Download - Proposal Skripsi Fadli Umawi
PERANCANGAN INSTALASI PENANGKAL PETIR DENGAN
SIX POINT PLAN PADA GEDUNG PENCAKAR LANGIT
Oleh:
Fadli Umawi
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Email: [email protected]
Pemondokan Kelapa Gading, Gg.Buntu, Indralaya
Hp : 089658512302
Abstrak : petir merupakan suatu fenomena yang terjadi pada alam yang
memiliki efek berbahaya jika terkena sambaran kilat tersebut. Sambaran
petir tersebut dapat menimbulkan dampak eksternal maupun internal. Dan
dalam sistem perancangan sistem proteksi ini dapat dilakukan dengan six
point plan. Pembangunan six point ini yang akan secara bertahap akan
memproteksi sambaran petir yang terjadi pada suatu bangunan pencakar
langit.
Kata Kunci : Sambaran Petir Langsung dan tidak langsung, six point plan,
gedung pencakar langit
Lightning is a phenomenon that occurs in nature that have harmful effects if hit by
the lightning. Lightning strikes can cause internal and external impact. And in
system protection system design can be done with a six-point plan. Construction
of the six points that will be gradually protect lightning strikes that occur on a
skyscraper
Keyword : Lightning strikes Direct and indirect, six point plan, skyscrapers
1. Latar Belakang
Petir merupakan suatu fenomena menarik yang terjadi di alam dan
fenomena yang sangat besar perhatiannya di dalam dunia electrical dan juga
memiliki efek bahaya yang sangat besar jika terkena sambarannya. Apalagi
jika suatu permukaan yang memiliki bangunan yang sangat tinggi dan satu-
satunya tertinggi di suatu tempat tersebut, makan dipastikan sambaran akan
mengenai bangunan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya sistem pengamanan
yang baik dalam memproteksi bangunan tersebut.
Sistem proteksi dengan six point plan, yakni :
1. Menangkap petir,
2. Menyalurkan petir,
3. Menampung petir,
4. Proteksi grounding
5. Proteksi jalur power
6. Proteksi jalur data/komunikasi
Selama ini diletakkan langsung di bumi dan ditancapkan langsung di
tanah. Poin pertama yang merupakan point penangkapan petir inilah yang
diperkuat dengan peletakannya di bangunan tinggi atau bangunan pencakar
langit yang mendukung dalam proses cepatnya penangkapan petir di atas
bangunan pencalar langit. Sehingga petir akan cepat tertarik pada bangunan
tersebut, dan dapat langsung dialirkan di tanah.
Six point plan merupakan prinsip utama dalam proses proteksi
sambaran petir. Namun dalam penelitian jurnal yang selama ini ada hanya
meneliti, sistem penangkapan petirnya, seperti dengan metode bola bergulir
dan metode franklin. Namun, dalam penelitian ini tidak hanya penangkapan
saja, tapi bagaimana agar proses penyalurannya cepat, proses proteksi
grounding yang baik, dan proteksi alak elektronik serta proteksi jaringan data
dan signal.
Penelitian saya akan menggabungkan seluruh penelitian yang ada
dalam ha six point plan ini dan meletakkannya dalam geddung pencakar langit
yang ada, karena ketinggiannya merupakan faktor penting dalam amannya
suatu lingkungan untuk suatu daerah tertentu.
2. Perumusan Masalah
Dalam hal ini, masalahnya adalah bagaimana agar proses pengamanan
petir ini memiliki tingkat pengamanan yang sempurna dengan proteksi komplit
diseluruh gedung tersebut. Proses penyaluran yang sempurna hingga tegangan
tinggi petir tersebut bisa cepat mencapai tanah, sehingga internal gedung bisa
aman, serta jaringan dan sinyal yang aman.
Dalam jurnal lain, untuk proses penangkapan petirnya menggunakan
metode bola bergulir yang dapat melindungi tidak hanya pada gedung itu saja,
namun dapat melindungi wilayah yang bisa dilindungi disekitar gedung
tersebut. Seperti garasi, halaman, dll. Namun, masalahnya ini bagaimana
proses groundingnya, sehingga tidak ada hambatan dalam proses
penyalurannya. Sehingga dari gangguan tersebut tidak mengenai barang-barang
yang ada.
Proses penyaluran serta groundingnya, banyak jurnal yang menelitinya
tinggal bagaimana penelitian grunding yang terbaik, dapat digabungkan dengan
metode bola bergulir tadi untuk lebih menyempurnakan proteksi.
