Download - potensi sektor parwis
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
1/95
ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK
MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN
PENDAPATAN MASYARAKAT
PROVINSI BALI
OlehARISA SANTRI
H14050903
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
2/95
RINGKASAN
ARISA SANTRI. Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan
Kesempatan Kerja dan Pendapatan Masyarakat Provinsi Bali (dibimbing oleh
MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL).
Sumbangan sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto
memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, sektor pariwisata memberikan
kontribusi sebesar Rp. 338,807.2 milyar yang menjadikan sektor pariwisata
berada pada posisi kedua setelah sektor industri manufaktur yang memberikan
kontribusi sebesar Rp. 538,084.6 milyar. Sumbangan sektor pariwisata terus
mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, dengan angka
sementara pada tahun 2008 sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp. 363,314.0
milyar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia.
Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Provinsi Bali
yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran
yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata.
Sektor pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda
perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Segala upaya
dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring
wisatawan untuk berbondong-bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya
dan seni ini.Sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Bali,
pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah
ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,
memperluas kesempatan berusaha, memenuhi kebutuhan dasar rakyat,
memeratakan pendapatan masyarakat, serta mempercepat pengentasan
kemiskinan.
Di sisi lain, di Provinsi Bali masih terdapat berbagai masalah yang belum
dapat terselesaikan. Tingkat pengangguran dan kemiskinan Provinsi Bali masih
termasuk tinggi yaitu sebesar 77.577 orang dan 229.100 orang pada tahun 2007.
Hal ini menjadi suatu kondisi yang dilematis bagi Pemerintah Provinsi Bali di
tengah pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah yang pesat, terlebihdengan adanya kebijakan yang memprioritaskan pembangunan Provinsi Bali pada
sektor pariwisata. Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis sejauh mana peran sektor pariwisata bagi pembangunan Provinsi
Bali. Hal ini dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian,
pembentukan keterkaitan antar sektor, output, pendapatan dan kesempatan kerja
masyarakat.
Data yang digunakan adalah data sekunder dari BPS pusat dan media
informasi lainnya. Analisis yang digunakan adalah analisis input-output dari Tabel
Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 updating menggunakan program Grimp
danMicrosoft Office Excel 2007.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
3/95
Berdasarkan analisis deskriptif dari Tabel Input-Output Provinsi Bali
tahun 2007 transaksi domestik atas dasar harga produsen, sektor pariwisata
memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali.Hal ini dapat dilihat dari posisi sektor pariwisata yang berada pada urutan pertama
untuk struktur permintaan sebesar 36.00 persen dari total permintaan, konsumsi
rumah tangga sebesar 30.75 persen dari total konsumsi rumah tangga, ekspor
sebesar 69.30 persen dari total ekspor, dan nilai tambah bruto sebesar 37.77
persen dari total nilai tambah bruto. Sedangkan untuk struktur konsumsi
pemerintah dan investasi sektor pariwisata terhadap total perekonomian Provinsi
Bali masing-masing sebesar 15.22 persen dan 8.79 persen.
Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan (langsung dan
langsung dan tidak langsung) yang tinggi baik sektor pengguna input maupun
output, berarti sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain
baik hulu maupun hilirnya. Subsektor hotel bintang memiliki nilai terbesar padaketerkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke depan. Sedangkan pada
keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor
travel biro yang memiliki nilai terbesar.
Hasil analisis terhadap dampak penyebaran sektor pariwisata
menunjukkan bahwa kepekaan penyebaran lebih besar dibandingkan dengan
koefisien penyebaran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata mempunyai
kemampuan yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan industri hilirnya
dibandingkan dengan kemampuan untuk mendorong pertumbuhan industri
hulunya. Subsektor travel biro memiliki nilai koefisien penyebaran tertinggi.
Sedangkan untuk kepekaan penyebaran, sektor hotel bintang memiliki nilai
tertinggi.
Berdasarkan nilai multiplier output tipe I dan tipe II, nilai multiplier output
tipe I sektor pariwisata adalah 1.5231 dan tipe II sebesar 1.9657. Nilai multiplier
pendapatan tipe I sektor pariwisata adalah sebesar 1.4783 dan tipe II adalah
sebesar 1.8801.Sedangkan untuk multiplier tenaga kerja tipe I sektor pariwisataadalah sebesar 1.9531 dan tipe II sebesar 2.7533. Subsektor travel biro
mempunyai nilai multiplier output tipe I dan tipe II. Dari hasil analisis multiplier
pendapatan tipe II dan tipe II, subsektor atraksi budaya merupakan subsektor
pariwisata yang paling berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Provinsi Bali. Pada analisis multiplier tenaga kerja tipe I dan tipe II, subsektor
atraksi budaya mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak bagi masyarakat.Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka Pemerintah Provinsi Bali harus
melakukan pembangunan yang berimbang terhadap sektor pariwisata dan sektor
lainnya. Hal ini dikarenakan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian
Provinsi Bali relatif besar dan sangat sensitif dalam menyerap tenaga kerja,
namun sektor yang paling berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat dan
output perekonomian bukan dari sektor pariwisata. Pemerintah juga diharapkan
memperhatikan kelangsungan hidup pariwisata dalam rangka meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan dengan cara mengembangkan sarana dan prasaranapendukung kepariwisataan, meningkatkan pelayanan kepariwisataan, menjaga
kondisi keamanan Provinsi Bali dan meningkatkan kegiatan promosi.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
4/95
ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK
MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN
PENDAPATAN MASYARAKAT
PROVINSI BALI
Oleh
ARISA SANTRI
H14050903
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
5/95
Judul Skripsi : ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA
UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN
KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKATPROVINSI BALI
Nama : Arisa Santri
NIM : H14050903
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Manuntun Parulian Hutagaol, Ph. D
NIP. 19570904 198303 1 005
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Rina Oktaviani, Ph.D
NIP. 19641023 198903 2 002
Tanggal Lulus :
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
6/95
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
Arisa Santri
H14050903
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
7/95
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 April 1987 dengan nama
lengkap Arisa Santri. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari
pasangan Hiras Situmorang dan Rusmina Barasa. Penulis mengawali
pendidikannya pada tahun 1993 sampai tahun 1999 di SDN Tebet Timur 19 Pagi
Jakarta. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari
tahun 1999 sampai tahun 2002 di SLTPN 73 Jakarta. Setelah itu, penulis
melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 49 Jakarta dan lulus pada
tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan
terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai
kepanitiaan seperti Olimpiade Mahasiswa IPB, Futsal Nasional, Hipotex-R, Masa
Perkenalan Fakultas, dan Masa Perkenalan Departemen.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
8/95
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas segala berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Analisis Potensi Sektor
Pariwisata Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja dan Pendapatan
Masyarakat Provinsi Bali.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Manuntun Parulian
Hutagaol, Ph. D, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu
dan membimbing penulis dengan kesabaran dalam proses penyusunan skripsi ini
sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Alla Asmara, M.Si selaku penguji utama dan Ibu Widyastutik,
M.Si selaku Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya yang membangun demi
perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Ir. Eko Oesman untuk
kesediaannya membantu penulis dalam memperoleh data dan semua waktu dan
tenaga yang diberikan untuk mengajarkan penulis akan banyak hal. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis
yaitu Hiras Situmorang (Papi) dan Rusmina Barasa (Mami) atas doa, perhatian,
dan dukungannya. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2009
Arisa Santri
H14050903
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
9/95
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ............................................................................................................. i
Daftar Tabel ...................................................................................................... iv
Daftar Gambar .................................................................................................... vi
Daftar Lampiran ................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............... 9
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Pariwisata ............................................................... 9
2.1.2 Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan .......................................... 9
2.1.3 Dampak Kegiatan Pariwisata dari Segi Ekonomi .................... 10
2.1.4 Pendapatan Wilayah dan Masyarakat ...................................... 11
2.1.5 Pengertian Pengangguran dan Kesempatan Kerja ................... 12
2.1.6 Peranan Pembangunan Pariwisata terhadap Kesempatan
Kerja dan Pendapatan Masyarakat ........................................... 13
2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 152.2.1 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 15
2.2.2 Kerangka Teoritis ..................................................................... 20
2.2.2.1 Model Input-Output ..................................................... 20
2.2.2.2 Struktur Tabel Input-Output ........................................ 21
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 24
3.1 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 24
3.2 Metode Analisis ................................................................................ 24
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
10/95
3.2.1 Koefisien Input ...................................................................... 24
3.2.2 Analisis Keterkaitan .............................................................. 26
3.2.3 Analisis Dampak Penyebaran ................................................ 28
3.2.4 Analisis Pengganda (Multiplier) ............................................ 29
3.3 Definisi Operasional Data ................................................................ 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI ......................................... 39
