IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4
TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG
KAKI LIMA DI KOTA SERANG
Disusun oleh :
Hyuga Manjulur
6661120267
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
“Dari Sini Kumulai
Kehidupan Sesungguhnya”
Karya kecil ini kupersembahkan
teruntuk Ayahanda, Ibunda, Keluarga
dan Devi Oktavia
ABSTRAK
Hyuga Manjulur 6661120267. Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang
Nomer 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima di Kota Serang. Program Studi Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I : Dr.
Agus Sjafari, M.Si., Dosen Pembimbing II : Riswanda, P.hD.
Penataan dan Pemberdayaan PKL adalah Peraturan yang dibuat Pemerintah Daerah
Kota Serang yang bertujuan untuk mengelola pedagang kaki lima yang berada di
Kota Serabg. Lokus dalam penelitian ini adalah di Kota Serang yang memiliki jumlah
pedagang kaki lima yang sangat banyak dan harus dikelola. Fokus penelitian ini
adalah Impelementasi Peraturan Daerah Kota Serang pada Tahun 2018. Masalah yang
muncul dalam penelitian ini adalah pemberian sarana yang jauh dari pusat keramaian
masyarakat, kurang sosialisai kepada masyarakat maupun kepedagang sendiri yang
menjadi fokus dari Peraturan Daerah itu sendiri. Dengan rumusan masalahnya yaitu
bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang Tahun 2018.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, instrumen
penelitiannya adalah peneliti itu sendiri dengan menggunakan cara wawancara
dengan informan penelitian, studi dokumentasi dan triangulasi, informan dalam
penelitian sebanyak 12 orang. Peneliti menggunakan teori Merilee S. Grindle yang
memakai indikatornya adalah isi kebijakan dan konteks kebijakan. Adapun hasil dari
penelitian ini bedasarkan wawancara dengan menggunakan semua informan
menunjukan bawah implementasi Perda ini belum berjalan dengan baik. terdapat
kesalahan dalam pemberian sarana dan prasarana yang jauh dari tempat keramaian
atau pusat kegiatan masyarakat, prosedur yang tidak sesuai dalam pendataan
pedagang kaki lima yang baru, penjalanan peraturan daerah ini baru sebatas dalam
pemberian saran relokasi tanpa memberikan pelatihan khusus untuk pedagang kaki
lima serta kurang dukungan kepada peraturan daerah yang di implementasikan dalam
proses pengenalan tempat relokasi yang telah di bangun maupun sarana yang telah
disediakan oleh instansi terkait.
Kata Kunci: Implemetasi, Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
ABSTRACT
Hyuga Manjulur 6661120267. Implementation of Serang City Rule and Regulation
Number 4 Year 2014 on Arrangement and empowerment of street Vendors in
Serang City. Public Administration Study Program. Faculty of Social Political
Sciences. Sultan Ageng Tirtayasa University. First Supervisor: Dr. Agus Sjafari,
M.Si., Second Supervisor : Riswanda, P.hD.
Management and empowerment of street vendors (Pedagang Kaki Lima-PKL) is a
Regulation formulated by the Regional Government of Serang City. The focus in this
research was in Serang City that has numerous street vendors that should be
managed. The focus of this research was implementation of Regional Regulation of
Serang City in 2018. The issues in this research were accommodation of facilities
that is distant from downtown, lack of dissemination to the public and to the vendors
themselves that became the focus of the Regional Regulation. Formulation of the
issue was on how the implementation of the Regional Regulation Number 4 of 2014
on Management and Empowerment of Street Vendors in Serang City in 2018 was.
The method used in the research was qualitative method and the research instruments
was interview of the research with the information source, documentation syudy, and
triangulation with 12 people as the information source. The researcher used policies
the theory Merilee S. Grindle that used policies and policies context as the indicators.
Based on the interviews with information sources, the result of this research showed
that the implementation of the Regional Regulation was not carried out properly yet.
There were errors in the location of facilities and infrastructures that were distant
from crowded place of activity centers, unsuitable procedure in data collecting of
new street vendors, limitation of the regional regulation that only provided relocation
suggestion without special training to the street vendors as well as the lack of support
to the implemented regional regulation in the process of had been constructed or
facilities provided by relevant institutions.
Keywords : Implementation, Structuring and Empowerment of street vendors.
i
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan YME, oleh karena berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 tahun 2014 Tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang”. Skripsi
ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
kemampuan penulis dalam penyusunan Skripsi ini, dirasakan masih jauh dari
sempurna, maka untuk itu penulis menerima dengan lapang dada segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi perbaikan penulisan Skripsi ini.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya terutama kepada yang terhormat :
1). Bapak Prof. Dr H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2). Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas ilmu sosial dan ilmu
politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing I yang telah memberikan segala bimbingan, motivasi,
pengarahan, saran dan dukungan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
3). Ibu rahmahwati, S.Sos,. M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4). Bapak Iman Mukhroman, S.Sos,. M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
ii
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5). Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos,. M.Si selaku Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6). Ibu Listyaningsih,S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa sekaligus sebagai ketua penguji skripsi yang telah memberikan
arahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7). Ibu Dr. Arenawati, M.Si selaku Sekretaris Prodi Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus
sebagai penguji ahli yang telah memberikan arahan-gambaran sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8). Bapak Anis Fuad, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik Program
Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9). Bapak Riswanda, S.Sos., M.PA, PhD., selaku Dosen pembimbing II yang
telah meberikan segala bimbingan, motivasim pengarahan, sarandan
dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak.
10). Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Administrasi Fakultas ilmu sosial dan ilmu
politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
11). Bapak Pimpinan dan seluruh staf Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kota Serang yang telah bersedia membantu penulis dalam pengumpulan data-data
yang diperlukan.
iii
12). Bapak Pimpinan dan seluruh staf Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
yang telah bersedia membantu penulis dalam pengumpulan data-data yang
diperlukan
13). Bapak Pimpinan dan seluruh staf UPTD Kota Serang yang telah bersedia
membantu penulis dalam pengumpulan data-data yang diperlukan.
14). Kedua orang tuaku Bapak Hotman Hutagaol dan Ibu Saurmauli yang tidak pernah
letih uutk menyayangi dan memberikan doa kepada penulis.
15). Devi Oktavia yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam memperoleh
data serta turut memberikan masukan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini
hingga dapat diselesaikan.
16). Sahabat-sahabat yang memberikan dorongan dan motivasi terbaik dalam
menyusun penelitian ini yaitu: Yudhi Prasetya Miharja, Pradytia Herlyansah,
Restu Ramadhan, Santi Nurmayanti, Galih Hidayat Ramadhan
17). Pihak – pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan disini satu persatu
Mudah-mudahan segala amal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan YME. serta penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangannya, walapun demikian harapan penulis
mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Banten, Juli 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 11
1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 12
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................ 12
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 13
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik .................................................... 14
2.1.1.1 Pengertian Kebijakan .................................................. 14
2.1.1.2 Pengertian Publik ........................................................ 15
2.1.1.3 Pengertian Kebijakan Publik ....................................... 15
2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ............................ 17
2.1.3 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik ................. 18
2.1.4 Konsep Pedagang Kaki Lima (PKL) ........................................ 27
2.1.4.1 Penataan dan Pemberdayaan PKL .............................. 27
v
2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 28
2.3 Kerangka Berfikir Penelitian ........................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 33
3.2. Fokus Penelitian ............................................................................... 34
3.3. Lokasi Penelitian .............................................................................. 34
3.4. Variabel Penelitian ............................................................................ 35
3.4.1 Definisi Konsep .................................................................. 35
3.4.2 Definisi Operasional ........................................................... 36
3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 38
3.6 Informan Penelitian .......................................................................... 39
3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40
3.8 Teknik Analisis Data ........................................................................ 43
3.9 Uji Keabsahan Data .......................................................................... 44
3.10 Jadwal Penelitian .............................................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ............................................................... 48
4.1.1 Profil Kota Serang ................................................................. 48
4.1.2 Profil Dinas Perindustrianm Perdagangan dan Koperasi
Kota Serang ............................................................................ 53
4.1.3 Profil Satpol PP Kota Serang ................................................. 59
4.1.4 Profil Kecamatan di Kota Serang .......................................... 62
4.2 Deskripsi Data ................................................................................... 68
4.2.1 Informan Penelitian ................................................................ 69
4.3 Pembahsan dan Hasil Penelitian ........................................................ 70
4.3.1 Penataan dan Pemberdayaan .................................................. 70
4.3.1.1 Isi Kebijakan................................................................. 75
4.3.1.1.1 Kepentingan Yang Dipengaruhi ............................ 75
4.3.1.1.2 Tipe Manfaat ......................................................... 80
4.3.1.1.3 Derajat Perubahan Yang Diharapkan .................... 85
vi
4.3.1.1.4 Letak Pengambilan Keputusn ................................ 89
4.3.1.1.5 Pelaksana Program ................................................ 92
4.3.1.1.6 Sumber Daya Yang Dilibatkan.............................. 96
4.3.1.2 Konteks Implementasi .................................................. 101
4.3.1.2.1 Kekuasaaan , Strategi Aktor yang Terlibat ........... 101
4.3.1.2.2 Karakteristik Lembaga dan Penguasa ................... 104
4.3.1.2.3 Kepatuhan Daya Tanggap ..................................... 106
4.4 Pembahasan .................................................................................... 110
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 114
5.2 Saran ....................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Pedagang Kaki Lima di Kota Serang tahun 2015 .................. 7
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Penelitian ..................................................... 36
Tabel 3.2 Sumber Informan Penelitian ........................................................... 39
Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 47
Tabel 4.1 Informan Penelitian .......................................................................... 69
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Pemberitahuan Perubahan Tempat berdagang ........................... 9
Gambar 1.2 Pedagang Kaki Lima .................................................................. 10
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian ..................................................... 32
Gamabr 4.1 Mekanisme Penataan .................................................................. 71
Gamabr 4.2 Mekanisme Pemberdayaan ......................................................... 73
Gambar 4.3 Mekanisme Keputusan ................................................................ 91
Gamabr 4.3 Tenda Bantuan Diperindagkop................................................... 97
Gamabr 4.4 Tempat Relokasi Pedagang Kaki Lima ...................................... 100
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Daftar Hadir Bimbingan
LAMPIRAN 2 Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 3 Peraturan Daerah Kota Serang No. 4 Tahun 2014
LAMPIRAN 4 Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian pada dasarnya adalah hal yang penting bagi seluruh
negara, bagi suatu negara aspek perekonomian dapat membantu negaranya
untuk membangun berbagai infrastruktur, namun untuk mendapatkan suatu
perekonomian yang baik, suatu negara harus memiliki pendapatan yang
besar, untuk menunjang keberhasilan dalam aspek ini. Untuk semua
masyarakat perekonomian merupakan hal dasar bagi mereka untuk
memperbaiki kehidupan, bahkan negara-negara membuat kesepakatan
dalam bidang perekonomian untuk mendapatkan kemajuan yang signifikan
bagi negara-negara yang ikut serta di dalamnya.
Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari 17.499 pulau dari sabang sampai marauke. Luas total wilayah
Indonesia adalah 7,81 juta km2
yang terdiri dari 2,01 juta km2
daratan, 3,25
juta km2
lautan, dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (BPHN 2015),
dengan tujuan nasional yang ditegaskan dalam pembukuan Undang-Undang
Dasar 1945 ialah melindungi sengenap bangsa dan daerah dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan bangsa, serta ikut
melakukan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan
2
negara yang berkedaulatan rakyat dan demokrasi dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Indonesia merupakan negara dengan sistem pemerintahan otonomi
daerah yang terjadi sekarang yang bertujuan agar pembangunan yang ada di
daerah-daerah khusunya luar Pulau Jawa merata dan adil. Pada zaman
seperti sekarang semua daerah-daerah di Indonesia mulai memperbaiki
daerah mereka dengan berbagai cara agar daerahnya semakin maju serta
modern, hal ini dilakukan oleh semua daerah-daerah tersebut untuk
menciptakan daerah yang asri, indah, dan tertib untuk masyarakat agar lebih
nyaman. Dalam masa otonomi daerah yang berlaku di Indonesia seperti
sekarang, pemerintah daerah dapat membuat peraturan mereka sendiri yang
akan diberlakukan di daerahnya.
Provinsi yang ada di Indonesia dapat membuat peraturan daerah
mereka sendiri dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda), namun suatu perda
tidak dapat dibuat atau diberlakukan apabila suatu Perda tersebut
bertentangan dengan peraturan yang lebih kuat hukumnya, bedasarkan
nd n - nd n omo un mengenai jenis dan hierarki, dan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia dijelaskan
bahwa hierarki perundang-undangan dibagi menjadi 6 yaitu: UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Ketetapan MPR, UU/Perpu, Peraturan
Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan itu sendiri merupakan suatu tindakan yang ditetapkan dan
3
dilaksanakan oleh pemerintah dan berorientasi pada upaya pencapaian
tujuan demi kepentingan masyarakat.
Banyak fenomena atau masalah di era sekarang ini yang menjadi
landasan lahirnya suatu Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan
Daerah seperti dalam kasus pedagang yang mengeluhkan tempat usaha yang
jauh dari keramaian yang melandaskan pedagang tersebut berjualan
mendekati konsumennya. Seperti salah satunya yaitu permasalahan
ekonomi. Ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman, tentu kebutuhan manusia
bertambah dan keadaan ekonomi secara terus-menerus mengalami
pertumbuhan dan perubahan. Di tengah keadaan ekonomi yang terus
mengalami perubahan ini, masyarakat dituntut untuk dapat bertahan hidup
dengan cara mencari nafkah dengan cara memanfaatkan peluang kerja yang
ada. Namun, sempitnya peluang kerja yang ada dan tingginya persaingan
untuk memasuki lapangan pekerjaan, banyak masyarakat yang lebih
memilih untuk menggeluti sektor informal.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sektor informal dapat
di tik n seb i, “ s kecil y n mel kuk n ke i t n p oduksi d n/ t u
distribusi barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja dan
penghasilan bagi mereka yang terlibat dalam unit tersebut serta bekerja
dengan keterbatasan, baik modal, fisik, tenaga, maupun keahlian
Salah satu bentuk sektor informal adalah pedagang kaki lima. Kota
Serang sebagai ibukota Provinsi Banten tidak terlepas dari masalah
4
pedagang kaki lima ini. Kota Serang merupakan wilayah pemekaran dari
Kabupaten Serang Provinsi Banten, pada tahun 2007 dan mulai resmi
memulai pemerintahan pada tanggal 5 Desember 2008. Sebagai Ibu Kota
Provinsi, kehadirannya adalah konsekuensi logis dan keberaadaan Provinsi
Banten, Luas wilayah Kota Serang sekitar 266,72 Km2 yang terdiri dari 6
kecamatan yaitu Kecamatan Taktakan, Kecamatan Kasemen, Kecamatan
Walantaka, Kecamatan Curug, Kecamatan Serang , dan Kecamatan
Cipocok Jaya (Pemerintah Kota Serang, 2017), dari keseluruhan kecamatan
yang ada di Kota serang terdapatt 46 desa serta 20 kelurahan . Jumlah
penduduk Kota Serang pada tahun 2014 mencapai 631.101 Jiwa (BPS Kota
Serang 2014).
Dalam perekonomian masyarakat Kota Serang, berdagang masih
menjadi bahan alternatif bagi beberapa masyarakat untuk mencari nafkah,
hal ini bisa dilihat dari banyaknya tempat umum yang dijadikan tempat
usaha seperti di Stadion Maulana Yusuf, Alun-alun Kota Serang, Pasar
Royal, Pasar Lama, dan lainnya. Dalam sektor usaha bisa dikategorikan
dalam beberapa golongan seperti usaha dagang modern dan
tradisional/sektor informal. Dalam sektor perdagangan yang ada di kota
serang terdapat perdagangan yang terbagi menjadi 2 golongan yaitu
perdagangan tradisional/sektor informal dan juga perdagangan modern,
dimana perdagangan modern terdiri dari pasar swalayan dengan skala besar.
Sedangkan perdagangan tradisional umumnya mayarakat melihat sebagai
pasar, dimana pasar- pasar ini tersebar banyak di Kota Serang. Pada
umumnya perdagangan tradisonal merupakan suatu usaha berskala kecil,
5
diamana sebagian besar perdagangan tradisional berbentuk PKL (Pedagang
Kaki Lima).
Dalam sektor perdagangan tradisional yang berbentuk pasar ini
banyak di antaranya merupakan warga asli Kota Serang namun juga terdapat
warga yang bukan asli Kota Serang, karena lebih besar perdagangan
tradisional di bandingkan perdagangan modern mengakibatkan hampir
sering dijumpai PKL di sepanjang jalan utama kota ini, dimana semakin
banyak PKL yang kita jumpai membuat keresahan bagi masyarakat karena
mereka berjualan di area trotoar dan fasilitas umum untuk kepentingan
mereka sendiri, terutama di area alun-alun yang merupakan daerah hijau.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan mengenai
pemeliharaan Pedagang Kaki Lima, maka pemerintah Kota Serang
mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2014 tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang. Peraturan ini bertujuan
untuk memberikan kepastian hukum dalam berusaha bagi pedagang kaki
lima dan terpeliharanya sarana prasarana, estetika, kebersihan dan
kenyamanan ruang milik publik. Adapun dinas terkait yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan PKL yang tertuang dalam Perda Kota Serang
Nomor 4 tahun 2014 Bab V Pasal 20 yaitu Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Serang, Satpol PP Kota
Serang dan Kecamatan Serang.
Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku
usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana
6
usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota,
fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah kota dan/atau swasta baik yang
sementara/tidak menetap (Perda Kota Serang Nomor 4 tahun 2014 Bab 1
Pasal 1). Keberadaan pedagang kaki lima sering dianggap menimbulkan
berbagai persoalan terutama terkait dengan masalah ketertiban, keamanan,
serta kebersihan. Dalam melakukan aktivitasnya, pedagang kaki lima
banyak memanfaatkan trotoar, taman kota, dan ruang publik lainnya yang
mudah untuk dijangkau masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa ruang
terbuka publik yang semestinya dimanfaatkan untuk aktivitas sosial telah
berubah menjadi kawasan komersil. Rata-rata pedagang kaki lima
menggunakan sarana atau perlengkapan yang mudah dibongkar pasang atau
dipindahkan.
Sebagaimana dijelaskan pada Perda Kota Serang Nomor 4 tahun 2014
Bab V Pasal 20, Pemerintah Daerah yang mempunyai kewenangan dalam
mengimplementasikan Perda ini adalah SKPD yang membidangi
perdagangan dalam hal ini yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan
Koperasi (Disperindagkop) dan dibantu oleh Kecamatan Serang serta Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Mengimplementasikan Peraturan Daerah
dilakukan oleh Disperindagkop. Di satu sisi, Satpol PP membantu dalam
menegakkan aturan-aturan yang ada di dalam Perda tersebut. Kecamatan
Serang pula mendapatkan tugas dalam mencatat PKL yang ada di Kota
Serang. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah tentunya menjadi acuan
7
kebijakan dan bertujuan untuk menjadi landasan hukum yang harus
ditegakkan.
Tabel 1.1
Data Pedagang Kaki Lima di Kota Serang tahun 2017
No Kecamatan Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 Kasemen 176 175 351
2 Serang 417 159 576
3 Cipocok Jaya 454 79 533
4 Taktakan 170 84 254
5 Walantaka 190 80 270
6 Curug 130 80 210
Jumlah 2194
Sumber : (Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan
Koperasi Kota
Serang : 2017)
Berdasarkan tabel 1.1 diatas jumlah PKL di Kota Serang cukup
banyak dan beragam. Kebanyakan dari para pedagang tersebut
menggunakan trotoar atau pinggir jalan sebagai tempat mereka berjualan,
padahal seharusnya trotoar tersebut merupakan ruang publik yang
diperuntukkan bagi para pejalan kaki. Tapi tidak ada jalan lain bagi para
PKL selain tetap bertahan berjualan di pinggir jalan karena belum adanya
tempat relokasi yang memadai untuk menampung para PKL di Kota Serang.
Hal ini menjadi tugas penting para Stakeholder untuk mengimplementasikan
Perda Kota Serang Nomor 4 tahun 2014 terutama dari segi Penataan dan
Pemberdayaan PKL seperti yang tertuang di Pasal 4 ayat (2) :
8
(2) Penataan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara :
a. Pendataan PKL
b. Pendaftaran PKL
c. Penempatan dan pemindahan PKL
d. Penetapan lokasi dan penghapusan lokasi PKL ; dan
e. Peremajaan lokasi PKL
(3) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Peningkatan kemampuan berusaha
b. Fasilitasi akses permodalan
c. Fasilitasi bantuan sarana dagang
d. Penguatan kelembagaan
e. Fasilitasi peningkatan produksi
f. Pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi ; dan
g. Pembinaan dan bimbingan teknis
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti terkait
permasalahan penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang, peneliti
menemukan beberapa masalah yang berkaitan dengan belum tercapainya
sasaran seperti Pasal 4 ayat (1) dan (2) setelah melakukan observasi
lapangan dan wawancara dengan pihak terkait antara lain :
9
Pertama, dari segi pendaftaran, masih banyak PKL yang belum
menjalankan prosedur pendaftaran PKL, sehingga PKL di Kota Serang terus
menjamur.
Gambar 1.1
Pemberitahuan Perubahan
Sumber : Peneliti 2017
Gambar di atas diambil di Stadion Maulana Yusuf Kota Serang pada
25 September 2017 Pukul 15.11 WIB, pada saat itu sedang ada
pemberitahuan dari pihak Satpol PP kepada para PKL agar memindahkan
dagangan mereka di area lain stadion yang sudah dianjurkan.
Kedua, dari segi penempatan dan pemindahan PKL, banyak PKL yang
berjualan di tempat yang tidak semestinya, karena banyak PKL yang belum
mendaftarkan diri, dan belum mendapat tempat usaha atau TDU yang jelas.
10
Gambar 1.2
Pedagang Kaki Lima
Sumber : Peneliti 201
Foto ini diambil di Jl. Kitapa tanggal 7 April 2018 Pukul 14.20 WIB
terlihat bahwa trotoar yang seharusnya dipakai pejalan kaki untuk berjalan
tepi digunakan untuk berjualan hal ini disebabkan sebagian jalan ini di pakai
untuk berjualan pisang.
