Download - PLH & K3 fix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gambar 1.1. Menara BTS yang berada pada gedung sekolah
BTS adalah kependekan dari Base Transceiver Station. BTS berfungsi
menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan
lain. Satu cakupan pancaran BTS dapat disebut Cell. Komunikasi seluler adalah
komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi. Dari beberapa BTS
kemudian dikontrol oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubungkan
dengan koneksi microwave ataupun serat optik. BTS merupakan bagian dari
network element GSM yang berhubungan langsung dengan Mobile Station
(MS). BTS berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transceiver) sinyal
komunikasi dari atau ke MS serta menghubungkan MS dengan network element
lain dalam jaringan GSM diantaranya BSC dan MSC.
1
BTS telah banyak menghadirkan berbagai kemudahan dalam hidup
manusia. Meski banyak diperdebatkan, banyak kalangan khawatir akan dampak
negatif dari radiasi yang ditimbulkan. Penelitian terbesar yang pernah dilakukan
tentang bahaya ponsel telah membantah adanya risiko kanker otak pada
penggguna ponsel. Penelitian yang dilakukan sendiri oleh organisasi kesehatan
dunia (WHO) tersebut menunjukkan risikonya tidak terlalu besar untuk
dikhawatirkan. Namun penelitian terbaru di India kembali menegaskan adanya
ancaman kanker terutama pada anak dan remaja. Sang peneliti, Prof Girish Kumar
bahkan mengatakan bahaya radiasi juga terdapat di sekitar menara Base
Transceiver Station (BTS). "Satu BTS bisa memancarkan daya 50-100W. Negara
yang punya banyak operator seluler seperti India bisa terpapar daya hingga 200-
400W. Radiasinya tak bisa dianggap remeh, bisa sangat mematikan," ungkap Prof
Kumar. Dikutip dari DNA india, Selasa (4/1/2010), berikut ini sejumlah dampak
negatif yang bisa ditimbulkan akibat radiasi yang berlebihan dari menara BTS:
1. Frekuensi radio pada BTS bisa menyebabkan perubahan pada DNA
manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas
merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker.
2. Frekuensi radio pada BTS juga mempengaruhi kinerja alat-alat
penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung.
Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak.
3. Medan electromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan system
kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi
seperti ruam dan gatal-gatal.
4. Emisi dan radiasi BTS bisa menurunkan kekebalan tubuh karena
mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini
dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu
rematik.
2
5. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan
hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau
kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan
arah pulang menuju ke sarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang dibahas pada makalah ini adalah :
a. Tingkat radiasi yang dihasilkan BTS pada bangunan bertingkat.
b. Keamanan dan kenyamanan pemasangan BTS pada bangunan
betingkat.
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui tingkat radiasi yang dihasilkan BTS.
b. Mengetahui cara pemasangan BTS agar aman dan nyaman.
1.4 Manfaat Penulisan
a. Pembaca dapat memahami tingkat radiasi dari BTS.
b. Pembaca dapat memahami cara pemasangan BTS agar aman dan
nyaman
.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian BTS
BTS adalah singkatan dari Base Transceiver Station. BTS merupakan
suatu elemen dalam jaringan seluler (Cell Network) yang berperan penting
sebagai pemancar dan penerima sinyal dari handphone pengguna (MS/Mobile
Station). Tanpa adanya BTS, atau ketika BTS terdekat di lokasi Anda bermasalah,
bisa dipastikan sinyal yang diterima oleh MS ikut bermasalah seperti sinyal
hilang, blank spot, telepon putus dan sebagainya. BTS secara umum berbentuk
menara pemancar dengan ketinggian bervariasi antara 40 - 75 meter,
menyesuaikan kondisi geografis dan luas jangkauan jaringan yang dituju. Selain
berbentuk menara pemancar, ada juga "BTS Roof Top", yaitu antena pemancar
yang umumnya diletakkan di atap gedung bertingkat dengan ketinggian tertentu.
Selain itu, ada lagi BTS yang biasa kita lihat ketika terjadi bencana alam di suatu
daerah , yaitu perangkat Mobile BTS yang digunakan untuk melayani kebutuhan
telekomunikasi di daerah yang tidak tercover BTS konvensional secara
temporary.
