Resta Amanda Kusuma Putri
NIM. 36.2015.7.1.1130
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2018
PROPOSAL SKRIPSI
EVALUASI EFEKTIVITAS DAN FEASIBILITAS TERAPI
PUASA DAN AL-QURAN TERHADAP PASIEN KANKER DI
RUMAH SAKIT X
i
LEMBAR PERNYATAAN
PELAKSANAAN PENELITIAN SKRIPSI
Dengan ini dinyatakan bahwa PROPOSAL SKRIPSI dengan judul:
EVALUASI EFEKTIVITAS DAN FEASBILITAS TERAPI PUASA DAN
AL-QURAN TERHADAP PASIEN KANKER DI RUMAH SAKIT X
Disusun oleh:
Resta Amanda Kusuma Putri
362015711130
Telah dibaca dengan seksama dan telah dianggap memenuhi syarat standar ilmiah,
baik jangkauannya maupun kualitasnya.
Telah disetujui untuk diajukan pada tanggal:...............................................
Dosen Pembimbing I
Nadia Saptarina, M.Farm, Apt
NIDN :
Dosen Pembimbing II
Asif Trisnani, Lc, M.A
NIDN :
A/n. Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIDA Gontor
Amal Fadholah, S.Si, Apt, M.Si
NIDN : 0810017001
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................b
2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 6
2.2 Landasan Konseptual .................................................................................... 9
2.2.1 Kanker ..................................................................................................... 9
2.2.2 Penatalaksanaan Terapi Kanker ............................................................ 15
2.2.3 Puasa ..................................................................................................... 19
2.2.5 Murotal Al-Quran ................................................................................. 22
2.2.7 Kerangka Konseptual ............................................................................ 24
BAB 3. METODELOGI PENELITAIN ............................................................25
3.1 Jenis Rancangan Penelitian ......................................................................... 25
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................. 25
3.3 Definisi Operasional .................................................................................... 25
3.4 Populasi dan Jumlah Sampel ....................................................................... 26
3.5 Tahapan Penelitian ...................................................................................... 28
3.6 Analisis Data ............................................................................................... 31
3.7 Sistematika Pembahasan ............................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... vi
LAMPIRAN .......................................................................................................... xi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Laporan efek samping setelah dilakukan kemoterapi dengan atau tanpa terapi .... 6
Gambar 2. Hasil parameter metabolisme, endokrin dan inflamatori antara pasien
yang diberikan terapi STF dan tidak ....................................................................... 7
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Anxiety ............................................................................................ xvi
Lampiran 6. Kuesioner PRO-CTCAE (Patient Report Outcomes Version Of
The Common Terminology Criteria For Adverse Event) ............... xix
................................ xiv
Lampiran 4. Kuisioner Sebelum dan Sesudah Terapi ......................................... xv
Lampiran 5. Kuesioner Tingkat Kecemasan Hamilton Rating Scale for
Lampiran 1. Skema Penelitian ............................................................................. xi
Lampiran 2. Data Collection ............................................................................... xii
Lampiran 3. Kuisioner Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian di dunia.
Berdasarkan data statistik WHO (World Health Organization) pada tahun 2016
sekitar 56,9 juta jiwa meninggal di dunia disebabkan oleh 10 faktor utama,
diantaranya 87 juta jiwa meninggal disebabkan oleh jantung iskemik dan kanker
menempati urutan ke 6 dengan sekitar 23 juta jiwa meninggal dunia (WHO, 2018).
Bahkan, menurut WHO tahun 2016 dalam NCD (Non Communicable Diaseases)
Country Profile (2018), penyebab kematian di Indonesia 12% disebabkan oleh
kanker. Berdasarkan data Globacan tahun 2018, terdapat 18,1 juta kasus baru
mengenai kanker dan 9,6 juta jiwa diantaranya meninggal dunia dengan kanker
paru-paru, payudara, kolorektum dan prostat sebagai kanker terbanyak yang
ditemukan di dunia (IARC, 2018). Indonesia mempunyai sekitar 348 ribu kasus
baru terkait kanker dan 207 ribu jiwa diantaranya meninggal dunia dengan kanker
payudara, servik uteri, paru-paru dan kolorektum sebagai kanker yang sering
ditemukan di Indonesia (IARC, 2018).
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel abnormal
di luar batas yang dapat menyerang bagian tubuh yang bersebelahan atau menyebar
ke organ lain (WHO, 2018). Salah satu faktor penyebab kanker diantaranya yaitu:
indeks massa tubuh tinggi, kurang asupan nutrisi, kurang aktivitas fisik, merokok
hingga konsumsi alkohol berlebihan. Lebih dari 30% penyakit kanker dapat dicegah
dengan cara mengubah faktor resiko perilaku dan pola makan serta deteksi diri sejak
dini (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Instalasi kesehatan telah berupaya dengan berbagai cara untuk
menanggulangi masalah penanganan kanker dengan terapi seperti kemoterapi,
radiasi, obat dan operasi dengan biaya yang tergolong mahal dan besarnya efek
samping yang ditimbulkan. Namun, hingga saat ini belum ditemukan pengobatan
penyakit kanker dengan biaya yang tidak memberatkan pasien serta efek samping
yang rendah tanpa mengulangi efek terapi yang dihasilkan (Noviana, 2013).
2
“Berperanglah niscaya kalian akan mendapatkan harta rampasan,
berpuasalah maka kalian akan sehat, dan bersafarlah maka kalian akan kaya.”
Sanad hadis ini: Muhammad bin Sulaiman bin Abi Daud, dari Zuhair bin
Muhammad, dari Suhail bin Abi Shaleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian,
namun hadist ini masuk kategori hadist dhoif (Ammi Nur Baits, 2012).
Puasa merupakan cara yang dapat menjaga pola hidup menjadi pola hidup
yang lebih sehat. Puasa juga dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Ramadhani menyatakan dalam bukunya berjudul Al-Quran VS Sains Modern
menurut Dr. Zakir Naik, bahwasannya puasa dapat membuang racun dalam tubuh
(Ramadhani, 2016). Selain itu, puasa dapat meningkatkan zat insulin dalam tubuh.
Puasa juga mempunyai banyak manfaat dan hikmah bagi kesehatan manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 184 yang artinya
“Dan bila kamu berpuasa, niscaya itu lebih baik bagi kamu jika kamu
mengetahuinya”.
Ibnu Sina menganjurkan puasa selama tiga minggu untuk beberapa kondisi
penyakit yang ditangani olehnya, dimana menyatakan bahwasannya puasa
merupakan unsur penting dalam penyembuhan berbagai penyakit khususnya
penyakit kanker. Puasa mengandung unsur yang dapat menghancurkan,
menghambat, mematikan sel kanker itu dengan sendirinya kemudian diperbaharui
kembali menjadi sel-sel yang baru (Hisyam, 2009).
Dunia medis menyatakan puasa membersihkan toksin dan zat-zat yang
menumpuk dalam saluran pencernaan, ginjal dan organ lain akibat bahan tambahan
dan karsinogenik penyebab kanker. Puasa terbukti secara klinis di Amerika dan
Eropa dapat membunuh sel kanker termasuk kanker payudara, kolorektal dan paru-
paru. Menurut Longo, et al (2015) sel kanker membutuhkan energi untuk bertahan
dan terus bertambah. Tetapi sel kanker tidak dapat menghasilkan energi tersebut.
Pergeseran metabolisme oleh sel kanker mengakibatkan mereka menghasilkan
radikal bebas yang dapat membunuh sel itu sendiri. Bahkan puasa dapat
memperlambat pertumbuhan, penyebaran dan membantu penyembuhan penyakit
kanker terlebih jika dikombinasikan dengan kemoterapi (Musbikin, 2013).
3
Berdasarkan hasil penelitian, puasa memberikan efek positif terhadap
pengobatan penyakit kanker, mulai dari berkurangnya kerusakan DNA pada
leukosit (Bauersfeld, 2018), mengurangi efek samping setelah kemoterapi (Safdie,
2009), mengurangi toksisitas pada hematologi pasien (Groot et all, 2015) dan aman
di terapkan dalam terapi kanker (Dorff, 2016).
Pasien kanker akan mengalami kecemasan terhadap efek samping yang
ditimbulkan dari kemoterapi dan penyakit kanker itu sendiri sehingga pasien yang
didiagnosa kanker akan diliputi perasaan khawatir, takut, cemas menghadapi
ancaman kematian serta rasa sakit saat menjalani terapi (Setyaningsih, 2011).
Terapi Al-Quran dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien
sebagaimana hasil penelitian Aryanti (2013) yang menunjukkan bahwa setelah
diberikan terapi murotal sebagian bear pasien mengalami cemas ringan.
Abdurrochman (2008) menyatakan bahwa stimulasi Al-Quran di dominasi
oleh gelombang delta yang muncul pada daerah frontal dan sentral kanan dan kiri
otak. Fungsi daerah frontal yaitu sebagai intelektual umum dan pengontrol emosi
sedangkan bagian sentral sebagai pusat pengontrol gerakan-gerakan yang
dilakukan. Sehingga stimulasi Al-Quran dapat memberikan ketenangan,
ketentraman serta kenyamanan pasien (Billah, 2015).
Namun hingga saat ini, puasa belum diterapkan dalam pengobatan kanker
tanpa efek samping besar serta terapi Al-Quran untuk mengurangi kecemasan
pasien kanker. Walaupun terapi Al Quran dan puasa sering diteliti oleh peneliti
sebelumnya, namun di Indonesia belum timbul ketertarikan dalam penelitian puasa
terhadap kanker. Terapi puasa yang di teliti oleh penelitian sebelumya, belum sesuai
dengan kaidah puasa menurut Islam. Oleh sebab itu, evaluasi efektivitas dan
feasibilitas terapi puasa dan Al-Quran terhadap pasien kanker di Rumah Sakit X
dapat menjadi inovasi dalam pengembangan terapi puasa yang lebih efektif serta
terapi Al-Quran dalam mengurangi kecemasan pasien kanker. Rumah Sakit X
merupakan rumah sakit rujukan terhadap pasien kanker. Diharapkan kedepannya
penelitian ini dapat menjadi pengobatan terapi kanker, inovasi pengembangan
terapi kanker serta dapat di terapkan di beberapa rumah sakit dalam
penatalaksanaan terapi kanker.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah terapi puasa efektif terhadap pasien kanker di Rumah Sakit X?
2. Bagaimana feasibilitas terapi puasa sebagai terapi pengobatan penyakit
kanker di Rumah Sakit X?
3. Apakah terapi Al-Quran efektif terhadap pasien kanker di Rumah Sakit X?
4. Bagaimana feasibilitas terapi Al-Quran sebagai terapi pengobatan penyakit
kanker di Rumah Sakit X?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui efektivitas terapi puasa terhadap pasien kanker di Rumah
Sakit X
2. Untuk mengetahui feasibilitas terapi puasa sebagai terapi pengobatan
penyakit kanker di Rumah Sakit X
3. Untuk mengetahui efektivitas terapi Al-Quran terhadap pasien kanker di
Rumah Sakit X
4. Untuk mengetahui feasibilitas terapi Al-Quran sebagai terapi pengobatan
penyakit kanker di Rumah Sakit X
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan feasibilitas terapi
puasa dan Al-Quran terhadap pasien kanker di Rumah Sakit X ditinjau dari
parameter metabolik, endokrin dan hematologik serta kuesioner yang dievaluasi
menggunakan Common Terminology Criteria for Adverse Event Version 4.03
(CTCAE v.4.03) dan melalui analisis bivariat menggunakan wilcoxon.
