POTENSI PUPUK Azolla pinnata UNTUK PENGURANGAN
PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA
BUDI DAYA TERUNG (Solanum melongena L.)
MOH RIFQI AL AUTHOR
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
POTENSI PUPUK Azolla pinnata UNTUK PENGURANGAN
PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA
BUDI DAYA TERUNG (Solanum melongena L.)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
MOH RIFQI AL AUTHOR
1112095000030
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
POTENSI PUPUK Azolla pinnata UNTUK PENGURANGAN
PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK PADA
BUDI DAYA TERUNG (Solanum melongena L.)
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan TeknologiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
Moh Rifqi Al Author1112095000030
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Dasumiati, M.Si Dr. Priyanti, M.SiNIP. 19730923 199903 2 002 NIP. 19750526 200012 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Dr. Dasumiati, M.SiNIP. 19730923 199903 2 002
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Potensi Pupuk Azolla pinnata untuk Pengurangan
Penggunaan Pupuk Anorganik pada Budi Daya Terung (Solanum melongena L.)”
telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu
tanggal 29 Juni 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Biologi.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si Etyn Yunita, M.SiNIP. 19720322 200212 2 002 NIP. 19700628 201411 2 002
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Dasumiati, M.Si Dr. Priyanti, M.SiNIP. 19730923 199903 2 002 NIP. 19750526 200012 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Jurusan Biologi
Dr. Agus Salim, M.Si Dr. Dasumiati, M.SiNIP. 19720816 199903 1 003 NIP. 19730923 199903 2 002
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Juni 2016
Moh Rifqi Al Author1112095000030
i
ABSTRAK
MOH RIFQI AL AUTHOR. Potensi Pupuk Azolla pinnata untuk PenguranganPenggunaan Pupuk Anorganik pada Budi Daya Terung (Solanum melongena L.).Dibimbing oleh DASUMIATI dan PRIYANTI
Azolla pinnata adalah sejenis paku air yang hidup bebas mengapung secarahorizontal di permukaan air tawar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahuipotensi pemberian pupuk A. pinnata untuk mengurangi penggunaan pupukanorganik dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Penelitian inimenggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 3 ulangan.Faktor pertama adalah pupuk A. pinnata dan faktor kedua adalah pupukanorganik. Hasil dari penelitian ini adalah pemberian pupuk A. pinnata dapatmeningkatkan tinggi tanaman umur 7 minggu setelah tanam (MST), diamaterbatang umur 7 MST, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah buah, panjang buah,dan berat buah per tanaman. Pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkandiameter batang umur 7 MST dan jumlah cabang. Pemberian 28 g pupuk A.pinnata dapat mengurangi 50% pengunaan pupuk anorganik. Pemberiankombinasi 28 g pupuk A. pinnata dengan 50% pupuk anorganik dapatmeningkatkan diamater batang umur 7 MST dan umur berbunga.
Kata kunci : Azolla pinnata, pupuk anorganik, terung.
ii
ABSTRACT
MOH RIFQI AL AUTHOR. Azolla pinnata fertilizer potential for Decrease ofUsing Inorganic Fertilizer on Cultivated Eggplant (Solanum melongena L.).Advised by DASUMIATI and PRIYANTI.
Azolla pinnata is one of water ferns and live horizontally free floated on thesurface of fresh water. The purpose of this research was to determine thepotention of A. pinnata fertilizer for decrease the use of inorganic fertilizer andincrease the growth and eggplant production. This research was arranged in arandomized complete block design (RCBD) for factorial with 3 replications. Thefirst factor was A. pinnata fertilizer and the second factor was inorganic fertilizer.The result of this research was the use A. pinnata fertilizer could increase on theplant height at 7 weeks after planting, stem diameter at 7 weeks after planting,number of branches, flowering age, number of fruits, fruit length, and weight offruit per plant. Inorganic fertilizer could increase on the stem diameter at 7 weeksafter planting and number of branches. The use of 28 g A. pinnata fertilizer coulddecrease 50% of inorganic fertilizer. Combination of 28 g A. pinnata fertilizerwith 50% of inorganic fertilizer could increase on the stem diameter at 7 weeksafter planting and flowering age.
Keywords : Azolla pinnata, inorganic fertilizer, eggplants.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam perkuliahan di Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa tidaklah mungkin
skripsi ini dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dan motivasi baik moril
maupun materil dari berbagai pihak. Kendala yang penulis hadapi pun tidak
sedikit namun dengan keteguhan niat dan bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak, akhirnya habis gelap terbitlah terang dalam arti kata, penulis pun dapat
menyelesaikannya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan motivasi dan dukungan
kepada penulis.
2. Dr. Agus Salim, M.Si selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Dasumiati, M.Si selaku ketua Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing I
yang telah bersedia memberi bimbingan dalam penelitian ini.
4. Dr. Priyanti, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberi
bimbingan dalam penelitian ini.
iv
5. Bapak/ibu dosen dan staf pengajar Jurusan Biologi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak/ibu staf tenaga ahli Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
7. Seluruh laboran di Pusat Laboratorium Terpadu Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin dan bimbingan
dalam penelitian ini.
8. Ir. Armaeni Dwi Humaerah, M.Si, Ir. Junaidi, M.Si, dan Iping Ruspendi, SP
selaku dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang turut membantu lancarnya penelitian ini.
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Biologi angkatan 2012 yang telah
membantu dan selalu mendoakan kelancaran penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat
kekurangan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan menulis. Saran dan kritik
dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Akhir kata penulis
mengucapkan semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan
mendapat balasan, rahmat dan ridho dari Allah SWT, amin.
Jakarta, Juni 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Hipotesis ................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Azolla pinnata .............................................................. 4
2.2 Pupuk........................................................................................ 6
2.2.1 Pupuk Organik ................................................................ 6
2.2.2 Pupuk Anorganik ............................................................ 8
2.3 Unsur Hara Tanaman................................................................ 12
2.4 Botani Terung........................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 19
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 19
3.3 Rancangan Penelitian ............................................................... 19
3.4 Cara kerja.................................................................................. 20
3.4.1 Persiapan Media Tanam.................................................. 20
3.4.2 Pengomposan A. pinnata................................................. 21
3.4.3 Penyemaian Benih dan Penanaman Bibit ....................... 21
vi
Halaman
3.4.4 Pemupukan dan Pemeliharaan ........................................ 22
3.4.5 Panen............................................................................... 23
3.4.6 Parameter Pengamatan.................................................... 24
3.5 Analisis Data ............................................................................ 25
3.6 Bagan Kerja .............................................................................. 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum ......................................................................... 26
4.2 Pertumbuhan Tanaman Terung ................................................ 27
4.2.1 Tinggi Tanaman ............................................................. 27
4.2.2 Diameter Batang ............................................................. 30
4.2.3 Jumlah Cabang................................................................ 31
4.3 Produksi Tanaman Terung ....................................................... 34
4.3.1 Umur Berbunga............................................................... 34
4.3.2 Jumlah Buah.................................................................... 35
4.3.3 Panjang Buah .................................................................. 38
4.3.4 Diameter Buah ................................................................ 39
4.3.5 Berat Buah Per Tanaman ................................................ 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................................... 44
5.2 Saran ......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45
LAMPIRAN.................................................................................................... 49
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Azolla pinnata ............................................................................. 4
Gambar 2. Tanaman terung ................................................................................... 17
Gambar 3. Bagan Kerja ......................................................................................... 25
Gambar 4. Hama dan penyakit tanaman terung yang ditemukan selama
penelitian..................................................................................... 27
Gambar 5. Rata-rata tinggi tanaman umur 7 MST ....................................... 29
Gambar 6. Rata-rata diameter batang umur 7 MST...................................... 30
Gambar 7. Rata-rata jumlah cabang ............................................................. 33
Gambar 8. Rata-rata umur berbunga ............................................................ 34
Gambar 9. Rata-rata jumlah buah................................................................. 37
Gambar 10. Rata-rata panjang buah ............................................................... 39
Gambar 11. Rata-rata diameter buah .............................................................. 40
Gambar 12. Rata-rata berat buah per tanaman ............................................... 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Denah penelitian....................................................................... 49
Lampiran 2. Perhitungan dosis pupuk anorganik.......................................... 50
Lampiran 3. Kandungan unsur hara.............................................................. 52
Lampiran 4. Kondisi iklim............................................................................ 53
Lampiran 5. Rata-rata hasil pengukuran parameter ...................................... 54
Lampiran 6. Hasil uji statistik ....................................................................... 57
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian ............................................................ 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk anorganik masih sangat disukai oleh para petani dalam
meningkatkan produksi pertaniannya. Di samping keunggulan-keunggulan yang
dimiliki, banyak dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk anorganik
untuk waktu yang relatif lama. Pertama, menyebabkan kerusakan dan menambah
tingkat polusi tanah (Hadisuwito, 2012). Kedua, menyebabkan keseimbangan hara
di dalam tanah terganggu (Parnata, 2004). Ketiga, menyebabkan pencemaran air
dan polusi udara (Indriani, 2011). Untuk itu perlu dilakukan pengembangan pupuk
yang ramah lingkungan, seperti pupuk Azolla pinnata.
Azolla pinnata merupakan paku air yang mudah ditemukan di persawahan
dan dianggap gulma oleh para petani (Hidayat et al., 2011). Kandungan nitrogen
pada A. pinnata sangat bermanfaat dalam bidang pertanian (Gunawan, 2014).
Oleh karena itu, A. pinnata dapat dijadikan sebagai pupuk yang ramah lingkungan
(Simanjuntak, 2005).
Pupuk Azolla telah digunakan pada berbagai jenis tanaman. Pada tanaman
bayam merah, pemberian kompos Azolla 70 g/tanaman dapat meningkatkan
pertumbuhan vegetatif (Akhda, 2009), pemberian kompos Azolla 6 ton/ha mampu
menghasilkan gabah 8,67 ton/ha pada tanaman padi varietas Ciherang (Kustiono
et al., 2012), pemberian pupuk Azolla 48,102 ton/ha mampu meningkatkan
pertumbuhan padi dan menghasilkan gabah 56,35 g/tanaman (Gunawan, 2014),
dan pemberian kombinasi 63,75 g pupuk A. pinnata dengan 50% pupuk anorganik
2
(urea 0,65 g + SP36 0,265 g + KCl 0,135 g) berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman padi varietas Inpari Sidenuk (Rusma, 2014).
Pada penelitian ini, pupuk A. pinnata diaplikasikan pada budi daya terung
(Solanum melongena L.). Produksi terung di Indonesia belum mencukupi
permintaan konsumen. Pada tahun 2014, produksi terung di Indonesia sebanyak
557.053 ton dengan luas panen 50.875 ha sedangkan konsumsi rumah tangga
sebesar 0,047 kg/kapita/minggu atau 2,434 kg/kapita/tahun (Badan Pusat Statistik,
2015). Secara ideal, untuk luasan satu hektar dapat dihasilkan 30 ton terung
(Rukmana, 1994), namun rata-rata produktivitas terung di Indonesia dari tahun
2011-2014 yaitu 10,48 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2015). Untuk mencapai
produksi yang ideal tersebut perlu dikembangkan teknologi budi daya terung
terutama dalam hal pemupukan.
Salah satu varietas terung yang dibudidayakan adalah varietas Bruno.
Terung varietas Bruno memiliki warna buah ungu mengkilat, daging putih bersih,
masa panen 50 hari setelah tanam (HST), dan cocok untuk dataran rendah sampai
menengah. Terung varietas Bruno memiliki potensi produksi 60 ton/ha yang lebih
tinggi dari beberapa varietas terung lainnya seperti Pusa Purple Long India 35
ton/ha, Sapi Ciparay 56 ton/ha, dan Ngipik Sari 58 ton/ha (Rukmana, 1994).
Untuk menghasilkan produksi yang diinginkan pada budidaya terung
tersebut di atas, petani biasanya menggunakan pupuk anorganik dengan dosis 150
kg urea, 300 kg TSP, dan 150 kg KCl/ha (Rukmana, 1994). Berdasarkan dampak
yang ditimbulkan oleh pupuk anorganik terhadap lingkungan, maka
3
pengembangan pupuk A. pinnata pada budi daya terung diharapkan dapat
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan produksi terung.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Apakah pemberian pupuk A. pinnata berpotensi untuk mengurangi penggunaan
pupuk anorganik dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi terung?
