RELASI BAHASA, KUASA, DAN IDEOLOGI TOKOH DI MEDIA
(Analisis Wacana Kritis Isu Korupsi dalam Pemberitaan Dahlan Iskan
Melawan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Koran Tempo)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.i)
Oleh:
JAFFRY PRABU PRAKOSO
NIM: 109051100064
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M/1435H
i
Nama : Jaffry Prabu Prakoso
NIM : 109051100064
ABSTRAK
Media massa berfungsi sebagai penyebar informasi. Oleh karena itu berita
yang disampaikan kepada khalayak umum harus jelas tanpa ada penyimpangan
arti. Koran Tempo yang mengikuti kasus ini kurang memberi tahu kepada
pembaca dari awal kasus saat Dahlan Iskan mangkir dari pemanggilan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan malah mementingkan acara lain.
Setelah menemukan kerugian Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar
Rp 37 triliun, DPR memanggil Dahlan Iskan sebagai orang yang pernah
memimpin perusahaan tersebut untuk menjelaskannya. Beberapa kali tidak
datang, DPR mengancam akan memanggil paksa Dahlan. Perseteruan Dahlan
dengan DPR menjadi semakin rumit saat Dahlan melontarkan pernyataan akan
membongkar anggota DPR yang suka memeras Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Koran Tempo merupakan salah satu surat kabar yang gencar
memberitakan masalah ini.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka muncul pertanyaan
mayor, bagaimana relasi bahasa, kuasa, dan ideologi tokoh yang digunakan Koran
Tempo? Dari situ, muncul pertanyaan minor, Bagaimanakah wacana teks,
produksi teks, dan praktik sosial budaya pada pemberitaan Dahlan Iskan melawan
anggota DPR di Koran Tempo? Dan bagaimana penggambaran media massa
terhadap pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo?
Metodologi penelitian ini mengunakan paradigma kritis dengan
pendekatan kualitatf. Paradigma kritis melihat bahasa sebagai alat untuk
memahami realitas objektif yang tersembunyi melalui wacana. Metode
penelitiannya menggunakan Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough.
Fairclough melakukan analisis berdasarkan tiga dimensi, yaitu analisis teks,
analisis produksi dan konsumsi teks, dan analisis sosial budaya. (Norman
Fairclough, 1995; 98).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekonomi politik
Vincent Mosco dengan konsep spasialisasi, komodifikasi, dan strukturasi.
(Vincent Mosco, 1996; 138). Hal tersebut bermaksud agar mengetahui ideologi
yang digunakan Koran Tempo dalam memberitakan perseteruan Dahlan Iskan
dengan anggota DPR.
Menganalisis kasus permasalahan Dahlan Iskan dengan anggota DPR di
Koran Tempo, pada akhirnya menunjukkan keberpihakan media pada suatu isu.
Keberpihakan ini bisa dilihat dari sisi berita yang ditulis wartawam, saat rapat
redaksi, dan juga kondisi sosial budaya yang ada.
Dengan meneliti kasus ini, terlihat adanya kedekatan Koran Tempo dengan
Dahlan Iskan. Publik akhirnya dibuat percaya dengan tindakan Dahlan Iskan
meski membuat PLN rugi hingga Rp 37 triliun merupakan tindakan yang tepat
dan DPR tetap menjadi orang jahat dilihat dari berita yang terbit.
Keyword: Dahlan Iskan, anggota DPR, PLN, BUMN, Korupsi.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada ALLAH SWT Tuhan
semesta alam, atas limpahan karunia dan rida-Nya yang tidak pernah putus
memberikan nikmat dan berkah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa kita
curahkan kepada Rasulullah SAW yang membawa umatnya dari jalan yang gelap
menuju jalan yang terang.
Setelah berjuang beberapa bulan mengerjakan penelitian ini, peneliti tidak
lupa pula mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu
menyelesaikan dalam penyusunan penelitian ini. Orang-orang tersebut yaitu:
1. Orangtua tercinta, Jawaher dan Ferry Agung Budi Prakoso yang selalu
percaya bahwa anaknya pasti akan menyelesaikan pendidikannya walaupun
terkadang suka cemas menanyakan kapan akan lulus.
2. Rubiyanah yang menjadi Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Pembimbing
Akademik, Dosen Pembimbing Kuliah Kerja Nyata, dan juga teman cerita
peneliti.
3. Ade Rina Farida selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu
mendukung dan memberi banyak kemudahan dalam menyelesaikan kuliah.
4. Dosen Pembimbing, Fita Fathurrokhmah yang telah banyak membimbing dan
sabar menghadapi peneliti selama menyusun penelitian.
5. Adik tersayang, Arsy Rara Yudhistira yang menjadi teman berantem peneliti
dari kecil.
iii
6. Remaja Masjid at-Taqwa (REMATA) Pakujaya Permai dengan pintu yang
selalu terbuka untuk peneliti. REMATA juga menjadi tempat peneliti berbagi
pengetahuan dasar-dasar Islam yang didapat dibangku kuliah.
7. LPM INSTITUT wadah peneliti mengeksplorasi ilmu jurnalistik yang didapat
selama kuliah. Untuk teman-teman seperjuangan di INSTITUT Muhammad
Umar, Makhruzi Rahman, Kiki Achmad Rizqi, Rahmat Kamaruddin, Aditia
Purnomo, Ema Fitriyani, Aam Mariyamah, Aditya Widya Putri, Aprilia
Hariani, Muji Hastuti, Rahayu Oktaviani, Trisna Wulandari dan juga untuk
senior dan junior yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
8. Koran Tempo yang dengan senang hati menjadi subjek peneliti dan Yogi
karena sudah mau membantu walaupun kerjaannya sebagai sekertaris redaksi
terganggu.
9. Keluarga besar Karate UIN Jakarta.
10. Teman-teman diskusi, bercanda, dan segalanya di Konsentrasi Jurnalistik B
2009 (Ilham Adiansyah, Hilman Fauzi, Ali Mansur, Khaerunuzulla, Sigit
Lincah Hadmadi, Dewi Febrianti, M Fikri Halim, Bobby Alexander,
Abdurrachman, Satria Loka, Angga Bima, Yusuf Gandang P, Abdul Aziz,
Putri Nurazizah, Mekar Ayu L, Putri Buana T D, Devit Rubianto, Samsul
Arifin, Arintika, Fauziah Mursid, Adjri Septiani, Hilda Savitri, Ima
Rahmawati, Dewi Rifqina, Turi Miasih, Andini Apriliana, Marisha Arianti A,
Devi Cahyo P, Nur Fitriyani, Hafsa Tia A, Lindawati, Puti Hasanatu S), juga
yang sudah gugur (Rian, Opang, Riski “cimeng”, Lulu, Akmal, Degam), dan
seluruh teman sekelas termasuk Jurnalistik A.
iv
11. Dahlia, Syarifudin, Anton Purwanto, Rachmat Baihaky. Mereka orang-orang
berjasa yang telah membuat peneliti merasakan betapa indahnya hidup.
12. Kerabat Kerja Boomart (Ilham, Hilman, Sigit, Ali, Jauhari, Nunu) meski
hingga sekarang proyeknya belum kunjung tembus.
13. Personil Kuliah Kerja Nyata Amoral (Adiansyah, Fauzi, Dwi Cahyo N, Azis,
M Imam Baihaqi, Hasan al Kaslan, Ibnu Affan, Iswahyudi, Arif Priyadi dan
para wanitanya yang tidak akan peneliti sebutkan.
14. Teman jalan-jalan santai bareng, Ilham, Hilman, Ali, Bima, Ima, Turi, Putri,
Dewi yang sudah mau diajak ngegembel bareng.
15. Teman satu kosan, Bubung, Didin, Oji, Polem, Ali, Nunu, Adiansyah
walaupun peneliti cuma numpang
16. Para penemu barang-barang elektronik yang bersusah payah menciptakan
penemuan penting.
Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terimakasih dan semoga
Allah SWT membalas kebaikan mereka. Peneliti mohon maaf apabila masih ada
kesalahan dan kekurangan dalam penelitian karya ilmiah ini. Peneliti hanya
makhluk biasa yang selalu salah dan mencoba untuk melakukan yang terbaik.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk para pembaca, Aamiin.
Jakarta, 28 Desember 2013
Jaffry Prabu Prakoso
Nim: 109051100064
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah ................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 6
2. Manfaat Praktis ........................................................................ 6
E. Metodologi Penelitian .................................................................. 6
1. Paradigma Penelitian ................................................................ 6
2. Pendekatan Penelitian............................................................... 7
3. Metode Penelitian .................................................................... 7
4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 8
5. Teknik Analisis Data ................................................................ 9
6. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 10
7. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 10
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 11
G. Sistematika Penelitian ................................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teori .......................................................................... 14
1. Ekonomi Politik Vincent Mosco ............................................. 14
2. Analisi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ........ 18
3. Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) Norman
Fairclough ................................................................................... 25
B. Kerangka Konsep ....................................................................... 31
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Tempo ................................................... 35
B. Profil Dahlan Iskan .................................................................... 38
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough isu korupsi Dahlan
Iskan melawan anggota DPR. ...................................................... 42
1. Analisis level teks .................................................................. 42
2. Analisis praktik wacana .......................................................... 72
vi
3. Analisis sosial budaya ............................................................ 77
B. Analisis relasi kuasa dan ideologi media isu kasus korupsi Dahlan
Iskan melawan anggota DPR ....................................................... 81
1. Komodifikasi ......................................................................... 81
2. Spasialisasi ............................................................................. 84
3. Strukturasi .............................................................................. 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 92
B. Saran .......................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 95
LAMPIRAN ..................................................................................................... 97
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Analisis framing metode Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ... 23
Tabel 2 Analisis Wacana Kritis metode Norman Fairclough ........................ 27 Tabel 3 Judul Berita ........................................................................................ 42
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Halaman muka Koran Tempo dengan judul Ungkap Pemalak BUMN;
Dahlan Percaya Diri ke DPR ............................................................................ 47
2. Gambar ilustrasi berita Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai
Keputusan Dahlan Tepat .................................................................................. 57
3. Berita foto DPR Serang Balik Dahlan Iskan .............................................. 72
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Permohonan Penelitian/ Wawancara
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3 Wawancara Pribadi dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo
Lampiran 4 Dokumentasi peneliti dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo
Lampiran 5 Dokumentasi berita DPR melawan Dahlan Iskan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum, media massa yang terdiri atas media cetak, elektronik dan
media siber memiliki fungsi yang sama, yaitu menyiarkan informasi.1 Penerbitan
pers khususnya surat kabar, hampir semuanya menyediakan kolom atau rubrik
untuk berita meski dengan kapasitasnya masing-masing. Ini merupakan
perwujudan dari institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Berita dalam
penerbitan pers dapat berasal dari masyarakat luas. Wartawan yang meliput dan
menuliskannya maupun manajemen redaksi, kemudian mengkonstruksi berita-
berita tersebut.2
Kraus dan Davis mengelompokkan cara media mengkonstruksikan realitas
politik ke dalam lima (5) cara, yaitu: pencitraan, pembuatan realitas komunikasi,
penganugerahan status, pembuatan peristiwa buatan, dan agenda setting. Menurut
mereka, kelima cara ini bukan berpengaruh terhadap citra para aktor politik saja
tapi juga mempengaruhi perilaku politik para aktor dan khalayak. 3
Pendapat Kraus dan Davis hampir sama dengan Walter Lippmann. Dengan
dalilnya yang terkenal, “World outside and pictures in your heads”, Lippmann
sebetulnya sudah sejak lama menyadari fungsi media sebagai pembentuk
gambaran realitas yang sangat berpengaruh terhadap khalayak. Fungsi media,
menurutnya sebagai pembentuk makna. Interpretasi media massa terhadap
1 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Jakarta: Logos, 1999), h. 3. 2 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: Rosda 2004), h. 67. 3 Sidney Kraus dan Dennis Davis, The Effects of Mass Communication on Political Behavior
(The Pennsylvania State University Press, 1978), h. 209-227.
2
berbagai peristiwa secara radikal dapat mengubah interpretasi orang tentang suatu
realitas dan pola tindakan mereka.4
Media massa tidak hidup dalam situasi yang vakum. Segala yang
ditampilkan dalam media ditentukan oleh banyak faktor baik eksternal maupun
internal. Dalam banyak kasus seperti di Indonesia, sistem politik merupakan
faktor eksternal yang sangat berpengaruh dalam pemberitaan yang diterbitkan
dalam sebuah penerbitan. Sistem politik yang diterapkan oleh sebuah negara juga
ikut menentukan mekanisme kerja media massa negara itu. Pada kasus seperti itu,
umumnya terjadi pada sistem pemerintahan yang otoriter seperti pada jaman
Soeharto.
Faktor internal yang mempengaruhi sebuah media adalah faktor
kepemilikan. Pemilik media bisa saja mengubah atau menentukan kasus yang
akan disuguhkan kepada publik. Hal ini akan menjadi sangat berbahaya jika sang
pemilik terjun ke dunia politik. Besar kemungkinan pemberitaan yang ada di
medianya akan memberikan porsi besar dan mengikuti perkembangan si pemilik
tersebut.
Efek kekuasaan terhadap media massa yang terlalu kuat tidak hanya
membungkam kontrol sosial media massa sebagai institusi budaya, tetapi juga
memiliki efek terhadap kemerdekaan berpendapat dan berekspresi. Sejatinya,
fungsi kontrol media massa tidak dapat dibungkam oleh kekuasaan.
Media massa harus tetap diberi ruang gerak yang cukup untuk melakukan
kontrol sosial atau kritik terhadap korupsi, kolusi, nepotisme, dan berbagai
penyimpangan lainnya yang dilakukan oleh rezim yang berkuasa. Kuat atau
4 Walter Lippmann, Opini Umum (terjemahan) (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), h. 3-
28.
3
lemahnya fungsi sosial kontrol pers sangat ditentukan oleh konsep sistem politik
kekuasaan serta pola hubungan negara dan masyarakat.
Media massa sebagai sebuah bagian dari ruang publik yang di dalamnya
terdapat bahasa dan simbol-simbol diproduksi kemudian disebarluaskan tidak
dilihat oleh Gramsci sebagai sebuah alat hegemoni yang bersifat pasif semata.
Media massa bersama media massa tandingan membentuk sebuah ruang tempat
berlangsungnya perang bahasa atau perang simbol untuk memperebutkan
penerimaan publik atas gagasan-gagasan ideologis yang diperjuangkan. Di
dalamnya sebuah ide hegemonik mendapatkan tantangannya oleh berbagai
hegemoni tandingan lainnya. 5
Dalam upaya memperebutkan penerimaan publik, kekuatan bahasa, dan
kekuatan simbol memiliki peran yang sangat penting dalam prinsip hegemonik.
Jelas bahwa hiperrealitas media di sini menemukan bentuk baru. Hiperrealitas
media dalam wacana media merupakan sebuah distorsi bahasa dan tanda serta
nilai-niai yang diproduksi. Distorsi tersebut adalah kepentingan hegemoni dan
ideologi, kepentingan politik, maupun ekonomi yang mampu menguasai media
melalui hegemoni.6
Kepentingan-kepentingan bisa dilihat pada kasus Dahlan Iskan melawan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tahun 2012. Isu ini menjadi topik yang
hangat pada bulan Oktober hingga November 2012. Koran Tempo merupakan
salah satu dari media nasional yang intens memberitakan masalah ini. Padahal jika
dilihat ke belakang, permulaan kasus ini ketika anggota DPR mendapati
Perusahaan Listrik Negara (PLN) rugi hingga mencapai Rp 31 triliun. Lalu
5 Ade Mulya, Transformasi Usaha Industri Media Massa (Jakarta: LIPI, 2006), h. 9. 6 Ade, Transformasi Usaha Industri Media Massa, h. 9.
4
anggota DPR meminta orang tertinggi saat itu, Dahlan agar menjelaskan kenapa
perusahaan milik negara itu dapat defisit.
Akan tetapi panggilan anggota DPR tidak digubris Dahlan Iskan. Dia
malah lebih mementingkan acara pertemuan lain di luar kota dengan alasan yang
beragam. Anggota DPR pun geram dengan tindakan Dahlan. Hingga panggilan
kedua Dahlan juga tidak menghadiri panggilan anggota DPR. Akhirnya mereka
mengancam akan memanggil paksa Dahlan Iskan terkait kerugian PLN.
Dahlan Iskan pun balik mengancam akan membongkar pemerasan yang
suka dilakukan anggota DPR terhadap BUMN. Dari sinilah mulai pertikaian
antara Dahlan Iskan dengan DPR RI. Koran Tempo memandang konflik tersebut
layak dijadikan berita dan mulai memberikan porsi lebih terhadap kasus ini hingga
menjadikannya sebagai headline dan berita utama.
Kasus ini menjadi menarik ketika Koran Tempo tidak sekali pun
membahas tentang kerugian PLN. Koran Tempo malah seakan-akan membuat
Dahlan Iskan sebagai pahlawan dengan membongkar skandal korupsi itu. Jika
membahas masalah PLN, Koran Tempo masih memberikan persepsi kepada
publik bahwa Dahlan Iskan orang yang tidak bersalah.
Dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, maka peneliti
tertarik meneliti dengan judul, “RELASI BAHASA, KUASA, DAN
IDEOLOGI TOKOH DI MEDIA; Analisis Wacana Kritis Isu Korupsi dalam
Pemberitaan Dahlan Iskan Melawan Anggota DPR di Koran Tempo.”
B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah
Pada awal pemanggilan anggota DPR kepada Dahlan Iskan terkait
kerugian PLN sebesar Rp 37 triliun, Dahlan selalu mangkir. Banyak media massa
5
nasional yang memberitakan masalah ini. Akan tetapi Koran Tempo sama sekali
tidak membahas pemanggilan tersebut, bahkan Koran Tempo lebih sering
memberitakan perseteruan Dahlan Iskan dengan anggota DPR saat Dahlan
melontarkan pernyataan akan memberi tahu pada publik tentang pemerasan yang
dilakukan oleh anggota DPR. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik meneliti
pemberitaan antara Dahlan Iskan dengan Anggota DPR
Agar batasan masalah penelitian ini lebih terarah dan fokus, maka
permasalahan yang dikaji dibatasi terhadap Analisis Wacana Kritis yang akan
dianalisis adalah pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran
Tempo dari 30 Oktober hingga 14 November 2012.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah teks, praktik wacana, dan praktik sosial budaya diwacanakan
pada pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo?
2. Bagaimanakah relasi bahasa, kuasa dan ideologi media terhadap pemberitaan
Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teks, praktik wacana, dan praktik sosial budaya
diwacanakan pada pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di
Koran Tempo.
2. Untuk mengetahui relasi bahasa, kuasa, dan ideologi media terhadap
pemberitaan Dahlan Iskan melawan anggota DPR di Koran Tempo.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan wacana yang dilakukan oleh media massa tentang gejala sosial
yang terjadi di sekitar kita. Peristiwa yang luput dari perhatian dan hilang begitu
saja dari pemberitaan yang sebenarnya merupakan salah satu praktik wacana yang
dilakukan media massa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi praktisi
media massa seperti wartawan, mahasiswa Jurnalistik dan kepada pembaca pada
umumnya serta dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Lexy J. Moleong yang mengutip pernyataan Bogdan dan Bilken
menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang mengarahkan cara
berpikir dalam penelitian.7 Ini memiliki arti bahwa paradigma merupakan salah
satu metode atau cara berpikir yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
penelitian baik itu sebelum maupun sesudah penelitian. Paradigma ini dilakukan
supaya peneliti tidak keluar dari jalur cara berpikir penelitiannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma
kritis memperbaiki paradigma konstruktivisme. Pandangan ini, tidak hanya
melihat bahasa sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan untuk
melihat maksud-maksud dari wacana tertentu. Paradigma kritis jauh lebih meneliti
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda karya,
Cetakan kedelapan 1997) h. 30.
7
aspek sosial, sejarah, dan budaya dari wacana tersebut.8 Oleh karena itu, dalam
penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih jauh realitas di balik wacana
sesungguhnya yang dibentuk Koran Tempo dalam isu korupsi kasus Dahlan
melawan anggota DPR.
2. Pendekatan Penelitian
Untuk meneliti sebuah masalah, selalu membutuhkan pendekatan dengan
tujuan menggapai suatu penelitian. Pendekatan penelitian ini menggunakan
kualitatif eksploratif. Penelitian kualitatif sering disebut berlawanan dengan
kuantitatif. Hal tersebut dikarenakan penelitian kualitatif memberikan
pemahaman-pemahaman dari apa yang telah ditelah ditemukan di lapangan.
Berbeda dengan kuantitatif yang hanya memberikan penjelasan dari hasil temuan
lapangan.
Maksud eksploratif adalah mencari tahu lebih mendalam tentang suatu
kasus. Dari penemuan itu dapat dijadikan suatu hipotesis. Pendekatan ini biasanya
membahas keunikan dari kasus tertentu yang secara khusus memiliki arti sangat
penting.9
Penelitian kualitatif eksploratif ini digabung dengan Analisis Wacana
Kritis metode Norman Fairclough. Fairclough membagi Analisis Wacana Kritis
menjadi tiga sisi, yaitu teks, praktik wacana, dan praktik sosial budaya.
3. Metode Penelitian
Setiap karya ilmiah membutuhkan pembahasan dalam menggunakan
metode untuk menganalisis dan membongkar suatu masalah. Metode itu sendiri
8 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS,Cet VII
Februari 2009), h. 5-6. 9 J R Raco, Metode Pendekatan Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya (Jakarta:
Grasindo, 2010) h. 50.
8
berfungsi sebagai landasan menggabungkan suatu masalah, sehingga suatu
masalah dapat diuraikan dan dijelaskan secara jelas dan dapat dipahami.
Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.10
Penelitian ini menggunakan Analisis Wacana Kritis yang dikembangkan
Norman Fairclough. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada teks dalam berita
yang tercipta berdasarkan proses pada saat ruang produksi, dan penjelasan
hubungan antara proses yang tidak sama dan proses sosial.11
Melalui Analisis Wacana Kritis, kita tidak hanya mengetahui bagaimana
isi teks berita, tapi juga pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat, metafora
macam apa suatu berita disampaikan.12
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara sesuai
dengan Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough, yaitu:
1) Observasi teks. Cara ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap berita
pada Koran Tempo mengenai kasus Dahlan Iskan melawan anggota DPR.
Hasil analisis dari berbagai kasus yang ada dalam pemberitaan tersebut,
fokus berita yang diambil untuk diteliti dari 30 Oktober hingga 14
November 2012. Level teks ini mengungkapkan makna yang dilakukan
dengan menganalisis bahasa secara kritis.
10 Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 3. 11 Norman Fairclough, Critical Discourse Analysis: the Critical Study of Language (New
York: Longman Group Limited, 1995), h. 97. 12 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 68.
9
2) Wawancara mendalam. Teknik ini dilakukan sebagai metode pengumpulan
data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
narasumbernya.13
Wawancara mendalam dinilai sebagai sebuah kolaborasi antara
pewawancara dan partisipan. Para peneliti memilih wawancara mendalam
karena tertarik terhadap arah yang ingin ditentukan oleh rapat redaksi
dalam wawancara. Wawancara mendalam dapat dilakukan melalui
internet. Tapi teknik ini masih sangat baru dan banyak orang masih
menyukai wawancara langsung.14
Dalam hal ini, wawancara dilakukan
kepada orang yang berkepentingan dalam penelitian, yaitu Redaktur
Pelaksana Koran Tempo.
3) Analisis praktik sosial budaya. Teknik ini dilakukan dengan mencari data
berupa arsip, tulisan, dan mengutip pernyataan ahli-ahli yang relevan
dengan judul penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Data yang sudah terkumpul, kemudian dianalisis sesuai dengan metode
Analisis Wacana Kritis yang dikemukakan oleh Norman Fairclough. Fairclough
menganalisis wacana menjadi tiga dimensi: analisis teks, praktik wacana, dan
analisis sosial budaya.
a) Analisis teks, Fairclough juga meneliti apakah kalimat yang ada memiliki
kesinambungan dengan kalimat sebelum dan sesudahnya dan kalimat
antarkata tersebut memiliki sebuah pengertian yang dapat dipahami.
13 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 35. 14 Richard West dan Lynn H Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis dan
Aplikasi. penerjemah Maria Natalia (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 83.
10
Kalimat-kalimat yang ada akan dianalisis menggunakan teori analisis
framing metode Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
b) Praktik wacana merupakan proses di mana sebuah teks berita itu
dihasilkan. Analisis pada level ini yaitu dengan memahami wawancara
mendalam pada awak redaksi. Kemudian mengamati proses produksi dan
konsumsi teks dengan menggunakan perspektif ekonomi politik Vincent
Mosco.
c) Analisis sosial budaya. Peneliti melakukan analisis praktik wacana sosial
budaya dengan asumsi konteks sosial budaya yang ikut serta memengaruhi
wacana yang menarik bagi media, misalnya ideologi dan kepentingan yang
dominan di masyarakat.
6. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dilakukan kepada Koran Tempo yang bertempat di
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan dan objek penelitiannya adalah pemberitaan
Dahlan Iskan melawan anggota DPR dari tanggal 30 Oktober hingga 14
November 2012.
7. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan sejak bulan Februari atau sejak dimulainya
proposal dilakukan hingga Desember 2013 atau sampai penelitian ini diselesaikan.
Tempat penelitian dilakukan di kantor Koran Tempo dengan meminta data dan
wawancara kepada orang yang memiliki wewenang terhadap pemberitaan Dahlan
Iskan melawan DPR terbit. Perpustakaan di Jakarta dan sekitarnya pun menjadi
tempat mencari referensi penelitian.
11
F. Tinjauan Pustaka
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang
diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance (CeQDA)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebelum menyusun skripsi lebih lanjut, maka peneliti terlebih dahulu
menelusuri penelitian dan skripsi-skripsi yang sudah dilakukan di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan dari Universitas lain. Maksudnya agar penelitian yang akan
dilakukan tidak sama dengan skripsi-skripsi sebelumnya dan ada pemetaan
perkembangan terhadap penelitian. Adapun beberapa tinjauan pustaka tersebut
ialah:
1. Skripsi karya Tia Agnes Astuti (106051101943), Mahasiswi Konsentrasi
Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN
Jakarta Angkatan 2006 dengan judul “Analisis Wacana van Dijk terhadap
Berita Sebuah Kegilaan di Sampang Kraft di Majalah Pantau.” Perbedaan
skripsi ini terletak pada subjek, objek, dan metode penelitiannya. Skripsi Tia
meneliti tentang kekerasan di Aceh di Majalah Pantau. Skripsi Tia
menggunakan metode analisis wacana van Dijk
2. Skripsi karya Randy Ferdi Firdaus (207612140), Mahasiswa Program Studi
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta dengan judul “Analisis Wacana
Kritis Pemberitaan Negara Islam Indonesia (NII) di Harian Umum Republika
12
Edisi April 2011.” Perbedaannya terletak pada subjek dan objek yang diteliti.
Randy meneliti tentang Pemberitaan NII di Harian Umum Republika.
3. Skripsi karya Apristia Krisna Dewi (108051100058), mahasiswi Konsentrasi
Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN
Jakarta dengan judul “Analisis Wacana Rubrik “Media dan Kita” Majalah
UMMI Edisi Juli-Oktober 2009.” Metode yang digunakan Apristia sama
dengan karya Tia. Mereka menggunakan analisis wacana van Dijk.
G. Sistematika Penulisan
Secara sistematis penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Setiap bab
terdiri dari sub-sub yang memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Bab pertama
membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui landasan awal kenapa
peneliti ingin meneliti kasus perseteruan antara Dahlan Iskan dengan anggota
DPR. Bab ini menjadi landasan awal untuk mengetahui arah peneliti menganalisis
kasus tersebut.
Untuk memahami lebih dalam objek yang diteliti, dibutuhkan sebuah teori.
Teori tersebut digunakan agar proses penelitian tak keluar dari jalur. Oleh karena
itu, bab kedua memaparkan kerangka teori dan konseptual. Kerangka teori
membahas Analisis Wacana Kritis yang dikembangkan Norman Fairclough.
Teori analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dan
ekonomi politik yang dikembangkan Vincent Mosco digunakan untuk
memperdalam metode Norman Fairclough. Kerangka konseptual memaparkan
13
penggunaan bahasa sebagai kekuatan sebuah media dan juga sedikit pemahaman
tentang media massa dan berita.
Koran Tempo merupakan subjek yang diteliti. Itu sebabnya Bab III
membahas tentang gambaran umum beserta susunan redaksi Koran Tempo. Bab
ini juga mengulas sejarah Dahlan Iskan hingga dia menjadi menteri Badan Usaha
Milik Negara.
Pembahasan bab pertama hingga bab ketiga melahirkan analisis tentang
kasus Dahlan Iskan melawan anggota DPR. Analisis tersebut ditulis pada bab
keempat.
Pada akhirnya anlisis yang ditulis di bab empat menghasilkan sebuah
kesimpulan dari peneliti. Kesimpulan tersebut ada pada bab kelima dan tidak lupa
pula peneliti memberikan saran kepada media massa di bab tersebut.
