i
POTENSI PEMANFAATAN HUTAN ADAT MARENA
DESA PEKALOBEAN KECAMATAN ANGGERAJA
KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
MUHLIS
105 950 062 915
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
POTENSI PEMANFAATAN HUTAN ADAT MARENA
DESA PEKALOBEAN KECAMATAN ANGGERAJA
KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Program Studi Kehutanan
MUHLIS
105 950 062 915
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Potensi Pemanfaatan Hutan Adat Marena Desa
Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang
Nama : Muhlis
Stambuk : 105950062915
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Makassar, Oktober 2019
Disetujui Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Hajawa.,M.P Muthmainnah., S.Hut.,M.Hut
NIDN: 0003066407 NIDN : 09200188801
Diketahui Oleh,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi
Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P Dr. Hikmah, S.Hut., M.Si.,IPM
NIDN: 0912066901 NIDN : 0011077101
iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Potensi Pemanfaatan Hutan Adat Marena Desa
Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang
Nama : Muhlis
Stambuk : 105950062915
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
SUSUNAN TIM PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
Dr. Ir. Hajawa, M.P
Pembimbing I
(……………………)
Muthmainnah,S.Hut., M.Hut
Pembimbing II
(……………………)
Dr. Hikmah,S.Hut.,M.Si.,IPM
Penguji I
(……………………)
Dr. Ir. Hasanuddin Molo, S.Hut., M.P., IPM.
Penguji II
(……………………)
Tanggal lulus : 15 februari 2020
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi Potensi Pemanfaatan Hutan
Adat Marena Di Desa pekalobean Kecamatan anggeraja Kabupaten
Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan adalah karya saya dengan arahan komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagain akhir Skripsi ini.
vi
HAK CIPTA
@ Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2020
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
2. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
3. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar
4. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tampa izin Unismuh Makassar
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan KaruniaNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi dengan berjudul “Potensi Pemanfaatan Hutan Adat
Marena Di Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang”.
Sebagai salah satu syarat mendapat Gelar Sarjana Kehutanan. Salam dan salawat
semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan kepada kita semua. Penulis berharap apa
yang dipaparkan dalam skripsi ini dapat memberikan informasi baru bagi kita
semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata
kesempurnaan, untuk itu saran dan masukan sangat penulis hargai.
Ucapan terima kasih yang tidak terhingga untuk kedua orang tua penulis.
Untuk Ibu dan Ayah yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, yang
selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa
yang tentu takkan bisa penulis balas.
Penghargaan dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis
hanturkan kepada:
1. Bapak prof. Dr. H. Rahman Rahim SE,. MM selaku Rektor Universitas
Muhammadyah Makassar
viii
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si. Selaku Wakil Dekan I Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM. Selaku Ketua Program Studi Kehutanan
Universitas Muhammadiyah Makassar dan Penguji I
5. Dr. Ir. Hajawa, M.P. Selaku Pembimbing I dan ibu Muthmainnah,S.Hut.,
M.Hut. Selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan sistem
penyusunan skripsi, pengetahuan dan motivasi.
6. Bapak Ir. M. Daud, S.Hut., M.Si., IPM. selaku penguji II yang tak hentinya
memberi arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf Tata Usaha Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu
selama di bangku perkuliahan.
8. Ketua Adat Marena beserta Jajarannya yang telah menerima dan mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian pada Hutan Adat Marena
9. Sahabat-Sahabatku serta teman-teman yang telah banyak memberikan
semangat dan motivasi, membantu serta siap menemaniku dalam suka maupun
duka, pertengkaran kecil penuh canda dan tawa yang selalu mewarnai
kebersamaan kita selama perkuliahan akan selalu aku rindukan. Semoga
persahabatan dan persaudaraan kita tetap abadi selamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
ix
untuk penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Akhirnya penulis berharap semoga bantuan yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Allah SWT, dengan pahala yang berlipat ganda.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Makassar, Februari 2020
Penulis
x
ABSTRAK
Muhlis (105950062915). Potensi Pemanfaatan Hutan Adat Marena Di Desa
Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi
Selatan di Bawah Bimbingan Hajawa dan Muthmainnah
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Bentuk Pemanfaatan Hutan
Adat Marena dan Potensi Pemanfaatan Hutan Adat Marena di Desa Pekalobean
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Data yang digunakan meliputi data
primer yang bersumber dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan
masyarakat. Data sekunder bersumber dari instansi-instansi yang terkait serta
berupa dokumen-dokumen dan literature yang relevan. Data dikumpulkan melalui
teknik wawancara dan observasi . Analisis data dilakukan secara deskriptif dan
kuantitatif untuk mengetahui jenis dan bentuk Potensi Pemanfaatan Hutan Adat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bentuk pemanfaatan yang ada di Hutan
Adat Marena terdiri dari pemanfaatan kawasan hutan adat (tanaman kopi, tanaman
cengkeh dan pohon pinus), pemungutan hasil hutan kayu (pemungutan kayu
bakar) , dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (tanaman jahe dan kunyit).
Kata Kunci: Potensi, Pemanfaatan, Adat Marena.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.I. Hutan Adat ............................................................................................ 5
2.2. Potensi Hutan Adat ............................................................................... 6
2.3. Pemanfaatan Hutan Adat ...................................................................... 6
2.4. Masyarakat Sekitar Hutan .................................................................... 8
2.5. Konsep Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat ................................ 9
2.6. Kerangka Fikir ...................................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Penelitian .................................................................................. 13
3.2. Objek, Subjek dan Alat Penelitian ....................................................... 13
3.3. Jenis Data ............................................................................................. 13
3.4. Pengumpuln Data ................................................................................. 14
3.5. Petak Ukur ............................................................................................ 15
xii
3.6. Analisis Dan Penyajian Data ................................................................ 16
3.6.1. Penyajian Data ........................................................................... 16
3.6.2. Analiss Data .............................................................................. 16
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIA
4.1. Geografis dan Demografi ..................................................................... 17
4.1.1. Geografis .................................................................................... 17
4.1.2. Iklim ........................................................................................... 17
4.2. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya................................................. 17
4.2.1. Penduduk .................................................................................... 17
4.2.2. Tingkat Pendidikan .................................................................... 18
4.2.3. Mata Pencaharian ....................................................................... 19
4.2.4. Pola Penggunaan Tanah ............................................................. 19
4.2.5. Kepemilikan Ternak ................................................................... 19
4.2.6. Agama dan Kondisi Sosial Masyarakat...................................... 20
4.2.7. Sarana dan Prasarana Desa ......................................................... 20
4.3. Pembagian Wilayah Desa ..................................................................... 20
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden ............................................................................. 21
5.1.1. Jenis Kelamin ............................................................................ 21
5.1.2. Umur Responden ....................................................................... 22
5.1.3. Pendidikan Responden .............................................................. 23
5.1.4. Pekerjaan Responden ................................................................ 24
5.1.5. Tanggungan Keluarga ............................................................... 24
5.2. Jenis Pemanfaatan Hutan Adat Marena................................................ 25
5.2.1. Pemanfaatan Kawasan Hutan Adat Marena ............................... 25
5.2.2. Pemungutan Hasil Hutan Kayu .................................................. 27
5.2.3. Pemanfaatan hasil Hutan Bukan Kayu ...................................... 29
5.3. Potensi Pemanfaatan Kawasan Hutan Adat Marena ........................... 34
5.3.1. Pemanfaatan Kawasan Hutan Adat ........................................... 34
xiii
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan ........................................................................................... 41
6.2. Saran ..................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No Teks Hal
1. Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Dusun/Lingkungan ................................... 18
2. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja,
Kabupaten Enrekang ...................................................................................... 19
3. Jenis Kelamin Responden Hutan Adat Marena .............................................. 21
4. Umur Responden Responden di Hutan Adat Marena .................................... 22
5. Pendidikan Responden Responden di Hutan Adat Marena ............................ 23
6. Pendidikan Responden Responden di Hutan Adat Marena ............................ 24
7. Tanggungan Keluarga Responden di Hutan Adat Marena ............................. 24
8. Pemanfaatan Kawasan Hutan Adat Marena .................................................. 26
9. Volume Pemungutan Kayu Bakar ................................................................. 27
10. Volume Pemungutan Kayu Bakar ................................................................. 28
11. Frekuensi Pemungutan Kayu Bakar dalam Perbulan .................................... 29
12. Hasil Kontrak Penyadapan Getah Pinus ........................................................ 30
13. Yang Memanfaatakan Tanaman Obat ........................................................... 33
14. Potensi Luasan Kebun Yang Dimanfaatkan .................................................. 35
15. Kerapatan Jenis Tanaman Plot 10x10 ........................................................... 37
16. Kerapatan Jenis Pohon Plot 20x20 ................................................................ 39
xv
DAFTAR GAMBAR
No Teks Hal
1. Kerangka Pikir ........................................................................................ 12
2. Ukuran Plot............................................................................................. 15
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Hal
1. Daftar Pertanyaan Untuk Responden ................................................... 43
2. Data Responden ................................................................................... 46
3. Data luas kawasan dan kerapatan ........................................................ 47
4. Data Setiap Plot .................................................................................... 48
5. Data Pemungutan Kayu Bakar ............................................................. 63
6. Dokumentasi Penelitian ...................................................................... 64
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hutan adalah salah satu jenis sumberdaya alam yang sangat penting bagi
kehidupan masyarakat pedesaan. Bagi masyarakat pedesaan, hutan sekurang-
kurangnya memiliki dua fungsi penting, yaitu sumberdaya hutan baik kayu
maupun non kayu, hutan memberikan manfaat dalam kehidupan masyarakat.
Aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan hutan khususnya bagi masyarakat
yang bermukim di sekitar hutan sudah berlangsung sejak lama sehingga hutan
memiliki makna tersendiri bagi masyarakat yang memiliki ketergantungan
terhadap sumberdaya hutan. Pemaknaan terhadap hutan ini kemudian melahirkan
cara-cara unik di kalangan masyarakat pedesaan dalam mengelola hutan. Secara
umum, karakteristik pengelolaan hutan pada masyarakat pedesaan bisa dibedakan
dari sifat pengelolaannya yang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pengelolaan hutan yang bersifat eksploitatif dan pengelolaan hutan bersifat
konservatif. (Arief,2001)
Pengelolaan hutan yang bersifat eksploitatif merupakan tindakan
memanfaatkan hasil hutan yang bersifat mengeksploitasi sumberdaya hutan baik
berupa pemanfaatan sumberdaya kayu dan non kayu maupun pemanfaatan
sumberdaya lahan untuk pengembangan aktivitas produksi pertanian. Cara-cara
pemanfaatan hutan semacam ini cukup banyak dijumpai di kalangan masyarakat
pedesaan yang sifatnya merubah fungsi ekosistem hutan akibat semakin
berkurangnya komponen-komponen ekosistem hutan.
2
Pengelolaan hutan yang bersifat konservatrif meliputi dua kategori yaitu
perlindungan serta pemanfaatan. Pengelolaan hutan yang bersifat perlindungan
merupakan tindakan proteksi guna mempertahankan kelestarian hutan yang
diwujudkan seperti dalam bentuk “hutan larangan” dan sebagian menggunakan
istilah “hutan adat”. Mekanisme pengelolaan hutan yang diterapkan hanya berupa
aktivitas perlindungan tanpa adanya bentuk pemanfaatan secara langsung.
Pengelolaan semacam ini dilakukan oleh masyarakat pedesaan atas dasar
pentingnya melindungi hutan yang berfungsi sebagai penopang aktivitas produksi
mereka seperti mempertahankan sumber air bagi pengairan sawah-sawah yang
dikelola setiap tahunnya. Kawasan hutan yang menjadi sasaran proteksi ini
biasanya kawasan hutan alam yang berada di sekitar hulu sungai dan di lereng
bukit/gunung dimana disekitarnya merupakan bentangan sawah-sawah
masyarakat.
Hutan adat bagi sebagian masyarakat hukum adat Indonesia merupakan
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam Undang–undang Kehutanan Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dimana dalam Undang-Undang tersebut
menjelaskan bahwa Hutan Adat adalah hutan negara yang berada pada tanah yang
dibebabani hak atas tanah
Dengan adanya Keputusan Mentri Lngkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik Indonesia Tentang penetapan dan pencantuman Hutan Adat Marena
seluas ±155 hektare dengan nomor : SK.4716/MENLHK-
PSKL/PKTHA/PSL.1/7/2018 TANGGAL 10 JULI 2018.
3
Sejak tahun 1975 kawasan Hutan Adat Marena berada dalam penguasaan
Dinas Kehutanan yang ditanami pinus. Pengelolaan hutan marena selama ini
memang memiliki mekanisme adat tersendiri meski sempat tak berfungsi karena
penguasaan pihak kehutanan. Hutan adat marena didominasi oleh tegakan pinus
dimana dalam hutan adat tersebut tidak diperbolehkan menebang pohon karena itu
milik Kahutanan jika ada yang melanggar maka ancamannya adalah pidana,
disela-sela tegakan pinus warga masih diperbolehkan menanam kopi dan kayu
lokal.
Setiap daerah/etnis memiliki pola pemanfaatan hutan yang berbeda-beda.
Pemanfaatan hutan yang dilakukan oleh masyarakat lokal terutama pemanfaatan
yang bersifat mempertahankan kelestarian hutan dimana hutan memberikan nilai
konservasi terhadap kelangsungan fungsi ekosistem hutan dan nilai ekonomis
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian tentang potensi Pemanfaatan Hutan Adat Marena Desa
Pekalobean Kecematan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah;
1. Bagaimanah Potensi yang dimanfaatkan Hutan Adat Marena di Desa
Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
2. Bagaimanah bentuk pemanfaatan Hutan Adat Marena di Desa Pekalobean
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
4
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Sumber daya yang dimanfaatkan di Hutan Adat Marena Desa Pekalobean
Kecamatan Angeraja Kabupaten Enrekang
2. Bentuk pemanfaatan Kawasan Hutan Adat Marena di Desa Pekalobean
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Sebagai Bahan Acuan Dalam Penelitian Selanjutnya Yang Berkenaan Dengan
Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Adat Marena Di Desa Pekalobean
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Sebagai Data Bagi Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Pemanfaatan Hasil
Hutan Yang Diperoleh Dari Kawasan Hutan Adat Marena Di Desa
Pekalobean Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi
Selatan
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Hutan Adat
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyatakan
dalam pasal 1 bahwa Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah
masyarakat hutan adat. Hutan adat termasuk dalam hutan negara. Dimasukkannya
hutan-hutan yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat dalam pengertian hutan
negara adalah sebagai konsekuensi adanya hak menguasai dan mengurus oleh
negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat dalam prinsip 4 Negara
Kesatuan Republik Indonesia,.
Hutan adat adalah kawasan hutan yang berada yang berada di wilayah adat
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siklus kehidupan komunitas
adat penghuninya. Pada umunya komunitas-komunitas masyarakat adat penghuni
hutan di Indonesia memandang bahwa manusia adalah bagian dari alam yang
harus saling memelihara dan menjaga keseimbangan dan harmoni (Raden dan
Nababan 2003).
Prinsip-prinsip kearifan adat yang masih dihormati dan dipraktekkan oleh
kelompok-kelompok masyarakat adat yaitu masih hidup selaras alam dengan
mentaati mekanisme ekosistem dimana manusia merupakan bagian dari ekosistem
yang harus dijaga keseimbangannya, adanya hak penguasaan dan kepemilikan
bersama komunitas sehingga mengikat semua warga untuk menjaga dan
mengamankannya dari kerusakan, adanya sistem pengetahuan dan struktur
kelembagaan/pemerintahan adat yang memberikan kemampuan bagi komunitas
untuk memecahkan secara bersama masalah-masalah yang mereka hadapi dalam
6
pemanfaatan sumberdaya hutan, ada sistem pembagian kerja dan penegakan
hukum adat untuk mengamankan sumerdaya milik bersama dari penggunaan
berlebihan baik oleh masyarakat sendiri maupun orang luar dan ada mekanisme
pemerataan distribusi hasil panen sumberdaya alam milik bersama yang bisa
meredam kecemburuan social di tengah masyarakat (Nababan 1995 dalam Raden
dan Nababan 2003).
2.2. Potensi Hutan Adat
Potensi adalah suatu kemampuan, kesanggupan, kekuatan ataupun daya
yang mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan lagi menjadi bentuk
yang lebih besar.Potensi hutan adat di Desa Pekalobean menyimpan potensi
ekonomi dan kearifan lokal untuk pelestarian hutan.Hutan Masyarakat Adat
Marena terletak di Kecamatan Anggareja, Kabupaten Enrekang, Sulawesi
Selatan. Masyarakat adat Marena memiliki cara sendiri untuk menjaga wilayah
hutan. Hukum adat efektif mendorong masyarakat menjaga hutan.
Hutan adat di Desa Pekalobean masih perlu dikembangkan, mengingat
hutan adat tersebut masih tergolong baru dan masih dikembangkan oleh
masyarakat adat. Desa Pekalobean memiliki sumber daya alam yang potensial
untuk dikembangkan, namun saat ini belum dikembangkan oleh masyarakat adat.
