BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
Nomor : Kep 4/D5/01/V/2015
Tanggal : 25 Mei 2015
RENCANA STRATEGIS
DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA
TAHUN 2015 – 2019
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA
2015
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Kondisi Umum 2
B. Potensi dan Permasalahan 12
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN 15
A. Gambaran Visi Deputi Bidang Akuntan Negara 15
B. Uraian Misi Deputi Bidang Akuntan Negara 16
C. Tujuan dan Sasaran Strategis 19
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
23
A. Arah Kebijakan dan Strategi BPKP 22
B. Arah Kebijakan dan Strategi Deputi Bidang Akuntan Negara 26
C. Kerangka Regulasi 34
D. Kerangka Kelembagaan 35
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 37
A. Target Kinerja 37
B. Kerangka Pendanaan 49
BAB V PENUTUP 51
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Matriks Renstra Deputi Bidang Akuntan Negara 2015-2019
Lampiran 2 : Matriks Kerangka Pendanaan Renstra Deputi Bidang Akuntan Negara 2015-2019
i
KATA PENGANTAR
encana Strategis Deputi Bidang Akuntan Negara Tahun 2015–2019 disusun
mengacu pada Rencana Strategis BPKP Tahun 2015–2019 yang telah
mengalami perubahan penting dibandingkan Renstra BPKP Tahun
2009–2014 karena dua alasan. Pertama, adanya restrukturisasi program
Kementerian/Lembaga yang dilakukan oleh Bappenas yang dituangkan dalam
Rancangan Teknokratik 2015–2019. Kedua, adanya mandat baru BPKP yang
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 BPKP yang menyatakan
bahwa BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan dua fungsi utama yaitu
fungsi pengarahan dan pengoordinasian pengawasan intern dan fungsi pengawasan
intern
Rencana Strategis Deputi Bidang Akuntan Negara (DAN) Tahun 2015 – 2019 berisi
Visi, Misi, dan Tujuan Strategis DAN sesuai dengan mandat yang diterima oleh BPKP
melalui PP Nomor: 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) yang difokuskan pada pengawasan intern dengan lingkup tata kelola korporasi
BUMN (corporate governance), manajemen risiko, dan pengendalian intern di
lingkungan BUMD/ dan Badan Usaha Lainnya, maupun Perpres 192 tahun 2014 serta
disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis lainnya.
Tujuan, program, dan kegiatan Deputi Bidang Akuntan Negara dalam periode tahun
2015 – 2019 yang mendukung target Renstra BPKP telah dirumuskan dalam Renstra
ini. Target kinerja hasil (outcome) dan keluaran (output) yang ditetapkan dalam
Renstra ini merupakan komitmen kinerja kepada BPKP dan menjadi kewajiban
seluruh jajaran Deputi Bidang Akuntan Negara untuk mencapainya. Dokumen Renstra
ini wajib menjadi acuan bagi seluruh jajaran Deputi Bidang Akuntan Negara pada saat
menyusun kegiatan pengawasan tahunan. Dengan demikian, diharapkan terwujud
harmonisasi dari seluruh kegiatan dalam mencapai Visi dan Misi Deputi Bidang
Akuntan Negara.
Jakarta, 25 Mei 2015 Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara
Gatot Darmasto
NIP 19591121 198503 1 001
R
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), BPKP wajib menyusun Rencana
Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan pengawasan dengan berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan bersifat indikatif.
Penyusunan Renstra berpedoman pada Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 5
Tahun 2014. Tahapan RPJMN tahun 2015–2019 dalam kerangka RPJPN 2005–
2025, memasuki tahapan ketiga, diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan
dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan pada keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan
pengawasan yang dilakukan oleh BPKP, merupakan bagian dari pembangunan
bidang aparatur dan hukum sebagaimana disebutkan dalam agenda prioritas kedua
RPJMN 2015–2019, yaitu membuat pemerintah selalu hadir dalam membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, serta agenda
prioritas keempat RPJMN 2015–2019, yaitu memperkuat kehadiran negara dalam
reformasi dan penegakan hukum. Namun demikian, sebagai aparat Presiden, BPKP
diamanatkan untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh Sasaran Pokok
Pembangunan yang dirumuskan berdasarkan Sembilan Agenda Prioritas
Pembangunan (NAWACITA).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP melakukan (a) pengawasan intern
atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas
keuangan negara; dan (b) pembinaan penyelenggaraan SPIP. Sesuai dengan
kondisi umum penyelenggaraan pemerintahan, sejauh ini, pelaksanaan tugas BPKP
terfokus pada akuntabilitas pelaporan keuangan baik dari sudut pengawasan intern
maupun dalam pembinaan SPIP untuk peningkatan kualitas akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
BPKP menyelenggarakan dua fungsi utama yaitu fungsi pengarahan dan
pengoordinasian pengawasan intern dan fungsi pengawasan intern. Fungsi pertama
meliputi (a) fungsi perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan
yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan
penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan
lain berdasarkan penugasan dari Presiden dan (b) fungsi pengoordinasian dan
2
sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama dengan aparat
pengawasan intern pemerintah lainnya.
Fungsi kedua berupa pengawasan intern yang terdiri atas: (a) pelaksanaan audit,
reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan
negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah serta
pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk
badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan
atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta
akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/daerah; (b) pengawasan intern terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset negara/daerah; (c) pemberian
konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern, dan tata kelola
terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/kebijakan pemerintah
yang strategis; (d) pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program
dan/atau kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit
perhitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli dan
upaya pencegahan korupsi; (e) pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan
laporan kinerja pemerintah pusat; dan (f) pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan,
dan konsultansi penyelenggaraan sistem pengendalian intern kepada instansi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan lainnya.
A. KONDISI UMUM
Hasil penyelenggaraan pengawasan BPKP ditunjukkan oleh kualitas akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara dalam empat perspektif akuntabilitas yaitu: (a)
pelaporan keuangan negara, (b) kebendaharaan umum negara dan pengelolaan
aset, (c) perwujudan iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, dan (d)
pengelolaan program lintas sektoral.
1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Negara
Untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan Negara, BPKP melakukan
reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan melakukan
asistensi terkait dengan Laporan Keuangan (LK) Kementerian/Lembaga
Pemerintah Non Kementerian/Pemda (K/L/Pemda). Berdasarkan data hasil
pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan tahun 2013 sampai dengan
akhir September 2014, dari 87 Kementerian/Lembaga (K/L) yang telah diaudit
oleh BPK sebanyak 65 atau 75,58% K/L memeroleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP). Dari total 33 provinsi sebanyak 16 atau 48,48%
3
memeroleh opini WTP dan dari 491 kabupaten/kota sebanyak 156 atau
31,77% memeroleh opini WTP.
2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara & Pengelolaan Aset
Pengawasan akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara
diprioritaskan untuk mengoptimalkan penerimaan dan penghematan
pengeluaran keuangan negara. Hasil yang diperoleh adalah potensi
penerimaan keuangan negara berasal dari pajak, bea cukai, dan PNBP
sebesar Rp399,50 miliar, potensi penghematan pengeluaran keuangan
negara sebesar Rp14,12 triliun, koreksi atas tagihan pihak ketiga senilai
Rp6,47 triliun, verifikasi Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat sebesar
Rp41 miliar, dan koreksi atas klaim dana Jaminan Kesehatan Masyarakat
sebesar Rp31,48 miliar.
Selain itu, telah dilakukan pengawasan atas Dana Alokasi Khusus (DAK)
berupa monitoring di seluruh provinsi se-Indonesia, serta verifikasi output
tahun 2013 dan advance payment DAK Reimbursement tahun 2014 pada 5
provinsi. Hasil verifikasi menunjukkan Value of Qualifying Reimbursement
(VQR) atau nilai yang layak untuk diganti (reimbursed) oleh Bank Dunia
adalah sebesar Rp638,60 miliar dari Rp761,73 miliar yang diverifikasi.
Pengawasan juga dilakukan terhadap Bantuan Pemerintah Yang Belum
Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) yang sudah dioperasikan oleh BUMN, tetapi
masih tercatat sebagai aset K/L. Nilai BPYBDS yang diusulkan menjadi
penyertaan modal pemerintah pada BUMN sebesar Rp2,21 triliun. Sebagai
tindak lanjut audit terhadap nilai buku aset pada PT Indonesia Aluminium (PT
Inalum), telah dilakukan pembahasan dengan pihak Toshiba dan Mitsubishi-
Hitachi mengenai kondisi mesin peralatan PLTA milik PT Inalum dan
direkomendasikan untuk melakukan pengujian agar dapat menghasilkan
tingkat utilisasi yang optimal.
Tingginya capaian optimalisasi penerimaan dan besarnya potensi
penghematan pengeluaran keuangan negara di atas masih bisa ditingkatkan
di masa yang akan datang. Namun demikian, BPKP masih belum dapat
melaksanakan pengawasan BUN ini secara optimal karena masih dibatasi
oleh pembatasan peraturan yaitu harus berdasarkan penetapan Menteri
Keuangan selaku BUN. Penetapan ini dilakukan dalam jangka waktu pendek
sehingga upaya peningkatan potensi penerimaan oleh BPKP tidak maksimal.
3. Akuntabilitas Pewujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan
Bersih
Kualitas akuntabilitas perspektif ini difokuskan pada pengawasan yang
bersifat preventifedukatif diantaranya melalui pendampingan penyelenggaraan
SPIP, penerapan fraud control plan, sosialisasi program anti korupsi, asesmen
GCG, penilaian BUMN Bersih, peningkatan kapabilitas APIP, fasilitasi peran
4
Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia (AAIPI) dan Asosiasi Auditor
Forensik Indonesia (AAFI), pemantauan terhadap transparansi proses PBJ,
serta pelaksanaan fungsi ex officio Quality Assurance Reformasi Birokrasi.
Kegiatan pengawasan yang bersifat represif dalam rangka pemberantasan
KKN dilakukan melalui kegiatan audit investigatif, audit dalam rangka
penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli.
Kegiatan pengawasan represif ini telah berhasil mengungkap pelanggaran
yang diduga merugikan keuangan negara dalam jumlah yang cukup
signifikan, yaitu sebesar Rp3,11 miliar dan USD33.52 juta atau total setara
dengan Rp3,45 triliun.
Dalam rangka penguatan upaya pemberantasan korupsi, BPKP bekerja sama
dengan KPK telah melakukan koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi
pada 33 provinsi dan beberapa kabupaten/kota, serta koordinasi dan supervisi
penindakan korupsi berupa peningkatan kapasitas Aparat Penegak Hukum
dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi.
Untuk mewujudkan iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, diperlukan
antara lain kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengawasan
yang memadai dan kompeten. Secara kuantitas, sampai dengan saat ini,
jumlah PFA adalah sebanyak 12.755 orang yang tersebar pada 57 APIP pusat
dan 350 APIP daerah, tetapi hanya memenuhi 27,39% dari kebutuhan auditor
sebanyak 46.560 auditor.
Dalam rangka percepatan peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan
penguatan SPIP, termasuk transfer of knowledge di bidang akuntansi dan
pengawasan, BPKP juga telah menugaskan 323 pegawai untuk dipekerjakan,
yaitu sebanyak 224 orang pada 46 K/L dan sebanyak 99 orang pada 68
Pemda.
4. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral
Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral difokuskan untuk menilai
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program/kegiatan yang mendukung
prioritas pembangunan nasional. Kualitas akuntabilitas perspektif ini
ditunjukkan oleh hasil pengawasan BPKP, di antaranya sebagai berikut:
a. Evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi (RB) tahun 2014 pada 5 K/L oleh
BPKP sebagai Tim Quality Assurance Reformasi Birokrasi Nasional (TQA-
RBN) menghasilkan bahan pertimbangan dalam rangka penyesuaian
tunjangan kinerja pada K/L tersebut;
b. Reviu atas perencanaan dan penganggaran dana optimalisasi tahun 2014
pada 32 K/L dengan membuat pengaturan lebih lanjut mengenai
mekanisme pemanfaatan dana optimalisasi;
c. Monitoring atas implementasi Rencana Aksi Prioritas Pembangunan
Nasional untuk posisi per 31 Desember 2013, meliputi 34 provinsi, 173
5
kabupaten, dan 4.355 titik lokasi kegiatan 8 K/L menunjukkan bahwa
secara umum implementasi rencana aksi yang dimonitor telah berjalan
dengan baik, meskipun pada beberapa titik lokasi masih dijumpai
permasalahan;
d. Monitoring atas implementasi BPJS Kesehatan untuk periode Januari-
Maret 2014 dilakukan terhadap 32 Rumah Sakit Vertikal (RSV), 192
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), dan 1.174 puskesmas di 189
kabupaten/kota pada 34 provinsi menunjukkan bahwa kesiapan
implementasi BPJS Kesehatan rumah sakit lebih baik dibandingkan
dengan kesiapan puskesmas, dengan jumlah rujukan ke rumah sakit
meningkat;
e. Inventarisasi atas pemanfaatan Rumah Khusus (Rusus) menunjukkan
bahwa penghuni Rusus eks pengungsi Timor-Timur bukan oleh pihak yang
berhak, sehingga disarankan agar dihuni dan dimanfaatkan oleh
masyarakat berpenghasilan rendah;
f. Reviu atas Hibah Pemerintah Republik Indonesia atas pembelian dan
renovasi masjid Indonesian Muslim Associationin America (IMAAM) Center
Maryland di Amerika Serikat dan pembangunan Asrama Mahasiswa
Indonesia di Kampus Universitas Al-Azhar Kairo Mesir memastikan bahwa
secara umum proses pemberian hibah pemerintah telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
g. Audit kinerja atas pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (PPIP) menunjukkan bahwa kinerja penyelenggaraan PPIP
tahun 2013 termasuk dalam kategori cukup berhasil meskipun masih
dijumpai permasalahan; dan
h. Mediasi hambatan kelancaran pembangunan yang menghasilkan 28
laporan, salah satunya adalah kegiatan pengalihan aset dan mekanisme
pembiayaan dari PT Angkasa Pura I kepada Perum Lembaga
Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia.
Sebagai salah satu unit kedeputian di BPKP, penyusunan Rencana Strategis
Deputi Bidang Akuntan Negara tidak dapat dipisahkan dari Rencana Strategis
BPKP (Renstra BPKP). Demikian pula, Renstra BPKP merupakan bagian dari
Rencana Strategis Nasional sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Renstra-KL merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Kementerian/Lembaga dalam
rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra-KL merupakan bagian
dari perencanaan nasional, sehingga harus sinkron dan mengacu kepada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan mendukung
pencapaian program-program prioritas Pemerintah.
6
Deputi Bidang Akuntan Negara yang memiliki motto: INSAN DAN yang
TERDEPAN dan TELADAN, tentunya akan secara proaktif memulai menyusun
Rencana Strategis Pengawasan di lingkungan Kedeputian Bidang Akuntan
Negara tahun 2015-2019 (selanjutnya disebut Renstra Deputi Bidang Akuntan
Negara 2015-2019) sejak awal tahun 2014 dengan mengacu pada rumusan
Renstra BPKP dengan beberapa penyempurnaannya. Renstra Deputi Bidang
Akuntan Negara 2015-2019 akan menjadi acuan bagi unit kerja di lingkungan
Deputi Bidang Akuntan Negara dan perwakilan BPKP dalam rangka pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi keakuntannegaraan.
