“POTENSI JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI TERAPI DIABETES MELITUS TIPE II”
Diusulkan oleh :
Fannie Rizki Ananda (110100069-2011)
Anita Oktaviani (10010050-2010)
Winda Wahyuni (110100129-2011)
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Medan
2012
KaryaTulisGagasanTertulis dengan judul :
“POTENSI JAHE (Zingiber officinale) sebagai terapi Diabetes Melitus Tipe II”
telah dibaca dan disetujui pada – 15 Desember 2012
Oleh :
Tim Penulis
Fannie Rizki Ananda/110100069/2011
Anita Oktaviani/100100050/2010
Winda Wahyuni/110100129/2011
Dosen Pembimbing,
dr. Arlinda Sari, MKes
NIP : 19690609 199903 2 001
Diketahui oleh :
dr. Muhammad Rusda,spOG (K)
Pembantu Dekan III Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Syukur yang tiada hingga selalulah kita haturkan ke khadirat Allah SWT,
Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan, sehingga
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik. Karya Tulis Ilmiah
ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh
Hasanuddin Scientific Fair 2013, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Terlebih dari hal tersebut diatas, Karya Tulis Ilmiah ini juga dibuat untuk
menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tema yang diangkat,
terkhusus untuk subtema yang kami pilih, yaitu terapi herbal untuk diabetes melitus
tipe 2. Besar harapan kami jika setelah membaca tulisan ini, Banyak orang yang bisa
mengaplikasikan ilmunya, sehingga komplikasi-komplikasi diabetes melitus menjauh
dari masyarakat kita.
Seperti kata pepatah, Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami
dari penulis menyadari bahwa tulisan kami ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
keseluruhan tulisan ini pasti tidak luput dari kesalahan-kesalahan, baik itu berupa
salah ketik, kesalahan dalam bahasa maupun tata letak. Pada kesempatan ini, kami
memohon maaf kepada semua pembaca dan kritik juga saran dari pembaca sekalian
sangatlah kami butuhkan.
Akhir kata, kami ingin menyampaikan salam dan penghargaan kami kepada
semua dokter ataupun calon dokter yang selalu menyisihkan waktunya untuk sekedar
mengores-goreskan pena di atas kertas demi kemajuan zaman. Ingatlah bahwa
menulis itu gaungnya sepanjang masa.
Medan,15 Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus(DM) atau yang lebih dikenal dengan kencing manis
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,kelainan kerja insulin atau keduanya.
Penyakit ini merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di dunia. Badan
Kesehatan Dunia(WHO) tahun 2003 menyebutkan, penderita diabetes mellitus
mencapai 194 juta jiwa dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333
juta jiwa1.
Di Indonesia sendiri, penderita diabetes mellitus telah mencapai angka 8,4
juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat di tahun 20202 yang
mencapai 21,3 juta jiwa. Dari angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai Negara
keempat tertinggi jumlah penderita diabetes melitusnya didunia setelah Amerika
Serikat, India, China (Diabetes Care,2004)3. Berdasarkan SKRT(2001), prevalensi
diabetes melitus di Indonesia sebesar 7,5%4, SKRT(2003) prevalensinya 10,4%, dan
laporan hasil Riskesdas(2008) menunjukkan prevalensi diabetes mellitus sebesar
1,1%5.
Diabetes Melitus terdiri dari 4 tipe, yaitu, diabetes melitus tipe 1, diabetes
melitus tipe 2, diabetes melitus tipe lain dan diabetes melitus karena kehamilan6.
Diabetes mellitus tipe 1 terjadi karena obstruksi sel beta pankreas, dan biasanya
terjadi pada anak kecil. Diabetes mellitus tipe 2 dipicu oleh terjadinya resistensi
insulin. Diabetes melitus tipe lain disebabkan berbagai faktor yang tidak termasuk ke
dalam DM tipe 1,2 maupun karena kehamilan,misalnya karena defek genetik fungsi
sel beta pankreas karena terganggunya kromosom. Dan yang terakhir, DM karena
kehamilan, sesuai namanya, penyakit ini terjadi saat kehamilan.
