RELEVANSI KETELADANAN BERAGAMA ORANG TUATERHADAPPENINGKATAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAMDI SMP PASARMINGGU SISWA KELAS IX
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
SYARIF HIDAYATULLOHNIM: 1810011000005
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIKJENJANG S-1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013/2014
RELEVANSI KETELADANAN BERAGAMA ORANG TUATERHADAPPENINGKATAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAMDI SMP PASARMINGGU SISWA KELAS IX
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
SYARIF HIDAYATULLOHNIM: 1810011000005
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIKJENJANG S-1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013/2014
RELEVANSI KETELADANAN BERAGAMA ORANG TUATERHADAPPENINGKATAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAMDI SMP PASARMINGGU SISWA KELAS IX
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
SYARIF HIDAYATULLOHNIM: 1810011000005
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIKJENJANG S-1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013/2014
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul Relevansi Keteladanan Beragama Orang Tua Terhadappeningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Di SMP PasarmingguSiswa Kelas IX disusun oleh Syarif Hidayatulloh, NIM. 1810011000005, JurusanPendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dandinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidangmunaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 15 Maret 2014
Yang mengesahkan
Pembimbing,
Sholeh Hasan, MA.NIP. 197102142006041018
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Relevansi Keteladanan Beragama Orang TuaTerhadap peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Di SMPPasarminggu Siswa Kelas IX disusun oleh Syarif Hidayatulloh, NIM.1810011000005, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah danKeguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakanlulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 23 September 2014 di hadapan dewanpenguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pdi) dalambidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 23 September 2014
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Pjs. Ketua Jurusan PAI)
Dr. Muhbib Abd. Wahab, MA. _______________ _________________NIP. 196810231993031002
Penguji I
Tanenji, MA. _______________ _________________NIP. 197207121998031004
Penguji II
Drs. Abdul Ghofur, MA. _______________ _________________NIP. 196812081997031003
Mengetahui,Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D.NIP. 195910201986032001
ABSTRAK
Syarif Hidayatulloh. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan. Relevansi Keteladanan Beragama Orang TuaTerhadap peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Di SMPPasarminggu Siswa Kelas IX.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keteladananberagama orang tua dengan hasil belajar siswa kelas IX SMP Pasarminggu.Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pasarminggu Jakarta Selatan dari bulanJanuari sampai dengan Februari 2014. Yang dijadikan sampel dalam penelitian iniadalah siswa/i SMP Pasarminggu kelas IX dengan jumlah sampel 40 siswa. Inimerupakan sebagian dari populasi yang jumlahnya 100 siswa kelas IX SMPPasarminggu Jakarta Selatan. Data tentang keteladanan beragama orang tuadiperoleh berdasarkan angket yang diisi oleh siswa/i SMP Pasarminggu.Sedangkan hasil belajar diperoleh dari hasil tes soal. Metode analisis data yangdigunakan adalah Korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil analisis didapatnilai korelasi r = 0,696 terletak antara 0,60 – 0,799 yaitu tingkat korelasi yangtergolong kuat. Dengan demikian diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuatantara keteladanan beragama orang tua dengan hasil belajar Pendidikan AgamaIslam. Dari perhitungan koefisien determinasi yaitu sebesar r2 = 0,484, ini berartiketeladanan beragama orang tua mempunyai pengaruh sebesar 48,4%.
Kata kunci: Keteladanan beragama orang tua, Hasil belajar, Pendidikan AgamaIslam
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah, Segala puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan
muslimat.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada-Nya.
Karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang
tidak mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan
penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan
do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Nurlena Rifa’i, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, berkat jasa beliau penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik, beliau juga yang senantiasa memberikan yang terbaik
untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam.
3. Bapak Sholeh Hasan, MA., selaku dosen pembimbing, berkat jasa beliau,
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
4. Ibu Endang Triastuti, S.Pd., kepala sekolah SMP Pasarminggu Jakarta Selatan,
yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengadakan penelitian di
sekolah.
5. Keluarga Besar SMP Pasarminggu Jakarta Selatan.
6. Seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
ii
7. Kedua orang tua, yang senantiasa memberikan kasih sayang serta dukungan
moril dan materil. Juga tak henti-hentinya memanjatkan do’a kepada-Nya
untuk penulis, agar senantiasa mendapatkan ridho-Nya di setiap langkah
perjuangan dalam menempuh perjalanan yang berliku untuk menggapai
kesuksesan.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan pengorbanan selama
penyusunan skripsi ini.
9. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan
banyak inspirasi kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan do’a dan dukungan
selama proses penyusunan skripsi.
Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa
yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang
jauh lebih baik dari-Nya. Amin.
Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis
menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Maret 2014
Penulis
Syarif Hidayatulloh
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 4
D. Perumusan Masalah .................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
F. Kegunaan Penelitian.................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................... 6
A. Keteladanan Beragama.............................................................. 6
1. Pengertian keteladanan beragama ........................................ 6
2. Ciri-ciri keteladanan beragama ............................................ 11
3. Faktor-faktor keteladanan beragama .................................... 20
4. Fungsi keteladanan beragama .............................................. 22
B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam...................................... 22
1. Pengertian hasil belajar Pendidikan Agama Islam................ 22
2. Ciri-ciri hasil belajar............................................................ 26
3. Faktor-faktor hasil belajar.................................................... 28
4. Fungsi hasil belajar.............................................................. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 32
1. Tempat penelitian ................................................................ 32
2. Waktu penelitian ................................................................. 32
B. Metode Penelitian ..................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel ................................................................. 32
D. Variabel Penelitian .................................................................... 33
iv
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 34
1. Observasi ............................................................................ 34
2. Wawancara.......................................................................... 34
3. Angket ................................................................................ 35
4. Tes ...................................................................................... 36
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 39
A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 39
1. Gambaran umum SMP Pasarminggu ................................... 39
2. Visi dan Misi SMP Pasarminggu ......................................... 39
3. Sarana dan Prasarana ........................................................... 40
4. Struktur Organisasi dan Fungsi ............................................ 41
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 46
1. Analisis Deskripsi Keteladanan Beragama Orang Tua ......... 46
2. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam................................ 53
3. Analisis Data ....................................................................... 55
4. Pembahasan......................................................................... 58
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 60
A. Kesimpulan ............................................................................... 60
B. Saran ........................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah, adalah harapan semua orang
terutama bagi orang tua, untuk itu dalam suatu keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, dan anak tidak terlepas dari hal-hal pendidikan terutama pendidikan agama
pada anak keluarga yang berpredikat sebagai salah satu Lembaga Pendidikan di
Luar Sekolah sangatlah dipandang penting sebagai mitra kerja dalam
menyelenggarakan pendidikan agama pada anak karena keluarga adalah lembaga
pertama yang dikenal anak sebelum ia mengenal sekolah. Hal ini berarti sangatlah
dimungkinkan pengajaran agama menjadi paripurna bila dalam pelaksanaannya
tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah akan tetapi juga keluarga terutama
orang tua. Membangun keluarga sakinah merupakan suatu proses kedepan dalam
jangka waktu yang panjang, karena bukan keluarga yang tanpa masalah tapi lebih
pada keterampilan orang tua dan mengelola konflik yang terjadi di keluarga.
Berbicara masalah pendidikan keluarga, menurut M. Ngalim Purwanto
menerangkan bahwa “Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari
pendidikan anak selanjutnya”.1 Dalam lingkungan keluarga, orang tualah yang
menjadi tokoh terdekat, bahkan tidak banyak pola pikir seorang anak, sikap dan
perilaku anak tidak jauh dari kedua orang tuanya, untuk itu dapat saya simpulkan
bahwa hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga, sedikit banyaknya
akan turut mewarnai perolehan pendidikan agama pada anak di sekolah.
Sering dijumpai orang tua yang mempercayakan pendidikan agama
anaknya di sekolah saja. Tindakan orang tua seperti itu memang benar. Tapi
ternyata itu belum mencukupi. Di sekolah pengajaran itu lebih banyak bersifat
1 M. Ngalim, Ilmu Pendidikan: Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),Cet. ke 18, h. 79
2
kognitif saja, berupa penyampaian pengetahuan. Adapun akhlak berhubungan
dengan tingkah laku, maka harus ditanamkan sejak kecil kepada anak oleh orang
tuanya sendiri. Caranya melalui keteladanan dan pembiasaan sejak kecil.
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di
dalam moral, sosial, dan spiritual. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik
dalam pandangan anak didik, yang akan mereka tiru bentuk tindakan-tindakannya,
terutama akhlaknya. Disadari atau tidak itu akan tercetak dalam jiwa dan perasaan
anak didik.
Disini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal suksesnya
anak didik menjadi baik maupun buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya,
berakhlak yang mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta
berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah
SWT, maka punya harapan besar anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam
kejujuran berbentuk akhlak mulia, berani mengambil sikap untuk melaksanakan
perintah Allah SWT, berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
Sebaliknya jika pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si
anak didik akan tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina.
Allah SWT dengan tegas menyatakan dalam al-qur’an bahwa anak
merupakan amanah yang perlu dipelihara dan dijauhkan dari hal-hal yang maksiat.
Firman Allah SWT dalam surat At-Tahrim ayat : 6 yang berbunyi:
...یا أیھا الذین آمنوا قوا أنفسكم وأھلیكم ناراHai orang - orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...(QS At-Tahrim: 6)
Sebagaimana ayat di atas memberikan tuntunan kepada kaum beriman
untuk meneladani Nabi dan memelihara istri, anak-anak dan seluruh yang berada
di bawah tanggung jawab kamu dengan membimbing dan mendidik mereka agar
kamu semua terhindar dari api neraka. Ayat diatas menggambarkan bahwa
dakwah dan pendidikan harus bermula di rumah. Ini berarti kedua orangtua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggungjawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu
3
sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh nilai-
nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.
Anak bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan bunga dalam
keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus dididik dan
dibimbing sesuai dengan kehendak Allah. Anak didik, bagaimanapun besarnya
usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, dan bagaimanapun sucinya fitrah, ia
tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan terutama pokok-pokok
pendidikan, selama mereka tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dan
memiliki moral yang tinggi. Sangat mudah bagi sosok pendidik mengajar anak
didiknya dengan berbagai metode pendidikan. Namun amat sukar bagi anak didik
untuk melaksanakan selama pendidik diketahui oleh mereka tidak melaksanakan
didikan dan bimbingannya. Malah mereka dibilang oleh anak didik hanya omong
kosong. Akibatnya, lahir krisis moral yang bermula dari krisis kepercayaan.
Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orang tua dalam
lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci tangan, karena
sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan. Perlu disadari,
agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran
orang tua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya.
Hal ini ditegaskan oleh Muhibbin “lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan
demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.2
Orang tua yang paham akan ajaran agama Islam biasanya akan mendidik
anak-anaknya sesuai dengan ajaran Islam. Di atas telah dituliskan bahwa orang
tua dan keluarga banyak mempengaruhi kegiatan belajar, sehingga jika anggota
keluarga memiliki pemahaman yang lebih tentang agama dan semakin aktif orang
2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2010), h. 135
4
tua dalam kegiatan keagamaan maka semakin bertambah ilmu agama yang
didapat orang tua dan semakin luar pemahamannya tentang ajaran agama islam
maka akan semakin besar anak menerima perhatian dari orang tuanya dan
memacu kemampuan, semangat anak-anaknya dalam memahami dan mempelajari
agama.
Dari latar belakang yang penulis paparkan dan ketengahkan diatas, maka
penulis tertarik sekali untuk mengungkapkan masalah ini dalam sebuah skripsi
yang berjudul “Relevansi Keteladanan Beragama Orang Tua Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Pasarminggu
Siswa Kelas IX”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah berikut:
1. Apakah orang tua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan
pendidikan anaknya?