Gambar 2.1 Tower BTS
4
Dalam suatu area BTS, secara umum terdiri atas: menara pemancar segi
empat (ada pula yang berbentuk segitiga), antena pemancar, kabel - kabel, dan
sebuah shelter (berbentuk seperti rumah-rumahan di bawah tower). Di dalam
shelter ini terdapat berbagai perangkat utama BTS itu sendiri, yang berbentuk
seperti lemari dengan rak-rak mesin di dalamnya. Biasanya terdapat juga lemari
rectifier (supply power), berbagai perangkat electronik dan mekanikal lainnya.
Suatu area cakupan pemancar dari BTS biasa disebut Cell, secara umum satu BTS
mampu mencakup hingga 8 - 10 Km jarak udara jangkauan sinyal dalam radius
360 derajat. Sementara, Mobile BTS terdiri dari komponen seperti BTS
konvensional hanya saja dalam skala yang lebih kecil dan dapat dipindahkan.
2.2 Perangkat-perangkat pada BTS
Perangkat – perangkat pada BTS yaitu :
2.2.1 Tower
Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi
empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan
untuk menempatkan antenna dan radio pemancar maupun penerima gelombang
telekomunikasi dan informasi. Tower BTS (Base Transceiver System) sebagai
sarana komunikasi dan informatika, berbeda dengan tower SUTET (Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun resiko
yang ditanggung penduduk di bawahnya. Tower BTS komunikasi dan informatika
memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di
bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi
masyarakat di bawah maupun disekitarnya.
5
Tipe Tower BTS pada umumnya ada 3 macam, yaitu:
A. Tower dengan 4 kaki, atau tower pipa besar
Tower dengan 4 kaki sangat jarang dijumpai roboh, karena memiliki
kekuatan tiang pancang serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tipe ini
mahal biayanya (650 juta hingga 1 milyar rupiah), namun kuat dan mampu
menampung banyak antenna dan radio. Tipe tower ini banyak dipakai oleh
perusahaan-perusahaan bisnis komunikasi dan informatika yang bonafid. (Indosat,
Telkom, Xl, dll).
B. Tower segitiga yang dikokohkan dengan tali pancang.
Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke
atas. Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan
diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi
adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter. Tower jenis ini disusun
atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter namun ada yang 5
meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya
makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok
spanner dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena
ikatannya makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di
tower bagian atas.
C. Pipa besi yang dikuatkan dengan tali pancang.
Tower jenis ketiga lebih cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi
tower pipa ini sangat disarankan tidak melebihi 20 meter (lebih dari itu akan
melengkung). Teknis penguatannya dengan spanner. Kekuatan pipa sangat
bertumpu pada spanner. Sekalipun masih mampu menerima sinyal koneksi,
namun tower jenis ini tidak direkomedasi untuk penerima sinyal informatika
6
(internet dan intranet) yang stabil, karena jenis ini mudah bergoyang dan akan
mengganggu sistem koneksi datanya, sehingga komputer akan mencari data
secara terus menerus (searching).
Tower ini bisa dibangun pada areal yang dekat dengan pusat transmisi/
NOC = Network Operation Systems (maksimal 2 km), dan tidak memiliki angin
kencang, serta benar-benar diproyeksikan dalam rangka emergency biaya. Dari
berbagai fakta yang muncul di berbagai daerah, keberadaan Tower memiliki
resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi,
anemia dll), isu keselamatan hingga isu pemerataan sosial. Hal ini semestinya
perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa kekhawatiran pertama (ancaman
kesehatan) tidaklah terbukti. Radiasinya jauh diambang batas toleransi yang
ditetapkan WHO.
Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat
dengan frekuensi 800 MHz) s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 MHz). Sedangkan
standar yang dikeluarkan WHO maximal radiasi yang bisa ditolerir adalah 4,5
(800 MHz) s/d 9 watt/m2 (1800 MHz). Sedangkan radiasi dari radio
informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja. Masih sangat jauh
dari ambang batas WHO 9 watt/m2. Radiasi ini makin lemah apabila tower makin
tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70
meter. Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu
mengancam keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan
standar material, dan konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap
tahunnya.
2.2.2 Antena Sektoral
Antena didefinisikan sebagai suatu struktur yang berfungsi sebagai pelepas
energi gelombang elektromagnetik diudara dan juga bisa sebagai
penerima/penangkap energi gelombang elektromagnetik diudara. Karena
merupakan perangkat perantara antara saluran transmisi dan udara, maka antena
7
harus mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan saluran pencatunya. Antena
adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
elektromagnetik lalu meradiasikannya. Antena sektoral merupakan antena yang
memancarkan dan menerima sinyal sesuai dengan sudut pancar sektornya. Antena
yang digunakan adalah antena 3 sektor dengan kombinasi Distributed Control
System.