14
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teori
1. Ekonomi Politik Vincent Mosco
Media massa diyakini bukan sekadar medium lalu lintas pesan antara
unsur-unsur sosial dalam suatu masyarakat, melainkan juga berfungsi sebagai alat
pendudukan dan pemaksaan oleh kelompok yang secara ekonomi dan politik
memiliki pengaruh dominan. Melalui pola kepemilikan dan melalui produk-
produk yang disajikan, media merupakan perangkat ideologis yang
melanggengkan dominasi kelas pemodal terhadap publik yang diperlakukan
semata-mata sebagai konsumen dan terhadap pemegang kekuasaan untuk
memuluskan lahirnya regulasi-regulasi yang pro pasar.1
Pada akhirnya, media massa mencapai puncak perkembangan sebagai
lembaga kunci pada masyarakat modern. Media massa mampu merepresentasikan
diri sebagai ruang publik yang utama dan turut menentukan dinamika sosial,
politik, dan budaya baik di tingkat lokal maupun global. Media juga memberikan
medium pengiklan utama yang secara signifikan mampu menghasilkan penjualan
produk barang dan jasa. Media massa menghasilkan surplus ekonomi dengan
menjalankan peran penghubung antara dunia produksi dan konsumsi. Namun,
hampir selalu terlambat didasari bahwa media massa di sisi lain juga
1 Agus Sudibyo, dkk, Ekonomi Politik Media Penyiaran (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta,
2004), h. 1.
15
menyebarkan atau memperkuat struktur ekonomi dan politik tertentu. Media tidak
hanya mempunyai fungsi sosial dan ekonomi, tetapi juga menjalankan fungsi
ideologinya. Oleh karena itu, fenomena media bukan hanya membutuhkan
pengamatan yang didasarkan pada pendekatan-pendekatan ekonomi, melainkan
juga pendekatan politik.2
Peran media dalam struktur ekonomi dan politik yang berlaku di suatu
negara yang harus diperhatikan adalah dalam sistem industri kapitalis. Media
massa harus diberi fokus perhatian yang memadai sebagaimana institusi-institusi
produksi dan distribusi yang lain. Kondisi-kondisi yang ditemukan pada level
kepemilikan media, praktik-praktik pemberitaan, dinamika industri radio, televisi,
perfilman, dan periklanan memiliki hubungan yang saling menentukan dengan
kondisi-kondisi ekonomi dan politik spesifik yang berkembang di suatu negara,
serta pada gilirannya juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi politik global.3
Kepentingan pemilik modal seperti ini menyebabkan ketimpangan dalam
pasar sehingga menyebabkan kompetisi yang tidak sehat. Permasalahan seperti ini
membuat pasar bebas tidak pernah sepenuhnya terwujud. Kecenderungan atas
terpusatnya kepemilikan serta kekuasaan menyebabkan dominasi dan monopoli
pada pasar ekonomi. Proses ini terjadi melalui merger sebuah perusahaan
sehingga membuka jalan bagi berkembangnya fenomena konglomerasi.
Media harus diletakkan dalam sistem yang lebih luas sebagai bagian
integral dari proses-proses ekonomi, sosial, dan politik yang berlangsung dalam
2 Peter Golding dan Graham Murdock, The Political Economy of the Media (Northamton:
Edward Edgar Publishing Limited, 1997), h. 4. 3 Dedy N. Hidayat, Jurnalis, Kepentingan Modal dan Perubahan Sosial (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 441.
16
kehidupan masyarakat. Isi teks pada media beserta tindakan jurnalis dalam
memproduksi misalnya, dipandang tidak terlepas dari konteks proses-proses sosial
memproduksi dan mengonsumsi teks. Kemudian dari situ naik pada jenjang
organisasi, industri, dan masyarakat.
Interaksi antara pers dengan berbagai kelompok sosial yang muncul dalam
proses memproduksi dan mengkonsumsi produk media harus dipahami sebagai
proses yang berlangsung dalam struktur politik yang otoriter atau struktur
ekonomi kapitalis yang sangat dipengaruhi oleh situasi-situasi global.
Salah satu fokus dari studi ekonomi politik adalah melihat peran media
dalam membangun masyarakat kapitalis yang ternyata penuh distorsi. Masyarakat
yang tak memiliki pengaruh besar dan kelompok-kelompok marjinal tidak
memiliki banyak pilihan selain menerima atau mungkin mendukung sistem yang
telah dibuat oleh mereka yang masuk pada kelompok dominan.
Pendekatan parameter yang dilakukan Vincent Mosco pada ekonomi
politik komunikasi membagi menjadi tiga (3) aspek, yaitu komodifikasi,
spasialisasi, dan strukturasi. Komodifikasi merupakan perubahan bentuk nilai
guna menjadi nilai tukar.4
Nilai guna yang bisa menghasilkan nilai tukar ini berasalah dari
pemanfaatan tenaga-tenaga buruh yang para kapitalis miliki. Sumber daya alam
yang ada pun tidak juga luput dari incaran pemilik modal ini. Oleh karena itu,
komodifikasi dapat diasumsikan memanfaatkan khalayak untuk dijadikan
pendapat yang besar bagi suatu media. Komodifikasi hampir sama dengan istilah
4 Vincent Mosco, The Political of Communication (London: SAGE Publication Ltd,
1996), h. 141.
17
komersialisasi, karena fungsi dan tujuaannya yang memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya.
Komodifikasi merupakan pintu masuk dari ekonomi politik komunikasi.
Dari situ, kemudian ke tahap selanjutnya yang disebut spasialisasi. Spasialisasi
dapat dikatakan penanggulangan atas ketidakleluasaan ruang dan waktu dalam
kehidupan sosial. Proses ini meliputi ruang dalam media massa yang dapat
menembus wilayah manapun tanpa terhambat waktu.5
Spasialisasi menyebabkan monopoli dalam media massa. Isu yang
dikembangkan pada suatu media, tidak luput dari keinginan sang pemilik modal
demi kepentingan ekonomi dan politiknya. Pembatasan seperti ini menyebabkan
integritas dari media tersebut dipertanyakan. Apakah media itu memberikan berita
kepada khalayak karena ingin mencerdaskan bangsa atau karena ada kepentingan
tertentu.
Hal ini bisa lebih parah jika pemilik media terjun dalam dunia politik.
Dapat dikatakan jika pemilik tersebut melakukan hal demikian, dia akan
memanfaatkan kedudukannya untuk memanfaatkan ruang yang ada dalam media
agar mencitrakan kebaikannya kepada masyarakat. Masyarakat yang tidak bisa
memilah pesan dari suatu media akan terpengaruh dengan pemanfaatan ruang dan
waktu yang dimiliki pemilik media itu.
Konsep terakhir yang dikemukakan Vincent Mosco adalah strukturasi.
Strukturasi berkaitan dengan hubungan ide antaragen masyarakat, proses sosial
dan praktik sosial dalam analisis struktur. Strukturasi dapat digambarkan sebagai
5 Mosco, The Political of Communication, h. 173.
18
proses di mana struktur sosial saling ditegakkan oleh para agen sosial. Para agen
ini kemudian menjadi bagian dari struktur dan bertindak melayani bagian yang
lain. Hasil akhir dari strukturasi adalah serangkaian hubungan sosial dan proses
kekuasaan diorganisasikan di antara kelas, gender, ras dan gerakan sosial yang
masing-masing berhubungan satu sama lain.6
Strukturasi merupakan sebuah medote paling menyolok yang
dikembangkan Anthony Giddens. Adanya metode ini karena Anthony merasa
adanya jurang antara teori jarak struktural yang ditemukan Durkheim, Levi-
Strauss, dan Althusser dan tindakan perspektif teoritis yang berbeda jaman dari
pandangan sosiolog seperti Max Weber dan pandangan Schutz dan Gadamer.7
2. Analisi Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Secara umum, studi komunikasi yang ada di Indonesia, mengambil tiga
paradigma, yaitu paradigma positivis, konstruktivis, dan kritis. Paradigma
positivis beranggapan bahwa media itu netral. Tidak ada kepentingan apapun dari
sebuah media dalam menyampaikan berita, karena media massa adalah sebagai
penyambung antara peristiwa kepada masyarakat.
Berbeda dengan pandangan positivis, penganut paham konstruktivis
menentang kaum positivis. Paradigma konstruktivis menganggap media tidak
netral. Alasannya, tidak semua realitas sosial dapat disampaikan media. Dari
realitas itu, media memiliki sudut pandang sendiri atas apa yang dilihatnya,
sehingga muncul kepada khalayak.
6 Mosco, The Political of Communication, h. 215-216. 7 Mosco, The Political of Communication, h. 212.
19
Merasa kurang sempurna, paradigma kritis memperbaiki pandangan
konstruktivis. Paradigma kritis juga mengakui bahwa media itu tidak netral.
Menurut paham kritis, selain media punya sudut pandangnya sendiri mengenai
sebuah peristiwa, media juga memiliki kepentingan terhadap apa yang
disampaikan. Kepentingan itu dapat berupa ekonomi maupun politik.
Konstruksionisme menjelaskan bahwa konstruksionis merupakan proses
kerja kognitif individu di mana terjadi hubungan sosial antara individu dengan
orang lain atau lingkungannya. Proses inilah yang menafsirkan realitas. Realitas
tersebut kemudian dibentuk sendiri oleh pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya oleh masing-masing individu. Piaget menyebut kemampuan ini
sebagai skema atau skemata dalam yang berarti suatu struktur mental atau kognitif
yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi
lingkungan sekitarnya.8
Berdasarkan pernyataan tersebut, setiap orang memiliki pandangannya
sendiri mengenai peristiwa yang dilihatnya. Jika orang pertama melihat banjir
sebagai bencana alam dan sudah diatur oleh Tuhan dan orang kedua memandang
bahwa banjir bisa dicegah karena itu merupakan ulah manusia, pendapat keduanya
benar.
Mungkin saja orang yang menganggap bencana alam itu merupakan orang
yang agamis sudah terpengaruh oleh ajaran agama kemudian menyerahkan
segalanya pada Tuhan dan orang kedua memiliki pemikiran yang lebih terbuka
sehingga memiliki pola pikir lebih jauh mengenai peristiwa banjir.
8 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan (Pustaka Filsafat, 2007), h.
30.
20
Realitas ada karena hasil interpretasi dari masing-masing individu melihat
suatu peristiwa. Schutz mengatakan tindakan manusia menjadi suatu hubungan
sosial bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu
sebagai sesuatu yang penuh arti.9
Margaret M. Poloma mengutip pendapat Berger dan Luckmann memiliki
gagasan yang bertumpu pada makna realitas dan pengetahuan. Kenyataan
merupakan suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang memiliki
keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak individu manusia
(yang kita tidak dapat meniadakannya dengan angan-angan). Pengetahuan adalah
kepastian bahwa fenomena-fenomena itu nyata (real) dan memiliki karakteristik-
karakteristik yang spesifik.10
Konstruksi realitas yang dihasilkan individu tersebut menjadi sebuah
realitas sosial. Proses ini terjadi atas pengaruh eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi. Realitas sosial berawal dari pengaruh kuat dari satu individu kepada
orang lain. Orang yang terpengaruh oleh kenyataan ini, lalu meyakininya menjadi
sebuah kebenaran. Kebenaran oleh banyak orang ini kemudian menjadi realitas
sosial yang diyakini masyarakat pada daerah tersebut.
Burhan Bungin mengambil pendapat Berger dan Luckman dengan
mendefinisikan eksternalisasi sebagai proses penyesuaian diri individu terhadap
dunia sosiokulturalnya.11
Eksternalisasi masuk ke dalam kognisi setiap individu
9 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.
59. 10 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), h. 1. 11 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa,
Iklak Televisi, dan Keputusan Konsimen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann (Jakarta: Kencana, 2008), h. 15.
21
secara aktif maupun pasif. Proses yang terjadi secara terus-menerus menjadi
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi pengetahuan bersama.
Pengetahuan bersama ini bersifat subyektif yang kemudian terjadi
berulang-ulang lalu mengendap sehingga menjadi akumulasi terhabitualisasi.
Habitualisasi membentuk produk sosial yang nantinya akan diwariskan. Dengan
kata lain, manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas sosial yang
objektif melalui proses eksternalisasi.12
Proses objektivasi pada tahap pertama disebut sebagai institusionalisasi
dan kedua merupakan legitimasi.13
Institusi merupakan buah pikiran manusia
kepada kehidupannya yang mengalir secara absurd. Ketidakjelasan ini diartikan
sebagai kekacauan karena terbatasnya makna yang dimiliki masing-masing
individu.
Institusi yang diwariskan ke setiap individu tidak bersifat statis atau tanpa
perubahan. Hal ini karena sifat manusia yang ingin tahu yang kemudian
mempertanyakan warisan itu. Pertanyaan itu membutuhkan legitimasi yang
merupakan tahap objektivasi tahap kedua. Legitimasi meletakkan penjelasan
berdasarkan pembuktian logis atas relevansi dari sebuah institusi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.14
Internalisasi ada atas ciptaan individu itu sendiri yang manafsirkan realitas
objektif secara subjektif. Penafsiran tersebut disebar dalam bentuk sosialisasi
kepada orang sekitar. Tahap sosialisasi dapat berlangsung secara primer ataupun
sekunder.
12 Poloma, Sosiologi Kontemporer, h. 302. 13 Geger Riyanto, Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran (Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 2009), h. 117. 14 Riyanto, Peter L. Berger, h. 116.
22
Sosialisasi primer berlangsung pada masa anak-anak dengan hubungan
emosional sangat tinggi yang tidak hanya menimbulkan proses belajar mengenal
lingkungan secara kognitif saja. Sedangkan sosialisasi sekunder memurut Berger
dan Luckmann dikatakan bahwa tanpa mempertimbangkan dimensi lainnya.
Sosialisasi sekunder dapat dikatakan sebagai proses memperoleh pengetahuan
khusus sesuai dengan perannya di mana peran-peran secara langsung atau tidak
langsung berakar dalam pembagian kerja.15
Pada proses konstruksi dalam sebuah media, ada penelitian yang disebut
analisis framing. Analisis framing merupakan penonjolan sebuah peristiwa yang
dilihat oleh seorang wartawan yang berkerja pada media massa. Salah satu orang
yang mendalami analisis framming adalah Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki.
Eriyanto mengutip pernyataan Pan dan Kosicki bahwa ada dua konsepsi
framming yang saling berkaitan, yaitu konsepsi psikologi dan sosiologis. Konsep
psikologi lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi
dalam dirinya. Sedangkan konsep sosiologi lebih melihat pada bagaimana
konstruksi sosial atas realitas.16
15 Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 21. 16 Eriyanto, Analisis Framming; Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakarta:
LkiS Group, 2002), h. 291.
23
Tabel 1 Analisis framing metode Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 17
Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata
dalam tuturan. Unsur bahasa yang termasuk dalam lingkup sintaksis adalah frasa,
17 Eriyanto, Analisis Framming, h. 295.
24
klausa, dan kalimat. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif. Klausa adalah satuan gramatika yang berupa kelompok kata, yang
sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri yang sekurang-
kurangnya memiliki sebuah subjek dan predikat.18
Pada konteks berita, sistaksis dapat dilihat dari kerangka penulisan berita
yang dinamakan piramida terbalik. Dalam konsep itu sesuatu hal yang paling
penting diletakkan pada bagian awal paragraf. Semakin berlanjut ke paragraf
selanjutnya, semakin tidak penting. Proses ini akan terlihat peristiwa apa yang
lebih ingin ditonjolkan oleh wartawan.
Skrip merupakan kelengkapan dalam menulis berita. Kelengkapan di sini
adalah pada penulisan 5W+1H karena berita yang baik adalah yang tidak
membuat pembaca bertanya-tanya. Agar tak terjadi hal tersebut, maka penulisan
5W+1H sangat penting dalam penulisan berita.
Penulisan salah satu 5W+1H yang didahulukan, akan terlihat peristiwa apa
yang lebih ditonjolkan wartawan. Apakah itu kronologisnya, ataukah kenapa
peristiwa itu bisa terjadi, atau siapa orang yang terlibat pada peristiwa itu dapat
dilihat poin manakah yang lebih awal diceritakan oleh wartawan.
Tematik dapat dikatakan seperti sebuah tema dalam sebuah peristiwa.
Perangkat yang diamati dalam sebuah tematik ini adalah koherensi atau pertalian
antarkata.19
Koherensi merujuk pada sebuah kejadian yang diceritakan secara
runtut. Oleh karena itu, tidak boleh ada penulisan peristiwa yang penting dalam
koherensi sebuah berita.
18 Zaenal Arifin dan Junaiyah, Sintaksis (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 1-2. 19 Eriyanto, Analisis Framming, h. 301-302.
25
Prinsip koherensi merupakan standar penting dalam menilai rasionalitas
naratif yang akhirnya akan menentukan apakah seseorang menerima naratif itu
atau menolaknya. Koherensi merujuk pada konsistensi internal dari sebuah
naratif.20
Retoris dalam sebuah pemberitaan lebih bagaimana cara wartawan
menekankan fakta. Penggunaan bahasa yang digunakan salah satu upaya dalam
retoris. Pembantantaian dan pembunuhkan memiiki arti yang sama, tapi memiliki
makna dengan konteks yang berbeda.
Selain menggunakan kata, retoris juga muncul dalam sebuah grafik atau
gambar. Grafis dibuat sebagai pendukung dari tulisan yang ingin ditonjolkan. Saat
wartawan ingin memberitakan peristiwa yang mencekam, foto berita yang
tampilkan dapat membantu pembaca menggambarkan sejauh mana peristiwa itu
begitu mencekam.
Selain gambar, pengunaan huruf dengan cetak tebal dan pemberian warna
juga mempengaruhi penekanan berita. Hal mempengaruhi kognitif seorang
pembaca saat melihat sebuah tulisan yang berbeda dengan tulisan lain. Elemen
seperti itu mengontrol ketertarikan dan perhatian secara intensif dan menunjukkan
kepada pembaca suatu hal yang dipusatkan.21
3. Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) Norman Fairclough
Wacana secara khusus merupakan percakapan atau tuturan. Dapat
dikatakan wacana adalah keseluruhan percakapan yang membentuk satu kesatuan
karangan sehingga menjadi makna yang utuh. Sebagai sebuah percakapan, wacana
20 Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Komunikasi, Edisi 3. Penerjemah Maria
Natalia Damayanti Maer (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), h. 52. 21 Eriyanto, Analisis Framming, h. 306.
26
berasal dari gagasan, pikiran, dan ide yang dapat dipahami pembaca atau
pendengar.
Istilah analisis wacana sangat ambigu. Michaels Stubbs mengarahkan
sebagian besar pengertian tersebut kepada analisis bahasa secara alami terjadi
menyambungkan pembicaraan atau wacana yang tertulis. Analisis wacana fokus
pada bahasa dalam penggunaan konteks sosial dan dalam bagian dengan
interaksi.22
Analisis wacana tidak dapat dipisahkan dari bahasa tindakan dan
situasinya. Tindakan ini meliputi pembicara dan pendengar dan tidak ada
hubungan yang saling bergantung. Dari sini terlihat wacana hadir dalam
kehidupan sehari-hari dengan penggunaan bahasa yang sangat fleksibel.
Untuk memahami analisis wacana itu sangat sulit jika tidak cukup
memahami dan berpengetahuan minim tentang studi bahasa. Cara agar mencegah
semua itu adalah dengan mempelajari secara khusus transkip bagian data
percakapan.23
Banyak pakar komunikasi yang mengembangkan Analisis Wacana Kritis
dan salah satunya adalah Norman Fairclough. Norman Fairclough memiliki ciri
khasnya sendiri dalam menganalisis sebuah pemberitaan dalam media massa. Ia
menganalisis sebuah pemberitaan menjadi tiga bagian, yaitu teks, praktik wacana,
dan praktik sosial budaya.
22 Michael Stubbs, Discourse Analysis (Oxford: Basil Blackwell Publisher Limited,
1983), h. 1. 23 Stubbs, Discourse Analysis, h. 15.
27
Cara yang Norman Fairclough kemukakan tersebut berisi penggambaran
linguistik dari teks bahasa, interpretasi hubungan antara proses-proses tak sama
dan teks, penjelasan hubungan antara proses-proses tak sama dan proses-proses
sosial.24
Tabel 2 Analisis Wacana Kritis metode Norman Fairclough25
“The discussion of issue and problems in critical discourse
analysis which will occupy the rest of this introduction will be organized
around the three dimensions of the analytical framework sketched out
above: text, discourse practice, socicultural practice. I discuss in turn
issues relating to text and language, genre and orders of discourse, and
society and culture. Part of my objective here is to point to and engage in
controversies which have arisen from the project of critical discourse
analysis, differences betwen critical discourse analysis and scholar in
adjacent fields, and differences amongst critical discourse analysis.”26
24 Norman Fairclough, Critical Discourse Analysis: the Critical Study of Language (New
York: Longman Group Limited, 1995), h. 97. 25 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 98. 26 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 3.
28
Fairclough menggunakan kritis dan kritik dalam analisisnya untuk
menandainya komitmen pada sebuah teori dan metode dialektika yang
mengeksplorasi interhubungan antara benda dan interkoneksi dari sebab dan efek
yang mungkin terdistorsi dari impian manusia. Namun, Analisis Wacana Kritis
pergi di luar kritik karena menggambarkan teori sosial dan teori bahasa, dan
metodotogi untuk analisis bahasa yang tidak secara umum didapat dan memiliki
sumber penghasilan dan dalam investigasi mendalam yang berada pada melebihi
pengalaman biasa.27
Struktur sosial dapat dilihat dari teks yang muncul dalam pemberitaan.
Teks tak hanya menggambarkan peristiwa yang ada, tapi di dalamnya
tersembunyi maksud tertentu. Peristiwa ini terlukiskan melalui koherensi dan
kohesi pada sebuah berita yang kemudian menjadi sebuah paragraf. Paragraf
kemudian saling terhubung dengan paragraf lain sehingga menjadi sebuah wacana
dalam pemberitaan.
Teks pada peristiwa memunculkan tanda-tanda dari sikap dari sebuah
media itu. Apakah media mendukung rakyat yang tertindas atau memihak kepada
orang yang memiliki jabatan. Teks tak pernah lepas dari bahasa. Bahasa
digunakan untuk menutupi hubungan sosial dan proses yang secara sistematis
menentukan bentuk bahasa yang dihasilkan melalui sebuah teks.
Kasus yang dapat dilihat dari permasalahan ini ketika terjadi demonstrasi
para buruh. Kebanyakan dari media massa selalu memberitakan efek negatif dari
sebuah demonstrasi yang dilakukan buruh. Media massa jarang sekali membahas
konteks yang terjadi kenapa para buruh bertindak seperti itu. Buruh melakukan
27 Rosana Dolon and Julia Todoli, Analysing Identities in Discourse (Amsterdam: John
Benjamins Publishing, 2008), h. 132-133.
29
demonstrasi karena mendapat upah di bawah standar dan dipekerjakan tidak
layak. Mereka juga sulit untuk menikmati hari libur, bahkan waktu istirahat sulit
didapat. Masalah seperti ini yang sering terjadi pada media massa.
Aspek yang dilakukan menutupi sebuah peristiwa ini dikarenakan
ideologi. Inheren dalam wacana juga mempengaruhi sebuah hubungan dialektika
dari struktur peristiwa. Wacana dibentuk karena struktur yang ada. Tapi wacana
juga memiliki kontribusi dalam pembentukan kembali peristiwa.28
Penghubung antara analisis teks dengan praktik sosial budaya adalah
praktik wacana. Sebuah teks diproduksi atau diinterpretasi dalam wacana
tergantung dari praktik wacana dan diskusi bersama saat ruang redaksi. Sifat dari
praktik wacana adalah membentuk produksi teks dan meninggalkan hakikat dasar
dari kenyataan yang sebenarnya. Sifat dari produksi wacana juga tergantung
pemahaman yang ditentukan dari ruang redaksi.
Norman Fairclough mengibaratkan praktik wacana seperti apa yang yang
terjadi dalam institusi sekolah yang menghubungkan antara seorang guru dan
murid-muridnya. Hubungan ini akhirnya ditentukan pada level bentuk sosial
antara sekolah dan sistem ekonomi sehingga semua tindakan yang ada di sekolah
dipengaruhi oleh faktor institusi.29
Peraturan institusi yang dianalogikan Norman Fairclough ini seperti
kinerja pada sebuah media massa. Hubungan antara wartawan dan pemimpin
redaksi saat menentukan tema sebuah pemberitaan ditentukan oleh institusi media
itu. Kebijakan redaksi tidak mungkin lepas dari ideologi media massa itu. Oleh
28 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 73. 29 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 37-38.
30
sebab itu, teks dan sosial budaya dapat muncul dari kebijakan redaksi yang telah
diatur sebelumnya.
Ideologi sebuah media tak lepas dari hegemoni pemilik media. Pemilik
media memiliki peran yang cukup besar dalam menentukan identitas dan ciri khas
sebuah perusahaan yang dia miliki. Dari sini, kepentingan pemilik modal masuk
pada ideologi pada media tersebut.
Konsep hegemoni yang digunakan Norman Fairclough berasal dari Lenin
dan Gramsci. Alasan Fairclough menggabungkan konsep Lenin dan
mengelaborasi analisis Gramsci karena harmonisasi dengan konsep dialektika
struktur advokasinya. Hal itu disebabkan mereka menyediakan kerangka kerja
untuk berteori dan menganalisis ideologi atau wacana yang menghindari paham
ekonomi dan idelis. Hegemoni berjalan melintasi dan mengintegrasi ekonomi,
politik, dan ideologi yang belum berasal dari sebuah tempat otentik untuk masing-
masing. Ketiga hal tersebut fokus atas politik dan kekuasaan, dan atas hubungan
dealektika antara kelas dan pangsa pasar.30
Pada intinya, ideologi dapat
mengurangi realitas tanpa distorsi.
Praktik sosial budaya merupakan sebuah fokus pada suatu hal sebagai
situasi dengan segera yang telah memberikan kemunculan ke produksi dan
berbagai praktik sosial budaya dan kondisi tidak bersambungan pada institusi dan
level sosial yang menyediakan sebuah pelebaran relevansi kontekstual.31
Analisis pada praktik sosial budaya dapat digambarkan pada eksplotasi
seperti pertanyaan apakah fakta-fakta yang ada pada teks mendukung dari
ketidaksinambungan hegemoni atan kenyataan praktik sosial. Atau apakah praktik
30 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 75-76. 31 Terry Locke, Critical Discourse Analysis (London: Continuum International Publishing
Group, 2004), h. 42.
31
sosial budaya untuk perlawanan hubungan hegemoni pada kondisi umum. Juga
bisa seperti mempertanyakan apakah praktik sosial budaya ada untuk
menghasilkan realitas sosial dan menciptakan transformasi dalam teks. Analisis
sosial budaya yang digunakan Norman Fairclough pada intinya merupakan
interpretasi dari praktik wacana yang ada pada saat ruang redaksi.
B. Kerangka Konsep
Bahasa dalam Kuasa dan Kekuatan Ideologi
Penulisan berita tak pernah lepas dari bahasa. Penulisan bahasa
menggambarkan kepribadian orang yang menulisnya. Bahkan dengan melihat
bahasa yang digunakan, kita dapat mengetahui banyak tentang orang tersebut,
seperti pengetahuannya, pendidikannya, dan lainnya.
Bahasa itu tertanam oleh ideologi yang masuk dengan berbagai cara pada
bermacam-macam jenis level. Kunci utama yang diberikan Norman Fairclough
adalah apakah ideologi merupakan sebuah alat-alat struktur atau peristiwa? Dia
menjawab, keduanya merupakan alat ideologi. Cara untuk memecahkannya
adalah dengan menemukan kepuasan dialektika struktur dan kejadian.32
Maksud dari pernyataan di atas seperti pada sebuah media massa.
Peristiwa yang terjadi pada masyarakat digabungkan dengan struktur antara
masyarakat dengan media massa tersebut. Media massa yang memiliki kekuatan
mempengaruhi publik dengan alat mereka, akhirnya memasukkan pikirannya
sehingga membuat masyarakat tergiring pada pemahaman itu. Publik pun tak
32 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 71
32
memiliki kekuatan untuk melawan karena tidak memiliki alat untuk membalas
doktrin tersebut.
Martin Heideger dalam buku Littlejohn dan Karen berpendapat bahwa
penggunaan bahasa setiap hari menciptakan suatu realitas dengan pengalaman
alami. Peristiwa menjadi nyata karena dibentuk dengan bahasa beserta
konteksnya. Komunikasi merupakan sarana makna yang ditandai melalui
penglaman.33
Saat orang mengatakan bahwa kemacetan yang ada di Jakarta disebabkan
karena banyaknya kendaraan pribadi, itu karena pengalaman yang dia alami setiap
hari ketika merasakan langsung kemacetan. Melihat banyak kendaraan pribadi
saat jam kerja, menciptakan kesimpulan baginya bahwa kendaraan pribadi harus
dikurangi. Pendapat itu yang selalu dia keluarkan ketika ditanya bagaimana cara
agar kemacetan di Jakarta berkurang.
Saat orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap orang sekitar,
maka orang yang menjadi lawan bicaranya akan terpengaruh dengan realitas yang
diciptakan orang tersebut. Akan tetapi jika lawan bicaranya lebih kuat untuk
mempengaruhi orang pertama tersebut, orang pertama yang akan mengubah cara
pandangnya mengenai kemacetan yang ada di Jakarta.
Norman Fairclough mengibaratkan kekuatan bahasa seperti kekuatan
dalam bahasa seperti perbincangan dokter dan pasien. Dokter memiliki otoritas
33 Stephen W Littlejohn and Karen A Foss, Theories of Human Communication, 9th ed.
(United States: Wadsworth Publishing, 2007), h. 39.
