Download - refrat anak suryani
REFRAT
PNEUMONIA PADA BAYI
Oleh :
suryaniJ500 070 008
PEMBIMBING
dr. EKO JAENUDIN, Sp.A
KEPANITERAAN ILMU ANAK
RSUD DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru.
Sebagian besar disebabkan oleh mikrooorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi,radiasi,dll). Pada
pneumonia yang disebabkan oleh kuman, menjadi oertanyaan penting
adalah penyebab dari pneumonia ( virus atau bakteri).pneumonia
seringkali dipercaya diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami
komplikasi infeksi bakteri. Secara klinis, pada anak sulit membedakan
pneumonia bakterial dengan pneumonia viral. Demikian pula pemeriksaan
radiologis dan laboratorium tidak menunjukkan perbedaan nyata.namun
sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa pneumonia bakterial awitannya
cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, leukositosis dan perubahan
nyata pada pemeriksaan radiologis 1
B. Etiologi
Sebagian besar pneumonia adalah mikroorganisme (virus,bakteri ).
Sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon 9 minyak tanah,
bensin atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
lambung ke dalam saluran pernapasan ( aspirasi )
Berbagai penyebab pneumonia tersebut dikelompokkan
berdasarkan golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang
menyertainya ( komplikasi). Mikroorganisme tersering penyebab
pneumonia adalah virus terutama respiratory syndal virus (RSV) yang
2
mencapai 40%. Sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama
streptococus pneumoniae dan hemophylus influenza tipe b
Awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet),
kemudian terjadi penyebaran mikroorganisme dan saluran nafas bagian
atass ke jaringan (parenkim)paru-paru dan sebagian kecil karena
penyebaran melalui aliran darah ( setowulan,2000)
Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia
menurut depkes RI (2004) antara lain :
a. Status gizi bayi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan
oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian
status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
antropometri serta biokimia dan riwayat diet ( beck.2000:1)
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan kartu menuju sehat
adalah :
1) Gizi lebih
2) Gizi baik
3) Gizi kurang
4) Gizi buruk
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah
ketuban pecah dini dan persalinan preterm (setiowulan,2000)
c. Kondisi sosial ekonomi orangtua
Kemampuan orangtua dalam menyediakan lingkungan tumbuh yang
sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya
pneumonia. Klasifikasi kesejahteraan keluarga adalah
1) Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
3
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota,
serta antara keluarga dengan masyrakat dan lingkungan.
2) Keluarga sejahtera yaitu keluarga yang kondisi ekonominya baru
bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum
mampu memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.
3) Keluarga pra sejahtera yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan
agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal 2
kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah,
dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari
tanah , dan belum mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern
(BKKBN,2002)
d. Lingkungan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap terjadinya
pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara di rumah dan lingkungan
perumahan yang padat (www.infokes.com)
e. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi.
Bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh
yang lebh baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara
ekslusif.
C. klasifikasi pneumonia
Program pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasikan
pneumonia sebagai berikut :
a. Pneumonia berat
Ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam
(chest indrawing)
b. Pneumonia
Ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat
c. Bukan pneumonia
4
Ditandai secara klinis oleh batuk pilek disertai demam, tanpa tarikan
dinding ke dalam tanpa nafas cepat. Rinofaringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia (rasmailah,2004)
D. tanda dan gejala
Tanda-tanda pneumonia sangat bervariasi, tergolong golongan umur,
mikroorganisme penyebab, kekebalan tubuh (imunologis) dan berat ringannya
penyakit
Pada umumnya diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri
tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin tinggi, batuk makin
hebat, pernapasan cepat(takipneu), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak nafas dan
penderita menjadi kebiruan ( sianosis).
