Download - Presus Anestesi Ilham Fix
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
1/27
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
2/27
2
adalah kecelakaan mobil dan motor. Pada penderita dengan cedera kepala
ringan dan sedang hanya 3% - 5% yang memerlukan tindakan operasi dan
kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara konservatif.1
1.2 Tujuan
Presus yang berjudul Epidural Hematoma ini dibuat untuk
membahas etiologi, gejala klinis, diagnosis, serta prognosis dari penyakit
ini. Dengan itu dapat lebih baik untuk menangani penyakit ini dengan tepat.
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
3/27
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural.
Fraktur tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri
meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum
dan jalan antara duramater dan tulang di permukaan dalam os temporale.Perdarahan yang terjadi menimbulkan epidural hematoma. Desakan
oleh hematom akan melepaskan duramater lebih lanjut dari tulang kepala
sehingga hematom bertambah besar.1
Hematoma epidural (EDH) merupakan akumulasi darah di antara
duramater dan tabula interna karena trauma. Pada penderita traumatic
hematoma epidural, 85-96% disertai fraktur pada lokasi yang sama.
Perdarahan berasal dari pembuluh darah -pembuluh darah yang berada pada
lokasi fraktur.15
Sebagian besar hematoma epidural (EDH) (70-80%) berlokasi di
daerah temporoparietal, di mana bila biasanya terjadi fraktur calvaria yang
berakibat robeknya arteri meningea media atau cabang-cabangnya, sedangkan
10% EDH berlokasi di frontal maupun oksipital. Volume EDH biasanya
stabil, mencapai volume maksimum hanya beberapa menit setelah trauma,
tetapi pada 9% penderita ditemukan progresifitas perdarahan sampai 24 jam
pertama8
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
4/27
4
2.2 Insiden Dan Epidemiologi
60 % penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun,
dan jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka
kematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih
dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan
dengan perbandingan 4:1.9
Tipe- tipe :6
1. Epidural hematoma akut (58%) perdarahan dari arteri2. Subacute hematoma ( 31 % )3. Cronic hematoma ( 11%) perdarahan dari vena
2.3 Anatomi Otak
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak akan mudah sekali terkena
cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, apabila suatu neuron rusak, tidak
dapat diperbaiki lagi.
Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan
fibrosa, padat dapat di gerakkan dengan bebas, yang memebantu menyerap
kekuatan trauma eksternal. Di antara kulit dan galea terdapat suatu lapisan
lemak dan lapisan membrane dalam yang mngandung pembuluh-pembuluih
besar. Bila robek pembuluh ini akan sulit vasokontriksi dan dapat
menyebabkan kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi
pada kulit kepala. Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang
mengandung vena emisaria dan diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat
membawa infeksi dari kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang
jelas memperlihatkan betapa pentingnya pembersihan dan debridement kulit
kepala yang seksama bila galea robek.1
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
5/27
5
Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak
memungkinkan perluasan intracranial. Tulang sebenarnya terdiri dari dua
dinding atau tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar di
sebit tabula eksterna, dan dinding bagian dalam di sebut tabula interna.
Struktur demikian memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih
besar, dengan bobot yang lebih ringan. Tabula interna mengandung alur-alur
yang berisiskan arteria meningea anterior, media, dan posterior. Apabila
fraktur tulang tengkorak menyebabkan robeknya salah satu dari arteri-arteri
ini, perdarahan arterial yang diakibatkannya, yang tertimbun dalam ruang
epidural, dapat menimbulkan akibat yang fatal kecuali bila ditemukan dan
diobati dengan segera.
Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan
meninges adalah duramater, arachnoid, dan piamater1
1. Duramater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dualapisan:
Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh periosteumyang membungkus dalam calvaria
Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yangkuat yang berlanjut terus di foramen mgnum dengan dura mater
spinalis yang membungkus medulla spinalis
2. Arachnoidea mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai saranglaba-laba
3. Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyakpembuluh darah.