5
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan bagi peneliti
selanjutnya terkait terapi puasa dan Al-Quran terhadap pasien kanker. Diharapakan
kedepannya melalui penelitian ini terapi puasa dapat dijadikan terapi alternatif
penyakit kanker, inovasi pengembangan terapi kanker serta dapat diterapkan di
beberapa rumah sakit dalam penatalaksanaan terapi kanker.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Kanker dikenal sebagai ancaman kesehatan utama abad ini, intervensi untuk
mengendalikan penyebab kanker melalui program pendidikan guna meningkatkan
kesadaran yang menghasilkan perubahan perilaku pasien. Banyak penelitian yang
melaporkan efek positif pengendalian psikologis dalam mengurangi stres, depresi
dan kerusakan psikologis fisik. Terapi spiritual juga dapat mengendalikan
psikologis fisik maupun psikis. Penelitian yang dilakukan Safdie, et al pada tahun
2009 melalui gambar 1 mereka dapat menemukan bahwasannya pasien kanker yang
berpuasa memiliki efek positif yaitu mengurangi efek samping yang ditimbulkan
setelah kemoterapi (Safdie, 2009).
Gambar 1. Laporan efek samping setelah dilakukan kemoterapi dengan atau tanpa
terapi
(Sumber: Safdie, 2009)
Penelitian serupa dilakukan oleh Stephan, et al pada tahun 2018 dengan
penelitian acak terhadap 13 wanita dengan kanker payudara HER2-negatif yang
menerima kemoterapi neo-adjuvan di acak ke STF (Short Term Fasting) selama
kemoterapi. Puasa dapat mengurangi toksisitas hematologi kemoterapi dan
menyebabkan pemulihan kerusakan DNA yang lebih cepat. Periode puasa dimulai
36 jam sebelum kemoterapi dan berakhir 24 jam setelah akhir kemoterapi yang
menghasilkan periode puasa total 60 jam. Selama periode puasa, pasien menerima
jumlah air tak terbatas. Untuk mengukur kualitas hidup yang berhubungan dengan
7
kesehatan, maka peneliti menggunakan penelitian fungsional dari sistem
pengukuran penyakit kronis (FACIT ©) (Bauersfeld, 2018).
Penelitian serupa dilakukan oleh Groot et al tahun 2015 terhadap pasien
kanker payudara untuk melihat efek dari STF selama 48 jam yang menerima obat
TAC (docetaxel, doxorubisin dan kiklopospamide) ditinjau dari efek samping yang
ditimbulkan dan parameter hematologik. Penelitian pilot study acak yang berpuasa
24 jam sebelum dan sesudah kemoterapi serta kelompok yang tetap memakan
makanan sesuai dengan pendoman nutrisi kesehatan dengan pemberian minimal 2
butir buah perhari (Groot et al, 2015).
Gambar 2. Hasil parameter metabolisme, endokrin dan inflamatori antara pasien
yang diberikan terapi STF dan tidak
(Sumber: Groot et all, 2015)
Berdasarkan penelitian tersebut, Groot, et al menyatakan bahwa STF sangat
aman digunakan dalam penerapan terapi dengan puasa 24 jam sebelum dan sesudah
kemoterapi di setiap tipe pasien dengan kanker payudara. Penelitian ini
membutkikan bahwasannya STF melemahkan toksisitas pada sumsum tulang pada
pasien dan mereduksi efek samping kemoterapi pada kerusakan DNA di PBMCs
(Peripheral Blood Mononuclear Cells) (Groot et al, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Dorff et al pada tahun 2016 terhadap pasien
kanker yang mendapatkan terapi kombinasi kemoterapi platinum tanpa tambahan
dikombinasikan dengan puasa. Metode penelitian yang digunakan adalah trial
design dan cohort dengan range umur 31-75 tahun dan umur mediannya adalah 61
tahun. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwasannya puasa selama 24, 48 dan
8
72 jam aman dan dapat diaplikasikan pada pasien kanker yang menerima terapi
kemoterapi kombinasi platinum karena dapat melindungi jaringan tissue dari efek
samping kemoterapi dan sel-sel prekusor hematopoietik dilindungi dan
diregenerasikan (Dorff et al, 2016). Puasa dinyatakan aman dan layak untuk pasien
kanker, diamping itu terbukti bahwa berkurangnya kerusakan DNA pada leukosit
pasien setelah paparan kemoterapi yang telah berpuasa (Dorff, 2016).
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Maleki et al pada tahun 2018 terhadap
pasien kanker yang berpuasa selama Ramadhan di Rumah Sakit Iran dengan
multisurvey. Mereka melakukan penelitian terhadap 620 pasien kanker dan 187
profesi tenaga kesehatan menggunakan kuesioner dan pengumpulan data dari
pasien dan profesi tenaga kesehatan dalam pengumpulan data. Kesimpulan dari
penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat beberapa pasien kanker yang tidak
berpuasa Ramadhan dan ada beberapa pasien yang melaporkan mulai berpuasa dan
mengalami perubahan selama bulan Ramadhan di Iran. Dokter onkologi akan
menyarankan pasien agar mematuhi terapi dan mempertimbangkan tipe kanker,
evaluasi pasien dan kemungkinan efek merugikan (Maleki et al, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Hammad (2010) mengenai terapi Al-Quran
terhadap kecemasan dan imunitas pasien hospitalisasi menyatakan bahwasannya
terapi Al-Quran dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan imunitas
pasien yangs edang menjalani rawat inap di Rumah Sakit karena melalui murotal
Al-Quran pasien menjadi lebih tenang dan mendapatkan emosional positif sehingga
dapat menghindari stres.
Rosyafirah et al (2017) melakukan penelitian kualitatif dari online database
of Elsevier’s SCOPUS mengenai pembuktian suara melalui Al-Quran terhadap
kultur sel. Berdasarkan hasil beberapa penelitian, Al-Quran dapat menjadi media
penyembuhan dalam teknik penyembuhan suara dibuktikan dari efek positif dari
suara pada proses-proses biologis dan fisiologis yang digambarkan oleh berbagai
penelitian.
Febby dan Trimelia (2016) juga melakukan penelitian mengenai terapi Al-
Quran terhadap pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi untuk
mengetahui efek terapi terhadap tingkat kecemasan pasien kanker. Berdasarkan
9
penelitian tersebut diketahui bahwasannya terapi Al-Quran memberikan pengaruh
terhadap tingkat kecemasan pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di
Rumah Sakit Margono Soekardjo Purwokerto.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, puasa memberikan efek positif terhadap
pengobatan penyakit kanker, mulai dari berkurangnya kerusakan DNA pada
leukosit, mengurangi efek samping setelah kemoterapi, mengurangi toksisitas pada
hematologi pasien dan aman di terapkan dalam terapi kanker. Terapi Al-Quran juga
dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien kanker. Namun, terapi puasa yang
diterapkan belum sesuai dengan syariat Islam, maka perlu dilakukannya penelitian
mengenai evaluasi efektivitas dan feasibilitas terapi puasa dan Al-Quran terhadap
pasien kanker melalui rekam medis dan kuesioner dengan puasa yang sesuai syariat
di Rumah Sakit X.
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Kanker
2.2.1.1 Definisi Kanker
Kanker menurut WHO merupakan pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal
yang tumbuh melampaui batas normal kemudian menyerang bagian setelah tubuh
dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut dengan metastasis. Metastasis
merupakan faktor utama kematian akibat kanker (WHO, 2018). Kanker menurut
National Cancer Institute adalah suatu penyakit dimana sel-sel membelah secara
abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya (National
Cancer Institute, 2009). Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor,
padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak
normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan
tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas
(Brunicardi, 2010).
2.2.1.2 Klasifikasi Kanker
Klasifikasi kanker berdasarkan jenis kanker, diantaranya (Akmal, 2010):
10
a. Karsinoma merupakan jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi
permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti sel
kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel malanin, payudara, leher rahim,
kolon, rektum, lambung dan pankreas.
b. Limfoma merupakan jenis kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah,
misalnya sumsum tulang belakang, leukimia. Limfoma merupakan jenis
kanker yang tidak membentuk masa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah
dan mengganggu fungsi sel darah normal.
c. Sarkoma adalah jenis kanker akibat kerusakan jaringan penunjang di
permukaan tubuh seperti jaringan ikat, sel-sel otot dan tulang.
d. Glioma adalah kanker susunan saraf misalnya sel glia di susunan saraf pusat.
e. Karsinoma in situ adalah istilah yang menjelaskan sel epitel abnormal dan
masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif.
2.2.1.3 Patofisiologi
Sel abnormal membentuk sebuah kelompok dan mulai berproliferasi secara
tidak teratur. Sel mendapatkan karakteristik invasif sehingga terjadi perubahan
jaringan sekitar. Sel menginfiltrasi jaringan dan memperoleh akses ke limfe dan
pembuluh darah, yang membawa sel ke area tubuh yang lain. Kejadian ini
dinamakan dengan metastasis. Sel kanker disebut dengan neoplasma maligna dan
diklasifikasikan berdasarkan tempat jaringan yang tumbuh di sel kanker tersebut.
Kegagalan sistem imun untuk menghancurkan sel abnormal secara cepat dan tepat
tersebut menyebabkan sel-sel tumbuh menjadi besar untuk dapat ditangani dengan
menggunakan imun yang normal (Seyfried, 2013).
Mekanisme pembentukan neoplasma disebut juga dengan karsinogenesis.
Karsinogenesis merupakan suatu proses transformasi sel normal menjadi sel ganas
melalui displasi terjadi melalui mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum
mekanisme karsinogenesis melalui empat tahap yaitu (Weinberg, 2007):
a. Tahap Inisiasi
Tahap inisiasi merupakan tahap pertama karsinogenesis bersifat irreversible
dimana gen pada sel normal bertransformasi menjadi maligna (ganas). DNA
11
dirusak oleh zat-zat inisiator seperti radiasi dan radikal bebas yang dapat
mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi mutasi DNA dengan kelainan
pada kromosomnya. Kerusakan DNA diturunkan pada anak-anak sel dan
seterusnya. Tahap inisiasi berlangsung dalam satu sampai beberapa hari.
b. Tahap Promosi
Pada proses proliferasi sel terjadi pengulangan siklus sel tanpa hambatan dan
secara continue terus mengulang. Selanjutnya proses metastasis dimana penyebab
utama dari kenaikan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan keganasan.
Berlangsungnya proses ini melibatkan interaksi kompleks, tidak hanya ditentukan
oleh jenis sel kanker itu sendiri, namun matriks ekstraseluler, membran basal,
reseptor endotel serta respon kekebalan host yang berpartisipasi. Mekanisme
metastasis merupakan indikasi bahwa mekanisme pertahanan pasien kanker gagal
untuk mengatasi dan memblokir penyebaran sel kanker. Setelah itu terjadi proses
neoangiogenesis.
c. Tahap Angiogenesis
Tahap angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru yang
terjadi secara normal dan sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Angiogenesis juga terlibat dalam proses penyembuhan, seperti
pembentukan jaringan baru setelah cidera. Angiogenesis juga merupakan tahap
yang sangat penting dalam karsiogenesis atau pertumbuhan sel kanker sehingga
terjadi perkembangan sel kanker yang tidak terkendali dan bersifat ganas.
Angiogenesis dapat berkembang menjadi sesuatu yang bersifat patologis dan
berhubungan dengan kanker, inflamasi, penyakit kulit dan penyakit mata. Kondisi
patologi angiogenesis ini diawali oleh pembentukkan pembuluh darah baru dan
penghancuran sel normal yang ada di sekitarnya. Berbeda dengan angiogenesis
fisiologis, angiogenesis patologi dapat berlangsung lama sampai beberapa tahun
dan biasanya berhubungan dengan beberapa gejala klinis.
d. Tahap Progresif
Pada tahap progresif gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan
DNA mengakibatkan mitosis dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas.
