PRODUKTIVITAS KERJA PETANI DITINJAU DARI
SISTEM MUZARA’AH
(Studi Pada Desa Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Erick Prasetyo Agus
NIM : 104046101581
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008/1429H
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata I Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Desember 2008
Erick Prasetyo Agus
NIM: 104046101581
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………….. 1
B. Pembatasan Masalah……………………… 6
C. Perumusan Masalah………………………. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………… 7
E. Metode Penelitian………………………… 7
F. Kajian Pustaka……………………………. 14
G. Kerangka Konsep…………………………. 15
H. Sistematika Penulisan………………………. 17
iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Muzara’ah
1. Pengertian Muzara’ah……………………. 19
2. Dasar Hukum Muzara’ah………………… 22
3. Rukun dan Syarat Muzara’ah……………. 25
4. Akibat akad Muzara’ah………………….. 30
5. Berakhirnya akad Muzara’ah…………….. 31
B. Bentuk-bentuk muzara’ah…………………….. 33
C. Pengertian Produktivitas……………………… 38
D. Konsep Tentang Produktivitas………………... 40
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kabupaten Solok Selatan…….. 45
B. Gambaran Umum Desa Pakan Rabaa……………. 53
C. Sistem Bagi hasil Desa Pakan Rabaa……………... 56
v
BAB IV ANALISIS PRODUKTIVITAS KERJA PETENI DITINJAU DARI
SISTEM MUZARA’AH
A. Profil Responden………………………….. 61
B. Analisis Produktivitas Kerja Petani Ditinjau Dari Sistem
Muzara’ah............ 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………… 88
B. Saran……………………………………….. 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel Jenis Kelamin Responden 66
2. Tabel Agama Responden 66
3. Tabel Usia Responden 67
4. Tabel Pendidikan Terakhir Responden 68
5. Tabel Rata-rata Pengeluaran Responden 68
6. Tabel Rata-rata Pendapatan Responden 69
7. Tabel Sejak Kapan Responden Bertani 70
8. Tabel Pekerjaan Lain Responden 71
9. Tabel Alasan Memiliki Pekerjaan Lain 72
10. Tabel Dimensi Bagi Hasil 74
11. Tabel Dimensi Motivasi 75
12. Tabel Dimensi Peralatan 76
13. Tabel Dimensi Keterampilan 78
14. Tabel Dimensi Disiplin 77
15. Tabel Dimensi Pendapatan dan Pengeluaran 79
16. Tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 80
17. Tabel Korelasi I 81
18. Tabel Korelasi II 83
19. Tabel Regresi Linear 84
20. Tabel Uji F 85
21. Tabel Koefisien Determinasi 86
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dilihat dari wilayah Indonesia secara geografis dan susunan kehidupan
rakyatnya, termasuk perekonomiannya masih bercorak agraris. Sebagian besar
rakyat bermata pencaharian dari mengolah hasil bumi, air dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa sebagian besar rakyat menggantungkan kehidupannya dari
sektor pertanian.
Berhubungan dengan pembangunan di Indonesia yang masih
menitikberatkan pada sektor pertanian yang menjadi dasar bagi sektor-sektor
pembangunan lainnya. Pengertian pembangunan dari sektor pertanian adalah
seluruh upaya memanfaatkan kekayaan sumber daya alam secara lestari dan
berkelanjutan, sumberdaya manusia, modal, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk menghasilkan produksi pertanian dan bahan baku primer bagi industri-
industri yang menopang. Dari pembangunan sektor pertanian inilah diharapkan agar
tujuan pembangunan nasional dapat terwujud yaitu, mensejahterakan kehidupan
rakyat Indonesia secara adil dan makmur, merata materiil dan spiritual berdasarkan
pancasila dan UUD 1945.1
Berbicara tentang sektor pertanian tidak bisa dilepaskan dari keberadaan
tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang utama. Tanah dalam pengertian
1 Bahan Penataran UUD 1945, P-4GBHN, Kewaspadaan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi DEPDIKBUD, h.464
1
umum adalah tempat untuk berpijak dan tempat untuk hidup. Terhadap tanah
terdapat hak dan kewajiban setiap orang dan badan hukum untuk mendapatkan
manfaat dan hasil yang baik bagi dirinya sendiri, keluarga, dengan mengerjakan dan
mengusahakannya sendiri secara aktif dan mencegah pemerasan. Hal ini tertera
dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria Indonesia, pasal 9 ayat
1, disebutkan:
“Tiap-tiap warga Negara Indonesia, baik laki-laki maupun wanita
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah serta
untuk mendapatkan manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun
keluarganya.”
Selanjutnya dalam pasal 10 ayat 1 disebutkan:
“Setiap orang dan badan hukum mempunyai hak atas suatu tanah
pertanian pada azasnya diwajibkan untuk mengerjakannya sendiri atau
mengusahakannya sendiri secara aktif dengan mencegah tindakan pemerasan.”
Tanah wilayah perkotaan yang dulunya merupakan wilayah yang subur
untuk pertanian, kini dipadati dengan pembangunan pemukiman baru yang
berdampak pada menurunnya produksi dari sektor pertanian. Sementara itu, dari
wilayah pedesaan semakin banyak wilayah pertanian yang dikuasai oleh pemilik
modal yang besar dan sebagian lagi ditinggalkan oleh pemiliknya. Tidak sedikit
petani di wilayah pedesaan yang meninggalkan lahan pertanian didesanya karena
didesak oleh keadaan ekonomi yang semakin terpuruk. Akibat meningkatnya biaya
hidup, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Pada akhirnya pemilik tanah
menguasai hampir sebagian besar lahan pertanian.
Agar tidak terjadi ketimpangan dan untuk menghindarkan adanya lahan
menganggur dibutuhkan adanya kerjasama antara pemilik tanah dengan petani
penggarap. Hal tersebut bisa berupa asas tolong menolong. Didalam Islam tolong
menolong sangat dianjurkan, karena manusia itu adalah makhluk sosial dan tidak
terlepas dari sesamanya. Sesuai dengan firman Allah SWT:
������������... ���� ���������
������������� � ���� ����������
���� ����� �� !"#��$%�������
}٢ :ا���ءدة{
Artinya:
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.
Dengan adanya firman Allah SWT tersebut, diharapkan rasa tolong
menolong tumbuh dengan sendirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Kerjasama tersebut diharapkan dapat berlaku di semua aspek kehidupan, khususnya
dalam bidang pertanian.
Pertanian merupakan salah satu bidang usaha yang sangat penting, Imam
Al-Qurtubi memandang bahwa usaha pertanian adalah fardu kifayah. Dimana
pemerintah wajib mengarahkan manusia ke arah pertanian tersebut dan segala hal
yang berkaitan dengannya dalam bentuk menanam pohon.2 Bidang pertanian
tersebut haruslah mendapat perhatian lebih dari masyarakat, khususnya pemerintah,
karena melalui pertanian manusia dapat memenui kebutuhan hidupnya terutama
2 Sayyid Sabiq, “Fiqh Sunnah”. (Beirut dar-al Fikr, !983), jilid 3. H. 191
dalam hal makanan. Pertanianpun memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat. Islam pun telah mengaturnya sesuai dengan syariat.
Dalam suatu masyarakat, terdapat sebagian mereka yang mempunyai
lahan pertanian yang baik untuk ditanami agar menghasilkan. Namun tidak
memiliki kemampuan untuk bertani, dan ada juga yang memiliki lahan dan juga
mempunyai kemampuan untuk menanaminya tetapi kekurangan modal, dan ada
juga yang tidak memiliki sesuatupun, kecuali memiliki tenaga dan kemampuan
dalam bercocok tanam.
Bagi hasil tanah pertanian antara pemilik tanah dan petani penggarap telah
diatur sedemikian rupa di Indonesia, baik dalam hukum Islam maupun dalam
undang-undang. Dalam hukum Islam telah dijelaskan dalam kitab-kitab fiqh yang
merupakan hasil ijtihad dari para ulama. Sistemnya dapat kita kenal dengan istilah
Muzara’ah, Mukhabarah, Musaqah, dan Mugharasah. Itu merupakan akad-akad
muamalah Islam dalam hal pemanfaatan tanah khususnya pertanian. Dalam
Undang-undang pun telah diatur tentang bagi hasil tanah pertanian yang berlaku
secara menyeluruh di wilayah Indonesia yaitu UU No.2 tahun 1960. UU tersebut
mengatur perjanjian bagi hasil pemilik tanah dan petani penggarap dengan
pembagian bagi hasil yang adil dengan menegaskan hak dan kewajiban para pihak
yang melakukan perjanjian.
Pelaksanaan perjanjian bagi hasil dalam prakteknya di wilayah Indonesia
ternyata mengenal istilah yang berbeda-beda dengan sistem pembagian bagi hasil
yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan adanya adat atau kebiasaan yang berlaku
pada masyarakat setempat.
Dengan latar belakang tersebut penulis mencoba membahas tentang
“PRODUKTIVITAS KERJA PETANI DITINJAU DARI SISTEM
MUZARA’AH” di Nagari Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan, Propinsi
Sumatera Barat dikarenakan sebagian besar masyarakatnya mengerjakan dan
mengusahakan tanah pertanian untuk memenuhi kehidupannya dengan perjanjian
bagi hasil.
B. PEMBATASAN MASALAH
Untuk lebih memperjelas persoalan atau masalah yang ada di dalam
masalah ini, agar nantinya untuk mencegah uraian yang panjang lebar, maka penulis
perlu untuk membatasi agar masalah ini tepat sasaran dan sesuai dengan judul serta
yang penulis harapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan
sebelumnya, topik yang dibahas dalam skripsi ini hanya pada persoalan pengaruh
sistem bagi hasil pertanian atau Muzara’ah di Kanagarian Pakan Rabaa Kabupaten
Solok Selatan, Sumatera Barat.
C. PERUMUSAN MASALAH
Untuk mengarahkan pembahasan, agar nantinya bisa lebih terperinci dan
tidak menyulitkan penulis, maka masalah tersebut perlu sebuah perumusan. Maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran produktivitas kerja petani penggarap dikanagarian Pakan
Rabaa?
2. Bagaimanakah pelaksanaan Sistem Muzara’ah dalam peningkatan
Produktivitas kerja petani di kanagarian Pakan Rabaa?
D. TUJUAN Dan MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gambaran kehidupan masyarakat petani Kanagarian Pakan
Rabaa
b. Untuk mengetahui sistem bagi hasil masyarakat petani kanagarian Pakan
Rabaa
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan penulis
tentang penelitian yang dilakukan
b. Memberikan masukan bagi petani sehingga dalam bekerja dapat
mengembangkan usahanya lebih baik
c. Memberikan informasi kepada pihak lain tentang bagaimana sistem bagi
hasil pertanian masyarakat pedesaan.
d. Untuk memenuhi syarat dari universitas bagi penulis untuk mendapatkan
meraih gelar S1.
E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif analitif, yaitu penelitian yang berusaha
untuk menuturkan pemecahan permasalahan yang ada sekarang berdasarkan data-
data yang ada, jadi sifatnya ia menyajikan data, menganalisa data dan
menginterpretasikannya. Tujuannya adalah untuk memberi gambaran dan informasi
yang akurat dari berbagai sumber serta menghasilkan kesimpulan yang mendukung
pembahasan. Peneliti memakai metode yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang
dilakukan terhadap hukum perilaku yang berkembang dalam masyarakat.
Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :
2. Penelitian Kepustakaan, Yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan penelaahan terhadap
beberapa buku literatur, tulisan ilmiah yang berkaitan dengan bahan-bahan
tertulis yang berkaitan dengan penelitian.
3. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke masyarakat. Hal
ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui keadaan sebenarnya dilokasi, yaitu
dengan cara:
a. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab dengan membuat list
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya langsung kepada
masyarakat.
b. Kuesioner, yaitu jumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pertanyaan kuesioner ini
sebagian bersifat tertutup dimana alternatif jawaban telah tersedia dan
sebagian lagi terbuka untuk menggali informasi yang mungkin muncul
di luar pertanyaan yang tersedia.3
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan
perhatian peneliti. Yang dijadikan sebagai populasi oleh peneliti adalah warga
kanagarian Pakan Rabaa, Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat.
Sampel adalah bagian dari populasi. Pada umumnya kita tidak bisa
mengadakan penelitian kepada seluruh anggota populasi karena terlalu banyak.
Oleh karena itu peneliti mengambil sampel yang dirasa representatif dari
populasi yang akan dijadikan sampel. Dari jumlah masyarakat tersebut yang
bekerja sebagai petani penggarap, peneliti mengambil populasi sebanyak seratus
orang, yaitu petani penggarap. teknik pengambilan sampel disini dilakukan
dengan menggunakan teknik non probability dengan cara convenience
sampling, yaitu unit sampel yang ditarik mudah dihubungi dimana dan kapan
3 Sukandar rumidi, metodologi penelitian petunjuk praktis untuk peneliti pemula, cet. Ke-2,
(Yogyakarta: Universitas Gajah Mada), 2004, h. 63.
saja, tidak menyusahkan dan mudah untuk mengukur dan berkarakteristik
kooperatif.
5. Metode Analisa Data:
a. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif yaitu data yang dapat diukur sehingga dapat
menggunakan statistik dalam pengujiannya.
Dengan rumus prosentase:
P = f/n x 100%
Ket: P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Sampel
Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data pada
penelitian deskriptif adalah dengan menggunakan tabel, sehingga bisa lebih
mudah dibaca data tersebut dengan menggunakan distribusi frekuensi.
