SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI,
Mazhab Klasik, Mazhab Neo-Klasik dan Mazhab Keynesian
Disusun oleh:
M. Putra Rizki
1001101010090
EKOMOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Pemikiran Ekonomi,
Mazhab Klasik, Mazhab Neo Klasik, dan Mazhab Keynesian” tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Sejarah Pemikiran
Ekonomi”. Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami
penelitian secara mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk Mahasiswa
pada umumnya.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen yang membimbing
mata kuliah sejarah pemikiran ekonomi atas bimbingan dan pengarahannya
selama penyusunan makalah ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak
dapat disebutkan satu per satu. penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki kekurangan-
kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.
Penulis
M. Putra Rizki
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu Ekonomi mengenal berbagai mazhab, menurut Sastradipoera (2001:12-
82) terdapat delapan mazhab ilmu ekonomi, di antaranya Mazhab Klasik, Mazhab
Neo Klasik, dan Mazhab Keynesian . Adapun dalam makalah ini penulis mencoba
membahas keterkaitan dari ketiga mazhab tersebut mulai dari sejarah kemunculan,
tokoh-tokoh pelopor dan teori-terori yang dikembangkan.
Perumusan Masalah
Merujuk dari latar belakang yang telah di jelaskan, maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa dampak dan akibat yang di timbukan atas keberadaan dari ketiga
mazhab tersebut dalam perekonomian dunia secara umum?
b. Manfaat apa saja yang dirasakan oleh masyarakat atas teori-teori yang
di cetuskan dari ketiga mazhab tersebut ?
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu untuk mengetahui seberapa
jauh Mazhab klasik, Mazhab Neo Klasik, dan Mazhab Keynesian mempengaruhi
tatanan kehidupan masyarakat, secara umum, dan perekonomian dunia khususnya.
Metodologi Penulisan
Pada penulisan makalah ini metodologi yang digunakan dalam
mengumpulkan data yaitu dari berbagai sumber, diantaranya buku-buku mengenai
sejarah pemikiran ekonomi, kumpulan artikel sejarah perekonomian dan data dari
internet. Sehingga apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kata-kata dan
atau kalimat yang menyerupai dari sumber dan penulis lain, merupakan unsur
ketidaksengajaan penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mazhab Klasik
Mazhab klasik secara umum mengacu kepada sekumpulan gagasan ekonomi
yang bersumber dari formulasi David Hume, yang karya terpentingnya diterbitkan
pada tahun 1752 dan Adam Smith 1776. Gagasan-gagasan kedua tokoh tersebut
mendominasi ilmu ekonomi, khususnya yang berkembang di Inggris, selama
seperempat terakhir abad ke-18 dan tigaperempat pertama abad ke-19 (O’Brien,
2000: 120).
Inti mazhab klasik tersebut pada hakikatnya terletak pada gagasan bahwa
pertumbuhan ekonomi berlangsung melalui interaksi antara akumulasi modal dan
pembagian kerja. Akumulasi modal dapat dilakukan dengan menunda atau
mengurangi penjualan output dan hal ini baru akan bermanfaat jika dibarengi
pengembangan spesialisasi dan pembagian kerja. Pembagian kerja itu sendiri
nantinya akan dapat meningkatkan total out-put sehingga memudahkan
dilakukannya akumulasi modal lebih lanjut. Pertumbuhan ekonomi hanya dapat
ditingkatkan jika modal bisa ditambah, dan atau jika alokasi sumber daya
(pembagian kerja) dapat disempurnakan. Namun pembagian kerja itu sendiri
dibatasi oleh ukuran atau skala pasar, yang pada gilirannya ditentukan oleh jumlah
penduduk dan pendapatan perkapita yang ada. Tatkala modal terakumulasi, tenaga
kerja akan kian dibutuhkan sehingga tingkat upah-pun meningkat untuk
memenuhi kebutuhan ”subsisten” baik secara psikologis maupun fisiologis
(O’Brien, 2000: 121). Ilmu ekonomi klasik tersebut merupakan prestasi
intelektual yang mengesankan. Landasan-landasan teoretis yang
dikembangkannya menjadi pijakan bagi teori-teori perdagangan dan moneter
sampai sekarang ini.
