PREVALENSI KATARAK PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
TESIS
Oleh
IRIDHA WAHYUMI NIM : 107110010
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
PREVALENSI KATARAK PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Master Kedokteran Mata Program Studi Ilmu Kesehatan Mata pada
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
IRIDHA WAHYUMI NIM : 107110010
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis :
Nama : IRIDHA WAHYUMI
NIM : 107110010
Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata
Telah disetujui :
Dr. Zaldi, SpM Pembimbing
Dr. Aryani A. Amra, Sp. M, MKed(Oph) Pembimbing
Dr. Aryani A. Amra, Sp. M, MKed(Oph) Ketua Program Studi
Dr. Delfi, Sp. M(K), M. Ked(Oph) Ketua Departemen
Tanggal lulus : 26 Oktober 2013
PREVALENSI KATARAK PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.
Nama : Iridha Wahyumi
NIM : 107110010
Tanda tangan :
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Iridha wahyumi
NIM : 107110010
Program studi : Ilmu Kesehatan Mata
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalti Free Right) atas tesis saya yang berjudul :
“PREVALENSI KATARAK PADA ANAK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat
dan memplubikasikan tesis saya tanpa izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 15 Januari 2014
Yang menyatakan
Iridha Wahyumi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar belakang : Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, dimana pada keadaan normal jernih Tujuan : Untuk mendapatkan prevalensi katarak pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2012 Metode : Penelitian ini merupakan retrospektif bersifat deskriptif. Data didapat dari rekam medis pasien anak yang menderita katarak yang berobat ke poli oftalmologi anak RS H Adam Malik Medan tahun 2012. Hasil : Kelompok usia 4-6 tahun merupakan kelompok (24,4%) usia terbanyak, Sedangkan yang terkecil kelompok usia 13-17 tahun(13,3%). katarak pada anak lebih mendominasi pada anak laki-laki yaitu sebesar 57,8% daripada anak perempuan. Berdasarkan lateralitas yang terbanyak terjadi unilateral yaitu 64,4%, dengan melibatkan mata kanan yang terbanyak dialami, bila dibandingkan dengan mata kiri. Sedangkan 35,6% katarak pada anak terjadi bilateral. Katarak nontraumatik terjadi sebesar 53,3%. Sedangkan katarak traumatik yang hanya sebesar 46,7%. Dari jumlah penderita katarak pada anak sebanyak 45 orang, maka didapatkan prevalensi katarak pada anak di RS H.Adam Malik tahun 2012 sebesar 0,55%. Kesimpulan : Prevalensi katarak pada anak di RS H.Adam Malik Medan tahun 2012 adalah 0,55%. Dimana dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya pencegahan dan pengobatan katarak. Kata kunci : katarak pada anak, katarak, katarak nontraumatik, katarak
traumatik.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Backround : Cataract is a clouding that occurs in the lens of the eye, which in normal circumstances clear. Purpose: To obtained the prevalence of pediatric cataract at H Adam Malik hospital, Medan in 2012. Methods: This study is a retrospective descriptive study. Data obtained from the medical records of pediatric patients with cataract who went to pediatric ophthalmology polyclynic at Adam Malik Hospital in Medan in 2012. Results: 4-6 years age group is the most age groups (24,4%) While the smallest age group 13-17 years (13,3%). Pediatric cataracts dominate male in the amount of 57.8% than female. Occurred unilateral laterality is 64.4%, with the majority involving the right eye suffered, when compared with the left eye. While 35.6% occurred bilateral cataracts. Nontraumatic cataracts occured by 53.3%. While traumatic cataract only 46.7%. Total number of patients with pediatric cataract by 45 people. Prevalence of pediatric cataract at H Adam Malik hospital Medan in 2012 is 0.55% Conclusion: Prevalence of pediatric cataract at H Adam Malik Medan in 2012 is 0.55%. Expected to serve as guidelines in the prevention and treatment of cataracts in children. Keywords: Pediatric cataract, cataract, nontraumatic cataract, traumatic cataract
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim,
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah
satu kewajiban dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter
Spesialis pada Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
banyak membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Delfi, SpM (K), M. Ked (Oph), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan pada
penulis mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program Pendidikan
Dokter Spesialis.
2. Dr. Hj. Aryani Atiyatul Amra, SpM, Mked (Oph) dan Dr. Bobby R
Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph) selaku Ketua dan Sekretaris
Program Studi Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah sangat
banyak membantu, membimbing dan mengarahkan penulis menjadi
dokter Spesialis Mata yang siap mengamalkan spesialisasi tersebut
kepada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Zaldi SpM dan Dr. Hj. Aryani atiyatul Amra SpM,
Mked(Oph).sebagai pembimbing yang memberikan bimbingan,
arahan, saran, serta telah meluangkan waktu untuk berdiskusi
sehingga memberikan kemudahan dan kelancaran dalam pelaksanaan
penelitian dan penyelesaian tesis ini.
4. Para Guru-guru, Prof. Dr. H. Aslim D Sihotang, SpM (KVR), Dr. H.
Mohd. Dien Mahmud, SpM, Dr. H. Chairul Bahri AD, SpM, Dr. H.
Azman Tanjung, SpM, Dr. Masang Sitepu, SpM, Dr. Suratmin, SpM
(K), Dr. H.Bachtiar, SpM (K), (Alm) Dr. H. Abdul Gani, SpM, Dr. Hj.
Adelina Hasibuan SpM, Dr. Hj. Nurhaida Djamil, SpM, Dr. Beby
Parwis, SpM, Dr. Syaiful Bahri, SpM, Dr. Riza Fatmi SpM, Dr. Pinto
Y Pulungan, SpM (K), Dr. Hj.Heriyanti Harahap, SpM, Dr. Hj. Aryani
Atiyatul Amra,SpM, M.Ked (Oph), Dr. Delfi, , SpM SpM (K), M.Ked
(Oph), Dr.H. Hasmui,SpM, Dr. Nurchaliza H Siregar, M.Ked (Oph),
Dr.dr. Masitha Dewi Sari, SpM, M.Ked (Oph) Dr. Zaldi SpM, Dr,
Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Bobby Ramses
Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph), Dr. T. Siti Harilza Zubaidah,
SpM, M.Ked (Oph), Dr. Vanda Virgayanti, SpM, M.Ked (Oph), Dr.
Fithria Aldy SpM, M.Ked (Oph), Dr. Ruly Hidayat SpM, M.Ked
(Oph), Dr. Marina Albar, SpM, M.Ked (Oph), penulis haturkan
hormat dan terimakasih yang tak terhingga atas perhatian, kesabaran,
bimbingan, dan kesediaan berbagi pengalaman selama mendidik
penulis di bagian Ilmu Kesehatan Mata.
Universitas Sumatera Utara
5. Drs. Abdul Djalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik
yang telah banyak meluangkan waktu dalam diskusi dan pengolahan
data penelitian ini.
6. Keluarga besar Perdami Sumatera Utara, yang telah memberikan
kesempatan pada penulis menjadi bagian dari keluarga besar Perdami
dan membantu dalam meningkatkan keahlian di bidang kesehatan
mata.
7. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan,
yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada penulis dalam menjalani pendidikan.
8. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS I
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
9. PPDS Ilmu Kesehatan Mata (Teman-teman dan adik-adik semua)
yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat, sekaligus
mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan, kerjasama, keceriaan
dan kekompakan dalam menjalani kehidupan sebagai residen.
10. Seluruh perawat/paramedik di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr.
Pirngadi Medan dan di berbagai tempat di mana penulis pernah
bertugas selama pendidikan, dan seluruh pegawai administrasi
Universitas Sumatera Utara
Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU, terimakasih atas bantuan
dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
11. Para pasien yang pernah penulis lakukan pemeriksaan selama
pendidikan dan juga pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian
ini sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.
