EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER NON KOMPLIKASI
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE SEMESTER I TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Linna Ferawati Gunawan NIM : 05 8114 070
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER NON KOMPLIKASI
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE SEMESTER I TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Linna Ferawati Gunawan NIM : 05 8114 070
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Persetujuan Skripsi
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER NON KOMPLIKASI
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PERIODE SEMESTER I TAHUN 2008
Oleh :
Linna Ferawati Gunawan
NIM : 05 8114 070
Skripsi ini telah disetujui oleh :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Thanks to :
Jesus Christ, lewat cinta kasih-Nya yang teramat indah dalam hidupku......
Biarlah sinar-Nya selalu menyinari diriku dan orang-orang terdekatku..... =)
““““Selama Tuhan masih Selama Tuhan masih Selama Tuhan masih Selama Tuhan masih
memberikan nafas kehidupan memberikan nafas kehidupan memberikan nafas kehidupan memberikan nafas kehidupan
untuk kita, maka kita harus untuk kita, maka kita harus untuk kita, maka kita harus untuk kita, maka kita harus
selalu bersemangat untuk meraih selalu bersemangat untuk meraih selalu bersemangat untuk meraih selalu bersemangat untuk meraih
semua citasemua citasemua citasemua cita----cita kita”cita kita”cita kita”cita kita”
Dengan segala kerendahan hati dan penuh ucapan syukur ,
Kupersembahakan hasil karyaku kepada :
Jesus Christ
Papa dan Mama terc inta ,
Adik-adikku tersayang,
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat karunia-Nya
yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Drug Therapy Problems Pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic
Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode Semester I Tahun 2008”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi
Farmasi.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan rendah hati, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji, yang telah memberikan saran
dan kritik yang berguna untuk penulis.
2. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan semangat dalam pengerjaan
skripsi ini.
3. Ibu dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK, selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan kritik yang berguna bagi penulis.
4. Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
5. dr. Endang Suparniati selaku pembimbing medis, Ibu Budi Kuswandari selaku
pembimbing Instalasi Catatan Medis, Bapak Dirman, dan Bapak Sumardi, atas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
kerja samanya dalam membimbing dan mempersiapkan catatan medik yang
dibutuhkan penulis.
6. Papa (Lauw Bun Liong) dan mama (Lie Lie Tjen), serta adik-adikku (Fera dan
Jullius), atas doa dan dukungannya selama ini.
7. Seluruh staff pengajar dan karyawan Fakultas Farmasi Sanata Dharma
Yogyakarta, atas bimbingan dan bantuannya selama ini.
8. Sahabat seperjuanganku dalam menempuh pendidikan dari SD sampai kuliah
dan skripsi bersama (Detta), atas kebersamaan, dukungan dan kerja samanya
selama ini.
9. Teman dan sahabat yang selalu ada di saat senang dan sedih (Ermin, Dewi,
Agung, Lina Chen, Putri).
10. Seluruh keluarga besarku, terutama Noreen, om Hwat, Derry, Didi, kak
Yudono, tante Fonny, om Fransen, tante Asui, om Lee Shek Cheng, om Cien
Cien, atas doa dan dukungannya selama ini.
11. Teman-teman Shoufang (Ermin, Dewi, Widia, David, Roy, Mia, Henny,
Happy, dan Adrian) atas doa dan dukungannya.
12. Teman-teman kos 99999 (Lina Chen, Mega, Ayu, Eka, Dewi P., Tika, Nuki),
atas doa, semangat, dan kebersamaannya selama ini.
13. Teman-teman angkatan 2005 (khususnya kelas FKK-A), atas doa, semangat,
dan kebersamaannya selama ini.
14. Teman-teman KKN angkatan XXXVII dusun Mejing (Nova, Totok, Desi,
Aster, Pujo, Mayang, Vera, Marshel), atas doa, semangat, dan
kebersamaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah
membantu dalam pembuatan skripsi ini dengan doa dan dukungannya..
Penulis menyadari akan sebuah peribahasa “Tiada gading yang tak
retak”, demikian juga skripsi ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhir
kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
INTISARI
Penelitian yang dilakukan di sini berjudul Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kemungkinan terjadinya Drug Therapy Problems (DTPs). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan pola pengobatan pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data rekam medis pasien anak penderita DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 adalah 31 pasien, dengan jumlah terbanyak adalah wanita usia 11 tahun, terapi yang diberikan terdiri dari 10 macam golongan obat, yaitu terapi rehidrasi (100%); analgetik antipiretik (67,7%); diuretik kuat (19,35%); kortikosteroid dan stimulan adrenoreseptor β2 selektif (16,13%); antibiotik (12,9%); antihistamin, antitukak, dan obat-obat lain (6,45%); dan antiemetic, gastroprocinetic agent (3,23%). Setelah dianalisis dengan metode SOAP ditemukan 14 kasus DTPs yang meliputi obat yang diberikan tidak tepat indikasi (1 kasus), dosis terlalu rendah (4 kasus), butuh obat (7 kasus) dan dosis terlalu tinggi (2 kasus). Kata kunci : Dengue Haemorrhagic Fever, Drug Therapy Problems, anak, non
komplikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT
The research done here is entitled of Evaluation of DTPs on DHF non complication children patients at Installation of Rawat Inap in Sardjito Hospital first semester 2008. The purpose of this research is to evaluate the possibility of DTPs existence. Besides, the research is also aimed at knowing the characteristics of child patient non DHF complication in Rawat Inap of Sardjito Hospital and the type of treatment of child patient non complication in Installation Rawat Inap Sardjito Hospital Yogyakarta in the first semester of 2008. This research is an observational research with descriptive evaluative method which is retrospective. Data collection is done by taking medical record of children suffering from DHF non complication in Installation Rawat Inap Sardjito Hospital Yogyakarta on the first semester of 2008. The result of this research is that the number of child patients suffering from DHF non complication in Installation Rawat Inap Sardjito Hospital Yogyakarta in the first semester of 2008 is 31 patients with the most number is female aged 11. Treatment given consist of 10 kinds of medicines, are rehidration (100%); analgetic antipireutic (67,7%); diuretic (19,35%); corticosteroid and stimulan adrenoreseptor β2 selective (16,13%); antibiotic (12,9%); antihistamin, antiulcer, dan others(6,45%); dan antiemetic, gastroprocinetic agent (3,23%). After being analyzed using SOAP method, it is found out that 14 cases of DTPs covering medicines which are given ineffective drug (1 case), dosage too low (4 cases), need for additional drug therapy (7 cases), and dosage too high (2 cases). Keyword : Dengue Haemorrhagic Fever, Drug Therapy Problems, Children, non
complication
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
HALAMAN PUBLIKASI ........................................................................ vi
PRAKATA ............................................................................................... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... x
INTISARI ................................................................................................. xi
ABSTRACT ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xxi
BAB I PENGANTAR ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
1. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
2. Keaslian Penelitian ........................................................................ 4
3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
a. Manfaat Praktis ....................................................................... 5
b. Manfaat Teoritis ...................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ................................................... 7
A. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) ................................................... 7
1. Definisi ......................................................................................... 7
2. Virus Dengue ................................................................................ 7
3. Gejala Penyakit DHF ..................................................................... 9
4. Klasifikasi Penyakit DHF .............................................................. 10
5. Patogenesis DHF ........................................................................... 10
6. Diagnosis ...................................................................................... 11
7. Manifestasi Klinis DHF ................................................................. 12
B. Pengobatan Dengue Haemorrhagic Fever ........................................... 12
1. Tata Laksana Terapi ...................................................................... 12
a. Dengue Haemorrhagic Fever Grade I ...................................... 12
b. Dengue Haemorrhagic Fever Grade II ..................................... 13
2. Penggantian segera atas hilangnya plasma ..................................... 13
3. Penggantian cairan tubuh ............................................................... 14
4. Antipiretik ..................................................................................... 16
5. Perbaikan gangguan elektrolit dan metabolit .................................. 16
C. Peresepan pada Anak .......................................................................... 17
D. Penatalaksanaan DHF ......................................................................... 18
E. Drug Therapy Problems (DTPs) .......................................................... 19
F. Keterangan Empiris ............................................................................. 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 22
B. Definisi Operasional ............................................................................ 22
C. Subyek Penelitian ................................................................................ 24
D. Bahan dan Lokasi Penelitian ............................................................... 24
1. Bahan Penelitian ............................................................................ 24
2. Lokasi Penelitian ........................................................................... 24
E. Jalannya Penelitian .............................................................................. 24
1. Persiapan ....................................................................................... 24
2. Pengumpulan Data ........................................................................ 25
3. Analisis Data ................................................................................. 25
4. Pembahasan Kasus ........................................................................ 26
F. Kesulitan Penelitian ............................................................................ 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 28
A. Profil Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ......................................................................................... 28
1. Gambaran Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .......................... 28
2. Gambaran Berdasarkan Nilai Trombosit Ketika Masuk Rumah Sakit .............................................................................................. 30
3. Gambaran Berdasarkan Nilai Hematokrit Ketika Masuk Rumah Sakit .............................................................................................. 30
B. Profil Obat-obatan yang Digunakan pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ........................................ 31
1. Jumlah Obat .................................................................................. 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
2. Golongan Obat yang Digunakan .................................................... 32
3. Jenis Obat yang Digunakan ........................................................... 34
a. Rehidrasi ................................................................................. 34
b. Analgetik Antipiretik ............................................................... 35
c. Diuretik Kuat ........................................................................... 37
d. Kortikosteroid ......................................................................... 37
e. Stimulan Adrenoreseptor β2 selektif ........................................ 38
f. Antibiotik ................................................................................ 38
g. Antihistamin ............................................................................ 39
h. Antitukak ................................................................................. 39
i. Obat-obat Lain ......................................................................... 40
j. Antiemetic, Gastroprocinetic Agent ......................................... 41
C. Gambaran Kasus Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Obat (Drug Therapy Problems) yang Terjadi Pada Penatalaksanaan Terapi Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ... 42
1. Drug Therapy Problems Dosis Kurang (Dosage too low) .............. 42
2. Drug Therapy Problems Dosis Terlalu Tinggi (Dosage too high) .. 42
3. Drug Therapy Problems Tidak Tepat Indikasi (Ineffective drug) ... 43
4. Drug Therapy Problems Butuh Obat (Need for additional drug therapy) ......................................................................................... 43
D. Hasil Terapi yang Diperoleh Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ........................................................... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 51
A. Kesimpulan ......................................................................................... 51
B. Saran ................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 53
LAMPIRAN ............................................................................................. 56
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Gejala Klinis Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue ................................................................................. 9
Tabel II. Klasifikasi Derajat Keparahan Dengue Haemorrhagic Fever ..................................................................................... 10
Tabel III. Pedoman Penegakkan Diagnosis Dengue Haemorrhagic Fever ..................................................................................... 11
Tabel IV. Regimen Dosis per hari yang Diberikan pada Pasien Anak DHF Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Menurut IONI (Tahun 2000)............ 17
Tabel V. Drug Therapy Problems dan Penyebab Umum Terjadinya DTPs ..................................................................................... 20
Tabel VI. Distribusi Jumlah Obat yang Diberikan pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ......................................................... 31
Tabel VII. Kelas Terapi Obat yang Diberikan pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008 ..................................................................................... 33
Tabel VIII. Daftar Penggunaan Rehidrasi ................................................ 35
Tabel IX. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I tahun 2008 ..................................................................................... 45
Tabel X. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I tahun 2008 ..................................................................................... 46
Tabel XI. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I tahun 2008 ..................................................................................... 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Tabel XII. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I tahun 2008 ..................................................................................... 48
Tabel XIII. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ........................... 49
Tabel XIV. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ........................... 49
Tabel XV. Lamanya Tinggal Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ............................. 49
Tabel XVI. Lamanya Tinggal Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ............................ 50
Tabel XVII. Rekomendasi Cairan yang Diberikan .................................... 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti ......................................................... 8
Gambar 2. Virus Dengue ........................................................................ 8
Gambar 3. Grafik Jumlah Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Berdasarkan Kelompok Umur ............................................... 28
Gambar 4. Grafik Jumlah Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ................ 29
Gambar 5. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD ...................................... 88
Gambar 6. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD Derajat I dan II .............. 89
Gambar 7. Alur Pemberian Cairan DBD Derajat I dan II ........................ 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. SOAP ................................................................................... 57
Lampiran 2. Tatalaksana Kasus DBD ....................................................... 88
Lampiran 3. Tatalaksana DBD di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ............. 90
Lampiran 4. Cairan Intravena yang Digunakan ......................................... 94
Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian .................................................. 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan
menyerang bagian darah (keping darah atau trombosit). Akibat dari serangan
penyakit ini, kadar trombosit dalam darah akan menurun drastis. Darah akan
menjadi lebih pekat dan mengental karena kehilangan cairan. Akibat selanjutnya
bisa fatal yaitu kematian (Surtiretna, 2007).
Angka kejadian penyakit Dengue Fever (DF) di dunia per tahun
mencapai 100 juta kasus dan 250.000 kasus diantaranya adalah DHF dengan
angka kematian mencapai 25.000 per tahun. Banyak kasus DHF dilaporkan
berasal dari Asia dan menyebabkan kematian terutama pada anak-anak (Wilder-
Smith and Schwartz, 2005), sedangkan menurut WHO pada tahun 2006, sebanyak
57 persen kasus DHF yang dilaporkan berasal dari Indonesia. Angka kejadian
DHF di Yogyakarta, khususnya RSUP Dr. Sardjito menempati urutan keempat
dalam 10 besar kasus penyakit prevalensi tinggi di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito, yaitu terdapat 609 kasus DHF.
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan rumah sakit rujukan di
wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan serta dimanfaatkan untuk
kepentingan pendidikan dokter dan ahli (Kurniandari, 2003). Data pengobatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pasien DHF non komplikasi diharapkan lebih lengkap dan perkembangan ilmu
kesehatan yang lebih maju berdasarkan hal tersebut.
Proses terjadinya DHF bertahap, dimulai dari tahap non komplikasi
(DHF grade I dan II). Pada tahap ini perlu dilakukan penanganan yang cepat dan
tepat termasuk pemantauan penggunaan obat supaya tidak berlanjut menjadi DHF
grade III dan IV (Dengue Shock Syndrome / DSS) yang dapat berakibat pada
kematian (Anonim b, 2005).
Subyek penelitian adalah pasien anak usia 6 – 12 tahun, karena menurut
hasil penelitian Adelnette Gertruide Sapury (2003), angka kejadian DHF non
komplikasi terbanyak adalah kelompok umur > 5 – 12 tahun. Kelompok umur 6 –
12 tahun merupakan tahap awal bagi anak dalam mulai berinteraksi dengan
lingkungan di luar keluarga atau rumahnya serta memasuki usia sekolah.
Pengobatan yang diberikan untuk DHF merupakan terapi suportif dan
tidak cukup dengan satu macam obat saja, karena gejala DHF tidak hanya satu.
Terapi yang diberikan biasanya bersifat simtomatik, misalnya terapi penggantian
cairan disertai dengan obat-obatan seperti analgetik-antipiretik, rehidrasi, vitamin,
antihistamin, diuretik, laksatif, antibiotika, mukolitik, dan lain-lain (Kurniandari,
2003). Adanya DTPs akan merugikan pasien karena dapat mengakibatkan
penurunan kualitas hidup pasien, meningkatkan biaya pengobatan yang
dikeluarkan oleh pasien, serta meningkatkan rata-rata angka kematian pada pasien
(Nguyen, 2000).
Kondisi-kondisi yang telah dipaparkan di atas membuat penulis tertarik
untuk meneliti kasus DHF anak non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008, yaitu dalam kaitannya
dengan kemungkinan terjadinya Drug Therapy Problems (DTPs), karakteristik
pasien anak, dan pola pengobatan. Ketiga hal ini nantinya diharapkan dapat
memberikan informasi dan evaluasi pengobatan DHF non komplikasi, khususnya
pasien anak.
1. Rumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Seperti apa karakteristik pasien anak Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) non
komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada
periode semester I tahun 2008 ?
b. Seperti apa pola pengobatan pasien anak Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada
periode semester I tahun 2008 ?
c. Apakah terdapat Drug Therapy Problems (DTPs) pada pola pengobatan
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) non komplikasi di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008, seperti
butuh obat (need for additional drug therapy), tidak butuh obat (unnecessary
drug therapy), obat salah (wrong drug), dosis kurang (dosage too low), dosis
berlebih (dosage too high), munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek
samping obat (adverse drug reaction), dan adanya interaksi obat (drug
interaction) ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
d. Bagaimana hasil terapi yang diperoleh pasien anak DHF non komplikasi di
Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun
2008 ?
2. Keaslian Penelit ian
Sejauh penelusuran penulis, penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy
Problems pada pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 belum pernah dilakukan.
Penelitian mengenai Demam Berdarah Dengue yang sudah ada pada umumnya
membahas pola pengobatan dan pola peresepannya, sedangkan pada penelitian
ini, penulis ingin mengevaluasi kemungkinan kejadian Drug Therapy Problems
(DTPs) pada pasien anak yang menderita DHF non komplikasi di Instalasi Rawat
Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008. Penelitian
mengenai demam berdarah yang sudah ada antara lain :
a. Pola Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Dengue Tanpa Komplikasi
Pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Juli - Desember 1998 oleh Adriana Lisnawati (2000)
b. Pola Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Tahun 1999 oleh Stephanus Dwi
Arianto (2001)
c. Kajian Pengobatan Pasien Anak Demam Berdarah Dengue Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode
Januari - Juni 2001 oleh Adelnette Gertruide Sapury (2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
d. Pola Peresepan Obat Demam Berdarah Dengue Tanpa Komplikasi Pada
Anak di Instalasi Rawat Inap RS Dr. Sardjito Yogyakarta oleh Tety
Kurniandari (2003)
e. Pola Peresepan Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2002
oleh Nugroho Purbo Widhy Setyoputranto (2005)
3. Manfaat Peneli t ian
a. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,
informasi, dan referensi untuk bahan pertimbangan dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya para
penderita Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) non komplikasi pada anak-anak.
b. Manfaat Teorit is
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
tentang Drug Therapy Problems pada pengobatan DHF non komplikasi pada
pasien anak.
B. Tujuan Peneli tian
1. Mengetahui karakteristik pasien DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta
2. Mengetahui pola pengobatan pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Mendapatkan informasi kemungkinan kejadian Drug Therapy Problems
(DTPs) seperti : butuh obat (need for additional drug therapy), tidak butuh
obat (unnecessary drug therapy), obat tidak efektif (ineffective drug), dosis
kurang (dosage too low), dosis berlebih (dosage too high), munculnya efek
yang tidak diinginkan atau efek samping obat (adverse drug reaction), dan
adanya interaksi obat (drug interaction) dari penggunaan obat yang diberikan
selama perawatan.
