Download - Proposal Skripsi Kerangka Teoritis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, untuk mempersiapkan
generasi yang kompeten diperlukan pendidikan dan pengarahan.
Pendidikan dan pengarahan harusnya dimulai sejak anak usia prasekolah.
Perkembangan yang penting pada anak prasekolah terdiri dari
perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, dan perkembangan
moral. Perkembangan psikososial terjadi saat anak mulai mengenal dunia
sekolah, diluar keluarga anak mengenal teman-temannya dan orang
dewasa lainnya. Perkembangan moral di pelajari oleh anak dari perilaku
baik dan buruk. Pada usia prasekolah perkembangan inti yang harus lebih
diperhatikan secara intensif dan yang akan menjadi penentu anak menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas adalah perkembangan kognitif,
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang mudah bagi anak
jika stimulus yang diberikan dari lingkungan sekitar juga optimal, anak
dapat menyerap informasi baru dengan mudah (Wong et al, 2008). Anak
yang mendapatkan stimulasi akan lebih cepat berkembang dari pada anak
yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Pemberian
stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuahn
anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. (Soetjiningsih, 2003).
1
2
Tahap perkembangan kognitif anak usia prasekolah menurut
Piaget (1972) di mulai pada saat anak berumur 2-7 tahun. Tahap ini
disebut tahap preoperasional di mana anak mulai mempresentasikan dunia
dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini menunjukan
adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan
informasi sensor dan tindak fisik (Baharudin & Wahyuni, 2010)
Masa-masa prasekolah memiliki kemajuan pada pola
perkembangan, pada periode golden age (4-6 tahun) ini orang tua dan
keluarga serta lingkungan harus memberikan stimulus sebaik mungkin.
Stimulus positif dari luar dimaksudkan agar perkembangan otak dapat
berkembang dengan optimal, karena pada periode inilah kondisi anak
dapat menginternalisasi dan memahami lingkungan dengan optimal. Hal
tersebut dikarenakan pada periode ini anak-anak akan menentukan
keberhasilan dalam tumbuh kembang anak yang optimal. Hal tersebut
didukung oleh Hurlock (2000) mengatakan bahwa anak-anak mencapai
kematangan intelektual sebanyak 50% ketika berumur 4 tahun, sedangkan
mencapai angka 80% saat usia 8 tahun dan kematangan intelektual
mencapai 100% saat anak usia 18 tahun.
Usia prasekolah yaitu tepatnya usia 4-6 tahun perkembangan otak
anak mencapai 50%, apabila dalam usia tersebut otak anak tidak
mendapatkan stimulasi yang optimal dari luar,maka perkembangan otak
pun tidak akan maksimal. Apabila otak anak tidak terstimulasi dengan
baik, perkemabangan kognitifnya pun akan mengalami penurunan bahkan
3
akan terjadi penyusutan 20-30% dari ukuran normalnya. Akibat dari
penyusutan perkembangan kognitif tersebut maka perkembangan
kognitifnya tidak sesuai usianya (Hasan, 2009).
Bidang pengembangan kognitif yang perlu distimulasi adalah
pengenalan tentang bentuk dan warna. Pengenalan warna dan bentuk
termasuk dalam Kurikulum Taman Kanak-kanak Tahun 2010 dalam
bidang pengembangan kognitif pada kelompok A di mana anak usia 4-6
tahun dapat mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk dan warnanya
sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangannya. Beaty (dalam
Suryaningrum) juga menyatakan bahwa bentuk merupakan konsep awal
yang harus dikuasai anak sebelum mengenal warna.
Berdasarkan data statistik jumlah anak usia prasekolah di
Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 13.898.951 jiwa (12,5% dari total
penduduk) dan terdiri dari laki-laki sebanyak 41,5% dan perempuan
sebanyak 58,5%. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi
yang jumlah penduduknya cukup tinggi di daerah Jawa yaitu sebanyak
16.091.112 jiwa penduduk laki-laki, dan 16.291545 jiwa penduduk
perempuan. Sedangkan jumlah usia prasekolah, sebanyak 3.516 .157 jiwa
atau 10,86% dari total penduduk Jawa Tengah, laki-laki sebanyak 51,4%
dan perempuan sebanyak 48,6%. Banyumas merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki jumlah anak usia prasekolah cukup besar yaitu
125. 354 jiwa dari 1. 570. 598 jiwa (7,98%) penduduk di Kabupaten
Banyumas (BPS, 2010).
4
Pusat pengembangan kurikulum dan saran pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Pusbang Kurrandik Balitbang Dikbud) secara nasional meneliti hal itu
dari 4994 siswa ditemukan sebanyak 696 peserta didik termasuk kategori
siswa dengan kesulitan belajar. Jumlah ini telah mencapai 13,9% secara
nasional. Sampel di Sidoarjo, khususnya di SD Kecamatan Waru,
menunjukkan bahwa 15,9% dari 599 siswa SD dengan kesulitan belajar.
Dari hasil tersebut yang dikategorikan siswa berintelegensi rendah
mencapai 52,6%, dan siswa berintelegensi tinggi berprestasi rendah
(underachiever) sebanyak 22%. Ini menandakan bahwa di antara siswa
dengan kesulitan belajar tersebut disebabkan karena faktor penyebab non
intelektif, yang berarti pula faktor sekolah dan keluarga memegang
peranan penting untuk mengatasinya. Selanjutnya hasil penelitian ini
merekomendasikan agar segera ditemukan pola penanganan siswa dengan
kesulitan belajar secara efektif. Dalam kenyataan, tidak semua siswa di
sekolah lancar mengikuti pelajaran di kelas. Sebagian di antara mereka
menunjukkan prestasi rendah yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor
(Widyastono dalam Ambartanti, 2009).
Berdasarkan data yang didapat meliputi jumlah usia anak
prasekolah baik di Indonesia, daerah Jawa Tengah dan di Banyumas.
Diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan angka cukup besar untuk
anak yang mengalami kesulitan belajar, yang diakibatkan kurang
menunjangnya pembelajaran selama di usia prasekolah. Untuk itu peneliti
5
melakukan survei pendahuluan ke salah satu TK yang ada di daerah
Sokaraja Banyumas yaitu TK pertiwi Kalikidang. Peneliti mengambil
penelitian di TK Pertiwi Kalikidang karena TK tersebut mempunyai alat
permainan edukatif yang minim dan tidak memadai. Fasilitas tersebut
tidak sebanding dengan jumlah siswa yang cukup banyak sehingga
kegiatan belajar mengajar pun tidak berjalan dengan efektif. Keunggulan
TK pertiwi Kalikidang dengan TK yang lainnya yaitu meskipun alat
penunjang kegiatan belajar mengajarnya tidak memadai tetapi diminati
oleh masyarakat sekitar dibuktikan dengan jumlah siswa yang lebih
banyak dari TK di sekitarnya. Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang
dilakukan di TK Pertiwi Kalikidang terdapat 60 siswa yang di kelompokan
menjadi 2 kelas yang di kategoriakn sebagai TK kelompok B1 dan TK
Kelompok B2.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, media
pembelajaran yang digunakan sangat terbatas dan tidak sesuai dengan
jumlah siswanya. Kemampuan siswa dalam mengenal warna dan bentuk
diperkirakan dari masih kategori kurang, hanya 12 siswa dari 30 siswa di
TK kelompok A saja yang dulunya mengenyam pendidikan di play group
yang dapat memahami warna-warna dasar. TK Pertiwi tidak menerapkan
pembelajaran dalam pengembangan aspek kognitif dengan bantuan media
yang berorientasi pada pembelajaran konsep warna dan bentuk geometri
akan tetapi hanya terpaku pada buku kegiatan atau lembar kerja siswa
(LKS) tanpa adanya praktek langsung yang dilakukan oleh anak dengan
6
menggunakan media atau alat permainan edukasi salah satunya adalah
media lotto.