33
yang tinggi secara umum karena dokter paham tentang kedokteran dan pasien
tidak. Dokter memiliki keputusan dan kontrol dalam penyembuhan.34
Contoh tersebut digambarkan bahwa dokter tidak mungkin berkata bohong
pada pasien. Jika dokter tersebut melontarkan perkataan bahwa umur pasien sudah
dekat, pasien pasti percaya dengan pernyataan tersebut karena dokter yang
memahami tentang kesehatan.
Media massa juga memiliki kekuatan yang sama seperti dokter dan pasien.
Bahkan media massa lebih dominan dalam penguasaan bahasanya terhadap
publik. Publik menerima pengaruh cukup besar lewat bahasa yang diberitakan
media massa dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan pengaruh tersebut.
Masyarakat bisa menghindari dominasi tersebut dengan cara meninggalkan dan
tidak membaca pemberitaan surat kabar yang diterbitkan media massa.
Bahasa yang digunakan juga berhubungan dengan ideologi. Menurut
Fairclough bahasa adalah bentuk paling umum dari kebiasaan sosial dan bentuk
tingkah laku sosial. Ideologi selalu dihubungkan pada kekuatan karena umumnya
ideologi terkandung dalam kebiasaan adat tergantung pada kekuatan orang
tersebut.35
Hal ini berarti apa yang diucapkan melalui bahasa seseorang kepada orang
lain menggambarkan apa yang sedang orang itu pikirkan. Pikiran tersebut terdapat
ideologi yang muncul baik secara implisit ataupun eksplisit dan tersampaikan
melalui tindakan. Ideologi, berdasarkan pernyataan Fairclough di atas bisa
34 Norman Fairclough, Language and Power second edition, 3th ed. (New York:
Routledge, 2013), h. 1-2. 35 Fairclough, Language and Power, h. 2.
34
terpengaruh oleh faktor sosial atau lingkungan. Dengan mengetahui bahasa yang
digunakan, dapat diketahui apa yang orang tersebut pikirkan dan seperti apa
kondisi lingkungan yang sudah dia hadapi.
Norman Fairclough menggabungkan bahasa yang memiliki kekuatan
berdasarkan teori Michel Foucault yang telah memulai peran utama wacana dalam
perkembangan bentuk modern kekuasaan dan Jurgen Habermas yang teori aksi
komunikasinya menyoroti cara distorsi komunikasi dengan pandangannya tentang
bahasa yang dapat meminimalisir kekerasan dalam kekuasaan sehingga menjadi
teori sosial.36
Bahasa digunakan untuk menutupi hubungan dan proses-proses sosial
yang secara sistematis menentukan berbagai macam sifat, termaksud bentuk
bahasa yang dihasilkan pada teks. Penutupan dalam sosial yang berhubungan pada
gagasan wacana adalah bahasa merupakan bentuk ideologi dan bahasa tertanam
oleh ideologi.37
36 Fairclough, Language and Power, h. 10. 37 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 73
35
BAB III
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Tempo
Pada jaman Orde Baru atau 6 Maret 1971, sejumlah wartawan sepakat
mendirikan majalah berita mingguan yang bernama Tempo. Mereka adalah
Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rayuanto, Christianto Wibisono, Yusril
Djalinus, dan Putu Wijaya. Tempo lahir di Jl.Senen Raya 83, Jakarta dengan
Yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya. Saat itu Tempo berbentuk majalah.1
Alasan mengapa para pendiri memberikan nama Tempo karena nama itu
singkat, bersahaja, dan enak diucapkan oleh lidah orang Indonesia dari segala
daerah. Sebutan Tempo juga terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun
merangsang. Nama itu pun bukan simbol suatu golongan. Pengertian Tempo
secara sederhana, yaitu waktu. Sebutan ini sangat lazim digunakan media massa
di berbagai dunia dengan bahasa negara mereka sendiri.2
Saat pertama kali hadir, banyak orang menilai Tempo mengikuti majalah
ternama di Amerika bernama Time. Selain pengertiannya yang sama bentuk
logonya pun serupa. Oleh karena itu pihak Time pernah menggugat Tempo karena
masalah ini. Akan tetapi masalah dapat terselesaikan dengan cara yang damai.
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Tempo_(majalah) diunduh 22 april 2013. 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Tempo_(majalah) diunduh 22 april 2013.
36
Perjalanan Tempo sempat mengalami hambatan. Media ini sempat
dibredel pada 1982 selama dua bulan saat edisi 13 Maret 1982 karena pembuaan
artikel yang mengidentifikasikan kecurangan pemilu tahun 1981. Tempo
mengalami pembredelan kembali pada 1994 selama empat tahun di edisi 11 Juni
1994 karena artikel mengenai pembelian kapal perang bekas Jerman oleh
pemerintah. Akhirnya Tempo terbit kembali dengan formasi baru pada 6 Oktober
1998.
Pada 2 April 2010 atau 40 tahun kelahiran Tempo, muncul Koran Tempo.
Tempo dan Koran Tempo masih dalam satu penerbitan, yaitu PT Tempo Inti
Media Harian. Saat itu hasil penjualan Koran Tempo sebanyak 100.000 eksemplar
sehari.3
Untuk mempermudah manajemen Tempo yang berbentuk majalah, koran
dan internet, maka didirikanlah Tempo News Room. Hal ini dimaksud agar
mempermudah ketiga produk tersebut kepada wartawannya. Akan tetapi hal ini
malah membuat wartawan Tempo seperti dimanfaatkan. Dalam mengelola Tempo
secara keseluruhan mereka hanya mendapat gaji seperti biasa. Seharusnya dengan
mengelola ketiga media tersebut, wartawan Tempo juga mendapat penghasilan
seperti bekerja di tiga media.
Tidak hanya dari internal saja masalah yang terjadi, di era keterbukaan
informasi, Tempo masih sering kali mendapat masalah dari sisi pemberitaan.
Permasalahan terjadi ketika pemberitaan Majalah Tempo mengenai tragedi
kebakaran di Tenabang.
3 http://id.wikipedia.org/wiki/Tempo diakses pada 22 April 2013.
37
Di terbitan itu Majalah Tempo menuliskan ada sangkut paut kebakaran
yang terjadi dengan Tomy Winata. Tomy yang tak terima tuduhan itu akhirnya
melayangkan somasi dan mengharuskan Tempo mengucapkan permintaan maaf di
beberapa media cetak ternama di Jakarta.
Selain masalah pemberitaan, masih ada lagi kasus mengenai gambar yang
dibuat majalah itu. Tahun 2008 umat Katolik menggugat Majalah Tempo karena
gambar halaman muka mereka yang bergambar Soeharto bersama anak-anaknya
mengikuti gambar Perjamuan Terakhir karya Leonardo da Vinci. Umat Katolik
meminta Tempo melakukan klarifikasi dan meminta maaf atas perbuatan itu di
media mereka dan memastikan kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
Dua tahun kemudian Majalah Tempo mengulang hal serupa tapi kali ini
bukan mengenai agama, tapi dengan instansi kepolisian. Akan tetapi permasalah
ini cepat selesai melalui perantara Dewan Pers dengan cara damai. Tahun 2012
seakan Majalah Tempo mengulang kesalahan yang sama. Kali ini Choel
Malarangeng yang tidak terima dengan gambar sampul majalah tersebut. Masalah
itu pun selesai dengan cara damai.
Dengan masalah yang sering kali menimpa Tempo, tidak heran banyak
kalangan yang tidak suka dengan mereka, terlebih lagi dengan kemudahan
masyarakat memperoleh informasi. Akun twitter @TrioMacan2000 salah satu
buzzer (orang yang memiiki pengaruh ke orang lain) yang bersikap sinis pada
Tempo. berkali-kali mengatakan kalau Tempo merupakan antek-antek politisi
karena pemberitaannya yang tidak berimbang. Akun tersebut juga sering berkata
melalui twit-nya agar tidak mempercayai pemberitaan Tempo.
38
B. Profil Dahlan Iskan
Dahlan Iskan lahir di daerah Pacitan. Daerah tersebut merupakan daerah
perbatasan antara Provinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Dahlan lahir dengan
kehidupan yang sangat sederhana. Orang tuanya tetap berusaha menyekolahkan
anaknya setinggi mungkin walaupun untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya
begitu sulit.
Keluarga Dahlan tidak pernah tahu kapan tanggal lahirnya. Hal itu karena
saat Dahlan lahir, kakak Dahlan menulis hari kelahirannya di belakang lemari
dapur menggunakan kapur tulis. Di kemudian hari keluarga Dahlan terpaksa
menjual lemari tersebut untuk membeli beras dan hanya lemari itu saja yang
menjadi bukti kelahirannya. Akhirnya Dahlan memutuskan tanggal 17 Agustus
1951 adalah kelahirannya dan dia gunakan hingga sekarang.4
Atas saran kakaknya, Dahlan diminta untuk hijrah ke Samarinda untuk
melanjutkan pendidikannya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel
Samarinda. Dia memutuskan pindah ke Universitas 17 Agustus (Untag)
Samarinda karena merasa pelajaran yang didapat sama seperti Dahlan SMA. Di
universitas ini Dahlan memilih Fakultas Hukum.5
Mendapat pemahaman tentang hukum pun tidak membuat Dahlan Iskan
puas. Kesehariannya lebih banyak dihabiskan di Ikatan Pers Mahasiswa yang
menerbitkan koran Mimbar Masyarakat dengan jangka terbit sebulan sekali. Saat
4 A. N. Ubaedy dan Imam Santoso, Refleksi Kehidupan; Kisah dan Kajian Hidup Orang-
Orang Ternama, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005), h.35-36. 5 Harmanto Edy Djatmiko, Rahasis Sukses the Best CEO Indonesia, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2004), h.76-77.
39
LP3ES-Jerman mengadakan pelatihan pers mahasiswa, Dahlan menjadi salah satu
orang yang terpilih. Di kala itu pula Dahlan mendapat kesempatan pelatihan di
Majalah Tempo. Dahlan dipilih Tempo sebagai koresponden wilayah Samarinda
dan meninggalkan pendidikannya di Untag.6
Pada 1975 Dahlan mempersunting Nafsiah Sabri di Samarinda. Dua tahun
setelah menikah, mereka dikaruniai anak pertama bernama Azrul Ananda. Dahlan
kemudian pindah ke Surabaya pada 1978 dengan harapan kehidupannya beranjak
naik. Akan tetapi Tempo dibredel oleh pemerintah dan mata pencarian Dahlan
satu-sanya hilang. Dia mengisi kolom di Surabaya Post untuk mendapatkan
penghasilan. Setelah Tempo bangkit lagi dan mengambil alih Jawa Pos, Dahlan
ditunjuk memimpin Jawa Pos.7
Dahlan Iskan dikenal sebagai orang yang memiliki jiwa usaha yang sangat
tinggi. Dia bahkan mengetuai sejumlah klub asosiasi olah raga di tingkat provinsi
dan nasional. Dahlan dipercayai menjadi orang nomor satu di Jawa Pos oleh Eric
Samola bukan karena ijazah atau pengalamannya, melainkan karena sorot
matanya. Dahlan dilihat memiliki kemauan yang keras untuk bekerja.8
Jawa Pos yang Dahlan pimpin menjadi salah satu media massa disegani
meski sebelumnya hampir mati. Sampai akhirnya Jawa Pos memiliki cabang di
berbagai daerah serta memiliki puluhan jaringan percetakan di Indonesia. Dahlan
kemudian memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk memimpin perusahaan
tersebut.
6 Harmanto, Rahasis Sukses the Best CEO Indonesia, h.76-77. 7 Harmanto, Rahasis Sukses the Best CEO Indonesia, h.77-78.
8 A. N. Ubaedy, Refleksi Kehidupan, h. 36-38.
40
Di akhir tahun 2009 Dahlan dipercaya Presiden Republik Indonesia, Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai Direktur Perusahaan Listrik Negara (PLN)
menggantikan Fahmi Mochtar. Hal ini karena saat dipimpin Fahmi, Jakarta sering
kali mati lampu. Setelah Dahlan Iskan menjabat, permasalahan tersebut semakin
berkurang.
Dua tahun menikmati kursi kepemimpinan Direktur PLN, Dahlan Iskan
semakin dipercaya menduduki posisi tertinggi di Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Dahlan semakin menjadi perhatian publik dengan kinerjanya yang
dapat dikatakan memuaskan. Dia sampai turun ke jalan saat jalan tol mengalami
kemacetan dan mengatur mobil supaya jalan tol tersebut cepat lancar.
Perjalanan Dahlan sebagai Menteri BUMN sering kali mengalami
hambatan. Dia sempat diberitakan berselisih paham dengan politikus lain. Puncak
dari perselisihan itu adalah saat Dahlan melontarkan pendapat bahwa anggota
DPR suka memeras BUMN.
Menjelang pemilu 2014, Dahlan Iskan berpartisipasi dalam konvensi calon
presiden dari Partai Demokrat. Dahlan optimistis akan terpilih dalam pemilihan
tersebut. Hal itu karena banyak kalangan yang mendukung tindakan Dahlan,
meski ada ada juga yang tidak setuju karena masih meragukan kapasitasnya.
41
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Permasalahan di antara Dahlan Iskan dan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) semakin meruncing semenjak Dahlan Iskan mengabarkan pada media
massa bahwa dia akan mengungkapkan siapa saja anggota DPR yang suka
memeras Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pernyataan ini membuat beberapa
politikus yang Dahlan sebut kelabakan. Bahkan di antara mereka sampai
melayangkan somasi kepada Dahlan.
Surat kabar Koran Tempo sebagai salah satu dari media nasional sangat
intens memberitakan masalah ini. Jika dilihat ke belakang, permulaan kasus ini
ketika anggota DPR mendapati Perusahaan Listrik Negara (PLN) rugi hingga Rp
37 triliun. Lalu anggota DPR meminta orang tertinggi saat itu, Dahlan Iskan agar
menjelaskan kenapa perusahaan milik negara tersebut dapat defisit. Selama
hampir satu bulan Koran Tempo menyajikan perkembangan kasus ini.
Setelah mencari data di kantor redaksi Koran Tempo, peneliti mendapat
beberapa berita yang berjudul:
No Judul Berita Tanggal Pemberitaan
1
Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya
Diri ke DPR
5 Oktober 2012
2 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan 8 Oktober 2012
3 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai 30 Oktober 2012
42
Keputusan Dahlan Tepat
4 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN 1 November 2012
5 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN 10 November 2012
6 DPR Serang Balik Dahlan Iskan 13 November 2012
Tabel 3 Judul Berita
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Analisis Wacana Kritis atau
Critical Discourse Analysis Norman Fairclough dengan level analisis teks, praktik
wacana, dan praktik sosial budaya dari berita isu korupsi Dahlan Iskan melawan
anggota DPR. Pada level analisis teks, peneliti menggunakan analisis framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, sedangkan pada level praktik wacana dan
level sosial budaya menggunakan ekonomi politik komunikasi Vincent Mosco
serta data wawancara mendalam dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo, Elik
Susanto.
A. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough isu korupsi Dahlan Iskan
melawan anggota DPR.
1. Analisis level teks
1) Analisis framing berita Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya
Diri ke DPR, 5 Oktober 2012
a. Sintaksis
Dari pemilihan judul di atas menjelaskan bahwa Dahlan Iskan siap
mengungkapkan kasus pemalak BUMN. Berita ini menggunakan lead siapa.
Dahlan menjadi pemeran utama pada berita ini.
43
Pemilihan kata ‘percaya diri’ dapat diartikan Dahlan Iskan bukan orang
yang bersalah dan dia berani berhadapan dengan anggota DPR. Pada berita ini
Koran Tempo meletakkan pada halaman utama dengan foto Dahlan Iskan dan
menuliskan kutipan langsung di bawah judul “Saya bawa nyawa saya!” Sintaksis
pada level framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki menjelaskan
bagaimana cara wartawan menyusun fakta melalui halaman utama, lead, latar
informasi, kutipan, sumber, dan pernyataan.
Penggambaran percaya diri Dahlan Iskan pada tulisan ini terlihat pada
kalimat, “Dahlan menolak memerinci hal yang bakal ia ungkapkan kepada Badan
Kehormatan, termasuk nama politikus.” Masih pada paragraf yang sama, Koran
Tempo melanjutkan dengan kutipan langsung yang diwawancara via pesan
pendek, “‘Hehehe…, besok ya. Malam ini lagi baca novel baru,’ ujarnya.”
Wartawan Koran Tempo memberikan latar informasi kesiapan Dahlan yang
percaya diri. Tidak ada persiapan apapun yang dia gunakan untuk memenuhi
panggilan DPR.
Pada berita ini hanya dua narasumber yang diwawancarai. Mereka adalah
mantan Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan dan Ketua Badan Kehormatan DPR,
M Prakosa. Koran Tempo melakukan wawancara langsung kepada kedua
narasumber ini dengan tulisan yang mendukung Dahlan Iskan.
Meski pada judul terdapat kata “Ungkap Pemalakan BUMN,” tidak ada
tulisan yang menjelaskan siapa saja anggota DPR yang meminta jatah. Dahlan
sebagai narasumber utama juga tidak memberikan bukti yang dia bawa kepada
wartawan. “Dahlan menolak memerinci hal yang bakal ia ungkapkan kepada
Badan Kehormatan, termasuk nama politikus. Dia terkesan santai saat menjawab
44
pertanyaan Tempo. ”Hehehe…, besok ya. Malam ini lagi baca novel baru,”
ujarnya.”1
b. Skrip
Skrip pada level framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
menjelaskan bagaimana wartawan merangkai kelengkapan unsur-unsur berita.
Level ini menjelaskan pula jenis teras berita (lead) yang digunakan pada berita
itu.
Tulisan Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR
menggunakan lead siapa di mana Dahlan Iskan sebagai aktor utama. Orang lain
pada berita ini adalah Ketua Badan Kehormatan M. Prakosa. Dahlan siap untuk
mengungkap pemalak BUMN adalah dengan memenuhi panggilan Badan
Kehormatan (BK) DPR dan ini masih dijelaskan pada lead. “Menteri Badan
Usaha Milik Negara Dahlan Iskan memastikan akan memenuhi panggilan Badan
Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat hari ini.”2
Paragraf kedua dijelaskan kenapa anggota DPR memalak BUMN. Di situ
juga dipaparkan kapan Dahlan akan bertemu dengan BK DPR untuk
membeberkan pemalak BUMN. Tulisan ini tidak dijelaskan bagaimana Dahlan
akan merinci peminta jatah itu karena dia merahasiakannya kepada wartawan.
Alasan mengapa Dahlan percaya diri mengungkapkan anggota DPR yang
suka meminta jatah ini terlihat dengan wawancara Koran Tempo via telepon
bahwa dia tidak mempersiapkan apa-apa. “Dahlan menolak memerinci hal yang
bakal ia ungkapkan kepada Badan Kehormatan, termasuk nama politikus. Dia
1 Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, Koran Tempo tanggal 5
Oktober 2012, h. A1. 2 Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, Koran Tempo tanggal 5
Oktober 2012, h. A1.
45
terkesan santai saat menjawab pertanyaan Tempo. ”Hehehe…, besok ya. Malam
ini lagi baca novel baru,” ujarnya.”3
c. Tematik
Bagian ini menganalisis bagaimana wartawan menuliskan fakta. Tema
pada berita ini hanya satu, yaitu tentang Dahlan Iskan yang siap memenuhi
panggilan DPR dengan percaya diri. Pada tulisan itu digambarkan bagaimana
kondisi Dahlan Iskan saat sedang diwawancara dan apa persiapan apa yang
dilakukan sebelum memenuhi panggilan DPR.
Wartawan mengisahkan berita ini pada lead bagaimana kesiapan Dahlan
Iskan dalam membeberkan anggota DPR yang meminta jatah. Paragraf
selanjutnya tentang alasan Dahlan datang memenuhi panggilan BK DPR ditambah
dengan penggambaran Dahlan yang terlihat santai untuk memenuhi panggilan
tersebut. “Dia terkesan santai saat menjawab pertanyaan Tempo. ”Hehehe…, besok ya.
Malam ini lagi baca novel baru,” ujarnya.”4
Kesinambungan judul, lead, dan kalimat selanjutnya sudah terlihat karena
tulisan ini hanya memiliki satu tema, yaitu kesiapan Dahlan Iskan yang percaya
diri memenuhi panggilan BK DPR. Di penghujung tulisan, Koran Tempo
menambahkan satu narasumber lain dari BK DPR sebagai penyeimbang berita
dari anggota DPR.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo,
Elik Susanto, Koran Tempo tidak akan menerbitkan berita yang tidak berimbang.
Itu sebabnya dalam satu berita terkadang lebih dari dua reporter.
3 Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, Koran Tempo tanggal 5
Oktober 2012, h. A1. 4 Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR, Koran Tempo tanggal 5
Oktober 2012, h. A1.
46
“Untuk menjadi sebuah berita yang siap untuk diedarkan, ada
penulis sendiri karena harus mengumpulkan dari setiap wartawannya dan
siap menjadi laporan berita yang cover both sides. Ada kalanya laporan
wartawan itu sepihak, kemudian ditambahkan dengan laporan wartawan
yang lain. Berita yang saling melengkapi itu ditulis dan dirampung oleh
editor.”5
d. Retoris
Bagian ini menganalisis cara wartawan menekankan sebuah fakta.
Penekanan pada berita ini adalah pada gambar Dahlan Iskan yang menjadi foto
pada halaman utama Koran Tempo. Tampilan gambar menunjukkan bahwa
Dahlan Iskan adalah tokoh utama pada tulisan tersebut. Berita ini juga diletakkan
pada halaman utama untuk memberitahu kepada publik bahwa kasus ini sangat
penting.
Pemberian warna merah pada judul juga menekankan ketegasan dan
keseriusan Dahlan Iskan untuk membongkar para pemalak yang ada di DPR.
Judul yang memakai kata “Dahlan” mengungkapkan bahwa dia adalah tokoh
utama dalam tulisan itu.
Selain gambar Dahlan Iskan, penekanan yang membuat Dahlan Iskan
terletak pada info grafis pada halaman utama. Pada info tersebut dijabarkan
jumlah BUMN yang ada, BUMN apa saja yang diperas, dan tanggapan dari
beberapa anggota DPR.
5 Wawancara pribadi dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo, Elik Susanto, Jakarta,
Rabu, 6 November 2013.
47
1. Halaman muka Koran Tempo dengan judul Ungkap Pemalak BUMN;
Dahlan Percaya Diri ke DPR
Gaya bahasa yang digunakan wartawan pada berita ini tidak bertele-tele.
Wartawan dengan lugas menggambarkan kronologi peristiwa yang terjadi, apa
yang akan Dahlan Iskan lakukan besok, dan menceritakan yang sedang dia
lakukan. “Bahkan kita menjelaskan secara jelas kepada masyarakat, ini loh
kasusnya. Urutan-urutannya seperti ini. Kalau diperhatikan, berita di Tempo itu
selalu ada info grafik di depannya. Itu salah satu cara menjelaskan kepada
publik,” kata Elik.6
6 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
48
2) Analisis framing berita Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, 8
Oktober 2012
a. Sintaksis
Judul Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan tergambar jelas bagaimana
usahanya untuk membongkar skandal upeti yang diminta DPR. Meski Dahlan
tidak menyebutkan alasan kenapa dia hendak disingkirkan, tetapi dari seluruh
rangkaian berita menggambarkan bahwa penyingkiran tersebut berhubungan
dengan perseteruannya dengan DPR. “Kali ini isu yang sama mencuat kembali
ketika hubungan antara Dahlan dan Dewan Perwakilan Rakyat memanas. Konflik
bermula ketika Dahlan menyebutkan ada anggota Dewan yang meminta ‘jatah’
kepada direksi BUMN.”7
Berita ini tidak ditaruh pada halaman utama, tapi berita utama. Meski
demikian, berita utama pada Koran Tempo berkaitan dengan halaman utama.
Sama seperti berita sebelumnya, tulisan kali ini Dahlan juga tidak menyebutkan
apa yang telah dia wacanakan. Dahlan merahasiakan pernyataannya ini pada
wartawan. Paragraf selanjutnya mengingatkan kembali kepada pembaca bahwa
Dahlan sudah beberapa kali diancam seperti ini.
Dahlan Iskan yang sebelumnya tidak menyebutkan siapa saja yang
memalak BUMN, kali ini dia memberitahukannya pada saat pertemuan dengan
BK DPR. akan tetapi, orang yang disebut Dahlan membantah. Mereka bahkan
akan menuntut Dahlan karena telah melakukan pencemaran nama baik. “Idris dan
Sumaryoto membantah tuduhan itu. Idris bahkan berencana menuntut Dahlan. ‘Ini
7 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
49
bisa menjadi pencemaran nama baik,’ ujar dia. Adapun Sumaryoto membenarkan
sempat menanyakan ‘jatah’ itu. Tapi, dia menegaskan, ‘Saya bukan menagih.’”8
Meski pada judul dituliskan “Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan,”
Latar informasi yang ceritakan wartawan pada tulisan ini lebih pada pembantahan
pernyataan dari Dahlan. Pada penutup berita dijelaskan pengangkatan dan
pemberhentian seorang menteri itu ada pada kekuasaan presiden.
b. Skrip
Berita ini menggunakan lead apa. Apa yang dilakukan pejabat di kabinet
setelah Dahlan secara berani mengungkapan orang yang sukan memalak BUMN.
Hampir semua unsur berita ada pada awal paragraf. Siapa yang ingin
menyingkirkan Dahlan, Bagaimana mereka melakukan itu, di mana peristiwa
terjadi, dan kapan Dahlan berbicara.
“Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menuding ada
pejabat di kabinet yang menginginkan dia dicopot dari jabatan menteri.
‘Memang ada pihak yang mengusulkan saya diberhentikan dari kabinet,’
ujar Dahlan, menjawab pertanyaan wartawan, di Gedung Pertamina
kemarin.”9
Berita ini ada lima narasumber yang diwawancara wartawan Koran
Tempo. Dahlan Iskan masih pada pemeran utama dan diletakkan pada awal
tulisan. Narasumber kedua adalah salah satu orang yang disebut peminta jatah,
yaitu anggota Komisi BUMN, Idris Laena, dari Partai Golkar. Narasumber ketiga
adalah anggota Komisi BUMN, Idris Laena, dari Partai Golkar. Narasumber
keempat adalah peneliti ICW, Ade Irawan. Terakhir Wakil Ketua Komisi
Keuangan DPR, Harry Azhar Aziz.
8 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4. 9 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
50
Penulis dalam mengisahkan tulisan ini memiliki dua angle yang saling
berhubungan. Setengah tulisan itu menjelaskan beberapa pihak yang hendak
menyingkirkan Dahlan Iskan dan mengingatkan pembaca bahwa Dahlan sempat
bersiteru pula dengan pejabat lain.
Setengah berita selanjutnya merupakan pendapat beberapa orang yang
mendukung Dahlan dengan menyanggah isu pemberhentian Dahlan Iskan. Selain
itu juga dijelaskan bahwa anggota DPR tidak berhak memberhentikan seorang
menteri. “Dihubungi terpisah, Indonesia Corruption Watch meminta Dahlan tak
menghiraukan isu pendepakan dirinya dari kabinet. ‘Pengangkatan dan pemecatan
menteri itu hak prerogatif presiden,’ kata peneliti ICW, Ade Irawan, kemarin.”10
c. Tematik
Kasus ini memiliki tiga tema. Kasus pertama berkaitan dengan judul yang
menjelaskan pihak lain yang menginginkan Dahlan Iskan untuk dicopot dari
menteri. Akan tetapi pada tulisan tersebut tidak dijelaskan siapa yang
menginginkan Dahlan Iskan untuk turun jabatan. “Namun Dahlan menolak
menguraikan dan menjelaskan lebih jauh lontaran ini. Dia pun enggan
menanggapi pertanyaan mengapa pejabat itu hendak menyingkirkannya. Bekas
Direktur Utama PLN itu hanya berujar, ‘Saya tahulah.’”11
Kasus kedua adalah pengulangan dari tema utama saat Dahlan Iskan akan
mengunggkap anggota DPR yang suka meminta jatah dari BUMN. Tapi
pernyataan tersebut dibantah langsung oleh anggota Komisi Keuangan,
Sumaryoto yang disebut Dahlan. Dia membenarkan bahwa sempat menanyakan
jatah, tapi dia tidak menagih. “Idris dan Sumaryoto membantah tuduhan itu. Idris
10 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4. 11 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
51
bahkan berencana menuntut Dahlan. ‘Ini bisa menjadi pencemaran nama baik,’
ujar dia. Adapun Sumaryoto membenarkan sempat menanyakan ‘jatah’ itu. Tapi,
dia menegaskan, ‘Saya bukan menagih.’”12
Terakhir merupakan dukungan dari beberapa pihak yang menginginkan
agar Dahlan Iskan segera membongkar kasus pemalakan tersebut. Orang yang
menginginkan agar masalah tersebut cepat selesai adalah peneliti ICW, Ade
Irawan dan Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR, Harry Azhar Aziz. “Dihubungi
terpisah, Indonesia Corruption Watch meminta Dahlan tak menghiraukan isu
pendepakan dirinya dari kabinet. ‘Pengangkatan dan pemecatan menteri itu hak
prerogatif presiden,’ kata peneliti ICW, Ade Irawan, kemarin.”13
Meski dalam berita ini memiliki tiga tema, tapi ketiganya memiliki
kesinambungan dari satu paragraf ke paragraf selanjutnya. Hanya pada paragraf
terakhir yang tidak koheren dengan paragraf selanjutnya karena pernyataan Wakil
Ketua Komisi Keuangan DPR Harry Azhar Aziz yang mengatakan agar Dahlan
fokus pada pembenahan BUMN.
d. Retoris
Berita ini tidak ada foto yang ditampilkan. Tetapi penekanannya tetap
pada kutipan langsung di antara judul dan berita terkait. Kutipan langsung itu
menegaskan bahwa penurunan para menteri adalah hak istimewa presiden dan
pihak lain tidak memiliki kewenangan seperti itu. “Juru bicara kepresidenan,
Julian Aldrin Pasha, menampik kabar yang dilontarkan Dahlan. Dia menegaskan,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak berencana memberhentikan Dahlan
12 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4. 13 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
52
‘Saya belum pernah mendengar. Kalau dicopot, siapa yang mengganti?’ kata
Julian kemarin.”14
Berita ini juga menggambarkan bahwa perseteruan Dahlan Iskan sudah
terjadi beberapa kali. Koran Tempo mengatakan pada Mei 2012 Dahlan sempat
berhubungan kurang baik dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero
Wacik. Akan tetapi mereka membantah pertikaian tersebut karena itu hanya
rumor.