4. Mengetahui hasil terapi yang diperoleh oleh pasien anak DHF non komplikasi
di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I
tahun 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
1. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit yang menyerang bagian
utama dari sistem transportasi dalam tubuh manusia, yakni darah. Bagian darah
yang diserang oleh penyakit ini yaitu keping darah atau trombosit. Akibat dari
serangan penyakit ini, kadar trombosit dalam darah akan menurun drastis,
sehingga darah akan menjadi lebih pekat dan mengental karena kehilangan cairan.
Akibat lebih lanjut dapat menyebabkan kematian (Surtiretna, 2007).
Penyebab penyakit DHF adalah virus Dengue. Virus ini dimasukkan ke
dalam tubuh manusia, tepatnya ke dalam darah, oleh nyamuk dari jenis Aedes
melalui gigitan. Ada dua spesies dalam genus nyamuk Aedes, yaitu Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Dari kedua jenis nyamuk itu, Aedes aegyptilah pelaku
utamanya, karena Aedes albopictus lebih banyak berkeliaran di kebun, semak,
yang cukup jauh dari rumah. Tetapi keduanya disebut nyamuk kebun (Surtiretna,
2007).
2. Virus Dengue
Virus adalah organisme bersel tunggal dan berukuran sangat kecil
(kurang dari sepersejuta meter). Virus yang dapat menimbulkan penyakit disebut
virus patogen. Banyak penyakit yang diakibatkan oleh virus, antara lain flu,
influenza, cacar, cacar air, gondongan, polio atau lumpuh pada kanak-kanak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
campak, dan demam berdarah. Sebutan Dengue berasal dari Afrika, karena dulu
penyakit banyak berjangkit di sana.
Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti
(Anonim a, 2008)
Gambar 2. Virus Dengue
(Anonim b, 2008)
Virus DHF teridentifikasi oleh ilmuwan AS kelahiran Polandia, Albert
Salin pada tahun 1944. Ia berhasil mengisolasi virus DHF dan memasukkannya ke
dalam keluarga virus Flavivirdae. Keluarga virus ini gemar menumpang pada
manusia, primata, atau nyamuk. Tercatat lebih dari 70 virus menjadi anggota
dalam keluarga ini, misalnya virus demam kuning dan virus encephalitis.
Terdapat empat jenis virus Dengue : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
Bentuk keempatnya sama tetapi antigennya beda. Virus tipe DEN-1 tidak
memiliki karakter khusus sehingga tidak diketahui tingkat keganasannya. Tipe
DEN-2 memicu penyakit yang lebih ganas, karena mengakibatkan kebocoran
plasma darah. Penelitian Badan Kesehatan Dunia menemukan bahwa 80 % pasien
DHF menunjukkan aktivitas enzim AST dan ALT yang lebih tinggi. Enzim AST
dan ALT adalah enzim dalam liver (hati) yang dapat menjadi indikator awal
seseorang terkena DHF. Virus tipe DEN-3 dan DEN-4 ternyata memicu kenaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kedua enzim lebih tinggi. Dengan demikian, kedua tipe virus berpeluang
berkomplikasi dengan penyakit hepatitis atau penyakit hati. Jika kasusnya hingga
tingkat shock, pasien dapat mengalami kegagalan liver. DEN-4 biasanya lebih
sering menginfeksi pasien lansia.
3. Gejala Penyakit DHF
Gejala penyakit DHF yang tampak biasanya adalah demam tinggi 2 – 7
hari (suhu badan naik turun selama 2 – 7 hari), sakit pada sendi-sendi otot,
mimisan dan bintik-bintik merah pada kulit, tetapi keluarnya bintik-bintik merah
pada kulit di bagian-bagian tertentu tidak selalu terjadi (Surtiretna, 2007).
Tabel I. Gejala Klinis Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue
Demam Dengue (DD)
Gejala Klinis Demam Berdarah Dengue (DBD)
++ Nyeri kepala + +++ Muntah ++
+ Mual + ++ Nyeri otot + ++ Ruam kulit + ++ Diare + + Batuk + + Pilek +
++ Limfadenopati + + Kejang + 0 Kesadaran menurun ++ 0 Obstipasi + + Uji torniquet positif ++
++++ Petekie +++ 0 Perdarahan saluran cerna +
++ Hepatomegali +++ + Nyeri perut +++
++ Trombositopenia ++++ 0 Syok +++
Keterangan : + : 25 % ++ : 50 % +++ : 75 % ++++ : 100 % (Soedarmo, dkk, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
4. Klasifikasi Penyakit DHF
Berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium, DHF diklasifikasikan oleh
WHO menjadi empat tingkatan keparahan, antara lain :
Tabel II. Klasifikasi Derajat Keparahan Dengue Haemorrhagic Fever
Derajat Gejala Laboratorium
I Demam disertai dua atau lebih gejala: nyeri kepala, nyeri retro orbital, myalgia, atralgia, dan uji torniquet (+)
Trombositopenia (<100.000µl), bukti ada kebocoran plasma
II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan
Trombositopenia (<100.000µl), bukti ada kebocoran plasma
III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah)
Trombositopenia (<100.000µl), bukti ada kebocoran plasma
IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur
Trombositopenia (<100.000µl), bukti ada kebocoran plasma
(Anonim b, 2005)
5. Patogenesis DHF
Fenomena patogenesis utama yang menentukan beratnya penyakit dan
membedakan DHF dari Dengue klasik ialah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma darah, terjadinya hipotensi,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada kasus berat, renjatan terjadi secara
akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit pada
penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai
akibat kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak
dengan mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningginya nilai
hematokrit (Sumarmo, 1995).
Virus-virus Dengue ditularkan ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti, dan karenanya dianggap sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
arbovirus (virus yang ditularkan melalui Arthropoda). Bila terinfeksi, nyamuk
akan tetap terinfeksi sepanjang hidupnya, menularkan virus ke individu rentan
selama menggigit dan menghisap darah. Nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat
menurunkan virus ke generasi nyamuk dengan penularan transovarian, tetapi hal
ini jarang terjadi dan kemungkinan tidak memperberat penularan yang signifikan
pada manusia. Manusia adalah pejamu utama yang dikenai virus. Virus
bersirkulasi dalam darah manusia, menginfeksi kurang lebih selama mereka
mengalami demam (Anonim, 1999).
6. Diagnosis
Diagnosis DHF ditegakkan melalui 2 cara, yaitu gejala klinis dan
pemeriksaan laboratorium. Dua dari observasi klinis pertama ditambah satu
temuan laboratorium (atau setidaknya peningkatan hematokrit), cukup untuk
menentukan diagnosis DHF. Penggunaan kriteria ini dapat membantu untuk
menegakkan diagnosis lebih dini (Anonim, 1999).
Tabel III. Pedoman Penegakkan Diagnosis Dengue Haemorrhagic Fever Gejala Klinis Pemeriksaan Laboratorium
1. Demam mendadak tinggi 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas.
2. Manifestasi perdarahan yang dapat berupa uji torniquet positif, purpura, petekie, ekimosis, hematoma, epitaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna (hematemesis dan melena), dan hematuria.
3. Pembesaran hati. 4. Tanpa atau disertai gejala renjatan, seperti :
a. nadi cepat, lemah, dan kecil sampai tidak teraba
b. tekanan nadi (beda tekanan sistolik dan diastolik) menurun sampai 20 mmHg atau kurang
c. tekanan darah menurun
1. Trombositopenia (100.000/ul atau kurang).
2. Hemokonsentrasi yang dapat dinilai dari meningkatnya nilai hematokrit sebesar 20 % atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa konvalesen.
Sumber : Harsono, 1992
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
7. Manifestasi Klinis DHF
Kasus khas DHF ditandai oleh 4 manifestasi mayor, yaitu demam tinggi,
fenomena hemoragi, hepatomegali, serta kegagalan sirkulasi. Trombositopenia
sedang sampai nyata dengan hemokonsentrasi secara bersamaan adalah temuan
laboratorium klinis khusus dari DHF, dan membedakannya dari Demam Dengue
(DD) adalah rembesan plasma seperti dimanifestasikan hematokrit, efusi atau
hipoproteinemia. Hematokrit adalah fraksi volume eritrosit, yaitu persentasi
volume dari sampel darah yang diperoleh dari sampel darah merah (Anonim,
1999).
Hati yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan
penyakit dan ini tidak sejajar dengan berat penyakit, nyeri tekan sering ditemukan
tanpa disertai ikterus. Fase penyembuhan ditandai oleh suhu tubuh yang menurun
dengan keringat banyak, perubahan ringan pada frekuensi nadi, dan tekanan darah
stabil bersamaan dengan ujung ekstremitas yang mendingin. Gejala itu
mencerminkan kegagalan sirkulasi yang bersifat ringan dan sementara (Sumarmo,
1995).
B. Pengobatan Dengue Haemorrhagic Fever
1. Tata Laksana Terapi
a. Dengue Haemorrhagic Fever Grade I
Pasien dengan Dengue Haemorrhagic Fever grade I tidak perlu dirawat
inap, kalau orang tua bisa diajak kerjasama. Prinsip penanganannya adalah
istirahat, diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP), banyak minum, dan bila perlu
antipiretik (parasetamol). Apabila muncul tanda yang tidak diinginkan atau panas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
tak mau turun, maka pasien diharapkan untuk kembali ke Rumah Sakit untuk
kontrol.
b. Dengue Haemorrhagic Fever Grade II
Pasien dengan Dengue Haemorrhagic Fever grade II sebaiknya dirawat
inap, mengingat kemungkinan timbulnya perdarahan akut dan berkembangnya
menjadi derajat III.
Pokok penangannya :
1) Istirahat
2) Diet TKTP
3) Konsumsi cairan dengan cukup
4) Bila muntah-muntah / tak mungkin intake cukup cairan per oral → infus.
(Anonim, 1996)
2. Penggantian segera atas hilangnya plasma
Dasar terapi DHF ialah pemberian cairan pengganti (volume
replacement) secara memadai. Pada sebagian besar penderita, penggantian dini
plasma secara efektif dengan memberikan cairan yang mengandung elektrolit,
ekspander plasma, dan atau plasma memberikan hasil baik (Sumarmo, 1995).
Menurut Sumarmo (1995), adalah suatu keharusan pada penderita
tersangka DHF untuk memeriksa nilai hematokrit dan trombosit setiap hari, mulai
hari ketiga sampai 1 – 2 hari setelah demam menjadi normal. Pemeriksaan inilah
yang menentukan perlu tidaknya seorang penderita dirawat dan atau mendapatkan
cairan intravena.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Cairan-cairan yang digunakan untuk penggantian volume plasma
mencakup salin fisiologis, ringer laktat, larutan glukosa 5% diencerkan dengan
salin fisiologis 1 : 2 atau 1 : 1, plasma, substitusi plasma (misalnya dekstran 40)
atau albumin 5 % (50 g/l). Ringer laktat, ringer asetat atau glukosa 5% diencerkan
dalam salin fisiologis harus diberikan sebagai (<20 menit) bolus intravena (10 –
20 ml/kg). Bolus lain mengandung dosis cairan sampai 20 – 30 ml/kg dapat
diberikan bila perlu. Bila syok menetap, nilai hematokrit ditinjau ulang untuk
menemukan bukti penurunan, yang dapat menunjukkan perdarahan internal.
Tranfusi darah lengkap segar (10 ml/kg, bila hematokrit masih di atas 35%)
mungkin diperlukan pada kasus ini. Bila syok berhenti, kecepatan infus intravena
harus dikurangi dan disesuaikan dengan kadar hematokrit dan tanda vital
(Anonim, 1999).
3. Penggantian cairan tubuh
Rasa haus dan dehidrasi mungkin timbul sebagai akibat demam tinggi,
anoreksia dan muntah. Penderita perlu minum banyak 1½ - 2 liter dalam 24 jam,
baik berupa air teh manis, sirup, susu, sari buah-buahan maupun oralit (Sumarmo,
1995).
Pemberian cairan intravena berupa infus kepada penderita DHF tanpa
renjatan, perlu dipertimbangkan apabila anak terus menerus muntah, sehingga
tidak mungkin diberikan makan dan minum per oral, sedangkan muntah tersebut
mengancam terjadinya dehidrasi, asidosis, atau apabila hematokrit pada
pemeriksaan berkala bertendensi terus meningkat (Sumarmo, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Macam cairan dan sifat-sifat cairan untuk resusitasi volume, yaitu :
1). Kristaloid : Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (RA), NaCl 0,9%. Sifat-sifat
yang dimiliki antara lain :
a). Efektif untuk mengisi kompartemen ekstravaskuler (intersisisal).
Diperlukan volume yang banyak untuk memperbaiki intravaskuler dan
tidak bertahan lama di dalam intravaskuler (hanya ¼ nya dari kristaloid
yang bertahan di dalam intravaskuler).
b). Meningkatkan volume intersisial dan menyebabkan edema intersisial
sehingga transport oksigen jaringan terganggu.
c). Meningkatkan aktivitas koagulasi.
d). Tidak memperbaiki mikrosirkulasi (Setiati, 2008).
2). Koloid : Hydroxyethylstarch (HES), Gelatin, Albumin 5%, Dextran, Plasma
Protein Fraction (PPF). Sifat-sifat yang dimiliki antara lain :
a). Mempunyai efek intravakuler yang baik, karena mempunyai berat molekul
besar sehingga bertahan lebih banyak dalam intravaskuler.
b). Memperbaiki hemoreologi.
c). Memperbaiki makrosirkulasi dan mikrosirkulasi.
d). Mempunyai efek anti-inflamasi.
e). Mempunyai efek menyumpal atau sealing effect (HES dengan berat
molekul 100.000 dalton – 300.000 dalton).
f). Mempunyai dosis maksimum (kecuali gelatin) yaitu 30 ml/kgBB (HES
200.000 dalton, Dextran 70.000 dalton) 50ml/kgBB (HES 130.000 dalton).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Efek samping koloid, antara lain :
a). Memperpanjang waktu perdarahan dan mengganggu fungsi trombosit,
terutama pada penggunaan dekstran dosis tinggi.
b). Gangguan terhadap fungsi ginjal bila tekanan onkotik ditingkatkan
melebihi batas normal, karena tekanan onkotik yang meningkat akan
menurunkan laju filtrasi glomerular.
c). Dapat menimbulkan reaksi anafilaksis (Dextran) (Setiati, 2008).
4. Antipiretik
Selama fase demam akut terdapat risiko kejang. Antipiretik dapat
diberikan pada pasien dengan hiperpireksial, terutama bagi mereka yang
mempunyai riwayat kejang demam. Penggunaan obat salisilat harus dihindari
karena dapat menyebabkan perdarahan dan asidosis, sedangkan parasetamol lebih
dipilih untuk menurunkan demam, tetapi harus digunakan dengan kewaspadaan
(Anonim, 1999). Overdosis parasetamol dapat mengakibatkan kerusakan hati
yang kadang-kadang tidak tampak pada 4 – 6 hari pertama (Anonim b, 2000).
5. Perbaikan gangguan elektrol it dan metabolit
Hiponatremia dan asidosis metabolik dapat terjadi pada kasus berat.
Kadar elektrolit dan tekanan parsial gas darah harus ditentukan secara periodik
pada pasien sakit berat dan pasien yang tidak berespon secepat yang diharapkan.
Indikator-indikator ini akan diharapkan memberikan perkiraan besarnya
kekurangan elektrolit (natrium) dan membantu menentukan keberadaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tingkat asidosis. Umumnya penggantian volume dini dan perbaikan dini asidosis
dengan natrium bikarbonat memenuhi hasil yang diharapkan (Anonim, 1999).
Tabel IV. Regimen Dosis Obat per hari yang Diberikan pada Pasien Anak DHF Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta Menurut IONI (Tahun 2000)
No. Golongan obat Nama obat Regimen Dosis (6 – 12 tahun)
1 Rehidrasi a. Ringer Laktat b. Asering
Penanganan khusus
2 Analgesik Antipiretik Parasetamol 3 – 4 x sehari 250 – 500 mg
3 Diuretik kuat Furosemid Sehari 2 mg/kgBB, maksimal 40 mg
4 Kortikosteroid Dexamethasone 0,2 – 0,5 mg/kgBB/hari 5 Stimulan Adrenoreseptor
β2 selektif Salbutamol,
Ventolin, Lassal 2 mg
6 Antibiotik a. Ampisilin b. Cefixim c. Gentamisin
4 – 6 x 250 mg 5 – 10th : 200 mg/hari,
>10th : 200 – 400 mg/hari
>5th : i.m / i.v 1,5 – 2,5 mg/kgBB tiap 8 jam
7 Antihistamin CTM 4 – 6 x 2 mg, maksimal 12 mg/hari
8 Antitukak a. Antasida b. Ranitidin
500 mg 2 – 4 mg/kg 2 x sehari,
maksimal 300 mg sehari
9 Antiemetic, Gastroprokinetic Agent
Metoklopramid a. 5 – 9th (20 – 29kg): 3 x 2,5 mg
b. 9 – 14th (>30 kg) : 3 x 5 mg
C. Peresepan pada Anak
Metode yang dapat diandalkan dalam menetapkan dosis untuk anak
dengan tepat adalah menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman
klinis. Bila informasi tidak tersedia, maka dosis harus diperhitungkan. (Sapury,
2003). Dosis untuk anak bisa dihitung dari dosis dewasa berdasar umur, berat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
badan, dan luas permukaan tubuh (Anonim b, 2000). Namun perubahan pada luas
permukaan tubuh paling mencerminkan klirens obat sekaligus kebutuhan akan
perubahan pada dosis obat. Perhitungan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh
terutama penting bila berkaitan dengan obat yang mempunyai indeks terapi
sempit, misalnya bahan sitotoksik (Sapury, 2003).
Penatalaksanaan sepsis sebagai infeksi sekunder selama pasien dirawat di
rumah sakit mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan sumber infeksi.
Panduan pemilihan antibiotik pada anak yang menderita sepsis selama perawatan :
1. Sefalosporin generasi ketiga ditambah aminoglikosida
2. Penisilin ditambah aminoglikosida (Anonim, 2005 a)
Agar dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa penggolongan
untuk membagi masa anak-anak. Penggolongan didasarkan pada saat terjadinya
perubahan-perubahan biologis:
1. Neonatus : awal kelahiran sampai usia 1 bulan
2. Btante : 1 bulan sampai 1 tahun
3. Anak : 1 sampai 12 tahun
4. Remaja : 13 sampai 17 tahun
5. Dewasa : 18 tahun keatas (Anonim, 2000)
D. Penatalaksanaan DHF
Sebagai permulaan terapi diberikan cairan pengganti, cairan yang
digunakan ialah Ringer Laktat. Dalam keadaan berat, cairan harus diberikan
secara diguyur, artinya secepat-cepatnya dengan klem dibuka. Dalam keadaan
renjatan yang tidak berat, cairan diberikan dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pada penderita dengan renjatan berat atau penderita dengan renjatan tidak berat,
yang tidak memberikan respon pada pengobatan Intra Venous Fluid Drip (IVFD)
dengan cara dan kecepatan yang dianjurkan, diberikan plasma atau ekspander
plasma. Umumnnya plasma yang diperlukan berjumlah 20 – 30 ml/kgBB
(Sumarmo, 1995).
