alat pemerahan dipasang pada tiap-tiap
puting sapi yang akan diperah, proses ini memakan waktu sekitar 7 menit
45
sampai susu pada sapi habis diperah oleh mesin. Pada proses ini
pemerahan harus dilakukan secara maksimal hingga tidak ada air susu
yang tersisa diambing. Hal ini bertujuan agar tidak timbulnya penyakit
mastitis pada sapi perah. Untuk sapi selanjutnya yang akan diperah
sebelumnya alat pemerahan dibersihkan terlebih dahulu.
5. Setelah proses pemerahan sapi selesai, puting sapi kembali diberi cairan
iodin (dipping). Hal ini bertujuan mengurangi resiko berkembang
biakanya bakteri pada puting sapi perah. Dan petugas mencatat susu yang
dihasilkan perindividu, sesuai dengan eartagnya.
6. Selanjutnya sapi digiring kembali ke kandang fresstal.
7. Hal itu berulang sampai seluruh sapi yang berada di kandang freestal
semuanya diperah.
Tata laksana pemerahan tersebut faktor kecepatan dan kedisiplinan tenaga
kerja sangat berpengaruh pada variasi hasil produksi susu setiap hari. Dari hasil
pengamatan adanya tenaga kerja yang tidak melakukan SOP pemerahan tersebut
secara baik dan benar. Salah satunya tidak membersihkan alat pemerahan sebelum
di pasangkan pada rombongan sapi selanjutnya.
46
5.5.2 Produksi susu dan populasi sapi perah pada bulan Desember 2014 –
Januari 2015
Tabel 1. Produksi susu dan populasi sapi perah pada bulan Desember 2014 –
Januari 2015
Per10
hari
Produksi Susu Populasi Sapi Laktasi
Desember
2014
Januari
2014
Desember
2014
Januari
2014
1 7662.1 6693.3
56 482 6965.5 6384.1
3 7435.9 6408.5
22063.5 19485.9 56 48
Dari tabel tersebut di dapat produksi susu sapi segar pada bulan desember
2014 sebesar 22063.5 Kg dan pada bulan januari 2015 sebesar 19485.9 Kg dengan
selisih 2577.6 Kg susu segar. Penurunan produksi susu segar berimbang dengan
turunnya populasi ternak yang ada. Penurunan tersebut salah satu penyebabnya
adalah banyaknya sapi-sapi yang terkena penyakit mastitis maupun bunting.
Penyebab sapi- sapi tersebut terkena penyakit mastitis adalah tidak optimalnya
pada saat pemerahan sehingga masih ada susu yang tersisa yang mengakibatikan
tumbuhnya bakteri, selain itu juga tidak dibersihkanny alat pemerahan setelah
pemakaian dari sapi individu satu ke individu lainnya. Sehingga susu yang masih
tersisa pada alat pemerahan sebagai sumber penyakit, karena susu salah satu zat
makanan yang rentan terhadap jamur, bakteri, maupun kapang.
5.5.3. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan
produksi susu, karena tenaga kerja yang bekerja di unit pemerahan langsung turun
tangan dalam proses pemerahan tersebut. Tenaga kerja merupakan penddudduk
yang berada dalam unit kerja. Menurut UU no.13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2
47
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.
Tenaga kerja yyang mengelola pada unit milking sebanyak 4 orang per
sekali jam kerja. Untuk keseluruhan sebanyaak 8 orang. 2 orang sebagai
penggiring dan pemasang alat pemerahan, 1 orang pencatat dan control unit dan 1
orang pengawas. Delapan orang tersebut di bagi menjadi 2 shift kerja, yaitu pada
pemerahan pagi pada pukul 04.00 – 12.00 WIB dan shift 2 untuk pemerahan sore
pada pukul 13.00 – 21.00 WIB.
Kinerja tenaga kerja berpengaruh langsung pada tingkat produksi dan
kualitas susu sapi, oleh karenaa itu harus dipastikan bahwa setiap pembagian shift
kerja setiap tenaga kerja harus bekerja secara optimal, namun pembagian shift
kerja dibagi menjadi 2 shift yang akan di bagi pada dua waktu kerja untuk bekerja
memungkinkan perbedaan hasil pada tiap shift kerja yang bekerja pada sore hari.
