Download - proposal klmpk MEMEY.docx
Gambaran pengetahuan masyarakat
Terhadap pencegahan DBD
Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Di susun oleh :
1. Merlita Efriani : 2011062
2. Koko Saputera : 2011
Kelas : II.C
Pembimbing
Politeknik Kesehatan Provinsi Bengkulu
Jurusan Keperawatan
Tahun 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Produktif secara social dan ekonomis (pasal 3 UU kesehatan no 36 tahun 2009). Salah satu
program pembangunan kesehatan tahun 2005-2009 terdapat program pencegahan dan
pembrantasan penyakit dimana tujuannya untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan
kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang
ditanggulangi salah satunya adalah Demam Berdarah Dengue ( Depkes RI, 2005).
Bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah pemukiman yang tidak memenuhi syarat
kesehatan sangat mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor
pertumbuhan penduduk dan mobilitas penduduk antar daerah juga mempengaruhi perubahan
gambaran epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu (Chin, 2000).
Penyakit febris akut ditemukan pertama kali terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di
Asia, Afrika, dan Amerika Utara adalah DBD. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada
tahun 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada Tahun 1950-an dan hingga tahun
1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama diantaranya yang terjadi pada
anak-anak di daerah tersebut (Depkes, 2006).
Di Indonesia demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang endemis
dan hingga saat ini angka kesakitan DBD cenderung meningkat dan kejadian luar biasa (KLB)
masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia ( Depkes RI, 2005).
Penyakit tersebut menyebar yang semula dianggap siklus lima tahunan, kini setiap tahun
mewabah diberbagai daerah dan penderitanya sudah bukan anak-anak lagi tetapi penderita
dewasa semakin banyak, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali
timor-timur telah terjangkit penyakit (Wulandari, 2004).
Kasus tahun 2004 secara nasional adalah 79.482 kasus dengan jumlah kematian sebanyak
957 penderita (case fatality rate sebesar 1,2 %) dan incidence rate sebesar 37,01 per 10.000
penduduk, maka jumlah kasus tahun ini lebih besar di bandingkan tahun 2003 yaitu 52.566 kasus
dengan jumlah kematian sebanyak 788 kasus, (case fatality rate sebesar 1,5 %) dan incidence
rate sebesar 24,34 per 10.000 penduduk (Depkes RI, 2006)
Menurut catatan dinas kesehatan Bengkulu dipastikan ada setiap tahunnya dan sewaktu-
waktu dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Pada tahun 2005 terdapat 30 kasus, tahun
2006 32 kasus, dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan menjadi 170 kasus. Dari 17 puskesmas
yang ada di kota Bengkulu, kasus terbanyak adalah di wilayah kerja puskesmas Lingkar Barat.
Departemen kesehatan telah mengupayakan manajemen program dalam mengatasi kasus
DBD, pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui
pengasapan, kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang di taburkan
ketempat penampungan air yang sulit di bersihkan. Manajemen program yang diterapkan oleh
Departemen Kesehatan telah menjadi protap bagi semua daerah dari tingkat Provinsi sampai
dengan Kabupaten/Kota namun sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Keadaan ini salah satunya disebabkan oleh masih rendahnya peran serta masyarakat Kota
dalam mencegah dan memberantas penyakit DBD, seperti belum terbentuknya Pokjanal DBD di
Kota , rumah tangga yang Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) yang masih rendah
(42%), kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh masyarakat yang tidak kontinyu,
Masyarakat yang menempati rumah sehat dan lingkungan sehat yang masih rendah (43%),
Masyarakat yang memiliki tempat sampah (52%) (Riskesdas, 2008).
Untuk daerah Wilayah Perumnas (Perumahan Nasional) yang tingkat kepadatan
penduduknya cukup tinggi, masyarakat belum melakuakn kegiatan 3 M (Menguras, Menutup,
Mengubur) secara rutin. Di lingkungan sekitar perumahan warga banyak terdapat barang-barang
bekas yang dapat menampung air seperti kemasan air mineral yang dibiarkan begitu saja tanpa
ada kesadaran dari masyarakat untuk menguburnya, kebiasaan menampung air di bak mandi
dalam waktu yang lebih dari seminggu tanpa mengurasnya di karenakan distribusi air rumah
tangga yang sering terganggu khususnya di daerah Perumnas Lingkar Barat kota Bengkulu.