Perumusan Renstra Deputi Bidang Akuntan Negara 2015-2019 dimaksudkan
untuk mendukung penyusunan Kebijakan Pengawasan dan Rencana Kerja BPKP
Tahun 2015 (atau disebut juga sebagai Renja Transisi) sebagaimana
disampaikan melalui surat Sekretaris Utama BPKP Nomor S-59/SU/01/2014
tanggal 10 Januari 2014 hal Penyiapan Bahan Kebijakan Pengawasan Tahun
2015.
Dalam Renja Transisi tersebut ditekankan hal utama yang diharapkan menjadi
arah kebijakan pengawasan masing-masing kedeputian di lingkungan BPKP,
yaitu peningkatan kualitas (dan fleksibilitas) output, yang mencakup:
1. Menggabungkan penugasan pengawasan atas kegiatan lintas sektoral,
penugasan BUN, dan penugasan lain berdasarkan penugasan presiden
menjadi satu penugasan yaitu: penugasan pengawasan intern.
2. Mengubah indikator output yang terdapat pada RKA K/L dari Laporan Hasil
Pengawasan menjadi Rekomendasi Strategis (dalam hal ini Rekomendasi
Pengawasan Intern dan Pengawasan Strategis Bidang Akuntan Negara).
3. Pengelompokan output tahun 2015 s.d. 2019. Dalam hal ini untuk lingkup
Deputi Bidang Akuntan Negara mencakup:
a. Pengawasan Intern (Wasintern):
1) Rekomendasi Hasil Pengawasan Intern Korporasi Nasional (Nawacita/
Lintas Sektoral) dan dukungan Perwakilan.
2) Rekomendasi Hasil Pengawasan Intern Korporasi Badan Usaha
Bidang Akuntan Negara dan dukungan Perwakilan.
3) Rekomendasi Hasil Pengawasan Intern Kontrak Kerjasama Migas.
b. Pembinaan Penyelenggaraan SPIP:
1) Rekomendasi perbaikan penyelenggaraan SPIP K/L (LPP TVRI, LPP
RRI dan Kementerian BUMN)
2) Rekomendasi perbaikan penyelenggaraan GCG pada BUMN dan
Anak Perusahaan (dan dukungan Perwakilan).
3) Rekomendasi Perbaikan penyelenggaraan SPI/MR/KPI pada BUMN
dan Anak Perusahaan (dan dukungan Perwakilan).
7
4) Rekomendasi Hasil Pengawasan Intern BUMD (dan dukungan
Perwakilan).
5) Rekomendasi Hasil Pengawasan Intern BLUD (dan dukungan
Perwakilan).
Output tersebut diharapkan mampu menghasilkan informasi pengawasan
yang bersifat rekomendasi pengawasan intern dan rekomendasi perbaikan
penyelenggaraan pengendalian intern korporasi pusat dan daerah yang
dilengkapi dengan rekomendasi strategis bagi stakeholder yang
berkepentingan, seperti: Presiden beserta Pimpinan Kementerian/Lembaga/
Pemerintah daerah (K/L/D) terkait, Komisaris dan Dewan/Badan Pengawas
serta Direksi BUMN/BUMD/BLUD maupun badan usaha lainnya yang
menerapkan tata kelola korporasi.
4. Pengendalian jumlah output selaras dengan RKA BPKP
1) Target output yang tertuang dalam RKA BPKP merupakan target yang
harus dicapai sesuai dengan alokasi anggaran yang ditetapkan,sehingga
diperlukan justifikasi yang kuat mengenai realisasi output di bawah
maupun di atas target output RKA BPKP. Jika terdapat kendala mencapai
jumlah target output, maka dilakukan perubahan output melalui
mekanisme revisi anggaran.
2) Realisasi output pengawasan di BPKP tahun-tahun sebelumnya selalu
jauh melebihi target RKA K/L, sehingga menimbulkan pertanyaan atas
kualitas perencanaan yang telah dilakukan. Penyebabnya antara lain
pengakuan output tanpa validasi substansi (semata-mata mengacu pada
dokumentasi laporan yang seluruhnya diakui sebagai output tanpa
membedakan apakah laporan tersebut merupakan performance driver
dari output sebenarnya berupa rekomendasi kepada stakeholders, atau
laporan yang bersifat internal organisasi), dan penugasan dengan
pembiayaan pihak K/L/BUMN/BUMD turut berperan menciptakan tidak
terkendalinya output.
3) Dengan memerlakukan laporan hasil pengawasan sebagai performance
driver, substansi yang ada di laporan tersebut perlu divalidasi lebih lanjut
apakah mendukung atau tidak mendukung opini atau rekomendasi
strategis atas pengawasan, sehingga berapapun laporan yang dihasilkan
tidak mengubah jumlah output yang direncanakan.
5. Memperjelas Cascading Output Rendal dengan Perwakilan
1) Unit Rendal bertanggung jawab terhadap kualitas hasil pengawasan BPKP
secara luas melalui berbagai tools seperti: kajian strategis, penyusunan
pedoman dan standar pengawasan, piloting produk dan metode baru,
koordinasi, sinkronisasi, pemetaan obyek pengawasan dan profil yang
selalu di-update.
8
2) Rendal diharapkan mampu mengonsolidasikan informasi hasil
pengawasan dan memberikan bahan atensi kepada pimpinan sebagai
bagian dari laporan BPKP kepada Presiden.
3) Di sisi lain, perwakilan BPKP di samping perannya dalam pengawasan
keuangan dan pembangunan kewilayahan, juga berperan dalam
mendukung peyampaian opini dan rekomendasi strategis kepada Presiden
melalui rendal.
6. Konversi Output
Output pengawasan BPKP tahun 2015 s.d. 2019 berfokus pada substansi
pengawasan dalam laporan hasil pengawasan, sehingga untuk menjembatani
gagasan tersebut perlu dilakukan konversi output di lingkup Deputi Bidang
Akuntan Negara dengan rumusan sebagai berikut:
Indikator Proses
Indikator Output
LHP Lintas Sektoral Rekomendasi Hasil Pengawasan
Intern Korporasi Nasional
(Nawacita/Lintas Sektoral)
Rekomendasi Hasil Pengawasan
Intern Korporasi Badan Usaha
Bidang Akuntan Negara
Rekomendasi Hasil Pengawasan
Intern Kontrak Kerjasama Migas
LHP BUN
LHP atas Kinerja PSO BUMN
LHP atas Permintaan Presiden
LHP atas Kinerja BUMD
LHP atas penerimaan Negara
sektor korporat (cost saving)
Pembinaan Penyelenggaraan
SPIP/SPI
Laporan Hasil Bimtek/Asistensi
GCG/KPI/Sektor Korporat
Rekomendasi perbaikan
penyelenggaraan SPIP K/L
(LPP TVRI, LPP RRI dan
Kementerian BUMN)
Rekomendasi perbaikan
penyelenggaraan GCG pada
BUMN dan Anak Perusahaan
Rekomendasi Perbaikan
penyelenggaraan SPI/MR/KPI
pada BUMN dan Anak
Perusahaan
Rekomendasi Hasil Pengawasan
Intern BUMD
Rekomendasi Hasil Pengawasan
Intern BLUD
Laporan Hasil Bimtek Penyusunan
Laporan Keuangan
Laporan pembinaan penyelengga-
raan SPIP/Evaluasi SPIP/SPI
Laporan bimtek/asistensi pembina-
an penyelenggaraan SPIP (Peratur-
an Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008) pada Kementerian BUMN
9
Keseluruhan perubahan penting pada Renstra BPKP Tahun 2015-2019
sebagaimana diuraikan di atas tentu juga menjadi acuan dalam proses
penyusunan Renstra Deputi Bidang Akuntan Negara Tahun 2015-2019 ini.
Dalam hal ini termasuk cita-cita luhur yang ingin dicapai oleh BPKP ke depan
sebagaimana disampaikan dalam Rapat Kerja tanggal 2 s.d. 4 September
2014, yaitu sebagai:
“Mitra Pemerintah Dalam Mensukseskan Pembangunan dan
Pemerintahan untuk Kesejahteraan Rakyat”
dengan peran utama yang diharapkan oleh stakeholders:
Mampu memberikan assurance tentang pencapaian keberhasilan
pemerintah dan memberikan rekomendasi strategis kepada Presiden dan
mitra kerja,
Mampu memberikan rekomendasi strategis (policy advise) untuk
memperbaiki tata kelola pemerintahan, pengelolaan risiko dan
pengendalian internal,
Secara periodik dan sewaktu-waktu dapat menyediakan bagi Presiden
informasi kinerja pemerintahan melalui indeks kinerja yang disediakan dan
indikator keberhasilan pemerintah melalui SIMA BPKP,
Hasil pengawasan sinergis atas program lintas sektoral menjadi perhatian
media masa, serta
Mampu mempublikasikan profil keberhasilan pemberantasan dan
pencegahan korupsi korupsi (diwakili oleh IPK), profil pembinaan SPIP,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Angka Partisipasi Kasar (APK),
Standar Pelayanan Minimal, efisiensi anggaran dan ukuran lain tentang
kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan kualitas akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara.
Oleh karena itu, Renstra Deputi Bidang Akuntan Negara yang dirumuskan
menekankan pada keseimbangan opini maupun rekomendasi strategis di
sektor korporasi, serta selaras dengan penekanan prinsip auditor internal
yang berperan untuk mendorong implementasi yang harmonis antara
Governance, Risk, dan Control di lingkup korporasi khususnya pada BUMN,
BUMD, dan BLUD serta badan usaha lainnya. Dengan demikian diharapkan
rumusan Renstra Deputi Bidang Akuntan Negara Tahun 2015-2019 dapat
mendorong perumusan rencana kerja yang komprehensif di lingkup
Kedeputian Bidang Akuntan Negara melalui perencanaan terpadu,
berkesinambungan dan harmonis.
Partner universe (mitra kerja) Deputi Bidang Akuntan Negara meliputi sektor
korporasi yang dimiliki oleh negara/daerah (BUMN dan BUMD), instansi
pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan
10
umum (BLUD), serta badan usaha tertentu yang mengelola sektor
perminyakan dan gas bumi seperti SKK Migas dan KKKS.
Di sektor korporasi milik negara sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), BUMN turut
berperan dalam mempercepat laju pembangunan nasional di berbagai sektor
melalui penyusunan dan implementasi rencana jangka panjang perusahaan
(RJPP), serta mekanisme penganggaran tahunan (Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan yang terdiri atas belanja modal dan belanja
operasional) dan implementasinya. Beberapa BUMN sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku mendapatkan tugas tertentu untuk
meyelenggarakan public service obligation (PSO) dan mendapatkan alokasi
anggaran dari APBN (subsidi) seperti penyediaan tenaga listrik, pengadaan
pupuk bersubsidi, penyelenggaraan jasa transportasi kereta api kelas
ekonomi dan jasa pengiriman pos, serta penyediaan BBM dan gas bersubsidi
bagi masyarakat.
Di sisi lain, BUMD yang keberadaannya menyebar di kabupaten/kota/provinsi
di Indonesia, masih dipandang belum melakukan peran yang diharapkan
dalam mendorong laju pembangunan nasional maupun perekonomian,
khususnya di daerah masing-masing. Berdasarkan data yang diperoleh,
jumlah BUMD di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 1.077 perusahaan.
Dari jumlah tersebut, yang bergerak di sektor jasa air minum sebanyak 384
PDAM, sektor jasa perbankan 312 perusahaan (termasuk 26 BPD), dan
sektor lainnya sebanyak 381 BUMD. Selanjutnya, dalam jumlah BUMD
tersebut sebagian besar berbentuk perusahaan daerah (PD) yang
pendiriannya mengacu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah. Hanya sebagian kecil BUMD yang berbentuk perseroan
terbatas (PT) yang tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas dan dapat beroperasi di seluruh wilayah
nusantara, sebagaimana halnya BUMN.
Selain itu, badan usaha lainnya yang menerapkan prinsip tata kelola korporasi
seperti badan layanan umum (BLU) maupun badan layanan umum daerah
(BLUD) umumnya disektor kesehatan khususnya rumah sakit umum pusat
(RSUP) maupun daerah (RSD/RSUD). Hal ini sejalan dengan penerapan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum dan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Beberapa sektor lainnya di lingkup kabupaten/kota/provinsi seperti jasa
transportasi dan penyediaan air minum juga ada yang dikelola dengan
menerapkan pola penerapan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-
BLUD). Isu terkini terkait penerapan PPK-BLUD adalah beberapa
kabupaten/kota sedang menyiapkan puskesmas untuk menjadi BLUD guna
menyongsong pemberlakuan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
11
Jaminan Kesehatan Nasional dan operasionalisasi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS).
Peran Deputi Bidang Akuntan Negara untuk sektor korporasi baik BUMN,
BUMD, maupun badan usaha lainnya (termasuk BLUD) mencakup penugasan
pengawasan atas kegiatan lintas sektoral, penugasan BUN, dan penugasan
lain berdasarkan penugasan presiden yang terangkum menjadi satu
penugasan yaitu: penugasan pengawasan intern. Indikator outputyang
diharapkan berupa Opini/Rekomendasi Pengawasan Intern dan Pengawasan
Strategis lingkup Kedeputian Bidang Akuntan Negara, dalam hal inimencakup
pengawasan intern (wasintern) dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada
sektor korporasi pusat maupun daerah.
Selain itu, pada tanggal 3 September 2014, telah ditandatangani Nota
Kesepahaman (MoU) antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan BPKP
yang ruang lingkupnya antara lain mencakup peran BPKP dalam membantu
OJK di sektor-sektor yang menjadi domain pengawasan OJK seperti korporasi
perbankan, asuransi, lembaga keuangan non-bank dan pasar modal, yang
meliputi kegiatan peningkatan tata kelola sebagai early warning dan bantuan
penyidikan atas kasus-kasus. MoU tersebut akan dilaksanakan oleh
Kedeputian Bidang Akuntan Negara dan Kedeputian Bidang Investasi.
Aspek Wasintern meliputi Rekomendasi Opini Wasintern Korporasi Pusat (dan
dukungan Perwakilan) dan Korporasi Daerah (dan Quality Assurance Pusat)
serta Rekomendasi Strategis Wasintern Korporasi Pusat (dan dukungan
Perwakilan) dan Korporasi Daerah (dan Quality AssurancePusat). Sedangkan
aspek Pembinaan Penyelenggaraan SPIP mencakup Opini Penyelenggaraan
Pengendalian Intern K/L dan Korporasi Pusat (dan dukungan Perwakilan) dan
Korporasi Daerah (dan Quality Assurance Pusat) serta Rekomendasi
Penyelenggaraan Pengendalian Intern Korporasi Pusat (dan dukungan
Perwakilan) serta Korporasi Daerah (dan Quality AssurancePusat).
Implementasi Renstra Deputi Bidang Akuntan Negara Tahun 2015-2019
diharapkan mampu menghasilkan informasi pengawasan yang bersifat opini
pengawasan intern dan opini penyelenggaraan pengendalian intern terhadap
korporasi pusat dan daerah yang diperkuat dengan rekomendasi strategis
bagi stakeholder yang berkepentingan, seperti: Presiden beserta pimpinan
kementerian/ lembaga/pemerintah daerah (K/L/D) terkait, baik selaku eksekutif
kepemerintahan dan regulator, maupun selaku organ korporasi
(pemilik/pemegang saham), Dewan Komisaris /Badan Pengawas serta Direksi
BUMN/BUMD maupun badan usaha lainnya yang menerapkan tata kelola
korporasi.
