PROSES SIMULTAN DALAM PEMBENTUKAN OPINI MELALUI
MEDIA SOSIAL
(Studi Kasus Buzzer Dalam Kontestasi Pemilihan Presiden 2019)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Mohamad Imam Kurniawan
11151110000068
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
PROSES SIMULTAN DALAM PEMBENTUKAN OPINI
PUBLIK MELALUI MEDIA SOSIAL
(Studi Kasus Buzzer Dalam Kontestasi Pemilihan Presiden 2019)
1. Merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Januari 2020
Mohamad Imam Kurniawan
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Mohamad Imam Kurniawan
NIM : 11151110000068
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PROSES SIMULTAN DALAM PEMBENTUKAN OPINI
PUBLIK MELALUI MEDIA SOSIAL
(Studi Kasus Buzzer Dalam Kontestasi Pemilihan Presiden 2019)
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 10 Januari 2020
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Saifuddin Asrori, M.Si.
NIP. 197609182003122003 NIP. 197701192009121001
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
PROSES SIMULTAN DALAM PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK
MELALUI MEDIA SOSIAL
(Studi Kasus Buzzer Dalam Kontestasi Pemilihan Presiden 2019)
Oleh
Mohamad Imam Kurniawan
11151110000068
Telah dipertimbangkan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 Desember 2019. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program
Studi Sosiologi.
Ketua Sekertaris,
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. Dr. Joharatul Jamilah, M.Si
NIP. 197609182003122003 NIP. 196808161997032002
Penguji I, Penguji II,
Mohammad Hasan Ansori, Ph.D Dr. Dzuriyatun Toyibah, M.Si
NIP. - NIP. 197608032003122003
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 10 Januari 2020
Ketua Program Studi Sosiologi,
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M. Si
NIP. 197609182003122003
iv
ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan bagaimana proses simultan dalam pembentukan
opini publik melalui media sosial pada saat terjadinya pemilihan presiden 2019
dengan menggunakan sebuah kelompok yang bernama “buzzer”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dimana pengumpulan data
menggunakan metode observasi dan wawancara. Tujuan dari penelitian ialah
untuk menjelaskan bagaimana proses-proses yang dilakukan oleh kelompok
buzzer dalam membentuk opini masyarakat melalui media sosial serta mengetahui
makna-makna yang terkandung dalam konten yang di unggah oleh kelompok
buzzer di media sosial. Teori yang digunakan adalah: Proses Simultan yang di
jelaskan oleh Burhan Bungin yang mengatakan bahwa pembentukan konstruksi
realitas dapat dibentuk melalui sebuah faktor yakni, “kemajuan teknologi”.
Terdapat beberapa tahapan dalam proses sosial simultan antara lain; (a) tahap
penyiapan materi, (b) tahap sebaran kontruksi, (c) tahap pembentukan kontruksi,
(d) tahap konfirmasi. Hasil dari penelitian ini ialah, kelompok buzzer dalam
membentuk opini publik melalui media sosial dapat dijelaskan melalui empat
tahap dari proses simultan antara lain; (1) tahap menyiapkan materi, dalam tahap
ini merupakan tugas dari tim pembuat konten, mereka bertugas untuk membuat
konten yang terkait dengan calon presiden-wakil presiden yang didukung, (2)
tahap sebaran kontruksi, dalam tahap ini merupakan tugas dari anggota buzzer,
media sosial yang digunakan oleh kelompok buzzer untuk menyebarkan konten
ialah facebook, instagram dan twitter, (3) tahap pembentukan materi, dalam tahap
ini merupakan kontruksi yang dibangun melalui konten yang telah disebar dan
konten tersebut cenderung memberikan pesan yang baik (good news), (4) tahap
konfirmasi, dalam tahap ini menjelaskan bahwa kelompok buzzer menggunakan
media sosial sebagai alat untuk mempengaruhi pengambilan keputusan para
pemilih dalam agenda pemilihan presiden 2019.
Kata kunci: Media Sosial, Buzzer, Pilpres 2019
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT karena
berkat kekuasaan Nya, rahmat, karunia, dan Anugrah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga serta pengikutnya hingga akhir
zaman.
Untuk yang paling istimewa, Ayahanda Gunawan dan Ibunda Siti Fatonah
tersayang, karena telah memberikan bantuan materi dan nonmaterial, semangat
serta kesabaran yang tiada henti kepada penulis. Tidak lupa kepada adik-adik
tersayang Muhammad Al Hazmi dan Muhammad Al Auzan sebagai penyemangat
penulis.
Skripsi ini bukan hanya hasil karya penulis seorang diri, karena banyak
pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, izinkan
penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih penulis yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ibu Prof Dr. Hj Amany Burhanudin Lubis, Lc, Ma selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., dan Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si.,
selaku masing-masing Ketua dan Sekretaris Program Studi Sosiologi
vi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membawa Prodi Sosiologi ke garda terdepan
(Akreditasi A). Terimakasih telah menyetujui permohonan penyusunan
skripsi ini,
4. Bapak Saifuddin Asrori M.Si..selaku Dosen pembimbing, berbaik hati
menyempatkan waktu luang di tengah kesibukan kepada penulis untuk
mendiskusikan berbagai hal dari mulai seminar proposal hingga menjadi
sebuah skripsi . Terimakasih atas ketelitian, kesabaran, dan dukungan
moril yang diberikan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
5. Bapak Kasyfiyullah M.Si., selaku dosen Sosiologi di FISIP, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas saran serta kritik yang diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
HidayatullahJakarta yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran
berharga kepada penulis. Dan juga untuk seluruh staff Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Kepada Saudara/i RWA, AGA, IY, N, L, D, JT, OPA, yang telah
meluangkan waktu dan membantu penulis dalam memberikatan data-data
dalam penelitian ini
8. Dedeh Kurniawati S.sos. seorang teman yang selalu membantu penulis
mulai dari pencarian dosen pembimbing hingga terselesaikannya skripsi
ini, serta menjadi teman yang selalu mendengarkan keluh kesah selama
vii
penulisan skripsi ini, dan juga selalu memberikan semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini.
9. Sayyidah Nailu Afiyah, Surya Ananda Fitriani, Rahmah Indar.
Terimakasih atas saran, kritik, dan support baik dari segi finansial maupun
immateriil yang kalian berikan kepada penulis.
10. Inas Amirah, Fitria Ayuningtyas, Muhammad Shafly, Farah Azizah S.sos.
Terimakasih atas saran yang kalian diberikan kepada penulis serta telah
berbaik hati memberikan sebuah tempat bagi penulis untuk mengerjakan
dan skripsinya.
11. Afifah dan Denia. Terimakasih atas support dan doa yang diberikan
12. Khairunnisa Hia, Zhafira Rahmayani, Annisa Pratiwi, Rafli Wiyan
Affandi, Hasanul Banna, Oka Pangestu Adi, Yunandika, Ferbian Ahmad
Rifai, Muhammad Nur Romdoni, Dodi Kurniawan, Hanif Susila, Aldo
Ghani Atmojo, Zainal Murtado. (RANDOM SQUAD), Terimakasih atas
support dan doa yang diberikan.
13. Kawan-kawan Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2015 Terima kasih karena telah menjadi teman seperjuangan yang luar
biasa.
14. Kanda-Yunda HMI KOMFISIP, Cabang Ciputat, yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Tanpa mengurangi rasa bangga, penulis
mengucapkan terimakasih. “Yakin Usaha Sampai”
15. Semua pihak yang telah berinteraksi kepada penulis dan memberikan
semangat serta inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
viii
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang
membangun.Semoga penelitian ini memberi manfaat dan pengetahuan
bagi pembaca.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Jakarta, 10 Januari 2020
Mohamad Imam Kurniawan
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI. ..................................................... iii
ABSTRAK. ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian............................................................................... 9
2. Manfaat Penelitian............................................................................ 10
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 10
E. Kerangka Teori ....................................................................................... 15
Proses Simultan: .................................................................................... 15
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 20
2. Lokasi dan Waktu Penelitian Subjek Penelitian .............................. 21
3. Strategi Pemilihan Informan ............................................................ 22
4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 23
5. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 25
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 26
x
7. Sistematika Penulisan ....................................................................... 27
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Media dan Politik di Indonesia ............................................................. 29
B. Kemajuan Teknologi; Media Sosial Sebagai Salah Satu Alternatif
Kampanye dalam Pemilihan Presiden 2019 ........................................... 31
C. Pemilihan Presiden 2019 ........................................................................ 35
D. Media Sosial, Buzzer dan Pemilihan Presiden 2019 .............................. 40
BAB III
Proses Simultan dalam Membentuk Opini Masyarakat Melalui -
Media Sosial ................................................................................................ 43
1. Tahap Menyiapkan Materi ..................................................................... 48
2. Tahap Penyebaran Konstruksi ................................................................ 59
3. Tahap Pembentukan Konstruksi ............................................................ 70
4. Tahap Konfirmasi ................................................................................... 72
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. xv
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Proses Sosial Simultan ....................................................................... 18
Gambar 2.2 Penetrasi Pengguna Internet Masyarakat Indonesia .......................... 32
Gambar 2.3 Platform Media Sosial yang Digunakan Oleh Masyarakat -
Indonesia ............................................................................................ 33
Gambar 3.4 Struktur Otoritas Industri Buzzer........................................................ 46
Gambar 3.5 Conton Teknik Bandwagon ................................................................ 52
Gambar 3.6 Contoh Teknik Beautiful People I ...................................................... 53
Gambar 3.7 Contoh Teknik Beautiful People II ..................................................... 53
Gambar 3.8 Contoh Teknik Half Truth .................................................................. 55
Gambar 3.9 Contoh Teknik Demonizing the Enemy ............................................. 56
Gambar 3.10 Contoh Teknik Plain Folks ............................................................... 58
Gambar 3.11 Contoh Konten yang di Unggah di Media Sosial Twitter ........................ 62
Gambar 3.12 Fitur yang Ada di Twitter ................................................................. 63
Gambar 3.13 Intensitas Tweet per Jam 20.30 Saat Debat Pilpres 2019 ................. 67
Gambar 3.14 Trending Topic Twitter Pada Saat Debat Pilpres 2019 .................... 67
Gambar 3.15 Pergerakan Tagar di Twitter ............................................................. 68
Gambar 3.16 Jumlah Percakapa Terkait Pasangan Presiden-Wakil Presiden-
Di Media Sosial ............................................................................... 71
Gambar 3.17 Sentimen Percakapan di Media Sosial .............................................. 71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I.F.1 Informan Penelitian .............................................................................. 23
Tabel II.3.2 Presiden RI ......................................................................................... 36
Tabel II.3.3 Agenda Pemilihan Umum 2019 .......................................................... 37
Tabel II.4.4 Akun Buzzer di Setiap Media Sosial................................................... 42
Tabel III.1.5 Teknik-teknik Propaganda ................................................................. 50
Tabel III.1.6 Penyebaran Tema Buzzer ................................................................. 51
Tabel III.2.7 Tagar Terpopuler di Twitter Saat Debat Pemilihan Presiden 2019 ... 66
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkip Wawancara ......................................................................... xx
Lampiran II. Dokumentasi ..................................................................................... lii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ajang kontestasi pemilihan presiden 2019, terdapat sebuah
orasi dari salah satu pendukung calon presiden yang sempat menjadi
kontroversial, orasi tersebut terdapat dalam aksi “Munajat 212”, berikut
adalah penggalan orasi yang sempat viral di dunia maya;
“Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu”.
(detiknews, diakses pada https://news.detik.com/berita/d-
4439805/puisi-neno-warisman-di-munajat-212-ramai-disorot-ini-
isi-lengkapnya, 5 Agustus 2019)
Penggalan puisi tersebut mendapat sorotan yang tajam di dunia
maya. Banyak pengguna sosial media yang memberikan pendapat
mengenai penggalan puisi tersebut. Salah satunya pendapat yang
dilontarkan oleh @narkosun seorang pengguna twitter dalam menanggapi
penggalan puisi tersebut;
“@narkosun; Ini doa atau ngancem Allah? Denger Neno baca puisi
munajat atau apalah ini, kok malu sendiri. Ga ada adem2nya.. (cuitan
twitter yang dilansir oleh Tim detik, 2019)
Namun hal tersebut mendapatkan klarifikasi dari beberapa pihak
bahwasannya penggalan puisi tersebut merupakan potongan dari doa yang
dibacakan pada zaman Nabi Muhammad SAW ketika sedang mengalami
perang badar, dan puisi tersebut tidak di tunjukkan untuk pihak manapun
2
"Doa tersebut, ada latar belakang atau sejarah waktu perang badar era rasul
Muhammad SAW," kata Djudju (Amelia R, 2019)
Terdapat sebuah isu yang sedang menjadi perbincangan atau
perdebatan mengenai potongan orasi yang dibacakan oleh Neno Warisman
di media sosial, nampaknya bukan hal tersebut tidak terjadi begitu saja.
Hal tersebut terjadi bukan hanya berasal dari respon warga di dunia maya,
melainkan terdapat peran sebuah kelompok yang mencoba menaikkan
sebuah isu tersebut dan memanfaatkan hal itu guna mencapai sebuah
tujuan tertentu. Kelompok tersebut dapat disebut dengan kelompok buzzer.
Dalam hal ini, keberadaan kelompok tersebut dapat dijelaskan sebagai
sekelompok orang yang menggunakan sosial media sesuai dengan perintah
sang pemilik modal, serta memiliki tugas untuk mempengaruhi pola pikir
masyarakat (Darwis, 2016).
Media sosial dianggap sebagai salah satu sarana yang efisien dalam
menyebarkan sesuatu informasi yang ada. Dalam perhelatan pemilihan
presiden 2019 nampaknya penggunaan media sosial diperlukan dalam
menyebarkan sebuah informasi yang ada sekaligus menjadi salah satu
alternatif strategi kampanye.
Seorang filsuf Yunani bernama Herakleitos berkata: “panta rhei
kai uden menei” yang memiliki arti "Semuanya mengalir dan tidak ada
sesuatu pun yang tinggal tetap” (Margianto, 2017). Hal ini bukan sekedar
ucapan belaka, dunia terus mengalami perkembangan terutama dalam
bidang teknologi dan informatika. Dalam perkembangan teknologi di
3
bidang komunikasi dapat disadari bahwa terdapat sebuah perubahan yang
signifikan.
Pada awalnya manusia menggunakan surat-menyurat sebagai
media dalam berkomukasi jarak jauh, dalam proses mengirim surat
membutuhkan waktu berhari-hari hingga berbulan-bulan lamanya agar
surat tersebut sampai kepada penerima surat. Namun hal tersebut telah
tergantikan dengan adanya telepon genggam serta jaringan internet
Media sosial merupakan salah satu hal yang terbentuk dari
keberadaan internet dan telepon genggam yang berguna untuk seseorang
untuk mengakses komunikasi dan informasi di dunia digital. Media sosial
terus mengalami perkembangan setiap tahunnya, pada tahun 2000an media
sosial bernama facebook lahir dan hanya digunakan untuk
menghubungkan para mahasiswa di Harvard, kemudian pada tahun 2010
sudah banyak orang yang menggunakan facebook, tercatat pengguna aktif
facebook di dunia mencapai 400 juta. Sejak saat itu terdapat kemunculan
media sosial lainnya seperti pinterest dan instagram (Devi, 2019).
Keberadaan media sosial mengubah keterbatasan akan ruang dan
waktu yang ada. Media sosial memiliki sebuah kekuatan sosial yang
sangat mempengaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat.
Media sosial dapat menjadi sebuah penggalangan dukungan atau gerakan
massa bisa terbentuk karena kekuatan media online karena apa yang ada di
dalam media sosial, terbukti mampu membentuk opini, sikap dan perilaku
4
publik atau masyarakat (Erika, 2011). Hal ini mengisyarakatkan bahwa
media sosial memiliki kekuatan yang kuat dalam mempengaruhi
masyarakat dalam kehidupan aslinya.
Dalam perkembangannya, media sosial memiliki berbagai bentuk.
Survey yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
di Indonesia), survey tersebut dilakukan pada bulan November tahun 2016
serta menghasilkan data sebagai berikut: terdapat 129,2 juta (97,4%) dari
total pengguna internet di Indonesia menggunakan media sosial sebagai
jenis konten yang paling sering diakses (Iswandi, 2017). Jejaring sosial
yang sering kali di akses oleh masyarakat Indonesia adalah facebook dan
twitter.
Kemudian, menurut data yang di peroleh dari Kominfo,
menyebutkan bahwa media sosial yang sering diakses masyarakat
indonesia adalah facebook dan twitter. Dalam pengunaan facebook,
Indonesia menempati posisi ke-4 terbesar di dunia setelah USA, Brazil dan
India. Sedangkan dalam penggunaan twitter, Indonesia menempati posisi
ke-5 di dunia setelah USA, Brazil, Jepang dan Inggris (Iswandi, 2017).
Dari pemaparan data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat
Indonesia sudah menggunakan internet dan dalam penggunaan internet
tersebut digunakan untuk mengakses informasi yang ada di media sosial
seperti facebook dan twitter.
Terpilihya Barrack Obama sebagai Presiden AS pada tahun 2008
dapat dirujuk sebagai kemenangan politik sekaligus merupakan contoh
5
bagaimana media sosial memiliki peran dalam mempengaruhi sebuah
keputusan di kalangan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan kemenangan
Barack Obama menjadi sebagai Presiden AS terdapat pemanfaatan
kekuatan media sosial. Shirky dalam (Iswandi, 2017) menjelaskan bahwa
media sosial saat itu di organisir dengan baik untuk memobilisasi gerakan
masyarakat yang mendukungnya.
Media sosial seperti yang telah dijelaskan sebelumnya memiliki
pengaruh dalam membentuk opini masyarakat. Kemampuan tersebut kini
di manfaatkan oleh beberapa kelompok, dimana media sosial digunakan
untuk mewujudkan kepentingan mereka. Bagi politisi media sosial
memberikan ruang untuk mereka melakukan kampanye yang pada
akhirnya akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan
terhadap calon yang ada.
Kemudian, di Indonesia dapat dijumpai bagaimana media sosial
digunakan sebagai ruang dalam kampanye, hal tersebut dapat dilihat pada
saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2011 ketika tim pemenangan pasangan
Jokowi Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahja Purnama (Ahok) membentuk
sebuah kelompok yang bernama JASMEV (Jokowi Ahok Social Media
Volunteers) pada Agustus 2012, (Wisnu, 2013). JASMEV memiliki peran
sebagai kampanye politik yang menggunakan relawan terorganisir dalam
media sosial.
Dalam hal ini JASMEV menggunakan media sosial sebagai sebuah
sarana untuk membentuk sebuah jaringan melalui interaksi yang ada
6
dilakukan para relawan untuk saling terhubung dengan relawan lainnya
dalam menyampaikan sebuah informasi kepada khalayak umum secara
massif dan real time secara terus menerus, dalam pergerakkannya
JASMEV di media sosial menggunakan relawan dari kalangan kelas
menengah yang tidak terikat secara formal namun secara aktif
menyebarkan kesan positif pasangan Jokowi-Ahok di berbagai media
sosial yang ada. Hal tersebut memberikan dampak positif kepada pasangan
Jokowi-Ahok dalam pemilihan Pilkada DKI Jakarta tahun 2012.
Menurut berita yang di temukan dalam Kompas yang berjudul
“Jokowi-Ahok Ungguli Foke-Nara 53,82 Persen” dalam artikel tersebut
menjelaskan bahwa pasangan Jokowi-Ahok berhasil menang melawan
pasangan Foke-Nara, pasangan Jokowi-Ahok berhasil menguasai lima
wilayah Jakarta dengan perolehan suara sebanyak 2.472.130 atau 53,83 %,
sedangkan pasangan Foke-Nara hanya mengantongi suara sebesar
2.120.815 atau 46,18 % (Rina, 2012).
Dari pemaparan sebelumnya dapat dilihat bahwa dalam
kemenangan Barack Obama menjadi presiden AS pada tahun 2008 serta
terpilihnya pasangan Jokowi-Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur
DKI Jakarta terdapat peran dari media sosial yang dapat mempengaruhi
seorang dalam mengambil sebuah tindakan. Hal tersebut tidak terlepas dari
hadirnya sebuah kelompok yang membentuk sebuah informasi agar
informasi tersebut dapat tersebut dapat tersebar secara meluas serta terus
menerus sehingga dapat di konsumsi oleh masyarakat luas.
7
Setidaknya terdapat tiga aktor penting yang berperan dalam media
sosial antara lain; buzzer, influencer, dan follower, kelompok tersebut
biasanya dinamakan buzzer. Buzzer secara sederhana dapat dimaknai
sebagai “otak” atau kreator wacana atau isu untuk diperbincangkan netizen
dalam dunia maya. Dinamakan sebagai buzzer karena berkaitan dengan
tugasnya mendengungkan (buzzing) sebuah isu atau wacana yang dibentuk
sebagai konstruksi berpikir kepada masyarakat sehingga dapat
mempengaruhi seseorang dalam pengambilan sebuah keputusan (Wasisto,
2016;)
Hal ini dapat diartikan kehadiran buzzer merupakan kelompok
yang memiliki peran untuk melakukan penggiringan opini yang ada di
masyarakat sesuai dengan keinginan dari kelompok buzzer tersebut.