Sedangkan untuk menganalisis adanya hubungan atau korelasi antara
kedua variable digunakan metode korelasi Rank Spearman, yaitu statistik
yang didasarkan pada ranking. Korelasi ini adalah untuk mengetahu ada
atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. ini berarti
ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya
dalam skala ordinal sehingga individu-individu yang dipelajari dapat
dirangking dalam dua rangkaian berurut.
RS =
keterangan :
di2 : beda (selisih) setiap pasang rank.
∑x : skor jumlah dari X
∑y : skor jumlah dari Y
b. Metode Kualitatif
Metode kualitatif pada umumnya dalam bentuk narasi atau gambar-
gambar. Kadangkala berupa angka-angka. Tetapi angka tersebut hanya
menjelaskan untuk sesuatu.
Data-data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian deskriptif pada
umumnya dapat dihitung jumlahnya atau frekuensinya. Cara yang
digunakan adalah dengan meringkaskan data tersebut kedalam bentuk yang
mudah dibaca adalah dengan menampilkan data tersebut kedalam distribusi
frekuensi. Tabel yang nantinya dibuat berdasarkan atas distribusi frekuensi.
c. Hipotesa:
Hipotesa adalah jawaban sementara yang digunakan penulis dalam
penelitian yang sebenarnya masih harus diuji kembali.4 Hipotesa bisa saja
benar dan bisa saja salah. Hipotesa dari rumusan diatas adalah terdapat
hubungan antara bagi hasil muzara’ah (X) dengan produktivitas kerja petani
(Y).
Rumusannya:
Ho = 0, terdapat hubungan antara muzara’ah dengan produktivitas kerja
petani
H1 ≠ 0, tidak terdapat hubungan antara Muzaraa’h dengan produktivitas
kerja petani.
d. Uji Signifikansi :
4 Masri Singarimbun dan Sopian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: P3ES, 1989. cet 2, h.43
Uji signifikansi adalah suatu pengujian hipotesa untuk mengetahui
apakah ada hubungan atau tidak ada hubungan antara variabel bebas atau
variabel independen dengan variabel dependen atau variabel terikat. Dalam
pengujian signifikansi penulis menggunakan uji F. Uji F digunakan untuk
menguji apakah variabel-variabel independen secara simultan bersama-sama
mempengaruhi variable terikat atau variabel dependen. Uji F didapatkan
dengan cara hasil output SPSS 11.05 yang penulis gunakan untuk lebih
memudahkan penulis dalam menganalisa data.
6. Variabel Penelitian
a. Variable Penelitian
b. Operasional Variabel dan Indikator
X = Bagi hasil Muzara’ah
Y = Kesejahteraan Petani
Teknik penulisan dalam skripsi ini adalah dengan berpedoman kepada
buku “Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007”
Bagi Hasil
Muzara’ah
Produktivitas
Petani
F. KAJIAN PUSTAKA
Ada beberapa penelitian skripsi yang mengangkat tema mengenai
muzara’ah dan hal terkait, diantaranya:
1. Penelitian skripsi yang disusun oleh saudari Endang Yulianti tahun 2004
Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul pengaruh
sistem muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat. Penelitian yang
dilakukan saudari Endang Yulianti sangat menarik mengenai pengaruh
yang ditimbulkan oleh muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat,
khususnya peningkatan produksi pertanian dan penyerapan tenaga kerja.
Tetapi penelitian yang dilakukan melalui data-data kualitatif yang hanya
membahas pengaruh muzara’ah terhadap perekonomian masyarakat.
2. Penelitian skripsi yang disusun oleh saudari Yuliani tahun 2004 Jurusan
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum dengan judul Muzara’ah dan
pengaruhnya terhadap masyarakat Cihamerang Kabupaten Sukabumi.
Penelitian yang saudari Yuliani lakukan hanya berdasarkan perspektif atau
tinjauan hukum Islam dalam menerangkan pengaruh muzara’ah terhadap
aspek perekonomian dan aspek sosial juga hanya memakai data-data
kualitatif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Mulya Winarsih tahun 2007
dengan judul pengaruh sistem muzara’ah terhadaptingkat pendapatan
masyarakat studi kasus Desa Kalisapu Kabupaten Tegal Jawa Tengah.
Penelitian tersebut membahas pengaruh muzara’ah terhadap tingkat
pendapatan petani desa kalisapu dengan memakai data-data kuantitatif.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
muzara’ah terhadap tingkat pendapatan petani.
Dari topik-topik yang penulis sebutkan diatas tersebut, sudah jelas ada
perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan, yakni mengenai pengaruh
sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani nagari Pakan Rabaa kabupaten
Solok Selatan, Sumatera Barat dengan menggunakan metode kombinasi kualitatif
dan kuantitatif.
G. KERANGKA KONSEP
Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam mengurangi
kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dan secara langsung dapat meningkatkan
perumbuhan ekonomi serta manfaat-manfaat ekonomis lainnya.
Sektor pertanian yang merupakan basis pertumbuhan ekonomi pedesaan
sangat strategis dalam meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi
kemiskinan. Akan tetapi, sampai saat ini para petani masih banyak yang hidup
dibawah garis kemiskinan dan kesulitan akan memenuhi kebutuhan hidup dan
pengembangan dirinya kepada hal yang lebih baik.
Konsep bagi hasil pertanian dalam Islam atau lebih dikenal dengan
muzara’ah sebenarnya bukan transaksi baru dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini
telah lama dikenal dalam berbagai kegiatan ekonomi. Sistem bagi hasil pertanian
terutama untuk tanaman padi, berlangsung antara pemilik lahan dengan petani
penggarap.
Kerangka Konsep:
Sistem Muzara’ah
Produktivitas Kerja Petani
Uji Statistik
Kesimpulan Pengaruh Muzara’ah Terhadap Produktivitas Kerja Petani
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika Pembahasan dalam penelitian skripsi ini terbagi kedalam 5
bab diantaranya Sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Merupakan bab pembukaan yang membahas tentang latar belakang
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, kerangka
konsep dan sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Teoritis Tentang Sitem Muzaraa’ah dan
Produktivitas
Membahas tentang pengertian dan konsep Muzara’ah, serta
membahas pengertian dan konsep produktifitas kerja.
BAB III Gambaran Umum Nagari Pakan Rabaa
Membahas tentang gambaran umum kabupaten Solok Selatan,
gambaran umum desa Pakan Rabaa meliputi kondisi geografis,
sosial dan ekonomi, dan potensi desa Pakan Rabaa
BAB IV Analisis Produktivitas Kerja Petani Ditinjau Dari Sistem
Muzara’ah
Dalam bab ini membahas Gambaran Umum Responden, dan
Analisis pengaruh sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja
petani desa Pakan Rabaa dengan metode Rank spearman
BAB V Penutup
Berisikan kesimpulan dari pembahasan penelitian skripsi ini dan
disertai dengan beberapa saran dari penulis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Muzara’ah
1. Pengertian Muzara’ah
Muzara’ah adalah suatu sistem kerja sama dalam bidang pertanian antara
pemilik lahan pertanian dan petani penggarap.5 Sedangkan dalam terminologi fiqh
terdapat beberapa definisi al-Muzara’ah yang dikemukakan oleh ulama fiqh.
a. Menurut Ulama Hanafiyah6
� �ع�ر� ا��� ������ رض ا#" مج�ر� ا�
“akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari bumi”
b. Menurut Ulama Syafi’iyah7
� �عر�� ا�� ������ م" ا)رض ج'�� & م
“akad untuk bercocok tanam dengan sebagian apa-apa yang keluar
dari bumi”
c. Menurut Ulama Hanabilah8
أو &��/ ��-+� وا��رع �-,+���+�ر� &" م�� اض)ر ا*(د 5 M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada 2004. cet 2, h.271 6 Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat” hal 271 7 Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat” hal 272 8 Prof. DR. Syafe’I Rahmat, M.A, “Fiqh Muamalat”. Jakarta: Pustaka Setia, 2004. cet 2, h.205
19
“penyerahan lahan pertanian kepada seorang petani untuk diolah dan
hasilnya dibagi berdua.”
d. Menurut Ulama Maliki9
ا3�' آ1 (� ا��رع
“perserikatan dalam pertanian.”
Muzara'ah adalah salah satu bentuk kerja sama antara petani (buruh tani) dan
pemilik sawah. Seringkali kali ada orang yang ahli dalam masalah pertanian tetapi
dia tidak punya lahan, dan sebaliknya banyak orang yang punya lahan tetapi tidak
mampu menanaminya. Maka Islam mensyari'atkan muzara'ah sebagai jalan tengah
bagi keduanya.10
Sejalan dengan pemikiran ahli ekonomi Islam, Imam asy-Syaibani. Imam
asy-Syaibani lebih mengutamakan usaha dalam bidang pertanian.11
Menurutnya,
pertanian memproduksi berbagai kebutuhan dasar manusia yang sangat menunjang
dalam melaksanakan berbagai kewajibannya. Imam asy-Syaibani menyatakan bahwa
manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan yang lain. Seseorang tidak akan
menguasai pengetahuan semua hal yang dibutuhkan sepanjang hidupnya. Dan
kalaupun manusia berusaha keras, usia akan membatasinya. Dalam hal ini,
kemaslahatan hidup manusia sangat tergantung padanya. Oleh karena itu, Allah Swt
memberi kemudahan pada setiap orang untuk menguasai pengetahuan salah satu
diantaranya, sehingga manusia dapat bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan
9 Ibid, Prof. DR. Syafe’I Rahmat, M.A, “Fiqh Muamalat”. 10 http://www.eramuslim.com/ustadz/eki/6428102916-masalah-bagi-hasil-sawah-muzara039ah..html,
diakses pada tanggal 24 September 2008 11 Fitria, Tugas Pemikiran Ekonomi, http://f1tr1a.wordpress.com/2008/06/18/tugas-3-pemikiran-
ekonomi/, diakses tanggal 12 Desember 2008
hidupnya. Imam asy-Syaibani menandaskan bahwa seorang fakir membutuhkan
orang kaya sedangkan yang kaya membutuhkan tenaga orang miskin. Dari hasil
tolong-menolong tersebut, manusia akan semakin mudah menjalankan aktivitas
ibadah kepada-Nya. Karena itulah kerja sama antara pemilik lahan dengan petani
penggarap relevan dengan pemikiran imam asy-Syaibani.
Itulah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan mentradisi di tengah para
sahabat dan kaum muslimin setelahnya. Ibnu 'abbas menceritakan bahwa Rasululah
SAW bekerja sama (muzaraah) dengan penduduk Khaibar untuk berbagi hasil atas
panen, makanan dan buah-buahan. Bahkan Muhammad Albakir bin Ali bin Al-
Husain mengatakan bahwa tidak ada seorang muhajirin yang berpindah ke Madinah
kecuali mereka bersepakat untuk membagi hasil pertanian sepertiga atau seperempat.
Para sahabat yang tercatat melakukan muzara'ah antara lain adalah Ali bin
Abi Thalib, Sa'ad bin Malik, Abdullah bin Mas'ud dan yang lainnya. Bahkan Umar
bin Abdul Aziz pun yang hidup di masa berikutnya memiliki pemasukan dari bagi
hasil.12
Di Indonesia istilah Muzara’ah tersebut lebih dikenal dengan istilah paroan
sawah/ladang. Sedangkan di Iraq lebih dikenal dengan istilah Mukhabarah.13
Dalam
masalah ini Muzara’ah dan Mukhabarah mempunyai pengertian yang sama, tetapi
yang menjadi persoalan pada bibit pertanian. Muzara’ah bibitnya dari petani pemilik
lahan dan Mukhabarah adalah sebaliknya.
12 Fitria, Tugas Pemikiran Ekonomi, http://f1tr1a.wordpress.com/2008/06/18/tugas-3-pemikiran-
ekonomi/, diakses tanggal 12 Desember 2008 13 M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”, h.272
Jadi dapat disimpulkan Muzara’ah ialah mengerjakan tanah (orang lain)
seperti sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga
atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung pemilik
tanah
Mukhabarah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau ladang
dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat). Sedangkan
biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung orang yang mengerjakan.
Munculnya pengertian muzara’ah dan mukhabarah dengan ta’rif atau
pengertian yang berbeda tersebut karena adanya ulama yang membedakan antara arti
muzara’ah dan mukhabarah, yaitu Imam Rafi’i berdasar dzhahir nash Imam Syafi’i.
Sedangkan ulama yang menyamakan ta’rif muzara’ah dan mukhabarah diantaranya
Nawawi, Qadhi Abu Thayyib, Imam Jauhari, Al Bandaniji. Mengartikan sama
dengan memberi ketentuan: usaha mengerjakan tanah (orang lain) yang hasilnya
dibagi sesuai dengan kesepakatan.
2. Dasar Hukum Muzara’ah
Dalam menetapkan hukum keabsahan muzara’ah, terjadi perbedaan
pendapat antara para ulama. Imam Abu Hanifah (80-150 H/ 699-767 M) dan
Zufar ibn Huzail pakar fiqh Hanafi, berpendapat bahwa akad Muzara’ah tidak
boleh. Menurut mereka akad Muzara’ah dengan bagi hasil seperempat dan
seperdua, hukumnya batal.
Alasan Imam Abu Hanifah dan Zufair ibn Huzail adalah hadist:14
ة'���� ا�"� �+ ن;5� و:-��� ا9 �� ا9 78ل5 رن�أ
Artinya:
“Rasullullah saw. yang melarang melakukan al-Mukhabarah.