Peneliti akan menggunakan media visual yaitu media lotto,lotto
yang di gunakan adalah warna dan bentuk sebagai media pengajaran
dalam penelitian. Lotto warna dan bentuk adalah alat permainan edukatif
untuk anak usia 4 tahun ke atas dibuat dari triplek atau dupleks yang
terdiri dari papan lotto berukuran 17,5 cm x 17,5 cm, 9 kartu lotto yang
terdiri dari 9 macam warna dan bentuk geometri (Eliyawati, 2005). Hal
tersebut di dukung oleh penelitian yang di lakukan oleh (Laris) bahwa
pemanfaatan media lotto dapat mempengaruhi perkembangan kognitif.
Alat permainan ini dikembangkan untuk melatih daya kognitif anak, jadi
jika anak salah mengerjakannya anak tersebut dapat menyadarinya dan
membetulkannya sendiri. Media lotto warna dan bentuk dapat digunakan
sebagai media bermain dengan variasi permainan sesuai keinginan anak
seperti bermain kelompok atau individu. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh media lotto terhadap
perkembangan kognitif anak usia prasekolah di TK Pertiwi Kalikidang”.
A. Rumusan Masalah
Peride golden age merupakan masa-masa dimana perkembangan otak
anak usia prasekolah memiliki perkembangan sebanyak 50% dari sebagian otak
saat dewasa. Stimulasi positif yang diberikan secara optimal akan membantu
kemajuan dalam perkembangan kognitif, karena otak anak mampu
menginternalisasi semua pengetahuan dengan maksimal (Liadewi, 2010). jika
7
orangtua atau pendidik mengabaikan hal tersebut, anak akan kehilangan masa-
masa terbaiknya dalam tumbuh kembang yang optimal. Adapun salah satu
tindakan yang dapat dilakukan untuk menstimulasi perkembangan kognitif pada
anak yaitu menggunakan media lotto warna dan bentuk , yang akan digunakan
sebagai salah satu alat permainan edukatif yang dapat meningkatkan motivasi dan
semangat anak dalam belajar tepatnya mengenal warna dan bentuk membedakan
macam-macam warna dengan baik, dengan cara mencocokkan atau memasangkan
kartu lotto sesuai dengan warna dan bentuk yang tepat serta melatih daya
nalarnya dan diharapakan dapat cepat menstimulasi daya kognitif anak dengan
baik, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi
masalah peneliti dalam penelitian ini adalah “Apakah media lotto warna dan
bentuk mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah di TK
Pertiwi Kalikidang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh antara media lotto warna dan bentuk terhadap
perkembangan Kognitif pada anak prasekolah di TK Pertiwi Kalikidang.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin
dan usia.
b. Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa sebelum dan sesudah
di kenalkan media lotto .
8
c. Untuk mengetahui pengaruh media lotto terhadap perkembangan
kognitif.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi :
a. Manfaat toeritis
Diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan kesehatan
dalam bidang ilmu keperawatan anak dan sebagai referensi bagi
penelitian selanjutnya sehingga pengetahuan tentang perkembangan
anak usia dini mendapatkan perhatian yang lebih intensif ,hal tersebut
berguna untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang
berkualitas.
b. Manfaat praktis
1) Bagi peneliti
Sebagai bahan masukan bagi penelitian yang sejenis pada masa yang
akandatang dan dapat diaplikasikan dalam kedalam kehidupan nyata
sehari hari . Dapat menyelesaikan dan mengatasi masalah bagi anak
anak yang belum optimal dalam perkembangan kognitifnya,sehingga
perkembangan otak anak menjadi lebih progesif dan maksimal. Selain
itu hasil penelitian ini dapat memotivasi untuk dapat mengembangkan
penelitian selanjutnya di bidang keperawatan anak.
2). Bagi responden
Media lotto warna dan bentuk diharapkan dapat membuat siswa
belajar lebih menyenangkan dan memudahakan siswa dalam
9
memahami dan mengenal warna,sehingga minat dan semangat
siswa dapat ditingkatkan dalam proses belajar.
3). Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi pemahaman
peneliti untuk mengembangkan penelitian yang lebih baik lagi
dengan alat peraga edukasi yang lainnya dengan metode edukasi
yang lain yang dapat menstimulus kognitif anak.
E. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan stimulus prekembangan
kognitif antara lain :
1. Penelitian yang berjudul “ Hubungan pendidikan anak usia dini (PAUD)
dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan
Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang” oleh Apriana (2009).
Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan metode cross sectional,
sampel sebanyak 54 responden anak usia PAUD 3-5 tahun Hubungan
Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak
usia prasekolah dianalisis dengan menggunakan chi square corelation.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak
usia prasekolah (p value=0,000). Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu desain penelitian menggunakan Quasi eksperimen with
nonequivalent control group design, variabel bebas dalam penelitian ini
adalah media lotto warna dan bentuk sebagai pembelajaran di kelas.
10
Subjek penelitian anak usia prasekolah 4-6 tahun, dan tempat penelitian di
TK Pertiwi Kalikidang.
2. Yudhana (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Stimulasi
Musik Klasik terhadap Perkembangan Kognitif (aspek bahasa) pada Anak
Usia Prasekolah (3-5 tahun) di play group Bina Insani Kediri. Penelitian
ini menggunakan desain cross secsional dengan pendekatan kuantitatif.
Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank,
hasil signifikan maka ada pengaruh stimulasi musik klasik terhadap
perkembangan kognitif (aspek bahasa) pada anak usia prasekolah (3-5
tahun) di Play Group Plus Bina Insani Kediri. Persamaan penelitian ini
dengan sebelumnya terletak pada subjek penelitian yang sama-sama
ditujukan pada anak prasekolah. Penelitian yang dilakukan Yudhana
(2009) adalah desain cross sectional, sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yakni pra
experiment dengan desain penelitian one group pretest-postest. Variabel
bebas yang diteliti oleh Yudhana (2009) adalah stimulasi musik klasik
sedangkan variabel yang diteliti pada penelitian yang akan dilakukan ini
adalah metode media lotto waran dan bentuk. Persamaan terdapat pada
variabel terikatnya yaitu perkembangan kognitif. Selain itu terdapat
perbedaan pada lokasi penelitiannya sehingga penelitian yang peneliti
lakukan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Penelitian yang berjudul “Penggunaan media kartu domino-kwartet dalam
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa kelas XI
11
Bahasa”, yang dilakukan oleh Heksanti (2011). Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan penggunaan dan hasil penggunaan media kartu
Domtet pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Tumpang. Penelitian
ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif untuk
mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari data observasi, data angket
dan data hasil tes keterampilan berbicara siswa. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa media kartu Domino-Kwartet (Domtet) selama tiga
hari berturut-turut berjalan dengan baik.. Adapun perbedaan dari penelitian
yang akan digunakan yaitu subjek penelitian ini anak usia prasekolah di
TK Pertiwi Kalikidang. Variabel bebas yaitu media lotto warna dan
bentuk, dan jenis penelitian merupakan penelitian kuantitatif yang
menggunakan teknik total sampling.
12
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Anak Usia Prasekolah
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Anak usia
prasekolah ini menunjukkan perkembangan motorik, verbal, dan
keterampilan sosial secara progresif. Pada masa ini adalah meningkatnya
antusiasme dan energi untuk belajar dan menggali banyak hal (Hamlin,
2005). Kemampuan mereka dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan
orang lain dan penggunaan bahasa dalam berinterkasi merupakan modal
awal anak dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu
tahap sekolah (Wong dan Whaley dalam Ambartanti, 2009).
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Heidrun
Stoeger et al di Jerman, mengatakan bahwa kemampuan individu untuk
dapat berprestasi di masa sekolah dasar sangat ditentukan oleh
kemampuan kognitif di masa prasekolah. Jadi banyak hal yang harus
dilakukan secara optimal untuk menunjang kemampuan kognitif individu
di usia prasekolah, baik di lingkungan sekolah atau pun di rumah. Karena
individu yang mengalami gangguan prestasi (underachiever) di usia
prasekolah, akan mempunyai dampak yang berkelanjutan di usia
berikutnya (Stoeger, Ziegler, & Martzog, 2008).
