Download - PRAFORMULASI OKOK
Praktikum Kosmetologi
KELOMPOK 3
FARMASI VI-A
BAYYINAH 108102000026
IKHSAN BUDIARTO 108102000014
INTAN FAUZIAH 108102000007
NURMASARI 108102000028
UMMU HIKAMAH 108102000010
Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
I. PENDAHULUAN
Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, angina keras, umur lanjut, berbagai
penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air
sehingga kulit menjadi lebih kering.
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan
adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit
kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai
sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah(natural
moisturizing factor/ NMF) tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan
perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik
pelembab kulit.
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:
1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak
hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin,
asam stearat, fatty alcohols, setil alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax
esters lanolin, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit.
Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, asam hialuronat, dan
beberapa vitamin.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik
yang menyerap air. Misalnya: hyaluronic acid.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari
yang mengeringkan kulit.
Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak,(lanolin, lemak wool, fatty
alcohol, gliserol monostearat dan lain-lain). Campuran minyak seperti minyak
tumbuhan lebih baik daripada mineral oil karena lebih mudah bercampur dengan
lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum dan memiliki daya
adhesi yang lebih kuat.
Berbagai jenis krim seperti krim malam, massage krim, dan krim dengan
kandungan minyak yang tinggi, semuanya bisa dikategorikan moisturizing dan
emmolient dengan komposisi dan karateristik basis yang digunakan berupa
vanishing atau foundation cream. Vanishing cream merupakan emulsi asam stearat
yang terkesan menghilang setelah dioleskan dipermukaan kulit.
Preparat tipe emulsi O/W merupakan yang paling cocok untuk krim pelembab.
Krim O/W kaya akan minyak dan selalu berisi humektan (gliserol, sorbitol dan
lainnya). Tetapi, krim dengan tipe W/O juga ada, contohnya krim malam yang terasa
lebih hangat, lebih lengket dan lebih kental. Karena kandungan minyak
tumbuhannya tinggi preparat ini mudah menjadi tengik, maka perlu penambahan
antioksidan. Kosmetik ini juga perlu dilindungi dari mikroorganisme dengan
penambahan bahan pengawet. Parfum juga tidak lupa ditambahkan untuk
memperbaiki bau sehingga enak dicium.
II. PRAFORMULASI
Minyak Kelapa (HOE 6th edition p.184 ; FI edisi III h.456)
Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan
endosperm kering Cocos nucifera L.
Sifat Kimia
Nama Kimia : Coconut oil
Nama Lain : Aceite de cocos; Cocois oleum raffinatum;
Coconut butter; Copra
oil; Oleum cocois; Pureco 76; Refined coconut oil
Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk : Cairan jernih
Warna : Tidak berwarna atau kuning pucat
Bau : Khas, tidak tengik
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat larut dalam
dikloromethane
dan dalam petroleum; larut dalam eter, karbon disulfide
dan
kloroform, larut pada suhu 600C dalam 2 bagian etanol
(95%)
tapi kurang larut pada suhu lebih rendah.
Titik lebur : 23-26 oC
Aplikasi : Sebagai emolien dan dasar salep
Penggunaan Konsentrasi (100%)
Sabun padat 4-20
Shampoo 1-20
Sabun 60-75
Salep kulit 50-70
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, dan di
tempat yang sejuk
Ketidakcocokan : Minyak kelapa bereaksi dengan agen oksidasi,
asam dan basa.
Asam stearat (HOE 6th edition p.697; FI edisi III h.57-58)
Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari
lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadenoat, C18H36O2 dan asam
heksadekanoat C16H32O2
Sifat Kimia
Nama Kimia : Octadecanoic acid
Rumus empiris : C18H36O2
Berat molekul : 248,47
Nama Lain : Cetylacetic acid; Crodacid; E570; Edenor;
Emersol; Hystrene;
Industrene; Kortacid 1895; Pearl Steric; Pristerene;
stereophonic
acid; Tegostearic.
Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk : Kristal padat, bubuk, zat padat mengkilat
Warna : Putih atau kuning pucat
Bau : Sedikit berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 3 bagian eter,
dalam 2
bagian kloroform, larut dalam 20 bagian etanol (95%),
larut
dalam heksana dan propilen glikol; mudah larut dalam
benzene
dan karbon tetra klorida.
Titik lebur : 69-70 oC
Aplikasi : agen pengemulsi; agen pelarut, lubrikan
tablet dan kapsul.