Potensi yang ada di Desa Pekalobean,
2.3. Pemanfaatan Hutan Adat
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan
,memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan hasil hutan
non kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan
7
adil untuk kesehjahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. Di
Indonesia, pemanfaatan hutan diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 6 tahun
2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan
Adapun bentuk bentuk pemanfaatan adalah sebagai berikut:
a. Pemanfaatan hasil hutan kayu (HHK)
Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak mengurangi fungsi
pokoknya. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan pada hutan produksi, baik itu hutan
alam maupun hutan tanaman.(Prihartini Nurtjahjawilasa, 2015)
b. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK)
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan
dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak
lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.(Prihartini Nurtjahjawilasa,
2015)
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan jenis tanaman yang tumbuh,
baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Peranan HHBK sudah dirasakan
masyarakat sebagai salah satu sumber pendapatan, namun sistem pengelolaannya
masihbersifat tradisional sehingga kualitas yang dihasilkan masih jauh dari
standar yangdiharapkan dan harganya masih rendah.Ketua adat sebagai pengambil
kebijakan perlu mengatur program pengembangan HHBK melalui agroforestri,
baik di dalam maupun di luar kawasan hutan secara berkesinambungan bersama
8
masyarakatsehingga menjadi sumber pendapatan masyarakat yang kompetitif.
(Njurumana dan Butarbutar, 2008).
HHBK seperti rotan, daging binatang, madu, damar, gaharu, getah, berbagai
macam minyak tumbuhan, bahan obat-obatan, dan lainnya merupakan sumber
penghidupan bagi jutaan masyarakat hutan (Myers 1979; Simpson and Connor-
Ogorzaly 1986).
c. Pemanfaatan kawasan
Pemanfaatan kawasan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang
tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat
ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya. Kegiatan ini
dapat dilakukan di kawasan hutan konservasi (kecuali pada cagar alam, zona
rimba dan inti taman nasional), hutan lindung, dan hutan produksi.(Prihartini
Nurtjahjawilasa, 2015)
2.4. Masyarakat Sekitar Hutan
Masyarakat sekitar hutan adalah penduduk yang tinggal di dalam dan
sekitar hutan yang mata pencaharian dan lingkungan hidupnya sebagian besar
tergantung pada eksistensi hutan dan kegiatan perhutanan.Masyarakat sekitar
hutan sebenarnya memiliki potensi yang tinggi apabila diberdayakan, tetapi dalam
hal ini masyarakat harus dilibatkan dalam pengelolaan hutan.Peningkatan
pendapatan masyarakat sekitar hutan mempunyai prioritas utama dalam suatu
pengelolaan hutan. Masyarakat hutan dalam berladang secara turun temurun
memanfaatkan hutan di daerah hutan primer (Arief,2001).
9
Masyarakat sekitar hutan adalah sekelompok orang yang tinggal di daerah-
daerah hutan wilayah desa yang masih memiliki sifat rata-rata tradisional dalam
mempertahankan kehidupan tradisional dari leluhurnya dan terdapat hutan-hutan
asli yang mereka lindungi yang didalamnya masih terdapat keanekaragaman
biologi yang masih khas (Iskandar,1992).
Masyarakat ataupun kelompok masyarakat melakukan kegiatan
pemanfaatan hutan.Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memperoleh
manfaat optimal dari hutan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat dalam
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan
kayu, pemanfaatan hasil hutna non kayu, pemungutan hasil hutan kayu dan
pemungutan hasil hutan bukan kayu.
Menurut Keputusan Menteri Kehutanan No.31 tahun 2001, pemanfaatan
hutan adalah kegiatan untuk memperoleh manfaat optimal dari hutan untuk
kesejahteraan seluruh masyarakat dalam pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.
2.5. Konsep Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Kita memahami bahwa dari tahun ketahun perspektif pengelolaan sumber
daya hutan mengalami perubahan sejalan dengan perubahan sosial- politik yang
sedang terjadi.Bahkan lebih tinggi lagi paradigm pengelolaan sumber daya hutan
juga berubah secara mendasar terutama dalam menyongsong gelombang
demokrasi dunia.
Menurut Dephut (2000), sistem pengelolaan hutan oleh masyarakat
memiliki performasi atau kinerja yang berbeda beda. Performasi yang di maksud
10
adalah produktivitas, keberlanjutan, dan keadilan.Adapun tujuan dari pengelolaan
berbasiskan masyarakat yaitu untuk, memberdayakan masyarakat sekitar hutan
agar kehidupannya menjadi lebih sejahtera.Sistem pengelolaan berbasis
masyarakat memiliki keuntungan dan kerugian masing – masing. Keuntungan
yang dapat di peroleh yaitu :
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan
2. Mempercepat hubungan antar sesama petani hutan
3. Meningkatkan aneka ragam hasil hutan
4. Meningkatkan keamanan hutan
5. Menciptakan lapangan kerja
6. Memberdayakan masyarakat setempat
Sedangkan kerugian dari pengelolaan berbasis masyarakat yaitu:
1. Hutan rawan perambahan, pencurian hasil hutan, perladanganberpindah
dan kebakaran hutan.
2. Terjadi fragmentasi karena areal hutan dekat dengan penduduk.
3. Adanya penguasaan lahan oleh masyarakat.
Menurut Nasution (1990), pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat
dirasakan pada tahun 1970-an karena negara dunia ketiga menyadari
perkembangan pembangunan dan dampaknya terhadap ekologi di mana pada saat
ini orientasi pembangunannya adalah pertumbuhan ekonomi setinggi tingginya
dengan mengekploitasi sumber daya alam. Di Indonesia pemanfaatan sumber
daya alam khususnya hutan,pengelolaan di berikan penguasaan kepada
perusahaan asing yang pengelolaan sumber daya alam. Ekspansi negara dunia
11
pertama berlandaskan pada teori ekonomi bahwa alam di eksploitasi untuk
kepentingan pasar yang sangat merugikan Negara dunia ketiga,lahan pertanian
dan kehutanan di kelola untuk kebutuhan industri negara dunia terutama semua
hasil pertanian dan kehutanan diekspor keluar negeri untuk kepentingan pasar
sangat merugikan sumber daya alam khususnya hutan akibatnya terjadi
degradasi,deporentasi hutan
2.6. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian gambaran kerangka berfikir menjelaskan bahwa Hutan
Adat merupakan sebagai potensi pemanfaatan hutan untuk menunjang
kemakmuran masyarakat adat tersebut.
12
Gambar 1. Kerangka Pikir
Hutan Adat
Marena Desa Pekalobean
Hasil hutan
kayu
Hasil hutan
Bukan kayu
Kawasan
hutan
Potensi
pemanfaatan
HUTAN
13
III. METODE PENELITIAN
3.1.Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 (dua) bulan, yaitu pada bulan
November sampai dengan bulan Desember 2019. Penelitian ini dilaksanakan di
Dusun Marena, Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang
Sulawesi Selatan.
3.2. Objek, Subjek dan Alat Penelitian
a. Objek dan Subjek penelitian
Adapun objek penelitian ini adalah Kawasan Hutan Adat Marena Desa
Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Sedangkan subjek
penelitian ini adalah masyarakat sekitar Dusun Marena, Desa Pekalobean,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
b. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :.
1. Tali rafiah
2. Tally sheet
3. Alat tulis untuk mencatat setiap informasi responden.
4. Kuisioner, dipergunakan untuk mengisi daftar pertanyaan.
5. Kamera untuk dokumentasi.
3.3. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder.Data
primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan atau
14
wawancara langsung di dusun tempat penelitian dan berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah disampaikan, sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh peneliti yang terkait dengan penelitian ini.
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung melalui
observasi dan wawancara langsung denganre sponden pada objek yang
diteliti.
Data mengenai pemanfaatn hutan adat meliputi :
1. Informasi mengenai hasil hutan kayu (HHK)
2. Informasi mengenai hasil hutan bukan kayu (HHBK)
3. Informasi mengenai kawasan hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat
adat
b. Data sekunder, yaitu data diperoleh dari Kantor Desa berupa dokumen-
dokumen dan literature yang relevan serta dari data statistik.