Rasa hormat dan terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua
penulis tercinta, ayahanda Dr. H Abdul Gani SpA dan ibunda Hj.Rita
Gabena Hsb S.pd, serta Mertua tercinta ayahanda Prof Dr H
Burhanuddin Nst SpPK(K) dan ibunda Hj. Siti Asmawati Lubis. tak
terbalaskan segala doa, kebaikan, kasih sayang dan pengorbanan,
hanya doa tulus dari ananda agar Allah SWT membalas kebaikan
ayahanda dan ibunda dengan Ridha Nya. Dan kepada suami tercinta,
Dr. Syafrizal Amin Nst, juga ananda tersayang Hanifah Khansa Nst,
terimakasih tak terhingga atas pengertian, kesabaran, kasih sayang,
doa dan motivasi yang menjadi semangat ibunda dalam
menyelesaikan pendidikan ini.
Akhirnya kepada semua yang telah berpartisipasi tiada kata yang
dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih setulus-tulusnya,
semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan.Harapan penulis semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. .. x
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................... .. 1
I.1 Latar Belakang ....................................................... .. 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................. .. 3
I.3 Tujuan Penelitian .................................................... .. 3
I.4 Manfaat Penelitian .................................................. .. 4
BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN ......................................... .. 5
BAB III : KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL ................................................................ 16
III.1 Kerangka Konsepsional ........................................ .. 16
III.2 Definisi Operasional ............................................... .. 16
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN ......................................... .. 18
IV.1 Rancangan Penelitian ........................................... .. 18
IV.2 Pemilihan Tempat Penelitian ................................. .. 18
IV.3 Populasi Penelitian ................................................ .. 18
IV.4 Besar Sampel ........................................................ .. 18
IV.5 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi .................................. .. 19
IV.6 Identifikasi Variabel ............................................... .. 19
IV.7 Bahan Dan Alat ..................................................... .. 19
IV.8 Cara Kerja ............................................................. .. 20
Universitas Sumatera Utara
IV.9 Analisis Data ......................................................... .. 20
IV.10 Personal Penelitian .............................................. .. 20
IV.11 Pertimbangan Etika .............................................. .. 20
IV.12 Biaya Penelitian.................................................... .. 20
BAB V : HASIL PENELITIAN ...................................................... .. 21
V.I Karakteristik Peserta Penelitian ................................. .. 21
V.II Prevalensi Katarak Pada Anak ................................. .. 25
BAB VI : PEMBAHASAN .............................................................. .. 26
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... .. 33
VII.1 Kesimpulan ............................................................ .. 33
VII.2 Saran ..................................................................... .. 34
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. .. 36
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Sebaran katarak pada anak berdasarkan usia ........................ 21
Tabel 5.2 Sebaran katarak pada anak berdasarkan jenis kelamin............ 22
Tabel 5.3 Sebaran katarak pada anak berdasarkan lateralitas ................. 22
Tabel 5.4 Sebaran katarak pada anak berdasarkan penyebab ................ 23
Tabel 5.5 Sebaran katarak pada anak berdasarkan usia
dengan penyebab..................................................................... 23
Tabel 5.6 Sebaran katarak pada anak berdasarkan jenis kelamin dengan penyebab..................................................................... 24
Tabel 5.7 Sebaran katarak pada anak berdasarkan lateralitas
dengan penyebab..................................................................... 25
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Persetujuan Komite Etika
2. Daftar Riwayat hidup
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Latar belakang : Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, dimana pada keadaan normal jernih Tujuan : Untuk mendapatkan prevalensi katarak pada anak di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2012 Metode : Penelitian ini merupakan retrospektif bersifat deskriptif. Data didapat dari rekam medis pasien anak yang menderita katarak yang berobat ke poli oftalmologi anak RS H Adam Malik Medan tahun 2012. Hasil : Kelompok usia 4-6 tahun merupakan kelompok (24,4%) usia terbanyak, Sedangkan yang terkecil kelompok usia 13-17 tahun(13,3%). katarak pada anak lebih mendominasi pada anak laki-laki yaitu sebesar 57,8% daripada anak perempuan. Berdasarkan lateralitas yang terbanyak terjadi unilateral yaitu 64,4%, dengan melibatkan mata kanan yang terbanyak dialami, bila dibandingkan dengan mata kiri. Sedangkan 35,6% katarak pada anak terjadi bilateral. Katarak nontraumatik terjadi sebesar 53,3%. Sedangkan katarak traumatik yang hanya sebesar 46,7%. Dari jumlah penderita katarak pada anak sebanyak 45 orang, maka didapatkan prevalensi katarak pada anak di RS H.Adam Malik tahun 2012 sebesar 0,55%. Kesimpulan : Prevalensi katarak pada anak di RS H.Adam Malik Medan tahun 2012 adalah 0,55%. Dimana dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya pencegahan dan pengobatan katarak. Kata kunci : katarak pada anak, katarak, katarak nontraumatik, katarak
traumatik.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Backround : Cataract is a clouding that occurs in the lens of the eye, which in normal circumstances clear. Purpose: To obtained the prevalence of pediatric cataract at H Adam Malik hospital, Medan in 2012. Methods: This study is a retrospective descriptive study. Data obtained from the medical records of pediatric patients with cataract who went to pediatric ophthalmology polyclynic at Adam Malik Hospital in Medan in 2012. Results: 4-6 years age group is the most age groups (24,4%) While the smallest age group 13-17 years (13,3%). Pediatric cataracts dominate male in the amount of 57.8% than female. Occurred unilateral laterality is 64.4%, with the majority involving the right eye suffered, when compared with the left eye. While 35.6% occurred bilateral cataracts. Nontraumatic cataracts occured by 53.3%. While traumatic cataract only 46.7%. Total number of patients with pediatric cataract by 45 people. Prevalence of pediatric cataract at H Adam Malik hospital Medan in 2012 is 0.55% Conclusion: Prevalence of pediatric cataract at H Adam Malik Medan in 2012 is 0.55%. Expected to serve as guidelines in the prevention and treatment of cataracts in children. Keywords: Pediatric cataract, cataract, nontraumatic cataract, traumatic cataract
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,dimana
pada keadaan normal jernih. (Khurana.2007)
Katarak merupakan salah satu penyebab kerusakan penglihatan
dan kebutaan pada anak diseluruh dunia. (SR Kaid J et al.2004)
Seorang anak dapat menjadi buta secara bilateral setiap menitnya,
dari 1,5 juta anak yang mengalami kebutaan didunia, 1,3 juta anak
terdapat di Asia dan Afrika.( ME Wilson et al.2003)
Di Asia Katarak pada anak terjadi sekitar lebih dari 1 juta anak
mengalami kebutaan akibat katarak. Dinegara berkembang seperti India
7,4-15,3% kebutaan pada anak terjadi akibat katarak. Dengan prevalensi
katarak diperkirakan antara 1-15/10.000 anak. (SR Kaid J et al.2004)
Insiden katarak pada anak dinegara berkembang lainnya seperti
Singapura diperkirakan sekitar 1: 5000 sampai 1: 10.000 pada setiap
kelahiran. insiden ini kemungkinan dapat meningkat menjadi 1: 1000
kelahiran, sangat besar dikarenakan meningkatnya jumlah infeksi pada
kehamilan dan rendahnya program imunisasi. ( Audrey WL CHIA.2005)
Dinegara berkembang sekitar 20% katarak kongenital bilateral, 20%
sindroma atau metabolik, 5% terjadi akibat infeksi intrauteri, dan 50%
1
Universitas Sumatera Utara
idiopatik. Sedangkan 90% katarak unilateral tidak diketahui etiologinya.