12
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Keberhasilan Deputi Bidang Akuntan Negara dalam menjalankan amanah diatas
tidak terlepas dari faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
yang perlu menjadi perhatian dalam penyusunan Rencana Kerja di lingkup
Kedeputian Akuntan Negara Tahun 2015-2019.
Kekuatan
- Memiliki SDM yang kompeten, berpengalaman, berintegritas, inovatif, adaptif,
dan terpercaya baik di kantor pusat dan maupun di 33 kantor perwakilan di
seluruh Indonesia dengan dukungan komitmen dari pimpinan BPKP untuk
peningkatan kapasitas SDM secara berkelanjutan.
- Adanya core competency unggulan di bidang pengawasan intern, baik
consulting maupun assurance serta pembinaan penyelenggaraan sistem
pengendalian intern.
- Memiliki produk-produk unggulan yang dibutuhkan stakeholder dalam lingkup
tata kelola korporasi (governance), manajemen risiko (risk management) dan
pengendalian internal (internal control). Hal tersebut tercakup dalam product
differences, market differences, maupun methodology differences.
- Memiliki dukungan sistem teknologi informasi yang cukup memadai.
Kelemahan
- Jumlah dan komposisi SDM belum memenuhi kebutuhan yang ideal.
- Pengembangan kapasitas SDM untuk kompetensi yang diperlukan dalam
lingkup governance, risk dan control belum berjalan dengan optimal.
- Dukungan implementasi sistem manajemen kinerja SDM belum optimal dalam
mendorong motivasi dan kinerja pegawai.
Peluang
- Komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan tata kelola negara yang
bersih, tertib, dan bertanggungjawab (clean government and good
governance).
- Kepercayaan dan harapan stakeholders kepada BPKP atas hasil pengawasan
intern dan pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern
pemerintah maupun korporasi. Hal ini tercermin dari berbagai permintaan jasa
pengawasan, baik yang bersifat assurance maupun pemberian konsultansi
(consulting) dari BUMN, BUMD, dan Badan Usaha Lainnya.
- Munculnya permintaan penugasan baru sehubungan dengan komitmen untuk
menerapkan wilayah bebas korupsi dan pencanangan zona integritas, seperti
penilaian BUMN bersih.
13
Ancaman
- Kemungkinan perubahan kebijakan pemerintah terkait fungsi dan peran BPKP
sehubungan dengan pergantian kepemimpinan nasional pada tahun 2014.
- Adanya sebagian kelompok stakeholders yang belum memahami peran BPKP
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun
2014, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dan Inpres Nomor 4
Tahun 2011, serta penugasan terkait dengan pengawasan BUMN/BUMD/
BUL.
- Potensi timbulnya ketidakpuasan stakeholders kepada BPKP atas hasil
pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian
intern kementerian/lembaga/pemda dan korporasi (BUMN/BUMD/BUL).
- Minat SDM yang profesional dan permintaan tenaga BPKP yang potensial dari
instansi di luar BPKP.
- Munculnya alternatif penyedia jasa dari pihak lain yang produknya sejenis
dengan BPKP.
- Adanya potensi perubahan kebijakan nasional, terkait dengan RPJMN 2015-
2019 yang perlu diantisipasi.
Penyusunan Renstra 2015–2019 ini diselenggarakan dalam suatu metodologi
perencanaan strategis yang cukup komprehensif. Penjajagan dimulai dari
eksplorasi tentang impian dan manfaat BPKP bagi pemerintahan dan masyarakat
melalui kegiatan workshop “Visioning BPKP” dan “Leadership For Result” BPKP
dengan bantuan konsultatif dari World Bank Jakarta. Selanjutnya, BPKP yang
diwakili oleh suatu satgas yang personelnya berasal dari seluruh unit pusat
BPKP, melanjutkan penjajagan tentang kemungkinan peran BPKP di dalam
administrasi pemerintahan 2015 – 2019 berdasarkan konsep scenario planning
yang antara lain menggambarkan BPKP menjadi Auditor Pemerintah RI Berkelas
Dunia (Worldclass Government Internal Auditor).
Dengan status berkelas dunia, BPKP memokuskan diri pada pengawasan yang
bersifat makro strategis, yaitu pengawasan atas akuntabilitas kinerja pada tingkat
outcome dan impact dalam rangka pengawalan pembangunan nasional, baik di
pusat maupun daerah. Untuk dapat mencapai status tersebut, BPKP menetapkan
milestone termasuk di antaranya adanya peraturan presiden tentang BPKP;
menyusun strategy map untuk memastikan adanya pedoman strategis untuk
mengelola sumber daya yang dapat menyeimbangkan pengembangan internal
dengan pemenuhan kebutuhan stakeholder BPKP.
Menyadari perlunya perubahan mindset, bahkan culture set, dalam implementasi
Renstra 2015–2019 ini, BPKP membuat dan melaksanakan empat wilayah
prioritas sebagai quick win prarenstra 2015–2019 menuju world class government
internal auditor. Tiga di antaranya telah selesai dilaksanakan, yaitu (1) piloting
14
Evaluasi Program Ketahanan Pangan dan Evaluasi Program Pengentasan
Kemiskinan dan (2) Pengembangan Kapasitas Evaluasi Program; dan (3)
Asesmen Internal Auditor Capability Model (IA-CM) BPKP sebagai auditor
pemerintah RI. Satu quick win lainnya, yaitu Penyusunan Sistem Pengendalian
Intern untuk Program Lintas masih dalam proses.
15
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS
A. GAMBARAN VISI DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA
Visi Deputi Bidang Akuntan Negara sepenuhnya mendukung pemenuhan visi BPKP
karena Deputi Akuntan Negara merupakan bagian integral dari BPKP. Komitmen
tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan Visi Deputi Bidang Akuntan
Negara sebagai berikut:
Pernyataan visi tersebut di atas pada hakekatnya merupakan penyempurnaan dari
visi sebelumnya, yaitu Auditor Presiden yang responsif, interaktif, dan terpercaya
untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara sektor korporat yang berkualitas.
Visi baru ini menunjukkan arah yang terasa lebih kuat nuansa dinamika dan proaktif
inovatifnya, serta tetap konsisten dengan orientasi Deputi Bidang Akuntan Negara
pada pembaharuan manajemen sektor korporat (BUMN/BUMD/BUL), melalui
pendekatan pengawasan yang berkualitas yang pada dasarnya adalah bersifat
pencegahan (preventif). Namun demikian, disamping pengawasan yang bersifat
preventif, Deputi Bidang Akuntan Negara juga berperan dalam pengawasan represif
dan pre-emptive.
Deputi Bidang Akuntan Negara terus berupaya untuk memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan internal auditor pemerintah dalam lingkup korporat yang
meliputi BUMN/BUMD/BUL.
BUMN/BUMD/BUL yang berkinerja tinggi dan berkelanjutan adalah perusahaan yang
mempunyai kesisteman yang baik sehingga mempunyai daya saing bertaraf
nasional/internasional di bidangnya dalam rangka melaksanakan pemupukan
keuntungan dan pelayanan publik.
Keberhasilan Deputi Bidang Akuntan Negara tersebut dapat terlaksana apabila
Deputi Akuntan Negara dapat melaksanakan tugas pengawasannya dalam
mendorong BUMN/BUMD/BUL untuk berkinerja tinggi dan berkelanjutan. Peran
Deputi Bidang Akuntan Negara dalam meningkatkan kinerja BUMN/BUMD/BUL
tersebut dilakukan dengan cara memberikan sosialisasi/pemahaman, pembinaan
teknis produk-produk pengawasan seperti: penerapan tata kelola yang baik (Good
Corporate Governance), pengembangan dan pengukuran maturitas manajemen
To be the World Class National Government Internal Auditor
“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Kinerja Korporasi dalam
Mendukung Program Pembangunan Nasional”
16
risiko korporasi (Enterprise Risk Management), penerapan sistem pengendalian
internal yang efektif (berbasis COSO Framework), pengembangan dan pengukuran
indikator kinerja kunci (Key Performance Indicators), serta pengembangan sistem
informasi akuntansi. Hal ini diharapkan berdampak pada kinerja bisnis yang optimal.
B. URAIAN MISI DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA
Misi BPKP merupakan pengejawantahan tugas dan fungsi yang diamanatkan dalam
peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai pelaksana fungsi pengawasan intern
sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014,
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014, serta Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008. Wilayah tugas dan kewenangan BPKP juga dinyatakan dalam Undang
Undang Nomor 30 Tahun 2002 dan Undang Undang Nomor 20 Tahun 1997.
Rumusan misi BPKP adalah:
1) Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola
Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif;
2) Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif;
dan
3) Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional
dan Kompeten.
Berdasarkan Misi BPKP diatas, Deputi Bidang Akuntan Negara telah menetapkan
misi-misi yang akan dicapai dalam dalam tahun 2015 s.d. 2019 sebagai berikut:
Pernyataan misi tersebut diatas, dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pengawasan intern akuntabilitas tehadap pengelolaan
keuangan dan pembangunan nasional guna mendukung tata kelola
korporasi yang bersih dan efektif.
Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan diselenggarakan untuk mendukung tata kelola korporasi.
Pengawasan intern BPKP diarahkan untuk memastikan bahwa governance
process dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan telah berjalan
1. Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung
Tata Kelola Korporasi yang Bersih dan Efektif
2. Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern K/L dan
Korporasi yang Efektif
17
secara partisipatif, akuntabel, transparan dan efektif. Di samping itu, terdapat
struktur organisasi dan mekanisme yang melibatkan stakeholder kunci dalam
menetapkan dan mengawasi (oversee) tujuan pemerintah dan pembangunan
termasuk korporasi. Masyarakat juga diberi akses yang cukup terhadap informasi
anggaran dan target pemerintahan dan pembangunan serta laporan
pertanggungjawaban yang memungkinkan mereka mengetahui sejauh mana
tujuan pemerintahan dan pembangunan tercapai. Dengan kerangka transparansi
tersebut, para penyelenggara menyiapkan diri untuk menjelaskan capaian
targetnya dan menjelaskan jika terjadi kegagalan, alasan kegagalan pengelolaan
keuangan dan pembangunan atau menjelaskan ukuran pencapaian efektivitas
pencapaian tujuan dimaksud. Dengan menjaga partisipasi masyarakat,
transparansi dan akuntabilitas tersebut diharapkan tercipta tata kelola korporasi
yang bersih dan efektif.
Terciptanya tata kelola korporasi yang bersih dan efektif dimaksudkan untuk
mendukung tercapainya akuntabilitas pengelolaan kekayaan negara dan daerah
yang dipisahkan disektor korporat. Upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan
Consulting (bimbingan teknis dan sosialisasi) maupun kegiatan Assurance
(evaluasi dan assessment) penerapan Good Corporate Governance (GCG)/Good
Corporate Management (GCM) pada BUMN/BUMD/BUL serta kajian dan
pengembangan GCG dan GCM atas pengelolaan proses bisnis yang dilakukan
BUMN/BUMD/BUL.
BPKP memiliki posisi yang strategis, yang langsung berada dan bertanggung
jawab kepada Presiden dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya
akuntabilitas kinerja Presiden. Akuntabilitas kinerja Presiden merupakan suatu
kesatuan akumulatif-integratif dari kinerja berbagai entitas, tidak terbatas pada
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, namun juga termasuk korporasi
atau badan usaha lain yang dibentuk oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah. Oleh karena itu menjadi bagian dari misi Deputi Bidang Akuntan Negara
untuk mendukung peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan
pembangunan di BUMN/BUMD/BUL.
Kegiatan peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan di
BUMN /BUMD/BUL yang dilakukan dapat berupa:
a. Kegiatan assurance yang terkait program strategis nasional (Nawacita/Lintas
Sektoral),
b. Kegiatan Audit, baik audit kinerja, audit operasional, maupun audit tujuan
tertentu yang dilakukan atas permintaan dari Presiden/Kementerian atau dari
manajemen di BUMN/BUMD/BUL, dan
c. Kegiatan assurance lainnya dalam rangka mengembangkan dan memperkuat
tata kelola perusahaan.
18
2. Membina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern K/LKorporasi yang
Efektif.
Misi ke dua ini terkait erat dengan Misi Satu. Untuk menjamin pelaksanaan
seluruh program dan kegiatan adalah dalam rangka mencapai tujuan suatu
organisasi, termasuk organisasi pemerintahan dan pembangunan, dibutuhkan
suatu sistem pengendalian intern yang dapat memberi keyakinan memadai
bahwa kegiatan berjalan efektif dan efisien, diikuti dengan pelaporan keuangan
yang handal, penanganan aset yang aman dan taat terhadap peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan PP 60 Tahun 2008, sistem yang dimaksud
adalah SPIP. Sesuai dengan PP tersebut, BPKP diberikan mandat untuk
melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Sejalan dengan hal tersebut, UU BUMN dan Keputusan Menteri BUMN atau
Pemerintah Daerah selaku Pemegang Saham BUMN/BUMD/BUL juga telah
mewajibkan BUMN/BUMD/BUL untuk mengembangkan dan menerapkan sistem
pengendalian intern yang memadai dalam pengelolaan BUMN/BUMD/BUL yang
akan memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan BUMN/BUMD/BUL dapat
tercapai.
Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Deputi Bidang Akuntan Negara, sebagai mitra dari BUMN/BUMD/BULdiharapkan
dapat mendampingi manajemen dalam mengembangkan, menerapkan dan
memantau Sistem Pengendalian Intern di BUMN/BUMD/BUL.
Kegiatan pembinaan SPI Korporasi tersebut mencakup:
a. Asesmen GCG, Maturity Level Manajemen Risiko, dan Evaluasi Sistem
Pengendalian Intern BUMN/BUMD/BUL,
b. Penyusunan/Bimtek/reviu kebijakan dan pedoman penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern
c. Sosialisasi kebijakan SPI
d. Pendidikan dan pelatihan SPI
e. Pembimbingan dan konsultansi SPI
f. Peningkatan kompetensi auditor Satuan Pengawasan Internal.
Kegiatan pembinaan butir a sampai dengan butir e merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka membina BUMN/BUMD/BUL agar dapat menerapkan tata
kelola dan sistem pengendalian intern. Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk
19
dalam lingkup misi kedua ini. Sedangkan butir f lebih spesifik terkait pada
peningkatan kemampuan/ kompetensi auditor Satuan Pengawasan Internal.
Disektor korporasi, unit Satuan Pengawasan Intern merupakan salah satu pilar
yang dibangun manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan
BUMN/BUMD/BUL akan tercapai. Untuk dapat melaksanakan tanggung jawab
tersebut, unit kerja dan auditor Satuan Pengawasan Intern harus memiliki atribut
yang memadai. Satuan Pengawasan Intern harus memiliki struktur dan posisi
yang tepat dan langsung berada di bawah pimpinan tertinggi BUMN/BUMD/BUL,
infrastruktur berupa pedoman yang memadai, dukungan dari pimpinan
BUMN/BUMD/BUL, dan SDM auditor yang kompeten. Untuk itu personil auditor di
Satuan Pengawasan Intern harus memiliki kompetensi yang memadai di bidang
risiko, tata kelola dan pengendalian yang memadai, dan kesempatan untuk selalu
meningkatkan kompetensinya.
