HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Monica Angelina Imaldia Arung Padang
139114172
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
I tell you, therefore, everything you ask and pray for, believe
that you have it already, and it will be yours.
(Mark 11:24)
For I know well the plans I have in mind for you - oracle the
Lord - plans for your welfare and not for woe, so as to give
you future of hope”
(Jeremiah 29:11)
There can be miracles
When you believe
Though hope is frail
It’s hard to kill
(Mariah Carey & Whitney Houston)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Teruntuk Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjadi sumber kekuatanku
Mami, Papi, Bona, dan Finkel yang selalu mendoakan dan mendukungku
Semua keluarga, sahabat, dan teman-teman yang selalu menyemangati
Dan seluruh pihak yang telah membantu proses penyelesaian tugas akhir ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KOMPETENSI SOSIAL
PADA ANAK USIA 9 – 11 TAHUN
Monica Angelina Imaldia Arung Padang
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara regulasi emosi dan kompetensi sosial pada
anak usia 9 – 11 tahun. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif
antara regulasi emosi dan kompetensi sosial pada anak usia 9 – 11 tahun. Subjek dalam penelitian
ini adalah 127 anak berusia 9 – 11 tahun yang duduk di kelas 4 hingga 6 Sekolah Dasar Kristen
Kalam Kudus. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala regulasi emosi dan
skala kompetensi sosial. Koefisien reliabilitas skala regulasi emosi adalah sebesar 0,792,
sedangkan koefisien reliabilitas skala kompetensi sosial adalah 0,749. Uji korelasi Spearman Rho
menunjukkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,429 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil tersebut
mengindikasikan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara regulasi emosi dan
kompetensi sosial pada anak usia 9 – 11 tahun.
Kata Kunci: kompetensi sosial, regulasi emosi, anak usia 9 – 11 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
CORRELATION BETWEEN EMOTION REGULATION AND SOCIAL
COMPETENCE IN 9 – 11 YEARS OLD CHILDREN
Monica Angelina Imaldia Arung Padang
ABSTRACT
This research was a quantitative method using correlational study. This research aimed to
examine the relationship between emotion regulation and social competence in 9 – 11 years old
children. The hyphotesis of this study was that there was a positive relationship between emotion
regulation and social competence in 9 – 11 years old children. The subject of this research was
127 children of 9 – 11 years old range in 4th
until 6th
grade of Kalam Kudus Christian Elementary
School. Data were collected by emotion regulation and social competence scale. The reliability
coefficient of emotion regulation scale was 0.792, while reliability coefficient of social competence
scale was 0.749. Spearman Rho correlation test showed that correlation coefficient was 0.429 with
a significance level of 0.000. This result indicated that there was positive and significant
correlation between emotion regulation and social competence in 9 – 11 years old children.
Keywords: social competence, emotion regulation, 9 – 11 years old children
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus karena berkat kasih
karunia, rahmat, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
di Universitas Sanata Dharma.
Proses penyusunan skripsi ini telah mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi. selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan
sabar telah membimbing, memberi arahan, serta masukan bagi penulis
selama proses penulisan skripsi.
2. Ibu Monica Eviandaru M, M.App. Psych selaku Ketua Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak R. Landung Eko Prihatmoko, M. Psi., Psi. dan Drs. H. Wahyudi,
M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Segenap dosen dan staf karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan banyak ilmu, wawasan, dan pengalaman
yang bermanfaat.
5. Kepala Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Mami dan Papi yang selalu mendoakan dan mendukungku baik secara
emosional dan finansial. Adik-adikku, Bona dan Finkel, terima kasih
untuk perhatian yang diberikan selama ini.
7. Mita, Nia, Tasya yang selalu mendengarkan cerita dan keluh kesah
mengenai proses pembuatan skripsi ini dan hal-hal lainnya. Terima kasih
atas kebaikan dan kemurahan hatinya karena mau memahami seorang
yang sangat rumit seperti penulis.
8. Teman-teman kelompok skripsi, Tia, Putri, Sonya, Ollyn, dan Phina yang
telah banyak membantu dan bekerja sama dengan penulis. Terima kasih
untuk dinamikanya selama ini, mulai dari diskusi tentang topik,
pembuatan item, dan cerita-cerita yang terselip di dalamnya.
9. Teman-teman Classy Class 13 yang telah memberikan banyak
pengalaman berharga kepada penulis selama berkuliah. Terima kasih
untuk suka duka dan canda tawanya selama ini.
10. Kepada seluruh pihak yang telah terlibat di dalam proses pembuatan
skripsi ini. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan doa yang telah
diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan berguna untuk ilmu psikologi ke
depannya. Terima kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 7
C. TUJUAN PENELITIAN ...................................................................... 7
D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................. 7
1. Manfaat Teoritis ............................................................................. 7
2. Manfaat Praktis .............................................................................. 7
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 9
A. KOMPETENSI SOSIAL ..................................................................... 9
1. Definisi Kompetensi Sosial ............................................................ 9
2. Aspek-aspek Kompetensi Sosial .................................................... 10
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kompetensi Sosial ................... 12
B. REGULASI EMOSI ............................................................................ 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Definisi Regulasi Emosi ................................................................. 17
2. Strategi-strategi Regulasi Emosi .................................................... 18
C. PERKEMBANGAN ANAK 9 – 11 TAHUN ...................................... 21
D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN
KOMPETENSI SOSIAL ..................................................................... 23
E. BAGAN HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN
KOMPETENSI SOSIAL ..................................................................... 26
F. HIPOTESIS .......................................................................................... 27
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 28
A. JENIS PENELITIAN ........................................................................... 28
B. IDENTIFIKASI VARIABEL .............................................................. 28
C. DEFINISI OPERASIONAL ................................................................ 28
D. SUBJEK PENELITIAN ....................................................................... 29
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA ............................ 30
1. Penyusunan Blue Print ................................................................... 30
2. Penulisan Item ................................................................................ 32
3. Review dan Revisi Item .................................................................. 33
4. Validitas Alat Ukur Penelitian ....................................................... 33
5. Uji Coba Pendahuluan.................................................................... 34
6. Uji Coba Alat Ukur ........................................................................ 34
F. RELIABILITAS ALAT UKUR PENELITIAN .................................. 36
G. METODE ANALISIS DATA .............................................................. 37
1. Uji Asumsi ..................................................................................... 37
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 37
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 39
A. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 39
1. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 39
2. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian ............................................ 39
3. Reliabilitas Data Penelitian ............................................................ 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4. Hasil Uji Asumsi ............................................................................ 41
5. Uji Hipotesis .................................................................................. 42
6. Hasil Analisis Tambahan ............................................................... 43
B. PEMBAHASAN .................................................................................. 44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 50
A. KESIMPULAN .................................................................................... 50
B. SARAN ................................................................................................ 50
1. Bagi Orang Tua dan Guru .............................................................. 50
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52
LAMPIRAN ..................................................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Kompetensi Sosial .................................... 31
Tabel 2. Blue Print Skala Regulasi Emosi ......................................... 32
Tabel 3. Skor Pernyataan Skala ......................................................... 32
Tabel 4. Distribusi Item Skala Regulasi Emosi ................................. 35
Tabel 5. Distribusi Item Skala Kompetensi Sosial ............................ 36
Tabel 6. Deskriptif Data Penelitian .................................................... 40
Tabel 7. Uji Reliabilitas Skala Kompetensi Sosial ............................ 41
Tabel 8. Uji Reliabilitas Skala Regulasi Emosi ................................. 41
Tabel 9. Uji Normalitas ..................................................................... 41
Tabel 10. Uji Linearitas ....................................................................... 42
Tabel 11. Hasil Pengujian Hipotesis .................................................... 43
Tabel 12 Hasil Uji Korelasi antara Aspek Regulasi Emosi dan Kompetensi
Sosial ..................................... .................. ........................... 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Kompetensi Sosial dan Regulasi Emosi untuk
Uji Coba ................................ .............................................. 59
Lampiran 2. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Kompetensi Sosial
Uji Coba ................................ .............................................. 74
Lampiran 3. Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Regulasi Emosi
Uji Coba ................................ .............................................. 81
Lampiran 4. Skala Kompetensi Sosial dan Regulasi Emosi untuk Pengambilan
Data ....................................... .............................................. 88
Lampiran 5. Uji Reliabilitas Skala Pengambilan Data ............................. 96
Lampiran 6. Hasil Uji One Sample T-Test ............................................... 98
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas ............................................................ 100
Lampiran 8. Hasil Uji Linearitas .............................................................. 102
Lampiran 9. Hasil Uji Korelasi ................................................................ 104
Lampiran 10. Surat Keterangan Penelitian ................................................ 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teman sebaya menjadi hal yang penting bagi anak di usia 9 – 11 tahun.
Di usia tersebut anak termasuk dalam kategori masa pertengahan. Pada masa
pertengahan, anak menghabiskan banyak waktu di luar rumah untuk
mengunjungi dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Anak-anak
menggunakan teman sebaya sebagai pembanding atas diri mereka. Di sisi
lain, mereka juga ingin mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Oleh
karena itu, kelompok sebaya menjadi identitas anak-anak di masa
pertengahan (Papalia, 2014). Menurut teori psikososial Erickson, di usia 6
tahun hingga pubertas anak harus belajar beragam keterampilan untuk
mengatasi perasaan tidak kompeten (Papalia & Feldman, 2014). Salah satu
keterampilan atau kemampuan tersebut adalah kemampuan untuk berinteraksi
sehingga ia dapat diterima oleh teman-teman sebayanya, yaitu kompetensi
sosial.
Selain dapat memengaruhi penerimaan teman sebaya, kompetensi sosial
juga memiliki hubungan dengan masalah perilaku pada anak, yaitu perilaku
eksternalisasi dan internalisasi (Bornstein, Hahn, & Haynes, 2010; Corredor,
Arráez, López, Nieto, 2016; Vahedi, Farrokhi, & Varajian, 2012). Perilaku
eksternalisasi adalah perilaku-perilaku bermasalah yang diarahkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lingkungan, seperti agresi dan perilaku yang melanggar norma-norma,
sedangkan perilaku internalisasi adalah perilaku-perilaku bermasalah yang
diarahkan ke dalam diri, seperti kecemasan atau depresi (Carney, Moore,
Rojas, Daneri, 2015; Wenar & Kerig, 2000). Berdasarkan penelitian,
meningkatnya kompetensi sosial dapat memengaruhi penurunan masalah
perilaku pada anak (Langeveld, Gundersen, & Svartdal, 2012). Pada
kenyataannya, masalah-masalah perilaku akibat rendahnya kompetensi sosial
masih sering ditemui di sekolah. Contoh-contoh masalah tersebut adalah
bullying, membolos sekolah, dan pemalakan (“117 Laporan Bullying”, 2017;
Dwi, 2018; Himawan & Saleh, 2015; Widiyanto, 2017; Febriyani, 2017).
Menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) kasus kekerasan
terhadap anak yang terjadi di bidang pendidikan per 30 Mei 2018 berjumlah
161 kasus. Dari jumlah tersebut, kasus anak korban tawuran sebanyak 23
kasus (14,3%), kasus anak pelaku tawuran sebanyak 31 kasus (19,3%),
sedangkan kasus anak korban kekerasan dan bullying sebanyak 36 kasus
(22,4%). Kemudian, kasus anak pelaku kekerasan dan bullying sebanyak 41
kasus (25,5%). Berdasarkan laporan yang diterima KPAI dari masyarakat,
kasus kekerasan paling banyak terjadi di jenjang SD (Pratama, 2018). Connell
(2009) menyebutkan bahwa masalah-masalah perilaku dan emosi yang terjadi
di masa kanak-kanak awal cenderung berlanjut ke masa kanak-kanak
pertengahan dan masa remaja. Masalah-masalah tersebut dapat memprediksi
masalah sosial dan akademik anak atau masalah lainnya di masa depan,
seperti penggunaan obat-obatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Di samping dapat memengaruhi masalah perilaku pada anak, kompetensi
sosial juga dapat memengaruhi hal lain di dalam kehidupan anak. Penelitian
menunjukkan bahwa kompetensi sosial di taman kanak-kanak memengaruhi
kesejahteraan anak di usia dewasa (Jones, Greenberg, & Crowley, 2015).
Kompetensi sosial juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan fisik anak.
Anak-anak yang memiliki kompetensi sosial yang lebih tinggi di kelas tiga
sekolah dasar, memiliki peluang obesitas yang lebih rendah (Jackson &
Cunningham, 2015). Kompetensi sosial juga dapat memengaruhi pencapaian
akademik anak. Penelitian yang dilakukan oleh Magelinskaitė-Legkauskienė,
Legkauskas, dan Kepalaitė (2018) mengungkapkan bahwa kompetensi sosial
memiliki hubungan dengan pencapaian akademik di kelas 1 dan 2 Sekolah
Dasar. Sementara itu, anak dengan penilaian kompetensi sosial yang rendah
oleh teman sebayanya memiliki tingkat kesepian yang tinggi (Junttila, 2010).
Oleh karena itu penting untuk meningkatkan kompetensi sosial yang dimiliki
anak.
Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi kompetensi sosial
seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah regulasi emosi
(McDowell, Kim, O’Neil, Parke, 2002; Monopoli & Kingston, 2012), sikap
protektif orang tua (Shute, McCarthy, & Roberts, 2007), harga diri, dukungan
sosial yang dirasakan dari teman dan keluarga (Dróżdż & Pokorski, 2007),
kelekatan aman (Groh dkk 2014), hubungan guru dengan siswa (Zhang &
Nurmi, 2012), dan pola pengasuhan orang tua (Kazemi, Ardabili, & Solokian,
2010). Di antara berbagai faktor tersebut, yang menjadi perhatian peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
adalah regulasi emosi karena regulasi emosi merupakan faktor internal yang
dapat dilatih (Scanlon, 2010). Selain itu, kompetensi sosial hampir selalu
hadir bersamaan dengan fungsi emosional yang tepat (Semrud-Clikeman,
2007).
