PROPOSAL SEMINAR NASIONAL
LINGKUNGAN HIDUP“PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN PERTAMBANGAN EMAS
BERKARAKTER KERAKYATAN DAN BERPRESPEKTIF EKOLOGIS DI GUNUNG BOTAK (GB) KABUPATEN BURU”
2013
PANITIA SEMINAR NASIONALUNIVERSITAS IQRA BURU
2013
PROPOSAL
SEMINAR SEHARI LINGKUNGAN HIDUP
“PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN PENAMBANGAN EMAS
BERKARAKTER KERAKYATAN DAN BERPRESPEKTIF EKOLOGIS DI
GUNUNG BOTAK (GB) KABUPATEN BURU”
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia tidak akan terlepas dari ketergantungan terhadap alam.
Alam-lah yang menjadi tempat hidup manusia dan alam jualah yang menyediakan segala
sesuatu untuk kelangsungan hidup manusia. Bukti ketergantungan bangsa Indonesia
terhadap alam dapat dilihat dari pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar-
besaran tanpa melihat kelanjutan fungsinya. Ditambah lagi dengan Era otonomi daerah
yang diterapkan di Indonesia cukup memperuncing permasalahan pengelolaan dan
pemanfaatan bahan galian, khusunya pengelolaan dan pemanfataan penambangan emas
di daerah, dimana masing-masing daerah berlomba-lomba melakukan eksploitasi
kekayaan alam masing-masing yang tentunya akan berdampak pula pada beberapa
sektor termasuk lingkungan hidup.
Pertambangan dilakukan sebagai usaha pengambilan bahan galian yang bernilai
ekonomis dan apabila pengelolaannya dilakukan secara tepat, dapat dijadikan ujung
tombak atau andalan dalam pengembangan wilayah. Pembangunan Pengembangan
sektor pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dalam
rangka mewujudkan cita-cita bangsa mencapai masyarakat adil dan makmur. Hal ini
merupakan perwujudan dari amanat Undang undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33,
dimana pada hakikatnya adalah upaya pengembangan sumber daya bahan galian yang
potensial untuk dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan dan kemakmuran
rakyat.
Potensi bahan galian logam yang ditemukan di Indonesia, ada yang bersekala
besar dan bersekala kecil. Potensi yang bersekala besar pada umumnya dikelola oleh
perusahaan pertambangan, sedangkan yang bersekala kecil ditinggalkan dan tidak
berlanjut ke tahap penambangan. Beberapa wilayah yang ditinggalkan tersebut
umumnya kemudian dikelola oleh para penambang tradisional. Sebagian diantaranya
sudah terbentuk menjadi WPR (Wilayah Pertambangan Rakyat), sebagian masih berupa
Penambangan Tanpa Izin (PETI).
Kegiatan usaha pertambangan rakyat tradisional/bersekala kecil, pada umumnya
banyak yang tidak mengikuti kaidah penambangan secara benar dan teratur, sehingga
perlu adanya bimbingan dan pengarahan dari intansi terkait, untuk memperkecil dampak
negative terhadap lingkungan. Diharapkan kegiatan tersebut dapat memberikan
kontribusi terhadap daerahnya, sehingga pihak pemerintah daerah memperoleh
tambahan bagi pendapatan daerah dari sektor pertambangan.
Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat pada lokasi emas
primer, yaitu dengan melakukan pembuatan lubang tambang mengikuti arah urat-urat
kuarsa yang mengandung emas berkadar tinggi (10 gr/ton hingga >15 gr/ton).
Pertambangan sekala kecil sampai saat ini belum didefinisikan secara resmi oleh
Pemerintah. Dalam UU Pertambangan Mineral dan Batubara No 4 Tahun 2009, terdapat
pengertian yang menyatakan tentang pertambangan rakyat yang terdapat pada pasal 20
dan 26, yakni kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR).
Sedangkan pertambangan rakyat berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009 tertera
dalam pasal 20, yakni bahwa pertambangan rakyat bertujuan memberikan kesempatan
kepada rakyat setempat dalam mengusahakan bahan galian untuk turut serta membangun
negara di bidang pertambangan dengan bimbingan pemerintah dan dilakukan oleh rakyat
setempat yang memegang IPR (Izin Pertambangan Rakyat). Selanjutnya izin
pertambangan rakyat diatur dalam pasal 21, WPR sebagaimana dalam pasal 20
ditetapkan oleh bupati/walikota setelah konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah kabupaten/kota.