Ada beberapa tokoh pemikir dalam mazhab ini yang perlu kita ketahui
pandangannya tentang kegiatan ekonomi. Masing-masing dari mereka diuraikan
sebagai berikut:
a. Adam Smith (1776)
Adam Smith-lah tokoh sentral dalam mazhab ini. Pemikiran-pemikiran
tentang masalah-masalah ekonomi dituangkannya dalam karyanya yang
berjudul "An Inquiry into the Nautre and Causes of the Wealth of Nations".
Dasar falsafah adalah bahwa tata susunan masyarakat agar didasarkan atas
hokum alam yang secara wajar berlaku dalam dunia nyata. Perlu pembagian
bidang kegiatan dan spesialisasi. Kebebasan individu dan kemandiriannya
akan membawa keserasian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Laissezfair, laissez passer..
b. Jean Baptist Say (1767-1832)
Penyusun sistematik dan kodifikasi pemikiran Adam Smith. Hukum Say:
"theories des debouchees", dalam keadaan ekuilibrium produksi cenderung
menciptakan permintaannya akan hasiul produksi yang bersangkutan.
c. David Ricardo (1772-1832)
Teori nilai bersumber pada biaya tenaga kerja. Hukum besi tentang
tingkat upah. Sewa tanah dikaitkan dengan hokum imbalan jasa yang
semakin menurun. Teori perdagangan internasional berdasarkan keunggulan
komparatif dan biaya komparatif.
d. Thomas Robert Malthus (1766-1834)
Terkenal dengan teori penduduknya yang berbunyi: penduduk dunia
bertambah dengan lebih cepat disbanding dengan kemampuannya untuk
mempertahankan tingkat hidupnya. Teori lainnya tentang ketidakmampuan
berkonsumsi secara wajar (theory of underconsumption).
Aliran klasik mengalami kegagalannya setelah terjadi Depresi Besar tahun
1930-an yang menunjukkan bahwa pasar tidak mampu bereaksi terhadap gejolak
di pasar saham. Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam
bukunya General Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan
bahwa pasar tidak selalu mampu menciptakan keseimbangan, dan karena itu
intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi sumber daya mencapai
sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling "bertarung" dalam dunia ilmu
ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: new klasik, neo
klasik, new keynesian, monetarist, dan lain sebagainya. Namun perkembangan
dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan
kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama
dikembangkan oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel
Douglass C. North.
2. Mazhab Sosialisme
Dalam mazhab sosialisme, sistem kepemilikan dan pelaksanaan kolektif atas
faktor-faktor produksi (khususnya barang-barang modal), dikuasai oleh negara.
Oleh karena itu para tokoh pemikir mazhab sosialisme sangat anti terhadap
kapitalisme dan individualisme yang tumbuh subur pada zaman mazhab klasik.
Adapun tokoh-tokoh dari mazhab sosialisme di antaranya yaitu; Saint-Simon,
Fourier, Owen, Blanc, Proudhon, Marx dan Engels, serta banyak lagi pemikir
sosialis lainnya. Kebanyakan sistem dan mazhab ini bersifat utopia dan sebagian
besar pendukungnya adalah para ’filantropis’ (cinta kasih sesama umat manusia)
kelas menengah yang memiliki komitmen untuk memperbaiki kehidupan para
pekerja atau buruh serta kaum miskin lainnya. Selain itu kebanyakan penganut
sosialis mendambakan masyarakat yang lebih terorganisir yang akan
menggantikan anarki akibat dari pasar dan kemiskinan masal masyarakat
perkotaan (Hirst dalam Dadang Supardan, 2009: 396).