4.1 Kondisi Geografis Bali ..................................................................... 39
4.2 Kondisi Kependudukan ..................................................................... 40
4.3 Kondisi Perekonomian ...................................................................... 41
4.4 Sektor Pariwisata ............................................................................. 42
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 44
5.1 Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian
Provinsi Bali ................................................................................... 44
5.1.1 Struktur Permintaan dan Penawaran ..................................... 44
5.1.2 Struktur Konsumsi Rumah Tangga ....................................... 46
5.1.3 Struktur Konsumsi Pemerintah ............................................... 48
5.1.4 Struktur Investasi .................................................................... 49
5.1.5 Struktur Ekspor dan Impor .................................................... 51
5.1.6 Struktur Nilai Tambah Bruto ................................................. 53
5.2 Analisis Keterkaitan ......................................................................... 55
5.2.1 Keterkaitan ke Depan ............................................................ 55
5.2.2 Keterkaitan ke Belakang ........................................................ 58
5.3 Analisis Penyebaran ......................................................................... 59
5.3.1 Koefisien Penyebaran ............................................................ 595.3.2 Kepekaan Penyebaran ........................................................... 61
5.4 Analisis Dampak Multiplier ............................................................. 62
5.4.1 Analisis Dampak Multiplier Output ...................................... 63
5.4.2 Analisis Dampak Multiplier Pendapatan ............................... 66
5.4.3 Analisis Dampak Multiplier Tenaga Kerja............................. 68
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
11/95
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 72
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 72
6.2 Saran ................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
12/95
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Rata-Rata Pengeluaran
per Orang (USD), Rata-Rata Lama Tinggal (Hari), Penerimaan
Devisa (Juta USD) Tahun 2000-2007 ............................................................ 2
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Bali Tahun 2004-2007
(Jutaan Rupiah) .............................................................................................. 5
3. Ilustrasi Tabel Input-Output ........................................................................... 224. Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) .............................. 40
5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa).................. 41
6. Penduduk yang Mencari Pekerjaan Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa) ............ 41
7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian
di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) ..................................................... 45
8. Konsumsi Rumah Tangga Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi
Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) .................................................................... 47
9. Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi BaliTahun 2007(Juta Rupiah) ............................................................................. 49
10. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007
(Juta Rupiah) ................................................................................................ 50
11. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali
Tahun 2007 (Juta Rupiah) ........................................................................... 52
12. Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Terhadap
Nilai Tambah Bruto Tahun 2007 (Juta Rupiah) .......................................... 53
13. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor-Sektor
Perekonomian di Pariwisata Bali ................................................................. 56
14. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Subsektor Pariwisata
di Provinsi Bali ............................................................................................ 57
15. Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor
Perekonomian di Provinsi Bali ..................................................................... 60
16. Koefesien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran Subsektor
Pariwisata di Provinsi Bali ............................................................................ 61
17. Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ................. 64
18. Multiplier Output Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ............................. 65
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
13/95
19. Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ......... 67
20. Multiplier Pendapatan Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ...................... 68
21. Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali ...... 69
22. Multiplier Tenaga Kerja Subsektor Pariwisata di Provinsi Bali ................... 70
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
14/95
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 19
2. Peta Provinsi Bali ........................................................................................... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Klasifikasi 28 Sektor Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 ............. 77
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
15/95
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pariwisata merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perjalanan. Adanya
kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh
pada konsumsi wisatawan. Pengeluaran wisatawan tertuju ke berbagai industri
dan jasa lainnya selama wisatawan berkunjung ke daerah wisata tertentu.
Dampaknya akan terlihat pada nilai belanja pengeluaran wisatawan, sehingga
akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendapatan, dan penerimaan devisa
bagi daerah tujuan wisatawan. Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi industri
yang mempunyai keterkaitan dengan sektor pembangunan lain.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 18.110
pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara
Indonesia memiliki potensi alam, keanekaragaman flora dan fauna, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu
merupakan sumber daya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan
dan peningkatan kepariwisataan. Modal tersebut harus dimanfaatkan secara
optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan menciptakan lapangan kerja dalam rangka mengurangi
angka pengangguran.
Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, dua
diantaranya yaitu kondisi keamanan Indonesia dan nilai tukar rupiah terhadap
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
16/95
mata uang asing. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia membuat
sektor pariwisata sangat berperan dalam perekonomian Indonesia, hal ini
dikarenakan sektor pariwisata mampu mendatangkan devisa bagi negara. Faktor
keamanan dan juga nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan
mempengaruhi jumlah penerimaan devisa dari sektor pariwisata. Akibatnya,
devisa yang diterima negara juga ikut berfluktuasi (Anonim, 2008). Hal ini dapat
dilihat melalui Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Wisatawan Mancanegara ke Indonesia, Rata-Rata Pengeluaran
per Orang (USD), Rata-Rata Lama Tinggal (Hari), Penerimaan Devisa
(Juta USD) Tahun 2000-2007
TAHUN JUMLAHWISATAWAN
MANCANEGARA
RATA-RATA
PENGELUARAN
PER ORANG (USD)
RATA-
RATA
LAMA
TINGGAL(HARI)
PENERIMAANDEVISA
(JUTA USD)
PER
KUNJUNGAN
PER
HARI
2000 5.064.217 1.135,18 92,59 12,26 5.748,80
2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.396,262002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.305,56
2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02
2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88
2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89
2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98
2007 5.505.759 970,98 107,70 9,02 5.345,98Sumber: Departemen Budaya dan Pariwisata, 2008
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa kunjungan wisatawan
mancanegara dan penerimaan devisa mengalami fluktuasi. Jumlah kunjungan
terbanyak terjadi pada tahun 2007 dan terendah pada tahun 2003. Sedangkan
penerimaan devisa terbesar terjadi pada tahun 2000 dan terendah pada tahun 2003.
Sumbangan sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto
memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, sektor pariwisata memberikan
kontribusi sebesar Rp. 338,807.2 milyar yang menjadikan sektor pariwisata
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
17/95
berada pada posisi kedua setelah sektor industri manufaktur yang memberikan
kontribusi sebesar Rp. 538,084.6 milyar. Sumbangan sektor pariwisata terus
mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2008, dengan angka
sementara pada tahun 2008 sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp. 363,314.0
milyar terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia (BPS, 2008).
Bali merupakan daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Provinsi Bali
yang dikenal sebagai pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura mempunyai peran
yang strategis dalam pembangunan Indonesia, khususnya sektor pariwisata.
Industri pariwisata yang diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak roda
perekonomian nasional, sebagian besar dihasilkan dari pulau Bali. Segala upaya
dilakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bali dalam menjaring
wisatawan untuk berbondong-bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya
dan seni ini.
Berkembangnya pariwisata di Bali mengakibatkan sektor pariwisata
berperan sebagai sektor penggerak utama (leading sector) perekonomian Bali. Hal
itu ditunjukkan dengan sumbangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR)
yang mencapai rata-rata 30 persen dalam pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Bali sedangkan sektor pertanian berada di urutan kedua
dengan sumbangan sebesar 20 persen. Sebagai sektor penggerak utama, sektor
pariwisata menjadi faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi Bali. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan melihat pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2004,
ketika sektor PHR tumbuh 1,60 persen mendorong pertumbuhan ekonomi
mencapai 2,72%. Sebaliknya, ketika pariwisata Bali mengalami gangguan dengan
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
18/95
adanya serangan bom Kuta dan Jimbaran pada 1 Oktober 2005, yang selanjutnya
diikuti oleh kontraksi pertumbuhan di sektor PHR menyebabkan kontraksi
pertumbuhan ekonomi Bali (Sanjaya, 2006).
Struktur perekonomian Bali yang dibangun lewat keunggulan pariwisata
sebagai sektor pemimpin (leading sector) telah membuka beragam peluang yang
dapat mendorong aktivitas ekonomi serta pengembangan etos kerja masyarakat.
Dimensi itu tergambar dari meluasnya kesempatan kerja, tingginya tingkat
pendapatan masyarakat, dan luasnya jaringan kerja yang meliputi batas-batas
lokal sampai tingkat nasional, bahkan ke tingkat internasional.