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. Pemberian pupuk A. pinnata berpotensi untuk mengurangi penggunaan pupuk
anorganik dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi terung.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui potensi pemberian pupuk A. pinnata untuk mengurangi
penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi
terung.
1.5 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada petani terung
mengenai dosis yang paling optimal dari pupuk A. pinnata dalam mengurangi
penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan produksi terung serta sebagai
bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut tentang pengelolaan dan
pemanfaatan A. pinnata sebagai bahan dasar pupur organik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Azolla pinnata
Azolla berasal dari bahasa latin yaitu Azo yang berarti kering dan Ollyo
yang berarti mati. Spesies Azolla diantaranya A. pinnata, A. caroliniana, A.
filliculoides, A. mexicana, A. microphylla, dan A. nilotica (Simanjuntak, 2005).
Azolla pinnata termasuk famili Salviniaceae dan genus Azolla. Keistimewaan dari
A. pinnata memiliki kemampuan dalam menghasilkan nitrogen dan
pertumbuhannya cepat pada kisaran suhu optimal yaitu 25-30oC, pH 5-7,
intensitas cahaya 15-18 Klux, dan kelembaban berkisar antara 55-83% (Sadeghi et
al., 2013). Bentuk daun A. pinnata kecil dengan ukuran panjang sekitar 1-2 mm
dengan posisi daun yang saling menindih (Gambar 1). Permukaan atas daun
berwarna hijau, coklat atau kemerah-merahan dan permukaan bawah berwarna
coklat transparan. Ketika tumbuh di bawah sinar matahari penuh, terutama di
akhir musim panas dan musim semi, Azolla dapat memproduksi antosianin
kemerah-merahan di dalam daunnya (Dewi, 2007).
Gambar 1. Azolla pinnata (Sumber: Dokumentasi pribadi).
5
Akar A. pinnata muncul pada sisi bawah batang utama menggantung di
dalam air. Panjang akar bervariasi yaitu sekitar 1,5-11 cm (Arifin, 1996). A.
pinnata tidak mempunyai batang, tetapi berupa rimpang. Rimpang utama tidak
bercabang secara bergantian, setiap cabang terdapat daun yang saling menindih
(Djojosuwito, 2000).
Azolla pada kelangsungan hidupnya bersimbiosis dengan Anabaena
azollae. Dalam simbiosis tersebut, Azolla menghasilkan nutrisi untuk A. azollae,
sementara itu A. azollae menambat nitrogen untuk Azolla. Simbiosis tersebut
terdapat di dalam rongga daun Azolla. Di dalam rongga daun Azolla terdapat
rambut-rambut epidermal yang berperan dalam kegiatan metabolisme Azolla
dengan A. azollae. A. azollae akan memfiksasi nitrogen udara dengan bantuan
enzim nitrogenase melalui ATP yang berasal dari peredaran fosforilasi, dengan
enzim ini maka A. azollae dapat mengubah nitrogen menjadi ammonia yang
selanjutnya diangkut ke Azolla. Azolla menginkorporasikan hasil fiksasi nitrogen
menjadi asam-asam amino (Suarsana, 2011).
Proses fiksasi nitrogen di udara yang terjadi pada daun A. pinnata selama
kurun waktu 106 hari saat tebar dapat mencapai 120-140 kg N/ha atau rata-rata
1,1-1,3 kg N/hari. Hasil fiksasi nitrogen dari udara akan bervariasi bila A. pinnata
ditanam bersama dengan tanaman padi yaitu berkisar antara 0,4-2,9 kg N/ha/hari.
Hasil fiksasi nitrogen ditransfer ke seluruh bagian tubuh A. pinnata secara merata
dengan laju pertumbuhan sekitar 35%/hari (Sutanto, 2002). Oleh karena itu,
A.pinnata dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang ramah lingkungan.
6
Penggunaan pupuk A. pinnata lebih mudah dan murah karena tanaman A.
pinnata memiliki kemampuan pertumbuhan yang cepat dan kandungan nitrogen
yang cukup untuk meningkatkan kesuburan tanah (Simanjuntak, 2005). Azolla
pinnata memiliki kandungan nitrogen sebesar 1,96-5,30%, fosfor sebesar 0,16-
1,59%, kalium sebesar 0,31-5,97%, kalsium 0,45-1,70%, dan magnesium 0,22-
0,66% (Batan, 2006). Berdasarkan hasil analisis kimia berbagai jenis pupuk
organik lainnya, kadar N-total pupuk kompos A. pinnata tersebut lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kadar N pada pupuk organik lainnya (Yulipriyanto, 2010).
2.2 Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah.
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sebab unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak bisa diandalkan untuk memacu
pertumbuhan tanaman secara optimal. Pupuk dapat digolongkan menjadi dua,
yakni pupuk anorganik dan pupuk organik.
2.2.1 Pupuk Organik
Menurut PP. No. 8 tahun 2001 yang dimaksud pupuk organik adalah
pupuk dengan batasan pupuk yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari bahan
organik tumbuhan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat
berbentuk padat atau cair, yang digunakan untuk menyediakan hara tanaman serta
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik berasal
7
dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun
mengandung hampir semua unsur. Hanya saja, ketersediaan unsur tersebut
biasanya dalam jumlah yang sedikit. Pupuk organik diantaranya ditandai dengan
ciri-ciri nitrogen terdapat dalam bentuk persenyawaan organik, tidak
meninggalkan sisa asam anorganik didalam tanah, mempunyai kadar
persenyawaan C organik yang tinggi (Murbandono, 2007).
Jenis pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk
kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan.
Hampir semua kotoran hewan dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Kotoran
sapi, kambing, domba, dan ayam merupakan pupuk kandang yang sering
digunakan. Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari tanaman atau bagian-
bagian tanaman dari jenis tanaman tertentu, seperti Azolla, lamtoro, albisia,
rhizobium. Kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami
proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme di dalamnya
(Murbandono, 2007).
Keunggulan pupuk organik yaitu mengandung unsur hara makro dan
mikro lengkap tetapi jumlahnya sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah
sehingga menjadi lebih gembur, memiliki daya simpan air yang tinggi, tanaman
dapat lebih tahan terhadap serangan penyakit, meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah, dan memiliki residual effect yang positif, sehingga
tanaman yang ditanam pada musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan
produktivitasnya (Hadisuwito, 2012). Beberapa penelitian mengenai pengaruh
pemberian pupuk organik diantaranya pemberian kompos Azolla memberikan
8
pengaruh positif terhadap parameter jumlah daun per tanaman, bobot kering per
tanaman, dan kadar gula pada tanaman jagung manis (Putra et al., 2013),
pemberian kombinasi 50% Azolla dengan 50% pupuk N memberikan hasil
pertumbuhan tanaman padi varietas Inpari 13 yang lebih baik pada parameter
panjang tanaman, luas daun dan bobot kering total tanaman dibandingkan dengan
perlakuan 100% pupuk N (Soedharmo et al., 2016), pemberian kompos Azolla
dapat meningkatkan berat umbi ubi jalar per tanaman (Susanto et al., 2014), dan
pemberian pupuk hijau A. pinnata, kayu apu dan NPK dapat meningkatkan hasil
produksi padi sawah (Putri et al., 2012).
2.2.2 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk kimia yang selalu diproduksi oleh industri
sehingga dikenal juga dengan nama pupuk kimia atau pupuk buatan yang
mengandung beberapa unsur hara saja tetapi dalam jumlah yang banyak.
Kelebihan pemakaian pupuk anorganik antara lain komposisi unsur haranya pasti,
mudah larut, mudah didapat, dan hemat dalam pengangkutan (Agromedia, 2007).
Beberapa penelitian mengenai pengaruh pemberian pupuk anorganik diantaranya,
pemberian pupuk urea dapat meningkatkan produksi pada tanaman padi sawah
(Siregar dan Marzuki, 2011), pemberian dosis 100 kg/ha mampu meningkatkan
hasil jagung sebesar 10,65 ton/ha (Saragih et al., 2013), dan pemberian pupuk
urea dengan dosis 200 kg/ha berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman, jumlah daun, bobot segar, dan bobot kering pada tanaman sawi (Sarif et
al., 2015).
9
Pupuk anorganik juga disebut pupuk artifisial yang berkonotasi negatif
karena meskipun membantu produksi tanaman, tetapi dampaknya tidak selau
positif (Murbandono, 2007). Pupuk anorganik memiliki harga yang relatif mahal,
tidak menambah daya serap air, tidak dapat memperbaiki kehidupan
mikroorganisme dalam tanah, dan tidak memperbaiki struktur tanah bahkan
penggunaan jangka panjang mengakibatkan tanah mengeras (Indriani, 2011). Oleh
karena itu, pengunaan pupuk anorganik harus dikurangi.
Kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik bermacam-macam dan
secara garis besar dibagi menjadi dua golongan yaitu pupuk tunggal dan pupuk
majemuk (Lingga dan Marsono, 2008):
1. Pupuk Tunggal
Dikatakan pupuk tunggal karena unsur hara yang dikandungnya hanya ada
satu. Ada tiga macam pupuk tunggal yang dikenal dan banyak beredar di
pasaran, yaitu pupuk yang berisi hara utama nitrogen (N), fosfor (P), dan
kalium (K). Pupuk nitrogen tergolong cukup banyak ragamnya. Namun pada
umumnya, petani hanya memilih urea atau ZA untuk menggantikan hara N
yang hilang karena terserap tanaman. Kandungan N pada ZA 20,5-21%,
sedangkan urea 46%. Sifat pupuk ZA yaitu sedikit higroskopis serta reaksi
kerjanya agak lambat dan agak asam. Berbeda dengan pupuk ZA, pupuk urea
termasuk higroskopis, mudah tercuci oleh air, dan mudah terbakar oleh sinar
matahari.
Jenis pupuk fosfor yang sering digunakan adalah TSP (triple superfosfat)
dan SP-36. Pupuk ini di dalamnya terkandung hara P dalam bentuk P2O5.
10
Pupuk TSP mengandur kadar P sebanyak 46%. Bentuknya berupa butiran yang
berwarna abu-abu. Sifatnya mudah larut dalam air dan reaksi fisiologisnya
netral. Pupuk SP-36 mengandur kadar P sebanyak 36%.
Pupuk kalium pun termasuk pupuk tunggal yang di dalamnya terkandung
hara K dalam bentuk K2O. Pupuk ini. Jenis pupuk kalium yang sering
digunakan adalah kalsium sulfat, kalium klorida, dan patent-kali. Bentuk
butiran pupuk kalsium sulfat atau lebih dikenal ZK (zwavelzure kali) kecil
warna putih, tidak higoskopis, dan sedikit asam. Ada dua macam pupuk ZK,
yaitu ZK 90 yang mengandung K sebanyak 49-50% dan ZK 96 yang
mengandung K sebanyak 52 %. Kalium klorida lebih dikenal dengan sebutan
KCl. Pupuk KCl ada dua macam, yaitu KCl 80 yang mengandung K sebanyak
52-53% dan KCl 90 yang mengandung K sebanyak 55-58%. Pupuk patent-kali
(kalum magnesium sulfat) mengandung K sebanyak 21-30% dan Mg 6-19,5%.
2. Pupuk majemuk
Pupuk majemuk merupakan campuran yang sengaja dibuat oleh pabrik
dengan cara mencampurkan dua atau lebih unsur hara. Pupuk majemuk ini
lebih dikenal dengan singkatannya seperti NPK, NP, PK, atau NK
dibandingkan dengan merek dagangnya. Padahal pupuk NPK merupakan
sebutan dari unsur yang dikandungnya, bukan merek. Saat ini, merek dagang
pupuk NPK cukup banyak dengan kadar hara yang berbeda-beda. Misalnya
NPK Holland dan NPK Mutiara yang sama-sama pupuk NPK, tetapi kadar N,
P, dan K-nya berlainan.