Dari beberapa tipe diabetes tersebut, yang paling tinggi angka kejadiannya
didunia adalah diabetes mellitus tipe 2. Hal ini dikarenakan pola hidup manusia yang
konsumtif dan kekurangan aktifitas fisik. Penderita biasanya ditandai dengan
polidipsia (rasa haus), poliuria (sering buang air kecil), polifagia (sering lapar) serta
penurunan berat badan. Dan jika kadar gula dalam darah penderita tidak terkontrol,
maka komplikasi dari penyakit ini akan mengikuti, dan yang paling ditakuti sekarang
dari DM adalah komplikasinya, seperti neuropati, nefropati, retinopati dan lainnya.
Terapi diabetes melitus bertujuan untuk menjaga kadar gula dalam darah agar
relatif konstan dalam kadar normal. Terapi DM yang diaplikasikan di dunia
kedokteran saat ini adalah terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi
farmakologis adalah terapi dengan pemberian obat-obatan secara oral seperti
metformin dan glitazone, dan juga pemberian insulin secara injeksi. Untuk terapi non
farmakologis sendiri, lebih menitikberatkan kepada pola hidup si pasien, seperti
merubaah pola makan dan frekuensi latihan fisik yang lebih.
Untuk terapi herbal dalam pengobatan Diabetes Melitus masih terbilang
jarang digunakan, masih sedikit para ahli yang meneliti tentang zat-zat herbal yang
bisa digunakan untuk terapi penyakit ini. Dari sedikit penelitian tersebut didapatkan
bahwa salah satu zat herbal yang memiliki peran dalam penanganan Diabetes Melitus
adalah Jahe (Zingiber officinale).
Pada jahe, terdapat lebih dari 400 komponen berbeda, namun diantara
komponen tersebut yang memiliki aktifitas farmakologis utama adalah kandungan
gingerol dan shagaol pada Jahe7. Gingerol adalah kandungan pada Jahe yang berperan
untuk terapi Diabetes Melitus. [6]-Gingerol berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas
insulin dan mirip dengan ligan PPARƔ yang berhubungan langsung dengan penyakit
diabetes mellitus ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana peranan Jahe (Zingiber Officinale) dalam terapi herbal diabetes
melitus ?
1.2.2 Bagaimana mekanisme sensitifitas insulin dan penggantian ligan PPARƔ oleh
[6]-Gingerol dalam penatalaksanaan diabetes mellitus ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 untuk mengetahui peranan Jahe (Zingiber Officinale) dalam penatalaksanaan
Diabetes mellitus.
1.3.2 untuk mengetahui mekanisme [6]-Gingerol dalam sensitifitas insulin dan
sebagai pengganti ligan PPARƔ.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Memberikan informasi tentang pemanfaatan jahe sebagai terapi diabetes
melitus.
1.4.2 Memberi alternatif pemilihan terapi diabetes melitus yang murah dan mudah
bagi masyarakat.
1.4.3 Memberi sumbangsih pemikiran bagi peneliti yang ingin memperdalam ilmu
pengetahuan tentang obat herbal.
1.4.4 Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan memperkokoh landasan teoritis
ilmu kedokteran,terutama tentang Diabetes Melitus.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena adanya masalah pada insulin, baik
sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. World Health Organization (WHO)
merumuskan bahwa DM merupakan suatu penyakit yang tidak dapat dituangkan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu kumpulan masalah anatomik maupun kimiawi dimana didapat
defisiensi insulin yang dapat bersifat absolut maupun relative dan adanya gangguan
fungsi kerja insulin8.
Adapun kriteria diagnostik untuk Diabetes Melitus menurut WHO adalah9:
1. Gejala klasik DM (polifagia, polidipsia, poliuria) ditambah dengan
pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥200mg/dL (11,1mmol/L)
2. Gejala klasik DM (polifagia, polidipsia, poliuria) ditambah dengan
pemeriksaan glukosa darah puasa ≥126 mg/dL (7,0mmol/L)
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200mg/dL (11,1mmol/L).
TTGO dilakukan sesuai dengan standar WHO yaitu menggunakan
beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan ke dalam air.