1.2. Perumusan Masalah
Provinsi Bali sangat terkenal dengan pariwisatanya sehingga
perekonomian Bali sangat tergantung pada sektor pariwisata yang dijadikan
sebagai sektor unggulan. Hal ini dapat dilihat melalui kontribusi sektor pariwisata
terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali yang merupakan
kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor usaha lain.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa sektor pariwisata melalui
perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk
Domestik Regional Bruto dibandingkan dengan sektor lain. Pada tahun 2004-2007
sumbangan sektor pariwisata terus mengalami peningkatan. Kenyataan ini
membuat provinsi Bali memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan terus
meningkat. Keadaan ini membuat pemerintah daerah Provinsi Bali fokus pada
pembangunan sektor pariwisata supaya pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali selalu
tinggi.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
19/95
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Bali Tahun 2004-2007
(Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan &
Perikanan
4.406.176,32 4.591.023,82 4.779.419,37 4.898.453,92
2. Pertambangan dan
Penggalian
129.042,07 134.169,95 137.571,19 141.657,45
3. Industri Pengolahan 1.912.465,14 2.010.190 2.097.824,93 2.289.788,43
4. Listrik, Gas & AirBersih 293.696,43 309.674,46 330.019,17 356.044,27
5. Bangunan 777.745,96 820.194,83 857.213,62 909.435,80
6. Perdagangan, Hotel
& Restoran
6.114.703,22 6.497.875,99 6.830.201,87 7.348.126,09
7. Angkutan &
Komunikasi
2.051.578,77 2.190.464,42 2.323.287,07 2.575.564,36
8. Keuangan, Persewaan
& Jasa Perusahaan
1.462.272,55 1.568.435,47 1.673.782,28 1.734.273,10
9. Jasa Jasa 2.815.563,35 2.950.414.91 3.155.359,78 3.243.703,65
Produk DomestikRegional Bruto 19.963.243,8121.072.444,7922.184.679,2823.497.047,07
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2008.
Sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Bali,
pembangunan sektor pariwisata diarahkan untuk memecahkan masalah-masalah
ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,
memperluas kesempatan berusaha, memenuhi kebutuhan dasar rakyat,
memeratakan pendapatan masyarakat, serta mempercepat pengentasan
kemiskinan.
Di sisi lain, di Provinsi Bali masih terdapat berbagai masalah yang belum
dapat terselesaikan diantaranya adalah masalah pengangguran dan kemiskinan.
Jumlah pengangguran tersebut juga masih terjadi fluktuasi tiap tahunnya. Pada
tahun 2005 angka pengangguran Provinsi Bali sebesar 106.430 jiwa dan
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
20/95
mengalami peningkatan pada tahun 2006 menjadi 120.188 jiwa. Peningkatan
tersebut diakibatkan karena belum pulihnya kondisi keamana Provinsi Bali setelah
mengalami tragedi bom Bali II pada tahun 2005. Pada tahun 2007, kondisi
Provinsi Bali mulai membaik dan angka pengangguran mengalami penurunan
yaitu menjadi sebanyak 77.577 jiwa.
Jumlah pengangguran tersebut sangat mempengaruhi jumlah kemiskinan
yang terdapat di Bali. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali sangat
berfluktuatif, pada Maret 2004 angka kemiskinan di Bali sebesar 231.900 orang
dan mengalami penurunan pada Maret 2005 menjadi sebanyak 228.400 jiwa.
Namun pada Maret 2007, jumlah ini meningkat menjadi 229.100 jiwa dan
kembali mengalami penurunan pada Maret 2008 menjadi sebanyak 215.700 jiwa
Pariwisata Bali sangat tergantung pada jumlah wisatawan yang berkunjung
ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan akan meningkatkan pengeluaran
wisatawan (tourist expenditure), dan akhirnya meningkatkan efek pengganda
(multiplier effects), perolehan devisa, perluasan kesempatan kerja yang akan
mengurangi pengangguran, dan peningkatan pendapatan untuk mengurangi angka
kemiskinan.
Hal tersebut dapat dilihat ketika terjadi peledakan bom Bali I pada tanggal
12 Oktober 2002 yang memberikan pengaruh besar bagi perekonomian di
Indonesia khususnya di Bali. Karena sebagian besar korban dari peledakan bom
tersebut adalah wisatawan asing, hal ini mengakibatkan penurunan terutama
disektor pariwisata dan sektor perdagangan. Akibatnya, kedatangan wisatawan
asing langsung pada tahun 2002 menurun sekitar 6,84% dan di tahun 2003 masih
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
21/95
mengalami penurunan sebesar 5,76%. Penurunan jumlah wisatawan ini akan
mempengaruhi pengeluaran wisatawan yang dampaknya terhadap pendapatan
masyarakat mencapai 45,3% (Anonim, 2004).
Begitu juga dengan kejadian bom Bali II pada 1 Oktober 2005 yang
dampaknya luar biasa. Kunjungan wisman langsung yang biasanya mencapai rata-
rata 4.000 orang per hari merosot tajam menjadi hanya sekitar 2.000 orang saja.
Kondisi ini membuat Bali berpotensi kehilangan 2 juta dolar AS per hari dari
belanja wisman (diasumsikan rata-rata pengeluaran wisman per hari 1.000 dolar
AS). Kejadian bom Bali I dan II berlanjut kepada adanya kasus pemutusan
hubungan kerja (PHK), terutama di lingkungan usaha sektor perhotelan, restoran,
rumah makan, biro perjalanan atau usaha lainnya yang terkait pariwisata, menjadi
tidak terhindarkan (Ary, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran
wisatawan melalui kunjungan wisatawan mancanegara sangat menentukan
pariwisata dan perekonomian Bali.
Dengan kebijakan pemerintah yang memprioritaskan pembangunan
wilayah pada sektor pariwisata, maka perlu diteliti sudah seberapa jauhkah peran
sektor pariwisata dalam meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat,
dan tingkat output serta keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor ekonomi lain.
Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam struktur perekonomian ProvinsiBali?
2. Bagaimana peran sektor pariwisata dalam keterkaitannya dengan sektorekonomi lain di Provinsi Bali?
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
22/95
3. Bagaimana peran sektor pariwisata terhadap laju pertumbuhan output,pendapatan, dan kesempatan kerja masyarakat?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam struktur perekonomian diProvinsi Bali.
2. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam keterkaitannya dengan sektor-sektor ekonomi lainnya di Provinsi Bali.
3. Menganalisis peran sektor pariwisata terhadap pertumbuhan output,pendapatan, dan kesempatan kerja masyarakat.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan mengenai
peranan pariwisata melalui sumbangan pariwisata yang berdampak pada
perekonomian Provinsi Bali serta keterkaitan dengan input dan output
pembangunan, terutama peranannya dalam mengatasi masalah kemiskinan dan
pengangguran. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Bali dalam
menentukan kebijakan pembangunan pariwisata dan dampaknya terhadap sektor
pembangunan lainnya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan di
Provinsi Bali.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
23/95
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Pariwisata
Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu
Pari dan Wisata. Kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata Wisata
berarti perjalanan. Syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata
apabila: a) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar
tempat kediaman orang biasa itu tinggal; b) Tujuan perjalanan semata-mata untuk
bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang
dikunjunginya; c) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjunginya
(Yoeti, 2003)
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Pariwisata adalah segala berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
2.1.2. Fungsi dan Tujuan Kepariwisataan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
tentang kepariwisataan, kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani,
rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
24/95
meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain
memiliki fungsi, kepariwisataan juga mempunyai tujuan, yaitu untuk:
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. menghapus kemiskinan
d. mengatasi pengangguran
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f. memajukan kebudayaan
g. mengangkat citra bangsa
h. memupuk rasa cinta tanah air
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa
j. mempererat persahabatan antarbangsa.
2.1.3. Dampak Kegiatan Pariwisata dari Segi Ekonomi
Menurut Wahab (2003), dampak utama kegiatan pariwisata dari segi
ekonomi terhadap level nasional (makro) dapat ditinjau dari dua segi:
1. Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidangekonomi meliputi:
!
Akibatnya terhadap neraca pembayaran
! Akibatnya untuk kesempatan kerja! Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi.
2. Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata,mencakup:
! Hasil ganda (multiplier)
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
25/95
! Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu! Hasilnya untuk sektor pemerintah (pajak)! Hasil tiruanyang mempengaruhi masyarakat.
2.1.4. Pendapatan Wilayah dan Masyarakat
Setiap tahun produktivitas masyarakat diukur untuk dilihat bagaimana
keberhasilan masyarakat atau negara dalam melaksanakan pembangunan
(Budiman, 1996). Produktivitas ini diukur oleh Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB berperan dalam membuat perencanaan dan kebijaksanaan dalam
pembangunan ekonomi daerah, menentukan arah pembangunan, dan
mengevaluasi hasil pembangunan (Warningsih, 2001).
Untuk melihat kemampuan suatu wilayah dalam menghasilkan pendapatan
atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di
suatu wilayah, maka indikator yang digunakan adalah PDRB per kapita. PDRB
per kapita diperoleh dengan membagi nilai total PDRB dengan jumlah penduduk.
