Download - refrat ansietas(3)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan ansietas dan gangguan depresi menjadi target dan masalah kesehatan yang
penting untuk dicegah, karena onsetnya yang cepat, dapat menetap sampai dewasa dan comorbid
dengan masalah kesehatan lain.1 Dikatakan bahwa gangguan ansietas dan gangguan depresi
umumnya terjadi pada masa anak dan remaja, bervariasi tergantung dari kelompok umur dan
makin meningkat dengan bertambahnya umur.2 Lebih dari 150 juta orang menderita depresi saat
ini dan hampir 1 juta remaja melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Studi epidemiologi
melaporkan bahwa prevalensi gangguan ansietas dan gangguan depresi pada anak dan remaja
bervariasi yaitu berkisar antara 2.6% sampai 41.2%.3 Diagnostic Interview Schedule for
Children (DISC) dan Asian/Pacific Islander Adolescents menyatakan bahwa prevalensi
gangguan ansietas secara keseluruhan rata-rata 9.1% pada remaja di Asia Pasifik.1
Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi disertai dengan gejala somatik yang menandakan adanya aktivitas yang
berlebihan dari susunan saraf pusat autonomik, sedangkan depresi adalah suatu keadaan
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala
penyertanya seperti gangguan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa
putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.2
Anak-anak dengan gangguan ansietas dapat menimbulkan dampak terhadap prestasi
akademik dan aspek sosial lainnya dari kehidupan sekolah sehingga cukup mengganggu aktivitas
anak sehari-hari.5 Anak akan merasa tegang atau khawatir, mudah lelah, mempunyai kesulitan
berkonsentrasi dan adanya gangguan tidur. Gangguan ini biasanya muncul pada pertengahan
remaja sampai pertengahan usia 20-an dan dua kali lebih banyak dijumpai pada anak perempuan
dibanding anak laki-laki.2
1.2. Rumusan Masalah
Referat ini membahas mengenai ansietas pada anak.
1.3 Tujuan Penulisan
1
Referat ini bertujuan untuk mempelajari dan meningkatkan pemahaman tentang ansietas pada
anak.
1.4 Metode Penulisan
Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk dari berbagai literatur.
1.5 Manfaat Penulisan
Referat ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang
ansietas pada anak anak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi
2.1.1.Gangguan Ansietas
Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada anak dan remaja.
Ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang
buruk akan segera terjadi. Ansietas merupakan suatu fenomena kompleks yang menandakan
adanya dinamika kehidupan dan bagian dari proses psikis yang memberikan isyarat fisik dan
mental bahwa terdapat perubahan internal dan eksternal.3
Ansietas dapat terjadi pada keadaan normal bila secara tiba-tiba berhadapan dengan
keadaan bahaya, menghadapi ujian / tantangan dan kadang-kadang terjadi bila bertemu dengan
orang yang kita takuti. Gangguan ansietas ditandai dengan gejala fisik seperti kecemasan
(khawatir akan nasib buruk), sulit konsentrasi, ketegangan motorik, gelisah, gemetar, renjatan,
rasa goyah, sakit perut, punggung dan kepala, ketegangan otot, mudah lelah, berkeringat, tangan
terasa dingin, dan sebagainya.3,4
2.1.2. Gangguan Depresi
Depresi adalah gangguan mood (keadaan emosional internal yang meresap dari
seseorang) dan sering terdapat dalam masyarakat, tidak memandang suku maupun ras. 18
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke-3 (PPDGJ III) di Indonesia
mengklasifikasikan gangguan depresi atas episode depresif dan gangguan depresif berulang.
Menurut PPDGJ III, depresi adalah gangguan yang memiliki karakteristik : 5
a. Gejala utama
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah dan
berkurangnya aktivitas
b. Gejala lainnya
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri, dan kepercayaan diri berkurang
3
- Adanya perasaan bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan suram dan pesimis
- Perbuatan atau gagasan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang.
Biasanya diperlukan waktu sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan diagnosis.
Salah satu mekanisme terjadinya depresi adalah mekanisme kolinergik. Berdasarkan
hipotesis kolinergik terjadinya peningkatan asetilkolin otak berhubungan dengan depresi. Pada
depresi terjadi peningkatan asetilkolin yang mengakibatkan hipersimpatotonik sistem
gastrointestinal yang akan menimbulkan peningkatan peristaltik dan sekresi asam lambung yang
dapat menyebabkan hiperasiditas lambung, kolik, vomitus dan sebagian besar menyebabkan
gejala-gejala gastritis dan ulkus.5
Gangguan ansietas umumnya terjadi bersamaan dengan gangguan depresi dan banyak
juga gangguan depresi terjadi bersamaan dengan gangguan ansietas, sehingga sampai saat ini
hubungan antara gangguan ansietas dan gangguan depresi masih sering diperdebatkan.
Ketakutan pergi ke sekolah dan sikap overprotektif dari orang tua dapat menjadi suatu gejala
depresi pada anak.