Keberadaan JASMEV (Jokowi-Ahok Media Social Volunteers) pada
pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2013-2018 merupakan salah satu
fakta bahwa adanya buzzer yang berfungsi dalam menaikkan popularitas
seorang calon sehingga memiliki dapat mempengaruhi masyarakat dalam
menentukan pilihannya.
Terdapat berbagai media sosial yang ada di era digital seperti saat
ini, misalnya; facebook, instagram dan twitter merupakan beberapa contoh
platform media sosial yang sering ramai tingkat penggunaannya pada saat
terjadi suatu momentum politik di negeri ini.
Tahun 2019 merupakan tahun pergantian presiden, dimana
presiden sebelumnya yang mengabdi selama lima tahun telah habis masa
8
baktinya, kemudian Indonesia akan menyiapkan pemimpin baru melalui
pemilihan presiden untuk menentukan siapa yang akan terpilih menjadi
presiden di periode selanjutnya. Hal ini sesuai dengan undang-undang
yang berlaku bahwa pergantian presiden dilakukan secara bertahap.
Media sosial digunakan sebagai salah satu sarana kampanye karena
dianggap efektif. Hal ini dikarenakan media sosial dianggap sebagai
sarana pertukaran ide dimana setiap individu dapat saling mempengarungi
(Sugiarto, 2014). Keberadaan media sosial dalam pemilihan presiden 2019
perlu dipertimbangkan sebagai sarana media berkampanye hal ini
dikarenakan dalam sebuah riset menyatakan bahwa masyarakat indonesia
rata-rata mengakses media sosial dalam sehari menghabiskan waktu 3 jam
26 menit, media sosial seperti facebook di dominasi oleh pengguna yang
berusia 18-24 tahun (Pertiwi, 2018). Kemudian dalam pemilihan 2019
sekitar 57% pemilih Indonesia merupakan berasal dari golongan kaum
mileniall, terdapat sebuah pendapat dari Direktur IndexPolitica, Denny
Charter mengatakan bahwa media sosial dianggap sesuatu hal yang
penting bagi kedua calon presiden dalam membentuk opini politik pada
pemilu 2019 (Fakhri, 2018).
Dalam menjalankan aktivitas kampanye di media sosial terkadang
politisi menggunakan kelompok buzzer. Hal tersebut dapat kita lihat pada
putaran kedua debat pemilihan presiden, melalui data yang diperoleh dari
detiknet terdapat beberapa tagar yang paling sering digunakan untuk
memeriahkan acara debat kedua tersebut antara lain; #DebatPintarJokowi,
9
#PrabowoMenangDebat, #DebatPilpres2019, Debat02PrabowoMenang,
#JokowiOrangnyaBaik (Josina, 2019) .
Kemudian dalam debat keempat tercatat melalui CNN Indonesia,
terdapat 1,1 juta cuitan terkait debat pilpres 2019 adapun tagar yang
muncul dalam debat ke empat antara lain; #DebatPilpres2019,
#PemerintahanDilan, #PrabowoBentengNKRI (Tim CNN Indonesia,
2019). Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat kelompok yang terus
memainkan perannya di media sosial sehingga interaksi kelompok tersebut
berdampak kepada naiknya sebuah isu kepermukaan dan diketahui oleh
khalayak umum.
Dari fenomena yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik
mendeskripsikan lebih dalam bagaimana proses-proses yang dilakukan
oleh kelompok buzzer dalam membentuk opini masyarakat.
B. Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana proses simultan yang dilakukan oleh kelompok buzzer
dalam membentuk opini publik melalui media sosial pada pemilihan
presiden 2019?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pertanyaan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Untuk mengetahui proses simultan yang dilakukan oleh kelompok
buzzer dalam membentuk opini publik melalui media sosial pada
pemilihan presiden 2019
10
1. Manfaat Teoritis
a. Dalam penelitian ini, diharapkan menjadi sebuah sumber
referensi yang digunakan untuk menambah pengetahuan
dengan penelitian yang tidak jauh berbeda
b. Tulisan ini dapat menjadi suatu bacaan mengenai teori tentang
proses simultan yang terjadi di media
c. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literature kajian
sosiologi terutama mengenai pekerjaan buzzer dalam sosial
media
2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bagi
mahasiswa yang memberikan sebuah informasi serta
pemahaman mengenai sebuah mekanisme kelompok buzzer.
b. Penelitian ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk
terpenuhinya gelar sarjana S1. Penelitian ini diharapkan
menjadi informasi bagi perkembangan fenomena sosial yang
serupa di waktu mendatang.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Iswandi Syahputra (2017) yang
berjudul “Demokrasi Virtual Dan Perang Siber Di Media Sosial;
Perspektif Netizen Indonesia”. Dalam jurnal ini menggunakan penelitian
yang bersifat kualitatif dengan analisis yang lebih menekankan kepada
11
aktivitas dan dinamika yang ada didunia virtual. Narasumber dalam
penelitian ini adalah orang-orang yang disebut opinion maker. Hasil
penelitian ialah, terdapat beberapa fungsi adanya media sosial sebagai alat
politik antara lain; media sosial yang hadir pada saat ini seperti twitter,
facebook, serta grup whatsap memberikan sebuah ruang bagi masyarakat
untuk mengemukakan pendapat. Namun kebebasan dimanfaatkan menjadi
sebuah ujaran kebencian yang berkembang di media sosial. Adapun yang
melakukan hal tersebut ialah seorang buzzer, mereka melakukan ujaran
kebencian dengan tujuan untuk kepentingan politik. Dalam hal ini aktivitas
buzzer menimbulkan aktivitas menyebarkan isu hoax. Menurut
MacDougall hoax mengacu kepada sebuah isu ketidakbenaran yang
diproduksi yang dibuat bertujuan untuk mengaburkan sebuah kebenaran
dan hal tersebut mudah menyebar cepat dan meluas karena karakteristik
media sosial itu sendiri. Fungsi lainnya ialah media sosial sebagai media
yang memiliki ruang dalam sebuah kampanye politik serta menggalang
sebuah dukungan. Hal tersebut dapat kita lihat dalam berbagai kesempatan
seperti #TolakFPI #SaveKPK, tagar yang pernah viral di twitter.
Kemudian media sosial dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam
kampanye politik, kemenangan Jokowi-Ahok pada saat pemilihan
gubernur periode 2012-2017 tak lepas dari dukungan relawan media sosial
yang tergabung dalam JASMEV untuk menyebarkan trend positif
pasangan Jokowi-Ahok di media sosial.
12
Penilitian yang dilakukan oleh Juliadi (2018) “The Construction
Identity of Buzzer on Socia Media”. Dalam penelitian ini menggunakan
kualitatif dalam memahami identitas buzzer. Kemudian teori yang
digunakan dalam penelitian ini ialah teori interaksi simbolik oleh George
H. Mead digunakan untuk menganalisis interaksi dan presentasi diri dalam
sosial media twitter. Hasil penelitian ini ialah buzzer mampu membangun
presentasi diri dengan cara mendapatkan respon dari pengikutnya dalam
sosial media twitter, tentunya buzzer memainkan peranannya dengan
mengangkat sebuah berita yang menarik. Melihat dalam teori interaksi
simbolik yang dijelaskan oleh Mead tentang konsep diri, hal ini dapat
dilihat dari aktivas buzzing dan biasanya agensi media mencari buzzer
yang konsisten dengan karakter atau produk yang ditawarkan.
Kemampuan buzzer dalam konsep diri akan memberikan kesempatan
membentuk hubungan yang berkelanjutan, pengikut akan merespon buzzer
didasari oleh konstruksi buzzer yang akan dapat memenuhi harapan
mereka.
Penelitian lainnya yang berjudul “Senjata Baru Dalam Ruang
Politik; Kontruksi Sosial Penggunaan Jejaring Sosial Online dalam
Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012” yang ditulis Adi Suhendra
(2014). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-fenomenologi.
Hasil dari penelitian ini ialah dalam hal pemaknaan tim sukses terhadap
kampanye politik di media sosial memberikan makna marketing politik.
Pertama, media sosial dimaknai sebagai sebuah pembentuk opini publik.
13
Kedua, media sosial tim sukses dianggap sebagai media kampanye yang
paling demokratis. Ketiga, media sosial sebagai penggerak revolusi.
Keempat, media sosial diartikan sebagai media komukasi-interaksi dua
arah. Kelima, tim sukses memaknai media sosial sebagai alat pengintai
lawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Anshari (2013) yang berjudul
“Komunikasi Politik di Era Media Sosial”. Dalam jurnal ini membahas
mengenai media sosial sebagai ajang untuk membentuk citra seorang
tokoh politik. Melalui media sosial pesan tersebut akan sampai ke benak
masyarakat secara optimal. Namun, dalam pelaksaannya terdapat hal-hal
yang harus diperhatikan terkait dengan pesan yang ingin disampaikan agar
dapat diterima oleh khalayak luas.
Language atau Bahasa yang digunakan dalam penyampaian pesan
harus mempunyai bahasa yang selaras dengan target audience. Dalam hal
ini, penggunaan bahasa yang digunakan ialah bahasa-bahasa keseharian
yang digunakan oleh anak muda mengingat pengguna media sosial
terbanyak adalah golongan anak muda serta adanya konten gambar yang
bersifat motivasi.
Penelitian yang dilakukan Rusmulyadi dan Hanny Hafiar (2018)
berjudul “Dekonstruksi Citra Politik Jokowi dalam Media Sosial”. Dalam
penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan
pendekatan heurmenetika. Hasil penelitian ini adalah membahas mengenai
media sosial sebagai sebuah ruang dalam berpendapat, dimana seseorang
14
dapat bebas mengelola dan menyebarluaskan informasi yang ada.
Kemudian, terdapat proses kontruksi maupun dekontruksi citra politik
seorang Jokowi sebagai seorang pemimpin. Media sosial merupakan ruang
bagi politisi dengan dukungan simpatisan dan buzzer untuk penyebaran
suatu pesan dengan cara menarik perhatian, menyusun percakapan sampai
membentuk opini. Hal ini dapat kita lihat dengan adanya hashtag
#2019GantiPresiden yang dalam hashtag tersebut menjadi viral dan
trending topic.
Beberapa unggahan netizen di media sosial menggunakan hashtag
tersebut bertujuan untuk mendekontruksi citra politik Jokowi merupakan
sosok yang tidak kompeten, tidak memiliki kapabilitas sebagai pemimpin
serta tidak konsisten dengan janji-janji politiknya. Hal itu menguat seiring
dengan momentum yang tepat dan bersesuaian dengan perasaan, persepsi
dan sikap masyarakat.
Dari penelitian-penelitian sebelumnya, memiliki kesamaan dengan
penulis yaitu sama-sama membahas mengenai media sosial sebagai ruang
untuk menyebarluaskan pesan. Hal tersebut digunakan oleh para politisi
sebagai ruang bagi mereka untuk berkampanye serta menyebarkan isu-isu
yang ada secara massif dan terus menerus agar pesan yang telah dibuat
oleh para politisi ini dapat di baca kemudian di internalisasi pesan tersebut
oleh pengguna media sosial
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
terletak pembahasan mengenai bagaimana sekelompok orang yang
15
dinamakan buzzer dalam memproduksi isu maupun branding salah satu
tokoh politisi agar dapat menjadi viral dan trending topik dalam sebuah
media sosial. Melalui teori yang dibawakan oleh L Berger dan Luckman
yang telah diperbaharui Prof Burhan Bungin menjadi proses sosial
simultan, peneliti mencoba menggali lebih dalam mengenai cara-cara yang
digunakan oleh tim buzzer dalam menaikkan sebuah isu atau branding
tokoh politik menjadi viral dan trending topic serta elemen-elemen apa
saja yang terkandung dalam setiap konten yang disebar oleh para buzzer di
berbagai platform media sosial
E. Kerangka Teoritis
Proses Simultan
Pemikiran kontruksi sosial bukan merupakan yang lahir begitu
saja, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pemikiran ini dapat
lahir, hal yang paling berperan dalam perkembangan kontruksi sosial ialah
filsafat kontrukvitisme. Konstruksi sosial mulai di kenal luas oleh berbagai
kalangan masyarakat pada saat Peter L Berger dan Thomas Luckmann
menerbitkan sebuah buku yang berjudul “The Social Construction of
Reality, a Treatise in the Sociological of knowledge (1966)”. Dalam buku
tersebut memaparkan terjadinya sebuah proses sosial, yang didalam proses
sosial tersebut terdapat tindakan dan interaksi yang dilakukan oleh
individu secara terus menerus yang pada akhirnya akan menciptakan
sebuah realitas.
16
Dalam konstruksi sosial yang dijelaskan oleh Berger dan
Luckmann, mereka memisahkan pemahaman tentang “kenyataan” dan
“pengetahuan”, Berger dan Luckmann (1990;61) mengatakan bahwa
institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui
tindakan dan interaksi manusia (Bungin, 2006). Dengan kata lain Berger
dan Luckmann, berpendapat bahwa terbentuknya objektifitas yang ada di
masyarakat mengenai realitas yang ada tidak sepenuhnya murni sebuah
objektifitas melainkan sebuah objektifikas yang terbentuk melalui
subjektifitas yang dibentuk secara terus menerus melalui proses interaksi
sehingga menjadi sebuah realitas yang ada dalam kehidupan masyarakat
dan hal ini memungkinkan terjadinya sebuah objektifikasi baru apabila hal
tersebut dilakukan secara terus menerus bersama orang lain dengan nilai
subjektifitas yang sama.
Oleh karena itu mereka terdapat proses dialektika antara individu
menciptakan masyarakat dengan masyarakat yang menciptakan individu.
Proses dialektika tersebut dapat terjadi melalui tiga tahapan yaitu;
eksternalisasi, objektivitas, dan internalisasi.
a. Eksternalisasi, hal ini merupakan proses penyesuaian diri dengan
dunia sosiokultural sebagai produk manusia
b. Objektivikasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia
intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi
17
c. Internalisasi, yaitu proses yang mana individu
mengindentifikasikan dirinya dengan lembaga sosial atau
organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya (Bungin,
2006).
Namun dalam perkembangannya teori kontruksi sosial milik
Berger dan Luckmann kurang cocok jika dikaitkan dengan kehidupan
sekarang. Hal tersebut disebabkan karena mereka tidak memperkirakan
sebuah kemajuan teknologi dalam teori mereka tersebut yang dapat
merubah proses interaksi yang ada di masyarakat.
Burhan Bungin merupakan seorang yang telah memperbaharui
pemikiran dari Berger dan Luckmann dengan menggunakan media massa
sebagai variable tambahan. Melalui bukunya yang berjudul “Konstruksi
Sosial Media Massa; Realitas Iklan Televisi dalam Masyarakat
Kapitalistik”. Dalam buku tersebut menjelaskan adanya sirkulasi
informasi yang cepat dan tersebar merata. Burhan Bungin menjelaskan
beberapa tahapan mengenai proses sosial simultan yang ada pada
Kontruksi Sosial Media Massa
18
Gambar 1.1 Proses Sosial Simultan
(Sumber: Bungin, 2006)
a. Tahap menyiapkan materi, dalam proses ini merupakan pekerjaan
dari seorang editor yang akan menyunting sebuah fenomena yang
nantinya akan dijadikan sebuah berita yang akan di beritakan
dalam media massa. Dalam proses ini terdapat beberapa hal yang
penting dalam proses persiapan materi, yaitu (a) keberpihakan
media massa kepada kapitalisme, (b) keberpihakan semu kepada
masyarakat dalam hal ini dapat kita lihat melalui simpati, dan
empati yang dilakukan masyarakat, (c) keberpihakan dengan
kepentigan umum (Burhan Bungin 2014).
Proses Sosial Simultan
Eksternalisasi
Objektivasi
Internalisasi
M
E
D
I
A
M
A
S
S
A
-Objektif
-Subjektif
-Iner-
subjektif
Realitas Terkonstruksi:
- Lebih Cepat
- Lebih Luas
- Sebaran Merata
- Membentuk
Opini Massa
- Massa
Cenderung
Terkonstruksi
- Opini Massa
Cenderung
Apriori
- Opini Massa
Cenderung sinis
Source Message Channel Receiver Effects
19
b. Tahap sebaran kontruksi, tahapan ini merupakan penyebaran pesan
yang bersifat real time yang akan disebar melalui media massa dan
media lainnya. Dengan kata lain, real time yang dimaksudkan
dalam hal ini ialah proses penyebaran berita dilakukan pada
seketika berita di siarkan dan di kemudian di lihat oleh masyarakat
(Burhan Bungin 2014).
c. Tahap pembentukan kontruksi, pada tahapan ini terbagi kedalam
beberapa kontruksi antara lain, kontruksi realitas dan tahap
kontruksi citra. Di dalam tahapan kontruksi realitas dan kontruksi
citra memiliki bagiannya tersendiri. Adapun kontruksi realitas
terbagi menjadi tiga proses yakni (a) proses konstruksi realitas
pembenaran, hal ini sebagai bentuk kontruksi masyarakat yang
membenarkan apa saja yang terjadi di media massa, (b)
ketersediaan seseorang orang untuk di konstruk oleh media massa,
(c) konsumsi media massa sebagai pilihan yang konsumtif.
Sedangkan dalam tahapan konstruksi citra merupakan bagaimana
citra yang dibuat untuk sebuah berita yang akan di tayangkan.
Dalam hal ini kita akan mengetahui objek yang ditayangkan
merupakan objek yang memiliki kecenderungan baik (good news)
ataupun buruk (bad news) dalam kontruksi citra (Burhan Bungin
2014).
d. Tahap Konfirmasi, dalam tahapan ini merupakan tahapan dimana
media massa dan pembacanya mengeluarkan sebuah reaksi dalam
20
pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi.
Dalam tahapan ini menghasilkan sebuah reaksi yang berbeda
antara media dan pembaca. Bagi media tahap ini merupakan
tahapan untuk memberikan alasan-alasan melakukan kontruksi
sosial. Bagi pembaca tahap ini merupakan tahapan yang
menjelaskan mengapa individu dapat ikut turut serta dalam proses
kontruksi sosial, kemudian dalam memaknai berita tersebut setiap
masyarakat akan berbeda karena dalam hal ini posisi kelas akan
mempengaruhi pemaknaan terhadap berita yang disiarkan (Burhan
Bungin, 2006)
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif
menurut Bogdan dan Taylor (1975;5) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Moeleong, 2007). Kemudian Creswell
(2008) dalam (Raco, 2010) mendefinisikan metode penelitian kualitatif
sebagai suatu pendekatan atau penulusuran untuk mengeksplorasi dan
memahami suatu gejala sentral. Metode ilmiah ini lebih
mengutamakan bahan atau informasi yang nantinya akan diuji
berdasarkan tingkat kualitas data
21
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan
dalam penelitian ini peneliti ingin menggali informasi dari informan
secara lebih mendalam oleh karena itu peneliti menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan, pendekatan penelitian
yang bersifat kuantitatif tidak dapat digunakan dalam penelitian ini
karena pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang bersifat
general.
Dalam penelitian mengambil pendekatan kualitatif dikarenakan
dalam penelitian ini mencoba untuk menggali lebih dalam bagaimana
kinerja tim buzzer dalam proses-proses pengerjaan dalam sebuah
media sosial sehingga sebuah isu ataupun seseorang dapat memiliki
elektabilitas di dalam dunia maya.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lembaga yang memperkerjakan buzzer
pada saat proses-proses pemilihan presiden dilaksanakan, tepatnya di
daerah Tangerang Selatan. Kemudian, dalam penelitian ini dilakukan
selama kurang lebih 5 bulan. Dalam kurun waktu tersebut peneliti
melakukan wawancara kepada informan yang telah di tentukan, serta
melakukan observasi-parsipatoris dengan cara mengambil bagian
dalam keanggotaan buzzer.
22
3. Strategi Pemilihan Informan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Oleh karena itu dalam strategi yang akan
digunakan dalam pemilihan informan menggunakan cara-cara yang
telah ada dalam penelitian kualitatif, antara lain;
SnowBall, menurut Neuman (2003) dalam (Nina, 2014)
menjelaskan bahwa teknik snowball merupakan suatu metode untuk
mengindentifikasi, memilih dan mengambil sampel dari suatu jaringan
atau rantai hubungan yang menerus. Dengan menggunakan teknik
snowball, peneliti mencari orang-orang yang terkait dengan penelitian
hingga mendapatkan narasumber kunci.
Dalam memperoleh data dari informan hal yang pertama ialah
peneliti wawancara dengan informan yang peneliti sudah kenal
kemudian dari informan pertama peneliti meminta rekomendasi dari
siapa saja anggota yang sekiranya bersedia di wawancara, dalam hal
tersebut ternyata tidak berjalan dengan mudah ada informan yang
bersedia di wawancara ada juga informan yang menolak dikarenakan
beberapa alasan yang pada akhirnya peneliti berhasil wawancara
dengan koordinator buzzer kemudian mendapat beberapa informasi
yang menarik mengenai buzzer dan koordinator buzzer
merekomendasikan beberapa anggota lainnya untuk dijadikan informan
23
selanjutnya dalam penelitian ini. Adapun informan yang sesuai dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel. I.F.1 Informan Penelitian
No Nama
(inisial)
Umur Jenis Kelamin Jabatan
1 RWA 23 Tahun Laki-laki Anggota Buzzer
2 AGA 24 Tahun Laki-laki Anggota Buzzer
3 IY 22 Tahun Laki-laki Anggota Buzzer
4 OPA 22 Tahun Laki-laki Anggota Buzzer
5 JT 22 Tahun Laki-laki Anggota Buzzer
6 N 23 Tahun Perempuan Anggota Buzzer
7 D 26 Tahun Perempuan Koordinator
Buzzer
8 L 20 Tahun Laki-laki Anggota Buzzer
4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013) metode pengumpulan data merupakan
sebuah langkah strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam
penelitian ialah mendapatkan data. Dalam penelitian penulis
menggunakan pendekatan kualitatif sehingga metode pengumpulan
data yang dianggap cocok dalam penelitian ini ialah dengan
menggunakan teknik wawancara, observasi serta dokumentasi.
