INSPEKSI K3 TERHADAP SANITASI DAN LINGKUNGAN KERJA DI
RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM
Proposal diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Metode Penelitian
yang di bimbing oleh : DR. Didik Hadiyatno,SE.,M.SI
Disusun Oleh :
Nama : Eman Sonda
NPM : 13.11.106.701501.0970
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
JURUSAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan izin dan
ridhonya proposal penelitian ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap
dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.Yang telah membawa
kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.
Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah metodelogi
penelitian dan terimakasih saya ucapkan kepada dosen mata kuliah
metode penelitian Universitas Balikpapan (UNIBA) DR. Didik Hadiyatno,SE.,M.SI
yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. proposal yang
mengambil judul atau kajian tentang “ Inspeksi K3 terhadap Sanitasi dan Lingkungan
Kerja di Rumah sakit Pupuk Kaltim”.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini,
oleh karena itu bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat penting demi hasil
penelitian yang lebih baik.
Saya berharap Proposal ini sedikit banyaknya memberi manfaat khususnya bagi
penyusun sendiri umumnya bagi semuanya.
Balikpapan 10 Juni 2015
EMAN SONDA
DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………....……………………………I
Kata Pengantar………………………………………….....………………………….II
Daftar Isi………………………………………………......………………………….III
BAB I PENDAHULUAN
1..1 Latar Belakang ……………………………………………………...1-5
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….........5
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………..........5
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………........6
1.5 Hipotesis Penelitian ………………………………………………...6-7
1.6 Sistematika Penelitian……………………………………………........7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja (k3)……………………..…8
2.2 Kecelakaan Kerja…………………………………………………....8-9
2.3 Penyakit Akibat Kerja……………………………………………...9-13
2.4 Pengertian Inspeksi K3………………………………………….........13
2.5 Tujuan Inspeksi K3…………………………………………………...13
2.6 Manfaat Inspeksi K3……………………………………………....13-14
2.7 Jenis Inspeksi K3……………………………………………………..14
2.8 Sanitasi dan Lingkungan Kerja……………………..…………......14-15
2.9 Upaya Pencegahan Dan Pengendalian………...……………….....15-19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pengertian Metode Penelitian………………………….……………..20
3.2 Kerangka konsep …………………………………………………20-22
3.3 Populasi Dan Sampel………………………………………………...23
3.4 Definisi Operasional……………………………………………...23-24
3.5 Alat Analisis………….………………………………………...….…24
DAFTAR PUSTAKA……………......…………………………………………….…25
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut buku panduan dalam Pelatihan enam hari untuk Leadhand dan
Foreman yang dilaksanakan oleh PT. Freeport Indonesia mengatakan bahwa
Inspeksi keselamatan kerja bertujuan meniadakan kecelakaan dengan jalan
mengamati penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera melakukan
pembetulan sebelum kecelakaan terjadi. Setiap inspeksi keselamatan kerja harus
mampu mengamati baik kondisi yang berbahaya maupun tindakan yang tidak
aman.
Hampir sama seperti apa yang dikemukakan dalam definisi tadi bahwa
inspeksi merupakan tindakan pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja melalui pemeriksaan rutin dan pengamatan kondisi-kondisi
yang tidak aman.Melalui inspeksi keselamatan kerja tidak hanya unsafe condition
dan unsafe action saja yang diamati, tetapi justru bahaya- bahaya yang terselebung
dibalik kedua kondisi tersebut perlu ditelusuri dan diungkapkan (Alkon, 1998).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
2
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
3
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan
undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan
antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang
sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau
kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya.
Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah
bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap
para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan
upaya-upaya K3 di RS.
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
4
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi
listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi
bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan
di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-
bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik
maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam
rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak (obat– obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Pada umumnya bahaya tersebut dapat dihindari dengan usaha-usaha
pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta penerapan disiplin
kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit / instansi kesehatan.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus
yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
5
tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus
dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%
;contussion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures:
10.8% ; fractures: 5.6% ;multiple injuries: 2.1%; thermal burns: 2%; scratches,
abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain: 12.4% (US
Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi
pada perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia,
diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS,
insiden cedera musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung
menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS
belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan
dari para petugas di RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada di RS.
Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang
diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57%
wanita) serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae.