2.2. Epidemiologi
Sebanyak duapertiga gangguan depresi memiliki gejala ansietas yang menonjol, dan
sepertiga mungkin memenuhi kriteria gangguan cemas. Dikatakan bahwa gangguan ansietas
biasanya lebih banyak dibandingkan dengan gangguan depresi.2,3
Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki, walaupun
kurangnya diagnosis gangguan cemas pada laki-laki mungkin berperan dalam distribusi yang
tidak sama tersebut. Perbedaan antara kelompok Hiscemas, kulit putih non-Hiscemas, dan kulit
hitam adalah sangat kecil. Faktor sosial satu-satunya yang dikenali berperan dalam
perkembangan gangguan cemas adalah riwayat perceraian atau perpisahan yang belum lama.
Sebagai contohnya. gangguan cemas telah dilaporkan terjadi pada anak-anak dan remaja. dan
kemungkinan kurang diagnosis pada mereka.1,2
Survei terkini di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang datang
berobat ke dokter non psikiater merupakan pasien dengan gangguan mental. Dari jumlah tersebut
4
minimal sepertiganya menderita gangguan kecemasan. Di Indonesia penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas
jumlah gangguan kesehatan jiwa yang sering muncul sebagai gangguan fisik adalah 28,73%
untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.
2.3 Etiologi
Penyebab pasti gangguan kecemasan tidak diketahui, banyak gangguan ini disebabkan
oleh kombinasi faktor, termasuk perubahan di otak dan stres lingkungan. Seperti penyakit
tertentu, seperti diabetes, gangguan kecemasan dapat disebabkan oleh ketidak seimbangan kimia
dalam tubuh. Penelitian telah menunjukkan bahwa stres berat atau jangka panjang dapat
mengubah keseimbangan kimia dalam otak yang mengendalikan mood. Penelitian lain
menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kecemasan tertentu memiliki perubahan struktur
otak tertentu yang mengontrol memori atau mood. Selain itu, penelitian telah menunjukkan
bahwa gangguan kecemasan dalam keluarga, yang berarti bahwa mereka dapat diwariskan dari
satu atau kedua orang tuanya, seperti warna rambut atau mata. Selain itu, faktor lingkungan
tertentu - seperti trauma atau peristiwa penting - dapat memicu gangguan kecemasan pada orang
yang memiliki kerentanan diwariskan kepada mengembangkan kekacauan.6
Faktor Biologis
Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan cemas telah menghasilkan berbagai
temuan; satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan cemas dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian
lainnya telah menghasilkan hipotesis yang melibatkan disregulasi system saraf perifer dan pusat
di dalam patofisiologi gangguan cemas. Sistem saraf otonomik pada beberapa pasien gangguan
cemas telah dilaporkan menunjukkan peningkatan tonus simpatik, beradaptasi secara lambat
terhadap stimuli yang berulang, dan berespon secara berlebihan terhadap stimuli yang sedang.
Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah norepinefrin, serotonin, dan gamma-
aminobutyric acid (GABA).
5
Faktor Genetika
Bahwa gangguan ini memiliki komponen genetika yang jelas. Angka prevalensi tinggi
pada anak dengan orang tua yang menderita gangguan cemas. Berbagai penelitian telah
menemukan adanya peningkatan resiko gangguan cemas sebesar 4-8 kali lipat pada sanak
saudara derajat pertama pasien dengan gangguan cemas dibandingkan dengan sanak saudara
derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya. Demikian juga pada kembar
monozigot.
Faktor Psikososial
Baik teori kognitif perilaku dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan
patogenesis gangguan cemas dan agoraphobia. Teori kognitif perilaku menyatakan bahwa
kecemasan adalah suatu respon yang dipelajari baik dari perilaku modeling orang tua atau
melalui proses pembiasan klasik.
Teori psikoanalitik memandang serangan cemas sebagai akibat dari pertahanan yang
tidak berhasil dalam melawan impuls yang menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya
merupakan suatu sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda,
lengkap dengan gejala somatik.
Peneliti menyatakan bahwa penyebab serangan panic kemungkinan melibatkan arti
bawah sadar peristiwa yang menegangkan dan bahwa patogenesis serangan cemas mungkin
berhubungan dengan faktor neurofisiologis yang dipicu oleh reaksi psikologis.
2.4 Diagnosis 1,5
Kriteria diagnostic untuk Gangguan Cemas
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed 4.
Suatu periode tertentu adanya rasa takut atau tidak nyaman, di mana empat (atau lebih)
gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit:
(1) Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau kecepatan jantung bertambah cepat.
(2) Berkeringat.
(3) Gemetar atau berguncang
(4) Rasa nafas sesak atau tertahan
(5) Perasaan tercekik
6
(6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
(7) Mual atau gangguan perut
(8) Perasaan pusing, bergoyang, melayang, atau pingsang.
(9) Derealisasi (perasaan tidak realitas) atau depersonalisasi (bukan merasa diri sendiri).
(10) Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
(11) Rasa takut mati.
(12) Parestesia (mati rasa atau sensasi geli)
(13) Menggigil atau perasaan panas.
Menurut PPDGJ-III gangguan cemas baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya
beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu bulan :
1. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara serangan-
serangan cemas (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas antipsikotik”
yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan
terjadi.