2. Apakah anak cenderung menirukan perkataan dan perilaku orang tua.
3. Apakah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal suksesnya anak
didik menjadi baik maupun buruk.
4. Apakah hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga akan turut
mewarnai perolehan pendidikan agama pada anak di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari perluasan dan salah tafsir terhadap judul penelitian
tersebut penulis memberikan batasan sebagai berikut:
1. Membahas mengenai keteladanan beragama yang diterapkan orang tua
siswa.
2. Membahas relevansi keteladanan beragama orang tua siswa terhadap
peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam.
D. Perumusan Masalah
5
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keteladanan beragama orang tua siswa kelas IX SMP
Pasarminggu?
2. Bagaimanakah hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IX SMP
Pasarminggu?
3. Apakah ada relevansi keteladanan beragama orang tua terhadap hasil
belajar siswa kelas IX SMP Pasarminggu?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui keteladanan beragama orang tua siswa kelas IX SMP
Pasarminggu.
2. Untuk mengetahui hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IX
SMP Pasarminggu.
3. Untuk mengetahui relevansi keteladanan beragama orang tua terhadap
hasil belajar siswa kelas IX SMP Pasarminggu.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun harapan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah suatu
kegunaan, yaitu:
1. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan sebagai bacaan untuk
memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, terutama dalam ilmu
Pendidikan Agama Islam.
2. Digunakan sebagai sumbangan pemikiran kepada sekolah untuk
memecahkan permasalahan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
peningkatan belajar PAI.
3. Memberikan kontribusi kepada masyarakat khususnya orang tua untuk
mencontohkan pelaksanaan ilmu agama kepada anak melalui keteladanan.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keteladanan Beragama
1. Pengertian keteladanan beragama
Keteladanan menurut kamus bahasa Indonesia yang berarti hal (perbuatan,
kelakuan, sifat) yang dapat ditiru atau dicontoh.1 Sehingga keteladanan berarti
perbuatan atau perilaku yang dapat ditiru atau dicontoh.
Menurut Kartini Kartono, keteladanan sama dengan modeling, yaitu bentuk
pembelajaran seseorang bagaimana melakukan suatu tindakan dengan
memperhatikan dan meniru sikap serta tingkah laku orang lain.2
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keteladanan adalah
hal-hal yang dapat ditiru, diikuti, atau dicontoh dari seseorang. Namun
keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan
sebagai metode pendidikan, yaitu keteladanan yang baik yang sesuai dengan
pengertian uswah dalam ayat-ayat al-Qur‘an.
Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam kesuksesan anak didik
untuk menjadi baik atau buruk. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak
mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu
menjauhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, diharapkan
anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam kejujuran, terbentuk akhlak mulia
pada diri anak, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT,
serta berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika
pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan
tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina.
Keteladanan beragama sebagai salah satu metode pendidikan didasarkan
pada dua sumber, yaitu al-Qur’an dan al-Hadis. Dalam al-Qur’an keteladanan
diistilahkan dengan kata uswah hasanah. Islam memberikan contoh kongrit melalui
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta; PusatBahasa, 2008), h. 1656
2 Kartini Kartono, Kamus Psikologi, (Bandung: Satelit, 1987), h.285
7
figur Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti beliau patut dijadikan contoh
(diteladani). Sebagaimana dalam surat al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi:
لقد كان لكم في رسول اللھ أسوة حسنة لمن كان یرجو اللھ والیوم )21: األحزب(الآخر وذكر اللھ كثیرا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Ayat ini merupakan prinsip utama dalam meneladani Rasulullah saw. baik
dalam ucapan, perbuatan maupun perlakuannya. Ayat ini merupakan perintah
Allah kepada manusia agar meneladani Nabi Muhammad dalam peristiwa Al
Ahzab, yaitu meneladani kesabaran, upaya dan penantiannya atas jalan keluar
yang diberikan oleh Allah Azza wa jalla. Yakni, ujian dan cobaan Allah akan
membuahkan pertolongan dan kemenangan sebagaimana yang Allah janjikan
kepadanya.3
Dan Nabi sendiri juga pernah mendidik para sahabat dengan prinsip
meniru model shalat yang ditunjukkan di depan mereka sebagai berikut:
يلصأنـيومتیأرامكا ولص“Shalatlah kamu seperti kamu lihat aku bershalat”.
Pada dasarnya ayat tersebut menunjukkan pada pribadi Nabi Muhammad
saw. Dengan demikian, pribadi Rasulullah Saw. hendaknya harus dimiliki oleh
seorang pendidik, ini berarti seorang guru atau orang tua mempunyai peranan
penting dalam membentuk jiwa anak. Sifat sabar, teguh pendirian, akhlakul
karimah merupakan sifat yang harus ditanamkan kepada mereka. Sehingga
mereka akan memiliki jiwa dan mental yang kuat dengan kepribadian yang baik
serta tidak memiliki sifat pengecut.
Keteladanan di dalam al-Qur’an juga dijelaskan pada surat Al-Muntahinnah
ayat 4 dan 6, yang berbunyi:
ا برآء قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراھیم والذین معھ إذ قالوا لقومھم إن3 Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir,
Terj., Drs. Syihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3,(Jakarta: Geema Insani Press,1989) h.841.
8
منكم ومما تعبدون من دون اللھ كفرنا بكم وبدا بیننا وبینكم العداوة والبغضاء أبدا حتى تؤمنوا باللھ وحده إلا قول إبراھیم لأبیھ لأستغفرن لك
ربنا علیك توكلنا وإلیك أنبنا وإلیك لك من اللھ من شيء وما أملك )4: الممتحنة(المصیر
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim danorang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaummereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apayang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyataantara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampaikamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya:"Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapatmenolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhankami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulahkami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali"
ومن یتول لقد كان لكم فیھم أسوة حسنة لمن كان یرجو اللھ والیوم الآخر )6: الممتحنة(فإن اللھ ھو الغني الحمید
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baikbagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan(keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, makasesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.
Keteladanan dalam pribadi Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya
adalah sesuatu yang pasti terealisasi bagi orang-orang yang mengharapkan ridha
Allah dan kehidupan akhirat. Merekalah orang-orang yang menyadari tentang
nilai dari ujian yang mereka hadapi karena ikatan yang kuat dan mulia. Mereka
menemukan padanya keteladanan yang pantas dan sangat patut dicontoh dan
preseden yang baik untuk menjalani petunjuk hidayah. Sedangkan, bagi orang-
orang yang ingin berpaling dari manhaj ini, orang-orang yang ingin menyimpang
dari jalan lurus kafilah iman, dan orang-orang yang ingin melepaskan diri dari
garis keturunan nasab yang tinggi ini, maka Allah tidak membutuhkan apa-apa
darinya.4
Dari ayat dan penafsiran para mufasir dapat disimpulkan bahwa Nabi
4 Sayid Quthub, Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, dkk, Di Bawah Naungan Al-Qur’an,Jilid 11, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 238
9
Ibrahim telah mengedepankan keteladanan dalam beberapa hal. Sebagai pendidik,
Nabi Ibrahim tampil sebagai teladan dengan kasih sayang dan lemah lembut.
Dalam hubungan ini hendaknya seorang guru atau pendidik tidak boleh berlaku
kasar kepada muridnya, tidak boleh menghina murid yang sedang berkembang.
Kasih sayang dan lemah lembut yang ditunjukkan seorang guru tersebut
sejalan dengan psikologi manusia. Diketahui bahwa kegairahan dan semangat
belajar seorang murid atau sebaliknya, sangat bergantung kepada hubunngan
antara murid dengan guru.
Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang
pertama dan utama bagi seorang anak. Sebagai pusat pendidikan pertama dan
utama, keluarga merupakan poros penentu dalam membentuk pribadi seorang
anak menjadi muslim yang taat beribadah serta perkembangan berfikirnya dalam
mempersiapkan anak bagi perannya di masa depan.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang
besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang.
Keluargalah yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik
perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Dengan memberikan
pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka anak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang
dilaksanakan di dalam rumah tangga (keluarga) adalah untuk membina,
membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci.
Keteladanan yang baik memiliki pengaruh yang cukup besar pada diri
seorang anak. Anak akan selalu meniru tabiat orang tuanya hingga orangtualah
yang akan pertama kali mencetak anak menjadi apa saja yang diajarkan
orangtuanya melalui perilaku mereka sendiri.5
Orang tua yang saleh, yang menjalankan ajaran-ajaran agama akan
membawa dampak positif bagi anak dalam mengamalkan ajaran agama tersebut.
Karena anak adalah peniru yang baik dan ia akan melakukan sesuai dengan apa
5 M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997),Cet. ke-1, h. 290-291
10
yang ia lihat dan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Hal ini ditegaskan oleh
M. Nur Abdul Hafizh bahwa, “Anak akan selalu melihat apa yang tengah
dilakukan kedua orang tuanya dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku
seperti mereka. Hingga jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya berlaku
jujur, maka hal itu akan membentuk mereka menjadi orang yang jujur pula.
Demikian pula sebaliknya”.6
Dalam perspektif psikologi, bahwasanya anak dalam perkembangan
kepribadiannya selalu membutuhkan seorang tokoh identifikasi. Identifikasi
berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.7 Hal ini karena
secara insting manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk mencontoh
atau mengikuti orang lain, terlebih lagi mereka yang dianggap sebagai figur atau
panutan.
Pada mulanya remaja hanya merindukan sesuatu yang dianggap bernilai
dan pantas dipuja, walaupun sesuatu itu belum mempunyai bentuk tertentu.
Kemudian objek pemujaan itu menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang
dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (personifikasi nilai-nilai).
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi proses peniruan atau taqlid adabeberapa tahap, yaitu: Pertama, keinginan untuk meniru dan mencontoh. Anakterdorong oleh keinginan halus yang tidak dirasakannya untuk meniru orang yangdikaguminya tanpa disengaja. Peniruan tidak disengaja ini tidak hanya mengarahpada perilaku yang baik saja, tetapi kadang-kadang merambah kepada tingkahlaku yang tidak terpuji. Seseorang yang terpengaruh, secara tidak disadari akanmenyerap kepribadian orang yang mempengaruhinya, baik sebagian ataukeseluruhan.
Kedua, kesiapan untuk meniru. Setiap tahapan mempunyai kesiapan dan
potensi tertentu. Oleh karenanya Islam tidak memberikan perintah sholat pada
anak yang usianya belum mencapai 7 tahun.
Ketiga, Tujuan. Setiap peniruan mempunyai tujuan yang kadang diketahui
6 Ibid., h. 2917 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003),
Cet. ke 9, h. 30
11
oleh peniru dan kadang tidak. Peniruan biasanya berlangsung dengan harapan
akan memperoleh sesuatu seperti yang dimiliki oleh orang yang dikaguminya.
Apabila peniruan ini disadari, dan disadari pula tujuannya, maka peniruan ini
tidak lagi disebut taqlid, tetapi merupakan kegiatan yang disertai dengan
pertimbangan yang disebut ittiba’.8
Keempat, melakukan. Ketika anak memasuki tahap melakukan, ia akan
mulai membiasakannya, sehingga lama kelamaan, sesuatu itu akan menjadi
pribadinya. Apa yang dilakukannya bisa benar-benar serupa dengan apa yang
ditirunya, namun juga bisa sebagian saja.
2. Ciri-ciri Keteladanan Beragama
Dilihat dari term-term keteladanan (uswatun hasanah) dalam al-Qur’an.