2.4 Patofisiologi
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
6/27
6
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang
tengkorak dan durameter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah
temporal bila salah satu cabang arteria meningea media robek. Robekan ini
sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom
dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.8
Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui
foramen spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os
temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan
oleh hematoma akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala
sehingga hematom bertambah besar.8
Hematoma yang membesar di daerah
temporal menyebabkan tekanan pada lobus temporalis otak kearah bawah dan
dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus mengalami herniasi di
bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya tanda-tanda
neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis.1
Tekanan dari herniasi unkus di medulla oblongata menyebabkan
hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat nucleus saraf cranial ketiga
(okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan
ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik
pada daerah ini, menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral,
refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif.1
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan
terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang
besar. Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain
kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.1
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa
terus keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau
terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali.
Dalam waktu beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang
progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara
dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi
kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
7/27
7
cedera primer yang ringan pada Epidural hematom. Kalau pada subdural
hematoma cedera primernya hamper selalu berat atau epidural hematoma
dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien langsung
tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.8
Sumber perdarahan :8
Artery meningea ( lucid interval : 23 jam ) Sinus duramatis Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a. diploica dan
vena diploica
Epidural hematoma merupakan kasus yang paling gawat di bedah
saraf karena progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada
sutura sehingga langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah
herniasi trans dan infra tentorial.Karena itu setiap penderita dengan trauma
kepala yang mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama, apalagi progresif
memberat, harus segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
8/27
8
Arteri meningea media
2.5 Etiologi
Hematoma Epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa
saja, beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah
misalnya benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural
terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur
tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.2
Pada keadaan yang normal, sebenarnya tidak ada ruang epidural
pada kranium. Dura melekat pada kranium. Perdarahan biasanya terjadi
dengan fraktur tengkorak bagian temporal parietal yang mana terjadi laserasi
pada arteri atau vena meningea media. Pada kasus yang jarang, pembuluh
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
9/27
9
darah ini dapat robek tanpa adanya fraktur. Keadaan ini mengakibatkan
terpisahnya perlekatan antara duramater dengan kranium dan menimbulkan
ruang epidural. Perdarahan yang berlanjut akan memaksa dura untuk terpisah
lebih lanjut, dan menyebabkan hematoma menjadi massa yang mengisi ruang.
Oleh karena arteri meningea media terlibat, terjadi perdarahan yang
tidak terkontrol, maka akan mengakibatkan terjadinya akumulasi yang cepat
dari darah pada ruang epidural, dengan peningkatan tekanan intra kranial
(TIK) yang cepat, herniasi dari unkus dan kompresi batang otak.1
2.6 Gejala Klinis
Pada anamnesa didapatkan riwayat cedera kepala dengan penurunan
kesadaran. Pada kurang lebih 50 persen kasus kesadaran pasien membaik dan
adanya lucid interval diikuti adanya penurunan kesadaran secara perlahan
sebagaimana peningkatan TIK. Pada kasus lainnya, lucid interval tidak
dijumpai, dan penurunan kesadaran berlangsung diikuti oleh detoriasi
progresif. Epidural hematoma terkadang terdapat pada fossa posterior yang
pada beberapa kasus dapat terjadi sudden death sebagai akibat kompresi dari
pusat kardiorespiratori pada medulla. Pasien yang tidak mengalami lucid
interval dan mereka yang terlibat pada kecelakaan mobil pada kecepatan
tinggi biasanya akan mempunyai prognosis yang lebih buruk.1
Gejala neurologik yang terpenting adalah pupil mata anisokor, yaitu
pupil ipsilateral melebar. Pada perjalanannya, pelebaran pupil akan mencapai
maksimal dan reaksi cahaya yang pada permulaan masih positif akan menjadi
negatif. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardia. Pada tahap
akhir kesadaran akan menurun sampai koma yang dalam, pupil kontralaterak
juga akan mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak
menunjukkan reaksi cahaya lagi, yang merupakan tanda kematian.3
Tanda Diagnostik Klinik Epidural Hematoma :7
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
10/27
10
1. Lucid interval (+)2. Kesadaran makin menurun3. Late hemiparese kontralateral lesi4. Pupil anisokor5. Babinsky (+) kontralateral lesi6. Fraktur daerah temporalGejala dan Tanda Klinis Epidural Hematoma di Fossa Posterior :
7
1.
