Download - PT. Multimedika Digital Indonesia
i
Halaman
DAFTAR ISI
1. Tatalaksana Diabetes Melitus 1 Saat Puasa 2. Efek Puasa pada Profil Lipid 15 3. Puasa dan Penyakit Kardiovaskular 21
4. Tatalaksana CKD di Bulan Puasa 30 5. Pasien Batu Saluran Kemih dan
Puasa Ramadhan 39 6. Manajemen Dispepsia Saat Puasa 44
A. Pendahuluan 44 B. Perubahan Fisiologi Tubuh
Saat Berpuasa 45 C. Apakah Dispepsia 47 D. Pembagian Dispepsia 48 E. Tatalaksana Dispepsia 50
F. Tatalaksana Dispepsia saat Puasa 57
7. Puasa dan Ibu Hamil 61 8. Puasa pada Ibu Menyusui 68 9. Pemilihan Antibiotik pada
Pasien Puasa 74
10. Efek Puasa pada Parameter Hematologis 78
11. Covid-19 dan Puasa Ramadhan 83
1
Tatalaksana Diabetes Melitus Saat Puasa
Oleh Dr. Renny Anggraeni Pusputasari, SpPD
Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh
berkah, namun juga selalu menjadi tantangan
bagi dokter umum karena puasa mengatur ulang
aktivitas fisiologis dari tubuh. Karena puasa saat
Bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia men-
jalankan puasa dan hanya makan di saat sahur
yaitu sebelum matahari terbit dan berbuka puasa
yaitu setelah matahari terbenam. Hal ini me-
nyebabkan konsumsi obat pun menjadi berubah,
dan berpotensi mengurangi kepatuhan pasien
karena perubahan pola makan dan pola ke-
hidupan. Selain itu puasa sendiri juga memberikan
dampak kesehatan bagi pasien, dan tidak semua
pasien diperbolehkan untuk melakukan puasa
Ramadhan. Masalah-masalah ini umumnya
dihadapi oleh pasien-pasien dengan penyakit
kronis, dan salah satu penyakit kronis tersebut
adalah penyakit yang berhubungan dengan
metabolik seperti diabetes mellitus.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
2
Sebelum memasuki materi, mari sedikit
mengingat kembali patofisiologi dari diabetes
mellitus dan apa hubungannya dengan puasa.
Sekresi insulin menyebabkan penyimpanan
glukosa di liver dan otot sebagai glikogen. Pada
orang sehat aktivitas ini dirangsang dengan
makan. Saat puasa, glukosa darah cenderung
rendah, menyebabkan penurunan sekresi insulin,
yang akhirnya menyebabkan pembongkaran
glikogen dan meningkatkan gluconeogenesis.
Karena puasa terus berlanjut, maka glikogen akan
semakin sedikit, dan level insulin yang rendah
pada darah menyebabkan asam lemak terlepas
dari jaringan adipose. Oksidasi dari asamlemak
dapat menjadi keton yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar otot, jantung, hepar, ginjal,
dan jaringan lain. Hal ini menyisakan glukosa
untuk dipakai otak dan eritorsit.
Pada individu tanpa diabetes, proses di atas
direulgasi oleh keseimbangan insulin dan
hormone kontrarulgator untuk mempertahankan
konsentrasi glukosapada level yang fisiologis.
Pada pasien dengan diabetes, homeotstasis
glukosa diganggu oleh patofisiologi dari diabetes
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
3
mellitus. Pada pasien dengan insulin defisiensi
yang berat, puasa yang panjang tanpa adanya
insulin dapat menyebabkan pembongkaran
glikogen yang berelebihan serta gluconeogenesis
dan ketogenesis yang meningkat, menyebabkan
hiperglikemia dan ketoasidosis. Pasien dengan
diabetes mellitus tipe 2 dapat menderita
gangguan yang sama jika puasa berlangsung
dalam waktu lama. Ketoaasidosis jarang
ditemukan walau tetap mungkin terjadi, dan
keparahan hiperglikemia tergantung dari ke-
parahan resistensi insulin.
Pasien yang melakukan puasa dalam bulan
Ramadhan memiliki risiko untuk terkena
komplikasi dari diabetes mellitus. Beberapa
komplikasi tersebut adalah hipoglikemia, hiper-
glikemia, dan ketoasidosis diabetikum. Komplikasi
tersebut akan dijabarkan di bawah ini.
Hipoglikemia
Penurunan konsumsi makanan merupakan
faktor risiko yang sudah banyak dikenal saat bulan
puasa. Hipoglikemia menyebabkan 2-4 %
mortalitas pada pasien DM tipe 1. Tidak ada
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
4
perkiraan pasti angka mortalitas akibat
hipoglikemia pada DM tipe 2, namun hipoglikemia
ini dirasa jarang ditemukan pada diabetes tipe 2.
Pasien DM tipe 2 lebih jarang menderita
hipoglikemia dibandingkan dengan DM tipe 1, dan
risiko ini jauh lebih rendah lagi pada pasien DM
tipe 2 yang mendapat terapi oral saja.
Hiperglikemia
Kontrol glikemia pada pasien DM pada bulan
Ramadhan dilaporkan memburuk, baik, atau
tetap. Pasien yang berpuasa pada bulan
Ramadhan memiliki faktor risiko lima kali
peningkatan insiden hiperglikemia dan mem-
butuhkan perawatan di rumah sakit saat bulan
Ramadhan. Hal ini ditemukan pada pasien
diabetes mellitus tipe dua. Sedangkan pada DM
tipe 1 ditemukan risiko tiga kali lipat menderita
hiperglikemia berat dengan atau tanpa
ketoasidosis diabetikum. Hiperglikemia dapat
terjadi akibat penurunan dosis dari obat yang
mencegah hipoglikemia. Pasien yang juga
melaporkan peningkatan konsumsi makanan dan
gula memiliki risiko tinggi untuk menderita
hiperglikemia.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
5
Ketoasidosis Diabetikum
Pasien dengan ketoasidosis diabetikum
umumnya yang menderita DM tipe 1. Pasien yang
berpuasa Ramadhan, memiliki risiko besar untuk
mengalami komplikasi ini. Apalagi yang se-
belumnya memiliki kepatuhan rendah soal diet
dan pengobatan. Ketoasidosis diabetikum juga
dapat muncul akibat penurunan dosis insulin yang
dilakukan sebab terdapat asumsi konsumsi
makanan juga menurun saat bulan puasa.
Tatalaksana
Untuk pasien DM yang berpuasa dalam
bulan Ramadhan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Pertama adalah tentu saja
memeriksakan diri ke dokter sebelum melakukan
puasa untuk menilai kondisi tubuh serta
menentukan apakah sang pasien bisa melakukan
puasa Ramadhan. Beberapa tatalaksana yang bisa
dilakukan adalah :
Monitor gula darah secara mandiri,
tergantung dari jenis dan regimen terapi
yang diberikan. Monitor gula darah dapat
dilakukan beberapa kali sehari, terutama
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
6
untuk pasien yang diobati menggunakan
insulin dan insulin sekretagog. Monitor gula
darah dilakukan 2-4 kali sehari, terutama
sebelum sahur, saat puasa, dan sesudah
berpuasa.
Minta pasien periksa ke dokter minimal 1
bulan sebelum melakukan puasa untuk
edukasi, modifikasi regimen terapi, serta
menilai kondisi pasien.
Minta pasien untuk tidak melewatkan sahur
karena dapat menyebabkan risiko hipo-
glikemia.
Hindari aktivitas fisik yang berlebihan
karena dapat menyebabkan dehidrasi.
Jika terjadi hipoglikemia, sarankan pasien
untuk buka puasa dan konsumsi makanan
manis.
Untuk modifikasi regimen terapi pasien,
umumnya dapat dilakukan seperti di bawah
ini :
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
7
Sebelum Ramadhan
Saat Ramadhan
Pasien yang sedang
melakukan diet dan
olahraga
Modifikasi durasi dan
intensitas dari aktivitas fisik,
pastikan pasien
mengkonsumsi cairan yang
cukup
Pasien dengan
pengobatan oral
anti diaebets
Berikan pemberian cairan
yang cukup
Biguanid, Tidak perlu perubahan
Metformin
1x sehari diberikan saat
buka
2x sehari diberikan saat
sahur dan buka
3x sehari diberikan 1x saat
sahur dan 2x saat buka
Sulfonilurea sekali
sehari
Berikan dosis saat buka
Pada pasien dengan gula
darah baik, dosis dapat
diturunkan
Sulfonilurea dua
kali sehari
Dosis buka tetap
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
8
Pada pasien dengan gula
darah baik dosis sahur
dapat diturunkan
Pasien yang sedang
menjalakan terapi
insulin
long/intermediate
acting
NPH / determir / glargine /
degludec 1 x sehari
Turunkan dosis 15-30%,
berikan saat buka
Pasien yang sedang
menjalakan terapi
insulin short acting
Dosis normal saat buka
Hilangkan dosis makan siang
Turunkan dosis sahur
sebanyak 25-50%
Pasien yang sedang
menjalankan terapi
insulin premix satu
kali sehari
Dosis normal saat buka
Pasien yang sedang
menjalankan terapi
insulin premix dua
kali sehari
Dosis normal saat buka
Turunkan dosis sahur
sebanya 25-50%
Pasien yang sedang
menjalankan terapi
insulin premix tiga
kali sehari
Hilangkan dosis maan siang
Atur ulang dosis sahur dan
berbua
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
9
Lakukan titrasi dosis setiap 3
hari dengan cara
GDA pre sahur/pre buka < 70
mg/dl Turunkan 4 unit
GDA pre sahur/pre buka 70-
90 mg/dl Turunkan 2 unit
GDA pre sahur/pre buka 90-
126 mg/dl Tidak perlu
perubahan
GDA pre sahur/pre buka 126-
200 mg/dl Naikkan 2 unit
GDA pre sahur/pre buka >
200 mg/dl Naikkan 4 unit
Sedangkan untuk beberapa OAD yang dapat
diberikan pada pasien DM, akan di-review di
bawah ini sekaligus catatan-catatan penting yang
perlu diperhatikan.
Nama
Generik
Dosis harian
(mg)
Keunggulan Catatan
Sulfonilurea
Glipizid 2,5-20 Menurunkan
HbA1c
sebanyak 1-2
%, respon
Hipoglikemia,
kenaikan berat
badan, perlu
hati-hati pada
Glyburide 1,25 – 20
Glimepiride 1-4
Glicazide 40 – 320
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
10
awal bagus,
tidak ada lag
time sebelum
respon, dosis
sekali sehari,
harga murah
pasien dengan
disfungsi
renal/hati, dan
alergi sulfa
Meglitinides
Repaglinide 0,5 -8 Mennurunkan
HbA1c
sebanyak 1-
1,15 % dan
memilii waktu
paruh yang
lebih sedikit
dibandigkan
sulfonylurea
Hipoglikemia,
menaikkan
berat badan,
dosis yang
berulang, dan
lebih mahal
dibandingkan
sulfonylurea
Nateglinide 60-120
Alpha
glukosidase
inhibitor
Acarbose 25-150
Menurunkan
HbA1c
sebanyak 0,5
– 0,8%,
menurunkan
glukosa post
prandial
tanpa
menyebaban
Tidak lebih
efektif
dibanddingkan
sulfonylurea
dan metformin
dalam
menurunkan
glikemia, dapat
menyebabkan
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
11
hipoglikemia,
tidak
menyebabkan
peningkatan
berat badan
produksi gas
dan gejala
gastrointestinal
Insulin
sensitizer
Metformin 500-2000
Menurunkan
HbA1c
sebanyak 1 –
2 %, tidak
mengubah
berat badan,
respon awal
yang baik,
pemakaian
jangka
panjang yang
aman, risiko
hipoglikemia
kecil, dapat
memperbaiki
profil lipid,
dapat
menurunkan
kejadian
makrovaskula,
harga murah
Efek samping
gastrointestinal,
risiko asidosis
laktat, tidak
adapat
digunakan pada
pasien dengan
disfungsi hati
dan hepar
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
12
Sedangkan untu menjawab, pasien DM
dalam keadaan apa yang boleh melakukan puasa
Ramadhan, berikut adalah stratifikasi risiko dari
kondisi-kondisi umum.