Selain itu aturan atau peringatan yang dibuat oleh perangkat kelurahan seperti aturan gotong
royong setiap minggu, peringatan-peringatan seperti “Jangan membuang samapah sembarangan”
juga kurang mendapat perhatian dari masyarakat.
.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yaitu: kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan DBD. Ditandai dengan masyarakat belum
melakukan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) secara rutin.
1.2.1 Pertanyaan penelitian
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit DBD
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat
tentang pencegahan penyakit BDB.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan untuk meningkatkan upaya-upaya
pencegahan DBD khususnya di wilayah kota Bengkulu. Dapat juga menjadi data awal peneliti
lain atau peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1. Pengertian DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yangdisebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak
dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai
dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura).
Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun dan bertendensi
menimbulkan renjatan (syok) dan kematian (Mubin, 2005: 8).
2.1.2. Tanda-Tanda Penyakit DBD
Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus-menerus dan badan
terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul bintik-bintik perdarahan, lembam
atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati serta kadang-kadang
mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-
tiba. Kemungkinan yang selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang
ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat. Bila
keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba).
Kadang-kadang kesadarannya menurun (Mubin, 2005: 8).
Pembesaran hati (hepatomegali) pada umumnya dapat ditemukan di permulaan penyakit.
Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan berat penyakit. Biasanya nyeri tekan seringkali
ditemukan tanpa disertai ikterus. Trombositopeni yaitu jumlah trombosit di bawah 100.000/mm3
biasanya ditemukan diantara hari ketiga sampai ketujuh sakit (Soedarmo, 2005: 44).
2.1.3. Vektor Penular
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vector penularan virus
Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan
faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural)
kedua jenis spesies nyamuk Aedest tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti
berkembangbiak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus
berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan daun dan dalam
genangan air lainnya (Soedarmo, 2005: 18).
Tempat perkembangbiakan utama adalah tempat-tempat penyimpanan air di dalam atau
di sekitar rumah, atau di tempat-tempat umum, biasanya berjarak tidak lebih 500 meter dari
rumah. Nyamuk ini tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang berhubungan langsung
dengan tanah (Soedarmo, 2005: 21). Jenis-jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki air,
tempayan, bak mandi/WC, ember dan lain-lain.
b. Tempat penampungan Air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum
burung, vas bunga, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastic dan lain-lain).
c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,
tempurung kelapa, potongan bambu dan lain-lain.
2.1.4. Penularan Penyakit DBD
Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan sumber
penular penyakit DBD. Virus Dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari
sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan
ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan
tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk dalam kelenjar liurnya (Depkes RI, 2005:
2).
Virus Dengue di dalam tubuh manusia mengalami masa inkubasi selama 4-7 hari
(viremia) yang disebut dengan masa inkubasi intrinsik. Di dalam tubuh nyamuk, virus
berkembang setelah 4-7 hari kemudian nyamuk siap untuk menularkan kepadaorang lain yang
disebut masa inkubasi ekstrinsik. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang menghisap virus Dengue ini menjadi
penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit,
sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probocis),
agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur itulah virus Dengue dipindahkan dari
nyamuk ke orang lain. Nyamuk Aedes aegypti betina umurnya dapat mencapai 2-3 bulan
(Depkes RI, 2005: 2).
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit DBD
2.2.1. Lingkungan
Lingkungan merupakan tempat interaksi vektor penular penyakit DBD dengan manusia yang
dapat mengakibatkan terjadinya penyakit DBD. Hal-hal yang diperhatikan di lingkungan yang
berkaitan dengan vektor penularan DBD antara lain:
a. Sumber air yang digunakan
Air yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah merupakan
tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD.
b. Kualitas Tempat Penampungan Air (TPA)
Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya
DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik.
c. Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan dari kaleng/ban bekas, tempurung, dan lain-lain juga
merupakan faktor terbesar terjadinya DBD (Soegijanto, 2006: 247).
2.2.2. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Analisis dari Green yang dikutip Notoatmodjo (2007: 178) menyatakan bahwa
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu, faktor perilaku (behaviorcauses) dan
faktor non perilaku (non behaviour causes). Sedangkan perilaku itu sendiri, khusus
perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 (tiga) factor yakni:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari seseorang.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap danperilaku
petugas kesehatan dan petugas-petugas lainnya termasuk di dalamnyakeluarga dan teman
sebaya.