Yakni “Uswah, Iqtida’,Ittiba’”, yang kesemuanya memiliki arti mencontoh atau
mengikuti perilaku orang lain, di mana para Rasul dan para sahabatnya menjadi
sentral modeling, maka keteladanan mereka tersebut dapat sifat dan prilaku
sebagai berikut:
a. Keteladanan dalam Kesabaran
Keteladanan dalam kesabaran ini tercermin pada diri rasul. Sebagai
mana firman Allah SWT:
كأنھم یوم فاصبر كما صبر أولو العزم من الرسل ولا تستعجل لھم فھل یھلك إلا بلاغ یرون ما یوعدون لم یلبثوا إلا ساعة من نھار
)35: االحقاف(القوم الفاسقونMaka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hatidari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan(azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepadamereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat padasiang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakanmelainkan kaum yang fasik. (Q.S. Al-Ahqaf: 35).
Menurut Sayid Quthub dalam tafsir fi zhilalil qur’an, bahwa jalan
dakwah sebagai jalan yang pahit. Sehingga, seseorang perlu berjiwa seperti
8 Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushulut Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha fi baiti walmadrasati wal mujtama”, Terj. Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah danMasyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h. 263-266
12
Muhammad SAW., yaitu bersabar dan tidak tergesa-gesa meminta
diturunkannya azab atas musuh-musuh dakwah yang congkak. Ayat ini
memotivasi, menyuruh bersabar, bersimpati, dan menghibur. Allah tidak
berkehendak untuk menzalimi para hamba. Hendaknya para dai bersabar atas
penderitaan yang dialaminya.9
Senada dengan itu Ibnu katsir menafsirkan ayat tersebut bahwa Allah
menyuruh Rasul SAW untuk bersabar atas pendustaan kaumnya itu, maka
bersabarlah kamu seperti orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-
rasul atas pendustaan yang telah dilakukan oleh mereka.10
Dari ayat dan penafsiran para mufasir dapat diketahui bahwa kesabaran
merupakan kunci kekuatan iman. Hal itu didasarkan bahwa para Nabi yang
memperoleh gelar Ulul Azmi memiliki kesabaran yang sangat luar biasa.
Kesabaran para nabi dalam menerima ejekan, hinaan dan perlawanan dari
kaumnya yang memusuhi merupakan bukti akan ketabahan dan kesabaran
dalam menempuh jalan Allah. Dan mereka percaya akan memperoleh
kemenangan dan keselamatan di dunia dan akherat.
b. Keteladanan dalam Beribadah
Firman Allah SWT dalam al-Quran sebagai berikut:
یا بني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانھ عن المنكر واصبر على ما )17: لقمان(إن ذلك من عزم الأمورأصابك
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baikdan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlahterhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasukhal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S. Luqman : 17).
Inilah jalan akidah yang telah dirumuskan. Yaitu, mengesakan Allah,
merasakan pengawasan-Nya, mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin
kepada keadilan-Nya, dan takut terhadap pembalasan dari-Nya. Kemudian ia
9 Sayid Quthub, op.cit., h. 337-33810 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir, Terj. Bahrun
Abu Bakar, Juz 26, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 389
13
beralih kepada dakwah untukmenyeru manusia agar memperbaiki keadaan
mereka, serta menyuruh mereka kepada yang makruf dan mencegah mereka
dari yang mungkar..11
Dari ayat dan penafsiran mufasir diatas, dapat penulis ambil benang
merah dalam pendidikan keteladanan ibadah yaitu Lukman Hakim
memerintahkan kepada anaknya untuk melaksanakan shalat karena dalam
shalat itu terdapat hikmah dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Lukman Hakim merupakan contoh dari orang tua yang patut dijadikan
teladan bagi orang-orang yang beriman. Ia merupakan bapak yang
bertanggung jawab terhadap keluarga. Nasehatnya yang dimulai dengan
perintah shalat, kemudian diakhiri dengan perintah untuk sabar merupakan
suatu hal yang sangat fundamental dalam mencapai ridha Allah SWT.
Orang tua dalam keluarga merupakan orang yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan jiwa anak. Untuk itu keteladanan beribadah perlu
ditanamkan pada anak mulai sejak kecil. Dengan mempraktekkan ibadah
seperti mengajak anak shalat berjamaah, berpuasa dibulan Ramadhan
merupakan bentuk ibadah yang ditanamkan oleh ajaran agama. Hal tersebut
akan membekas dan tertanam pada jiwa anak bila bila pendidikan beribadah
dimulai sejak kecil.
c. Keteladanan dalam Akhlaq Karimah
)4: القلم(خلق عظیموإنك لعلىDan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. AlQalam: 4)
Ayat di atas menurut para, mufasir menunjukkan keutamaan akhlaq
Nabi Muhammad saw. sebagaimana keutamaan akhlak Rasul maka dikatakan
bahwa akhlak beliau adalah qur’an. Sebagaimana sabda Rasulullah:
لوسرقلخنعينیربخأتلقفةشائعتلأسالقامشھنبدعسنع11 Sayid Quthub, op.cit., Jilid. 9, h. 176-177
14
.آنرقالھقلخانكتالقفملسوھیلعى اهللالصاهللاDari Sa’id ibn Hisyam berkata saya bertanya kepada ‘Aisyah ceritakankepadaku tentang akhlak Rasulullah Saw., maka ‘Aisyah menjawab akhlakbeliau adalah Al-Qur’an. (H.R. Ahmad)
Ma’mar menceritakan dari Qutadah, dia pernah menanyakan kepada
Aisyah tentang akhlaq rasul, maka dia menjawab, “Akhlaq Rasul adalah al-
Qur’an”. Yaitu sebagaimana yang terdapat dalam alQur’an. Seseorang dari
Bani Sawad menyatakan, “aku bertanya kepada Aisyah,beritahukan kepadaku
hai Umuml Mukminin, tentang akhlaq Rasulullah saw! lalu dia menjawab
“tidaklah kamu baca alQur’an, dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung?” dia menjawab, pada suatu hari aku pernah membuatkan
makanan untuknya.ternyata hafsah juga membuat makanan untuknya. Aku
pun berkata pada budakku, pergila jika hafsah membawa makanan untukku,
maka lemparkan makanan itu. Maka Hafsahpun datang dengan membawa
makanan dan budak itupun melemparkan makanan tadi, sehingga piringnya
jatuh dan pecah. Rasulullah ketika itu sudah kenyang, lalu rasul
mengumpulkannya dan mengatakan, mintalah ganti piring itu kepada bani
Aswad dengan piring lain.” Aisyah berkata dan Rasul saw sedikitpun tidak
mengomentari hal itu”.12
Dari hadits di atas dapat dijelaskan bahwa nabi Muhammad merupakan
manusia yang sangat mulia dan patut dijadikan suri tauladan dalam akhlaknya.
Sebagaimana dikatakan bahwa Rasulullah berakhlak qur’an, maka segala
tindakan beliau merupakan pilar ajaran moral. Dengan berakhlak karimah
sebagaimana yang dicontohkan nabi akan membentuk jiwa yang suci.
Nabi Muhammad merupakan perwujudan semua kebajikan. Dia tidak
hanya merupakan orang yang terbaik, tetapi juga nabi yang terbesar.
Akhlaknya adalah qur’an demikian kata Aisyah istri nabi.
Dengan kata lain, kehidupan sehari-harinya merupakan gambaran yang benar-
benar dari ajaran al-Qur’an. Karena kitab tersebut merupakan undang-undang
12 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, op.cit.
15
yang mengandung moral-moral yang tinggi bagi pengembangan kemampuan
manusia yang berbeda-neda, maka kehidupan nabi memperlihatkan semua
moral itu dalam kehidupan bermasyarakat secara nyata.
Kesederhanaan, tutur bahasa yang halus, pemaaf merupakan inti
akhlak nabi. Beliau mencintai kebajikan untuk kepentingan akhlak itu sendiri.
Moral yang tinggi merupakan gambaran yang menarik dari akhlaknya.
Dengan demikian patutlah bila beliau dijadikan sumber teladan dalam segala
kebajikan.
d. Keteladanan dalam Tawadu’
Q.S. Asy Syu’ara’ ayat 215:
)215: الشعراء(واخفض جناحك لمن اتبعك من المؤمنینDan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaituorang-orang yang beriman. (Q.S. AsySyu’ara’ : 215)
Bersikap rendah hati kepada orang lain maksudnya menghormati oranglain dengan ikhlas. Orang lain diperlakukan dengan penuh rasa hormat, dijagaperasaannya, dan ia menampakkan tingkah laku yang menyenangkan.Siapapun yang dihadapinya selalu diperlakukan dengan hormat. Bila berbicaradengan orang lain selalu dihargai lawan bicaranya. Kalau bertemu denganorang yang lebih rendah tingkat sosialnya ia akan tetap berlaku hormat danmemuliakan martabatnya.
Rasul mempraktekkan sikap ini dalam kehidupan sehariharinya. Beliau
tidak pernah marah terhadap orang yang menghina beliau. Bahkan beliau bila
bertemu dengan para sahabat terlebih dahulu mengucapkan salam. Dan bila di
tengah jalan beliau disapa oleh sahabat beliau menoleh dengan seluruh
badannya. Akhlak rasul ini merupakan suri tauladan bagi kaum muslimin.
Orang tua pun dapat melatih anak-anaknya memiliki sifat rendah hati
kepada sesamanya bila sejak kecil ditanamkan sifat-sifat yang baik seperti
tutur kata yang lembut, kasih sayang dan penghargaan terhadap mereka.
Dengan didididk kasih sayang dan sikap rendah diri (tawadu’) akan
menjadikan kelak diwaktu dewasa memiliki akhlak yang mulia.
16
e. Keteladanan dalam Keadilan
Q.S. An Nisa’ ayat 135:
یا أیھا الذین آمنوا كونوا قوامین بالقسط شھداء للھ ولو على أنفسكم فلا تتبعوا إن یكن غنیا أو فقیرا فاللھ أولى بھما أو الوالدین والأقربین
وإن تلووا أو تعرضوا فإن اللھ كان بما تعملون الھوى أن تعدلوا )135: النساء(خبیرا
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benarpenegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimusendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikutihawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamumemutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnyaAllah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (Q.S. AnNisa’ : 135)
Dalam tafsir fi zhilalil qur’an ayat ini menjelaskan bahwa ini adalah
seruan kepada orang-orang yang beriman, untuk menegakkan keadilan secara
mutlak, dalam semua keadaan dan lapangan. Keadilan yang mencegah
kesewenang-wenangan dan kezaliman, dan keadilan yang menjadi kesamaan
di antara manusia dan memberikan hak kepada masing-masing yang punya
hak, baik muslim maupun non muslim. Karena dalam hak ini, samalah di sisi
Allah antara orang-orang mukmin dan orang-orang yang tidak beriman, atara
kerabat dan orang jauh (bukan kerabat), antara kawan dan lawan, serta antara
orang kaya dan orang miskin.13
Bersikap adil merupakan hakekat Islam itu sendiri karena Islam itu
berisikan ajaran yang menegakan keadilan. Setiap dalam Islam, misalnya; hal
ibadah, pergaulan dimasyarakat, dan tata tertib kehidupan keluarga, umat
maupun negara, selaulu didasarkan pada prinsip keadilan.
Adapun adilnya seorang guru adalah dalam memberikan nilai kepada
murid-muridnya sesuai dengan tingkat kemampuan dan kepandaian seorang
13 Sayid Quthub, Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, dkk, Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 99
17
murid, tidak karena pilih kasih. Begitu juga dalam keluarga orang tua dapat
membimbing anak-anaknya untuk bersikap adil. Seperti bila anak
menumpahkan air teh ke lantai, maka yang bersangkutan harus membersihkan
lantai yang dikotorinya, bukan menyuruh saudara yang lain untuk
membersihkan karena ia menjadi anak kesayangan orang tuanya.