Untuk diagnosis, terdapat indeks tambahan yang dapat terbagi atas 2 bagian8:
a. Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta dengan pemeriksaan
C-peptide
b. Indeks proses diabetogenik
Dapat dilakukan dengan penentuan tipe dan sub-tipe HLA, adanya
tipe dan titer antibody dalam sirkulasi yang ditujukan pada pulau-
pulau langerhans, anti GAD (Glutamic Acid Decarboxylase).
Untuk penapisan (screening) pada orang-orang yang berisiko tinggi seperti
pada tabel dibawah (tabel 1)9, dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, pemeriksaan glukosa darah puasa maupun TTGO. Untuk kelompok berisiko
tinggi yang hasil penyaringannya negatif, dilakukan pemeriksaan penyaring ulangan
tiap tahun. Sedangkan bagi yang telah berusia >45 tahun tanpa faktor risiko,
pemeriksaan dapat dilakukan tiap 3 tahun atau lebih cepat tergantung pada klinis
masing-masing pasien.
Faktor Risiko Tinggi Diabetes Melitus
Adanya riwayat keluarga yang menderita DM, terutama pada turunan
pertama
Aktivitas fisik yang kurang
Obesitas (IMT 25kg/m2)
Ras/etnik (African American, Latino, Native American, Indonesian
American, Pasific Islander)
Riwayat adanya IGT(Impaired Glucose Tolerance atau IFG(Impaired
Fasting Glucose)
Hipertensi (TD>=140/90mmHg
Adanya riwayat melahirkan anak dengan Berat Badan >4kg
HDL serum < 35 mg/dL dan trigliserida serum >250mg/dL
Polycystic Ovary Syndrome atau Acanthosis Nigricans
Adanya riwayat penyakit kardiovaskular
Tabel 1 Faktor risiko tinggi penderita DM
Hasil yang diperoleh dapat dicocokkan dengan tabel 2 dibawah ini
Pemeriksaan Tempat
pengambilan
sampel
Bukan
DM
Hati-hati DM
Konsentrasi
glukosa
Plasma vena <100 100-199 ≥200
Darah sewaktu
(mg/dL)
Darah kapiler <90 90-199 ≥200
Konsentrasi
glukosa darah
puasa
Plasma vena <100 100-125 ≥126
Darah kapiler <90 90-99 ≥100
Tabel 2: kriteria diagnosa untuk Diabetes Melitus
Penatalaksanaan untuk Diabetes Melitus saat ini terbagi menjadi dua kelompok
besar yaitu terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Adapun terapi non
farmakologis untuk penderita DM tipe 2 adalah8:
1. Terapi gizi medis
Prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada
status gizi individu penyandang diabetes dan melakukan modifikasi diet
berdasarkan kebutuhan individual.
2. Latihan Jasmani
Dapat berupa olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda dan berenang
sekitar 30-45 menit dalam 3-4 kali dalam seminggu. Latihan jasmani dianggap
dapat meningkatkan sensitivitas GLUT 4 dalam peningkatan kadar glukosa
darah.
Terapi farmakologis yang selama ini digunakan untuk penderita DM tipe 2
diantaranya10:
Golongan Obat Jenis Obat Mekanisme kerja
1. Insulin Sensitizing Metformin Mempengaruhi
AMPK (5-Adenosine
Monophasphate
Protein Kinase) dan
menstimulasi GLP 1
(Glukagon Like
Peptide 1)
Glitazone Agonis PPAR γ
(Peroxisome and
Proliferator Activated
Receptor gamma)
2. Golongan
Sekretagok Insulin
Sulfonylurea Merangsang K
channel yang
bergantung ATP dari
sel beta pankreas
Glinid Merangsang K
channel yang
bergantung ATP dari
sel beta pankreas
dengan masa kerja
yang lebih pendek
3. Penghambat Alfa
Glukosidase
Acarbose Menghambat alpha
oksidase yang terdapat
pada dinding enterosit
hingga terjadi
hambatan
pembentukan
monosakarida
intraluminal dan
mempengaruhi kadar
insulin plasma
4. Golongan Incretin Sitagliptin dan
vildagliptin
Inaktivasi enzim DPP-
IV
GLP 1 mimetik dan
analog
Agonis GLP 1 dalam
tubuh
Tabel 3: Penatalaksanaan farmakologis DM tipe 2
Namun, sasaran pengelolaan diabetes melitus bukan hanya glukosa darah saja,
tetapi juga termasuk faktor-faktor lain seperti berat badan, tekanan darah dan profil
lemak (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006).