Meski Dahlan mengatakan hendak disingkirkan sebagai Menteri BUMN,
beberapa pihak mendukung apa yang sudah Dahlan lakukan. Indonesia Corruption
Watch menginginkan agar Dahlan tidak menghiraukan isu tersebut karena hak
pemberhentian seorang menteri merupakan hak prerogratif presiden.
Berita ini lebih menggambarkan Dahlan Iskan dibandingkan anggota DPR.
Tulisan ini lebih banyak mengulang kasus sebelumnya yang sudah terjadi pada
Dahlan. Selain kasus perseteruan dengan anggota DPR, dijelaskan pula
perseteruan Dahlan dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero
Wacik.
3) Analisis framing berita Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai
Keputusan Dahlan Tepat, 30 Oktober 2012.
a. Sintaksis
Pemilihan judul ini dapat dikatakan mendukung apa yang telah dilakukan
Dahlan Iskan saat menjadi Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara. Saat itu
Dahlan Iskan membuat keputusan yang mengakibatkan PLN merugi hingga Rp 37
14 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
53
triliun. Semua itu Dahlan Iskan lakukan demi tidak terjadi pemadaman listrik
yang bukan hanya di Jakarta, tapi juga Sumatera.
“Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa, mengatakan seharusnya
DPR tak hanya menyalahkan PLN. Dewan juga memiliki fungsi kontrol
dan pengawasan terhadap tata niaga gas. Selama ini, pasokan gas seret
karena lebih banyak dijual kepada industri dan diekspor ke luar negeri.
‘Pasokan untuk PLN jadi tidak ada. Seharusnya ini diprioritaskan oleh
pemerintah,’ katanya kemarin.”15
Pemilihan judul pada berita ini menggunakan kata pemerintah. Padahal,
kata pemerintah di sini hanya mengacu perkataan Wakil Menteri Energi dan
Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini. Tidak ada lagi perwakilan pemerintah
yang dituliskan Koran Tempo selain dari perkataan Rudi Rubiandini.
Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa mengatakan bahwa seharusnya DPR
tidak menyalahkan Dahlan Iskan. Hal itu karena saat PLN melakukan
pemborosan, saat itu gas seret sehingga membuat Dahlan mengambil kebijakan
untuk memakai BBM. Redaktur Pelaksana Koran Tempo Rubrik Politik, Elik
Susanto juga mengatakan bahwa sebenarnya kerugian PLN tidak adil jika
disalahkan sepenuhnya pada Dahlan Iskan.
Latar informasi yang digambarkan wartawan pada berita ini adalah Dahlan
Iskan bukan orang yang bersalah. Dia terpaksa melakukan itu demi tersedianya
listrik untuk masyarakat di pulau Jawa dan Sumatera meski harus menanggung
rugi sebesar Rp 37 triliun. “Kalau tidak salah itu hanya asumsi kerugian yang itu
asumsi dari periode sebelum Dahlan, sekitar 10 tahun dan Dirut sebelum Dahlan
juga ditahan karena korupsi. Jadi tidak fair jika itu dibebankan pada Dahlan, ”
papar Elik.16
15 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1. 16 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
54
b. Skrip
Berita ini menggunakan teras berita pemaparan (descriptive lead). Lead
tersebut memaparkan apa yang akan terjadi jika Dahlan Iskan tidak memakai
Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai pembangkit listrik. Wakil Menteri Energi
dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini sebagai aktor utama pada tulisan ini.
Rudi digambarkan Koran Tempo sebagai perwakilan pemerintah. Kalimat
selanjutnya dipaparkan kenapa pemerintah mengatakan bahwa keputusan Dahlan
itu benar. Dipaparkan pula lokasi yang akan terkena imbas jika Dahlan Iskan tidak
melakukan kebijakan seperti itu.
“Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi
Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan
Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik
sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak
terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke
Sumatera.”17
Paragraf selanjutnya mengisahkan bagaimana Dahlan Iskan mengambil
kebijakan sehingga membuat PLN defisit Rp 37 triliun. Peristiwan itu terjadi pada
2009-2010. Kisah ini terus berlanjut hingga paragraf empat. Jika pada tulisan
sebelumnya ada nama Dahlan Iskan sebagai narasumber, kali ini Koran Tempo
tidak mencantumkannya.
“Saat menjabat Direktur Utama PLN, Dahlan menggunakan BBM
sebagai pengganti gas di sejumlah pembangkit listrik. Langkah ini
dilakukan karena seretnya pasokan gas. Akibatnya, Badan Pemeriksa
Keuangan menemukan pemborosan Rp 37 triliun dalam tubuh PLN
sepanjang 2009-2010.”18
Hanya ada tiga narasumber yang diminta komentar tentang kasus
inefisiensi PLN ini. Pertama, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia,
17 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1. 18 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1.
55
Rudi Rubiandini yang perkataannya diletakkan pada lead. Kedua, anggota Komisi
Perdagangan, Perindustrian, dan BUMN Dewan Perwakilan Rakyat, Mohamad
Sohibul Iman yang hanya meminta penjelasan Dahlan Iskan kenapa dia
melakukan kebijakan seperti itu. Terakhir, Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa
sebagai penutup tulisan.
c. Tematik
Tema utama pada tulisan ini adalah tentang kebijakan Dahlan Iskan
dianggap pemerintah tepat. Wartawan menulis seolah-olah tindakan seperti itu
merupakan jalan terakhir Dahlan Iskan. Hal tersebut karena pasokan gas yang
kurang, sehingga harus menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang jauh
lebih mahal.
Inti pada berita ini menggambarkan bahwa Dahlan Iskan tidak bersalah.
Jika Dahlan tidak menggunakan BBM, maka akan terjadi pemadaman listrik
besar-besaran meski harus membuat PLN melakukan pemborosan sebesar Rp 37
triliun.
“Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi
Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan
Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik
sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak
terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke
Sumatera.”19
Koherensi antarkalimat menceritakan dukungan kepada Dahlan Iskan.
Bahkan Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa mengatakan seharusnya DPR tak
hanya menyalahkan PLN. Dewan juga memiliki fungsi kontrol dan pengawasan
terhadap tata niaga gas sehingga menyediakan gas ke PLN. Selama ini, pasokan
19 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1.
56
gas seret karena lebih banyak diprioritaskan dijual kepada industri dan diekspor
ke luar negeri.
“Sohibul mengakui PLN memiliki dua fungsi sekaligus, yakni
sebagai pelaksana kebijakan energi nasional dan sebagai perusahaan milik
negara. Sebagai pelaksana kebijakan, PLN dinilai merupakan korban
kebijakan energi secara umum. Tetapi sebagai perusahaan, PLN banyak
memiliki persoalan manajemen. ‘Ini juga harus diketahui publik,’ kata
dia.”20
d. Retoris
Jika pada berita sebelumnya kasus ini diletakkan pada halaman atau berita
utama, kali ini ada pada rubrik bisnis. Gambar yang digunakan pada tulisan ini
adalah lampu neon yang tersambung dengan kabel yang berwarna-warni. Seperti
pada berita sebelumnya, Koran Tempo juga meletakkan kalimat paling penting
sebelum berita. Kalimat itu menjelaskan bahwa kekurangan gas dapat membuat
pulau Jawa dan Sumatera gelap gulita.
20 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1.
57
2. Gambar ilustrasi berita Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai
Keputusan Dahlan Tepat
Kata ‘tepat’ pada judul yang lebih besar dari kalimat lain memberikan efek
pembeda kepada pembaca tertarik pada kata itu. Kata tepat kemudian dibuktikan
dengan data yang menyatakan bahwa jika Dahlan Iskan tidak melakukan
pemborosan tersebut, maka akan terjadi pemadaman besar-besaran.
“Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi
Rubiandini menilai keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan
Iskan menggunakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik
sudah tepat. Langkah ini terpaksa dilakukan agar pemadaman listrik tak
58
terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke
Sumatera.”21
Wartawan menuturkan sebab-akibat yang dilakukan Dahlan Iskan secara
runut. Berawal dari keputusan Dahlan yang tepat hingga efek yang ditimbulkan
jika dia tidak memutuskan untuk melakukan pemborosan di PLN sampai
mengakibatkan PLN rugi Rp 37 triliun.
Meski Dahlan melakukan inefisiensi terhadap PLN, Wakil Menteri Energi
dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini mengatakan bahwa PLN sebenarnya
telah melakukan penghematan, salah satunya dengan mengurangi penggunaan
BBM. Hal itu dibuktikan dengan catatan pemerintah pada 2012 yang
membuktikan penggunaan BBM menyusut menjadi 13,83 persen dari seluruh
bahan bakar yang digunakan. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding porsi
tahun sebelumnya yang mencapai 22,95 persen. “Namun, Rudi mengakui, biaya
pokok produksi listrik pada 2013 justru naik Rp 11 per kilowatt hour walaupun
konsumsi BBM menyusut. Kenaikan ini disebabkan harga gas meroket dari US$ 5
menjadi US$ 7 per juta kaki kubik. ‘Jadi bukan disebabkan PLN tidak efisien,’
katanya.”22
4) Analisis framing berita Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, 1
November 2012.
a. Sintaksis
Berita Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, menjelaskan kronologi
salah satu anggota DPR yang meminta jatah kepada direktur BUMN. Kronologi
21 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1. 22 Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat, Koran Tempo, 30
Oktober 2012, h. B1.
59
tersebut dimulai pada paragraf kedua hingga paragraf keenam. Paragraf
selanjutnya dituliskan pernyataan Dahlan Iskan korban dari anggota DPR. Berita
ini menggunakan lead deskriptif yang menceritakan Dahlan membeberkan
anggota DPR peminta jatah.
“Namun, Dahlan menambahkan, mereka yang menjadi ‘korban’
bukan cuma BUMN skala besar, tapi juga perusahaan negara yang kecil
dan merugi. Anggota DPR yang mengajukan permintaan upeti itu, kata
Dahlan, juga bukan cuma satu orang. Mereka mengaku mewakili komisi
tempat mereka bernaung.”23
Pada tulisan ini tidak disebutkan siapa saja yang meminta suap dan nama
direktur yang dimintai suap. Meski sudah menceritakan kronologis kejadian
tersebut, Dahlan Iskan masih menolak memberitahu kepada wartawan kecuali
diminta oleh DPR. “’Saya lebih mengutamakan bersih-bersih di rumah saya
terlebih dulu (Kementerian BUMN) daripada ikut campur bersih-bersih di rumah
orang lain (DPR),’ kata Dahlan.”24
Paragraf setelah menjelaskan kronologi peminta upeti, Dahlan
memberikan alasan kenapa tidak memberi tahu kepada publik nama anggota DPR
tersebut. Paragraf selanjutnya Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso mendukung
tindakan Dahlan membuka kasus permintaan upeti anggota DPR.
Wartawan menuliskan latar informasi pada tulisan ini pada bagaimana
Dahlan Iskan mendapati kerugian direksi salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dari bawahannya. Dahlan menjelaskan kronologi salah satu anggota
DPR yang meminta jatah hingga mengajari direksi BUMN untuk memanipulasi
laporan keuangan.
23 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2. 24 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2.
60
Pada paragraf terakhir diberikan kesempatan bicara pada Ketua Badan
Kehormatan DPR Muhammad Prakosa. Akan tetapi pada kalimat itu tidak ada
hubungan antara kasus yang ada dengan judul berita. Prakosa mengatakan
meminta waktu reses untuk mengadakan rapat mengenai kasus ini.
b. Skrip
Tulisan ini menggunakan teras berita siapa. Koran Tempo masih
menggunakan Dahlan Iskan sebagai narasumber utama, apa yang dia lakukan dan
kapan dia melakukan itu. “Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan
kemarin secara blak-blakan mengungkap kronologi permintaan setoran dari
anggota Dewan Perwakilan Rakyat kepada direksi salah satu Badan Usaha Milik
Negara.”25
Awal kalimat kedua Dahlan Iskan menjelaskan bagaimana dia mengetahui
kasus pemalakan ini. Wartawan Koran Tempo menulisnya dengan menggunakan
kalimat langsung. Masih pada paragraf kedua diungkapkan kenapa anggota DPR
meminta jatah yang membuat dana untuk direksi BUMN tidak kunjung cair.
Dahlan mengungkapkan hal itu di hadapan para wartawan.
Di pertengahan berita Dahlan Iskan mengatakan bahwa yang menjadi
sasaran peminta jatah bukan hanya BUMN skala besar, tapi juga perusahaan pelat
merah kecil dan merugi. Pemalak BUMN itu mengaku mewakili komisi tempat
mereka bernaung.
“Dahlan mengatakan, permintaan uang kembali diajukan dalam
pertemuan itu. Ketiga direktur sempat menolak dengan alasan tidak
memiliki kas untuk itu. ‘Tetapi, nekatnya, anggota DPR itu malah
25 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2.
61
mengajari BUMN ini untuk memanipulasi laporan keuangannya demi
menutupi dana pelicin,’ kata Dahlan.”26
Berita ini lebih menggunakan Dahlan Iskan sebagai tokoh utama. Hal itu
digambarkan dengan 80% tulisan menggunakan Dahlan sebagai narasumber yang
menceritakan asal mula DPR meminta jatah ke BUMN. Sisa tulisan mengambil
perkataan Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso dan Ketua Badan Kehormatan
DPR, Muhammad Prakosa yang tidak ada hubungannya dengan perkataan Dahlan
Iskan. “Secara terpisah, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mendukung
tindakan Dahlan membuka kasus permintaan upeti anggota DPR ini. Pimpinan
DPR, kata dia, juga memberi izin kepada Badan Kehormatan DPR untuk segera
memanggil Dahlan di masa reses ini.”27
c. Tematik
Hanya ada satu tema pada tulisan ini. Tema ini menjelaskan bagaimana
salah satu anggota DPR meminta jatah kepada direktur BUMN. Digambarkan
pula bagaimana anggota DPR ini memaksa direktur itu dan mengajarinya untuk
memanipulasi anggaran.
Awal tulisan menggambarkan bahwa Dahlan berani mengungkapkan awal
mula anggota DPR meminta jatah. Dahlan mulai curiga saat dia menanyakan
kepada salah satu direksi perusahaan kenapa dana Penyertaan Modal Negara
(PMN) tidak kunjung cair. Akhirnya direksi itu bicara bahwa anggota DPR tidak
mau mencairkan dana tersebut jika dia tidak memberikan jatah ke mereka.
“Direktur itu mengaku ditelepon seorang anggota DPR hingga puluhan kali.
Permintaan anggota DPR itu selalu sama, meminta agar BUMN itu segera
26 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2. 27 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2.
62
mengirim sejumlah uang sebagai pelicin untuk mempercepat pencairan dana
PMN.”28
Berita ini lebih bermaksud menyerang DPR. tidak ada tanggapan dari
anggota DPR komisi BUMN untuk memberikan pernyataan. Perwakilan DPR
yang diberikan kesempatan bicara hanya Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso
dan Ketua Badan Kehormatan DPR, Muhammad Prakosa. Perkataan mereka pun
hanya soal perizinan DPR yang meminta reses.
Proporsi kalimat pada berita ini hampir mencukupi dari segi koherensi
antarparagraf. Hanya pada dua paragraf terakhir saja yang tidak memiliki
hubungan dengan kalimat-kalimat sebelumnya. “Ketua Badan Kehormatan DPR
Muhammad Prakosa kemarin meminta izin memakai waktu reses untuk
mengadakan rapat terkait masalah ini.”29
d. Retoris
Tidak ada gambar pada tulisan ini. Seperti pada berita sebelumnya, tulisan
pada Koran Tempo selalu menaruh kalimat atau kutipan penting sebelum lead.
Pada kalimat tersebut dijelaskan bahwa BUMN yang besar ataupun kecil juga tak
luput dari upaya pemalakan yang dilakukan DPR.
Redaksi Koran Tempo masih mengganggap isu ini penting bagi
masyarakat. Sampai berita itu turun, mereka menaruh berita ini pada rubrik berita
utama. Berita utama merupakan tulisan yang masih berhubungan dengan halaman
utama pada Koran Tempo.
28 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2. 29 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2.
63
Wartawan lebih menekankan tulisan ini pada Dahlan Iskan yang
membeberkan peminta BUMN. Delapan dari 12 paragraf pada berita
menceritakan kronologi anggota DPR yang meminta jatah pada salah satu direksi
perusahaan pelat merah tersebut. “’Kasus ini saya ketahui dari satu direktur
BUMN di bidang pangan,’ kata Dahlan di hadapan para wartawan. Kecurigaannya
muncul ketika direksi perusahaan negara itu tidak bisa menjelaskan mengapa dana
Penyertaan Modal Negara (PMN) tidak kunjung cair.”30
Meski sudah menceritakan kronologi tersebut kepada wartawan, Dahlan
masih saja tidak memberikan nama peminta BUMN tersebut. Dia juga tidak
menyebutkan nama direksi yang menjelaskan padanya anggota DPR peminta
jatah. Tapi dia siap membeberkannya jika diminta oleh Badan Kehormatan DPR
Dahlan beralasan tidak memberikan nama tersebut karena lebih fokus untuk
membenahi perusahaan yang dia pimpin terlebih dahulu dibandingkan mengurusi
orang lain.
Pada tulisan ini wartawan menjelaskan dari awal bagaimana anggota DPR
yang meminta jatah. Walaupun salah satu Direksi BUMN menolah, mereka
mengajari untuk membuat laporan palsu. Bahkan perusahaan kecil pun tidak luput
dari pemalakan ini.
5) Analisis framing berita Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN,
10 November 2012.
a. Sintaksis
Setelah sebulan gencar memberitakan Dahlan Iskan yang akan
membeberkan salah satu anggota DPR yang meminta upeti ke BUMN, kali ini
30 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2.
64
Koran Tempo memberikan ruang kepada DPR untuk bicara. Berita ini
menggunakan lead siapa. Anggota DPR gantian akan melaporkan Dahlan Iskan
ke kepolisian karena mencemarkan nama baik. “Ketua Fraksi Demokrat Nurhayati
Ali Assegaf menyatakan partainya mendukung pembersihan pemerasan di
BUMN. ‘Kalau Dahlan Iskan benar, kami dukung. Kalau Dahlan Iskan fitnah,
kami lawan,’ ujarnya.”31
Pada berita ini juga tidak ada perkataan Dahlan Iskan. Berbeda dengan
sebelumnya yang selalu menaruh ruang bicara pada Dahlan dan terkadang
menjadikannya sebagai aktor utama pada berita.
Menurut Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR, Harry Azhar, pertemuan
antara anggota DPR dengan salah satu direksi BUMN yang tidak formal adalah
hal yang biasa. Jika memang ada penyimpangan, dia meminta ditunjukkan bukti
bahwa ada penyimpangan tersebut.
Koran Tempo juga memberikan kesempatan bicara pada anggota Komisi
Keuangan DPR, Sumaryoto, yang namanya disebut dalam daftar politikus
peminta upeti.
“Menurut Sumaryoto, sebelum menjabat Direktur Merpati, Rudy
adalah Komisaris Utama Merpati. Rudy pernah memberikan statement
bahwa maskapai ini tak memerlukan penyertaan modal negara (PMN).
Bahkan, kata Sumaryoto, Rudy pernah menyatakan Merpati akan
menangguk keuntungan Rp 500 juta per hari.”32
b. Skrip
Lead pada berita ini ditulis dengan memaparkan peristiwa yang telah
terjadi. Apa yang dilakukan sejumlah politikus senayan setelah upaya Dahlan
31 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN, Koran Tempo, 10 November 2012, h. A2. 32 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN, Koran Tempo, 10 November 2012, h. A2.
65
Iskan untuk membongkar pemalakan yang terjadi pada perusahaan pelat merah.
Politikus tersebut digambarkan mulai kesal dengan tindakan Dahlan.
“Sejumlah politikus Senayan mulai gerah menghadapi Menteri
Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Mereka menganggap Dahlan
telah mencemarkan nama baik karena menyebut beberapa anggota Dewan
Perwakilan Rakyat memeras perusahaan negara. ‘Yang dilakukan Dahlan
sudah termasuk pencemaran nama baik,’ kata Wakil Ketua Komisi
Keuangan DPR Harry Azhar kemarin.”33
Bagaimana mereka akan menuntut Dahlan Iskan ada pada paragraf kedua.
Tulisan ini mengisahkan bagaimana anggota DPR yang gerah akibat fitnah yang
dilakukan Dahlan Iskan. Mereka merasa telah dicemarkan nama baiknya oleh
Dahlan dengan menyebut mereka sebagai orang yang meminta jatah kepada
BUMN.
“Dia mendorong sejumlah koleganya melaporkan mantan Direktur
Utama PT PLN itu ke kepolisian. Menurut Harry, pertemuan informal
anggota DPR dengan direksi perusahaan negara untuk lobi kebijakan
adalah hal biasa. Lobi-lobi itu tak perlu dipandang buruk. ‘Apakah ada
yang melarang kalau lobi-lobi informal di luar? Apakah itu terlarang,’
tanya Harry.”34
Narasumber pada berita ini adalah Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR
Harry Azhar Ketua Fraksi Demokrat menyarankan koleganya untuk melaporkan
Dahlan Iskan ke kepolisian. kemudian Nurhayati Ali Assegaf yang mendukung
adanya pembersihan pemerasan di BUMN. Tapi jika Dahlan salah, dia siap
melawan. Terakhir Anggota Komisi Keuangan DPR, Sumaryoto yang namanya
disebut dalam daftar politikus peminta upeti. Pada berita ini dia menjelaskan
kenapa tidak memberikan Penyertaan Modal Negara ke salah satu BUMN.
33 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN, Koran Tempo, 10 November 2012, h. A2. 34 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN, Koran Tempo, 10 November 2012, h. A2.
66
c. Tematik
Kali ini wartawan mengisahkan kekesalan anggota DPR yang difitnah
Dahlan Iskan. Mereka menyanggah bahwa pertemuan informal antara anggota
DPR dengan perusahaan negara adalah hal yang biasa. Oleh karena itu anggota
DPR yang merasa difitnah disarankan untuk melaporkan masalah ini ke
kepolisian.
“Sejumlah politikus Senayan mulai gerah menghadapi Menteri
Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Mereka menganggap Dahlan
telah mencemarkan nama baik karena menyebut beberapa anggota Dewan
Perwakilan Rakyat memeras perusahaan negara. ‘Yang dilakukan Dahlan
sudah termasuk pencemaran nama baik,’ kata Wakil Ketua Komisi
Keuangan DPR Harry Azhar kemarin.”35
Selain masalah pencemaran nama baik, Koran Tempo juga tetap
menyisipkan argumentasi seorang anggota DPR yang mendukung pembersihan
peminta upeti kepada BUMN. Kali ini dia mendukung apa yang dilakukan Dahlan
Iskan jika benar. Tapi jika itu adalah fitnah, dia akan melawan. “Ketua Fraksi
Demokrat Nurhayati Ali Assegaf menyatakan partainya mendukung pembersihan
pemerasan di BUMN. ‘Kalau Dahlan Iskan benar, kami dukung. Kalau Dahlan
Iskan fitnah, kami lawan,’ ujarnya.”36
Isi keseluruhan berita ini lebih menceritakan pada sisi anggota DPR,
berbeda dengan tulisan sebelumnya yang lebih pada Dahlan Iskan. Berita ini pun
tidak menyertakan lontaran Dahlan.
Paragraf pertama menggambarkan politikus di Senayan yang sudah gerah
dengan lontaran Dahlan Iskan karena menurut mereka Dahlan telah melakukan
pencemaran nama baik. Paragraf selanjutnya apa saja yang akan mereka lakukan.
35 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN, Koran Tempo, 10 November 2012, h. A2. 36 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN, Koran Tempo, 10 November 2012, h. A2.
67
Lalu pembelaan Anggota Komisi Keuangan DPR, Sumaryoto karena namanya
disebut dalam daftar politikus peminta upeti.
d. Retoris
Pada berita ini tidak ada gambar maupun kalimat atau kutipan langsung
sebelum lead. Hal itu karena tulisan ini ada pada rubrik Berita Utama dan
posisinya yang kedua di antara tiga tulisan pada rubrik tersebut. Hanya pada di
berita pertama saja yang memakai kalimat menarik di bawah berita.
Penekanan berita di sini hanya pada anggota Komisi Keuangan DPR,
Sumaryoto, yang namanya disebut dalam daftar politikus peminta upeti. Di sini
Koran Tempo memberikan kesempatan pada Sumaryoto untuk mengklarifikasi
apa yang sudah dia lakukan terhadap salah satu BUMN.
“Sumaryoto menambahkan, kenyataannya Merpati masih butuh
suntikan dana Rp 200 miliar. ‘Terbukti antara Juli, Agustus, dan
September, Merpati rugi Rp 200 miliar,’ katanya. Dia memperkirakan,
gara-gara kritiknya itulah Rudy panik. Rudy menyatakan siap dipanggil
Badan Kehormatan untuk menjelaskan informasi yang dibutuhkan.”37
Gaya bahasa yang ditulis wartawan pada berita ini lebih pada tindakan yang
akan dilakukan dan telah dilakukan anggota DPR. Sumaryoto tidak memberikan
Penyertaan Modal Negara ke salah satu perusahaan pelat merah tersebut karena
hasil laporan perusahaan tersebut yang selalu untung. Tindakan yang akan
dilakukan anggota DPR adalah melaporkan Dahlan Iskan ke kepolisian karena dia
telah melakukan pencemaran nama baik. Kutipan langsung yang muncul pada
berita ini, “’Apakah ada yang melarang kalau lobi-lobi informal di luar? Apakah
itu terlarang,’ tanya Harry.”38
37 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN, Koran Tempo, 10 November 2012, h. A2. 38 Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN, Koran Tempo, 10 November 2012, h. A2.
68
6) Analisis framing berita DPR Serang Balik Dahlan Iskan, 13
November 2012
a. Sintaksis
Pada tulisan ini Koran Tempo juga memberikan kesempatan untuk
anggota DPR bicara. Ucapan yang dilontarkan DPR masih tentang pencemaran
nama baik yang dilontarkan Dahlan Iskan kepada media. Tindakan yang
dilakukan DPR adalah melakukan somasi dan permintaan maaf dari Dahlan. Jika
dalam waktu yang ditentukan Dahlan masih belum juga melakukannya, maka dia
akan dilaporkan ke pengadilan. Pada berita ini tertulis, “Wakil Ketua DPR Priyo
Budi Santoso mempersilakan anggotanya menggugat balik karena merasa
dicemarkan nama baiknya. Menurut politikus Golkar ini, menuntut adalah cara
terbaik agar Dahlan tak asal tuduh. ‘Nama baik anggota DPR juga harus dihargai,’
katanya.”39
Orang lain yang disebut memalak BUMN, M. Ichlas el Qudsi
mengklarifikasi pernyataan Dahlan Iskan lewat Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat
Nasional, Viva Yoga. Setelah Yoga menanyakan pada Ichlas, dia mengatakan
bahwa tak pernah bertemu dengan Direksi Merpati membahas masalah jatah.
Selain Ichlas masih ada orang lain yang dituduh Dahlan Iskan. Mereka
yang dituduh juga menggugat balik ke Dahlan. Informasi yang ditulis wartawan
adalah serangan balik ke Dahlan. Mereka merasa telah dituduh Dahlan dengan
pernyataan telah meminta jatah. Wartawan Koran Tempo menulis, “Wakil Ketua
DPR Priyo Budi Santoso mempersilakan anggotanya menggugat balik karena
39 DPR Serang Balik Dahlan Iskan, Koran Tempo, 13 November 2012, h. A2.
69
merasa dicemarkan nama baiknya. Menurut politikus Golkar ini, menuntut adalah
cara terbaik agar Dahlan tak asal tuduh. “Nama baik anggota DPR juga harus
dihargai,” katanya.”40
b. Skrip
Wartawan pada tulisan ini menggunakan teras berita kenapa. Apa yang
menyebabkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hingga menyebabkan
ingin menyerang balik Dahlan Iskan. Di awal paragraf juga dijelaskan dengan
cara mereka akan melawan Dahlan
“Fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat, yang anggotanya
disebut memeras perusahaan negara, akan menuntut Menteri Badan Usaha
Milik Negara Dahlan Iskan. Fraksi Partai Amanat Nasional, misalnya,
bersiap melayangkan somasi. ‘Segera kami kirim karena kami merasa
dicemarkan,’ kata Wakil Ketua Fraksi Viva Yoga kemarin.”41
Jika sebelumnya penggambaran yang dikisahkan wartawan selalu dari segi
Dahlan Iskan dan mendukungnya, kali ini dari sisi DPR. Dahlan diminta untuk
meminta maaf dan tidak asal tuduh. Tulisan ini juga menuliskan siapa saja yang
memeras kepada BUMN, berapa besar upeti tersebut, dan hanya sangkalan dari
anggota DPR.