Pada hakekatnya proses menanamkan perilaku adil pada anak dapat
dimulai oleh orang tua sejak timbulnya kasus anak dengan saudaranya atau
dengan teman sepermainannya. Bila sejak dini dalam diri anak-anak sudah
ditanam semangat untuk bertingkah laku adil, maka kelak setelah mereka
dewasa semangat akan menjadi jiwa dan kepribadiannya. Dengan tertanamnya
sifat adil pada anak-anak yang disemaikan oleh orang tua dalam keluarga,
insyaallah akan dapat tercipta masyrakat yang adil dan umat yang berjiwa adil,
insya Allah kelak mereka menjadi manusia saleh dan berani memperjuangkan
tegakya kalimat Allah di muka bumi ini.
f. Keteladanan dalam Zuhud
Q.S. Al-Furqan ayat 57:
قل ما أسألكم علیھ من أجر إلا من شاء أن یتخذ إلى ربھ سبیلا)57: الفرقان(
Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalammenyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya. (Q.S. al-Furqan: 57)
Sayid Quthub menafsirkan ayat ini bahwa Rasul Saw. tidak
mengharapkan imbalan atau materi dan kenikmatan dunia dari mereka yang
menyambut ajakan beliau, tidak ada ada upeti, tidak ada pemberian dalam
bentuk apapun yang dipersembahkan orang muslim kepada beliau, saat beliau
masuk Islam. Hanya satu upah/imbalan rasul, yaitu memperoleh hidayah
menuju Tuhannya dan kedekatannya. Yang memuaskan hati beliau yang suci,
menyenangkan jiwa beliau yang luhur, adalah ketika melihat seorang hamba
dari hamba Allah telah mendapat petunjuk TuhanNya, karena memang beliau
18
hanya mencari ridha-Nya.14
Dari ayat dan dan penafsiran mufasir bila dikaitkan dengan profil
pendidik, maka seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan, baik ilmu
dunia maupun akhirat, harus mengarah kepada tujuan hidup muridnya yaitu
mencapai hidup bahagia dunia akhirat. Guru harus membimbing muridnya
agar ia belajar bukan karena ijazah semata, hanya bertujuan menumpuk harta,
mengapai kemewahan dunia, pangkat dan kedudukan, kehormatan dan
popularitas. Dalam mengajar pendidik haruslah meneladani rasul,bukan
bertujuan mencari harta benda dan kemewahan duniawi, melainkan mencari
ridha Allah, ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. Sebagaimana hal tersebut
dikutib Abidin Ibn Rusn dalam Ihya’ yang artinya mengatakan:
Barang siapa mencari harta benda dengan cara menjual ilmu, maka bagaikan
orang yang membersihkan bekas injakan kakinya dengan wajahnya. Dia telah
mengubah orang yang memperhamba menjadi orang yang dihamba dan orang
yang diperhamba.15
Pernyataan di sini bukan berarti seorang guru tidak boleh menerima
gaji atau upah. Namun pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa seorang
guru harus ikhlas. Tetapi kriteria ikhlas itu bukan hanya bersih dari tujuan lain
selain Allah yang bersifat lahir seperti mengajar untuk mendapatkan upah atau
gaji.
g. Keteladanan dalam Berpolitik
Q.S. Muhammad ayat 4.
فإذا لقیتم الذین كفروا فضرب الرقاب حتى إذا أثخنتموھم فشدوا : محمد... (الوثاق فإما منا بعد وإما فداء حتى تضع الحرب أوزارھا
14 Sayid Quthub, Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, dkk, Di Bawah Naungan Al-Qur’an, Jilid 19, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 310
15 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: PustakaPelajar,1998) h. 68
19
4(Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) makapancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkanmereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskanmereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. (Q.S. Muhammad:4).
Ayat ini menerangkan cara menghadapi orang-orang kafir dalam
peperangan. Allah swt menerangkan, apabila kaum muslimin menghadapi
orang-orang kafir dalam peperangan maka penggallah leher mereka di mana
saja kamu temui dalam peperangan. Utamakan kemenangan yang akan dicapai
pada setiap medan pertempuran dan janganlah kamu mengutamakan
penawanan dan harta rampasan dari pada mengalahkan mereka.16
Menurut Ibnu Katsir ayat ini turun setelah peristiwa Badar. Allah telah
mengecam orang-orang yang beriman yang terlalu banyak membawa tawanan
dan selalu sedikit membunuh, agar mereka berhasil mengambil tebusan dari
tawanan itu.17
Dari ayat dan penafsiran para mufasir maka dapat diketahui bahwa
keteladanan Nabi Muhammad dalam perperang terdapat pada sifat keberanian
beliau. Ini dibuktikan dengan tidak segan-segannya Nabi membunuh para
musuh Allah dengan memancung leher mereka. Dan sifat belas kasihnya
terhadap para tawanan perang sehingga Allah memerintahkan pada Nabi untuk
tidak memperbanyak tawanan perang.
Sesungguhnya peperangan yang dilakukan Nabi bukanlah ambisi untuk
menguasai mereka tetapi yang dilakukan Nabi karena membela agama Allah.
Bagi beliau bertemu musuh jangan lari, tetapi hadapilah dengan semangat
untuk mempertahankan diri karena tujuan peperangan adalah untuk mencapai
kemenangan dan keselamatan umat serta menegakkan syariat dari Allah.
3. Faktor Keteladanan Beragama16 Sayid Quthub, op.cit., Jilid 10, h. 34517 Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, op.cit., Juz 26, h. 394
20
Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian ada tiga aliran yang sudah sangat populer, yaitu aliran Nativisme,
Empirisme dan aliran Konvergensi.
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan
oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah
terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat
pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut percumalah kita mendidik; atau
dengan kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut
pesimisme pedagogis.18
Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu
lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika
pembinaan dan pendidikan yang diberikan itu baik maka seseorang akan menjadi
baik, begitupun sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada
peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan aliran konvergensi (William Stern) berpendapat bahwa
pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh faktor internal (pembawaan dari diri)
dan faktor eksternal (luar) yaitu pendidikan dan pembinaaan yang dilakukan
secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan
kecenderungan kearah yang baik yang ada dalam diri manusia dibina secara
intensif melalui berbagai metode.
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian
ada dua, yaitu faktor dari dalam, yakni potensi fisik, intelektual, dan hati
(rohaniah) yang dibawa seseorang sejak lahir. Dan kedua adalah faktor dari luar
yang dalam hal ini adalah orang tua, guru di sekolah, tokoh-tokoh serta pemimpin
dalam masyarakat, dan lingkungan pergaulan lainnya seperti: teman bergaul,
media informasi, dan lain-lain.
18 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2000), cet.12, h. 59
21
4. Fungsi Keteladanan Beragama
Metode keteladanan sebagai suatu metode digunakan untuk merealisasikan
tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa
agar mereka dapat berkembang baik fisik maupun mental dan memiliki akhlak
yang baik dan benar. Keteladanan memberikan kontribusi yang sangat besar
dalam pendidikan ibadah, akhlak, kesenian dan lain-lain.
Untuk menciptakan anak yang shaleh, pendidik tidak cukup hanya
memberikan prinsip saja, karena yang lebih penting bagi siswa adalah figur yang
memberikan keteladanan dalam menerapkan prinsip tersebut. Sehingga sebanyak
apapun prinsip yang berikan tanpa disertai dengan contoh tauladan hanya akan
menjadi kumpulan resep yang tak bermakna.
Sungguh tercela seorang guru mengajarkan sesuatu kebaikan kepada
siswanya sedang ia sendiri tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini Allah mengingatkan dalam firmannya:
أفلا تعقلونالبر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون الكتاب أتأمرون الناس ب)44: البقرة(
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamumelupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (QS. Al-Baqarah: 44)
Menurut Sayid Quthub dalam tafsir fi zhilalil qur’an menjelaskan bahwa
bahaya para tokoh agama ketika agama sudah menjadi perusahaan dan
perindustrian, bukan lagi akidah, pembebasan, dan pembela manusia dari
kesesatan, ialah mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada di
dalam hati mereka. Mereka menyuruh orang lain berbuat baik sementara mereka
sendiri tidak mau melakukannya. Mereka mengajak manusia kepada kebajikan,
sedang mereka sendiri mengabaikannya.19
Dari penjelasan tersebut dapat diambil pelajaran, bahwa seorang guru
agama hendaknya tidak hanya mampu memberikan perintah atau memberikan
teori kepada siswa, tetapi lebih dari pada itu ia harus mampu menjadi panutan
19 Sayid Quthub, op.cit., Jilid 1, h. 81
22
bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikuti tanpa merasakan adanya unsur
paksaan. Oleh karena itu keteladanan merupakan faktor dominan dan sangat
menentukan keberhasilan pendidikan.
B. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Manusia, menurut hakikatnya adalah makhluk belajar. Ia lahir tanpa
memiliki pengetahuan, sikap, dan kecakapan apapun. Kemudian, tumbuh dan
berkembang menjadi mengetahui, mengenal, dan menguasai banyak hal. Itu
terjadi karena ia belajar dengan menggunakan potensi dan kapasitas diri yang
telah dianugerahkan Allah kepadanya. Tuhan memberi potensi yang bersifat
jasmani dan rohani untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk kemaslahatan umat manusia. Sebagaimana Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat: 78 yang berbunyi:
واللھ أخرجكم من بطون أمھاتكم لا تعلمون شیئا وجعل لكم السمع والأبصار والأفئدة لعلكم تشكرون
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidakmengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan danhati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78)
Orang yang tidak mau belajar dengan tidak memanfaatkan potensi dan
kapasitasnya berarti menjauhi hakikatnya sebagai manusia. Potensipotensi
tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yaitu indera penglihat
(mata), indera pendengar (telinga) dan akal yang berfungsi sebagai alat-alat
penting untuk melakukan kegiatan belajar.
Drs. Slameto merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.20
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
20 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h. 13
23
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.21
Seorang belajar bila ia ingin melakukan suatu kegiatan sehingga
kelakuannya berubah. Ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat
dilakukannya. Ia menghadapi sutuasi dengan cara lain. Kelakuan harus kita
pandang dalam arti yang luas yang meliputi pengamatan, pengenalan, perbuatan,
keterampilan, minat, penghargaan, sikap, dan lain-lain. Jadi belajar tidak hanya
mengenai bidang intelektual saja, akan tetapi seluruh pribadi anak, kognitif,
efektif, maupun psikomotor.22
Menurut Juliah “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.23
Hasil belajar dapat dilihat ketika siswa mencapai tujuan-tujuan pengajaran
berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga komponen tersebut
merupakan satu kesatuan dan saling menunjang antara satu dengan yang lain.
Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam
proses pendidikan. Perilaku kejiwaan tersebut dibagi menjadi 3 domain yaitu:
Tiga ranah hasil belajar tersebut dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Kognitif Domain :
1) Knowledge (pengetahuan, ingatan).
2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh).
3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru).
5) Evaluation (menilai).
6) Application (menerapkan).
b. Affective Domain :
1) Receiving (sikap menerima).
21 Ibid.22 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. 11, h. 5923 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet. ke-14, h. 22
24
2) Responding (memberikan respon).
3) Valuing (nilai).
4) Organization (organisasi).
5) Characterization (karakterisasi).
c. Psychomotor Domain:
1) Initiatory level.
2) Pre-routine level.
3) Rountinized level.24
Benjamin S. Bloom berpendapat tiga ranah hasil belajar adalah kognitif,
afektif dan psikomotorik.