3.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
observasi yaitu meninjau dan mengamati langsung di lapangan. Selain itu
digunakan juga metode kuisioner yaitu dengan melakukan wawancara langsung
dengan masyarakat Desa Pekalobean dengan jumlah responden sebanyak 30
orang.
a. Observasi yaitu melakukan survei ke lokasi peneliti dengan mengamati dan
mendata kegiatan pemanfaatan hutan adat untuk mengetahui bentuk dan
potensi pemanfaatan hutan adat
b. Wawancara adalah suatu bentuk komunikas lisan yang di lakukan secara
terstruktur oleh dua orang atau lebih baik secara langsung maupun jarak jauh,
15
unttuk membahas dan mnggali informasi tertentu guna mencapai tujuan
tertentu pula.kemudian daripada itu wawancara ini dilakukan kepada
responden, dan yang menjadi responden adalah masyarakat di sekitar hutan
adat yang di pilih secara sengaja (porpossive sampling). Jumlah responden
yang diambil sebanyak 30 orang
c. Pengukuran dan pengamatan kepada aktivitas masyarakat di dalam kawasan
hutan adat Marena. Hal ini dilakukan pada kawasan hutan yang
dimanfaatkan, data yang dikumpulkan adalah :
1. Luas kawasan hutan yang dimanfaatkan dalam hutan adat
2. Jenis kegiatan pemanfaatan (bertani, beternak, dan perikanan bila ada)
3. Jenis produk yang dihasilkan, misalnya hasil tanaman pertanian,
perkebunan, peternakan dan atau perikanan bila ada.
3.5. Petak Ukur
Pengamatan dan pengukuran dilakukan dengan membuat plot pengamatan.
Adapun ukuran plot adalah 20 m x 20 m untuk tingkat pohon, 5 m x 5 m untuk
tanaman pertanian (tanaman semusim) dan 10 m x 10 m untuk tanaman
perkebunan dan HHK serta HHBK tingkat poles dan sapling.
Gambar 2. Ukuran plot
Keterangan:
C
B B
A
16
A = plot ukuran 5 m x 5 m
B = plot ukuran 10 m x 10 m
C = plot ukuran 20 m x 20 m
3.6. Analisis Dan Penyajian Data
3.6.1. Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabulasi, dan narasi.
Data-data yang ditampilkan adalah data mengenai pemanfaatan kawasan hutan
adat, data mengenai HHK dan HHBK yang dimanfaatkan oleh masyarakat adat
yang berasal dari Hutan Adat Marena.
3.6.2. Analisis data
a. Data kerapatan pohon mengenai jumlah dan jenis tumbuhan yang diperoleh
dianalisis secara kuantitatif menggunakan rumus kerapatan pohon yang
didasarkan pada perhitungan nilai kerapatan serta dideskripsikan.
Kerapatan dirumuskan sebagai berikut :
Pohon disini adalah pohon dari HHK dan HHBK,
Rumus ini dipergunakan pula untuk menghitung tanaman perkebunan dan
tanaman pertanian.
b. Data mengenai luas kawasan hutan yang dimanfaatkan dihitung dengan
memprosentasikan dengan luas hutan adat keseluruhan,
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ ℎ𝑎
𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛
=𝑙𝑢𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 ℎ𝑎
𝐿𝑢𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑎𝑡 ℎ𝑎 𝑋 100 %
17
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Geografis dan Demografi
4.1.1. Geografis
Desa Pekalobean merupakan Desa yang berada pada Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Pekalobean
terletak ± 31 Km dari Ibukota Kabupaten Enrekang, atau 7 Km dari Ibukota
Kecamata Anggeraja denga luas wilayah 9,92 Km2, dengan batas – batas sebagai
berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Salu Dewata
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mataram
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bubun Lamba
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Singki
4.1.2. Iklim
Keadaan iklim di Desa Pekalobean terdiri dari : musim hujan, kemarau,
dan musim pancaroba. Dimana musim hujan biasanya terjadi antara Bulan Januari
sampai dengan April, musim kemarau anatara Bulan Juli sampai dengan
November, sedangkan musim pancaroba anatara Bulam Mei sampai dengan Juni.
4.2. Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya
4.2.1. Penduduk
Penduduk merupakan salah satu syarat bagi terbentuknya sebuah
Negara/wilayah atau sekaligus sebagai aset atau modal bagi suksesnya
18
pembangunan disegala bidang kehidupan bail dalam bentuk pembangunan fisik
maupun non fisik. Oleh karena itu kehadiran dan perannya sangat menentukan
bagi perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar, sehingga
dibutuhkan data atau potensi kependudukn yang tertib dan terukur.
Desa pekalobean terletak di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
yang memiliki jumlah penduduk sebanyak ± 2.380 jiwa, terdiri dari laki – laki
1208 jiwa dan perempuan 1.172 jiwa dengan jumlah 573 Kepala Keluarga. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 1. Jumlah Penduduk Sesuai Dengan Dusun/Lingkungan
No Nama Dusun Jumlah Jiwa Kepala
Keluarga L P Total
1 Dusun Marena 454 451 905 210
2 Dusun Pasang 233 203 436 110
3 Dusun Malimongan 167 159 326 79
4 Dusun Kota 219 222 441 106
5 Dusun Sipate 135 137 272 68
Jumlah 1.208 1.172 2.380 573
Sumber: Kantor Desa Pekalobean, 2018
4.2.2 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data sekunder, sebagian besar masyarakat Desa Pekalobean
memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah, yakni Sekolah Dasar (SD), hanya
sedikit saja yang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi bahnyak lebih banyak
tidak tamat sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
19
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Pekalobean Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1 Tidak Tamat SD 667
2 SD 578
3 SMP 422
4 SMA 472
5 D3/S1 80
Jumlah 2.219
Sumber: Kantor Desa Pekalobean, 2018
4.2.3. Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian masyarakat Desa Pekalobean antara lain yaitu
petani, pedagang, PNS, buruh, wiraswasta, karyawan swasta, honorer, dan sopir.
Akan tetapi masyarakat Desa Pekalobean lebih banyak mata pencaharianya
sebagai petani. Masyrakat memanfaatkan lahan – lahan yang ada untuk ditanami
bawang merah, jagung, tomat, kol, wortel, ubi, kopi, dan lain – lain. Masyarakat
juga sebagian mengembala ternak.
4.2.4. Pola Penggunaan Tanah
Pola penggunaan tanah umumnya digunakan sebagai lahan perkebunan
dan pertanian (terutama bawang merah) dengan panen musiman.
4.2.5. Kepemilikan Ternak
Jenis ternak yang dikembangkan masyrakat yaitu Ayam/itik, sapi,
kambing, dal lain – lain. Dimana masyrakat lebih banyak mengembangkan ayam
dibandingkan yang lain disebabkan karena masyarakat lebih muda dalam
memelihara ayam di bandingkan yang lain. Masyarakat hanya membuat kandang
20
kecil dan disimpan di kolom rumah Sedangkan untuk ternak lain membutuhkan
tempat yang lebih besar.
4.2.6. Agama dan Kondisi Sosial Masyarakat
Semua masyarakat Desa Pekalobean beragama islam. Mengenai kegiatan
sosial yang dilakukan masyrakat berupa kerja bakti dalam pembangunan seperti
memperbaiki jalan. Kegiatan yang dilakukan setiap tahunnya yaitu tujuh belasan
memperingati Hari Kemerdekaan RI dengan berbagai macam lomba.
Mata pencaharian masyarakat yang paling utama yaitu pertani, dimana
masyarakat memiliki sifat gotong royong yang tinggi untuk saling membantu
terutama dalam hal membantu saat memanen.
4.2.7. Sarana dan Prasarana Desa
Desa Pekalobean memiliki sarana dan prasarana umum yaitu Kantor Desa,
Balai Desa, Masjid, dan Sekolah, dan pada sector kesehatan Desa Pekalobean
memiliki sarana berupa pustu.
4.3. Pembagian Wilayah Desa
Desa Pekalobean terbagi atas 5 Dusun yaitu Dusun Marena, Dusun
Pasang, Dusun Malimongan, Dusun Kota, Dusun Sipate. Jumlah penduduk
±2.380 jiwa, yang terdiri atas laki – laki 1.208 jiwa, perempuan 1.172 jiwa,
dengan jumlah kepala keluarga 573.
21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Identitas responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin, umur responden, pendidikan responden, pekerjaan responden, dan
tanggungan keluarga.
5.1.1 Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang terdiri dari laki
laki dan perempuan. Identitas responden berdasarkan jenis kelamin dapat di lihat
pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Jenis Kelamin Responden di Hutan Adat Marena
No Jenis kelamin Jumlah Persentase
(Jiwa) (%)
1
2
Laki-Laki
Perempuan
23
7
76,67
23,33
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 3 dapat di ketahui bahwa dari 30 jumlah atau dengan
Persentase 100 % total responden ada 27 orang jenis kelamin laki laki dengan
Persentase 76,67 % , sedangkan jumlah responden perempuan sebanyak 7 orang
dengan Persentase 23,33 %. Dalam hal ini jenis kelamin laki laki lebih dominan
dari pada jenis kelamin perempuan, karna tenaga jenis kelamin laki laki lebih kuat
di bandingkan dengan tenaga perempuan untuk melakukan aktifitas
pemanfaatan Hutan Adat Marena ini.