Menurut pandangan Kalr Marx dan Fredreich Engels perekonomian liberal
memiliki self destruction, akan mengalami kereuntuhan dengan sendirinya, karena
itu perlu perombakan struktural melalui revolusi sosial, harus diganti dengan
sistem yang lebih manusiawi, yaitu dengan sistem sosialis komunis, dikarenakan:
a) Sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam, karena tidak peduli
pada masalah kepincangan dan kesenjangan sosial yang terjadi di
masyarakat yang menyebabkan terbentuknya kelas-kelas sosial
masyarakat,
b) Akumulasi Kapital pada kaum kapitalis memang menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pembangunan dalam sistem ini
bias,
c) Teori Pertentangan Kelas: sepanjang sejarah selalu ada pertentangan kelas
dalam masyarakat,
d) Teori Surplus Value dan penindasan buruh: kelebihan nilai produktivitas
buruh atas upah alami yang di nikamti oleh para pemilik modal,
e) Dialektika Materialisme Historis
f) Fase-fase Perkembangan Masyarakat: pertama Komunisme primitif,
kedua perbudakan, ketiga feodalisme, keempat kapitalisme, kelima
Sosialisme, keenam komunisme
g) Perbedaan Sosialisme dan Komunisme menurut Marx, dapat terlihat dari
segi: produktivitas, hakikat manusia sebagai produsen, dan pembagian
pendapatan.
Mereka yang membela sosialisme sering berbeda mengenai jenis sosialisme
yang mereka cari. Hanya dalam beberapa hal mereka mempunyai kesamaan,
selebihnya berbeda bahkan bertentangan. Ada yang menghendaki hapusnya
pemerintah, sementara yang lainnya ingin mempertahankan agar dapat melindungi
kepentingan buruh; ada pula yang menganggap semua lambang kapitalisme harus
dilenyapkan, termasuk mekanisme pasar, harga, dan invisible hand, sedangkan
yang lainnya menganggap mekanisme pasar dan harga masih diperlukan dalam
saat-saat awal soialisme disebabkan sulitnya mengukur efisiensi ketika dewan
perencanaan pusat menyusun prioritas (Sastradipoera dalam Dadang Supardan,
2009: 396).
3. Mazhab Neo- Klasik
Mazhab neo-klasik merujuk pada versi terbaru dari ekonomi klasik yang
dimunculkan pada abad ke-19 terutama oleh Alfred Marshal dan Leon Walras.
Versi-versi yang terkenal itu dikembangkan pada abad ke-20 oleh John Hicks dan
Paul samuelson. Lepas dari pengertian neo klasik umumnya, perbedaan ekonomi
neoklasik dan klasik hanya terletak pada penekanan dan pusat perhatiannya. Jika
ekonomi klasik menjelaskan segala kondisi ekonomi dalam kerangka kekuatan-
kekuatan misterius ”invisiblehand” (tangan-tangan tak terlihat), maka dalam
mazhab ekonomi neoklasik mencoba memberi penjelasan lengkap dengan
memfokuskan pada mekanisme-mekanisme aktual yang menyebabkan terjadinya
kondisi ekonomi tersebut (Boland dalam Dadang Supardan, 2009: 398).
3.1 Mazhab Austria (1871)
Menggunakan kalkulus dalam pengembangan teori mereka,
mengembangkan teori utilitas marginal dan opportunity cost, bahwa yang
paling menentukan harga adalah utilitas yang diterima dari pengkonsumsian
satu unit terakhir dari barang tersebut, teori modal dan tingkat suku bunga,
paritas daya beli, trade cycle. Tokoh utama di antaranya: Carl Menger,
Friedrich von W, Eugenvon Bohn Bawerk, Knut Wicksel, Ludwig edler von
Mises.
3.2 Mazhab Lausanne (1878)
Menjelaskan model keseimbangan umum melalui pendekatan matematis,
bahwa perubahan dalam suatu faktor ekonomi akan membawa perubahan
pada variabel lainnya dalam ekonomi secara keselurahan. Tokoh utama di
antaranya: Leon Walras, Vilfredo Pareto
3.3 Mazhab Cambridge
Menggabungkan pertentangan antara kaum klasik dan neo klasik mengenai
konsep harga, bahwa konsep harga selain ditentukan oleh biaya-biaya dari sisi
produsen, dari kepuasan marjinal di sisi konsumen, juga ditentukan oleh
unsur-unsur subyektif lainya.
Inti ajaran mazhab neoklasik adalah :
a. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik
dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi
didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih
pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
b. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan
sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai
Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas
barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan
Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya
untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons
dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal.
Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam
menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan
perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde
berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh
tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde
barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
c. Games Theory dan Informasi Asimetris, konsep ini untuk menjelaskan
perilaku ekonomi dalam pasar yang hanya diisi oleh segelintir pelaku, baik
menggunakan informasi simetris, asimetris, bahkan dinamis. Konsep ini
dikembanghkan oleh john Nash (1950), Jhon Harsanyi (1967), dan
Reinhard Selten.
Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori
keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam
sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori
produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah
persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan
teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah
satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas
ekonomi (Disman, 2000).
3. Mazhab Keynesian
3.1 Sejarah Singkat
Mazhab ini sesuai dengan namanya dipimpin oleh John Maynard Keynes,
yang merupakan ekonomi agregat (makro) yang dituangkan dalam bukunya
General Theory of Employment, Interest and Money (1936), dan dari karya-
karya pengikut Keynes yang lebih kontemporer seperti Sir Roy Harrold, Lord
Kaldor, Lord Kahn, Joan Robinson dan Michael Kalecki, yang meluaskan
analisis Keynes terhadap pertumbuhan ekonomi dan pertanyaan mengenai
distribusi fungsional pendapatan (functional distribution of income) antara
upah dan laba yang oleh Keynes sendiri daibaikan (Thirwall dalam Dadang
Supardan, 2009: 398).
Dua pilar utama dari teori employment klasik adalah bahwa tabungan
dan investasi menghasilkan ekuilibrium pada tingkat full employment melalui
tingkat suku bunga, dan bahwa penawaran serta permintaan tenaga kerja
menghasilkan ekuilibrium melalui berbagai variasi upah riil. General Theory
Keynes ditulis sebagai reaksi terhadap paham klasik tersebut. Perdebatan
mengenai masalah ini sampai sekarang masih berlangsung.
3.2 Teori-teori Ekonomi Keynes
3.2.1 Keterkaitan Pasar barang dengan Teori Mazhab Keynes
Perbedaan pasar barang menurut Keynesian dengan klasik terletak pada
Hukum Say bahwa permintaan sama dengan penawaran sehingga tidak
akan terjadi kelebihan atau kekurangan permintan atau penawaran.
Menurut Keynesian permintaan barang tidak selalu sama dengan
penawaran karena tidak semua income dibelanjakan tetapi sebagian dari
pendapatan tersebut akan disimpan dalam bentuk tabungan (saving).
Tabungan tidak menambah permintaan efektif terhadap barang dan jasa
kalau tidak segera diinvestasikan sehingga akan terjadi kelebihan stok
barang atau kelebihan produksi barang (penawaran). Apa akibat dari
ketidakseimbangan permintaan dengan penawaran ini terhadap
perekonomian negara? Ada dua akibat yang akan terjadi.
Pertama, para produsen akan mengurangi jumlah produksi mereka pada
tahun atau periode berkutnya, artinya output atau GDP akan berkurang
pada tahun berikutnya. Bila output berkurang maka dampaknya akan
sangat serius terhadap variabel makro karena income, lapangan pekerjaan,
konsumsi, investasi dan seterusnya akan menurun.
Kedua, akbat dari turunnya GDP dan income maka harga-harga akan
turun karena turunnya permintaan akibat penurunan income. Apabila
harga-harga (harga barang dan harga tenaga kerja) tidak kaku tetapi
fleksibel dan turun sebanding dengan penuruan income, seperti yang
diasumsikan oleh teori Klasik, maka keadaan down turn ini tidak akan
berlangsung lama karena harga yang turun akan kembali mendorong
naiknya permintaan (sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran).
Naiknya permintaan akan mendorong produsen kembali menggenjot
produksi mereka dan keadaan terpuruk akan segera terkoreksi kembali.
Pabrik dan industri tidak akan tutup sehingga para buruh tidak banyak
yang kena PHK. Berbeda dengan teori Klasik yang mengasumsikan harga-
harga adalah fleksible, kenyataannya menurut Keynes, harga-harga adalah
tidak fleksible tetapi kaku (stiki), tidak mau turun. Akibatnya permintaan
akan turun dan produksi tidak akan naik sehingga ekonomi akan terjebak
pada resesi atau depresi.