Terjadi aktivasi, mutasi atau hilangnya gen. Pada tahap progresi ini timbul benigna
12
menjadi pra-malignan dan malignan. Metastasis kanker terjadi akibat penyebaran
sel kanker utama dan terjadi pembentukan tumor di tempat baru yang jauh dari sel
kanker utama. Pada awalnya kanker primer harus memiliki akses ke sirkulasi, baik
melalui pembuluh darah maupun sistem limfatik, setelah sel kanker mampu
menembus saluran tersebut, sel kanker harus harus bertahan hidup dan pada
akhirnya sel kanker tersebut akan menyebar ke organ dan membentuk jaringan
baru. Lalu, sel kanker dapat memulai pertumbuhan jaringan baru dengan
membentuk vasularisasi baru untuk suplai oksigen dan nutrisi.
2.2.1.4 Gejala dan Faktor Resiko
a. Gejala Kanker
Gejala kanker secara umum yaitu nyeri merupakan reaksi kekebalan dan
peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh disebabkan oleh tumor yang
meluas dan menekan saraf dan pembuluh darah disekitarnya. Pendarahan atau
pengeluaran cairan yang tidak wajar, seperti batuk atau muntah yang berdarah,
mimisan yang terus menerus hingga darah dalam air kemih. Selain gejala umum,
gejala khusus juga dapat dilihat sesuai dengan organ yang terkena kanker, seperti
kanker otak gejala yang muncul sakit kepala pada pagi hari, epilepsi, lemah hingga
mati rasa pada lengan dan kaki. Hal ini disebabkan sel kanker yang telah menyerang
saraf di otak (American Cancer Society, 2018).
Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai dengan jenis
kanker, gejala pada tahap awal berupa kelelahan secara terus menerus, demam
akibat sel kanker mempengaruhi sistem pertahanan tubuh sebagai respon dari kerja
sistem imun tubuh tidak sesuai. Gejala kanker tahap lanjut berbeda-beda. Perbedaan
gejala tergantung lokasi dan keganasan sel kanker. Menurut Sunaryati gejala kanker
yaitu penurunan berat badan tidak sengaja dan terlihat signifikan, pertumbuhan
rambut tidak normal, nyeri akibat kanker sudah menyebar (Surnayati, 2011).
Secara umum, gejala klinis kanker dibagi menjadi beberapa kelompok
diantaranya (American Cancer Society, 2018):
a. Gejala lokal: pembesaran atau pembengkakan yang tidak biasa, pendarahan,
rasa sakit atau tukak lambung.
13
b. Gejala pembesaran kelenjar getah bening, batuk, pembesaran hati, rasa sakit
pada tulang, fraktur pada tulang dan gejala neurologis.
c. Gejala sistemik: berat badan menurun, nafsu makan berkurang secara
signifikan, kelelahan, keringat berlebihan pada saat tidur, anemia, fenomena
paraneoplastik dan perubahan hormonal.
d. Gejala angiogenesis: terjadi penurunan konsentrasi senyawa penghambat
pertumbuhan pembuluh darah baru seperti trombospondin, angostatin dan
glioma-derived angiogenesis inhibitor factor.
e. Gejala migrasi sel tumor yang ditandai dengan degradasi matriks ekstraseluler
jaringan ikat yang menyangga stuktur sel oleh enzim MMP.
b. Faktor Resiko
Kanker merupakan penyakit yang sebagian besar disebabkan oleh faktor
lingkungan sebanyak 90-95% dan hanya 5-10% disebabkan oleh faktor genetik.
Faktor lingkungan yang biasanya mengarahkan kepada kematian karena kanker
adalah tembakau sebanyak 25-30%, diet dan obesitas (30-35%), infeksi (15-20%),
radiasi, stres, kurang aktivitas fisik dan polutan lingkungan (Laksono, 2011).
Berikut penjelasan mengenai faktor resiko tersebut, diantaranya:
1. Bahan Kimia
Zat yang menyebabkan mutasi DNA dikenal sebagai mutagen dan mutagen
yang menyebabkan kanker disebut dengan karsinogen. Ada beberapa zat khusus
yang terkait dengan jenis kanker tertentu, seperti rokok tembakau terhadap kanker
paru-paru, asbestos terhadap mesothelioma (O’Reilly, 2007) dan beberapa mutagen
yang tidak karsinogen yaitu alkohol namun bahan kimia ini bisa menyebabkan
kanker dengan menstimulasi tingkat pembelahan sel.
2. Infeksi
Virus berperan hingga 20% terhadap kanker pada manusia (Zur, 1991). Virus
ini termasuk papillomavirus pada manusia (kanker serviks), poliomavirus
(mesothelioma dan tumor otak), virus epstein-barr (limfoproliferatif sel B dan
kanker nasofaring dan juga helicobacter pylori (kanker lambung).
3. Ketidakseimbangan Metabolisme
14
Senyawa formaldehid yang disentesis di dalam tubuh merpakan bentuk dari
metabolisme senyawa xenobiotik yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan
DNA dan mengikat pada serum albumin serta gugus valina hemoglobin dan
menginduksi senyawa karsinogenesis (National Toxicology Program, 2010).
4. Radiasi Ionisasi
Sumber-sumber radiasi ionisasi seperti gas radon dapat menyebabkan kanker.
Bila terpapar terus menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa
menyebabkan melanoma dan beberapa penyakit kulit yang berbahaya.
Diperkirakan 2% dari penyakit kanker disebabkan oleh CT scan saat ini
(Berrington, 2009). Radiasi frekuensi radio tak berion dari telepon seluler dan
sumber radio frekuensi yang serupa dapat menyebabkan kanker juga.
5. Hereditas
Beberapa jenis kanker juga dipengaruhi oleh faktor keturunan. Bentuk
hereditas kanker dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu, sindrom kanker herediter
yang merupakan pewarisan satu gen mutannya akan sangat meningkatkan resiko
terjadinya kanker yang bersangkutan. Kanker familial, merupakan kanker yang
tidak disertai fenotipe penandanya namun dikaitkan dengan pewarisan gen mutan.
Contohnya, keterkaitan gen BRCA1 dan BRCA2 dengan kanker payudara dan
ovarium. Sindrom resesif autosomal gangguan perbaikan DNA merupakan
kelainan pra kanker yang diwariskan secara dominan, sekelompok kecil gangguan
resesif autosomal secara kolektif memperlihatkan ciri instabilitas kromosom atau
DNA (Priyatin, 2013).
2.2.1.5 Diagnosis Kanker
Penegakan diagnosi kanker memerlukan beberapa macam pemeriksaan
diantaranya (Tjay dan Kirana, 2013):
a. Penanda tumor, umumnya diperiksa melalui darah. Fungsi dari pemeriksaan ini
adalah untuk skrining kanker. Penanda tumor yang biasa digunakan adalah AFP
(Alpha fenoprotein) merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur
untuk menjadi sel hati pada janin. Carninoembryonic (CEA) merupakan protein
yang dihasilkan epitel saluran cerna janin yang dapat diekstraksi dari tumor
15
saluran cerna orang dewasa. Cancer antigen 72-4, tumor associated glycoprotein
(TAG 72) di dalam serum, cancer antigen 19-9 yang merupakan antigen kanker
dalam penagakan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung
dan usus besar. Cancer antigen 12-5 digunakan untuk indikator kanker ovarium
epitel non-mucinous. Cancer antigen 15-3 merupakan indikator kanker payudara
dan monitoring hasil pengobatan.. PSA digunakan untuk indikator kanker
prostat. NSE digunakan untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit
keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma dan seminoma. Cyfra
21-1 sebagai indikator diagnosis kelainan paru jinak.
b. Patologi anatomi, pemeriksaan tumor baik secara makro maupun mikro.
Umumnya untuk diagnosis kanker melalui patologi anatomi pada manusia
menggunakan USG, pemeriksaan ultrasanografi dan immunochemistry (WHO,
2005).
c. Mammografi merupakan pemeriksaan payudara menggunakan sinar X yang
dapat memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk terkecil yaitu
mikrokalsifikasi. Diagnosa menggunakan X-Ray, ultrasonografi, CT scan dan
endoscopy (WHO, 2005)
2.2.2 Penatalaksanaan Terapi Kanker
Tatalaksana terapi kanker dibagi menjadi dua golongan yaitu terapi
farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis merupakan terapi
penyakit menggunakan obat-obatan sedangkan terapi non farmakologis merupakan
terapi penyakit yang tidak menggunakan perobat-obatan. Berikut penjelasannya:
a. Terapi Farmakologis
Terapi kanker tergantung jenis kanker, stadium, usia, status kesehatan dan
karakteristik pribadi tambahan. Pengobatan farmakologi pasien kanker selalu
menerima kombinasi terapi dan perawatan paliatif. Prinsip kerja pengobatan kanker
adalah membunuh sel-sel kanker, mengontrol pertumbuhan sel kanker,
menghentikan pertumbuhan agar tidak menyebar dan mengurangi gejala yang
disebabkan oleh kanker (Crosta, 2010).
16
Pembedahan dan radiasi dapat mencapai penyembuhan kuratif bila dilakukan
sedini mungkin dan belum terjadi metastasis. Pengobatan pada kanker yang sudah
menyebar hanya bersifat paliatif, yaitu meringankan gejala tanpa adanya
penyembuhan penyakit. Obat kanker digolongkan berdasarkan mekanisme inhibit
proliferasi sel, sebagaian obat hanya efektif terhadap siklus pembelahan sel dan
sebagaian lainnya efektif pada seluruh siklus pembelahan sel. Berikut beberapa
jenis terapi farmakologis penyakit kanker, diantaranya (Tjay dan Kirana, 2013):
- Pembedahan, terapi ini dilakukan untuk mengeluarkan tumor secara radikal
yang hanya dapat dilakukan pada tumor tunggal yangbelum menyebar
- Radiasi, proses ini menggunakan sinar radio-aktif (radioterapi) yang
membakar dan memusnahkan sel-sel tumor yang bersifat kuratif ataupun
paliatif yang mengurangi rasa sakit pada metastasis tulang, mengurangi sakit
kepala akibat peningkatan tekanan intra-kranial pada metastasis CNS.
- Kemoterapi, terapi yang paling sering digunakan oleh pasien kanker dengan
berbagai tujuan, yakni kuratif untuk mencapai penyembuhan penyakit pada
tumor yang sangat peka bagi sitostatika dan paliatif untuk mengurangi
keluhan dan gejala yang berkaitan dengan stadium lanjut dari kanker tanpa
menghambat proses penyakit.
- Terapi hormon, penerapan terapi ini menggunakan hormon dan antihormon
tertentu yang digunakan pada kanker yang pertumbuhannya tergantung dari
hormon, terutama zat-zat anti-estrogen pada kanker mamae dan endometrium
- Immunoterapi menggunakan zat-zat stimulator sistem imun seperti
interferon, interleukine-2 dan sel LAK
- Hipertermi adalah penanganan tumor dengan kalor atau panas sebagai terapi
tambahan untuk memperkuat efek radiasi
b. Sitostatika
Sitostatika merupakan zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat
dari sel-sel ganas. Prinsipnya adalah penggunaan obat-obat untuk merusak DNA
dan RNA sel. Senyawa-senyawa ini mematikan sel-sel dengan menstimulir
apoptosis. Kebanyakan tumor menimbulkan resistensi pesat terhadap obat tunggal,
maka dikembangkan prinsip kemoterapeutika intermiten dengan multidrug.