11
Pupuk NP artinya pupuk yang mengandung dua unsur utama, yaitu
nitrogen dan fosfat. Beberapa contoh pupuk NP, yaitu diamonium fosfat
(DAP), amafos, supertikfos, dan leunafos. DAP mengandung N 18% dan P
46%. Terdapat dua macam pupuk Amafos, yaitu Amafos A yang mengandung
N 11% dan P 48% serta Amafos B yang mengandung N 16,5% dan P 20%.
Supertikfos memiliki kandungan N sebanyak 16,5% dan P 20%. Leunafos
dikenal dengan diamonium fosfat sulfat. Kadar N yang dikandungnya 20% dan
P 20%.
Pupuk NK adalah pupuk yang berupa gabungan antara pupuk nitrogen dan
pupuk kalium. Jumlah pupuk NK tidak seberapa banyak di pasaran karena
jarang digunakan di Indonesia. Beberapa contoh pupuk NK, yaitu Potazote
yang memiliki kandungan N sebanyak 13% dan K 22%, Nitrapo yang memiliki
kandungan N sebanyak 15% dan K 15%, dan Sendawa Kali yang memiliki
kandungan N sebanyak 13% dan K 44%.
Pupuk PK merupakan gabungan antara pupuk fosfat dan pupuk kalium.
Sama halnya dengan pupuk NK, PK pun kurang dikenal di Indonesia karena
jarang digunakan. Pupuk ini ada dua macam, yaitu PK yang memiliki
kandungan P sebanyak 60% dan K 40% dan PK yang memiliki kandungan P
sebanyak 52% dan K 34%. Beberapa macam pupuk PK yang beredar dengan
susunan hara yang berbeda, yaitu Rhekafos yang memiliki kandungan P
sebanyak 10% dan K 32%, Rhekafos yang memiliki kandungan P sebanyak
14% dan K 24%, Thomas Kali yang memiliki kandungan P sebanyak 10% dan
12
K 20%, Thomas Kali yang memiliki kandungan P sebanyak 10% dan K 10%,
dan Thomas Kali yang memiliki kandungan P sebanyak 12% dan K 18%.
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang tidak hanya mengandur dua
unsur, tetapi tiga unsur sekaligus yang merupakan gabungan dari pupuk
tunggal N, P, dan K. Beberapa contoh pupuk NPK yang beredar di pasaran
diantaranya NPK Holland, NPK Bunga, NPK anggrek, NPK Suplir, NPK
mawar, dan NPK Ornamental.
2.3 Unsur Hara Tanaman
Unsur hara yang diperlukan tanaman dapat dibagi tiga golongan
berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman (Murbandono, 2007). Ketiga
golongan tersebut yaitu:
1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak,
seperti nitrogen (N), fosfor (F), dan kalium (K).
2. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil, seperti sulfur (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).
3. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B),
mangan (Mn), dan molibdenum (Mo).
Berikut ini manfaat dan gejala kekurangan unsur hara pada tanaman, yaitu
(Agromedia, 2007):
1. Nitrogen berperan memacu pertumbuhan tanaman secara umum terutama pada
fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak,
enzim, dan persenyawaan lain. Gejala kekurangan unsur hara ini adalah
13
pertumbuhan tanaman lambat, mula-mula daun menguning, mengering, dan
kemudian rontok. Daun yang menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu
disusul daun bagian atas
2. Fosfor berperan membantu pembentukan protein dan mineral yang sangat
penting bagi tanaman, membantu mengedarkan energi ke seluruh bagian
tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat
pembungaan dan pembuahan tanaman, serta pemasakan biji dan buah. Gejala
kekurangan unsur hara ini adalah daun bawah berubah warna menjadi tua
kemudian menjadi kuning keabuan dan rontok. Tepi daun, cabang, dan batang
berwarna merah ungu kemudian menjadi kuning. Batang kedil dan tidak
menghasilkan bunga dan buah. Jika sudah terlanjur berbuah, ukurannya kecil,
jelek, dan lekas matang.
3. Kalium berperan membantu pembentukan protein dan karbohidrat, membantu
pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman, serta
meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Gejala kekurangan unsur hara ini
adalah daun mengerut, timbul bercak-bercak merah cokelat, lalu kering dan
mati. Buah tidak tumbuh sempurna, kualitas jelek, dan tidak tahan lama.
4. Sulfur berperan penyusun protein, vitamin, dan membantu pembentukan zat
hijau daun. Gejala kekurangan unsur hara ini adalah pada daun-daunnya akan
muncul gejala klorosis.
5. Kalsium berperan mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta
menguatkan batang. Membantu keberhasilan penyerbukan, membantu
pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim pertumbuhan, serta
14
menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. Gejala kekurangan
unsur hara ini adalah tepi daun muda mengalami klorosis lalu menjalar ke
tulang daun. Kuncup tanaman muda tidak berkembang dan mati. Terdapat
bintik hitam pada serat daun. Akar pendek, buah pecah, dan bermutu rendah.
6. Magnesium berperan membantu pembentukan klorofil, asam amino, vitamin,
lemak, dan gula. Berperan dalam transportasi fosfat pada tanaman. Gejala
kekurangan unsur hara ini adalah daun tua mengalami klorosis, menguning,
dan bercak coklat, hingga akhirnya rontok. Pada tanaman yang menghasilkan
biji akan menghasilkan biji yang lemah.
7. Besi berperan dalam proses fisiologis tanaman, seperti proses pernapasan,
pembentukan klorofil, dan fotosintesis. Gejala kekurangan unsur hara ini
adalah daun muda berwarna putih pucat, lalu kekuningan, dan akhirnya
rontok. Tanaman perlahan-lahan mati, dimulai dari pucuk.
8. Tembaga berperan sebagai aktifator enzim dalam proses penyimpanan
cadangan makanan, katalisator dalam proses pernapasan dan perombakan
karbohidrat, dan salah satu elemen dalam pembentukan vitamin A. Gejala
kekurangan unsur hara ini adalah menyebabkan tanaman tumbuh tidak
sempurna dan pembentukan bunga atau buah sering gagal.
9. Seng membantu dalam pembentukan auksin, klorofil, dan karbohidrat. Gejala
kekurangan unsur hara ini adalah daun menjadi berwarna kuning pucat atau
kemerahan, muncul bercak-bercak putih di permukaan daun hingga akhirnya
mengering, berlubang, dan mati. Perkembangan akar tidak sempurna, sehingga
pendek dan tidak subur.
15
10. Klor berperan dalam pembentukan hormon tanaman. Meningkatkan atau
memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman. Gejala kekurangan
unsur hara ini adalah tanaman gampang layu, daun pucat, keriput, dan sebagian
mengering. Produktivitas tanaman rendah dan pemasakan buah lambat.
11. Boron berperan membawa karbohidrat ke seluruh jaringan tanaman.
Mempercepat penyerapan unsur kalium. Merangsang tanaman berbunga dan
membantu proses penyerbukan. Meningkatkan kualitas produksi sayuran dan
buah-buahan. Gejala kekurangan unsur hara ini adalah tunas pucuk mati dan
berwarna hitam, lalu muncul tunas samping, tetapi tidak lama kemudian akan
mati. Daun mengalami klorosis dimulai dari bagian bawah daun, lalu
mengering. Daun tuanya berbentuk kecil, tebal, dan rapuh. Pertumbuhan
batang lambat, dengan ruas-ruas cabang yang pendek.
12. Mangan berperan membantu proses fotosintesis, dan berperan dalam
pembentukan enzim-enzim tanaman. Gejala kekurangan unsur hara ini adalah
pertumbuhan tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan atau merah dan sering
rontok, pembentukan biji tidak sempurna.
13. Molibdenum berperan sebagai pengikat nitrogen bebas di udara untuk
pembentukan protein, dan menjadi komponen pembentuk enzim pada bakteri
bintil akar tanaman Leguminosae. Gejala kekurangan unsur hara ini adalah
daun berubah warna, keriput dan melengkung seperti mangkuk. Muncul bintik-
bintik kuning di setiap lembaran daun dan akhirnya mati. Pertumbuhan
tanaman terhenti.
16
2.4 Botani Terung
Tanaman terung merupakan salah satu anggota dari famili Solanaceae,
genus Solanum. Terung termasuk tanaman yang berbentuk perdu. Tinggi tanaman
bervariasi antara 50-150 cm, tergantung jenis dan varietasnya (Rukmana, 1994).
Batang tanaman terung bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu batang utama
(primer) dan batang percabangan (sekunder) dan dalam perkembangannya batang
sekunder ini akan mengalami percabangan lagi. Percabangan merupakan bagian
tanaman yang akan mengeluarkan bunga dan buah, sedangkan batang utama
sebagai penyangga berdirinya tanaman (Mashudi, 2007).
Daun terung terdiri atas tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina)
disebut juga dengan daun bertangkai (Gambar 2). Tangkai daun berbentuk
silindris dengan sisi agak pipih dan menebal di bagian pangkal, panjangnya
berkisar antara 5-8 cm. Helaian daun terdiri atas ibu tulang daun, tulang cabang,
dan urat-urat daun. Lebar helaian daun 7-9 cm atau lebih sesuai varietasnya.
Panjang daun antara 12-20 cm bangun daun berupa belah ketupat, bagian ujung
daun tumpul, pangkal daun meruncing, dan sisi bertoreh (Mashudi, 2007).
Bunga terung berwarna biru lembayung cerah sampai warna lebih gelap.
Bunga terung tidak mekar secara serempak dan penyerbukannya dapat
berlangsung secara silang ataupun menyerbuk sendiri (Rukmana, 1994). Pada
waktu bunga mekar, bunga tersebut memiliki diameter sekitar 2,5-3 cm. Mahkota
bunga berbentuk bintang, benang sari berjumlah 5-6 buah, sedangkan putik
berjumlah 2 buah (Mashudi, 2007).
17
Buah terung merupakan buah sejati tunggal, berdaging tebal dan lunak,
serta tidak akan pecah meskipun buah telah masak. Buah menghasilkan biji yang
berukuran kecil, warnanya coklat muda dan bentuknya pipih. Biji ini merupakan
alat reproduksi atau perbanyakan tanaman secara generatif (Mashudi, 2007). Buah
terung sangat beragam, baik dalam bentuk ukuran maupun warna kulitnya. Segi
bentuk buahnya ada yang bulat, bulat panjang, dan setengah bulat. Ukuran
buahnya antara kecil, sedang, sampai besar. Warna kulit buah umumnya hijau
keputih-putihan, putih, putih keungu-unguan, dan ungu tua (Rukmana, 1994).
Akar pada tanaman terung adalah akar tunggang dan cabang-cabang akar
yang dapat menembus kedalaman tanah sekitar 80-100 cm. Akar-akar yang
tumbuh mendatar dapat menyebar pada radius 40-80 cm dari pangkal batang,
tergantung dari umur tanaman dan kesuburan tanahnya (Rukmana, 1994).
Gambar 2. Tanaman Terung (Dokumentasi Pribadi)
Varietas terung yang mulai banyak ditanam petani di berbagai daerah
diantaranya adalah Farmers Long dan Money Maker No. 2. Ciri-ciri terung
Farmers Long adalah umur tanaman pendek, tipe pertumbuhannya tegak, tahan
penyakit layu Fusarium, bentuk buahnya lurus panjang dengan ukuran 30x30 cm,
kulit dan kelopak buah berwarna ungu kemerah-merahan, serta berserat halus.
Money Maker No. 2 memiliki habitus tanaman tipe sedang, berumur pendek, dan
18
bentuk buah bulat. Jenis terung ini cocok ditanam di tempat terbuka maupun di
sebuah ruangan (green house) (Rukmana, 1994).
Menurut Mashudi (2007) syarat tumbuh tanaman terung terdiri dari:
1. Syarat iklim, terdapat beberapa unsur dalam syarat iklim yang harus
diperhatikan yaitu suhu dan intensitas cahaya. Suhu yang tepat untuk
pertumbuhan terung antara 22-30°C. Waktu yang tepat untuk menanam terung
adalah pada saat cuaca panas dan iklimnya kering, tepatnya pada awal musim
kemarau (Maret-April). Pada suhu di atas 32°C pembungaan atau pembuahan
terung akan mengalami gangguan berupa bunga dan buah berguguran. Pada
temperatur yang rendah tanaman juga akan mengalami gangguan karena pada
suhu rendah tanaman akan berkembang lambat, demikian juga masa
pembentukan buah dan panennya akan lambat.