Dengan nilai ini maka produksi rata-rata setiap orang di suatu wilayah dapat
diketahui (Budiman, 1996).
Menilai suatu kebijakan tertentu yang dilaksanakan dalam suatu program
atau proyek sebagai perwujudan dari kebijaksanaan pembangunan dapat
berdampak pada kesejahteraan. Oleh karena itu, persoalannya adalah apakah
dalam menentukan salah satu dari tindakan alternatif pilihan keputusan tertentu
akan memperbaiki atau justru memperburuk kesejahteraan masyarakat. Supaya
sumber daya dapat dimanfaatkan secara optimal, maka harus memenuhi kriteria
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
26/95
tertentu, seperti efisiensi, pemerataan, berdasarkan keadilan, dan mengarah
kepada keberlanjutan (Budiman, 1996).
2.1.5. Pengertian Pengangguran dan Kesempatan Kerja
Definisi dari penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan,
lengkapnya orang yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.
Penganggur semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka
(Dumairy, 1996). Menurut Bellante dan Jackson (1990), secara konseptual
pengangguran dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Pengangguran friksionalPengangguran friksional dikatakan ada apabila para majikan yang
mempunyai lowongan kerja dan terlibat dalam proses pencarian tenaga
kerja masih belum menemukan tenaga kerja yang dimaksudkannya.
b. Pengangguran strukturalPerngangguran struktural dikatakan ada apabila lowongan yang ada
membutuhkan keahlian yang berbeda daripada yang dimiliki pekerja
penganggur atau lowongan pekerjaan yang dapat diperoleh itu berada
dalam kawasan geografis lain dari lokasi tempat tinggal pekerja yang
menganggur.
c. Pengangguran karena kurangnya permintaanPengangguran ini timbul apabila pada tingkat upah dan harga yang sedang
berlaku, tingkat permintaan akan tenaga kerja secara keseluruhan
terlampau rendah, dengan akibat bahwa jumlah tenaga kerja yang diminta
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
27/95
perekonomian secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan
jumlah pekerja yang menawarkan tenaga kerjanya.
Kesempatan kerja menurut Departemen Tenaga Kerja (1994) dalam
Warningsih (2001) adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat
disediakan oleh seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang
lebih luas, kesempatan kerja tidak hanya menyangkut jumlahnya, tetapi juga
kualitasnya. Penggolongan lapangan usaha atau industri diklasifikasikan oleh BPS
sebagai berikut:
1. Pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan,2. Pertambangan dan penggalian,3. Industri Pengolahan,4. Listrik, gas, dan air,5. Bangunan,6. Perdagangan, rumah makan, dan hotel,7. Pengangkutan/pergudangan dan komunikasi,8. Keuangan, asuransi dan perdagangan benda tak bergerak/usaha persewaan
bangunan, tanah, jasa, perusahaan, dan
9.
Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial, dan pribadi.
2.1.6. Peranan Pembangunan Pariwisata terhadap Kesempatan Kerja dan
Pendapatan Masyarakat
Pariwisata merupakan sektor yang menyerap kebutuhan tenaga orang dan
tidak hanya mementingkan mesin-mesin. Banyak kegiatan yang biasanya
ditimbulkan oleh pariwisata pada suatu negara akan mendatangkan lebih banyak
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
28/95
kesempatan kerja dari suatu sektor ekonomi lainnya. Alasannya adalah karena
sektor pariwisata umumnya berorientasi pada penjualan jasa. Akibat langsung
pariwisata pada bidang kesempatan kerja dirasakan lebih mendatangkan manfaat
pada negara-negara yang sedang berkembang daripada negara-negara industri
maju (Wahab, 2003).
Pembangunan pariwisata berpengaruh positif terhadap perluasan peluang
usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan
wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan
membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel,
wisma, restoran, warung, angkutan, dagang asongan, sarana olahraga, jasa, dan
lain-lain. Peluang usaha tersebut akan akan memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk bekerja sebagai karyawan. Dengan munculnya peluang usaha
dan kerja ini, maka angka pengangguran dapat diturunkan (Wahab, 2003).
Pembangunan kepariwisataan ditujukan untuk memberikan manfaat
kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pariwisata mampu memberikan
kesempatan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan
wisatawan ke suatu daerah memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan mampu
memberi andil besar dalam penghapusan kemiskinan melalui peningkatan
pendapatan masyarakat di berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain
selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata (Marpaung, 2002).
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
29/95
Penelitian yang pernah dilakukan di Kenya dan Meksiko menyimpulkan
bahwa jumlah kesempatan kerja yang masih bersifat relatif ditimbulkan pada
setiap unit modal yang ditanam, cenderung lebih tinggi dalam bidang pariwisata
daripada kegiatan-kegiatan sektor swasta lainnya. Penelitian yang dilakukan
Murdianto (1991) mengenai dampak pariwisata terhadap peluang usaha/kerja
sektor luar pertanian di pedesaan yang mengambil lokasi penelitian pada tiga
obyek wisata di Kabupaten Serang menunjukkan bahwa industri pariwisata di
Kabupaten Serang memberi peluang usaha/kerja bagi masyarakat di sekitar obyek
wisata, terutama dalam bentuk usaha informal yang mendukung dan melengkapi
usaha pariwisata.
Rachmawati (2005), melakukan penelitian mengenai dampak pariwisata
alam terhadap pendapatan masyarakat sekitar kawasan wisata dan jumlah
lapangan pekerjaan yang terbuka akibat adanya kegiatan wisata yang
menggunakan metode wawancara kepada masyarakat, pihak pengelola, dan
pengunjung kawasan wisata melalui pintu masuk Cibodas dan pintu masuk
Selabintana. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pendapatan
masyarakat di pintu masuk Cibodas lebih besar dibandingkan dengan di
Selabintana. Jenis pekerjaan yang terbuka juga lebih banyak di Cibodas
dibandingkan dengan di Selabintana.
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. Kerangka Pemikiran Operasional
Sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB
Provinsi Bali setiap tahunnya sehingga Provinsi Bali memiliki pertumbuhan
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
30/95
ekonomi yang tinggi. Kontribusi PDRB dan laju pertumbuhan yang tinggi
ternyata belum mampu mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang
terjadi di Provinsi Bali. Masalah kemiskinan dan pengangguran menjadi
permasalahan yang rumit dihadapi Indonesia termasuk di dalamnya Provinsi Bali.
Proses penghapusan masalah kemiskinan dan pengangguran yang lambat
menyebabkan masyarakat terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan sehingga
masyarakat berada pada kualitas kesejahteraan yang rendah.
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan cepat adalah melalui peningkatan satu atau beberapa sektor
ekonomi kunci. Pemilihan sektor tersebut dapat mencerminkan peningkatan
kesejahteraan mayarakat melalui peningkatan pendapatan, pengurangan tingkat
pengangguran, pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, dan penghapusan
kemiskinan. Peningkatan output sektor kunci akan meningkatkan output sektor-
sektor lainnya melalui proses penggandaan (multiplier) dan keterkaitan (linkage)
antar sektor. Melalui proses penetesan ke bawah (trickle down effect), peningkatan
output berbagai sektor ekonomi akan menyebabkan peningkatan pendapatan
berbagai golongan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Peningkatan
pendapatan sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada tahun 2002 dan Bom Bali II pada
tahun 2005 mengakibatkan berkurangnya jumlah wisatawan terutama wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Bali. Pengurangan jumlah wisatawan ini
mengakibatkan penurunan konsumsi wisatawan yang pada akhirnya
mengakibatkan pengurangan tenaga kerja pada lapangan pekerjaan yang terkait
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
31/95
dengan kegiatan pariwisata. Pengurangan tenaga kerja tersebut meningkatkan
jumlah pengangguran dan kemiskinan ikut meningkat karena tingkat pendapatan
yang menurun. Oleh karena itu, pemilihan sektor pariwisata sebagai sektor
prioritas di Provinsi Bali dianggap mampu meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat yang lebih baik, dan mengurangi
angka pengangguran. Kemampuan tersebut dilihat berdasarkan pembentukan
keterkaitan dan kepekaan antar sektor, dan dampak terhadap pengganda
(multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja.
Permasalahan kemiskinan dan pengangguran dianalisis dengan
menggunakan analisis input-output. Untuk masalah kemiskinan yang mencakup
masalah pendapatan masyarakat dianalisis melalui analisis pengganda (multiplier)
pendapatan. Melalui analisis ini, akan ditunjukkan seberapa besar peran sektor
pariwisata Provinsi Bali mampu merangsang peningkatan pendapatan rumah
tangga yang bekerja pada sektor pariwisata dan sektor-sektor ekonomi lain.