1) Ranah kognitif “berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiridari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitiftingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkattinggi.”
2) Ranah afektif “berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaknipenerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi”.
3) Ranah psikomotoris “berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dankemampuan bertindak. Ada enam aspek raah psikomotoris, yakni (a) gerakreflek, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) gerakan keterampilankompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif”.25
Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hasil belajar, penulis dapat
menyimpulkan bahwa hasil belajar ialah tingkat penguasaan seseorang yang
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai akibat dari proses
belajar yang telah diuji, salah satunya ialah dengan memberikan tes. Hasil tes
mempunyai fungsi yaitu sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar
mengajar serta dapat memberikan gambaran kemajuan bagi siswa.
Menurut HM. Arifin dalam bukunya menjelaskan bahwa pendidikan
agama Islam adalah suatu suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh
aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah
menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun
24 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),Cet. 19, h. 23-24
25 Nana Sudjana, op.cit., h. 22-23
25
ukhrawi.26
Dalam kurikulum PAI yang dikutip oleh Abdul Majid, Pendidikan AgamaIslam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,menghayati dan mengamalkan agama Islam melalu kegiatan bimbingan,pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormatiagama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakatuntuk mewujudkan persatuan nasional.27
Berdasarkan definisi dan pengertian yang dikemukakan di atas dapatditarik kesimpulan bahwa, pendidikan agama Islam adalah usaha sadar danterencana berupa bimbingan dan asuhan terhadap pertumbuhan jasmani danrohani anak didik yang bertujuan untuk membentuk anak didik agar setelahmereka memperoleh pendidikan itu anak didik dapat meyakini, memahami,menghayati dan mengamalkan seluruh ajaran Islam sehingga mendapatkankebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari penjelasan di atas dapat ditemukan beberapa hal yang perludiperhatikan dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, yaitu :1. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan,
pembelajaran, atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas
tujuan yang hendak dicapai.
2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dalam arti ada
yang dibimbing, Dibelajarkani, atau dilatih dalam peningkatan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran Islam.
3. Pendidik atau Guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pembelajaran
atau latihan secara sadar terhadap peseta didiknya untuk mencapai tujuan
pendidikan Agama Islam.
4. Kegiatan pembelajaran PAI yang diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta
didiknya.
Menurut Muhaimin (2002) yang dikutip oleh Nusat Putra, dkk,
26 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis BerdasarkanPendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. ke. 5, h. 8
27 Abdul Majid, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, Jurnal, Guru BesarUniversitas Pendidikan Indonesia.
26
berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam pada dasarnya menyentuh tiga aspek
secara terpadu, yaitu: (1) knowing, yakni agar para peserta didik dapat mengetahui
dan memahami ajaran dan nilai-nilai agama; (2) doing, yakni agar peserta didik
dapat mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai agama; dan (3) being, yakni agar
peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama.28
Berdasarkan definisi mengenai pendidikan agama islam maka teori-teori
pendidikan Islam sekurang-kurangnya haruslah membahas hal-hal sebagai
berikut:
a. Pendidikan dalam keluarga:
1) Aspek jasmani
2) Aspek akal
3) Aspek hati
b. Pendidikan dalam masyarakat
1) Aspek jasmani
2) Aspek akal
3) Aspek hati
c. Pendidikan di sekolah
1) Aspek jasmani
2) Aspek akal
3) Aspek hati29
2. Ciri-ciri Hasil Belajar
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
28 Nusa Putra dan Santri Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 3
29 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya:2010), Cet. IX, h. 32
27
mengerti menjadi mengerti.30 Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan
dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah,
kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi perubahan tingkah
laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak
termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang
bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung
terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar
menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapat
menulis. Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga kecakapan
menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan
tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin
baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha
individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan
yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk
perubahan dalam pengertian belajar.
30 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Cet. 11,h. 30
28
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk
beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan
sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian
belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau
permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan
bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano
setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan akan terus dimiliki dan bahkan
makin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya
sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik,
atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perubahan
belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah
ditetapkannya.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.31
3. Faktor-faktor Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat
terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Yudi
31 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Cet. 3, h.15-16
29
Munandi mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil siswa terdiri
dari dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal.32 Keduanya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor internal
1) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan
hasil belajar.
2) Faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki
kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan
dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada
proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor psikologis
yang diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif
dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan. Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan
hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan
dapat pula berupa lingkungan sosial.
2) Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana
dan fasilitas, dan guru.
4. Fungsi Hasil Belajar
Menurut Arikunto secara sistematis dapat dikemukakan bahwa laporan
tentang siswa bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
a. Siswa sendiri
Secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat dari apa yang telah
mereka lakukan, entah hasil itu menggembirakan atau mengecewakan. Jika
32 Yudi Munandi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. (Jakarta: Gaung PersadaPress, 2010), Cet. III, h. 24
30
siswa mendapat informasi bahwa jawabannya salah, maka lain kali ia tidak
akan menjawab seperti itu lagi.
b. Guru yang mengajar
Seperti halnya siswa yang ingin tahu akan hasil usahanya, guru yang
mengajar siswa itu pun ingin mengetahui hasil u saha yang telah dilakukan
terhadap siswa. Dengan melihat pada catatan laporan kemajuan siswa, maka
guru akan dengan tenang mengamati hasil tersebut. Daftar nilai yang disimpan
oleh guru masih merupakan catatan sementara, dan masih bersifat rahasia.
Tetapi laporan kemajuan siswa yang berupa rapor atau STTB (Surat Tanda
Tamat Belajar) sudah merupakan laporan resmi yang bersifat tetap dan
terbuka.
Oleh karena laporan ini merupakan titik tolak bagi guru untuk
menentukan langkah selanjutnya, maka laporan ini harus dibuat sejujur dan
setepat mungkin.
c. Guru lain
Yang dimaksud dengan guru lain di sini adalah guru yang akan
menggantikan guru yang mengajar terdahulu karena siswa tersebut sudah naik
kelas atau adanya perpindahan baik siswa yang pindah atau guru yang pindah
ke tempat lain.
Apabila tidak ada catatan atau laporan mengenai siswa, maka guru
yang menggantikan mengajar akan tidak tahu bagaimana meladeni atau
memperlakukan siswa tersebut.
d. Petugas lain di sekolah
Siswa yang berada di suatu sekolah, sebenarnya bukan hanya
merupakan asuhan atau tanggung jawab guru yang mengajar saja. Kepala
sekolah, wali kelas, dan guru pembimbing, ketiganya merupakan personal-
personal penting yang juga memerlukan catatan tentang siswa. Dengan
demikian maka hasil belajar siswa akan diperhatikan dan dipikirkan oleh
beberapa pihak.
e. Orang tua
31
Secara alamiah, orang tualah yang mempunyai tanggung jawab utama
terhadap pendidikan anak. Akan tetapi karena berkembangnya pengetahuan
secara pesat, menyebabkan orang tua tidak mampu lagi menguasai seluruh
ilmu yang ada.
Dengan menyerahkan ke sekolah ini tidak berarti bahwa orang tua
dapat lepas pemikiran dan menyerahkan cita-citanya kepada guru. Orang tua
masih tetap merupakan penanggung jawab utama, dan masih pula menentukan
cita-cita bagi anaknya. Itulah sebabnya maka orang tua masih ingin selalu
mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari, yang dapat dilihatnya melalui
laporan yang dibuat oleh guru.33
33 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2012), Cet. I, h. 316-318
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pasarminggu Jakarta Selatan yang
berlokasi di Jln. Asem Komp Pejaten Indah II Kebagusan Pasarminggu
Jakarta Selatan.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan mulai bulan Februari
sampai dengan selesai.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, merupakan penelitian
yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran
umum tentang suatu fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau
andaian, dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola fikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan
jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori
yang digunakan adalah untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik
yang hendak digunakan.1
C. Populasi dan Sampel
Pengertian populasi menurut Singarimbun yang dikutip oleh Iskandar
“adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang
akan diduga”.2
Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa
berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas,
1 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013), Cet. 5,h. 17
2 Ibid., h. 69
33
oragnisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah “kumpulan dari
sejumlah elemen”. 3 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa
SMP Pasarminggu Jakarta Selatan kelas IX yang berjumlah 100 siswa.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif
atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati.
Penelitian terhadap sampel biasanya disebut studi sampling.4 Dalam penelitian ini
penulis mengambil sampel dengan system kelompok atau cluster sampling.
Sampel ini digunakan apabila populasi cukup besar, sehingga perlu dibuat
beberapa kelas atau kelompok. Dengan demikian, dalam sampel ini uni
analisisnya bukan individu tetapi kelompok atau kelas yang terdiri atas sejumlah
individu.5 Mengingat keterbatasan waktu penulis mengambil sampel berjumlah 40
siswa kelas IX. Dengan cara seperti ini, maka diharapkan setiap anggota dari
populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk di pilih sebagai sampel
penelitian.
Setelah angket yang diberikan kepada responden telah dikembalikan, tahap
berikutnya adalah penyuntingan (editing) yaitu memeriksa angket yang telah
dikembalikan oleh responden dalam tahap untuk mengelola data.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu:
1. Variabel X sebagai variabel bebas (independent variable), yaitu
keteladanan beragama orang tua.
2. Variabel Y sebagai variabel terikat (dependent variable), yaitu hasil
belajar Pendidikan Agama Islam.
3 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT SinarBaru, Algensindo 2001), Cet. 2, h. 84
4 Iskandar, op.cit., h.1315 Nana Sudjana dan Ibrahin, op.cit., h. 92
34
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian dapat
menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan
mengamati langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan
yang meliputi melihat, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat
kejadian. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi
pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek yang
dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang
sedang dilakukan.
Observasi terlebih dahulu harus menetapkan aspek-aspek tingkah laku
apa yang hendak diobservasi, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam
pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat
sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian, mengenai gejala yang
nampak dari perilaku individu yang diobservasi, bisa pula dalam bentuk
memberi tanda cek list pada kolom jawaban hasil observasi, jika pedoman
observasi yang dibuat telah disediakan jawabannya (berstruktur).6
2. Wawancara
Untuk memperoleh data yang memadai sebagai Cross Ceks, peneliti
juga menggunakan teknik wawancara dengan subyek yang terlibat dalam
interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi dan
mengetahui informasi untuk mewakili obyek penelitian.7
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan
guru untuk mengetahui kemampuan guru dalam pengelolaan kelas selama
proses pembelajaran berlangsung.
6 Nana Sudjana dan Ibrahim, op.cit., h. 1097 Iskandar, op.cit., h. 78
35
3. Angket (Kuesioner)
Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis,
sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang variabel-variabel yang
diteliti. Penyebaran kuesioner atau angket kepada subjek penelitian bertujuan
untuk memperoleh data atau informasi mengenai masalah penelitian yang
menggambarkan varibel-variabel yang diteliti.8
Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh
data tentang keterkaitan antara keteladanan beragama orang tua dengan hasil
belajar Pendidikan Agama Islam siswa.