(M Edward W.2005)
Hasil penelitian di Rumah sakit Anak di Toronto Kanada, dari 772
kasus meliputi 1122 mata 55,5% katarak unilateral, 44,5 % katarak
bilateral. Pasien laki-laki lebih mendominasi sedikit dengan 56,2%,
dengan usia rata-rata anak 42 bulan. (Zena L et al.2010)
DiIndia Hasil penelitian S.R Kaid Johar DKK dari 172 anak dengan
katarak usia sekitar 10 hari sampai 15 tahun, 88,4% katarak nontraumatik,
dan 11,6% disebabkan akibat trauma. 54,65% pada anak dibawah 1
tahun,45,35 % pada anak lebih dari 1 tahun. Pada pasien laki-laki
meningkat 2 kali lipat lebih banyak dari pasien perempuan (117 laki-laki:55
perempuan). (SR Kaid J.et al.2004)
Pada penelitian Lely Retno, Kristina Radika di rumah sakit umum Dr
Syaiful Anwar Malang, dari 58 mata yang berasal dari 43 penderita
katarak pada anak, didapati penderita laki-laki lebih banyak daripada
perempuan (67,4%), dengan penyebab terbanyak katarak pada anak
adalah nontraumatik (67,4%). Yang didapati sejak lahir 51,6%. (Lely R
W.2013)
Relatif sedikit informasi tentang katarak yang terjadi pada anak yang
terdapat dinegara berkembang, bahkan sedikit penelitian yang ingin
mengetahui etiologi terjadinya katarak.
Dengan tingginya prevalensi kasus katarak pada anak khususnya
dinegara berkembang ini mendorong dilakukannya berbagai penelitian
Universitas Sumatera Utara
untuk menelusuri berbagai penyebab timbulnya katarak pada anak baik
yang kongenital maupun yang didapat seperti akibat trauma, serta
pemahaman akan deteksi dini terjadinya katarak, dan penanganan
katarak lebih lanjut, dengan demikian dapat menurunkan angka kejadian
katarak sebagai salah satu penyebab kebutaan pada anak.
I.2 Rumusan Masalah
Berapa jumlah penderita katarak pada anak yang berobat ke poli
mata RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
I.3 Tujuan Penelitian
I.3.1 Tujuan umum
Untuk mendapatkan prevalensi katarak pada anak di RSUP. H.
Adam Malik Medan tahun 2012
I.3.2 Tujuan Khusus
• Untuk mengetahui kejadian katarak pada anak berdasarkan
usia di RSUP. H. Adam Malik Medan periode tahun 2012
• Untuk mengetahui kejadian katarak pada anak berdasarkan
jenis kelamin di RSUP. H. Adam Malik Medan periode tahun
2012.
• Untuk mengetahui kejadian katarak pada anak berdasarkan
lateralitas (unilateral/bilateral) di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
• Untuk mengetahui kejadian katarak pada anak berdasarkan
penyebab (nontraumatik/traumatik) di RSUP H.Adam Malik
Medan tahun 2012.
I.4 Manfaat Penelitian
1. Dengan penelitian ini dapat di buat pemetaan tentang katarak pada
anak di RSUP. H. Adam Malik Medan dan diharapkan dapat sebagai
data untuk penelitian selanjutnya.
2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dilakukan deteksi dini dan
penanganan yang tepat terhadap penderita katarak pada anak di
RSUP. H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1. Defenisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Katarak pada anak dapat
terjadi sejak lahir atau terlihat segera setelah lahir yang disebut dengan
katarak kongenital, katarak yang terjadi pada tahun pertama disebut
katarak infantil, sedangkan yang berkembang selama 12 tahun pertama
disebut dengan katarak juvenil. (Yanoff M dan Jays D.2009)
Menurut UU no 23 tahun 2002, anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun,termasuk anak yang masih dalam
kandungan. (Undang-undang no 23 tahun 2002)
Katarak pada anak dapat terjadi :
- Merupakan bagian dari kondisi sistemik
- kongenital atau didapat
- inheritas atau sporadik
- unilateral atau bilateral
- parsial atau komplit
- stabil atau progresif.( Skuta et al.2011)
II.2 Anatomi
Lensa krystalin terdiri dari nukleus (embryionic dan fetal), dan
korteks lensa. Pada masa perkembangannya, diawali dengan
Universitas Sumatera Utara
perkembangan embryonic nucleus, yang akhirnya selesai berkembang
sekitar 6 minggu masa gestasi, dimana terbuat dari serat lensa primer,
yang berkembang dari epitel lensa posterior. Pada pemeriksaan klinis,
embryonic nucleus terdapat pada bagian sentral, sebagai inti yang tipis,
dan berwarna sedikit gelap, yang terdapat dibagian dalam dari Y suture.
Sedangkan dibagian perifernya, terdapat fetal nucleus. Fetal nukleus
berkembang dari serat- serat lensa sekunder dari sel-sel anterior epitel.
Serat-serat lensa sekunder ini mempunyai bagian anterior dan posterior,
yang mengelilingi embyonic nucleus dan bergabung pada bagian anterior
dan posterior Y suture. Y Suture ini merupakan bagian yang penting
sebagai petunjuk untuk mengetahui luasnya fetal nucleus. Material lensa
bagian perifer Y suture adalah korteks lensa, dimana material lensa
dengan dan termasuk kedalam Y suture adalah nuclear. (Kenneth W
W.1995)
Pada saat anak lahir, fetal nucleus dan embyonic nucleus dari
lensa menjadi volume lensa yang terbesar. Sedangkan Serat kortikal
lensa terus berproduksi menghasilkan perubahan anterior epitel lensa
menjadi serat kortikal lensa. (Kenneth W W.1995)
II.3 Etiologi Dan Morfologi
- Etiologi katarak pada anak :
- Katarak Bilateral
• Idiopatik
Universitas Sumatera Utara
• Herediter
• Kelainan kromosom : Trisomy-21 (Down), -18(Edward), -
13(Patau)
• Craniofacial Syndrome
• Musculoskletal
• Renal
• Metabolik : Galaktosemia, fabri, wilson, mannosidosis, diabetes
melitus
• Infeksi maternal (TORCH) : Rubella, Cytomegalovirus, Varicella,
Syphilis, Toxoplasmosis.
• Kelainan okular : Aniridia, Anterior segment dysgenesis
syndrome.
• Iatrogenic : kortikosteroid, Radiasi.
- Katarak unilateral
• Idiopatik
• Kelainan okular : Persistent fetal vasculature, Anterior segmen
dysgenesis.
• Traumatik.( Skuta et al.2011)
Morfologi Katarak :
1) Katarak Polar Anterior, yaitu katarak yang diameternya pada
umumnya sering kurang dari 3mm. Dengan gambaran bulatan putih
ditengah kapsul anterior lensa. Biasanya kongenital, sporadik, dan
bisa bilateral atau unilateral.
Universitas Sumatera Utara
2) Katarak Nuklear, yaitu kekeruhan yang melibatkan tengah, atau
nukleus lensa. Kekeruhannya bervariasi, bisa terjadi unilateral, atau
bilateral,inheritas atau sporadik.
3) Katarak Lamellar atau Zonular, yaitu katarak dengan ciri-ciri
kekeruhan yang mengelilingi nukleus, dan mengakibatkan 1 atau
lebih lingkaran yang berkembang pada korteks lensa.
4) Katarak Lentikonus/Lentiglobus Posterior, yaitu yang disebabkan
oleh penipisan bagian sentral kapsul posterior. Hampir selalu
unilateral, walaupun kekeruhan dari kapsul posterior dapat terjadi
kongenital tetapi tampak seperti katarak yang didapat.
5) Katarak Subkapsular Posterior , biasanya lebih sedikit pada anak-
anak daripada dewasa. Sering terjadi didapat dan bilateral. Dan
juga dapat berkembang terus. Penyebab sekunder lainnya
termasuk steroid, uveitis, kelainan retina, dan terpapar radiasi.
6) Persistent Fetal Vasculature ( PFV), merupakan hasil dari
kegagalan hyaloid vaskular janin komplek yang tidak berkembang,
dan umumnya menyebabkan katarak pada bayi. Seperti katarak
nuklear, PFV terjadi kongenital, dan selalu unilateral.(Kenneth
WW.1995)(Skuta et al.2010)
Katarak yang terjadi pada anak dapat dibagi menjadi 2 kelompok :
1. Katarak kongenital
Dimana katarak terlihat setelah lahir, atau terlihat segera setelah
lahir.
Universitas Sumatera Utara
2. Katarak yang didapat
Terjadi kemudian, dan biasanya relatif karena sebab tertentu, dapat
terjadi unilateral, maupun bilateral.
Katarak yang didapat biasanya disebabkan oleh trauma, trauma
tumpul ataupun trauma tembus, radiasi atau sebab lain seperti
uveitis, diabetes, dan obat-obatan. (Shui HL.2007)(Vaughans dan
Ashburys.2007)
Katarak pada anak dapat juga dibagi menjadi 2 kelompok :
1. Nontraumatik
a. Herediter : bila memiliki riwayat keluarga.
b. Sekuder : bila disertai penyakit mata yang lain, penyakit metabolik
sistemik, dan katarak yang berhubungan dengan suatu sindroma.
c. Infeksi maternal, seperti TORCH.
d. Tidak ditemukan
2.Traumatik
Bila disebabkan akibat trauma. Dimana dapat terjadi perforans,
maupun nonperforans. (Lely RW.2013)(SR Kaid J.et al.2004)
II.4 Gambaran Klinis
Gejala klinis yang tampak pada katarak biasanya berwarna putih
yang disebut leukokoria ( pupil berwarna putih), yang dilihat oleh orangtua,
akan tetapi dapat juga tidak terlihat oleh orang tua.ketika katarak
melibatkan kedua mata anak dan komplit, sangat kelihatan dengan jelas
Universitas Sumatera Utara
nistagmus yang akan terjadi setelah 3 bulan. ( Shui H Lee et al.2007) ()
Vaughans & Ashburys.2007)
II.5 Penatalaksanaan
Evaluasi
Semua anak baru lahir seharusnya mendapat pemeriksaan mata,
termasuk evaluasi dengan ophthalmoscopy. Pemeriksaan dari refleks
fundus dapat menyatakan keadaan sedikit keruh. Evaluasi lengkap dari
refleks merah yang simetris secara normal mudah dikerjakan di dalam
ruangan gelap dengan cahaya yang terang dari ophthalmoscopy direct
kedalam kedua mata secara simultan. Pemeriksaan kini disebut tes
iluminasi, tes refleks fundus atau tes Bruckner, dengan mudah dapat
digunakan secara rutin untuk skrining bola mata oleh perawat, dokter
anak. Retinoskopi pada anak dengan pupil tidak dilatasi membantu untuk
penilaian penglihatan potensial pada mata katarak. Kekeruhan sentral
atau dikelilingi distorsi kortikal lebih dari 3 mm dapat dilihat secara
signifikan.( Timothy LJ.2008)
• Anamnesa
Perlunya anamnesa dari keluarga seperti riwayat kelahiran dan
pertumbuhan anak, perkembangan anak, dan gangguan sistemik yang
ditimbulkan. .( Timothy LJ.2008)
Universitas Sumatera Utara
• Fungsi penglihatan
Pada anak usia dibawah 2 bulan, fiksasi reflek normal tidak
ditemukan, pada umumnya kekeruhan pada kapsul anterior biasanya tidak
terlihat kecuali menutupi pupil sehingga menghalangi terlihatnya reflek
merah. (Skuta et al.2011)
Strabismus pada katarak unilateral dan nystagmus pada katarak
bilateral mengindikasikan adanya kekeruhan menjadi sangatlah berarti.
(Skuta et al.2011)
Pada anak usia diatas 2 bulan, standar pemeriksaan klinis dapat
dilihat dari fiksasi tingkah laku, fiksasi objek, sebagai tambahan untuk
dasar penglihatan katarak pada anak. Untuk katarak bilateral dapat dilihat
dari kebiasaan anak melihat, diikuti dengan observasi keluarga pada anak
dirumah, sangat membantu menentukan tingkat dari fungsi penglihatan
anak.( Skuta et al.2011)
• Pemeriksaan mata
Pemeriksaan dengan slit-lamp dapat menjelaskan morfologi dari
katarak dan dapat membantu menentukan penyebab dan prognosis. Hal
yang berhubungan dengan kornea abnormal, iris dan pupil dapat dicatat.
Slit lamp yang mudah dibawa secara khusus membantu pemeriksaan
bayi dan anak.(Skuta et al.2011)(Tymothy LJ.2008)
• Pemeriksaan segmen posterior
B scan ultrasonography dapat membantu mengevaluasi segmen
posterior, walaupun gambaran retina,atau kelainan optic nerve, tidak
Universitas Sumatera Utara
dapat sepenuhnya dikesampingkan sampai pemeriksaan optic nerve
head, retina dan fovea dilakukan secara langsung.(Skuta et al.2010)
Pembedahan
Pada umumnya katarak pada anak yang terpenting adalah
mengeluarkan katarak sedini mungkin karena beresiko ambliyopia. Untuk
perkembangan penglihatan pada bayi dan anak katarak kongenital
unilateral harus secepatnya dideteksi dan dikeluarkan sebelum umur 6
minggu, dan untuk katarak kongenital bilateral harus dikeluarkan sebelum
umur 10 minggu. (Skuta et al.2010)
Pilihan untuk mengoreksi aphakia terutama tergantung pada umur
pasien dan lateralitas pada katarak. Pada anak usia 1-2 tahun dan lebih
tua, penanaman intraocular lens (IOL) telah seluruhnya disetujui, dan
beberapa penelitian mengatakan bahwa prosedur ini aman dan akurat.
Sedangkan Pada bayi penanaman IOL masih kontroversi, karena
tingginya komplikasi dan cepatnya kesalahan refraksi selama 1-2 tahun
pertama.(Skuta et al.2011)
Pada anak-anak yang aphakia, Lensektomi dilakukan melalui insisi
kecil di limbus atau pars plana menggunakan alat pemotong vitreous atau
alat aspirasi manual. Irigasi dapat dilakukan dengan alat infus terintegrasi
atau kanul yang terpisah untuk pembedahan bimanual. Korteks dan lensa
Pengangkatan lensa ( lensektomi ) tanpa pemasangan IOL
Universitas Sumatera Utara
secara umum bersifat lunak sehingga fakoemulsifikasi tidak diperlukan.
Kapsulektomi anterior dilakukan sebelum atau setelah pengangkatan
seluruh korteks.(Skuta et al.2011)
Karena kekeruhan kapsul posterior cepat terjadi pada anak-anak,
penanganan kapsulotomi moderat dan vitrektomi anterior sebaiknya
dilaksanakan pada saat pembedahan, terutama pada bayi. Sisa kapsul
lensa posterior bagian perifer sebaiknya ditinggalkan untuk memfasilitasi
penanaman IOL sekunder di kemudian hari. (Skuta et al.2011)
Direkomendasikan dan dipertimbangkan penanaman IOL pada
pasien katarak yang didapat atau katarak yang terjadi pada anak dengan
usia 2 tahun, dengan kapsul posterior yang mencukupi untuk fiksasi
ruangan posterior lensa.