Gambar 2.2 Antena Sektoral
2.2.3 Antena Microwave
Microwave system adalah sebuah sistem pemancaran dan penerimaan
gelombang mikro yang berfrekuensi sangat tinggi. Microwave system digunakan
untuk komunikasi antar BTS atau BTS-BSC.Microwave System yang digunakan
merupakan sistem indoor. Namun antena microwave tetap terpasang menara. Pada
antenna Microwave (MW) Radio, yang bentuknya seperti rebana genderang, itu
termasuk jenis high performance antenna. Biasanya ada 2 brand, yaitu Andrew
and RFS. Ciri khas dari antenna high performance ini adalah bentuknya yang
seperti gendang, dan terdapat penutupnya, yang disebut radome. Fungsi radome
8
antara lain untuk melindungi komponen antenna tersebut, dari perubahan cuaca
sekitarnya.
Gambar 2.3 Antena Microwave
2.2.4 Penangkal petir
Penangkal petir itu semacam rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan
bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda-benda yang
dilewatinya.
2.2.5 Lampu
Lampu adalah peralatan yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi
cahaya. Lampu digunakan untuk penerangan di sekitar lingkungan BTS
9
2.2.6 Power Distribution Box
Berungsi untuk mendistribusikan / membagikan arus listrik ke berbagai
komponen yang digunakan pada BTS
Gambar 2.4 Kotak Distribusi Tenaga Listrik
2.2.7 Shelter
Shelter BTS adalah suatu tempat yang disitu terdapat perangkat-perangkat
telekomunikasi. Untuk letaknya, biasanya juga tidak akan jauh dari suatu Tower
atau Menara karena adanya ketergantungan sebuah fungsi diantara keduanya,
yakni shelter BTS dan Tower.
Komponen yang ada pada shelter :
A. Transmisi
Perangkat yang digunakan untuk mengatur slot trafik pada
BTS.Menghubungkan dari TRx ke BOIA adalah Prosesor BTS (bentuk sama
dengan Base band,namun memiliki port penghubung untuk maintenance).
10
B. Rectifier
Rectifier sebagai penyearah tegangan dari tegangan AC yang berasal dari
PLN dikonversikan ke dalam tegangan searah untuk dikomsumsi perangkat
lainnya. Terdapat 2 buah modul, tiap modulnya mensuplai 30 Ampere, Tegangan
yang digunakan di BTS adalah -48 Vdc
C. AC (Air Conditioner)
AC adalah suatu komponen/peralatan yang dipergunakan untuk mengatur
suhu, sirkulasi, kelembaban dan kebersihan udara di dalam ruangan
2.2.8 Grounding
Berfungsi untuk mengurangi atau menghindari bahaya yang disebabkan
oleh tegangan tinggi.misalnya bahaya petir dengan tegangan tinggi.
Gambar 2.5 Grounding
11
2.3 Topologi BTS
BTS & handphone sama-sama disebut transceiver (kepanjangan BTS = Base
Transceiver Station) karena sifatnya yang sama-sama bisa mengirim informasi &
menerima informasi. Pada saat BTS mengirim informasi kepada handphone, saat
itu pula handphone juga bisa mengirim informasi kepada BTS secara bersama-
sama selayaknya saat kita mengobrol via telepon kita bisa berbicara
bersamaan.Dalam topologinya BTS berfungsi untuk menyediakan jaringan
(interface) berupa sinyal radio gelembang elektromagnetik untuk penggunanya
dalam hal ini adalah handphone, modem, fax dll. Frekuensinya mengikuti alokasi
yang telah diberikan pemerintah kepada operator masing-masing, ada yang di
band 450Mhz, 800Mhz, 900Mhz, 1800 Mhz maupun frekuensi diatas
itu.Komunikasi dari arah BTS ke pengguna disebut downlink, sedangkan jalur
frekuensi yang digunakan mengirim informasi dari pengguna ke BTS disebut
uplink
Gambar 2.6 gambar topologi sebuah BTS
12
Ada penyebab dimana frekuensi downlink dibuat lebih tinggi daripada
frekuensi uplink, hal ini berhubungan dengan masalah daya yang harus disediakan
oleh perangkat pengguna dalam hal ini adalah battery handphone. Dalam ilmu
sains semakin tinggi frekuensi maka gangguan (noise) akan semakin besar,
sehingga diperlukan daya yang lebih besar agar kualitasnya lebih terjamin. Kalau
frekuensi uplink menggunakan frekuensi yang tinggi maka konsekuensinya
battery handphone bisa lebih boros dan cepat habis. Makin jauh jarak pengguna
handphone ke BTS juga berpengaruh terhadap kebutuhan daya Hubungan jarak
adalah berbanding terbalik dengan kualitas sinyal, makin dekat jarak makin bagus
pula kualitasnya. Sebaliknya makin jauh jarak makin berkurang kualitasnya.