Lucid interval tidak jelas2. Fraktir kranii oksipital3. Kehilangan kesadaran cepat4. Gangguan serebellum, batang otak, dan pernafasan5. Pupil isokor
2.7 Diagnosis
Diagnosis epidural hematoma didasarkan gejala klinis serta
pemeriksaan penunjang seperti foto Rontgen kepala dan CT scan kepala.
Adanya garis fraktur yang menyokong diagnosis epidural hematoma bila sisi
fraktur terletak ipsilateral dengan pupil yang melebar garis fraktur juga dapat
menunjukkan lokasi hematoma.3
Computed tomografi (CT) scan otak akan memberikan gambaran
hiperdens (perdarahan) di tulang tengkorak dan dura, umumnya di daerah
temporal dan tampak bikonveks.
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
11/27
11
2.8 Diagnosis Banding
1. Subdural Hematoma
Perdarahan yang terjadi diantara duramater dan arachnoid, akibat robeknya vena
jembatan. Gejala klinisnya adalah :
- sakit kepala
- kesadaran menurun + / -
Pada pemeriksaan CT scan otak didapati gambaran hiperdens (perdarahan)
diantara duramater dan arakhnoid, umumnya robekan dari bridging vein dan
tampak seperti bulan sabit.7
2. Subarakhnoid hematoma
Gejala klinisnya yaitu :
- kaku kuduk
- nyeri kepala
- bisa didapati gangguan kesadaran
Pada pemeriksaan CT scan otak didapati perdarahan (hiperdens) di ruang
subarakhnoid.
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
12/27
12
2.9 PENATALAKSANAAN
Penanganan darurat :
Dekompresi dengan trepanasi sederhana Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom
Terapi medikamentosa
Elevasi kepala 300
dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal
atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan intracranial
dan meningkakan drainase vena.9
Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan
dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam),
mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema
cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana
yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin
sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic
dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin.
Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat
masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium
bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat
dipakai unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek
protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan
adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan
dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar
serum 3-4mg%.8
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
13/27
13
Terapi Operatif
Operasi di lakukan bila terdapat : 15
Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml) Keadaan pasien memburuk Pendorongan garis tengah > 3 mm
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk
fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi
operasi emergenci. Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak
ruang.8
Indikasi untuklife saving adalah jika lesi desak ruang bervolume :
> 25 c
Sedangakan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
Penurunan klinis Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan
penurunan klinis yang progresif.
Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm denganpenurunan klinis yang progresif.
Penatalaksaan epidural hematoma dapat dilakukan segera dengan cara
trepanasi dengan tujuan melakukan evakuasi hematoma dan menghentikan
perdarahan.3
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
14/27
14
2.10 PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada : 8
Lokasinya ( infratentorial lebih jelek ) Besarnya Kesadaran saat masuk kamar operasi.
Jika ditangani dengan cepat, prognosis hematoma epidural biasanya baik,
karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar
antara 7-15% dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk pada
pasien yang mengalami koma sebelum operasi.2
Prognosis epidural hematoma biasanya baik. Mortalitas pasien dengan
epidural hematoma yang telah dievakuasi mulai dari 16% - 32%. Seperti trauma
hematoma intrakranial yang lain, biasanya mortalitas sejalan dengan umur dari
pasien. Resiko terjadinya epilepsi post trauma pada pasien epidural hematoma
diperkirakan sekitar 2%.9
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
15/27
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. W
Umur : 23 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Tanggal Masuk RS : 26 April 2012
Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2012
No. CM : 867288
A. PRIMARY SURVEY A : Airway clear, snoring (-), gurgling (-), crowing (-),
maxillofacial injury (-), C-spine stabil
B : Spontan, RR : 22 x/i, retraksi iga (-), pernafasancuping hidung (-), hematopneumothorax (-)
C : Akral H/M/K, HR : 94 x/i, TD : 150/80 mmHg D : GCS 8 E2VEV3M4B. SECONDARY SURVEY
I. ANAMNESIS (Tanggal 26 April 2012)a. Auto/alloanamnesis : Autoanamnesisb. Keluhan utama : Penurunan Kesadaranc. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengalami KLL ketika sedang mengendarai sepeda motor
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
16/27
16
dan bertabrakan dengan sepeda motor dengan arah berlawanan.