22
5.1.2. Umur Responden
Klasifikasi umur di dasarkan pada rata rata umur responden dari 30 0rang
yang di wawancarai, adapun Tabel yang d maksud dapat di lihat dari Tabel 4 di
bawah ini.
Tabel 4. Umur Responden Responden di Hutan Adat Marena
No Umur (Tahun) Jumlah Persentase
(Jiwa) (%)
1
2
≤ 35,57
>35,57
17
13
56,67
43,33
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 4 dapat di ketahui bahwa dari 30 jumlah responden rata
rata umur responden yaitu 35,57 tahun. Dan di bawa umur atau kurang dri 35,57
terdapat 17 orang dengan presentase 56,67%, sedang di atas umur atau lebi dari
35,57 sebanyak 13 orang dengan presentase 43,33 %. Umur responden yang
mayoritas relatif masih produktif memiliki pontensi yang cukup besar dalam
meningkatkan pemanfaatan Hutan Adat Marena. Hal tersebut juga di tunjang oleh
kondisi fisik yang masi baik sehinggah memungkinkan responden untuk
melakukan kegiatan pemanfaatan secara optimal.
23
5.1.3. Pendidikan Responden
Berdasarkan pendidikan responden dapat dilihat dari Tabel 5 di bawah in
yaitu:
Tabel 5. Pendidikan Responden Responden di Hutan Adat Marena
No Pendidikan jumlah Persentase
(jiwa) (%)
1
2
3
4
5
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA/SMK
PT
8
10
8
4
0
26,67
33,33
26,67
13,33
0
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 5 dapat di ketahui bahwa dari 30 jumlah responden
sebanyak 8 orang atau 26,67% yang tidak sekolah dan sebanyak 10 orang atau
33,33 yang menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan sebanyak 8 orang atau
26,67% yang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
sedangkan 4 orang atau 13,33% yan menempuh Pendidikan Sekolah Menengah
atas atau Sekolah Menegah Kejuruan dan tidak ada yang lanjut ke Perguruan
Tinggi . Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berfikir, terutama
dalam mengadopsi suatu inovasi baru dalam melakukan pemanfaatan Hutan Adat
Marena ini.
24
5.1.4. Pekerjaan Responden
Berdasarkan pekerjaan responden dapat dilihat dari Tabel 6 di bawah ini
yaitu:
Tabel 6. Pekerjaan Pokok Keluarga Responden di Hutan Adat Marena
No Pekerjaan jumlah Persentase
(jiwa) (%)
1
2
Petani
Ibu Rumah Tangga
23
7
76,67
23,33
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 30 responden sebanyak
23 orang atau 76,67% yang berprofesi sebagai Petani sedangkan sebanyak 7
orang atau 23,33% lainya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tanggah (IRT).
Pekerjaan pokok dalam hal ini sangat berpengaruh untuk pengalaman yang lebih
banyak sehingga mudah untuk malakukan pemanfaatan hutan adat marena ini
5.1.5. Tanggungan Keluarga
Klasifikasi tanggungan keluarga di dasarkan pada rata rata jumlah anggota
keluarga responden dari 30 0rang yang di wawancarai, adapun Tabel yang d
maksud dapat di lihat dari Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Tanggungan Keluarga Responden di Hutan Adat Marena
No Anggota Keluarga Jumlah Persentase
(jiwa) (%)
1
2
≤4,73
>4,73
14
16
46,67
53,33
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
25
Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 30 responden rata rata
tanggungan anggota keluaraga 4,73. Dan dari rata rata tersebut sebanyak 14 atau
46,67% di atas dari 4,73 yang memiliki anggota keluarga sedangkan di bawa dari
4,73 sebanyak 16 atau 53,33% yang memiliki anggota keluarga. Jumlah
tanggungan keluarga dapat mempengaruhi responden untuk melakukan kegiatan
pemanfaatan Hutan Adat Marena untuk memiliki penghasilan yang lebih
banyakagar bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari hari.
5.2. Jenis pemanfaatan Hutan Adat Marena
Pemanfaatan Hutan Adat Marena di Desa Pekalobean Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang terdiri dari pemanfaatan kawasan hutan adat ,
pemungutan hasil hutan kayu, dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.
5.2.1. Pemanfaatan Kawasan Hutan Adat Marena
Pemanfaatan kawasan Hutan Adat Marena adalah kegiatan untuk
memanfaatkan ruang tumbuh sehingga diperoleh manfaat dari potensi yang ada di
dalam Hutan Adat Marena yang bisa menjadi nilai ekonomis dan membantu
masyarakat dalam memenuhui kebutuhan hidup sehari hari.
Potensi yang ada di dalam Hutan Adat Marena ini ada beberapa yang di
manfaatakan masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari hari yaitu pemanfaatan
tanaman perkebunan berupa kopi dan cengkeh, selain itu masyarakat juga
melakukan pemeliharaan hewan ternak di dalam Kawasan Hutan Adat Marean
Berdasarkan aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan kawasan Hutan Adat
Marena dapat di lihat dari Tabel 8
26
Tabel 8. Pemanfaatan Kawasan Hutan Adat Marena
No Nama Responden Kopi Cengkeh Hewan Ternak
1 Supirman
2 Samuding x
3 Ruding
4 Nurhayati x x
5 Erwin
6 Bp. Pea x x
7 Rahma x x
8 Radiarjo
9 Salam x
10 Supriadi
11 Manja x x
12 Syawal x
13 Darman x
14 Jumardi
15 Anjas x
16 Basri
17 Haliati x x
18 Sudaman x
19 Patahuddin x
20 Mardi
21 Irdan
22 Accong x
23 Ina x x
24 Jahisa x
25 Yuda
26 Amir
27 Rafi x x
28 Suherman
29 Hasnia x x
30 Alias
Jumlah 30 22 13
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa 30 orang responden semuanya
menanam kopi, yang menanam cengkeh sebanyak 22 orang,yang beternak
kambing sebanyak 13 orang. Responden yang menanam kopi lebih banyak
27
karena lokasi penelitian hanya terdapat pohon pinus, sehingga masyarakat hanya
dapat menanam tanaman kopi di bawah tegakan pinus, sedangkan untuk tanaman
cengkeh hanya apabilah tegakan pinus telah mati, tegakan pinus yang telah
tumbang ditanami cengkeh.
5.2.2. Pemungutan Hasil Hutan Kayu
Pemungutan hasil hutan kayu yang di lakukan masyarakat adat marena di
dalam kawasan hutan adat adalah hanya sekedar mengambil kayu bakar dari
ranting pohon pinus yang kering atau yang sudah jatuh untuk di gunakan dalam
memasak air.
Tabel 9. Pemungutan kayu bakar Hutan Adat Marena
No Pemungutan
Kayu Bakar
Jumlah
Responden Persentase (%)
1
2
Memungut
Tidak
17
13
56.67
43.33
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa dari 30 orang
responden untuk pemungutan kayu bakar sebanyak 17 orang atau 56,67 % yang
memungut kayu bakar sedangkan yang tidak memungut kayu bakar dri 30
responden sebanyak 13 orang atau 43,33 %. Sebagian besar masyarakat adat
lebih suka menggunakan kayu bakar memasak air dari pada tabung gas, karna
pangkalan tabung gas jauh dari tempat masyarakat adat untuk membelinya.
Sehingga masyarakat adat menggunakan kayu bakar untuk memasak.
Volume Pemungutan hasil hutan kayu yang dilakukan di Hutan Adat
Marena dapat kita dilihat di Tabel 10.
28
Tabel 10. Volume Pemungutan Kayu Bakar
No Nama
Responde
Pemungutan Kayu Bakar Total.
