Download - refleksi
REFLEKSI KASUS
1. PENGALAMAN
Seorang perempuan usia 17 tahun datang ke Poli THT dengan keluhan
nyeri tenggorok sejak 1 minggu yang lalu. Tenggorokan terasa kering,
mengganjal ,dan terasa nyeri saat menelan. Pasien juga mengeluh badan
gampang lesu dan nafsu makan berkurang. Awalnya pasien sudah sering
merasa sakit tenggorokan sejak ± 3 bulan yang lalu tetapi sering hilang timbul.
Suara sering serak, batuk pilek dan mengeluh mudah demam yang sifatnya
hilang timbul. Menurut keluarga, pasien sering mendengkur saat tidur.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos
mentis. Pemeriksaan vital sign N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 36,8 ºC.
Pada status lokalis THT memperlihatkan adanya pembesaran tonsil ( T4-T4 ),
permukaan tidak rata, kripta melebar, dan dendritus (+).
2. MASALAH YANG DIKAJI
Apa saja penyebab sumber infeksi dari tonsilitis dan komplikasi akibat infeksi
fokal pada tonsilitis ?
3. PEMBAHASAN
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin Waldayer. Cincin Waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat pada rongga mulut, yaitu: tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina,
tonsil lingual, tonsil tuba Eustachius ( Gerlach Tonsil ).
Patogenesis tonsilitis episode tunggal masih belum jelas.Diperkirakan
akibat obstruksi kripta tonsil, sehingga mengakibatkan terjadi multiplikasi
bakteri patogen yang dalam jumlah kecil didapatkan dalam kripta tonsil yang
normal. Pendapat lain patogenesis terjadinya infeksi pada tonsil berhubungan
erat dengan lokasi maupun fungsi tonsil sebagai pertahanan tubuh terdepan.
1
Antigen baik inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil
terjadi perlawanan tubuh dan kemudian terbentuk fokus infeksi.
Peradangan akut pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus
seperti adenovirus, virus EpsteinBarr, influenza, para influenza, herpes
simpleks, virus papiloma. Peradangan oleh virus yang tumbuh di membran
mukosa kemudian diikuti oleh infeksi bakteri. Keadaan ini akan semakin berat
jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus sebelumnya.
Tonsilitis akut yang disebabkan oleh bakteri ini disebut peradangan lokal
primer.
Setelah terjadi serangan tonsilitis akut ini tonsil akan benar-benar
sembuh atau bahkan tidak dapat kembali sehat seperti semula. Penyembuhan
yang tidak sempurna akan menyebabkan peradangan ringan pada tonsil.
Apabila keadaan ini menetap atau berulang, bakteri patogen akan bersarang di
dalam tonsil dan terjadi peradangan yang kronis. Infeksi pada tonsil dapat
terjadi akut, kronis dan tonsilitis akut berulang.
Tonsilitis berdasarkan penyebabnya :
a. Tonsilitis Viral
Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang disertai
rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus Epstein
Barr. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif.
Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut
akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri
dirasakan pasien.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β
hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus
viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel
jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut
dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak
2
detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis
lakunaris.
c. Tonsilitis Membranosa
- Tonsilitis Difteri
Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne
bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-
anak berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5
tahun.
- Tonsilitis Septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang
terdapat dalam susu sapi.
- Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa )
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema
yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang
dan defisiensi vitamin C.
- Penyakit Kelainan Darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran
semu. Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa
mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.
d. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
Komplikasi pada Tonsilitis :
Komplikasi secara kontinuitatum kedaerah sekitar berupa rhinitis
kronis, sinusitis dan otitis media. Komplikasi secara hematogen atau
limfogen ke organ yang jauh dari tonsil seperti endokarditis, arthiritis,
miositis, uveitis, nefritis, dermatitis, urtikari, furunkolitis,dll.
3
Akibat hipertrofi tonsil pasien akan bernapas melalui mulut, tidur
mendengkur, dan gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang
dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome.
a) Abses Peritonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum
mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan
biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
b) Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat
mengarah pada ruptur spontan gendang telinga
c) Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid
d) Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang
membentuk larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang
disebabkan bisa karena virus, bakteri, lingkungan, maupun karena
alergi
e) Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua
atau lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu
rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari
membran mukosa.
f) Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal
dan nasopharynx
4
4. DOKUMENTASI
a. Identitas Pasien
Nama : Nn. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 17 tahun
Alamat : Klinoman RT 1 RW 8 Kupen
Status : belum menikah
b. Anamnesis
- Keluhan Utama
Nyeri tenggorok sejak 1 minggu yang lalu
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorok sejak 1 minggu yang
lalu. Tenggorokan terasa kering, mengganjal ,dan terasa nyeri saat
menelan. Pasien juga mengeluh badan gampang lesu dan nafsu makan
berkurang. Awalnya pasien sudah sering merasa sakit tenggorokan
sejak ± 3 bulan yang lalu tetapi sering hilang timbul. Suara sering
serak, batuk pilek dan mengeluh mudah demam yang sifatnya hilang
timbul. Menurut keluarga, pasien sering mendengkur saat tidur.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan yang sama dirasakan 3 bulan yang lalu, riwayat batuk pilek
panas berulang (+), riwayat trauma (-)
- Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5
5
Vital Sign :
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,80 C
Kepala : Normocephal
Mata : CA (-/-), SI (-/-), Pupil isokor, reflex cahaya (+/+)
Mulut : bibir sianosis (-), mukosa pucat (-), lembab (+)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran thyroid (-)
Status Lokalis THT
Telinga
- AD/AS : bentuk dan ukuran normal (+/+), nteri tragus (-/-),
nyeri mastoid (-/-), hematom (-/-), edema (-/-)
- Canalis aurikularis : serumen (+/+), hiperemis (-/-), otorrhoe
(-/-), membran timpani tampak intake (+/+)
Hidung
- Deformitas (-/-), deviasi septum nasi (-/-), nyeri tekan (-/-),
krepitasi (-/-), edema (-/-)
- ND/NS : mukosa hiperemis (-/-), edema concha (-/-), massa
(-/-), discharge (-/-)
Tenggorokan
- Trakea letak sentral, glandula tiroid tidak teraba, limfonodi
servikalis anterior tidak teraba, masa (-), nyeri (-)
- Cavum oris : mukosa mulut normal, lidah kotor (-), lidah
mobile (+), uvula sentral (+), masa (-)
- Tonsil : pembesaran tonsil ( T4 – T4 ), permukaan tidak rata,
krypta melebar, dendritus (+), hiperemis (-), abses peritonsil
(-)
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah rutin dalam batas normal
6
Foto thoraks : cor dan paru dalam batas normal
e. Diagnosis
Tonsilitis kronis
f. Terapi
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu dilakukan tonsilektomi.
Medikamentosa Pre operasi :
Infus tutofusin ops 16 tpm
Inj. Cepim 500 mg iv
Inj. Kalnex 250 mg iv
7
DAFTAR PUSTAKA
Adam GL. Penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring. Dalam: Adam GL, Boies
LR Jr, Higler PA editors. Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi Bahasa
Indonesia, Alih bahasa Wijaya C. Jakarta EGC.1997; 320-55.
Jawetz, Melnick & Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 23. Alih bahasa:
Hartarto H dkk. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007: 225-73.
Kurien M, Stanis A, Job A, Brahmadathan, Thomas K. Throat swab in the chronic
tonsillitis: How reliable and valid is it. Singapore med j 2000;4(7):324-6.
Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Edis 6. Balai Penerbit
FKUI Jakarta 2008:h.217-25.
8