Regulasi emosi adalah strategi yang digunakan individu dalam mengatur
emosinya terkait kapan mereka merasakan emosi itu dan cara mereka
merasakan serta mengekspresikan emosi tersebut (Eisenberg & Spinrad, 2004
dalam Berk, 2006; Gross, 1988 dalam Urry & Gross, 2010; Gross &
Thompson, 2007 dalam Gross, 2007; Gross, 1998b dalam Lopes dkk, 2011).
Penelitian menunjukkan bahwa regulasi emosi dapat memengaruhi hubungan
seseorang dengan orang lain. Penelitian Blandon, Calkins, dan Keane (2010)
di Amerika menunjukkan bahwa anak-anak dengan perilaku eksternalisasi
awal dan regulasi emosi yang rendah di usia dua tahun dinilai memiliki lebih
banyak masalah perilaku dan keterampilan sosial yang rendah oleh guru
mereka di Taman Kanak-kanak. Sementara itu, penelitian Lopes, Salovey,
dan Côté (2005) yang dilakukan terhadap mahasiswa di Amerika
mengungkapkan bahwa individu yang memiliki tingkat regulasi emosi yang
tinggi dinilai lebih menyenangkan oleh teman sebaya mereka. Penelitian yang
dilakukan oleh Trentacosta dan Shaw (2009) di Amerika menunjukkan bahwa
anak-anak yang memiliki kesulitan dalam meregulasi emosinya akan
mengalami penolakan dari teman sebaya. Hasil penelitian keduanya
menunjukkan bahwa kurangnya penggunaan strategi regulasi emosi yang
adaptif dapat memprediksi penolakan dari teman sebaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi perubahan
kognitif dan modulasi respon dari kelima strategi menurut teori Gross dan
Thompson (2007) untuk mengukur regulasi emosi yang dimiliki oleh anak.
Peneliti tidak menggunakan ketiga strategi lainnya, yaitu seleksi situasi,
modifikasi situasi, dan penyebaran perhatian. Alasan peneliti tidak
menggunakan seleksi situasi dan modifikasi situasi adalah karena strategi
tersebut lebih bersifat eksternal, sedangkan penelitian ini lebih berfokus
kepada diri atau bersifat internal. Sementara penyebaran perhatian dapat
menjadi komponen dari strategi perubahan kognitif dan modulasi respon
(Wadlinger & Issacowitz, 2011).
Strategi perubahan kognitif memiliki bentuk berupa penilaian kembali,
sedangkan strategi modulasi respon memiliki bentuk berupa supresi.
Penilaian kembali adalah cara untuk merubah makna suatu situasi untuk
mengubah dampak emosionalnya, sedangkan supresi adalah penghambatan
perilaku ekspresi emosi (Lazarus & Alfret, 1964; Gross, 1988 dalam Gross &
John, 2003). Menurut Gross, Richards, dan John (2006), penggunaan
penilaian kembali dapat meningkatkan fungsi sosial seseorang. Mereka yang
menggunakan penilaian kembali lebih disukai dan memiliki hubungan yang
dekat dengan teman sebaya mereka (Gross & John, 2003). Di sisi lain,
kebiasaan menggunakan supresi membuat penggunanya kurang dekat dengan
teman sebaya mereka dan juga memiliki dukungan sosial yang kurang. Walau
demikian, bukan berarti mereka tidak disukai oleh teman sebayanya. Orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
yang menggunakan supresi juga dapat membuat kesan positif terhadap orang
lain dan memperoleh status sosial (English dkk, 2012).
Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum ada penelitian terkait regulasi
emosi dan kompetensi sosial yang dilakukan pada anak-anak usia 9 – 11
tahun yang dilakukan di Indonesia. Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, supresi dapat memberi efek negatif kepada orang yang
menggunakannya. Meski demikian, pada individu yang menganut budaya
kolektif, seperti di Indonesia, efek ini dapat lebih rendah (Ford & Mauss,
2015). Selain itu, penelitian ini menggunakan kuesioner yang diisi langsung
oleh anak. Sementara, penelitian sebelumnya menggunakan kuesioner yang
diisi oleh guru untuk mengetahui tingkat kompetensi sosial dan regulasi
emosi yang dimiliki anak (McDowell, Kim, O’Neil, Parke, 2002; Monopoli
& Kingston, 2012). Salah satu keuntungan menggunakan kuesioner yang diisi
langsung oleh anak adalah informasi bermakna yang diperoleh terkait
persepsi dan kognisi yang tidak dapat diperoleh dari orang lain. Sementara
itu, pengisian kuesioner oleh guru atau orang tua dapat terdistorsi oleh faktor-
faktor seperti bias dan depresi (Danielsen & Phelps, 2003). Oleh karena itu,
peneliti ingin menguji hubungan antara regulasi emosi dan kompetensi sosial
pada siswa 9 – 11 tahun di Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin diuji dalam penelitian ini adalah apakah
terdapat hubungan antara regulasi emosi dan kompetensi sosial pada anak
usia 9 – 11 tahun.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan
untuk menguji hubungan antara regulasi emosi dan kompetensi sosial pada
anak 9 – 11 tahun.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, khususnya
dalam bidang pendidikan dan perkembangan. Pengetahuan yang
dimaksud ialah pengetahuan mengenai hubungan antara regulasi emosi
dan kompetensi sosial pada anak usia 9 – 11 tahun di bidang psikologi.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman kepada para
orang tua dan guru mengenai hubungan antara regulasi emosi dan
kompetensi sosial. Dengan demikian para orang tua dan guru dapat
mencari cara untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan
kompetensi sosial anak. Selain itu, jika hipotesis dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
terbukti, diharapkan para guru dan orang tua dapat mendorong anaknya
untuk melakukan regulasi emosi sehingga anak dapat menampilkan
emosinya secara adaptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini terdiri dari pengertian mengenai kedua variabel penelitian, aspek-
aspek kompetensi sosial, strategi-strategi regulasi emosi, serta faktor-faktor yang
memengaruhi variabel-variabel tersebut. Di dalam bab ini juga terdapat dinamika
hubungan antara kedua variabel penelitian dan bagan mengenai hubungan
keduanya, yang diakhiri dengan hipotesis penelitian.
A. Kompetensi Sosial
1. Definisi Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan untuk melihat suatu
situasi melalui sudut pandang orang lain dan belajar dari pengalaman di
masa lalu serta menerapkan pembelajaran tersebut pada lingkungan
sosial yang selalu berubah (Semrud-Clikeman, 2007). Kompetensi sosial
juga dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kemampuan yang sesuai
dengan umur seseorang untuk berfungsi secara tenang dan kreatif dalam
komunitas atau lingkungan sosialnya (Orpinas dan Horne, 2006).
Kompetensi sosial biasanya mengacu pada kemampuan individu
untuk bergaul dengan orang lain, membaca situasi-situasi sosial dan
berinteraksi secara baik dengan teman-teman sebayanya (Upton, 2012).
Hutchby dan Ellis (2005) menyampaikan bahwa kompetensi sosial lebih
terkait dengan kemampuan anak untuk mengelola lingkungan sosial
mereka, terlibat dalam tindakan sosial yang memiliki arti dalam konteks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
interaksi tertentu. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang
untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dalam rangka mencapai
tujuan dengan menggunakan cara-cara yang dapat diterima oleh orang-
orang di sekitarnya.
2. Aspek-aspek Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial memiliki empat aspek. Aspek-aspek tersebut
adalah sebagai berikut (Orpinas & Horne, 2006; Semrud-Clikeman,
2007).
2.1 Kemampuan memahami emosi orang lain
Kemampuan untuk memahami emosi orang lain merupakan
kemampuan untuk membaca isyarat emosi orang lain secara akurat
(Burgoon & Bacue, 2003 dalam Greene & Burleson, 2003).
Memahami keadaan emosi orang lain dapat dilakukan dengan
melihat perilaku non-verbal, ekspresi wajah, dan gerak tubuh
seseorang (Semrud-Clikeman, 2007).
2.2 Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemampuan untuk berkomunikasi ialah kemampuan untuk
berinteraksi secara jelas, responsif, dan masuk dalam pembicaraan
yang sedang berlangsung serta mengintegrasikan perilakunya dengan
situasi yang sedang berlangsung (Semrud-Clikeman, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Kemampuan ini membutuhkan pemahaman tentang konteks sosial
dan budaya di dalamnya.
2.3 Kemampuan untuk menyelesaikan masalah
Semrud-Clikeman (2007) mengungkapkan bahwa kemampuan
untuk menyelesaikan masalah adalah kemampuan untuk
menggunakan pengalaman di masa lalu secara fleksibel sebagai
informasi dalam memahami dan mencari jalan keluar yang adaptif.
Spivack, Platt, dan Shure (1976, dalam Schneider, Attili, Nadel, &
Weissberg, 1989) menjelaskan bahwa yang termasuk dalam
kemampuan menyelesaikan masalah adalah kepekaan terhadap
permasalahan sosial, pertimbangan makna lain dalam menyelesaikan
masalah, dan pertimbangan akan segala konsekuensi.
2.4 Kesadaran sosial
Orpinas dan Horne (2006) mengungkapkan bahwa kesadaran
sosial merupakan kemampuan seseorang untuk mendeteksi atau
mengenali adanya perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial.
Kesadaran sosial melibatkan keterampilan, kemampuan, dan proses
yang dimiliki seseorang untuk memperoleh tujuan sosialnya dan
untuk menguasai lingkungan (Schneider, Attili, Nadel, & Weissberg,
1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kompetensi Sosial
Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhi kompetensi sosial
seorang anak. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Schneider,
Attili, Nadel, & Weissberg, 1989; Orpinas & Horne, 2006; Semrud-
Clikeman, 2007).
3.1 Hubungan dengan orang tua, guru, dan teman sebaya
Melalui ikatan yang terjalin dengan orang tuanya, anak
mempelajari keterampilan dasar dalam berelasi dengan orang lain.
Mereka belajar cara mengatur perasaan serta menyelesaikan masalah
yang nantinya akan digunakan dalam hubungan dengan teman
sebayanya. Saran yang diberikan orang tua kepada anaknya
mengenai interaksi dengan teman juga mungkin memengaruhi
hubungan anak dengan teman sebaya. Seiring dengan
perkembangan, orang tua tidak memberitahu lagi tentang apa yang
harus dilakukan, melainkan mendorong anak untuk memikirkan
konsekuensi dari tindakannya. Pengaruh orang tua lainnya terhadap
hubungan anak dengan teman sebaya ialah mengatur kehidupan
sosial anak. Pendisiplinan yang tidak konsisten dan hukuman oleh
orang tua ditambah dengan pengawasan yang rendah berhubungan
dengan penolakan teman sebaya karena kontrol perilaku yang buruk.
Selain orang tua, anak juga membentuk kelekatan dengan
gurunya. Mereka yang memiliki kelekatan aman dengan gurunya
ketika prasekolah mudah untuk melakukan eksplorasi lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
fisik dan sosialnya. Di sisi lain, mereka yang memiliki konflik
dengan gurunya tampak sulit untuk membentuk hubungan sosial
yang adekuat dan juga memiliki kesulitan belajar. Sementara itu,
mereka yang dependen terhadap gurunya memiliki masalah
signifikan dalam membentuk hubungan dengan teman sebaya.
Hubungan tersebut akan berlanjut di masa sekolah dan tampak stabil
(Semrud-Clikeman, 2007).
Selain orang tua dan guru, teman sebaya juga memiliki
pengaruh terhadap anak. Bermain dengan teman sebaya merupakan
hal yang penting dari persahabatan di masa kanak-kanak tengah dan
kebanyakan permainan pada usia ini bersifat formal dan
menggunakan peraturan. Kemampuan untuk menginternalisasi dan
mematuhi peraturan tersebut dianggap sebagai landasan dalam
kompetensi sosial (Samter, 2003 dalam Semrud-Clikeman, 2007).
Anak-anak usia tengah tampak lebih sadar tentang memiliki teman
dan cemas akan penerimaan. Hal ini membuat penerimaan teman
sebaya menjadi hal yang penting pada usia ini. Struktur persahabatan
pada usia ini berubah, sedangkan kestabilan dan jumlah persahabatan
meningkat (Semrud-Clikeman, 2007).
3.2 Status Sosioekonomi
Status sosioekonomi merupakan pengelompokan orang-orang
dengan karakteristik pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
hampir mirip (Santrock, 2007). Anak-anak dengan tingkat
kemiskinan yang rendah memiliki kompetensi sosial yang tinggi dan
masalah perilaku yang lebih sedikit. Hal itu mungkin disebabkan
karena lingkungan rumah dan sekolah yang stabil. Dengan demikian,
anak memiliki waktu untuk mengembangkan pertemanan dan
pengetahuan dibandingkan dengan anak yang sering berpindah
rumah dan mengalami lebih banyak tekanan di rumah (Semrud-
Clikeman, 2007).