17
Kombinasi dari tiga atau lebih sitostatika sering digunakan dengan mekanisme dan
titik kerja pada siklus pertumbuhan sel tumor yang berlainan. Beberapa kombinasi
terkenal antara lain (Tjay dan Kirana, 2013).
- MOPP : mustin, oncovin, prokarbazin dan prednisolon pada limfoma non
metastasis
- VMCP : vinkristin, melfelan, cisplatin dan prednisolon pada myeloma
- FAM : fluorurasil, adriamisin dan mitomisin pada kanker lambung
- CAF : siklofosfamida, adriamisin dan fluorourasil pada kanker mamae yang
sudah menyebar
- VAD : vinkristin, adriamisin dan deksametason pada multiple myeloma
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antitummor dibagi menjadi
beberapa golongan sebagai berikut (Tjay dan Kirana, 2013):
1. Zat Alkilasi
Golongan obat ini berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang membelah
dengan gugus alkilnya yang sangat reaktif dan menyebabkan cross-linking antara
rantai DNA di dalam inti sel. Efek sitotoksis dan mutagen ditunjukkan terhadap sel
yang membelah dengan pesat. Namun, efek samping obat golongan zat alkilasi
sangat merugikan sumsum tulang, mukosa dari saluran lambung-usus, sel kelamin
dan janin muda dan dapat bersifat karsinogen yang mengakibatkan leukimia akut.
Contoh obat golongan zat alkilasi adalah klormetin, klorambusin, melfelan,
siklofosfamida, ifosfamida dan buslfan
2. Antimetabolit
Obat golongan obat ini dapat mengganggu sintesa DNA melalui jalan
angiogenesis saingan. Rumus kimianya sangat mirip dengan beberapa metabolit
tertentu yang penting bagi fisiologi sel, yaitu asam folat, purin dan purimidin. Obat
ini menduduki tempat metabolit tersebut dalam sistem enzim tanpa mengambil alih
fungsinya, sehingga sintesa DNA atau RNA gagal dan perbanyakan terhenti. Obat
golongan ini juga tidak bersifat sitotoksis. Semua obat ini bersifat imunosupresan
yang digunakan pada transplantasi organ dimana baru menjadi metabolit aktif
setelah diubah dalam hati. Contoh obat golongan antimetabolit adalah gemsitabin,
metotreksat, merkaptopurin dan fluorurasil
18
3. Antimitotika
Golongan obat ini menghindari pembelahan sel pada metafase, dengan
mencegah masuknya belahan kromosom masuk ke dalam anak inti. Obat-obatnya
di dapat dari hasil tumbuhan, yakni alkaloida vinca, podifilin dan obat dari
kelompok taksoida. Contoh golongan obat antimitotika adalah vinblastin, podofilin
docetaxel dan paclitaxel
4. Antibiotika
Beberapa antibiotik dari jamur streptomycin berkhasiat sebagai sitostatis,
yang dapat mengikat DNA secara kompleks sehingga sintesanya terhenti.
Doksorubisin merupakan obat golongan ini yang bekerja menghambat DNA dan
RNA melalui kerjanya terhadap topoisomerase II dan memiliki sifat imunosupresan
dengan plasma t1/2 tinggi dan salah satu sitostatikum yang paling sering digunakan.
Obat lain golongan ini adalah daunorubisin, epirubisin, idarubisin dan bleomisin.
5. Imunomodulansia
Golongan obat ini juga dinamakan sebagai Biological Response Modifiers
(BRM) yang mempengaruhi secara positif reaksi biologis dari tubuh terhadap
tumor. Imunostimulansia berkhasiat mereaktivasi sistem imun rendah dengan
meningkatkan respon imun tak spesifik terhadap sel tumor. Reaksi imunnya berupa
perbanyakan limfo-T4, NK-cells dan makrofag sedangkan pelepasan interferon dan
interleukin ditingkatkan. Contoh obatnya adalah sitokin dan levamisol.
Imunosupresiva berkhasiat menekan aktivitas sistem imun seperti kebanyak zat
antitumor. Pada penyakit auto imun, fungsi sistem imun terganggu dengan adanya
auto-antibodies, sedangkan limfo-T dan NK cells menyerangn jaringan sendiri dan
imunosupresiva berkerja untuk mengurangi aktivitas penyakit. Contoh obatnya
adalah siklosporin, interferon-alfa, interleukin-2, TNF (Tumor Necrosis Factors)
dan trastuzumab
6. Hormon dan Antihormon
Kortikokosteroid berkhasiat melarutkan limfosit dan menekan mitosis di
leukosit. Oleh sebab itu, obat ini sangat penting pada terapi limfoma dan leukimia
akut pada anak-anak. Zat estrogen digunakan pada kanker prostat yang
bermetastasis dan zat endrogen digunakan pada kanker mamae dan endometrium
19
yang sudah menyebar. Antihormon kelamin merupakan zat-zat yang menghambat
hormon di jaringan tujuan dengan lewan kerjanya. Seperti, anti-estrogen berkerja
seperti tamoksifen dengan menempati reseptor estrogen pada tumor buah dada yang
bersifat estrogen-defendent. Anti-androgen yang digunakan adalah siproteron,
flutamida dan nilutamida yang berkerja atas blokade pengikatan DHT
(dihidrotestoreron aktif) pada reseptornya dalam sel-sel prostat sehingga DHT tidak
dapat berfungsing
c. Terapi Non-Farmakologis
- Latihan aerobik
Latihan ini dilakukan selama 45 menit dalam kelas dan dua kali dalam 30
menit di rumah setiap minggu (Chambel, 2014).
- CBT Memory and Attention Adaptation Training (MAAT)
Terapi ini menerapkan terapi pendidikan, self awareness training, self
regulation training dan pelatihan strategi kompensatori kognitif dengan
memberikan buku MAAT pada setiap partisipasinya (Ferguson, 2012).
- Tibetan Sound Meditation (TSM)
Terapi ini merupakan terapi relaksasi melalui suara yang memberikan efek
tenang, meningkatkan konsentrasi dan kesadaran (Kesler, 2013)
- Latihan fisik (Gokal, 2012)
2.2.3 Puasa
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 183-185 yang berbunyi :
يَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَي الَّذِيْنَ مِنْ قبَْلِكُمْ لعََلَّكُمْ تتََّقوُْنَ يَا أيَُّهَا الَّذِيْنَ امَنوُْا كُتِبَ عَليَْكُمْ الص ِ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa”
Puasa merupakan amal ibadah yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat
terdahulu. Terdapat tiga bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu,
yaitu (Efri, 2014):
1. Puasa bicara, yakni puasa yang dilakukan oleh Maryam. Sebagaimana yang
telah dikisahkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran (QS:Maryam:26).
20
2. Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan, seperti puasa yang dilakukan
oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi.
3. Puasa kaum-kaum lainnya yang mempunyai cara dan kriteria sesui dengan
kaum masing-masing (Efri, 2014).
Namun, puasa dalam syariat Islam berbeda dengan puasa yang dilakukan oleh
umat-umat terdahulu. Puasa dalam bahasa Arab disebut as-saum atau as-siyam
yang berarti imsak atau menahan diri dari segala sesuatu. Puasa adalah menahan
diri dari makan, minum, jima’ dan yang lainnya (Jejah, 2004). Sedangkan puasa
menurut ulama fiqh merupakan proses menahan diri dari segala yang membatalkan
sehari penuh mulai dari terbit fajar shadiq hingga terbenam matahari dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan.
Puasa yang dilaksanakan oleh umat muslim tidak hanya bersifat wajib
sebagaimana yang telah ditemukan dalam Al-Quran pada bulan Ramadhan tetapi
juga bersifat sunnah yang dapat menambah amal-amal kebaikan di hadapan Allah
SWT. Berikut pembagian macam-macam puasa yang dilaksanakan umat muslim,
diantaranya sebagai berikut (Ahmad, 2014):
a. Puasa Wajib
Puasa wajib merupakan puasa yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk umat
muslim dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditentukan. Puasa wajib dibagi
menjadi tiga, yaitu puasa Ramadhan, puasa Kafarat (tebusan) dan puasa Nazar.
b. Puasa Sunnah
Puasa sunnah merupakan puasa yang dilaksanakan pada hari-hari sepanjang
tahun, kecuali hari-hari yang dilarang untuk berpuasa. Puasa sunnah dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu puasa senin kamis, puasa Senin Kamis, puasa
Ayyamul Bid, puasa enam hari di bulan Syawal, puasa Arafah, puasa Asy-Syura,
puasa Sya’ban.
Shelton menjelaskan dalam bukunya tentang puasa yang berjudul “Le Jeunu”,
dan riset yang dilakukan oleh Lutzner H. Dalam bukunya yang berjudul “Kembali
Hidup Sehat dengan Puasa” yang diterjemahkan oleh dokter Thahir Ismail
bahwasannya puasa mempunya beberapa manfaat, diantaranya (An-Najjar, 2012):
21
Puasa adalah bentuk relaksasi agar dapat melakukan perbaikan terhadap
kerusakan yang terjadi dalam anggota tubuh.
Puasa dapat menghentikan proses penyerapan sisa-sisa makanan di dalam
usus lalu membuangnya.
Puasa membantu tubuh untuk menghancurkan zat-zat yang berlebihan dan
melarutkan endapan-endapan yang terdapat dalam jaringan tubuh manusia.
Puasa adalah alat untuk meremajakan dan mengembalikan vitalitas pada
berbagai macam sel dan jaringan dalam tubuh.
Puasa dapat melancarkan proses pencernaan dan penyerapan sari-sari
makanan, serta menstabilkan proses masuknya makanan secara berlebihan.
Puasa dapat meringankan beban dalam sistem sirkulasi, menurunkan kadar
lema dan asam urat dalam darah.
Seorang peneliti dari Ha’atul I’jaazil Ilmi fil Quran was Sunnah yaitu Dr.
Abdul Jawwad Ash-Shawi (Ulfah, 2016) mengatakan bahwasannya ketika
berpuasa, terjadi dua peristiwa penting, yaitu proses rekonstruksi sel-sel tubuh
dimana zat asam amino membentuk infra stuktur sel-sel tubuh. Pada saat puasa,
pembentukan sel-sel dilakukan kembali setelah proses pencernaan kemudian
didistribusikan sesuai dengan kebutuhan sel-sel tubuh sehingga merenovasi
stukturnya dan meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Selanjutnya, puasa
membersihkan racun dalam tubuh. Saat berpuasa, lemak yang disimpan dalam
tubuh dipindahkan ke hati sehingga dioksidasi dan dimanfaatkan oleh hati.
Ibadah puasa juga memiliki aturan sehingga menimbulkan dampak baik bagi
kesehatan. Peraturan ini sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW, diantaranya
sebagai berikut :
1. Tidak melakukan puasa wishal, yaitu menyambungkan puasa sehari setelah
ia berpuasa tanpa berbuka antara keduanya (Bahamman, 2014).
2. Melakukan sahur dan menyegerakan berbuka (Al-Asqalani, 2003).
3. Berbuka puasa dengan kurma (Al-Munzdiry, 1992).
Terapi melalui ibadah puasa dinyatakan puasa dapat membersihan tubuh dari
racun, pada saat berpuasa, lemak-lemak yang disimpan dalam tubuh dalam jumlah
besar dipindahkan ke hati sehingga dioksidasi dan dimanfaatkan oleh hati. Dari
22
proses ini dikeluarkanlah racun- racun yang meleleh di dalamnya, kandungan
racunnya dimusnahkan, kemudian dibersihkan bersama kotoran-kotoran tubuh.