Lensektomi dengan intraocular lens (IOL)
Anak-anak dengan katarak traumatika dan mempunyai potensi
penglihatan yang baik sebagai kandidat penanaman IOL.(Kenneth
WW.1995)
Penanaman IOL pada anak
Karena mata anak terus memanjang sampai dekade pertama
kehidupannya, pemilihan kekuatan IOL yang tepat sangatlah sulit.
Penelitian telah memperhatikan bahwa kelainan refraksi pada anak yang
afakia mengalami pergeseran miopia ( Myopic shift ) 7-8 D dari usia 1
Universitas Sumatera Utara
hingga 10 tahun. Kemudian jika anak dibuat emetropia pada usia 1 tahun
nilai refraksinya pada usia 10 tahun menjadi sekitar -8D. Oleh karena itu
implantasi lensa intra okuler memerlukan perhitungan yang mencakup
usia anak dan target refraksi pada saat dilakukan pembedahan.
Kebanyakan ahli memasang implant lensa intra okuler dengan kekuatan
yang dibutuhkan sampai usia dewasa dan membiarkan anak tumbuh
dewasa dengan pilihan kekuatan lensa intra okuler tersebut. Kemudian
anak yang undercorrection dan memerlukan kacamata hipermetropia
dengan penurunan kekuatan refraksi bertahap hingga usia remaja. Ahli
lainnya lebih menganjurkan emetropia pada saat implantasi lensa
intraokuler, khususnya pada yang unilateral untuk menghindari
anisometropia dan memfasilitasi perkembangan fungsi binokuler. Pada
anak-anak seperti ini berkembang progesif menjadi lebih miopia seiring
waktu dan akhirnya memer lukan prosedur sekunder untuk mengatasi
peningkatan anisometropia.(Skuta et al.2011)
Perawatan post operatif
Untuk mengurangi reaksi inflamasi operasi, bayi dan anak
membutuhkan topikal kortikosteroid, topikan antibiotik. Sikloplegik dengan
siklopentolat 1% atau 2%, scopolamin 0,25%, atau atropin 1% obat tetes
untuk pemakaian 1 bulan setelah operasi. Beberapa ahli memberikan
steroid oral terutama untuk anak yang memiliki pigmen iris.(Skuta et
al.2010)(Skuta et al.2011)
Universitas Sumatera Utara
II.6 Komplikasi
Pada anak-anak komplikasi setelah pengangkatan lensa berbeda
dengan dewasa. Retinal detachment, macula edema, dan abnormalitas
kornea jarang pada anak-anak. Insidensi infeksi setelah operasi dan
perdarahan, sama pada dewasa dan anak-anak. Glaukoma berhubungan
dengan anak yang afakia berkembang setiap tahun setelah pengangkatan
lensa dilaporkan terjadi sampai 25% dari pasien.(Skuta et al.2010)(Skuta
et al.2011)
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFENISI OPERASIONAL
III.1 Kerangka Konsepsional
Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang
menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen
yang teliti. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam
latar belakang, tinjauan kepustakaan yang ada, maka kerangka konsep
digambarkan sebagai berikut :
Kerangka Konsep
III.2 Defenisi Operasional
• Katarak adalah kekeruhan pada lensa .
• Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun.15
• Usia adalah umur anak menderita katarak
• Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan
Katarak pada anak
- Usia - Jenis Kelamin - Lateralitas - Penyebab
16
Universitas Sumatera Utara
• Lateralitas adalah unilateral ( satu mata) atau bilateral (kedua
mata)
• Penyebab adalah penyebab terjadinya katarak, nontraumatik atau
traumatik (perforans dan nonperforans).
• Rekam medis adalah data dari penderita dan bukti tertulis
tindakan-tindakan pelayanan di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah suatu penelitian retrospektif yang bersifat
deskriptif .
IV.2 Pemilihan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Poli Mata RSUP. H. Adam Malik Medan.
IV.3 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua pasien yang datang berobat ke
poli mata berdasarkan data rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan
tahun 2012.
IV.4 Besar Sampel
Sampel penelitian adalah semua penderita katarak pada anak yang
berobat ke poli mata berdasarkan data rekam medis RSUP. H. Adam
Malik Medan tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi yang telah
ditentukan.
18
Universitas Sumatera Utara
IV.5 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi
Kriteria inklusi :
• Semua penderita katarak pada anak usia < 18 tahun yang
berobat ke poli mata RSUP.H Adam Malik Medan tahun 2012.
Kriteria eksklusi :
• Data rekam medis tidak lengkap.
IV.6 Identifikasi Variabel
Penelitian ini memiliki 2 variabel penelitian :
1. Variabel terikat : Katarak pada anak
2. Variabel bebas :
- Usia
- Jenis kelamin
- Lateralitas
- penyebab ( nontraumatik/traumatik).
IV.7. Bahan Dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data dari rekam medis
2. Kertas
3. Pulpen
4. Pinsil
5. Penghapus
Universitas Sumatera Utara
IV.8 Cara Kerja
Dilakukan penelitian retrospektif deskriptif melalui data sekunder
yaitu rekam medik khusus penderita katarak pada anak yang berobat ke
Poli Mata RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012. Data yang di
kumpul meliputi usia, jenis kelamin, lateralitas, penyebab (nontraumatik/
traumatik).
IV.9 Analisis Data
Analisis data di lakukan secara Deskriptif dan di sajikan dalam
bentuk tabulasi data.
IV.10 Pertimbangan Etika
Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat
Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.
Penelitian ini kemudian diajukan untuk disetujui oleh rapat komite etika
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
IV.11 Personal Penelitian
Peneliti : Iridha Wahyumi
IV.12 Biaya Penelitian
Biaya penelitian ditanggung : Peneliti.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Desember 2012 di RSUP. Haji Adam Malik Medan dengan jumlah pasien
yang berkunjung ke poliklinik Ilmu kesehatan Mata pada tahun 2012
sebanyak 8120 orang. Dari seluruh jumlah pasien, yang datang
kepoliklinik Oftalmologi anak dijumpai sebanyak 646 orang, Ditemukan
sampel katarak pada pasien anak sebanyak 45 orang yang melibatkan 61
mata di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.
V.1.Karakteristik Peserta Penelitian
a. Usia
Tabel 5.1. Sebaran Katarak pada anak berdasarkan usia.
Usia N %
<1 10 22,2
1-3 8 17,8
4-6 11 24,4
7-12 10 22,2
13-17 6 13,3
Jumlah 45 100
Dari tabel di atas tampak bahwa kelompok usia 4-6 tahun
merupakan kelompok usia terbanyak bila dibandingkan kelompok usia
21
Universitas Sumatera Utara
kurang dari 1 tahun dan kelompok usia 7-12 tahun. Sedangkan yang
terkecil kelompok usia 13-17 tahun.
b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2. Sebaran katarak pada anak berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin N %
Laki-Laki 26 57,8
Perempuan 19 42,2
Jumlah 45 100
Dari tabel diatas tampak bahwa katarak pada anak lebih
mendominasi pada anak laki-laki yaitu sebesar 57,8% daripada anak
perempuan.
c. Lateralitas
Tabel 5.3. Sebaran katarak pada anak berdasarkan lateralitas
Lateralitas N %
Unilateral 29 64,4
-OD 17 37,7
-OS 12 26,7
Bilateral 16 35,6
Jumlah 45 100
Dari tabel di atas tampak bahwa katarak pada anak berdasarkan
lateralitas yang terbanyak terjadi unilateral yaitu 64,4%, dengan
Universitas Sumatera Utara
melibatkan mata kanan yang terbanyak dialami, bila dibandingkan
dengan mata kiri. Sedangkan 35,6% katarak pada anak terjadi bilateral.
d. Penyebab
Tabel 5.4. Sebaran katarak pada anak berdasarkan penyebab
Penyebab N % Nontraumatik 24 53,3
Traumatik - Perforans
- Nonperforans
21 9
12
46,7 20
26,7
Jumlah 45 100
Dari tabel diatas tampak bahwa katarak nontraumatik terjadi
sebesar 53,3%. Sedangkan katarak traumatik yang hanya sebesar 46,7%.
