Download - Refarat Ogi Fix (Autosaved)
ENDOFTALMITIS
A. Pendahuluan
Endophthalmitis adalah salah satu diagnosa yang paling berat dalam
oftalmologi. Ini merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya
terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.
Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya.(1,2)
Gangguan inflamasi intraokular serius yang mempengaruhi rongga
vitreous yang dapat diakibatkan dari penyebaran eksogen atau endogen
menginfeksi organisme ke dalam mata. Progresi dari Penyakit ini dapat
menyebabkan panophthalmitis, infiltrasi kornea, dan perforasi. Secara umum,
kejadian endophthalmitis telah menurun dalam 9 decade baru-baru ini dan,
untungnya, endophthalmitis kasus yang sudah jarang terjadi. Meskipun
demikian , tingkat keparahan jelas dan prognosis tidak jelas memerlukan
penanganan yang tepat waktu dan efektif untuk memberikan hasil visual yang
memuaskan.(2)
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu1:
10
a. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.
b. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris,
badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan
otot dapat mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot
dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot
dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang
iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan
melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
B. Definisi
Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan
intraocular, yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid
tanpa melibatkan sklera dan kapsula tenon, yang biasanya terjadi akibat
adanya infeksi.(1)
C. Epidemiologi
Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari
semua kasus endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per
10.000 pasien yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih
mungkin terinfeksi sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih
proksimal untuk mengalirkan aliran darah ke arteri karotid kanan.(3)
Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi
setelah operasi intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya
11
infeksi, endoftalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah
operasi. Di Amerika Serikat, endophthalmitis postcataract merupakan bentuk
yang paling umum, dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi yang menimbulkan
komplikasi ini, yang telah meningkat beberapa tahun terakhir. Walaupun ini
adalah persentase kecil, sejumlah besar operasi katarak yang dilakukan setiap
tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi ini lebih tinggi.(4)
Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua Insiden
cedera penetrasi okular. Insiden endoftalmitis dengan cedera yang
menyebabkan perforasi pada bola mata di pedesaan lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah perkotaan. Keterlambatan dalam perbaikan luka tembus pada
bola mata berkorelasi dengan peningkatan resiko berkembangnya
endoftalmitis. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda asing
intraokular adalah 7-31%.(3,4)
D. Etiologi
Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang
disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis
atau auto imun (non infeksi) (1,3,4):
Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat:
a. Endogen
Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur
ataupun parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara
hematogen ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya sepsis atau
endocarditis. (1,3,4)
Faktor risiko terjadinya endophthalmitis endogen terutama terkait
dengan imunosupresi atau prosedur yang meningkatkan risiko infeksi
melalui darah. Kebanyakan faktor umum termasuk penyakit
imunosupresif, seperti diabetes mellitus, infeksi HIV, kanker, gagal ginjal
yang membutuhkan dialisis, penyakit jantung, penggunaan jangka panjang
antibiotik spektrum luas, steroid dan obat-obatan imunosupresif lainnya,
12
operasi besar, terutama operasi intra – abdominal , hiperalimentasi
intravena, berdiamnya kateter intravena.(2)
Abses telah dilaporkan sebagai infeksi awal yang paling sering
ditemukan kemudian diikuti oleh pneumonia, endokarditis, infeksi
jaringan lunak, infeksi saluran kencing, meningitis , artritis septik,dan
cellulitis.(2)
Organisme penyebab endophthalmitis endogen mungkin bakteri , serta
jamur , dan jarang pada parasit. Dari Asia Timur, di mana sebagian besar
kasus endophthalmitis endogen disebabkan oleh organisme gram negatif.
Di daerah ini, Klebsiella isolat terhitung 80% sampai 90 % dari kultur. Di
Eropa dan Amerika Serikat, spesies Streptococcus, S. aureus, dan bakteri
Gram - positif lainnya meliputi dua pertiga dari bakteri kasus
endophthalmitis endogen dan isolat gram negatif yang ditemukan hanya
32 % dari cases.(2)
Peningkatan Endophthalmitis jamur telah menjadi isu di negara-
negara barat. Spesies terbanyak ialah Candida albicans diikuti oleh
Aspergillus. 85 spesies Candida adalah bagian dari flora manusia di mana
mereka ada sebagai commensals pada mukosa permukaan pernapasan ,
pencernaan , dan saluran genital perempuan. Dimana jika sistem kekebalan
tubuh terganggu organisme ini berpotensi menjadi patogen. Candida
penyebab paling umum dari infeksi jamur nosokomial.(2)
b. Eksogen
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi
sekunder / komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang
membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola
mata1,4. Beberapa kuman penyebabnya dalah staphylococcusepidermidis,
staphylococcus aureus, dan spesies streptococcus. Bakteri gram negatif
13
seperti pseudomonas, escherichia coli dan enterococcus dapat ditemukan
dari trauma tembus bola mata.(3)
c. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilakteral ataupun
bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomaosa terhadap lensa yang
mengalami ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu
penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan
tubuh tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul.