BPKP diharapkan dapat berperan sebagai pendamping bagi Unit Kerja Satuan
Pengawasan Intern maupun para auditornya, dalam upaya untuk peningkatan
kompetensinya. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa:
a. Pelatihan/training kepada auditor
b. Reviu dan penyempurnaan infrastruktur yang dipergunakan
c. Bimtek dalam melaksanakan peran assurance Satuan Pengawasan Intern
C. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
Dalam menyelenggarakan misinya, Deputi Bidang Akuntan Negara menetapkan dua
tujuan, yaitu kondisi yang ingin dicapai oleh Deputi Bidang Akuntan Negara pada
tahun 2019 yaitu:
1) Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Korporasi yang Bersih dan
Efektif; dan
2) Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern K/L
dan Korporasi.
1. Tujuan dan Sasaran Strategis Satu
Tujuan 1: Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Korporasi
yang Bersih dan Efektif
Sasaran
Strategis 1 Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan
Korporasi (BUMN/BUMD/BUL).
Penyelenggaraan misi “pengawasan intern akuntabilitas tehadap
pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional guna mendukung tata
kelola korporasi yang bersih dan efektif” secara kualitatif dan kuantitatif perlu
20
diukur. Ukuran kualitatif pencapaian misi ini adalah adanya “Peningkatan Kualitas
Akuntabilitas Pengelolaan BUMN/BUMD/BUL yang Bersih dan Efektif”.
Peningkatan kualitas akuntabilitas inilah yang diharapkan tercapai di akhir tahun
2019. Ukuran kualitas tujuan ini linear dengan ukuran sasaran strategisnya yaitu
“Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan BUMN/BUMD/
BUL”.
Sasaran strategis Deputi Bidang Akuntan Negara merupakan kondisi yang akan
dicapai secara nyata oleh Deputi Bidang Akuntan Negara pada tahun 2019 yang
mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari
program teknis Deputi Bidang Akuntan Negara yaitu pengawasan intern
akuntabilitas pengelolaan Keuangan BUMN/BUMD/BUL. Sasaran strategis ini
sekaligus menjadi indikator untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan
“Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan BUMN/BUMD/BUL
yang Bersih dan Efektif”
Penetapan tujuan pertama ini yaitu Peningkatan kualitas akuntabilitas
pengelolaan BUMN/BUMD/BUL dilandasi permasalahan masih banyaknya
BUMN/BUMD/BUL yang memiliki kinerja rendah bila dibandingkan dengan
industri atau perusahaan sejenis lainnya. Bahkan, laporan keuangan pada
beberapa BUMN/BUMD/BUL terlihat masih merugi secara berkelanjutan.
Disamping itu juga berkaitan dengan masih belum memuaskannya kualitas tata
kelola di sektor korporat, baik yang terletak pada organ utama (Pemegang
Saham, Komisaris, dan Direksi) maupun pada level organ pendukung, meskipun
Kementerian BUMN telah mencanangkan pengimplementasian praktik-praktik
good corporate governance pada seluruh BUMN sejak tahun 2006 dengan
prinsip-prinsip:
1. Tranparansi,
2. Akuntabilitas,
3. Responsibilitas,
4. Independensi, dan
5. Kewajaran.
Tujuan di atas mendukung tercapainya keberhasilan misi Deputi Bidang Akuntan
Negara yang pertama, yaitu: “Menyelenggarakan pengawasan intern
akuntabilitas tehadap pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional guna
mendukung tata kelola korporasi yang bersih dan efektif”.
21
2. Tujuan dan Sasaran Strategis Dua
Tujuan 2: Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern K/L dan Korporasi
Sasaran
Strategis 1 Meningkatnya Maturitas/Efektivitas Sistem Pengendalian
Intern K/L dan Korporasi
Penyelenggaraan misi “Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
K/L dan Korporasi yang Efektif” secara kualitatif dan kuantitatif perlu diukur.
Ukuran kualitatif pencapaian misi ini adalah adanya “Peningkatan Efektivitas
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern BUMN/BUMD/BUL”. Peningkatan
efektivitas penyelenggaraan SPI korporasi inilah yang diharapkan tercapai di
akhir tahun 2019.
PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
(SPIP) telah menjadikan BPKP sebagai satu-satunya lembaga yang bertanggung
jawab atas Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Kegiatan ini menjadi salah satu
kegiatan prioritas bidang hukum dan aparatur negara dalam RPJMN 2015-2019
dan harus diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan sistem pengendalian intern K/L dan
Korporasi yang efektif pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya efektivitas
dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan tata kelola, keandalan laporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Di sektor korporasi, penerapan Sistem Pengendalian Intern yang semakin efektif
diharapkan akan berkontribusi langsung terhadap penurunan praktik korupsi di
lingkungan BUMN/BUMD/BUL yang ditandai dengan semakin membaiknya
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.
Hal ini dilandasi dengan pemikiran bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance) akan terjadi dengan
dukungan SDM yang andal dan terkelola dengan baik, yang salah satunya
adalah Satuan Pengawasan Internal. Peningkatan kapasitas Satuan
Pengawasan Internal dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan
bagi auditor di lingkungan BUMN/BUMD/BUL yang pembinaan sistem
pengendalian intern nya menjadi tanggung jawab Deputi Bidang Akuntan
Negara.
Peran Satuan Pengawasan Internal yang profesional dan kompeten akan efektif
bila melaksanakan, setidak-tidaknya, hal-hal berikut:
a. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi,
dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi
korporasi.
22
b. Memberikan peringatan dini (early warning) dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi korporasi.
c. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas
dan fungsi korporasi.
23
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
Dalam menentukan arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan kerangka
kelembagaan yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi permasalahan penting
dan mendesak serta mempunyai dampak signifikan terhadap pencapaian sasaran
strategis Deputi Bidang Akuntan Negara untuk periode lima tahun mendatang. Arah
kebijakan dan strategi Deputi Bidang Akuntan Negara yang akan disusun mengacu
pada visi, misi BPKP dan Deputi Bidang Akuntan Negara, serta rencana strategi
BPKP 2015-2019 yang relevan bagi Deputi Bidang Akuntan Negara dengan
mempertimbangkan potensi sumber daya Deputi Bidang Akuntan Negara yang
tersedia. Selanjutnya, rencana sasaran strategi Deputi Bidang Akuntan Negara yang
sudah ditentukan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan.
A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPKP
Mengacu pada Renstra BPKP Tahun 2015-2019, kebijakan dan strategi BPKP
diarahkan untuk mendukung RPJMN 2015-2019 yang salah satu prioritasnya di
bidang aparatur negara adalah Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola. Prioritas ini
selanjutnya dijabarkan lebih lanjut ke dalam sasaran prioritas nasional yaitu
meningkatnya kualitas reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik
untuk mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional.
Arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP menjadi salah satu pendukung
terwujudnya sasaran pembangunan nasional yaitu, pembangunan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Hakekat pengawasan
intern adalah hasil pengawasannya berperan penting dalam meningkatkan tata
kelola, memperbaiki pengelolaan risiko dan menguatkan sistem pengendalian intern.
Dengan demikian, pembangunan tata kelola pemerintahan dan aparatur tidak dapat
lepas dari pengawasan intern yang akan diperankan oleh BPKP dalam lingkup
nasional.
1. Arah Kebijakan Pengawasan BPKP
Dengan mengacu pada kerangka kebijakan dan strategi di atas, pengawasan
pembangunan dan pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP
diarahkan untuk mencapai sasaran terwujudnya kualitas tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif dan terpercaya. Kebijakan pengawasan BPKP juga diarahkan
untuk mencapai terwujudnya penguatan kebijakan sistem pengawasan intern
pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional,
kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang independen, profesional
dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja
pembangunan nasional yang efisien dan efektif. Arah kebijakan pengawasan
BPKP secara rinci sebagai berikut:
24
a. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern melalui peningkatan IA-CM APIP
yang mampu mendorong pemantapan penerapan sistem pengendalian intern
kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan korporasi (KLPK) dan mampu
bersinergi dengan APIP lain dalam membangun tata kelola pemerintahan
yang baik (good governance) dan dalam melakukan pengawasan keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional;.
b. Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis
bersama-sama dengan APIP kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan
korporasi untuk mengawal pencapaian sasaran program pembangunan yang
bersifat lintas bidang di RPJMN 2015-2019;
c. Peningkatan ruang fiskal negara melalui pengawasan untuk meningkatkan
penerimaan negara/daerah; pengawasan untuk efisiensi pengeluaran
negara/daerah; pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset
negara/daerah; pengawasan pembiayaan keuangan negara/daerah; dan
pengawasan terhadap alokasi keuangan daerah (dana transfer);
d. Pengamanan keuangan negara/daerah yang efektif melalui debottlenecking
dan clearing house; pengawasan represif untuk preventif serta pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi;
Arah dan kebijakan pengawasan BPKP tersebut secara ringkas digambarkan
dalam Peraga berikut:
Tujuan Arah yang diambil untuk Mencapai Tujuan
ARAH DAN KEBIJAKAN PENGAWASAN BPKP
•Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama APIP KLPK untuk mengawal pencapaian Sasaran Program bersifat program lintas bidang RPJMN
Process Business Program Lintas Bidang RPJMN Berbasis Risiko
•Pengawasan untuk meningkatkan Penerimaan Negara/Daerah
•Pengawasan untuk efisiensi Pengeluaran Negara/Daerah
•Pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset Negara/Daerah
•Pengawasan Pembiayaan Keuangan Negara/Daerah
•Pengawasan Alokasi Keuangan Daerah (Dana Transfer)
Ruang Fiskal Cukup
•Debottlenecking dan Clearing House
•Penugasan Represif untuk Preventif
•Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Pengamanan Keuangan
Negara/Daerah Efektif
•Pemantapan Penerapan Sistem Pengendalian Intern KLPK
•Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern dan Sinergitas APIP
Governance Memadai
25
2. Strategi Pengawasan BPKP
Strategi pengawasan BPKP terdiri dari strategi eksekutif maupun strategi
operasional. Strategi eksekutif diharapkan menjadi acuan terutama bagi pimpinan
BPKP di pusat maupun daerah untuk membangun kemitraan dan jejaring
pengawasan dan perencanaan pembangunan nasional. Keseluruhan strategi
BPKP 2015 terlihat pada Peraga di bawah ini.
Strategi operasional mengindikasikan kegiatan dan langkah-langkah dalam
program teknis pengawasan BPKP, Program 06 yaitu Program Pengawasan
Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta
Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Karena hanya terdapat satu
program teknis di BPKP, untuk pembagian intern tugas pengawasan, Program 06
ini dipecah sesuai dengan kedeputian teknis yang terdapat di BPKP.
Strategi pengawasan BPKP dalam kurun waktu 2015-2019 adalah memfokuskan
pada peningkatan kualitas hasil pengawasan terhadap isu-isu strategis melalui
penguatan SPIP, penguatan kapasitas APIP, dan penguatan kapasitas sumber
daya manusia BPKP. Sebagai program-program indikatif untuk mewujudkan visi
dan misi, secara lebih spesifik strategi tersebut tertuang dalam empat butir
strategi (fokus dan sinergis), yaitu:
STRATEGI PENGAWASAN BPKP
•Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern yang mendukung Sinergi Pengawasan dan Penguatan Penerapan SPI KLPK
•Pemfokusan pengawasan intern pada isu strategis atau program pembangunan nasional bersifat lintas-RPJMN
•Pengamanan Keuangan/Aset Negara/Daerah
•Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Strategi Operasional
•Peningkatan Kompetensi SDM BPKP dan Ketaatan terhadap Standar dan SOP berbasis Risiko
•Peningkatan kapasitas Information and Communication Technology (ICT) berbasis BPKP Enterprise Architecture dan Pengawasan Business Architecture
•Peningkatan Sarana dan Prasarana
•Penguatan Fungsi Internal BPKP
Penguatan Kapasitas Internal
Kaidah Pelaksanaan:Sinergi dan Koordinasi Perencanaan Pelaksanaan Pengendalian
26
a) Peningkatan kapasitas pengawasan intern yang mendukung sinergi
pengawasan program pemerintah dan mendukung penguatan
penyelenggaraan SPIP;
b) Pemokusan pengawasan intern pada isu strategis atau program
pembangunan nasional bersifat lintas bidang dalam RPJMN 2015-2019,
termasuk di dalamnya menguatkan sistem pengendalian intern program
lintas;
c) Pengawasan terhadap optimalisasi penerimaan negara/daerah; dan
d) Pengamanan keuangan/aset negara/daerah termasuk pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengawasan keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional, BPKP menetapkan sinergi dan
koordinasi sebagai kaidah pelaksanaan dalam perencanaan dan pengendalian
pengawasan serta dalam pelaksanaan operasional pengawasan.
Guna mendukung empat butir strategi tersebut terdapat strategi internal
(supporting), yaitu:
a) Peningkatan kompetensi SDM BPKP dan ketaatan terhadap standar serta
SOP berbasis risiko;
b) Peningkatan kapasitas information and communication technology (ICT)
berbasis BPKP’s Enterprise Architecture dan Bussiness Architecture untuk
setiap sasaran strategis pengawasan; dan
c) Peningkatan sarana dan prasarana.
Strategi internal tersebut diharapkan dapat mempercepat Level 3 IA-CM BPKP
sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah RI.
Sebagai tindak lanjut dari strategi di atas, maka langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam program dan kegiatan BPKP selalu bertumpu pada tujuh
substrategi tersebut dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya
yang tersedia.
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA
Berdasarkan Arah Kebijakan dan Strategi Pengawasan BPKP sebagaimana
tertuang dalam Renstra BPKP 2015-2019, serta Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, sasaran pokok dan indikator
pembangunan lima tahun ke depan dapat diuraikan per bidang sebagai berikut:
1. Sasaran Makro: meningkatnya indeks pembangunan manusia dan masyarakat,
indeks Gini, serta pertumbuhan ekonomi.
27
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: menekan laju pertumbuhan
penduduk melalui program Keluarga Berencana, meningkatnya taraf pendidikan,
meningkatnya status kesehatan masyarakat, kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak.
3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meningkatnya Kedaulatan Pangan;
Kedaulatan Energi; Maritim dan Kelautan; Pariwisata dan Industri Manufaktur;
serta Ketahanan Air, Infrastruktur Dasar dan Konektivitas.
4. Sasaran Pembangunan Dimensi Pemerataan: menurunnya kesenjangan antar
kelompok ekonomi; dan meningkatnya cakupan pelayanan dasar atas akses
terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu.
5. Sasaran Pembangunan Kewilayahan dan Antar Wilayah: pemerataan
pembangunan antar wilayah.
6. Sasaran Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan:
meningkatnya partisipasi politik Pemilu dan indeks demokrasi Indonesia; indeks
penegakan hukum; perbaikan tata kelola dan reformasi birokrasi; perkuatan tata
kelola Pemerintah Daerah; serta perkuatan pertahanan dan keamanan.
Sasaran tersebut tentunya akan menjadi tanggung jawab kementerian atau lembaga
terkait untuk mewujudkannyadengan dukungan peran BPKP untuk pengawalan
pencapaiannya.
Adapun peran korporasi negara (BUMN/BUMD/BUL) adalah mendukung pencapaian
sasaran pokok pembangunan tersebut melalui aktivitas operasional maupun
investasi dari masing-masing BUMN/BUMD/BUL. Dalam hal ini, Deputi Bidang
Akuntan Negara memiliki peran pengawasan terhadap korporasi negara dalam
peningkatan kinerja BUMN/BUMD/BUL sehingga dapat secara efektif membantu
pemerintah dalam mencapai sasaran pokok pembangunan lima tahun ke depan.