Skala pengukuran dari angket yang disebarkan kepada responden
menggunakan skala likert. Skala Likert atau skala psikometrik yang umum
digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak
digunakan dalam riset berupa survei. Skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena atau gejala sosial yang terjadi, hal ini secara spesifik telah
ditetapkan oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian.9
Pertanyaan atau pernyataan akan dijawab oleh responden berbentuk
skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat posittif dan sangat negatif
yang diungkapkan melalui kata-kata sebagai berikut:
Tabel 1
Instrumen skala likert
Pernyataan Positif
Selalu 4
Sering 3
Kadang-kadang 2
Tidak pernah 1
8 Ibid.9 Ibid., h. 83
36
4. Tes
Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari
petunjuk yang diberikan misalnya: melingkari salah satu huruf di depan
pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan
tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.10
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data
yaitu angket (kuesioner) mengenai keteladanan beragama orang tua dan
menggunakan tes soal pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar siswa.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji
korelasi, uji signifikansi dan koefisien determinasi. secra rinci dijabarkan sebagai
berikut:
1. Deskriptif data
Untuk menjelaskan gambaran dalam penelitian ini berikut akan
dijabarkan deskripsi data berupa rentang sekor, rata-rata, standar deviasi, dan
modus. Selain itu, data akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan
histogram untuk memperjelas deskripsi masing-masing variabel yang diteliti.
Skala data nominal menghasilkan data dalam bentuk kategori jawaban
yang bisa dihitung jumlahnya dan dilukiskan dalam tabel frekuensi jawaban.
Demikian juga data interval dalam bentuk skor-skor hasil pengukuran dapat
dibuat kategori skor sehingga bisa dibuat dalam bentuk tabel distribusi skor.
Untuk mengukur frekuensi digunakan rumus persentase sebagai
berikut:
10 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),Edisi 2, h. 67
37
P =
Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah jawaban responden
N = Jumlah responden
2. Uji Korelasi
Konsep analisis korelasi dapat dipahami melalui salah satu bentuk
korelasi yang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan teknik korelasi
“product-moment” Person-r untuk melihat korelasi antara bariabel bebas
dengan variabel terikat.11
Rumus Product Moment yaitu:
Keterangan:
rxy = Angka Indeks korelasi “r” Product Moment
N = Number of Cases
XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
X = Jumlah seluruh skor X
Y = Jumlah seluruh skor Y
Nilai r mempunyai interval antara +1.00 dan -1.00, oleh karena itu,
korelasi sempurna jarang ditemukan dalam penelitian, sebagai indeks korelasi
11 Iskandar, op.cit., h. 130
38
mempunyai nilai antara -1 hingga +1. Seperti diagram sebagai berikut:
Tabel 2
Interprestasi Nilai Korelasi Variabel Penelitian
Korelasi Tingkat Hubungan.80 hingga 1.00 atau -.80 hingga -1.00 Sangat Kuat
.60 hingga .799 atau -.60 hingga -.799 Kuat
.40 hingga .599 atau -.40 hingga -.599 Sedang
.20 hingga .399 atau -.20 hingga -.399 Rendah
.01 hingga .199 atau -.01 hingga -.199 Sangat Rendah
.00 Tidak KorelasiSumber: Iskandar (2013: 83)
3. Koefesien Deteminasi
Untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel dependen
terhadap variabel independen digunakan analisis koefisien determinasi dimana
langkah perhitungannya sebagai berikut:
Rumus Koefesien Determinan
KD = R2 x 100%
Keterangan:
KD = Konstribusi variabel X terhadap variabel Y
R2 = Koefesien korelasi antara variabel X terhadap variabel Y
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Gambaran Umum SMP Pasarminggu
Nama Sekolah : SMP Pasarminggu
Tahun Berdiri : 1979
Kepemilikan Tahah : Yayasan
Luas Tanah : 1660 m2
Luas Tanah Bangunan : 1060 m2
Pendiri :
- Ketua : Kolonel, H. Suwardi Tirtosudarmi
- Wakil Ketua : Comodor (AL) H. Sujendro
- Sekertaris : H. Muhamamad Alakfi, SH
- Bendahara : Drs. H. Soetadi
Alamat : Jl. Asem Pejaten Indah II Pasarminggu Jakarta
Selatan
Jumlah siswa :
- Kelas VII : 146 siswa
- KelasVIII : 150 siswa
- Kelas IX : 100 siswa
Jumlah Guru : 23 guru
Jumlah TU : 9
2. Visi, Misi dan Moto SMP Pasarminggu
Visi :
“Terwujudnya tamatan SMP Pasarminggu yang, berilmu dilandasi iman dan
taqwa“
Misi:
1. Memperbaiki proses pembelajaran dengan metode tepat guna
2. Melaksanakan kurikulum yang sesuai standar yang ada
40
3. Memperbaiki peserta didik ilmu yang dibutuhkan sesuai dengan
lingkungannya
Moto:
“Pengetahuan adalah Kekuatan”
3. Sarana dan Prasarana SMP Pasarminggu
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah
tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai disertai
pemanfaatan dan pengelolaan secara optimal.
Sebagaimana ditetapkan dalam UU sisdiknas No 20/2003 Bab XII
pasal 45 ayat 1 dijelaskan bahwa: "Setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik".
Ruang kelas
Ruang perpustakaan
Ruang laboratorium biologi
Ruang laboratorium fisika
Ruang laboratorium kimia
Ruang laboratorium computer
Ruang laboratorium bahasa
Ruang pimpinan
Ruang guru
Ruang tata usaha
Tempat beribadah,
Ruang konseling
Ruang UKS
Ruang organisasi kesiswaan
Toilet
Gudang
41
Ruang sirkulasi
Tempat bermain/berolahraga
4. Struktur Organisasi dan Fungsi
Sebagai mana diketahui bahwa struktur organisasi adalah
penggambaran struktur kerja dari suatu organisasi, penggambaran ini
dimaksudkan untuk mempermudah dalam koordinasi setiap bagian dari
satuan kerja personil dalam melakukan tugas dan fungsi organisasi.
Penggambaran struktur organisasi pada SMP Pasarminggu adalah
sebagai berikut :
Gambar 1Struktur Organisasi
Kepala Sekolah
Wakil KepalaSekolah
Wk. UrusanKurikulum
Wk. UrusanKesiswaan
Wk. UrusanPrasarana
Wk. UrusanHumas
Wali Kelas
GuruKurikulum
Siswa
42
Uraian Fungsi dan Tugas
Dari susunan struktur organisasi dapat dijelaskan tugas dan fungsi
dari masing-masing yaitu :
a. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah
• Sebagai Edukator bertugas melaksanakan proses Belajar mengajar
secara efektif dan efisien (lihat tugas guru).
• Kepala sekolah selaku manajer mempunyai tugas menyusun
perencanaan.
• Bertanggung jawab penuh terhadap sekolah.
• Menyelenggarakan supervisi mengenai proses belajar mengajar.
b. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah
• Membantu Kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai
menyusun perencanaan.
• Membuat program kegiatan dan pelaksanaan program.
• Membantu Kepala sekolah dalam urusan-urusan kurikulum,
kesiswaan, sarana prasarana, dan hubungan dengan masyarakat.
c. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum
• Menyusun Program Pembelajaran.
• Menyusun pembagian tugas guru.
• Menyususn jadwal pelajaran.
• Melakukan pengecekan kehadiran guru dalam kegiatan mengajar
setiap jam pelajaran.
• Menanggulangi kelas yang gurunya tidak hadir dalam KBM dengan
cara menghadirkan invaler berserta tugasnya.
• Mengatur pengadaan dan pengelolaan daftar hadir guru dalam proses
pembelajaran.
• Menyusun jadwal evaluasi belajar.
• Menyusun pelaksanaan Ujian Nasional (UAN).
• Menetapkan kreteria persyaratan naik kelas/tidak naik kelas.
• Menetapkan jadwal penerimaan buku laporan pendidikan (Rapor) dan
pemeberian Ijazah serta Surat Tanda Lulus.
43
• Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan perangkat/
administrasi pembelajaran.
• Membantu pengadaan administrasi guru, wali kelas yang
berhubungan dengan proses pembelajaran dan urusan kurikulum.
• Menyediakan buku kemajuan kelas.
• Mengatur pengadaan bahan laporan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar dan urusan
kurikulum.
• Mengumpulkan dan mendistribusikan informasi mengenai segala
sesuatu yang perlu diketahui atau dilaksanakan dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
• Menyusun laporan pelaksanaan pembelajaran.
d. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan
• Menyusun Program Pembinaan Kesiswaan (OSIS)
• Melaksanakan Bimbingan, Pengarahan dan Pengendalian kegiatan
siswa/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin dan tertib sekolah
• Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin dan tata tertib
siswa serta menanggulangi segala kendalanya
• Membina dan melaksanakan koordnasi keamanan, dan kebersihan,
ketertiban, keindahan, kerindangan, dan kekeluargaan
• Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OSIS
• Melakukan pembinaan dan pembimbingan pengurus OSIS
• Melakukan pembinaan dan pembimbingan pengurus OSIS dalam
berorganisasi serta memantau realisasi kegiatannya
• Memberikan bantuan secara aktif dalam realisasi pelaksanaan
Anggaran Dasar, Penyempurnaan Anggaran Rumah Tangga dan
realisasi kegiatannya
• Menyusun Progaram dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan
insidental
• Melaksanakan Pemilihan calon siswa Teladan dan calon siswa
penerima bea siswa
44
• Mengadaka pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan
di luar sekolah
• Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala
• Mengatur/mengurus mutasi siswa
e. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah Urusan Hubungan Massa
(HUMAS)
• Menyusun Program Kerja Humas
• Memberikan penjelasan tentang kebijaksanaan sekolah, situasi dan
perkembangan sekolah sesuai dengan pendelegasian Kepala Sekolah
• Mengatur dan menyelenggarakan hubungan baik antara sekolah
dengan Komite Sekolah
• Menampung saran-saran dan pendapat masyarakat demi kemajuan
sekolah
• Mengatur dan menyelenggarakan hubungan antara sekolah dengan
orang tua/wali murid
• Membina hubungan baik antar sesama personal sekolah, siswa
dengan personal sekolah dan antarsesama siswa di sekolah
• Mengkoordinasikan segala aspek dari setiap urusan / bidang yang
akan diinformaskan kepada orang tua / wali atau Dinas Instansi lain
baik negeri maupun swasta
• Membantu mewujudkan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang
berhubungan dengan usaha dan kegiatan pengabdian masyarakat
• Melayani pelayanan terhadap Tamu Dinas, yang berkepentingan
dengan Kepala Sekolah, Guru, Siswa dan warga sekolah pada
umumnya.
• Menengani surat-surat undangan dinas baik kedalam maupun keluar
45
• Menunjukkan guru untuk menjadi notulis dalam rapat Dinas an rapat
persekolahan lainnya serta mempersiapkan/menyimpan Buku Notulen
Rapat.
• Membuat konsep-konsep Surat Dinas dan surat-surat lainnya yang
berhubungan dengan urusan Humas serta mengarsipkannya
• Menjalin kerjasama kemitraaan antara sekolah dengan instansi lain
• Menyerap segala informasi baik dari sekolah maupun luar sekolah
guna peningkatan pendidikan
• Melaksanakan pemanggilan kepada orang Tua/Wali Siswa bagi siswa
yang tidak masuk sekolah dan atau melakukan pelanggaran, tata tertib
sekolah, bekerjasama dengan wali kelas, Guru BK, dan guru bidang
studi.
• Turut serta memantau prestasi guru dan personal sekolah lain serta
membuat rekapitulasinya guna kepentingan penilaian kinerja pegawai
dan pendanaannya
• Turut serta memantau prestasi siswa dan membuat rekapitulasinya
guna peningkatan disiplin serta pembinaan dan pembimbingan siswa
• Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan kepada orang tua/wali
siswa
• Menyusun laporan pelaksanaan hubungan massa secara berkala
f. Tugas dan Fungsi Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana
• Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
• Mengatur pengadaan denah sekolah, organigram, papan data, kohor,
atribut, label, dan lain-lain yang berhubungan dengan keperluan
sekolah
• Mengadministrasikan pendayagunaan sarana dan prasarana sekolah
• Pengelolaan pembiayaan alat-alat pembelajaran
• Mengatur dan atau mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan
dan atau rehabilitasi gedung ,ruangan, halaman, kebun, meubeler,
sarana prasarana sekolah lainnya
46
• Melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap sarana sekolah (barang
habis pakai/barang tidak habis pakai) serta peningkatan ketertiban
administrasinya
• Menyusun laporan pelaksanaan Urusan / bidang Sarana dan Prasarana
secara berkala
g. Tugas dan Fungsi Guru :
• Membuat perangkat pengajaran
• Melaksanakan kegiatan pembelajaran
• Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian,
ulangan umum, ujian akhir.
