perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
RANCANGAN USULAN PERBAIKAN TERHADAP AKTIVITAS PENURUNAN PASIR DI DEPO PASIR MAKMUR
MENGGUNAKAN PENDEKATAN POSTUR KERJA DAN ASSESSMENT TERHADAP FISIOLOGI KERJA
(Studi Kasus: Depo Pasir Makmur, Surakarta)
Skripsi
MIFTAHUDIN
I1306054
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Miftahudin. NIM : I1306054. RANCANGAN USULAN PERBAIKAN TERHADAP AKTIVITAS PENURUNAN PASIR DI DEPO PASIR MAKMUR MENGGUNAKAN PENDEKATAN POSTUR KERJA DAN ASSESSMENT TERHADAP FISIOLOGI KERJA (Studi Kasus: Depo Pasir Makmur, Surakarta). Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Januari 2011.
Pada aktivitas pengangkatan dan penurunan barang yang dilakukan operator dapat menyebabkan penyakit ataupun cedera tulang belakang terlebih jika pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan benar. Penelitian dilakukan di Depo Makmur dalam aktivitas Manual Material Handling (MMH) pada aktivitas penurunan pasir. Penurunan pasir diawali dengan cara menyerok dan mengangkat, kemudian pasir tersebut dilempar kebawah secara terus menerus dengan kapasitas beban ± 2 kg. Postur kerja selama proses penurunan pasir merupakan postur kerja yang berpotensi menyebabkan munculnya keluhan otot di beberapa bagian tubuh operator. Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map operator, diketahui keluhan tersebut terjadi di bagian leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian punggung dan pinggul kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan tangan kanan dan pinggang kebelakang sebesar 50 %.
Penelitian diawali dengan identifikasi keluhan dan harapan operator melalui wawancara yang kemudian diinterpretasikan menjadi kebutuhan operator. Setelah itu, dilakukan pengambilan gambar postur kerja operator, pengukuran dan perhitungan sudut operator berdasar metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Tahapan berikutnya yaitu pengukuran denyut nadi operator sebelum dan sesudah melakukan aktivitas penurunan pasir.
Hasil penelitian ini adalah menghasilkan postur kerja yang memiliki level resiko kerja lebih rendah berdasarkan REBA, tingkat konsumsi energi lebih rendah dari kondisi awal berdasarkan metode energi expenditure dan energi cost dan rekomendasi waktu istirahat operator (work rest cycle). Rancangan usulan perbaikan ini dapat memperbaiki postur kerja operator sekaligus meningkatkan produktivitas kerja operator.
Kata kunci: usulan perbaikan aktivitas penurunan pasir, REBA, work rest cycle, produktivitas xvii + 93 halaman; 36 gambar; 43 tabel; 6 lampiran Daftar Pustaka: 16 (1977-2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
Miftahudin. NIM : I1306054. IMPROVEMENT PROPOSED DESIGN OF SAND DROPPING ACTIVITY IN THE DEPO PASIR MAKMUR USING APPROACH WORK POSTURE AND WORK PHYSIOLOGY ASSESSMENT (Case Study: Depo Pasir Makmur, Surakarta). Thesis. Surakarta : Industrial Engineering Department, Engineering Faculty, Sebelas Maret University, Januari 2011.
On lifting and dropping goods activity that made by the operator can cause disease or spinal cord injury, especially when the job is not done correctly. The study was conducted on Depo Pasir Makmur in Manual Material Handling (MMH) when the operator lifting and dropping the sand. Dropping the sand begins with pick up the sand and lift, then the sand was thrown down continuously with load capacity of ± 2 kg. Working posture during the process of drop the sand is working postures which could potentially lead to the emergence of muscle complaints in some parts of the body. Based on the results of the Nordic Body Map questionnaire of the operator, known that the complaint occurred in the neck of the top 90%, internal organs behind their backs and hips by 60%, on the shoulder, right wrist and waist backward by 50%.
The study begins with the identification of complaints and expectations of the operator through the interviews and then interpreted into the needs of the operator. Furthermore, taken the picture of operator work posture, angle measurement and calculation methods based operator Reba (Rapid Entire Body Assessment). The next phase is pulse measurement of the operators before and after dropping sand activity.
The results of this study produce a working posture which a lower job risk
levels based on the Reba, energy consumption level is lower than the initial conditions based on the method of energy expenditure and energy costs and service breaks recommendation (work rest cycle). The prposed design of this improvement can correct the working posture and increase work productivity. Key words: improvement proposed design of sand dropping activity, REBA, work rest cycle, productivity xvii + 93 pages; 36 pictures; 43 tables; 6 apendix Bibliography: 16 (1977-2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan.
Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah, dan sistematika penulisan untuk
menyelesaikan penelitian.
1.1 LATAR BELAKANG
Pada aktivitas pengangkatan dan penurunan barang yang dilakukan
pekerja dapat menyebabkan penyakit ataupun cedera tulang belakang terlebih jika
pekerjaan tersebut tidak dilakukan dengan benar. Menurut Tarwaka (2004), jika
resiko tuntutan tugas lebih besar dari kemampuan seseorang, akan terjadi
ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit atau tidak
produktif.
Kecenderungan resiko tugas lebih besar dari kemampuan seseorang,
terjadi pada operator pasir di Depo Makmur dalam aktivitas Manual Material
Handling (MMH) pada aktivitas penurunan pasir. Aktivitas ini menggunakan
sekop yang tangkainya pendek sehingga postur kerja operator terlalu
membungkuk dan kedua kaki menekuk. Penurunan pasir diawali dengan cara
menyerok dan mengangkat, kemudian pasir tersebut dilempar kebawah secara
terus menerus dengan kapasitas beban ± 2 kg. Apabila aktivitas tersebut dilakukan
secara berulang-ulang, resiko kerja terjadi pada bagian punggung. Pada saat
membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh sehingga otot perut
dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan.
(Bridger, 1995)
Hasil penyebaran kuesioner dengan menunjukkan Nordic Body Map kepada
sepuluh operator pasir di Depo Makmur Surakarta, diperoleh hasil tingkat keluhan
terjadi pada organ tubuh leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian
punggung dan pinggul kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan
tangan kanan dan pinggang kebelakang sebesar 50 %. Selain beban pekerjaan
yang cukup besar, postur tubuh saat bekerja sangat berpengaruh dengan konsumsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-2
energi. Dengan demikian hasil pengukuran ini dapat memperkuat dugaan bahwa
terjadi resiko tugas yang besar pada aktivitas penurunan pasir sekaligus, dapat
dijadikan dasar perlunya perbaikan postur kerja operator pasir di Depo Makmur
Surakarta.
Dalam aktivitas penurunan pasir akan mengakibatkan perubahan pada fungsi
alat-alat tubuh, berdasar perubahan konsumsi oksigen, denyut jantung, peredaran
udara dalam paru-paru, temperatur tubuh, konsentrasi asam laktat dalam darah,
komposisi kimia dalam darah dan air seni, tingkat penguapan, dan faktor lainnya.
Aktivitas penurunan pasir mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan
erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya
ditentukan dengan cara langsung yaitu mengukur energi yang dikeluarkan (energy
expenditure) berdasar asupan oksigen selama bekerja dan tidak langsung adalah
dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. (Astrand dan Rodahl, 1977) dan
(Rodahl, 1989)
Untuk memperbaiki postur dan metode kerja operator pasir dalam aktivitas
penurunan pasir dilakukan dengan pengambilan gambar postur kerja operator,
kemudian dilakukan pengukuran dan perhitungan sudut operator berdasar metode
REBA (Rapid Entire Body Assessment) karena metode ini dapat digunakan untuk
menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan operator pasir (McAtamney
dan Hignett, 2000), selanjutnya akan dievaluasi dengan perhitungan energi
expenditure dan energi cost dengan mengukur denyut jantung operator pasir.
Perhitungan energi expenditure dan energi cost pada operator pasir digunakan
karena saat tubuh operator melakukan aktivitas kerja fisik akan terjadi perubahan
denyut jantung dan konsumsi oksigen sehingga dapat diketahui tingkat kelelahan
kerja dan konsumsi energi yang dibutuhkan saat beraktivitas dengan cara
membandingkan denyut jantung sebelum beraktivitas dan setelah beraktivitas.
Berdasar permasalahan yang ada di atas, perlu adanya perbaikan pada
aktivitas penurunan pasir baik dari segi postur kerja maupun metode kerja
operator dengan menggunakan metode REBA, perhitungan energi expenditure,
dan energi cost dengan pendekatan fisiologi kerja. Hal ini sebagai upaya untuk
mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh operator pasir selama proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-3
penurunan pasir dan mengurangi tingkat konsumsi energi sesuai dengan harapan
mereka.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana memperbaiki postur dan metode kerja berdasarkan metode
REBA, perhitungan energy expenditure dan energy cost berdasarkan pendekatan
fisiologi kerja pada pekerjaan penurunan pasir di Depo Makmur Surakarta.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian dan
penulisan laporan ini adalah:
1. Merancang perbaikan postur kerja berdasarkan REBA pada aktivitas
penurunan pasir di Depo Makmur Surakarta.
2. Melakukan assessment metode kerja berdasarkan analisis energy cost dan
energy expenditure pada aktivitas penurunan pasir di Depo Makmur,
Surakarta.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Menghasilkan postur kerja operator dengan tingkat konsumsi energi yang
lebih rendah dibandingkan konsumsi energi sebelumnya pada aktivitas penurunan
pasir yang ada di Depo Makmur, Surakarta dengan pendekatan REBA.
1.5 BATASAN MASALAH
Agar dalam menyelesaikan masalah tidak menyimpang dari tujuan dan
menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti,
maka penulis memberi batasan masalah sebagai berikut :
1. Ditujukan pada pekerjaan Manual Material Handling (MMH), pada aktivitas
penurunan pasir dari truk di Depo Makmur, Surakarta.
2. Pekerja yang diukur adalah 10 pekerja laki-laki yang terlibat langsung dalam
aktivitas penurunan pasir.
3. Energy cost dan energy expenditure diukur berdasarkan denyut nadi
menggunakan omron meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-4
I.6. ASUMSI
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Kondisi psikologis semua pekerja buruh pasir dalam keadaan normal dan
sehat saat dilakukan penelitian.
2. Lingkungan tempat bekerja tidak berpengaruh terhadap fisiologi pekerja.
3. Operator yang bekerja sudah terlatih dan sudah terbiasa.
I.7. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti
dijelaskan, di bawah ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan permasalahan serta perumusan masalah yang
melatar belakangi penulisan ini. Selain itu, diungkapkan pula tujuan
penelitian, manfaat, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan
penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Merupakan pembahasan secara terperinci mengenai metode maupun
teori-teori yang digunakan sebagai landasan untuk pemecahan
masalah. Beberapa di antaranya adalah penjelasan mengenai sistem
kerja, pengertian pemindahan Manual Material Handling (MMH),
keluhan Musculoskeletal, REBA, Fisiologi, dan lain-lain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang garis besar langkah– langkah pemecahan masalah
yang ditetapkan dalam penelitian. Bentuk metodologi penelitian
disesuaikan dengan masalah yang diteliti dan teknik pemecahan
masalah yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-5
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini berisi tentang data-data yang diperlukan yang
selanjutnya akan diproses melalui pengolahan data untuk
menyelesaikan masalah penelitian. Adapun data-data pokok yang
dikumpulkan antara lain: data sikap kerja pekerja Manual Material
Handling (MMH), energy expenditure, dan lain-lain.
BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL
Berisi tentang analisis hasil pengolahan data dan perancangan metode
kerja yang didapat dari rekomendasi perbaikan sikap kerja menggunakan
pendekatan energy expenditure (fisiologi kerja) dan postur kerja.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil
analisa yang dilakukan serta mengemukakan saran yang sekiranya dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi pekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. PENGERTIAN ERGONOMI
Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos
(hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan perancangan/desain (Nurmianto, 1996). Perhatian
ergonomi ditujukan pada kemampuan dan kesanggupan kerja tenaga kerja untuk
melakukan pekerjaannya (Vaughan, 1980), untuk itu Ergonomi perlu dukungan
dari berbagai disiplin ilmu seperti fisiologi, anatomi, biologi, psikologi, dan
kemasyarakatan (sosiologi). Terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan
yang multi-disipliner.
Ergonomi sebagai ilmu yang bersifat multi-disipliner berhubungan dengan
aspek manusia yang sedang bekerja. Perkembangan dan prakteknya bertujuan
untuk :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi di
bidang industri. Inputnya dapat berupa kondisi manusia yang tidak aman dalam
bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman, dan adanya hubungan
manusia-mesin yang tidak ergonomis. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila
kesehatan dan keselamatan kerja mulai terganggu. Kelelahan dan keluhan pekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
pada musculoskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan
dan keselamatan pekerja.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap
walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.