Intensitas cahaya merupakan faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Pada batas yang normal intensitas
cahaya akan banyak memberikan pengaruh terutama pada pembentukan warna
buah, sedangkan pada tempat yang kurang mendapat sinar matahari
pertumbuhan terung akan kurus dan tidak produktif.
2. Syarat tanah, pH optimal pertumbuhan tanaman terung adalah 5-6. Pada tanah
yang pHnya kurang dari 5 perlu dilakukan pengapuran. Waktu pengapuran
dilakukan sekitar 14 hari sebelum tanam. Caranya kapur ditaburkan diatas
tanah yang telah diolah, kemudian dicampur rata dengan tanah sambil diadakan
pencangkulan kembali.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015-Maret 2016 di
rumah tanaman Jurusan Agribisnis dan Pusat Laboratorium Terpadu (PLT)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,
penggaris, cangkul, jangka sorong, ayakan, pot tray, polybag berukuran 40x40
cm, plastik, meteran, sekop, sarung tangan, lakban, kertas, pulpen, label, kamera,
oven, koran, gunting, temometer, dan alat pengukur pH dan kelembaban tanah
seperti soil tester. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
tanaman A. pinnata yang diperoleh dari Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN), urea, TSP, KCl, benih terung varietas Bruno, akuades, insektisida
Curacron, tanah, dan air.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
pola faktorial 5x3 dengan 3 ulangan. Perlakuan adalah kombinasi 2 faktor. Faktor
pertama adalah pupuk A. pinnata yang terdiri dari 5 taraf dosis yaitu: 0 g (A0), 13
g (A1), 18 g (A2), 23 g (A3), dan 28 g (A4). Faktor kedua adalah pupuk anorganik
yang terdiri dari 3 taraf dosis yaitu 0 % (E0), 50% dari dosis anjuran (urea 0,338 g
+ TSP 0,675 g + KCl 0,338 g) (E1), dan 100% (urea 0,675 g + TSP 1,35 g + KCl
20
0,675 g) (E2). Sebanyak 15 kombinasi perlakuan dengan 45 unit percobaan
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi perlakuan pada penelitian
Pupuk Azolla pinnataPupuk Anorganik
E0 E1 E2
A0 A0E0 A0E1 A0E2
A1 A1E0 A1E1 A1E2
A2 A2E0 A2E1 A2E2
A3 A3E0 A3E1 A3E2
A4 A4E0 A4E1 A4E2
Dosis pupuk A. pinnata yang digunakan pada penelitian ini merupakan
referensi dari dosis pupuk kompos Azolla yang digunakan pada tanaman kacang
tanah yaitu 4 ton/ha (Indria, 2005). Pupuk A. pinnata dan anorganik yang
digunakan pada setiap perlakuan merupakan hasil dari konversi dosis pupuk/ha ke
dalam polybag berukuran 40x40 cm dengan menggunakan media tanam tanah 9
kg setiap polybagnya. Contoh perhitungan dosis pupuk/ha dapat dilihat pada
Lampiran 2. Konversi dosis pupuk/ha ke dalam polybag menggunakan rumus
menurut Ciptadi (2009) sebagai berikut:
Dosis pupuk/ha x Bobot tanah dalam polybag (kg)Pupuk/polybag =
Bobot tanah 1 hektar dengan kedalaman 20 cm (kg)
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Persiapan Media Tanam
Penelitian dimulai dengan menyiapkan media pertumbuhan tanaman
terung. Media pertumbuhan terung menggunakan tanah sebanyak 9 kg yang
21
dimasukkan ke dalam polybag berukuran 40x40 cm. Media tanam yang telah
dimasukkan ke dalam polybag disusun di lokasi penelitian dan ditempatkan sesuai
rancangan (Lampiran 1).
3.4.2 Pengomposan A. pinnata
Proses pengomposan A. pinnata dimulai dengan mencuci A. pinnata
kemudian ditiriskan dan dikering anginkan selama 24 jam. Setelah itu A. pinnata
dikeringkan lagi dengan oven pada suhu 50oC sampai kadar air A. pinnata
berkurang 50%.
Pengomposan dilakukan dengan menggunakan ember plastik. Sebanyak
1401 g A. pinnata ditambah 10 g gula pasir yang dilarutkan dalam 100 ml air dan
1 g terasi yang dilarutkan dalam 50 ml air, dicampur dan diaduk hingga rata.
Setelah itu ember ditutup dengan karung goni yang telah dilembabkan. Kompos
A. pinnata diaduk kembali ketika terjadi peningkatan suhu kompos A. pinnata
(Lukman et al., 2012). Pengomposan dilakukan selama 1 minggu (Lampiran 7).
3.4.3 Penyemaian Benih dan Penanaman Bibit
Benih terung diberikan perlakuan pendahuluan sebelum disemai, yaitu
sebanyak 300 benih direndam dalam air hangat kuku selama 15 menit. Benih
dibungkus dalam gulungan kain basah dan diperam selama 24 jam sampai
berkecambah, kemudian kecambah dipindahkan ke dalam pot tray sampai benih
berumur 1 bulan (Lampiran 7).
Penanaman dilakukan pada bibit yang sudah berumur 1 bulan atau sudah
mempunyai sekitar 3-5 helai daun. Bibit yang subur dan normal ditanam dalam
22
polybag berukuran 40x40 cm. Antar polybag diberi jarak 50x50 cm. Tanah
disiram dengan air secukupnya. Satu polybag (lubang tanam) diisi satu bibit
(Lampiran 7).
3.4.4 Pemupukan dan Pemeliharaan
Pemupukan terung dilakukan di pagi hari sebanyak 2 kali, yaitu 2
minggu setelah tanam (MST) dan 9 MST (Lampiran 7). Pupuk diberikan dengan
cara ditaburkan di atas tanah sejauh 10-20 cm dari batang tanaman kemudian
pupuk ditutup dengan tanah. Pemberian pupuk disesuaikan dengan dosis masing-
masing perlakuan.
Pemeliharaan tanaman terung meliputi penyiraman, pemasangan ajir,
penyisipan, penyiangan, perempelan, dan pengendalian hama. Tanah disiram
sesuai kebutuhan dan keadaan setiap hari pade fase awal pertumbuhan dan
seterusnya. Pada saat kondisi hujan penyiraman dilakukan 1 kali dalam 1 hari,
sedangkan pada saat kondisi tidak hujan penyiraman dilakukan 2 kali dalam 1
hari. Waktu penyiraman yaitu pagi atau sore hari.
Pemasangan ajir menggunakan bilah bambu setinggi 80-100 cm dan lebar
3-4 cm secara individu di dekat batang tanaman dengan jarak 5-7 cm.
Pemasangan ajir dilakukan sejak awal penanaman agar tidak mengganggu
perakaran. Setelah berumur 3 minggu ajir diikatkan ke tanaman.
Tanaman yang mati atau tidak sehat pertumbuhannya disisipi dengan cara
mengganti tanaman tersebut dengan tanaman cadangan maksimal 15 hari setelah
tanam (HST). Gulma yang muncul pada media tanam disiangi dan tanah
digemburkan apabila mulai memadat.
23
Perempelan dilakukan dengan cara memangkas tunas samping yang
muncul pada batang sebelum fase pembungaan agar tanaman terung dapat
berproduksi secara optimal. Pemangkasan tunas samping dilakukan 2-3 kali
hingga terbentuk percabangan utama yang ditandai oleh munculnya bunga
pertama. Pemangkasan dapat dilakukan dengan tangan langsung atau
menggunakan gunting. Selain tunas samping, pemangkasan dilakukan juga pada
daun-daun di bawah cabang utama, daun yang menguning, atau daun yang
terserang hama ataupun penyakit.
Pengendalian hama dilakukan terhadap tanaman yang diserang hama.
Beberapa tanda tanaman yang diserang hama yaitu pada daun–daun tanaman
terdapat lubang bekas gigitan, bintik-bintik kuning pada daun, kemudian diikuti
daun mengerut, mengeriting, memerah dan kering atau gejala terbakar.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida Curacron
dengan konsentrasi 2 ml/l air sebanyak 1 kali dalam 2 minggu dan perlakuan
mekanik dengan cara menyingkirkan hama yang ditemukan selama di lokasi
penelitian menggunakan tangan.
3.4.5 Panen
Ciri-ciri buah terung yang siap dipanen ialah hampir 50% buahnya tampak
berisi, telah mencapai ukuran maksimal walaupun buah masih terlihat muda, dan
daging buahnya belum liat saat diraba. Pemanenan dilakukan dengan cara
memotong tangkai buah menggunakan gunting. Waktu panen tidak dilakukan
pada saat terik matahari karena dapat menggangu tanaman dan membuat kulit
terung menjadi keriput sehingga menurunkan kualitas.
24
3.4.6 Parameter Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan maupun produksi terung
pada setiap tanaman perlakuan. Pertumbuhan terung terdiri dari tinggi taanaman,
diameter batang, dan jumlah cabang sedangkan produksi terung terdiri dari umur
berbunga, jumlah buah, panjang buah, diameter buah, dan berat buah per tanaman.
Parameter yang diamati adalah:
1. Tinggi tanaman diukur satu kali dalam 1 minggu dimulai pada saat tanaman
berumur 3 MST sampai berakhirnya periode vegetatif. Pengukuran dilakukan
dari pangkal batang sampai titik tumbuh cabang utama menggunakan
penggaris.
2. Diameter batang tanaman diukur pada saat berakhirnya periode vegetatif
dengan menggunakan jangka sorong.
3. Jumlah cabang dihitung mulai pada saat tanaman sudah membentuk cabang
sekunder sampai fase percabangan berhenti.
4. Umur berbunga dihitung pada saat tanaman mulai mengeluarkan kuncup
bunga.
5. Jumlah buah dihitung setelah panen.
6. Berat buah per tanaman ditimbang setelah panen menggunakan timbangan
digital.
7. Panjang buah diukur pada saat panen, pengukuran dimulai dari pangkal buah
hingga ujung buah menggunakan penggaris.
8. Diameter buah diukur setelah panen menggunakan jangka sorong.
25
3.5 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh nyata atau pengaruh tidak nyata pemberian
pupuk A. pinnata, pupuk anorganik, dan kombinasi pemberian pupuk A. pinnata
dengan pupuk anorganik, data hasil pengamatan diolah dengan menggunakan
analisis Ragam (Uji F). Jika hasil uji F tersebut menunjukkan pengaruh nyata
pada taraf 5% maka dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis
ragam pada tiap peubah menggunakan fasilitas Software Statistical Product and
Service Solutions (SPSS) V.20.0.
3.6 Bagan Kerja
Gambar 3. Bagan Kerja
Persiapan media tanam
Pengomposan Azolla pinnata
Penyemaian benih dan penanaman Bibit
Pengamatan dan panen
Pemupukan dan pemeliharaan
Analisis data
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum
Suhu di rumah tanaman berkisar 24,7-33,7°C (Lampiran 4). Suhu optimal
tanaman terung yaitu 22-30°C (Mashudi, 2007). Pada suhu di atas 32°C
pembungaan atau pembuahan terung akan mengalami gangguan berupa bunga dan
buah berguguran (Mashudi, 2007). pH media tanam pada penelitian ini berkisar
5,5-5,8. Nilai pH media tanam ini sesuai dengan nilai pH optimal syarat tumbuh
tanaman terung yaitu 5-6 (Mashudi, 2007).
Hama yang menyerang tanaman terung selama penelitian adalah belalang
(Valangan nigricornis) dan wereng daun (Amrasca devastans) (Gambar 4).
Serangan belalang menyebabkan daun–daun tanaman terdapat lubang bekas
gigitan belalang (Haryoto, 2009). Serangan wereng daun menyebabkan jaringan
tanaman menguning. Selanjutnya akan menyebabkan bintik-bintik kuning pada
daun, kemudian diikuti daun mengerut, mengeriting, memerah dan kering atau
gejala terbakar (Srinivasan, 2009). Penanggulangan hama belalang dan wereng
daun dilakukan dengan penyemprotan insektisida Curacron sebanyak 1 kali dalam
2 minggu.