Inilah proses proteksi eksternal hingga kemudian proses proteksi
internal yang menggunakan arester ataupun yang lain.
3. Tujuan Masalahnya
Menggabungkan seluruh penelitian terbaik yang sudah ada untuk six point
plan dalam gedung pencakar langit yang memiliki potensi terbesar dalam
penyelamatan lingkungan kota.
4. Batasan Masalah
1. Instalasi penangkapan petir
2. Bahan penyaluran arus gangguan ke tanah
3. Instalasi grounding
4. Proteksi internal
5. Tinjauan Pustaka
Menurut Dr. Ir. Dipl. Ing. Reynaldo Zoro, ahli petir dan direktur PT
Lapi Elpatsindo, ada tiga syarat untuk timbulnya petir.
Ada udara naik, kelembapan, dan partikel bebas atau aerosol. Ketiga
elemen ini akan menyebabkan timbullah muatan dalam awan cumulonimbus.
Umumnya muatan negatif terkumpul dibagian bawah dan ini menyebabkan
terinduksinya muatan positif diatas permukaan tanah, sehingga membentuk
medan listrik antara awan dan tanah. Jika muatan listrik cukup besar dan kuat
medan listrik di udara dilampaui, maka terjadi pelepasan muatan berupa petir
atau terjadi sambaran yang bergerak dengan kecepatan cahaya dengan efek
merusak yang sangat dahsyat karena kekuatannya.
Menurut Guru Besar Bidang Ilmu Teknik Fisika,Universitas Nasional
(Unas), Prof Djuheri, kilatan petir mengandung muatan listrik 100 juta volt,
Energi sebesar itu bisa
memanaskan suhu udara hingga mencapai 40 ribu derajat Celsius. Bisa
kita bayangkan, bagaimana jika petir tersebut menyambar makhluk hidup.
Sambaran petir terbagi menjadi dua yaitu sambaran langsung dan
sambaran tidak langsung. Sambaran langsung terjadi karena arus impuls yang
mengalir ke tanah, sedangkan sambaran tidak langsung terjadi karena pancaran
energi dari gelombang elektromagnetiknya atau lightning electromagnetic
pulse. Apabila petir ini menyambar sebuah gedung maka jumlah ratarata
frekuensi sambaran petir dapat dihitung:
1. Sambaran Langsung
Nilai rata-rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun dapat digitung
dengan
rumus: Nd 4.10 2.T1.26 (ab 6 h ( a b) 9 h2 )
Dimana:
a= Panjang atap gedung (m) b = Lebar atap gedung (m) h = Tinggi atap
gedung (m) T =
hari guruh pertahun Nd = Jumlah rata-rata frekuensi sambaran petir
langsung pertahun 2. Sambaran. Rata-rata frekuensi tahunan Nn dari kilat yang
mengenai tanah dekat gedung dapat dihitung dengan perkalian kerapatan kilat ke
tanah pertahun Ng dengan cakupan daerah di sekitar gedung yang disambar AgNn
= Ng.Ag Daerah di sekitar sambaran petir (Ag) adalah daerah disekitar gedung
dimana suatu sambaran ke tanah menyebabkan suatu tambahan lokasi potensial
tanah yang dapat mempengaruhi gedung Mengacu pada IEC (International
Electrotechnical Commission) TC 81/1989 tentang konsep Lightning Protection
Zone (LPZ), sistem proteksi petir yang sempurna
terdiri dari 3 bagian :
1. Proteksi Eksternal, yaitu instalasi dan alatalat di luar sebuah struktur
untuk
menangkap dan menghantar arus petir ke sistem pentanahan atau berfungsi
sebagai ujung tombak penangkap muatan listrik/arus petir di tempat tertinggi.
Proteksi Eksternal yang baik terdiri atas air terminal/interceptor, down
conductor, dan ekuipotensialisasi
2. Proteksi Pentanahan, merupakan bagian terpenting dalam instalasi
sistem proteksi Sistem Proteksi Petir Internal dan Ekternal
petir. Kesulitan pada sistem pentanahan biasanya karena berbagai macam
jenis tanah. Hal ini dapat diatasi dengan perencanaan dan teknik penerapan yang
tepat, serta menghubungkan semua metal (ekuipotensialisasi) dengan sistem
pentanahan, sesuai dengan IEC TC 81 Proteksi Internal, merupakan proteksi
peralatan elektronik terhadap efek dari arus petir. Terutama efek medan magnet
dan medan listrik pada instalasi metal atau sistem listrik. Sesuai dengan standar
DIV VDE 0185, IEC 1024-1. Proteksi Internal terdiri atas pencegahan terhadap
dampak sambaran langsung, pencegahan terhadap dampak sambaran tidak
langsung, dan ekuipotensialisasi.