Keadaan sebaliknya bisa juga terjadi yaitu terjadinya kelebihan
permintaan dan kekurangan produksi. Misalnya produsen membuat
perhitungan yang optimis dengan menambah investasi sehingga
permintaan aggregate naik (ingat investasi adalah komponen Aggregate
Demand). Bila kapasitas terpasang pabrik sudah penuh maka tidak akan
terjadi peningkatan produksi sehingga produksi berkurang dan sementara
permintaan naik. Kenaikan permintaan dan kekurangan produksi ini akan
ditransmisikan kedalam inflasi.
3.2.2 Keterkaitan Pasar Uang dengan Teori Mazhab Keynes
Perbedaan teori Klasik dan Keynesian dalam hal uang adalah, dan ini
yang merupakan perbedaan besar, Keynesian tidak setuju dengan pendapat
bahwa permintaan uang hanya ditentukan oleh kebutuhan transaksi dimana
transaksi ini dipengaruhi oleh volume barang, harga barang dan kecepatan
perputaran uang. Menurut Keynesian permintaan uang ditentukan oleh tiga
faktor yaitu:
a. Kebutuhan transaksi (transaction motive), yaitu Y, P dan k.
b. Kebutuhan untuk berjaga-jaga (precautionary motive) dan
c. Kebutuhan untuk berspekulasi (speculation motive) atau investasi.
Untuk kebutuhan transaksi sama dengan pendapat klasik dimana
teragantung dengan volume barang, harga dan konstanta. Tetapi untuk dua
faktor lagi Keynesian berpendapat bahwa permintaan akan uang juga
ditentukan oleh faktor berjaga-jaga dan berspekuliasi.
Kebutuhan berjaga-jaga adalah suatu kebutuhan untuk mengahadapi
situasi yang tidak normal atau darurat, misalnya sakit, kecelakaan atau ada
kebutuhan mendadak yang memerlukan uang yang tidak terduga
sebelumnya. Jumah kebutuhan untuk jenis ini sama dengan kebutuhan
transaksi, yakni tergantung dengan income. Bila dilihat secara prinsip
maka kebutuhan jenis ini juga hampir sama dengan kebutuhan transaksi.
Faktor ketiga yang menentukan permintaaan uang adalah spekulasi,
berbeda secara signifikan dengan teori klasik. Kebutuhan spekulasi adalah
kebutuhan untuk mencari keuntungan dari permaian resiko dan
keberuntungan. Sama seperti teori klasik, menurut Keynes uang tidak
memberikan penghasilan apa-apa, misalnya dalam bentuk bunga, sehingga
rugi kalau disimpan dalam jumlah yang terlalu banyak. Pada waktu teori
ini dicetuskan oleh Keynes uang memang tidak memberikan keuntungan
apa-apa kecuali untuk mempermudah proses transaksi sehari-hari. Sebagai
alternatif dari memegang uang adalah membeli aset lain seperti obligasi
(bonds) yang dikeluarkan pemerintah, karena obligasi memberikan
pendapatan berupa bunga.
Dalam perkembangannya sekarang uang telah bisa memberikan
keuntungan dalam bentuk bunga bila disimpan di bank, walaupun tidak
diinvestasikan ke usaha-usaha produktif tetapi bunganya sangat rendah
diandingkan dengan deposito atau investasi lainnya. Kalau uang disimpan
di rumah maka tetap tidak akan memberikan keuntungan sedikitpun.
Tingkat keuntungan yang diperoleh dengan menabung di bank memang
relatif rendah dibandingkan dengan investasi atau usaha produktif lainnya
tetapi resiko menabung di bank juga rendah. Disamping itu alternatif
terhadap memegang uang sekarang bukan hanya obligasi tetapi sudah
terdapat berbagai jenis surat berharga yang dapat memberikan bunga yang
sangat kompetitif dibandingkan dengan bunga simpanan bank.