Ditambahkan juga bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita
petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit
infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit
telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan
pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu
K3 RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 RS lebih efektif,
6
efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3 di RS, baik bagi
pengelola maupun karyawan RS.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di bagian latar belakang mengenai arti pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja bagi kemajuan Rumah sakit tentara maka
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di Rumah Sakit
Pupuk Kaltim ?
2. Apa manfaat pelaksanaan inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di
Rumah Sakit Pupuk Kaltim ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian berdasarkan
permasalahan adalah :
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui Pentingnya inspeksi k3 terhadap sanitasi dan
lingkungan kerja di rumah sakit Pupuk Kaltim
b. Manfaat pelaksanaan inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja
di Rumah Sakit Pupuk Kaltim
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan inspeksi k3 terhadap sanitasi
dirumah sakit Pupuk Kaltim
b. Untuk mengetahui manfaat pelaksanaan inspeksi k3 terhadap lingkungan
kerja di rumah sakit Pupuk Kaltim
7
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi responden
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan responden tentang
pentingnya k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit
2. Bagi institusi rumah sakit
Sebagai masukan agar dapat meningkatakan kualitas kesadaran pentingnya
inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit sehingga
pelanyanan di rumah sakit dapat dicapai lebih optimal.Serta mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, dan melindungi karyawan dari penyakit akibat
kerja.
3. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber data dan
informasi mengenai Pentingnya k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di
rumah sakit
4. Bagi peneliti
Memberikan wawasan yang berarti dan nyata khususnya tentang pentingnya
k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit.
5. Bagi Pasien dan Pengunjung
Meningkatkan mutu pelayanan yang baik untuk kepuasaan pasien dan
pengunjung.
1.5 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan peneliti, dan
masih harus dibuktikan, dites/diuji kebenarannya .Apakah Pentingnya inspeksi K3
terhadap efesiensi dan efektifitas kerja dirumah sakit tentara Balikpapan.
Dari gambaran diatas dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut :
H0 : Adanya pengaruh positif inspeksi k3 terhadap sanitasi
8
H1 : Adanya pengaruh positif Inspeksi k3 terhadap lingkungan kerja
H2 : Adanya pengaruh positif Inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan
kerja.
1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN
Dalam penulisan proposal ini yang merupakan laporan dari hasil
penelitian,direncanakan terdiri dari 3 (tiga) bab, masing-masing bab berisi:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi teori-teori yang mendasari masalah yang akan diteliti,
penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, tempat
dan waktu penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan
data serta, metode dan alat analisis data.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat
pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif
apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk
menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat menekan serendah
mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.
Dasar Hukum K3 yang utama adalah Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945
kemudian diteruskan dengan UU no. 1 tahun 1970, Undang-undang ini membahas
tentang KESELAMATAN KERJA. dari Undang-Undang tersebut diteruskan
dengan permen, PP, SE, undang-undang daerah dan lain sebagainya.
2.2 PENGERTIAN KECELAKAAN KERJA
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tak
terduga karena di belakan peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebihlebih
dalam bentuk perencanaan.Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai
kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling
berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan
kerja pada perusahaan (Suma’mur, 1996).Kecelakan kerja adalah suatu kejadian
yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa
yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.
Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
10
1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak
terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.
2) Tidak di inginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan
kana selalu disetai kerugian baik fisik maupun mental.
3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sekurang-kurangnya
menyebabkan gangguan proses kerja (Tarwaka, 2008).
2.3 PENYAKIT AKIBAT KERJA
Penyakit akibat kerja merupakan seuatu hambatan pada tingkat keamanan
dalam bekerja, dalam hal ini perlu adanya upaya pencegahan, baik untuk
keselamatan maupun kesehatan para pekerja yang ada di lingkungan rumah
sakit. Penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja secara terus menerus setiap hari.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka langkah awal yang penting adalah
pengenalan/identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian
dilakukan upaya pengendalian dengan cara melihat dan mengenal (walk through
inspections).
Dalam lingkungan kerja seseorang dapat terganggu kesehatannya, dan
gangguan kesehatan akibat lingkungn kerja ini cukup banyak terjadi. Penyakit
akibat kerja salah satunya terjadi karena disebabkan kondisi lingkungan kerja
seperti udara dingin, panas, bising, bahan kimia, debu dan lain-lain. Gangguan
kesehatan pada pekerja juga dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun faktor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja
dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya di lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor
kesehatan pekerja yang akan berpengaruh pada prilaku pekerja yang tidak
konsentrasi.