12
13
2. Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah
Perkembangan adalah meningkatnya komponen dan struktural
kemampuan secara bertahap, serta ditandai dengan adanya perubahan
psikologis dalam proses pematangan fungsi fisik tubuh dari anak
(Suherman, 2000). Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas
fungsional dan kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang
semakin terorganisasi. Semakin terorganisasi artinya organ-organ tubuh
makin bisa dikendalikan sesuai dengan kemauan. Semakin terspesialisasi
artinya organ-organ tubuh semakin bisa berfungsi sesuai dengan fungsinya
masing-masing (Sugianto, 2005).
Proses perkembangan yaitu suatu proses yang dapat
menimbulkan perubahan, perkembangan awal menentukan perkembangan
selanjutnya, perkembangan mempunyai pola yang tetap, perkembangan
memiliki tahap yang berurutan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda, perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan (Rusmil, 2006).
Salah satu perkembangan pada anak yaitu perkembangan kognitif. Struktur
kognitif menurut Piaget adalah proses mengolah informasi dan
mengorganisasikan dari lingkungan (Slavin, 2008).
Kognitif merupakan hasil pembentukan adaptasi biologis.
Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi yang konsisten antara
individu dan lingkungan melalui poses organisasi dan adaptasi.
Tahap organisasi merupakan proses penataan segala sesuatu yang ada
dilingkungan sehingga diketahui dan dikenali, sedangkan tahap adaptasi
14
merupakan penyesuaian dengan lingkungan. Bentuk adaptasi berupa
asimilasi dan akomodasi (Mulyati, 2004).
Sebelum melakukan asimilasi dan akomodasi hal yang utama
adalah pembentukan skema. Skema adalah pola-pola perilaku dan
pemikiran yang akan digunakan untuk menghadapi dan bertindak dengan
lingkungan (Slavin, 2008). Skema merupakan hasil dari interaksi yang
berupa konstruksi hipotesis, seperti intelegensi, kreativitas, kemampuan,
dan naluri (Monks, Knoers, & Haditono, 1990).
Piaget menjelaskan bahwa akomodasi merupakan salah satu
proses di mana konstruksi pengetahuan terjadi. Dalam akomodasi anak-
anak memodifikasi/mengadaptasi skema-skema yang telah dimiliki dengan
informasi baru. Contohnya, memisahkan mobil dari jenis kendaraan
lainnya. Sedangkan asimilasi adalah salah satu proses di mana konstruksi
pengetahuan terjadi. Dalam asimilasi, anak-anak mengevaluasi dan
mencoba memahami informasi baru berdasarkan skema-skema yang telah
dimiliki. Contohnya, semua kendaraan beroda empat adalah mobil
(Upton, 2012).
Tahap perkembangan kognitif anak meliputi empat tahap
diantaranya adalah tahap sensorimotor, praoperasional, operasional
konkret, dan operasional formal. Anak usia prasekolah 4-6 tahun berada
pada tahap praoperasional, tahapan ini merupakan tahapan kedua dari
empat tahapan (Santrock, 2007).
15
Piaget mengatakan bahwa pada tahap ini penambahan dan
pengurangan dalam hitung-hitungan merupakan aktivitas yang tidak
mudah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara
lain egosentrisme, ketidakmatangan pikiran, ide atau gagasan tentang
sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang
anak wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu
dan kebingungan tentang identitas orang dan objek (Muscari, 2001).
Pemikiran praoperasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan
tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah
operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam
tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek
dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris,
anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan
semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda (Adriana, 2011).
Piaget menjelaskan bahwa pada tahap pemikiran praoperasional
seorang anak dibagi menjadi dua yaitu subtahap simbolis dan subtahap
pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolis adalah tahap di mana anak-
anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental
suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolis seperti itu
disebut fungsi simbolis, dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat
dunia mental anak. Contohnya, anak-anak menggunakan desain coret-coret
16
untuk menggambarkan manusia, mobil, rumah, awan, dan lainnya
(Santrock, 2002).
Subtahap intuitif merupakan tahap dimana anak-anak mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas
semua bentuk pertanyaan. Piaget menyebut periode waktu ini intuitif
karena anak-anak yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka,
tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui
itu. Maksudnya, mereka mengatakan mengetahui sesuatu, tetapi
mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Contohnya, bila
anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu seperti
ayam bertelur, jadi semua binatang juga bertelur (Santrock, 2002).
Bidang kognitif pada anak prasekolah sesuai dengan Kurikulum
Taman Kanak-Kanak 2010 dibagi menjadi tiga bidang yaitu bidang
pengetahuan,umum dan sains. Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola,
konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Bidang pengembangan
konsep bentuk, warna, ukuran dan pola merupakan bidang kemampuan
dimana anak dapat mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk, warna atau
ukurannya berdasarkan fungsi, ciri-ciri, dan jenisnya. Kemampuan yang
berhubungan dengan pengembangan konsep diantaranya adalah dapat
memilih dan mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukurannya
(Sujiono, 2009). Adapun dalam penelitian ini bidang kognitif yang akan
diteliti adalah konsep bentuk dan warna.
17
Perkembangan kognitif terjadi sangat pesat dimulai dari anak-anak
sampai remaja. Usia prasekolah saat 4-6 tahun perkembangan otak anak
mencapai 50%, sedangkan puncak perkembangan intelegensi tercapai pada
remaja akhir. Perkembangan akan mencapai angka 100% terjadi pada usia
8-10 tahun (Combs et al., 2011) .
Soetjningsih (2002) mengatakan bahwa perkembangan kognitif
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor genetik,
kondisi anak, dan motivasi.
a. Faktor genetik
Kecerdasan mempunyai kontribusi terhadap laju perkembangan
kognitif anak. Anak yang memiliki IQ tinggi akan menunjukkan
perkembangan kognitif yang lebih cepat dibandingkan dengan anak
dengan IQ normal atau dibawah normal. Hal tersebut didukung oleh
penelitian yang dilakukan Heidrun Stoeger et al di Jerman, mengatakan
bahwa saat masa-masa awal individu memiliki kemampuan kognitif yang
baik. Maka hal tersebut akan di bawa sampai masa-masa berikutnya.
Sebaliknya, jika pada masa-amasa awal individu memiliki kemampuan
kognitif yang buruk. Maka dapat diprediksi masa-masa berikutnya pun
akan seperti itu (Stoeger et al., 2008)
b. Kondisi anak
Tingkat status nutrisi anak akan mempengaruhi perkembangan
kognitif anak, apabila anak dalam status gizi yang buruk maka
perkembangan sel dan neuron otak akan terhambat. Hal tesebut didukung
18
oleh penelitian yang dilakukan Regina et al di Amerika, menyebutkan
bahwa anak-anak yang berada di kondisi kemiskinan memiliki efek pada
akademik yang buruk, dibandingkan dengan anak-anak yang berkebutuhan
cukup dalam segala hal (Milteer, Ginshburg, & Mulligan, 2011). Kondisi
kecacatan mental (retardasi mental) pada anak pun akan memperlambat
proses kognitif pada anak. Selain itu, kematangan dari struktur organ-
organ seperti otak, alat persepsi, dan sistem motorik dapat berkontribusi
dalam perkembangan kognitif anak. Secara garis besar kondisi anak yaitu
mewakili dari kondisi fisik anak secara menyeluruh.
c. Motivasi
Adanya stimulus dan dukungan baik dari keluarga atau lingkungan
sekitar, akan membuat anak semakin semangat dalam melakukan hal-hal
yang baik terutama dalam konteks belajar. Hal tersebut didukung dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Ambartanti, 2009) yang mengatakan
bahwa salah satu contoh dalam pemberian motivasi adalah dengan
pemberian reinforcement positif jika anak sudah mampu melakukan hal
yang terpuji.