Pada saat puasa, aktivitas sel-sel ini berada di puncak kemampuannya untuk
melaksanakan fungsi-fungsinya, maka ia memakan bakteri yang sebelumnya telah
diserang oleh antibody secara serentak (Azizi, 2010). Sehingga melalui terapi
melalui ibadah puasa dapat dijadikan alternatif pengobatan untuk penyakit kanker.
Puasa terbukti secara klinis di Amerika dan Eropa dapat membunuh sel
kanker termasuk kanker payudara, kolorektal dan paru-paru. Menurut Longo, et al
sel kanker membutuhkan energi untuk bertahan dan terus bertambah. Tetapi sel
kanker tidak dapat menghasilkan energi tersebut. Pergeseran metabolisme oleh sel
kanker mengakibatkan mereka menghasilkan radikal bebas sehingga dapat
membunuh sel itu sendiri (Longo et al, 2015).
2.2.5 Murotal Al-Quran
Terapi murotal Al-Quran merupakan terapi dimana seseorang mendengarkan
ayat-ayat Al-Quran selama beberapa menit atau jam sehingga memberikan dampak
positif terhadap tubuh (Billah, 2015). Al-Quran merupakan kalam Allah SWT yang
merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril. Al-Quran
adalah kitab suci yang diyakini kebenarannya dan berdasarkan sejarahnya, Al-
Quran diturunkan di kota Makkah dan Madinnah Munawarah (Asti, 2009).
Bacaan Al-Quran mengandung unsur-unsur penyembuhan karena melalui
suara ayat Al-Quran dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan
hormon endofrin, meningkatkan perasaan rileks, mengalihkan rasa takut, cemas dan
tegang dan memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah
serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas
gelombang otak (Heru, 2008).
Manfaat mendengarkan ayat-ayat al quran:
1. Menurunkan kecemasan seperti dalam penelitian maliya dan faradisi 2011)
2. Menimbulkan efek relaksasi mental dan spiritual seperti dalam penelitian
khan, ahmad, beg, fakheraldin, alla dan nubli 2010.
3. Menurunkan stres sperti dlm yustisia 2012.
23
4. Mengurangi persalinan forouhari, honarvaran. Maasoumi robati 2011.
5. Mengurangi respon nyeri pada pasien post dalam sodikin 2012.
Terapi murotal memberikan dampak positif bagi psikologis untuk mengatasi
rasa takut dan stres. Billah (2015) menggunakan audio surat Ar-Rahman sebagai
penghilang rasa takut, terapi diperdengarkan kepada pasien, efek suara dari audio
berkaitan dengan proses impuls suara yang di transmisikan ke dalam tubuh dan
mempengaruhi sel-sel tubuh. Selanjutnya saraf vagus dan sistem limbik membantu
kecepatan denyut jantung, respirasi dan mengontrol emosi (Abdurrahman, 2008).
Karakteristik terapi audio murotal surat Ar-Rahman mempunyai tempo 79.8
beats/menit, tempo tersebut masuk kategori lambat yaitu 120 bpm yang seiring
dengan detak jantung sehingga dapat mensinkronkan detaknya sesuai dengan suara
(Maryani dan Elis, 2013).
Ketika pasien mendengarkan Al-Quran, sistem saraf menghantarkan sinyal
kepada hipotalamus untuk mensekresi atau meningkatkan hormon endofrin di
kelenjar puitary dan menekan hormon stres, epineprin dan non epineprin di kelenjar
adrenal sehingga terapi audio mampu menurunkan tekanan darah, denyut nadi,
memperlambat pernapasan, memperlambat aliran darah ke otak sehingga
mempercepat waktu pulih sadar (Maryani dan Elis, 2013).
24
2.2.7 Kerangka Konseptual
Kasus kanker di Indonesia sekitar 348 ribu kasus baru dan sebanyak 207 ribu jiwa
meninggal dunia karenakan kanker (IARC, 2018)
Pengobatan kanker mempunyai efek samping yang besar dan biaya yang tidak sedikit (Noviana, 2013)
“Berperanglah niscaya kalian akan mendapatkan harta rampasan, berpuasalah maka kalian akan sehat,
dan bersafarlah maka kalian akan kaya.” Sanad hadis ini: Muhammad bin Sulaiman bin Abi Daud, dari
Zuhair bin Muhammad, dari Suhail bin Abi Shaleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian. Namun hadist ini dhaif (Ammi Nur Baits,
2012). “Dan berpuasa, lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Al-Baqarah:184).
(
Terapi puasa telah teruji klinis di Amerika dan Eropa terhadap pasien kanker dibuktikan dengan
berkurangnya efek samping setelah kemoterapi, memperbaiki kerusakan DNA, merentankan pertahanan
sel kanker terhadap kematian sel, membersihan racun dalam tubuh melalui proses metabolisme dan
menciptakan nutrisi keton yang bermanfaat
Terapi Al-Quran dapat menurunkan tingkat kecemasan dan rasa takut pada pasien kanker (Setyaningsih, 2011).
Evaluasi Efektivitas dan Feasibilitas Terapi Puasa dan Terapi Al-Quran Terhadap
Pasien Kanker di Rumah Sakit X
Studi literatur
mengenai prosedur
penelitian
Proposal
Penelitian
Pengajuan Izin
Penelitian di
Rumah Sakit
Pengurusan kode etik
penelitian di Fakultas
Kedokteran UMS
Observasi
-penentuan sampel
-penyuluhan
-kuesioner
Perlakuan
-kontrol perlakuan
-kontrol positif
Analisis Data
-Rekam medis
-kuisioner
-SPSS
-CTCAE v.4.03
Hasil penelitian,
pelaporan dan
publikasi
25
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Pilot Study terhadap pasien kanker
dengan terapi puasa. Efek puasa dideterminasi melalui parameter metabolik,
parameter endokrin dan hematologik melalui data rekam medis dan kuesioner
sebelum dan sesudah perlakuan dan kuesioner PRO-CTCAE (Patient Report
Outcome Version of The Common Terminology Criteria Advers Event) serta untuk
melihat efek terapi Al-quran melalui kuesioner kecemasan dengan skala hamilton
anxiety rating scale terhadap pasien kanker di Rumah Sakit X dalam 2 minggu
terapi.
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu pengambilan data rekam medis pada pasien kanker dengan
terapi puasa dimulai dari bulan Januari dan Februari 2018 di Rumah Sakit X dan
kuisoiner sebelum dilakukan penyuluhan dan sesudah serta sebelum dan sesudah
terapi puasa dan Al-Quran.
3.3 Definisi Operasional
a. Pasien kanker merupakan seluruh pasien kanker rawat inap dan jalan yang
terdaftar melalui bukti rekam medis di Rumah Sakit X 2018.
b. Terapi kanker adalah terapi yang direkomendasikan oleh tenaga medis
terhadap pasien kanker meliputi terapi kemoterapi, radiasi, pembedahan dan
obat sitotastika.
c. Jenis obat adalah nama generik/umum obat yang diterima oleh pasien saat
masuk selama menjalani rawat inap atau rawat jalan di Rumah Sakit.
d. Puasa senin kamis adalah puasa yang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis.
e. Terapi Al-Quran adalah terapi yang diberikan dengan cara pasien
mendengarkan murotal Al-Quran selama 30 menit.
26
f. Kondisi klinis adalah keadaan klinis pasien yang dinilai dengan
menggunakan skor apache II (Acute physiology, age, cronic health
evalyastin).
g. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
diberikan kepada pasien.
h. Parameter metabolik dalam analisis data adalah insulin, glukosa, insulin
growth factor 1 (IGF-1) dan insulin growth factor binding protein 3 (IGF-
BP3).
i. Parameter endokrin dalam analisis data adalah tiroid stimulating hormon
(TSH), triodothyronin (T3) dan free thryxine (FT4).
j. Parameter hematologi dalam analisis data adalah eritromisin, trombosit dan
total leukosit.
k. Kuisoiner adalah beberapa pertanyaan yang diberikan kepada pasien dan
berhubungan erat dengan terapi puasa terhadap kanker mengenai proses
terapi, perkembangan terapi dan efek terapi yang dirasakan.
l. CTCAE adalah Common Terminology Criteria For Advers Event yang
dikelola oleh National Cancer Institute untuk mengevaluasi efek samping
yang dirasakan oleh pasien kanker
3.4 Populasi dan Jumlah Sampel
1. Batasan Populasi
Populasi yang digunaan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kanker
yang dirawat inap dan jalan dan mendapatkan terapi pengobatan kanker kemoterapi
dan obat sitotastika di Rumah Sakit X.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah pasien dengan diagnosa yang sesuai kriteria kanker dan
menjalani terapi kemoterapi di Rumah Sakit X dan pasien yang bersedia
berpartisipasi dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah melalui rekam medis pasien sesuai dengan parameter metabolik, endokrin
dan hematologi dan kuisoiner.
27
I. Kriteria inklusi meliputi (Noris Comprehensive Cancer Center, 2018) :
a. Pasien yang menjalani rawat inap atau rawat jalan di Rumah Sakit X.
b. Pasien/keluarga pasien bersedia ikut dalam penelitian.
c. Pasien yang beragama Islam dan dapat mendengar.
d. Pasien dengan diagnosa kanker yang menjalani terapi kemoterapi 2 kali
dalam sebulan.
e. Penyakit yang dapat dievaluasi oleh kriteria evaluasi repon dalam kriteria
tumor padat.
f. Pasien harus menerima tidak lebih dari satu pengobatan kemoterapi
sebelumnya untuk penyakit metastatis dan tidak lebih dari 2 siklus rejimen
kemoterapi platinum saat ini untuk penyakit metastatis.
g. Indeks Massa Tubuh (BMI)> 18,5.
h. Status Kinerja Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) 0-1.
i. Kreatin < 1,5 atau total kreatin > 40 ml./menit.
j. Wanita premenopause harus memiliki tes kehamilan negatif dan harus
setuju untuk menggunakan konstrasepsi penghalang selama periode
penelitian.
II. Kriteria ensklusi meluputi :
a. Pasien yang tidak bersedia ikut serta dalam penelitian.
b. Pasien yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, namun bila
riwayat diabetesnya teratasi dan tidak menggunakan metformin atau obat
diabetes lainnya memenuhi syarat.
c. Pasien yang mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
d. Neuropati perifer > grade 1.
e. Riwayat penyakit jantung yang signifikan, terutama gagal jantung
kongestif yang tidak terkompensasi.
f. Pasien yang memiliki terapi obat-obatan yan mungkin tidak aman jika
dikonsumsi selama puasa atau tidak aman bila dikonsumsi tanpa makanan.
g. Pasien yang memiliki riwayat sinkop dengan pembatasan kalori di masa
lalu atau komorbiditas medis lainnya yang menimbulkan efek merugikan
ketika berpuasa.
28
3.5 Tahapan Penelitian
1. Perizinan penelitian
Perizinan penelitian ini dengan cara mengajukan surat izin penelitian dari
Program Studi Farmasi Universitas Darussalam Gontor kepada direktur Rumah
Sakit X dengan disertakan proposal penelitian.
2. Etika Penelitian
Penelitian ini memerlukan izin etika penelitian terhadap manusia yang
diajukan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
dengan manusia sebagai sampelnya.
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mencatat nomor rekam medik pasien untuk
mengetahui jumlah pasien kanker yang menjalani terapi kanker kemoterapi dan
sesuai kriteria inklusi di Rumah Sakit X.