24
a. Wawancara
Wawancara (interview) dilakukan untuk mendapatkan
informasi, yang tidak dapat diperoleh melalui observasi atau
kuesioner, hal ini disebabkan peneliti tidak dapat mengobservasi
seluruhnya (Raco, 2010).
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat
wawancara langsung dan mendalam, pertanyaan yang digunakan
bersifat terbuka, hal ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
data wawancara yang lebih terarah serta menggali informasi yang
akurat dan mendalam.
Dalam menentukan narasumber, peneliti melakukan
pertimbangan dan tujuan tertentu terhadap narasumber yang
berkenaan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam
pengumpulan data yang dikumpulkan secara bertahap. Adapun
objek dalam penelitian ini adalah para anggota dari sebuah tim
buzzer
b. Observasi
Terdapat berbagai macam jenis observasi, adapun dalam
penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi partisipan
sebagai jenis observasi. Observasi partisipan adalah metode
observasi dimana observer mengambil bagian dalam kehidupan
observe (Hasyim, 2016)
25
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan turun lapangan di
ruang lingkup tim buzzer, kemudian dalam melihat bagaimana cara
para anggota berinteraksi, peneliti ikut serta dalam mengambil
peran. Menurut hasil observasi peneliti terdapat sekitar 20 orang
anggota buzzer dengan satu orang menjadi koordinator buzzer,
rata-rata yang menjadi anggota buzzer merupakan mahasiswa
semester akhir yang tersebar di beberapa perguruan tinggi swasta
dan negri yang ada di daerah Banten,
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai data penunjang penelitian
dan sekaligus menjadi bukti karena dalam dokumentasi ini dapat
dilihat serta mengabadikan objek yang diteliti. Penelitian ini
dilakukan di ruang lingkup tim buzzer, adapun hal-hal yang dapat
didokumentasikan dalam penelitian ini ialah unggahan dari akun-
akun buzzer yang ada di media sosial seperti facebook, twitter dan
instagram.
5. Jenis atau Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang
dilakukan dilapangan melalui hasil wawancara dengan informan.
Dalam penelitian ini tidak menekankan pada jumlah informan yang
didapat. Disini peneliti mendapatkan delapan orang informan dalam
penelitian ini. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada
26
delapan orang yang menjadi dari kelompok buzzer dalam pemilihan
presiden 2019, diantaranya seorang koordinator buzzer dan tujuh
anggota dari kelompok buzzer.
Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat, atau
mendengarkan, data tersebut dapat diperoleh melalui literature yang
terkait dengan tulisan yang berhubungan dengan objek penelitian,
seperti buku, internet dan jurnal penelitian terdahulu. Data sekunder
terkait dalam penelitian ini ialah jurnal yang terkait dengan tema
penelitian kemudian unggahan para anggota buzzer di media sosial.
6. Teknik Pengolahan Data atau Unit Analisis Data
Analisis data yang dimaksudkan ialah mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya tentang peran tim buzzer melalui informan
sebagai data primer dengan menggunakan teknik wawancara dan
observasi maupun mencari artikel yang berkaitan dengan hal buzzer
dan media sosial melalui studi kepustakaan. Kemudian memilah
informasi yang telah tersedia, kemudian menganalisis data-data yang
telah terkumpul menjadi sebuah temuan yang baru dan memiliki
sumbangan dalam dunia akademis.
Dalam Raco (2017; 123) unit analisa merupakan sebuah proses
penyeleksian data setelah mendapatkan data dari berbagai informasi
yang ada, terdapat beberapa langkah yang perlu di perhatikan dalam
27
menganalisis sebuah data antara lain; (a) mengurangi informasi yang
tumpang tindih, (b) signifikasi data yang diperoleh, (c) klasifikasi atau
pengkodingan data yang memiliki kesaamaan dengan data lain, (d)
mencari pola yang mengikat sebuah tema yang mengikat pikiran yang
satu dengan yang lainnya, (e) konstruksi frame work untuk
mendapatkan esensi yang di sampaikan oleh data tersebut.
7. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami susunan skripsi, maka
penulis membuat sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas
empat, dimana masing-masing menguraikan secara terstruktur
mengenai hasil penelitian.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada BAB I menguraikan pernyataan masalah, pertanyaan penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
definisi konsep, metodologi serta sistematika dalam penelitian
mengenai kelompok buzzer dalam pemilihan presiden 2019
BAB II : GAMBARAN UMUM
Dalam BAB II menjelaskan tentang gambaran umum mengenai objek
yang diteliti mengenai kelompok buzzer dalam pemilihan presiden
2019, di dalamnya memaparkan mengenai media dan politik di
Indonesia media sosial, agenda pemilihan presiden 2019 serta
kelompok buzzer.
28
BAB III : TEMUAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
Dalam BAB III berisi tentang hasil penelitian, penulis menjelaskan
mengenai proses-proses yang dilakukan oleh kelompok buzzer dalam
membentuk opini publik melalui media sosial pada pemilihan presiden
2019, di dalam proses tersebut terdapat bagian-bagian yang dijelaskan
mulai dari pembentukan sebuah konten buzzer, penyebaran konten ke
berbagai media sosial serta makna yang terdapat di setiap konten yang
disajikan di media sosial.
BAB IV : PENUTUP
Pada BAB IV ini berisi mengenai kesimpulan dari saran. Kesimpulan
menjelaskan mengenai ringkasan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Sedangkan, saran merupakan sebuah pendapat yang
dikemukakan oleh penulis mengenai hasil dari penelitian.
Daftar Pustaka
Lampiran
29
BAB II
FENOMENA PEMILIHAN PRESIDEN 2019 DAN TIM BUZZER
1. Media dan Politik di Indonesia
Media dan politik di Indonesia memiliki hubungan yang erat
sejak indonesia merdeka, Dalam sebuah buku yang berjudul “Political
Regimes and Media in Asia” dalam buku tersebut terdapat sebuah
judul yang membahas mengenai masyarakat, penonton dan media
dalam pemilihan indonesia 2004. (Krishna dan Terence 2008).
Mengikuti perkembangan kemerdekaan di Indonesia pada tahun 1949,
perkembangan media di Indonesia pada saat itu di pengaruhi oleh
Amerika, Wilbur Schramm merupakan seseorang yang memberikan
peran besar dalam pengembangan komunikasi dan efek media di Radio
Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI).
Peluncuran Satelit Palapa (1976) pada dasarnya bertujuan untuk militer
namun juga berguna untuk kebudayaan dan pendidikan di Indonesia.
Kemudian, secara jelas dapat diketahui bahwa peran media
dalam politik di Indonesia dapat dilihat dalam proses reformasi. Dalam
Orde Baru media yang ada seperti pertelevisian dan penyiaran di
Indonesia secara kompetitif dalam mengungkap kebrutalan yang
dilakukan oleh Orde Baru. Pada akhirnya media berperan dalam
menumbangkan Orde Baru serta berkontribusi dalam terjadinya
30
reformasi di Indonesia melalui cara politis seperti pembentukan
framing dan masalah representasi.
Lebih lanjut media memberikan ruang bagi politisi dalam
berkampanye. Dalam hal ini stasiun televisi membatasi kampanye
partai politik berdurasi selama lima menit, kemudian sepuluh iklan
berdurasi tiga puluh detik per hari baik gratis maupun berbayar untuk
pihak yang berkampanye.
Namun di era yang seperti sekarang, dimana di era kemajuan
teknologi dan informasi dan masifnya penggunaan media sosial,
propaganda politik kini bergeser medianya dari surat kabar cetak,
televisi, radio, film menjadi media sosial. Penggunaan sosial media
mulai dikenal sebagai salah media dalam kampanye politik dapat
dilihat dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta periode 2013-2018
pada saat Jokowi-Ahok melawan Foke-Nara, dimana pasangan
Jokowi-Ahok mendirikan kelompok yang bernama JASMEV,
kelompok ini bergerak di sosial media dan bertugas sebagai penyebar
pesan-pesan positif mengenai pasangan calon yang mereka dukung.
Kemudian, tahun 2018 merupakan tahun sebelum perhelatan
pemilihan presiden 2019 dimulai. Dalam tahun 2018 terdapat cuitan-
cuitan terkait Pemilu 2019, terdapat beberapa hal yang mulai ramai
diperbicangkan dalam media sosial, salah satunya ialah mengenai
hashtag tentang #2019GantiPresiden, hal tersebut merupakan sebuah
31
pernyataan yang di ungkapkan seorang politisi Mardani Ali Sera.
Kemudian pernyataanya tersebut disoroti oleh para netizen sehingga
memuncaki popularitas di Twitter Indonesia sekitar tanggal 9-10 April
2018, yang pada akhirnya hal tersebut mendapat sebuah reaksi dari
pihak lainnya sehingga muncul sebuah hashtag tandingan sebagai
counter issue tersebut yakni #RakyatMauJokowi2019. (Bambang
2018).
Hal ini merupakan salah satu contoh media sosial digunakan
sebagai propaganda di Indonesia. Dengan demikian, terdapat hubungan
antara media dan ranah perpolitikan di Indonesia, lebih lanjut di era
modern seperti ini menjadi celah bagi politik menempatkan media
yang semakin canggih menjadi alat untuk membangun framing di
dalam masyarakat.
2. Kemajuan Teknologi; Media Sosial Sebagai Salah Satu Alternatif
Kampanye dalam Pemilihan Presiden 2019
Dewasa ini, perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat
semua pekerjaan manusia menjadi lebih efektif dan efisien. Salah satu
dampak yang dapat dirasakan atas adanya perkembangan teknologi
ialah dalam bidang informasi dan komunikasi. Internet merupakan
sebuah bentuk atas adanya kemajuan teknologi yang kemudian
dimanfaatkan dalam bidang informasi dan komunikasi. Keberadaan
internet merubah kehidupan manusia dalam bidang informasi dan
32
komunikasi, seorang individu dapat dengan mudah berkomunikasi dan
membagikan informasi ke individu lainnya.
Gambar 2.2 Penetrasi pengguna internet masyarakat
Indonesia
(Sumber: https://m.detik.com)
Menurut data yang di sajikan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia) melalui survei yang diadakan pada tahun 2018
setidaknya terdapat 177,17 juta jiwa yang sudah menggunakan internet
dalam kehidupan sehari-hari, angka tersebut setara dengan 64,8% dari
populasi penduduk yang ada di Indonesia. Internet dapat digunakan
dalam berbagai hal salah satunya ialah dalam penggunaan media
sosial. Media sosial merupakan salah satu hal yang hadir karena
adanya internet, seiring perkembangannya kini media sosial memiliki
berbagai platform media sosial yang ada. Facebook, instagram dan
twitter merupakan beberapa contoh platform media sosial.
Setiap platform media sosial memiliki keunggulannya masing-
masing namun memiliki tujuan yang sama yakni dapat
menghubungkan individu dengan individu lainnya sehingga dapat
33
berinteraksi di dalam media sosial. Kemudian penulis akan
memaparkan data mengenai platform media sosial yang sering
digunakan oleh masyarakat Indonesia, setidaknya terdapat enam belas
platform media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat
Indonesia
Gambar 2.3 Platform Media Sosial yang Digunakan Oleh
Masyarakat Indonesia
(Sumber: https://tekno.kompas.com)
Data diatas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia
menggunakan dua jenis media sosial yakni media sosial yang berbasis
jaringan sosial (social network) dan media sosial yang berbasis pesan
(messenger). Platform media sosial yang sering diakses oleh
masyarakat Indonesia ialah pertama youtube sebesar 85%, whatsapp
0% 20% 40% 60% 80% 100%
YoutubeWhatsappFacebookInstagram
LineTwitter
Fb MessengerBBM
LinkednPinterest
SkypeWechat
SnapchatPath
TumblrReaddit
Messenger
Social Network
34
sebesar 83%, facebook 81%, instagram sebesar 80%, line sebesar 59%
dan twitter sebesar 52%.
Adapun media sosial yang digunakan sebagai tempat
pendistribusian konten-konten terkait buzzer dalam pemilihan presiden
2019 ialah media sosial yang berbasis jaringan sosial seperti, facebook,
instagram serta twitter dan ketiga aplikasi tersebut memiliki tingkat
intensitas yang cukup tinggi dalam penggunaannya di kalangan
masyarakat Indonesia.
Terdapat berbagai alasan mengapa media sosial dianggap efektif
dalam menyampaikan konten-konten tersebut salah satunya, menurut
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian
Komunikasi dan Informatika, Rosita Niken Widiastuti dalam kegiatan
Bimbingan Teknis SDM Penyiaran angkatan ke-30, dalam acara
tersebut ia menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia pada
umumnya menggunakan pola komunikasi 10 to 90 dalam bermedia
sosial (https://kominfo.go.id, 2018, diakses pada tangal 4 oktober
2019).
Pola komunikasi 10 to 90 yang dimaksudkan adalah pada
umumnya hanya 10% masyarakat indonesia yang memproduksi
informasi sedangkan sisanya sebesar 90% cenderung hanya
mendistribusikan informasi yang ada di media sosial.
Oleh karena itu media sosial menjadi sebuah alternatif dalam
kampanye pemilihan presiden 2019 dikarenakan masyarakat Indonesia
35
kebanyakkan sudah menggunakan internet, kemudian media sosial
menjadi sarana dalam menyebarkan informasi yang efektif selain dari
segi jumlah pengguna serta intensitas pengguna sosial media yang
cukup banyak terdapat juga pola yang disebutkan sebelumnya bahwa
pengguna media sosial di indonesia hanya sedikit yang memproduksi
informasi dan lebih besar orang-orang yang cenderung hanya
mendistribusikan informasi yang ada.
3. Pemilihan Presiden 2019
Indonesia merupakan negara kepulauan yang menganut sistem
pemerintahan demokrasi. Demokrasi merupakan sebuah sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat melalui wakil-wakil yang
ada. Kemudian, dijelaskan lebih rinci oleh Henry B. Mayo (1960)
dalam karyanya yang berjudul “Introduction to Democratic Theory”
dalam (Budiardjo, 2013) menjelaskan sebagai berikut;
“Sistem politik yang demokratis ialah di mana kebijaksaan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkarya
yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminnya kebebasan politik”. (h. 117)
Dalam penjelasan diatas kita ketahui bahwa wakil rakyat yang
terpilih merupakan pilihan dari masyarakat sesuai dengan aturan yang
ada. Pergantian pemimpin di Indonesia dilakukan sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pemilihan Umum pada Pasal 1 menjelaskan bahwasannya Pemilu
merupakan sarana kedaulatan rakyat, rakyat diberikan haknya untuk
36
memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah, anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung,
umum, bebas, rahasia dan adil.
Sejak era kemerdekaan hingga pasca reformasi, Indonesia telah
mengalami beberapa kali pergantian presiden. Adapun presiden
terpilih dari periode orde lama hingga pasca reformasi tercatat dalam
tabel sebagai berikut;
Tabel II.3.2 Presiden RI
No Nama Presiden Periode Menjabat
1. Soekarno 1945-1967
2 Soeharto 1967-1998
3 B. J. Habibi 1998-1999
4 Abdurahman Wahid 1999-2001
5 Megawati Soekarno Putri 2001-2004
6 Susilo Bambang Yudhoyono a. 2004-2009
b. 2009-2014
7 Joko Widodo 2014-2019
Dalam mengganti pemimpin dari periode sebelumnya ke periode
selanjutnya memiliki tahapan-tahapan yang sudah di tetapkan sebelumnya
dalam sebuah Pemilu. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No
42 Tahun 2008 pada Bab II pasal 3 (6) tentang pemilihan presiden dan
wakil presiden terdapat tahapan yang harus dilalui antara lain;
a. Penyusunan daftar pemilih
b. Pendaftaran bakal calon
c. Penetapan pasangan calon
d. Masa kampanye
37
e. Masa tenang
f. Pemungutan dan perhitungan suara
g. Penetapan hasil pemilih
h. Pengucapan sumpah/janji presiden dan wakil presiden terpilih.
Dalam penyelenggaraan pemilu 2019, setidaknya terdapat agenda
yang di telah ditetapkan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) antara lain;
Tabel II.3.3 Agenda Pemilihan Umum 2019
Waktu Pelaksaan Agenda
17 Agustus 2017 – 31 Maret 2019 Perencanaan program dan anggaran
1 Agustus 2017 – 28 Februari 2019 Penyusunan peraturan KPU
17 Agustus 2017 – 14 April 2019 Sosialisasi
3 September 2017 – 20 Februari
2018
Pendaftaran dan verifikasi peserta
pemilu
19 Februari 2018 – 17 April 2019 Penyelesaian sengketa penetapan
partai politik peserta pemilu
9 Januari 2019 – 21 Agustus 2019 Pembentukan badan penyelenggara
17 Desember 2018 – 18 Maret 2019 Pemutakhiran data pemilih dan
penyusun daftar pemilih
17 April 2018 – 17 April 2019 Penyusunan daftar pemilih di luar
negri
26 Maret2018 – 21 September 2018 Pencalonan Anggota DPR, DPD,
DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota serta pencalonan
38
Presiden dan Wakil Presiden
20 September 2018 – 16 November
2018
Penyelesaian sengketa penetapan
pencalonan anggota DPR, DPD, dan
DPRD serta pencalonan Presiden
dan Wakil Presiden
24 September – 16 April 2019 Logistik
23 September 2018 – 13 April 2019 Kampanye calon anggota DPR,
DPD, dan DPRD serta pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden
22 September 2018 – 13 April 2019 Laporan dan audit dana kampanye
14 April 2019 – 16 April 2019 Masa tenang
8 April 2019 – 17 April 2019 Pemungutan dan perhitungan suara
18 April 2019 – 22 Mei 2019 Rekapitulasi perhitungan suara
Agustus – Oktober 2019 Pengucapan sumpah/janji
(Data diambil dari: https//Kpu.go.id)
Adapun partai politik yang terlibat dalam dalam agenda Pemilu
2019 terdapat 14 partai politik, antara lain; (1) Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), (2) Partai Gerindra, (3) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP), (4) Partai Golkar, (5) Partai Nasdem, (6) Partai Garuda, (7) Partai
Berkarya, (8) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), (9) Partai Perindo, (10)
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), (11) Partai Solidaritas Indonesia
(PSI), (12) Partai Amanat Nasional (PAN), (13) Partai Hanura, (14) Partai
Demokrat. (Liputan6, 2018)
39
Kemudian partai politik diatas tergabung menjadi dua kelompok
koalisi yang mendukung pasangan presiden dan wakil presiden yang
dicalonkan. Pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin memiliki beberapa partai
politik pendukung diantaranya; PDIP, PKB, Patai Golkar, Partai Nasdem,
Partai Perindo, PPP, PSI, Partai Hanura yang tergabung dalam TKN (Tim
Kemenangan Nasional) yang diketuai oleh Erick Thohir. Sedangkan
pasangan Prabowo-Sandi didukung oleh Partai Gerindra, PKS, PAN,
Partai Demokrat, Partai Berkarya tergabung dalam BPN (Badan
Pemenangan Nasional) yang diketuai oleh Jenderal TNI (Purn) Djoko
Santoso. (Liputan6, 2018)
Kampanye merupakan tahapan yang cukup penting dalam proses
terselenggaranya agenda pemilihan presiden dan wakil presiden. Dalam
proses kampanye merupakan proses pengenalan pasangan calon presiden
dan wakil presiden kepada para pemilihnya, adapun isi dari kampanye
tersebut meliputi visi, misi serta program yang akan dijalankan para calon
presiden dan wakil presiden jika terpilih nantinya
Dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 42
Tahun 2008 pada Bab VII pasal 38 (1) mengenai proses kampanye dapat
dilaksanakan melalui;
a. Pertemuan terbatas
b. Tatap muka dan dialog
c. Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik
40
d. Penyiaran melalui radio dan/atau telivisi
e. Penyebaran bahan kampanye kepada umum
f. Pemasangan alat peraga di tempat kampanye dan ditempat lain
yang telah ditentukan oleh KPU
g. Debat pasangan calon tentang materi kampanye pasangan calon
h. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-
undangan
4. Media Sosial, Buzzer dan Pemilihan Presiden 2019
Kemajuan teknologi di bidang komunikasi membuat dinamika
pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2019 semakin menarik,
tidak hanya tampil dalam layar televisi maupun terdengar di siaran
radio, pasangan calon beserta tim kampanye dapat menggunakan
internet sebagai sumber daya mereka dalam berkampanye.