Pada tubuh terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi
antigen antibodi yang akan menimbulkan gejala endoftalmitis
fakoanafilaktik.(1)
E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier)
memberikan ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme.
Masuknya bakteri ke dalam mata terjadi karena rusaknya rintangan-rintangan
okular. Ini bisa disebabkan oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik)
atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh
substrat yang dilepaskan selama infeksi. Penetrasi melalui kornea atau sklera
mengakibatkan gangguan eksogen pada mata. Jika masuknya lewat sistem
vaskular, maka jalur endogen akan terbentuk. Setelah bakteri-bakteri
memperoleh jalan masuk ke dalam mata, proliferasi akan berlangsung dengan
cepat. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi
langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari respon
kekebalan.(1)
Vitreus bertindak sebagai media yang sangat bagus bagi pertumbuhan
bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokokus,
streptokokus, pneumokokus, pseudomonas dan bacillus cereus. Bakteri
sebagai benda asing memicu suatu respon inflamasi. Masuknya produk-
produk inflamasi menyebabkan tingginya kerusakan pada rintangan okular-
darah dan peningkatan rekrutmen sel inflamasi.
14
Kerusakan pada mata terjadi akibat rusaknya sel-sel inflamasi yang
melepaskan enzim-enzim proteilitik serta racun-racun yang dihasilkan oleh
bakteri-bakteri. Kerusakan terjadi di semua level jaringan yang berhubungan
dengan sel-sel inflamasi dan racun-racun.(5)
Endoftalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris,
retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan
okular, mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain
itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur
operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan
endoftalmitis eksogen.(5,6)
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan
objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
a. Anamnesis
Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah(1,3,4)
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai
dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena
adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka
penderita perlu di anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit
sistemik yang dideritanya. Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya
endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat
15
dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit
infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya
secara hematogen adalah meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih,
infeksi paru-paru dan pielonefritis3. untuk endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat
ditanyakan tentang adanya riwayat segala subjektif katarak yang diderita
pasien sebelumnya.(4)
b. Pemeriksaan fisik
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata
yang terkena dan derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat
ditemukan dapat berupa(4):
- Udem Palpebra Superior
- Reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Udem Kornea
- Kornea keruh
- Keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat
ataupun hilang sama sekali.
16
Gambar 1. Endoftalmitis
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca
ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam
badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik.(1)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh
sebab itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka
dapat dilakukan pemeriksaan USG mata. Dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan apakah ada benda asing dalam bola mata, menilai densitas dari
vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah mencapai retina.(4)
17
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat
spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur
memerlukan waktu 48 jam – 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari
cairan dari COA dan corpus vitreous.(3,7)
Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti
kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang
dapat menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen.
Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa:(4)
o Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.
o Foto rontgen thoraks
o USG jantung
o Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja
d. Diagnosis
Dengan mengetahui dari anamnesis dan dari pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, maka diagnosis endoftalmitis sudah dapat
ditegakkan.(4)
G. Diagnosis banding(1,4)
a. Panuveitis
Panuveitis adalah peradangan umum tidak hanya seluruh traktus uvea
tetapi juga melibatkan retina dan vitreous humor dan tidak memiliki
tempat peradangan yang predominan dimana peradangan merata pada
kamera okuli anterior, vitreus dan retina.
b. Tumor intraokuler
Tumor Intraokular adalah tumor spektrum luas yang terdiri dari lesi jinak dan
ganas yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan bahkan kematian.
Salah satunya adalah Retinoblastoma yang merupakan keganasan Intraokular
tersering pada anak. Retinoblastoma Endofitik adalah kondisi Retinoblastoma
yang tumbuh ke arah vitreous dengan menembus membrane limitan interna
18
kemudian menuju daerah sub retina sehingga memberikan gambaran vitreous
seeding.Sel Retinoblastoma ini masuk ke bilik mata depan dan Trabekular
Meshwork lalu menyebar ke kelenjar limfatik konjungtiva.Pada waktu ini
teraba pembesaran kelenjar limph servikal dan pre auricular,proptosis dapat
dijumpai pada kondisi ini.Sedangkan pada kasus Eksofitik penyebaran terjadi
keluar bola mata dengan melibatkan nervus optikus menuju dan berkembang
di daerah rongga orbita sehingga memberikan gejala Proptosis.Pada beberapa
kasus gejala biasanya tidak disadari sampai perkembangannya cukup lanjut
sehingga menimbulkan pupil putih ( Leukokoria ), Strabismus, atau
peradangan.
