Produksi biomassa Spirulina untuk ekstraksi fikosianin
Spirulina merupakan mikroorganisme yang kaya akan berbagai nutrisi dan zat bioaktif untuk keperluan
manusia, namun jika ditelaah lebih lanjut diketahui bahwa dari berbagai zat yang dikandung tersebut,
fikosianin merupakan salah satu bioproduk Spirulina yang bernilai ekonomi sangat tinggi. Sebagai
komoditi pasar internasional, harga fikosianin bervariasi antara 4.600 USD/gram hingga 100.000 USD/Kg
tergantung dari kualitas, kemurnian produk, dan kuantitas yang dibeli.
(Algaecollection, 2013)
Fikosianin umumnya digunakan dalam berbagai industri, mulai dari industri obat-obatan, kosmetik,
hingga industri makanan. Peran fikosianin dalam industri yang berhubungan dengan kesehatan
diantaranya fikosianin diketahui dapat berperan sebagai molekul anticarcinogenic, antibakteri,
antiinflamatory, dan lain-lain. Di samping penggunaan dalam bidang kesehatan, fikosianin digunakan
sebagai agen pewarna alami yang untuk mewarnai makanan, bahkan dapat juga digunakan sebagai
pengganti EtBr yang karsinogenik untuk keperluan biologi molekular.
Gambar Produk-produk yang menggunakan fikosianin sebagai salah satu komposisinya
Fikosianin sendiri pada Spriulina termasuk ke dalam fikobiliprotein atau merupakan pigmen yang
menempel pada protein. Dari keseluruhan protein yang dimiliki Spirulina, fikosianin mengambil 1/10
bagian dan berperan sebagai tempat penyimpanan nitrogen. Fikosianin pada Spirulina merupakan
pigmen biru yang berperan dalam meningkatkan efisiensi fotosintesis dengan mengumpulkan cahaya
pada panjang gelombang yang klorofil kurang bisa menyerapnya (Singh et al, 2010).
Gambar Struktur molekul fikosianin
Adapun strategi umum produksi Spirulina agar bisa diperoleh fikosianinnya, yaitu dengan
menumbuhkan biomassa Spirulina sebanyak-banyaknya di medium kaya akan nitrogen inorganik
terlarut, kemudian melakukan ekstraksi dengan metode yang paling efektif dalam mengambil fikosianin
sebanyak mungkin dan semurni mungkin. Untuk tahapan-tahapan yang diperlukan dalam melaksanakan
strategi tersebut terdiri dari,
Pemilihan strain Spirulina dan Manajemen Genetik
Sebelum produksi biomassa Spirulina secara massal, ditentukan terlebih dulu strain Spirulina yang akan
digunakan dalam produksi. Untuk memperoleh strain yang tepat, dapat dilakukan isolasi Spirulina dari
perairan tawar disekitar lokasi produksi agar diperoleh strain Spirulina yang tidak perlu dilakukan
adaptasi dan mudah dikultivasi di lokasi produksi. Di samping cara itu, terdapat juga pilihan membeli
kultur Spirulina unggul yang bisa diperoleh dari balai penelitian. Kultur Spirulina unggul yang dipilih
dapat dilihat dari kandungan proteinnya yang lebih tinggi atau waktu replikasinya lebih cepat atau bisa
juga Spirulina yang dapat tumbuh di medium air laut. Kultur Spirulina unggul tersebut bisa dihasilkan
juga dari proses rekayasa genetika, dengan manipulasi genetik bisa dihasilkan suatu strain Spirulina
penghasil pigmen yang tinggi atau penghasil vitamin yang tinggi atau penghasil asam lemak tak jenuh
yang tinggi dan lain-lain. Di samping rekayasa genetik, manajemen genetik kultur harus juga diterapkan
dalam proses kultivasi. Pada proses kultivasi terdapat tahapan yang bermacam-macam berdasarkan
skala volume dan media meliputi kultivasi stok kultur pada medium agar di cawan petri, kultivasi pada
medium cair di tabung reaksi, kultivasi pada medium cair di erlenmeyer volume 200 ml, dan seterusnya
hingga kultivasi skala massal di bioreaktor atau kolam, dari tahapan-tahapan kultivasi tersebut dimasing-
masing skala proses mengambil stok kultur harus dilakukan secara berurutan. Inokulum Spirulina hanya
boleh diambil dari proses kultivasi di volume yang lebih kecil sebelumnya, tidak boleh mengacak dari
volume yang lebih besar. Inokulum dengan kualitas genetik terbaik pada Spirulina sebenarnya berada
pada stok kultur di medium agar atau stok kultur skala tabung reaksi. Mengenai kualitas genetik
Spirulina di dalam reaktor produksi, merupakan kualitas kultur yang paling buruk, karena itu jangan
digunakan sebagai inokulum. Inokulum untuk kultivasi sebaiknya bersumber dari menggunakan kultur
stok pada volume yang lebih kecil atau paling tidak menggunakan kultur dari volume yang sama.
Pembuatan media tumbuh Spirulina
Setelah dipilih strain Spirulina yang akan digunakan, dilakukan pembuatan medium tumbuh premix
Zarrouk. Medium zarrouk merupakan medium yang khusus digunakan dalam kultivasi Spirulina.
Medium ini memiliki kandungan nutrisi spesifik yang dibutuhkan Spirulina dan memiliki pH sekitar 8
sehingga dapat menghambat pertumbuhan kontaminan. Medium zarrouk akan digunakan sebagai
medium stok kultur Spirulina, sedangkan medium kultivasi skala massalnya akan digunakan medium
modifikasi. Medium modifikasi merupakan medium alternatif pengganti medium premix dengan
kandungan nutrisi yang sekedar mencukupi kebutuhan utama kultur, namun dengan harga jauh lebih
murah dibandingkan medium premix. Adapaun medium modifikasi yang digunakan merupakan medium
berbasis pupuk komersial agar mudah memperolehnya dan mudah pemrosesannya. Mengenai
komposisi medium premix zarrouk dan medium modifikasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel Komposisi Medium Zarrouk dan Medium Modifikasi
Komposisi bahan Medium standar zarrouk(g/L)
Medium modifikasi (g/L)
Sodium bicarbonate (NaHCO3)
16.8
K2HPO4 0.5NaNO3 2.5K2SO4 1NaCl 1 1Na2EDTAA 0.08MgSO4.7H2O 0.2 0.15CaCl2.2H2O 0.04 0.04FeSO4.7H2O 0.01NPKUrea 0.88KH2PO4 (kualitas komersial)
0.35
NaHCO3 (kualitas komersial) baking soda
0.89
A5 solution 1 ml 10Boric acid 2.86Magnese Chloride 1.81Zinc sulphate 0.22Sodium Molibdate 0.0177Copper Sulphate 0.079
(Faradila, 2012)
sebelum kultur Spirulina dimasukkan ke dalam medium di wadah atau reaktor kultivasi, dilakukanlah
sterilisasi medium, peralatan, dan wadah kultivasi.
Pembuatan Kurva Tumbuh Spirulina
Pembuatan kurva tumbuh diperlukan untuk mengetahui umur inokulum terbaik dan kapan dilakukan
pemanenan. Caranya dilakukan dengan menghitung kepadatan sel/ml dalam periode tertentu
( biasanya setiap 24 jam) menggunakan haemocytometer di mikroskop. Hasil perhitungan kepadatan
sel/ml kemudian diplot berdasarkan waktunya dan diamati fluktuasi populasi Spirulina tersebut.
Gambar Kurva Tumbuh dari mikroalga dan fase-fase di dalamnya berdasarkan kepadatan populasi
Penentuan umur inokulum terbaik dibutuhkan karena kultur Spirulina dengan umur terbaiknya berguna
dalam ketika scaling up ke kapasitas yang lebih besar seperti ke volume 500 L atau 1000 L, kultur
Spirulina langsung aktif membelah dan tidak mengalami fase adaptasi lagi dikultur dengan skala yang
lebih besar. Umur inokulum terbaik umumnya terjadi pada pertengahan fase eksponensial. Setelah
umur inokulum terbaik didapat, dilakukan penentuan waktu pemanenan biomassa yang tepat. Prinsip
penentuan waktu pemanenan biomassa adalah dengan menentukan kapan kultur memiliki kepadatan
sel yang paling tinggi. Umumnya kepadatan sel tertinggi berada ketika kultur Spirulina mengalami awal
fase stasioner.