6. Metodologi peneletian
6.1. Sistem Penangkal petir
6.1.1. Metode Penangkal Petir
Rancangan penangkal petir cukup baik dengan penempatan yang sesuai
dengan tingkat perlindungan jika persyaratan pada tabel 3.2 telah terpenuhi.
Dalam merancang sistem penangkal petir, dapat digunakan salah satu atau
dikombinasi antara keduanya, yaitu :
a. Sudut perlindungan
b. Bola bergulir (Rolling Sphere)
Metide perlindungan dengan area perlindungan seperti pada gambar
3.2. ini disebut metode perlindungan bola bergulir dimana R adalah jarak
antara sambaran perintis dengan titik sambaran beebentuk bola. Metode ini
dapat mengatasi dari efek sambaran samping pada bangunan karena akan
menjadi penangkal petir bekerja secara kentitatif, jika petir yang bermuatan
listrik sambarannya hampir mencapai obyek dibumi maka sistem penangkal
petir tersebut menjadi perantara untuk menghindarkan dari sambaran petir
sekecil mungkin. Panjang jarak perlindungan terkaan jari-jari adalah
tergantung dari sambaran mula petir H = 24+30(1-e1/6,8) m.ini berarti bahwa
petir yang bermuatan rendah yang akan menuju pada suatu obyek di bumi
jaraknya lebih pendek dan sebagian petir yang bermuatan besar akan semakin
besar pla perlindungan yang dierikan oleh sistem penangkal petir. Dan metode
bola bergulir ini yang terpenting adalah menggunakan ketinggian penangkal
sebagai jari-jari perlindungannya.
Sambaran petir yang mendekati obyek dibumi melalui sudut
perlindungan akan menyambar dan tegak lurus, sehingga penangkal petir akan
memisahkan pbyek dari jarak sambaran atau titik sambaran. Metode ini juga
menghindarkan dari kemungkinan sambaran pada obyek yang dilindungi yang
terletak dalam area perlindungan dari sistem penangkal petir. Dengan melihat
obyek yang akan dilindungi dan berbentuk arah penangkapan petir. Lingkaran
pengakal petir yang membatasi kedalam keseluruhan tempat dan arah hanya
sebagai pelengkap sehingga bisa meletakkan suatu obyek yang dilindungi
secara penuh.
Tabel 3.2. penempatan penangkal petir sesuai dengan tingkat
perlindungan
Ting
kat
Perlindungan
H
(m)
20 30 45 60
R
(m)
α◦ α◦ α◦ α◦
I 20 25 - - -
II 30 35 25 - -
III 45 45 35 25 -
IV 60 55 45 35 25
G 3.1. Kontruksi Penangkal Petir dengan Memakai Pipa
G 3.2. Metode Bola Bergulir
Pada gambar 3.1. penangkal petir pada bangunan dengan menggunakan
konstruksi pipa, kawat penghantar, kepala tembaga, pelat baja yang
ditempatkan pda bagian atas dari bangunan.
3.4.2. Daerah Perlindungan
Suatu penangkal petir harus dapat melindungi semua bagian dari
bangunan termasuk juga manusia yang ada didalamnya terhadao bahaya dan
kerusakan akibat sambaran petir. Sistem penangkal petir dengan setiap instalasi
logam disekitar ruang yang dilindungi harus lebih besar dan jarak aman.
S = jarak yang aman
L = Panjang Konduktor kawat penghantar ketanah
G 3.3. jarak aman antara menusia dengan SPP tidak terpisah
Pada gambar 3.3. diatas menunjukkan SPP untuk sebah bangunan
bagian tembok penopang. Ketinggian dari orang dengan mengangkat tangan
diasumsikan 2,5 meter.
Dalam SPP tidak terpisah, sebuah sistem penangkal petir dapat
dipasang langsung pada atap atau dengan jarak pemisah yang dekat, agar tidak
terjadi kerusakan yang disebabkan oleh efek arus petir.
3.4.3. syarat-syarat Bahan Perlindungan
Pada suatu bangunan bila terkena sambaran petir maka penangkal petir
akan menangkalnya serta melindungi bangunan tersebut dan penangkal petir
mempunyai ketebalan minimum lempengan logam atau pipa loga pada
terminal udara, dapat dilihat pada tebel 3.3.