Pada bayi usia dibawah 1 tahun, tanda-tanda pneumonia tidak spesifik,
tidak selalu ditemukan demam dan batuk
Selain tanda-tanda diatas, WHO telah menggunakan penghitungan
frekuensi nafas per menit berdasarkan golongan umur sebagai salah satu pedoman
untuk memudahkan diagnosa pneumonia, terutama di institusi pelayanan
kesehatandasar (setiwulan,2000)
Pedoman perhitungan frekuensi nafas ( WHO )
Umur anak Nafas normal Takipnea ( nafas cepat)
0 – 2 bulan 30 – 50 per menit Sama atau > 60 x / menit
2 – 12 bulan 25 – 40 per menit Sama atau >50 x / menit
E. Etiologi
5
usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Lahir - 20 hari Bakteri Bakteri
E. coli Bakteri an aerob
Streptococus grup B Streptococus grup D
Listeria monocytogenes Haemophylus influenza
Streptococus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Virus herpes simpleks
3 minggu- 3 bulan Bakteri Bakteri
Chlamidia trachomatis Haemophylus influenza
tipe B
Streptococus pneumoniae Bordetela pertusis
Virus Moraxella catharalis
Virus adeno Staphylococus aureus
Virus influenza Ureaplasma urealyticum
virus parainfluenza 1,2,3 Virus
RSV Virus sitomegalo
Antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat memotong perjalanan
penyakit, sehingga stadium khas yang telah diuraikan sebelumnya tidak terjadi.
Beberapa bakteri tertentu sering menimbulkan gambaran patologis tertentu bila
dibandingkan dengan bakteri lain. Infeksi streptococus pneumoniae biasanya
bermanifestasi sebagai bercak-bercak konsolidasi merata di seluruh lapangan paru
( bronkopneumonia ). Pneumotokel atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh
Staphylococus aureus menghasilkan berbagai toksin dan enzim seperti hemolisin,
lekosidin, stafilokinase, dan koagulase. Toksin dan enzimini menyebabkan
nekrosis, pendarahan, dan kavitasi. Koagulase berinteraksi dengan faktor plasma
dan menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin,
sehingga terjadi eksudat fibrinopurulen. Terdapat korelasi antara produksi 6
koagulaswe dan virulensi kuman. Stapylococus yang tidak menghasilkan
koagulase penyakit yang kuman. Pneumotokel dapat menetap hingga berbulan-
bulan teta[i biasanya tidak memerlukan tetapi lebih lanjut.
F. Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi.Meskipun lebih dari
seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit
dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus.Penyebab paling
sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan
infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.
1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.Biasanya virus
masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut
dan hidung.setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini
sering menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau
melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis.Ketika sistem imun
merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah
putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat
cairan masuk ke dalam alveoli.Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam
alveoli mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah.
Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ
lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat
membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia
karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang disebabkan
oleh virus.
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di
udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah
ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.Banyak bakteri hidup pada bagian
atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan
7
mudah dihirup menuju alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga
penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang
adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan
membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan
cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.Hal ini menyebabkan
demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri
dan jamur.Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi
alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah
menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan
tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti
otak,ginjal,dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru
dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan
empyema.(fransisca)
F. Manifestasi klinis
Pneumonia pada neonatus sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu anak
yang berhubungan dengan proses persalinan. Infeksi terjadi akibat kontaminasi
dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan
amnion atau dari serviks ibu. Infeksi dapat berasal dari kontaminasi dengan
sumber infeksi dari RS ( hospital acquired pneumonia), misalnya darin perawat,
dokter, atau pasien lain, atau dari alat- alat kedokteran misalnya penggunaan
ventilator. Disamping itu, infeksi dapat terjadi akibat kontaminasi dengan sumber
infeksi dari masyarakat ( comunity acquired pneumonia)
Spektrum etiologi pneumonia neonatus meliputi streptococus grup B,
Chlamidia trachomatis dan bakteri gram negatif seperti bakteri E. Coli,
pseudomonas, atau klebsiela. Disamping bakteri utama penyebab pneumonia yaitu
streptococus pneumoniae, haemophyilus influenzae tipe B, dan Staphylococus
aureus. Oleh karena itu pengobatannya meliputi antibiotik yang sensitif terhadap
semua kelompok bakteri tersebut, misalnya kombinasi bakteri beta laktam dan
8
amikasin kecuali bila divurigai adanya infeksi Chlamydia tracomatis yang tidak
responsif terhadap antibiotik beta laktam.