Sedangkan untuk masalah pengangguran, akan dianalisis menggunakan analisis
pengganda (multiplier) tenaga kerja. Analisis ini memberikan gambaran mengenai
kemampuan sektor pariwisata dalam menyerap tenaga kerja bagi sektor pariwisata
dan sektor-sektor lain.
Dalam perekonomian, terdapat berbagai sektor ekonomi. Perekonomian
yang kuat dan mantap adalah perekonomian yang sektor-sektor ekonominya
saling menopang dan terkait erat satu sama lain. Untuk menganalisis keterkaitan
antar sektor pariwisata dengan sektor lain digunakan analisis keterkaitan. Dalam
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
32/95
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
33/95
Keterangan:
( ) : Analisis yang digunakan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Perekonomian Provinsi Bali
Masalahekonomi
(kemiskinan)
Masalahekonomi
(pengangguran)
Sektor
Pariwisata
Sektor ekonomi
lain
Peran sektor pariwisata
(Analisis Input-Output)
Keterkaitan sektor
(Analisis keterkaitan)
Dampak terhadap
output
(Analisis
pengganda output)
Dampak terhadap
pendapatan
(Analisis
pengganda
enda atan
Dampak terhadap
tenaga kerja
(Analisis
pengganda tenaga
ker a
Strategi pembangunan Provinsi
Bali
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
34/95
2.2.2. Kerangka Teoritis
2.2.2.1. Model Input-Output
Analisis Input-Output dikembangkan oleh W.Leontief pada tahun 1930
dan tabel input-output telah berkembang menjadi salah satu metode yang paling
luas diterima, tidak hanya untuk mendiskripsikan struktur industri suatu
perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksikan perubahan-
perubahan struktur tersebut (Glasson, 1977). Model Input-Output ini didasarkan
atas model keseimbangan umum.
Menurut BPS (2008), Tabel Input-Output (I-O) adalah suatu tabel yang
menyajikan informasi tentang barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan
bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang kolom Tabel I-O menunjukkan
struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi,
baik berupa input antara maupun input primer. Isian sepanjang baris Tabel I-O
menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk
memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Selain itu, isian pada baris
nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Tabel ini
memberikan gambaran tentang:
1.
Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah
masing-masing sektor.
2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negerimaupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
35/95
4. Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagaisektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.
Menurut BPS (2008), terdapat beberapa kegunaan dari analisis I-O yaitu:
1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilaitambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan kerja di berbagai sektor
produksi.
2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasaterutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan
substitusinya.
3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secaralangsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadappertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap
pertumbuhan perekonomian.
5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikankarakteristik structural suatu perekonomian wilayah.
2.2.2.2. Struktur Tabel Input-Output
Struktur dari Tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks
berukuran n x ndimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran
mendiskripsikan suatu hubungan tertentu (Glasson, 1997). Tabel Input-Output
menunjukkan transaksi antar komponen suatu perekonomian, dimana terdapat dua
sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah
tangga (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah(G), dan ekspor (E) serta dua
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
36/95
faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan kapital (N). Pada Tabel 3
memperlihatkan gambaran mengenai format Tabel I-O.
Tabel 3.Ilustrasi Tabel Input-Output
Sektor
Produksi
Permintaan Akhir Total
Output
1 2 C I G E X
Sektor
Produksi
1 z11 z12 C1 I1 G1 E1 X1
2 z21 z22 C2 I2 G2 E2 X2
Nilai
Tambah
L L1 L2 L
N N1 N2 N
Impor M M1 M2 M
Total Input X X1 X2 C I G E XSumber: Miller dan Blair (1985) dalam Priyarsono, 2007
Input antara terjadi karena adanya arus perpindahan barang antar sektor
yaitu sektor i ke sektor j dan juga bisa terjadi perpindahan di dalam sektor itu
sendiri. Tabel 2.1 menunjukkan terjadinya arus atau perpindahan barang dari
sektor i ke sektor j. Dalam hal ini, i=j. nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i
ke sektor j diberi notasi Zij, total output diberi notasi Xi, dan total permintaan
akhir sektor i diberi notasi Yi. Maka, dapat dituliskan sebagai berikut:
X = zi1+ zi2+ + zii+ + Yi (2.1)
Persamaan (2.1) menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output
sektor i didistribusikan ke sektor-sektor produksi lain dan dialokasikan ke
pemakai akhir yang merupakan pelaku-pelaku ekonomi di dalam perekonomian
yang secara agregat diklasifikasikan ke dalam rumah tangga dalam konsumsi
rumah tangga, perusahaan dalam investasi, pemerintah dalam pengeluaran
pemerintah, dan pihak luar negeri dalam ekspor. Pada persamaan (2.2) terlihat
bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor
perekonomian, yaitu:
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
37/95
X1= z11+ z12+ + z1n+ Y1
X2 = z21+ z22+ + z2n+ Y2
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .Xn1= zn1 + zn2+ + znn= Yn.. (2.2)
Sesuai dengan definisi tabel Input-Output, total input harus sama
dengan total output. Berdasarkan sifatnya yang linear, maka dapat dituliskan
sebagai berikut:
X1 + X2+ L + N + M = X
= X1+ X2+ C + I + G + E (2.3)
Persamaan (2.3) adalah identitas dari pendapatan nasional, ditunjukkan
oleh persamaan di ruas kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan
dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian yang terdiri dari tenaga
kerja dan kapital. Persamaan di ruas kanan menunjukkan pendapatan nasional
sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi. Dua
persamaan tersebut menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai
berikut dengan menghilangkan X1dan X2, menjadi:
L + N + M = C + I + G + E
Atau
L + N = C + I + G (E-M) .. (2.4)
Analisis Input-Output berdasarkan persamaan di atas memegang peranan
penting sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu
wilayah.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
38/95
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder ekonomi
Bali dalam bentuk Tabel Input-Output Bali Tahun 2007 (Updating) klasifikasi 68
sektor yang kemudian diagregasi menjadi 28 dan 13 sektor dan data pendukung
lainnya yang diambil dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Bappeda Provinsi
Bali, Dinas Pariwisata Bali, buku-buku, internet, dan berbagai media informasi
lainnya.
3.2. Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk mempelajari peranan jasa pariwisata
dan sektor pendukung lainnya terhadap perekonomian Provinsi Bali adalah
Analisis Tabel Input-Output, yang digunakan untuk mengetahui peranan sektor
pariwisata terhadap perekonomian Bali sebagai penyedia input sekaligus sebagai
pemakai input. Dampak yang ditimbulkan sektor ini dapat dianalisa berdasarkan
analisis pengganda (output, pendapatan, dan kesempatan kerja) dan juga
keterkaitan antar sektor. Untuk analisis keterkaitan antar sektor dan pengganda,
alat yang digunakan adalah perangkat lunak Grimp danMicrosoft Excell.
3.2.1. Koefisien Input
Koefisien input dapat dilihat secara baris atau bagian horizontal. Oleh
karena itu, secara keseluruhan dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar berikut:
X1= X11+ X12+ + X1n+ Y1
X2 = X21+ X22+ + X2n+ Y2. . . . . .
Xj = Xi1 + Xi2 + + Xij+ Yj(3.1)
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
39/95
Diketahui matrik koefisien teknis:
Xij
ija =
Xj .. (3.2)
Jika persamaan (3.1) disubstitusikan ke persamaan (3.2), maka diperoleh
persamaan:
X1= 11a X11+ 12a X12+ + na1 X1n + Yi
X2=21
a X21 +22
a X22+ +n
a2
X2n+ Y2
. . . . . .
. . . . . .
. . . . . .Xn= 1na Xn1 + 1na Xn2+ + nna Xnn+ Yn ...................................... (3.3)
Bentuk persamaan matriks dari persamaan (3.3) menjadi :
11a 12a na1 X1 Y1 X1
21a 22a
na2 X2 + Y2 = X21na 1na nna Xn Yn Xn
A X + Y = X
AX + Y = X atau (I-A) X = Y atau X = (I-A)-1
Y (3.4)
Dimana:
I = Matriks identitas yang elemennya memuat angka satu pada pola
diagonalnya dan nol pada lainnya.
Y = Permintaan akhir.
X = Jumlah Output
(I-A) = Matrik Leontief
(I-A)-1
= Matrik kebalikan Leontief terbuka
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
40/95
Dari persamaan (3.4) terlihat bahwa output setiap sektor memiliki
hubungan fungsional terhadap permintaan akhir, dengan (I-A)-1
sebagai koefisien
antara. Matrik kebalikan menunjukkan adanya saling keterkaitan antar tingkat
permintaan akhir terhadap tingkat produksi.