Apabila renjatan sudah diatasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi
cukup besar, tekanan sistolik 80 mmHg atau lebih, maka kecepatan tetesan
dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam. Mengingat bahwa kebocoran plasma dapat
berlangsung 24 – 48 jam, maka pemberian cairan intravena dipertahankan
walaupun tanda-tanda vital telah menunjukkan perbaikan nyata. Oleh karena
hematokrit merupakan indeks yang dapat dipercaya dalam menentukan kebocoran
plasma, maka pemeriksaan hematokrit perlu dilakukan secara periodik. Kecepatan
pemberian cairan selanjutnya disesuaikan dengan gejala klinis vital dan nilai
hematokrit (Sumarmo, 1995).
Demam tinggi harus diatasi dengan kompres dan penggunaan
parasetamol yang tepat. Aspirin dan salisilat lain tidak boleh diberikan karena
menimbulkan perdarahan, menyebabkan iritasi lambung, dan asidosis.
E. Drug Therapy Problems (DTPs)
Drug Therapy Problems (DTPs) adalah sebuah kejadian atau
permasalahan yang melibatkan terapi obat pada penderita yang mempengaruhi
pencapaian outcome (Seto, dkk, 2004). Masalah-masalah yang dibahas dalam
DTPs dan penyebabnya dijelaskan dalam tabel berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Tabel V. Drug Therapy Problems dan Penyebab Umum Terjadinya DTPs (Cipolle dkk, 2004)
Drug Therapy Problems Penyebab Umum Terjadinya DTPs
1. Tidak perlu obat (Unnecesary drug Therapy)
a. Obat yang diberikan tidak ada indikasi pada saat itu.
b. Pemberian obat kombinasi yang seharusnya cukup dengan satu obat saja.
c. Kondisi pasien yang lebih baik disembuhkan dengan terapi non farmakologi.
d. Pasien meminum obat untuk mencegah efek samping yang seharusnya dapat dihindarkan.
2. Butuh obat (Need for additional drug therapy)
a. Kondisi baru yang membutuhkan obat. b. Kondisi yang memiliki risiko kejadian efek
samping dan membutuhkan obat untuk mencegahnya.
c. Kondisi yang membutuhkan kombinasi obat. 3. Obat tidak efektif
(Ineffective drug) a. Obat yang diberikan bukan yang paling
efektif untuk mengatasi masalah pasien. b. Kondisi pasien susah disembuhkan dengan
obat yang diberikan. c. Cara pemberian obat yang tidak sesuai.
4. Dosis kurang (Dosage too low)
a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menimbulkan respon.
b. Interval pemberian kurang untuk menimbulkan respon yang diinginkan.
c. Interaksi obat mengurangi kadar obat aktif yang tersedia.
d. Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
5. Dosis berlebih (Dosage too high)
a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi. b. Frekuensi pemberian obat terlalu pendek. c. Durasi terapi obat terlalu lama. d. Pemberian obat dilakukan terlalu cepat.
6. Efek obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction)
a. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.
b. Dibutuhkan obat yang lebih aman karena ada faktor risiko.
c. Interaksi obat menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan.
d. Regimen dosis yang diberikan atau diganti terlalu cepat.
e. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi alergi.
f. Obat yang diberikan kontraindikasi karena ada faktor risiko.
7. Ketidaktaatan Pasien (Uncompliance)
a. Pasien tidak mengeri instruksi yang diberikan. b. Pasien lebih memilih tidak meminum obat. c. Pasien lupa meminum obat. d. Obat terlalu mahal bagi pasien. e. Pasien tidak dapat meminum atau
menggunakan sendiri obat dengan tepat. f. Obat tidak tersedia bagi pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tugas seorang farmasis adalah untuk selalu memastikan bahwa setiap
obat yang diberikan pada pasien memiliki indikasi yang tepat dan digunakan oleh
pasien dengan cara yang tepat, sehingga tercapailah tujuan akhir terapi.
Identifikasi DTPs adalah area utama, dimana farmasis dapat memberikan
kontribusinya bagi penderita (Seto dkk, 2004).
Ketika sebuah DTPs terdeteksi, maka sangat penting untuk
merencanakan bagaimana cara mengatasinya (menggunakan skala prioritas).
Prioritas masalah tersebut didasarkan pada risiko yang mungkin timbul pada
pasien. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan skala prioritas
penanganan DTPs, antara lain :
1. Permasalahan manakah yang dapat diselesaikan atau hindari dengan segera
dan manakah yang dapat diselesaikan kemudian.
2. Permasalahan manakah yang merupakan bagian dari tugas atau tanggung
jawab seorang farmasis.
3. Permasalahan manakah yang dapat diselesaikan dengan cepat oleh seorang
farmasis dan penderitanya.
4. Permasalahan manakah yang dalam penyelesaiannya, memerlukan bantuan
dari tenaga kesehatan lain (dokter, perawat, keluarga penderita, dan lain-lain)
(Seto dkk, 2004).
F. Keterangan Empiris
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kejadian DTPs
pada pasien anak yang menderita DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelit ian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan
deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif (Notoatmodjo, 2005). Pengumpulan
data dilakukan dengan cara mengumpulkan data rekam medis pasien anak
penderita DHF non komplikasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode
semester I tahun 2008.
B. Definisi Operasional
1. Dengue Haemorrhagic Fever non komplikasi adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue dan masih berada dalam grade I dan II.
2. Pasien rawat inap adalah pasien anak penderita Demam Berdarah Dengue non
komplikasi yang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 yang berumur 6 tahun
hingga 12 tahun.
3. Evaluasi DTPs adalah melihat kembali data penatalaksanaan terapi pasien
anak DHF non komplikasi kemudian dianalisis dengan metode SOAP
berdasarkan Standar Pelayanan Medis (SPM) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
IONI (2000), WHO (1999), dan MIMS (2008).
4. Periode semester I 2008 adalah kurun waktu antara bulan Januari 2008 sampai
dengan Juni 2008.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
5. Medical Record (MR) / Rekam Medis (RM) pasien adalah data riwayat
penyakit pasien anak DHF non komplikasi yang dirawat di Instalasi Rawat
Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, meliputi nomor rekam medik, umur,
jenis kelamin, diagnosis, lama perawatan, jenis obat, dosis obat, aturan pakai
yang diberikan selama terapi.
6. Jumlah obat adalah banyaknya jenis obat yang diterima pasien anak DHF non
komplikasi selama pasien dirawat di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta periode semester I tahun 2008.
7. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan kelas efek terapi yang
diterima pasien anak penderita DHF non komplikasi yang menjalani rawat
inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 dalam
bentuk generik maupun nama dagang.
8. Regimen Dosis adalah besarnya dosis dan frekuensi pemberian obat yang
diberikan pada pasien anak penderita Demam Berdarah Dengue non
komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode
semester I tahun 2008.
9. Penatalaksanaan terapi adalah tindakan, proses, dan cara pelayanan kesehatan
yang terkait dengan pengobatan untuk menangani kasus DHF grade I dan II.
10. SOAP adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisis DTPs
melalui masalah medis pasien (subjective), pemeriksaan fisik dan
laboratorium (objective), penilaian farmasis terhadap subjective dan objective
pasien (assessment), dan rencana terapi yang akan diberikan kepada pasien
(planning) di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
C. Subyek Peneli tian
Subyek penelitian ini adalah semua pasien anak yang terdiagnosis utama
DHF non komplikasi (grade I dan II), tanpa melihat kriteria penggolongan DHF
grade I dan II, berumur 6 – 12 tahun dan tercatat di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 berdasarkan data dari
bagian rekam medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian populatif (deskriptif) dan tidak ada sampling.
D. Bahan dan Lokasi Penelit ian
1. Bahan Peneli tian
Bahan penelitian yang digunakan di sini adalah lembar rekam medik
pasien yang terdiagnosis DHF non komplikasi (grade I dan II) dan menjalani
rawati inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008.
2. Lokasi Penelit ian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Catatan Medik (ICM) RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta yang terletak di Jalan Kesehatan No. 1 Yogyakarta 587333.
E. Jalannya Peneli tian
Dalam menyelesaikan penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Persiapan
Dimulai dengan survei jumlah kasus pasien anak yang terdiagnosis DHF
yang ada di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester
I tahun 2008 di bagian Rekam Medik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Pengumpulan Data
Tahap ini adalah tahap pengumpulan data yang dilakukan dengan
pencatatan rekam medik pasien yang menderita DHF non komplikasi. Data yang
dikumpulkan sebanyak 31 data, diambil secara non random dari daftar pasien
DHF pada bagian rekam medik. Teknik pengambilan sampel penelitian ini
merupakan non random (non probability sampling) (Notoatmodjo, 2005), karena
hanya rekam medik tertentu saja yang tersedia untuk diteliti. Jumlah sampel yang
diambil adalah seluruh populasi penyakit DHF anak non komplikasi di Instalasi
Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008.
3. Analisis Data
Penelitian mengenai Evaluasi DTPs pada pasien anak DHF di Instalasi
Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008
dilakukan dengan menelusuri data pasien anak yang terdiagnosis kerja (diagnosis
utama) sebagai penderita DHF grade I dan II tanpa melihat penggolongan DHF
grade I dan II yang sebenarnya. Dengue Haemorrhagic Fever di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta menempati urutan keempat dalam sepuluh besar penyakit
prevalensi tertinggi dengan jumlah kasus sebanyak 609 kasus.
Hasil penelitian mengenai kajian Evaluasi DTPs pada pasien anak DHF
di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun
2008 dikaji dalam 4 bagian, yaitu :
a. Karakteristik pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta periode semester I tahun 2008, meliputi :
1). Gambaran berdasarkan umur dan jenis kelamin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2). Gambaran berdasarkan nilai trombosit ketikamasuk rumah sakit
3). Gambaran berdasarkan nilai hematokrit ketika masuk rumah sakit
b. Pola pengobatan pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta periode semester I tahun 2008, meliputi :
1). Jumlah obat
2). Golongan obat yang digunakan
3). Jenis obat yang digunakan
c. Gambaran kasus masalah-masalah yang berkaitan dengan obat (DTPs) yang
terjadi pada penalataksanaan terapi pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008, merupakan
penjabaran dari beberapa kasus yang memiliki DTPs pada penatalaksanaan
terapi DHF.
d. Hasil terapi yang diperoleh pasien anak DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008, dilihat dari outcome
pada waktu pasien dipulangkan dan lamanya pasien dirawat.
4. Pembahasan Kasus
Kasus dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan bentuk uraian
untuk memperoleh informasi sebagai berikut :
a. Umur pasien (6 – 12 tahun) dan diagnosis utama DHF non komplikasi selama
pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (DHF
grade I dan II).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Rata-rata jumlah obat, diketahui dari banyaknya jenis obat yang diberikan
pada pasien anak Demam Berdarah Dengue non komplikasi selama menjalani
perawatan.
c. Persentase golongan obat, dihitung berdasarkan jumlah kasus yang menerima
golongan obat tertentu dibagi jumlah kasus yang diteliti dikalikan 100 %.
d. Peresepan dokter dan pelaksanaan pemberiannya oleh perawat di instalasi
terkait.
e. Analisis SOAP untuk mengetahui kemungkinan kejadian DTPs pada pasien
anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
F. Kesulitan Penelit ian
Penulis menemukan kesulitan dalam melakukan penelitian ini, karena
terdapat 16 kasus DHF disertai dengan komplikasi (muncul adanya edema
palpebra, ascites, efusi pleura) yang semestinya tidak dimasukkan dalam kriteria
DHF grade I dan II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Jumlah Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Berdasarkan Kelompok Umur
0
20
40
60
80
100
0 – 5 6 – 12 > 12
Kelompok Umur (tahun)
Jum
lah
Pas
ien
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008
1. Gambaran Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Pasien DHF yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta pada periode semester I tahun 2008 terdapat 609 kasus. Dari jumlah
tersebut, terdapat 144 kasus pasien anak DHF dengan penggolongan umur sebagai
berikut :
Gambar 3. Grafik Jumlah Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Berdasakan Kelompok Umur
Dari penggolongan berdasarkan kelompok umur tersebut, kelompok
umur 6 – 12 tahun mendapat jumlah yang paling besar dibanding kelompok umur
yang lain. Hal ini sangat menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian
pada kelompok umur 6 – 12 tahun. Kelompok umur 6 – 12 tahun merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Jumlah Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
0
2
4
6
8
10
6 7 8 9 10 11 12
Umur (Tahun)
Jum
lah
Pas
ien
Pria
Wanita
tahap awal bagi anak dalam mulai berinteraksi dengan lingkungan di luar keluarga
atau rumahnya serta memasuki usia sekolah. Dibandingkan dengan anak-anak
usia < 5 tahun, maka anak-anak pada kelompok umur 6 – 12 tahun akan memiliki
intensitas lebih tinggi dalam berinteraksi dengan lingkungannya, dapat bergerak
sendiri tanpa bantuan orang lain, dan lebih sering kontak dengan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini berarti, lebih besar kemungkinan bagi anak-anak kelompok
umur 6 – 12 tahun untuk berinteraksi langsung dengan sumber-sumber penyakit
DHF.
Jumlah kasus pada kelompok umur 6 – 12 tahun adalah 90 kasus. Pada
penelitian ini, diambil kasus DHF non komplikasi untuk diteliti, sehingga dari 90
kasus tersebut diperoleh 31 kasus DHF non komplikasi dengan perincian :
Gambar 4. Grafik Jumlah Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Dari 31 kasus DHF non komplikasi yang ada terbagi lagi menjadi 2
kelompok, yaitu : kasus DHF grade I (16 kasus) dan kasus DHF grade II (15
kasus).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Gambaran Berdasarkan Nilai Trombosit Ketika Masuk Rumah Sakit
Penurunan nilai trombosit di bawah normal (trombositopenia)
merupakan gejala klinis yang tampak pada sebagaian besar pasien yang
terdiagnosis DHF. Pada penelitian ini ditemukan penurunan trombosit yang jauh
dari normal ketika pasien masuk ke rumah sakit, yaitu rata-rata memiliki nilai
trombosit sebesar 77,28 ribu/mmk + SD (SD = 51,9), sedangkan pedoman nilai
normal trombosit di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 150 – 450 ribu/mmk.
Keadaan trombositopenia dianggap menjadi penyebab terjadinya
perdarahan pada kasus DHF, yaitu pada DHF grade II, III, dan IV. Dengan adanya
trombositopenia di sini memungkinkan terjadinya perdarahan. Pada penelitian ini
terdapat 3 kasus DHF grade II yang mendapatkan transfusi trombosit (PRC /
Packed Red Cell) ketika nilai trombositnya jauh di bawah normal disertai dengan
hemokonsentrasi dan tanda perdarahan yang nyata, yaitu pada kasus nomor 14, 20
dan 21.
3. Gambaran Berdasarkan Nilai Hematokrit Ketika Masuk Rumah Sakit
Peningkatan nilai hematokrit merupakan salah satu manifestasi klinis
dari kebocoran plasma yang terjadi pada kasus DHF. Kebocoran plasma
dibuktikan dengan peningkatan > 20 % dari nilai hematokrit awal. Nilai normal
hematokrit anak menurut RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 36 – 44 %.
Peningkatan > 20 % dari nilai hematokrit awal berada pada rentang 43,4 – 52,8 %.
Pada penelitian ini, rata-rata nilai hematokrit ketika pasien masuk rumah
sakit adalah 39,9 % + SD (SD = 2,9). Hal ini berarti rata-rata pasien yang masuk
rumah sakit memiliki nilai hematokrit dalam batas normal, hanya saja pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
beberapa pasien DHF grade II juga dijumpai pemberian transfusi FFP karena nilai
hematokrit yang tinggi (hemokonsentrasi), sehingga mengakibatkan terjadinya
kebocoran plasma, yaitu pada kasus nomor 5, 20, 21.
B. Pola Pengobatan Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun
2008
Tujuan dari pemberian obat-obatan pada kasus DHF adalah mengobati
gejala-gejala yang timbul akibat infeksi virus Dengue dan bukan untuk mengobati
virus penyebabnya. Jadi, sistem pengobatan DHF bersifat suportif dan
simptomatik.
1. Jumlah Obat
Jumlah obat yang diberikan pada pasien anak (6 – 12 tahun) DHF non
komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode
semester I 2008 adalah sebanyak 1 – 7 macam obat, berbeda-beda jumlahnya per
kasus.
Tabel VI. Distribusi Jumlah Obat yang Diberikan Pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun
2008
No. Jumlah Obat Jumlah Kasus Prosentase (%) 1 1 19 61,29 2 2 5 16,13 3 3 2 6,45 4 4 2 6,45 5 5 2 6,45 6 6 - 0 7 7 1 3,23
∑∑∑∑ total kasus = 31 kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Jumlah obat yang diberikan pada pasien anak DHF dalam penelitian ini
tidak semuanya diberikan dalam waktu dan jumlah bersamaan tetapi menurut
selang dosis tertentu selama masa perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Jumlah macam obat yang diberikan pada pasien anak DHF
di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I 2008
sangat bervariasi, karena prinsip pengobatan penyakit DHF bersifat suportif dan
simptomatik, sehingga obat-obat yang diberikan di sini dimaksudkan untuk
mengobati gejala-gejala yang muncul.
Gejala-gejala yang muncul pada tiap pasien berbeda-beda, hal inilah
yang menyebabkan jumlah obat yang diberikan pada setiap pasien berbeda. Selain
itu, perbedaan jumlah obat juga disebabkan perbedaan tingkat berat ringannya
penyakit yang diderita oleh pasien anak DHF.
Obat-obat yang digunakan pada pasien anak DHF di Instalasi Rawat
Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008 terdiri dari 10
kelas terapi. Penggunaan obat-obat ini tidak hanya digunakan untuk mengobati
gejala DHF saja melainkan juga digunakan untuk mengobati penyakit penyerta
pasien, seperti tukak lambung, gatal-gatal, mual, dan lain sebagainya.
2. Golongan Obat yang Digunakan
Golongan obat yang diberikan pada pasien anak DHF, meliputi obat
rehidrasi, analgesik non narkotik, diuretik kuat, kortikosteroid, stimulan
adrenoreseptor β2 selektif, antibiotik, antihistamin sedatif, antitukak, obat-obat
lain, antiemetik dan gastroprocinetic agent.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel VII. Kelas Terapi Obat yang Diberikan Pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun
2008
No. Golongan Obat Jumlah Kasus
Prosentase (%)
1 Rehidrasi 31 100 2 Analgesik Antipiretik 21 67,7 3 Diuretik kuat 6 19,35 4 Kortikosteroid 5 16,13 5 Stimulan Adrenoreseptor β2 selektif 5 16,13 6 Antibiotik 4 12,9 7 Antihistamin 2 6,45 8 Antitukak 2 6,45 9 Obat-obat lain 2 6,45 10 Antiemetic, Gastroprokinetic Agent 1 3,23
∑∑∑∑ total kasus = 31 kasus
Dari tabel di atas dapat diamati bahwa obat rehidrasi merupakan
golongan obat yang paling banyak digunakan pada pasien anak DHF. Obat
golongan ini diberikan kepada semua pasien (100%). Golongan analgetik non
narkotik merupakan golongan obat terbanyak kedua setelah golongan obat
rehidrasi yang diberikan pada 21 pasien (67,7%). Diuretik kuat merupakan
golongan obat urutan ketiga yang diberikan kepada 6 pasien (19,35%).