Ada beberapa aspek dari pendekatan ergonomi yang harus
dipertimbangkan untuk melakukan pendekatan ergonomi, antara lain :
1. Sikap dan Posisi Kerja
Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja,
baik duduk ataupun berdiri merupakan suatu hal yang sangat penting.
Adanya sikap atau posisi kerja yang tidak mengenakkan dan berlangsung
dalam waktu yang lama, akan mengakibatkan pekerja cepat mengalami
kelelahan serta membuat banyak kesalahan.
2. Kondisi Lingkungan Kerja
Faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja, terdiri dari faktor yang
berasal dari dalam diri manusia (intern) dan faktor dari luar diri manusia
(ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan
yang meliputi semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja
seperti temperatur, kelembaban udara, getaran mekanis, warna, bau-bauan
dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja yang bising, panas, bergetar atau
atmosfer yang tercemar akan memberikan dampak yang negatif terhadap
kinerja operator.
3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja.
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur
untuk membuat gerakan kerja yang memenuhi prinsip-prinsip ekonomi
gerakan. Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi gerakan dapat
memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi kelelahan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
2.2 PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL
Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan beban
dimana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, membawa, menggenggam, objek (Swedish Nasional
Board of Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk,
2006). Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American
Material Handling Society (AHMS) bahwa material handling dinyatakan
sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan
(moving), Pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan
(controlling) dari material dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto, 1996).
Lifting berarti menaikkan beban dari posisi yang rendah keposisi yang lebih
tinggi yang menunjukkan / menyatakan penggunaan gaya harus melebihi /
melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan bahan secara manual apabila
tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam
industri. Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back
injury), adalah arah beban yang akan diangkat dan frekuensi aktivitas
pemindahan. Beberapa pertimbangan / parameter yang harus diperhatikan
untuk mengurangi timbulnya nyeri punggung (Nurmianto,1996) antara lain:
1. Beban yang harus diangkat.
2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya.
3. Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya.
4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan
mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa
menggangu jarak pandangnya.
Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan
penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual
memiliki beberapa keuntungan yaitu:
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban
pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.
3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan
beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Occupational
Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual
material handling menjadi lima yaitu :
1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering ) Mengangkat (Lifting) adalah
kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat
dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
Gambar 2.1 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan (lifting/lowering)
Sumber: OSHA, 1999
2. Mendorong/Menarik (Push/Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan
menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk
memindahkan obyek. Kegiatan menarik, berkebalikan dengan itu.
Gambar 2.2 Kegiatan Mendorong/Menarik (pushing/pulling) Sumber : OSHA, 1999
3. Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan manual material
handling yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu ada dua
sisi sementara tubuh bagian bawah berada dalam keadaan tetap. Kegiatan
memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
Gambar 2.3 Kegiatan Memutar (twisting)
Sumber : OSHA, 1999
4. Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang
atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total
pekerja.
Gambar 2.4 Kegiatan Membawa (carry)
Sumber : OSHA, 1999
5. Menahan (Holding) Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam
(statis).
Gambar 2.5 Kegiatan Menahan (holding) Sumber : OSHA, 1999
2.2.1 Rekomendasi Batas Beban Yang Boleh Diangkat
Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat
maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan
beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Amerika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat
secara internasional (Suhardi dkk, 2008). Batasan angkat tersebut, yaitu:
1. Batasan angkat secara legal (legal limitations),
a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.
b. Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg.
c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.
d. Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg.
e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg
Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada
tulang belakang. Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada
tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat.
Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika, pada tahun 1997
juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkutan
material/benda kerja.
Tabel 2.1 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut
Batasan Angkat (Kg) Tindakan
Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan
16 - 34
Prosedur administrasi dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan perantaraan alat bantu tertentu
34 - 50 Sebaiknya Operator yang terpilih dan terlatih. Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor
Diatas 50
Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah pengawasan ketat
Sumber : National Occupational Health and Safety Commission, 1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
Menurut Lembaga the National Occupational Health and Safety
Commission, 1997 membuat peraturan untuk pemindahan material secara aman.
(Suhardi dkk, 2008).
Tabel 2.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut
Level Batas Angkat (Kg) Tindakan
1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus
2 16 - 34 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat
3 34 - 50 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job redesign
4 Diatas 50 Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber : National Occupational Health and Safety Commission, 1997
2. Batasan angkat secara fisiologi,
Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting), sebagaimana
dapat juga ditemukan jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar
diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas angkat. Kelelahan
kerja yang terjadi dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive lifting) akan
meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injures). Repetitive
lifting dapat menyebabkan comulative trauma atau repetitive strain injures.
Gambar 2.6 Grafik level resiko dalam aktivitas pengangkatan pada lokasi beban horisontal dan berat pengangkatan dari lantai kepada ketinggian tertentu
Sumber : Bernard dan Fine, 1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
3. Batasan angkat secara psiko-fisik,
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk
mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda-beda.
Ada tiga kategori posisi angkat yang didapat, yaitu:
a. Permukaan lantai ke ketinggian tangan ke ketinggian bahu (shoulder
height).
b. Ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan (vertikal).
c. genggaman tangan (knuckle height).
2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manual Material Handling
Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut
yaitu (Chaffin, 1991) :
1. Karakteristik Pekerja
Karakeristik pekerja masing-masig berbeda dan mempengaruhi jenis dan
jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan (Tarwaka, 2004), mendefinisikan
karakteristik pekerja sebagai berikut :
a. Fisik (physical), yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia,
jenis kelamin, anthropometri, dan postur tubuh.
b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi
penglihatan, pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangan (vestibular)
dan proprioceptive.
c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi
kekuatan, ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis.
d. Psikomotorik, ukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan
gerak seperti memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi.
e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku,
penerimaan resiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dll.
f. Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training
formal atau keterampilan dalam menangani instruksi MMH.
g. Status kesehatan
h. Aktivitas dalam waktu luang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
2. Karakteristik karakter material atau bahan, meliputi :
a. Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat,
maupun momen inersia benda.
b. Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda
baik itu kotak, silinder, dll.
c. Distribusi beban, ukuran letak unit dengan reaksi pekerja untuk membawa
dengan satu atau dua tangan.
d. Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur,
permukaan, atau letak.
e. Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi. Aktivitas manual material
handling banyak digunakan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi,
murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa aktivitas manual material handling juga diikuti
dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang
kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang
salah. Penelitian yang dilakukan NIOSH memperlihatkan sebuah statistik
yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari kecelakaan akibat tekanan
berlebihan, berkaitan dengan aktivitas menaikkan barang atau lifting loads
activity (Bernard dan Fine, 1997).
2.2.3 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal
Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya
gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara
la in berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja
dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada.
1. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan
saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat
tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi.
Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki
yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota
tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah.
Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan WMSDs.
Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada
sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri
terlalu lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran
darah berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan
pembengkakan pergelangan kaki.
2. Sikap Kerja Duduk
Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung
bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan
bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke
belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini
akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal
ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki.
Gambar 2.7 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar pada saat duduk Sumber : Bridger RS, 1995
Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapa dikurangi
dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak 1/3 sampai ½ lebih banyak daripada posisi berdiri (Bridger, 1995). Sikap kerja
duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang
memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar.
Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi
lumbar yang menekuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
3. Sikap Kerja Membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan
rasa sakit adalah sikap kerja membungkuk. Posisi ini menimbulkan
ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga
kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang
dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada
punggung bagian bawah ( low back pain ).
Gambar 2.8 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk Sumber: Bridger RS, 1995
Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh.
Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami
tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami
regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back
pain ).
Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan ”slipped disk”, bila diikuti
dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja
membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi
belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini
disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar.
4. Pengangkatan Beban
Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam
kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH
memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari
kecelakaan akibat tekanan secara berlebihan berkaitan dengan aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang
melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar
pula atau over exertion (Bernard dan Fine, 1997). Dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung
paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan
mempengaruhi lumbar, dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1.
Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan.
Invertebral disk pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan
tulang belakang. Bila pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka
akan menyebabkan disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral
disc pada bagian L5/S1 pecah.
Gambar 2.9 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah Sumber: Bridger RS, 1995
Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat
mengangkat beban adalah :
a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak
mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat
beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin
dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada
punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk
menstabilkan tubuh.
c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat
dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
jongkok sampai sudut paling nyaman.
d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,
menyamping atau miring (bending and twist).
e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
dengan sudut paling nyaman.
5. Membawa Beban
Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering
dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada
perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan.
Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak
yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa.
4. Mendorong Beban
Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat
mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban
dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari
kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu.
7. Menarik Beban
Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan
beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban alan mudah tergelincir dan
melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang
dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak
pendek.
2.2.4 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling
Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material
handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik.
Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui
faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurut laporan NIOSH, pada
enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan
manual material handling yang tidak tepat (Bernard dan Fine, 1997), yaitu:
1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik
dari data medis.
2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat
harus diketahui berat serta metode pengangkatan.
3. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling,
mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area
kerja.
4. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah
dengan menambah pekerja untuk mengurangi frekuensi pengangkatan,
melakukan penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk
mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan
prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik.
5. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas
dengan pengecekan kesehatan.
2.3 NORDIC BODY MAP (NBM)
Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk
mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map.
Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami
keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai
sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada
Gambar 2.4, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang
dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena
mengandung subjektivitas yang tinggi.
Gambar 2.10 Nordic Body Map Sumber : Corlett, 1992
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
2.4 FISIOLOGI KERJA
Fisiologi kerja adalah studi tentang fungsi organ manusia yang
dipengaruhi stress otot. Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya
otot, dan aktivitas otot ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi
beban kepada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan
dibebani oleh kerja fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan
exhalation) untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan
pekerjaan. Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan
jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang
terlibat melalui pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan
kerja fisik akan terjadi perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi
oksigen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berat ringannya suatu
pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi oksigen, kecepatan
denyut jantung dan energy expenditure (Sanders dkk, 1993).
Tabel 2.3 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen, denyut jantung, dan energy expenditure
Energy Expenditure(kcal/min)
Light Work < 0.5 <90 <2,5Moderate Work 0.5 – 1.0 90-110 2,5-5,0Heavy Work 1.0 – 1.5 110-130 5,0-7,5
Very Heavy Work 1.5 – 2.0 130-150 7,5-10,0Extremely Heavy Work > 2.0 150-170 >10,0
Work SeverityHeart Rate (beats/min)
2VO
Sumber: Sanders dkk, 1993
Ketika seseorang mulai bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi
oksigen meningkat sampai memenuhi kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi
tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi terlebih dahulu oleh energi yang
tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika seseorang berhenti bekerja,
kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan menurun secara perlahan-
lahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian beban fisik dalam
bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai sebelum pekerja
melakukan pekerjaannya. Pengukuran terus dilakukan selama waktu bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
sampai sebelum variable fisiologi kembali ke level awal.
Metode yang biasa dipakai untuk mengukur energi expenditure adalah
mengukur denyut jantung dengan memakai omronmeter. Kemudian dilakukan
penghitungan konsumsi energi (energi expenditure). Pengukuran seperti ini
disebut pengukuran langsung.
Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi
oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan
mengukur kecepatan denyut jantung seseorang. Kecepatan denyut jantung akan
meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat
untuk memberikan oksigen pada otot melalui pembuluh darah. Dengan kata lain
denyut jantung seperti sinyal yang menunjukkan adanya beban pada tubuh, dan
dapat digunakan sebagai indeks untuk mengetahui fisiologi kerja.
Pengukuran energi expenditure dengan mengukur denyut jantung, lebih
mudah dilakukan dibanding mengukur perubahan konsumsi oksigen. Penting
untuk diingat bahwa pengukuran harus dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
A. Konsumsi Eergi (Energy Expenditure)
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam
penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan
konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan
denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung
pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan
kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara
energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan
analisis regresi. Menurut Marks, Sanders (1993) bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan
dibawah ini:
Y = 1.80411 – (0.0229038)X + (4.71733 x 10-4
)X2
dimana : Y = energi (kilokalori per menit)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk
energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan
dalam bentuk matematis sebagai berikut :
KE = Et - Ej
Dimana : KE = konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit)
Et = pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit)
Ej = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit)
Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan
selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi
pada saat istirahat.
B. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost)
Menurut Kamalakannan et al (2007) bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan
dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana :
E – Cost = Energy Cost (watt)
HR = Working Heart Rate (bpm)
HT = Height (inch)
A = Age (yrs)
RHR = Resting Heart Rate (bpm)
G = Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0.0143 kcal / min
Berikut ini adalah tabel (nilai) dari pekerjaan fisik yang menunjukkan
berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi
energi, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (E – Cost) berdasarkan
penggolongan jenis kelamin pria / wanita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
2.4.1. Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur
Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur
konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh
akan mendapatkan 4,8 kcal energi.