3.3 Budaya
Budaya adalah istilah untuk menggolongkan berbagai cara hidup
manusia yang kompleks dan cenderung disampaikan kepada
keturunan mereka (Loner & Malpass, 1994). Konteks suatu budaya
merupakan hal yang penting dalam perkembangan kompetensi
sosial. Menurut Chen dan French (2008) budaya dapat memengaruhi
cara seorang anak dalam mengekspresikan dirinya, keramahan, serta
perilaku pemalu yang menghambat. Keyakinan dan nilai budaya
yang terkait dengan kontrol perilaku di masyarakat juga
berhubungan dengan perilaku kooperatif dan agresif yang
memberontak serta makna perilaku tersebut pada anak-anak. Budaya
juga menjadi panduan anak dalam memasuki dunia dengan teman
sebayanya dan mengejar tujuan pribadi atau kelompok. Selain itu,
budaya menjadi acuan untuk membentuk pertemanan yang mengisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
berbagai peran fungsional dalam perkembangan, serta untuk
mengembangkan strategi yang tepat dalam menyelesaikan konflik
dengan teman sebaya.
3.4 Gender
Gender mengacu pada dimensi sosial dan psikologis mengenai
perempuan dan laki-laki (Santrock, 2007). Gender memengaruhi
komposisi kelompok anak, ukuran kelompok tersebut, dan interaksi
di dalamnya (Maccoby, 1998, 2000 dalam Santrock, 2007).
Persahabatan pada masa kanak-kanak tengah cenderung berdasarkan
gender. Kecenderungan ini berawal pada usia sekitar 3 tahun dan
meningkat dari usia 4 hingga 12 tahun. Anak perempuan cenderung
bermain dalam kelompok yang terdiri dari 2 sampai 3 orang
sehingga pertemanannya bersifat lebih eksklusif, sementara anak
laki-laki cenderung berrmain dalam kelompok yang lebih besar
karena berorientasi kelompok (Santrock, 2007; Samter 2003;
Thorne, 1989 dalam Semrud-Clikeman, 2007). Dibandingkan
dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih sering menghabiskan
waktunya dengan berbicara satu sama lain secara bergantian dan
setuju dengan apa yang dibicarakan oleh temannya (Leaper 1994;
Raffaelli & Ducket, 1989 dalam Semrud-Clikeman, 2007). Anak
laki-laki cenderung menciptakan urutan kekuasaan sosial di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
interaksinya dan lebih kompetitif dibandingkan dengan anak
perempuan (Thorne, 1986 dalam Semrud-Clikeman, 2006).
3.5 Inteligensi
Definisi inteligensi memiliki dua variasi, yaitu apakah dilihat
sebagai karakteristik global atau sebagai seperangkat kemampuan
dan apakah penekanannya pada produk atau proses perilaku yang
cerdas. Pellegrini (1985 dalam Semrud-Clikeman, 2007) dalam
penelitiannya menemukan hubungan di antara kompetensi sosial dan
inteligensi akademik. Berdasarkan hasil penelitian itu, anak-anak
yang memilki kemampuan pemikiran yang baik juga memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam memodulasi perilaku sosialnya
dan memanfaatkan konteks sosial untuk kepentingan mereka.
3.6 Regulasi Emosi
Regulasi emosi adalah strategi yang digunakan oleh individu
dalam mengatur emosinya yang terkait dengan waktu, cara, dan
bagaimana mereka mengekspresikan emosi tersebut (Eisenberg &
Spinrad, 2004 dalam Berk, 2006; Gross, 1988 dalam Urry & Gross,
2010; Gross & Thompson, 2007; Gross, 1998b dalam Lopes dkk,
2011). Menurut Diener dan Kim (2003 dalam Semrud-Clikeman,
2007), anak-anak yang tidak mampu melakukan regulasi emosi
sering memperlihatkan perilaku-perilaku yang tidak terkendali dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tidak pantas, serta sering menunjukkan masalah terkait kompetensi
sosial.
B. Regulasi Emosi
1. Definisi Regulasi Emosi
Regulasi emosi ialah strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan
dengan menyesuaikan emosi (Eisenberg & Spinrad, 2004 dalam Berk,
2006). Regulasi emosi berkaitan dengan fungsi kognitif seperti
pemfokusan dan pengalihan perhatian, kemampuan mengendalikan
pikiran dan perilaku, serta kemampuan mengatasi situasi yang dapat
menimbulkan stres (Eisenberg & Spinrad, 2004 dalam Berk, 2006).
Sementara itu, Gross (dalam Urry & Gross, 2010) mendefinisikan
regulasi emosi sebagai proses yang digunakan untuk mengatur emosi apa
yang dimiliki, kapan digunakan, dan bagaimana mengalami serta
mengekspresikan emosi tersebut. Regulasi emosi mengacu pada
serangkaian proses heterogen di mana emosi diatur (Gross, 2007). Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Goldstein dan Naglieri (2011), yaitu
regulasi emosi mengacu pada proses di mana individu memantau,
mengevaluasi, dan memodifikasi emosinya dalam rangka mengendalikan
emosi yang mereka miliki, kapan mereka memilikinya, dan bagaimana
mereka mengalaminya dan mengekspresikan emosi tersebut. Maka dari
itu, dapat disimpulkan bahwa regulasi emosi adalah strategi yang
digunakan individu dalam mengatur emosinya terkait waktu mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memilikinya dan cara mereka merasakan serta mengekspresikan emosi
tersebut.
2. Strategi-strategi Regulasi Emosi
Terdapat lima strategi regulasi emosi (Gross & Thompson, 2007).
Kelima strategi tersebut terbagi menjadi antecedent-focused dan
response-focused. Strategi antecedent-focused merupakan strategi yang
dilakukan ketika kecenderungan respon belum aktif sepenuhnya dan
mengubah respon perilaku serta fisiologis kita. Strategi response-focused
merupakan strategi yang dilakukan setelah kecenderungan respon
dihasilkan. Strategi-strategi yang termasuk ke dalam antecedent-focused
adalah pemilihan situasi, modifikasi situasi, perubahan kognitif, dan
penyebaran perhatian. Sementara, yang termasuk ke dalam response-
focused adalah modulasi respon. Penjelasan mengenai strategi-strategi
tersebut adalah sebagai berikut (Gross, 2007).
2.1 Pemilihan situasi
Strategi ini sering kali membutuhkan pandangan dari pihak lain,
seperti orang tua atau terapis. Pemilihan situasi memengaruhi
kehidupan emosional bayi dan anak kecil dengan kuat karena mereka
kurang mampu memilih situasi untuk diri mereka sendiri. Pihak yang
menggunakan strategi ini harus dapat memperkirakan kapasitas
pengaturan diri penerima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.2 Modifikasi situasi
Strategi ini berhubungan dengan memodifikasi lingkungan fisik
eksternal. Contohnya, orang tua yang membantu anak menyelesaikan
puzzle atau permintaan verbal untuk membantu menyelesaikan
masalah pada anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa.
2.3 Penyebaran perhatian
Strategi ini memungkinkan individu untuk meregulasi emosi
tanpa mengubah lingkungannya. Penyebaran perhatian adalah cara
individu mengatur perhatiannya dalam suatu situasi untuk
memengaruhi emosinya. Strategi ini memiliki dua bentuk utama,
yaitu distraksi dan konsentrasi. Distraksi adalah cara untuk
meregulasi emosi dengan memfokuskan perhatian pada aspek lain
dari suatu situasi atau mengalihkan perhatian dari situasi yang
dialami. Konsentrasi adalah cara meregulasi emosi dengan
memfokuskan perhatian pada fitur emosional suatu situasi.
2.4 Perubahan kognitif
Strategi perubahan kognitif adalah cara seseorang untuk
merubah penilaiannya terhadap suatu situasi untuk mengubah makna
emosionalnya, baik dengan merubah pemikirannya mengenai situasi
tersebut atau mengenai kemampuan mengatur tuntutan yang
ditimbulkan oleh situasi tersebut. Bentuk strateginya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
penilaian kembali, yaitu merubah makna suatu situasi untuk merubah
dampak emosionalnya.
2.5 Modulasi respon
Modulasi respon adalah strategi regulasi emosi dengan
memengaruhi respon fisiologis, pengalaman, atau perilaku secara
langsung. Cara dari modulasi respon adalah dengan mengatur
perilaku ekspresi emosi atau supresi ekspresif. Supresi adalah
bentuk modulasi respon dimana individu menghambat perilaku
ekspresi emosi.
Dalam penelitian ini, strategi regulasi emosi yang digunakan adalah
perubahan kognitif dan modulasi respon. Bentuk perubahan kognitif ialah
penilaian kembali, sedangkan bentuk modulasi respon yang digunakan
ialah supresi. Pemilihan kedua bentuk strategi regulasi emosi tersebut
didasarkan pada pendapat John dan Gross (2004) bahwa cognitive
reappraisal dan expressive suppression sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, di usia 9 – 11 tahun anak-anak telah
mampu untuk melakukan strategi perilaku dan kognitif (de Veld dkk
2012).
Adapun, strategi pemilihan situasi tidak digunakan karena
merupakan strategi regulasi emosi yang bersifat ekstrinsik karena lebih
sering membutuhkan bantuan perspektif orang lain dan penggunaannya
paling tampak saat bayi serta masa kanak-kanak awal. Lalu, strategi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
modifikasi situasi tidak digunakan karena dalam beberapa situasi
membutuhkan dukungan serta intervensi dari orang lain. Di samping itu,
modifikasi situasi terkait dengan mengubah lingkungan fisik eksternal
(Gross & Thompson, 2006). Kemudian, strategi penyebaran perhatian
dapat menjadi komponen dari penilaian kembali dan supresi (Wadlinger
& Issacowitz, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sheppes
dan Meiran (2007; 2008 dalam Wadlinger & Issacowitz) ketika distraksi
digunakan setelah respon emosional muncul, hal itu masih dapat
membantu individu meregulasi emosi mereka. Selain itu, menurut
Ochsner dan Gross (2008 dalam Wadlinger & Issacowitz) bagian korteks
prefrontal yang terlibat dalam atensi selektif juga aktif selama penilaian
kembali. Begitu pula dengan korteks cingulate yang terlibat dalam
pengawasan proses kontrol.
C. Perkembangan Anak Usia 9 - 11 tahun
Anak-anak pada usia 9 hingga 11 tahun tergolong dalam masa kanak-
kanak tengah (Berk, 2007; Papalia & Feldman, 2014). Pada masa ini anak
mengalami perubahan dalam pengelolaan informasi yang dipengaruhi oleh
perkembangan otak, terutama pada korteks prefrontal. Anak-anak pada usia
ini mengembangkan kontrol kesadaran dalam berpikir, emosi, dan tindakan
untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah yang disebut dengan fungsi
eksekutif. Mereka memproses informasi secara lebih efektif karena mampu
memilah mana informasi yang harus diperhatikan dan diabaikan (Berk, 2007;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Papalia & Feldman, 2014). Berdasarkan pengkategorian Piaget, anak di usia
tersebut berada pada tahap operasional konkret. Mereka mampu berpikir
rasional dan menyelesaikan masalah dengan baik.
Anak-anak usia pertengahan juga mengembangkan pemahaman dan
regulasi terhadap emosi. Mereka mampu dalam memahami emosi-emosi
kompleks yang mereka alami, seperti rasa bangga dan malu. Anak-anak
tersebut paham bahwa dirinya dapat mengalami lebih dari satu emosi dalam
suatu situasi serta kejadian-kejadian yang menyebabkan emosi tersebut.
Mereka juga mampu menekan atau mengekspresikan emosi-emosi negatif
yang mereka alami. Di samping itu, mereka mulai menyadari aturan budaya
mengenai ekspresi emosi yang dapat diterima dan reaksi orang lain terhadap
emosi yang diekspresikannya. Dalam mengendalikan emosi, mereka menjadi
lebih reflektif dan menggunakan strategi tertentu untuk menenangkan dirinya.
Kemampuan mereka untuk berempati secara tulus dan berperilaku prososial
juga turut berkembang pada masa ini (Papalia & Feldman, 2014; Santrock,
2011).
Seiring bertambahnya usia, anak-anak usia pertengahan menjadi lebih
akurat dalam menilai situasi yang membuat mereka tertekan serta
menentukan kemampuan mereka dalam mengendalikannya. Ketika
menghadapi kondisi tertekan, anak-anak yang usianya lebih tua mempunyai
cara alternatif dalam menghadapi kondisi tersebut. Strategi kognitif yang
digunakan juga lebih banyak. Anak-anak tersebut dapat mengalihkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
perhatiannya dari hal-hal yang membuat mereka tertekan dan mengubah
persepsinya terhadap situasi tersebut (Santrock, 2011).
D. Dinamika Hubungan Regulasi Emosi dan Kompetensi Sosial
Pada usia 9 – 11 tahun, anak berada pada masa kanak-kanak tengah. Di
masa ini, anak mengalami berbagai perkembangan terkait emosinya. Anak
mulai memahami emosi yang mereka rasakan serta penyebabnya. Anak juga
sadar bahwa emosi yang mereka tampilkan dapat menyakiti perasaan orang
lain atau membuat mereka diperhatikan oleh orang lain. Oleh karena itu,
mereka mampu meregulasi emosinya (Saarni, 1979, 1989, 1990 dalam
Thompson, 1991). Regulasi emosi merupakan strategi untuk mengatur emosi
agar individu dapat mencapai tujuannya (Eisenberg & Spinrad, 2004 dalam
Berk, 2006).
Di usia 9 – 11 tahun, anak sudah mampu melakukan berbagai strategi
untuk meregulasi emosinya. Di dalam penelitian ini, strategi perubahan
kognitif dan modulasi respon digunakan untuk mengukur regulasi emosi
anak. Perubahan kognitif merupakan strategi untuk mengatur emosi dengan
merubah penilaian terhadap suatu situasi sehingga anak dapat mengubah
makna emosionalnya. Berdasarkan perkembangan kognitifnya, anak usia 9 –
11 tahun telah mampu melakukan strategi perubahan kognitif karena mereka
sudah mampu mengartikan suatu situasi dari sudut pandang lain, baik untuk
meredam atau meningkatkan emosi yang mereka rasakan (Thompson, 1991).