Mekanisme jatuh tidak jelas,Pasien menggunakan helm. Riw.
pingsan (+),muntah (+), kejang (-). Kemudian Pasien dilarikan ke
bagian IGD RSMS untuk dilakukan pertolongan. Dari hasil CT
Scan didapatkan Cedera Kepala dengan kesadaran GCS 8 +EDH
Frontotemporoparietal Dex Sinistra + Fraktur Tertutup.
d. Riwayat Penyakit DahuluI.
Asma : Disangkal
II. Diabetes Mellitus : DisangkalIII. Alergi obat-obatan dan makanan : DisangkalIV. Hipertensi : DisangkalV. Paru : Disangkal
e. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada riwayat penyakit hipertensi, asma, penyakit paru-paru,
diabetes, penyakit ginjal, dan gangguan pembekuan darah pada
keluarga pasien.
f. Riwayat Operasi dan AnestesiaPasien idak pernah menjalani operasi sebelumnya
g. Riwayat Kebiasaan PasienI. Merokok : Disangkal
II. Alkohol : DisangkalIII. Obat-obatan terlarang : Disangkal
h. Lain-lainI. Gigi ompong : Tidak dapat dinilai,terpasang guedel
II. Gigi palsu : Tidak dapat dinilai,terpasang guedelIII.
Konsumsi obat-obatan tertentu : Disangkal
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
17/27
17
II. PEMERIKSAAN FISIK ( 26 April 2012)a.
Keadaan umum : Tampak sakit Berat
b. Kesadaran : Stupor,GCS E2V3M4c. Berat badan : 65 kgd. Tinggi badan : 172 cme. Tanda-tanda vital :
I. Tekanan darah : 140/80 mmHgII. Denyut nadi : 120x/menit
III. Pernapasan : 30x/menitIV. Suhu : 38oC
f. Status generalisI. Kepala : Normosefal
II. Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,pupil anisokor
reflek cahaya lansung +/+ normal, reflek
.cahaya tidak langsung +/+ normal
III. Hidung : Tidak ada deviasi septum, discharge-/-
IV. Mulut dan gigi : Tidak dapat dinilai,terpasang guedelV. Telinga : Normotia, liang telinga lapang +/+
normal
VI. Leher : Trakea tidak deviasi, KGB dan tiroid tidakmembesar
VII. Thoraks :1. Jantung : Bunyi jantung I-II reguler,
murmur (-), gallop (-)
2. Paru-paru : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-,wheezing -/-
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
18/27
18
Abdomen : Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-),Abdomensoepel, peristaltik (+)
VIII. Ekstremitas : akral hangat, edema (-)IX. Rectal couture : Permukaan rata (keduanya), kenyal
(keduanya), tidak ada nyeri tekan
III. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan Laboratorium
I. Tgl 26-05-2012
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 8,3 g/dL 13-18 g/dL
Hematokrit 24 % 40-52 %
Eritrosit 3 juta /uL 4,3-6,0 juta/uL
Leukosit 36610 /uL 4800-10800 /uL
Trombosit 302000 /uL 150000-400000 /uL
Protrombin Time 12,6 detik 9,8-12,6 detik
APTT 30,6 detik 31,0-47,0 detik
KIMIA
Ureum 65,2 mg/dL 20-50 mg/dL
Kreatinin 3,5 mg/dL 0,5-1,5 mg/dL
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
19/27
19
Glukosa Darah
Sewaktu116 mg/dL
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
20/27
20
a. Persiapan alat
Catheter connector Spuit 3 cc,5 cc10 cc Mesin anestesi Sedia PRC 2 Unit Oksimeter, Sfigmomanometer digital dan Monitor
EKG
Infus set dan cairan infuse ( Kristaloid dan Koloid) Kanul nasal Cairan antiseptic Kateter urin Kassa dan Plester Laringoskop, ETT No. 7 dan 7,5, guedel, dan
suction
b. Persiapan obat-obat anestesi :
Oksigenasi 4 L/menit Propofol 100 mg Roculax 30 mg Ecron 4 mg Ca Glukonas 10% Ondansetron 4 mg Isofluran Dexamethason 0,5 mg
c. Mempersiapkan pasien :
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
21/27
21
1. Informed consent: menginformasikan kepada pasien mengenaitindakan medis apa yang akan dijalani oleh pasien, prosedur,
kemungkinannys, dan resiko-resiko yang diramalkan
kemungkianan bisa terjadi .