Penggunaan Konsentrasi (100%)
Salep dank rim 1-20
Lubrikan tablet 1-3
Stabilitas dan penyimpanan : Asam stearat merupakan bahan yang
stabil; dapat juga
ditambahkan antioksidan di dalamnya; disimpan
dalam
wadah tertutup baik, kering dan sejuk
Ketidakcocokan : Asam stearat tidak kompatibel dengan
kebanyakan logam
hidroksida dan mungkin tidak compatible dengan
agen pereduksi dan agen oksidasi.
Cetyl alcohol (HOE 6th edition p.155-156)
Sifat Kimia
Nama Kimia : Hexadecan-1-ol
Rumus empiris : C16H34O
Berat molekul : 242,44
Nama Lain : Avol; Cachalot; Crodacol C70; Crodacol C90;
Crodacol C95; ethal;
ethol; 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol; Hyfatol 16-
95; Hyfatol
16-98; Kessco CA; Lanette 16; Lipocol C; palmityl
alcohol; Rita CA;
Tego Alkanol 16.
Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk : Seperti lilin, serpihan, butiran, kubus
Warna : Putih
Bau : Samar
Rasa : Hambar
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter; kelarutan
meningkat
dengan meningkatnya temperature; Praktis tidak larut
dalam air,
dapat bercampur ketika melebur dengan lemak, paraffin
padat,
paraffin cair dan isopropyl miristate.
Titik lebur : 45-52 oC
Aplikasi : agen pengemulsi; agen penyalut, agen
pengeras (stiffening agent)
Penggunaan Konsentrasi (100%)
Emolien 2-5
Agen pengemulsi 2-5
Agen pengeras (stiffening agent) 2-10
Absorpsi air 5
Stabilitas dan penyimpanan : Setil alcohol stabil dalam asam, alkali,
cahaya dan udara;
tidak menjadi tengik; simpan dalam wadah
tertutup baik,
kering dan sejuk.
Ketidakcocokan : dengan agen oksidasi.
BHT (HOE 6th edition p.75-76)
Sifat Kimia
Nama Kimia : 2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol
Rumus empiris : C15H24O
Berat molekul : 220.35
Nama Lain : Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-
methylphenol;
butylhydroxytoluene; Dalpac; dibutylated
hydroxytoluene;
2,6-di-tert-butyl-p-cresol;3,5-di-tert-butyl-4-
hydroxytoluene;
E321; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP; Nipanox BHT;
OHS28890; Sustane; Tenox BHT; Topanol; Vianol.
Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk : Kristal padat atau bubuk
Warna : Putih atau kuning pucat
Bau : Samar
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen gikol,
larutan
hidroksi alkali, larutan encer asam mineral; mudah larut
dalam
etanol (95%), aseton, benzene, methanol, toluene,
minyak
mineral dan eter.
Titik lebur : 70 oC
Aplikasi : antioksidan
Penggunaan Konsentrasi (100%)
Β-karoten 0,01
Minyak dan lemak 0,02
Minyak esensial dan agen perasa 0,02-0,5
Formula topical 0,0075-0,1
Minyak ikan 0,01-0,1
Minyak sayur 0,01
Stabilitas dan penyimpanan : Paparan cahaya, kelembaban dan panas
menyebabkan
perubahan warna dan hilangnya aktifitas;
disimpan dalam
wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,
kering dan
sejuk.
Ketidakcocokan : Tidak kompatibel dengan agen oksidator
kuat seperti
peroksida dan permanganate, kontak dengan
agen
oksidasi dapat menyebabkan kebakaran spontan.
Garam
besi menyebabkan perubahan warna dengan
hilangnya
aktifitas. Pemanasan dengan jumlah katalis asam
menyebabkan dekompisisi yang cepat dengan
keluarnya
isobutene gas yang mudah terbakar.
Gliserin (HOE 6th edition p.283-284; FI edisi III h.271-272)
Sifat Kimia
Nama Kimia : Propane-1,2,3-triol
Rumus empiris : C3H8O3
Berat molekul : 92.09
Nama Lain : Croderol; E422; glycerine; Glycon G-100;
Kemstrene; Optim;
Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane glycerol.
Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk : Cairan seperti sirop, jernih, higroskopis
Warna : Tidak berwarna
Bau : Tidak berbau
Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada suhu 200C
Aseton Sukar larut
Benzen Praktis tidak larut
Kloroform Praktis tidak larut
Etanol (95%) Larut
Eter 1 : 500
Etil asetat 1 : 11
Metanol Larut
Minyak Praktis tidak larut
Air Larut
Titik lebur : 17,8 oC
Higroskopis
Aplikasi : kosolven, emolien, humektan, pelarut,
agen pemanis, pengawet (antimikroba), agen tonisitas.