Bagian benunan berikut dapat dianggap sebagai komponen penangkal
petir alami :
a. Lempengan logam yang menutupi ruang yang dilindungi sehingga :
- Hubungan saluran listrik antar bagian harus dibuat kuat
- Jika diperlukan pencegahan terhadap kerusakan atau
mempertimbangkan masalah hotspot, ketebalan lempengan logam tidak
lebih kecil dari nilai t yang diberikan pada tabel 3.3.
- Ketebalan lempengan logam tidak lebih kecil dari 0,5 mm jika tidak,
perlu mencegah kerusakan lempengan atau untuk mempertimbangkan
penyalaan dari bahan yang mudah terbakar yang ada dibawah
penghantar saluran.
- Lempengan logam tersebut tudak dibungkus bahan isolasi
- Bahan nonlogam pada atau diatas lempengan logam tidak termasuk
dalam ruang yang dilindungi.
b. Komponen logam dari konstruksi atap (tiang penyangga, pembesian beton
dan sebagainya) dibawah atap logam, sehingga bagian yang terakhir ini tidak
termasuk dalam ruang yang akan dilindungi.
c. Bagian logam seperti pancura air, hiasan, tangga dan sebagainya yang
mempunyai penampang tidak lebih kecil dari yang ditentukan untuk
komponen penangkal petir standar.
d. Pada umumnya tangki dan logam dapat dibuat dari material yang tebalnya
kurang dari nilai t yang diberikan pada tabel 3.3. dan kenaikan suhu pada
permukaan bagian dalam di titik sambaran dan tidak menimbulkan bahaya.
Cat tipis atau aspal setebal 0,5 mm atau PVC 1 mm tidak dianggap
sebagai isolator.
Tabel ketebalan minimum lempengan logam atau pipa logam pada
sistem penangkal petir
Tingkat
perlindungan
Bahan Ketebalan (mm)
I-IV Fe 4
Cl 5
Al 7
3.5. Penangkal Petir
Tempat-tempat yang bisanya terkena sambaran petir adalah ujung-
ujung runcing dari atap, bubungan, lisplang atap, puncak menara, cerobong
asap atau bangunan yang menonjol di atap.
Penangkal-penangkal petir ditempatkan dengan susunan tertentu
sehingga semua petir dapat ditangkap tanpa mengenai bagian-bagian lain
yang harus dilindungi dan hal ini dapat dipenuhi jika tidak ada satu titikpun
dipermukaan atap yang berjarak lebih dari 7,5 meter dan penangkal petir.
Penangkal petir yang dipasang sepanjang bubungan dan pada jarai serta
isplang atap bangunan sudah merupakan penangkal petir yang memadai
dan bangunan yang letaknya lebih rendah harus dilengkapi dengan
penangkal petir.
Bentuk susunan penghantar datas atap sebagai penangkal petir
didasarkan pada panjang, lebar serta tinggi antara bubungan atap dengan
lisplang. Sedangkan panjang bangunan diukur sejajar dengan bubungan dan
lebar bangunan diukur secara tegak lurus terhadap arah panjang.
Sistem yang terbaik unuk pengamanan atap datar yaitu bangunan
yang mempunyai selisih tinggi antara bubungan dan lisplang lebih kecil
dari satu meter yaitu dengan sistem pengamanan sangkar faradai dengan
penghantar-penghantar penyalur utama dipasang dibagian paling atas
bangunan yang dibuat seperti sangkar pelindung. Jarak maksimum yang
harus dibuat antara setiap bagian dari atap bangunan dengan penghantar
mendatar yang terdekat adalah 7,5 meter. Untuk memperbaiki sistem
faraday ini diperlukan tamabahan beberapa penangkal petir batang pendek
pada bagian ujung dan sisi. Finial finila ini dihubungkan secara fisik
dengan penghantar mendatar terdekat dengan jarak maksimum 5 meter dan
tinggi minimum 20 cm.
Jika pda bubungan sisijurai terdapat talang hujan dari bahan logam
maka bagian logam ini dapat dipergunakan sebagai penangkal petir bila
bubungan ini dpat memenuhi syarat hubungan secara elektris dan mekanis.
