Download - PRESENTASI BEDAH KOLELITIASIS.pptx
LAPORAN KASUS
Oleh :
MARIA MONALISADERIZKALIA SYAHPUTRI
RIA AMELIAMONICA OKTARIYANTHYSONIA HARDIANTIIVO ANJANI
KOLELITHIASIS
Dokter Pembimbing:dr. Tiur .R. Purba.SP.B
PENDAHULUAN
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanyaDi Amerika Serikat, terhitung lebih dari 20 juta orang Amerika dengan batu empedu dan dari hasil otopsi menunjukkan angka kejadian batu empedu paling sedikit 20% pada wanita dan 8% pada laki-laki di atas umur empat puluhan.Tingkat insidens batu empedu selama 5 tahun untuk pria pada umur 30, 40, 50 dan 60 tahun masing masing merupakan 0.3%, 2.9%, 2.5% dan 3.3%, sementara untuk wanita merupakan 1.4%, 3.6%, 3.1% dan 3.7%. Penelitian di Jakarta (2009) pada 51 pasien didapatkan batu pigmen pada73% pasien dan batu kolesterol pada 27%pasien (menurut divisi Hepatology, Departemen IPD, FKUI/RSCM Jakarta Mei 2009
Latar belakang
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Kandung Empedu
Fisiologi
Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1000 ml/hari
Fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium
Pengaliran cairan empedu diatur oleh tiga faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus
Epidemiologi Faktor Resiko
◦ Jenis Kelamin : wanita mempunyai resiko 3 kali lipat terkena kolelitiasis.
◦ Usia : orang dengan usia > 60 tahun.◦ Berat Badan : tingginya BMI maka akan membuat
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun akan tinggi.
◦ Makanan ◦ Riwayat keluarga ◦ Aktifitas fisik◦ Penyakit usus halus◦ Nutrisi intravena jangka lama
Etiologi Batu kolesterol
ini berhubungan dengan jenis kelamin wanita, ras eropa, penduduk asli Amerika, penambahan usia. Faktor lain : obesitas, kehamilan, kandung empedu yang statis, obat dan keturunan.
Batu pigmenini terjadi pada penderita dengan high heme turnover.
Patogenesis
Patofisiologi Batu kolesterol Batu pigmen Bat u campuran
Manifestasi klinis
Koledokolitiasis
Kolesistolitiasis
Diagnosis
AnamnesisPemeriksaan
fisikPemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan Asimptomatik Simptomatik
LAPORAN KASUS
Ny, A, perempuan, 45 tahun, BB 65 kg, Islam, Melayu, Ibu Rumah Tangga, datang ke IGD RSUP HAM dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas. Hal ini dialami pasien sejak ± 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Nyeri bersifat hilang timbul, nyeri memberat setelah makan makanan berlemak dan menghilang dengan obat anti nyeri. Keluhan mual dan muntah dijumpai. Demam tidak dijumpai. Mata kuning dijumpai sejak ± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, kemudian diikuti dengan kuning di seluruh tubuh. Os selama ini sering mengkonsumsi makanan berlemak. Riwayat sakit kuning sebelumnya tidak dijumpai. BAK (+) warna pekat, volume ± 1000 ml per hari. BAB (+), warna pucat seperti dempul.
RPT : - RPO : paracetamol,ponstan
ANAMNESA
STATUS PRESENS
Kesadaran: Alert BB: 65kg TD : 110/70 mmHg TB : 155 cm HR : 76 x/i RR : 20 x/i T : 370C VAS: 5
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS LOKALISATA Kepala : Bulat, simetris Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-)
Sklera ikterik (+/+) Pupil isokor, diameter 3 mm, refleks
cahaya (+/+) Telinga/ Hidung/ Mulut : tidak dijumpai kelainan
Leher :TVJ R-2 cmH2O, trakea medial, pembesaran KGB (-)
Thorax : Inspeksi : Simetris kanan = kiri Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru Auskultasi : SP : vesikuler, ST : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Jantung: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis teraba di 1 cm medial LMCS Perkusi : Batas jantung normal Auskultasi : S1, S2 reguler, HR 76 x/I, Murmur (-) Gallop
(-)
Abdomen : Inspeksi : Simetris Palpasi : Soepel, nyeri tekan di regio
hipokondrium kanan Hepar/Lien/Renal : tidak teraba
Perkusi : Timpani Auskultasi : Peristaltik (+) normal
PEMERIKSAAN FISIK
Genitalia : Jenis kelamin perempuan, tidak dijumpai kelainan.