Green kemudian berkesimpulan bahwa setiap perilaku kesehatan dapat dilihat sebagai
fungsi dari pengaruh kolektif ketiga faktor. Gagasan penyebab kolektif itu penting terutama
karena perilaku merupakan suatu fenomena yang majemuk.
2.3. Upaya Pencegahan DBD
2.3.1. Partisipasi Masyarakat
Upaya masyarakat dalam pencegahan penyakit DBD dapat dilakukan secara
individu atau perorangan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. Cara
terbaik adalah pemasangan kasa penolak nyamuk. Cara lain yang dapat dilakukan ialah
(a) menggunakan mosquito repellent (anti nyamuk oles) dan insektisida dalam bentuk
spray
(b) menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit,
(c) memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak kedalam rumah (Soedarmo,
2005: 59).
Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses di mana
individu,keluarga, dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan
pemberantasan vektor di rumahnya. Peningkatan partisipasi masyarakat menumbuhkan
berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat secara aktif
berkontribusi dalam pembangunan (Depkes RI, 2005: 1). Partisipasi masyarakat adalah
ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti
keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka
sendiri (Notoatmodjo, 2005: 124).
Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menunjukkan
perhatian dan kepedulian kepada masyarakat, memprakarsai dialog lintas sektoral secara
berkelanjutan, menciptakan rasa memiliki terhadap program yang sedang berjalan,
penyuluhan kesehatan dan memobilisasi serta membuat suatu mekanisme yang
mendukung kegiatan masyarakat (Depkes RI, 2005: 1). Partisipasi masyarakat dalam
tingkat individu dapat dilakukan denganmendorong atau menganjurkan dalam kegiatan
PSN dan perlindungan diri secaramemadai. Pelaksanaan kampanye kebersihan yang
intensif dengan berbagai cara merupakan upaya di tingkat masyarakat. Memperkenalkan
program pemberantasan DBD pada anak sekolah dan orang tua, mengajak sektor swasta
dalam program pemberantasan virus dengue, menggabungkan kegiatan pemberantasan
berbagai jenis penyakit yang disebabkan serangga dengan program pemberantasan DBD
agar memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu peran partisipasi masyarakat dapat
ditingkatkan dengan pemberian insentif seperti pemberian kelambu atau bubuk abate
secara gratis bagi yang berperan aktif (Soegijanto, 2006:7).
2.4. Pemberantasan Vektor
Pemberantasan vektor dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa dan jentiknya.
Menurut Soedamo (2005: 60) jenis kegiatan pemberantasan nyamuk penularan DBD
meliputi:
2.4.1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa, dilakukan dengan cara penyemprotan
(pengasapan/fogging) dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk
yang hinggap pada benda-benda tergantung, karena itu tidak dilakukan penyemprotan di
dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular malaria. Insektisida yang
dapat digunakan adalah insektisida golongan organophosphat, misalnya malathion,
fenitrothion, dan pyretroid, sintetik misalnya lambda sihalotrin dan permetin (Soedamo,
2005: 60). Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi penularan,
akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentiknya agar populasi
nyamuk penular tetap dapat ditekan serendah-rendahnya. Sehingga apabila ada penderita
DBD tidak dapat menular kepada orang lain (Soedamo, 2005: 61).
2.4.2. Pemberantasan Larva (Jentik)
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005: 14):
a. Kimia, yaitu dengan cara memberantas jentik Aedes aegypti
denganmenggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida). Ini dikenal dengan istilah
larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos. Formulasitemephos yang
digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gr (1
sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai
efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golonga insect growth regulator.
b. Biologi, yaitu dengan memelihara ikan pemakan larva yaitu ikan nila merah
(Oreochromosis niloticus gambusia sp.), ikan guppy (Poecillia reticulata), dan ikan grass
carp (Etenopharyngodonidla). Selain itu dapat digunakan pula BacillusThuringiensis var
Israeliensis (BTI) atau golongan insect growth regulator.
c. Fisik, yaitu dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Menguras
bakmandi, bak WC, menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum
dll), mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas (kaleng, ban dll). Pengurasan
tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya
seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Apabila PSN
ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka diharapkan nyamuk Aedes aegypti dapat
dikurangi sehingga tidak menyebabkan penularan penyakit. Untuk itu diperlukan usaha
penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat secara terus-menerus dalam jangka waktu
lama, karena keberadaan jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan perilaku
masyarakat (Depkes RI, 2005: 14).