Pada katarak traumatik, terbanyak terjadi nonperforans yaitu sebesar
26,7%.
e. Usia dengan penyebab
Tabel 5.5 Sebaran katarak pada anak berdasarkan usia dengan penyebab
Usia Nontraumatik Traumatik Total
N (%) N(%) N(%) < 1 10(22,2%) 0(0%) 10(22,2%)
1-3 8(17,8%) 0(0%) 8(17,8%)
4-6 5(11,1%) 6(13,3%) 11(24,4%)
7-12 1(2,2%) 9(20%) 10(22,2%)
13-17 0(0%) 6(13,3%) 6(13,3%)
Total 24(53,3%) 21(46,7%) 45(100%)
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel diatas tampak bahwa kelompok nontraumatik terbanyak
pada kelompok usia anak dibawah 1 tahun, sedangkan pada kelompok
traumatik terbanyak terjadi pada usia 7-12 tahun bila dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya.
f. Jenis kelamin dengan penyebab
Tabel 5.6 Sebaran Katarak pada anak berdasarkan jenis kelamin dengan penyebab
Jenis Kelamin Nontraumatik Traumatik Total
N(%) N(%) N(%)
Laki-laki 11(24,4%) 15(33,3%) 26(57,8%)
Perempuan 13(28,9%) 6(13,3%) 19(42,2%)
Total 24(53,3%) 21(46,7%) 45(100%)
Dari tabel diatas tampak bahwa kelompok nontraumatik paling
banyak diderita pada anak perempuan yaitu sebesar 28,9%, sedangkan
kelompok traumatik lebih didominasi pada anak laki-laki yaitu sebesar
33,3%.
Universitas Sumatera Utara
g. Lateralitas dengan penyebab
Tabel 5.7 Sebaran katarak pada anak berdasarkan Lateralitas dengan Penyebab
Lateralisasi Nontraumatik Traumatik Total
N(%) N(%) N(%) Unilateral
-OD
- OS
8(17,7%)
5(11,1%)
3(6,6%)
21(46,7%)
12(26,7%)
9(20%)
29(64,4%)
Bilateral 16(35,6%) 0(0%) 16(35,6)
Total 24(53,3%) 21(46,7%) 45(100%)
Dari tabel diatas kelompok nontraumatik terbanyak terjadi bilateral
yaitu sebesar 35,6% sedangkan semua kelompok traumatik unilateral.
V.2.Prevalensi Katarak pada Anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan
Dari seluruh jumlah pasien dipoli mata sebanyak 8120 orang,
didapatkan penderita katarak pada anak sebanyak 45 orang. Prevalensi
didapatkan dengan rumus jumlah penderita / jumlah populasi dikali 100%,
sehingga prevalensi katarak pada anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan
adalah 0,55 %.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari tabel 5.1 sampai tabel 5.7 merupakan gambaran karakteristik
pasien katarak pada anak yang datang berobat ke RSUP. H. Adam Malik
Medan dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2012.
Dari tabel 5.1 terlihat katarak pada anak berdasarkan usia adalah
paling banyak pada umur 4-6 tahun, yaitu 11 orang (24,4%), sedangkan
kelompok umur dibawah 1 tahun dan 7-12 tahun sama banyaknya yaitu
10 orang( 22,2%). Tampaknya banyak orangtua penderita katarak pada
anak yang membawa anaknya berkunjung kepoli oftalmologi anak pada
umur 4-6 tahun.
Dari Tabel 5.2 terlihat katarak pada anak berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak pada anak dengan jenis
kelamin laki-laki lebih besar daripada perempuan, yakni sebesar 57,8 %.
Dari beberapa literatur, tidak dijumpai faktor resiko terjadinya katarak pada
anak berdasarkan jenis kelamin. Akan tetapi hasil penelitian sebelumnya
Lely Retno W diMalang serta oleh Johar dkk dan Perucho-Martinez dkk
juga menunjukkan jenis kelamin laki-laki lebih besar daripada
perempuan.(Lely RW.2013)(Perucho et al.2007)(SR Kaid J.et al.2004)
Dari tabel 5.3. berdasarkan lateralitas dari katarak pada anak di
jumpai unilateral sebanyak 29 orang 64,4%, dimana kejadian katarak yang
melibatkan mata kanan sebanyak 17 mata (37,7%), sedangkan yang
26
Universitas Sumatera Utara
melibatkan mata kiri sebanyak 12 mata (26,7%). Sedangkan penderita
katarak bilateral sebanyak 16 orang 35,6%. Hal ini sama dengan
penelitian Ujjowala Devi dkk di Nepal, dimana secara keseluruhan katarak
unilateral lebih mendominasi yakni sebanyak 67,4%.(Ujjowalla et al.2012)
Dari tabel 5.4. berdasarkan Penyebab menunjukkan bahwa
Penyebab utama dari katarak pada anak yang didapatkan pada penelitian
ini adalah nontraumatik ( 53,3%). Hasil ini sama dengan penelitian
sebelumnya, dimana katarak dengan penyebab nontraumatik lebih banyak
yakni 67,4%. Seperti yang disebutkan bahwa penyebab nontraumatik
antara lain idiopatik, herediter, infeksi maternal akibat TORCH.(Lely
RW.2013) Penelitian lainnya menemukan penyebab katarak nontraumatik
terbanyak adalah tidak ditemukan 51,4%, herediter 25,4%, dan rubella
14,8%.(Michael Ekstein et al.1996)
Hal ini tampaknya berbeda dengan hasil penelitian ini dimana dari
24 penderita katarak nontraumatik pada penelitian ini sebanyak 19 orang
(44,4%) dengan penyebab idiopatik, 1 orang (2,2%) penderita dengan
penyebab herediter, dimana pada anamnesa didapatkan adanya riwayat
keluarga. Sedangkan 4 orang (8,9%) penderita dengan penyebab infeksi
maternal, dimana pada anamnesa dijumpai riwayat terjadinya infeksi
selama kehamilan yaitu sewaktu hamil ibu penderita katarak pada anak
menderita cacar. Akan tetapi, hal ini tidak disertai dengan pemeriksaan
TORCH pada penderita katarak pada anak sehingga tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
ditemukan penyebab TORCH dengan jelas. Diliteratur dikatakan idiopatik
jika tidak didapatkan faktor penyebab katarak yang lain.(Lely RW.2013)
Sedangkan untuk penderita katarak pada anak yang disebabkan oleh
TORCH sendiri, tidak semua penderita yang datang kepoli dilakukan
pemeriksaan, sehingga tidak dapat disingkirkan pula kemungkinan
terjadinya katarak akibat TORCH.
Dinegara maju, mayoritas penyebab katarak adalah
herediter(autosomal dominan), atau merupakan gabungan dari penyakit
mata yang lain dan disertai penyakit sistemik, sedangkan pada negara
berkembang, tampaknya rubella memegang peranan penting.(Micheal E
et al.1996)
Selain itu Penelitian di Divisi Pediatrik Ofthalmologi FKUI/RS Cipto
Mangunkusumo mendapatkan katarak pada anak yang disebabkan infeksi
Rubella masa intrauterin merupakan penyebab terbesar, dari prevalensi
kebutaan akibat katarak pada anak yang mereka dapatkan sebesar
35,7%.(Sitorus R)
Maka Perlunya anamnesa yang penting tentang adanya riwayat
diturunkan dari keluarga, maupun pemeriksaan IgM rubela baik dari
serum, ataupun dari saliva pada anak tampaknya sangat dibutuhkan untuk
menegakkan etiologi penyebab katarak pada anak.