2. Surat persetujuan operasi: merupakan bukti tertulis dari pasien ataukeluarga pasien yang menunjukkan persetujuan akan
tindakan medis yang akan dilakukan sehingga bila terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan
tuntutan.
3. Pasien dipuasakan dimulai pukul 10.00 tanggal 26 April 2012,dengan tujuan agar pada saat operasi lambung pasien kosong dan
mencegah terjadinya aspirasi isi lambung ke saluran pernafasan.
4.Kandung kemih dikosongkan.5.Pembersihan fisik pasien seperti kuku dan pencukuran untuk daerah
yang akan dioperasi
6. Memakai pakaian operasi sebelum masuk ruang operasi.7. Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : TD = 140/70 mmHg,
Nadi = 80 x/menit, Suhu = 370C, RR = 16 x/menit
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
22/27
22
X. Pelaksanaan Anestesi ( 26 April 2012)
Pukul Keterangan
16.30
16.35
Pasien dari ruang tunggu masuk ke ruang operasi untukselanjutnya dipindahkan ke meja operasi
Pasien dipasang 2 jalur IVFD tangan kiri dengan cairanpertama RL sejumlah 500 ml
Ekg, manset tensimeter dan saturasi oksigen dipasang
Monitoring tanda vital yaitu T.D : 140/70, N : 80,Saturasi O2 : 100%
TD 140/90, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%
Terpasang DC Inj fentanil 50 g Inj Propofol 100 mg Inj Roculax 30 mg Inj Ecron 4 mg Maintenance Isofluran 1% + N20+O2 Terpasang ET 7,5
16.45 Operasi dimulai
TD 110/70, Nadi 90, RR 16x/mnt, SPO2 100%
17.30 TD 90/70, Nadi 70, RR 16x/mnt, SPO2 100%
Inj Fentanil Inj roculax Masuk RL
18.20 TD 86/45, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%
Masuk NaCl
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
23/27
23
18.35 TD 90/60, Nadi 90, RR 14x/mnt, SPO2 99%
Inj Fentanil
18..45 TD 84/40, Nadi 76, RR 16x/mnt, SPO2 100%
19.00 TD 85/44, Nadi 70, RR 16x/mnt, SPO2 100%
19.20 TD 90/50, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%
Inj Dexamethasone 2 Ampul Masuk PRC Masuk HES
19.45 TD 87/68, Nadi 98, RR 16x/mnt, SPO2 100%
Inj AntrainTD 87/ 66,Nadi 98,RR 16x/menit,SPO2 100%
Inj Ca Glukonase Inj Ondansetron Isoflurane dikurangi
20.10 TD 90/50, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%
20.25 TD 90/50, Nadi 80, RR 16x/mnt, SPO2 100%
Selesai pembedahan
20.35 TD 90/68, Nadi 98, RR 16x/mnt, SPO2 100%
Selesai Anestesi
Pasien dipindahkan ke ICU
Selesai Operasi : 20.25
Selesai Anestesi : 20.35
Perdarahan : 800 cc
Urin Tampung : 900 cc,jernih
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
24/27
24
TERAPI CAIRAN
Berat badan = 65 kg
Lama puasa = 8 jam
a. Kebutuhan cairan per jam4 x 10 = 40 cc2 x 10 = 20 cc
1 x 45= 45 cc +105 cc
Lama pasien berpuasa 8 jam (dimulai pukul 09.00 tanggal 26 April 2011
sampai pukul 16.00 tanggal 26 januari 2011)
b. Lama puasa x kebutuhan cairan per jam8 x 105 cc = 840 cc
c. Stress operasi: operasi besar (8 cc/kgBB)8 x 65 kg = 520 cc
Kebutuhan cairan pada jam pertama = 50% puasa + stress operasi + kebutuhan
cairan per jam
= 420 cc + 520 cc + 105 cc = 1045cc