Penyakit yang menyerang tanaman terung selama penelitian adalah layu
bakteri (Gambar 4). Gejala layu bakteri ialah terjadi kelayuan pada pucuk dan
daun-daun muda pada tanaman terung. Kelayuan ini akan segera merembet ke
daun tua, bahkan sampai ke seluruh bagian tanaman (Haryoto, 2009). Serangan
layu bakteri dapat dideteksi dengan cara memotong batang tanaman yang terkena
27
penyakit (Gambar 4). Penampang potongan tersebut akan tampak berwarna
cokelat dan bila dipijat atau dimasukkan dalam air akan mengeluarkan lendir
putih kotor (Haryoto, 2009).
Gambar 4. Hama dan penyakit tanaman terung yang ditemukan selama penelitian:a. Belalang (Valangan nigricornis). b. Wereng daun (Amrascadevastans). c. Penyakit layu bakteri. d. Penampang batang yangterserang layu bakteri (Sumber: Dokumentasi Pribadi).
4.2 Pertumbuhan Tanaman Terung
4.2.1 Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tinggi tanaman pada semua perlakuan memiliki pola yang
sama. Terjadi peningkatan tinggi tanaman mulai dari umur 3 sampai 7 MST
(Lampiran 5). Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 7 MST (P<0,05) (Lampiran 6).
Hal ini sesuai dengan penelitian Rusma (2014) bahwa pemberian kombinasi
pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman padi varietas Inpari Sidenuk. Rata-rata tinggi tanaman umur 7
MST berkisar 26,07-47 cm (Gambar 5). Tanaman tertinggi diperoleh pada
perlakuan A3E0. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A3E0 dapat mengurangi
pengggunaan pupuk anorganik hingga 100% untuk meningkatkan pertumbuhan
a b c
c
d
28
tinggi tanaman. Dengan demikian pada perlakuan A3E0 dengan komposisi 28 g
pupuk A. pinnata dan tanpa penambahan pupuk anorganik mampu meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan yang diberi
penambahan pupuk anorganik. Pada tanaman lain pemberian pupuk Azolla juga
dapat meningkatkan tinggi tanaman, seperti pemberian pupuk kompos Azolla
247,5 g/m2 dapat meningkatkan tinggi tanaman bayam (Lukman et al., 2012) dan
pemberian pupuk kompos Azolla 70 g/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman bayam merah (Akhda, 2009). Tanaman terendah diperoleh pada
perlakuan A0E0. Kurangnya unsur hara terutama nitrogen pada perlakuan A0E0
menyebabkan tinggi tanaman menjadi tidak optimal. Kekurangan unsur nitrogen
menyebabkan pertumbuhan tanaman lambat dan tanaman akan kerdil (Munawar,
2011).
Pupuk organik mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan
pupuk anorganik. Keunggulan pupuk organik yaitu dapat memperbaiki struktur
tanah sehingga menjadi lebih gembur, memiliki daya simpan air yang tinggi,
meningkatkan proses pelapukan bahan mineral, meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK), meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, dan memiliki
residual effect yang positif, sehingga tanaman yang ditanam pada musim
berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasnya (Hadisuwito, 2012).
Selain itu, menurut Gunawan dan Kartina (2012) pemberian unsur hara nitrogen
dari Azolla lebih baik daripada pupuk urea untuk meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman padi.
29
Gambar 5. Rata-rata tinggi tanaman umur 7 MST. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3:23 g pupuk A. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A.pinnata, A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1:50% pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
Nitrogen berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, khususnya batang dan daun (Lingga dan Marsono, 2008). Pemberian
nitrogen dapat merangsang pembentukan dan aktivitas hormon auksin yang
terdapat di meristem tunas apikal pada tanaman sehingga meningkatkan tinggi
tanaman. Hormon auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan. Hormon auksin
membantu proses pemanjangan koleoptil dan merangsang pemanjangan sel pada
tunas muda yang sedang berkembang (Lakitan, 2011). Tinggi tanaman juga
dipengaruhi oleh unsur fosfor dan kalium. Fosfor sangat penting di dalam proses
fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman. Unsur fosfor salah satunya berperan
dalam pembelahan dan perbanyakan sel (Munawar, 2011). Unsur kalium berperan
dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Karbohidrat yang
dihasilkan akan mempengaruhi jaringan meristem untuk pertumbuhan tinggi
tanaman (Agromedia, 2007).
30
4.2.2 Diameter Batang
Rata-rata diameter batang umur 7 MST berkisar 0,92-1,26 cm (Gambar 6).
Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik berpengaruh
nyata terhadap diameter batang umur 7 MST (P<0,05) (Lampiran 6). Diameter
batang tertinggi diperoleh pada perlakuan A4E1 serta yang terendah pada
perlakuan A0E0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1
dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik sebesar 50% untuk meningkatkan
pertumbuhan diameter batang. Kurangnya unsur hara pada perlakuan A0E0
menyebabkan diameter batang menjadi tidak optimal. Diameter batang
dipengaruhi terutama oleh ketersediaan unsur hara terutama nitrogen. Kurangnya
unsur nitrogen pada tanaman dapat menghambat pertumbuhan tanaman sehingga
menghasilkan diemater batang yang lebih kecil (Novizan, 2002).
Gambar 6. Rata-rata diameter batang umur 7 MST. A4: 28 g pupuk A. pinnata,A3: 23 g pupuk A. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 gpupuk A. pinnata, A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupukanorganik, E1: 50% pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
31
Batang tanaman terung secara fisiologis berfungsi sebagai penyimpan
cadangan makanan dan sebagai jaringan yang berperan dalam translokasi hara
dari akar ke daun. Di dalam tanaman, nitrogen yang diserap oleh akar tanaman
akan ditranslokasikan ke batang yang membantu pertumbuhan tanaman salah
satunya diameter batang (Munawar, 2011). Unsur nitrogen dibutuhkan oleh
tanaman untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan
enzim. Oleh karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar,
khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pertumbuhan dan
perkembangan batang (Novizan, 2002). Diameter batang juga dipengaruhi oleh
unsur fosfor. Unsur fosfor berperan dalam pembelahan sel, pengembangan
jaringan dan titik tumbuh tanaman, dan memiliki peranan penting di dalam proses
transfer energi (Agromedia, 2007). Unsur kalium juga berperan meningkatkan
laju fotosintesis dan dapat membantu translokasi fotosintat ke titik tumbuh
tanaman sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru
di dalam jaringan tanaman, salah satunya pada pembesaran diameter batang
(Sarief, 1986).
4.2.3 Jumlah Cabang
Pemberian pupuk A. pinnata berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang
(P<0,05) (Lampiran 6). Jumlah cabang tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 dan
terendah pada perlakuan A0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
A4 yang mengandung unsur hara lebih tinggi yaitu 1,02 g nitrogen, 0,25 g fosfor,
dan 0,85 g kalium dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman untuk pembentukan
cabang. Pada penelitian lain pemberian pupuk organik juga dapat meningkatkan
32
jumlah cabang, seperti pemberian kompos limbah padat kelapa sawit
400g/tanaman dengan bioaktivator EM-4 dapat meningkatkan jumlah cabang
tanaman terung (Zebi, 2012).
Pemberian pupuk anorganik berpengaruh nyata jumlah terhadap cabang
(P<0,05) (Lampiran 6). Jumlah cabang tertinggi diperoleh pada perlakuan E2 dan
terendah pada perlakuan E0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
E2 yang mengandung unsur hara lebih tinggi yaitu 0,31 g nitrogen, 0,62 g fosfor,
dan 0,36 g kalium dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman untuk pembentukan
cabang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Koryati (2014) bahwa pemberian
urea dengan dosis yang lebih tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap jumlah cabang tanaman cabai merah.
Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang (P>0,05) (Lampiran 6). Rata-rata
jumlah cabang berkisar 1,67-5 (Gambar 7). Jumlah cabang tertinggi diperoleh
pada perlakuan A4E2 dan A3E1. Hal ini menunjukkan perlakuan A4E2 dan A3E1
lebih mampu meningkatkan pembentukan cabang dibandingkan perlakuan
lainnya. Jumlah cabang terendah diperoleh pada perlakuan A0E0 dan A1E0.
Jumlah cabang yang sama antara perlakuan A1E0 dan A0E0 kemungkinan
disebabkan perlakuan A1E0 belum mampu menyediakan nitrogen yang cukup
untuk pembentukan cabang karena dosis pupuk A. pinnata yang diberikan sedikit.
Pembentukan cabang dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara yang
berfungsi menyediakan energi bagi tanaman. Kurangnya unsur hara terutama
33
unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang tersedia bagi tanaman
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
Gambar 7. Rata-rata jumlah cabang. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupukA. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata,A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50%pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
Nitrogen merupakan bahan baku penyusun klorofil pada proses
fotosintesis. Klorofil yang berfungsi untuk penyediaan energi akan digunakan
untuk sintesis makro molekul di dalam sel. Hasil sintesis makro molekul inilah
yang akan menjadi cadangan makanan dan akan diakumulasikan pada jaringan-
jaringan muda yang sedang tumbuh, seperti pembentukan cabang (Noverita,
2005). Transfer energi ke titik tumbuh tanaman juga dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur fosfor dan kalium bagi tanaman, dimana unsur tersebut dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru, salah satunya
pembentukan cabang (Agromedia, 2007; Sarief, 1986).
34
4.3 Produksi Tanaman Terung
4.3.1 Umur Berbunga
Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik
berpengaruh nyata terhadap umur berbunga (P<0,05) (Lampiran 6). Rata-rata
umur berbunga berkisar 36-45,33 HST (Gambar 8). Umur berbunga tercepat
diperoleh pada perlakuan A4E1 serta yang terlama pada perlakuan A0E0
(Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1 dapat mengurangi
penggunaan pupuk anorganik sebesar 50% untuk mempercepat umur berbunga.
Hal ini karena pupuk organik memiliki keunggulan diantaranya, memacu dan
meningkatkan populasi mikrobia di dalam tanah, bahan organik akan menambah
energi yang diperlukan bagi kehidupan mikroorganisme tanah, dan KTK dan
ketersediaan hara meningkat dengan dengan penggunaan bahan organik (Sutanto,
2002).
Gambar 8. Rata-rata umur berbunga. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupukA. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata,A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50%pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
35
Pemberian pupuk organik juga pada penelitian lain dapat mempercepat
umur berbunga, seperti pemberian pupuk organik 56,25 g/polybag dapat
mempercepat umur berbunga tanaman terung (Safei et al., 2014) dan pemberian
bahan organik dapat mempercepat umur berbunga tanaman melon (Risnawati,
2014). Kurangnya unsur hara yang tersedia bagi tanaman terutama fosfor pada
perlakuan A0E0 menyebabkan umur berbunga menjadi lebih lama.
Pembungaan merupakan titik awal yang menentukan proses terbentuknya
organ hasil dan jumlahnya per tanaman. Proses pembungaan pada tanaman
dipengaruhi unsur fosfor. Unsur fosfor berperan dalam proses fotosintesis,
merangsang pembentukan akar, dan pembentukan protein sehingga akan
mempercepat proses pembentukan bunga dan buah (Agromedia, 2007).
4.3.2 Jumlah Buah
Pemberian pupuk A. pinnata berpengaruh nyata terhadap jumlah buah
(P<0,05) (Lampiran 6). Jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 dan
terendah pada perlakuan A0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
A4 yang mengandung unsur hara lebih tinggi yaitu 1,02 g nitrogen, 0,25 g fosfor,
dan 0,85 g kalium dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman untuk meningkatkan
jumlah buah. Pada penelitian lain pemberian pupuk organik juga dapat
meningkatkan jumlah buah, seperti pemberian pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan jumlah buah terung per tanaman (Doni et al., 2015) dan pemberian
pupuk organik dapat meningkatkan jumlah buah terung per tanaman (Safei et al.,
2014).