11
Berikut ini merupakan contoh penyakit akibat kerja yang merupakan penyebab
dari lingkungan kerja:
a. Faktor fisik
1. Suara tinggi yang bising melewati ambang batas normal dapat
menyebabkan ketulian
2. Tempratur tinggi dapat menyebabkan hyperpireksi, heat cramp,
heatstres.
3. Radiasi sinar elektromagnetik, radioaktif dapat menyebabkan katarak,
tumor dan lain-lain.
4. Tekanan udara yang tinggi dapat menyebabkan coison disease
5. Getaran dapat menyebabkan gangguan proses metabolism polineurutis,
gangguan syaraf.
6 Penerangan yang kurang dapat merusak penglihatan.
b. Faktor Kimia
1. Bahan-bahan kimia yang masuk melalui saluran pernafasan yang dapat
membuat efek samping alergi, iritasi, korosif, asphyxia.
2. Debu yang dapat mengakibatkan pneumoconioses dan lain-lain
3. Uap dan gas beracun yang dapat menyebabkan keracunan
c. Faktor Biologis
Seperti bakteri, viral diseases, parasitic diseases dan lain-lain
d. Faktor Ergonomi
1. Posisi kerja, alat kerja yang tidak ergonomis, cara kerja yang salah,
konstruksi yang salah sehingga dapat memiliki efek kelelahan terhadap
tubuh.
12
2. Angkat beban yang berat
3. Posisi statis
4. Posisi membungkuk yang tidak ergonomis
e. Faktor Mental Psikologis
1. Hubungan kerja, organisasi kerja, komunikasi social
2. Beban kerja mental kondisi penyakita pasien.
3. Kerja shift
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan di lingkungan rumah sakit belum teratasi dengan baik,
sehingga terjadi kecenderungan peningkatan prevalensi. Dalam hal ini perlu
mendapat perhatian, karena seseorang yang bekerja jika mengalami kecelakaan
atau penyakit akibat kerja bukan hanya berpengaruh pada diri sendiri, tetapi juga
produktifitas kerja menurun dalam pemberian pelayanan kesehatan yang
maksimal terhadap pasien.
Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja pada umumnya disebabkan oleh prilaku petugas dalam kepatuhan
melaksanakan setiap prosedur terhadap kewaspadaan. Melihat hal di atas
tentunya kita perlu menyadari bahwa dalam lingkup pekerjaan di bidang
kesehatan mempunyai banyak resiko terhadap kesehatan pekerja. Tenaga kerja
(tenaga medis dan non medis) yang beresiko terhadap penyakit akibat kerja di
rumah sakit antara lain:
a. Perawat yang setiap hari kontak dengan pasien dalam waktu yang cukup
lama 6 sampai 8 jam perhari, sehingga selalu terpajan terhadap
mikroorganisme pathogen dapat membawa infeksi dari satu pasien ke
pasien yang lain. Hasil penelitian membuktikan bahwa tenaga kerja perawat
banyak ditemukan cedera sprain dan strain, nyeri pinggang, merupakan
keluhan terbanyak yang ditemukan pekerja perawat di rumah sakit. Luka
13
sayat dan tusukan jarum yang tidak sesuai prosedur penggunaannya atau
pada saat pencucian instrument tajam yang beresiko tersayat.
b. Dokter dapat tertular penyakit dari pasien, terpapar bahan kimia anesthesi
halotan yang mudah menguap merembes menembus masker sehingga
menyebabkan gangguan somatic, nyeri kepala, mual sampai gangguan
fungsi saraf pusat. Robeknya sarung tangan dapat menyebabkan cedera
sayatan dan tusukan jarum.
c. Dokter gigi, tingginya kadar HBsAg dan anti HBC para dokter gigi
disbanding dengan petugas kesehatan lain, hal ini diduga sebagai pajanan
air ludah pasien, penyakit infeksi akibat kerja, pajanan dosis rendah seperti
merkuri, pajanan bahan penambal lubang gigi yang berkepanjagan dapat
menyebabkan gangguan gastrointestinal, lesu, anorexia. Nyeri punggung
juga sering dialami oleh karena posisi kerja yang tidak ergonomis.