Ketiga, dari segi penetapan lokasi dan penghapusan lokasi PKL,
Kurangnya kesadaran para PKL yang menilai bahwa tempat relokasi yang
disediakan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Serang
tepatnya di daerah Kepandean itu kurang strategis sehingga mengurangi
11
pendapatan mereka, dan kurang tegasnya lembaga terkait dalam
menerapkan sanksi kepada para PKL yang melanggar larangan yang telah
ditetapkan dalam Perda Kota Serang No. 4 tahun 2014.
Keempat dari segi pemberdayaan, kurangnya upaya pemberdayaan
dari pemerintah seperti yang tertuang dalam Perda Kota Serang No 4 Tahun
2014 terutama dalam hal peningkatan kemampuan berusaha serta
pengolahan, pengembangan dan promosi.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi dikaitkan dengan topik,
tema, judul dan fenomena yang diteliti. Berdasarkan latar belakang yang
peneliti uraikan di atas maka identifikasi dari permasalahan yang peneliti
n k t tent n “Implement si Pe tu n D e Kot Se n omo 4
tahun 2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di
Kot Se n ” dik itk n den n Pen t n d n Pembe d y n di P s l 4 y t
(2) dan (3) adalah sebagai berikut :
1. Dari segi pendaftaran, masih banyak PKL yang belum menjalankan
prosedur pendaftaran PKL, sehingga PKL di Kota Serang terus
menjamur.
2. Dari segi penempatan dan pemindahan PKL, banyak PKL yang
berjualan di tempat yang tidak semestinya, karena banyak PKL yang
belum mendaftarkan diri, dan belum mendapat tempat usaha atau
TDU yang jelas.
12
3. Dari segi penetapan lokasi dan penghapusan lokasi PKL, kurangnya
kesadaran para PKL yang menilai bahwa tempat relokasi yang
disediakan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota
Serang tepatnya di daerah Kepandean itu kurang strategis sehingga
mengurangi pendapatan mereka, dan kurang tegasnya lembaga terkait
dalam menerapkan sanksi kepada para PKL yang melanggar larangan
yang telah ditetapkan dalam Perda Kota Serang No. 4 tahun 2014.
4. Dari segi pemberdayaan, kurangnya upaya pemberdayaan dari
pemerintah seperti yang tertuang dalam Perda Kota Serang No 4
Tahun 2014 terutama dalam hal peningkatan kemampuan berusaha
serta pengolahan, pengembangan dan promosi
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian, peneliti membatasi ruang lingkup
permasalahan. Hal ini dikarenakan adanya fokus penelitian, maka akan
memberikan batasan studi yang akan dilakukan, agar tidak terjebak dengan
banyaknya data yang terdapat di lapangan. Maka fokus penelitian ini adalah
Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang No 4 tahun 2014 tentang
Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dan dengan
memperhatikan focus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan
masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah : Bagaimana
Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomer 4 tahun 2014
13
Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota
Serang.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor
4 tahun 2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima di Kota Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
a. Dari segi keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dan memberikan kontribusi untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan, khususnya Administrasi Negara.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan pemahaman untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat secara praktik Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan
masukan bagi pemerintah di lingkungan Dinas Perindustrian,
Perdagangan, dan Koperasi Kota Serang.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
2.1.1.1 Pengertian Kebijakan
Kebijakan merupakan suatu arahan tindakan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan
peluang-peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan
atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu
(Winarno, 2012 : 20).
Adapun makna kebijakan dalam bahasa inggris modern
seperti yang dikutip oleh Wicaksono (2006 : 53) adalah “a course
of action or plan, a set of political purposes as opposed to
administration” (seperangkat aksi atau rencana yang mengandung
tujuan politik yang berbeda dengan administrasi).
Pendapat lainnya menurut Federick dalam Agustino (2008 :
7), mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan atau
kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-
hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan
15
terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukkan bahwa
ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan
tujuan yang merupakan bagian penting dari definisi kebijakan,
karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukkan apa yang
sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam
beberapa kegiatan pada suatu masalah.
Dari beberapa pengertian kebijakan menurut para ahli, dapat
diambil kesimpulan bahwa kebijakan adalah suatu arahan
tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu dengan mengetahui hambatan-hambatannya dalam
rangka merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.
2.1.1.2 Pengertian Publik
Menurut Syafiie (2006 : 17), Publik merupakan serapan
kata dari bahasa inggris, “public” yang bisa berarti umum,
masyarakat, atau negara. Publik adalah sejumlah manusia yang
memiliki kesamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan
tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang
mereka miliki (Syafiie, 2006 : 18).
2.1.1.3 Pengertian Kebijakan Publik
Sebelum menjelaskan tentang implementasi kebijakan publik,
terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud dengan
kebijakan publik dan bagaimana langkah-langkah untuk
16
mengimplementasikannya. Menurut Dye dalam Nugroho (2012 :
120), “Whatever government choose to do or not to do. Public
policy is what government do, why they do it, and what difference
it makes” (kebijakan publik adalah segala sesuatu yang
dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil
yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda).
Pengertian lain menurut Eyestone dalam Wachab (2012 : 13),
kebijakan publik adalah, “The relationship of governmental unit
to its environment”, (Hubungan yang berlangsung di antara
unit/satuan pemerintah dengan lingkungannya).
Adapun menurut Anderson dalam Tangkilisan (2003 : 2),
kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh
badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah dimana implikasinya
dari kebijakan itu adalah: kebijakan publik memiliki tujuan
tertentu, berisi tindakan-tindakan pemerintah, merupakan hal-hal
yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah bukan apa yang
masih dimaksudkan untuk dilakukan, bisa bersifat positif
(tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu)
dan bersifat negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan
sesuatu). Kebijakan publik yang bersifat positif setidak-tidaknya
disarankan pada peraturan perundang-undangan yang bersifat
mengikat dan memaksa. Ini artinya, Peraturan Daerah Kota
Serang No. 4 Tahun 2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima (PKL) dianggap sebagai salah satu bagian
17
dari kebijakan public yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota
Serang dalam rangka memecahkan permasalahan Pedagang Kaki
Lima (PKL).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan
yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah
yang berisi tindakan-tindakan yang memiliki tujuan tertentu.
2.1.2 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Lester dan Stewart dalam Winarno (2007 : 101-102),
menjelaskan bahwa implementasi kebijakan dipandang dalam
pengertian luas merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai
aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama
untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang
diinginkan.
Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2006 : 139), implementasi
kebijakan ialah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya
dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-
perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau
keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan
masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau
sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan
atau mengatur proses implementasinya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa,
implementasi kebijakan publik pelaksanaan keputusan kebijakan
18
dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula
berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang
penting untuk mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi guna
meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.
2.1.3 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik
Dalam literatur ilmu kebijakan, terdapat beberapa model
implementasi kebijakan publik yang lazim dipergunakan. Beberapa
model implementasi kebijakan menurut para ahli antara
lainImplementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle, Implementasi
Kebijakan Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn,
Implementasi Kebijakan George C. Edward III, dan Implementasi
Kebijakan Model Mazmanian dan Sabatier.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori model
implementasi kebijakan publik yang dikembangkan oleh Merille S.
Grindle, karena dianggap relevan dengan materi pembahasan dari
objek yang diteliti.Hal ini bukan berarti bahwa peneliti menjustifikasi
teori-teori lain tidak relevan dengan perkembangan teori implementasi
kebijakan publik, melainkan lebih kepada mengarahkan peneliti agar
lebih focus terhadap variabel-variabel yang dikaji melalui penelitian
ini.Identifikasi masalah yang ditemukan sesuai jika dikaji dengan
menggunakan pendekatan Model Merille S. Grindle.
1. Implementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle
Menurut Grindle dalam Ali dkk (2012 : 96), Implementasi
kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks
19
implementasinya. Kedua hal tersebut harus didukung oleh
program aksi dan proyek individu yang didesain dan dibiayai
bedasarkan tujuan kebijakan, sehingga dalam pelaksaan kegiatan
akan meberikan hasil berupa dampak pada masyarakat individu
maupun kelompok serta perubahan dan penerima oleh masyarakat
terhadap kebijakan yang dilaksanakan. Indikator isi kebijakan
menurut Grindle :
1. Kepentingan yang dipengaruhi
Yaitu berkaitan dengan berbagai kepentingan yang
mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Dalam
indikator ini berargumen bahwa Implementasi Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima melibatkan banyak
kepentingan dan sejauhmana kepentingan-kepentingan
tersebut membawa pengaruh implementasi.
2. Tipe manfaat
Yaitu untuk menjelaskan dan menunjukan bahwa
dalam suatu kebijakan terdapat beberapa jenis manfaat yang
menunjuk dampak positif yang dihasilkan oleh
pengimplementasian suatu kebijakan. Dalam hal ini artinya
Implementasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung bagi para pedagang yang terkena dampak
peraturan tersebut untuk mensejahterakan mereka.
20
3. Derajat perubahan yang diharapkan
Yaitu setiap kebijakan mempunyai target yang hendak
dan ingin dicapai dan seberapa besar perubahan yang ingin
dicapai ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam indikator ini peneliti ingin
mengetahui seberapa jauh targer Implementasi Penataan
dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang,
terkait dengan relokasi serta cara pemberdayaan yang
diberikan kepada pedagang kaki lima apakah mampu
meningkatkan kesejahteraan mereka.
4. Letak pengambilan keputusan
Yaitu pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan
memegang peranan penting dalam pelaksanaan suatu
kebijakan. Dalam hal ini, ditinjau lebih jauh mengenai letak
pengambilan keputusan dalam menentukan pengambilan
keputusan dalam jumlah kuota pedagang kaki lima yang
akan di relokasi serta pemberdayaan apasaja yang sesuai
dengan kebutuhan pedagang untuk mencai keuntung bagi
mereka.
5. Pelaksana program
Yaitu dalam menjalankan suatu kebijakan atau
program harus didukung dngan adanya alas an pelaksana
kebijkan yang kompeten dan kapabel demi keberhasilan
21
suatu kebijakan. Dalam hal ini diharapkan seluruh jajaran
pelaksana program mampu menjalankan tugas yang optimal
6. Sumber daya yang dilibatkan
Yaitu pelaksana suatu kebijakan yang harus didukung
dengan adanya sumberdaya-sumberdaya yang mendukung
suatu kebijakan, terutama sumberdaya manusia yang
berperan penting terhadap kinerja dari suatu implementasi
kebijakan. Dalam ini berkaitan dengan poin 4 yang
dijelaskan di atas, serta adanya dukungan sumberdaya
lainnya.
Sementara itu dari isi yang mencakup hal-hal yang diatas
terdapat konteks implementasinya adalah sebagai berikut :
1. Kekuasaan, Strategi aktor yang terlibat
Yaitu dalam suatu kebijkan perlu diperhitungkan pula
kekuatan atau kekuasaan kepentingan serta strategi yang
digunakan oleh para aktor yang terlibat guna mempelancar
jalannya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan.
Diharapkan dalam Implementasi Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima di Kota Serang, seluruh pelaksana
mampu memberikan solusi yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ditentukan di lapangan.
2. Karakteristik lembaga dan penguasa
Yaitu lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut
dapat dilaksanakan juga berpengaruh terhadap
22
keberhasilannya. Makan pada bagian ini akan dijelaskan
karakteristik Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan
Kota Serang sebagai suatu lembaga yang turut mempengaruhi
suatu kebijakan.
3. Kepatutan daya tanggap
Yaitu sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksana
dalam menanggapi suatu kebijakan, hal ini berkaitan erat
dengan tercapainya kinerja pelaksana yang optimal.
Berkaitan pemindahan dan pemberian bekal kepada pedagang
kaki lima tersebut, diharapkan tidak terjadinya penyimpangan
oleh petugas.
2. Implementasi Kebijakan Model Donald Van Metter dan Carl
Van Horn
Model pendekatan top-down yang dirumuskan oleh
Donald Van Metter dan Carl Van Horn disebut juga dengan A
Model of The Policy Implementation. Menurut Agustino (2008 :
141), proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau
performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya
sengaja bertujuan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan
publik yang tinggi yang dalam hubungan berbagai variabel.
Menurut Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008
: 142), ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan
publik tersebut, yaitu :
23
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat
keberhasilannya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan
memang realistis dengan sosio-kultur yang ada di level
pelaksana kebijakan.
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat
tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya,
dan manusia adalah sumberdaya terpenting. Tahap-tahap
tertentu dari keseluruhan proses implementasi menuntut
adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai
dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang
telah ditetapkan secara politik.
3. Karakteristik Agen Pelaksana
Agen pelaksana meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian
kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja
implementasi kebijakan publik akan sangat banyak
dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan
para agen pelaksananya.
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen)
pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan
atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.
24
5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh,
karena semakin baik koordinasi komunikasi diaantara
pihak-pihak yang terlibat suatu proses implementasi, maka
asumsinya kesalahan akan sangat kecil terjadi.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak
kondusif dapat menjadi bang keladi dari kegagalan kinerja
implementasi kebijakan.
Karenanya upaya mengimplementasikan kebijakan
harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi
lingkungan eksternal.
3. Implementasi Kebijakan Model George C. Edward III
Model implementasi kebijakan yang berperspektif top-
down dirumuskan oleh George C. Edward III dalam Agustino
(2008 : 149) yang dinamakan dengan Direct and Indirect Impact
Implementation. Dalam pendekatannya, implementasi ini
menggunakan empat variabel yang dianggap menentukan
keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu :
1. Komunikasi
Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan menurut George C. Edward
III adalah komunikasi.Komunikasi menurutnya lebih lanjut
25
sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari
implementasi kebijakan publik.
2. Sumberdaya
Sumberdaya merupakan hal penting lainnya, menurut
George C. Edward III dalam mengimplementasikan
kebijakan. Indikator sumberdaya terdiri dari beberapa
elemen, yaitu (a) staff, (b) informasi, (c) wewenang, (d)
fasilitas.
3. Disposisi
Disposisi atau sikap para pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap
implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak
melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh
pejabat-pejabat tinggi.
4. Struktur Birokrasi
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya
kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak
kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan
menyebagiankan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak
efektif dan menghambat jalannya kebaikan.
4. Implementasi Kebijakan Model Mazmanian dan Sabatier
Dalam Nugroho (2011 : 629), dijelaskan bahwa model ini
dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier
(1983) yang mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya
26
melaksanakan keputusan kebijakan. Model Mazmanian dan
Sabatier disebut sebagai model Kerangka Analisis Implementasi
(A Framework From Implementation Analysis).Mazmanian dan
Sabatier mengklasifikasikan implementasi kebijakan ke dalam
tiga variabel.
Pertama, variabel independen, mudah tidaknya masalah
dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan
teknis pelaksana, keragaman objek, dan seperti apa yang
dikehendaki.
Kedua, variabel Intervening, yaitu variabel kemampuan
kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi dengan
indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori
kasual, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan hirarki
diantara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga
pelaksana, dan perekrutan pejabat pelaksana dan keterbukaan
kepada pihak luar, dan variabel di luar kebijakan yang
mempengaruhi proses implementasi yang berkenaan dengan
indikator kondisi sosio-ekonomi dan teknologi, dukungan publik,
sikap dan risorsis konsituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi,
dan komitmen dan kualitas kepemimpinan dari para pejabat
pelaksana.
Ketiga, variabel independen, yaitu tahapan dalam proses
implementasi dengan lima tahapan pemahaman dari
lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan
27
pelaksana, kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan atas hasil
nyata tersebut, dan pada akhirnya mengarah pada revisi atau
kebijakan yang dibuat atau dilaksanakan tersebut ataupun
keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.
2.1.4 Konsep Pedagang Kaki Lima (PKL)
Ada beberapa asal-usul penyebutan istilah PKL, salah satunya
dari trotoar buatan Belanda yang luasnya 1,5 meter (lima kaki).
Menurut seorang tokoh Indonesianis bernama Williamm Liddle,
aturan trotoar lima kaki justru berasal dari bahasa inggris, five foot
(lima kaki). Sementara menurut sumber lain, istilah PKL adalah untuk
menyebut pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda
gerobak ditambahkan dengan kaki pedagang, maka berjumlah lima,
maka disebutlah pedagang kaki lima atau PKL (Permadi, 2007 : 3-4).
Sementara dalam Perda Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014
dijelaskan bahwa pedagang kaki lima (PKL) adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha
bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota,
fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah kota dan/atau swasta baik
yang sementara/tidak menetap.
2.1.4.1 Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Menurut Perda Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Pasal
1, Penataan Pedagang Kaki Lima adalah upaya yang
dilakukan oleh pemerintah daerah melalui penetapan Lokasi
28
binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban
dan penghapusan Lokasi PKL dengan memperhatikan
kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi,
keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima adalah upaya yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha
dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan
iklim usaha dan pengembangan usaha terhadap PKL sehingga
mampu tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun
kuantitas usahanya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, maka berikut ini peneliti
akan memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
yang kurang lebih membahas topik yang relevan dengan peneliti yaitu
tentang Kebijakan yang mengatur mengenai Pedagang Kaki Lima (PKL).
Adapun hasil penelitian terdahulu tersebut yaitu :
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Ira Fitri tahun 2015 yang
berjudul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 19 Tahun
2001 Tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (Studi
Kasus Pada Pasar Pagi Kota Samarinda)”. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis Implementasi Peraturan Daerah Kota
Samarinda Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Pengaturan dan Pembinaan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Pagi Samarinda serta untuk mengetahui dan
29
menganalisis faktor penghambat Implementasi Peraturan Daerah Kota
Samarinda Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Pengaturan dan Pembinaan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Pagi Samarinda. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif serta menggunakan
teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Adapun hasil penelitian ini adalah Implementasi Peraturan Daerah
Kota Samarinda Nomor 19 Tahun 2001 Tentang Pengaturan dan Pembinaan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Pagi Samarinda masih belum optimal karena
belum adanya penyediaan sarana dan prasarana oleh pemerintah Kota
Samarinda khususnya Dinas Pasar Kota Samarinda serta masih belum
optimalnya penerapan sidak pasar yang dilakukan pemerintah Kota
Samarinda melalui Satpol PP karena saat sidak pasar berlangsung banyak
PKL yang sudah tau dan menghindari sidak dengan tidak berjualan pada
hari itu.
Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian peneliti yang
berjudul Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014
tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang
adalah terletak pada persamaan objek yang diteliti yaitu Peraturan Daerah
mengenai Pedangang Kaki Lima,serta terdapat persamaan lain yaitu pada
penggunaan metode penelitian yaitu kualitatif. Adapun perbedaanya adalah
penelitian di atas hanya mengambil studi kasus di satu tempat saja yaitu
Pedagang Kaki Lima di Pasar Pagi Kota Samarinda, sedangkan peneliti
mengambil studi kasus seluruh Pedagang Kaki Lima di Kota Serang.
30
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berfikir merupakan alur pemikiran dalam penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui sudut pandang peneliti dalam menjelaskan
permasalahan penenlitian. Penelitian mengenai Implementasi tentang
Penataan dan Pemberdayaan ini dirasa masih banyak menemukan
permasalahan yaitu; (1) Kurangnya Kesadaran PKL dalam relokasi yang
diberikan (2) Kurang tegasnya lembaga terkait dalam menerapkan sanksi
kepada para PKL yang melanggar larangan yang telah ditetapkan dalam
Perda Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 (3) Kurangnya sosialisasi
menyeluruh kepada berbagai elemen masyarakat mengenai Perda Kota
Serang Nomor 4 tahun 2014 (4) Kurangnya kordinasi antara dinas terkait,
Selanjutnya permasalah-permasalahan tersebut peneliti jadikan
sebagai input dalam proses penelitian. Kemudian dalam proses analisis
permasalahan tersebut penelitian menggunakan Grindle dalam Ali dkk
(2012 : 96) yang membagai implementasi kebijakan menjadi 2 bagian,
yaitu:
1. Isi Kebijakan
a. Kepentingan yang dipengaruhi
b. Tipe manfaat
c. Derajat perubahan yang diharapkan
d. Letak pengambilan keputusan.
e. Pelaksana program.
f. Sumber daya yang dilibatkan
31
2. Sementara itu dari isi yang mencakup hal-hal yang di atas terdapat
konteks implementasinya adalah sebagai berikut :
a. Kekuasaan, strategi aktor yang terlibat
b. Karakteristik lembaga dan penguasa.
c. Kepatutan daya tanggap
32
Implementasi Peraturan Daerah
Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014
tentang Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima di Kota Serang
Masalah-masalah yang diidentifikasi berdasarkan observasi awal :
1. Dari segi pendaftaran, masih banyak PKL yang belum menjalankan prosedur
pendaftaran PKL, sehingga PKL di Kota Serang terus menjamur.
2. Dari segi penempatan dan pemindahan PKL, banyak PKL yang berjualan di
tempat yang tidak semestinya, karena banyak PKL yang belum mendaftarkan
diri, dan belum mendapat tempat usaha atau TDU yang jelas.
3. Dari segi penetapan lokasi dan penghapusan lokasi PKL, kurangnya kesadaran
para PKL yang menilai bahwa tempat relokasi yang disediakan Disperindagkop
Kota Serang tepatnya di daerah Kepandean itu kurang strategis sehingga
mengurangi pendapatan mereka, dan kurang tegasnya lembaga terkait dalam
menerapkan sanksi kepada para PKL.
4. Dari segi peningkatan kemampuan berusaha, dari segi ini belum adanya
bimbingan dan pelatihan khusus dari pemerintah kepada para PKL untuk
meningkatkan kemampuan berwirausaha.
Model implementasi Merille S. Grindel dalam Ali dkk (2012:96),
Isi Kebijakan : Konteks implementasi
1. Kepentingan yang dipengaruhi 1. Kekuasaan, strategi aktor terlibat
2. Tipe manfaat 2. Karakteristik lembaga penguasa
3. Derajat perubahan 3. Kepatuhan daya tanggap
4. Letak pengambilan keputusan
5. Pelaksana program
6. Sumber daya yang dilibatkan
Output Penelitian :
Memahami persoalan dalam
Implementasi Perda Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang
Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir Penelitian
Outcome Penelitian :
Memberikan masukan kepada
Pemerintah Kota Serang dalam
meningkatkan Penataan dan
Pemberdayaan PKL di Kota Serang
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012 : 6), metode penelitian pendidikan dapat
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan
tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan
tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality
atau hal yang terpenting dan sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari
suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna
dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu
pengembangan konsep teori. Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti
ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan
yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu
resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam,
karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara
suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya (Satori dan
Komariah, 2009 : 22-23).