36
Pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah
buah (P>0,05) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk
anorganik tidak terserap dengan baik oleh tanaman sehingga tidak dapat
meningkatkan jumlah buah. Hal ini diduga pada waktu pemupukan yang ke-2 (9
MST) kondisi curah hujan dan suhu udara tinggi sehingga menyebabkan
pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah buah dan
parameter lainnya seperti panjang buah, diameter buah, dan berat buah per
tanaman. Hal ini berkaitan dengan sifat yang dimiliki pupuk anorganik yaitu
mudah menguap dan tercuci (Hadisuwito, 2012). Pupuk anorganik memiliki
butiran yang cukup kecil yang berarti mempunyai bidang permukaan yang luas
sehingga akan cepat mengalami pelarutan, penguapan, dan pencucian (Lingga dan
Marsono, 2008).
Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan pupuk anorganik tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah buah (P>0,05) (Lampiran 6). Rata-rata jumlah
buah berkisar 1-4,33 buah (Gambar 9). Jumlah buah tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4E1 dan terendah pada perlakuan A0E0. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan A4E1 lebih mampu meningkatkan produksi jumlah buah dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Kurangnya unsur hara yang tersedia bagi tanaman pada
perlakuan A0E0 menyebabkan jumlah buah yang dihasilkan sedikit. Tanaman
yang kurang pasokan kalium menyebabkan buahnya gugur pada saat masak awal
dan jumlah buahnya sedikit (Munawar, 2011).
Kalium berperan penting dalam sintesis karbohidrat dan protein sehingga
menyebabkan produksi meningkat (Agromedia, 2007). Kalium berperan juga
37
mencegah bunga dan buah agar tidak mudah rontok (Susetya, 2014). Selain
kalium, fosfor juga berperan mempercepat pembungaan, pembuahan, dan
pemasakan biji (Agromedia, 2007).
Gambar 9. Rata-rata jumlah buah. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupuk A.pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata, A0:tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50% pupukanorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi jumlah buah selain pupuk yang
diberikan. Suhu dan curah hujan yang tinggi pada saat fase generatif diduga juga
mempengaruhi jumlah buah. Pembungaan atau pembuahan terung akan
mengalami gangguan berupa bunga dan buah berguguran pada suhu diatas 32°C.
Pada suhu yang rendah tanaman juga akan mengalami gangguan karena pada suhu
rendah tanaman akan berkembang lambat, demikian juga masa pembentukan buah
dan panennya akan lambat (Mashudi, 2007). Curah hujan yang terlalu tinggi juga
tidak baik untuk pertumbuhan tanaman, terlebih pada saat mulai berbunga karena
curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena, 2001).
38
4.3.3 Panjang Buah
Pemberian pupuk A. pinnata berpengaruh nyata terhadap panjang buah
(P<0,05) (Lampiran 6). Panjang buah tertinggi diperoleh pada perlakuan A4 dan
terendah pada perlakuan A0 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
A4 yang mengandung unsur hara lebih tinggi yaitu 1,02 g nitrogen, 0,25 g fosfor,
dan 0,85 g kalium dimanfaatkan dengan baik oleh tanaman untuk meningkatkan
panjang buah. Pada penelitian lain pemberian pupuk organik juga dapat
meningkatkan panjang buah, seperti pemberian pupuk kandang sapi dapat
meningkatkan panjang buah terung (Doni et al., 2015) dan pemberian pupuk
organik dapat meningkatkan panjang buah terung (Safei et al., 2014).
Pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
buah (P>0,05) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk
anorganik tidak terserap dengan baik oleh tanaman sehingga tidak dapat
meningkatkan panjang buah. Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata dengan
pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap panjang buah (P>0,05)
(Lampiran 6). Rata-rata panjang buah berkisar 16,73-22,25 cm (Gambar 10).
Panjang buah tertinggi diperoleh pada perlakuan A4E1 dan terendah pada
perlakuan A0E0. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1 lebih mampu
meningkatkan panjang buah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kurangnya
unsur hara terutama kalium pada perlakuan A0E0 menyebabkan panjang buah
menjadi tidak optimal.
Ketersediaan unsur kalium akan mempengaruhi ukuran dan kualitas buah
pada masa generatif pada tanaman terung (Novizan, 2002). Ketersediaan kalium
39
yang cukup dapat memperbaiki ukuran, warna, rasa, dan kulit buah (Munawar,
2011). Kalium berfungsi untuk mengaktifkan enzim, membantu pembentukan
karbohidrat dan protein, dan membantu pengangkutan gula dari daun ke buah
sehingga buah tumbuh sempurna, besar, dan kualitas bagus (Agromedia, 2007).
Gambar 10. Rata-rata panjang buah. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupukA. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata,A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50%pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
4.3.4 Diameter Buah
Pemberian pupuk A. pinnata, pupuk anorganik, dan kombinasi pupuk A.
pinnata dengan pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah
(P>0,05) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan tanaman terung memiliki ukuran
diameter buah yang relatif seragam. Menurut Lakitan (2011) ukuran buah atau biji
selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dipengaruhi juga oleh faktor genetik.
Pada penelitian Safei et al (2014) diperoleh hasil yang sama bahwa pemberian
pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap diameter buah terung.
40
Rata-rata diameter buah berkisar 4,06-4,65 cm (Gambar 11). Diameter
buah tertinggi diperoleh pada perlakuan A4E1 dan terendah pada perlakuan A0E0.
Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1 lebih mampu meningkatkan
diameter buah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan A0E0
tanaman kekurangan pasokan kalium sehingga menyebabkan ukuran buah lebih
rendah (Agromedia, 2007).
Gambar 11. Rata-rata diameter buah. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23 g pupukA. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A. pinnata,A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1: 50%pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
4.3.5 Berat Buah Per Tanaman
Pemberian pupuk A. pinnata berpengaruh nyata terhadap berat buah per
tanaman (P<0,05) (Lampiran 6). Berat buah per tanaman tertinggi diperoleh pada
perlakuan A4 dan terendah pada perlakuan A0 (Lampiran 6). Hal ini
menunjukkan bahwa perlakuan A4 yang mengandung unsur hara lebih tinggi
yaitu 1,02 g nitrogen, 0,25 g fosfor, dan 0,85 g kalium dimanfaatkan dengan baik
oleh tanaman untuk meningkatkan berat buah per tanaman. Pada penelitian lain
41
pemberian pupuk organik juga dapat meningkatkan berat buah per tanaman,
seperti pemberian kompos Azolla dapat meningkatkan berat umbi ubi jalar per
tanaman (Susanto et al., 2014), pemberian pupuk kandang sapi 2,42 g/petak dapat
meningkatkan berat buah terung per tanaman (Doni et al., 2015), dan pemberian
pupuk organik 75 g/polybag dapat meningkatkan berat buah buah terung per
tanaman (Safei et al., 2014).
Pemberian pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap berat buah
per tanaman (P>0,05) (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
pupuk anorganik tidak terserap dengan baik oleh tanaman sehingga tidak dapat
meningkatkan berat buah per tanaman. Pemberian kombinasi pupuk A. pinnata
dengan pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata terhadap berat buah per
tanaman (P>0,05) (Lampiran 6). Rata-rata berat buah per tanaman berkisar
100,30-547,63 g (Gambar 12).
Gambar 12. Rata-rata berat buah per tanaman. A4: 28 g pupuk A. pinnata, A3: 23g pupuk A. pinnata, A2: 18 g pupuk A. pinnata, A1: 13 g pupuk A.pinnata, A0: tanpa pupuk A.pinnata, E2: 100% pupuk anorganik, E1:50% pupuk anorganik, E0: tanpa pupuk anorganik.
42
Berat buah per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan A4E1 dan
terendah pada perlakuan A0E0. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan A4E1
lebih mampu meningkatkan berat buah per tanaman dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Pada perlakuan A0E0 tanaman kekurangan pasokan kalium
sehingga menyebabkan berat buah lebih rendah (Munawar, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa perlakuan A4E1
menghasilkan rata-rata berat buah per tanaman yang lebih tinggi. Tingginya hasil
berat buah per tanaman pada perlakuan A4E1 didukung parameter lainnya seperti
jumlah buah, panjang buah, dan diameter buah. Dengan demikian, karena jumlah
buah, panjang buah, dan diameter buah mempengaruhi berat buah per tanaman,
maka tentu juga berat buah per tanaman dipengaruhi oleh fosofor dan kalium.
Fosfor mempunyai fungsi dan peran yang sangat vital dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fungsi yang paling esensial adalah
keterlibatannya dalam penyimpanan dan transfer energi di dalam tanaman. Fosfor
merupakan bagian esensial proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat
sebagai funsgsi regulator pembagian hasil fotosintesis antara sumber dan organ
reproduksi, pembelahan dan perbanyakan sel, organisasi sel, memacu kemasakan
tanaman,dan mengurangi masa untuk pemasakan biji (Munawar, 2011).
Unsur kalium berperan dalam proses fotosintesis karena terlibat di dalam
sintesis ATP, produksi dalam aktivitas enzim-enzim fotosintesis, penyerapan CO2
melalui mulut daun, dan menjaga keseimbangan listrik selama fotofosforilasi di
dalam kloroplas. Selain itu, kalium juga teribat dalam pengangkutan hasil
fotosintesis dari daun melalui floem ke jaringan organ reproduktif dan
43
penyimpanan seperti buah, biji, dan umbi. Pada tanaman buah-buah dan sayuran,
pasokan kalium cukup dapat memperbaiki ukuran, warna, rasa, kulit buah yang
penting untuk penyimpanan dan pengangkutan. Oleh karena itu pasokan kalium
yang cukup akan menjamin fungsi daun selama pertumbuhan dan jumlah gula
pada buah (Munawar, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh, perlakuan A4E1 yang terdiri 28 g pupuk
A. pinnata dengan 50% pupuk anorganik merupakan dosis yang
direkomendasikan bagi petani budidaya terung karena perlakuan A4E1 dapat
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan meningkatkan diameter batang dan
mempercepat umur berbunga.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemberian 28 g pupuk A. pinnata dapat mengurangi 50% pengunaan pupuk
anorganik.
2. Pemberian kombinasi 28 g pupuk A. pinnata dengan 50% pupuk anorganik
dapat meningkatkan diameter batang dan umur berbunga.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, petani terung sebaiknya menggunakan 28 g
pupuk A. pinnata dalam budidaya terung dan perlu dilakukan penelitian pupuk A.
pinnata pada jenis tanaman lain untuk mengetahui dosis yang tepat untuk
berbagai jenis tanaman.
45
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, R. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. AgroMedia Pustaka.Jakarta.
Agromedia, R.. 2007. Petunjuk Pemupukan. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Akhda, D.K.N. 2009. Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi Kompos Azolla sp.terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam Merah (Alternanthera amoenaVoss). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Arifin, Z. 1996. Azolla Pembudidayaan dan Pemanfaatan pada Tanaman Padi.Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Tanaman Sayuran.https://www.bps.go.id/site/resultTab. Diakses (26 November 2015, 19.00WIB.
Batan. 2006. Pengelolaan Hara Tanaman. Kelompok Tanah dan Nutrisi tanaman.www.batan.go.id/petr/pertanian/tnh/html. Diakses (26 November 2015,17.00 WIB).
Ciptadi, D. 2009. Pengaruh Aplikasi Berbagai Sumber Pupuk Organik terhadapPertumbuhan dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa). Skripsi. InstitutPertanian Bogor.
Darjanto. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik PenyerbukanSilang Buatan. Gramedia. Jakarta.
Dewi, I.R. 2007. Fiksasi N Biologis Pada Ekosistem Tropis. Program PascaSarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.
Djojosuwito, S. 2000. Azolla Pertanian Organik dan Multiguna. Kanisius.Yogyakarta.
Doni S., P. Astuti., dan A. P. Sujalu. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang SapiTerhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung Ungu Dan TerungHijau. Jurnal AGRIFOR. 14(1): 39-44.
Gunawan, I. 2014 Kajian Peningkatan Peran Azolla Sebagai Pupuk Organik KayaNitrogen pada Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14(2):134-138.
Gunawan, I dan R. Kartina. 2012. Subtitusi Kebutuhan Nitrogen Tanaman PadiSawah Oleh Tumbuhan Air Azolla (Azolla pinnata). Jurnal PenelitianPertanian Terapan. 12(3): 175-180.
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
46
Haryoto. 2009. Bertanaman Terung Dalam Pot. Kanisius. Yogyakarta.