2.2 Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pankreas dari
rangkaian asam amino . Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin
(precursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan
enzim peptidase, preproinsulin kemudian dipecah sehingga terbentuklah proinsulin
yang kemudian dihimpun dalam secretory vesicles dalam sel tersebut. Kemudian
dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diubah menjadi insulin dan peptida C
yang disekresikan secara bersamaan melalui membran sel8.
Kadar glukosa darah yang tinggi merupakan komponen utama yang
memberikan rangsangan kepada sel beta pankreas untuk memproduksi insulin.
Setelah adanya rangsangan dari peningkatan kadar gula darah, maka akan
terjadi empat tahap yaitu8:
1. Proses glukosa melewati membran sel. Untuk itu diperlukan suatu
senyawa amino yang berperan dalam metabolisme glukosa dengan
berperan sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dan keluar
dari sel jaringan tubuh, yakni Glucose Transporter (GLUT). Untuk
melewati membran sel dan memasuki sel, diperlukan GLUT 2.
2. Molekul glukosa mengalami proses glikolisis dan fosforilasi di dalam
sel dan kemudian membebaskan molekul ATP.
3. Molekul ATP tersebut mengaktifkan penutupan K channel pada
membran sel. Keadaan ini menyebabkan depolarisasi membran sel
4. Hal ini kemudian diikuti dengan pembukaan Ca channel sehingga ion
Ca dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan peningkatan kadar ion
Ca intra sel yang dibutuhkan untuk proses sekresi insulin.
Mekanisme ini dapat dijelaskan melalui skema:
Gambar 1. Skema Proses Sekresi Insulin
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan
normal tubuh sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Insulin yang dihasilkan
berfungsi sebagai pengatur regulasi glukosa darah agar tetap dalam batas fisiologis,
baik saat puasa maupun saat setelah makan. Dengan demikian, kedua fase sekresi
insulin yang berlangsung secara teratur tersebut menjaga kadar glukosa darah selalu
dalam batas-batas normal8.
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion response) adalah sekresi insulin
yang terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta pankreas, muncul cepat
dan berakhir dengan cepat. Proses ini bermanfaat dalam mencegah terjadinya
hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan glukosa darah postprandial.
Sekresi fase 2 dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan
dan bertahan dalam waktu yang relatif lebih lama. Biasanya dengan kinerja fase 1
yang normal, disertai pula oleh aksi insulin yang juga normal pada jaringan, sekresi
fase 2 juga akan berlangsung normal8.
Mekanisme kerja insulin dimulai dengan pengikatan insulin pada bagian
ekstraseluler dari reseptor insulin transmembran. Ikatan ini mengaktifkan tirosin
kinase pada bagian intraseluler reseptor. Substrat utama untuk tirosin kinase ini
termasuk Insulin Reseptor-Substrat (IRS 1, IRS 2, IRS 3, IRS 4) , Gab 1, Grb
2(faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan reseptor yang terkait protein 2) dan
SHC ( Src atau kolagen Homolog Protein). Dimana, Grb 2 ini yang akan
mentranslasikan sinyal insulin menjadi suatu faktor pelepas-nukleotida guanin yang
akhirnya mengaktifkan protein pengikat GTP dan MAPK (Mitogen Activated Protein
Kinase). Tirosin Kinase tertentu yang terfosforilasi-IRS akan mengikat Scr Homolog
2 binding protein spesifik, yang meliputi enzim Phoshoinositol-3 dan
phosphotyrosines IRS 1 dengan sistem sinyal intraseluler yang lain. Pada jaringan
perifer seperti sel lemak dan otot rangka, aktivasi selanjutnya dari phosphoinositol-3
diperlukan untuk stimulasi transpor glukosa oleh insulin dan cukup menyebabkan
translokasi sebagian GLUT 4 ke membran plasma11.