34
Pendapat lain menurut Moleong (2013 : 6), metode penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskriptif
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
3.2 Fokus Penelitian
Agar penelitian lebih terstruktur dan sistematis, maka ruang lingkup
penelitian difokuskan pada Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima di Kota Serang.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Dengan
ditetapkannya lokasi penelitian maka peneliti akan lebih mudah melakukan
penelitian karena objek dan tujuan sudah ditetapkan.
Adapun lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah Kota Serang.
Alasan kenapa memilih Kota Serang adalah karena Kota Serang merupakan
salah satu Kota yang menjadi pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan di
Propinsi Banten, sehingga di Kota Serang banyak terdapat Pedagang Kaki
Lima (PKL). Dan ironisnya, banyak PKL di Kota Serang yang dalam
kegiatannya banyak melanggar ketentuan sehingga hal inilah yang
mendorong peneliti untuk melakukan penilitian ini.
35
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-
konsep yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran
antara penulis dan pembaca. Konsep yang digunakan adalah
menggunakan teori model Implementasi Kebijakan Publik yang
dikemukakan oleh Merille S. Grindle dalam Ali dkk (2012 : 96)
yang membagi implementasi kebijakan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Isi Kebijakan
a. Kepentingan yang dipengaruhi
b. Tipe manfaat
c. Derajat perubahan yang diharapkan
d. Letak pengambilan keputusan.
e. Pelaksana program.
f. Sumber daya yang dilibatkan
2. konteks implementasinya.
1. Kekuasaan, strategi aktor yang terlibat
2. Karakteristik lembaga dan penguasa.
3. Kepatutan daya tanggap
36
3.4.2 Definisi Operasional
Pada penelitian Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang
Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima di Kota Serang, teori yang digunakan adalah teori
Implementasi menurut Merille S. Grindle karena paling tepat untuk
menjawab pertanyaan rumusan masalah. Berikut rincian dari dimensi
dan indikator yang digunakan, yaitu :
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara Penelitian
Indikator Sub Indikator Pertanyaan Kode
Informan
Isi Kebijakan
Kepentingan yang
dipengaruhi
Tipe Manfaat
Derajat Perubahan
yang diharapkan
1. Apakah yang
melatarbelakangi
diberlakukannya
Perda ini ?
1. Bagaimana
manfaat yang
dirasakan dari
pelaksanaan perda
tersebut?
1. Apa perubahan yang
diinginkan dari
I1.1 , I1.2, I1.3
I1.4, I1.5, I1.6,
I1.7, I1.8, I1.9
I1.1 , I1.2, I1.3
I1.4, I1.5, I1.6,
I1.7, I1.8, I1.9
I2.1, I2.2, I2.3
I1.1 , I1.2, I1.3
37
Letak pengambilan
keputusan
Pelaksana program
Sumber daya yang
dilibatkan
adanya perda
tersebut ?
1. Siapakah yang
berwenang dalam
memberikan sanksi
terhadap
pelanggaran perda
tersebut?
1. Siapa saja yang
menjadi
pengimplementator
dari perda tersebut?
1. Bagaimana
terkesediaan sarana
dan prasarana
dalam pelaksanaan
perda tersebut ?
I1.4, I1.5, I1.6,
I1.7, I1.8, I1.9
I2.1, I2.2, I2.3
I1.1 , I1.2, I1.3
I1.1 , I1.2, I1.3
I1.4, I1.5, I1.6,
I1.7, I1.8, I1.9
I1.1 , I1.2, I1.3
I2.1, I2.2, I2.3
Konteks
Implementasi
Kekuasaan,
strategi aktor yang
terlibat
1. Strategi apa yang
dipergunakan
dalam proses
pengimplementasia
n perda ?
I1.1 , I1.2, I1.3
I1.4, I1.5, I1.6,
I1.7, I1.8, I1.9
38
Karakteristik
lembaga dan
penguasa
Kepatuhan daya
tanggap
2. Bagaimana
pandangan dari
kepemimpinan
Disperindagkop
selaku pelaku
teknis dalam
menjalankan
implementasi
kebijakan?
1. Bagaimana
kepatuhan para
aktor yang terlibat
dengan perda
tersebut ?
I1.4, I1.5, I1.6,
I1.7, I1.8, I1.9
I2.1, I2.2, I2.3
I1.1 , I1.2, I1.3
I1.4, I1.5, I1.6,
I1.7, I1.8, I1.9
(Sumber : Peneliti, 2017)
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012 : 305) yang
menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu,
peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Peneliti kualitatif sebagai Human Instrument,berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
39
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya.
Dalam penelitian ini, yang memjadi data primer adalah data yang
berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil
wawancara dan observasi. Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan
berupa dokumen tertulis. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan dalam
pengumpulan data antara lain: paduan wawancara, alat perekam, dan buku
catatan.
3.6 Informan Penelitian
Informan penelitian merupakan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini. Adapun teknik pengambilan data dari informan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dan teknik ini cocok
digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak
melakukan generalisasi (Sugiyono, 2012 : 124).
Untuk mengetahui informan dalam penelitian ini, maka berikut ini
akan diuraikan daftar informan yang berkaitan dalam penelitian ini yaitu
Tabel 3.2
Daftar Informan Penelitian
No Informan Keterangan
Instansi Pemerintah
1. Kasi Pengelolaan dan Pengembangan Pasar
Disperindagkop Kota Serang (Sebagai
stakeholder)
2. Kepala UPTD Pasar Disperindagkop Kota
Key Informan
40
Serang. (Sebagai stakeholder)
3. Penegakan Produk Hukum Daerah Satpol PP
Kota Serang (Sebagai stakeholder)
4. Kasi Trantib Kec. Serang (Sebagai
stakeholder)
5. Kasi Trantib Kec. Cipocok Jaya. (Sebagai
stakeholder)
6. Kasi Trantib Kec. Curug (Sebagai stakeholder)
7. Sekretaris Camat Kec. Taktakan. (Sebagai
stakeholder)
8. Kasi Ekonomi Pembangunan Kec. Kasemen.
(Sebagai stakeholder)
9. Kasi Trantib Kec. Walantaka. (Sebagai
stakeholder)
Masyarakat
1. Pedagang Kaki Lima (yang berdampak
langsung)
2. Pengguna Jalan Raya (sebagai penakai trotoar
)
3. Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima Kota
Serang
Secondary
Informan
(Sumber : Peneliti, 2017)
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Fase terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data.
Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis
untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitan kualitatif teknik
pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber,
dan berbagai cara (Satori dan Komariah, 2009 :103).
41
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini antara lain :
1. Observasi
Observasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
pengamatan atau peninjauan secara cermat. Observasi adalah
pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian (Satori dan Komariah, 2009 : 104-105).
Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan peneliti adalah
observasi non partisipatif, yaitu observasi yang dilakukan dimana si
peneliti mengamati perilaku dari jauh tanpa ada interaksi dengan
subjek yang sedang diteliti (Satori dan Komariah, 2009 : 119). Jadi
dapat dikatakan bahwa peneliti melakukan pengamatan tanpa harus
menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.
2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2012 : 317)
wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Adapun
wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
wawancara bertahap, yaitu wawancara yang mana peneliti
melakukannya dengan sengaja datang berdasarkan jadwal yang
ditetapkan sendiri untuk melakukan wawancara dengan informan dan
peneliti tidak sedang observasi partisipasi, sifat wawancaranya tetap
42
mendalam dengan merujuk pada pokok-pokok wawancara (Satori dan
Komariah, 2009 : 131). Dalam hal ini peneliti menentukan orang atau
badan yang akan di wawancara adalah orang yang terkait langsung
serta bersentuhan langsung dengan perda, seperti pedagang kaki lima
serta pemilik rumah yang halaman atau depan rumah mereka di
tempati oleh pedagang atau masyarakat lainnya yang terkena dampak
dari penataan yang anjurkan dinas terkait dan juga berapa lama
penjual tersebut membuka usaha tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. (Sugiyono, 2012 : 329).
Dengan teknik dokumentasi, peneliti dapat memperoleh
informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka
memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari
dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya,
karya seni, dan karya pikir. Studi dokumen dalam penelitian kualitatif
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan
data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah
secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah keperayaan
dan pembuktian suatu kejadian (Satori dan Komariah, 2009 : 148-
149). Dalam ini peniliti akan meneyertakan dokumentasi seperi foto
43
dilapangan yang terkait dengan perda serta menampilkan isi dari
peraturan daerah
3.8 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2013 : 248) analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, menistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Adapun teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah teknik analisis data Model Miles and Huberman (Sugiyono, 2012
: 337) sebagai berikut :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan
“yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
44
kualitatif adalah dengan teks yang berbentuk naratif”. Dengan
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah difahami tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion Drawing/Verification)
Langkah akhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
3.9 Uji Keabsahan Data
Suatu penelitian harus mengandung nilai terpercaya dan peneliti harus
mampu mempertanggungjawabkan penelitiannya, untuk itu digunakan uji
keabsahan data. Menurut Sugiyono (2012 : 366) terdapat 4 macam uji
keabsahan data dalam penelitian kualitatif yaitu meliputi uji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(reliabilitas), dan confirmability (obyektifitas). Adapun dalam penelitian ini,
peneliti hanya menggunakan uji credibility yang dilakukan melalui dua
teknik pemeriksaan, yaitu triangulasi dan member check.
1. Triangulasi
45
Dalam pengujian kredibilitas triangulasi ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
3) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
melalui pengecekan data dengan waktu dan situasi yang berbeda
dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan
kepastian datanya.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan triangulasi
sumber dan triangulasi teknik.
2. Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati
46
oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin
kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan
berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka
peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila
perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan
harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
3.10 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti bagaimana Implementasi
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 tahun 2014 tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang. Adapun waktu
penelitian ini dimulai dari September 2017.
47
Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Bulan, Tahun 2017-2018
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Observasi Awal
2 Penyusunan
Proposal
3 Bimbingan dan
perbaikan Proposal
4 Seminar Proposal
5 Pengumpulan dan
Pengolahan Data
6 Penyusunan Bab 4-
5
7 ACC Sidang Skripsi
8 Sidang Akhir
Sumber : Peneliti 2017
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Profil Kota Serang
Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran dari
Kabupaten Serang Provinsi Banten. Sebagai ibukota provinsi,
kehadirannya adalah sebuah konsekuensi logis dari keberadaan
Provinsi Banten. Terdiri dari 6 (enam) Kecamatan yaitu; Kecamatan
Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Kasemen, Kecamatan
Walantaka, Kecamatan Curug dan Kecamatan Taktakan. Kota Serang
memiliki luas wilayah 266,77 Km2 dengan jumlah penduduk sekitar
523.384 jiwa.
Batas wilayahnya diantaranya adalah sebelah Utara yaitu Teluk
Banten Sebelah Timur yaitu Kecamatan Pontang dan Kecamatan
Keragilan Kabupaten Serang, sebelah Selatan yaitu Kecamatan
Cikeusal, Kecamatan Petir dan Kecamatan Baris Kabupaten Serang
serta Sebelah Barat yaitu Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Waringin
Kurung dan Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang.
Dari 6 (enam) Kecamatan tersebut terdiri dari 20 kelurahan dan
46 Desa. Kota ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007
bedasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang pembentukan Kota
Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang disahkan 17 Juli 2007
49
kemudian dimasukan dalam lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007
dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748, tanggal 10 Agustus
2007. Sebelumnya, pemerintahan Provinsi Banten dalam
memperceptan terwujudnya pemerintahan Kota Serang telah
mempersiapkan empat kelompok kerja (Pokja) yang akan bekerja
sebelum ditetapkan Pejabat WaliKota Serang. Keempat pokja tersebut
terdiri dari Pokja Personil, Pokja Keuangan perlengkapannya dan
Pokja Partai Politik.
Pembentukan dan susunan personil masing-masing pokja diisi
oleh pejabat Pemprov Banten dan Pemkab Serang. Untuk
menjalankan roda pemerintahan sebelum diselenggarakan pilkada.
Asisten Daerah (Asda) 1 Pemprov Banten Asmudji HW akhirnya
terpilih sebagai Depdagri menyaring nama calon yang diajukan
Gubernur Banten saat itu.
Asmudji dilantik di Jakarta oleh mendagri pada tanggal 2
November 2007. Bedasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007
tentang pembentukan Kota Serang. Pertimbagan pembentukan Kota
Serang adalah perlunya peningkatan penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik guna terwujudnya
kesejahteraan masyarakatnya.
Pada 5 Desember 2008 melalui pemilihan kepala daerah
langsung dilantuk WaliKota dan Wakil WaliKota Serang definitif.
Sejak saat itu hingga 5 tahun ke depan Kota Serang akan dipimpin
oleh duet kepemimpinan H. Bunyamin dan TB. Chaerul Jaman yang
50
mengusung visi terwujudnya landasan Kota Serang yang global dan
berwawasan lingkungan dan misi menyiapkan proses perencanaan tata
ruang. Pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah Kota Serang. Menyiapkan tata pemerintahan yang baik dan
benar. Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku ekonomi
di berbagai sektor. Mengingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
melalui pendidikan formal dan non formal yang terjangkau dan
berkualitas.
4.1.1.1 Keadaan Geografis Kota Serang
Kota Serang secara geografis terletak antara 5099’-60
22’ Lintang Selatan dan 1060 07’1060 25’ Bujur Timur.
Apabila memakai kordinat system UTM (Universal Transfer
Mercator) zona 48E wilayah Kota Serang terletak pada
kordinat 610.800 m sampai dengan 638.000 m dari Barat ke
Timur dan 9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m dari
Utara ke Selatan. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari
Utara ke Selatan adalah sekitar 21,7 Km dan jarak terpanjang
dari Barat ke Timur adalah 20 Km. Sebelah Utara Kota
Serang berbatasan dengan Kabupaten Serang, begitu juga di
sebelah Selatan dan disebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Serang.
Kota Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat
pemerintahan Provinsi Banten, juga sebagai daerah alternatif
51
penyangga (hinterland) ibukota Negara, karena di Provinsi
DKI Jakarta hanya berjarak sekitar 70 Km, wilayah Kota
Serang sebagian besar adalah daratan rendah yang memiliki
ketinggian kurang dari 500 mdpl dan beriklim tropis dengan
curah hujan yang cukup tinggi dengan ukuran tertinggi dalam
sebulan 70mm dan rata-rata 19 hari hari hujan.
4.1.1.2 Slogan Kota Serang Madani
Menegaskan tujuan pemerintahan Kota Serang untuk
mewujudkan Kota Serang yang madani, yang pada dasarnya
mempunyai prinsip sebagai berikut :
1) Menghormati kebebasan beragama (5 agama yang diakui
pemerintah Indonesia yang tertera dalam Undang-
Undang Dasar 1945)
2) Menjaga persaudaraan antar umat beragama
3) Menjaga perdamaian dan kedamaian
4) Menjaga kesatuan
5) Etika politik yang bebas bertanggung jawab
6) Pemerintahan yang melindungi hak dan kewajiban warga
negara (masyarakat)
7) Konsistensi penegakan hukum bedasarkan kebenaran dan
keadilan
8) Terciptanya penegakan hukum bedasarkan kebenaran
dan keadilan
52
9) Menghormati hak-hak azasi individu
10) Selalu berada dalam koridor agama
Semua itu diharapkan bisa terwujud dalam
pemerintahan Kota Serang yang bersih, adil, bertanggung
jawab, agung dan berwibawa, sehingga bisa menciptakan
masyarakat Kota Serang yang sejahtera di semua bidang
(sosial, politik, budaya dan pendidikan).
4.1.1.3 Visi- Misi Kota Serang
1) Visi
Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan,
pelayanan pimpinan dan pelayanan publik di bidang
informasi dan kehumasan yang berkualitas
2) Misi
a. Mengembangkan aparatur kehumasan yang
professional dalam mengolah informasi
b. meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang
informasi dan komunikasi
c. meningkatkan kualitas dan kuantitas system
informasi dan komunikasi
Dalam penelitian tentang Penataan dan Pemberdayaan
PKL di Kota Serang ada beberapa instansi yang terkait dalam
penanganannya, yaitu Disperindagkop Kota Serang, Satpol
53
PP Kota Serang dan Kecamatan yang berada dalam wilayah
Kota Serang.
4.1.2 Profil Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota
Serang
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman
Modal dibentuk bedasarkan Perda/Perwal No. 3 Tahun 2007 tanggal
27 Nobember 2007 yang pada waktu itu beralamat di Gedung Balai
Kota Jl. Jendral Sudirman No.5. Pada tanggal 05 November 2008
pindah alamat di Jl. Letnan Jidun No.4 Kepandean.
Bedasarkan PP 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah dan dikeluarkanlah Perda No.9 Tahun 2008 tentnag
Pembentukan dan susunan Organisasi Dinas Daerah yang didalamnya
terdapat Dinas Perindustrian,, Perdagangana dan Koperasi.
Terdapat 3 bagian pada dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi dan UMKM. Masing-masing mempunyai 3 seksi pada
bidangnya, seperti bidang perindustrian mempunyai Seksi Industri
Kimia dan Hutan, Seksi Industri Argo, Aneka dan Kerajinan, Seksi
Industri Logam, Mesin, Elektronik dan Tekstil. Pada bidang
perdagangan mempunyai Seksii Perdagangan Dalam Negri dan Luar
Negri. Seksi Pengelolaan Informasi dan Perlindungan, Seksi
Pengelolaan dan Pengembangan Pasar. Pada bidang Koperasi dan
UMKM mempunyai Seksi Bina Koperasi, Seksi Bina Usaha Mikro
dan Menengah, Seksi Fasilitas dan Kemitraan.
54
Selain itu juga Disperindagkop Kota Serang mempunyai Unit
Pelaksana Terkait Daeerah (UPTD) Pasar yang membidangi untuk
Pasar Rau, Pasar Lama, Pasar Kepandean, Pasar Kaloran, Pasar
Banten Lama dan Pasar Karangantu. Dengan adanya UPTD pasar di
beberapa pasar tradisional di Kota Serang diharapkan dapat
meningkatkan keamanan dan ketentraman untuk pedagang yang
berjualan di pasar-pasar tersebut dengan adanya peran pemerintah
dalam menertibkan lokasi dagang.
4.1.2.1 Visi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota
Serang
Perumusan visi dan misi Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kota Serang berpodaman visi dan
misi pembangunan Kota Serang tahun 2014-2018. Visi
Pembangunan Kota Serang yaitu “Terwujudnya Kota Serang
Madani sebagai Kota Pendidikan yang Bertumpu Pada Potensi
Perdagangan , Jasa, Pertanian dan Budaya”. Pembangunan
Kota Serang mempunyai lima pilar penting, yaitu:
1) Pembangunan dan peningkatan infrastruktur;
2) Pembangunan dan peningkatan kualitas pendidikan;
3) Pembangunan dan peningkatan kualitas kesehatan;
4) Peningkatan ekonomi kerayatan serta optimalisasi potensi
pertanian dan kelautan;
55
5) Peningkatan tata kelola pemerintahan, hukum dan
peningkatan penghayatan terhadap nilai agama.
Fungsi pelayanan dari Dinas Perdagangan, Perindustrian
dan Koperasi Kota Serang, yaitu khususnya pada pilar
pembangunan Kota Serang yang ke 4. “Meningkatkan
Perekonomian Daerah melalui Penciptaan Iklim Usaha dan
Investasi yang Kondusif serta perkuatan ekonomi kerakyatan
(bagi berkembangnya usaha kecil dan menengah dan koperasi
serta industri) yang mampu mendayagunakan Potensi Daerah
(Pemanfaatan SDA dan Sosial) secara berkelanjutan”.
Kemudian Lima Pilar Pembangunan Kota Serang yang ke-4
adalah “Peningkatan Ekonomi Kerakyatan serta Optimalisasi
Potensi Pertanian dan Kelautan”
Dengan demikian Visi Disperindagkop Kota Serang
ialah “Terwujudnya Pelaku Usaha yang berdaya Saing,
Modern, Maju, dan Mandiri sebagai motor penggerak
perekonomian daerah dalam membangun Kota Serang
Madani”. Diharapkan dengan adanya visi Disperindagkop
Kota Serang bisa menjadi pemacu pegawai dalam menertibkan
sekaligus membangkitkan perekonomian rakyat dalam
berwirausaha. Makna dan visi Disperindagkop Kota Serang
ialah:
56
a) Pelaku Usaha: Pelaku Usaha adalah semua orang yang
terlibat dalam menngerakan sektor perekonomian melalui
kegiatan perdagangan barang dan jasa.
b) Bedaya Saing: Kemampuan berahan dan Pelaku Usaha
maupun Produknya dalam memasuki persaingan di dunia
usaha.
c) Modern: Adanya sentuhan penggunaan teknologi dan
mesin dari Pelaku Usaha maupun Produknya dalam
memasuki persaingan di dunia usaha.
d) Maju: Kemampuan pelaku usaha dalam peningkatan
pengembangan usaha maupun pendapatan usahanya.
e) Mandiri: Kemampuan dari pelaku usaha dalam memenuhi
kebutuhan usahanya.
f) Motor penggerak Perekonimian Daerah: Kemampuan
pelaku usaha dalam menjalankan roda perekonomian
daerah.
4.1.2.2 Misi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota
Serang
Guna mendukung visi Disperindagkop Kota Serang,
maka di rumuskanlah 6 misi yang mefokuskan tujuan dan
sasaran dalam rangka melakukan pembangunan di bidang
perekonomian sektor informal di wilayah Kota Serang.
Misi Tersebut Antara Lain :
57
1. Mewujudkan terbentuknya aparatur yang disiplin dan
bertanggungjawab;
2. Mewujudkan Pengembangan Idustri Kecil Menengah yang
Pontesial;
3. Melaksanakan Pemgembangan Aktivitas Perdagangan
Barang dan Jasa;
4. Melaksanakan Kapasitas dan Kimitraan Koperasi;
5. Mengembangkan Kapasitas dan Kualitas Usaha Kecil
menengah.