Dalam pasal 26 ketentuan mengenai kriteria dan mekanisme diatur dengan
peraturan daerah kabupaten/kota. Adanya perkembangan teknologi dalam bidang
pertambangan, perubahan kewenangan di sektor pertambangan, peningkatan sektor
ekonomi, isu lingkungan dan kondisi sosial yang berkembang di masyarakat, diharapkan
dapat lebih meningkatkan kegiatan pertambangan rakyat. Berdasarkan kajian yang
membahas tentang pertambangan sekala kecil telah dilakukan, pada tahun 1996
Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LD-UI) melakukan kajian dengan fokus
pembahasan pengaruh kegiatan pertambangan sekala kecil terhadap perkembangan
makro ekonomi regional. Dalam kajian tersebut kegiatan pertambangan tanpa izin
(PETI) juga dikategorikan ke dalam pertambangan rakyat/sekala kecil.
Sejak ditemukannya tambang emas di kabupaten Buru, Provinsi Maluku,
Gunung Botak (GB) seolah menjadi surga baru bagi pemburu logam mulia itu.
Kedatangan puluhan ribu penambang emas benar-benar menyulap wajah lahan di GB
pun berubah menjadi sebuah Kota baru. Dan sudah tentu, segala kegiatan penambangan
yang dilakukan oleh masyarakat pada lokasi emas GB dengan melakukan pembuatan
lubang tambang mengikuti arah urat-urat kuarsa yang mengandung emas berkadar
tinggi. Yang paling dipermasalakan dari dampak lingkungan akibat pengelolaan
pertambangan jenis ini adalah material sisa/limbah yang dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa jenis yaitu:
1. Tailing adalah batuan-batuan sisa yang dihasilkan dari proses penambangan
yang sudah tidak dapat lagi diambil nilai ekonomisnya (secara teknologi),
sebenarnya tailing murni (tanpa tambahan zat kimia) lebih berdampak
terhadap kualitas fisik air sungai dan nilai estetika.
2. Limbah B3 (berbahaya dan beracun) yang berasal dari sisa bahan kimia
seperti Sianida dan Hg. Sianida merupakan zat kimia terampuh untuk
membunuh masnusia.
3. Logam berat lain As dan Cd, logam logam ini berasal dari batuan-batuan
yang mengandung biji emas, logam-logam ini berasosiasi dengan emas,
karena sifat sifat kimia dari logam tersebut. Dampak terhadap manusia dan
lingkungan yang paling parah adalah adanya sifat Bio magnifikasi dimana
logam-logam tersebut akan ikut berpindah dari tubuh predator awal hingga
terakumulasi dan terus bertambah didalam tubuh predator akhir (ikan ke
manusia).
4. Sedimen, jika tanah hasil galian tidak dikembalikan lagi, akan berdampak
kepada penyakit dan menjadi tempat tumbuh nyamuk.
5. Air asam tambang, yang terbentuk akibat adanya kontak batuan potensial
asam yang terekspos ke lingkungan akibat adanya penggalian dengan air.
Sehingga air yang dihasilkan mempunyai sifat yang sangat asam pH <4, hal
ini berdampak kepada matinya biota sungai dan kerusakan lingkungan sekitar
sungai.
Meskipun banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan akibat penambangan
emas, masyarakat dan para penambang liar di sekitaran GB, mau tidak mau terus
bertahan, karena pekerjaan itu telah menjadi tumpuan hidup bagi sebagian masyarakat di
Pulau Buru, mereka semua mempunyai hak yang sama di dalam mendapatkan pekerjaan
dan penghidupan, dengan adanya kegiatan itu mau tidak mau mereka telah membantu
bergeraknya roda perekonomian di sekitar wilayah penambangan, dengan banyaknya
masyarakat yang dilibatkan mulai dari tenaga kerja, penyedia layanan jasa terhadap
pekerja, penampung hasil tambang, konsumen, dan juga pemerintah (pajak). Namun di
sisi lain pula terdapat dampak social. Para petani kecil, pedagang, buruh, bahkan siswa-
siwa yang kurang mampu akan beralih profesi sebagai penambang yang mengakibatkan
kemerosotan pada sektor lain. Hal ini jelas akan menghambat perkembangan dan
pembangunan ekonomi masyarakat maupun daerah yang juga merupakan masalah social
yang harus diantisipasi dan diselesaikan oleh pemerintah.