Penggunaan Konsentrasi (100%)
Pengawet (antimikroba) < 20
Emolien ≤ 30
Humektan ≤ 30
Agen pemanis dalam eliksir alcohol ≤ 20
Pelarut dalam formula parenteral ≤ 50
Stabilitas dan penyimpanan : Terurai pada pemanasan; tidak rentan
terhadap oksidasi
dalam penyimpanan biasa; higroskopis;
campuran air
dengan gliserin, etanol (95%) dan propilen glikol
secara
kimiawi stabil; dapat mengkristal pada suhu
rendah,
Kristal tidak meleleh sampai dihangatkan sampai
200C;
disimpan dalam wadah kedap udara, kering dan
sejuk.
Ketidakcocokan : Dapat meledak dengan agen oksidasi kuat
seperti
kromium trioksida, potassium klorat atau kalium
permanganate. Perubahan warna hitam gliserin
terjadi
jika terpapar cahaya atau pada kontak dengan
ZnO atau
nitrat bismuth. Gliserin dapat membentuk
kompleks
dengan asam borat, asam glyceroboric.
Kontaminan zat
besi dalam gliserin dapat menyebabkan warna
gelap pada
campuran yang mengandung fenol, salisilat dan
tannin.
NaOH (FI edisi III h.412)
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah
dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3
Sifat Kimia
Berat molekul : 40
Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk : Batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering,
keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, mudah meleleh
basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO2
Warna : Putih
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Gliserin (HOE 6th edition p.754-755)
Sifat Kimia
Nama Kimia : 2,20,200-Nitrilotriethanol
Rumus empiris : C6H15NO3
Berat molekul : 149.19
Nama Lain : TEA; Tealan; triethylolamine;
trihydroxytriethylamine;
tris (hydroxyethyl)amine.
Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk : berupa cairan kental, jernih
Warna : Tidak berwarna sampai berwarna kuning pucat
Bau : Sedikit berbau amoniak
Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada suhu 200C
Aseton Dapat bercampur
Karbon tetraklorida Praktis tidak larut
Benzen 1 : 24
Etil eter 1 : 63
Metanol Dapat bercampur
Air Dapat bercampur
Titik lebur : 20-21 oC
Sangat higroskopis
Aplikasi : agen akali, agen pengemulsi dengan
penggunaan TEA 2-4% v/v.
Stabilitas dan penyimpanan : TEA dapat berwarna coklat bila terpapar
udara dan
cahaya; disimpan dalam wadah kedap udara,
terhindar
dari cahaya, kering dan sejuk.
Ketidakcocokan : TEA dapat bereaksi dengan asam mineral
menjadi bentuk
garam dan ester, dengan asam lemak yang tinggi
bentuk
garam dari TEA dapat laut dalam air dan
mempunyai sifat
seperti sabun.
Nipagin
Sifat Kimia
Nama Kimia : Methyl-4-hydroxybenzoate
Rumus empiris : C8H8O3
Berat molekul : 152,15
Nama Lain : E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester;
methyl
p-hydroxybenzoate;
Nipagin M; Uniphen P-23.
Sifat Fisika
Organoleptis
Bentuk : Kristal atau bubuk kristal
Warna : Tidak berwarna atau putih
Bau : Berbau atau hampir tidak berbau
Rasa : Terbakar sedikit
pH : 4-8
Kelarutan
Pelarut Kelarutan pada suhu 250C
Etanol 1 : 2
Etanol (95%) 1 : 3
Etanol (50%) 1 : 6
Eter 1 : 10
Gliserin 1 : 60
Minyak mineral Parktis tidak larut
Minyak kacang 1 : 200
Propilen glikol 1 : 5
Air 1 : 400
1 : 50 pada suhu 500C
1 : 30 pada suhu 900C
Aplikasi : pengawet (antimikroba). Biasanya
digunakan kombinasi sebagai pengwet dengan perbandingan metal
paraben (0,185) dan propel paraben (0,02%)
Penggunaan Konsentrasi (100%)
Sediaan topical 0,02-0,3
Larutan oral dan suspense 0,015-0,2
Sediaan rectal 0,1-0,18
Stabilitas dan penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup baik,
kering dan sejuk.
Ketidakcocokan : Aktivitas antimikroba dan metil paraben
jauh berkurang
dengan adanya surfaktan nonionik, seperti
polisorbat 80,
sebagai akibat dari micellization aktivitas.
Namun,
propilen glikol (10%) telah ditunjukkan untuk
mempotensiasi antimikroba yang dari paraben di
hadapan
surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara
metil
dan 80 polisorbat. Incompatibilitas lain dengan
zat,
seperti bentonit, magnesium trisilicate, talk,
tragacanth,
natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan
atropine
juga bereaksi dengan berbagai gula.