6. Mengembangkan Kapasitas dan Distribusi Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Adapun tujuan dari misi Disperindagkop adalah sebagai
berikut:
1. Terciptanya penguatan basis ekonomi kerakyatan dan
perluasan lapangan kerja melalui kegiatan industry kecil
dan dagang kecil, kerajinan, industri rumah tangga dan
pedasaan;
2. Terciptanya iklm usaha yang kondusif untuk tumbuh dan
berkembangnya usaha perindustrian, perdagangan, energy
dan sumber daya mineral menjadi sistem distribusi yang
efisien dan efektif guna menjamin ketersediaan kebutuhan
pokok masyarakat dengan harga yang layak dan
terjangkau oleh masyarakat, serta perlindungan konsumen;
58
3. Tersedianya kompetensi SDM idustri dan niaga bagi
pelayanan teknis teknologi dan kemetrologian;
4. Ketersediaan sistem layanan komunikasi dan informasi
pasar bagi peningkatan kompetensi pelaku usaha
menghadapi persaingan global;
5. Meningkatkan koperasi mandiri
6. Meningkatkan kualitas sumber daya, pelaku koperasi dan
UMKM serta pengembangan kelembagaan Koperasi
UMKM.
7. Meningkatkan produktivitas daya saing dan fungsi pasar
dalam berbagai sektor dan kegiatan usaha;
8. Meningkatnya dukungan database yang akurat tentang
Koperasi dan UMKM;
4.1.2.3 Sasaran Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Koperasi
Kota Serang
Sasaran adalah penjabaran tujuan secara terukur, yaitu
sesuatu yang akan dicapai/ dihasilkan secara nyata oleh Dinas
Perdangangan, Perindustrian dan Koperasi Kota Serang dalam
jangka waktu tahunan, sampai lima tahun mendatang. Sasaran
di dalam Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Kota
Serang Tahun 2014-2018 adalah :
1. Berkembangnya industry kecil dan kerajinan rakyat yang
berkualitas.
59
2. Terkendalinya pemanfaatan dan penggunaan kawasan
perdagangan dan jasa Kota Serang.
3. Tertatanya sektor informasl perkotaan dan tradisional di
desa.
4. Peningkatan usaha koperasi dan UKM sebagai pelaku
ekonomi yang mandiri.
5. Terkendalinya Pemanfaatan dan Penggunaan Energi dan
Sumber Daya Mineral di Kota Serang.
4.1.3 Profil Satpol PP Kota Serang
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang dibentuk bedasarkan
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang yang mempunyai
tugas pokok membantu Walikota dalam memelihara dan
menyelenggarakan ketentraman dan kertetiban umum serta
menegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan Keputusan
Walikota.
Terdapat permasalahan yang terlihat kasat mata diantaranya
adalah pelanggaran hukum yang tertian dalam Peraturan Daerah yang
merupkan kebijakan Pemerintah Daerah. Yang perlu ditegakkan
antara lain, maaraknya PKL, becak, Gelandangan dan pengemis.
Beredarnya minumam keras dan adanya warung remang-remang yang
identik dengan mangkalnya pekerja seks komersial dan pelanggaran-
pelanggaran perjanjian laiinnya.
60
Dengan teridentifikasinya permasalahan-permasalahan tersebut
di atas, maka Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang telah
melaksanakan langkah baik secara prevensi representative dalam
menyelesaikan permasalahan baik sebelum terjadi saat terjadi maupun
sesudah terjadi sehingga diharapkan masalah-masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan komprehensif.
Penyelesaian masalah tidaklah mudah karena banyak faktor-
faktor yang menjadi kendala baik yang berasal dari faktor internal
maupun eksternal. Faktor internal seperti kurangnya personil, belum
maksimal waktu sosialisasi serta minimnya sosialisasi kepada
masyarakat tentang peraturan-peraturan yang diberlakukan di Kota
Serang. Sedangkan dari faktor eksternalnya minimnya tingkat
pendidikan masyarakat, dan terbatasnya lokasi untuk area pedagang
informal dan belum tersedianya tempat rehabilitas sosial bagi penyakit
masyarakat.
Disamping kelemahan yang menjadi penghambat juga terdapat
faktor kekuatan yang menjadi peluang, kemudian faktor-faktor itu di
tuangkan dalama Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
didalamnya terkandung visi, misi, kebijakan, program dan kegiatan
yang kemudian hal-hal tersebut dapat menjadi cerminan kinerja
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang.
61
4.1.3.1 Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang
Visi dan misi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Serang secara umum, visi merupakan cara pandang jauh ke
depan, kemana suatu organisasi dibawa agar tetap dapat eksis.
Visi Organisasi harus merupakan gambaran yang menantang
tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi
di tahun yang akan datang, sesuai dengan sifat perencaan
Strategi Manajemen Satuan Polisi Pamong Praja yang
merupakan perencanaan jangka panjang, selain itu juga peran
Satuan Polisi Pamong Praja agar diarahkan untuk mendukung
pencapaian visi dan misi Kota Serang. Seiring dengan upaya
tersebut, maka visi dari Polisi Pamong Praja Kota Serang
adalah “Terwujudnya Aparatur Daerah Kota Serang yang
berkualitas Dalam Penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan
Kepala Daerah”.
Misi merupakan suatu yang harus dilaksanakan agar
tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik
dan sesuai dengan apa yang ditetapkan.
Adapun misi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota
Serang adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap aturan
norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan
norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang
di masyarakat.
62
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat menyelesaikan
perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketentraman dan kertetiban umum.
3. Meningkatkan pemeliharaan dan penyelenggaraaan
ketentraman dan ketertiban daerah.
4. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi dan
mentaati Peraturan Daerah dan Keputusan Daerah.
4.1.4 Profil Kecamatan di Kota Serang
Kecamatan Serang adalah satu dari enam Kecamatan yang ada
di wilayah Kota Serang yang telah terbentuk bedasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kota Serang di
Provinsi Banten yang terdiri dari 12 kelurahan.
Peraturan Walikota Kota Serang Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan dan Kelurahan Kota Serang
secara umum merupakan hal-hal yang harus bahkan wajib dikerjakan
oleh seorang anggota organisasi atau pegawai dalam suatu instansi
secara rutin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk
menyelesaikan program kerja yang telah dibuat berdasarkan tujuan,
visi dan misi suatu organisasi. Setiap pegawai seharusnya melakukan
kegiatan yang lebih rinci yang dilaksanakan secara jelas dan dalam
setiap bagian atau unit. Rincian tugas-tugas tersebut digolongkan ke
dalam suatu praktis dan konkrit dengan kemampuan dan tuntutan
masyarakat.
63
Kecamatan Serang terbagi menjadi dua belas kelurahan, yaitu
Kelurahan Serang, Kelurahan Cipare, Kelurahan Sumurpecung,
Kelurahan cimuncang, Kelurahan Kotabaru, Kelurahan Lontarbaru,
Kelurahan Kagungan, Kelurahan Lopang, Kelurahan Unyur,
Kelurahan Kaligandu, Kelurahan Terondol. dan Kelurahan Sukawana,
dengan ibukota Kecamatan di Kelurahan Kaligandu.
Kecamatan Serang sebagai salah satu SKPD yang harus
mensukseskan visi RPJMD Walikota dan Wakil Walikota Serang
periode 2014-2018 dan berupaya mensinergikan visi tersebut ke dalam
Visi Renstra Kecamatan Serang, maka Kecamatan Serang menyusun
Visi Kecamatan Serang periode 2014-2018 adalah “Terwujudnya
Kecamatan Serang Yang Unggul dalam Pelayanan Prima dan
Partisipatif dalam Pembangunan”
a) Terwujudnya adalah menjadikannya benar-benar ada.
b) Unggul adalah lebih dalam suatu hal dibandingkan dengan orang
lain.
c) Pelayanan prima adalah terjemahan dari “excellent servise”, yang
berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik.
d) Partisipatif dalam pembangunan adalah berperan dan melibatkan
masyarakat secara aktif dalam proses atau alur tahapan program
dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencaan,
pelaksanaan kegiatan baik berupa sumbangan tenaga, pikiran atau
dalam materil untuk menggali dan membangun potensi Daerah
Kota Serang khusus di Wilayah Kecamatan Serang.
64
Berdasarkan definisi visi tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa
Kecamatan Sereang ingin menjadikan Kecamatan Serang memiliki
akses pelayanan terbaik di kelasnya dan dapat berperan aktif bagi
masyarakat dalam pembagunan dan pengembangan potensi wilayah
mulai dari perencanaan hingga pengawasan.
Maka unutk merealisasikan visi Kecamtan Serang sebagaimana
dinyatakan di atas, akan di laksanakann melalui 4 misi yaitu:
Misi ke 1: Menyelenggarakan pelayanan publik yang professional
berbasis teknologi informasi.
Misi ke 2 : Meningkatkan kapasitas kelembagaan melalui pembinaan
pemberdayaan dan pelatihan.
Misi ke 3 : Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pengembangan potensi dan pembangunan di wilayahnya.
Misi ke 4 : Mewujudkan Kondisi Lingkungan sosial yang aman, tertib
dan berbudaya.
Selain itu juga ada Kecamatan Curug yang termasuk dalam
cakupan wilayah Kota Serang dan berkaitan program Peraturan
Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan PKl.
Kecamatan Curug merupakan wilayah pembangunan bagian
Selatan dari Kota Serang. Wilayah Pembangunan Bagian Selatan ini
65
diarahkan dengan fungsi utama Pemerintahan/perkantoran,
perumahan, perdagangan dan jasa serta sebagai fasilitas umum.
Kecamatan Curug merupakan wilayah Kota Serang yang
menjadi Pusat Kawasan Pemerintahan Propinsi Banten. Tepatnya di
Desa Sukajaya telah dibangun beberapa kantor Pemerintahan dan
hingga saat ini masih terus berkembang yang disebut dengan KP3B
yaitu Kawasan Pusat Pemerintahan Propinsi Banten.
Secara geografis Kecamatan Curug berada di wilayah Selatan
Kota Serang. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cipocok
Jaya, sebelah Selatan berbataasan dengan Kecamatan Baros
kecamatan Serang, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Pabuaran Kabupaten Serang dan sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang.
Bentuk topografi wilayah Kecamaatan Curug sebagian besar
merupakan daratan, dengan ketinggian rata-rata kurang dari 60m dari
permukaan laut.
Bedasarkan Perda Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
di undang-undang-kan pada tahun 2012. Kecamatan Curug akan
dijadikan salah satu daerah perdagangan dan jasa di Kota Serang.
Yang semula Kecamatan Curug dominan dengan peternakan maka
mulai tahun 2011 Pemerintah Kota Serang tidak akan memberi iji
pembukaan usaha peternakan di Kecamatan Curug dan secara
bertahap lokasi peternakan akan dipindah ke Kecamatan Taktakan.
Menurut pernyataan dari Kasi Ekbang Kecamatan Curug, sampai saat
66
ini Kecamatan Curug sendiri belum mempunyai pasar tradisional yang
beroperasi tetap atau mempunyai jam aktifitas yang pasti. Selama ini
pedagang yang berasal dari Kecamatan Curug menjajakan
dagangannya ke luar daerah, seperti pedagang sayuran yang sebagian
berjualan di pasar tradisional Rau dan Pasar Lama.
Kecamatan Walantaka sedikit berbeda dengan kondisi di
Kecamatan Curug, Kecamatan Walantaka mempunyai satu pasar
tradisional yang masuk dalam wilayah Kecamatan Walantaka, yaitu
pasar Kalodran. Salah satu pendukung berjalannya roda perekonomian
di Kecamatan Walantaka adalah sektor pertanian. Data yang tercatat
pada Dinas Pertanian Kota Serang, padi dan palawija yang terdapat di
Kecamatan Walantaka adalah pada yang terdiri dari padi sawah serta
palawija yang terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah.
Dengan ketersediaan pasar tradisional yang berfungsi dalam
kegiatan jual-beli di kawasan Kecamatan Walantaka, diharapkan bisa
mengatasi kesulitan pemasaran hasil industri rumah tangga dan
mengatasi pengangguran yang cukup tinggi karena Kecamatan
Walantaka memiliki misi yang mendukung program-program
pembangunan dan pemerintahan Walikota Serang dan misinya adalah
menjadikan masyarakat Kecamatan Walantaka terdepan dalam
pembangunan di Kota Serang.
Kecamatan Cipocok Jaya merupakan pemekaran dari
Kecamaan Serang. Letak kecamatan Cipocok Jaya membujur dari
Selatan ke Timur seakan melingkari Kecamatan induknya yaitu
67
Kecamatan Serang. Menurtut pembagian wilayah pengembagan
Tengah, dengan peruntukan sebagai pusat pemerintahan/perkantoran,
perdagangan jasa, perumahan/pemukiman, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial dan fasilitas umum.
Kecamatan Cipocok Jaya secara administratif terdiri dari 8
kelurahan dengan ibukota Kecamatan terletak di Kelurahan Cipocok
Jaya, berjarak 5 Km dari pusat pemerintahan Kota Serang, dengan
kordinat Garis Lintang 6,0812 Lintang Selatan dan Garis Bujur
106,1036 Bujur Timur sedangkan ketinggian rata-rata kurang dari 60
m dari permukaan laut. Sebagian kecil wilayah Kecamatan Cipocok
Jaya adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cibanten, satu-satunya
sungai besar yang membelah Kota Serang.
Sektor perekonomian informasl di Kecamatan Cipocok Jaya
dalam bidang terbaiknya ialah perkebunan yang mana dijual di pasar-
pasar tradisional di Kota Serang maupun di pasar-pasar tradisional di
kota lain.
Kecamatan Taktakan merupakan pembangunan bagian Barat
dari Kota Serang yang berjarak 5,8 KM dari Kantor Gubernur Banten
dan 12,6 KM dari Kantor Walikota Serang. Wilayah Pembangunan
Bagian Barat ini diarahkan dengan fungsi utama perkantoran,
perdagangan, perumahan dan fasilitas umum dengan pusatnya
diarahkan di Desa Dragong dan Taman Baru.
Salah satu pendukung berjalannya roda perekonomian di
Kecamatan Taktakan adalah sektor pertanian. Data yang tercatat pada
68
Dinas Pertanian Kota Serang, padi dan palawija yang terdapat di
Kecamatan Taktakan adalah padi yang terdiri dari padi sawah dan
padi lading palawija uang terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah dan kacang hijau.
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang
telah didapatkan dari observasi penelitian. Dalam penelitian mengenai
Implementasi Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 1014 Tentang Penataan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang Tahun 2018, peneliti
menggunakan Merille S. Grindel. Teori tersebut dinilai dan dianggap lebih
rasional dan tepat untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada
pada Implemtasi Perda ini. Adapun isi kebijakan dan konteks implementasi
sangat memperngaruhi keberhasilan perda ini ialah:
(1) Isi Kebijakan
1. Kepentingan yang dipengaruhi
2. Tipe manfaat
3. Derajat perubahan yang diharapikan
4. Letak pengambilan keputusan
5. Pelaksana program
6. Sumber daya yang dilibatkan
(2) Konteks Implementasi
1. Kekuasaan, Stratego aktor yang terlibat
2. Karakteristik lembaga dan penguasa
3. Keputusan daya tanggap
69
Bedasarkan kategori di atas, maka peneliti membuat matrik data-data
yang ada dari hasil kategorisasi dapat dibaaca dam dipahami secara
keseluruhan. Setelah itu dianalisis kembali mencari kesimpulan yang
signifikan selama penelitian. Setelah data dan informasi yang didapatkan
bersifat jernih, artinya telah ada pengulangan informasi, maka kesimpulan
tersebut dapat diambil untuk dijadikan jawaban dalam membahas masalah
penelitian.
4.2.1 Informan Penelitian
Pada penelitian ini, penelitian menggunakan teknik purposive
(bertujuan). Informan yang telah ditentukan peneliti adalah semua pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL. Dengan
adanya klasifikasi key informan dan secindary informan yang peneliti
lakukan bisa mempermudah dalam mencari data yang di butuhkan peneliti
sesuai dengan latar belakang jabatan dari informan tersebut
Adapun informan-informan yang dibutuhkan pada peneliti ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Informan Penelitian
no Kode Indorman Nama/Jabatan Informan
1 I1.1 Bidang pengelolaan Pasar Dinas
Perindagkop Kota Serang
2 I1.2 Kepala UPTD Pasar Disperindagkop
3 I1.3 Sekertaris Satuan Polisi Pamong Praja Kota
70
Serang
4 I1.4 Kasi Trantib Kecamatan Serang
5 I1.5 Sekertaris Camat Kecamatan Cipocok Jaya
6 I1.6 Kasi Trantib Kecamatan Curug
7 I1.7 Sekertaris Camat Kecamatan Tatakan
8 I1.8 Kasi Ekonomi Pembangunan Kecamatan
Kasemen
9 I1.9 Kasi Trantib Kecamatan Walantaka
10 I2.1 Pedagang Kaki Lima
11 I2.2 Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima Kot
Serang (PPKLI)
12 I2.3 Pengguna Jalan Raya
(Sumber: Peneliti, 2018)
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Penataan dan Pemberdayaan
Perogram Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima adalah
aksi nyata dari Pemerintah Daerah dalam upaya Untuk meningkatkan
kepastian hukum dalam berusaha bagi pedagang kaki lima dan
terpeliharanya sarana prasarana, estetika, kebersihan dan kenyamanan ruang
milik publik pemerintah daerah perlu melakukan penataan lkasi pedagang
kaki lima sesuai dengan ketentuan.
71
Pendaftaran
Penetapan Lokasi dan
Penghapusan lokasi
PKL
Pendataan
Penempatan dan
pemindahan
Peremajaan
Gambar 4.1
Mekanisme Penataan
Sumber: Peraturan Daerah Kota Serang No. 4 Tahun 2014 Pasal 4
Dalam gambar 4.1 di atas bawah tata cara dalam melakukan Penataan,
dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Pendataan
Dimana Pendataan Pedagang Kaki Lima yang berada di Kota Serang
merupakan kewenangan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi Kota serang beserta bantuan dari kecamatan untuk mendata
identitas PKL, Lokasi PKL, jenis tempat usaha, bidang usaha dan modal
usaha pedagang kaki lima.
2. Pendaftaran
Pendaftaran merupahal hal bermaksud untuk pengendalian Pedagang
Kaki Lima, hal ini bermaksud untuk untuk memastikan kepastian hukum
dalam berusaha.
72
3. Penempatan Dan Pemindahan
Dalam hal penempatan dan pemindahan merupakan hasil dari pendataan
dan pendaftaran sebelumnya serta keluhan masyarakat yang merasa
dirugikan oleh suatu pedagang, hal ini Disperindagkop bekerjasama
dengan Satpol PP
4. Penetapan Lokasi dan Penghapusan lokasi PKL
Penetapan lokasi ini dilakukan untuk kepentingan umum, sosial, budaya,
estetika, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan
penghapusan lokasi dilakukan untuk memaksimalkan fungsi peruntukan
dari tempat yang dipakai oleh PKL
5. Peremajaan
Meningkatkan fungi sarana, prasarana dan utilitas kota.
Dalam melakukan mekanisme penataan ini dinas terkait yaitu
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang tidak
menjalankan semua mekanisme secara baik, seperti dalam mekanisme
pendataan yang mana jenis usaha PKL yang ada di Kota Serang belum
terdaftar menyeluruh namun hanya menghitung jumlah pedagang kaki
lima saja, dalam hal pendaftaran juga tidak ada mekanisme terperinci
dalam hal ini.
Namun dalam berbagai hal Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi Kota Serang sudah menjalankan prosedur yang sesuai seperti
memindahkan PKL ketempat sementara yang sudah ditetapkan berupa
pemindahan PKL dari Alun-alun Kota Serang yang dipindahkan ke
Stadion Maulana Yusuf, walau hanya sementara dampak dari
73
Fasilitasi Akses Pemodalan
Peningkatan Kemampuan Berusaha
Fasilitasi Bantuan Sarana Dagang
Penguatan Kelembagaan
Fasilitasi Peningkatan Produksi
Pengolahan, Pengembangan dan Jaringan
Promosi
Pembinaan dan Bimbingan Teknis
pemindahan dapat terlihat dari kemacetan yang biasanya terlihat
sekarang mulai berkurang dan dalam hal peremajaan juga merupakan
tanggung jawab dari Disperindagkop Kota Serang yang memiliki kuasa
penuh dalam tugas ini.
Gambar 4.2
Mekanisme Pemberdayaan
Sumber: Peraturan Daerah Kota Serang No. 4 Tahun 2014 Pasal 4
Dalam gambar 4.2 di atas bawah tata cara dalam melakukan
pemberdayaan, dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:
1. Peningkatan kemampuan berusaha
2. Fasilitasi akses pemodalan
3. Fasilitasi bantuan sarana dagang
4. Penguatan kelembagaan
5. Fasilitasi peningkatan produksi
74
6. Pengolahan, pengembangan dan jaringan promosi
7. Pembinaan dan bimbingan teknik
Dari keterangan mekanisme pemberdayaan diatas, Disperindagkop tidak
menjalan mekanisme tersebut, karena menurut Kasi Pengelolaan Pasar Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang bahwa pemberdayaan
ini difokuskan untuk UMKM yang ada di Kota Serang,
Setiap program pemerintah tentu memiliki kendala dalam
pelaksanaanya, begitu juga dengan program penataan dan pemberdayaan
pedagang kaki lima di Kota Serang, program penataan dan pemberdayaan
ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014. Adapun tujuan dari perda ini
adalah memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui penetapan
lokasi sesuai dengan peruntukannya, menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan usaha PKL menjadi usaha ekonomi mikro yang tangguh dan
mandiri dan untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman
dengan sarana dana prasaran perkotaan yang memadai dan berwawasan
lingkungan.
Selanjutnya peneliti akan memaparkan pembahasan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi, serta studi kepustakaan mengenai implementasi peraturan
daerah tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di Kota
Serang, dengan beberapa indikator yang diambil menurut teori
Implementasi Model Merilee S Grindle. Indikatornya adalah:
75
4.3.1.1 Isi Kebijakan
4.3.1.1.1 Kepentingan Yang Dipengaruhi
Berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi
suatu Implementasi kebijakan, Indikator ini berargumen bahwa suatu
kebijakan selama pelaksanaan melibatkan kepentingan, dan sejauh
mana suatu kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh
terhadap implementasi ini. Kepentingan-kepentingan tersebut antara
lain kepentingan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kota Serang sebagai penyelengara penataan dan pemberdayaan
pedagang kaki lima dalam peraturan daerah ini, kepentingan unit
pelaksana kebijakan yaitu Satuan Polisi Pamong Praja dan
kepentingan kecamatan serta kepentingan dari pedagang kaki lima
itu sendiri.