5.6 Kesimpulan dan Saran
5.6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kegiatan Praktek Kerja Lapangan mengenai tata
laksana pemerahan susu di kandang fresstal selatan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. SOP pemerahan yang dilakukan di BBPTU-HPT Baturraden
Purwokerto :
a. Menggiring sapi yang akan di perah.
b. Mencatatan eartag
c. Membersihkan putting ambing dan puting sapi kemudian
memasangkan alat pemerahan.
48
d. Melakukan dipping.
e. Menggiring sapi kembali ke kandang fresstal.
2. Total produksi susu pada bulan Desember 2014 sebesar 22063.5 Kg
dan pada bulan januari 2015 sebesar 19485.9 Kg dengan selisih
2577.6 Kg susu segar.
3. Penyebab adanya selisih produksi susu yang dihasilkan adalah
karena adanya penurunan populasi sapi. Selain itu faktor tenaga
kerja juga mempengaruhi turunnya produksi susu yang dihasilkan.
5.6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan dalam tata laksana pemerahan
sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto, adalah :
1. Adanya peningkatan seleksi untuk calon pekerja pada divisi milking.
2. Adanya pelatihan untuk semua pekerja untuk meningkatkan produksi
susu.
49
5.7 Daftar Pustaka
Diwyanto, Kusuma dkk. 2009. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia.
Jakarta:LIPI Press
Makin,Moch. 2011. Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. Yogyakarta : GRAHAILMU
50
VI
PERBANDINGAN JUMLAH PRODUKSI SUSU PEMERAHAN PAGI DAN
SORE DI BBPTU HPT BATURRADEN PURWOKERTO
Oleh:
Angga Yana
200110120199
6.1 Abstrak
Kegiatan praktek kerja lapangan ini telah dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU HPT) Baturraden selama 25 hari terhitung dari tanggal 12 Januari 2015 sampai 6 Februari 2015. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memperoleh informasi tentang produksi susu pagi dan sore serta bagaimana perbandingannya. Metode yang digunakan adalah observasi dan ikut terlibat dalam kegiatan pemerahan. Data yang diperoleh didapat melalui wawancara dan hasil pengamatan di lapangan. Dan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa selang interval pemerahan pagi yaitu 13 jam dan pemerahan sore 11 jam. Perbandingan produksi laktasi 2 dan 3 pada pemerahan pagi hari rata-rata sebanyak 8,7 liter dan pada pemerahan sore hari rata-rata sebanyak 6,3 liter jika dibuat persentase maka produksi pemerahan pagi 58,16% dari produksi total dan pada pemerahan sore 41,84% dari produksi total.
Kata kunci: perbandingan, produksi susu, pagi, sore.
6.2 Pendahuluan
Sektor peternakan adalah salah satu sektor penting dalam pemenuhan
pangan di dunia. Sektor ini memberikan banyak lapangan kerja bagi masyarakat
luas dan membantu memenuhi kebutuhan akan protein khususnya protein hewani.
Sapi perah sebagai penghasil susu merupakan salah satu penghasil protein hewani
yang sangat penting. Air susu sebagai sumber protein hewani sangat besar
manfaatnya bagi manusia, baik bagi bayi untuk masa pertumbuhan maupun bagi
orang dewasa dan lanjut usia. Air susu memiliki kandungan protein yang tinggi
sehingga sangat menunjang pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan tubuh.
Pemerahan susu biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Interval waktu yang sama antara pemerahan pagi dan sore hari akan memberikan
51
perubahan komposisi susu yang relatif sedikit, sedangkan interval waktu
pemerahan yang berbeda akan menghasilkan komposisi susu yang berbeda juga
(Sudono, 1985). Menurut Foley dkk (1973), faktor yang mempengaruhi produksi
susu adalah genetik, nutrisi, tahap dan eksistensi laktasi, selang waktu pemerahan,
jumlah pemerahan/hari, umur dan ukuran tubuh sapi, siklus estrus dan
kebuntingan, periode masa kering, lingkungan, penyakit dan obat-obatan.
Manajemen peternakan yang diterapkan dalam sebuah peternakan sangat
berhubungan erat dengan produktivitasnya. Manajemen pemerahan di sebuah
peternakan dapat meliputi beberapa hal di antaranya waktu pemerahan, selang
pemerahan, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana pemerahan. Secara umum
jadwal pemerahan di Indonesia adalah pagi dan sore hari. Berarti frekuensi
pemerahannya adalah dua kali dengan selang pemerahan sangat bervariasi antar
masing-masing peternakan. Beberapa macam selang waktu pemerahan antara lain
12:12 jam, 13:11 jam, dan 14:10 jam. Selang waktu pemerahan yang biasa
dilakukan di Indonesia adalah 13:11 jam, dengan selang waktu pemerahan pagi
lebih lama dibandingkan sore. Selang waktu pemerahan demikian dapat
menghasilkan jumlah produksi yang berbeda antara pagi dan sore harinya, dan
jumlah produksi pagi lebih banyak dibandingkan sore hari.