Hidayat C., A. Fanindi., S. Sopiyana, dan Komarudin. 2011. Peluang pemanfaatantepung Azolla sebagai bahan pakan sumber protein untuk ternak ayam.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai PenelitianTernak. Bogor.
Indriani, A. T. 2005. Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan Pemberian MacamBahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachishypogaea I). Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Indriani, Y.H. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Koryati, T. 2014. Pengaruh Penggunaan Mulsa dan Pemupukan Urea TerhadapPertumbuhan dan Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.). JurnalPenelitian Bidang Ilmu Penelitian. 2(1): 13-16.
Kustiono, G., Indarwati., dan J. Herawati. 2012. Kajian Aplikasi Kompos Azolladan Pupuk Anorganik untuk Meningkatkan Hasil Padi Sawah (Oryzasativa L). Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi. UniversitasTrunojoyo Madura.
Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. RajaGrafindo Persada.Jakarta.
Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta.
Lukman, A., A.P. Sari., F. Hiola., dan O. Jumadi. 2012. Ketersediaan NitrogenTanah dan Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) yangdiperlakukan dengan Pemberian Pupuk Kompos Azolla. Jurnal Sainsmat.1(2): 167-180.
Mashudi. 2007. Budi Daya Terung. Azka Press. Jakarta.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. PT Penerbit IPBPress. Bogor.
Murbandono, L.H.S. 2007. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Noverita, S.V. 2005. Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Kompos TerhadapKomponen Pertumbuhan Tanaman Lidah Buaya. Jurnal Penelitian BidangIlmu Penelitian. 3(3): 95-105.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Parnata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. AgroMediaPustaka. Jakarta.
47
Putra, D.F., Soenaryo., dan S.Y. Tyasmoro. 2013. Pengaruh Pemberian BernagaiBentuk Azolla dan Pupuk N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil TanamanJagung Manis (Zea mays var. Saccharata). Jurnal Produksi Tanaman. 1(4):353-360.
Putri, F.P., H.T. Sebayang., dan T. Sumarni. 2012. Pengaruh Pupuk N, P, K,Azolla (Azolla pinata) dan Kayu Apu (Pistia stratiotes) pada Pertumbuhandan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa). Jurnal Produksi Tanaman. 1(3): 9-20.
Risnawati. 2014. Pengaruh Pemakaian Bahan Organik Terhadap ProduksiTanaman Melon (Cucumis melo L.). Agrium. 18(3): 269-271.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Kanisius. Yogyakarta.
Rusma, S.L.L. 2014. Potensi Azolla pinnata sebagai Pupuk Hijau pada BudidayaTanaman Padi (Oryza sativa) Varietas Inpari Sidenuk. Skripsi. UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sadeghi, R., R. Zarkami., K. Sabetraftar., dan P. Van Damme. 2013. A review ofSome Ecological Factors Affecting The Growth of Azolla spp. Caspian J.Env. Sci. 11(1): 65-76.
Safei, M., A. Rahmi, dan N. Jannah. 2014. Pengaruh Jenis Dan Dosis PupukOrganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terung (Solanummelongena L.) Varietas Mustang F-1. Jurnal AGRIFOR. 14(1): 59-66.
Saragih, D., H. Hamim., dan N. Nuramuli. 2013. Pengaruh Dosis dan WaktuAplikasi Pupuk Urea Dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Jagung(Zea mays L.) Pionerr 27. J. Agrotek Tropika. 1(1): 50-54.
Sarief, E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.Jakarta.
Sarif, P., A. Hadid., dan I. Wahyudi. 2015. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi(Brassica juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. J.Agrotekbis. 3(5): 585-591.
Simanjuntak, L. 2005. Usaha Tani Terpadu Pati (Padi, Azolla, Tiktok dan Ikan).AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Siregar, A dan I. Marzuki. 2011. Efisiensi Pemupukan Urea terhadap Serapan Ndan Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Jurnal BudidayaPertanian. 7(2): 107-112.
Soedharmo, G.G., S.Y. Tyasmoro., dan H.T. Sebayang. 2016. PengaruhPemberian Pupuk Azolla dan Pupuk N Pada Tanaman Padi (Oryza sativaL.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman. 4(2): 145-152.
48
Srinivasan, R. 2009. Insect and mite pests on eggplant: a field guide forindentification and management. AVRDC Publication. Taiwan.
Suarsana, I.M. 2011. Habitat dan Niche Paku Air Tawar (Azolla pinnata Linn.)(Suatu Kajian Komponen Penyusun Ekosistem). Jurnal Sains danTeknologi. 11(2): 1-15.
Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif dengan Mulsa Secara TumpangGilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susetya, D. 2014. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik. Pustaka BaruPress. Yogyakarta.
Susanto, E., N. Herlina., N.E. Suminarti. 2014. Respon Perumbuhan dan HasilTanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) pada Beberapa Macam danWaktu Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Produksi Tanaman. 2(5): 412-418.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan danPengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah Dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Zebi, C. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.)pada Media Gambut dengan Beberapa Jenis dan Dosis Pupuk Kompos.Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
49
Lampiran 1. Denah penelitian
Denah Penelitian
Ulangan 1 Ulangan 3Ulangan 2
50
Lampiran 2. Perhitungan dosis pupuk anorganik
Dosis pupuk/ha x Bobot tanah dalam polybag (kg)Pupuk/polybag =
Bobot tanah 1 ha dengan kedalaman 20 cm (kg)
a. Perhitungan bobot tanah 1 ha dengan kedalaman 20 cm (kg):
Diketahui: Luas 1 ha = 10.000 m2; kedalaman 20 cm= 0,20 m; berat jenis; 1 g/cm3
= 1 x 0,001/ 0,000001 = 1000 kg/m3.
Volume = 10.000 m2 x 0,20 m = 2.000 m3
Bobot tanah = 2.000 m3 x 1000 kg/m3 = 2.000.000 kg.
b. Perhitungan pupuk A. pinnata
4000 kg x 9 kgDosis pupuk/polybag =
2.000.000 kg
Dosis pupuk/polybag = 18 g
Selanjutnya perlakuan pupuk A. pinnata dibuat 5 taraf dosis, yaitu: A4 (28 g), A3
(23 g), A2 (18 g), A1 (13 g), dan A0 (0 g).
c. Perhitungan pupuk urea
150 kg x 9 kgDosis pupuk/polybag =
2.000.000 kg
Dosis pupuk/polybag = 0,675 g
d. Perhitungan pupuk TSP
300 kg x 9 kgDosis pupuk/polybag =
2.000.000 kg
51
Dosis pupuk/polybag = 1,35 g.
e. Perhitungan pupuk KCl
150 kg x 9 kgDosis pupuk/polybag =
2.000.000 kg
Dosis pupuk/polybag = 0,675 g.
52
Lampiran 3. Kandungan unsur hara
Pupuk Unsur Hara (%)
N P K
Azolla pinnata 3,63 0,88 3,03
Anorganik 46 46 53
Dosis pupuk
A. pinnata
Unsur Hara (g)
N P K
A4 1,02 0,25 0,85
A3 0,83 0,20 0,70
A2 0,65 0,16 0,54
A1 0,47 0,11 0,39
A0 0 0 0
Dosis pupuk
anorganik
Unsur Hara (g)
N P K
E2 0,31 0,62 0,36
E1 0,16 0,31 0,18
E0 0 0 0
53
Lampiran 4. Kondisi Iklim
Garis lintang : 06018’LU 49.6008’’LS
Garis bujur : 106°45’BB 21.2328’’BT
Parameter Waktu
Desember 2015 Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016
Suhu Minimum (°C) 24,7 25,2 24,8 25,2
Suhu Maksimum (°C) 33,7 33,6 32,7 33,5
Suhu Udara (°C) 27,9 28,2 27,5 28,1
Curah hujan (mm/bulan)* 153,3 190,5 9146,9 18000,6
Lama Penyinaran (%) 48,8 51,7 29,2 52,7
Kelembaban Udara (%) 85,8 82,1 84,4 83,5
Sumber: BMKG Wilayah II, Ciputat, Tangerang Selatan
54
Lampiran 5. Rata-rata hasil pengukuran parameter
No Kode
Tinggi Tanaman (cm)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
1 A4E0 4,37±1,42 8,97±1,82 19,13±4,88 31,87±5,45 42,17±4,07
2 A3E0 4,97±0,90 11,07±2,00 23,70±2,78 34,90±0,85 47±5
3 A2E0 4,77±0,62 9,90±0,66 18,13±1,86 28,63±3,81 36±6,7
4 A1E0 2,67±0,76 6,27±1,42 11,73±2,50 21,47±5,05 32±8,89
5 A0E0 2,77±0,87 4,80±0,61 10,13±3,52 17,67±7,71 26,07±4,69
6 A4E1 4,10±1,42 10,23±3,10 20,83±6,24 30,60±3,80 42,37±1,83
7 A3E1 3,80±0,44 8,43±1,25 17,77±2,02 30,33±3,54 40±2,29
8 A2E1 3,27±0,50 7,63±1,31 17,20±2,12 30,53±2,14 40,33±5,01
9 A1E1 3,47±1,17 6,90±1,68 16,23±4,99 27,40±6,04 34,30±3,20
10 A0E1 2,90±1,01 6,17±1,76 13,93±5,47 23,87±5,75 34,67±7,25
11 A4E2 4,37±0,40 10,13±1,10 22,17±2,54 35,33±1,44 44,77±3,71
12 A3E2 3,77±0,55 8,50±0,87 20,03±5,64 30,40±3,47 39,10±4,13
13 A2E2 4,13±0,81 9,30±2,79 21,33±2,91 32,20±0,92 38,13±2,90
14 A1E2 2,87±0,57 6±1,32 14±4,77 25,67±6,53 36,60±2,72
15 A0E2 3,83±0,32 8,90±1,44 19,37±2,68 29,13±1,10 33,70±1,05
55
No Kode Diameter
Batang 7
MST
Jumlah
Cabang
Umur
Berbunga
(HST)
Jumlah
Buah
1 A4E0 1,20±0,06 4±1 36,67±1,53 4±1
2 A3E0 1,24±0,09 2,67±1,16 36,33±1,53 3,33±0,58
3 A2E0 1,14±0,10 2±0 37±1,73 3±1
4 A1E0 1,04±0,04 1,67±0,58 39,33±1,53 2,33±0,58
5 A0E0 0,92±0,06 1,67±0,58 45,33±2,08 1±0
6 A4E1 1,26±0,10 4,67±0,58 36±1,73 4,33±0,58
7 A3E1 1,21±0,05 5±1 36,33±1,16 3,33±0,58
8 A2E1 1,20±0,04 3,67±1,53 38±1 2,67±0,58
9 A1E1 1,12±0,04 3±1 38,33±3,51 2,33±0,58
10 A0E1 1,10±0,01 2,33±0,58 40,67±0,58 2±0
11 A4E2 1,20±0,03 5±1 36,33±2,31 4±0
12 A3E2 1,18±0,05 3,33±1,53 36±1 3,67±0,58
13 A2E2 1,19±0,06 4±1 37,33±1,53 3±1
14 A1E2 1,18±0,06 3,67±0,58 39,67±1,53 2,67±0,58
15 A0E2 1,14±0,02 3,67±0,58 37,67±2,31 2,67±0,58
56
No Kode Panjang Buah
(cm)
Diameter Buah
(cm)
Berat Buah Per
Tanaman (g)
1 A4E0 21,21±0,10 4,29±0,07 472,27±120,15
2 A3E0 19,91±1,25 4,21±0,07 373,03±41,79
3 A2E0 18,93±1,06 4,11±0,25 325,43±111,71
4 A1E0 17,24±0,91 4,17±0,32 248,63±82,77
5 A0E0 16,73±0,68 4,06±0,37 100,30±7,44
6 A4E1 22,25±1,12 4,65±0,22 547,63±75,93
7 A3E1 20,50±1,59 4,31±0,22 388,03±90,95
8 A2E1 18,29±0,20 4,16±0,20 288,17±71,35
9 A1E1 17,33±0,78 4,22±0,15 251,23±66,80
10 A0E1 17,75±1,71 4,21±0,22 208,50±24,77
11 A4E2 21,68±0,53 4,41±0,10 484,93±14,95
12 A3E2 20,39±1,06 4,38±0,43 427,47±43,56
13 A2E2 18,94±0,23 4,22±0,17 334,27±112,37
14 A1E2 17,43±1,35 4,24±0,39 281,10±54,10
15 A0E2 18,51±1,54 4,26±0,15 296,40±75,03
57
Lampiran 6. Hasil uji statistik
1. Tinggi tanaman umur 7 MST
Uji Normalitas:
Tinggi Tanaman Umur 7 MSTN 45Normal Parametersa.b Mean 37,813
Std. Deviation 6,5134Most Extreme Differences Absolute 0,103
Positive 0,053Negative -0,103
Kolmogorov-Smirnov Z 0,691Asymp. Sig. (2-tailed) 0,726
Uji F:
Sumber JumlahKuadrat
DerajatBebas
KuadratTengah
F Sig.