2.5 Klasifikasi Anxietas pada anak 1,5,7
a. Gangguan anxietas perpisahan masa kanak
Suatu tingkat cemas perpisahan adalah fenomena yang universal dan merupakan bagian
yang diperkirakan pada perkembangan anak yang normal. Bayi menunjukkan cemas perpisahan
dalam bentuk cemas terhadap orang asing pada usia kurang dari 1 tahun jika bayi dan ibunya
dipisahkan. Beberapa cemas perpisahan juga normal pada anak-anak kecil yang masuk sekolah
untuk pertama kalinya. Tetapi, gangguan cemas perpisahan, ditemukan jika secara
perkembangannya adalah tidak sesuai dan kecemasan yang berlebihan timbul dalam hal
perpisahan dari tokoh perlekatan yang utama. Penghindaran sekolah (school avoidance) dapat
terjadi. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-
IV), gangguan cemas perpisahan memerlukan adanya sekurangnya tiga gejala yang
7
berhubungan dengan kekawatiran berlebihan tentang perpisahan dari tokoh perlekatan utama.
Ketakutan mungkin mengambil bentuk penolakan sekolah, ketakutan dan ketegangan akan
perpisahan, keluhan berulang gejala fisik tertentu seperti nyeri kepala dan nyeri perut jika akan
dihadapi perpisahan, dan numpj buruk tentang masalah perpisahan. Kriteria diagnostik DSM-IV
memasukkan durasi sekurangnya empat minggu dan ouset sebelum usia 18 tahun.
Gangguan cemas perpisahan adalah gangguan kecemasan satu-satunya yang sekarang
dimasukkan dalam bagian anak-anak dan remaja dalam DSM-IV. Sebaliknya, bagian anak dan
remaja dalam DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) memasukkan gangguan cemas
berlebihan (overanxious disorder) dan gangguan menghindar (avoidant disorder) pada masa
anak-anak atau masa remaja sebagai tambahan gangguan cemas perpisahan. Dalam DSM-III-R,
gangguan cemas berlebihan ditandai oleh kecemasan yang berlebihan yang tidak berhubungan
dengan masalah perpisahan. Anak-anak dengan gejala yang konsisten dengan gangguan cemas
berlebihan sekarang dicakup oleh kategori dewasa gangguan kecemasan umum (generalized
anxiety disorder) dalam DSM-IV. Dalam kategori DSM-III-R gangguan menghindar masa anak-
anak atau remaja, anak menunjukkan hubungan yang hangat dan memuaskan dengan anggota
keluarga tetapi menghindar; kontak dengan orang yang tidak dikenal; tidak ditemukan kategori
diagnostik yang sejajar dalam bagian masa anak-anak dari DSM-IV. Anak-anak dengan gejala
gangguan menghindar memenuhi kriteria diagnostik DSM-IV untuk fobia sosial, yang juga
digunakan untuk dewasa. Anak-anak dan remaja mungkin juga menunjukkan gangguan cemas
yang digambarkan dalam bagian dewasa DSM-IV, termasuk fobia spesifik, gangguan cemas,
gangguan obsesif kompulsif dan gangguan stres pascatraumatik.
Epidemiologi
Gagguan cemas perpisahan adalah lebih sering terjadi pada anak kecil dibandingkan
remaja dan dilaporkan terjadi sama seringnya pada anak laki-laki dan anak perempuan. Onset
dapat terjadi pada tahun-tahun prasekolah tetapi yang tersering ditemukan pada usia 7 sampai 8
tahun. Prevalensi gangguan cemas perpisahan diperkirakan 3 sampai 4 persen dan semua anak
usia sekolah dan 1 persen dari semua remaja.
8
Etiologi
Faktor Psikososial
Anak kecil, imatur dan tergantung pada tokoh ibu, adalah yang terutama rentan terhadap
kecemasan yang berhubungan dengan perpisahan. Karena anak mengalami urutan ketakutan
perkembangan, takut kehilangan ibu, takut kehilangan cinta ibu, takut cedera tubuh, takut akan
impulsnya dan takut akan cemas hukuman (punishing anxiety) dari superego dan rasa bersalah,
sebagian besar anak mengalami cemas perpisahan pada salah satu atau lebih ketakutan-ketakutan
tersebut. Tetapi, gangguan cemas perpisahan terjadi jika anak memiliki ketakutan yang tidak
sesuai akan kehilangan ibu. Dinamika yang sering adalah penyangkalan dan pengalihan perasaan
kemarahan anak terhadap tokoh orangtua kepada lingkungan, yang selanjutnya menjadi sangat
mengancam. Rasa takut akan luka terhadap diri sendiri dan bahaya pada salah satu orangtua
adalah preokupasi yang menetap; anak dapat merasa aman dan yakin hanya dengan kehadiran
orangtua. Sindroma sering ditemukan pada masa anak-anak, terutama dalam bentuk ringan yang
tidak mencapai tempat periksa dokter. Hanya jika gejala menjadi ditegakkan dan mengganggu
adaptasi umum anak dalam kehidupan keluarga, ternan sebaya dan sekolah, mereka datang untuk
mendapatkan perhatian professional.
Pola struktur karakter pada banyak anak dengan gangguan adalah berhati-hati hasrat
untuk menyenangkan dan kecenderungan ke arah kecocokan. Keluarga cenderung erat dan
mengasuh, dan anak sering tampak manja atau sasaran perhatian orangtua secara berlebihan.