Peran pengawasan tersebut khususnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja
BUMN/BUMD, pemanfaatan aset oleh BUMN/BUMD, dan pemanfaatan dana
masyarakat oleh BLUD.
Secara rinci, sasaran pokok pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 yang
pencapaiannya akan melibatkan BUMN/BUMD/BUL adalah:
28
No
Indikator
Sasaran Pokok
RPJMN
Bidang Baseline
2014
Sasaran
2019
Sektor
BUMN
Pendukung
Kajian/Rekomendasi
Strategis Deputi Bidang
Akuntan Negara
1 Angka kematian
ibu per 100.000
kelahiran hidup
Kesehatan 346 306 Biofarma,
Kimia
Farma,
Indofarma
Kajian Industri Farmasi
(Dit.3, 2018)
2 Angka kematian
bayi per 100.000
kelahiran hidup
Kesehatan 32 24 Biofarma,
Kimia
Farma,
Indofarma
Kajian Industri Farmasi
(Dit.3, 2018)
3 Jumlah
kecamatan yang
memiliki minimal
satu puskesmas
terakreditasi
Kesehatan ---- 5.600 BLUD
(Puskesmas)
Rekomendasi Strategis
BLUD
(Dit.5, 2015 - 2019)
4
Produksi padi
(juta ton)
Kedaulatan
Pangan/ Produksi
dalam negeri
70,6
Juta Ton
82,0
Juta Ton
Agrobisnis
1. Ketahanan Pangan dan
GP3K (Dit.1, 2015)
2. Perencanaan produksi
dan distribusi benih
padi/jagung/kedelai
(Dit.1, 2018)
3. Ketahanan Pangan
dalam rangka kecukupan
cadangan beras
Pemerintah (Dit.2, 2015)
4. Ketahanan Pangan
dalam rangka efektivitas
distribusi beras ke
seluruh pelosok negeri
dan stabilitas harga
beras, kedelai dan
jagung (Dit.2, 2015)
5 Produksi jagung
(juta ton)
Kedaulatan
Pangan/Produksi
dalam negeri
19,1
Juta Ton
24,1
Juta Ton
Agrobisnis 1. Ketahanan Pangan dan
GP3K (Dit.1, 2015)
2. Perencanaan produksi
dan distribusi benih
padi/jagung/kedelai
(Dit.1, 2018)
29
No
Indikator
Sasaran Pokok
RPJMN
Bidang Baseline
2014
Sasaran
2019
Sektor
BUMN
Pendukung
Kajian/Rekomendasi
Strategis Deputi Bidang
Akuntan Negara
3. Ketahanan Pangan
dalam rangka efektivitas
distribusi beras ke
seluruh pelosok negeri
dan stabilitas harga
beras, kedelai dan
jagung (Dit.2, 2015)
6 Produksi kedelai
(juta ton)
Kedaulatan
Pangan/Produksi
dalam negeri
0,90
Juta Ton
2,6
JutaTon
Agrobisnis 1. Ketahanan Pangan dan
GP3K (Dit.1, 2015)
2. Perencanaan produksi
dan distribusi benih
padi/jagung/kedelai
(Dit.1, 2018)
3. Ketahanan Pangan
dalam rangka efektivitas
distribusi beras ke
seluruh pelosok negeri
dan stabilitas harga
beras, kedelai dan
jagung (Dit.2, 2015)
7 Produksi Gula
(juta ton)
Kedaulatan
Pangan/Produksi
dalam negeri
2,6
Juta Ton
3,8
Juta Ton
Agrobisnis 1. Revitalisasi pabrik gula
yang ada.
2. Pembangunan pabrik
gula baru beserta
perkebunan tebunya
(Dit.1, 2017)
8 Produksi Daging
Sapi
(ribu ton)
Kedaulatan
Pangan/Produksi
dalam negeri
452,7
RibuTon
755,1
RibuTon
Agrobisnis Pengembangan kawasan
peternakan sapi dengan
mendorong investasi swasta
dan BUMN dan peternakan
sapi rakyat termasuk salah
satunya melalui integrasi
sapi-sawit
(Dit.1, 2016, 2017)
9 Garam
(juta ton)
Kedaulatan
Pangan/Produksi
dalam negeri
2,5
Juta Ton
4,5
JutaTon
Agrobisnis -
30
No
Indikator
Sasaran Pokok
RPJMN
Bidang Baseline
2014
Sasaran
2019
Sektor
BUMN
Pendukung
Kajian/Rekomendasi
Strategis Deputi Bidang
Akuntan Negara
10 Produksi
perkebunan
kelapa sawit
Kedaulatan
Pangan/Sektor
primer
24.513
Ribu Ton
36.420
Ribu Ton
Agrobisnis Pemasaran Produk
Perkebunan (Dit.1, 2016,
2019)
11 Produksi
perkebunan
karet
Kedaulatan
Pangan/Sektor
primer
3.204
Ribu Ton
3.810
Ribu Ton
Agrobisnis Pemasaran Produk
Perkebunan (Dit.1, 2016,
2019)
12 Produksi
perkebunan
kakao
Kedaulatan
Pangan/Sektor
primer
817
Ribu Ton
913
RibuTon
Agrobisnis -
13 Produksi kayu
bulat HA
Kedaulatan
Pangan/Sektor
primer
5,5
Juta M3
13
Juta M3
Perhutani,
Inhutani
Kehutanan (Dit.1, 2017,
2019)
14 Produksi kayu
bulat HT
Kedaulatan
Pangan/Sektor
primer
26
Juta M3
35
Juta M3
Perhutani,
Inhutani
Kehutanan (Dit.1, 2017,
2019)
15 Produksi minyak
bumi
(ribu BBM/hari)
Kedaulatan
Energi/
Peningkatan
produksi sumber
daya energi
818
Ribu
BBM/
hari
700
Ribu
BBM/
hari
Migas 1. Kajian Cost Recovery
(Dit.4, 2015)
2. Kajian Lifting (Dit.4,
2016)
3. Kajian Peraturan KKKS
(Dit.4, 2017)
4. Kajian KKKS (Dit.4,
2019)
16 Produksi gas
bumi
(ribu SBM/hari)
Kedaulatan
Energi/
Peningkatan
produksi sumber
daya energi
1224
Ribu
SBM/
hari
1295
Ribu
SBM/
hari
Migas
17 Intensitas Energi
Primer -
Penurunan 1%
pertahun.
(SBM)
Kedaulatan
Energi/
Peningkatan
produksi sumber
daya energi
487
SBM/
milyar
Rupiah
463,2
SBM/
milyar
Rupiah
Perkebunan Kajian Produksi Biotanol
(Dit.1, 2016)
18 Produksi batu
bara
Kedaulatan
Energi/
Peningkatan
produksi sumber
daya energi
400
Juta Ton
421
Juta Ton
Pertambangan
(PTBA)
-
31
No
Indikator
Sasaran Pokok
RPJMN
Bidang Baseline
2014
Sasaran
2019
Sektor
BUMN
Pendukung
Kajian/Rekomendasi
Strategis Deputi Bidang
Akuntan Negara
19 Produksi Hasil
Perikanan
(juta ton)
Maritim dan
Kelautan/
Pengembangan
Ekonomi Maritim
dan Kelautan
22,4
Juta
Ton
40-50
Juta
Ton
Agrobisnis
(Perindo,
Perinus)
Kajian/Rekomendasi
strategis Produksi hasil
perikanan/ Kelautan &
pengembangan pelabuhan
perikanan
(Dit.1, 2016 - 2019)
20 Peningkatan
kapasitas air
baku nasional
Ketahanan Air 51,44
M3/detik
118,60
M3/detik
PDAM Kajian strategis Hasil Audit
Kinerja PDAM (Dit.5, 2015-
2019)
21 Ketersediaan air
irigasi yang
bersumber dari
waduk
Ketahanan Air 11% 20% Jasa Tirta -
22 Kapasitas
pembangkit
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
50,7
GW
86,6
GW
PLN Kajian Pembangkit Listrik
(Dit.2, 2016)
23 Rasio
elektrifikasi
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
81,5% 95,9% PLN Kajian Sektor Energi tentang
Metode Verifikasi
Penyesuaian Tarif Listrik
(Dit.2, 2015)
24 Akses air minum
layak
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
70% 100% PDAM -
25 Kondisi mantap
jalan nasional
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
94% 98% Jasa
konstruksi
-
26 Pengembangan
jalan nasional
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
38.570
Km
45.592
Km
Jasa
konstruksi
-
27 Pengembangan
jalan tol
(kumulatif 5
tahun)
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
807
Km
1.979
Km
Jasa
konstruksi
1. Infrastruktur Jalan Tol
(Dit.1, 2015, 2016, 2018)
2. Jalan Tol dalam
mendukung percepatan
perekonomian daerah
Penyangga Ibukota Prov.
(Dit.2, 2018)
32
No
Indikator
Sasaran Pokok
RPJMN
Bidang Baseline
2014
Sasaran
2019
Sektor
BUMN
Pendukung
Kajian/Rekomendasi
Strategis Deputi Bidang
Akuntan Negara
28 Panjang jalur
kereta api
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
5.434
Km
8.692
Km
Jasa
konstruksi,
keretaapi
Rekomendasi strategis
pembangunan infrastruktur
KA Cepat, MRT dan LRT
(Dit.1,2016, 2017, 2018)
29 Perkembangan
pelabuhan
utama
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
278 450 Pelindo Kajian Sektor Perhubungan
dalam menunjang ekspor
produksi dalam negeri (Dit.2,
2016)
30 Perkembangan
pelabuhan
pengumpul
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
210 275 Pelindo Peran Korporasi Sektor
Perhubungan dalam
menghubungkan daerah-
daerah perintis dan tertinggal
(Dit.2, 2017)
31 Dwelling time
pelabuhan
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
6-7 Hari 3-4 Hari Pelindo -
32 Perkembangan
jumlah bandara
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
237 252 Angkasa
pura
-
33 On-time
performance
penerbangan
Infrastruktur
Dasar dan
Konektivitas
75% 95% Penerbangan -
34 Akses terhadap
layanan
keuangan
Pembangunan
Dimensi
Pemerataan/
Meningkatkan
cakupan
pelayanan dasar
dan akses
terhadap ekonomi
produktif
masyarakat
kurang mampu
4,12 % 25 % Perbankan Rekomendasi strategis KUR
(Dit.3, 2015-2016)
35 Persentase
kontribusi
industri
pertahanan
dalam negeri
terhadap MEF
Pertahanan dan
keamanan
10% 20% Pindad,
Dahana,
PT DI, PAL
Kajian/rekomendasi
Strategis industri pertahanan
dalam negeri (Dit.3, 2017)
33
Untuk mengoptimalkan peran BUMN guna membantu pencapaian sasaran pokok
pembangunan tahun 2015-2019, arah kebijakan nasional terkait dengan peran
BUMN tertuang dalam penguatan faktor utama pembangunan ekonomi yang antara
lain mencakup peningkatan daya saing BUMN dengan rincian sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan publik BUMN kepada masyarakat khususnya dalam
penyediaan bahan kebutuhan pokok seperti pangan, energi, layanan
perumahan/pemukiman dan layanan transportasi.
2. Meningkatkan daya saing BUMN dengan menetapkan struktur BUMN yang
berdaya guna dan berhasil guna.
3. Membangun kapasitas dan kapabilitas di BUMN.
Sejalan dengan hal tersebut, Deputi Bidang Akuntan Negara perlu merumuskan
(memilih) beberapa indikator sasaran pokok pembangunan sebagaimana tercantum
dalam table di atas yang akan menjadi prioritas pengawasan pada
BUMN/BUMD/BUL dalam lima tahun ke depan.
Secara garis besar, peran K/L, BUMN/BUMD/BUL, BPKP dan Deputi Bidang
Akuntan Negara dalam mencapai sasaran pokok pembangunan nasional dalam
RPJMN 2015-2019 dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
BPKP Sasaran Pokok Pembangunan 2015-2019:
1. Sasaran Makro
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan
Masyarakat
3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan:
Kedaulatan Pangan
Kedaulatan Energi
Maritim dan Kelautan
Pariwisata dan Industri Manufaktur
Ketahanan Air, Infrastruktur Dasar dan
Konektivitas
4. Sasaran Pembangunan Dimensi Pemerataan
5. Sasaran Pembangunan Kewilayahan dan
Antar Wilayah
6. Sasaran Pembangunan Politik, Hukum,
Pertahanan dan Keamanan
Target K/L
terkait
BUMN/BUMD/BLUD:
1. Penerimaan negara sektor
Migas
2. Kinerja / GCG baik
3. ROA baik
4. Pemanfaatan dana
masyarakat yg optimal
Peran Deputi Bidang Akuntan Negara
34
C. KERANGKA REGULASI
Kerangka Regulasi didefinisikan sebagai Perencanaan pembentukan regulasi
dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan
penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Tujuan Kerangka Regulasi adalah:
1. Mengarahkan proses perencanaan pembentukan regulasi sesuai kebutuhan
pembangunan;
2. Meningkatkan kualitas regulasi dalam rangka mendukung pencapaian
prioritas pembangunan; dan
3. Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan
pembentukan regulasi.
Kerangka regulasi yang dicantumkan dalam Renstra Deputi Bidang Akuntan
Negara Tahun 2015-2019 K/L berupa arah kerangka regulasi dan/atau kebutuhan
regulasi sebagai berikut:
1. Perlunya harmonisasi peraturan perundang-undagan terkait seperti Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dengan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Di lingkungan
masyarakat pelaku bisnis, dan khususnya BUMN, dan Badan Pemeriksa
Keuangan maupun Aparat Penegak Hukum, berkembang persepsi yang
berbeda mengenai BUMN apakah termasuk lingkup keuangan negara (publik)
atau keuangan privat. Perpedaan persepsi tersebut berkembang pula di
lingkup Anak-Anak Perusahaan BUMN.
2. Mempertimbangkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012,
tanggal 5 November 2012, terkait implementasi Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Dalam hal ini termasuk ketentuan
yang mengatur para pelaku bisnis migas di Indonesia seperti PT Pertamina
(Persero) dan Anak Perusahaannya di sektor migas, Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS) Migas, peran SKK Migas (sebelumnya bernama BP Migas,
sesuai dengan UU No.22 Tahun 2001, dan telah dibubarkan oleh MK) serta
peran BPKP dalam pengawasan di sektor migas, khususnya terkait dengan
KKKS, yang selaras dengan arah kebijakan pembangunan sektor migas dan
tidak hanya fokus pada eksploitasi sumber energi fosil, namun juga
memanfaatkan energi terbarukan.
3. Perlunya penyempurnaan undang-undang yang mengatur badan usaha milik
daerah (BUMD) yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah. Dalam hal ini termasuk pengaturan bentuk badan hukum
perusahaan daerah. Dalam hal ini termasuk kewajiban bagi BUMD untuk
35
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance).
Kerangka regulasi yang diperlukan untuk mendukung pencapaian Renstra Deputi
Bidang Akuntan Negara Tahun 2015-2019 dapat digambarkan dalam matrik
dibawah ini:
No.