Ketika anak mampu melakukan strategi perubahan kognitif, maka ia dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
memberi makna yang baru pada situasi yang dialami, sehingga ia dapat
mempertimbangkan makna lain dalam menyelesaikan masalah. Pertimbangan
akan makna lain ini merupakan salah satu kemampuan dalam menyelesaikan
masalah (Spivack, Platt, & Shure, 1976 dalam Schneider, Attili, Nadel, &
Weissberg, 1989).
Selain dapat membantu anak untuk menyelesaikan masalah, kemampuan
untuk menilai kembali ini dapat membantu anak dalam memahami perasaan
orang lain. Dengan menggunakan sudut pandang lain, ia dapat memposisikan
dirinya ketika menghadapi situasi yang dialami oleh temannya. Ketika anak
memposisikan dirinya sebagai temannya, maka ia dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh temannya ketika mengalami suatu situasi tertentu. Anak yang
dapat memposisikan dirinya serta membayangkan pikiran dan perasaan
temannya memiliki kemungkinan yang kecil untuk berperilaku agresif
terhadap temannya (Slaby, Roedell, Arezzo, & Hendrix, 1995 dalam Learning
Perspective Taking, 2010).
Di usia kanak-kanak tengah, anak juga telah mampu melakukan modulasi
respon, yaitu strategi untuk meregulasi emosi dengan memengaruhi respon
fisiologis, pengalaman, atau perilaku secara langsung. Anak melakukan
modulasi respon melalui supresi, yaitu penghambatan perilaku ekspresi
emosi. Anak mampu melakukan hal tersebut karena sudah mengetahui
ekspresi apa yang dapat diterima oleh lingkungannya. Ketika ia merasakan
emosi negatif yang menurutnya tidak dapat diterima oleh temannya maka ia
akan menahan emosi tersebut dan menampilkan emosi yang menurutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dapat diterima oleh temannya. Selain itu, kemampuan anak untuk mengontrol
reaksi emosinya dapat membantu kemampuannya dalam berkomunikasi.
Anak yang mampu mengontrol emosinya dapat memahami hal-hal lain di
dalam suatu situasi sehingga ia menjadi tidak dipenuhi oleh emosinya (Rydell
dkk 2003 dalam Semrud-Clikeman, 2007). Dengan demikian, ia menjadi
responsif dan dapat mengutarakan apa yang dipikirkannya dengan jelas.
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa menahan emosi dapat
memberikan efek buruk, namun penelitian lain menunjukkan bahwa hal ini
tergantung oleh konteks budaya seseorang (Ford & Mauss, 2015). Pada
individu yang menganut budaya kolektif, efek negatif supresi lebih rendah
jika dibandingkan dengan individu dari budaya individualis (Cheung & Park,
2010; Kwon dkk 2013; Wei dkk 2013 dalam Ford & Mauss, 2015). Hasil
tersebut juga didukung oleh penelitian Tsai (2016) yang menunjukkan bahwa
supresi emosi digunakan oleh remaja Amerika keturunan Vietnam untuk
menghindari penolakan atau penilaian negatif dari teman sebaya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak-anak
yang memiliki regulasi emosi yang tinggi, akan memiliki kompetensi sosial
yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, anak-anak yang memiliki
regulasi emosi yang rendah, akan memiliki kompetensi sosial yang rendah
pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
E. Bagan Hubungan antara Strategi Regulasi Emosi dengan Kompetensi
Sosial
Regulasi Emosi yang Tinggi
Menilai kembali makna
suatu situasi
Mengatur perilaku
ekspresi emosi
Kompetensi Sosial yang
Tinggi
Mampu memahami
perasaan orang lain
Mampu berkomunikasi
Mampu menyelesaikan
masalah
Sadar akan norma-norma
sosial
Melihat suatu situasi
melalui sudut pandang
orang lain
Merespon lawan bicara
dengan tepat
Menemukan solusi suatu
masalah
Mengetahui ekspresi
emosi yang tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini, yaitu:
Ada hubungan positif antara regulasi emosi dan kompetensi sosial anak usia 9
– 11 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
regulasi emosi dan kompetensi sosial pada anak usia pertengahan.
B. Identifikasi Variabel
Variabel-variabel di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Variabel bebas : Regulasi emosi
2. Variabel terikat : Kompetensi sosial
C. Definisi Operasional
1. Regulasi Emosi
Regulasi emosi ialah strategi pengaturan emosi oleh individu.
Strategi – strategi regulasi emosi yang diukur adalah perubahan kognitif
dan modulasi respon. Masing-masing strategi tersebut memiliki bentuk,
yaitu penilaian kembali dan supresi. Penilaian kembali adalah cara untuk
merubah makna suatu situasi untuk mengubah dampak emosionalnya.
Supresi adalah cara untuk meregulasi emosi dengan menghambat
perilaku ekspresi emosi. Kedua bentuk strategi tersebut diukur
menggunakan skala regulasi emosi yang dibuat oleh Arung-Padang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Daniel, Wulandari, dan Rasman (2017). Penjumlahan skor kedua bentuk
strategi tersebut, menggambarkan tingkat regulasi emosi anak. Semakin
tinggi skor regulasi emosi, maka semakin baik regulasi emosi seorang
anak.
2. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan seseorang untuk
mewujudkan tujuannya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan
sosialnya. Kompetensi sosial dapat dilihat dari kemampuan memahami
perasaan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kemampuan
menyelesaikan masalah dan kesadaran sosial. Pada penelitian ini,
kompetensi sosial diukur menggunakan skala yang dibuat oleh Arung-
Padang, Ismadiyani, Napitupulu, Sutejo, Wisung (2017) berdasarkan
indikator yang telah disebutkan. Tingkat kompetensi sosial ditunjukkan
oleh skor total yang diperoleh dari jumlah skor masing-masing indikator.
Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat
kompetensi sosial subjek, sedangkan semakin rendah jumlah skor yang
diperoleh menunjukkan semakin rendah tingkat kompetensi sosialnya.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi berusia 9 – 11 tahun.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah purposive sampling.
Teknik pengambilan sampel ini berdasarkan pada kriteria atau karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tertentu (Siregar, 2013). Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah
anak-anak yang berusia 9 – 11 tahun.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data di dalam penelitian ini menggunakan skala yang
disusun bersama. Tahap-tahap penyusunannya, adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Blue Print
1.1 Skala Kompetensi Sosial
Penyusunan blue print skala kompetensi sosial didasarkan pada
empat aspek, yaitu kemampuan memahami perasaan orang lain,
kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan berkomunikasi,
dan kesadaran sosial. Masing-masing aspek tersebut memiliki dua
indikator. Blue print skala kompetensi sosial dapat dilihat pada tabel
1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Tabel 1
Blue Print Skala Kompetensi Sosial
Aspek Indikator Komposisi Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Memahami emosi
orang lain
Merespon secara
fleksibel
2 2 4
Mengenal perasaan orang lain
2 2 4
Kemampuan
berkomunikasi
Mampu memulai
interaksi dengan
orang lain secara verbal dan non-
verbal
2 2 4
Mampu merespon lawan bicara saat
berkomunikasi
2 2 4
Kemampuan menyelesaikan
masalah
Membuat suatu
keputusan yang tepat
2 2 4
Memahami bahwa
orang lain memiliki
sudut pandang yang
berbeda dengan dirinya mengenai
sesuatu
2 2 4
Kesadaran sosial
Memahami bahwa perilaku yang
dilakukan dapat
diterima oleh orang
lain
2 2 4
Memahami tanda-
tanda bahwa suatu
perilaku tidak dapat diterima oleh orang
lain
2 2 4
Jumlah 16 16 32
1.2 Skala Regulasi Emosi
Penyusunan blue print skala regulasi emosi didasarkan pada dua
bentuk strategi pada teori Gross (2006), yaitu cognitive change dan
response modulation. Blue print strategi regulasi emosi dapat dilihat
pada tabel 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel 2
Blue Print Skala Regulasi Emosi
Strategi Indikator Komposisi Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Cognitive change Reappraisal 8 8 16
Response
modulation
Expressive
Suppression
8 8 16
Jumlah 16 16 32
2. Penulisan Item
Item-item pada skala penelitian dibuat berdasarkan aspek, indikator,
dan komposisi pada blue print yang telah disusun. Peneliti merencanakan
16 item pada skala kompetensi sosial dan regulasi emosi untuk
melakukan pengambilan data. Untuk mengantisipasi item mortality,
peneliti membuat 32 item untuk masing-masing skala. Item-item itu
dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Di dalam skala-skala
tersebut terdapat empat pilihan jawaban untuk setiap pernyataan, yaitu
Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), Sangat Sesuai
(SS). Pernyataan-pernyataan tersebut terbagi menjadi favorable dan
unfavorable. Skor yang diberikan kepada tiap item dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3
Skor Pernyataan Skala
Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Tidak Sesuai 2 3
Sesuai 3 2
Sangat Sesuai 4 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3. Review dan Revisi Item
Setelah item dibuat, peneliti kemudian meminta review kepada dosen
pembimbing skripsi. Review yang diberikan berupa masukan terkait
aspek, indikator, dan penulisan item yang disusun. Setelah review
diberikan, peneliti kemudian merevisi hal-hal yang menjadi masukan dari
dosen pembimbing skripsi.
4. Validitas Alat Ukur Penelitian
Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk melihat kesesuaian
antara indikator dan item-item yang telah disusun. Pengujian validitas
dilakukan oleh dosen pembimbing untuk memberikan professional
judgement dan teman-teman peneliti yang berjumlah 13 orang untuk
memberikan peer judgment. Penilaian dilakukan dengan memberi skor
antara 1 hingga 4 untuk setiap item. Setelah diberi penilaian, peneliti
kemudian menghitung indeks validitas isinya.
4.1 Skala Kompetensi Sosial
Berdasarkan penilaian yang telah diberikan, peneliti lalu
menghitung IVI-I (Indeks Validitas Isi - Item). Setelah melakukan
penghitungan, terdapat tiga item yang tidak valid. Ketiga item
tersebut tetap digunakan setelah melakukan perbaikan. Sementara
itu, hasil penghitungan IVI-S (Indeks Validitas Isi - Skala) sejumlah
0,9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4.2 Skala Strategi Regulasi Emosi
Penghitungan terhadap IVI-I menunjukkan bahwa terdapat satu
item yang tidak valid. Meski demikian, peneliti tetap menggunakan
satu item tersebut setelah melakukan perbaikan. Sementara itu, hasil
penghitungan IVI-S menunjukkan bahwa skala regulasi emosi
memiliki nilai IVI-S sebesar 0,93.
5. Uji Coba Pendahuluan
Tujuan uji coba pendahuluan ini adalah untuk mengetahui berapa
lama waktu yang dibutuhkan oleh subjek untuk mengerjakan skala yang
diberikan. Selain itu, uji coba pendahuluan ini dilakukan untuk melihat
apakah kalimat-kalimat yang digunakan dalam alat ukur dapat dipahami
oleh subjek penelitian.
6. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba pada alat ukur dilakukan pada 13 Desember 2017, 15 Januari
2018, dan 3 Februari 2018. Uji coba untuk skala kompetensi sosial
dilakukan pada tanggal 13 Desember 2017 di SD Timbulharjo, Paingan
pada 40 pada anak usia 9 - 11 tahun yang tergabung di kelas 4 serta 5 dan
pada tanggal 15 Januari 2018 di SD Budya Wacana pada 20 anak usia 9 -
11 tahun di kelas 4 dan 5. Uji coba skala regulasi emosi dilakukan pada
tanggal 3 Februari 2018. Skala regulasi emosi diuji cobakan pada 66 anak
usia 9 – 11 tahun di kelas 4 dan 5 SD Pangudi Luhur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Skala regulasi emosi dan kompetensi sosial yang memiliki 32 item
diseleksi menggunakan batasan koefisien 0,20 (Azwar, 2015). Menurut
Azwar, penggunaan batasan koefisien di bawah 0,20 tidak disarankan.
Hasilnya ada 22 item yang lolos untuk regulasi emosi. Untuk melakukan
penyetaraan antar indikator maka tujuh item dihapus, sehingga diperoleh
14 item untuk skala regulasi emosi. Distribusi item skala strategi regulasi
emosi dapat dilihat pada tabel 4. Nomor item yang diberi penebalan adalah
item yang lolos seleksi.
Tabel 4
Distribusi Item Skala Regulasi Emosi
Aspek Indikator Item
Total Favorable Unfavorable
Cognitive
change
Reappraisal 1, 3, 5, 7, 9,
11, 13, 15
17, 19, 21, 23,
25, 27, 29, 31
7
Response modulation
Expressive suppression
18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 32
2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16
7
Sementara itu, untuk skala kompetensi sosial diperoleh 23 item.
Untuk melakukan penyetaraan jumlah item pada setiap indikator, maka
tujuh item digugurkan dan dianalisis kembali. Hasilnya menunjukkan
tedapat satu item yang memiliki nilai dibawah 0,2, sehingga harus
digugurkan. Dengan demikian, skala kompetensi sosial memiliki total 15
item. Distribusi item skala kompetensi sosial dapat dilihat pada tabel 5.