Penularan trans placenta juga terjadi dengan mikroorganisme toksoplasma,
rubela, virus sitomegalo, dan herpes simpleks ( TORCH), varisela zoozter, dan
Listeria monocytogenes. Selain itu, RSV, virus adeno, virus parainfluenza, virus
rino dan virus entero dapat juga menimbulkan pneumonia.suatu penelitian
melaporkan bahwa 25 % infeksi virus adeno pada bayi bersamaan dengan infeksi
RSV dan virus parainfluenza dan 67% bersamaan dengan infeksi bakteri
haemophylus influenza , streptococus pneumoniae atau chlamidia trachomatis.
Prognosis infeksi virus adeno pada neonatus sangat buruk karena sering
terjadi sepsis.
Gambaran klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup
serangan apnea, sianosis, merintih, nafas cuping hidung, takipnea, letargi, muntah,
tidak mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi sub kosta dan demam. Pada
bayi BBLR sering terjadi hipotermi.gambaran klinis tersebut sulit dibedakan
dengan sepsis atau meningitis. Sepsis pada pneumonia neonatus dan bayi kecil
sering ditemukan 48 jam pertama. Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju
yaitu dilaporkan 20-50%. Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang
lainnya diduga lebih tinggi. Oleh karena itu, setiap kemungkinan adanya
pneumonia pada neonatus dan bayi kecil berusia dibawah 2 bulan harus segera
dirawat di RS.
Infeksi oleh Clamidia trachomatis merupakan infeksi perinatal dan dapat
menyebabkan pneumonia pada bayi berusia dibawah 2 bulan. Umumnya bayi
mendapat infeksi dari ibu pada masa persalinan. Port d’entree infeksi meliputi
mata, nasofaring, saluran respioratori dan vagina. Gejala baru timbul pada usia 4 -
12 minggu, pada beberapa kasus dilaporkan terjadi pada usia 2 minggu, tetapi
jarang setelah usia 4 bulan. Awitan gejala timbul perlahan – lahan dan dapat
berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Gejala umumnya
berupa gejala infeksi respiratori ringan-sedang, ditandai dengan batuk staccato
( inspirasi diantara sekali batuk ) kadang- kadang disertai muntah, umumnya
pasien tidak demam. Pada pasien seprti ini, panduan tatalaksana adalah berobat
9
jalan dengan terapi makrolidoral dan observasi yang ketat. Lebih kurang 30% dari
infeksi Chlamidia trachomatis berkembang menjadi pneumonia berat, dikenal
juga sebagai sindrom pneumonitis dan memerlukan perawatan. Gejala klinis
meliputi ronki atau mengi, takipnea dan sianosis. Gambaran foto rontgen thoraks
tidak khas. Umumnya terlihat tanda – tanda hiperinflasi bilateral dengan berbagai
bentuk infiltrat difus, seperti infiltrat intertisiil, retikulonoduler, atelektasis,
bronkopneumonia dan gambaran milier. Antibiotik pilihan adalahmakrolid
intravena.
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis
sesuai dengan tanda dan gejala di sertai dengan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi / serologi sehingga WHO
mengajukan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang lebih sederhana.
Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan atas :
1. Pneumonia Sangat Berat
1) Terdapat tanda bahaya umum
a. Tidak bisa minum
b. Selalu muntah
c. Kejang
d. Tampak letargi
2) Stridor
3) Tarikan dinding dada ke dalam
2. Pneumonia
1) Bila tidak ada retraksi
2) Bila nafas cepat yaitu :
a. Bayi : 2 bulan ® ³ 60 x/mnt
b. Anak 2 bulan-1 tahun : ® ³ 50 x/mnt
3. Bukan pneumonia
Hanya batuk tanpa di sertai gejala seperti di atas( Kapita Selekta Kedokteran Jilid
2. 2000 )
10
G. penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan kepada pemberantasan mikroorganisme
penyebabnya. Walaupun adakalanya tidak diperlukan antibiotika jika
penyebabnya adalah virus. Namun untuk daerah yang tidak memiliki fasilitas
biakan mikroorganisme akan menjadi masalah tersendiri mengingat perjalanan
penyakit berlangsung cepat. Sedangkan di sisi lain ada kesulitan membedakan
penyebab antara virus dan bakteri. Selain itu, masih dimungkinkan adanya
keterlibatan infeksi sekunder oleh bakteri.