• Melaksanakan analisis hasil ulangan harian.
• Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
h. Tugas dan Fungsi Wali Kelas
• Membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai
pengelolaan kelas.
• Penyelenggaraan administrasi kelas.
• Pengisian daftar kumpulan nilai siswa.
i. Tugas dan Fungsi Siswa
• Penyelenggaran proses pembelajaran tugas harian, ulangan harian,
UAS dan UAN.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskripsi Keteladanan Beragama Orang Tua
Tabel 1Orang tua rajin melaksanakan ibadah shalat 5 waktu setiap hari
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 7 17,5Sering 7 17,5Kadang-kadang 26 65,0Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
47
Tabel 2Orang tua selalu mengajak untuk melaksanakan shalat berjamaah
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 15 37,5Sering 10 25,0Kadang-kadang 15 37,5Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 3Setiap selesai ibadah shalat, orang tua selalu berdo’a dan dzikir terlebih dahulu
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 1 2,5Sering 12 30,0Kadang-kadang 27 67,5Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 4Orang tua selalu melaksanakan ibadah puasa pada bulan ramadhan
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 19 47,5Sering 21 52,5Kadang-kadang - -Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 5Orang tua membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 8 20,0Sering 13 32,5Kadang-kadang 19 47,5Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
48
Tabel 6
Orang tua selalu mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan shalatapabila sudah memasuki waktu shalat
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 10 25,0Sering 11 27,5Kadang-kadang 19 47,5Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 7
Orang tua sering memberi keteladanan untuk menutup auratkepada anaknya
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 14 35,0Sering 8 20,0Kadang-kadang 17 42,5Tidak pernah 1 2,5
Jumlah 40 100
Tabel 8
Orang tua selalu memberikan teguran kepada anak-anaknyaapabila tidak mengaji dan belajar
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 16 40,0Sering 11 27,5Kadang-kadang 13 32,5Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
49
Tabel 9
Orang tua selalu membantu apabila saya mengalami kesulitan dalam shalat,mengaji dan belajar
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 10 25,0Sering 13 32,5Kadang-kadang 17 42,5Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 10
Apabila orang tua maupun anda sendiri mendapat rejeki lebih dari Allah,memberi keteladanan untuk menabung
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 13 32,5Sering 11 27,5Kadang-kadang 12 30,0Tidak pernah 4 10,0
Jumlah 40 100
Tabel 11
Orang tua anda selalu memberi contoh untuk selalu berinfaqkepada yatim piatu
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 19 47,5Sering 7 17,5Kadang-kadang 13 32,5Tidak pernah 1 2,5
Jumlah 40 100
50
Tabel 12
Apabila ada penarikan iuran atau sumbangan untuk membangun masjidatau mushola orang tua anda ikhlas dan senang untuk menyumbang
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 10 25,0Sering 13 32,5Kadang-kadang 17 42,5Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 13Apabila di dalam keluarga ada yang mendapat musibah/cobaan,orang tua anda sabar dan ikhlas menghadapi dan menerimanya
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 11 27,5Sering 8 20,0Kadang-kadang 19 47,5Tidak pernah 2 5,0
Jumlah 40 100
Tabel 14Orang tua anda selalu berbicara baik dan sopan kepada keluarga
maupun orang lain
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 17 42,5Sering 2 5,0Kadang-kadang 20 50,0Tidak pernah 1 2,5
Jumlah 40 100
51
Tabel 15
Orang tua selalu menjaga kebersihan dirumah maupun di lingkungan
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 19 47,5Sering 7 17,5Kadang-kadang 14 35,0Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 16
Ketika ada saudara atau tetangga yang sakit, orang tua andamenengok keluarga untuk menjenguknya
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 19 47,5Sering 13 32,5Kadang-kadang 8 20,0Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 17
Apabila tetangga ada yang meminjam sesuatu seperti uang atau barang,orang tua bersedia meminjamkannya bila ada
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 22 55,0Sering 6 15,0Kadang-kadang 12 30,0Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
52
Tabel 18
Orang tua selalu mengikuti pengajian yang ada di lingkungan
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 11 27,5Sering 17 35,0Kadang-kadang 11 27,5Tidak pernah 4 10,0
Jumlah 40 100
Tabel 19
Orang tua selalu ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan gotong royongdi lingkungan RT
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 9 22,5Sering 15 37,5Kadang-kadang 16 40,0Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Tabel 20
Orang tua selalu menegur apabila saya melakukan perbuatanyang tidak baik
Alternativejawaban F Persen (%)
Selalu 8 20,0Sering 14 35,0Kadang-kadang 18 45,0Tidak pernah - -
Jumlah 40 100
Jika dibuat tingkat atau level persepsi siswa tentang keteladanan beragama
orang tua pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebanyak 40 siswa adalah
sebagaimana dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
53
Tabel 21
Indeks Tingkat Keteladanan Orang Tua
No. Rentang PerolehanNilai Hasil Belajar
Tingkat NilaiHasil
JumlahSiswa %
1 70-79 Sangat Tinggi 6 15%
2 60-69 Tinggi 10 25%
3 50-59 Sedang 16 40%
4 40-49 Rendah 8 20%
Jumlah 40 100
Berdasarkan perhitungan perolehan nilai keteladanan beragama orang tua
menunjukkan bahwa skor hasil berada pada rentang 50-59 yaitu 40% dari jumlah
siswa sebanyak 40 orang yaitu menunjukkan skor yang tertinggi pada posisi
Sedang. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan beragama orang tua sedang atau
cukup.
2. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Deskripsi data hasil penelitian tentang hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam penulis menggunakan hasil tes soal pada mata
pelajaran PAI di SMP Pasarminggu Jakarta Selatan, rentang skor angka nilai hasil
belajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 22
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PAI (Variabel Y)
Frequency PersenValid 42 1 2.5
44 2 5.047 1 2.549 4 10.050 2 5.051 1 2.552 1 2.553 2 5.054 1 2.5
54
55 2 5.056 2 5.057 2 5.058 1 2.559 2 5.060 1 2.561 2 5.062 1 2.564 2 5.065 1 2.566 1 2.568 2 5.070 1 2.571 2 5.073 2 5.074 1 2.5
Total 40 100
Jika dibuat tingkat atau level hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam sebanyak 40 siswa adalah sebagaimana dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 23
Tingkat Hasil Belajar
No. Rentang PerolehanNilai Hasil Belajar
Tingkat NilaiHasil
JumlahSiswa %
1 65 – 74 Sangat Tinggi 5 12,5%
2 55 – 64 Tinggi 15 37,5%
3 45 – 54 Sedang 10 25%
4 35 – 44 Rendah 10 25%
Jumlah 40 100
Berdasarkan perhitungan perolehan nilai hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam menunjukkan bahwa skor hasil belajar siswa
pada rentang 55-64 yaitu 37,5% dari jumlah siswa sebanyak 40 orang yaitu
menunjukkan skor yang tertinggi pada posisi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil belajar cukup baik.
55
3. Analisis Data
Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel X (keteladanan
beragama orang tua) dengan variabel Y (hasil belajar siswa) dengan menggunakan
rumus Product Moment. Penghitungannya adalah sebagai berikut:
Tabel 24
Variabel Keteladanan beragama orang tua (X)dan Variabel Hasil belajar siswa (Y)
Resp. X Y X2 Y2 XY1 53 45 2809 2025 23852 50 40 2500 1600 20003 68 50 4624 2500 34004 56 40 3136 1600 22405 64 55 4096 3025 35206 47 45 2209 2025 21157 49 50 2401 2500 24508 74 65 5476 4225 48109 71 60 5041 3600 4260
10 58 50 3364 2500 290011 65 60 4225 3600 390012 44 40 1936 1600 176013 66 65 4356 4225 429014 50 55 2500 3025 275015 64 60 4096 3600 384016 51 35 2601 1225 178517 73 65 5329 4225 474518 73 65 5329 4225 474519 55 60 3025 3600 330020 57 55 3249 3025 313521 59 60 3481 3600 354022 54 55 2916 3025 297023 70 60 4900 3600 420024 68 55 4624 3025 374025 44 40 1936 1600 176026 49 60 2401 3600 2940
56
27 56 65 3136 4225 364028 59 40 3481 1600 236029 61 45 3721 2025 274530 61 45 3721 2025 274531 55 40 3025 1600 220032 42 35 1764 1225 147033 71 60 5041 3600 426034 57 55 3249 3025 313535 53 45 2809 2025 238536 49 40 2401 1600 196037 52 45 2704 2025 234038 49 40 2401 1600 196039 60 50 3600 2500 300040 62 55 3844 3025 3410 2319 2050 137457 108500 121090
Diketahui:
N = 40 ∑X2 = 137457
∑X = 2319 ∑Y2 = 108500
∑Y = 2050 ∑XY = 121090
Untuk menghitung korelasi antara variabel X dengan variabel Y, data di
atas akan diuji dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
22 )(.)(.
))((.
22 YYXX
YxXYxy
NN
Nr
22 )2050(10850040)2319(13745740)2050)(2319(12109040
420250043400005377761549828047539504843600
13750012051989650
57
0165713625089650
8042.12872989650
r = 0.696
Berdasarkan perhitungan korelasi tersebut diketahui bahwa korelasi antara
keteladanan beragama orang tua dengan hasil belajar siswa SMP Pasarminggu
sebesar = 0,696.
Nilai indeks koefisien korelasi sebesar 0,696 ternyata terletak antara 0,60 –
0,799. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan sebelumnya, dikatakan
bahwa nilai 0,696 dalam kategori tingkat korelasi yang tergolong kuat. Dengan
demikian secara sederhana dapat diberikan kesimpulan bahwa terdapat korelasi
positif antara keteladanan beragama orang tua dengan hasil belajar siswa SMP
Pasarminggu dan tingkat korelasinya kuat.
Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi dari variabel X terhadapvariabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau “r” hitung sebesar = 0,696tersebut diinterpretasikan berapa prosentase variansi variabel pertama berasosiasidengan variansi variabel kedua. Artinya, berapa persen variansi keteladananberagama orang tua (variabel X) berasosiasi dengan variansi hasil belajar siswa(variabel Y). Ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus KoefisienDeterminasi yakni merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yangdinyatakan dengan rumus sebagai berikut:KD = r2 x 100%
= 0,6962 x 100%
= 0,484 x 100%
= 48,4 %
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui besar koefisien determinasi
yaitu 48,4% yang berarti bahwa keteladanan beragama orang tua mempunyai
pengaruh sebesar 48,4% terhadap hasil belajar siswa SMP Pasarminggu,
sedangkan sisanya 51,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas pada
penelitian ini.
58
4. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi keteladanan beragama orang tua siswa SMP
Pasarminggu dengan pengambilan sampel berjumlah 40 siswa, menunjukkan
bahwa skor yang tertinggi pada posisi sedang yaitu 40% dengan rentang nilai 50-
59. Hal ini menggambarkan bahwa keteladanan beragama orang tua belum cukup
baik, oleh karena itu diperlukan kerja sama dengan orang tua siswa.