Stress kehidupan luar sering bersamaan dengan perkembangan gangguan. Kematian seorang
sanak saudara, penyakit pada anak, perubahan lingkungan anak, atau pindah ke rumah baru atau
sekolah baru seringkali ditemukan dalam riwayat anak dengan gangguan.
Faktor Belajar
Kecemasan fobik dapat dikomunikasikan dari orangtua kepada anak-anak dengan
modeling langsung. Jika orangtua penuh ketakutan, anak kemungkinan memiliki adaptasi fobik
terhadap situasi baru, terutama pada lingkungan sekolah. Beberapa orangtua tampaknya
mengajari anak-anaknya untuk cemas dengan melindungi mereka secara berlebihan
(overprotecling) dari bahaya yang diharapkan atau dengan membesar-besarkan bahaya. Sebagai
contohnya, orangtua yang ngeri di ruangan selama kilatan cahaya mengajarkan anaknya untuk
melakukan hal yang sama Orangtua yang ketakutan terhadap tikus atau serangga menyampaikan
9
afek takut kepada anaknya. Sebaliknya, orangtua yang menjadi marah pada anak selama awal
permasalahan fobik tentang binatang dapat menanamkan permasalahan fobik pada anak-anak
dengan intensitas kemarahan yang diekspresikan.
Faktor Genetik
Intensitas mana cemas perpisahan dialami oleh anak individual kemungkinan memiliki
dasar genetik. Penelitian keluarga telah menunjukkan bahwa keturunan biologis dari orang
dewasa dengan gangguan kecemasan adalah rentan terhadap gangguan cemas perpisahan pada
masa anak-anak. Orangtua yang memiliki gangguan cemas dengan agorafobia tampaknya
memiliki risiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas perpisahan. Gangguan
cemas perpisahan dan depresi pada anak-anak adalah bertumpang tindih, dan beberapa klinisi
memandang gangguan cemas perpisahan sebagai varian dari gangguan depresif.
Diagnosis dan Gambaran Klinis
Gangguan cemas perpisahan adalah gangguan kecemasan yang tersering pada masa anak-
anak. Untuk memenuhi kriteria diagnostik, menurul DSM-IV, gangguan harus ditandai oleh tiga
dan empat gejala berikut untuk sekurangnya empat minggu: (I) ketakutan persisten dan
berlebihan tentang kehilangan atau kemungkinan bahaya yang jatuh pada tokoh perlekatan yang
utama; (2) ketakutan yang persisten dan berlebihan bahwa peristiwa yang tidak diharapkan akan
menyebabkan perpisahan dari tokoh perlekatan utama; (3) keengganan atau penolakan yang
persisten untuk bersekolah atau tempat lain karena takut akan perpisahan; (4) ketakutan yang
persisten dan berlebihan atau keengganan untuk sendirian atau tanpa tokoh perlekatan utama di
rumah atau tanpa orang dewasa yang penting pada lingkungan lain; (5) keengganan atau
penolakan yang persisten untuk tidur tanpa dekat dengan tokoh perlekatan yang utama atau tidur
jauh dari rumah; (6) mimpi buruk berulang kali dengan tema perpisahan; (7) keluhan berulang
gejala fisik, termasuk nyeri kepala dan nyeri perut, jika perpisahan dari tokoh perlekatan utama
dihadapi; dan (8) penderitaan yang berlebihan dan berulang jika perpisahan dari rumah atau
tokoh perlekatan utama dihadapi atau dilibatkan. Menurut DSM-IV, gangguan harus juga
menyebabkan penderitaan bermakna atau gangguan dalam fungsi.
Riwayat pasien dapat mengungkapkan episode penting perpisahan pada kehidupan anak,
terutama karena penyakit dan perawatan di rumah sakit, penyakit orangtua, kehilangan salah satu
10
orangtua atau pindah tempat. Klinisi harus memeriksa dengan cermat periode masa bayi untuk
adanya tanda-tanda gangguan separasi-individuasi atau tidak adanya tokoh ibu yang adekuat.
Pemakaian khayalan, mimpi, dan material bermain dan pengawasan anak adalah sangat
membantu dalam membuat diagnosis. Klinisi harus memeriksa bukan saja isi pikiran tetapi juga
cara dengan mana diekspresikan. Sebagai contohnya, anak-anak mungkin mengekspresikan rasa
takut bahwa orangtuanya akan meninggal, walaupun perilaku mereka tidak menunjukkan bukti
kecemasan motorik. Demikian juga, kesulitan mereka dalam menggambarkan peristiwa atau
penyangkalan mereka yang lunak tentang peristiwa pencentus kecemasan dapat menyatakan
adanya gangguan perpisahan. Kesulitan mengingat dalam tema yang mengekspresikan
kecemasan dan pemutarbalikan orangtua dalam menceritakan tema tersebut dapal memberikan
petunjuk adanya gangguan.