Obat kortikosteroid merupakan golongan obat urutan keempat yang
diberikan kepada 5 pasien (16,13%). Golongan obat stimulan adrenoreseptor β
selektif merupakan obat urutan kelima yang diberikan kepada 5 pasien (16,13%).
Golongan obat antibiotik merupakan obat urutan urutan keenam yang diberikan
kepada 4 pasien (12,9%). Golongan obat antihistamin sedatif merupakan obat
urutan ketujuh yang diberikan kepada 2 pasien (6,45%). Obat antitukak
merupakan obat urutan kedelapan yang diberikan kepada 2 pasien (6,45%). Obat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
obat lain merupakan obat urutan kesembilan yang diberikan kepada 2 pasien
(6,45%). Sedangkan obat antiemetic, gastroprokinetic agent diberikan kepada 1
pasien (3,23%).
3. Jenis Obat yang Digunakan
a. Rehidrasi
Obat rehidrasi merupakan cairan elektrolit yang tersedia dalam bentuk
sediaan infus dan diberikan kepada pasien secara parenteral. Terapi cairan
parenteral ini digunakan untuk mempertahankan dan mengembalikan volume dan
komposisi normal cairan tubuh. Tujuan rehidrasi adalah untuk menormalkan
lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel
dan organ.
Obat rehidrasi merupakan golongan obat terbanyak yang diberikan
kepada pasien anak DHF, karena dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
keparahan DHF yang berlanjut menjadi DHF grade III dan IV (Dengue Shock
Syndrome), sehingga terapi rehidrasi memang mutlak harus diberikan kepada
pasien DHF grade I dan II. Dengan demikian, pemberian cairan elektrolit secara
oral tidak dimungkinkan. Oleh karena itu, untuk mencegah kondisi-kondisi lain
yang akan menyebabkan keadaan pasien bertambah parah, maka dokter
memberikan terapi cairan elektrolit. Cairan rehidrasi yang digunakan pada
penelitian kasus DHF di sini ada 2 macam, yaitu cairan infus RL (Ringer Laktat)
dan cairan infus asering, tetapi proporsi terbanyak yang digunakan di sini adalah
cairan infus RL. Pemilihan dan jumlah obat rehidrasi disesuaikan dengan kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
individu pasien, yaitu disesuaikan dengan derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit.
Macam cairan dan sifat-sifat cairan untuk resusitasi volume, yaitu :
3). Kristaloid : Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat (RA), NaCl 0,9%.
4). Koloid : Hydroxyethylstarch (HES), Gelatin, Albumin 5%, Dextran, Plasma
Protein Fraction (PPF).
Ringer Laktat (RL) merupakan cairan kristaloid yang sudah lama
digunakan untuk resusitasi dengue. RL adalah larutan isotonik yang komposisinya
menyerupai komoosisi plasma. RL dapat diberikan dengan kecepatan tinggi pada
berbagai keadaan darurat hiovolemik. Komponen karbonat yang dihasilkan dari
metabolisme laktat memberikan efek dapar (buffer) yang diperlukan untuk
mengatasi asidosis yang terjadi (Sutaryo, 2004).
Tabel VIII. Daftar Penggunaan Rehidrasi
No. Jenis Rehidrasi Jumlah Kasus
1. Ringer Laktat 31 2. Asering 1
Terapi rehidrasi yang lain dapat diberikan dalam bentuk transfusi FFP
(Fresh Frozen Plasma), yaitu pada 3 kasus, untuk mengatasi terjadinya
hemokonsentrasi yang berakibat pada kebocoran plasma dan transfusi PRC
(Packed Red Cell), yaitu pada 3 kasus, untuk mengatasi trombositopenia dan
perdarahan yang terjadi pada pasien.
b. Analgesik Antipiretik
Analgesik antipiretik merupakan obat yang ditujukan untuk mengobati
demam sekaligus mengurangi rasa nyeri yang menyertai demam. Pasien DHF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang masuk RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta juga menderita demam, sehingga
diperlukan analgetik antipiretik.
Pada penelitian ini, obat golongan analgetik antipiretik yang paling
banyak digunakan adalah parasetamol, meskipun juga terdapat 2 merk dagang dari
parasetamol, yaitu sanmol dan pamol. Penggunaan merk dagang sebagai terapi
kurang begitu efektif dalam hal biaya. Golongan analgetik antipiretik merupakan
golongan obat terbanyak kedua setelah golongan obat rehidrasi, yaitu 21 pasien
(67,7%). Hal ini disebabkan karena gejala umum pada penyakit DHF adalah suhu
tubuh yang tinggi melebihi suhu tubuh normal.
Obat analgetik antipiretik yang ditemukan pada penelitian ini merupakan
obat golongan analgetik non narkotik. Sebagai analgetik, obat-obat ini bekerja
dengan jalan merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dan
sebagai antipiretik. Obat ini bekerja dengan jalan merangsang pusat pengaturan
kalor di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan
bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Parasetamol merupakan analgetik antipiretik yang paling sering
digunakan pada anak-anak. Menurut dokter yang menangani pasien anak di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta, parasetamol merupakan obat analgetik antipiretik yang
paling aman atau ringan dibandingkan dengan obat analgetik antipiretik lain.
Parasetamol juga cepat dan hampir sempurna diabsorpsi pada pemberian oral.
Efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian parasetamol jarang terjadi kecuali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut (dilaporkan setelah penggunaan
jangka panjang), dan kerusakan hati setelah overdosis (Anonim b, 2000).
c. Diuretik Kuat
Diuretik kuat diindikasikan untuk mengatasi udem pada pasien. Obat
golongan diuretik kuat pada penelitian ini diberikan kepada 6 pasien (19,35%).
Jenis diuretik yang diberikan adalah furosemid (lasix).
Furosemid adalah golongan diuretika kuat. Furosemid digunakan segera,
untuk mengeluarkan kelebihan cairan, seperti ascites (pengumpulan cairan di
rongga abdomen) dan udem paru (pengumpulan cairan di dalam pleura). Hal ini
dimaksudkan supaya tidak timbul komplikasi yang berbahaya seperti sesak nafas
atau infeksi bakterisidal. Kondisi kelebihan cairan ini nantinya dapat memicu
terjadinya kebocoran plasma, sehingga diperlukan obat diuretik kuat untuk
mengatasinya (Sutaryo, 2004).
d. Kortikosteroid
Obat golongan kortikosteroid yang digunakan di sini adalah sebagai
antiinflamasi sistemik saat transfusi trombosit atau FFP. Fungsi lain dari
kortikosteroid adalah untuk mengatasi reaksi alergi pada kulit akibat injeksi
ataupun transfusi (misalnya gatal-gatal dan kemerahan pada kulit) yaitu
dexamethason. Obat golongan kortikosteroid di sini menduduki porsi terbanyak
keempat, yaitu digunakan pada 5 pasien (16,13%).
Dexamethason digunakan dengan indikasi menekan reaksi radang dan
reaksi alergi. Obat golongan kortikosteroid ini dapat menimbulkan efek samping,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yaitu gangguan pertumbuhan pada anak (Anonim b, 2000), sehingga penggunaan
kortikosteroid harus digunakan sesuai dengan aturan pakai (dosis yang sesuai
untuk tiap individu).
e. Stimulan Adrenoreseptor ββββ2 selektif
Obat golongan stimulan adrenoreseptor β2 selektif merupakan obat
urutan kelima (16,13%) yang digunakan pada penelitian ini. Obat yang digunakan
pada golongan ini adalah Salbutamol (generik), Ventolin, dan Lasal. Ventolin dan
Lasal juga berisi salbutamol.
Pada penelitian ini, pasien DHF non komplikasi juga diberi salbutamol
dengan indikasi untuk mengatasi sesak pasien. Salbutamol merupakan obat
bronkodilator yang bekerja melalui stimulasi reseptor β2 di trakea dan bronki,
yang akan meningkatkan kadar cAMP (adenosin monophosphate cyclic) yang
menghasilkan efek, antara lain bronkodilatasi. Efek samping yang dapat
ditimbulkan oleh salbutamol, yaitu tremor halus (terutama pada tangan),
ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer, takikardi, dan hipokalemia
sesudah dosis tinggi (Anonim b, 2000). Dosis salbutamol untuk anak usia 6 – 12
tahun menurut IONI (2000) adalah 2 mg.
f. Antibiotik
Antibiotik (antimikroba) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya
mikroba yang merugikan manusia (Setiabudy dan Gan, 1995). Tujuan pemberian
antibiotik di sini sebagai profilaksis, yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder yang dapat timbul selama perawatan, bukan untuk mengobati infeksi
vius Dengue.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Antibiotik pada penelitian ini digunakan pada 4 kasus (12,9%). Jenis
antibiotik yang digunakan di sini ada 4 macam, yaitu :
1). Golongan sefalosporin (Sefiksim)
2). Golongan penisillin (Ampisillin)
3). Golongan aminoglikosida (Gentamisin)
4). Kombinasi golongan sulfonamid dan trimetoprim (Kotrimoksazol)
Antibiotik golongan sefalosporin dan penisilin merupakan antibiotik yang bekerja
dengan menghambat sintesis dinding sel, sedangkan aminoglikosida merupakan
antibiotik yang bersifat bakterisidal terhadap bakteria gram negatif dan gram
positif. Kombinasi golongan sulfonamid dan trimetoprim bekerja dengan
menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang berurutan pada
mikroba, sehingga kombinasi kedua obat memberikan efek sinergi (Ganiswara,
2005).
g. Antihistamin
Obat antihistamin juga digunakan pada 2 kasus (6,45%). Antihistamin
adalah obat yang diberikan untuk mengobati alergi, namun pada kasus DHF
umumnya tidak terdapat gejala alergi, sehingga proporsi penggunaan antihistamin
di sini hanya sedikit.
h. Antitukak
Penggunaan golongan obat antitukak yang digunakan pada kasus di sini
hanya 2 kasus (6,45%). Obat antitukak yang digunakan di sini ada 2 macam,
yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
1). Antagonis reseptor H2 (Ranitidin)
2). Antasida
Antasida adalah senyawa yang mempunyai kemampuan menetralkan
asam klorida (lambung) atau mengikatnya. Sediaan antasida dapat digolongkan
menjadi 3 macam, yaitu : dengan kandungan aluminium dan atau magnesium,
dengan kandungan natrium bikarbonat, dan dengan kandungan bismut dan
kalsium. Efek samping utama dari antasida adalah diare, yang potensial berbahaya
pada btante dan anak-anak kecil, sehingga efek samping ini harus juga
diperhatikan pemberiannya pada kasus anak DHF (Anonim b, 2000).
Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan
duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat
hambatan reseptor H2. Ranitidin diindikasikan untuk tukak lambung dan tukak
duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat AINS, tukak
duodenum karena H. pylori, syndrome Zollinger Ellison, kondisi lain dimana
pengurangan asam lambung akan bermanfaat (Anonim b, 2000).
i. Obat-obat Lain
Penggunaan obat-obat lain pada penelitian ini terdapat pada 2 kasus
(6,45%). Obat-obat lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah Dialac, Zinc,
dan Dulcolax. Obat-obat ini diberikan pada 2 kasus yang berbeda.
Dialac diindikasikan untuk memelihara fungsi normal usus pada anak
dan dewasa. Dulcolax digunakan untuk mengatasi konstipasi pada pasien.
Sedangkan Zinc berfungsi memacu penyembuhan jaringan dan diperlukan untuk
pembentukan kolagen, yang merupakan bahan penting untuk penyembuhan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
perbaikan jaringan, serta memiliki aktivitas imunitas seluler, dibutuhkan untuk
metabolisme nutrien dan sintesis asam nukleat (DNA dan RNA) (Darmawan,
2008).
j. Antiemetic, Gastroprokinetic Agent
Obat golongan ini hanya digunakan pada 1 kasus saja (3,23%). Obat
yang digunakan pada golongan ini adalah metoklopramid. Obat ini berkhasiat
memperkuat motilitas dan pengosongan lambung berdasarkan stimulasi saraf-
saraf kolinergik, khasiat antidopamin di pusat perifer, serta kerja langsung
terhadap otot polos. Metokloporamid berdaya antiemetik sentral kuat berdasarkan
blokade reseptor dopamin di Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ).
Tujuan pemberian obat-obat ini adalah untuk mengatasi mual dan
muntah yang terjadi akibat proses infeksi. Efek samping dari metoklopramid yaitu
gejala ekstrapiramidal, hiperprolaktinemia, mengantuk, gelisah, diare, depresi,
sindrom neuroleptik maligna, abnormalitas konduksi jantung pada pemberian
intravena (Anonim b, 2000).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
C. Gambaran Kasus Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Obat (Drug Therapy Problems) yang Terjadi Pada Penatalaksanaan Terapi Dengue
Haemorrhagic Fever Anak Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008
Sebanyak 14 kasus DHF di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta periode semester I tahun 2008 mengalami masalah-masalah yang
berkaitan dengan obat (Drug Therapy Problems), yaitu dosis kurang (4 kasus),
dosis terlalu tinggi (2 kasus), tidak tepat indikasi (1 kasus), dan butuh obat (7
kasus).
1. Drug Therapy Problem Dosis Kurang (Dosage too low)
Frekuensi kejadian DTP dosis kurang terjadi pada 4 kasus, yaitu kasus
nomor 4, 5, 12, 15 pada pemberian parasetamol sebagai analgetik antipiretik.
Menurut Standar Pelayanan Medis (SPM) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dosis
parasetamol yang diberikan untuk mengatasi demam pada kasus DHF adalah 10 –
15 mg/kgBB dan diulang pemberiannya setiap 4 – 6 jam sekali, namun pemberian
parasetamol pada kasus tersebut kurang dosisnya. Pada suatu pengobatan,
kurangnya dosis yang diberikan dapat memungkinkan berkurangnya efektivitas
terapi yang akan dicapai.
2. Drug Therapy Problem Dosis Terlalu Tinggi (Dosage too high)
Frekuensi kejadian DTP dosis terlalu tinggi terjadi pada 2 kasus, yaitu
kasus nomor 5 dan 27. Dosis terlalu tinggi pada kasus nomor 5, yaitu pada
pemberian terapi lanjutan antibiotik sefiksim 2x150 mg dalam 1 hari, karena
menurut IONI (2000), sefiksim diberikan untuk anak usia 5 – 10 tahun dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dosis 200 mg/hari, sedangkan pasien di sini berusia 7 tahun. Maksud dari
pemberian sefiksim di sini karena pasien sepsis.
Dosis terlalu tinggi pada kasus nomor 27 adalah pada pemberian
parasetamol sebagai analgetik antipiretik. Menurut Standar Pelayanan Medis
(SPM) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dosis parasetamol yang diberikan untuk
mengatasi demam pada kasus DHF adalah 10 – 15 mg/kgBB dan boleh diulang
pemberiannya setiap 4 – 6 jam sekali. Pada kasus ini, pasien mendapat
parasetamol dalam waktu yang berurutan (pemberian parasetamol yang pertama
dan berikutnya berjarak + 3 jam), yaitu parasetamol ¾ mg pada tanggal 1 Maret
2008 pukul 11.30 dan 14.25 serta parasetamol 320 mg pada tanggal 1 Maret 2008
pukul 11.30 dan 14.00, sehingga dimungkinkan terjadi akumulasi (dosis berlebih).
3. Drug Therapy Problem Tidak Tepat Indikasi (Ineffective drug)
Frekuensi kejadian DTP tidak tepat indikasi terjadi pada 1 kasus, yaitu
kasus nomor 3 pada pemberian Ranitidin untuk mengatasi nyeri perut yang
dialami oleh pasien. Hal ini menjadi tidak tepat indikasi karena pasien mengeluh
nyeri perut karena menstruasi hari pertama, sedangkan obat yang diberikan oleh
dokter (ranitidin) untuk mengatasi nyeri perut karena gangguan saluran cerna
(lambung).
4. Drug Therapy Problem Butuh Obat (Need for additional drug therapy)
Frekuensi kejadian DTP butuh obat terjadi pada 7 kasus, yaitu kasus
nomor 4, 5, 6, 8, 9, 23, 28, semuanya membutuhkan pemberian lasix sebagai obat
diuretik kuat untuk mengatasi edema palpebra, ascites, dan efusi pleura yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dialami oleh pasien selama dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Namun,
pada kasus nomor 5, pasien tidak hanya membutuhkan lasix, tetapi juga
membutuhkan Lacto B dan Dulcolax sesuai yang dieresepkan oleh dokter, karena
pasien konstipasi, namun tidak tertulis pada catatan pelaksanaan pemberian obat
oleh perawat, apakah sudah diberikan atau belum.
Pada kasus nomor 9 juga tidak hanya butuh lasix, tetapi pasien juga
membutuhkan parasetamol karena pasien mengeluh pusing dan nyeri perut,
padahal dokter sudah meresepkan parasetamol 500 mg namun pada catatan
keperawatan tidak tertulis bahwa parasetamol telah diberikan pada pasien ini dan
walaupun parasetamol benar diberikan untuk pasien ini, maka dosis parasetamol
yang seharusnya diberikan bukan 500 mg tetapi antara 520 mg – 780 mg, karena
pasien memiliki berat badan 52 kg, sedangkan dosis parasetamol menurut Standar
Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 10 – 15 mg/kgBB.