Faktor kebutuhan uang untuk spekulasi merupakan perbedaan penting
antara teori pasar uang klasik dan Keynesian. Menurut teori Keynesian
disamping untuk transaksi, uang diperlukan juga untuk berjaga-jaga
(berjaga-jaga hampir sama denga transaksi menurut versi teori klasik) dan
untuk berspekulasi. Dikatakan spekulasi karena ada tarik menarik antara
keperluan memegang uang dan memegang (membeli) aset yang lain selain
uang sebagai ganti memegang uang dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan.
3.2.3 Keterkaitan Pasar Tenaga Kerja dengan Teori Mazhab Keynes
Berbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan
penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena
harga-harga fleksibel, maka menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari
seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga permitaan dan
penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga penganguran sering
terjadi. Menurut Keynesian penganguran bisa terjadi terus menerus dan
jenis pengangguran tersebut ada tiga macam:
1. Pengangguran karena adanya pergeseran tingkat oputput dari berbagai
sektor dan ini bersifat sementara (frictional unemployment).
2. Pengangguran musiman, yang jumlahnya tergantung dengan musim
(seasonal unemployment).
3. Pengangguran yang “dibuat” (institutional unemploymen).
Pengangguran pergeseran (frictional) adalah pengangguran yang
disebabkan karena adanya perobahan struktur dalam ekonomi dan orang-
orang berpindah dari satu pekejaan ke pekerjaan lain. Masa transisi
perpindahan pekerjaan ini menyebabkan timbulnya pengangguran
sementara. Misalnya ada suatu industri yang tutup karena tidak efisien lagi
untuk diteruskan sehingga orang-orang harus mencari pekerjaan baru.
Proses mencari pekerjaan baru memerlukan waktu dan bahkan adakalanya
pekerja tersebut harus dilatih kembali untuk memsuki lapangan pekerjaan
baru. Contoh lain adalah adanya perpindahan dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain dan sementara perkerjaan baru belum dapat maka status
pencari kerja tersebut adalah pengangguran.
Pengangguran musiman disebabkan karena adanya faktor musim dari
suatu jenis pekerjaan. Misalnya di sektor pertanian ada musim puncak
dimana banyak perkerjaan dan ada pula musim senggang atau tidak ada
pekerjaan sama sekali sehingga petani menjadi menganggur dan mencari
pekerjaan lain.
Pengangguran institusinal adalah pengangguran yang timbul akibat
adanya kebijakasanaan pemerintah seperti upah minimum yang
menyebabkan permintaan terhadap tanaga kerja berkurang. Sementara itu
penawaran kerja dari pencari kerja cukup banyak sehinga timbul
pengangguran.
Timbulnya ketiga jenis penganguran tersebut diatas disebabkan oleh
karena tidak fleksibelnya harga-harga, termasuk harga tenaga kerja (upah)
dan lambatnya reaksi rasional dari para pelaku ekonomi sehingga tidak
terjadi full employment. Tidak full employment berarti akan ada orang
yang tidak mendapatkan pekerjaan. Pada keadaan full employment, semua
orang bekerja dan tidak ada pengangguran.
Karena lambatnya proses untuk kembali ke kondisi keseimbangan
semula maka pemerintah harus turun tangan dengan melakukan intervensi.
Salah satu intervensi yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan
menaikkan pengeluaran sehingga agregate demand kembali meningkat,
produksi naik, tenaga kerja kembali dibuthkan sehingga tercipta lapangan
pekerjaan dan income kembali normal. Tentunya cara yang tidak populer
adalah menghilangkan upah minimum sehingga permintaan terhadap
tenaga kerja meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Sanusi, Bachrawi. 2004. Tokoh Pemikir Dalam Mazhab ekonomi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.
O’Brien, D.P. (2000) ”Ilmu Ekonomi Klasik” dalam Kuper, Adam & Kuper,
Jesica, (ed) (2000) Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, Diterjemahkan Oleh Haris
Munandar dkk, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Samuelson, Paul A dan Nordhaus, W. D. (2001). Macro Economics. 17 Edition.
New York : The Mc Graw Itill Company, Inc.
Mankiw, Gregory. 2001. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Penerbit Erlangga