Arah Kerangka
Regulasi
dan/atau
Kebutuhan
Regulasi
Urgensi
Pembentukan
Berdasarkan
Evaluasi Regulasi
Eksisting, Kajian
Dan Penelitian
Unit
Penanggung
jawab
Unit
Terkait/
Institusi
Target
Penyelesaian
1. Harmonisasi
Ketentuan
Perundang-
undangan yang
terkait dengan
BUMN dan Anak
Perusahaan
Kapasitas BPKP
dalam
melaksanakan
fungsi pengawasan
dan pembinaan di
lingkungan BUMN
Kementerian
BUMN
---- -----
2. Penyempurnaan
Undang-Undang
BUMD
Keseragaman
bentuk badan
hukum BUMD
(penyempurnaan
UU No.5 Tahun
1962, tentang
Perusahaan
Daerah)
Kementerian
Dalam Negeri
---- -----
D. KERANGKA KELEMBAGAAN
Kerangka Kelembagaan dapat didefinisikan sebagai Perangkat Kementerian/
Lembaga - struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil
negara – yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional”.
Tujuan Kerangka Kelembagaan adalah:
1. Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang
pembangunan yang terdapat di dalam RPJMN, sesuai dengan fungsi, dan
visi/ misi Deputi Bidang Akuntan Negara;
36
2. Mempertajam arah kebijakan dan strategi Deputi Bidang Akuntan Negara
sesuai dengan kapasitas organisasi dan dukungan sumber daya aparatur sipil
negara;
3. Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, untuk
menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi Deputi
Bidang Akuntan Negara dalam melaksanakan program-program
pembangunan nasional;
4. Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas sumber daya
aparatur.
Kerangka Kelembagaan yang dicantumkan dalam Renstra Deputi Bidang
Akuntan Negara Tahun 2015-2019 adalah berupa arah kerangka kelembagaan
dan/atau kebutuhan kelembagaan sebagai berikut:
1. Fungsi dan Struktur Organisasi agar tepat fungsi dan tepat ukuran:
a. Perlu dipertimbangkan kembali penamaan (nomenklatur) Deputi Bidang
Akuntan Negara. Agar lebih sesuai dengan tupoksinya, maka diusulkan
perubahan nama menjadi Deputi Bidang Pengawasan BUMN, BUMD, dan
Badan Usaha Lainnya.
b. Bidang dan Koordinator Bidang di perwakilan BPKP akan menyesuaikan
dengan perubahan tersebut.
2. Tata Kerja Lembaga agar well-connected governance system:
a. Perlu ditetapkan skala prioritas pengawasan pada BUMN, BUMD, dan BUL
yang selaras dengan prioritas pembangunan nasional yang
pencapaiannya melibatkan peran BUMN/BUMD/BUL.
b. Selanjutnya perlu dijalin kerja sama dengan BUMN/BUMD/BUL yang
terseleksi dan berperan dalam pencapaian sasaran prioritas pembangunan
dan dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) serta dilakukan
pemantauan atas pelaksanaan MoU tersebut.
c. Perlu disusun Internal bisnis proses Deputi Bidang Akuntan Negara terkait
pengawasan untuk BUMN/BUMD/BUL yang menjadi prioritas tersebut,
yang difokuskan pada rekomendasi strategis peran BUMN/BUMD/BUL
dalam mencapai sasaran pembangunan.
3. Sumber daya manusia aparatur agar terwujud Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang profesional dan berintegritas.
Peningkatan kompetensi dan kapasitas SDM di lingkup Kedeputian Bidang
Akuntan Negara agar mampu memenuhi kebutuhan dan tantangan ke depan
dikaitkan dengan pointers pada butir 2).
37
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. TARGET KINERJA
Sasaran Strategis yang ingin dicapai oleh Deputi Bidang Akuntan Negara pada tahun
2019 adalah:
1. Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Korporasi.
2. Meningkatnya Maturitas/Efektivitas Sistem Pengendalian Intern K/L dan
Korporasi.
Untuk mencapai sasaran strategis tersebut diperlukan indikator-indikator
benefit/impact yang akan menjadi target Deputi Bidang Akuntan Negara sampai
dengan tahun 2019, yaitu:
1. Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan, yang
digambarkan dengan perbaikan pengelolaan program strategis/program prioritas
nasional, perbaikan pengelolaan korporasi pada Badan Usaha Bidang Akuntan
Negara, dan cost saving.
2. Level maturitas Sistem Pengendalian Intern K/L (LPP TVRI, LPP RRI, dan
Kementerian BUMN), dengan target maturitas level 3 pada tahun 2019.
3. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Korporasi, yang digambarkan dengan
perbaikan skor GCG minimal baik, kinerja BUMN/Anak Perusahaan yang
berpredikat minimal A, ROA BUMD, dan proporsi dana masyarakat terhadap total
pengeluaran dana pada BLUD.
Dalam menetapkan sasaran dan indikator tersebut, Deputi Bidang Akuntan Negara
mengacu pada empat perspektif, yaitu:
1. Persperktif Stakeholders
a. Terwujudnya kepercayaan Presiden
b. Terwujudnya tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern di
korporasi pusat dan daerah
2. Perspektif Internal Business Process, yaitu tersedianya bahan strategic policy
recommendation atas kegiatan lintas sektoral, bendahara umum negara,
penugasan presiden dan penugasan strategis lainnya, mencakup:
a. Terwujudnya jasa assurance yang berkualitas atas kegiatan lintas sektoral,
bendahara umum negara, penugasan presiden dan penugasan strategis
lainnya.
b. Terwujudnya jasa pemberian konsultansi (consulting) yang berkualitas.
38
c. Terwujudnya sinergi pengawasan internal (dalam hal ini Satuan Pengawasan
Intern korporasi pusat/BUMN dan korporasi daerah/BUMD/BUL) yang efektif.
d. Terwujudnya inovasi dan metode baru pengawasan (termasuk penerapan
standar ISO 9001:2008 untuk asesmen GCG)
e. Terwujudnya komunikasi publik yang efektif.
3. Perspektif Learning & Growth:
a. Terwujudnya pengelolaan SDM berbasis kompetensi.
b. Terciptanya transformasi leadership, integritas, dan budaya organisasi dalam
akuntabilitas kinerja.
c. Terwujudnya sistem informasi yang mendukung pengawasan yang akuntabel.
d. Terwujudnya penyelenggaraan SPIP dan pengawasan intern yang efektif di
lingkungan Deputi Bidang Akuntan Negara.
4. Perspektif Sumber Daya (Resources)
Tersedianya anggaran dan sarana prasarana yang dimanfaatkan secara efektif,
efisien dan ekonomis.
Berikut adalah tabel dan uraian target kinerja Deputi Bidang Akuntan Negara
berdasarkan tujuan Renstra BPKP Tahun 2015 sampai dengan 2019:
1. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Korporasi yang
Bersih dan Efektif
Sasaran
Strategis 1
Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan K/L dan Korporasi
Indikator Benefit/Impact :
Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan (perbaikan pengelolaan program strategis/program prioritas nasional, perbaikan pengelolaan korporasi pada Badan Usaha Bidang Akuntan Negara, dan cost saving
Sasaran Program (Outcome) Target (%) Unit Kerja Uraian Indikator Outcome 2015 2016 2017 2018 2019
Perbaikan pengelolaan program strategis/ Program Prioritas Nasional
(Sasaran 1.1)
Persentase Tindak Lanjut Rekomendasi Peningkatan Kinerja Korporasi
(Nawacita/Lintas Sektoral)
100 100 55 60 70 Ditwas. 1,2,3,4,5
39
Sasaran Program (Outcome) Target (%) Unit Kerja Uraian Indikator Outcome 2015 2016 2017 2018 2019
Perbaikan pengelolaan korporasi pada Badan Usaha Bidang Akuntan Negara
(Sasaran 1.2)
Persentase tindak lanjut rekomendasi perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern korporasi
100 100 55 60 70 Ditwas 1,2,3,4,5
Persentase Penghematan Biaya (Cost Saving) dibandingkan dengan nilai yang diaudit sebesar 4% pertahun
4 4 4 4 4 Ditwas 4
2. Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern K/L
dan Korporasi
Sasaran
Strategis 2
Meningkatnya Maturitas/Efektivitas Sistem Pengendalian Intern K/L dan Korporasi
Indikator Benefit/Impact 1 :
Level Maturitas Sistem Pengendalian Intern K/L (LPP TVRI, LPP RRI dan Kementerian BUMN) dengan capaian maturitas Level 3 pada tahun 2019.
Sasaran Program (Outcome) Target (%) Unit Kerja Uraian Indikator Outcome 2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP K/L
(LPP TVRI, LPP RRI dan Kementerian BUMN)
Target Maturity Level: Tahun 2015 = 0, Tahun 2016 = 0, Tahun 2017 = 1, Tahun 2018 = 2, Tahun 2019 = 3.
(Sasaran 2.1)
Persentase Tindak Lanjut Rekomendasi perbaikan penyelenggaraan SPIP K/L
(LPP TVRI, LPP RRI dan Kementerian BUMN)
100 100 55 60 70 Ditwas 2
40
Sasaran
Strategis 2
Meningkatnya Maturitas/Efektivitas Sistem Pengendalian Intern K/L dan Korporasi
Indikator Benefit/Impact 2 :
Efektifitas Sistem Pengendalian Intern Korporasi
(Skor GCG minimal baik, kinerja BUMN/Anak Perusahaan yang berpredikat minimal A, ROA BUMD minimal 5%, dan proporsi dana masyarakat terhadap total pengeluaran dana pada BLUD minimal 50%)
Sasaran Program (Outcome) Target Unit Kerja Uraian Indikator Outcome 2015 2016 2017 2018 2019
Terwujudnya BUMN/Anak perusahaan yang Skor GCG nya Baik
(Sasaran 2.2.1)
Persentase BUMN/Anak perusahaan yang Skor GCG Baik
65 65 70 70 75 Ditwas. 1,2,3,4
Terwujudnya kinerja BUMN/Anak Perusahaan yang berpredikat minimal A (Baik) sebesar 60% pada tahun 2019 dari yang dilayani
(Sasaran 2.2.2)
Persentase BUMN/anak perusahaan yang berpredikat minimal A (baik)
50 52 54 58 60 Ditwas. 1,2,3,4
Terwujudnya BUMD yang kinerjanya baik/sehat
(Sasaran 2.2.3)
Persentase BUMD yang Kinerjanya minimal berpredikat Baik
52 53 54 55 56 Ditwas 5
Terwujudnya BUMD yang kinerjanya baik/sehat
(Sasaran 2.2.4)
Persentase BLUD yang Kinerjanya minimal berpredikat Baik
58 59 60 61 62 Ditwas 5
PENJELASAN DAN FORMULA PENGHITUNGAN KINERJA:
A. Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan
Sesuai dengan PP 60 Tahun 2008 Pasal 49 Ayat 2, dinyatakan bahwa BPKP
bertugas melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
Negara, antara lain atas kegiatan lintas sektoral. Untuk mengetahui tingkat
kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional, perlu
ada suatu pengukuran yang menunjukkan nilai dari kualitas akuntabilitas
tersebut. Hasil pengukuran itu dapat dinyatakan dalam suatu indeks yang
41
menggambarkan capaian akuntabilitas dalam pengelolaan program-program
pembangunan yang bersifat strategis atau prioritas, yang diemban oleh
penanggungjawab dan pelaksana program-program tersebut. Hal ini sekaligus
menggambarkan pencapaian kinerja pengawasan dalam mendorong dan
mengawal terwujudnya akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
nasional.
Pengukuran akuntabilitas yang akan menghasilkan indeks ini, dilakukan terhadap
aspek-aspek yang terkait dengan pengelolaan program pembangunan, seperti
perumusan kebijakan, perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan,
pertanggungjawaban, serta aspek monitoring dan evaluasinya. Tingkat kualitas
akuntabilitas yang dicapai oleh pengelola program prioritas pembangunan
ditentukan oleh komitmen mereka dalam menerapkan prinsip-prinsip
akuntabilitas. Prinsip-prinsip inilah yang menjadi kriteria dalam pengukuran
indeks, yang terdiri dari:
1. Transparency, yaitu kesadaran dari pengelola program untuk menyatakan
secara terbuka informasi tentang proses dan kinerja dalam pelaksanaan
program.
2. Liability, yaitu adanya suatu kondisi atau mekanisme yang membuat
pengelola program menghadapi konsekuensi atas kinerja yang dicapainya.
3. Controllability, yaitu pengelola program melaksanakan peran, tugas, dan
fungsinya sesuai dengan keinginan pemberi amanah.
4. Responsibility, yaitu pengelola program menunjukkan ketaatannya terhadap
peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam melaksanakan tugas-tugas yang
diembannya.
5. Responsiveness, yaitu pengelola program melaksanakan tugas dan fungsinya
dengan orientasi tertinggi adalah untuk memenuhi harapan substantif berupa
kebutuhan atau permintaan dari stakeholders utamanya.
Pengukuran akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan pada
Deputi Bidang Akuntan Negara dilakukan berdasarkan indikator benefit/impact
yang telah ditetapkan oleh BPKP dengan memperhatikan 4 (empat) fokus
kebijakan pengawasan BPKP Tahun 2015-2019, yaitu:
42
Fokus Pengawasan Kegiatan Pengawasan
1. Pengawalan Pembangunan Nasional
Pengawasan terhadap kinerja atas program prioritas Nawacita (Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur Dasar, Kedaulatan Pangan, Kemaritiman, Kedaulatan Energi, Perhubungan, Perlindungan Sosial & Pariwisata)
2. Ruang Fiskal Optimalisasi Penerimaan dan Efisiensi Pengeluaran Audit OPN/OPD, DAK, Migas, Klaim, Ekskalasi Audit Pengelolaan Aset/Hutang/Subsidi dan Korporasi
3. Pengamanan Aset Negara/Daerah
Pengawasan Pengamanan Keuangan Negara Audit Investigatif Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara Hambatan Kelancaran Pembangunan BPYBDS
4. Governance System Pendampingan Peningkatan Tata Kelola Mitra Kerja Maturitas SPI KLPK APIP KLPK Diklat
Keempat fokus tersebut digambarkan dalam sasaran program/outcome Deputi
Bidang Akuntan Negara yaitu:
a. Perbaikan pengelolaan program strategis/program prioritas nasional, diukur
dengan indikator Persentase Tindak Lanjut Rekomendasi Peningkatan Kinerja
Korporasi (Program Nawacita/Lintas Sektoral)
b. Perbaikan pengelolaan Korporasi pada Badan Usaha Bidang Akuntan
Negara, diukur dengan indikator:
Persentase tindak lanjut rekomendasi perbaikan tata kelola, manajemen
risiko dan pengendalian intern pengelolaan korporasi (untuk program
ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan tata kelola
(governance system)
Persentase Penghematan Biaya (Cost Saving) dibandingkan dengan nilai
yang diaudit sebesar 4% pertahun
B. Meningkatnya Pengendalian atas Program Kemaritiman, Ketahanan Pangan,
Energi, Pendidikan, Kesehatan dan Infrastruktur Dasar serta program
strategis lainnya
Program prioritas nasional pada dasarnya merupakan program lintas sektoral,
yang melibatkan lebih dari satu stakeholder dalam mendukung keberhasilan
pencapaian tujuan program-program tersebut. Dibutuhkan suatu koordinasi yang
baik dari setiap institusi terkait sehingga dapat terwujud implementasi program
yang saling bersinergi.
43
Beberapa hal yang sering terjadi di lapangan, yaitu masih munculnya ego
masing-masing instansi yang tentunya akan menghambat pelaksanaan program.