3.2.2. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis)
Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor unggulan dalam suatu
perekonomian untuk mencapai pembangunan. Analisis keterkaitan yang
digunakan adalah:
3.2.2.1. Keterkaitan ke Depan (forward Linkage)
! Keterkaitan Langsung ke DepanKeterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu
terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara
langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya
keterkaitan langsung ke depan, digunakan rumus sebagai berikut :
..(3.5)
Dimana :
Fi = keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage)
ija = matriks koefisien input
! Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke DepanKeterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk
mengukur akibat dari suatu sektor terhadap sektor-sektor yang menggunakan
""
#
###
n
j
ij
j
n
j
ij
ia
X
X
F1
1
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
41/95
output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit
kenaikan permintaan total. Untuk mengukur besarya keterkaitan langsung dan tak
langsung ke depan digunakan rumus sebagai berikut:
"#
#n
j
ijiFLTL1
!
... (3.6)
Dimana :
FLTLi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan
ij! = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
3.2.2.2. Keterkaitan Kebelakang (Backward Lingkage)
! Keterkaitan Langsung ke BelakangKeterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor
tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor
tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui
besarna keterkaitan langsung ke belakang, digunakan rumus sebagai berikut :
""
#
###
n
i
ij
j
n
j
ij
ia
X
X
B1
1... (3.7)
Dimana :
Bi = keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage)
ija = unsur matriks koefisien input
! Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
42/95
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan akibat
dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara
bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan
permintaan total. Untuk mengukur besarnya keterkaitan langsung dan tak
langsung ke belakang digunakan rumus sebagai berikut:
"#
#n
i
ijiBLTL1
! .(3.8)
Dimana :
BLTLi= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
ij! = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran
Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang
tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan akhir setiap
sektor tidak sama, oleh karena itu indeks tersebut harus dinormalkan dengan cara
membandingkan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis ini disebut dampak
penyebaran, yang terdiri dari:
1. Kepekaan Penyebaran (Daya penyebaran ke depan atau daya mendorong)
Konsep ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor
terhadap sektor-sektor lain melalui mekanisme pasar output. Sering juga diartikan
sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor
lain yang menggunakan input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai
kepekaan yang tinggi apabila nilai Sdilebih besar dari satu. Rumus untuk mencari
nilai kepekaan penyebaran:
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
43/95
" "
"
# #
##n
i
n
j
ij
n
j
ij
i
n
Sd
1 1
1
!
!
(3.9)
Dimana :
Sdi = Kepekaan penyebaran sektor i
ij! = Unsur matrik kebalikan Leonief
n = Jumlah sektor
2. Koefisien Penyebaran (Daya penyebaran ke belakang atau menarik)
Konsep ini berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari
pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor lain melalui
mekanisme transaksi pasar input. Sering diartikan sebagai kemampuan suatu
sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor J mempunyai
kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pdj mempunyai nilai lebih dari satu.
Rumus untuk mencari koefisien penyebaran:
" "
"
# #
##
n
i
n
j
ij
n
i
ij
j
n
Pd
1 1
1
!
!
.............................................................................. (3.10)
Dimana :
Pdj = Koefisien penyebaran sektor j
ij! = Unsur matrik kebalikan Leonief
n = Jumlah sektor
3.2.4. Analisis Pengganda (Multiplier)
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
44/95
1. Pengganda Output
Pengganda output (Output Multiplier) yaitu dampak peningkatan
permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah
penelitian. Pengganda output sederhana adalah dampak kenaikan permintaan
akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap kenaikan output
sektor yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Multiplier output
terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
a. Pengganda Output Tipe I
Besarnya multiplieroutput untuk sektor ke n dalam perekonomian berasal
dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk
perekonomian yang bersangkutan. Oleh karena itu, multiplieroutput tipe I dapat
dinotasikan dalam bentuk:
"#
#n
i
ijjO1
! .... (3.11)
Dimana:
Oj = multiplieroutput tipe I sektor j
ij! = matriks kebalikan koefisien input model terbuka
b. Pengganda Output Tipe II
Besarnya multiplier output untuk sektor ke-n dalam perekonomian berasal
dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk
perekonomian yang bersangkutan dengan menambahkan dampak induksi
konsumsi. Oleh karena itu, multiplieroutput II dapat dinotasikan dalam bentuk:
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
45/95
"$
#
#1
1
n
i
ijjO ! .. (3.12)
Dimana :
jO = multiplieroutput tipe I sektor j
ij! = matriks kebalikan koefisien input model tertutup sektor j
2. Pengganda Pendapatan
Pengganda pendapatan (Income Multiplier) yaitu dampak peningkatan
permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di
wilayah penelitian secara keseluruhan. Ditulis dengan rumus:
"#
#n
i
ijjj hy
1
!
.... (3.13)
Dimana:
yj= multiplier pendapatan biasa sektor j
hj= koefisien pendapatan
ij= matriks kebalikan koefisien input model terbuka
a. Pengganda Pendapatan Tipe I
Pengganda pendapatan tipe I merupakan penjumlahan pengaruhlangsung dan tidak langsung dibagi dengan pengaruh langsung yang dirumuskan
sebagai berikut:
j
j
jh
yY # . (3.14)
Dimana:
Yj = Pengganda pendapatan tipe I sektor ke-j
b. Pengganda Pendapatan Tipe II
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
46/95
Pengganda pendapatan tipe II selain menghitung pengaruh langsung dan
tidak langsung juga menghitung pengaruh induksi (induce effect). Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut:
"#
#n
i
ijjj hy1
! .. (3.15)
......................................................................................... (3.16)
Dimana:
jy = multiplierpendapatan total sektor j
jY = multiplierpendapatan tipe II sektor j
jh = unsur-unsur matriks invers Leontief terbuka sektor j
ij! = matriks kebalikan koefisien input model tertutup
3. Pengganda Tenaga Kerja
Pengganda tenaga kerja merupakan besarnya kesempatan kerja yamg
tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari
sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah. Rumus efek tenaga kerja
dari perubahan satu unit output sektor j adalah:
"#
#n
i
ijjj ew1
! (3.17)
Dimana:
jw = multipliertenaga kerja biasa sektor j
ej = koefisien tenaga kerja
ij! = matriks kebalikan koefisien input model terbuka
j
j
j
h
yY #
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
47/95
a. Pengganda Tenaga Kerja Tipe I
Pengganda tenaga kerja tipe I adalah berubahnya kesempatan kerja yang
terjadi pada sektor tersebut lainnya akibat penambahan permintaan akhir dari
suatu sektor sebesar satu satuan secara langsung dan tidak langsung, yang
dirumuskan sebagai berikut:
j
j
je
wW # .. (3.18)
Dimana:
Wj = Pengganda tenaga kerja tipe I sektor ke-j
b. Pengganda Tenaga Kerja Tipe II
Pengganda Tenaga Kerja Tipe II sudah memperhitungkan pengaruh dari
induce effect.
"#
#n
i
ijjj ew1
! (3.19)
j
j
je
wW # (3.20)
Dimana:
jw = multiplier tenaga kerja total sektor j
jW = multipliertenaga kerja tipe II sektor j
ej = koefisien tenaga kerja
ij! = matriks kebalikan koefisien input model tertutup
3.3. Definisi Operasional Data
a. Sektor Pariwisata
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
48/95
Sektor pariwisata Provinsi Bali terdiri dari 16 subsektor, yaitu: sektor
restoran, rumah makan dan warung, hotel bintang, hotel non bintang, angkutan
umum darat dan angkutan darat lainnya, angkutan carter darat, angkutan laut antar
pulau/negara, angkutan wisata, angkutan penyebrangan, angkutan udara, travel
biro, jasa penunjuang angkutan lainnya, komunikasi, pos dan giro, money
changer, atraksi budaya, jasa hiburan lainnya, dan jasa perorangan, rumah tangga
lainnya termasuk pramuwisata.
b. Output
Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor
produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah
dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan
asal-usul pelaku produksinya. Pelaku produksi dapat perusahaan atau perorangan
milik penduduk atau asing. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan di wilayah
yang bersangkutan, maka produk yang dihasilkannya dihitung sebagai bagian dari
output wilayah tersebut. Oleh sebab itu, output sering juga disebut sebagai output
domestik karena yang menjadi sorotan adalah produk yang dihasilkan dari suatu
wilayah bukan pemiliknya.
Wujud produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi pada dasarnya
dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang berwujud barang dan berwujud jasa.