Adanya pengobatan yang tidak tertulis dalam catatan rekam medis
pasien dapat menimbulkan 2 asumsi, yaitu perawat memberikan obat tersebut dan
lupa mencatatnya atau perawat memang tidak memberikan obat tersebut kepada
pasien sehingga perawat tidak mencatatnya. Hal ini diharapkan dapat menjadi
evaluasi tersendiri dalam hal pencatatan rekam medis untuk RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel IX. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008
KASUS 3 ���� DTP tidak tepat indikasi Subjective
No. MR : 01.33.34.91 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 37 kg Keluhan : demam, muntah, pusing, nyeri perut (haid I), mual, sesak, edema palpebra Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 17/01/2008 – 22/01/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,8 36,8
Tekanan Darah (mmHg) 110/80 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 17/1 18/1 19/1
Hb 5,6 13,4 13,2 13 – 17 g/dl Lekosit 2,69 4,4 3,4 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - 1 1 1 – 4 % Batang - 1 - 2 – 5 % Segmen - 23 29 36 – 66 % Limfosit - 73 70 22 – 40 % Monosit - 2 - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 10 36 21 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 45,1 - 39,6 40 – 50 %
LPB - 6% 5% - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d 22/1
2. Pemberian O2 2 tpm tgl 17/1 dan 21/1 3. Pemberian Paracetamol tgl 18/1 jam 20.00 dan Ranitidin tgl 18/1 jam 20.30 4. Pemberian Lasix 1 ampul tgl 21/1 Assessment
1. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d 22/1 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian O2 2 liter/menit tgl 17/1 dan 21/1 sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengeluh sesak ketika masuk RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
3. Pemberian Paracetamol dan Ranitidin dalam selang waktu 30 menit (tgl 18/1) untuk mengobati nyeri perut pasien tidak dibenarkan (polifarmasi), karena pasien mengalami nyeri perut (haid I) bukan gangguan lambung, sehingga pemberian Ranitidin tidak tepat indikasi dan tidak dibutuhkan , keluhan nyeri perut pasien cukup dengan pemberian Parasetamol saja
4. Pemberian lasix tepat indikasi dan dosis Planning
1. Ranitidin tidak digunakan lagi, cukup menggunakan parasetamol saja 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel X. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008
KASUS 12 (sama dengan kasus 4, 5, 15) � DTP dosis kurang Subjective No. MR : 01.35.22.01 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 30,5 kg Keluhan : demam, badan pegal-pegal, pusing, mual Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 24/52008 – 28/5/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,5 36,5
Tekanan Darah (mmHg) 100/75 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 24/5 27/5 28/5
Hb 13,5 - - 13 – 17 g/dl Lekosit 1,7 5,0 4,6 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,5 2 - 1 – 4 % Batang 1,9 - - 2 – 5 % Segmen - 36 19 36 – 66 % Limfosit 46 61 80 22 – 40 % Monosit 14,3 1 1 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 125 84 146 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 45 43 40 – 50 %
LPB - 4% - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (22 tpm makro) pada tgl 24/5 – 27/5 2. Pemberian parasetamol 300 mg pada tgl 24/5 jam 14.00 dan 25/5 jam 06.00, 10.30,
14.00 Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun
pada tgl 14/4 diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop. Pemberian infus di sini sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol 300 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito (parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 305 mg – 457,5 mg → dosis kurang
Planning 1. Memberikan parasetamol sesuai aturan dosi, yaitu antara 305 – 457,5 mg dengan
membuatnya menjadi sedaan pulveres supaya lebih mudah terpenuhi dosisnya 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel XI. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008
KASUS 8 (sama dengan kasus 4, 5, 6, 9, 23, 28) � DTP butuh obat Subjective No. MR : 01.34.76.90 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 24 kg Keluhan : demam, pusing, edema palpebra, flushing, ascites Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 20/4/2008 – 23/4/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,3 (post parasetamol) 36
Tekanan Darah (mmHg) 100/70 -
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 20/4 21/4 23/4
Hb - 11,7 - 13 – 17 g/dl Lekosit - 7,8 - 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil - 1 - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - 39 - 36 – 66 % Limfosit - 60 - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 20 89 52 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41 - - 40 – 50 %
LPB - - - -
Penatalaksanaan Pemberian infus RL pada tgl 20/4 – 23/4, tidak diberikan parasetamol karena kondisi pasien tidak demam Assessment 1. Tidak dijelaskan pada catatan dokter dan perawat berapa cc infus RL yang
diberikan kepada pasien, namun pemberian infus di sini sudah tepat, karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan ascites pada pasien Planning 1. Memberikan lasix dengan dosis 12 mg – 36 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) untuk mengatasi
edema palpebra pasien 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel XII. Evaluasi Penatalaksanaan Terapi Dengue Haemorrhagic Fever Non Komplikasi Pada Pasien Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun 2008
KASUS 27 (sama dengan kasus nomor 5) � DTP dosis berlebih Subjective No. MR : 01.22.58.35 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 32 kg Keluhan : demam, BAB 1x encer, gatal-gatal Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 1/3/2008 – 4/3/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38 36
Tekanan Darah (mmHg) 100/70 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 1/3 3/3 4/3
Hb 14,3 13,5 13,2 13 – 17 g/dl Lekosit 3,14 7,0 5,0 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 6 1 – 4 % Batang 0,3 1 - 2 – 5 % Segmen 69,1 26 38 36 – 66 % Limfosit 26,8 73 56 22 – 40 % Monosit 3,8 - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 112 73 111 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 - - 40 – 50 %
LPB 3 - 2 - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 1/3 – 4/3 2. Pemberian parasetamol ¾ tab pada tgl 1/3 jam 11.30 & 14.25 dan parasetamol 320 mg pada tgl
1/3 jam 11.30 & 14.00 3. Pemberian avil 1 tab pada tgl 3/3 jam 06.00, avil ½ tab tgl 3/3 jam 09.00 & 15.50
Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk
menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol ¾ tab dan parasetamol 320 mg yang diberikan pada pasien dalam waktu bersamaan dan berurutan dapat menimbulkan akumulasi, seharusnya pemberian parasetamol pertama dan kedua jaraknya 4 – 5 jam → dosis berlebih
Planning 1. Memberikan parasetamol pertama dan kedua dalam rentang waktu 4 – 5 jam, dengan dosis sesuai
standar (10 – 15 mg/kgBB), yaitu antara 320 – 480 mg karena pasien memiliki BB = 32 kg 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
D. Hasil Terapi yang Diperoleh Pasien Anak Dengue Haemorrhagic Fever di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I
Tahun 2008
Hasil terapi DHF Grade I adalah sembuh dan membaik. Pada tabel di
bawah ini akan ditunjukkan jumlah kasus DHF grade I yang dinyatakan sembuh
dan membaik :
Tabel XIII. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Keadaan saat pulang Jumlah Kasus (n = 16) Prosentase (%) Sembuh 11 68,75 Membaik 5 31,25
Hasil terapi Dengue Haemorrhagic Fever Grade II adalah sembuh dan
membaik. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan jumlah kasus Dengue
Haemorrhagic Fever grade II yang dinyatakan sembuh dan membaik :
Tabel XIV. Outcome Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II Saat Pulang dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Keadaan saat pulang Jumlah Kasus (n = 15) Prosentase (%) Sembuh 2 13,3 Membaik 13 86,7
Tabel XV. Lamanya Tinggal Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade I di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Lamanya Tinggal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
(hari)
Jumlah Kasus (n = 16 )
Prosentase (%)
1 - 0 2 3 18,75 3 4 25 4 4 25 5 3 18,75 6 1 6,25 7 1 6,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel XVI. Lamanya Tinggal Pasien Dengue Haemorrhagic Fever Grade II di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Lamanya Tinggal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
(hari)
Jumlah Kasus (n = 15 )
Prosentase (%)
1 1 6,67 2 1 6,67 3 5 33,33 4 4 26,67 5 4 26,67 6 - 0 7 - 0
Lamanya perawatan untuk penderita DHF grade I terbanyak adalah 4
hari dengan outcome pada waktu pulang adalah sembuh, sedangkan lamanya
perawatan untuk penderita DHF grade II terbanyak adalah 5 hari dengan outcome
pada waktu pulang adalah membaik. Hal ini membuktikan bahwa kasus DHF non
komplikasi memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi karena tidak terdapat pasien
yang mengalami kematian di sini, tetapi pasien pulang dalam keadaan sembuh dan
membaik.
Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa penyembuhan DHF dengan
atau tanpa syok akan terjadi lebih cepat, yaitu dalam 2 – 3 hari (Hadinegoro,
2002). Pada kasus DHF grade I dan DHF grade II tidak sesuai dengan teori,
namun pasien yang dirawat menunjukkan outcome yang baik ketika pulang, yaitu
sembuh dan membaik. Dengue Haemorrhaagic Fever mempunyai perjalanan
penyakit yang sulit diramalkan, karena pada umumnya semua pasien mengalami
fase demam selama 2 – 7 hari, kemudian diikuti oleh fase kritis selama 2 – 3 hari
(Hadinegoro, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik pasien anak DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I tahun 2008, yaitu :
a). Jumlah kasus DHF non komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito adalah 31 kasus dengan jumlah terbanyak yang dirawat adalah
wanita usia 11 tahun.
b). Rata-rata pasien yang masuk rumah sakit menderita trombositopenia,
ditunjukkan dengan nilai trombosit rata-rata ketika pasien masuk rumah
sakit adalah 77,28 ribu/mmk + SD (SD = 51,9), sedangkan nilai normal
trombosit di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah 150 – 450 ribu/mmk.
c). Rata-rata pasien yang masuk rumah sakit memiliki nilai hematokrit dalam
batas normal, ditunjukkan dengan nilai hematokrit rata-rata pasien yang
masuk rumah sakit adalah 39,9 % + SD (SD = 2,9) dengan nilai normal
hematokrit sebesar 36 – 44 %.
2. Pola pengobatan yang diberikan pada pasien anak DHF non komplikasi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta periode semester I
tahun 2008 terdiri dari 10 macam golongan obat, yaitu terapi rehidrasi
(100%); analgetik antipiretik (67,7%); diuretik kuat (19,35%); kortikosteroid
dan stimulan adrenoreseptor β2 selektif (16,13%); antibiotik (12,9%);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
antihistamin, antitukak, dan obat-obat lain (6,45%); dan antiemetic,
gastroprocinetic agent (3,23%).
3. Terdapat 14 kasus Drug Therapy Problems (DTPs) pada pasien anak DHF
non komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta
periode semester I tahun 2008 yang meliputi dosis kurang (4 kasus), dosis
terlalu tinggi (2 kasus), tidak tepat indikasi (1 kasus), dan butuh obat (7
kasus).
4. Kasus DHF non komplikasi memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi karena
tidak terdapat pasien yang mengalami kematian di sini, tetapi pasien pulang
dalam keadaan sembuh dan membaik.
B. Saran
1. Perlu adanya evaluasi standar pelayanan medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
mengenai pembagian karakteristik DHF, karena kurang sesuai dengan kriteria
pasien DHF di lapangan.
2. Perlu dilakukan penelitian secara prospektif agar dapat dilakukan pengamatan
mengenai kepatuhan pasien dan efek merugikan yang ditimbulkan oleh
penggunaan obat selama perawatan.
3. Perlu adanya penelitian mengenai penyebaran penyakit DHF non komplikasi,
sehingga dapat diketahui farmakoepidemiologi penyebarannya dan dapat
dilakukan pencegahan lebih dini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996, Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito, Buku I, Komite
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 230 – 231
Anonim, 1999, Dengue Haemorrhagic Fever, Diagnosis, Treatment, Prevention,
and Control, diterjemahkan oleh Monica Ester, Edisi Kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1 – 4, 9 – 38, 40 - 47
Anonim a, 2000, Handbook of Pediatric Drug Therapy, 2nd edition, Springhouse
corporation, USA, 2 Anonim b, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Depkes RI, Jakarta, 14,
19, 73, 102, 103, 111, 117, 119, 229 Anonim, 2004, Drug Information Handbook, 11th edition, Lexi-Comp Inc.,
Amerika, 24 – 26 Anonim a, 2005, Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana
Pelayanan Kesehatan, Depkes RI, Jakarta, 46 – 47 Anonim b, 2005, Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito, Buku II, edisi
ketiga, cetakan pertama, Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 192 - 202
Anonim a, 2008, http://en.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, diakses tanggal 16
September 2008 Anonim b, 2008, http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/, diakses
tanggal 21 Juli 2008 Anonim c, 2008, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2008/2009, PT. Info
Master Lisensi, Jakarta Anonim, 1999, Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan,
dan Pengendalian, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care
Practice, First (1st) Ed., McGraw-Hill Companies, Inc., New York, 178 - 179
Darmawan, I., 2008, Paradigma Baru Dalam Terapi Cairan Rumatan, Simposium
Nasional Penyakit Tropik Infeksi dan HIV-AIDS, Medical Director CN Division PT. Otsuka Indonesia, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Ganiswara, S. G., edt., 2005, Farmakologi dan Terapi, edisi 4, Gaya Baru,
Jakarta, 590 - 593
Hadinegoro, S.R.H. dan Satari, H.I., 2002, Demam Berdarah Dengue, Naskah Lengkap, Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tata Laksana Kasus Demam Berdarah Dengue, cetakan I, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Harsono, R., 1992, Penemuan dan Pengobatan Demam Berdarah Dengue di
Puskesmas, Medika, 60–66, XVIII, No. 5, Jakarta Kurniandari, T., 2003, Pola Peresepan Obat Demam Berdarah Dengue Tanpa
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Nguyen, L., 2000, An Overview of The Evaluation of Clinical Pharmacy Services,
Pharmacy Intern University of New Mexico, College of Pharmacy, http://www._nm-pharmacy.com/student_articles_4.html, diakses tanggal 10 Agustus 2008
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
27, 92, 138–141, 143 Roberts, E.A., 1993, Pediatric Pharmacology and Terapeutics, diterjemahkan
oleh Suyono, edisi 2, Hipokrates, Jakarta, 287 - 292 Sapury, A. G., 2003, Kajian Pengobatan Pasien Anak Demam Berdarah Dengue
Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakrta Periode Januari – Juni 2001, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Setiabudy, R., dan Gan, H.S., 1995, Antimikroba, Farmakologi dan Terapi, edisi
4, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 571 – 583 Setiati, T. E., 2008, Early Directed Therapy In Pediatric Septic Shock, Simposium
Nasional Penyakit Tropik Infeksi dan HIV-AIDS, Fakultas Kedokteran UNAIR, Surabaya
Seto, S., Nita, Y., dan Triana, L., 2004, Manajemen Farmasi Lingkup : Apotek,
Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, Industri Farmasi, Airlangga University Press, Surabaya, 295 – 298
Soedarmo, S. S. P., Garna, H., Hadinegoro, S. R. S., edt., Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2002, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi Penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tropis, Edisi Pertama, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 79, 193, 195, 196, 199
Sumarmo, S. P., 1995, Demam Berdarah Dengue, Medika, XXI, No. 10, Jakarta,
798–808 Surtiretna, N., 2007, Awas Demam Berdarah, PT. Kiblat Buku Utama, Bandung,
13–26 Sutaryo, 2004, Dengue, Medika, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta Tjay, H.T., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-efek Sampingnya, edisi V, cetakan pertama, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta
Wilder-Smith and Schwartz, 2005, Dengue in Travelers, New England Journal of
Pharmacy, http://www.nejm.com, diakses tanggal 10 Agustus 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
57
KASUS 1 Subjective
No. MR : 01.35.40.67 Umur / BB : 7 tahun (perempuan) / 27 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mual, nyeri kepala, nyeri perut Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 04/06/2008 – 06/06/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39,5 36,5
Tekanan Darah (mmHg) 90/60 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 4/6 5/6
Hb 12,3 - 13 – 17 g/dl Lekosit - 2,0 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,1 - 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen 30,5 - 36 – 66 % Limfosit 60,5 82 22 – 40 % Monosit 7,4 1 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 59 88 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 34,8 39 36 – 44 %
LPB - 3 % - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (4/6), kemudian dinaikkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (5/6)
2. Pemberian Paracetamol sudah sesuai dengan indikasi dan dosis (4/6 dengan suhu tubuh 39,50C dan 5/6 dengan suhu tubuh 38,2 0C)
Assessment
1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian Paracetamol 270 mg (4/6 dan 5/6) sudah sesuai pada perhitungan dosis sesuai standar pelayanan medis Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta (10 – 15 mg/kgBB)
3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning
1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
58
KASUS 2
Subjective
No. MR : 01.33.34.91 Umur / BB : 6 tahun (perempuan) / 21 kg Pemeriksaan Fisik : demam, nyeri kepala (hanya ditemukan pada saat masuk RSS) Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 18/01/2008 – 22/01/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar
Suhu Tubuh (0C) 40,5 37,5 Tekanan Darah (mmHg) 120/80 -
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal
18/1 19/1 21/1 Hb 11,7 11,5 11,1 13 – 17 g/dl
Lekosit 3,67 5,0 2,8 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis leukosit
Eosinofil 0,03 - - 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen - 45 21 36 – 66 % Limfosit - 53 79 22 – 40 % Monosit - 2 - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 128 179 208 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 36 34,5 - 36 – 44 %
LPB - 6 % 9 % - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (15 tpm makro) pada tanggal 18/1 s/d 21/1 2. Pemberian Paracetamol ½ tab (18/1), Paracetamol 2 cth (19/1) Assessment
1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian Paracetamol ½ tab (250 mg) pada 18/1 dan Paracetamol 2 cth (240 mg) pada 19/1 sudah tepat indikasi dan dosis menurut standar pelayanan medis Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta (10 – 15 mg/kgBB)
3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning
1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
59
KASUS 3
Subjective