Nomor item yang diberi penebalan ialah item yang lolos uji coba skala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tabel 5
Distribusi Item Skala Kompetensi Sosial
Aspek Indikator Item
Total Favorable Unfavorable
Kemampuan
memahami emosi orang lain
Merespon secara
fleksibel
1, 5 17, 21 2
Mengerti perasaan orang
lain
9, 13 25, 29 2
Kemampuan untuk
berkomunikasi
Mampu memulai
interaksi dengan orang lain secara
verbal dan non-
verbal
18, 22 2, 6 2
Mampu merespon
lawan bicara saat
berkomunikasi
26, 30 10, 14 2
Kemampuan
menyelesaikan
masalah
Membuat suatu keputusan yang
tepat
3, 7, 19, 23 2
Memahami
bahwa orang lain memiliki sudut
pandang yang
berbeda dengan dirinya mengenai
sesuatu
11, 15 27, 31 2
Kesadaran sosial
Memahami
bahwa perilaku yang dilakukan
dapat diterima
orang lain
20, 24 4, 8 2
Memahami tanda-tanda bahwa suatu
perilaku tidak
dapat diterima orang lain
28, 32 12, 16 2
F. Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Reliabilitas diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach dalam
program SPSS 23.00 for Windows. Koefisien reliabilitas skala kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
sosial sebesar 0,749, sedangkan koefisien reliabilitas skala regulasi emosi
sebesar 0,792.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data yang
diperoleh memiliki distribusi yang normal atau tidak. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov
melalui program SPSS 23.
1.2 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat linearitas hubungan di
antara kedua variabel penelitian. Uji linearitas dilakukan dengan
menggunakan test for linearity melalui program SPSS 23.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik Korelasi Product
Moment Pearson melalui program SPSS 23. Teknik uji hipotesis ini
memerlukan data yang normal sebagai syarat untuk melakukannya. Jika
hasil data penelitian menunjukkan hasil persebaran yang tidak normal,
maka uji hipotesis dilakukan dengan analisis non-parametrik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
menggunakan (Santoso, 2010) teknik Spearman Rho melalui program
SPSS 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 2 dan 6 Maret
2017 di Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus. Para siswa diminta untuk
mengisi kuesioner yang terdiri dari dua skala, yaitu Skala Kompetensi
Sosial dan Skala Regulasi Emosi. Jumlah siswa yang mengisi kuesioner
penelitian adalah sebesar 151 orang, namun terdapat 24 orang yang tidak
memenuhi kriteria subjek penelitian. Kedua puluh empat orang tersebut
tidak memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian karena sudah berumur
dua belas tahun. Dengan demikian, terdapat 127 subjek dalam penelitian
ini.
2. Deskripsi Subjek dan Data Penelitian
Subjek penelitian merupakan anak-anak yang berusia 9 – 11 tahun
yang berada di kelas 4 hingga 6 Sekolah Dasar Kristen Kalam Kudus.
Subjek penelitian ini terdiri dari 59 orang anak laki-laki dan 68 orang
anak perempuan. Sementara itu, berdasarkan usianya, subjek penelitian
ini terdiri dari 21 orang yang berusia sembilan tahun, 53 orang yang
berusia sepuluh tahun, dan 53 orang yang berusia sebelas tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Dari data 127 subjek yang diperoleh dan diolah, diketahui bahwa
variabel kompetensi sosial memiliki mean empirik yang lebih besar
daripada mean teoritik, dengan memiliki perbedaan yang signifikan.
Artinya subjek pada penelitian ini memiliki tingkat kompetensi sosial
yang tinggi.
Hasil penghitungan juga menunjukkan bahwa variabel regulasi
emosi memiliki mean empirik yang lebih besar dibandingkan dengan
mean teoritiknya. Perbedaan antara mean teoritik dan mean empirik yang
signifikan menunjukkan bahwa subjek penelitian ini memiliki tingkat
regulasi emosi yang tinggi. Deskripsi data variabel kompetensi sosial dan
regulasi emosi dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Deskriptif Data Penelitian
Statistik Kompetensi Sosial Regulasi Emosi
Teoritik Empirik Teoritik Empirik
Skor minimum 15 35 14 24
Skor
maksimum
60 58 56 54
Mean 37,5 50,42 35 40,37
SD 7,5 3,943 7 5.925
Koefisien One
Sample T Test
36,919 10,214
Signifikansi
One Sample T
Test
0,000 0,000
3. Reliabilitas Data Penelitian
Hasil uji analisis reliabilitas yang diperoleh menggunakan SPSS 23
for Windows adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 7
Tabel Uji Reliabilitas Skala Kompetensi Sosial
Cronbach’s Alpha N of Items
0,6 15
Hasil Cronbach’s Alpha tersebut menunjukkan bahwa skala
Kompetensi Sosial memiliki koefisien korelasi sebesar 0,6.
Tabel 8
Tabel Uji Reliabilitas Skala Regulasi Emosi
Cronbach’s Alpha N of Items
0,703 14
Hasil uji reliabilitas menunjukkan skala regulasi emosi memiliki
koefisien korelasi sebesar 0,703.
4. Hasil Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Suatu data dapat dikatakan memiliki sebaran yang normal jika
memiliki taraf signifikansi (p) yang lebih besar dari 0,05 (p>0,05).
Uji normalitas yang dilakukan dengan cara Kolmogorov-Smirnov
pada SPSS 23 memiliki hasil sebagai berikut.
Tabel 9
Tabel Uji Normalitas
Variabel/ Strategi Kolmogorov-Smirnova Sig
Kompetensi Sosial 0,000 Regulasi Emosi 0,200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah diuraikan di atas,
dapat dikatakan bahwa sebaran data kompetensi sosial memiliki
distribusi yang tidak normal, sedangkan sebaran data regulasi emosi
memiliki distribusi yang normal atau mengikuti kurva normal.
b. Uji Linearitas
Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakah kedua
variabel memiliki hubungan yang linear. Jika nilai signifikansi (p) <
0,05, maka kedua variabel memiliki hubungan yang linear. Hasil uji
linearitas menggunakan SPSS 23 for Windows dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 10
Tabel Uji Linearitas
Variabel Signifikansi
Regulasi emosi dengan
kompetensi sosial
0,000
Berdasarkan hasil uji linearitas yang telah dilakukan, maka
dapat dikatakan bahwa regulasi emosi dengan kompetensi sosial
memiliki hubungan yang linear.
5. Uji Hipotesis
Di dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan Spearman Rho melalui program SPSS 23 for Windows.
Teknik tersebut digunakan karena data yang diperoleh memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
persebaran yang tidak normal. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 11
Tabel Hasil Pengujian Hipotesis
Koefisien
Korelasi
Sig.
Hubungan antara
regulasi emosi dengan kompetensi sosial
0,429 0,000
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa regulasi emosi dengan
kompetensi sosial memliki memiliki koefisien korelasi sebesar 0,429
dengan nilai signifikansi 0,000. Artinya terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara regulasi emosi dan kompetensi sosial pada anak-anak
masa pertengahan.
6. Hasil Analisis Tambahan
Analisis tambahan dilakukan untuk melihat hubungan antara aspek-
aspek regulasi emosi dan kompetensi sosial pada anak-anak usia
pertengahan. Analisis tambahan dilakukan dengan menggunakan uji
korelasi Spearman. Hasil analisis tambahan tersebut dapat dilihat pada
tabel 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 12
Hasil Uji Korelasi Antara Aspek Regulasi Emosi dan Kompetensi
Sosial
Aspek Regulasi
Emosi
Variabel Dependen Koefisien Korelasi Sig.
Cognitive Change Kompetensi Sosial
0,371 0,000
Response Modulaltion 0,401 0,000
Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa aspek cognitive
change dan aspek response modulation memiliki hubungan yang positif
dan signifikan dengan kompetensi sosial.
Sementara itu, hasil penghitungan skor skala regulasi emosi dan
kompetensi sosial menunjukkan bahwa rata-rata skor subjek perempuan
lebih tinggi dibandingkan dengan subjek laki-laki. Rata-rata skor regulasi
emosi untuk subjek perempuan adalah sebesar 41,4, sedangkan rata-rata
skor regulasi emosi untuk subjek laki-laki yaitu, sebesar 39,2. Skor
kompetensi sosial untuk subjek perempuan rata-ratanya sebesar 52,
sedangkan skor kompetensi sosial untuk subjek laki-laki rata-ratanya
adalah sebesar 49.
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima. Hal
ini berarti ada hubungan yang positif antara regulasi emosi dan kompetensi
sosial. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
regulasi emosi yang dimiliki anak, maka semakin tinggi pula tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kompetensi sosialnya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat regulasi emosi
yang dimiliki anak, maka akan semakin rendah tingkat kompetensi sosialnya.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara regulasi emosi dan kompetensi sosial anak
(McDowell, Kim, O’neil, Parke, 2002; Monopoli & Kingston, 2012). Hal ini
terjadi karena anak yang memiliki regulasi emosi yang baik, dinilai dengan
baik pula oleh orang-orang di sekitarnya. Walaupun sedang mengalami emosi
negatif, anak-anak dengan regulasi emosi yang baik mampu membentuk
hubungan yang baik dengan guru dan teman sebayanya (Fabes, Martin,
Hannish, 1999 dalam Valiente, Swanson, Eisenberg, 2012).
Menurut Eisenberg, Cumberland, dan Spinrad (1988) orang yang tidak
mampu mengatur intensitas, durasi, dan frekuensi respon emosi dan perilaku
terkait emosi lebih mungkin untuk terpengaruh secara fisiologis dan
menunjukkan perilaku yang dapat merugikan interaksi sosial. Anak-anak
yang moody dan negatif secara emosional cenderung mendapat penolakan
dari teman-teman sebayanya, sedangkan anak-anak yang positif secara
emosional lebih populer (Strocker & Dunn, 1990 dalam Santrock, 2014). Di
samping itu, anak-anak yang mampu meregulasi emosinya menunjukkan
peningkatan dalam empati dan perilaku prososial (Hein, Röder, Fingerle,
2016).
Hasil penelitian tambahan mengungkapkan bahwa bentuk penilaian
kembali dari strategi perubahan kognitif dan bentuk supresi dari strategi
modulasi respon memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kompetensi sosial. Hasil ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan
bahwa bentuk penilaian kembali dari strategi perubahan kognitif memiliki
hubungan positif pada relasi yang positif dengan orang lain (Gross, 2002;
Mahmoudzadeh dkk, 2015). Gross (2002) mengungkapkan bahwa individu
yang menggunakan penilaian kembali lebih banyak menunjukkan emosi
positif serta lebih responsif. Oleh karena itu, individu yang cenderung
menggunakan penilaian kembali memiliki kemungkinan untuk lebih disukai
oleh orang lain.
Anak usia 9 – 11 tahun tergolong ke dalam anak usia pertengahan. Anak
di usia pertengahan sudah memahami tentang aturan mengenai ekspresi emosi
yang dapat diterima oleh orang lain. Aturan tersebut dipengaruhi oleh konteks
sosial dimana anak berada. Anak-anak akan lebih sering mengubah ekspresi
emosi mereka ketika sedang bersama teman-teman sebayanya (Fuchs dan
Telen, 1988; Zeman dan Garber, 1996 dalam Zeman, Cassano, Perry-Parish,
Stegall, 2006). Hal ini didukung oleh kemampuan mereka untuk menekan
atau menutupi ekspresi emosi yang mereka rasakan (Santrock, 2014). Dengan
kemampuan itu, anak dapat mengubah ekspresi emosinya agar ia memperoleh
tujuan yang ingin dicapainya. Di samping itu, hal ini dapat terkait dengan
budaya. Dalam masyarakat kolektif, kepentingan kelompok lebih diutamakan
dibanding kepentingan individu. Maka dari itu, kemampuan untuk
mengendalikan emosi menjadi penting agar harmoni kelompok tetap terjaga
(Tsai, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Penggunaan bentuk strategi perubahan kognitif dan modulasi respon di
masa kanak-kanak tengah juga sejalan dengan perkembangan kognitifnya.
Pada masa tersebut, anak-anak mengalami kemajuan dalam fungsi
eksekutifnya. Anak-anak usia pertengahan mengalami peningkatan dalam
kontrol kognitif, yang melibatkan pengendalian yang fleksibel dan efektif
dalam sejumlah area. Kontrol kognitif juga melibatkan pengurangan pikiran-
pikiran yang dapat mengganggu, penghambatan tindakan motorik, dan
melatih kefleksibilitasan dalam memilih suatu pilihan (Santrock, 2014).
Dengan kemampuan untuk mengurangi pikiran-pikiran yang dapat
mengganggu serta fleksibel dalam memilih suatu pilihan, maka anak dapat
melakukan penilaian kembali terhadap suatu situasi. Sementara itu,
kemampuan dalam menghambat tindakan motorik dapat mendukung
penghambatan ekspresi emosi anak.
Penelitian yang dilakukan oleh McRae dkk (2012) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara penilaian kembali dan kapasitas memori kerja pada
orang dewasa. Sementara itu, anak-anak dengan gangguan memori kerja yang
lebih besar lebih banyak menerima penolakan oleh teman sebayanya, lebih
agresif secara fisik dan dalam relasinya, serta memiliki gangguan dalam
kemampuan menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, mereka dinilai memiliki
kompetensi sosial yang lebih rendah (McQuade, Murray-Close, Shoulberg,
Hoza, 2013). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh von Hippel dan
Gonsalkorale (2005 dalam Schmeichel dan Tang, 2015) menunjukkan bahwa
kontrol penghambatan memiliki kontribusi terhadap penekanan ekspresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
emosional yang kurang pantas. Dengan demikian, kemampuan-kemampuan
yang terkait dengan fungsi kognitif anak di usia pertengahan dapat
menunjang kompetensi sosialnya.