Menurut mereka, objek akad dalam muzara’ah belum ada dan tidak jelas
kadarnya, karena yang dijadikan imbalan untuk petani adalah hasil pertanian yang
belum ada (al- Ma’dum) dan tidak jelas (al-Jahalah) ukurannya, sehingga
keuntungan yang dibagi, sejak semula tidak jelas.15
Ulama Syafi’iyah juga
berpendapat bahwa akad muzara’ah tidak sah, kecuali apabila akad al-muzara’ah
tersebut mengikut kepada akad al-musaqah.
Ulama Malikiyah, Hanabilah, Abu Yusuf (113-182H/731-798M),
Muhammad ibn asy-Syaibani, keduanya sahabat Abu Hanifah, dan ulama azh-
Zhahiriyah berpendapat bahwa akad Muzara’ah hukumnya boleh, karena
akadnya cukup jelas, yaitu menjadikan petani sebagai serikat dalam penggarapan
sawah. Hal itu dikarenakan hadist Nabi saw:16
�- خ/ه أ/م� �;5� و:-��� ا9 �� ا9 8ل57 رن�أ'� 3@'
عرزو أ'� A" مج'�� &م
14 Ibid, M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”, h.272 15 Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007., h.276 16 Ibid, Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h277
Artinya:
“ Rasullulah saw. melakukan akad Muzara’ah dengan penduduk khaibar,
yang hasilnya dibagi antara Rasul dengan para pekerja.” (H.R al-bukhari,
Muslim, abu Daud, an-Nasa’I, Ibnu Majah, at-Tirmidzi, dan Imam Ahmad
ibn Hanbal dari Abdullah bin Umar).
Menurut mereka, akad ini bertujuan untuk saling membantu antara petani
dengan pemilik tanah pertanian. Hal ini bertujuan untuk saling tolong menolong
sesama manusia dan sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Ma’idah
ayat 2:17
������������... ���� ���������
������������� � ���� ����������
���� ����� �� !"#��$%�������
}٢ :ا���ءدة{
Artinya:
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al-
Maidah: 2)
17 Ibid, Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h277
Dasar hukum Muzara’ah yang digunakan oleh para ulama dalam
menetapkan hukumnya adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Abbas r.a:18
�ا�,� ن�إD م ص �; &GH'�و 1�ار�ا�� مI" نأ'ما &')J
��K+; ���� وأ �+�ر�-�( ضرأ :� Lن �آ "م :7���
�-�,G+� خأM� )Nأ ن��� )�-�OP ضرا:
Artinya:
“Sesungguhnya Nabi saw menyatakan, tidak mengharamkan bermuzara’ah,
bahkan beliau menyuruhnya, supaya sebagian menyayangi sebagian yang
lain, dengan katanya, barang siapa yang memiliki tanah, maka hendaklah
ditanaminya atau diberikan faedahnya kepada saudaranya, jika ia tidak mau,
maka boleh ditahan saja tanah itu.”
3. Rukun dan Syarat Muzara’ah
a. Rukun Muzara’ah
Jumhur ulama yang membolehkan akad Muzara’ah mengemukakan
rukun yang harus dipenuhi agar akad tersebut menjadi sah.19
1) Pemilik Lahan
18 Ibid, Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h278 19 Ibid, h.278
2) Petani penggarap
3) Objek Muzara’ah, yaitu antara manfaat lahan dan hasil kerja
4) Ijab Qabul
Secara sederhana, ijab dan qabul cukup dengan lisan saja. Namun
sebaiknya dapat dituangkan kedalam surat perjanjian yang disetujui kedua
belah pihak, termasuk bagi hasil kerjasama tersebut.
Ulama Hanabilah berpendapat bahwa muzara’ah tidak memerlukan
qabul secara lafadzh, tetapi cukup hanya dengan mengerjakan tanah, itu
sudah termasuk qabul.20
Sifat akad muzara’ah menurut ulama hanafiyah
adalah sifat-sifat perkongsian yang tidak lazim. Adapun pendapat ulama
Malikiyah harus menabur benih di atas tanah supaya tumbuh tanaman atau
dengan menanam tumbuhan diatas tanah yang tidak ada bijinya. Menurut
pendapat yang paling kuat, perkongsian harta termasuk muzara’ah dan harus
menggunakan sighat.21
b. Syarat-syarat muzara’ah:
Adapun syarat-syarat Muzara’ah menurut jumhur ulama ada yang
menyangkut orang yang berakad, benih yang ditanam, tanah yang
dikerjakan, hasil yang akan dipanen, dan menyangkut waktu berlakunya
akad.22
20 Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. Bandung: Pustaka Setia, 2004. cet 2, h.207 21 Ibid, h.208 22 Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h.278
1) Syarat orang yang berakad harus baligh dan berakal. Imam Abu
Hanifah mensyaratkan bukan orang murtad, tetapi ulama Hanafiyah
tidak mensyaratkannya (Abu Yusuf dan Muhammad Hasan asy-
Syaibani).23
2) Syarat akan benih yang ditanam harus jelas dan menghasilkan.
3) Syarat yang berkaitan dengan lahan pertanian.
a) Tanah tersebut bisa digarap dan dapat menghasilkan
b) Batas-batas lahan tersebut harus jelas
c) Ada penyerahan tanah
d) Tanah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada petani
penggarap untuk diolah
4) Syarat yang berkaitan dengan hasil yang akan dipanen
a) Jelas ketika akad
b) Pembagian hasil panen harus jelas
c) Hasil panen tersebut harus jelas benar-benar milik bersama
orang yang berakad.
23 Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. h.208
d) Tidak disyaratkan bagi salah satunya penambahan yang
ma’lum24
5) Syarat yang berkaitan dengan waktu harus jelas
6) Syarat yang berkaitan dengan dengan objek akad juga harus jelas
pemanfaatan benihnya, pupuknya, dan obatnya. Seperti yang berlaku
dengan adat dan kebiasaan daerah setempat.
Imam Abu Yusuf dan Muhammad Hasan asy-Syaibani berpendapat
bahwa dilihat dari segi sahnya akad muzara’ah maka ada empat bentuk:25
1) Apabila lahan dan bibit dari pemilik lahan, kerja dan alat dari petani
penggarap, sehingga yang menjadi objek muzara’ah adalah jasanya
petani, hukumnya sah
2) Apabila pemilik lahan hanya menyediakan lahan saja, sedangkan
penggarap menyediakan bibit, alat, dan kerja, yang menjadi objek
muzara’ah adalah manfaat tanah /lahan, hukumnya sah.
3) Apabila lahan, bibit, alat, dan kerja dari petani, maka akad
muzara’ah juga sah.
4) Apabila lahan dan alat dari pemilik lahan dan bibit serta kerja dari
petani penggarap, maka hukum akadnya tidak sah. Mereka
berpendapat apabila alat pertanian dari pemilik lahan, maka akad
24 Dr. H. Hendi Suhendi, M.si,“Fiqh Muamalat”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. h. 159 25 M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada 2004. cet 2, h.277
menjadi rusak, karena alat pertanian tidak bisa mengikat pada lahan.
Alat pertanian tersebut tidak sejenis dengan manfaat lahan. Karena
lahan adalah untuk menghasilkan tumbuh-tumbuhan dan alat hanya
sebagai untuk pengolahannya. Alat pertanian seharusnya dari
penggarap bukan dari pemilik lahan.
Hukum akad muzara’ah shahih menurut ulama Hanafi adalah sebagai
berikut:26
1) Segala keperluan untuk menggarap tanaman diserahkan sepenuhnya
kepada penggarap
2) Pembiayaan atas tanaman di bagi antara pemilik lahan dengan
penggarap
3) Hasil yang diperoleh dibagi atas kesepakatan yang disepakati.
4) Menyiram dan merawat tanaman adalah tanggung jawab penggarap,
kecuali disyaratkan bersama dalam kesepakatan akad.
5) Jika salah seorang yang akad meninggal maka penggarap tidak
mendapatkan apa-apa, karena ketetapan akad didasarkan atas waktu.
Hukum akad muzara’ah fasid apabila terdapat:27
1) Penggarap tidak melakukan kewajiban terhadap akad yang telah
disepakati
26 Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. h.210 27 Ibid, Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. hal 211
2) Hasil yang didapatkan merupakan pemilik benih
3) Jika benih dari penggarap, maka berhak mendapatkan upah
4. Akibat Akad Muzara’ah
Jumhur ulama yang membolehkan akad muzara’ah, jika pemilik tanah dan
penggarap telah melakukan akad muzara’ah akan berakibat sebagai berikut:28
a. Pemilik lahan bertanggung jawab terhadap biaya benih dan pemeliharaan
pertanian tersebut.
b. Biaya pertanian seperti pupuk, biaya perairan, biaya pembersihan tanaman,
ditanggung oleh petani dan pemilik lahan sesuai dengan persentase bagian
masing-masing
c. Hasil panen dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama
d. Perairan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama dan apabila tidak
ada kesepakatan, berlaku adat dan kebiasaan ditempat masing-masing
e. Apabila seseorang meninggal dunia, akad tersebut tetap berlaku sampai
panen dan diwakili oleh ahli warisnya, lebih lanjut akad tersebut dapat
dipertimbangkan oleh ahli waris diteruskan atau tidak
5. Berakhirnya Akad Muzara’ah
Habisnya masa muzara’ah:
28 28 M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. h.278
Apabila akad muzara’ah berakhir sebelum masa panen, akad muzara’ah
tersebut tidak dibatalkan dan ditunggu sampai masa panen. 29
Dalam menunggu
masa panen tersebut petani penggarap berhak mendapat upah sesuai dengan adat
kebiasaan setempat, dan biaya untuk pertanian selanjutnya ditanggung bersama
oleh pemilik lahan dan petani penggarap.30
a. Salah seorang yang berakad meninggal.
Menurut ulama mazhab hanafi dan hanabilah, maka akad muzara’ah
berakhir. Sedangkan menurut ulama mazhab Syafi’i dan Maliki akad
muzara’ah tersebut tidak berakhir dan dapat diteruskan oleh ahli warisnya.31
1) Adanya uzur. Menurut ulama Hanafiyah uzur tersebut dapat berupa:32
a) Tanah garapan tersebut terpaksa dijual karena pemilik lahan
memiliki hutang
b) Penggarap tidak dapat mengelola tanah dikarenakan sakit, jihad
dijalan Allah SWT, dan naik haji
Kerjasama di bidang pertanian seperti muzara’ah di atas mempunyai
banyak kebaikan dan hikmah yang bisa diambil. Muzara’ah tersebut bisa
dijadikan tolong menolong antara pemilik lahan yang tidak bisa menggarap
lahannya kepada petani penggarap yang tidak mempunyai lahan. Hal tersebut bisa
mencegah terjadinya lahan yang menganggur dan petani penggarap yang
sebelumnya tidak punya lahan tapi punya kemampuan.
29 Dr. H. Nasrun Harun, “Fiqh Muamalat”. h.280 30 M. Ali Hasan, “Berbagai Macam Transakasi Dalam Islam :Fiqh Muamalat”. h.279 31 Ibid, h.279 32 Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA, “Fiqh Muamalat”. h.211
B. Bentuk-Bentuk Muzara’ah
Dengan adanya beberapa perbedaan pendapat dari para ulama islam tentang
keabsahan Muzara’ah itu sendiri dalam hal kegunaanya, akhirnya mempengaruhi
keabsahan sistem muzara’ah itu sendiri. Namun ada beberapa bentuk muzara’ah
yang diakui oleh ulama fiqh.33
.
Bentuk Muzara’ah yang tidak diperbolehkan:34
1. Suatu bentuk perjanjian yang menetapkan sejumlah hasil tertentu yang
harus diberikan kepada pemilik tanah, maksudnya adalah apapun hasil
yang akan diperoleh nantinya pemilik tanah akan tetap mendapatkan hasil
yang sebelumnya telah disyaratkan diawal. Contoh pemilik tanah akan
tetap menerima lima atau sepuluh maund dari hasil panen. (1 maund = 40
Kg)
2. Apabila hanya bagian-bagian tertentu dari lahan tersebut yang
berproduksi, misalnya, bagian utara atau selatan yang hanya berproduksi
dan hasil dari bagian yang berproduksi tersebut untuk pemilik tanah.
3. Apabila hasil tersebut berada pada bagian tertentu, misalnya pada bagian
sungai atau di daerah yang mendapat cahaya matahari dan hasilnya hanya
untuk pemilik tanah. Hal tersebut merugikan petani penggarap yang
hasilnya belum akan diketahui, sedangkan hasil pemilik lahan telah
ditentukan.
33Afzalurrahman, “Doktrin Ekonomi Islam”. Jakarta;Dana Bakti Wakaf, 1995. h.285 34 Ibid, h.286
4. Penyerahan tanah kepada seseorang dengan syarat tanah tersebut tetap
akan menjadi miliknya jika pemilik tanah masih menginginkannya, hal
tersebut dilarang karena mengandung unsur ketidakadilan karena
merugikan para petani yang akan membahayakan hak-hak mereka dan bisa
menimbulkan kesengsaraan dan kemeleratan.
5. Ketika petani dan pemilik tanah sepakat membagi hasil tanah tetapi satu
pihak menyediakan bibit dan yang lainnya menyediakan alat-alat
pertanian.
6. Apabila tanah menjadi tanah milik pertama, benih dibebankan kepada
pihak kedua, alat-alat pertanian kepada pihak ketiga, dan tenaga kerja
kepada pihak keempat, atau dalam hal ini tenaga kerja dan alat-alat
pertanian dibebankan kepada pihak ketiga.