c. Panoftalmitis
Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera
dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi ke
dalam bola mata dapat melalui peredaran darah (endogen) atau perforasi
bola mata (eksogen), dan akibat tukak kornea perforasi.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga
lapisan mata (retina, koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan
mengakibatkan panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan peradangan pada
seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsula tenon. Selain itu, bisa
mengakibatkan penurunan visus, kebutaan dan rusaknya struktur bola mata.
Bila terjadi komplikasi, perlu dilakukan enukleasi.(1)
Berikut ini merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitis
Endoftalmitis Panoftalmitis
Radang
Demam
Sakit bola mata
Intraokular
±
Ada
Intraokular, intraorbita
+
Berat
19
Pergerakan bola mata
Eksoftalmos
Masih dapat
Tidak ada
Sakit tidak bergerak
Mata menonjol
I. Penatalaksanaan 8
Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab.
Steroid secara topikal, konjungtiva, intravitreal, atau secara sistematik,
yang digunakan untuk pengobatan semua jenis endoftalmitis.
Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi
aliran darah pada mata dan mencegah terjadinya sinekia.
Tindakan Vitrektomi.
Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi
mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin
yang dapat merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga
jarak antara ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi diberikan. Oleh
karena itu pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk
mengatasi proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak
terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat.(8)
Teknik pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai
pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme
spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang
diketahui.(9)
Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan secara
intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil. Pemberian antibiotik
dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik
yang sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada5. Antibiotik yang
dapat diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadap membran sel,
seperti golongan penicilin, Cephalosporin dengan antibiotik yang dapat
20
menghambat sintesa protein dengan reseptor ribosomal, seperti golongan
Chloramphenicol, Aminoglycosida.(3)
Teknik penanganan pada endoftalmitis (10) :
1. Needle tap
Anastesi Peribulbar
Betadine
Jarum ukuran 23 gauge (one inch)
Injeksi IOABs
2. Pars plana vitrectomy (PPV) – Transconjunctival PPV 23 or 25 gauge
Peribulbar anesthesia
Betadine prep
2 instrument approach (when view limited) vs. 3 port PPV
Inject IOABs in separate syringes
Penanganan awal yang direkomendasikan dengan antibiotik (8):
1. Endophthalmitis onset akut pasca operasi yang disebabkan bakteri:
a. Intravitreal:
1. Vancomycin 1 mg/0.1 ml
2. Ceftazidime 2.25 mg/0.1 ml or Amikacin 0.4 mg/0.1 ml
3. Dexamethasone 0. 4 mg/0.1 ml (optional)
b. Periocular (subconjunctival): Optional
1. Vancomycin 25 mg
2. Ceftazidime 100 mg
3. Dexamethasone 12 to 24 mg
c. Topikal (dilakukan pada hari pertama pasca operasi)
1. Vancomycin 25 mg/ml q 1 jam
2. Ceftazidime 50 mg/ml q 1 jam
3. Steroid Topikal and sikloplegia
21
2. Endophthalmitis onset akut pasca operasi
a. Intravitreal: (kasus bakteri)
1. Vancomycin 1.0 mg/0. 1 ml
2. Ceftazidime 2.25 mg/0.1 ml or Amikacin 0.4 mg/0.1 ml
3. Dexamethasone 0.4 mg/0. 1 ml (optional)
*(Jamur : Amphotericin 0.005 mg/0.1 ml or Voriconazole 0.1mg/0.2ml
b. Periocular (subconjunctival): Optional
1. Vancomycin 25 mg
2. Ceftazidime 100 mg
3. Dexamethasone 12 to 24 mg
c. Topikal (dilakukan pada hari pertama pasca operasi):
1. Vancomycin 25 mg/ml q 1 jam
2. Ceftazidime 50 mg/ml q 1 jam
3. Steroid Topikal and sikloplegia
3. Post-Traumatic Endophthalmitis pasca trauma:
a. Intravitreal:
1. Vancomycin 1 mg/0.1 ml
2. Ceftazidime 2.25 mg/0.1 ml or Amikacin 0.4 mg/0.1 ml)
3. Dexamethasone 0.4 mg/0.1 ml (optional)
b. Periocular (subconjunctival): Preferred
1. Vancomycin 25 mg
2. Ceftazidime 100 mg
3. Dexamethasone 12 to 24 mg
c. Topikal (dilakukan pada hari pertama pasca operasi):
1. Vancomycin 25 mg/ml q 1 jam
2. Ceftazidime 50 mg/ml q 1 jam