Semua bagian-bagian logam tersebut harus disambungkan dengan
penghantar penyalur petir untuk suatu atap yang terbuat dari logam. Jika
akan dipergunakan sebagai penangkal petir maka tebal minimum atap
adalah 0,5 mm (tembaga) sedangkan bila bahan terbuat dari aluminium
maka tebal minimum adalah 0,8 mm.
Pada bangunan jenis atap runcing dengan genteng keras dapat
dipasang penghantar penghubung dibawah atap dengan syarat bahwa
penghantar tersebut dapat diperiksa. Tetapi pemasangan ini tidak
diperbolehkan bila dibawah atap terdapat lapisan atau bahan-bahan yang
mudah terbakar. Jika penghantar dipasang dibawah atap maka akan
penangkal petir haruslah merupakan batang tegak dengan ujung runcing.
Jarak antara batang-batang penangkal petir sekitar 4 meter samapai 5 meter
dengan panjang minimum 30 cm diatas permukaan atap dan disetiap ujung
dari bubungan harus dipasang penangkal petir.
Bila atap bangunan terdapat cerobong asap, bangunan lift, reklame,
lampu indikator yang terbuat dari logam juga dapat dipergunakan sebagai
penangkal petir yang dihubungkan oleh penghantar penghubung ke
penyalur patir. Gambar 3 memperlihatkan rancangan SPP dengan memakai
2 buah elektroda pentanahan.
Gambar 3.4 desain penangkal petir pada bangunan dengan memakai
dua buah pentanahan.
3.5.1. Penangkal Petir Terpisah
Jika penangkal petir terdiri dari batang-batang yang disangga oleh
beberapa penyangga yang terpisah (atau oleh sebuah penyangga)sekurang-
kurangnya dibutuhkan sebuah penyalur setiap penyangga. Dalam hal ini
penyangga dibuat dari logam atau dari pembesian beton, penyalur
tambahan tidak diperlukan.
Jika penangkal petir terdiri dari konduktor mendatar yang terpisah
(atau sebuah konduktor)sekurang-kurangnya dibutuhkan sebuah penyalur
untuk setiap ujung konduktornya. Dan ika penangkal petir membentuk
jaringan konduktor, sekurang-kurangnya dibutuhkan sebuah penyaur untuk
setiap penyangganya. Gambar 3.5. memperlihatkan desain 2 buah terminal
udara terpisah.
Gambar 3.5. a dan b ada;ah penangkal petir terpisah
Gambar 3.5. menunjukkan kondisi dimana terdapat sebuah
penangkal petir terpisah yang menggunakan 2 liang penangkal petir
terpisah desainnya sesuai untuk metoda desain sudut perlindungan pengkal
petir.
Dua lingkaran di dalam gambar merupakan daerah perlindungan
pada permukaan datar.
1. Tiang penangkal petir
2. Bangunan yang dilindungi
3. Permukaan datar
4. Perpotongan antara kerucut pelindung
Gambar 3.6. memperlihatkan SPP dengan penangkal petir terpisah
dihubungkan dengan konduktor horisontal.
Gambar 3.6. a, b dan c adalah SPP terpisah terdiri dari dua tiang
penangkal petir terpisah (1), hubungan dengan kawat horisontal penangkal
petir (2).
Sistem penangkal petir didesain untuk sudut perlindungan.
1. Tiang terminal udara
2. Kawat horisontal penangkal petir
3. Bangunan yang dilindungi
4. Daerah perlindungan pada permukaan datar
Gambar 3.7. memperlihatkan sebuah penangkal petir yang terisolasi
untuk bangunan yang menggunakan satu buah penangkal petir saja.
Gb 3.7. sebuah penangkal petir yang terisoasi untuk bangunan yang
menggunakan hanya satu penangkal saja.
Tiang penangkal petir akan didesain dan diinstalasikan sehingga
seluruh bangunan di dalam kerucut pelindung yang dihasilakan oleh tiang
penangkal petir tersebut.
3. Penghantar Penyalur petir
Penghantar penyalur petir sedapat mungkin dimetris disesuaika dengan gambar
denah bangunan dan diatur sedemikin rupa sehingga berbentuk alur penghantar
dengan jarak yang pendek ke instalasi pentanahan.