Berbagai dampak akibat mismanagement dan pemanfaatan pertambangan liar
akan memberikan dampak sistemik terhadap kesejahteraan masyarakat, sehingga
masyarakat harus dibuat peka terhadap persoalan pengelolaan dan permanfaatan
pertambangan serta dampak kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di sekitarnya agar
masyarakat maupun para penambang itu dapat mengelola dan memanfaatkannya dengan
baik untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kesadaran masyarakat itu tentunya tidak
dapat tumbuh dengan sendirinya, sehingga dibutuhkan pendidikan-pendidikan untuk
mendorong kesadaran masyarakat terhadap situasi dan kondisi alam di sekitar mereka.
Pembangunan kesadaran masyarakat tidak hanya cukup dengan memediasinya dalam
pendikan teori semata tetapi dibutuhkan upaya-upaya konkrit untuk membangun
kesadaran yang lebih maju. Pembangunan kesadaran masyarakat yang lebih maju
tersebut dapat dilakukan dengan pengorganisasian masyarakat melalui penerapan
konservasi bahan galian untuk mendapatkan manfaat yang optimal, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan serta untuk mencegah terabaikan dan tersia-siakannya potensi
bahan galian. Untuk dasar penetapan pengelolaannya diperlukan informasi geologi yang
lengkap dan akurat dengan mempertimbangkan aspek lingkungan sehingga
pemanfaatannya berjalan optimal dan tidak berdampak merugikan bagi lingkungan.
Oleh karena itu usaha pertambangan bahan galian harus berwawasan lingkungan dengan
melibatkan upaya penerapan konservasi di dalam sistem usahanya. Upaya konservasi
bahan galian ini bertujuan untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan hanya dapat
terlaksana apabila didukung oleh kajian geologi yang memadai.
Melalaui upaya konservasi ini diharapkan pengelolaan bahan galian diarahkan
untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dengan pertimbangan berdasarkan prinsip
keberlanjutan pembangunan nasional di masa mendatang serta dengan melibatkan
program konservasi bahan galian didalamnya, untuk optimalisasi pemanfaatan sumber
daya bahan galian. Terciptanya keseimbangan antar pemanfaatan dan kelestarian sumber
daya alam serta lingkungan hidup, merupakan prasyarat penting bagi terlaksananya
pembangunan sumber daya bahan galian yang keberlanjutan. Pemanfaatan sumber daya
bahan galian yang terkendali dan berwawasan lingkungan akan menjadi salah satu
modal dasar yang sangat penting bagi pembangunan nasional secara keseluruhan. Selain
itu ketersediaan sumber daya bahan galian juga mampu memberikan sumbangan yang
cukup berarti bagi terhadap pembangunan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Pendayagunaan sumber daya bahan galian untuk kemakmuran rakyat seharusnya
dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai dengan
kemampuan daya dukungnya serta mengutamakan sebesar-besar kemakmuran rakyat
dan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Dengan kata lain, pengelolaan bahan
galian harus menyertakan program atau prinsip konservasi di dalamnya. Usaha
pertambangan tanpa penerapan prinsip konservasi secara intensif dan efektif akan
menyebabkan ketidakseimbangan pengelolaan dan pemanfataan bahan galian dengan
akibat menurunnya kualitas peran dan manfaat sumber daya bahan galian dalam
pembangunan karena hilangnya kesempatan untuk diusahakan ataupun terbuangnya
bahan galian, baik secara fisik, ekonomis maupun fungsinya.
Bertolak dari latar belakang tersebut maka kami sebagai akademisi Universitas
Iqra Buru, menyelenggarakan sebuah seminar nasional lingkungan hidup, yang
diharapkan mampu menjadi media edukasi, transformasi dan menjadi wadah aspirasi,
bagi masyarakat untuk mampu mengelola dan memanfaatkan penambangan berskala
kecil itu secara efektif dan efisien dan membangun tindakan preventif bersama dalam
mencegah kerusakan lingkungan hidup.