Proses sintesis dan translokasi GLUT 4 inilah yang bekerja
memasukkan glukosa dari ekstra ke intra sel untuk selanjutnya mengalami
metabolisme. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap
insulin merupakan etiologi terjadinya diabetes tipe 2.
Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan
dengan dengan metabolisme glukosa di jaringan perifer, namun juga di jaringan hepar
dimana GLUT 2 berfungsi sebagai kendaraan yang mengangkut glukosa untuk
melewati membran sel. Manakala jaringan hepar resisten terhadap insulin, maka efek
inhibisi hormon tersebut terhadap mekanisme produksi glukosa endogen menjadi
abnormal sehingga dapat mengganggu proses glikogenolisis ataupun glukoneogenesis
sehingga kadar glukosa darah meningkat tajam.
2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus
Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal masih merupakan
penyebab utama yang dikaitkan dengan terjadinya kasus DM tipe 2. Namun,
masih ada berbagai teori yang kemudian dikaitkan dengan kasus DM tipe 2,
diantaranya:
1. Faktor genetik
Individu dengan adanya riwayat DM pada kedua orangtuanya berisiko
40% lebih besar daripada individu yang tidak memiliki riwayat DM dalam
keluarganya. Gen yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 belum
dapat dimengerti sepenuhnya. Teori yang paling terkenal saat ini adalah
variasi gen yang mengatur transkripsi faktor 7 yang dilakukan pada
beberapa populasi dengan diabetes tipe 2 serta impaired glukosa. Selain
itu juga teori mengenai peran mutasi pada gen yang mengatur PPAR γ
(Peroxisome Proliferator Activated Receptor) gamma, reseptor pada
channel potassium, IRS, dan calpain 10 juga dianggap berperan dalam
kejadian DM tipe 2 meskipun mekanisme kerjanya sebagai penyebab DM
tipe 2 belum dapat dimengerti sepenuhnya9.
2. Resistensi Insulin
Resistensi insulin adalah kegagalan efek respon fisiologis insulin
terhadap metabolisme glukosa, lemak, protein, serta fungsi endotel
vaskular. Mekanisme yang melatarbelakangi resistensi insulin belum
sepenuhnya dapat dipahami dan masih menjadi perdebatan bagi para
klinisi endokrinologi. Adapun gangguan seluler maupun molekuler yang
diduga bertanggung jawab adalah disfungsi reseptor insulin, aberrant
receptor signaling pathway, dan abnormalitas metabolisme ataupun
transportasi glukosa.
Abnormalitas pada transporter GLUT 4 pada keadaan hiperglikemia
kronis dianggap menjadi salah satu penyebab utama pada penderita
diabetes. GLUT 4 merupakan transporter glukosa utama yang terdapat
pada sel otot dan adiposit. Efek utamanya adalah meningkatkan kecepatan
maksimal transpoter glukosa ke dalam sel8,9,12.
Hubungan antara inflamasi dan resistensi insulin pertama kali dicetuskan
oleh Hotamisligil et all pada tahun 1993 yang menyatakan bahwa sitokin
proinflamatorik TNF α dapat menginduksi resistensi insulin dengan
meningkatkan fosforilasi serineIRS 1 sehingga menghambat ekspresi GLUT
412.
Pada penderita obesitas, akumulasi jaringan lemak akan meningkatkan
produksi berbagai macam sitokin seperti TNFα, IL 6, resistin, leptin,
adiponektin, MCP-1 (Monocyte Chemoattractant Protein-1), PAI-1
(Plasminogen Activator Inhibitor-1). Pengikatan sitokin ini pada reseptor
spesifik akan mengaktifkan jalur JNK (Janus Kinase) dan IKKβ dan
selanjutnya mengaktifkan faktor transkripsi Nuklear Faktor κβ (NF-κβ).
Translokasi NF-κβ ke dalam nukleus akan menginduksi transkripsi berbagai
macam mediator inflamatorik yang dapat mengarah pada resistensi insulin13.
Resistensi insulin juga dapat diinduksi dari faktor dalam sel sendiri. Stress
intracellular seperti ROS (Reactive Oxygen Species) atau RNS (Reactive
Nitrogen Species), stres pada reticulum endoplasma dan beragam isoform dari
PK-C (Protein Kinase C) ini akan mengaktifkan jalur JNK/IKKβ/NF-κβ yang
lebih lanjut dalam menyebabkan resistensi insulin14.