Ekstremitas :Superior/ Inferior :Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
Jenis pemeriksaan Hasil RujukanHEMATOLOGIHemoglobin (HGB) 12,80 g% 13,2-17,3
Eritrosit 4,41 x 106/mm3 4,20-4,87
Leukosit (WBC) 9,77 x103/mm3 4,5-11x103
Hematokrit 33,60 % 43-49%
Trombosit (PLT) 282.000 150-450.103
FAAL HEMOSTASISWaktu Protrombin Pasien Kontrol
13,7 detik13,8 detik
INR 0,99APTT Pasien Kontrol
27,5 detik33,5 detik
Waktu Trombin Pasien Kontrol
14,6 detik17,5 detik
Pemeriksaan PenunjangHasil Laboratorium Darah (20 Oktober 2015)
Jenis pemeriksaan Hasil RujukanHATIBilirubin Total 1,53 mg/dL < 1Bilirubin Direk 1,25 mg/dL 0 – 0,2 Fosfatase Alkali (ALP) 274 U/L 40 – 129 SGOT 49 U/L < 32SGPT 57 U/L < 31Albumin 3,9 g/dL 3,5 – 5,0GINJALUreum 10,60 mg/dL <50Kreatinin 0,70 mg/dL 0,50-0,90 ELEKTROLITNatrium (Na) 145 mEq/L 135-155Kalium (K) 3,9 mEq/L 3,6-5,5 Klorida (Cl) 102 mEq/L 96-106METABOLISME KARBOHIDRATGlukosa darah sewaktu 111,70 mg/dL <200 IMUNOSEROLOGIHbsAg Negatif NegatifAnti HCV Negatif Negatif
Kesimpulan: Hiperbilirubinemia + Peningkatan ALP + Peningkatan SGPT&SGOT`
DiagnosisObstruksi jaundice d/t Cholelithiasis dan intrahepatic bile duct stone
Penatalaksanaan Tirah baring Diet hati III, rendah lemak IVFD Ringer Asetat 20 gtt/i makro Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam Rencana: Open Cholecystectomy
Follow Up
Tanggal Follow Up20-10-2015
s/d23-10-2015
S: nyeri perut kanan atas, kuning seluruh tubuhO: Sens: CM HR: 76 - 84 x/i TD: 100 - 110/60 - 70 mmHg RR: 16 – 22 x/i Temp: 36,5 – 37 oC VAS: 5 Abdomen: distensi (-), soepel, nyeri tekan regio hipokondrium kanan, timpani, peristaltik (+) NA: Obstruksi jaundice d/t Cholelithiasis + IHBD stoneP: – Tirah baring Diet hati III, rendah lemak IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i makro Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jamRencana: Open Cholecystectomy (Senin, 26-10-2015)
Follow Up Tanggal Follow Up
24-10-2015 S: nyeri perut kanan atas, kuning seluruh tubuhO: Sens: CM HR: 80 x/i TD: 110/60 mmHg RR: 20 x/i Temp: 36,7 oC VAS: 5 Abdomen: distensi (-), soepel, nyeri tekan regio hipokondrium kanan, timpani, peristaltik (+) NA: Obstruksi jaundice d/t CBD stone + IHBD stoneP: – Tirah baring Diet hati III, rendah lemak IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i makro Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jamRencana: Cek Laboratorium ulangan Konsul bagian Anestesi, Kardiologi, dan Paru untuk toleransi operasi
FollowTanggal Follow Up
25-10-2015 S: nyeri perut kanan atas, kuning seluruh tubuhO: Sens: CM HR: 84 x/i TD: 120/60 mmHg RR: 20 x/i Temp: 36,6 oC VAS: 5 Abdomen: distensi (-), soepel, nyeri tekan regio hipokondrium kanan, timpani, peristaltik (+) NA:Obstruksi jaundice d/t CBD stone + IHBD stoneP: – Tirah baring Diet hati III, rendah lemak IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i makro Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam Persiapan Operasi: puasa 6-8 jam sebelum operasi, personal dan oral
hygiene, Dulcolac tab 2 jam 18.00 dan Dulcolac supp 1 jam 22.00, persiapan darah 1 bag Whole Blood dan 2 bag PRC
Follow Up Tanggal Follow Up
26-10-2015 S: nyeri perut kanan atas, kuning seluruh tubuhO: Sens: CM HR: 80 x/i TD: 110/70 mmHg RR: 16 x/i Temp: 36,8 oC VAS: 3 Abdomen: distensi (-), soepel, nyeri tekan regio hipokondrium kanan, timpani, peristaltik (+) NA: Obstruksi jaundice d/t Cholelitiasis + IHBD stoneP: Open Cholecystectomy hari ini (Senin, 26-10-2015) Terapi post op: Puasa TPN: 1 aminofluid + 1 Ivelip + 1 Dextrose 5% IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam
Follow Up
Tanggal Follow Up27-10-2015 S: kuning seluruh tubuh