Ciri penting dari gangguan cemas perpisahan adalah kecemasan yang ekstrim yang
dicetuskan oleh perpisahan dari orangtua, rumah, dan lingkungan yang dikenal. Kecemasan anak
dapat mendekati teror atau cemas. Penderitaan adalah lebih besar dibandingkan yang normalnya
diharapkan menurut tingkat perkembangan anak dan tidak dapat dijelaskan oleh adanya
gangguan lain. Pada banyak kasus gangguan adalah suatu jenis fobia, walaupun permasalahan
fobik merapakan sesuatu yang umum dan tidak berhubungan dengan objek simbolik tertentu.
Karena gangguan berhubungan dengan masa anak-anak. maka gangguan tidak dimasukkan
dalam fobia masa dewasa, yang memerlukan strukturalisasi kepribadian yang jauh lebih besar.
Ketakutan. pretikupasi, dan ruminasi morbid adalah karakteristik dari gangguan cemas
perpisahan. Anak-anak dengan gangguan menjadi ketakutan bahwa seseorang yang dekat
dengannya akan terluka atau bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi pada mereka jika
mereka jauh dari tokoh penting yang mengasuh. Rasa takut akan kehilangan, diculik dan tidak
bertemu lagi dengan orangtuanya merupakan bentuk yang sering ditemukan.
Remaja mungkin tidak secara langsung mengekspresikan kecemasan tentang perpisahan
dari tokoh ibu. Pola tingkah laku mereka yang mencerminkan cemas perpisahan berupa
ketidaknyamanan meninggalkan rumah, terlibat dalam aktivitas sendirian dan terus
menggunakan tokoh ibu sebagai penolong missal dalam membeli pakaian, memasukan aktivitas
social dan rekreasional.
Gangguan cemas perpisahan pada masa kanak-kanak sering dimanifestasikan pada
pikiran bepergian atau dalam perjalanan bepergian dari ruamah. Anak-anak mungkin menolak
11
pergi berkemah, ke sekolah baru, atau bahkan ke rumah seorang teman. Seringkali, ada
kesinambungan antara kecemasan antisipatorik ringan sebelum perpisahan dari tokoh yang
penting dan kecemasan pervasif setelah terjadi perpisahan. Tanda pramonitorik adalah
iritabilitas, kesulilan makan, merengek, tinggal sendirian di ruangan, menggendong ke orangtua,
dan mengikuti orangtua ke mana saja. Seringkali, jika keluarga pindah, anak menunjukkan
kecemasan perpisahan dengan menggendong terus kepada tokoh ibu. Kadang-kadang cemas
relokasi geografik (geographic relocation anxiety) diekspresikan dalam perasaan kerinduan akan
rumah yang akut atau gejala psikologis yang timbul jika anak jauh dari rumah atau pergi ke
tempat yang baru. Anak-anak ingin pulang ke rumah dan menjadi asyik dengan khayalan tentang
betapa lebih baiknya rumah yang lama. Integrasi ke dalam situasi hidup yang baru menjadi
sangat sulit.
Kesulitan tidur sering ditemukan dan mungkin mengharuskan seseorang menemani anak-
anak sampai mereka tertidur. Anak-anak sering pergi ke tempat tidur orangtua atau bahkan tidur
di pintu orangtua jika ruang tidur terkunci bagi mereka. Mimpi buruk dan ketakutan morbid
adalah ekspresi lain dari kecemasan.
Gangguan kecemasan yang paling sering bersamaan denga gangguan cemas perpisahan
adalah fobia spesifik yang terjadi pada kira-kira sepertiga dari semua kasus gangguan cemas
perpisahan yang dirujuk.
Diagnosis
kriteria Gangguan cemas
perpisahan
Fobia social Gangguan kecemasan
umum
durasi minimal untuk
menegakkan
diagnosis
Sekurangnya 4
mingguTidak ada minimal Sekurangnya 6 bulan
Usia onsetPrasekolah sampai 18
tahunTidak ditentukan Tidak ditentukan
Stress pencentus Perpisahan dari tokoh
parental, kehilangan
lain, bepergian
Tekanan untuk
berperan serta dengan
teman sebaya
Tekanan yang tidak
lazim pada kinerja,
kerusakan harga diri,
perasaan tidak
12
memiliki kecakapan
Hubungan teman
sebaya
Baik jika tidak ada
perpisahan
Tentative, jelas
terhambat
Keinginan yang jelas
untuk menyenangkan,
teman sebaya dicari
dan hubungan
ketergantungan
ditegakkan
Tidur
Menolak pergi tidur,
takut terhadap gelap,
mimpi buruk
Kadang-kadang sulit
tidurSulit tidur
Gejala psikofisiologis
Nyeri perut,mual,
muntah, gejala mirip
flu, nyeri kepala,
berdebar, pusing,
pingsan
Sedih, ketegangan
tubuh
Nyeri perut,mual,
muntah, nafas sesak,
pusing, berdebar
Diagnosis banding
Gangguan kecemasan
umum, skizofrenia,
gangguan depresif,
gangguan konduksi,
gangguan
perkembangan
pervasive, gangguan
panic dengan
agorafobia
Gangguan
penyesuaian dengan
mood terdepresi,
gangguan kecemasan
umum, gangguan
cemas perpisahan,
gangguan depresif
berat, gangguan
kepribadian
menghindar
Gangguan cemas
perpisahan, gangguan
defisit atensi,
gangguan psikotik,
gangguan obsesif-
kompulsif
Terapi
Pendekatan terapi multimodal termasuk psikoterapi individual, pendidikan keluarga dan
terapi keluarga dianjurkan untuk gangguan cemas perpisahan. Farmakoterapi juga berguna jika
psikoterapi saja tidak cukup. Obat tricyclic imipramine (Tofranil), biasanya dimulai dengan dosis
25 mg sehari, ditingkatkan dengan panambahan dosis 25 mg sampai total 150-200 mg sehari.