T(B – S)
Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)
2.4.2. Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)
Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka
recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban
kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat
yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel (1965) membuat
metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan
fisik:
( )
5,1--
=W
SWTR
Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
B – 0,3 R =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-19
Gambar 2.11 Rest allowance Sumber : Sanders dkk, 1993
2.5 POSTUR KERJA
Postur kerja adalah pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan
pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal
sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat
dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.
a. Korset bahu
Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction,
adduction, elevation, depression.
Gambar 2.12 Jangkauan gerakan korset bahu Sumber: Nurmianto, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-20
· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the
median plane).
· Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).
· Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas)
· Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah.
b. Persendian bahu
Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion,
extension,abduction,adduction,rotation.
Gambar 2.13 Jangkauan persendian bahu Sumber: Nurmianto, 2004
· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara
dua tulang.
· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
· Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
· Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.
· Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara
keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-21
c. Persendian siku
Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation,
flexion, extension.
Gambar 2.14 Jangkauan gerakan persendian siku
Sumber: Nurmianto, 2004
· Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh.
· Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.
· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut
antara dua tulang.
d. Persendian pergelangan tangan
Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension,
adduction, abduction, dan circumduction.
Gambar 2.15 Jangkauan gerakan pergerakan tangan Sumber: Nurmianto, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-22
· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara
dua tulang.
· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
· Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
· Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar.
2.6 REBA (Rapid Entire Body Assesment)
REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr.Sue
Hignett dan Dr.Lynn McAtamney yang merupakan ergonomi dari universitas di
Nottingham (University of Nottinghan’s Institute of Occupational Ergonomics).
Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 2002.
Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur
kerja atau postur leher,punggung,lengan,pergelangan tangan dan kaki seorang
operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban
eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan
menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan
melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu
adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator
(McAtamney,2000).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan
faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang-ulang.
Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko
antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level
yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja.
Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas
dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang
beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Pemeriksaan REBA dapat
dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan
REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-23
pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah
penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan
berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja.
Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur
yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level
resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.
Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett
dan Dr. Lynn McAtamney melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video
atau foto.
Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan
dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya
peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil
rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta
analisis selanjutnya.
Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.
Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja
dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yang
meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan
tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang
tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup
dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat
tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing-
masing tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-24
Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh)
PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann SSkkoorr
Tegak 1
+1 jika memutar atau kesamping
0⁰ - 20⁰ Flexion 2
0⁰ - 20⁰ Extension
20⁰ - 60⁰ Flexion 3
>20⁰ Extension
>60⁰ Flexion 4
Sumber : McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.4 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada Gambar 2.18
berikut ini.
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.16 Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b) postur 0o– 20o flexion, (c) postur 20o - 60o flexion, (d) postur 60o atau lebih flexion
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Skor pergerakan leher PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann sskkoorr
0 0 - 20 0 Flexion 1 + 1 jika memutar atau miring kesamping
> 20 0 Flexion atau Extension 2
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.5 di atas, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada Gambar 2.19
berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-25
(a) (b)
Gambar 2.17 Range pergerakan leher (a) postur 200 atau lebih flexion, (b) postur extension Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor postur kaki dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6 Skor postur kaki
PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann sskkoorr
Kaki tertopang ketika berjalan atau duduk dengan bobot seimbang rata - rata
1 1 jika lutut antara 30 0 - 60 0 Flexion
Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata
2 2 jika lutut > 60 0 Flexion
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.6 di atas, postur kaki dapat ditunjukkan pada Gambar 2.20 berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.18 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata (b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.7 di bawah
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-26
Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas
Pergerakan skor Perubahan skor60 Extension - 60 Flexsion 1 + 1 jika lengan atas abduction> 20 Extension20 - 45 Flexion45 - 90 Flexion 3> 90 Flexion 4
2+ 1 jika pundak atau bahu ditinggikan
-1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang
0 0
0
0 0
0 0
0
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.7 di atas, pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada Gambar
2.21 berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.19 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension, (b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c) postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
(c) (d)
Gambar 2.20 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension, (b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c) postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion (lanjutan)
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-27
Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.8 di bawah
ini.
Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah
PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr
600 - 100 0 Flexsion 1
< 600 Flexsion atau > 1000 Flexsion 2
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.8 di atas, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar
2.23 berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.21 Range pergerakan lengan bawah (a) postur 600 - 100 0 flexsion,
extension, (b) postur 600 atau kurang flexsion dan 1000 atau lebih flexio.
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan
Pergerakan Skor Perubahan Skor
0°-15° Flexion atau Extension 1 +1 jika pergelangan tangan
> 15° Flexion atau Extension 2 menyimpang atau berputar
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.9 di atas, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.24
berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-28
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.22 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur 0-15° flexion maupun extension, (c) postur 15° atau 1ebih flexion, (d) postur 15° atau 1ebih extension.
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Hasil penilaian
dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher dan kaki kemudian digunakan
untuk menentukan skor A dengan menggunakan Tabel 2.10 di bawah ini.
Tabel 2.10 Tabel A
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Table A Neck1 2 3
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan
tangan. Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan kemudian digunakan untuk menentukan skor B dengan
menggunakan Tabel 2.11 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-29
Tabel 2.11 Tabel B
Upper Arm Wrist 1 2 3 1 2 31 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Table BLower Arm
1 2
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Hasil skor yang diperoleh dari Tabel A dan Tabel B digunakan untuk melihat
Tabel C sehingga didapatkan skor dari Tabel C.
Tabel 2.12 Tabel C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Score A (score from teble
A+load/force score)
Table C
Score B, (table B value + coupling score)
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerja.
Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu
disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya.
Masing-masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor.
Besarnya skor berat beban yang diangkat dapat ditunjukkan seperti pada tabel
2.13 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-30
Tabel 2.13 Load atau force
0 1 2 1<5kg 5-10kg >10kg shock or rapid
build up
Load/Force
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.14 di bawah ini.
Tabel 2.14 Coupling
0 Good 1 fair 2 Poor 3 Unacepptable
Coupling
Well-fi tting handle and a mid-range power grip
hand hold acceptable but not ideal, or coupling is acceptable via another part of the body
Hand hold not acceptable although possible
Awkward, unsafe grip, no handles;coupling is unaceptable using other parts of the body
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Sementara itu besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.15 di bawah ini.
Tabel 2.15 Activity Activity
+11 more body parts static (held>1 min)
+1repeated>4 per min in small range (not walking)
+1rapid large changes in posture or unstable base
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Tahap 4: Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan.
Setelah didapatkan skor dari Tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara
skor dari Tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga
didapatkan nilai bagian B. Nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk
mencari nilai bagian C dari Tabel C yang ada.
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai
aktivitas pekerja. Nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-31
musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta
perbaikan kerja. Lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode
REBA dapat dilihat pada Gambar 2.25 di bawah ini.
Gambar 2.23 Langkah-langkah perhitungan metode REBA
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level
resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut ini.
Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan
Action Level Skor REBA Level Resiko Tindakan perbaikan 0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu 1 2 – 3 Rendah Mungkin perlu 2 4 – 7 Sedang Perlu 3 8 – 10 Tinggi Perlu segera 4 11 - 15 Sangat tinggi Perlu saat ini juga
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-32
Pada Tabel 2.16 yang merupakan tabel resiko diatas dapat diketahui
dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat
diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan
untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa
perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip- prinsip ergonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ditunjukan pada flow chart Gambar. 3.1.
Mulai
Studi Literatur
Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Perumusan Masalah
Studi Lapangan
Identifikasi Masalah
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Wawancara
-Aktivitas kerja, Biodata, jam kerja, 2. Data postur kerja3. Data fisiologi (denyut nadi)4. Data beban kerja
- Waktu penurunan pasir
Evaluasi kondisi awal1. Perhitungan postur kerja
- Metode REBA2. Perhitungan fisiologi (beban kerja)
- Perhitungan Energy Expenditure-Perhitungan Energy Cost
Evaluasi hasil perbaikan1. Perhitungan Fisiologi
-Perhitungan Energy Expenditure-Perhitungan Energy Cost
A
Usulan perbaikan postur kerja dan metode kerja-Menggunakan sekop panjang-Penjadwalan siklus kerja
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (Lanjutan)
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada flow chart Gambar 3.1,
diuraikan sebagai berikut :
3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH
Tahap identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian
ini. Pada langkah ini dilakukan identifikasi mengenai kondisi umum Manual
Material Handling di Depo Makmur selanjutnya melakukan perumusan masalah
yang terjadi di Depo Makmur dalam upaya memecahkan masalah dengan
menggunakan metode REBA untuk mencapai tujuan penelitian. Identifikasi ini
bertujuan untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi konsumsi energi
(fisiologi kerja) dalam aktivitas Manual Material Handling terutama bongkar
pasir dari truk.
3.1.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori
dan konsep-konsep yang terkait dengan REBA dan fisiologi yang berkaitan
dengan permasalahan yang ada di Depo Makmur, seperti kuisioner Nordic Body
Map, postur kerja dan fisiologi (beban kerja), sebagai landasan dalam tahap-tahap
penelitian selanjutnya, sebagai kerangka berpikir untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada.
3.1.2 Studi Lapangan
Tahap ini merupakan observasi langsung di lapangan, yaitu di Depo
Makmur. Observasi dilakukan dengan melihat aktivitas Manual Material
Handling dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di Depo Makmur untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
mencari penyelesaian mengenai masalah tersebut. Kegiatan untuk mendapatkan
data awal dilakukan dengan cara pengamatan langsung, dokumentasi gambar,
wawancara, kuisioner Nordic Body Map, dan pengukuran denyut nadi operator
sebelum dan sesudah melakukan aktivitas penurunan pasir. Pengamatan ini
bertujuan untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi konsumsi energi
(fisiologi kerja) dalam aktivitas Manual Material Handling pada aktivitas
penurunan pasir dari truk.
3.1.3 Perumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi di Depo Makmur yaitu postur kerja operator pada
aktivitas penurunan pasir menyebabkan kesalahan postur kerja, tingkat konsumsi
energi (fisiologi kerja) yang berlebih pada operator, seperti kelelahan pada bagian
punggung, pergelangan tangan, lutut, betis dan leher operator.
Berdasarkan permasalahan diatas maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana postur kerja operator pada aktivitas penurunan pasir di Depo
Makmur berdasarkan REBA.
3.1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat
menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan
penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah merancang
perbaikan postur kerja pada aktivitas penurunan pasir yang dilakukan operator di
Depo Makmur Surakarta dengan pendekatan REBA dan merancang perbaikan
metode kerja berdasarkan analisis energy cost dan energy expenditure pada
aktivitas penurunan pasir di Depo Makmur, Surakarta.
3.1.5 Manfaat Penelitian
Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur
manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih
dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan postur kerja operator dengan
tingkat konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan konsumsi energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
sebelumnya pada aktivitas penurunan pasir yang ada di Depo Makmur, Surakarta
dengan pendekatan REBA.
3.2 TAHAP PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung
penelitian mengenai perbaikan sikap kerja di Depo Makmur Surakarta, sebagai
berikut:
3.2.1 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara menggali informasi kondisi awal
mengenai aktivitas kerja, biodata , aktivitas jam kerja, identitas , dan lama bekerja
operator pasir. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin tanggal
23 April 2010 pukul 09.15 WIB.
3.2.2 Data postur kerja
Data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh
operator pasir Depo Makmur yang terjadi pada aktivitas penyerokan pasir, dan
aktivitas menurunkan pasir. Pencatatan data postur kerja tesebut berupa
doumentasi foto-foto postur kerja , dan video saat melakukan aktivitas kerja.
3.2.3 Data Fisiologi
Pengumpulan data fisiologi tersebut meliputi, nama , umur, penggolongan
jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut jantung sebelum dan
sesudah bekerja melalui omron meter. Pengukuran denyut jantung dilakukan
dengan mengukur denyut jantung sebelum dan sesudah melakukan penurunan
pasir, agar diketahui selisih antara denyut jantung sebelum dan sesudah penurunan
pasir. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui beberapa tahap,
antara lain:
· Tahap pertama
Mengukur denyut jantung operator pasir pada saat sebelum dan sesudah
bekerja dilakukan pada pada hari Rabu tanggal 18 Mei 2010 pukul 09.00 s/d
11.00 WIB.
· Tahap kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
Mengukur denyut jantung operator angkut pada saat sebelum dan sesudah
bekerja dilakukan pada pada hari Senin tanggal 20 Mei 2010 pukul 09.00 s/d
11.00 WIB.
Pengukuran tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, karena diharapkan kondisi
operator pasir pada saat dilakukan pengukuran melalui omron meter tidak
mengalami gangguan secara psikologis dan mendapatkan nilai pengukuran denyut
jantung dengan tepat (valid).