7. Perjanjian pengolahan menetapkan tenaga kerja dan tanah menjadi
tanggung jawab pihak pertama dan benih serta alat-alat pertanian pada
pihak lainnya.
8. Bagian seseorang harus ditetapkan dalam jumlah, misalnya sepuluh atau
duapuluh maunds gandum untuk satu pihak dan sisanya untuk pihak lain.
9. Ditetapkan jumlah tertentu dari hasil panen yang harus dibayarkan kepada
satu pihak lain dari bagiannya dari hasil tersebut.
10. Adanya hasil panen lain (selain yang ditanam di lahan tersebut) harus
dibayar oleh satu pihak sebagai tambahan kepada hasil pengeluaran tanah.
Singkatnya perjanjian Muzara’ah akan sah apabila tidak seorangpun yang
dikorbankan haknya, dan tidak ada pemanfaatan secara tidak adil atas kelemahannya
dan kebutuhan seseorang, dan tidak boleh ada syarat-syarat yang sejenisnya dapat
menimbulkan perselisihan antara kedua belah pihak.
Adapun bentuk muzara'ah yang diharamkan adalah bila bentuk
kesepakatannya tidak adil. Misalnya, dari luas 1.000 m persegi yang disepakati,
pemilik lahan menetapkan bahwa dia berhak atas tanaman yang tumbuh di area 400
m tertentu. Sedangkan tenaga buruh tani berhak atas hasil yang akan didapat pada
600 m tertentu.
Perbedaannya dengan bentuk muzara'ah yang halal di atas adalah pada cara
pembagian hasil. Bentuk yang boleh adalah semua hasil panen dikumpulkan terlebih
dahulu, baru dibagi hasil sesuai prosentase. Sedangkan bentuk yang kedua dan
terlarang itu, sejak awal lahan sudah dibagi dua bagian menjadi 400 m dan 600 m.
Buruh tani berkewajiban untuk menanami kedua lahan, tetapi haknya terbatas pada
hasil di 600 m itu saja. Sedangkan apapun yang akan dihasilkan di lahan satunya lagi
yang 400 m, menjadi hak pemilik lahan.
Cara seperti ini adalah cara muzaraah yang diharamkan. Inti larangannya ada
pada masalah gharar. Sebab boleh jadi salah satu pihak akan dirugikan. Misalnya,
bila panen dari lahan yang 400 m itu gagal, maka pemilik lahan akan dirugikan.
Sebaliknya, bila panen di lahan yang 600 m itu gagal, maka buruh tani akan
dirugikan. Maka yang benar adalah bahwa hasil panen keduanya harus disatukan
terlebih dahulu, setelah itu baru dibagi hasil sesuai dengan perjanjian prosentase.
Bentuk muzara'ah yang terlarang ini adalah seseorang memberikan
persyaratan kepada orang yang mengerjakan tanahnya; yaitu dengan ditentukan tanah
dan sewanya dari hasil tanah baik berupa takaran ataupun timbangan. Sedang sisa
daripada hasil itu untuk yang mengerjakannya atau masih dibagi dua lagi.
Bentuk Muzara’ah yang dibolehkan:35
1. Perjanjian kerjasama dalam pengolahan lahan dimana tanah dari satu
pihak, peralatan pertanian, benih dan tenaga kerja dari pihak lainnya dan
setuju bahwa pemilik tanah akan mendapat bagian tertentu dari hasil
2. Apabila tanah, peralatan pertanian dan benih, semuanya beban pemilik
tanah sedangkan hanya buruh yang dibebankan kepada petani maka harus
ditetapkan bagian tertentu bagi pemilik tanah.
3. Perjanjian dimana tanah dan benih dari pemilik lahan dan peralatan
pertanian dan kerja dari petani dan pembagian dari hasil tersebut harus
ditetapkan secara proporsional.
4. Apabila keduanya sepakat atas tanah, perlengkapan pertanian, benih dan
buruh serta menetapkan bagian masing-masing yang akan diperoleh dari
hasil
5. Imam Abu Yusuf berpendapat: jika tanah diberikan secara cuma-cuma
kepada seseorang untuk digarap, semua pembiayaan pengolahan
ditanggung oleh penggarap dan semua hasil menjadi miliknya tapi kharaj
akan dibayar pemilik tanah, jika ‘ushri dibayar petani.
35 Ibid, h.288
6. Apabila tanah berasal dari satu pihak dan kedua belah pihak sama-sama
menanggung benih, buruh dan pembiayaan pengolahan, dalam hal ini
keduanya akan mendapat hasil. Jika merupakan ‘ushri, harus dibayar
berasal dari hasil dan jika kharaj akan dibayar oleh pemilik tanah.
7. Apabila tanah disewakan kepada seseorang, dan itu adalah kharaj,
menurut imam Abu Hanifah harus dibayar oleh pemilik tanah, dan jika
‘ushr sama juga dibayar oleh pemilik tanah, tetapi menurut Abu Yusuf jika
‘ushr dibayar oleh petani.
8. Apabila perjanjian muzara’ah ditetapkan dengan sepertiga atau seperempat
dari hasil, menurut imam Abu Hanifah, keduanya kharaj atau ‘ushr akan
dibayar oleh pemilik tanah.
C. Pengertian Produktivitas
Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan antara hasil
nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan yang sebenarnya.
Produktivitas juga dapat diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi
barang dan jasa.36
Mahoney (dalam Campbell, 1990) mendefinisikan produktivitas sebagai
suatu pengertian efisiensi secara umum yaitu sebagai rasio antara hasil dan masukan
selama suatu proses yang menghasilkan suatu produk atau jasa. Hasil (outputs) itu
36 Drs. Muchdarsyah Sinungan, “Produktivitas, Apa dan Bagaimana” Jakarta : Bumi Aksara, cet 2 , 2008,
h. 12
meliputi (penjualan, laba, kepuasan konsumen), sedangkan masukan meliputi alat
yang digunakan, biaya, tenaga, keterampilan dan jumlah hasil individu.
Sejalan dengan pendapat diatas, As’ad (1987) menjelaskan produktivitas
tidak dapat dipisahkan dengan pengertian produksi karena keduanya saling
berhubungan. Apabila mempermasalahkan produktivitas maka produksi selalu
tersangkut di dalamnya.
Produktivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara totalitas
keluaran pada waktu tertentu dengan totalitas pemasukan pada periode tersebut, atau
suatu tingkatan efisiensi dalam meproduksi barang dan jasa. (Edwin B. Filippo,
1984).
Produktivitas dapat diuraikan sebagai perbandingan antara total output yang
berupa barang dan jasa pada waktu tertentu dibagi dengan total inputnya yang berupa
5 (lima) M, yaitu (Man, Material, Money, Method, Machine). Selama periode yang
bersangkutan dalam satuan unit. (menurut Gregerman, 1984).
Dapat ditarik kesimpulan secara sederhana bahwa pengertian produktivitas
kerja adalah rasio output terhadap input. Input bisa mencakup biaya produksi dan
biaya-biaya lainnya. Output terdiri dari penjualan, pendapatan dan kerusakan.
D. KONSEP PRODUKTIVITAS
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
individu dan dimensi organisasi. Dimensi individu melihat produktivitas dalam
kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul
dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu
yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan
dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis
antara masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh karena itu dalam pandangan ini,
terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas, tetapi
juga dapat dilihat dari aspek kualitas
Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan
utama untuk mewujudkan hasil yang diinginkan dari suatu pekerjaan. Sebaliknya,
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam
menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas. Dengan demikian, pertumbuhan
dan produktivitas bukan dua hal yang terpisah atau memiliki hubungan satu arah,
melainkan keduanya adalah saling tergantung dengan pola hubungan yang dinamis,
tidak mekanistik, non linear dan kompleks.
Proses akumulasi ini merupakan hasil dari proses investasi disebabkan oleh
peningkatan kualitasnya. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama,
pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber
daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci,
pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering
dihadapkan pada berbagai kesulitan.
Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar, dari
suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi
lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung
pada manusia yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka sumber daya manusia
merupakan sumber daya utama dalam pembangunan. Sejalan dengan fenomena ini,
konsep produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas tenaga kerja. Tentu saja,
produktivitas tenaga kerja ini dipengaruhi, dikondisikan atau bahkan ditentukan oleh
ketersediaan faktor produksi komplementernya seperti alat dan mesin. Namun
demikian konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber
daya manusia.
Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara
keluaran (out put) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat
dikatakan meningkat apabila:
1. Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber
daya yang sama.
2. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah
masukan/sumber daya lebih kecil
3. Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya
yang relatif kecil (Soeripto, 1989; Chew, 1991 dan Pheasant, 1991).
Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas
disemua sektor kegiatan. Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan
sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya
manusia dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya. Dengan kata lain bahwa
produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja
secara total.
Aspek-aspek dalam produktivitas terbagi menjadi dua bagian, yaitu efektifitas
dan efisiensi. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan
masukan yang direncanakan dengan masukan yang sebenarnya terlaksana. Kalau
masukan yang sebenarnya digunakan itu semakin besar penghematannya, maka
tingkat efisiensi semakin tinggi.
Sedangkan Efektifitas yaitu merupakan suatu ukuran yang memberi
gambaran seberapa jauh target dapat tercapai baik secara kualitas maupun waktu.
Jika prosentase target yang akan dicapai itu semakin besar, maka tingkat efektifitas
semakin tinggi, atau semakin kecil prosentase target dapat tercapai, maka semakin
rendah tingkat produktivitasnya.
Teknik Peningkatan Produktivitas
Menurut J.Raviyanto Putra dan kawan-kawan (1988), banyak cara untuk
meningkatkan produktivitas, diantaranya:37
a. Dengan meningkatkan keluaran dan mempertahankan masukan
b. Meningkatkan keluaran dengan proporsi yang lebih besar dari pada
pertambahan masukan
c. Meningkatkan keluaran dan menurunkan masukan
d. Mempertahankan keluaran dan menurunkan masukan
e. Menurunkan keluaran dan menurunkan masukan dengan proporsionalitas
yang lebih besar
37 Ir. Ahmad Tohardi, M.M. “Manajemen Sumber Daya Manusia. Pemahaman Praktis”. Bandung: Mandar
Maju, cet, 1 2002. h. 459
Selanjutnya dalam memperbaiki produktivitas berarti menata kembali dan
mengkombinasikan faktor-faktor produktif sedemikian rupa sehingga menghasilkan
performan yang lebih tinggi.
a. Fase Awareness (Penyadaran)
Untuk menjadi lebih produktif, pertama kali manusia harus mau
meningkatkan produktivitas mereka. Untuk langkah yang pertama adalah
dengan malakukan pembaharuan dalam hal ini adalah produktivitas, yang
harus dilakukan adalah meyakinkan diri sendiri ataupun orang lain bahwa
dengan produktivitas yang lebih besar akan memberikan manfaat bagi
masing-masing orang yang terlibat dan bukan sebaliknya.
b. Fase Improvement (Perbaikan)
Menurut Ir. Ahmad Tohardi,38
ada empat jalur yang dapat
ditempuh dalam melakukan perbaikan produktivitas, yaitu: Investasi,
insentif, pelibatan, dan metode teknik Industri.
c. Fase Maintenance (Pemeliharaan)
Yaitu menjaga dan mencegah agar produktivitas tersebut tidak
turun kembali nilainya.
38 Ibid
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kabupaten Solok Selatan
Daerah Solok Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi
Sumatera Barat. Daerah Kabupaten Solok Selatan ini merupakan daerah pemekaran
pada tahun 2003 karena adanya otonomi daerah. Sebelumnya daerah Solok Selatan
ini bernaung pada kabupaten Solok. Terbentuk Kabupaten Solok Selatan merupakan
buah dari perjuangan panjang yang dimulai sejak 1950-an yang ditandai dengan
diadakan Konferensi Timbulun.
Pada Konferensi Timbulun saat itu akan dibentuk sebuah Kabupaten dengan
nama Kab. Sehilir Batang Hari (SBH) yang memasukan wilayah Kecamatan Lembah
Gumanti (Alahan Panjang), Pantai Cermin (Surian), Sungai Pagu (Muaro Labuh) dan
Kec. Sangir (Lubuk Gadang). Perjuangan panjang itu, baru tercapai setelah
disahkannya Undang-Undang No 38 tahun 2003 dan pada 7 Januari 2004 diresmikan
24 kabupaten baru di Indonesia tiga di antaranya terdapat di Sumbar, yakni,
Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya dan Pasaman Barat. 39
1. Demografis dan Geografis
Secara umum Kabupaten Solok Selatan, beriklim tropis dengan temparatur
udara berkisar 20 - 33 derajad celcius dengan curah hujan 1.600 - 4.000
mm/tahun.
39
www.antara-sumbar.com/id/index.php?mod=berita&d=17&id=1929 - 39k -
46
Terkait kabupaten yang berada di kawasan Gunung Kerinci yang beriklim
tropika basah. Pada umumnya musim penghujan berlangsung pada bulan Januari
sampai dengan Mei dan September - Desember. Curah hujan tergolong cukup
tinggi dengan suhu udara berkisar 26 - 31 derajad celcius atau rata-rata 29 derajad
celcius dengan arah angin umumnya bertiap dari arah barat daya ke Tenggara.