Teori baru menyebutkan bahwa akumulasi asam lemak bebas dan
metabolitnya dalam sel akan menyebabkan aktivasi jalur serin/threonin
kinase. Aktivasi pada jalur ini akan menyebabkan fosforilasi pada gugus serin
dari IRS sehingga fosforilasi gugus tironin akan terhambat. Akibatnya jalur
PI3 kinase tidak teraktivasi dan menyebabkan glukosa tetap berada di
ekstrasel9,15.
Resistensi insulin pada sel β pankreas menyebabkan aktivasi jalur caspase
dan peningkatan kadar ceramide yang menginduksi apoptosis sel β yang
diikuti dengan berkurangnya massa sel β pankreas sehingga sintesis insulin
pun berkurang.
2.4 PPARγ
PPAR (Peroxisome Proliferator-Activated Receptor) adalah suatu reseptor inti
superfamili steroid yang mengatur transkripsi faktor-faktor yang mengontrol ekspresi
gen dengan berikatan dengan PPREs dalam promoter. Reseptor ini memiliki 3 tipe,
yaitu PPARα, PPARδ, PPARγ. Diantara tipe tersebut, PPARγ dianggap yang paling
berperan dalam peningkatan sensitivitas insulin dengan meningkatkan penggunaan
glukosa perifer pada otot, lemak dan hati.PPAR γ berperan penting dalam
differensiasi sel, metabolisme karbohidrat, protein, dan terutama lemak dengan fungsi
utama regulasi adiponektin. PPARγ adalah sebagai lipid sensor yang kemudian
mengatur kadar lemak dalam darah dengan mengatur ekspresi mRNA GLUT 4 dan
anggota lain yang merupakan program genetik adiponektin seperti adipsin dan
ap210,16,17.
Mekanisme kerja PPARγ dijelaskan dalam ilustrasi di bawah ini
Gambar 2: Mekanisme kerja PPARγ
Ilustrasi dari mekanisme kerja PPARγ. Dalam keadaan bebas, reseptor PPARγ
adalah sebagai heterodimer dengan reseptor inti RXR (Retinoid X Receptor) dan
heterodimer pada PPRE. Kompleks corepressor ini mengandung aktivitas HDAC
(histone deacetylase) penghambat transkripsi. Kemudian setelah berikatan, kompleks
corepressor diberhentikan dan kompleks coactivator digabungkan ke reseptor PPARγ
heterodimer (bawah). Kompleks coactivator yang berisi aktivitas Acetylase histone
ini menyebabkan remodeling kromatin, memfasilitasi transkripsi aktif (Grass and
Rosenfeld)16.
Transkripsi inilah yang selanjutnya akan mengatur regulasi lemak, terutama oksidasi
dari asam lemak. Sehingga kadar lemak bebas dalam darah akan menurun.
2.5 Efek Hyperglikemia Serotonin
Serotonin merupakan neurotransmiter yang dapat menyebakan keadaan
hiperglikemia dengan menstimulasi sekresi hormon epinefrin yang berasal dari
adrenal kortex. Serotonin dan prekursornya (5-Hydroxytriptofan) dianggap memiliki
aktivitas fosforilase hati dan meningkatkan aktifitas fosfofruktokinase yaitu enzim
yang berperan dalam proses glikolisis yang diinduksi dengan peningkatan aktivitas
cAMP. Pada penelitian yang dilakukan terhadap tikus, didapati peningkatan kadar
gula darah setelah pemberian 8,3ug/menit selama 5 jam dibandingkan kelompok
kontrol yang diberi Ringer Laktat. Peningkatan tersebut dijelaskan dalam grafik
dibawah ini:
Gambar 3. Tipikal Perfusi Serotonin dan Kontrol yang menunjukkan
peningkatan glikogenolisis, aktifitas fosforilase, dan glukosa darah setelah
pemberian endoportal serotonin. Di sebelah kiri adalah rata-rata dan
standar deviasi dari persentase perubahan antara waktu infusi Serotonin
atau Ringer Laktat (Kontrol) (1 jam pertama) dan akhir perfusi (4-61/2
jam) yang ditabulasikan baik pada group kontrol maupun serotonin18.