3. Media Lotto Warna dan Bentuk
a. Definisi Lotto warna dan bentuk
Brentz menyatakan “ciri utama dari media menjaditiga unsur
pokok yaitu suara, visual dangerak. Visual dibedakan menjadi tiga
yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang merupakan suatu
kontinum dari bentuk yang dapat di tangkap dengan indera
19
penglihatan”. Dari ciri utama media proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan terarah karena media dapat digunakan oleh guru yang
lebih penting dapat pula digunakan oleh siswa dalam belajar. Sebagai
penyalur pesan dalam hal-hal tertentu media juga dapat mewakili guru
menyampaikan informasi secara teliti, jelas dan menarik (Sadiman,
2006).
Lotto adalah salah satu bentuk media visual dibuat dari
triplek yang terdiri dari papan lotto berukuran 17,5 x 17,5 cm, 9 kartu
lotto. Papan lotto dibuat 9 bagian yang masing- masing bagian
ditempeli dengan bentuk gambar dan warna yang berbeda yang dapat
digunakan secara perorangan atau kelompok oleh anak usia 4 tahun ke
atas untuk membantu mengembangkan daya konsentrasi dan daya
pengamatan anak (Eliyawati, 2005).
Menurut Sujiono (2005) adapun kelebihan media lotto
adalah sebagai berikut:
1) Mampu merangsang perkembangan syaraf kognitif anak.
2) Mampu mengembangkan kemampuan anak dalam memecahkan
Suatu masalah
2) Dapat menjalin kerjasama dan bersosialisasi dengan teman kelom-
Poknya karena dapat di mainakn dengan individu maupun
kelompok
4) Mengembangkan kemampuan anak dalam membedakan warna dan
yang ada pada media lotto (melatih intelektual).
20
5) Mampu mengembangkan edukasi anggota tubuh baik tangan atau
jari,mata.
6) Membiasakan anak bersosialisasi dengan teman-temannya karena
permainan ini dapat dilakukan perorangan dan kelompok.
b. Cara penggunaan media lotto adalah sebagai berikut.
1) Perkenalkan pada anak terlebih dahulu tentang media Lotto yang
sudah di siapkan sebelumnya lotto yang berisi berbagai macam warna,
bentuk, gambar, dan angka sesuai dengan konsep pembelajaran yang
akan diterapkan yang ada di papan lotto..
2) Cara memainkan permainan ini adalah dengan mencampur aduk kartu
3) Mintalah anak untuk menyusun kartu lotto pada papan lotto sesuai
dengan gambar, bentuk, warna dan angka yang ada pada papan lotto.
4) Berikan penjelasan singkat tentang cara permainan Lotto. Misal ada 1
pemain, si "A". Si "A" mendapat giliran pertama, dia harus
mengambil papan lotto dan melihat gambar yang ada pada papan lotto
setelah iu dia mencari gambar yang sama pada kartu lotto setelah
menemukan gambar yang sama Si "A” memasangkannya pada papan
lotto, sehingga papan lotto dipasangkan dengan kartu lotto menjadi
sempurna. Jika misalnya papan lotto yang diambil adalah berupa
konsep bentuk, warna dan angka Si “A” bisa menyesuaikan dengan
materi pada saat itu (Eliyawati, 2005).
Selama kegiatan belajar mengajar di TK Pertiwi Kalikidang,
media atau alat untuk menunjang pelajaran siswa sangat terbatas.
21
Pengajaran yang dilakukan oleh guru di kelas masih menggunakan
teknik tradisional yaitu berupa pengajaran menggunakan papan tulis.
Pada masa prasekolah alat permainan edukatif salah satunya seperti
media lotto sangatlah dibutuhkan untuk menunjang dan menstimulasi
perkembangan otak anak (Sudono, 1995).
Hal tersebut didukung oleh pendapat Zaman and Eliyawati
(2005) yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan berbagai
potensi yang dimiliki anak secara optimal dapat menggunakan alat
permainana edukatif. Hal tersebut dimaksudkan untuk
terselenggaranya pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.
Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Tekin
G et al di Turki, menyebutkan bahwa belajar yang dilakukan dengan
media permainan dapat menjadi alat komunikasi utama dalam proses
pendidikan untuk anak-anak. Sehingga anak-anak akan lebih mudah
menyerap pelajaran dengan optimal (Tekin & Sezer, 2010).
Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
Artur M di USA, menyebutkan bahwa pengembangan proses kognitif
dapat dibantu oleh perantara atau media yang unik. Salah satu yang
disebutkan dalam penelitian tersebut yaitu mainan robotic. Sama
halnya dengan media domino yang menarik minat siswa dalam proses
belajar, pada mainan robotic ini sudah diprogram khusus untuk
membantu belajar anak seperti menggambar, membaca buku atau pun
22
melukis. Sehingga pengasuh atau orangtua lebih efisien dalam
mengajarkan anak-anak dalam belajar (Arsenio, 2005).
B. Kerangka Teori
Gamabar 2.1 Kerangka teori pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif anak prasekolah Slavin (2008), Eliyawati (2005), Suryabrata (2001), Sujiono (2005),Sujiono (2009), Santrock (2007), Berman et al., (2008), Wong et al., (2008).
Faktor Kognitif:GenetikKondisi anakMotivasi
Anak Usia Prasekolah
PerkembanganKognitif
Media Lotto
KemampuanKognitif :PengetahuanPemahaman
23
B. Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan
diteliti, kerangka konsep ini terdiri dari varibael bebas (independen)
dan variabel terikat (dependen). Adapun kerangka konsep dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel dependen
Variabel Confuding
b. Motivasi
c. Kondisi anak (Tumbuh kembang
dan kondisi fisik)
Gamabar 2.2 Kerangka konsep pengaruh media lotto terhadap perkemabgan kognitif anak usia Prasekolah
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Media lottoPerkembangan kognitif anak usia prasekolah
a. Genetik(Usia dan jenis kelamin)
24
C. Hipotesis
Arikunto (2006) menjelaskan bahwa hipotesis adalah
sebagai dugaan sementara yang kebenrannya harus diuji. Terdapat dua
macam hipotesis yaitu hipotesis statistik atau biasa disebut sebagai
hipotesis nol (Ho), dan hipotesis kerja atau disebut juga hipotesis
alternatif (Ha). Hipotesis penelitian merupakan perkiraan atau
jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan dan perlu
dibuktikan kebenarannya, dan akan terjawab dalam hasil penelitian
(Notoatmodjo, 2002). Adapun hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :
Ha : Ada pengaruh antara media lotto warna dan bentuk terhadap
Perkembangan kognitif anak usia prasekolah di TK Pertiwi
Kalikidang.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Quasi
Experiment with Nonequivalent Control Group Design karena pada desain ini
terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kemudian
dilakukan pre test terlebih dahulu terhadap perkembangan kognitif anak
prasekolah pada kedua kelompok tersebut dan diikuti intervensi (X) pada
kelompok eksperimen. Setelah beberapa waktu kemudian dilakukan posttest
pada kedua kelompok tersebut dan untuk kelompok kontrol dan eksperimen
tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012).
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Kelompok eksperimen 01 X 02
Kelompok kontrol 03 04
Keterangan :
01 : Nilai pretest sebelum diberikan intervensi
02 : Nilai posttest sesudah diberikan intervensi
X : Intervensi (Mengenalkan media lotto)
03 : Nilai pretest pada kelompok kontrol
04 : Nilai postest pada kelompok kontrol
25
26
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa TK Pertiwi
Kalikidang Sokaraja Banyumas, dengan jumlah sebanyak 60 anak.
2. Sampel
Penelitian ini menggunakan total sampling. Total sampling adalah
metode pengambilan sampel dengan cara mengambil seluruh dari populasi
TK yang berjumlah 60 anak dengan rentang usia 4-6 tahun yang terdiri
dari 30 anak kelompok B1 dan 30 anak kelompok B2. Alasan penggunaan
metode ini didasarkan pada survey pendahuluan. Supaya hasil penelitian
sesuai denggan tujuan, maka penentuan sampel yang dikehendaki harus
sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan. Kriteria ini berupa inklusi
dan ekslusi. Kriteria inlusi adalah batasan karakter/ciri umum pada subjek
penelitian, sedangkan kriteria ekslusi adalah sebagian subjek yang
memenuhi kriteria inklusi yang dikeluarkan dari penelitian karena dapat
mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias (Saryono, 2011).