Sedangkan musim kemarau pada bulan Juni - Agustus. Kondisi permukaan Solok
Selatan, saat ini adalah 5,20 persen lahan sawah dan 94,8 persen lahan bukan
sawah. Luas lahan yang sudah dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dan
perkebunan mencapai 36,49 persen. Tata guna lahan di Solok Selatan termasuk
dalam kawasan hutan lindung dan tanah milik masyarakat serta tanah ulayat
(tanah adat).
Kabupaten Solok Selatan dihuni sekitar 133.861 jiwa lebih yang mayoritas
etnis Minangkabau, secara garis besarnya pada bagian Barat terdapat di wilayah
Alam Surambi Sungai Pagu yang mendiami lembah Muaro Labuh sepanjang
aliran batang (sungai) Suliti dan batang Bangko. Selanjutnya etnis Minang juga
tersebar di bagian Timur pada wilayah adat Rantau XII Koto, mendiami daerah
sepanjang aliran Batang Sangir, Solok Selatan. Kabupaten berhawa sejuk ini, juga
dihuni oleh etnis Jawa yang masuk pada zaman Belanda dan sesudah
Kemerdekaan Indonesia melalui program transmigrasi. Kawasan masyarakat
Solok Selatan yang etnis Jawa, umumnya tersebar di Nagari Sungai Kunyit dan
Dusun Tangah. Dengan perjalanan waktu warga etnis Jawa secara perorang juga
terus berdatangan ke daerah itu, di antaranya bekerja di sektor perdagangan dan
buruh perkebunan kelapa sawit dan pemetik daun teh. Komoditi Kabupaten Solok
Selatan datang dari sektor perikanan, perkebunan, dan industri. Di sektor
perikanan, produksi perikanan tangkap di Kabupaten Solok Selatan sebesar
211.821 ton/tahun di tahun 2006. Untuk sektor perkebunan, terdapat kelapa sawit
dengan total produksi mencapai 137.270 ton di tahun 2004. Pengembangan karet
tersebar di Kecamatan Sangir Jujuan dan Sangir Batanghari. Luas lahan yang
berpotensi untuk dikembangkan seluas 14.500 Ha. Total produksi karet di tahun
2004 mencapai 10.774 ton dengan memanfaatkan lahan seluas 10.131 ha dan
sedangkan di tahun 2006, total produksi kopi mencapai 87.057 ton.
Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu wilayah otonomi yang
baru di Indonesia berdasarkan UU No. 38/2003 dan berlaku efektif terhitung
tanggal 7 Januari 2004, dan terpisah dari Kabupaten induknya, yakni Kabupaten
Solok.
Kabupaten Solok Selatan mempunyai wilayah seluas 3.346,20 Km2 yang
dilintasi daerah khatulistiwa yaitu pada 01° 00’ 59’’ - 01° 46’ 45’’ LS dan 100°
28’ 34’’ -101° 41’ 41’’ BT. Topografi dan klimatologi dengan ketinggian
wilayah Kabupaten Solok Selatan antara 350 - 800 meter di atas permukaan laut
(dpl). Dengan topografi bervariasi antara berbukit, bergelombang dan datar. Curah
hujan di Kabupaten ini berkisar antara 1.600 - 4.000 mm/tahun.
Kabupaten yang berada di bagian Selatan wilayah Provinsi Sumatera Barat
ini, berbatasan langsung dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Solok
Sebelah Selatan : Kabupaten Kerinci, dan Bungo, Propinsi
Jambi
Sebelah Timur : Kabupaten Dharmasraya
Sebelah Barat : Kabupaten Pesisir Selatan
Kabupaten Solok Selatan terbagi atas tujuh Kecamatan dengan 29 Nagari
(desa), yakni, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kecamatan Sungai Pagu,
Kecamatan Pauh Duo, Kecamatan Sangir, Kecamatan Sangir Jujuan, Kecamatan
Sangir Balai Janggo, dan Kecamatan Sangir Batanghari.
Daftar Kecamatan dan Nagari Kabupaten Solok Selatan
a. Kecamatan Sangir
1) Nagari Lubuak Gadang
2) Nagari Lubuak Gadang Selatan
b. Kecamatan Sangir Jujuan
1) Nagari Lubuak Malako
2) Nagari Padang Aia Dingin
3) Nagari Bidar Alam
4) Nagari Padang Limau Sundai
c. Kecamatan Sangir Batang Hari
1) Nagari Abai
2) Nagari Ranah Pantai Cermin
3) Nagari Dusun Tangah
4) Nagari Sitapuih
5) Nagari Lubuak Ulang Aling
6) Nagari Lubuak Ulang Aling Selatan
7) Nagari Lubuak Ulang Aling Tengah
d. Kecamatan Sungai Pagu
1) Nagari Koto Baru
2) Nagari Pasar Muaro Labuah
3) Nagari Pulakek Koto Baru
4) Nagari Sako Pasia Talang
5) Nagari Pasia Talang
e. Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh
1) Nagari Pakan Rabaa
2) Nagari Pakan Rabaa Timur
3) Nagari Pakan Rabaa Utara
4) Nagari Pakan Rabaa Tengah
f. Kecamatan Pauah Duo
1) Nagari Alam Pauah Duo
2) Nagari Kapau Alam Pauah Duo
3) Nagari Luak Kapau
4) Nagari Pauah Duo Nan Batigo
g. Kecamatan Sangir Balai Janggo
1) Nagari Talunan Indah Sepakat,Kurnia Maju
2) Nagari Talao Sungai Kunyit
3) Nagari Sungai Kunyit Barat
2. Pemerintahan
Kabupaten Solok Selatan secara yuridis formal dibentuk dengan undang-
undang Nomor 38 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Dharmasraya,
Solok Selatan dan Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat.
a. Visi
Terwujudnya masyarakat Solok Selatan yang harmonis yakni, mempunyai
harkat, martabat, bermoral, aman, peduli dan sejahtera sesuai dengan falsafah
"Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah".
b. Misi
Menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan percaya diri untuk bangkit
mengantarkan Kabupaten Solok Selatan sebagai daerah otonom yang harmonis,
sejajar dan mampu berkompetisi dengan daerah maju lainnya di Sumatera Barat,
pada tahun 2010 dengan satu tekad dan semangat manaruko bersama.
3. Potensi
Daerah Solok Selatan memiliki beberapa potensi yang dapat diandalkan
untuk menambah pendapatan daerah nya sendiri. Baik melalui potensi sumber
daya manusia maupun melalui potensi sumber daya alam. Melalui potensi sumber
daya manusia, pemerintah daerah mengembangkan dan meningkatkan pada sektor
pendidikan. Didaerah solok selatan terdapat satu sekolah menengah atas yag telah
bertaraf standar internasional, yaitu SMA Negeri 1 Solok Selatan. Diharapkan
dengan adanya sekolah tersebut dapat lebih meningkatkan kualitas sumber daya
manusia daerah solok selatan agar daerah tersebut lebih berkembang lagi daripada
daerah lain yang ada di Sumatera Barat. Juga pada setiap kecamatan yang ada di
daerah solok selatan telah terdapat institusi-institusi pendidikan yang yang dapat
mansukseskan program wajib belajar 9 tahun dari pemerintah pusat dan sekolah
menengah atas.
Sektor pertanian juga bisa menjadi andalan pemerintah solok selatan
untuk dikembangkan, karena umumnya daerah solok selatan adalah agraris dan
umumnya masyarakatnya juga bermata pencaharian sebagai petani. Berbagai
macam hasil pertanian dan perkebunan berasal dari solok selatan adalah padi,
jagung, sayur-sayuran, teh, dan lainnya
Salah satu sektor lainnya yang juga menjadi andalan daerah solok selatan
adalah sektor pariwisata. Karena di solok selatan terdapat banyak objek wisata.
Mulai dari wisata alam, wisata perkebunan, maupun wisata sejarah. Contoh dari
wisata alam yang terdapat di solok selatan adalah danau Bontak yang Merupakan
satu-satunya Danau yang ada di Kabupaten Solok Selatan. Danau seluas 2 Hektar
ini berada di atas bukit di dataran tinggi Golden Arm, selanjutnya tempat
pemandian air panas yang terdapat di kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dan di
kecamatan Sungai Pagu, dan beberapa air terjun yang ada di kabupaten ini.
Wisata alam selanjutnya adalah arena arung jeram yang terdapat di sungai batang
hari, sungai liki, dan sungai sangir di kabupaten ini. Wisata perkebunan berupa
hamparan kebun teh yang luas dan berhawa sejuk. Sedangkan wisata sejarah yang
ada adalah rumah peninggalan PDRI zaman kemerdekaan dan sebuah mesjid kuno
yang telah tua yang dibangun oleh nenek moyang orang minangkabau.
Sektor sumber daya alam juga menjadi potensi yang dapat memajukan
daerah solok selatan ke depan. Karena banyak bahan galian tambang di daerah
solok selatan ini. Bahan galian tersebut baru banyak baru diketemukan setelah
daerah kabupaten ini dimekarkan. Bahan galian tambang yang ada di daerah ini
contoh nya adalah bijih besi, tembaga, timah hitam, emas, dan mangan.
B. Gambaran Umum Desa Pakan Rabaa
Desa Pakan Rabaa merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Koto
Parik Gadang Diateh, di kecamatan Koto Parik Gadang Diateh ini terdapat beberapa
desa lagi atau disana lebih dikenal dengan nama nagari, yaitu nagari Pakan Rabaa,
Nagari Pakan Rabaa timur, Nagari Pakan Rabaa Tengah, dan nagari Pakan Rabaa
Utara.
Nagari pakan Rabaa ini Nagari ini memiliki luas 151.80 km2, penduduk
7.041 jiwa atau 1866 KK. Terdiri dari empat jorong, sebagian besar penduduk di
nagari ini bermatapencaharian sebagai petani dan pedagang.
1. Demografis dan Geografis
Nagari Pakan Rabaa terdapat di dalam kecamatan Koto Parik Gadang
Diateh Kabupaten Solok Selatan propinsi Sumatera Barat. Nagari ini berada di
ujung utara kabupaten Solok Selatan. Batas-batas wilayah nagari Pakan Rabaa
secara umumnya sama dengan batas-batas wilayah kabupaten solok selatan itu
sendiri. Rata-rata penduduk nagari Pakan Rabaa ini bermata pencaharian sebagai
petani dan pedagang.
Batas-batas wilayah desa atau nagari Pakan Rabaa:
Sebelah Utara : Desa atau Nagari Pakan Rabaa Utara
Sebelah Selatan : Kecamatan Sungai Pagu
Sebelah Barat : Hutan Bukit Barisan yang Berbatasan
Langsung dengan Kabupaten Pesisir Selatan
Sebelah Timur : Desa Pakan Rabaa Tengah
Secara umum desa Pakan Rabaa, mempunyai iklim yang sama dengan
Kabupaten nya sendiri karena desa ini berada diwilayah kabupaten Solok Selatan
itu sendiri. Desa ini beriklim tropis dengan temparatur udara berkisar 20 - 33
derajad celcius dengan curah hujan 1.600 - 4.000 mm/tahun. Pada umumnya
musim penghujan berlangsung pada bulan Januari sampai dengan Mei dan
September - Desember. Curah hujan tergolong cukup tinggi dengan suhu udara
berkisar 26 - 31 derajad celcius atau rata-rata 29 derajad celcius dengan arah angin
umumnya bertiap dari arah barat daya ke Tenggara. Sedangkan musim kemarau
pada bulan Juni - Agustus. Tata guna lahan di Solok Selatan termasuk dalam
kawasan hutan lindung dan tanah milik masyarakat serta tanah ulayat (tanah adat).
Secara umum desa pakan rabaa mempunyai ciri-ciri daerah yang agraris,
karena umumnya daerah desa pakan rabaa terhampar sawah yang luas. Dan
menjadi sumber utama mata pencaharian rakyat didesa pakan rabaa. Umumnya
rakyat desa pakan rabaa menggunakan sawah tadah hujan dan beberapa lagi
memanfaatkan irigasi dari sungai yang berhulu ke sungai batang hari untuk
mengairi sawah pertaniannya.
Didesa Pakan Rabaa ini terdapat potensi kelembagaan pemerintahan
berupa pejabat desa yang disana lebih dikenal dengan sebutan wali nagari, kepala
desa. Wali nagari lah yang memangku jabatan tertinggi didesa pakan rabaa
melalui sebuah pemilu yang demokratis yang melibatkan segenap warga pakan
rabaa itu sendiri. Desa Pakan Rabaa juga memilik sebuah badan yaitu badan
perwakilan desa.
Desa pakan rabaa memiliki cukup institusi pendidikan yang cukup untuk
mengembangkan pendidikan warganyauntuk menciptakan SDM yang bekualitas.
Mulai dari taman kanak-kanak 1 unit, SD 5 Unit, SLTPN 1 unit, MTs swasta 1
Unit, dan SMUN 1 unit, dan SMKN 1 unit yang berada di wilayah territorial desa
Pakan Rabaa.
Dalam bidang kelembagaan kemasyarakatan desa pakan rabaa memiliki
persatuan yasinan ibu-ibu rumah tangga yang rutin melakukan kegiatan setiap
kamis malam setiap minggunya. Juga ada karang taruna bagi pemuda desa pakan
rabaa yang satu induk dengan ikatan remaja mesjid raya pakan rabaa.
Dalam hal kelembagaan ekonomi desa pakan rabaa juga memiliki koperasi
simpan pinjam, dan satu unit Bank Perkreditan Rakyat. Juga ada industri makanan
rakyat, warung kelontong dan beberapa swalayan.