Efeknya apa? kalau kualitas sinyal handphone yang diterima oleh BTS menurun
maka BTS akan memerintahkan handphone untuk menaikkan daya pancarnya,
tentu saja pemakaian battery akan cepat habis.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di SMK N 1 Denpasar, yang dilakukan Pada
tanggal 2 dan 3 oktober 2013.
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
Jenis data ada dua bentuk yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif adalah penelitian yang lebih banyak mengungkapkan masalah
pemaparan angka-angka. Sedangkan data kualitatif yaitu data yang tidak dapat
diukur dengan satuan hitung tertentu dan biasanya berupa penjelasan yang
berhubungan dengan data yang digunakan untuk mendukung kelengkapan data
(Sudjana, 1997;45)
3.2.2 Sumber Data
a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dalam penelitian
ini diambil dari observasi dan wawancara yang dilakukan.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah
jadi, dikumpulkan dan diolah menjadi data yang siap pakai. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber yang layak
dipercaya, seperti buku-buku referensi dan internet.
3.3 Metode Penulisan
a. Metode Literatur yaitu menggunakan beberapa refrensi yang ada
hubungannya dengan masalah yang diangkat penelitian ini.
b. Metode Interview yaitu memperoleh data dengan cara melakukan
interview kepada beberapa orang yang telah memahami permasalahan
sesuai dengan materi atau persoalan dalam penelitian ini.
14
c. Metode Empiris yaitu mencatat data-data yang ada sesuai dengan apa
yang ada saat itu.
d. Pendekatan Sosiologis yaitu memperoleh data dengan melihat langsung
keadaan dan situasi lokasi penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian sangat berpengaruh
terhadap objektifitas hasil penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah :
a. Studi Pustaka, dimana peranan studi pustaka dalam penelitian ini adalah
untuk mengikuti perkembangan penelitian, memperoleh orientasi yang
lebih luas dan pemanfaatan data sekunder. Data studi pustaka juga
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal seperti
teori-teori, konsep yang semua itu dapat dipandang sebagai sumber
bacaan dan merupakan penunjang penelitian yang esensial.
b. Studi Dokumentasi, merupakan suatu cara untuk memperoleh data
dengan cara mengumpulkan berbagai dokumen. Dokumen-dokumen
yang diperlukan dalam penelitian ini antra lain : paparan program serta
aktivitas kegiatan
c. Wawancara, adalah pengumpulan data melalui tanya jawab dengan
orang-orang atau sekelompok orang yang kompeten dalam menangani
masalah yang berhubungan dengan makalah ini.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu telaah dari sebuah gejala objektif
sesuai dengan data kepustakaan maupun data lapangan yang menjadi objek
penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi 3 (tiga) hal penting
yakni:
a. Teknik Induktif yaitu uraian analisis yang didahului dengan fakta-fakta
khusus sebelum menarik kesimpulan.
b. Teknik Deduktif yaitu uraian yang didahului oleh fakta-fakta umum yang
kemudian menciut untuk dapat lebih mudah mencari sebuah kesimpulan.
15
c. Teknik Argumentatif yaitu memberikan suatu komentar atau pendapat
(paparan informasi) sesuai fakta yang dikaji pada saat menarik
kesimpulan.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Keamanan dan Kenyamanan Pemasangan BTS
BTS yang kami bahas pada makalah ini adalah BTS jenis Site Roof Top
yang dibangun di atap gedung SMK N 1 Denpasar. Umumnya site Roof Top
memberikan solusi coverage pada area yang padat dengan bangunan, terutama
diimplementasikan di dalam kota. BTS ini termasuk dalam Self Support Tower
(SST) Tower dengan rangka kaki 4 (empat) dengan ketinggian 30 Meter.
Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
No:02/PER/M.KOMINFO/03/2008 Tentang Pedoman Pembangunan dan
Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi Pasal 7 ayat 2 menyatakan sarana
pendukung sebagaimana harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku antara lain :
a. Pentanahan (grounding)
b. Penangkal petir
c. Catu daya
d. Lampu halangan penerbangan
e. Marka halang penerbangan
Menyatakan dengan jelas bahwa BTS yang dibangun di atap gedung SMK
N 1 Denpasar sudah memenuhi syarat sehingga layak untuk dibangun.