Volume
(cm³)
Frekuensi
Perbulan
Volume
(cm³) Volume (m³)
1 Supirman 2145 3 6435 0.006435
2 Samuding 2291 4 9164 0.009164
3 Nurhayati 2033.5 2 4067 0.004067
4 Erwin 2040 2 4080 0.00408
5 Bp. Pea 1935 3 5805 0.005805
6 Rahma 2128 2 4256 0.004256
7 Radiarjo 2175 4 8700 0.0087
8 Salam 2251.5 3 6754.5 0.0067545
9 Syawal 1935.75 4 7743 0.007743
10 Darman 2016 3 6048 0.006048
11 Jumardi 1971 3 5913 0.005913
12 Anjas 1961 3 5883 0.005883
13 Haliati 1913.5 3 5740.5 0.0057405
14 Ina 2058 4 8232 0.008232
15 Rafi 1950.5 3 5851.5 0.0058515
16 Suherman 1950 3 5850 0.00585
17 Alias 2165.5 2 4331 0.004331
Jumlah 0.1048535
Rata rata 3 0.006167853
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa ada 17 orang yang
melakukan pemungutan kayu bakar, di mana pemungutan kayu bakar ini ada
yang mengambil kayu 2 kali, 3 kali, bahkan sampai 4 kali dalam sebulan. Dan
volume terbesar dalam pengambilan kayu bakar ini adalah 0,009164 m³. dan
volume pengambilan kayu yang terkecil adalah 0,004067 m³. dari jumlah total
volume sebanyak 0,1048535 m³.
29
Tabel 11. Frekuensi Pemungutan Kayu Bakar dalam Perbulan
No Frekuensi
perbulan
Jumlah
responden
( jiwa )
Persentase (%)
1
2
3
2 Kali
3 Kali
4 Kali
4
9
4
23,53
52,94
23,53
Jumlah 17 100
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 11 dapat di ketahui bahwa terdapat 3 frekuensi
pengambilan kayu bakar dalam sebulan, sebanyak 4 atau 23,53% jumlah
responden yang paling sering mengambil kayu bakar dengan frekuensi
pengambilan kayu bakar 4 kali dalam sebulan, dan 9 atau 52,94% jumlah
responden yang mengambil kayu bakar dengan frekuensi pengambilan kayu
bakar 3 kali dalam sebulan, kemudian sebanyak 4 atau 23,52% jumlah responden
yang paling jarang mengambil kayu bakar dengan frekuensi pengambilan kayu
bakar 2 kali dalam sebulan. Responden yang paling sering mengambil kayu
bakar dalam sebulan karna dalam pengambilan kayu bakar responden tidak bisa
membawah pulang kayu bakar dengan jumlah yang banyak sehingga responden
tersebut mengambil kayu bakar dengan frekuensi 4 kali dalam sebulan
5.2.3. Pemanfataan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan
dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu, Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu di Hutan Adat Marena berupa :
30
1. Penyadapan Getah Pinus
Penyadapan getah pinus di Hutan Adat Marena dikelolah oleh pihak ketiga
dalam hal ini adalah pihak swasta. Penyadapan getah pinus dilakukan sejak tahun
2019 oleh perusahaan PT. Adimitra, dan Lama kontrak selama 1 tahun di mulai
bulan Juni 2019 Sampai dengan bulan Juni 2020, dengan sistem bagi hasil.
Sistem bagi hasil terjadi antara PT. Adimitra dan Masyarakat Adat dan
Pemerintah Desa, di mana Masyarakat Adat dan Pemerintah Desa mendapat
bagian Rp. 800/kg hasil sedapat getah pinus..Dari yang Rp 800/kg ini dibagi lagi
menjadi , Rp 500/kg untuk masyarakat adat, dan Rp. 300/kg untuk Pemerintah
Desa. Dimanah hasil sadapan getah pinus dalam satu bulan sebanyak 6250 kg.
Tabel 12. Hasil Kontrak Penyadapan Getah Pinus
No Bulan Jumlah Hasil
Kontrak (Rp)
Bagian Masyarakat
Adat (Rp)
Bagian Pemerintah
Desa (Rp)
111
1
2
3
4
5
6
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
3.125.000
3.125.000
3.125.000
3.125.000
3.125.000
3.125.000
1.875.000
1.875.000
1.875.000
1.875.000
1.875.000
1.875.000
Jumlah Rp 30.000.000 Rp 18.750.000 Rp 11.250.000
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa penyadapan getah pinus di
Hutan Adat Marena sudah berjalan 6 bulan dan hasil dari kontrak tiap bulanya
sebanyak Rp. 5.000.000/bulan, Sehingga dari sistem bagi hasil antara pihak
pemerintah desa dengan masyrakat adat Rp. 30.000.000/bulan. Sebanyak Rp
3.125.000/bulan merupakan bagian untuk Masyarakat adat, Sebanya Rp
31
1.875.000/bulan merupakan bagian untuk pemerintah desa. Dan dana yang di
peroleh di pergunakan untuk sebagai berikut;
a. Pemerintah desa
Dana yang di peroleh dari penyadapan getah pinus di masukan ke dalam
kas Desa untuk di pergunakan membangun Desa. Dan juga untuk kepentingan
umum dengan pembuatan pos ronda di setiap dusun di Desa Pekalobean.
b. Masyarakat adat
Bagi hasil untuk Masyarakat Adat d pergunakan untuk pembuatan villa di
dalam Kawasan Hutan Adat Marena. Dan untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan seperti apabila terdapat Masyarakat Adat yang tertimpah musibah
atau apabila terjadi bencana alam.
2. Tanaman Obat
Hasil hutan bukan kayu merupakan sumber daya alam yang sangat
melimpah di Indonesia dan memiliki prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan. Bagi masyarakat pedesaan hasil hutan bukan kayu merupakan
sumber daya yang penting bahkan merupakan kebutuhan pokok mereka. Mereka
memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai pangan dan obat-obatan.
Menurut Zuhud et al. (2004), tumbuhan obat adalah seluruh spesies
tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan
menjadi :
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau
dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai
bahan baku obat tradisional.
32
2. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaannya
dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung
senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi secara ilmiah
penggunaannya sebagai obat tradisional sulit ditelusuri.
Tumbuhan obat merupakan tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar,
batang, daun, umbi, buah, biji, dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan
digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern. Berikut
tumbuhan obat yang di gunakan Masyarakat Adat Marena dapat dilihat pada
Tabel 11.
33
Tabel 13. Yang Memanfaatakan Tanaman Obat
No Nama Responden Jahe Kunyit
1 Supirman x
2 Samuding x
3 Ruding x
4 Nurhayati x x
5 Erwin x
6 Pea x
7 Rahma x x
8 Radiarjo x x
9 Salam x x
10 Supriadi x x
11 Manja x x
12 Syawal x
13 Darman x
14 Jumardi
15 Anjas x x
16 Basri x x
17 Haliati x x
18 Sudaman x
19 Patahuddin x x
20 Mardi x x
21 Irdan x x
22 Accong x x
23 Ina x x
24 Jahisa x
25 Yuda x x
26 Amir x x
27 Rafi x x
28 Suherman x x
29 Hasnia x
30 Alias x
Jumlah 10 3
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa dari 30 responden yang
memanfaatkan tanaman jahe sebanyak 10 0rang responden sedangkan yang
memanfaatkan tanaman kunyit sebanyak 3 orang. Responden yang
34
memanfaatakan tanaman jahe karena jahe tersebut tumbuh dengan sendirinya di
kebun 10 responden sehingga responden mengambilnya untuk memanfaatkannya
sebagai bahan obat.
5.3. Potensi Pemanfaatan Kawasan Hutan Adat Marena
Potensi adalah suatu kemampuan, kesanggupan, kekuatan ataupun daya
yang mempunyai kemungkinan untuk bisa dikembangkan lagi menjadi bentuk
yang lebih besar.Potensi hutan adat di Desa Pekalobean menyimpan potensi
pemanfaatan kawasan hutan adat dan pemungutan hasil hutan kayu.
5.3.1. Pemanfaatan Kawasan Hutan Adat
Pemanfaatan kawasan hutan adat marena menunjukan bahwa aktivitas
yang di lakukan masyarakat adat dalam kawasan hutan adat marena menunjukan
bahwa luasan kawasan yang di kelolah atau di manfaatankan dapat di lhat dari
tabel di bawa ini.
35
Tabel 14. Potensi Luasan Kebun Yang Dimanfaatkan
No Responden Luas Kebun (Are) Persentase (%)
1 40 2,88
2 30 2,16
3 100 7,21
4 30 2,16
5 40 2,88
6 32 2,31
7 30 2,16
8 70 5,05
9 70 5,05
10 60 4,33
11 30 2,16
12 50 3,60
13 45 3,24
14 50 3,60
15 40 2,88
16 60 4,33
17 35 2,52
18 45 3,24
19 50 3,60
20 60 4,33
21 40 2,88
22 50 3,60
23 25 1,80
24 40 2,88
25 40 2,88
26 70 5,05
27 25 1,80
28 70 5,05
29 30 2,16
30 30 2,16
Jumlah 1387 100
Rata rata 46,23
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 14 dapat d ketahui bahwa potensi pemanfaatan luasan
kebun yang di manfaatakan masyarakat adat marena dari 30 jumlah responden
36
adalah sejumlah 1387 are yang jika di hektarkan menjadi 13,87 ha. Sehingga dari
30 memiliki rata rata luas kebun yang di manfaatakan adalah 46,23 are.