Meski Dahlan Iskan diserang oleh beberapa anggota DPR yang telah dia
sebut sebagai pemalak BUMN, paragraf terakhir Dahlan diberikan kesempatan
bicara menaggapi semua serangan tersebut. Berita tersebut tertulis, “Adapun
Dahlan kalem menanggapi rencana tuntutan balik itu. ‘Tak apa-apa diserang,’
katanya. ‘Kami terima, kalau ada yang salah kami perbaiki.’”42
40 DPR Serang Balik Dahlan Iskan, Koran Tempo, 13 November 2012, h. A2. 41 DPR Serang Balik Dahlan Iskan, Koran Tempo, 13 November 2012, h. A2. 42 DPR Serang Balik Dahlan Iskan, Koran Tempo, 13 November 2012, h. A2.
70
Narasumber yang diminta keterangan oleh Koran Tempo adalah Wakil
Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional, Viva Yoga yang siap memberikan somasi
kepada Dahlan Iskan. Lalu, M. Ichlas el Qudsi dan Idris Laena yang menyangkal
tudukan Dahlan. Kemudian Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso yang
mendukung anggotanya menggugat balik dan Fraksi PDI Perjuangan yang kesal
dengan tuduhan Dahlan. Terakhir perkataan Dahlan Iskan orang yang menanggapi
serangan tersebut dan sebagai penutup berita.
c. Tematik
Kesinambungan pada paragraf pertama dengan judul sudah tergambarkan.
Seperti apa serangan balik yang dilakukan DPR kepada Dahlan Iskan
tergambarkan pada setengah tulisan pertama. Tulisan selanjutnya adalah
informasi lama yang diulang kembali oleh Koran Tempo. Pada paragraf terakhir
tetap memberikan kesempatan Dahlan Iskan untuk bicara. Pada berita tersebut
tertulis, “Adapun Dahlan kalem menanggapi rencana tuntutan balik itu. ‘Tak apa-
apa diserang,’ katanya. ‘Kami terima, kalau ada yang salah kami perbaiki.’”43
Wartawan menggambarkan bagaimana anggota DPR yang dituduh Dahlan
Iskan begitu kesal dengan pernyataannya. Narasumber pada berita ini selain dari
orang yang dituduh Dahlan, juga fraksi dari partai yang kadernya dituduh dan
Wakil Ketua DPR yang mendukung anggotanya melakukan serangan balik atas
pencemaran nama baik.
Paragraf kelima ada dua kalimat yang berbeda. Kalimat pertama
mengatakan bahwa Idris Laena yang dituduk meminta jatah tapi dia
43 DPR Serang Balik Dahlan Iskan, Koran Tempo, 13 November 2012, h. A2.
71
menyangkalnya tanpa ada kalimat langsung darinya. Kalimat berikutnya adalah
informasi Koran Tempo, nama Oheo Sinapoy tertangkap menerima bayaran dari
Grup Permai.
“Idris Laena dari Golkar masuk daftar politikus pemeras yang
dilaporkan ke Badan Kehormatan. Ia dituduh meminta fee kepada PT PAL
dan PT Garam. Namun Idris menyangkal tuduhan itu. Sedangkan nama
Oheo Sinapoy terungkap di pengadilan korupsi Wisma Atlet sebagai
politikus Golkar penerima fee sebesar Rp 712,5 juta dari Grup Permai
karena menyetujui dana proyek di Kementerian Agama.”44
d. Retoris
Penekanan pada tulisan ini adalah pada caption foto berita Anggota
Komisi XI DPR dari Fraksi PAN, M. Ichlas el Qudsi. Keterangannya adalah
Ichlas yang mengklarifikasi kepada pimpinan Badan Kehormatan MPR/DPR.
Keterangan foto tersebut juga menuslikan bahwa ia akan menggugat balik Dahlan
Iskan karena telah nama baik anggota DPR.
Selain pada foto, hanya tulisan berita yang isinya pernyataan dari anggota
DPR sebagai orang tertuduh. Mereka merasa difitnah oleh Dahlan Iskan karena
dia telah menuduh dengan perkataan telah meminta jatah ke salah satu perusahaan
pelat merah.
“Namanya sudah disetorkan oleh Dahlan ke Badan Kehormatan
DPR. Anggota DPR dari daerah pemilihan Sumatera Barat I itu pun
sudah mendatangi Badan untuk memberi konfirmasi. Ia bahkan sudah
menyewa pengacara untuk menuntut Dahlan meminta maaf kepadanya
dalam waktu 7 x 24 jam. ‘Jika somasi tak digubris, saya laporkan ke
pengadilan,’ kata Ichlas.”45
Penekanan yang digambarkan Koran Tempo pada berita ini adalah
informasi tentang Oheo Sinapoy. Dia adalah penerima jatah dari Grup Permai.
44 DPR Serang Balik Dahlan Iskan, Koran Tempo, 13 November 2012, h. A2. 45 DPR Serang Balik Dahlan Iskan, Koran Tempo, 13 November 2012, h. A2.
72
Selain Oheo, tidak ada tersangka lain dari pemeras BUMN yang telah
digemborkan Dahlan Iskan.
3. Berita foto DPR Serang Balik Dahlan Iskan
2. Analisis praktik wacana
Sebelum menjadi sebuah berita, terjadi sebuah proses yang menghasilkan
berita itu sendiri. Proses membuat sebuah isu menjadi layak berita yang dilakukan
Koran Tempo hampir sama dengan media kebanyakan, yaitu melalui rapat redaksi
yang dilakukan oleh seluruh awak redaksi.
Pada berita judul Ungkap Pemalak BUMN; Dahlan Percaya Diri ke DPR,
ada tiga penulis, yaitu Martha Thertina, Ananda Putri, Sundatari, dan Sukma. Di
berita ini Koran Tempo juga mengambil berita dari Antara.
73
Berita kedua yang berjudul Dahlan Hendak Disingkirkan, wartawannya
adalah Ananda Putri, Aryani Kristanti, Indira Wijaya, Ayu Prima, dan Sukma.
Berita ketiga, Pemborosan di PLN; Pemerintah Menilai Keputusan Dahlan Tepat
ada empat penulis. Mereka Bernadette Christina, Wayan Agus Purnomo,
Rosalina, dan Dewi Rina.
Berita Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN penulisnya adalah Rafika
Aulia, Wayan Agus Purnomo, dan Wuragil. Ananda Putri, Budiartie, Satwika,
Rofiudin, dan Sukma menulis berita dengan judul Polititus Isyaratkan Tuntut
Menteri BUMN. Berita terakhir yang berjudul DPR Serang Balik Dahlan Iskan
ditulis oleh Ira Guslina Sufa dan Ananda Putri.
Koran Tempo juga memperhatikan faktor masyarakat dalam memilih
sebuah isu. Hal itu karena bukan hanya anggota DPR atau pengusaha saja yang
menjadi pembaca setia Koran Tempo, tapi masyarakat juga. Ketika sebuah isu
menarik, tapi tidak terlalu penting dan disukai masyarakat, maka Koran Tempo
tidak menaikkan kasus tersebut. Salah satu informasi yang memudahkan publik
untuk memahami sebuah kasus, Koran Tempo memberikan info grafis di halaman
utama.
Informasi yang didapat Koran Tempo berasal dari manapun. Wartawan
Koran Tempo menerima kabar sebuah kasus baik dari email, pesan singkat,
omongan tokoh, dan lainnya. Dari informasi itu, dicari data lengkapnya,
kebenarannya, lalu diajukan dalam rapat redaksi
Saat mengangkat kasus Dahlan Iskan melawa anggota DPR, Koran Tempo
tidak terlalu mengekspos dari sisi kerugian PLN yang dikatakan oleh anggota
DPR. Elik Susanto sebagai Redaktur Pelaksana Koran Tempo mengatakan bahwa
74
Koran Tempo mengangkat kasus kerugian PLN, tapi karena kasus tersebut berasal
dari perkataan DPR RI, dia masih ragu dengan kabar tersebut.
“Kita tetap menulis (kerugian PLN), tapi tidak dibesar-besarkan.
Menurut saya media itu harus memilih angle yang kira-kira berita yang
benar-benar berita, mana berita yang cuma lontaran. Mana berita yang
palsu, yang tidak palsu. Kita seletif apalagi dengan DPR. Terus terang
banyak publik yang tidak percaya dengan DPR. Kalau liat survei, banyak
anggota DPR yang korup, kerjanya melorot, tugas mereka menyusun
Undang-Undang juga tidak beres.”46
Alasan Koran Tempo gencar memberitakan anggota DPR suka memeras
BUMN adalah Dahlan Iskan yang melontarkan isu tersebut. Itu karena salah satu
yang menjadi kriteria layak berita Koran Tempo, yaitu tokoh. Dahlan Iskan
merupakan tokoh dalam pemerintahan. Meski anggota DPR juga tokoh
pemerintah, Koran Tempo sudah kurang apresiatif dengan mereka, melihat
kinerjanya yang kurang baik.
Selain tokoh yang mengangkat kasus itu, ada bukti bahwa anggota DPR
melakukan perbuatan curang tersebut. Saat Koran Tempo melakukan wawancara
dengan beberapa narasumber, diketahui bahwa BUMN selalu rugi dan tidak
pernah untung karena selalu direcoki oleh beberapa anggota DPR. Gangguan
tersebut salah satunya dengan meminta jatah kepada perusahaan pelat merah jika
perusahaan tersebut ingin berjalan dengan baik.
Meski kasus itu layak menjadi sebuah berita, dalam sidang redaksi terjadi
beda pendapat antara yang setuju dengan tidak untuk menaikan kasus tersebut
menjadi sebuah berita. Setelah terjadi perselisihan argumen, akhirnya Koran
Tempo sepakat menaikkan isu ini menjadi sebuah berita.
“Mereka (yang ada pada rapat redaksi) tentu saja berbeda
pendapat. Tidak semuanya sama. ‘Ah Dahlan cuma pencitraan saja. Tidak
46 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
75
penting.’ Ada yang bilang seperti itu. Ada yang bilang, ‘Ini serius. Ada
dokumennya.’ Ada juga yang bilang, ‘Ah ini data udah lama.’ Setelah kita
kumpulin, kita putusin, ternyata data ini memang ada, peristiwanya juga
ada. Kita kroscek dengan direkturnya dan ternyata iya (DPR melakukan
pemerasan).”47
Rapat redaksi hanya boleh dilakukan oleh keredaksian. Jika ada bagian
lain yang bukan redaksi ingin mengajukan tema bisa saja, tapi tetap masuk pada
sidang redaksi. Pengajuan tema dari non redaksi tetap bisa dinaikkan menjadi
sebuah berita kalau memang memiliki data yang lengkap. Hasil keputusan tetap
pada rapat itu.
Hal tersebut juga terjadi pada direksi. Redaksi tetap memiliki keputusan
tersediri dalam memutuskan rapat. Andai direksi ingin mengajukan tema, tetap
harus masuk dalam rapat tersebut. Data yang lengkap dan menarik dapat naik
menjadi berita.
“Direksi dalam istilah pengelola perusahaan ada istilahnya firewall
atau garis api. Jadi direksi tidak bisa intervensi ke redaksi. Redaksi itu
berdiri sendiri yang keputusannya ada di dalam rapat. Direksi ini sebatas
hanya memberi usulan. Misalnya ikut rapat dan mengajukan tema. Jika
memang tidak menarik, ya kita tolak. Kalau menarik, didalemin. Kita
lanjutkan. Semua usulan itu ya satu, harus diajukan ke rapat.”48
Saat sudah menentukan apa yang akan menjadi berita, para wartawan
mengejar narasumber sesuai dengan tugasnya. Hasil wawancara tersebut
kemudian ditranskrip dan ditulis. Setelah selesai, tulisan tersebut dikirim ke
redaktur. Hasil semua tulisan yang sudah diterima redaktur, diolah kembali
menjadi berita utuh yang siap terbit. Berita yang harus segera terbit, masuk ke
tempo.co. berita yang agak mendalam disimpan untuk Koran Tempo dan yang
lebih dalam diberikan pada majalah Tempo.
47 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto. 48 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
76
Hasil transkrip harus diberikan pada redaktur karena tulisan tersebut masih
belum berimbang. Elik mengatakan, tidak mungkin pada Koran Tempo
menaikkan berita yang hanya satu narasumber. Jadi, harus ada perkataan lain agar
seimbang. Tapi, mungkin juga wartawan tersebut menulis berita yang utuh kalau
narasumbernya komplit. Biasanya hal itu terjadi pada wartawan senior karena
sudah berpengalaman dalam mencari berita.
Elik Susanto memandang Dahlan Iskan sebagai orang yang baik, salah
satunya adalah karena Dahlan merupakan mantan wartawan Tempo. Dahlan
merupakan orang yang pintar dan tekun. Hasil kerja kerasnya itu berbuah hasil
saat Dahlan sukses mendirikan Jawa Pos.
“Orangnya pinter, tekun. Saya pernah ketemu dan wawancara
dengan dia. Orangnya rajin, juga punya obsesi. Sebagai pemimpin, dia
membuktikan keberhasilannya. Membuat media, dia berhasil. Jadi Dirut
PLN juga berhasil. Menjadi Menteri BUMN juga banyak gebrakan. ketika
menjadi pejabat BUMN saat dia mengelola perusahaan-perusahaannya
menjadi sehat. Kalau tidak salah terobosan Dahlan adalah dia
mengklasifikasi perusahaan-perusahaan BUMN menjadi sehat, kurang
sehat, dan mati atau tidak berkembang sehingga harus dilikuidasi.”49
Semua kinerja baik Dahlan Iskan seakan terkotori dengan majunya dia
sebagai konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. Elik mengakui hal tersebut
dan menduga kinerja baiknya ini hanya karena pencitraan dia sebagai calon
presiden itu.
Akan tetapi Elik menghargai keputusan Dahlan Iskan karena itu adalah
hak dia karena mungkin Dahlan memiliki kompetensi dan mampu jika memang
menjadi seorang presiden. Dahlan juga merasa dipilih oleh publik dan memiliki
jaringan serta komunikasi yang baik dengan rekan bisnis maupun organisasi yang
dia tekuni.
49 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
77
3. Analisis sosial budaya
Setelah era reformasi, perkembangan pers berkembang dengan pesat.
Mereka selalu dikekang oleh pemerintah karena tidak boleh memberitakan
kebobrokannya. Kali ini mereka bebas memberitakan apa saja. Sejak itu, pers
Indonesia selalu menuliskan berita yang membuat rakyat kesal dengan pemerintah
karena tindakannya yang menyimpang.
Banyak sekali penyimpangan yang dituliskan media di Indonesia. Mulai
dari kinerja yang tidak maksimal, hingga merampok uang rakyat bernilai triliunan
rupiah. Hingga saat ini pun warga Indonesia selalu menyantap pemberitaan buruk
itu.
Selalu saja media massa memberitakan berita yang kurang baik bagi
pemerintah. Karena minim pemimpin hebat, pers pun terkadang menikmati
keindahan masa lalu melalui perbandingan antara pemerintahan saat ini dengan
pemerintahan Soekarno yang menjadi presiden pertama Indonesia atau Ali
Sadikin, Gubernur DKI Jakarta di era 70’an.
Saat SBY mencalonkan diri sebagai calon presiden untuk kedua kalinya,
dia mengampanyekan untuk mengatakan tidak pada korupsi. Salah satu di
iklannya muncul Angelina Sondakh dan Andi Malarangeng. Akan tetapi kader
Partai Demokrat tersebut tersandung korupsi.
Bahkan korupsi pada pemerintahan SBY lebih parah dari era Soeharto.
Jika jaman Soeharto tercatat korupsi sebesar Rp 90 triliun. Saat SBY menjadi
presiden, korupsi mencapai Rp 720 triliun.50
50 Ali Akbar Soleman Batubara, Korupsi Era Pemerintahan SBY Lebih-Lebih dari Zaman
Soeharto,artikel diakses pada 13 Desember 2013 http://www.harianterbit.com/2013/09/13/korupsi-
era-pemerintahan-sby-lebih-lebih-dari-zaman-soeharto/.
78
Berdasarkan penelitian yang dilakukan The Political Literacy Institute
yang dilakukan pertengahan tahun 2011, pemerintahan SBY memiliki 10 rapor
merah. Selain korupsi yang dilakukan sejumlah kementerian, SBY juga tebang
pilih dalam menyelesaikan kasus. SBY pun gagal dalam menyelesaikan masalah
TKI. Selain itu ditemukan pula kelambatan SBY dalam menangani kasus
pelanggaran HAM, seperti menyelesaikan kasus pembunuhan Munir.51
Di periode kedua pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY),
penantian warga Indonesia akan pemimpin idaman pun muncul. Sosok itu adalah
Dahlan Iskan. Saat dia menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara,
namanya mulai meroket.
Namanya menjadi perbincangan masyarakat Indonesia bukan karena dia
koruptor atau memiliki kinerja buruk, tapi karena prestasinya. Memang
prestasinya belum bisa dikatakan cemerlang, tapi kehausan masyarakat yang ingin
memiliki pemimpin yang merakyat, Dahlan Iskan adalah orang yang tepat.
Dalam survei, ketokohan Dahlan Iskan bisa dikatakan menjadi calon
alternatif presiden jika dibandingkan dengan para calon lain yang sudah diusung
oleh masing-masing partai. Ketokohan tersebut atas hasil upaya saat bekerja
dengan baik di pemerintahan. Pengaruh dia ke publik pun terlihat dengan hasil
laporannya yang bagus.
“Kalau menurut saya pengaruh dia ke publik itu ya saat dia
memberikan laporan saat menjadi wartawan. Publik pun tahu, ‘oh ini loh
peristiwa yang dilaporkan oleh Dahlan’. Kalau sekarang ya sesuai dengan
jabatan dia ketika menjadi pejabat BUMN saat dia mengelola perusahaan-
perusahaannya menjadi sehat. Ketika perusahaan itu sehat dan untung,
publik pun senang. Karena saat untung, menjadi pendapatan bagi negara
51 Samrut Lellolsima, Inilah Sepuluh Raport Merah SBY-Boediono, artikel diakses pada
13 Desember 2013 dari http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=41757.
79
dan pendapatan negara itulah yang akan dijadikan untuk mengelola negara
termaksud dengan rakyatnya.”52
Dahlan Iskan sering kali memantau langsung tempat yang bermasalah dan
tidak mau mendengar permasalahan tersebut dari anak buahnya. Hal itu dia
lakukan agar benar-benar merasakan masalah tersebut. Dahlan pun tak sungkan-
sungkan mengobrol dengan masyarakat biasa tanpa takut mengurangi
kehormatannya. Tindakannya seperti itu menjadi sosok yang diimpikan warga
Indonesia.
Dahlan juga tidak ragu menaiki ojek saat sedang mengadakan pertemuan
penting jika macet di jalan. Bahkan Dahlan sering menyantap makanan pedagang
kaki lima. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan wakil rakyat yang selalu
hidup mewah dan kurang merasakan apa yang dirasakan warga biasa.
Banyak sekali pemberitaan tentang Dahlan Iskan di media massa. Pada
tahun 2013, www.tempo.co memberitakan Dahlan Iskan lebih dari 250
pemberitaan. Berarti setiap hari, minimal satu kali www.tempo.co memberitakan
tentang Dahlan Iskan. Lebih dari 75% pemberitaan tersebut memberitakan yang
baik tentangnya. Sisanya karena masalah yang dia hadapi seperti kecelakaan
mobil Tuxuci saat peluncuran mobil listrik.
Dahlan Iskan selalu memiliki pandangan yang berbeda dengan anggota
DPR. Media massa pun sering memberitakan masalah ini. Tapi kebanyakan dari
berita itu lebih condong ke Dahlan. Anggota legislatif itu pun selalu menjadi
tokoh antagonis dan Dahlan tokoh protagonis.
Tidak hanya dengan DPR saja pemberitaan tentang Dahlan Iskan, tapi juga
dengan Jasa Marga. Pemberi jasa melalui jalan tol ini tak luput dari serangan
52 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
80
Dahlan saat dia melihat jalan tol yang macet panjang. Dahlan sempat turun ke
jalan dengan menggratiskan pengguna mobil agar kemacetan cepat terurai.
Setelah itu Dahlan berjanji akan mengevaluasi Jasa Marga.
Pemberitaan Dahlan Iskan terus melonjak naik saat dia berbincang dengan
rakyat kecil dan ikut hidup bersama mereka. Dahlan bahkan sempat menginap di
rumah seorang petani di daerah Sragen dan membantu sang pemilih rumah untuk
berkebun dan melihat apa yang dia punya. Pada kesempatan terakhir Dahlan
berkata bahwa dia belajar banyak dengan pemilik rumah tersebut dan merasa
seperti sedang sekolah tentang hidup.
Di daerah yang sama, pada 29 Maret 2012 Antara News memberitakan
Dahlan Iskan yang menginap dengan beralaskan tikar. Meski pemilik rumah
sudah menyediakan kasur untuk Dahlan tidur, Dahlan menolak untuk tidur dengan
alas yang empuk.53
Berita itu sangat jelas menggambarkan sosok Dahlan Iskan yang merakyat.
Dia bahkan tidak sungkan makan makanan seadanya yang disediakan pemilik
rumah. Beberapa media yang memberitakan Dahlan Iskan selalu menggambarkan
rupanya yang selalu memakai kemeja putih panjang yang lengannya digulung
dengan memakai sepatu kets.
Selain penampilannya yang sederhana, pakaian dan aksesorisnya buatan
Indonesia dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, Dahlan kadang disebut
sebagai orang yang cocok jika menjadi presiden selanjutnya.
Selain Dahlan Iskan, sebenarnya masih banyak tokoh lain yang memiliki
kinerja yang lebih baik darinya. majalah Tempo pada edisi khusus tahun 2012
53 Royke Sinaga, Tatkala Dahlan Iskan Beralaskan Tikar di Rumah Petani, artikel
diakses pada 29 September 2013 dari http://www.antaranews.com/berita/303792/tatkala-dahlan-
iskan-beralaskan-tikar-di-rumah-petani.
81
pernah mengangkat tentang bupati yang memiliki kinerja baik. Mereka dijadikan
tokoh tahun itu oleh majalah Tempo.
Meski begitu, Dahlan Iskan tidak dijadikan tokoh pada terbitan itu. Masuk
nominasi saat rapat redaksi pun tidak. Pemilihan tokoh tersebut didapat
berdasarkan survei yang ada, kinerja mereka, program yang mereka lakukan, dan
masih banyak lagi kriteria lainnya.
Dalam pemberitaan sehari-hari, tokoh versi majalah Tempo tersebut tetap
masih kalah saing pemberitaannya dengan Dahlan Iskan. Bukan hanya Tempo saja
yang sering memberitakan tentang Dahlan Iskan, media massa lain pun ikut
menghujani pemberitaan yang berhubungan dengan Dahlan.
“Salah satu kekurangannya (Dahlan Iskan) adalah saat dia maju
menjadi capres melalui konvensi demokrat. Ya hak dia lah. Kita tidak bisa
menghalang-menghalangi. Tapi akhirnya publik menilai, ‘Oh ternyata ia
seperti itu karena ingin menjadi calon presiden.’ Itu kan penilaian ya. Tapi
kan hak sepenuhnya ada di Dahlan dan itu boleh-boleh saja. Nanti tinggal
lihat saja di pemilu.”54
B. Analisis relasi bahasa, kuasa, dan ideologi media isu kasus korupsi Dahlan
Iskan melawan anggota DPR
1. Komodifikasi
Kasus Dahlan Iskan melawan anggota DPR menjadi perbincangan karena
secara berani Dahlan Iskan akan membongkar dan memberi tahu kepada publik
siapa saja anggota DPR yang suka memeras BUMN. Alasan pemerasan yang
dilakukan pun beragam. Mereka memanfaatkan jabatannya untuk mengeruk
kekayaannya sendiri.
54 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
82
Komodifikasi menurut Vincent Mosco adalah perubahan bentuk nilai guna
menjadi nilai tukar.55
Pada konteks ini, Koran Tempo menjadikan kasus Dahlan
Iskan melawan DPR sebagai berita lalu diberikan kepada masyarakat yang
menjadi nilai tukar. Masyarakat merupakan objek utama Koran Tempo untuk
komodifikasi ini.
Publik yang menjadi tujuan utama diberikan konten yang menarik
sehingga mereka penasaran untuk menikmat produk tersebut. Pemberitaan yang
menarik untuk pembaca seperti ini adalah produk utama media massa.56
Ketokohan Dahlan Iskan yang menarik di mata masyarakat dijadikan Koran
Tempo untuk menarik pembaca
Walaupun kasus ini belum tuntas hingga sekarang, Koran Tempo
mengganggap peristiwa ini sangat penting bagi publik. Masyarakat harus tahu
kronologi ceritanya hingga siapa saja pelakunya. Oleh sebab itu Koran Tempo
selama sebulan gencar memberitakan kasus ini.
“Kan belum terbukti. Itu kan baru omongan Dahlan yang direspon
oleh DPR. Sebenarnya hanya perang mulut saja. Pertama nilai berita itu
kurang karena belum ditetapkannya tersangka, terpidana dan yang lainnya.
Jadi cuma perang mulut saja. Jangan-jangan cuma pencitraan Dahlan yang
ingin menjadi presiden itu. Ini menjadi rumit saat dia punya gebrakan di
BUMN lalu maju sebagai calon presiden.”57
Meski hanya perang mulut dan menduga bahwa apa yang dilakukan
Dahlan Iskan hanya pencitraan saja, Koran Tempo tetap menganggap berita ini
penting dan harus diberitakan agar masyarakat terbuka pikirannya mengenai
pemalakan yang dilakukan oleh anggota DPR.
55 Vincent Mosco, The Political of Communication (London: SAGE Publication Ltd,
1996), h. 141. 56 Vincent Mosco, The Political of Communication, h. 148. 57 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
83
Dari segi tulisan, kasus ini menjadi sumber utama Tempo dalam
mengubah peristiwa menjadi penghasilannya. Kerja utama sebuah media adalah
mencari berita. Jika berita menarik dan unik, banyak masyarakat yang akan
penasaran untuk membacanya. Semakin banyak yang menikmati, semakin besar
pula keuntungan yang dimiliki sebuah media, salah satunya Koran Tempo.
Semakin banyak publik yang membaca berita Koran Tempo, maka
semakin banyak perusahaan tertarik mengiklankan barangnya ke media itu. Koran
Tempo melihat kasus ini layak untuk dijadikan sebagai berita karena masyarakat
ingin mengetahui kelanjutan dari perang antara badan eksekutif dengan legislatif.
Saat ruang redaksi juga terjadi perdebatan antara orang yang setuju dengan
yang tidak mengenai kasus ini. Bagi yang setuju, mereka memiliki data dan
sumber yang terpercaya. Orang yang tidak setuju mengatakan bahwa data yang
dimiliki sudah lama dan menduga lontaran yang diucapkan Dahlan Iskan hanya
pencitraan saja. “Pertama karena yang bicara ini adalah tokoh dan menteri BUMN
tentang perusahaan dia yang diduga, karena dia ngomongnya diduga oleh
sejumlah anggota DPR. Saat Dahlan ngomong seperti itu, banyak anggota DPR
yang dijerat KPK, seperti kasus hambalang, cek pelawat,” jelas Elik.58
Setelah perundingan yang panjang, akhirnya Koran Tempo sepakat untuk
menelusuri lebih jauh mengenai kasus ini dan diterbitkan selama sebulan. Selain
dari kasus yang menarik, pembaca juga perlu tahu seperti apa kelanjutan dari
masalah ini. Bagaimanapun juga publik adalah pembaca setia dan konsumen dari
Koran Tempo.
58 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
84
Sosok Dahlan Iskan yang saat ini menjabat sebagai Menteri BUMN dan
memiliki pandangan baik untuk masyarakat juga menjadi kelayakan berita Koran
Tempo. Publik selama ini menganggap Dahlan Iskan orang yang dapat dipercaya
melihat dengan kinerjanya selama ini. Dia juga sering terjun langsung ke
masyarakat melihat kondisi sebenarnya. Bahkan dia tak sungkan-sungkan tidur
beralaskan tikar dengan nyenyak tanpa disuguhi fasilitas mewah.
Masyarakat juga senang dengan apa yang sudah dilakukan Dahlah Iskan.
Beberapa survei yang ada, menyebutkan bahwa Dahlan layak menjadi presiden
alternatif dari calon presiden yang sudah diusung beberapa partai selanjutnya
menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono.
Dahlan Iskan pun dimanfaatkan sebagai nilai jual dalam berita Koran
Tempo. Publik percaya bahwa Dahlan adalah orang baik dilihat dengan kinerjanya
sebagai Menteri BUMN yang bagus.
2. Spasialisasi
Proses teknologi dan komunikasi adalah keutamaan dari spasialisasi.
Spasialisasi merupakan bagian dari industri komunikasi.59
Maksudnya adalah
pemanfaatan ruang yang ada seperti dalam media massa adalah fokus utama dari
spasialisasi. Koran Tempo menggunakan keuntungannya dalam penyebaran
informasi untuk memengaruhi publik dan menyebarkan ideologinya lewat tulisan
yang disebar kepada masyarakat.