Zingiber officinale
Zingiber officinale atau yang lebih dikenal dengan nama Jahe adalah
tanaman yang tumbuh hampir di seluruh Negara tropis di dunia. Tanaman
dengan daun yang berwarna cerah dan seperti rerumputan dengan bunga
berwarna kuning kehijauan dan penanda ungu ini sering digunakan sebagai
bumbu masakan karena bau dan rasanya yang khas. Selain itu, ternyata
tanaman ini sudah digunakan sebagai obat di Negara Cina sejak ribuan tahun
lalu dan merupakan salah satu obat Ayueverdic sebagai antimuntah dan anti
inflamasi di India7.
Tanaman yang termasuk family Zingiberaceae ini memiliki lebih dari
400 komponen berbeda, namun diantara komponen tersebut yang memiliki
aktifitas farmakologis utama adalah kandungan gingerol dan shagaol pada
Jahe (Duke and Beckstrom, 1999)7.
Gambar 4. Struktur [6]-gingerol
Gambar 5 . Struktur [8] Gingerol
Gambar 6. Struktur [10] Gingerol
Gambar 7. Struktur [6] Shagaol
Gambar 8. Struktur Zingerone
Isolasi dari komponen-komponen jahe dan studi invitro dan pada hewan
percobaan melaporkan efektivitas Gingerol dan Shagaol sebagai analgesic,
antipiretik, kardiotonik, antiplatelet, antiemetik, anti-inflammatory, anti-obesity,
antidiabetik, antioxidant, dan immunomodulator18.
Ekstraksi dan Isolasi [6] Gingerol
Akar rhizome dari Zingiber officinale (20.0 kg) dihancurkan dan kemudian
disaring di dalam etanol (20L) selama 48 jam pada suhu ruangan. Saringan
dikumpulkan dan proses ekstraksi ini diulang empat kali. Kombinasikan ekstrak
etanol yang telah disaring dan pekat ini dibawah tekanan 55 derajat celcius hingga
dihasilkan cairan coklat (7L). Ekstrak yang diperoleh kemudian berturut-turut
difraksinasi dengan hexane, kloroform, dan n-butanol. Pelarutnya kemudian dibuang
dibawah tekanan yang rendah untuk menyediakan fraksi yang sesuai terhadap hexane
(200gr), kloroform (40gr), butanol (80gr) dan encer (500gr). [6]- Gingerol
dikonfirmasikan dengan membandingkan spektra-spektra kromatografi dengan data
yang dilaporkan19.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
A. Prosedur Pengumpulan Data dan Informasi
Data yang terdapat pada karya tulis ilmiah ini didapatkan dari beberapa sumber
seperti buku, jurnal ilmiah dan jurnal elektronik. Selain itu, masalah-masalah yang
ada di dalam karya tulis ilmiah ini didiskusikan bersama dalam kelompok ini.
B. Pengolahan Data dan Informasi
Data dan informasi yang telah dikumpul diolah sehingga diperoleh data yang
saling mendukung. Begitu juga dengan hasil yang didapatkan dari literatur
dikonfirmasikan dengan dosen pembimbing agar didapatkan data yang terbaru dan
akurat serta dapat diaplikasikan.
C. Analisis dan Sintesis
Melalui pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, hasil diskusi dengan dosen
pembimbing serta literatur yang terkait, data dan informasi pada karya tulis ilmiah ini
dianalisis. Setelah dianalisis, penulis mencoba mensintesis suatu gagasan yang
menyeluruh dan belum pernah dikemukakan oleh orang lain. Gagasan yang diusulkan
juga mempunyai unsur pertimbangan akan kemudahan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari serta unsur biaya agar gagasan tersebut dapat digunakan oleh
seluruh individu. Sifat dan bentuk laporan bersifat deskriptif, analitis dan informatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problem. Ed. 10 (ICD-10). Geneva: World Health
Organization, 2003
2. Tim Survei Kesehatan Nasional Nasional. 2002. Studi Morbiditas dan
Disabilitas, Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
3. American Diabetes Association. 2004.Global prevalence of diabetes: estimates
for the year 2000 and projections for 2020. Diabetes Care.