Berdasarkan deskripsi data hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam diatas, menunjukkan bahwa skor hasil belajar siswa
pada rentang 55-64 yaitu 37,5% dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang yaitu
menunjukkan skor yang tertinggi pada posisi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil belajar cukup baik.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara keteladanan beragama orang
tua (variabel X) dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (variabel Y) menunjukkan dengan tingkat korelasi R (rxy) sebesar 0,696
terletak antara 0,60 – 0,799 yaitu tingkat korelasi yang tergolong kuat. Nilai R
Square/(Koefesien Diterminasinya) adalah 48,4%, ini berarti keteladanan
beragama orang tua mempunyai pengaruh sebesar 48,4%, sedangkan sisanya
51,6% dipengaruhi oleh faktor lain.
Di karenakan banyaknya faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar
siswa, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal sangat
mempengaruhi hasil belajar seorang siswa walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa
faktor eksternal mempunyai andil dalam menentukan hasil belajar. Karena hasil
belajar merupakan hasil dari usaha belajar yang dilakukan oleh siswa yang
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dalam penelitian ini keteladanan beragama orang tua berpengaruh
terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam yaitu dengan berkorelasi yang
kuat. Orang tua yang saleh, yang menjalankan ajaran-ajaran agama akan
membawa dampak positif bagi anak dalam mengamalkan ajaran agama tersebut.
Karena anak adalah peniru yang baik dan ia akan melakukan sesuai dengan apa
yang ia lihat dan apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Hal ini ditegaskan oleh
M. Nur Abdul Hafizh bahwa, “Anak akan selalu melihat apa yang tengah
59
dilakukan kedua orang tuanya dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku
seperti mereka. Hingga jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya berlaku
jujur, maka hal itu akan membentuk mereka menjadi orang yang jujur pula.
Demikian pula sebaliknya”.1
1 M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997),Cet. ke-1, h. 291
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah di paparkan sebelumnya,
maka dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut:
1. Secara umum keteladanan beragama merupakan hal-hal yang dapat ditiru,
diikuti, atau dicontoh dari seseorang yang dapat dijadikan sebagai metode
pendidikan, yaitu keteladanan yang baik yang sesuai dengan pengertian uswah
dalam ayat-ayat al-Qur‘an. Adapun hasil yang diperoleh dari keteladanan
beragama orang tua siswa kelas IX pada SMP Pasarminggu ini ditunjukkan
dengan nilai rata-rata skor dari penelitian untuk variabel keteladanan
beragama orang tua yang diperoleh sebesar 40%, nilai tersebut dalam kategori
cukup baik.
2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Adapun hasil belajar siswa kelas IX pada SMP Pasarminggu hal ini
ditunjukkan dengan memperoleh nilai rata-rata skor penelitian variabel hasil
belajar pada posisi yang tinggi yaitu sebesar 37,5%.
3. Terdapat hubungan positif antara variabel X (keteladanan beragam orang tua)
dan variabel Y (hasil belajar), dengan perolehan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,696. Dengan perolehan nilai tersebut hubungan kedua variabel
dikategorikan sebagai hubungan yang kuat. Hubungan yang positif tersebut
dinyatakan dengan adanya kontribusi variabel X (keteladanan beragama orang
tua) terhadap variabel Y ( hasil belajar) melalui koefisien determinasi. Dari
perhitungan koefisien determinasinya adalah 48,4% hal ini di cerminkan
bahwa keteladanan beragama orang tua dapat memberikan kontribusi atas
hasil belajar siswa sebesar 48,4%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal yang
penulis sarankan yaitu:
61
1. Untuk orang tua hendaknya:
a. Memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya sebab bagaimanapun
juga anak adalah peniru ulang.
b. Memperhatikan pendidikan anak-anak, sehingga anak tidak ketinggalan
mengenai ilmu agama maupun ilmu pengetahuan.
c. Membiasakan situasi pergaulan keluarga yang mencerminkan tingkah laku
orang yang agamais, sehingga apa yang dapat dihayati anak setiap harinya
menunjukkan pengaruh yang bernilai agama.
d. Bijaksana dalam menghadapi anak-anaknya, karena setiap anak
mempunyai sifat dan bakat sendiri-sendiri.
2. Kepada pihak sekolah:
a. Sebagai penyelengara pendidikan pihak sekolah harus lebih fokus dalam
membina kepribadian anak, karena lingkungan sekolah juga
mempengaruhi pembentukan kepribadian anak muslim.
b. Meningkatkan komunikasi dan mengajak orang tua untuk mampu menjadi
orang yang baik. Karene untuk menididik diperlukan contoh atau teladan.
c. Membiasakan shalat berjama’ah disekolah, baik peserta didik maupun
guru dan karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi sikap dalam
melaksanakan shalat berjama’ah dan tepat waktu.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir, Tafsir Ibnu Kasir, Terj.Bahrun Abu Bakar, Juz 26, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000
an-Nahlawi, Abdurrahman, “Ushulut Tarbiyah al-Islamiyah wa Asalibuha fi baitiwal madrasati wal mujtama”, Terj. Shihabuddin, Pendidikan Islam diRumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995.
Arifin, H.M., Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis BerdasarkanPendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. ke. 5
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,2012, Edisi 2
ar-Rifa’i, Muhammad Nasib, Taisiru al-Aliyyul Qadir Li Ikhtishari Tafsir IbnuKatsir, Terj., Drs. Syihabudin, M.A., Kemudahan Dari Allah RingkasanTafsir Ibnu Katsir, Jilid 3, Jakarta: Geema Insani Press,1989
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, Cet. 3
Hafizh, M. Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: Al-Bayan,1997, Cet. ke-1
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010,Cet. 11
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: Referensi, 2013
Kartono, Kartini, Kamus Psikologi, Bandung: Satelit, 1987
Majid, Abdul, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, Jurnal, GuruBesar Universitas Pendidikan Indonesia.
Munandi, Yudi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: GaungPersada Press, 2010, Cet. III.
Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. 11
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: RemajaRosdakarya, 2000, cet.12
Putra, Nusa dan Santri Lisnawati, Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, Cet. I
Quthub, Sayid, Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, dkk, Di Bawah NaunganAl-Qur’an, Jilid 11, Jakarta: Gema Insani, 2004
63
Rusn, Abidin Ibn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Yogyakarta:Pustaka Pelajar,1998
Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers,2011, Cet. 19
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang,2003, Cet. ke 9
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: PTSinar Baru, Algensindo 2001, Cet. 2
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2010
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: RemajaRosdakarya: 2010, Cet. IX
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia,Jakarta; Pusat Bahasa, 2008
ANGKET PENELITIAN
KETELADANAN BERAGAMA ORANG TUA
I. Identitas
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
II. Petunjuk Umum
1. Isilah biodata diri kamu di atas terlebih dahulu.
2. Bacalah tiap pertanyaan dengan teliti sehingga mudah untuk
menjawabnya.
3. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d pada alternatif jawaban
yang dianggap sesuai dengan keadaanmu setiap hari.
4. Pengisian angket ini adalah semata-mata untuk kepentingan penelitian.
5. Jawaban serta identitasmu akan dijamin kerahasiaannya.
6. Sebelum mengisi angket ini, bacalah basmalah terlebih dahulu.
III. Daftar Pertanyaan
1. Orang tua anda rajin melaksanakan ibadah shalat 5 waktu setiap hari
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
2. Orang tua anda selalu mengajak untuk melaksanakan shalat berjamaan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
3. Setiap selesai ibadah shalat, orang tua anda selalu berdo’a dan dzikir terlebih
dahulu
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
4. Orang tua anda selalu melaksanakan ibadah puasa pada bulan ramadhan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
5. Orang tua anda membiasakan membaca al-Qur’an setiap hari
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
6. Orang tua selalu mengingatkan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat
apabila sudah memasuki waktu shalat
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
7. Orang tua anda sering memberi keteladanan untuk menutup aurat kepada
anaknya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
8. Orang tua anda selalu memberikan teguran kepada anak-anaknya apabila tidak
mengaji dan belajar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
9. Orang tua anda selalu membantu apabila saya mengalami kesulitan dalam
shalat, mengaji dan belajar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
10. Apabila orang tua maupun anda sendiri mendapat rejeki lebih dari Allah,
memberi keteladanan untuk menabung
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
11. Orang tua anda selalu memberi contoh untuk selalu berinfaq kepada yatim
piatu
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Apabila ada penarikan iuran atau sumbangan untuk membangun masjid atau
mushola orang tua anda ikhlas dan senang untuk menyumbang
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
13. Apabila di dalam keluarga ada yang mendapat musibah/cobaan, orang tua
anda sabar dan ikhlas menghadapi dan menerimanya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
14. Orang tua anda selalu berbicara baik dan sopan kepada keluarga maupun
orang lain
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
15. Orang tua anda selalu menjaga kebersihan dirumah maupun di lingkungan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
16. Ketika ada saudara atau tegangga yang sakit, orang tua anda mengak keluarga
untuk menjenguknya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
17. Apabila tetangga ada yang meminjam sesuatu seperti uang atau barang, orang
tua bersedia meminjamkannya bila ada
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
18. Orang tua anda selalu mengikuti pengajian yang ada di lingkungan
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
19. Orang tua anda selalu ikut berpartisipasi apabila ada kegiatan gotong royong
di lingkungan RT
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
20. Orang tua anda selalu menegur apabila saya melakukan perbuatan yang tidak
baik
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDENVARIABEL KETELADANAN BERAGAMA ORANG TUA
RespKeteladanan Beragama Orang Tua
Jml1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 4 2 2 2 3 532 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 503 2 3 3 4 4 2 1 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 684 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 2 4 3 2 4 2 2 3 565 2 4 2 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 4 4 3 3 4 646 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 477 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 498 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 749 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 71
10 2 3 2 4 3 4 2 3 2 4 2 2 4 3 4 3 2 4 2 3 5811 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 2 2 4 4 3 4 3 4 3 6512 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4413 2 4 2 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 6614 2 3 3 3 3 2 2 2 3 1 4 2 2 2 2 3 4 1 3 3 5015 4 4 4 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 4 4 2 2 2 4 6416 2 3 2 4 2 4 4 3 2 1 3 2 2 4 2 3 3 1 2 2 5117 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 7318 2 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 7319 2 2 2 4 2 2 2 3 4 3 3 4 2 1 4 4 3 3 3 2 5520 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 3 3 3 5721 3 3 3 3 4 2 3 2 3 4 2 2 4 2 2 2 4 4 3 4 5922 2 2 3 3 2 2 2 4 4 1 2 2 4 2 4 4 4 1 4 2 5423 4 4 2 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 7024 4 4 2 4 2 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 2 6825 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4426 3 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 4927 2 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 4 4 2 3 3 5628 2 4 2 3 2 3 2 4 2 4 2 2 3 4 4 4 4 4 2 2 5929 2 4 2 4 2 4 4 4 2 3 4 4 1 4 4 4 2 3 2 2 6130 2 3 3 4 4 2 2 4 3 4 4 2 3 2 3 3 2 4 3 4 6131 2 4 2 4 2 2 2 2 3 4 1 4 3 2 2 4 3 4 3 2 5532 2 2 2 4 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4233 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 7134 2 2 2 3 2 2 4 4 2 4 4 4 2 2 2 4 4 4 2 2 5735 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 5336 2 2 2 3 2 2 4 3 2 3 2 4 2 2 2 3 2 3 2 2 4937 3 2 2 3 2 2 4 2 3 2 4 3 2 2 3 2 3 3 3 2 5238 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2 2 4939 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 4 3 1 4 4 3 4 4 2 2 6040 2 2 2 3 4 4 2 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 2 3 4 62