1. Kriteria Inklusi
Menurut Notoatmodjo (2010), kriteria inklusi adalah kriteria atau
ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat
diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
27
a. Usia anak adalah antara 4-6 tahun.
b. Siswa yang bersekolah di TK Pertiwi Kalikidang dibuktikan
dengan daftar absensi siswa.
c. Orang tua klien bersedia anaknya menjadi responden.
2. Kriteria Eksklusi
a. Anak dalam kondisi sakit.
b. Anak dalam kondisi cacat tubuh seperti patah tulang
d. Anak yang sedang dirawat di rumah sakit dibuktikan dengan surat
Sakit dokter.
C. Waktu dan Tempat Peneltian
Penelitian dilakukan pada bulan April 2015, yang berlokasi di TK
Pertiwi Kalikidang Sokaraja Banyumas.
D. Variabel Penelitian
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari variabel
independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau nilainya
menentukan variabel lain biasanya dimanupulasi, diamati dan diukur
untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain
(Nursalam, 2009). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel
bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah media lotto warna dan bentuk.
28
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain.Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari
variabel bebas terhadap perubahan. Variabel bebas dalam penelitian
terkait ini adalah perkembangan kognitif.
29
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Variabel Definisi variabel Cara ukur Alat ukur hasil ukur skala ukur
Variabe Karakteristik
Umur Umur anak di hitung Angket Kuisioner Umur dalam Rasio Dari tgl lahir hingga tahun Pengambilan data
Jenis Untuk membedakan Angket Kuisioner 1. Laki-laki Nominal Kelamin laki-laki dan perem 2. Perempuan
Puan.Variabel Dependen
Perkem- Tingkat pengetahuan observasi Lembar Hasil pengukuran Ordinal bangan dan pemahaman anak observasi dinyatakan dengan kognitif dalam mengklasi- skor 1-4. usia pra fikasi ,menyebutkan, 1=Belum sekolah memasangkan kartu berkembang
lotto 2=Mulai berkembang
3=Berkembang Sesuai harapan
4=Berkembang Sangat baik
Variabel Independen
Media Alat permainan Intervensi Alat permainan - -lotto edukatif,berbentuk lotto
media visual yang terdiri dari papan
lotto berukuran 17,5 x 17,5 cm dan terdiri 9 bagian yang masing-masing bag-ian terdiri dari ben-tuk gambar dan warna yang berbeda
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Nursalam, 2009). Peneliti sebelum melakukan
30
pengumpulan data, perlu melihat alat ukur pengumpulan data agar dapat
mendukung dan memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2007)
Instrumen yang digunakan untuk mengukur perkembangan kognitif
adalah dengan menggunakan lembar observasi yang disesuaikan dengan
perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Lembar observasi tersebut
berisi butir-butir pertanyaan berupa pengetahuan dan pemahaman tentang
media lotto, sehingga anak lebih mudah untuk memahami butir-butir
pertanyaan observasi tersebut. Pada penelitian ini, jenis observasi yang
digunakan yaitu observasi terstruktur karena dapat mengamati kegiatan
siswa secara langsung dan telah dirancang secara sitematis, tentang apa
yang diamati, kapan dan dimana tempatnya (Sugiyono, 2012).
Alat penilai yang di gunakan adalah menggunakan Rating scale dengan
skala 1-4 (Saryono, 2011).
Karena dalam penilaian perkembangan kognitif anak usia prasekolah
untuk mengetahui perkembangan kognitifnya di nilai dengan skor 1-4
dengan ketentuan sebagai berikut :
1 : Belum berkembang
2 : Mulai berkembang
3: Berkembang sesuai harapan
4 : Berkembang sangat baik
31
G. Validitas dan Reabilitas Instrumen
1. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat instrumen
benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo, 2002).
Adapun uji validitas yang digunakan yaitu validitas isi. Validitas isi
merupakan suatu uji yang menanyakan setiap butir pertanyaan kepada
ahlinya (guru kelas). Sehingga pertanyaan tersebut sudah memenuhi
kriteria yang akan diujikan kepada responden. Alat pengukur yang akan
digunakan oleh peneliti yaitu berupa lembar observasi yang berisikan
sebanyak 10 butir pertanyaan yang mengacu pada kurikulum KTSP
(Kurikulum tingkat satuan pendidikan) pelajaran yang akan diberikan
untuk siswa TK Pertiwi Kalikidang.
2. Realibilitas
Reabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Saryono, 2011). Penelitian ini tidak melakukan uji reabilitas lagi,
karena instrumen yang digunakan untuk penilaian dalam penelitian
ini merupakan instrumen baku. Berdasarkan uji reabilitas yang telah
dilakukan, koefisien kesepakatan memiliki konsistensi yang baik
dengan koefisien sebesar 1 artinya instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini reliable untuk di gunakan ( Julianto, 2012)
32
H. Mekanisme Penelitian dan Teknik Pengumpulan data
1. Tahap Persiapan
a. Permohonan ijin kepada pihak program studi ilmu keperawatan
jurusan keperawatan untuk melakukan studi pendahuluan, kemudian
peneliti meminta ijin kepada Unit Pendidikan Kecamatan (UPK)
Sokaraja setelah itu peneliti meminta ijin kepada Kepala sekolah TK
Pertiwi Kalikidang untuk melakukan studi pendahuluan dan
wawancara pada Kepala sekolah.
b. Mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian
c. Pembuatan proposal penelitian yang dilanjutkan dengan pengajuan
proposal penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti memohon surat izin penelitian kepada jurusan
Keperawatan
b. Peneliti akan mengumpulkan data primer dan data sekunder
c. Peneliti akan menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi. Kemudian peneliti memberikan informed consest
kepada responden.
d. Pemberian pre-test hari pertama bidang pengembangan kognitif
yaitu mengenal warna, mencocokkan warna dan bentuk geometri
diberikan kepada tiap responden pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen, dalam sehari pemberian pre-test selama 10
menit pada tiap responden dari kelompok kontrol dan kelompok
33
eksperimen dalam sehari pre-test di berikan kepada 10 responden,
masing-masing 5 responden dari kelompok kontrol dan 5
responden dari kelompok eksperimen. Pre-test dilakukan selama 6
hari per 60 responden dalam sehari diberikan pada 10 responden
e. Melakukan intervensi dengan mengenalkan media lotto warna
dan bentuk secara bersamaan pada seluruh responden kelompok
eksperimen terhadap 5 responden di berikan pada hari pertama
setelah pre-test di lakukan. Perlakuan di berikan selama 15 menit.
f. Pemberian post-test kepada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen di hari kedua bidang pengembangan kognitif masing
masing 5 responden dari kelompok kontrol dan 5 responden dari
kelompok eksperimen. Tiap responden di berikan selama 10 menit.
Post-test di lakukan selama 6 hari per 60 responden, dalam sehari
di berikan kepada 10 responden.
g. Semua data dikumpulkan, dihitung kemudian dilakukan analisis
statistik menggunakan komputerisasi
3. Pengumpulan data terakhir
Semua data dikumpulkan, dihitung kemudian dilakukan analisis
statistik menggunakan komputerisasi
4. Teknik Pengumpulan data
1. Jenis data
a. Data Primer
34
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Pada
penelitian ini, data primernya berupa hasil nilai tes prestasi
sebelum dan setelah diberikan intervensi oleh peneliti
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung,
dengan cara melihat dokumen yang ada di institusi terkait. Dalam
penelitian ini data sekunder di peroleh dari data absensi siswa di
TK Pertiwi Kalikidang
I. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Proses pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap,
yaitu :
a. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa kembali lembar observasi yang
digunakan dalam penelitian ini. Tujuanya adalah untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan kesalahan pengisian.
b. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden ke dalam
kategori. Klasifikasi data merupakan usaha untuk menggolongkan,
mengelompokan dan memilah data berdasarkan klasifikasi tertentu
untuk memudahkan dalam menguji hipotesis (Saryono, 2011). Peneliti
memberikan tanda pada masing-masing kolom dengan kode berupa
angka huruf atau simbol lainnya untuk mempermudah pembacaan hasil
35
dari pengklasifikasian dimasukan dalam tabel. Coding dilakukan pada
variabel karakteristik jenis kelamin yaitu :
Kode 1 :Llaki – laki
Kode 2 : Perempuan
c. Scoring
adalah memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu
diberi penilaian atau skor.