13
b. Gangguan anxietas fobik masa kanak
Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang
disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Fobia adalah ketakutan yang
berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. Sifatnya biasanya
tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga
merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang
sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.
Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita banyak
perempuan, dimulai semenjak kecil.
Banyak yang minta pertolongan. Banyak perempuan yang menderita ini dimulai pada
masa remaja. Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila.
90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator.
Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
a. Fobia Spesifik
Sebuah fobia spesifik adalah rasa takut, intens irasional dari sesuatu yang sedikit atau
tidak menimbulkan bahaya yang sebenarnya. Beberapa fobia spesifik lebih umum dipusatkan di
tempat-tempat tertutup, ketinggian, eskalator, terowongan, air, terbang, anjing, dan cedera yang
melibatkan darah. Fobia seperti ini tidak hanya sangat takut, mereka ketakutan irasional terhadap
suatu hal tertentu.Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik
tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian
(acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.
b. Fobia Sosial
Fobia sosial, juga disebut gangguan kecemasan sosial, didiagnosa ketika orang-orang
menjadi sangat cemas dan terlalu sadar diri dalam situasi sosial sehari-hari. Orang dengan fobia
sosial memiliki ketakutan yang kuat, gigih, dan kronis sedang diawasi dan dinilai oleh orang lain
dan melakukan hal-hal yang akan mempermalukan mereka. Mereka bisa khawatir selama
berhari-hari atau berminggu-minggu sebelum situasi yang ditakuti. Ketakutan berlebih pada
kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang
traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya
dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar
rumah.
14
Terapi
Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat
daftar situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut.
Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi
antidepresan lmipramin 25 mg/ hari ditingkatkan 25 mg samapi total 150-200 mg / hari. Bila ada
anxietas beri antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan.
Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap.
1. Mulai sejak usia remaja < 18 tahun selama 6 bulan
2. Menjurus pada perhindaran terhadap situasi sosial > 1
3. Gambarannya dapat sangat jelas mis. makan di tempat umum, berbicara didepan
umum, hampir semua situasi di luar keluarga
4. Biasanya disertai dengan harga diri yang rendah dan takut kritik
5. Dapat tercetus sebagai : malu (muka merah), tangan gemetar, mual, ingin buang
air kecil & gejala demikian dapat berkembang menjadi serangan cemas
c. Gangguan Stres Pasca-Trauma Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)
Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman kembali trauma melalui mimpi
dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan
responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta yang
sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan kognitif(contoh
pemusatan perhatian yang buruk)
Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasca-trauma diperkirakan 1 sampai 3 persen
populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang subklinis. Walaupun
gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun gangguan paling menonjol
pada usia dewasa muda. PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya
dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam . PTSD bisanya
muncul beberapa tahun setelah kejadian.
Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk: perkosaan,
peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat dicintai, melihat
orang lain disakiti atau dibunuh. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat
santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa; hal-hal yang
15
menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap orang-lain dan yang lampau.
Kalau trauma dialami bersama orang lain, dan yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi
mimpi buruk atau gangguan tidur.
Gangguan pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat orang, serangan
fisik atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada trauma setelah bencana alam. Simtom
memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip. Dapat terjadi pada anak dan orang
dewasa. Simtom pada anak: mimpi tentang monster atau perubahan tingkah laku: ramai →
pendiam. Riwayat psikopatologi pada keluarga memegang peranan psikoterapi. Dapat melalui
terapi kelompok. Dengan cara ini penderita mendapatkan support dari teman-temannya.
PEDOMAN DIAGNOSTIK STRES PASCATRAUMA
A. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:
o mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman
kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius,atau
ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain
o respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya
B. Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:
o rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian
o Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian
o berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali
o penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik
o reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik
C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma
D. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:
kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut
yang berlebihan.
E. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.
F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
16
Pengobatan
Perawatan utama bagi orang-orang dengan PTSD adalah psikoterapi (sering disebut terapi
bicara), obat-obatan, atau keduanya. Setiap orang berbeda, sehingga pengobatan yang bekerja
untuk satu orang mungkin tidak bekerja bagi orang lain.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh
(Generalized Anxiety Disorder)
Penyakit Kecemasan Menyeluruh merupakan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan akan sejumlah aktivitas atau peristiwa, yang berlangsung hampir setiap hari, selama 6
bulan atau lebih.
Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan
menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang
berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing
kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhankeluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa
dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam
waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan. Kecemasan dan kekhawatiran ini
sangat berlebihan sehingga sulit dikendalikan.
Mereka tidak dapat santai, mudah terkejut, dan mengalami kesulitan berkonsentrasi.