Data luas kawasan hutan yang dimanfaatkan dihitung dengan
memprosentasikan dengan luas hutan adat keseluruhan,Jadi dapat di ketahui
bahwah presentasi hutan adat yang di manfaatkan oleh masyarakat adat di hutan
adat marena ini adalah sebesar 8,94 %. Perencanaan penanaman kembali akan di
laksanakan dengan menanam pohon durian dan tanaman pala yang di anggarkan
oleh pemerintah desa setempat dengan jumlah bibit sebanyak 1000 pohon, dan
untuk bibit durian sebanyak 500 pohon dan untuk bibit pala sebanyak 500 pohon
juga.
Ada beberapa jenis tanaman yang ada di Hutan Adat Marena yang di
manfaatakan oleh masyaraka sekitar hutan adat marena, di bawah ini adalah tabel
yang menjelaskana tanaman jenis kopi yang di manfaatkan oleh masyarakat
sekitar adat marena.
37
Tabel 15. Kerapatan Jenis Tanaman Plot 10x10
No Plot Jenis Tanaman Jenis Tanaman
Kopi (0,01 ha) Kopi (1 ha)
1 11 1100
2 8 800
3 8 800
4 9 900
5 11 1100
6 11 1100
7 9 900
8 11 1100
9 10 1000
10 11 1100
11 9 900
12 10 1000
13 9 900
14 11 1100
15 9 900
16 7 700
17 12 1200
18 11 1100
19 8 800
20 11 1100
21 13 1300
22 11 1100
23 10 1000
24 9 900
25 11 1100
26 9 900
27 10 1000
28 11 1100
29 10 1000
30 11 1100
Jumlah 301 30100
Rata rata 10,03 1003,33
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Bedasarkan Tabel 15 dapat di ketahui bahwa luas sampel pada tanaman
kopi adalah ukuran plot 10x10 atau 100 m² kemudian jumlah plot sebanyak 30
38
plot sehinggah luas sampel keseluruhannya adalah 100x30 dengan hasil 3000 m²
yang jika di hektarekan menjadi 0,3 ha.
Data Kerapatan tanaman kopi di Hutan Adat Marena dapat kita peroleh
dengan cara, jumlah individu suatu jenis tanaman di bagi dengan luas petak
contoh, di manah jumlah individu tanaman kopi sebanyak 301 indvidu dari jumlah
30 plot yang di buat dan luas petak contoh yang digunakan adalah 0,3 ha,
sehingga dari 301 individu tanaman kopi di bagi dengan 0,3 ha luas petak contoh
menghasilkan 1003 individu/ha. Maka dri itu dapat di ketahui bahwa kerapatan
kopi di Hutan Adat Marena adalah 1003 individu/ha.
Ada beberapa jenis pohon yang ada di hutan adat marena yang di
manfaatakan oleh masyaraka sekitar hutan adat marena, yaitu dapat kita lihat dari
Tabel 14;
39
Tabel 16. Kerapatan Jenis Pohon Plot 20x20
No. Plot
Jenis Pohon
Pinus
(0,04 ha)
Pinus
(1 ha)
Cengkeh
(0,04) Cengkeh
(0,1 ha)
1 6 150 3 75
2 6 150 4 100
3 8 200 4 100
4 9 225 0 0
5 7 175 4 100
6 10 250 0 0
7 13 325 0 0
8 6 150 3 75
9 7 175 2 50
10 6 150 4 100
11 7 175 0 0
12 7 175 2 50
13 6 150 4 100
14 6 150 3 75
15 6 150 4 100
16 6 150 4 100
17 11 275 0 0
18 6 150 5 125
19 6 150 3 75
20 6 150 3 75
21 7 175 5 125
22 5 125 5 125
23 11 275 0 0
24 7 175 2 50
25 7 175 4 100
26 7 175 5 125
27 13 325 0 0
28 6 150 3 75
29 9 225 0 0
30 6 150 4 100
Jumlah 223 5575 80 2000
Rata rata 7,43 185,83 2,67 66,67
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2019
Berdasarkan Tabel 16 dapat di ketahui bahwa luas sample pada pohon
pinus dan cengkeh adalah ukuran plot 20x20 atau 400 m² kemudian jumlah plot
40
sebanyak 30 plot sehinggah luas sample keseluruhannya adalah 400x30 dengan
hasil 12000 m² yang jika di hektarekan menjadi 1,2 ha.
Data Kerapatan pohon pinus di Hutan Adat Marena dapat kita peroleh
dengan cara, jumlah individu suatu jenis tanaman di bagi dengan luas petak
contoh, di manah jumlah individu pohon pinus sebanyak 223 indvidu dari jumlah
30 plot yang di buat dan luas petak contoh yang di gunakan adalah 1,2 ha,
sehingga dari 223 individu pohon pinus di bagi dengan 1,2 ha luas petak contoh
menghasilkan 185 individu/ha. Maka dari itu dapat di ketahui bahwa kerapatan
pohon pinus di Hutan Adat Marena adalah 185 individu/ha.
Data Kerapatan pohon pinus di Hutan Adat Marena dapat kita peroleh
dengan cara, jumlah individu suatu jenis tanaman di bagi dengan luas petak
contoh, di manah jumlah individu pohon cengkeh sebanyak 80 indvidu dari
jumlah 30 plot yang di buat dan luas petak contoh yang di gunakan adalah 1,2 ha,
sehingga dari 80 individu pohon cengkeh di bagi dengan 1,2 ha luas petak contoh
menghasilkan 66,67 individu/ha. Maka dari itu dapat di ketahui bahwa kerapatan
pohon cengkeh di Hutan Adat Marena adalah 66,67 individu/ha.
41
VI. PENUTUP
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
1. Bentuk pemanfaatan yang ada di hutan adat marena terdiri dari pemanfaatan
kawasan hutan adat ( tanaman kopi, tanaman cengkeh dan pohon pinus),
pemungutan hasil hutan kayu( pemungutan kayu bakar) , dan pemanfaatan
hasil hutan bukan kayu ( tanaman jahe dan kunyit).
2. Potensi pemanfaatan hutan adat marena terdapat 1 jenis tanaman kopi pada
plot 10x10 dengan kerapatan 1003 individu/ha sedangkan pada pohon
terdapat 2 jenis yaitu pinus dengan kerapatan 185 individu/ha dan cengekh
dengan kerapatan 66,67 individu/ha. Dan untuk kayu bakar jumlah total
volume pengambilan keseluruhan sebanyak 0,1048535 m³, kemudian untuk
presentasi hutan adat yang di manfaatkan adalah sebesar 8,94 %. Sebagian
besar tersebut telah digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat.
6.2. Saran
Pada kawasan hutan adat marena desa pekalobean sebaiknya dalam
melakukan kegiatan aktifitas sebaiknya melibatkan peran serta masyarakat sekitar
hutan adat marena untuk melakukan penyadapan getah pinus supaya masyarakat
bisa mandiri dan bisa mengelolah sendiri penyadapan getah pinus itu sendiri
tanpa melibatkan lagi pihak ketiga untuk bagi hasil lagi
42
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001.Hutan dan Perhutanan. Kanisius, Yogyakarta
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia
No.41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta (ID):Dephut.
Iskandar, J., 1992. Ekologi Perdagangan di Indonesia, Studi Kasus dari daerah Badui
Selatan, Jawa Barat, Pernit Jambatan, Jakarta.
Nasution M. 1999. Untuk Mewujudkan Pembangunan Kehutanan dan
Perkebunan yang berkeadilan dan berkelanjutan.Kumpulan orasi dan
pidato.
Njurumana, G. N. D. dan T. Butarbutar. 2008. Prospek pengembangan hasil
hutan bukan kayu berbasis agroforestri untuk peningkatan dan
diversifikasi pendapatan masyarakat di Timor Barat. Jurnal Info Hutan.
Myers, N. 1979. The Sinking Ark: A New Look at the Problem of Disappearing
Species. Program Press. New York.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusutan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.
Prihartini A, Nurtjahjawilasa. 2015. Pengelolaan Hutan oleh Pemegang Ijin.