Masing-masing instansi hanya berfokus pada target kinerja per tahun yang sudah
ditargetkan. Seringkali terjadi capaian masing-masing instansi yang terkait dalam
suatu program mendapatkan capaian kinerja yang baik, namun disisi lain
implementasi program tidak optimal dan bahkan menemui kegagalan. Hal ini
sesuai dengan karakteristik dari program lintas sektoral yang saling berkaitan dan
dimensi waktu pun juga sangat berperan penting.
Disisi lain, pengawasan intern juga dilakukan namun sering juga tidak dapat
menjangkau program lintas sektoral karena saran/rekomendasi pihak terkait
bukan dalam kewenangan institusi pengawasan intern.
Dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan
program prioritas nasional, aktivitas pengendalian yang optimal perlu diwujudkan
guna meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Kegiatan pengendalian merupakan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk
memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.
Seluruh program prioritas yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tersebut perlu dibuatkan Daftar Risiko dan Peta Risiko sebagai hasil
penilaian risiko.
Kegiatan pengelolaan risiko dalam penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian
akan mengikuti tahap sebagai berikut:
1) Memilih sub-unsur Kegiatan Pengendalian yang relevan berdasarkan
analisis risiko kegiatan pada Daftar Risiko khususnya terkait dengan
penyebab utama (causa prima) munculnya risiko.
2) Mengidentifikasi ketiadaan subunsur Kegiatan Pengendalian yang belum
ada, menguji efektivitas Kegiatan Pengendalian yang ada, termasuk
mengobservasi efektivitas pengendalian pengganti (compensating control),
jika ada, termasuk menentukan penyebab utama (causa prima)
inefektivitasnya.
3) Merancang atau menyusun desain perbaikan sub unsur Kegiatan
Pengendalian terpilih dalam suatu Kebijakan dan SOP sebagai control
design.
4) Mengintegrasikan SOP Kegiatan Pengendalian dalam SOP Bussiness
Proses.
5) Mensosialisasikan dan menginternalisasikan Kebijakan dan SOP.
6) Melaksanakan SOP secara konsisten dan mendokumentasikan
pelaksanaan dan hasil SOP.
44
BPKP terus berupaya memberikan saran-saran perbaikan secara on going atas
pelaksanaan program prioritas nasional yang diharapkan dapat meminimalkan
terjadinya risiko kegagalan program melalui upaya preventif maupun mitigasi
dalam rangka meminimalkan dampak
Probabilitas
Dampak
mitigation
abate/prevention
Penghitungan keberhasilan program dapat dilihat dari program mana sesuai
dengan prioritas pengawasan setiap tahunnya. Beberapa kegiatan yang
pengawasan dapat dilakukan melalui evaluasi, kajian, reviu maupun pemantauan
Program prioritas nasional yang mampu meningkatkan pengendaliannya apabila
sudah memiliki Pengembangan Kebijakan dan SOP untuk setiap kegiatan utama
dan atas keduanya benar-benar dijalankan. Hal ini sangat penting mengingat
suatu Kegiatan Pengendalian (control design) secara fisik tertuang dalam
Kebijakan dan Prosedur, namun realitasnya kegiatan pengendalian
diselenggarakan oleh orang-orang yang terkait (soft control) dalam pelaksanaan
kebijakan dan SOP dimaksud tidak menjalankannya.
Sehubungan dengan hal tersebut Deputi Bidang Akuntan Negara telah
memetakan rencana kajian strategis pengawasan intern korporasi nasional dalam
kurun waktu 2015-2019 yang akan dihasilkan oleh tiap Direktorat sebagai berikut:
45
Unit Kerja
Kajian (Strategis) Hasil Pengawasan Intern Korporasi Nasional
2015 2016 2017 2018 2019
Ditwas
01
1. Ketahanan
Pangan dan
GP3K
1. Produksi
Biotanol
1. Perikanan/
Kelautan
1. Perencanaan
produksi dan
distribusi benih
padi/jagung/
kedelai.
1. Perikanan/
Kelautan
2. GCG BUMN
2. Produksi
Daging Sapi
2. Revitalisasi
Pabrik Gula
2. Infrastruktur
Jalan Tol
2. Pemasaran
Produk
Perkebunan
3. Infrastruktur
Jalan Tol
3. Infrastruktur
Jalan Tol
3. KA Cepat,
MRT, dan LRT
3. KA Cepat,
MRT, dan
LRT
3. Kehutanan
4. KA Cepat,
MRT, dan LRT
4. Kehutanan
5. Pemasaran
Produk
Perkebunan
Ditwas
02
1. Kajian Sektor
Energi
tentang
Metode
Verifikasi
Penyesuaian
Tarif Listrik
1. Kajian Sektor
Perhubungan
dalam
menunjang
ekspor produksi
dalam negeri
1. Peran
Korporasi
Sektor Perhu-
bungan dalam
menghubungka
n daerah-
daerah perintis
dan tertinggal
1. Jalan Tol
dalam
mendukung
percepatan
perekonomia
n daerah
Penyangga
Ibukota
Provinsi
1. Peran
Korporasi
Sektor Perhu-
bungan dalam
Meningkatkan
Ekspor
Komoditas
Unggulan
2. Ketahanan
Pangan dalam
rangka
kecukupan
cadangan
beras
Pemerintah
2. Ketahanan
Pangan dalam
rangka
efektivitas
distribusi beras
ke seluruh
pelosok negeri
dan stabilitas
harga beras,
kedelai dan
jagung
2. Kajian Sektor
Energi tentang
Ketersediaan
Kawasan
Industri
2. Kajian atas
kebijakan
yang
mendukung
BULOG
melakukan
ekspor
komoditas
pangan
2. Peningkatan
Kapabilitas
BULOG
sebagai
Korporasi
Bidang Pangan
Berskala
Internasional
46
Unit Kerja
Kajian (Strategis) Hasil Pengawasan Intern Korporasi Nasional
2015 2016 2017 2018 2019
Ditwas
03
1. Kajian
Unfunded
Past Service
Liabilities
1. Kajian Program
KUR
1. Kajian
Rekonver
Simpanan
Nasabah
Perbankan
1. KajianKredit
Program
1. Kajian
Kolektibilitas
Program
Kemitraan
2. Ketahanan
Pangan
(Pupuk)
2. Kajian Tata
Kelola
Perusahaan
Holding Pupuk
2. Kajian Industri
Strategis
2. Kajian Industri
Farmasi
2. Kajian Industri
Lainnya
Ditwas
04
1. Kajian Cost
Recovery
1. Kajian Lifting 1. Kajian
Peraturan
KKKS
1. Kajian
Peraturan
Pengelolaan
Panas Bumi
1. Kajian KKKS
2. Kajian Hasil
Reviu PBJ
PT Pertamina
(Persero)
2. Kajian Panas
Bumi
2. Kajian Internal
Control PT
Pertamina
(Persero)
2. Kajian hasil
reviu di
PT Pertamina
(Persero)
2. Kajian di anak
perusahaan
PT Pertamina
(Persero)
Ditwas
05
1. Kompilasi
strategis Hasil
Audit Kinerja
PDAM
1. Kompilasi
strategis Hasil
Audit Kinerja
PDAM
1. Kompilasi
strategis Hasil
Audit Kinerja
PDAM
1. Kompilasi
strategis Hasil
Audit Kinerja
PDAM
1. Kompilasi
strategis Hasil
Audit Kinerja
PDAM
2. Kompilasi
strategis Hasil
Evaluasi
Kinerja BLUD
2. Kompilasi
strategis Hasil
Evaluasi
Kinerja BLUD
2. Kompilasi
strategis Hasil
Evaluasi
Kinerja BLUD
2. Kompilasi
strategis Hasil
Evaluasi
Kinerja BLUD
2. Kompilasi
strategis Hasil
Evaluasi Kinerja
BLUD
Target kinerja yang tercantum dalam tabel selama kurun waktu lima tahun
merupakan angka kumulatif dari keberhasilan program prioritas nasional tersebut.
C. Maturitas/Efektifitas Sistem Pengendalian Intern K/L dan Korporasi
Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan tata kelola
korporasi, BUMN/BUMD/Badan Usaha Lainnya (BUL) wajib melakukan
pengukuran terhadap penerapan GCG, Manajemen Risiko (MR) dan efektifitas
Sistem Pengendalian Internal (SPI), sehingga apabila masih terdapat kekurangan
dalam pengimplementasiannya, BUMN/BUMD/BUL dapat segera menetapkan
rencana tindak (action plan) yang meliputi tindakan korektif (corrective action)
yang diperlukan. Pengukuran terhadap penerapan GCG, MR/SPI dan KPI
dilakukan dalam bentuk penilaian(assessment) dan evaluasi (review). Permen
Nomor PER-01/MBU/2011 menyatakan bahwa penilaian (assessment)
merupakan program untuk mengidentifikasi pelaksanaan GCG di
BUMN/BUMD/BUL melalui pengukuran. Hal tersebut berlaku juga untuk
47
pengukuran maturity level MR dan efektivitas SPI, yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari GCG.
Kegiatan pengawasan strategis yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Akuntan
Negara dan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP
periode 2015-2019 tetap memfokuskan pada kegiatan Asesmen/Bimtek
penerapan GCG, MR/SPI, dan KPI pada BUMN/BUMD/BUL.
Selain itu, Sistem Pengendalian Intern juga akan menjadi fokus penerapan pada
BUMN/BUMD/BUL adalah berdasarkan COSO Framework 2013
Kegiatan Asesmen/Bimtek penerapan GCG, MR/SPI, dan KPI pada BUMN/
BUMD/BUL tahun 2015-2019 bertujuan untuk:
1) Mengukur kualitas penerapan GCG, MR/SPI, dan KPI melalui
penilaian/evaluasi tingkat pemenuhan kriteria GCG, MR/SPI, dan KPI dengan
kondisi nyata yang diterapkan di BUMN/BUMD/BUL, serta memberikan
simpulan atas penerapan GCG, MR/SPI, dan KPI dan kategori kualitas
penerapannya;
2) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan penerapan GCG, MR/SPI, dan KPI
serta mengusulkan rekomendasi perbaikan untuk mengurangi celah (gap)
antara kriteria dengan penerapan di BUMN/BUMD/BUL yang bersangkutan;
3) Memonitor konsistensi penerapan GCG, MR/SPI, dan KPI di BUMN/BUMD/
BUL dan memperoleh masukan untuk penyempurnaan dan pengembangan
kebijakan corporate governance.
Dalam menetapkan target kinerja Efektivitas SPI Korporasi tahun 2015-2019,
Deputi Bidang Akuntan Negara mempertimbangkan capaian kinerja tahun 2010
s.d. 2014 (sampai dengan semester I tahun 2014), sebagai berikut:
1. BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang GCG atau KPI Mendapat Skor Baik
Capaian target dari IKU ini dari tahun 2010 sampai dengan 2012 selalu
terpenuhi dengan baik (antara 114,29% sampai dengan 152,58%). Pada
tahun 2013 terjadi penurunan yang cukup signifikan atas capaian target ini
yaitu menjadi sebesar 86,37%. Hal ini yang melandasi dilakukannya
penyesuaian target di tahun 2014 dari 75% menjadi 65%. Sampai dengan
semester I tahun 2014 realisasi BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang GCG atau KPI
Mendapat Skor Baik sebanyak 12 dari 14 BUMN dan anak perusahaan
BUMN yang telah dinilai atau sebesar 85,71% dari target sebesar 65%
sehingga capaian target IKU telah mencapai 131,87%.
2. BUMN yang Kinerja PSO-nya Baik
Capaian target dari IKU ini dari tahun 2010 sampai dengan 2013 selalu
terpenuhi dengan baik (antara 100% sampai dengan 200%). Rendahnya
48
capaian untuk semester I tahun 2014 karena kegiatan yang menghasilkan
pencapaian IKU belum dilaksanakan.
3. BUMD yang Kinerjanya Memperoleh Minimal Predikat Baik
Capaian target dari IKU ini dari tahun 2010 sampai dengan 2012 selalu
terpenuhi dengan baik (antara 101,33% sampai dengan 127,25%). Pada
tahun 2013 terjadi penurunan yang cukup signifikan atas capaian target ini
yaitu menjadi sebesar 82,58%. Hal ini yang melandasi dilakukannya
penyesuaian target di tahun 2014 dari 70% menjadi 55%. Rendahnya capaian
untuk semester I tahun 2014 karena kegiatan yang menghasilkan pencapaian
IKU dilaksanakan pada triwulan III tahun 2014.
4. BUMD yang Laporan Keuangannya Memperoleh Opini Minimal WDP
Capaian target dari IKU ini dari tahun 2010 sampai dengan 2013 selalu
terpenuhi dengan baik (antara 120% sampai dengan 226,94%). Rendahnya
capaian untuk semester I tahun 2014 karena kegiatan yang menghasilkan
pencapaian IKU dilaksanakan pada triwulan III tahun 2014. Tidak terdapat
hambatan yang berarti untuk memenuhi target IKU selama periode Renstra
2010 – 2014.
Selain mempertimbangkan capaian target IKU diatas, penetapan target tahun
2015-2019 juga ditetapkan berdasarkan:
1. Capaian implementasi SPIP pada Korporasi Nasional/Daerah (BUMN/BUMD)
serta LPP TVRI, LPP RRI dan Kementerian BUMN.
2. Capaian BUMN/Anak perusahaan yang Skor GCG nya minimal Baik.
3. Capaian kinerja BUMN yang mendapatkan predikat baik (A) tahun 2014
adalah 50% dari BUMN dan anak perusahaan yang dilayani. Persentase
sebesar 50% tersebut dijadikan sebagai base line untuk capaian tahun 2015,
dan diproyeksikan persentase capaian kinerja BUMN dan Anak Perusahaan
minimal A (sehat) sebesar 60% dari BUMN yang terdaftar pada tahun 2019.
4. Capaian ROA BUMD minimal 5% (diperkirakan terdapat 1200 BUMD pada
tahun 2019).
5. Capaian proporsi dana masyarakat terhadap total pengeluaran dana pada
BLUD minimal 50%.
Pemberian predikat minimal A (sehat) berdasarkan pada SK Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002,
Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara dengan kriteria
sebagai berikut:
49
(1) Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN digolongkan menjadi :
a. SEHAT, yang terdiri dari :
AAA apabila total (TS) lebih besar dari 95
AA apabila 80 <TS< =95
A apabila 65 <TS< =80
b. KURANG SEHAT, yang terdiri dari :
BBB apabila 50 <TS< =65
BB apabila 40 <TS< =50
B apabila 30 <TS< =40
c. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari :
CCC apabila 20 <TS< =30
CC apabila 10 <TS< =20
C apabila TS< =10
(2) Tingkat Kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja
Perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian :
a. Aspek Keuangan.
b. Aspek Operasional.
c. Aspek Administrasi.
Untuk mendukung tercapainya rekomendasi strategis dalam kurun waktu lima
tahun ke depan, diperlukan adanya pedoman pengawasan yang akan disusun
oleh setiap Direktorat Pengawasan di lingkungan Kedeputian Bidang Akuntan
Negara.
B. KERANGKA PENDANAAN
Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kerangka kebutuhan dana
organisasi dalam rangka mencapai sasaran strategisnya selama lima tahun ke
depan. Perhitungan dibuat berdasarkan proyeksi dalam lima tahun. BPKP dalam
menyusun kerangka pendanaan memerhatikan sumber dana yang dapat diperoleh
dan target program yang dicanangkan selama lima tahun. Sumber dana pendanaan
BPKP diperoleh dari sumber APBN, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan
pembiayaan hibah bantuan luar negeri (PHLN).