4. Pengambilan Sampel
Penelitian ini memerlukan keikutsertaan dan kesediaan manusia dalam
penatalaksanaannya. Sasaran dalam penelitian adalah pasien kanker di Rumah Sakit
X. Oleh sebab itu dalam meyakinkan dan menarik kesediaan pasien kanker dalam
mengikuti prosedural penelitian maka diperlukan beberapa usaha, diantaranya :
- Sosialisasi
Pasien yang menderita kanker dan menerima penatalaksanaan terapi yang
ditentukan oleh Rumah Sakit X diberikan seminar, sosialisasi serta pelatihan
mengenai manfaat puasa terhadap kesehatan serta pembuktian efektivitas terapi
puasa terhadap penyakit kanker sebanyak 2 kali dalam 4 hari bagi pasien yang tidak
menyetujui ikut serta dalam penelitian.
- Kuesioner
Kuesioner dilakukan sebelum dan sesudah pelaksanaan sosialisasi dan terapi
puasa terhadap penyakit kanker. Kuesioner sebelum seminar berisi mengenai
pertanyaan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan pasien mengenai
manfaat puasa terhadap kesehatan dan penyakit kanker serta mengetahui minat dan
kesediaan pasien untuk menjadi sampel penelitian. Sedangkan kuesioner sesudah
29
sosialisasi berisi mengenai pertanyaan untuk mengetahui respon pasien terhadap
seminar tersebut, pengetahuan pasien mengenai kebermanfaatan puasa terhadap
kesehatan dan penyakit kanker serta minat dan kesediaan pasien untuk menjadi
sampel penelitian
- Lanjutan
Pasien dengan minat yang sedikit dan kurang bersedia untuk menjadi sampel,
maka akan diberikan sosialisasi kembali mengenai bukti nyata dari terapi puasa
terhadap penyakit kanker. Lalu diberikan kuesioner sebelum dan sesudah acara
tersebut. Begitupun sebaliknya, hingga mendapatkan pasien yang bersedia menjadi
sampel dalam 3 kali ulangan sosialisasi serta kuestioner.
5. Pelaksanaan Terapi
Pasien yang bersedia untuk menjadi sampel dan mengikuti prosedural
penelitian maka akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A sebagai kontrol
perlakuan dengan tambahan puasa sebagai penatalaksanaan terapinya, kelompok B
sebagai kontrol positif yang tidak ditambah terapi puasa dalam pengobatannya.
Penatalaksanaan Kelompok Perlakuan Terapi Puasa dan Al-Quran
Pasien yang menjadi kelompok perlakuan terapi puasa dan Al-Quran
diberikan pilihan untuk memilih pilihan dalam penerapan terapinya, yaitu dengan
puasa Senin Kamis dengan terapi Al-Quran, terapi puasa Senin Kamis tanpa terapi
Al-Quran atau hanya terapi Al-Quran. Pasien dengan terapi puasa Senin Kamis dan
terapi Al-Quran akan melakukan puasa selama 1 bulan penuh dan terapi Al-Quran
surah Al-Fatihah, ayat Kursi, 3 ayat terakhir surat Al-Baqarah dan trikul (Al-Ikhlas,
Al-Falaq dan Annas) pada pagi dan sore selama 20 menit dan Ar-Rahman pada
siang dan malam selama 10 menit. Pasien dengan terapi puasa senin kamis tanpa
terapi Al-Quran hanya melakukan puasa penuh selama 2 minggu. Sedangkan pasien
hanya dengan terapi Al-Quran akan melakukan terapi mendengarkan murotal Al-
Quran tanpa puasa dalam sebulan 2 minggu. Setiap pasien yang berpuasa akan
melakukan sahur dan buka puasa sesuai dengan syariat Islam dan asupan
makanannya selalu dikontrol perharinya yaitu tidak lebih dari 200 kcal.
Penatalaksanaan Kelompok Kontrol
30
Pasien yang menjadi kelompok kontrol pada penelitian ini tidak menerima
perlakukan terapi Puasa maupun Al-Quran dan hanya melakukan terapi kemoterapi
yang dianjurkan oleh dokter dan Rumah Sakit. Namun, asupan makanan perharinya
dikontrol agar tidak lebih dari 200 kcal.
Kontroling Pasien
Setiap kelompok akan diberikan kuesioner yang berbeda yang menandakan
perkembangan terapi serta keadaan yang dirasakan. Lalu, pasien harus melakukan
kontrol wajib mengenai keadaan yang dirasakan sesuai dengan prosedur
pengecekan rutin penderita kanker dan melaporkan kepada peneliti sebelum dan
setelah perlakuan.
Evaluasi Pasien
Setiap kelompok penelitian akan melaporkan perkembangan serta kondisi
setelah diterapkannya penelitian ini lalu dieveluasi mengenai perkembangan dan
adanya kemungkinan masalah yang timbul dari penatalaksanaan terapinya.
6. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan diperoleh dari pengumpulan data rekam medis pada pasien
kanker dengan atau tanpa terapi puasa di Rumah Sakit X yang menjalani terapi
kemoterapi. Efek puasa di determinasi melalui parameter metabolik termasuk
insulin, glukosa, insulin growth factor 1 (IGF-1) dan insulin growth factor binding
protein 3 (IGF-BP3), parameter endokrin meliputi hormon stimulate eryhtocyte
(TSH), triodothyronin (T3) dan free thyroxine (FT4) dan parameter hematologik
meliputi eritrosit, trombosit dan total leukosit. Parameter hematologik diukur 7 hari
setelah siklus kemoterapi. Semua sampel di analisis di laboratorium Rumah Sakit
X (Groot et al, 2015).
Selama siklus kemoterapi, pasien di anjurkan untuk melaporkan kondisi dan
perkembangan terapi tentang efek samping dan dikategorikan menjadi efek ringan,
sedang dan berat. Laporan efek samping dari pasien di dokumentasikan dan
diklasifikan untuk melihat efek fisik dan toksisitas hematological melalui Common
Terminology Criteria for Adverse Event Version 4.03 (CTCAE v.4.03) dan untuk
pasien yang melakukan terapi Al-Quran instrumen pengumpulan data
31
menggunakan lembar observasi kecemasan dengan skala Hamilton Anxiety Rating
Scale (Hammad, 2010).
3.6 Analisis Data
Evaluasi rekam medis terapi puasa terhadap pasien kanker meliputi parameter
metabolik, endokrin dan hematologik dan evaluasi melalui kuesoiner. Evaluasi
dilakukan dengan cara membandingkan data efek terapi melalui parameter
metabolik, endokrin dan hematologik pada setiap pasien kanker yang menjalani
kemoterapi dengan atau tanpa terapi puasa dan Al-Quran. Data yang diperoleh
kemudian diolah menjadi bentuk persentase dan disajikan dalam bentuk tabel.
Semua parameter di tes menggunakan uji distribusi normal Kolmogorov-
Smirnov dengan penyesuaian uji Bonferroni ketika evaluasi dalam subgroupnya.
Uji parameter distribusi normal, jika perlu setelah transformasi log diringkas
sebagai mean dan standar error dibandingkan menggunakan sampel T-test
independen untuk kelompok independen atau paired t-test untuk kelompok
berpasangan. Parameter yang tidak terdistribusi secara normal diringkas sebagai
median dan dibandingkan menggunakan uji Mann-Whitney untuk kelompok
independen atau Wilcoxon signed rank test untuk kelompok berpasangan. Data
pasien yang berbeda dan siklus yang berbeda digabungkan untuk menguji
perbedaan antara titik waktu dan kelompok perlakuan. Semua tes adalah 2-tailed
dengan tingkat signifikansi 0,05. Semua data dianalisis menggunakan SPSS for
Windows (Groot et al, 2015). Bagi pasien yang melakukan terapi Al-Quran, data
yang terkumpul dianalisa secara deksiptif dan analitik menggunakan uji Wilcoxon
Sign Rank Test untuk melihat tingkat kecemasan (Hammad, 2010)..
3.7 Sistematika Pembahasan
1. Evaluasi parameter metabolik, endokrin dan hematologik pada pasien kanker
dengan terapi puasa
Pada bab ini, akan menjelaskan mengenai evaluasi parameter metabolik
meliputi insulin, glukosa, insulin growth factor 1 (IGF-1) dan insulin growth factor
binding protein 3 (IGF-BP3) pada pasien kanker dengan atau tanpa terapi puasa.
32
Evaluasi parameter endokrin evaluasi parameter endokrin meliputi tiroid
stimulating hormon (TSH), trioodothyronine (T3) dan free thyroxine (FT4) pasien
kanker. Evaluasi parameter hematologik meliputi eritromosin, trombosit dan total
leukosit pasien di Rumah Sakit X. Hasil parameter tersebut diuji dengan SPSS dan
dibandingkan dengan beberapa penelitian dan buku lainnya mengenai parameter
metabolik, endokrin dan hematologik terhadap perkembangan penyakit kanker.
2. Efektivitas puasa terhadap kanker melalui evaluasi rekam medis dan
perkembangan terapi dengan kuisoiner
Pada bab ini, akan menjelaskan mengenai efektivitas puasa terhadap kanker
melalui evaluasi rekam medis dengan parameter metabolik, endokrin dan
hematologik dan evaluasi terapi melalui kuisoiner dengan menklasifikasikan
pengalaman efek samping mulai dari ringan, sedang dan berat sesuai dengan
CTCAE v.4.03. Hasil efektivitas puasa di evaluasi melalui rekam medis dan
kuisoiner dibandingkan dengan kelompok terapi tanpa puasa. Parameter lainnya
didapatkan dari beberapa penelitian dan buku lain yang terkait.
3. Efektivitas terapi Al-Quran terhadap kanker
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai efektivitas terapi Al-Quran yang
dibuktikan dari pengumpulan data melalui kuesioner lembar kecemasan dinilai
berdasarkan Hamilton Anxiety Rating Scale serta dianalisis melalui uji Wilcoxon
Sign Rank Test.
4. Pembuktian dalil Al-Quran dan hadist mengenai puasa terhadap kanker
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai bukti klinis efektivitas puasa
berdasarkan Al-Quran dan Hadist terhadap penyakit kanker melalui hasil evaluasi
rekam medis dan kuisoiner terapi puasa terhadap pasien kanker di Rumah Sakit X.
5. Feasibilitas Terapi Puasa dan Al-Quran terhadap pasien kanker
Pada bab ini, menjelaskan mengenai kelayakan terapi puasa dan Al-Quran
terhadap pasien kanker yang diukur dari perkembangan terapi dibandingkan dengan
pasien tanpa terapi puasa dan Al-Quran yang dievaluasi melalui hasil analisis efek
samping pasien dengan atau tanpa terapi.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin Muhammad Al-Qasthalani. 2014. Syarah Shahih Bukhari. Zamzam:
Solo
Akmal Mutaharoh. Et al. 2010. Ensiklopedia Kesehatan Untuk Umum. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 2003. Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari. Dar Al-
Kotob Al-Ilmiyah: Beirut-Libanon
Al-Munzdiry, Hafidz. 1992. Mukhtasar Sunan Abi Daud. CV. Asy Syifa’:
Semarang
Al-Quran Al-Kariim
American Cancer Society. 2018. Sign and Symptoms of Cancer. Diambil dari
https://www.cancer.org/cancer/cancer-basics/signs-and-symptoms-of-
cancer.html&xid=17259,15700019,15700124,15700149,15700186,157001
90,15700201,15700214&usg=ALkJrhgilej40COo5FsgHJrVfT4J0Ifziw.
Diakses pada hari Senin, 15 Oktober 2018
Ammi Nur Baits. 2012. Derajat Hadist: “Berpuasalah Maka Kamu Akan Sehat”.