Bogor (ID): Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Pusat Pendidikan dan Pelatihan SDM Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Zuhud EAM, Siswoyo Soekmadi R, Sandra E, Adhiyanto E. 2004. Penyususnan
Rancangan dan Pengembangan Sumberdaya Alam Hayati Berupa
Tumbuhan di Kbupaten Sintang, Bogor. Fakultas Kahutanan IPB dan
Bappeda Kabupaten Sintang
43
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Untuk Responden
KUESIONER POTENSI PEMANFAATAN HUTAN UNTUK RESPONDEN
(MASYARAKAT ADAT) TERPILIH DI DESA PEKALOBEAN,
KECAMATAN ANGGERAJA,
KABUPATEN ENREKANG
NAMA MAHASISWA :
PT :
HARI/TGL WAWANCARA :
NOMOR RESPONDEN :
I. Identitas Responden
1. Nomor responden :
2. Nama :
3. Usia :
4. Jenis kelamin :
5. Alamat :
6. Pendidikan :
7. Pekerjaan :
8. Jumlah anggota keluarga :
II. Pemanfaatan Hutan Adat
1. Apakah bapak/ibu memnfaatkan hasil dari hutan ?
a. Ya
b. Tidak
44
2. Jika ya apa saja yang bapak/ibu manfaatkan dari hutan ?
NO. JENIS NAMA JUMLAH
1 Tanaman
berkayu
1.
2.
3.
2 Tanaman non
kayu
1. 1.
2. 2.
3. 3.
3 Hewan
4 Tanaman obat 1.
2.
5 Kayu bakar
3. Dalam memanfaatan hasil hutan adat in apakah harus di laporkan terlebih
dahulu?
a. Ya
b. Tidak
4. Jika ya, kepada siapa harus di laporkan ?
a. Pemerintah setempat
b. Ketua adat
5. Menurut bapak/ibu adakah aktvitas di dalam hutan adat ini ?
a. Ya
b. Tidak
45
6. Jika ya, aktivitas apa saja yang ada di dalam hutan adat ini ?
7. Apakah bapak/ibu mempunyai lahan di dalam hutan adat ini ?
a. Ya
b. Tidak
8. Jika ya, dipergunaka apa lahan bapak/ ibu di dalam hutan adat in ?
9. Apa saja yang bapak /ibu tanam di dalam lahannya?
10. Berapa luas lahan bapak / ibu di dalam hutan adat ini?
46
Lampiran 2. Data Responden
No Nama Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun) Pendidikan Pekerjaan Pokok
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
1 Supirman Laki-laki 49 SD Petani 6
2 Samuding Laki-laki 45 Tidak sekolah Petani 5
3 Ruding Laki-laki 48 SD Petani 6
4 Nurhayati Perempuan 35 SMP Ibu rumah tangga 5
5 Erwin Laki-laki 29 SMA Petani 4
6 Bp. Pea Laki-laki 49 Tidak sekolah Petani 7
7 Rahma Perempuan 39 SD Ibu rumah tangga 6
8 Radiarjo Laki-laki 43 Tidak sekolah Petani 2
9 Salam Laki-laki 29 SMA Petani 4
10 Supriadi Laki-laki 26 SMP Petani 4
11 Manja Perempuan 38 SD Ibu rumah tangga 4
12 Syawal Laki-laki 25 SMP Petani 4
13 Darman Laki-laki 42 Tidak sekolah Petani 4
14 Jumardi Laki-laki 38 SD Petani 6
15 Anjas Laki-laki 27 SMP Petani 5
16 Basri Laki-laki 35 SD Petani 5
17 Haliati Perempuan 35 Tidak sekolah Ibu rumah tangga 7
18 Sudaman Laki-laki 32 SMP Petani 6
19 Patahuddin Laki-laki 45 Tidak sekolah Petani 6
20 Mardi Laki-laki 29 SMP Petani 5
21 Irdan Laki-laki 24 SMA Petani 5
22 Accong Laki-laki 34 SD Petani 5
23 Ina Perempuan 39 SD Ibu rumah tangga 4
24 Jahisa Perempuan 28 SD Ibu rumah tangga 5
25 Yuda Laki-laki 25 SMA Petani 4
26 Amir Laki-laki 40 Tidak sekolah Petani 4
27 Rafi Laki-laki 27 SMP Petani 4
28 Suherman Laki-laki 38 SD Petani 4
29 Hasnia Perempuan 32 SMP Ibu rumah tangga 3
30 Alias Laki-laki 42 Tidak sekolah Petani 3
47
Lampiran 3. Data Luas Kawasan Dan Kerapatan
1. Luas Kawasan
ℎ ℎ
ℎ ℎ 100 %
1 ℎ
1 ℎ 100 %
8,94 %
2. Kerapatan Tanaman Kopi
= ℎ
ℎ ℎ
=
=1003
3. Pohon Pinus
= ℎ
ℎ ℎ
=
=185
4. Tanaman Cengkeh
=
=
=66.67
48
Lampiran 4. Data Setiap Plot
Plot 1.
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 Kopi
2 Pinus 2 Kopi
3 Pinus 3 Kopi
4 Cengkeh 4 Kopi
5 Cengkeh 5 Kopi
6 Cengkeh 6 Kopi
7 Pinus 7 Kopi
8 Pinus 8 Kopi
9 Pinus 9 Kopi
10 Kopi
11 Kopi
Plot 2.
20x20
10x10
No Jenis pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Cengkeh 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus
10 Cengkeh
49
Plot 3
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus
10 Pinus
11 Pinus
12 Cengkeh
Plot 4
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Pinus 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
50
Plot 5
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Cengkeh 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Pinus 10 kopi
11 Pinus 11 kopi
Plot 6
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Pinus 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Pinus 10 kopi
11 kopi
51
Plot 7
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Pinus 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Pinus
Plot 8
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 kopi
11 kopi
52
Plot 9
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 kopi
Plot 10
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Cengkeh 10 kopi
11 kopi
53
Plot 11
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Pinus 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 kopi
9 kopi
Plot 12
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 kopi
54
Plot 13
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Cengkeh
Plot 14
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 kopi
11 kopi
55
Plot 15
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Cengkeh 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Pinus
Plot 16
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Cengkeh 7 kopi
8 Pinus
9 Pinus
10 Pinus
56
Plot 17
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Pinus 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Pinus 10 kopi
11 pinus 11 kopi
12 kopi
Plot 18
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Cengkeh 10 kopi
11 Cengkeh 11 kopi
57
Plot 19
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus
Plot 20
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 kopi
11 kopi
58
Plot 21
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Cengkeh 10 kopi
11 Cengkeh 11 kopi
12 Pinus 12 kopi
13 kopi
Plot 22
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 cengkeh 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 cengkeh 10 kopi
11 kopi
59
Plot 23
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Pinus 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Pinus 10 kopi
11 Pinus
Plot 24
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 cengkeh 4 kopi
5 cengkeh 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
60
Plot 25
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Cengkeh 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Pinus 10 kopi
11 Pinus 11 kopi
Plot 26
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 cengkeh 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 cengkeh 4 kopi
5 cengkeh 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 cengkeh 8 kopi
9 cengkeh 9 kopi
10 Pinus
13 Pinus
12 Pinus
61
Plot 27
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Pinus 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Pinus 10 kopi
12 Pinus
13 Pinus
Plot 28
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 kopi
11 kopi
62
Plot 29
20x20
10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Pinus 4 kopi
5 Pinus 5 kopi
6 Pinus 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 kopi
Plot 30
20x20 10x10
No Jenis Pohon No Jenis Tanaman
1 Pinus 1 kopi
2 Pinus 2 kopi
3 Pinus 3 kopi
4 Cengkeh 4 kopi
5 Cengkeh 5 kopi
6 Cengkeh 6 kopi
7 Pinus 7 kopi
8 Pinus 8 kopi
9 Pinus 9 kopi
10 Cengkeh 10 kopi
11 kopi
63
Lampiran 5. Data pemungutan kayu bakar
No Nama
Responde
Panjang
(Cm)
Keliling
(Cm)
Diameter
(C M)
Volume
(Cm)
1 Supirman 110 78 24.84 2145
2 Samuding 116 79 25.16 2291
3 Nurhayati 98 83 26.43 2033.5
4 Erwin 120 68 21.66 2040
5 Bp. Pea 90 86 27.39 1935
6 Rahma 112 76 24.20 2128
7 Radiarjo 116 75 23.89 2175
8 Salam 114 79 25.16 2251.5
9 Syawal 89 87 27.71 1935.75
10 Darman 96 84 26.75 2016
11 Jumardi 108 73 23.25 1971
12 Anjas 106 74 23.57 1961
13 Haliati 86 89 28.34 1913.5
14 Ina 98 84 26.75 2058
15 Rafi 94 83 26.43 1950.5
16 Suherman 104 75 23.89 1950
17 Alias 122 71 22.61 2165.5
64
Lampiran 6. Dokumentasi penelitian
Gambar pembuatan plot
Gambar penyadapan getah pinus
65
Gambar wawancara dengan responden