No. MR : 01.33.34.91 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 37 kg
Pemeriksaan Fisik : demam, muntah, pusing, nyeri perut (haid I), mual, sesak, edema palpebra Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 17/01/2008 – 22/01/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,8 36,8
Tekanan Darah (mmHg) 110/80 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 17/1 18/1 19/1
Hb 5,6 13,4 13,2 13 – 17 g/dl Lekosit 2,69 4,4 3,4 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - 1 1 1 – 4 % Batang - 1 - 2 – 5 % Segmen - 23 29 36 – 66 % Limfosit - 73 70 22 – 40 % Monosit - 2 - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 10 36 21 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 45,1 - 39,6 36 – 44 %
LPB - 6 % 5 % - Penatalaksanaan
5. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d 22/1
6. Pemberian O2 2 tpm tgl 17/1 dan 21/1 7. Pemberian Paracetamol tgl 18/1 jam 20.00 dan Ranitidin tgl 18/1 jam 20.30 8. Pemberian Lasix 1 ampul tgl 21/1 Assessment
5. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam (46 tpm) pada tgl 17/1 & 18/1, 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 19/1 s/d 22/1 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
6. Pemberian O2 2 liter/menit tgl 17/1 dan 21/1 sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengeluh sesak ketika masuk RSS
7. Pemberian Paracetamol dan Ranitidin dalam selang waktu 30 menit (tgl 18/1) untuk mengobati nyeri perut pasien tidak dibenarkan (polifarmasi), karena pasien mengalami nyeri perut (haid I) bukan gangguan lambung, sehingga pemberian Ranitidin tidak tepat indikasi dan tidak dibutuhkan , keluhan nyeri perut pasien cukup dengan pemberian Parasetamol saja
8. Pemberian lasix tepat indikasi dan dosis Planning
5. Ranitidin tidak digunakan lagi, cukup menggunakan parasetamol saja 6. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam 7. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 8. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
60
KASUS 4
Subjective
No. MR : 01.33.40.76 Umur / BB : 9 tahun (laki-laki) / 36 kg Pemeriksaan Fisik : edema palpebra, ascites, efusi pleura, demam, nyeri perut Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 23/01/2008 – 28/01/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39 36
Tekanan Darah (mmHg) - -
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 24/1 26/1
Hb - - 13 – 17 g/dl Lekosit - - 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen - - 36 – 66 % Limfosit - - 22 – 40 % Monosit - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit - 82 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 44 39,2 36 – 44 %
LPB - - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (23/1 s/d 28/1, kecuali tgl 25/1), kemudian dinaikkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (25/1 & 26/1)
2. Pemberian : Paracetamol 300 mg Parasetamol 360 mg
� 23/1 jam 22.30 � 24/1 jam 05.00 � 25/1 jam 13.00
24/1 jam 13.15
3. Pemberian antasida 1 tab (500 mg) pada : 24/1 25/1 27/1 28/1
Jam 13.00 & 16.00 Jam 06.00, 10.30, & 18.00 Jam 06.00 & 12.00 Jam 06.00 Assessment
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (23/1 s/d 28/1, kecuali tgl 25/1), kemudian dinaikkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (25/1 & 26/1) sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol sudah tepat indikasi, hanya saja dosis yang diberikan kurang (300 mg), seharusnya 360 mg – 540 mg (SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta = 10 – 15 mg/kgBB)
3. Pemberian antasida 1 tab sudah tepat indikasi, untuk dosisnya kurang bisa dihitung karena kurang jelas kandungan antasida di sini
4. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra, ascites, dan efusi pleura pada pasien Planning
1. Memberikan parasetamol dengan dosis yang sesuai, yaitu antara 360 mg – 540 mg 2. Memberikan Lasix dengan dosis 18 mg – 54 mg (0,5 mg – 1,5 mg/kgBB) 3. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 jam 4. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
61
KASUS 5
Subjective No. MR : 01.34.20.73 Umur / BB : 7 tahun (perempuan) / 31 kg Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, konstipasi, edema palpebra, efusi pleura, ascites, hepatomegali Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 15/3/2008 – 20/3/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39 36,4
Tekanan Darah (mmHg) 100/70 - Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal
15/3 17/3 18/3 19/3
Hb 13,8 12,6 10,0 11,6 13 – 17 g/dl
Lekosit 4,48 7,6 7,0 15,6 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 0,4 - - - 1 – 4 %
Batang - 2 - 2 2 – 5 %
Segmen 55,8 69 73 75 36 – 66 %
Limfosit 21,3 29 24 22 22 – 40 %
Monosit - - 3 1 4 – 8 %
Faal Hemostastis
Trombosit 64 58 129 234 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41,7 - - - 36 – 44 %
LPB - 5 % - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 7 cc/kgBB/jam (54 tpm makro) pada 16/3, RL 5 cc/kgBB/jam pada 15/3 & 17/3, dan RL 3
cc/kgBB/jam pada 18/3 2. Pemberian parasetamol 300 mg pada 16/3 pukul 06.00 & 21.00 3. Pemberian parasetamol + salbutamol pada 19/3 pukul 06.00 dan salbutamol 2 mg saja pada 19/3 pukul 12.00 4. Pemberian injeksi Dexa 1 ampul sebelum transfusi FFP 300 cc (38 tpm) pada 16/3 pukul 24.00 5. Pemberian injeksi Lasix 30 mg setelah transfusi FFP 300 cc (38 tpm) pada 17/3 pukul 02.00 6. Pemberian terapi lanjutan antibiotik sefiksim pada 19/3 pukul 12.00 Assessment 1. Pemberian infus RL 7 cc/kgBB/jam (54 tpm makro) pada 16/3, RL 5 cc/kgBB/jam pada 15/3 & 17/3, dan RL 3
cc/kgBB/jam pada 18/3 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian Parasetamol 300 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (10 – 15 mg/kgBB), seharusnya 310 mg – 465 mg → dosis kurang
3. Pemberian parasetamol + salbutamol tidak menimbulkan interaksi obat, sudah tepat indikasi dan dosis 4. Pada tgl 18/3 pukul 14.00 pasien mengalami demam (suhu = 39,30C) tapi tidak mendapatkan parasetamol dan pada
tgl 19/3 pasien mengalami konstipasi 9 hari, dokter meresepkan LactoB dan Dulcolax, tapi pada catatan pelaksanaan perawat tidak diberikan → butuh obat
5. Pemberian injeksi dexa dan lasix sebelum dan setelah transfusi FFP sudah tepat indikasi dan dosis, demkian juga pada transfusi FFP yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan karena paseien mengalami kebocoran plasma
6. Pemberian terapi lanjutan antibiotik sefiksim 2x150 mg terlalu tinggi dosisnya dalam 1 hari, karena menurut IONI (2000), sefiksim diberikan untuk anak usia 5 – 10 tahun dengan dosis 200 mg/hari. Pemberian sefiksim di sini dikarenakan pasien sepsis
7. Pasien mengalami edema palpebra, ascites, dan efusi pleura (beberapa hari setelah transfusi FFP), tetapi tidak diberi lasix → butuh obat
Planning 1. Memberikan parasetamol sesuai aturan dosis, yaitu antara 310 – 465 mg 2. Memberikan dulcolax untuk mengatasi konstipasi dan lasix untuk edema palpebra, ascites, efusi pleura pasien 3. Menurunkan dosis sefiksim menjadi 200 mg/hari 4. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam dan melakukan tambahan asupan cairan, seperti jus buah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
62
KASUS 6
Subjective No. MR : 01.14.26.10 Umur / BB : 9 tahun (laki-laki) / 21,5 kg Pemeriksaan Fisik : demam, sakit kepala, mual, sakit menelan, ascites, efusi pleura, plasma
leakage Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 12/3/2008 – 17/3/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,7 37,2
Tekanan Darah (mmHg) 120/80 120/80
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 12/3 13/3 15/3
Hb 15,1 11,7 12,8 13 – 17 g/dl Lekosit 3,57 3,6 2,8 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,3 - - 1 – 4 % Batang - 2 - 2 – 5 % Segmen 46,4 44 47 36 – 66 % Limfosit 37,3 51 53 22 – 40 % Monosit 16,0 3 - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit - - - 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - - - 36 – 44 %
LPB - - - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 13/3 – 17/3 2. Pemberian :
Paracetamol 2 cth Parasetamol ½ tab Pamol sirup � 13/3 jam
10.00 � 13/3 jam 21.00 � 15/3 jam 10.30
� 14/3 jam 06.00 & 11.00
Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 13/3 – 17/3 sudah tepat karena pasien DHF
membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol sudah sesuai dengan indikasi dan dosis, yaitu 10 – 15 mg.kgBB 3. Pasien mengalami ascites dan efusi pleura, tetapi tidak mendapat Lasix � butuh obat
Planning 1. Memberikan Lasix dengan kisaran dosis antara 10,75 mg – 32,25 mg (0,5 – 1,5 mg/kgBB) 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
63
KASUS 7 Subjective No. MR : 01.33.92.01 Umur / BB : 12 tahun (laki-laki) / 43 kg Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, edema palpebra, flushing Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 27/2/2008 – 13/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39,8 36 Tekanan Darah
(mmHg) 120/90 120/80
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal
27/2 28/2 29/2 Hb - - - 13 – 17 g/dl
Lekosit - - - 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis
leukosit
Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - - - 36 – 66 % Limfosit - - - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 144 160 280 150 – 450
ribu/mmk Hematokrit 41 41 39 36 – 44 %
LPB - - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 6 cc/kgBB/jam (70 tpm) pada tgl 27/2, kemudian dilanjutkan
infus RL (40 tpm) pada tgl 28/2 – 1/3 2. Pemberian parasetamol pada 27/2 jam 22.00 dan parasetamol 500 mg pada tgl 28/2
jam 21.00 Assessment 1. Pemberian infus RL 6 cc/kgBB/jam (70 tpm) pada tgl 27/2, kemudian dilanjutkan
infus RL (40 tpm) pada tgl 28/2 – 1/3 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol sudah sesuai dengan indikasi dan dosis, yaitu 10 – 15 mg.kgBB
3. Tidak terjadi DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
64
KASUS 8 Subjective No. MR : 01.34.76.90 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 24 kg Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, edema palpebra, flushing, ascites Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 20/4/2008 – 23/4/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,3 (post parasetamol) 36
Tekanan Darah (mmHg) 100/70 -
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 20/4 21/4 23/4
Hb - 11,7 - 13 – 17 g/dl Lekosit - 7,8 - 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil - 1 - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - 39 - 36 – 66 % Limfosit - 60 - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 20 89 52 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41 - - 36 – 44 %
LPB - - - -
Penatalaksanaan Pemberian infus RL pada tgl 20/4 – 23/4, tidak diberikan parasetamol karena kondisi pasien tidak demam Assessment 3. Tidak dijelaskan pada catatan dokter dan perawat berapa cc infus RL yang
diberikan kepada pasien, namun pemberian infus di sini sudah tepat, karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
4. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan ascites pada pasien Planning 5. Memberikan lasix dengan dosis 12 mg – 36 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) untuk mengatasi
edema palpebra pasien 6. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 7. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 8. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
65
KASUS 9
Subjective
No. MR : 01.33.44.42 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 52 kg
Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, sakit perut, edema palpebra, efusi pleura Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 24/1/2008 – 25/1/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 36,5 36,4
Tekanan Darah (mmHg) 120/80 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 4/6
Hb 13,5 13 – 17 g/dl Lekosit 4,6 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - 1 – 4 % Batang - 2 – 5 % Segmen 8 36 – 66 % Limfosit 92 22 – 40 % Monosit - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 25 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 40,5 36 – 44 %
LPB 13 % - Penatalaksanaan
Pemberian infus asering tgl 25/1 jam 01.00, 02.00, 07.30, kemudian jam 11.50 ganti infus RL 5 cc/kgBB/jam (40 tpm) Assessment
1. Pemberian infus asering dan RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ, hanya saja pada catatan perawat tidak disebutkan berapa cc infus asering yang sebenarnya diberikan, namun pada resep dokter tertera infus asering 4 cc/kgBB/jam
2. Pasien mengeluh pusing dan nyeri perut, sebaiknya diberikan parasetamol untuk mengatasinya, namun pada catatan perawat tidak tercatat diberikan, padahal dokter meresepkan parasetamol 500 mg → butuh obat
3. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan efusi pleura pada pasien Planning
1. Memberikan obat untuk mengatasi nyeri perut pasien apabila nyeri perut tersebut mengganggu pasien
2. Memberikan Lasix dengan dosis 26,5 mg – 79,5 mg (0,5 mg – 1,5 mg/kgBB) untuk mengatasi edema palpebra dan efusi pleura pada pasien
3. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 – 8 jam 4. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
66
KASUS 10
Subjective No. MR : 01.14.14.92 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 49,5 kg Pemeriksaan Fisik : demam, pusing, makan dan minum sulit (sedikit) Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 12/4/2008 – 17/4/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,2 36
Tekanan Darah (mmHg) 110/70 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 12/4 15/4 16/4
Hb 13,1 11,9 11,9 13 – 17 g/dl Lekosit 1,41 3,4 5,8 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,7 - - 1 – 4 % Batang 2,1 - - 2 – 5 % Segmen - 18 24 36 – 66 % Limfosit 34,5 82 74 22 – 40 % Monosit 7,1 - 2 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 17 36 264 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 40,3 - - 36 – 44 %
LPB - - - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun pada tgl 14/4 diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop.
2. Pemberian parasetamol pada tgl 12/4 jam 14.30, 17.00, 21.00 dan parasetamol tablet tgl 15/4 jam 13.00
Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun pada tgl 14/4
diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop. Pemberian infus di sini sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol pada tgl 12/4 jam 14.30, 17.00, 21.00 dan parasetamol tablet tgl 15/4 jam 13.00 sudah sesuai dengan indikasi, hanya saja dosis yang diberikan kurang jelas pada pelaksanaan pemberian oleh perawat, namun dokter meresepkan parasetamol 500 mg, sehingga apabila diberikan parasetamol 500 mg (3xsehari), maka sehari pasien mendapat 1500 mg. Hal ini masih wajar, karena dosis max pemberian parasetamol pada anak-anak dalam 1 hari adalah 2,6 g = 2600 mg (Drug Information Handbook 11th edition, 2004)
3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 4. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
67
KASUS 11
Subjective
No. MR : 01.33.12.54 Umur / BB : 6 tahun (perempuan) / 17 kg
Pemeriksaan Fisik : demam, muntah, nafsu makan menurun Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 7/1/2008 – 11/1/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) - 36
Tekanan Darah (mmHg) 90/70 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 7/1 9/1
Hb 14,8 14,8 13 – 17 g/dl Lekosit 7,2 7,2 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - 2 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen - 30 36 – 66 % Limfosit - 62 22 – 40 % Monosit - 6 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 108 108 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - - 36 – 44 %
LPB - 2 % - Penatalaksanaan
Pemberian infus RL 7 cc/kgBB/jam (7/1 jam 14.30), kemudian pada jam 21.45 ditunkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (21 tpm), kemudian tgl 8/1 diturunkan lagi menjadi 3 cc/kgBB/jam, dan tgl 9/1 infus RL dinaikkan lagi menjadi 5cc/kgBB/jam (20 tpm) Assessment
1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Dokter meresepkan parasetamol 175 mg (tepat dosis untuk pasien di sini yang memiliki BB = 17 kg), namun pada catatan pelaksanaan perawat tidak tercatat bahwa parasetamol diberikan
3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning
1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
68
KASUS 12
Subjective No. MR : 01.35.22.01 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 30,5 kg Pemeriksaan Fisik : demam, badan pegal-pegal, pusing, mual Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 24/52008 – 28/5/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,5 36,5
Tekanan Darah (mmHg) 100/75 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 24/5 27/5 28/5
Hb 13,5 - - 13 – 17 g/dl Lekosit 1,7 5,0 4,6 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,5 2 - 1 – 4 % Batang 1,9 - - 2 – 5 % Segmen - 36 19 36 – 66 % Limfosit 46 61 80 22 – 40 % Monosit 14,3 1 1 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 125 84 146 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 45 43 36 – 44 %
LPB - 4 % - - Penatalaksanaan 3. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (22 tpm makro) pada tgl 24/5 – 27/5 4. Pemberian parasetamol 300 mg pada tgl 24/5 jam 14.00 dan 25/5 jam 06.00, 10.30, 14.00
Assessment 3. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 13/4, 14/4, 15/4, 16/4, namun pada
tgl 14/4 diubah menjadi 5 cc/kgBB/jam setelah ada visit dokter, sedangkan pada tgl 16/4 infus sudah dapat stop. Pemberian infus di sini sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
4. Pemberian parasetamol 300 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 305 mg – 457,5 mg → dosis kurang
Planning 4. Memberikan parasetamol sesuai aturan dosi, yaitu antara 305 – 457,5 mg dengan
membuatnya menjadi sedaan pulveres supaya lebih mudah terpenuhi dosisnya 5. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam kemudian mencatatnya 6. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
69
KASUS 13 Subjective
No. MR : 01.33.49.36 Umur / BB : 11 tahun (perempuan) / 46 kg Pemeriksaan Fisik : bintik-bintik merah Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 27/1/2008 – 29/1/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar
Suhu Tubuh (0C) 36 37 Tekanan Darah (mmHg) 120/60 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal
27/1 Hb 11,8 13 – 17 g/dl
Lekosit 2,02 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis leukosit
Eosinofil 1 1 – 4 % Batang - 2 – 5 % Segmen - 36 – 66 % Limfosit 40,8 22 – 40 % Monosit 10,9 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 25 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 35,6 36 – 44 %
LPB - - Penatalaksanaan
Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 27/1 – 28/1 Assessment
1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Tidak terdapat DTPs di sini Planning
1. Monitor pemberian infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 – 8 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka
trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
70
KASUS 14
Subjective No. MR : 01.34.85.74 Umur / BB : 7 tahun (perempuan) / 28 kg Pemeriksaan Fisik : demam, batuk, muntah, perdarahan gusi, sesak, edema palpebra Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 30/4/2008 – 5/5/2008 Outcome : membaik
Objective Pemeriksaan Masuk Keluar