C. Sistem Pertanian Desa Pakan Rabaa
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, adapun kegiatan pertanian
yang terjadi di desa Pakan Rabaa terdapat beberapa kelompok tani. Kelompok tani
tersebut didirikan untuk tujuan membimbing petani dalam bekerja baik dalam hal
pemupukan dan pembibitan, untuk dapat saling bertukar informasi seputar masalah
pertanian antar sesama anggota kelompok, dapat membantu dinas pertanian setempat
dalam memberikan penyuluhan tentang pertanian, untuk mengetahui jatah
pemupukan dan mempermudah dalam memberikan pengarahan kepada anggota
lainnya.
Adapun kegiatan rutin atau manfaat yang dapat diambil dari kelompok
pertanian ini adalah pertemuan rutin untuk membahas masalah-masalah pertanian
yang dirasakan oleh anggota dan kelompok pertanian itu sendiri, menguji hasil
pertanian atau contoh pertanian, untuk mengetahui produksi pangan, dan program
bantuan dari pemerintah.
Adapun sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat di desa Pakan
Rabaa secara garis besar terdiri atas 3 macam. Yaitu:
1. Sistem pemilik lahan sekaligus penggarap.
Sistem pertanian ini biasaya dilakukan oleh orang yang memiliki
lahan pertanian dan dalam mengolah lahannya tersebut dikerjakan sendiri.
Dalam hal permodalan biasanya permodalan sendiri dan tanpa campur tangan
dari orang lain dan hasilnya pun menjadi milik pribadi.
2. Sistem mampaduai
Sistem mampaduai adalah sistem pertanian yang dilakukan oleh dua
belah pihak dimana penggarapan tanah/lahan dilakukan oleh pihak petani
penggarap dan pihak lainnya bertindak sebagai pemilik lahan/tanah dengan
kesepakatan membagi hasil pertanian nantinya. Dalam pengolahan tanah,
petani penggarap mempunyai kewajiban untuk melakukan pengairan,
pemeliharaan tanaman, dan mengetamnya waktu panen tiba. Sedangkan
bibit(benih), pupuk, insektisida, ditanggung pemilik lahan atau bisa disepakati
dengan kesepakatan bersama. Dalam hal ini keuntungan atau kerugian
ditanggung bersama sesuai kesepakatan.
3. Sistem Buruh Tani
Sistem buruh tani adalah sistem kerja sama dimana petani penggarap
bertindak sebagai buruh tani, dan hanya berkewajiban serta bertanggung
jawab terhadap pegolahan tanah, selebihnya ditanggung sendiri oleh pemilik
lahan/tanah seperti penyediaan alat-alat pertanian, bibit, pupuk, obat hama
atau insektisida, atau seringkali juga konsumsi disediaakan oleh pemilik tanah
Dari sistem-sistem pertanian yang disebutkan diatas,maka sistem yang
relevan dan berkaitan dengan sistem Muzara’ah adalah sistem Mampaduai dan
buruh tani. Untuk itu perlu dikaji terlebih dahulu sah atau tidaknya akad yang
dilakukan.
Alasan sistem Muzara’ah mempunyai kaitan dengan sistem mampaduai dan
sistem buruh tani menurut penelitian yang dilakukan oleh saudari Dewi Lestari
Fakultas Syariah dan Hukum adalah pertama, sistem bagi hasil tersebut hanya
dipakai oleh sebagian kecil petani saja, Karena biasanya sistem akad ini dilakukan
atas dasar kepercayaan. Dengan demikian tidaklah mudah bagi setiap orang,
khususnya petani mendapatkan kepercayaan itu, karena butuh tanggung jawab yang
teramat besar agar kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan.
Sedangkan yang Kedua, sistem mampaduai yaitu sistem bagi hasil yang
dianggap sah apabila lahan dan bibit dari pemilik lahan, dan tenaga kerja dari petani
penggarap, sehingga yang menjadi objek muzara’ah adalah jasa petani. Dalam sistem
ini petani penggarap diberikan modal oleh pemilik lahan berupa lahan dan bibit.
Sedangkan penggarap hanya bermodalkan jasa dan tenaga kerja, karena semuanya
telah disediakan oleh pemilik lahan.
Sedangkan yang Ketiga, sistem buruh tani, memilik kesamaan dengan sistem
mampaduai, tapi dalam hal ini petani penggarap bertindak sebagai buruh tani yang
telah diberikan modal berupa lahan dan bibit dari pemilik tanah. Buru tani
mempunyai lebih sedikit kewajiban dari pada petani penggarap yang ada pada
sisitem mampaduai. Banyaknya orang yang menjadi penggarap lahan tidak
membatalkan akad muzara’ah, kerja sama ini sah, dan apabila terjadi keraguan,
pihak-pihak yang bekerjasama cukup melakukan akad yang telah disepakati masing-
masing. Secara ringkasnya seorang pemilik lahan boleh melakukan kerja sama
dengan satu atau beberapa orang buruh tani dengan syarat pemilik lahan melakukan
beberapa akad untuk masing-masing pihak yang melakukan transaksi kerja sama
tersebut.
Umumnya masyarakat pada desa Pakan Rabaa dalam pertanian untuk
menggarap lahannya yaitu dengan memakai sistem mampaduai dengan pembagian
bagi hasil rata-rata antara pemilik lahan dengan petani penggarap adalah setengah-
setengah karena dirasa cukup adil untuk kedua belah pihak dan tidak ada yang
dirugikan.
BAB IV
ANALISA DATA
A. Profil Responden
1. Deskripsi Hasil Penelitian
Rasullulah saw membolehkan muzara’ah didasarkan pada pengambilan
manfaat atas tanah oleh orang lain untuk usaha produktif. Selain itu tanah yang
tadinya tidak dikelola oleh pemiliknya dapat dimanfaatkan oleh orang lain untuk
usaha produktif. Selain itu tanah yang tadinya dikelola oleh pemiliknya dapat
dimanfaatkan oleh orang yang membutuhkan, sehingga ikut membantu proses
pendistribusian kekayaan agar harta itu tidak berputar di tangan orang kaya saja,
serta mewujudkan rasa kasih sayang dan tolong menolong antara manusia.
Daerah Pakan Rabaa mempunyai potensi tanah yang cukup bagus untuk
sektor agraris atau lebih dikenal dengan sektor pertanian. Masyarakat desa Pakan
Rabaa mempunyai peluang yang besar untuk mengolah tanahnya dibidang pertanian
ataupun dalam bidang perkebunan, seperti tanaman padi, palawija, dan perkebunan.
Sektor itu merupakan andalan karena wilayah desa Pakan Rabaa itu sendiri yang
cukup berpotensi. Dalam mengerjakan lahan tersebut, masyarakat desa pakan rabaa
ada yang mengerjakan sendiri dan ada pula yang menyerahkan penggarapannya
kepada petani penggarap. Hal itu dapat mengindikasikan bahwa masyarakat desa
Pakan Rabaa menjadikan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini
61
62
juga didasarkan pada data bahwa umumnya masyarakat desa Pakan Rabaa bekerja
sebagai petani.
Penelitian ini menggambarkan bagaimana kondisi akad Muzara’ah bila
diterapkan di desa Pakan Rabaa, dan kemudian penelitian ini dilanjutkan berdasarkan
data yang dihubungkan dengan produktivitas kerja petani yang mana data tersebut
didapatkan berdasarkan angket yang peneliti telah sebarkan.Berikut variabel
penelitian yang telah disebarkan kepada responden didesa Pakan Rabaa, Kec. Koto
Parik Gadang Diateh , Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat:
a. Variabel X
Bagi Hasil
NO
. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Saya mendapatkan bagian yang sama banyak
dengan pemiliknya 5 4 3 2 1
2 Saya puas dengan bagian yang saya dapatkan 5 4 3 2 1
3 Menurut saya bagi hasil tersebut adil antara kedua
belah pihak 5 4 3 2 1
4 Saya sangat menyukai bagian yang saya dapatkan 5 4 3 2 1
5 Bagi hasil tersebut membuat saya lebih giat dalam
bekerja 5 4 3 2 1
6 Dengan adanya Bagi hasil yang adil membuat hasil
panen menjadi menjadi lebih banyak 5 4 3 2 1
Motivasi
NO
. PERNYATAAN: SS S RR TS STS
1 Saya selalu termotivasi dan bersemangat setiap
mengerjakan sawah 5 4 3 2 1
2 Menurut saya pekerjaan bertani ini menarik dan
memberikan harapan yang banyak bagi saya 5 4 3 2 1
3 Lingkungan saya bekerja di sawah membuat saya
tenang dalam mengerjakan sawah 5 4 3 2 1
4 Saya menginginkan agar panen nantinya berhasil
dan sukses 5 4 3 2 1
5 Saya bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang
saya lakukan 5 4 3 2 1
6 Keselamatan dan kesehatan cukup mempengaruhi
saya dalam bekerja 5 4 3 2 1
Peralatan NO
. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Saya memiliki peralatan pertanian sendiri untuk
bekerja 5 4 3 2 1
2 Peralatan pertanian tersebut dapat membantu saya
dalam bekerja 5 4 3 2 1
3 Peralatan pertanian untuk bekerja membuat kerja
saya menjadi lebih cepat 5 4 3 2 1
4 Peralatan tersebut merepotkan saya dalam bekerja 5 4 3 2 1
5 Saya menggunakan teknologi yang modern dalam
bekerja sehingga dapat menghemat waktu 5 4 3 2 1
6 Peralatan tersebut dapat meringankan beban saya
dalam bekerja 5 4 3 2 1
Keterampilan
NO
. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Kemampuan saya dalam bertani cukup membantu
saya dalam bekerja 5 4 3 2 1
2 Kemampuan saya cukup membantu saya dalam
bekerja 5 4 3 2 1
3 Keahlian dalam bertani harus dipunyai untuk
mengerjakan sawah 5 4 3 2 1
4 Pengalaman akan panen yang dulu mempengaruhi
saya dalam mengerjakan sawah 5 4 3 2 1
5 Umur seseorang mempengaruhi dia dalam
mengerjakan sawah 5 4 3 2 1
6 Semakin muda umur seseorang dalam mengerjakan
sawah semakin banyak panen yang didapatkan 5 4 3 2 1
b. Variabel Y
Disiplin
NO
. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Sikap dan perilaku saya mempengaruhi saya dalam
bekerja 5 4 3 2 1
2 Saya selalu berusaha agar tidak terlalu terburu-buru
dan mampu mengendalikan diri dalam bekerja 5 4 3 2 1
3 Saya selalu bisa mengatur wak tu saya dalm bekerja
di sawah 5 4 3 2 1
4 Saya selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja 5 4 3 2 1
5 Saya selalu mengikuti ketentuan-ketentuan yang
telah dijanjikan dalam penggarapan sawah 5 4 3 2 1
6 Adanya keinginan yang kuat untuk melakukan yang
terbaik dalam bekerja 5 4 3 2 1
Pendapatan dan Pengeluaran
NO
. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1 Pendapatan dalam bertani mampu memenuhi
kebutuhan saya 5 4 3 2 1
2 Pendapatan saya dalam bertani lebih besar dari
pengeluaran 5 4 3 2 1
3 Pengeluaran untuk mengerjakan sawah ditanggung
bersama-sama dengan pemilik 5 4 3 2 1
4 Biaya konsumsi, pupuk dan biaya-biaya lainnya
dalam bekerja di sawah saya tanggung sendiri 5 4 3 2 1
5 Pengeluaran bekerja di sawah mempengaruhi hasil
panen yang saya dapatkan 5 4 3 2 1
6 Pendapatan yang akan saya dapatkan mempengaruhi
hasil panen yang saya dapatkan 5 4 3 2 1
Setelah pembahasan tersebut peneliti melakukan penelitian melalui data
berdasarkan hasil kuesioner atau angket kepada para petani pekerja didesa Pakan
Rabaa, kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan. Bagaimana
penelitian yang peneliti lakukan adalah penilaian atau sikap petani pekerja dalam
menggarap sawah dengan akad muzara’ah, dan dihubungkan dengan produktivitas
yang mereka lakukan, apakah ada korelasi antara akad muzara’ah yang mereka
lakukan terhadap produktivitas para petani pekerja tersebut? Setelah itu data-data
tersebut diolah melalui program SPSS 11.5 untuk memudahkan penulis dalam
menganalisa data tersebut.
Dengan sistem muzara’ah atau mampaduai menurut bahasa daerah disana,
masyarakat desa Pakan Rabaa tersebut dapat memperoleh pendapatan dari hasil
produktivitas pertanian yang mereka lakukan walaupun hasilnya tidak terlalu besar
tetapi dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk mengetahui tingkat
produktivitas kerja petani desa Pakan Rabaa penulis menguraikannya sebagai
berikut.
Jenis Kelamin Responden
Frequenc
y Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Laki-Laki 51 51.0 51.0 51.0
Perempuan
49 49.0 49.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: (Data yang Diolah)
Tabel diatas menunjukan bahwa tentang jenis kelamin responden, yaitu
bahwa dari 100 orang responden, yang berjenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak
51 orang atau 51% dari responden dan sisanya sebanyak 49 orang atau sekitar 49%
adalah perempuan.
Agama Responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Islam 100 100.0 100.0 100.0
Sumber: (Data yang Diolah)
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa agama dan kepercayaan yang
dianut oleh responden adalah islam. Hal itu bisa diketahui dari tabel diatas bahwa
100% agama responden adalah islam.