Seringkali mereka sulit tidur atau tidur. gejala fisik yang sering menyertai kegelisahan meliputi
kelelahan, sakit kepala, ketegangan otot, nyeri otot, kesulitan menelan, gemetar, gugup, lekas
marah, berkeringat, mual, ringan, harus pergi ke kamar mandi sering, merasa kehabisan napas,
dan hot flashes.
Selain itu, penderita mengalami 3 atau lebih dari gejala-gejala berikut:
Gelisah
Mudah lelah
Sulit berkonsentrasi
Mudah tersinggung
Ketegangan otot
Gangguan tidur
17
Penyakit ini sering terjadi, sekitar 3-5% orang dewasa pernah mengalaminya 2 kali lebih
sering terjadi pada wanita. Seringkali berawal pada masa kanak-kanak atau remaja. Keadaan ini
berfluktuasi, semakin memburuk ketika mengalami stres dan menetap selama bertahun-tahun.
Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan
terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung
berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut
kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa
ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk
mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah,
sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan
mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah,
tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.
Penderita harus menujukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja ( sifatnya “free floating” atau
“mengambang”).
Gejala - gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) Kecemasan ( khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi,
dsb.);
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
c) Overaktivitas otonomik ( kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb.).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance)
serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menojol.
Terapi
Seperti gangguan kecemasan lainnya, GAD adalah bisa diobati. Terapi kognitif-perilaku
yang efektif bagi banyak orang, membantu mereka untuk mengidentifikasi, memahami, dan
memodifikasi pemikiran yang salah dan pola perilaku. Hal ini memungkinkan orang dengan
GAD belajar untuk mengendalikan khawatir mereka. Beberapa orang dengan GAD juga minum
obat.
18
Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya
mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak stres
merupakan pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang
kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang
berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi
merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala menetap.
Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2 minggu, beta bloker
dapat membantu mengobati gejala fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik
bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan.
Untuk mengatasinya biasanya diberikan obat anti-cemas (misalnya benzodiazepin); tetapi
karena pemberian jangka panjang bisa menyebabkan ketergantungan fisik, maka dosisnya harus
dikurangi secara perlahan, tidak dihentikan secara tiba-tiba. Buspiron merupakan obat lainnya
yang juga efektif untuk mengatasi kecemasan menyeluruh. Pemakaian obat ini tampaknya tidak
menyebabkan ketergantungan fisik. Tetapi efeknya baru tampak setelah 2 minggu atau lebih,
sedangkan efek benzodiazepin akan tampak beberapa menit setelah pemberian obat.
Terapi perilaku biasanya tidak efektif, karena keadaan yang memicu terjadinya
kecemasan tidak jelas. Kadang dilakukan relaksasi dan teknik biofeed-back. Penyakit kecemasan
menyeluruh bisa berhubungan dengan pertentangan psikis.
Pertentangan ini seringkali berhubungan dengan rasa tidak aman dan sikap kritis yang
merusak diri sendiri. Pada keadaan ini dilakukan psikoterapi untuk membantu memahami dan
menyelesaikan pertentangan psikis.
Gangguan cemas menyeluruh adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati
disertai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna dan fungsi sosial atau pekerjaan
atau penderitaan yang jelas bagi pasien.
Gejala
Gejala utamanya adalah kecemasan, ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom, dan
kewaspadaan kognitif. Ketegangan motorik sering ditunjukkan dengan gemetarm gelisah serta
nyeri kepala. Gejala lain yang mengikuti, pasien mudah tersinggung dan dikejutkan. Gangguan
seperti ini terjadi secara kronik dan mungkin bisa berlangsung seumur hidup.
19
Pengobatan
Pengobatan yang efektif untuk gangguan ini adalah dengan mengkombinasikan terapi psikologis
dan farmakoterapi.
GAD juga dapat diserta dengan gangguan obsesif dan kompulsif
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum diperkirakan
adalah 2-3 persen. Waktu tidak diobati, OCD dapat mengganggu semua aspek kehidupan.
Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak
dikehendaki. Kompulsif adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak
dikehendaki seperti mengunci pintu berulang kali, mencuci tangan yang berulang kali. Obsesif
kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih.
Ada 5 bentuk obsesi:
1. Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara
baik (75% dari pasien).
2. Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada
kejadian yang akan datang (34% dari pasien).
3. Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).
4. Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang
memalukan (26%)
5. Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).
Kompulsi (2 macam).
1. Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%).
2. Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan
tersebut): mengontrol dorongan inses dengan berkali-kali menghitung sampai 10.
DIAGNOSIS BANDING
Kondisi fisik
- Gangguan neurologis (epilepsi lobul temporalis, komplikasi trauma, dsb)
Kondisi psikiatrik
- Skizofrenia, fobia, gangguan depresif.
20
Terapi
Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang
dapat mengurangi gejala obsesif, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan
pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi. Bila diperlukan
bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg. Konsultasi spesialistik bila kondisi tidak berkurang atau
menetap.
2.7 Pengukuran Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 8
2.7.1. Child Behavior Checklist (CBCL)
Child Behavior Checklist dibuat oleh Thomas Achenbach, yang diawali dengan deskripsi
masalah yang dihadapi orang tua dan para profesional kesehatan mental. Deskripsi ini
berdasarkan penelitian terdahulu, literatur klinis dan konsultasi dengan psikolog klinis serta
psikiater anak dan pekerja sosial kejiwaan. Akhirnya didapati 118 items seperti yang terdapat
pada lampiran.