II. BENTUK KEGIATAN
Seminar Nasional Lingkungan Hidup, dengan tema: ”Pengelolaan dan
Pemanfaatan Pertambangan Emas Berkarakter Kerakyatan dan Berprespektif Ekologis
Di Gunung Botak (GB) Kabupaten Buru”
III. WAKTU DAN TEMPAT
Waktu pelaksanaan Seminar Nasional Lingkungan Hidup ini adalah:
Hari : Akan disesuaikan dengan kesediaan pemateri
Tanggal : - Pebruari 2013
Jam : 09.00 WIT s/d Selesai
Tempat : Gedung A Kampus Universitas Iqra Buru-Namlea
IV. TUJUAN KEGIATAN
Melalui Seminar ini diharapkan mampu menjadi media edukasi, diskusi,
transformasi, dan aspirasi masyarakat maupun penambang di Kabupaten Buru terhadap
pengelolaan dan pemanfaatan penambangan secara efektif dan efisien, serta dapat
memberikan solusi dan membangun tindakan preventif bersama mencegah kerusakan
lingkungan.
V. TARGET KEGIATAN
a. Pemahaman/penyadaran system pengelolaan dan pemanfaatan pertambanagn
terhadap peserta seminar.
b. Menghasilkan sebuah kesimpulan dari krisis pengelolaan pertambangan dan
ekologis di Kabupaten Buru.
c. Mendapatkan informasi tentang metode pengelolaan dan pemanfaatan
pertambangan berskala kecil/pertambangan rakyat.
d. Masyarakat dan penambang dapat mengeleminir dampak kerusakan
lingkungan.
e. Masyarakat dapat mengelola dan memanfaatakan pertambanagn rakyat secara
efektif dan efisien dan dapat melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan
kerusakan lingkungan.
VI. SASARAN KEPESERTAAN
a. Seluruh anggota koperasi tambang se-kabupaten Buru
b. Seluruh mahasiswa dan seluruh komponen Universitas
c. Lembaga dan instansi pemerintah terkait
d. Seluruh elemen masyarakat adat di Kabupaten Buru
e. Seluruh penambang di Kabupaten Buru
VII. OUTPUT KEGIATAN
a. Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan penambangan yang berkarakter
ekologis dan berpihak pada masyarakat, sehingga pengelolaan dan
pemanfaatannya dapat dioptimalkan dan mengurangi dampak kerusakan
lingkungan.
b. Peserta seminar dapat memahami metode pengelolaan dan pemanfaatan
pertambangan rakyat secara baik dan dapat memberikan informasi untuk
masyarakat luas.
c. Peserta seminar dapat meluaskan pemahamannya sehingga upaya pencegahan
dan perbaikan lingkungan dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat.
d. Memberikan pemahaman ke dalam unsur-unsur organisasi yang terlibat di dalam
seminar agar memiliki karakter good manager dan perspektif ekologis.
VIII. INDIKATOR
a. Terbukanya ruang-ruang diskusi antara organisasi dan elemen masyarakat secara
luas dengan institusi pemerintah mengenai pengelolaan dan pemanfaatan
pertambangan dan krisis ekologis di Kabupaten Buru.
b. Adanya ruang-ruang aspirasi masyarakat kepada sejumlah insitusi pemerintah
terkait dengan pertambangan dan kerusakan lingkungan.
c. Adanya transformasi pemahaman pembangunan bidang pertambangan yang
berperspektif ekologis kepada seluruh peserta seminar.
d. Adanya dorongan persatuan untuk mensikapi krisis ekologis di Kabupaten Buru.
IX. PEMATERI/NARA SUMBER
a. Prof. Dr. Ir. N. V. Huliselan, M.Sc, Guru Besar dan Ketua Program Studi
Pascasarjana Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Universitas Pattimura Ambon
(Mantan konsultan lingkungan pada PT. Freeport).