Koran Tempo memanfaatkan fungsi media massa sebagai penyebar
informasi untuk membela Dahlan Iskan dan membuat DPR semakin buruk di
mata masyarakat. Salah satu judul Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan
59 Vincent Mosco, The Political of Communication, h. 173.
85
menegaskan bahwa pertikaian Dahlan Iskan dengan anggota DPR semakin
meruncing. Perseteruan ini hingga melibatkan jabatan yang dimiliki Dahlan meski
Koran Tempo tidak menyebutkan siapa orang yang menginginkan Dahlan turun
jabatan, walaupun wewenang pemberhentian menteri ada pada hak presiden.
Terlihat bahwa anggota DPR yang disebut Dahlan pemalak tidak suka
dengan perbuatan Dahlan Iskan. Koran Tempo seakan memberi kesan kepada
masyarakat bahwa tindakan anggota DPR semakin kotor dan Dahlan digambarkan
orang baik yang memiliki banyak musuh. “Namun Dahlan menolak menguraikan
dan menjelaskan lebih jauh lontaran ini. Dia pun enggan menanggapi pertanyaan
mengapa pejabat itu hendak menyingkirkannya. Bekas Direktur Utama PLN itu
hanya berujar, ‘Saya tahulah.’”60
Meski anggota DPR ada yang geram dengan tindakan yang kata mereka
mencemarkan nama baik, tapi ada pula yang mendukung perbuatan Dahlan Iskan.
Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR, Harry Azhar Aziz menginginkan agar
Dahlan segera membongkar kasus pemalakan tersebut. Hal tersebut supaya
masalah yang terjadi cepat selesai.
Anggota Komisi Perdagangan, Perindustrian, dan BUMN Dewan
Perwakilan Rakyat, Mohamad Sohibul Iman mendukung Dahlan dengan meminta
dia untuk menjelaskan inefisiensi yang dilakukan PLN agar masyarakat
mengetahui penyebabnya. Sohibul menjelaskan bahwa kerugian yang dilakukan
PLN bukan sepenuhnya salah Dahlan.
“Sohibul mengakui PLN memiliki dua fungsi sekaligus, yakni
sebagai pelaksana kebijakan energi nasional dan sebagai perusahaan milik
60 Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan, Koran Tempo, 8 Oktober 2012, h. A4.
86
negara. Sebagai pelaksana kebijakan, PLN dinilai merupakan korban
kebijakan energi secara umum. Tetapi sebagai perusahaan, PLN banyak
memiliki persoalan manajemen. ‘Ini juga harus diketahui publik,’ kata
dia.”61
Akhirnya Koran Tempo memberikan kesempatan bicara anggota DPR
pada berita Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN. Ruang bicara itu
diberikan setelah sebulan penuh mencecar mereka. Anggota DPR yang disebut
sebagai pemalak, merasa gerah atas pencemaran nama baik yang dilakukan
Dahlan Iskan.
Pembelaan yang dilakukan anggota DPR bertemu secara informal dengan
direktur perusahaan pelat merah adalah hal yang wajar. Wakil Ketua Komisi
Keuangan DPR Harry Azhar mengatakan tidak ada yang salah dengan lobi
internal. Kalau memang ada pelanggaran, Harry meminta agar diperlihatkan
bukti-buktinya.
Berita DPR Serang Balik Dahlan Iskan juga memberikan ruang anggota
DPR atas perlakuan Dahlan Iskan. Wakil Ketua DPR, Priyo Budi Santoso
mendukung anggotanya yang menyerang balik Dahlan Iskan. Hal tersebut
dilakukan agar Dahlan tidak berbuat semena-mena kepada DPR.
Serangan balik DPR adalah dengan melakukan somasi kepada Dahlan
Iskan agar dia meminta maaf. Jika Dahlan tidak menggubris, maka Anggota DPR
yang melakukan serangan balik itu akan membawa kasus ini ke pengadilan. Idris
Laena yang disebut Dahlan sebagai pemeras BUMN menyangkal bahwa dirinya
melakukan pemalakan.
61 Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN, Koran Tempo, 1 November 2012, h. A2.
87
Sedangkan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kesal dengan
tuduhan Dahlan. Dia mengatakan bahwa anggotanya, Sumaryoto yang dituduh
memeras PT Merpati bukan menagih, tapi hanya menanyakan angka Rp 18
miliyar ke Merpati.
Saat menampilkan sosok Dahlan Iskan pun Koran Tempo membagi dalam
dua jenis, Dahlan seorang pahlawan yang berani secara terang-terangan
membongkar kasus suap dan Dahlan yang tidak disenangi oleh anggota DPR
karena ucapannya tanpa bukti dan mencoreng nama baik mereka.
Koran Tempo mencitrakan sosok Dahlan sebagai protagonis salah satunya
karena kedekatannya. Redaktur Pelaksana Tempo Rubrik Politik, Elik Susanto
mengakui bahwa Dahlan adalah orang yang pintar, sukses dalam menjalankan
tugasnya. Dahlan juga pernah menjadi wartawan Tempo.
Meski ada kedekatan seperti itu, tetap saja ada terjadi perbedaan pendapat
mengenai Dahlan Iskan. Dalam ruang redaksi tidak ada kedekatan dalam
mengajukan sebuah berita. Asalkan ada data yang lengkap, kasus apapun layak
menjadi sebuah berita Koran Tempo. “Direksi dalam istilah pengelola perusahaan
ada istilahnya firewall atau garis api. Jadi direksi tidak bisa intervensi ke redaksi.
Jika memang tidak menarik, ya kita tolak. Kalau menarik, didalemin. Kita
lanjutkan. Semua usulan itu ya satu, harus diajukan ke rapat.”62
Publik dalam kasus ini hanya berfungsi sebagai konsumen. Konsumen
dalam arti hanya orang yang menerima hasil peliputan dan wawancara dalam
wartawan Koran Tempo. Mereka pasrah dengan apa yang disajikan Koran Tempo
62 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
88
tanpa kekuataan dalam memberikan sebuah ide ataupun pernyataan dalam kasus
pemalakan BUMN ini.
Pembaca dibuat percaya dengan terbitan Koran Tempo yang
menggambarkan Dahlan Iskan adalah orang yang tidak bersalah dan DPR adalah
orang jahat. Koran Tempo merupakan salah satu dari banyak media massa yang
membuat Dahlan sebagai pemimpin dengan kerja baik.
3. Strukturasi
Strukturasi berkaitan dengan hubungan ide antaragen masyarakat, proses
sosial dan praktik sosial dalam analisis struktur. Strukturasi dapat digambarkan
sebagai proses di mana struktur sosial saling ditegakkan oleh para agen sosial.
Para agen ini kemudian menjadi bagian dari struktur dan bertindak melayani
bagian yang lain. Hasil akhir dari strukturasi adalah serangkaian hubungan sosial
dan proses kekuasaan diorganisasikan di antara kelas, gender, ras dan gerakan
sosial yang masing-masing berhubungan satu sama lain.
Tempo memanfaatkan jabatan Dahlan Iskan sebagai nilai berita yang layak
dikonsumsi masyarakat. Selain sosok Dahlan, Koran Tempo juga mengambil
narasumber lain yang memiliki jabatan tinggi dan kompeten menjadi narasumber
dalam beritanya.
Narasumber yang diwawancarai Koran Tempo selain Dahlan Iskan adalah
anggota DPR itu sendiri yang menjadi target utama dalam kasus ini. Meski begitu,
ruang bicara yang diberikan anggota DPR masih kurang banyak dibandingkan
dengan perkataan Dahlan.
Sekalipun banyak narasumber dari anggota DPR, tetap porsi yang
diberikan sedikit. Perkataan mereka tidak lebih dari lima paragraf dalam berita
89
Koran Tempo meskipun anggota DPR dimasukan dalam paragraf pertama dan
tema dalam berita tersebut.
Selain perang mulut antara Dahlan Iskan dan anggota DPR, ada pihak lain
yang juga ikut dalam masalah ini, yaitu beberapa pengamat. Pengamat itu sedikit
memihak kepada Dahlan dengan mengatakan bahwa bukan Dahlan saja yang
harus disalahkan, tapi juga ada pihak lain. “Kalau tidak salah itu hanya asumsi
kerugian yang itu asumsi dari periode sebelum Dahlan, sekitar 10 tahun dan Dirut
sebelum Dahlan juga ditahan karena korupsi. Jadi tidak fair jika itu dibebankan
pada Dahlan,” tutur Elik.63
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia, Rudi Rubiandini juga
mendukung Dahlan Iskan. Jika Dahlan tidak melakukan hal tersebut, maka akan
terjadi pemadaman di Jawa dan Sumatera karena pasokan gas dan batubara yang
habis.
Pada berita “Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN” menggambarkan
jelas bagaimana anggota DPR meminta jatah ke BUMN agar dana yang mereka
minta cair. Meski direktur itu menolak untuk memberikan jatah, anggota DPR
tersebut malah mengajari untuk berbuat curang agar jatah tersebut dapat
diberikan. Jatah tersebut berdasarkan yang didapat Dahlan dari anak buahnya
bukan hanya untuk perorangan, tapi atas nama komisi DPR.
Dahlan Iskan masih tetap juga tidak memberi tahu siapa yang menjadi
pemalak tersebut. Itu dia lakukan dengan alasan ingin membenahi dulu
perusahaannya dibandingkan dengan mengurusi orang lain.
63 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
90
Koran Tempo memanfaatkan ruangnya dalam memberikan informasi
kepada masyarakat dengan memberikan citra yang baik untuk Dahlan Iskan. DPR
yang dipandang publik buruk dari segala sisi semakin diserang dalam pemberitaan
Koran Tempo dalam kasus ini. Masyarakat semakin dibuat tidak percaya dan
berpikiran negatif tentang anggota DPR. Elik Susanto menjelaskan, “Terus terang
banyak publik yang tidak percaya dengan DPR. Kalau liat survei, banyak anggota
DPR yang korup, kerjanya melorot, tugas mereka menyusun undang-undang juga
tidak beres.”64
Koran Tempo di sini sebagai agen yang mengubah sistem sosial. Agen
yang menjadi tokoh utama membentuk sebuah peristiwa tentang Dahlan Iskan
melawan DPR menjadi sesuatu yang dikonsumsi publik. Kemampuan ini
diperoleh karena akses Koran Tempo memiliki sebuah saluran untuk membentuk
sebuah pandangan melalui media massa.
Masyarakat sebagai pembaca dijadikan objek oleh Koran Tempo. Elik
Susanto mengatakan bahwa publik menjadi salah satu faktor utama dalam
pemberitaan mereka. Apakah peristiwa ini layak untuk dijadikan berita dilihat dari
pentingnya untuk masyarakat. Di berkata, “Pembaca Tempo itu kan masyarakat,
bukan cuma DPR atau pemerintah saja. Bahkan kita menjelaskan secara jelas
kepada masyarakat, ini loh kasusnya. Urutan-urutannya seperti ini.”65
Pada akhirnya ruang yang dimiliki Koran Tempo untuk mempengaruhi
masyarakat dalam mengubah peristiwa menjadi sesuatu sehingga menjadi nilai
tukar membentuk suatu pemikiran masyarakat. Pembaca semakin diyakinkan
64 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto. 65 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
91
dengan sosok Dahlan Iskan sebagai orang yang baik dan anggota DPR selalu
menjadi orang yang jahat.
Sebagai Redaktur Pelaksana Koran Tempo pun Elik Susanto mengaku
kerja anggota DPR kurang baik. Kinerja mereka merosot dan dilihat berdasarkan
survei, banyak publik yang semakin tidak percaya dengan mereka. Meski
demikian, Elik tetap menjunjung nilai objektif dalam memilih sebuah berita.
“Informasi awal itu bisa datang dari mana saja. Informasi awal itu kemudian
digali lewat kroscek, konfirmasi. kita diskusikan berita ini layak atau tidak? Kalau
layak, kita dalamin, konfirmasi, lalu diajukan menjadi berita,” jelas Elik.66
66 Wawancara pribadi dengan Elik Susanto.
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, melakukan wawancara mendalam dengan
Redaktur Pelaksana Koran Tempo, dan menganalisis setiap berita kasus Dahlan
Iskan melawan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Koran Tempo,
peneliti memiliki kesimpulan pada penelitian ini.
1. Dari segi teks, Koran Tempo cenderung lebih mendukung Dahlan Iskan
dibandingkan DPR. Lebih dari setengah berita yang diteliti lebih condong ke
Dahlan dengan perkataannya yang siap membongkar pemalak BUMN meski
harus mengorbankan nyawa ataupun jabatan. Anggota DPR yang menurut
mereka dituduh Dahlan, jarang diberi kesempatan bicara. Hanya sedikit ruang
bicara yang diberikan kepada mereka untuk mengklarifikasi dari lontaran
Dahlan.
2. Saat ruang redaksi, pendapat sidang menjadi dua kubu. Kubu tersebut adalah
wartawan Koran Tempo tidak setuju dan tidak setuju dengan kasus Dahlan
Iskan melawan DPR. Mereka yang setuju karena memiliki data yang cukup
dan yang tidak setuju menganggap bahwa ini adalah pencitraan Dahlan dan
data tersebut merupakan data lama. Setelah mengalami perdebatan panjang,
akhirnya kasus ini naik menjadi berita. Masyarakat juga menjadi
93
pertimbangan layak berita Koran Tempo karena pembaca mereka adalah
publik.
3. Kondisi sosial budaya yang sudah bosan dengan berita buruk dan
menginginkan sesuatu yang baru, nampak pada sosok Dahlan Iskan. Dia
dianggap sosok yang merakyat dengan suka berbicara pada masyarakat kelas
bawah dan hidup dengan sederhana. Dahlan juga merupakan mantan
wartawan Koran Tempo dan dia sukses dalam memimpin apa yang sudah
ditugaskan padanya.
4. Koran Tempo mengubah peristiwa perseteruan Dahlah Iskan dengan DPR
menjadi nilai jual mereka kepada khalayak. Masyarakat yang tertarik dengan
kasus ini, akan membeli produk Koran Tempo sehingga menghasilkan
pendapatan bagi mereka. Semakin banyak pembaca, pengiklan semakin
banyak pula pengiklan yang tertarik memasarkan produknya Koran Tempo.
5. Ruang yang dimiliki Koran Tempo dalam menyebarkan berita kepada publik
dimanfaatkan penuh dengan menggambarkan citra yang baik untuk Dahlan
Iskan dan anggota DPR sebagai orang jahat. Melihat kinerjanya, masyarakat
juga sudah mulai kurang simpati dengan anggota DPR karena kinerjanya
yang tidak memuaskan.
6. Koran Tempo menggunakan ketokohan dan jabatan Menteri Badan Usaha
Milik Negara, Dahlan Iskan sebagai sumber berita. Salah satu berita yang
layak bagi Koran Tempo adalah ketokohannya. Sebenarnya masih banyak
tokoh lain di DPR. Tapi mengingat sudah kurang percayanya masyarakat
94
pada mereka, Koran Tempo tetap menjadikan mereka sebagai tokoh, namun
antagonis dan Dahlan sebagai protagonis.
B. Saran
Media massa yang berfungsi sebagai penyampai kabar kepada masyarakat
seharusnya memberikan berita yang benar-benar memberimbang. Begitu pula
dengan Koran Tempo yang merupakan salah satu surat kabar dipercaya oleh
publik. Seharusnya media massa tidak boleh menunjukkan keberpihakannya.
Seorang wartawan dalam mencari berita harus cover all sides atau mencari
informasi dari segala sisi, bukan dari dua sisi atau satu sisi.
Media massa khususnya Koran Tempo sebaiknya memberikan kesempatan
juga kepada orang yang diserang oleh orang lain. Pada penelitian ini anggota DPR
sedikit sekali diberikan tanggapan mengenai kasus pemalakan BUMN.
Dalam mewawancarai seorang narasumber, wartawan profesional
seharusnya sedikit lebih skeptis dengan pernyataan narasumber. Dari berita yang
ada, masih banyak pertanyaan di dalam benak peneliti yang harus dipertanyakan
kepada narasumber, salah satunya ke Dahlan Iskan sebagai narasumber utama
Koran Tempo.
100
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. Sintaksis Jakarta: Grasindo, 2008.
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media
Massa, Iklak Televisi, dan Keputusan Konsimen serta Kritik Terhadap Peter
L. Berger dan Thomas Luckmann Jakarta: Kencana, 2008.
Curran, James dan Gurevich, Michael. Mass Media and Society London and New
York: Edward Arnold, 1992.
Djatmiko, Harmanto Edy. Rahasis Sukses the Best CEO Indonesia, Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2004
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Rosda, 2004.
Dolon, Rosana and Todoli, Julia. Analysing Identities in Discourse Amsterdam:
John Benjamins Publishing, 2008.
Eriyanto. Analisis Framming; Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
Yogyakarta: LkiS Group, 2002.
-----------. Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:
LKiS,Cet VII Februari 2009.
Fairclough, Norman. Critical Discourse Analysis: the Critical Study of Language
New York: Longman Group Limited, 1995.
--------------------------. Language and Power second edition, 3th
ed. New York:
Routledge, 2013,
Golding, Peter dan Murdock, Graham. The Political Economy of the Media
Northamton: Edward Edgar Publishing Limited, 1997.
Hidayat, Dedy N. Jurnalis, Kepentingan Modal dan Perubahan Sosial Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Kraus, Sidney dan Davis, Dennis. The Effects of Mass Communication on
Political Behavior, The Pennsylvania State University Press, 1978.
Lippmann, Walter. Opini Umum (terjemahan), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1998.
Locke, Terry. Critical Discourse Analysis London: Continuum International
Publishing Group, 2004.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda
karya, Cetakan kedelapan 1997.
Mosco, Vincent. The Political of Communication London: SAGE Publication Ltd,
1996.
96
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, Jakarta: Logos,
1999.
Mulya, Ade. Transformasi Usaha Industri Media Massa, Jakarta: LIPI, 2006,
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Rosdakarya, 2006.
Poloma, Margaret M. Sosiologi Kontemporer Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003.
Raco, J.R. Metode Pendekatan Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya, (Jakarta: Grasindo, 2010.
Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007.
Riyanto, Geger. Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 2009.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Stubbs, Michael. Discourse Analysis Oxford: Basil Blackwell Publisher Limited,
1983.
Sudibyo, Agus dkk. Ekonomi Politik Media Penyiaran Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2004.
Suparno, Paul. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Pustaka Filsafat, 2007.
Ubaedy, A. N. dan Santoso, Imam. Refleksi Kehidupan; Kisah dan Kajian Hidup
Orang-Orang Ternama, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005.
West, Richard dan Turner, Lynn H. Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis
dan Aplikasi. penerjemah Maria Natalia Jakarta: Salemba Humanika, 2008.
Lain-lain:
Lampiran profil perusahaan PT Tempo Inti Media Harian.
Wawancara dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo, Elik Susanto.
Ali Akbar Soleman Batubara, Korupsi Era Pemerintahan SBY Lebih-Lebih dari
Zaman Soeharto, http://www.harianterbit.com/2013/09/13/korupsi-era-
pemerintahan-sby-lebih-lebih-dari-zaman-soeharto/.
Samrut Lellolsima, Inilah Sepuluh Raport Merah SBY-Boediono,
http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=41757.
Royke Sinaga, Tatkala Dahlan Iskan Beralaskan Tikar di Rumah Petani,
http://www.antaranews.com/berita/303792/tatkala-dahlan-iskan-beralaskan-tikar-
di-rumah-petani.
DOKUMENTASI WAWANCARA
Wawancara dengan Redaktur Pelaksana Koran Tempo Elik Susanto
SENIN5 NOVEMBER 2012EDI SI NO. 4046TA HUN XII | 40 HA LA MANRP 3.000(LUAR JAWA + ONGKOS KIRIM)
PETA JALAN BAGI LIMBAH KEMASAN
KONFLIK WARGA DIKHAWATIRKAN TERULANG DI POSO
SAMSUNG DAN BATA DIKABARKAN HENGKANG
ILMU & TEKNOLOGI »A12 BERITA UTAMA »A4 NASIONAL »A5
www.tem po.co www.ko ran tem po.com
PERAS SANA, PERAS SINI
Permintaan upeti, uang jasa, dan tanda terima kasih—atau apa pun sebutan-nya—yang diduga dilakukan politikus
terhadap BUMN diduga sudah terjadi sejak dulu. Tapi tak banyak yang mengakuinya.
A. Jumlah Badan Usaha Milik Negara: 141
B. Total Keuntungan BUMN pada 2011 ■ 118 BUMN membukukan laba sekitar
Rp 123,502 triliun
■ 23 BUMN masih rugi dengan nilai
Rp 3,236 triliun
C. BUMN yang Dipalak
1. PT JAMSOSTEKMantan Direktur Utama PT Jamsostek (Persero) Hotbonar Sinaga menyatakan per-nah diperas anggota DPR berinisial MN dari Partai Demokrat dan ETS dari Fraksi PDI Perjuangan pada 2010. Ini terkait dengan kegiatan investasi perusahaan itu di Bank Persyarikatan Indonesia (kini Bank Syariah Bukopin). Ancamannya, politikus itu menuduh ada kerugian negara.
2. PT RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA (RNI)Direktur Utama PT RNI, Ismed Hasan Putro, menyatakan mendapat informasi bahwa manajemen RNI sebelumnya harus mengelu-arkan Rp 1 miliar untuk mengongkosi setiap rapat dengar pendapat dengan DPR. Ismed mengatakan RNI pernah dimintai jatah 20 ribu ton, dan tidak dipenuhinya.
3. MERPATI NUSANTARA AIRLINES Politikus di Komisi Keuangan DPR ditengarai menagih janji fee (komisi) sebesar Rp 13 mili-ar kepada direksi Merpati Nusantara Airlines. Fee itu terkait dengan pengucuran penyertaan modal Merpati Rp 200 miliar.
D. Tanggapan
“Kalau ada anggota DPR yang minta, laporkan dong.”— MARZUKI ALIE, Ketua DPR
“Akan memakan waktu jika membahas setiap ada nama yang disebutkan.”— NURHAYATI ALI ASSEGAF, Ketua Fraksi Demokrat
“Kami menyerahkan kepada pihak berwenang untuk membuktikan pernyataan Hotbonar Sinaga.”—TRIMEDYA PANJAITAN, anggota Fraksi PDIP
■ NASKAH DAN BAHAN : DRIYAN (PDAT) | SUKMA | SUMBER: TNR DAN BERBAGAI SUMBER (DIOLAH) FOTO: ANTARA/WIDODO S. JUSUF
JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Is kan memastikan akan me menuhi panggilan
Ba dan Kehormatan De wan Per wa kilan Rak-
yat hari ini. Panggilan tersebut ter-
kait de ngan adanya poli-tikus yang di tengarai men jadi pemalak se-
jum lah perusahaan pe lat merah itu. ”Besok, jadi ke DPR,”
kata Dahlan, kemarin, melalui pesan singkat kepada Tempo.
Dahlan menolak memerinci hal yang bakal ia ungkapkan kepada Badan Kehormatan, termasuk nama politikus. Dia terkesan santai saat menjawab pertanyaan Tempo. ”He-he-he…, besok ya. Malam ini lagi baca novel baru,” ujarnya.
Dia pun enggan menjawab bukti yang dibawa. Kembali dia menja-wab sambil berkelakar, “Kalau boleh, bawa Anda! He-he-he… Yang jelas, saya bawa nyawa saya!”
Badan Kehormatan memang-gil Dahlan ke DPR pada Senin ini. Menurut Ketua Badan Kehormatan M. Prakosa, lembaga penegak etik Dewan bakal meminta keterangan Dahlan ihwal adanya kongkalikong pembahasan anggaran di DPR. Bahkan, menurut Dahlan, perusaha-an-perusahaan pelat merah disebut-
sebut kerap diperas. Dahlan mengaku siap memper-
tanggungjawabkan omongannya. ”Jika mereka meminta saya menye-butkan nama-nama pelakunya, akan saya sebutkan,” ujar Dahlan seusai orasi ilmiah di Universitas Merdeka, Kota Madiun, Jawa Timur, kemarin.
Dahlan tidak takut bila pernyata-an dan sikapnya itu berujung pada penggeseran dirinya dari kabinet. Dia mengungkapkan, banyak cara yang dilakukan oleh anggota DPR dalam meminta upeti di sejumlah BUMN. Di antaranya melalui telepon, pesan singkat, dan juga permintaan untuk bertemu. ”Dari semua cara itu, intinya meminta bagian dan bahkan memintanya dengan jelas.”
Prakosa mengatakan pertemuan dengan Dahlan akan berlangsung ter-tutup. Dahlan akan diminta menyebut-kan nama, modus, dan bukti adanya praktek permintaan upeti oleh anggota DPR. Meski demikian, Prakosa tidak akan membuka nama-nama tersebut ke publik. ”Penyelidikan dulu. Nanti, kalau terbukti melakukan penyim-pangan, baru akan dibuka.”
Prakosa juga menegaskan Badan Kehormatan bakal mencopot ang-gota Dewan yang terbukti memeras pejabat BUMN. Tindakan ini men-jadi momentum untuk membersih-kan parlemen dari penyuapan. “Tapi harus ada bukti yang kuat.”
● MARTHA THERTINA | ANTARA | ANANDA PUTRI | SUNDARI | SUKMA
IKLAN
DPR DITENGARAI MENAGIH FEE
MERPATI
»A2
UNGKAP PEMALAK BUMN
DAHLAN PERCAYA DIRI KE DPR “SAYA BAWA
NYAWA SAYA!”
K A M I S , 8 N O V E M B E R 2 0 1 2 A4
Dahlan Mengaku Hendak Disingkirkan
JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menuding ada pejabat di kabinet yang menginginkan dia dicopot dari jabatan menteri. ”Memang ada pihak yang mengusulkan saya diberhentikan dari kabinet,” ujar Dahlan, menjawab perta-nyaan wartawan, di Gedung Pertamina kemarin.
Namun Dahlan menolak menguraikan dan menjelaskan lebih jauh lontaran ini. Dia pun enggan menanggapi pertanya-an mengapa pejabat itu hen-dak menyingkirkannya. Bekas Direktur Utama PLN itu hanya berujar, ”Saya tahulah.”
Ini bukan pertama kalinya Dahlan diisukan bakal diber-hentikan dari Kabinet Indonesia Bersatu II. Pada Mei lalu, isu serupa beredar di media sosi-al. Dahlan disebut-sebut ber-seteru dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero
Wacik. Dia dinilai lancang karena memilih direksi baru Pertamina tanpa berkonsultasi dengan koleganya. Ketika itu, Jero dan Dahlan sama-sama membantah rumor tersebut.
Kali ini isu yang sama mencuat kembali ketika hubungan antara Dahlan dan Dewan Perwakilan Rakyat memanas. Konflik bermu-la ketika Dahlan menyebutkan ada anggota Dewan yang memin-ta ”jatah” kepada direksi BUMN.
Senin lalu, Dahlan diperiksa Badan Kehormatan DPR dalam kaitan dengan pernyataannya itu. Di hadapan anggota Badan, Dahlan menyebutkan dua nama anggota DPR yang diduga meminta bagian dari program penyertaan modal negara di sejumlah BUMN.
Kedua anggota DPR yang disebut dalam pertemuan itu adalah anggota Komisi BUMN, Idris Laena, dari Partai Golkar
dan anggota Komisi Keuangan, Sumaryoto, dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Idris ditengarai meminta jatah dalam penyertaan modal negara kepada PT PAL dan PT Garam. Sedangkan Sumaryoto disebut-sebut meminta bagian ke PT Merpati Nusantara Airlines.
Idris dan Sumaryoto memban-tah tuduhan itu. Idris bahkan berencana menuntut Dahlan. ”Ini bisa menjadi pencemaran nama baik,” ujar dia. Adapun Sumaryoto membenarkan sem-pat menanyakan “jatah” itu. Tapi, dia menegaskan, ”Saya bukan menagih.”
Juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, menampik kabar yang dilontarkan Dahlan. Dia menegaskan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak berencana memberhentikan Dahlan ”Saya belum pernah mendengar. Kalau dicopot, siapa
yang mengganti?” kata Julian kemarin.
Dihubungi terpisah, Indonesia Corruption Watch meminta Dahlan tak menghiraukan isu pendepakan dirinya dari kabinet. ”Pengangkatan dan pemecatan menteri itu hak prerogatif pre-siden,” kata peneliti ICW, Ade Irawan, kemarin.
Ade meminta Dahlan ber-konsentrasi pada komitmennya membersihkan BUMN dari prak-tek curang, kongkalikong, hingga korupsi. Salah satunya, segera menyerahkan nama anggota Dewan yang ditengarai meminta ”upeti ” dari BUMN ke Badan Kehormatan.
Sedangkan Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR Harry Azhar Aziz meminta Dahlan membersihkan direksi BUMN dari orang-orang yang terlibat kongkalikong de- ngan parlemen. ● ANANDA PUTRI | ARYANI
KRISTANTI | INDRA WIJAYA | AYU PRIMA SANDI | SUKMA
Badan Kehormatan Belum Bahas Surat DahlanJAKARTA — Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat mengaku belum menyi-kapi informasi tambahan mengenai praktek pemerasan perusahaan negara yang dikirim Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan, kemarin. Anggota Badan Kehormatan bahkan belum membaca isi surat Dahlan itu.
“Kami harus menunggu anggota Badan yang masih di luar kota karena reses,” kata Ketua Badan Kehormatan Muhammad Prakosa kemarin. Tapi dia memastikan sudah menerima surat bernomor SR-632/MBU/2012 itu.