Tomaz Dazelan dan Igor Vobic dalam bukunya yang
“(R)evolutionizing Political Commucication throught Social Media”
mengungkapkan bahwa peluasan media sosial telah berkontribusi pada
modernisasi komunikasi politik yang signifikan sebagai sarana baru
untuk memungkinkan komunikasi langsung dengan follower dan
memberikan pengaruh pada komunikasi pesan-pesan politik kepada
pemilih. (Bambang, 2018)
Tak heran elektabilias seorang calon di pertaruhkan dalam dunia
maya. Oleh karena itu untuk menjaga elektabilitas seorang calon agar
tidak mengalami penurunan di dunia maya digunakan tim buzzer, tim
41
buzzer merupakan sekumpulan orang-orang yang ditugaskan untuk
mendongkrak elektabilitas calon dalam dunia maya.
Dalam temuan di lapangan terdapat tim buzzer merupakan tim
yang terdiri dari beberapa kelompok yang ada, dididirikan oleh sebuah
lembaga yang memiliki tujuan untuk menaikkan elektabilitas seorang
calon yang di dukung dalam media sosial. Adapun orang-orang yang
berperan dalam mekanisme buzzer secara terorganisir, sebagai berikut
a. Agency Boss (Bos lembaga Terkait)
b. Leader (Penanggung Jawab)
c. Content Creator Team (Tim Pembuat Konten)
d. Buzzer Coordinator (Koordinator Buzzer)
e. Buzzer Member (Anggota Buzzer)
Setiap kelompok yang ada memiliki peranannya masing-masing.
Pada akhirnya kelompok ini memiliki tujuan untuk mempublikasi
konten-konten yang telah dibuat ke berbagai media sosial yang telah
ditentukan seperti instagram, facebook dan twitter. Dalam proses
penyebaran konten tersebut, anggota buzzer harus memiliki beberapa
akun di sosial media yang telah mereka buat agar terlihat seperti akun
resmi. Setiap anggota buzzer memiliki beberapa akun, berikut adalah
beberapa akun yang dimiliki oleh para anggota buzzer di setiap media
sosial yang telah dikumpulkan oleh peneliti, antara lain;
42
Tabel II.4.4 Akun Buzzer di Setiap Media Sosial
Facebook Twitter Instagram
Farrel Gunadhya @farrelgunadhya @farrel.gunadhya
Farzan Prambudi @farzanprambudi @farzan.prambudi
Madava Parfis @madavaP @madava.parvis
Raka syahreza @syahreza_raka @syahreza165
Zidan Narendra @narendrarizan @zidannaren
Putri Kirana @kirana1242 @kirana1242
Layla Larasati @larasatilayla1 @larasatilayla
Indah Bunga @ImamFajrian @bunga.indaha
Prasetiyo @prasetiyoo2 @prasetiyoo2
Riskha Wulandari @RiskhaWulandari @wulandari.riskha
Kemudian mereka para anggota buzzer diberikan fasilitas tempat
sebagai ruangan bagi mereka untuk bekerja dan hal lain yang
menunjang terlaksananya pekerjaan mereka tersebut misalnya diruang
kerja mereka diberikan fasilitas internet yang stabil dan juga diberikan
nomor ponsel yang berguna untuk aktivasi akun-akun para buzzer
tersebut. Dalam kelompok buzzer yang diteliti oleh penulis setidaknya
memiliki 20 orang sebagai anggota buzzer dengan satu orang menjadi
koordinator tim, kemudian terdapat tim pembuat konten dan seseorang
menjadi pengawas aktivitas buzzer.
43
BAB III
Proses Simultan Pembentukan Opini di Media Sosial Oleh Buzzer Pada
Pemilihan Presiden 2019
Buzzer merupakan sebuah pekerjaan yang di kerjakan oleh sekelompok
orang yang bertujuan untuk mempromosikan seseorang tokoh di sebuah media
sosial, hal ini senada seperti yang dijelaskan oleh Wasisto, “buzzer” dapat
diartikan sebagai otak atau kreator wacana atau isu untuk diperbincangkan netizen
dalam dunia maya (Wasisto Raharjo, 2016; 151). Kemudian hal ini kembali di
pertegas oleh kutipan wawancara sebagai berikut: “tim buzzer ini kan, bukan lah
sebuah profesi yang tetap, jadi tim buzzer ini ada kalo misalkan ada yang
namanya itu pengen di frame di tingkat nasional maupun daerah…. “ (wawancara
dengan RWA, (Anggota Buzzer) di Cireundeu, Tangsel, 07 Agustus 2019 )
Dapat disimpulkan dari isi percakapan di atas bahwa profesi buzzer dalam
kajian ini merupakan sebuah pekerjaan tim yang dikerjakan oleh beberapa orang
dan memiliki mekanisme dalam pekerjaan tersebut. Setiap anggota yang menjadi
anggota tim buzzer memiliki kekerabatan, hal ini menyebabkan pekerjaan seorang
buzzer tidak terlalu terkenal di kalangan umum namun dalam kalangan sendiri
pekerjaan buzzer merupakan hal yang sudah biasa. Hal ini dijelaskan oleh
beberapa informan dalam wawancara sebagai berikut:
“terbentuknya tim sendiri kita disuruh ngumpulin orang untuk jadi tim
kan, biasanya itu ya orang-orang sekitar, kaya temen rumah, temen kuliah
ya kaya temen main aja si sebenernya” (wawancara dengan AGA,
(Anggota Buzzer), di Cireundeu, Tangsel, 07 Agustus 2019)
44
“ jadi sih dalam tahap rekrutmen biasanya sih dari temen-temen kita
sendiri ya orang terdekat, yak arena biar gampang aja komunikasiinnya,
sama kalo misalnya bingung gampang ngajarinnya” (wawancara dengan
IY, (Anggota Buzzer), di Cireundeu, Tangsel, 08 Agustus 2019)
Dalam menentukan keanggotaan dalam tim buzzer, para anggota tidak
dituntut untuk memiliki keterampilan khusus yang terpenting ialah mereka sudah
terbiasa dalam menggunakan aplikasi media sosial. Salah satu informan
menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
“menurut gue buzzer, gak perlu kemampuan khusus untuk menjadi sebuah
anggota buzzer karena buzzer itu tugas nya hanya nge-blush bahan yang
udah di siapin sama yang punya proyek, cuman nyebarin konten doang
yang udah di siapin, ya palingan keahlian ya cuman biasa mainin sosial
media yaudah gitu doang si, tugas dan tanggung jawabnya ya palingan
cuman bahan-bahan udah disiapin itu dapat tersampaikan ke khalayak
umum dan di noticed oleh banyak orang”.( wawancara dengan N,
(Anggota Buzzer), di Bintaro, Tangsel, 17 Agustus 2019)
Buzzer merupakan pekerjaan yang dikerjakan oleh sebuah tim serta
memiliki peran dan fungsi antara lain:
(a) Membentuk wacana politik, (b) menciptakan isu, (c) Wacana dan isu
tersebut bersifat advokatif, konstruktif, destruktif dan agitatif (d)
Menyiapkan counter-discourse bilamana terjadi perang siber dengan
buzzer lainnya, (e) Bergerak dalam kelompok kecil bersifat independen
dan partisan (Wasisto Raharjo, 2016; 151).
Kemudian narasumber lainnya, OPA kembali menjelaskan lebih
mendalam mengenai peran dan fungsi buzzer dalam media sosial, sebagai berikut
:
“ya membaguskan nama orang yang kita bangun kaya misalnya ngeshare
kegiatan si tokoh sehari-harinya ngapain aja kalo ga ya prestasi yang telah
45
tercapai, bisa juga menjatuhkan nama orang yang menjadi lawan kita, itu
semua pasti ada..” (wawancara dengan OPA, (Anggota Buzzer),
Cireundeu, Tangsel, 08 Agustus 2019)
Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat peran serta fungsi
yang dikerjakan oleh para anggota buzzer, seperti menciptakan sebuah isu terkait
kontruktif, maupun destruktif serta buzzer berguna sebagai counter-discourse jika
ada isu terkait yang menyerang tokoh yang didukung serta mengikuti situasi
kondisi politik yang sedang berlangsung pada saat agenda pemilihan presiden
sedang berlangsung.
Dalam perhelatan pesta demokrasi di Indonesia khususnya pemilihan
presiden periode 2019-2024, penggunaan buzzer merupakan sebagai salah satu
strategi kampanye di dunia maya melalui beberapa platform media sosial seperti
Instagram, Twitter dan Facebook, kemajuan teknologi seperti hadirnya sosial
media di kalangan masyarakat menjadi salah satu wadah bagi politisi untuk
berkampanye. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan bagaimana mekanisme
sebuah tim buzzer dalam mengerjakan pekerjaannya. Dalam sebuah diskusi yang
diselenggarakan di YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia)
mengusung tema mengenai “Buzzer dan Ancaman terhadap Demokrasi” terdapat
hal yang diutarakan seorang peneliti dari Centre for Innovation Policy and
Governance (CIPG) yaitu Klara Esti, ia menyebutkan bahwa dalam memahami
buzzer tidak dapat dipahami secara parsial, dalam industri buzzer terdapat aktor
lain yang memiliki pengaruh cara kerja serta terdapat arus kuasa dan aliran uang
yang berasal dari korporat, partai politik, ataupun tokoh politik. (Astuti, 2019).
Senada dengan pernyataan diatas bahwa dalam mengetahui peranan dan fungsi
46
buzzer serta bagaimana cara mereka bekerja, peneliti menulusuri siapa saja yang
berperan dalam dinamika tersebut antara lain;
Gambar 3.4 Struktur Otoritas Industri Buzzer
1. Bos lembaga terkait (Agency Boss) : memiliki peran sebagai
pemilik modal sekaligus pengelola lembaga yang mempekerjakan
para anggota buzzer dengan tim lainnya, bos lembaga memiliki
posisi tertinggi dalam industri buzzer
Leader
Content Creator
Team
Buzzer
Coordinator
Buzzer Member
Agency Boss
47
2. Penanggung jawab (Leader) : berperan sebagai pengawas tim
pembuat konten (content creator) dan tim buzzer. Leader
memiliki otoritas langsung di bawah dari boss lembaga
3. Tim pembuat konten (Content Creator Team): berperan sebagai
pembuat konten-konten yang nantinya akan disebar di kanal
media sosial
4. Koordinator buzzer (Buzzer Coordinator) : berperan sebagai
penghubung antara tim buzzer dengan tim content creator, ia
berperan sebagai orang yang menerima materi apa saja yang
harus di distribusikan kepada para anggota buzzer
5. Anggota buzzer (Buzzer Member): berperan sebagai penyebar
materi yang telah disiapkan oleh tim pembuat konten (content
creator) yang nantinya akan disebar di berbagai platform media
sosial.
Data diatas menjelaskan bagaimana industri buzzer dapat bergerak dan
bekerja secara sinergis di media sosial. Terdapat beberapa pembagian otoritas
dalam sebuah industri buzzer, tim yang terbentuk bekerja sesuai dengan
peranannya masing-masing. Lebih mendalam peneliti akan membahas bagaimana
mekanisme sebuah indrustri buzzer di media sosial dengan menggunakan teori
proses simultan sebagai berikut:
48
A. Tahap Menyiapkan Materi
Burhan Bungin menjelaskan salah satu tahap dalam proses
simultan ialah tahap menyiapkan materi. Dalam proses ini merupakan
pekerjaan dari seorang editor yang akan menyunting sebuah fenomena
yang nantinya akan dijadikan sebuah berita yang akan di beritakan dalam
media massa. Dalam proses ini terdapat beberapa hal yang penting dalam
proses persiapan materi, yaitu
a. keberpihakan media massa kepada kapitalisme,
b. keberpihakan semu kepada masyarakat dalam hal ini dapat kita lihat
melalui simpati, dan empati yang dilakukan masyarakat,
c. keberpihakan dengan kepentigan umum (Burhan Bungin, 2014)
Dalam tahap penyiapan materi yang berperan dalam proses
tersebut ialah tim pembuat konten (content creator), dalam hal tersebut tim
ini menyiapkan materi yang nantinya akan di sebarkan oleh tim buzzer ke
berbagai platform media sosial yang ada. Adapun materi yang dibentuk
dalam bentuk gambar meme, video maupun narasi yang terkait dengan
kegiatan sehari-hari tokoh yang didukung maupun situasi politik yang
sedang terjadi pada saat kampanye pemilihan presiden berlangsung. Hal
tersebut dipertegas oleh salah satu informan:
“itu ada tapi diluar dari 20 anggota, selain ada leader, ada tim yang
membuat konten atau materi yang akan di buzzer dibawahnya tim
yang ngebuat konten ada ketua buzzer yang akan koordinasi
49
dengan tim pembuat konten….” (wawancara dengan OPA,
(Anggota Buzzer), di Cireundeu, Tangsel, 08 Agustus 2019)
Lebih lanjut dijelaskan oleh beberapa informan lainnya mengenai
materi apa saja yang terkait dengan buzzer pemilihan presiden 2019;
“yaitu misalkan calon kita sedang blusukan kedaerah sini, nah itu
kita angkat berarti citra buat naikin citra si capres ini, jadi
kontennya kaya kegiatan sehari-hari gitu, jadi kita report terus kita
bagusin ya kaya media gitu, kalo media kan sifatnya netral kalo
kita membuat hal positif yang dilakukan si capres ini kita share
gitu, tapi bisa juga sifatnya nyerang misalkan calon sebelah lagi
kena masalah apa kita serang di situnya, jadi selain nyerang kita
juga nge-deff juga, misalkan juga calon kita juga dijelek-jelekin
kaya misalakan calon kita dibilang keturunan PKI, atau darimana
nah itu kita bersihin namanya dari situ” (wawancara dengan RWA,
(Anggota Buzzer) di Cireundeu, Tangsel, 07 Agustus 2019)
“selama saya kerja isu yang sering diangkat adalah ngebentuk
framing untuk tokoh yang akan kita dukung, gimana sih ngebangun
citra seorang tokoh dan menepis hal-hal yang tidak benar yang
beredar di dunia maya”( wawancara dengan IY, (Anggota Buzzer)
di Cireundeu, Tangsel, 08 Agustus 2019)
Dari uraian percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa tim
pembentuk konten (content creator), merupakan tim yang bertanggung
jawab atas pembentukan materi terkait pemilihan presiden periode 2019-
2024. Berperan sebagai pembentuk materi-materi seperti, meme, narasi,
portal berita dari serta video yang berkaitan dengan agenda sang tokoh
yang dukung serta situasi politik yang berlangsung pada saat proses-proses
agenda pemilihan presiden yang nantinya akan di sebarkan oleh para
anggota buzzer ke berbagai media sosial yang telah disepakati
sebelumnya.
50
Dalam mengkaji nilai-nilai yang terdapat di dalam setiap konten
yang di distribusikan oleh buzzer ke media sosial, peneliti menggunakan
definisi propaganda, menurut Malesevic (2010) menjelaskan bahwa
propaganda merupakan bentuk berat dari pendidikan terorganisir yang
melibatkan produksi, reproduksi dan penyebaran gagasan, gambar, dan
pesan yang ditujukan untuk membujuk dan mempengaruhi pendapat serta
tindakan besar kelompok besar individu. Dalam buku yang berjudul
“Memahami Propaganda, Metode, Praktik, dan Analisa” karya Alip Yog
Kunandar menjelaskan teknik-tenik propaganda dari berbagai tokoh yang
ada, diantaranya
Tabel III.1.5 Teknik-Teknik Propaganda
Sumber: Alip Yog Kunandar, Memahami Propaganda Metode, Praktik
dan Anilisis, 2017
Adapun konten yang diambil oleh peneliti ialah konten yang
disebarkan oleh anggota buzzer pada tanggal 17 februari hingga 25
februari 2019;
Teknik-Teknik Propaganda
A. Name Calling G. Card Stacking
B. Glittering Generality H. Bandwagon
C. Transfer I. Beautiful People
D. Testimony J. Demonizing the Enemy
E. Plain Folks K. Slogan
F. Half Truth
51
Tabel III.1.6 Penyebaran Tema Buzzer
Hari dan Tanggal Tagar Yang Di Sebar
Minggu, 17 Februari 2019 #DebatPintarJokowi
Senin, 18 Februari 2019 -
Selasa, 19 Februari 2019 #JokowiMemberikanBukti
Rabu, 20 Februari 2019 #SederhanaSaja,
Kamis, 21 Februari 2019 #BantenMeluKyai
Jumat, 22 Februari 2019 #JokowiSayangMemoPepo,
#SudirmanSaidHalu
Sabtu, 23 Februari 2019 #TimnasIndonesiaMaju
#2019NenoGantiTuhan
Minggu, 24 Februari 2019 #01OptimisIndonesiaMaju
Sumber: https//twitter.com
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya propaganda merupakan
upaya untuk meyakinkan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan,
hal ini dapat berupa gambar maupun sebuah gagasan. Dalam kesempatan
kali ini peneliti mencoba untuk menjelaskan beberapa teknik propaganda
yang digunakan dalam sebuah gambar atau meme yang disebarkan oleh
para angggota buzzer ke berbagai media sosial, antara lain:
1. Bandwagon
Teknik ini digunakan untuk meyakinkan sebuah anggota kelompok
untuk bergabung dan mengikuti kelompoknya. (Alip Yog, 2017)
52
Gambar 3. 5 Contoh Teknik Bandwagon
Sumber: https//twitter.com
Sesuai dengan definisi yang dijelaskan bahwa teknik bandwagon
merupakan teknik yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang atau
kelompok bahwa mereka termasuk golongan yang sama. Dalam
gambar diatas menunjukkan sebuah ajakan untuk semua golongan
yang ada di banten untuk mendukung KH Makruf Amin menjadi calon
wakil presiden dalam kontestasi pemilihan presiden periode 2019-2024
karena KH Makruf Amin merupakan keturunan banten yang sudah
sepatutnya sebagai warga banten mendukung saudaranya yang sedang
menyalonkan diri, hal tersebut diperkuat dengan tagar atau hashtag
yang diusung yaitu #BantenMeluKyai
2. Beautiful People
Teknik ini merupakan teknik yang digunakan dengan cara meminta
orang-orang yang memiliki pengaruh memberikan pengalaman
53
mengenai gagasan mereka di depan publik, dengan maksud untuk
mempengaruhi cara berpikir khalayak umum. (Alip Yog, 2017)
Gambar 3.6 Contoh Teknik Beatiful People I
(Sumber: Twitter.com)
Gambar 3.7 Contoh Teknik Beatiful People II
(Sumber: Twitter.com)
Dalam tagar atau hashtag yang sama dengan sebelumnya
#BantenMeluKyai, untuk meyakinkan warga banten bahwa pasangan
Jokowi-KH Makruf Amin merupakan pilihan yang tepat untuk menjadi
54
presiden dan wakil presiden periode 2019-2024. Dalam hal ini
menggunakan orang-orang yang memiliki pengaruh untuk memberikan
pendapatnya kepada khalayak luas.
Terdapat beberapa tokoh yang memberikan pendapat mengenai
pasangan Jokowi-KH Makruf Amin ialah KH Juned yang memiliki
posisi sebagai ketua Ulama, dalam gambar diatas, ia berpendapat
bahwa pasangan Jokowi-KH Makruf Amin merupakan pasangan calon
yang sudah memenuhi kriteria nasionalisme dan religious untuk
membangun sebuah negara yang lebih baik. Sedangkan, Mulyadi Jaya
Baya yang merupakan sesepuh Jaro Banten, dijelaskan dalam gambar
tersebut ia menyatakan bahwa warga banten seharusnya putra
daerahnya KH Makruf Amin dapat mengikuti kontestasi pemilihan
presiden 2019 mendampingi Jokowi.
3. Half Truth
Teknik ini merupakan teknik yang digunakan dengan cara
memberikan sebuah pernyataan yang berisi “setengah kebenaran”
mengenai informasi tertentu. Maksud dari “setengah kebenaran” ialah
memberikan informasi atau fakta secara sebagian, hal ini tersebut
memang sengaja dibuat bertujuan untuk mengelabui pihak lawan.
(Alip Yog, 2017).
Teknik ini dapat ditemukan dalam salah satu kejadian yang terjadi
pada saat kontestasi pemilihan presiden 2019, Neno Warisman pada
55
saat ia melakukan orasi dalam aksi “Munajat 212” yang kemudian
penggalan dari orasinya tersebut menjadi sorotan di dunia maya.
Adapun penggalan orasi Neno Warisman yang sempat menjadi sorotan
di dunia maya sebagai berikut;
“Jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu”. (Tim detik, 2019)
Gambar 3.8 Contoh Teknik Half Truth
Sumber: https//twitter.com
Gambar diatas merupakan salah satu contoh penggunaan teknik
Half Truth di media sosial, karena dalam unggahan tersebut informasi
yang disampaikan kepada khalayak luas hanya sebagian fakta yang ada
bukan secara keseluruhan, penggalan orasi tersebut merupakan bagian
56
dari puisi yang pernah ada di era Nabi Muhammad ketika perang badar
berlangsung
4. Demonizing the Enemy
Teknik ini memberikan pernyataan yang merendahkan martabat
musuh agar pihak lawan dijauhi dan dibenci. (Alip Yog, 2017).