Kategori Risiko
Kondisi
Risiko
sangat
tinggi
Pasien dengan hipoglikemia
berat selama 3 bulan terakhir
Riwayat hipoglikemia
berulang
Kontrol glikemik yang buruk
Memilki riwayat KAD 3 bulan
terkahir
DM tipe 11
Menderita keadaan koma
hyperosmolar hiperglikemiak
dalam 3 bulan terakhir
Memilki pekerjaan dengan
aktivitas fisik berat
Hamil
Menjalani cuci darah
Risiko
tinggi
Glikemia moderat dengan
gulada darah 150-300 mg/dl
atau A1c 7,5% - 9,0 %
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
13
Insufiesiensi renal
Memiliki komplikasi
makorvaskular lanjut
Hidup sendiri dan diobati
dengan insulin atau
sulfonylurea
Pasien dengan kondisi
komorbid yang dapat
menyebabkan faktor risiko
tambahan
Usia tua dengan kesehatan
yang tida bai
Risiko
Sedang
Diabetes terkontrol yang
diobati dengan short acting
insulin secretagogues
Risiko
rendah
Diabetes terkontrol dengan
terapi gaya hidup,
metformin, akarbose,
thizolindinediones, dan atau
terapi berbasis incretin, dan
pasien secara umum sehat.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
14
Daftar pustaka
Al-Arouj, M. et al. (2010) ‘Recommendations for management of diabetes during Ramadan: Update 2010’, Diabetes Care, 33(8), pp. 1895–1902. doi: 10.2337/dc10-0896.
Ibrahim, M. et al. (2015) ‘Recommendations for management of diabetes during Ramadan:
Update 2015’, BMJ Open Diabetes Research and Care, 3(1), pp. 1–9. doi: 10.1136/bmjdrc-2015-000108.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
15
Efek Puasa pada Profil Lipid Oleh
Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Sudah banyak studi, teori, maupun hipotesis
yang memberi penjelasan mengenai dampak
positif puasa bagi manusia. Hal ini sangat
nampak, terutama pada variable metabolik tubuh.
Tidak semua pasien yang beragama Islam dalam
keadaan yang buruk sehingga memperbolehkan
mereka untuk berpuasa dalam bulan Ramadhan.
Sebagian besar cukup sehat, atau hanya
menderita sakit ringan. Pasien dengan penyakit
metabolik dapat mengambil manfaat dari puasa
Ramadhan.
Salah satu efek yang prominen dari puasa
Ramadhan adalah efeknya pada profil lipid. Artikel
ini akan membahas beberapa penelitian agar
dapat dijadikan oleh dokter umum sebagai bahan
edukasi, maupun sebagai pembantu dalam
membuat keputusan klinis.
Studi pertama dilakukan di Jordania oleh
Mansi dengan subyek 70 pelajar yang sehat dan
tanpa penyakit. Kedua jenis kelamin masuk dalam
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
16
kelompok ini dengan usia rata-rata sejutar 21
tahun plus minus 1,6 tahun. Studi ini berbentuk
kohort dan dilakukan pada bulan Oktober 2006.
Variabel yang dievaluasi pada penelitian ini adalah
pemeriksaan anteropometri seperti berat badan,
tekanan darah, dan nadi. Ditemukan bahwa
semua parameter ini ditemukan lebih rendah
dibandingkan nilai sebelum Ramadhan. Namun
cenderung kembali lagi ke tingkat sebelum
Ramadhan sewaktu dua minggu setelah
Ramadhan berakhir.
Pemeriksaan selanjutnya adalah gula darah,
trigliserida, LDL, dan HDL. Pemeriksaan ini
dilakukan beberapa kali sebelum Ramadhan, dan
minggu ke 1, 2, dan 4 saat Ramadhan. Ditemukan
bahwa HDL meningkat secara signifikan saat
bulan Ramadhan, yang memiliki asosiasi positif
dengan nadi dan konsumsi makanan berlemak,
dan asosiasi positif dengan tekanan darah dan
berat badan. LDL juga ditemukan menurun secara
signifikan. Namun tidak ditemukan perbedaan
statistik pada variabel trigliserida dan gula darah.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
17
Studi kedua dilakukan oleh Saleh et al. di
Kuwait. Untuk studi ini kelompok usia lebih
beragam dengan range usia 24 sampai 56 tahun.
Setiap subyek berpuasa sekitar 12 jam sehari
selama 21 hari termasuk wanita yang mensturasi.
Pada kelompok pria ditemukan perbaikan yang
signifikan untuk berbagai variable seperti lingkar
pinggang, gula darah, kolesterol total, HDL, VLDL,
trigliserida dibandingkan dari minggu pertama
dan minggu ke empat Ramadhan. Sedangkan
pada wanita, HDL memiliki tren peningkatan
namun tidak signifikan secara statistic. Selain itu
indeks aterogenik (total kolesterol-HDL/HDL) juga
mengalami penurunan. Penurunan dari lingkar
pinggang dan indeks aterogenik ini dipercaya oleh
penulis sebagai efek positif dari puasa Ramadhan.
Penulis kemudian menyimpulkan bahwa puasa
Ramadhan dapat memberikan dampak positif
pada profil lipid dan juga pada lingkar pinggang.
Studi selanjutnya dilakukan oleh Hagdoost.
Studi ini lebih unik karena mengkombinasikan
antara puasa Ramadhan dan aktivitas fisik.
Subyek untuk penelitian ini adalah 93 orang
pelajar yang dibagi menjadi dua kelompok, satu
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
18
kelompok dengan aktivitas fisik saat Ramadhan,
satu kelompok dengan aktivitas fisik setelah
Ramadhan. Kemudian sampel darah diambil
sebelum, akhir, dan 40 hari setelah Ramadhan
untuk diukur kadar gula darah dan profil lipid.
Berpuasa ditambah dengan aktivitas fisik me-
nurunkan berat badan sebanyak 1,2 kg. Gula
darah puasa juga menurun 7 mg/dL saat
Ramadhan, dan muncul pada kedua kelompok.
Trigliserida juga menurun pada kedua kelompok
pada saat Ramadhan, dan setelah Ramadhan,
tetap bertahan setelah Ramadhan pada kelompok
yang tetap melakukan aktivtas fisik. Penulis
berkesimpulan bahwa variasi profil lipid pada saat
bulan Ramadhan di kedua kelompok belum bisa
dijelaskan secara ilmiah.
Studi terakhir di Uni Emirat Arab memiliki
102 subyek dengan rata-rata usia 38,7 tahun dan
direkrut secara acak. Pemeriksaan profil lipid
berupa kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL
diukur sebelum Ramadhan, di akhir Ramadhan,
dan empat hari setelah Ramadhan. Dari hasil
penelitian ditemukan adanya perbaikan siginfikan
pada variable tekanan darha sistolik, berat badan,
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
19
lingkar pinggnan, HDL, LDL, pada saat akhir
Ramadhan. Namun tidak ditemukan penurunan
yang signifikan pada kolesterol total. Selanjutnya
tetap ditemukan penurunan yang progresif pada
LDL, dan peningkatan yang progresif pada HDL,
empat minggu setelah Ramadhan. Penulis
berkesimpulan bahwa puasa Ramadhan dapat
menjadi salah satu alternatif untuk mengontrol
pada profil lipid dan lipoprotein.
Semua studi di atas menjabarkan dampak
yang positif antara puasa Ramadhan dan profil
lipid. Jika tidak ada kontraindikasi absolut, tentu
tidak ada salahnya memperbolehkan pasien
dengan dislipidemia untuk melakukan puasa
Ramadhan karena dapat memperbaiki profil lipid
mereka. Namun tetap perlu diperhatikan bahwa
gangguan lipid umumnya terkait dengan
gangguan metabolic lain. Hal ini perlu diperiksa
sebelum memperbolehkan pasien untuk puasa.
Sebagian gangguan metabolik lain dapat
menghalangi seseorang untuk berpuasa.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
20
Sumber
Haghdoost, A.A. and Poorranjbar, M., 2009. The interaction between physical activity and fasting on the serum lipid profile during Ramadan. Mansi, K.M.S., 2007. Study the effects of Ramadan fasting on the serum glucose and lipid profile among healthy Jordanian students. Am J Appl Sci, 4(8), pp.565-9.
Saleh, S.A., Elsharouni, S.A., Cherian, B. and Mourou, M., 2005. Effects of Ramadan fasting on waist circumference, blood
pressure, lipid profile, and blood sugar on a sample of healthy Kuwaiti men and women. Malaysian Journal of Nutrition, 11(2), pp.143-150.
Shehab, A., Abdulle, A., El Issa, A., Al Suwaidi, J. and Nagelkerke, N., 2012. Favorable changes in lipid profile: the effects of fasting after Ramadan. PloS one, 7(10), p.e4761
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
21
Puasa dan Penyakit Kardiovaskular Oleh
Dr. Ragil Nur Rosyadi, SpJP Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Bulan Ramadhan selalu menjadi tantangan
bagi dokter umum karena puasa mengatur ulang
aktivitas fisiologis dari tubuh. Karena puasa saat
Bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia men-
jalankan puasa dan hanya makan di saat sahur
dan berbuka puasa. Hal ini menyebabkan
konsumsi obat pun menjadi berubah, dan
berpotensi mengurangi kepatuhan pasien karena
perubahan pola makan dan pola kehidupan.
Selain itu puasa sendiri juga memberikan dampak
kesehatan bagi pasien, dan tidak semua pasien
diperbolehkan untuk melakukan puasa Rama-
dhan. Masalah-masalah ini umumnya dihadapi
oleh pasien-pasien dengan penyakit kronis, dan
salah satu penyakit kronis tersebut adalah
penyakit yang berhubungan dengan kardio-
vaskular. Artikel ini akan membahas mengenai
efek puasa terhadap kardiovaskular. Tips pe-
ngaturan dosis obat selama puasa.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
22
Sebelum memulai puasa Ramadhan
sebaiknya semua pasien dihimbau untuk kontrol
sehingga dokter dapat melakukan penilaian
mengenai kondisi kardiovaskular pasien, mem-
berikan edukasi mengenai puasa, melakukan
pengaturan ulang pada tatalaksana pasien, serta
menentukan apakah pasien dapat melakukan
puasa Ramadhan atau tidak.
Secara umum terdapat miliaran muslim di
dunia yang melakukan puasa Ramadhan.
Sebagian besar dari mereka, menurut studi
literature, dapat menjalankan puasa dengan baik.
Menurut studi oleh Chamsi-Pasha dan Ahmed,
dari 86 pasien poliklinik yang mereka tangani
dengan berbagai kondisi penyakit kardiovaskular,
sekitar 74% aspei sukses melakukan puasa
Ramadhan secara penuh. Sedangkan sekitar
10,4% pasien tidak berpuasa selama 1-7 hari, dan
hanya 3,5% yang tidak melakukan puasa sama
sekali. Tidak ada perubahan berarti pada pasien-
pasien dalam studi ini. Studi ini kemudian
menyimpulkan bahwa mayoritas pasien dengan
penyakit jantung yang stabil dapat berpuasa
tanpa ada dampak negative.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
23
Studi lain oleh Al Suwaidi et al., melihat
kondisi 465 pasien penyakit kardiovaskular stabil
yang berpuasa saat ramadhan. Penyakit kar-
diovaskular yang diobservasi pada penyakit ini
bermacam-macam mulai dari gagal jantung,
fibrilasi atrial, hingga angina. Sebanya 91,2%
pasien berpuasa tanpa ada dampak negative.
Hanya sekitar 6,7% yang merasa keadaannya
semakin buruk saat puasa Ramadhan.
Studi ini juga menemukan bahwa 82,8%
pasien patuh terhadap pengobatan penyakit
kardiovaskular dan seitar 68,8% pasien patuh
dengan aturan diet. Hanya 19 orang pasien yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit akibat
masalah kardiovaskular. Studi ini menyimpulkan
pasien dengan penyakit kardiovaskular stabil
dapat berpuasa, dan efek yang ditimbulkan puasa
untuk penyakit jantung hanya minimal. Beberapa
studi yang menginvestigasi efek yang ditimbulkan
puasa ramadhan terrhadap insiden sindroma
korona akut, infark miokard akut, dan unstable
angina. puasa Ramadhan tidak meningkatkan
angka kejadian penyakit–penyakit kardiak akut.