Bedasarkan hasil penelitian dapat diketahui, bahwa
kepentingan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kota Serang sebagai penyelanggaraan Penataan dan Pemberdayaan,
dimana dinas Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota
Serang melakukan Penataan dengan melakukan penetapan lokasi
binaan untuk melakukan penetapan, pemindahanm penertiban dan
penghapusan lokasi PKLdenan memperhatikan kepentingan umum,
estitika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan
lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta
pemberdayaan dengan upaya penumbuhan usaha dan pengembangan
76
usaha terhadap PKL sehingga tumbuh dan berkembang baik kualitas
maupun kuantitas usahanya.
Sedangkan Kepentingan dari Satuan Polisi Pamong Praja
dalam penegakan Peraturan Daerah dan kepentingan kecamatan
sebagai perangkat daerah yang menjadi pelaksanan tugas yang
diperoleh dari pelimpahan kewenangan untuk urusan otonomi
daerah serta pedagang kaki lima sebagai sebagai pelaku usaha.
Dalam sebuah kebijakan atapun program Penataan dan
Pemeberdayaan Pedagang Kaki Lima ini sasaran utamanyaa adalah
Pedagang Kaki Lima, yaitu memerikan kepastian hukum dalam
berusaha bagi pedagang kaki lima dan pemberian sarana, dan
prasarana untuk kenyamanan ruang publik. Untuk lebih jelas peneliti
menanyakan kepada Kasi Penegakan Produk Hukum Daerah Satuan
Polisi Pamong Praja, beliau mengatakan:
“Menata pedagang kaki lima yang liar supaya tempat-tempat
yang seharusnya berfungsi sebagaimana semestinya”
(Wawancara: Senin, 21 Mei 2018 15.00 WIB. Kantor Satpol
PP Kota Serang)
Bedasarkan paparan I1.3 di atas dapat kita ketahui bahwa
kepentingan yang mempengaruhi dalam penjalanan peraturan
penataan dan pemberdayaan ini adalah berfokus kepada Pedagang
Kaki lima untuk teratur untuk membuat tempat-tempat yang dipakai
untuk membuka suatu usaha pedagang kaki lima menjadi lebih
efektif.
77
Peneliti mencoba menguatkan pendapat di atas dengan
mewawancarai Kasi Pengelolaan Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi Kota Serang, beliau mengatakan:
“Yang melatar belakangi perda ini penataan pedagang kaki
lima terutama yang ada di jalan-jalan protokol seperti Jl.
Ahmad Yani, Jl. Veteran, dan Sepajang jalan Universita Sultan
Ageng Tirtayasa yang mau di relokasi kelahan yang sudah
disediakan oleh pemerintah Kota Serang” (Wawanacara:
Jumat, 12 Mei 2018 13.15 WIB Kantor Disperindagkop Kota
Serang)
Bedasarkan hasil wawancara dengan Kasi Pengeloaan
Dieperindagkop diperkuat oleh Kepala UPTD yang mengatakan:
“Bagaimana berfungsi untuk melakukan penataan dan
pemberdayaan di Kota Serang, hal ini dilakukan agar para
PKL tidak berjulan di tempat yang di langgar ataupun
melanggar peraturan keamana,ketertiban dan keindahan
(Perda K3). Dan keselarasan pemberdayaan PKL kaitan
dengan pemindahan dan penertiban di wilayah Kota Serang”
(Wawancara: Selasa, 22 Mei 2018, 10.30 WIB. Kantor
Disperindagkop Kota Serang)
Bedasarkan paparan dari wawacaran I1.2 dan I1.3 di atas, kita
mengetahui bahwa peraturan ini di buat agar pedagang kaki lima
unuk ditata dan diberdaya agar jauh lebih baik dengan tidak
melanggar peraturan-peraturan yang ada, dengan pilihan diberikan
dengan tempat relokasi yang sudah ditetapkan oleh Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang , hal ini
dilihat dari Kota Serang sudah banyak menjamurnya pedagang kaki
lima yang membuka usaha dengan menggunakan fasilita umum. Hal
yang sama juga diungkap oleh pernyataan Kasi Trantib Kecamatan
Cipocok Jaya, yang mengatakan:
78
“Dalam kejadian ini kepentingan yang sangat melatar
belakangi perda ini merupakan kepentigan semua dinas dan
masyarakat, dalam hal PKL dibuat agar menjadikan pedagang
kaki lima menjadi lebih baik lagi” (Wawancara: Senin, 28 Mei
2018 10.15 WIB. Kantor Kecamatan Cipocok Jaya)
Bedasarkan pendapat di atas di perkuat dengan pernyataan dari
Kasi Trantib Kecamatan Serang yang mengatakan:
Latarbelakang dari perda ini merupakan mengubah
pandagang-pedagang kaki lima yang semeraut dan menghabat
jalan-jalan yang hak untuk masyarakat umum (Wawancara:
kamis. 31 Mei 2018 09.35 WIB. Kantor Kecamatan Serang)
Bedasarkan wawancara dengan I1.5 dan I1.4 dapat disimpulkan
bahwa kejadian yang terjadi di Kota Serang yang semeraut pedagang
kaki lima dalam membuka usahanya membuat kepentingan ini
sangat berpengaruh terhadap dibelakukannya perda ini. Hal serupa
juga disampaikan oleh Sekertaris Kecamatan Taktakan yang
mengatakan:
“Hal yang melatarbelakangi ini adalah pedagang kaki lima,
karena dengan adanya Perda ini semua PKL yang terdaftar
akan menjadi tertata dan lebih baik untuk membuka suatu
perintisan usaha dan juga pengembangan suatu usaha”
(Wawancara: Rabu, 23 Mei 2018 08.15 WIB. Kantor
Kecamatan Taktakan)
Bedasarkan pendapat di atas, dipertegas oleh Kasi Trantib
Kecamatan Walantaka yang mengatakan:
“Semua hal ini dibuat agar pedagang kaki lima menjadi lebih
tertib untuk menjadikan pedagang kaki lima menjadi layak dan
tidak melanggar peraturan untuk membuka suatu usaha”
(Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 11.20 WIB. Kantor
Kecamatan Walantaka)
Bedasarkan wawancara dari I1.7 dan I1.9 di atas, diketahui
bahwa yang melatar belakangi peraturan daerah ini adalah
79
keberadaan pedagang kaki lima yang berkondisi tidak layak dalam
tempat usaha maupun kondisi usaha mereka. Hal serupa dengan
pendapat dari Kasi Ekonomi Pembangunan Kasemen yang
menyimpulkan:
“Pedagang kaki lima merupakan hal sangat penting bagi
terbentuknya Peraturan Daerah ini, hal ini merupakan hal
baik untuk PKL tersebut untuk menjadikan suatu usaha yang
lebih tertata” (Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 13.50 WIB.
Kantor Kecamatan Kasemen)
Hal serupa di sampailan oleh Kasi Trantib Kecamatan Curug,
yang mengatakan:
“Yang melatarbelakangi Perda ini adalah kepentingan
masyarakat dan PKL” (Wawancara:Senin, 28 Mei 2018 13.20 WIB.
Kantor Kecamatan Curug)
Bedasarkan wawancara dari I1.8 dan I1.6 di atas, kita dapat
mengetahui bahwa kepentingan dalam pembuatan peraturan daerah
ini merupakan pedagang kaki lima untuk memberikan pedagang
tersebut lebih baik dan tertata.
Pelaksanaan penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima
di Kota Serang sangat di pengaruhi oleh kepentingan, seperti
kepentingan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi
Kota Serang dalam peningkatan kualitas pedagang dan Dinas Satuan
Polisi Pamong Praja yang berkepentingan erat dengan adanya
permasalahan-permasalahan pedagang yang menghalangi trotoar
untuk pejalan kaki dan juga dalam bagian ketertiban. Dengan adanya
permasalah di atas maka kepentingan yang dipengaruhi di Dinas
Diperindagkop adalah dalam peningkatan kualitas pedagang dalam
80
membuka suatu usaha, dan kepentingan yang dalam Dinas Satuan
Polisi Pamong Praja merupakan area dagang pedagang kaki lima
yang menempati trotoar yang seharusnya berfungsi untuk
kepentigan umum
4.3.1.1.2 Tipe Manfaat
Tipe Manfaat Yaitu untuk menjelaskan dan menunjukan
bahwa dalam suatu kebijakan terdapat beberapa jenis manfaat yang
menunjuk dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian
suatu kebijakan. Dalam hal ini artinya Implementasi Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima diharapkan dapat memberikan
manfaat secara langsung bagi para pedagang yang terkena dampak
peraturan tersebut untuk mensejahterakan mereka
Dalam pelaksanaan kebijakan akan mewujudkan suatu manfaat
yang diinginkan jika suatu dinas terkait dapat mengimplementasikan
peraturan ini sebaik-baiknya dan menjalankan tugas-tugasnya,
seperti suatu tempat atau lahan yang dibuat oleh pemerintah harus
sesuai dengan tujuan dan fungsi dari pembuatan tempat tersebut,
seperti Disperindagkop Kota Serang yang memindahkan pedagang
kaki lima yang dahulu dipindahkan dari alun-alun Kota Serang ke
Stadion Mualana Yusuf dimana tempat itu adalah tempat relokasi
sementara bagi PKL. Kondisi tersebut dikatakan oleh Kasi
Pengelolaan Pasar Disperindagkop Kota Serang, beliau mengatakan:
“Manfaat itu sendiri seperti alun-alun sudah bersih yang
namanya alun-alun itu adalah paru-paru kota sekarang sudah
81
bebas dari pedagang yang hamper 89% sudah terbebas dari
pedagang, sehingga saran hijau seperti itu dihingapi oleh
pedagang kaki lima karena tempat bertemunya masyarakat,
olahraga dan juga paru-paru Kota. Dan apabila perda itu
tidak terbentuk alun-alun pasti akan di tempati selalu oleh
Pedagang”(Wawanacara: Jumat, 12 Mei 2018 13.15 WIB
Kantor Disperindagkop Kota Serang).
Seperti yang dikatakan oleh I1.1, Disperindagkop bahwa PKL
yang yang berada di alun-alun Kota Serang sudah bebas dari
pedagang-pedagang, untuk memaksimalkan fungsi dari tempat
tersebut. Hal serupa juga di ungkapkan oleh Kepala UPTD Pasar
Disperindagkop Kota Serang:
“Bermanfaat untuk membuat zonasi area-area yang
diperbolehkan untuk berjualan maupun area yang berbentuk
sementara maupun permanen serta ada waktunya agar tidak
sembarangan berjualan dan tidak semeraut” (Wawancara:
Selasa, 22 Mei 2018, 10.30 WIB. Kantor Disperindagkop Kota
Serang).
Bedasarkan wawancara dengan I1.2 bahwa Disperindagkop
adalah salah satu dinas sebagai implementator untuk membuat perda
ini berjalan secara maksimal yang bermanfaat. Sesuai dengan yang
dikatakan oleh Kasi Penegakan Produk Hukum Daerah, beliau
mengatakan:
“Manfaat ini dirasakan oleh masyarakat secara langsung,
karena bahu-bahu jalan tidak di penuhi oleh pedagang kali
lima dan beberapa tempat yang ada di Kota Serang seperti
alun-alun yang sudah bersih dari PKL”(Wawancara: Senin, 21
Mei 2018 15.00 WIB. Kantor Satpol PP Kota Serang)
Bedasarkan pernyataan dari I1.3 di atas, bawah manfaat yang
terasa dari Peraturan Daerah ini menjadikan jalan-jalan menjadi
82
tertata terutama tempat-tempat umum seperti alun-alun. Sama seperti
diungkapkan oleh Sekertaris camat Taktakan , beliau mengatakan:
“manfaat bisa dirasakan oleh berbagai masyarakat seperti
masyarakat yang daerahnya di tempati oleh pedagang-
pedagang kaki lima maupun masyarakat yang menggunakan
jalan yang biasanya ditutupi oleh pedagang tersebut”
(Wawancara: Rabu, 23 Mei 2018 08.15 WIB. Kantor
Kecamatan Taktakan)
Pernyataan tersebut di perkuat dengan pernyataan dari Kasi
Trantib Kecamatan Walantaka yang mengatakan:
“manfaat yang dirasakan adalah jalan-jalan yang biasanya
dipakai buat mereka buka usaha dengan lapak-lapak sekarang
menjadikan bersih dan jalan tersebut menjadi berfungsi
sebagaimana fungsinya” (Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018
11.20 WIB. Kantor Kecamatan Walantaka)
Bedasarkan pernyataan dari I1.7 dan I1.9 di atas, dapat kita
ketahui bahwa manfaat yang dirasakan dari pelaksanaan Penataan
dan Pemberdayaan Pedayaan pedagang Kaki Lima. Sama sepeti
yang diungkapkan oleh Kasi Trantib Kecamatan Cipocok Jaya,
beliau mengatakan:
“Manfaat pelaksanaan Peraturan Daerah tersebut adalah kita
jadi bisa merasakan fungsi jalan, tidak macet karena
terhalang, bersih dan juga menjadikan pedagang kaki lima
menjadi lebih nyaman dalam membuka usaha” (Wawancara:
Senin, 28 Mei 2018 10.15 WIB. Kantor Kecamatan Cipocok
Jaya)
Bedasarkan pernyataan dari I1.5 di atas, dapat kita ketahui
manfaat ini dapat menjadikan semua menjadi tertata dan juga
menjadikan pedagang nyaman dalam membuka suatu usaha. Hal ini
83
sama yang diungkapkan dengan Kasi Trantib Kecamatan Curug,
beliau mengatakan:
“Dalam Perda ini dapat kita ketahui manfaat yang terlihat
seperti jalan-jalan protokol tidak tertutup oleh lapak-lapak
pedagang, masyarakat menjadi nyaman dalam menggunakan
trotoar tanpa ada rasa gangguan seperti dahulu”
(Wawancara:Senin, 28 Mei 2018 13.20 WIB. Kantor
Kecamatan Curug)
Bedasarkan pernyataan tersebut diperkuat juga oleh Kasi
Trantib Kecamatan Serang yang mengatakan:
“Manfaat yang dirasakan adalah kenyaman bagi semua
orang, terutama bagi orang-orang yang sering melalui jalan
yaung dihalangi oleh lapak-lapak pedagang kaki lima”
(Wawancara: kamis. 31 Mei 2018 09.35 WIB. Kantor
Kecamatan Serang)
Bedasarkan pernyataan dari I1.6 dan I1.4 di atas dapat kita
ketahui bahwa manfaat dari adanya Peraturan Daerah ini merupakan
bersihnya jalan-jalan demi kepentingan bersama. Hal ini serupa
dengan pernyataan dari Kasi Ekonomi Pembangunan Kecamatan
Kasemen, beliau mengatakan:
“Manfaat yang sangat dirasakaan adalah kesejateraan
pedagang kaki lima yang akan memajukan usaha yang mereka
bangun serta lahan-lahan yang dahulu dipakai oleh pedagang
sekang bermanfaat bagi semua orang yang melintasinya”
(Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 13.50 WIB. Kantor
Kecamatan Kasemen)
Bedasarkan pernyataan dari I1.8 di atas, dapat kita ketahui
bahwa manfaat yang dirasakan adalah kesejahteraan pedagang kaki
lima. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ketua Paguyuban
Pedagang Kaki Lima Kota Serang, beliau mengatakan:
84
“Manfaat yang dirasakan adalah ketertiban pedagang-
pedagang yang membuka usaha yang sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ada, serta manfaat bagi masyarakat
umum” (Wawancara: kamis, 31 Mei 2018 12.32 WIB. Rumah
Informan, Cipocok)
Bedasarkan pernyataan di atas dipertegas oleh pejalan kaki
kota serang, beliau mengatakan:
“Manfaat yang sangat dirasakan sebagai pejalan kaki adalah
kenyamanan karena jalan yang dahulu diduduki oleh pedagan
kaki lima sekarang sudah tidak, hal ini membuat saya sebagai
pengguna trotoar menjadi lebih luas, dan PKL jadi semakin
berkembang pendapatannya” ()
Bedasarkan pernyataan I2.3 dan I2.2 di atas, bisa kita ketahui
bahwa manfaat yang dirasakan secara menyeluruh bagi masyarakat
secara langsung dan pedagang-pedagang. Hal ini sesuai dengan
keterangan pedagang Kaki Lima, beliau mengatakan:
“manfaat dari peraturan itu merupakan kesejahteraan bagi
kami yang membuat kami tidak melanggar suatu aturan yang
berlaku” (Wawancara: Kamis, 24 mei 2018 12.45 WIB.
Stadion Mualana Yusuf)
Dari keterangan dari I2.1 di atas, dapat kita ketahui bahwa
pedagang kaki lima merasakan manfaat bagi pedagang secara
langsung maupun juga pejalan kaki yang merasa manfaatnya adalah
semakin luasnya trotoar.
Bedasarkan uraian atapun hasil pemaran para informan
mengenai tipe manfaat yang dihasilkan dari Program Penataan dan
Pemberdayaan adalah sangat baik, sangat berguna dalam mengatur
pedagang dalam membuka suatu usaha dan juga membantu
masyarakat dalam memberikan kenyamanan dalam memakai trotoar.
85
4.3.1.1.3 Derajat Perubahan Yang Diharapkan
Derajat yang yang diharapkan, yaitu setiap kebijakan
mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai dan seberapa besar
perubahan yang ingin dicapai ke arah yang lebih baik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam indikator ini peneliti ingin
mengetahui seberapa jauh targer Implementasi Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Kota Serang, terkait dengan
relokasi serta cara pemberdayaan yang diberikan kepada pedagang
kaki lima apakah mampu meningkatkan kesejahteraan mereka.
Karena dalam suatu kebijakan dapat beberapa hal yang
diperhitungkan dalam pengimplementasianya suatu perda, supaya
harapan pelaksanaan berjalan dengan lancar. Dengan adanya harapan
yang ada, Pemerintah Kota Serang dapat memprediksi hasil dari
perda tersebut, Kondisi tersebut dibenarkan oleh Kasi Penegakan
Produk Hukum Daerah Satpol PP Kota Serang, beliau mengatakan:
“Apabila ditanya seperti itu perubahan yang diinginkan
adalah kesejahteraan PKL dan kenyamanan para pengguna
jalan untuk memakai suatu jalan yang seharusnya berfungsi
sebagai semestinya” (Wawancara: Senin, 21 Mei 2018 15.00
WIB. Kantor Satpol PP Kota Serang).
Bedasarkan wawancara dengan I1.3, dapat diketahui bahwa
derajat yang diharapkan adalah kesejahteraan PKL dan masyarakat
umum, hal ini diperkuat dengan pernyataan Kasi Pengelolaan Pasar
Disperindagkop Kota Serang. Beliau mengatakan:
“Yang diinginkan adalah dapat merubah suatu tempat untuk
berfungsi semestinya, dan membuat PKL menjadi lebih tertata
86
dan lebih beradap dalam membuka suatu usaha” (Wawancara:
Senin, 21 Mei 2018 15.00 WIB. Kantor Satpol PP Kota
Serang)
Bedasarkan pertanyaan yang diungkapkan oleh I1.3 di atas juga
dibenarkan oleh Kepala Kepala UPTD Disperindagkop Kota Serang,
beliau mengatakan:
“Perubahan merupakan hal sangat penting bagi PKL, oleh
karena itu perubahan yang sangat ingin dicapai merupakan
kemakmuran serta perubahan yang lebih baik bagi PKL serta
membuat masyarakat umum menjadi nyaman dalam
menggunakan sarana dan prasarana yang telah disediakan,
seperti: trotoar, alun-alun serta irigasi” (Wawancara: Selasa,
22 Mei 2018, 10.30 WIB. Kantor Disperindagkop Kota
Serang).
Bedasarkan pernyataan dari I1.2 di atas derajat yang di
harapkan dari adanya Peraturan Daerah ini adalah tentang
kesejahteraan pedagang kaki lima, karena dengan adanya Peraturan
Daerah ini pemerintah bisa mengatur tentang kelayakan suatu tempat
dalam membuka suatu usaha. Hal ini dibenarkan oleh Kasi Trantib
Kecamtan Serang, beliau mengatakan:
“Perubahan yang diharapkan adanya peraturan daerah ini
tentunya kesejahteraan pedagang kaki lima yang mengikuti
aturan” (Wawancara: kamis. 31 Mei 2018 09.35 WIB. Kantor
Kecamatan Serang)
Bedasarkan pernyataan I1.4 di atas dipertegas oleh Kasi Trantib
Kecamatan Walantaka, beliau mengatakan:
“Perubahan yang sangat diinginkan oleh kami adalah
kesejahteraan pedagang kaki lima karena itu adalah hasil
yang menurut kami maksimal” Wawancara: Rabu, 30 Mei
2018 11.20 WIB. Kantor Kecamatan Walantaka)
87
Bedasarkan pernyataan I1.9 di atas, dapat kita ketahui bahwa
perubahan yang diingin adalah demi kesehajteraan pedagang. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Kasi Trantib Kecamatan
Cipocok, beliau mengatakan:
“Yang kami harapkan semua pedagang kaki lima mengukuti
peraturan ini karena derajat perubahan akan berubah lebih
baik dan meningkatkan kesejahteraan pedagang kaki lima
tersebut” (Wawancara: Senin, 28 Mei 2018 10.15 WIB.