Kemudian teknik dapat ditemukan dalam salah satu konten yang telah
di siapkan oleh tim pembuat konten, antara lain;
Gambar 3.9 Contoh Teknik Demonizing the Enemy
Sumber: https//twitter.com
Dalam teknik demonizing the enemy, tujuan utama dari teknik ini
ialah menjatuhkan citra seorang lawan agar pihak lawan dibenci serta
di jauhi oleh pendukungnya. Dalam gambar diatas menunjukkan
bahwa Neno Warisman merupakan seperti sosok yang menyeramkan,
57
sosok yang tidak mencerminkan manusia yang bersikap baik dan tidak
pantas untuk ditiru, meme tersebut bermunculan setelah orasinya pada
saat aksi di “Munajat 212”.
5. Slogan
Teknik ini merupakan sebuah retorika sederhana yang digunakan
baik secara tertulis, lisan, maupun visual. (Alip Yog, 2017). Dalam
ajang kontestasi pemilihan presiden 2019 setiap pasangan pasti
memiliki slogan masing-masing. Adapun pasangan Jokowi-Makruf
Amin memiliki beberapa slogan, salah satunya ialah
#01OptimisIndonesiaMaju. Perlunya slogan dalam hal ini bertujuan
untuk mepertahankan ingatan masyarakat terhadap pasangan calon
yang akan dipilihnya nanti.
6. Plain Folks
Plain Folks, merupakan teknik yang digunakan dalam upaya
meyakinkan khalayak luas bahwa mereka merupakan bagian dari
khalayak luas tersebut. (Alip Yog, 2017)
58
Gambar 3.10 Contoh Teknik Plain Folks
(Sumber: Twitter.com)
Dalam gambar tersebut menjelaskan bahwa Jokowi sebagai
presiden menawarkan kebijakan mengenai akses lahan produktif bagi
masyarakat agar kehidupan mereka semakin membaik. Mengingat
bahwa mayoritas masyarakat Indonesia berprofesi sebagai petani,
memberikan sebuah kebijakan yang mensejahterakan masyarakat
terutama para petani merupakan langkah yang tepat. Hal tersebut
secara langsung menunjukkan bahwa pasangan Jokowi-KH Makruf
Amin merupakan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang
pro terhadap rakyat terutama yang berprofesi sebagai petani.
Dalam pembentukan materi tim content creator berfokus pada
pembentukan citra seorang tokoh yang di dukung hal ini bertujuan
untuk membentuk citra seorang tokoh yang di di harapkan oleh
masyarakat pada umumnya. Pembentukan citra sang tokoh agar sesuai
dengan yang diharapkan masyarakat merupakan hal yang serupa
59
seperti yang dijelaskan oleh Burhan Bungin bahwa salah satu hal yang
harus diperhatikan dalam menyiapkan sebuah berita yang akan
disebarkan ke khalayak luas ialah adanya keberpihakan dengan
kepentingan umum. Pembentukan citra positif sang tokoh ke
masyarakat luas bertujuan untuk memberikan kesan yang baik kepada
sang pembaca materi tersebut yang pada akhirnya sang pembaca
tersebut memiliki rasa simpati dan empati terhadap tokoh yang
tersebut.
B. Tahap Penyebaran Konstruksi
Tahap kedua ialah tahap penyebaran kontruksi, dalam tahapan ini
merupakan penyebaran pesan yang bersifat real time yang akan disebar
melalui media massa dan media lainnya. Dengan kata lain, real time yang
dimaksudkan dalam hal ini ialah proses penyebaran berita dilakukan pada
seketika berita di siarkan dan di kemudian di lihat oleh masyarakat
(Bungin, 2014).
Tim buzzer berperan dalam tahapan ini, mereka bertugas sebagai
penyebar konten yang telah di bentuk oleh tim content creator ke berbagai
platform media sosial yang ada seperti Instagram, Facebook dan Twitter,
dalam menyebarkan materi tersebut terdapat kesepakatan yang telah di
bentuk sebelumnya agar materi yang di distribusikan dapat menjadi
pemberitaan yang dapat dilihat netizen secara mudah. Seorang buzzer
dalam melaksanakan pekerjaan terlebih dahulu harus memiliki beberapa
60
akun di berbagai platform media sosial yang ada seperti Instagram,
Facebook dan Twitter. Hal ini dijelaskan oleh salah satu informan sebagai
berikut;
“kemaren si pas gue kerja, setiap orang tuh harus megang 15 akun,
lima akun facebook, lima akun twitter, lima akun instagram nah
itu akun harus aktif, dari awal kita kerja ampe akhir nanti pilpres”
(wawancara dengan J, (Anggota Buzzer), di Cireundeu, Tangsel,
13 Agustus 2019)
Dalam membuat akun-akun di berbagai media sosial yang ada,
para anggota buzzer telah diberikan nomer-nomer ponsel yang nantinya
berguna untuk aktivasi sebuah akun, hal tersebut di sampaikan oleh
informan L sebagai berikut;
“kemaren kita disiapin nomer telfonnya doang aja buat aktivasi
akun, kalo misalnya buat akunnya kita buat sendiri cuman disiapin
nomernya aja” (wawancara dengan L, (Anggota Buzzer), di
Ciputat, Tangsel, 26 September 2019)
Kemudian, setelah memiliki beberapa akun di setiap media sosial
yang telah tentukan, tim buzzer mulai melakukan pekerjaannya sebagai
penyebar materi yang telah di buat seperti meme, video, portal berita
media elektronik ke berbagai media sosial. Dalam menyebarkan konten ke
setiap media sosial yang telah ditentukan, dimana media sosial memiliki
tingkat kesulitan yang berbeda dalam menyebarkan konten. Hal tersebut
disebabkan tingkat pengamanan serta fitur yang ada di setiap media sosial
yang berbeda. Dalam bagian pengamanan, media sosial yang memiliki
tingkat keamanan yang tertinggi ialah instagram, kemudian facebook dan
61
yang terakhir ialah twitter. Hal tersebut dijelaskan oleh beberapa informan
sebagai berikut;
“ya kan namanya sosial media itu sistem, nah di sistem itu ada
namanya sekuritas karena kita setiap posting itu banyak kadang
suka ke suspend, misal kaya instagram kan kita biasanya dikirimin
bahan bisa belasan sampe puluhan gambar per topic nah kita gabisa
posting semua ke ig karena yang gua alamin ketika main ig ketika
kita ngeshare konten berbau politik lebih dari 5 kali ke ig nanti
akun kita kena blok sama pihak ig, nah kalo fb kita bebas ngetik
kaga dibatesin maksimal berapa kata tapi susah buat naikin
trending terus kalo di fb cuman upload status doang ama ngeshare
ke grup, nah kalo ke twitter gampang walaupun ada batas minimal
berapa kata kita bisa bebas upload konten dan jarang kena blok
terus di twitter itu ada namanya trending topic jadi bisa keliatan
kalo berita kita naik di sosmed tersebut” (wawancara dengan OPA,
(Anggota Buzzer), di Cireundeu, Tangsel, 08 Agustus 2019)
“ya kita tetep nge post tapi ga semasif di twitter, soal nya di ig itu
rawan banget ke blok kalo misalnya kita posting berlebihan, nah
kalo fb mah ga terlalu ketat cuman uploadnya buat status dan kaga
ada fitur hastag kaya di twitter yang buat kita tau kalo missal berita
yang kita buat bisa trending gitu sii” (wawancara dengan J,
(Anggota Buzzer) di Cireundeu, Tangsel, 13 Agustus 2019)
Sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh informan OPA dan J
bahwa dalam menyebarkan bahan-bahan terkait pemilihan presiden 2019-
2024 ke berbagai media sosial yang ada tidak dapat disamakan antara satu
media sosial dengan yang media sosial lainnya, hal tersebut dikarenakan
setiap sistem pengamanan yang berbeda, jika dilakukan secara berlebihan
akan menyebabkan akun-akun yang menyebarkan materi buzzer akan di
berikan sanksi seperti suspend akun, maupun blokir akun oleh pihak media
sosial yang bersangkutan. Berikut ada beberapa contoh unggahan para
anggota buzzer di beberapa media sosial;
62
Gambar 3.11 Contoh Konten yang di Unggah di Media Sosial Twitter
Sumber: https//twitter.com
Kemudian, terdapat hal yang perlu diperhatikan dalam penyebaran
berita seperti tagar atau hashtag (#) dalam setiap bahan yang akan di
sebarkan ke media sosial, hal ini dimaksudkan untuk membuat berita yang
dikirim ke media sosial dapat secara mudah untuk dicari oleh para
pembaca. Twitter merupakan sosial media yang memiliki keunggulan
dalam fitur tagar atau hashtag. Menurut Juditha (2015) dalam jurnalnya
yang berjudul “Fenomena Trending Topic di Twitter: Analisis Wacana
Twit #SaveHajiLulung”, dalam jurnal tersebut Juditha menyatakan bahwa
penggunaan kode tagar atau hashtag merupakan salah satu penanda dari
63
fitur Twitter, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah untuk
membedakan sebuah topik yang memiliki kalimat yang terlihat sama.
Namun di Indonesia sendiri penggunaan tagar atau hashtag
memiliki tujuan lain salah satunya diperuntukkan untuk menaikkan sebuah
popularitas topik tertentu dengan kata lain mengejar hal yang di sebut
trending topic. Trending topic ialah fenomena naiknya popularitas sebuah
topik dalam Twitter karena secara massif di perbincangkan dalam jangka
waktu tertentu (Juditha, 2015).
Gambar 3.12 Fitur yang Ada di Twitter
(Sumber: Twitter.com)
Gambar diatas merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki
twitter mengenai fitur yang telah disiapkan oleh media sosial tersebut.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Juditha keberadaan fitur tagar
atau hashtag (#) dalam twitter selain memudahkan seseorang mengetahui
topik yang sedang sering diperbincangkan dalam twitter sekaligus
64
menaikkan polpularitas sebuah topik yang sedang beredar. Hal tersebut
dimanfaatkan oleh kawanan buzzer dalam menciptakan isu untuk menjadi
sebuah pemberitaan yang nantinya akan menjadi trending topic di twitter.
Adapun tahapan yang harus dilaksanakan untuk menciptakan sebuah isu
menjadi trending topic akan dijelaskan oleh salah satu informan sebagai
berikut:
“untuk di twitter sendiri biasanya ada akun pusatnya bang, ada
akun pusat selain kita bikin akun pribadi yang 5 itu, nah nanti
ketika akun pusat ngetweet apa nanti kita retweet-retweet nah kan
disitu ada tagar misalkan #JagalahKebersihan selagi kita nge post
itu, ada yang nge retweet dan komen lama-lama tagarnya naik, nah
nanti kalo bisa jadi trending topik satu di twitter ya paling engga 10
teratas di twitter biasanya dari tim kita, nah kaya yang tadi saya
sebelumnya bilang kalo udah masuk trending topic kan masyarakat
jadi tau di twitter yang paling banyak di omongin itu apa si, apa
yang kita kerjain itu cuman banyak spam si media, spam, spam
spam sebanyak-banyaknya nanti jadi trending nah kan orang pada
kepo...” (wawancara dengan RWA, (Anggota Buzzer) di
Cireundeu, Tangsel, 07 Agustus 2019)
Kemudian informan lainnya menambahkan beberapa hal yang
harus di cermati dalam proses untuk menaikkan sebuah isu menjadi
trending topic di twitter
“pertama ya harus banyak uploadnya,harus bener-bener ngebut
post di twitter di saat waktu tertentu kan kadang ada namanya
prime time nah misalkan prime time nya tuh jam 7 malem, nah pas
jam 7 malem langsung tuh bahan dikasih bahan yang dimasudkan
itu foto, beserta hashtag dan captionnya, nah sekitar jam 7 malem
sampe setengah 9 lah kita bener-bener intenst upload bahan-bahan
yang udah dikasih nah nanti kan hashtag yang kebaca di twitter itu
hashtag yang sering di omongin dan akhirnya naik gitu deh,
biasanya bahan dapet langsung kita upload bareng-bareng biar jadi
trending topic itu sih kuncinya” (wawancara dengan N, (Anggota
Buzzer), di Bintaro, Tangsel, 17 Agustus 2019)
65
Dalam penjelasan informan N terdapat hal perlu diperhatikan
dalam menyebarkan konten ke media sosial, pertama ialah waktu pada saat
konten disebar, mengapa hal ini merupakan hal yang harus
dipertimbangkan karena pada jam tersebut seseorang biasanya sedang
menggunakan media sosial.
Hal lainnya ialah setidaknya dibutuhkan kerjasama yang baik antar
sesama anggota buzzer. Hal ini dikarenakan jika ingin sebuah isu naik
menjadi trending topic setidaknya terdapat banyak akun yang saling
berinteraksi bisa kedalam bentuk reply, love, rettweet, dan share konten
yang telah di persiapkan serta secara intens memperbincangkan topic
tersebut dalam jangka waktu tertentu di media sosial sehingga topik
tersebut dapat menjadi salah satu kategori trending topic.
Sesuai dengan data yang diberikan oleh kedua informan diatas
nampaknya twitter merupakan media sosial yang paling efektif dalam
menyebarkan isu mengenai pemilihan presiden 2019-2024. Hal tersebut di
karenakan pertama pengguna twitter di Indonesia merupakan terbesar ke-5
versi Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan
Komunikasi Publik (IKP), kemudian tingkat sekuritas twitter yang tidak
terlalu ketat sehingga para buzzer tidak perlu khawatir akunnya akan
terkena suspend maupun blokir, mereka dapat memainkan akunnya secara
massif, serta fitur yang di miliki twitter memudahkan para buzzer dalam
menyebarkan konten yang terkait dengan pemilihan presiden 2019-2024
66
dan dapat dilihat secara langsung hasil yang mereka kerjakan. Hal tersebut
dapat di buktikan dalam acara debat kedua pemilihan presiden 2019-2024
jagat maya khususnya twitter dipenuhi dengan tagar atau hashtag yang
berkaitan dengan politik.
Tabel III.2.7 Tagar Terpopuler di Twitter Saat Debat
Pemilihan Presiden 2019
10 Tagar Terpopuler di Twitter Saat Debat Pemilihan
Presiden 2019
#DebatPintarJokowi #PrabowoMenangDebat
#DebatPilpres2019 #DebatSebel
#CurhatPilpres2019 #DebatKeduaPilpres2019
#Debat02PrabowoMenang #NewEraPrabowoSandi
#JokowiOrangnyaBaik #DebatCapres
(Sumber: diolah dari https:m.detik.com/inet/cyberlife/d-
4432899/10-tagar-terpopuler-di-twitter-saat-debat-pilpres-2019)
Kemudian untuk melihat intesitas pergerakan tagar atau hashtag di
twitter, penulis menemukan beberapa data, hal ini dapat ditemukan melalui
pemberitaan yang berasal dari media elektronik Tempo, serta dalam fitur
pencarian di twitter. Adapun data di paparkan sebagai berikut;
67
Gambar 3.13 Intensitas Tweet per Jam 20.30 Saat
Debat Pilpres 2019
(data di olah dari “https://bisnis.tempo.co/read/1176681/beragam-tagar-
debat-pilpres-mendominasi-trending-topic-twitter”)
Kemudian jika dilihat dari fitur twitter, sebagai berikut;
Gambar 3.14 Trending Topic Twitter Pada Saat Debat
Pilpres 2019
Sumber: https//twitter.com
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
#DebatPintarJokowi #PrabowoMenangDebat
68
Gambar 3.15 Pergerakan Tagar di Twitter
(Data diolah dari: https//twitter.com dan tempo.com)
Dalam menaikkan sebuah isu menjadi trending topic di media
sosial dibutuhkan kerjasama tim yang baik. Oleh karena itu pentingnya
menjaga koordinasi yang baik antara tim content creator serta para
anggota buzzer sangat dibutuhkan, hal ini merupakan peran seorang leader
untuk mengawasi kinerja setiap tim yang telah dibentuk, apakah setiap tim
yang ada dapat bekerja dengan semestinya atau tidak.
“….nah leadernya sebagai penanggung jawab kepala tim, nah tim
nya dibagi menjadi dua ada tim conten kreator ada tim buzzer, , tim
content creator yang menyiapkan bahan-bahannya kemudian tim
buzzer juga…” (wawancara dengan OPA, (Aggota Buzzer), di
Cireundeu, Tangsel, 08 Agustus 2019)
Dapat disimpulkan bahwa terjalinnya koordinasi yang baik antara
tim content creator dan para anggota buzzer dapat dibangun dengan cara
komunikasi yang baik dari setiap tim yang ada, kemudian peran leader
seseorang yang bertanggung jawab atas kinerja kedua tim tersebut. Dalam
25300
6144
131000
41400
#DebatPintarJokowi #PrabowoMenangDebat
versi fitur twitter versi data Tempo
69
menjaga kinerja para anggota agar menunjukkan hasil yang maksimal,
dalam waktu seminggu sekali para anggota buzzer dituntut untuk
mengumpulkan laporan hasil kerja mereka serta dalam beberapa minggu
sekali diadakan evaluasi hasil kinerja masing-masing para anggota buzzer.
Hal tersebut sesuai dengan yang di ucapkan oleh salah satu informan
sebagai berikut;
“iya ada SOPnya, nah terus di bentuknya grup untuk menjaga
komunikasi jarak jauh jika ada kendala dalam buzz, kemudian
adanya evaluasi agar mengetahui kinerja masing-masing anggota”
(wawancara dengan IY, (Anggota Buzzer), di Cireundeu, Tangsel,
08 Agustus 2019)
Dapat disimpulkan bahwa bahwa dalam tahap penyebaran
konstruksi ini merupakan peran seorang anggota buzzer, mereka
mempublikasikan konten-konten yang telah di buat oleh tim pembuat
konten (content creator) seperti meme, portal berita media online, video ke
berbagai media sosial yang telah ditentukan.
Dalam mempublikasikan konten-konten terdapat beberapa hal yang
perlu di perhatikan, salah satunya adalah ketika membuat sebuah konten
menjadi trending topic di media sosial, hal ini dapat diperoleh dengan
acara setiap akun media sosial yang ada saling berinteraksi
memperbicangkan tema tersebut dalam jangka tertentu dan hal ini
dilakukan secara massif. Dalam menjaga kinerja para anggota buzzer
bekerja semaksimal mungkin terdapat leader yang mengawasi kinerja
mereka serta terdapat evaluasi kerja yang di lakukan beberapa minggu
70
sekali bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja serta kendala yang
di alami pada saat mempublikasikan konten tersebut ke media sosial.
C. Tahap Pembentukan Kontruksi
Tahap berikutnya ialah tahap pembentukan kontruksi, dalam tahap
ini terdapat kontruksi realitas dan kontruksi citra yang memiliki bagiannya
tersendiri. Adapun kontruksi realitas terbagi menjadi tiga proses yakni (a)
proses konstruksi realitas pembenaran, hal ini sebagai bentuk kontruksi
masyarakat yang membenarkan apa saja yang terjadi di media massa, (b)
ketersediaan seseorang orang untuk di konstruk oleh media massa, (c)
konsumsi media massa sebagai pilihan yang konsumtif. Sedangkan dalam
tahapan konstruksi citra merupakan bagaimana citra yang dibuat untuk
sebuah berita yang akan di tayangkan. Dalam hal ini, kita akan mengetahui
objek yang ditayangkan merupakan objek yang memiliki kecenderungan
baik (good news) ataupun buruk (bad news) dalam kontruksi citra (Burhan
Bungin 2014).
Dalam melihat kontruksi citra seorang tokoh melalui media sosial.
Hal ini dapat dilihat dari hasil riset lembaga Politicalwave mengenai
intensitas percakapan di media sosial mengenai pemilihan presiden 2019.
Riset tersebut dilakukan pada tanggal 28 Januari hingga 4 Februari 2019,
menghasilkan data sebagai berikut:
71
Gambar 3.16 Jumlah Percakapan Terkait Pasangan Presiden-Wakil
Presiden di Media Sosial
(Sumber: Detiknews, 2019)
Gambar 3.17 Sentimen Percakapan di Media Sosial
(Sumber: Detiknews, 2019)
Dari pemaparan data diatas, dapat dilihat bahwa media sosial
digunakan sebagai media kampanye, kemudian setiap tokoh yang
diperbincangkan di media sosial tak luput dari sentimen positif maupun
negatif. Namun, jika dilihat dari proses pembentukan citra mengenai objek
yang dijelaskan oleh Bungin tentang konstruksi citra dapat disimpulkan
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Prabowo-Sandiaga
Jokowi-Ma'ruf
Positif
Negatif
72
bahwa pesan yang disampaikan oleh kelompok buzzer dalam media sosial
memiliki kecenderungan baik (good news).