Pada variabel perkembangan kognitif skor yang diberikan adalah 1- 4
dengan ketentuan :
Skor 1 : Belum berkembang
Skor 2 : Mulai berkembang
Skor 3 : Berkembang sesuai harapan
Skor 4 : Berkembang sangat baik
d. Memasukan data (Data Entry)
Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Cara lain yaitu
jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”
(angka atau huruf) dimasukan kedalam program atau software
komputer seperti SPSS (Notoatmodjo, 2010). Jawaban-jawaban yang
sudah diberi kode kategori kemudian dimasukan dalam tabel dengan
cara menghitung frekuensi data. Peneliti memasukan data dengan cara
melalui pengelolahan computer berdasarkan kriteria yang sudah ada.
36
e. Tabulasi data
Tabulasi data merupakan kelanjutan dari entry data dan disajikan dalam
bentuk grafik dan tabel.
f. Cleaning
Data yang berasal dari sumber data atau responden selesai dimasukan,
harus dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-
kesalahan kode, ketidaklengkapan, kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa data univariat dilakukan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi
dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis
univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik anak meliputi umur, jenis, kelamin, perkembangan
kognitif sebelum dan sesudah di berikan perlakuan media lotto.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Terdapat uji parametric dan uji non
parametric pada analisa bivariat (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian
ini untuk menganalisis pengaruh media lotto terhadap perkembangan
kognitif pada kelompok eksperimen dan kontrol peneliti menggunakan
37
uji statisitik non parametic untuk menguji hipotesis komparatif dua
sampel yang berkorelasi karena datanya berbentuk ordinal (berjenjang)
yaitu untuk mengetahui perubahan selisih nilai angka positif dan
negatif pada kedua kelompok tersebut. Peneliti menggunakan uji
wilcoxon match pairs test digunakan untuk mengukur besarnya selisih
nilai angka antara positif dan negatif sebelum dan sesudah intervensi.
Karena sampel dari kedua kelompok tersebut > 25 maka distribusinya
normal. Derajat kepercayaan yang dipakai adalah 95% dengan
ketentuan jika (p value) > 0,05 maka Ho diterima, sedangkan jika
probabilitas (p value) <0,05 maka Ho ditolak.
Rumus uji Wilcoxon match pairs test jika berdistribusi normal adalah
sebagai beikut :
Rumus :
Keterangan :
T = Jumlah jenjang / ranking yang kecil
n = Jumlah pasangan yang di jenjangkan
38
T - Untuk sampel yang berukuran kecil, n < 25 bandingkan Z dengan
Ztabel dari dari daftar uji tanda atau sign test
-Untuk sampel yang berukuran besar, n ≥ 25 maka distribusinya
akan mendekati distribusi normal dan mendekati pendekatan
normal
Kesimpulan signifikansi dapat dilihat dari diterima tidaknya
Ho sebagai berikut:
Ho ditolak jika p value > 0,05 atau z hitung > z tabel (df= n-2)
Ha diterima jika p value > 0,05 atau z hitung < z tabel (df=n-2)
J . Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007) Masalah etika dalam penelitian keperawatan
merupakan masalah yang penting mengingat penelitian akan berhubungan
langsung dengan manusia. Oleh karena itu, penelitian harus
memperhatikan hak asasi manusia. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
menyangkut etika penelitian antara lain:
1. Informed Consent(Lembar persetujuan)
Pada penelitian ini, peneliti menegakkan etika penelitian berupa
informed consent dengan cara meminta persetujuan untuk menjadi
responden. Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden
kepada orang tua siswa dan siswa, permohonan menjadi responden di
berikan kepada orang tua siswa selaku wali murid dan persetujuan di
berikan kepada siswa.
39
2. Anonimity (Tanpa nama)
Anonimity merupakan masalah etika dalam penelitian dengan tidak
memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya menuliskan
kode pada lembar observasi.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality merupakan masalah etika dengan menjamin
kerahasiaan dari hasil penelitian. Semua informasi atau data dari
responden akan dijamin kerahasiaannya.
4. Right to justice (Prinsip keadilan )
Responden diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan
sesuadah keikutsertaannya dalam penelitian pada kelompok kontrol
maupun kelompok eksperimen dengan tidak mendiskriminasi semua
kelompok. Pemberian media lotto pada kelompok intervensi diberikan
selama penelitian, untuk pemberian lotto pada kelompok kontrol
diberikan setelah penelitian selesai dilakukan.
.
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang
dilakukan di TK Pertiwi Kalikidang dengan pengambilan data menggunakan
kuesioner dilakukan dengan observasi sebanyak 60 responden yang terbagi 30
responden kelompok kontrol dan 30 responden kelompok intervensi,
diperoleh hasil sebagai berikut ini:
d. Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Tabel 4.1 Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Karakteristik respondenIntervensi Kontrol
f (30) % f (30) %
Umur Mean + SD Min + Max
5,40 + 0,5634 + 6
5,43 + 0,5045 + 6
Jenis kelamin
Laki-laki 20 66,7 16 53,3
Perempuan 10 33,3 14 46,7
Jumlah 30 100 30 100,0
Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata umur responden kelompok
intervensi adalah 5,40 tahun dengan nilai standar deviasi 0,563 dan nilai
umur terendah adalah 4 tahun sedangkan umur tertinggi adalah 6 tahun.
Pada kelompok kontrol umur rata-rata adalah 5,43 tahun dengan nilai
standar deviasi 0,504 dan umur terendah adalah 5 tahun sedangkan umur
40
41
tertinggi adalah 6 tahun. Jenis kelamin kelompok intervensi dan kontrol
didominasi oleh laki-laki yaitu kelompok intervensi sebanyak 20 siswa
dan kelompok kontrol 16 siswa.
e. Perkembangan kognitif siswa sebelum dan sesudah di kenalkan media
lotto .
Tabel 4.2 Perkembangan Kognitif Siswa Sebelum Dan Sesudah Di Kenalkan Media Lotto .
Perkembangan kognitif Sebelum Sesudah Selisih
Kelompok intervensiMean + SDMin + Max
29,50+3,8721+ 37
36,37+ 1,7732+ 39
6,87
Kelompok kontrolMean + SDMin + Max
27,43+ 3,8919 + 32
29,23 + 3,3722+ 34
1,8
Tabel 4.2 menunjukan bahwa nilai rata-rata perkembangan kognitif pada
kelompok intervensi sebelum dikenalkan media lotto sebesar 29,50
dengan standar deviasi 3,87 dan nilai minimal sebesar 21 serta maksimal
sebesar 37, sedangkan sesudah dikenalkan media lotto diperoleh nilai
rata-rata sebesar 36,37 dengan nilai standar deviasi sebesar 1,77 dan nilai
minimal 32 serta nilai maksimal 39. Nilai rata-rata perkembangan
kognitif pada kelompok kontrol sebelum dikenalkan media lotto sebesar
27,43 dengan standar deviasi 3,89 dan nilai minimal sebesar 19 serta
maksimal sebesar 32, sedangkan sesudah dikenalkan media lotto
diperoleh nilai rata-rata sebesar 29,23 dengan nilai standar deviasi
sebesar 3,37 dan nilai minimal 22 serta nilai maksimal 34.
42
f. Pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif.