Angka kejadian penyakit penyakit seperti
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
24
sindroma koroner akut, dekompensasio kordis,
dan stroke memiliki angka yang sama pada bulan
–bulan tanpa puasa, dan juga pada bulan
Ramadhan. Sebuah studi yang dilakukan
Temizhan menginvestigasi efek puasa Ramadhan
pada penyakit jantung koroner. Mereka mem-
bandingkan kejadian infark miokard akut datn
unstable angina saat bulan Ramadhan dan
sebelum bulan Ramadhan pada tahun 1991-1997.
Studi ini kemudian mengumpulkan subye
sebanyak 1655 pasien, kemudian studi ini
menemukan bahwa angka kejadian penyakit
jantung akut lebih sediit pada bulan Ramadhan
dibandingkan sebelum satau sesudah bulan
Ramadhan. Justru angka kejadian-kejadian
penyakit ini lebih sedikit pada bulan Ramadhan.
Studi ini kemudian menarik kesimpulan bahwa
puasa Ramadhan tidak meningkatkan penyakit
jantung akut.
Menurut literature yang ditulis Perk et al.
pasien yang memiliki hipertensi ringan dapat
menjalankan puasa Ramadhan dengan baik
setelah sebelumnya dilakukan pemerisaan fisik,
edukasi, dan pengaturan dosis obat. Untuk
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
25
hipertensi grade 2-3 sering dikatikan dengan
risiko sedang hingga tinggi kardiovaskular.
Pasien-pasien yang masuk ke dalam kelompok ini
perlu dilakukan terapi kombinasi untuk kontrol
tekanan darah yang efektif. Menurut studi lain
oleh Ural et al. pasien yang mengalami hipertensi
grade 2 hingga 3 terkontrol tidak mengalami
perubahan tekanan darah saat puasa Ramadhan.
Konsumsi obat penurun tekanan darah dua kali
sehari sebelum sahur dan sesudah buka
merupakan regimen yang tepat untuk kontrol
tekanan darah dan diaplikasikan saat bulan
Ramadhan.
Namun hal ini berbeda untuk beberapa
pasien dengan kepatuhan rendah dan tekanan
darah tidak terkontrol. Dilaporkan angka
kunjungan ke unit gawat darurat dengan kondisi
terkait hipertensi pada bulan Ramadhan
meningkat. Kepatuhan yang buruk ditambah
dengan perubahan fisiologis pada saat puasa
termasuk rasa lapar di saat tertentu dapat
menyebabkan temuan ini. Diuretik sebaiknya
dihindari saat puasa, terutama pada tempat-
tempat yang panas, atau jika harus diberikan
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
26
sebaiknya diberikan setelah buka puasa. Pasien
dengan tekanan darah yang tidak terkontrol
sebaiknya tidak berpuasa sebelum tekanan darah
merea stabil. Pasien dengan kegawatdaruratan
kardiovasular harus ditangani sebagaimana
mestinya dengan protokol standard.
Sementara untuk kasus gagal jantung atau
heart failure. Al Suwaidi et al., mencoba
menginvestigasi hubungan puasa Ramadhan
dengan gagal jantung kongestif. 2160 pasien
menjadi subyek pada studi ini. Studi ini
menemukan bahwa angka masuk rumah sakit
pada gagal jantung kongestif tidak berbeda pada
bulan Ramadhan jika dibandingkan pada bulan-
bulan lain. Tidak terdapat perbedaan dari gejala
penyakit, maupun dilihat dari parameter
hematologis dan biokimiawi. Namun studi ini juga
menyarankan bahwa pasien yang diobati
menggunakan diuretic sebaiknya tidak berpuasa
terutama dalam kondisi cuaca yang panas.
Sebelum melakuan puasa sebaiknya pasien
yang menderita penyakit kronis seperti penyakit
kardiovaskular mengunjungi dokter unutk kontrol
1 atau 2 bulan sebelum puasa. Kunjungan ini
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
27
diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fisik,
edukasi mengenai puasa, serta pengaturan dosis
obat. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
perlu dihindari untuk pasien dengan diuretic,
sebaiknya diuretic tidak diberikan karena dapat
menyebabkan disritmia berat saat puasa. Untuk
pasien puasa, diuretik bukan pilihan utama untuk
pasien hipertensi. Sedangkan untuk pasien gagal
jantung kongestif diuretic dapat diberikan dengan
pengaturan dosis berupa dosis yang lebih rendah
terutama untuk golongan loop diuretic apalagi jika
puasa dilakukan pada musim kemarau. Ubahlah
dosis obat menjadi sekali sehari jika me-
mungkinkan untuk membantu memperbaiki
kepatuhan pasien.
Untuk merangkum semua materi di atas,
berikut ini ada beberapa tips menangani pasien
kardiovaskular selama puasa. Berikut adalah tips
dari dr. Ragil Sp.JP:
Puasa Ramadhan umumnya aman dilakukan
untuk pasien gagal jantung kronis pada
kondisi stabil NYHA class 1 atau 2
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
28
Tetap lakukan pembatasan cairan dan
garam (jika memang sebelum puasa hal ini
dilakukan), dan jangan kurangi dosis obat
Beberapa pasien tidak dapat melakukan
puasa, yang termasuk pada golongan
tersebut adala pasien
Sakit Kritis
Gagal jantung NYHA kelas 3-4
Krisis hipertensi atau hipertensi
tidak terkontrol
Sindroma koroner akut
Jika memungkinan ubah dosis menjadi dosis
tunggal. Hal ini mungkin dilakukan untuk
pengobatan pasien gagal jantung
Untuk obat dengan dua dosis, berikan
dengan jeda selama mungkin saat jam-jam
pasien tidak melakukan puasa.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
29
Daftar Pustaka
Chamsi-Pasha, H., Ahmed, W. H. and Al-Shaibi, K. F. (2014) ‘The cardiac patient during Ramadan and Hajj’, Journal of the Saudi Heart Association. King Saud University, 26(4), pp. 212–215. doi: 10.1016/j.jsha.2014.04.002.
Chamsi-Pasha, M. and Chamsi-Pasha, H. (2016) ‘The cardiac patient in Ramadan’, Avicenna Journal of Medicine, 6(2), p. 33. doi: 10.4103/2231-0770.179547.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
30
Tatalaksana CKD di Bulan Puasa Oleh
Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Puasa telah banyak diteliti oleh banyak
ilmuan dari seluruh dunia. Secara umum puasa
memberikan efek yang baik untuk kesehatan.
Puasa dilakukan oleh masyarakat seluruh dunia
dengan berbagai latar belakang mulai dari sebagai
tren, ajaran agama, maupun karena alasan sosial
budaya. Tidak terkecuali bagi masyarakat
Indonesia. Masyarakat Indonesia mayoritas terdiri
dari pemeluk agama Islam.
Agama Islam mengajarkan untuk berpuasa
selama bulan Ramadhan dari terbit hingga
tenggelamnya matahari. Muslim yang berpuasa
dalam bulan Ramadhan tidak hanya muslim yang
sehat saja, namun juga para pengidap penyakit
kronis. Para pengidap penyakit kronis ini salah
satunya adalah pasien dengan chronic kidney
disease (CKD) atau gagal ginjal kronis. Lalu
bagaimana dampak puasa terhadap CKD?
Bagaimana tatalaksana pasien CKD selama
puasa? Bolehkah pasien CKD berpuasa? Artikel ini
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
31
berusaha menjawab pertanyaan pertanyaan di
atas.
Chronic Kidney Disease
Sebelumnya mari sedikit membahas
mengenai CKD untuk me-refresh pengetahuan
tentang CKD. Sub bab ini disarikan dari buku
Kapita Selekta Kedokteran (Tim Kapita Selekta
Kedokteran, 2014).
Definisi dari CKD adalah adanya kelainan
structural dan fungsional pada ginjal. Kerusakan
ini tidak boleh bersifat sementara dan harus
bertahan minimal tiga bulan. Kelainan struktur
yang dimaksud adalah kelainan struktural yang
dapat dilihat dari pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan laboratorium. Kelainan tersebut
adalah albuminuria, sedimen urin, kelainan
elektrolit. Namun juga dapat melalui pemeriksaan
histologi, imaging, dan riwayat transplantasi
ginjal. Kelainan tersebut juga dapat dilihat dari
adanya penurunan laju filtrasi glomeroulus < 60
ml/menit/1,73 m persegi.
Etiologi yang menyebabkan CKD ber-
macam-macam. Mulai dari infeksi yang menye-
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
32
babkan glomerulonefirtis, diabetes mellitus yang
menyebabkan nefropati diabetikum, hipertensi,
obstruksi pada saluran kemih diakibatkan oleh
batu atau tumor, lupus sistemik, dan penggunaan
obat-obatan yang berlebihan. Prevalensi penyakit
ini di negara maju mencapai 10-13% sedangkan
di Indonesia didapatkan sektiar 12,5% mengalami
penurunan fungsi gijal.
Manifestasi klinis dari CKD tidak spesifik.
Pada fase awal-awal penyakit ini umumnya tidak
menunjukkan gejala. Gejala muncul pada fase
akhir. Tanda dan gejala yang umumnya dapat
muncul akibat CKD adalah :
Ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa : dicirikan oleh tanda gejala
hyperkalemia, asidosis metabolic, serta
hiperfosfatemia
Ketidakseimbangan cairan yang ditandai
dengan edema pada ekstremitas, efusi
pleura, asites, peningkatan JVP, asites
Gejala-gejala gastrointestinal seperti
metallic taste, vomiting gastritis, ulkus
peptikum, dan malnutrisi
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
33
Gangguan kulit seperti kulit kering, pruritus,
dan perubahan warna kulit
Gangguan saraf seperti adanya kelemahan
otot, kelainan memori, penurunan
kesadaran
Anemia dan gangguan hemostasis
Penyakit-penyakit metabolic seperti
dyslipidemia, diabetes mellitus, dan
gangguan hormone seks.
Untuk mendiagnosis CKD selain dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik, perlu
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap perlu
dilakukan untuk mendeteksi anemia. Selanjutnya
dapat dilakukan pemeriksaan profil ginjal untuk
menilai kenaikan ureum atau serum kreatinin.
Peningkatan profil ginjal mengindikasikan adanya
kerusakan ginjal. Kemudian dapat dilakukan
pemeriksaan elektrolit, CKD dicirikan dengan
adanya hyperkalemia, hipokalsemia, hiper-
fofatemia, hipermagesemia.
Secara umum pasien baru CKD atau dengan
kecurigaan CKD (yang sebelumnya belum
didiagnosis CKD) perlu dirujuk ke fasilitas
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
34
kesehatan tingkat lanjut. Namun ada beberapa
indikasi yang menunjukkan bahwa perujukan
harus dilakukan segera, beberapa di antaranya
adalah :
Pasien CKD baru yang perlu dicari penyebab
dari CKD tersebut
Pasien gagal ginjal akut yang tidak respon
dengan terapi awal dan tidak ada perbaikan
fungsi ginjal
Anemia dan CKD
Pasien kecurigaan CKD dengan riwayat
penyakit ginjal di keluarga
Terdapat hematuria
CKD yang semakin memburuk
CKD dengan hipertensi tidak terkontrol atau
tidak membaik dengan pemberian obat
CKD dengan gangguan tulang
Level kalium yang sulit terkontrol
Albuminuria refrakter
CKD yang akan dilakukan transplantasi gijal
CKD dan Puasa
Puasa memiliki dampak tertentu pada
kondisi fisiologis tubuh diakibatkan tidak ada
konsumsi kalori dan cairan dari terbit matahari
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
35
hingga terbenam. Beberapa studi sudah mencoba
menjelaskan hubungan antara keduanya. Studi
oleh Al-Muhanna pada 140 pasien dengan CKD
dengan rincian 40 pasien hemodialysis rutin, 18
pasien peritoneal dialisis, 15 pasien predialis, dan
67 dengan terapi obat. Pada studi ini ditemuan
tidak ada efek samping puasa terhadap CKD.
Namun studi ini terbatas karena tidak
mengeksklusi pasien dengan gagal ginjal kronik
stadium akhir.
Studi lain dilakukan oleh Bakhit et al. pada
tahun 2017. Studi ini bersifar prospektif
observasional yang mengamati 65 pasien dengan
CKD stage 3-5. Observasi dilakukan selama
Ramadhan dan 3 bulan setelah Ramadhan. Studi
ini menemukan bahwa 33% mengalami
perburukan fungsi ginjal. Studi ini kemudian
menarik kesimpulan bahwa pasien dengan CKD
stage 3 atau lebih mengalami perburukan fungsi
ginjal saat melakukan puasa Ramadhan.
Sebelum melakuan puasa sebaiknya pasien
yang menderita penyakit kronis seperti penyakit
kardiovaskular mengunjungi dokter untuk kontrol
1 atau 2 bulan sebelum puasa. Kunjungan ini
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
36
diperlukan untuk melakukan pemeriksaan fisik,
edukasi mengenai puasa, serta pengaturan dosis
obat. Pasien yang diberikan diuretic perlu hati hati
karena dapat menyebabkan dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit. Untuk pasien
puasa, diuretik bukan pilihan utama untuk pasien
hipertensi. Walupun diuretic tidak rutin diberikan
untuk pasien CKD, namun kadang juga dapat
disertai dengan gangguan kardiovaskular dan
hipertensi dan mendapatkan obat ini.
Sekarang keputusan yang perlu diberikan
adalah apakah seorang pasien dengan CKD dapat
berpuasa atau tidak. Jika ragu, sebaiknya
dikonsultasikan dengan dokter spesialis penyakit
dalam. Namun terdapat beberapa kriteria seorang
pasien CKD yang tidak diperbolehkan untuk
puasa:
Poliuria, pasien dengan volume urin yang
lebih besar dari 2,5 liter per hari
Pasien dengan diabetes insipidus atau
diabetes mellitus yang tidak terkontrol
Pasien dengan segala jenis angina
Pasien dengan postural hipotensi
Pasien dengan infeksi akut
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
37
Pasien dengan ulkus peptic akut
Pasien dengan komorbid signfikan seperti
kardivaskular
Pasien yang tidak patuh dengan modifikasi
diet, obat, dan terapi.
Sedangkan untuk pasien CKD yang tidak
masuk kriteria di atas, ada beberapa tips yang
dapat diberikan selama puasa untuk menjaga
kondisi dan stabilitas penyakit. Tips tersebut
adalah :
Dosis obat dapat diatur dan diganti menjadi
dua kali sehari dan dikonsumsi saat sahur
dan berbuka
Hentikan puasa jika terjadi gejala
ketidakseimbangan elektrolit atau pening-
katan plasma kreatinin > 30%
Hentikan puasa jika terjadi gejala - gejala
tersebut : edema, sesak, pusing berputar,
anoreksi, lemas, dan kelemahan
Follow up pemeriksaan ke dokter setiap 1
atau 2 minggu. Pemeriksaan dilakukan
sebelum, saat, dan sesudah Ramadhan.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
38
Saat buka hindari makanan tinggi potassium
dan pospor seperti kurma, kismis, kacang,
keju, jus, teh, dan kopi
• Konsumsi air sekitar 1 – 2,5 liter, namun
jangan berlebihan. Konsumsi ini juga bisa
menyesuaian planning terapi.
Daftar pustaka
Ahmad S & Chowdhury TA, 2019. Ther Adv Endocrinol Metab 2019, Vol. 10: 1–11
Am Fam Physician. 2017 Dec 15;96(12):776-783
Bakhit et al., 2017. Saudi Med J. 2017 Jan; 38(1): 48–52
Bragazi, 2014. J Res Med Sci. 2014 Jul; 19(7): 665–676.
Tim Kapita Selekta Kedokteran. 2014.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesklapius
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
39
Pasien Batu Saluran Kemih dan Puasa Ramadhan
Oleh Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Kolik renalis adalah salah satu masalah yang
sering terjadi di berbagai latar belakang medis
baik di latar belakang UGD maupun poliklinik.
Masalah kolik renalis dapat menyebabkan
penurunan yang signifikan untuk kualitas hidup
pasien. Masalah ini kemudian menjadi berlipat
ganda ketika pasien melakukan puasa, khusunya
berpuasa di bulan Ramadhan bagi Muslim.
Sebagian ahli percaya bahwa berpuasa dapat
menurunkan keluaran urin. Urin yang sedikit
merupakan faktor risiko untuk terjadinya batuk
saluran kemih. Artikel ini akan membahas
mengenai dampak puasa pada pasien yang
menderita batu saluran kemih.
Studi pertama dilakukan oleh Basiri et al. di
Tehran, Iran. Studi ini menyelidiki mengenai
angka kejadian batu saluran kemih antara bulan
Ramadhan dan bukan bulan Ramadhan. Subyek
penelitian ini adalah 574 pasien, dengan 398
pasien berjenis kelamin laki-laki sedangkan 176
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
40
pasien berjenis kelamin perempuan. Ditemukan
27 pasien laki-laki dan 15 pasien wanita yang
datang dengan kolik renal dan 371 pasien laki-
laki dan 160 pasien wanita yang datang di bulan
selain Ramadhan. Menurut analisis statistika tidak
didapatka perbedaan yang siginfikan antara
jumlah pasien yang datang di bulan Ramadhan
dengan bulan-bulan lainnya dalam satu tahun.
Namun perlu dicatat memang terdapat perbedaan
antara jumlah pasien pada musim hangat
dibandingkan musim dingin. Pada musim hangat
ditemukan lebih banyak pasien yang datang
akibat kolik renalis.
Studi kedua mirip dengan studi pertama
namun kalin ini ditlakukan di Turki. Studi ini
berusaha mencari hubungan antara kunjungan
pasien akibat kolik renalis dengan puasa pada
bulan Ramadhan. Terdapat 176 pasien pada
penelitian ini dan ditemukan 73% pasien masuk
pada 2 minggu pertama bulan Ramadhan dan
26,9% pasien masuk pada 2 minggu kedua bulan
Ramadhan. Pada penelitian ini para penulis
berkesimpulan bahwa puasa tidak menyebabkan
perubahan pada jumlah pasien yang datang
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
41
dengan kolik renalis, namun memang terdapat
peningkatan dari metabolin urin. Namun
peningkatan metabolit urin ini, menurut para
penulis, tidak cukup kuat untuk mendukung
hipotesis bahwa kejadiannya dapat menyebabkan
kolik renalis.
Studi ketiga dilakukan Miladipour di Tehrah,
Iran. Studi ini berusaha mengecek ulang pendapat
yang menyatakan bahwa dehidrasi dapat
memperparah/menyebabkan terbentuknya batu
saluran kemih, dan apakah restriksi cairan dan
makanan dapat menyebabkan pembentukan
kalkulus. Sebanyak 57 pasien laki-laki dengan usia
30 sampai 55 tahun termasuk 37 orang dengan
riwayat batu saluran kemih dan 20 orang tanpa
riwayat saluran kemih direkrut untuk penelitian
ini. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
urinalisis, kultur urin, dan ultrasonografi. Berbagai
metabolin urnin seperti kalisum, oksalat, asam
sitrat, magnesium, fosfat, sodium, dan kreatinin
diperiksa sebleum dan sesudah Ramadhan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa total eksresi
kalsium, fosfat, magnesium dalam pemeriksaan
urin 24 jam beserta dengan volume urin
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
42
ditemukan lebih rendah saat puasa dibandingkan
saat tidak puasa. Kosnentrasi kalisum urin lebih
rendah pada saat puasa dibandingkan pada saat
tidak puasa.. Konsentrasi asma urat, sitrat, fosfat,
sodium, dan potassium pada saat puasa tinggi
pada saat puasa dibandingkan saat tidak
berpuasa. Supersaturasi asam urat meningkat dan
supersaturasi kalsium fosfat menurun. Kesim-
pulan dari penulis ditemukan adanya peningkatan
presipitat urin pada pasien yang berpuasa, dan
faktor lain yang menghambat pembentukan
kalkulus. Tidak ditemukan adanya bukti bahwa
pembentukan batu saluran kemih lebih tinggi
pada saat seseorang melakukan puasa.
Secara umum tidak ada hubngan antara
kolik renalis dengan puasa. Pasien dengan riwayat
kolik renalis tetap dapat berpuasa jika tidak ada
kontraindikasi yang absolut. Pasien tetap
disarankan untuk mengkonsumsi cairan yang
cukup saat sahur maupun berbuka.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
43
Sumber
Al Mahayni, A. O., Alkhateeb, S. S., Abusaq, I. H., Al Mufarrih, A. A., Jaafari, M. I., & Bawazir, A. A. (2018). Does fasting in Ramadan increase the risk of developing urinary stones?. Saudi medical journal, 39(5), 481–486.
https://doi.org/10.15537/smj.2018.5.22160.
Cevik, Y., Corbacioglu, S. K., Cikrikci, G., Oncul, V., & Emektar, E. (2016). The effects of Ramadan fasting on the number of renal
colic visits to the emergency department. Pakistan journal of medical sciences, 32(1), 18–21. https://doi.org/10.12669/pjms.321.8248
MILADIPOUR, A., & SHAKHSSALIM, N., & PARVIN, M., & AZADVARI, M. (2012). EFFECT OF RAMADAN FASTING ON URINARY RISK FACTORS FOR CALCULUS FORMATION. IRANIAN JOURNAL OF KIDNEY DISEASES (IJKD), 6(1), 33-38. https://www.sid.ir/en/journal/ViewPaper.aspx?id=243365
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
44
MANAJEMEN DISPEPSIA SAAT PUASA Oleh
Dr. Annisa Zahra Mufida, SpPD Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
A. Pendahuluan
Dispepsia merupakan kumpulan gejala rasa
tidak nyaman pada perut bagian atas (abdominal
dyscomfort) yakni rasa perih/terbakar/teriris,
perut begah, kembung, atau mual. Prevalensi
dispepsia sekitar 25-40% dari populasi, hampir
separuh pasien mengobati keluhannya sendiri,
dan sekitar 25% datang pada fasilitas kesehatan.
Keluhan dispepsia bila tidak ditangani secara tepat
dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup
pasien disebabkan karena nyeri yang sewaktu-
waktu dapat timbul, kembung, bersendawa
berlebihan, bahkan bisa mempengaruhi ke-
percayaan diri seseorang dan menurunkan
produktifitasnya.
Puasa Ramadhan menjadi tantangan
tersendiri pada pasien dispepsia karena tidak
adanya asupan makanan atau minuman selama
seharian sering ditakutkan memicu munculnya
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
45
keluhan dispepsia. Padahal sebenarnya keluhan
dispepsia justru sering timbul bukan karena
proses berpuasa, tetapi justru akibat cara dan
pola makan saat berpuasa yang tidak tepat,
seperti jumlah makan yang berlebihan saat
berbuka/sahur atau pemilihan jenis maka-
nan/minumannya. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui efek dari puasa
ramadhan pada penderita dispepsia. Lalu
bagaimana manajemen pasien dispepsia saat
berpuasa? Dan bagaimana peran obat-obatan
antisekretori pada saat berpuasa? Artikel ini
berusaha menjawab pertanyaan tersebut.
B. Perubahan Fisiologi Tubuh Saat Berpuasa
Berpuasa di bulan ramadhan merupakan
momentum yang penting bagi seorang muslim.
Puasa diyakini membawa dampak positif bagi
kesehatan tubuh dan telah dibuktikan oleh banyak
penelitian. Selama berpuasa tubuh seseorang
tidak mendapatkan asupan makanan dan
minuman dalam periode waktu yang telah
ditentukan, padahal tubuh tetap memutuhkan
energi untuk proses metabolisme. Secara
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
46
fisiologis ketika kadar glukosa darah mulai turun
tubuh akan mengaktifkan hormon kontra-insulin
(glukagon, adrenalin, epinefrin) untuk memecah
cadangan sehinggga kebutuhan metabolisme
tubuh bisa terpenuhi. Cadangan dapat berasal
dari liver, jaringan skeletal, atau jaringan adiposa,
dipecah menjadi glukosa kemudian dapat
dimanfaatkan sel untuk proses metabolisme.
Perubahan fisiologis saluran pencernaan
juga terjadi saat seseorang berpuasa. Mulai dari
mulut, kelenjar air liur akan tetap bekerja
sehingga rongga mulut akan tetap terlapisi oleh
liur. Ketika lambung tidak terisi maka-
nan/minuman produksi asam lambung akan
menurun. Begitu pula dengan kantung empedu
dimana cairan empedu akan menjadi lebih pekat,
dan kelenjar pankreas akan menurunkan produksi
insulin dan meningkatkan produksi glukagon yang
berfungsi memecah cadangan glikogen, selain itu
juga terjadi penurunan enzim pencernaan
pankreas. Terbatasnya makanan yang masuk juga
menyebabkan penyerapan nutrisi di usus halus
menurun, begitu pula dengan proses reabsorbsi
air di usus besar untuk menjaga keseimbangan
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
47
cairan di dalam tubuh. Sehingga dapat dikatakan
sebenarnya saat seseorang berpuasa, orang
tersebut memberi kesempatan organ pencernaan-
nya untuk beristirahat sejenak.
C. Apakah Dispepsia
Berdasar kriteria ROME III, dyspepsia di-
definisikan sebagai adanya satu atau lebih gejala:
1. Rasa penuh setelah makan (postprandial
distress syndrome)
2. Rasa cepat kenyang (postprandial distress
syndrome)
3. Nyeri atau rasa terbakar di epigastrium
(epigastric pain syndrome)
dan tidak didapatkan adanya kelainan struktural
(termasuk pemeriksaan endoskopi) yang dapat
menjelaskan penyebab keluhan tersebut, Dikata-
kan sebagai dispepsia fungsional jika keluhan
tersebut diatas berlangsung selama tiga bulan
terakhir dengan awitan gejala enam bulan
sebelum diagnosis ditegakkan.
Gejala utama pada dispepsia:
1. Retrosternal or epigastric pain
2. Rasa penuh
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
48
3. Kembung
4. Rasa terbakar di dada bagian tengah
5. Mual muntah
6. Anoreksia
Derajat nyeri pada dispepsia dapat ringan
hingga berat, dapat presisten (terjadi terus
menerus dan menetap) atau rekuren (berulang),
dan dapat membaik sendiri tanpa pengobatan
ataupun membutuhkan pengobatan.
D. Pembagian Dispepsia
Secara garis besar, penyebab dispepsia di
bagi 2 kelompok yaitu dispepsia organik
(seperti tukak peptik, gastritis, batu kandung
empedu) dan dispepsia fungsional yakni tidak
ditemukan adanya gangguan patologis dan
struktural atau biokimia.
Untuk mempermudah penanganan klinis,
dispepsia dibagi menjadi beberapa subgrup yakni
sub grup refluks, ulkus (seperti dalam ulkus
peptikum), dan gangguan dismotilitas. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
49
Refluks Heartburn – adanya regurgitasi
dari asam lambung
Ulkus
Nyeri abdomen atas dengan
predominan tiga gejala :
Nyeri atau rasa tidak
nyaman pada epigastrik
Nyeri hilang setelah pem-
berian makanan
Nyeri berkurang dengan
pemberian antasida atau
obat lain yang efektif
untuk ulkus pepti
Nyeri muncul sebelum
maan atau saat lapar
Nyeri dapat membangun-
kan seseorang dari tidur
Nyeri dapat hilang dan
timbul
Dismotilitas
Dicirikan oleh ketidaknyamanan
pada abdomen atas disertai oleh
tiga atau lebih gejala :
Setelah makan perut
terasa penuh
Mual
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
50
Mual dan muntah
Perut bagian atas terasa
penuh namun tidak terlihat
adanya distensi abdomen
Ketidaknyamanan pada
perut umumnya diperberat
dengan makan
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan, adalah
bahwa gejala-gejala ini tidak selalu berdiri sendiri.
Gejala dyspepsia umumnya tumpang tindih
(overlap) jadi gejala dismotilitas dapat muncul
bersamaan dengan gejala refluks, dan gejala
dimostilitas. Berikut seterusnya, jadi sebaiknya
dapat dilihat dengan komperhensif dan tidak
berfokus pada satu gejala.
E. Tatalaksna Dispepsia
Sebelum memulai tatalaksana perlu
ditegakkan diagnosis dari dyspepsia tersebut.
Pikirkan tidak hanya proses patologis di saluran
gastrointestinal bagian atas tapi pikirkan juga
proses patologis lain seperti dari jantung, hepar,
paru-paru saluran kemih, hingga saluran cerna
bagian bawah. Terutama untuk pasien-pasien
lansia dengan faktor risiko kardiovaskular. Pasien-
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
51
pasien lansia dengan penyakit kardiovaskular
terkadang juga datang dengan gejala abdominal
dyscomfort, yang ternyata merupakan manifestasi
dari miokard infark inferior. Evaluasi juga jenis
obat-obatan yang bersifat iratitif pada lambung
yang dapat menyebabkan dyspepsia. Kemudian
pertimbangkan untuk pengehentian atau diganti
dengan obat lain yang memiliki manfaat serupa.
Beberapa jenis obat-obat yang bersifat iritatif
pada lambung, yakni aspirin/NSAID, kalsium
antagonis, nitrat, teofilin, bifosfonat, dan steroid.
Pada beberapa kasus dispepsia dengan
“alarm sign” membutuhkan investigasi lebih
lanjut. Berikut “alarm sign” pada dispepsia:
Pendarahan gastrointestinal (dirujuk pada
hari yang sama)
Mual muntah presisten
Penurunan berat badan yang progresif
(tidak direncanakan)
Disfagia
Massa pada daerah epigastrik
Anemia akibat adanya pendarahan
gastrointestinal
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
52
Dispepsia yang tidak membaik/tidak
respon dengan terapi standar
Setelah dilakukan investigasi maka dapat
ditentukan tatalaksana farmakologisnya. Bebe-
rapa terapi farmakologis yang bermanfaat pada
sindroma dispepsia, yakni:
Obat-obat antisekretorik
Penyekat H2 reseptor
Terapi supresi asam dengan H2 boloker
(PRH-2) maupun penghambat pompa proton
(PPP) biasa diberikan pada penderita dengan
dispepsia fungsional. Secara meta-analisis
penggunaan PRH-2 memiliki manfaat terapi
sekitar 20% di atas placebo.
Proton Pump Inhibitors (PPI)
PPI merupakan prodrug. Berikatan pada reseptor
H+K+ATPase sel parietal lambung sehingga
menghambat produksi HCL lambung. PPI bekerja
efektif saat proton pump aktif, yakni ketika ada
makanan masuk ke saluran pencernaa. Sehingga
pemberian 30 menit sebelum makan optimal
untuk mencapai konsentrasi maksimal obat.
Walaupun waktu paruh PPI ini sangat cepat,
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
53
tetapi dari penelitian menunjukkan efektifitas PPI
dalam menekan produksi HCL tidak linier dengan
kadar plasma PPI. Semua jenis PPI memiliki waktu
paruh eliminasi sekitar 1 jam, maksimum
konsentrasi plasma (tmax) dengan rentang 1-5
jam. Omeprazole merupakan jenis PPI yang
pertama kali digunakan secara klinis dan telah
banyak penelitian yang mengevaluasi efektifitas
dalam terapi dispepsia, tukak peptik, GERD, dan
perdarahan saluran cerna atas. Pada kasus tukak
lambung, pH lambung dipertahankan nilai >3
untuk proses penyembuhan dan eradikasi
H.pylori. Selain itu keberhasilan terapi GERD juga
bergantung dengan durasi tinggi dari intragastrik
pH >4.
Dari sebuah penelitian yang dilakukan pada
rentang tahun 2017-2018 pada 8453 kasus
dispepsia, menunjukkan PPI lebih efektif
memperbaiki keluhan simptomatik dan kualitas
hidup pasien dibanding dengan plasebo,
prokinetik, dan H2 bloker. Didukung pula oleh
penelitian yang dilakukan di Jepang pada tahun
2013 terhadap pasien-pasien dengan kronik
abdominal symptom yang berobat ke fasilitas
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
54
kesehatan primer, pemberian omeprazole 20 mg
secaar efektif menurunkan gejala gangguan
abdominal.
Obat-obat prokinetik
Pemakaian obat prokinetik merupakan salah
satu pilihan pengobatan yang cukup diminati
untuk penderita dengan non ulkus dispepsia.
Sayang pemakaiannya terbatas karena jumlah
obat yang terbatas macamnya.
Cisapride
Merupakan obat prokinetik yang merang-
sang gerakan (motilitas) saluran cerna dengan
cara memacu secara selektif pelepasan
acethylcholine dalam pleksus mienterik dalam
usus, diduga lewat agonis parsial terhadap
serotonin (5-HT4) . Cisapride terbukti dapat
merangsang gerakan antroduodenal dan
mempercepat pengosongan lambung pada
penderita dengan pengosongan lambung yang
lambat (”delay gastric emptying”). Namun
penggunaannya saat ini dibatasi karena terjadinya
efek samping berupa aritmia jantung.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
55
Domperidon
Merupakan golongan antagonis dopamin D2
yang tidak melewati sawar otak sehingga tidak
ada efek ekstrapiramidal. Mempunyai efek
antagonis dopamine di perifer dan dapat
meningkatkan tekanan LES ”lower oesophageal
sphincter”, mempercepat pengosongan lambung
dan meningkatkan gerakan (motilitas) antropy-
loric. Untuk pengobatan penderita dispepsia,
tampaknya efektifitasnya sama.
Metoclopramide
Merupakan antagonis reseptor dopamin D2
dan antagonis reseptor serotonin (5-HT3) yang
menghambat reseptor dopaminergic dalam
saluran gastrointestinal, dan merangsang gera-
kan saluran cerna bagian atas. Namun
penggunaannya terbatas, karena tingginya
insidensi efek samping pada ekstra piramidal,
yang kadang-kadang irreversibel, seperti ”Tardive
dyskinesia”.
Antidepresan
Manfaat antidepresan dalam pengobatan
kelainan fungsional saluran cerna (“functional
gastrointestinal disorders”) telah dibuktikan dalam
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
56
penelitian meta-analisis terbaru. Ini menimbulkan
dugaan bahwa penderita dengan non-ulcer
dyspepsia mungkin dapat menunjukkan respon
yang baik pula dengan pengobatan antidepresan.
Amitriptilin dosis rendah memperlihatkan per-
baikan keluhan dispepsia fungsional. Dibutuhkan
penelitian yang lebih banyak lagi untuk
memastikan temuan ini.
Eradikasi kuman H pylori
Pengaruh eradikasi kuman H pylori dalam
pengobatan dispepsia fungsional merupakan
masalah yang paling banyak diperdebatkan. Ada
4 penelitian secara acak ganda, buta ganda, telah
dilakukan selama ini, tiga penelitian melaporkan
tidak ada perbaikan keluhan setelah eradikasi
kuman H pylori tetapi satu penelitian me-
nunjukkan perbaikan keluhan. Perbedaan ini
diduga akibat perbedaan latar belakang
prevalensi ”h.pylori-related ulcer disease” yang
ada dimasyarakat yang di teliti. Pada study di
Scotlandia oleh McCll dan kawan-kawan, keluhan
dispepsia berkurang hanya 7% dari pasien yang
mendapat terapi omeperazol, dibandingkan
dengan pasien yang mendapat terapi omeperazol
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
57
dengan antibiotika keluhan berkurang 21%.
Kesimpulan yang diambil peneliti bahwa terapi
kombinasi antibiotika dan omeprazol lebih baik
dari pada terapi tunggal omeperazol dalam
menurunkan keluhan dispepsia.
F. Tatalaksana Dispepsia saat Puasa
Gejala-gejala dyspepsia sepeerti panas,
nyeri, penuh, mual, dapat terjadi pada pasien
yang sedang puasa terutama yang memimiliki
kebiasan buruk seperti makan berlebihan saat
sahur dan berbuka. Pasien dengan ulkus peptik
aktif disarankan untuk tidak berpuasa karena
kemungkinan untuk munculnya komplikasi sangat
tinggi. Pasien dengan ulkus peptik yang tidak aktif
ataupun dispepsia fungsional, dapat berpuasa
sembari mengkonsumsi proton pump inhibitor.
Sebelum melakukan puasa sebaiknya pasien
yang menderita dispepsia melakukan kontrol ke
dokter untuk dilakukan pemeriksaan dan edukasi.
Hindari dehidrasi selama puasa, apalagi jika puasa
dilakukan saat musim kemarau. Konsumsi diet
yang sehat dan seimbang, pilih makanan yang
kaya serat, rendah garam, dan memiliki indeks
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
58
glikemik yang rendah. Saat buka puasa mulailah
dengan makanan yang ringan seperti kurma, dan
jangan mengisi perut terlalu banyak. Setelah itu
mulai makan berat setelah salat terawih.
Kemudian jangan segera tidur setelah makan
berbuka maupun sahur.
Edukasi lain adalah ada beberapa hal dan
makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi saat
berpuasa. Beberapa hal yang harus dihindari
adalah :
Makanan yang berlemak dan terlalu
banyak minyak
Buah yang mengandung asam seperti
lemon, anggur, tomat, dan jeruk
Makanan pedas
Makanan yang mengandung terlalu
banyak gula
Makan dengan porsi terlalu banyak saat
berbuka maupun sahur
Merokok
Langsung tidur setelah makan < 3-4 jam
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
59
Daftar Pustaka
1. Abbas, Z. J Pak med Assoc. 2015 May; 65(5Suppl 1):S68-71
2. Bragazzi, N. L. et al. (2015) ‘Ramadan fasting and infectious diseases: A systematic review’, Journal of Infection in Developing Countries, 9(11), pp. 1186–1194. doi: 10.3855/jidc.5815.
3. E Chandra, S Ndraha. Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy. Vol 14, No 2, August 2013
4. Djojoningrat, D. 2014. Dispepsia Fungsional. In: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M. S. & Setiati, S. (eds.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam PAPDI. Jakarta: Internal Publishing.
5. Drossman, D. A. & Dumitrascu, D. L. 2006. Rome III: New standard for functional gastrointestinal disorders. Journal of Gastrointestinal and Liver Diseases, 15, 237.
6. Miwa, H., Ghoshal, U. C., Fock, K. M., Gonlachanvit, S., Gwee, K. A., Ang, T. L.,
Chang, F. Y., Hongo, M., Hou, X. & Kachintorn, U. 2012. Asian consensus report on functional dyspepsia. Journal of gastroenterology and hepatology, 27, 626-641.
7. Moayyedi, P. M. et al. (2017) ‘ACG and CAG Clinical Guideline: Management of Dyspepsia’,
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
60
American Journal of Gastroenterology, 112(7), pp. 988–1013. doi: 10.1038/ajg.2017.154
8. Maria Inez Pinto-Sanchez, Yuhong Yuan,
Ahmed Hasan et al, 2017. Proton Pump Inhibitors for functional Dyspepsia. Conchrane Database Syst Review, (11): CD011194.
9. Tomoari Kamada, et al, 2013. A Study on the Efficacy of Proton Pump Inhibitors in H.pylori negative Primary Care Patients with Dyspepsia in Japan. Gut and Liver, Vol 7, no 1, pp16-22.
10. 2010. Appendix B: Rome III Diagnostic Criteria for Functional Gastrointestinal Disorders. Am J Gastroenterol, 105, 798-801.
11. Moayyedi, P.M et al. 2017. ACG and CAG Clinical Guideline: Management of Dyspepsia. American journal of Gastroenterology, 112(7), pp 988-1013.doi 10.1038/ajg.2017.154
12. Rimmani HH, et al Digestive Disease 2019; 37:188-193
13. Talley NJ, Phung N, Kalantar JS. ABC of the upper gastrointestingal tract: Indigestion: When is it functional? BMJ 323:2001; 1294-1297
14. Talley, N. J. and Ford, A. C. (2015) ‘Functional dyspepsia’, New England Journal of Medicine, 373(19), pp. 1853–1863. doi: 10.1056/NEJMra1501505.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
61
Puasa dan Ibu Hamil Oleh
Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Ketika mendekati bulan Ramadhan, tentu
dokter akan mulai mendapat konsultasi mengenai
bolehkah seorang pasien (dengan berbagai
penyakit) melakukan puasa. Salah satu konsultasi
yang hampir selalu muncul adalah mengenai ibu
hamil dan puasa. Sebelum melakukan edukasi,
seorang dokter tentu perlu menyiapkan pendapat
yang berbasis ilmiah. Berbagai studi mengenai
puasa dan ibu hamil akan dibahas pada artikel ini.
Menurut hukum Islam, semua orang
dewasa yang sehat harus berpuasa saat bulan
Ramadhan. Namun aturan ini tidak berlaku pada
wanita hamil. Jika wanita hamil khawatir bahwa
puasanya dapat menganggu kesehatan janin yang
dikandungnya, maka diperbolehkan tidak puasa.
Namun aturan ini justru membuat wanita hamil
berpikir bahwa puasa adalah sebuah kewajiban,
walaupun sedang hamil.
Sebelum mengetahui lebih dalam mengenai
efek puasa pada kehamilan, sebaiknya menge-
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
62
tahui predictor dan faktor yang memotivasi wanita
hamil untuk puasa saat bulan Ramadhan.
Penelitian yang dilakukan di Jakarta menemukan
bahwa kepatuhan puasa menurun 4% setiap
minggu dengan meningkatnya usia gestasional.
Umumnya tidak berpuasa diasoasikan dengan
ketidaksetujuan dari suami, dan ketakutan bahwa
dapat muncul efek buruk pada kehamilan. Analisis
regresi linear menunjukkan bahwa perempuan
yang puasa menunjukkan bahwa jumlah hari
puasa memiliki hubungan terbalik dengan usia
gestasi, ketakutan efek samping pada kehamilan,
dan penolakan dari suami.
Sebuah penelitian Case Control di Iraq pada
tahun 2017 oleh Safari et al. menggambarkan hal
ini. Secara umum wanita hamil dapat bepuasa
dengan baik selama Ramadhan, sekitar 80%
wanita berpuasa 21 sampai 29 hari selama
Ramadhan, dan sebanyak 38,7% menyelesaikan
puasanya. Keputusan untuk berpuasa tidak
berhubungan dengan tingkat edukasi dan
pekerjaannya. Peningkatan berat badan pada ibu
hamil lebih rendah 0,4 kg dibandingkan kelompok
lain yang tidak berpuasa. Angka diabetes
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
63
gestasional sebanyak 2,6% pada kelompok puasa
dan 8,3% pada kelmpok yang tidak berpuasa.
Analsis regresi menunjukkan bahwa wanita yang
tidak berpuasa pada trimester kedua memiliki
risiko 1,51 kali lebih besar untuk menderita
diabetes gestasional. Juga pada wanita yang
berpuasa 21 hingga 29 hari selama Ramaadhan
memiliki risiko lebih rendah untuk menderita
diabetes gestasional. Sekitar 60% dari wanita
hamil kelompok puasa juga mengatakan bahwa
bepruasa merupakan hal wajib bagi orang sakit
dan tidak sakit. Kesimpulan penelitian ini adalah
bahwa perempuan yang berpuasa pada trimester
kedua kehamilan memiliki risiko yang lebih rendah
untuk menderita diabetes gestasional dan juga
memiliki risiko yang lebih rendah untuk
peningkatan berat badan yang berlebihan.
Penelitian lain yang dilakukan Glazier et al.
menyelidiki mengenai keluaran perinatal pada
wanita hamil yang berpuasa Ramadhan.
Penelitian ini berupa Systematic Review dan Meta
analisis. Pada penelitian ini ditemukan 18.920
subyek wanita hamil yang menjalani puasa
Ramadhan. Berat lahir tidak dipengaruhi oleh
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
64
puasa ibu hamil selama Ramadhan. Berat plasenta
dilaporkan lebih rendah pada kelompok yang
bepuasa, namun ini hanya berdasarkan satu studi
besar saja. Tidak ditemukan data pada kematian
perinatal. Puasa Ramadhan tidak dikaitkan
dengan persalinan preterm, berdasarkan 5600
kehamilan. Walaupun begitu disipmulkan bahwa
puasa Ramadhan tidak berpengaruh terhadap
berat lahir, namun tidak ada bukti yang jelas
mengenai potensi morbiditas perinatal.
Penelitian selanjutnya dilakukan di Tehran,
Iran. Penelitian ini memeriksa 189 kasus untuk
menentukan hubungan antara puasa Ramadhan
dengan pertumbuhan intrauterin dan waktu
persalinan. Studi ini bersifat kohort persepsktif,
dilakukan pada wanita hamil yang menjalani
puasa saat bulan Ramadhan. Wanita hamil ini
dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu tidak
berpuasa, berpuasa 1 sampai 10 hari, berpuasa
11 sampai 20 hari dan bepuasa 21 hingga 30 hari.
Pada 189 pasien, ditemukan usia rata rata adalah
25,9 tahun, 61,8 kg, dan rata rata indeks masa
tubuh (IMT) 23,9 kg/m2. Hari rata rata ibu yang
bepuasa adalah 13 hari dan 66 kasus (34,9%)
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
65
tidak berpuasa. Sebagai tambahan tidak ada
perbedaan antara usia, IMT saat petama
kehamilan, usia ibu, jumlah kehamilan, dan
riwayat aborsi di kedua kelompok. Tidak ada
perbedaan antara rata berat, panjang, dan lingkar
kepala antara bayi wanita hamil dari kelompok
kelompok di atas. Selanjutnya juga tidak ada
perbedaan antara keluaran kehamilan antara
wanita hamil yang berpuasa di bebagai trimester.
Kesimpulan dari studi ini adalah, bahwa wanita
dengan nutrisi yang baik tidak memiliki efek yang
buruk terhadap petumbuhan intrauteirn dan
waktu persalinan. Walupun begitu, terdapat risiko
relative untuk berat lahir yang rendah sebanyak
1,5 kali pada wanita yang hamil pada trimester
satu dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
berpuasa sama sekali.
Artikel ini dimaksudkan sebagai referensi
bagi dokter untuk memberikan edukasi juga
sembari memberikan saran yang paling baik pada
pasien. Keputusan klinis Kembali ke tiap dokter,
dan tentu saja harus mempehatikan individu
setiap pasien, karena setiap pasien berbeda.
Terakhir penulis selalu mengingatkan untuk selalu
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
66
memperhatikan masukan dari pasien sebelum
memberikan masukan klinis.
Sumber
Glazier, J.D., Hayes, D.J.L., Hussain, S. et al. The effect of Ramadan fasting during pregnancy on perinatal outcomes: a systematic review and meta-analysis. BMC Pregnancy Childbirth 18, 421 (2018). https://doi.org/10.1186/s12884-018-2048-y
Lily A. van Bilsen, Ary I. Savitri, Dwirani Amelia,
Mohammad Baharuddin, Diederick E. Grobbee, Cuno S.P.M. Uiterwaal, Predictors of Ramadan fasting during pregnancy,
Journal of Epidemiology and Global Health, Volume
6, Issue 4, 2016, Pages 267-275, ISSN 2210-6006, https://doi.org/10.1016/j.jegh.2016.06.002. (https://www.sciencedirect.com/science/arti
cle/pii/S221060061630034X)
Safari, K., Piro, T.J. & Ahmad, H.M. Perspectives and pregnancy outcomes of maternal Ramadan fasting in the second trimester of pregnancy. BMC Pregnancy
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
67
Childbirth 19, 128 (2019). https://doi.org/10.1186/s12884-019-2275-x
Ziaee V, Kihanidoost Z, Younesian M, et al. The
effect of ramadan fasting on outcome of pregnancy. Iran J Pediatr. 2010;20(2):181-186.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
68
Puasa pada Ibu Menyusui Oleh
Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Salah satu pernyataan yang paling sering
muncul saat bulan Ramadhan sudah dekat adalah
mengenai bolehkah seorang pasien bepuasa
walaupun menderita berbagai macam penyakit.
Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul
adalah bolehkah ibu hamil berpuasa. Jika boleh,
apakah dampaknya bagi ibu dan janin? Sebelum
menjawab dokter tentu perlu menguasai bukti
ilmiah melalui bebagai studi untuk membeikan
edukasi yang evidence based. Artikel ini akan
membahas dampak puasa Ramadhan pada ibu
yang menyusui baik pada ibu maupun pada bayi.
Berpuasa pada bulan Ramadhan adalah
pilar bagi agama Islam. Muslim diwajibkan untuk
bepuasa dari terbit matahari hingga terbenam
matahari selama bulan Ramadhan. Konsumsi
makanan dan minuman diperbolehkan hanya
pada matahari terbenam hingga Subuh sebelum
matahari terbit.
Sebelum mengetahui efek puasa pada ibu
menyusui, penting untuk mengetahui sikap ibu
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
69
menyusui terhadap menyusui saat Ramadhan.
Menyusui telah lama disetujui sebagai alternatif
pertama untuk menyusui. Banyak faktor yang
mempengaruhi ibu hamil dalam menyusui.
Sebuah studi cross sectional deskriptif dilakukan
pada bulan Juni hingga Juli 2015 di Najran, Saudi
Arabia. Studi ini menggunakan kuisioner yang diisi
sendiri. Jumlah subyek adalah 169 orang ibu
menyusui. Ibu menyusi direkrut secara acak. Hasil
studi ini menunjukkan bahwa terdapat 89,9% ibu
hamil yang menyusui selama bulan Ramadhan.
Sekitar 85,8% ibu menyusui berpendapat bahwa
berpuasa tidak mempengaruhi komposisi dan
nutrisi.dari air susu ibu. Sekitar 80,5% ibu
berpendapat bahwa puasa tidak mempengaruhi
volume dari air susu ibu dan petumbuhan dari bayi
saat bulan Ramadhan. Pengetahuan wanita
mengenai puasa dan pertumbuhan bayi sangat
terkait dengan usia dan Pendidikan. Secara umum
responden dari penelitian memiliki pengetahuan,
sikap, dan praktik yang positif untuk menyusui
selama bulan Ramadhan.
Studi kedua dipublikasikan tahun 2007 oleh
Khosdel Et al. Studi ini bermaksud untuk mencari
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
70
dampak antara puasa Ramadhan pada ibu
menyusui dengan parameter pertumbuhan bayi
yang disusui secara eksklusif. Studi ini berbentuk
kohort, dilakukan saat bulan Ramadhan dan lima
bulan setelah Ramadhan pada 116 bayi yang
disusui berusia 15 hingga 6 bulan. Subyek
penelitian dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama berisi 36 bayi yang ibunya
bepuasa selama bulan Ramadhan.
Kelompok kedua beisi 80 bayi yang ibunya
tidak bepuasa pada bulan Ramadhan. Semua bayi
diperiksa secara periodik, dua kali saat bulan
Ramadhan, tiga kali saat bulan kedua, dan dua
kali setiap bulan hingga bulan keempat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua parameter
per-tumbuhan menignkat pada kedua kelompok.
Laju peningkatan untuk kedua kelompok ini
serupa. Meskipun begitu tren tetap bergantung
pada usia, itupun trennya ditemukan sama pada
kedua kelompok. Penulis berkesimpulan bahwa
puasa Ramadhan tidak mempengaruhi parameter
petumbuhan dari bayi yang disusui secara
eksklusif, terutama untuk jangka pendek.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
71
Studi ketiga dilakukan oleh Rakicioglu et al.
di Ankara, Turki. Studi ini bedasar bahwa air susu
ibu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
adalah diet maternal. Faktor diet maternal ini
dapat mempengaruhi volume dan komposisi bayi.
Studi ini memiliki subyek 21 ibu menyusui dengan
usia 17 hingga 38 tahun yang berpuasa pada
bulan Ramadhan. Usia bayi yang disusui bekisar
antara dua sampai 5 bulan. Studi dilakukan saat
bulan Ramadhan, dan dua minggu setelah
Ramadhan. Hasil penelitiann menunjukkan pada
bulan Ramadhan level zinc, magnesium,
potassium pada air susu ibu menurun, dan hasil
ini signifikan secara statistic. Berat badan ibu
meningkat 1 kg setelah bulan Ramadhan.
Namun perubahan indeks masa tubuh dari
ibu tidak signifikan secara statistic. Saat
Ramadhan, masukan energi dan nutrisi menurun
kecuali masukan protein, vitamin A, vitamin C.
Masukan nutrisi ini lebih rendah dari yang
direkomen-dasikan untuk ibu hamil. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa tidak ditemukan
efek yang signifikan dari komposisi makronutrisi
dari air susu ibu, dan secara langsung
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
72
hubungannya dengan bayi. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara air susu ibu yang berpuasa
dan tidak berpuasa mengenai komosisi
mikronutrisi seperti zinc, magnesium, dan
potassium. Status nutrisi ibu menyusui ditemukan
terdampak akibat puasa Ramadhan. Semua
masukan nutrisi (kecuali vitamin A, E, dan C)
menurun saat Ramadhan. Untuk alasan ini penulis
berkesimpulan bahwa masuk akal untuk
memperbolehkan ibu menyusui untuk tidak
bepuasa saat bulan Ramadhan.
Walaupun begitu, hasil penelitian ini tidak
boleh ditelan mentah mentah. Namun seharusnya
dijadikan referensi dalam memberikan saran pada
pasien. Keputusan untuk melakukan puasa
Ramadhan adalah keputusan pasien, dan dokter
harus bekerja sama dengan pasien agar dapat
mencapai keputusan yang paling sesuai dengan
keadaan pasien. Perlu diingat bahwa masalah
agama adalah masalah yang sensitive sehingga
memberikan edukasi harus dilakukan secara
empatik.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
73
Sumber
Al-Qahtani, A. M., Mohamed, H., & Ahmed, A. M. (2020). Knowledge, attitude and practice of Saudi women in Najran area towards breastfeeding during Ramadan. Sudanese journal of paediatrics, 20(1), 42–48. https://doi.org/10.24911/SJP.106-
1569847908
Khoshdel, Abolfazl. and Najafi, Mostafa. and Kheiri, Soleiman. and Taheri, Elham. and Nasiri, Jafar. and Yousofi,
Hossein. and Jafari Boroujeni, Amirgholi. (2007) Impact of maternal Ramadan fasting on growth parameters in exclusively breast-fed infants. Iranian journal of Pediatrics, 17 (4).
RAKICIOĞLU, N., SAMUR, G., TOPÇU, A. and TOPÇU, A.A. (2006), The effect of Ramadan on maternal nutrition and composition of breast milk. Pediatrics International, 48: 278-283. https://doi.org/10.1111/j.1442-200X.2006.02204.x
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
74
Pemilihan Antibiotik pada Pasien Puasa
Oleh Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Antibiotik adalah salah satu obat yang
dikonsumsi secara teratur dengan dosis dan cara
yang tepat. Era resistensi antibiotik ini menekan-
kan pasien dan juga dotker untuk mengkonsumsi
antibiotic dengan cara yang baik dan bijak. Selain
untuk menghindari resistensi antibiotic, konsumsi
antibiotic yang baik, tepat dosis, dan teratur dapat
mempercepat penyembuhan pasien dari kondisi
infeksi. Namun masalah baru muncul ketika
pasien akan melakukan ibadah puasa, terutama
bagi Muslim. Puasa pada bulan Ramadhan adalah
ibadah yang wajib bagi Muslin di seluruh dunia.
Menurut berbagai studi sebelumnya
ditemukan bahwa puasa dapat berpengaruh pada
kepatuhan pasien akan konsumsi makanan dan
obat. Oleh karena itu pengetahuan mengenai
pemilihan anitbiotik pada pasien yang akan
menjalani puasa Ramadhan adalah hal yang
penting bagi dokter umum.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
75
Secara umum pasien makan dan minum dari
terbenamnya matahari hingga fajar (mendekati
terbitnya matahari). Pada saat ini dokter
disarankan untuk memberikan terapi dengan
dosis yang cukup, dan memilih obat dengan
waktu paruh yang sesuai dengan kondisi geografi
dan sosial dari pasien. Tidak semua pasien
berpuasa dalam waktu 12 jam, hal ini bergantung
dari waktu antara terbit dan terbenamnya
matahari yang dapat berubah-ubah di seluruh
dunia. Saran dari para ahli adalah dokter
memberikan antibiotic yang dapat dikonsumsi
tanpa membatalkan puasa pasien. Berikut ini
terdapat tabel yang dapat digunakan sebagai
pedoman untuk memberikan terapi antibiotic
pada pasien dengan asumsi pasien memiliki fungsi
ginjal dan liver yang baik dan tidak terdapat
gangguan pada kedua organ.
Terapi saat bulan biasa Terapi saat bulan Ramadhan
Nama
obat Dosis Frekuensi
Nama
obat Dosis Frekuensi
Amoxicilin 250–500 mg 3 kali sehari Kotrimoksasol 490–960 mg 2 kali sehari
Cefacolr 250-500 mg 3 kali Cefuroxim
axitel 250–500mg 2 kali
Celeoxib 200 mg 2 kali Celoxib 200 mg 2 kali
Cephalexin 250 – 500 mg 4 kali Cefadroxin 500 – 100 mg 2 kali
Ciprofloxacin 250-750 mg 2 kali Ciprofloxacin 250-750 mg 2 kali
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
76
Cloxacilin 250 – 500
mg 4 kali Cefadorxil 500–1000 mg 2 kali
Cotrimoxacole 490–960 mg 2 kali/hari Cotrimoxacole 49 –960 mg 2 kali/hari
Doxccycline 100-20 mg Dibagi 1 atau
2 dosis Doxccycline 100-20 mg
Dibagi 1
atau 2 dosis
Tenofovir 600 / 300
mg Satu dosis Tenofovir
600 / 300
mg Satu dosis
Efavirenz 600 mg 1 dosis Efavirenz 600 mg 1 dosis
Flucloxacilin 250–500 mg 4 kali Cefradorxil 500–1000 mg 2 dosis
Fluconazole 50–400 mg 1 dosis Fluconazole 50–400 mg 1 dosis
Mebendazole 100 mg 2 kali Mebendazole 100 mg 2 kali
Norfloxacin 400 mg 2 kali Norfloxacin 400 mg 2 kali
Terbinafin 250 mg 1 dosis Terbinafin 250 mg 1 dosis
Vorconazol 400 mg Terbagi 2
dosis Vorconazol 400 mg
Terbagi 2
dosis
Azitromisin 500 mg
1 g
Satu kali
sehari dalam
satu dosis
Azitromisin 500 mg
1 g
Satu kali
sehari dalam
satu dosis
Tabel 1. Modifikasi regimen terapi antibiotic pada
pasien yang menjalani pause pada bulan
Ramadhan.
Studi mengenai efektivitas antibiotik pada
bulan Ramadhan belum banyak ditemui. Namun
masuk akal untuk menggannti regimen terapi
menjadi regimen terapi yang lebih mudah
diterima dan memperbaiki kepatuhan pasien
dalam mengkonsumsi antibiotic. Fungsi organ
liver dan ginjal tetap perlu diperhatikan dalam
memilih antibiotik, termasuk riwayat alergi obat
yang diimiliki oleh pasien.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
77
Sumber
Alomi YAhmed, Altuwaijri MAbdulaziz, Alshammari MHuraybie, Al-Muallad NHameed. Intake of antibiotics and fasting during the holy month of Ramadan: A Literature Review. Pharmacology, Toxicology and Biomedical Reports. 2019;5(2):65-68.
Bragazzi NL, Briki W, Khabbache H, Rammouz I, Mnadla S, Demaj T, Zouhir M (2015) Ramadan fasting and infectious diseases: a systematic review. J Infect Dev Ctries
9:1186-1194. doi: 10.3855/jidc.5815
Mikhael, E. M., & Jasim, A. L. (2014). Antibiotic-prescribing patterns for Iraqi patients during Ramadan. Patient preference and adherence, 8, 1647–1651. https://doi.org/10.2147/PPA.S73401
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
78
Efek Puasa pada Parameter Hematologis
Oleh Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Efek puasa pada parameter hematologis
tidak banyak diketahui. Parameter ini merupakan
parameter yang penting untuk menilai keadaan
kesehatan seseorang. Pengetahuan mengenai
parameter hematologis pada pasien yang
berpuasa, dibutuhkan untuk membuat keputusan
klinis mengenai pasien-pasien dengan gangguan
hematologis. Pada artikel ini akan disajikan
mengenai beberapa studi yang diketahui telah
menyelediki efek puasa Ramadhan pada
parameter hematologis.