Sesuai dengan Renstra BPKP Tahun 2015-2019, jumlah anggaran Deputi Bidang
Akuntan Negara tahun 2015, dan perkiraan kebutuhan anggaran tahunan dari tahun
2016-2019 disajikan pada tabel dibawah ini. Dalam tabel tersebut, output kegiatan
yang menjadi basis pengalokasian anggaran masih dibuat merata dengan
pertimbangan bahwa sinyal kenaikan ruang fiskal negara masih incremental.
50
1. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Korporasi yang
Bersih dan Efektif.
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target Rekomendasi dan Anggaran
(Rp juta)
Uraian Indikator Output 2015 2016 2017 2018 2019
Tersedianya Hasil Pengawasan
Rekomendasi Pengawasan
Badan Usaha Agrobisnis, Jasa
Konstruksi, dan Perdagangan
12 12 12 12 12
0,4100 0,4305 0,4520 0,4746 0,4984
Rekomendasi Pengawasan
Badan Usaha Jasa
Perhubungan, Pariwisata,
Kawasan Industri dan Jasa
Lainnya
10 10 10 10 10
1,4397
1,5117
1,5873
1,6666
1,7500
Rekomendasi Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur
10 10 10 10 10
0,9405 0,9875 1,0369 1,0887 1,1432
Rekomendasi Pengawasan Badan Usaha Perminyakan dan Gas Bumi
20 20 20 20 20
1,3332 1,3999 1,4699 1,5433 1,6205
Rekomendasi Pengawasan Badan Usaha Milik Daerah
6 6 6 6 6
0,8666 0,9099 0,9554 1,0032 1,0534
2. Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (K/L dan Korporasi)
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Target Rekomendasi dan Anggaran
(Rp juta)
Uraian Indikator Output 2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI pada Korporasi
Rekomendasi Perbaikan SPI
BUMN dilingkungan Ditwas BU
Agrobisnis, Jasa Konstruksi,
dan Perdagangan
5 5 5 5 5
0,6699 0,7034 0,7386 0,7755 0,8143
Rekomendasi Perbaikan SPI BUMN dilingkungan Ditwas BU Jasa Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri dan Jasa Lainnya
12 12 12 12 12
0,0550
0,0578
0,0606
0,0637
0,0669
Rekomendasi Perbaikan SPI BUMN dilingkungan Ditwas BU Jasa Keuangan dan Manufaktur
7 7 7 7 7
0,2500 0,2625 0,2756 0,2894 0,3039
Rekomendasi Perbaikan SPI BUMD/BLUD dilingkungan Ditwas Badan Usaha Milik Daerah
14 14 14 14 14
0,3410 0,3581 0,3760 0,3948 0,4145
51
BAB V
P E N U T U P
Di samping mengacu pada visi, misi, dan tujuan, penyusunan Rentra Deputi Bidang
Akuntan Negara Tahun 2015-2019 juga mengacu pada Renstra BPKP Tahun 2015-
2019. Selanjutnya, penyusunan Renstra BPKP Tahun 2015-2019 sangat dipengaruhi
oleh RPJMN 2015-2019 yang telah melakukan restrukturisasi program dan kegiatan
untuk menjamin koherensi dan sinkronisasi program-program Kementrian/Lembaga.
Rencana Strategis BPKP Tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan
Kepala BPKP Nomor 2 Tahun 2015, Tanggal 2 April 2015 juga telah mengacu
pada RPJMN 2015-2019
Renstra ini merupakan komitmen bersama seluruh jajaran Deputi Bidang Akuntan
Negara yang wajib dilaksanakan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan Deputi Bidang
Akuntan Negara yang juga selaras dengan tujuan BPKP dan kepentingan
Pemerintah/ Presiden dalam melaksanakan pembangunan nasional.
Renstra ini masih perlu dijabarkan lebih lanjut dalam rumusan-rumusan yang lebih
operasional berupa kegiatan-kegiatan pengawasan Deputi Bidang Akuntan Negara.
Untuk mampu memenuhi harapan stakeholders, seluruh jajaran Deputi Bidang
Akuntan Negara perlu melangkah bersama secara harmonis untuk melaksanakan
program dan kegiatan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang telah dirumuskan.
Meskipun tidak mudah, namun, dengan tekad dan upaya yang kuat dari seluruh
insan Deputi Bidang Akuntan Negara tentu harapan stakeholders akan terpenuhi.
Lampiran 1-1
1
2
1
2
2015 2016 2017 2018 2019
1.1 Perbaikan pengelolaan
program strategis/Program
Prioritas Nasional
1 Persentase Tindak
Lanjut Rekomendasi
Peningkatan Kinerja
Korporasi
(Nawacita/Lintas
Sektoral)
100 100 100 100 100 1 Tersedianya
informasi hasil
pengawasan intern
korporasi nasional
(Nawacita/Lintas
Sektoral)
1 Rekomendasi Hasil
Pengawasan Intern
Korporasi Nasional
(Nawacita/Lintas
Sektoral)
1 Persentase tindak lanjut
rekomendasi perbaikan
tata kelola, manajemen
risiko dan pengendalian
intern Pengelolaan
Korporasi
100 100 100 100 100 1 Tersedianya
informasi hasil
pengawasan intern
korporasi Badan
Usaha Bidang
Akuntan Negara
1 Rekomendasi Hasil
Pengawasan Intern
Korporasi Badan Usaha
Bidang Akuntan Negara
2 Persentase
Penghematan Biaya
(Cost Saving)
dibandingkan dengan
nilai yang diaudit
sebesar 4% pertahun
4 4 4 4 4 1 Tersedianya
informasi hasil
pengawasan intern
BUMN/Anak
Perusahaan
1 Rekomendasi Hasil
Pengawasan Intern
Kontrak Kerjasama
Migas
TUJUAN :
MATRIKS RENSTRA DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA 2015-2019
VISI :
To be the World Class National Government Internal Auditor
“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Mewujudkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Kinerja Korporasi
dalam Mendukung Program Pembangunan Nasional”
MISI :
Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Korporasi yang Bersih dan Efektif
Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern K/L dan Korporasi yang Efektif
Uraian Indikator Output
Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Korporasi yang Bersih dan Efektif
Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern K/L dan Korporasi
SASARAN STRATEGIS (BENEFIT/IMPACT) SASARAN PROGRAM (OUTCOME) TARGET OUTCOME (%) SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)
Uraian Indikator Benefit/Impact Uraian
1
Indikator Outcome
Meningkatnya
Kualitas
Akuntabilitas
Pengelolaan
Korporasi
(BUMN/BUMD/BUL)
Perbaikan pengelolaan
Korporasi pada Badan
Usaha Bidang Akuntan
Negara
1.2
Indeks
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan Dan
Pembangunan
(digambarkan dengan
rekomendasi
strategis prioritas
pembangunan
nasional ,
rekomendasi
perbaikan
pengelolaan
keuangan negara
pada Badan Usaha
Bidang Akuntan
Negara, dan cost
saving)
1
Lampiran 1-2
2015 2016 2017 2018 2019 Uraian Indikator Output
SASARAN STRATEGIS (BENEFIT/IMPACT) SASARAN PROGRAM (OUTCOME) TARGET OUTCOME (%) SASARAN KEGIATAN (OUTPUT)
Uraian Indikator Benefit/Impact Uraian Indikator Outcome
1 Level Maturitas SPI
K/L (LPP TVRI, LPP
RRI dan Kementerian
BUMN)
(maturitas Level 3)
2.1 Meningkatnya Kualitas
Penerapan SPIP K/L/
( LPP TVRI, LPP RRI dan
Kementerian BUMN)
Capaian Maturity Level:
Tahun 2015 = 0, Tahun 2016
= 0, Tahun 2017 = 1, Tahun
2018 = 2, Tahun 2019 = 3.
1 Persentase Tindak
Lanjut Rekomendasi
perbaikan
penyelenggaraan SPIP
K/L
-LPP TVRI, LPP RRI
dan Kementerian
BUMN-
100 100 100 100 100 1 Tersedianya
informasi
penyelenggaraan
SPIP K/L
-LPP TVRI, LPP RRI
dan Kementerian
BUMN-
1 Rekomendasi
perbaikan
penyelenggaraan SPIP
K/L
-LPP TVRI, LPP RRI
dan Kementerian
BUMN-
2 2.2 Meningkatnya Efektivitas SPI
Korporasi
2.2.1 Terwujudnya BUMN/Anak
perusahaan yang Skor GCG
nya Baik
1 Persentase BUMN/Anak
perusahaan yang Skor
GCG Baik
65 65 70 70 75 1 Tersedianya
informasi
penyelenggaraan
GCG BUMN dan
Anak Perusahaan
1 Rekomendasi
perbaikan
penyelenggaraan GCG
pada BUMN dan Anak
Perusahaan
2.2.2 Terwujudnya kinerja
BUMN/Anak Perusahaan yang
berpredikat minimal A (Baik)
sebesar 60% pada tahun 2019
dari yang dilayani
1 Persentase BUMN/anak
perusahaan yang
berpredikat minimal A
(baik)
50 52 54 58 60 1 Tersedianya
informasi
penyelenggaraan
SPI/MR/KPI BUMN
dan Anak
Perusahaan
1 Rekomendasi
Perbaikan
penyelenggaraan
SPI/MR/KPI pada
BUMN dan Anak
Perusahaan
2.2.3 Terwujudnya ROA sebesar
5% pada 5% BUMD, dengan
target 60 BUMD berpredikat
baik pada tahun 2019
(diperkirakan terdapat 1200
BUMD pada tahun 2019)
1 Persentase BUMD yang
Kinerjanya minimal
berpredikat Baik dari
BUMD yag dibina
52 53 54 55 56 1 Tersedianya
informasi hasil
pengawasan intern
BUMD
1 Rekomendasi Hasil
Pengawasan Intern
BUMD
2.2.4 Terwujudnya proporsi dana
masyarakat sebesar 50%
terhadap total pengelolaan
dana pada 20% BLUD
1 Persentase BLUD yang
Kinerjanya minimal
berpredikat Baik dari
BLUD yang dibina
58 59 60 61 62 1 Tersedianya
informasi hasil
pengawasan intern
BLUD
1 Rekomendasi Hasil
Pengawasan Intern
BLUD
Meningkatnya
Maturitas/Efektivitas
Sistem Pengendalian
Intern K/L dan
Korporasi
2
Efektifitas SPI
Korporasi
(digambarkan dengan
skor GCG BUMN
yang baik, kinerja
BUMN/anak
perusahaan yang
berpredikat minimal
A, ROA BUMD, dan
proporsi dana
masyarakat terhadap
total pengelolaan
dana pada BLUD)
Lampiran 2-3
K/L PROG KEG 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Rekomendasi Pengawasan
Badan Usaha Agrobisnis, Jasa
Konstruksi, dan Perdagangan
12 12 12 12 12 0,4100 0,4305 0,4520 0,4746 0,4984 2,2655
Rekomendasi Perbaikan
Penyelenggaraan SPI Korporasi
5 5 5 5 5 0,6699 0,7034 0,7386 0,7755 0,8142 3,7016
17 17 17 17 17 1,0799 1,1339 1,1906 1,2501 1,3126 5,9671
Rekomendasi Pengawasan
Badan Usaha Jasa
Perhubungan, Pariwisata,
Kawasan Industri dan Jasa
Lainnya
10 10 10 10 10 1,4397 1,5116 1,5873 1,6666 1,7500 7,9552
Rekomendasi Perbaikan
Penyelenggaraan SPI Korporasi
12 12 12 12 12 0,0550 0,0578 0,0606 0,0637 0,0668 0,3039
22 22 22 22 22 1,4947 1,5694 1,6479 1,7303 1,8168 8,2591
Rekomendasi Pengawasan
Badan Usaha Jasa Keuangan
dan Manufaktur
10 10 10 10 10 0,9405 0,9875 1,0369 1,0887 1,1432 5,1968
Rekomendasi Perbaikan
Penyelenggaraan SPI Korporasi
7 7 7 7 7 0,2500 0,2625 0,2756 0,2895 0,3039 1,3815
17 17 17 17 17 1,1905 1,2500 1,3125 1,3782 1,4471 6,5783
MATRIKS KERANGKA PENDANAAN RENSTRA DEPUTI BIDANG AKUNTAN NEGARA 2015-2019
Tersedianya Hasil
Pengawasan pada Direktorat
Pengawasan Badan Usaha
Jasa Perhubungan, Pariwisata,
Kawasan Industri dan Jasa
Lainnya
Tersedianya Hasil
Pengawasan pada Direktorat
Pengawasan Badan Usaha
Jasa Keuangan dan
Manufaktur
Tersedianya Hasil
Pengawasan pada Direktorat
Pengawasan Badan Usaha
Agrobisnis, Jasa Konstruksi,
dan Perdagangan
Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPI pada Badan
Usaha Jasa Perhubungan,
Pariwisata, Kawasan Industri dan
Jasa Lainnya
TARGET ALOKASI (MILYAR) TOTAL ALOKASI
2015-2019
(Rp. Miliar)
INDIKATORSASARAN PROGRAMKODE
089 06 3682 Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPI pada Badan
Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi,
dan Perdagangan
PROGRAM/KEGIATAN
089 06 3683 Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPI pada Badan
Usaha Jasa Keuangan dan
Manufaktur
SUB JUMLAH DIREKTORAT 1
SUB JUMLAH DIREKTORAT 2
SUB JUMLAH DIREKTORAT 3
368406089
Lampiran 2-4
K/L PROG KEG 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Tersedianya Hasil
Pengawasan pada Direktorat
Pengawasan Badan Usaha
Agrobisnis, Jasa Konstruksi,
dan Perdagangan
TARGET ALOKASI (MILYAR) TOTAL ALOKASI
2015-2019
(Rp. Miliar)
INDIKATORSASARAN PROGRAMKODE
089 06 3682 Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPI pada Badan
Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi,
dan Perdagangan
PROGRAM/KEGIATAN
Rekomendasi Pengawasan
Badan Usaha Perminyakan dan
Gas Bumi
20 20 20 20 20 1,3332 1,3999 1,4699 1,5433 1,6205 7,3668
Rekomendasi Perbaikan
Penyelenggaraan SPI Korporasi
0 0 0 0 0 - - - - - -
20 20 20 20 20 1,3332 1,3999 1,4699 1,5433 1,6205 7,3668
Rekomendasi Pengawasan
Badan Usaha Milik Daerah
6 6 6 6 6 0,8666 0,9099 0,9554 1,0032 1,0534 4,7885
Rekomendasi Perbaikan
Penyelenggaraan SPI Korporasi
14 14 14 14 14 0,3410 0,3581 0,3760 0,3947 0,4144 1,8842
20 20 20 20 20 1,2076 1,2680 1,3314 1,3979 1,4678 6,6727
96 96 96 96 96 6,3059 6,6212 6,9523 7,2998 7,6648 34,8440
Tersedianya Hasil
Pengawasan pada Direktorat
Pengawasan Badan Usaha
Perminyakan dan
Gas Bumi
Tersedianya Hasil
Pengawasan pada Direktorat
Pengawasan Badan Usaha
Milik Daerah
3686
JUMLAH
SUB JUMLAH DIREKTORAT 4
SUB JUMLAH DIREKTORAT 5
Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPI pada Badan
Usaha Perminyakan dan Gas Bumi
Pengendalian/Pelaksanaan
Pengawasan Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPI pada Badan
Usaha Milik Daerah
089 06 3685
089 06