Untuk sektor-sektor yang produknya berupa barang, maka outputnya merupakan
hasil kali antara jumlah kuantitas yang dihasilkan dengan harga per unit produksi
tersebut. Sedangkan untuk sektor-sektor yang produknya berupa jasa, output
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
49/95
dihitung berdasarkan nilai penerimaan dari jasa yang telah diberikan kepada pihak
lain.
c. Transaksi Antara
Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan
sebagai produsen dan konsumen. Sektor yang berperan sebagai produsen
merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor yang berperan
sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor masing-masing kolom. Transaksi yang
dicakup hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan
proses produksi. Jadi, isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan
alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain
untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan, isian
sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam
proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.
d. Permintaan Akhir dan Impor
Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan
untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang
digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran
konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor.
Barang dan jasa yang digunakan unutk memenuhi permintaan akhir dapat
berupa barang dan jasa hasil produksi dalam negeri atau barang dan jasa yang
diperoleh dari impor. Berdasarkan hal ini, jelas bahwa impor adalah komponen
penyediaan dan bukan merupakan bagian dari permintaan akhir.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
50/95
1.Pengeluaran konsumsi rumah tanggaPengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pengeluaran untuk
pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang
yang dicakup meliputi barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali
pembelian rumah tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dari suatu negara
mencakup semua pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh penduduk negara
tersebut, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Konsumsi
penduduk dari suatu negara atau wilayah yang dilakukan di luar negeri
diperlakukan sebagai konsumsi atas barang dan jasa impor. Sebaliknya, konsumsi
penduduk asing di wilayah suatu negara diperlakukan sebagai komponen ekspor
dari negara atau wilayah tersebut.
2.Pengeluaran konsumsi pemerintahPengeluaran konsumsi pemerintah adalah semua pengeluaran atas barang
dan jasa yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan administrasi pemerintahan
dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja
barang bukan barang modal dan penyusutan. Pengeluaran pemerintah untuk
keperluan militer baik berupa pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk
barang-barang seperti pesawat terbang, peralatan perang, dan bangunan juga
merupakan bagian dari pengeluaran konsumsi pemerintah.
3.Pembentukan modal tetapPembentukan modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk
pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang modal baru, baik yang berasal
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
51/95
dari dalam negeri maupun impor. Pembelian barang modal bekas dari luar
negeri juga dicakup dalam pembentukan modal tetap, karena barang modal
tesebut pada dasarnya merupakan barang modal baru di wilayah dalam negeri.
Pembentukan modal tetap dalam tabel I-O hanya mencakup pembentukan
modal tetap yang dilakukan oleh sektor ekonomi di dalam negeri.
4.Perubahan stokPerubahan stok adalah nilai stok barang pada akhir periode penghitungan
dikurangi dengan nilai stok pada awal periode. Perubahan stok dapat
digolongkan menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan barang setengah jadi
yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas
dan barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan
stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii)
perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang
dagangan yang belum terjual. Dalam tabel I-O, perubahan stok diperlakukan
sebagai bagian dari alokasi output sektor yang menghasilkan, bukan diletakkan
di sektor yang menguasai stok tersebut.
5.Ekspor dan imporEkspor dan impor meliputi barang dan jasa antara penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor
untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai
jasa lainnya. Transaksi ekspor mencakup pembelian lamsung di dalam negeri
oleh penduduk negara lain. Sebaliknya, pembelian langsung di luar negeri oleh
penduduk suatu negara dikategorikan sebagai transaksi impor.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
52/95
e. Input Primer
Input primer adalah input atau biaya yang timbul sebagai akibat dari
pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor produksi
tersebut antara lain adalah tenaga kerja, tanah, modal, dan kewiraswastaan. Wujud
dari input primer adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal,
dan pajak tak langsung neto. Input primer disebut juga sebagai balas jasa faktor
produksi atau nilai tambah bruto. Nilai input primer dari suatu sektor akan sama
dengan output dikurangi input antara pada sektor tersebut.
1.Upah dan gajiUpah dan gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada tenaga kerja (selain
pekerja keluarga yang tidak dibayar) yang terlibat dalam kegiatan produksi. Balas
jasa tersebut mencakup semua jenis balas jasa, baik yang berupa uang maupun
barang.
2.Surplus usahaSurplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas
pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum
dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah, dan pendapatan atas
hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai
tambah bruto dikurangi upah dan gaji, penyusutan, dan pajak tak langsung neto.
3.Penyusutan
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
53/95
Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam
kegiatan produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung
dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut
yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi.
4.Pajak tak langsung netoPajak tak langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan
subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk,
pajak pertambahan nilai, cukai, dan sebagainya.
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
54/95
4.1. Kondisi Geografis Bali
Secara geografis, Provinsi Bali terletak pada titik ordinat 8%5048 LS
(Lintang Selatan) dan 114%2553- 115%4240BT (Bujur Timur).Provinsi Bali
memiliki luas wilayah yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan beberapa
Provinsi lain di Indonesia yaitu hanya 5.623,86 km2 atau 0,29 persen dari luas
keseluruhan kepulauan Indonesia. Provinsi Bali terdiri dari enam pulau, yaitu
Pulau Bali yang merupakan pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa
Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan.
Gambar 1. Peta Provinsi Bali
Provinsi Bali memiliki sembilan kabupaten/kota dimana Kabupaten
Buleleng yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu1.365,88 km2 atau 24,25
persen dari luas Provinsi Bali, selanjutnya diikuti oleh Jembrana 841,80 km2
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
55/95
(14,94 persen), Karangasem 839,54 km2 (14,90 persen), Tabanan 839,3 km
2
(14,90 persen), Bangli 520,81 km2
(9,25 persen), Badung 418,52 km2
(7,43
persen), Gianyar 368,00 km2(6,53 persen), Klungkung 315,00 km
2(5,59 persen),
dan Kota Denpasar dengan luas wilayah terkecil yaitu 123,98 km2(2,20 persen)
(BPS Provinsi Bali, 2008).
4.2. Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebanyak
3.372.880 jiwa. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
3.263.296 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk juga ikut meningkatkan
kepadatan penduduk yang pada tahun 2006 sebesar 580 jiwa per km2menjadi 600
jiwa per km2.
Tabel 4. Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa)
Tahun Laki-Laki Perempuan Total
2007 1.144.481 915.230 2.059.711
2006 1.128.480 861.996 1.990.476
2005 1.096.795 905.376 2.002.171
2004 1.078.240 846.565 1.924.701
2003 1.078.941 831.113 1.910.054Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008
Diantara kabupaten/kota yang terdapat di Bali, Kabupaten Buleleng
merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar yaitu mencapai 643.274
jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 471 jiwa per km2. Kondisi tersebut
sangatlah wajar mengingat daya dukung wilayahnya yang masih luas dan masih
meungkinkan sebagai tempat permukiman penduduk. Sebaliknya, Kota Denpasar
menunjukkan fenomena lain. Jumlah penduduk kota ini sebesar 466.670 jiwa.
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
56/95
Sehingga dengan luas wilayah yang hanya sebesar 123,98 km2, kepadatan
penduduknya sebesar 3764 jiwa per km2
(BPS Provinsi Bali, 2008).
Tabel 5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa)
Tahun Laki-Laki Perempuan Total
2007 1.096.996 885.138 1.982.134
2006 1.059.706 810.582 1.870.288
2005 1.043.038 852.703 1.895.741
2004 1.031.360 803.805 1.835.165
2003 1.014.192 751.125 1.765.317
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008
Pada tahun 2007, jumlah angkatan kerja Provinsi Bali adalah sebesar
2.059.711 jiwa. Dari jumlah tersebut, banyaknya penduduk yang bekerja adalah
sebesar 1.982.134 jiwa. Sedangkan angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan
(tingkat pengangguran terbuka) adalah sebesar 77.577 jiwa. Jumlah pengangguran
pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
120.188 jiwa. Data-data tersebut disajikan melalui tabel-tabel berikut ini.
Tabel 6. Penduduk yang Mencari Pekerjaan Provinsi Bali, 2003-2007 (Jiwa)
Tahun Laki-Laki Perempuan Total
2007 47.485 30.092 77.577
2006 68.774 51.414 120.188
2005 53.757 52.673 106.430
2004 46.880 42.760 89.640
2003 64.749 79.988 144.737
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2008
4.3. Kondisi Perekonomian
Provinsi Bali memiliki perekonomian yang cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari angka Produk Domestik
Bruto (PDRB) Bali atas dasar harga konstan 2000 dimana pada tahun 2003
sebesar 19.080.895,84 juta rupiah, tahun 2004 sebesar 19.963.243,81 juta rupiah,
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
57/95
tahun 2005 sebesar 21.072.444,79 juta rupiah, tahun 2006 sebesar 22.184.679,28
juta rupiah, dan pada tahun 2007 sebesar 23.497.047,07 juta rupiah.