Child Behavior Checklist merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk menilai
prilaku dan kompetensi sosial anak pada usia 4 sampai 18 tahun. CBCL terdiri dari 7 skala
subklinikal yaitu witerhadaprawn behaviour, somatic complaints dan anxious/depressed, social
problems, thought problems, attention problems, delinquency behavior, aggression behavior.
Child Behavior Checklist merupakan formulir yang sudah distandarisasi, diisi oleh orang
tua yang digunakan untuk menilai laporan orang tua dan pribadi anak yang menggambarkan
gejala ansietas dan depresi serta keluhan somatik. Selanjutnya diperoleh skor internalisasi
(witerhadaprawn, somatic complaints dan anxious/depressed) dan skor eksternalisasi
(aggression behavior, delinquency behavior). Untuk masing- masing skor diperoleh skor T
berdasarkan daftar. Data berdasarkan T skor normal untuk usia dan jenis kelamin. Skor T 60
digunakan sebagai cut off point.
2.7. 2. Children’s Depression Inventory’s (CDI)
Children’s Depression Inventory’s adalah skala yang digunakan untuk menilai gejala
depresi pada anak dan remaja usia 7 sampai 17 tahun. CDI merupakan kuesioner yang terdiri dari
27 item, dimana untuk setiap pertanyaan tersebut mendapat skor minimal nol dan maksimal dua,
skor nol menunjukkan tidak ada gejala, skor satu untuk gejala ringan, dan skor dua untuk gejala
berat. Dikatakan gangguan depresi bila diperoleh nilai total ≥ 13.
21
Beberapa studi mengatakan bahwa anak dengan gangguan depresi mempunyai nilai lebih
tinggi dengan menggunakan CDI daripada anak yang tidak mengalami depresi dengan gangguan
lainnya. Children’s Depression Inventory’s digunakan sebagai alat skrining yang berguna untuk
memberikan informasi berdasarkan umur, jenis kelamin dan gambaran tentang gejala-gejala anak
yang mengalami depresi. Berdasarkan studi epidemiologi, skala ini sudah banyak dipergunakan
sebagai skrining pada anak-anak yang mengalami depresi.
2.8 PROGNOSIS
Gangguan cemas biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja akhir atau masa
dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak, remaja awal, dan usia pertengahan dapat
terjadi. Biasanya kronik dan bervariasi tiap individu. Frekuensi dan kepasrahan serangan cemas
mungkin berfluktuasi. Serangan cemas dapat terjadi beberapa kali sehari atau kurang dari satu
kali dalam sebulan. Penelitian follow up jangka panjang gangguan cemas sulit diinterpretasikan.
Namun demikian kira-kira 30-40% pasien tampaknya bebas dari gejala follow up jangka
panjang, kira-kira 50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak mempengaruhi
kehidupannya secara bermakna dan kira-kira 10-21 % terus memiliki gejala yang bermakna.
Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80 % dari semua pasien.
Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama gejala singkat cenderung memiliki
prognosis yang baik.
22
BAB III
KESIMPULAN
Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan takut terhadap sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu
atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai
dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.
• perempuan 2-3 kali lebih sering terkena dari pada laki-laki
• Etiologi :
– Biologis : norepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
– Genetika : peningkatan resiko gangguan cemas sebesar 4-8 kali lipat pada sanak
saudara derajat pertama pasien dengan gangguan cemas dibandingkan dengan
sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan gangguan psikiatrik lainnya.
Demikian juga pada kembar monozigot.
– Psikososial : Teori kognitif,teori psikoanalitik
Gejala : Palpitasi, berkeringat, gemetar, sesak napas, perasaan tercekik, nyeri dada atau
perasaan tidak nyaman, mual dan gangguan perut, pusing, bergoyang. melayang. atau
pingsan.
• Bentuk anxietas : Gangguan Cemas perpisahan , gangguan Fobik, Gangguan Stres Pasca
Trauma, Gangguan Anxietas Menyeluruh.
23
Daftar Pustaka
1. American Psychiatric Association, Diagnostic Creteria, DSM -IV - TR, 2005 : 209 -
223
2. Departemen Kesehatan R.l. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 1993: 171 -195.
3. Anxiety Disorder. Diunduh dari :
http://www.webmd.com/anxiety-panic/guide/mental-health-anxiety-disorders?page=2
tanggal 25 maret 2011
4. Departemen Kesehatan R.l. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat , Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Gangguan Anxietas.
5. Rusdi M. 2003. PPDGJ-III. PT Nuh Jaya. Jakarta
6. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10 th.ed.
Lippincott Williams & Wilkins, 2007:579- 633.
7. Setyonegoro KR, IskandarY : Anxietas. Yayasan Drama Usada, Yakarta, 1980:2-4.
8. Stahl SM: Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical
Applications 2nd ed Cambridge University Press . 2002 : 300
9. Kliegman. 2004. Nelson Textbook Of Pediatrics 18th ed. Elsevier.
-
24
25