Usia Responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
<20 tahun 2 2.0 2.0 2.0
21 tahun - 30 tahun 24 24.0 24.0 26.0
31 tahun - 40 tahun 44 44.0 44.0 70.0
41 tahun - 50 tahun 24 24.0 24.0 94.0
>51 tahun 6 6.0 6.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: (Data yang Diolah)
Tabel diatas menunjukan kepada bahwa terdapat responden yang
mengerjakan sawah berumur dibawah 20 tahun sebanyak 2 orang atau sekitar 2 %
dari total responden, 24 orang atau 24 % dari total responden berumur 21 tahun – 30
tahun, yang berumur dalam rentang waktu 31 tahun – 40 tahun sebanyak 44 orang
atau 44 % dari total responden, 24 orang atau 24 % dari total responden berumur
antara 41 tahun – 50 tahun, dan 6 orang atau 6 % dari total responden berumur diatas
51 tahun.
Pendidikan Terakhir Responden
Frequen
cy Percent
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent
Tidak Sekolah 2 2.0 2.0 2.0
SD 20 20.0 20.0 22.0
SLTP 19 19.0 19.0 41.0
SLTA 52 52.0 52.0 93.0
S-1 7 7.0 7.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: (Data yang Diolah)
Dari tabel diatas menunjukan tentang pendidikan terakhir yang ditamatkan
oleh responden. 2 responden atau 2% adalah tidak bersekolah, 20 orang dari
responden atau 20% dari total responden adalah lulusan SD, 19 orang responden atau
29% lainnya adalah lulusan SLTP/sederajat, 52 orang atau 52 % dari total responden
adalah lulusan SLTA/ sederajat dan 7 orang responden atau 7 % dari total responden
adalah lulusan S-1.
Rata-rata Pengeluaran Dalam Mengerjakan Sawah
Frequenc
y Percent
Valid
Percent
Cumulativ
e Percent <Rp.1.000.000 53 53.0 53.0 53.0
Rp.1.000.001-
Rp.2.000.000 32 32.0 32.0 85.0
Rp.2.000.001-
Rp.4.000.000 11 11.0 11.0 96.0
>Rp.4.000.000 4 4.0 4.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: (Data yang Diolah)
Dari tabel diatas menunjukan tentang pengeluaran responden dalam
mengerjakan sawah, tabel diatas menunjukan bahwa yaitu, 53 orang atau 53% dari
total responden menunjukan pengeluarannya dalam mengerjakan sawah adalah
berkisar dibawah Rp.1000.000, dan 32 orang atau 32% dari total responden berkisar
antara Rp.1000.001-Rp.2.000.000, 11 orang atau 11% dari total responden
menunjukan bahwa pengeluaran responden dalam mengerjakan sawah adalah
berkisar antara Rp.2000.001-Rp.4.000.000, dan 4 orang atau 4% dari total responden
memnunjukan pengeluaran mengerjakan sawah adalah diatas RP 4.000.000
Rata-rata Pendapatan Dalam Mengerjakan Sawah
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
<Rp.1000.000 19 19.0 19.0 19.0
Rp.1000.001-
Rp.2.000.000 45 45.0 45.0 64.0
Rp.2.000.001-
Rp.4.000.000 28 28.0 28.0 92.0
>Rp.4.000.000 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: (Data yang Diolah)
Dari tabel diatas menunjukan tentang pendapatan responden dalam
mengerjakan sawah. Tabel diatas menunjukan bahwa yaitu, 19 orang atau 19% dari
total responden menunjukan bahwa dalam mengerjakan sawah memperoleh
pendapatan berkisar dibawah Rp.1000.000, dan 45 orang responden atau 45 % dari
total responden memperoleh pendapatan berkisar antara Rp.1000.001-Rp.2.000.000,
28 orang atau 28 % dari total responden orang menunjukan bahwa mereka
memperoleh pendapatan dalam mengerjakan sawah berkisar antara Rp.2000.001-
Rp.4.000.000, dan 8 orang atau 8% dari total responden memperoleh pendapatan
dalam mengerjakan sawah adalah diatas RP 4.000.000.
Sejak Kapan Responden Jadi Petani
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Antara 2-3 tahun yang lalu 16 16.0 16.0 16.0
Antara 1-2 tahun yang lalu 25 25.0 25.0 41.0
Belum satu tahun 3 3.0 3.0 44.0
Belum enam bulan 5 5.0 5.0 49.0
Sudah lebih dari 3 tahun 51 51.0 51.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: (Data yang Diolah)
Dari tabel diatas menunjukan sejak kapan responden menjadi petani untuk
mengerjakan sawah pemilik lahan. Tabel diatas menunjukan bahwa yaitu, 16 orang
atau 16% dari total responden menunjukan bahwa mereka telah menjadi petani
antara 2-3 tahun yang lalu, dan 25 orang responden atau 25 % dari total responden
menunjukan bahwa mereka telah menjadi petani antara 1-2 tahun yang lalu, 3 orang
atau 3 % dari total responden menunjukan bahwa mereka telah menjadi petani
belum genap 1 tahun yang lalu, dan 5 orang atau 5 % dari total responden
menunjukan bahwa mereka telah menjadi petani belum genap enam bulan yang lalu,
dan 51 orang atau 51 % dari total responden telah menjadi petani lebih dari 3 tahun
yang lalu.
Apakah Responden memiliki Pekerjaan lain
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Ya 89 88.0 88.0 88.0
Tidak 11 12.0 12.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sumber: (Data yang Diolah)
Tabel diatas menunjukan bahwa apakah responden memilik pekerjaan lain
selain menjadi petani. Dari tabel diatas bisa diketahui bahwa sebanyak 89 orang atau
sekitar 89 % dari total responden memiliki pekerjaan lain selain bertani, dan sisanya
sebanyak 11 orang atau sekitar 11 % dari total responden tidak memiliki pekerjaan
lain selain bertani.
. Apa yang menjadi alasan jika memiliki pekerjaan lain tersebut
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Sebagai Pekerjaan
Sampingan 15 15.0 16.9 16.9
Untuk menambah
pendapatan 56 56.0 62.9 79.8
Merasa lebih aman dan
terjamin dengan
pekerjaan tersebut
14 14.0 15.7 95.5
Lainnya........ 4 4.0 4.5 100.0
Total 89 89.0 100.0
Missing
System 11 11.0
Total 100 100.0 Sumber: (Data yang Diolah)
Tabel diatas adalah menunjukan alasan rseponden memiliki pekerjaan lain
tersebut. Tabel diatas menunjukan kepada kita bahwa 15 orang atau sekitar 15 % dari
total responden beralasan sebagai pekerjaan sampingan, 56 orang atau sekitar 56 %
dari total responden beralasan untuk menambah pendapatan, 14 orang atau sekitar 14
% dari total responden beralasan merasa lebih aman dan terjamin dengan pekerjaan
tersebut, 4 orang atau sekitar 4 % dari total responden beralasan yang lainnya , dan
missing system sebanyak 11 orang atau skitar 11 % dari total responden tidak
memiliki pekerjaan lain selain bertani.
B. Analisis Statistik Sistem Muzara’ah Dengan Produktivitas Kerja
Dalam menganalisa hubungan akad muzara’ah dengan produktivitas kerja
petani pekerja, dapat digunakan rumus statistic yaitu dengan mengunakan anlisa
regresi dan korelasi. Data dibawah ini merupakan hasil penelitian pengaruh akad
muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani yang mana data tersebut telah diolah
oleh peneliti.
Penelitian dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada para petani
pekerja dengan membagikan kuesioner sebanyak seratus kuesioner untuk seratus
responden. Semua responden berasal dari desa Pakan Rabaa. Angket disebarkan
kepada para petani pekerja masing-masing berjumlah 24 pertanyan untuk variable
muzara’ah dan 12 pertanyaan untuk variable produktivitas kerja. Selanjutnya untuk
memindahkan perhitungan akad muzara’ah dijadikan variable bebas atau independen
dan produktivitas kerja sebagai variable terikat atau variable tidak bebas atau
dependen. Setiap pertanyaan dinilai sebagai berikut:
• Sangat Setuju (SS) = 5
• Setuju (S) = 4
• Ragu-Ragu (RR) = 3
• Tidak Setuju (TS) = 2
• Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
1. Analisa dan Pembahasan
a. Uji Validitas dan Realibilitas Instrument Variabel penelitian
1) Dimensi Bagi hasil
Item total statistik
Scale mean
If item deleted
Scale
Variance
if Item
Deleted
Squared
Multiple
Correlation
Alpha
if item
deleted
Baha1 20.4200 7.8016 .2667 .7168
Baha2 20.4900 7.0201 .4052 .6762
Baha3 20.4300 7.2577 .3822 .6935
Baha4 20.6400 7.5055 .3283 .7016
Baha5 20.5900
6.6888 .3657 .6803
Baha6 20.9300
8.4294 .0647 .7828
Reliability Coefficients 6 items
Alpha = .7471 Standardized item alpha = .7494
(Sumber : Data yang diolah)
Tabel diatas menyajikan kepada kita tentang validitas dan realibilitas
variable dengan dimensi bagi hasil. Tabel diatas menunjukan bahwa dimensi bagi
hasil tersebut valid dan sangat reliable dikarenakan melalui uji statistik menunjukan
nilai cronbach alpha lebih dari 0,6 yaitu sebesar 0,7494 dan bisa dipakai dalam
penelitian.
2) Dimensi motivasi
Item total statistik
Scale Scale Alpha
Mean Variance Squared if
if Item if Item Multiple Item
Deleted Deleted Correlation deleted
MOT1 19.9900 8.6161 .2331 .6758
MOT2 19.9700 8.0092 .3449 .6669
MOT3 20.1900 7.2060 .4060 .5775
MOT4 19.7500 7.1591 .4863 .5841
MOT5 19.9500 6.8763 .5011 .5853
MOT6 20.1000 6.7172 .3620 .5657
Reliability Coefficients 6 items
Alpha = .6553 Standardized item alpha = .6507
(Sumber : Data yang diolah)
Tabel diatas menyajikan kepada kita tentang validitas dan realibilitas variable
dengan dimensi motivasi. Table diatas menunjukan bahwa dimensi motivasi tersebut
valid dan sangat reliable dikarenakan melalui uji statistic menunjukan nilai cronbach
alpha lebih dari 0,6, yaitu sebesar 0,6507 dan bisa dipakai dalam penelitian.
3) Dimensi Peralatan
Item total statistik
Scale Scale
Mean Variance Squared Alpha
if Item if Item Multiple Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
ALAT1 18.1100 10.0787 .1249 .6612
ALAT2 18.1100 8.8464 .5800 .5506
ALAT3 17.9200 9.1248 .5083 .5525
ALAT4 18.0800 9.6097 .4715 .5548
ALAT5 17.9500 12.7348 .0236 .7186
ALAT6 18.7300 10.3607 .1265 .6634
Reliability Coefficients 6 items
Alpha = .6660 Standardized item alpha = .6655
(sumber : Data yang diolah)
Tabel diatas menyajikan kepada kita tentang validitas dan realibilitas variable
dengan dimensi peralatan. Tabel diatas menunjukan bahwa dimensi peralatan
tersebut valid dan sangat reliable dikarenakan melalui uji statistic menunjukan nilai
cronbach alpha lebih dari 0,6, yaitu sebesar 0,6655 dan bisa dipakai dalam
penelitian.
4) Dimensi Disiplin
Item total statistic
Scale Scale Alpha
Mean Variance Squared if
if Item if Item Multiple Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
DIS1 20.3800 8.5208 .3033 .7073
DIS2 19.7700 8.4819 .4134 .6312
DIS3 19.6600 8.5701 .3220 .6157
DIS4 19.5400 7.8065 .4705 .5718
DIS5 20.0100 7.5656 .4320 .6058
DIS6 19.6400 6.8388 .5502 .5205
Reliability Coefficients 6 items
Alpha = .6547 Standardized item alpha = .6722
(Sumber : Data yang diolah)
Tabel diatas menyajikan kepada kita tentang validitas dan realibilitas variable
dengan dimensi disiplin. Tabel diatas menunjukan bahwa dimensi disiplin tersebut
valid dan sangat reliable dikarenakan melalui uji statistic menunjukan nilai cronbach
alpha lebih dari 0,6, yaitu sebesar 0,6722 dan bisa dipakai dalam penelitian
5) Dimensi keterampilan
Item total statistic
Scale Scale Alpha
Mean Variance Squared if
if Item if Item Multiple Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
TRAMPIL1 18.2000 9.9394 .2818 .6601
TRAMPIL2 18.3300 9.8799 .4394 .6136
TRAMPIL3 17.9200 10.7208 .3405 .6546
TRAMPIL4 18.6300 10.2557 .2977 .6859
TRAMPIL5 18.2500 11.2601 .1705 .7011
TRAMPIL6 18.7200 9.5774 .3120 .6790
Reliability Coefficients 6 items
Alpha = .7057 Standardized item alpha = .7173
(Sumber : Data yang diolah)
Tabel diatas menyajikan kepada kita tentang validitas dan realibilitas variable
dengan dimensi keterampilan. Tabel diatas menunjukan bahwa dimensi keterampilan
tersebut valid dan sangat reliable dikarenakan melalui uji statistic menunjukan nilai
cronbach alpha lebih dari 0,6, yaitu sebesar 0,7173 dan bisa dipakai dalam penelitian
6) Dimensi Pendapatan dan pengeluaran
Item total statistic
Scale Scale Alpha
Mean Variance Squared if
if Item if Item Multiple Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
DALAR1 16.1800 9.6642 .0999 .5909
DALAR2 16.3800 9.0663 .2304 .5279
DALAR3 16.0400 9.9580 .2093 .6122
DALAR4 16.4600 9.0792 .1448 .6059
DALAR5 16.5200 8.5754 .2615 .5264
DALAR6 16.5700 8.6920 .2527 .5301
Reliability Coefficients 6 items
Alpha = .6113 Standardized item alpha = .6181
(Sumber : Data yang diolah)
Tabel diatas menyajikan kepada kita tentang validitas dan realibilitas variable
dengan dimensi pendapatan dan pengeluaran. Tabel diatas menunjukan bahwa
dimensi pendapatan dan pengeluaran tersebut valid dan sangat reliable dikarenakan
melalui uji statistic menunjukan nilai cronbach alpha lebih dari 0,6, yaitu sebesar
0,6181 dan bisa dipakai dalam penelitian.
b. Analisa Normalitas Data
Menurut Stanilus (2006:35), uji normalitas data bertujuan untuk
menguji variabel terikat dengan variable independent, apakah variable
tersebut berdistribusi normal atau tidak, ada beberapa cara untuk menguji
normalitas data tersebut, penulis menggunakan uji normalitas Kolmogoirov-
Smirnov dengan bantuian SPSS 11.5. seperti tertera pada table dibawah
berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
MUZARAAH PRODUKTI
N 100 100
Normal
Parameters(a,b)
Mean 92.48 43.43
Std.