b. Dr. Zulfikar, M.Sc, Kepala Laboratorium Kimia Lingkungan Institut Teknologi
Bandung (ITB)
c. Direktur PT. Aneka Tambang
d. Prof. Dr. Bram, M.Sc, Pakar Lingkungan Hidup Universitas Pattimura
e. Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Maluku
X. KONSEP SEMINAR DAN TEKNIS ACARA
No Waktu Acara Keterangan1 Sabtu 09.00 Wit Pembukaan acara seminar Co. acara + Mc2 Sabtu 09.10 Wit
Sabtu 10.30 Wit
Sambutan-sambutan : 1. Ketua Panitia2. Rektor UNIQBU3. Bupati Kabupaten Buru
Mc
3 Sabtu 10.35 Wit Pengelolaan dan Pemanfaatan Pertambangan secara Efektif dan Efisien
Pemateri
4 Sabtu 12.45 Wit Penerapan Prinsip Konservasi Pertambangan Berskala Kecil secara Intensif dan Efektif
Pemateri
5 Sabtu 12.50 Wit Ishoma Co. Acara Panitia6 Sabtu 13.30 Wit Eksplorasi Dampak Kerusakan Lingkungan
Hidup Pemateri
7 Sabtu 15.00 Wit Konsep Pemberdayaan Masyarakat Pemateri8 Sabtu 15.45 Wit Diskusi Moderator9 Sabtu 16.20 Wit Ishoma Co. Acara Panitia10 Sabtu 16.30 Wit Pembacaan kesimpulan hasil diskusi Moderator
11 Sabtu 17.00 Wit Penyerahan hasil diskusi kepada PEMDA-BURU sebagai bentuk aspirasi masyarakat
Panitia
12 Sabtu 17. 30 Wit Penutup Co. acara + Mc
XI. STRUKTUR KEPANITIAAN
Pelindung : Rektor Univ. Iqra Buru; Dr. Abdul Haris FatgehiponPenanggung jawab : Wakil Rektor III; Sofian Malik, S.H., M,HOrganizing Commite :
Ketua : Said Fais Assagaf, ST., M.TWakil : Maryati, S.Pi., M.SiSekretaris : Saleh Tuharea, S.Hut., M.TBendahara : Arfa UmasugiCo. Kesekret. : Saidna Zulfiqar, Lc., M.PdCo. Acara : Rochani Keiya, SHCo. Humas : Faisal Sangaji, SE., M.SiCo. Perlngkpn : Rusdianto, S.HutCo. Dokumnt : Asdar, S.P., M.SiCo. Konsumsi : Hajiyanti Makatita. S.Pd
XII. RENCANA ANGGARAN
RANCANGAN BIAYA PENGELUARANI. PEMASUKAN (RUPIAH) Subsidi Organisasi 100,000.00 Subsidi Kampus 2,000,000.00
Total 2,100,000.00
II. PENGELUARANA. Kesekretariatan Penggandaan proposal 750,000.00 Surat menyurat 1,000,000.00 Stempel dan landasan 50,000 Alat tulis kantor 2,050,000.00 Uniform Panitia 1,000,000.00
Total 4,800,000.00
B. Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi1) Publikasi Stiker 500,000.00 Pamflet 2,000,000.00 Spanduk 1,000,000.00 Umbul-umbul 100,000.00 Undangan 100,000.00
Total 3,700,000.00
2) Dekorasi Sewa backdroup 500,000.00 Kain, kertas dan lem 500,000.00
Total 1,000,000.00
3) Dokumentasi
Dokumentasi elektronik 1,000,000.00 Cuci cetak film 100,000.00 Sewa Viewer 1,000,000.00
Total 2,100,000.00
C. Humas Perijinan 200,000.00 Keamanan 200,000.00 Publikasi 2,000,000.00 Delegator korban konflik 8,000,000.00
Total 10,400,000.00
D. Perlengkapan Sound system 600,000.00
Total 600,000.00
E. Transportasi, Akomodasi Peserta & Pembicara Transportasi Pemateri 10,000,000.00Penginapan Pemateri 5,000,000.00Akomodasi peserta a. Buklet materi 2,000,000.00 b. Seminar kit, 2,000,000.00 c. Sertifikat 850,000.00 d. Pembicara 3,000,000.00
Total 22,850,000.00
F. Konsumsi Makan 10,000,000.00 Snack 2,000,000.00 Galon 55,000 Kopi dan The 50,000
Total 12,105,000.00
G. Dana Taktis 2,000,000.00Total 2,000,000.00
H. Rekapitulasi Pengeluaran1. Kesekretariatan 4,800,000.002. Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi 3,700,000.003. Humas 10,400,000.004. Perlengkapan 500,000.005. Transportasi Akomodasi peserta & Pembicara 22,850,000.006. Konsumsi 12,105,000.007. Dana Taktis 2,000,000.00
Total 56,355,000.00
SALDO KURANG: 56355000 – 2100000 = 54,255,000.00
Total kekurangan dana 54,255,000.00(Dicari dari sponsor dan donatur)
XIII. SPONSORSHIP
a. Sponsor Tunggal
Dalam pengertian bahwa pihak (instansi) terkait mendukung atau bekerja sama
dengan pihak penyelenggara (UNIQBU) dan menutupi semua dana yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan dan menjadi satu-satunya sponsor dalam
penyelenggaraan kegiatan. Untuk ketentuan dan syarat kerjasama dengan instansi
(perusahaan) terkait dalam hal promosi produk dsb, berdasarkan kesepakatan-
kesepakatan dengan pihak penyelenggara.