Penghantar penyalur petir utama dapat dipasang dalam tembik atau dibawah lantai
dan harus menggunakan bahan yang diizinkan dan jika harus didakan
penyambungan maka penyambungan haruslah menggunakan pengelasan atau
penyekrupan yang baik. Pada semua penghantar, penyalur petir utama dan
penyalur petir pembantu yang disambungkan dengan sistem pembumian harus
disediakan sambungan ukur yang dapat dijangkau untuk pengukuran tahanan
pembumian. Sambungan ukur ini harus tetap dapat dibuka dan disambungkan lagi
dengan baik walaupun suda lama dipasang
2. Sistem Proteksi Petir Internal
Berdasarkan pengertian dari IEC (International Electrotechnical
Commission) TC 81/1989 tentang konsep Lightning Protection Zone (LPZ),
sistem proteksi petir internal adalah proteksi peralatan elektronik terhadap efek
dari arus petir. Terutama efek medan magnet dan medan listrik pada instalasi
metal atau sistem listrik. Proteksi Internal terdiri atas pencegahan terhadap
dampak sambaran langsung, pencegahan terhadap dampak sambaran tidak
langsung, dan ekuipotensialisasi. Ada banyak sistem yang dapat digunakan
sebagai proteksi petir internal, namun pada tulisan ini penulis hanya akan
membahas mengenai Arrester dan sangkar faraday.
a. Arrester
Gangguan surja petir merupakan salah satu gangguan alamiah yang akan
dialami sistem tenaga listrik, dan salah satu metode untuk mengatasinya yaitu
dengan menggunakan peralatan proteksi arrester. Arrester ini bekerja dengan
mengimplementasikan resistor nonlinier yang mempunyai nilai yang besar untuk
peralatan listrik dari tegangan yang berlebihan dari petir. Pada saat sparkover
maka tegangan akan turun dan tegangan residu arus discharge. Besarnya nilai
sparkover dan tegangan residu arusnya tergantung dari karakteristik arrester yang
digunakan. Seperti dalam gambar dibawah ini, pada saat tegangan surjanya 51
kV maka dalam waktu sepersekian detik nilai tegangannya akan turun sesuai
dengan tegangan residu dari arrester. Arrester ini sangat bermanfaat jika
diaplikasikan pada peralatan-peralatan elektronika di suatu bangunan, mengingat
efek yang ditimbulkan petir yang sangatbesar terhadap peralatan elektronika.
Contoh Aplikasi Arrester
b. Sangkar Faraday
Sangkar faraday adalah suatu piranti yang dimanfaatkan menjaga agar
medan listrik di dalam ruangan tetap nol meskipun di sekelilingnya terdapat
gelombang elektromagnetik dan arus listrik. Piranti tersebut berupa konduktor
yang dipasang sedemikian rupa sehingga ruangannya terlingkupi oleh konduktor
tersebut. Sangkar faraday ini diilhami oleh penemuan Michel Faraday, seorang
ahli fisika dan kimia berkebangsaan Inggris. Faraday menyatakan bahwa:
“Muatan yang ada pada sangkar konduktor hanya terkumpul pada bagian luar
konduktor saja tidak berpengaruh terhadap bagian dalam”.
Efek sangkar Faraday adalah suatu fenomena kelistrikan yang disebabkan
oleh adanya interaksi partikel subatomik yang bermuatan (seperti : proton,
elektron). Ketika ada medan listrik yang mengenai sangkar konduktor maka akan
ada gaya yang menyebabkan partikel bermuatan mengalami perpindahan tempat,
gerakan perpindahan tempat partikel bermuatan akan menghasilkan medan listrik
yang berlawanan dengan medan listrik yang mengenainya sehingga tidak ada
medan listrik yang masuk kedalam sangkar konduktor tersebut. Pada saat ini,
banyak sekali piranti-piranti yang menggunakan faraday cage untuk melindungi
peralatan didalamnya dari pengaruh arus listrik dan gelombang elektromagnet
yang tinggi, misalnya mobile phones, coaxial cables, RFID, beberapa bangunan
nasional di Amerika Serikat, mobil, pesawat, dan peralatan-peralatan lainnya.
Dengan pemanfaatan sangkar faraday ini, infrastruktur-infrastruktur maupun
peralatan-peralatan elektronik dapat terhindar dari pengaruh yang ditimbulkan
oleh sambaran petir.
- SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL DAN EKTERNAL Oleh:Sepannur Bandri1 1; Januari 2014
PERANCANGAN INSTALASI PENANGKAL PETIR EKSTERNALGEDUNG BERTINGKAT(APLIKASI BALAI KOTA PARIAMAN)Oleh:Sepannur BandriDosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi IndustriInstitut Teknologi PadangEmail: [email protected]. Gajah mada kandis nanggalo padang- 25143
Telp. 0751-7055202, Fax-444842. www.itp.ac.id