Adanya peristiwa ledakan Bom Bali I di Legian pada tahun 2002
menyebabkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada tahun 2003 mengalami
pertumbuhan ekonomi yang negatif mencapai minus 0,51. Namun, pada tahun
2004 pertumbuhan ekonomi Bali kembali postitif mencapai 3,56 persen. Tingkat
inflasi Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah 5,9 persen. Angka tersebut lebih
tinggi dari angka inflasi pada tahun 2006 yaitu sebesar 4,3 persen. Namun, angka
inflasi tahun 2007 masih lebih rendah daripada angka inflasi pada tahun 2005
yang mencapai 11,31 persen. Tingginya tingkat inflasi pada tahun 2005
disebabkan oleh kenaikan harga BBM lebih dari 100 persen yang ditetapkan oleh
pemerintah (Kiki, 2008).
4.4. Sektor Pariwisata
Saat ini pengembangan kepariwisataan semakin penting, tidak saja dalam
rangka meningkatkan penerimaan devisa negara, tapi juga dalam rangka
memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan. Melalui berbagai
program dan proyek yang bersumber dari anggaran pusat dan daerah, pemerintah
juga membangun berbagai fasilitas fisik dan ekonomi termasuk fasilitas
kepariwisataan untuk mengantisipasi peningkatan kunjungan wisatawan.
Peningkatan kunjungan wisatawan akan meningkatkan pengeluaran
wisatawan dan akhirnya meningkatkan perolehan devisa dan perluasan
kesempatan kerja. Jelasnya pengeluaran pemerintah dan wisatawan serta investasi
swasta berperan sebagai injeksi dana kedalam perekonomian Bali. Namun ketika
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
58/95
terjadi peledakan bom di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 memberikan
pengaruh yang besar bagi perekonomian di Indonesia khususnya di Bali. Kejadian
tersebut selain merusak perekonomian di Indonesia juga merusak nama baik
Indonesia dimata internasional. Karena sebagian besar korban dari peledakan bom
tersebut adalah wisatawan asing. Hal ini mengakibatkan penurunan terutama
disektor pariwisata dan sektor perdagangan.
Pada tahun 2001 Bali mampu mendatangkan 1.356.774 orang
wisatawan, pada tahun 2002 kunjungan wisatawan menurun menjadi 1.285.844
orang. Dampak dari bom Bali pertama yang terjadi pada tahun 2002, sangat
dirasakan pada tahun 2003 dengan kunjungan wisatawan hanya sebanyak 993.029
orang. Kunjungan wisatawan mulai pulih dirasakan pada tahun 2004 dengan
jumlah kedatangan mencapai 1.458.309 orang. Namun, itu tidak berlangsung
lama, karena tahun 2005 Bali kembali diguncang bom kedua. Walaupun
peristiwanya terjadi di bulan Oktober, kunjungan wisatawan ke Bali pada tahun
2005 kembali turun menjadi 1.105.202 orang. Di kuartal pertama tahun 2006,
kunjungan wisatawan ke Bali juga belum pulih walaupun jumlah kunjungan
wisatawan ke Bali meningkat yaitu sebesar 2.066.715 orang, banyak karyawan
yang terancam PHK, kredit bank menjadi macet, pajak hotel dan restoran yang
semula menjadi andalan APBD menurun drastis, dan masih banyak lagi dampak
negatif lain akibat peristiwa tersebut. Pada tahun 2007, kondisi pariwisata
membaik dengan jumlah kunjungan wisatawan sebesar 2.723.382 orang (BPS
Provinsi Bali, 2008).
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
59/95
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian
Provinsi Bali.
5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 (updating), total
permintaan Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 75,355,462 juta.
Total permintaan tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 25,698,183
juta dan permintaan akhir sebesar Rp. 49,657,279 juta. Dengan asumsi bahwa
pada saat keseimbangan ekonomi jumlah permintaan sama dengan jumlah
penawaran, maka total penawaran sektor-sektor perekonomian Bali adalah sebesar
Rp. 75,355,462 juta (Tabel 7).
Dari semua sektor yang ada, sektor pertanian merupakan sektor yang
memiliki jumlah permintaan antara tertinggi yaitu sebesar Rp. 7,922,873juta atau
30.83 persen dari total permintaan antara dan output tersebut digunakan sebagai
input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Sedangkan permintaan akhir
tertinggi adalah dari sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 19,989,359juta atau
40.25persen dari total permintaan akhir.
Pariwisata pada tahun 2007 permintaan totalnya mencapai Rp. 27,126,447juta
atau 36.00 persen dari total permintaan total. Jumlah tersebut terdiri dari
permintaan antara sebesar Rp. 7,137,088 juta atau 27.77 persen dari total
permintaan antara seluruh sektor dan permintaan akhir sebesar Rp. 19,989,359
juta atau 40.25persen dari total permintaan akhir seluruh sektor (Tabel 7.).
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
60/95
Tabel 7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian di
Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah)
Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Permintaan Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Pertanian 7,922,873 30.83 7,781,924 15.67 15,704,796 20.842. Tambang dan galian 395,522 1.54 35,298 0.07 430,820 0.573. Industri Pengolahan 3,586,928 13.96 6,472,883 13.04 10,059,811 13.354. Listrik dan air minum 668,198 2.60 563,373 1.13 1,231,571 1.635. Bangunan 1,012,636 3.94 4,438,281 8.94 5,450,917 7.236. Perdagangan 2,798,682 10.89 3,905,819 7.87 6,704,501 8.9019. Perbankan 1,034,062 4.02 563,347 1.13 1,597,409 2.1221. Persewaan bangunan dan
tanah 459,755 1.79 1,244,956 2.51 1,704,711 2.26
22. Lembaga keuangan
lainnya 319,346 1.24 182,655 0.37 502,001 0.67
23. Jasa perusahaan 296,610 1.15 123,253 0.25 419,863 0.5624. Jasa pemerintahan umum 0 0.00 4,056,602 8.17 4,056,602 5.3825. Jasa sosial
kemasyarakatan 66,484 0.26 299,529 0.60 366,013 0.49
Sektor Pariwisata 7,137,088 27.77 19,989,359 40.25 27,126,447 36.00
7. Restoran, rumah makan,warung 924,085 12.95 6,970,391 34.87 7,894,475 29.10
8. Hotel bintang 920,744 12.90 5,513,144 27.58 6,433,888 23.729. Hotel non bintang 57,618 0.81 266,490 1.33 324,107 1.1910. Angkutan umum darat
dan angkutan darat
lainnya 787,879 11.04 546,511 2.73 1,334,390 4.9211. Angkutan carter darat 15,551 0.22 165,129 0.83 180,680 0.6712. Angkutan laut antar
pulau/negara 97,443 1.37 202,144 1.01 299,587 1.10
13. Angkutan wisata 37,387 0.52 284,866 1.43 322,253 1.1914. Angkutan penyebrangan 37,616 0.53 50,196 0.25 87,812 0.3215. Angkutan udara 976,422 13.68 2,714,265 13.58 3,690,687 13.6116. Travel biro 172,770 2.42 388,879 1.95 561,649 2.0717. Jasa penunjang angkutan
Lainnya 461,881 6.47 251,575 1.26 713,456 2.63
18. Komunikasi, pos, dangiro 778,824 10.91 656,512 3.28 1,435,336 5.29
20. Money changer 184,875 2.59 23,893 0.12 208,768 0.7726. Atraksi budaya 831 0.01 7,827 0.04 8,658 0.0327. Jasa hiburan lainnya 30,022 0.42 181,113 0.91 211,135 0.7828. Jasa perorangan,
rumahtangga lainnyatermasuk pramuwisata 1,653,142 23.16 1,766,425 8.84 3,419,567 12.61
Total 25,698,183 100.00 49,657,279 100.00 75,355,462 100.00
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)
Dilihat dari permintaan antara, diantara 16 sektor tersebut terlihat bahwa
subsektor jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata
-
7/22/2019 potensi sektor parwis
61/95
merupakan subsektor pariwisata yang jumlah outputnya paling besar untuk
dijadikan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar Rp.
1,653,142 juta atau 23.16 persen dari total permintaan antara sektor pariwisata.
Pada permintaan akhir, subsektor restoran, rumah makan dan warung merupakan
sektor yang jumlah outputnya paling besar dibandingkan dengan sektor-sektor
lain yang tercakup ke dalam sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 6,970,391juta
atau 34.87 persen dari