4. Departemen Kesehatan. 2002. Laporan survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
2001. Studi Morbiditas dan Disabilitas. Jakarta: Depkes.
5. Departemen Kesehatan. 2004.Laporan survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
2003. Studi Morbiditas dan Disabilitas. Jakarta: Depkes.
6. Suyono Slamet.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 5. Jakarta:Interna
Publishing:1874-1877
7. Singh A et all.2010.Experimental Expand In Pharmacology of Gingerol and
Analoges.International Journal of Comprehensive Pharmacy (2): 04
8. Sudoyo AW, et all, editors.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. 5 Jilid III.
Jakarta: Interna Publising:1880-1899
9. Fauci, et all, editors. 2008.Harrisons Principles of Internal Medicine 17th ed
Chapter 38.USA:The McGraw-Hill Companies, Inc.
10. Katzung BG,et all,editors.2007.Basic and Clinical Pharmacology 10th ed Chapter
41.San Francisco:The McGraw-Hill Companies, Inc.
11. Pessin JE, Saltiel AR. 2010.Signalling Pathway in Insulin Action: Molecular
Targets of Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation vol 106
12. Adnynana, I Wayan Losen. Dwi Sutanegara, I Nengah.2004.Obesitas dan
Resistensi Insulin.Indonesian Scientific Journal Database (ISJD): 235-245
13. Hotamisligil, GS, 2000, Molecular Mechanism of Insulin Resistance and The
Role of Adipocyte.International Journal of Obesity,4:S23-27
14. Shoelson, SE, LEE J, dan Goldfine AB, 2006.Inflammation and Insulin
Resistance. Journal of Clinical Investigation; 116: 1793-1801
15. Shulman, GI, 2000. Cellular Mechanism of Insulin Resistance.Journal of Clinical
Investigation,106 : 171-176
16. Berger PP.2002.The Mechanisms of Action.Annual Review vol 53:409-435
17. WU Z, et all.1998. PPARγ induces the insulin-dependent glucose transporter
GLUT4 in the absence of C/EBPalpha during the conversion of 3T3 fibroblasts
into adipocytes.The Journal of Clinical Investigation:101(1):22-32
18. Levine, E. Robert; Pesch, A Leroy; Klatskin, Gerald, Giarman, J. Nicholas.
1964.Effect of Serotonin on Glycogen Metabolism in Isolated Rat Liver. Journal
of Clinical Investigation vol 43
19. Singh Amar B, et all.2009.Anti Hyperglicemic, Lipid Lowering, and Anti Oxidant
Properties of [6]-gingerol in Mice.International Journal of Medicine and Medical
Science vol 1(12):536-544
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fannie Rizki Ananda
Tempat,Tanggal lahir : Delitua, 26 Agustus 1993
Alamat : Jalan Bakti Nomor 83, Delitua
Motto : Perbuatan yang baik harus dimulai dengan niat yang baik
Gol.Darah : AB+
Nama Ayah : Muhammad Amri
Nama Ibu : Endaryati Daulay
Pekerjaan Ayah : -
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Riwayat Pendidikan : TK Singosari Delitua
SD Swasta Singosari Delitua
SMP N 2 Medan
SMA N 2 Medan
Fakultas Kedokteran USU
Riwayat Organisasi :SCORE PEMA FK USU
PHBI FK USU
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Winda Wahyuni
Tempat,Tanggal lahir : Tamiang, 10 Februari 1993
Alamat : Jl.Eka Warni III, No.22, Medan
Motto : Man jadda wa jada
Gol.Darah : B+
Nama Ayah : Aswin
Nama Ibu : Nur Aini
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : PNS
Riwayat Pendidikan : TK Dharmawanita Kotanopan
SD N 142658 Kotanopan
SMP N 1 Kotanopan
SMA N 1 Matauli Pandan
Fakultas Kedokteran USU
Riwayat Organisasi : PEMA FK USU 2011/2012
SCORE PEMA FK USU
PHBI FK USU