b. Sponsor Utama
Dalam pengertian bahwa pihak (instansi) terkait mendukung atau bekerja sama
dengan pihak penyelenggara (UNIQBU) dengan menutupi 75% dana yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk ketentuan dan syarat kerjasama
dengan instansi (perusahaan) terkait dalam hal promosi produk dsb, berdasarkan
kesepakatan-kesepakatan dengan pihak penyelenggara.
c. Sponsor Pendamping
Dalam pengertian bahwa pihak (instansi) terkait mendukung atau bekerja sama
dengan pihak penyelenggara (UNIQBU) untuk pengadaan dana dengan jumlah
tertentu atas kesepakatan bersama dengan pihak penyelenggaran kegiatan.
XIV. PENUTUP
Krisis akibat pertambangan di Kabupaten Buru saat ini bisa dilihat sebagai akibat
dari perkembangan destruktif penambangan yang diterapkan oleh pemerintah tanpa
pendayagunaan sumber daya bahan galian untuk kemakmuran rakyat yang seharusnya
dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai dengan
kemampuan daya dukungnya serta mengutamakan sebesar-besar kemakmuran rakyat
dan pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Pengelolaan bahan galian harus menyertakan program atau prinsip konservasi
didalamnya. Usaha pertambangan tanpa penerapan prinsip konservasi secara intensif dan
efektif akan menyebabkan ketidakseimbangan pengelolaan dan pemanfataan bahan
galian dengan akibat menurunnya kualitas peran dan manfaat sumber daya bahan galian
dalam pembangunan karena hilangnya kesempatan untuk diusahakan ataupun
terbuangnya bahan galian, baik secara fisik, ekonomis maupun fungsinya.
Krisis ekologis ini diakibatkan oleh tingginya intensitas penambangan yang tidak
termanagement dengan baik. Tingginya intensitas bencana dan konflik akibat
penambangan ini memberikan bukti bahwa krisis ini harus segera disikapi secara
kolekitif, baik oleh pemerintah ataupun masyarakat untuk mendorong proses
pembangunan yang lebih baik.
Namlea, 08 Januari 2013
Panitia Seminar Nasional Lingkungan Hidup
Ketua Sekretaris
Said Fais Assagaf, ST.,M.T Saleh Tuharea, S.Hut.,M.T
Mengetahui,
Dr. Abdul Haris Fatgehipon
YAYASAN MUSLIM BURUUNIVERSITAS IQRA BURU
PANITIA SEMINAR NASIONAL LHJln. Prof. Dr. H. Abdurahman Bassalamah, SE., M.Sc. Telp/Fax (0911) 21909 Namlea
Nomor : 001/A.01/PANPEL-UNIQBU/I/2013Lampiran : 1 (satu) RangkapPerihal : Permohonan Kesedian sebagai Narasumber/Pemateri Pada seminar
Nasional LH
Kepada Yth,Bapak Direktur PT. Aneka TambangDi-
Tempat
Assalamu’Alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,Dalam rangka pendayagunaan sumber daya bahan galian untuk kemakmuran rakyat secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai dengan kemampuan daya dukung serta mengutamakan kemakmuran rakyat dan pembangunan nasional yang berkelanjutan maka kami dari Panitia Seminar Nasional Lingkungan Hidup memohon kesediaan Bapak sebagai Narasumber/Pemateri pada Kegiatan ini yang mana jadwalnya akan disesuaikan dengan kesempatan Bapak.
Demikian permohonan ini, atas bantuan dan kerjasama Bapak dihaturkan banyak terima kasih.
Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.Namlea, 08 Januari 2013
Panitia Seminar Nasional LH - UNIQBU
Ketua Sekretaris
Said Fais Assagaf, ST.,M.T Saleh Tuharea, S.Hut.,M.T
Mengetahui,
Dr. Abdul Haris Fatgehipon
Tembusan ; Ditujukan kepada Yth: 1. Bapak Bupati Kabupaten Buru di Namlea2. Bapak Ketua DPRD Kabupaten Buru di Namlea3. Bapak Ketua Yayasan Muslim Buru di Namlea4. Arsip