2.5 kerangka konseptual
PENGETAHUAN DBD
PENGETAHUAN
Demam Berdarah Dengue
LINGKUNGAN
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap variable independen tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan dengan variable yang lain. Dimana peneliti akan meneliti
bagaimana gambaran perilaku (pengetahuan) masyarakat tentang pencegahan DBD di wilayah
kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 populasi
Populasi adalah subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat kota Bengkulu
yang berjumlah 3.860 KK.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga
dianggap memwakili populasinya. Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
berdasarkan perhitungan.
Rumus
n = X2N . P (1˗˗P)
d2 (N˗1) + X2 P (1˗P)
keterangan :
n = Besar Sampel
X = nilai baku distribusi normal pada tingkat kepercayaan 95 % = 1,96
N = besar populasi
P = Proporsi (diambil dari penelitian terdahulu bila tidak ada maka P = 0,50
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan
(Danin, 2003)
Dari rumus diatas didapatkan besar sampel yaitu 93 responden. Cara pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling. Dimana dalam pengambilan
sampel, anggota populasi didasarkan pada suatu pertimbangan atau kriteria tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang diketahui sebelumnya
(Notoatmojo, 2005).
Kriteria responden dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat mudah ditemui
2. Masyarakat yang bersedia menjadi responden
3. Masyarakat yang memiliki tempat penampungan air di rumah
4. Masyarakat yang tinggal di daerah yang padat penduduk
5. Masyarakat yang lokasi tempat tinggal mudah terjangkau
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Variabel
Variable yang diteliti disini variable independen yaitu pengetahuan masyarakat tentang
pencegahan DBD
3.3.2 Defenisi Operasional
no Variable Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Skala
ukur
Hasil ukur
Pengetahuan
masyarakat
Segala sesuatu yang
diketahui masyarakat
tentang pencegahan
penyakit Demam
Berdarah Dongue
(DBD) yang meliputi
pengertian, penyebab,
tempat berkembang
biak nyamuk Aedes
Aegypti, factor-faktor
yang mempengaruhi
penyebaran / kejadian
DBD, morpologi dan
peluang melakukan
pencegahan atau
pemutusan mata rantai
perkembangan nyamuk
Aedes Aegypti dan
pencegahan
wawancara kuesioner ordinal Baik 76-
100%
Cukup
56-75%
Kurang
<56%
(Nursalam
2003)
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Instrumen
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
terdiri dari 14 pertanyaan tertutup dengan bentuk jawaban pilihan untuk mengetahui gambaran
tentang tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan Demam Berdarah Dongue.
3.4.2 Prosedur pengumpulan data
Dalam upaya mengumpulkan data-data yang jelas dan akurat, maka data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini data primer dengan menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan tertutup yang akan dibagikan kepada masyarakat yang merupakan responden dan
data sekunder yang berisi tentang jumlah penduduk, kejaian penyakit, yang diperoleh dari Dinas
kesehatan kota Bengkulu dan Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.
3.4.3 Pengolaan Data
Menurut Damin (2003) untuk memperoleh pengolahan data yang terkumpul
berdasarkan pedoman penskoran menurut variable penelitian, kemudian data dijumlahkan
berdasarkan kuesioner pada setiap alternative jawaban.
1. mengedit (Editing)
Data yang dikumpulkan diperiksa apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.
Apakah sudah dijawab atau belum, hal ini dapat dikerjakan dengan menilai lembar kuesioner
yang telah disebarkan.
2. Pengkodean (coding)
Memberi kode pada setiap jawaban responden, jawaban benar dikode 1 (satu) dan
jawaban salah dikode 0 (nol).
3. Tabulasi (Tabulating)
Menghitung semua hasil dari kuesioner terhadap semua alternative jawaban dan
menjumlah hasil setiap kuesioner pada setiap alternative jawaban.
4. Entry data
Kegiatan ini merupakan pemindahan data yang telah dicodig dari kode kedalam
table.