Prakosa menolak berkomentar soal isi surat Dahlan. “Saya belum tahu,” kata-nya. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menegaskan bahwa surat itu baru akan dibuka dan dibaca setelah semua anggota Badan berkumpul.
Kemarin, surat Dahlan diserahkan ke Senayan oleh Hamra Samal, Kepala Biro Hukum di Kementerian BUMN. Dahlan sendiri menghadiri Konferensi Internasional Kajian Keislaman di Surabaya, Jawa Timur.
Menurut Kepala Humas Kementerian BUMN Faisal Halimi, sesuai dengan kesepa-katan dengan Badan Kehormatan, Dahlan memang tak perlu menyerahkan informasi tambahan itu sendiri. “Cukup mengirim berkas saja,” kata Faisal, mengutip penjelas-an Badan Kehormatan.
Faisal menjelaskan, dalam suratnya, Dahlan menyebutkan ada sembilan nama anggota Dewan yang diduga memeras BUMN. ”Ada nama beserta kronologis kejadian,” kata Faisal. Sembilan nama ini melengkapi dua nama anggota DPR yang sudah disebut Dahlan dalam pertemuannya dengan Badan Kehormatan, Senin lalu.
Delapan nama yang dilaporkan diduga melakukan pemerasan terhadap direksi BUMN. Sedangkan satu orang yang disebut dalam surat Dahlan justru berperan men-cegah rekan-rekannya meminta upeti dari petinggi BUMN. “Pak Dahlan mengucapkan terima kasih pada satu anggota Dewan itu,” ujar Faisal.
Di tempat terpisah, Ketua DPR Marzuki Alie meminta Menteri Dahlan segera mela-porkan semua anggota Dewan yang diduga memeras BUMN ke Komisi Pemberantasan Korupsi. “Dahlan orang yang pembera-ni, jadi jangan takut-takut,” kata dia di Kompleks Parlemen, Senayan, kemarin.
● WAYAN AGUS P | PINGIT ARIA | ANANDA PUTRI | SATWIKA M | SUKMA
JAKARTA — Seorang terpida-na teroris yang ditempatkan di Rumah Tahanan Khusus Narkoba Kepolisian Daerah Metro Jaya kabur pada Selasa lalu. Terpidana bernama Roki Aprisdianto itu diduga menyamar sebagai pembe-suk dengan mengenakan pakaian perempuan dan bercadar. “Diduga, dia bertukar pakaian dengan seo-rang pengunjung,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Boy Rafli kemarin.
Menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Inspektur Jenderal Suhardi Alius, Roki alias Atok Prabowo ditangkap pada Januari 2011 di Klaten oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror. Dia dibawa ke Jakarta dan diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Barat bersama lima temannya. Mereka adalah Agung Jati Santoso, Tri Budi Santoso, Nugroho Budi Santoso, Yuda Anggoro, dan Joko Lelono.
Akhir tahun lalu, pengadilan menjatuhkan vonis 6 tahun penja-
ra untuk Roki. Sedangkan teman-temannya hanya 5 tahun. Kejaksaan Tinggi Jakarta kemudian meni-tipkan Roki cs di tahanan Polda Metro Jaya. “Kami sudah mengi-rim surat ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM untuk memin-dahkan dia,” kata Suhardi. Namun pemindahan belum bisa dilakukan karena perlu persiap-an di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan.
Selama di Polda Metro, para ter-
pidana itu hanya bisa dikunjungi pada Selasa, pukul 10.00-15.00. Selasa lalu, jumlah pembesuk tercatat ada 23 orang. “Tapi tidak ada satu pun yang datang untuk Roki,” kata Alius. Suhardi menduga, Roki memanfaatkan keramaian ini untuk meloloskan diri. “Bisa jadi ini memang sudah direncanakan.”
Penjagaan di ruang tahanan cukup ketat. Setiap pengunjung wajib meninggalkan kartu tanda penduduk (KTP) sebelum melewati pintu ruang tahanan. KTP baru bisa
diambil ketika mereka akan mening-galkan tempat itu. Namun tidak diketahui bagaimana caranya Roki bisa lolos dari penjaga. Padahal ia tidak meninggalkan KTP. “Mungkin karena terlalu ramai, penjaga lalai,” ujar Suhardi.
Roki ditangkap polisi karena diduga memimpin aksi teror di Klaten pada November-Desember 2010. Teror itu antara lain dengan meledakkan tiga pos polisi, dua gereja, dan sebuah masjid.
● SYAILENDRA | FRANSISCO ROSARIANS | SUSENO
Terpidana Teroris Kabur dari Rumah Tahanan
Pasukan militer, kemarin, mulai berjaga di kawasan Bali International Convention Centre, tempat berlangsungnya Bali Democracy Forum V. Pengamanan kawasan Nusa Dua ini diperketat menje-lang berlangsungnya konferensi tentang demokrasi yang akan dihadiri 12 kepala negara.
ANTARA/NYOMAN BUDHIANA/
Pengamanan di Nusa Dua
”Pengangkatan dan pemecatan menteri hak
prerogatif presiden.”
Industri Nikmati Subsidi Terbesar
Industri termasuk kelompok yang menikmati subsidi listrik terbesar. Wakil Menteri Energi dan Sumber
Daya Manusia Rudi Rubiandini mengatakan bahwa ada 74 pelang-gan industri yang termasuk pene-rima subsidi dalam jumlah jumbo. Pelanggan dengan daya 30 ribu kilowatt ini bisa menikmati subsidi hingga Rp 5,33 miliar per bulan atau sekitar Rp 4,74 triliun per tahun.
Jumlah itu jauh lebih besar dari-pada subsidi yang diterima seluruh pelanggan listrik rumah tangga kecil dengan daya 450 watt dan 900 watt. Pemerintah sudah menetapkan kedua kelompok ini tak ikut dikenai kenaikan tarif.
Pemerintah berencana menaikkan tarif tenaga listrik sebanyak 15 persen mulai tahun depan. Menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jarman, pemerintah masih meng-kaji tiga skema kenaikan tarif pada 2013. Ketiganya adalah kenaikan tarif setiap tiga bulan sekali atau setiap bulan. “Kalau kenaikan setiap tiga bulan, rata-rata kenaikan sekitar 4,3 persen. Kalau bulanan, naik 1,6 persen setiap bulan,” kata Jarman.
● BERNADETTE CHRISTINA
Seretnya pasokan gas bisa membuat Jawa dan
Sumatera gelap gulita.
JAKARTA — Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia Rudi Rubiandini menilai keputus-an Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menggu-nakan bahan bakar minyak di sejumlah pembangkit listrik sudah tepat. Langkah ini terpak-sa dilakukan agar pemadaman listrik tak terjadi. Bukan hanya di Jakarta, pemadaman juga bisa merembet hingga ke Sumatera.
Saat menjabat Direktur Utama PLN, Dahlan menggunakan BBM sebagai pengganti gas di sejum-lah pembangkit listrik. Langkah ini dilakukan karena seretnya pasokan gas. Akibatnya, Badan Pemeriksa Keuangan menemukan pemborosan Rp 37 triliun dalam tubuh PLN sepanjang 2009-2010.
Pemadaman tak hanya terjadi di Jakarta karena pembangkit listrik tenaga gas tersebar di Jawa dan Sumatera. Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan bahwa kedelapan pembangkit listrik tenaga gas tersebut berada di Tambak Lorok, Jawa Tengah; serta Grati dan Gresik di Jawa Timur. Selain itu, pembangkit terletak pula di Muara Karang dan Tanjung Priok Jakarta; Bali; Sumatera Utara; serta Muara Tawar dan Teluk Lembu, Riau.
Rudi melanjutkan, meski BPK menemukan inefisiensi, PLN sebe-narnya telah melakukan penghe-matan antara lain dengan mengu-rangi penggunaan bahan bakar minyak. Dalam catatan pemerin-tah, pada 2012, penggunaan BBM sudah menyusut menjadi 13,83 persen dari seluruh bahan bakar yang digunakan. Angka ini lebih rendah dibanding porsi tahun sebelumnya, yaitu penggunaan BBM mencapai 22,95 persen.
Namun, Rudi mengakui, biaya pokok produksi listrik pada 2013 justru naik Rp 11 per kilowatt hour walaupun konsumsi BBM menyusut. Kenaikan ini disebab-kan harga gas meroket dari US$ 5 menjadi US$ 7 per juta kaki kubik. “Jadi bukan disebabkan PLN tidak efisien,” katanya.
Kenaikan biaya pokok produk-si juga disebabkan berubahnya parameter penghitungan dalam APBN. Antara lain adanya kena-ikan harga acuan minyak mentah Indonesia (ICP) dan nilai tukar rupiah.
Laporan BPK ini membuat hubungan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat dan Dahlan memanas. DPR meminta Dahlan menjelaskan penyebab inefisien-si. Namun dalam dua kali rapat dengan DPR, Dahlan tak datang.
Anggota Komisi Perdagangan, Perindustrian, dan BUMN Dewan
Perwakilan Rakyat, Mohamad Sohibul Iman, meminta Dahlan menjelaskan inefisiensi agar masyarakat mengetahui penye-babnya. “Dibuka saja agar publik bisa menilai,” katanya kemarin.
Sohibul mengakui PLN memi-liki dua fungsi sekaligus, yakni sebagai pelaksana kebijakan energi nasional dan sebagai per-usahaan milik negara. Sebagai pelaksana kebijakan, PLN dini-lai merupakan korban kebijak-an energi secara umum. Tetapi sebagai perusahaan, PLN banyak memiliki persoalan manajemen. “Ini juga harus diketahui publik,” kata dia.
Untuk memangkas inefisien-si, ia meminta agar PLN diberi prioritas menerima pasokan gas. Selama ini, inefisiensi terjadi karena kebutuhan gas untuk pembangkit tak bisa dipenuhi. Akibatnya, PLN terpaksa meng-gunakan bahan bakar minyak yang lebih mahal.
Pengamat kelistrikan, Fabby Tumiwa, mengatakan seharusnya DPR tak hanya menyalahkan PLN. Dewan juga memiliki fungsi kontrol dan pengawasan terhadap tata niaga gas. Selama ini, pasok- an gas seret karena lebih banyak dijual kepada industri dan dieks-por ke luar negeri. “Pasokan untuk PLN jadi tidak ada. Seharusnya ini diprioritaskan oleh pemerin-tah,” katanya kemarin.
● BERNADETTE CHRISTINA | WAYAN AGUS PURNOMO |
ROSALINA | DEWI RINA
PEMERINTAH MENILAI KEPUTUSAN DAHLAN
PEMBOROSAN DI PLN
TEPAT
S E L A S A , 3 0 O K T O B E R 2 0 1 2 | B 1
BEA KELUAR MINYAK SAWIT MENTAH DITURUNKAN »B5
TEMPO/EKO SISWONO TOYUDHO
pa ra me ter
NYMEX Crude (US$/barel) 86,28 IPE Brent (US$/barel) 109,78 Gas Alam (US$/mmBtu) 3,40 Batubara (US$/ton) 78,05 Kopi Arabika (sen US$/lb) 157,75 Kakao (US$/MT) 2.383,00 CPO (US$/ton) 857,50 Emas (US$/troy Oz) 1.711,90 Emas (Rp/gr) 577.200,00 Nikel (US$/MT) 16.005,00 Timah (US$/MT) 19.800,00
komoditas26 Oktober 2012
KOMODITI (HARGA)
EUR-USD 1,2905 (0,0034)AUD-USD 1,0356 (0,0018)USD-JPY 79,540 (0,100)USD IDR 9.623,00 12,00 USD-KRW 1.098,21 1,01 USD-SGD 1,2212 0,0005 USD-PHP 41,275 0,001 USD-THB 30,750 0,040 USD-MYR 3,0615 0,0215 USD-CNY 6,2436 (0,0053)
s.d. pukul 17:45 WIB
mata uang29 Oktober 2012
MATA UANG KURS (+/-)
Dow Jones # 13.107,21 3,53 London* 5.764,20 (42,51)Australia 4.499,37 3,11 Cina 2.058,94 (7,27)Hong Kong 21.511,05 (34,52)India 18.635,82 10,48 Indonesia 4.331,37 (7,79)Jepang 8.929,34 (3,72)Korea Selatan 1.891,52 0,09 Malaysia 1.672,56 0,67 Philipina 5.397,42 (7,74)Singapura 3.029,61 (27,90)
# tanggal 26/10/2012; * s.d. pk. 17:35 WIB
bursa saham29 Oktober 2012
INDEKS PO SI SI (+/-)
ILL
US
TR
AS
I: IMA
M Y
UN
NI
JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan kemarin secara blak-blakan mengungkap krono-logi permintaan setoran dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat kepada direksi salah satu badan usaha milik nega-ra.
“Kasus ini saya ketahui dari satu direktur BUMN di bidang pangan,” kata Dahlan di hadapan para wartawan. Kecurigaannya muncul keti-ka direksi perusahaan negara itu tidak bisa menjelaskan mengapa dana Penyertaan Modal Negara (PMN) tidak kunjung cair.
“Akhirnya direktur itu bicara. Mereka bilang eng-gan membahas kembali soal pencairan PMN karena ada anggota DPR yang meminta jatah,” kata Dahlan.
Direktur itu mengaku ditelepon seorang anggota
DPR hingga puluhan kali. Permintaan anggota DPR itu selalu sama: meminta agar BUMN itu segera mengirim sejumlah uang sebagai peli-cin untuk mempercepat pen-cairan dana PMN.
Direktur BUMN tersebut, kata Dahlan, akhirnya selalu mencari alasan untuk meng-hindar. Sampai akhirnya dia tak bisa mengelak ketika diajak bertemu di sebuah tempat di Jakarta. Sang direktur lalu mengajak dua orang direktur lainnya seba-gai saksi mata pertemuan.
Dahlan mengatakan, permintaan uang kembali diajukan dalam pertemuan itu. Ketiga direktur sem-pat menolak dengan alasan tidak memiliki kas untuk itu. “Tetapi, nekatnya, anggota DPR itu malah mengajari BUMN ini untuk memani-pulasi laporan keuangannya
demi menutupi dana pelicin,” kata Dahlan.
Menurut Dahlan, BUMN pangan itu cuma satu di antara sekian BUMN yang mengalami nasib serupa: dimintai uang oleh anggota DPR dengan dalih memper-cepat pencairan dana PMN.
Namun, Dahlan menam-bahkan, mereka yang men-jadi “korban” bukan cuma BUMN skala besar, tapi juga perusahaan negara yang kecil dan merugi. Anggota DPR yang mengajukan perminta-an upeti itu, kata Dahlan, juga bukan cuma satu orang. Mereka mengaku mewakili komisi tempat mereka ber-naung.
Meski sudah detail men-ceritakan proses perminta-an upeti dari DPR, Dahlan berkukuh tidak membuka identitas BUMN pangan yang menjadi korban. Dia
menyatakan siap membeber-kan nama pelaku dan korban dalam kasus ini jika memang diminta DPR.
“Saya lebih mengutamakan bersih-bersih di rumah saya terlebih dulu (Kementerian BUMN) daripada ikut campur bersih-bersih di rumah orang lain (DPR),” kata Dahlan.
Secara terpisah, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso mendukung tindak-an Dahlan membuka kasus permintaan upeti anggota DPR ini. Pimpinan DPR, kata dia, juga memberi izin kepada Badan Kehormatan DPR untuk segera memang-gil Dahlan di masa reses ini.
Ketua Badan Kehormatan DPR Muhammad Prakosa kemarin meminta izin memakai waktu reses untuk mengadakan rapat terkait masalah ini.
● RAFIKA AULIA | WAYAN AGUS PURNOMO | WURAGIL
JAKARTA — Mantan anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Djoko Susilo, mengungkap indi-kasi permainan anggaran di Kementerian Pertahanan. Kongkalikong itu terjadi antara pejabat militer dan rekanan sepanjang 2004-2005.
“Ketika itu ada seorang kolonel yang sangat ngotot membeli kelengkapan infra-merah helikopter senilai Rp 45 miliar,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Swiss itu ketika dihubungi Tempo, Selasa lalu. Namun, saat ditanya, sang kolonel tak bisa memberi argumentasi yang kuat mengapa alat itu wajib dibeli.
Setelah ditelusuri,
“Rupanya, dia dititipi oleh rekanan. Itu sebabnya dia ngotot,” kata Djoko. Menurut dia, pengadaan peralatan dan suku cadang militer sangat rawan penyimpangan. “Kolonel-kolonel di matra militer menentukan (pembeli-an suku cadang), tapi kadang luput dari pengawasan.”
Staf ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin, mengatakan, sebelum 2010, pembelian alat utama sistem persenjataan memang rawan ditunggangi kepentingan makelar. Sebab, saat itu sistem pengawasan pembelian persenjataan masih lemah.
“Dulu belum ada Peraturan Presiden Nomor
42 Tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan,” kata dia kepada Tempo.
Setelah terbitnya per-aturan itu, sistem pembe-lian senjata menjadi lebih terstruktur karena diketuai Menteri Pertahanan. Dengan demikian, sistem pengadaan senjata dari awal hingga lelang dan penandatanganan kontrak bisa diawasi dengan ketat.
Hartind tak membantah sinyalemen Djoko Susilo yang menyebutkan pada 2004 per-nah ada pejabat Kementerian Pertahanan yang diduga ditunggangi kepentingan makelar. “Mungkin 50 persen pendapat itu benar, sebab ruang untuk berbuat itu ada.
Tapi tetap perlu pembukti-an,” ucapnya.
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin sebe-lumnya menuturkan, Kementerian Pertahanan telah melakukan pengawasan internal untuk menghindari distorsi dari makelar maupun pihak ketiga lain yang bisa mengganggu aliran anggar-an. Mekanisme pencegahan terbagi menjadi tiga langkah. Pertama, menegur pejabat bersangkutan. Kedua, mem-beri sanksi administrasi.
“Langkah ketiga, kalau sudah menyentuh delik hukum, akan disalurkan kepada penegak hukum,” kata dia.
● SUBKHAN | ARYANI KRISTANTI | INDRA WIJAYA
| EFRI R
Gugatan Polisi terhadap KPK
Kepolisian seolah tak pernah belajar dari kesalahan saat berkonflik dengan Komisi Pemberantasan Korupsi. Terus-menerus bermanuver konyol, seper-
ti menggugat KPK yang kini dilakukan, hanya akan merugikan polisi. Korps ini semakin terkesan membela kepentingan para jenderalnya, dan bukannya berupaya menegakkan hukum.
Gugatan perdata yang dilayangkan oleh Korps Lalu Lintas Kepolisian RI itu jelas aneh karena diajukan ke penegak hukum lain. Polisi menggugat KPK karena tak bersedia mengembalikan sebagian dokumen hasil penggeledahan dari gedung Korlantas pada Juli lalu. Sebagian dokumen itu dianggap tidak berkaitan dengan kasus korupsi pengadaan simulator mengemudi yang ditangani komisi antikorupsi. Korlantas juga mengajukan tuntutan ganti rugi Rp 431 miliar.
Sebagai penegak hukum, Kepala Korlantas Inspektur Jenderal Puji Hartanto semestinya paham bahwa lembaga yang dipimpinnya bukanlah subyek hukum. Korlantas hanyalah bagian dari Kepolisian Republik Indonesia. Dengan kata lain, Kepala Polri-lah yang sebetulnya berhak menggugat, kendati tetap janggal karena meminta ganti rugi kepada lembaga yang sama-sama dibiayai dengan duit negara.
Sulit dipercaya bahwa gugatan diajukan demi kepentingan masyarakat. Orang tahu, dokumen yang disita KPK bukanlah dokumen yang berkaitan lang-sung dengan pelayanan sehari-hari pembuatan surat izin mengemudi atau surat tanda nomor kendaraan bermotor. Dokumen itu menyangkut proyek pengadaan fasilitas pelayanan STNK dan SIM, termasuk simulator mengemudi.
Benar, sejauh ini KPK baru mengusut kasus korupsi simulator ujian SIM yang menjerat antara lain Irjen Djoko Susilo, bekas Kepala Korlantas. Tapi bukan tidak mungkin komisi antikorupsi akan mengembang-kannya ke kasus pengadaan yang lain di Korlantas. KPK bisa dipersalahkan juga bila menyerahkan begitu saja dokumen yang bisa dijadikan bukti pengusutan kasus korupsi lain. Komisi akan dianggap membiarkan indikasi kejahatan tanpa berupaya mengusutnya.
Publik tentu menanti dan menyoroti secara tajam putusan pengadilan terhadap gugatan yang seram-pangan itu. Majelis hakim yang menangani perkara itu diharapkan berani bersikap tegas dan menolak gugat-an polisi. Tak sepantasnya perkara seperti ini ditangani oleh pengadilan.
Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo semestinya pula bertindak tegas terhadap Kepala Korlantas yang main gugat itu. Jika tidak, khalayak akan memiliki persepsi bahwa Kapolri merestui manuver aneh itu. Gugatan itu justru memberi kesan polisi ketakutan jika kasus korupsi yang lain di Korlantas akan dibongkar oleh KPK.
Polisi juga akan kembali disorot masyarakat karena dinilai tidak patuh kepada perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bukankah Presiden berkali-berkali meminta polisi dan KPK bersinergi? Jauh dari menuruti perintah Presiden, polisi terkesan masih berupaya menghambat kinerja lembaga yang tengah menyidik kasus korupsi di Korlantas ini.
Manuver Korlantas bukan tidak mungkin memanas-kan lagi pertikaian kepolisian dengan KPK yang sudah mereda. Bila ini terjadi, kepolisian bisa dipermalukan untuk kesekian kalinya karena publik tentu menyokong komisi antikorupsi. ●
Dahlan Beberkan Peminta Upeti BUMN
Duta Besar Ungkap Permainan Belanja Militer
K A M I S , 1 N O V E M B E R 2 0 1 2 A2
“Negara ini negara hukum, bukan negara rumor.”
Politikus PDIP, Bambang Wuryanto, yang juga anggota Komisi Energi DPR, ketika membantah tudingan mantan Sekretaris Dirjen Kelistrikan, Soekanar, soal setoran upeti untuk DPR.
“Kalau Pak Dahlan sendiri yang melapor, pasti saya tindaklanjuti.”
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Muhammad Yusuf, kemarin, berjanji membantu membuk-tikan ucapan Menteri BUMN Dahlan Iskan soal maraknya permintaan upeti dari DPR.
Hasil Audit HambalangWakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso (kanan) menjawab pertanyaan pers setelah menerima hasil audit proyek Hambalang dari Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo, kemarin.
TEMPO/IMAM SUKAMTO
BUMN besar dan kecil bernasib sama.
“Lapor saja ke KPK, jangan tanggung-
tanggung.”SURABAYA — Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menyatakan masih menimbang-nimbang saran agar dirinya melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Laporan itu berka-itan dengan dugaan adanya anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang kerap memeras perusahaan negara.
“Saya pikir dulu. Saya lihat dulu perkembangannya,” kata dia setelah memberikan ceramah dalam pelantikan Dewan Pimpinan Daerah Taruna Merah Putih Jawa Timur kemarin. Saat ini, dia memilih menanti kesungguh-an Badan Kehormatan DPR
dalam mengusut sejumlah nama yang diserahkan.
Dahlan merasa beberapa nama politikus Senayan ber-ikut bukti dugaan meminta upeti sudah cukup menjadi bahan Badan Kehormatan mengambil tindakan. “Kalau laporan ini dikatakan belum menjadi bukti, lantas bagai-mana komitmen kita untuk memberantas korupsi?” kata dia.
Dalam acara yang sama, Maruarar Sirait, politikus PDI Perjuangan, meminta Dahlan melapor ke KPK dengan membawa bukti-bukti pemerasan. “Kalau Pak Dahlan serius memberantas korupsi, langsung saja ke KPK. Jangan tanggung-tang-gung,” kata Maruarar.
Perihal adanya anggota Fraksi PDI Perjuangan yang
disebut terlibat, Maruarar menyatakan partainya siap mengenakan sanksi pemecatan bila terbukti. “Kami menung-gu Badan Kehormatan. Klarifikasi tidak sulit kare-na Ketua BK (Muhammad Prakosa) juga salah satu pim-pinan PDI Perjuangan.”
Senin lalu, Dahlan mela-porkan dua nama politikus Senayan yang diduga meme-ras ke Badan Kehormatan. Keduanya berinisial IL dan SY. Belakangan diketahui, IL adalah Idris Laena dari Fraksi Golkar, dan SY ada-lah Sumaryoto dari Fraksi PDI Perjuangan. Idris diduga memeras PT Garam dan PT PAL, sedangkan Sumaryoto ditengarai memeras PT Merpati Nusantara Airlines. Keduanya membantah tudingan Dahlan.
Dua hari kemudian, Dahlan berkirim surat ke Badan Kehormatan yang isi-nya nama baru anggota DPR yang juga diduga memeras PT Merpati. Mereka adalah Achsanul Qosasi dari Partai Demokrat dan M. Ichlas El Qudsi dari Partai Amanat Nasional. Tiga politikus lain-nya berinisial ATP, LM, dan IGARW.
Munculnya nama-nama mereka berawal dari kebijak-an penyertaan modal negara (PMN) kepada Merpati. Komi-si Keuangan DPR menyepa-kati PT Merpati mendapatkan PMN Rp 561 Miliar, yang cair pada Desember tahun lalu. Sumber pembiayaan ini dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2011.
● AGUS SUPRIYANTO | FATKHURROHMAN TAUFIQ |
DAVID PRIASIDARTA | EFRI R
JAKARTA — Kepolisian Sektor Metro Tanah Abang meme-riksa pemain tim sepak bola nasional Indonesia, Diego Michiels, tadi malam. Ia dijemput anggota Polsek Tanah Abang dari penginap-an tim nasional di sebuah hotel di wilayah Jakarta Selatan. “Dia didampingi oleh pengacaranya,” ujar Kepala Unit Reskrim Polsek, Komisaris Widarto. Tapi Widarto membantah kabar polisi sudah menetapkan Diego sebagai tersangka dalam kasus pemukulan.
Sebelumnya, Diego dilapor-kan ke Polsek Tanah Abang atas tuduhan pemukulan terhadap Meff Paripurna, 21 tahun, mahasiswa asal Bogor,
pada Kamis dini-hari lalu. Korban sudah meleng-kapi laporannya ke Polsek Tanah Abang kemarin.
K e r i b u t a n yang terjadi pada Kamis lalu pukul 02.30 WIB itu terja-di di Domain Club, Senayan City, Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Akibat insiden itu, Meff menderita luka memar di mata sebelah kanan dan kiri, dagu, hidung, serta dahi.
Manajer tim nasional Indonesia, Habil Marati,
m e m b e n a r -kan bahwa pemain yang dipersiapkan membela skuad Merah Putih di Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara itu diperiksa di Polsek Metro Tanah Abang atas dugaan penganiayaan.
Pemeriksaan, menurut dia, dilakukan sejak sekitar pukul 19.00 WIB kemarin. “Sampai sekarang masih belum sele-sai,” kata Habil.
Habil enggan berkomentar lebih lanjut ihwal pemeriksa-an Diego. Termasuk langkah
yang akan diambil manaje-men tim nasional terhadap pemain berdarah Belanda tersebut. “Nanti tunggu pemeriksaan selesai dulu,” ujar Habil. Diego sementara ini baru diberi peringatan keras yang terakhir dari tim nasional. “Sekali lagi melang-gar, kami keluarkan dari tim-nas,” kata Habil sebelumnya.
Pernyataan tak jauh berbe-da juga dilontarkan asisten pelatih tim nasional, Fabio Oliveira. “Saya belum tahu perkembangan pemeriksaan Diego, jadi saya tidak bisa menjelaskannya. Saya sedang di hotel,” kata Fabio.
● ADITYA BUDIMAN | ARIE FIRDAUS
BERITA TERKAIT HALAMAN A21
Longgarnya Pengamanan Tahanan
Memperketat pengamanan tahanan sama pen-tingnya dengan memburu teroris. Percuma saja polisi menangkap teroris bila kemudian
gampang kabur seperti yang belum lama ini terjadi. Itu sebabnya, kepolisian mesti segera memperbaiki sistem pengamanan tahanan.
Kaburnya tahanan teroris di Jakarta dan Ambon dalam waktu hampir bersamaan jelas memalukan. Roki Apris Dianto, seorang narapidana teroris, kabur secara mudah dari Rumah Tahanan Narkoba Kepolisian Daerah Metro Jaya. Begitu pula Basri Manuputi, ter-sangka kasus teror di Ambon, yang lolos dari Penjara Waiheru, Maluku. Keduanya berhasil mengelabui petu-gas tahanan, tanpa harus membobol tembok.
Pelarian Roki, yang dijerat atas kasus bom Klaten, bahkan unik. Dia kabur dengan menyamar sebagai perempuan bercadar. Saat itu memang ada 23 penje-nguk yang memakai cadar. Roki kemudian membaur dengan mereka untuk keluar dari rumah tahanan.
Kejadian itu sebetulnya bisa dicegah bila petugas cermat memeriksa barang bawaan pengunjung. Dengan begitu, mereka tak bisa menyelundupkan jubah dan cadar yang kemudian dipakai Roki. Padahal peme-riksaan barang termasuk prosedur tetap yang harus dilakukan penjaga. Jangankan jubah, celana panjang saja tidak boleh diberikan kepada para tahanan.
Petugas juga lalai untuk kedua kalinya dalam mengawasi pengunjung yang keluar dari ruang besuk. Semestinya mereka mengamati satu per satu penjenguk yang pulang. Atas keteledoran ini, kepolisian mesti memberikan sanksi keras terhadap petugas dan kepala tahanan.