Kantor Kecamatan Cipocok Jaya)
Bedasarkan informasi dari I1.5 di atas sesuai dengan pernyataan
dari Kasi Pembangunan Ekonomi Kasemen, beliau mengatakan:
“Tentu demi kebaikan pedagang kaki lima sendiri, karena
dalam peraturan daerah ini dapat meningkatkan penjualan
karena mereka di zonasi oleh dinas terkait demi mereka lebih
baik dan lebih sejahtera” (Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018
13.50 WIB. Kantor Kecamatan Kasemen)
Bedasarkan keterangan dari I1.8 di atas, bisa kita ketahui bahwa
kesejahteraan dan perubahan yang lebih baik merupakan suatu
keinginan perubahan dari pertauran daerah ini. Hal tersebut sesuai
dengan keterangan dari Sekertaris Kecamatan Taktakan, beliau
mengatakan:
“Dalam rapat atau pertemuan antara dinas-dinas terkait hal
yang diinginkan dalam pengimplementasi dari peraturan
daerah ini adalah kesejahteraan pedagang kaki lima yang
mengikuti peraturan tersebut” (Wawancara: Rabu, 23 Mei
2018 08.15 WIB. Kantor Kecamatan Taktakan)
Bedasarkan keterangan dari I1.7 di atas, kita dapat mengetahui
bahwa sudah peraturan ini dibuat demi kesejahteraan pedagang kaki
88
lima. Hal serupa juga dipertegas oleh Kasi Trantib Kecamatan
Curug, beliau mengatakan:
"Dalam rapat sudah dijelaskan oleh stakeholder dari
peraturan daerah ini yaitu demi kesejahteraan dari pedagang
kaki lima yang mau ditata dan juga dibina oleh kam”
(Wawancara:Senin, 28 Mei 2018 13.20 WIB. Kantor
Kecamatan Curug)
Bedasarkan keterangan dari I1.6 di atas, kita jadi mengetahui
bahwa keinginan dari terbentuknya perda ini adalah kesejahteraan
para pedagang kaki lima namun hanya sebatas pedagang yang
mengukti perda ini. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ketua
Paguyuban Pedagang Kaki Lima Kota Serang, beliau mengatakan:
“yang pasti kesejahteraan bagi anggota kami yang mencari
uang dengan menjadi pedagang kaki lima, namun yang kami
harapkan bahwa kalau bisa jangan melalui peraturan daerah
ini saja dinas-dinas terkait mensejahterakan pedagang kaki
lima namun juga melalui cara-cara lain” (Wawancara: kamis,
31 Mei 2018 12.32 WIB. Rumah Informan, Cipocok)
Dari pernyataan I2.3 di pertegas oleh Pedagang Kaki lima,
beliau mengatakan:
“kalau yang diharapkan pasti kesejahteraan kami sebagai
pedagang kaki lima namum dalam suatu peningkatan
kesejahteraan kami harap teman kami yang tidak mengikuti
peraturan daerah ini bisa juga bisa sejahtera karena kami
semua teman kami yang berdagang ingin sejahtera juga”
(Wawancara: WIB. Stadion Mualana Yusuf)
Bedasarkan keterangan informasi dari I2.1 di atas, kita
mengetahui bahwa pengimplementasi peraturan daerah ini
diharapkan meningkatan kesejahteraan bagi pedagang kaki lima
89
yang mengikuti program ini, hal serupa sesuai dengan keterangan
dari pejalan kaki yang mengatakan:
“Yang pertama pasti jalanan bersih dari jualan pedagang kaki
lima, yang kedua itu buat pedagang untuk lebih baik lagi”
(Wawancara: kamis, 31 Mei 2018 15.50 WIB. Stadion
Maulana Yusuf)
Bedasarkan keterangan dari I2.2 di atas, bahwa manfaat dari
perda ini akan berdampak juga ke lingkungan sekirnya.
Dalam suatu peraturan daerah merupakan hal yang biasa
apabila memperkirakan suatu perubahan dari beberapa segi
perhitungan, sama seperti Perda-perda lain Perda tentang penataan
dan Pemberdayaan pedagang kaki lima juga memiliki perkiraan
perubahan bagi penerima maupun yang tidak menerimanya. Hal ini
membuat ukuran tersendiri dalam beberapa instansi untuk
mengetahui seberapa jauh tingat kebershasilan dalam
pengeimplementasian Perda penataan dan pemberdayaan ini.
Namun dalam faktor ini dinas terkait yaitu Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi tidak memperhitungkan
dari segi pendapatan pedagang kaki lima setelah berjualan di tempat
yang baru dengan tempat yang lama.
4.3.1.1.4 Letak Pengambilan Keputuan
Yaitu pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan
memegang peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan.
Dalam hal ini, ditinjau lebih jauh mengenai letak pengambilan
90
keputusan dalam menentukan pengambilan keputusan dalam jumlah
kuota pedagang kaki lima yang akan di relokasi serta pemberdayaan
apasaja yang sesuai dengan kebutuhan pedagang untuk mencai
keuntung bagi mereka.
Pengambilan keputusan adalah terletak pada siapa yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam suatu implementasi
kebijakan. Pada kategori ini letak pengambilan keputusan adalah
wewenang dari Kasi Pengelolaan Pasar DIsperindagkop Kota Serang
yang bertugas untuk mengkordinasi dengan penyelanggaraan,
penetapan, sosialisasi Peraturan Daerah. Sementara dalam
pelaksanaan penegakan menjadi wewenang dan tanggungjawab dari
Satuan Polisi Pamong Praja yang dibantu pihak terkait. Seperti yang
diungkapkan oleh Kasi Pengelolaan Pasar Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kota serang (Disperindagkop), beliau
mengatakan:
“Sebagai Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
hanya sebatas pendataan, penataan klo penindakan ada di
Dinas Satpol Pamong Praja” (Wawanacara: Jumat, 12 Mei
2018 13.15 WIB Kantor Disperindagkop Kota Serang).
Menurut I1.1 Disperindagkop Kota Serang dalam penindakan
kepada PKL adalah keputusan Satpol PP kota Serang karena dalam
penindakan adalah kuasa penuh dari Satpol PP. Seperti yang
dikatakan selaku Kepala UPTD Kota Serang, beliau mengatakan:
“Penindakan sudah menjadi kuasa dari Polisi Pamong Praja,
karena kita sudah berkordinasi dengan Satpol PP untuk
menjalankan Perda yang sudah disahkan ini” (Wawancara:
91
Selasa, 22 Mei 2018, 10.30 WIB. Kantor Disperindagkop Kota
Serang)
Dari pernyataan yang diungkap oleh I1.2 di atas yang
mengatakan penindakan adalah kuasa dari Satpol PP Kota Serang.
Hal ini juga diperkuat dengan Kasi Penegakan Produk Hukum
Daerah Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Serang, beliau
mengatakan:
“Dalam bidang pelanggaran itu merupakan di pihak Satuan
Polisi Pamong Praja dalam penindakan pengusuran dengan
memperingatkan PKL sebanyak 3 (tiga) kesempatan”
(Wawancara: Senin, 21 Mei 2018 15.00 WIB. Kantor Satpol
PP Kota Serang)
Dari pernyataan yang dikemukakan oleh I1.3 di atas bahwa
penegakan hukum dalam penindakan perda ini merupakan Dinas
Satuan Polisi Pamong Praja dengan menggunakan Standrat Operasi
Pelayanan (SOP) yang sudah di atur.
Gambar 4.3
Mekasnisme Keputusan
(Sumber: Peneliti 2018)
Dari gambar 4.2 di atas, dapat dijelaskna bahwa mekanisme
dalam proses keputusan di awali oleh Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi dalam pendataan dan himbauan dalam
Disperindagkop
pp
Kecamatan
Kapolres
Satpol PP
Koramil
92
paraturan daerah ini, dengan kordinasi dengan Kecamatan yang
berada di Kota Serang dan di turunkan kepada Satuan Polisi Pamong
Praja dalam memberikan peringatan sebanyak 3 kali untuk
memindahkan dagangan mereka dengan bantuan Kepolisian dan
Koramil dalam mengkondisifkan suasana di lapangan.
Bedasarkan uraian atapun hasil pemaran para informan
mengenai Letak Pengambiilan Keputusan adalah hal yang harus
dilakukan dengan baik, dengan baiknya suatu pengambilan
keputusan suatu instansi maka hail dari kinera dinas tersebut dalam
pengimplementasian suatu peraturan daerah maka hasilnya akan baik
juga.
4.3.1.1.5 Pelaksana Program
Pelaksana Program adalah suatu hal yang penting dalam suatu
kebijakan, karena pelaksana program adalah penggerak ataupun alat
untuk mencapai sauatu keberhasilan yang telah ditetapkan pada awal
pembuat kebijakan. Dapat dikatakan para pelaksana ini adalah
penyedia dan yang pemberi pelayanan bagi masyarakat di dalam
suatu program, selain itu elaksana program juga sebagai tolak ukur
untuk meliat sejauh mana program diimplementasikannya. Untuk
mengetahui program dalam penataan dan pemberdayaan ini, peneliti
melakukan pengamatan di lapangan, wawancara dengan Kasi
Pengegakan Produk Hukum Daerah Satuan Polisi Pamong Praja,
beliau mengatakan:
93
“Yang menjadi pelaksana teknis ini salah satunya
Disperindagkop dalam masalah pemberdayaan dan penataan,
dalam masalah penindakan Disperindagkop akan kordinasi
kepada kami, sebagai Satpol PP menjadi penegakan aturan.”
(Wawancara: Senin, 21 Mei 2018 15.00 WIB. Kantor Satpol
PP Kota Serang)
Bedasarkan Wawancara dengan I1.3 di atas, dapat kita ketahui
bahwa pelaksana program dalam penataan dan pemberdayaan ini
dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dan
juga Satuan Polisi Pamong Praja yang terbagi menjadi beberapa
tugas yang berbeda. Hal serupa juga dikatakan oleh Kasi
Pengelolaan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota
Serang, yang mengatakan:
“Pengimplementatornya bukan semata-mata untuk
Disperindagkop, namun kerja sama antara Disperindagkop,
Satpol PP serta Kecamatan” (Wawanacara: Jumat, 12 Mei
2018 13.15 WIB Kantor Disperindagkop Kota Serang).
Berdasarkan pernyataan di atas, ditegaskan oleh Kepala UPTD
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Serang yang
mengatakan:
“Kita (Disperindagkop) merupakan pengimplementator Perda
ini dengan melakukan kordinasi dengan Sapol PP Kota Serang
dalam penindakan, dalam pengeksekusi Pelanggaran PKL
yang tdak mau di pindahkan kita berkordinasi dengan
Kecamatan, Kepolisian, dan Koramil untuk menjaga kondusif
agar tidak terjadinya bentrokan” (Wawancara: Selasa, 22 Mei
2018, 10.30 WIB. Kantor Disperindagkop Kota Serang)
Bedasarkan pernyataan dari I1.1 dan I1.2 di atas, dapat kita
ketahui bahwa kebijakan dalam pelaksanaan ini melibatkan beberapa
dinas Kota Serang dan juga pemerintah tingkat kecamatan serta
kepolisian maupun koramil untuk mendapatkan keadaan yang
94
kondusif. Hal serupa juga serupa dengan pernyataan dari Kasi
Trantib Kecamatan Curug, beliau mengatakan:
“Yang peraturan daerah no 4 ini, pengimplementatornya
merupakan Disperindagkop dan juga Satpol PP Kota Serang”
(Wawancara:Senin, 28 Mei 2018 13.20 WIB. Kantor
Kecamatan Curug)
Hal serupa dengan perkataan dari Kasi Trantib Walantaka,
yang mengatakan:
“Sudah jelas dalam penataan dan pemberdayaan
pengimplemntatornya adalah Disperindagkop serta Satpol
PP” (Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 11.20 WIB. Kantor
Kecamatan Walantaka)
Hal serupa juga dipertegas oleh pernyataan oleh Kasi Trantib
Cipocok Jaya yang mengatakan:
“Wewenang ini ada di Disperindagkop sebagai pelaksana
utama dari Peraturan No 4 Tahun 2014 ini” (Wawancara:
Senin, 28 Mei 2018 10.15 WIB. Kantor Kecamatan Cipocok
Jaya)
Hal tersebut juga serupa dengan Perkataan dari Kasi Trantib
Kecamatan Serang Serang yang mengemukakan:
“Sudah pasti Satpol PP dengan Disperindagkop yang
mempunyai hak dalam ini” (Wawancara: kamis. 31 Mei 2018 09.35
WIB. Kantor Kecamatan Serang)
Bedasarkan pernyataan dari I 1.6, I1.9, I1.5 dan I1.4 di atas, kita
dapat mengetahui bahwa wewenang dalam pengimplementatornya
Perda Penataan dan pemberdayaan adalah Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi dalam hal pelaksana dan juga Satuan
Polisi Pamong Praja sebagai pengeksekusi pedagang apabila dalam
95
tidakan pengusuran. Hal serupa sesuai dengan pernyataan dai Kasi
Ekonomi Pembangunan Kecamatan Kasemen, yang mengatakan:
“Dalam hal pendataan merupakan tugas dan fungsi dari
Disperindagkop serta Satpol PP sebagi penindakan dari
kebandelan pedagang apabila tidak mau direlokasi”
(Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 13.50 WIB. Kantor
Kecamatan Kasemen)
Hal serupa ditegaskan oleh Sekertaris Kecamatan Taktakan
yang mengatakan:
“Dalam implementasi Perda ini hal seperti pendataan
pedagang kaki lima sepenuhnya wewenang dari
Disperindagkop, apabila dalam penindakan pedagang kaki
lima Disperindagkop berkordinasi dengan Satpol PP dengan
menggunakan pertimbangan hukum yang ada” (Wawancara:
Rabu, 23 Mei 2018 08.15 WIB. Kantor Kecamatan Taktakan)
Bedasarkan keterangan dari I1.8 dan I1.7 di atas, kita dapat
mengetahui bahwa Satuan Polisi Pamong Praja akan menindak
pedagang kaki lima yang tidak mau direlokasi dengan perhitungan-
perhitungan hukum yang ada dengan beberapa prosedur untuk
melakukan tindakan dan juga berkordinasi dengan Disperindagkop
untuk mengetahui pedagang-pedagang mana yang harus ditindak.
Bedasarkan informasi yang didapatkan dari wawancara
narasumber yang ada, bahwa pelaksana program sangat
mempengaruhi dalam pelaksanaan penataan dan pemberdayaan
pedagang kaki lima ini, karena dalam suatu keberhasilan pelaksana
program mempunyai peran penting dalam berjalannya suatu
peraturan daerah.
96
4.3.1.1.6 Sumber Daya Yang Dilibatkan
Dalam pelaksanaan atau pengimplementasian suatu kebijakan
perlu didukung dengan adanya sumber daya yang dapat memberikan
pengaruh positif dan berguna untuk mensukseskan dalam
pelaksanaan suatu kebijakan ataupun program tersebut. Sumber daya
yang memadai terntunya sangat membantu di dalam pelaksanaan
suatu kebijakan tersebut agar dapat berjalan dengan baik, maksimal,
efektif dan efisien.
Pelaksanaan kebijakan akan berjalan dengan baik dan lancar
apabila didalam pelaksanaannya dilakukan oleh Sumber Daya
Manusia (SDM) yang mencukupi dan tentunya berkualitas. Dalam
pencapaian tersebut tentu membutuhkan SDM yang sesuai dengan
kemampuan, yang memiliki kecakapan dan kecukupan untuk
menjalankan suatu kebijakan tersebut.
Pemaparan yang dilakukan oleh Kepala Pengelolaan Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi:
“Sarana yang disediakan dari Pemerintah khusunya
Disperendagkop adalah di tempat relokasi yang telah dibuat
seperti di Pandean yang terdapat 50 tempat yang berbentuk
tenda-tenda, 150 di daerah Banten lama sekitar 150 tenda,
membangun tempat di daerah kasemen serta menyediakan ice
box untuk pendinginan bahan baku PKL yang membutuhkan”
(Wawanacara: Jumat, 12 Mei 2018 13.15 WIB Kantor
Disperindagkop Kota Serang).
Hal serupa juga dikatakan di oleh Kepala UPTD Kota Serang,
beliau mengatakan:
97
"Dalam keberhasilan suatu Perda, maka ada dinas terkait
akan memberikan sarana dan prasarana. Dalam Perda ini
sarana yang diberikan dari Disperindagkop adalah Pemberian
lokasi khusus yang tersebar di Kota Serang berupa tenda-
tenda yang layak juga memberika tempat pendingin bagi PKL
yang membutuhkan dan yang sesuai dengan fungsi tempa
pendingin tersebu, jadinya kita tidak asal mengasih sarana
dan prasarana untuk mencapai kesejahteraan PKL”
(Wawancara: Selasa, 22 Mei 2018, 10.30 WIB. Kantor
Disperindagkop Kota Serang)
Program Penataan dan pemberdayaan ini terdapat pemberian
sarana untuk pendukung kemajuan pedagang kaki lima seperti
pemberian tenda usaha yang membantu para pedagang kaki lima
untuk membuka usaha maupun mengembangka suatu usaha.
Gambar 4.4
Tenda Bantuan Disperindagkop
(Sumber: Peneliti. 2018)
Bedasarkan gambar 4.2 di atas, dapt dilihat bahwa pedagang
kaki lima Banten Lama di Kota Serang mendapatkan sebuah tenda
untuk membuka usahnya, dengan membantu berupa sarana
98
berbentuk tenda maka pedagang kaki lima tidak akan menambah
pembuatan modal setelah pemindahan maupun dalam membuka
usaha.
Bedasarkan pernyataan dari I1.1 dan I1.2 di atas, bisa kita
ketahui bahwa sumber daya yang dilibatkan merupakan bagian vital
dalam pelaksanaan peraturan daerah mengenai penataan dan
pemberdayaan pedagang kaki lima. Sarana dan prasarana merupakan
bantuan yang sangat dibutuhkan oleh pedagang karena dalam hal ini
dapat menekan beban awal pembuatan usaha. Hal ini sesuai dengan
perkataan dari Kasi Penegakan Peroduk Hukum Daerah Satuan
Polisi Pamong Praja, beliau mengatakan:
“Sarana prasarana disediakan oleh Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi secara penuh adalah wewenang
dari dinas tersebut” (Wawancara: Senin, 28 Mei 2018 10.15
WIB. Kantor Kecamatan Cipocok Jaya)
Pernyataan dari wawancara di atas sesuai dengan pernyataan
dari Sekertaris Kecamatan Taktakan, beliau mengatakan:
“Sarana yang saya ketahui itu beruba tempat usaha yang
sudah direncanakan oleh Disperindagkop Kota serang, kalau
tidak salah tempat usaha berbentuk tenda” (Wawancara:
Rabu, 23 Mei 2018 08.15 WIB. Kantor Kecamatan Taktakan)
Hal di atas juga dipertegas oleh Kasi Ekonomi Pembangunan
Kecamatan Kasemen, beliau mengatakan:
“Dalam pemberian sarana dan prasarana merupakan
kordinasi dari Disperindagkop dalam pemberian barang-
barang berbentuk apapun adapunya dari pihak kecamatan
hanya memberikan lahan unutk suatu pembangungan tempat
relokasi PKL, kalau di Kecamatan kami ada arah krangantu
99
kalau dari sini (Kecamatan Kasemen), terdapat 70 kios yang
sudah siap ditempati dan sebagaian sudah ditempati oleh
pedagang” (Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 13.50 WIB.
Kantor Kecamatan Kasemen)
Hal serupa sesuai dengan pernyataan dari Kasi Trantib
Kecamatan cuug, beliau mengatakan:
“Ketersediaan sarana merupakan hal yang harus diberikan
oleh Disperindagkop Kota Serang untuk kelancaran Perda ini,
namun kami dari kecamatan curug hanya berwenang apabila
Disperindagkop meminta lahan relokasi untuk PKL”
(Wawancara:Senin, 28 Mei 2018 13.20 WIB. Kantor
Kecamatan Curug)
Selanjutnya hal ini ini pun dipertegas oleh Kasi Trantib
Kecamantan Serang, beliau mengatakan:
“Sarana di kecamatan kami adalah lahan namun apabila
diminta oleh Disperindagkop” (Wawancara: kamis. 31 Mei
2018 09.35 WIB. Kantor Kecamatan Serang)
Hal serupa dijelaskan oleh Kasi Trantib Kecamatan Kasemen,
beliau megatakan:
“sarana yan dibeikan dari Disperindagkop adalah tempat
relokasi dan barang-barang pendukung, namun relokasi itu
merupakan kordinasi dengan kecamatan-kecamatan yang ada di
Kota Serang” (Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 11.20 WIB. Kantor
Kecamatan Walantaka)
Pada program penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima
sudah dibangun tempat relokasi dengan bangunan bersih dan layak,
berikut tempat relokasi yang diberikainstansi terkait.
100
Gambar 4.5
Tempat Relokasi Pedagang Kaki Lima
(sumber: peneliti 2018)
Bedasarkan gambar 4.3 di atas, bahwa kelayakan tempat
relokasi bagi pedagang sangatlah baik dari segi bentu bangunan.
Namun dari segi akses lokasi yang jauh dari rumah-rumah dan jauh
dari tempat keramaian.
Dari hasil wawanara dari keterangan I1.5, I1.7, I1.8, I1.6 , I1.4, dan
I1.9 di atas, kita dapat mengetahui bahwa pemberian sarana dan
prasarana merupkan pemberian langsung bagi pedagang kaki lima
dalam pencapaian peraturan daerah ini, apabila sarana dan prasarana
baik maka hasil dari peraturan daerah ini akan lebih baik juga. Dan
pendapat dari pejalan kaki membuat kejelasana dalam pemberian
sarana dan prasarana, menurut beliau:
“Kata pedagang yang ada disini (stadion), itu tenda tapi
belum bertanya dimana letak tenda tersebut. Semoga aja
sarana dan prasarananya layak supaya kita sebagai pembeli
jadinya gk kaya di sini yang macet dan padat” (Wawancara:
kamis, 31 Mei 2018 15.50 WIB. Stadion Maulana Yusuf)
101
Hal tersebut sesuai dengan keterangan pedagang kaki lima
yang mengatakan:
“Tenda kata orang dinas, kan kita belum merasakan sarana
yang akan dikasih karena kita disini nanti dipindahkan lagi
oleh mereka” (Wawancara: kamis, 31 mei 2018 14.20 WIB.
Stadion Mualana Yusuf)
Pernyataaan di atas sesuai dari ketua peguyuban Kota Serang
ynag menyatakan:
“Ada tenda, ada juga bangunan permanen yang disediakan
dinas terkait” (Wawancara: kamis, 31 Mei 2018 12.32 WIB.
Rumah Informan, Cipocok)
Bedasarkan keterangan dari I2.1, I2.2 dan I1.3 di atas, kita dapat
mengetahui bahwa penyediaan dari instansi terkait sudah diberikan
oleh pelaksana tugas peraturan ini
Bedasarkan uraian atapun hasil pemaran para informan
mengenai Sumber Daya Yang Dilibatkan merupakan hal yang sangat
dibutuhkan dalam Perda Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima ini, dengan adanya suatu sumeber daya yang baik membuat
pedagang-pedagang akan jauh lebih membuat mempermudah dalam
pengimplementasiannya.