4.2 Tingkat Radiasi Yang Dihasilkan BTS
Dampak yang harus diperhatikan dari pemasangan BTS adalah dampak
terhadap kesehatan warga yang tinggal berdekatan dengan lokasi menara BTS.
Prof. Dr. dokter Anies MKes PKK, seorang Guru Besar Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, pernah melakukan
penelitian pengaruh radiasi elektromagnetik terhadap kesehatan. Pembangunan
tower telekomunikasi atau BTS (Base Transceiver Station) yang bermunculan di
17
berbagai daerah, bahkan telah menjadi problem perkotaan. Salah satu hal yang
perlu dilihat adalah adanya efek negatif gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan oleh perangkat komunikasi selular tersebut.
Level batas radiasi elektromagnetik yang diperbolehkan menurut standar
WHO (World Health Organization) adalah 4,5 watt/m2 untuk perangkat yang
menggunakan frekuensi 900 MHz dan 9 watt/m2 untuk frekuensi 1800 MHz.
Level maksimum yang dikeluarkan oleh IEEE (Institute of Electrical and
Electronic Engineers) 6 watt/m2 untuk frekuensi 900 MHz dan 12 watt/m2 untuk
frekuensi 1800 MHz. Berdasarkan pengukuran di lapangan, pada jarak 1 meter
dari jalur pita pancar utama menara BTS yang berfrekuensi 1.800 MHz, diketahui
bahwa total radiasi yang dihasilkan sebesar 9,5 watt/m2. Jika tinggi pemancarnya
sekitar 12 meter, maka orang yang berada di bawahnya terkena radiasi sebesar
0,55 watt/m2. Jadi, jumlah radiasi elektromagnetik tersebut memang tidak
berbahaya. Yang perlu diwaspadai adalah efek jangka panjang yang belum
diketahui.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Simpulan yang kami dapatkan dari makalah ini adalah :
a. BTS adalah singkatan dari Base Transceiver Station. BTS merupakan
suatu elemen dalam jaringan seluler (Cell Network) yang berperan
penting sebagai pemancar dan penerima sinyal dari handphone pengguna
(MS/Mobile Station). Tanpa adanya BTS, atau ketika BTS terdekat di
lokasi Anda bermasalah, bisa dipastikan sinyal yang diterima oleh MS
ikut bermasalah seperti sinyal hilang, blank spot, telepon putus dan
sebagainya.
b. Dampak yang harus diperhatikan dari pemasangan BTS adalah dampak
terhadap kesehatan warga yang tinggal berdekatan dengan lokasi menara
BTS. Jarak 1 meter dari jalur pita pancar utama menara BTS yang
berfrekuensi 1.800 MHz, diketahui bahwa total radiasi yang dihasilkan
sebesar 9,5 watt/m2. Jika tinggi pemancarnya sekitar 12 meter, maka
orang yang berada di bawahnya terkena radiasi sebesar 0,55 watt/m2.
Jadi, jumlah radiasi elektromagnetik tersebut memang tidak berbahaya.
Yang perlu diwaspadai adalah efek jangka panjang yang belum
diketahui.
5.2 Saran
Saran yang perlu kami sampaikan pada makalah ini adalah menara BTS
perlu diperiksa setiap minggu untuk meminimalisasi terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan dan juga perlu diwaspadai efek jangka panjang dari tower BTS bagi
masyarakat yang tinggal disekitarnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. http://nugrahawildan.blogspot.com/2013/02/bts-base-transceiver-station.htm
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Base_Transceiver_Station
3. http://achmad.glclearningcenter.com/2011/02/19/apa-itu-bsc-base-station-
controller-bts-base-station-controller/
4. http://tauogibarru.wordpress.com/2012/07/30/pengertian-apa-itu-bts-base-
transceiver-station-dan-kecanggihannya/
5. http://dampakteknologi-dunia.blogspot.com/2013/04/dampak-efek-negatif-bts-
atau-tower.html
6. http://lint4ng4yu.blogspot.com/2013/05/pengaruh-radiasi-tower-bts-bagi.html
7. http://www.kaskus.co.id/thread/5165c0a0631243d913000000/tower-bts-
amankah-untuk-kesehatan-dan-peralatan-elektronik/
20