Tabel 4.3 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Pengaruh Media Lotto Terhadap Perkembangan Kognitif.
Perkembangan kognitif n p value
Kelompok intervensi 30 0,000
Kelompok kontrol 30 0,001
Tabel 4.3 menunjukan hasil analisis uji Wilcoxon Signed Ranks Test
dengan nilai p value sebesar 0,000, artinya ada pengaruh media lotto
terhadap perkembangan kognitif siswa pada kelompok intervensi dan
nilai p value sebesar 0,001, artinya ada pengaruh media lotto terhadap
perkembangan kognitif siswa pada kelompok kontrol.
B. Pembahasan
a. Karakteristik siswa berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata umur
responden kelompok eksperimen adalah 5,40 tahun sedangkan pada
kelompok kontrol umur rata-rata adalah 5,43 tahun. Perkembangan
tingkat kognitif atau taraf intelegensi seseorang sangat pesat pada usia
prasekolah dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi
tidak mengalami penurunan, hanya penerapannya saja yang berbeda hal
ini dikarenakan pada usia diatas 65 tahun kemampuan alat indera
mengalami penurunan (Raden, 1999 dalam Apriana 2009).
43
Anak mulai terjadi perkembangan dari aspek sosial, emosional,
dan intelektual yang berkembang pesat saat anak memasuki usia
prasekolah (3-6 tahun) dan bisa disebut dengan golden age. Masa
prasekolah adalah masa dimana kognitif anak mulai menunjukkan
perkembangan dan anak telah mempersiapkan diri untuk memasuki
sekolah (Hidayat, 2005).
Jenis kelamin kelompok intervensi dan kontrol didominasi oleh
laki-laki yaitu kelompok ekperimen sebanyak 20 siswa dan kelompok
kontrol 16 siswa. Pada perkembangan kognitif jika dilihat dari aspek
jenis kelamin tidak ada perbedaannya antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini karena perkembangan kognitif anak ditentukan oleh stimulus dan
pengalaman yang mereka peroleh sebelum memasuki usia pra sekolah.
Hasil penelitian Pambudiono (2013) menunjukan bahwa tidak ada
perbedaan secara signifikan dalam aspek kemampuan berpikir pada siswa
laki-laki dan siswa perempuan.
b. Perkembangan kognitif siswa sebelum dan sesudah di kenalkan media
lotto .
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rata-rata
perkembangan kognitif pada kelompok intervensi sebelum dikenalkan
media lotto sebesar 29,50, sedangkan sesudah dikenalkan media lotto
diperoleh nilai rata-rata sebesar 36,37. Hasil analisis menunjukan adanya
peningkatan perkembangan kognitif pada kelompok intervensi setelah
dikenalkan media lotto dengan selisih perubahan skor sebesar 6,87.
44
Adanya peningkatan kemampuan kognitif pada responden terlihat
selama proses kegiatan pengenalan media lotto berlangsung. Sebelum
dijelaskan tentang media lotto anak-anak belum terbiasa dengan
penggunaan media lotto, sehingga mereka kesulitan selama kegiatan.
Anak-anak sudah mulai terbiasa dengan kegiatan yang dilaksanakan
setelah peneliti mengenalkan seperti apa itu media lotto, sehingga
membuat responden lebih mudah dalam melakukaknnya. Sebagian besar
anak mengaku senang dengan kegiatan yang dilakukan.
Sujiono, (2005) menyatakan bahwa media lotto memiliki
kelebihan yaitu mampu merangsang perkembangan syaraf kognitif anak.
Media Lotto mampu mengembangkan kemampuan anak dalam
memecahkan suatu masalah. Media lotto dapat menjalin kerjasama dan
bersosialisasi dengan teman kelompoknya saat memainkan media lotto.
Kemampuan anak dapat dikembangkan dalam membedakan warna yang
ada pada media lotto (melatih intelektual). Anak mendapatkan edukasi
anggota tubuh baik tangan atau jari dan mata melalui media lotto. Anak
dapat terbiasa bersosialisasi dengan teman-temannya karena permainan
ini dapat dilakukan perorangan dan kelompok.
Lotto merupakan media visual yang mampu membantu anak
dalam meningkatakan aspek perkembangan kognitif dalam mengenal
warna dan bentuk (Suryaningrum, 2012). Menurut Rostika dan Sugianto
(2013) bahwa kemampuan kognitif merupakan salah satu bidang
pengembangan yang ada di TK. Pengembangan kemampuan ini
45
diarahkan agar anak mampu menyelesaikan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-harinya, mengembangkan daya ciptanya dan mengenal
kondisi-kondisi yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Nilai rata-rata perkembangan kognitif pada kelompok kontrol
sebelum dikenalkan media lotto sebesar 27,43, sedangkan sesudah
dikenalkan media lotto diperoleh nilai rata-rata sebesar 29,23. Hasil
analisis menunjukan adanya peningkatan perkembangan kognitif pada
kelompok kontrol setelah dikenalkan media lotto dengan selisih
perubahan skor sebesar 1,8. Kemampuan kognitif seorang anak dapat
diobservasi dari kemandirian dan kemampuannya dalam pembelajaran
seperti media lotto. Pada kelompok kontrol mereka tidak mendapatkan
perlakuan yang sama seperti kelompok intervensi. Hasil observasi dan
analisis menunjukan adanya perubahan nilai rata-rata kemampuan
kognitif walaupun tidak besar seperti pada kelompok intervensi.
Hal ini dikarenakan anak pada kelompok kontrol sering
mendapatkan stimulus sebelum mereka memasuki usia pra sekolah.
Adanya stumulus memberikan pengalaman dan pembelajaran yang lebih
sehingga secara tidak langsung akan membantu perkembangan anak.
Menurut Utami (2009) bahwa pengalaman belajar yang diperlukan usia
prasekolah diantaranya mengenal warna, mengerti kata sifat, mengenal
huruf dan angka, berhitung sederhana, mengerti perintah sederhana, dan
mengenal bentuk suatu objek.
46
Yusiana dan Herenita (2012) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa perkembangan kognitif yang baik pada anak disebabkan karena
taraf intelegensi atau kognitif sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan
pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya. Lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan tempat tinggal dan juga lingkungan
sekolah yang turut membentuk perkembangan kognitif anak tersebut.
c. Pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh media
lotto terhadap perkembangan kognitif siswa pada kelompok intervensi (p
value 0,000) maupun kelompok kontrol (p value 0,001). Pada hasil
analisis menunjukan bahwa pengaruh terhadap peningkatan skor
perkembangan kognitif dengan perbedaan selisih skor yaitu kelompok
intervensi sebesar 6,78 sedangkan kelompok kontrol sebesar 1,8. Hal
tersebut menunjukan bahwa pengenalan media lotto dapat digunakan
sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Kemampuan kognitif pada masa anak-anak harus terus dikembangkan
sehingga kemampuan intelektual dan mental dapat berkembang. Jika
seorang anak telah memiliki kemampuan kognitifnya tentu dia akan
mampu mengembangkan kemampuan lain setelah mengikuti jenjang
pendidikan selanjutnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Julianto (2014)
bahwa ada pengaruh penggunaan media lotto warna terhadap
kemampuan kognitif pada anak kelompok A di TK PKK I Gintungan.
47
Hasil ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Suryaningrum (2013) bahwa
ada pengaruh media loto warna dan bentuk berpengaruh terhadap
kemampuan kognitif anak dalam mengenal warna dan bentuk.
C. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu responden dalam penelitian
memiliki kemampuan daya ingat yang berbeda-beda sehingga ada
kemungkinan data yang diperoleh terjadi recall bias, baik karena lupa atau
responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat apa yang sudah
diberikan oleh peneliti. Oleh karena itu jika dilokasi penelitian waktunya
memungkinkan sebaiknya dalam penelitian ini di lakukan dalam satu waktu
untuk pretest, intervensi dan posttes supaya responden tidak cenderung
mengingat apa yang sudah diberikan oleh peneliti.
.