4.3.1.2 Konteks Implementasi
4.3.1.2.1 Kekuasaan, strategi aktor yang terlibat
Pelaksanaan dari suatu kebijkan tidak akan lepas terpengaruhi
dari kekuasaaan, strategi yang dilakukan oleh para aktor, baik oleh
pembuat kebijakan, pelaksanaan bahkan juga aktor lain di luar itu
102
baik yang disengaja ataupun tidak sengaja, dan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Di dalam Impelementasi Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima suatu strategi merupkan hal
yang penting demi lancarnya perda ini. Berikut ini adalah pemaparan
dari Kepala UPTD Kota Serang, beliau mengatakan:
“Dalam keberhasilan suatu Perda, maka ada dinas terkait
akan memberikan sarana dan prasarana. Dalam Perda ini
sarana yang diberikan dari Disperindagkop adalah Pemberian
lokasi khusus yang tersebar di Kota Serang berupa tenda-
tenda yang layak juga memberika tempat pendingin bagi PKL
yang membutuhkan dan yang sesuai dengan fungsi tempa
pendingin tersebu, jadinya kita tidak asal mengasih sarana
dan prasarana untuk mencapai kesejahteraan PKL”
(Wawancara: Selasa, 22 Mei 2018, 10.30 WIB. Kantor
Disperindagkop Kota Serang)
Hal serupa ditegaskan oleh Kasi Pengelolaan Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperas Kota Serang, beliau
mengatakan:
“Strategi dalam menjalankan Perda ini merupakan
penyediaan yang baik bagi PKL seperti daerah Pandean dan
Banten Lama tadi, karena sarana dan prasarana merupakan
strategi yang penting dalam suatu pengimplementasian suatu
perda” (Wawanacara: Jumat, 12 Mei 2018 13.15 WIB Kantor
Disperindagkop Kota Serang)
Sama dengan perihal di atas, Kasi Pengegakan Produk Hukum
Daerah mengatakan:
“Strateginya dalam perda ini yang dilakukan dari Satpol PP
merupakan tindakan pengusuran apabila tidak mengindahkan
pemindahan dari Disperindagkop. Namun dari Diperindagkop
adalah prasarana yang diutamanya”
Bedasarkan pemaparan dari I1.2, I1.1 dan I1.3 di atas, kita
mengetahui bahwa strategi dalam penerapan perda penataan dan
103
pemberdayaan pedagang kaki lima merupaka penyediaan sarana dan
prasarana untuk mencapai keberhasilan. Hal ini juga disampaikan
oleh Sekertaris Kecamatan Taktakan yang mengatakan:
“Strateginya hanya pemberian sarana dan prasarana,dengan
penjelasan yang baik, maka pedagang kaki lima mau
mengikuti program ini" (Wawancara: Rabu, 23 Mei 2018
08.15 WIB. Kantor Kecamatan Taktakan)
Hal tersebut dipertegas oleh Kasi Trantib Kecamatan
Walantaka, yang mengatakan:
“Stategi dalam peraturan daerah ini merupakan penyedian
sarana yang prasarana yang baik, dengan baiknya sarana dan
prasarana yang baik maka proses dalam pengimplementasian
peraturan ini akan lebih mudah” (Wawancara: Rabu, 30 Mei
2018 11.20 WIB. Kantor Kecamatan Walantaka)
Berdasarkan pernyataan di atas sesuai dengan Kasi Trantib
Kecamatan Serang, beliau megatakan:
“Penyediaan sarana dan prasarana saja strategi dalam
prasarana” (Wawancara: kamis. 31 Mei 2018 09.35 WIB.
Kantor Kecamatan Serang)
Hal serupa juga ditegaskan oleh Kasi Trantib Kecamatan
Cipocok Jaya, beliau mengatakan:
“Strategi yang utama itu adalah penyediaan tempat dan
barang-barang pendukung” (Wawancara: Senin, 28 Mei 2018
10.15 WIB. Kantor Kecamatan Cipocok Jaya)
Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan dari Kasi Trantib
Kecamatan Curug:
“Strategi yang penting dalam penataan dan pemberdayaan ini
adalah saran dan prasarana” (Wawancara:Senin, 28 Mei
2018 13.20 WIB. Kantor Kecamatan Curug)
104
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan dari Kasi
Pembangunan Ekonomi Kecamatan Kasemen, beliau mengatakan:
“Strategi dalam proses implementasi ini adalah pemberian
sarana dan prasarana secara langsung” (Wawancara: Rabu, 30
Mei 2018 13.50 WIB. Kantor Kecamatan Kasemen)
Bedasarkan wawancara dari I1.7, I1.9, I1.4, I1.5, I1.6 dan I1.8 di atas,
kita dapat mengetahui bahwa penyediaan sarana merupakan hal
penting dalam suatu peningkatkan keberhasilan dari peraturan daerah
tentang penataan dan pemberdayaan ini.
Bedasarkan uraian atapun hasil pemaran para informan
mengenai sumber daya yang dilibatkan adalah suatu faktor yang
sangat penting dalam peningkatan keberhasilan suatu peraturan
daerah, dengan memperhitungkan faktor ini suatu peraturan akan
menjadi lebih efisien dan efektif dalam pengimplementasian suatu
perda.
4.3.1.2.2 Karakteristik lembaga dan penguasa
Implementasi suatu kebijakan bisa dikatakan berhasil apabila
karakteristik yang tercermin dari sikap ataupun kepemimpinan yang
dimiliki oleh lembaga atau pelaksana kebijakan sesuai dengan tujuan
dari kebijakan. Kepemimpinan seseorang dari suatu lembaga
memiliki pengaruh terhadap suatu implementasi kebijakan, karena
peraturan teknis pelaksana kebijakan merupakan tanggungjawab dari
masing-masing pemimpin dari suatu lembaga teknis pelaksana
105
kebijakan. Adapun karakteristik dari Disperindagkop menurut Kasi
Pembangunan Ekonomi Kasemen:
“Kepemimpinan berjalan dengan baik dari penjalanan perda
ini, tapi dalam memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan lain
tidak diperhatikan” (Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 13.50
WIB. Kantor Kecamatan Kasemen)
Hal serupa dijelaskan Sekertaris Kecamatan Taktakan yang
mengatakan bahwa:
“Semua sudah berjalan sesuai pertauran yang ada, dari
pemberian sarana namum perhitungan pembelian dari produk
tidak dicarikan solusinya” (Wawancara: Rabu, 23 Mei 2018
08.15 WIB. Kantor Kecamatan Taktakan)
Hal serupa juga dipertegas oleh Kasi Tranrib Kecamatan
Cipocok jaya, beliau mengatakan:
“semua sesuai dari rencana yang diatur dalam peraturan
daerah ini, namun disayangkan dalam penempatan usaha yang
akan maupun yang sudah dipindahkan tidak meliat dari faktor
barang yang diperjualkan oleh PKL” (Wawancara: Senin, 28
Mei 2018 10.15 WIB. Kantor Kecamatan Cipocok Jaya)
Hal serupa sesuai dengan pandangan dari Kasi Trantib
Kecamatan Curug, beliau mengatakan:
“Semua dinas juga menjalankan tugas sesuai dengan arahan
hukum yang ada diperda namun didalam itu tidak ada
memperhitungkan kemana barang ini akan dijual apabila
barang jualannya tidak sesuai dengan kondisi yang ada
ditempat relokasi” (Wawancara:Senin, 28 Mei 2018 13.20
WIB. Kantor Kecamatan Curug)
Bedasarkan pernyataan di atas sesuai dengan Kasi Trantib
Kecamatan Serang, beliau mengatakan:
“sesuai dengan aturan yang ada namum pencarian pembeli
ditempat relokasi harus menjadi suatu pemasukan bagi dinas
106
terkait kedepannya” (Wawancara: kamis. 31 Mei 2018 09.35
WIB. Kantor Kecamatan Serang)
Hal serupa diperkuat oleh Kasi Kecamatan Walantaka yang
menyebutkan:
“Berjalan dengan baik apa yang dilakukan Disperindagkop
dalam pendataan, penataan dan pemberian sarana belum
melihat dari suatu kebutuhan usaha pedagang” (Wawancara:
Rabu, 30 Mei 2018 11.20 WIB. Kantor Kecamatan Walantaka)
Bedasarkan keterangan dari I1.4, I1.5, I1.6, I1.7, I1.8 dan I1.9 dapat
kita ketauhi bahwa karakteristik dari pemimpin Disperindagkop
sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan, namun dalam
pelaksanaan pemindahan ke tempat relokasi tidak melihat dari
permasalah-permasalah baru seperti pencari solusi bagi pedagang
dalam mencari pembeli yang sesuai dengan apa yang mereka jual.
Dalam hal karakteristik suatu lembaga merupakan penentu
suatu peraturan yang sudah dijalankan, apabila karakteristik lembaga
tidak memperhatikan kondisi secara berkala maka akan peraturan
yang sudah berjalan dengan baik sekarang tidak menutup
kemungkinan peraturan ini akan menjadi tidak berjalan lagi
kedepannya.
4.3.1.2.3 Kepatutan daya tanggap
Hal ini juga bagian penting dari proses implementasi
kebijakan, dimana tingkat kepatuhan dan adanya respon dari para
pelaksana kebijakan merupakan aksi nyata dari para dinas pelaksana
untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam
107
pengimplementasian Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima agar dapat terlaksana dengan baik, secara optimal dan berdaya
guna. Maka berkaitan dengan hal tersebut, maka ada beberapa aturan
serta mekanismenya dari setiap instansi dalam melaksanakan
tugasnya. Untuk pelaksanaan Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima ini tentunya terkoordinasi dengan baik. Semua elemen
atau para pelaksana tersebut tentunya memiliki tugas dan fungsi
masing-masing dalam melaksanakan kepatuhan masing-masing
dalam Penataan dan Pemberdayaan tersebut. Adapun kepatuhan
menurut Kepala UPTD Kota Serang adalah:
“Kepatuhan dalam dinas sudah baik dan terukur dalam
pelaksanaannya, seperti dinas memberikan fasilitas berupa
tempat untuk membuka suatu usaha, lalu dari Kesatuan Polisi
Pamong Praja yang mendindak pedagang yang nakal apabila
tidak menghiraukan berkali-kali peringatan” (Wawancara:
Selasa, 22 Mei 2018, 10.30 WIB. Kantor Disperindagkop Kota
Serang)
Bedasarkan pernyataan di atas, di perkuat juga oleh Kasi
Pengeloaan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota
Serang, beliaung mengatakan:
“Dalam perda ini semua dinas-dinas yang terkait menjalankan
suatu perda yang telah dibuat, karena dinas-dinas yang terkait
akan membuat laporan dari pengimplementasian perda ini”
(Wawanacara: Jumat, 12 Mei 2018 13.15 WIB Kantor
Disperindagkop Kota Serang)
Hal ini juga dipertegas oleh Kasi Penegakan Produk Hukum
Daerah Satuan Polisi Pamong Praja yang mengatakan:
Dalam mengimplementasikan Perda ini sudah berjalan dengan baik karena dalam penataan ini dinas-dinas terkait sudah
108
menjalankan sesuai dengan SOP yang berlaku (Wawancara:
Senin, 21 Mei 2018 15.00 WIB. Kantor Satpol PP Kota Serang)
Dari pernyataan dari I1.2, I 1.1 dan I 1.3 di atas, kita dapat
mengetahui bawah mengetahui bahwa dinas-dinas yang menjadi
pihak pengimplementatornya sudah berjalan dengan baik sesuai
dengan tupoksi dari dinas tersebut, hal tersebut sesuai dengan
keterangan dari Sekertaris Kecamatan Taktakan, pernyataan beliau
adalah:
“sudah berjalan kok, sekarang pedagang kaki lima sudah
semakin jarang terlihat yang memakai fasilitas umum, namum
masih ada yang bandel sampai sekarang” (Wawancara: Rabu,
23 Mei 2018 08.15 WIB. Kantor Kecamatan Taktakan)
Hal yang sama juga dikatakan oleh Kasi Pembangunan
Ekonomi Kecamatan Kasemen, beliau mengatakan:
“Kita terbantu dalam pengontrolan pedagang karena dinas
Disperindagkop selalu rutin mendata para PKL dan juga Satpol
PP juga sering malakukan penertiban kepada pedagang PKL”
(Wawancara: Rabu, 30 Mei 2018 13.50 WIB. Kantor
Kecamatan Kasemen)
Menurut Kasi Trantib Kecamatan Serang juga mengatakan hal
yang serupa, berikut pernyataan beliau:
“sudah berjalan dengan baik semua bagian dinas pelaksa,
apalagi Satpol PP yang sekarang rutin mengusur pedagang yang
bandel yang berjualan di fasilitas umum” (Wawancara: kamis. 31
Mei 2018 09.35 WIB. Kantor Kecamatan Serang)
Pernyataan inipun diperkuat oleh Kasi Trantib Kecamatan
Curug, menurut beliau adalah:
109
“Sudah patuh dinas terkait, sekarang bagaimana pedagangnya
dalam merespon tindakan dinas” (Wawancara:Senin, 28 Mei 2018
13.20 WIB. Kantor Kecamatan Curug)
Hal demikian juga disampaikan oleh Kasi Trantib Kecamatan
Walantaka, beliau mengatakan:
“Kepatuhan para aktor dalam ini dinas terkait sudah berjalan,
dari Disperindagkop udah sering mendata dan juga dari Satpol
PP yang mendindak para pedagang-pedagang” (Wawancara:
Rabu, 30 Mei 2018 11.20 WIB. Kantor Kecamatan Walantaka)
Pernyataan di atas juga ditegaskan oleh Kasi Trantib
Kecamatan Cipocok Jaya, yang mengatakan:
“sudah jelas kepatuhannya, Satpl PP dan Disperindagkop
sudah menjalankan tupoksinya dengan perhitungan yang
mereka miliki masing-masing” (Wawancara: Senin, 28 Mei
2018 10.15 WIB. Kantor Kecamatan Cipocok Jaya)
Bedasarkan keterangan dari I1.7, I1.8, I1.6, I1.9, I1.4 dan I1.5 di atas,
kita dapat mengetahui bahwa kinerja dinas dalam menjalankan
peraturan daerah tentang penataan dan pemberdayaan pedagang kaki
lima sudah berjalan dengan baik, bisa dilihat dari berbagai kondisi
yang sudah ada. Hal serupa ditegaskan oleh pernyataan dari
pengguna jalan, yang megatakan:
“Baik kok, saya sebagai masyarakat juga tau pedagang di
stadion sini itu pindahan dari alun-alun yang katanya
pedagang akan pindahkan lagi, dari sini bisa dilihat orang
dinas sudah berkerja dengan seharusnya” ()
Hal serupa sesuai dengan pernyataan dari ketua paguyuban
kota Serang, yang mengatakan:
“Baik dari Disperindagkop sudah membuat sarana tinggal
tunggu pemindahan saja, kala satpol PP sering melakukan
110
penggusuran dengan beberapa kali peringatan” (Wawancara:
kamis, 31 Mei 2018 12.32 WIB. Rumah Informan, Cipocok)
Hal di atas serupa juga di tegaskan oleh pedagang kaki lima
yang mengatakan:
“Sudah patuh kok,dari sisi disperindagkop sudah mulai
menjalankan perintah pemindahan teman-teman kami, kalau
Satpol PP juga sudah sesuai prosedur memakai SP 1 sampai
3” (Wawancara: kamis, 31 mei 2018 14.20 WIB. Stadion
Mualana Yusuf)
Bedasarkan uraian atapun hasil pemaran para informan
mengenai kepatuhan daya tanggap dan kondisi di lapangan, bahwa
pelaksana dari dinas yang terkait sudah baik dengan upaya beberapa
tindakan tegas pedagang, namun dalam faktor ini kepatuhan yang
tanggap juga belum mampu membuat pedagang yang akan membuat
lapak maupun dagangan baru yang sudah jelas bahwa trotoar tidak di
peruntukan oleh mereka.
4.4 Pembahasan
Dalam rangka peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah, penguatan
kelembagaan masyarakat, keberlanjutan pendapingan masyaakat, integrasi
program dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Pemerintah
Kota Serang melaksanakan Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima. Penataan dan pemberdayaan ini merupakan program untuk pedagang
untuk meningkatakan dan mengembangkan usahanya.
Peraturan Penataan dan Pemberdayaan ini diadakan tujuan untuk
tercapainya kesejahteraan pedagang kaki lima di Kota Serang dan
memberikan kesejahteraan hukum dalam berusaha bagi pedagang tersebut
111
serta terpeliharanya sarana prasarana, estetika, kebersihan dan kenyaman
ruang milik publik, pemerintah daerah perlu melakukan penetapan lokasi
pedagang kaki lima sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pelaksanaan
Penataan dan Pemberdayaan di Kota Serang. Dimana bedasarkan
mekanisme implementasi kebijakan menurut Merille S. Grindle dengan
rincian dari dimensi dan indikator yang digunakan, yaitu
1. Isi Kebijakan
a. Kepentingan yang dipengaruhi
b. Tipe manfaat
c. Derajat perubahan yang diharapkan
d. Letak pengambilan keputusan
e. Pelaksana program
f. Sumber daya yang dilibatkan
2. Konteks Implementasi
a. Kekuasaan, strategi aktor yang melibatkan
b. Karakteristik lembaga dan penguasa
c. Kepatuhan daya tanggap
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
mengenai pelaksanaan Program Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima belum berjalan optimal. Dari hasil
observasi dan didukung dengan hasil wawancara peneliti dari
berbagai sumber dan informan terdapat masalah-masalah teknis
112
dalam pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL. Hal ini
sesuai dengan pembahasan dimensi-dimensi yang peneliti
gunakan sebagai pedoman peneliti, yaitu
1. Isi Kebijakan
1.1 Kepentingan yang dipengaruhi
Berkaitan dengan berbagai kepentingan yang
mempengruhi suatu implementasi , indikator ini
berargumen bahwa suatu kebijakan pelaksanaannya
melibatkan kepentingan, dan sejauh mana kepetingan-
kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap
implementasinya. Dalam hal ini, kepentingan-kepentingan
tersebut antaralain kepentingan Dinas Perindustrian,
Perindustrian dan Kopeasi sebagai pelaksana serta
kepentingan dari Satuan Polisi Pamong Praja dalam rangka
kepentingan ketertiban dalam penegakan hukum daerah.
Bedasarkan hasil penelitian dapat diketahui, bahwa
kepentingan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Koperasi sebagai pelaksana dari Peraturan Daerah ini,
sedangkan kepentingan dari Satuan Polisi Pamong Praja
merupakan sebagai penegakan Peraturan Daerah. Tetapi
bedasarkan triangulasi sumber yang dilakukan peneliti
bahwa Dinas Perindustrian menjadi dinas yang bertanggung
jawab kepada pentaan dan pemberdayaan terhadap
pedagang kaki lima tersebut, sementara kepentingan Satuan
113
Polisi Pamong Praja terkai dengan peraturan tentang K3.
Namun peraturan ini hanya difokuskan kepada pemindahan
pedagang kaki lima ketempat yang sudah disediakan oleh
Disperindagkop Kota Serang.
1.2 Tipe Manfaat
Didalam implementasi Peraturan Daerah No 4 Tahun
2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima di Kota Serang terdapat manfaat yang secara nyata
dirasakan oleh pedagang kaki lima yang menerima sarana
prasarana dari Disperindagkop Kota Serang dan juga
manfaat secara langsung bagi masyarakat karena trotoar
yang biasanya digunakan oleh pedagang kaki lima sekarang
menjadi luas dan tidak ditutupi oleh dagangan PKL.
1.3 Derajat Perubahan yang Diharapkan
Didalam implementasi Peraturan Daerah No 4 Tahun
2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima di Kota Serang ditemukan derajat perubahan yang
ingin dicapai adalah demi kesejahteraan pedagang kaki lima
itu sendiri. Namun harus perlu kesiapan dari beberapa
pihak pelaksana dalam melaksanakan kebijkan dengan
dampak dari kebijakan penataan tersebut, karena setiap
usaha yang dijual oleh pedagang memiliki suatu faktor
penting dalam membuka suatu usaha di tempat baru seperti
zona yang jauh dari tempat keramaian. Dan kurangnya
114
perhatian dari dinas Disperindagkop sebagai pelaksana
peraturan daerah ini dalam melihat perubahan derajat
ekonomi, seperti perubahan pendapatan dari tempat relokasi
dengan pendapatan sebelum relokasi.
1.4 Letak Pengambilan Keputusan keputusan
Letak Pengambilan Keputusan keputusan terletak
pada siapa yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
suatu implementasi kebijakan. Pada kategori letak
pengambilan keputusan adalah wewenang dari Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi sebagai pelaksana
tugas dalam hal pendataan, penataan dan pemberdayaan
dalm peraturan daerah ini serta Satuan Polisi Pamong Praja
dalam membantu untuk menjankan tugas.
1.5 Pelaksana Program
Keberhasilan suatu kebijakan tentunya harus
didukung dengan adanya pelaksanaan yang sinergis dan
selaras, sehingga tujuan bisa tercapai seutuhnya. Kordinasi
terjalin dengan baik antara 2 Dinas dan 6 Kecamatan terkait
dengan Implementasi Implementasi Peraturan Daerah No 4
Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang
Kaki Lima di Kota Serang, yaitu Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi sebagai pelaksa teknis dengan
Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penegakan Peraturan
Daerah. Mekanisme dalam melakukan Peraturan Daerah ini
115
adalah dengan Disperindagkop mendata Pedagang Kaki
Lima yang menempati tempat publik lalu berkordinasi
dengan Satpol PP, yang selanjutnya memberi surat
peringatan sebanyak 3 kali, dengan konsekuensi apabila
tidak ditindak lanjuti oleh pedagang akan dilakukan
penertiban.
1.6 Sumber daya yang dilibatkan
Keberhasilan suatu kebijakan tentunya harus
didukung dengan adanya sumber daya yang dilibatkan oleh
pelaksana tugas maupun dinas terkait dalam membantu
peraturan daerah ini berjalan dengan semestinya, oleh
karena itu sumber daya yang melibatkan sarana dan prasana
merupakan bagian penting untuk memberikan hal positif
bagi implementasi perda ini.
2. Konteks Implementasi
2.1 Kekuasaan, strategi aktor yang melibatkan
Dalam suatu kebijakan perlu diperhitukan suatu
strategi dalam pengimplementasian suatu peraturan daerah,
karena keberhasilan suatu peraturan daerah akan
dipengaruhi oleh strategi dari aktor yang terlibat
didalamnya, oleh karena itu aktor yang terlibat harus sesuai
bekerja sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu:
116
a) Kesejahteraan merupakan bagian pentinga bagi para
pedagang yang mengikuti peraturan daerah ini,
dengan melihat beberapa aspek seperti kepastian
hukum bagi mereka.
b) Membuat sarana prasarana publik digunakan oleh
masyarakat umum tanpa digunakan oleh segelintir
kepentingan usaha suatu pedagang dengan tujuan
demi membuat kebersihan dan kenyamanan ruang
publik.