D. Tahap Konfirmasi
Tahap konfirmasi, dalam tahapan ini merupakan tahapan dimana
media massa dan pembacanya mengeluarkan sebuah reaksi dalam
pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Dalam
tahapan ini menghasilkan sebuah reaksi yang berbeda antara media dan
pembaca (Bungin, 2014). Sebagai kelompok buzzer, media sosial
merupakan media yang efektif dalam menyebarkan pesan kepada para
pembaca, hal ini dikarenakan kemudahan dalam mengakses sebuah
informasi melalui media sosial bagi masyarakat indonesia. Hal ini
dipertegas dengan pernyataan oleh beberapa informan sebagai berikut:
“Jadi buzzer menurut gue, cukup efektif karena mengingat pada
jaman sekarang itu apa-apa, semua by sosial media dari berita terus
lowongan pekerjaan atau ilmu pengetahuan semuanya bisa di dapat
dari media sosial, nah karena peran buzzer disini kan sangat kuat di
media sosial, jadi menurut gua cukup efektif dalam pilpres 2019
untuk menarik perhatian publik begitu” (wawancara dengan D,
(Koordinator Buzzer), di Ciputat, Tangsel, 26 September 2019)
“nyebar kontennya itu di facebok, twitter sama instagram jadi yang
paling berpotensi untuk naikin hashtag, tapi kita itu paling gencar
di twitter karena di twitter itu kalo jaman sekarang trending topic
di twitter bisa jadi trend setternya juga atau jadi patokan yang
paling banyak diomongin lewatnya twitter, twitter itu paling
banyak uploadnya kalo facebook sama instagram cuman
sekedarnya aja” (wawancara dengan N, (Anggota Buzzer), di
Bintaro, Tangsel, 17 Agustus 2019)
Dari pernyataan yang diberikan oleh kedua informan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa memang peran kelompok buzzer dalam
73
menggunakan media sosial sebagai alat berkampanye dapat dikatakan
cukup efektif untuk mempengaruhi seseorang untuk menentukan
pilihannya pada saat pemilihan presiden 2019.
74
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai mekanisme
buzzer dalam membentuk opini publik melalui media sosial pada
pemilihan presiden 2019, maka kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan
data dan hasil, sebagai berikut :
Media sosial memberikan ruang bagi para politisi untuk
mempromosikan tokoh yang mereka dukung. Dalam perhelatan pemilihan
presiden 2019 dalam menjaga elektabilitas seorang calon di media sosial,
para politisi menggunakan sebuah jasa yang dinamakan kelompok buzzer.
Kelompok ini berperan untuk menjaga elektabilitas seorang tokoh agar
tetap eksis di media sosial. Dalam memahami kelompok buzzer tidak
dapat dipahami secara sebagian namun harus dipahami secara keseluruhan.
Dalam kelompok buzzer terdapat beberapa bagian yang memiliki perannya
masing-masing.
Bos lembaga terkait memiliki peran sebagai pemilik modal serta
seseorang yang memperkerjakan para kelompok buzzer, kemudian leader
sebagai penanggung jawab atas terselenggaranya agenda buzzer di media
sosial. Setelah itu, terdapat tim pembuat konten yang bertanggung jawab
75
untuk membuat materi berupa portal berita, video, meme terkait buzz di
media sosial dan terakhir ialah, tim buzzer berperan sebagai kelompok
yang menyebarkan materi yang telah disiapkan oleh tim pembuat konten.
Kelompok buzzer menyebarkan konten yang telah dibuat oleh tim
pembuat konten ke berbagai media sosial yang telah ditentukan, antara
lain: instagram, facebook dan twitter. Adapun, materi buzzer tersebut
memiliki teknik-teknik propaganda di dalamnya, antara lain; bandwagon,
beautiful people, half truth, demonizing the enemy, slogan, dan plain folks.
Dalam menyebarkan konten terdapat hal yang perlu diperhatikan seperti
penggunaan hashtag, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah topik
yang sedang diperbincangkan, serta bertujuan untuk menjadi sebuah
trending topic di media sosial, kemudian untuk mencapai sebuah trending
topic di media sosial, setidaknya topik tersebut harus diperbincangkan
dalam kurun waktu tertentu secara masif. Kecenderungan pesan yang
disampaikan ke media sosial adalah pemberian kesan baik (good news)
terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden, kemudian hal
tersebut bertujuan untuk mengubah pilihan masyarakat atau meyakinkan
bahwa calon yang didukung oleh kelompok buzzer merupakan pilihan
yang tepat
76
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka saran-
saran yang dapat diberikan sebagai suatu rekomendasi untuk kepentingan
akademis dan praktis, adalah sebagai berikut:
1. Saran Akademik
Penelitian ini mengarah kepada sosiologi komunikasi
sehingga diharapkan agar akademisi selanjutnya dapat
memperbanyak literatur mengenai sosiologi komunikasi.
Penelitian ini lebih membahas mengenai bagaimana sebuah
kelompok yang terorganisir yang dinamakan kelompok buzzer
bekerja dalam membentuk opini publik melalui media sosial
dengan menggunakan teori Proses Simultan yang dibawakan
oleh Burhan Bungin serta teknik-teknik proganda berdasarkan
buku yang dikarang oleh Alip Yog Kusnandar. Apabila
akademisi selanjutnya ingin mengkaji penelitian mengenai
kelompok buzzer akan lebih menarik menggunakan sebuah
paradigma yang berbeda.
2. Saran Praktis
Dari hasil penelitian, peneliti ingin memberikan saran
praktis kepada kelompok buzzer, masyarakat pengguna media
sosial dan pemerintah. Pertama bagi kelompok buzzer untuk
77
lebih berhati-hati dalam pemilihan diksi serta pemilihan konten
yang mengarah kepada isu perpecahan di masyarakat. Kedua,
saran bagi masyarakat pengguna media sosial lebih selektif
dalam memilah informasi yang ada di media sosial agar tidak
mudah terprovokasi. Ketiga, saran bagi pemerintah untuk lebih
menertibkan konten-konten yang berisi muatan yang negatif di
media sosial.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Berger, Peter L. Tafsir Sosial atas Kenyataan; sebuah risalah tentang sosiologi
pengetahuan. LP3ES. Jakarta, 1990
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Prenadamedia Grup. Jakarta, 2006
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung. 2007
Kunandar, Alip Yog. Memahami Propaganda (Metode, Praktik, dan Analisis). PT
Kasinius, Yogyakarta. 2017
Malesevic, Sinisa. The Sociology of War and Violence. Cambridge University
Press. New York. 2010
Priyono. Metode Penelitian Kuantitatif. Zifatama Publishing. Sidoarjo. 2016
R. Raco, J. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya.
Grasindo. Jakarta, 2015
Sen, Krishna dan Lee, Terence. Political Regimes and the Media in Asia.
Routledge Media. New York. 2008
Setiade, Ellym dan Kolip, Usman. Pengantar sosiologi pemahaman fakta dan
gejala permasalahan sosial teori, aplikasi dan pemecahannya. Prenada
Media Grup. 2011
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung. 2013
JURNAL, TESIS
Allo, Palma Sari Toding, dkk. Pengaruh Terpaan K-Pop di Youtube terhadap
Perilaku Pada Komunitas Soulmate di Samarinda. eJournal Ilmu
Komunikasi, Vol 6, No 2. 2018
xv
Anshari, Faridhian, Komunikasi Politik di Era Media Sosial. Jurnal Komunikasi,
Vol 8, No 1. 2013.
Ardha, Berliani. Social Media Sebagai Media Kampanye Partai Politik 2014 Di
Indonesia. Jurnal Visi Komunikasi, Vol 13, No 01. 2014
Bungin, Burhan. Kontruksi Sosial Media Massa, Makna Realitas Sosial Iklan
dalam Masyarakat Kapitalistik. Program Pasca Sarjana Universitas
Airlangga, Surabaya. 2000
Dwi Setya, Erika. Komunikasi dan Media Sosial. The Messengger, Vol III,
Nomor 1. 2011
Hasanah, Hasyim. Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode
Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial). Jurnal t-Tqddum. Vol 8,
No. 1. 2016.
Juditha, Christiany. Fenomena Trending Topic di Twitter; Analisis Wacana Twit
#SaveHajiLulung. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Pembangunan. Vol
16. No 2. 2015
Juliadi, Rismi. The Construction of Buzzer Identity on Social Media ( A
Descriptive Study of Buzzer Identity in Twitter. Atlantis Press, Advanced
in Social, Education and Humanities Researc, Vol 15. 2017
Malik, Abdul. Agitasi Propaganda di Media Sosial (Studi kasus Cyberwar Antar-
Netizen terkait Dugaan Penistaan Agama oleh Basuki Tjahaya Purnama).
Jurnal Lontar, Vol 4, No 3. 2016
Nurdiani, Nina. Teknik Sampling SnowBall Dalam Peneltian Lapangan.
ComTech Vol 5, No. 2, 2014.
Raharjo Jati, Warsisto. Aktivisme Kelas Menengah Berbasis Media Sosial;
xvi
Munculnya Relawan Dalam Pemilu 2014. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
politik (JSP), Vol 20, No 2. 2016
Rusmulyadi dan Hafiar, Hanny. Dekonstruksi Citra Politik Jokowi dalam Media
Sosial. Jurnal PRofesi Humas, Vol 3, No 1. 2018.
Suhendra, Adi. Senjata Baru Dalam Ruang Politik; Kontruksi Sosial Penggunaan
Jejaring Sosial Online dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta
2012. Jurnal Sejarah dan Budaya, No 1. 2014
Syahputra, Iswandi. Demokrasi Virtual dan Perang Siber di Media Sosial;
Perspektik Netizen Indonesia. Jurnal ASPIKOM, Vol 3, No 3. 2017
ARTIKEL, BERITA DAN WEBSITE:
Afifah, Rina. 2012. Jokowi-Ahok Ungguli Foke-Nara 53,82 Persen.
https://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/28/18011745/Jokowi.Ahok.
Ungguli.Foke.Nara.53.82.Persen. Di akses pada 13 Maret 2019
Astuti, Nur Azizah Rizki. 2019. Buzzer Terlibat Politik, Medsos Jadi Pedang
Mata Dua Bagi Demokrasi. https://m.detik.com/news/berita/d-
4743019/buzzer-terlibat-politik-medsos-jadi- pedang-mata-dua-bagi-
demokrasi/2#detailfoto di akses pada pukul 15.00 WIB, 3 November 2019
Darwis, Yuliandre. 2016 Buzzer Media Sosial dalam Politik.
https://nasional.sindonews.com/read/1153277/18/buzzer-media-sosial-
dalam-politik-1478484432. Di akses pada 13 Maret 2019
Devi, Rizky Wika Shintya. 2019. Sejarah Internet dan Perkembangannya Hingga
Kini. https://m.detik.com/inet/cyberlife/d-4713807/sejarah-internet-dan-
perkembangannya-hingga-kini. Di akses pada 14 Januari 2020
Fakhri, Fakhrizal. Suara Milenial Jadi Penentu Hasil Pilpres 2019: Sosial Media
xvii
Berperan Penting. 2018.
https://news.okezone.com/read/2018/11/04/605/1973211/suara-milenial-
jadi-penentu-hasil-pilpres-2019-sosial-media-berperan-penting. Di akses
pada 14 Januari 2020.
Gunawan, Bambang. 2018. Propaganda Politik Melalui Hashtag Media Sosial.
https://m.detik.com/news/kolom/d-3997572/propaganda-politik-melalui-
hashtag-media-sosial. Di akses pada 12 November 2019
Haryanto, Agus Tri. 2019. Pengguna Internet Indonesia Didominasi Milenial.
https://m.detik.com/inet/telecommunication/d-4551389/pengguna-internet-
indonesia-didominasi-milenial. Di akses pada 18 Juli 2019
Josina, 2019. 10 Tagar Terpopuler di Twitter Saat Debat Pilpres 2019.
https://m.detik.com/inet/cyberlife/d- 4432899/10-tagar-terpopuler-di-
twitter-saat-debat pilpres-2019, Di akses pada pukul 20.00 WIB, 5
Agustus 2019
Kurnia, Tommy. 2018. 5 Negara dengan Jumlah Pengguna Media sosial
Terbanyak, Indonesia Berapa?.
https://m.liputan6.com/tekno/read/3481323/5-negara-dengan-jumlah-
pengguna-media-sosial-terbanyak-indonesia-berapa. Di akses pada 15
April 2019
Liputan 6. 2018. Apa Nama Koalisi Parpol Pendukung Prabowo di Pilpres 2019.
https://www.liputan6.com/pilpres/read/3615682/apa-nama-koalisi-parpol-
pendukung-prabowo-di-pilpres-2019. Di akses pada 15 April 2019
R, Mei Amelia. 2019. Kubu Ganti Presiden: Berlatar Belakang Perang Badar
https://news.detik.com/berita/4441672/kubu-ganti-presiden-puisi-neno-
berlatar-belakang-perang-badar. Di akses pada 5 Agustus 2019
Sugiarto, Toto. 2014. Media Sosial dalam Kampanye Politik.
xviii
https://nasional.kompas.com/read/2014/03/29/1153482/Media.Sosial.dala
m.Kampanye.Politik?page=all
Tanpa nama. 2018. Angka Penggunaan Media Sosial Orang Indonesia Tinggi,
Potensi Konflik juga Amat Besar.
https://kominfo.go.id/content/detail/14136/angka-penggunaan-media-
sosial-orang-indonesia-tinggi-potensi-konflik-juga-amat-
besar/0/sorotan_media. Di akses pada 20 Mei 2019
Tim detik. 2019, Puisi Neno Warisman di Munajat 212 Ramai di Sorot, Ini Isi
Lengkapnya. https://news.detik.com/berita/d-4439805/puisi-neno-
warisman-di-munajat-212-ramai-disorot-ini-isi-lengkapnya. Di akses pada
5 Agustus 2019
Widjaja, Yunizafira Putri Arifin. 2018. Sekjen PDIP; Insyalaah Partai Pendukung
Jokowi Bertambah Jadi 10.
https://m.liputan6.com/pilpres/read/3612410/sekjen-pdip-insyaallah-
partai-pendukung-jokowi-bertambah-jadi-10. Di akses pada 13 April 2019
Widyastuti, Rr Ariyani Yakti. 2019. Beragam Tagar Debat Pilpres Mendominasi
Trending Topic Twitter. https://bisnis.tempo.co/read/1176681/beragam-
tagar-debat-pilpres-mendominasi-trending-topic-twitter. Di akses pada 30
April 2019
https://Chartapolitika.com
xix
LAMPIRAN
Berikut transkip wawancara dengan beberapa informan selama peneliti melakukan
penelitian.
A. Wawancara
Nama Informan : RWA
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Jabatan : Anggota Buzzer
Peneliti tolong dijelaskan bagaimana terbentuknya sebuah tim buzzer?
Informan tim buzzer ini kan, bukan lah sebuah profesi yang tetap, jadi
tim buzzer ini ada kalo misalkan ada yang namanya itu
pengen di frame di tingkat nasional maupun daerah, tim ini
pun bukan tim persiapan dari lama, jadi anggota timnya
palingan teman-teman dekat maupun orang-orang yang aktif
di dunia medsos, nah itu yang kita ambil. Yang terpenting itu
bukanlah tim nya, bukan orang-orangnya ini tetapi akun-akun
yang akan di akan dijalankan di medsos karena satu orang
dapat menjalankan beberapa akun,
Peneliti untuk satu tim buzzer biasanya beranggotakan berapa orang?
Informan untuk pilpres kemarin itu saya berlima, dan yang lainnya.
Kebetulan pada saat pilpres itu kita kebagian di banten dibagi
menjadi 2 tim ada yang berlokasi di serang dan ada yang di
tangsel, dan anggota yang ada di tangsel beranggotakan
sekitar 10 orang dan ditempat yang satunya beranggotakan
xx
10 orang. Jadi kita ditugasin untuk naikin elektabilitas tokoh
nasional tapi cakupannya banten
Peneliti Terus selain ini pernah buzz ga dulu sebelumnya
Informan Pernah si beberapa kali
Peneliti Oh iya, dalam menjalin hubungan antar anggota biasanya
lewat apa?
Informan sebelum terbentuknya tim kita kan panggil-panggil dulu
orang yang mau kerja terus kita jelasin SOPnya gimana-
gimana dan kita harus buat akun berapa, sebenernya
hubungan-hubungan begitu kita bisa lewat media udara bisa
dengan WhatsApp Grup, tapi kalo misalkan ada kendala
tentang konten turun atau ada akun-akun yang bermasalah
kaya akun yang ke blokir, biasanya kita ketemu, cuman
kemaren pas di tim buzzer ini kita diwajibin ke kantor jadi ya
intenst ketemu dikantor ya layaknya jam kerja cuman tetep
diluar jam kerja kita tetep nge buzz perang udara
Peneliti jadi kan anggota tim dibagi dua ada yang diserang dan
ditangsel, terus komunikasi lewat grup WhatsApp atau via
tata langsung pada saat dikantor, disini saya mau nanya dalam
satu tim itu ada apa aja si struktur dan masung-masing
mempunyai peranan apa?
Informan pertama ada peran dari lembaga terkait, dimana mereka punya
tugas untuk nge frame seseorang yanf intinya memenangkan
seseorang, nah dari situ kita dibentuk, sebenernya posisi yang
paling penting bukan kitanya. Saya dan temen-temen sebagai
anggota buzz cuman buat kaya ngepost-ngepost dan japri-
japri informasi apa yang akan disebarkan di media,
xxi
sebenernya yang paling penting selain si boss dari konsultan
adalah tim yang bikin meme atau bisa kita sebut tim kreatif,
yang tugasnya bikin konten, yang bikin narasinya gimana,
nah dari situ tim banten sendiri kan ada coordinator dari tim
buzzer nah coordinator tim buzzer akan koordinasi dengan
tim kreatifnya , abis itu dari koordinator dapet baru nanti
dikasih ke kita, jadinya kita tinggal post doang gitu, kita mah
kerjanya ga repot cuman ngepost-ngepost doang main ig,
main facebook, main twitter
Peneliti kan tadi udah disebutin biasanya ngepost di ig, di fb dan
twitter dari ketiga medsos tersebut biasanya yang di
prioritasin yang mana?
Informan kalo misalkan saya pribadi nih ya, tergantung kita tinggal
dimana, kalo sekarang kan yang lagi naik di twitter jadinya
kita harus jadi take line utama atau trending topic teratas tapi
waktu itu pernah main dibelitung kan twitter kurang waw
disitu makanya kita ngejarnya di facebook, cuman kalo di
facebook kaya gitu resiko untuk diblokirnya lebih tinggi
daripada di twitter yaitu mah gatau ya kenapa bisa gitu
mungkin dari segi sekuritas sistemnya kita musuhnya
palingan sistem doang
Peneliti pada saat buzz pilpres kemarin setiap orang megang berapa
akun per medsos?
Informan lima-lima, di ig 5 akun, di facebook 5 akun, di twitter 5 akun
ya total 15 lah
Peneliti untuk konten yang biasanya disebar biasanya apa aja si?
Informan yaitu misalkan calon kita sedang blusukan kedaerah sini, nah
xxii
itu kita angkat berarti citra buat naikin citra si capres ini, jadi
kontennya kaya kegiatan sehari-hari gitu, jadi kita report terus
kita bagusin ya kaya media gitu, kalo media kan sifatnya
netral kalo kita membuat hal positif yang dilakukan si capres
ini kita share gitu, tapi bisa juga sifatnya nyerang misalkan
calon sebelah lagi kena masalah apa kita serang di situnya,
jadi selain nyerang kita juga nge-deff juga, misalkan juga
calon kita juga dijelek-jelekin kaya misalkan calon kita
dibilang keturunan PKI, atau darimana nah itu kita bersihin
namanya dari situ,
Peneliti untuk dokumentasi saya nanti minta ss dari beberapa akunnya
apa aja si isu yang pernah diangkat
Informan Iya
Peneliti menurut lu apa si yang diharapkan sender (anggota buzz)
terhadap pembaca konten yang disebar di medsos
Informan kalo kita mau nge-buzz orang yaitu cuman kita mau menang,
mau naikin citra paslon yang kita dukung sehingga orang-
orang itu ke hegemoni, agar masyarakat-masyarakat yang
awalnya gatau paslon ini jadi tau, ibaratnya kalo udah masuk
twitter terus jadi trending topic itu kan gara-gara tim juga
bukan naik karena masyarakat tapi naik karna tektokan tim
jadi ketika trending topic tuh masyarakat bisa tau terus dibuka
oleh masyarakat.
Peneliti untuk menaikkan takeline di medsos apa aja sih hal yang
dibutuhkan entah itu instagram, ehtah di facebook maupun di
twitter, biar takeline paling atas
Informan untuk di twitter sendiri biasanya ada akun pusatnya bang, ada
xxiii
akun pusat selain kita bikin akun pribadi yang 5 itu, nah nanti
ketika akun pusat ngetweet apa nanti kita retweet-retweet nah
kan disitu ada tagar misalkan #JagalahKebersihan selagi kita
nge post itu, ada yang nge retweet dan komen lama-lama
tagarnya naik, nah nanti kalo bisa jadi trending topic satu di
twitter ya paling engga 10 teratas di twitter biasanya dari tim
kita, nah kaya yang tadi saya sebelumnya bilang kalo udah
masuk trending topic kan masyarakat jadi tau di twitter yang
paling banyak di omongin itu apa si, apa yang kita kerjain itu
cuman banyak spam si media, spam, spam spam sebanyak-
banyaknya nanti jadi trending nah kan orang pada kepo, tapi
kalo di facebook kan beda kalo difacebook engga ada sistem
tagar tapi banyak grup-grup komunitas politik yang isinya
orang yang aktif nah kalo disitu kita ga bisa massif cuman
bisa menyadarkan orang-orang gitu bukan mainin trending,
jadi kalo di facebook masuk-masuk di grup komunitas , kalo
di instagram cakupannya lebih kecil cuman sebatas orang-
orang yang kita follow doang
Peneliti dalam sehari biasanya turun konten berapa banyak ya?