Kekurangan polisi wanita dijadikan alasan mengapa pemeriksaan tidak dilakukan terhadap para pengun-jung bercadar. Itu sebabnya pula, penambahan petugas perempuan diusulkan untuk memperketat pengaman-an. Solusi ini memang masuk akal, tapi mesti tetap dii-kuti dengan pembenahan pola pengamanan.
Harus diakui, selama ini pengamanan di rumah tahanan maupun penjara amat longgar. Kita juga tak memiliki rumah tahanan khusus untuk teroris. Akibatnya, standar pengamanannya pun sama saja dengan rumah tahanan biasa. Padahal tahanan atau narapidana teroris amat berbahaya, terutama bila mereka bisa menjalin komunikasi dengan rekannya di luar. Banyak indikasi bahwa para teroris yang ditahan masih bisa mengendalikan sejumlah kegiatan teror.
Perbaikan sistem pengamanan bisa dilakukan antara lain dengan memperbanyak kamera closed circuit television (CCTV). Di sejumlah rumah tahanan, CCTV memang telah dipasang, tapi belum menjangkau selu-ruh sisi tahanan. Para pengunjung juga perlu diawasi ketat. Mereka semestinya tidak boleh melakukan kon-tak fisik dengan tahanan. Polisi dapat memisahkannya dengan dinding kaca yang dibagi dalam sejumlah kubi-kal seperti loket. Semua barang yang hendak diserah-kan harus lewat petugas.
Lemahnya pengamanan bisa pula akibat kebiasaan petugas yang suka memberi kelonggaran bagi tahanan yang rajin menyerahkan upeti. Ini sering terjadi pada tahanan atau narapidana kasus korupsi. Praktek buruk ini membuat penjaga lengah ketika mengurus tahanan teroris. Padahal, berbeda dengan koruptor yang relatif “jinak” saat diberi kelonggaran, teroris tentu akan kabur jika melihat sedikit celah. ●
Dahlan Tunggu Komitmen Badan Kehormatan
Polisi Jemput Diego Michiels
S A B T U , 1 0 N O V E M B E R 2 0 1 2 A2
“Gajinya kami potong sekitar Rp 3,5 juta. Itu untuk dua hari.”
Manajer Tim Nasional Indonesia Habil Marati, kemarin di Jakarta, mengatakan pemain Diego Michiels mendapat sanksi karena terlibat pemukulan terhadap seseorang di tempat hiburan malam.
“Urusannya masih banyak. Pengennya sih nonton Sepultura, Guns N Roses, dan Metallica di India.”
Gubernur DKI Joko Widodo, menyatakan mengurungkan niatnya melihat konser Sepultura, di Kota Tenggarong, Kalimantan Timur, tadi malam.
JAKARTA — Sejumlah poli-tikus Senayan mulai gerah menghadapi Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Mereka menganggap Dahlan telah mencemarkan nama baik karena menyebut beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat memeras perusahaan negara. ”Yang dilakukan Dahlan sudah termasuk pencemaran nama baik,” kata Wakil Ketua Komisi Keuangan DPR Harry Azhar kemarin.
Dia mendorong sejumlah koleganya melaporkan man-tan Direktur Utama PT PLN itu ke kepolisian. Menurut Harry, pertemuan informal anggota DPR dengan direksi
perusahaan negara untuk lobi kebijakan adalah hal biasa. Lobi-lobi itu tak perlu dipandang buruk. “Apakah ada yang melarang kalau lobi-lobi informal di luar? Apakah itu terlarang,” tanya Harry.
Kalau memang ada peme-rasan, kata dia, gampang saja membuktikannya dengan membuka isi pembicaraan dalam pertemuan tersebut. Ketua Fraksi Demokrat Nurhayati Ali Assegaf menya-takan partainya mendukung pembersihan pemerasan di BUMN. “Kalau Dahlan Iskan benar, kami dukung. Kalau Dahlan Iskan fitnah, kami lawan,” ujarnya.
Sebelumnya, anggota Komisi Keuangan DPR, Sumaryoto, yang namanya disebut dalam daftar politi-kus peminta upeti, menga-takan dirinya sering kritis terhadap kinerja Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Rudi Setyopurnomo. Sikapnya itu ia lakukan dengan mengirim surat daftar pertanyaan kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan. “Tapi sampai sekarang tak dijawab,” kata Sumaryoto di Semarang, Kamis lalu.
Menurut Sumaryoto, sebelum menjabat Direktur Merpati, Rudy adalah Komisaris Utama Merpati. Rudy pernah memberikan
statement bahwa maskapai ini tak memerlukan penyertaan modal negara (PMN). Bahkan, kata Sumaryoto, Rudy pernah menyatakan Merpati akan menangguk keuntungan Rp 500 juta per hari.
Sumaryoto menambahkan, kenyataannya Merpati masih butuh suntikan dana Rp 200 miliar. “Terbukti antara Juli, Agustus, dan September, Merpati rugi Rp 200 miliar,” katanya. Dia memperkira-kan, gara-gara kritiknya itulah Rudy panik. Rudy menyatakan siap dipanggil Badan Kehormatan untuk menjelaskan informasi yang dibutuhkan. ● ANANDA BADUDU | GUSTIDHA
BUDIARTIE | SATWIKA | ROFIUDIN | SUKMA
Politikus Isyaratkan Tuntut Menteri BUMN
Diego Michiels
TEMPO/DWIANTO WIBOWO
Rp 41 triliun anggaran kementerian diblokir.
JAKARTA — Sekretariat Kabinet Dipo Alam menga-takan praktek kongkalikong anggaran antara oknum pemerintahan dan oknum anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak hanya terjadi di perusahaan milik negara, tapi juga kerap menimpa kementerian atau lembaga negara.
Dipo menyebutkan, aduan yang dia terima dari pegawai Kementerian sangat terperin-ci, dilengkapi dengan grafis dan data. Namun Dipo enggan menindaklanjuti soal dugaan kongkalikong ini ke penegak hukum. “Ini pencegahan belum ada kerugian nega-ra,” katanya di Sekretariat Kabinet, Jakarta, kemarin.
Dipo memaparkan, seti-daknya ada lima modus ope-randi yang biasanya digu-nakan untuk mendapatkan anggaran. “Cara ini salah prosedur dan rawan kong-
kalikong karena pengada-an barangnya tidak sesuai kebutuhan,” ujarnya. “Kalau semua digabung, ada ratusan miliar setahun yang diambil dari APBN.”
Dipo menjelaskan, modus pertama dalam kongkalikong anggaran adalah perminta-an jatah oleh oknum DPR kepada BUMN. Praktek ini pulalah yang sedang dijelas-kan Menteri Badan Usaha Milik Negara kepada Badan Kehormatan DPR. Dipo juga mendapat aduan ini dari direksi dan karyawan BUMN.
Modus kedua, pengge-lembungan anggaran mela-lui rencana pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2012. Dipo menengarai prak-tek ini inisiatif oknum DPR. Bahkan ada oknum ketua fraksi di DPR yang meng-awal anggaran yang sudah digelembungkan ini untuk disetujui DPR.
Modus ketiga melibatkan anggota staf khusus kemen-terian yang bukan kader par-
tai dalam penggelembungan anggaran. Memanfaatkan kedekatannya dengan men-teri, staf khusus ini menekan pejabat eselon I, II, dan III agar menyetujui proyek cip-taan staf khusus tersebut.
Modus keempat adalah kongkalikong antara anggo-ta staf khusus menteri dan oknum anggota DPR yang meminta pungutan proyek. Staf khusus yang juga kader titipan partai ini merekaya-sa proyek di Kementerian dengan imbalan hingga ratus-an miliar rupiah per tahun.
Modus kelima, kata Dipo, usul proyek dari pinjaman luar negeri yang pelaksa-naan dan pemanfaatannya belum jelas. Biasanya oknum calon rekanan dan pejabat kementerian menginisiasi proyek yang, kelak, karena berupa utang, akan dibayar lewat APBN, dan dipastikan meminta persetujuan DPR.
Dipo menambahkan, ang-garan berpotensi kongkali-kong antara oknum DPR dan staf menteri ini belum cair.
Pasalnya, Sekretariat Kabinet meminta Kementerian Keuangan memblokir usul itu. “Pemblokiran masih ber-laku, meski oknum DPR itu mengancam tak menyetujui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013.”
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) mengungkapkan, ada sekitar Rp 41 triliun ang-garan di kementerian dan lembaga yang masih diblo-kir Kementerian Keuangan. “Pemblokiran dilakukan di 74 kementerian dan lembaga untuk anggaran 2012,” kata Koordinator Fitra, Uchok Sky Khadafi.
Beberapa kementerian yang anggarannya masih diblokir adalah Kementerian Pendidikan Nasional sebesar Rp 1,5 triliun, Kementerian Pertahanan Rp 15 triliun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rp 3 triliun, serta Kementerian Kesehatan Rp 2,3 triliun.
● ARYANI KRISTANTI | ANGGA SUKMA WIJAYA |
BOBBY CHANDRA
JAKARTA — Fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat, yang anggotanya disebut memeras perusahaan nega-ra, akan menuntut Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Fraksi Partai Amanat Nasional, misalnya, bersiap melayangkan somasi. “Segera kami kirim karena kami merasa dicemarkan,” kata Wakil Ketua Fraksi Viva Yoga kemarin.
Fraksi PAN, kata Yoga, sudah mengklarifika-si tuduhan itu kepada M. Ichlas el Qudsi yang dise-but meminta fee kepada PT Merpati Nusantara Airlines sebagai syarat pencairan modal Rp 561 miliar. “Dia bilang tak pernah terli-bat dalam panitia kerja Merpati,” ujarnya. Ichlas menyangkal pernah berte-mu dengan direksi Merpati membahas fee.
Namanya sudah disetor-kan oleh Dahlan ke Badan Kehormatan DPR. Anggota DPR dari daerah pemilihan Sumatera Barat I itu pun sudah mendatangi Badan untuk memberi konfirmasi. Ia bahkan sudah menyewa pengacara untuk menun-tut Dahlan meminta maaf kepadanya dalam waktu 7 x 24 jam. “Jika somasi tak digubris, saya laporkan ke
pengadilan,” kata Ichlas.Wakil Ketua DPR Priyo
Budi Santoso mempersilakan anggotanya menggugat balik karena merasa dicemarkan nama baiknya. Menurut poli-tikus Golkar ini, menuntut adalah cara terbaik agar Dahlan tak asal tuduh. “Nama baik anggota DPR juga harus dihargai,” katanya.
Idris Laena dari Golkar masuk daftar politikus pemeras yang dilaporkan ke
Badan Kehormatan. Ia ditu-duh meminta fee kepada PT PAL dan PT Garam. Namun Idris menyangkal tuduhan itu. Sedangkan nama Oheo Sinapoy terungkap di peng-adilan korupsi Wisma Atlet sebagai politikus Golkar penerima fee sebesar Rp 712,5 juta dari Grup Permai karena menyetujui dana proyek di Kementerian Agama.
Fraksi PDI Perjuangan juga meradang karena ang-
gotanya, Sumaryoto, ditu-duh memeras PT Merpati. Pengusaha otobus ini meng-akui ada angka Rp 18 miliar ke Merpati. “Tapi itu bukan menagih, hanya menanya-kan,” ucapnya.
Adapun Dahlan kalem menanggapi rencana tuntut-an balik itu. “Tak apa-apa diserang,” katanya. “Kami terima, kalau ada yang salah kami perbaiki.”
● IRA GUSLINA SUFA | ANANDA PUTRI
Kontroversi Grasi Bos Narkotik
P olemik mengenai pemberian grasi bagi Meirika Franola alias Ola sebetulnya tidak menyentuh inti masalah. Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud
Md. dan pihak Istana, yang saling serang, terkesan menghindari debat tentang perlu-tidaknya pidana mati. Padahal pandangan ini amat penting untuk menyikapi grasi bagi terpidana kasus narkotik itu.
Khalayak mengkritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena mengampuni Ola. Hukuman bagi terpidana mati ini berubah menjadi penjara seumur hidup. Kecaman semakin keras setelah diketahui bahwa perempuan 42 tahun ini masih melakukan kejahatan yang sama. Walau dikerangkeng di Penjara Wanita Tangerang, ia bisa berdagang narkotik. Hal ini terungkap dari kesaksian seorang kurir yang membawa sabu-sabu dari India. Sang kurir, yang belum lama ditangkap di Bandung, mengaku disuruh oleh terpida-na.
Nilai barang haram itu memang lebih kecil diban-ding heroin 3,5 kilogram yang dibawa Ola pada 2000 sehingga ia dijatuhi hukuman mati. Hanya, banyak orang berpendapat, grasi tak layak diberikan kepada terpidana yang mengulangi kejahatan. Mahfud bahkan curiga, mafia telah masuk Istana sehingga mempe-ngaruhi pemberian grasi itu. Pendapat inilah yang memancing reaksi keras Menteri-Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Ia menuding Mahfud hanya mencari popularitas karena mengumbar tuduhan.
Saling serang seperti itu tak perlu terjadi andaikata mereka berpikiran jernih. Kalangan Istana semesti-nya memberikan alasan yang masuk akal mengenai pemberian grasi itu ketimbang menyerang balik. Pertimbangan grasi Ola pernah disampaikan oleh seorang pejabat kementerian, antara lain alasan kema-nusiaan. Ia juga mengatakan, pada dasarnya hukuman mati melanggar hak hidup yang dilindungi oleh konsti-tusi. Pendapat ini tentu berbeda dengan Mahfud, yang cenderung pro-pidana mati. Lembaga yang dipimpin-nya jelas menyatakan bahwa jenis hukuman ini tidak bertentangan dengan konstitusi.
Pemerintah semestinya konsisten dengan alasan itu, bila benar-benar anti-hukuman mati. Perilaku Ola, yang mengulangi perbuatannya, merupakan hal berbe-da karena kejahatan ini dilakukan setahun setelah dia mendapat grasi. Saat proses pemberian grasi, tentu tak gampang memastikan apakah terpidana benar-benar sudah insyaf.
Kecurigaan muncul karena alasan “melanggar hak asasi manusia” bisa saja hanya dipakai sebagai kedok untuk menutupi praktek kotor. Prasangka seperti inilah yang tebersit ketika ada hakim agung yang membatal-kan hukuman mati terpidana kasus narkotik menjadi hukuman 15 tahun penjara. Dalih demi melindungi hak hidup terkesan mengada-ada karena hakim masih bisa memberikan hukuman berat, misalnya pidana seumur hidup.
Itu sebabnya Istana mesti mempertegas sikapnya. Isyarat Presiden Yudhoyono, yang berancang-ancang mencabut grasi Ola, justru akan menimbulkan masalah baru: ketidakpastian hukum. Kalau Presiden benar-benar anti-pidana mati, ia mesti berani menyatakannya ke publik dan bersikap konsisten. Tapi konsekuensinya tentu besar, Presiden mesti pula memberikan grasi terhadap semua terpidana mati, apa pun kasusnya. ●
Dipo Sebut 5 Modus Kongkalikong Anggaran
DPR Serang Balik Dahlan Iskan
S E L A S A , 1 3 N O V E M B E R 2 0 1 2 A2
“Rhoma adalah artis dan dai tenar yang terpuji,” kata dia.
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan, Romahurmuziy, kemarin, mengungkapkan alasan partainya melirik Rhoma Irama sebagai kandidat presiden.
“(Pengusiran Duta Besar Malaysia) itu tidak memberikan efek jera bagi pelakunya.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, kemarin, mengomentari usulan penyelesaian kasus tenaga kerja Indonesia yang diperkosa oleh polisi Malaysia.
TEMPO/IMAM SUKAMTO
Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PAN, M. Ichlas el Qudsi, dalam surat klarifikasi kepada pimpinan Badan Kehormatan MPR/DPR, akan menggugat balik Menteri BUMN Dahlan Iskan terkait dengan tuduhan pemerasan.
Transkip wawancara dengan Redaktur Pelaksana Rubrik Politik Koran Tempo
Nama narasumber: Elik Susanto
Jabatan: Redaktur Pelaksana Koran Tempo
Hari/Tanggal: Rabu, 6 November 2013
Jam: 15:30 WIB
Bagaimana menurut Anda tentang kasus DPR pemalak BUMN?
Kan belum terbukti. Itu kan baru omongan Dahlan yang direspon oleh DPR. Sebenarnya
hanya perang mulut saja. Pertama nilai berita itu kurang karena belum ditetapkannya
tersangka, terpidana dan yang lainnya. Jadi cuma perang mulut saja. Jangan-jangan cuma
pencitraan Dahlan yang ingin menjadi presiden itu. Ini menjadi rumit saat ia punya gebrakan
di BUMN lalu maju sebagai calon presiden.
Kenapa tempo sangat gencar memberitakan masalah ini?
Pertama karena yang bicara ini adalah tokoh dan menteri BUMN tentang perusahaan dia
yang diduga, karena dia ngomongnya diduga oleh sejumlah anggota DPR. Tempo itu punya
kriteria berita yang layak untuk dimuat. Ada 13 macam, salah satunya ada nilai tokohnya.
Saat Dahlan ngomong seperti itu, banyak anggota DPR yang dijerat KPK, seperti kasus
hambalang, cek pelawat. Juga karena dia Menteri BUMN supaya perusahaannya tidak
direcoki oleh orang lain, untung karena selama ini rugi terus. Ternyata diketahui ada laporan
dari direksi BUMN bahwa sering dimintai duit oleh anggota dewan.
Kenapa tidak memberitakan sejak PLN rugi Rp 37 triliun?
Itu kan cuma lontaran dan tidak dibuktikan dengan dokumen dan data. Kalau tidak salah itu
hanya asumsi kerugian yang itu asumsi dari periode sebelum Dahlan, sekitar 10 tahun dan
Dirut sebelum Dahlan juga ditahan karena korupsi. Jadi tidak fair jika itu dibebankan pada
Dahlan. Kita tetap menulis tapi tidak dibesar-besarkan. Menurut saya media itu harus
memilih angle yang kira-kira berita yang benar-benar berita, mana berita yang cuma lontaran,
mana berita yang palsu, yang tidak palsu. Kita seletif apalagi dengan DPR. Terus terang
banyak publik yang tidak percaya dengan DPR. Kalau liat survei, banyak anggota DPR yang
korup, kerjanya melorot, tugas mereka menyusun undang-undang juga tidak beres.
Tapi kenapa banyak media yang tidak memberitakan bahwa kerugian PLN itu sejak
sebelum periode Dahlan?
Karena DPR tidak menjelaskan. Mereka memberitahu tapi tidak lengkap. Contohnya, kamu
wartawan, wawancara dengan saya. Saya bilang, “Eh, SBY itu pencuri loh. Ada duit di
kantornya sekian miliar.” Kamu percaya tidak? Anggap saya saya teman seangkatan SBY.
Pasti kan masih kurang yakin dan mencari bukti lain. Kecuali ada bukti lain dengan
memberikan dokumen, ada ceknya, tanda tangannya. Sama seperti ketika wawancara DPR.
Saat dia ngomong dan tidak ada buktinya, ya silakan jika ada media lain yang membesar-
besarkan. Tapi ada juga media lain yang tidak menulis.
Apakah tempo juga memperhatikan masyarakat saat memberikan sebuah peristiwa?
Iya pasti. Pembaca Tempo itu kan masyarakat, bukan cuma DPR atau pemerintah saja.
Bahkan kita menjelaskan secara jelas kepada masyarakat, ini loh kasusnya. Urutan-urutannya
seperti ini. Kalau diperhatikan, berita di Tempo itu selalu ada info grafik di depannya. Itu
salah satu cara menjelaskan kepada publik.
Bagaimana cara kerja wartawan tempo?
Jadi alur kerja di tempo sudah dibuat sedemikian rapi dimulai dari wartawan, penulis, editor.
Awalnya dari mulai informasi yang diperoleh dari wartawan di lapangan, elektronik, email.
Informasi awal itu bisa datang dari mana saja. Informasi awal itu kemudian digali oleh
wartawan lewat kroscek, konfirmasi, dicari faktualnya, dikumpul, lalu ditulis ke keranjang
tempat berita. Inilah sifatnya informasi awal. Begitu pula dengan peristiwa kecelakaan,
bencana, atau penangkapan pejabat. Dari keranjang kemudian diolah oleh redaktur, apakah
ini untuk tempo.co, untuk koran atau majalah. Angle yang berbeda-beda itu pulalah yang
dibagi ke bagian-bagiannya dan isinya pun tidak sama karena kalau majalah lebih mendalam,
koran juga lebih mendalam lebih online. Itu semua dilakukan semua wartawan tempo baik
yang di daerah maupun di luar negeri.
Apakah wartawan dengan penulis itu sama?
Kalau yang disebut oleh penulis oleh Tempo, laporan itu kan ditulis oleh setiap wartawan.
Untuk menjadi sebuah berita yang siap untuk diedarkan, ada penulis sendiri karena harus
mengumpulkan dari setiap wartawannya dan siap menjadi laporan berita yang cover both
side. Ada kalanya laporan wartawa itu sepihak, kemudian ditambahkan dengan laporan
wartawan yang lain. Berita yang saling melengkapi itu ditulis dan dirampung oleh editor. Jadi
penulis secara utuhnya itu ya editor. Tapi kadang kala wartawan juga menulis. Biasanya
kalau wartawannya sudah senior, biasanya sudah jago dan ada konfirmasinya, datanya,
semuanya lengkap bisa menulis sendiri.
Apakah dari yang selain keredaksian bisa mengajukan tema?
Tidak boleh. Layak atau tidaknya berita ditentukan oleh rapat. Mereka merumuskan apa yang
layak untuk berita. Berita bukan ditentukan oleh pemred atau ataupun redaktur. Ketika usulan
si A tidak disetujui oleh rapat, ya tidak diterima. Kalau ada orang lain yang minta, ya kita
tampung, kita telaah. Tidak kita tolak, kita diskusikan berita ini layak atau tidak? Kalau
layak, kita dalamin, konfirmasi, lalu diajukan menjadi berita.
Bagaimana situasi rapat saat menganggkat kasus Dahlan Iskan vs DPR?
Mereka tentu saja berbeda pendapat. Tidak semuanya sama. “Ah Dahlan cuma pencitraan
saja. Tidak penting.” Ada yang bilang seperti itu. Ada yang bilang, “Ini serius. Ada
dokumennya.” Ada juga yang bilang, “Ah ini data udah lama.” Setelah kita kumpulin, kita
putusin, ternyata data ini memang ada, peristiwanya juga ada. Kita kroscek dengan
direkturnya dan ternyata iya. Sekarang tinggal kita lanjutnya apakah DPR ini benar tidak
memeras. Dan itu menjadi perdebatan. Di tempo itu biasa perdebatan itu tapi tetap keputusan
ada di forum.
Bagaimana pola komunikasi antara redaksi dengan direksi?
Direksi dalam istilah pengelola perusahaan ada istilahnya firewall atau garis api. Jadi direksi
tidak bisa intervensi ke redaksi. Redaksi itu berdiri sendiri yang keputusannya ada di dalam
rapat. Direksi ini sebatas hanya memberi usulan. Misalnya ikut rapat dan mengajukan tema.
Jika memang tidak menarik, ya kita tolak. Kalau menarik, didalemin. Kita lanjutkan. Semua
usulan itu ya satu, harus diajukan ke rapat.
Bagaimana anda melihat sosok Dahlan Iskan?
Dulu dia pernah menjadi wartawan tempo. Orangnya pinter, tekun. Saya pernah ketemu dan
wawancara dengan dia. Orangnya rajin, juga punya obsesi mendirikan media karena dia
mendirikan Jawa Pos Grup yang cukup besar. Dia juga membuktikan diri sebagai manajer
yang bagus. Sebagai pemimpin, ia membuktikan keberhasilannya. Membuat media, dia
berhasil. Jadi dirut PLN juga berhasil. Menjadi Menteri BUMN juga banyak gebrakan. Kalau
menurut saya ada sisi positifnya, ada sisi kekurangannya. Salah satu kekurangannya adalah
saat dia maju menjadi capres melalui konvensi demokrat. Ya hak dia lah. Kita tidak bisa
menghalang-halangi. Tapi akhirnya publik menilai oh ternyata dia seperti itu karena ingin
menjadi calon presiden. Itu kan penilaian ya. Tapi kan hak sepenuhnya ada di Dahlan dan itu
boleh-boleh saja. Nanti tinggal lihat saja di pemilu.
Menurut anda, seberapa menarik Dahlan Iskan di mata masyarakat?
Saya kurang tahu. Tapi kalau berdasarkan survei kan memberi indikasi seberapa pengaruh
Dahlan. Misalnya dalam survei seberapa besar keterpilihan Dahlan menjadi presiden,
ketokohannya seperti apa. Itu mungkin sementara yang bisa mengukur. Kalau menurut saya
pengaruh dia ke publik itu ya saat dia memberikan laporan saat menjadi wartawan. Publik
pun tahu, “oh ini loh peristiwa yang dilaporkan oleh Dahlan.” Kalau sekarang ya sesuai
dengan jabatan dia ketika menjadi pejabat BUMN saat ia mengelola perusahaan-
perusahaannya menjadi sehat. Ketika perusahaan itu sehat dan untung, publik pun senang.
Karena saat untung, menjadi pendapatan bagi negara dan pendapatan negara itulah yang akan
dijadikan untuk mengelola negara termaksud dengan rakyatnya. Kalau pengaruh langsung
saat dia ke sana ke mari, ya kita tidak bisa mengukur langsung. Mengukurnya dari kinerja
dia. Saat kinerjanya bagus, hasilnya bisa diukur. Misalkan ada 150 perusahaan BUMN, hanya
lima yang untung. Setelah Dahlan menjabat sekitar dua sampai tiga tahun, yang untung itu
bertambah jadi 15. Kan ada pengaruhnya. Kalau tidak salah terobosan Dahlan adalah dia
mengklasifikasi perusahaan-perusahaan BUMN menjadi sehat, kurang sehat, dan mati atau
tidak berkembang sehingga harus dilikuidasi.
Sama saat dia menjual langsung tiket tol kepada masyarakat?
Itu bisa dipertanyakan apakah karena pencitraan. Tapi itu bagi beberapa media menarik.
Menarik karena dia tahu persoalan. Bahwa pelayanan publik, orang mau mengantre tol kok
malah dihambat. Dan dia merasa tidak benar anak buahnya. Itu bagus karena ia mengetahui
beberapa persoalan. Tapi apakah cara dia memberikan efek perbaikan terhadap pelayanan di
tol, itu harus dicek lagi.
Sejak kapan tempo mulai tertarik dengan Dahlan Iskan?
Sejak dia menjadi bahan berita. Tidak ada kurun waktunya. Ketika dia membuat kebijakan
sebagai menteri, saat itulah kita beritakan. Ketika dia menjabat Direktur PLN kemudian
menbuat gebrakan, itulah yang kita tulis. Tapi ketika dia tidak ngapa-ngapain, ngapain kita
tulis? Ya pokoknya sejak dia berkiprah sebagai pejabat negara. Tapi sebelumnya juga kita
tulis, saat dia mengembangkan Jawa Pos, saat berhasil membangun banyak perusahaan. Tapi
kadar penulisannya tentu beda-beda. Sejak menjadi pejabat publik. Saat dia membuat ulah
yang unik seperti naik kereta ke bogor, makan soto dengan orang-orang. Itu kan unik. Dan
saya kita tidak hanya Tempo saja yang menulis, tapi semua media juga.
Bukannya masih banyak pejabat-pejabat lain yang memiliki kinerja baik? Salah
satunya saat majalah tempo mengambil tema bukan bupati biasa.
Oh itu saat tempo mengambil edisi khusus. Jadi edisi khusus memang kita rancang setahun
sekali. Itu kita survei, pilih, mencari informasi dari sumber lain, dicek rekam jejak tokoh itu
gubernur atau bupati. Itu bukan karena faktor kedekatan. Tapi kita mencari sosol birokrat
yang mempunyai integritas tidak korupsi, berkinerja baik, terus memajukan daeranya, banyak
pokoknya kriteria itu.
Kenapa orang seperti itu tidak diekspos secara intens seperti layaknya Jokowi dulu?
Loh, malah kita beritakan. Bahkan Dahlan tidak kita masukan ke dalam tokoh tempo karena
tidak masuk kriteria. Pokoknya kami tidak pernah memasukkan Dahlan sebagai tokoh
Tempo. Tapi kalau sebagai berita biasa, kita sering. Kalau selevel Walikota Makasar, Bupati
Seragen, tentu saja saat itu karena saat ini mereka juga menjadi tersangka juga, Dahlan tidak
masuk. Bahkan, masuk nominasi tidak. Ketika kita membuat tokoh perubahan ekonomi,
Dahlan tidak masuk. Jadi dia sendiri tidak masuk dalam kriteria Tempo meskipun dia hebat.
Justru tokoh-tokohnya itu orang-orang kecil. Bupati Seragen itu siapa sih yang kenal? Dulu,
Jokowi siapa sih yang kenal.
Sekarang ini kan Dahlan Iskan maju sebagai konvensi calon presiden dari partai
demokrat, bagaimana anda melihatnya?
Ya gapa. Hak Dahlan dan tidak ada yang bisa melarang. Dia merasa mampu, ya silakan. Dia
punya modal, merasa punya kompetensi, lalu merasa dipilih oleh publik, juga punya sarana
dalam artian jaringan baik itu organisasi ataupun bisnisnya ya silakan saja.