Diambil dari https://konsultasisyariah.com/12786-derajat-hadis-
berpuasalah-maka-kamu-akan-sehat.html. Diakses pada hari Kamis, 25
Oktober 2018
An-Najjar, Zaglul. Abdul Daim Kahil. 2012. Ensiklopedia Mukjizat Ilmiah Al-
Quran dan Hadist. PT. Lentera Abadi: Jakarta
Aryanti. Bahtiar. Albayani. 2013. Efektivitas Pemberian Terapi Murotal Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Frktur di
Ruangan emuning Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Naskah Publikasi
Azizi, Fereidoun. 2010. Islamic Fasting And Health. Annual Nutrition &
Metabolism;56:273-282
Bahammam, Abdullah Salim Umar. 2014. Fiqh Ibadah Bergambar. Mutiara
Publishing: Jakarta
Bauersfeld, Stephan P. Christian S. Kessler. Et al. 2018. The Effect of Short-Term
Fasting on Quality of Life and Tolerance to Chemotherapy in Patients With
Breast and Ovarian Cancer: A Randomized Cross-Over Pilot Study. BMC
Cancer; 18:476
Berrington, De Gonzalez. Et al. 2009. Projected Cancer Risks From Computed
Tomographic Scan Performed in The United States in 2007. Arch. Intern.
Medi. 169(22):2071-7
Brunicardi, F. Charles. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery. USA: Mc-Graw
Hill Company
Campbell KL. Kam JWY. Et al. 2014. Effect of Exercise on Cancer-Associated
Cognitive Dysfunction: A Proof of Concept RCT. American Society of
Clinical Oncology
vii
Crosta P. 2010. What is Cancer. Medical News Today. Diambil dari
http://www.medicalnewstoday.com/info/cancer-
oncology/whatiscancer.php. Diakses pada hari Senin, 15 Oktober 2018
Dorff, Tanya B. Susan Groshen. Et al. 2016. Safety and Feasibility of Fasting in
Combination With Platinum-Based Chemotherapy. BMC Cancer;16:360
Efri, A. Al Balkary. 2014. Panduan Puasa Terlengkap. PT Gelora Aksara Pratama:
Jakarta
Febby Fitriani. Trimelia Suprihattiningsih. 2016. Terapi Bacaan Al-Quran Melalui
Media Audio Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Payudara Yang
Menjalani Kemoterapi. Naskah Publikasi
Ferguson RJ. Mc Donald BC. Et al. 2012. Development of CBT for Chemotherapy-
Related Cognitive Change: Result of Waitlist Control Trial. Psycho-
Oncology. 21(2):176-86
Gokal K. Munir F. Et al. 2012. Can physical activity help to maintain cognitive
functioning and psychosocial wellbeing among breast cancer patients
treated with chemotherapy? Arandomised controlled trial: study protocol.
BMC Public Health. 15:414
Gottlieb E. Armor SM. Et al. 2003. Mitochondrial Membrane Potential Regulates
Matrix Configuration and Cytochrome C Release During Apoptosis. Cell
Death Differ. 10:709-717
Greenberg, RA. 2005. Telemore, Crisis and Cancer. Currenct Moleculer Medicine.
5(2):213-8. Doi: 10.2174
Groot, Stefanie de. Maaike PG Vreewijk. et al. 2015. The Effects of Short-Term
Fasting on Tolerance to (Neo) Adjuvant Chemotherapy in HER2-Negative
Breast Cancer Patient: A Randomized Pilot Study. BMC Cancer; 15:652
Hammad. 2010. Peran Terapi Al-Quran Terhadap Kecemasan dan Imunitas Pasien
Hospitalisasi. Jurnal Ners. Vol.4 No.2: 110-115
Hanahan D. Weinberg RA. 2000. The Hallmarks of Cancer. Sel. 100 (1):57-70.
Doi: 10.1016/s0092-8674(00)81683-9
Hanahan D. Weinberg RA. 2011. Hallmark of Cancer: The Next Generation. Sel.
144(5):646-74. Doi:10.1016/j.cel 2011.02.013
Hashim, Rosyafirah. Munirah Sha’ban. Zainul Ibrahim Zainuddin. 2017. Healing
With Sound: Exploring Possible Application of Quranic Recitation in Cell
Culture. Journal of Revelation and Science Vol. 07 No. 01: 32-41
Hisyam Thalbah, Ensiklopedia Mukjijzat Alquran dan Hadis, (Jakarta: PT Sapta
Sentosa, Cet, III, 2009), Jilid III, h. 100.
HR At-Tirmidzi (2380), Ibnu Majah (3349), Ahmad (4/132), dan lain-lain. Dan
hadits ini di-shahih-kan olehAl-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah
(2265)
IARC. 2018. Indonesia Source: Globacan 2018. International Agency for Research
on Cancer. WHO
viii
IARC. 2018. World Source: Globacan 2018. International Agency for Research on
Cancer. WHO
Imam, Musbikin. 2013. Obati Kankermu Dengan Mukjizat Puasa. Sabil: Jogjakarta
Jejah, Musfah. 2004. Risalah Puasa, Menjadikan Bulan Ramadhan Sebagai Bulan
Penuh Pahala. Hijrah: Yogyakarta
Jones, RA. Petrik JJ. Et al. 2010. Preneoplastic Changes Persist After IGF-IR
Downregulation and Tumor Regression. Oncogene: 29;4779-86
Lee C. Safdie FM. Et al. 2010. Reduced Levels of IGF-1 Mediate Differential
Protection of Normal and Cancer Cells in Response to Fasting and Improve
Chemotherapeutic Index. Cancer Res. Vol.70 No. 1563-1572
Kesler S. Hadi Hosseini SM. Et al. 2013. Cognitive Training for Improving
Excecutive Functioning in Chemotherapy-Treated Breast Cancer Survivor.
Clinical Breast Cancer. 13(4):299-306
Keyvani, Vahideh. Mohammad Amin Kerachin. 2014. The Effect of Fasting on The
Important Molecular Mechanisms Related to Cancer Treatment. Journal of
Fasting and Health. Vol.2 no.3
Laksono, Sony P. Qomariyah. Endang Purwaningsih. 2011. Persentase Distribusi
Penyakit Genetik dan Penyakit Yang Dapat Disebabkan Oleh Faktor
Genetik Di RSUD Serang. Majalah Kesehatan Pharma Medika. Vol.3 No.2
Lazebnik Y. 2010. What are The Hallmark of Cancer?. Nat. Rev. Cancer.
10(4):232-3
Lee, Changhan David. Sebastian Brandhorst. Et al. 2012. Fasting Cycles Retard
Growth of Tumor and Sensitize a Range of Cancer Types to Chemotherapy.
Science Translator Medicine. Vol.4. No.124
Longo, Valter et al. 2015. Puasa Menginduksi Efek Anti-Warburg Yang
Meningkatkan Respirasi Namun Mengurangi Sintesis ATP Untuk
Mempromosikan Apoptosis Pada Model Kanker Usus
Besar. Oncotarget Maret 2015
Maleki, Farzad. Hamideh Rashidian. Et al. 2018. Multicenter Survey of Ramadhan
Fasting Among Cancer Patient and Healthcare Professionals in The I.R.
Iran. Journal of BCCR. 10(1):3-11
McClatchey. 2012. Contact Inhibition of Poliferation Redux. Cell Biology. 24
(5):685-94. Doi: 10.1016
Musbikin, Imam. 2013. Obati Kankermu Dengan Mukjizat Puasa. Sabil: Jogjakarta
National Cancer Institute. 2009. Cancer. Diambil dari
https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancerterms/search?cont
ains=false&q=cancer. Diakses pada hari Jumat, 5 Oktober 2018
National Toxicology Program. 2010. Final Report on Carcinogen Background
Document For Formaldehyde. Diakses pada hari Senin, 15 Oktober 2018.
Noris Comprehensive Cancer Center. 2018. Short-Term Fasting in Reducing Side
Effect in Patient Receiving Chemotherapy for Advanced Solid Tumor.
ix
Diambil dari https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/clinical-
trials/search/v?id=NCI-2010-00357&r=1. Diakses pada hari Selasa, 16
Oktober 2018
O'Reilly, KM. Mclaughlin AM, Beckett WS. Sime PJ. 2007. Asbestos-related lung
disease. American family physician. 75 (5): 683–8. PMID 17375514
Priyatin, Cici. Elisa Ulfiana. Sri Sumarni. 2013. Faktor Resiko Yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Kanker Payudara Di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Jurnal Kebidanan. Vol.2 No.5
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. Infodatin: Stop Kanker.
Kementrian Kesehatan RI.
Raffaghello, L. Lee C. Et al. 2008. Starvation-Dependent Differential Stress
Resistance Protects Normal But Not Cancer Cell Againts High-Dose
Chemotherapy. Proc. Natl. Acad. Sci. USA: 105:8215-8220
Ramadhani, et al. 2016. Alquran vs Sains Modern Menurut Dr. Zakir Naik. Sketsa.
Indonesia. ISBN: 9789797020385
Safdie, Fernando M. Tanya Dorff . Et al. 2009. Fasting and Cancer Treatment in
Humans; A Case Series Report. AGING; 1:988-1007
Setyaningsih, Wijana. Suharmilah. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Kanker Payudara Yang Sudah
Mendapatkan Terapi di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto.
Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto
Seyfried, Thomas N. Leanne C. Huysentruyt. 2013. On The Origin Of Cancer
Metastasis. Crit Rev Oncog; 18(1-2): 43-73
Sonnenschein C. Soto AM. 2013. The Aging of The 2000 and 2011 Hallmarks of
Cancer Review: A Critique. Journal BioScientific. 38(3): 651-63
Surnayati, Shepti Shinta. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat
Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks
Tjay, Tan Hoan. Kirana Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek=-Efek Sampingnya. Edisi Keenam (Edisi Revisi). Jakarta. PT.
Elex Media Komputindo
Ulfah, Zakiah. 2016. Manfaat Puasa Dalam Perspektif Sunnah dan Kesehatan.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Van, Jihl. F. Kruptiza. G. Mikulits W. 2011. Initial Steps of Metastasis: Cell
Invasion and Endothelial Transmigration. Mutation Research. 728 (1-
2):23-34
Weinberg, RA. 2007. The Biology of Cancer. New York: Garland Science
WHO. 2005. Cancer Conrol Knowledge into Action: WHO Guide for Effective
Programmes Diagnosis and Treatment. Diambil dari
http://www.who.int/cancer/modules/FINAL_Module_4.pdf. Diakses pada
hari Senin, 15 Oktober 2018.
x
WHO. 2018. Cancer. Diambil dari http://www.who.int/cancer/en/. Diakses pada
hari Jumat, 5 Oktober 2018.
WHO. 2018. Indonesia. Non Communicable Diseases (NCD) Country Profile.