Telah banyak ditekahui bahwa puasa
Ramadhan memiliki manfaat yang baik pada
keadaan inflamasi, dan juga pada keadaan
metabolik serta antropometrik, namun belum
banyak studi yang membahas parameter
hematologic dan sitokin. Studi oleh Unalacak et al.
ini membahas mengenai parameter hematologis
dan sitokin pada pasien obesitas dan pasien
dengan IMT yang normal. Terdapat 2 kelompok
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
79
(obesitas dan IMT normal) dengan jumlah subyek
masing-masing sepuluh orang. Eksklusi diberikan
pada pasien yang sedang sakit akut maupun sakit
kronis, serta yang mengkonsumsi obat-obatan.
Beberapa parameter yang diukur adalah profil
lipid, urea, kreatinin, insulin protein, albumin,
CRP, LDH, ALT, AST dan sitokin. Hasil penelitian
meunjukkan terdapat 7 pasien yang memenuhi
kriteria sindroma metabolic. Terdapat penurunan
siginfikan pada parameter antropometrik, dan
penurunan signifikan pada resistensi insulin.
Kemudian analisis darah menunjukkan bahwa
parameter inflamasi seperti interleukin-2, IL-8,
TNF alpha, ALT, lebih rendah pada dua kelompok
yang berpuasa. Penulis berkesimpulan bahwa
puasa dapat memberikan manfaat pada
parameter inflamasi, metabolic, dan antro-
pometrik.
Studi selanjutnya dilakukan oleh Zadegan et
al. Pada studi ini, penulis tidak hanya melakukan
pemeriksaan pada efek profil lipid, namun juga
pada faktor bikomiawi, hematologic, dan
koagulasi. Pada studi ini dilakukan pemeriksaan
pada saat Ramadhan, dan dua bulan setelah
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
80
Ramadhan. Penulis memeriksa beberapa variable
seperti lipoprotein, apoprotein, fibrinogen, faktor
VII dan beberapa faktor hematologi lian. Subyek
adalah 50 pasien sehat dengan usia antara 30-45
tahun. Pada penelitian ini ditemukan penurunan
singifikan pada profil lipid. Namun pada variable
koagulasi dan faktor hematologic, level didapat-
kan adanya penurunan yang siginfikan. Hasil
penelitian juga mengindikasikan terdapatnya
asosiasi positif antara level fibrinogen dan faktor
VII dengan puasara Ramadhan. Penulis ber-
kesimpulan bahwa faktor metabolic dan koagulasi
yang menjadi faktor risiko atherosklerosis dapat
membaik dengan puasa Ramadhan.
Studi selanjutnya dilakukan di Indonesia,
tempatnya di Jawa Timur. Studi ini melakukan
pemeriksan pada 100 laki-laki pekerja terminal
sebelum Ramadhan dan tiga minggu setelah
Ramadhan berjalan. Evaluasi dilakukan dengan
tes darah, juga dilakukan dengan kuisioner.
Indeks masa tubuh pada pasien ditemukan
menurun secara signifikan. Menurunnya indeks
masa tubuh juga sejalan dengan penurunan
tekanan darah. Namun penurunan tekanan darah
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
81
ini juga ditemukan pada kelompok yang tidak
berpuasa, atau berpuasa secara parisal.
Ditemukan penekanan pada parameter sel darah
merah yang dicirikan dengan penurunan
hemoglobin, RBC, dan PCV walaupun masih
berada pada level yang normal. Penulis ber-
kesimpulan bahwa terdapat perbaikan dari indeks
masa tubuh dan tekanan darah pada pasien yang
berpuasa. Penulis juga menyarankan untuk
mengkonsumsi makanan yang kaya besi karena
puasa dapat memberikan supresi pada produksi
sel darah merah. Rekomendasi untuk mengkon-
sumsi makanan kaya besi ini disarankan tidak
hanya bagi pasien yang mejalani puasa, namun
juga bagi pasien yang berpuasa secara parsial
atau tidak berpuasa.
Perubahan hematologis merupakan salah
satu hal yang terjadi pada pasien yang menjalani
puasa Ramadhan, di samping perubahan antropo-
metrik dan metabolic. Menguasai berbagai materi
yang berhubungan dengan kondisi ini merupakan
hal yang wajib bagi dokter umum agar dapat
memberikan edukasi dan membuat keputusan
klinis yang tepat.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
82
Sumber
The Effect of Fasting in Ramadan on the Values and Interrelations Between Biochemical,
Coagulation and Hematological Factors Nizal Sarraf-Zadegan, MD , Mahmood Atashi, MD , Gholam A. Naderi, PhD , Abdoul M. Baghai, MD , Sedighe
Asgary, PhD , Mohammad R. Fatehifar, MS , Hossien Samarian, MS , and Maryam Zarei, BS
Effects of Ramadan Fasting on Biochemical and Hematological Parameters and Cytokines in Healthy and Obese Individuals Ünalacak, Murat Kara, İsmail Hamdi Baltaci, Davut, Erdem, Özgür Bucaktepe, P. Gamze Erten 2011/01/16 2011 2011/04/01doi: 10.1089/met.2010.0084
Dewanti, L., Watanabe, C., Sulistiawati et al. Unexpected changes in blood pressure and hematological parameters among fasting and nonfasting workers during Ramadan in Indonesia. Eur J Clin Nutr 60, 877–881 (2006). https://doi.org/10.1038/sj.ejcn.1602393
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
83
Covid-19 dan Puasa Ramadhan Oleh
Dr. Rizki Nur Rachman Putra Gofur
Covid-19 diramalkan banyak ahli akan
menjadi endemic di seluruh dunia karena
penyebarannya yang terjadi dari manusia ke
manusia dengan ketiadaan gejala atau asim-
ptomatik. Dibandingkan denga penyakit lain
(contohnya cacar) Covid-19 sangat sulit untuk
dideteksi dan membutuhkan usaha kesehatan
masyarakat yang tidak sedikit. Pengetahuan
mengenai Covid-19 secara umum wajib dimiliki
dokter umum karena hampir selalu akan bertemu
dengan Covid-19 baik dengan gejala ringan,
berat, maupun tanpa gejala. Masalah muncul
ketika bulan Ramadhan sudah mendekat dan
pasien akan memutuskan untuk puasa atau tidak.
Artikel ini akan membahas mengenai puasa
Ramadhan pada pasien yang menderita Covid-19.
Untuk mengidentifikasi pasien yang dapat
berpuasa perlu dilakukan stratifikasi risiko.
Sebuah metode dikembangkan untuk melakukan
hal ini. Metode ini dibuat oleh Diabetes and
Ramadan International Alliance. Membagi pasien
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
84
menjadi tiga kondisi yaitu risiko tinggi, risiko
sangat tinggi, dan risiko sedang rendah. Pada
pasien dengan risiko rendah/sedang dapat
berpuasa dengan beberapa kondisi. Namun pada
pasien dengan risiko tinggi dan risiko sangat tinggi
disaranakan untuk tidak melakukan puasa.
Untuk pasien yang sebelumnya sehat dan
dapat berpuasa, dapat melakukan puasa pada
Ramadhan selanjutnya tanpa halangan yang
berarti. Hal ini dapat dilakukan jika pasien tidak
memiliki gejala/tidak didiagnosis dengan penyakit
apapun terutama ketika waktu sudah mendekati
bulan Ramadhan.
Secara umum masyarakat Muslim diper-
bolehkan untuk tidak berpuasa ketika ada
kekhawatiran bahwa puasa dapat menyebabkan
kerusakan atau perbaikan kondisi dapat terhalang
dengan berpuasa. Hal ini tentu berbeda pada
setiap orang, dan merupakan kondisi personal
yang harus diputuskan berdasarkan kondisi
masing-masing orang. Dokter dapat berperan
sebagai ahli yang dapat membantu pasien untuk
memberikan keputusan ini, tentu saja dengan
pendampingan dari ahli agam yang berwenang.
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
85
Pada konteks pandemic Covid-19, hal ini
agak sulit karena ilmu mengenai Covid-19 belum
banyak diketahui. Namun secara umum apabila
seorang pasien hanya menderita gejala ringan
yang tidak memerlukan terapi medis sama sekali,
pasien tetap boleh untuk berpuasa sambal
memperhatikan faktor risiko lain yang sudah ada.
Namun pada pasien yang memiliki sakit
yang panjang dengan keadaan yang dehidrasi dan
memiliki risiko penurunan keadaan yang akut,
pasien ini disarankan untuk tidak melakukan
puasa agar dapat memperbaiki status hidrasi.
Ketika pasien sudah mengalami perbaikan
keadaan, maka pasien disarankan untuk berpuasa
lagi. Dalam mengambil keputusan ini dokter harus
berperan aktif untuk memberikan keputusan
berdasarkan kondisi pasien saat itu.
Pada pasien yang boleh berpuasa, perlu
diketahui dampak puasa pada fungsi respirasi dan
imunitas. Berbagai studi menunjukkan bahwa
parameter fungsi paru tidak berubah signifikan
saat puasa dan sebelum puasa. Beberapa
kelompok malah melaporkan perbaikan fungsi
paru. Walaupun begitu yang mempengaruhi
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
86
keputusan untuk berpuasa adalah status hidrasi
pasien yang banyak dikaitkan dengan Covid-19.
Beberapa studi menggarisbawahi keadaan
inflamasi yang disebabkan oleh obesitas dan
sindroma metabolic. Studi lain sudah me-
nunjukkan bahwa puasa Ramadhan dapat
memperbaiki keadaan ini. Puasa memodulasi
lemak visceral. Puasa diketahui juga menekan
beberapa parameter prolinflamasi. Pada beberapa
studi juga dilaporkan adanya penurunan dari
berbagai jenis leukosit, granulosit, lifmosit dan
monosit. Puasa Ramadhan dipercaya para ahli
dapat mengaktifkan mekanisme untuk pembuatan
sel imun baru sehingga dapat memperbaiki
system imun. Pada pasien HIV yang berpuas
ajuga ditemukan tidak ada perubahan pada CD4,
viral load, dan keadaan penyakit jika dibadingkan
pada keadaan sebleum puasa. Puasa juga
dikaitkan dengan perbaikan kondisi pada system
imun adaptif.
Kesimpulannya pasien yang sebelumnya
dapat berpuasa, dan tidak menunjukkan
gejala/perubahan kondisi tubuh dapat berpuasa
sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Pasien
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
87
dengan gejala ringan yang tidak membutuhkan
pertolongan medis sama sekali juga dapat
mejalani puasa Ramadhan dengan memper-
hatikan faktor risiko yang lain. Pasien dengan
gejala sedang atau berat yang dikhawatirkan
dapat menderita dehidrasi akibat puasa,
disarankan tidak melakukan puasa.
Sumber
Arif Moothadeth, Salman Waqar, Nazim Ghouri, Zahid Iqbal, Junaid Alam, Sohail Ahmed, Syed Zakir Abbas, Fasting during Ramadan
and the COVID-19 pandemic, Occupational Medicine, Volume 70, Issue 5, July 2020, Pages 306–308, https://doi.org/10.1093/occmed/kqaa
103
Faris MAE, Salem ML, Jahrami HA, Madkour MI, BaHammam AS. Ramadan intermittent fasting and immunity: An important topic in the era of COVID-19. Ann Thorac Med. 2020;15(3):125-133. doi:10.4103/atm.ATM_151_20
Javanmard, Shaghayegh Haghjooy, and Zahra Otroj. “Ramadan Fasting and Risk of Covid-19.” International journal of preventive
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia
88
medicine vol. 11 60. 25 May. 2020, doi:10.4103/ijpvm.IJPVM_236_20
Salman Waqar, Nazim Ghouri Managing Ramadan
queries in COVID-19
BJGP Open 2020; 4 (2): bjgpopen20X101097. DOI: 10.3399/bjgpopen20X101097
Tootee, A., Larijani, B. Ramadan fasting during Covid-19 pandemic. J Diabetes Metab Disord 19, 1–4 (2020). https://doi.org/10.1007/s40200-020-00534-z
KITAB PUASA Untuk Dokter Umum di FKTP DIAGNOSIS, TERAPI, DAN EDUKASI
"Dokter Post" Media Informasi dan Komunikasi Dokter Indonesia