d. Petugas Gizi, sebagai penyaji diet atau makanan pasien, dalam hal ini
petugas gizi pada umumnya terpajan salmonella dari bahan mentah ikan,
daging dan sayuran yang setiap hari terpapar sehingga beresiko terjadi
gangguan gastrointestinal.
e. Petugas Farmasi yan melayani pembelian dan penyediaan obat-obat pasien
segala penyakit, yang setiap hari akan menghirup bahan-bahan kimia segala
jenis obat-obatan yang merembes dan menembus masker, hal ini dapat
menyebabkan resiko keracunan.
f. Petugas Laboratorium yang setiap hari melakukan pemeriksaan darah, urin,
sputum, feses pasien dengan segala jenis penyakit sehingga akan beresiko
terpajan bakteri maupun virus yang berasal dari bahan objek pemeriksaan.
g. Petugas Radiologi, radiasi merupakan pajanan yang sangat berbahaya bagi
gangguan kesehatan pekerja, dalam hal ini perlu adanya petugas yang lebih
bertanggung jawab dalam upaya pengendaliannya.
14
h. Petugas londri rumah sakit yang setiap hari terpajan dengan bahan linen
yang berasal dari bekas pakai pasien dengan segala jenis penyakit menular,
hal ini dapat menyebabkan penyebaran bakteri maupun virus yang berasal
dari linen kotor. Bakteri dan virus menyebar pada saat petugas londri
melakukan seleksi jenis linen, sehingga sangat beresiko terhadap penyakit
gangguan pernafasan.
2.4 PENGERTIAN INSPEKSI K3
Inspeksi adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu masalah dan
menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan kerugian lain yang dapat
muncul. (Bird, Frank E. and George L. Germain, 1990).
Inspeksi keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi adanya
kondisi dan tindakan yang tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum
kondisi dan tindakan sempat menyebabkan suatu kecelakaan.(Sucofindo,
1998).
2.5 TUJUAN INSPEKSI K3
1. Mengidentifikasi sumber-sumber bahaya potensial yang ada ditempat kerja,
2. Mengevaluasi tingkat risikoterhadap tenaga kerja,
3. mengendalikan sampai tingkat yang aman bagi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja.
Inspeksi tidak ditujukan untuk mencari kesalahan orang, melainkan untuk
menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibat
kan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Sahab Syukri Dr,1997).
2.6 MANFAAT INSPEKSI K3
A.Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
B.Mencegah terjadinya tindakan yang tidak aman dari pekerja.
C.Memelihara kelancaran proses produksi.
15
D.Meningkatkan produktivitas kerja
2.7 JENIS INSPEKSI K3
1. Inspeksi rutin : yaitu inspeksi yang dilakukan secara rutin, misalnya sebelum
pekerjaan dimulai.
2. Inspeksi Berkala : yaitu inspeksi yang dilakukan secara berkala dalam waktu
yang sudah ditentukan, misalnya inspeksi yang dilakukan setiap 6 bulan.
3. Inspeksi khusus : inspeksi yang dilakukan secara khusus, misalnya inspeksi yang
dilakukan pada saat terjadi kecelakaan.
2.8 PENGERTIAN SANITASI DAN LINGKUNGAN
2.8.1 Pengertian Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi
merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan (Arifin, 2009).
Kesehatan lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan
modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada
tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat (Arifin, 2009).
Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan
dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko
menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat
sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Depkes RI, 2009).
2.8.2. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakit
Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan
Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi
pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial
16
psikologi di rumah sakit. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari
penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman,
penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat
pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi,
perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi
nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI, 2004).
Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan
yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan
lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan
prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah
sakit (Depkes RI, 2004).
Pengertian efektivitas kerja didefinisikan oleh para ahli secara berbeda-
beda. Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh
mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Pentingnya efektifitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi,
dan efektifitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi.
2.9 UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai
tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-
orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
Manajemen tidak lepas dari SDM ( sumber daya aktif), koordinasi antar
manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan merupakan proses manajemen
yang meliputi 5 (lima) elemen dasar sumber daya manusia :
1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan,
2. proses dilakukan secara rasional,
17
3. melalui manusia lain,
4. menggunakan metode dan teknik tertentu,
5. dalam lingkungan organisasi tertentu.
Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya manusia,
sebagai berikut:
1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik,
mental, pendidikan, pengalaman, keimanan,dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa
2. Disiplin, merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang
menjadi tanggung jawabnya
3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan
pekerjaannya sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya
4. Memberi prioritas kepada kepentingan umum
5. Penggajian pegawai dan karyawan, sangat menentukan dalam kelancaran
tugas
6. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggungjawaban
dalam rangka mencapai tujuan
7. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang menjadi
atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya
8. Keamanan
9. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah
perubahan kemajuan
10. Semangat bekerja sama
18
Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia, merupakan proses usaha
pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
(Marsum dkk, 2009).
Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi dinamis
dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur:
1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit
2. Teknis sanitasi
3. Penunjang layanan sanitasi
Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit yaitu:
1. Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya.
2. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas
cleaning service.
3. Membagi tugas dan tanggung jawab.
4. Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit.
Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi rumah sakit
merupakan kunci dalam panitia/komite keamanan dan harus melaksanakan
tugasnya dalam pengawasan infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan
(surveilence) sanitasi yang efektif dan melaporkan pelaksanaan programnya
kepada pimpinan rumah sakit. Petugas sanitasi rumah sakit menentukan hasil
layanan yang paling dominan dalam usaha pelayanan sanitasi rumah sakit. Petugas
sebagai pemberi layanan kepada penderita dapat mempengaruhi proses
pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita dengan petugas maupun dengan
pengunjung dapat mempengaruhi hasil penyembuhan, lebih-lebih apabila interaksi
faktor biopsikososial ini berproses dalam suasana lingkungan yang bersih, nyaman,
dan asri (Hapsari, 2010).
Tenaga sanitasi rumah sakit adalah unsur (provider) utama yang bertanggung
jawab terhadap layanan sanitasi rumah sakit. Upaya penyehatan lingkungan RS
meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan tenaga dengan
kualifikasi sebagai berikut:
19
1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas 1 dan 2 yang setingkat
adalah seorang tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-
rendahnya berijazah sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik
lingkungan, biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.
2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di RS kelas 3 dan 4 dan yang
setingkat adalah tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-
rendahnya berijazah diploma (D3) dibidang kesehatan lingkungan.
3. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan kesehatan
lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka tenaganya harus
berpendidikan sanitarian dan telah mengikuti pelatihan khusus dibidang
kesehatan lingkungan rumah sakit yang diselenggarakan olehpemerintah atau
badan lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
4. Tenaga sebagaimana yang dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahakan
mengikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan rumah sakityang
diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait, sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku (Depkes RI, 2004).
Tenaga pengelola limbah padat dan cair RS meliputi :
1. Tenaga pengelola limbah padat/sampah
a. Sampah dari tiap unit pelayanan fungsional dalam rumah sakit
dikumpulkan oleh tenaga perawat khususnya yang menyangkut
pemisahan sampah medis dan non medis, sedang ruang lain dapat
dilakukan oleh tenaga kebersihan.
b. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan
kualifkasi SMP ditambah latihan khusus.
c. Pengawasan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga
sanitasi dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus.
20
2. Tenaga pengelola limbah cair
a. Tenaga pelaksana meliputi pengawas sistem plumbing dan operator
proses pengolahan
b. Kualifikasi tenaga untuk kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga sanitasi
dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus
c. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi
D3 atau D4 ditambah latihan khusus (Depkes RI, 2002)
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 PENGERTIAN METODE PENELITIAN
Metode penilitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada darasnya menggunakan metode
ilmiah
Metode ilmiah adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan,pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Dengan demikian maka
penelitaan pada dasarnya adalah proses penerapan metode ilmiah tersebut yang
hasilnya adalah ilmu (kebenaran).