3. Steroid Topikal and sikloplegia
22
4. Endophthalmitis endogen yang disebabkan jamur
a. Intravitreal:
1. Amphotericin-B 0.005 mg/0.1 ml atau Voriconazole
0.1mg/0.2ml (Jika jamur resisten terhadap amphotericin)
2. Dexamethasone 0.4 mg/0.1 ml (optional)
b. Periocular (subconjunctival): Optional
1. Vancomycin 25 mg and
2. Dexamethasone 12 mg to 24 mg
c. Topikal (dilakukan pada hari pertama pasca operasi):
1. Steroid Topikal and sikloplegia
5. Endophthalmitis endogen yang disebabkan bakteri
a. Intravitreal:
1. Vancomycin 1.0 mg/0.1 ml
2. Ceftazidime 2.25 mg/0.1 ml or Amikacin 0.4 mg/0.1 ml
3. Dexamethasone 0.4 mg/0.1 ml (optional)
b. Periocular (subconjunctival): Optional
1. Vancomycin 25 mg
2. Ceftazidime 100 mg
4. Dexamethasone 12 to 24 mg
c. Topikal (dilakukan pada hari pertama pasca operasi):
1. Vancomycin 25 mg/ml q 1 jam
2. Ceftazidime 50 mg/ml q 1 jam
3. Steroid Topikal and sikloplegia
Vancomycin
Merupakan antibiotik makrolid yang efektif terhadap organism gram
positif termasuk yang resisten terhadap methicillin dan cephalosporin, dan
juga organism stafilokokkus koagulase negative. (11)
23
Ceftazidime
Chepalosporin generasi ke 3, merupakan bakterisid organisme gram
negatif termasuk pseudomonas. (11)
Amikacin
Efektif terhadap organisme gram negatif yang resisten dengan
aminoglikosida. Toksisitas yang kurang daripada gentamisin. (11)
Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila respon pasien setelah
pemberian antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak ada. ataupun dalam
keadaan imunitas yang buruk. Obat-obatan yang dapat diberikan antara lain:
Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi
yang disertai eksudet dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek
ini penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah
inflamasi, dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus
berlanjut. Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih
kontroversi walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang
memuaskan dari pemberian Dexamethason dalam menghambat reaksi
inflamasi dan reaksi imun abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas
pada mata3. Dexamethason dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis
400ug dan 1 mg secara intraokular sebagai profilaksis.(3)
Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana, yang
bertujuan untuk mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan enzim
proteolitiknya yang berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik
dan mengeluarkan membran siklitik yang terbentuk, yang potensial
menimbulkan ablasi, serta mengembalikan kejernihan vitreous.(7)
24
Gambar 2. Ilustrasi dari vitrektomi
Gambar 3. Vitrektomi
25
I. Prognosis
Endoftalmitis endogen lebih buruk daripada endoftalmitis eksogen. Karena
berhubungan dengan tipe organisme yang berhubungan (tingkat virulensi,
organisme, daya tahan tubuh penderita dan keterlambatan diagnosis)
Endoftalmitis yang diterapi dengan vitrektomi 74% pasien mendapatkan
perbaikan visus sampai 6/30.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI,
2006. hal. 175-8.
2. Kernt M, Kampik A. Endophthalmitis: Pathogenesis, clinical presentation,
management, and perspectives. 2010. Clinical Ophthalmology 2010:4 121–
135.
3. Ilyas, S.H., Mailangkay, T.H. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter dan
Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-2, Jakarta, CV. Sagung Seto, 2002. hal. 98-
101.
4. Egan J Daniel. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal
24Februari 2014.
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta :
Widya Medika
6. Hanscom TA. Postoperative endophtalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6
7. Khurana A. K.. Comprehensive Ophtalmology. Edisi 4. New Delhi, New Age
International (P) Limited, 2007. Hal 150-154
8. American Academy of Ophtalmology. Basic Science and Course. Section 9:
Intraocular Inflamtion and Uveitis. 2011-2012. Hal 269 – 280
9. Lang. G. Opthalmology. Edisi 2. 2006. New York. Thieme. Hal 295 - 298
10. Flynn Jr, HW. Recognition, treatment and prevention of endophthalmitis.
2010. University of Miami School of Medicine.
11. Vidyashankar B, Arora S, Singal R, Shahnawaz K, Motwane SS. Medical
treatment of endophthalmitis. 2001. Journal of the Bombay Ophthalmologists’
Association Vol. 11 No.2.
27