Oleh karena itu, antibiotika diberikan jika penderita telah ditetapkan
sebagai pneumonia. Ini sejalan dengan kebijakan Depkes RI ( sejak tahun 1995,
melalui program quality assurance ) yang memberlakukan penatalaksanaan
pneumonia bagi puskesmas di seluruh indonesia.
Masalah lain dalam hal perawatan penderita pneumonia adalah
terbatasnya akses pelayanan karena faktor geografis. Lokasi yang berjauhan dan
belum meratanya akses transportasi tentu menyulitkan perawatan manakala
penderita pneumonia memerlukan perawatan lanjutan ( rujukan) ( setiowulan,
2000)
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang
menderita pneumonia antara lain :
a. mengatasi demam
untuk anak usia 2 bulan – 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam
harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu
2 hari . cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih,dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es)
b. mengatasi batuk
11
dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap atau madu
setengah sendok teh. Diberikan tiga kali sehari
c. pemberian makan
usahakan pemberian cairan lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak. kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang
diderita.
d. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan dirumah, keadaan anak memburuk, maka
dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan. Untuk
penderita yang mendapat obat antibiotik. Selain tindakan diatas usahakan
agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari
penuh. Untuk penderita yang mendapat antibiotik, usahakan agar setelah 2
hari, anak dibawa kembali ke petugas kesaehatan untuk pemeriksaan ulang
( rasmailah, 2004 )
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena
tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotik
dipilih berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotik
empiris didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan
mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor
epidemiologis.
1. Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik line pertama
secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia
ringan berobat jalan, dapat diberikan antibiotik tunggal oral dengan
12
efektivitas yang mencapai 90%. Penelitian multisenter di Pakistan
menemukan bahwa pada pneumonia rawat jalan, pemberian amoksisilin
2. Pneumonia rawat inap
Pilihan antibiotik line pertama dapat menggunakan antibiotik golongan
beta laktam atau klorampenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif
terhadap beta laktam dan klorampenikol dapat diberikan antibiotik lain
seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin sesuai dengan petunjuk
etiologi yang ditemukan. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari
pada pasien pneumonia tanpa komplikasi mskipun tidak ada studi kontrol
mengenai lama terapi antibiotik yang optimal
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus
dimulai sesegera mungkin. Oleh karena pada neonatus dan bayi kecil
sering terjadi sepsis dan meningitis, antibiotik yang direkomendasikan
adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat
dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga. Bila keadaan
sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari
J. Komplikasi ( nelson )
1. Komplikasi intra pulmoner
abses paru, empiema, efusi pleura,atelektasis
2. komplikasi ekstra pulmoner
komplikasi paling sering dan paling berat yaitu Cor pulmonal sub akutum dan
gagal nafas
kelainan jantung akibat dari berbagai hal. Pada prinsipnya disebabkan
peningkatan tahanan vaskuler paru. Hipertrofi ventrikel kanan dengan atau tanpa
kegagalan jantung kanan yang sering terjadi akibat kelainan primer paru.
Diagnosa CPSA ditegakkan dengan tanda frekuensi nafas >60 x/menit, denyut
jantung >160 x/menit, hepatomegali dengan tepi tumpul
H. Pencegahan
13
Mengingat pneumonia adalah penyakit bereiko tinggi yang tanda awalnya
sangat mirip dengan flu, alangkah baiknya pada orangtua tetap waspada dengan
memperhatikan tips berikut :
a. Menghindarkan bayi dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat
keramaian yang berpotensi penularan
b. Menghindari bayi dengan kontak dengan penderita ISPA
c. Membiasakan pemberian ASI
d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batu, pilek.
Terlebih jika disertai suara serak, sesak nafas dan adanya tarikan pada otot
rusuk (retraksi)
e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan.
Segera ke RS jika kondisi memburuk
f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus
Influenza, vaksin pneumococal heptavalen( mencegah IPD = invasive
pneumococal disease) dan vaksinasi influenza pada anak resiko tinggi,
terutama usia 6-23 bulan. Tetapi harganya mahal
g. Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :
1) Memiliki luas ventilasi sebesar 12-20% dari luas lantai
2) Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar
20%
3) Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran misalanya pabrik ,
tempat pembakaran dan tempat penampungan sampah sementara
maupun akhir (menkes,1999)
I. Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di
turunkan sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein
dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
1.
16