Hasil penelitian tambahan juga menunjukkan bahwa rata-rata skor
regulasi emosi dan kompetensi sosial anak perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Sonja
dkk (2009) yang menunjukkan bahwa anak perempuan dinilai lebih kompeten
secara sosial dan lebih baik dalam meregulasi emosinya (Chaplin & Aldao,
2013). Perbedaan skor regulasi emosi dan kompetensi sosial antara anak
perempuan dan laki-laki dapat terjadi karena adanya perbedaan biologis yang
dipengaruhi oleh gen.
Contoh pengaruh faktor biologis adalah bayi laki-laki memiliki tingkat
gairah yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Lalu, pada masa
kanak-kanak awal kemampuan bahasa dan kontrol penghambatan anak laki-
laki lebih rendah dibanding anak perempuan. Oleh karena itu, anak laki-laki
mungkin memiliki kesulitan dalam mengatur emosi negatif yang dirasakan
agar sesuai dengan konteks sosial dan menyebabkan tingkat kemarahan yang
ditunjukkan lebih besar (Chaplin & Aldao, 2013). Kesulitan dalam mengatur
emosi itu dapat menyebabkan anak laki-laki memiliki tingkat kompetensi
sosial yang lebih rendah.
Lingkungan di mana seorang anak berada juga dapat memengaruhi
perbedaan tersebut. Ketika anak bersama dengan teman sebayanya, perbedaan
itu mungkin lebih kuat karena pada usia 9 – 11 tahun persahabatan anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
cenderung dipisahkan oleh gender. Hal itu membuat anak akan mengikuti
peran gendernya. Anak laki-laki cenderung melakukan permainan yang
menggunakan otot, sedangkan anak perempuan cenderung bermain dengan
tenang dan koperatif (Chaplin & Aldao, 2013). Di samping itu, anak
perempuan juga memiliki peran gender sebagai pemberi kenyamanan,
sehingga mereka lebih cenderung menunjukkan perilaku prososial, seperti
membantu atau memerhatikan orang lain (Chaplin & Aldao, 2013; Ren &
Wyver, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan regulasi emosi
memiliki hubungan yang positif dengan kompetensi sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai regulasi emosi, maka semakin
tinggi pula nilai kompetensi sosial pada anak.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah peneliti tidak mampu mengontrol
situasi pelaksanaan penelitian yang kurang kondusif, dimana terdapat
beberapa anak yang bertanya kepada temannya mengenai jawaban kuesioner.
Selain itu, dalam melakukan pengambilan data terhadap siswa, peneliti tidak
meminta izin terlebih dahulu kepada orang tua atau wali murid, sehingga
tidak sesuai dengan etika penelitian.
C. Saran
1. Bagi Orang Tua dan Guru
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi perubahan kognitif dan
modulasi respon memiliki hubungan yang positif dengan kompetensi
sosial. Oleh sebab itu, orang tua dan guru diharapkan dapat melakukan
tindakan untuk membantu siswa-siswi yang mengalami masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kompetensi sosial dengan meningkatkan penggunaan strategi regulasi
emosi perubahan kognitif dan modulasi respon. Peningkatan penggunaan
strategi regulasi emosi dapat dilakukan dengan cara memberikan
pelatihan kepada siswa-siswi mengenai bagaimana cara mengubah
penilaian mereka terhadap suatu situasi atau menahan ekspresi emosi
mereka.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian di
bidang serupa disarankan untuk mengembangkan topik penelitian dengan
mencari subjek dengan jumlah yang lebih besar agar data yang
didapatkan dapat digeneralisasikan. Selain itu, peneliti selanjutnya
diharapkan untuk mencari meneliti topik serupa terhadap subjek dari latar
belakang yang berbeda, sehingga hasil penelitian lebih bervariasi.
Peneliti juga dapat melakukan penelitian terhadap faktor-faktor lainnya
yang dapat memengaruhi kompetensi sosial anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
DAFTAR PUSTAKA
117 Laporan bullying diterima tepsa kemensos RI, hingga Juli 2017. (2017, Juli
22). Diambil dari http://jogja.tribunnews.com/2017/07/22/117-laporan-
bullying-diterima-tepsa-kemensos-ri-hingga-juli-2017
Azwar, S. (2015). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Berk, L. E. (2006). Child development (7th ed.). Boston: Pearson International
Edition
Berk, L. E. (2007). Development through the life span. Boston: Pearson
International Edition
Blandon, A. Y., Calkins, S. D., & Keane, S. P. (2010). Predicting emotional and
social competence during early childhood from toddler risk and maternal
behavior. Developmental Psychopathology, 22(1), 119-132.
Bornstein, M. H., Hahn, Chun-Shin., & Haynes, O. M. (2010). Social
competence, externalizing, and internalizing behavioral adjustment from early
childhood through early adolescence: Developmental cascades.
Developmental Psychopathology, 22(4), 717-735.
Carney, R., Stratford, B., Moore, K. A., Rojas, A., & Daneri, P. (2015). What
works for reducing problem behaviors in early childhood. Bethesda, Md:
Child Trends
Chaplin, T. M., & Aldao, A. (2013). Gender differences in emotion expression in
children: A meta-analytic review. Psychol Bull, 139(4), 735-765.
Chen, X., & French, D. C. (2008). Children’s social competence in cultural context. The Annual Review of Psychology, 58, 591-616.
Corredor, G. A., Justicia-Arráez, A., Romero-López, M., & Benavides-Nieto, A.
(2017). Longitudinal study of the effects of social competence on behavioral
problems. Social and Behavioral Sciences, 237, 479-485.
de Veld, D. M. J., Riksen-Walraven, J. M., & de Weerth, C. (2012). The relation
between emotion regulation strategies and physiological stress responses in
middle childhood. Psychoneuroendocrinology, 37, 1309-1319.
Dróżdż, E., & Pokorski, M. (2007). Parental attitudes and social competence in
adolescents. Journal of Physiology and Pharmacology, 58(5), 175-184.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Dwi, A. (2018, Januari 27). Pelajar SD dikeroyok dan dipalak temannya, ini kata
Disdik Kediri. Diambil dari https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-
3836193/pelajar-sd-dikeroyok-dan-dipalak-temannya-ini-kata-disdik-kota-
kediri
English, T., John, O. P., Srivastava, S., & Gross, J. J. (2012). J Res Pers, 46(6),
780-786.
Eisenberg, N., Cumberland, A., & Spinrad, T. L. (1998). Parental socialization of
emotion. Psychology Inquiries, 9(4), 241-273.
Febriani, R. N. (2017, November 16). Bolos demi game online, 24 pelajar Cimahi
terciduk di warnet. Diambil dari http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-
raya/2017/11/16/bolos-demi-game-online-24-pelajar-cimahi-terciduk-di-
warnet-413928
Fields, M. V., & Fields, D. M. (2010, Juli, 20). Learning perspective taking.
Diambil dari https://www.education.com/reference/article/learning-
perspective-taking/
Ford, B. Q., & Mauss, I. B. (2015). Culture and emotion regulation. Curr Opin
Psychol, 3, 1-5.
Goldstein, S., & Naglieri, J. A. (Ed.). (2011). Encyclopedia of child behavior and
development. Amerika Serikat: Springer.
Greene, J. O., & Burleson, B. R. (Eds.). (2008). Handbook of communication and
social interaction skills. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Groh, A. M., Fearon, R. P., Bakermans-Kranenburg, M. J., van Ijzendoorn, M. H.,
Steele, Ryan D., & Roisman, G. I. (2014). The significance of attachment
security for children’s social competence with peers: A meta-analytic study.
Attach Hum Dev. 16(2), 103-136.
Gross, J. J., & John, O. P. (2003). Individual differences in two emotion
regulation processes implications for affect, relationships, and well-being.
Journal of Personality and Social Psychology, 85(2), 348-362.
Gross, J. J., Richards J. M., & John O. P. (2006). Emotion regulation in everyday
life. Dalam D. K. Snyder, J. A. Simpson, J. N. Hughes (Ed.). Emotion
regulation in couples and families: Pathways to dysfunction and health (hal.
13-35). Washington, DC: American Psychological Association
Gross, J. J., & Thompson, R. A. (2007). Emotional regulation conceptual
foundation. Dalam J. Gross (Ed.), Handbook of emotion regulation (hal. 3-
24). New York: The Guilford Press
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Himawan, S., & Saleh, U. H. (2015, Desember 30). KPAI: Jumlah anak sebagai
pelaku bullying meningkat. Diambil dari
https://www.suara.com/news/2015/12/30/210135/kpai-jumlah-anak-sebagai-
pelaku-bullying-meningkat
Hein, S., Röder, M., & Fingerle, M. (2016). The role of emotion regulation in
situational empathy-related responding and prosocial behavior in the presence
of negative affect. International Journal of Psychology
Hutchby, Ian., & Moran-Ellis, Jo. (Ed.). (2005). Children and social competence:
Arenas of action. London: The Falmer Press.
Jackson, S. L., & Cunningham, S. A. (2015). Social competence and obesity in
elementary school. American Journal of Public Health, 105(1), 153-158.
John, O. P., & Gross, J. J. (2004). Healthy and unhealthy emotion regulation:
Personality Processes, Individual Differences, and Life Span Development.
Journal of Personality, 72(6), 1302-1334.
Jones, D. E., Greenberg, M., & Crowley, M. (2015). Early social-emotional
functioning and public health: The relationship between kindergarten social
competence and future wellness. American Journal of Public Health,
105(11), 2283-2290.
Junttila, N. (2010). Social competence and loneliness during the school years
(Disertasi doktoral). Diambil dari
https://www.utupub.fi/bitstream/handle/10024/59283/AnnalesB325Junttila.pd
f?sequence=1&isAllowed=y
Kazemi, A., Ardabili, H. E., & Solokian, S. (2010). The association between
social competence in adolescents and mothers’ parenting style: A cross
sectional study on iranian girls. Child Adolescence Social Work Journal, 27,
395-403.
Langeveld, J. H., & Gundersen, K. K. (2012). Social competence as a mediating
factor in reduction of behavioral problems. Scandinavian Journal of
Educational Research, 1-19.
Loner, W. J., & Malpas, R. S. (1994). Psychology and culture. Boston: Allyn &
Bacon.
Lopes, P. N., Nezklek, J. B., Extremera, N., Hertel, J., Fernández-Berrocal, P.,
Schütz, A., & Salovey, P. (2011). Emotion regulation and the quality of social
interaction: Does the ability to evaluate emotional situations and indentify
effective responses matter? Journal of Personality, 79(2). 429-467.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Lopes, P. N., Salovey, P., & Côté, S. (2005). Emotion regulation abilities and the
quality of social interaction. American Psychological Association, 5(1), 133-
118.
Magelinskaitė-Legkauskienė, S., Legkauskas, V., & Kepalaitė. (2018). Teacher perceptions of students social competence and school adjustment in
elementary school. Cogent Psychology, 5, 1-15.
Mahmoudzadeh, S., Mohhammadkhani, P., Dolatshahi, B., Moradi, S. (2015).
Prediction of psychological well-being based on dispositional mindfulness
and cognitive emotion regulation strategies in students. Practice in Clinical
Psychology, 3(3), 193-200.
McDowell, D. J., Kim, M., O’Neil, R., & Parke, Ross D. (2002). Children’s emotional regulation and social competence in middle childhood: The role of
maternal and paternal interactive style. Marriage & Family Review, 34(3-4),
345-364.
McQuade, J. D., Murray-Close, D., Shoulberg, E. K., & Hoza, B. (2013).
Working memory and social function in children. Journal of Experimental
Child Psychology, 115, 422-435.
McRae, K., Jacobs, S. E., Ray, R. D., John, O. P., & Gross, J. J. (2012). Individual
differences in reappraisal ability: Links to reappraisal frequency, well-being,
and cognitive control. Journal of Research in Personality, 46, 2-7.
Monopoli, W. John., & Kingston, S. (2012). The relationships between languange
ability, emotion regulation, and social competence in second-grade students.
International Journal of Behavioral Development, 36(5), 398-404.
Orpinas, Pamela. & Horne, Arthur M. (2006). Bullying prevention. Washington,
DC: American Psychological Association
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami perkembangan manusia.
Terj. Fitriana Wuri H. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika
Penela, E. C. (2013). The influences of early temperament and emotion regulation
on social competence in middle childhood (Disertasi doktoral). Diambil dari
https://scholarlyrepository.miami.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2068&cont
ext=oa_dissertations
Pratama, A. (2018, Juli 23). KPAI catat 161 kasus kekerasan anak di bidang
pendidikan selama 2018. Diambil dari
https://www.inews.id/news/read/189701/kpai-catat-161-kasus-kekerasan-
anak-di-bidang-pendidikan-selama-2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Ren, Y., & Wyver, S. (2016). Social competence, cultural orientations, and gender
differences: A study of Mandarin-English bilingual preschoolers.
International Journal of Early Years Education, 24(2), 143-156
Santoso, A. Statistik untuk psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata
Dharma
Santrock, J. W. (2007). A topical approach to life-span development (3rd ed.).
New York: McGraw-Hill
Santrock, J. W. (2014). Essentials of life-span development. New York: McGraw-
Hill
Santrock, J. W. (2011). Life-span development. Terj. Benedictine Widyasinta.
Jakarta: Penerbit Erlangga
Siregar, S. Metode penelitian kuantitatif. (2013). Jakarta: PT. Fajar Interpratama
Mandiri
Scanlon, C. (2010). Emotion regulation in children: A guide for teachers.
Pittsburgh: University of Pittsburgh
Schneider, B. H., Attili, G., Nadel, J.,Weissberg, R. P. (Ed.). (1989). Social
competence in developmental perspective. AA. Dordrecht: Kluwer
Academics.
Schmeichel, B. J., & Tang, D. (2015). Individual differences in executive
functioning and their relationship to emotional processes and responses.
Association for psychological science, 26(2), 93-98.