Kultivasi Spirulina skala Laboratorium
Kultivasi Spirulina pada skala laboratorium dilakukan dengan menumbuhkan Spirulina
mendekati kondisi pertumbuhan optimumnya, yaitu dilakukan pada suhu, pH medium, laju
aerasinya, dan diberi intensitas cahaya buatan tertentu. Kultivasi Spirulina skala laboratorium
merupakan kultivasi kultur stok Spirulina, berperan dalam menjaga kualitas kultur untuk
keperluan proses produksi massal. Kultivasi stok kultur Spirulina dilakukan di medium premix
yang dan harus bebas dari kontaminasi.
Gambar Proses Kultivasi Spirulina Skala Laboratorium
Kultivasi massal Spirulina
Kultivasi Spirulina skala massal pada prinsipnya sama kultivasi skala laboratorium, namun terdapat
bentuk pengadaptasian seperti volume yang lebih besar dan bentuk pengaturan yang lebih besar. Untuk
proses kultivasi Spirulina skala besar, diperlukan jumlah starter atau inokulum kultur yang cukup. Untuk
mendapat jumlah inokulum yang cukup dilakukan metode kultivasi secara bertahap dan ditumbuhkan
mendekati kondisi pertumbuhan optimumnya, awalnya kultivasi dilakukan pada volume kultur yang
lebih kecil kemudian meningkat skala volume kulturnya seiring dengan bertambahnya jumlah/volume
inokulum yang dimiliki. Secara umum persyaratan volume inokulum untuk inokulasi di kultivasi
bertingkat adalah sebanyak 10% dari volume yang akan dikultur berikutnya dengan kepadatan 106
sel/mL.
Gambar Proses Kultivasi Bertahap dari Mikroalga
Pada prose kultivasi Spirulina dengan skala 500 L, 1000 L, dan seterusnya, dilakukan dengan
menggunakan medium modifikasi. Untuk proses kultivasi massal sendiri, biasanya digunakan photo
bioreactor atau raceway pond tergantung berdasarkan investasi yang dimiliki.
Gambar raceway Pond untuk kultivasi massal Spirulina
Gambar Photo bioreactor yang digunakan untuk kultivasi massal Spirulina
Pemanenan biomassa kering Spirulina
Karena ukurannya yang relatif besar dibanding mikroalga yang lain, Spirulina dapat dipanen dengan
menggunakan metode filtrasi atau penyaringan menggunakan kain sablon. Pemanenan Spirulina
dilakukan pada saat sel memiliki kepadatan tertinggi atau pada fase pertumbuhan stasioner dari kultur.
Proses Ekstraksi Fikosianin
Setelah didapatkan biomassa Spirulina yang dirasa cukup, dapat dilakukan ekstaksi fikosianin. Secara
umum metode ekstrasi fikosianin dibagi menjadi dry method dan wet method, namun karena wet
method relatif menghasilkan fikosianin lebih banyak, maka ekstrasi dengan cara ini lebih dipilih.
Ekstraksi dengan cara wet method sendiri terbagi menjadi tiga, ekstraski fikosianin dengan air, ekstraksi
fikosianin dengan buffer fosfat, dan ekstraksi dengan freezing and thawing. Ekstraksi dengan air
dilakukan dengan cara mensuspensikan biomassa Spirulina di air hasil destilasi pada suhu 4oC dan
diinkubasi 24 jam, selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada 6000 RPM selama 10 menit, kemudian diukur
kandungan fikosianinnya. Ekstraksi dengan buffer fosfat sebenarnya mirip dengan metode ekstraksi
menggunakan air, namun penginkubasiannya hanya selama 5 menit di dalam buffer fosfat dan disuhu
4oC. Ekstraksi dengan freezing and thawing berbeda dengan metode yang lain hanya saat proses
inkubasinya saja, pada metode ini biomassa Spirulina dibekukan di suhu minus 20oC dan dicairkan di 4oC
berulang-ulang selama 4 jam di dalam buffer fosfat pH 7 (Singh et al, 2010)
http://www.algaeart.biz/Phycocyanin%20from%20Spirulina/AlgaeArt%20-%20Phycocyanin%20from%20Spirulina%20-%20profile.pdf