O: Sens: CM HR: 88 x/i TD: 110/60 mmHg RR: 16 x/i Temp: 36,9 oC VAS: 4 Abdomen: distensi (-), luka operasi tertutup verban, soepel, timpani, peristaltik (+) NA: Post Open Cholecystectomy d/t CholelitiasisP: – Puasa TPN: 1 aminofluid + 1 Ivelip + 1 Dextrose 5% IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 jam
PEMBAHASAN
pembahasan
teori kasus
Pada pasien dengan gejala umumnya dijumpai nyeri pada daerah epigastrium sampai dengan daerah hipokondrium kanan. Nyeri dapat bersifat menetap maupun hilang timbul (Kolik bilier). Nyeri umumnya akan bertambah setelah memakan makanan berlemak. Mual dan muntah juga dapat dijumpai. Gejala lain ialah demam yang dapat disertai dengan menggigil. Jaundice pada tubuh juga dapat muncul. Gejala-gejala jaundice obstruktif lain juga dapat muncul seperti urin berwarna coklat pekat serta feses berwarna pucat
Pasien pada awalnya datang dengan keluhan utama nyeri hilang timbul pada perut kanan atas. Nyeri yang timbul memberat setelah makan makanan berlemak. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah. Riwayat demam dijumpai pada pasien namun tanpa menggigil. Riwayat mata kuning dijumpai pada pasien yang kemudian bertambah hingga ke seluruh tubuh. BAK dijumpai berwarna coklat gelap dan BAB pucat dijumpai juga pada pasien ini.
pembahasan
teori kasus
Faktor resiko terjadinya kolelithiasis adalah jenis kelamin , Selain itu makanan,intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu. Riwayat keluargajugamerupakansalah satu faktor resiko terjadinya kolelithiasis.
Pada pasien iniditemukan faktor resiko wanita dengan usia 44 tahun dan memilki riwayat suka mengkonsumsi lemak
pembahasan
teori kasus
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai sclera ikterik. Selain itu dapat dijumpai nyeri tekan pada perut kanan atas serta Murphy Sign yaitu nyeri tekan yang muncul ketika pasien menarik napas panjang. Pada pemeriksaan suhu tubuh dapat dijumpai demam
Pada pemeriksaan status presens dijumpai sclera ikterik pada inspeksi mata. Nyeri tekan perut kanan atas juga dijumpai saat pemeriksaan palpasi abdomen
pembahasan
teori kasus
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukositosis bila sedang terjadi inflamasi akut. Bilirubin serum dapat terjadi kenaikan ringan akibat obstruksi saluran empedu. Pemeriksaan enzim hati dapat dijumpai kelainan pada penyakit batu saluran empedu. Peningkatan kadar enzim alkali fosfatase dalam serum juga dapat menggambarkan obstruksi saluran empedu.
Pada pemeriksaan laboratorium pasien ini dijumpai adanya Peningkatan SGPT, SGOT, bilirubin total dan indirect serta alkali fosfatase
pembahasan
teori kasus
Terapi suportif seperti istirahat cukup, diet rendah lemak, pemasangan IV Line, pemberian analgetik, antibiotic. Penanganan pada kasus asimptomatikdapat dilakukan dilusi batu empedu dan ESWL sedangkan pada kasus simptomatikdapat dilakukan kolesistektomi
Pada kasus ini Tatalaksana yang diberikan pada pasien terdiri dari terapi suportif yaitu tirah baring, diet hati rendah lemak, pemberian antibiotic, anti-emetik, analgetik dan antipiretik. Kemudian dilakukan operasi kolesistektomi.
KESIMPULAN
Batu empedu (kolelithiasis) merupakan gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya. Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang orang dewasa dan usia lanjut. Faktor resiko tersebut antara lain jenis kelamin,usia, BMI, makanan, riwayat keluarga,aktivitas fisik, penyakit usus halus,dan nutrisi. Diagnosis dari kolesistisis adalah dari anamnesis akan didapatkan nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau perikomdrium. Selain itu,ditemukan juga BAK berwarna the pekat dan BAB seperti dempul. Pada pemeriksaan ditemukan sklera ikhteric dan nyeri tekan dengan punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu disertai adanya tanda Murphy positif. Penatalaksanaan dari batu empedu tergantung dari stadium penyakit
TERIMA KASIH