3.4.4 Analisa data
Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat untuk
mendiskripsikan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD
yang nantinya akan dipresentasikan. Menghitung persentase hasil kuesioner untuk setiap
alternative dengan rumus sebagai berikut :
P = F/N x 100%
Keterangan :
P = jumlah persentase yang dicari
F = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah total skore
Hasil persentase diatas kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan skala
perhitungan menurut Nursalam (2003) yaitu :
Baik : 76-100 % yaitu mampu menjawab 10-14 pertanyaan dengan benar
Cukup : 56-75 % yaitu mampu menjawab 7-9 pertanyaan dengan benar
Kurang : <56 % yaitu mampu menjawab <7 pertanyaan dengan benar
Setelah dianalisa maka data disajikan dalam bentuk restribusi frekuensi dan narasi kemudian
diinterpretasiakn yaitu dengan menggunakan skala :
0 % : tidak satupun
1%-25% : Sebagian kecil
26%-49% : Hampir sebagian
50%-76% : Sebagian Besar
77%-99% : hampir seluruh
100 % : Keseluruhan
(Arikinto, 2002)
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakuakn di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat, yaitu di
kelurahan Sidomulyo kelurahan Cempaka Permai.
3.6 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dalam segi desain penelitian, karena dalam
penelitian ini hanya melihat gambaran distribusi frekuensi dari tingkat pengetahuan masyarakat
tentang pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue saja.
Pertanyaan
1. Menurut saudara apa penyakit Demam Berdarah Dengue itu?
a. Penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk Aedis Aegypti dan dapat menyerang
semua golongan umur
b. Penyakit kutukan yang menyebabkan kematian
c. Penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk dan ditularkan ke manusia
2. Menurut saudara penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah…
a. Bakteri
b. Kuman
c. Virus Dengue
3. Bagaimana cara penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ?
a. Melalui gigitan nyamuk yang ditularkan ke orang
b. Melauli gigitan lalat
c. Ditularkan melalui orang ke orang
4. Menurut saudara dimana tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti?
a. Ditempat penampungan air yang tidak berhubungan langsung dengan tanah
seperti : kaleng-kaleng bekas, bak mandi dll
b. Di pakaian yang tergantung
c. Di selokan-selokan yang tersumbat
5. Bagaimana cara mencegah berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti?
a. Memberikan selokan
b. Tidak menggantungkan pakaian dan menggunakan kelambu
c. 3M, yaitu Menguras, Mengubur dan Menutup tempat pembuangan air
6. Bagaimana cara pengendalian nyamuk dengan metode biologi?
a. Penyemprotan
b. Menggunakan ikan pemakan jentik
c. Menggunakan racun nyamuk
7. Cara pengendalian nyamuk dengan cara kimia, yaitu…
a. 3M plus
b. Pengasapan / fogging dan pemberian bubuk abate
c. Memasang kassa kelambu
8. Tujuan dilakukan pengasapan / fogging adalah…
a. Membunuh jentik-juentik nyamuk
b. Menghentikan penularan penyakit DBD untuk selamanya
c. Mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu
9. Apa guna pemberian bubuk abate?
a. Membunuh jentik-jentik nyamuk
b. Membunuh nyamuk dewasa
c. Membunuh jentik dan nyamuk dewasa
10. Apakah menurut saudara pemeriksaan jentik berkala itu perlu?
a. Tidak pertu
b. Tidak tahu
c. Perlu
11. Menurut saudara berapa kali harus menguras bak mandi, mengganti / menguras vas
bunga dan tempat minum burung?
a. Dua minggu sekali
b. Minimal seminggu sekali
c. Sebulan sekali
12. Menurut saudar dimana jentik nyamuk Demam Berdarah Dengue bias ditemukan?
a. Di bak penampungan air
b. Di comberan atau got
c. Di tempat sampah
13. Berapa hari masa inkubasi virus dengue di dalam tubuh manusia
a. 4-7 hari
b. 2- 10 hari
c. 5-14 hari
DAFTAR ISI
Halaman judul
Daftar isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1 Pengertian DBD
2.1.2 Tanda dan gejala DBD
2.1.3 Vektor Penular
2.1.4 Penularan Penyakit DBD
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit DBD
2.2.1. Lingkungan
2.2.2. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
2.3. Upaya Pencegahan DBD
2.3.1. Partisipasi Masyarakat
2.3.2. Kebijakan Pemerintah
2.4. Pemberantasan Vektor
2.4.1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
2.4.2. Pemberantasan Larva (Jentik)
2.5 kerangka konseptual
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 populasi
3.2.2 Sampel
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Variabel
3.3.2 Defenisi Operasional
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Instrumen
3.4.2 Prosedur pengumpulan data
3.4.3 Pengolaan Data
3.4.4 Analisa data
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.6 Keterbatasan Penelitian
LEMBAR KONSUL
N
O
NAMA MAHASISWA PEMBIMBING PARAF
1
2
MERLITA EFRIANI
KOKO SHAPUTRA