3.2.4 Data Beban Kerja
Data beban kerja ini digunakan untuk mengetahui berapa lama operator
melakukan aktivitas menurunkan pasir, yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung waktu istirahat operator.
3.3 EVALUASI KONDISI AWAL
3.3.1 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entrie Body
Assessment (REBA)
Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari
posisi kerja pada operator pasir, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan
menggunakan REBA scorsheet yaitu menggunakan diagram atau gambar postur
tubuh dan kategori level tindakan REBA. Proses penilaian dengan metode REBA
adalah menterjemahkan sikap kerja dari hasil rekaman sesuai dengan sikap kerja
menjadi dua grup yaitu:
a. grup A terdiri atas postur tubuh atas dan bawah batang tubuh (trunk),
Leher (neck), dan kaki (legs)
b. grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper
arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).
Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala skor postur tubuh dan
suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan Coupling
(kopling). Dengan melihat pada tabel penilaian untuk masing-masing postur, tabel
A untuk grup A, dan tabel B untuk grup B. skor A adalah jumlah dari hasil pada
tabel A dan skor beban/ kekuatan. Skor B adalah jumlah skor dari tabel B dan
skor kopling untuk masing-masing tangan. Skor C dibaca dari tabel C dengan
memasukkan skor A dan skor B, sehingga diperoleh skor REBA dengan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
dari skor C dan skor tindakan. Akhirnya diperoleh suatu hasil berupa tingkatan
level resiko.
Pada metode REBA sikap kerja dinyatakan dengan ukuran sudut,
penentuan sudut dilakukan secara manual dengan bantuan busur derajat, spidol
dan mika. Proses penilaian metode REBA digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.2. Sistem Penskoran REBA Sumber : McAtamney, 1993
Selain menggunakan penilaian REBA, penentuan kategori sikap kerja dapat
dianalisa menggunakan bantuan software REBA. Penggunaan bantuan REBA
memudahkan penentuan kategori sikap kerja, dan lebih lengkap dalam
menganalisa jika dibandingkan metode manual menggunakan tabel.
Data input yang dibutuhkan untuk menganalisa menggunakan REBA adalah
data sikap kerja dan beban yang diangkat. Setelah proses pemasukan data selesai,
maka akan terlihat hasil analisa REBA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-7
3.3.2 Perhitungan Fisiologi
A. Perhitungan Enegy Expenditure Menurut Sanders et al, 1993
Penghitungan energy expenditure dilakukan dengan menggunakan data
denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja. Denyut jantung sebelum bekerja
diukur sesaat sebelum melakukan. Pengukuran denyut jantung setelah bekerja
dilakukan setelah melakukan kegiatan MMH. Tujuan dari perhitungan energy
expenditure adalah mengukur besarnya energi (tenaga yang dikeluarkan) yang
dikeluarkan oleh pada saat sebelum maupun sesudah bekerja dan menentukan
kriteria penggolongan beban kerja. Menurut Sanders & Cormick, (1993) bentuk
regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis
dengan persamaan sebagai berikut :
Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4) X2
KE = Et - Ej
dimana :
Y = energi operator pasir (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung operator pasir (denyut per menit)
B. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (energy cost) Menurut
Kamalakannan et al, 2007
Menurut Kamalakannan et al, (2007) bahwa bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan
dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana :
E – Cost = Energy Cost operator pasir (watt)
HR = Working Heart Rate operator pasir (bpm)
HT = Height operator pasir (inch)
A = Age operator pasir (yrs)
RHR = Resting Heart Rate operator pasir (bpm)
G = Gender operator pasir (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0.0143 kcal / min
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-8
3.3.3 Usulan Perbaikan Postur Kerja dan Metode Kerja
Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh postur kerja manual material
handling operator pasir yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani
dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah
mengetahui faktor resiko dari manual material handling diatas. Salah satunya
dengan mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah
dengan usulan perbaikan postur kerja menggunakan sekop panjang berdasar
penilaian metode REBA dan melakukan penjadwalan waktu kerja operator pasir.
3.3.4. Tahap Evaluasi Postur Kerja dan Metode Kerja Hasil Perbaikan
Setelah pengukuran dan penilaian postur kerja operator pasir dengan sekop
pendek, kemudian dilakukan evaluasi pengukuran dan penilaian postur kerja
operator pasir dengan sekop panjang kepada 10 orang operator pasir Lokasi Depo
Makmur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan
terhadap postur kerja dan fisiologi (beban kerja) operator. Langkah pertama yaitu
dengan mendokumentasikan aktivitas dengan menggunakan camera digital
melalui dokumentasi yang dapat digunakan dalam penilaian postur kerja dengan
metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Langkah kedua yaitu dengan
melakukan pengukuran denyut jantung sebelum bekerja dengan menggunakan
omronmeter (tensimeter digital). Langkah ketiga dilakukan dengan mengukur
denyut jantung setelah bekerja. Pengukuran denyut jantung operator pasir
digunakan untuk menentukan energy expenditure dan energy cost .
3.4 TAHAP ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis dan interpretasi hasil. Pada tahap ini
dilakukan analisis terhadap hasil-hasil pengolahan data, yaitu menganalisa postur
kerja melalui metode REBA, menganalisa pengukuran denyut jantung sebelum
dan sesudah bekerja, energy expenditure yang dikeluarkan masing–masing
operator pasir, memberikan hasil rekomendasi sikap kerja sesuai ilmu ergonomi
dilihat dari segi kelebihan maupun kekurangan dalam perbaikan sikap kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-9
3.5 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian akhir dari penelitian yang dilakukan, akan ditarik suatu
kesimpulan mengenai hasil pengolahan data dengan mempertimbangkan tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian. Dari kesimpulan tersebut diharapkan lahirnya
saran dan usulan perbaikan sikap kerja yang berupa rekomendasi metode kerja
yang sesuai ilmu ergonomi dilokasi Depo Makmur Surakarta serta saran untuk
penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan,
mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan
yang dijadikan objek penelitian. Objek penelitian ini yaitu perbaikan sikap kerja
operator Depo pasir Makmur.
4.1 PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan April–Mei
2010 yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat penelitian.
Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan beberapa tahapan, diantaranya:
pengamatan langsung, dokumentasi gambar, wawancara, dan penyebaran
kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak nyaman yang
dirasakan operator pasir pada aktivitas penurunan pasir.
4.1.1 Dokumentasi
Dokumentasi sikap kerja yang dilakukan oleh operator pasir pada aktivitas
penurunan pasir dengan pengambilan gambar pada saat operator menyerok pasir
pada bagian tangan dengan posisi punggung membungkuk dan kedua kaki
menekuk. Pengambilan dokumentasi gambar aktivitas Manual Material Handling
dilakukan pada hari Jumat tanggal 22 April 2010 pukul 10.20 WIB. Pola aktivitas
Manual Material Handling yang dilakukan oleh operator pasir pada aktivitas
penurunan pasir dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Aktivitas Manual Material Handling operator pasir
No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko
1
Posisi awal sebelum menyerok pasir dari truk
Sikap kerja: kedua tangan memegang serok pasir kearah bawah, kepala condong kedepan, posisi lutut pada kaki menekuk dan punggung membungkuk.
Cidera pada bagian lengan, bahu, kaki dan punggung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
2
Aktivitas menyerok pasir dari truk
Sikap kerja: bertumpu pada bagian kaki , telapak tangan memegang serok pasir, bagian leher sejajar dengan punggung dan kepala mendongak.
Cidera pada bagian lutut, punggung , dan leher.
3
Aktivitas pada saat menurunkan pasir dari truk
Sikap kerja: bagian punggung membungkuk, kaki membuka, lutut menekuk, tangan membuang pasir ke belakang dan bagian leher sejajar dengan punggung dan kepala mendongak.
Cidera pada bagian punggung lutut dan leher.
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.1. dapat kita ketahui bahwa terdapat
tiga aktivitas Manual Material Handling yang dilakukan oleh operator pasir
antara lain kegiatan awal persiapan menyerok pasir, kegiatan menyerok pasir,
aktivitas menurunkan pasir. Aktivitas Manual Material Handling yang dilakukan
oleh operator pasir masih menggunakan tenaga manusia (manual), sehingga dapat
menyebabkan cedera musculoskeletal.
Menurut Bridger RS (1995) resiko kerja terjadi pada bagian punggung,
terutama pada saat membungkuk. Pada saat membungkuk, tulang belakang
bergerak ke sisi depan tubuh sehingga otot perut dan bagian depan invertebral
disk pada bagian lumbar mengalami tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang
dari invertebral disk justru mengalami regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri
pada punggung bagian bawah (low back pain). Pada kondisi aktual, bongkar pasir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
menerima beban dengan kapasitas ± 2 kg pada bagian pergelangan tangan.
Apabila aktivitas tersebut dilakukan secara berulang-ulang menyebabkan penyakit
ataupun cedera pada bagian tubuh tertentu. Maka peneliti memperbaiki postur
kerja untuk mengurangi terjadi cedera pada operator pasir.
Berikut ini tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat
Level Batas Angkat
(Kg) Tindakan
1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus
2 16 - 34 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat
3 34 - 50 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job design
4 Diatas 50 Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997
Penjabaran pola aktivitas Manual Material Handling dapat dilihat pada
Tabel 4.3. dibawah ini :
Tabel 4.3 Atribut kegiatan Manual Material Handling
No Atribut Manual Material Handling
Kondisi Awal Satuan
1. Cara penurunan pasir Manual dengan menyerok pasir -
2. Jumlah 10
3. Rata – rata pasir yang diserok 2,5 kg
4. Volume pasir dalam 1 truk 7 m3
5. Waktu yang dibutuhkan untuk 1x aktivitas penurunan pasir (aktivitas penurunan pasir dari truk)
60 menit
6. Rata – rata total aktivitas penurunan pasir dalam 1 truk (7 ton)
2800 kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-4
4.1.2 Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada hari Senin tanggal 23
April 2010 pukul 09.15 WIB. Wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan
informasi awal yang dilakukan secara langsung dari operator pasir mengenai
biodata , aktivitas jam kerja dan keluhan secara umum yang dialami oleh operator
pasir. Berdasarkan hasil wawancara dengan operator pasir depo makmur diketahui
bahwa waktu rata-rata yang diperlukan untuk melakukan satu kali aktivitas
penurunan pasir secara keseluruhan selama 45 menit s/d 1 jam, (tergantung
besarnya muatan). Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan keluhan rasa sakit
pada bagian tubuh mulai muncul antara 10 s/d 15 menit menjelang berakhirnya
aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat diketahui keluhan
ketidaknyamanan dan kesulitan yang dialami operator pasir pada aktivitas
penurunan pasir. Wawancara dilakukan dengan menanyakan data dan umur .
Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berikut ini data umur dan masa kerja operator pasir dapat dilihat pada Tabel
4.4. dibawah ini:
Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja operator pasir Umur (tahun) Masa Kerja (tahun)
Range 22-37 3 s/d 15 Rata - Rata 29,2 7.2
4.1.3 Kuesioner
Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner dilakukan pada hari
Jumat tanggal 14 Mei 2010 pukul 14.30 WIB. Kuisioner tersebut dibedakan
menjadi dua bagian, antara lain kuisioner Nordic Body Map dan kuisioner keluhan
serta keinginan . Adapun penjabaran mengenai kedua macam kuisioner dapat
dilihat dibawah ini :
a. Kuisioner Nordic Body Map
Kuesioner Nordic Body Map diberikan kepada sepuluh orang operator pasir.
Tujuan pengisian kuisioner Nordic Body Map adalah mengetahui bagian-bagian
otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak
nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit pada .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-5
Pengisian kuisioner Nordic Body Map dilakukan langsung oleh dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada bagian tubuh yang mengalami keluhan.
Kuisioner Nordic Body Map dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
b. Kuisioner Keluhan dan Keinginan Operator pasir
Kuisioner keluhan dan keinginan diberikan kepada sepuluh orang operator
pasir. Tujuan pengisian kuisioner yaitu untuk mengetahui keluhan operator pasir
pada saat melakukan aktivitas penurunan pasir dan keinginan terhadap perbaikan
metode kerja yang aman dan nyaman.
Pengisian kuisioner tersebut dilakukan langsung oleh dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada bagian jawaban kuisioner tertutup dan
pengisian jawaban keinginan pada bagian kuisioner terbuka. Kuisioner keluhan
dan keinginan dapat dilihat dalam Lampiran 2.2.
4.1.4 Data Postur Kerja
Pencatatan data postur kerja pada buruh pasir dilakukan pada hari Minggu
tanggal 21 November 2010. Sikap kerja yang dilakukan oleh buruh pasir Lokasi
Depo Makmur pada aktivitas penurunan pasir yaitu bagian tubuh membungkuk,
kedua kaki menekuk dan kedua tangan menyerok pasir dengan sekop panjang.
Pada Tabel 4.5 menunjukkan beberapa postur kerja ketika melakukan aktivitas
penurunan pasir dengan kapasitas berat 2,5 kg.
Tabel 4.5 Postur kerja pada aktivitas penurunan pasir dari truk dengan sekop pendek kapasitas beban 2,5 kg.
GGeerraakkaann
kkee
GGaammbbaarr KKeetteerraannggaann
1.
Aktivitas penurunan pasir
berkapasitas 2,5 kg. Posisi
punggung membungkuk dengan
sudut 81o, pergerakan leher
menekuk dengan sudut sebesar
34o , posisi lengan atas sebesar
630, posisi lengan bawah sebesar
630, posisi lutut menekuk dengan
sudut sebesar 420
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-6
Lanjutan Tabel 4.5 Postur kerja pada aktivitas penurunan pasir dari truk dengan sekop pendek kapasitas beban 2,5 kg.
Gerakan ke Gambar Keterangan
1.
Aktivitas penurunan pasir
berkapasitas 2,5 kg. Posisi
punggung membungkuk
dengan sudut 81o, pergerakan
leher menekuk dengan sudut
sebesar 34o , posisi lengan atas
sebesar 630, posisi lengan
bawah sebesar 630, posisi lutut
menekuk dengan sudut sebesar
420
2.
Aktivitas penurunan pasir
berkapasitas 2,5 kg. Posisi
punggung dalam posisi
membungkuk dengan sudut
100o. pergerakan leher
menekuk dengan sudut
sebesar 19o, posisi lengan atas
sebesar 1000, posisi lengan
bawah sebesar 400, kaki
menekuk 350
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-7
3.
Aktivitas penurunan pasir
berkapasitas 2,5 kg. Posisi
punggung membungkuk
dengan sudut 81o, pergerakan
leher menekuk dengan sudut
sebesar 14o , posisi lengan atas
sebesar 520, posisi lengan
bawah sebesar 560 . Posisi lutut
menekuk dengan sudut 250
Tabel 4.6 Postur kerja pada aktivitas penurunan pasir dari truk dengan sekop
panjang kapasitas beban 2,5 kg. Gerakan ke Gambar Keterangan
1.
Aktivitas penurunan pasir berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 650, pergerakan leher menekuk dengan sudut 250, posisi lengan atas sebesar 410, posisi lengan bawah sebesar 700, posisi lutut menekuk dengan sudut 480.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
2.
Aktivitas penurunan pasir berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 720, pergerakan leher menekuk dengan sudut 180, posisi lengan atas sebesar 720, posisi lengan bawah sebesar 300, posisi lutut menekuk dengan sudut 510.
3.
Aktivitas penurunan pasir berkapasitas 2,5 kg. Posisi punggung membungkuk dengan sudut 630, pergerakan leher menekuk dengan sudut 270, posisi lengan atas sebesar 430, posisi lengan bawah sebesar 330, posisi lutut menekuk dengan sudut 400.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
4.1.5 Data Fisiologi
Pencatatan data fisiologi operator pasir dilakukan pada tanggal 18 s/d 20
Mei 2010. Pencatatan data fisiologi operator pasir tersebut meliputi nama, umur,
penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut
jantung sebelum dan sesudah bekerja menggunakan omron meter. Pengukuran
denyut jantung tersebut dilakukan satu kali tahap pengukuran. Pengukuran denyut
jantung operator pasir dapat dilihat pada Lampiran 3.1 dan Lampiran 3.2.
Pengukuran denyut jantung pada saat sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas bekerja dapat digunakan sebagai perhitungan energy expenditure yang
dikeluarkan untuk melakukan aktivitas penurunan pasir. Pengukuran denyut
jantung tersebut dilakukan melalui satu kali percobaan. Adapun data pengukuran
denyut jantung dapat dilihat pada Lampiran 3.3.
4.2 TAHAP PENGOLAHAN DATA
4.2.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map
Persentase keluhan yang dialami oleh sepuluh operator pasir dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Pro
sent
ase
Bagian tubuh
Grafik kuisioner Nordic Body Map (NBM)
Gambar 4.1 Grafik persentase keluhan tubuh operator pasir
Berdasarkan Gambar 4.1 mengenai persentase keluhan pada tiap anggota
tubuh dapat diketahui bahwa sepuluh mengalami keluhan yang berbeda di setiap
bagian tubuhnya. Dapat diperoleh hasil tingkat keluhan terbesar terjadi pada organ
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
tubuh leher bagian atas sebesar 90 %, organ tubuh bagian punggung dan pinggul
kebelakang sebesar 60 %, pada bagian bahu, pergelangan tangan kanan dan
pinggang kebelakang sebesar 50 %. Hasil dari perhitungan prosentase keluhan
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Dari hasil kuesioner Nordic Body Map, untuk sikap kerja secara manual,
dan sikap memindahkan beban dengan posisi membungkuk merupakan sikap
kerja yang dapat menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cedera otot
muscolosceletal.
4.2.2 Perhitungan Hasil Kuisioner Keluhan dan Keinginan
Perhitungan hasil kuisioner dan prosentase keluhan operator pasir Lokasi
Depo Makmur Surakarta mengenai keluhan, ketidaknyamanan dan kesulitan pada
penurunan pasir dapat dilihat pada Tabel 4.7. Berikut merupakan pertanyaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan pada
aktivitas penurunan pasir.
1. Ketidaknyamanan seperti apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas
penurunan pasir?
2. Kesulitan apa saja yang anda alami ketika sedang melakukan aktivitas
penurunan pasir?
3. Kesulitan apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas penurunan pasir ?
Tabel 4.7. Persentase keluhan mengenai keluhan pada aktivitas penurunan pasir
No Keluhan Operator pasir Jumlah Persentase
1 Kelelahan pada bagian tubuh tertentu terutama pada bagian punggung, pergelangan tangan, bahu, betis dan pinggang.
10 100%
2 Genggaman alat yang digunakan kurang panjang
10 100%
3 Posisi kerja membungkuk sehingga sulit dan cepat lelah
10 100%
Selain itu pengisian kuisoner juga dilakukan untuk mengetahui keinginan
yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam perbaikan. Tabel 4.8.
menunjukkan beberapa pernyataan keinginan operator pasir mengenai perbaikan
sikap kerja pada aktivitas penurunan pasir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
Tabel 4.8. Persentase keinginan operator pasir No. Keinginan Operator pasir Jumlah Persentase
1. Alat pengeruk pasir dengan pegangan yang panjang untuk memudahkan penurunan pasir dan mengurangi kelelahan pada bagian tubuh
10
100 %
2. Postur kerja yang nyaman sehingga tidak terlalu membungkuk
10
100 %
4.2.3 Penilaian Postur Kerja Operator Pasir Menggunakan Metode Rapid
Entrie Body Assessment (REBA)
Pada tahap ini akan dilakukan penilaian postur kerja dari tiap-tiap gerakan
pada saat bekerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment). Berikut
ini contoh pengkodean dengan metode REBA pada salah satu fase gerakan
menurunkan pasir dengan sekop pendek pada gambar 4.2.
Fase gerakan pertama dengan sekop pendek
Gambar 4.2 Aktivitas penurunan pasir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Grup A
a. Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk
dalam posisi membungkuk dengan sudut 81o, (Skor REBA untuk
pergerakan punggung adalah 4)
b. Leher (Neck)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut
sebesar 34o terhadap sumbu tubuh
( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)
c. Kaki (Legs)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa berdiri, tetapi lutut menekuk 420
sehingga dikenai skor 1
(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1+1=2)
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada
REBA WorkSheet.
Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
Ø Kode REBA adalah :
Punggung (trunk) : 4
Leher (neck) : 2
Kaki ( legs) : 2
Ø Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4
kemudian tarik garis ke arah kanan.
Ø Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
punggung (trunk).
Ø Diketahui skor untuk grup A adalah 6.
Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.2
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Table A Neck1 2 3
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (penurunan pasir)
dengan ketentuan jika beban <5kg, maka penilaian skor beban adalah 0. Pada data
aktualnya, buruh pasir melakukan aktivitas penurunan pasir dengan beban sebesar
2,5 kg, sehingga memiliki skor beban 0.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 6
Berat beban = 0
Total skor A = 6 + 0 = 6
2. Grup B
a. Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan atas
kedepan sebesar 630 terhadap sumbu tubuh.
( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 3).
b. Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah
membentuk sudut 630.
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 1).
c. Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.2 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan
tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range
pergerakan >15° Flexion.
(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA
WorkSheet.
Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
Ø Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 3
Lengan bawah (lower arm) : 1
Pergelangan tangan (wrist) : 2
Ø Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
Ø Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 1 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode
untuk upper arm.
Ø Diketahui skor untuk grup B adalah 4.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan
Tabel B.
Tabel 4.10 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.2
Upper Arm Wrist 1 2 3 1 2 31 1 2 3 1 2 32 1 2 3 1 2 43 3 4 5 4 5 54 4 5 5 5 6 75 6 7 8 7 8 86 7 8 8 8 9 9
Table BLower Arm
1 2
Skor grup B adalah 4, ditambah dengan skor coupling dimana jenis
coupling yang digunakan adalah fair karena pegangan tangan pada sekop pendek
bagus tetapi tidak ideal atau kopling tidak cocok dengan bagian tubuh. coupling
good diberikan skor coupling sebesar 1, maka skor B menjadi 4 + 1 = 5.
Penentuan skor total untuk fase gerakan menurunkan pasir dilakukan dengan
menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
Skor A = 6
Skor B = 5
Pada kolom skor A masukkan kode 6 dan tarik garis ke kanan. Kemudian
pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode
untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 8.
Tabel 4.11 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Score A (score from teble
A+load/force score)
Table C
Score B, (table B value + coupling score)
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor
aktivitas . Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami
pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit).
Berdasarkan tabel 4.11, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1.
Skor REBA = Skor C + skor aktivitas
= 8 + 1
= 9
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
+ =Lengan bawah1
Pergelangan tangan
2
Kopling1
Skor B 5
Batang tubuh4
Leher2
Kaki 2
Tabel A6
Beban0
Skor A6
Lengan atas3
Tabel B 4
Skor C 8
Skor aktivitas
1Final Skor
9+ =
+ =
Gambar 4.3 Bagan rekapitulasi penilaian total
Berdasarkan perhitungan skor REBA tersebut dapat diketahui level
tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal tinggi yaitu segera
dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko kerja.
Berikut ini contoh pengkodean dengan metode REBA pada salah satu fase
gerakan menurunkan pasir dengan sekop panjang pada gambar 4.4.
Fase gerakan pertama dengan sekop panjang
Gambar 4.4 Aktivitas penurunan pasir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Grup A
d. Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk
dalam posisi membungkuk dengan sudut 65o, (Skor REBA untuk
pergerakan punggung adalah 4)
e. Leher (Neck)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut
sebesar 25o terhadap sumbu tubuh
( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)
f. Kaki (Legs)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa berdiri, tetapi lutut menekuk 480
sehingga dikenai skor 1
(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada
REBA WorkSheet. Langkah–langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
Ø Kode REBA adalah :
Punggung (trunk) : 4
Leher (neck) : 2
Kaki ( legs) : 1
Ø Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4
kemudian tarik garis ke arah kanan.
Ø Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
punggung (trunk).
Ø Diketahui skor untuk grup A adalah 5.
Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
Tabel 4.12 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.4
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Table A Neck1 2 3
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (penurunan pasir)
dengan ketentuan jika beban <5kg, maka penilaian skor beban adalah 0. Pada data
aktualnya, buruh pasir melakukan aktivitas penurunan pasir dengan beban sebesar
2,5 kg, sehingga memiliki skor beban 0.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 5
Berat beban = 0
Total skor A = 5 + 0 = 5
2. Grup B
a. Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas
kedepan sebesar 410 terhadap sumbu tubuh.
( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).
b. Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.9 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah
membentuk sudut 700.
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 1).
c. Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan
tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range
pergerakan 0-15° Flexion.
(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA
WorkSheet. Langkah–langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
Ø Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 2
Lengan bawah (lower arm) : 1
Pergelangan tangan (wrist) : 1
Ø Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
Ø Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 1 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
yaitu 1. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode
untuk upper arm.
Ø Diketahui skor untuk grup B adalah 1.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan
Tabel B.
Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.4
Upper Arm Wrist 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Table BLower Arm
1 2
Skor grup B adalah 1, ditambah dengan skor coupling dimana jenis
coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada sekop
panjang bagus dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. coupling good
diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 1 + 0 = 1.
Penentuan skor total untuk fase gerakan menurunkan pasir dilakukan dengan
menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C.
Skor A = 5
Skor B = 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
Pada kolom skor A masukkan kode 5 dan tarik garis ke kanan. Kemudian
pada baris skor B masukkan kode 1 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode
untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4.
Tabel 4.14 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Score A (score from teble
A+load/force score)
Table C
Score B, (table B value + coupling score)
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor
aktivitas. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami
pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit).
Berdasarkan tabel 4.14, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1.
Skor REBA = Skor C + skor aktivitas
= 4 + 1
= 5
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
+ =Lengan bawah1
Pergelangan tangan
1
Kopling0
Skor B 1
Batang tubuh4
Leher2
Kaki 1
Tabel A5
Beban0
Skor A5
Lengan atas2
Tabel B 1
Skor C 4
Skor aktivitas
1Final Skor
5+ =
+ =
Gambar 4.5 Bagan rekapitulasi penilaian total
Berdasarkan perhitungan skor REBA tersebut dapat diketahui level
tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang yaitu perlu
dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja. Hasil lengkap dari
kategorisasi aktivitas sikap kerja operator pasir Depo Makmur dengan
menggunakan REBA Worksheet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
Sukirno menyerok pasir menggunakan sekop pendek
1
2
5 0
5 1 5
6
1
4
1 7
2
8
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
menurunkan pasir menggunakan sekop pendek
5 0
5
1 6 7
1
2
Sukirno
1 4
2
1
5 3
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
menyerok pasir menggunakan sekop panjang
3
0
0
4 3
2
1
4 3
1 3
1
4
4
Rohman
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-25
menurunkan pasir menggunakan sekop panjang Rohman
4 1
5
1 2
2
1
5 0
0 1
2
1
5
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-26
4.2.4 Perhitungan Fisiologi
a. Perhitungan Enegy Expenditure Menurut Sanders et al, 1993
Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai
berikut :
Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4)X2
dimana :
Y = energi (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Untuk mengetahui konsumsi energi saat melakukan kegiatan Manual
Material Handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan denyut jantung
sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah bekerja (Xt).
Sehingga didapatkan persamaan berikut ini :
Energi sebelum bekerja :
Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2
Energi setelah bekerja :
Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2
Sehingga persamaan konsumsi energinya adalah :
KE = Yb - Yt (kilokalori per menit)
Ø Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Sukirno (37 tahun).
v Energi sebelum bekerja :
Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2
= 1,80411 – (0,0229038 x 80) + (4,71733 x 10-4 x (80)2)
= 1,80411 – 1,832304 + 3.019091
= 2,9909 kkal/menit
v Energi setelah bekerja :
Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2
= 1,80411 – (0,0229038 x 155) + (4,71733 x 10-4 x (155)2)
= 1,80411 – 3,550089 + 11.3333
= 9,5874 kkal/menit
Sehingga persamaan energy expenditure adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-27
EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)
= 9,5874 kkal/menit - 2,9909 kkal/menit
= 6.5965 kkal/menit
Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh operator dengan
menggunakan sekop pendek dapat dilihat dalam Tabel 4.15. dibawah ini :
Tabel 4.15 Perhitungan energy expenditure operator pasir
Sebelum Bekerja
Setelah Bekerja Sebelum Sesudah
1 SUKIRNO 37 51 160 80 155 135/84 138/87 2.9909 9.5874 6.59652 WANTO 27 60 165 79 158 129/86 133/90 2.9388 9.9617 7.02293 CAPLIN 22 58 160 81 160 133/85 138/90 3.0439 10.2159 7.17194 ROHMAN 25 56 176 75 152 135/76 141/82 2.7398 9.2217 6.48185 SUPARDI 31 70 169 82 156 132/82 139/91 3.0979 9.7112 6.61336 HARTOYO 28 52 166 86 162 127/75 136/85 3.3233 10.4739 7.15057 KHAERUDIN 30 70 165 82 144 102/90 109/98 3.0979 8.2878 5.18998 RAHUDI 29 74 171 78 152 134/80 147/84 2.8876 9.2217 6.33409 MARZUKI 28 70 169 83 164 126/78 140/90 3.1529 10.7356 7.582810 SUPRAPTO 35 65 165 77 153 132/79 136/86 2.8374 9.3426 6.5052
NO Nama UmurBerat Badan
Denyut Jantung ( per menit) Tekanan DarahEE
(kkal/menit)Yb
Tinggi Badan
Yt
Kategori penggolongan kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure
dari masing–masing dapat dilihat dalam Lampiran 5.1. Berdasarkan Tabel 4.15
diatas, besarnya energy expenditure yang dikeluarkan pada aktivitas MMH ini
termasuk kategori kerja berat (heavy work) kecuali bapak Khaerudin jenis kerja
sedang (moderate work ).
Berdasarkan perhitungan denyut jantung, dapat diketahui bahwa denyut
jantung yang paling besar dialami oleh bapak Khaerudin dengan usia 30 tahun.
Besarnya pengukuran denyut jantung sebelum bekerja sebesar 82 denyut/menit,
sedangkan besarnya denyut jantung setelah bekerja (setelah aktivitas penurunan
pasir ±2.5 kg) sebesar 144 denyut/menit. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor
psikologis yang berupa umur, sikap kerja pada saat melakukan aktivitas
penurunan pasir membungkuk. Grafik perbandingan denyut jantung sebelum dan
sesudah bekerja menggunakan sekop pendek dapat digambarkan dalam bentuk
grafik seperti pada Gambar 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-28
Gambar 4.6 Grafik perbandingan denyut jantung sebelum
dan sesudah bekerja Penjelasan kriteria kerja berdasar denyut jantung dan energy expenditure
menurut Sanders et al, 1993 dapat dilihat dalam Lampiran 5.2.
b. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost) menurut
Kamalakannan et al, 2007
Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana :
E – Cost = Energy Cost (watt)
HR = Working Heart Rate (bpm)
HT = Height (inch)
A = Age (yrs)
RHR = Resting Heart Rate (bpm)
G = Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0.0143 kcal / min
Ø Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Sukirno (37 tahun).
E – Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
= -1967 + 8.58.(155) + 25.1 (62.99) + 4.5.(37) – 7.47 (80) + 67.8 (0)
= - 1967 +1329.9 + 1581.049 + 166.5 – 597.5 + 0
0
20 40
60
80
100 120
140
160
180
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Denyut Jantung/Me nit
Responden
Kecepatan Denyut jantung sebelum bakerja
Kecepatan Denyut jantung setelah bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-29
= 512.90 watt » 7.33 kcal/min
Hasil penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja seluruh
operator dengan menggunakan sekop pendek dapat dilihat dalam Tabel 4.16
dibawah ini.
Tabel 4.16 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja Age Height Gender Energy Cost Energy Cost
( years ) ( inchi ) ( m = 0 ; f = 1 )Resting Heart
RateWorking
Heart Rate( watt ) ( kcal/min )
1 SUKIRNO 37 62.99 male 80 155 512.90 7.33 Heavy Work2 WANTO 27 64.96 male 79 158 550.52 7.87 Very Heavy Work3 CAPLIN 22 62.99 male 81 160 480.83 6.88 Heavy Work4 ROHMAN 25 69.29 male 75 152 628.62 8.99 Very Heavy Work5 SUPARDI 31 66.54 male 82 156 568.48 8.13 Very Heavy Work6 HARTOYO 28 65.35 male 86 162 546.93 7.82 Very Heavy Work7 KHAERUDIN 30 64.96 male 90 144 361.73 5.17 Heavy Work8 RAHUDI 29 67.32 male 78 152 574.80 8.22 Very Heavy Work9 MARZUKI 28 66.54 male 83 164 616.15 8.81 Very Heavy Work
10 SUPRAPTO 35 64.96 male 77 153 558.56 7.99 Very Heavy Work
NO NameHeart Rate ( bpm )
Grade of Work
Berdasarkan Tabel 4.16. diatas, besarnya energy cost yang dikeluarkan maka
aktivitas MMH ini termasuk kategori kerja sangat berat (very heavy work) untuk
Wanto, Rohman, Supardi, Hartoyo, Rahudi, Marzuki, dan Suprapto. Sedangkan
untuk bapak Sukirno, Caplin, dan Suprapto jenis aktivitas tersebut tergolong kerja
berat (heavy work). Penjelasan kriteria kerja berdasarkan energy cost menurut
Kamalakannan et al, 2007 dapat dilihat Lampiran 5.3.
4.2.5 Perhitungan Siklus Kerja Operator Pasir (Work Rest Cycle).
Murrel (1965) membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai
kompensasi dari kerja fisik:
( )5,1-
-=
WSWT
R
Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit
T : Total waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-30
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
Ø Contoh perhitungan manual waktu istirahat yang dibutuhkan Bapak Sukirno
(37 tahun).
( )
5,159.6559.635
--
=R
= 10.96 menit
Hasil penghitungan waktu istirahat yang dibutuhkan seluruh operator
dengan menggunakan sekop pendek dapat dilihat dalam Tabel 4.17 dibawah ini.
Tabel 4.17 Perhitungan waktu istirahat tiap operator pasir
No Nama work rest cycle (menit)1 SUKIRNO 10.962 WANTO 14.653 CAPLIN 11.494 ROHMAN 17.855 SUPARDI 14.206 HARTOYO 15.227 KHAERUDIN 12.908 RAHUDI 9.669 MARZUKI 25.4810 SUPRAPTO 18.04
Rata-rata 15.04
4035
Waktu dalam 1 x penurunan pasir (menit)
6060
354030604540
Berdasarkan perhitungan pada table 4.17, dapat diketahui bahwa rata-rata waktu
istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 15.04 menit. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor psikologis yang berupa umur, sikap kerja pada saat
melakukan aktivitas penurunan pasir dan pengalaman kerja operator.
4.2.6. Usulan Perbaikan Postur Kerja dan Metode Kerja
Penilaian operator terhadap aktivitas penurunan pasir yang dilakukan
dengan metode REBA, akan dilakukan rancangan usulan perbaikan postur kerja
yang lebih baik untuk mengurangi terjadinya cidera. Rancangan postur kerja akan
mengacu pada penilaian postur kerja menggunakan metode REBA. Usulan
rancangan postur kerja kemudian disimulasikan pada operator pasir dengan
menggunakan sekop panjang pada aktivitas penurunan pasir Depo Makmur.
Sebelum disimulasikan terlebih dahulu diukur denyut jantung sebelum bekerja,
dan setelah disimulasikan juga diukur denyut jantung setelah bekerja. Pengukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-31
denyut jantung ini digunakan untuk menghitung energi expenditure yang
digunakan selama bekerja. Energi expenditure ini dipakai sebagai validasi
perancangan postur kerja yang diusulkan. Validasi dilakukan dengan
membandingkan energi expenditure yang digunakan saat bekerja dengan postur
kerja awal dan saat bekerja dengan rancangan postur kerja yang diusulkan.
Apabila energi expenditure yang digunakan pada saat bekerja dengan postur kerja
yang diusulkan artinya postur kerja yang diusulkan lebih baik daripada postur
kerja yang saat ini dilakukan oleh operator pasir pada aktivitas penurunan pasir
Depo Makmur. Perbaikan postur kerja untuk operator pasir pada aktivitas
penurunan pasir Depo Makmur berdasar metode REBA dapat dilihat dalam
gambar 4.7 dibawah ini.
Gerakan awal Sebelum menyerok pasir
Gerakan menyerok pasir
Gambar 4.7 Gerakan rancangan perbaikan postur kerja operator Depo makmur surakarta.
Gerakan menurunkan pasir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-32
Hasil penilaian dengan metode REBA setelah diusulkan perbaikan
menunjukkan bahwa aktivitas postur kerja pada aktivitas penurunan pasir
termasuk ke dalam level tindakan 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal
sedang yaitu perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.
4.2.7 Perhitungan Siklus Kerja Operator Pasir
Hasil penghitungan waktu istirahat yang dibutuhkan seluruh operator
dengan menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.18 dibawah ini.
Tabel 4.18 Perhitungan waktu istirahat tiap operator pasir
No Nama work rest cycle (menit)1 SUKIRNO 6.732 WANTO 0.363 CAPLIN 12.684 ROHMAN 5.505 SUPARDI 9.126 HARTOYO 3.297 KHAERUDIN 14.698 RAHUDI 5.119 MARZUKI 2.0610 SUPRAPTO 17.91
Rata-rata 7.75
3039
4543325045
30
Waktu dalam 1 x penurunan pasir (menit)3040
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.18, dapat diketahui bahwa rata-rata waktu
istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 7.75 menit. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor psikologis yang berupa umur, sikap kerja pada saat
melakukan aktivitas penurunan pasir dan pengalaman kerja operator.
4.2.8 Evaluasi berdasarkan fisiologi kerja
Sikap kerja yang diterapkan saat ini pada aktivitas MMH khususnya
buruh pasir Lokasi Depo Makmur Surakarta termasuk beresiko terhadap sistem
musculoskeletal dilihat dari hasil penilaian menggunakan metode REBA.
Berdasarkan penilaian operator pasir menggunakan sekop panjang dengan metode
REBA didapat masukan untuk perbaikan postur kerja dan beban kerja. Aktivitas
penurunan pasir dengan sekop panjang yang diaplikasikan, selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-33
dibandingkan dengan sikap kerja operator pasir menggunakan sekop pendek dan
dievaluasi menggunakan energy expenditure dan energy cost.
A. Perhitungan energy expenditure menurut Sanders et al, 1993
Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah menggunakan
sekop panjang dapat dilihat dalam table 4.19.
Tabel 4.19 Pengukuran denyut jantung setelah menggunakan sekop panjang
Sebelum Bekerja Setelah Bekerja1 SUKIRNO 37 51 160 85 1292 WANTO 27 60 165 95 1313 CAPLIN 22 58 160 83 1504 ROHMAN 25 56 176 93 1325 SUPARDI 31 70 169 81 1296 HARTOYO 28 52 166 86 1377 KHAERUDIN 30 70 165 80 1448 RAHUDI 29 74 171 79 1369 MARZUKI 28 70 169 83 12410 SUPRAPTO 35 65 165 92 153
Denyut Jantung ( per menit)NO Nama Umur Berat Badan Tinggi Badan
Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai
berikut :
Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4)X2
dimana :
Y = energi (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan
kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan
denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah
bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini :
Energi sebelum bekerja :
Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2
dimana :
Xb = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja
Energi setelah bekerja :
Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-34
dimana :
Xt = pengukuran denyut jantung setelah bekerja
Sehingga persamaan energy expenditure adalah :
EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)
Ø Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Sukirno (37 tahun).
v Energi sebelum bekerja :
Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4)Xb2
= 1,80411 – (0,0229038 x 85) + (4,71733 x 10-4 x (85)2)
= 1,80411 – 1,9468 + 3,4082
= 3,2655 kkal/menit
v Energi setelah bekerja :
Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4) Xt2
= 1,80411 – (0,0229038 x 129) + (4,71733 x 10-4 x (129)2)
= 1,80411 – 2,9545 + 7,8501
= 6,6997 kkal/menit
Sehingga persamaan energy expenditure adalah :
EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)
= 6,6997 kkal/menit - 3,2655 kkal/menit
= 3,4342 kkal/menit
Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh setelah menggunakan
sekop panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.20. dibawah ini.
Tabel 4.20 Perhitungan energy expenditure setelah menggunakan sekop panjang
Sebelum Bekerja Setelah Bekerja Sebelum Sesudah1 SUKIRNO 37 51 160 85 129 133/82 131/82 3.2656 6.6996 3.43412 WANTO 27 60 165 95 131 124/76 146/85 3.8856 6.8991 3.01353 CAPLIN 22 58 160 83 150 125/83 135/88 3.1529 8.9825 5.82974 ROHMAN 25 56 176 93 132 121/79 140/84 3.7541 7.0003 3.24625 SUPARDI 31 70 169 81 129 130/82 139/90 3.0439 6.6996 3.65576 HARTOYO 28 52 166 86 137 127/85 136/89 3.3233 7.5202 4.19697 KHAERUDIN 30 70 165 80 144 117/87 126/94 2.9909 8.2878 5.29698 RAHUDI 29 74 171 79 136 134/80 147/84 2.9388 7.4144 4.47569 MARZUKI 28 70 169 83 124 126/78 140/86 3.1529 6.2174 3.0645
10 SUPRAPTO 35 65 165 92 153 128/79 137/86 3.6897 9.3426 5.6529
NO Nama Umur Berat Badan Tinggi BadanDenyut Jantung ( per menit) Tekanan Darah
Yb Yt EE (kkal/menit)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-35
Hasil penghitungan dari Tabel 4.20 energy expenditure diatas, dibandingkan
dengan Tabel 4.21 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy
expenditure, sehingga diketahui kriteria kerja untuk tiap operator setelah
menggunakan sekop panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.21 dibawah ini.
Tabel 4.21 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah menggunakan sekop panjang
NO NAMA UMUR BERAT BADAN EE (kkal/menit) KRITERIA KERJA1 SUKIRNO 37 51 3.4341 Moderate Work2 WANTO 27 60 3.0135 Moderate Work3 CAPLIN 22 58 5.8297 Heavy Work4 ROHMAN 25 56 3.2462 Moderate Work5 SUPARDI 31 70 3.6557 Moderate Work6 HARTOYO 28 52 4.1969 Moderate Work7 KHAERUDIN 30 70 5.2969 Heavy Work8 RAHUDI 29 74 4.4756 Moderate Work9 MARZUKI 28 70 3.0645 Moderate Work10 SUPRAPTO 35 65 5.6529 Heavy Work
Berdasarkan Tabel 4.21 diatas, besarnya beban kerja menurut perhitungan
energy expenditure yang dihasilkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk
kategori kerja sedang (Moderate work) untuk bapak Sukirno, Wanto, Rohman,
Supardi, Hartoyo, Rahudi, dan Marzuki. Sedangkan untuk bapak Caplin,
Khaerudin, dan Suprapto. Penggolongan beban kerja tersebut tergolong kedalam
jenis kerja berat (Heavy work ).
Berdasarkan perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) buruh pasir
setelah menggunakan sekop panjang, dapat diketahui bahwa energy expenditure
(konsumsi energi) yang paling besar dialami oleh Pak Caplin dengan usia 22
tahun. Besarnya hasil perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) sebesar
5,8297 kkal/menit. Sedangkan besarnya hasil pengukuran energy expenditure
(konsumsi energi) sebelum menggunakan sekop panjang sebesar 7,1719
kkal/menit. Selisih antara hasil perhitungan energy expenditure sebelum
menggunakan sekop panjang dengan energy expenditure setelah menggunakan
sekop panjang yang dilakukan pada responden ke 3 (Pak Caplin), dapat
digambarkan dalam bentuk gambar 4.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-36
012345678
1 3 5 7 9
Energ
y exp
endit
ure
(kka
l/men
it)
Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Enegy Expenditure awal
Energy Expenditure setelah menggunakan sekop panjang
Gambar 4.8 Perbandingan energy expenditure awal (sebelum menggunakan sekop panjang) dan sesudah menggunakan sekop panjang.
B. Perhitungan besarnya pengeluaran energi (energy cost) menurut
Kamalakannan et al, 2007
Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana :
E – Cost = Energy Cost (watt)
HR = Working Heart Rate (bpm)
HT = Height (inch)
A = Age (yrs)
RHR = Resting Heart Rate (bpm)
G = Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0,0143 kcal / min
Untuk mengetahui regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut
jantung pada perhitungan energy cost terlebih dahulu kita dapat lakukan
pengukuran denyut jantung sebelum maupun setelah bekerja. Berikut ini adalah
data pengukuran denyut jantung setelah menggunakan sekop panjang, dapat
dilihat dalam Tabel 4.22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-37
Tabel 4.22 Pengukuran denyut jantung setelah menggunakan sekop panjang Age Height Gender
( years ) ( inchi ) ( m = 0 ; f = 1 )Resting Heart Rate
Working Heart Rate
1 SUKIRNO 37 62.99 male 85 1292 WANTO 27 64.96 male 95 1313 CAPLIN 22 62.99 male 83 1504 ROHMAN 25 69.29 male 93 1325 SUPARDI 31 66.54 male 81 1296 HARTOYO 28 65.35 male 86 1377 KHAERUDIN 30 64.96 male 80 1448 RAHUDI 29 67.32 male 79 1369 MARZUKI 28 66.54 male 83 12410 SUPRAPTO 35 64.96 male 92 153
NO Name
Heart Rate ( bpm )
Setelah melakukan pengukuran data denyut jantung setelah menggunakan sekop
panjang sesuai dengan Tabel 4.22 diatas, selanjutnya kita dapat melakukan
perhitungan manual regresi kuadratis yaitu hubungan bentuk regresi energi
dengan kecepatan denyut jantung dengan persamaan:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
Ø Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Sukirno (37 tahun).
E – Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G
= -1967 + 8,58.(129) + 25,1 (62,99) + 4,5.(37) – 7,47 (85) + 67,8 (0)
= - 1967 +1106,8 + 1581,049+166.5 – 634,95 + 0
= 252,39 watt » 3,61 kcal/min
Hasil perhitungan energy cost seluruh operator setelah menggunakan sekop
panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.23. dibawah ini.
Tabel 4.23 Perhitungan energy cost setelah menggunakan sekop panjang Age Height Gender Energy Cost Energy Cost
( years ) ( inchi ) ( m = 0 ; f = 1 )Resting
Heart RateWorking
Heart Rate( watt ) ( kcal/min )
1 SUKIRNO 37 62.99 male 85 129 252.47 3.61 Moderate Work2 WANTO 27 64.96 male 95 131 199.34 2.85 Moderate Work3 CAPLIN 22 62.99 male 83 150 380.09 5.44 Heavy Work4 ROHMAN 25 69.29 male 93 132 322.56 4.61 Moderate Work5 SUPARDI 31 66.54 male 81 129 344.29 4.92 Moderate Work6 HARTOYO 28 65.35 male 86 137 332.43 4.75 Moderate Work7 KHAERUDIN 30 64.96 male 80 144 436.43 6.24 Heavy Work8 RAHUDI 29 67.32 male 79 136 430.05 6.15 Heavy Work9 MARZUKI 28 66.54 male 83 124 272.95 3.90 Moderate Work10 SUPRAPTO 35 64.96 male 92 153 446.51 6.39 Heavy Work
NO NameHeart Rate ( bpm )
Grade of Work
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-38
Hasil penghitungan dari Tabel 4.23 energy cost diatas, kemudian dibandingkan
dengan Tabel 4.35 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy cost,
sehingga diketahui kriteria kerja untuk tiap operator setelah menggunakan sekop
panjang dapat dilihat dalam Tabel 4.24 dibawah ini.
Tabel 4.24 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut hasil perhitungan energy cost setelah menggunakan sekop panjang
Age Height Energy Cost ( years ) ( inchi ) ( kcal/min )
1 SUKIRNO 37 62.99 3.61 Moderate Work2 WANTO 27 64.96 2.85 Moderate Work3 CAPLIN 22 62.99 5.44 Heavy Work4 ROHMAN 25 69.29 4.61 Moderate Work5 SUPARDI 31 66.54 4.92 Moderate Work6 HARTOYO 28 65.35 4.75 Moderate Work7 KHAERUDIN 30 64.96 6.24 Heavy Work8 RAHUDI 29 67.32 6.15 Heavy Work9 MARZUKI 28 66.54 3.90 Moderate Work10 SUPRAPTO 35 64.96 6.39 Heavy Work
NO Name Grade of Work
Berdasarkan Tabel 4.24 diatas, besarnya hasil penilaian grade of work
(beban kerja) menurut perhitungan energy cost yang dihasilkan, maka kriteria
beban kerja yang termasuk kategori kerja sedang (moderate work) untuk bapak
Sukirno, Wanto, Rohman, Supardi, Hartoyo, dan Marzuki. Sedangkan untuk
bapak Caplin, Khaerudin, Rahudi dan Suprapto tergolong kedalam jenis kerja
berat (heavy work ).
Berdasarkan perhitungan energy cost buruh pasir setelah menggunakan
sekop panjang, dapat diketahui bahwa energy cost yang paling besar dialami oleh
Pak Suprapto dengan usia 35 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy cost
setelah menggunakan sekop panjang sebesar 6,39 kcal/menit. Hasil tersebut akan
dibandingkan dengan pengukuran energy cost sebelum menggunakan sekop
panjang sebesar 7,99 kcal/menit. Selisih antara hasil perhitungan energy cost
sebelum menggunakan sekop panjang dengan energy cost setelah setelah
menggunakan sekop panjang untuk responden ke 10 (Pak Suprapto), dapat
digambarkan dalam bentuk gambar 4.9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-39
0123456789
10
1 3 5 7 9
En
ergy
cos
t (k
cal/m
enit
)
Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Energy cost setelah menggunakan sekop panjang
Energy cost sebelum menggunakan sekop panjang
Gambar 4.9 Perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan sekop panjang) dan sesudah menggunakan sekop panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 1
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil yang telah
dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil
tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.
5.1 Analisis Perbandingan Postur Kerja
Analisa perbandingan postur kerja bertujuan untuk mengetahui apakah
kondisi postur kerja sebelum dan setelah menggunakan sekop panjang yang
diilustrasikan melalui gambar masih berpotensi menimbulkan cidera
musculoskeletal. Setelah pembuatan model, maka dilakukan penilaian terhadap
gambar tersebut dengan menggunakan metode REBA. Hasil penilaian postur kerja
dengan kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah menggunakan sekop panjang
dapat dilihat dalam tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi sebelum dan kondisi setelah menggunakan sekop panjang
Kondisi Awal Kondisi Setelah Menggunakan Sekop Panjang
Gerakan Level
Tindakan Level
Resiko Tindakan Gerakan
Level Tindakan
Level Resiko
Tindakan
Sebelum menyerok pasir posisi membungkuk
3 tinggi Segera dilakukan perbaikan
Sebelum menyerok pasir posisi membungkuk
2 sedang perlu perbaikan
Menyerok pasir posisi punggung membungkuk lutut menekuk
3 tinggi Segera dilakukan perbaikan
Menyerok pasir posisi punggung membungkuk lutut menekuk
2 sedang perlu perbaikan
Penurunan pasir posisi punggung membungkuk, lutut menekuk
2 sedang perlu perbaikan
Penurunan pasir(unloading), posisi punggung membungkuk, lutut menekuk
2 sedang Perlu perbaikan
Sumber : Pengukuran dan pengolahan data postur kerja, 2010
Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode
REBA sesudah menggunakan sekop panjang terjadi penurunan level resiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 2
Untuk posisi ke-1 (sebelum menyerok pasir dengan posisi membungkuk),
sebelum menggunakan sekop panjang memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi
dan sesudah menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan level resiko
sedang. Pada posisi ke-2 (menyerok pasir dengan posisi membungkuk dan lutut
menekuk), sebelum menggunakan sekop panjang memiliki skor 3 dengan level
resiko tinggi dan sesudah menggunakan sekop panjang memiliki skor 2 dengan
level resiko sedang. Untuk posisi ke-3 (menurunkan pasir dengan posisi punggung
membungkuk dan lutut menekuk) sebelum menggunakan sekop panjang memiliki
skor 2 dengan level resiko sedang dan sesudah menggunakan sekop panjang
memiliki skor 2 dengan level resiko sedang.
Penurunan level resiko pada gerakan pertama dan kedua karena terjadinya
perubahan postur kerja pekerja buruh pasir sebelum dan sesudah menggunakan
sekop panjang. Sikap kerja pekerja buruh pasir yang semula pungggung
membungkuk dengan sudut 81o, pergerakan leher menekuk (fleksion) dengan
sudut sebesar 34o terhadap sumbu tubuh dan posisi kaki dan lutut menekuk
dengan 420. Dengan menggunakan sekop panjang postur kerja berubah menjadi
pungggung membungkuk dengan sudut 65o, dengan leher membentuk sudut 25o
terhadap sumbu tubuh, posisi kaki tetap menekuk.
Dari keseluruhan penilaian setelah menggunakan sekop panjang dapat
diperoleh hasil bahwa postur kerja pekerja buruh pasir memiliki level resiko yang
kecil terhadap cidera musculoskeletal dengan rekomendasi perbaikan beberapa
waktu ke depan. Terjadinya penurunan level resiko ini karena adanya perubahan
postur kerja yang disebabkan oleh penggunaan sekop panjang dengan desain yang
lebih ergonomis sehingga memungkinkan pekerja buruh pasir untuk memperbaiki
postur kerja yang rawan cidera dan dapat digunakan sebagai alat bantu kerja saat
melakukan aktivitas penurunan pasir.
5.2 Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja
Analisis fisiologi kerja diperlukan untuk menentukan tingkat konsumsi
energi (energy expenditure), tingkat pengeluaran energi total (energy cost) dan
menggolongkan kriteria beban kerja yang dialami oleh 10 pekerja buruh pasir.
Analisis perbandingan fisiologi kerja secara terperinci akan diuraikan, sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 3
5.2.1 Analisis energy expenditure
Energy expenditure merupakan energi yang dikeluarkan untuk melakukan
suatu aktivitas. Pada tahap ini akan dilakukan analisis besarnya perhitungan
energy expenditure yang dikeluarkan oleh 10 pekerja buruh pasir pada saat
kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah menggunakan
sekop panjang. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy
expenditure antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah
menggunakan sekop panjang adalah sebagai berikut:
012345678
1 3 5 7 9
Energ
y exp
endit
ure
(kka
l/men
it)
Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Enegy Expenditure awal
Energy Expenditure setelah menggunakan sekop panjang
Gambar 5.1 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy
expenditure antara kondisi awal (sebelum menggunakan sekop panjang) dibandingkan kondisi setelah menggunakan sekop panjang.
Berdasarkan gambar 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat
dilakukan perhitungan energy expenditure pada 10 orang pekerja buruh pasir,
terutama aktivitas penurunan pasir dengan berat ± 2,5 kg dapat diketahui bahwa
semua responden tergolong dalam kategori jenis heavy work atau dapat dikatakan
pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).
Berdasarkan hasil perbandingan pada gambar 5.1 diatas, energy
expenditure kondisi setelah menggunakan sekop panjang dapat dikatakan 10
pekerja buruh pasir secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah
dibandingkan sebelum menggunakan sekop panjang (kondisi awal). Hal ini dapat
dibuktikan bahwa tujuh responden tergolong kedalam kategori jenis moderate
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 4
work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang. (2,5 s/d 5,0 kkal/menit). Sedangkan
untuk tiga responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau
dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit ).
Rata–rata penurunan energy expenditure ini disebabkan karena pekerja
buruh pasir dapat merasakan perbedaan antara sekop pendek dan sekop panjang
bila dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja,
mengurangi kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang
paling frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan. Dari
sepuluh responden yang ada terdapat 3 operator masih tergolong jenis pekerjaan
berat yaitu Bapak Caplin, Khaerudin dan Suprapto, hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor kecepatan denyut jantung, umur dan tinggi badan operator tersebut.
5.2.2 Analisis energy cost
Energy cost merupakan total (keseluruhan) pengeluaran energi untuk
melakukan suatu aktivitas. Pada tahap ini akan dilakukan analisis besarnya
perhitungan energy cost yang dikeluarkan oleh 10 pekerja buruh pasir pada saat
kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah menggunakan
sekop panjang. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy cost
antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah menggunakan sekop
panjang adalah sebagai berikut:
0123456789
10
1 3 5 7 9
Energ
y cost
(kc
al/me
nit)
Responden (Pekerja buruh pasir ke...)
Energy cost setelah menggunakan sekop panjang
Energy cost sebelum menggunakan sekop panjang
Gambar 5.2 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy cost antara
kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah menggunakan sekop panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 5
Berdasarkan gambar 5.2 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat
dilakukan perhitungan energy cost pada 10 orang pekerja buruh pasir, terutama
aktivitas penurunan pasir dengan berat ± 2,5 kg dapat diketahui bahwa tujuh
responden tergolong dalam kategori jenis very heavy work atau dapat dikatakan
pekerjaan sangat berat (7,5 s/d 10 kcal/menit). Sedangkan untuk tiga responden
lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau dapat dikatakan
pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kcal/menit ).
Berdasarkan hasil perbandingan pada gambar 5.2 diatas, energy cost
kondisi setelah menggunakan sekop panjang dapat dikatakan 10 pekerja buruh
pasir secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan
sebelum menggunakan sekop panjang (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan
bahwa enam responden tergolong kedalam kategori jenis moderate work atau
dapat dikatakan pekerjaan sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ). Sedangkan untuk
empat responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau
dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).
Rata–rata penurunan energy cost ini disebabkan karena pekerja buruh pasir
dapat merasakan perbedaan antara sekop pendek dan sekop panjang bila dilihat
dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi
kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling
frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan.
Penggunaan sekop tangkai panjang pada aktivitas penurunan pasir mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan sekop tangkai pendek, keunggulan sekop
tangkai panjang dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut:
Tabel 5.2 keunggulan sekop tangkai panjang pada aktivitas penurunan pasir
No Keunggulan penggunaan sekop panjang
1 Pengguna nyaman memakai · Penggunaaan Sekop panjang memudahkan pekerja dalam
menurunkan pasir 2 Mengurangi resiko nyeri pada pemakai
· Penggunaan sekop panjang yang ada untuk memperbaiki postur kerja
· Mengurangi resiko cidera musculosceletal pada aktivitas penurunan pasir
3 Mengurangi tingkat beban kerja, · Dengan menggunakan sekop panjang, dapat menurunkan
tingkat beban kerja maupun energi yang dikeluarkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 6
pekerja secara berlebihan 4 Waktu kerja
· Dengan menggunakan sekop panjang waktu yang dibutuhkan dalam penurunan pasir lebih sedikit/cepat.
5.3 Analisis Perhitungan Siklus Kerja Operator Pasir Pada Proses
Penurunan Pasir
Analisis perhitungan siklus kerja operator pasir pada proses penurunan
pasir yang akan dibahas adalah waktu siklus kerja proses penurunan pasir sebelum
dan setelah memakai sekop panjang. Secara garis besar, waktu siklus kerja proses
penurunan pasir sebelum memakai sekop panjang dapat diketahui rata-rata waktu
istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 15.04 menit. Setelah memakai
sekop panjang terjadi penurunan waktu siklus kerja yang cukup signifikan yaitu
rata-rata waktu istirahat yang dibutuhkan operator pasir sebesar 7.75 menit, hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis pekerja yang berupa umur, sikap kerja
pada saat melakukan aktivitas penurunan pasir, energi yang dikeluarkan operator
saat beraktivitas dan pengalaman kerja operator. Berikut ini ditunjukkan hasil
perbandingan siklus kerja operator antara kondisi awal (sebelum) dan kondisi
setelah menggunakan sekop panjang adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3 Perbandingan work rest cycle sebelum dan sesudah perbaikan
No Nama work rest cycle (menit) Sebelum perbaikan
work rest cycle (menit) Sesudah perbaikan
1 SUKIRNO 10.96 6.73 2 WANTO 14.65 0.36 3 CAPLIN 11.49 12.68 4 ROHMAN 17.85 5.50 5 SUPARDI 14.20 9.12 6 HARTOYO 15.22 3.29 7 KHAERUDIN 12.90 14.69 8 RAHUDI 9.66 5.11 9 MARZUKI 25.48 2.06 10 SUPRAPTO 18.04 17.91
Rata-rata 15.04 7.75
Berdasarkan hasil perbandingan perhitungan siklus kerja pada tabel 5.3,
dapat diketahui waktu istirahat rata-rata operator sebelum perbaikan lebih besar
dibanding sesudah perbaikan, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penurunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 7
pasir sebelum perbaikan tergolong pekerjaan sangat berat (Very Heavy Work)
sehingga membutuhkan waktu istirahat yang cukup lama dibanding waktu
istirahat sesudah perbaikan yang tergolong pekerjaan sedang (Moderate Work).
5.4 ANALISIS PRODUKTIVITAS KERJA OPERATOR PASIR
Rancangan suatu metode kerja yang ergonomis harus disesuaikan dengan
operator tidak hanya mempertimbangkan bagaimana kenyamanan, keselamatan
kerja dan efisiensinya, namun juga harus tetap mempertimbangkan produktivitas
kerja operator pada saat aplikasi metode kerja yang dirancang. Produktivitas kerja
dari operator dapat dilihat dari beberapa sisi, antara lain dari sisi kecepatan kerja
yang terkait dengan waktu dan mengenai alat yang digunakan untuk kerja.
Rancangan metode kerja yang baru selain untuk memperbaiki postur kerja
operator ditujukan juga untuk mempercepat proses penurunan pasir.
Pada Depo Pasir makmur, waktu yang diperlukan dalam proses penurunan
pasir awal ± 60 menit dalam satu kali penurunan pasir (1 truk), waktu penurunan
pasir awal ini termasuk waktu penurunan pasir yang cukup lama dibandingkan
waktu yang dibutuhkan sesudah perbaikan ± 40 menit dalam satu kali penurunan
pasir. Lamanya waktu proses penurunan pasir awal ini disebabkan karena sekop
yang digunakan terlalu pendek sehingga operator bekerja terlalu membungkuk
dan membutuhkan tingkat konsumsi energi besar yang berdampak operator cepat
lelah, untuk itu perlu dilakukan perancangan desain sekop panjang yang sesuai
dengan anthropometri operator dan penjadwalan waktu istirahat operator.
Berdasarkan hasil perhitungan work rest cycle, dapat diketahui waktu
istirahat rata-rata operator sebelum perbaikan lebih lama dibanding sesudah
perbaikan, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penurunan pasir sesudah
perbaikan lebih produktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI - 1
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya.
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian ini telah menghasilkan postur kerja yang memiliki level resiko kerja
lebih rendah berdasarkan REBA.
2. Perbaikan postur kerja yang dirancang meliputi penggantian sekop pendek
menjadi sekop panjang.
3. Rancangan perbaikan postur kerja memiliki tingkat konsumsi energi lebih
rendah dari kondisi awal berdasarkan metode energi expenditure dan energi
cost.
4. Perbaikan postur kerja memiliki efek penurunan work rest cycle yang
mengindikasikan bahwa aktivitas penurunan pasir dapat berpotensi
meningkatkan produktivitas.
6.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian
selanjutnya, sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai desain sekop yang dikaitkan
dengan jenis aktivitas dan anthropometri dari pemakainya.
2. Penelitian lebih lanjut dalam hal pengembangan rancangan dapat diarahkan
pada penjadwalan waktu istirahat kerja yang lebih terstruktur.