Informan ya tergantung tadi yang saya bilang, tergantung si paslon hari
ini ada kegiatan apa ya bisa sehari si pasti turun konten tapi
bonusnya ya kalo si paslon ini lagi ada agenda gitu
Peneliti Oh ya makasih ya udah mau, pertanyaannya udah semua kok
makasih ya
Informan Oh iya sama-sama
xxiv
Nama : AGA
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota Buzzer
Peneliti langsung aja ya pertanyaannya kaya mas sebelumnya,
terbentuknya tim kompisisi nya dari mana ya?
Informan terbentuknya tim sendiri kita disuruh ngumpulin orang untuk
jadi tim kan, biasanya itu ya orang-orang sekitar, kaya temen
rumah, temen kuliah ya kaya temen main aja si sebenernya
Peneliti Oh iya sebelumnya mas nya buzzerini kerja pertama kali atau
udah pernah?
Informan Kalo saya sih udah pernah dulu main kaya begini juga, disini
juga ada yang beberapa udah pernah kerja kaya gini juga
sebelumnya
Peneliti Terus untuk tim buzz pilpres kemarin inget ga berapa
anggotanya?
Informan bisa belasan, bisa juga sepuluh orang tergantung permintaan
aja dibutuhin berapa akun permedsos jadi kita bagi-bagi aja
Peneliti Yang buzzer pilpres mas kemarin dibutuhin berapa orang?
Informan Oh buzz pilpres kalo ga salah hampir 20 orang tapi di pecah
ada yang disini sama di serang
Peneliti dalam menjalin komunikasi tuh gimana ya untuk satu tim
agar kordinasi dan buzzingnya berjalan dengan lancar?
Informan sebenernya bisa lewat chat bisa kita harus nyebar apa, itukan
tergantung dari atasanya sendiri, jadi masuk ke coordinator
xxv
dapet konten baru dikasih ke anggotanya, jadi nya buat sebar
konten ada grup di WhatsApp buat nyebar konten nya lah
Peneliti Buzzer ini kan kelompok kan ya?
Informan Iya dibagi beberapa jobdesk
Peneliti Coba dong ada jobdesk apa aja yang ada dikelompok buzz
pilpres yang mas tau aja
Informan Ya seinget gue, di kelompok buzzer semua berperan tap
paling berperan si biasanya leader sama content creator, jadi
kalo satu hari aja si leader ga ngasih konten ya nanti anggota
juga bingung mau nyebar konten apa, jadi ada leader yang
ngebagiiin ke anggota nah content creator yang nyiapin
materinya.
Peneliti biasanya konten-konten tersebut disebar ke mana aja si?
Informan Ya disetiap medsos bisa Facebook, Ig dan twitter
Peneliti terus yang lebih di prioritasin di medsos mana ya?
Informan di twitter kalo di twitter gada batasan soalnya gada batasan
dan gamudah di blokir
Peneliti biasanya apa aja isu yang disebar di medsos?
Informan biasanya sih counter isu hoaks atau naikin citranya politisi
lah,
Peneliti untuk menaikkan isu menjadi trending di medsos apa aja sih
yang dibutuhin?
Informan untuk menjadi sebuah trending topic sih yang penting tagar,
tagar itu penting dalam menaikkan trending, jadi untuk
xxvi
beberapa waktu kita menggunakan tagar tersebut, kita like
tagarnya, kita comment lama-lama juga akan naik sendiri
Peneliti Makasih ya mas udah meluangkan waktunya
Informan Ia sama-sama
Nama : IY
Umur : 22 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota Buzzer
Peneliti kalo menurut abang buzzer tuh pekerjaan perorangan atau
tim sih?
Informan ya kalo menurut saya karena yang dibutuhkan kuantitas
namanya juga buzz campanye yang kerjanya buzzing isu ke
media jadi ya buzzer itu bukan perorangan melainkan tim
Peneliti jadi buzzer itu dilaksanakan oleh beberapa orang yang
terbentuk dalam suatu kelompok untuk?
Informan ya untuk menaikkan sebuah isu yang diingkan orang yang
bayar kita
Peneliti oh jadi tergantung dari customernya, namanya tim kan ada
namanya proses perekrutan, nah itu darimana aja?
Informan jadi sih dalam tahap rekrutmen biasanya sih dari temen-
temen kita sendiri ya orang terdekat, yak arena biar gampang
aja komunikasiin nya, sama kalo misalnya bingung gampang
xxvii
ngajarinnya
Peneliti apakah ada kategori sendiri apakah dia cocok atau engga
untuk jadi buzzer?
Informan biasanya yang jadi anggota buzzer mahasiswa-mahasiwa
tingkat akhir maupun orang yang sedang tidak memiliki
pekerjaan, ya intinya orang-orang yang banyak waktu luang
aja si, karena disini buzzer cuman dibutuhkan kesenggangan
waktu aja untuk post ini-itu dengan pemilihan diksi aja
Peneliti jadi anggota buzzer gabutuh keahlian khusus ya kaya
misalnya harus dari jurusan IT, maupun yang paham tentang
medsos? Tapi semua orang bisa jadi buzzer, balik ke
omongannya pertama buzzer kan pesenan dari customer, kok
bisa si customer mempercayakan pekerjaan ini kepada orang
yang notabene pengangguran, emangnya buzzer merupakan
profesi yang tidak harus memiliki kemampuan khusus?
Informan ya emang pekerjaan ini tidak terlalu membutuhkan skill yang
mumpuni, jadi emang udah ada sub-sub nya masing-masing
anggota buzzer hanya memiliki tugas menyampaikan
kembali konten yang didapat ke medsos-medsos,
Peneliti ngomongin tim berarti ada dong yang namanya koordinasi
untuk mengejar target, nah setiap anggota kan memiliki
karakter yang sama, nah gimana biar koordinasi berjalan
dengan baik, gimanasih cara ngerawat tim agar koordinasi
tetap berjalan lancar?
Informan pertama dibentuk sebuah grup di medsos dan yang kedua
adanya evaluasi kinerja tim
Peneliti jadi profesi buzzer ini memiliki SOP nya ya? Walaupun ga
xxviii
dibutuhin keahlian khusus?
Informan iya ada SOPnya, nah terus di bentuknya grup untuk menjaga
komunikasi jarak jauh jika ada kendala dalam buzz,
kemudian adanya evaluasi agar mengetahui kinerja masing-
masing anggota
Peneliti berarti dalam sebuah tim tersebut ada yang bertanggung
jawab? Misalnya kaya coordinator tim? Berarti kordinator
tim memiliki peranan yang penting karena memiliki
tanggung jawab terhadap orang-orang yang dibawahnya?
Selain bikin grup dan menjaga kordinasi tim apakah ada
peran lain dari kordinator?
Informan setau saya coordinator yang dimaksudkan ini memiliki tugas
sebagai penyambung antara anggota buzzer dengan pen-
supply konten, jadi ketika konten creator ngasih materi atau
bahan-bahan terkait dalam buzz biasanya lewat coordinator
tim buzzer kemudian di bagikan ke anggota buzz setelah itu
para anggota memforward konten tersebut ke medsos-medsos
yang ada melalui akun-akun yang mereka punya
Peneliti berarti buzzer disini hanya nge publish doang ya? Materi
yang didapet dari grup?
Informan iya cuman ngepost-ngepost doang si, soalnya udah ada
bagiannya masing-masing
Peneliti nah terus apakah tim buzzer sama konten kreator sama,
maksudnya bagian dari tim buzzer ?
Informan iya mereka bagian dari tim buzz, tapi tugasnya bukan kaya
kita yang ngepost ke medsos mereka cuman nyiapin materi
buat kita yang nantinya koordinasi ama coordinator kita
xxix
Peneliti berbicara mengengani buzzer kan erat hubungannya dengan
medsos, nah medsos mana aja si yang biasanya suka
diposting?
Informan biasanya sih kalo menurut SOPnya kemarin kita harus
posting atau ngebuzz di tiga medsos, ada instagram,
facebook, dan twitter, masing-masing memiliki beberapa
akun permedsos kurang lebih si 5 akun
Peneliti terus ini buzzer khusus hanya di medsos atau gimana?
Informan ya hanya sebagai buzzerdi medsos dengan mengikuti SOP
yang udah ada
Peneliti lu sendiri gimana caranya menjalin komunikasi yang baik
antar anggota tim buzzer?
Informan ya klo misalnya ditanya kenapa koordinasi berjalan mudah
dan semestinya, yak arena pekerjaan ini ga terlalu berat
kedua balik lagi pada tahap rekrutmen, karena yang di rekrut
merupakan kenalan kita juga jadi untuk ngebangun
komunikasi segala macemnya ya gampang
Peneliti konten apa aja si yang disebar? Apakah ada black campanye?
Atau serangan fajar? Isu-isu hoax?
Informan selama saya kerja isu yang sering diangkat adalah ngebentuk
framing untuk tokoh yang akan kita dukung, gimana sih
ngebangun citra seorang tokoh dan menepis hal-hal yang
tidak benar yang beredar di dunia maya
Peneliti maksudnya gimana tuh? Hanya framing si tokohnya doang
atau ada yang lain? Coba dijelasin
xxx
Informan sebenernya sih gini tergantung kondisinya, terkadang kita
membuat citra yang baik dan berkesan kepada audience,
misalkan paslon calon A sedang melakukan kunjungan atau
kampanye di suatu tempat, paslon A memiliki berbagai
prestasi yang bagus ya gitu-gitu sih. Tapi juga ada disaat kita
menyerang ataupun menepis suatu isu yang beredar di media
sosial, kemudian setiap calon memiliki buzzer atau pun
pendukung fanatiknya masing-masing tak heran baik para
pendukung paslon A maupun B, akan menyebarkan citra
positif kepada tokoh yang mereka dukung lalu mencari
keburukan dari pasangan calon lawan walaupun terkadang
isunya suka kaga bener. Makanya disini kita bergerak
tergantung situasi politik yang ada
Peneliti berarti sesuai dengan intruksi, sebenernya setuju ga sih
anggota tim buzzer berguna untuk ngejelek-jelekin orang
lain?
Informan ya kalo menurut saya sih engga, kita disini juga bukan untuk
ngelekin, atau menuduh tanpa dasar karena kita juga paham
kok UU ITE, ya disini biasanya kita main isu yang udah fakta
ataupun lagi di ekspos di media massa, jadi ya kita cuman
nyebarin misalkan sebuah fakta yang pada nanti nya biar
netizen yang menilai
Peneliti bisa dikasih contoh ga? Misalnya lu ngebagusin paslon A dan
ngejelekin paslon B gimana?
Informan yang simple nya gini aja pada debat capres waktu, saya lupa
debat ke berapa pokoknya pas bahas mengenai teknologi,
dimana pasangan calon A berkata akan mendukung penuh
kemajuan teknologi, mendukung e-commerce dan e-sport
yang sedang berkembang, kemudian dengan statement paslon
xxxi
B, yang berkata tidak membutuhkan teknologi yang baru
cukup teknologi yang lama saja. Nah disini tugas kita nge
posting, ngebagus-bagusin paslon A dengan statement yang
ada. Nah kalo untuk memberikan kesan negative ke paslon B
ya tinggal bikin caption-caption yang aga ngegiring opini tapi
bikin gantung kan nanti yang memberi penilaian netizen
hehe.
Peneliti Okedeh makasi ya bang, nanti misalkan ada yang kurang ntar
gue tanya lagi ya
Informan Iya gpp kabarin aja
Nama : OPA
Umur : 22 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota Buzzer
Informan pada awalnya bagaimana si bisa direkrut menjadi sebuah
anggota tim buzzer?
Informan dari pengalaman gue nih ya, ada sih temen, ya jadi awal nya
jadi punya temen dikampus, seniornya kerja di lembaga
tertentu terus ditanyain temen gua, punya temen ga yang bisa
di ajak kerja, nah akhirnya gua di ajak lewat situ
Peneliti dalam sebuah anggota buzz terdiri dari berapa orang si dan
apa aja si jobdesk nya masing-masing?
Informan tergantung dengan kebutuhannya si, kadang anggota tim
hanya berjumlah 5, kadang ada yang berjumlah 10 kadang
xxxii
juga lebih,
Peneliti terus untuk buzzer pilpres sendiri membutuhkan berapa
orang?
Informan seinget gue sekitar sepuluhan sampai dua puluh untuk tim
tangsel ya, kebetulan saya di tangsel waktu itu,
Peneliti dalam keanggotan tim tangsel ada apa aja si ? maksudnya
dalam sebuah tim peran-peran apa saja yang dijalankan setiap
anggota, baik itu anggota maupun leader?
Informan leader itu ada tapi diluar dari 20 anggota, selain ada leader,
ada tim yang membuat konten atau materi yang akan di
buzzer dibawahnya tim yang ngebuat konten ada ketua
buzzer yang akan koordinasi dengan tim pembuat konten dan
ketua tim buzzer dari 20 orang itu, sisanya ya bekerja
sebagaimana mestinya ya ngebuzzer,
Peneliti terus bisa dijelasin lagi ga sih? Secara lebih rijit fungsi-fungsi
orang-orang yang ada disana mulai dari leader dan lain-
lainnya? Yang bersangkutan dengan kegiatan buzzer?
Informan mulai dari pemilik sebuah lembaga yang terkait, kerjanya
nyari klien, siapa yang bisa dibantu, siapa yang butuh
namanya di angkat, siapa yang butuh namanya di branding
nah dari pemimpin lembaga itu turun ke leader, nah leadernya
sebagai penanggung jawab kepala tim, nah tim nya dibagi
menjadi dua ada tim conten kreator ada tim buzzer, , tim
content creator yang menyiapkan bahan-bahannya kemudian
tim buzzer juga, tim buzzer juga memiliki ketuanya nah ketua
tim buzzer memiliki tugas untuk menyerap semua bahan-
bahan yang diberikan oleh tim konten kreator ketika sudah
xxxiii
ditangan dia, kemudian di berikan kepada anggota tim
buzzer, nah kemudian tim buzzer inilah yang tugasnya
buzzing-buzzing ke medsos ngebranding orang yang dituju,
orang yang dipesan, orang yang memesan untuk namanya di
branding
Peneliti biasanya dalam nyebarin bahan dari tim konten creator,
biasanya bahan tersebut disebar ke medsos mana aja si?
Informan twitter, instagram, facebook tersebut yang paling enak si
twitter, kalo facebook ama instagram aga susah
Peneliti susahnya gimana maksudnya?
Informan ya kan namanya sosial media itu sistem, nah di sistem itu ada
namanya sekuritas karena kita setiap posting itu banyak
kadang suka ke suspend, misal kaya instagram kan kita
biasanya dikirimin bahan bisa belasan sampe puluhan gambar
per topic nah kita gabisa posting semua ke ig karena yang gua
alamin ketika main ig ketika kita ngeshare konten berbau
politik lebih dari 5 kali ke ig nanti akun kita kena blok sama
pihak ig, nah kalo fb kita bebas ngetik kaga dibatesin
maksimal berapa kata tapi susah buat naikin trending terus
kalo di fb cuman upload status doang ama ngeshare ke grup,
nah kalo ke twitter gampang walaupun ada batas minimal
berapa kata kita bisa bebas upload konten dan jarang kena
blok terus di twitter itu ada namanya trending topic jadi bisa
keliatan kalo berita kita naik di sosmed tersebut
Peneliti ketika nyebarin konten ke ketiga medsos tersebut cara
penyebaran sama gasi?
Informan ya sama aja tapi dari ketiga sosmed kan tadi udah dijelasin
xxxiv
Peneliti antara ke tiga medsos tersebut apakah ada medsos yang
diprioritasin kaga si?
Informan jadi dari ketiga medsos tersebut kaya ig, twitter, facebook.
Kalo instagram tuh kita gabisa banyak-banyak karena riskan
di suspend akunnya begitu pula dengan facebook yang
memiliki sekuritas yang lumayan jadi gabisa sembarang
ngepost sana sini, yang paling sering dan paling banyak
produksi ya di twitter
Peneliti dalam keanggotaan buzzer apakah memiliki SOP tersendiri
dan bagaimana cara mengangkat sebuah isu hingga menjadi
sebuah trending topik dimedsos?
Informan ya adalah SOP, SOP atau atuannya tersendiri udah di buat
oleh tim leader, nah SOPnya itu kalo kita ngebuzz harus
make hashtag, nah hashtag itu yang ngangkat opini yang kita
bangun nanti misalkan, ganti gubernur kaltim nanti kita make
hashtag itu, terus kita perbanyak hashtag itu bagi kita anggota
buzzer semakin orang-orang yang menarasikan hashtag
tersebut di twitter, akan semakin meningkat nama dia di
twitter jadinya akan menuju pada top comment, tapi kalo di
twitter namanya trending topic
Peneliti perorang megang berapa akun permedsos?
Informan biasanya satu medsos 5 akun, kemarin sih gitu tapi terkadang
ada yang ke suspend jadi ga ngerjain
Peneliti konten apa saja yang akan di publish di medsos?
Informan kalo kemaren si seputar foto dan narasi aja si, sama hashtag
Peneliti narasi yang dibangun dalam buzzer pilpres kemaren apa aja
xxxv
si?
Informan ya membaguskan nama orang yang kita bangun kaya
misalnya ngeshare kegiatan si tokoh sehari-harinya ngapain
aja kalo ga ya prestasi yang telah tercapai, bisa juga
menjatuhkan nama orang yang menjadi lawan kita, itu semua
pasti ada..
Peneliti terus balik lagi nih dalam menjaga koordinasi yang baik
gimana si caranya?
Informan ya terpenting adalah komunikasi, nah kemaren cara menjalin
komunikasi yang baik melalui media grup para buzzer, nah
nanti kalo kita ada masalah kita tuangkan disana nah nanti
tim leader itu akan memantau bagaimana awal masalahnya
kalo ada apa-apa mereka akan turun untuk menyelesaikan
masalahnya,
Peneliti apa aja si yang dibahas, maksudnya masalah apa si yang
dihadapi oleh buzzer?
Informan masalah-masalah akun si palingan ama teknis, kaya konten ga
turun, gaji yang ga turun,
Peneliti dalam sehari biasanya konten turun berapa banyak si?
Informan biasanya si 3 kali si, dengan tema yang berbeda tegantung
kondisi lapangan yang ada, tergantung momentum, misalkan
calon yang kita angkat ini sedang ngelakuin acara apa, nah
acara itu kita blow up agar banyak yang tau
Peneliti bisa nyontohin ga konten yang seakan menjatuhkan lawan
Informan misalkan kita bangun narasi “pilih yang jelas islamnya”, kan
xxxvi
ada islam yang gajelas islam nya hehe
Peneliti jadi intinya ya tugas tim buzzer hanya untuk ngeblow up sang
paslon agar terkenal ya?
Informan ya intinya biar orang-orang tau apa yang dilakukan ama dia,
dikenal, terus orang-orang tau dia dan mau milih dia karena
citra nya udah kita branding biar kelihatan baik.
Nama : JT
Umur : 22 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota Buzzer
Peneliti jadi langsung aja ya saya tanya, kalo boleh tau mas bisa dapet
pekerjaan buzzer ini tuh darimana ya?
Informan maksudnya rekrutmen buzzer?
Peneliti iya mas gimana si mas bisa masuk kedalam ke anggotaan
buzzer?
Informan rekrutmen buzzer saya sih dapetnya dari temen ya, di ajak
temen jadi gitu, link juga si mainnya kaya gitu
Peneliti menurut lu apakah ada kualifikasi khusus untuk menjadi
sebuah anggota buzzer?
Informan sebenernya sih engga ada hehe, yang penting ga gaptek dan
udah biasa mainin medsos
xxxvii
Peneliti untuk buzzer pilpres 2019 untuk menjadi sebuah tim buzzer
membutuhkan berapa orang si?
Informan ya sekitar 13 orangan kalo gasalah
Peneliti dalam menjalin komunikasi antar anggota seperti koordinasi
lewat apa ya? Kan buzzer biasanya kerja harus kompak
Informan sebenernya si yang efisien lewat medsos, cuman kemaren
biar lebih nyatu lagi lebih jadi mainnya dikantor kerja sama
bareng-bareng posting di medsos koordinasi nya lewat situ
lewat kantor si jadinya
Peneliti apakah buzzer memiliki SOP?
Informan sebenernya sih kalo menurut gue SOPnya gaterlalu jelas,
palingan si kita harus ngepost segini disuruh ama pusat ya
kita ngikutin, setiap ada content turun harus di post ya setiap
minggu nanti kita ngasih laporan, lewat screen shoot terus
kirim deh
Peneliti setiap orang permedsos megang berapa akun?
Informan kemaren si pas gue kerja, setiap orang tuh harus megang 15
akun, lima akun facebook, lima akun twitter, lima akun
instagram nah itu akun harus aktif, dari awal kita kerja ampe
akhir nanti pilpres
Peneliti dalam sebuah tim biasanya kan ada anggota yang memiliki
fungsinya masing-masing bisa dijelasin ga peran-peran yang
ada di tim buzzer?