Pada kelompok traumatik, katarak pada anak yang disebabkan
trauma pada penelitian ini didapatkan sebanyak 21 orang (46,7%). Hal ini
sesuai dimana katarak traumatik pada anak yang merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
penyebab dari kebutaan monokular dimana terjadi sekitar 29-57% dari
seluruh kasus katarak pada anak.(Ujjowala DS et al.2012)
Dari Penelitian Johar dkk mendapatkan sebanyak 66,7% penyebab
terbanyak kelompok traumatik adalah trauma non perforans, berbeda
halnya dengan penelitian Perucho Martinez dkk yang menyebutkan bahwa
penyebab utama dari kelompok traumatik adalah trauma
perforans.(Perucho MS.et al.2007)(SR Kaid J.et al.2004).
Dari penelitian ini ditemukan sebanyak 12 orang (26,7%) penderita
katarak traumatik disebabkan trauma non perforans, sedangkan 9 orang
(20%) disebabkan trauma perforans.
Dari tabel 5.5 berdasarkan usia dengan penyebab didapatkan
bahwa anak dibawah 1 tahun lebih banyak pada kelompok katarak
nontraumatik, yakin sebanyak 22,2 %. Pada hal ini terlihat dimana
banyaknya katarak terjadi segera setelah anak lahir.
Sedangkan Pada katarak traumatik didominasi oleh kelompok usia 7-12
tahun yakni sebesar 20%. Hal ini berbeda dengan Ying-Nan Xu dkk yang
mendapatkan usia terbanyak traumatik terjadi pada usia prasekolah, yang
mengatakan pada usia tersebut, anak lebih banyak mengeksplor apapun
yang dapat mereka sentuh tanpa menyadari bahaya akan benda
tertentu.(Ying NX.2013). Dari penelitian ini kelompok usia prasekolah (4-6
tahun) pada kelompok penyebab traumatik didapat sebanyak 13,3%. Dari
penelitian ini Kemungkinan kelompok usia 7-12 tahun memiliki aktivitas
dilingkungan luar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok
Universitas Sumatera Utara
usia 4-6 tahun, sehingga lebih memungkinkan akan terjadinya katarak
akibat trauma.
Dari tabel 5.6 berdasarkan jenis kelamin dengan penyebab
didapatkan pada katarak nontraumatik penderita laki-laki lebih sedikit
dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi pada katarak yang
disebabkan traumatik laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan
perempuan yaitu sebanyak 15 orang (33,3%). Hal ini mungkin karena
anak laki-laki lebih sering terpapar dengan lingkungan luar, sehingga
memiliki faktor resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya katarak akibat
trauma.
Ying-Nan Xu dkk di China juga menemukan anak laki-laki lebih
banyak menderita katarak traumatik daripada anak perempuan.
Disebutkan pula, tingginya faktor resiko terjadinya trauma ini dikarenakan
aktivitas diluar dan seringnya kontak dengan bahan-bahan yang
berbahaya. Sama halnya dengan penelitian Michael Eckstein dkk dimana
pada kelompok traumatik lebih banyak pada laki-laki (75%).(Michael E.et
al.1996)(SR Kaid J.et al.2004)(Ying NX.2013)
Dari tabel 5.7 berdasarkan lateralitas dengan penyebab
menunjukkan bahwa pada kelompok nontraumatik lebih banyak terjadi
pada dua mata (bilateral), yaitu sebesar 35,6% sedangkan yang terjadi
unilateral sebesar 17,7%. Dimana melibatkan mata kanan sebesar 11,1%
dan melibatkan mata kiri sebesar 6,7%. Pada kelompok traumatik seluruh
penderita hanya mengalami katarak pada 1 mata saja (unilateral), dan
Universitas Sumatera Utara
tidak dijumpai terjadinya katarak traumatik pada kedua mata(bilateral). Hal
ini sama dengan penelitian sebelumnya, dimana pada kelompok
nontraumatik ditemukan lebih banyak terjadi pada dua mata (bilateral)
yakni sebesar 71%. Sedangkan pada kelompok traumatik semua terjadi
pada satu mata(unilateral), Dikatakan juga bahwa trauma merupakan
penyebab utama katarak unilateral pada anak.(Lely RW.2013)
Hal ini terlihat pula dari penelitian Ying-Nan Xu dkk di China,
dimana pada penderita katarak traumatik pada anak seluruhnya terjadi
unilateral.(Ying NZ.2013)
Prevalensi katarak pada anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan
Dari jumlah penderita katarak pada anak sebanyak 45 orang.
Didapatkan prevalensi katarak pada anak di RSUP. Haji Adam Malik
Medan adalah 0,55 %.
Prevalensi terjadinya katarak pada anak diperkirakan berkisar 0,1-
0,4/10.000 anak dinegara maju, sedangkan dinegara berkembang 1-
4/10.000 anak. Diperkirakan lebih dari 1 juta anak menderita kebutaaan
akibat katarak di Asia. Sedangkan Di negara berkembang seperti India
7,4-15,3% terjadi kebutaan akibat katarak.(Perucho MS et al.2007)(SR
Kaid J.et al.2004)
Kebutaan karena katarak kongenital, dan infantil bilateral sebesar
5-20% dari kebutaan anak secara global di negara berkembang. Di
Indonesia sendiri dilaporkan 16%.(Sitorus R)
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian di Jawa tentang etiologi kebutaan pada anak,
didapatkan penyebab kebutaan akibat katarak pada anak sebesar 73
kasus (15,5%), dari 504 sampel anak.(Sitorus R.2007)
Bila dilihat dari prevalensi katarak pada anak yang terjadi dinegara
berkembang , maka tentunya prevalensi katarak pada anak di Rumah
Sakit H.Adam Malik turut berperan, yakni sebesar 0,55%.
Angka ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam upaya
pencegahan dan penanganan katarak yang pada anak.
Sebagaimana penanggulangan kebutaan pada anak mendapatkan
prioritas yang tinggi dalam Program WHO The Right To Sight sejak
beberapa tahun ini, dimana program ini mencanangkan hak untuk melihat
ditahun 2020 untuk setiap anak didunia, melalui upaya pencegahan dan
pemberantasan kebutaan.(Sitorus R.2007)
Universitas Sumatera Utara
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan
1. Dari 646 jumlah pasien anak yang berobat kepoli mata didapatkan
jumlah katarak pada anak sebanyak 45 orang yang melibatkan 61
mata.
2. Berdasarkan usia anak pada penderita katarak pada anak adalah
paling banyak pada umur 4-6 tahun, yaitu 11 orang (24,4%).
3. Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penderita
katarak pada anak dengan jenis kelamin laki-laki lebih besar
daripada perempuan.
4. Berdasarkan lateralitas dari katarak pada anak di jumpai unilateral
sebanyak 29 orang 64,4%,(melibatkan mata kanan 37,7% dan
mata kiri 26,7%), sedangkan bilateral sebanyak 16 orang 35,6%.
5. Berdasarkan penyebab menunjukkan bahwa Penyebab utama dari
katarak pada anak yang didapatkan pada penelitian ini adalah
nontraumatik ( 53,3%), dan traumatik 46,7% (perforans 20% dan
nonperforans 26,7%).
6. Berdasarkan usia dengan penyebab didapatkan bahwa anak
dibawah 1 tahun terbanyak pada kelompok katarak nontraumatik
yaitu sebesar 22,2%, sedangkan kelompok traumatik terbanyak
pada kelompok usia 7-12 tahun yaitu sebesar 20%.