Kebutuhan cairan pada jam kedua = 25% puasa + stress operasi + kebutuhan
cairan per jam
= 210 cc + 520 cc + 105 cc = 835 cc
Kebutuhan cairan pada jam ketiga = 25% puasa + stress operasi + kebutuhan
cairan per jam
=210 cc + 520 cc + 105 cc = 835 cc
Cairan yang di berikan selama anestesi RL I 500 ml
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
25/27
25
RL II 500 ml
RL III 500 ml
RL IV 500 ml +
Jumlah 2000 ml
Cairan yang keluar selama operasi Urine 400 ml
Perdarahan 400 ml +
Jumlah 800 ml
Pengawasan Anestesi
Anestesi dilakukan mulai pukul 16.30. Pembedahan dimulai pukul dan selesaipada pukul
EKG ritme jantung dalam batas normal, saturasi oksigen 99%.
XI. Post OperasiSetelah pasien dibawa ke ruang ICU lalu dilakukan penilaian terhadap
fungsi vital yaitu TD 100/70 mmHg, N= 70x/menit.
Instruksi Post Operasi:
1 Awasi nadi, tensi, nafas tiap 15 menit selama 2 jam pertama. Kemudian awasiper jam selama 24 jam.
2 Lanjutkan infus RL3 Infeksi Antibiotik Adequat4 Nyeri Analgetik Adekuat
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
26/27
26
BAB IV
KESIMPULAN
Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur
tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media
yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara
duramater dan tulang di permukaan dalam os temporale.
Tanda Diagnostik Klinik Epidural Hematoma :7
1. Lucid interval (+)2. Kesadaran makin menurun3. Late hemiparese kontralateral lesi4. Pupil anisokor5. Babinsky (+) kontralateral lesi6. Fraktur daerah temporal
Diagnosis epidural hematoma didasarkan gejala klinis serta pemeriksaan
penunjang seperti foto Rontgen kepala dan CT scan kepala. Prognosis epidural
hematoma biasanya baik. Mortalitas pasien dengan epidural hematoma yang telah
dievakuasi mulai dari 16% - 32%.
-
7/31/2019 Presus Anestesi Ilham Fix
27/27
DAFTAR PUSTAKA
1. Gilroy J. Basic Neurology. USA: McGraw-Hill, 2000. p. 553-52. Japardi I. Penatalaksanaan Cedera Kepala Secara Operatif. Bagian Bedah
Fakultas Kedokteran USU. [serial online] 2004. [cited 20 Mei 2008].
Didapat dari : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-
iskandar%20japardi61.pdf
3. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC,2003. p. 818-9
4. Waxman SG. Correlative Neuroanatomy. USA: Lange Medical Books,2000. p. 183-5
5. Duus P. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.Jakarta: EGC, 1994. p. 329-30
6. Agamanolis DP. Traumatic Brain Injury and Increased IntracranialPressure. Northeastern Ohio Universities College of Medicine. [serial
online] 2003. [cited 20 Mei 2008]. Didapat dari :
http://www.neuropathologyweb.org/chapter4/chapter4aSubduralepidural.
html
7. PERDOSSI. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan TraumaSpinal. Jakarta: PERDOSSI Bagian Neurologi FKUI/RSCM, 2006. p. 9-11
8. Ekayuda I. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta: Gaya Baru, 2006. p.359-65, 382-87
9. Evans RW. Neurology and Trauma. Philadelphia: W.B. SaundersCompany, 1996. p. 144-5