Semrud-Clikeman, Margaret. (2007). Social competence in children. Michigan:
Springer
Shute, R., McCarthy, K. R., & Roberts, R. Predictors of social competence in
young adolescents with craniofacial anomalies. International Journal of
Clinical and Health Psychology, 7(3), 595-613.
Thompson, R. A. (1991). Emotional regulation and emotional development.
Educational Psychological Review, 3(4), 269-307.
Tsai, William. (2016). Cultural differences in emotion expression and
suppression: Implications for health and well-being (Disertasi doktoral).
Diambil dari
https://cloudfront.escholarship.org/dist/prd/content/qt8h96r3bw/qt8h96r3bw.
pdf?t=o4efta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Trentacosta, C. J., & Shaw, D. S. (2009). Emotional self-regulation, peer
rejection, and antisocial behavior: Developmental associations from early
childhood to early adolescence. J Appl Dev Psychol, 30(3), 356-365.
Upton, P. (2012). Developmental psychology. Harlow: Pearson Prentice Hall
Urry, H. L., & Gross, J. J. (2010). Emotion regulation in older age. Association
for Psychological Science, 19(6), 352-357.
Vahedi, S., Farrokhi, F., & Farajian, F. (2012). Social competence and behavior
problems in preschool children. Iran J Psychiatry, 7, 126-134.
Valiente, C., Swanson, J., & Eisenberg, N. (2012). Linking students’ emotions
and academic achievement: When and why emotions matter. Child Dev
Perspect, 6(2), 129-135.
Wadlinger, H. A., & Isaacowitz, D. M. (2011). Fixing our focus: Training to
regulate emotion. Pers Soc Psychol Rev, 15(1), 75-102.
Wenar, C., & Kerig, P. (2000). Developmental psychopathology: From infancy
through adolescence (4th edition). Boston: McGraw-Hill Companies
Widiyanto, D. (2017, November 16). Bolos sekolah, 62 pelajar terjaring razia.
Diambil dari
http://krjogja.com/web/news/read/49720/Bolos_Sekolah_62_Pelajar_Terjarin
g_Razia
Zeman, J., Cassano, M., Perry-Parrish, C., & Stegall, S. Emotion regulation in
children and adolescents. Developmental and Behavioral Pediatrics, 27(2),
155-168.
Zhang, Xiao., & Nurmi, Jari-Erik. (2012). Teacher-child relationships and social
competence: A two-year longitudinal study of chinese preschoolers. Journal
of Applied Developmental Psychology, 33, 125-135.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 1.
Skala Kompetensi Sosial dan Regulasi Emosi untuk Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
UJI COBA PENDAHULUAN
SKALA KOMPETENSI SOSIAL
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Yth. Adik-adik
Yang berpartisipasi dalam penelitian ini
Dengan hormat,
Kami mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang
beridentitas di bawah ini:
1. Stephina Valencia H. S (139114022)
2. Ignatia R. S. R. N (139114085)
3. Putri Ismadiyani (139114117)
4. Philosophia N. A. Wisung (139114157)
5. Monica Angelina I. A. P (139114172)
Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner
dalam rangka tugas akhir kami. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat kami,
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
PERNYATAAN KESEDIAAN
Aku yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Urutan kelahiran : Anak ke... dari ... bersaudara
Pekerjaan Ayah :
Pekerjaan Ibu :
Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini dengan
sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya
penelitian.
Yogyakarta, …. Januari 2018
(……………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
PETUNJUK CARA MENJAWAB
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami pernyataan tersebut
dengan baik dan berikan tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang
tersedia. Pilihan jawaban tersebut, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang kamu pilih:
Contoh :
Pertanyaan STS TS S SS
Saya menyukai bunga X
Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu
memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.
Contoh :
Pertanyaan STS TS S SS
Saya menyukai bunga X X
Beberapa pernyataan ini tentang hubunganmu teman-temanmu di sekolah. Tidak
ada jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus diisi. Setiap orang
mempunyai jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah jawaban yang paling
sesuai dengan dirimu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Aku tidak mengejek teman yang
telah mengejekku.
2. Aku menunggu untuk diajak
temanku ke kantin saat istirahat.
3. Aku mengerjakan tugas kelompok
sebelum bermain.
4. Aku suka menyalin tugas dari
temanku.
5. Walaupun kalah, aku memberikan
selamat pada temanku yang
menang dalam lomba cerdas
cermat.
6. Aku lebih suka bermain sendiri di
dalam kelas saat istirahat.
7. Aku memisahkan temanku yang
berkelahi.
8. Aku menggangu temanku yang
sedang mengerjakan tugas.
9. Temanku merasa sedih ketika
dimarahi guru.
No. Pernyataan STS TS S SS
10. Aku mengabaikan pertanyaan
temanku.
11. Aku mendengarkan ide temanku
saat kerja kelompok.
12. Aku tidak mengerti alasan temanku
pergi saat aku mengejeknya.
13. Temanku merasa gembira saat
mendapat nilai yang bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
14. Aku hanya diam ketika
mengerjakan tugas kelompok.
15. Aku mendengarkan ide permainan
dari temanku.
16. Aku merasa guru tidak akan marah
ketika aku mencontek saat ujian.
17. Aku marah pada temanku karena ia
menginjak kakiku dengan tidak
sengaja.
18. Aku mengajak temanku ke kantin
saat istirahat.
No. Pernyataan STS TS S SS
19. Aku lebih suka bermain daripada
membantu temanku yang kesulitan
mengerjakan tugas.
20. Aku mengerjakan ujian tanpa
mencontek.
21. Aku menjauh dari teman-teman
yang mendapatkan nilai tinggi di
kelas.
22. Aku mengajak temanku untuk
bermain bersama.
23. Aku ikut menyemangati temanku
ketika berkelahi.
24. Aku membantu temanku saat
sedang piket kelas.
25. Aku tidak tahu apa yang temanku
rasakan saat ia menangis.
26. Aku akan menjawab pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dari temanku.
27. Aku merasa ideku yang paling
benar saat kerja kelompok.
No. Pernyataan STS TS S SS
28. Aku mengerti alasan temanku
pergi, saat aku menggejeknya.
29. Aku mengabaikan temanku yang
menangis.
30. Aku memberikan pendapat ketika
mengerjakan tugas kelompok.
31. Aku ingin usulan permainanku
yang dipakai untuk bermain.
32. Aku tahu temanku cemberut saat
aku memamerkan barang baru
milikku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
TRY OUT
SKALA STRATEGI REGULASI EMOSI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dengan hormat,
Kami mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang
beridentitas di bawah ini:
1. Ollyn Nathania (139114041)
2. Agnes Natasya W. (139114105)
2. Dyah Retno Paramita R. (139114135)
3. Monica Angelina Imaldia (139114172)
Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner
dalam rangka tugas akhir kami. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat kami,
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PERNYATAAN KESEDIAAN
Aku yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Urutan Kelahiran :
Pekerjaan Orang tua
a. Ayah :
b. Ibu :
Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini
dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya
penelitian.
Yogyakarta, …. Februari 2018
(……………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PETUNJUK CARA MENJAWAB
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami pernyataan tersebut
dengan baik dan berikan centang (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia.
Pilihan jawaban tersebut, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang kamu pilih:
Contoh :
Pernyataan STS TS S SS
Saya menyukai
bunga √
Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu
memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.
Contoh :
Pernyataan STS TS S SS
Saya menyukai
bunga
√ √
Beberapa pernyataan ini berkaitan dengan bagaimana cara dirimu mengatur
perasaanmu. Tidak ada jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus
diisi. Setiap orang mempunyai jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah
jawaban yang paling sesuai dengan dirimu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Aku tidak kecewa mendapat nilai
rendah ketika aku kurang berusaha
2. Aku memarahi teman yang
mengangguku
3. Aku tidak merasa sedih ketika ditegur
orang tua karena itu demi kebaikanku
4. Aku langsung menangis ketika
dimarahi guru
5. Ketika temanku tidak sengaja
menginjak kakiku, aku tetap tenang
6. Aku terus memikirkan hal yang
membuatku sedih sehingga aku
semakin sedih
7. Perasaan malasku berubah menjadi
senang ketika mengerjakan latihan
soal karena membantuku memahami
pelajaran
8. Aku merasa sangat senang sehingga
semua orang harus tahu apa yang
kurasakan
9. Walaupun aku kalah, aku merasa
senang dapat mengikuti lomba karena
mendapat pengalaman
10. Aku menangis karena merasa kecewa
mendapat nilai ujian yang jelek
11. Aku merasa biasa saja ketika diejek
teman, karena aku tahu ia bercanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
No. Pernyataan STS TS S SS
12. Aku menangis ketika temanku tidak
sengaja merusak barangku
13. Aku merasa bangga dengan orang
tuaku, karena sudah bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan keluarga
14. Aku tidak dapat berbicara dengan jelas
ketika guru bertanya kepadaku karena
aku merasa panik
15. Aku tidak merasa malu, melainkan
bangga karena bisa menunjukkan
kemampuanku di depan kelas
16. Aku menunjukkan perasaan marahku
dengan membentak teman yang
mengejekku
17. Aku menyalahkan guruku saat kecewa
mendapat nilai yang rendah
18. Ketika merasa marah, aku menarik
napas sejenak agar lebih tenang
19. Aku merasa cemas karena ujian
menakutkan bagiku
20. Ketika dimarahi guru, aku berusaha
agar tidak menangis
21. Aku marah ketika diejek teman, yang
membicarakan kekuranganku
No. Pernyataan STS TS S SS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
22. Saat merasa sedih, aku mengingat hal
yang menyenangkan agar kesedihanku
berkurang
23. Aku tidak berani bertanya karena takut
disalahkan guru
24. Ketika aku mendapatkan nilai yang
baik saat ulangan, aku menunjukkan
rasa senangku hanya dengan
tersenyum
25. Aku takut akan kegagalan, karena
membuatku putus asa
26. Ketika aku kecewa mendapat nilai
jelek, aku akan tetap tersenyum
27. Aku merasa kesal, karena pekerjaan
rumah hanya merepotkanku
28. Aku berusaha untuk tenang ketika
waktu mengerjakan ujian hampir habis
29. Aku merasa sedih karena diabaikan
orang tuaku yang sibuk bekerja
30. Aku berusaha bersikap setenang
mungkin ketika guru memintaku untuk
mengerjakan soal di depan kelas
31. Aku takut tampil di depan kelas,
karena hal itu membuatku malu
32. Aku berusaha tidak mempedulikan
ejekan teman yang membuatku marah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 2.
Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Kompetensi Sosial Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Hasil Uji Reliabilitas dan Seleksi
Item Skala Kompetensi Sosial
Tahap 1
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.772 32
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 99.13 76.897 .354 .762
VAR00002 99.42 78.315 .260 .768
VAR00003 98.57 78.046 .327 .764
VAR00004 98.58 77.298 .372 .762
VAR00005 98.15 80.570 .274 .767
VAR00006 98.10 81.515 .199 .770
VAR00007 98.52 80.051 .223 .769
VAR00008 98.32 79.847 .231 .768
VAR00009 99.20 80.264 .123 .776
VAR00010 98.53 78.490 .311 .765
VAR00011 98.58 78.756 .249 .768
VAR00012 98.72 81.630 .073 .777
VAR00013 98.15 79.960 .316 .766
VAR00014 98.32 77.779 .400 .761
VAR00015 98.63 78.914 .338 .764
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
VAR00016 97.97 79.694 .521 .762
VAR00017 98.60 80.346 .188 .770
VAR00018 98.55 79.845 .195 .771
VAR00019 98.38 77.630 .333 .763
VAR00020 98.18 81.576 .070 .777
VAR00021 98.28 76.410 .508 .756
VAR00022 98.28 80.105 .278 .767
VAR00023 98.10 77.142 .482 .758
VAR00024 98.38 80.851 .204 .769
VAR00025 98.98 79.000 .236 .769
VAR00026 98.72 77.156 .406 .760
VAR00027 98.70 78.485 .316 .765
VAR00028 99.10 78.634 .202 .772
VAR00029 98.33 75.718 .547 .754
VAR00030 98.72 78.817 .277 .766
VAR00031 98.98 82.051 .058 .777
VAR00032 99.58 77.434 .269 .768
Tahap 2
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.785 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 77.10 59.481 .326 .778
VAR00002 77.38 60.715 .233 .784
VAR00003 76.53 60.016 .335 .777
VAR00004 76.55 59.438 .373 .775
VAR00005 76.12 61.935 .325 .779
VAR00007 76.48 61.813 .229 .782
VAR00008 76.28 61.732 .228 .782
VAR00010 76.50 59.712 .376 .775
VAR00011 76.55 60.625 .256 .782
VAR00013 76.12 62.071 .289 .780
VAR00014 76.28 59.901 .400 .774
VAR00015 76.60 61.193 .310 .778
VAR00016 75.93 61.826 .487 .776
VAR00019 76.35 59.316 .366 .775
VAR00021 76.25 58.699 .508 .768
VAR00022 76.25 61.784 .296 .779
VAR00023 76.07 59.724 .446 .772
VAR00024 76.35 62.672 .197 .783
VAR00025 76.95 61.167 .219 .784
VAR00026 76.68 59.406 .401 .773
VAR00027 76.67 60.158 .345 .776
VAR00028 77.07 60.979 .177 .789
VAR00029 76.30 58.146 .542 .766
VAR00030 76.68 60.661 .288 .780
VAR00032 77.55 59.709 .257 .783
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tahap 3
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.785 23
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 71.05 53.167 .300 .780
VAR00002 71.33 54.362 .205 .786
VAR00003 70.48 53.305 .338 .777
VAR00004 70.50 52.593 .390 .774
VAR00005 70.07 55.080 .335 .778
VAR00007 70.43 54.894 .242 .782
VAR00008 70.23 55.029 .222 .783
VAR00010 70.45 53.099 .372 .775
VAR00011 70.50 54.424 .216 .785
VAR00013 70.07 55.351 .283 .780
VAR00014 70.23 53.233 .401 .774
VAR00015 70.55 54.692 .287 .780
VAR00016 69.88 55.054 .490 .775
VAR00019 70.30 52.010 .420 .772
VAR00021 70.20 51.790 .539 .766
VAR00022 70.20 54.875 .312 .779
VAR00023 70.02 53.068 .447 .772
VAR00025 70.90 54.532 .210 .785
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
VAR00026 70.63 52.779 .400 .773
VAR00027 70.62 53.630 .331 .777
VAR00029 70.25 51.377 .562 .764
VAR00030 70.63 53.728 .306 .779
VAR00032 71.50 53.610 .218 .787
Tahap 4
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 60 100.0
Excludeda 0 .0
Total 60 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.749 16
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00002 50.00 27.932 .246 .748
VAR00004 49.17 27.294 .369 .733
VAR00005 48.73 29.385 .270 .742
VAR00008 48.90 28.803 .233 .746
VAR00013 48.73 29.385 .251 .743
VAR00014 48.90 27.685 .392 .732
VAR00015 49.22 28.884 .258 .743
VAR00016 48.55 28.828 .537 .730
VAR00019 48.97 26.677 .422 .728
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
VAR00021 48.87 26.660 .531 .719
VAR00022 48.87 28.965 .292 .740
VAR00023 48.68 27.000 .521 .721
VAR00026 49.30 27.332 .392 .731
VAR00027 49.28 27.935 .324 .738
VAR00029 48.92 26.078 .593 .712
VAR00032 50.17 28.921 .110 .767
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 3.