2.2 Karakteristik lembaga dan penguasa
Lingkungan dimana suatu kebijakan dilaksanakan
juga berpengaruh terhadap kerberhasilannya, maka pada
bagian ini dijelaskan kaakteristik dari lembaga yang akan
turut mempengaruhi suatu kebijakan. Dan dari hasil
penelitian bahwa kepemimpinan dari Dinas Perindustrian
berjalan baik. Kepemimpinan Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi berjalan dengan tegas dan
mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan. Hal tersebut
juga didukung pula oleh pendapat Kasi Trantib Kecamatan
Walantaka yang menganggap bahwah pendataan penataan
dan pemberan sarana belum melihat dari suatu kebutuhan
usaha pedagang
117
2.3 Kepatuhan daya tanggap
Hal ini dirasakan penting dalam proses pelaksanaan
suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para
pelaksana, maka hendak dijelaskan pada poin ini adalah
sejauh mana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam
menanggapi suatu kebijakan. Setelah pelaksanaan kebijakan
yang dipengaruhi oleh isi kebijakan yang diterapkan, maka
dapat mengetahui seberapa besar kontribusi dalam
Implementasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki
Lima ini
118
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan mengenai
Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
penataan dan Pemberdayaan Pedegang Kaki Lima di Kota Serang Tahun 2018,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada implementasi yang dilaksanakan
belum dapat dikatakan berhasil dan berjalan optimal. Masih ada beberapa
masalah penghambat dalam pelaksanaan kebijakan di Kota Serang. Berbagai
temuan di lapangan ditemukan bahwa di dalam implementasi terdapat
kesalahan dalam membangun fasilitas karena jauh dari tempat keramaian atau
pusat kegiatan masyarakat, tidak ada tata cara prosedur dalam melakukan
pendaftaran PKL masih sangat manual tanpa ada SOP yang dibuat, pelaksanaan
peraturan daerah ini baru sebatas dalam pemberian sarana relokasi tanpa
memberikan pelatihan khusus untuk para pedagang kaki lima, kurangnya
sosialisasi pemerintah kepada masyarakat sekitar perihal pengenalan tempat
relokasi seperti yang telah disiapkan di daerah Kepandean dan Pasar Rakyat
Kec. Kasemen sehingga keberadaan sarana dan prasarana tersebut kurang
dikenal keberadaannya dan terbengkalai serta tidak melibatkan dinas lain dalam
mensukseskan peraturan daerah ini.
119
5.2 Saran
Bedasarkan kesimpulan diatas, maka agar implementasi pada program
penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di Kota Serang dapat berjalan
dengan baik dan sesuai, maka kiranya peneliti menyampaikan beberapa sarán
terkait hal tesebut:
1. Membangun fasilitas baru dengan pertimbangan berbagai sektor seperti
fasilitas yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
2. Membuat SOP dalam melakukan pendataan agar dinas terkait yang
melaksanakan peda ini dapat mengatasi masalah sesuai dengan bidang
atau jenis usaha pedagang kaki lima
3. Memberikan pemberdayaan kepada PKL agar pedagang dapat mandiri
dan mempunyai kepastian hukum.
4. Berkerja sama dengan dinas lain dalam membantu Disperingakop demi
keberhasilan Perda ini seperti peremajaan fasilitas.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Agustino, Leo. 2006. Politik dan Kebijakan Publik. Bandung : AIPI
___________. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta
.
Ali, Faried, Andi Syamsu Alam dan Sastro M. Wantu. 2012. Studi Analisa Kebijakan.
Bandung : Refika Aditama
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Nugroho, Riant. 2011. Public Policy Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan,
Manajemen Kebijakan. Jakarta : Alex Media Komputindo
_____________. 2012. Public Policy Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan,
Manajemen Kebijakan. Jakarta : Alex Media Komputindo
Permadi, Gilang. 2007. Pedagang Kaki Lima : Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini. Jakarta :
Yudhistira.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
________. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : PT Rineka Cipta
Tangkilisan, Hesel Nogi S. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta :
Yayasan Pembaruan Administrasi Negara Publik Indonesia (Ypapi) & Lukman
Offset
Wachab, Solichin Abdul. 2005. Analisis Kebijakan; dari Formulasi ke Penyusunan
Model-model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta : PT Bumi Aksara
Widya Wicaksono, Kristian. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik. Yogyakarta : CAPS
____________. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta : Media
Pressindo
DOKUMEN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Serang : Data PKL Kota Serang
Tahun 2015
SUMBER LAIN :
www.serangkota.bps.go.id : Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Serang tahun
2014. Diakses pada 25 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB
www.kbbi.kemendikbud.go.id : Pengertian Tentang Sektor Informal. Diakses tanggal 25
Oktober pukul 17.00 WIB
www.bphn.go.id : Luas Total Wilayah Indonesia. Diakses tanggal 12 Maret 2018 Pukul
19.00 WIB
Jurnal Wahyu Ira Fitri Y.W. Implementasi Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 19
Tahun 2001 Tentang Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima
WALIKOTA SERANG
PROVINSI BANTEN
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA SERANG,
Menimbang : a. bahwa Pedagang Kaki Lima merupakan bagian
dari pelaku usaha perekonomian sektor informal
yang perlu dilakukan penataan dan pemberdayaan
untuk meningkatkan dan mengembangkan
usahanya;
b. bahwa pertumbuhan pedagang kaki lima yang terus
meningkat berdampak pada fungsi sarana dan
prasarana kawasan perkotaan, estetika, kebersihan
serta terganggunya kenyamanan ruang milik publik,
dan kelancaran lalu lintas
c. bahwa untuk memberikan kepastian hukum dalam
berusaha bagi pedagang kaki lima dan
terpeliharanya sarana prasarana, estetika,
kebersihan dan kenyamanan ruang milik publik
pemerintah daerah perlu melakukan penetapan
lokasi pedagang kaki lima sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu
ditetapkan Peraturan Daerah tentang Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4010);
4. Undang-Undang …………….
- 2 -
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4748);
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4866);
8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3208);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
13. Peraturan ……………..
- 3 -
13. Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 291);
14. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2010 Nomor 10 Tambahan Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2009 Nomor 35);
15. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2011 Nomor 6 Tambahan Lembaran Daerah Kota Serang Tahun 2011 Nomor 44);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SERANG
dan
WALIKOTA SERANG
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Daerah Kota Serang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4. Walikota adalah Walikota Serang.
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Serang.
6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah;
7. Camat adalah Pemimpin dan Koordinator Penyelenggaraan Pemerintahan di wilayah kerja Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh Pelimpahan kewenangan Pemerintahan dari Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, dan menyelenggarakan Tugas umum Pemerintahan;
8. pedagang …………….
- 4 -
8. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah kota dan/atau swasta baik yang sementara/tidak menetap
9. Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui penetapan Lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban dan penghapusan Lokasi PKL dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
10. Pemberdayaan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim usaha dan pengembangan usaha terhadap PKL sehingga mampu tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun kuantitas usahanya.
11. Tanda daftar usaha yang selanjutnya disebut TDU, adalah surat yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha PKL sekaligus sebagai alat kendali untuk pemberdayaan dan pengembangan usaha PKL dilokasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota.
12. Lokasi PKL adalah tempat untuk menjalankan usaha PKL yang berada di lahan dan/atau bangunan milik pemerintah daerah dan/atau swasta;
13. Tempat Kegiatan Usaha yang selanjutnya disebut TKU adalah tempat yang berada dalam Lokasi PKL yang telah ditetapkan untuk kegiatan Usaha PKL berdasarkan TDU yang dimiliki.
14. Kemitraan adalah kerja sama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang melibatkan PKL dengan pelaku usaha sektor formal dan masyarakat.
15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Serang.
BAB II RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi :
a. penataan dan pemberdayaan PKL;
b. hak dan kewajiban;
c. pembentukan Tim Koordinasi;
d. pembinaan dan pengawasan;
e. pendanaan;
f. larangan;
g. sanksi administrasi;
h. penyidikan;
i. ketentuan pidana.
Pasal 3 ………………..
- 5 -
Pasal 3 Peraturan Daerah bertujuan :
a. memberikan kesempatan berusaha bagi PKL melalui penetapan lokasi sesuai dengan peruntukannya;
b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha PKL menjadi usaha ekonomi mikro yang tangguh dan mandiri; dan
c. untuk mewujudkan kota yang bersih, indah, tertib dan aman dengan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dan berwawasan lingkungan.
BAB III PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PKL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4 (1) Walikota melaksanakan penataan dan pemberdayaan PKL sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Penataan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara : a. pendataan PKL;
b. pendaftaran PKL;
c. penempatan dan pemindahan PKL;
d. penetapan lokasi dan penghapusan lokasi PKL; dan
e. peremajaan Lokasi PKL.
(3) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. peningkatan kemampuan berusaha;
b. fasilitasi akses permodalan;
c. fasilitasi bantuan sarana dagang;
d. penguatan kelembagaan;
e. fasilitasi peningkatan produksi;
f. pengolahan, pengembangan jaringan dan promosi; dan
g. pembinaan dan bimbingan teknis.
Bagian Kedua Penataan PKL
Paragraf 1
Pendataan PKL
Pasal 5 (1) Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan perdagangan
melakukan pendataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a.
(2) Tahapan dalam melakukan pendataan PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersama aparat kecamatan dengan cara antara lain: a. membuat jadwal kegiatan pelaksanaan pendataan;
b. memetakan Lokasi; dan
c. melakukan validasi/pemutakhiran data.
Pasal 6 …………….
- 6 -
Pasal 6 (1) Pendataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a
dilakukan berdasarkan:
a. identitas PKL;
b. lokasi PKL;
c. jenis tempat usaha;
d. bidang usaha;
e. modal usaha; dan
f. volume penjualan.
(2) Data PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai
dasar untuk penataan dan pemberdayaan PKL.
Paragraf 2
Pendaftaran PKL
Pasal 7
(1) Walikota melalui SKPD yang membidangi urusan perdagangan melakukan pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf b.
(2) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh SKPD yang membidangi urusan perdagangan bersama dengan Camat.
(3) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pengendalian PKL dan menjamin kepastian hukum berusaha.
Pasal 8
(1) Pendaftaran PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf
b dilakukan terhadap 2 (dua) kategori PKL, yaitu PKL lama dan PKL baru.
(2) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melengkapi dan
menyampaikan berkas pendaftaran usaha kepada SKPD yang membidangi urusan perdagangan.
(3) Syarat dan tata cara pendaftaran PKL lebih lanjut diatur dengan Peraturan Walikota.
Paragraf 3
Penempatan dan Pemindahan PKL
Pasal 9
(1) Penempatan PKL dilakukan berdasarkan proses pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1).
(2) Penempatan PKL dilakukan setelah mendapat TDU sesuai dengan
lokasi yang telah ditetapkan.
Pasal 10 (1) PKL yang menempati lokasi yang tidak sesuai peruntukannya
dilakukan pemindahan atau relokasi ke lokasi yang telah ditetapkan.
(2) Penempatan dan Pemindahan PKL ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
paragraph ………………
- 7 -
Paragraf 4 Penetapan dan Penghapusan Lokasi PKL
Pasal 11
(1) Walikota menetapkan lokasi sesuai peruntukannya sebagai lokasi tempat kegiatan usaha PKL
(2) Penetapan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial, budaya, estetika, ekonomi, keamanan, ketertiban, kesehatan, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Rencana detail Tata Ruang.
(3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lokasi binaan yang dilengkapi dengan papan nama atau rambu yang menerangkan :
a. nama Lokasi;
b. klasifikasi dan jenis usaha PKL, dan
c. batasan jumlah PKL. Pasal 12
(1) Lokasi PKL binaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), terdiri atas : a. lokasi permanen; dan b. lokasi sementara.
(2) Lokasi PKL yang bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilengkapi dengan aksesabilitas, dan sarana serta prasarana antara lain fasilitas listrik, air, tempat sampah dan toilet umum.
(3) Lokasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan untuk menjadi Lokasi atau pusat-pusat bidang usaha promosi, produksi unggulan daerah.
(4) Lokasi sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan Lokasi tempat usaha PKL yang terjadwal sampai jangka waktu yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 13
Lokasi tempat usaha PKL yang terjadwal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
Pasal 14 (1) Penghapusan Lokasi PKL yang tidak sesuai dengan peruntukkannya
dilakukan penertiban dan ditata sesuai dengan fungsi peruntukannya.
(2) penghapusan Lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
Pasal 15 Tata cara penetapan dan pengahpusan lokasi PKL diatur lebih lanjut dengan Pertaturan Walikota .
Paragraf 5 Peremajaan Lokasi PKL
Pasal 16
(1) Pemerintah Daerah melakukan peremajaan Lokasi PKL binaan.
(2) Peremajaan Lokasi PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk meningkatkan fungsi prasarana, sarana dan utilitas kota.
bagian …………..
- 8 -
Bagian Ketiga Pemberdayaan PKL
Pasal 17
(1) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) dilakukan melalui :
a. penetapan ke dalam dokumen rencana pembangunan daerah;
b. penetapan kebijakan pelaksanaan pemberdayaan PKL.
(2) Walikota dalam melakukan pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) antara lain dapat dilakukan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan / CSR (Corporate Sosial Responsibility).
(3) Pemberdayaan PKL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan pemberdayaan PKL dan fasilitasi kemitraan dengan dunia usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain:
a. penataan peremajaan tempat usaha PKL;
b. peningkatan kemampuan berwirausaha melalui bimbingan, pelatihan dan bantuan permodalan;
c. promosi usaha dan event pada lokasi binaan ; dan
d. berperan aktif dalam penataan PKL di Lokasi perkotaan agar menjadi lebih tertib, bersih, indah dan nyaman.
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PKL
Pasal 18 PKL mempunyai hak :
a. mendapatkan pelayanan pendaftaran usaha PKL;
b. melakukan kegiatan usaha di Lokasi yang ditetapkan;
c. mendapatkan informasi dan sosialisasi atau pemberitahuan terkait dengan kegiatan usaha di Lokasi PKL;
d. mendapatkan pengaturan, penataan, pembinaan, supervisi dan pendampingan dalam pengembangan usahanya; dan
e. mendapatkan pendampingan dalam mendapatkan pinjaman permodalan dengan mitra bank.
Pasal 19
PKL mempunyai kewajiban antara lain:
a. memiliki TDU;
b. melaksanakan kegaiatan usaha PKL di TKU sesuai dengan TDU;
c. mematuhi waktu kegiatan usaha yang telah ditetapkan oleh Walikota;
d. memelihara keindahan, ketertiban, keamanan, kebersihan dan kesehatan lingkungan Lokasi PKL dan/atau TKU;
e. menempatkan dan menata barang dagangan dan/atau jasa serta peralatan dagangan dengan tertib dan teratur;
f. tidak mengganggu lalu lintas dan kepentingan umum; dan
g. menyerahkan TKU tanpa menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun, apabila tidak dilaksanakan kegiatan usaha selama 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu Lokasi tersebut dibutuhkan oleh pemerintah Kota.
BAB V …………………
- 9 -
BAB V PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI
Pasal 20
(1) Walikota membentuk Tim Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan PKL dengan keputusan walikota.
(2) Tim Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan PKL terdiri atas : a. Ketua : Sekretaris Daerah
b. Sekretaris : SKPD yang membidangi Perdagangan
c. Anggota : - SKPD terkait
- Satpol PP
- Camat
- Pelaku Dunia Usaha dan/atau kelembagaan PKL yang berkomitmen membantu pemberdayaan PKL.
(3) Tim Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan PKL bertugas melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penataan dan pemberdayaan PKL di daerah.
(4) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 21
(1) Walikota menyampaikan laporan hasil pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL kepada Gubernur Provinsi Banten.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Dalam negeri.
(3) Laporan pelaksanaan penataan dan pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan terkait dengan pendanaan yang diberikan oleh Provinsi banten dan/atau Pemerintah.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling lambat pada akhir bulan Februari tahun berikutnya.
BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 22
(1) tim Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan PKL melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL di daerah.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Banten;
b. pendataan PKL;
c. sosialisasi kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL;
d. perencanaan dan penetapan Lokasi binaan PKL;
e. koordinasi dan konsultasi pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL;
f. bimbingan teknis, pelatihan, supervisi kepada PKL;
g. mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dalam penataan dan pemberdayaan PKL; dan
BAB VII ……………….
- 10 -
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 23
Biaya pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Banten;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Serang; dan
d. Lain-lain sumber pendapatan yang sah dan tidak mengikat.
BAB VIII
LARANGAN
Pasal 24
Setiap orang dilarang :
a. melakukan kegiatan usaha PKL tanpa izin TDU
b. melakukan kegiatan usaha PKL di luar Kasawan PKL dan/atau TKU;
c. merombak, menambah dan mengubah fungsi serta fasilitas yang ada
di Lokasi PKL dan/atau TKU yang telah ditetapkan;
d. menempati Lokasi PKL dan/atau TKU untuk tempat tinggal;
e. melakukan transaksi perdagangan dengan PKL di luar Lokasi PKL
yang ditetapkan.
Pasal 25
Setiap PKL yang memiliki TDU dilarang :
a. melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan TDU;
b. memperdagangkan barang atau jasa yang tidak sesuai dengan TDU;
c. menelantarkan dan/atau membiarkan kosong TKU secara terus-
menerus selama 1 (satu) bulan;
d. menggunakan badan jalan untuk tempat usaha, kecuali yang
ditetapkan untuk Lokasi PKL terjadwal dan terkendali; dan
e. memperjualbelikan atau menyewakan TKU kepada pedagang lainnya;
dan.
f. melakukan kegiatan usaha dengan cara merusak dan atau mengubah
bentuk TKU, trotoar, fasilitas umum, dan/atau bangunan di
sekitarnya.
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 26
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dikenakan sanksi
administrasi berupa pencabutan TDU PKL.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 25 huruf f, selain dikenakan
pencabutan TDU PKL, juga diwajibkan untuk mengembalikan kondisi
semula sebelum terjadinya perusakan atau perubahan.
BAB X ………………..
- 11 -
BAB X
PENYIDIKAN
Pasal 27
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan
Penyidikan Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota yang
diangkat oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan Tindak Pidana, agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai
Orang Pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan
yang dilakukan sehubungan dengan Tindak Pidana;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari Orang Pribadi atau
Badan sehubungan dengan Tindak Pidana;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan
Tindak Pidana;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan
tugas penyidikan Tindak Pidana;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang
berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau
dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan Tindak Pidana;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau melakukan tindakan lain yang
perlu untuk kelancaran penyidikan Tindak Pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya Penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya, Penyidik tidak berwenang melakukan
penangkapan dan penahanan.
BAB XI ………………..
- 12 -
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 28
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) bulan atau denda paling banyak Rp. 3.000.000.- (tiga juta
rupiah).
(2) PKL yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf f dan tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) diancam dengan pidana
kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000,-(lima juta rupiah).
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
adalah pelanggaran.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang telah melaksanakan tugas pokok dan fungsi dibidang
perdagangan untuk menyesuaikan.
Pasal 30
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka segala ketentuan
aturan yang sudah ada perlu dilakukan penyesuaian.
Pasal 31
Tim Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan PKL melaksanakan tugasnya
berdasarkan peraturan daerah ini paling lama 6 (enam) bulan sejak
ditetapkannya Keputusan Walikota tentang Pembentukan tim Koordinasi
Penataan dan Pemberdayaan PKL.
Pasal 32
(1) Dalam penempatan PKL, Pemerintah Daerah menyediakan lokasi
pedagang paling lama 2 (dua) tahun.
(2) Bagi PKL yang sudah ada, perlu dilakukan penataan dan penempatan
pada lokasi yang telah ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan.
(3) Penetapan lokasi PKL binaan harus sesuai dengan Rencana Detail
Tata Ruang wilayah paling lama 2 (dua) tahun sejak diundangkannya
peraturan daerah ini.
BAB XIII …………………
- 13 -
BAB XIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Serang.
DDiitteettaappkkaann ddii SSeerraanngg
ppaaddaa ttaannggggaall 44 AAgguussttuuss 22001144
WWAALLIIKKOOTTAA SSEERRAANNGG,,
T b . H A E R U L J A M A N
Diundangkan di Serang pada tanggal 8 Agustus 2014 SEKRETARIS DAERAH
KOTA SERANG
MM .. MM AA HH FF UU DD
LEMBARAN DAERAH KOTA SERANG TAHUN 2014 NOMOR 4
Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM
SUGENG YULIANTO, SH NIP.19610720 198701 1 002 NOREG PERATURAN DAERAH KOTA SERANG PROVINSI BANTEN (NOMOR URUT PERDA 4 ) / ( TAHUN 2014 )
- 14 -
P E N J E L A S A N
A T A S
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG
NOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA
I. UMUM
Pedagang Kaki Lima merupakan bagian dari pelaku usaha
perekonomian sektor informal yang perlu dilakukan penataan dan
pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya,
pertumbuhan pedagang kaki lima yang terus meningkat berdampak pada
fungsi sarana dan prasarana kawasan perkotaan, estetika, kebersihan
serta terganggunya kenyamanan ruang milik publik, dan kelancaran lalu
lintas.
Untuk memberikan kepastian hukum dalam berusaha bagi
pedagang kaki lima dan terpeliharanya sarana prasarana, estetika,
kebersihan dan kenyamanan ruang milik publik pemerintah daerah perlu
melakukan penetapan lokasi pedagang kaki lima sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, oleh karena itu Pemerintah Kota Serang
memandang perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Serang tentang
Penataan Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9 ………………………..
- 15 -
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21 .
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25 .
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31 ………………………
- 16 -
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 75
LAMPIRAN
Wawancara peneliti dengan dengan Bapak Sugiri (Kepala UPTD Disperindagkop
Kota Serang)
Wawancara peneliti dengan dengan Bapak Sugiri (Kepala UPTD Disperindagkop
Kota Serang)
Wawancara peneliti dengan dengan Bapak Sugiri (Kepala UPTD Disperindagkop
Kota Serang)
Wawancara peneliti dengan dengan Bapak Sugiri (Kepala UPTD Disperindagkop
Kota Serang)
Wawancara peneliti dengan dengan Bapak Sugiri (Kepala UPTD Disperindagkop
Kota Serang)