Kelompok 233,100 2 116,550 7,581 0,002A. pinnata 885,214 4 221,304 14,394 0,000*
Anorganik 30,745 2 15,373 1,000 0,381tn
A. pinnata * Anorganik 287,106 8 35,888 2,334 0,046*
Galat 430,487 28 15,375Total 1866,652 44
Keterangan : * : berbeda nyata (P<0,05)tn : tidak berbeda nyata (P>0,05)
Uji Duncan:
A. pinnata N Subset Alpha = 0,051 2 3
A0 (0) 9 31,478A1 (13 g) 9 34,300A2 (18 g) 9 38,156A3 (23 g) 9 42,033A4 (28 g) 9 43,100Sig. 0,138 1,000 0,568
58
A. pinnata*Anorganik N Subset Alpha = 0,051 2 3 4 5
A0E0 3 26,067A1E0 3 32,000 32,000A0E2 3 33,700 33,700 33,700A1E1 3 34,300 34,300 34,300A0E1 3 34,667 34,667 34,667A2E0 3 36,000 36,000 36,000A1E2 3 36,600 36,600 36,600A2E2 3 38,133 38,133 38,133 38,133A3E2 3 39,100 39,100 39,100 39,100A3E1 3 40,000 40,000 40,000 40,000A2E1 3 40,333 40,333 40,333 40,333A4E0 3 42,167 42,167 42,167A4E1 3 42,367 42,367 42,367A4E2 3 44,767 44,767A3E0 3 47,000Sig. 0,052 0,073 0,064 0,059 0,054
2. Diameter batang umur 7 MST
Uji Normalitas:
Diameter Batang Umur 7 MSTN 45Normal Parametersa.b Mean 1,1551
Std. Deviation 0,09669Most Extreme Differences Absolute 0,119
Positive 0,119Negative -0,109
Kolmogorov-Smirnov Z 0,797Asymp. Sig. (2-tailed) 0,550
59
Uji F:
Sumber JumlahKuadrat
DerajatBebas
KuadratTengah
F Sig.
Kelompok 0,013 2 0,006 1,835 0,178A. pinnata 0,177 4 0,044 12,919 0,000*
Anorganik 0,047 2 0,024 6,908 0,004*
A. pinnata * Anorganik 0,079 8 0,010 2,904 0,017*
Galat 0,096 28 0,003Total 0,411 44
Keterangan : * : berbeda nyata (P<0,05)tn : tidak berbeda nyata (P>0,05)
Uji Duncan:
A. pinnata N Subset Alpha = 0,051 2 3
A0 (0) 9 1,0544A1 (13 g) 9 1,1133A2 (18 g) 9 1,1778A3 (23 g) 9 1,2100A4 (28 g) 9 1,2200Sig. 1,000 1,000 0,158
Anorganik N Subset Alpha = 0,051 2
E0 (0) 15 1,1093E1 (50%) 15 1,1767E2 (100%) 15 1,1793Sig. 1,000 0,901
60
A. pinnata*Anorganik N Subset Alpha = 0,051 2 3 4
A0E0 3 0,9233A1E0 3 1,0433A0E1 3 1,0967 1,0967A1E1 3 1,1167 1,1167A2E0 3 1,1433 1,1433 1,1433A0E2 3 1,1433 1,1433 1,1433A1E2 3 1,1800 1,1800A3E2 3 1,1833 1,1833A2E2 3 1,1867 1,1867A4E0 3 1,1967 1,1967A4E2 3 1,2033 1,2033A2E1 3 1,2033 1,2033A3E1 3 1,2067 1,2067A3E0 3 1,2400A4E1 3 1,2600Sig. 1,000 0,076 0,066 0,052
3. Jumlah cabang
Uji Normalitas:
Jumlah CabangN 45Normal Parametersa.b Mean 3,36
Std. Deviation 1,351Most Extreme Differences Absolute 0,175
Positive 0,175Negative -0,172
Kolmogorov-Smirnov Z 1,177Asymp. Sig. (2-tailed) 0,125
61
Uji F:
Sumber JumlahKuadrat
DerajatBebas
KuadratTengah
F Sig.
Kelompok 1,911 2 0,956 1,111 0,343A. pinnata 22,756 4 5,689 6,613 0,001*
Anorganik 20,844 2 10,422 12,114 0,000*
A. pinnata * Anorganik 8,711 8 1,089 1,266 0,300tn
Galat 24,089 28 0,860Total 78,311 44
Keterangan : * : berbeda nyata (P<0,05)tn : tidak berbeda nyata (P>0,05)
Uji Duncan:
A. pinnata N Subset Alpha = 0,051 2 3
A0 (0) 9 2,56A1 (13 g) 9 2,78 2,78A2 (18 g) 9 3,22 3,22A3 (23 g) 9 3,67 3,67A4 (28 g) 9 4,56Sig. 0,160 0,063 0,052
Anorganik N Subset Alpha = 0,051 2
E0 (0) 15 2,40E1 (50%) 15 3,73E2 (100%) 15 3,93Sig. 1,000 0,560
62
4. Umur berbunga
Uji Normalitas:
Umur BerbungaN 45Normal Parametersa.b Mean 38,07
Std. Deviation 2,832Most Extreme Differences Absolute 0,154
Positive 0,154Negative -0,139
Kolmogorov-Smirnov Z 1,032Asymp. Sig. (2-tailed) 0,237
Uji F:
Sumber JumlahKuadrat
DerajatBebas
KuadratTengah
F Sig.
Kelompok 16,933 2 8,467 2,949 0,069A. pinnata 160,578 4 40,144 13,981 0,000*
Anorganik 18,533 2 9,267 3,227 0,055tn
A. pinnata * Anorganik 76,356 8 9,544 3,324 0,008*
Galat 80,400 28 2,871Total 352,800 44
Keterangan : * : berbeda nyata (P<0,05)tn : tidak berbeda nyata (P>0,05)
Uji Duncan
A. pinnata N Subset Alpha = 0,051 2 3
A3 (23 g) 9 36,22A4 (28 g) 9 36,33A2 (18 g) 9 37,44A1 (13 g) 9 39,11A0 (0) 9 41,22Sig. 0,159 1,000 1,000
63
A. pinnata*Anorganik N Subset Alpha = 0,051 2 3 4
A4E1 3 36,00A3E2 3 36,00A4E2 3 36,33 36,33A3E1 3 36,33 36,33A3E0 3 36,33 36,33A4E0 3 36,67 36,67A2E0 3 37,00 37,00A2E2 3 37,33 37,33 37,33A0E2 3 37,67 37,67 37,67A2E1 3 38,00 38,00 38,00A1E1 3 38,33 38,33 38,33A1E0 3 39,33 39,33 39,33A1E2 3 39,67 39,67A0E1 3 40,67A0E0 3 45,33Sig. 0,064 0,063 0,066 1,000
5. Jumlah buah
Uji Normalitas:
Jumlah BuahN 45Normal Parametersa.b Mean 2,96
Std. Deviation 0,999Most Extreme Differences Absolute 0,184
Positive 0,171Negative -0,184
Kolmogorov-Smirnov Z 1,237Asymp. Sig. (2-tailed) 0,094
64
Uji F:
Sumber JumlahKuadrat
DerajatBebas
KuadratTengah
F Sig.
Kelompok 2,978 2 1,489 4,621 0,018A. pinnata 26,800 4 6,700 20,793 0,000*
Anorganik 1,644 2 0,822 2,552 0,096tn
A. pinnata * Anorganik 3,467 8 0,433 1,345 0,263tn
Galat 9,022 28 0,322Total 43,911 44
Keterangan : * : berbeda nyata (P<0,05)tn : tidak berbeda nyata (P>0,05)
Uji Duncan
A. pinnata N Subset Alpha = 0,051 2 3 4
A0 (0) 9 1,89A1 (13 g) 9 2,44A2 (18 g) 9 2,89A3 (23 g) 9 3,44A4 (28 g) 9 4,11Sig. 1,000 0,108 1,000 1,000
6. Panjang buah
Panjang BuahN 45Normal Parametersa.b Mean 19,147
Std. Deviation 1,9221Most Extreme Differences Absolute 0,112
Positive 0,062Negative -0,112
Kolmogorov-Smirnov Z 0,751Asymp. Sig. (2-tailed) 0,626
65
Uji F:
Sumber JumlahKuadrat
DerajatBebas
KuadratTengah
F Sig.
Kelompok 1,109 2 0,555 0,473 0,628A. pinnata 120,681 4 30,170 25,705 0,000*
Anorganik 2,748 2 1,374 1,171 0,325tn
A. pinnata * Anorganik 5,150 8 0,644 0,548 0,810tn
Galat 32,864 28 1,174Total 162,552 44
Keterangan : * : berbeda nyata (P<0,05)tn : tidak berbeda nyata (P>0,05)
Uji Duncan
A. pinnata N Subset Alpha = 0,051 2 3 4
A0 (0) 9 17,356A1 (13 g) 9 17,678 17,678A2 (18 g) 9 18,772A3 (23 g) 9 20,256A4 (28 g) 9 21,722Sig. 0,533 0,050 1,000 1,000
7. Diameter buah
Diameter BuahN 45Normal Parametersa.b Mean 4,2591
Std. Deviation 0,24566Most Extreme Differences Absolute 0,088
Positive 0,088Negative -0,067
Kolmogorov-Smirnov Z 0,589Asymp. Sig. (2-tailed) 0,879
66
Uji F:
Sumber JumlahKuadrat
DerajatBebas
KuadratTengah
F Sig.
Kelompok 0,237 2 0,119 2,108 0,140A. pinnata 0,504 4 0,126 2,242 0,090tn
Anorganik 0,185 2 0,092 1,641 0,212tn
A. pinnata * Anorganik 0,155 8 0,019 0,344 0,941tn
Galat 1,575 28 0,056Total 2,655 44
Keterangan : * : berbeda nyata (P<0,05)tn : tidak berbeda nyata (P>0,05)
8. Berat buah per tanaman
Uji Normalitas:
Berat Buah Per TanamanN 45Normal Parametersa.b Mean 335,160
Std. Deviation 129,7646Most Extreme Differences Absolute 0,115
Positive 0,115Negative -0,093
Kolmogorov-Smirnov Z 0,770Asymp. Sig. (2-tailed) 0,593
Uji F:
Sumber JumlahKuadrat
DerajatBebas
KuadratTengah
F Sig.
Kelompok 30859,632 2 15429,816 3,193 0,056A. pinnata 496811,886 4 124202,971 25,705 0,000*
Anorganik 27870,364 2 13935,182 2,884 0,073tn
A. pinnata * Anorganik 50078,245 8 6259,781 1,296 0,286tn
Galat 135289,621 28 4831,772Total 740909,748 44
Keterangan : * : berbeda nyata (P<0,05)tn : tidak berbeda nyata (P>0,05)
67
Uji Duncan
A. pinnata N Subset Alpha = 0,051 2 3 4
A0 (0) 9 201,733A1 (13 g) 9 260,322 260,322A2 (18 g) 9 315,956A3 (23 g) 9 396,178A4 (28 g) 9 501,611Sig. 0,085 0,101 1,000 1,000
68
Lampiran 7. Dokumentasi penelitian
Azolla pinnata Kompos Azolla pinnata
Benih terung Perendaman benih
Penyemaian umur 2 minggu Penyemaian umur 4 minggu
Pemindahan bibit ke polybag
d e
69
Pemupukan pada umur 2 MST Pemupukan pada umur 9 MST
Bunga terung Buah terung