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas maka dapat
disimpulkan sebagai berikut ini:
1. Rata-rata umur responden kelompok eksperimen adalah 5,40 tahun sedangkan
pada kelompok kontrol umur rata-rata adalah 5,43 tahun. Jenis kelamin
kelompok intervensi dan kontrol didominasi oleh laki-laki yaitu kelompok
intervensi sebanyak 20 siswa dan kelompok kontrol 16 siswa.
2. Nilai rata-rata perkembangan kognitif pada kelompok intervensi sebelum
dikenalkan media lotto sebesar 29,50, sedangkan sesudah dikenalkan
media lotto diperoleh nilai rata-rata sebesar 36,37. Nilai rata-rata
perkembangan kognitif pada kelompok kontrol sebelum dikenalkan media
lotto sebesar 27,43, sedangkan sesudah dikenalkan media lotto diperoleh
nilai rata-rata sebesar 29,23.
3. Ada pengaruh media lotto terhadap perkembangan kognitif siswa (dengan nilai p
value sebesar 0,000 kelompok intervensi dan p value 0,001 kelompok
kontrol).
B. Saran
49
1. Bagi Kepala TK Pertiwi Kalikidang
Diharapkan kepala TK Pertiwi Kalikidang suppaya mensosialisasikan
pada semua guru, tentang pentingnya penerapan metode yang tepat dalam
pembelajaran, salah satu metode yang di gunakan yaitu permainan agar.
Selain sebagai permainan, media lotto juga mampu meningkatkan
kemampuan kognitif anak.
2. Bagi Orang Tua
Diharapkan orang tua dan masyarakat umum, dapat menggunakan media
Lotto untuk membantu menstimulasi kemampuan kognitif bagi anak.
Terutama dalam mengenal warna dan bentuk geometri.
3. Bagi Keperawatan
Profesi perawat memegang peran penting dalam stimulasi tumbuh
kembang anak. Salah satunya adalah stimulasi tentang peningkatan
perkembangan kognitif anak. Media Lotto dengan berbagai macam
warna dan dipadukan dengan bentuk dapat digunakan sebagai salah satu
dari bentuk stimulasi dalam aspek kognitif. Serta dapat digunakan sebagai
bahan atau alat yang digunakan untuk terapi bermain dan belajar di
Rumah Sakit pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti selanjutnya
dengan cara memodifikasinya seperti media yang digunakan dan desain
penelitian yang berbeda.
48
50
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang & terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba Medika.
Ambartanti, N. (2009). Hubungan antara pemberian reinforcement oleh ibu dengan perkembangan kognitif anak prasekolah di Taman Kanak Kanak kelurahan Beji. (Skripsi tidak dipublikasikan)., Universitas Indonesia, Jakarta.
Anwar, F. (2002). Model pengasuhan anak di bawah dua tahun dalam meningkatkan status gizi dan perkembangan sosial. (Thesis tidak dipublikasikan)., Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Apriana, R. (2009). Hubungan pendidikan anak usia dini (Paud) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik, Semarang.
Arikunto. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik (V ed.). Jakarta: PT Rineka Cipta Universitas Diponegoro Semarang.
Arsenio, A. M. (2005). Development of neural mechanism for machine learning. International Journal of Neural System, 15(1&2): 41-54.
Berman, A., Snyder, S. J., Kozier, B., & Erb, G. (2008). Fundamentals of nursing (8 ed.). New Jersey: Pearson Education
BPS. (2010). Sensus penduduk 2010. Retrieved 13 Juni 2013, from BPS http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id= 3300000000& wilayah=Jawa -Tengah nursing (8 ed.). New Jersey: Pearson Education.
Cahyono, D. (2013). Pengaruh pemberian alat permainan edukatif (APE) terhadap peningkatan kemampuan kognitif anak usia
51
sekolah di SD N 4 Rempoah. (Skripsi tidak dipublikasikan),, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Combs, T., Orme, Nixon, B. H., & Herrod, H. G. (2011). Anticipatory guidance and early child development: pediatrician advice, parent behaviors, and unmet needs as reported by parents from differents backgrounds. Clinical pediatrics, 50(8): 729-737. doi: 10.1177/0009922811403302.
Eliyawati,C.2005.Pemilihan dan pengemabangan sumber belajar untukanak usia dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hamlin, J. J. (2005). Usia sekolah sampai remaja (Y. Asih, Trans.). In P. A. Potter & A. G. Perry (Eds.), Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik (4 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
Hasan, M. (2009). Pendidikan anak usia dini. Yogyakarta: Diva Press.
Hastono. (2001). Analisa data. Jakarta: Universitas Indonesia.
Heksanti, M. Y. (2011). Penggunaan media kartu domino-kwartet dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa kelas XI bahasa. Tumpang.
Hidayat, A. A. (2004). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan analisa data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock. (2000). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga
Liadewi, V. N. (2010). Asuhan neonates bayi dan anak balita. Jakarta: Salemba Medika.
Mulyati, Y. (2004). Penggunaan alat permainan edukatif: Upaya membantu perkembangan bahasa dan kognitif anak usia 3-6 tahun. Universitas pendidikan Indonesia, Bandung. Retrieved from http://file.upi.edu.
52
Muscari. (2001). Keperawatan pediatrik (3 ed.). Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
. (2010). Metedologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineke Cipta
Santrock, J. W. (2002). Life span development. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2003). Adolonsence : Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga.
Sari, S. M. (2004). Peran warna interior terhadap perkembangan dan pendidikan anak di Taman Kanak-Kanak. Journals Interior, 2(1), 22-36.
Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT Percetakan dan Penerbitan Unsoed.
Slavin. (2008). Psikologi pendidikan: teori dan praktek (8 ed.). Jakarta: Indeks.
Soetjiningsih. (2003). Perkembangan anak dan permasalahannya. Jakarta: EGC.
Soetjningsih. (2002). Gizi untuk tumbuh kembang anak. In IDAI (Ed.), Tumbuh Kembang Anak dan Remaja (1 ed.). Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stoeger, H., Ziegler, A., & Martzog, P. (2008). Deficits in fine motor skill as an important factor in the identification of gifted underachievers in Primary School. Psychology Science Quarterly, 50(2), 134-146.
Sudono, A. (1995). Alat permainan dan sumber belajar TK. Jakarta: Depdiknas.
Suhardiyana. (2010). Peningkatan kemampuan kognitif anak melalui permainan kartu angka dan gambar siswa kelas persiapan tunarungu wicara. (Skripsi), Universitas Sebelas Maret Surakarta, Solo.
53
Suherman. (2000). Buku saku perkembangan anak. Jakarta: EGC.
Sujiono, Y. N. (2005). Metode pengembangan kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.
(2011). Metode pengembangan kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. .
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Stastitika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata. (2001). Pengembangan alat ukur psikologi. Yogyakarta: Andi Offset.
Suryaningrum, M. (2012). Pengaruh media lotto warna terhadap kemampuan kognitif anak kelompok A di RA AL-Islam Jetis Dagangan.Diakses tanggal 2 Desember 2014, dari hhtp:ojs.unesa.ac.id/index.php/coping/article/download/5596/4247.
Upton, P. (2012). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, p. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik (6 ed. Vol. 1). Jakarta: EGC.
Yudhana, A. (2009). Pengaruh stimulasi musik klasik terhadap perkembangan kognitif (aspek bahasa) pada anak usia prasekolah (3-5 Tahun) di PlayGroup dan Bina Insani Kediri. (Skripsi tidak dipublikasikan), Universitas Negri Sebelas Maret, Surakarta.
Yuniarti, N. (2009).Pengaruh pendidikan anak usia dini (PAUD) terhadap perkembangan anak usia 3-4 tahun di Desa Sukamulya KecamatanSingaparna.(Skripsitidakdipublikasikan),Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Zaman, H. B., & Eliyawati. (2005). Media dan sumber belajar TK modul Universitas Terbuka. Jakarta: Pusat Penerbitasn Universitas Terbuka