III. FORMULA
Minyak kelapa 10%
Asam stearat 20%
Cetyl alkohol 0,5%
BHT 0,001%
TEA 1,2%
NaOH 0,01%
Gliserin 8%
Nipagin 0,01%
Parfum qs
Aquadest ad 100%
IV. ALAT DAN BAHAN
Bahan
Minyak kelapa
Asam stearat
Cetyl alkohol
BHT
TEA
NaOH
Gliserin
Nipagin
Parfum
Aquadest
Alat
Beaker glass 2 buah
Spatula 2 buah
Gelas ukur 1 buah
Timbangan digital
Penangas air
Cawan porselin
Pipet tetes
Kaca arloji
Kaca objek
Lumpang dan alu
Serbet
Tissue
Sudip
Termometer
V. PENIMBANGAN
Penimbangan
Minyak kelapa = 10% x 30 gram = 3 gram
Asam stearat = 20% x 30 gram = 6 gram
Cetyl alkohol = 0,5% x 30 gram = 0,15 gram
BHT = 0,001% x 30 gram = 0,0003 gram
TEA = 1,2% x 30 gram = 0,36 gram
NaOH = 0,01% x 30 gram = 0,003 gram
Gliserin = 8% x 30 gram = 2,4 gram
Nipagin = 0,01% x 30 gram = 0,003 gram
Aquadest = 30 gram – (3 g + 6 g + 0,15 g + 0,0003 g + 0,003 g + 0,003 g
+ 2,4 g + 0,36 g)
= 18,0837 gram
VI. PROSEDUR PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI
Prosedur Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan-bahan.
3. Panaskan air di atas penangas air.
4. Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat, cetyl alcohol, BHT) dilebur di
atas penangas pada suhu 700C (massa 1)
5. Fase air (NaOH, gliserin, Nipagin, TEA) dipanaskan di atas penangas
pada suhu 700C (massa 2)
6. Campurkan massa 1 dan massa 2 ke dalam lumpang hangat, geus
sampai menjadi massa krim. Kemudian tambahkan aquadest sedikit demi
sedikit, gerus ad homogen.
7. Masukkan krim yang sudah jadi ke dalam wadah yang sudah disiapkan,
beri etiket pada wadah.
8. Lakukan evaluasi krim (homogenitas, penampilan, stabilitas, dan uji
pengolesan pada kulit)
Cara Evaluasi
Homogenitas
Krim dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan
kaca objek lain, lalu amati apakah krim tersebut homogeny, apakah
permukaannya halus merata atau ada granul yang masih keras.
Penampilan krim
Penampilan krim yang diamati adalah warna dan bau. Krim yang
dihasilkan diamati secara visual dan dilakukan penyimpanan.
Stabilitas
Simpan krim selama 7 hari. Dilihat stabilitasnya dari hari 1 sampai hari
ke-7, amati terjadi pemisahan pada krim.
Pemeriksaan tipe krim (tidak dilakukan)
Pengujian menggunakan metode warna dengan mencampur basis
krim dengan beberapa tetes larutan metilen blue atau sudan III di atas
kaca objek, kemudian amati dengan mikroskop.
Viskositas (tidak dilakukan)
Ukur viskositas krim dengan menggunakan viscometer Brookfield.
VII. DATA PENGAMATAN
Homogenitas : kurang baik karena ada gelembung
Pembentukan emulsi : baik
Pengolesan pada kulit : sedikit lengket
Netto : 27 gram
Wadah : Proporsional wadah, nomer registrasi, tanggal
kadaluarsa, komposisi (Lengkap).
VIII. PEMBAHASAN
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa dengan formula
3A yaitu kelompok 5 dengan komposisi minyak kelapa 10%; asam stearat 14%;
gliserin 10%; borax 0,25%; TEA 1%; nipagin 0,01%; aquadest ad 100%.
Saran
Suhu saat pemanasan jangan terlalu tinggi
Pada saat menggerus jangan terlalu keras karena dapat menimbulkan
efek saponifikasi (menimbulkan busa dan gelembung pada sediaan)
Pada saat pencampuran lumpang dan alu harus dalam keadaan hangat.
X. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan republic Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,
edisi III . Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2008 . Farmakologi dan
terapi , edisi V. Jakarta : balai penerbit FKUI.
Department of Pharmaceutical Sciences. 1982. Martindale The Extra
Pharmacopoeia, thirtietht edition. London : The Pharmaceutical Press.
Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and Marian E Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. America : The Pharmaceutical Press.