Diambil dari http://www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf, diakses pada
hari Jumat, 5 Oktober 2018
WHO. 2018. Top 10 Causes of Death. Diambil dari
http://www.who.int/gho/mortality_burden_disease/causes_death/top_10/en
/. Diakses pada hari Jumat, 5 Oktober 2018
Zur, Hausen H. 1991. Viruses in Human Cancers. Science. 254(5035):1167-73
xi
sebel
um
seb
elu
m
Evaluasi Rekam Medis dan Kuisioner
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Penelitian
Proposal Penelitian
Program Studi Farmasi
Perizinan: Surat dari Kepala Prodi
kepada Direktur Rumah Sakit
Rumah Sakit di Solo
Etika Penelitian Manusia
Penjelasan prosedur
penelitian Bagian Rekam Medis
Observasi
Kuisioner
Sosialisasi
Kuisioner
Pengumpulan data Analisis data
Penulisan laporan hasil
Perlakuan
Kelompok A : perlakuan terapi
Kelompk B : kontrol negatif
(tanpa terapi puasa)
Sesu
dah
Sesu
dah
xii
Lampiran 2. Data Collection
A. Identitas Pasien
No. RM :
Nama/Jenis
Kelamin :
Alamat :
Umur/BB/TB/IMT
:
Riwayat Alergi :
Diagnosa :
Alasan MRS :
Stadium :
Siklus :
Rujukan dari :
RPD :
Tgl MRS/KRS :
Keterangan
KRS :
Nama Dokter :
Status Px:
Riwayat
Pengobatan :
Komplikasi :
Komorbid :
B. Data Laboratorium
Data Lab Nilai Rujukan Data Lab Nilai Rujukan
GDS 140 mg/dl PLT 150-400 (103/µl)
HB 13,5-16,5 g/dl RDW 11-16%
Ureum 10-50 mg/dl RDW-SD 37.0-54.0 fL
Kreatinin L(<1,3); P(<1,1)
mg/dl RDW-CV 10.0-54.0%
SGOT <38 U/L PDW 10.0-18.0 fL
SGPT <41 U/L MPV 6.5-11 fL
Albumin 3,5 – 5,0 gr/dl P-LCR 13.0-43.0%
Asam Urat P (2,4-5,7) L(3,4-
7,0) mg/dl PCT 0.15-0.5%
Natrium 136-145 mmol/l NRBC 0.00-99 (103/µL)
Kalium 3,5-5,1 mmol/l NEUT 52.00-75 (103/µL)
Klorida 97-131 mmol/l LYMPH 20.0-40.0 (103/µL)
WBC 4.00-10.00
(105/µL) MONO 2.00-8.00 (103/µL)
RBC 4.00-6.00
(106/µL) Eo 1.00-3.00 (103/µL)
HGB 12.0-16.0 g/dl BASO 0.00-0.1 (103/µL)
MCV 80-97 fL HCT 35-47%
xiii
C. Data Pengobatan
No Nama Obat Dosis Rejimen Lama Pemberian Tanggal Siklus
D. Pemeriksaan Penunjang
No Jenis Pemeriksanaan Tanggal Kesimpulan
E. Keluhan pasien
No Penyakit lain yang diderita
xiv
Lampiran 3. Kuisioner Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Wawancara
Identitas Interview :
Tanggal Wawancara:
Waktu Wawancara :
Lokasi Wawancara :
Wawancara ke :
Keterangan : sebelum/sesudah penyuluhan
Jenis Pertanyaan Pertanyaan
Rapport 1. Menanyakan kabar dan sebagainya
2. Konfirmasi kesediaan dalam mengikuti wawancara
Identitas responden 1. Siapa nama anda?
2. Berapa usia anda?
3. Dimana anda tinggal?
4. Bagaimana riwayat pendidikan yang anda miliki?
Aktivitas harian 1. Apa aktivitas harian anda?
2. Bagaimana latar belakang keluarga anda?
Riwayat kanker 1. Bagaimana diagnosa penyakit anda?
2. Berapa lama anda mengalami kanker?
3. Kanker stadium berapa penyakit anda?
4. Bagaimana assosiasi co-morbiditas anda?
5. Bagaimana terapi kanker yang sering anda jalani?
6. Apakah anda merasakan efek samping dari terapi yang
anda jalani?
Pengalaman puasa
dan membaca atau
mendengarkan Al-
Quran
1. Apakah anda pernah berpuasa?
2. Jika iya, berapa kali anda berpuasa?
3. Bagaimana pengalaman puasa anda?
4. Apakah anda bisa membaca Al-Quran?
5. Jika iya, berapa lembar anda membaca Al-Quran?
Pengetahuan tentang
puasa dan Al-Quran
1. Apakah yang anda dapatkan dari penyuluhan ini?
(sesudah penyuluhan)
2. Apakah anda mengenai tentang puasa?
3. Apakah anda mengetahui khasiat dari puasa?
4. Apakah anda percaya khasiat dari puasa?
5. Apakah anda mengetahui khasiat dari terapi Al-Quran?
6. Apakah anda percaya khasiat dari terapi Al-Quran?
Tanggapan Dokter
Onkologi
1. Bagaimana rekomendasi dokter onkologi perihal terapi
puasa dalam terapi anda?
Kesediaan pasien 1. Apakah anda bersedia untuk menjadi sampel dalam
penelitian Evaluasi Efektivitas dan Feasibilitas Terapi
Puasa dan Al-Quran Terhadap Pasien Kanker di Rumah
Sakit X?
2. Apakah anda bersedia untuk menerapkan puasa
disamping terapi kanker yang anda jalani?
3. Apakah anda bersedia mengikuti prosedur dalam
penelitian?
xv
Lampiran 4. Kuisioner Sebelum dan Sesudah Terapi
Wawancara
Identitas Interview :
Tanggal Wawancara:
Waktu Wawancara :
Lokasi Wawancara :
Wawancara ke :
Keterangan : sebelum/sesudah Terapi
Jenis Pertanyaan Pertanyaan
Rapport 1. Menanyakan kabar dan sebagainya
2. Konfirmasi kesediaan dalam mengikuti wawancara
Identitas responden 1. Siapa nama anda?
2. Berapa usia anda?
3. Dimana anda tinggal?
4. Bagaimana riwayat pendidikan yang anda miliki?
Aktivitas harian 1. Apa aktivitas harian anda?
2. Bagaimana latar belakang keluarga anda?
Riwayat kanker 1. Bagaimana diagnosa penyakit anda?
2. Berapa lama anda mengalami kanker?
3. Kanker stadium berapa penyakit anda?
4. Bagaimana assosiasi co-morbiditas anda?
5. Bagaimana terapi kanker yang sering anda jalani?
6. Apakah anda merasakan efek samping dari terapi
yang anda jalani?
Tanggapan Dokter
Onkologi
1. Bagaimana rekomendasi dokter onkologi perihal
terapi puasa dalam terapi anda?
2. Bagaimana evaluasi dari dokter onkologi perihal
terapi puasa anda?
Pengalaman puasa 1. Apakah jenis puasa yang anda terapkan?
2. Apakah yang anda rasakan selama berpuasa?
3. Bagaimana pengalaman puasa anda?
4. Apakah terdapat keluhan selama berpuasa?
Pengalaman
membaca Al-
Quran
1. Apakah anda bisa membaca Al-Quran?
2. Berapa lembar sering anda membaca Al-Quran
sehari?
3. Bagaimana pengalaman anda mengikuti terapi Al-
Quran?
4. Apakah terdapat keluhan selama terapi?
1. Apa saran dan kritik anda dalam penelitian ini?
xvi
Lampiran 5. Kuesioner Tingkat Kecemasan Hamilton Rating Scale for Anxiety
Nomor Responden :
Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :
PETUNJUK:
Berilah tanda silang (X) pada kolom nilai angka (score). 0= jika tidak ada gejala,
1= jika gejala ringan, 2= jika gejala berat, 4= jika gejala berat sekali.
NO Gejala Kecemasan
Nilai Angka (Score)
0: tidak ada
gejala
1:ringa
n
2:sedan
g
3:bera
t
4:berat
sekali
1. Perasaan Cemas
Cemas
Firasat Buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
2 Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Tidak bisa istirahat tenang
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3 Ketakutan
Pada gelap
Pada orang asing
Ditinggal sendiri
Pada binatang besar
Pada keramaian lalu lintas
Pada kerumunan orang banyak
4 Gangguan Tidur
Suka tidur
Terbangun malam hari
Tidur tidak nyenyak
Bangun dengan lesu
Banyak mimpi-mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
Sukar konsentrasi
Daya ingat menurun
Daya ingat buruk
xvii
6 Perasaan Depresi
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan
pada hobi
Sedih
Bangun dini hari
Perasaan berubah-ubah
seharian
7. Gejala Somatik atau fisik
Sakit dan nyeri di otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemerutuk
Suara tidak stabil
8 Gejala somatik atau fisik
(sensorik)
Telinga berdenging
Penglihatan kabur
Muka merah atau pucat
Merasa lemas
Perasaan ditusuk-tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
Denyut jantung cepat
Berdebar-debar
Nyeri di dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lesu atau lemas
Detak jantung menghilang
1
0
Gejala Respiratory
Rasa tertekan atau sempit di
dada
Tercekik
Sering menarik nafas
Nafas pendek atau sesak
1
1
Gejala Gastrointestinal
Sulit menelan
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri sebelum dan sesudah
makan
Perasaan terbakar di perut
xviii
Rasa penuh
Mual
Muntah
BAB lembek
Sukar BAB
Kehilangan berat badan
1
2
Gejala Autonom
Mulut kering
Mulut merah
Mudah berkeringat
Kepala pusing
Kepala terasa berat
Kepala terasa sakit
Bulu-bulu berdiri
1
3
Tingkat Laku
Tidak tenang
Jari gemetar
Kerut kening
Muka tegang
Otot tegang
Nafas pendek dan cepat
Muka merah
semua kriteria dijumlah meliputi 14 parameter dengan hasil skor menyatakan
bahwa:
< 14 = tidak ada kecemasan
14 - 20 = tingkat kecemasan ringan
21 - 27 = tingkat kecemasan sedang
28 - 41 = tingkat kecemasan berat
>41 = tingkat kecemasan sangat berat
xix
Lampiran 6. Kuesioner PRO-CTCAE (Patient Report Outcomes Version Of The
Common Terminology Criteria For Adverse Event)
Nomor Responden :
Nama Responden :
Jenis Kanker :
Tanggal Pemeriksaan :
Kelompok : Puasa/Al-Quran/Al-Quran dan Terapi/Tanpa Perlakuan
Untuk setiap pertanyaan, silahkan cek atau tandai X dalam lembar yang
tersedia yang paling menggambarkan pengalaman Anda selama 2 minggu
terakhir
No Gejala Tingkat Gejala yang dirasakan
Tidak Ringan Parah Sangat parah
1. Mulut Kering
2. Kesulitan menelan
3. Mulut/luka tenggorokan
4. Retak di sudut mulut
5. Perubahan kualitas suara
6. Suara serak
7. Perubahan rasa makanan/minuman dalam mulut
8. Nafsu makan menurun
9. Mual
10. Muntah ketika makan
11. Mulas
12. Perut kembung
13. Cegukan
14. Sembelit
15. Diare
16. Sakit perut
17. Inkontinesia tinja
18. Sesak nafas
19. Batuk
20 Pembengkakan pada kaki/tangan
21. Palpitasi jantung (jantung berdebar-debar)
22. Kulit kering
23. Jerawat pada wajah atau dada
24. Rambut rontok
25. Gatal
26. Gatal-gatal berupa benjolan
27. Kesemutan
28. Pusing
29. Penglihatan kabur
30. Mata berair
31. Dengung di telinga
32. Gangguan konsentrasi
33. Menurunnya daya ingat
xx
34. Nyeri pada bagian tertentu
35. Sakit kepala
36. Nyeri otot
37. Nyeri sendi
38. Insomnia
39. Kelelahan
40. Gelisah
41. Tidak ada yang bisa menghibur
42. Sedih
43. Menstruasi yang tidak peratur
44. Keputihan
45. Nyeri buang air kecil
46. Merasa ingin selalu buang air kecil
47. Frekuensi waktu buang air kecil
48. Perubahan warna urine biasa
49. Kehilangan kendali urine dalam kegiatan sehari-hari
50. Kesulitan dalam menjaga atau mendapatkan ereksi
51. Penurunan libido
52. Terntunda orgasme
53. Tidak dapat memiliki orgasme
54. Pembengkakan payudara dan nyeri
55. Mudah memar
56. Panas dingin
57. Peningkatan keringat
58. Penurunan keringat
59. Mimisan
60. Rasa sakit dan bengkak di tempat suntikan
61. Bau badan
62.
Gejala Lain:
1. .......................................................
2. .......................................................
3. .......................................................
4. .......................................................
(sumber: National Cancer Institute, 2017)