Pada peternakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
Pakan Ternak (BBPTU HPT) Baturraden Purwokerto pemerahan dilakukan 2 kali
dalam 24 jam dengan selang waktu pemerahan 13:11 jam.
6.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk
membandingkan antara teori yang didapatkan dan praktek di lapangan. Sedangkan
tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk membandingkan jumlah
produksi susu pada pemerahan pagi dan sore hari di BBPTU HPT Baturraden
Purwokerto.
52
6.4 Metode Pengamatan
Metode pengamatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di
BBPTU HPT Baturraden Purwokerto yaitu dengan menggunakan metode
observasi dan wawancara langsung dengan teknisi kandang dan kepala bagian
produksi BBPTU HPT Baturraden Purwokerto.
6.5 Objek yang Diamati
Adapun objek yang diamati adalah sapi perah periode laktasi 2 dan
periode laktasi 3 berjumlah 66 ekor pada kandang Free Stall (FS), A, dan B.
6.6 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah kertas hasil pencatatan produksi,
data rekording ternak sapi perah periode laktasi dan komputer sebagai media
pengolahan data.
6.7 Waktu dan Lokasi
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung mulai dari
tanggal 12 Januari 2015 sampai tanggal 6 Februari 2015, bertempat di Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU HPT) Baturraden
Purwokerto.
6.8 Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Pada umumnya sapi-sapi perah yang dipelihara di Indonesia, diperah dua
kali dalam sehari semalam. Apabila interval antara pemerahan tidak sama, maka
produksi susu akan lebih banyak pada interval yang lebih lama, dan kandungan
lemak akan lebih tinggi dari hasil pemerahan dengan interval yang lebih singkat.
Produksi susu pada ambing dalam keadaan kosong akan bertambah setelah
diperah dengan memperlama selang pemerahan (McKusick dkk., 2002).
Pengaruh lamanya interval antar pemerahan terhadap produksi susu akan
banyak dipengaruhi oleh karakteristik individu sapi seperti : kapasitas ambing,
lama laktasi, dan jumlah susu yang biasa diproduksi. Bila dihubungkan dengan
laju sekresi susu dan lemak maka pada interval yang lebih lama yaitu pemerahan
53
pagi hari akan lebih sedikit lemaknya bila dibandingkan dengan pemerahan sore
hari (Smith, 1969). Hasil penelitian menyatakan bahwa selang pemerahan yang
lama akan memiliki sisa susu yang lebih banyak. Sapi yang diperah dengan
selang pemerahan 15:9 jam dan 16:8 jam, memproduksi susu lebih rendah
dibandingkan dengan selang pemerahan 12:12 jam. Sapi yang diperah dengan
selang pemerahan 12:12 jam memproduksi susu 1,8% lebih banyak dibandingkan
dengan sapi yang diperah dengan selang pemerahan 15:9 jam dan 1% lebih tinggi
dari 10:14 jam (Makin, 2011 ; Schmidt, 1971).
Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di BBPTU HPT Baturraden
didapatkan selang interval pemerahan 13:11 jam.
6.5.1 Kondisi Umum Ternak Sapi Perah Periode Laktasi di BBPTU HPT
Baturraden
Sapi perah periode laktasi di BBPTU HPT Baturraden pada saat praktek
kerja lapangan seluruhnya berjumlah 109 ekor dengan masa laktasi dan periode
laktasi yang berbeda-beda. Terdapat 4 buah kandang laktasi, yaitu kandang Free
Stall (FS), kandang A, kandang B, dan kandang D. Pada kandang FS terdapat 49
ekor sapi perah, pada kandang A terdapat 32 ekor sapi perah, pada kandang B
terdapat 20 ekor sapi perah, dan pada kandang D terdapat 8 ekor sapi perah.
Sementara itu, produksi masing-masing individu berbeda-beda tergantung pada
masa laktasinya (laktasi 1,2,3,4,5,6,7,8) dan periode laktasi (laktasi awal, tengah,
dan akhir).
Sapi perah periode laktasi 2 dan 3 berjumlah 66 ekor masing-masing pada
kandang FS terdapat 26 ekor, kandang A terdapat 25 ekor, dan kandang B
terdapat 15 ekor.
6.5.2 Metode Pemerahan
Metode pemerahan yang digunakan di BBPTU HPT Baturraden yaitu
pemerahan menggunakan mesin perah portable untuk kandang A, B, dan D,
sedangkan untuk kandang FS menggunakan mesin milking parlour. Masing-
54
masing kandang memiliki 2 orang teknisi. Sebelum sapi diperah kandang
dibersihkan terlebih dahulu, kemudian ambing sapi diperah manual dan dibuang
sedikit lalu selanjutnya dipasang mesin perah. Setelah pemerahan selesai
dilakukan dipping dengan iodine 1%. Selang pemerahan yang digunakan adalah
13:11 jam. Pemerahan pagi dilakukan pada pukul 04.00 WIB, dan pemerahan
sore pada pukul 15.00 WIB.
6.5.3 Pencatatan Produksi Susu
Pencatatan produksi yang dilaksanakan di BBPTU HPT Baturraden
menggunakan sistem pencatatan harian pagi dan sore. Dengan format pencatatan
sebagai berikut:
Tabel 24. Format Pencatatan Produksi Susu Sapi di BBPTU Baturraden
Laktasi Kandang .... Bulan:
No. No. TelingaTanggal:
Pagi Sore
1 012 ... ...
2 050 ... ...
3 095
Jumlah ... ...
Sumber. BBPTU HPT Baturraden
Dengan menggunakan pencatatan harian demikian dapat memudahkan
pengevaluasian secara berkala setiap harinya. Selain itu, jumlah produksi setiap
kandang dapat diketahui setiap hari sehingga memudahkan dalam pendistribusian
dan pemasaran.
55
6.5.4 Perbandingan Produksi Susu Pagi dan Sore dengan Interval
Pemerahan 13:11 Jam
Pencatatan produksi susu dengan interval 13:11 jam dilakukan setiap hari
kemudian diambil rataan produksi dari masing-masing individu selama bulan
januari 2015 atau 31 hari. Data perbandingan dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 25. Perbandingan Produksi Susu Pagi dan Sore Selama 31 Hari
No. ID sapi Laktasi ke- X Produksi Pagi X Produksi Sore
1. 1991 2 5,7 4,3
2. 0631 2 6,0 4,3
3. 0644 2 8,2 6,6
4. 0693 2 10,7 8,7
5. 0699 2 11,0 8,3
6. 0711 2 3,2 2,8
7. 0722 2 9,1 6,7
8. 1957 2 7,7 5,6
9. 1958 2 5,6 4,8
10. 1962 2 8,1 5,9
11. 1972 2 9,5 6,8
12. 1976 2 9,6 7,0
13. 3548 2 6,1 5,4
14. 3564 2 3,1 2,3
15. 3578 2 6,0 4,3
16. 3575 2 6,3 4,3
17. 3631 2 8,0 6,4
18. 0605 2 13,8 10,0
19. 0614 2 11,3 8,4
20. 0700 2 11,3 8,0
21. 1969 2 2,1 1,4
22. 1970 2 9,2 6,8
56
23. 1982 2 11,6 7,1
24. 1986 2 7,4 4,9
25. 1990 2 7,2 5,3
26. 3538 2 11,8 8,4
27. 3591 2 9,0 6,0
28. 3592 2 10,2 6,3
29. 3636 2 12,7 9,7
30. 0420 2 6,2 4,7
31. 0648 2 4,6 3,1
32. 0682 2 2,2 1,6
33. 0709 2 6,0 4,2
34. 0766 2 7,4 5,0
35. 1852 2 2,4 1,7
36. 1961 2 4,0 3,0
37. 1978 2 6,0 4,6
38. 3601 3 7,4 5,8
39. 3603 3 7,0 5,1
40. 0397 3 9,7 6,8
41. 0432 3 7,3 5,8
42. 0475 3 9,1 6,5
43. 0497 3 10,6 7,9
44. 0517 3 11,2 8,7
45. 1892 3 9,1 6,2
46. 3550 3 10,7 8,2
47. 3563 3 5,7 4,2
48. 3600 3 8,5 6,5
49. 3608 3 4,3 3,6
50. 0402 3 16,6 10,8
51. 0509 3 14,9 9,8
52. 0516 3 13,1 9,0
57
53. 1920 3 10,3 7,6
54. 1929 3 11,3 7,7
55. 1934 3 14,9 10,1
56. 1948 3 13,1 8,9
57. 3529 3 12,4 8,5
58. 3534 3 13,5 9,5
59. 3545 3 8,3 5,4
60. 3602 3 11,4 7,3
61. 3610 3 13,4 9,7
62. 3646 3 10,8 8,3
63. 0513 3 5,2 3,7
64. 0561 3 1,2 0,9
65. 0518 3 4,7 3,4
66. 1912 3 9,5 7,1
Total 572,7 413,1
Rataan 8,7 6,3
Rasio 58,09% 41,91%
Sumber: Database BBPTU HPT Baturraden, 2015
Perbandingan produksi pada laktasi 2 pemerahan pagi hari rata-rata
sebanyak 7,8 liter dan pada pemerahan sore hari rata-rata sebanyak 5,7 liter jika
dibuat persentase maka produksi pemerahan pagi 57,78% dari produksi total dan
pada pemerahan sore 42,2% dari produksi total. Pada laktasi 3 pemerahan pagi
hari rata-rata sebanyak 10,1 liter dan pada pemerahan sore hari rata-rata sebanyak
7,2 liter jika dibuat persentase maka produksi pemerahan pagi 58,42% dari
produksi total dan pemerahan sore 41,58% dari produksi total. Selang interval pemerahan pagi yaitu 13 jam dan pemerahan sore 11 jam.
Perbandingan produksi laktasi 2 dan 3 pada pemerahan pagi hari rata-rata
58
sebanyak 8,7 liter dan pada pemerahan sore hari rata-rata sebanyak 6,3 liter jika
dibuat persentase maka produksi pemerahan pagi 58,16% dari produksi total dan
pada pemerahan sore 41,84% dari produksi total. Dari hasil rata-rata dan
persentase produksi tersebut pada laktasi 2 dan laktasi 3 pemerahan pagi lebih
banyak daripada pemerahan sore. Hal ini sesuai dengan pernyataan McKusick,
dkk. (2002) apabila interval antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu
akan lebih banyak pada interval yang lebih lama.
6.10 Kesimpulan dan Saran
6.10.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan saat praktek kerja lapangan di BBPTU HPT
Baturraden interval pemerahan dilakukan dengan selang waktu 13:11 jam.
Perbandingan produksi susu pada interval pemerahan 13:11 jam pagi hari lebih
banyak daripada sore hari, yaitu pada pemerahan pagi sebesar 58,16% dari
produksi total dan pada pemerahan sore 41,84% dari produksi total.
6.10.2 Saran
Manajemen pemerahan susu di BBPTU HPT Baturraden sudah cukup baik
karena dilihat dari fasilitas cukup memadai, pegawai yang terampil dan program
kesehatan ternak yang kontinyu dan berkelanjutan. Sehingga saran dari penulis
hanya satu yaitu harus ditingkatkan kembali kinerjanya untuk mencapai hasil yang
maksimal, karena jika dilihat dari potensi yang ada pada manajemen pemerahan
susu di BBPTU HPT Baturraden masih belum mencapai kata maksimal. Oleh
karena itu, semangat untuk pembangunan peternakan di Indonesia perlu untuk
digalakkan kembali.
6.11 Daftar Pustaka
Foley, Richard CPhd. Cs. 1973. Dairy Cattle. Lea &Febiger, Philadelphia.
Makin, M. 2011.Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. GrahaIlmu. Yogyakarta.
59
Smith, V. R. 1969. Physiology of Lactation.Fifth Edition.Lowa State University Press, USA.
Sudono, T. 1982. Sapi Perah dan Pembagian Makanan. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Soeharsono, 2008. Laktasi. Produksi dan Peranan Air Susu Bagi Kehidupan Manusia. Widya Padjadjaran. Bandung.
60
LAMPIRAN
Gambar 1. Pemberian Pakan
Gambar 2.Pemerahan
61
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN
PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO
Tanggal Praktek Kerja Lapangan : 12 Januari - 6 Februari 2015
Tanggal Penyeraha Laporan :
Tanggal Ujian : 1 April 2015
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. U. Hidayat Tanuwiria, M. Si19601003 198703 1 001
Mengesahkan
Wakil Dekan I
Dr. Denny Rusmana, S.Pt.,M.Si.19671025 199403 1 004
Koordinator Praktek Kerja Lapangan
Dr. Ir. Lia Budimulyati Salman, MS.,19591027 198601 2 001