Informan kemaren si ada satu orang yang jadi ketua, ya tugas cuman
ngatur udah sisanya ya ngepost biasa, setiap ada konten turun
anggota ngepost, ya intinya setiap anggota kalo ada konten
xxxviii
turun ya ngepost udah si gitu
Peneliti Nah terus lu buzz biasanya kemana si?
Informan Ya ke medsos yang udah ditentuin pas awal brief, ada 3
medso si yang buat buzz di ig, fb ama twitter
Peneliti terus gue mau nanya lo kan biasanya nyebarin konten lewat
tiga medsos kan ig, fb ama twitter dari ketiga medsos tersebut
apakah ada yang di prioritasin?
Informan yang di prioritasin ya twitter tentu karena twitter lebih banyak
ngepostnya, bisa 20 sampai 30 postingan dalam sehari, kedua
ya facebooklah palingan 10 sampai 15, sisanya ya instagram
itupun kalo mau ngepost. Soalnya karena massa banyak di
twitter da nada fitur hashtag dalam twitter
Peneliti untuk membuat sebuah isu menjadi trending topic disetiap
medsos bisa dijelasin ga?
Informan ya…. Pokoknya setiap ada isu ini nih nanti di koordinasi
sama tim ama para anggota, ngetweet nya make hashtag
tersebut jadi tweet yang diketik dengan hashtag tersebut
karena banyak nanti naik dan jadi trending topic,
Peneliti kalo misalnya di ig ama fb gimana ?
Informan ya kita tetep nge post tapi ga semasf di twitter, soal nya di ig
itu rawan banget ke blok kalo misalnya kita posting
berlebihan, nah kalo fb mah ga terlalu ketat cuman uploadnya
buat status dan kaga ada fitur hastag kaya di twitter yang buat
kita tau kalo missal berita yang kita buat bisa trending gitu sii
Peneliti terus biasanya ngepost apa aja si di medsos?
xxxix
Informan ya ada banyak, macem-macemlah
Peneliti ya coba jelasin satu-satu, contohin gitu?
Informan misalkan waktu itu, kaya ada isu misalkan partai sebelah
bikin kesalahan atau meme lah buat bahan ejekan, kita post
bareng-bareng itu biar itu naik dan jadi trending
Peneliti selain itu ada lagi ga contohnya?
Informan ya sebenernya banyak tergatung situasi politiknya, ada yang
buat naikin citra paslon yang nanti kita akan pilih ataupun
menjatuhkan laawan ya banyak sih ya ga cuman jatohin
lawan tapi ada yang ngebagus untuk paslon yang terpilih si
Nama : N
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jabatan : Anggota Buzzer
Peneliti kan mbak ini merupakan anggota dari tim buzzer? Bisa
dijelasin ga kok bisa sampe diajak gitu?
Informan ya yang jelas pada saat itu saya dapet info aja nih dari temen,
lagi butuh orang untuk mensukseskan cuman dibilangin
begitu si, yaudah akhirnya ikut aja terus sampe disana ya di
briefing aja nanti bakalan ada yang mengkoordinir kegiatan
kita sebagai buzzer apa aja yang nati kita lakuin, dan apaan
aja yang bakalan kita upload, apa aja yang bakalan di post,
kita jadi cuman ngikutin aja arahannya gimana-gimananya
Peneliti jadi pada awalnya ya ajakan dari temen ya mbak?
xl
Informan ya emang dari orang sekitar, ya kaya info dari mulut kemulut
sih
Peneliti terus menurut mbak buzzer tuh pekerjaan yang memiliki
kemampuan khusus gasi?
Informan menurut gue buzzer, gak perlu kemampuan khusus untuk
menjadi sebuah anggota buzzer karena buzzer itu tugas nya
hanya nge-blush bahan yang udah di siapin sama yang punya
proyek, cuman nyebarin konten doang yang udah di siapin, ya
palingan keahlian ya cuman biasa mainin sosial media
yaudah gitu doang si, tugas dan tanggung jawabnya ya
palingan cuman bahan-bahan udah disiapin itu dapat
tersampaikan ke khalayak umum dan di noticed oleh banyak
orang.
Peneliti dalam keanggotaan buzzer bisa dijelasin ga jumlahnya berapa
orang? Terus setiap orang punya peran apa aja si? Tapi
sebelumnya bisa jelasin ga si apakah buzzer memiliki SOP?
Informan SOPnya yagitu…. Ya sebenernya ada pas di brief awal-awal,
intinya Cuma kita bakalan upload bahan-bahan yang dikasih
sama mereka, dan dari awal emang dikasih taunya kalo
tujuanya kita cuman upload dan aktif di segala macem
sosmed, ngebuzzing iniloh cuman buat naikin elektabilitasnya
aja, dan engga ngejatohin lawan segala kita ga main disitu,
jadi mainnya ya buat naikin kubu sendiri aja gitu
Peneliti terus bisa dijelasin gasih peran setiap anggota buzzer?
Informan kurang lebihnya kalo gasalah anggotanya 20an, nah satu dari
20 orang tersebut dipilih untuk jadi ketua kaya coordinator
gitu, yang memiliki peran kaya penyambung lidah nih kaya
xli
bahan yang bakal kalian upload nih, nah bahan itu dapet dari
dia (ketua), jadi yang nyampein ke kita dia (ketua) mau
hashtagnya apa, mau bahan uploadnya apa aja, jadi hanya ada
satu kordinator yang emang ditarik dari anggota dan
jobdesknya ya itu ngasih bahanlah intinya terus anggota yang
lain ya tinggal ikutin intruksi dari si ketua tersebut
Peneliti terus untuk buzzer sendiri itu nge postnya dimana aja si?
Maksudnya nyebar kontennya
Informan nyebar kontennya itu di facebok, twitter sama instagram jadi
yang paling berpotensi untuk naikin hashtag, tapi kita itu
paling gencar di twitter karena di twitter itu kalo jaman
sekarang trending topic di twitter bisa jadi trend setternya
juga atau jadi patokan yang paling banyak diomongin
lewatnya twitter, twitter itu paling banyak uploadnya kalo
facebook sama instagram cuman sekedarnya aja
Peneliti jadi dari ketiga medsos twitter paling diutamakan ya? Oh iya
dalam ngebuzzer satu orang megang berapa akun si?
Informan satu orang itu megang 5 akun permedsos, ya total 15, twitter
5, facebook 5, instagram 5,
Peneliti dalam buzzer katanya mbak bagian ngebagusin citra sang
tokoh, tapi pernah gasi mba ini ngepost yang bahan
postingannya agak menjatuhkan paslon lawan,
Informan hmmm ada sih tapi itu tergantung misalkan, yang lagi
trending nih lagi ngejatuhin kubu kita nah itu langsung ada
defendsnya, ada dari coordinator kita bilang karena lagi
dijatohin nih kita lawan isu mereka yang ngejatohin mereka
juga, nah yg dimaksud dijatohin ini tuh hashtag yang buat
xlii
ngelawan hashtag yang mereka ciptakan, jadi dalam satu kita
fokus untuk ngelekin lawan kalo menurut gue sih gada, itu
tuh kaya ke trigerd aja ama hashtag yang lagi naik kita
defends aja
Peneliti berarti mbak kerjanya ngikutin kondisi politik yang ada ya?
Informan ya emang gitu sihh, nyesuain ama lawan juga si kita mau
defends atau nyerang
Peneliti nah kan tadi mbak bilang twitter itu bisa jadi trend setter kalo
misalnya trending topic, nah gimana sih mbak dan kawan-
kawan buat isu itu jadi trending topic?
Informan pertama ya harus banyak uploadnya,harus bener-bener ngebut
post di twitter di saat waktu tertentu kan kadang ada namanya
prime time nah misalkan prime time nya tuh jam 7 malem,
nah pas jam 7 malem langsung tuh bahan dikasih bahan yang
dimasudkan itu foto, beserta hashtag dan captionnya, nah
sekitar jam 7 malem sampe setengah 9 lah kita bener-bener
intenst upload bahan-bahan yang udah dikasih nah nanti kan
hashtag yang kebaca di twitter itu hashtag yang sering di
omongin dan akhirnya naik gitu deh, biasanya bahan dapet
langsung kita upload bareng-bareng biar jadi trending topic
itu sih kuncinya
xliii
Nama : D
Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Jabatan : Koordinator Buzzer
Peneliti langsung aja ni ya gue tanya kenapa si masuk kedalam
lingkup buzzer?
Informan sebelumnya tuh gue pernah ikut jadi tim sukses ya, ini disebut
engga nih tim suksesnya siapa?
Peneliti ya kalo kaka berkenan si gpp, kalo mau diceritain make
inisial pun gpp
Informan dulu gue pernah jadi anggota tim sukses untuk pencalonan
walikota, yang kebetulan yang sekarang menjadi tim serang,
makanya saya aslinya berasal dari tim serang nah waktu itu
terus berlanjut, nah ada beberapa kali pilkada segala macem,
mereka selalu memanggil saya untuk jadi tim mereka, nah
untuk pemilu presiden kali ini saya pun di rekrut lagi sama
tim yang ada di serang setelah rapat besar dengan tim tangsel
juga, saya diputuskan untuk menghandle tim tangsel karena
domisili saya di tangsel, nah waktu itu kantornya saya di
BSD, jadilah pada saat itu saya ditunjuk sebagai coordinator
tim buzzer di tangsel
Peneliti nah terus dalam buzzer sendiri kan banyak peranan masing-
masing ya, bisa dijelasin ga ka? Tentang peranannya
Informan kalo saya sendiri sebagai coordinator saya bertugas untuk
menyampaikan atau melanjutkan, jadi sistemnya kita kaya
ada grup wa, leader-leader itu punya grup wa, nanti konten itu
di share apa aja yang nanti akan di upload di media sosial
xliv
untuk tim buzzer, nanti setelah di upload konten-konten
tersebut ke media sosial , kemudian di screen shoot dan
membuat laporan-laporan dari screenshoot tersebut dalam
bentuk power point,
Peneliti terus untuk menjaga koordinasi yang baik apa langkah yang
kaka ambil sebagai coordinator buzzer?
Informan jadi kita buat grup wa antar leader dan grup saya sama
anggota para buzzer
Peneliti nah kan tadi kaka jelasin ada leader, anggota buzzer dan
lainnya bisa jelasin perannya masing-masing?
Informan ya yang berperan dalam buzzer otomasis ya anggota
buzzernya, leadernya, sama orang-orang content berperan
karena kita mau bahas apa kalo ga dari orang-orang konten,
tapi dari tim buzzer sendirinya kalo misalkan bahan-bahannya
ga turun dari orang konten biasanya saya sebagai coordinator
dan anak-anaknya sudah biasa mencari konten sendiri
menggunakan hashtag yang ada gitu, biasanya ada acuannya
hari ini apa biasanya kita cari googling langsung muncul
semuanya
Peneliti kan tadi kaka udah bilang ada buzzer, leader, coordinator dan
semacamnya nah sekiranya orang-orang yang udah pernah
temuin itu siapa sih?
Informan ya paling coordinator-coordinator dari daerah lain kaya dari
leadernya serang saya ketemu baru itu aja si, ya karena
kemarin di lingkup banten, mau ngangkat tentang banten jadi
hanya hanya koordinasi dengan coordinator serang aja.
Peneliti nah terus dalam tahap penyebaran biasanya kirim ke medsos
xlv
mana aja?
Informan biasanya di facebook, instagram, sama twitter tapi biasanya
kita paling kuat itu di twitter gitu
Peneliti Kenapa lebih kuat di twitter?
Informan Karena twitter itu lebih banyak mengangkat hastagnya jadi
lebih cepet untuk dapat trendingnya itu
Peneliti Biasanya konten apa aja sih yang disebar?
Informan kita tentang pilpres ya kontenya adalah hal-hal yang
mendukung isinya positif mendukung tentang presiden yang
kita dukung dan ada beberapa untuk menjatuhkan tim lawan
tapi itu berdasarkan fakta-fakta yang ada . konten yang turun
dari orang-orang konten itu ada juga yang bersifat negative,
nah negativenya itu menjatuhkan tim lawan dan itu fakta
Peneliti sesuai dengan alur politik yang ada? Ohiya kak bisa jelasin ga
orang-orang yang pernah lo temuin ka kaya misalnya boss
gitu-gitunya orangnya kaya gimana
Informan Ya dia itu cukup sibuk dan hanya beberapa kali mengontrol
kita gitu untuk ke kantor buzzernya sendiri, kalau ada lagi
pak A yang dari tim serang seperti pak B versi bsd itu saya
cukup dekat dengan beliau karena dari dulu saya sudah kerja
sama pak A dan beliau juga yang merekrut saya. Dan sosok
pak A itu sangat merangkul kita dan melihat kerja kita seperti
apa. Kalau saya ditanya nyaman dimana? Saya lebih nyaman
diserang karena kekeluargaannya dapet dari pak A sendiri
sebagai boss nya
Peneliti oh berarti pak B jadi bosnya?
xlvi
Informan iya kalau disini (BSD) ada kantor namanya gabisa saya
sebutkan, nah kalau di serang juga ada kantor lagi namany
gabisa saya sebutin, kedua kantor ini kaya kolaborasilah,
mereka kerjasama tapi yang dapet goalsnya itu pak B. Pak B
ini meminta pak A ini karena orang-orang pak A ini dikenal
bagus berkolaborasilah mereka.
Peneliti berarti kan bosnya ada dua nah dibawah bosnya ini ada lagi
ga?
Informan Ada contohnya kalau di buzzer itu B bawahnya mas MJ kalo
pak A langsung ke namanya bang K. si K itu setara
sebenarnya sama gua jadi apa alurnya tuh gini pak A, pak B,
terus mas MJ, terus baru gua dan bang K gitu, tapi karena
mas MJ disini, yang diserang itu langsung turun di bang K,
mas MJ gatau kadang-kadang kordinasinya ga nyampe miss
gitu. Jadinya gua double job yang tangsel nyambungin mas
MJ yang serang ngomong ke gua nyambungin ke mas MJ
gitu. Pusing jadi gua
Peneliti Terus peran sentral di buzzer itu siapa?
Informan Semua memegang peranan penting karena punya peran
masing-masing klu menurut gua samarata gakada yang lebih
sulit kerjanya karena menurut gua tuh orang konten pun
sesuai hastag gak sembarangan karena punya acuan ibaratnya
begitupun sama kita juga punya acuan dari dia juga jadi klu
konten gak turun kita tinggal googling keluar hastag dan
gambarnya semuanya jadi semuanya punya peranan penting
sih
Peneliti Kalau menurut lu sendiri anggota buzzer perlu punya
keahlian khusus ga sih?
xlvii
Informan Kalau kata saya sih gak ya asal dia bisa mengoperasikan
media sosial kayak instagram, facebook, twitter, selama
mereka terbiasa dengan itu semua bisa jadi buzzer gitu dan
lebih ditekankan untuk orang-orang yang kreatif untuk
membikin caption-caption yang menarik
Peneliti oh iya ka bisa dijelasin ga mengenai SOP yang dilaksanakan
oleh para anggota buzzer?
Informan kalo SOP buzzer menurut sudut pandang gue adalah, buzzer
sendiri menurut gue itu orang-orang yang mengupload segala
informasi yang perlu disebarkan ke media sosial, dan
informasi ini akan di dapatkan dari tim leader dan tim konten
yang terkait dan info yang nantinya diberikan sesuai dengan
tema harian yang sudah ditentukan pokoknya ya SOP tentang
tim yang mengupload ke media sosial berdasarkan konten-
konten yang dari leader dan tim konten sendiri
Peneliti terus kemaren ka masa bakti kaka menjadi koor buzzer mulai
dari kapan sampai kapan ka?
Informan masa baktinya tim buzzer ini diperlukan pada saat sebelum,
kalo menurut gue si yang efektif itu sebelum dan sampai
sesudah, waktu itu kan kebetulan megang pemilu presiden
jadi kita harus mempengaruhi orang-orang atau masyarakat
pada saat sebelum sampai setelah pemilu itu berlangsung, nah
kemarin gue dan teman-teman dipekerjakan mulai bulan
januari akhir sampai pertengahan april.
Peneliti Oh ya ka gue mau tanya menurut lo pas pilpres penggunaan
kelompok buzzer di media sosial efektif ga?
xlviii
Informan Jadi buzzer menurut gue, cukup efektif karena mengingat
pada jaman sekarang itu apa-apa, semua by sosial media dari
berita terus lowongan pekerjaan atau ilmu pengetahuan
semuanya bisa di dapat dari media sosial, nah karena peran
buzzer disini kan sangat kuat di media sosial, jadi menurut
gua cukup efektif dalam pilpres 2019 untuk menarik
perhatian publik begitu
Nama : L
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Anggota Buzzer
Peneliti jadi kan sebelumnya masuk buzzer kan ada tahap recruitment,
nah kok bisa di ajak?
Informan gue dapet dari coordinator tangsel, jadi si coordinator butuh
orang terus gue dihubungin, nah awalnya gua nanya dulu kan
ini awalnya hubungan ama politik ya, kan pasti berpihak
sama satu calon kan, terus gue bilang kalo misalnya kalo
berpihak sama satu calon takut nya kenapa-kenapa gitu terus
kalo ada apa-apa takutnya nanti yang kena kita-kita (buzzer)
yang kena, terus kata koordinatornya gpp santai aja yaudah
Peneliti lu tau ga berapa jumlah anggota buzzer?
Informan ya kurang lebih sekitar tiga belas orang,
Peneliti dalam buzzer ada peran apa aja si? Selain anggota buzzer
xlix
Informan ada coordinator buzzer yang tugas nya ngumpulin laporan
dari anak-anak buzzer, terus ada anggota buzzer sendiri, terus
ada yang buat konten yang nantinya bakalan di upload ke
medsod itu sendiri, yang gua tau itu doang si
Peneliti nah kan buzzer tuh tugasnya kan nyebar konten kan ya?
Gimana si cara agar kalian posting biar kompak?
Informan maksudnya?
Peneliti ya misalnya kalo ga ada koordinasi yang baik nanti kan kaga
bakal itu kerjaan berjalan dengan baik
Informan ya agar komunikasi berjalan dengan baik di buat grup di wa
Peneliti terus biasanya nyebar dimana ajasi
Informan instagram, facebook dan twitter
Peneliti setiap orang megang berapa akun?
Informan kemarin pas gue kerja gue megang lima akun instagram, lima
akun twitter, lima akun facebook ya kalo di total setiap
anggota harus punya lima belas akun masing-masing ke sebar
di medsos berbeda.
Peneliti terus akun-akun tersebut udah disiapin apa buat sendiri?
Informan kemaren kita disiapin nomer telfonnya doang aja buat
aktivasi akun, kalo misalnya buat akunnya kita buat sendiri
cuman disiapin nomernya aja
Peneliti terus biasanya konten apa aja yang disebarin ke medsos?
Informan kan itu kan kita berpihak dengan satu pasangan calon, jadi
kita ngejaga nama baik pasangan calon itu tapi ga menutup
l
kemungkinan kita ada konten yang ngejatuhin lawan,
Peneliti terus dari ketiga sosmed yang tadi, menurut lu apakah ada
yang di prioritasin
Informan kalo gue di instagram sama twitter, kalo twitter kan buat
naikin trending
Peneliti terus gimana si cara ngebuat sebuah konten jadi trending kaya
di twitter?
Informan ya isu yang lagi banyak di bincangin, terus di upload
sebanyak-banyaknya sama make hashtag yang mau di
trending-in, ya jadinya di kuatin di intensitas di sebuah isunya
si
Peneliti ohh jadi intensitas di medsos ya?
Informan iya
Peneliti terus menurut lu buzzer butuh keahlian khusus gasi?
Informan kalo kemampuan khusus menurut gua sih engga, karena anak
jaman sekarang masalah tentang media sosial ya udah pada
bisa, ya paling se ini nya aja pemilihan diksi aja dalam
posting konten ke media sosial
Peneliti dalam pekerjaan sebagai buzzer, lo udah pernah ketemu siapa
terus bisa lu jelasin setiap orangnya yang pernah lo ketemu?
Informan pertama pak boss, nah si pak bos ini ya orangnya se maunya
dia, apalagi kalo udah bicarain masalah hadeuuh mantap dah,
tapi dia orangnya baik si, terus si leader dia orangnya tegas
menurut gue, soalnya pernah ada masalah di kantor gada
yang standby sampe orang-orang tersebut di cariin terus di
li
suruh lembur karena dia datengnya telat, kalo coordinator
buzzer dia orang yang bertanggung jawab sih, kalo content
creator gue gatau
Peneliti terus gue mau tanya dari setiap peranan yang ada, di buzzer
ada yang punya peran sentral gasi ? yang paling penting gitu
Informan kalo menurut gue tim content creator kalo misalnya gada
supply konten dari tim content creator ya kita gabisa upload
apa-apa masa caption doang,
Peneliti Oh ya nanti gue minta akun-akun yang dipake ya
Informan Yaudah nanti gue chat akun-akunnya
Peneliti Oh iya segini dulu yang mau gue tanya nanti kalo ada
tambahan nanti gue tanya lewat chat ya? Makasih ya
sebelumnya
Informan Iya sama-sama, yaudah kabarin aja
B. Dokumentasi
Konten-konten yang di berikan oleh tim pembuat konten
lii
liii
Unggahan Buzzer di Media Sosial
liv