33 Universitas Sumatera Utara
7. Berdasarkan jenis kelamin dengan penyebab didapatkan pada
katarak nontraumatik penderita laki-laki lebih sedikit (24,4%)
dibandingkan dengan perempuan (28,9%) sedangkan pada katarak
traumatik penderita laki-laki lebih banyak (33,35) daripada
perempuan (13,3%).
8. Berdasarkan lateralitas dengan penyebab menunjukkan bahwa
pada kelompok nontraumatik lebih banyak terjadi pada dua mata
(bilateral) yaitu sebesar 35,6% dari pada unilateral. Sedangkan
seluruh penderita pada kelompok traumatik hanya mengalami
katarak pada 1 mata saja (unilateral).
9. Dari 45 orang penderita katarak pada anak yang datang kepoli
mata RSUP H Adam malik Medan, maka didapatkan prevalensi
katarak pada anak sebesar 0,55%.
VII.2 Saran
1. Diperlukannya penyuluhan pada masyarakat, semua orang
memiliki faktor resiko terjadinya katarak, bukan hanya orang tua,
akan tetapi bisa terjadi pada anak-anak, bahkan terjadi sejak anak
lahir.
2. Diperlukannya pengetahuan masyarakat terutama bagi wanita
hamil untuk dapat mencegah infeksi pada saat kehamilan, karena
dapat mengakibatkan terjadinya katarak pada saat bayi lahir.
Universitas Sumatera Utara
3. Dibutuhkannya deteksi dini dan penanganan sesegera mungkin
pada penyakit katarak guna mencegah penyulit yang timbul, selain
itu terlambatnya diagnosa akan mengakibatkan terlambatnya
penanganan sehingga dapat berakhir dengan kebutaan pada anak.
4. Perlunya edukasi pada orangtua dan khususnya pada anak-anak,
akan faktor resiko kejadian katarak akibat trauma sehingga dapat
menurunkan angka kejadian katarak pada anak.
5. Perlunya kerjasama antar Departemen Ilmu Kesehatan Anak dan
Departemen Ilmu Kesehatan Mata, agar setiap anak dapat
dilakukan evaluasi pemeriksaan mata, dalam upaya deteksi sedini
mungkin akan kejadian katarak pada anak.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Audrey WL CHIA and Vivian B. (2005). Clinical Opthalmology – As Asian Perspective. Chapter 9.7. A publication of Singapore Nasional Eye Centre. Elsevier. 699-704.
Kenneth W W. (1995). Pediatric Ophthalmology And Strabismus. Section Editors. Chapter 26. USA. 367-389
Khurana A K. (2007). Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. India : New Age Internasional (P) Ltd Publishings.170-186
Lely RW and Kristina RHK. (2013) Katarak Pediatrik : Profil klinik dan Faktor determinan Hasil Terapi. Laboratorium ilmu kesehatan Mata Rumah Sakit Umum Dr Syaiful Malang. Jurnal kedokteran Brawijaya. Vol 27 No 3.178-183.
M Edward W and Rupal HT.(2005). Childhood Blindess And Pediatric Cataract. 2005. 52-54.
M Edward W.,et al. (2003). Paediatric Cataract Blindness In Developing World: Surgical Techniques And Intraocular Lenses In The New Millenium. Br J Ophthalmol. 87.USA.14-19.
Michael E et al. (1996). Aetiology Of Childhood cataract In South India, British Journal Of Ophthalmology.628-632.
Perucho,M,S,.De-la-cruz-Bertolo,.Tejada-Palacios.(2007).Pediatric Cataract: Epidemiology And Diagnosis.Retrospective Review of 79 Case. Arch Soc Esp Ofthalmol. Ophthalmology Service.Hospital Universitario, Madrid,Spain.37-41.
Shui HL.,Ewa Oleszczynska Prost.,Erick,R,C,.Rupal H.T.(2007) Pediatric Ophthalmology.1st ed. Chapter 7. Jaypee. New Delhi. India. 2007. 62-78.
Sitorus R. Eliminasi Kebutaan anak DiIndonesia Sejalan Dengan Milenium Development Goals (MDGs) dan Vision 2020. Avaiable at www.majalah-Farmacia.com
Sitorus R.(2007) .Cause And Temporal Trends Of Childhood Blindness In Indonesia : Study At Schools For The Blind In Java. Br J Ophthalmol. Departement Of Ophthalmology Faculty Of Medicine. University Of Indonesia. Jakarta. 91. 1109-1113.
Skuta,GL,. Cantor,LB,. Weiss JS. (2010). American Academy Ophtalmology, Lens and Cataract. Basic and clinical Science
36
Universitas Sumatera Utara
Course, Section 11, Sanfransisco 2009 – 2010. 5-9,34-38.199-204.
Skuta,GL., Cantor,LB,. Weiss JS. (2011). American Academy Ophtalmology. Pediatric and Strabismus. Basic and Clinical Science Course. section 6. Chapter 21. the foundation of the AAO. Sanfransisco 2010-2011. 245-260.
SR Kaid J., NK Savalia., AR Vasavada., PD Gupta.(2004). Epidemiology Based Etiological Study Of Pediatric Cataract In Western India. Iladevi Cataract and IOL Research Center. India. Page 115-121.
Timothy L.J. (2008). Mooffields Manual Of Ophthalmology. Mosby elsevier. British.Page 562-563.
Ujjowala Devi Shrestha,MBBS,MD et all, Clinical profile Of Pediatric and Surgery in a Tertiary Eye Care Centre, Tilganga Institute of Ophthalmology, Gaushala, Kathmandu,Nepal. J. Nepal Paediatric.Soc,Vol 32, 2012. P 14-18.
Undang-undang no 23 tahun 2002. Available at www.hukumonline.com/pusat data/..../17453.
Vaughans & Ashbury’s. (2007). General Opthalmology. 17th ed. Chapter 8, page 1-12.
Yanoff M.,Jays Duker.(2009). Ophthalmology. 3th ed. Chapter 5. Mosby. USA. Page 508-510.
Ying-NX et all. (2013). Pediatric traumatic cataract and surgery outcomes in Eastern China: a hospital based Study. Int J Ophthalmol Vol 6 No 2. Shandong. China. P160-164.
Zena L., Shehla R.,Yiong H., Chan,Alex V.Levin.(2010). Pediatric Cataract : The Toronto-Etiology. Departement Of Ophthalmology and Vision Science, The Hospital For sick Children. Toronto. Canada. Page 887-891.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Nama : dr. Iridha Wahyumi Tempat/Tgl Lahir : Banda aceh / 10 Agustus 1985 Suku/Bangsa : Aceh / Indonesia Agama : Islam Alamat : Jln Eka Surya Komplek Royal Monaco Blok
F No 27 Johor Medan . II. Keluarga Suami : dr. Syafrizal Amin Nst.
Anak : Hanifah Khansa Nst.
III. Pendidikan - SDN 4 Bireuen, Tamat Tahun 1996 - SLTPN 9 Banda Aceh , Tamat Tahun 1999 - SMU 3 Banda Aceh, Tamat Tahun 2002 - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Tamat Tahun
2009
IV.Riwayat Pekerjaan -
V.Perkumpulan Profesi
Anggota Muda Perdami Cabang Sumatera Utara
VI. Partisipasi Dalam Kegiatan Ilmiah
- Peserta The 9th Sumatera Ophthalmologist Meeting,Palembang,9th-
11th March 2012
- Peserta In the Workshop “Impact Of Glaucoma: Challenge That
Needs To Be Incorporated” at Sumatera Eye Center Convention
Hall,Medan on March 23-24,2013
- Peserta Daily Practice In Pediatric Ophthalmology 25 Mei
2013,Medan,Indonesia.
- Peserta At The National Congress and Annual Meeting of PERDAMI 29-31 August,2013.Palembang,Indonesia.
Universitas Sumatera Utara