Deviation 7.680 4.725
Most Extreme
Differences
Absolute .093 .078
Positive .093 .065
Negative -.054 -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .930 .780
Asymp. Sig. (2-tailed) .353 .577
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: (Data yang Diolah)
Pada uji normalitas data seperti yang ada pada tabel diatas terlihat
bahwa hasil uji variable X berupa Muzara’ah memiliki p-value sebesar
0.353 dan p-value untuk produktivitas sebesar 0.577. kedua p-value lebih
besar dari pada nilai α yaitu sebesar 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa
variable penelitian tersebut berdistribusi normal.
c. Analisa Korelasi
Dalam melakukan analisa korelasi untuk membahas pengaruh sistem
Muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani, peneliti melakukan dua cara.
Cara yang pertama yaitu dengan menggabungkan semua variabel-variabel X
dan langsung dianalisa dengan variabel Y. seperti yang tertera pada tabel
dibawah ini.
Correlations
Muzaraa
h Produkti
Correlation
Coefficient 1.000 .389(**)
Sig. (2-
tailed) . .000
MUZARAA
H
N 100 100
Correlation
Coefficient .389(**) 1.000
Sig. (2-
tailed) .000 .
Spearman's
rho
PRODUKTI
N 100 100 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: (Data yang Diolah)
Tabel diatas menyajikan hasil korelasi Rank-Spearman untuk semua
sampel penelitian, dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang petani
penggarap. Pada tabel diatas dapat kita ketahui bahwa system Muzara’ah
memiliki hubungan positif sebesar 0,389 dengan tingkat signifikansi pada
level 0.000. Hal tersebut mencerminkan adanya korelasi yang rendah dan
positif antara system muzara’ah terhadap produktifitas kerja petani
penggarap. Dengan demikian sistem muzara’ah dapat meningkatkan
produktivitas kerja petani walalupun korelasi antara keduanya rendah.
Terbukti pada tabel dibawah ini kriteria korelasi menurut Sugiyono
(2005:183).
Tidak Ada Korelasi
Korelasi Rendah
Korelasi Cukup
Korelasi Kuat
< 0,200
0,200-0,3599
0,400-0,599
0,600-0,799
0,800-1,00 Korelasi Sangat Kuat
Sedangkan, cara kedua yaitu dengan membandingkan satu-persatu
variabel-variabel X dengan variabel-variabel Y. Gunanya yaitu untuk
mencari variabel X mana yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
variabel Y. Seperti tertera pada tabel dibawah ini.
Correlations
BASIL MOT ALAT TRAMPI
L PRODUK
TI
Spearman's rho
BASIL Correlation Coefficient
1.000 .398(**) .084 -.078 .065
Sig. (2-tailed) . .000 .405 .441 .517
N 100 100 100 100 100
MOT Correlation Coefficient
.398(**) 1.000 .074 .080 .426(**)
Sig. (2-tailed) .000 . .466 .426 .000
N 100 100 100 100 100
ALAT Correlation Coefficient
.084 .074 1.000 .135 .096
Sig. (2-tailed) .405 .466 . .180 .344
N 100 100 100 100 100
TRAMPIL Correlation Coefficient
-.078 .080 .135 1.000 .304(**)
Sig. (2-tailed) .441 .426 .180 . .002
N 100 100 100 100 100
PRODUKTI
Correlation Coefficient
.065 .426(**) .096 .304(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .517 .000 .344 .002 .
N 100 100 100 100 100
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: (Data yang Diolah)
Dari tabel diatas yaitu terdapat masing-masing variabel X yang
mempengaruhi variabel Y. Dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
motivasi memiliki pengaruh yang kuat dari pada variabel X lainnya.
Dikarenakan variabel motivasi memiliki angka korelasi sebesar 0.426,
selanjutnya diikuti oleh variabel keterampilan yang memiliki nilai korelasi
sebesar 0.304, dan variabel peralatan memiliki nilai korelasi sebesar 0.096
dan variabel bagi hasil memiliki nilai korelasi sebesar 0.065.
d. Analisa Regresi Linear Sederhana
Uji koefisien regresi linear sederhana bertujuan untuk mengetahui
adanya tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel independen) Sistem
Muzara’ah terhadap variabel Y (variabel dependen) yaitu produktivitas kerja
petani. Hasil uji regresi linear sederhana bisa dilihat pada tabel dibawah ini:
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant)
22.834 5.376 4.247 .000 1
MUZARAAH
.223 .058 .362 3.844 .000
a Dependent Variable: PRODUKTI Sumber: (Data yang Diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik model regresinya berupa:
Y = 22.834 + 0.223X
Persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan
• Konstanta sebesar 22.834
Jika nilai perhitungan Muzara’ah tetap/konstan, maka nilai
Produktivitas kerja adalah sebesar 22.834
• Arah hubungan
Dari persamaan regresi linear sederhana diatas adanya tanda “+”,
yang menggambarkan hubungan yang positif, berarti peningkatan
sistem muzara’ah akan meningkatkan nilai produktivitas
• Koefisien Regresi
Setiap kenaikan nilai sistem muzara’ah senilai 1% akan menaikan
nilai produktivitas sebesar 0.223.
e. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah variable-variabel independen
secara simultan bersama-sama mempengaruhi variable terikat atau variabel
dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
ANOVA(b)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression
289.595 1 289.595 14.774 .000(a)
Residual 1920.915 98 19.601
1
Total 2210.510 99
a Predictors: (Constant), MUZARAAH b Dependent Variable: PRODUKTI
Sumber: (Data yang Diolah)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa F hitung sebesar 14.474
dengan tingkat signifikansi 0.000., sedangkan F-tabelnya sebesar 3.089203.
karena F-hitung<F-tabel maka hipotesis awal ditolak, dan digunakan
hipotesis alternatif.
Karena F-hitungnya<F-tabel maka hipotesa yang dipakai adalah
hipotesa alternative, yaitu tidak terdapat hubungan antara sistem muzara’ah
terhadap produktivitas kerja petani.
f. Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien Determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variable independen menjelaskan variable dependen.
Hasil uji koefisien determinasi variable X berupa Sistem Muzara’ah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .362(a) .131 .122 4.427
a Predictors: (Constant), MUZARAAH Sumber: (Data yang Diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai adjusted R
Square yang dihasilkan oleh variable-variabel independen hanya sebesar
0.122 yang artinya adalah 12.2 % variable dependen produktiviras kerja
dijelaskan oleh variable-variabel independen, dan sisanya berupa 87.8 %
dijelaskan oleh variable lain diluar variable yang digunakan didalam skripsi
ini.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sistem Muzara’ah
terhadap produktivitas kerja petani. Dari hasil pengujian statistik terhadap 100 orang
responden pada desa Pakan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh,
Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Hasil penelitian dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Gambaran produktivitas kerja petani ditinjau dari sistem muzara’ah dengan uji
statistik adalah terdapat hubungan korelasi yang rendah. Hal itu dibuktikan
dengan nilai korelasinya sebesar 0.389 dengan tingkat signifikan 0.000, karena
P-value lebih kecil dari dari 0.05. kriteria korelasi dalam buku Sugiyono
(2005:183), korelasi dikatakan rendah apabila nilai korelasi 0.200-0.3599.
Terdapat dua variabel X yang berpengaruh signifikan, yaitu variabel motivasi
dan variabel keterampilan dengan masing-masing nilai korelasi 0,426 dan 0.304,
dan dua variabel X yang tidak berpengaruh, yaitu variabel peralatan dan
variabel bagi hasil dengan masing-masing nilai korelasi 0.096 dan 0.065.
Sedangkan nilai regresi antara variabel bebas dan variabel terikat adalah Y =
22.834 + 0.223X dengan hubungan positif. Setiap kenaikan nilai sistem
muzara’ah setiap 1% akan meningkatkan produktivitas kerja petani sebesar 0,
223.
2. Pelaksanaan sistem muzara’ah terhadap produktivitas kerja petani desa Pakan
Rabaa dengan uji statistik tidak saling mempengaruhi antara kedua variabel
tersebut. Hal itu dibuktikan dengan uji F untuk mengetahui apakah sistem
muzara’ah mempengaruhi produktivitas kerja petani penggarap. Hasil uji F
tersebut menghasilkan tidak terdapat pengaruh antara sistem muzara’ah
terhadap produktivitas kerja petani penggarap dengan hasil uji F sebesar 14.474
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena F-hitung>F-tabel tidak
terdapat hubungan antara sistem muzar’ah terhadap produktivitas kerja petani
penggarap. Juga dibuktikan dengan uji koefisien determinasi yang bertujuan
sejauh mana varibel X mempengaruhi varibel Y, hasil uji koefisien determinasi
sebesar 0.122 atau sebesar 12,2%. Hanya 12.2% variabel X mempengaruhi
variabel Y. Sedangkan 87.8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak
penulis gunakan di penelitian ini.
B. SARAN
1. Perlu adanya sosialisi yang sistematis oleh pemerintah, baik pusat maupun
daerah atau dari LSM-LSM tentang ekonomi syariah, khususnya Muzara’ah ini.
Sehingga bisa menjamin hak-hak para petani pekerja agar tetap aman.
2. Perlu adanya penyuluhan pertanian, bimbingan dari pemerintah, bantuan, serta
perhatian yang lebih dari pemerintah kepada para petani. Hal tersebut untuk
memotivasi petani untuk lebih giat agar produktivitas para petani tersebut bisa
meningkat. Hal tersebut untuk agar para petani tersebut hidupnya bisa lebih
sejahtera dari yang sebelumnya
3. Perlu adanya komunikasi yang lancar antara pemilik lahan dan petani penggarap
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. Kedua
belah pihak hendaknya harus bersikap profesional menjalankan tugas dan
kewajibanya masing-masing.
4. Adapun karena adanya keterbatasan dalam penelitian ini, penulis merasakan
penelitian yang penulis lakukan belumlah sempurna, untuk itu perlu jika ada
penelitian selanjutnya yang membahas topik yang sama lebih baik
menggunakan dalam bentuk nominal berupa data sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim. Departemen Agama. 1985
Algoud, Latifa, M, dan Lewis, Mervyn K. Perbankan Syariah: Prinsip, praktek,
dan
prospek. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. cet 2. 2005
Bahan Penataran UUD 1945, P-4GBHN, Kewaspadaan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD
Buku Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2007
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Lathif, Azharuddin, AH. Fiqh Muamalat. Jakarta : UIN Jakarta Press. Cet 2. 2005
Moelong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung:PT Remaja Kosda Karya, 1997.
Rahardi Ramelan, Konsepsi Dan Strategi Peningkatan Produktivitas Nasional
Pada Seminar Gerakan Produktivitas Nasional” pada tanggal 13 Juli 1994
di Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta.
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, Bandung: Alfabeta, , cet. 3. 2003
Rumidi, Sukandar. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Bagi Peneliti
Pemula.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2004.
Sabiq, Sayyid “Fiqh Sunnah”. Beirut : dar-al Fikr, , jilid 3. 1983
Simanjuntak, Payaman. Produktivitas Kerja, Pengertian dan Ruang Lingkupnya.
Jakarta: LP3ES. 1985
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sopian , Metode Penelitian Survey, Jakarta:
P3ES,
cet 2, 1989
Sinungan, Muchdarsyah,Produktivitas: Apa dan Bagaiman, Jakarta: PT Bumi
Aksara,
cet 7. 2008
Syafi’I, Antonio, Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, Jakarta:
Gema Insani, cet 1, 2001
Tohardi, Ir. Ahmad M.M. “Manajemen Sumber Daya Manusia. Pemahaman
Praktis”. Bandung: Mandar Maju, cet, 1 2002
Artikel dari Internet:
http://www.bung-hatta.info/content.php?article.202 (Produktivitas Tenaga
Kerja Dari Perspektif Sosial)
http://hamidum3.blogspot.com/
www.antara-sumbar.com/id/index.php?mod=berita&d=17&id=1929 - 39k -
http://f1tr1a.wordpress.com/2008/06/18/tugas-3-pemikiran-ekonomi/