Suhu Tubuh (0C) 37 36,5 Tekanan Darah (mmHg) 90/60 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal
30/4 2/5 3/5 5/5
Hb 15,5 13,0 11,1 11,0 13 – 17 g/dl
Lekosit 2,8 7,0 6,2 10,4 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil - - - - 1 – 4 %
Batang - 2 2 - 2 – 5 %
Segmen - 30 77 51 36 – 66 %
Limfosit - 67 21 47 22 – 40 %
Monosit - 1 - 2 4 – 8 %
Faal Hemostastis
Trombosit 12 51 41 72 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 42 - - - 36 – 44 %
LPB - 8 % - - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (21 tpm makro) pada 30/4, RL 5 cc/kgBB/jam (35 tpm makro) pada 1/5 & 2/5, dan RL 3 cc/kgBB/jam (21 tpm) pada 2/5, 3/5, 4/5
2. Pemberian O2 NK 1 liter/menit pada tgl 2/5, 3/5 3. Pemberian parasetamol ½ cth pada tgl 30/4 pukul 16.00, parasetamol 280 mg pada tgl 2/5 jam 21.00, pamol sirup pada tgl
3/5 jam 04.00, parasetamol extra 200 mg pada tgl 3/5 jam 11.00, pamol pada tgl 3/5 jam 16.00, dan parasetamol sirup 280 mg pada tgl 3/5 jam 22.00
4. Pemberian injeksi Dexamethason 1 ampul tgl 1/5 jam 14.30 sebelum transfusi PRC 5. Pemberian injeksi Lasix ½ ampul pada tgl 1/5 jam 16.10 setelah transfusi PRC 6. Pemberian injeksi ampisilin 350 mg dan gentamisin 80 mg pada tgl 4/5 jam 18.00 7. Pemberian injeksi ampisilin 350 mg pada tgl 4/5 jam 24.00
Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi
intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ 2. Pemberian O2 NK 1 liter/menit sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengeluh sesak ketika berada di RSS 3. Pemberian parasetamol ½ cth = 60 mg (dari sediaan parasetamol 120 mg), pamol sirup (120 mg/2 ml)→ dosis kurang,
parasetamol extra 200 mg → dosis kurang, pamol tidak bisa dijelaskan kemungkinan terjadinya DTPs, karena tidak diketahui bentuk sediaan dan dosisnya. Dosis parasetamol menurut SPM RSS adalah 10 – 15 mg/kgBB → 280 – 420 mg
4. Pemberian injeksi dexamethason 1 ampul (5 mg/ml) sebelum transfusi PRC sudah tepat indikasi, tetapi dosisnya tidak sesuai dengan IONI (2000), yaitu dosis dexamethason injeksi adalah 0,2 – 0,5 mg/kgBB, sehingga dosis dexamethason seharusnya 5,6 – 14 mg → dosis kurang
5. Pemberian injeksi lasix ½ ampul pada tgl 1/5 jam 16.10 setelah transfusi PRC sudah tepat indikasi, namun dosisnya kurang, karena dosis lasix menurut IONI (2000) adalah 0,5 – 1,5 mg/kg dan dosis maksimalnya adalah 20 mg, maka seharusnya dosis lasix yang diberikan adalah 14 mg – 42 mg
6. Pemberian injeksi ampisilin 350 mg dan gentamisin 80 mg pada saat bersamaan dimaksudkan untuk mengatasi sepsis yang dialami oleh pasien
7. Pemberian injeksi ampisilin 350 mg pada tgl 4/5 jam 24.00 dimaksudkan untuk mengatasi sepsis pada pasien
Planning 1. Memberikan parasetamol dengan dosis yang sesuai dengan berat badan pasien, yaitu dengan dosis antara 280 – 420 mg 2. Memberikan dexamethason dengan dosis yang sesuai protap, yaitu 5,6 – 14 mg 3. Memberikan lasix sesuai aturan dosis, yaituantara 14 – 42 mg 4. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 8 jam 5. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit 6. Pemastian diagnosis dengan pemeriksaan klinis dan riwayat serta data laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
71
KASUS 15
Subjective No. MR : 01.33.08.34 Umur / BB : 10 tahun (laki-laki) / 37 kg Pemeriksaan Fisik : demam, sakit perut, pusing Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 6/1/2008 – 11/1/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,5 36,7
Tekanan Darah (mmHg) 110/80 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 7/1 9/1 11/1
Hb 13,4 13,3 13,5 13 – 17 g/dl Lekosit 2,2 6,0 5,2 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang 5 4 - 2 – 5 % Segmen 50 32 28 36 – 66 % Limfosit 45 64 72 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 68 79 223 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - 45 - 36 – 44 %
LPB - - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 6/1 – 9/1 2. Pemberian parasetamol 1 tab (resep dokter 400 mg) pada tgl 6/1 jam 11.00 & 21.00,
kemudian parasetamol 370 mg pada tgl 7/1 jam 02.50 dan parasetamol 2/3 tab pada tgl 7/1 jam 11.00
Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi
cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol 2/3 tab (333,3 mg) tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 370 mg – 555 mg → dosis kurang
Planning 1. Memberikan parasetamol dengan dosis 370 mg 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 – 8 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
72
KASUS 16
Subjective No. MR : 01.35.18.54 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 37 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mual, pusing, nyeri perut Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 21/5/2008 – 24/5/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 36,5 36,5
Tekanan Darah (mmHg) 100/60 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 21/5 22/5 23/5
Hb - - - 13 – 17 g/dl Lekosit - - - 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - - - 36 – 66 % Limfosit - - - 22 – 40 % Monosit - - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 60 84 96 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 42 40 37 36 – 44 %
LPB - - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (28 tpm) pada tgl 22/5 – 24/5 2. Pemberian parasetamol 320 mg pada tgl 22/5 jam 10.30, parasetamol 400 mg pada tgl
23/5 jam 10.00, Pamol tgl 23/5 jam 21.00 Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi
cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol 320 mg tidak sesuai dengan SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (parasetamol 10 – 15 mg/kgBB), seharusnya parasetamol yang diberikan adalah 370 mg – 555 mg → dosis kurang
Planning 1. Memberikan parasetamol dengan dosis 370 mg 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
73
KASUS 17
Subjective No. MR : 01.33.27.98 Umur / BB : 12 tahun (laki-laki) / 38 kg Pemeriksaan Fisik : pegal, pusing, bintik-bintik merah Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 14/1/2008 – 17/1/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 35,8 36
Tekanan Darah (mmHg) 100/80 -
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 14/1 15/1 16/1 17/1
Hb 14,2 14 11,6 11 13 – 17 g/dl Lekosit 3,4 2,8 6,2 2 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 5 7 1 – 4 % Batang - - 2 - 2 – 5 % Segmen - - 12 22 36 – 66 % Limfosit - - 79 71 22 – 40 % Monosit - - 2 - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 105 76 97 230 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41,4 41,1 36 - 36 – 44 %
LPB - - 7 % - - Penatalaksanaan Pemberian infus RL 6 cc/kgBB/jam pada tgl 14/1, kemudian infus RL diturunkan menjadi 4 cc/kgBB/jam (38 tpm makro) pada tgl 15/1 – 17/1 Assessment 1. Pemberian infus RL 6 cc/kgBB/jam kemudian diturunkan menjadi 4 cc/kgBB/jam sudah
tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Tidak terdapat DTPs di sini. Planning 1. Monitor pemberian infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
74
KASUS 18 Subjective
No. MR : 01.35.22.24 Umur / BB : 12 tahun (perempuan) / 35 kg Pemeriksaan Fisik : demam, bintik-bintik merah, makan-muntah Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 24/5/2008 – 27/5/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,7 36
Tekanan Darah (mmHg) - 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal 26/5 27/5
Hb 13,4 - 13 – 17 g/dl Lekosit 6,29 5,6 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil 1,4 3 1 – 4 % Batang - - 2 – 5 % Segmen - 40 36 – 66 % Limfosit - 55 22 – 40 % Monosit - 2 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 43 126 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 38,7 45 36 – 44 %
LPB - - - Penatalaksanaan
Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 24/5 – 27/5 Assessment
1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pasien mengalami demam ketika masuk RSS, tetapi setelah diinfus, demam pasien turun dengan sendirinya
3. Tidak terdapat DTPs di sini. Planning
1. Monitor pemberian infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 – 24 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
75
KASUS 19
Subjective No. MR : 01.33.49.48 Umur / BB : 7 tahun (perempuan) / 17 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mual, muntah, lemas, nyeri perut Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 27/1/2008 – 30/1/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 36,1 36
Tekanan Darah (mmHg) 90/60 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 27/1 29/1 30/1
Hb 15,3 13,0 10,6 13 – 17 g/dl Lekosit 4 6,2 5,2 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - 2 - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - 15 27 36 – 66 % Limfosit - 83 71 22 – 40 % Monosit - - 2 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 70 61 223 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 45,5 - - 36 – 44 %
LPB - 5 % - - Penatalaksanaan Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam pada tgl 27/1 – 29/1 Assessment 1. Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi
cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Dokter meresepkan parasetamol 170 mg, namun pada pelaksanaan perawat tidak tercatat kalau parasetamol diberikan. Dosis parasetamol sudah sesuai dengan dosis untuk anak menurut SPM RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
76
KASUS 20
Subjective No. MR : 01.35.02.59 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 25 kg Pemeriksaan Fisik : demam, BAB hitam, mimisan, edema palpebra, efusi pleura, ascites Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 11/5/2008 – 14/5/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,1 36,6
Tekanan Darah (mmHg) 95/50 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 12/5 13/5 14/5
Hb - - 10,8 13 – 17 g/dl Lekosit - - 4,4 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - - 47 36 – 66 % Limfosit - - 49 22 – 40 % Monosit - - 4 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 32 40 86 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 34 32 - 36 – 44 %
LPB - - - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (18 tpm) pada tgl 11/5 dan 12/5, kemudian infus RL 4 cc/kgBB/jam (25 tpm) pada tgl 13/5 dan 14/5
2. Pemberian O2 1 liter/menit ketika pasien datang (11/5) 3. Transfusi trombosit tgl 11/5 jam 14.45 4. Transfusi FFP 3 cc/kgBB/jam (13 tpm) pada tgl 11/5 jam 19.00 dan 12/5 jam 12.00 5. Pemberian injeksi dexamethason 5 mg tgl 11/5 jam 14.30 & injeksi dexamethason 0,5 ampul tgl 12/5 jam
12.00 sebelum transfusi FFP 6. Pemberian injeksi lasix 12,5 mg tgl 11/5 jam 22.30 dan 12/5 jam 13.00 setelah transfusi FFP
Assessment 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam dan 4 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan
terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian O2 1 liter/menit ketika pasien datang (11/5) 3. Transfusi trombosit sudah tepat indikasinya, karena pasien mengalami penurunan trombosit yang sangat
besar disertai dengan perdarahan (BAB hitam dan mimisan) 4. Pasien mengalami kebocoran plasma, sehingga diberikan transfusi FFP 5. Pemberian injeksi dexamethason sebelum transfusi sudah tepat indikasi dan dosis 6. Pemberian injeksi lasix setelah transfusi sudah tepat indikasi dan dosis, yaitu menurut IONI (2000), dosis
lasix = 0,5 – 1,5 mg/kgBB, karena pasien memiliki BB = 25 kg, maka dosis lasix yang seharusnya diberikan untuk pasien = 12,5 – 37,5 mg
7. Tidak ada DTPs di sini Planning 1. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 jam kemudian mencatatnya 2. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
77
KASUS 21
Subjective No. MR : 01.33.54.31 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 36 kg Pemeriksaan Fisik : demam, muntah, nyeri perut, edema palpebra, ascites, efusi pleura, hematemesis Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 2/2/2008 – 6/2/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,2 36,7
Tekanan Darah (mmHg) 120/85 90/65
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 2/2 3/2 5/2
Hb 14,1 - 11,2 13 – 17 g/dl Lekosit 2,3 - 7,8 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - 1 2 – 5 % Segmen 44 - 57 36 – 66 % Limfosit - - 46 22 – 40 % Monosit - - 2 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 51 - 224 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 42 45 33,6 36 – 44 %
LPB - - - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 2/2 dan 12/5, kemudian infus RL 7 cc/kgBB/jam pada tgl 3/2, kemudian infus RL 5 cc/kgBB/jam (42 tpm) pada 4/2, dan infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 5/2
2. Pemberian parasetamol pada tgl 2/2 jam 21.00 dan parasetamol 360 mg pada tgl 5/2 jam 11.0 3. Transfusi trombosit tgl 3/2 jam 16.00 dan 19.15 4. Transfusi FFP 10 cc/kgBB/jam (360 cc) 5. Pemberian injeksi lasix 1 ampul setelah transfusi trombosit pada tgl 3/2 jam 19.15
Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan
lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ 2. Transfusi trombosit sudah tepat indikasinya, karena pasien mengalami penurunan trombosit yang sangat
besar disertai dengan perdarahan saluran cerna (hematemesis) 3. Pasien mengalami kebocoran plasma, sehingga diberikan transfusi FFP, hanya saja sebelum dan setelah
transfusi FFP tidak tercatat pemberian dexamethason dan lasix pada catatan perawat 4. Pemberian injeksi lasix (20mg/2ml) setelah transfusi trombosit sudah tepat indikasi dan dosis, yaitu menurut
IONI (2000), dosis lasix = 0,5 – 1,5 mg/kgBB, karena pasien memiliki BB = 36 kg, maka dosis lasix yang seharusnya diberikan untuk pasien = 18 – 54 mg
5. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 6 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
78
KASUS 22
Subjective No. MR : 00.99.73.88 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 26,5 kg Pemeriksaan Fisik : pegal, mual, muntah, mencret, edema palpebra, bintik-bintik merah Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 23/4/2008 – 27/4/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,6 36
Tekanan Darah (mmHg) 110/70 -
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 23/4 24/4 25/4 26/4
Hb 13,3 12,5 12,1 11,5 13 – 17 g/dl Lekosit 2,43 3,8 4,6 4,8 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil - - - - 1 – 4 %
Batang 4,5 1 - - 2 – 5 % Segmen 74,2 19 16 19 36 – 66 %
Limfosit 39,9 78 84 80 22 – 40 %
Monosit - 2 - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis
Trombosit 68 119 217 189 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 40,9 - - - 36 – 44 %
LPB - 6 % 5 % - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 4 cc/kgBB/jam pada tgl 23/4, kemudian infus RL diturunkan menjadi 3 cc/kgBB/jam (20tpm makro) pada tgl 24/4 dan 25/4
2. Pemberian parasetamol 270 mg pada tgl 23/4, sanmol ½ tab pada tgl 23/4 jam 21.00, sanmol pada tgl 24/4 jam 19.00
3. Pemberian dialac, zinc, dan metoklopramid secara bersamaan pada tgl 24/4 jam 07.30 4. Pemberian zinc 1 tab dan dialac 1 sachet pada tgl 24/4 jam 09.00 5. Pemberian oral dialac dan zinc pada tgl 25/4 jam 06.00 6. Pemberian oral dialac 1 sachet dan kotrimoksazol 1 tab pada tgl 25/4 jam 18.00 7. Monitoring pemberian dialac dan kotrimoksazol (26/4 jam 18.00) 8. Monitoring pemberian metoklopramid dan kotrimoksazol (26/4 jam 20.00) 9. Pemberian kotrimoksazol, dialac 1 sachet, zinc 1 tab, dan salbutamol secara bersamaan tgl 27/4 jam 06.00
Assessment 1. Pemberian infus RL 4 cc/kgBB/jam kemudian diturunkan menjadi 3 cc/kgBB/jam sudah tepat karena pasien
DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol dan sanmol sudah tepat indikasi dan dosis, hanya saja penggunaaan merk dagang (sanmol) tidak efektif dalam hal biaya
3. Pemberian zinc, dialac, metoklopramid, dan kotrimoksazol sudah tepat indikasi dan dosis Planning 1. Mengganti obat bermerk dagang dengan obat generik untuk keefektifan biaya pasien dengan outcome yang
sama 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
79
KASUS 23
Subjective No. MR : 00.72.18.91 Umur / BB : 6 tahun (perempuan) / 20 kg Pemeriksaan Fisik : demam, sakit perut, muntah, flushing, hepatomegali, batuk, mimisan, edema palpebra,
ascites, efusi pleura Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 19/1/2008 – 26/1/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 39,5 36,3
Tekanan Darah (mmHg) - 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 19/1 21/1 22/1 25/1
Hb 12,1 11,4 14,6 10,8 13 – 17 g/dl Lekosit - 5,0 3,8 4,6 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil - - - 3 1 – 4 % Batang - 10 5 - 2 – 5 %
Segmen - 18 70 79 36 – 66 %
Limfosit - 21 25 66 22 – 40 %
Monosit - 1 - 2 4 – 8 %
Faal Hemostastis
Trombosit 166 241 31 57 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 35,2 46 - - 36 – 44 %
LPB - - 3 % - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 10 tpm makro pada tgl 19/1, kemudian infus RL ditingkatkan menjadi 3 cc/kgBB/jam (20 tpm makro) pada tgl 20/1 & 21/1, kemudian ditingkatkan lagi menjadi 7 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 22/1 – 25/1
2. Pemberian parasetamol : 1 ½ cth 1 ½ tab 200 mg
19/1 jam 13.00 19/1 jam 18.00 & 21.00 � 20/1 jam 11.00 & 15.00
� 21/1 jam 11.00 3. Pemberian lassal :
1 cth 5 cc 21/1 jam 14.00 dan 13.00 � 23/1 jam 18.00
� 24/1 jam 06.00 dan 20.00 � 25/1 jam 19.00 � 26/1 jam 05.30
Assessment 1. Pemberian infus RL 10 tpm makro pada tgl 19/1, kemudian infus RL ditingkatkan menjadi 3 cc/kgBB/jam
(20 tpm makro) pada tgl 20/1 & 21/1, kemudian ditingkatkan lagi menjadi 7 cc/kgBB/jam (40 tpm) pada tgl 22/1 – 25/1 sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian Lassal sudah tepat indikasi dan dosis (menurut IONI th.2000, dosis Lasal untuk anak usia 6 – 12 tahun adalah 2 mg)
3. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra, ascites, dan efusi pleura pada pasien Planning 1. Memberikan Lasix dengan dosis 10 mg – 30 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
80
KASUS 24
Subjective No. MR : 01.33.40.75 Umur / BB : 6 tahun (perempuan) / 21 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mual, pusing, nyeri sendi, konstipasi, edema palpebra, efusi pleura, ascites Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 23/1/2008 – 29/1/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38,2 36,7
Tekanan Darah (mmHg) 90/60 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 23/1 25/1 26/1 28/1
Hb 12,1 14,6 11,6 13 – 17 g/dl Lekosit 2 5,6 10,8 7,8 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil - - - 1 1 – 4 %
Batang - - - - 2 – 5 % Segmen 21 9 23 31 36 – 66 %
Limfosit 79 90 77 68 22 – 40 %
Monosit - 1 - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis
Trombosit 204 43 34 220 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 41 - - - 36 – 44 %
LPB - 7 % 2 % - - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (15 – 20 tpm) pada tgl 24/1, kemudian infus RL ditingkatkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (26 tpm) pada tgl 25/1 - 28/1
2. Pemberian parasetamol pada 24/1 jam 10.00, Pamol 2 cth jam 19.00 3. Pemberian injeksi lasix 20 mg pada tgl 25/1 jam 18.00, 26/1 jam 17.00, dan 27/1 jam 06.00 4. Pemberian dulcolax suppositoria 5 mg pada tgl 28/1 jam 12.00 & 19.20
Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan
lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ 2. Pemberian parasetamol sudah tepat indikasi dan dosis, sedangkan pemberian pamol membuat