Rancangan penelitian
Penilitian ini merupakan penelitian yang menekankan pada suatu
pengukuran /observasi dan wawancara secara langsung dimana variabel
Independen (Bebas) mempengaruhi variabel dependen (terikat), dilakukan untuk
mengetahui pentingnya inspeksi k3 terhadap sanitasi dan lingkungan kerja di
rumah sakit Pupuk Kaltim
3.2 KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang akan diteliti. Penelitian
ini dilakukan untuk membahas tentang Pentingnya inspeksi k3 terhadap
sanitasi dan lingkungan kerja di rumah sakit Pupuk Kaltim Bontang
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dibahas maka secara sistematis
kerangka konsep digambarkan sebagai berikut
22
3.2.1 Bagan Kerangka Konsep
: Yang diteliti
: Yang tidak diteliti
Sanitasi Dan Lingkungan
Faktor yang mempengaruhi Penyuluhan
KaryawanRumah sakit Pupuk Kaltim
Inspeksi k3
23
Inspeksi k3
3.2.2 Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-
pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang pa l ing mendasa rd
an menjad i pondas i bag i se t i ap pemikiran selanjutnya.
Dilakukan
Zero Accident
Kerugian menurun
Mutu Pelayanan yang optimal untuk kepuasan Pasien dan pengunjung
Macam Inspeksi
Tidak dilakukan
Kecelakaan kerja penyakit akibat kerja
Kerugian Meningkat
Tujuan Rumah Sakit tidak tercapai
Secara Langsung : wawancara
Tidak Langsung :Membagikan
check list
24
3.3 POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya, populasi bukan
hanya orang , tetapi juga objek dan juga benda- benda alam yang lain
Populasi dalam penilitian ini adalah semua tenaga kerja yang berkerja di
rumah sakit Pupuk Kaltim Bontang
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang akan di teliti
sampel penelitian ini adalah Dokter, Perawat, Bidan
3.4 DEFINISI OPERASIONAL
Merupakan pembatas ruang lingkup atau variable-variabel yang diamati ,
variable-variabel tersebut diberibatasan atau (definisi oprasional), selain itu
bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atu pengamatan terhadap
variable-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument/alat ukur.
Variabel Penelitian.
1. Variabel Independent (bebas)
Variabel Independent merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi suatu penyebab, terjadinya perubahan atau timbulnya variabel
dependen. Dalam hal ini yang menjadi Variabel independen adalah Inspeksi
K3
2. Variabe Dependen (terikat)
25
Variabel Dependen Merupakan variable yang dipengaruhi oleh variabel
Independen Dalam hal ini yang menjadi Variabel Independen adalah
efesiensi dan efektifitas kerja.
3.4.1 Jangkauan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit Pupuk Kaltim Bontang,
3.4.2 Waktu Penelitian
Proses penelitian dengan batas waktu maksimal 5 bulan dan dimulai
sejak januari 2015.
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari responden dengan melakukan wawancara (interview)
secara langsung kepada para pekerja dirumah sakit Pupuk Kaltim dan
observasi (pengamatan) secara langsung kepada para pekerja di rumah
sakit Pupuk Kaltim.
3.5 ALAT ANALISIS
Setelah data terkumpul nelalaui observasi dan wawancara selanjutnya adalah
analisa data yaitu melakukan tabulasi atau pengelompokan data sesuai dengan sub
variabel yang diteliti dan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Teknik analisis Kualitatif
Seperti telah disebutkan di muka, bahwa data kualitatif dilakukan dengan teknik
analisis kualitatif. Dalam teknik ini digunakan proses berfikir induktif, artinya
dalam pengujian hipotesis-hipotesis bertitik tolak dari data yang terkumpul
26
kemudian disimpulkan. Proses berfikir induktif dimulai dari keputusan-keputusan
khusus (Data yang terkumpul) kemudian disimpulkan secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://pamabilia.files.wordpress.com/2011/12/fix.pdf
2. K3 di Rumah sakit
http://centrasafety.com/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-rumah-sakit/
3. Laporan khusus
http://eprints.uns.ac.id/5739/1/106132210200908271.pdf
4. Peranan k3 di Rumah sakit
http://abrarenvirolink.blogspot.com/2010/03/peranan-k3-di-rumah-sakit-
instansi.html
5. Inspeksi k3
http://yusufbrofifteen.blogspot.com/2012/06/inspeksi-k3.html
6. Panduan Dasar k3
http://qhseconbloc.files.wordpress.com/2011/07/panduan-dasar-k3.pdf
7. Buku Modul Kesehatan keselamatan kerja tentang inspeksi keselamatan kerja.
8. Pengertian k3
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32328/6/Abstract.pdf
9. Pengertian sanitasi dan lingkungan
http:// repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf