Download - Refarat Kb
BAB I
PENDAHULUAN
Kontrasepsi atau alat KB adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Upaya itu bersifat sementara (Reversible) dan permanen (Irreversible).
Bila dilihat berdasarkan kandungannya kontrasepsi dibedakan sebagai kontrasepsi
hormonal dan kontrasepsi non-hormonal.1
Kontrasepsi yang dianggap ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut : 1
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6. Mudah pelaksanaannya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan.
Penggunaan kontrasepsi terbanyak di dunia berdasarkan jumlah
penggunanya berturut-turut adalah strelisasi pada perempuan (29%), IUD (21%),
pil (14%), metode tradisional (14%), kondo (89%), strelisasi pada laki-laki (9%)
dan injeksi (4%). Sedangkan di Indonesia pada tahun 2007 metode kontrasepsi
yang paling popular hingga paling sedikit digunakan berturut-turut adalah injeksi
(35,2%), diikuti pil (28,1%), IUD (18,8%), implant (11,%) dan sterilisasi (1%).2
Tabel 1. Pilihan metode kontrasepsi berdasarkan tujuan pemakaiannya1
Urutan
Prioritas
Fase menunda
kehamilan
Fase menjarangkan
kehamilan (anak ≤
2)
Fase tidak hamil
lagi (anak ≥ 3)
1 Pil AKDR Steril
2 AKDR Suntikan AKDR
1
3 Kondom Minipil Implan
4 Implan Pil Suntikan
5 Suntikan Implan Kondom
6 Kondom Pil
Salah satu metode kontrasepsi yang dapat diaplikasikan adalah kontrasepsi
hormonal berupa kontrasepsi kombinasi maupun kontrasepsi progestin. Sejak
diperkenalkan di tahun 190-an, kontrasepsi hormonal telah digunakan secara
global baik untuk kemunda dan membatasi kelahiran di negara berkembang
khususnya.2
Hal yang sering menjadi pemikiran pengguna kontrasepsi hormonal adalah
keamanan, efetifitas, efek samping, regimen yang tepat dan efek selain
kontraseptif yang menguntungkan. sebuah penelitian menunjukkan pengguna
kontrasepsi menghentikan metode kontrasepsinya tanpa berkonsultasi dengan
tenaga kesehatan sebesar 42%, menghentikan tanpa memiliih kontrasepsi lain
sebesar 9% dan mengganti dengan metode kontrasepsi yang kurang efektif
sebesar 9%.2
Komponen penting dalam kesuksesan metode kontrasepsi pernah
diformulasikan sebagai tiga komponen yaitu kepatuhan, kesinambungan, dan
konseling. Dengan komponen-komponen tersebut, diharapkan terjadi luaran hasil
metode kontrasepsi yang lebih baik. Selain komponen tersebut, faktor lain yang
berhubungan juga harus difikirkan dalam pemilihan kontrasepsi. Faktor tersebut
di antaranya faktor individu (tujuan, kekhawatiran, kepuasaaan, penggunaan
kontrasepsi sebelumnya) faktor kondisi medis (depresi, masalah kardiovaskular,
riwayat keluarga dengan keganasan, infeksi menular seksual), faktor ssosio-
demografi (tingkat pendidikan, etnis, umur, status perkawinan) dan faktor
penghambat (akses menuju pusat kesehatan, akses dalam menebus resep dan
keterbatasan waktu).2
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau
melawan dan “konsepsi” yang berarti pertemuan sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma.3
B. Siklus Haid Normal
Siklus haid terdiri dari dua siklus, yaitu siklus ovarium dan siklus
endometrium. (4,5,6)
Gambar 1. Fase pada ovarium
1. Siklus ovarium terdiri dari beberapa fase :
a. Fase Folikular/ Preovulasi
Panjang fase folikuler mempunyai variasi yang cukup lebar. Pada
umumnya berkisar antara 10-14 hari. Selama fase ini didapatkan
proses steroidogenesis, folikulogenesis dan oogenesis/meiosis
yang saling terkait. Selama fase folikular, kadar estrogen
meningkat pada pertumbuhan yang paralel dari folikel yang
dominan dan peningkatan jumlah dari sel granulosa. Sel granulosa
tempat ekslusif dari reseptor FSH. Peningkatan sirkulasi FSH
selama fase luteal dari siklus sebelumnya merangsang peingkatan
dari reseptor FSH dan kemampuan untuk mengaromatisasi sel
theka untuk derivat androstenedion menjadi estradiol. FSH
menginduksi enzim aromatase dan pelebaran antrum dari folikel
yang bertumbuh. Folikel dengan kelompok sangat berespon
3
terhadap FSH seperti untuk memproduksi dan mengawali tanda
dari reseptor LH. Setelah terlihat reseptor LH, sel granulosa
preovulasi mulai untuk mensekresi sejumlah progesteron. Sekresi
preovulasi progesteron, walaupun jumlahnya terbatas, dipercaya
untuk mengirimkan feedback positif pada estrogen utama hipofisis
yang menyebabkan atau membantu menambah pelepasan LH.
Selama fase folikuler lambat, LH menstimulasi produksi sel theka
dari androgen. Terutama androstenedion, yang kemudian
dilanjutkan ke folikel dimana mereka dimetabolisme menjadi
estradiol. Selama fase folikel awal, sel granulosa juga
menghasilkan inhibin B, yang menghambat pelepasan FSH.
Karena folikel dominan mulai berkembang, hasil dari estradiol dan
inhibin meningkat, menghasilkan penurunan FSH. Penurunan ini
bertanggung jawab untuk kegagalan dari folikel lain untuk
mencapai preovulasi tingkat folikel the Graaf selama satu siklus.
Jadi, 95 persen dari estradiol plasma diproduksi pada waktu itu
disekresi oleh folikel dominan, yang dipersiapkan untuk ovulasi.
b. Fase Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH
(lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan
oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai
30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH
dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi
folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur
dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi
menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas
fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron.
4
c. Fase Luteal/Post-ovulasi
Setelah terjadi ovulasi, korpus luteum berkembang dari tetai
dominan atau folikel de Graff pada proses ini disebut sebagai
lutenisasi. Ruptur dari folikel mengawali berbagai perubahan
morfologi dan kimiawi mengakibatkan transformasi menjadi
korpus luteum. Membran basalis pemisah dari sel granulosa luteal
dan theka luteal rusak, dan hari kedua postovulasi, pembuluh
darah dan kapiler menembus ke lapisan sel granulosa.
Neovaskularisasi yang cepat pada granulosa avaskuler
dikarenakan variasi dari faktor angiogenik meliputi faktor
pertumbuhan endotel vaskuler dan produksi lain pada respon
terhadap LH oleh sel theka lutein dan granulosa lutein. Selama
luteinisasi, sel itu mengalami hipertrofi dan meningkat kapasitas
mereka untuk mensintesis hormon. Pada wanita, masa hidup dari
korpus luteum tegantung pada LH atau Human Chorionic
Gonadotropin (hCG). Pada siklus normal wanita, korpus luteum
dipertahankan oleh frekuensi rendah, amplitudo tinggi dari sekresi
LH oleh gonadotropin pada hipofisis anterior.
2. Siklus endometrium terbagi dalam beberapa fase, yaitu:
Gambar 2. Fase pada endometrium
a. Fase Menstruasi
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai
10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan
5
implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan
progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan
progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga
suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan
perdarahan menstruasi dimulai. Pada fase ini, endometrium
terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan
lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase
menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar
FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase Proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18
siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali
lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi
tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase Sekresi
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan tertentu dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah
dan sekresi kelenjar.
Pasca ovarium memasuki fase luteal dan korpus luteum yang
terbentuk menghasilkan steroid seks diantaranya estrogen dan
6
progesterone. Kemudian, estrogen dan progesterone korpus luteum
tersebut mempengaruhi pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi
menjadi fase sekresi. Proliferasi epitel berhenti 3 hari pascaovulasi, akibat
dampak antiestrogen dari progesteron.
Sebagian komponen jaringan endometrium tetap tumbuh tetapi
dengan struktur dan tebal yang tetap, sehingga mengakibatkan kelenjar
menjadi berliku dan arteri spiral terpilin. Tampak aktivitas sekresi di
dalam sel kelenjar, didapatkan pergerakan vakuol dari intraselular menuju
intraluminal. Aktivitas sekresi tersebut dapat diamati dengan jelas dalam
kurun waktu 7 hari pasca ovulasi. Pada fase sekresi, tampak kelenjar
menjadi lebih berliku dan mengembung, epitel permukaan tersusun
seperti gigi, dengan stroma endometrium lebih edem dan arteri spiral
lebih terpilin lagi. Puncak sekresi terjadi 7 hari pasca lonjakan
gonadotropin bertepatan dengan saat implantasi blastosis bila terjadi
kehamilan. Pada fase ini kelenjar secara aktif mengeluarkan glikoprotein
dan peptide dalam kavum uteri/kavum endometrium. Di dalam sekresi
endometrium juga dijumpai transudasi plasma. Imunoglobulin yang
berada di peredaran darah dapat memasuki kavum uteri dalam keadaan
terikat oleh protein yang dihasilkan sel epitel.
Fase sekresi endometrium yang selaras dengan fase luteal ovarium
mempunyai durasi dengan variasi sempit. Durasi/panjang fase sekresi
kurang lebih tetap berkisar antara 12-14 hari.
7
Gambar 3. Fisiologi haid
C. Jenis-jenis Kontrasepsi
1. Kontrasepsi Oral
a. Pil Kombinasi
Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang berisi
hormon sintesis estrogen dan progesterone. Dosis estrogen yang
8
digunakan dalam pil kombinasi berangsur-angsur berkurang dan saat ini
berkisar antara 15-50 mg; yang beredar saat ini (yang sering disebut
dengan low-dose pills atau pil dosis rendah) mengandung 30-35 mg. Pil
dosis rendah ini berpotensial lebih aman karena risiko kardiovaskular dari
pengunaan pil kombinasi lebih utama disebabkan dari kadar estrogen.2
Efektivitas dalam pencegahan kehamilan: kurang dari 1 di antara
100 kehamilan ibu pertahun.
Mekanisme kerja : 1,7
1. Menekan ovulasi
Sekresi FSH ditekan sehingga perkembangan folikel dan
lonjakan dari LH tidak terjadi. Efek ini utamanya disebabkan
oleh karena komponen estrogen walaupun progesteron dapat
mencegah ovulasi bila diberikan dalam jumlah yang besar.
Oleh sebab itu POK harus diminum setiap hari agar efektif
karena dimetabolisir dalam 24 jam. Bila akseptor lupa minum 1
atau 2 tablet, maka terjadi peninggian hormon-hormon alamiah,
yang selanjutnya mengakibatkan ovum menjadi matang lalu
dilepaskan
2. Mencegah implantasi
Endometrium tidak berkembang secara normal dan tidak
adanya korpus luteum yang mencegah perkembangan
endometrium untuk siap dibuahi. Keadaan ini disebut “pseudo-
atrophy”, bahkan bila ovulasi dapat terjadi, tidak
memungkinkan terjadinya implantasi.
3. Mengentalkan lendir servix
Perubahan pada mucus serviks yang membuat motilitas sperma
terhambat. Hal ini disebabkan oleh efek progestogen.
4. Mengganggu pergerakan tuba
Pil kombinasi terdiri dari komponen estrogen dan progesteron,
yang bekerja mencegah ovulasi dengan menginhibisi sekresi dari
9
gonadotropin pada hipofisis anterior maupun hipotalamus. Agen
progesteron pada pil mensupresi sekresi luteinizing hormon (LH) (yang
nantinya akan mencegah ovulasi), sedangkan agen estrogen mensupresi
sekresi FSH (yang nantinya akan mencegah pertumbuhan folikel
dominan). Meskipun, folikel tetap tumbuh dan berkembang, namun
komponen progesteron akan mencegah lonjakan LH yang dibutuhkan
dalam ovulasi. Komponen estrogen pada pil memiliki dua fungsi lain.
Estrogen menstabilkan endometrium sehingga endometrium menjadi
mudah luruh dan perdarahan yang tidak diinginkan dapat minimalisir;
estrogen meningkatkan efek dari progesteron. Estrogen membantu
peningkatan konsentrasi reseptor interseluler progesteron.7
Pemberian estradiol dapat menginduksi pembentukan dari colony
forming unit (CFU) dari sebuah sel singular jalur human breast epithelial
(MCF 10-F). estradiol juga menginduksi transformasi sel MCF 10-F
menjadi morfologi sel lainnya. Estradiol mamu menginduksi beberapa
genomic yang dapat menyulut terjadinya transformasi sel normal menjadi
sel kanker.2
Estrogen juga dapat mempengaruhi produksi trombosit di sumsum
tulang dan mempengaruhi karakteristik dari trombosit di sirkulasi untuk
melepaskan mediator yang dapat menginduksi remodeling pembuluh
darah dan berinteraksi dengan komponen darah lainnya.2
Pemberian estrogen dapat pula mempengaruhi aktivitas dari system
rennin-angiotensin-aldosteron. Hal ini memicu retensi cairan,
meningkatkan volume plasma dan meningkatkan tekanan darah sesnsitif.
Oleh karena ini, pemberian estrogen lebih lanjut dapat pula menjadikan
gejala yang berkaitan dengan retensi cairan (edema, blosting, peningktan
berat badan, breast tension).2
Pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia saat ini memiliki
formulasi dan cara pemakaian yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya
adalah :2
10
Etinil estradiol 30 mg + Levonorgestrel 150mg (derivate 19-
mortestosteron) dengan pemakaian 21 pil aktif dan 7 pil
placebo (contohnya :Microgynon)
Etinil estradiol 35 mg+ Cyproteron asetat 2 mg (derivate 17-0H
progestogen) dengan pemakaian 21 pil aktif dan 0 pil placebo
(contohnya : Diane)
Etinil estradiol 30 mg + Drospirenon 3 mg (derivate
spironolacton) dengan pemakaian 21 pil aktif dan 0 pil placebo
(contohnya : Yasmin)
Etinil estradiol 20 mg + Drospirenon 3 mg (derivate
spironolacton) dengan pemakaian 24 pil aktif dan 4 pil placebo
(contohnya : Yaz)
Etinil estradiol 20 mg + Desogestrel 150 mg (derivate 19-
nortestosteron) dengan pemakaian 21 pil aktif dan 7 pil placebo
(contohnya Mercilon)
Terdapat 3 jenis pil kombinasi, yaitu :2
1. Monofasik Pil jenis ini adalah jenis pil yang paling banyak
digunakan
Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif (Prawirohardjo, 2006, pp.MK-28)
2. Bifasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif). Biasanya pil ini
diberi kode dengan warna yang berbeda, misalnya BiNovum
3. Trifasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga
8 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
11
Gambar 4. Jenis pil kombinasi
Cara penggunaan :
Pil kombinasi terdiri dari dua jenis sediaan. Ada pil yang dalam satu
bungkus berisi 21 pil dan ada yang berisi 28 pil. Pil yang berjumlah 21
diminum mulai dari hari 1-5 menstruasi tiap hari satu terus menerus dan
kemudian berhenti jika habis. Pil harus diminum pada waktu yang sama
setiap harinya sampai habis. Jika pil telah habis, maka pil dilanjutkan
kembali setelah 7 hari bebas pil.8
Pil yang berjumlah 28 pil diminum tiap hari terus menerus pada waktu
yang sama terus menerus pada hari ke 1-5 menstrusi. Keuntungan minum pil
berjumlah 28 ini yaitu pil ini diminum tiap hari terus menerus sehingga
mencegah faktor kelupaan.8
12
Penggunaan pil dalam berbagai kondisi :9
Siklus menstruasi normal
Pil dimulai dalam 5 hari pertama siklus mentsruasi. Dapat pula
dimulai kapanpun selama dipastikan pasien tidak hamil. Jika
telah lewat dari 5 hari pertama siklus menstruasi, pasien
pantang berhubungan seksual atau menggunakan perlindungan
kontrasepsi tambahan selama 2 hari berikutnya.
Amenore
Pil dimulai kapanpun selama dipastikan bahwa pasien tidak
hamil. Pantang berhubungan seksual atau menggunakan
perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari berikutnya.
Pascapersalinan (tidak menyusui)
Jika belum melebihi 21 hari pascapersalinan, pil dapat dimulai
kapanpun dan tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi
tambahan.
Jika berada dalam masa 21 hari pascapersalinan atau lebih dan
belum kembali menstruasi, maka pil dimulai kapanpun selama
dipastikan pasien tidak hamil. Pasien pantang berhubungan
seksual atau menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan
selama 7 hari berikutnya.
Jika telah menstruasi kembali, dapat dimulai seperti pada
perempuan lain yang telah mendapat menstruasi
Pasca Abortus
Dapat segera diminum dan tidak diperlukanperlindungan
kontrasepsi tambahan.
Berganti dari metode hormon lain
Jika metode sebelumnya digunakan secara konsisten dan benar
dan tidak hamil, maka pil dapat segera dikonsumsi. Jika metode
yang digunakan sebelumnya adalah metode suntik, maka pil
dikonsumsi sesuai jadwal suntikan berikutnya.
Berganti dari metode non-hormonal (selain AKDR)
13
Dapat segera memulai pil dalam 5 hari pertama siklus
menstruasi.
Berganti dari AKDR (termasuk AKDR-LNG)
Dapat segera memulai pil dalam 5 hari pertama siklus
menstruasi.
Tabel 2. Kriteria Kelayakan Medis WHO dalam Penggunaan
Kontrasepsi10
Kondisi Kategori
Karakteristik Pribadi
Umur
1. Menarke < 18 tahun
2. Usia > 40 tahun
1
2
Paritas
1. Nulipara
2. Paous
1
1
Wanita menyusui :
1. Post partum < 6 minggu
2. Post partum ≥ 6 minggu sampai < 6 bulan
3. Post partum ≥ 6 bulan
4
3
2
Postpartum (tidak menyusui)
1. < 21 hari
2. ≥ 21 hari sampai 42 hari
3. ≥ 42 hari
3
2
1
Post Aborsi :
1. Trimester pertama
2. Trimesterkedua
3. Sepsis post aborsi
1
1
1
Post kehamilan ektopik 1
Riwayat operasi pelvis (termasuk SC) 1
Merokok
1. Usia < 35 tahun 2
14
2. Usia ≥ 35 tahun
< 15 rokok/hari
≥ 15 rokok/hari
3
4
Obesitas
1. BMI ≥ 30 kg/m2
2. Menarke < 18 tahun dan BMI ≥ 30 kg/m2
2
2
Penyakit kardiovaskuler
Faktor resiko multipel penyakit kardiovaskuler (usia tua,
merokok, dm, hipertensi)
3/4
Hipertensi
1. Riwayat hipertensi tidak pernah dievaluasi
termasuk hipertensi dalam kehamilan
2. Hipertensi yang terkontrol adekuat
3. Kenaikan tekanan darah
Sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-
99 mmHg
Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥110
mmHg
4. Penyakit vaskular
3
3
3
4
4
Riwayat tekanan darah tinggi dalam kehamilan 2
Trombosis Vena Dalam
1. Riwayat TVD
2. TVD`Akut
3. TVD dengan terapi antikoagulan
4. Riwayat keluarga
5. Operasi besar
Dengan immobilisasi lama
Tanpa immobilisasi lama
6. Operasi kecil tanpa immobilisasi
4
4
4
2
4
2
1
Gangguan Vena Superfisial
1. Varises
2. Trombosis vena superfisial
1
2
15
Penyakit Kardiovaskuler (Riwayat Iskemik) 4
Stroke 4
Hiperlipidemia 2/3
Penyakit jantung katup :
1. Tanpa komplikasi
2. Dengan komplikasi (hipertensi pulmonal, atrial
fibrilasi, endokarditis bakterial subakut)
2
4
Kondisi Neurologis
Diabetes
1. Riwayat diabetes gestasional
2. Penyakit non-vaskular
Non-insulin independent
Insulin independent
3. Nefropati/retinopati/neuropati
4. Penyakit diabetes lain > 20 tahun
1
2
2
3/4
3/4
Nyeri Kepala
1. Non migrain (berat/ringan)
2. Migrain
Tanpa aura
Usia < 35 tahun
Usia ≥ 35 tahun
Dengan aura
1
2
3
4
Epilepsy 1
Gangguan depresi 1
Infeksi dan Kelainan Alat Reproduksi
Perdarahan Pervaginam
1. Pola irreguler dengan perdarahan berat
2. Perdarahan berat (irreguler maupun reguler)
1
1
Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
1. Sebelum evaluasi 2
Endometriosis 1
Tumor ovarium 1
16
Kanker endometrium 1
Dismenorea berat 1
Penyakit trofoblas gestasional 1
Neoplasma intraepitelial cervical 2
Kanker cervix 2
Kanker payudara
1. Massa yang tidak terdiagnosis
2. Kanker jinak payudara
3. Riwayat keluarga dengan kanker payudara
4. Kanker payudara
Saat ini
5 tahun
2
1
1
4
3
Kanker endometrium 1
Fibroma uteri
1. Tanpa gangguan cavum uteri
2. Dengan gangguan cavum uteri
1
1
Penyakit radang panggul
1. Riwayat PRP
Dengan kehamilan
Tanpa kehamilan
2. PRP saat ini
1
Penyakit menular seksual
1. Cervitis purulenta atau infeksi chlamydia atau
gonorrhea
2. HIV dan Hepatitis
3. Vaginitis(termasuk Thricomonas vaginalis dan
bacterial vaginosis)
4. Meningkatnya resiko penyakit menular seksual
1
1
1
1
HIV/AIDS
1. Resiko tinggi HIV/AIDS
2. Asymptomatic atau HIV/AIDS stage 1 atau 2
3. Severe HIV/AIDS stage 3 atau 4
1
1
1
17
Infeksi Lain
Skistosomiasis
1. Tanpa komplikasi
2. Fibrosis hati
1
1
Malaria 1
Tuberculosis
1. Non pelvis
2. Pelvis
1
1
Penyakit Endokrin dan Metabolik
Diabetes
1. Riwayat diabetes gestasional
2. Penyakit non-vaskular
Non-insulin independent
Insulin independent
3. Nefropati/retinopati/neuropati
4. Penyakit diabetes lain > 20 tahun
1
2
2
3/4
3/4
Gangguan tiroid
1. Simple goiter
2. Hipertiroid
3. Hipotiroid
1
1
1
Penyakit Gastrointestinal
Riwayat kolestasis
1. Berhubungan dengan kehamilan
2. Berhubungan dengan kontrasepsi hormonal
2
3
Hepatitis
1. Akut
2. Karir
3. Kronik
3/4
1
1
Sirosis
1. Ringan (terkompensasi)
2. Berat (Dekompensasi)
1
4
Tumor Hati
18
1. Jinak
Hiperplasia focal nodular
Adenoma hepatocellular
2. Malignansi (hepatoma)
2
4
4
Anemia
1. Talasemia
2. Anemia bulan sabit
3. Anemia defisiensi besi
1
2
1
Interaksi dengan obat-obatan lain
1. Antiretroviral
2. Anticonvulsant
3. Antimikroba (antibiotik spektrum luas,
antifungal, antiparasit)
4. Rifamfisin
1
3
1
3
Keterangan :
Kategori 1 : Kondisi dimana tidak ada hambatan untuk
menggunakan kontrasepsi (metode kontrasepsi bisa digunakan
dalam setiap keadaan)
Kategori 2 : Kondisi dimana keuntungan menggunakan kontrasepsi
umumnya lebih besar dibandingkan resikonya (secara umum
metode kontrasepsi bisa digunakan)
Kategori 3 : Kondisi dimana resiko menggunakan kontrasepsi lebih
besar dibandingkan keuntungannya (penggunaan metode
kontrasepsi tidak direkomendasikan kecuali tidak tersedia metode
kontrasepsi lain yang cocok atau dapat diterima)
Kategori 4 : Kondisi yang menggambarkan resiko kesehatan yang
tidak dapat diterima jika metode kontrasepsi digunakan (metode
kontrasepsi tidak dapat digunakan)
Keuntungan pil oral kombinasi antara lain :11
Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektifitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari.
19
Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
Dapat digunakan sejak usia remaja hingga monopause.
Mudah dihentikan setiap saat.
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
Membantu mencegah : kanker ovarium, kanker endometrium, kista
ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara,
kelainan jinak pada payudara, dimenore, akne.
Keterbatasan pil oral kombinasi antara lain :11
Mahal dan membosankan karena digunakan setiap hari.
Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
Perdarahan atau perdarahan bercak, pada 3 bulan pertama.
Pusing.
Nyeri payudara.
Kenaikan berat badan.
Tidak boleh diberikan pada wanita menyusui, karena dapat
mengurangi ASI.
Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan
hubungan seks berkurang.
Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga
risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam
sedikit menigkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok
perlu hati-hati.
20
Tidak mencegah PMS (penyakit menular seksual)., HBV,
HIV/AIDS
Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone dalam tubuh
dapat menimbulkan beberapa gejala. Pada kelebihan hormone estrogen di
dalam tubuh dapat menimbulkan mual, nyeri kepala, peningkatan berat
badan dan nyeri pada payudara. Sedangkan pada kelebihan hormone
progesterone di dalam tubuh menimbulkan kekeringan vagina dan
depresi.2
Komplikasi penggunaan kontrasepsi kombinasi hormonal :
Pada system Sirkulasi
o Tromboemboli
o Tromboflebitis
o Stroke
o Perdarahan subaraknoid
o Hipertensi
Lain-lain
o Adenoma hepar
o Kolelitiasis
Efek samping akibat penggunaan pil kombinasi :
Mual
Breakthrough bleeding
Darah haid ê / Amenorea
Infeksi saluran kemih
Iritasi / Fluor albus
Kloasma
Sakit kepala
21
Depresi
Mastalgia
BB meningkat
Perubahan Libido
b. Pil Mini
Pil mini adalah kontrasepsi hormonal yang terdiri dari dosis
kecil progestin dan diminum tiap hari secara berkelanjutan.1
Kontrasepsi jenis ini sangat efektif (98,5%) dan cocok untuk
perempuan dalam masa laktasi dengan dosis yang rendah. Minipil
tidak memberikan efek samping estrogen dan dapat pula dipakai
sebagai kontrasepsi darurat. Efek samping utama adalah gangguan
perdarahan : perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur.2
Efektifivas tergantung pemakaian,jika dihunakan secara benar,
risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.1
Mekanisme kerja :1,7
1. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium,
2. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
3. Mengentalkan lendir servix sehingga menghambat penetrasi
sperma
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi speram
terganggung
Progestin dibagi menjadi beberapa derivate, diantaranya adalah
derivate Progesteron (Derivat-17-hydroxy-progesteron, derivate-19-
non-progesterone), Testosteron (derivate-19-nortestosterone) dan
spironolakton.2
Tabel 3. Derivat progestin2
22
Derivat Progestin Contoh
Progesteron 17-Hidroksi-
Progesteron
Chlormadinon asetat
Cyproteron asetat
Megestrol asetat
Medoxy-progesteron-
asetat
19-Nor-progesteron Nomogestrol asetat
Promogeston
Trimigeston
19-Nortestosteron Norethisteron
Lynestrenol
Norethinodrel
Levonorgestrel
Norgestimate
Dienogest
3-keto-desogestrel
Gestoden
Spironolacton Drospirenon
Pembagian lain berdasarkan generasi progestogen yang digunakan
dalam pil kontrasepsi kombinasi dibagi menjadi empat kelompok :2
Generasi pertama progestogen (norethindon)
Generasi kedua derivate norgestrel (contohnya : levonogestrel)
Generasi ketiga progestogen (contohnya : gestoden,
desogestrel, norgestimat)
Generasi terbaru progestogen, drospirenon (memiliki aktivitas
antiandrogenik dan antimineralkortikoid)
Beberapa jenis minipil yang beredar adalah seperti :2
Kemasan dengan isi 35 pil : 300 mg levonogestrel atau 350 mg
noretindron
Kemasan dengan isi 28 pil : 75 mg desogetrel
23
Minipil harus diminum setiap hari pada waktu yang sama secara
teratur. Jika lupa meminum pil atau terdapat gangguan pencernaan yang
mengganggu penyerapan pil, maka minipil harus diminum sesegera
mungkin dan harus menggunakan metode backup selama 2 hari. Jika lupa
meminum 2 pil atau lebih dalam satu baris kemasan dan tidak mengalami
menstruasi dalam 4-6 minggu, tes kehamilan harus dilakukan. Jika lupa
meminum pil lebih dari 3 jam metode backup harus dilakukan untuk 48
jam.7
Tabel 2. Kriteria Kelayakan Medis WHO dalam Penggunaan
Kontrasepsi 10
Kondisi Kategori
Karakteristik Pribadi
Umur
1. Menarke < 18 tahun
2. Usia > 40 tahun
1
2
Paritas
1. Nulipara
2. Paous
1
1
Wanita menyusui :
1. Post partum < 6 minggu
2. Post partum ≥ 6 minggu sampai < 6 bulan
3. Post partum ≥ 6 bulan
3
1
1
Postpartum (tidak menyusui)
1. < 21 hari
2. ≥ 21 hari sampai 42 hari
3. ≥ 42 hari
1
1
1
Post Aborsi :
1. Trimester pertama
2. Trimesterkedua
3. Sepsis post aborsi
1
1
1
Post kehamilan ektopik 2
24
Riwayat operasi pelvis (termasuk SC) 1
Merokok
1. Usia < 35 tahun
2. Usia ≥ 35 tahun
< 15 rokok/hari
≥ 15 rokok/hari
1
1
1
Obesitas
1. BMI ≥ 30 kg/m2
2. Menarke < 18 tahun dan BMI ≥ 30 kg/m2
2
2
Penyakit kardiovaskuler
Faktor resiko multipel penyakit kardiovaskuler (usia tua,
merokok, dm, hipertensi)
2
Hipertensi
1. Riwayat hipertensi tidak pernah dievaluasi
termasuk hipertensi dalam kehamilan
2. Hipertensi yang terkontrol adekuat
3. Kenaikan tekanan darah
Sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-
99 mmHg
Sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥110
mmHg
4. Penyakit vaskular
2
1
1
2
2
Riwayat tekanan darah tinggi dalam kehamilan 1
Trombosis Vena Dalam
1. Riwayat TVD
2. TVD`Akut
3. TVD dengan terapi antikoagulan
4. Riwayat keluarga
5. Operasi besar
Dengan immobilisasi lama
Tanpa immobilisasi lama
6. Operasi kecil tanpa immobilisasi
2
3
1
1
2
1
1
25
Gangguan Vena Superfisial
1. Varises
2. Trombosis vena superfisial
1
1
Penyakit Kardiovaskuler (Riwayat Iskemik) 2/3
Stroke 2/3
Hiperlipidemia 2/3
Penyakit jantung katup :
1. Tanpa komplikasi
2. Dengan komplikasi (hipertensi pulmonal, atrial
fibrilasi, endokarditis bakterial subakut)
1
1
Kondisi Neurologis
Nyeri Kepala
1. Non migrain (berat/ringan)
2. Migrain
Tanpa aura
Usia < 35 tahun
Usia ≥ 35 tahun
Dengan aura
1
1
1
2
Epilepsy 1
Gangguan depresi 1
Infeksi dan Kelainan Alat Reproduksi
Perdarahan Pervaginam
1. Pola irreguler dengan perdarahan berat
2. Perdarahan berat (irreguler maupun reguler)
2
2
Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
1. Sebelum evaluasi 2
Endometriosis 1
Tumor ovarium 1
Kanker endometrium 1
Dismenorea berat 1
Penyakit trofoblas gestasional 1
Neoplasma intraepitelial cervical 1
26
Kanker cervix 1
Kanker payudara
1. Massa yang tidak terdiagnosis
2. Kanker jinak payudara
3. Riwayat keluarga dengan kanker payudara
4. Kanker payudara
Saat ini
5 tahun
2
1
1
4
3
Kanker endometrium 1
Fibroma uteri
1. Tanpa gangguan cavum uteri
2. Dengan gangguan cavum uteri
1
1
Penyakit radang panggul
3. Riwayat PRP
Dengan kehamilan
Tanpa kehamilan
4. PRP saat ini
1
1
1
Penyakit menular seksual
1. Cervitis purulenta atau infeksi chlamydia atau
gonorrhea
2. HIV dan Hepatitis
3. Vaginitis(termasuk Thricomonas vaginalis dan
bacterial vaginosis)
4. Meningkatnya resiko penyakit menular seksual
1
1
1
1
HIV/AIDS
1. Resiko tinggi HIV/AIDS
2. Asymptomatic atau HIV/AIDS stage 1 atau 2
3. Severe HIV/AIDS stage 3 atau 4
1
1
1
Infeksi Lain
Skistosomiasis
3. Tanpa komplikasi
4. Fibrosis hati
1
1
27
Malaria 1
Tuberculosis
3. Non pelvis
4. Pelvis
1
1
Penyakit Endokrin dan Metabolik
Diabetes
1. Riwayat diabetes gestasional
2. Penyakit non-vaskular
Non-insulin independent
Insulin independent
3. Nefropati/retinopati/neuropati
4. Penyakit diabetes lain > 20 tahun
1
2
2
3/4
3/4
Gangguan tiroid
1. Simple goiter
2. Hipertiroid
3. Hipotiroid
1
1
1
Penyakit Gastrointestinal
Riwayat kolestasis
1. Berhubungan dengan kehamilan
2. Berhubungan dengan kontrasepsi hormonal
2
3
Hepatitis
1. Akut
2. Karir
3. Kronik
3/4
1
1
Sirosis
1. Ringan (terkompensasi)
2. Berat (Dekompensasi)
1
4
Tumor Hati
1. Jinak
Hiperplasia focal nodular
Adenoma hepatocellular
2. Malignansi (hepatoma)
2
3
3
28
Anemia
1. Talasemia
2. Anemia bulan sabit
3. Anemia defisiensi besi
1
1
1
Interaksi dengan obat-obatan lain
1. Antiretroviral
2. Anticonvulsant
3. Antimikroba (antibiotik spektrum luas,
antifungal, antiparasit)
4. Rifamfisin
1
3
1
3
Keuntungan kontrasepsi :11
Sangat efektif bila digunakan secara benar (setiap hari di waktu
yang sama)
Tidak diperlukan pemeriksaan panggul
Tidak mengganggu hubungan seksual
Tidak mempengaruhi ASI
Kesuburan cepat kembali
Nyaman dan mudah digunakan
Sedikit efek samping
Dapat dihentikan setiap saat
Tidak mengandung estrogen
Keuntungan non kontrasepsi :11
Mengurangi nyeri haid
Mengurangi jumlah darah haid
Menurunkan tingkat anemia
Mencegah kanker endometrium
Melindungi dari penyakit radang panggul
Tidak meningkatkan pembekuan darah
Dapat diberikan pada penderita endometriosis
29
Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah
Keterbatasan minipil :
Hampir 30-60% mengalami gangguan haid(perdarahan sela)
Peningkatan/penurunan berat badan
Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat
Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi(4 dari 100 kehamilan)
Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan
dengan obat epilepsi
Tidak melindungi diri dari IMS,HIV/AIDS
Hirsutisme(tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka)
Efek samping :11
Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama : haid
sedikit dan singkat, haid tidak teratur lebih dari 8 hari, haid
jarang atau tidak haid setelah setahun, haid sedikit dan
singkat, haid jarang)
Nyeri kepala
Pusing
Perubahan suasana perasaan
Perubahan berat badan (naik/turun)
Nyeri payudara
Nyeri perut
Mual
Terjadinya perubahan pola haid merupakan hal yang sering
ditemukan pada penggunaan minipil, terutama 2 atau 3 bulan pertama.
Perubahan haid tersebut umumnya bersifat sementara dan tidak sampai
mengganggu kesehatan.11
30
Kadang-kadang timbul efek samping berupa peningkatan berat
badan, kepala ringan, dan nyeri payudara. Semua efek samping ini tidak
berbahaya dan biasanya hilang dengan sendirinya.11
c. Kontrasepsi darurat
Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang digunakan untuk
mencegah kehamilan setelah senggama tanpa pelindung atau tanpa
pemakaian kontasepsi yang tepat dan konsisten sebelumnya.1
Digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang tidak terlindung
dengan kontrasepsi yang tepat dan konsisten. Semakin cepat minum pil
kontrasepsi darurat, semakin efektif. Kontrasepsi darurat sangat efektif,
dengan tingkat kehamilan < 3%.1
Indikasi kontrasepsi darurat :1
Perkosaan
Hubungan seksal tidak berproteksi
Penggunaan kontrasepsi tidak konsisten dan tidak tepat
o Kondom terlepas atau bocor
o Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat
o Pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi alamiah
dengan tepat (misalnya gagal abstinens, gagal
menggunakan metode lain saat masa subur)
o Terlanjur ejakulasi pada metode senggama terputus
o Klien lupa minum lebih dari 2 pil
o AKDR terlepas
o Klien terlambat 2 minggu lebih untuk suntikan
progesteron 3 bulanan atau terlambat 7 hari atau lebih
untuk metode suntikan kombinasi bulanan.
Efek samping :
Mual, muntah (bila terjadi dalam 2 jam pertama sesudah minum pil
pertama atau kedua, berikan dosisulangan)
31
Perdarahan/bercak
Tabel 4. Sediaan kontrasepsi darurat1
Cara Komposisi Merk
Dagang
Dosis Waktu Pemberian
Pil
kombinasi
dosis
tinggi
0,05 mg
etinil-
estradiol +
0,25 mg
levo-
norgestrel
Microgynon
50 Ovral
Neogynon
Norgiol
Eugynon
2 x 2 tablet Dalam waktu 3 hari
pasca senggama, dosis
kedua 12 jam
kemudian
Pil
kombinasi
dosis
rendah
0,03 mg
etinil-
estradiol +
0,15 mg
levo-
norgestrel
Microgynon
30
Mikrodiol
Nordette
2 x 4 tabler Dalam waktu 3 hari
pascasenggama, dosis
kedua 12 jam
kemudian
Progestin 1,5 mg
levo-
norgestrel
Postinor 2 x 1 tablet Dalam waktu 3 hari
pasca senggama, dosis
kedua 12 jam
kemudian
2. Injeksi
a. Injeksi Kombinasi
Suntikan kontrasepsi kombinasi sekali sebulan ini mengandung 25
mg medroksiprogesteron aseat dan 5 mg estradiol cypionat (Lunelle).
Suntikan dilakukan secara intramuscular setiap 28 hari. Episode
32
menstruasi terjadi pada hari 18-22 setelah penyuntikan data konsentrasi
estrogen menurun hingga > 50 pg/ml. sekitar 70% perempuan yang
menggunakan kontrasepsi ini akan mengalami episode perdarahan
setiap bulannya.2
Mekanisme kerja : menekan ovulasi, mengentalkan lendir servix
sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi pada endometrium
sehingga implantasi terganggu, dan menghambattransportasi gamet
oleh tuba.1
b. Injeksi Progestin
Kontrasepsi ini tergolong aman dan efektif. Dapat dipakai oleh
semua perempuan dalam usia reproduksi dan kembalinya kesuburan
cenderung lambat, rata-rata 4 bulan. Kontrasepsi ini cocok untuk masa
laktasi karena tidak menekan produksi ASI.2
Mekanisme kerja :mencegah ovulasi, mengentalkan lendir servix
sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan selaput rahim tipis
dan atrofi, danmenghambat transportasi gamet oleh tuba.1
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan progestin saja yaitu :2
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Deporovera) mengandung 150
mg DMPA yang diberikan 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung
200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuscular.
3. Impant
Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang atau
disisipkan di bawah kulit, efektif mencegah kehamilan dengan cara
mengalirkan secara perlahan-lahan (fluktuatif) hormon yang
dibawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh lewat
pembuluh darah.2
33
Kontrasepsi jenis ini efektif untuk 5 tahun (Norplant) dan 3
tahun (Jadena, Indoplant, atau Implanon). Implant tergolong nyaman
dan dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reprpduksi dan
masa laktasi. Untuk pemasangan dan pencabutannya memerlukan
pelatihan khusus dan kesuburan akan segera kembali setelah implant
dicabut. Efek saming utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak dan amenore.2
Beberapa jenis implant adalah :2
Norplant terdiri dari batang selastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3
Levonogestrel dengan lama kerja 5 tahun.
Implanon terdiri dari satu batang putting lentur dengan panjang
kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diiisi dengan 8 mg 3-
keto-desogetrel dengan lama kerja 3 tahun
Jadena dan Impanon terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Levonorgestrek lama kerja 3 tahun.
Keuntungan kontrasepsi :11
Daya guna tinggi
Perlindungan jangka panjang ( 3-5 tahun)
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
Tidak memerlukan pemeriksaandalam
Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengganggu kegiatan senggama
Tidak mengganggu ASI
Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhn
Keuntungan non kontrasepsi :11
Mengurangi nyeri haid
34
Mengurangi jumlah darahhaid
Mengurangi/memperbaiki anemia
Melindungi terjadinya kanker endometrium
Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul
Menurunkan angka kejadian endometriosis
Keterbatasan Implant: 11
Menimbulkan keluhan seperti : nyeri kepala,
peningkatan berat badan, perasaan mual, pusng,
perubahan mood atau kegelisahan
Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk
insersi dan pencabutan
Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi
Waktu memulai penggunaan implant adalah : 11
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai ke-7. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi
kehamilan. Bila insersi setelah hari ke-7 siklus hais, klien jangan
melakukan hubungan seksual atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
3. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal saja
diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan
seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya untuk 7
hari saja.
4. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan,
insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien
tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
5. Bila setelah 6 minggu postpartum dan telah terjadi haid kembali,
insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan
35
hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
6. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap
saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil atau klien
menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya kontrasepsi non hormonal (kecuali
AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan norplant, insersi
norplant dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak
hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
8. Bila kontrasepsi sebelumnya AKDR dank lien ingin
menggantinya dengan implant, maka norplant dapat diinsersikan
pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja dan AKDR segera dicabut.
9. Pasca keguguran, implant dapat segera diinsersikan.
4. AKDR
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) hormonal yang saat ini
beredar mengandung 25 % dari kadar hormon progestin yang
digunakan pada kontrasepsi hormonal yaitu sekitar 52 mg dengan
pelepasan 20 µg per hari. AKDR Levonogestrel efektif digunakan
selama 5 tahun. Bentuknya menyerupai AKDR copper Nova-T, namun
tanpa mengandung copper. Komponen vertikalnya mengandung 52 mg
hormone Levonogestrel sintesis. IUD dengan progesterone atau
Levonogestrel (Mirena) menghambat ovulasi menyebabkan penebalan
mucus serviks hingga menghambat penetrasi sperma, juga
menyebabkan endometrium menjadi tipis sehingga sulit terjadi
implantasi janin di endometrium dan progesteron juga menyebabkan
endometrium menjadi atrofi. Selain itu sama seperti IUD dengan
36
tembaga, Mirena juga menstimulasi pengeluaran mediator inflamasi
yang bersifat spermisidal dan ovisidal.2
Pada umumnya resikokehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam
1 tahun.1
Mekanisme kerja : AKDR dengan progestin membuat endometrium
mengalami transformasi yang irreguler, epitel atrofi sehingga
mengganggu implantasi, mencegah terjadinya pembuahan dengan
memblok bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma
yang mencapai tuba fallopi.1
5. Vaginal Ring
Kontrasepsi ini belum ada di Indonesia namun sudah mulai mendapat
lisensi di eropa dengan komposisi 15 mg Etinil estradiol + 120 mg
etonorgestrel (contohnya Nuvaring). Cincin ini terbuat dari ethylene-
vinyl-asetat ko-polimer dan berdiameter 54 mm. Cincin ini didesain
untuk pemakaian 3 minggu dengan 7 hari interval bebas cincin yang
diasosiasikan dengan pola perdarahan yang lebih superior
dibandingkan dengan pil kominasi. Untuk hal lain termasuk efektifitas,
cincin ini tidak berbeda dengan pil kombinasi.2
6. Transdermal Patch
Hanya satu kontrasepsi koyo yang saat ini ada di beberapa negara
namun tidak ada di Indonesia. Evra merupakan kontrasepsi koyo seluas
20 cm2 dan dapat mengeluarkan Etinil estradiol 20 mg +
Norelgestromin 150 mg (derivate 17-deasetilnorgestimat) per harinya.
Setiap koyo dapat bertahan selama 7 hari; 3 koyo dipake berturut-turut
diikuti dengan koyo placebo atau interval bebas pemakaian koyo pada
minggu ke empat saat perdarahan withdrawal muncul. Pada
randomized trial membandinhkan koyo dengan pil kombinasi
didapatkan tidak ada perbedaan signifikan terhadap efektifitas dari
kedua kontrasepsi. Efekifitas dapat berkurang pada perempuan dengan
37
berat badan yang lebih besar dan pola perdarahan serta efek
sampingnya sama pada perempuan yang menggunakan pil kombinasi.2
Gambar 5 . Transdermal Patch
BAB III
KESIMPULAN
1. Kontrasepsi adalah sebuah metode untuk menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur
dengan sperma
2. Berdasarkan kandungannya kontrasepi hormonal dan kontrasepsi non
hormonal.
3. Kontasepsi hormonal berupa : pil kombinasi, mini pil, injeksi kombinasi,
injek progesteron, Implant, AKDR yang mengandung progestin, vaginal
ring, transdermal patch.
38
4. Agen progesteron pada pil mensupresi sekresi luteinizing hormon (LH)
(yang nantinya akan mencegah ovulasi), sedangkan agen estrogen
mensupresi sekresi FSH (yang nantinya akan mencegah pertumbuhan
folikel dominan).
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman bagi
Tenaga Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
P.231-259
2. Hestiantoro Andon, dkk. 2015 Pemilihan Kontraseps Hormonal In :
Bagaimana Menangani Kasus Endokrinologi dan Infertilitas pada Praktek
Sehari-hari. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ; p.113-125
39
3. BKKBN. Kontrasepsi. 2012.
http://www.b kk bn-jatim.go.id/bbkbn-jatim/html online [diunduh pada
tanggal 10 september 2015]
4. Livingstone M, Fraser AS. Mechanisms of Abnormal Uterine Bleeding.
Human Reproduction Update. 2002. Vol 8 : 1, 60 – 67.
5. Menstrual Cycle Overview. Harvard – MIT Division of Health Sciences
and Technology. 2011.
6. Mtawali G, Pina M, Angle M, Murphy C. The Menstrual Cycle and It’s
Relation to Contraceptive Methods. PRIME. 1997.
7. Speroff L, Fritz M.A. Contraception. In : Clinical Gynecologyc
Endocrinology. 8thed. USA : Lippincott Williams & Wilkins, 2011
8. Winkjosastro H, Saifuddin A.B, Rachmi A. Kontrasepsi. Dalam : Ilmu
Kandungan. 3thed. Jakarta : yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo,
2009:534-63.
9. Widhi Aryanto Nugroho. 2007. Rekomendasi Praktik Pilihan untuk
Penggunaan Kontrasepsi. Jakarta : ECG Penerbit Buku Kedokteran.
10. WHO. 2015. Medical Eligibility Criteria For Contraceptive Use Fifth
Editon. P189-202 online dari : [diunduh pada tanggal 10 oktober 2015]
11. Saifuddin B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
40