pengobatan tidak efektif karena tidak menggunakan merk generik yang ada (parasetamol) 3. Pemberian injeksi lasix 20 mg sudah tepat indikasi dan dosis (menurut IONI th.2000, lasix
diberikan pada anak dengan dosis 0,5 – 1,5 mg/kg, maka dosis lasix yang diberikan adalah antara 10,5 – 31,5 mg, karena BB pasien 21 kg)
4. Pemberian dulcolax 5 mg suppositoria sudah tepat dosis dan indikasi 5. Tidak terdapat DTPs di sini
Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
81
KASUS 25 Subjective
No. MR : 01.34.79.75 Umur / BB : 8 tahun (laki-laki) / 19 kg Pemeriksaan Fisik : edema palpebra Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 26/4/2008 – 28/4/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar
Suhu Tubuh (0C) 37,2 36 Tekanan Darah (mmHg) 100/60 110/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai normal
26/4 Hb 14,6 13 – 17 g/dl
Lekosit 3 5 – 11 ribu/mmk Hitung jenis leukosit
Eosinofil - 1 – 4 % Batang - 2 – 5 % Segmen - 36 – 66 % Limfosit - 22 – 40 % Monosit - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 38 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 38 36 – 44 %
LPB - - Penatalaksanaan
Pemberian infus RL 5 cc/kgBB/jam pada tgl 26/4, kemudian dilanjutkan menjadi 3 cc/kgBB/jam (14 tpm) Assessment
1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Tidak terdapat DTPs di sini Planning
1. Monitor pemberian infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
82
KASUS 26
Subjective No. MR : 00.61.29.56 Umur / BB : 8 tahun (laki-laki) / 28 kg Pemeriksaan Fisik : demam, mimisan, nyeri perut, hepatomegali, mual, efusi pleura Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 29/1/2008 – 2/2/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,3 36,6
Tekanan Darah (mmHg) 100/70 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 29/1 30/1 31/1 1/2 2/2
Hb 13,5 2,2 12,7 11,4 12,7 13 – 17 g/dl Lekosit - 3,4 4,2 5,6 6,0 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 1 - 1 1 – 4 % Batang - 2 1 1 - 2 – 5 % Segmen - 66 28 35 20 36 – 66 % Limfosit - 32 68 64 78 22 – 40 % Monosit - - 2 - 1 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 112 78 48 118 223 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39,9 41 - - - 36 – 44 %
LPB - 6 % 14 % 16 % 3 % - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (21 tpm) pada tgl 29/1, kemudian infus RL ditingkatkan
menjadi 5 cc/kgBB/jam (35 tpm) pada tgl 30/1, kemudian diturunkan lagi menjadi 3 cc/kgBB/jam (17 tpm) pada tgl 31/1 – 1/2
2. Pemberian parasetamol 280 mg pada 29/1 jam 11.00 dan Pamol 280 mg jam 20.30 3. Pemberian O2 1 liter/menit pada tgl 30/1 jam 09.30
Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk
menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol sudah tepat indikasi dan dosis, sedangkan pemberian pamol membuat pengobatan tidak efektif karena tidak menggunakan merk generik yang ada (parasetamol)
3. Pemberian O2 sudah tepat indikasi dan dosis karena pasien mengalami efusi pleura bagian kanan pada bagian kanan
4. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
83
KASUS 27
Subjective No. MR : 01.22.58.35 Umur / BB : 10 tahun (perempuan) / 32 kg Pemeriksaan Fisik : demam, BAB 1x encer, gatal-gatal Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 1/3/2008 – 4/3/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38 36
Tekanan Darah (mmHg) 100/70 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 1/3 3/3 4/3
Hb 14,3 13,5 13,2 13 – 17 g/dl Lekosit 3,14 7,0 5,0 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - 6 1 – 4 % Batang 0,3 1 - 2 – 5 % Segmen 69,1 26 38 36 – 66 % Limfosit 26,8 73 56 22 – 40 % Monosit 3,8 - - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 112 73 111 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39 - - 36 – 44 %
LPB 3 % - 2 % - Penatalaksanaan 4. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 1/3 – 4/3 5. Pemberian parasetamol ¾ tab pada tgl 1/3 jam 11.30 & 14.25 dan parasetamol 320 mg
pada tgl 1/3 jam 11.30 & 14.00 6. Pemberian avil 1 tab pada tgl 3/3 jam 06.00, avil ½ tab tgl 3/3 jam 09.00 & 15.50
Assessment 3. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk
menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
4. Pemberian parasetamol ¾ tab dan parasetamol 320 mg yang diberikan pada pasien dalam waktu bersamaan dan berurutan dapat menimbulkan akumulasi, seharusnya pemberian parasetamol pertama dan kedua jaraknya 4 – 5 jam → dosis berlebih
Planning 4. Memberikan parasetamol pertama dan kedua dalam rentang waktu 4 – 5 jam, dengan
dosis sesuai standar (10 – 15 mg/kgBB), yaitu antara 320 – 480 mg karena pasien memiliki BB = 32 kg
5. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 6. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
84
KASUS 28
Subjective No. MR : 01.35.79.00 Umur / BB : 9 tahun (perempuan) / 35 kg Pemeriksaan Fisik : edema palpebra, pusing, efusi pleura Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 30/6/2008 – 2/7/2008 Outcome : sembuh Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 36,5 37,3
Tekanan Darah (mmHg) 110/70 110/80
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 30/6 1/7 2/7
Hb 14,5 - 12,8 13 – 17 g/dl Lekosit 7,4 3,2 8,2 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil 0,7 - - 1 – 4 % Batang - 35 1 2 – 5 % Segmen - 35 71 36 – 66 % Limfosit 49,4 63 28 22 – 40 % Monosit - 1 - 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 25 29 149 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - 38 39 36 – 44 %
LPB - 3 % 1 % - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam (20 tpm) pada tgl 30/6 & 1/7 2. Pemberian O2 1 – 2 liter/menit pada tgl 30/6
Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk
menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian O2 1 – 2 liter/menit sudah tepat indikasi dan dosis 3. Butuh obat (Lasix) untuk mengatasi edema palpebra dan efusi pleura pada pasien
Planning 1. Memberikan Lasix dengan dosis antara 17,5 mg – 52,5 mg (0,5 – 1,5 mg/kg) untuk
mengatasi edema palpebra pasien 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
85
KASUS 29
Subjective No. MR : 01.34.79.74 Umur / BB : 11 tahun (perempuan) / 20 kg Pemeriksaan Fisik : demam, batuk, sakit perut, rash convalescen Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 26/4/2008 – 30/4/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) - 37,2
Tekanan Darah (mmHg) 90/60 -
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 26/4 28/4 29/4 30/4
Hb 14,3 14,4 14,9 13,4 13 – 17 g/dl Lekosit 1,8 2,2 5,8 7,2 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - - 1 – 4 % Batang - 1 1 - 2 – 5 % Segmen - 27 34 21 36 – 66 % Limfosit - 72 63 78 22 – 40 % Monosit - - 2 1 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 61 28 24 24 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 38,2 - - - 36 – 44 %
LPB - 9 % - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 26/4 & 30/4, kemudian infus RL
ditingkatkan menjadi 5 cc/kgBB/jam (26 tpm) pada tgl 27/4, kemudian infus RL diturunkan lagi menjadi 3 cc/kgBB/jam
2. Pemberian pamol sirup tgl 26/4 jam 21.00 & 27/4 jam 06.00 Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk
menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian pamol sirup sudah tepat indikasi, sedangkan dosisnya tidak dapat dianalisis kemungkinan terjadinya DTPs karena volume pemberian pamol sirup kepada pasien tidak jelas. Pemberian pamol membuat pengobatan tidak efektif karena tidak menggunakan merk generik yang ada (parasetamol)
3. Tidak terdapat DTPs di sini Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
86
KASUS 30
Subjective No. MR : 00.71.30.89 Umur / BB : 11 tahun (perempuan) / 36 kg Pemeriksaan Fisik : demam, batuk, pilek, rash convalescen Diagnosa : DHF grade II Tgl. Perawatan : 16/1/2008 – 20/1/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 38 36,7
Tekanan Darah (mmHg) 105/80 100/70
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 16/1 17/1 18/1
Hb 11,2 - 8,8 13 – 17 g/dl Lekosit 6,3 - 4,2 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit Eosinofil - - - 1 – 4 % Batang - - - 2 – 5 % Segmen - - 38 36 – 66 % Limfosit - - 61 22 – 40 % Monosit - - 1 4 – 8 %
Faal Hemostastis Trombosit 38 50 168 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit - - - 36 – 44 %
LPB - - - - Penatalaksanaan 1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 16/1 – 19/1 2. Pemberian Parasetamol 360 mg pada tgl 16/1 jam 15.00 dan 24.00, 17/1 jam 11.00 3. Pemberian ambroxol 15 mg dan salbutamol 2 mg pada tgl 18/1 jam 06.00, 19/1 jam
06.00 & 18.00, dan 20/1 jam 06.00 Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk
menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ
2. Pemberian parasetamol 360 mg sudah tepat indikasi dan dosis 3. Pemberian ambroxol 15 mg dan salbutamol 2 mg sudah tepat dosis dan indikasi untuk
mengatasi penyakit penyerta pasien (faringitis akut) Planning 1. Monitor pemberian obat dan infus 2. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 3. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1 SOAP
87
KASUS 31
Subjective No. MR : 01.35.18.71 Umur / BB : 11 tahun (perempuan) / 44 kg Pemeriksaan Fisik : demam, batuk, pilek, sakit kepala, edema palpebra Diagnosa : DHF grade I Tgl. Perawatan : 21/5/2008 – 26/5/2008 Outcome : membaik Objective
Pemeriksaan Masuk Keluar Suhu Tubuh (0C) 37,8 36
Tekanan Darah (mmHg) 100/70 -
Parameter Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal 21/5 22/5 23/5 24/5
Hb 13,7 14,5 16,0 14,6 13 – 17 g/dl Lekosit 3,2 2,4 2,4 3,8 5 – 11 ribu/mmk
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 0,3 - - - 1 – 4 %
Batang - 7 2 - 2 – 5 % Segmen - 45 41 15 36 – 66 %
Limfosit - 47 56 85 22 – 40 %
Monosit - 1 1 - 4 – 8 %
Faal Hemostastis
Trombosit 110 136 73 58 150 – 450 ribu/mmk Hematokrit 39,4 - - - 36 – 44 %
LPB - - 4 % 3 % - Penatalaksanaan
1. Pemberian infus RL 3 cc/kgBB/jam pada tgl 21/5 – 26/5 2. Pemberian parasetamol 1 tab pada tgl 21/5 jam 21.00 dan tgl 22/5 jam 06.00, jam 11.00, jam 19.30 3. Pemberian ventolin 2 cth pada tgl 22/5 jam 16.00 4. Pemberian Dextamin 3x1 tab tgl 22/5 jam 24.00
Assessment 1. Pemberian infus RL sudah tepat karena pasien DHF membutuhkan terapi cairan untuk menormalkan
lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstraseluler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ 2. Pemberian parasetamol 1 tab di sini sudah tepat dosis dan indikasi 3. Pemberian ventolin di sini sudah tepat 4. Pemberian dextamine sudah tepat indikasi untuk mengatasi alergi (gatal-gatal) yang dialami pasien setelah
mengkonsumsi ventolin, hanya saja dosis dextamin di sini 3x1 tab untuk anak usia 6 – 12 tahun tidak sesuai, seharusnya dosis diturunkan menjadi ½ tab 3 – 4 kali sehari
5. Tidak terdapat DTPs di sini. Planning 1. Tidak memberikan ventolin lagi karena pasien gatal-gatal 2. Mengatur dosis dextamin untuk anak, yaitu menjadi ½ tab 3 – 4 kali sehari 3. Monitor trombosit dan hematokrit tiap 12 jam kemudian mencatatnya 4. Tambahan asupan cairan, seperti jus buah, untuk meningkatkan angka trombosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2 Tatalaksana Kasus DBD
88
Gambar 5. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD (Anonim a, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar 6. Tatalaksana Kasus DBD Derajat I dan II
(Anonim a, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3 Tatalaksana DBD di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
90
TATALAKSANA DBD
(Menurut Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta)
1. Fase Febris
Pada fase febris awal, cukup sulit membedakan antara DD dan DBD.
Penanganan pada fase ini sama, yaitu dengan memberikan obat simtomatik dan
suportif sebagai berikut :
a. Istirahat;
b. Parasetamol diberikan 10 – 15 mg/kgBB/kali (tidak lebih dari 5 kali dalam 24
jam);
c. Pemberian obat asam salisilat / asetosal dan ibuprofen merupakan indikasi
kontra, karena dapat menyebabkan gastritis dan / atau perdarahan. Komplikasi
yang paling serius pada anak adalah sindroma Reye (ensefalopati);
d. Jangan berikan antibiotika;
e. Dianjurkan untuk memberikan rehidrasi oral pada pasien seperti pada
dehidrasi sedang karena muntah dan demam tinggi;
f. Makan harus tetap diberikan sesuai selera;
g. Jika penderita masih demam, pada hari ke-3 dianjurkan untuk periksa ke RS
atau Puskesmas. Bila hasil pemeriksaan Hct dan jumlah trombosit masih
normal dianjurkan untuk periksa setiap hari sampai demam turun;
h. Jika sebelumnya hari ke-3 sudah muncul tanda bahaya segera bawa ke Rumah
Sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tanda bahaya yang dimaksud (urutan dimulai dari gejala yang paling ringan) :
a. Segala bentuk manifestasi perdarahan : kulit, hidung atau gusi, berak warna
hitam;
b. Nyeri abdomen berat;
c. Tidak dapat / mau minum / makan;
d. Kencing lebih sedikit dari biasa;
e. Iritabel, gelisah;
f. Anak terlihat makin lemah, berkeringat, kulit teraba dingin.
Kriteria rawat inap penderita dengan kecurigaan infeksi Dengue adalah :
a. Lemah atau gelisah;
b. Akral dingin atau sianosis;
c. Segala bentuk manifestasi perdarahan;
d. Oliguria atau menolak minum / tidak dapat minum;
e. Nadi kecil cepat;
f. Waktu pengisian kapiler (capillary refill time) lebih dari 2 detik;
g. Penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg) atau hipotensi;
h. Hematokrit 40% atau terjadi kenaikan hematokrit;
i. Jumlah trombosit < 150.000/uL, atau ada kecenderungan penurunan trombosit
diikuti dengan kenaikan nilai hematokrit (hemokonsentrasi);
j. Nyeri abdomen akut;
k. Bukti adanyan kebocoran plasma, misal : efusi pleura, ascites
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Jika penderita menolak dirawat inap, anjurkan orangtua untuk :
a. Membujuk anak untuk minum lebih banyak dari biasanya;
b. Mengamati adanya tanda-tanda bahaya;
c. Memberikan parasetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali dapat dilulang setiap 4 – 6
jam (terbatas 5 dosis dalam 24 jam);
d. Kompres hangat jika diperlukan;
e. Hindarkan pemberian obat asetosal atau ibuprofen;
f. Menandatangani surat bukti penolakan mondok.
Bila terdapat tanda bahaya, mintalah orangtua segera membawa anaknya ke
rumah sakit.
2. Fase Afebris
Demam Berdarah Dengue Derajat I dan II
a. Semua kasus harus dirawat inap
b. Lakukan pengamatan adanya tanda-tanda ruam, perdarahan, bercak biru pada
kulit atau berak warna hitam sampai 2 – 3 hari bebas demam
c. Dorong penderita untuk minum lebih banyak (oralit, jus buah, dll)
d. Berikan cairan intravena D5% / NSS dimulai dengan 6 ml/kg/jam selama 3
jam, bila muntah menetap atau berat, atau pasien tidak mau minum
e. Parasetamol jika demam tinggi
f. Pemeriksaan hematokrit / tanda vital / jumlah urine dilakukan setelah 3 jam
pemberian cairan IV dan bila ada tanda perbaikan (hematokrit turun, nadi dan
tekanan darah stabil, jumlah urine meningkat)
g. Bila keadaan membaik turunkan cairan IV menjadi 3 ml/kg/jam selama 3 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
h. Bila keadaan selanjutnya tetap baik, lanjutkan cairan IV dengan dosis3
ml/kg/jam selama 6 – 12 jam dan kemudian hentikan cairan IV
i. Bila keadaan tidak membaik (hematokrit dan nadi naik, tekanan nadi < 20
mmHg, jumlah urine turun), naikkan cairan IV menjadi 10 ml/kg/jam (selama
1 jam); bila membaik setelah 1 jam, turunkan cairan IV menjadi 6 ml/kg/jam
dan selanjutnya 3 ml/kg/jam
(Anonim b, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4 Cairan Intravena yang Digunakan
94
CAIRAN INTRAVENA YANG DIGUNAKAN
(Menurut Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta)
Cairan yang direkomendasikan
1. Kristaloid
a. Larutan D5% dalam Salin Normal Isotonik (D5% / NSS)
b. Larutan D5% dalam setengah Salin Normal (D5% / 0, 5NSS)
c. Larutan D5% dalam Ringer Laktat (D5% / RL)
d. Larutan D5% dalam Ringer Asetat (D5% / RA)
2. Koloid
a. Dekstran 40
b. Plasma
Untuk memastikan pemberian cairan secara adekuat dan menghindari kelebihan
cairan melalui infus, jumlah cairan IV harus disesuaikan setelah 24 – 48 jam
terjadi kebocoran plasma dengan memeriksa hematokrit dan tanda vital secara
periodik. Jumlah cairan pengganti yang diberikan harus sesuai dan cukup efektif
untuk mempertahankan sirkulasi selama periode kebocoran plasma. Pemberian
cairan pengganti yang berlebihan dan terlalu lama setelah kebocoran membaik
akan menyebabkan distres respirasi akibat efusi pleura yang masif, asites dan
edema paru. Keadaan ini sangat berbahaya.
Jumlah cairan yang dibutuhkan harus dihitung berdasarkan berat badan dan
direncanakan setiap 1 – 3 jam, atau lebih sering pada kasus syok. Kecepatan dan
lamanya pemberian cairan IV tergantung dari keparahan derajat DBD. Berikut ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
protokol yang direkomendasikan, yang dihitung berdasarkan dehidrasi sedang
dengan defisit sekitar 6% (ditambah kebutuhan rumatan).
Tabel XVII. Rekomendasi Cairan yang Diberikan
Berat Badan
Volume Cairan dalam
Kecepatan pemberian cairan (ml/jam)
(kg) 24 jam R1* R2* R3* R4* 10 1500 30 60 100 200 15 2000 45 60 150 300 20 2500 60 90 200 400 25 2800 75 120 250 500 30 3200 90 150 300 600 35 3500 105 180 350 700 40 3800 120 210 400 800 45 4000 135 240 450 900 50 4200 150 270 500 1000 55 4400 165 300 550 1100 60 4600 180 360 600 1200
Petunjuk :
a. Perubahan kecepatan cairan IV tidak terlalu drastis, jangan melompat dari R2
ke R4 karena dapat berakibat kelebihan cairan. Begitu juga, turunkan
kecepatan pemberian cairan dari R4 ke R3, dari R3 ke R2 dan dari R2 ke R1
secara bertahap.
b. INGAT bahwa SATU ML sama dengan 20 tetes mikro atau 15 tetes makro.
c. Pastikan tersedian 1 botol cairan 500 ml pada waktu awal, dan mintalah sesuai
kebutuhan. Kecepatan pemberian cairan IV harus dinilai ulang setiap 1 – 3
jam. Frekuensi pengamatan disesuaikan dengan kondisi pasien.
(Anonim b, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Gambar 7. Alur Pemberian Terapi Cairan DBD Derajat I dan II
(Anonim b, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul ”Evaluasi Drug Therapy
Problems Pada Pasien Anak Dengue Haemorrhagic
Fever Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Semester I Tahun
2008” memiliki nama lengkap Linna Ferawati
Gunawan, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan Lauw Bun Liong dan Lie Lie Tjen yang
dilahirkan di Sleman Yogyakarta pada tanggal 18 September 1987. Riwayat
pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain : TK Pius Bakti Utama
Kutoarjo (1991 – 1993), SD Pius Bakti Utama Kutoarjo (1993 – 1999), SLTP
Pius Bakti Utama Kutoarjo (1999 – 2002), SMA Pius Bakti Utama Purworejo
(2002 – 2005), Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2005 –
2009). Selama kuliah, penulis terlibat dalam Program Kreativitas Mahasiswa
Teknologi tahun 2007 dengan judul “Pembuatan Granul Effervescent dari Kaliks
Rosella (Hibiscus sabdarifa L.)”, bulan Februari 2008 lulus seleksi oleh Dikti,
kemudian mendapat penghargaan sebagai salah satu mahasiswa berprestasi pada
acara Dies Natalis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (Juni,
2008) dan Universitas Sanata Dharma (Desember, 2008). Penulis juga terlibat
dalam kegiatan kepanitiaan, seperti : Apresiasi Seni (2006) sebagai koordinator
seksi dana dan usaha, Pharmacy Event Cup (2006) sebagai anggota seksi humas,
Sumpahan Apoteker angkatan XI sebagai anggota seksi acara, dan panitia bakti
sosial dan relaunching Apotek Sanata Dharma Yogyakarta (2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI