Download - PRAMAKALAH PPKn
PRAMAKALAH
PELUANG DAN TANTANGAN GEOSTRATEGI
WAWASAN NUSANTARA
OLEH KELOMPOK
1. Lia Amaliah (F44090007)
2. Rivan Juniawan (F34090153)
3. Rizky Nurkhaerani (G14090074)
4. Sandy Pratomo (G34090087)
5. Wahyu Bodromurti (G14090051)
KOLOKIUM PPKN
Tempat : RK. P24
Dosen: Siti Rahmawati
Hari/ Tanggal : 2009
DIREKTORAT TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
TAHUN 2009
PENDAHULUAN
Latar Belakang
dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional Indonesia. Pengertian secara
lengkap wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungan yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan dengan tetap menghargai dan
menghormati kebhinekaan di dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk
mencapai tujuan nasional Indonesia.
Negara Indonesia adalah Negara maritim akan tetapi hampir seluruh
kebijaksanaan pemerintah pusat dan daerah ataupun kebijaksanaan yang sifatnya
sektoral belum ada yang mencerminkan bahwa Negara kita adalah Negara
maratim, yang berarti kesadaran akan ruang dalam upaya meningkatkan dan
mempertahankan kepentingan nasional belum dilandasi oleh kepentingan ruang.
Banyak sekali potensi yang dapat digali dan dimanfaatkan.
Pada intinya wawasan nusantara mengisyaratkan perwujudan kesatuan politik,
konomi, sosial budaya dan hankam sebagai psasyarat seutuhnya. Setelah
persyaratan dipenuhi maka diperlukan satu metode umum atau strategi guna
mewujudkan cita-cita di atas. Metode tersebut dinamakan geostrategi, yaitu satu
strategi dalam memanfaatkan semua kondisi lingkungan untuk mewujudkan cita-
cita nasional.
Kekuatan atau ketangguhan untuk berkembang merupakan kualita kemampuan
yang harus dimiliki setiap masyarakat bangsa, sebab kebutuhan dan kepentingan
meningkat setiap saat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk maupun
tingkat kesejahteraannya. Kekuatan atau ketangguhan merupakan kemampuan
untuk tumbuh dan berkembang dari masyarakat bangsa ke arah tata kehidupan
yang lebih baik di kemudian hari. Dalam makalah ini akan mencoba mengkaji
tentang peluang dan tantangan wawasan nusantara dilihat dari geostrategi.
Perumusan Masalah
Posisi geografi Indonesia yang berada diantara dua benua dan dua samudra serta
berbatasan dengan 10 negara, merupakan negara kepulauan yang besar dengan
letak pulau-pulaunya yang menyebar, berjumlah 17.504 pulau bernama dan tidak
bernama dengan peyebaran penduduk yang tidak merata dan kepadatan penduduk
yang tidak merata terpusat di pulau jawa. Indonesia juga terdiri dari beraagam
suku bangsa dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda yang menjadikan
bangsa Indonesia begitu beranekaragam. Kesemua ini merupakan keuntungan
bagi bangsa Indonesia tetapi terkadang menimbulkan kerawanan bagi Indonesia
khususnya jika dikaji hubungan geostrategi Indonesia dengan wawasan nusantara.
Menghubungkan antara masalah apa saja yang mungkin terjadi dengan
kemajemukan bangsa Indonesia, wilayah Indonesia yang berupa kepulauan yang
2/3 luas wilayahnya adalah lautan dan beberapa diantaranya masih belum jelas
batasnya dengan wilayah negara tetangga serta bagaimana dengan wilayah
Indonesia yang berada di perbatasan atau daerah frontier dan pulau-pulau yang
masih tak berpenghuni apakah akan terjadi hal sama pada kasus pulau Sipadan
dan Linggitan jika Indonesia tidak tegas dengan batas-batas wilayahnya. Dari sini
dapat dilihat langkah apa saja yang seharusnya Indonesia lakukan bukan hanya
menunggu sampai semuanya menghilang satu persatu dan dengan masalah yang
sama, kapan Indonesia akan sadar akan sumber daya alamnya yang seharusnya
telah didepositkan segera ke PBB untuk mendapatkan pengakuan yurisdiksi dari
Internasional tentang batas-batas wilayah Indonesia sehingga tidak diserobot oleh
negara lain walaupun negara tetangga yang masih satu rumpun dengan Indonesia.
Dari sini maka dapat ditarik beberapa pertanyaan yang memungkinkan menjadi
permasalahan yang akan terjadi bila tidak diselesaikan dengan baik.
1. Apakah peluang dan tantangan wawasan nusantara hubungannya
dengan geostrategi bangsa Indonesia ?
2. Apa tindakan yang harus dilakukan bangsa Indonesia untuk
mengamankan ketahanan nasional hubungannya dengan wawasan nusantara
kepulauan Indonesia ?
3. Bilamana terjadi kasus serupa seperti halnya sipadan dan linggitan
maka upaya apa yang seharusnya dilakukan Indonesia untuk mengatasinya ?
PEMBAHASAN
Perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa
yang utuh di seluruh wilayah nusantara di Indonesia ini, pertama kali
dimunculkan dengan adanya “Deklarasi Djuanda” pada tanggal 13 Desember
1957 yang mendasari perjuangan bangsa Indonesia untuk menjadi rejim negara
kepulauan (Archipelagic State) sebagai dasar dari konsepsi kewilayahan dalam
rangka mewujudkan Wawasan Nusantara. Deklarasi Djuanda merupakan
pernnyataan yang dikeluarkan pemerintah Indonesia mengenai wilayah perarairan
Indonesia yang isinya antara lain menyatakan bahwa semua perairan di sekitar, di
antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang masuk daratan Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah bagian-bagian yang tak terpisahkan dari
wilayah yurisdiksi negara kita yang tercinta, yaitu Negara Republik Indonesia.
Konsep Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) diakui dunia
setelah United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) yang
disahkan pada tanggal 10 Desember 1982 dan Indonesia juga telah
meratifikasinya dengan Undang-Undang No.17 tahun 1985. Pengakuan Indonesia
sebagai negara kepulauan tersebut merupakan anugerah besar bagi bangsa
Indonesia karena perairan yurisdiksi nasional Indonesia bertambah secara luar
biasa, luas laut Indonesia meliputi 2/3 dari seluruh wilayah negara (luas perairan
menjadi suatu kesatuan dengan daratan). Wilayah perairan yang demikian luas
menjadi beban tanggung jawab besar dalam mengelola dan mengamankannya.
Untuk mengamankan laut yang begitu luas diperlukan kekuatan dan kemampuan
di bidang maritim yang besar, kuat juga modern. Untuk mengelola sumber daya
yang terkandung di dalamnya seperti ikan, koral, mineral, biota laut, dan lain
sebagainya diperlukan SDM, peralatan dan teknologi kelautan yang modern serta
dana yang teramat besar, juga kesadaran dari warga Indonesia dalam
partisipasinya. Untuk 2 hal tersebut (pengamanan dan pengelolaan), diperlukan
batas laut yang pasti dan tegas sebagai “pagar” negara nusantara Indonesia dalam
rangka melindungi, mengamankan dan menegakkan kedaulatan sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia. Penegakan kedaulatan dan wilayah perairan bangsa
dapat dilakukan dan dipertanggungjawabkan pasa suatu negara yang batas-
batasnya sudah pasti (diakui oleh kedua negara yang berbatasa dan untuk laut
lepas sesuai dengan UNCLOS 1982) dan telah dilaporkan atau didepositkan di
PBB untuk mendapatkan pengakuan internasional. Semakin merebaknya
gangguan dan ancaman di perairan di nusantara akhir-akhir ini, semakin dirasakan
pentingnya penentuan (penegasan) batas-batas laut.
Potensi dan Kendala Kelautan Indonesia
Potensi kelautan sebagai negara maritim Indonesia menyimpan potensi kekayaan
sumber daya kelautan yang belum dieksplorasi dan dieksploitasi secara optimal
bahkan sebagian belum diketahui potensi yang sebenarnaya untuk itu perlu data
yang lengkap, akurat dan up to date sehingga laut sebagai sumber daya alternatif
yang dapat diperhitungkan pada masa mendatang akan semakin berkembang.
Dengan luas wilayah maritim Indonesia yang diperkirakan mencapai 5,8 juta km2
(dari perhitungan secara kartografis) dan dengan kekayaan terkandung di
dalamnya yang meliputi :
a. Kehidupan sekitar 28.000 spesies flora, 350 spesies fauna dan 110.000
spesies mikroba.
b. 600 spesies terumbu karang dan 40 genera, jauh lebih kaya dibandingkan
Laut Merah yang hanya memiliki sekitar 40 spesies dari 7 genera,
c. Sumberdaya yang dapat dipebaruhi ( renewable resources ), termasuk
ikan,udang, moluska, kerang mutiara, kepiting, rumput laut, mangrove/
hutan bakau, hewan karang dan biota laut lainnya
d. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaruhi (non renewable resources),
seperti minyak bumi, gas alam, bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor
dan mineral lainnya.
e. Energi kelautan seperti : Energi gelombang, pasang surut, angin, dan
Ocean Thermal Convention.
f. Jasa lingkungan (environmental services) termasuk tempat-tempat yang
cocok untuk lokasi pariwisata dan rekreasi seperti pantai yang indah,
perairan berterumbu karang yang kaya ragam biota karang, media
transportasi dan komuikasi, pengatur iklim dan penampung limbah.
g. Sudah terbangunnya titik dasar- dasar di sepanjang pantai pada posisi
terluar dari pulau-pulau terluar sebagai titik-titik untuk menarik garis
pangkal darimana pengukuran batas laut berpangkal.
h. Sudah terwujudnya beberapa kesepakatan/ perjanjian batas laut yaitu :
dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Australia, dan
PNG. Sejumlah potensi tersebut diatas merupakan sumberdaya yang
sangat potensial dikelola, untuk kesejahteraan rakyat. Di era krisis
ekonomi yang masih belum dapat diatasi sepenuhnya hingga saat ini,
seharusnya potensi laut yang besar tersebut menjadi solusi. Namun karena
kita selalu fokus kepada sumber daya yang ada di darat, maka sumber daya
laut yang besar menjadi tersia-siakan. Keadaan inilah yang memberi
peluang kepada bangsa-bangsa lain untuk mengeksploitasi laut kita dengan
leluasa.
Kendala Kelautan. Disadari bahwa penanganan bidang kelautan di Indonesia
hingga saat ini masih memprihatinkan, antara lain:
a) Kehancuran sebagian terumbu kaang yang memiliki fungsi ekologi dan
ekonomi yang hanya menyisakan sekitar 28 %, rawa pantai dan hutan
mangrove (bakau) yang merupakan habitat ikan dan penyekat abrasi laut,
dari 4 juta hektar telah menyusut menjadi 2 jutaan hektar.
b) Pencurian ikan oleh orang asing menunjukkan kerugian sekitar ½ miliar
dolar sampai 4 miliar dolar per tahun.
c) Sumber daya manusia (SDM) di bidang kelautan yang sangat minim baik
di bidang perencanaan, pengelolaan, maupun hukum dan pengamanan
kelautan.
d) Sebagian besar (85 %) kapal-kapal yang beroperasi di perairan Indonesia
menggunakan modal asing dan selebihnya adalah modal nasional. Hal ini
juga berdampak pada sekitar 50 % pelayaran antar-pulau dikuasai oleh
pihak asing.
e) Minimnya jumlah dan kualitas sarana dan prasarana (kapal, perlatan, dll)
menyebabkan seringkali aparat keamanan laut (Kamla) kita tidak berdaya
menghadapi kapal-kapal pencuri ikan, sehingga hanya sebagian kecil yang
dapat ditangkap.
f) Pemanfaatan teknologi maju melalui pengamatan satelit dalam rangka
pengawasan dan pengamanan laut (Waspam) masih sangat terbatas dan
belum terintegrasi secara permanen.
g) Eksplorasi, eksploitasi dan pembangunan di sepanjang pantai dan perariran
telah menyebabkan pencemaran laut akibat pembuangan limbah dari
proses kegiatan tersebut di atas, sehingga telah mendegradasi habitat
pesisir dan laut.
h) Maraknya kasus pembajakan laut khususnya di Selat Malaka dan alur
lintas kepulauan Indonesia (ALKI) telah menimbulkan konflik yang
menimbulkan intervensi negara maju (USA dan Jepang).
Faktor-faktor lain yang berpengaruh:
a. Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan dari klaim wilayah kita ke tangan
Malaysia meberikan pelajaran berharga guna mewaspadai pulau-pulau
kecil yang ada di zona perbatasan dan memberikan kesadaran bagi kita
semua tentang pentingnya pembinaan atas pulau-pulau tersebut.
b. Kondisi faktual, banyak WNI penduduk wilayah perbatasan lebih banyak
berhubungan dengan warga negara tetangga atau asing yang lebih maju,
mereka menggunakan uang asing, menonton TV asing, mendengarkan
radio asing dan menggunakan bahasa asing. Contoh: penduduk Pulau
Sebatik (Indonesia-Malaysia), Kepulauan Sangir-Talaut dan Pulau
Miangas (Indonesia-Filipina). Dengan demikian secara tidak sengaja
penduduk perbatasan sudah terbina dan terkooptasi oleh pengaruh negara
tetangga, sementara itu pembinaan dari pemerintah terhadap mereka
sangat minim.
c. Adanya batas yang sangat panjang dan khususnya alur laut (ALKI) yang
tidak dapat diawasi secara memadai karenan keterbatasan aparat, sarana
dan prasarana. Waspam laut banyak dimanfaatkan sebagai alur perlintasan
kriminal sperti penyelundupan barang ilegal (illegal logging/ fishing/
immigrants), pengungsi traficking dan akhir-akhir ini terorisme
internasional.
d. Keadaan ekonomi negara dan rakyat (khususnya nelayan) yang masih sulit
menyebabkan kepedulian dan kemampuan terhadap pengelolaan dan
Waspam laut sangat rendah.
e. Adanya pertentangan internal dalam negeri, antar-kelompok etnis, agama,
ras dan golongan (SARA) atau pemerintahan daerah (pemda) memberikan
celah-celah kepada elemen asing yang bertujuan negatif dengan
mengintervensi dan mengeksploitasi permasalahan SARA tersebut.
Permasalahan Batas Laut
Beberapa jenis batas laut dan pengaruhnya terhadap Pertahanan Keamanan
Negara. Menurut ketentuan hukum laut internasional ( Hukla 1982), ada 6 jenis
batas laut yaitu:
a. Batas perairan pedalaman (BPP); Perairan pedalaman di dalam garis batas
yang ditentukan oleh hukum yang berlaku disitu praktis sama dengan di
wilayah darat, dimana NKRI mempunyai kedaulatan penuh, kapal-kapal
asing tidak berhak lewat. Perairan pedalaman tersebut dibatasi oleh garis
penutup (Closing Line) sesuai ketentuan Hukla 1982. Namun sayangnya
Indonesia hingga saat ini belum memanfaatkan haknya untuk menarik
Closing Line tersebut.
b. Batas Perairan Nusantara/ Kepulauan (BPN/ BPK): di perairan ini
Indonesia mempunyai hak kedaulatan penuh tetapi kapal atau pelayaran
asing masih mempunyai “hak melintas” (Innocent Passage) melalui prinsip
alur laut kepulauan. Perairan nusantara ini dikelilingi oleh garis-garis dasar
yang lurus (Base Line) yang menghubungkan titik-titik pangkal (Base
Point) dan bagian pulau-pulau terluar di seluruh Indonesia. Base Line yang
menghubungkan Base Point dibuat berdasarkan UU No.4 tahun 1960 dan
telah didepositkan di PBB. UU tersebut telah diperbarui dengan UU No.6
tahun 1996 namun isinya justru mencabut Base Point dan Base Line yang
telah ada.
c. Batas laut wilayah (BLW): batas laut ini ditarik dari Base Line sejauh 12
mil tetepi BLW yang pasti/ tegas juga belum ada karena BLW tidak dapat
ditentukan sepihak. Pada laut wilayah, Indonesia masih mempunyai hak
mengelola dan yurisdiksi kedaulatan wilayah penuh.
d. Batas Perairan Zona Tambahan (BPZT): garis BPZT ini ditari 12 mil dari
garis BLW karena BLW-nya belum pasti maka BPZT-nya juga belum
dibuat.
e. Batas Zona Ekonomi Eksklusif (BZEE): garis BZEE ditarik sejauh atau
selebar 200 mil dari base line. Di perairan ZEE ini, Indonesia mempunyai
hak berdaulat atas kekayaan alam di situ dan kewenangan melindungi
lingkungan, mengatur penelitian ilmiah maritim dan pemberian ijin kepada
pihak asing yang akan melakukan penelitian ilmiah dan atau mendirikan
bangunan (instalasi, pulau buatan, dll). BZEE juga belum memilki
keabsahan atau pengakuan yang pasti.
f. Batas Landas Kontinen (BLK): landas kontinen adalah ujung kaki benua
atau lanjutan daratan yang tenggelam, garis BLK ditarik dari landas
kontinen secara vertikal (di permukaan laut) sampai 200 mil dari base line
atau maksimal 350 mil dari base line.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa di luar batas-batas laut
yang telah disepakati secara bilateral/ trilateral, batas laut yang lainnya sebagian
besar belum tegas/ pasti. Keterlambatan penentuan batas perairan secara pasti
merupaan kerugian beagi Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi tantangan untuk
segera menuntaskannya, namun bilamana pada tahun 2009 belum dilakukan
penyerahan batas laut ke PBB dengan mendepositkan peta batas laut maka
Indonesia akan kehilangan kesempatan atau tertundanya pengakuan dunia
internasional atas hak-haknya sebagai negara maritim yang dijamin hukum laut
internasional/ UNCLOS 1982 (tahun 2009 adalah limit waktu dari PBB untuk
penentuan batas laut).
Peluang Wawasan Nusantara dan Hubungannya dengan Geostrategi
Geostrategi adalah politik dalam pelaksanaan yaitu upaya bagaimana mencapai
tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik. Sebagai
contoh pertimbangan geostrategis untuk negara dan bangsa Indonesia adalah
kenyataan posisi silang Indonesia dari berbagai aspek, disamping aspek-aspek
geografi juga dari aspek demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
Hankam. Posisi silang Indonesia tersebut dapat dirinci sebagai berikut :
1) Geografi : Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan
Australia, serta di antara samudra Pasifik dan samudra Hindia.
2) Demografi : penduduk Indonesia terletak diantara penduduk jarang di
selatan (Australia) dan penduduk padat di utara (RRC dan Jepang)
3) Ideologi : ideologi Indonesia (Pancasila ) terletak diantara liberalisme di
selatan (Australia dan Selandia Baru ) dan komunisme di utara (RRC,
Vietnam, dan Korea Utara)
4) Politik : Demokrasi Pancasila terletak diantara demokrasi liberal di selatan
dan demokrasi dan demokrasi rakyat (diktatur proletar)
5) Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak dianatara ekonomi kapitalis dan
selatan Sosialis di utara.
6) Sosial : Masyarakat Indonesia terletak diantara masyarakat individualisme
di selatan dan masyarakat sosialisme di utara.
7) Budaya : Budaya Indonesia terletak diantara budaya barat di selatan dan
budaya timur di utara.
8) Hankam : Geopolitik dan geostrategi Hankam ( Pertahanan dan Keamanan
) Indonesia terletak diantara wawasan kekuatan maritim di selatan dan
wawasan kekuatan kontinetal di utara.
Dari uarian diatas didapatkan beberapa aspek pendukung tentang bagaimana
bangsa Indonesia seharusnya dapat bersikap dalam hal menentukan geostrategi
dalam kehidupan bernegara ataupun hubungan internasional dengan bangsa lain.
Mulai dari aspek geografi sebagai pendukung, yang menempatkan Indonesia di
antara dua benua Asia dan Australia mendorong Indonesia untuk maju khususnya
dalam hal geostrategi ditingkat regional adalah ASEAN 10 sedangkan ditingkat
Supra Regional adalah ASEAN + 3 (Jepang, China, Korea ) +3 (India, Australia,
New Zealand ) Geostrategi ditingkat Regional dikembangkan melalui konsep
Asean Security Community (ASC), Asean Economic Comunity (AEC) dan Asean
Cultural Comunity (ACC) bahkan pada Asean Summit di Kuala Lumpur
(Desember 2005) telah meningkat menjadi Asean Identity. Ditingkat supra
regional juga semakin mekar dengan penandatangan Asean Treaty of Ammity and
Cooperation (TAC ) oleh China, Australia dan negara lain. Jadi sistem pertahanan
Indonesia yaitu Sishanrata atau sekarang dikenal dengan Total Defence dalam
implementasinya ditingkat Regional dan Supra regional diwujudkan dalam suatu
bentuk “Pertahanan melingkar multi lapis ditingkat nasional, regional, dan supra
regional berupa jaringan laba-laba hubungan antara negara baik yang tidak hanya
menggunakan komponen militer tetapi juga nir militer baik ekonomi, budaya dan
identitas dalam rangka menjaga dan memelihara kepentingan nasional Indonesia
”. Dengan cara ini maka posisi Indonesia menjadi lebih aman karena lewat
hubungan ini konflik yang nantinya akan muncul menjadi berkurang. Indonesia
menjadi lebih aman baik dalam hal melakukan kegiatan ekonomi khususnya di
tingkat regional maupun supra regional, menjadi lebih mudah memasarkan produk
dalam negeri dan mengembangkan perekonomian di Indonesia dengan sendirinya
dan pemasaran produksi dalam negeri menjadi lebih baik. Dalam hal politik
negara, dengan masuknya Indonesia kedalam kawasan ASEAN maka kebanyakan
strategi politik negara yang saling menjegal setidaknya bisa ditekan walaupun
hanya dalam lingkup ASEAN khususnya hal ini biasa terjadi dalam menunjukkan
kekuatan suatu negara hubungannya dengan kehidupan internasional dalam
bernegara. Sedangkan dalam hal Hankam maka hubungan ini bisa
menguntungkan Indonesia khususnya dalam hal memperoleh armada-armada
yang digunakan dalam hal pertahanan negara, kemudian penyusunan strategi
untuk perkembangan selanjutnya demi mempertahankan wilayah kesatuan
Republik Indonesia. Diharapkan dengan masuknya Indonesia khususnya dalam
ASEAN baik ditingkat regional maupun supra regional mampu membawa
Indonesia ke tingkat yang lebih baik. Diharapkan juga ditingkat Supra Regional
juga akan terjadi kondisi serupa dan dengan demikian baik dilingkungan ASEAN
bahkan ASEAN + 6 semua negara didalamnya akan memperoleh kesempatan
untuk bersama-sama saling bantu-membantu membangun negerinya. Bagi
Indonesia juga menguntungkan karena tidak perlu terburu-buru melakukan
pengadaan Alutsista yang mahal-mahal sementara ekonomi Indonesia belum pulih
sepenuhnya. Hal tersebut tidak berarti Indonesia tidak membangun kekuatan
militernya tetapi membangun secara terukur. Mungkin Indonesia sebaiknya baru
membangun kekuatan militernya secara besar-besaran sesudah pendapatan
perkapita mencapai USD 4000 dalam hal pemenuhan ketahanan nasioanal.
Peluang selanjutnya adalah bagaimana Indonesia memanfaatkan letak
geografisnya, yang terletak diantara dua benua Asia dan Australia serta dua
samudra Pasifik dan samudra Hindia sebagai suatu kekuatan membangun
perekonomian Indonesia. Selain itu adanya selat malaka yang juga sebagai
lewatan jalur perdagangan internasional mendorong Indonesia untuk bisa
meningkatkan kehidupan ekonominya khususnya di sektor perdagangan, kelautan
dan pemanfaatan sumberdaya bahari yang selama ini masih belum terkelola secara
maksimal. Kekayaan sumber daya laut merupakan salah satu peluang wawasan
nusantara yang bisa dikembangakan secara optimal nantinya. Dengan
memanfaatkan laut yang luas sekitar 2/3 dari luas seluruh Indnesia dengan segala
sumberdaya yang ada di dalamnya untuk kesejahteraan rakyat dalam negeri,
karena dengan terpenuhinya kesejahteraan rakyat terutama di bidang ekonomi
maka stabilitas keamanan negeri juga terjamin. Dengan semua terpenuhinya
kesejahteraan masyarakat kecil maka tingkat kriminal dapat diturunkan karena
pada prinsipnya seseorang berbuat kriminal karena situasi yang tidak
memungkinkan seperti halnya terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan perut lapar
hingga tak bisa tidur. Bila kesejahteraan rakyat terpenuhi otomatis stabilitas
negara dapat terwujud dan kriminalitas dapat ditekan.
Pemanfaatan sumberdaya alam baik laut maupun darat dan mengurangi tingkat
penyelundupan yang bisa merugikan negara serta rakyat kecil akan membantu
Indonesia khususnya dalam hal peningkatan produksi dalam negeri dan
mengurangi ketergantungan Indonesia pada luar negeri baik itu dalam bidang
ekonomi ataupun pertahanan negara karena hingga saat ini Indonesia tidak dapat
membuat armada pertahanan sendiri tetapi membeli armada dengan teknologi
yang mulai tertinggal dan merupakan barang bekas dari beberapa negara maju
selain itu perlunya peningkatan terhadap Sumberdaya Manusianya itu sendiri.
Peluang lainnya yaitu perkembangan kemajuan teknologi informasi yang
berimplikasi pada meningkatnya arus informasi yang cepat akan mendorong
percepatan diperolehnya akses informasi terutama yang berkaitan dengan
pembangunan nasional, kekayaan sumberdaya alam yang cukup besar dan
beragam merupakan modal dasar pembangunan nasional, jumlah penduduk yang
besar merupakan potensi tenaga kerja, potensi pertahanan ketika adanya agresi
militer maupun potensi pasar dalam negeri. Pancasila sebagai ideologi negara
tetap diterima oleh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang mempersatukan bangsa Indonesia dalam satu
kesatuan utuh dalam kekeluargaan dan kebudayaan yang beragam sebagai daya
tarik Indonesia di dunia pariwisata dan Internasional. Meluasnya regionalisasi
perekonomian antar kawasan dalam implementasi pasar bersama dan juga
pelaksanaan otonomi daerah memungkinkan daerah untuk mengembangkan diri
sesuai potensi dari daerah masing-masing. Daratan yang subur dan masih belum
dikelola secara maksimal menjadikan peluang bagi Indonesia untuk melakukan
swasembada beras dan meningkatkan kondisi pertaniannya dan menjadikan
Indonesia berjaya kembali seperti tahun 1984 dengan kebijakan-kebijakan yang
mengedepankan ketahanan pangan.
Tantangan Wawasan Nusantara dan Hubungannya dengan Geostrategi
Nilai strategis batas laut/ perairan Indonesia, zona perbatasan laut Indonesia
mengandung banyak kerawanan dan sensitivitas karena berbagai faktor, baik yang
bersifat permanen maupun yang sementara, antara lain :
1. Letak geografis di persimpangan jalan antara Samudra Pasifik dengan
Samudra Hindia dan Benua Asia dan Australia sehingga sering dilewati
pelayaran Internasional.
2. Struktur negeri yang berbentuk kepulauan dengan panjang pantai lebih
dari 80.000 km terpanjang didunia yang pada umumnya terbuka di kawasan
sekitar 8 juta km 2 yang tersebar secara tidak teratur yang didiami oleh
penduduk secara tiadak merata bahkan masih banyak pulau-pulau yang tak
berpenduduk.
3. Isu-isu globalisasi terutama yang menyangkut demokratisasi hak asasi
manusia, liberalisasi ekonomi dan informasi telah meningkatkan kerawanan-
kerawanan di daerah perbatasan.
4. Masih ada batas-batas laut negara yang sudah dirundingkan dan
disepakati secara bilateral, belum memiliki pengakuan secara Internasional
dikarenakan batas-batas laut tersebut belum didepositkan di PBB.
Faktor-faktor tersebut diatas menegaskan penting dan strategisnya kepastian batas
laut karena tanpa itu penegakan hukum di laut tidak memiliki landasan yang kuat
dan akan selalu mengundang kontroversi yang dapat menimbulkan konflik di
perairan perbatasan negara. Selain itu trauma akan kasus terdahulu yaitu Sipadan-
Ligitan yang merupakan pulau Indonesia yang dimenangkan oleh Malaysia
menyebabkan perlunya kewaspadaan Indonesia khususnya untuk pulau-pulau
kecil Indonesia yang tidak berpenghuni dan daerah frontier sebagai sasaran
penyelundupan baik itu illegal loging ataupun kasus lain yang tentunya merugikan
masyarakat kecil dan negara puluhan milyar karena pembalakan liar. Selain itu
luasnya wilayah kelautan Indonesia tidak diimbangi dengan minimnya sarana
penjagaannya, seperti kurangnya armada yang digunakan untuk memantau
keadaan laut. Ini menjadi tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia dalam
menjaga kedaulatan negara. Kekhawatiran juga terjadi karena adanya penemuan
sumberdaya laut bernilai ekonomi tinggi seperti minyak dan gas bumi serta barang
tambang berharga lainnya, sedangkan di sisi lain, batas laut Indonesia masih
belum disetujui pihak internasional. Adanya beberapa pulau yang berada pada
lokasi strategis di sekitar perbatasan negara merupakan kekhawatiran banyak
pihak atas keamanan dan keselamatannya dari penguasaan asing/negara tetangga.
Kekhawatiran tersebut didasarkan atas pembinaan yang sangat minim dari
pemerintah, sehingga penduduk yang ada di pulau-pulau tersebut lebih banyak
berhubungan dengan negara tetangga, menggunakan uang dan bahasa negara
tersebut, serta hidup dengan gaya dan budaya negara tetangga. Mereka lebih
banyak mendengarkan radio dan melihat siaran televisi negara tetangga sehingga
secara tidak langsung penduduk-penduduk pulau tersebut ada dalam penguasaan
negara tetangga. Hal ini menyebabkan bergesernya identitas warga Indonesia
yang berada pada daerah frontier tersebut secara perlahan. Bukan sepenuhnya
salah mereka jika mereka lebih memilih untuk berhubungan dengan negara
tetangga. Jika saja pemerintah Indonesia lebih memperhatikan pembangunan di
daerah frontier, hal semacam ini tidak perlu terjadi. Peningkatan kemampuan
ekonomi masyarakat adalah kuncinya. Apabila ini terpenuhi maka keraguan
terhadap loyalitas mereka pada negara ini tidak akan menjadi wacana publik.
Pengamanan batas laut lewat Waspam yang lemah, kapal-kapal laut yang kurang
canggih serta batas laut yang kurang, jelas merupakan penyebab bertambahnya
beban dalam menjaga kesatuan wilayah Indonesia. Masalah lainnya timbul
dengan bertambahnya kepentingan terhadap laut atau lingkungan maritim, mulai
dari perlidungan terhadap jalur komunikasi laut (SLOC, Sea Lanes of
Communication) dan jalur perdagangan laut (SLOT, Sea Lanes of Trade) yang
vital bagi perdagangan internasional, jalur pemasok energi dan ekonomi yang
semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit apalagi soal keamanan maritim
yang luas. Tuntutan oleh negara-negara lain mengenai penambahan ALKI (Alur
Laut Kepulauan Indonesia ) yang akhir-akhir ini menjadi perdebatan di sebagian
kalangan digunakan sebagai dasar bahwa keamanan maritim akan menjadi agenda
dan sekaligus masalah yang membentuk kebijakan keamanan dan pertahanan
negara-negara di kawasan ini. Semua ini merupakan tantangan dan ancaman bagi
Indonesia, terlebih saat ini Indonesia sangat lemah dalam mengontrol wilayah
yang terdiri dari lebih dari 15 ribu pulau, sekitar 7 juta km2 wilayah laut dan darat
(termasuk ZEE ), dan 80 ribu km2 garis pantai. Keamanan Nasional Indonesia ini
akan banyak ditentukan oleh posisi geostrategis dan geopolitik Indonesia, sebagai
negara kepulauan, yang juga mempengaruhi perilaku negara-negara besar di
kawasan ini, terutama Amerika Serikat, Jepang, dan Cina, karena kepentingan-
kepentingan mereka yang lahir dari posisi geostrategis Indonesia tersebut.
Dimensi internasional dan posisi geostrategis Indonesia sebagai negara kepulauan
inilah yang menempatkan mengapa masalah separatisme dan konflik komunal
sangat vital bagi Indonesia. Setelah terjadi konflik-konflik komunal dan masalah
desintregasi akan selalu menjadi kepentingan kekuatan-kekuatan eksternal dengan
dalil membantu tetapi kebanyakan dari tujuan utamanya adalah menguasai dan
mengeruk semua sumberdaya yang ada di dalamnya. Oleh karena itu
dibutuhkanupaya-upaya yang tepat khususnya dalam mempertahankan kedaulatan
NKRI dari campur tangan negara lain. Pembangunan yang merata tidak hanya
berpusat pada ibukota saja akan mengurangi tingkat kesenjangan sosial antara
pulau/ wialayah yang ada. Pemerataan menyebabkan wilayah merasa dipedulikan
dan ancaman terhadap separatisme dan konflik komunal bisa dicegah. Selain hal-
hal ini sebenarnya masalah utama yang dihadapi setiap negara adalah membangun
kekuatan untuk menangkal (to deter) atau mengalahkan (to defeat) suatu serangan.
Selama Indonesia mampu melindungi batas-batas negaranya, mensejahterakan
rakyatnya lewat mempermudah rakyat untuk hidup enak, makan enak, tidur
nyenyak dengan stabilitas nasional yang baik otomatis perpecahan akan jauh dari
masalah Indonesia. Selain itu penegakan hukum, dan mempersempit akses dari
penyelundupan liar baik itu illegal loging, pencurian ikan dan sumber daya
lainnya, menjadi jalan yang mungkin bisa ditempuh untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat khususnya di daerah frontier. Utama dan pasti adalah
terciptanya stabilitas nasional diberbagai aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara, mempertahankan persatuan negara untuk menghindarkan dari masalah
sepratisme atau memecahnya pulau dari kesatuan NKRI sehingga mengurangi
peluang campur tangan negara lain apalagi dengan dalil membantu yang
sebenarnya membawa kepentingan lain yang tesembunyi. Hal inilah yang harus
diperhatikan Indonesia melihat rawannya wilayah ini dengan bentuk kepulauan
dan tingkat pengamanan yang masih lemah untuk membangun geostrategi
Indonesia khususnya untuk menghadapi berbagai ancaman baik itu eksternal
maupun internal dari dalam negeri itu sendiri.
PENUTUP
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan dengan tetap menghargai dan
menghormati kebhinekaan di dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk
mencapai tujuan nasional. Sedangkan geostrategi itu sendiri adalah politik dalam
pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang
ditetapkan sesuai dengan keinginan- keinginan politik atau dengan pengertian
yang lain yaitu kebijaksanaan dalam menentukan tujuan-tujuan dan sarana-sarana,
serta cara penggunaan sarana-sarana tersebut guna mencapai tujuan nasional
dengan memanfaatkan konstelasi geografis negara. Melihat dari wawasan
nusantara NKRI maka yang bisa disimpulkan adalah bahwa Indonesia sebagai
negara kepulauan terbesar dimana luas perairannya tiga kali lebih luas daripada
luas daratan, memiliki potensi sumber daya alam laut yang kaya, sangat ironi
karena kekuatan HanKam yang bertugas mengamankan perairan sangat lemah.
Kelemehan tersebut diperparah dengan ketidakjelasan perbatasan laut. Oleh
karena itu dapat dipahami bilamana kejahatan di perairan semakin marak. Kita
disadarkan oleh kondisi tersebut, bahwa sebagai negara maritim tidak memiliki
kebijakan yang kuat dan dapat mendukung pengamanan dan pendayagunaan
perairan. Seyogyanya Indonesia menempatkan upaya penegasan batas laut sebagai
langkah prioritas yang sangat strategis sebagai prasyarat pemberlakuan hukum
laut. Konvensi Hukla 1982 itu sendiri yang banyak menguntungkan Indonesia,
kurang mendapat apresiasi melalui penjabaran dari klausul Hukla tersebut untuk
kepentingan integritas dan penegakan kedaulatan wilayah negara di laut. Upaya
penegasan dan pengabsahan batas laut, kiranya harus menjadi tantangan dan
perhatian segenap stake-holder kelautan. Oleh karenanya harus masuk prioritas
agenda pembangunan tahun mendatang.
Kesimpulan
Luasnya wilayah Indonesia yang sebagian besar terdiri dari wilayah perairan
menimbulkan berbagai kerawanan khususnya dalam hal geostrategi Indonesia di
dalam kehidupan internasional dengan bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu perlu
disusun strategi yang mengakomodir kaedah-kaedah umum berikut :
1. Penegakan batas laut yang tegas dan mendepositkan batas laut ke
PBB sesegera mungkin.
2. Pengamanan batas laut, meningkatkan patroli laut dan patroli di
sekitar daerah perbatasan.
3. Peningkatan kesejahteraan rakyat dan pencapaian stabilitas
nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin,Syafri,. 2002. Nilai Strategis Batas Wilayah dalam Sektor Kelautan
Jakarta : Depdagri.
Djalal,Hasjim. 2002. Sistem Keamanan Perbatasan Indonesia. Jakarta : Depdagri.
Donnilo, Anwar. 2002. Potensi dan Nilai Strategis Batas Negara Ditinjau dari
Aspek Hukum Perjanjian Internasional. Jakarta : Depdagri.
Suwarna, Budi & Hardianto. 2004. Di Laut Kita Kebobolan. Jakarta: SK Kompas.