Uji Reliabilitas dan Seleksi Item Skala Regulasi Emosi Uji Coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Hasil Uji Reliabilitas dan Seleksi
Item Skala Regulasi Emosi
Tahap 1
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 66 100.0
Excludeda 0 .0
Total 66 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.740 32
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 91.35 84.661 -.074 .754
VAR00002 91.02 80.969 .155 .739
VAR00003 90.52 78.746 .256 .734
VAR00004 90.17 82.849 .061 .743
VAR00005 90.56 77.142 .451 .723
VAR00006 90.83 78.049 .302 .731
VAR00007 90.47 75.422 .496 .719
VAR00008 91.06 86.427 -.167 .761
VAR00009 90.14 81.689 .223 .736
VAR00010 90.56 78.896 .270 .733
VAR00011 90.73 79.832 .215 .736
VAR00012 90.30 83.414 .028 .744
VAR00013 89.71 80.577 .305 .732
VAR00014 90.74 79.856 .259 .733
VAR00015 90.61 79.012 .298 .731
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
VAR00016 90.68 75.913 .449 .721
VAR00017 89.91 83.130 .065 .742
VAR00018 90.35 77.800 .475 .723
VAR00019 90.74 75.948 .397 .724
VAR00020 90.44 81.635 .123 .741
VAR00021 90.89 77.358 .363 .727
VAR00022 90.21 81.524 .185 .737
VAR00023 90.55 77.913 .424 .725
VAR00024 90.18 84.920 -.087 .750
VAR00025 90.56 77.296 .466 .723
VAR00026 90.71 78.670 .295 .731
VAR00027 90.38 79.285 .289 .732
VAR00028 90.47 79.945 .234 .735
VAR00029 90.65 77.769 .292 .731
VAR00030 90.48 81.669 .128 .740
VAR00031 90.89 72.681 .664 .707
VAR00032 90.70 81.353 .124 .741
Tahap 2
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 66 100.0
Excludeda 0 .0
Total 66 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.803 21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00003 58.17 63.618 .273 .801
VAR00005 58.21 63.093 .401 .793
VAR00006 58.48 63.023 .317 .798
VAR00007 58.12 61.524 .452 .790
VAR00009 57.79 66.724 .209 .802
VAR00010 58.21 64.447 .241 .802
VAR00011 58.38 65.162 .195 .805
VAR00013 57.36 65.343 .331 .797
VAR00014 58.39 64.273 .309 .798
VAR00015 58.26 65.025 .232 .802
VAR00016 58.33 60.995 .475 .788
VAR00018 58.00 62.923 .490 .790
VAR00019 58.39 59.689 .507 .786
VAR00021 58.55 62.006 .408 .792
VAR00023 58.20 62.376 .493 .789
VAR00025 58.21 62.047 .515 .788
VAR00026 58.36 64.727 .232 .802
VAR00027 58.03 64.122 .310 .798
VAR00028 58.12 64.447 .274 .800
VAR00029 58.30 62.584 .318 .798
VAR00031 58.55 58.498 .662 .777
Tahap 3
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 66 100.0
Excludeda 0 .0
Total 66 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.805 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00003 55.42 59.848 .279 .802
VAR00005 55.47 59.607 .387 .796
VAR00006 55.74 59.056 .338 .799
VAR00007 55.38 58.239 .428 .793
VAR00009 55.05 63.306 .171 .805
VAR00010 55.47 60.684 .245 .804
VAR00013 54.62 61.808 .311 .800
VAR00014 55.65 60.507 .315 .799
VAR00015 55.52 61.300 .233 .804
VAR00016 55.59 57.692 .453 .791
VAR00018 55.26 59.240 .493 .791
VAR00019 55.65 55.984 .517 .787
VAR00021 55.80 58.468 .401 .795
VAR00023 55.45 58.744 .493 .790
VAR00025 55.47 58.161 .538 .788
VAR00026 55.62 60.854 .244 .804
VAR00027 55.29 60.270 .323 .799
VAR00028 55.38 60.516 .292 .801
VAR00029 55.56 58.958 .316 .801
VAR00031 55.80 55.022 .659 .778
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tahap 4
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 66 100.0
Excludeda 0 .0
Total 66 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.805 19
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00003 52.09 57.807 .296 .802
VAR00005 52.14 57.904 .380 .796
VAR00006 52.41 57.230 .342 .799
VAR00007 52.05 56.567 .421 .794
VAR00010 52.14 58.673 .260 .804
VAR00013 51.29 60.116 .298 .801
VAR00014 52.32 58.651 .320 .799
VAR00015 52.18 59.813 .208 .806
VAR00016 52.26 55.979 .450 .792
VAR00018 51.92 57.486 .491 .791
VAR00019 52.32 54.251 .517 .787
VAR00021 52.47 56.591 .409 .794
VAR00023 52.12 57.000 .491 .791
VAR00025 52.14 56.335 .544 .788
VAR00026 52.29 59.193 .234 .805
VAR00027 51.95 58.383 .331 .799
VAR00028 52.05 58.752 .290 .801
VAR00029 52.23 57.101 .321 .801
VAR00031 52.47 53.391 .653 .779
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tahap 5
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 66 100.0
Excludeda 0 .0
Total 66 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.792 14
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00005 36.65 37.154 .426 .779
VAR00006 36.92 36.686 .369 .784
VAR00007 36.56 36.619 .408 .780
VAR00010 36.65 38.046 .270 .792
VAR00014 36.83 38.633 .274 .790
VAR00016 36.77 36.024 .449 .776
VAR00018 36.44 37.973 .408 .781
VAR00019 36.83 34.079 .564 .765
VAR00021 36.98 36.815 .380 .782
VAR00023 36.64 37.158 .459 .776
VAR00025 36.65 36.231 .557 .769
VAR00026 36.80 38.499 .241 .794
VAR00028 36.56 37.850 .329 .786
VAR00031 36.98 34.138 .636 .759
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 4.
Skala Kompetensi Sosial dan Regulasi Emosi untuk Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
SKALA PENELITIAN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma yang beridentitas
di bawah ini:
Nama : Monica Angelina Imaldia
NIM : 139114172
Memohon bantuan dan kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner
dalam rangka tugas akhir kami. Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
kesediaan Adik-adik untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat saya,
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PERNYATAAN KESEDIAAN
Aku yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Urutan Kelahiran :
Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah :
b. Ibu :
Dengan ini menyatakan bahwa aku bersedia mengisi kuesioner ini
dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak tertentu demi membantu terlaksananya
penelitian.
Yogyakarta, …. Maret 2018
(……………………………..)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PETUNJUK CARA MENJAWAB
Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan, baca dan pahami pernyataan tersebut
dengan baik dan berikan centang (√) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia.
Pilihan jawaban tersebut, yaitu :
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang kamu pilih:
Contoh :
Pernyataan STS TS S SS
Saya menyukai bunga √
Jika ingin memperbaiki jawaban, berikan garis pada jawaban pertama, lalu
memberikan jawaban kedua di kolom pilihan.
Contoh :
Pernyataan STS TS S SS
Saya menyukai bunga
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tidak ada jawaban yang salah dan benar. Semua pernyataan harus diisi. Setiap
orang mempunyai jawaban yang pasti berbeda-beda, maka pilihlah jawaban yang
paling sesuai dengan dirimu.
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Aku menunggu untuk diajak temanku
ke kantin saat istirahat
2. Aku suka menyalin tugas dari
temanku
3. Walaupun kalah, aku memberikan
selamat pada temanku yang menang
dalam lomba cerdas cermat
4. Aku mengganggu temanku yang
sedang mengerjakan tugas
5. Temanku merasa gembira saat
mendapat nilai yang bagus
6. Aku hanya diam ketika mengerjakan
tugas kelompok
7. Aku mendengarkan ide permainan
dari temanku
8. Aku merasa guru tidak akan marah
ketika aku mencontek saat ujian
9. Aku lebih suka bermain daripada
membantu temanku yang kesulitan
mengerjakan tugas
10. Aku menjauh dari teman-teman yang
mendapatkan nilai tinggi di kelas
11. Aku mengajak temanku untuk
bermain bersama
12. Aku ikut menyemangati temanku
ketika berkelahi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
13. Aku akan menjawab pertanyaan dari
temanku
14. Aku merasa ideku yang paling benar
saat kerja kelompok
15. Aku mengabaikan temanku yang
menangis
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Ketika temanku tidak sengaja
menginjak kakiku, aku tetap tenang
2. Aku terus memikirkan hal yang
membuatku sedih sehingga aku
semakin sedih
3. Perasaan malasku berubah menjadi
senang ketika mengerjakan latihan
soal karena membantuku memahami
pelajaran
4. Aku menangis karena merasa kecewa
mendapat nilai ujian yang jelek
5. Aku merasa cemas karena ujian
menakutkan bagiku
6. Aku tidak dapat berbicara dengan
jelas ketika guru bertanya kepadaku
karena aku merasa panik
7. Aku marah ketika diejek teman, yang
membicarakan kekuranganku
8. Aku menunjukkan perasaan marahku
dengan membentak teman yang
mengejekku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
9. Aku tidak berani bertanya karena
takut disalahkan guru
10. Ketika merasa marah, aku menarik
napas sejenak agar lebih tenang
11. Aku takut akan kegagalan, karena
membuatku putus asa
12. Ketika aku kecewa mendapat nilai
jelek, aku akan tetap tersenyum
13. Aku takut tampil di depan kelas,
karena hal itu membuatku malu
14. Aku berusaha untuk tenang ketika
waktu mengerjakan ujian hampir
habis
:) Terimakasih (:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 5.
Uji Reliabilitas Skala Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Hasil Uji Reliabilitas Data
1. Data Kompetensi Sosial
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 127 100.0
Excludeda 0 .0
Total 127 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.575 15
2. Data Regulasi Emosi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 127 100.0
Excludeda 0 .0
Total 127 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.703 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 6.
Hasil Uji One Sample T-Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Hasil Uji One Sample T-Test
1. Kompetensi Sosial
One-Sample Test
Test Value = 37.5
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
KS 36.919 126 .000 12.917 12.22 13.61
2. Regulasi Emosi
One-Sample Test
Test Value = 35
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
RE 10.214 126 .000 5.370 4.33 6.41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 7.
Hasil Uji Normalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Hasil Uji Normalitas
1. Kompetensi Sosial
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
KS .118 127 .000 .960 127 .001
a. Lilliefors Significance Correction
2. Regulasi Emosi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
RE .066 127 .200* .988 127 .324
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 8.
Hasil Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
KS * RE Between Groups (Combined) 850.944 29 29.343 2.569 .000
Linearity 383.445 1 383.445 33.571 .000
Deviation
from
Linearity
467.499 28 16.696 1.462 .090
Within Groups 1107.938 97 11.422
Total 1958.882 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 9.
Hasil Uji Korelasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Hasil Uji Korelasi
1. Hasil Uji Korelasi antara Regulasi Emosi dan Kompetensi Sosial
Correlations
RE KS
Spearman's rho RE Correlation Coefficient 1.000 .429**
Sig. (1-tailed) . .000
N 127 127
KS Correlation Coefficient .429** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 127 127
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
2. Hasil Uji Korelasi antara Aspek Cognitive Change dan Kompetensi
Sosial
Correlations
CognitiveChang
e KS
Spearman's rho CognitiveChange Correlation Coefficient 1.000 .371**
Sig. (1-tailed) . .000
N 127 127
KS Correlation Coefficient .371** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 127 127
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
3. Hasil Uji Korelasi Antara Aspek Response Modulation dan Kompetensi
Sosial
Correlations
ResponseModul
ation KS
Spearman's rho ResponseModulation Correlation Coefficient 1.000 .401**
Sig. (1-tailed) . .000
N 127 127
KS Correlation Coefficient .401** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 127 127
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 10.
Surat Keterangan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI